Post on 17-Jul-2015
description
SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM
Oleh : Arini Hidayati Qurrota Ayun Thoyyibah Zainul Alim
PembahasanPembuka Hukum Islam
Al-Quran As-Sunnah Ijtihad
PendahuluanSumber Hukum IslamMasadirul Ahkam Adillatul Ahkam Usulul Ahkam
Sumber-sumber pokok: 1. Al-Qur an 2. As-Sunnah
Sumber-sumber yang dikaitkan dengan sumber pokok, ar-Ra yu, Ijtihadi: Ijma , Qiyas, dll
Al-QuranKedudukan Al-Qur an Sebagai Sumber Hukum Islam
Pengertian Al-Qur an
Al-Qur an Sebagai Sumber Pokok Pertama Dalam Hukum Islam
As-SunnahKedudukan As-Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam
Pengertian As-Sunnah
As-Sunnah Sebagai Sumber Pokok Kedua Dalam Hukum Islam
Hukum Islam
Hukum Islam
Jenis-Jenis Hukum Islam
Unsur-Unsur Hukum Islam
Ijtihad
Pengertian
Peranan Ijtihad
Hukum Ijtihad
Syarat-syarat Bagi Mujtahid
Macam-macam Ijtihad
Kedudukan Ijtihad
Contoh
Pengertian Al-Qur an
Menurut bahasa berasal dari kata qaraa, yaqrau, qiraatan, yang berarti bacaan. Menurut istilah adalah kalam Allah yang merupakan ,ukjizat, diturunkan kepada Muhammad, yang ditulis dalam mushaf yang berbahasa arab, yang telah dinukilkan kepada kita dengan jalan mutawattir, yang dimulai dengan surah al-Fatihah, diakhiri dengan surah an-Naas, dan yang membacanya sebagai ibadah
Pokok-pokok Isi Al-qur an
Isi pokok al-quran terdiri dari: Tauhid, yaitu kepercayaan terhadap ke-Esa-an Allah swt. Dan semua kepercayaan yang berhubungan dengan-Nya. Ibadah, yaitu perbuatan atau amaliyah sebagai manifestasi dari kepercayaan ajaran tauhid dan yang menghidupkan jiwa tauhid. Janji dan Ancaman, yaitu janji pahala/ganjaran bagi siapa saja yang percaya, menerima dan mengamalkan isi kandungan al-quran setta ancaman/siksaan bagi yang mengingkarinya. Kisah-kisah Umat Terdahulu, seperti kisah para rasul, para nabi maupun orang-orang saleh serta kisah umat yang mengingkari ajaran Allah untuk dijadikan pelajaran dan teladan bagi kita.
Dasar Kehujjahan Dan Kedudukan Sebagai Sumber
Al-quran menempatikedudukan pertama dari sumber-sumber hukum yang lain danmerupakan aturan dasar tertinggi. Sumber hukuk maupun ketentuan norma yang ada tidak boleh bertentangan dengan al-quran
Pedoman Al-qur an Dalam Menetapkan Hukum
Abdur Rahman i Doi (Shariah: The Islamic Law, 1989) membuat klasifikasi atas aturan-aturan yang terkait dengan hukum ke dalam empat bagian besar yaitu: a.The concise injunctions, atau perintah-perintah Allah yang tertulis di dalam Alquran namun tidak ditemui penjelasan tentang tata cara pelaksanaan atas perintah tersebut. Sebagai contoh adalah perintah Allah untuk mendirikan shalat, berpuasa atau mengeluarkan zakat
b. The concise and detailed injunctions, atau perintah-perintah Allah yang secara jelas tertulis dalam Alquran, dan penjelasan atas ayat-ayat tersebut bisa didapati dari hadits atau sumber hukum Islam lainnya. Sebagai contoh adalah aturan mengenai hubungan muslim dengan nonmuslim c. The detailed Injuctions, yaitu dimana Alquran telah memberikan penjelasan yang detail berkaitan dengan satu perintah Allah SWT, dan tidak diperlukan adanya lagi suatu penjelasan tambahan. Sebagai contoh adalah hukuma hadd (huddud) d. Fundamental principles of Guidance, prinsip-prinsip ini tidak memiliki penjelasan yang terperinci dan pasti (clear cut), sehingga untuk menetukan hukum atas hal-hal tersebut perlu diambil melalui suatu proses yang dinamakan ijtihad.
