Post on 27-Dec-2015
LAPORAN KASUS MINOR
Crush Injury Pedis Sinistra
Ishak Lewi Ndaumanu, S.Ked
Pembimbing : dr. Romy Darmawangsa, Sp.OT
SMF Ilmu Bedah
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
I. Status Pasien
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Prof. W.Z Johannes Kupang
Identitas
No. RM : 384618
Nama : An. ON
Usia : 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kefa
MRS melalui IGD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes tanggal 19 Mei 2014 pukul 23.00
WITA.
Keluhan Utama
Kaki kiri terkena rantai sepeda motor
Riwayat Penyakit Sekarang dan MOI
Pasien dibawa ke IGD dengan keluhan kaki kiri terkena rantai sepeda motor yang sedang
berjalan. Hal ini terjadi saat pasien hendak menaiki motor yang sedang dikemudikan oleh
pamannya, namun kaki kirinya terjepit rantai sepeda motor yang sedang berputar, hingga
kaki pasien berdarah dan remuk. Pasien kemudian segera dibawa ke puskesmas terdekat
dan kemudian dibawa ke RS Kefa sebelum dirujuk di Kupang. Pasien datang dengan kaki
yang sudah terbalut perban, dan terlihat rembesan darah.
b. Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS E4V5M6
Status Generalis
Kulit : pucat, turgor kulit normal
Kepala : normal, jejas (-)
Wajah : normal
Mata : anemis +/+, ikterik -/-, isokor +/+
Telinga : normal
Hidung : normal
Mulut : pucat, kering
Leher : jejas -/-
Dada : jejas (-), pengembangan dada simetris sesuai irama napas
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS 2 – ICS 4 parasternal dextra
Batas jantung kiri : ICS 2 – ICS 4 midclavicula sinistra
Batas atas : ICS 2 parasternalis dextra dan sinistra
Auskultasi : S1-S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : pengembangan dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi,
tidak ada retraksi
Palpasi : vokal fremitus simetris +|+
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara napas vesikuler +|+, ronchi -|-, wheezing -|-.
Abdomen
Inspeksi : datar, scar (-)
Auskultasi : bising usus (+) kesan normal
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Ekstremitas Look : tampak luka terbuka di sepanjang sisi dorsal kaki kiri
hingga ke medial plantar, dasar luka otot dan tulang, sebagian
kulit hilang, perdarahan aktif (-)
Feel : nyeri dengan perabaan, tulang metatarsal teraba
menonjol keluar, CRT > 2 detik
Movement : ROM terbatas : dorsoflexi dan plantar flexi
terbatas, fleksi jari-jari kaki terbatas
Gambar 1. Foto Klinis Pasien saat pertama kali di IGD
c. Resume
Anamnesis :
- Anak laki – laki, 13 tahun
- Kaki kiri terkena rantai sepeda motor
- Luka terbuka, nyeri dan berdarah, terpasang perban dan spalak saat datang ke IGD
Pemeriksaan Fisis :
Mata : Konjuntiva anemis +/+
Status Lokalis
- Look : tampak luka terbuka di sepanjang sisi dorsal kaki kiri hingga ke medial
plantar, dasar luka otot dan tulang, sebagian kulit hilang, perdarahan aktif (-), darah
(+)
- Feel : nyeri dengan perabaan, tulang metatarsal teraba menonjol keluar, CRT > 2
detik
- Movement : ROM terbatas : dorsoflexi dan plantar flexi terbatas, fleksi jari-jari kaki
terbatas
d. Assesment
Crush Injury et regio Pedis Sinistra
e. Pemeriksaan Penunjang
- Darah Lengkap
o WBC : 10,29 x 103/UL
o RBC : 4,25 x 106/UL
o PLT : 203 x 103/UL
o Hb : 11,4 g/dl
- Radiologi
Gambar 2. Foto Pedis Sinistra (AP/lateral)
f. Penatalaksanaan
Debridement
Terdapat diskontinuitas tulang pada tulang metatarsal I disertai displaced dan fraktur pada metatarsal II, III, IV,V pedis sinistra disertai dengan dislokasi proximal interpahalanges
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g /IV (ST)
Inj. KTC 3 x 1 A/IV
Inj. Ranitidin 2 x 1 A/IV
II. Pembahasan
Crush Injury adalah cedera yang melibatkan kulit, jaringan lunak dibawah kulit, tendon,
pembuluh saraf, fasia dan tulang. Crush injury terjadi jika terjadi tekanan kompresi pada
jaringan. Kulit akan mengalami cedera serius dengan multipel laserasi dan kontusio, dan benda-
benda asing sekitar akan masuk kedalam luka terbuka tersebut. Pada beberapa kasus kulit
mungkin terlihat intak, namun jika terlepas dari fasia dan otot maka disebut dengan degloving
injury yang dimana akan mengakibatkan gangguan sirkulasi darah pada kulit. Pada cedera
dimana kulit masih terlihat intak, bisa terjadi penumpukan darah dan serum yang akan
berakumulasi pada jaringan antara kulit dan otot. Hal tersebut mengakibatkan tekanan yang
akan merusak otot dan jaringan yang disebut dengan sindroma kompartment.
