PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI ...repository.usd.ac.id/35336/2/151314030_full.pdfData...
Transcript of PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI ...repository.usd.ac.id/35336/2/151314030_full.pdfData...
i
PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP
EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH
BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YUSUP YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
OLEH
KRISTINA LUDWINA OME
NIM: 151314030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP
EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH
BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YUSUP YOGYAKARTA
KRISTINA LUDWINA OME
151314030
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I,
Dra. Theresia Sumini, M.Pd. Tanggal 23 Juli 2019
Pembimbing II,
Hendra Kurniawan, M.Pd. Tanggal 23 Juli 2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
PERSEPSI GURU DAN SISWA
TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH
BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YUSUP YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Kristina Ludwina Ome
NIM: 151314030
Telah dipertahankan didepan Panitia Penguji
Pada tanggal 30 Juli 2019
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Ignatius Bondan Suratno, S.Pd, M.Si. ………………
Sekretaris : Dra. Theresia Sumini, M.Pd. ………………
Anggota : Dra. Theresia Sumini, M.Pd. ………………
Anggota : Hendra Kurniawan, M.Pd. ………………
Anggota : Drs. Yohanes Rasul Subakti, M.Pd. ………………
Yogyakarta, 30 Juli 2019
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur kepada Bapa yang Maha pengasih., skripsi ini
kupersembahkan kepada:
1. Kongregasi Suster-Suster Belaskasih dari Hati Yesus yang Mahakudus (HK)
yang telah memberikan kesempatan mengembangkan diri, mendukung,
menyemangati dan mendoakan saya.
2. Ibu, kakak, adikku yang selalu mendukung dan mendoakanku selama
mengikuti perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Th. Sumini, M.Pd. dan Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd. selaku dosen
pembimbing yang selalu membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis.
4. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Lakukanlah Segala Pekerjaanmu dalam Kasih
(1 Kor. 16 : 14)
Siapapun Tidak Akan Bisa Berkembang Jika Ia Tidak Mengakui Kekurangannya
(Paus Fransiskus)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak
memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Juli 2019
Penulis
Kristina Ludwina Ome
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Kristina Ludwina Ome
NIM : 151314030
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP EVALUASI
PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS HIGHER ORDER THINKING
SKILL (HOTS) DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YUSUP
YOGYAKARTA”
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, dan mempublikasikannya di internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 30 Juli 2019
Yang menyatakan
Kristina Ludwina Ome
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP
EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH
BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YUSUP YOGYAKARTA
Kristina Ludwina Ome
151314030
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) persepsi guru terhadap
evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS), 2)
persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order
Thinking Skill (HOTS, 3) kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill
(HOTS).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi kasus.
Informan dalam penelitian ini adalah guru sejarah dan 10 siswa SMA Pangudi
Luhur Santo Yusup Yogyakarta yang dipilih menggunakan teknik purposive
sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumen, kuesioner,
dan wawancara. Teknik analisis data dengan menggunakan model interaktif Miles
dan Huberman yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Persepsi guru positif karena
guru mengetahui dan melaksanakan evaluasi berbasis HOTS dengan menerapkan
berbagai aspek HOTS diantaranya kemampuan mengkreasi. 2) Persepsi siswa
positif karena jenis evaluasi yang dilakukan guru membantu siswa memahami
materi yang diajarkan serta membuat siswa memiliki kemampuan dalam berpikir
kritis, berpikir kreatif dan inovatif, mampu memecahkan masalah dan mengambil
keputusan, mampu mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan
yang baru serta mampu merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam
pembelajaran sejarah. 3) Kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa antara lain
tuntutan ketuntasan, kesulitan memahami soal, kurang fokus dan kurang sabar.
Ada pun solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan latihan, remidi, fokus
dan sabar memahami soal.
Kata Kunci: Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Higher Order Thinking Skill
(HOTS), Guru, dan Siwa, SMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF THE TEACHERS AND THE STUDENTS
TOWARDS EVALUATION ON HISTORICAL LEARNING
BASED ON HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
IN PANGUDI LUHUR SANTO YUSUP YOGYAKARTA HIGH SCHOOL
Kristina Ludwina Ome
151314030
The aim of this study was to describe: 1) The perceptions of the teachers
towards evaluation on historical learning based on Higher Order Thinking Skills
(HOTS), 2) The perceptions of the students towards evaluation on historical
learning based on Higher Order Thinking Skills (HOTS, 3) Obstacles faced by
teachers and students in carrying out evaluation of history learning based on
Higher Order Thinking Skills (HOTS).
This research uses a qualitative method with the type of case study. The
informants in this study were history teacher and 10 students of Pangudi Luhur
Santo Yusup Yogyakarta High School who were selected using a purposive
sampling technique. Data collection is done through observation, documents,
questionnaires, and interviews. Data analysis techniques used is the Miles and
Huberman interactive model consisting of data collection, data reduction, data
presentation, and making conclusions.
The results of this study indicate that: 1) The teacher has a positive
perception because the teacher knows and carry out HOTS-based evaluations by
applying various aspects of HOTS. 2) Students has a positive perception because
the type of evaluation conducted by the teacher helps students to understand the
material being taught and makes students have the ability to think critically, think
creatively and innovatively, be able to solve problems and make decisions, be able
to associate their knowledge with new knowledge and be able to reflect the values
contained in history learning. 3) The aobstacle faced by teachers and students are
the completeness demans, the difficulty of understanding the questions, lack of
focus, and lack of patience. There is also a solution that is done is to do exercises,
remedies, focus, and patiently understand the questions.
Keywords: Evaluation of Learning History, Higher Order Thinking Skill
(HOTS), Teacher, and Students, High School.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur dan terimakasih atas rahmat dan berkat
Tuhan yang Maha Kasih sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judu “Persepesi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah
Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Pangudi Luhur Santo
Yusup Yogyakarta”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan studi di Program Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidaj
lepas dari bantuan bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendiidikan
Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang senantiasa
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Sejarah, Fakultas dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II dan Dosen Pembimbing
Akademik (DPA) yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan ilmu
dan didikkannya kepada penulis selama menempuh studi.
6. Pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang selalu sabar dan setia
dalam pelayanan administrasi kepada penulis.
7. Kepala Sekolah, pihak Tata Usaha, guru sejarah, dan siswa di SMA Pangudi
Luhur Santo Yusup Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam
mendapatkan data untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Kongregasi Suster-Suster Belaskasih dari Hati Yesus yang Mahakudus (HK)
yang selalu mendukung dan mendoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
9. Teman-teman angkatan 2015 Program Pendidikan Sejarah Universitas Sanata
Dharma yang selalu mendukung dan memberi semangat untuk menyelesaikan
skripsi ini.
10. Para sahabatku.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
perbaikan penyusunan skripsi yang lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
Kristina Ludwina Ome
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………...................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS …………………….. vii
ABSTRAK ………………………………………………………………… viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 9
A. Kajian Teori .............................................................................................. 9
1. Pendidikan Abad 21 dalam Kurikulum 2013 ....................................... 9
2. Higher Order Thinking Skill (HOTS) ……………………………….. 13
3. Pembelajaran Sejarah ........................................................................... 26
4. Evaluasi Pembelajaran Sejarah ……………………………………… 33
5. Persepsi ………………………………………………………………. 38
B. Penelitian yang Relevan ………………………………………………… 40
C. Kerangka Pikir ………………………………………………………….. 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB III. METODE PENELITIAN ……………………………………... 45
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 45
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 46
C. Sumber Data ............................................................................................. 46
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 47
E. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian .................................................. 49
F. Teknik Sampling ...................................................................................... 53
G. Validitas Data ........................................................................................... 54
H. Analisis Data ............................................................................................ 56
I. Sistematika Penelitian ………………………………………………….... 60
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 61
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................................... 61
B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................................ 66
C. Pembahasan ………….............................................................................. 88
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………......... 107
A. Kesimpulan ............................................................................................... 107
B. Saran ......................................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 112
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indonesian Partnership for 21 Cetury Skill Standard ……………. 11
Tabel 2. Dasar Konsep HOTS ……………………………………………... 14
Tabel 3. Perbedaan HOT dan HOTS ............................................................. 16
Tabel 4 Proses Kognitif Bloom ……………………………………………. 21
Tabel 5. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif ......................................... 22
Tabel 6. Ranah Afektif …………………………………………………...... 23
Tabel 7. Kata Kerja Operasional Ranah Afektif ........................................... 23
Tabel 8. Proses Psikomotor ………………………………………………... 24
Tabel 9. Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor..................................... 24
Tabel 10. Kisi-kisi kuesioner guru ................................................................ 51
Tabel 11. Kisi-kisi kuesioner siswa ……………………………………….. 52
Tabel 12. Kisi-kisi wawancara ...................................................................... 53
Tabel 13. Jumlah Siswa ……………………………………………………. 65
Tabel 14. Fasilitas Sekolah............................................................................ 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. Kerangka Pikir ............................................................................. 44
Gambar II Gambar Diagram analisis Miles and Huberman .......................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian …………………………………………… 117
Lampiran 2. Catatan Lapangan 1 ................................................................ 118
Lampiran 3. Catatan Lapangan 2 Lembar Kuesioner Guru ...................... 121
Lampiran 4. Catatan Lapangan 3 Lembar Kuesioner Siswa ...................... 126
Lampiran 5. Rekapitulasi Angket Guru …………………………………. 130
Lampiran 6. Rekapitulasi Angket Siswa ……………………………….... 131
Lampiran 7. Kisi-Kisi Pertanyaan Guru ..................................................... 135
Lampiran 8. Kisi Kisi Pertanyaan Siswa .................................................... 136
Lampiran 9. Daftar Nama Responden ........................................................ 137
Lampiran 10. Daftar Nama Narasumber .................................................... 139
Lampiran 11. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru ................................... 140
Lampiran 12. Daftar Pertanyaan Wawancara Siswa .................................. 142
Lampiran 13. Catatan Lapangan 4 ............................................................. 143
Lampiran 14. Catatan Lapangan 5 .................................................................. 149
Lampiran 15. Catatan Lapangan 6 .............................................................. 154
Lampiran 16. Catatan Lapangan 7 .............................................................. 157
Lampiran 17. Catatan Lapangan 8 .............................................................. 160
Lampiran 18. Catatan Lapangan 9 .............................................................. 164
Lampiran 19. Catatan Lapangan 10 ............................................................ 167
Lampiran 20. Catatan Lapangan 11 ............................................................ 170
Lampiran 21. Catatan Lapangan 12 ............................................................. 173
Lampiran 22 Catatan Lapangan 13 ............................................................. 176
Lampiran 23. Catatan Lapangan 14 ……………………………………… 178
Lampiran 24. Catatan Lapangan 15 ……………………………………… 280
Lampiran 25. Catatan Lapangan 16 ……………………………………… 184
Lampiran 26. Lembar Pengamatan Dokumen …………………………... 187
Lampiran 27. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................... 188
Lampiran 28. Daftar Nilai ……………………………………………….. 222
Lampiran 29. Dokumentasi Wawancara ………………………………… 224
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Lampiran 30. Surat Izin Penelitian ………………………………………… 227
Lampiran 31. Surat Pernyataan Menyelesaikan Penelitian ………………... 228
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu hal yang mendasar bagi kehidupan manusia.
Pendidikan yang dilakukan manusia untuk mengembangkan dirinya baik dalam
akademik maupun dalam spiritual melalui segala sesuatu yang terjadi di
sekitarnya sehingga memperoleh pengetahuan yang luas. Pendidikan yang baik
mampu menciptakan kesejahteraan bagi dirinya. Dunia modern sekarang ini
pendidikan menjadi suatu keharusan bagi setiap orang. Hal itu dapat dilihat dari
tingkat kesejahteraan dan perkembangan negara tersebut. Demikian pula yang
terjadi di Indonesia dengan kesadaran bahwa mutu pendidikan di suatu negara
mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia maka pemerintah mengatur
gerakan tersebut untuk menunjukkan cita-cita itu melalui pendidikan formal dari
PAUD, TK, SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Masyarakat Indonesia
harus menempuh pendidikan formal atau wajib sembilan tahun.
UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang Sistem Pendidikan
Nasional dirumuskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara1.
1 Permendikbud, No 20, 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Sejalan dengan pengertian tersebut bahwa usaha sadar dan terencana berarti
benar-benar berproses untuk mencapai apa yang menjadi tujuan negara yakni
untuk masyarakat hidup dengan lebih berkembang, sejahtera dan bermutu. Dalam
proses itu seringkali kurikulum yang menjadi pijakan pendidikan terjadi
pergantian. Pada tahun-tahun ini Kurikulum 2013 menjadi acuan bersama dalam
pendidikan.
Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006. Kurikulum 2006 (KTSP) mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan terpadu. Kurikulum 2013 dijalankan secara
serempak di seluruh sekolah berbasis pendidikan karakter dan kompetensi siswa.
Artinya siswa diajak untuk memiliki kesadaran penuh bahwa dirinya harus tahu
apa yang harus mereka lakukan, memahami dengan kompetensi yang diinginkan
sehingga semakin tumbuh rasa kepedulian dan komitmen yang tinggi.2 Penekanan
kurikulum 2013 pada guru adalah dituntut untuk semakin kreatif yang menantang
siswa semakin memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu berorientasi pada
kepentingan siswa sesuai dengan karakteristiknya. Maka metode pembelajaran
haruslah berpusat pada siswa SCL (Student Center Learning) sedangkan guru
lebih berperan sebagai fasilitator.
Pada tahun 2014, kementerian pendidikan menghentikan sementara
penyelenggaraan Kurikulum 2013, karena dianggap banyak sekolah terutama guru
belum siap. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengevaluasi, menyempurnakan
2 E. Mulyasa, Guru dalam Imlementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2014.
hlm. 48.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dan menyederhanakan pelaksanaan kurikulum 2013, agar dapat melakukan
sosialisasi secara optimal di seluruh wilayah Indonesia. Maka hasilnya adalah
munculnya kurikulum 2013 revisi 2016, dan mulai diterapkan di seluruh sekolah.
Hasil revisi kurikulum 2013 meliputi; Permendikbud Nomor 20 tahun 2016
tentang Standar Kompetensi Lulusan, Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016
tentang Standar Isi, Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses,
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.
Maka harapan yang hendak dicapai dalam perbaikan tersebut adalah
dengan cara mengitegrasikan kurikulum 2013 dalam pembelajaran secara khusus
pelajaran sejarah yang berorientasi pada Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Karakter yang diperkuat seperti religius, nasionalisme, mensyukuri, gotong
royong, dan integritas.3 Disadari pula tantangan pada era global ini baik yang
datang dari dalam maupun dari luar. Maka perlu dilakukan pengintegrasian
keterampilan yang dikenal dengan istilah 4C (Creative, Critical thinking,
Comunication, dan Collaborative), literasi dan HOTS (Higher Order Thinking
Skill).
Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah keterampilan berpikir kritis
logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yan merupakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.4 Munculnya ide bahwa pembelajaran pada era abad 21
terlebih konsep HOTS dilatarbelakangi oleh berbagai situasi diantaranya
membutuhkan strategi pembelajaran yang spesifik dan tidak dapat digunakan di
situasi belajar lainnya. Selain itu kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai
3 Hendra Kurniawan, Kajian Kurikulum dan Bahan Ajar Sejarah SMA Menurut Kurikulum 2013,
Yogyakarta: Sanata Dharma University Press, 2018. hlm. 253. 4 Ibid., hlm. 263.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
kemampuan yang tidak dapat diubah, tetapi kesatuan pengetahuan yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan belajar, strategi dan
kesadaran dalam belajar. Serta bergesernya pandangan dari unidimensi, linear,
hirarki atau spiral menuju menuju pandangan yang ke multidimensi dan
interaktif.5
Pengembangan pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan program yang
dikembangkan sebagai upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) dalam upaya
peningkatan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program
tersebut sebagai usaha untuk memperbaiki situasi yang kurang mendukung daya
saing dalam proses belajar siswa. Program ini dikembangkan mengikuti arah
kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang pada tahun 2018 telah
terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan pembelajaran berorientasi
pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skill
(HOTS).6
Melalui pembelajaran HOTS dapat melatih siswa untuk memiliki
keterampilan berpikir tingkat Tinggi dan dapat menghasilkan lulusan sesuai
dengan Kurikulum 2013. Selain itu pembelajaran yang berbasis HOTS mampu
menjawab tuntutan era revolusi industri 4.0, yakni menghasilkan lulusan yang
mandiri, produktif, inovatif, kreatif dan berkarakter melalui pembentukan
pengetahuan keterampilan, serta sikap secara utuh dan terpadu. Pembelajaran
5 Kemendikbud, Buku Penialaian Berorientasi Higher Order Thinking Skill, 2018, hlm. 5. 6 Ibid., hal. 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
yang berbasis HOTS juga diharapkan mampu menyiapkan generasi emas, untuk
menyongsong Indonesia Emas 2045.7
Secara umum pembelajaran sejarah yang sarat dengan pendidikan nilai
menjadi kesempatan yang istimewa bagi guru untuk menggali secara lebih dalam
makna dari setiap tema. Bagaimana pun setiap peristiwa sejarah yang
dimunculkan dalam pelajaran di sekolah, diharapkan siswa mampu untuk
memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif (Taksonomi Bloom). Maka keterampilan berpikir
tingkat tinggi atau HOTS menjadi prioritas.
SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta merupakan salah satu
sekolah yang sudah menerapkan pembelajaran yang berbasis HOTS atau
pembelajaran yang berorientasi pada pada taraf pemikiran tingkat tinggi. Maka
dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui sejauh mana penerapan evaluasi
pembelajaran yang berbasis HOTS khususnya pada pembelajaran sejarah. Maka
berdasarkan kajian di atas peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi guru dan
siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS pada pembelajaran
sejarah.
7 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2013 Revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2018, hlm. 140.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang akan diteliti
adalah
1. Bagaimana persepsi guru terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA St. Yusup Pangudi Luhur
Yogyakarta?
2. Bagaimana persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA St. Yusup Pangudi Luhur
Yogyakarta?
3. Apa saja kendala yang dihadapi oleh oleh guru dan siswa dalam evalusi
pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS)?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mendeskripsikan persepsi guru terhadap evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS)
2. Untuk mendeskripsikan persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS)
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam evalusi
pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Pada tataran teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-
manfaat sebagai berikut:
a) Memperluas pengetahuan dan wawasan evaluasi berbasis HOTS baik yang
berkenaan dengan aspek kesiapan manajemen pelaksanaan, keunggulan dan
kekurangannya.
b) Memberikan informasi berkaitan dengan hambatan dalam implementasi
evaluasi yang berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) khususnya bagi
guru sejarah.
2. Manfaat Praktis
Pada tataran praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yang besar bagi:
a) Universitas Sanata Dharma
Sebagai bahan kajian khususnya bidang kajian pendidikan.
b) Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam melakukan
pembenahan dalam hal evaluasi sehingga tercipta suasana belajar yang
kondusif
c) Guru Mata Pelajaran Sejarah
Dapat mengetahui hal-hal penting dalam penerapan evaluasi pelajaran sejarah
yang berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
d) Penulis
Agar dapat mengetahui implementasi penerapan evaluasi pembelajaran sejarah
yang berbasis pada Higher Order Thinking Skill (HOTS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Abad 21 dalam Kurikulum 2013
Dunia saat ini memasuki abad ke 21, dimana ditandai dengan perkembangan
teknologi dan informasi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi bahkan mencapai di seluruh aspek kehidupan manusia. Demikian
juga Indonesia. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang
semakin canggih, menuntut kualitas pendidikan yang baik. Disadari bahwa
kuliatas pendidikan di Indonesia saat ini masih rendah dan sumber daya
manusianya rendah.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia antara
lain8:
1) Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik Departemen
Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Daerah, dan sekolah yang berada di
garis depan. Dalam hal ini intervensi dari pihak-pihak yang terkait sangat
dibutuhkan agar pendidikan terjaga dengan baik.
2) Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya. Masyarakat merupakan
ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai
objek dari pendidikan.
Sejalan dengan visi dan misi pendidikan nasional yakni mewujudkan sistem
pendidikan sebagai pranata yang kuat dan berwibawa, untuk memberdayakan
8 Daryanto dan Syaiful Karim, Pembelajaran Abad 21, Yogyakarta: Gava Media, 2017, hlm. 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah.9
Abad 21 merupakan abad pengetahuan, dimana informasi secara cepat dan
mudah tersebar dengan teknologi yang semakin berkembang. Karakteristik abad
21 juga ditandai dengan semakin erat dengan dunia ilmu pengetahuan, sehingga
sinergi diantaranya menjadi semakin cepat.10 Maka pemerintah lewat
Kemendikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21 menekankan
pada kemampuan siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan
permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam
menyelesaikan masalah.11 Ciri utama pendidikan abad 21 ini terletak pada siswa
yang harus memiliki kecakapan dan keterampilan dalam berpikir kritis, kreatif,
aktif dan kolaboratif. Berikut ini konsep berpikir pendidikan abad 21 sesuai
dengan pendidikan di Indonesia sekarang ini berdasarkan UU Sikdiknas,
Nawacita, dan (Rencana Pekerjaan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Pendidikan Dasar, Menengah, dan Tinggi, diperoleh 2 standar tambahan sesuai
dengan kebijakan kurikulum dan kebijakan pemerintah, yaitu sesuai dengan
Penguatan Pendidikan Karakter pada Pengembangan Karakter (Character
Building) dan Nilai Spiritual (Spiritual Value). Secara keseluruhan standar
9 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2013 Revisi dalam Era Revolusi Indutri 4.0, Rosdakarya
Remaja Putra, Jakarta: 2018, hlm. 17. 10 Ibid., hlm. 2. 11 Kemendikbud, 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Pendidikan abad 21 di Indonesia ini dirumuskan menjadi Indonesian Partnership
for 21 Century Skill Standard (IP-21CSS).12
Tabel 1. Indonesian Partnership for 21 Century Skill Standard (IP-21CSS)
Framework 21st
Century Skills
IP-21CSS Aspek
Creativity Thinking
and innovation
4Cs
1. Berpikir secara kreatif
2. Bekerja kreatif dengan lainnya
3. Mengimplementasikan inovasi
Critical Thinking
and Problem
Solving
1. Penalaran efektif
2. Menggunakan sistem berpikir
3. Membuat penilaian dan keputusan
4. Memecahkan masalah
Communication and
Collaboration
1. Berkomunikasi secara jelas
2. Berkolaborasi dengan orang lain
Information, Media
and Technology
Skills
ICTs
1. Mengakses dan mengevaluasi
informasi
2. Menggunakan dan menata informasi
3. Menganalisis dan menghasilkan
media
4. Mengaplikasikan teknologi secara
efektif
Life & Career Skills
Character
Building
1. Menunjukkan perilaku scientific
attitude (hasrat ingin tahu, jujur,
teliti, terbuka dan penuh kehati-
hatian)
2. Menunjukkan penerimaan terhadap
nilai moral yang berlaku di
masyarakat
Spiritual
Values
1. Menghayati konsep ke-Tuhanan
melalui ilmu pengetahuan
2. Menginternalisasikan nilai-nilai
spiritual dalam kehidupan sehari-hari
Sumber: Buku Pegangan Pembelajaran HOTS
Pendidikan abad 21 juga menuntut suatu keterampilan. Seperti halnya dalam
bidang keilmuan yang lain. Seperti yang dikutib dari Wagner dan Change
Leadership Group dari Universitas Harvard oleh yakni Siti Zubaidah yang
12 Kemendikbud, op.cit., hlm. 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
berjudul “Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan yang diajarkan melalui
pembelajaran” antara lain13:
1) Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah,
2) Kolaborasi dan kepemimpinan,
3) Ketangkasan dan kemampuan beradatasi,
4) Inisiatif dan berjiwa entrepreneur,
5) Mampu berkomunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis,
6) Mampu mengakses informasi,
7) Memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi
Selain itu untuk meningkatkan kuaitas pendidikan UNESCO (United
Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) telah merancang 4
(empat) pilar pendidikan untuk menyongsong abad 21, yaitu14:
1) Learning to how (belajar untuk mengetahui)
2) Learning to do (belajar untuk melakukan)
3) Learning to be (belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu
mandiri yang berkepribadian)
4) Learning to live together (belajar untuk hidup bersama)
Menanggapi tuntutan pendidikan abad 21 dengan segala perkembangannya
maka muncul kurikulum 2013. Secara umum proses pendidikan yang ditandai
dengan perkembangannya kurikulum 2013 mengalami berbagai macam hambatan
sehingga implementasinya tidak berjalan serempak di seluruh wilayah Indonesia.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
mengeluarkan kebijakan dengan memberikan kelonggaran kepada setiap sekolah
untuk menggunakannya. Hanya beberapa sekolah yang dengan sengaja ditunjuk
sebagai percontohan. Alasan kesiapan sekolah itulah maka munculah berbagai
revisi dan kini yang sering digunakan oleh setiap sekolah adalah kurikulum 2013
revisi baik revisi 2016, dan mulai diterapkan pada tahun 2017.
13 Siti Zubaidah, Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan Yang Diajarkan Melalui Pembelajaran,
Jurusan Biologi-FMIPA, Malang: Universitas Negeri Malang, 2016, hlm. 2. 14 Sasmoko, artikel 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Dalam revisi kurikulum 2013 muncul beberapa aturan seperti yang termuat
dalam Permendikbud No 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Kelulusan
(SKL), Permendikbud No 21 tentang Standar Isi (SI), Permendikbud Nomor 22
tentang Standar Proses (SP), dan Permendikbud Nomor 23 tentang Standar
Penilaian (SP).15
Selain itu Kurikulum 2013 revisi dalam rangka pembelajaran abad 21
mencoba mengintegrasikan empat hal pokok yang menjadi kekhasannya. Yang
pertama adalah Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), budaya literasi, 4C
(Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collaborative), dan HOTS
(Higher Order Thinking Skill) dalam pembelajaran.
2. Higher Order Thinking Skill/ HOTS
a. Pengerian Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Higher Order Thinking Skill dalam terjemahan bahasa Indonesia merupakan
keterampilan berpikir dalam tingkat tinggi. Higher Order Thinking Skill/ HOTS
adalah kemampuan berpikir kritis logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir
kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.16 Menurut Resnick
mengatakan bahwa keterampilan berpikir tinggi atau HOTS adalah proses berpikir
kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun
representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan
15 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2013 Revisi dalam Era Revolusi Indutri 4.0, Jakarta:
Rosdakarya Remaja Putra, 2018, hlm. 1. 16 Hendra Kurniawan, Kajian Kurikulum dan Bahan Ajar Sejarah SMA, Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press, 2018, hlm. 263.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
aktivitas mental yang paling dasar.17 Maka pembelajaran yang diterapkan harus
mampu mengolaborasikan semua aspek tersebut. Sedangkan Ridwan Abdulah
menyatakan bahwa HOTS bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
siswa pada level yang lebih tinggi, terutama berkaitan dengan kemampuan
kerpikir kritis dalam menerima berbagai jenis informasi yang datang kepadanya,
berpikir kreatif, dalam memecahkan masalah dengan pengetahuan-pengetahuan
yang dimilikinya serta membuat keputusan-keputusan yang kompleks.18 Konsep
HOTS dikembangkan oleh Krulik & Rudnick, Bloom adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Dasar Konsep Hingher Order Thinking Skill (HOTS)
Problem Solving
Krulik & Rudnick
(1998)
Taksonomi
Kognitif Bloom
Original (1956)
Taksonomi Bloom
Revisi Aner &
Krathwohl (2001)
Higher Order
Thinking Skills
(HOTS)
Recall Basic
(Dasar)
Knowledge
Comprehense
Application
Remember
Understand
Apply
Critical Creative Analysis Analize Critical
Thinking
Synthesis Evaluate Creative
Thinking
Evaluation Create Problem Solving
Decision
Making
Sumber: Hatta Saputra
17 Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, 2018,
hlm. 5. 18 Hatta Saputra, Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global: Penguatan Mutu
Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (Higher Order Thinking SkillS) Bandung: Smilles, 2016,
hlm. 90-92.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan berpikir mengalami proses
dan perubahan dari level terendah sampai pada level yang tinggi. Dimana terjadi
peningkatan kemampuan pemahaman dan penguasaan siswa atas materi
pembelajaran agar dapat berpikir kritis (critical thinking), kreatif (creative
thinking), mampu memecahkan masalah (problem solving), dan mampu membuat
keputusan (making decision) dalam situasi yang sulit19.
Dalam taksonomi Bloom, membagi ranah kognitif menjadi enam tingkatan
berpikir seperti knowledge atau pengetahuan untuk mengingat kembali informasi
yang telah dipelajari, comprehense atau memahami makna materi, application
atau menggunakan pengetahuan pada situasi baru dan situasi yang belum pernah
dialami sebelumnya dengan menerapkan prinsip atau aturan, analysis, atau
mengidetifikasikan, synthesis, dan evaluation atau memahami bagian-bagian
materi maupun keseluruhan materi.20
Penekanan dalam HOTS adalah keterampilan. Berbeda dengan istilah
higher order thinking/ HOT. HOT adalah berpikir tingkat tinggi. Dalam
Taksonomi Bloom edisi revisi, berpikir tingkat tinggi (HOT) terkait dengan
kemampuan kognitif dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi.
Sedangkan Higher Order Thinking Skill (HOTS) lebih berkaitan dengan
kemampuan menyelesaikan permasalahannya, berpikir kritis dan berpikir
kreatif.21
19 Ibid., hlm. 91-92. 20 Ibid., hlm. 97-99. 21 Ridwan Abdulah, Pembelajaran Berbasis HOTS (Hingher, Order, Thinking, Skills), Tangerang:
Tsmart Pringing, 2019, hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Kemampuan dan keterampilan berpikir tingkat tinggi sama halnya dengan
berpikir kritis. Seorang siswa dapat menyelesaikan persoalan besar, maka ia harus
memiliki kemampuan untuk menganalisis persoalan tersebut, mencari dan
menemukan alternatif lain, menerapkan strategi tertentu untuk menyelesikan
persoalah, serta pada akhirnya ia mampu untuk mengevalusi segala metode yang
diterapkan dalam menyelesaikan persoalan itu.
Berikut ini dapat dilihat perbandingan antara HOT dan HOTS:
Tabel 3. Perbedaan HOT dan HOTS
HOT HOTS
Analisis Berpikir kritis
Evaluasi Berpikir kreatif,
Kreasi Penyelesian masalah/ Problem Solving
Membuat Keputusan
Sumber: Ridwan Abdulah Sani
Dari bagan di atas dapat dikatakan bahwa dalam HOT terdapat bagian dari
HOTS, seperti dalam contoh kasus tertentu. Siswa dapat meyelesaikan masalah
setelah ia melakukan analisis dan berpikir secara kritis serta mengevaluasinya
untuk dapat menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Beberapa pakar telah
melakukan perbandingan dalam melihat kesetaraan terkait dengan HOT dan
HOTS.
Haladina dalam Ridwan Abdulah Sani menyatakan bahwa kompleksitas
berpikir dan dimensi belajar dalam empat tingkatan proses mental, yakni
memahami, menyelesaikan masalah, berpikir kritis, dan kreativitas; yang dapat
diaplikasikan pada empat jenis konten, yakni: fakta, konsep, prinsip, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
prosedur. Sedangkan dalam taksonomi Webb, berpikir strategis terkait dengan
kemampuan siswa menggunakan penalaran dan mengembangkan rencana atau
langkah-langkah proses yang kompleks. Sedangkan berpikir lanjut terkait dengan
kemampuan siswa melakukan penyelidikan, memerlukan waktu untuk berpikir
dan memproses kondisi atau masalah atau tugas ganda.22
Berpikir kritis adalah pola konvergen atau pemusatan sedangkan berpikir
kreatif adalah pola berpikir divergen atau menyebar. Berpikir konvergen adalah
proses mengolah suatu informasi dari berbagai sudut pandang untuk memperoleh
suatu kesimpulan. Sedangkan berpikir divergen merupakan pengembangan
pikiran dari satu informasi menjadi berbagai ide atau sudut pandang.23 Maka
permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan yang kompleks, sehingga
membutuhkan keterampilan tingkat tinggi untuk menyelesaikannya. Selain itu
juga diperlukan beberapa sumber informasi dan strategi untuk bernalar, berlogika
serta menafsirkan sehingga mampu teratasi.
Berpikir kreatif merupakan suatu proses untuk menghasilkan sebuah
elemen yang ada dengan menyusun kembali elemen tersebut. Pemikiran kreatif
masing-masing akan berbeda dan terkait dengan cara mereka berpikir dalam
melakukan pendekatan terhadap permasalahan. Definisi pemikiran kritis oleh
beberapa pakar seperti Howard Gardner membagi kedalam dua kategori yakni
pengetahuan yang diperlukan untuk menghasilkan kreativitas, yakni; pengalaman
mendalam dan fokus pada suatu kajian tertentu yang membuat seseorang menjadi
ahli, dan kemampuan mengkombinasikan elemen-elemen dengan cara yang baru.
22 Ibid., hlm. 5. 23 Ibid., hlm. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Jadi seorang yang kreatif harus memiliki pengetahuan yang luas dan menguasai
satu atau dua bidang secara mendalam. Selain itu respon kreatif terhadap suatu
masalah adalah resmi yang baru, bagus, dan relevan.24
Kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk berpikir kritis antara lain
adalah mengenal dan mendefinisikan masalah; melakukan observasi secara teliti;
ingin tahu, mengajukan pertanyaan yang relevan, dan menggunakan berbagai
sumber untuk menemukan fakta; memeriksa keyakinan, asumsi, dan opini;
menilai validitas dan pernyataan dan argument, mengetahui perbedaan antara
argumen logis dan tidak logis; menemukan solusi yang valid; dan membuat
keputusan yang bijak.25
Garofalo dan Lester dalam Ridwan Abdulah menyatakan bahwa Problem
Solving atau pemecahan masalah adalah proses yang mencakup visualisasi,
sosialisasi, abstraksi, pemahaman, manipulasi, bernalar, analisis, sintesis, dan
generalisasi, yang masing-masing harus diatur dan dikoordinasikan.26 Dalam
sebuah proses penyelasaian masalah dibutuhkan pengambilan keputusan-
keputusan yang saling berhubungan sehingga selanjutnya dapat diselesaikan
secara komplek dan tuntas. Siswa yang mampu menyelesaikan masalah dengan
baik akan mampu mengenal situasi yang ada dan mengidentifikasi permasalahan,
serta dapat mengenal konsep dan prinsip yang relevan dengan permasalahan,
sehingga dapat mengembangkan cara menyelesaikan masalah dan selanjutnya
melaksanakan proses penyelesaian masalah secara tepat.
24 Ibid,. hlm. 28. 25 Ibid., hlm. 25. 26 Ibid., hlm. 27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Membuat keputusan merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh
siswa untuk berani membuat keputusan. Sebelum mengambil keputusan siswa
harus mengetahu berbagai strategi dalam mengambil keputusan. Proses
pengambilan keputusan biasanya dimulai dari penetapan tujuan. Kemudian
dilakukan pengumpulan informasi dan diikuti dengan pembangkitan solusi
alternatif lain.
Refleksi adalah suatu gerakan atau pantulan di luar kemauan atau kesadaran
sebagai jawaban atas suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar.27 Paul Suparno
mengatakan bahwa refleksi adalah langkah sangat penting dalam mendalami
pengalaman yang ada. Melalui refleksi siswa diajak untuk menggali pengalaman
mereka sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya serta mengambil maknanya bagi
hidup pribadi, hidup bersama dalam masyarakat.28 Langkah-langkah yang dapat
digunakan dalam merefleksi seperti melihat secara mendalam makna dan nilai
dari bahan yang dipelajari sehingga muncul sebuah tindakan atau aksi.
Selanjutnya mempertimbangkan secara mendalam segala pengalaman, ide, dan
tujuan untuk menangkap makna terdalam, kebenaran terdalam dan membentuk
suara hati, proses formatif dan pembebasan.
Dalam kurikulum 2013 revisi yang terletak pada standar proses bahwa
pembelajaran harus mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik
tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill/HOTS).29 Pembelajaran berbasis
27 Desi Anwar, 2001, Kamu Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Abdi Tama, hal. 336. 28 Paul Suparno, Prinsip-Prinsip Pedagogi Ignatian Dan Pengalaman Implementasi Visi, Misi,
Nilai Dasar Dan PPI Dalam Pembelajaran, Yogyakarta: USD, 2017, hal. 6 - 7. 29 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2013 Revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2018, hlm. 14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
HOTS mengacu pada standar Kompetensi lulusan, dan standar isi, dengan
memperhatikan prinsip pembelajaran seperti:30
1) Dari peserta didik diberi tahu menuju perserta didik mencari tahu.
2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar.
3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah.
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi
5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajran dengan jawaban yang kebenarannya yang multidimensi.
7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.
8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills)
dan keterampilan mental (softskills).
9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.
10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan
(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani).
11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah dan di masyarakat.
12) Pembelajran yang menerapkan prnsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas.
13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pembelajaran.
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik.
Pembelajaran HOTS diutamakan untuk merangsang daya pikir tingkat
tinggi, dan membangkitkan hormon gembira. Hal tersebut dimulai dari peran guru
dalam menciptakan pemberajaran yang kreatif aktif, efektif, dan menyenangkan
dengan memilih pendekatan pembelajaran yang tepat dan efektif.
b. Konsep Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Lahirnya konsep HOTS pada implementasi kurikulum 2013 revisi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain situasi belajar yang lebih spesifik
30 Kemendikbud, 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
seperti penalaran, kemampuan menganalisis, memecahkan masalah, keterampilan
berpikir kritis dan kreatif.