Al-Qur an Sebagai Sumber Pokok Pertama Dalam Hukum IslamSeperti yang telah diketahui, AlQuran adalah petunjuk dan pedoman bagi seluruh umat manusia. Al-Quran bisa dikatakan sebagai kitab undangundang.
Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.(Q.S. Al-Anam:38)
Ibnu Hazam berkata: Segala bab fiqih terdapat dasarnya dalam Al-Quran, dan Sunnah melahirkannya. Dalam Al-Quran kadang kita jumpai ayat-ayat yang masih belum jelas maksudnya, tetapi penjelasannya terdapat di ayat lain. Dan ada juga yang dijelaskan oleh Nabi sendiri/Sunnah.
Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.(Q.S. An-Nahl:44)
Pengertian As-Sunnah
Menurut bahasa artinya jalan atau cara Menurut istilah ialah Perkataan, perebuatan, dan ketetapan Nabi saw.
Pembagian As-Sunnah
Sunnah Qouliyyah: Perkataan Nabi saw
Sunnah Fi liyyah: Perbuatan Nabi saw Sunnah Taqririyyah: Ketetapan Nabi
Ulama Fiqih yang lain menambahkan:
Sunnah Hammiyah
Sunnah Tarkiyyah
Sesuatu yang diniatkan Nabi tapi belum sempat dilaksanakan oleh Nabi.
Sesuatu yang telah jelas dikatakan oleh sahabat kalau Nabi meninggalkan suatu perbuatan
As-Sunnah Sebagai Sumber Pokok Kedua Dalam Hukum Islam Sebagai penguat (takid) yang mengukuhkan hukum Al-Quran. Sebagai penjelas (bayan) ketetapan hukum Al-Quran yang masih bersifat mujmal atau global: Bayanul Mujmal, yang masih global. Bayanul Mutlaq, membatasi kemutlakan. Bayanul Amm, mengkhususkan keumuman. Bayanul Musykilat, menjelaskan kesulitan pemahaman. Sebagai ketetapan tambahan. Berdiri sendiri sebagai hukum.
Pengertian
Menurut bahasa, ijtihad berarti (bahasa Arab ) Al-jahd atau al-juhd yang berarti la-masyaqat (kesulitan dan kesusahan) dan akth-thaqat (kesanggupan dan kemampuan). Dalam al-quran disebutkan:
Dan (mencela) orang yang tidak memperoleh (sesuatu untuk disedekahkan) selain kesanggupan(at-taubah:79)
Kata al-jahd beserta serluruh turunan katanya menunjukkan pekerjaan yang dilakukan lebih dari biasa dan sulit untuk dilaksanakan atau disenangi. Pengertian ijtihad menurut bahasa ini ada relevansinya dengan pengertian ijtihad menurut istilah, dimana untuk melakukannya diperlukan beberapa persyaratan yang karenanya tidak mungkin pekerjaan itu (ijtihad) dilakukan sembarang orang.
Dalam kaitan pengertan ijtihad menurut istilah, ada dua kelompok ahli ushul flqh (ushuliyyin) -kelompok mayoritas dan kelompok minoritas- yang mengemukakan rumusan definisi. Dalam tulisan ini hanya akan diungkapkan pengertian ijtihad menurut rumusan ushuliyyin dari kelompok mayoritas. Menurut mereka, ijtihad adalah pengerahan segenap kesanggupan dari seorang ahli fiqih atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat dhann terhadap sesuatu hukum syara (hukum Islam).
Dari definisi tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaku utihad adalah seorang ahli fiqih/hukum Islam (faqih), bukan yang lain. 2. Yang ingin dicapai oleh ijtihad adalah hukum syari, yaitu hukum Islam yang berhubungan dengan tingkah laku dan perbuatan orang-orang dewasa, bukan hukum itiqadi atau hukum khuluqi, 3. Status hukum syari yang dihasilkan oleh ijtihad adalah dhanni.
Ditegaskan, yang dimaksud ijtihad adalah bila dimutlakkan maka ijtihad itu bidang hukum fiqih/hukum furu. (Jamu l-Jawami, Juz II, hal. 379). Ada yang mengatakan bahwa ijtihad juga berlaku di bidang aqidah. Pendapat yang nyeleneh atau syadz ini dipelopori al-Jahidh, salah seorang tokoh mutazilah. Dia mengatakan bahwa ijtihad juga berlaku di bidang aqidah. Lantaran itulah Jumhur ulama telah bersepakat bahwa ijtihad hanya berlaku di bidang hukum (hukum Islam) dengan ketentuan-ketentuan tertentu.
