TANGGUNG JAWAB GURU DALAM MELAKSANAKAN PENDIDIKAN AGAMA ...
Transcript of TANGGUNG JAWAB GURU DALAM MELAKSANAKAN PENDIDIKAN AGAMA ...
(Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen)
Volume 1, No.2, November 2019 (103-125)
htttp://e-journal.sttaw.ac.id/index.php/kaluteros
TANGGUNG JAWAB GURU DALAM MELAKSANAKAN
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI SEKOLAH
Farida Tawuru May, S.Pd.K., M. Th
STT SOE
abstract
The research is to give a description about the importance
of a teacher as key of succed of a school. Teacher should have a faith
that their assignment as teacher is a noble task, by the power of the
Holy Spirit is to be able to give the student to a changing mind,
behavior. Jesus, the Great Master ordain the task to teacher. He is
also give wisdom and power to teach. The Christian teacher should
believe that Holy Spirit will help student to understand what the
teacher’s teach
abstrak
Penelitian ini untuk memberikan gambaran bahwa Guru
adalah kunci keberhasilan dari sebuah lembaga pendidikan. Guru
perlu memiliki keyakinan bahwa tugasnya sebagai pembimbing
dan pengajar adalah tugas yang mulia, dengan kekuatan Roh
kudus mampu membawa anak didik kepada suatu perubahan pola
pikir dan tingkah laku. Yesus sang Guru Agung yang telah
memberi tugas itu kepada seorang guru, Dia jugalah yang
memberi hikmat dan kuasa untuk mengajar. Guru PAK perlu yakin
Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 104
bahwa Roh Kudus akan menolong anak didik untuk mengerti apa
yang telah disampaikannya
A. Pengertian Guru
Sejak zaman purbakala guru sudah dikenal, guru muncul
sejak adanya ilmu. Sebab siapakah yang dapat mengajarkan ilmu
itu kalau bukan seorang guru. Secara umum guru adalah orang
yang memiliki kemampuan untuk mengajar. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia, “Guru adalah orang yang pekerjaan, mata
pencahariannya, profesinya mengajar.”1 Hal yang sama juga
dikatakan oleh Suharso dan Ana Retnoningsih “Guru adalah orang
yang kerjanya mengajar.”2
Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
: mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.”3 Sedangkan Hamzah dalam bukunya, Profesi
Kependidikan, “Guru adalah orang dewasa yang secara sadar
bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing
peserta didik.”4
Dari pengertian tersebut berarti guru adalah seorang yang
aktifitasnya adalah mengajar. Kegiatan mengajar berarti ada
hubungannya juga dengan oknum yang diajar. Melihat pengertian
ini, guru harus mempunyai kemampuan yang lebih dari oknum
yang akan diajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru
1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
2002, hlm 377 2 Suharso & Ana Retnoningsih, Kamus Bahasa Indonesia, Widya Karya
Semarang, 2005 3 Suyatno, Pedoman Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Melalui Pengembangan
Budaya Sekolah, Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta, 2010, hlm 15 4 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hlm
15
KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 105
adalah seorang yang memiliki kemampuan lebih untuk mengajar
orang lain.
Seorang guru memegang peranan penting dalam dunia
pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Paul
Suparmo mengatakan:
“Kemampuan untuk mengajar baik di dunia
pendidikan formal dan nonformal, yang mencakup
tidak hanya mengajar dalam hal menyampaikan yang
pernah guru tahu kepada anak didik tetapi mau
mengatur dan membangun situasi dimana guru
mengajar.”5
Mengingat judul yang dipilih, tentu penulis hanya
mengangkat perihal dalam dunia pendidikan formal yaitu guru
diperhadapkan dengan situasi dalam ruang kelas. Menanggapi hal
ini, Hamzah mengutip apa yang dikatakan Laurence D. Hazkew
dalam bukunya This is Teaching (hal 10) mengatakan : “Teacher is
profesional person who conducts classes” artinya “Guru adalah
seorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan
mengelola kelas.”6 Dengan demikian guru mampu memunculkan
suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Buchari Alma
mengatakan “Guru adalah kunci keberhasilan sebuah lembaga
pendidikan, juga sales agent. Baik buruknya perilaku atau cara
mengajar guru akan sangat mempengaruhi citra lembaga
pendidikan.”7 Sesungguhnya guru mempunyai peranan yang
penting dalam dunia pendidikan. Boleh penulis katakan,
keberhasilan di dunia pendidikan ada di tangan guru. Menanggapi
hal ini, guru harus cerdas sebab kecerdasan anak didik untuk
menyikapi seluruh kenyataan hidupnya sangat bergantung
bagaimana kecerdasan guru memberi pengajaran yang baik.
Aktivitas belajar-mengajar dalam pendidikan tidak akan
lepas dari sikap hidup dan tingkah laku anak didik. Karena itu
5 Paul Suparno, Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan, Kanisius, 1997,
hlm 65 6 Hamzah B. Uno, Opcit, hlm 15
7 Buchari Alma, Guru Profesional, Alfabeta, Bandung, 2008, hlm 123
Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 106
guru mempunyai peranan penting dalam hal ini. Sehubungan
dengan ini, Hamzah mengutip apa yang dikatakan Jean D. Grambs
dalam bukunya foundation of teaching anintroduction to modern
education, hal 141 mengatakan:“Teacher are those persons who
consciously direct the experiences and behavior of an individual so
that education takes places” artinya “Guru adalah mereka yang
secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah diri seorang
individual sehingga dapat terjadi proses pendidikan.”8 Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa guru adalah seorang yang
mempunyai pengalaman lebih dari murid yang akan mengarahkan
murid mengalami pengalaman yang sama. Dapat disimpulkan
bahwa guru adalah seorang dewasa yang mempunyai kemampuan
dan pengalaman yang lebih dari anak dididiknya dan secara sadar
mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik untuk
mencapai tingkat kedewasaan sampai tujuan pendidikan
terwujud.
