Translate sffvdsgb

download Translate sffvdsgb

of 23

Transcript of Translate sffvdsgb

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    1/23

    Complex Traits Genetics pada Kelainan Refraksi

    Kelainan refraksi (miopia, hyperopia, dan astigma) merupakan kelainan yang

     bersifat heterogen dan kompleks pada mata manusia dan ideal untuk dilakukannya

    investigasi. Kelainan refraksi yang sedang hingga berat dapat menjadi faktor

     predisposisi seseorang mengalami perkembangan visual yang buruk, sejumlah tipe dari

    glaukopma, kelainan pada permukaan kornea, katarak prematur, dan kehilangan

    integritas dari retina, dapat menyebabkan lepasnya retina. Ilmu tentang mekanisme

    secara genetik yang terlibat dalam kelainan refraksi tentu saja dapat memudahkan kita

    dalam mengobati dan mencegah progesitivitas atau pun untuk mempelajarin interaksi

    genetik secara lebih lanjut. Deteksi predisposisi genetik secara dini dalam

     perkembangan kelainan refraksi yang berat dapat berguna untuk mengefisienkan dan

    menghemat biasaya dalam program skreening. Disini akan dibbahas tentang mekanisme

    genetik yang dihubungkan dengan perkembangan kelainan refraksi nonsindroma yang

    terbaru.

    Konsep dari poligenik dan multifaktorial yang diturunkan membantu dalam

    menjelaskan kelainan yang cenderung terjadi secara keturunan atau dalam keluarga.

    timbulnya dari penyakit ini bergantung pada adanya sejumlah gen yang diturunkan

    secara independen. seperti kelainan yang dapat bersifat poligenik, dan faktor risiko

    genetik dapat menjadi tambahan dalam timbulnya kelainan, jika faktor lingkungan juga

    memengaruhi timbulnya penyakit, istilah multifaktorial lebih cocok digunakan. Contoh

    dari penyakit yang diturunkan dalam keluarga belum dibuktikan akan adanya defek gen

    tunggal dan btidak murni karena adanya kelainan refraksi akibat lingkungan diantanya

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    2/23

    adalah, strabismus, glaukoma, diabetes melitus, bibir sumbing, dan sppina bifida.

    Dalam artikel ini, kita akan mendiskusikan genetika dari kelainan refraksi nonsindroma.

    PENENTU DARI STATUS REFRAKSI

    tatus refraksi yang diberikan pada mata manusia tergantung pada koordiansi

    dari kekuatan refraksi dari kornea dan lensa, panjang a!is ("#), indeks refraksi dari

    a$ueous dan vitreous, dan usia dari seseorang. %iasanya efek dari a$ueous dan vitreous

    humor bersifat konstan, masing&masing memiliki indeks refraksi '.*+. sehingga,

    komponen refraksi utama adalah kornea, lensa, dan "#. kuran, bentuk, dan kekuatan

    semuanya ditentukan secara keturunan. -aktor konformasional, seperti lingkungan

    intrauterin dan bentuk tulang yang mengelilingi mata dan kelopak mata, jugab dapat

    mempengaruhi bentuk dan pertumbuhan mata.

    Kelainan refraksi secara sferis biasanya menggambarkan adanya ketidak

    cocokkan antara "# dan kombinasi dari kekuatan dioptri pada kornea dan lensa.

    ejumlah ppenelitian telah menunjukkan baha status refraksi dari mata ditentukan

    secara primer oleh variasi di "#. /ata&rata kelainan refraksi pada kelahiran diperkirakan

    mencapai '&* dioptri (D) dari hiperopia, dan jika diukur "# diperkirakan mencapai '0

    mm. 1ada saat deasa, "# akan bberkembang menjadi *2 mm. diameter kornea pada

     bayi adalah '+mm sedangkan pada orang deasa adalah '*mm. Kelengkungan dari

    kornea rata&rata 3'd saat lahir dan mendatar sampai kurang lebbih 22D pada usia

    minggu. Kekuatan lentikuler adalah 2D pada saat lahir dan menurun menjadi *4D pada

    usia bulan dan menjadi *'D pada saat deasa. Dalam proses emmetropisasi,

    komponen refraksi yang berubah secara komplementer dan sesuai dengan

     perkembangan mata dapat menyebabkan kelainan refraksi yang minimal adalah5 radius

