Bab 1-2 Selesai

52
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU) Sanitasi Tempat-Tempat Umum merupakan gabungan dari dua kata dengan pengertian yang berbeda yaitu sanitasi dan Tempat-Tempat Umum. Pengertian Sanitasi menurut WHO ialah : “The control of all those factors in man’s physical environment with exercise a deleterious effect on his physical development, health and survival”, dapat diartikan secara bebas sebagai upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh berbahaya terhadap perkembangan jasmani, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia. Sedangkan Tempat-Tempat Umum menurut Departemen Kesehatan RI adalah: Tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta, perorangan, yang dilangsungkan oleh masyarakat mempunyai tempat-tempat dan kegiatan tetap, serta memiliki fasilitas. Dari kedua pengertian tersebut dapat bahwa Sanitasi Tempat-Tempat Umum adalah suatu upaya pengendalian/pengawasan terhadap faktor-faktor yang dapat menganggu perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia yang ditimbulkan oleh tempat-tempat yang digunakan untuk kegiatan umum. 1

Transcript of Bab 1-2 Selesai

Page 1: Bab 1-2 Selesai

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU)

Sanitasi Tempat-Tempat Umum merupakan gabungan dari dua kata dengan

pengertian yang berbeda yaitu sanitasi dan Tempat-Tempat Umum.

Pengertian Sanitasi menurut WHO ialah : “The control of all those factors in

man’s physical environment with exercise a deleterious effect on his physical

development, health and survival”, dapat diartikan secara bebas sebagai upaya

pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh

berbahaya terhadap perkembangan jasmani, kesehatan, dan kelangsungan hidup

manusia. Sedangkan Tempat-Tempat Umum menurut Departemen Kesehatan RI

adalah: Tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah,

swasta, perorangan, yang dilangsungkan oleh masyarakat mempunyai tempat-tempat

dan kegiatan tetap, serta memiliki fasilitas.

Dari kedua pengertian tersebut dapat bahwa Sanitasi Tempat-Tempat Umum

adalah suatu upaya pengendalian/pengawasan terhadap faktor-faktor yang dapat

menganggu perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia yang

ditimbulkan oleh tempat-tempat yang digunakan untuk kegiatan umum.

B. Peranan Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Tempat-Tempat Umum dalam masyarakat atau orang banyak berkumpul dan

melakukan banyak berbagai aktifitas, mempunyai potensi besar dalam terjadinya

penyakit maupun timbulnya gangguan kesehatan lainnya.

Pengawasan dan pemeriksaan yang teratur khususnya di bidang sanitasi pada

semua jenis Tempat-Tempat Umum perlu dilakukan secara baik dan benar, terus

menerus dan berkesinambungan. Dengan demikian sanitasi Tempat-Tempat Umum

dapat ditingkatkan, sehingga kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit dan

timbulnya gangguan kesehatan lainnya melalui Tempat-Tempat Umum dapat dicegah

1

Page 2: Bab 1-2 Selesai

dan dikendalikan. Tempat-Tempat Umum yang dikelola secara saniter akan mendapat

penilaian yang memuaskan diri para pengunjung. Hal ini merupakan suatu promosi

yang baik dan akan sangat menguntungkan baik dari segi bisnis maupun dalam

menunjang perkembangan pariwisata.

Dengan demikian Sanitasi Tempat-Tempat Umum berperan dalam :

1. Menjamin keadaan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan antara lain adanya

penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan limbah, sampah,

perlindungan terhadap serangga dan binatang pengganggu, pencahayaan, ventilasi,

yang memenuhi syarat serta terpeliharanya keadaan fisik bangunan dan fasilitasnya.

2. Memberikan jaminan psikologis pada masyarakat pengunjung maupun masyarakat

sekitarnya berupa rasa aman (secure), dan kenyamanan (comfort).

3. Mempromosikan Tempat-Tempat Umum tersebut.

C. Landasan Hukum

Dalam rangka pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum perlu adanya

landasan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sehingga pelaksanaan

pengawasan dan pemeriksaan sanitasi Tempat-Tempat Umum dapat berjalan lancar.

Landasan Hukum yang dapat dijadikan dasar untuk berpijak adalah :

1. UU No. 23 tahun 1992 pasal 22 pokok-pokok kesehatan

2. Kepmenkes 288/ Menkes/SK/ III/ 2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan

Bangunan Umum

3. Pasal 54 UU Parawisata No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang mengatur

Sertifikasi Hotel

4. PP No. 112 tahun 2007 tentang Penataan & Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modern

5. UU RI No. 26 tahun 2007 tentang Penata Ruang

6. Peraturan Pemerintah RI No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan

7. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2000 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air

2

Page 3: Bab 1-2 Selesai

8. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air

9. UU RI No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku

Mutu Air Limbah Domestik.

D. Aspek-Aspek dalam Penyelenggaraan Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Untuk penyelenggaraan Usaha Sanitasi Tempat-Tempat Umum perlu

memperhatikan 3 aspek penting, yaitu:

1. Aspek Teknis dan Hukum

Dalam penyelenggaraan Usaha Sanitasi Tempat-Tempat Umum petugas/

pelaksana perlu menguasai pengetahuan tentang aspek-aspek teknis dan hukum

yang meliputi persyaratan hygiene sanitasi (sanitary codes) dan sanitary items.

Pada dasarnya usaha Sanitasi Tempat-Tempat Umum merupakan suatu

usaha yang dilakukan untuk kepentingan bersama yaitu baik untuk masyarakat

umum maupun untuk pengusaha sendiri, demi menjamin kelangsungan usahanya.

Tujuan adanya peraturan perundangan-undangan dan persyaratan Tempat-

Tempat Umum adalah untuk membatasi agar Tempat-Tempat Umum tidak

membahayakan bagi masyarakat banyak, antara lain untuk mencegah terjadinya

kecelakaan maupun menjalarnya suatu penyakit.

Dengan adanya Peraturan Perundang-undangan akan dapat melindungi

serta membantu para petugas dalam menjalankan tugasnya. Selama Peraturan

Perundang-undangan banyak mengalami hambatan, hal ini disebabkan karena

beberapa faktor antara lain adalah :

a. Belum adanya pengertian dari pengusaha mengenai Peraturan/Per Undang-

undangan yang menyangkut usaha sanitasi Tempat-Tempat Umum dalam

kaitannya dengan kesehatan masyarakat

b. Belum adanya pengertian serta kesadaran baik dari pengusaha maupun

karyawan mengenai pentingnya usaha sanitasi Tempat-Tempat Umum untuk

menghindarkan terjadinya kecelakaan maupun penularan penyakit

3

Page 4: Bab 1-2 Selesai

c. Adanya sikap keberatan dari pengusaha untuk memenuhi persyaratan, karena

untuk memenuhi persyaratan tersebut memerlukan biaya extra

d. Adanya sikap apatis dari masyarakat tentang adanya peraturan/persyaratan dari

Tempat-Tempat Umum.

2. Aspek Sosial

Dalam pendekatan aspek sosial perlu penguasaan pengetahuan antara lain

tentang kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan,

komunikasi dan ekonomi.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri. Untuk

mempertahankan hidupnya, manusia akan bekerja sama dengan manusia lainnya.