Pengalaman dan kemampuan yang dimiliki guru untuk
membimbing anak didik diharapkan setiap anak didik
memperoleh pengalaman dalam memecahkan masalah, dan
ketuntasan bekerja dengan hasil yang baik, sebab pendidikan
adalah proses pemberdayaan yang diharapkan mampu
memberdayakan peserta didik menjadi manusia yang cerdas,
manusia berilmu dan berpengalaman serta manusia yag terdidik.9
Cara guru memperlakukan anak didik akan berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku siswa dimasa mendatang. Dengan demikian
guru harus dapat mengembangkan kesadaran anak didiknya akan
segala kemungkinan yang dihadapinya dan meningkatkan
kemampuan anak didik dalam menghadapi masalah yang ada
disekelilingnya.10 Sebagai seorang pengajar guru harus berani
berjuang memberi apa yang dimilikinya demi terwujudnya anak
8 Hamzah B. Uno, Opcit, hlm 15
9 Ibid, hlm 11.
10 Jason Lase, Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Sekolah Terhadap
Vandalisme Siswa, Program Pasca Sarjana, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, Jakarta , 2005, hlm 45.
KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 107
didik yang tidak hanya pintar secara intelektual tetapi cerdas
menanggapi masalah hidupnya.
B. Pengertian Pendidikan Agama Kristen
Pandangan umum berkata, kepercayaan itu identik dengan
Agama. Agama adalah lembaga yang dibuat manusia untuk
membangun hubungan dengan pribadi yang dipercaya lebih tinggi
dari padanya. “Secara Substansi agama adalah pengakuan
manusia terhadap kekuatan yang lebih tinggi dan tidak tampak
yang mengawasi nasib manusia dan berhak atas kepatuhan,
hormat dan pujian."11 Ketika Agama ada saat itulah pendidikan
Agama muncul. Dalam memahami PAK, perlu ada batasan-
batasannya. Menurut R. R. Boehlke dalam bukunya membangun
teori PAK, dirumuskan sebagai berikut :
“PAK adalah usaha sengaja dari gereja untuk menolong
dari segala segi umur yang dipercayakan Tuhan kepada
pemeliharaanNya untuk memberikan tanggapan atas
penyataan Allah dalan Yesus Kristus yang disaksikan
dalam Alkitab dan kehidupan gereja supaya dibawah
pimpinan Roh Kudus diperlengkapi guna melayani
sesama manusia atas nama Tuhan Yesus ditengah
keluarga, gereja, masyarakat dan dunia alam.”12
Menurut Paul H. Vier, “PAK adalah suatu proses yang
olehnya orang-orang diperhadapkan dan dikontrol menurut injil
Kristus kepada manusia dan sekaligus mengawalinya.”13 Menurut
pengertian ini, PAK akan mengontrol manusia yang dasarnya
adalah injil Yesus Kristus. Injil itulah yang mengatur hidup
manusia. Berbicara mengenai injil berarti ada kaitannya dengan
Alkitab yang adalah Firman Allah. Pemahaman ini juga diakui oleh
Homrighausen dengan penjelasan, PAK adalah pendidikan yang
sumber ajarannya adalah Alkitab, Penjelasan isi Alkitab adalah
11
Agama Pragmatis, Yayasan Indosiatera, Magelang, 2001, hlm 70 12
R R Boehlke, Membangun Teori PAK, STT Proklamasi, Jakarta, 2008, hlm
4 13
Paul H. Vier, Pendidikan Agama Kristen, hlm 7
Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 108
dasar, pusat dan maksud yang terutama dalam pengajaran
Agama.14 Semakin jelaslah bahwa PAK adalah ajaran Kristen yang
terarah kepada Allah dan Alkitab adalah sumber ajarannya.
PAK merupakan sarana yang disediakan Allah untuk
membuat umat-Nya mengenal siapa Dia dan apa yang dikerjakan-
Nya. PAK sudah ada sejak Allah memiliki kehendak untuk
bersekutu dengan umat-Nya. Hal ini diungkapkan Homrighausen
& Enklaar dalam buku PAK demikian :
“Pendidikan Agama Kristen berpangkal kepada
persekutuan umat Tuhan didalam Perjanjian Lama,
dasar-dasar pengajarannya sudah ada dalam sejarah suci
purbakala. PAK sudah ada sejak pemanggilan Abraham
menjadi nenek moyang umat pilihan Allah. Pendidikan
Agama berpokok pada Allah karena Allah adalah
pendidik agung bagi umat Nya.”15
Pengertian PAK yang diungkapkan seperti diatas ini,
membuat semakin jelas bahwa melalui PAK seseorang akan
bersekutu dengan Allah dan akan diajar Allah sendiri. Jika Alkitab
adalah sumber pengajaran PAK maka benarlah yang dikatakan
Timotius “Semua tulisan yang diilhamkan Allah memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk memdidik orang dalam
kebenaran.”16
PAK mampu mengendalikan hidup seseorang. Melihat
kehidupan remaja masa kini, Jason Lase mengutip apa yang
diungkapkan David “PAK adalah salah satu hal penting yang
mampu mengendalikan kehidupan dan tingkah laku remaja”.17
Jadi PAK adalah pendidikan yang dibuat Allah sendiri, terarah
kepada Allah dan Allah adalah pendidik agung bagi umatNya. PAK
sangat relevan untuk mengubah perilaku setiap orang di masa
kini.
