Coping Mechanism, Cbt, Intervensi Krisis
description
Transcript of Coping Mechanism, Cbt, Intervensi Krisis
“COPING MECHANISM”
PembimbingDr. Dina Fitriningsih, Sp. KJ
Monica Damayani Susilo (07120090042) – UPH 2009
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA
RSPAD GATOT SUBROTOPeriode 21 Oktober – 23 November 2013
Coping Mechanisms
• Coping mechanisms can also be described as ‘survival skills’
• They are strategies that people use in order to deal with stresses, pain, and natural changes that we experience in life
• In psychology, coping is expending conscious and unconscious strategis to solve personal and interpersonal problems, and seeking to master, minimize or tolerate stress or conflict
Koping• Cara yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan, menyesuaikan diri dengan perubahan, respons terhadap situasi yang mengancam
• Upaya individu dapat berupa:▫Perubahan cara berpikir (kognitif)▫Perubahan perilaku▫Perubahan lingkunganYang bertujuan untuk menyelesaikan stres yang
dihadapi
• Reactive coping : a coping response follows the stressor
• Proactive coping : a coping response aims to head off a future stressor
• Coping responses are partly controlled by personality (habitual traits), but also partly by the social context, particularly the nature of the stressful environment
Different Responses To Situations
• Emotional responses – (fear, anger, sadness, fright)
• Mental responses - (aggressive thoughts “I can’t do this” “I’m worthless”)
• Physical responses - (heart beats faster, stomach pain, headaches)
• Behavioural responses - (drinking, overeating, isolating self, self harm)
Gender differences
• Gender differences in coping strategies are the ways in which men and women differ in managing psychological stress
• There is evidence that males often develop stress due to their careers, whereas females often encounter stress due to issues in interpersonal relationships
• In general, such differences as exist indicate that women tend to employ emotion-focused coping and the "tend-and-befriend" response to stress, whereas men tend to use problem-focused coping and the "fight-or-flight" response, perhaps because societal standards encourage men to be more individualistic, while women are often expected to be interpersonal.
Physiological basis• Hormones also play a part in stress
management. Cortisol, a stress hormone, was found to be elevated in males during stressful situations
• In females, however, cortisol levels were decreased in stressful situations, and instead, an increase in limbic activity was discovered
• Many researchers believe that these results underlie the reasons why men administer a fight-or-flight reaction to stress; whereas, females have a tend-and-befriend reaction.
• The "fight-or-flight" response activates the sympathetic nervous system in the form of increased focus levels, adrenaline, and epinephrine.
• Conversely, the "tend-and-befriend" reaction refers to the tendency of women to protect their offspring and relatives.
• Although these two reactions support a genetic basis to differences in behavior, one should not assume that in general females cannot implement "fight-or-flight" behavior or that males cannot implement "tend-and-befriend" behavior.
Types of coping strategies
• Hundreds of coping strategies have been identified
• Classification of these strategies into a broader architecture has not yet been agreed upon
Coping Mechanisms by type:• Adaptive Mechanisms: That offer positive help• Attack Mechanisms: That push discomfort onto
others• Avoidance Mechanisms: That avoid the issue• Behavioral Mechanisms: That change what we do• Cognitive Mechanisms: That change what we think• Conversion Mechanisms: That change one thing
into another• Defense Mechanisms: Freud's original set• Self-harm Mechanisms: That hurt our selves
Menurut Sarafino (dalam Smet 1994)
• Emotional focus CopingDigunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres
• Problem focus CopingMengatasi dengan yang baru/ menmempelajari cara-cara atau keterampilanciptakan strategi untuk merubah situasi.
Menurut Carven (1989)Fokus pada Pemecahan
MasalahFokus pada Emosi
1. Keaktifan diri – bertambah usaha, bertindak langsung
2. Perencanaan – memikirkan langkah
3. Kontrol diri – membatasi keterlibatan dalam kompetisi
4. Mencari dukungan sosial – mencari nasehat, dukungan moral
1. Mengingkari2. Penerimaan diri3. Religius
Menurut Stuart dan Sundeen, 1995
Mekanisme koping ADAPTIF▫ Yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan ,
belajar dan mencapai tujuan. ▫ Kategorinya : berbicara dengan orang lain, memecahkan
masalah secara efektif, tehnik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif
Mekanisme koping MALADAPTIF / NON – COPING▫ Yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
▫ Kategorinya : makan berlebihan/tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.