Oleh karena itu, dalam rangka peningkatan usaha sanitasi Tempat-Tempat Umum

pendekatan yang digunakan dalam aspek ini adalah pendekatan edukatif :

Pendekatan aspek sosial dengan pendekatan edukatif ini ditujukan kepada :

a. Pengusaha dan karyawan Tempat-Tempat Umum

Pendekatan edukatif yang ditujukan pada pengusaha dan karyawan

bertujuan untuk memberikan pengertian dan kesadaran bahwa Tempat-Tempat

Umum yang menyelenggarakan tanpa memenuhi persyaratan hygiene dan

sanitasinya akan dapat menimbulkan bahaya bagi masyarakat, dengan demikian

pengusaha dan karyawan Tempat-Tempat Umum diharapkan akan menyadari

pentingnya upaya hygiene dan sanitasi berpartisipasi dalam upaya meningkatkan

sanitasi Tempat-Tempat Umum.

Partisipasi aktif dari pihak pengusaha sebagai unsur penentu dan

pengawas langsung dari Tempat-Tempat Umum sangat diperlukan dalam rangka

menjamin kesehatan karyawan, pengunjung dan masyarakat pada umumnya.

Tanpa adanya partisipasi dari pengusaha maupun karyawan maka usaha

peningkatan sanitasi Tempat-Tempat Umum tidak mungkin berhasil.

b. Masyarakat

Masyarakat umum dan masyarakat pengunjung Tempat-Tempat

Umum khususnya perlu diberi pengertian dan kesadaran tentang usaha sanitasi

4

Page 5: Bab 1-2 Selesai

Tempat-Tempat Umum, dengan adanya pengertian dari pengunjung bahwa

Tempat-Tempat Umum yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan

terjadinya kecelakaan dan menyebarkan penyakit, maka pengunjung/masyarakat

akan berusaha untuk senantiasa memelihara sanitasi Tempat-Tempat Umum.

3. Aspek Administrasi dan Manajemen

Sanitasi Tempat-Tempat Umum akan berhasil dengan baik apabila dalam

pengelolaan dan peraturannya memperhatikan aspek administrasi dan manajemen,

sebagai dasar pendekatan administrasi dan manajemen perlu memperhatikan fungsi

manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,

pengawasan beserta unsur-unsurnya yang menyangkut manusia, dana, bahan, cara

dan teknik (5 M = Man, Money, Material, Method and Machine).

Untuk mencapai hasil yang baik perlu adanya kerja sama lintas program

dan lintas sector. Oleh karena itu, dalam perencanaan atau pelaksanaan program

sanitasi Tempat-Tempat Umum perlu melibatkan instansi/lembaga yang terkait.

5

Page 6: Bab 1-2 Selesai

BAB II

KEGIATAN SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM

A. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Sebagaimana telah disebutkan pada Bab Pendahuluan, Tempat-Tempat Umum

adalah suatu tempat dimana orang banyak/masyarakat umum melakukan kegiatan baik

yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta maupun perseorangan. Oleh

karena itu, tempat kegiatan tersebut akan memungkinkan timbulnya penyakit, baik

penyakit yang menular maupun penyakit yng tidak menular bahkan dapat juga terjadi

kecelakaan. Untuk mencegah timbulnya penyakit maupun terjadinya kecelakaan di

Tempat-Tempat Umum maka perlu dilakukan pengawasan dan pemeriksaan yang

berkesinambungan.

Yang dimaksud dengan pemeriksaan itu sendiri adalah kegiatan melihat,

menyaksikan serta mengamati secara langsung di tempat serta memberikan petunjuk

dan saran-saran perbaikan.

1. Tujuan Pengawasan

Ada dua tujuan dalam pengawasan sanitasi Tempat-Tempat Umum yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan Umum

Untuk mewujudkan kondisi Tempat-Tempat Umum yang memenuhi syarat

kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya

penularan penyakir dan terjadinya kecelakaan serta tidak menyebabkan

gangguan terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya.

b. Tujuan Khusus

1) Agar pengunjung Tempat-Tempat Umum menggunakan dan memelihara

fasilitas sanitasi yang tersedia di Tempat-Tempat Umum tersebut.

2) Agar pengelola/penanggung jawab Tempat-Tempat Umum dengan upaya

sendiri menciptakan sanitasi Tempat-Tempat Umum yang dikelolanya.

6

Page 7: Bab 1-2 Selesai

2. Ruang Lingkup Pengawasan

Ruang Lingkup Sanitasi Tempat-Tempat Umum dapat dikelompokkan

berdasarkan jenisnya, yaitu :

a. Tempat-Tempat Umum yang berhubungan dengan sarana pariwisata :

1) Hotel/Penginapan

2) Kolam renang, Pemandian umum

3) Restoran/Rumah Makan

4) Bioskop

5) Taman Wisata Lainnya

6) Taman Hiburan

b. Tempat-Tempat Umum yang berhubungan dengan sarana perhubungan :

1) Pasar

2) Tempat Ibadah

3) Salon Kecantikan

4) Barber Shop

5) Supermarket

6) Kantor Pos, dll.

Langkah-langkah dalam pengawasan sanitasi Tempat-Tempat Umum

adalah :

a. Identifikasi masalah sanitasi Tempat-Tempat Umum

Bertujuan untuk mencari permasalahan hygiene sanitasi Tempat-Tempat

Umum yang dilihat atau diperiksa, dengan jalan melaksanakan “orientasi

keadaan hygiene sanitasi secara garis besar” (survey pendahuluan).

Dalam mengidentifikasi masalah hygiene sanitasi Tempat-Tempat

Umum, perlu dilakukan :

1) Pencatatan tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah umum dari

Tempat-Tempat Umum adalah masalah yang dibuat secara garis besar.

Adapun yang dimaksud dengan masalah umum dari Tempat-Tempat Umum

adalah masalah yang menjadi ciri khas itu sebdiri adalah masalah yang tidak

mudah diatasi.

7

Page 8: Bab 1-2 Selesai

Sebagai contoh :

Sebuah hotel yang terletak di dekat pantai akan mengalami kerusakan-

kerusakan khususnya barang-barang yang terbuat dari logam sehingga

akan terjadi perkaratan karena uap air laut (asin).

Sebuah hotel yang terletak di dekat pantai mengalami pengotoran dari

luar dan lain-lain jenis lumu, serta akan mengalami gangguan dari

serangga.

2) Mengadakan orientasi/observasi dengan cara :

Wawancara dengan manager/petugas tempat-tempat umun

Peninjauan lapangan : dimulai dari bagian luar (external area), kemudian

bagi dalam (internal area) dari Tempat-Tempat Umum

Penekanan orientasi/observasi dilakukan dengan menitik beratkan

perhatian kepada “public area” (wilayah untuk umum) baik “internal

public area”.