14
Homrighausen & Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, Bpk Gunung Mulia,
Jakarta, 2008, hlm 62 15
Ibid, hlm 1 16
2 Timotius 3:16 17
Jason Lase, Opcit, hlm 78
KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 109
C. Guru dalam Pendidikan Agama Kristen
Setelah membahas guru dan PAK, dapat dikatakan bahwa
PAK adalah sarana yang dibuat Allah untuk bersekutu dengan
umat-Nya dan Allah sendiri mengakui bahwa Ia adalah guru
Agung yang akan mengubahkan manusia. Dari pemahaman ini,
tentu pada zaman sekarang umat Allah sedang ada di dunia dan
Allah butuh orang-orang yang dapat dipakai-Nya untuk
mengajarkan kebenaran kepada manusia. Guru PAK ada dalam
tanggung jawab ini, ada hubungan yang erat antara Guru dan PAK.
a. Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran
Sebagian guru memandang pengajaran sebagai Sains
adalah suatu aktifitas kompleks. Sebagian lain memandangnya
sebagai suatu seni, pertemuan yang spontan, tidak berulang dan
kreatif antara guru dan siswa. Berkenaan dengan pembelajaran,
sebagian guru menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi
siswa, yang lainnya menekankan perilaku siswa. Apapun
pandangan guru di atas tidaklah salah, namun sesungguhnya
perilaku siswa sangat penting dalam proses belajar mengajar.
Sehubungan dengan perilaku siswa Winkel berkata :
“Pada awal setiap proses belajar mengajar, guru
seharusnya meneliti lebih dahulu tingkah laku awal
seorang siswa, dari tingkah laku awal inilah tergantung
bagaimana proses belajar mengajar baiknya diatur dan
apakah tujuan instruksional khusus yang mula-mula
ditetapkan harus mengalami perubahan. Keadaan awal
yaitu keadaan yang terdapat sebelum proses belajar
mengajar dimulai namun dapat berperan dalam proses
itu.”18
Dalam proses pengajaran guru harus menguasai cerita-
cerita Alkitab yang akan diajar sehingga dengan penguasaan itu
18
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta, 1986, hlm 81
Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 110
guru akan yakin untuk mengajarkannya. Wismoady mengatakan
bahwa “Anak didik akan merasa bahwa cerita yang disampaikan
guru memang cerita yang sungguh ada.”19 Dengan keyakinan ini,
guru akan dengan berani mengatakan bahwa Yesus adalah pusat
hidup. Guru PAK perlu memiliki keyakinan pertolongan Tuhan
yang mampu memberi pengertian kepada guru untuk memahami
keadaan siswa dalam pengajarannya.
Guru perlu memiliki keyakinan bahwa tugasnya sebagai
pembimbing dan pengajar adalah tugas yang mulia, dengan
kekuatan Roh mampu membawa anak didik kepada suatu
perubahan pola pikir dan tingakah laku. Yesus sang Guru agung
yang telah memberi tugas itu kepada seorang guru, Dia jugalah
yang memberi hikmat dan kuasa untuk mengajar. Guru PAK perlu
yakin bahwa Roh Kudus akan menolong anak didik untuk
mengerti apa yang telah disampaikannya.
b. Keyakinan mengenai anak didik
Dalam bagian ini, penulis ingin membahas keyakinan
seorang guru terhadap anak didik yang sedang diajarnya.
Pandangan negatif terhadap anak didik akan mengasilkan sesuatu
yang negatif pula. Guru yang memiliki pemikiran positif
mengetahui bahwa anak didik berbeda dalam kecenderungan
untuk belajar dan tumbuh. Guru PAK yang melayani dengan kasih
akan tahu memperlakukan anak didik dengan kasih.
Guru di sekolah tidak hanya berperan sebagai pemberi ilmu
pengetahuan, tetapi juga berfungsi sebagai orang tua yang
mendidik dan membimbing. Jason Lase berkata,
“Guru bukan sekedar pengecer ilmu bagi siswanya
tetapi guru harus dihayati oleh siswanya sebagai
orang tua, sebagai wakil orang tua, sebagai orang yang
dituakan, bila siswa mengalami kesulitan kepadanya
ia mengadu.”20
19
Wismoady, Di Sini Ku Temukan, Bpk Gunung Mulia, Jakarta, 1986, hlm
517 20
Jason Lase, Opcit, hlm 44
KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 111
Sebagai seorang pelayan kasih karunia yang baik, guru PAK perlu
merelakan hati menjadi tempat pengaduan yang baik bagi siswa.
Anak didik di sekolah membutuhkan kasih sayang dan
perhatian. Guru PAK harus dengan yakin dapat memenuhi
kebutuhan anak didik yang demikian. Tugas ini tidaklah susah
untuk dilakukan oleh seorang guru PAK, cukup dengan membuka
diri dihadapan anak didik dengan menjadi tempat berbagi bagi
anak didik. Di rumah mungkin anak didik mengalami perlakuan
yang tidak adil, kurang perhatian dan kasih sayang, di sekolahlah
anak didik mengaharapkan ada yang bisa menjawab kebutuhan
itu. Guru PAK dapat merangkul, mengasihi bahkan dapat memeluk
anak didik dengan kasih seorang Bapa yang sejati.
c. Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui
Guru PAK perlu memiliki dasar teologi yang cukup, sebab
PAK akan diarahkan pada tujuan akhir, yaitu hidup dalam iman
kepada Yesus Kristus. Wismoady mengungkapkan apa yang
pernah dikatakan M.V.C.Jeffreys bahwa “Para guru Kristen tidak
boleh merasa ragu-ragu bahwa mereka adalah pengikut-pengikut
Yesus dan tidak boleh ragu untuk berdiri mengakui posisi itu.”21
Ini artinya dengan keyakinan kepada Kristus, anak didik akan
diarahkan kepada Kristus. Dalam pengajaran Agama, guru perlu
memahami bahwa : pertama, Pendidikan Agama Kristen diajarkan
oleh karena Allah sendiri telah menyatakan diri-Nya kepada
manusia. Kasih-Nya dinyatakan dengan jelas kepada manusia dan
anak didik perlu memahami hal ini. Kedua, karena akibat
pernyataan tadi maka guru terdorong untuk memperkenalkan
Yesus (hakikat, pekerjaan, kematian, kebangkitan dan
kemenangan Yesus atas maut) kepada anak didik. Ketiga, dengan
kuat kuasa Roh kudus guru dapat mengajar dan dan bersaksi
tentang kristus kepada anak didik. Roh Kuduslah yang berkuasa
untuk meyakinkan anak didik akan kepercayaan kepada Kristus.
D. Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Kristen
21
Wismoady, Opcit, hlm 481
Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 112
Seorang guru PAK sedang bekerja di dalam pelayanan
pendidikan yang dibuat Allah untuk membimbing anak didik
menjadi murid Kristus, dan memenuhi panggilan Amanat Agung.
Karena itu guru PAK perlu bertanggung jawab dengan
pangggilannya. Adapun tanggung jawab Guru PAK yang dapat
penulis tuliskan dalam skripsi ini, adalah sebagai berikut:
1. Guru Pendidikan Agama Kristen Adalah Seorang
Gembala Bagi Muridnya
Sebagai seorang gembala guru harus mengarahkan anak
didik ke jalan yang benar, seperti seorang gembala mengarahkan
kawanan domba ke jalan yang baik. Guru PAK bertanggung jawab
atas kehidupan rohani murid-muridnya dan wajib membina hidup
rohani mereka.22 Anak didik adalah seperti kawanan domba yang
harus diberi makan makanan yang berguna untuk
pertumbuhannya. Allah sendiri telah menjadi gembala teladan
bagi guru-guru PAK. Seorang gembala mampu memberi rumput
hijau bagi kawanan domba bahkan seorang gembala mampu
menguatkan dan menuntun ke jalan yang benar serta mampu
menyediakan hidangan bagi para lawan mereka (Mazmur 23:5)
yakni menghadapi pergolakan karakter dunia di zaman akhir ini.
Oliver Mahan berkata, penugasan seorang gembala tak bersumber
dari pikiran manusia, tetapi dari belas kasihan Allah dan
perintahNya.23 Karena itu seorang guru perlu mendengar dan
memahami bahwa tugasnya sebagai seorang guru Pendidikan
Agama Kristen adalah sebuah panggilan pelayanan dengan pesan :
“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada
padamu jangan dengan paksa tetapi dengan sukarela
sesuai kehendak Allah dan jangan karena mau mencari
keuntungan tetapi dengan pengabdian diri, janganlah
kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas
mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi gi
22
I.H. Enklaar Dan E.G. Homrighausen, Opcit. hlm 164 23
Oliver Mc. Mahan, Gembala Jemaat Yang Sucses, Metanoia, Jakarta,
2002, hlm 27
KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 113
hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba
itu."24
Kata paksa dalam ayat di atas menunjukkan seseorang yang
bekerja hanya karena ia dipaksa atau rekayasa melakukan suatu
hal. Sukarela ini berarti miliki hati yang tergerak untuk melayani.
Mencari keuntungan yakni meraih keunutungan dengan motifasi
yang salah. Pengabdian diri artinya mengerahkan seluruh energi
dengan motivasi yang tepat. Memerintah atas mereka artinya
berusaha untuk menjadi tuan atas yang dipimpin. Seorang
gembala perlu melayani dengan hati yang tergerak dan dengan
pengabdian diri. Guru PAK perlu ada dalam posisi ini. Yesus
sebagai seorang gembala berkata “Akulah gembala yang baik, Aku
mengenal domba- dombaKu dan domba-dombaku mengenal Aku,
Yohanes 10:14.” Sebab itu seharusnyalah seorang guru mengenal
tiap-tiap anak didiknya bukan namanya saja melainkan latar
belakang dan pribadinya. Kualifikasi guru sebagai gembala
adalah: guru perlu mengenal cara belajar murid yang sedang
diajarnya dan guru perlu mengenal latar belakang dan pribadi
murid. Pada bagian selanjutnya, penulis akan menjelaskan kedua
kualifikasi tersebut.
a. Guru perlu mengenal cara belajar anak didik yang sedang
diajarnya
Sebagai seorang gembala, guru perlu mengenal anak
didiknya sebab bagaimana mungkin seorang guru mengajar tetapi
tidak tahu siapa yang diajarnya. Mary Go mengatakan “Seorang
gembala yang baik harus mengenal setiap dombanya, bersedia
membawa domba yang berada di luar untuk masuk kedalam
kandang dan wajib menyediakan makanan yang mencukupi
kebutuhannya.”25 Ini artinya, sebagai seorang gembala, guru harus
mengenal anak didiknya dengan baik sehingga mampu memberi
makanan rohani yang sesuai dengan kebutuhanya. Fuller
24
1Petrus 5:2-3 25
Mary Go Setiawan, Pembaharuan Mengajar, Yayasan Kalam Hidup,
Bandung, hlm 11.
Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 114
mengatakan “Guru atau pendidik berarti orang yang
menghasilkan yang terbaik dalam diri murid.”26 Harapan itu akan
dicapai apabila guru mengenal anak didiknya dengan baik.
Cara belajar anak sama individualnya dengan sidik jarinya
dan mencerminkan perkembangannya, bakatnya, kekuatannya
dan kelemahannya karena itu guru perlu mengenal tipe belajar
anak didiknya sehingga setiap anak tidak dipaksakan untuk
belajar dengan cara yang bukan tipe belajarnya. Anak dengan tipe
belajar kinestetis tidak bisa dipaksakan secara spontan untuk jadi
sama dengan anak dengan tipe belajar audio fisual. Guru
mempunyai tanggung jawab untuk melihat kelemahan-kelemahan
dalam diri anak sesuai tipe belajarnya. Misalnya seorang anak
dengan tipe membaca kinestetis tidak bisa dibiarkan sendiri dan
dipaksa untuk menemukan sendiri potensi belajarnya. Sebab anak
dengan tipe ini akan cepat sekali untuk tidak suka membaca jika
tidak ada seseorang yang membantunya menemukan buku-buku
yang sesuai dengan minatnya.27 Sebagai seorang gembala bagi
muridnya, guru perlu mengenal cara belajar muridnya sehingga
guru dapat membawa murid-muridnya makan di rumput yang
hijau. (Mazmur 23:2a)
b. Guru Perlu Mengenal Latar Belakang Dan Pribadi Anak didik.