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    3/23

    dari kurvatura kornea menurun, kekuatan refraksi dari lensa dan kornea menurun, dan

    "# meningkat. %iasanya pada emetropia, bayangan dapat di fokuskan pada retina

    terjadi pada usia mulai 6 sampai '2 tahun, dengan tidak adanya perubahan refraksi

    setelah ' tahun pada mata yang normal. Distribusi kelainan refraksi ppada populasi

    deasa biasanya karena adanya bell-shaped curve (lengkungan seperti bell), dengan

     puncak disekitar emmetropia ( refraksi plano sferis). Kompponen refraksi yang dimiliki

    setiap individu, seperti lentikuler dioptrik dan kekuatan kornea, kedalaman anterior, dan

    "#, juga menyebabkan bell-shaped curve. "metropia sedang merupakan akibat dari

    kegagalan dari hubungan tiap komponen. Kelainan refraksi yang tinggi di gambarkan

    sebagai 72.++ sampai &.++ D, biasanya disebabkan oleh adanya hubungan dari

    ametropia. Kelomppok ini kemungkinan memiliki penyebab genetik yang berbeda.

    KOMPONEN GENETIK DARI REFRAKSI OKULAR 

    /efraksi di tentukan oleh komponen okular biometrik, seperti "#, kedalaman

    anterior chamber, lengkung kornea, dan tebalnya lensa. ecara terpisah, komponen ini

    dapat dinilai dari sisi sifat kuantitatifnya secara dekat bberhubungan terhadap fenotipe

    dari miopia. "da banyak artikel yang telah menelaaj tentang sifat komponen okular

    yang diturunkan.

    "!ial length merupakan kontributor terbesar dalam menentukan kelainan

    refraksi. ejumlah penelitian telah melaporkan adanya hubbungan yang terbalik antara

    "# terhadap refraksi (mata yang lebih panjang, cenderung mengami kelainan refraksi

     berupa miopia). "!ial length pada populasi orang deasa yang mengalami miopia

    menunjukkan adanya distribusi yang bimodal, dengan adanya puncak kedua dari

     peningkatan dari "# berhubungan dengan miopia yang tinggi (8& D dalam *2 mm dan

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    4/23

    9 & D dalam + mm). :al ini menggambarkan baha miopia dengan & D atau lebih

    menggambarkan adanya deviasi dari distribusi normal dari "# dan hal ini bukan lah

    sesuatu yang fisiologis.

    Diperkirakan tingkat keturunan dari "# berkisar dari 2+; sampai 62;. ebuah

     penelitian dari keluarga besar sardinian menemukan adanya bukti yang paling kuat

    yaitu hubungan pada kromosom *p*2, dengan nilai likeli-hood of the odss (#

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    5/23

    adanya definisi yang bervariasi pula terhadapp miopia, tetapi di " pada poppylsai

    deasa diperkirakan prevalensinya adalah *3;, hal ini telah didukung oleh berbbagai

    macam penelitian. 1erempuan dilaporkan memiliki onset yang lebih dini dan sedikit

    lebih banyak dalam jumlah prevalensi dibandingkan laki&laki. "sia amerika dan

    hisppanik memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibanding kuit putih atau "frika

    "merika. 1opulasi Cina dan jepang memiliki prevalensi yang sangat tinggi pada miopia,

    yaitu lebbih dari 3+; sampai 0+;, ?ahui "shkena>i, khususnya dari golongan plaki&

    laki ortodok menunjukkan adnaya prevalensi yang tinggi dibanding populasi kulit putih

    di " dan eropa.