Langkah pelaksanaan orientasi/observasi sebagaimana tersebut di atas

apabila kita jabarkan lebih lanjut maka pelaksanaannya akan meliputi beberapa

hal yaitu:

1) Datang ke tempat (on the spot checking)

2) Memelihara/meninjau tempat umum secara garis besar

3) Mengetahui garis besar keadaan sanitasi senyatanya

4) Identifikasi dan sensus masalah umum sanitasi

5) Dicatat dan dilaporkan

B. Pemeriksaan Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Dalam rangka memeriksa sanitasi Tempat-Tempat Umum terdapat 2 langkah

yang perlu dilaksanakan yaitu persiapan dan pelaksanaan pemeriksaan.

1. Mengadakan survey wilayah

Tindakan pokok yang harus dilaksanakan yaitu :

Membagi wilayah tempat umum yang akan diperiksa menjadi unit

wilayah.

8

Page 9: Bab 1-2 Selesai

Contoh :

Hotel sebagai tempat umum maka dapat dibagi menjadi unit-unit areas, antara

lain: kamar tamu, ruang tunggu, dapur, restoran hotel, dll.

Pemangkas rambut dapat dibagi atas unit-unit areas antara lain : ruang tunggu,

ruang pangkas, urinoir, dll.

Perlu diketahui bahwa unit wilayah yang ada pada tempat umum yang

satu sengan tempat umum selalu tergantung dari jenis tempat umum yang

diperiksa juga tergantung dari besar kecinya tempat umum sejenis.

Contoh :

Tidak sejenis :

Unit wilayah bioskop adalah ruang pertunjukkan dan ruang tunggu.

Unit Wilayah hotel ruang tamu, ruang dapur dan kamar.

Sejenis :

Unit wilayah dapur hotel kecil yaitu pantry (dapur kecil) dan gudang

makanan.

Unit Wilayah dapur hotel besar yaitu “pantry”, “pastry”, “bakery”,

stewarding room” (ruang dapur karyawan), gudang makanan, dll.

2. Membagi unit wilayah menjadi sub unit wilayah

Unit wilayah masih dapat dibagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih

kecil disebut sub unit wilayah.

Contoh :

Hotel mempunyai unit-unit wilayah, salah satu diantaranya adalah kamar tamu

hotel. Untuk hotel yang bertingkat nasional/internasional, kamar tamu tersebut

masih dapat dibagi lagi menjadi sub unit wilayah sebagai berikut, yaitu ruang

tidur, kamar mandi/toilet, dll.

3. Mencari dan menentukan “sanitary item”

Sanitary Items adalah semua hal yang terdapat dalam unit wilayah

Tempat-Tempat Umum, yang mempunyai nilai sanitasi (item of sanitary

importance).

9

Page 10: Bab 1-2 Selesai

Adapun yang dimaksud dengan “item yang mempunyai nilai sanitasi”

adalah semua hal yang dapat dinilai dari 2 segi yaitu :

a. Segi kebersihannya

b. Segi persyaratan (sanitary codes)

Contoh :

Piring, gelas dan lain-lain adalah sanitary item, karena piring dan gelas dapat

dinilai dari segi kebersihannya maupun segi persyaratannya. Piring dan gelas yang

kotor tidak memenuhi kebersihan, sedangkan piring dan gelas yang tidak retak

tidak memenuhi persyaratan.

Untuk item-item ini sudah jelas bahwa Tempat-Tempat Umum yang satu

dengan Tempat-Tempat Umum yang lain ada yang sama maupun ada yang tidak

sama. Semakin besar Tempat-Tempat Umum dan semakin banyak kegiatan, maka

biasanya makan banyak pula item-itemnya. Semakin besar tempat-tempat umum

dan semakin banyak kegiatan, maka biasanya semakin banyak pula item-itemnya.

4. Menyusun rancangan formulir pemeriksaan sanitasi (sanitary inspection sheet)

Untuk mengadakan pemerikasaan sanitasi tempat -tempat umum, terlebih

dahulu harus mempersiapkan/menyusun formulir pemeriksaan sanitasi Tempat-

Tempat Umum dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pengumpulan data tentang “sanitary items” yang ditemukan di unit-unit dan

sub unit wilayah tempat umum.

Jumlah dan jenis “sanitary items” yang ditemukan di masing-masing unit dan

sub unit wilayah Tempat-Tempat Umum yang sama dan sejenis adalah tidak

sama. Hal ini disebabkan karena hal-hal sebagai berikut :

1) Besar kecilnya tempat-tempat umum

2) Titik berat kegiatan tempat-tempat umum

3) Metode dan cara kerja yang dilakukan di tempat-tempat umum

4) Modernisasi peralatan yang digunkan di masing-masing tempat umum

5) Macam tamu yang dilayani (bangsa Eropa, Amerika, Thionghoa ataupun

bangsa Indonesia sendiri).

10

Page 11: Bab 1-2 Selesai

b. Dari data “sanitary items” yang diperoleh, disusun formulir pemeriksaan

sanitasi (sanitary inspection sheet), formulir sanitasi Tempat-Tempat Umum

tersebut minimal harus memuat :

1) Jenis tempat umum yang diperiksa

2) Nama tempat umum yamg diperiksa

3) Alamat

4) Nama pemilik/penanggungjawab

5) Jumlah karyawan

6) Surat izin

7) Pemeriksaan ke

8) Tanggal pemeriksaan

9) Unit teritorial yang diperiksa

10) Sub unit teritorial yang diperiksa bila ada

11) Pemeriksaan minggu ke berapa dan bulan yang bersangkutan

12) Ada kolom untuk penilaian kebersihan (K) dan kolom untuk pemeriksaan

persyaratan (P)

13) Jumlah item yang diperiksa

14) Keadaan persyaratan (% persyaratan) dan jumlah P (-)

15) Keadaan kebersihan (% kebersihan) dan jumlah K (-)

16) Keadaan sanitasi rata-rata pada saat bulan pemeriksaan

17) Kesimpulan : maju (progress), mundur (regress) atau tetap (constant)

18) Tanggal pemeriksaan

19) Nama/tanda tangan pemeriksa

Perlu diketahui bahwa formulir pemeriksaan tersebut masih dapat

dilengkapi lagi. Namun kemudian dalam perhitungan mencari keadaan

sanitasi pada Tempat-Tempat Umum minimal data tersebut harus ada. Contoh

formulir pemeriksaan sanitasi Tempat-Tempat Umumdan formulir saran-saran

perbaikan dapat dilihat pada lampiran.

Contoh pelaksanaan pemeriksaan :

11

Page 12: Bab 1-2 Selesai

Setelah kita mengadakan langkah-langkah pemeriksaan selanjutnya

adalah langkah pelaksanaan pemeriksaan. Dalam langkah pelaksanaan

pemeriksaan ada 2 tindakan yang dikerjakan, yaitu :

a. Penilaian

1) Pengertian penilaian

Penilaian adalah pengujian dari sesuatu hal dengan menggunakan alat

pengukur atau standar ukuran tertentu yang diisyaratkan. Ada 2

macam obyek pilihan, yaitu :

(a) Kebersihan (clean Iness)

Pada dasarnya penilaian kebersihan ini sifatnya subyektif, karen

hasilnya tergantung dari masing-masing penilaian.

(b) Persyaratan (sanitary codes)

Penilaian persyaratan sifatnya obyektif, karena berdasarkan

standar ukuran tertentu yang diinginkan.

