Kromatografi Kolom dewik

download Kromatografi Kolom dewik

of 17

Transcript of Kromatografi Kolom dewik

Laporan Praktikum Teknik Laboratorium

Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Made Dira Swantara, M.Si. Kromatografi Kolom Ekstrak Alkoholik Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina)

Nama Kelompok :

Made Yunarsih

NIM 1092061006

I Made Adi Sukariawan NIM 1092061007

Made Rai Rahayu

NIM 1092061008Kadek Dewi Wirmandiyanthi NIM 1092061009

Program Studi Kimia Terapan

Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

2011

Kromatografi Kolom Ekstrak Alkoholik Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina ) I. TANGGAL: Rabu, 23 Maret 2011

II. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Dapat mengetahui dan memahami teknik pemisahan dengan metode kromatografi kolom.2. Dapat melakukan pemisahan ekstrak alkoholik bunga pacar air dengan teknik kromatografi kolom.III. DASAR TEORI 1. Kromatografi Koloma. Pengertian Kromatografi KolomKromatografi kolom termasuk kromatografi serapan yang sering disebut kromatografi elusi, karena senyawa yang akan terpisah akan terelusi dari kolom. Kolom kromatografi dapat berupa pipa gelas yang dilengkapi dengan kran dan gelas penyaring di dalamnya. Ukuran kolom tergantung pada banyaknya zat yang akan dipisahkan. Untuk menahan penyerap yang diletakkan di dalam kolom dapat digunakan glass woll atau kapas (Hardjono S., 1985). Kromatografi kolom dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada prinsipnya hampir sama. Apabila suatu cuplikan yang merupakan campuran dari beberapa komponen dimasukkan melalui bagian atas kolom, maka komponen yang diserap lemah oleh adsorben akan keluar lebih cepat bersama eluen, sedangkan komponen yang diserap kuat akan keluar lebih lama. Kromatografi kolom dilihat dari jenis fasa diam dan fasa geraknya dapat dibedakan :

a. Kromatografi fase normal : kromatografi dengan kolom konvensional dimana fase diamnya normal bersifat polar, misalnya silica gel, sedangkan fase geraknya bersifat non polar.

b. Kromatografi fas terbalik : kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non polar, sedangkan fase geraknya bersifat polar; kebalikan dari fase normal.Kromatografi kolom merupakan contoh khas kromatografi partisi yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organic. Kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sammpel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom. Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa lapisan.

Akhirnya, masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen murninya. Nilai R didefinisikan untuk tiap zat terlarut dengan persamaan berikut.

R = (jarak yang ditempuh zat terlarut) / (jarak yang ditempuh pelarut/fasa mobil).

Gambar 01. Set Alat Kromatografi Kolom ()b. Jenis Fase Diam (Stationery Phase) dalam Kromatografi Kolom

Bahan yang dapat dipakai sebagai adsorben atau fase diam dalam kromatografi yang paling dikenal adalah silika gel dan alumina. Daya adsorpsi dari bahan tergantung dari sifat kimia permukaannya, luas relatif permukaan dan perlakuan pendahuluan terhadapnya. Sifat ini mudah berubah dan sulit dikontrol, sehingga tidak selalu pasti. Beberapa adsorben umum yang ditulis berurutan mulai dari daya adsorpsi terbesar (Nur, 1989). 1. Alumina

5. Kalsium karbonat

2. Charcoal

6. Sukrosa

3. Silika Gel

7. Pati

4. Magnesia

8. Selulosa serbuk

Dalam proses pemisahan dengan kromatografi kolom, adsorben silika gel harus senantiasa basah karena, jika dibiarkan kering, kolom yang terbentuk dari silika gel bisa retak, sehingga proses pemisahan zat tidak berjalan optimal. Selain itu, kondisi yang senantiasa basah berperan untuk memudahkan proses elusi (larutan melewati kolom) dalam kolom.