• The term coping generally refers to adaptive or constructive coping strategies, i.e., the strategies reduce stress levels
• However, some coping strategies can be considered maladaptive or non-coping, i.e., increase stress levels
Elisabeth Kübler-Ross“Tahapan Penerimaan
Masalah”
Mekanisme defense yang MATUR
• Supresi : membuang pikiran-pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima secara sadar
• Altruism : menangguhkan atau menganggap tidak penting kebutuhan atau minat pribadi dibandingkan dengan orang lain
• Sublimasi : mengganti dorongan-dorongan atau harapan- harapan (secara nirsadar) yang tidak dapat diterima oleh alam sadar dengan alternatif lain yang dapat diterima secara sosial
• Humor: kemampuan membuat hal-hal yang lucu untuk diri sendiri atau pada situasi tempat individu berada, yang merupakan bagian dari jiwa yang sehat
Mekanisme defense yang PATOLOGIK
• Penyangkalan (denial)
• Represi• Proyeksi• Introyeksi• Pembentukan reaksi
(Reaction Formation)
• Peniadaan (undoing)• Isolasi• Penghalangan
(blocking)• Regresi• Splitting
Karakteristik Koping yang TIDAK EFEKTIF•Menyatakan tidak mampu•Tidak mampu menyelesaikan masalah
secara efektif•Perasaan cemas, takut, marah, tegang,
gangguan psikologis seperti sindrom pramenstruasi, dan adanya stres kehidupan
•Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, perilaku merusak
1. Penyangkalan (denial)• Menganggap tidak ada sensasi-sensasi nyeri
atau antisipasi suatu peristiwa yang tidak menyenangkan.
• Contohnya:▫ Anak kecil yang “tidak merasa sakit” ketika
disuntik ▫ Orang dewasa yang meyakini diri sendiri bahwa
perkawinan, perceraian atau penggantian pekerjaan akan memberatkan segala persoalan
2. Represi • Perasaan-perasaan dan impuls yang nyeri atau tidak
dapat diterima (memalukan, membangkitkan rasa bersalah, membahayakan) didorong ke luar kesadaran, tidak diingat, “dilupakan”
• Ini dapat membentuk gejala karena materi yang dilupakan itu mencari penyaluran dalam fungsi-fungsi sistem badaniah tertentu (misalnya dalam sindrom hysteria), atau terjadi “lowongan” dalam pola ingatan
• Hal-hal yang direpresikan dapat juga bermanifestasi dalam ide-ide atau perasaan-perasaan yang dipegang teguh dan kaku tanpa alasan yang masuk akal.
3. Proyeksi • Kegagalan diri sendiri dipersalahkan kepada orang lain
atau pada “situasi”• Contoh:
▫ Kalah dalam pertandingan karena wasitnya curang▫ Tidak lulus ujian karena dosennya sentimen▫ Usaha merosot karena situasi umum
• Cara ini dapat meringankan kecemasan, rasa bersalah dan rasa gagal.
• Proyeksi dapat meningkat sampai taraf ekstrim yang disertai penyimpangan persepsi lingkungan, yaitu berupa waham kejaran dan halusinasi
4. Introyeksi • Arti harfiahnya yaitu “memasukkan ke dalam diri” • Individu dapat menyingkirkan ketakutan terhadap
seseorang dan impuls-impuls permusuhan terhadapnya dengan cara mengambil alih ( memasukkan ke dalam diri ) sifat-sifat orang tersebut
• Hal ini dapat menjadi gejala psikopatologik bila ia kemudian merasa “terancam dari dalam” yang menjelma dalam kecendrungan untuk “menghukum diri” dan perasaan bersalah irasional yang tidak dapat dikuasai.