2) Sistem penilaian

(a) Membandingkan antara keadaan senyatanya (rill) dengan sesuatu

standart ukuran tertentu, yang berlaku dan digunakan untuk

penilaian.

(b) Membandingkan hasil pengukuran dengan suatu alat pengukuran

dengan standart ukur tertentu yang diinginkan.

3) Metode Penilaian

Cara metode penilaian dilakukan sebagi berikut :

(a) Menilai dengan cara membuat perkiraan (assumption) dan

dinyatakan dalam presentase (%)

(b) Menilai dengan “konkrit” atau “mutlak” dan dinyatakan dalam

(-) = negative = tidak ada masalah

(+) = positive = ada masalah

Contoh : menilai sebuah piring

Piring kotor

12

Page 13: Bab 1-2 Selesai

Kebersihannya positif berarti K = (+). Dengan demikian ada

masalah dengan kebersihannya.

Piring bersih

Kebersihannya negative berarti K = (-). Dengan demikian tidak

ada masalah dengan kebersihannya.

Piring gompel

Persyaratannya positif berarti P = (+). Dengan demikian piring

tidak memenuhi persyaratan.

Piring tidak gompel

Persyaratannya negative berarti P = (-). Dengan demikian piring

memenuhi persyaratan.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Piring yang kotor tetapi memenuhi syarat fisik : K (+) dan P (-)

Piring yang kotor dan tidak memenuhi persyaratan fisik : K (+)

dan P (-)

Piring yang bersih dan memenuhi syarat fisik : K (-) dan P (-)

Piring yang bersih tetapi tidak memenuhi syarat fisik : K (-) dan

P (+)

4) Tujuan Penilaian :

Tujuan penilaian adalah untuk :

(a) Mendeteksi dan mengidentifikasi masalah yang ditemukan untuk

segera dilakukan tindakan perbaikan

(b) Mengetahui kemajuan dan kemunduran suatu usaha dalam

periode tertentu

(c) Mengetahui efektifitas dan efisiensi hasil usaha yang diperoleh

(tepat, hemat, cepat, selamat)

5) Pelaksanaan Kegiatan

13

Page 14: Bab 1-2 Selesai

Untuk mengetahui keadaan sanitasi TTU perlu adanya pelaksanaan

penilaian. Agar keadaan sanitasi dapat dihitung. Hal-hal yang perlu

diketahui dalam pelaksanaan penilaian adalah :

(a) Jumlah “item” yang diperiksa

(b) Jumlah “item” yang dalam keadaan bersih. Untuk itu, maka

harus dihitung jumlah K (-)

(c) Jumlah “item” yang memenuhi persyaratan. Untuk itu, maka

harus dihitung jumlah P (-)

Untuk jelasnya dalam menghitung keadaaxn sanitasi dapat digunakan

rumus-rumus sebagai berikut :

Rumus I : Keadaan Sanitasi

% K ¿¿

Rumus II : Keadaan Sanitasi

Ʃ K ¿¿

Keterangan : K = Kebersihan (clean lines)

P = Persyaratan (sanitary codes)

b. Saran-saran perbaikan (order for improvement) penilaian

5. Instrument Pengawasan

Instrument yang dapat digunakan dalam pengawasan, yaitu :

a. Instrument administrasi yang terdiri dari :

1) Formulir pendataan tempat-tempat umum

2) Kartu pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum

3) Catatan item yang diperiksa dalam pemeriksaan STTU

b. Formulir laporan penyehatan TTU

Contoh Instrument Administrasi adalah sebagai berikut :

Formulir Pendataan Tempat-Tempat Umum

No Nama dan Jenis TTU AlamatNama pemilik/

pengelolaSurat Izin No

14

Page 15: Bab 1-2 Selesai

Kartu Pemeriksaan Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Nama tempat-tempat umum :

Alamat :

Nama pemilik/pengelola :

Jenis tempat-tempat umum :

Jumlah karyawan :

Surat izin no :

Tanggal Pemeriksaaan : Nama Petugas:

Permasalahan yang dijumpai :

Rekomendasi :

Diskusi/Pembinaan :

Tanda tangan Pemilik Tanda Tangan Petugas

Item yang diperiksa dalam sanitasi tempat-tempat umum, menurut jenis

tempat-tempat umum.

Jenis Tempat Umum Kualitas Kuantitas Penempatan

I. Tempat Peribadatan1. Penyediaan air bersih2. Jamban/Kakus3. Peturasan/urinoir4. Fasilitas berwudhu5. Kebersihan dinding dan langit-langit6. Kebersihan lantai/tikar7. Index jentik8. Sarana pembuangan air limbah

II. Kolam Renang1. Jamban/kakus2. Peturasan3. Kamar bilas4. Tempat sampah 5. pH air kolam6. sisa khlor kolam7. sisa chlor bak cuci kaki

++++++++

+++++++

+--+----

----+--

-++-----

+------

15

Page 16: Bab 1-2 Selesai

8. sisa keseluruhan9. indeks jentik

III. Pemandian Umum1. Jamban/kakus2. Peturasan3. Kamar bilas 4. Tempat sampah

IV. Terminal 1. Penyediaan air bersih/kamar mandi2. WC/Urinoir3. Sistem drainasi/saluran pembuangan air

hujan4. Pembuangan sampah5. Sistem pembuanga air limbah

V.Hotel/Penginapan1. Kebisingan2. Kelembaban3. Pencahayaan4. Penyediaan air bersih5. Bak/tong sampah6. Indeks jentik7. Ruang linen/laundry8. Kebersihan dinding/langit-langit9. Pengawasan serangga/tikus10. Sistem pengelolaan air limbah11. WC/Urinoir12. Tempat pembuangan sampah sementara

VI. Rumah Sakit1. Kebisingan2. Penyediaan air bersih3. Pencahayaan4. Kelembaban5. Sarana pembuangan sampah6. Sarana pengelolaan air limbah7. Kebersihan dinding/langit – langit/lantai8. Sarana pengelolaan air kotor/faces9. Laundry/lynon10. Indeks nyamuk

VII.Lembaga Permasyarakatan1. Kebisingan2. Kelembaban3. Pencahyaan4. Penyediaan air bersih5. Penyediaan air kotor6. WC/Urinoir7. Pengelolaan sampah8. Indeks nyamuk

++

++++

+++

++

+++++++++++

++++++++++

++++++++

--

--++

-+-

+-

+---++-----

++++++++++

---+--+-

--

----

---

--

-----------

----------

--------s

Catatan :

+ : item yang diperiksa

- : item yang tidak diperiksa

Formulir laporan penyehatan tempat-tempat umum

Puskesmas :

16

Page 17: Bab 1-2 Selesai

Kab/Kodya :

Triwulan : I, II, III*)

Tahun :

No.Jenis TTU

Jumlah di data

Jumlah Diperiksa

EvaluasiCakupan

pembinaan (%)

Keberhasilan Pembinaan

Peningkatan Mutu

Menyetujui

Kepala Puskesmas Sanitarian Puskesmas

(...........................) (.................................)

c. Instrument Teknis Pengawasan yang terdiri dari :

1) Pengukuran suhu dan kelembaban

Alat yang digunakan adalah psychometer dan psychrochart,

Psychometer yaitu alat yang digunakan mengukur suhu dan kelembaban yang

terdiri dari dua buah thermomer.