Zat-zat aktif yang digunakan sebagai penyerap dalam kromatografi kolom sering merupakan katalisator yang baik, ini merupakan bahaya yang perlu mendapat perhatian. Alumina, terutama bila bersifat alkali, sering menyebabkan perubahan kimia dan menimbulkan reaksi-reaksi, sebagai contoh dapat menyebabkan kondensasi dari aldehida-aldehida dan keton-keton, sehingga bila hal ini terjadi maka harus menggunakan alumina yang bersifat netral. Silika gel dapat menyebabkan isomerisasi dari berbagai senyawa-senyawa seperti terpen dan sterol.

c. Pemilihan Pelarut (Fase Gerak/ Mobile Phase)

Solut dan solven berkompetisi untuk mengisi sisi aktif dari adsorben. Solven yang mengelusi sampel terlalu cepat tidak akan dapat memisahkan sampel atas komponen-komponennya, sedangkan elusi yang terlalu lambat akan mengakibatkan waktu retensi yang terlalu lama. Waktu retensi yang lama, juga dapat mengakibatkan pelebaran pita komponen yang berlebihan dan pengenceran terhadap sampel. Pelarut yang dapat digunakan tersedia cukup banyak dan bila perlu dapat diperoleh campuran-campuran pelarut, atau bahkan dapat diusahakan serangkaian campuran untuk elusi bertingkat atau gradient elution.Polaritas fase gerak perlu diperhatikan pada analisa dengan KLT, sebaiknya digunakan campuran pelarut organik yang mempunyai polaritas serendah mungkin. Campuran yang baik memberikan fase-fase bergerak yang mempunyai kekuatan bergerak sedang. Secara umum dikatakan bahwa fase diam yang polar akan mengikat senyawa polar dengan kuat sehingga bahan yang kurang sifat kepolarannya akan bergerak lebih cepat dibandingkan bahan-bahan polar (Gritter, 1991). Khopkar (2003), pemilihan sistem pelarut dan komposisi larutan ditentukan oleh prinsip kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan dipisahkan digunakan suatu mikro-syiringe (penyuntik berukuran mikro). Sampel diteteskan pada salah satu bagian tepi pelat kromatografi (sebanyak 0,01-10 g zat). Pelarut yang ideal harus melarutkan linarut (senyawa yang dipisahkan) dan harus cukup baik sebagai pelarut yang bersaing dengan daya serap penyerap. Keadaan yang ideal tersebut mungkin terjadi jika pelarut tidak berproton seperti hidrokarbon, eter dan senyawa karbonil dipakai sebagai pelarut pengembang (Gritter, 1991).Kromatografi dengan fase diam silika gel, sering menggunakan fase gerak pelarut organik atau campuran pelarut organik. Fase gerak berfungsi untuk menggerakkan permukaan pada silika gel dengan memindahkan analit dari partikel-partikel fase diam. Molekul analit bebas untuk berpindah bersama pelarut, jika molekul analit tidak berikatan dengan permukaan silika gel. Pertama, golongan polar pelarut dapat bersaing dengan analit untuk menempatkan ikatan pada permukaan silika gel. Oleh karena itu, jika pelarut yang digunakan terlalu polar akan berinteraksi kuat dengan permukaan silika gel dan akan meninggalkan tempat fase diam dengan membebaskan ikatan dengan analit tersebut. Kemudian analit bergerak cepat pada fase diam. Dengan cara yang sama, kelompok polar pelarut dapat mengikat kuat dengan fungsional polar pada analit dan menghalangi interaksi analit dengan permukaan silika gel (Anonymous, 2008). Eluen pada kromatografi adsorbsi dapat dikelompokkan ke dalam deret eluotropik berdasarkan efek elusinya. Seperti ditunjukkan pada Tabel 2 berikut Stahl (1985). Tabel 01. Deret Eluotropik Efek Elusi

2. Bunga Pacar Air Impatiens balsamina (Bunga Pacar air) adalah tanaman yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman ini diperkenalkan di Amerika pada abad ke-19. Tanaman ini adalah tanaman tahunan atau dua tahunan dan memiliki bunga yang berwarna putih, merah, ungu atau merah jambu. Bunga pacar air atau Impatiens balsamina Linn. lebih dikenal sebagai tanaman hias. Warna bunganya yang cerah dan bermacam-macam ( merah, putih, ungu, oranye, salem), menjadikan tanaman ini banyak digemari untuk dijadikan sebagai tanaman hias dipekarangan rumah atau di sudut-sudut taman. Selain itu, mudahnya dalam perawatan dan perbanyakan tanaman membuat sosok bunga pacar air mudah untuk di jumpai di seluruh Indonesia.

a. Klasifikasi TanamanKingdom: Plantae

Divisio: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Bangsa: Geraniales

Suku: Balsaminaceae

Marga: ImpatiensJenis: Impatiens balsamina L.

