TANGGUNG JAWAB GURU DALAM MELAKSANAKAN PENDIDIKAN AGAMA ...

23
(Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Volume 1, No.2, November 2019 (103-125) htttp://e-journal.sttaw.ac.id/index.php/kaluteros TANGGUNG JAWAB GURU DALAM MELAKSANAKAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI SEKOLAH Farida Tawuru May, S.Pd.K., M. Th STT SOE [email protected] abstract The research is to give a description about the importance of a teacher as key of succed of a school. Teacher should have a faith that their assignment as teacher is a noble task, by the power of the Holy Spirit is to be able to give the student to a changing mind, behavior. Jesus, the Great Master ordain the task to teacher. He is also give wisdom and power to teach. The Christian teacher should believe that Holy Spirit will help student to understand what the teacher’s teach abstrak Penelitian ini untuk memberikan gambaran bahwa Guru adalah kunci keberhasilan dari sebuah lembaga pendidikan. Guru perlu memiliki keyakinan bahwa tugasnya sebagai pembimbing dan pengajar adalah tugas yang mulia, dengan kekuatan Roh kudus mampu membawa anak didik kepada suatu perubahan pola pikir dan tingkah laku. Yesus sang Guru Agung yang telah memberi tugas itu kepada seorang guru, Dia jugalah yang memberi hikmat dan kuasa untuk mengajar. Guru PAK perlu yakin

Transcript of TANGGUNG JAWAB GURU DALAM MELAKSANAKAN PENDIDIKAN AGAMA ...

(Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen)

Volume 1, No.2, November 2019 (103-125)

htttp://e-journal.sttaw.ac.id/index.php/kaluteros

TANGGUNG JAWAB GURU DALAM MELAKSANAKAN

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI SEKOLAH

Farida Tawuru May, S.Pd.K., M. Th

STT SOE

[email protected]

abstract

The research is to give a description about the importance

of a teacher as key of succed of a school. Teacher should have a faith

that their assignment as teacher is a noble task, by the power of the

Holy Spirit is to be able to give the student to a changing mind,

behavior. Jesus, the Great Master ordain the task to teacher. He is

also give wisdom and power to teach. The Christian teacher should

believe that Holy Spirit will help student to understand what the

teacher’s teach

abstrak

Penelitian ini untuk memberikan gambaran bahwa Guru

adalah kunci keberhasilan dari sebuah lembaga pendidikan. Guru

perlu memiliki keyakinan bahwa tugasnya sebagai pembimbing

dan pengajar adalah tugas yang mulia, dengan kekuatan Roh

kudus mampu membawa anak didik kepada suatu perubahan pola

pikir dan tingkah laku. Yesus sang Guru Agung yang telah

memberi tugas itu kepada seorang guru, Dia jugalah yang

memberi hikmat dan kuasa untuk mengajar. Guru PAK perlu yakin

Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 104

bahwa Roh Kudus akan menolong anak didik untuk mengerti apa

yang telah disampaikannya

A. Pengertian Guru

Sejak zaman purbakala guru sudah dikenal, guru muncul

sejak adanya ilmu. Sebab siapakah yang dapat mengajarkan ilmu

itu kalau bukan seorang guru. Secara umum guru adalah orang

yang memiliki kemampuan untuk mengajar. Dalam kamus besar

bahasa Indonesia, “Guru adalah orang yang pekerjaan, mata

pencahariannya, profesinya mengajar.”1 Hal yang sama juga

dikatakan oleh Suharso dan Ana Retnoningsih “Guru adalah orang

yang kerjanya mengajar.”2

Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru

dan dosen: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

: mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.”3 Sedangkan Hamzah dalam bukunya, Profesi

Kependidikan, “Guru adalah orang dewasa yang secara sadar

bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing

peserta didik.”4

Dari pengertian tersebut berarti guru adalah seorang yang

aktifitasnya adalah mengajar. Kegiatan mengajar berarti ada

hubungannya juga dengan oknum yang diajar. Melihat pengertian

ini, guru harus mempunyai kemampuan yang lebih dari oknum

yang akan diajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru

1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,

2002, hlm 377 2 Suharso & Ana Retnoningsih, Kamus Bahasa Indonesia, Widya Karya

Semarang, 2005 3 Suyatno, Pedoman Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Melalui Pengembangan

Budaya Sekolah, Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta, 2010, hlm 15 4 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hlm

15

KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 105

adalah seorang yang memiliki kemampuan lebih untuk mengajar

orang lain.

Seorang guru memegang peranan penting dalam dunia

pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Paul

Suparmo mengatakan:

“Kemampuan untuk mengajar baik di dunia

pendidikan formal dan nonformal, yang mencakup

tidak hanya mengajar dalam hal menyampaikan yang

pernah guru tahu kepada anak didik tetapi mau

mengatur dan membangun situasi dimana guru

mengajar.”5

Mengingat judul yang dipilih, tentu penulis hanya

mengangkat perihal dalam dunia pendidikan formal yaitu guru

diperhadapkan dengan situasi dalam ruang kelas. Menanggapi hal

ini, Hamzah mengutip apa yang dikatakan Laurence D. Hazkew

dalam bukunya This is Teaching (hal 10) mengatakan : “Teacher is

profesional person who conducts classes” artinya “Guru adalah

seorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan

mengelola kelas.”6 Dengan demikian guru mampu memunculkan

suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Buchari Alma

mengatakan “Guru adalah kunci keberhasilan sebuah lembaga

pendidikan, juga sales agent. Baik buruknya perilaku atau cara

mengajar guru akan sangat mempengaruhi citra lembaga

pendidikan.”7 Sesungguhnya guru mempunyai peranan yang

penting dalam dunia pendidikan. Boleh penulis katakan,

keberhasilan di dunia pendidikan ada di tangan guru. Menanggapi

hal ini, guru harus cerdas sebab kecerdasan anak didik untuk

menyikapi seluruh kenyataan hidupnya sangat bergantung

bagaimana kecerdasan guru memberi pengajaran yang baik.