Psychometer digunakan untuk mengukur kelembaban relative daripada

udara. Karena mudah dipakai dan keterlitiannya lebih tinngi psychometer sering

dipergunakan sebagai instrument kalibrasi untuk hygrometer yang dapat dibaca

langsung.

Psychometer dirakit dengan dua thermometer dan wadah cadangan

salah satu thermometer ini dibalut dengan rajutan katun awalemak dan

hygroskopik. Kedua thermometer dipasangkan dalam rumah yang terbuat dari

serat galas. Dalam rumah ini terdapat sebuah ventilator dan mengatur

perbedaan udara yang melewati kedua thermometer dengan kecepatan 2 m/det.

Pada pemakaian psychometer diperlukan beberapa cakram hitung atau grafik

guna penentuan kelembaban

17

Page 18: Bab 1-2 Selesai

a) Prinsip Pengukurannya

(1) Rajutan katun pembalut wadah cadangan salah satu thermometer

dinaikan dengan alat suling. Melalui ventilator, udara yang ada

disekitar aparat (yang harus diukur kelembabanya) diedarkan melewati

kedua thermometer. Peredaran ini mengakibatkan penguapan air

suling. Semakin kering udaranya semakin banyak penguapannya.

Penguapan memerlukan kalor, oleh karena itu thermometer yang basah

akan menunjukan suhu yang lebih rendah dari pada thermometer yang

kering. Setelah beberapa lama, tergntung pada bentuk aparatnya.

Diadakan pencatan suhu kedua thermometer. Hasil pengamatan

dipakai menghitung kelembaban relative dengan menggunakan grafik

atau cakram hitung yang termasuk perlengkapan psychometer.

(2) Perubahan pada barometer berarti perubahan kerapatan udara yang

berpengaruh terhadap jumlah udara yang mengalir melalui

thermometer. Cakram hitung psychometer dilaraskan atas dasar

keadaan barometer yang harus direlokasikan secara khusus. Akan

tetapi perubahanya sangat kecil, koreksi ini dapat diabaikan.

(3) Instrument ini harus sudah terpasang dalam runganan sekurang-

kurangnya selama 15 menit sebelum dilakukan pengamatan hingga

suhu instrument. Sudah sesuai dengan suhu lingkungannya.

(4) Tanpa peredaran udara yang baik yang melewati kedua termometer,

dan hasil pengukurannya tidak akan sama.

(5) Psychometer yang ditempatkan dalam udara yang tidak mengalir

memberikan hasil pengkuran yang salah pengukuran harus diulang 3

atau sampai 4 kali untuk kontrol. Pengukuran tidak boleh dilakukan

dibawah sinar matahari.

b) Langkah kerja psychometer adalah sebagai berikut

18

Page 19: Bab 1-2 Selesai

(1) Psychometer diisi air, sehingga membasahi kapas pada ujung

thermometer II, kemudian

(2) Psychometer ini diputar keseluruhan h rungan/lokasi yang diperiksa

selama ± 2 menit (konstan)

(3) Baca suhu pada thermometer I (= suhu bola kering = suhu udara/

rungan), dan thermometer II (suhu bola basa).

(4) Dari kedua suhu tersebut maka kelembaban dapat dicari dengan

bantuan psychometer.

Contoh :

Suhu thermometer I = 260C

Kelembaban II = 210C

Pada psychochart = kelembaban = 64%

Jadi suhu suhu udara ruangan = 260C

Kelembaban = 640C

Jadi, batas syarat diperbolehkan untuk rungan :

Suhu =18-260C

Kelembaban : 40-70%

2) Pengukuran kebisingan di udara

Steady noise ialah apabila bunyi tersebut monoton, sedangkan non

steady noise ialah apabila bunyi tersebut berubah-ubah, lalu time varying noise

apabila bising dengan tingkat bunyi berubah-ubah dengan waktu yang diatur.

a) Cara Pengukuran

Untuk mengukur tingkat suara diperlukan alat yang disebut Sound

Level Meter (S.L.M), untuk pengukuran back ground noise level atau

kebisingan di lingkungan.

S.L.M disetel pada skala dB dan posisis Fast, sedangkan untuk

daerah kerja (pabrik), dengan posisi slow. Dalam pengukuran Back Ground

Noise Level, alat hendaknya diletakan pada ketinggan 1,2-1,5 m dari tanah

19

Page 20: Bab 1-2 Selesai

dan jarak di dinding permukaan yang dapat memantulkan suara tidak

kurang dari 3,5 m pengukuran dilakukan ± 15 menit untuk setiap kurun

waktu dan dibaca setiap 4 detik. Dengan demikian, hasil yang diperoleh

sekitar 200-225 sempel suara. Sebelum pengukuran perlu dicatat

temperature, tekanan, barometer, (bila>300m di atas permukaan laut).

Inilah yang disarankan sebagai Ground Noise Level apabila ada

gangguan-gangguan suara yang dapat dipisahkan maka pedoman “back

ground level” untuk masing-masing daerah disarankan sebagai berikut:

DaerahWaktu

siang malamPedesaan 38 32Pemukiman 45 38Perdagangan 52 45Industri atau central perdagangan 60 45

b) Koreksi-koreksi pengukuran kebisingan

(1) Timbulan suara dengan sifat yang tidak dorongan seperti pukulan-

pukulan dan sebagainya diambang 5 dB.

(2) Suara-suara tanpa sifat-sifat khusus seperti di atas tidak perlu dikoreksi

lagi.

(3) Lama pengukuran pada siang hari perlu dipertimbangkan faktor

koreksi sebagai berikut :

Waktu pengukuran dari waktu kebisingan Faktor koreksi

100%-56% 0

56%-18% -5

6%-18% -10

1,8%-6% -15

<dari 1,8 % -20

Pada malam hari tidak perlu dikoreksi dengan faktor koreksi ini

20

Page 21: Bab 1-2 Selesai

Titik lokasi pengkuran kebisingan dilingkungan hendaknya pada

batas/pagar antara penduduk yang mengeluh dengan pabrik/sumber

kebisingan.

c) Kriteria pengambilan tindakan

Tindakan untuk mengurangi kebisingan perlu dilakukan peristiwa sebagai

berikut:

(1) Bila tingkat kebisingan yang telah dikoreksi ternyata masih lebih dari

10 dBA dari “back ground noise level”

(2) Bila pada malam hari kebisingan lebih dari 45dBA pada batas daerah

pemukiman

(3) Bila pada malam hari setiap kejadian kebisingan lebih dari 75 dBA

atau 30 dBA diatas “back ground noise level”

d) Laporan hasil pengkuran

Laporan hasil pengukuran dilapangan perlu mencakup hal sebagai

berikut:

(1) Data tentang sumber bunyi yang diukur misal : mesin, maka perlu

disebut jenis mesin, daya kecepatan putar, dan lain-lain.

(2) Gambaran daerah pengukuran dengan penyebutan ukurannya.

(3) Data materology, temperature, tekanan udara, (biasanya 300 meter

diatas permukaan laut), kelembaban kecepatan angin.