b. Morfologi tanaman Herba tegak, batangnya berair, tinggi 0,3-0,8 m. Daun berbentuk mata tombak, sampai pangkal bergerigi tajam, ukuran 6-15 kali 2-3 cm. Bunga bertangkai terdiri atas 1-3 buah, kelopak samping 2 mm berbentuk corong miring menyerupai taji sepanjang 20 mm. Bermahkota 5 lembar, 4 berbentuk jantung terbalik berkuku dan yang kelima lepas. Buah berbentuk elips, pecah menurut ruang secara tiba-tiba (www.ningharmanto.com, 2011). Morfologi tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.) ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 02. Morfologi Tanaman Pacar Air (1) Akar : Terna ini berakar serabut(2) Batang : Tinggi tanaman ini bisa mencapai satu meter berbatang basah, lunak, bulat, bercabang,warna hijau kekuningan yang tebal. Arah tumbuhnya tegak, percabangannya maonopodial.(3) Daun : Daunnya tunggal, tersebar, berhadapan, atau dalam karangan. Bentuk daun lanset memanjang, tepi daunnya bergerigi, ujung meruncing, tulang daun menyirip. Warna daun hijau muda tanpa daun penumpu, jika ada daun penumpu bentuknya kelenjar. Bagian bawah membentuk roset akar. Tulang daun menyirip. Luas daunnya sekitar 2 sampai 4 inchi. Pangkal daun bergerigi tajam, runcing. Duduk daun spiral (daun muncul dari batang mengikuti arah spiral) dan berhadapan.(4) Bunga : Tanaman ini memiliki aneka macam warana bunga. ada yang putih, merah, ungu, kuning, jingga, dll. Jika pacar air yang berbeda warna disilangkan, maka akan terbentuk keturunan yang beraneka ragam. Bunga zygomorph, berkelamin 2, di ketiak. Daun kelopak 3 atau 5, lepas atau sebagian melekat, bertaji. Daun kelopak samping berbentuk corong miring, berwarna, dan terdapat noda kuning di dalamnya. Sedikit di atas pangkal daun mahkota memanjang menjadi taji dengan panjang 0,2-2 cm. Daun mahkota 5, lepas. Daun mahkota samping berbentuk jantung terbalik dengan panjang 2-2,5 cm, yang 2 bersatu dengan kuku, yang lain lepas tidak berkuku dan lebih pendek. Ada 5 benangsari dengan tangkai sari yang pendek, lepas, agak bersatu. Kepala sarinya bersatu membentuk tudung putih. Bunga terkumpul 1-3. Setiap tangkai hanya berbunga 1 dan tangkainya tidak beruas. Memiliki 5 kepala putik.(5) Buah : Buah kecil-kecil bentuk kapsul. Bakal buah menumpang, beruang 4-5. Dalam satu ruangan tersebut terdapat dua atau lebih bakal biji. Buah membuka kenyal dan termasuk buah batu dengan 5 inti. Bentuk buah elliptis, pecah menurut ruang secara kenyal.(6) Biji : Benihnya endospermic. Embrio akan mengalami diferensiasi.(7) Sebaran dunia: Tanaman ini berasal dari Asia Selatan (India) dan Asia Tenggara. Diperkenalkan di Amerika sekitar abad 19. Di Indonesia, tanaman ini tersebar merata dan dipakai sebagai tanaman hias.Sinonim : Impatiens cornuta, Linn. Impatiens hortensis, Desf. Impatiens mutila, D.C. I.triflora Blanco Balsamina mutila, DC.c. Habitat dan penyebaranSetiap daerah di Indonesia memiliki nama lain untuk tanaman yang satu ini. Di Sumatera, tanaman ini dikenal dengan nama lahine atau paruinai. Di Jawa, lebih dikenal dengan pacar cai (Sunda), pacar banyu (Jawa) atau kimhong (Jakarta). Sedangkan di Bali dan Nusa Tenggara disebut pacar foya, pacar aik dan di daerah Sulawesi di kenal dengan bunga taho, bunga jebulu (Halmahera Selatan) atau inai anyer di Maluku.