Aktivitas belajar-mengajar dalam pendidikan tidak akan

lepas dari sikap hidup dan tingkah laku anak didik. Karena itu

5 Paul Suparno, Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan, Kanisius, 1997,

hlm 65 6 Hamzah B. Uno, Opcit, hlm 15

7 Buchari Alma, Guru Profesional, Alfabeta, Bandung, 2008, hlm 123

Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 106

guru mempunyai peranan penting dalam hal ini. Sehubungan

dengan ini, Hamzah mengutip apa yang dikatakan Jean D. Grambs

dalam bukunya foundation of teaching anintroduction to modern

education, hal 141 mengatakan:“Teacher are those persons who

consciously direct the experiences and behavior of an individual so

that education takes places” artinya “Guru adalah mereka yang

secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah diri seorang

individual sehingga dapat terjadi proses pendidikan.”8 Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa guru adalah seorang yang

mempunyai pengalaman lebih dari murid yang akan mengarahkan

murid mengalami pengalaman yang sama. Dapat disimpulkan

bahwa guru adalah seorang dewasa yang mempunyai kemampuan

dan pengalaman yang lebih dari anak dididiknya dan secara sadar

mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik untuk

mencapai tingkat kedewasaan sampai tujuan pendidikan

terwujud.

Pengalaman dan kemampuan yang dimiliki guru untuk

membimbing anak didik diharapkan setiap anak didik

memperoleh pengalaman dalam memecahkan masalah, dan

ketuntasan bekerja dengan hasil yang baik, sebab pendidikan

adalah proses pemberdayaan yang diharapkan mampu

memberdayakan peserta didik menjadi manusia yang cerdas,

manusia berilmu dan berpengalaman serta manusia yag terdidik.9

Cara guru memperlakukan anak didik akan berpengaruh terhadap

sikap dan perilaku siswa dimasa mendatang. Dengan demikian

guru harus dapat mengembangkan kesadaran anak didiknya akan

segala kemungkinan yang dihadapinya dan meningkatkan

kemampuan anak didik dalam menghadapi masalah yang ada

disekelilingnya.10 Sebagai seorang pengajar guru harus berani

berjuang memberi apa yang dimilikinya demi terwujudnya anak

8 Hamzah B. Uno, Opcit, hlm 15

9 Ibid, hlm 11.

10 Jason Lase, Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Sekolah Terhadap

Vandalisme Siswa, Program Pasca Sarjana, Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan, Jakarta , 2005, hlm 45.

KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 107

didik yang tidak hanya pintar secara intelektual tetapi cerdas

menanggapi masalah hidupnya.

B. Pengertian Pendidikan Agama Kristen

Pandangan umum berkata, kepercayaan itu identik dengan

Agama. Agama adalah lembaga yang dibuat manusia untuk

membangun hubungan dengan pribadi yang dipercaya lebih tinggi

dari padanya. “Secara Substansi agama adalah pengakuan

manusia terhadap kekuatan yang lebih tinggi dan tidak tampak

yang mengawasi nasib manusia dan berhak atas kepatuhan,

hormat dan pujian."11 Ketika Agama ada saat itulah pendidikan

Agama muncul. Dalam memahami PAK, perlu ada batasan-

batasannya. Menurut R. R. Boehlke dalam bukunya membangun

teori PAK, dirumuskan sebagai berikut :

“PAK adalah usaha sengaja dari gereja untuk menolong

dari segala segi umur yang dipercayakan Tuhan kepada

pemeliharaanNya untuk memberikan tanggapan atas

penyataan Allah dalan Yesus Kristus yang disaksikan

dalam Alkitab dan kehidupan gereja supaya dibawah

pimpinan Roh Kudus diperlengkapi guna melayani

sesama manusia atas nama Tuhan Yesus ditengah

keluarga, gereja, masyarakat dan dunia alam.”12

Menurut Paul H. Vier, “PAK adalah suatu proses yang

olehnya orang-orang diperhadapkan dan dikontrol menurut injil

Kristus kepada manusia dan sekaligus mengawalinya.”13 Menurut

pengertian ini, PAK akan mengontrol manusia yang dasarnya

adalah injil Yesus Kristus. Injil itulah yang mengatur hidup

manusia. Berbicara mengenai injil berarti ada kaitannya dengan

Alkitab yang adalah Firman Allah. Pemahaman ini juga diakui oleh

Homrighausen dengan penjelasan, PAK adalah pendidikan yang

sumber ajarannya adalah Alkitab, Penjelasan isi Alkitab adalah

11

Agama Pragmatis, Yayasan Indosiatera, Magelang, 2001, hlm 70 12

R R Boehlke, Membangun Teori PAK, STT Proklamasi, Jakarta, 2008, hlm

4 13

Paul H. Vier, Pendidikan Agama Kristen, hlm 7

Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 108

dasar, pusat dan maksud yang terutama dalam pengajaran

Agama.14 Semakin jelaslah bahwa PAK adalah ajaran Kristen yang

terarah kepada Allah dan Alkitab adalah sumber ajarannya.

PAK merupakan sarana yang disediakan Allah untuk

membuat umat-Nya mengenal siapa Dia dan apa yang dikerjakan-

Nya. PAK sudah ada sejak Allah memiliki kehendak untuk

bersekutu dengan umat-Nya. Hal ini diungkapkan Homrighausen

& Enklaar dalam buku PAK demikian :

“Pendidikan Agama Kristen berpangkal kepada

persekutuan umat Tuhan didalam Perjanjian Lama,

dasar-dasar pengajarannya sudah ada dalam sejarah suci

purbakala. PAK sudah ada sejak pemanggilan Abraham

menjadi nenek moyang umat pilihan Allah. Pendidikan

Agama berpokok pada Allah karena Allah adalah

pendidik agung bagi umat Nya.”15

Pengertian PAK yang diungkapkan seperti diatas ini,

membuat semakin jelas bahwa melalui PAK seseorang akan

bersekutu dengan Allah dan akan diajar Allah sendiri. Jika Alkitab

adalah sumber pengajaran PAK maka benarlah yang dikatakan

Timotius “Semua tulisan yang diilhamkan Allah memang

bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk

memperbaiki kelakuan dan untuk memdidik orang dalam

kebenaran.”16

PAK mampu mengendalikan hidup seseorang. Melihat

kehidupan remaja masa kini, Jason Lase mengutip apa yang

diungkapkan David “PAK adalah salah satu hal penting yang

mampu mengendalikan kehidupan dan tingkah laku remaja”.17

Jadi PAK adalah pendidikan yang dibuat Allah sendiri, terarah

kepada Allah dan Allah adalah pendidik agung bagi umatNya. PAK

sangat relevan untuk mengubah perilaku setiap orang di masa

kini.