Kata mengenal berarti lebih dari sekedar mengetahui.
Psikologi setiap anak didik dalam kelas tidak sama. Setiap anak
didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Dalam
pendidikan, anak didik akan diarahkan selain untuk menjadi
murid Kristus, tetapi juga pada perkembangan intelektual,
sehingga perlu diperhatikan keseimbangan antara apa yang
diterima anak didik dengan apa yangmenjadi ciri khasnya. S.
Nasution menuliskan “Pikiran waras mengatakan bahwa harus
dipelihara keseimbangan antara perkembangan intelektual dan
26
Cheri Fuller, Maksimalkan Potensi Belajar Anak Anda, Yayasan Kalam
Hidup, Bandung, 2007, hlm 49 27
Ibid, hlm 52
KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 115
perkembangan psikologi anak.”28 Guru perlu lebih dahulu
mengenal latar belakang kehidupan anak didik sebelum
memaksanya melakukan kehendak guru.
Ada beberapa aspek dari pribadi murid yang harus
diketahui oleh guru menurut Nasution,29 yang dapat penulis
tuliskan, meskipun sebenarnya masih banyak hal yang perlu
diketahui:
Pertama, latar belakang keluarga. Situasi dalam keluarga
besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial, minat,
sikap, tujuan, disiplin dan perbuatan siswa di sekolah. Apabila di
rumah siswa sering mengalami tekanan, merasa tidak aman,
frustasi maka ia juga mengalami perasaan asing di sekolah. Kalau
di rumah ia merasa di tolak, maka di sekolahpun ia merasa tidak
diterima. Keadaan ekonomi di rumah juga berpengaruh dengan
sikapnya di sekolah. Keluarga kacau dan tidak teratur akan
membuat siswa tidak berprestasi.30 Ketidakharmonisan dalam
dalam keluarga mengakibatkan anak mengekspreikan
perasaannya melaui tindakan vandalise atau kegiatan
merusakkan. sebab anak tidak menemukan kepuasan dan
keharmonisan dalam keluarga. Hal yang sama dituliskan Jason
Lase dengan mengutip tulisan John locke yang mengatakan
bahwa:
“Seorang anak akan menjadi baik atau jahat tergantung
dari pengalamnnya. Salah satu pengalaman yang tidak
baik adalah bila pendidikan anak dalam keluarga
diserahkan pada pembantu rumah tangga. factor
pengasuhan (nurture) lebih penting bila dibandingkan
dengan factor bawaan dari alam (nature).”31
Dalam situasi-situasi yang demikian, anak didik sedang ada dalam
keadaan kehilangan perhatian dan suasana hati yang tidak
28
S. Nasution , Berbagai Pendekatan Dalam Proses Mengajar, Bumi Aksara,
Jakarta, 2005, hlm 119 29
Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm
25 30
Sylvia Rimm, Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk, Grasindo,
Jakarta, 1997, hlm 61 31
Jason Lase, Opcit, hlm 78
Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 116
menentu. Guru PAK perlu hadir memberi sesuatu yang adalah
kebutuhannya. Guru PAK bertanggung jawab memberi rasa aman
yang dasariah dengan menjadikan anak didik bagian dari
persekutuan yang penuh perhatian dan pengertian.32 Ada juga
keluarga yang membesarkan anak dengan manja, memotivasi
anaknya memberikan hadiah. Anak bertumbuh dengan tidak
pernah merasa kekurangan sehingga ia merasa tidak
membutuhkan orang lain. Anak yang besar dengan situasi ini
tidak akan merasa perlu untuk berdoa kalaupun ia berdoa itu
hanya akan berisi permohonan yang manja.”33 Hal-hal yang telah
penulis sebutkan inilah yang perlu diperhatikan guru dalam
mengajar sebab itu sangat berpengaruh dengan sikap anak didik
di sekolah. Dengan mengenal latar belakang keluarga yang
demikian penulis pikir, guru PAK akan jadi gembala yang baik
untuk anak didiknya.
Kedua, sifat-sifat kepribadian anak didik. Guru perlu
mengenal sifat-sifat kepribadian anak didik agar guru dengan
mudah mengadakan pendekatan pribadi dengan mereka. Dengan
demikian, hubungan pribadi menjadi lebih dekat dan akan
mendorong pengajaran lebih efektif. 34 Setiap anak mempunyai
sifat pribadi masing-masing yang tidak bisa diperlalukan secara
merata. Orang yang bersifat tertentu cenderung menerima atau
menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu
sebagai hal yang berguna baginya atau tidak.35 Anak didik yang
memandang belajar di sekolah sebagai sesuatu yang bermanfaat,
ia akan betindak positif. Guru perlu cerdas menanggap situasi ini
sehingga yang diutamakan ialah perkembangan pribadi anak
khususnya dalam aspek emosional agar ia bebas dari goncangan
jiwa dan menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dengan memahami akan hal itu, maka guru akan
mampu menjadi seorang gembala yang menyegarkan jiwa anak
didiknya (Mazmur 23:3).