(4) Data tentang peralatan yang dipakai : warna pembuatan, nama alat,

nomor seri, waktu kalibrasi terakhir.

(5) Lokasi pengukuran dengan cara memberi tanda-tanda cross pada

gambar denah.

(6) Tempat, tanggal dan jam pengukuran

21

Page 22: Bab 1-2 Selesai

e) Contoh Form Laporan:

Nama alat :Tanggal :Jam : s/dPengukuran

Alat yang digunakan :1.2.3.Nama petugas

Gambar daerah pengukuran Keterangan gambarSumber bunyi:Jenis bunyi :

Temperature :Tekanan :Barometer kelmbaban :Kecepatan udara :Angin :

Titik lokasi

Back groundNoise level

Hasil pengukuran

TitikLokasi

Back ground noise level

Hasil pengukuran

3) Pengukuran Indikator-indikator pada air

a) Derajat keasaman (pH)

(1) Indikator yang digunakan yaitu BTB pH 7,6 AP pH 7,6

(2) Langkah-langkah :

Ambil contoh air dan kemudian masukan dalam 2 tabung komparan

sampai tanda garis (tabung A dan B)

Tabung A tambah larutan indikator BTB 0,7 ml campuran hingga

homogen

Bandingkan dalam komparator dengan tabung B (tabung yang

ditambah indikator)

Putar piringan pH sampai mendapatkan warna yang sama

Catatan : Bila pH lebih besar 7,6 memakai indikator AP

b) Sisa chlor (CL2)

Ambil contoh air dan kemudian masukan dalam tabung komparator

sampai tanda garis (10ml)

22

Page 23: Bab 1-2 Selesai

Salah satu tabung ditambah orthololisis ±0,5 ml campur sampai

homogen

Bandingkan dalam komparator dengan blangko tabung yang

ditambah orthololisis

Putar piringan pH sampai mendapatan warna yang sama

Catatan : Bila sisa chlor > 10 ppm sampai air diencerkan

c) Amoniak (NH4)

Ambil contoh air masukan kedalam tabung komparator sampai tanda

garis (10ml)

Tambahkan KNa Tartrat 10% sebanyak 5 tetes tambahkan larutan

Nessler 0,5 ml. Campur sampai homogen tunggu ±3 menit

Bandingkan warna yang terjadi dengan standar amoniak (NH4) yang

ada pada alat komparator dengan blangko sempel yag tidak ditambah

reagent

Baca hasilnya dalam satuan ppm (mg/liter)

d) Besi (Fe)

Ambil contoh air masukan kedalam tabung komperator sampai pada

garis (10ml)

Tunggu ±1 menit setelah sebelumnya dicampur sampai homogent

Tambahkan NH4CNS 20% sebanyak 1 ml dan campur sampai

homogent

Bandingkan warna yang terjadi dengan standar yang ada pada alat

komparator dengan blangko sampel yang tidak ditambah reagent

e) Kekeruhan :

Alat yang digunakan yaitu tabung nessler 100 ml (2), matt pipet/

pipet ukuran 1ml

Tabung nessler diisi denagn bahan periksa (sampai tadna batas)

23

Page 24: Bab 1-2 Selesai

Disamping itu dibuat pemanding dengan tabung nessler yang lain

dengan ukuran yang sama yang diisi dengan aquades dan ditambah

dengan larutan standar SI O2 sampai memberikan kekeruhan yang

sama dengan pemeriksa

Catat volume standar yang dibutuhkan

Kekeruhan =100100

x ml standar yangdibutuhkan

= ......................... mg/I Si O2

= ......................... unit skala Si O2

Catatan :

Bila menggunakan tabung Nessler ukuran 50 ml perhitungannya :

Kekruhan =10001000

x ml

Standar yang dibutuhkan = .......................... mg/I Si O2

= .......................... unit skala SiO2

Tiap-tiap mengambil standar dari botol harus dicampur dahulu.

4) Pengukuran tingkat kepadatan lalat pada Tempat-Tempat Umum

a) Tujuan

Tujuan dari pengukuran kepadatan lalat adalah untuk mengetahui tingkat

kepadatan lalat serta sumber-sumber tempat berkembang biaknya lalat.

b) Persiapan pengukuran

Untuk mengukur tingkat kepadatan lalat dapat digunakan beberpa cara

namun cara yang paling murah, cepat dan mudahadalah dengan

menggunakan “fly grill”.

c) Pembuatan “Fly Grill”

Fly Grill dengan panjang masing-masing 80 cm sebanyak 16-24 bilah yang

telah dipersiapkan dibentuk berjajar dengan 1-2 cm pada kerangka kayu

yang telah disiapkan dan sebaiknya pemasangan bilah pada kerangkanya

24

Page 25: Bab 1-2 Selesai

mempergunakan paku skrup sehingga dapat dibongkar pasang setelah

dipakai.

d) Penentuan Lokasi

Lokasi pengukuran dapat dilakukan di pasar, terminal, kendaraan umum,

rumah makan/restoran, hotel/losmen,dsb.

e) Pengukuran populasi lalat pasar dapat dilakukan disekitar tempat

pengumpulan sampah pasar, tempat/los penjual daging, beras, gula, dsb

serta los penjualan makanan sudah masak.

f) Pengukuran diterminal dilakukan pada tempat pengumpulan sampah di

terminal atau tempat-tempat yang berdekatan penjualan makanan dan

minuman. Pengukuran kepadatan lalat di hotel/losmen, restoran/rumah

makan dilakukan pada bagian dapur, ruang makan, ruang berdekatan

dengan tempat sampah, tempat pengumpulan sampah sederhana atau tempat

pembuangan akhir sampah.

g) Loaksi pengukuran ditetapkan pada jarak tertentu dengan rumah penduduk

terdekat, misalanya pada jarak 10 meter, 20 meter, 30 meter, 40 meter, 50

meter, 100 meter, 200 meter dsb.

h) Waktu pengukuran

Populasi kepadatan lalat hendaknya dilakukan pada :

(1) Setiap kali dilakukan pengendalaian lalat (sebelum dan sesudah)

(2) Monitoring secara berkala yang dapat dilakukan sedikitnya 3 bulan

sekali

i) Peralatan pengukuran

Peralatan yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat antara lain “fly

grill” dan counter (alat untuk menghitung lalat yang hinggap di fly grill).

j) Cara pengukuran

Pengukuran kepadatan lalat dengan menggunakan “fly grill” didasarkan

pada sifat-sifat lalat, yang kecendrungannya untuk hinggap pada tepi-tepi

atau tempat-tempat yang bersudut tajam.

25

Page 26: Bab 1-2 Selesai

“Fly Grill” ditempatkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan

(berdekatan dengan tempat sampah, kotoran hewan, kandang, dll) pada

daerah yang akan diukur. Jumlah lalat yang hinggap selama 30 detik

dihitung. Sedikitnya pada setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan (10-

30 detik) dan 5 perhitungan tertinggi dibuat rata-rata dan dicatat dalam satu

satu lokasi tertentu. Interpretasi hasil pengukuran pada setiap lokasi atau

“block grill” adalah sbb:

0-2 : tidak menjadi masalah

3-5 : perlu dilakukan pengamatan pada tempat-tempat berbiaknya

lalat (tumpukkan sampah, kotoran hewan, dll)

6-20 : populasinya padat dan perlu dilakukan pengamantan di tempat

berbiaknya lalat yang mungkin direncanakan upaya

pengendaliannya. (tinggi/padat).