Beberapa aspek HOTS atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi
menjadi 3 bagian antara lain:
1) HOTS sebagai Transfer of Knowledge
Dalam aspek ini teridiri dari beberapa ranah yang hendak dicapainya. Seperti
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor yang merupakan satu
kesatuan dalam proses belajar mengajar.
a. Ranah Kognitif
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS ranah kognitif mengalami
proses perkembangan. Hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini31:
Tabel 4. Proses Kognitif dengan level kognitif Bloom
PROSES KOGNITIF DEFINISI
C1
L O
T S
Mengingat Mengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan
C2 Memahami Membangun arti dari proses pembelajaran, termasuk
komunikasi lisan, tertulis, dan gambar
C3
Menerapkan
/mengaplikasika
n
Melakukan dan menggunakan prosedur di dalam situasi yang
tidak biasa
C4
HO
TS
Menganalisis Memecah materi ke dalam bagian-bagiannya dan
menentukan bagaimana bagian-bagian itu terhubungkan
antarbagian dan struktur atau tujuan keseluruhan
C5 Menilai/Menge-
valuasi
Membuat pertimbangan berdasarkan kriteria atau standar
C6
Mengkreasi/
mencipta
Menempatkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk
membentuk keseluruhan secara koheren atau fungsional;
menyusun kembali unsur-unsur ke dalam pola atau struktur
baru
Sumber: Buku Pegangan Pembelajaran Berbasis Keterampilan Tingkat Tinggi
31 Kemendikbud, Buku Pegangan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, 2018, hlm. 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam ranah kognitif, dapat di
lihat pada tabel di bawah ini:32
Tabel 5. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif (Revisi Kartwolh)
Mengingat
(remember)
C 1
Memahami
(understand)
C 2
Mengaplikasik
an (apply)
C 3
Menganalisis
(Analyze)
C 4
Mengevaluasi
(Evaluate)
C 5
Mencipta
(Create)
C 6
Mengutip
Menebitkan
Menjelaskan
Memasagkan
Membaca
Menamai
Meninjau
Mentabulasi
Memberi kode
Menulis
Menytakan
Menunjukkan
Mendaftar
Menggambar
Membilang
Mengidentifikasi
Menghafal
Mencatat
Meniru
Memperkira kan
Menceritajan
Merinci
Megubah
Memperluas
Menjabarkan
Mnconthkan
Mengemukakan
Menggali
Mengubah
Menghitung
Menguraikan
Mempertahankan
Mngartikan
Menerangkan
Menafsirkan
Memprediksi
Melaporkan
Membedakan
Mengaskan
Menentukan
Menerapkan
Memodifikasi
Membangun
Mencegah
Melatih
Menyelidiki
Memproses
Memecahkan
Melakukan
Mensimulasikan
Mengurutkan
Membiasakan
Mengklasifikasi
Menyesuaikan
Menjalankan
Mengoperasikan
Meramalkan
Memecah kan
Menegaskan
Meganalisis
Menimpulkan
Menjelajah
Mengaitkan
Mentransfer
Mengedit
Menemukan
Menyeleksi
Mengoreksi
Mendeteksi
Menelaah
Mengukur
Membangunkan
Merasionalkan
Mendiagnosis
Memfokuskan
Memadukan
Membandingkan
Menilai
Mengarahkan
Mengukur
Meangkum
Mendukung
Memilih
Memproyeksikan
Mengkritik
Mengarahkan
Memutukan
Memisahkan
menimbang
Mengumpulkan
Mengatur
Erancang
Membuat
Merearasi
Memperjelas
Mengarang
Menyususn
Mengode
Mengkombina-
kan
Memfasilitasi
Mengkonstruksi
Merumuskan
Menghubungkan
Menciptakan
menampilkan
b. Ranah Afektif
Sejalan dengan kurikulum 2013 perkembangan siswa tidak hanya diukur
dari ranah kognitif tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. Berikut ini
merupakan tabel ranah afektif menurut Kartwolh dan Bloom bahwa akan
berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi serta derajat penerimaan
32 Ibid., hlm. 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
ataupun penolakan suatu objek dalam kegiatan pembelajaran dan membagi ranah
afektif menjadi 5 kategori seperi berikut ini.33
Tabel 6. Kata Kerja Operasional Ranah Afektif
Kata kerja operasional (KKO) yang dapat dimanfaatkan dalam ranah afektif
adalah seperti berikut34:
Tabel 7. Kata Kerja Operasional Ranah Afektif
Menerima
(A1)
Merespon
(A2)
Menghargai
(A3)
Mengelola
(A4)
Karakterisasi
Menurut Nilai
(A5)
Mengikuti
Menganut
Mematuhi
Meminati
Menyenangi
Mengopromikan
Menyambut
Mendukung
Melaporkan
Memilih
Memilah
Menolak
Menampilkan
Menyetujui
Mengatakan
Mengasumsikan
Meyakini
Meyakinkan
Memperjelas
Menekankan
Memprakarsai
Menyumbang
Mengimani
Mengubah
Menata
Mambangun
Membentuk-
pendapat
Memadukan
Mengelola
Merembuk
Menegosiasi
Membiasakan
Mengubah
perilkau
Melayani
Mempengaruhi
Mengkualifikasi
Memuktikan
Memecahkan
33 Kemendikbud. op.cit., hlm. 10-11. 34 Ibid., hlm. 11-12.
PROSES AFEKTIF DEFINISI
A1 Penerimaan Kepekaan dalam menerima rangsangan atau stimulus yang datang
pada diri siawa
A2
Menanggapi Sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif untuk
mengikutsertakan dirinya dalam fenomena tertentu dan membuat
reaksi terhadapnya dengan salah satu cara
A3 Penilaian Memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan terhadap suatu
gejala atau stimulus tertentu
A4 Mengelola Konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta pemantapan
dan prioritas nilai yang dimiliki
A5 Karakterisasi Keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
c. Ranah Psikomotor
Tabel 8. Kata Kerja Operasional Psikomotor
Proses
Psikomotor
Definisi
P1 Imitasi Imitasi berarti meniru tindakan yang dilakukan oleh sesorang.
P2 Manipulasi Manipulasi merupakan melakukan keterampilan maupun menghasilkan
sebuah produk dengan cara mengikuti petunjuk umum, bukan
berdasarkan observasi.
P3 Presisi Presisi artinya secara independen melakukan keterampilan maupun
menghasilkan sebuah produk dengan akurasi, proporsi, serta ketepatan.
P4 Artikulasi Artikulasi artunya memodifikasi keterampilan maupun produk agar
sesuai dengan situasi baru.
P5 Naturalisasi Naturalisasi artinya menyelesaikan satu maupun lebih ketermapilan
dengan mudah dan membuat keterampilan otometis dengan tenaga fisik
maupun mental.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan pada ranah psikomotor dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel. 9 Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor
Meniru
(P1)
Memanipulasi
(P2)
Presisi
(P3)
Artikulasi
(P4)
Naturaslisasi
(P5)
Menyalin
Mengikuti
Mereplikasi
Mengulangi
Mematuhi
Mengaktifkan
Menyesuaikan
Menggabungkan
Mengatur
Mengumpulkan
Menimbang
Memperkecil
Mengubah
Kembali membuat
Membangun
Melakukan
Melaksanakan
Menerapkan
Mengkorekasi
Mendemonstrasikan
Merancang
Melatih
Memperbaiki
Memanipulasi
Mereparasi
Menunjukkan
Melengkapi
Menyempurna
kan
Mekalibrasi
Mengendalikan
Mengalihkan
Menggantikan
Memutar
Mengirim
Memproduksi
Mencampur
Mengemas
Menyajikan
Membangun
Mengatasi
Menggabungkan
Koordinat
Mengintegrasikan
Beradaptasi
Mengembang
kan
Merumuskan
Memodifikasi
master
Mensketsa
Mendesain
Menentu
kan
Mengelola
Mencipta
kan
Sumber: Buku Pegangan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
2) Keterampilan berpikir Tingkat Tinggi sebagai Critical and Creative Thinking
Berpikir kritis merupakan proses segala pengetahuan dan keterampilan
dikerahkan dalam memecahkan permasalahan yang muncul, mengambil
keputusan, menganalisis semua asumsi yang muncul dan melakukan penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
berdasarkan data dan informasi yang telah didapat sehingga menghasilkan
informasi yang dibutuhkan.
3) Menyelesaikan Masalah (Problem Solving)
Problem Solving atau menyelesaian masalah dalam pembelajaran sangat
dibutuhkan, karena pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan
pembelajaan yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak
dapat dipisahkan dari kombinasi keterampilan berpikri dan kreativitas untuk
memecahkan suatu masalah.35
Keterampilan pemecahan masalah merupakan keterampilan para ahli yang
memiliki keinginan kuat untuk dapat memecahkan masalah yang muncul pada
kehidupan sehari-hari. Peserta didik secara individu akan memiliki keterampilan
pemecahan masalah yang berbeda dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut
Mourtos, Okamoto dan Rhee, ada enam aspek yang dapat digunakan untuk
mengukur sejauh mana keterampilan pemecahan masalah peserta didik, yaitu:
1) Menentukan masalah, dengan mendefinisikan masalah, menjelaskan
permasalahan, menentukan kebutuhan data dan informasi yang harus diketahui
sebelum digunakan untuk mendefinisikan masalah sehingga menjadi lebih
detail, dan mempersiapkan kriteria untuk menentukan hasil pembahasan dari
masalah yang dihadapi.
2) Mengeksplorasi masalah, dengan menentukan objek yang berhubungan dengan
masalah, memeriksa masalah yang terkait dengan asumsi dan menyatakan
hipotesis yang terkait dengan masalah.
35 Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, 2018, op.cit., hal. 13-14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3) Merencanakan solusi dimana peserta didik mengembangkan rencana untuk
memecahkan masalah, memetakan sub-materi yang terkait dengan masalah,
memilih teori prinsip dan pendekatan yang sesuai dengan masalah, dan
menentukan informasi untuk menemukan solusi.
4) Melaksanakan rencana, pada tahap ini peserta didik menerapkan rencana yang
telah ditetapkan.
5) Memeriksa solusi, mengevaluasi solusi yang digunakan untuk memecahkan
masalah.
6) Mengevaluasi, dalam langkah ini, solusi diperiksa, asumsi yang terkait dengan
solusi dibuat, memperkirakan hasil yang diperoleh ketika
mengimplementasikan solusi dan mengkomunikasikan solusi yang telah dibuat.
3. Pembelajaran Sejarah
a. Konsep Belajar
Sepanjang hidup manusia adalah suatu pembelajaran. Belajar merupakan
suatu proses yang terus menerus berlangsung dalam hidup manusia baik secara
formal maupun nonformal dan membawa suatu perubahan. Belajar tidak pernah
memandang usia, serta siapa yang mengajarkannya, di mana tempatnya dan
sebagainya. Belajar menurut Slavin adalah perubahan yang relatif permanen
dalam perilaku atau sebagai potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
Belajar merupakan akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons.36 Hal
36 Chotimah dan Fathurroman, Paradigma Baru Sistem Pembelajaran, Yogyakarta: Ar Ruzz
Media, 2018, hlm. 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
itu dapat dilihat dari perubahan yang terjadi dalam diri orang yang belajar.
Artinya selalu ada dampak dari setiap apa yang dilakukannya.
Nyayu Khodija dalam buku Psikologi Pendidikan, mendefinisikan belajar
merupakan sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan
membentuk kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru. Dalam proses belajar
mental internal yang terjadi berdasarkan latihan, pengalaman, dan interaksi sosial,
serta yang ditunjukan pada hasil yang dicapainya melalui perubahan pada
perilaku.37
Aunurahman menyimpulkan pengertian belajar dari berbagai literatur dan
menemukan berbagai ciri tentang belajar seperti;38
1) Belajar menunjukkan sebuah aktivitas pada seseorang yang disadari atau
disengaja. Artinya kegiatan belajar membutuhkan pemahaman yang
direncanakan
2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungan. Artinya lingkungan
dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman.
3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktivitas dari dalam diri
seseorang dalam rangka memperluas wawasan dengan secara aktif melakukan
kontak sosial di lingkungan sekitar dan memberi hasil berupa perubahan berupa
pengalaman, daya cipta serta nilai-nilai kehidupan.
37 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014, hlm. 50. 38 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm. 36-37.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
b. Konsep Sejarah
Kata sejarah disadur dari Bahasa Arab “Syajarah” yang berarti “terjadi”,
syajarah berarti “pohon”. Dalam bahasa Inggris history; bahasa Latin dan Yunani
historia.39 Dapat diartikan bahwa sejarah berarti pohon kehidupan dan terdapat
sebuah proses terjadinya suatu kehidupan. Sejarah merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh manusia dalam mencapai gambaran terkait dengan aktivitasnya
yang disusun secara ilmiah menurut urutan waktu, dengan memberikan tafsiran
serta suatu analis yang kritis sehingga dapat diterima dan dimengerti oleh
siapapun.40
Konsep sejarah dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
dan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa sejarah merupakan ilmu
pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan
masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu.41 Istilah
sejarah pada umumnya menunjuk pada cerita sejarah, gambaran sejarah, atau
pengetahuan sejarah yang lebih bersifat subjektif. Artinya merupakan suatu
konstruksi atau bangunan yang disusun oleh penulis sebagai suatu uraian dari
fakta-fakta yang digambarkan sebagai gejala sejarah. Menurut Sarjono Kartodirjo,
sejarah dalam arti objektif menunjuk pada kejadian atau peristiwa itu sendiri,
merupakan peristiwa sejarah dalam kenyataannya.42 Artinya tidak memuat arti-arti
lain dalam kesimpulannya bahwa sejarah merupakan cerita tentang pengalaman
koleksif tentang suatu komunitas atau nation di masa lampau.
39 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013, hlm. 1. 40 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Pustaka, 1995, hlm. 22. 41 Permendikbud, 2005. 42 Sarjono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utma, 1992, hlm. 15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Menurut Kuntowijoyo sejarah merupakan rekonstruksi masa lalu. Re berarti
kembali dan contruction artinya bangunan. Dapat dikatakan bahwa apa yang
terjadi dalam kaitannya dengan manusia dan tindakannya direkonstruksi dalam
bentuk kisah sejarah.43 Sedangkan sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan
cara:44
1) Perkembangan dalam filsafat,
2) Perkembangan dalam teori sejarah,
3) Perkembangan dalam ilmu-ilmu lainnya,
4) Perkembangan dalam metode sejarah.
Perkembangan sejarah selalu berarti berubah bahwa sejarah selalu responsif
terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi.
Sejarah tidak akan pernah terlepas dari satu cerita ke cerita yang lain,
malainkan akan selalu berkaitan dan berkesinambungan antara masa lalu, masa
kini dan masa datang. Sedangkan dalam dimensi waktu dan tempat yang
melibatkan sudut pandang yang berbeda ketika dalam menarasikan fakta
sejarahnya.
Sistem pendidikan nasional di Indonesia sejarah menjadi salah satu mata
pelajaran yang diwajibkan terlebih pada jenjang SMA (Sekolah Menengah Atas).
Pada penerapannya, pembelajaran sejarah tidak selalu menitikberatkan pada
hafalan baik menghafal nama tokoh maupun waktu dan tempat suatu peristiwa
bersejarah, namun lebih ditekankan pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang
dapat diamalkan pada kehidupan di masa kini serta dapat sebagai bekal di masa
depan.
43 Rahman Hamid dan Muhammad Saleh, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak,
2011, hlm. 9. 44 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Benteng Pustaka, 1995, hlm. 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Sesuai dengan tujuan yang Undang-undang No. 20 Tahun 2003, maka
dikembangkan kurikulum 2013. Berdasarkan Kurikulum tersebut disusun silabus
mata pelajaran Sejarah Indonesia dengan mengintegrasikan kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Ketiga kompetensi ini diberikan dalam bentuk
pembelajaran yang berbeda, yakni pengajaran tidak langsung (indirect teaching)
untuk kompetensi sikap, dan pengajaran langsung (direct teaching) untuk
kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Kedua bentuk pengajaran sejarah ini
disinergikan menjadi proses pembelajaran yang diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik sehingga menghasilkan insan Indonesia yang aktif, kritis,
kreatif, inovatif, dan produktif.
Pembelajaran Sejarah dirancang untuk membekali peserta didik dengan
keterampilan dan cara berfikir sejarah, membentuk kesadaran menumbuh
kembangkan nilai-nilai kebangsaan, mengembangkan inspirasi, dan mengaitkan
peristiwa lokal dengan peristiwa nasional dalam satu rangkaian Sejarah Indonesia.
Materi sejarah memiliki arti penting dan makna yang sangat berharga bagi
pembangunan bangsa, karena di dalamnya memuat hal-hal seperti berikut:45
1) Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme,
nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses
pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.
45 Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2011, hlm. 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2) Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban
bangsa Indonesia dan materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang
mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa
Indoensia di masa depan.
3) Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk
menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman diintegrasi bangsa.
4) Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis
multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggungjawab
dalam memelihara kesimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
Sementara itu terkait dengan pembelajaran sejarah dalam kurikulum 2013
yang menekankan pada pendidikan karakter, menurut Joko Suryo yang dikutip
Aman, bahwa pembelajaran sejarah yang berkarakter harus menekankan pada
aspek-aspek berikut.46
1) Sebagai sarana pendidikan bangsa.
2) Sebagai sarana pembangunan (mental) bangsa secara mendasar.
3) Sebagai sarana penanaman national consciousness dan Indonesian hood
(semangat nasionalisme dan ke-Indonesiaan).
4) Sebagai sarana menanamkan perspektif sejarah the past-present-future agar
menjadi manusia yang lebih bijak.
5) Sebagai sarana menanamkan historical conscouness (kesadaran sejarah)
6) Sebagai sarana membentuk solidaritas sosial.
7) Sebagai sarana membentuk jati diri dan integritas bangsa.
8) Sebagai sarana menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai dari proses
perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa
lampau hingga masa kini.
Mata pelajaran Sejarah serta Sejarah Indonesia sebagai kelompok umum
yang wajib dipelajari siswa di SMA dan SMK atau MA dan MAK memiliki
46 Ibid; hlm. 98.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tujuan supaya siswa mampu melakukan penelitian secara kritis, kreatif, dan
inovatif tentang lingkungan dan masyarakat dalam lingkup lokal, nasional, dan
global untuk memecahkan masalah sesuai dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial
dan humaniora secara saintifik, dan mengomunikasikan melalui teknologi dengan
etika akademis.
Djoko Suryo merumuskan beberapa indikator terkait dalam pembelajaran
sejarah sebagai berikut47:
1) Pembelajaran sejarah memiliki tujuan, subtansi dan sasaran pada segi-segi
yang bersifat normatif.
2) Makna dan nilai sejarah diarahkan pada kepentingan tujuan pendidikan dari
pada akademik atau ilmiah murni.
3) Aplikasi pembelajaran sejarah bersifat pragmatis, sehingga dimensi dan
substansi dipilih dan disesuaikan dengan tujuan, makna dan nilai pendidikan
yang hendak dicapai yaitu sesuai dengan tujuan pendidikan.
4) Pembelajaran harus memuat unsur pokok: instruction, intellectual training,
pembelajaran moral bangsa, civil society yang demokratis dan bertanggung
jawab pada masa depan bangsa.
5) Pembelajaran sejarah tidak hanya menyajikan pengetahuan fakta pengalaman
kolektif dari masa lalu tetapi harus memberikan latihan berpikir kritis dalam
memetik makna dari peristiwa sejarah yang akan dipelajari.
6) Interpretasi sejarah merupakan latihan berpikir secara intelektual kepada para
peserta didik (learning process dan reasoning) dalam pembelajaran sejarah.
7) Pembelajaran sejarah berorientasi pada humanistic dan verstehn
(understanding), meaning, historical consciouness bukan sekedar pengetahuan
kognitif dari pengetahuan (knowledge) dari bahan sejarah.
8) Nilai dan makna peristiwa kemanusiaan sebagai nilai-nilai universal di
samping nilai partikular.
9) Virtue, religiusitas, keseluruhan kemanusiaan universal, nilai-nilai patriotisme,
nasionalisme dan kewarganegaraan serta nilai-nilai demokratis yang
berwawasan nasional penting dalam penyajian pembelajaran sejarah.
10) Pembelajaran sejarah tidak hanya mendasari pembentukan kecerdasan dan
intelektualitas tetapi pembentukan martabat manusia yang tinggi.
11) Relevansi pembelajaran sejarah dengan orientasi pembangunan nasional
berwawasan kemanusiaan dan kebudayaan.
47 Aman, op.cit., hlm. 62-63.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Maka peran guru menjadi penting dimana guru harus menguasai setiap
materi terkait sehingga memudahkan dalam pendampingan terjadap siswa. Guru
sejarah berperan penting dalam memberi pemahaman siswa akan materi sejarah
agar siswa tidak hanya berkembang secara kognitif melainkan juga aspek afektif
dan psikomotoriknya sehingga, dapat mengaktualisasikannya dalam hidup
berbangsa dan bernegara.
4. Evaluasi Pembelajaran Sejarah
1) Pengertian Evaluasi
Kata evaluasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
penilaian.48 Dalam Bahasa Inggris kata evaluasi diartikan dengan evaluation.49
Menurut Arikunto mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan akhir dari proses
pengukuran dan penilaian50. Jadi sebelum sampai pada evaluasi pertama-tama
orang harus melalui tahap mengukur sampai mengetahui hasilnya. Dari hasil
tersebut barulah melakukan penilaian. Setelah melalui tahap itu semua baru
melakukan evaluasi.
Menurut Ralp Tyler dalam Arikunto mendefinisikan evaluasi merupakan
sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa,
dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum pada bagian mana
yang belum dan mencari tahu apa penyebabnya. Sedangkan definisi lain oleh
Crobach dan Stufflebeam mendefinisikan bahwa evaluasi bukan sekedar
48 Desi Anwar, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Abdi Tama, 2001, hlm. 136. 49 John M. Echols and Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia An English-Indonesian
Dictionary, Jakarta: PT. Gramedia, Cetakan XXIV 2005, hlm. 220. 50 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan edisi 3, Jakarta: Bumi Aksara, 2018,
hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan.51
Seorang teoritis evaluasi Michael Scriven, mengamati bahwa evaluasi
terdiri dari penetapan nilai. Karena evaluasi pendidikan terdiri dari penetapan nilai
sehubungan dengan fenomena pendidikan.52 Penetapan nilai yang dimaksud
adalah penentuan manfaat atau kebaikan yang relatif dari yang dievaluasi.
Dalam buku pegangan penilaian HOTS, menuliskan bahwa penilaian
adalah sebuah proses pengumpulan dan pengolahan informasi uantuk mencapai
hasil belajar siswa. Dalam proses tersebut terdapat tiga aspek yang menjadi pokok
penilaian antara lain aspek pengetahuan atau kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik atau keterampilan.53
Dalam konteks pembelajaran penilaian dilakukan bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar dari siswa sehingga dapat mendiagnosis kesulitan yang
dialami, melakukan perbaikan, sehingga dapat menentukan proses belajar
selanjutnya. Evaluasi dalam hal ini merupakan suatu komponen dalam bidang
pendidikan atau pembelajaran. Maka seorang guru harus mampu melaksanakan
evaluasi secara tepat dan benar sehingga berdampak pada kualitas pendidikan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 57 menyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Evaluasi
51 Ibid., hlm. 2-3. 52 Aunnunrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm. 206. 53 Kembendikbud, Buku Pegangan Penilaian HOTS, 2018, hlm. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur
formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.54
Sejalan dengan dengan itu Aman juga mengatakan bahwa evaluasi
pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara cermat untuk
mengetahui efektifitas dalam masing-masing komponennya.
2) Prinsip Evaluasi
Secara umum prinsip evaluasi yang ditekankan pada beberapa aspek antara
lain;55
a) Konstinuitas
Pada prinsip ini evaluasi tidak dijalankan secara insidental karena
pembelajaran itu merupakan proses yang kontinyu. Maka evaluasi juga
harus secara kontinyu. Hasil belajar siswa harus dilihat dari waktu-waktu
sebelumnya sehingga mendapat gambaran yang jelas tentang perkembangan
siswa. Untuk itu dapat dilihat dari dimensi input.
b) Komprehensif
Pada prinsip komprehensif guru harus mengambil seluruh objek sebagai
bahan evaluasi. Misalnya yang berkaitan dengan kepribadian maka juga
dilihat dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal ini juga berlaku
terhadap objek-objek evaluasi yang lain.
54Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan dan Kebudayaan Kemendibkbud, Buku Penilaian
Berorientasi HOTS Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi, 2018, hlm.
1. 55 Amirono dan Daryanto, Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013, Yogyakarta:
Gava Gramedia, 2013, hlm. 15-16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
c) Adil dan objektif
Guru harus bertindak objektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan
siswa. Maka yang perlu dihindarkan adalah sikap like and dislike, perasaan,
keinginan dan prasangka. Evaluasi harus dilakukan berdasarkan atas
kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya.
d) Kooperatif
Pada prisnsip ini guru hendaknya bekerjasama dengan pihak lain seperti
orang tua siswa, guru dan kepala sekolah termasuk siswa itu sendiri.
Sehingga semua merasa puas dengan hasil evaluasi yang ada.
e) Praktis
Praktis berarti mudah digunakan baik oleh guru yang menyusun alat
evaluasi maupun orang lain yang menggunakan alat tersebut. Maka harus
memperhatikan Bahasa serta petunjuk dalam mengerjakan soal.
Secara khusus dalam penilaian hasil belajar kurikulum 2013 dalam lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 104
tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik dan Pendidikan Dasar dan
menengah56:
1. Penilaian hasil belajar siswa adalah proses pengumpulan informasi/bukti
pencapaian pembelajaran siswa dalam kompetensi sikap spiritual,
penegathuan, dan keterampilan yang dilakukan secara terencana dan
sistematis, selama dalam proses pembelajaran.
2. Pendekatan penilaian adalah proses ang ditempuh dalam melakukan penilaian
hasil belajar siswa.
3. Bentuk penilaian adalah cara yang dilakukan dalam menilai pencapaan
pembelajaran siswa, seperti penilaian unjuk kerja, penilaian proyek dan
penilaian tertulis.
56 Ibid., hlm. 17-18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
4. Instrument penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai pencapaian
pembelajaran siswa, misalnya tes dan skala sikap-sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan
belajar dalam kontes kurun waktu belajar.
5. Penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki siswa
menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas ada situasi yang
sesungguhnya.
6. Penilaian diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dilakukan sendiri oleh siswa secara reflektif.
7. Penilaian tugas penilaian atas proses dan hasil pengrjaan tugas yang dilakukan
secara mandiri atau kelompok.
8. Penilaian Projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolaan data, sampai
pelaporan.
9. Penilain berdasarkan pengamatan adalah penilaian terhadap kegiatan siswa
selama mengikuti pembelajaran.
10. Ulangan harian adalah penilaian yang dilakukan setiap menyelesaikan satu
muatan pembelajaran.
11. Ulangan tengah semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua
muatan pembelajaran yang diselesaikan dalan paruh pertama semester.
12. Ulangan akhir semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua muatan
pembelajaran yang diselesaikan dalam satu semester.
13. Nilai modus adalah nilai terbanyak pencapaian pembelajaran pada ranah
sikap.
14. Nilai rerata adalah nilai rerata pencapaian pembelajaran pada ranah
pengetahuan.
15. Nilai optimum adalah nilai tertinggi capaian pembelajaran pada ranah
keterampilan.
3) Fungsi Evaluasi
Berdasarkan prinsip evaluasi maka fungsi evaluasi adalah sebagai berikut57:
a) Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa.
b) Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana
ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan.
c) Evaluasi dapat memberikan inforamasi untuk mengembangkan program
kurikulum.
57 Amirono dan Daryanto, op.cit., hlm. 27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
d) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional.
e) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan siswa kepada orang tua
5. Persepsi
Persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tindakan menyusun,
mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan
pemahaman tentang lingkungan.58 Dalam hal ini persepsi tersebut belum
mencapai pada kebenaran. Persepsi juga dinyatakan sebagai tanggapan terhadap
permasalahan yang sedang terjadi. Maka dapat dimungkinkan menghasilkan yang
berbeda yang bersifat positif dan negatif. Dalam aspek psikologi persepsi
merupakan hal yang sangat mempengaruhi sesorang terhadap sesuatu hal.
Menurut W.S. Winkel dalam Heri Susanto menjelaskan bahwa persepsi
mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua
perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas
pada masing-masing rangsangan.59 Meskipun pembedaan tersebut belum
mencapai taraf maksimal. Maka perlu ada tindak lanjut dari proses tersebut.
Persepsi menurut Bimo Walgito merupakan sustu proses penginderaan,
yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera.
Sedangkan penginderaan merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui indera. Menurut Taylor, Peplau, dan Sears menjelaskan bahwa persepsi
58 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 59 Heri Susanto, loc.cit. hlm. 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
merupakan proses yang relatif rasional dalam mengambil informasi tentang
sesuatu dan mengorganisasikannya berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.60
Dalam prakteknya persepsi juga dapat dinyatakan sebagai tanggapan atau
pandangannya terhadap suatu permasalahan yang sedang terjadi. Dalam persepsi
juga dimungkinkan untuk menghasilkan dua pandangan yakni persepsi positif dan
persepsi negatif. Persepsi positif dihasilkan dari penilaian secara langsung atau
merasakan langsung dampak dari obyek yang dipersepsikan. Sedangkan persepsi
negatif dihasilkan dari penilaian yang tidak baik dalam obyek yang dipersepsikan
tersebut. Seseorang juga dimungkinkan untuk memberikan persepsi abu-abu
terhadap suatu obyek dikarenakan belum mengenal suatu obyek tersebut atau
belum pernah mengalaminya.
Persepsi mengandung unsur proses dimana terjadi dalam pencarian dan
menemukan serta untuk mengetahui dan mengevaluasi apa yang ia ketahui
tentang sesuatu atau orang lain. Maka yang dibutuhkan adalah kepekaan dan
ketajaman sehingga persepsi yang dilakukan tidak jauh dari kebenaran atau
kenyataan yang sesungguhnya.
Beberapa faktor yang berperan dalam persepsi terkait degan interpretasi
terhadap stimulus yang diterima seseorang seperti;61
1) Objek yang dipersepsi; dimana akan menimbulkan stimulus yang datang dari
luar individu yang mempersepsi tetapi juga dapat datang dari dalam dirinya.
Namun kebanyakan stimulus tersebut datang dari luar individu.
60 Bimo Walgito, Pengantar Psikolgi Umum, Yogyakarta: Andi, 2010, hlm. 101. 61 Ibid., hlm. 101.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf, mana merupakan alat untuk
menerima stimulus yang dibantu oleh saraf sensoris menuju kepada saraf yang
menjadi pusat kesadaran.
3) Perhatian; menjadi langkah awal dan persiapan untuk mengadakan persepsi.
Perhatian merupakan pusat atau konsentrasi seluruh konsentrasi dari aktivitas
individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Uraian di atas disimpulkan bahwa untuk mencapai persepsi banyak hal yang
akan kita butuhkan. Seperti adanya obyek yang dipersepsi, alat indera beserta
saraf serta perhatian yang juga menjadi syarat psikologi.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Yustina Mogi tahun 2018 tentang
Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika yang berorientasi pada Higher
Order Thinking Skills (HOTS) pada siswa kelas XI Sosial SMA Kolese Debrito.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran model HOTS
setelah siswa menemukan konsep aturan perkalian dan permusi. Yang kedua
adalah pembelajaran berbasis HOTS menuntut siswa untuk lebih aktif dan
mengembangkan kemampuan berpikir mereka. Hasil pekerjaan siswa selama
proses menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa telah mencapai kemampuan
berpikir tingkat tinggi pada level menganalisis dan mengevaluasi.62
Penelitian yang kedua adalah dilakukan oleh Purwanti Hadi Pratiwi, Nur
Hidayah, dan Nur Endah Januarti pada tahun 2018 tentang Implementasi
62 Yustina Mogi, Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika pada Higher Order Thinking
Skills (HOTS) pada Siswa Kelas XI Sosial SMA Kolese De Britto Yogakarta, Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma, 2018, dikases pada 10 Maret 2019 Pkl. 09.30 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Penilaian Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam Pembelajaran Sosiologi
SMA di Kota Yogyakarta. Hasil dari penelitian mereka menunjukkan bahwa:63
Guru-guru Sosiologi di Kota Yogyakarta sudah menerapkan atau
mengimplementasikan penilaian pembelajaran Higher Order Thinking Skills
(HOTS). Sebesar 12,5% guru responden menggunakan penilaian HOTS pada saat
penilaian Harian (PH) dan Penilaian Akhir Semester (PAS) saja, 33% responden
melaksanakan penialaian Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada saat
Penilaian Harian (PH) dan Penilaian Akhir Semester (PAS), dan 41,7% responden
tidak menjawab kapan melaksanakan Penilaian Pembelajaran menggunakan
Higher Order Thinking Skills (HOTS); Keuntungan penilaian HOTS, antara lain:
1) Siswa lebih kritis dan analitis sehingga lebih mampu menentukan sikap, 2)
Kemampuan siswa lebih terasah, tidak hanya pada level menghafal dan mengingat
saja; namun siswa lebih kreatif dan ada usaha untuk berfikir, 3) Melatih siswa
untuk mengerjakan soal HOTS agar bisa mengerjakan soal-soal UN dan UMPTN,
4) Siswa dapat terbiasa menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Sedangkan
hambatan yang ditemui, antara lain: 1) Kurangnya referensi yang dimiliki oleh
siswa terhadap teori-teori yang berhubungan dengan masalah-masalah soaial yang
dipelajari, 2) Sulit membedakan pihan jawaban pilihan ganda, 3) Memerlukan
waktu untuk membuat kisi-kisi dan instrument, dan 4) Sulit mengkontruksi soal
yang tepat sesuai dengan standar HOTS.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Nur Astuti Puspanigtias yang berjudul
Peningkatan Higher Order Thinking Skills (HOTS) Melalui Strategi Pembelajaran
63 Purwanti Hadi Pratiwi, Nur Hidayah, dan Nur Endah Januarti, Implementasi Penilaian Higher
Order Thinking Skills (HOTS) dalam Pembelajaran Sosiologi SMA di Kota Yogyakarta,
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2018, diakses pada 04 Maret 2019 Pkl. 10.00 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) pada Pembelajaran Ekonomi Kelas
X SMK Muhammadiyah 1 Wates. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa; (1)
penerapan Model Pembelajaran SPPKB efektif untuk meningkatkan HOTS pada
pembelajaran Ekonomi. (2) Hasil ANCOVA menunjukkan bahwa penerapan
SPPKB dalam pembelajaran Ekonomi kelas X SMK Muhamadiyah 1 Wates lebih
baik dari pada model pembelajaran konvensional (ceramah). Peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran SPPKB memiliki peningkatan HOTS yang
lebih tinggi dibanding peserta didik yang menggunakan model pembelajaran
ceramah.64
Mengacu pada penelitian yang telah dilakukan seperti yang tertera di atas
terkait dengan pengembangan metode belajar berbasis HOTS, Implementasi
Penilaian Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam Pembelajaran Sosiologi,
dan Peningkatan Higher Order Thinking Skills (HOTS) Melalui Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) pada Pembelajaran
Ekonomi, maka dalam penelitian ini peneliti akan mencari tahu sejauh mana
penerapan HOTS dalam pembelajaran sejarah lebih fokus pada persepsi Guru dan
Siswa terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah yang berbasis Higher Order
Thinking Skill (HOTS). Hal ini dilakukan karena peneliti ingin mengetahui sejauh
mana penerapan HOTS secara khusus dalam pembelajaran sejarah.
64 Nur Astuti Puspaningtias, Peningkatan Higher Order Thinking Skills (HOTS) Melalui Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan erpikir (SPPKB) pada Pembelajaran Ekonomi Kelas X
SMA Muhamahdiah 1 Wates, Yogyayakarta: Universitas Yogyakarta, 2018 diakses pada 10 Maret
2019. pkl. 15.10 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
C. Kerangka Pikir
Alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah dimulai dengan tujuan
pendidikan pada abad 21 yang ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi dalam segala aspek kehidupan. Perkembangan teknologi yang
begitu pesat menjadikan terjadinya perubahan yang signifikan dalam seluruh
aspek kehidupan terlebih dalam bidang pendidikan. Dalam rangka revolusi atau
masa revolusi 4.0 ini Indonesia menyadari betapa pentingnya mempersiapkan
generasi muda yang kreatif, yang mampu berpikir kritis dan dapat mengambil
keputusan yang tepat serta terampil dalam menyelesaikan permasalahan. Tiga
konsep pendidikan yang telah diadaptasi oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Maka keterampilan berpikir tingkat tinggi atau
HOTS menjadi prioritas. Yang dituntut dalam HOTS adalah keterampilan siswa
dalam berpikir kritis, kreatif, inovatif, kemampuan berpikir kritis logis, reflektif,
metakognitif.
Secara umum pembelajaran sejarah yang sarat dengan pendidikan nilai
menjadi kesempatan yang istimewa bagi guru untuk menggali secara lebih dalam
makna dari setiap tema. Bagaimana pun setiap peristiwa sejarah yang ditampilkan
dalam pelajaran di sekolah, diharapkan siswa mampu untuk memahami,
menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
meta kognitif (Taksonomi Bloom).
Proses evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill
(HOTS) memiliki persepsi tersendiri. Persepesi Guru dan siswa terhadap evalausi
yang berbasis HOTS merupakan hasil dari penerapan Kurikulum 20013 revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Pendidikan Abad
21 dalam
Kurikulum 2013
HOTS
Pembelajaran
Sejarah
Evaluasi
Pembelajaran Sejarah
Persepsi
Guru Dan Siswa
dimana terjadi dalam pencarian dan menemukan serta untuk mengetahui dan
mengevaluasi apa yang ia ketahui tentang sesuatu atau orang lain. Maka yang
dibutuhkan adalah kepekaan dan ketajaman sehingga persepsi yang dilakukan
tidak jauh dari kebenaran atau kenyataan yang sesungguhnya. Maka berdasarkan
uraian di atas dapat digambarkan skema kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Penelitian kualitatif dengan metode studi kasus merupakan suatu
kajian mendalam tentang satu atau lebih bagian dari fenomena yang berbada
dalam konteks kehidupan nyata yang merefleksikan perspektif para partisipan
yang terlibat atau berada dalam fenomena itu.65 Menurut Daymond dan Holloway
studi kasus adalah pengujian intensif menggunakan berbagai sumber bukti
terhadap suatu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu yang pada
umumnya dikaitkan dengan lokasi atau organisasi, kelompok sosial, komunitas,
proses maupun kampanye.66 Sedangkan menurut Yin studi kasus dalam penelitian
kualitatif digunakan untuk mengetahui dengan lebih mendalam dan terperinci
tentang suatu permasalahan atau fenomena yang hendak diteliti.67
Dalam penelitian studi kasus bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai berbagai peristiwa komunikasi kontemporer yang nyata dalam
konteksnya. Maka yang menjadi kekuatan dalam hal ini adalah terletak pada
kemampuannya untuk menghasilkan berbagai bukti.
65 Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, Jakarta: PT Rajagraffindo Persada, 2012,
hlm. 175. 66 Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2016, hlm. 19. 67 Ibid., hlm. 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Santo Yusup
Yogyakarta yang beralamatkan di Jalan Panembahan Senopati No. 18,
Prawirodirjan, Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Maret - Juli 2019.
C. Sumber Data
Sumber data merupakan subyek data yang diperoleh oleh peneliti.68 Sumber
data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata dan bukan dalam bentuk
angka. Selain bentuk kata dan angka data kualitatif juga menggunakan gambar
yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Guru mata pelajaran, berupa angket atau kuesioner, hasil wawancara guru mata
pelajaran sejarah tentang evaluasi Pembelajaran Sejarah yang berbasis Higher
Order Thinking Skill (HOTS), serta dokumen berupa silabus, RPP, dan
perangkat penilaian.
2. Siswa, berupa angket atau kuesioner, dan hasil wawancara terhadap siswa
tentang evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill
(HOTS).
68 Etta Mamang, Sangadji dan Sopiah. Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dalam
Penelitian, Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2010, hlm. 164.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati, mencatat secara sistematik perihal-perihal yang diteliti. Menurut
Moleong, secara metodologis pengamatan dilakukan untuk mengoptimalkan
kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar,
kebiasaan, dan sebagainya.69 Pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat
sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian. Maka pengamatan juga dapat
memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, dari dari
pihak peneliti maupun dari pihak atau tempat yang diteliti. Pengamatan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan yang bersifat terbuka. Artinya
sekolah maupun guru serta siswanya mengetahui dengan adanya penelitian ini.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat tidak terstruktur. Hal
itu dikarenakan peneliti belum mengetahui secara jelas dan pasti apa yang ada di
lapangan.
2. Dokumen dan Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu baik berupa
tulisan, gambar atau karya-karya monumental seseorang.70 Dokumen yang akan
digunakan peneliti adalah berupa perangkat pembelajaran seperti Rencana
Persiapan Pembelajaran (RPP) dan bahan evaluasi pembelajaran sejarah
69 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT Remaja Rasdakarya,
2018, hlm. 174. 70 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatid Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm.
222-241.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
berdasarkan topik penelitian yakni yang berbasis HOTS yang digunakan guru
selama proses pembelajaran di sekolah.
Dokumentasi merupakan informasi yang berasal dari catatan penting baik
dari lembaga atau organisasi maupun perorangan.71 Menurut Sugiono dokumen
bisa berbentuk gambar, seperti foto, gambar hidup, sketsa dan sebagainya.72
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah penelitian juga
diperlukan dokumentasi dalam seluruh kegiatan penelitian. Dokumentasi dapat
djadikan sebagai bukti yang akurat dalam proses sampai pada final penelitian.
3. Kuesioner
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden dan dijawab73. Sedangkan angket instrument penelitian berupa daftar
pertanyaan yang harus dijawab oleh responden sesuai dengan petunjuk yang
ada.74 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket yang bersifat terstruktur.
Hal ini untuk mengetahui sejauh mana persepsi guru mapun siswa terhadap
evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS pada sekolah SMA Pangudi
Luhur Santo Yusup Yogyakarta.