    @iopia onset juvenile kebanyakn muncul dan berkembang pada saat usia '+ dan

    ' tahun, dimana patologis atau miopia derajat tinggi biasanya mulai berkembang pada

     periode perinatal dan ini dihubungkan dengan adanya kelainan refraksi yang cepat

    terjadi sebelum usia '+ sampai '* tahun. @iopia derajat sedang onset juvenile

    kebanyakan berkembang pada usia 4 sampai ' tahun.

    @iopia tinggi (kekuatan refractive sphreical adalah &3 atau lebih tinggi)

    merupakan penyebab utama dari penyakit rabun di banyak negara berkembang. Kondisi

    ini menyerang *0; sampai ; dari semua mata yang mengalami miopia, dan kondisi

    ini terjadi sebanyak ',0; sampai *; pada populasi umum yang ada di ", mioppia

    tinggi biasanyab sering terjadi di "sia. Di Aepang, miopia patologis atau miopiatinggi

    dilapporkan menyerang ; sampai '4; pada pppopulasi dengan miopia dan ';

    sampai *; dari populasi umum. 1erbandingan prevalensi dari negara berbeda

    menunjukkan adanya keberagaman tetapi meyakinkan kita baha miopia terjadi secara

    signifikan pada ppopulasi yang ada di bbanyak negara.

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    6/23

    Moridi!as Ok"li

    %anyak peneliti yang telah melaporkan hubunbgan dari miopia tinggi dengan

    katarak, galukoma, retinal detachment, dan stafiloma posterior dengan perubbahan

    retinal yang bersifat degeneratif. @iopia tinggi dihubungkan dengan adanya elongasi

    yang progesif dan berlebihan dari bola mata, yang mungkin dibarengi dengan adanya

     perubahan degeneratif di sklera, koroid, bruch membrane, pretinal pigment epithelium

    (/1B), dan neural retina. ejumlah perubbahan pada funduskoppi ppada stafiloma

     posterior terjadi pada miopia tinggi, diantaranya atropi dari /1B dan koroid, adanya

    retakan ppada bruch membrane, perdarahan subretina, dan neovaskularisasi koroid

    (C). Dari beragan lesi pada fundus ini, makular C merupakan komplikasi

    mipoppia tinggi yang paling mengancam penglihatan. 1enelitian klinsi dan

    histopatologis telah mencatat C terjadi dalam 2; sampai ''; kasus miopia tinggi.

    /isiko munculnya C sekitar * kali lipat pada mata miopia dengan ' sampai * D, 2 kali

    lipat dengan sampai 2 D, dan 6 kali lipat dengan 3 sampai D. %buruknya

     penglihatan setelah terjadi C pada miopia jarang terjadi dan biasanya banyak terjadi

     pada pasien muda.

    /isiko terjadinya ablasio retina diperkirakan menjadi sampai 0 kali lebibb

     besar pada orang dengan miopia lebbih dari 3D dibandingkan dengan yang kurang dari

    3D. @iopia antara 3 dan '+D dihubungkan dengan peningkatan '3&3 kali lipat risiko

    terjadinya ablasio retina. /isiko terjadinya ablasio retina diperkirakan sebbanyak ',;

     pada pasien miopia dengan D dan 6,; lebih dari 3 D. @iopia dengan adanya lattice

    degerasi dan lebih dari 3D memiliki risiko 3,6; untuk mengalami ablasio retina.

    1prevalensi dari lattice egeneration meningkat dengan meningkatkan tingkatan dari

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    7/23

    miopia yang dapat diukur menggunakan "#. Elaukoma ditemukan sebanyak ; ppada

     pasien dengan miopia yang memiliki "# kurang dari *,3 mm, dan ''; dengan "#

    antara *,3 dan ,3 mm, dan *4; pada "# yang lebih panjang.