>21 : populasi padat dan perlu dilakukan pengamatan terhadap tempat-

tempat biakan lalat dan tindakan pengendalian lalat

(sangat tinggi/sangat padat).

5) Pemeriksaan Ketajaman Pengliahatan Karyawan Tempat-Tempat Umum

a) Manfaat pemeriksaan

(1) Untuk mengetahui baik/ tidaknya ketajaman penglihatan

(2) Untuk mengetahui kelainan-kelaian penglihatan yang mungkin terdapat

serta harus mendapat pengobatan dan perawatan.

Pemeriksaan dilakukan sekali setiap 6 bulan dan setiap saat bila mana

dianggap perlu.

b) Alat yang digunakan

(1) Kartu Snellen ( E )

(2) Pensi/kayu pengukur jarak antara pengguna dan kartu snellen

(3) Pulpen/pensil dan buku catatan/ kartu kesehatan

(4) Kartu tebal untuk penutup yang tidak diteliti ( dapat juga digunakan

tangan nya sendiri)

26

Page 27: Bab 1-2 Selesai

c) Langkah-langkah pemeriksaan

(1) Jelaskan pada karyawan Tempat-Tempat Umum dilakukan penelitian

penglihatan.

(2) Gantungkan kartu snellen ± sejajar dan sangat tinggi dengan pandangan

mata karyawan yang terang dan tidak menyilaukan. Ukurlah jarak lurus

kedepan sejauh 6 meterr/ 20 feet antara kartu snellen dan karyawan

yang diperiksa berilah tanda pada tempat tersebut dapat berdiri disana.

Harus dijaga agar agar karyawan tidak menentang cahaya dan berdiri

dengan tenang. Pada waktu meneliti penglihatan satu mata, pegawai

harus menutup matanya yang lain dengan telapak tangannya atau

dengan kartu tebal tanpa menekan mata tersebut. Mata yang diperiksa

haru mengikuti/ membaca huruf yang ditunjuk pada kartu snellen.

(3) Mulailah pemeriksaan mata mata kanan, kemudian yang kiri dan akhiri

dengan kedua matanya. Tunjukkan huruf E dengan kayu petunjuk mulai

dari atas. Cepat alihkan katu baris-baris dibawahnya. Tidak perlu semua

huruf/gambar pada baris terakhir ditunjuk satu per satu secara berurutan.

Jika karyawan dapat membaca dengan baik huruf abjad yang

ditunjukkan tanpa membuat kesalahan lebih dari 2 kali maka lihatlah

nomor dari garis itu dan inilah kemampuan penglihatan (visual).

(4) Catat hasil penelitian pada kartu kesehatan/ buku catatan.

(5) Bila karyawan memakai kacamata, penelitian mata lebih dahulu

menggunakan kaca mata. Bila di jumpai karyawan di puskesmas, rumah

sakit, dokter mata, dokter puskesmas, dokter praktek umum, untuk

pemeriksaan dan kesehatan dan perawatan lebih lajut.

d) Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan sanitasi Tempat-Tempat Umum

(1) Tujuan

(a) Mengadakan penilaian secara terus-menerus tentang keadaan

sanitasi.

(b) Mencari data perbandingan kedaan sanitasi pada waktu sekarang

dengan keadaan sanitasi pada waktu sebelumnya.

27

Page 28: Bab 1-2 Selesai

(c) Memperoleh gambaran keadaan sanitasi Tempat-Tempat Umum

sepanjang tahun dan seterusnya.

(d) Memperoleh data yang paling mutahir guna menentukan perlu

tidaknya segera dilakukan tindakan-tindakan perbaikan dari keadaan

sanitasi yang mengakibatkan kemunduran.

(e) Memperoleh data-data statistik untuk kepentingan penelitian dan

pengembangan.

(2) Cara melakukan pemeriksaan tindak lanjut

(a) Berdasarkan waktu

Pemeriksaan tindak lanjut secara incidental, yaitu tindak lanjut

yang dilakukan setelah pemeriksaan sanitasi yang pertama

dilakukan secara insidental (tidak menentu waktu).

Pemeriksaan tindak lanjut secara berkala, yaitu pemeriksaan

tindak lanjut yang dilakukan secara berkala waktu untuk

melakukan pemeriksaan tindak lanjut berkala dapat berupa :

mingguan, bulanan, triwulanan dsb.

(b) Berdasarkan materi

Pemeriksaan tindak lanjut secara umum, yaitu tindak lanjut

secara umum.

Pemeriksaan tindak lanjut secara khusus, yaitu pemeriksaan

tindak lanjut yang dilakukan secara khusus, terbatas pada

pemeriksaan dari “sanitary item” yang diserahkan dalam ‘order

for improvement’ (perintah tidak perbaikan, maksudnya hal-hal

yang disarankan untuk diperbaiki sebagai tindak lanjut dari hasil

pemeriksaan sanitasi yang lalu. Berarti tidak semua ‘sanitary

item’ diperiksa tetapi hanya hal-hal yang menurut hasil

pemeriksaan sanitasi yang lalu madih kurang.

(3) Manfaat Pemeriksaan Tindak Lanjut

(a) Masalah yang ditimbulkan dapat segera diketahui dan dilakukan

perbaikan serta dicarikan pemecahannya

28

Page 29: Bab 1-2 Selesai

(b) Kerusakan-kerusakan kecil dapat segera diketahui dan diatasi,

sehingga tidak menjadi masalah yang besar dan mencegah

pemborosan.

e) Evaluasi Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Evaluasi sanitasi Tempat-Tempat Umum perlu dan harus

diadakan. Kegunaan dari penilaian antara lain untuk mengetahui keadaan

sanitasi tempat tersebut.

Keadaan tempat umum dapat dikatakan baik atau jelek apabila

telah diadakan perhitungan. Untuk menghitung ini diperlukan hasil data dari

penilaian, adapun yang dinilai adalah semua yang terdapat di Tempat-

Tempat Umum tersebut berdasarkan atas item (+) yang berarti ada dan item

(-) yang berarti tidak ada masalah

f) Sistem pencatatan dan pelaporan

1) Pencatatan

Maksud pencatatan adalah pencatatan hasil survey, hasil

pemeriksaan sanitasi dan hasil pemeriksaan tindak lanjut serta hasil

survey evaluasi keadaan sanitasi dari objek yang diperiksa.

Hal-hal yang perlu dicatat adalah :

(a) Data yang dikumpulkan adalah hasil pelaksanaan survey

pendahuluan, survey wilayah, survey sanitasi dari nilai

pengumpulan tabulasi, analisa sampai dengan kesimpulan.

(b) Rata-rata nilai keadaan sanitasi yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan sanitasi maupun dari hasil tindak lanjut.

(c) Data statistika, adalah data yang diperoleh sepanjang tahun

dijadikan dasar pelapor. Hasil dari pencatatan dapat berbentuk

tekstular (tertulis), tabel (deretan angka), matriks (perbandingan

atau hubungan antara satu dengan yang lain hal), dan grafik.