71 Hamidi, Penelitian Kualitatif, 2004, hlm. 72 72 Sugiyono, loc.cit., hlm. 241. 73 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatid Kualitatif dan R&D, (cetakan ke-4) Bandung:
Alfabeta, 2009, hlm. 162. 74 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan (Jenis, Metode dan Prosedur), Jakarta: Kencana, 2013,
hlm. 225.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
4. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan
oleh dua pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai.75 Wawancara yang
dilakukan adalah wawancara yang informal dan dalam bentuk percakapan
terhadap semua partisipan. Wawancara tersebut bertujuan untuk menggali fokus
penelitian secara mendalam, maka dilakukan secara berkelanjutan dan barangkali
pada partisipan tertentu mungkin dilakukan berkali-kali.76
Maka dari itu peneliti menggunakan teknik wawancara dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka atau tidak berstruktur
yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti. Pada
penelitian ini, wawancara ditujukan kepada guru mata pelajaran sejarah dan siswa
untuk menggali persepsi mereka terkait evaluasi pembelajaran sejarah yang
berbasis pada HOTS (Higher Order Thinking Skill).
E. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian
Instumen peneitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena-
fenomena alam maupun sosial yang diamati.77 Instrument penelitian dalam
penelitian kualitatif adalah sang peneliti. Maka harus valid dan siap melakukan
terjun ke lapangan. Penelitian ini berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
75 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktotorat Jenderal pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, 1988, hlm. 115. 76 Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012,
hlm. 225. 77 Anikwidiastuti@, Staff.uny.ac.id diakses pada tanggal 10 Meret 2019, pkl. 14.20 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.78
1. Lembar Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap guru maupun siswa dalam proses belajar
mengajar di kelas. Alat yang digunanakan dalam observasi ini adalah lembaran
observasi terkait dengan evaluasi atau penialaian serta suasana belajar dan
pembelajaran berlangsung. Lembaran tersebut juga digunakan oleh peneliti berupa
daftar cek list.
2. Lembar Dokumen dan Dokumentasi
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjadi dokumen
resmi bagi peneliti untuk mempelajarinya. Selain itu juga dengan membaca serta
mempelajari dari buku terkait dengan penelitian yang ada seperti yang telah
dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Hal-hal yang diperhatikan seperti
membuat kisi-kisi soal, soal, daftar nilai yang berkaitan dengan penilaian yang
berbasis pada HOTS yang kembangkan oleh guru mata pelajaran sejarah. Maka
untuk melengkapi data data tersebut peneliti menggunakan instrument yang
berwujud cek list.
3. Angket
Angket adalah instrument yang digunakan peneliti berupa pertanyaan atau
pernyataan secara tertulis yang harus dijawab dan diisi oleh responden sesuai
78 Ibid., hlm. 222-224.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dengan petunjuk yang ada.79 Dalam penelitian ini angket yang digunakan peneliti
adalah angket terstruktur, dimana telah disediakan pilihan jawaban. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi guru dan siswa terhadap evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis pada Higher Order Thinking Skill (HOTS) di
SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta.
Berikut ini kisi-kisi angket atau kuesioner yang akan digunakan oleh
peneliti untuk guru dan siswa;
Tabel 10. Kisi-kisi kuesioner guru
Indikator Variabel Kognitif Afektif Konatif Jumlah
1. Mampu berpikir kritis 1, 25 3 5 4
2. Mampu berpikir kreatif dan
inovatif
2, 23, 24 4 6, 22 6
3. Mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan
7, 9 8 10, 11 5
4. Mampu mengaitkan pengetahuan
yang didapat dengan pengetahuan
baru
12 13 15 3
5. Mampu mengkreasi 14 16 17, 20 4
6. Mampu merefleksikan nilai-nilai
yang diperoleh dari pembelajaran
18 10 19 3
79 Wina Sanjaya, op.cit, hlm. 225.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 11. Kisi-kisi kuesioner siswa
Indikator Variabel Kognitif Afektif Konatif Jumlah
1. Mampu berpikir kritis 1 3 4 3
2. Mampu berpikir kreatif dan
inovatif
2 5, 19 7 4
3. Mampu memecahkan masalah
dan mengambil keputusan
6 8 9 3
4. Mampu mengaitkan
pengetahuan yang didapat
dengan pengetahuan baru
10 11 13 3
5. Mampu mengkreasi 12 14 15, 20 4
6. Mampu merefleksikan nilai-
nilai yang diperoleh dari
pembelajaran
16 17 18 3
4. Instrumen wawancara
Wawancara yang diakukan dalam penelitian ini adalah terhadap guru yang
mengampu mata pelajaran sejarah di SMA Pangudi Luhur Santo Yusup
Yogyakarta dengan merumuskan pertanyaan wawancara yang dsusun berdasarkan
kisi-kisi yang telah dibuat oleh peneliti. Pertanyaan wawancara yang dibuat
berkaitan dengan evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill) yang dilakukan oleh guru.
Berikut ini pokok-pokok wawancara yang akan digunakan oleh peneliti
terhadap guru dan siswa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 12. Kisi-kisi wawancara
Indikator Butir-Butir Pertanyaan
1. Mampu berpikir kritis
2. Mampu berpikir kreatif dan
inovatif
3. Mengambil keputusan dan
memecahkan masalah
4. Kemampuan metakognitif
5. Mampu mencipta
1. Kesiapan guru mengimplementasikan
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS
2. Tantangan yang dihadapi dalam
menjalankan proses pembelajaran sejarah
yang berbasis HOTS
3. Evaluasi atau penilaian pembelajaran
sejarah yang berbasis HOTS
4. Kendala yang dihadapi
5. Cara mengatasi kesulitan atau kendala
yang ada
F. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel, yang nantinya akan
digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
purposive sampling dimana pengambilan sampling sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Dalam sampel sumber data yang dikemukakan pada
awalnya masih bersifat sementara. Bila data yang diimput belum mencukupi maka
peneliti masih akan melanjutkan penelitian sampai data tersebut jenuh.
Partisipan yang akan diwawancara dalam penelitian ini adalah mereka yang
sudah menerapkan evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis pada HOTS yakni
SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
G. Validitas Data
Validitas data adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti.80 Maka data yang valid
adalah data yang tidak berbeda baik antara data yang dilaporkan peneliti dengan
data yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa teknik guna menguji kredibilitas data atau kepercayaan
data hasil penelitian seperti dilakukan triangulasi, peningkatan ketekunan, diskusi
dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member chek.81 Secara khusus
yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi, peningkatan ketekunan
dan diskusi teman sejawat.
a. Triangulasi
Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
macam cara dan berbagai waktu.82 Menurut Moleong mengatakan bahwa
triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Sedangkan Denzin membedakan triangualasi menjadi beberapa
bagian dalam suatu penelitian kualitatif.83
1) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibiltas data kepada sumber
yang sama dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara,
kemudian dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner.
80 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif untuk penelitian yang bersifat: eksploratif, enterpretif
dan konstruktif, Bandung: Alfabeta, 2018, hlm. 181. 81 Ibid., hlm. 185. 82 Wina Sanjaya, lo cit., hlm. 19. 83 Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 330-332.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2) Triangulasi Teori
Triangulasi teori merupakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Maka peneliti menggunakan
observasi partisipatif wawancara mendalam serta mendapatkan dokumen yang
lengkap.
3) Triangulasi Waktu
Waktu sangat mempengaruhi kredibelitas data. Maka untuk mengecek dan
menguji kredibilitas data dilakukan cara pengecekan dengan menggunakan
metode wawancara, pengamatan dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila
hasil uji data berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai
menemukan kepastian data.
4) Triangulasi Sumber
Triagulasi sumber merupakan sumber untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Pada penelitian ini yang dijadikan sumber oleh peneliti adalah guru
dan siswa di SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta.
b. Peningkatan Ketekunan
Peningkatan ketekunan atau keajegan pengamatan merupakan suatu usaha
yang dilakukan secara konsisten interpretasi dengan berbagai macam cara dalam
kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif.84 Ketekunan yang
dimaksud adalah untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur yang relevan dengan
84 J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Cetakan ke 21, Bandung, RR.
Rosdakarya, 2006, hlm. 329.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
tema yang sedang diteliti sehingga memperoleh data yang lebih rinci dan
berkesinambungan.
c. Diskusi Teman Sejawat
Teknik diskusi teman sejawat yang dilakukan dengan cara mengekspos atau
menampilkan hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk
diskusi dengan teman-teman sejawat.85 Teknik ini juga dapat dikatakan bahwa
pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan teman-teman sebaya
yang memiliki pengetahuan yang sama tentang evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS, sehingga peneliti bersama dengan mereka dapat mengetahui
persepsinya terkait dengan tema tersebut.
Selain ketiga cara yang bahas di atas, peneliti juga menggunakan bahan
referensi lain guna mendukung dan sekaligus membuktikan data yang ditemukan.
Bahan referensi tersebut seperti buku, kamera yang digunakan untuk memotret
sekaligus merekam jalannya penelitian terlebih pada saat wawancara.
H. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun data secara
sistematis dari data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
85 Ibid., hlm. 332-334.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
oleh diri sendiri atau orang lain.86 Demikian juga yang diungkapkan oleh Andi
Prastowo, bahwa analisis data kualitatif pada hakikatnya adalah proses.87 Dalam
proses tersebut peneliti akan menemukan hal-hal baru terkait data sehingga
membutuhkan waktu untuk mengolah secara lebih matang. Dalam penelitian ini
konsep yang dipilih dan digunakan adalah dengan mengadopsi konsep model
Miles and Huberman yang dikembangkan tahun 1984. Model Miles and
Hubermen mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu mengumpulkan
data, menyajikan data, reduksi data dan yang terakhir tahap kesimpulan atau
verivikasi.88 Model Milles and Huberman akan melewati empat tahap dalam
proses mengolah data, yakni tahap pengumpulan data, penyajian data, reduksi
data, dan menarik kesimpulan atau verivikasi. Berikut ini adalah bagan analisa
data yang digunakan:
86Sugiyono, op.cit., hlm. 224. 87Andi Prastowo, Metoode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
Yogyakarta: Cetakan III 2014, hlm. 237-238. 88 Sugiyono, loc. it., hlm. 246-253.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Gambar 2: Komponen analisis data model Miles and Huberman
(Sumber: Sugiyono)
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data perupakan kegiatan yang pertama kali yang harus
dilakukan oleh peneliti. Hal ini dilakukan sejak melakukan observasi atau
pengamatan data objek penelitian. Pada awal penelitian ini dilakukan
observasi secara umum hal-hal terkait dengan pembelajaran sejarah yang
berbasis HOTS sehingga peneliti benar-benar memperoleh data yang banyak
dan bervariasi. Hal-hal yang diobservasi meliputi aktivitas guru dalam
mengajar di kelas dan proses belajar siswa di kelas.
2) Reduksi Data
Reduksi data merupakan data yang diperoleh dari lapangan jumlah cukup
banyak, maka dicatat secara rinci dan teliti. Jadi mereduksi data adalah
merangkum, memilah hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya sehingga memberikan gambar yang lebih
Reduksi Data
Pengumpulan
Data
Penyajian
Data
Kesimpulan/
Verivikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya dan
mencarinya bila diperlukan.
3) Penyajian Data
Penyajian data dilakukan setelah reduksi data, maka selanjutnya adalah
menyajikan data. Dalam penelitian ini penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Yang sering digunakan adalah untuk menyajikan data adalah
dengan teks yang bersifat naratif.
4) Kesimpulan
Setelah melalui tahap kedua, maka langkah berikutnya adalah menarik
kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang diungkapkan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun apabila
kesimpulan yang dikemukanan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi gelap sehingga setelah
diteliti menjadi lebih jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
I. Sistematika Penelitian
Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, berisi pokok bahasan utama yang menjadi latar
belakang penelitian ini. Pada bab ini mencakup latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
Bab II Kajian Pustaka, berisi tentang kajian teori, penelitian yang relevan,
dan kerangka pikir. Kajian teori mencakup Pendidikan abad 21 dalam Kurikulum
2013, Higher Ordher Thinking Skill (HOTS), Pembelajaran Sejarah, Evaluasi
Pembelajaran Sejarah, dan Persepsi.
Bab III Metodologi Penelitian, mencakup jenis penelitian, waktu dan
tempat, sumber data, metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data,
teknik sampling, validitas data, dan sistematika penulisan.
Bab IV Hasil Penelitian, mencakup deskripsi latar, deskripsi hasil
penelitian, dan pembahasan.
Bab V Kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Santo Yusup
Yogyakarata. Pada mulanya SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
dikenal dengan sekolah Guru Agama Katolik (SGAK) yang didirikan pada bulan
April 1942 dan mengelola adalah para pastor Jesuit. Namun pada tanggal 1
Agustus 1942, SGAK diserahkan kepada para Bruder FIC. Dalam
perkembangannya sekolah-sekolah yang dikelola oleh para bruser FIC bernaung
di bawah Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarat yang didirikan pada tanggal 6
Oktober 1954 dengan akta notaris No. 16, oleh Tan A. Sioe. Nama Pangudi
Luhur berarti usaha yang baik. Para bruder FIC melihat karya pendidikan sebagai
suatu usaha atau karya yang baik dan diharapkan orang yang dididiknya juga
menjadi orang baik dan mampu berusaha atau mengusahakan hal-hal baik.89
1. Visi, Misi Dan Tujuan Satuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur Santo
Yusup Yogyakarta
a) Visi SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta memiliki visi: “Terbentuknya
pribadi beriman, berbudi pekerti luhur, cerdas, terampil dan terbuka dalam
menghadapi tantangan zaman.”
b) Misi SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta Dalam upaya mewujudkan visi SMA Pangudi Luhur Santo Yusup, misi yang
akan dilaksanakan sebagai berikut:
1) Mendampingi peserta didik menuju pribadi yang beriman
2) Mendampingi peserta didik menuju pribadi yang berbudi pekerti luhur
3) Mendampingi peserta didik menuju pribadi yang cerdas
4) Mendampingi peserta didik menuju pribadi yang terampil
89 Arsip SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
5) Mendampingi peserta didik menuju pribadi yang terbuka menghadapi
tantangan zaman
c. Tujuan SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
1) Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Umum
Tujuan pendidikan menengah umum adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. (PP RI No 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat 2).
2) Tujuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Tujuan yang akan dicapai oleh SMA Pangudi Luhur Santo Yusup
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
a. Menghasilkan peserta didik yang beriman tanpa membedakan agama,
ras, suku dan tingkat sosial.
b. Menghasilkan peserta didik yang menghidupi sikap kerja keras, tanggung
jawab, setia, tangguh, jujur dan sederhana.
c. Menghasilkan peserta didik yang berpengetahuan dan dapat diterima di
perguruan tinggi.
d. Menghasilkan peserta didik yang mampu menghargai dan melestarikan
budaya lokal.
e. Menghasilkan peserta didik yang berbudaya dan berwawasan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.90
3) Sistem Satuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Sistem Pendidikan yang diterapkan di SMA Pangudi Luhur Santo Yusup
Yogyakarta adalah program pengajaran khusus atau penjurusan. Program tersebut
sudah dimulai diterapkan di kelas X, XI, dan XII, dengan pilihan IPA dan
Program IPS. Program pengajaran menggunakan Kurikulum 2013.
Pola hubungan belajar mengajar di SMA Pangudi Luhur Santo Yusup
Yogyakarta adalah:
a. SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta dikelola sebagi Komunitas
Pendidikan Dialogis yang memberikan suasana aling percaya, saling
menghormati, saling memperhatikan penuh cinta kasih, kemerdekaan untuk
90 Arsip SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
berkreasi, bersikap kritis, berani bertanya, dan berpendapat secara bertanggung
jawab.
b. Strategi pendampingan menekankan perlunya pembiasaan untuk mengadakan
anlisis situasikehidupan iman, soial, bdaya, ekonomi, dan politik yang terjadi di
masyarakat saat ini.
c. Pendekatan pribadi menekankan kerekanan dalam pelayanan yang berorientasi
pada:
1) Pendidik berperan sebagai pendamping, fasilitator, mediator, instruktur, dan
motivator kepada subjek didik.
2) Setiap pribadi menampakan kewibwaannya, yaitu dengan adanya keserasian
anatar perkembangan diri dan profesionalitasnya, sosialitasnya, dan
religiolitasnya.
3) Setiap pribadi dibiasakan untuk mengadakan refleksi validasi (menghargai
dan saling membantu dengan teman sejawat, rapat musyawarah dan
pengembangan pribadi).
d. Pola interaksi belajar mengajar pendamping-peserta didik dapat bervariasi,
antara lain sebagai berikut:
1) Pola pendamping-peserta didik
Isi kegiatan adalah membangun apersepsi, memberikan informasi, memberi
tugas, motivasi, memberi umpan balik, membina disiplin dan kelompok
kerja, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2) Pola peserta didik-pendamping
Isi kegiatan adalah menanyakan, mengusulkan sesuatu, meminta bantuan
pendamping, mengkonsultasikan hasil pekerjaan, melaporkan hasil kerja
dan informasi, menjawab pertanyaan pendamping, dan sebagainya.
3) Pola peserta didik-pesertra didik
Isi kegiatannya adalah tanya jawab, diskusi, adu argumentasi dalam debat,
berdialog dengan tutor sebaya, pemecahan masalah, bereksperimen,
merancang suatu penelitian dan sebagainya.
e. Kurikulum Satuan Pendidikan
Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dalam
wujud masyarakat maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang memungkinkan warganya untuk mengembangkan diri menjadi manusia
Indonesia yang seutuhnya.
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan
memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan
pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi serta
kesenian sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing pendidikan. Isi
kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan SMA dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Tahun ajaran 2018/2019 SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
memberlakukan Kurikulum 2013 untuk siswa-siswi kelas X dan kelas XI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
sedangkan untuk siswa-siswi kelas XII menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006.
SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta mempunyai 1 kepala
sekolah, 33 guru tetap yayasan, 3 tenaga administrasi, 1 tenaga perpustakaan, 1
laborat, 1 petugas keamanan, dan 4 tenaga pelaksana. Sedangkan jumlah siswa
berdasarkan jenis kelamin tahun ajaran 2018/2019 sebagai berikut:
Tabel 13: Jumlah Siswa SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
f. Fasilitas Pendidikan dan Latihan
Fasilitas yang ada di SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta antara
lain sebagai berikut:
Tabel 14. Fasilitas Sekolah
No Nama-Nama Ruangan Jumlah
1 Lapangan in-door guru piket 1 unit
2 Ruang tamu kepala sekolah 1 ruangan
3 Ruang kepala sekolah 1 ruangan
4 Ruang wakil kepala sekolah 1 ruangan
5 Ruang doa (gamelan) 1 ruangan
6 Ruang tata usaha 1 ruangan
7 Ruang uks putri 1 ruangan
8 Ruang uks putra 1 ruangan
9 Ruang laboratorium bahasa 1 ruangan
10 Ruang laboratorium computer 1 ruangan
Juru
san
Rom
Bel
Kelas X Kelas XI Kelas XII
L P Jum
Lah L P
Jum
Lah L P
Jum
Lah
MIPA 3 63 28 91
IPS 3 69 37 106
IPA 3 63 26 89
IPS 3 63 31 94
IPA 3 59 35 94
IPS 3 63 42 105
Total 18 131 65 197 126 57 183 122 77 199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
11 Ruang laboratorium fisika 1 ruangan
12 Ruang laboratorium biologi 1 ruangan
13 Ruang laboratorium kimia 1 ruangan
14 Ruang osis 1 ruangan
15 Ruang kelas X IPA 3 ruangan
16 Ruang kelas X IPS 3 ruangan
17 Ruang kelas XI IPA 3 ruangan
18 Ruang kelas XI IPS 3 ruangan
19 Ruangan kelas XII IPA 3 ruangan
20 Ruangan kelas XII IPS 3 ruangan
21 Ruangan BK 1 ruangan
22 Ruangan Guru 1 ruangan
23 WC guru 1 ruangan
24 WC putra 14 ruangan
25 WC putri 11 ruangan
27 Ruang ganti putri 1 ruangan
28 Ruang diskusi 1 ruangan
29 Ruang journalist 1 ruangan
30 Ruang kesenian 1 ruangan
31 Gudang olahraga 1 ruangan
32 Ruang baca (Aula) dan perpustakaan 1 ruangan
33 Tempat parkir 2 tempat
34 Kantin 3 ruangan
35 Lapangan in-door (atas) dan In-door (bawah) 1 dan 1 ruangan
36 Ruang arsip 1 ruangan
37 Ruang YOPALA 1 ruangan
38 Ruang KOMITE 1 ruangan
39 Ruang tenaga kerja dan dapur 1 ruangan
40 Green House 1 unit
41 Gudang penyimpanan TONTI 1 ruangan
42 Tempat piala 2 almari
43 Penitipan helm 4 almari
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Persepsi Guru Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah Berbasis Higher
Order Thinking Skill (HOTS)
Evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS yang dilaksanakan di
SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta melalui berbagai macam proses.
Proses tersebut menjadi rangkain pembelajaran yang kompleks. Aspek-aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
HOTS ditunjukkan dengan berbagai macam capaian antara lain kemampuan
berpikir kritis, kreatif dan inovatif, kemampuan memecahkan masalah dan
mengambil keputusan, kemampuan mengaitkan pengetahuan yang dimiliki
dengan pengetauan yang beru dan kemampuan berefleksi.
a. Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis menurut ibu Sari dalam pembelajaran sejarah
dikatakan bahwa tidak hanya menghafal tetapi menemukan nilai-nilai yang di
dapat di dalamnya dan kemudian diperjuangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penekanan pada pembelajaran sejarah adalah siswa yang lebih aktif seperti
diskusi, berkolaborasi dan sebagainya91. Sedangkan ibu Atik mengatakan bahwa
berpikir kritis yang sering dilakukan oleh siswa ketika mereka tidak hanya
berhenti pada satu jawaban atau satu peryataan saja. Misalnya ada siswa yang
bertanya kepada guru terkait dengan tema pembelajaran sejarah, dan guru
menjelaskan sesuai dengan pertanyaan tersebut, tetapi siswa tersebut tidak
langsung menerima begitu saja tetapi masih ada argument lain yang ia berikan
untuk memperjelas pertanyaan dan jawaban itu.
Contoh dalam materi peninggalan Hindu Budha. Mengapa pada waktu itu
mereka membuat candi begitu banyak dan dengan jarak yang berdekatan? Hal itu
menjadi menarik karena pada akhirnya diantara siswa bisa menyampaikan
pendapat mereka kepada yang lainnya92. Kemampuan berpikir kritis setiap anak
berbeda. Hal itu dilatar belakangi oleh budaya, pendidikan, lingkungan keluarga
dan sebagainya. Ada yang suka belajar, ada yang suka membaca dan ada juga
91 CL 4. 92 CL 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
yang sukanya senang-senang. Dikatakan dapat berpikir kritis berarti orang atau
siswa berani menginformasikan dan mengkomunikasikan secara jelas, dan dapat
diterima secara logis.93
Dikatakan juga bahwa untuk bisa mencapai taraf berpikir kritis harus
melalui tahap atau proses yang panjang, siswa harus bisa memahami apa yang
menjadi pernyataan atau perintah dalam sebuah soal atau diskusi94. Selanjutnya
dalam kemamapuan dalam berpikir kritis di sekolah SMA Pangudi Luhur Santo
Yusup Yogyakarta ditunjukkankan ketika siswa menjalani kerjasama atau
kolaborasi belajar melalui pembelajaran digital.95 Dalam proses tersebut siswa
mencari dan mencermati apa yang menjadi pertanyaan atau perintah yang
ditampilkan melalui literasi digital tersebut. Selanjutnya dapat ditunjukan melalui
dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).96 Dimana guru mengajak
siswa untuk bisa mencapai taraf dalam berpikir kritis. Hal itu juga dibuktikan
dengan hasil kuesioner yang menunjukkan kemampuan berpikir kritis mencapai
50%.
b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif
Bemampuan berpikir kreatif dan inovasi siswa juga bermacam-macam.
Tergantung dari latar belakang dan karakter siswa. Kreativitas siswa ditunjukan
dengan kemampuan mereka dalam berkomunikasi, berdiskusi secara kreatif dan
menghasilkan sesuatu yang unik. Ibu Atik mengatakan bahwa daya kreatif dan
inovatif siswa itu berbeda-beda. Setiap siswa memiliki karakter dan kemampuan
93 Ibid., 94 Ibid., 95 CL 1. 96 CL 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
yang berbeda. Untuk siswa zaman sekarang memang lebih kreatif, hampir dalam
segala bidang. Kreatif memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan berkirnya dengan segala fasilitas yang ada. Dalam pembelajaran
sejarah tuntutannya seperti dalam tugas diskusi dan mempresentasikan hasil
diskusinya yang sudah disusun dalam bentuk power point. Selain itu kreativitas
siswa dalam bentuk tugas-tugas yang lain misalnya membuat peta dan sebagainya.
nah itu siswa bisa berimajinasi dan mengungkapkannya dalam bentuk tulisan atau
yang lainnya.97
Selanjutnya guru mengatakan bahwa ketika siswa dikatakan mampu
berpikir kreatif dan inovatif sebenarnya sudah punya agenda untuk melakukan
kegaitan, siswa diajak untuk lebih kreatif. Guru tidak mendominasi, tetapi
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bergerak yang positif. Membuat
Media pembelajaran bisa menarik perhatian siswa, seperti power point yang
bervariasi tidak hanya dengan tulisan, video dan sebagainya meskipun masih
dalam proses yang panjang.
Sebagai guru dalam hal kreativitas, biasanya saya membuat media
pembelajaran yang lebih menarik misalnya power point dengan gambar-gambar
dan animasi yang menarik, media video dan sebagainya. dengan tujuan supaya
anak atau siswa bisa lebih antusias dan bersemangat dalam pembelajaran
tersebut.98 Selanjutnya guru juga menggunakan media yang dapat merangsang
kemampuan berpikir tingkat kreatif dan inovatif seperti kegaitan literasi digital di
97 CL 3. 98 CL 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
awal pembelajaaran serta mamfasilitasi tanya jawab interaktif secara kritis dan
logis dalam proses pembelajaran tersebut.99
Dalam dokumen RPP, contoh soal dan penialain yang dipersiapkan oleh
guru menunjukkan bahwa usaha dan cara untuk merangsang siswa memiliki
kemampuan berpikir kreatif dan inovatif dalam belajar semakin dirasakan dan
dijalankan secara langsung.100
c. Kemampuan Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan
Jika siswa dikatakan memiliki kemampuan memecahkan masalah berarti
setiap kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk mampu memecahkan masalah
dan dari itu siswa juga dituntut untuk bisa mengambil keputusan dalam
pembelajaran tersebut. Maka siswa memang harus bisa mempersiapkan diri
supaya tidak kaget dengan materi yang disampaikan sedikit. Tetapi seringkali juga
menemukan siswa yang tidak serius, asyik dengan kegaiatannya sendiri dan
sebagainya. sehingga guru tetap memegang peranan penting di dalamnya.
Mengingat latar belajar siswa yang ada di sekolah ini bermacam-macam. Tetap
harus bisa melihat situasi dan kondisi yang ada ketika pembelajaran
berlangsung.101
Dalam menyampaikan pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS dijelaskan
oleh ibu Atik, selain guru sebagai vasilitator dan siswa yang aktif sebagaimana
diamanatkan dalam kurikulum 2013. Dalam penerapannya guru tetap memberikan
materi dan penjelasan dengan tujuan agar siswa lebih memahami. Mengingat
99 CL 1. 100 CL 2. 101 CL 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
bahwa karakter siswa berbeda-beda, dengan cara dan gaya belajar serta
penangkapannya juga berbeda. Ada banyak siswa yang lebih menginginkan
bahwa guru juga harus menjelaskan, bercerita kejadian atau peristiwa sejarah yang
terkait dengan tema pembelajarannya. Sehingga tidak hanya siswa yang mencari
dan menemukan dalam pembelajaran tetapi guru harus memberikan peneguhan
dan penguatan yang benar102. Maka dari proses tersebut barulah dapat membuat
soal-soal evaluasi yang sesuai dengan apa yang telah dibahas dan dikerjakan.103
Selanjutnya ibu Atik juga mengatakan bahwa jika siswa dikatakan memiliki
kemampuan memecahkan masalah berarti setiap kegiatan pembelajaran siswa
dituntut untuk mampu memecahkan masalah dan dari itu siswa juga dituntut
untuk bisa mengambil keputusan dalam pembelajaran tersebut. Siswa harus
mampu memahami apa yang menjadi perintah dalam setiap prosesnya.
d. Kemampuan Mengaitkan Materi dengan Pengetahuan Baru
Seseorang dikatakan mampu mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan
pengetahuan yang baru dalam kegiatan pembelajaran sejarah misalnya dengan
mengunjungi situs sejarah yang berada di sekitar lingkungan sekolah. Selama ini
mereka melakukannya sendiri atau bersama dalam kelompok yang mereka
tentukan sendiri. Saya sebenarnya mempunyai agenda, tetapi memang belum bisa
direalisasikan karena terbatas waktu (jam pelajaran). Tetapi ada juga dalam tema
tertentu saya membuat penelitian (sejarah peminatan) karena keterbatasan waktu.
Maka saya memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian secara
berkelompok dengan mengunjungi Candi Borobudur, dan Museum secara
102 CL 3. 103 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
mandiri, tanpa pendampingan guru. Disitu mereka melakukan kegiatan tersebut
dengan melakukan wawancara, membuat laporan dan video, bukti tiket masuk,
dokumentasi dan sebagainya104. Sedangkan ibu Atik menambahkan bahwa orang
yang mampu memiliki kemampuan mengaitkan pengetahuan yang ia miliki
dengan pengetahuan baru dalam pembelajaran adalah mereka yang sering dan
suka membaca. Dengan demikian mereka memiliki banyak pengetahuan, dan
biasanya ketika diberi kesempatan bertanya, ungkapan yang biasa diutarakan
adalah “saya pernah membaca …..” hal itu menunjukkan bahwa siswa tersebut
mampu mengaitkan pengetahuan yang ia miliki dengan pengetahuan baru yang ia
dapatkan di kelas.105
Evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis Higher Order Thinking Skill
(HOTS), dikatakan oleh ibu Atik bahwa setiap soal itu memiliki levelnya masing-
masing. Soal dalam ulangan harian berbeda dengan soal dalam penilaian tengah
semester dan penilaian akhir semester. HOTS digunakan dalam soal yang
berbentuk uraian saja sedangkan bentuk pilihan ganda baru pada level C1 dan C2
saja. Dalam ulangan harian jenis soal berbentuk uraian sehingga dibagi ke dalam
beberapa kategori yang sedang dan yang HOTS. HOTS belum bisa diterapkan
dalam setiap soal. Yang bersifat HOTS biasanya berupa soal yang pernah
didiskusikan di kelas, yang kemudian ditampilkan dalam kisi-kisi dan penjelasan
sebelum ulangan atau ujian. Pernyataan tersebut didukung juga oleh ibu Sari
bahwa soal-soal HOTS yang diterapkan di SMA Pangudi Luhur Santo Yusup
104 CL 4 105 CL 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Yogyakarta ini masih dalam proses, artinya belum berjalan maksimal sesuai
dengan tuntutan pemerintah.
e. Kemampuan Mengkreasi atau Mencipta
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS juga ditunjukkan dengan
kemampuan dalam mengkreasi atau mencipta. Menurut ibu Atik kemampuan
mengkreasi siswa ditunjukkan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru apa
pun bentuknya. Hasil kerja tersebut yang kemudian dinilai yang dimasukan dalam
penilaian psikomotor siswa.106 Selain siswa yang dituntut untuk menghasikan
karya atau projek, guru juga demikian. Salah satu yang buat guru adalah dengan
membuat modul yang digunakan sebagai sumber referensi bagi siswa dalam
belajar. Hal lain yang dilakukan ibu Sari adalah dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bergerak dan belajar yang positif. Membuat Media
pembelajaran bisa menarik perhatian siswa, seperti power point yang bervariasi
tidak hanya dengan tulisan, video dan sebagainya. tuntutan tersebut tetap dalam
proses yang panjang.107
Sebagai guru dalam hal kreativitas, biasanya Ibu Atik membuat media
pembelajaran yang lebih menarik misalnya power point dengan gambar-gambar
dan animasi yang menarik, media video dan sebagainya. dengan tujuan supaya
anak atau siswa bisa lebih antusias dan bersemangat dalam pembelajaran tersebut.
guru juga menggunakan media yang dapat merangsang kemampuan berpikir
tingkat kreatif dan inovatif seperti kegaitan literasi digital di awal pembelajaaran
106 CL 3. 107 CL 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
serta mamfasilitasi tanya jawab interaktif secara kritis dan logis dalam proses
pembelajaran tersebut.108
f. Kemampuan Berefleksi
Upaya pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS sejalan dengan tujuan
pendidikan ada abad 21 ini dimana pembelajaran yang erat kaitannya dengan
teknologi dan informasi dan menemukan nilai-nilai yang terkandung dalamnya.
Guru selalu menekankan bahwa pembelajaran sejarah yang erat kaitannya dengan
nilai-nilai nasionalisme, nilai patriotisme, nilai karakter dan sebagainya hendak
mengajak siswa meneladaninya dan diperjuangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sejarah tidak hanya sekedar hafalan seperti yang selama ini dipikirkan orang109.
Setiap kali proses pembelajaran sejarah berlangsung siswa diajak untuk bisa
menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam pembelajaran tersebut. Kemudian bisa
secara spontan mengungkapkan atau dengan cara menulis dalam buku catatan.
Harapannya dengan adanya refleksi siswa dapat memaknai secara benar terkait
dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi. Dengan demikian siswa
juga semakin terlatih untuk memaknai setiap pengalaman yang ia alami dalam
kehidupan sehari-hari sehingga semakin berkembang karakter positif. Selain itu
juga supaya bisa mempengaruhi semangat belajarnya sehingga semakin
memperoleh nilai yang maksimal.110
108 CL 3 109 CL 4. 110 CL 3, CL 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
2. Persepsi Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah berbasis Higher
Order Thinking Skill (HOTS)
Evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill
(HOTS) yang diberikan oleh guru kepada siswa di SMA Pangudi Luhur Santo
Yusup Yogyakarta meliputi beberapa tahap seperti persiapan yang dilakukan oleh
pihak sekolah maupun oleh guru mata pelajaran itu sendiri. Persiapan yang
dilakukan oleh guru seperti mulai mengenalkan beberapa model pembelajaran
yang menuntut siswa untuk lebih berpikir secara kristis, logis, inovatif,
menganalisis dan sebagainya.
Secara umum pengetahuan siswa SMA Pangudi Luhur Santo Yusup
Yogyakarta tentang Higher Order Thinking Skill (HOTS) masih sangat baru dan
sederhana saja. Hal ini diketahui ketika peneliti melakukan wawancara. Pada
pertanyaan pertama apa yang mereka ketahui tentang Higher Order Thinking Skill
(HOTS), jawaban spontan yang diberikan adalah soal-soal yang sulit dan sulit
dipahami, bacaan atau literasinya panjang padahal intinya sedikit, serta kesannya
membuat jenuh.111 Ada juga yang menjawab HOTS merupakan soal yang sulit
dan di luar dugaan, artinya belum pernah diajarkan oleh gurunya.112 Namun dalam
pertanyaan selanjutnya ketika dikaitkan dengan pengalaman belajar mereka di
kelas ternyata jawaban yang diberikan sedikit berbeda. Seperti yang diungkapkan
oleh Reyden bahwa HOTS merupakan kesempatan untuk berimajinasi secara
lebih luas tentang segala sesuatu yang baru.
111 CL 7, CL 9, CL 11, CL 12. 112 CL 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Selain itu juga menurutnya HOTS juga menuntut siswa untuk lebih berpikir
secara kreatif, mandiri dengan mengemukakan gagasan-gagasan yang ada dalam
pikirannya.113 Selanjutnya menurut Isabela HOTS merupakan cara berpikir kita
secara lebih kritis, lebih inovatif, lebih dewasa dan lebih bertanggung jawab.114
Demikian juga yang dikatakan Sekar bahwa masa SMA masa menjelang dewasa
harusnya sudah bisa berpikir kritis.115 Pernyataan tersebut juga didukung oleh
Odil yang juga mengatakan bahwa sebenarnya HOTS itu tidak hanya sebatas soal
yang sulit, tetapi lebih diajak untuk lebih kreatif dalam menjawabnya dan supaya
lebih kritis juga.116 HOTS juga menuntut saya berpikir mandiri dengan
mengemukakan gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran saya.117
Valen mengatakan bawah untuk ukuran siswa SMA berpikir kritis dan
menganalisis bukanlah hal yang sulit. Namun tuntutan dalam soal tersebut
biasanya untuk bisa menganalisis dan hal tersebut justru mengajaknya untuk lebih
kreatif.118 Berbeda dengan pernyataan yang diungkapkan oleh David bahwa
HOTS menurutnya selain cara berpikir yang lebih dewasa dan kreatif, jika sebagai
guru harus lancar dalam mengajar dan kreatif dalam menyajikan materi kepada
siswa di kelas.119 Sedangkan Dustin mengatakan bahwa selain soal HOTS juga
termasuk di dalamnya metode pembelajaran yang sudah matang dan bisa dipakai
secara menyeluruh.120
113 CL 5. 114 CL 10. 115 CL 8 116 CL 4. 117 CL 5. 118 CL 5. 119 CL 13. 120 CL 14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
a. Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah menurut pendapat beberapa
siswa mengatakan bahwa bukanlah sesuatu yang sulit, karena pada usia SMA
dianggap sudah mampu untuk berpikir secara kristis. Hal itu didukung oleh
pendapat Sekar bahwa pembelajaran sejarah selama ini menarik, kita diajak untuk
memperbaiki diri, lebih fokus dalam belajar agar memperoleh nilai yang
maksimal.121 Selain itu dikatakan bahwa berpikir kritis itu termasuk tipe orang
yang berpikiran dewasa, tahu yang benar dan yang tidak benar.
Kalau tidak jelas dia pasti bertanya sampai mendapatkan jawababan yang
jelas dan dimengerti.122 Menurut Isabela bahwa berpikir kritis dalam pembelajaran
sejarah biasanya siswa diajak belajar sambil mencari, membuat teks, memuat
catatan sendiri dengan konsep-konsep sehingga memudahkannya untuk
memahami.123 Ada siswa yang berpendapat bahwa berpikir kritis itu tidak hanya
mengiyakan sesuatu yang ia dengar tetapi dia harus mampu menanyakan
kebenaran, artinya dan harus bisa membuktikannya.124
Kemampuan berpikir kritis itu sebenarnya menurut David kita tidak hanya
berhenti pada satu titik saja. Misalnya dalam diskusi kelompok, tidak hanya
menyetujui begitu saja dengan pendapat teman, tetapi harus klarivikasi terlebih
dahulu, mencari sumber yang banyak untuk dapat membuktikannya. Berpikir
kritis juga kita haru bisa mempertanggung jawabkannya sama halnya dengan yang
121 CL 8. 122 CL 9. 123 CL 10. 124 CL 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
ungkapkan Reyden.125 Selanjutnya kemampuan berpikir kritis menurut Valen
bahwa belajara sejarah itu tidak hanya sekedar menghafal, atau hanya mengingat
masa lalu saja, tetapi kita bisa menemukan makna dari semua yang telah
diperjuangkan para pendahulu kita. Kita menemukan pengaruhnya dari
peninggalan peninggalan Hindu Budha seperti candi-candi Borobudur Prambanan
dan sebagainya. Kadang semakin tertantang, karena saya bisa menggunakan
bahasa sendiri. Saya termasuk tipe yang suka penasaran dalam belajar, maka kalau
bisa saya harus mengetahui intinya sehingga memudahkan saya untuk
menjelaskannya waktu mengerjakan soal ujian.126
b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif
HOTS menuntut kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Dalam proses
wawancara ini menemukan beberapa pemahaman tentang kemampuan berpikir
kreatif dan inovatif antara lain, Tidak terbatas pada satu sumber. Misalnya dalam
menerjakan tugas yang diberikan guru kita bisa menggunakan berbagai sumber
juga termasuk dari internet. Artinya tidak terbatas pada apa yang tertulis di buku
teks tetapi kita bisa membuatnya dengan konsep yang kita miliki.127 Selanjutnya
ada yang mengatakan bahwa berpikir kritis dan inovatif itu hampir sama dengan
berpikir kritis.