    Peran lin#k"n#an Ter$adap Perke%an#an Miopia

    1revalensi miopia pada sejumlah populasi meningkat secara dramatis dari satu

    generasi ke generasi modern yang bersifat industri dan peningkatan pendidikan seperti

    sekarang ini. @enilai adanya faktor keturunan dalam perkembangan miopia mungkin

    dapat juga disebabkan oleh adanya pola asuh orang tua terhadap anak yang dapat

    dihubungkan dengan miopia, seperti bekerja lebih sering (contoh membbaca). 1enelitian

    obbservasional dari faktor risiko tidak secara lengkap menjelaskan tentang peran dari

    keturunan dalam keluarga terhadap miopia. amun, terdapat penilaian dari efek ko

    founding dan interaksi antara faktor keturunan dan lingkungan pada kasus miopia onset

     juvenile. %ekerja dengan melihat terlalu dekat tidak memiliki hubungan pada miopia

    yang terjadi pada anak dan orang tuanya, hal ini mengindikasikan baha anak tidak

    mengalami mipoia karena kebiasaan membaca ayahnya. ?ang lebih penting, tidak ada

    hubungan yang signifikan antara miopia pada orang tua dengan aktivitas melihat dengan

     jarak dekat5 membaca secara lemah dihubbungkan dengan miopia pada sejumlah orang

    tua. 1enemuan ini mengindikasikan baha anak miopia diturunkan oleh orang tua

    karena adanya peran dari genetik.

    @iopia sedang sampai berat dappat disebabkan oleh adanya gangguan optik

    lokal pada perkembangan mata. Kualitas gambar ditentukan oleh panjang fokal dan

    dikendalikan oleh retina, yang kemudian akan memberikan sinyal kepada jaringan

    okular untuk membbuat atau membatasi elongasi dari a!is ppada bola mata. :al ini

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    8/23

    dilakukan pada modulasi eksperimental kelainan refraksi pada sejumlah hean

    (mamalia dan unggas). "da sejumlah yang belum dapat dipahami tentang aplikabilitas

    dari paradigma ppada ppenelitian ini terhadap miopia yang fisiologis pada manusia.

    Contohnya, gangguan artifisial pada penglihatan, seperti deprivasi, dapat dibandingkan

    dengan pstosis unilateral dan katarak kongenital. amun, ppada ppasien ini tidak selalu

    mengalami mioppia sebagai akibbat dari adanya deprivasi tersebut.

    Peran #ene!ik dala% perke%an#an Miopia

    1enelitian multiple familial aggregation melaporkan adanya hubungan yang

     positif antara miopia pada orang tua dan miopia yang terjadi pada anaknya, hal ini

    mengindikasikan adanya faktor keturunan dalam terjadinya miopia. "nak dengan

    riayat keluarga miopia, memiliki anterior chamber yang lebbih dalam, dan bilik

    vitreous yang lebih panjang bahkan sebelum mengalami miopia. ?ap dkk mencatat

     prevalensi dari miopia pada anak usia 0 tahun, dari 0,; orang tua tidak mengalami

    miopia, *,*; salah satu orang tua mengalami miopia, dan 23; kedua orang tua

    mengalami miopia, hal ini semakin menguatkan adanya peran genetik dalam miopia.

    1enelitian @ultipel familial mendukung adanya efek genetik untuk miopia.

     aiglin dan kolega melakukan analasis segregasi pada * keluarga perancis dengan

    miopia tinggi dan menentukan adanya autosomal dominant ("D) dalam sifat keturunan

     pada miopia. 1eningkatan risiko saudara dari orang yang mengalami miopia di

     bandingkan dengan prevalnsi poppulasi diperkirakan mencapai 2,6 sampai '6,4 untuk

    miopia tinggi (.&.++ sferis D), hal ini menentukan adanya basis genetik untuk kasus

    miopia tinggi dan adanya dasar genetik yang kuat untuk miopia rendah. "danya

    kejadian tinggi secara familial khususnya miopia baru dilaporkan oleh %eaver Dam Bye

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    9/23

    tentang pebnelitian populasi, yang menilai efek dari usia, jenis kelamin, dan pendidikan.

    "nalisis segregasi menunjukkan adanyab peran genetik yang multipel dibandingkan

    adanya efek genetik tunggal dalam terjadinya miopia.