14

Homrighausen & Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, Bpk Gunung Mulia,

Jakarta, 2008, hlm 62 15

Ibid, hlm 1 16

2 Timotius 3:16 17

Jason Lase, Opcit, hlm 78

KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 109

C. Guru dalam Pendidikan Agama Kristen

Setelah membahas guru dan PAK, dapat dikatakan bahwa

PAK adalah sarana yang dibuat Allah untuk bersekutu dengan

umat-Nya dan Allah sendiri mengakui bahwa Ia adalah guru

Agung yang akan mengubahkan manusia. Dari pemahaman ini,

tentu pada zaman sekarang umat Allah sedang ada di dunia dan

Allah butuh orang-orang yang dapat dipakai-Nya untuk

mengajarkan kebenaran kepada manusia. Guru PAK ada dalam

tanggung jawab ini, ada hubungan yang erat antara Guru dan PAK.

a. Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran

Sebagian guru memandang pengajaran sebagai Sains

adalah suatu aktifitas kompleks. Sebagian lain memandangnya

sebagai suatu seni, pertemuan yang spontan, tidak berulang dan

kreatif antara guru dan siswa. Berkenaan dengan pembelajaran,

sebagian guru menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi

siswa, yang lainnya menekankan perilaku siswa. Apapun

pandangan guru di atas tidaklah salah, namun sesungguhnya

perilaku siswa sangat penting dalam proses belajar mengajar.

Sehubungan dengan perilaku siswa Winkel berkata :

“Pada awal setiap proses belajar mengajar, guru

seharusnya meneliti lebih dahulu tingkah laku awal

seorang siswa, dari tingkah laku awal inilah tergantung

bagaimana proses belajar mengajar baiknya diatur dan

apakah tujuan instruksional khusus yang mula-mula

ditetapkan harus mengalami perubahan. Keadaan awal

yaitu keadaan yang terdapat sebelum proses belajar

mengajar dimulai namun dapat berperan dalam proses

itu.”18

Dalam proses pengajaran guru harus menguasai cerita-

cerita Alkitab yang akan diajar sehingga dengan penguasaan itu

18

W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta, 1986, hlm 81

Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 110

guru akan yakin untuk mengajarkannya. Wismoady mengatakan

bahwa “Anak didik akan merasa bahwa cerita yang disampaikan

guru memang cerita yang sungguh ada.”19 Dengan keyakinan ini,

guru akan dengan berani mengatakan bahwa Yesus adalah pusat

hidup. Guru PAK perlu memiliki keyakinan pertolongan Tuhan

yang mampu memberi pengertian kepada guru untuk memahami

keadaan siswa dalam pengajarannya.

Guru perlu memiliki keyakinan bahwa tugasnya sebagai

pembimbing dan pengajar adalah tugas yang mulia, dengan

kekuatan Roh mampu membawa anak didik kepada suatu

perubahan pola pikir dan tingakah laku. Yesus sang Guru agung

yang telah memberi tugas itu kepada seorang guru, Dia jugalah

yang memberi hikmat dan kuasa untuk mengajar. Guru PAK perlu

yakin bahwa Roh Kudus akan menolong anak didik untuk

mengerti apa yang telah disampaikannya.

b. Keyakinan mengenai anak didik

Dalam bagian ini, penulis ingin membahas keyakinan

seorang guru terhadap anak didik yang sedang diajarnya.

Pandangan negatif terhadap anak didik akan mengasilkan sesuatu

yang negatif pula. Guru yang memiliki pemikiran positif

mengetahui bahwa anak didik berbeda dalam kecenderungan

untuk belajar dan tumbuh. Guru PAK yang melayani dengan kasih

akan tahu memperlakukan anak didik dengan kasih.

Guru di sekolah tidak hanya berperan sebagai pemberi ilmu

pengetahuan, tetapi juga berfungsi sebagai orang tua yang

mendidik dan membimbing. Jason Lase berkata,

“Guru bukan sekedar pengecer ilmu bagi siswanya

tetapi guru harus dihayati oleh siswanya sebagai

orang tua, sebagai wakil orang tua, sebagai orang yang

dituakan, bila siswa mengalami kesulitan kepadanya

ia mengadu.”20

19

Wismoady, Di Sini Ku Temukan, Bpk Gunung Mulia, Jakarta, 1986, hlm

517 20

Jason Lase, Opcit, hlm 44

KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 111

Sebagai seorang pelayan kasih karunia yang baik, guru PAK perlu

merelakan hati menjadi tempat pengaduan yang baik bagi siswa.

Anak didik di sekolah membutuhkan kasih sayang dan

perhatian. Guru PAK harus dengan yakin dapat memenuhi

kebutuhan anak didik yang demikian. Tugas ini tidaklah susah

untuk dilakukan oleh seorang guru PAK, cukup dengan membuka

diri dihadapan anak didik dengan menjadi tempat berbagi bagi

anak didik. Di rumah mungkin anak didik mengalami perlakuan

yang tidak adil, kurang perhatian dan kasih sayang, di sekolahlah

anak didik mengaharapkan ada yang bisa menjawab kebutuhan

itu. Guru PAK dapat merangkul, mengasihi bahkan dapat memeluk

anak didik dengan kasih seorang Bapa yang sejati.

c. Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui

Guru PAK perlu memiliki dasar teologi yang cukup, sebab

PAK akan diarahkan pada tujuan akhir, yaitu hidup dalam iman

kepada Yesus Kristus. Wismoady mengungkapkan apa yang

pernah dikatakan M.V.C.Jeffreys bahwa “Para guru Kristen tidak

boleh merasa ragu-ragu bahwa mereka adalah pengikut-pengikut

Yesus dan tidak boleh ragu untuk berdiri mengakui posisi itu.”21

Ini artinya dengan keyakinan kepada Kristus, anak didik akan

diarahkan kepada Kristus. Dalam pengajaran Agama, guru perlu

memahami bahwa : pertama, Pendidikan Agama Kristen diajarkan

oleh karena Allah sendiri telah menyatakan diri-Nya kepada

manusia. Kasih-Nya dinyatakan dengan jelas kepada manusia dan

anak didik perlu memahami hal ini. Kedua, karena akibat

pernyataan tadi maka guru terdorong untuk memperkenalkan

Yesus (hakikat, pekerjaan, kematian, kebangkitan dan

kemenangan Yesus atas maut) kepada anak didik. Ketiga, dengan

kuat kuasa Roh kudus guru dapat mengajar dan dan bersaksi

tentang kristus kepada anak didik. Roh Kuduslah yang berkuasa

untuk meyakinkan anak didik akan kepercayaan kepada Kristus.

D. Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Kristen

21

Wismoady, Opcit, hlm 481

Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 112

Seorang guru PAK sedang bekerja di dalam pelayanan

pendidikan yang dibuat Allah untuk membimbing anak didik

menjadi murid Kristus, dan memenuhi panggilan Amanat Agung.

Karena itu guru PAK perlu bertanggung jawab dengan

pangggilannya. Adapun tanggung jawab Guru PAK yang dapat

penulis tuliskan dalam skripsi ini, adalah sebagai berikut:

1. Guru Pendidikan Agama Kristen Adalah Seorang

Gembala Bagi Muridnya

Sebagai seorang gembala guru harus mengarahkan anak

didik ke jalan yang benar, seperti seorang gembala mengarahkan

kawanan domba ke jalan yang baik. Guru PAK bertanggung jawab

atas kehidupan rohani murid-muridnya dan wajib membina hidup

rohani mereka.22 Anak didik adalah seperti kawanan domba yang

harus diberi makan makanan yang berguna untuk

pertumbuhannya. Allah sendiri telah menjadi gembala teladan

bagi guru-guru PAK. Seorang gembala mampu memberi rumput

hijau bagi kawanan domba bahkan seorang gembala mampu

menguatkan dan menuntun ke jalan yang benar serta mampu

menyediakan hidangan bagi para lawan mereka (Mazmur 23:5)

yakni menghadapi pergolakan karakter dunia di zaman akhir ini.

Oliver Mahan berkata, penugasan seorang gembala tak bersumber

dari pikiran manusia, tetapi dari belas kasihan Allah dan

perintahNya.23 Karena itu seorang guru perlu mendengar dan

memahami bahwa tugasnya sebagai seorang guru Pendidikan

Agama Kristen adalah sebuah panggilan pelayanan dengan pesan :

“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada

padamu jangan dengan paksa tetapi dengan sukarela

sesuai kehendak Allah dan jangan karena mau mencari

keuntungan tetapi dengan pengabdian diri, janganlah

kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas

mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi gi

22

I.H. Enklaar Dan E.G. Homrighausen, Opcit. hlm 164 23

Oliver Mc. Mahan, Gembala Jemaat Yang Sucses, Metanoia, Jakarta,

2002, hlm 27

KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 113

hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba

itu."24

Kata paksa dalam ayat di atas menunjukkan seseorang yang

bekerja hanya karena ia dipaksa atau rekayasa melakukan suatu

hal. Sukarela ini berarti miliki hati yang tergerak untuk melayani.

Mencari keuntungan yakni meraih keunutungan dengan motifasi

yang salah. Pengabdian diri artinya mengerahkan seluruh energi

dengan motivasi yang tepat. Memerintah atas mereka artinya

berusaha untuk menjadi tuan atas yang dipimpin. Seorang

gembala perlu melayani dengan hati yang tergerak dan dengan

pengabdian diri. Guru PAK perlu ada dalam posisi ini. Yesus

sebagai seorang gembala berkata “Akulah gembala yang baik, Aku

mengenal domba- dombaKu dan domba-dombaku mengenal Aku,

Yohanes 10:14.” Sebab itu seharusnyalah seorang guru mengenal

tiap-tiap anak didiknya bukan namanya saja melainkan latar

belakang dan pribadinya. Kualifikasi guru sebagai gembala

adalah: guru perlu mengenal cara belajar murid yang sedang

diajarnya dan guru perlu mengenal latar belakang dan pribadi

murid. Pada bagian selanjutnya, penulis akan menjelaskan kedua

kualifikasi tersebut.

a. Guru perlu mengenal cara belajar anak didik yang sedang

diajarnya

Sebagai seorang gembala, guru perlu mengenal anak

didiknya sebab bagaimana mungkin seorang guru mengajar tetapi

tidak tahu siapa yang diajarnya. Mary Go mengatakan “Seorang

gembala yang baik harus mengenal setiap dombanya, bersedia

membawa domba yang berada di luar untuk masuk kedalam

kandang dan wajib menyediakan makanan yang mencukupi

kebutuhannya.”25 Ini artinya, sebagai seorang gembala, guru harus

mengenal anak didiknya dengan baik sehingga mampu memberi

makanan rohani yang sesuai dengan kebutuhanya. Fuller

24

1Petrus 5:2-3 25

Mary Go Setiawan, Pembaharuan Mengajar, Yayasan Kalam Hidup,

Bandung, hlm 11.

Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 114

mengatakan “Guru atau pendidik berarti orang yang

menghasilkan yang terbaik dalam diri murid.”26 Harapan itu akan

dicapai apabila guru mengenal anak didiknya dengan baik.