Kreatif itu seperti bakat-bakat kita. Orang kreatif juga tidak hanya
mengikuti yang sudah ada di buku, tetapi dia bisa membuatnya sendiri sesuai
dengan idenya. Artinya di situ kita bisa membuat sesuatu yang baru dan
125 CL 13, CL 14. 126 CL 6. 127 CL 14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
berbeda.128 Sejalan dengan Betari, kemampuan berpikir kreatif itu orang yang
tidak hanya berhenti pada satu jawaban saja tetapi akan mencari tahu sebanyak-
banyaknya infirmasi yang berkaitan dengan itu. Kreatif dengan menggunakan
kata-kata sendiri dalam menjawab pertanyaan guru, tidak terbatas pada buku dan
hafalan. Menemukan sesuatu yang baru dari apa yang kita baca entah dari buku
maupun dari website.129 Selain itu ada siswa yang mengatakan bahwa kemampuan
berpikir kreatif dan inovatif itu banyak macamnya, bisa dalam mengerjakan tugas
dengan menggunakan kalimat sendiri, kreativitas dalam tugas seperti membuat
power point yang menarik, membuat peta dan sebagainya. Apalagi di zaman
sekarang ini hampir semua menggunakan alat digital atau elektronik.130
c. Kemampuan Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS juga mengajak siswa untuk
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
Beberapa pendapat siswa terkait dengan kemampuan memecahkan masalah dan
mengambil keputusan merupakan sesuatu yang wajar. Memecahkan masalah itu
menjadi bagian dari hidup kita. Setiap kali pasti kita menemukan masalah baik
dalam pelajaran di kelas ataupun di luar kelas. Sebagai siswa SMA harusnya bisa
menyelesaikannya dengan baik.131. Ada siswa mengungkapkan bahwa
kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan itu jika ada kasus
atau masalah siswa diajak untuk melihat, mengerti apa kasusnya.
128 CL 13. 129 CL 10. 130 CL 8. 131 CL 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Kemudian mencoba menganalisis dan dapat mengambil keputusan jika itu
berkaitan langsung dengan kita. Biasanya dalam pelajaran sejarah itu diberikan
guru ketika ada diskusi kelompok.132 Selanjutnya pendapat yang mengatakan
bahwa memecahkan masalah itu sebenarnya adalah latihan supaya kita dapat
menyelesaikannya secara benar. Jika ada permasalah kita mudah kaget, tetapi
dihadapi dan diselesaikan. Memecahkan masalah adalah suatu yang wajar bagi
siswa SMA dan mampu bertangggung jawab.133 Ada juga yang mengatakan
bahwa dari materi itu kita mencari dan memcahkan masalah yang ada di dalamnya
dengan pemahaman yang kita miliki. Intinya jika ada soal atau masalah maka kita
harus bisa menyelesaikannya sampai tuntas, hal tersebut memberikan dampak dan
pengalaman yang berharga bagi kita atau saya sendiri.134
d. Kemampuan Mengaitkan Pengetahuan dengan Pengetahuan Baru
Berkaitan dengan kemampuan siswa dalam mengaitkan pengetahuan yang
didapat dengan pengetahuan yang baru, beberapa siswa berpendapat bahwa
pelajaran sejarah itu selalu berkaitan dengan kehidupan yang telah dialami oleh
nenek moyang kita. Nah itu bisa kita pelajari, misalnya dari peninggalan-
peninggalan yang kita lihat sekarang ini. Banyak candi-candi yang sangat
mempengaruhi kehidupan kita sekarang. Kalau sekarang kita bisa menikmati
keindahaannya bahkan menjadi tempat wisata yang bagus. Dari situ budaya kita
semakin dikenal oleh dunia,135 ada juga yang mengatakan harus banyak membaca
132 CL 9, CL 14. 133 CL 7, CL 13. 134 CL 5, CL 6. 135 CL 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
baik dari buku-buku pelajaran atau sumber lain dari website, sehingga mengetahui
lebih banyak sehingga jika ada diskusi tidak terkejut.136
Ada juga yang mengatakan bahwa setiap siswa itu pernah mengetahui
sesuatu. Maka ketika ada kata atau pengetahuan yang baru biasanya dia bisa lebih
mengerti apalagi kalau itu hampir sama dengan apa yang pernah dia baca
sebelumnya137. Pendapat lain mengatakan bahwa mengaitkan kemampuan
mengaitkan pengetahuan yang didapat dengan pengetahuan baru itu biasanya
muncul pada saat kita melakukan diskusi kelompok. Kalau kita belum pernah
membaca sebelumnya biasanya akan susah untuk mengerti atau memahami,
bingung. Maka seharusnya paling tdak kita sudah membacanya sehingga kita tahu
kebenarannya. Dalam diskusi atau debat di kelas bisa muncul pengetahuan baru
baik dari teman kelompok maupun dari kelompok lain atau pun dari guru. Karena
biasanya guru memberikan semacam kesimpulan atau memberitahukan yang
benar jika ada yang kurang sesuai dalam diskusi atau presentasi itu.138
e. Kemampuan Mengkreasi atau Mencipta
Aspek lain dalam evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis Higher
Order Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan mengkreasi. Beberapa siswa
mengatakan bahwa kemampuan siswa dalam kreasi. Kreativitas yang menantang
itu adalah membuat laporan tertulis, membuat video, dan membuat power point
dengan animasi yang menarik. Karena banyak siswa yang akhirnya mengandalkan
temannya. Tetapi saya lebih senang bisa membuatnya sendiri dari pada
136 CL 5, CL 4, CL 7, CL 8, CL 13, CL 14. 137 CL 9. 138 CL 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
mengandalkan orang lain.139 Menurut saya itu hal yang wajar, apalagi sekarang
dengan jamannya teknologi. Kita dituntut untuk lebih kreatif mengembangkan
bakat-bakat kita lewat alat teknologi tersebut,140 banyak siswa menganggap
sebagai tantangan dan tergantung pemahaman pribadi masing-masing.
Selanjutnya ada siswa yang mengatakan bahwa meskipun soalnya sulit atau
HOTS, malah semakin menantang dirinya untuk banyak membaca dan hal itu
sangat menguntungkan bagi dirinya.141 Dalam soal pilihan ganda hampir semua
siswa mengatakan bahwa tidak terlalu mengalami kesulitan karena sebenarnya
jawabannya sudah ada hanya bagaimana mereka dapat memilihnya dengan tepat.
f. Kemampuan Berefleksi
Mata pelajaran sejarah sarat dengan nilai. Maka dalam proses
pembelajarannya siswa diajak untuk menemukan pesan atau makna yang
terkandung di dalamnya. Hal itu ditunjukan dengan kemampuan siswa dalam
merefleksikan nilai atau pesan pada setiap akhir pembelajaran. Siswa di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusuf Yogyakarta yang menjadi narasumber dalam
penelitian ini mengatakan bahwa dalam pelajaran sejarah sebenarnya banyak hal
yang dapat kita ambil pesannya. Peninggalan-peninggalannya yang indah seperti
candi-candi, relief, artefak dan sebagainya. Disitu menunjukkan bahwa nenek
moyang kita memiliki pengetahuan dan penghargaan yang tinggi bagi Tuhan atau
Dewa penciptanya yang dapat kita contoh untuk kehidupan kita sekarang.142
139 CL 8. 140 CL 7, CL 10, CL 6, CL 5, CL 4. 141 CL 12, CL 14. 142 CL 14, CL 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Dikatakan juga bahwa dari setiap peristiwa kita bisa belajar atau ambil
maknanya untuk kehidupan kita. Misalnya pengaruhnya dalam bidang budaya
yang sampai sekarang masih kita pegang seperti saling menghargai, menghormati
dan sebagainya.143 Selanjutnya beberapa siswa mengatakan bahwa guru mengajak
kami untuk menemukan nilai-nilai penting yang ada dalam proses belajar tersebut.
Macam-macam jawaban, dan biasanya secara langsung diungkapkan atau ditulis
dalam buku catatan.144 Dikatakan juga bahwa nilai-nilai dalam pembelajaran
sejarah mendukung hidup kita.145 Dan pesan lainnya adalah kita harus menjaga
dan merawatnya.146
3. Kendala yang Dihadapi oleh Guru dan Siswa dalam Evaluasi
Pembelajaran Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Kurikulum 2013 menuntut adanya penilain atau evaluasi. Dalam
menjalankan proses evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta memiliki kendala tersendiri baik yang
dihadapi oleh guru maupun oleh siswa. Kendala yang dihadapi oleh guru dalam
membuat soal evaluasi bertaraf HOTS pertama-tama adanya tuntutan agar nilai
siswa harus tuntas, maka diwajibkan mengadakan remidi bagi yang tidak tuntas.
Dengan pengalaman tersebut membuat kesan bagi siswa ada kesempatan untuk
mengulang atau remidi. Kendala lain yang dihadapi guru terkait dengan sarana
dan prasarana belajar seperti ketika siswa diberi kesempatan untuk menggunakan
143 CL 13. 144 CL 10. 145 CL 8. 146 CL 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
teknologi dalam mengerjakan tugas kelompok di kelas. Jika menggunakan laptop,
tidak semua siswa memilikinya, maka diberi kelonggaran untuk menggunakan HP
karena semua anak pasti memilikinya. Yang sering kali terjadi jika semua anak
menggunakan HP, tidak menutup kemungkinan mereka akan mengakses yang lain
selain tugas yang diberikan. Hal itulah yang akan menimbulkan masalah. Selain
itu ada siswa yang tidak mau mencatat.
Kendala lain yang diahadapi guru adalah adanya kesempatan remidi yang
menjadi kesan siswa masih mengandalakan adanya kesempatan kedua jika tidak
tuntas dalam ulangan maupun ujian. Selanjutnya kendala yang sering dihadapi
oleh guru, ibu Atik mengatakan bahwa seringkali siswa kurang sabar dalam
memahami soal-soal yang ada, padahal soal-soal yang disediakan perlu dipahami
secara benar.147
Setelah melihat dan mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam
evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, tentunya guru melalukan evaluasi
dan mengupayakan untuk menyelesaikan kendala tersebut. Cara yang dilakukan
dikatakan oleh ibu Sari adalah dengan melakukan pendekatan personal atau secara
pribadi, menegur jika terdapat siswa yang sering sibuk dengan dirinya sendiri,
ribut, ngobrol dan sebagainya. Memberikan kisi-kisi kepada siswa, dan
membahasakanya bersama-sama di kelas, maka saya yakin siswa akan mampu
menyelesaikan setiap soal yang saya berikan. Adanya kisi-kisi dan penjelasan
yang cukup di kelas, harapannya mereka lebih fokus untuk belajar. Dan saya
yakin mereka bisa mengerjakannya. Hampir semua mata pelajaran selalu ada kisi-
147 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
kisi, maka saya yakin siswa akan menyelesaikannya dengan baik, kalau mereka
belajar dengan maksimal.148
Selanjutnya ibu Atik juga mengatakan bahwa guru jangan pernah bosan-
bosannya untuk memberikan pemahaman kepada siswa, karena latar belakang
siswa beraneka ragam.149 Selain itu guru memberikan banyak latihan kepada
siswa terkait pemahaman dalam mengerjakan soal evaluasi yang disediakan oleh
guru baik waktu ulangan harian maupun waktu penilaian tengah semester (PTS).
Terkait dengan sarana belajar dengan menggunakan laptop dan handphone
(HP), cara mengatasinya yaitu guru harus bisa mengaturnya seperti dalam satu
kelompok anak hanya boleh mengoperasikan satu HP saja. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi kecenderungan anak untuk mengaktifkan situs yang lain selain
yang berkaitan dengan tugas.
Kendala atau kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam melakukan evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) secara umum
terkait dengan situasi belajar di kelas biasanya hampir semua siswa mengatakan
bahwa seringkali kelasnya kurang kondusif, ramai atau banyak yang ngobrol
sendiri ketika guru menjelaskan, ada juga siswa yang tidak memperhatikan seperti
tidur di kelas saat pembelajaran berlangsung. Hal itu membuat sebagian besar
siswa menjadi kurang fokus belajar.150
Selain itu kendala yang dihadapi oleh siswa yang lain terkait dengan
evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS biasanya karena kurang fokus
148 CL 3. 149 CL 4. 150 CL 13, CL 12, CL 10, CL 8, CL 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
belajar, kurang membaca dan kurang sabar dalam memahami soal. Ada juga yang
mengatakan soal yang diberikan kadang-kadang keluar dari kisi-kisi yang
diberikan oleh guru.151 Selajutnya ada yang mengatakan soal-soalnya terlalu
panjang, soalnya kadang sulit dimengerti, padahal waktu yang disediakan sedikit
atau terbatas.152 Kendala lain yang dihadapi siswa yang diungkapkan oleh Sekar
terkadang ia tidak memahami soal dengan baik sehingga sulit untuk
menjawabnya. Padahal tingkat kesulitan soal masih dalam batas normal. Maka
dengan pengalaman tersebut mereka belajar lebih teliti dan lebih sabar.153
Solusi atau cara mengatasi kendala atau kesulitan yang dihadapi itu jawaban
yang diberikan siswa sangat bervariasi. Terkait dengan situasi kelas yang kurang
kondusif beberapa siswa mengatakan mencoba untuk tidak terlibat dengan teman-
teman yang ribut, lebih menahan diri, fokus dalam belajar, lebih memperhatikan
guru dan terlibat aktif dalam diskusi kelompok.154
Selain itu solusi atau cara yang tepat dalam menjalankan evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS banyak siswa yang mengungkapkannya
untuk belajar lebih giat, jangan pernah takut untuk mencari, mencoba dan jangan
pernah menyerah. Semakin tekun belajar, banyak membaca minimal sehari 10
menit agar memiliki wawasan yang luas, lebih sabar untuk memahami soal yang
diberikan dan menyelesaikan soal-soal baik yang diberikan oleh guru maupun
yang adalah dalam buku atau lks.155
151 CL 13, CL 6, CL 4, CL 3. 152 CL 9, CL 4, CL 5. 153 CL 11. 154 CL 7, CL 4, CL 5, CL 8. 155 CL 4, CL 5, CL 9, CL 13, CL 14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Berbagai sistuasi yang dialami siswa dalam evaluasi pembelajaran sejarah
biasanya sebelum ulangan harian maupun penilaian tengah semester dan penilaian
akhir semester, guru memberikan kisi-kisi soal dan dibahas bersama di kelas.156
Soal ulangan harian biasanya berbentuk uraian sedangkan Penilaian Tengah
Semester (PTS) dan Penilaian Akhir Semester (PAS) dalam dua bentuk yakni
pilihan ganda (PG) dan uraian.157 Selanjutnya beberapa siswa mengatakan jika
soal yang berbentuk uraian menuntut mereka untuk berpikir lebih keras, lebih
mengutamakan pemahaman dan dengan menggunakan bahasa atau kalimat
mereka yang mereka pahami. Bentuk soal uraian baik ulangan harian maupun
pada PTS dan PAS menggunakan literasi yang sangat panjang, hal itu menjadi
tantangan sendiri bagi siswa. Ada juga siswa yang mengatakan tidak suka dengan
bentuk soal yang terlalu panjang tetapi lebih pada intinya saja.158 Menurut Isabel
soal uraian itu sebenarnya membutuhkan jawaban analisis kita jadi bukan sekedar
menghafal saja.159 Sedangkan Valen dan Izmi mengatakan bahwa evaluasi yang
uraian mengajaknya untuk lebih kreatif menjawab dengan menggunakan kalimat-
kalimat yang saya pahami, menganalisis dengan pemahamannya.160
156 CL 11, CL 12, CL 13, CL 14. 157 CL 4, Cl 5, CL 6, CL 7, CL, 8, CL 9, CL 10, CL 11, CL 12, CL 13. 158 CL 7, CL 8. 159 CL 10. 160 CL 5, CL 11, CL 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
C. Pembahasan
1. Persepsi Guru Terhadapa Evaluasi Pemebalajaraan Sejarah Berbasis
Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill
(HOTS) bukanlah hal yang baru bagi guru sejarah di SMA Pangudi Luhur Santo
Yusup Yogyakarta. Hal itu dapat dilihat melalui berbagai macam cara dan usaha
agar bisa tersampaikan dengan baik kepada siswa dalam proses belajar di kelas.
HOTS pada dasarnya menuntut sebuah proses yang panjang sehingga siswa
benar-benar biasa mengerti, memahami yang kemudian berdampak pada cara
mereka mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. HOTS menuntut suatu
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keterampilan-keterampilan
itu antara lain:
a. Kemampuan Berpikir Kritis
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran sejarah di
sekolah terkait dengan tuntutan evaluasi yang bertaraf HOTS ini berjalan tahap
demi tahap. Dikatakan bahwa untuk sampai pada taraf HOTS diperlukan proses
yang cukup panjang. Dalam proses tersebut siswa dilibatkan secara aktif sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013 bahwa dalam pembelajaran siswa yang harus
berperan aktif sedangkan guru lebih sebagai vasilitator. Kegiatan yang sering
terjadi atau metode yang seringkali digunakan dalam pembelajaran tersebut adalah
diskusi dalam kelompok, yang kemudian dipertanggung jawabkan hasil
diskusinya kepada guru dan siswa yang lain yang ada dalam kelas tersebut. Dari
hasil presentasi itu seringkali muncul tanggapan maupun pertanyaan terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dengan topik yang dibahas sehingga suasana pembelajaran menjadi hidup dan
menambah wawasan dan pengetahuan bagi siswa. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Bimo Walgito mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat indera161.
Proses evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam mata pelajaran sejarah
terkait dengan kemampuan berpikir kritis siswa misalnya dengan memberikan
latihan-latihan baik dari buku teks, lks, maupun soal yang telah disusun oleh guru
sendiri. Hal itu dilakukan untuk mempersiapkan, melatih dan mengasah
kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Hal lain yang dilakukan dalam proses
berpikir kritis dibuktikan dengan mengerjakan soal-soal evaluasi pada waktu
ulangan maupun ujian. Selain itu latihan tersebut juga sebagai pengalaman
tersendiri bagi siswa dalam mengerjakannya dan sebagai pengetahuan bentuk soal
yang diberikan.
Temuan-temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa guru
mengupayakan, dan menjalankan pembelajaran sejarah berbasis HOTS dengan
menggunakan media-media pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk
berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut sejalan dengan yang tertuang dalam Undang
Undang No 20 yang menyatakan adanya perbedaan mendasar evaluasi dalam
kurikulum 2013 sebelum revisi dengan evaluasi dalam kurikulum 2013 revisi
sangat menonjol. Jika sebelumnya yang menjadi penekanannya adalah Higher
Order Thinking (HOT). Penekanan dalam HOT adalah analisis, evaluasi dan
161 Bimo Walgito, op.cit., hal. 100.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
kreasi. Sedangkan yang menjadi tekanan dalam HOTS adalah suatu keterampilan.
Di dalam HOTS terdapat berpikir kritis, berpikir kreatif, penyelesaian masalah
atau Problem Solving, dan membuat keputusan.162
b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif
Proses pembelajaran sejarah yang berbasis pada Higher Order Thinking
Skill (HOTS) yang dilaksanakan SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
sudah berjalan sesuai dengan kurikulum 2013 revisi. Hal ini diperkuat dengan
bukti ketika peneliti melakukan observasi. Guru berperan sebagai vasilitator dan
siswa yang berperan aktif. Keaktifan itu terlihat ketika siswa mengikuti kegiatan
literasi digital lewat e-learning, kemudian berdiskusi dan mengerjakan latihan
yang telah tersedia. Selain itu pada hari-hari selanjutanya kegiatan pembelajaran
berpusat pada siswa seperti diskusi kelompok, presentasi dan sebagainya. Media-
media yang digunakan dalam pembelajaran diharapkan mampu membangkitkan
semangat dan gairah belajar siswa.
Tantangan yang dihadapi dalam menjalankan proses pembelajaran sejarah
yang berbasis HOTS khusunya dalam penilaian atau evaluasi yang selama ini
masih dianggap bahwa evaluasi bertaraf HOTS hanya terbatas pada bentuk soal
uraian saja sedangkan bentuk pilihan ganda dirasa masih sangat sangat sulit.
Selain itu dikatakan bahwa dalam membuat soa-soal evaluasi tidak bisa langsung
pada level HOTS, karena ada aturannya. Ada tingkatan atau levelnya masing-
masing. Mulai dari C1, C2, C3 dan C4. Meskipun demikian belum 100%
langsung tuntas.
162 Ridwan Abdulah, op.cit., hal. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Belum semua siswa siap menghadapi evaluasi. Hal itu ditunjukkan dengan
berbagai kesempatan remidial yang dianjurkan oleh dinas maupun yang
diprogramkan pihak sekolah. Selain itu masih ada anggapan ada kesempatan
remidi sehingga kesannya berbeda. Siswa dirasa belum siap 100% dalam
mengikuti ulangan maupun ujian. Dirasakan bahwa dengan adanya kesempatan
remidi membuat siswa akan terus beranggapan selalu ada kesempatan kedua
bahkan ketiga.
Kajian tersebut menunjukkan bahwa terdapat suatu proses yang panjang
yang harus dilalui oleh guru. Guru benar-benar berusaha mempersiapkan diri
sebaik-baiknya dalam memberikan pembelajaran kepada para siswa. Banyak
faktor yang harus diperhatikan mulai dari perencanaan, persiapan, proses
pelajaran, memberikan latihan-latihan, kisi-kisi, hingga pada pemberian soal
evaluasi dan penilaian akhir. Khususnya evaluasi yang berbasis HOTS. HOTS
dijalankan sesuai dengan latar belakang sekolah dan keberadaan siswa di sekolah
tersebut. Evaluasi bertaraf HOTS tetap diberikan namun disesuaikan dengan
keadaan kelas dan siswanya. Hal tersebut sejalan dengan tujuan HOTS dalam
Undang-Undang yakni untuk meningkatkan keterampilan kemampuan berpikir
siswa pada level yang lebih tinggi, terutama berkaitan dengan kemampuan
berpikir kritis dalam menerima berbagai informasi yang datang kepadanya,
berpikir kreatif, dalam memecahkan masalah dengan pengetahuan-pengetahuan
yang dimilikinya, serta membuat keputusan-keputusan yang kompleks.163
163 Ibid., hal. 90-92.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
c. Kemampuan Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan
Berdasarkan pengalaman guru dalam pembelajaran sejarah selama ini
terkait dengan aspek kemampuan memecahkan masalah dan mengambil
keputusan yakitu dengan memberikan kegiatan diskusi kepada siswa. Selama
proses diskusi tersebut guru mengamati kegiatan siswa, seperti mencari sumber-
sumber yang sesuai dengan tema diskusi, menganalisa dan menemukan solusi
yang sesuai dengan kemapuan pemahaman mereka. Pada kesempatan itu guru
mempunyai peran penting dengan mengkritisi apa yang menjadi temuan siswa
dalam diskusi tersebut. Maksudnya adalah agar memecahkan masalah dan
mengambil keputusan yang dilakukan oleh siswa tersebut sungguh bisa
dipertanggung jawabkan.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ridwan Abdullah yang menyatakan
bahwa kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan adalah salah
satu aspek dalam HOTS. Memecahkan masalah atau problem solving merupakan
upaya menggunakan kemampuan berpikir untuk mengatasi suatu kesulitan.164
Sedangkan mengambil keputusan adalah suatu upaya dan langkah yang ditempuh
untuk menyelesaikan masalah melalui berbagai tahapan sehingga dapat
mengambil suatu keputusan yang tepat.165
d. Kemampuan Mengaitkan Pengetahuan Pengetahuan Baru
Mengaitkan pengetahuan yang miliki dengan pengetahuan yang baru
merupakan pengalaman yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Dikatakan
mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan yang baru
164 Ridwan Abdulah, op.cit., hal. 93. 165 Ibid., hal. 167.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
mengandaikan siswa sudah pernah membaca dan mengetahuinya sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung. Sehingga pada saat pembelajaran siswa tidak
terkejut dengan hal-hal baru yang baru ia dapatkan.
Usaha untuk mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa dengan
pengetahuan yang baru dalam pembelajaran sejarah dilakukan dengan cara
mengunjungi situ-situs bersejarah yang ada di sekitar lingkungan sekolah atau
yang terdekat. Misalnya mengunjungi candi Borobudur, museum dan sebagainya.
Kegiatan tersebut bertujuan supaya anak atau siswa dapat mengetahuinya secara
nyata apa yang telah mereka pelajari di kelas. Seseorang dikatakan mampu
mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang baru dalam
kegiatan pembelajaran sejarah misalnya dengan mengunjungi situs sejarah yang
berada di sekitar lingkungan sekolah.
Guru memberi penugasan siswa untuk melakukan penelitian secara
berkelompok dengan mengunjungi Candi Borobudur, dan Museum secara
mandiri, tanpa pendampingan guru. Selama ini siswa melakukannya sendiri atau
bersama dalam kelompok yang mereka tentukan sendiri. Disitu siswa melakukan
kegiatan tersebut dengan melakukan wawancara, membuat laporan dan video,
bukti tiket masuk, dokumentasi dan sebagainya. Guru mempunyai anggapan
bahwa orang yang mampu memiliki kemampuan mengaitkan pengetahuan yang ia
miliki dengan pengetahuan baru dalam pembelajaran adalah mereka yang sering
dan suka membaca.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ridwan Abdullah yang menyatakan
bahwa berpikir divergen merupakan pengembangan pikiran dari satu informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
menjadi berbagai ide atau sudut pandang.166 Dengan demikian mereka memiliki
banyak pengetahuan, dan biasanya ketika diberi kesempatan bertanya, siswa
sering memberitahukan jika pernah membaca suatu buku ketika guru meminta
siswa untuk berpendapat tentang suatu materi baru. Hal itu menunjukkan bahwa
siswa tersebut mampu mengaitkan pengetahuan yang ia miliki dengan
pengetahuan baru yang ia dapatkan di kelas.
e. Kemampuan Mengkreasi atau Mencipta
Kemampuan mengkreasi atau mencipta merupakan salah satu aspek dalam
kurikulum 2013 revisi khususnya dalam standar penilaian. Dimana segala hasil
kerja atau kreativitas siswa memiliki nilai tersendiri. Mengkreasi atau mencipta
yang dituntut kepada guru adalah dengan menembukan hal-hal baru yang dapat
disajikan secara kreatif kepada siswa. Misalnya dengan mengadakan modul
khusus yang digunakan sebagai saran belajar yang lebih parktis kepada siswa.
Kemampuan mengkreasi siswa ditunjukkan dengan tugas-tugas yang diberikan
oleh guru apa pun bentuknya. Hasil kerja tersebut yang kemudian dinilai yang
dimasukan dalam penilaian psikomotor siswa. Guru juga dituntut untuk
menghasilkan karya seperti siswa salah satu yang buat guru adalah dengan
membuat modul yang digunakan sebagai sumber referensi bagi siswa dalam
belajar.
Hal di atas sesuai dengan pendapat Howard Gardner yakni pengetahuan
yang diperlukan untuk menghasilkan kreativitas dalam mengkreasi produk adalah
pengalaman mendalam dan fokus pada suatu kajian tertentu yang membuat
166 Ibid., hlm. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
seseorang menjadi ahli, serta kemampuan mengkombinasikan elemen-elemen
dengan cara yang baru.167 Jadi seorang yang kreatif harus memiliki pengetahuan
yang luas dan menguasai satu atau dua bidang secara mendalam.
f. Kemampuan Berefleksi
Dalam pembelajaran sejarah kemampuan merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung di dalam materi pembelajaran menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan. Dalam kurikulum 2013 revisi sangat menekankan pentingnya guru
membantu siswa dalam menemukan nilai-nilai penting yang terkandung dalam
pembelajaran sejarah. Nilai-nilai tersebut seperti nilai nasionalis, nilai patriotisme,
nilai karakter, nilai kebhinekaan atau pluralitas. Sebagai guru semakin bangga
ketika siswa mampu merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam
pembelajaran pada kehidupan sehari hari. pembelajaran sejarah yang erat
kaitannya dengan nilai-nilai positif dalam kehidupan. Guru mengajak siswa
meneladani dan diperjuangkan nilai-nilai positif tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Pelajaran sejarah tidak hanya sekedar hafalan seperti yang selama ini
dipikirkan orang. Setiap kali proses pembelajaran sejarah berlangsung guru
mengajak siswa untuk bisa menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam
pembelajaran tersebut. Kemudian bisa secara spontan mengungkapkan atau
dengan cara menulis dalam buku catatan.
Temuan tersebut sesuai dengan yang terdapat dalam kamus besar bahasa
Indonesia bahwa refleksi berarti suatu gerakan atau pantulan di luar kemauan atau
167 Ridwan Abdullah, op.cit,. hlm. 28.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
kesadaran sebagai jawaban atas suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar.168
Dengan adanya refleksi siswa dapat memaknai secara benar terkait dengan
peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi. Dengan demikian siswa juga
semakin terlatih untuk memaknai setiap pengalaman yang ia alami dalam
kehidupan sehari-hari sehingga semakin berkembang karakter positif. Selain itu
juga supaya bisa mempengaruhi semangat belajarnya sehingga semakin
memperoleh nilai yang maksimal.
2. Persepsi Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah Berbasis Higher
Order Thinking Skill (HOTS)
Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan (objek, kualitas, hubungan
antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti.169
Siswa SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta memiliki persepsi yang
sedikit berbeda dengan guru. Hal itu merupakan akibat dari proses diterimanya
suatu rangsangan yang berupa situasi atau peristiwa yang sering mereka dengar
maupun yang mereka alami. Maka menimbulkan suatu persepsi yang
berkembangan dari yang negatif menjadi positif terkait dengan evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS).
a. Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap siswa terkait dengan
persiapan yang mereka lakukan dalam menghadapi pembelajaran sejarah di kelas
antara lain membaca buku-buku pelajaran atau dari sumber yang lain baik di
sekolah maupun di rumah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
168 Desi Anwar, op.cit, hal. 336. 169 Irwanto dkk, Psikologi Umum, Jakarta: Garmedia, 1989, hal. 71.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Selain itu juga membaca dan mengingat kembali materi sebelumnya yang pernah
disampaikan oleh guru maupun dalam diskusi yang terjadi pada pertemuan
sebelumnya. Selajutnya persiapan lain yang dilakukan oleh siswa adalah kesiapan
mental sehingga lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di
kelas.
Siswa-siswi yang mempunyai kebiasaan melakukan persiapan menyadari
bahwa sebagai seorang siswa memang sudah sewajarnya meempersiapkan diri
dalam mengahadapi sesuatu apa pun mata pelajarannya. Misalnya ketika ada
diskusi kelompok mau tidak mau harus memiliki pengetahuan sehingga tidak
hanya menunggu informasi dari guru. Hal ini juga disadari bahwa sistem
pembelajaran yang mereka alami sekarang memang siswalah yang lebih aktif,
meskipun guru juga masih berperan seperti menjelaskan dalam pengantar dan
memberikan semacam peneguhan dan kesimpulan pada akhir pembelajaran.
Siswa yang tidak melakukan persiapan khusus atau belajar tergantung mood
atau suasana hati, biasanya menjadi kurang bersemangat dalam kelas. Sehingga
suasana kelas menjadi tidak kondusif karena ada yang sibuk dengan urusan
pribadinya atau ngobrol dengan teman yang lain untuk menghilangkan kejenuhan
dan kebosanannya. Hal positif yang dialami oleh beberapa siswa mengatakan
bahwa jika terjadi suasana yang kurang kondusif mereka mempunyai tanggung
jawab untuk saling menegur dan mengingatkan selain dari guru. Hal tersebut
didukung dan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional bahwa yaitu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
menyadarkan siswa tentang cita-cita nasional yaitu Undang-Undang dan Pancasila
serta perjuangan untuk mewujudkan cita-citanya sepanjang masa.170
b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif
Proses pembelajaran sejarah yang selama ini mereka alami dan terlibat di
dalamnya menunjukkan bahwa mereka melaksanakan konsep pembelajaran yang
berbasis HOTS. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban-jawaban yang diberikan
dalam kesempatan wawancara. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa siswa
yang mengatakan bahwa seringkai terjadi kegiatan berdiskusi di kelas,
mempresentasikan hasil diskusi yang telah dibuat dalam bentuk power point,
mencari dan menemukan penyelesaian permasalahan lewat kasus yang disediakan
guru membantu siswa untuk bertanggung jawab, mencari alternatif sumber untuk
menambah pengetahuan mereka. Setelah melakukan diskusi biasanya siswa diberi
kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan teman
lain boleh mengajukan pertanyaan atau menanggapi hasil diskusi tersebut. Dari
tanggapan dan pertanyaan itulah yang membuat siswa harus mampu mencari,
menemukan jawaban yang lebih luas dan meyakinkan kepada teman lainnya. Pada
intinya bahwa mereka harus dapat mempertanggung jawabkan data yang mereka
temukan. Selain itu juga guru secara kreatif menggunakan media-media yang
menarik sesuai dengan tema, seperti lewat media video dan literasi digital dan
sebagainya.
Hal di atas sesuai dengan pendapat Ridwan Abdullah yang mengatakan
bahwa berpikir kreatif adalah proses berpikir terampil dan bertanggung jawab
170 Harry Widyantono, op. cit, hal. 131.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
ketika seseorang mempelajari suatu permasalahan dari semua sudut pandang, dan
terlibat dalam penyelidikan sehingga dapat memperoleh opini, penilaian, atau
pertimbangan terbaik menggunakan kecerdasannya untuk menarik kesimpulan.171
Pemahaman siswa tentang Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam proses
pembelajaran sejarah mengalami perkembangan. Siswa meyakini bahwa evaluasi
yang berbasis HOTS pada pelajaran sejarah menuntut mereka untuk memiliki
keterampilan. Keterampilan itu seperti kemampuan kreatif dan inovatif,
c. Kemampuan Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan
Pemahaman untuk dapat memecahkan masalah dan mengambil keputusan
tentunya seorang siswa harus mampu berpikir kompleks. Maka yang dibutuhkan
adalah keterampilan dan sikap yang dewasa, siap menerima tantangan.
Sebagai siswa dalam memecahkan masalah khususnya dalam menyelesaikan soal
evaluasi dalam pembelajaran sejarah yang diberikan oleh guru. Dalam
mengerjakan soal-soal evaluasi tersebut, siswa dituntut sampai susnggunh-
sungguh memahami maksud ada apa yang menjadi pokok dari soal tersebut. Hal
itu dilakukan agar siswa dapat menyelesaikannya sesuai dengan permintaan soal.
Proses membuat keputusan dilakukan dengan mengumpulkan segala
informasi yang pernah diterimanya kemudian dicerna, diolah secara tepat
sehingga dapat mengambil keputusan yang benar. Dalam evaluasi pembelajaran
sejarah yang sering dilakukan oleh siswa adalah mencoba memahami maksud dari
perintah, yang kemudian diterima, memahami sesuai dengan pengalaman yang
171 Ridwan Abdulah, op.cit., hal. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
telah diterimanya kemudian menuangkannya dalam bentuk tulisan pada lembar
jawabanya yang telah disediakan.
Temuan di atas sesuai dengan yang tertuang dalam Permendikbud 2018
yang menyatakan bahwa evaluasi dalam pembelajaran sejarah yang berbasis
HOTS yang dilakasanakan di SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogakarta ini
adalah berdasarkan standar yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) 2018. Kemampuan memecahkan
masalah dan mengambil keputusan merupakan salah satu unsur yang harus dilalui
dalam proses evaluasi. Memecahkan masalah menurut Garofalo dan Lester dalam
buku Pembelajaran Berbasis HOTS mengatakan bahwa problem solving adalah
proses yang mencakup visualisasi, sosiasi, abstraksi, pemahaman, manipulasi,
bernalar, analisis, sintesis, dan generalisasi yang masing-masing harus diatur dan
dikoordinasikan.172
d. Kemampuan Mengaitkan Pengetahuan dengan Pengetahuan Baru
Kemampuan mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan
yang baru merupakan suatu keterampilan yang harus diliki oleh siswa. Sejalan
dengan apa yang menjadi tujuan pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS.
Untuk dapat mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang
baru siswa dituntut untuk membiasakan diri dengan membaca dan berliterasi.
siswa berpendapat bahwa pelajaran sejarah itu selalu berkaitan dengan kehidupan
yang telah dialami oleh nenek moyang kita, misalnya dari peninggalan-
peninggalan yang kita lihat sekarang ini. Banyak candi-candi yang sangat
172 Ridwan Abdulah, op.cit., hal. 27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
mempengaruhi kehidupan sekarang. Dengan membaca baik dari buku-buku
pelajaran atau sumber lain dari website, siswa mengetahui lebih banyak sehingga
jika ada diskusi tidak sulit untuk memahami Dengan pernah mengetahui atau
melakukan sesuatu hal membuat siswa mudah memahami materi baru yang
diajarkan guru.
Temuan tersebut sesuai yang diungkapkan Suharsimi bahwa evaluasi
merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana,
dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.173 Sejalan
dengan evaluasi yang dituntut oleh Kemendikbud 2018 bahwa evaluasi atau
penilaian merupakan sebuh proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mencapai hasil belajar siswa.174 Dengan terbiasa mengaitkan materi atau
pengetahuan baru dengan pengalaman yang pernah diperoleh membuat siswa
menjadi lebih berkembang dalam berpikir dan menganalisis suatu hal.
e. Kemampuan Mengkreasi atau Mencipta
Dalam pembelajaran sejarah kemampuan siswa dalam mengkreasi menjadi
penting. Siswa diajak untuk menghasilkan sesuatu atau produk yang bermanfaat
bagi dirinya. Kemampuan mengkreasi siswa juga termasuk dalam mengerjakan
atau menyelesaikan soal-soal evaluasi yang diberikan oleh guru. Bagi siswa
kemampuan mengkreasi yang paling menantang adalah membuat karya tulis,
membuat video, power point yang menarik. Meskipun demikian tantangan yang
dihadapi oleh siswa dalam tugas tersebut adalah adanya siswa yang masih
mengandalkan kemampuan teman atau orang lain. Namun masih banyak siswa
173 Suharsimi, loc.cit., hal. 1. 174 Kemendikbud, loc.cit., hal. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
yang senang membuatnya sendiri dari pada mengandalkan orang lain. Dengan
demikian dirinya semakin dilatih dan dipersiapkan untuk lebih berntanggung
jawab, dan mandiri. Mereka dituntut untuk lebih kreatif mengembangkan bakat-
bakatnya lewat alat teknologi yang ada. Hal tersebut diperkuat dengan taksonomi
dikemukakan Krathwohl dan Bloom tentang kemampuan mengkreasi bagi siswa.
Temuan tersebut sesuai dengan pendapat Kus Andini bahwa kemampuan
mengkreasi dalam kurikulum 2013 revisi, khususnya dalam HOTS menjadi
bagian dari penilaian psikomotor siswa. Kegiatan yang mendukung aspek
mengkreasi ini diantaranya membuat berbagai media yang mendukung sarana
belajar siswa. Mengkreasi yang dimaksud adalah hasil atau produk yang dibuat
oleh siswa seperti membuat karya tulis, membuat video, dan sebagainya. Hal itu
didukung pendapat Krathwohl yang mengatakan bahwa kemampuan mengkreasi
(creating) adalah menggenaralisasikan suatu ide atau cara pandang terhadap
sesuatu, merancang cara dalam menyelesaikan permasalahan serta
mengorganisasikan unsur-unsur menjadi struktur baru yang belum pernah ada.175
f. Kemampuan Berefleksi
Dalam pembelajaran sejarah siswa diajak untuk menemukan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Selain itu siswa juga menemukan makna melalui
pengalaman-pengalamannya selama dalam proses pembelajaran sehingga dirinya
semakin terbantu. Peninggalan-peninggalannya yang indah seperti candi-candi,
artefak, relief dan lain-lain. Hal itu menunjukkan bahwa nenek moyang kita
175 Kus Andini Purbaningrum. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP dalam Pemecahan
Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar. JPPM Vol. 10 No. 2. Tangerang: FKIP
Universitas Muhammadiyah Tangerang. 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
memiliki pengetahuan dan penghargaan yang tinggi bagi Tuhan atau penciptanya
yang dapat kita contoh untuk kehidupan kita sekarang. Dikatakan juga bahwa dari
setiap peristiwa sejarah kita bisa belajar atau mendapatkan maknanya untuk
kehidupan kita. Misalnya pengaruhnya dalam bidang budaya yang sampai
sekarang masih kita pegang misalnya saling menghargai, menghormati, toleransi,
gotong royong dan sebagainya. Siswa SMA Pangudi Luhur Santo Yusuf
Yogyakarta yang menjadi narasumber dalam penelitian ini mengatakan bahwa
dalam pelajaran sejarah sebenarnya banyak hal yang dapat kita ambil pesannya.