    1enelitian pada orang kembar mendukung adanya bukti baha miopia itu

    diturunkan. ejumlah penelitian mencatat adanya peningkatan kelainan komponen

    refraksi ("l, lengkung kornea, dan kekuatan lensa) dalam kembar mono>igot

    dibandingkan dengan kembar di>igot. orsby dkk mencatat adanya hubungan koefisien

    untuk miopia adalah + pada pasangan kelompok kontrol, +.3 untuk kembar di>igot (2+

     pasang), dan hampir ',+ untuk kembar mono>ygot (04 pasang). 1enelitian pada saudara

    kembar ini mengestimasi adanya nilai keturuna yang tinggi untuk miopia (proporsi dari

    varian total fenotipe yang ada pada varian genetik) adalah +,3 sampai p+,6.

    Peneli!ian #ene!ik se&ara Molek"ler Pada Miopia

     banyak informasi yang ada ppada genetika molekul dari miopia nosnsindroma

     pada manusia dapat diambil dari penelitian tentang yang relatif sedikit melibatkan

    faktor keluarga yang mengalami miopia tinggi, niasanya didefinisikan sebbagai kelainan

    refraksi sferis lebih dari & D. ebuah F&linked yang bersifat resesif menyebabkan

    miopia, %ornholm (Denmark)eye disease, telah mendesain lokus pertama dari miopia

     pdi

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    10/23

    dan bukan miopia yang sederhana. "sal genetika dari masing masing keluarga

    cenderung dapat dibedakan karena memiliki haplotipe yang berbeda. 1enelitian terbaru

    yang dilakukabn oleh @ichaelides Dkk menunjukkan adanya perbedaan Xlinked cone

    dysfunction syndrome yang dihubungkan dengan fenotipe miopia tinggi hal ini berbeda

    dengan bornholm eye disease dalam 2 keluarga. Kelompok main mengidentifikasi lokus

    "D untuk miopia tinggi nonsyndrom dalam 0,&centimorgan (c@) regio pada

    kromosom '4p''.' (@?1*5

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    11/23

     pada keluarga kulit pputih di ". #okus pada kromosom F$*&$*3 dan 2G juga baru&

     baru ini telah diidentifikasi oleh Hhang dkk di keluarga etnis China. emua lokus di

    identifikasi untuk diisolasi pada miopia tinggi nonsindroma baik yang "D atau F&

    linked.

    etidaknya pada * penelitian telah menunjukkan adanya sejumlah atau tidak

    adanya hubungan dari miopia onset juvenile (miopia ringan sampai sedang) pada

     banyak lokus miopia tinggi. @utti dkk menyatakan genotipe 3 umumnya ada pada

    keluarga miopia (setidaknya dengan ' anak miopia lebih dari &+,03 D dalam tiap

    meridian) menggunakan intrainterval nilai #

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    12/23

    Individu dengan sekurangnya &'D diklasifikasikan sebagai miopia kelainan refraksi

    sferis. inyak terkuat berlokasi pada kromosom **$'* (logaritmh of the odds J#ygotdengan

    mioppia sedang dan menemukan adanya hubunga yang signifikan ppada 2 lokus,

    dengan nilai maksimum dari #i dengan minimal anggota keluarga yang mengalami

    mipopia. ilai maksimum #

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    13/23

    refraksi okular an 18+,+3 untuk refraksi log&transformed, menguatkan bukti terhadap

    hubungan refraksi terhadap lokus ini. =abel ' adalah daftar dari lokus miopia yang telah

    di identifikasi yang telah diterbitkan di

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    14/23

    menyimpulkan baha pengalaman dari melihat memiliki peran penting dalam

     perkembangan mata.

    @iopia yang diakibatkan dalam penelitian eksperimen di dapatkan oleh

    sejumlah hal, seperti bentuk dari deprivasi, defokus optik akibat lensa, kondisi

    lingkungan visual yang terbatas. Deprivasi yang diakibatkan oleh jahitan kelopak mata

    yang unilateral atau dengan pemasangan dari translucent occluder mengeliminasi

    frekuensi spasial yang lebih tinggi dan menurunkan kontras dari gambar yang di

     proyeksi ke dalam retina sehingga menyebabkan transmisi yang terbatas dari cahaya

    kedalam retina. Deprivasi secara luas digunakan untuk miopia yang diinduksi dalam

    eksperimen dan hak ini secara konsisten berhasil dalam meningkatkan "# dengan

     proses elongasi pada bilik vitreous.