Cara belajar anak sama individualnya dengan sidik jarinya

dan mencerminkan perkembangannya, bakatnya, kekuatannya

dan kelemahannya karena itu guru perlu mengenal tipe belajar

anak didiknya sehingga setiap anak tidak dipaksakan untuk

belajar dengan cara yang bukan tipe belajarnya. Anak dengan tipe

belajar kinestetis tidak bisa dipaksakan secara spontan untuk jadi

sama dengan anak dengan tipe belajar audio fisual. Guru

mempunyai tanggung jawab untuk melihat kelemahan-kelemahan

dalam diri anak sesuai tipe belajarnya. Misalnya seorang anak

dengan tipe membaca kinestetis tidak bisa dibiarkan sendiri dan

dipaksa untuk menemukan sendiri potensi belajarnya. Sebab anak

dengan tipe ini akan cepat sekali untuk tidak suka membaca jika

tidak ada seseorang yang membantunya menemukan buku-buku

yang sesuai dengan minatnya.27 Sebagai seorang gembala bagi

muridnya, guru perlu mengenal cara belajar muridnya sehingga

guru dapat membawa murid-muridnya makan di rumput yang

hijau. (Mazmur 23:2a)

b. Guru Perlu Mengenal Latar Belakang Dan Pribadi Anak didik.

Kata mengenal berarti lebih dari sekedar mengetahui.

Psikologi setiap anak didik dalam kelas tidak sama. Setiap anak

didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Dalam

pendidikan, anak didik akan diarahkan selain untuk menjadi

murid Kristus, tetapi juga pada perkembangan intelektual,

sehingga perlu diperhatikan keseimbangan antara apa yang

diterima anak didik dengan apa yangmenjadi ciri khasnya. S.

Nasution menuliskan “Pikiran waras mengatakan bahwa harus

dipelihara keseimbangan antara perkembangan intelektual dan

26

Cheri Fuller, Maksimalkan Potensi Belajar Anak Anda, Yayasan Kalam

Hidup, Bandung, 2007, hlm 49 27

Ibid, hlm 52

KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 115

perkembangan psikologi anak.”28 Guru perlu lebih dahulu

mengenal latar belakang kehidupan anak didik sebelum

memaksanya melakukan kehendak guru.

Ada beberapa aspek dari pribadi murid yang harus

diketahui oleh guru menurut Nasution,29 yang dapat penulis

tuliskan, meskipun sebenarnya masih banyak hal yang perlu

diketahui:

Pertama, latar belakang keluarga. Situasi dalam keluarga

besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial, minat,

sikap, tujuan, disiplin dan perbuatan siswa di sekolah. Apabila di

rumah siswa sering mengalami tekanan, merasa tidak aman,

frustasi maka ia juga mengalami perasaan asing di sekolah. Kalau

di rumah ia merasa di tolak, maka di sekolahpun ia merasa tidak

diterima. Keadaan ekonomi di rumah juga berpengaruh dengan

sikapnya di sekolah. Keluarga kacau dan tidak teratur akan

membuat siswa tidak berprestasi.30 Ketidakharmonisan dalam

dalam keluarga mengakibatkan anak mengekspreikan

perasaannya melaui tindakan vandalise atau kegiatan

merusakkan. sebab anak tidak menemukan kepuasan dan

keharmonisan dalam keluarga. Hal yang sama dituliskan Jason

Lase dengan mengutip tulisan John locke yang mengatakan

bahwa:

“Seorang anak akan menjadi baik atau jahat tergantung

dari pengalamnnya. Salah satu pengalaman yang tidak

baik adalah bila pendidikan anak dalam keluarga

diserahkan pada pembantu rumah tangga. factor

pengasuhan (nurture) lebih penting bila dibandingkan

dengan factor bawaan dari alam (nature).”31

Dalam situasi-situasi yang demikian, anak didik sedang ada dalam

keadaan kehilangan perhatian dan suasana hati yang tidak

28

S. Nasution , Berbagai Pendekatan Dalam Proses Mengajar, Bumi Aksara,

Jakarta, 2005, hlm 119 29

Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm

25 30

Sylvia Rimm, Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk, Grasindo,

Jakarta, 1997, hlm 61 31

Jason Lase, Opcit, hlm 78

Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 116

menentu. Guru PAK perlu hadir memberi sesuatu yang adalah

kebutuhannya. Guru PAK bertanggung jawab memberi rasa aman

yang dasariah dengan menjadikan anak didik bagian dari

persekutuan yang penuh perhatian dan pengertian.32 Ada juga

keluarga yang membesarkan anak dengan manja, memotivasi

anaknya memberikan hadiah. Anak bertumbuh dengan tidak

pernah merasa kekurangan sehingga ia merasa tidak

membutuhkan orang lain. Anak yang besar dengan situasi ini

tidak akan merasa perlu untuk berdoa kalaupun ia berdoa itu

hanya akan berisi permohonan yang manja.”33 Hal-hal yang telah

penulis sebutkan inilah yang perlu diperhatikan guru dalam

mengajar sebab itu sangat berpengaruh dengan sikap anak didik

di sekolah. Dengan mengenal latar belakang keluarga yang

demikian penulis pikir, guru PAK akan jadi gembala yang baik

untuk anak didiknya.

Kedua, sifat-sifat kepribadian anak didik. Guru perlu

mengenal sifat-sifat kepribadian anak didik agar guru dengan

mudah mengadakan pendekatan pribadi dengan mereka. Dengan

demikian, hubungan pribadi menjadi lebih dekat dan akan

mendorong pengajaran lebih efektif. 34 Setiap anak mempunyai

sifat pribadi masing-masing yang tidak bisa diperlalukan secara

merata. Orang yang bersifat tertentu cenderung menerima atau

menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu

sebagai hal yang berguna baginya atau tidak.35 Anak didik yang

memandang belajar di sekolah sebagai sesuatu yang bermanfaat,

ia akan betindak positif. Guru perlu cerdas menanggap situasi ini

sehingga yang diutamakan ialah perkembangan pribadi anak

khususnya dalam aspek emosional agar ia bebas dari goncangan

jiwa dan menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Dengan memahami akan hal itu, maka guru akan

mampu menjadi seorang gembala yang menyegarkan jiwa anak

didiknya (Mazmur 23:3).