Yang perlu diperhatikan dalam budidaya bunga pacar air adalah ketersediaan air dan kelembapan, karena tanaman ini merupakan salah satu bunga yang tidak dapat tumbuh jika kekurangan air. Apabila kondisi lingkungan tumbuhnya optimal (tanah dengan kandungan liat tinggi, lembap, drainase baik dan kaya akan humus), akan membuat tanaman ini rajin berbunga, sehingga pantas lah kalau tanaman ini mendapat julukan Bussy Lizzie (Lizzie yang sibuk).

d. Kimawi dan Farmakologis Terasa pahit, hangat, sedikti toxic (beracun). Berkhasiat melancarkan peredaran darah, melunakkan masa/benjolan yang keras. Kandungan Kimia: Bunga : Anthocyanins, cyanidin, delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaempherol, quercetin. Akar :Cyanidin mono-glycoside.e. Manfaat Pacar Air (Impatiens balsamina L.) KEGUNAAN: Biji: Peluruh haid (Emenagog), mempermudah persalinan (Parturifasien), kanker saluran pencernaan bagian atas. Pemakaian 3 - 10 gr, untuk kanker: 15 - 60 gr, direbus. Bunga: Peluruh haid, mengakiri kehamilan (abortivum) dipakai bunga warna putih, pembengkakan akibat terpukul (haematom), rheumatik sendi, bisul (furunculolsis), gigitan ular, radang kulit (dermatitis). Pemakaian: 3 - 6 gr, direbus. Daun: Keputihan (Leucorrhoea), tulang patah/retak (Fracture), mengurangi rasa nyeri (analgetik). Akar: Peluruh haid, anti-inflamasi (antiflogistik = anti radang), rheumatik, tertusuk tulang/benda asing di kerongkongan. PEMAKAIAN LUAR: Bunga: - Pembengkakan, bisul, rheumatik, radang kulit: Lumatkan bunga segar, ternpelkan di tempat yang sakit. Daun: - Frakture, anti-inflamasi: Lumatkhan daun segar, ditempelkan di tempat yang sakit, atau daun direbus, untuk mencuci luka dan daunnya ditempelkan ke tempat yang sakit. CARA PEMAKAIAN: 1. Keputihan (Leucorrhoea): 30 - 60 gr daun segar, rebus. 2. Peluruh haid: a. 4 - 5 bonggol akar, direbus, 3 - 4 kah minum b. (Haematoma dan pcluruh haid): Impatiens balsamina 6 gr Leonurus sibiricus 30 gr Curcuma zedoaria 6 gr Scirpus yagara 6 gr Semua bahan direbus. 3. Tertusuk tulang/benda asing di kerongkongan: Akar dikunyah, telan dengan air hangat. KONTRAINDIKASI: Wanita hamil EFEK SAMPING: Pada pemakaian lama, dapat timbul mulut terasa kering (Xerostomia), mual (Nausea), nafsu makan menurun (anorexia) yang menghilang setelah menurunkan dosis atau penghentian pengobatan selama 2 - 3 hari (www.iptek.net.id, 2011).IV. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini disajikan dalam tabel berikut. Tabel 02. Alat dan BahanNoNama AlatUkuran/jumlahNo.Nama BahanJumlah

2Kolom kromatografi1 set1.Ekstrak alkoholik pacar air 1 ml

3Pipet tetes 3 buah 2.Silica gel 3 ml

4. Statis dan klem1 set3.Etanol 10 ml

5. Spatula 1 buah4.Tissue secukupnya

6.Pinset 1 buah5.Kapas secukupnya

7.Erlenmeyer 1 buah

8Gelas Kimia 100 ml (3 buah)

9Cawan petri 2 buah

V. PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN

Tabel 03. Langkah kerja dan Hasil PengamatanNoLangkah KerjaHasil Pengamatan

1.Penyiapan fase diam

a. Fase diam (adsorben) yang digunakan dalam eksperimen ini adalah silika gel.b. Silica gel dibasahi dengan etanol hingga terbentuk bubur silica gel.Silica gel

Bubur silica gel

2.Penyiapan kolom

a. Kolom yang akan digunakan terlebih dahulu dibilas dengan etanol (eluen).Pengisian kapas ke dalam kolom kromatografiPengisian bubur silica gel ke dalam kolom kromatografi

Kolom kromatografi yang telah berisi bubur silica gel

b. Mula-mula dimasukkan kapas yang telah dibasahi dengan etanol pada dasar kolom.

c. Ke dalam kolom dituangkan dengan etanol hingga mencapai tiga perempat tinggi kolom. Keran diperiksa agar tidak terjadi kebocoran atau kemacetan pada kolom kromatografi.

d. Keran dibuka hingga etanol dapat menetes sedikit demi sedikit.