29

Page 30: Bab 1-2 Selesai

2) Pelaporan

Pelaporan mempunyai kaitan erat dengan pencatatan karena

pencatatan tanpa pelaporan tidak akan bermanfaat sehingga tidak dapat

dilakukan tindakan perbaikan atau pengembangan.

Hal yang perlu dilaporkan adalah hasil dari pencatatan. Sifat

pelapor positif aktif sedangkan sifat pelaporan positif pasif. Pelaporan

sangat bermanfaat karena dapat digunakan sebagai :

(a) Bahan penyusunan rencana untuk waktu yang akan datang

(b) Bahan penunjang dalam meramalkan hal-hal yang akan terjadi di

masa depan dengan lebih cermat dan tepat.

(c) Bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah untuk

mencegah kesalahan yang lalu tidak terulang kembali.

(d) Bahan perbandingan keadaan yang lalu dengan keadaan sekarang.

g) Prosedur Perjanjian

Untuk mendirikan suatu tempat umum harus memenuhi proses

perjanjian yang telah ditetapkan. Untuk selanjutnya tingkat mutu (grading)

dari tempat-tempat tersebut :

1) Prosedur Perjanjian

(a) Permohonan untuk mendapatkan izin dilakukan dengan cara

mengajukan permohonan tertulis kepada perangkat setempat.

(b) Pengajuan pemohonan izin tersebut dilengkapi dengan Izin

bangunan dari bupati atau walikota madya kepada daerah tingkat II

setempat.

(c) Rekomendasi yang telah mengikuti persyaratan yang telah

ditetapkan dan undang-undang gangguan (H.O) dari instansi yang

berwenang.

(d) Akte/sertifikat tanah yang sah dari kantor agraris.

(e) Gambar rencana atau depan bangunan

(f) Uraian prosfek pemasaran

30

Page 31: Bab 1-2 Selesai

(g) Surat mengenai identitas

Setelah dipenuhi persyaratan-persyaratan tersebut : dinas pariwisata

daerah akan mengadakan penilaian administrasi dan fisik lokasi

bangunan. Apabila persyaratan tersebut telah dipenuhi dan telah

diadakan penelitian mak izin pendirian akan diberikan pemda setempat.

h) Kegiatan penyuluhan sanitasi tempat umum

1) Metode penyuluhan

Harus disesuaikan dengan tujuan kesempatan yang ada, pada

pelaksanaan penyuluhan dan kesempatan paling baik dari sasaran

penyuluhan. Penyuluhan sanitasi Tempat-Tempat Umum dapat

dilaksankan dengan berbagai metode antara lain.

2) Teknik bimbingan dan penyuluhan pada waktu melakukan pengawasan

sanitasi tempat umum.

(a) Persiapan

Bawalah catatan terakhir keadaan sanitasi tempat umum yang

akan diawasi,

Pelajari peraturan-peraturan sanitasi

(b) Pelaksanaan

Adalan pengawasan sanitasi tempat umum tersebut

Rumuskan masalah sanitasi yang ada

Bandingkan keadaan sanitasi yang saat diperiksa dengan keadaan

sebelumnya

Bersikaplah ramah dengan pengelola tempat umum tersebut

Berikan penjelasan terhadap keadaan sanitasi yang diharapkan

Berikan penjelasan tentang akibat-akibat jika tidak mengikuti

persyaratan sanitasi Tempat-Tempat Umum, baik di bidang

kesehatan, administrasi, maupun ekonomi.

(c) Penilaian

Tujuan

31

Page 32: Bab 1-2 Selesai

Untuk mengetahui apakah sasaran penyuluhan mengerti dan

bersikap positif terhadap materi diskusi atau tanya jawab.

Cara

Observasi terhadap tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan pada sasaran.

Teknik ceramah dan diskusi pada kursus pengelola Tempat-

Tempat Umum, dan pada pertemuan pengelola/pengurus

Tempat-Tempat Umum.

Persiapan

Tentukan maksud dan tujuan ceramah

Tentukan peserta yang hadir.

Hal ini penting untuk menentukan materi ceramah.

Cara menyampaikan bahan serta jenis alat peraga yang akan

digunakan.

Siapkan materi yang akan disiapkan dalam ceramah. Misalnya

dalam rangka pengadaan jamban dan peningkatan sarana air

minum diTempat-Tempat Umum. Batasilah materi pada

aspek program. Memberikan materi yang banyak dalam

waktu yang sama dapat membingungkan peserta ceramah.

Waktu yang baik dan efektif untuk satu kali ceramah tidak

lebih dari 40 menit.

Siapkan alat peraga yang akan dipergunakan dalam ceramah

Siapkan tempat pelaksanaan ceramah. Tempat pelaksana

ceramah. Tempat pelaksana ceramah hendaknya memenuhi

syarat sebagai berikut :

Cukup luas untuk menampung jumlah pesreta yang

direncanakan

Pencahayaan cukup

Sarana mencukupi

32

Page 33: Bab 1-2 Selesai

Cukup tenang (jauh dari kebisingan lalu lintas atau

keributan lainnya)

Pelaksanaan

Dimulai dengan memperkenalkan diri menyampaikan maksud

dan tujuan ceramah serta harapan-harapan yang diinginkan.

Penjelasan secara sistematis tentang isi ceramah. Perlu juga

diselingi dengan humor segar untuk memutuskan kembali

perhatian peserta

Suara tidak monoton sehingga tidak membosankan peserta

Gunakan alat peraga yang tepat dan benar-benar dapat

memperjelas materi yang disajikan

Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta

Usahakan suasana ceramah menyenagkan sehingga peserta

merasa bebas bertanya dan mengemukakan pendapatnya.

Pada saat tertentu berilah para peserta kesempatan untuk

mengajukan pertanyaan. Jawab setiap pertanyaan secara yakin

dan jujur sehingga dapat memuaskan peserta.

Ucapkan terimakasih atas perhatian dan waktu yang telah

diluangkan untuk berpartisipasi dalam ceramah

Setelah ceramah, beramah tamah sebentar dengan para

pendengar, sebab mungkin ada pertanyaan-pertanyaan yang

tidak dapat di ajukan dalam suasana ceramah resni tetapi

dalam hubungan tidak resmi di ajukan.

Penilaian

Untuk mengetahui apakah peserta mengerti terhadap

materi yang telah diberikan, setelah ceramah perlu diadakan

penilaian dengan cara sbb :

Mengajukan pertanyaan secara lisan tentang materi ceramah

yang telah diberikan

33

Page 34: Bab 1-2 Selesai

Membuat angket pertanyaan yang perlu diisi oleh pendengar

tanpa mencantumkan namanya

Mengadakan wawancara setelah selesai ceramah dengan

beberapa orang peserta

Selama ceramah berlangsung mengadakan observasi

mengenai perhatian dan pertanyaan yang diajukan peserta.

Hal-hal yang perlu dinilai adalah pemahaman peserta tentang

materi ceramah tanggapan peserta terhadap materi ceramah

dan cara penyampaianya, kegunaannya bagi peserta serta

kesediaan peserta untuk menerima atau melaksanakan ide

yang dikemukakan.

34