32
Iris V. Cully, Opcit, hlm 148. 33
W. S. Winkel, Opcit, hlm 493 34
Oemar Hamalik, Opcit, hlm 101-105 35
Wismoady, Opcit, hlm 105
KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 117
Gembala Agung berkata, “Aku memberi nyawa-Ku bagi
domba-domba-Ku, Yohanis 10:15” Kata Yesus ini sangat pribadi,
Ia melakukan itu karena kasihNya bagi dombaNya. Guru adalah
gembala yang mengajar penuh kasih, karena Yesus yang
memanggilnya adalah Kasih yang telah memberi nyawa-Nya
untuk kawanan domba. Oliver Mahan berkata: Tugas
penggembalaan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan individu
yang sifatnya sesaat, tetapi juga untuk memenuhi kebutahan
kekal.36 Karena itu guru Agama perlu lebih dulu percaya kepada
keselamatan kekal yang telah diberi Gembala Agung sehingga
anak dapat dibawa dalam kepercayaan akan perkara ini.
2. Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai seorang
Penginjil
a. Pengertian penginjilan
Penginjilan adalah sebuah pemberitaan injil atau kabar
kesukaan, yang memanggil manusia untuk ada dalam karya
penyelamatan Allah. Penginjilan adalah tugas setiap orang yang
telah memperoleh keselamatan. Injil Yesus Kristus perlu
diberitakan sedemikian rupa hingga memulihkan manusia. Injil
yang diberitakan harus menobatkan, mengadili dan
menyelamatkan manusia. Luther yang dikutip I.H.Enklaar pernah
mengatakan “Injil mematikan adam lama dan membangkitkan
adam baru.”37 Penginjilan adalah memperkenalkan Yesus kepada
orang lain tetapi bukan usaha untuk mengkristenkan tetapi
membawa orang itu menemukan Yesus dalam hidup dengan
bantuan kuasa Roh Kudus. John Mott yang juga dikutip I.H.Enklaar
berkata: “Pengijilan itu berarti memperkenalkan Yesus sehingga
Ia dikasihi, dipercayai dan di taati. Penginjilan itu pengasihan dan
pertolongan persaudaraan kepada orang lain untuk dibawa
kesorga rumah Bapa.”38 Pengijilan di sekolah sangat penting
untuk menolong anak didik untuk mengenal sorga karena itu
kasih Tuhan perlu disampaikan dengan benar di sekolah. Mary Go
36
Oliver Mc Mahan, Opcit, hlm 25 37
I. H. Enklaar & E.G. Homrighausen, Opcit, hlm 178 38
Ibid, hlm 179
Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 118
mengungkapkan “Guru mengajar bukan hanya mengisi murid
dengan kebenaran tetapi yang lebih penting adalah memberitakan
injil, supaya jiwa mereka diselamatkan.”39
Yesus adalah seorang Bapa yang menerima anak-anak
dengan kasih-Nya yang besar, meskipun dunia melihat anak–anak
kecil itu tidak ada artinya, menolak mereka, tetapi Justru Yesus
melihat mereka layak menikmati kerajaan sorga. “Biarkan anak–
anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka,
sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan
Sorga, Mat 10:13-16.” Dalam perenungan inilah, Guru PAK adalah
seorang penginjil bagi anak didik untuk dibawa menjadi anggota
Kerajaan Sorga.
b. Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai penginjil bagi anak
didik
Guru di sekolah adalah pembawa kabar kesukaan. Guru
dipanggil untuk menerima harta abadi dari Kristus dan dibagikan
kepada anak didik. Amanat Agung Tuhan Yesus juga tertuju
kepada guru yakni “pergilah, jadikanlah segala bangsa bangsa
muridKu dan baptislah mereka dalan Nama Bapa dan Anak dan
Roh Kudus dan ajarlah mereka…Matius 28:19-20.” Guru PAK
perlu secara serius melakukan tanggung jawab ini dengan alasan
seperti yang diungkapkan Iris V. Cully40 bahwa dunia semakin
jahat dan ada dalam krisis yang hebat. Manusia berlomba- lomba
untuk saling membinasakan, anak–anak lulusan pendidikan
Agamapun ikut serta dalam melakukan hal- hal yang tidak
bermoral. Jalan keluarnya adalah Guru perlu dengan cermat
mempersiapkan anak didik dengan pemberitaan injil Yesus
Kristus sebab hanya injil yang bisa melepaskan manusia yang ada
dalam bahaya neraka. Guru perlu peka untuk melihat bahwa
organisasi gereja, sekolah minggu, bahkan dalam keluarga belum
cukup untuk membimbing anak-anak hidup sungguh–sungguh
39
Mary Go Setiawan, opcit, hlm 12 40
Iris V. Cully, opcit, hlm 23
KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 119
menjadi murid Kristus, sebab tugas menjadikan mereka murid
Kristus adalah tugas mulia karena itu guru perlu dengan secara
tegas menanamkan nilai- nilai kerohanian dalam proses belajar
mengajar. Guru perlu menyadari keagungan injil dalam
pengajaran, sehingga dengan berani untuk memperkenalkan
Yesus penguasa hidup dalam kehidupan anak didik dan akhirnya
anak didikpun berani untuk hidup didunia luar tanpa harus ikut
arus dengan tata dunia yang jahat.
3. Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai Pemimpin
Dalam bagian ini, penulis akan membahas bahwa Guru
sebagai pemimpin tidak boleh menunutun anak didik masuk
dalam kepercayaan Kristen dengan paksaan. Fungsi guru yang
paling penting adalah memimpin anak-anak dan membawa
mereka kearah tujuan yang tegas.41 Jadi hendaknya sebagai
pemimpin, guru perlu tahu kemana arah kepemimpinannya dan
bagaimana Ia harus memimpin anak didiknya.
Ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin menurut Joyce Meyer42 yaitu hati yang rela, ini identik
dengan kemauan utuk melakukan sesuatu. Pemimpin yang baik
harus memiliki hati yang rela. Hati yang bijak, yakni pemimpin
yang punya hikmat. Amsal 24:3 berkata “Dengan hikmat, rumah
didirikan, dengan kepandaian itu ditegakan. Hikmat tampak pada
cara bicara, cara bertindak, cara menjalankan tanggung jawab dan
cara memperlakukan orang lain.” Pemimpin akan mengalami
suatu tragedi terbesar dalam hidupnya jika tidak berjalan dalam
hikmat Tuhan. Hati yang lemah-lembut, tetapi hendaklah kamu
ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling
mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah
mengampuni kamu, Efesus 4:32. Memiliki hati yang lemah lembut
sama dengan memiliki nurani yang lemah lembut dan kelembutan
nurani adalah hal yang utama dalam seseorang untuk bisa dipakai
41
S. Nasution, opcit, hlm 124 42
Joyce Meyer, Pemimpin Yang Sedang Dibentuk, Imanuel, Jakarta, 2002,
hlm 136
Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 120
Allah. Guru Pendidikan Agama yang memiliki hati yang keras dan
bertindak kasar akan menimbulkan luka di hati para murid. Hati
yang setia, seorang guru PAK yang adalah pemimpin bagi murid-
muridnya perlu setia dalam pengabdian diri terhadap panggilan
Allah43.
Disamping melihat hal–hal diatas ada beberapa pola
kepemimpinan yang dikembangkan Hofman seperti yang ditulis
oleh Jason Lase44:
a. Pola bina kasih
Guru yang memimpin dengan pola ini tidak akan
memperlakukan siswa dengan cara yang tidak adil. Nilai yang
diberikan secara murni berdasarkan pertimbangan kemampuan
dan penampilan anak didik. Guru dengan pola ini tidak
membebani anak didik dengan tugas-tugas yang melampaui batas
kemampuan anak didik dan ketentuan sistem yang berlaku.
Melalui pola ini guru memberikan suasana yang dapat
mengembangkan komponen kognetif dan afektif anak didik
sehingga ia dapat mengetahui bagaimana konsekuensi
perilakunya terhadap orang lain dan terhadap diri sendiri
sehingga ia sadar apa yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan. Guru Pendidikan Agama Kristen perlu melakukan pola
ini sebab kemimpinan seorang guru di sekolah perlu dilandasi
dengan kasih. Dengan kasihlah seorang guru memberi rasa
nyaman hingga anak didik pun bertumbuh dalam kasih.
b. Pola unjuk kuasa
Guru yang melakukan pola ini akan senantiasa
memperhatikan kekuasaannya melalui pemberian-pemberian
hukuman-hukuman secara fisik, mencabut hak-hak istimewa
bahkan tidak segan-segan menggunakan kekuasaannya secara
langsung seperti mengancam anak didik untuk tidak boleh ikut
ujian atau pelajaran. Anak akan merasa takut, marah, cemas,
frustasi dan tidak nyaman. Semua perasaan itu akan melahirkan
perilaku negatif dan memicu dorongan destruktif dalam bentuk
43
Ibid, hlm 135-155 44
Jason Lase, opcit, hlm 45-46
KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 121
perilaku menyimpang seperti agresif, vandalisme dan
sebagainya.45
Jika seorang Guru Pendidikan Agama menggunakan pola ini
dalam memimpin, maka dapat dikatakan anak akan mengalami
ketakutan dan mereka akan sulit memahami dan percaya bahwa
Yesus dalam pengajaran agama itu penuh kasih dan lemah lembut.
Karakter rohani murid akan sulit terbentuk, kalau ada itu hanya
muncul karena takut dihukum. Guru Agama dipanggil untuk
memimpin anak didik mengenal Yesus dengan sukarela.
“Janganlah kamu berbuat seolah- olah mau memrintah atas
mereka” demikian kata firman dalam 1 petrus 5: 3b.
Kepemimpinan guru PAK bukan menjadi tuan atas anak didik
yang adalah kepunyaan Tuhan dengan bersikap sombong, dan
tinggi hati. Ketegasan dalam kepemimpinan bukan hanya
diperbolehkan tetap diharapakan ketika situasi menuntut
tindakan yang sangat menentukan.
c. Pola lepas kasih
Guru dengan pola kepimpinan ini akan cenderung
menyatakan kemarahannya melalui penolakan, pengucilan dan
pengacuhan terhadap anak didik. Perilaku ini mengakibatkan
anak menjadi takut kehilangan perhatian guru terhadap dirinya
dan akan mengakibatkan kecemasan yang panjang sehingga ia
frustasi. Guru PAK tidak bisa melakukan hal ini, karena
pengajaran tidak akan ada artinya kalau hanya membuat anak
didik hidup dalam ketakutan.
4. Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai Pendidik
Guru sebagai pendidik memiliki tanggung jawab untuk
mendidik anak-anak. Menjadi seorang pendidik bukanlah suatu
keputusan yang mudah, apalagi dalam penyelenggaraan
pendidikan Kristen yang berdasar pada Alkitab. Sebagai pendidik
Kristen harus melandaskan pengajaran dan pola kehidupan
45
Ibid hal 46-47
Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 122
berdasarkan tuntunan Firman Tuhan. Suyanto mengatakan
“Dalam tugas mendidik guru harus menanamkan nilai-nilai yang
baik, atau dengan perkataan lain membentuk akhlak mulia anak
didiknya.”46 Terkait dengan tugas ini sebelum membentuk akhlak
mulia anak didiknya, guru harus lebih dulu memiliki akhlak yang
mulia, sehingga dapat dijadikan teladan oleh anak didiknya.
Dengan demikian proses pendidikan akan menjadi efektif.
Guru sebagai pendidik harus menjadi pendidik yang
mencintai Tuhan, mencintai Kebenaran dan mencintai Tuhan.47
Seorang guru yang mencintai Tuhan maka Ia pun mencintai
Kebenaran sebab Yesus yang dilayani dalam tugasnya sebagai
guru adalah Kebenaran itu sendiri. Pendidik yang mencintai
Tuhan dan kebenaran akan mencintai anak didiknya. Stephen
Tong mengatakan “Tanpa cinta yang sesungguhnya kepada
mereka yang saudara layani, tidak ada pelayanan yang akan
diingat oleh Tuhan”48. Bagi penulis hal yang diungkapkan Stephen
Tong adalah penting dan mencakup totalitas hidup guru sebagai
pendidik. Sesuatu yang dilakukan tanpa cinta kepada Tuhan dan
cinta kepada apa yang dititipkan Tuhan adalah sia-sia.