Peninggalan-peninggalannya yang indah seperti candi-candi. Disitu menunjukkan
bahwa nenek moyang kita memiliki pengetahuan dan penghargaan yang tinggi
bagi Tuhan atau penciptanya yang dapat kita contoh untuk kehidupan kita
sekarang.
Temuan tersebut sesuai dengan teori Paul Suparno yang menyatakan bahwa
refleksi adalah langkah sangat penting dalam mendalami pengalaman yang ada.
Melalui refleksi siswa diajak untuk menggali pengalaman mereka sedalam-
dalamnya dan seluas-luasnya serta mengambil maknanya bagi hidup pribadi,
hidup bersama dalam masyarakat.176 Kebiasaan merefleksi dapat bermanfaat
dalam menyikapi setiap peristiwa serta bisa belajar atau mengambil maknanya
untuk kehidupan. Misalnya pengaruhnya dalam bidang budaya yang sampai
sekarang masih kita pegang. Saling menghargai, menghormati, toleransi, gotong
royong, dan sebagainya.
176 Paul Suparno, S.J. Prinsip-Prinsip Pedagogi Ignatian Dan Pengalaman Implementasi Visi, Misi,
Nilai Dasar Dan Ppi Dalam Pembelajaran. Yogyakarta: USD, 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
3. Kendala yang dihadapi Guru dan Siswa dan Cara Mengatasi Kendala
dalam Evaluasi Pembelajaran Sejarah Berbasis Higher Order Thinking
Skill (HOTS)
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thnking
Skill (HOTS) di SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta berjalan sesuai
dengan apa yang menjadi tuntutan pemerintah maupun yayasan terkait. Dalam
menjalankan proses pembelajaran yang berbasis HOTS diakui baik oleh guru
maupun siswa belum berjalan 100%. Hal itu ditunjukan dengan berbagai macam
kendala yang dihadapinya.
Sebagai guru mengakui bahwa sejak dalam proses pembelajaran sampai
dengan melakukan evaluasi dalam ulangan harian maupun penilaian tengah
semester belum bisa dikatakan semua sudah pada standar HOTS. Kendala-kendala
yang ditemui adalah beragamnya kemampuan siswa dalam menjalankan
pembelajaran dan evaluasinya. Meskipun demikian guru tetap mengusahakan
menjalankannya dengan tetap memperhatikan kemampuan siswa. Hal itu
dibuktikan dengan kesediaan menempatkan diri sebagai vasilitator dan siswa yang
lebih berperan aktif di dalam kelas meskipun guru tetap berperan penting di
dalamnya. Dikatakan bahwa peran guru sebagai vasilitator 50% sedangkan siswa
50%.
Upaya lain dalam mengatasi kendala-kendala dalam evaluasi pembelajaran
sejarah berbasis HOTS adalah dengan membuat suasana belajar yang menarik dan
menyenangkan dengan media-media pembelajaran yang menarik, seperti power
point dengan animasi yang menarik, video dan sebagainya. Selain itu memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
motivasi dan pemahaman yang tepat kepada siswa yang kurang maksimal dalam
belajar sehingga tidak lagi mengandalkan adanya kesempatan remidi atau
mengulang. Selanjutnya dalam memberikan penilaian kepada siswa
memperhatikan ketentuan-ketentuan sesuai dengan standar yang ada.
Temuan tersebut sejalan dengan yang dianjurkan oleh pemerintah
(Permedikbud) bahwa penilaian berorientasi HOTS memaksimalkan keterampilan
guru dalam melakukan penilaian. Guru harus menekankan pada penilaian sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang bisa meningkatkan keterampilan peserta didik
dalam proses pembelajaran berorientasi HOTS.177
Kendala dalam evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS pada siswa
terletak pada kesiapan, dan pemahaman siswa terhadap soal evaluasi yang
disediakan guru. Seorang siswa perlu melakukan persiapan sehingga dapat
mengetahui serta memahami secara tepat dan benar apa yang diminta melalui
soal-soal yang disediakan. Dikatakan bahwa pengalaman mereka dalam
mempersiapkan diri secara matang dengan membaca sumber-sumber yang
mendukung pembelajaran sejarah akan memudahkan mereka dalam mengerjakan
soal-soal yang disediakan.
Selain itu jenis evaluasi HOTS yang mereka temui selama ini adalah dengan
bentuk pernyataan soal yang cukup panjang sehingga membuat siswa kurang
mampu memahaminya secara tepat. Maka cara yang tepat menurut siswa yakni
dengan tetap fokus, mencoba memahami dengan benar apa yang menjadi
pertanyaanya sehingga bisa menjawab sesuai dengan permintaan.
177 Permendikbud 2018, op.cit., hal. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Temuan di atas sejalan dengan karakteristik penilaian dalam kurikulum
2013 yang tertuang dalam Permendikbud no 104 tentang penilaian hasil belajar
siswa yang meliputi komptensi sikap atau spiritual, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan secara terencana, dan sistematis selama dalam
proses pembelajaran.178
178 Amirono dan Daryanto., op.cit. hal. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkah hasil penelitian dan pembahasan di bab sebelumnya dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Guru mempunyai persepsi positif terhadap evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS). Hal itu ditunjukkan dengan
usaha dan persiapan guru yang cukup memadai dalam menerapakan evaluasi
yang berbasis HOTS. Aspek-aspek yang tersebut antara lain:
a. Kemampuan berpikir kritis ditandai dengan guru menempatkan diri sebagai
vasilitator dan siswa yang lebih berperan aktif di dalam kelas meskipun guru
tetap berperan penting di dalamnya. Langkah-langkah yang dipersiapkan
guru agar siswa siap mengikuti pembelajaran sejarah dan mampu berpikir
kritis adalah dengan menyediakan media pembelajaran yang menantang dan
menarik sehingga merangsang siswa dalam berpikir siswa.
b. Kemampuan berpikir kreatif dan inovatif yang dilakukan oleh guru yakni
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi bakat
dan kemampuannya dalam belajar sejarah.
c. Kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan dalam
evaluasi pembelajaran sejarah ditandai dengan kemampuan guru dalam
memberikan materi pembelajaran yang menantang kemampuan siswa dalam
mencari dan menemukan solusi serta dapat mengambil sebuah keputusan
yang tepat terkait dengan pembelajaran sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
d. Kemampuan mengaitkan pengetahuan dengan pengatahuan baru usaha
untuk mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa dengan pengetahuan
yang baru dalam pembelajaran sejarah dilakukan dengan cara mengunjungi
situ-situs bersejarah yang ada di sekitar lingkungan sekolah atau yang
terdekat. Seperti mengunjungi candi Borobudur, candi Prambanan, museum
dan sebagainya. Kegiatan tersebut bertujuan supaya siswa dapat mengetahui
dan melihatnya secara langsung apa yang telah mereka pelajari di kelas.
e. Mengkreasi atau mencipta yang dituntut kepada guru adalah dengan
menemukan hal-hal baru yang dapat disajikan secara kreatif kepada siswa.
Misalnya dengan mengadakan modul khusus yang digunakan sebagai sarana
belajar yang lebih parktis kepada siswa.
f. Kemampauan berefleksi yang dimiliki guru adalah dengan memberikan
tuntunan dan arahan berupa pertanyaan reflektif kepada siswa sehingga
mampu merefleksikan dan menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam
pembelajaran pada kehidupan sehari hari.
2. Siswa memiliki persepsi yang positif terhadap evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS). Hal itu ditunjukkan dengan
kesiapan siswa dalam menjalankan evaluasi yang bertaraf HOTS. Aspek-aspek
yang tersebut antara lain:
a. Berpikir kritis adalah proses mengolah suatu informasi dari berbagai sudut
pandang untuk memperoleh suatu kesimpulan. Artinya siswa tidak hanya
menerima informasi tanpa melakukan klarivikasi, tetapi selalu
mengklarivikasi informasi yang diterimanya sampai dapat memahaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
b. Kemampuan berpikir kreatif dan inovatif adalah proses berpikir terampil
dan bertanggung jawab ketika seseorang mempelajari suatu permasalahan
dari semua sudut pandang, dan terlibat dalam penyelidikan sehingga dapat
memperoleh opini, penilaian, atau pertimbangan terbaik menggunakan
kecerdasannya untuk menarik kesimpulan. Sesuai dengan teori tersebut
berikir kritis yang diperjuangkan dan dijalankan oleh siswa yakni sebagai
sikap yang memiliki kemampuan untuk membedakan yang salah dan benar,
tidak hanya menyetujui sesuatu yang belum dipahami sepenuhnya.
c. Kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan sebagai siswa
dalam memecahkan masalah khususnya dalam menyelesaikan soal evaluasi
dalam pembelajaran sejarah yang diberikan oleh guru. Dalam mengerjakan
soal-soal evaluasi tersebut, siswa dituntut sampai sungguh-sungguh
memahami maksud dan apa yang menjadi pokok dari soal tersebut. Hal itu
dilakukan agar siswa dapat menyelesaikannya sesuai dengan permintaan
soal.
d. Kemampuan mengaitkan pengetahuan dengan pengatahuan baru sejalan
dengan apa yang menjadi tujuan pembelajaran sejarah berbasis HOTS.
Untuk dapat mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan
yang baru siswa dituntut untuk membiasakan diri dengan membaca.
e. Kemampuan mengkreasi dalam pembelajaran sejarah menjadi penting.
Siswa diajak untuk menghasilkan sesuatu atau produk yang bermanfaat bagi
dirinya. Kemampuan mengkreasi siswa juga termasuk dalam mengerjakan
atau menyelesaikan soal-soal evaluasi yang diberikan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
f. Kemampuan berefleksi dalam pembelajaran sejarah, siswa diajak untuk
menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kemampuan
berefleksi tersebut dapat diungkapkan secara langsung atau lisan maupun
melalui tulisan berupa puisi maupun dalam bentuk gambar. Makna dari hasil
refleksi yang ditemukan melalui pengalaman-pengalaman siswa membatu
siswa dalam perjuangan hidup selanjutnya dan siswa semakin diperkaya.
3. Evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS)
yang telah dilaksanakan juga memiliki berbagai kendala baik terhadap guru
maupun terhadap siswa. Kendala yang dihadapi guru adalah situasi dan kondisi
siswa yang sangat beragam sehingga harus lebih teliti dalam menyajikan soal
dan adaya tuntutan agar semua siswa harus tuntas dalam evaluasi. Solusi yang
dilakukan adalah dengan terus menerus memberikan latihan-latihan selama
proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan kendala yang dihadapi siswa
lebih pada kesulitan untuk memahami soal yang panjang, kurang fokus dan
kurang sabar. Maka cara yang tepat untuk menyelesaikannya adalah dengan
belajar untuk lebih teliti, fokus, dan mempersiapkan diri secara matang dalam
menghadapi pembelajaran maupun dalam mengerjakan soal evaluasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah diharapkan dapat melakukan supervisi secara rutin
terhadap data-data pendukung maupun media pembelajaran yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
disajikan dalam RPP dan segala fasilitas pendukung belajar siswa dan
memberikan kesempatan kepada guru untuk membekali diri dengan
pemahaman-pemahaman tentang HOTS.
2. Bagi guru agar terus meningkatkan pemahaman terhadap evaluasi berbasis
Higher Order Thinking Skill (HOTS) dan dapat menerapkannya dalam proses
pembelajaran sejarah di kelas.
3. Bagi siswa diharapkan meningkatkan keterampilan dan pemahaman yang tepat
dalam melaksanakan evaluasi yang berbasis HOTS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
DAFTAR PUSTAKA
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Amirono dan Daryanto. 2013. Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran Kurikulum.
Yogyakarta: Gava Gramedia.
Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Bimo Walgito. 2010. Pengantar Psikolgi Umum. Yogyakarta: Andi.
Chotimah dan Fathurroman. 2018. Paradigma Baru Sistem Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Daryanto dan Syaiful Karim. 2017 Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gava
Media.
Desi Anwar. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abdi Tama,
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2018. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta.
Etta Mamang, Sangadji dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian-Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.
-------. 2018. Implementasi Kurikulum 2013 Revisi dalam Era Revolusi Indutri
4.0. Jakarta: Rosdakarya Remaja Putra.
Faryadi Qais. 2017. Pedoman Mengajar Efektif Teori dan Model Pembelajaran.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ghony Djunaidi dan Almanshur Fauzan. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Ar-Ruszz Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Hatta Saputra. 2016. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global:
Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (Higher Order
Thinking SkillS) Bandung: Smilles.
Hendra Kurniawan. 2018. Kajian Kurikulum dan Bahan Ajar Sejarah SMA
Menurut Kurikulum 2013. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Kemendikbud. 2018. Buku Penialaian Berorientasi Higher Order Thinking
Skills.
Irwanto dkk. 1989. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lexy, J. Moleong. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
-------. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
-------. 2018. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nusa Putra. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Nyanyu Khodijah. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Rahman Hamid dan Muhammad Saleh. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah,
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Ridwan Abdulah. 2019. Pembelajaran Berbasis HOTS (Hingher Order Thinking
Skills). Tangerang: Tsmart Pringing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Sarjono Kartodirjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatid Kualitatif dan R&D (cetakan ke-
4). Bandung: Alfabeta.
………... 2018. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Penelitian Yang Bersifat:
Eksploratif, Enterpretif Dan Konstruktif. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2018. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan edisi 3. Jakarta:
Bumi Aksara.
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorintasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencara Prenada Media Group.
Internet
Anikwidiastuti@, Staff.uny.ac.id, 2017 diakses pada tanggal 10 Meret 2019, pkl.
14.20 WIB
Purwanti Hadi Pratiwi, Nur Hidayah, dan Nur Endah Januarti. 2018. Implementasi
Penilaian Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam Pembelajaran
Sosiologi SMA di Kota Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Diakses pada tanggal 06 Maret 2019, pkl. 11.20 WIB
Siti Zubaidah. 2016. Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan Yang Diajarkan
Melalui Pembelajaran, Jurusan Biologi-FMIPA. Malang: Universitas
Negeri Malang. Diakses pada 12 Apri 2019, pkl. 10.15 WIB.
Yustina Mogi. 2018. Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika pada
Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada Siswa Kelas XI Sosial SMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Kolese De Britto Yogakarta: Universitas Sanata Dharma. Diakses pada
tanggal 06 Maret 2018, pkl. 11.30 WIB.
https://pgsd.binus.ac.id/2017/08/08/pendidikan-abad-21/ diakses pada tanggal 6
Maret 2019, pkl. 16.15 WIB.
Jurnal
Kus Andini Purbaningrum. 2017. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
SMP dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar.
JPPM, 10 (2).
Suparno, Paul. 2017. Prinsip-Prinsip Pedagogi Ignatian Dan Pengalaman
Implementasi Visi, Misi, Nilai Dasar Dan PPI Dalam Pembelajaran.
Husna Nur Andini. 2018. HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya
dengan Kemampuan Literasi Matematika. Prisma 1.
Etistika Yuni Wijaya, Dwi Agus Sudjimat, dan Amat Nyoto. 2016. Transformasi
Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Di Era Global.
Luciana Dwi Noma, Baskoro Adi Prayitno, dan Suwarno. 2016. PBL Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X SMA.
Bioedukasi, 9, (2), hal. 62-66.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No
Kegiatan
Bulan
Maret April Mei Juni Juli
1 Penyusunan Proposal √
2 Perizinan √
3 Pengumpulan Data √ √
4 Analisis Data √ √
5 Penulisan Laporan √ √
LAMPIRAN 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
CATATAN LAPANGAN 1
INSTRUMEN OBSERVASI
Sekolah : SMA Pangudi Luhur Santo Yusuf Yogyakarta
Kelas : X IPS 3
Jam ke : 3 - 4
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Guru Mapel : Ibu Th. Alit Elia Kurniasari, S.Pd.
Observer : Kristina Ludwina Ome
Hari, Tanggal : Sabtu, 27 April 2019
A. AKTIVITAS GURU DI KELAS
PETUNJUK:
1. Amati aktivitas guru di kelas dalam melakukan interaksi belajar mengajar!
2. Berilah tanda √ yang sesuai dengan keadaan yang Anda amati!
No ASPEK YANG DIAMTI YA TIDAK
A MEMBUKA PEMBELAJARAN
1. Melakukan kegiatan apresiasi
2. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
dan rencana kegiatannya
√
√
B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
1. Mendorong siswa memproses materi
pembelajaran untuk menumbuhkan kempampuan
metakognitif
2. Menggunakan pendekatan atau strategi
pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai
3. Mengakomodasi kemampuan tingkat tinggi siswa
4. Menggunakan media yang dapat merangsang
siswa untuk berpikir tingkat tinggi
5. Memfasilitasi tanya jawab interaktif secara kritis
dan logis
6. Melakukan penilaian yang berbasis HOTS
√
√
√
√
√
√
C PENUTUP
1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan
melibatkan siswa
2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa
3. Melakukan refleksi pembelajaran dengan
√
√
√
LAMPIRAN 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
mengarahkan siswa untuk mengaitkan nilai-nilai
yang didapat untuk diaplikasikan dalam
keseharian
4. Memberikan arahan, kegiatan atau tugas sebagai
remedi
5. Memberikan arahan, kegiatan atau tugas sebagai
bagian pengayaan
√
√
B. AKTIVITAS KELAS DI KELAS
NO BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK
1 Siswa antusias mengikuti proses pembelajaran
sejarah
√
2 Siswa mengekspresikan kemampuan metakognitifnya
dalam pembelajaran
√
3 Siswa menanggapi pembelajaran dengan kritis dan
logis
√
4 Siswa terlibat dalam memanfaatkan media
pembelajaran untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir tingkat tingginya
√
5 Siswa menandai/menulis hal-hal penting √
6 Siswa terlibat dalam aktivitas tanya jawab secara
kritis dan logis
√
7 Siswa berpartisipasi secara aktif dalam diskusi √
8 Siswa menunjukkan kreativitas dalam memecahkan
masalah terkait dengan materi pembelajaran
√
9 Siswa antusias menanggapi tugas yang diberikan
oleh guru
√
10 Pada akhir pembelajaran siswa berefleksi
dengan mengaitkan nilai-nilai yang didapat untuk
diaplikasi dalam keseharian
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
C. ANEKDOT
Siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Setelah guru
menyampaikan pengantar atau apersepsi dan tujuan dari pembelajaran hari itu
siswa diminta untuk mempersiapkan laptop yang terdiri dari 1 meja 1 laptop.
Tema pembelajarannya adalah pengaruh kebudayaan Hindu Budha pada
perkembangan masyarakat Indonesia sampai sekarang ini. Sebelum diskusi, guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk berliterasi dengan media digital yang
diakses melalui e-learning sekolah tersebut. Secara umum suasana kelas sangat
kondusif.
Mengetahui
Guru Mapel Observer
Ibu Th. Alit Elia Kurniasari, S. Pd Kristina Ludwina Ome
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
LEMBAR ANGKET GURU
Petunjuk pengisian Angket /Kuesioner
Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pernyataan yang
dialami.
Keterangan : SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan Keterangan
SS S TS STS
1 Soal-soal yang saya berikan kepada
siswa mengenai teori-teori masuknya
agama Hindu, Buddha, dan Islam di
Indonesia membuat siswa mampu
memahami serta menganalisis hal-hal
yang berkaitan dengan proses masuknya
agama Hindu Budha.
2 Untuk mempelajari perkembangan
kehidupan masyarakat, pemerintahan,
dan budaya, pada masa Kerajaan Hindu,
Buddha, dan Islam saya mengarahkan
siswa untuk membuat peta konsep
menggunakan software aplikasi maupun
manual.
3 Saya merasa senang jika siswa dapat
mengerjakan soal-soal yang saya berikan
serta mampu menerapkan nilai-nilai
kehidupan yang didapatkan dalam proses
pembelajaran pada kehidupannya.
LAMPIRAN 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
4 Saya merasa bangga apabila dalam
diskusi siswa mau menuliskan hal-hal
penting mengenai topik yang sedang
dipresentasikan serta mampu
mengajukan pertanyaan yang relavan
namun sulit terealisasi dengan baik.
5 Saya akan mengarahkan siswa untuk
saling menghargai satu sama lain tanpa
memandang perbedaan yang ada.
6 Pembelajaran abad 21 menuntut saya
untuk memanfaatkan teknologi dalam
proses pembelajaran salah satunya
dengan cara memanfaatkan media
audiovisual sebagai media pembelajaran
bagi siswa.
7 Saya menyajikan soal-soal yang
bermuatan pemecahan masalah bagi
siswa dengan melampirkan isu-isu aktual
pada kehidupan masa kerajaan Islam
8 Saya bangga ketika siswa mampu
menyelesaikan evaluasi yang disediakan
sampai memecahkan permasalahan yang
kompleks dan mampu mengambil
keputusan.
9 Setiap siswa tidak selalu sama dalam
menyelesaikan permasalahan yang sama
terkait tema pembelajaran yang sama.
10 Saya merasa puas apabila siswa dapat
mengerjakan soal-soal terkait pemecahan
masalah mengenai berbagai isu aktual/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
kehidupan pada masa kerjaan Islam
11 Untuk menambah pemahaman siswa
dengan situasi konkrit maka saya akan
memberikan tugas (studi kasus) sampai
siswa mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan.
12 Kejayaan Mataram Islam masih
dirasakan sampai saat ini. Maka
perangkat pembelajaran yang saya
siapkan mampu mendorong siswa untuk
mengaitkan ilmu pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan ilmu baru yang
didapatnya.
13 Saya senang ketika siswa bertanya
tentang keterkaitan makna keberadaan
stupa yang ada di Candi Borobudur.
14 Pendidikan abad 21 mendorong siswa
untuk mampu menggunakan teknologi
dengan sebaik-baikanya salah satunya
dengan memanfaatkan software editing
video untuk proses pembuatan video
mengenai bukti-bukti peninggalan
Kerjaan Hindu dan Buddha berupa
candi-candi yang ada di wilayah
Yogyakarta dan Jawa Tengah namun
seringkali terbentur dengan adanya
sarana yang kurang mendukung.
15 Saya menyusun modul pembelajaran
sendiri untuk melengkapi materi yang
belum termuat dalam buku diktat serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
untuk mengasah keterampilan saya
dalam tulis menulis.
16 Saya akan memberikan penugasan
berupa lembar diskusi siswa yang
memuat isu-isu aktual untuk
meningkatkan kemampuan berpikir
kompleks sehingga siswa dapat
mengambil sikap dalam berbagai
keadaan tetapi beberapa siswa kurang
antusias dan serius dalam
mengerjakannya.
17 Dalam proses pembelajaran saya
memberi arahan kepada siswa dalam
menggunakan berbagai aplikasi yang
menunjang pembelajaran agar dapat
digunakan dengan sebaik-baiknya dan
memberikan manfaat yang besar bagi
proses perkembangannya.
Ketika tema pembelajaran terkait dengan
kerajaan Islam saya mengajak siswa
untuk berkunjung ke keraton
Yogyakarta.
18 Saya memaknai dan menerapkan setiap
nilai yang diperoleh dari pembelajaran
karena itu saya menerapkannya juga
kepada siswa
19 Setelah proses pembelajaran saya
mengajak siswa untuk merefleksikan
nilai-nilai yang didapatkan dalam
pembelajaran itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
20 Saya semakin bangga ketika siswa
merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran pada
kehidupan sehari hari namun hanya
sedikit siswa mampu merefleksikan
nilai-nilai tersebut.
21 Saya akan mendorong siswa untuk
mengaitkan seni arsitektur pada masa
Islam yang masih eksis hingga saat ini.
22 Penerapan Evaluasi yang menuntut hasil
kreativitas siswa seringkali terbentur
dengan kondisi lapangan seperti
ketersediaan media pembelajaran yang
terbatas.
23 Kurikulum 2013 revisi menuntut saya
semakin terbuka dan inovatif. Maka saya
selalu mengikuti setiap perkembangan
dan informasi yang menunjang
pengetahuan saya terkait dengan tema-
tema pembelajaran yang ada.
24 Manganalis dan memecahkan masalah
dengan menggunakan bahasa sendiri
menjadi ciri siswa yang sudah memiliki
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Maka saya akan mengutamakan
jawaban-jawaban yang menggunakan
bahasa sendiri secara tepat dan benar.
25 Tidak semua soal-soal yang disediakan
dapat dikerjakan secara maksimal oleh
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
LEMBAR ANGKET SISWA
Petunjuk pengisian Angket /Kuesioner
Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pernyataan yang
dialami.
Keterangan : SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan Keterangan
SS S TS STS
1 Saya lebih mampu memahami
pentingnya mengenal budaya bangsa
sendiri setelah menyelesaikan tugas
membuat kliping mengenai jenis-jenis
akulturasi dari masa Hindu dan Budha
serta Islam di Nusantara.
2 Setelah membaca buku tentang
kesultanan Islam di Nusantara lalu saya
merancang peta konsep agar lebih
mudah memahami materi untuk
persiapan penilaian akhir semester.
3 Saya merasa termotivasi untuk semakin
menghargai antar umat beragama setelah
mempelajari dan mengerjakan soal-soal
tentang contoh akulturasi kebudayaan
Hindu dan Budha serta Islam di
Nusantara.
4 Ketika guru memberi tugas untuk
menguraikan contoh akulturasi Hindu,
Budha dan Islam di Nusantara, saya
LAMPIRAN 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
terdorong untuk lebih bertoleransi
dengan teman yang berbeda agama.
5 Seringkali terjadi perbedaan pandangan
dan kecenderungan beranggapan
pahamku adalah yang paling benar, hal
ini membuat saya menjadi tidak
bersemangat dalam bergaul dengan
teman-teman yang berbeda pandangan
dengan saya.
6 Saya senang menandai bagian penting
tentang materi Kesultanan Islam di
Nusantara karena isinya terlalu banyak
sehingga memudahkan saya
mengerjakan tugas dari guru.
7 Ketika mengerjakan soal tentang
terjadinya kepulauan Indonesia, saya
menjadi tahu jika pelajaran sejarah
berkaitan pula dengan geografi.
8 Ketika mendapat tugas membuat
makalah tentang jenis manusia purba di
Nusantara, saya terdorong untuk
berkunjung ke museum Purbakala
Sangiran agar mendapat gambaran nyata.
9 Setelah mengerjakan tugas tentang
terjadinya kepulauan Indonesia, saya
merasa semakin termotivasi untuk ikut
menjaga kekayaan alam Indonesia agar
tidak lagi diambil bangsa lain.
10 Ketika mendapat tugas membuat artikel
mengenai terbentuknya kepulauan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Indonesia, saya sudah paham pokok
pembahasannya jadi tidak sulit bagi saya
untuk menuliskan dengan bahasa saya
sendiri.
11 Saya dapat dengan mudah mengerjakan
soal uraian tentang bukti peninggalan
masa Hindu dan Buddha di Nusantara
karena saya pernah berkunjung ke Candi
Prambanan dan Borobudur.
12 Saat mendapat tugas menuliskan
karakteristik candi Budha dan Hindu,
saya kurang antusias untuk
mengerjakannya karena harus
mengunjungi beberapa situs peninggalan
serta mengeluarkan banyak biaya
13 Tugas membuat video tentang materi
kerajaan Hindu dan Budha sangat
penting untuk menumbuhkan
keterampilan saya dalam menghadapi
tantangan revolusi 4.0
14 Untuk menghasilkan artikel ilmiah yang
optimal tentang bukti peninggalan masa
Hindu dan Budha di Nusantara, saya
akan melakukan penelitian dengan
berkunjung ke candi Prambanan dan
candi Plaosan
15 Jika mendapat soal evaluasi yang rumit,
saya menjadi kurang bersemangat dalam
menyelesaikannya
16 Soal-soal evaluasi sekarang ini menuntut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
saya untuk berpikir lebih matang dalam
menjawabnya, namun terkadang waktu
yang disediakan tidak cukup untuk
menyelesaikan semuanya
17 Saat mendapat tugas untuk merangkum
materi peninggalan Kerajaan Samudera
Pasai, saya akan menyertakan pula
gambar yang mendukung penjelasan
tersebut
18 Saya sadar agar mampu memberikan
jawaban tepat saat ulangan tentang
pembagian zaman manusia purba, maka
saya harus mengerti karakteristik
masing-masing zaman tersebut
19 Saya sangat senang ketika mampu
menjawab pertanyaan lisan dari guru
dengan menggunakan kalimat saya
sendiri tentang masa bercocok tanam
20 Saya senang ketika berkunjung ke
museum purbakala Sangiran untuk
menambah pengetahuan dan pemahaman
saya mengenai keberadaan manusia
purba di nusantara, namun saya kurang
bersemangat dalam membuat
laporannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
0
REKAPITULASI ANGKET GURU
Pernyataan Nomor Urut Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
SS 2 1 2 0 2 2 0 1 0 2 1 0 0 1 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 0
S 0 1 0 2 0 0 2 1 0 0 1 2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 2
TS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
STS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Total 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
No Nama Guru Nomor Urut Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 Ibu Lia SS S SS S SS SS S SS TS SS S S TS S S STS S S S SS SS TS SS SS S
2 Ibu Widi SS SS SS S SS SS S S STS SS SS S TS SS SS TS SS SS SS SS S STS S SS S
PERSENTASE MASING-MASING PERNYATAAN
Pernyataan Nomor Urut Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
SS 100 50 100 0 100 100 0 50 0 100 50 0 0 50 50 0 50 50 50 100 50 0 50 100 0
S 0 50 0 100 0 0 100 50 0 0 50 100 0 50 50 0 50 50 50 0 50 0 50 0 100
TS 0 0 0 0 0 0 0 0 50 0 0 0 100 0 0 50 0 0 0 0 0 50 0 0 0
STS 0 0 0 0 0 0 0 0 50 0 0 0 0 0 0 50 0 0 0 0 0 50 0 0 0
Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
LA
MP
IRA
N 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1
REKAPITULASI ANGKET SISWA
No. N. SISWA Nomor Urut Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 S STS S S TS S S S S SS S S SS S TS S S S SS SS
2 S S TS TS TS STS S SS S S S S TS S SS S SS SS SS SS
3 S S TS S S TS SS SS SS TS TS TS S S S TS SS S TS S
4 S TS S SS TS TS S S S TS TS TS S S S TS S SS SS S
5 S TS SS S TS S SS TS S S TS S TS S TS TS S S S S
6 S STS S S S STS SS S S TS S STS S S TS TS S SS S SS
7 S SS S SS STS SS S S SS TS TS SS SS TS S S SS S S TS
8 S TS SS S SS TS S SS S S SS TS STS TS SS SS SS SS S SS
9 S S SS SS STS S S SS SS S S S S S S SS S S S SS
10 S TS SS S STS S S TS SS S S TS S S S S SS S SS S
11 SS S SS SS TS S SS S S TS TS TS TS S TS S S S STS SS
12 S SS S SS STS SS S S S TS TS SS SS TS S S SS S S TS
13 S S TS TS TS STS S SS S S S S TS S S S S S S S
14 S S S S STS S S SS S S S SS SS SS SS S SS S S SS
15 TS TS SS S STS TS S STS SS S TS TS STS STS S S S S S SS
16 SS TS SS SS STS SS S TS SS S S STS S S TS SS SS S SS S
17 S S S S TS S TS TS S S S S TS TS S S S S S SS
18 S S SS SS S TS SS SS SS S TS SS S TS S S S SS S S
19 S S SS SS TS S S S S S S TS S S TS S S S S S
20 S S SS SS STS S S TS SS SS SS S S S SS SS S SS SS SS
21 S SS TS SS S TS SS S SS TS TS STS TS S S SS S S SS S
22 TS TS S S TS TS S TS S S TS TS TS TS TS TS S S S S
LA
MP
IRA
N 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2
23 TS TS S SS TS TS S S S S TS TS TS TS S TS S S S S
24 S TS S SS S S S TS SS S S STS TS TS S S S S S TS
25 TS S SS S TS S S SS S S S TS S S TS TS S S S S
26 TS S S S STS TS S S S S S S S SS TS S SS SS SS S
27 TS S SS S TS S S SS S S S TS S S TS S S S S S
28 S TS TS S TS TS S TS S S S TS S S TS S S S S S
29 S TS TS S TS TS S S S S S TS S S TS S S S S S
30 S S S S STS S S SS S S S TS S S STS S SS S S S
31 S S SS S STS TS S TS S TS TS S TS S S SS S S S S
32 S S TS SS TS TS S S S S S TS S S S S S S S S
33 TS TS S SS S TS SS S SS S S TS S S TS TS TS SS S TS
34 S TS TS TS S TS S S S TS S TS TS TS TS S TS TS S S
35 S TS S S TS S S S S S S STS S S STS TS S S SS SS
36 SS S SS S TS S SS S SS S S S SS S TS SS SS S SS SS
37 SS S SS SS SS S S SS SS S SS S S S TS S TS S SS SS
38 TS S S S TS S S TS S S S S TS TS S S TS S S TS
39 S SS SS S STS S SS TS SS S S SS SS S SS TS SS SS SS SS
40 S TS S S TS TS SS TS SS S TS TS TS TS STS S TS SS SS SS
41 S TS S S TS TS S S S TS TS TS TS S S S TS S S S
42 S S S SS TS S S S S TS S TS S S S S S SS SS TS
43 SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS S S S S S SS SS SS SS
44 S S S S S SS SS TS SS S S TS TS S S S S S S SS
45 S S S SS STS TS S S S S TS TS S S SS S S S S SS
46 S S S S SS S S S S S SS S S SS SS SS S SS SS S
47 S S SS SS TS S S S S S S TS S S TS S S S S TS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
3
48 S S S SS TS S S S S SS S TS S SS STS TS S S S S
49 TS TS S S TS S S S S TS S S S S S S S S S S
50 S S SS SS TS SS S S SS S S TS S S S S S SS SS SS
51 S S SS SS TS SS S S SS S S TS S S S S S SS S SS
52 SS S SS S SS S SS S SS S SS S SS S SS S SS SS S SS
53 S TS S S TS S S TS SS TS S STS S S TS SS SS S S SS
54 S TS SS SS STS TS SS TS S TS S TS S TS TS S TS S S S
55 S TS S S TS S S S S S TS TS S S TS S S S S S
56 S TS S S TS S S S S S S S S S S S TS S S S
57 TS STS SS SS STS TS S STS SS S S S TS TS SS SS TS SS SS SS
58 S S S S TS S S S S S S S S S S S S S S S
59 S S S S TS S S S S S S TS S TS S S S S S S
60 S S S S TS S S S S S S TS S TS S S S S S S
61 S TS S S TS TS S TS S TS TS TS TS TS S S S S S S
62 S TS SS SS TS TS S TS SS S TS TS TS TS TS S SS SS SS TS
63 S SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS S S TS SS SS SS SS SS
64 SS S SS SS STS S SS S SS SS SS TS SS S S SS SS SS SS S
65 S SS SS SS TS SS SS SS SS S S TS TS SS TS SS SS SS SS SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
4
JUMLAH MASING-MASING PERNYATAAN
Pernyataan Nomor Urut Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
SS 7 7 27 28 6 9 17 14 26 6 8 6 8 5 9 13 19 21 22 25
S 48 32 30 34 8 31 47 32 39 44 39 19 36 42 29 41 37 43 41 32
TS 10 23 8 3 35 22 1 17 0 15 18 34 19 17 23 11 9 1 1 8
STS 0 3 0 0 16 3 0 2 0 0 0 6 2 1 4 0 0 0 1 0
Total 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
PERSENTASE MASING-MASING PERNYATAAN
Pernyataan Nomor Urut Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
SS 11 11 41.5 43.1 9.2 13.8 26.2 21.5 40 9.23 12.3 9.23 12.3 7.69 13.8 20 29.2 32.3 33.8 38.5
S 74 49 46.2 52.3 12 47.7 72.3 49.2 60 67.7 60 29.2 55.4 64.6 44.6 63.1 56.9 66.2 63.1 49.2
TS 15 35 12.3 4.62 54 33.8 1.54 26.2 0 23.1 27.7 52.3 29.2 26.2 35.4 16.9 13.8 1.54 1.54 12.3
STS 0 4.6 0 0 25 4.62 0 3.08 0 0 0 9.23 3.08 1.54 6.15 0 0 0 1.54 0
Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
13
5
KISI -KISI PERTANYAAN WAWANCARA GURU
No Kisi-kisi Pertanyaan
1 Kesiapan guru mengimplementasikan pembelajaran sejarah yang
berbasis HOTS
2 Tantangan yang dihadapi dalam menjalankan proses pembelajaran
sejarah yang berbasis HOTS
3 Evaluasi atau penilaian pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS
4 Kendala atau kesulitan yang dihadapi dalam melakukan evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS
5 Cara mengatasi kendala atau kesulitan dalam melaksanakan
evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS
LAMPIRAN 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
13
6
KISI -KISI PERTANYAAN WAWANCARA SISWA
No Kisi-kisi Pertanyaan
1 Berpikir Kritis
2 Berpikir kreatif dan inovatif
3 Mampu merefleksikan
4 Mampu memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan
5 Mampu mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan
pengetahuan yang baru
6 Mampu mengkreasi
LAMPIRAN 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
13
7
DAFTAR RESPONDEN SISWA
No Nama No Nama
1 Alexander Dustin D. S 33 Theresia Lili
2 Pratamjana Weka W. 34 Aldo Santoso
3 Lionel Surya 35 Johanes Avila Rama Giovanni
4 Martinus Marsel Adin 36 Yusuf Lintang Dimas Saputra
5 Emanuel Brian Erlangga 37 Devlin Rodericg A.
6 Dominggo Agusto Erlangga 38 Thomas Alan P.
7 Carlie Siagian 39 Dionysius Bagus
8 Josheleen Hadasa S. 40 Christhoper Ariel Ganendra
9 Karyssa Cynthia H. 41 Odilia Natalia
10 Dyah Galuh Kencana Sekarjati 42 Gabriella Ratri
11 Angela Yosanda 43 Timotius Novian Winanda
12 Sanggir Gandhang P. 44 Antonius Istori Prayogi
13 Vincent Aurelia 45 Nicolaus Ivan Adrianata
14 David Aldo Nugroho 46 Christhoper Rayden D. N. S
15 Michael Andhika 47 Aditia
16 Ronald 48 Izmi Dinda Lintang P.
17 Priska Grace Irena 49 Natania Acintya Putri
18 Caroline Ayudya P.N. Ruing 50 Bernardus Yamanda Karel D.
19 Nicholas Dimas P 51 Laurensius Reinando
20 Gabriel Babtista A. 52 Maria Valen Aritonang
21 Marcelino Kenang Hanusia 53 Raden R. S.
22 Marcel Satrioputra 54 Godeliva Jessie T.
23 Stephen Henry P.P.S. 55 Sandra Widya Lestari
24 Monika Kandua 56 Maureen Darakmanti
25 Ashia Nova 57 Yohanes Grace Andika Ananta
26 Salvatore Andry S.K.L. 58 Joakhin Tharob
27 Yohanes Redos 59 Daniel Cahyadi
LAMPIRAN 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
13
8
28 Monica Alvita Hapsari 60 Alexander Elang
29 Isabela Betari 61 Enrico Oktora Narendra
30 Emanuel Wahyu 62 Natalia Sandika
31 Antonius Wisnu 63 Rangga Tri Nugroho
32 Sovia Terling 64 Samuel Ananda Gemilang
33 Rosita 65 Gregorius Krisnanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
13
9
DAFTAR NARASUMBER
a. Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA Pangudi Luhur Santo Yusup
Yogyakarta:
1. Ibu Th. Alit Elia Kurniasari, S.Pd.
2. Ibu F. Widi Astutik, M.Pd.
b. Siswa SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta:
1. Odilia Natalia
2. Christhoper Rayden Devkreasna N. S
3. Maria Valen Aritonang
4. Michael Andhika
5. Dyah Galuh Kencana Sekarjati
6. Priska Grace Irena
7. Isabela Betari
8. Izmi Dinda Lintang
9. David Aldo Nugroho
10. Alexander Dustin D.S
LAMPIRAN 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
14
0
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA GURU
1. Berkaitan dengan kurikulum 2013 revisi tentang pembelajaran sejarah yang
berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS), bagaimana pendapat ibu
tentang hal tersebut?