    =ekhnik menjahit keloppak mata telah di improvisasi untuk menentukan efek

    kofounding terhadap gangguan pada lengkungan kornea. 1emasangan translucent

    occluders menjadi metode pilihan. #ensa minus dapat menyebabkan elongasi dari aksis

    mata. #ensa plus telah menunjukkan adanya aksi yang bertolak belakang terhadap

     penurunan angka elongasi dari "# pada ayam.

    Ide pemulihan muncul dari miopia yang diinduksi, dilaporkan baha aksial

    elongasi pada ayam yang diakibatkan oleh deprivasi mengalami ppemulihan saat cahaya

    diberikan kembali pada hean yang masih muda. 1eneliti ini juga menyarankan bbaha

     pemulihan ini berhubungan terbailik dengan usia dan dibantu oleh adanya mekanisme

    emmetropisasi yang aktif. 1aradigma ini dijelaskan secara rinci pada gambar '.

    @ekanisme emetropisasi di kendalikan mulai dari retina, dimana sejumlah neuron

    (mungkin sejumlah sel amakrin) mendeteksi adanya gambar fokus vs gambar tidak

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    15/23

    fokus. "danya defokus hyperopik yang konstan terbentuk (across species) memproduksi

    sinyal retina yang leat, kaskade sinyal sampai sekarang masih belum dimengerti

    dengan jelas, melalui /1B dan koroid untuk remodeling matriks ekstraseluler dari

    sklera dan menyebabkan elongasi aksial. :al ini akan mengurangi defokus hiperopik

    sehingga sistim umpanbalik ini terbatas, dan menyebabkan kesamaan "# terhadap

    kekuatan optik. Een yang di ekspresikan pada retina, /1B, koroid atau sklera terlibat

    dalam proses emetropisasi yang normal kemungkinan juga terlibat dalam perkembangan

    miopia melalui ekpresi yang ireguler sehingga mekanisme emetropisasi terganggu,

    menyebakan elongasi pada mata dan menjadi miopia.

    -aktor yang meregulasi angka dan durasi dari perkembangan mata pada tikus

    diketahuo ada * lokus (Bye' dan Bye*) yang bertanggung jaab terhadap faktor genetik 

    yang menyebabkan miopia. /egio homolog ppada manusia dari synteny merupakan

    kromosom p, '$'. dam '6$' untuk Bye* dan kromosom 0$ untuk eye'. #okus

     ppada manusia ini telah di teliti sebagai kandidat gen yang potensial dalam terbentuknya

    miopia.

    Dua kelompok indeppenden baru&baru ini telah menemukan kandidat gen

     berasal dari hean dan menemukan signifikan secara statistik adanya hubbungan dari

    gen kandidat 1 dengan miopia tinggi di penelitian kohort pada manusia yang bersifat

    respektif. :an dkk melakuakan analisis family&based yang berhubungan dengan gen

    hepatosit groth factor (:E-) polimorfik menggunakan '*4 nuklear keluarga china

    dengan marga :an dan ' miopia yang berat. :E- meruppakan sitokin yang penting

    dan bersifat multifungsi, dia di ekspresikan di mata, dan berada pada kromosom 0$*'.'

    lokus dari Bye'. :E-3&3b&taggeg pada 1 ditemukan secara signifikan dihubungkan

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    16/23

    dengan miopia tinggi sebagai sifat kuantitatif, dominan, dan model resesif dan miopia

    tinggi dipertimbangkan sebagai dikotomi dari sifat kualitatif tersebut. #in dkk. =elah

    melakukan penelitian case kontrol hubungan 1 untuk menganalisis trasnforming

    groth factor beta' dibandingkan pada *+' cina taian dengan miopia tinggi pada

    orang deasa dengan 4 orang dari kelompok kontrol. =ransforming groth factpor

     beta ' merupakan faktor trasnkripsi dan dapat memodulasiproduksi dari ekrtaseluler

    matriks. Dia merupakan regulator perkembangan dari kondrosit pada sklera dan skleral

    fibroblast yang dapat memengaruhi bentuk, seperti "#. gen =E-%' berada pada

    kromosom '6$'.'&$'. pada lokus Bye*.