Hukum
Orang bertanggung jawab memberikan keputusan, dan ia sendiri belum mengetahui hukumnya, dan peristiwa itu hilang sebelum ditetapkan hukumnya
Suatu masalah yang masih belum hilang dan belum diketahui hukumnya, tetapi ada mujtahi lain
Masalah yang belum terjadi, baik ditanyai ataupun belum ditanyai
Peranan
Masalah
Ijtihadiyyah
Bukan IjtihadiyyahTegas petunjuknya, Ada dalam AsSunnah tidak Ada dalam AlQur an Tidak ada nasnya, dan belum ada ketetapannya
Ada dalam Al-Qur an, As-Sunnah
Tidak pasti keberadaannya
Tidak Ada dalam Al-Qur an, AsSunnah
Kurang tegas hukumnya
Kedudukan
Sebagian ulama memahami bahwa ijtihad adalah sumber hukum ketiga sesudah Al-Quran, dan AsSunnah
Hakim apabila berijtihad kemudian dapat mencapai kebenaran, maka ia mendapat dua pahala. Apabila ia berijtihad kemudian tidak mencapai kebenaran, maka ia mendapat satu pahala. (HR. Bukhari dan Muslim)
Macam-macam
Sarana Pengambilannya
Prosedurnya
Bir Ra yi
Dengan pemikiran
Penggalian makna atas lafaz Dengan penganalogian Mengambil kebaikan dan mengambil kemudharatan
Bayani
Bil Aqli
Dengan memperhatikan maksud syara Dengan penggalian
Qiyasi
Bil Qiyasi
Istislahi
Bil Ijtihad
Mengarah pada hasil ijma
Syarat-syarat
Ghair Muktasabah/Syarat AmahIslam, Baligh, Berakal
Muktasabah
1. Syarat pokok: Memahami Al-Qur an, AsSunnah 2. Syarat Sempurna
Contoh
Hukum dan hal-hal yang menyangkut dengan zakat profesi, hasil usaha dan lain-lain.
Hukum Islam
Jenis Hukum Islam
Unsur-unsur Hukum Islam
Jenis Hukum Islam
Hukum Taklifi
Hukum Wad i
Hukum Taklifi
Berasal dari kata kallafa, yukallifu, taklifan , yang berarti membebankankan. Menurut istilah adalah hukum syari yang berupa tuntutan untuk melakukan sesuatu.
1. 2. 3. 4. 5.
Ijabah/Wajib Nadab/Sunnah Tahrim/Haram Karahah/Makru Ibahah/Mubah
Hukum Wad i
Hukum syari yang menjadikan dua hal berkaitan menjadi satu dan salah satunya menjadi sebab atau syarat, atau penghalang.
1. Sabab, suatu yang menjadikan adanya suatu hukum, ataun kebalikannya. Contoh: nikah menjadi sebab adanya waris. 2. Syart, suatu dengannya baru ada hukum. Contoh: haul dalam zakat. 3. Mani, suatu yang menjadi penghalang berlakunya hukum. Contoh: haidh menghalangi shalat.
Unsur-unsur Hukum Islam
Hakim
Orang yang menghukumi, yaitu Allah SWT.
Mahkum Fih
Perbuatan hukum yang dibebankan kepada mukallaf. Baik Haqqullah, maupun Haqqunnas. Nilai kandungan hukum syari, misalnya: wajib, sunnah, dll.
Mahkum Bih
Orang mukallaf yang diberikan Mahkum Alaih beban hukum.
Mahkum Bih
1. Wajib. Wajib Ain, Wajib Kifayah. 2. Sunnah. Sunnah Ain, Sunnah Kifayah. Sunnah Muakkadah, Sunnah Ghairu Muakkadah. 3. Haram. Haram Lizzaati, Haram Lighairihi. 4. Makruh 5. Mubah
Awarid Al-AhliyahKeadaan tertentu yang bisa menjadi penghalang untuk bertindak.
Awarid AsSamawiyyah1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pembawaan asli
Perbuatan atau usaha manusia sendiri 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Awarid AlMuktasabah
Masa kecil/As-Sighar Gila/Al-Junun Lupa/An-Nisyan Tidur/An-Naum Pingsan Sakit/Al-Marad Mati/Al-Maut
Bodoh/Al-Jahl Mabuk/as-Sakr Bermain-main/Al-hazl Tertahan/Al-Hajr Kesalahan/Al-Khata Keterpaksaan/Al-Ikrah