Tanggung jawab guru PAK sebagai pendidik adalah sebagai
berikut :
a. Mendidik iman kristen sejak kecil
Tugas para pendidik Kristen yang terutama adalah
mendidik iman Kristen sejak kecil kepada para anak didik.
pendididik Kristen perlu mengajar mereka tentang konsep dosa
dan penebusan. Setelah Allah menciptakan manusia, manusia
memberontak dan melawan-Nya, itulah dosa. Ajarkanlah bahwa
dosa bukan sekadar membunuh, mencuri, dan lain-lain, tetapi inti
dosa adalah melawan ketetapan-Nya. Ajarkan kepada anak didik
bahwa dosa itu tidak bisa diselesaikan oleh manusia siapa pun,
kecuali oleh Tuhan Allah. Sebab dosa diselesaikan oleh
46
Suyatno, Opcit, hlm 15
47
Mary Setiawani & Stephen Thong, Seni Membentuk Karakter Kristus,
Lemabaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta ,1995, hlm 78 48
Ibid, hlm 81
KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 123
pendidikan.49 Karena kasih-Nya, Ia mengutus Putra Tunggal-Nya,
Tuhan Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia pilihan-
Nya. Ia mati di salib demi menggantikan dosa-dosa manusia.
b. Mendidik untuk hidup bersosialisasi
Para pendidik Kristen harus mengajar anak didik untuk
hidup bersosialisasi. Ini penting, supaya para anak didik Kristen
tidak hanya diajar untuk berani mandiri, tetapi juga untuk berani
berbagi hidup dengan orang lain. Anak–anak pun dilatih untuk
membagikan berkat kepada teman- temannya. Inilah tugas para
pendidik Kristen di dalam tugas sebagai pendidik. Didiklah anak-
anak untuk karakter yang terpenting adalah bagaimana mereka
hidup mempermuliakan Allah dan menjadi berkat bagi orang
lain.50 Hidup murid Kristus adalah mempermuliakan Tuhan dan
menjadi berkat bagi orang lain. Ini adalah hal penting yang perlu
dipahami oleh Guru sehingga mampu mendidik anak-anak
mencapai tugas ini.
Sebagai pendidik guru sebagai inspirator yaitu memberi
semangat pada setiap anak didik tanpa meliahat taraf kemamupan
intelektual dan motivasi belajar.51 Guru harus juga punya empati.
Guru harus bisa bergaul akrab dengan anak didik. Guru
mengandung tantangan, karena disatu pihak guru harus ramah,
sabar, menunjukkan pengertian memberikan kepercayaan dan
menciptakan suasana aman dilain pihak guru harus memberikan
tugas, mendorong siswa untuk berusaha mencapai tujuan
mengadakan koreksi, menegur dan menilai. Guru PAK sebagai
pendidik siap untuk tetap bertidak lembut namun tegas.
Guru PAK mempunyai tanggung jawab yang besar
dihadapan Tuhan. Karena itu, setiap guru PAK harus menyadari
bahwa ia sedang bekerja menjadikan anak didik murid Kristus.
49
Ibid, hlm 116 50
Stephen Thong, Opcit, hlm 91 51
W.S Winkel, Opcit, hlm 112
Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 124
DAFTAR PUSTAKA
1. Alma, Buchari. Guru Profesional, Bandung, 2008, Alfabeta.
2. Boehlke, R. R. Membangun Teori PAK, Jakarta, 2008, STT
Proklamasi.
3. Homrighausen & Enklaar, Pendidikan Agama Kristen,
Jakarta, 2008, Bpk Gunung Mulia.
4. Lase, Jason. Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Sekolah
Terhadap Vandalisme Siswa, Program Pasca Sarjana,
Jakarta , 2005, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
5. Joyce Meyer, Pemimpin Yang Sedang Dibentuk, Jakarta,
2002, Imanuel.
6. Nasution , S. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Mengajar,
Jakarta, 2005, Bumi Aksara.
7. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta, 2004,
Bumi Aksara.
8. Oliver Mc. Mahan, Gembala Jemaat Yang Sucses, Jakarta,
2002, Metanoia.
9. Paul H. Vier, Pendidikan Agama Kristen.
10. Rimm, Sylvia. Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai
Buruk, Jakarta, 1997, Grasindo Fuller, Cheri. Maksimalkan
Potensi Belajar Anak Anda, Bandung, 2007, Yayasan Kalam
Hidup.
11. Setiawan, Mary Go . Pembaharuan Mengajar, Bandung,
Yayasan Kalam Hidup.
12. Suparno, Paul. Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan,
1997, Kanisius.
13. Suharso & Ana Retnoningsih, Kamus Bahasa Indonesia,
2005, Widya Karya Semarang.
14. Suyatno, Pedoman Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Melalui
Pengembangan Budaya Sekolah, Jakarta, 2010, Kementrian
Pendidikan Nasional.
15. Setiawani, Mary & Stephen Thong, Seni Membentuk
Karakter Kristus, Jakarta ,1995, Lemabaga Reformed Injili
Indonesia,
KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019
Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 125
16. Uno B. Hamzah , Profesi Kependidikan, Jakarta, 2010, Bumi
Aksara.
17. Winkel, W. S. Psikologi Pengajaran, Jakarta, 1986,
Grasindo.
18. Wismoady, Di Sini Ku Temukan, Jakarta, 1986, Bpk Gunung
Mulia.
19. Agama Pragmatis, Magelang, 2001, Yayasan Indosiatera