    GENETIKA DARI 'IPEROPIA

    Peran #ene!ik dari Perke%an#an 'iperopia

    Dalam pedigre hiperopia tinggi merupakan penyakit yang diturunkan melalui

    autosomal resesif ("/). =ingkat yang bervariasi dari ekpresitifitas dapat terlhiat pada

     pedigree yang sama. -rekuensi relatif dari sifat keturunan dan peran dari komponen

    refraksi masih belum diketahui.

    *en!"k spesial dari $iperopia +an# eks!ri% , Nanopp$!al%os

     anophtalmos merupakan kelainan dari perkembangan mata yang langka dan

    memiliki karakteristik adanya hiperopia yang ekstrem, dengan kelainan refraksi antar

    74,++ sampai 7*3,++ D. Kornea dan lensa berada dalam bentuk dan ukuran yang

    normal. :iperopia terjadi karena adanya ppertumbuhan yang tidak cukup pada visual

    a!is. @ata nanopthalmis menunjukkan adanya penebalan dari vaskular koroidal bed dan

     pembungkus dari sklera, yang menukung nutrisi dan struktur yang mendukung retina.

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    17/23

    1enebalan pada jaringan ini merupakan gambaran yang umum pada hipperopia a!ial,

    dimana kondisi ini berlaanan pada miopia.

    Dua lokus genetik telah berhasil diidentifikasi pada hiperopia tinggi5 "D

    nanophthalmos (

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    18/23

    kekurangan @-/1 masih dapat memiliki refraksi yang baik, memiliki temuan

    elektroretinograpi yang baik. Een @-/1 tampaknya menjadi hal yang utama dalam

    mengatur "# pada mata. 1ada perubahan dasar dari ultrasturktur kolagen fibrin dan

    metabolisme sulfated proteoglycan yang telah dicatat dalam ekplantasi sklera,

    nanopthalmos sebelumnya telah sebagai defek pprimer pada jaringan ikat. =emuan ini

    memperkenalkan sudut pandang yang berbeda pada regulasi perkembangan mata. =abel

    * daftar hiperopia yang telah diidentifikasiNnanopthalmos lokus yang telah di laporkan

    di

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    19/23

    kasus cukup rendah. Eambaran populasi dan perbedaan jenis kelamin antara tingkat

    keturunan diestimasi sama dengan penelitian sebelumnya pada populasi kelainan

    refraksi silindris.

    =eikari dkk menggunakan data dari -innish =in Cohort tudy untuk

    mebandingkan pasangan kembar pada sati atau keduanya yang memiliki astigma. 0+

     pasang kembar (2* mono>igot dan + di>igot) telah diteliti. Kelainan refraksi dan

    informasi astigma didapatkan dari menanyakan pada kembar yang mengirim resep

    kacamata pada peneliti. :ubungan antara kembar mono>igot terhadap astigma tidak

    setinggi hubungan antara kembar di>igot. 1erbedaan antara astigma pada kembar

    mono>igot secara statistik tidak berbeda dengan kembar pada di>igot. :al ini

    mengindikasikan baha faktor genetik tidak berkontribusi terhadap astigma, fakto

    lingkungan menjadi kontributor utama dalam kasus astigma.

    Clementi dkk melakukan analisis segregasi yang kompleks dengan

    menggunakan data yang baik dari sisi geograpis dengan sampel '*3 nuklear pada pasien

    yang mengalami astigma. 1rogram analisis tidak dapat membedakan antara model

    genetik yang alternatif, dan hanya hipotesis dari tidak adanya penularan secara

    keturunan yang dapat ditolak. etelah menyimpulkan nilai variabel keparahannya,

    merreka mendapatkan hasil yang mendefinsikan model genetik untuk astigma kornea

    dan mendukung bukti dari lokus seingle major yang diturunkan. Dari hasil ini dapat

    disimpulkan baha penelitian tentang hubungan genetik dapat di implementasikan dan

    terbatas pada kelompok keluarga yang multipple! dengan pasien yang mengalami

     penyakit yang parah. "utosomal dominan yang diturunkan merupakan hal yang favorit

    untuk diteliti.