Kerusakan tendon pada crush injury mungkin tidak akan mengakibatkan kerusakan total
pada tendon, kerusakan mungkin hanya berupa robeknya sebagian tendon. Pada proses
penyembuhan tendon tersebut akan terbentuk jaringan scar yang mengakibatkan perlengkatan
tendon pada jaringan sekitar. Pada gangguan saraf, crush injury mungkin tidak merobek saraf,
namun kemampuan saraf untuk menghantarkan impuls akan terganggu secara permanen, dan
dibutuhkan waktu minggu hingga bulan untuk menentukan apakah saraf mengalami kerusakan
secara permanen atau tidak. Dengan rusaknya fungsi sensoris, maka pasien akan merasa keram
dan mati rasa ataupun nyeri yang berlebihan terhadap sentuhan. Dengan kerusakan fungsi
motorik maka mengakibatkan kelemahan bagian kehilangan fungsi total dari motorik.
Pada crush injury juga terdapat gangguan pada pembuluh darah. Kerusakan pembuluh
darah secara langsung (bergantung pada seberapa besar kerusakannya) akan merusak lapisan
tunika intima. Selain itu cedera tersebut dapat mengakibatkan jaringan sekitar yang diperdarahi
pembuluh darah tersebut mengalami iskemia. Jika kerusakan terjadi pada pembuluh darah vena
maka akan merusak aliran darah balik ke jantung mengakibatkan tekanan pada otot atau jaringan
tersebut meningkat sehingga dapat mengakibatkan kompartment sindrom. Selain itu juga terjadi
kerusakan pada tulang, persendian dan ruptur pada ligamentum. fraktur dapat terjadi seperti
kerusakan tulang menjadi beberapa bagian (fraktur kominutif).
Crush syndrome adalah kondisi medis yang parah yang ditandai dengan syok dan gagal
ginjal dan cedera otot rangka. Crush syndrome juga sering disebut sebagai rhabdomyolisis.
Penegakkan diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis penting untuk ditanyakan mengenai mekanisme terjadinya cedera karena
hal ini dapat membantu dalam menentukan beratnya kerusakan yang ditimbulkan
b. Pemeriksaan fisik
Look :
Inspeksi pada daerah yang mengalami crush injury bagaimana luka
tersebut, apakah ada terlihat benda asing yang masuk dan kelainan yang
lain seperti terlihat fraktur terbuka atau ruptur tendon.
Adanya deformitas menandakan adanya cedera pada tulang atau
persendian.
Feel :
Sirkulasi pada daerah yang mengalami cedera pada kaki (pulsasi arteri
dorsalis pedis dan ulnaris serta capilary refill time)
Palpasi pada daerah kaki apakah adanya bengkak atau jaringan yang
tegang atau tertarik.
Move
Pemeriksaan neurologis seperti pemeriksaan range of motion (ROM),
sensoris dan apakah adanya keluhan keram atau mati rasa, serta kesusahan
dalam membedakan nyeri tajam, tumpul, dan nyeri jari/ pergelangan
tangan yang digerakkan
c. Pemeriksaan Penunjang
Foto x ray : untuk melihat apakah ada kerusakan atau fraktur pada tulang
Penatalaksanaan
Penanganan crush injury menggunakan prinsip penanganan pada kasus trauma. Airway,
Breathing, Circulation harus dinilai dan dipertahankan stabilitasnya. Pada kasus crush injury
yang paling sering terjadi seperti pada ekstremitas dapat menyebabkan gangguan sirkulasi akibat
perdarahan, resusitasi cairan penting untuk menjaga kestabilan hemodinamik pasien. Jika terjadi
kerusakan yang fatal pada ekstremitas maka pasien tersebut beresiko akan timbulnya crush
syndrom. Hal ini akibat kerusakan yang luas dari otot skeletal.
Crush injury sering melibatkan cedera pada kulit, otot, tendon hingga tulang. Pada kasus
ini, pasien mengalami kerusakan hingga tulang, dimana didapatkan tonjolan tulang metatarsal
keluar dari kulit. Penting untuk mengetahui apakah terdapat cedera neurovascular pada pasien
dengan memeriksa arteri, vena dan nervus pasien. Pada pasien ditemukan bahwa arteri dorsalis
pedis dapat teraba, namun kerusakan dibawahnya membuat jari-jari kaki teraba dingin dan
capillary refill time memanjang. Tidak terlihat lagi perdarahan aktif, pasien telah dilakukan
penanganan awal di Kefa dengan menggunakan bebat tekan dan imobilisasi dengan pemasangan
spalak pada plantar pedis. Pada pemeriksaan saraf, ROM dorsoflexi sedikit terbatas, demikian
halnya dengan gerakan jari-jari kaki mengalami keterbatasan.
Gambar 3. Luka post debridement
Penanganan lanjut dari pasien ini adalah dilakukan debridement dengan tujuan dilakukan
eksplorasi pembersihan / eksisi jaringan yang mati, diberikan analgetik dan antibiotik spektrum
luas. Pada pasien juga ditemukan fraktur transversal metatarsal. Pada perawatan di bangsal,
setelah dilakukan debridement, maka kondisi umum pasien membaik. Luka pada kaki juga
menunjukkan hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Crush Injury dalam www.emedicine.com/crush injury, diakses pada 2 Juni 2014
2. Semer NB. Hand Crush Injury and Compartment syndrom. Practical Plastic Surgery for
Nonsurgeons: Choice Press; 2007. p. 329-38
3. Solomon L, dkk. Fractures and Injuries. Apley’s system of orthopedic and fracture, 9th
Edition. London.