2. Apakah ibu pernah mendapatkan pelatihan sebagai persiapan untuk
merancang dan melaksanakan pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
3. Bagaimana persiapan yang ibu lakukan berkaitan dengan perencanaan
pembelajaran sejarah yang berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS)
4. Bagaimana penilaian yang ibu lakukan dalam evaluasi pembelajaran sejarah
yang berbasis HOTS?
5. Bagaimana cara ibu atau langkah-langkah yang dilakukan untuk
memberikan evaluasi yang berbasis HOTS?
6. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun perencanaan
pembelajaran atau RPP yang bertaraf HOTS?
7. Bagaimana bentuk modul dan sumber-sumber seperti apakah yang ibu
gunakan sebagai pedoman dalam menyusun RPP yang berbasis HOTS?
8. Seperti apakah jenis evaluasi yang ibu gunakan dalam kaitannya dengan
HOTS?
9. Menurut ibu bagaimana orientasi pembelajaran pada abad 21 ini?
10. Menurut ibu apa yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam pembelajaran
sejarah?
11. Menurut ibu seperti apakah siswa dikatakan memiliki kemampuan kreatif
dan inovatif dalam belajar sejarah di kelas?
12. Bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan mengambil
kesimpulan dalam pembelajaran sejarah?
13. Bagaimana siswa dikatakan mampu mengaitkan pengetahuan yang ia miliki
dengan pengetahuan yang baru?
14. Apakah yang dimaksud dengan refleksi dalam pembelajaran sejarah? Dan
seperti apakah pelaksanaan refleksi tersebut?
LAMPIRAN 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
14
1
15. Menurut ibu apakah yang membedakan antara evaluasi yang bertaraf HOTS
dan dan yang biasa atau starandar C1-C3?
16. Manurut ibu, jika tema pembelajaran yang berkaitan dengan kerajaan-
kerajaan yang ada di nusantara, apakah pernah mengajak siswa untuk
mengunjungi situs peninggalannya?
17. Apakah kegiatan tersebut berdampak pada semangat nasionalisme dan
kesadaran toleransi siswa?
18. Apakah metode yang dilakukan ibu dalam pelaksanaan evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS paling efektif dan mencapai
tujuan pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah?
19. Menurut ibu sejauh ini seberapa efektif penerapan evaluasi pembelajaran
sejarah yang berbasiss HOTS di sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
ini?
20. Menurut ibu apa kelebihan dari evaluasi yang berbasis HOTS?
21. Kendala apa saja yang ibu alami ketika menerapakan evaluasi yang berbasis
HOTS pada sekolah ini?
22. Apa yang dilakukan ibu untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
14
2
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA SISWA
1. Apa yang anda ketahui tentang Higher Order Thinking Skill (HOTS)?
2. Bagaiaman cara anda dalam mempersiapkan diri dalam pembelajaran
sejarah?
3. Bagaimana proses pembelajaran sejarah yang selama ini anda alami?
4. Bagaimana pendapat anda tentang berpikir kritis dalam pembelajaran
sejarah?
5. Menurut anda seperti apakah berpikir kreatif dan inovasif dalam
pembelajaran sejarah?
6. Bagaimana pengalaman anda dalam mengaitkan pengetahuan yang anda
dapat dalam proses pembelajaran sebelumnya dengan pengetahuan yang
baru anda dapatkan?
7. Bagaimana pengalaman anda dalam mengerjakan soal atau evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS selama ini?
8. Menurut anda seperti apakah siswa mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan dalam pembelajaran sejarah?
9. Bagaimana pengalaman anda dalam merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran sejarah?
10. Bagaimana pendapat anda ketika guru memberikan tugas yang menuntut
kemampuan kreativitas siswa?
11. Menurut anda kreasi seperti apa yang paling menantang dalam pembelajaran
sejarah?
12. Bagaimana pengalaman anda dalam mengerjakan soal atau evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS selama ini?
13. Apakah kendala atau kesulitan apa saja yang anda alami ini dalam
mengerjakan evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
14. Menurut anda bagaiaman seorang siswa dikatakan mampu memecahkan
masalah dan mengambil keputusan dalam sebuah pembelajaran di kelas
khususnya dalam pembelajaran sejarah?
15. Bagaimana cara anda dalam mengatasi kendala atau kesulitan tersebut?
LAMPIRAN 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
14
3
CATATAN LAPANGAN 4
WAWANCARA GURU
Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Peneliti : Kristina Ludwina Ome
Informan : Ibu F. Widi Astutik, M. Pd
Waktu : Rabu, 8 Mei 2019
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Bagaimana pendapat ibu tentang Kurikulum 2013 revisi yang mulai
digunakan sejak tahun 2017 khususnya pada aspek HOTS (Higher Order
Thinking Skill) dalam pembelajaran Sejarah?
I : Pendapat saya tentang Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam
pembelajaran sejarah dalam Kurikulum 2013 revisi, di SMA PL sebenarnya
HOTS itu sudah ada bahkan sebelum kurikulum 2013 kita sudah diajak, sudah
dikenalkan dalam pembuatan soal yang HOTS khusunya kelas X dan XI. Di
sekolah ini lebih yang belum dipahami soal yg sulit, padahal sekolah khusunya
anak-anak menanggapi HOTS adalah soal yang sulit. Hal ini yang belum
dipahami oleh siswa semuanya. Dikatakan sulit, namun sebenarnya tidak,
tetapi untuk bisa menjawab maka Sebenarnya siswa diajak untuk memahami,
lewat semacam sebelum bisa menjawab, di dalamnya ada proses. proses yang
Panjang. Tetapi memang untuk bisa menjawab tetapi membutuhkan proses.
Siswa diajak untuk memahami soalnya terlebih dahulu, baru bisa menjawab.
Sekolah memfasilitasi untuk mengadakan pelatihan-pelatihan dalam membuat
soal yang HOTS. Selain itu pihak pemerintah juga memberikan peluang
kepada sekolah dan guru-guru untuk belajar belajar bersama mempersiapkan
diri. Dinas mengundang setiap sekolah untuk mengadakan pelatihan seperti
merancang dan membuat RPP hingga proses penilaian.
Persoalan anak jaman sekarang memang berbeda seperti yang dulu. Misalnya
menulis saja cukup sulit. Siswa diajak untuk memahami soal itu sehingga bisa
LAMPIRAN 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
14
4
menjawab soal yang diberikan. Kalau siswa memahami, bukan menghafal.
HOTS ditekankan memang tidak untuk menghafal, tetapi untuk bisa
memahami. Ketika anak paham maka dia akan bisa menjawab soal-soal
tersebut. HOTS memang menuntut sebuah proses untuk bisa menjawab dengan
benar.
P : Bagaimana cara ibu menyampaikan pembelajaran sejarah yang HOTS kepada
siswa?
I : Soal guru sebagai fasilitator, siswa yang aktif. Namun dalam penerapannya
guru tetap memberikan materi karena. Dari hasil proses ada diskusi, latihan
soal, presntasi dan sebagainya. memang tidak semua materi tetapi
Setiap soal ada level. Soal ulangan harian dan ulangan tengah semesester selalu
ada levelnya sendiri-sendiri. Diskusi juga ada. Mengingat k 13 siswa yang
lebih aktif sedangkan guru sebagai fasilitator, namun tidak sepenuhnya seperti
itu tergantung tema tema tertentu. Hasilnya belum bisa dikatakan semua sudah
100 persen HOTS. Mengingat ada aturannya dalam membuat soal. Yang
HOTS itu hanya 2 persen. Yang wajib sekian persen, tetapi kalau mau
dilebihkan terserah. Soal-soal HOTS bertahap. Dari hasil diskusi itu baru saya
munculkan dalam kisi-kisi di ulangan harian dan ujian tengah semester dibuat
berbeda.
P : Bagaimana hasil dari evaluasi yang dikerjakan siswa?
I : Hasilnya memang beragam. Karena tidak semua soal itu bersifat HOTS. Sudah
dibagi berapa persen. Jadi tidak semua soal itu sudah bersifat HOTS. Dengan
alasan supaya siswa tidak kaget. Siswa memang diajak untuk mengetahui
prosesnya itu. Apalagi kelas yang sekarang duduk di kelas X.
P : Bagaimana bentuk modul dan sumber-sumber seperti apakah yang ibu
gunakan sebagai pedoman dalam menyusun RPP yang berbasis HOTS?
I : Modul ada. Modul dibuatkan dan diapload di e-learning, namun tidak di
cetak. Modul digunakan sebagai referensi tambahan. Tidak semuanya,
mengingat ini merupakan peralihan. Disini juga anak mendapatkan buku yang
dipinjam sekolah. Ada anak yang ngomong maunya langsung dengar dari ibu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
14
5
ada yang mau dari buku. Karena mereka berbeda karakternya. Sejauh mana
menjalankan anak itu biasanya lebih banyak dan senang.
P : Jenis evaluasi seperti apakah yang ibu gunakan dalam kaitannya dengan
HOTS?
I : Soal-soal HOTS biasanya lebih pada soal essay bukan pilihan ganda. Kalau
dibuat dalam bentuk pilihan ganda sangat tidak memungkinkan karena
levelnya pada C1 dan C2.
P : Menurut ibu bagaimana orientasi pembelajaran pada abad 21 ini?
I : Seperti yang dijelaskan tadi, bahwa anak-anak memang lebih senang dengan
menggnakan IT, dibandingkan yang biasa. Namun terdapat kendala alat atau
teknologi yang digunakan adalah laptop dan handpohone (HP). Jika
menggunan laptop, tidak semua anak memilikinya, tetapi kalau menggunakan
HP semua anak pasti memilikinya. Maka guru harus bisa mengaturnya seperti
dalam satu kelompok anak hanya boleh mengoperasikan satu HP saja. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi kecenderungan anak untuk mengaktifkan situs
yang lain selain yang berkaitan dengan tugas. Kendalanya anak cenderung
tidak mau mencatat.
P : Menurut ibu sejauh ini seberapa efektif penerapan evaluasi pembelajaran
sejarah yang berbasis HOTS di sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ini?
I : Hasilnya belum bisa dikatakan berhasil semua. Karena ada aturannya,
misalnya soal yang HOTS berapa persen, yang sedang berapa persen. Artinya
tidak bisa dipaksakan setiap soal HOTS semua. Kembali pada proses, dan
bertahap.
Saya memuatkan modul, namun tidak dicetak hanya diapload di el learning.
Namun tidak semuanya. Namun ada yang belum. Tugas juga diapload di sana.
Ini masih masa peralihan dari kurikulum yang lama.
Disini anak mendapakan buku yang dipinjam di sekolah. Terdapat juga siswa
yang lebih senang mendengar dari yang ibu bicarakan dari pada membaca
buku.
Persiapannya tanya ajawab dengan anak. Anak-anak itu biasanya lebih mudah
ingat ketika kita pernah berkomunikasi atau tanya jawab dengan guru dari pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
14
6
membaca sendiri. Masing-masing anak mempunyai kemampuan nya sendiri
sendiri. Saya secara terbuka menjelaskan kepada anak buku buku atau referensi
yang saya pakai.
Anak-anak lebih suka berdiskusi atau tanya jawab sejauh pengalaman saya
mereka lebih antusias daripada meminta mereka membaca sendiri. Masing-
masing anak memiliki karakternya yang berbeda. Tetapi ketika ketika tugasnya
langsung di aplod di e - learning dengan adanya batasan waktu. Penggunaan
alat teknologi informasi seperti handphone (HP) dalam diskusi kelompok
biasanya dibatasi. Misalnya satu kelompok diperbolehkan satu handphone.
P : Menurut ibu apa kelebihan dari evaluasi yang berbasis HOTS?
I : Kelebihan HOTS itu terletak pada proses dimana anak atau siswa mencari dan
menemukan sesuatu sesuai dengan apa yang diperintahkan baik dalam tugas
maupun mengerjakan soal-soal evaluasi.
P : Menurut ibu apa yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam pembelajaran
sejarah?
I : Berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah yang seringkali terjadi adalah
ketika siswa tidak berhenti pada satu jawaban. Misalnya ada siswa yang
bertanya kepada guru terkait dengan tema pembelajaran sejarah, dan guru
menjelaskan sesuai dengan pertanyaan tersebut, tetapi siswa tersebut tidak
langsung menerima begitu saja tetapi masih ada argument lain yang ia berikan
untuk memperjelas pertanyaan dan jawaban itu. Contoh dalam materi
peninggalan Hindu Budha. Mengapa pada waktu itu mereka membuat candi
begitu banyak dan dengan jarak yang berdekatan? Hal itu menjadi menarik
karena pada akhirnya diatara siswa bisa menyampaikan pendapat mereka
kepada yang lainnya.
P : Menurut ibu seperti apakah siswa dikatakan memiliki kemampuan kreatif dan
inovatif dalam belajar sejarah di kelas?
I : Daya kreatif dan inovatif siswa itu berbeda-beda. Setiap siswa memiliki
karakter dan kemampuan yang berbeda. Untuk siswa zaman sekarang memang
lebih kreatif, hampir dalam segala bidang. Kreatif memanfaatkan kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan berikirnya dengan segalafasilitas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
14
7
ada. Dalam pembelajaran sejarah tuntutannya seperti dalam tugas diskusi dan
mempresentasikan hasil diskusinya yang sudah disusun dalam bentuk power
point. Selain itu kreativitas siswa dalam bentuk tugas-tugas yang lain misalnya
membuat peta dan sebagainya. nah itu siswa bisa berimajinasi dan
mengungkapkannya dalam bentuk tulisan atau yang lainnya.
P : Bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan mengambil
kesimpulan dalam pembelajaran sejarah?
I : Jika siswa dikatakan memiliki kemampuan memecahkan masalah berarti
setiap kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk mampu memecahkan
masalah dan dari itu siswa juga dituntut untuk bisa mengambil keputusan
dalam pembelajaran tersebut.
P : Bagaimana siswa dikatakan mampu mengaitkan pengetahuan yang ia miliki
dengan pengetahuan yang baru?
I : Orang yang mampu memiliki kemampuan mengaitkan pengetahuan yang ia
miliki dengan pengetahuan baru dalam pembelajaran adalah mereka yang
sering dan suka membaca. Dengan demikian mereka memiliki banyak
pengetahuan, dan biasanya ketika diberi kesempatan bertanya, ungkapan yang
biasa diutarakan adalah “saya pernah membaca …..” hal itu menunjukkan
bahwa siswa tersebut mampu mengaitkan pengetahua yang ia miliki dengan
pengetahuan baru yang ia dapatkan di kelas.
P : Bagaimana kemampuan dalam berkreasi guru dan siswa dalam proses belajar
dan pembelajaran sejarah di kelas?
I : Bagi seorang guru berkreasi itu menjadi tuntutan utama. Berkreasi dalam
menyiapakan bahan ajar, mempersiapkan media-media pembelajaran yang
sesuai sampai dalam tahap mengajar. Sedangkan bagi siswa lebih pada tugas
yang harus dikerjakan siswa yang pada akhirnya diberikan penialaian khusus
yakni nilai psikomotornya.
P : Apakah yang dimaksud dengan refleksi dalam pembelajaran sejarah? Dan
seperti apakah pelaksanaan refleksi tersebut?
I : Pelajaran sejarah itu sebenarnya sarat dengan nilai dan makna. Hampir setiap
tema mempunyai nilai yang bisa kita ambil maknanya dalam kehidupan sehari-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
14
8
hari. Setiap pembelajaran sejarah, pada akhirnya siswa diajak untuk
merekleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran sejarah tersebt.
Atau siswa diajak untuk bisa menemukan nilai-nilai positif yang bisa menjadi
semangat atau motivasi dalam hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
14
9
CATATAN LAPANGAN 5
WAWANCARA GURU
Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Peneliti : Kristina Ludwina Ome
Informan : Ibu Th. Alit Elia Kurniasari, S.Pd.
Waktu : Selasa, 14 Mei 2019
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Bagaimana pendapat ibu tentang Kurikulum 2013 revisi yang mulai
digunakan sejak tahun 2017 khususnya pada aspek HOTS (Higher Order
Thinking Skill) dalam pembelajaran Sejarah?
I : Pendapat saya terkait dengan evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis
Higher Order Thinking Skill (HOTS) di sekolah ini; pembelajaran HOTS ini
merupakan tujuan k 13, dimana siswa dituntut untuk kritis, kreatif, dan mampu
mebuat kesimpulan. Artinya siswa mampu menyelesaikan masalah, atau berikir
tingkat tinggi, artinya tidak ahanya menghafal tetapi mampu menemukan nilai-
nilai yang ditemukan di dalamnya.
P : Bagaimana persiapan yang ibu lakukan terkait dengan penerapan evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS)?
I : Pemerintah sudah menyiapkan menerapkan guru untuk memberikan
pembelakan seminar whoksop di SMA Bopkri 2. Guru-guru diberikan
pelatihan khusus seperti membuat RPP, juga dalam membuat soal-soal. Guru
dibekali sungguh sebagai vasilitator, dan siswa yang harusnya lebih aktif.
Secara teori memang seperti itu meskipun masih sulit dengan kenyataan yang
saya hadapi di sini. Guru ternyata masih tetap berceramah. Maka HOTS di sini
masih dalam proses, artinya belum berjalan secara maksimal. Memeberikan
pendampingan. Dalam membuat soal yang memang dituntut untuk mengasah
kemampuan siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Seperti berdiskusi,
LAMPIRAN 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
15
0
Penekanan di RPP untuk guru itu justru lebih sebagai vasilatator. Guru hanya
menyampaikan tujuan,
Meskipun teorinya seperti itu, namun guru tetap memgang kendali. Disini
belum 100% melepaskan anak yang menentukan atau berdiskusi sendiri. Disini
tetap memengang peran penting. Mengingat situasi dan kondisi anak ketika
berada di kelas sera latar belakang anak atau siswa. HOTS sepenuhnya
memang masih dalam proses, dengan tetap elihat relaita kemampuan anak.
P : Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan ibu dalam menerapkan evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
I : Pengalaman saya dalam menemukan cara-cara supaya siswa siap untuk
mengikuti pembelajaran sejarah yakni dengan mendekati siswa secara individu,
membuat media pembelajaran lebih menarik, seperti media power point yang
tidak hanya berisikan tulisan saja tetapi juga dengan gambar-gambar dan
animasi yang menarik, menggunakan media video dan sebagainya yang
memancing supaya siswa lebih menarik siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Meski pun demikian masih ada juga siswa yang asyik dengan dunianya sendiri,
tidak serius belajar, tidur, ribut dan sebagainya biasanya saya menegur secara
personal.
P : Bagaimana cara ibu membuat evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis
HOTS?
I : Kalau membuat evaluasi itu berbeda antara Ulangan Harian (UH), Penilaian
Tengah Semester (PTS) dan Penilaian Akhir Semester (PAS). Ada
pembagiannya seperti PTS dan PAS biasanya terdiri dari dua bentuk yakni
bentuk pilihan ganda dan uraian. Soal pilihan ganda lebih pada taraf c1 dan c2
seperti menghafal dan menjelaskan. Soal pilihan ganda cenderung membatasi
cara berpikir sehingga lebih cenderung pada hafalan saja dan belum sampai
pada taraf HOTS. Tetapi pada bagian uraian biasanya sudah sampai pada taraf
HOTS mulai dari C3 sampi C4. Soal yang diberikan dalam Ulangan Harian
bentuknya uraian dan bisa sampai pada taraf HOTS atau C 3 dan C4.
P : Kendala apa saja yang ibu temui dalam membuat evaluasi pembelajaran
sejarah yang bertaraf HOTS?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
15
1
I : Kendala dalam membuat tes evaluasi bertaraf HOTS, biasanya sebelum
melakukan evaluasi saya memberikan kisi-kisi. sudah menyampaikan di kelas,
maka saya yakin siswa akan mampu menyelesaikan setiap soal yang saya
berikan. Adanya kisi-kisi dan penjelasan yang cukup di kelas, harapannya
mereka lebih fokus untuk belajar. Dan saya yakin mereka bisa
mengerjakannya. Hampir semua mapel selalu ada kisi-kisi, memberi kisi-kisi,
maka saya yakin siswa akan menyelesaikannya dengan baik, kalau mereka
belajar dengan maksimal.
P : Bagaimana hasil yang diperoleh siswa selama ini setelah melakukan berbagai
macam cara dalam proses pembelajaran yang selama ini diterapkan di kelas?
I : Dengan adanya program remidi, malah membuat anak-anak terkesan
menggampangkan berpandangan bahwa jika sekarang belum tuntas maka
masih ada kesempatan kalau ketika ujian Berpikir bahwa masih ada
kesempatan remidi. Dari dinas biasanya dituntut siswa harus tuntas. Maka
siswa. Kalau di sini kesempatan remidi hanya sampai tiga kali. Dengan adanya
remidi terkesan siswa masih mengandalkan remidi atau ada kesempatan
berikutnya bahkan ada juga siswa yang sebelum ulangan bertanya kapa nada
waktu remidinya. Sehingga kesan “masih ada kesempatan kedua” ada dalam
benak siswa.
Generasi sekarang kesannya selalu diberi kesempatan, sehingga memberi
peluang banyak siswa yang tidak tuntas. Dan pengalaman belajar sekarang
tidak sampai 50% bisa sekali tuntas. Sedangkan yang lainnya masih harus
mengulang atau remidi.
P : Menurut ibu apa yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam pembelajaran
sejarah?
I : Dalam pembelajaran sejarah tidak hanya menghafal tapai menemukan nilai-
nilai yang di dapat dan kemudian diperjuangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penekanannya siswa lebih aktif sebeprti diskusi, berkolaborasi dan sebagainya.
Dalam membuat soal itu memang dipersiapkan supaya siswa dapat me
P : Menurut ibu seperti apakah siswa dikatakan memiliki kemampuan kreatif dan
inovatif dalam belajar sejarah di kelas?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
15
2
I : Sebenarnya sudah punya agenda utnuk melakukan kegaitan, siswa diajak
untuk lebih kreatif. Guru tidak mendominasi, tetapi memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bergerak yang positif. Membuat Media pembelajaran bisa
menarik perhatian siswa, seperti power poin yang bervariasi tidak hanya
dengan tulisan, video dan sebagainya. tuntutan tersebut tetap dalam proses
yang panjang.
Kalau sebagai guru dalam hal kreativitas, biasanya saya membuat media
pembelajaran yang lebih menarik misalnya power point dengan gambar-
gambar dan animasi yang menari, media video dan sebagainya. dengan tujuan
supaya anak atau siswa bila lebih antusias dan bersemangat dalam
pembelajaran tersebut.
P : Bagaimana dikatakan siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah dan mengambil keputusan dalam pembelajaran sejarah?
I : Jika siswa dikatakan memiliki kemampuan memecahkan masalah berarti
setiap kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk mampu memecahkan
masalah dan dari itu siswa juga dituntut untuk bisa mengambil keputusan
dalam pembelajaran tersebut. Maka siswa memang harus bisa mempersiapkan
diri supaya tidak kaget dengan materi yang disampaikan sedikit. Tetapi
seringkasi juga menemukan siswa yang tidak serius, asyik dengan
kegaiatannya sendiri dan sebagainya. akhirnya saya atau gur tetap memegang
peranan penting di dalamnya. Mengingat latar belajang siswa yang ada di
sekolah ini bermacam-macam. Tetap harus bisa melihat situasi dan kondis
yangada ketika pembelajaran berlangsung.
P : Bagaimana siswa dikatakan mampu mengaitkan pengetahuan yang ia miliki
dengan pengetahuan yang baru?
I : Seperti kegiatan mengunjungi situs sejarah yang berada di sekitar lingkungan
sekolah. Selama ini mereka melakukannya sendiri atau bersama dalam
kelompok yang mereka tentukan sendiri. Saya sebenarnya mempunyai agenda,
tetapi memang belum bisa direalisasikan karena terbatas waktu (jam pelajaran)
Tetapi ada juga dalam tema tertentu saya membuat penelitian (sejarah
peminatan) katenan keterbatasan waktu. Sehingga agak sulit. Maka saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
15
3
memebrika kesempatan untuk melakukan penelitian secara berkelompok ke
candi Borobudur, museum, tanpa pendampingang guru. Nah disitu mereka
melakukan kegiatan tersebut dengan melakukan wawancara, membuat laporan
dan video, bukti tiket masuk, dokumentasi dan sebagainya.
P : Bagaimana kemampuan dalam berkreasi guru dan siswa dalam proses belajar
dan pembelajaran sejarah di kelas?
I : Sebagai guru tentunya harus mengenal situasi dan kondisi siswa di setiap
kelas. Guru juga harus beisa berkreasi dalam menerapkan pembelajaran sejarah
sehingga siswa semakin antusias sehingga bisa cepat memahami materi yang
diajarkan.
P : Apakah yang dimaksud dengan refleksi dalam pembelajaran sejarah? Dan
seperti apakah pelaksanaan refleksi tersebut?
I : Dalam pembelajaran sejarah itu memang sarat dengan nilai, tidak hanya pada
hafalan saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
15
4
CATATAN LAPANGAN 6
WAWANCARA SISWA
Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Peneliti : Kristina Ludwina Ome
Informan/Kls : Odilia Natalia / X IPS 1
Waktu : Rabu, 14 Mei 2019
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa yang anda ketahui tentang Higher Order Thinking Skill (HOTS)?
I : Ketika saya mendengar kata HOTS awalnya saya mengertinya sebagai soal-
soal yang sulit dan biasanya diluar dugaan. Artinya belum pernah diajarkan
oleh guru. Tetapi sebenarnya tidak hanya sebatas itu, tetapi saya diajak untuk
dapat lebih kreatif dalam menjawabnya dan supaya kita lebih kritis juga.
P : Bagaiaman cara anda dalam mempersiapkan diri dalam pembelajaran sejarah?
I : Membaca buku, dan mengerjakan tugas-tugas atau latihan soal.
P : Bagaimana proses pembelajaran sejarah yang selama ini anda alami?
I : Selama ini saya alami seperti biasanya di awal pelajaran guru memberikan
seperti pengantar dan penjelasan materi pelajaran hari itu, kemudian kalau ada
diskusi kelompok kita diskusi kemudian presentasi dalam bentuk power point.
Suasananya terkadang ramai karena ada anak yang suka ribut atau ngobrol
ketika berdiskusi.
Selama ini biasanya ramai apalagi ketika guru menjelaskan, tetapi jika kita
berdiskusi biasanya kita langsung mengerjakannya. Terkadang guru memberi
poin bagi siswa yang aktif, maka saya berjuang untuk mendapat poin itu
suapaya bisa menambah nilai.
P : Bagaimana pendapat anda tentang berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah?
I : Jika menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, saya lebih senang
menggunakan Bahasa saya sendiri, karena saya lebih bisa membahasakan dan
LAMPIRAN 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
15
5
saya lebih bangga, daripada saya saya hanya mencatat atau menyalin dari
dalam buku.
P : Menurut anda seperti apakah berpikir kreatif dan inovasif dalam pembelajaran
sejarah?
I : Dalam pelajaran sejarah Indonesia seringkali media yang sering digunakan
power point, dan video serta seringkali siswa diminta untuk diskusi dan
mempersentasikan hasil diskusinya. Berpikir kreatif dan kritis itu bisa
ditunjukan ketika kita melakukan diskusi dan presentasi. Karena di situ kita
biisa menyampaikan pemahaman dan pengetahuan kita terhadapa materi yang
diberikan oleh guru. Dalam menganalisis
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengaitkan pengetahuan yang anda
dapat dalam proses pembelajaran sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
anda dapatkan?
I : Hal itu bisa diketahui dengan banyak mebaca, karena dengan membaca kita
akan mengetahui lebih banyak daripada ketika hanya menunggu informasi dari
guru saja.
P : Menurut anda seperti apakah siswa mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan dalam pembelajaran sejarah?
I : memecahkan masalah itu menjadi sesuatu yang wajar. Jika seseorang
P : Bagaimana pengalaman anda dalam merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran sejarah?
I : Menurut saya setiap materi pelajaran pasti ada artinya. Dalam pelajaran
sejarah juga sama. Banyak hal yang bisa saya pelajari seperti peninggalan-
peninggalan sejarah yang bagus seperti candi candi. Di sana sudah ada nilai
toleransinya. Maka kita diajak untuk bisa saling menghargai satu sama lain.
P : Menurut anda kreasi seperti apa yang paling menantang dalam pembelajaran
sejarah?
I : Menurut saya membuat tugas makalah atau setelah adanya kegiatan
mengunjungi situs sejarah. Itu menambah pengalaman dan pengetahuan buat
saya dalam berkreasi mengembangkan ide-ide yang saya miliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
15
6
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengerjakan soal atau evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS selama ini?
I : Menurut saya soal-soalnya sulit dan banyak bacaannya tetapi intinya sedikit.
Menurut saya lebih baik langusng saja atau langsung pada intinya. Namun
tetap ada usaha mau membaca supaya bisa mengerti dan menjawab. Jika soal
yang membutuhkan analisis memang agak sulit karena saya termasuk orang
yang sulit membuat dengan kata-kata sendiri, dan saya termasuk tipe yang suka
menghafal.
P : Apakah kendala atau kesulitan yang anda hadapi dalam mengerjakan evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I : Kendalanya tergantung dari dalam dirinya sendiri.
P : Menurut anda seorang siswa dapat memecahkan masalah dan mengambil
keputusan dalam sebuah pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah?
I : Tergantung suasana hati (mood). Pada saat senang biasanya dengan cepat dan
mudah bisa berpikir dan memecahkan masalah, begitu juga sebaliknya. Tetapi
sebagai siswa apa pun situasi kita, kita tetap harus bisa menyelesaikannya.
P : Bagaimana cara anda mengatasi kesuitan-kesulitan tersebut?
I : Tetap berusaha selalu mengingat dan menghafal, tetap bekerja dengan jujur,
jangan menyerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
15
7
CATATAN LAPANGAN 7
WAWANCARA SISWA
Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Peneliti : Kristina Ludwina Ome
Informan/Kls : Christhopet Rayden D. N. S. / X IPS 1
Waktu : Rabu, 14 Mei 2019
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa yang anda ketahui tentang Higher Order Thinking Skill (HOTS)?
I : HOTS kesempatan uantuk berimajinasi secara lebih luas, tentang sesuatu
yang baru. HOTS juga menuntut siswa atau saya untuk lebih berpikir secara
kreatif, mandiri dengan mengemukakan gagasan-gagasan yang ada dalam
pikiran saya.
P : Bagaimana persiapanyang anda lakukan dalam menghadapi pembelajaran
sejarah yang berbasis HOTS
I : Tidak ada persiapan khusus yang saya lakukan, hanya mengerjakan tugas jika
ada tugas yang diberikan oleh guru, dan membaca materi-materi yang pernah
diajarkan oleh guru.
P : Bagaimana proses pembelajaran sejarah yang anda alami di kelas?
I : Dalam proses pembelajaran sejarah yang saya alami di kelas sudah jelas,
dimana saya dituntut untuk lebih kreatif. Seperti dalam berdiskusi dengan
kelompok dalam menyelesaikan suatu soal yang telah disediakan oleh guru.
Saya bersemangat karena diberi kesempatan untuk mengemukakan ide-ide dan
gagasan saya. Dalam proses diskusi biasanya siswa harus sampai pada
memecahkan masalah tersebut dan dapat menarik sebuah kesimpulan yang
telah didapatnya. Guru juga sering menggunakan bebrgai media ketika
mengajar di kelas. Pengalaman saya selama ini dalam pembelajaran sejarah
cukup seru, dan siswa lumayan aktif.
P : Bagaimana pendapat anda tentang berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah?
LAMPIRAN 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
15
8
I : Berpikir kritis itu berarti kita tidak langsung menanggapi dengan sikap
langsung menerima begitu saja, tetapi harus mempelajarinya secara kritis
apakah itu benar atau tidak.
P : Menurut anda seperti apakah berpikir kreatif dan inovasif dalam pembelajaran
sejarah?
I : menurut saya untuk kreatif dan lebih inovatif itu sebenarnya tantangan supaya
saya bisa menciptakan sesuatu yang baik buat diri saya sendiri maupun orang
lain. Kalau di pelajaran sejarah biasnyatugas yang sesuai dengan kreatif dan
inovatif ini biasanya seperti membuat power point yang kreatif sebelum
dipresentasikan.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengaitkan pengetahuan yang anda
dapat dalam proses pembelajaran sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
anda dapatkan?
I : Menurut saya kita harus banyak membaca sehingga memngetahuinya lebih
banyak dan tidak kaget kalau ada hal-hal yang baru.
P : Menurut anda seperti apakah siswa dikatakan mampu memecahkan masalah
dan mengambil keputusan dalam pembelajaran sejarah?
I : Memecahkan masalah yang saya tahu yaitu jika ada permasalahan baik yang
besar ataupun masalah kecil kita harus tahu cara untuk menyelesaikannya.
Kalau dalam pelajaran biasanya lewat diskusi misalnya kasus sosial sehingga
kita dapat mengetahui suatu kebenarannya. Nah dari masalah itu kita dapat
maknanya seperti apa utuk kehidupan kita selanjutnya.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran sejarah?
I : Biasanya terjadi di akhir pelajaran. Biasanya guru mengajak kita untuk
menemukan nilai-nilai yang diperoleh dalam pembelajaran hari itu.
P : Bagaimana pendapat anda ketika guru memberikan tugas yang menuntut
kemampuan kreativitas siswa?
I : Tugas kreativitas atau untuk mendapatkan nilai psikomotor biasanya kita
diminta membuat power point dengan animasi yang bagus dan
mempresentasikannya di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
15
9
P : Menurut anda kreasi seperti apa yang paling menantang dalam pembelajara
sejarah?
I : Menurut saya yang paling menantang adalah membuat video dan laporan
ilmiah atau karya tulis.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengerjakan soal atau evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS selama ini?
I : Soal-soal evaluasi yang diberikan guru bervariasi. Selama ini kalau ulangan
harian biasanya bentuknya uraian, sedangkan untuk UTS bentuknya pilihan
ganda dan uranaian. Dalam soal ualangan biasanya kita diminta untuk
menjawab.
P : Apakah kendala atau kesulitan apa saja yang anda alami ini dalam
mengerjakan evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I : Kendalanya mungkin soalnya yang terlalu Panjang khususnya yang polihan
ganda, sehingga membutuhkan waktu lama untuk mengerjakannya. Waktunya
yang diberikannya juga menurut saya kurang.
P : Bagaimana cara anda dalam mengatasi kendala atau kesulitan tersebut?
I : Caranya adalah semakin tekun untuk belajar, banyak membaca sehingga
memiliki pengtahuan yang luas. Karena dengan membaca saya memiliki
banyak wawasan dalam menyelesaikan sol-soal yang berikan guru baik waktu
ulangan maupun ujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
16
0
CATATAN LAPANGAN 8
WAWANCARA SISWA
Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Peneliti : Kristina Ludwina Ome
Informan/Kls : Maria Valen Aritonang / X IPS 1
Waktu : Rabu, 14 Mei 2019
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa yang anda ketahui tentang Higher Order Thinking Skill (HOTS)?
I : HOTS itu biasanya tingkat kesulitan dalam soal. Hal itu yang susit
diselesaikan oleh siswa. Tuntutan dalam soal itu biasanya untuk bisa
menganalisis dan hal itu justru mengajak saya untuk lebih kreatif.
P : Bagaiaman cara anda dalam mempersiapkan diri dalam pembelajaran sejarah?
I : Biasanya membaya buku terkait dengan pelajaran sejarah atau dari modul
yang disiapka oleh guru atau melalui bacan-bacaan dari web.
P : Bagaimana proses pembelajaran sejarah yang selama ini anda alami?
I : Seperti biasanya diawali dengan mendengarkan penjelasan guru, kemudian
katadang diberi kesempatan membaca lewat media digital atau e-learning
sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal yang disediakan.
Kada juga kita berdiskusi sesuai dengan tema yang diberikan oleh guru.
Setelah berdiskusi biasanya kita presentasi di depan kelas. Nah biasanya terjadi
debat antara kelompok dengan teman yang lain. Kemudian guru memberikan
semacam penjelasan yang lebih sesuai dengan sumber-sumber yang guru baca
atau guru ketahui.
P : Bagaimana pendapat anda tentang berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah?
I : Sejarah itu tidak hanya sekedar menghafal, atau hanya mengingat masa lalu
saja, tetapi kita bisa menemukan makna dari semua yang telah diperjuangkan
para pendahulu kita. Kita menemukan menemukan pengaruhnya dari
peninggalan peninggalan Hindu Budha seperti candi-candi Borobudur
LAMPIRAN 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
16
1
Prambanan dan sebagainya. Kadang semakin tertantang, karena saya bisa
menggunakan bahasa sendiri. Saya termasuk tipe yang suka penasaran dalam
belajar, maka kalau bisa saya harus mengetahui intinya sehingga memudahkan
saya untuk menjelaskannya waktu mengerjakan soal ujian.
P : Menurut anda seperti apakah berpikir kreatif dan inovasif dalam pembelajaran
sejarah?
I : Sebagai siswa SMA, jika diajak untuk lebih kreatif itu tidak terlalu sulit,
tergantung kemauan dan minat pribadi. Saya sendiri mesara senang dan
tertantang untuk berkreasi, entah dalam pelajaran maupun dalam mengerjakan
tugas. Contohnya ketika suatu saat kita diajak untuk mengunjungi tempat
peninggalan bersejarah, di situ akan semakin menumbuhkan rasa bangga
terhadap para pendahulu.
Negatifnya dari kegiatan tersebut kita harus membuat laporannya. Saya tidak
suka membuat laporannya. Media yang digunakan bagi saya saya lebih senang
mendengarkan langsung dari guru. Berkreasi bagi siswa biasanya berupa tugas
setelah melakukan diskusi kita membuat power point dan mempresentasikan di
depan teman-teman.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengaitkan pengetahuan yang anda
dapat dalam proses pembelajaran sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
anda dapatkan?
I : Menurut saya sebenarnya pelajaran sejarah itu selalu berkaitan dengan
kehidupan yang telah dialami oleh nenek moyang kita. Nah itu bisa kita
pelajari, misalnya dari peninggalan-peninggalan yang kita lihat sekarang ini.
Banyak candi-candi yang sangat mempengaruhi kehidupan kita sekarang.
Kalau sekarang kita bisa menikmati keindahaannya bahkan menjadi tempat
wisata yang bagus. Dari situ budaya kita semakin dikenal oleh dunia
P : Menurut anda seperti apakah siswa mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan dalam pembelajaran sejarah?
I : Menurut saya biasanya saat kita diberi tugas kelompok dengan materi
tertentu. Dari materi itu kita mencari dan memcahkan masalah yang ada di
dalamnya dengan pemahaman yang kita miliki. Intinya jika ada soal atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
16
2
masalah maka kita harus bisa menyelesaikannya sampai tuntas, hal itu
memberikan dampak dan pengalaman yang berharga bagi kita atau saya
sendiri.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran sejarah?
I : Pembelajaran sejarah yang syarat dengan nilai ternyata semakin menambah
pemahaman saya bahwa segala sesuatu ang pernah terjadi itu bernilai bagi kita.
Peninggalan-peninggalan sejarah yang sekarang ini kita nikmati adalahhasil
kerja keras nenekmoyang kita. Maka kita harus bisa menghargai dan
menjaganya.
P : Bagaimana pendapat anda ketika guru memberikan tugas yang menuntut
kemampuan kreativitas siswa?
I : Menurut saya tugas yang biasa menuntut kreativitas itu misalnya kita diberi
tugas membuat power point yang menarik dari bahan diskusi kelompok. Selain
itu pernah kita menggambar peta Indonesia dan sebagainya.
P : Menurut anda kreasi seperti apa yang paling menantang dalam pembelajara
sejarah?