e. Ke dalam kolom kromatografi yang berisi etanol (eluen) dimasukkan bubur silica gel perlahan-lahan dan dipastikan agar tidak terbentuk rongga udara. Timbunan bubur silica gel dalam kolom mencapai tiga perempat tinggi kolom

3. Injeksi sampel

a. Sampel yang digunakan dalam eksperimen ini adalah ekstrak alkoholik bunga pacar airSampel ekstak

alkoholik pacar air

pengisian sampel ke dalam

kolom kromatografi

Pada kolom kromatografi mulai terlihat sampel melewati silica gel (adsorben). Pada proses kromatografi tidak terlihat adanya pemisahan komponen pada sampel.

b. Sebelum sampel dialirkan, dipastikan etanol yang tersisa hanya sedikit di atas bubur silica gel (miniskus cembung menyentuh adsorben)

c. Ke dalam kolom kromatografi dialirkan sampel ekstrak alkoholik bunga pacar air. Sampel yang dialirkan diusahakan agar merata.

d. Ekstrak akan meresap ke silica gel dalam kolom sampai batas atas silica gel. Setelah itu dimasukkan eluen terus-menerus sambil kran kolom dibuka.

e. Diamati pemisahan sampel yang terjadi pada kolom kromatografi

VI. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini, dilakukan analisis komponen yang terkandung dalam ekstrak alkoholik pacar air (Impatiens balsamina L.) menggunakan kolom. Analisis yang dilakukan dalam percobaan ini merupakan analisis kualitatif untuk mengetahui komponen yang terkandung dalam ekstrak pacar air. Senyawa yang terdapat pada ekstrak pacar air mengandung senyawa-senyawa antosianidin, diantaranya adalah Anthocyanins, cyanidin, delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaempherol, quercetin. Akar :Cyanidin mono-glycoside. Adapun struktur kimia dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam pacar air dapat dilihat pada gambar berikut.

Antosianin

Cyanidin

Delphinidin

Pelargonidin

Malvidin

Khaemperol

Quercitin

Gambar 03. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam pacar airKromatografi kolom dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada prinsipnya hampir sama. Apabila suatu cuplikan yang merupakan campuran dari beberapa komponen dimasukkan melalui bagian atas kolom, maka komponen yang diserap lemah oleh adsorben akan keluar lebih cepat bersama eluen, sedangkan komponen yang diserap kuat akan keluar lebih lama. Kolom kromatografi berkerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertical. Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama yang dipertimbangkan adalah kapasitas yang memadai untuk menerima sampel sampel tanpa melalui fasa diamnya. Merupakan aturan praktis yang umum bahwa panjang kolom harus sekurang kurangnya 10 kali ukuran diameternya.Teknik kromatografi kolom dalam eksperimen ini menggunakan silica gel sebagai fasa diam/adsorben dan etanol sebagai fasa gerak/eluen. Bahan yang dapat dipakai sebagai adsorben dalam kromatografi cair-pada tidak banyak jenisnya, dan yang paling dikenal adalah silika gel dan alumina, daya adsopsi dari bahan tergantung dari sifat kimia permukaannya, luas relatif permukaan, dan perlakukan pendahuluan terhadapnya. Sifat-sifat ini sulit berubah dan sulit dikontrol. Silika gel sebagai adsorben dalam kromatografi cair-padat merupakan padatan yang mempunyai luas relatif yang lebih besar dari alumina (kurang lebih 500 m2/g), Silika gel dapat dipakai dengan semua pelarut, tetapi silika mampu menunjukkan kekuatan ikatan hidrogen dengan beberapa zat terlarut dan pelarut jika ada air. Ciri ikatan ini serta kenyataan bahwa silika gel mengembang sehingga memperlambat aliran pelarut jika ada air, methanol dan etanol sehingga pemakaiannya agak terbatas. Silika gel dianjurkan untuk digunakan dalam memisahkan senyawa-senyawa organik yang sensitif terhadap sifat mengkatalisis dari permukaan aktif.