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    20/23

    *en!"k spesial dari As!i#%a!is%a korna , kera!okon"s

    Keratokonus merupakan gangguan yang progresif pada penebalan dari kornea

    dan pproturberansia dan meningkatkan astigma dengan penurunan ketajaman

     penglihatan merupakan gejala klinisnya. :al ini merupakan indikasi utama untuk

    transplantasi kornea di dunia barat.

    ejumlah penelitian tentang pedigree menyatakan keratokonus diturunkan secara

    "D atau "/. Inhalainen menemukan adanya kasus keratokonus yang multipel ppada '6

    dari '+' keluarga, penelitian ini dilakukan di finlandia utara dan ppada 3 dari 34

    keluarga di selatan finlandia. 1ada *2 dari *4 keluarga yang multipleks, sifat dari

    turunan adalah "D, dengan penterasi yang inkomplit. Kennedy dkk menemukan

    keratokonus kurang dari ; dari saudara profandus . /abinoit> dkk telah meneliti

    generasi dari sebuha keluarga. Keratokonus dideteksi pada 4 dari '3 anggota keluarga,

    dengan penularan yang vertikal secara konsisten dengan sifat turunan berupa "D. Mang

    dkk. @elakukan penelitian pada keluarga untuk menginvestigasi peran genetik terhadap

     perkembangan keratokonus. 1revalensi yang diperkirakan pada derajat pertama

    hubungan saudara adalah ,2; (2'N'**), dimana hal ini lebih tinggi '3 sampai 0

    kali lebih tinggi dibanding pada ppopulasi umum (+,+3;&+,*;). :ubungan sepupu

    dan orang tua (rL+,+ dan +,**)secara signifikan lebih besar dari pada hubungan marital

    (rL+,'2). "nalisis segregasi pada 63 keluarga tidak menolak adanya gen model utama5

    model yang ppaling banyak dilteliti adalah memiliki riayat tururnan dengan sifat "/.

    ejumlah lokus dalam kasus keratokonus telah berhasil di identifikasi, dan ' gen

    telah berhasil ditemukan. alah satu bentuk dari keratokonus (K=C') disebabkan oleh

    adanya mutasi pada sistim visual homeobo! ' gen (F'5

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    21/23

    kromosom *+. @utasi pppada gen ini juga dihubungkan dengan distropi polimorfus

     posterior. #okus lainnya dalam kasus keratokonus telah di petakan pada kromosom

    '$**.&$*.' (K=C*5

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    22/23

    @utasi pada gen keratocan (KB/"5

  • 8/18/2019 Translate sffvdsgb

    23/23

    kira&kira pada '++ base pasangan genome pada manusia. 1 terjadi pada regio gen

    koding dan dalam regio intervening (introns). 1 merupakan sesuatu yang biner, dan

     bersifat otomatis. 1ada akhirnya, pada kondisi yang berlaanan terhadap marker yang

    lebih mudah bermutasi , seperti pada mikrosatelit, 1 memiliki angka yang rendah

    terhadap mutasi yang rekuren, membuat mereka dapat menjadi indikator yang stabil

    dalam riayat penyakit pada manusia. #ebihb dari 2 juta 1s telah diidentifikasi dan

    terdapat ppada data publik, seperti pada db1. #ebih dari jutaan 1s telah

    ditemukan, usaha dari International :ap@ap pproject terus berlangsung untuk

    menemukan secara cepat set baru dari 1 yang telah divaliasi untuk dapat di analisis.

    1enelitian menggunakan 1 untuk ppenyakit yang kompleks telah berhasil

     baru&baru ini pada komuniast