5. Pembentukan reaksi ( Reaction Formation )• Mekanisme ini mempunyai hubungan dengan represi
sebagai jalan untuk mengolah atau menyalurkan materi yang dirasakanya sebagai ancaman, individu menyusun sikap reaktif terhadapnya; dengan demikian ia akan merasa aman dan percaya bahwa impuls-impuls tersebut tidak ada
• Namun, sikap reaktif ini sering bersifat kaku dan seperti berlebihan, dan dapat mambentuk gejala obsesi dan kompulsi
• Contohnya: seseorang yang merasa terancam misalnya oleh impuls agresif atau seksual yang tercela (dari dalam dirinya), dapat menjadi seorang dengan fanatisme religius yang kaku dan menentang segala segala bentuk kesenangan bagi dirinya sendiri.
6. Peniadaan ( undoing )• Mekanisme ini biasanya berkaitan dengan reaction
formation• Terdiri atas perbuatan-perbuatan ritualistik yang
mempunyai arti simbolik untuk meniadakan, menghapus, melupakan suatu kejadian, pemikiran atau impuls.
• Individu tidak mengetahui (tidak menyadari) hal yang : “ditiadakan” olehnya; ia hanya mengalami suatu dorongan yang kuat untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, yang biasanya berulang kali.
• Contoh, seorang kadang-kadang berkumur untuk “menghapus” perkataan yang baru dikatakanya namun disesalkan karena terdengar memalukan.
7. Isolasi • Mekanisme ini memisahkan ingatan tentang peristiwa
traumatic (peristiwa yang membangkitkan ansietas) dari penghayatan emosinya
• Pasien dapat mengingat dan menceritakan peristiwa asalnya, tanpa menghayati emosi yang berkaitan dengan peristiwa itu; emosi ini disalurkan pada obyek-obyek lain yang tampaknya tidak relevan.
8. Penghalangan (blocking)• Digunakan bila seseorang tidak dapat mengatasi emosinya
dengan penyangkalan dan represi; dengan demikian suatu fungsinya dihentikan / dihadang
• Emosi yang “dihadang” demikian dapat disalurkan terhadap obyek atau situasi lain yang tampaknya tak bersangkut paut
• Mekanisme ini praktis selalu bersifat patologik:▫ Frigiditas sebagai mekanisme defensi terhadap hal-ihwal seksual▫ Pasivitas yang ekstrim pada orang yang sebenarnya sangat hostil
(bermusuhan) atau sangat takut
9. Regresi • Mundur kembali pada jenis adaptasi yang lebih dini• Digunakan dalam usaha untuk mengatasi atau
menyesuaikan diri dengan situasi buntu• Tingkat regresi memainkan peran penting dalam
penentuan sifat reaksi, apakah neurotic atau psikotik, yang dipertunjukkan sesorang bila situasinya tidak dapat dihadapi secara konstruktif
• Misal: mimpi dan fantasi
10. Splitting • Merupakan mekanisme defense yang primitive, yang
bermanifestasi secara klinis dalam bentuknya).▫ Ekspresi perasaan dan perilaku yang berubah-ubah secara
cepat▫ Kemampuan pengendalian impuls berkurang secara selektif▫ Memisahkan orang-orang di lingkunganya menjadi dua
macam, yaitu yang baik dan yang buruk▫ Representasi self yang berubah-ubah secara bergantian dari
hari-ke hari bahkan dari jam ke jam. Banyak dijumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian ambang.
• Coping mechanisms are learned behavioural patterns used to cope
• We learn from others ways to manage our stresses• There are negative coping mechanisms and
positive coping mechanisms• To help people cope, find ways to let them safely
let go of the stress that they experience or gain a greater understanding of the situation
• Be aware of your own coping mechanisms and move to more functional means of managing stress !
CBTCognitive Behavioral Therapy
Risti Khafidah
112.0221. (UPN 2008)
Definisi
• Pendekatan psikoterapi yang bertujuan untuk memecahkan masalah emosi disfungsional, perilaku dan kognisi melalui prosedur, berorientasi pada tujuan yang sistematis.
• Kognisi mengacu pada segala sesuatu yang terjadi di dalam pikiran kita, termasuk mimpi, kenangan, gambar, pikiran, dan perhatian.
• Perilaku mengacu pada segala sesuatu yang kita lakukan.