Pada permukaan silika terdapat gugus silanol yang reaktif secara kimia. Permukaan silika mengandung sekitar 8mol/m2 gugus OH. Gugus silanol ini akan membentuk ikatan hidrogen dengan gugus aktif analit seperti yang digambarkan pada Gambar 3. Mekanisme terjadinya adsorpsi komponen oleh fase diam dengan menggunakan absorben silika gel sebagai berikut:

Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa lapisan. Akhirnya, masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen murninya. Fase gerak (solvent) yang digunakan dalam kromatografi kolom dalam eksperimen ini menggunakan etanol tidak hanya berfungsi sebagai pengangkut, melainkan juga dapat mempengaruhi koefisien distribusi. Solute dan solvent berkompetisi untuk mengisi sisi aktif dari adsorben. Soven yang mengelusi sampel terlalu cepat tidak akan dapat memisahkan sampel atas komponen-komponennya, sedangkan elusi yang terlalu lambat akan mengakibatkan waktu retensi yang terlalu lama. Dalam kromatografi kolom, senyawa yang terelusi terlebih dahulu berdasarkan adalah senyawa yang bersifat kurang polar, karena interkasi senyawa tersebut dengan fase diam lemah. Jika dilihat gugusnya, maka senyawa tersebut kemungkinan mengandung gugus hidroksil dengan jumlah yang sedikit, sehingga interaksi dengan silika gel kurang kuat. Sebaliknya, senyawa yang terelusi terakhir atau mempunyai senyawa yang bersifat lebih polar, karena teradsorpsi atau mengalami interaksi yang lebih lama dengan silika gel. Sehingga senyawa tersebut tertahan lebih lama pada fase diamnya. Hasil yang diperoleh dalam eksperimen ini tidak dapat dilihat terjadinya pemisahan komponen-komponen pada ekstrak pacar air secara jelas walaupun sampel merambat turun dengan cepat pada adsorben. Kecepatan merambatnya sampel pada adsorben disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen antara molekul yang terkandung dalam sampel, sehingga mengurangi kekuatan senyawa untuk berinteraksi dengan silica gel. Tidak memisahnya komponen-komponen dalam sampel kemungkinan disebabkan karena pemilihan solven yang tidak sesuai maupun sifat kepolaran dari senyawa yang terkandung dalam pacar air. Dari penjabaran senyawa-senyawa yang terkandung dalam ekstrak pacar air dapat kita lihat senyawa-senyawa tersebut memiliki banyak gugus OH, sehingga dapat dikatakan senyawa-senyawa tersebut memiliki sifat kepolaran yang hampir sama. Senyawa-senyawa dengan sifat polar yang mirip akan sulit untuk dipisahkan dalam kromatografi kolom, pemilihan solven yang sesuai juga akan sulit dilakukan. VII. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Teknik pemisahan dengan kromatografi kolom merupakan tehnik pemisahan kromatografi planar dimana zat-zat dipisahkan berdasarkan perbedaan migrasi solute/ zat terlarut antara dua fase (fase gerak dan fase diamnya). Dimana fase diamnya/ adsorbensnya adalah silika gel dan fase geraknya adalah etanol2. Kromatografi kolom pada sampel ekstrak alkoholik bunga pacar air tidak dapat dilihat dengan jelas pemisahan komponen-komponen ekstrak, hal ini kemungkinan disebabkan oleh sifat kepolaran dari senyawa-senyawa penyusun ekstrak bunga pacar air. VIII. DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2008. Thin Layer Chromatography. Diakses dari www.siggy.chem pada tanggal 1 April 2011 .

Anonym. 2009. Pacar Air. Diakses dari www.iptek.net.id pada tanggal 1 April 2011

Anonim. 2011. Pacar Air. Diakses dari www.ningharmanto.com pada tanggal 1 April 2011Azzahra Z. 2010. Senyawa Kumarin pada Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L.). diakses dari hwww.zeylaazzahra.blogspot.com pada tanggal 1 April 2011 .Gritter, Roy J., James M. B., Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB. Bandung Hadian. 2010. Kromatografi. Diakses dari www.my.opera.com pada tanggal 1 April 2011 Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh A. Saptorahardjo. Jakarta: UI-Press

Nur, A. Anwar dan Hendra Adijuwana. 1989. Teknik Pemisahan dalam Analisis Biologis. Bogor: IPB.Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerjemah : Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.Gambar 04. Mekanisme adsorpsi komponen oleh fase diam (silika gel)

Sumber: Scoot.RPW (2010). Liquid Chromatography. Tersedia pada www.chromatography-online.org/HPLC/stationery-phase/silica-gel/structure

Adsorben silika gel dengan gugus aktif Si-OH

Adsorpsi komponen dalam cuplikan oleh silika gel

Page 16 of 17

_1353987415.cdx