I : Tugas-tugas itu memang menantang siswa untuk lebih kreatif menunjukkan
bakat-bakatnya. Tetapi terkadang malas untuk mengejakannya.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengerjakan soal atau evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS selama ini?
I : Tanggapannya terhadap evaluasi Pembelajaran sejarahh berbasis HOTS,
ukuran siswa SMA untuk berpikir kritis dan menganalisis bukanlah hal yang
sulit. Namun hal tersebut tergantung pada minat setiap siswa. Belajar sejarah
menurut saya sebenarnya menyenangkan bukan hanya saja soal menghafal.
Dalam evaluasi yang selama ini saya alami lebih mengajak saya untuk kreatif
menjawab dengan menggunakan kalimat-kalimat yang saya pahami,
menganalisis dengan pemahaman saya. Hal itu biasanya lebih pada soal yang
bentuknya uraian. Kalau pilihan ganda bisa dan lebih mudah. Evaluasi Sejarah
yang berbasis HOTS yang saya alami selama ini semakin tertantang, dimana
saya dituntut untuk memahami konsep sehngga saya lebih mudah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
16
3
menuangkannya dalam tulisan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat
sendiri. Saya tidak suka yang hanya mengikuti buku teks, tetapi saya lebih
kreatif untuk menemukan jawababnnya.
P : Apakah kendala atau kesulitan yang anda alami ini dalam mengerjakan
evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I : Kendalanya mungkin soalnya yang terlalu panjang khususnya yang polihan
ganda, sehingga membutuhkan waktu lama untuk mengerjakannya. Waktunya
yang diberikannya juga menurut saya kurang.
P : Bagaiaman cara memahami dan menemukan makna dalam setiap materi yang
anda dapatkan di kelas seperti dalam tema pengaruh peninggalan Hindu
Budha?
I : Dengan tema Hindu-Budha membantu saya untuk menemukan makna
bahwa, yang memiliki pengaruh besar bagi kebudayaan yang ada di Indonesia.
Segala bentuk peninggalan Hindu Budha sampai pada masa Islam ternyata
memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan kebudayaan
Indonesia.
P : Bagaimana pendapat anda dengan pembelajaran sejarah yang berbasis
teknologi dan informasi (TI)?
I : Pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi semakin membantu saya
untuk semakin menemukan inti dari pembelajaran yang disampaikan hari itu.
Selain itu juga saya lebih suka jika guru juga selalu memberikan penguatan
sebagai suatu kesimpulan dari
P : Apakah pembelajaran sejarah yang anda alami selama ini membantu anda
untuk menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya?
P : Bagaimana cara yang anda lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?
I : Caranya adalah semakin tekun untuk belajar, banyak membaca sehingga
memiliki pengtahuan yang luas. Karena dengan membaca saya memiliki
banyak wawasan dalam menyelesaikan sol-soal yang berikan guru baik waktu
ulangan maupun ujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
16
4
CATATAN LAPANGAN 9
WAWANCARA SISWA
Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Peneliti : Kristina Ludwina Ome
Informan : Michael Andika X IPS 3
Waktu : Rabu, 14 Mei 2019
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa yang anda ketahui tentang Higher Order Thinking Skill (HOTS)?
I : HOTS menurut saya adalah soal-soal yang sulit. Banyak bacaan atau literasi
padahal intinya sedikit, saya lebih senang supaya langsung pada intinya,
meskipun demikian saya tetap mengusahakan untuk menjawabnya dengan
maksimal.
P : Bagaimana cara anda dalam mempersiapkan diri dalam pembelajaran sejarah?
I : Mempsiapkan diri dengan membaca buku pelajaran ataupun modul yang
disediakan guru. Selain itu juga mengerjakan soal-soal yang ada di buku lks.
Pembelajaran sejarah yang saya dapat sangat memungkinkan untuk
memunculkan sikap oleransi atar umat beragama. Seperti sekarang ini sikap
menghargai teman-teman yang sedang menjalani ibadah puasa.
P : Bagaimana proses pembelajaran sejarah yang anda alami selama ini?
I : Seperti biasa kadang diskusi baru kemudian presentasi. Hasil diskusi biasanya
kita buat dalam bentuk power point. Selain itu guru juga menjelaskan dan
memberi tugas yang harus dikerjakan. Tugas itu bisa lewat buku, atau e-
learning sekolah.
Media pembelajaran yang digunakan guru sering bervariasi. Tetapi bagi saya
lebih senang media yang digunakan adalah PPT. karena ada inti dari pelajaran
dan memudahkan saya untuk mengerti dari apa yang sampaikan.
LAMPIRAN 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
16
5
P : Bagaimana tanggapan anda terkait dengan pembelajaran sejarah yang
berbasis HOTS khusunya dalam berpikir kritis?
I : Berpikir kritis dalam proses pembelajaran di kelas, selama ini kita lebih santai
namun serius. Saya lebih memilih untuk berdiskusi dan debat daripada
mendengarkan ceramah. Dalam diskusi saya suka menyampaikan pendapat-
pendapat saya sesuai apa yang pernah say abaca atau dengarkan sebelumnya.
P : Menurut anda seperti apakah berpikir kreatif dan inovasif dalam pembelajaran
sejarah?
I : Kreatif dan inovasi itu orang yang melakukan sesuatu yang biasa dengan ide
yang luar biasa. Dalam evaluasi belajar sejarah, misalnya bisa menciptakan alat
untuk lebih memahami sejarah.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengaitkan pengetahuan yang anda
dapat dalam proses pembelajaran sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
anda dapatkan?
I : Dengan cara membaca supaya kita dapat mengetahui lebih banyak dan lebih
luas pengetahuan itu. Sehingga jika ada pengetahuan yang baru saya dapat saya
menjadi lebih mantap, lebih yakin bahwa itu benar atau ada.
P : Menurut anda seperti apakah siswa mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan dalam pembelajaran sejarah?
I : Memecahkan masalah itu sebenarnya adalah latihan supaya kita dapat
menyelesaikannya secara benar. Jika ada permasalah kita mudah kaget, tetapi
dihadapi dan diselesaikan. Memecahkan masalah adalah suatu yang wajar bagi
siswa SMA.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran sejarah?
I : Pembelajaran sejarah yang saya dapat sangat memungkinkan untuk
memunculkan sikap toleransi atar umat beragama. Seperti sekarang ini sikap
menghargai teman-teman yang sedang menjalani ibadah puasa.
P : Bagaimana pendapat anda ketika guru memberikan tugas yang menuntut
kemampuan kreativitas siswa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
16
6
I : Menurut saya itu hal yang wajar, apalagi sekarang dengan jamannya
teknologi. Kita dituntut untuk lebih kreatif mengembangkan bakat-bakat kita
lewat alat telnologi tersebut.
P : Menurut anda kreasi seperti apa yang paling menantang dalam pembelajara
sejarah?
I : Membuat video dan mungkin menulis artikel atau laporan ilmiah.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengerjakan soal atau evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS selama ini?
I : Kalimatnya terlalu Panjang sehingga sulit menangkap. Meskipun nilai saya
sudah mencapai rata-rata. Saya mendapat segitu. puas. Media yang biasanya
digunakan guru saya lebih suka dengan media yang berbasis teknologi karena
selain keren tapi saya me
P : Apakah kendala atau kesulitan apa saja yang anda alami ini dalam
mengerjakan evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I : Kendala yang sering saya alami adalah situasi kelas yang kadang kurang
kondusif, ramai sehingga saya terkadang ikut terlibat dalam situasi itu,
sehingga belajar saya menjadi tidak fokus. Kendalam dalam mengerjakan
evaluasi biasanya soal yang terlalu Panjang sehingga agak sulit dimengerti.
Meskipun seperti itu saya bersyukur selama ini nilai yang saya peroleh bisa
mencapai KKM bahkan lebih.
P : Bagaimana cara anda dalam mengatasi kendala atau kesulitan tersebut?
I : Kendala yang sering saya alami adalah situasi kelas yang kadang kurang
kondusif, ramai sehingga saya terkadang ikut terlibat dalam situasi itu,
sehingga belajar saya menjadi tidak fokus. Kendalam dalam mengerjakan
evaluasi biasanya soal yang terlalu Panjang sehingga agak sulit dimengerti.
Meskipun seperti itu saya bersyukur selama ini nilai yang saya peroleh bisa
mencapai KKM bahkan lebih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
16
7
CATATAN LAPANGAN 10
WAWANCARA SISWA
Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Peneliti : Kristina Ludwina Ome
Informan : Diagaluh Sekar X IPS 3
Waktu : Rabu, 14 Mei 2019
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa yang anda ketahui tentang HOTS (Higher Order Thinking Skill)?
I : Bagus, kerena bisa mendukung proses pembelajaran. Selain itu SMA masa-
masa menjelang dewasa, makanya kita sudah harus bisa berpikir kritis.
P : Bagaiaman cara anda dalam mempersiapkan diri dalam pembelajaran sejarah?
I : Banyak membaca buku, mengerjakan latihan-latihan soal baik dari lks
maupun yang diberikan dalam bentuk yang lainnya.
P : Bagaimana proses pembelajaran sejarah yang selama ini anda alami?
I : Dalam pembelajaran sejarah selama ini di kelas semenurut saya sudah sampai
pada taraf HOTS. Misalnya dalam berdiskusi biasanya kita bersama-sama
berusaha sama-sama. Tidak usah harus siapa yang memulai duluan.
P : Bagaimana pendapat anda tentang berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah?
I : Pelajaran sejarah selama ini sangat menarik. Kita diajak memperbaiki diri,
sama lebih fokus dengan pelajaran supaya mendapat nilai yang lebih maksimal
P : Menurut anda seperti apakah berpikir kreatif dan inovasif dalam pembelajaran
sejarah?
I : Kreatif itu banyak macamnya, bisa dalam mengerjakan tugas dengan
menggunakan kalimat sendiri, kreativitas dalam tugas seperti membuat power
point yang menarik, membaut peta dan sebagainya. apalagi di zaman sekarang
ini hampir semua menggunakan alat digital. Nah disitu kita harus bisa
menggunakan untuk melatih kemampuan kita.
LAMPIRAN 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
16
8
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengaitkan pengetahuan yang anda
dapat dalam proses pembelajaran sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
anda dapatkan?
I : Dengan cara memabaca. Baik lewat buku maupun media elektronik yang
menjadi sarana belajar juga bagi siiswa.
P : Menurut anda seperti apakah siswa mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan dalam pembelajaran sejarah?
I : Jika berdiskusi di kelas, disediakan kasus tertentu. Nak bagaimana kita
mencoba menganalisis permasalahan itu dan mencari jawabanyannya dan dapat
mempertanggung jawabkannya. Kalau mengambil keputusan biasanya harus
tegas.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran sejarah?
I : Nilai nilai yang saya dapatkan dalam pembelajaran sejarah Sejarah;
manfaatnya lebih mendukung hidup saya.
P : Bagaimana pendapat anda ketika guru memberikan tugas yang menuntut
kemampuan kreativitas siswa?
I : Biasanya lebih sering itu presentasi dan guru juga menjelaskan. Kalau saya
secara priibadi saya lebih senang guru juga harus menjelaskan karena supaya
lebih jelas dan memudahkan saya untuk memahaminya. Kalau hanya melihat
dari videonya saja seringkali tidak serius, kurang memperhatikan, sering
banyak ributnya sehingga tidak fokus belajaranya.
P : Menurut anda kreasi seperti apa yang paling menantang dalam pembelajara
sejarah?
I : Membuat laporan atau karya tulis. Karena kita harus tahu sumbernya dan kita
tidak asal menulisnya.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengerjakan soal atau evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS selama ini?
I : Biasa saja, dan lumayan bisa mencapai KKM, namun juga sekolah
memberikan kesempatan untuk remidi, sehingga bisa terbantu. Selama ini biasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
16
9
saja. Dan saya bisa mencapai KKM, meskipun masih ada remidi. Nilai-nilai
yang saya pelajari dari pemb.
P : Apakah kendala atau kesulitan apa saja yang anda alami ini dalam
mengerjakan evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I : Kendalanya sering ribut di kelas, masih banyak ngobrol
P : Bagaimana cara anda dalam mengatasi kendala atau kesulitan tersebut?
I : Lebih diam dan fokus dengan pembelajaran supaya nilai bisa maksimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
17
0
CATATAN LAPANGAN 11
WAWANCARA SISWA
Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Peneliti : Kristina Ludwina Ome
Informan : Grace Priska Irena X IPS 3
Waktu : Rabu, 14 Mei 2019
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Bagaimana pendapatmu tentang HOTS (Higher Order Thinking Skill)?
I : HOTS menurut saya lebih pada soal yang sulit dipahami oleh siswa.
P : Bagaimana persiapan yang anda lakukan terkait dengan pembelajaran sejarah
yang berbasis HOTS selama ini?
I : Persiapannya biasa saja, baca-baca buku pelajaran dan mengerjakan tugas jika
ada pekerjaan rumah (PR).
P : Bagaimana proses pembelajaran sejarah yang selama ini anda alami?
I : Prosesnya tergantung dari gurunya. Ada yang ceramah dalu baru diskusi,
kemudian ada presentasi dari siswa, debat mengerjakan tugas atau latihan…
P : Bagaimana pendapat anda tentang berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah?
I : Menurut saya berpikir kritis itu orang yang berpikiran dewasa, tahu yang
benar dan yang tidak benar. Kalau ada yang tidak jelas dia pasti bertanya
sampai mendapatkan jawaban yang jelas dan dimengerti.
P : Menurut anda seperti apakah berpikir kreatif dan inovasif dalam pembelajaran
sejarah?
I : Saya lebih senang dengan model debat, power point, mengerjakan latihan
soal, diskusi. Saya sendiri lebih senang dengan model debat karena lebih seru.
Selain itu biasanya guru akan memberi tahu yang benar.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengaitkan pengetahuan yang anda
dapat dalam proses pembelajaran sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
anda dapatkan?
LAMPIRAN 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
17
1
I : Menurut saya setiap siswa itu pernah mengetahui sesuatu. Maka ketika ada
kata atau pengetahuan yang baru biasanya dia bisa lebih mengerti apalagi kalau
itu hampir sama dengan apa yang pernah dia baca sebelumnya.
P : Menurut anda seperti apakah siswa mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan dalam pembelajaran sejarah?
I : Kalau ada kasus atau masalah siswa diajak untuk melihat, mengerti apa
kasusnya, lalu mencoba menanalisis dan dapat mengambil keputusan jika itu
berkaitan langsung dengan kita. Biasanya dalam pelajaran sejarah itu diberikan
guru ketika ada diskusi kelompok.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran sejarah?
I : Menurut saya itu baik, karena siswa diajak untuk mengerti bahwa sebenarnya
nenek moyang kita sudah memberikan banyak hal, seperti peninggalan-
peninggalan bersejarah. Misalnya candi-candi yang bagus yang dulu digunakan
untuk berdoa kepada dewa. Kita harus belajar dari pengalaman masa lalu
supaya bermanfaat bagi kehidupan kita.
P : Bagaimana pendapat anda ketika guru memberikan tugas yang menuntut
kemampuan kreativitas siswa?
I : Bagi saya itu menjadi tantangan supaya saya lebih kreatif di kelas maupun
ketika mengerjakan soal.
P : Menurut anda kreasi seperti apa yang paling menantang dalam pembelajaran
sejarah?
I : Kreativitas yang menantang itu adalah membuat laporan tertulis. Karena
banyak siswa yang akhirnya mengandalkan temannya. Tetapi saya lebih senang
bisa membuatnya sendiri dari pada mengandalkan orang lain.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengerjakan soal atau evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS selama ini?
I : Saya lebih senang dengan model debat, power point, mengerjakan latihan
soal, diskusi. Saya sendiri lebih senang dengan model debat karena lebih seru.
Selain itu biasanya guru akan memberi tahu yang benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
17
2
P : Apakah kendala atau kesulitan apa saja yang anda alami ini dalam
mengerjakan evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I : Kendalanya itu di soal uraian, tetapi sifatnya menganalisis. Terkadang bentuk
soalnya Panjang padahal intinya sedikit, sehingga agak sulit memahami.
P : Bagaimana cara anda dalam mengatasi kendala atau kesulitan tersebut?
I : Banyak membaca, belajar lebih fokus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
17
3
CATATAN LAPANGAN 12
WAWANCARA SISWA
Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Peneliti : Kristina Ludwina Ome
Informan : Isabela Betari X IPS 3
Waktu : Rabu, 14 Mei 2019
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa yang anda ketahui tentang Higher Order Thinking Skill (HOTS)?
I : HOTS merupakan cara berfikir kita secara lebih kritis, lebih inovatif, lebih
dewasa dan lebih bertanggung jawab.
P : Bagaiaman cara anda dalam mempersiapkan diri dalam pembelajaran sejarah?
I : Saya punya cara sendiri untuk belajar. Menemukan cara belajar sendiri,
mengontrol, merangkum. Berfikir dengan wawasan yang saya miliki. Dan
biasanya itu membuat saya lebih enjoi. Dan ternyata hal itu mempengaruhi
nilai-nilai saya khususnya dalam pelajaran sejarah. Nilai yang saya peroleh
selama ini lumayan bisa melewati KKM.
P : Bagaimana pendapat anda tentang berpikir kritis alam pembelajaran sejarah?
I : HOTS dalam pembelajaran biasanya kita diajak belajara sambil mencari,
membuat teks, dan membuat catatan sendiri, dengan menurut cara pandang
saya. Saya lebih suka dengan cara saya sendiri dengan konsep-konsep sehingga
memudahkan saya untuk memahami sesuatu, dari pada saya harus menghafal
sekian banyak isi buku atau catatan.
P : Menurut anda seperti apakah berpikir kreatif dan inovasif dalam pembelajaran
sejarah?
I : Berpikir kreatif itu orang yang tidak hanya berhenti pada satu jawaban saja
tetapi akan mencari tahu sebanyak-banyaknya infirmasi yang berkaitan dengan
itu. Kreatif dengan menggunakan kata-kata sendiri dalam menjawab
LAMPIRAN 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
17
4
pertanyaan guru, tidak terbatas pada buku dan hafalan. Menemukan sesuatu
yang baru dari apa yang kita baca entah dari buku maupun dari websait.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengaitkan pengetahuan yang anda
dapat dalam proses pembelajaran sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
anda dapatkan?
I : Itu biasanya muncul pada saat kita melakukan diskusi kelompok. Kalau kita
belum pernah membaca sebelumnya biasanya akan susah untuk mengerti atau
memahami, bingung. Maka seharusnya paling tdak kita sudah membacanya
sehingga kita tahu kebenarannya. Dalam diskusi atau debat di kelas bisa
muncul pengetahuan baru baik dari teman kelompok maupun dari kelompok
lain ataupun dari guru. Karena biasanya guru memberikan semacam
kesimpulan atau memberitahukan yang benar jika ada yang kurang sesuai
dalam diskusi atau presentasi itu.
P : Menurut anda seperti apakah siswa mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan dalam pembelajaran sejarah?
I : Memecahkan masalah itu menjadi bagian dari hidup kita. Setiap kali pasti kita
menemukan masalah baik dalam pelajaran di kelas ataupun di luar kelas.
Sebagai siswa SMA harusnya bisa menyelesaikannya dengan baik.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran sejarah?
I : Biasanya dilakukan setelah pelajaran berakhir. Guru mengajak kami untuk
menemukan nilai-nilai penting yang ada dalam proses belajar tersebut. Macam-
macam jawaban, dan biasanya secara langsung diungkapakan atau ditulis
dalam buku catatan.
P : Bagaimana pendapat anda ketika guru memberikan tugas yang menuntut
kemampuan kreativitas siswa?
I : Bagi saya itu tantangan. Tergantung pribadi masing-masing. Saya senang
dengan tantangan, maka apapun bentuk tgasnya saya akan berusaha
menyelsaikannya dengan baik. Jadi orang yang kreatif juga tergantung
pemahaman dan kemauan orang tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
17
5
P : Menurut anda kreasi seperti apa yang paling menantang dalam pembelajaran
sejarah?
I : Seperti dalam tugas dimana kita diminta untuk membuat power point dari
hasil diskusi kita.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengerjakan soal atau evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS selama ini?
I : Tergantung gurunya, namun hampir semuanya hampir sama. Dalam
pembelajaran sejarah, bagaimana saya mencari, saya membuat, dan saya
memahami sehingga saja dapat menjawab soal yang diberikan guru.
Khususnya soal yang bentuknya uraian biasa lebih membutuhkan jawaban
analisis kita, jadi bukan sekedar hafalan saja.
P : Apakah kendala atau kesulitan apa saja yang anda alami ini dalam
mengerjakan evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I : Kendalanya: mau ulangan, materinya banyak, kadang-kadang kata-katanya
sussah atau agak sulit dimengerti, namun tidak menjadi beban, tetap saya
mencoba dan mencoba memahami. Kendala lainnya adalah sepertinya dengan
soal yang agak sulit itu waktu yang diberikan juga terbatas.
P : Bagaimana cara anda dalam mengatasi kendala atau kesulitan tersebut?
I : Solusinya: belajar lebih giat, jangan pernah takut untuk mencari, dan
mencoba tetapi jangan menyerah. Dan bagi saya pembelajaran sejarah yang
HOTS khususnya dalam evaluasinya semakin merasa tertantang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
17
6
CATATAN LAPANGAN 13
WAWANCARA SISWA
Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Peneliti : Kristina Ludwina Ome
Informan : Aurelia Dwi H. X IPS 1
Waktu : Senin, 10 Juni 2019
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa yang anda ketahui tentang Higher Order Thinking Skill (HOTS)?
I : Soal yang sulit dan membuat saya kurang tertarik, karena akan membebani
pikiran para siswa terutama saya sehingga membuat jenuh.
P : Bagaiaman persiapan yang anda lakukan dalam mengikuti pembelajaran
sejarah yang berbasis HOTS?
I : Biasanya saya melihat dan membaca materi yang ada mencoba untuk
memahami dan mempelajarinya. Saya mengalami biasa saja tidak ada yang
terlalu berat. Kadang gurunya mengajak saya untuk bisa berpikir lebih kreatif,
dengan cara berdiskusi dan mengerjakan soal-soal.
P : Bagaimana proses pembelajaran sejarah yang selama ini anda alami?
I : Semakin mendorong saya untuk terus berusaha dan belajar.
P : Bagaimana pendapat anda tentang berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah?
P : Bagaimana pendapat anda ketika guru memberikan tugas yang menuntut
kemampuan kreativitas siswa?
P : Apakah kendala atau kesulitan apa saja yang anda alami ini dalam
mengerjakan evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I : Kendala yang saya alami adalah terkadang sulit memahami materi yang
diberikan dan soal-soal yang cukup sulit dimengerti.
LAMPIRAN 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
17
7
P : Bagaimana cara anda dalam mengatasi kendala atau kesulitan tersebut?
I : Cara mengatasi kesulitan tersebut adalah dengan menambah variasi
pembelajaran misalnya dengan menggunakan video-video yang menarik siswa
dan saya berusaha lebih fokus dalam belajar setiap harinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
17
8
CATATAN LAPANGAN 14
WAWANCARA SISWA
Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Peneliti : Kristina Ludwina Ome
Informan : Izmi Dinda Lintang X IPS 1
Waktu : Senin, 10 Juni 2019
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Apa yang anda ketahui tentang Higher Order Thinking Skill (HOTS)?
I : HOTS menurut saya soal yang sulit dan membuat saya menarik, karena akan
membebani pikiran para siswa terutama saya sehingga membuat jenuh.
P : Bagaiaman cara anda dalam mempersiapkan diri dalam pembelajaran sejarah?
I : Sering terjadi tanya jawab dan diskusi. Guru juga meminta kita untuk
berkreatif dengan membuat media bantu untuk memperlancar sarana belajar.
Bagai saya dengan media-media tersebut membanu saya untuk semakin lebih
memahami
P : Bagaimana proses pembelajaran sejarah yang selama ini anda alami?
I : Menurut saya dengan cara menulis dengan bahasa dan kalimat saya sendiri
sehingga memudahkan saya untk lebih memahami materi yang disediakan oleh
guru.
P : Bagaimana pendapat anda tentang berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah?
I : Menurut saya orang berpikir kritis itu tidak hanya mengiyakan sesuatu yang
ia dengar tetapi diah harus mampu menanayakan kebenarannya, anrtinya, dan
harus bisa membuktikannya.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengaitkan pengetahuan yang anda
dapat dalam proses pembelajaran sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
anda dapatkan?
LAMPIRAN 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
17
9
I : Artinya kita tidak hanya berhenti dengan apa yang sudah kita ketahui, tetapi
lebih banyak mencaritahu lagi dari buku atau sumber lainnya. Makanya kita
harus banyak membaca.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengerjakan soal atau evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS selama ini?
I : Jenis soal yang saya dapat itu biasanya juga terdapat soal-soal yang sulit atau
yang HOTS. Hal itu semakin membuat saya untuk sunggu-sungguh belajar dan
memahami pertanyaan tersebut. Dan hasilnya termasuk baik. Jenis soal yang
berikan itu terdiri dari pilihan ganda dan uraian. Kalau yang pilihan ganda
biasanya soalnya tidak terlalu sulit, sedangkan uraian agak sulit.
P : Apakah kendala atau kesulitan apa saja yang anda alami ini dalam
mengerjakan evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I : Kendala yang saya alami adalah terkadang saya tidak memahami soal dengan
baik, sehingga merasa sulit untuk menjawabnya. Padahal soalnya tidak terlalu
rumit. Saya diajak untuk lebih teliti, dan biasanya sebelumnya sudah diberi
kisi-kisi.
P : Bagaimana cara anda dalam mengatasi kendala atau kesulitan tersebut?
I : Cara mengatasi kesulitan tersebut adalah biasanya setelah melakukan evaluasi
saya biasanya mencari lagi jawaban-jawaban dari buku-buku yang ada,
sehingga lebih memahami jawaban yang benar. Selain itu juga supaya saya
tidak mudah lupa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
18
0
CATATAN LAPANGAN 15
WAWANCARA SISWA
Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Peneliti : Kristina Ludwina Ome
Informan : David Aldo Nugroho X IPS 3
Waktu : Selasa, 11 Juni 2019
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Bagaimana pendapat anda tentang Higher Order Thinking Skill (HOTS)?
I : Menurut saya HOTS itu lebih pada cara berpikir yang lebih dewasa, lebih
kreatif, Jika sebagai guru harus lancar dalam mengajar dan kreatif dalam
menyajikan materi kepada siswa di kelas.
P : Menurut anda bagaimana persiapan yang anda lakukan dalam mengikuti
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I : Lebih banyak membaca supaya saya mudah mengikuti pembelajaran di kelas
sehingga saya juga mudah untuk memahami materi yang disajikan oleh guru.
Maka ketika ada diskusi, saya sudah punya bahan dan tahu materi yang akan
dibahas, bisa bertukar pikiran, mencari solusi atas apa yang menjadi topik dan
menemukan jawaban yang benar.
P : Bagaimana proses pembelajaran sejarah yang selama ini anda alami?
I : Menurut saya itu tergantung gurunya, artinya bagaimana guru bisa
menyampaikan pembelajaran yang menarik sehingga siswa bersemangat di
dalamnya. Tetapi di pelajaran sejarah juga suasanananya berbeda antara sejarah
Indonesia dan sejarah peminatan. Sejarah Indonesia lebih seru, lebih
bersemangat karena guru menggunakan berbagai macam media sehingga lebih
menarik. Kita lebih sering diskusi kelompok, presentasi. Susana lebih kondusif
dibanding dengan ketika guru memberi ceramah.
LAMPIRAN 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
18
1
P : Bagaimana pendapat anda tentang berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah?
I : Berpikir kreatif itu sebenarnya menurut saya kita tidak hanya berhenti pada
satu titik saja. Misalnya dalam diskusi kelompok, kita tidak hanya menyetujui
begitu saja dengan pendapat teman, tetapi harus klarivikasi dulu, mencari
sumber yang banyak untuk dapat membuktikannya. Berpikir kritis juga kita
haru bisa mempertanggung jawabkannya.
P : Menurut anda seperti apakah berpikir kreatif dan inovasif dalam pembelajaran
sejarah?
I : Mungkin hampir sama dengan berpikir kritis. Kreatif itu seperti bakat-bakat
kita. Orang kreatif juga tidak hanya mengikuti yang sudah ada di buku, tetapi
dia bisa membuatnya sendiri sesuai dengan idenya. Artinya di situ kita bisa
membuat sesuatu yang baru dan berbeda. Hal tersebut menjadi tantangan buat
saya.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengaitkan pengetahuan yang anda
dapat dalam proses pembelajaran sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
anda dapatkan?
I : Pertama-tama harus banyak membaca supaya kita banyak mengetahui.
Sehingga ketika ada yang baru kita tidak terkejut, tetapi justru semakin banyak
pengetahuan kita. Artinya kita cepat nyambung (conec).
P : Menurut anda seperti apakah siswa mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan dalam pembelajaran sejarah?
I : Memecahkan masalah itu bisa dari kasus yang ada di sekitar kita. Jika dalam
diskusi biasanya kita mencari tahu permasalahannya, dan jika itu berada di
pihak saya maka saya harus bisa memecahkannya dan bisa mengambil
keputusan yang baik. Di situ juga kita dilatih untuk bertanggung jawab.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran sejarah?
I : Sejarah itu banyak nilainya. Banyak maknanya, mulai dari peninggalan-
peninggalanya sampai sekarang ini. Dari setiap peristiwa kita bisa belajar atau
ambil maknanya untuk kehidupan kita. Misalnya pengarusnya dalam bidang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
18
2
budaya yang sampai sekarang masih kita pegang. Saling menghargai,
menghormati dan sebaginya.
P : Bagaimana pendapat anda ketika guru memberikan tugas yang menuntut
kemampuan kreativitas siswa?
I : Itu menjadi tantangan besar. Kesempatan untuk melatih kemampuan saya,
dan untuk siswa SMA memang harus seperti itu.
P : Menurut anda kreasi seperti apa yang paling menantang dalam pembelajaran
sejarah?
I : Membuat video dari tugas pelajaran sejarah, membuat laporan setelah kita
melakukan kegiatan.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengerjakan soal atau evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS selama ini?
I : Sebelum ulangan maupun ujian, biasanya guru selalu memberikan kisi-kisi,
supaya siswa atau saya lebih fokus belajar. Kisi-kisi tersebut juga dibahas
bersama di kelas. Saya pribadi biasanya belajar selain dari kisi-kisi itu juga dari
buku sumber yang lain karena biasanya ada juga soal diluar kisi-kisi. Jenis soal
ulangan biasanya berbentuk uraian, dan kita diminta untuk lebih pada
menganalisis. Saya lebih senang soal yang seperti itu karena menambah
wawasan saya dan saya lebih bisa membahasakan dengan kalimat saya sendiri
dari pada kalimat dari buku. Sedangkan PTS dan PAS berbentuk pilihan ganda
dan uraian. Meskipun ada soal yang sulit atau tarafnya HOTS, untuk saya
malah semakin menantang untuk semakin banyak membaca, karena untungnya
buat saya sendiri, dan saya semakin mandapat banyak ilmu.
Semua materi biasanya sudah disediakan atau sudah dijelaskan oleh guru. Hanya
tergantung pada siswa itu sendiri.
P : Apakah kendala atau kesulitan apa saja yang anda alami ini dalam
mengerjakan evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I : Biasanya kendala atau kesulitan yang saya hadapi seperti meskipun sudah ada
kisi-kisi, banyak juga soal yang keluar dari kisi-kisi. Sering juga soalnya
bercabang. Suasana belajar tekadang kurang kondusif, ramai, sehingga kalau
diskusi sering tidak fokus dan saya terkadang ikut ramai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
18
3
P : Bagaimana cara anda dalam mengatasi kendala atau kesulitan tersebut?
I : Mau tidak mau harus membaca buku. Karena tidak soal itu keluar dari kisi-
kisi. Maka saya harus punya ketegasan untuk membaca atau literasi minimal
sehari 10 menit untuk menambah pengetahuan saya. Dengan pengalaman itu
saya bersyukur nilai saya bisa di atas KKM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
18
4
CATATAN LAPANGAN 16
WAWANCARA SISWA
Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta
Peneliti : Kristina Ludwina Ome
Informan : Alexander Dustin D. S X IPS 3
Waktu : Selasa, 11 Juni 2019
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P : Bagaimana pendapat anda tentang Higher Order Thinking Skill (HOTS)?
I : HOTS menurut saya selain cara kita dalam berpikir secara tinggi dan
menyeluruh terhadap mata pelajaran HOTS juga termasuk tipe soal yang sulit.
Selain itu juga metode pembelajaran yang sudah matang dan bisa dipakai
secara menyeluruh.
P : Menurut anda bagaimana persiapan yang anda lakukan dalam mengikuti
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I : Persiapan yang saya lakukan mempelajari dahulu materi yang akan diberikan
guru, mencari informasi yang sesuai dengan materi supaya lebih siap dan
memahami ketika guru menjelaskan dan berdiskusi serta menjawab pertanyaan
dari guru.
P : Bagaimana proses pembelajaran sejarah yang selama ini anda alami?
I : Guru memberi penjelasan dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok,
presentasi atau mengerjakan soal latihan di lks atau yang ada di e-elarning.
P : Bagaimana pendapat anda tentang berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah?
I : Pelaksanaan pembelajaran sejarah selama ini biasanya kita diajak untuk lebih
banyak berdiskusi dengan teman dalam kelompok. Dalam diskusi itu kita
diajak untuk mencari informasi tentang materi yang dibahas lewat alat
komunikasi yang kita miliki, baik lewat laptop maupu hanphone.
P : Menurut anda seperti apakah berpikir kreatif dan inovasif dalam pembelajaran
sejarah?
LAMPIRAN 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
18
5
I : Tidak terbatas pada satu sumber. Misalnya dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru kita bisa menggunakan berbagai sumber juga termasuk dari
internet. Artinya tidak terbatas pada apa yang tertulis di buku teks tetapi kita
bisa membuatnya dengan konsep yang kita miliki.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengaitkan pengetahuan yang anda
dapat dalam proses pembelajaran sebelumnya dengan pengetahuan yang baru
anda dapatkan?
I : Dengan banyak membaca supaya kita juga semakin banak mengetahui.
Sehingga jika berdiskusi atau debat di kelas kita tidak pasif tetapi aktif.
P : Menurut anda seperti apakah siswa mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan dalam pembelajaran sejarah?
I : Memecahkan masalah itu juga sebuah kesempatan bagi siswa untuk berlatih.
Guru memberi contoh kasus, kemudian kita berdiskusi mencari jawaban yang
sesuai sehingga kita dapat mengambil keputusan yang benar. Artinya kita juga
harus bertanggung jawab atas keputusan kita.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran sejarah?
I : Dalam pelajaran sejarah sebenarnya banyak hal yang dapat kita ambil
pesannya. Peninggalan-peninggalannya yang indah seperti candi candi. Disitu
menunjukkan bahwa nenek moyang kita memiliki pengetahuan dan
penghargaan yang tinggi bagi Tuhan atau penciptanya. Hal itu yang dapat kita
contoh untuk kehidupan kita sekarang.
P : Bagaimana pendapat anda ketika guru memberikan tugas yang menuntut
kemampuan kreativitas siswa?
I : Menurut saya itu kesemapatan dan tantangan untuk menunjukkan
kemampuan atau bakat yang kita miliki. Kalau di sejarah biasanya seperti
membuat power poin dengan animasi yang bagus, kreatif, membuat madding
dan sebagainya.
P : Menurut anda kreasi seperti apa yang paling menantang dalam pembelajaran
sejarah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
18
6
I : Yang paling menantang adalah membuat laporan setelah kegiatan selesai dan
videonya.
P : Bagaimana pengalaman anda dalam mengerjakan soal atau evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS selama ini?
I : Menurut saya menyenangkan dan tidak terlalu sulit. Biasanya soal yang
diberikan rata-rata sudah ada dalam kisi-isi yang sudah diberikan dan dibahas
di kelas. Kalau tidak mempersiapkan diri pasti tidak bisa mengerjakan
maksimal, tetapi kalau benar-benar belajar biasanya bisa mencapai KKM atau
lebih. Jenis soal biasanya ada yang sulit dan ada juga yang biasa atau sedang.
P : Apakah kendala atau kesulitan apa saja yang anda alami ini dalam
mengerjakan evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I : Kendala dalam evaluasi biasanya soal-soal yang agak sulit dan sepertinya
waktunya kurang, sehingga terkadang tidak selesai dalam menjawab semua
soal yang ada. Terkadang juga suasana kelas yang rame sehingga belajar
menjadi tidak fokus.
P : Bagaimana cara anda dalam mengatasi kendala atau kesulitan tersebut?
I : Cara mengatasinya selain dengan adanya remidi yang diberikan oleh guru,
saya berusaha belajar lagi dengan giat sehingga dapat memperoleh nilai yang
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
18
7
LEMBAR PENGAMATAN DOKUMEN
EVALUASI PEMBELAHARAN SEJARAH BERBASIS HIGHER ORDER
THINKING SKILL (HOTS)
NO DOKUMEN KETERSEDIAAN KELENGKAPAN
KET. A TA L TL
1 Silabus
2 RPP √ √
3 Kisi-kisi Soal √ √
4 Soal √
5 Kunci Jawaban √ √
6 Nilai √ √
Keterangan :
A : Ada
TA : Tidak Ada
L : Lengkap
TL : Tidak Lengkap
LAMPIRAN 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
18
8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA PAngudi Luhur Yogyakarta
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Semester : X/I
Materi Pokok : Berpikir Sejarah
Alokasi Waktu : 3 Minggu x 3 Jam Pelajaran @ 45 Menit
Tahun Ajaran : 2018/2019
A. Kompetensi Inti
KI-1 dan KI-2: Mengahayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya. Menghayati dan enagmalkan perilaku jujur, disiplin, santun,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab,
responsive, dan pro aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkunag, keluarga, sekolah, masyarakat, dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan
internasional.
KI-3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
LAMPIRAN 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
18
9
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator
3.5 Menganalisis cara berpikir
diakronik dan sinkronik dalam karya
sejara
3.5.1 Menjelaskan tentang kemampuan
berpikir secara kronologis
3.5.2 Menjelaskan tentang kemampuan
berpikir secara periodisasi
3.5.3 Menjelaskan tentang kemampuan
berpikir secara kausalitas
3.5.4 Menjelaskan cara berpikir diakronik
dan sinkronik dalam karya sejarah\
3.5.5 Menjelaskan perbedaan diakronik
dan sinkronik
4.5 Menyajikan hasil telaah tentang
penerapan cara berpikir diakronik
dan sinkronik dalam karya sejarah
melalui tulisan dan/atau media lain
4.5.1 Melakukan kajian tentang penerapan
cara berpikir diakronik dan
sinkronik dalam karya sejarah
melalui tulisan dan/ atau media
lain
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran Discovery Learning dengan pendekatan Saintifik,
peserta didik dapat menjelaskan pengertian sinkronik dan diakronik, membedakan
cara berpikir sinkronik dan diakronik, menjelaskan tentang pengertian kauslitas
dan contoh meperapannya, membedakan kronologis dan periodisasi dan
penerapannya dalam penulisan sejarah, memberi contoh karya-karya sejarah
Pengembangan IPK sampai mencapai KD
Berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreatif,
kolaboratif, dan komunikatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
19
0
dengan prinsip sinkronis, diakronis, kausalitas, periodisasi dan kronologi,
membuat presentasi dengan menerapkan cara berpikir sejarah dalam mengkaji
peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya dengan baik.
D. Materi Pembelajaran
Berpikir sejarah (Diakronik dan Sinkronik)
4. Fakta
Galtung, Sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich
dia dalam Bahasa Latin artinya melui/ melampaui dan chronicus
artinya waktu
5. Konsep
Mendeskripsikan kemampuan berpikir secara kronologis, periodisasi
dan kausalitas
Mendeskripsikan cara berpikir diakronik dan sinkronik dalam karya
sejarah
6. Prinsip
Kajian tentang penerapan tentang cara berikir diakronik dan
sinkronik dalam karya sejarah
7. Prosedur
Membuat informasi hasil telaah dalam penerapan cara berpikir
diakronik dan sinkronik dalam karya sejarah melalui tulisan dan/atau
media lain.