32

Iris V. Cully, Opcit, hlm 148. 33

W. S. Winkel, Opcit, hlm 493 34

Oemar Hamalik, Opcit, hlm 101-105 35

Wismoady, Opcit, hlm 105

KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 117

Gembala Agung berkata, “Aku memberi nyawa-Ku bagi

domba-domba-Ku, Yohanis 10:15” Kata Yesus ini sangat pribadi,

Ia melakukan itu karena kasihNya bagi dombaNya. Guru adalah

gembala yang mengajar penuh kasih, karena Yesus yang

memanggilnya adalah Kasih yang telah memberi nyawa-Nya

untuk kawanan domba. Oliver Mahan berkata: Tugas

penggembalaan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan individu

yang sifatnya sesaat, tetapi juga untuk memenuhi kebutahan

kekal.36 Karena itu guru Agama perlu lebih dulu percaya kepada

keselamatan kekal yang telah diberi Gembala Agung sehingga

anak dapat dibawa dalam kepercayaan akan perkara ini.

2. Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai seorang

Penginjil

a. Pengertian penginjilan

Penginjilan adalah sebuah pemberitaan injil atau kabar

kesukaan, yang memanggil manusia untuk ada dalam karya

penyelamatan Allah. Penginjilan adalah tugas setiap orang yang

telah memperoleh keselamatan. Injil Yesus Kristus perlu

diberitakan sedemikian rupa hingga memulihkan manusia. Injil

yang diberitakan harus menobatkan, mengadili dan

menyelamatkan manusia. Luther yang dikutip I.H.Enklaar pernah

mengatakan “Injil mematikan adam lama dan membangkitkan

adam baru.”37 Penginjilan adalah memperkenalkan Yesus kepada

orang lain tetapi bukan usaha untuk mengkristenkan tetapi

membawa orang itu menemukan Yesus dalam hidup dengan

bantuan kuasa Roh Kudus. John Mott yang juga dikutip I.H.Enklaar

berkata: “Pengijilan itu berarti memperkenalkan Yesus sehingga

Ia dikasihi, dipercayai dan di taati. Penginjilan itu pengasihan dan

pertolongan persaudaraan kepada orang lain untuk dibawa

kesorga rumah Bapa.”38 Pengijilan di sekolah sangat penting

untuk menolong anak didik untuk mengenal sorga karena itu

kasih Tuhan perlu disampaikan dengan benar di sekolah. Mary Go

36

Oliver Mc Mahan, Opcit, hlm 25 37

I. H. Enklaar & E.G. Homrighausen, Opcit, hlm 178 38

Ibid, hlm 179

Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 118

mengungkapkan “Guru mengajar bukan hanya mengisi murid

dengan kebenaran tetapi yang lebih penting adalah memberitakan

injil, supaya jiwa mereka diselamatkan.”39

Yesus adalah seorang Bapa yang menerima anak-anak

dengan kasih-Nya yang besar, meskipun dunia melihat anak–anak

kecil itu tidak ada artinya, menolak mereka, tetapi Justru Yesus

melihat mereka layak menikmati kerajaan sorga. “Biarkan anak–

anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka,

sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan

Sorga, Mat 10:13-16.” Dalam perenungan inilah, Guru PAK adalah

seorang penginjil bagi anak didik untuk dibawa menjadi anggota

Kerajaan Sorga.

b. Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai penginjil bagi anak

didik

Guru di sekolah adalah pembawa kabar kesukaan. Guru

dipanggil untuk menerima harta abadi dari Kristus dan dibagikan

kepada anak didik. Amanat Agung Tuhan Yesus juga tertuju

kepada guru yakni “pergilah, jadikanlah segala bangsa bangsa

muridKu dan baptislah mereka dalan Nama Bapa dan Anak dan

Roh Kudus dan ajarlah mereka…Matius 28:19-20.” Guru PAK

perlu secara serius melakukan tanggung jawab ini dengan alasan

seperti yang diungkapkan Iris V. Cully40 bahwa dunia semakin

jahat dan ada dalam krisis yang hebat. Manusia berlomba- lomba

untuk saling membinasakan, anak–anak lulusan pendidikan

Agamapun ikut serta dalam melakukan hal- hal yang tidak

bermoral. Jalan keluarnya adalah Guru perlu dengan cermat

mempersiapkan anak didik dengan pemberitaan injil Yesus

Kristus sebab hanya injil yang bisa melepaskan manusia yang ada

dalam bahaya neraka. Guru perlu peka untuk melihat bahwa

organisasi gereja, sekolah minggu, bahkan dalam keluarga belum

cukup untuk membimbing anak-anak hidup sungguh–sungguh

39

Mary Go Setiawan, opcit, hlm 12 40

Iris V. Cully, opcit, hlm 23

KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 119

menjadi murid Kristus, sebab tugas menjadikan mereka murid

Kristus adalah tugas mulia karena itu guru perlu dengan secara

tegas menanamkan nilai- nilai kerohanian dalam proses belajar

mengajar. Guru perlu menyadari keagungan injil dalam

pengajaran, sehingga dengan berani untuk memperkenalkan

Yesus penguasa hidup dalam kehidupan anak didik dan akhirnya

anak didikpun berani untuk hidup didunia luar tanpa harus ikut

arus dengan tata dunia yang jahat.

3. Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai Pemimpin

Dalam bagian ini, penulis akan membahas bahwa Guru

sebagai pemimpin tidak boleh menunutun anak didik masuk

dalam kepercayaan Kristen dengan paksaan. Fungsi guru yang

paling penting adalah memimpin anak-anak dan membawa

mereka kearah tujuan yang tegas.41 Jadi hendaknya sebagai

pemimpin, guru perlu tahu kemana arah kepemimpinannya dan

bagaimana Ia harus memimpin anak didiknya.

Ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang

pemimpin menurut Joyce Meyer42 yaitu hati yang rela, ini identik

dengan kemauan utuk melakukan sesuatu. Pemimpin yang baik

harus memiliki hati yang rela. Hati yang bijak, yakni pemimpin

yang punya hikmat. Amsal 24:3 berkata “Dengan hikmat, rumah

didirikan, dengan kepandaian itu ditegakan. Hikmat tampak pada

cara bicara, cara bertindak, cara menjalankan tanggung jawab dan

cara memperlakukan orang lain.” Pemimpin akan mengalami

suatu tragedi terbesar dalam hidupnya jika tidak berjalan dalam

hikmat Tuhan. Hati yang lemah-lembut, tetapi hendaklah kamu

ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling

mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah

mengampuni kamu, Efesus 4:32. Memiliki hati yang lemah lembut

sama dengan memiliki nurani yang lemah lembut dan kelembutan

nurani adalah hal yang utama dalam seseorang untuk bisa dipakai

41

S. Nasution, opcit, hlm 124 42

Joyce Meyer, Pemimpin Yang Sedang Dibentuk, Imanuel, Jakarta, 2002,

hlm 136

Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 120

Allah. Guru Pendidikan Agama yang memiliki hati yang keras dan

bertindak kasar akan menimbulkan luka di hati para murid. Hati

yang setia, seorang guru PAK yang adalah pemimpin bagi murid-

muridnya perlu setia dalam pengabdian diri terhadap panggilan

Allah43.

Disamping melihat hal–hal diatas ada beberapa pola

kepemimpinan yang dikembangkan Hofman seperti yang ditulis

oleh Jason Lase44:

a. Pola bina kasih

Guru yang memimpin dengan pola ini tidak akan

memperlakukan siswa dengan cara yang tidak adil. Nilai yang

diberikan secara murni berdasarkan pertimbangan kemampuan

dan penampilan anak didik. Guru dengan pola ini tidak

membebani anak didik dengan tugas-tugas yang melampaui batas

kemampuan anak didik dan ketentuan sistem yang berlaku.

Melalui pola ini guru memberikan suasana yang dapat

mengembangkan komponen kognetif dan afektif anak didik

sehingga ia dapat mengetahui bagaimana konsekuensi

perilakunya terhadap orang lain dan terhadap diri sendiri

sehingga ia sadar apa yang harus dilakukan dan tidak boleh

dilakukan. Guru Pendidikan Agama Kristen perlu melakukan pola

ini sebab kemimpinan seorang guru di sekolah perlu dilandasi

dengan kasih. Dengan kasihlah seorang guru memberi rasa

nyaman hingga anak didik pun bertumbuh dalam kasih.

b. Pola unjuk kuasa

Guru yang melakukan pola ini akan senantiasa

memperhatikan kekuasaannya melalui pemberian-pemberian

hukuman-hukuman secara fisik, mencabut hak-hak istimewa

bahkan tidak segan-segan menggunakan kekuasaannya secara

langsung seperti mengancam anak didik untuk tidak boleh ikut

ujian atau pelajaran. Anak akan merasa takut, marah, cemas,

frustasi dan tidak nyaman. Semua perasaan itu akan melahirkan

perilaku negatif dan memicu dorongan destruktif dalam bentuk

43

Ibid, hlm 135-155 44

Jason Lase, opcit, hlm 45-46

KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 121

perilaku menyimpang seperti agresif, vandalisme dan

sebagainya.45

Jika seorang Guru Pendidikan Agama menggunakan pola ini

dalam memimpin, maka dapat dikatakan anak akan mengalami

ketakutan dan mereka akan sulit memahami dan percaya bahwa

Yesus dalam pengajaran agama itu penuh kasih dan lemah lembut.

Karakter rohani murid akan sulit terbentuk, kalau ada itu hanya

muncul karena takut dihukum. Guru Agama dipanggil untuk

memimpin anak didik mengenal Yesus dengan sukarela.

“Janganlah kamu berbuat seolah- olah mau memrintah atas

mereka” demikian kata firman dalam 1 petrus 5: 3b.

Kepemimpinan guru PAK bukan menjadi tuan atas anak didik

yang adalah kepunyaan Tuhan dengan bersikap sombong, dan

tinggi hati. Ketegasan dalam kepemimpinan bukan hanya

diperbolehkan tetap diharapakan ketika situasi menuntut

tindakan yang sangat menentukan.

c. Pola lepas kasih

Guru dengan pola kepimpinan ini akan cenderung

menyatakan kemarahannya melalui penolakan, pengucilan dan

pengacuhan terhadap anak didik. Perilaku ini mengakibatkan

anak menjadi takut kehilangan perhatian guru terhadap dirinya

dan akan mengakibatkan kecemasan yang panjang sehingga ia

frustasi. Guru PAK tidak bisa melakukan hal ini, karena

pengajaran tidak akan ada artinya kalau hanya membuat anak

didik hidup dalam ketakutan.

4. Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai Pendidik

Guru sebagai pendidik memiliki tanggung jawab untuk

mendidik anak-anak. Menjadi seorang pendidik bukanlah suatu

keputusan yang mudah, apalagi dalam penyelenggaraan

pendidikan Kristen yang berdasar pada Alkitab. Sebagai pendidik

Kristen harus melandaskan pengajaran dan pola kehidupan

45

Ibid hal 46-47

Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 122

berdasarkan tuntunan Firman Tuhan. Suyanto mengatakan

“Dalam tugas mendidik guru harus menanamkan nilai-nilai yang

baik, atau dengan perkataan lain membentuk akhlak mulia anak

didiknya.”46 Terkait dengan tugas ini sebelum membentuk akhlak

mulia anak didiknya, guru harus lebih dulu memiliki akhlak yang

mulia, sehingga dapat dijadikan teladan oleh anak didiknya.

Dengan demikian proses pendidikan akan menjadi efektif.

Guru sebagai pendidik harus menjadi pendidik yang

mencintai Tuhan, mencintai Kebenaran dan mencintai Tuhan.47

Seorang guru yang mencintai Tuhan maka Ia pun mencintai

Kebenaran sebab Yesus yang dilayani dalam tugasnya sebagai

guru adalah Kebenaran itu sendiri. Pendidik yang mencintai

Tuhan dan kebenaran akan mencintai anak didiknya. Stephen

Tong mengatakan “Tanpa cinta yang sesungguhnya kepada

mereka yang saudara layani, tidak ada pelayanan yang akan

diingat oleh Tuhan”48. Bagi penulis hal yang diungkapkan Stephen

Tong adalah penting dan mencakup totalitas hidup guru sebagai

pendidik. Sesuatu yang dilakukan tanpa cinta kepada Tuhan dan

cinta kepada apa yang dititipkan Tuhan adalah sia-sia.

Tanggung jawab guru PAK sebagai pendidik adalah sebagai

berikut :

a. Mendidik iman kristen sejak kecil

Tugas para pendidik Kristen yang terutama adalah

mendidik iman Kristen sejak kecil kepada para anak didik.

pendididik Kristen perlu mengajar mereka tentang konsep dosa

dan penebusan. Setelah Allah menciptakan manusia, manusia

memberontak dan melawan-Nya, itulah dosa. Ajarkanlah bahwa

dosa bukan sekadar membunuh, mencuri, dan lain-lain, tetapi inti

dosa adalah melawan ketetapan-Nya. Ajarkan kepada anak didik

bahwa dosa itu tidak bisa diselesaikan oleh manusia siapa pun,

kecuali oleh Tuhan Allah. Sebab dosa diselesaikan oleh

46

Suyatno, Opcit, hlm 15

47

Mary Setiawani & Stephen Thong, Seni Membentuk Karakter Kristus,

Lemabaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta ,1995, hlm 78 48

Ibid, hlm 81

KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 123

pendidikan.49 Karena kasih-Nya, Ia mengutus Putra Tunggal-Nya,

Tuhan Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia pilihan-

Nya. Ia mati di salib demi menggantikan dosa-dosa manusia.

b. Mendidik untuk hidup bersosialisasi

Para pendidik Kristen harus mengajar anak didik untuk

hidup bersosialisasi. Ini penting, supaya para anak didik Kristen

tidak hanya diajar untuk berani mandiri, tetapi juga untuk berani

berbagi hidup dengan orang lain. Anak–anak pun dilatih untuk

membagikan berkat kepada teman- temannya. Inilah tugas para

pendidik Kristen di dalam tugas sebagai pendidik. Didiklah anak-

anak untuk karakter yang terpenting adalah bagaimana mereka

hidup mempermuliakan Allah dan menjadi berkat bagi orang

lain.50 Hidup murid Kristus adalah mempermuliakan Tuhan dan

menjadi berkat bagi orang lain. Ini adalah hal penting yang perlu

dipahami oleh Guru sehingga mampu mendidik anak-anak

mencapai tugas ini.

Sebagai pendidik guru sebagai inspirator yaitu memberi

semangat pada setiap anak didik tanpa meliahat taraf kemamupan

intelektual dan motivasi belajar.51 Guru harus juga punya empati.

Guru harus bisa bergaul akrab dengan anak didik. Guru

mengandung tantangan, karena disatu pihak guru harus ramah,

sabar, menunjukkan pengertian memberikan kepercayaan dan

menciptakan suasana aman dilain pihak guru harus memberikan

tugas, mendorong siswa untuk berusaha mencapai tujuan

mengadakan koreksi, menegur dan menilai. Guru PAK sebagai

pendidik siap untuk tetap bertidak lembut namun tegas.

Guru PAK mempunyai tanggung jawab yang besar

dihadapan Tuhan. Karena itu, setiap guru PAK harus menyadari

bahwa ia sedang bekerja menjadikan anak didik murid Kristus.

49

Ibid, hlm 116 50

Stephen Thong, Opcit, hlm 91 51

W.S Winkel, Opcit, hlm 112

Farida Tawuru May, Tanggung jawab Guru dalam Melaksanakan Pendidikan…

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 124

DAFTAR PUSTAKA

1. Alma, Buchari. Guru Profesional, Bandung, 2008, Alfabeta.

2. Boehlke, R. R. Membangun Teori PAK, Jakarta, 2008, STT

Proklamasi.

3. Homrighausen & Enklaar, Pendidikan Agama Kristen,

Jakarta, 2008, Bpk Gunung Mulia.

4. Lase, Jason. Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Sekolah

Terhadap Vandalisme Siswa, Program Pasca Sarjana,

Jakarta , 2005, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

5. Joyce Meyer, Pemimpin Yang Sedang Dibentuk, Jakarta,

2002, Imanuel.

6. Nasution , S. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Mengajar,

Jakarta, 2005, Bumi Aksara.

7. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta, 2004,

Bumi Aksara.

8. Oliver Mc. Mahan, Gembala Jemaat Yang Sucses, Jakarta,

2002, Metanoia.

9. Paul H. Vier, Pendidikan Agama Kristen.

10. Rimm, Sylvia. Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai

Buruk, Jakarta, 1997, Grasindo Fuller, Cheri. Maksimalkan

Potensi Belajar Anak Anda, Bandung, 2007, Yayasan Kalam

Hidup.

11. Setiawan, Mary Go . Pembaharuan Mengajar, Bandung,

Yayasan Kalam Hidup.

12. Suparno, Paul. Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan,

1997, Kanisius.

13. Suharso & Ana Retnoningsih, Kamus Bahasa Indonesia,

2005, Widya Karya Semarang.

14. Suyatno, Pedoman Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Melalui

Pengembangan Budaya Sekolah, Jakarta, 2010, Kementrian

Pendidikan Nasional.

15. Setiawani, Mary & Stephen Thong, Seni Membentuk

Karakter Kristus, Jakarta ,1995, Lemabaga Reformed Injili

Indonesia,

KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), Vol 1, No 2 Nov. 2019

Copyright © 2019, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 125

16. Uno B. Hamzah , Profesi Kependidikan, Jakarta, 2010, Bumi

Aksara.

17. Winkel, W. S. Psikologi Pengajaran, Jakarta, 1986,

Grasindo.

18. Wismoady, Di Sini Ku Temukan, Jakarta, 1986, Bpk Gunung

Mulia.

19. Agama Pragmatis, Magelang, 2001, Yayasan Indosiatera