Format CBT
Karakteristik CBT• Menitikberatkan makna pribadi yang seseorang berikan
kepada kejadian-kejadian dan menentukan tanggapan emosional yang diberikan
• Dikembangkan melalui evaluasi ilmiah
• Lebih berfokus bagaimana menghadapi seuatu masalh daripada mencari akar tunggal permasalahan
• Menawarkan nasehat praktis untuk menghadapi masalah emosi umum
• Berpandangan bahwa seseorang dapat berubah dan berkembang mencoba ide-ide dan strategi baru
• Berusaha untuk menormalkan emosi, sensasi fisik, dan pikiran bukan untuk meyakinkan bahwa itu cara untuk menyembunyikan masalah.
Intervensi KrisisAyuningdyah Chitra Buanantri
112.0221.148 (UPN 2008)
Jenis Krisis
• Krisis perkembangan terjadi sebagai respon terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan (mis, beranjak dari remaja ke dewasa).
• Krisis situasional terjadi sebagai respon terhadap kejadian yang tiba-tiba dan tidak terduga dalam kehidupan seseorang. Kejadian tersebut biasanya berkaitan dengan pengalaman kehilangan (mis, kematian orang yang dicintai).
• Krisis adventisius terjadi sebagai respon terhadap trauma berat atau bencana alam. Krisis ini dapat mempengaruhi inidividu, masyarakat, dan bahkan negara.
Definisi
Usaha untuk membantu pasien yang mengalami kecemasan psikologik untuk kembali ke tahap fungsi penyesuaian dan mencegah / mengurangkan kesan negatif trauma psikologik.
• Tujuan menyelesaikan krisis dengan cara menukar persepsi ancaman/ bahaya dan memulihkan fungsi sosial mental seperti sedia kala.
• Intervensi langsung : digunakan apabila seseorang tidak mampu mengatasi krisisnya.
• Intervensi tidak langsung : digunakan untu pasien yang mampu mengambil inisiatif dan langkah tindakan sendiri.
• Pendekatan kerja sama digunakan apabila pasien tidak mampu berfungsi secara baik, menggunakan pendekatan bukan secara langsung tetapi masih memilliki cukup kemampuan untuk bekerja sama proses intervensi.
Resiliensi
• suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan positif atau dapat pulih kembali dalam situasi atau kondisi yang sulit.
Aspek Resiliensi
• Regulasi emosi
• Pengendalian impuls
• Menganalisa data
• Efikasi diri
• Optimis
• Empati
• Pencapaian
Karakteristik Resilien
• Insight
Merupakan kemampuan untuk memahami diri sendiri, orang-orang yang ada disekitar serta mampu menyesuaikan diri dengan kondisi atau situasi tertentu.
• Kemandirian
Suatu kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara jujur pada diri sendiri dengan peduli terhadap orang lain.
• Hubungan
Individu yang resilien dapat mengembangkan hubungan yang jujur,saling mendukung dan berkualitas bagi kehidupan.
• Inisiatif
Merupakan keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab dari masalah yang dihadapi atau dalam pemecahan masalah.
• Kreatifitas
Merupakan kemampuan yang melibatkan pemikiran dalam berbagai pilihan, konsekuensi dan jalan lain dalam menghadapi tantangan hidup.
• Humor
Suatu kemampuan individu untuk mengurangi beban hidup dan menemukan kebahagiaan dalam situasi apapun.
• Moralitas
Moralitas adalah kemampuan berprilaku atas dasar hati nurani
KARAKTERISTIK ORANG YANG RESILIEN
• Melihat perubahan atau stres sebagai sebuah tantangan,
• Memiliki komitmen,
• Dapat mengontrol diri,
• Mampu memberikan rasa nyaman dengan orang-orang sekitar,
• Collective goal, efikasi diri, kuat menghadapi stres, past successes,
• Mampu mengambil keputusan, memiliki humor,
• Mampu berorientasi dengan keadaan, sabar,
• Memiliki toleransi terhadap efek negatif,
• Mampu beradaptasi terhadap perubahan, optimis, dan memiliki keyakinan.
Krisis intervensi
Fase awal : cemas dan tegang
Reaksi maladaptif
Mekanisme memecahkan masalah
Reaksi adaptif
Krisis terpecahkan;
lebih unggul
Krisis akan lebih dalam, pemburukan regresif, gangguan psikiatrik