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientifik
2. Metode : Diskusi dan Eksperimen
3. Model : Discovery Learning
F. Media Pembelajaran
Media
Worksheet atau lembar kerja siswa
Lembar penilaian
Perpustakaan sekolah
Alat / Bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
19
1
Penggaris, spidol, papan tulis
Laptop, infocus
Slide presentasi (PPT)
G. Sumber Belajar
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku Guru Mata
Pelajaran Sejarah (Peminatan) kelas X: Jakarta: Kemeterian Pendidikan
dan Kebudayaan.
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku SIswa Mata
Pelajaran Sejarah (Peminata) kelas X: Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
3. Buku Teks pelajaran yang relevan
4. Multimedia interaktif dan internet
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Ke-1 (3x45 Menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru:
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada
Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
Memeriksa kehadiran siswa sebagai sikap disiplin
Menyiapkan fisik dan psikis siswa dalam mengawali kegiatan pembelajaran
Apersepsi
Mengaitkan materi/tema kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman siswa dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya
Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan
Motivasi
Memberikan gambaran tentang manfaat pembelajaran yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
19
2
Apabila materi/tema projek ini dikerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh
dikuasai dengan baik, maka siswa diharapkan dapat menjelaskan tentang materi:
Berpikir sejarah diakronik
Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indicator, dan
KKM pada pertemuan yang berlangsung
Pembagian kelompok kerja
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti (150 Menit)
Sintak Model
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Simulation
(simulasi/pemberi
an rangsangan)
Siswa diberi motivasi atau rangsangan untuk memunculkan
perhatian pada topik materi Berpikir Sejarah diakronik dengan
cara:
Melihat (tanpa atau dengan alat)
Menayangkan gambar/foto/video yang relevan
Mengamati
Lembar kerja materi Berpikir sejarah diakronik
Pemberian contoh-contoh berpikir sejarah diakronik untuk
dapat dikembangkan siswa, dari media interaktif, dsb
Membaca
Kegiatan lierasi ini dilakukan dirumah dan di sekolah
dengan membaca materi dari buku paket atau buku-buku
penunjang lain, dari internet/materi yang berhubungan
dengan Beripikir sejarah diakronik
Menulis
Literasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
19
3
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait
Berpikir sejarah diakronik
Mendengar
Pemberian materi berpikir sejarah diakronik oleh guru
Menyimak
Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global
tentang materi pembelajaran mengenai materi: Berpikir
sejarah diakronik
Untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan,
ketelitian, mencari informasi.
Problem stateman
(pertanyaan/identi
vikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan pada peserta ddik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan
dengan gambit yang disajikan dan akan dijawab melalui
kegiatan belajar, contohnya:
Mengajukan pertanyaan tentang materi:
Berpikir sejarah diakronik
Yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari pertanyaan factual sampai ke pertanyaan
yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan kreativitas, rasa
ingin tahu kemapuan merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat.
Data collection
(pengumpulan
data)
Siswa mengumpulkan informasi yang relevan untuk
memperlihatkan telah diidentifikasi melalui kegiatan:
Mengamati objek/kejadian
Mengamati dengan saksama materi berpikir sejarah
diakronik yang sedang dipelajari dalam bentuk
gambar/video/slide presentasi yang disajikan dan mencoba
menginterprestasikannya.
Membaca sumber lain selain buku teks
Critical
Thinking
Kegiatan
Literasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
19
4
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari
dan membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna
menambah pengetahuan dan pemahaman tentang materi
berpikir sejarah diakronik yang sedang dipelajari
Aktivitas
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat
dipahami dari kegitan mengamati dan membaca yang akan
diaajukan kepada gur berkatan dengan materi Berpikir
sejarah diakronik yang sedang dipelajari
Wawancara/tanya jawab dengan narasumber
Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi Berpikir
sejarah diakronik yang telah disusun dalam daftar
pertanyaan kepada
Siswa dibenuk dalam beberapa kelompok untuk:
Mendiskusikan
Siswa dan guru secara bersama-sama membahas contoh
dalam buku paket mengenai materi Berpikir sejarah
diakronik
Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi Berpikir sejarah
diakronik yang telah diperoleh pada buku catatan dengan
tulisan yang rapi dan menggunakan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
Memperesentasikan ulang
Siswa mengkomunikasikan secara lisan atau
mempresentasikan materi dengan rasa percaya diri Berpikir
sejarah diakronik sesuai ngan pemahamannya.
Saling tukar informasi tentang materi:
Berpikir sejarah diakronik
Dengan ditanggapi aktif oleh siswa dari kelompok lainnya
sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yag dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
19
5
dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok kemudian, dengan
menggunakan metode ilmiah yang terdapat pada buku
pegangan siswa atau lembar kerja yang disediakan dengan
cermat untuk mengembangkan sikap teliti, jujur, dan sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui
berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar sepanjang hayat.
Data processing
(pengolahan data)
Siswa dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil
pengamatan dengan cara:
Berdiskusi tentang data dari materi:
Berpikir sejarah diakronik
Mengolah informasi dari berpikir sejarah diakronik yang
sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan
sebelumnya maupun hasil dari kegiatan mengumpulkan
informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan
pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
Siswa mengerjakan beberapa soal mengenai materi Berpikir
sejarah diakronik
Verivication
(Pembuktian)
Siswa mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverivikasi
hasil pengamatannya dengan dat-data atau teori pada buku
sumber melalui kegiatan
Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada ang betentangan untuk mengembangkan
sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi:
berpikir sejajarah diakronik
Kolaboration
(kerjasama) dan
Critical Thingking
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
19
6
Antara lain dengan: siswa dan guru secara bersama-sama
membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan oleh
siswa.
Generalization
(menarik
kesimpulan)
Creativity
(kreativitas)
Siswa berdiskusi untuk menyimpulkan
Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Berpikir sejarah
diakronik berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau medialainnya untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
sopan.
Mempresentasikan hasil diskusi keompok secara klasikal
tentang materi Berpikir sejarah diakronik
Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan
tentang materi Berpikir sejarah diakronik dan ditanggapi
oleh kelompok yang mempresentasikan
Bertanya atas presentasi tentang materi Berpikir sejarah
diakronik yang dilakukan dan siswa lain diberi kesempatan
untuk menjawabnya.
Menyimpulkan tentang poin-point penting yang muncul
dalam kegiata pembelajaran yang baru dilakukan berupa:
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi
Berpikir sejarah diakronik
Menjawab pertanyaan tentang materi berpikir sejarah
diakronik yang terdapat pada buku pegangan siswa atau
lembar kerja yang disediakan.
Bertnya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan
dengan materi Berpikir sejarah diakronik yang akan selesai
dipelajari
Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi berpikir sejarah
diakronik yang terdapat pada buku pegangan siswa atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
19
7
lembar keraj yang telah disediakan secara individu untuk
mengecek kemampuan siswa terhadap materi pelajaran.
Catatan: Selama pembelajaran Berikir sejarah diakronik berlangsung, guru
mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme,
disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, Tangguh menghadapi masalah
tanggung jawab, raa ingin tahu, peduli lingkungan.
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Siswa:
Membuat resume (creativity) dengan bimbingan guru tentang poin-point penting
yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Berpikir sejarah
diakronik yang baru dilakukan.
Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Berpikir sejarah
diakronik yang baru diselesaikan.
Mengagendakan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang
harus mempelajari pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau di rumah.
Guru:
Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk amteri
Berpikir sejarah diakronik
Siswa yang selesai mengerjakan tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja
dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian
tugas.
Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran Berikir sejarah diakronik
kepada kelompok yang memiliki kineja dan kerjasama yang baik.
2. Pertemuan Ke- 2 (3 x 45 Menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru:
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada
Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
19
8
Memeriksa kehadiran siswa sebagai sikap disiplin
Menyiapkan fisik dan psikis siswa dalam mengawali kegiatan pembelajaran
Apersepsi
Mengaitkan materi/tema kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman siswa dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya
Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan
Motivasi
Memberikan gambaran tentang manfaat pembelajaran yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari
Apabila materi/tema projek ini dikerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh
dikuasai dengan baik, maka siswa diharapkan dapat menjelaskan tentang materi:
Berpikir sejarah diakronik
Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan
KKM pada pertemuan yang berlangsung
Pembagian kelompok kerja
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti (105 Menit)
Sintak Model
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Simulation
(simulasi/pemberi
an rangsangan)
Siswa diberi motivasi atau rangsangan untuk memunculkan
perhatian pada topik materi Berpikir Sejarah sinkronik dengan
cara:
Melihat (tanpa atau dengan alat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
19
9
Menayangkan gambar/foto/video yang relevan
Mengamati
Lembar kerja materi Berpikir sejarah sinkronik
Pemberian contoh-contoh berpikir sejarah diakronik untuk
dapat dikembangkan siswa, dari media interaktif, dsb
Membaca
Kegiatan lierasi ini dilakukan dirumah dan di sekolah
dengan membaca materi dari buku paket atau buku-buku
penunjang lain, dari internet/materi yang berhubungan
dengan Beripikir sejarah sinkronik
Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait
Berpikir sejarah sinkronik
Mendengar
Pemberian materi Berpikir sejarah sinkronik oleh guru
Menyimak
Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global
tentang materi pembelajaran mengenai materi: Berpikir
sejarah sinkronik
Untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan,
ketelitian, mencari informasi.
Data
collection
(pengumpulan
data)
Peseta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi melalui
kegiatan:
Mengamati obyek/kejadian
Mengamati dengan seksama materi Berpikir sejarah
sinkronik yang sedang dipelajari dalam bentuk
gambar/video/slide presentasi yang disajikam dan
mencoba menginterprestasikannya.
Membaca sumber lain selain buku teks
secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
20
0
mencari dan membaca berbagai referensi dari berbagai
sumber guna menambah pengetahuan dan pemahaman
tentang materi berpikir sejarah sinkronik yang sedang
dipelajari.
Aktivitas
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum
dapat dipahami dari kegiatan mengamati dan membaca
yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan
materi berpikir sejarah sinkronik yang sedang dipelajari.
Wawancara/tanya jawab dengan narasumber
Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi
berpikir sejarah sinkronik yang telah disusun dalam
daftar pertanyaan kepada guru.
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas
contoh dalam buku paket mengenai materi berpikir
sejarah sinkronik.
Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi berpikir
sejarah sinkronik yang telah diperoleh pada buku
catatan dengan tulisan yang rapih dan menggunakan
bahasa indonesia yang baik dan benar.
Mempresentasika ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau
mempreentasikan materi dengan rasa percaya diri
Berpikir sejarah sinkronik sesuai pemahamannya.
Saling tukar informasi tentang materi:
Berpikir sejarah sinkronik
Dengan di tanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok
lainnya sehingga diperoleh pengetahuan baru yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
20
1
dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok kemudian, dengan
menggunakan metode ilmiah yang terdapat pada buku
pegangan peserta didim atau pada lembar kerja yang disediakan
dengan cermat untuk mengembangkan sikap teliti,jujur,sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengunpulkan informasi melalui
berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang
Data
processing
(pengolahan
Data)
Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data
hasil pengamatan dengan cara:
Berdiskusi tentang data dari Materi:
Berpikir sejarah sinronik
Mengolah informasi dari materi berpikir sejarah sinkronik
yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan
sebelumnya maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang
berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada
lembang kerja.
Peserta didik mengerjakan beberapa soal tentang maeri
berpikir sejarah sinkronik.
Verification
(pembuktian)
Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan
memverifikasikan hasil pengamatannya dengan data-data atau
teori pada buku sumber melalui kegiatan:
Menambah keluasaan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan
siakp jujur, teliti, disiplin, taan aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
20
2
Berpikir sejarah sinkronik
Antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara bersama-
sama membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan oleh
peserta didik.
Generalization
(menarik
kesimpulan)
Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
Menyiapkan hasil diskusi tentang materi berpikoir sejarah
sinkronik berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya untuk
mengenbangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan.
Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal
tentang materi:
Berpikir sejarah sinkronik
Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan
tentang materi berpikir sejarah sinkronik dan ditanggapi
oleh kelompok yang mempresentasikannya.
Bertanya atas presentasi tentang materi Berpikir sejarah
sinkronik yang di lakukan dan peserta didik lain diberi
kesempatan untuk menjawabnya.
Menyimpulkan tentang poin-poin penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa:
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi:
Berpikir sejarah sinkronik
Menjawab pertanyaan tentang materi berpikir sejarah
sinkronik yang terdapatpada buku peganga peserta didik
atau pada lembar kerja yang telah disediakan.
Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melempar beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan
dengan materi berpikir sejarah sinkronik yang akan selesai
dipelajari
Menyelesai kan uji kompetensi untuk materi berpikir sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
20
3
sinkronik yang terdapat pada buku pegangan peserta didik
atau pada lembar kerja yang telah disediakan secara individu
untuk mengecek penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Berpikir sejaran sinkronik berlangsung, guru
mrngamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme,
disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah
tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan.
Kegiatan Penutup ( 15 Menit )
Peserta didik :
Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-
point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi
berpikir sejarah sinkronik yang baru dilakukan.
Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pembelajaran berpikir
sejarah sinkronik yang baru diselesaikan.
Mengagendakan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang
harus mempelajarai pada pertemuan berikutnya diluar jam sekolah atai
dirumah.
Guru :
Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi
pelajaran berpikir sejarah sinkronik
Peserta didik yang selesai mngerjakan tugas projek/produk/portofolio /unjuk
kerja dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk
penilaian tugas
Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran berpikir sejarah sinkronik
kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama baik.
3. Pertemuan Ke-3 (3 x 45 menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
20
4
Melskuksn pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada
Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
Aperpespsi
Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya.
Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya
Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan di
lakukan.
Motivasi
memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila materitema/projek kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini
dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang
materi :
Interpretasi dan periodisasi
Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
Mengajukan pertanyaan
Pemberi Acuan
Memberitahukan materi pembelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat
itu.
Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar,indikator, dan KKM
pada pertemuan yang berlangsung
Pembagian kelompok belajar
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 105 Menit )
Sintak Model Kegiatan Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
20
5
Pembelajaran
Stimulation
(stimullasi pemberian
rangsangan)
Peserta didik diberi motovasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian pada topik materi Interpretasi dan
Periodisasi cara :
Melihat (tanpa atau dengan Alat)
Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
Mengamati
Lembar kerja materi Interpretasi dan Periodisasi
Pemberian contoh-contoh materi Interpretasi dan
Periodisasi untuk dapat dikembangkan peserta didik,
dari media interaktif, dsb
Membaca
Kegiatan literasi ini dilakukan dirumah dan disekolah
dengan membaca materi dari buku paket atau buku-
buku penunjang lainnya, dari internet atau materi yang
berhubungan dengan Interpretasi dan Periodisasi
Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan
terkain interpretasi dan periodisasi
Mendengar
Pemberian materi Interpretasi dan Periodisasi oleh
guru.
Menyimak
Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global
tentang materi pembelajaran mengenai materi:
interpretasi dan periodisasi
untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan
kedisplinan, ketelitian, mencari informasi.
Probleme statemen
(pertanyaan/identifika
Guru memberikan kesempatan pada peserta didik unuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
20
6
si masalah) berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan di jawab
melalui kegiatan belajar, contohnya :
Mengajukan pertanyaan tentang materi :
Interpretasi dan periodisasi
Yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Data collection
(pengumpulan data)
Peserta didik mengumpulkan informsi yang relevan untuk
menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi melalui
kegiatan:
Mengamati objek/kejadian
Mengamati dengan seksama materi Interpretasi dan
Periodisasi yang sedang dipelajari dalam bentuk
gambar/video/slide presentasi yang disajikan dan
mencoba menginterprestasikannya.
Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melalukan kegiatan literasi dengan
mencari dan membaca berbagai referensi dari berbagai
sumber guna menambah pengetahuan dan pemahaman
tentang materi Interpretasi dan Periodisasi yang sedang
dipelajari.
Aktifitas
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum
dapat dipahami dari kegiatan mengamati dan membaca
yang akian diajuikan kepada guru berkaitan dengan
materi Interpretasi dan Periodisasi yang sedang
dipelajari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
20
7
Wawancara/tanya jawab dengan narasumber
Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi
Interpretasi dan Periodisasi yang telah disusun dalam
daftar pertanyaan kepada guru.
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk :
Mendiskusikan
Peserta didik dan guru bersama-sama membahas contoh
dalam buku paket mengenai materi Interpretasi dan
Periodisasi
Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi Interpretasi
dan Periodisasi yang telah diperoleh pada buku catatan
dengan tulisan yang rapih dan menggunakan bahasa
indonesia yang baik dan benar.
Saling tukar informasi tentang materi :
Interpretasi dan periodisasi
Dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari
kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah
pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan
diskusi kelompok kemudian, dengan menggunakan
metode ilmiah yang terdapat pada buku pegangan
peserta didik atau pada lembar kerja yang disediakan
dengan cermat untuk mengembangkan sikap teliti,
jujur, sopan, menghargai pendapat oranglain,
kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang hayat.
Data
processing
(pengolahan data)
Peserta didik dan kelompoknya berdiskusi mengolah data
hasil pengamatan dengan cara:
Berdiskusi tentang data dari Materi :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
20
8
Interpretasi dan periodisasi
Mengolah informasi dari materi Interpretasi dan
Periodisasi yang sudah dikumpulkan dari hasil
kegiatan/pertemuan sebelumnya maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan
pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
Peserta didik mengerjalkan beberapa soal mengenai
materi Interpretasi dan Periodisasi
Verification
(pembuktian)
Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan
memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau
tepri pada buku sumber melalui kegiatan
Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin,taan aturan,
kerja keras, kemampuan menerapkan prosedure dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam
membuktikan tentang materi :
Interpretasi dan Periodisasi
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara
bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang telah
dikerjakan oleh peserta didik.
Generalization
(menarik kesimpulan)
Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Interpretasi
dan Periodisasi berupa kesimpulan berdasarkan analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
20
9
pendapat dengan sopan.
Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara
klasikal tentang materi :
Interpretasi dan Periodisasi
Mengemukakan pendapat atas presentasi yang
dilakukan tenang materi Interpretasi dan Periodisasi dan
ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan.
Bertanya atas presentasi tentang materi Inerpretasi dan
Periodisasi yang dilakukan dan peserta didik lain diberi
kesempatan untuk menjawabnya.
Menyimpulkan tentang poin-poin penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan
berupa :
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang
materi :
Interpretasi dan Periodisasi
Menjawab pertanyaan tentang materi Interpretasi dan
Periodisasi yang terdapat pada buku pgangan peserta
didik atau lembar kerja yang telah disediakan.
Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa
berkaitan dengan materi Interpretasi dan Periodisasi
yang akan selesai di pelajari
Menyelesaikan uji kompetensiuntuk materi Interpretasi
dan Periodisasi yang terdapat pada buku pegangan
peserta didik atau pada lembar kerja yang telah
disediakan secara individu untuk mengecek penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Interpretasi dan Periodisasi berlangsung, guru
mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme,
disiplin, rasa percaya diri, berprilaku jujur, tangguh menghadapi masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
21
0
tanggungjawab, rasa ingin tahu, perduli lingkungan
Kegiatan penutup ( 15 Menit )
Peserta didik :
Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-
point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi
Interpretasi dan Periodisasi yang baru dilakukan.
Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pembelajara Interpretasi dan
Periodisasi yang baru diselesaikan.
Mengagendakan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang
harus mempelajari pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah ata
dirumah.
Guru :
Memeriksa pekerjaan siswa yang baru selesai langsung diperiksa untuk
materi pelajaran Interpretasi dan Periodisasi
Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas projek /produk /portofolio
/unjuk kerja yang benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk
penilaian tugas
Memberi penghargaan untuk materi pembelajaran Intepretasi dan Periodisasi
kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
I. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian (terlampir)
g. Sikap
Penilaian Observasi
Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta
didim sehari-hari, baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara
umum. Pengamatan langsun dilakuka oleh guru. Berikut contoh
instrumen penilaian sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
21
1
No Nama Siswa Aspek Perilaku yang
Dinilai
Jumlah
skor
Skor
sikap
Kode
nilai
BS JJ TJ DS
1 Soenarto 75 75 50 75 275 68,75 C
2 ... ... ... ... ... ... ...
Keterangan :
BS : Bekerja sama
JJ : Jujur
TJ : Tanggung Jawab
DS : Disiplin
Catatan :
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4
= 400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50, 00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang dinialai
Penilaian Diri
Seiring dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru kepada peserta didik,
maka peserta didik diberikan kesempatan unyuk menilai kemampuan dirinya
sendiri. Namun agar penilaian tetap bersifat objaktif, maka guru hendaknya
menjelaskan terlebuh dahulu dari tujuan penilaian diri ini, menentukan kompetensi
yang akan dinilai, kemudian mentukan kriteria penilaian yang akan digunakan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
21
2
merumuskan format penilaiannya Jadi, singkatnya format penilaiannya disiapkan
oleh guru terlebih dahulu. Berikut contoh format penilaian :
4...
100
250
2
Ketika kami berdiskusi, setiap
anggota mendapatkan
kesempatan untuk berbicara.50
Kode Nilai
1selama diskusi, saya ikut serta
mengusulkan ide/gagasan.50
No Pernyataan Ya TidakJumlah
SkorSkor Sikap
C62.5
3
Saya ikut serta dalam membuat
kesimpulan hasil diskusi
kelompok.50
Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 4 x 100 = 400
3. Skor sikap = ( jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100 ) = (250 : 400) x 100 = 62,50
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat juga digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan dan
keterampilan.
Penilaian Teman Sebaya
Penilaian ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menilai temannya sendiri.
Sama halnya dengan penilaian hendaknya guru telah menjelaskan maksud dan tujuan
penilaian, membuat kriteria penilaian, danjuga menentukan format penilaiannya. Berikut
contoh format penilaian teman sebaya :
Nama yang diamati : ...
Pengamat : ...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
21
3
1 100
2 100
3 100
4 100
5 50
No TidakJumlah
Skor
Skor
SikapPernyataan Ya
Kode
Nilai
Mau menerima pendapat teman.
Memberikan solusi terhadap
prmasalahan.
Memaksakan pendapat sendiri kepada
anggota kelompak.
Marah saat diberi kritik.
450 90,00 SB
...
Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 untuk penyataan yang positif, sedangkan untuk
pernyataan yang negatif, Ya = 50 dan Tidak = 100
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikali jumlah kriteria = 5 x 100 = 500
3. Skor sikap = ( jumlah skor dibagi maksimal dikali 100) = (450 : 500) x 100 = 90,00
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
- Penilaian Jurnal (Lihat lampiran)
h. Pengetahuan
- Tertulis Uraian dan atau Pilihan Ganda (Lihat lampiran)
- Tes Lisan/Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan
Praktek Monolog atau Dialog
Penilaian Aspek Percakapan
25 50 75
1
2
3
4
5
6
NoJumlah
SkorSkor Sikap
Gestur
Kode
Nilai
Intonasi
Pelafalan
Kelancaran
Ekspresi
Penampilan
Aspek yang DinilaiSkala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
21
4
- Penugasan (Lihat lampiran)
Tugas Rumah
a. Peserta didik menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku pserta didik
b. Peserta didik meminta tanda tangan orangtua sebagai bukti bahwa mereka telah
mengerjakan tugas rumah dengan baik
c. Peserta didik mengumpulakan jawaban dari tugas rumah yang telah dikerjakan
untuk mendapatkan penilaian.
c. Keterampilan
- Penilaian Untuk Kerja
Contoh instrumen penilaian untuk kerja dapat dilihat pada instrumen penilaian
ujian keterampilan berbicara sebagai berikut:
Instrumen Penilaian
1
2
3
4
No Aspek yang DinilaiSangat
baik (100)
Baik
(75)
Kurang
Baik (50)
Tidak
Baik (25)
Kesesuaian respon dengan pertanyaan
Keserasian pemilihan kata
Kesesuaian penggunaan tata bahasa
Pelafalan
Kriteria penilaian (skor)
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik
Cara mencari nilai (N) = Jumlah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor
maksimal dikali skor ideal (100)
Instrumen Penilaian Diskusi
No 100 75 50 25
1
2
3
4
Aspek yang Dinilai
Penguasaan materi diskusi
Kemampuan menjawab pertanyaan
Kemampuan mengolah kata
Kemampuan menyelesaikan masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
21
5
Keterangan :
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik
- Penilaian Proyek
- Penilaian produk
- Penilaian Portofolio
Kumpulan semua tugas yang sudah dikerjakan peserta didik, seperti catatan, PR,
dll.
4. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
Bagi peserta didik yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM),
maka guru bisa memberikan soal yang pernah diujikan pada siswa
CONTOH PROGRAM REMIDI
Sekolah : ....................................................................
Kelas/Semester : ....................................................................
Mata Pelajaran : .....................................................................
Ulangan Harian Ke : .....................................................................
Tanggal Ulangan Harian : .....................................................................
Bentuk Ulangan Harian : .....................................................................
Materi Ulangan Harian : .....................................................................
(KD / Indikator) : .....................................................................
KKM : .....................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
21
6
1
2
3
4
5
6
dst
KeteranganNo
Nama
Peserta
Didik
Nilai
Ulangan
Indikator yang
Belum Dikuasai
Bentuk
Tindakan
Remedial
Nilai
Setelah
remedial
b. Pengayaan
Guru memberikan nasihat agar tetap rendah hati, karena telah mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Guru memberikan soal pengayaan sebagai berikut:
1) Membaca buku-buku tentang cara bepikir diakronik dan sinkronik dalam
karya sejarah
2) Mencari informasi secara online tentang pengertian kausalitas dan contoh
penerapannya.
3) Membaca surat kabar, majalah, serta berita online tentang kronologi dan
periodisasi dan penerapannya dalam penulisan sejarah
Mengetahui :
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Drs. Br. Yohanes Sudaryono M.Pd, FIC F. Widi Astutik, M.Pd
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
21
7
Penilaian Pengetahuan:
Kisi-kisi Soal
Mata Pelajaran : Sejarah Perminatan
Kelas/ Semester : X IPS / 1
Bentuk Soal : Uraian
KD Materi Indikator Soal Bentuk
Soal
No
Soal
KD 3.5
menganalisis
cara berpikir
diakronik
dan sinkronik
dalam
karya sejarah
Cara
berpikir
diakronik dan
sinkronik
dalam
karya sejarah
Disajikan pertanyaan
peserta
Didik dapat menjelaskan
pengertian diakronik
Uraian 1
Disajikan pertanyaan
peserta
didik dapat menjelaskan
pengertian sinkronik
Uraian 2
Disajikan
pertanyaan peserta
didik dapat menjelaskan
pengertian kronologis
Uraian 3
Disajikan pertanyaan
peserta
didik dapat memberikan
contoh
kronologis dalam peristiwa
sejarah
Uraian 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
21
8
SOAL ESSAY
Kerjakan Soal-soal dibawah ini:
No Soal
1
2
3
4
Jelaskan pengertian diakronik!
Jelaskan pengertian sinkronik!
Jelaskan pengertian dari kronologis!
Tuliskanlah contoh dari kronologis dalam peristiwa sejarah!
Kunci Jawaban Essay
1. Pengertian berpikir diakronis adalah kemampuan memahami peristiwa
dengan melakukan penelusuran pada masa lalu
2. Sementara berpikir sinkronik memahami peristiwa dengan mengabaikan
aspek perkembangannya. Cara berpikir sinkronik memperluas ruang dalam
suatu peristiwa.
3. Pengertian berpikir kronologis adalah kemampuan memahami peristiwa
dengan melakukan penelusuran pada masa lalu.
4. Contoh dari kronologis memahami Proklamasi Kemerdekaan Bangsa
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan menelusuru pejuangan
perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Belanda
pada abad ke- 17
Skor Penilaian Tes Tertulis
Skor Essay
1
2
3
4
Jml Skor
Maksimal
0
0
0
20
20
20
20
5
5
5
5
0
25
25
25
No Skor Jawaban BenarSkor Jawaban
Mendekati BenarSkor Jawab salah
Skor Tidak
Menjawab
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
21
9
Materi Ajar
KEMAMPUAN BERPIKIR KRONOLOGIS, DIAKRONIK DAN
SINKRONIK DALAM SEJARAH
A. BERPIKIR SEJARAH
Kemampuan berpikir yang dihasilkan dalam pembelajaran sejarah, yaitu
kemampuan berpikir kronologis, kemampuan periodisasi, kemampuan berpikir
kausalitas, dan kemampuan berpikir diakronik dan sinkronik. Seluruh kemampuan
berpikir ini, tidak hanya sangat diperlukan untuk memahami suatu peristiwa
sajarah, tetapi juga dapat digunakan untuk memahami peristiwa pada masa kini
maupun ang akan datang.
1. Kemampuan Berpikir Kronoligis
Kronologis mengandung arti pengetahuan tentang urutan waktu dari
sejumlah kejadian atau peristiwa. Pengatahuan ini sangat penting dalam pelajaran
sejarah yang senatiasa menekankan perlunya pengurutan seluruh kejadian atau
peristiwa berdasarkan pengurutan waktunya, yakni menepatkan kejadian atau
peristiwa yang terjadinya lebih dahulu dari pada yang terjadi kemudian. Sebagai
contoh: peristiwa yang terjadi pada tahun 1945 lebih didahulukan daripada
peristiwa yang terjadi pada tahun 1946, atau peristuwa yang terjadi pada bulan
Januari lebih didahulukan daripada peristiwa yangterjadi pada bulan Februari,
atau peristiwa yang terjadi pada hari Senin didahulukan daripada peristiwa yang
terjdi pada hari Selasa, atau peristiwa yang terjadi pada jam 8 lebih didahulukan
daripada peristiwa yang terjadi pada jam 9
Meski kemampuan berpikir kronologis merupakan sesuatu yang sanagt penting
dalam sejarah, namun sejarah tidak dapat disamakan dengan kronik. Pengertian
kronik adalah catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya. Di dalam
kronik hanya dilakukan pencatatan terhadap peristiwa tanpa mempedulikan
keterkaitan antar peristiwa yang pertama dengan yang kedua dan selanjutnya.
Sementara kronologi sangat menekankan keterkaitan antar peristiwa yang pertama
dengan yang kedua dan selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
22
0
Kronologi memberikan gambaran waktu yang bersifat linear, yakni waktu yang
bergerak dari belakang ke depan, atau waktu yang bergerak dari kiri ke kanan,
atau waktu yang bergerak dari titik awal hingga mencapai titik awal. Oleh karena
itu, gerakan waktu bersifat progresif karena memandang perjalanan waktu sebagai
proses perkembangan menuju kemajuan. Dalam pandangan waktu yang bersifat
linear dan progresif tersebut, pergerakan waktu dibagi menjadi tiga dimensi waktu
yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan. Diantara dimensi waktu itu, sejarah
mempelajari peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Namun peristiwa masa lalu
dalam sejarah mempunyai keterkaitan dengan masa kini, dan masa depan.
Keterkaitan ketiga dimensi waktu itu berada dalam kerangka berpikir kausalitas
yang akan dijelaskan pada bagian yang lain dalam modul ini.
2. Kemampuan Berpikir Diakronik
Pengertian berpikir diakronis adalah kemampuan memahami peristiwa
dengan melakukan penelusuran pada masa lalu. Sebagai contoh memahami
Proklamasi Kemerdakaan Bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Belanda pada
abad ke-17. Oleh karena itu cara berpikir diakronis sangat mementingkan proses
terjadinya sebuah peristiwa.
3. Kemampuan Berpikir Sinkronik
Sementara berpikir sinkronik memahami peristiwa dengan mengabaikan
aspek perkembangannya. Cara berpikir sinkronik memperluas ruang dalam suatu
peristiwa. Sebagai contoh Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus dijelaskan dengan
menguraikan berbagi aspek, seperti aspek sosial, ekonomi, politik, dan hubungan
internasional. Oleh karena itu cara berpikir sinkronik sangat mementingkan
struktur yang terdapat dalam setiap peristiwa.
Berpikir merupakan cara berpikir yang khas sejarah, sementara berpikir
sinkronik merupakan cara berpikir yang khas ilmu-ilmu social. Dapat disimpulkan
bahwa cara berpikir sejarah itu bersifat diakronik, memanjang dalam waktu, serta
mementingkan proses terjadinya peristiwa. Sedangkan cara berpikir ilmu-ilmu
sosial itu bersifat sinkronik, melebar dalam ruang, serta mementingkan struktur
dalam suatu perisriwa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
22
1
Cara berpikir sinkronik sangat mempengaruhi kelahiran sejarah baru yang sangat
dipengaruhi perrkenbangan ilmu-ilmu social. Pengarug itu dapat digolongkan
kedalam tiga macam, yaitu konsep, teori, dan permasalahan.
Konsep
Bahasa latin conceptus yang berarti gagasan atau ide. Para sejarawan
banyak mengungkapkan konsep ilmu-ilmu social. Sebagai contoh sejarawan
Anhar Gonggong dalam disentasinya tentang Kahar Muzakkar menggunakan
konsep politik lokal untuk menerangkan konflik antargolongan di Sulawesi
Selatan. Konsep ilmu sosial lain yang digunakannya adalah konsep dari psykologi
etnis yang terdapat dalam masyarakat Sulawesi Selatan, yaitu sirik yang berarti
harga diri atau martabat.
Teori
Bahasa Yunani theoria berarti kaidah yang mendasari suatu gejala, yang
sudah melalui verifikasi. Sebagai contoh adalah karya sejarawan Ibrahim Alfian,
Perang di Jalan Allah. Ia menerangkan perang Aceh dengan teori perilaku kolektif
dri ilmu social. Dalam teori itu diterangkan bahwa perilaku kolektif dapat
ditimbulkan, melalui dua syarat, yaitu ketegangan structual dan keyakinan yang
terbesar. Dalam kasus perang Aceh yang di teliti Ibrahim Alfian dijelaskan adanya
ketegangan antara orang Aceh dengan pemerintah colonial Hindia Belanda
(ketegangan structural), dan keyakinan yang terbesar di kalangan masyarakat
Aceh bahwa musuh musuh mereka adalah golongan kafir. Pertentangan antara
kafir dan muslim itulah yang menghasilkan ideology perang sabil.
Permasalahan
Dalam sejarah banyak sekali permasalahan ilmu-ilmu socia yang dapat di
angkat jadi topic-topic penelitian sejarah. Sebagai contoh adalah karya sejarawan
Sartono Kartodirdjo tentang perkembangan peradapan priyayi yang ditulis
berdasarkan permasalahan elite dalam pemerintahan kolonial, kemunculannya,
lambang-lambangnya, dan perubahan-perubahannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2
DAFTAR NILAI SISWA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SEMESTER : Genap
KELAS : X.IPS
MATA PELAJARAN : Sejarah Perminatan
NO INDUK NAMA UH1 UH2 UH3 UH4 UH5 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 K1 K2 K3 K4 K5
1 5179 ALEXANDER ALDO 78 78 80 75 90 85 70 90 80 100 80 90 80 78 78 80 88 80
2 5180 ALEXANDER ELANG 80 75 80 75 85 95 75 95 76 90 90 75 97 77 78 80 80 80
3 5181 ALFONSUS 85 85 80 78 91 65 78 100 80 90 80 80 80 75 82 76 80 80
4 5182 ANTONIUS 75 5 75 0 53 95 75 90 80 85 100 95 100 75 85 82 82
5 5183 ASIMA RIA 78 75 75 82 95 95 95 75 90 85 95 100 72 85
6 5184 AURELIA 95 100 90 85 100 85 100 100 100 90 80 80 85 75 83 84 82 85
7 5185 BERNADUS 89 80 85 70 88 90 95 100 100 90 80 75 92 75 83 80 80 85
8 5186 CHRISTHOPER RAYDEN 93 95 78 80 58 75 75 100 75 95 90 82 82 86
9 5187 CHRISTHOPER ARIEL 96 95 90 90 92 85 75 100 100 100 90 95 100 75 82 82 83 88
10 5188 DANIEL CAHYADI 100 100 90 100 100 95 100 100 100 100 100 100 95 84 85 80 85 95
11 5189 DEBORA LISTU 100 80 80 80 100 95 100 100 100 100 100 97 88 84 80 85 90 92
12 5190 DEVLIN RODERICK 78 75 90 90 89 90 75 100 100 100 90 90 95 85 80 83 83
13 5191 DIONISIUS BAGUS 75 0 78 78 45 90 75 80 78 60 80 75 100 75 85 80 85
14 5192 ENRICO OKTORA 75 80 80 90 100 90 75 100 100 100 90 90 88 78 85 80 85 88
15 5193 GABRIELLA RATRI 75 75 80 90 90 100 95 90 75 100 100 100 75 75 85
16 5194 GODELIVA JESSIE 100 100 90 90 100 95 100 100 100 100 100 97 88 85 80 83 90 90
17 5195 GREGORIUS KRISNANDA 78 78 80 70 100 95 78 95 100 100 100 90 90 75 85 75 80 80
18 5196 IZMI DINDA 78 78 85 80 95 85 100 100 100 90 80 100 95 76 83 80 82 92
19 5197 JOAKHIM THAROB 95 95 90 100 100 90 75 100 100 100 90 95 100 78 82 82 83 98
LA
MP
IRA
N 2
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
22
3
20 5198 JOANNES AVILA 78 78 78 80 95 95 75 95 80 100 90 100 80 78 78 80 88 80
21 5199 LAURENSIUS RENANDO 75 75 80 78 52 85 75 100 80 80 90 83 80 80 83
22 5200 MARGARETA AYU 78 75 80 75 85 90 100 90 80 100 100 78 80 80 84 85
23 5201 MAUREEN DARA 75 75 78 80 100 95 100 100 100 85 100 100 100 88 85 80 85 85
24 5202 NATALIA SANDIKA 85 80 80 80 97 95 100 78 100 85 100 100 95 85 80 84 83
25 5203 NATANIA ACINTYA 75 75 75 75 97 100 100 75 85 85 100 95 100 83 80 83 85
26 5204 NICOLAUS IVAN 75 75 78 75 80 85 75 95 95 100 100 85 80 78 78 80 88 82
27 5205 ODILIA NATALI 90 80 80 75 85 95 100 100 100 100 90 93 90 82 80 80 84 80
28 5206 PASCHALIS LUCKY 78 80
29 5207 R. RAGUPTHA 78 78 75 65 83 85 78 75 75 75 75 88 80 78 85 75 80 82
30 5208 RANGGA TRI 95 75 90 100 100 90 80 100 100 100 80 90 100 80 82 80 83 85
31 5209 SAMUEL ANANDA 78 75 90 95 100 90 75 95 75 85 90 95 100 75 78 84 80 90
32 5210 SANDRA WIDYA 95 85 90 90 100 95 100 100 100 100 100 97 90 84 80 85 90 90
33 5211 THOMAS ALAN 78 78 90 80 100 95 100 100 100 85 95 90 95 78 85 82 84 95
34 5212 TIMOTIUS NOVIAN 80 80 90 90 67 86 75 75 95 80 80 75 93 75 80 80 83
35 5213 YOHANES GRACE 35 57 95 78 94 95 75 100 100 100 100 97 85 75 85 86 90 82
36 5214 YUSUF LINTANG 78 75 90 80 75 90 75 90 75 100 90 97 97 76 80 80 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
22
4
DOKUMENTASI WAWANCARA
Wawancara dengan Ibu Th. Alit Elia S.Pd
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Wawancara dengan Ibu F. Widi Astutik, M.Pd
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
LAMPIRAN 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
22
5
Wawancara dengan Isabela Betari
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Wawancara dengan Maria Valen
(Sumber: Dokumen Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
22
6
Wawancara dengan David Aldo Nugroho
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Wawancara dengan Alexander Dustin
(Sumber: Dokumen Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
22
7
SURAT IZIN MELAKSANAKAN PENELITIAN
LAMPIRAN 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
22
8
SURAT PERNYATAAN SUDAH MELAKSANAKAN PENELITIAN DI
SMA PANGUDI LUHUR SANTO YUSUP YOGYAKARTA
LAMPIRAN 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI