APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB...

71
APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM STRATEGI IMPLEMENTASI DIMENSI LINGKUNGAN DARI COMMON CODE FOR THE COFFEE COMMUNITY (4C) DI PROVINSI LAMPUNG (Tesis) Oleh WAHYU WIBOWO PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Transcript of APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB...

Page 1: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM

STRATEGI IMPLEMENTASI DIMENSI LINGKUNGAN DARI

COMMON CODE FOR THE COFFEE COMMUNITY (4C)

DI PROVINSI LAMPUNG

(Tesis)

Oleh

WAHYU WIBOWO

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

ABSTRAK

APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM

STRATEGI IMPLEMENTASI DIMENSI LINGKUNGAN DARI

COMMON CODE FOR THE COFFEE COMMUNITY (4C)

DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

WAHYU WIBOWO

Kopi merupakan komoditas penting di dunia dan kopi berkelanjutan

diperdagangkan sejak tahun 1967. Produksi kopi dunia saat ini 8,6 juta ton

dengan konsumsi 9 juta ton, sehingga korporasi industri kopi memberikan harga

premium untuk sustainable coffee sebesar USD 175 juta per tahun. Salah satu

standar kopi keberlanjutan terkemuka adalah Common Code for the Coffee

Community (4C) berdasarkan potensi pasokan yang tertinggi di dunia. Sebagai

standar tingkat dasar, 4C memudahkan petani kecil dalam implementasi standar

keberlanjutan. Total pasokan kopi 4C dunia sekitar 2,8 juta ton dan sumbangan

kopi 4C Provinsi Lampung hanya 63 ribu ton. Standar 4C yang diadopsi sejak

2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi sosial

dengan kinerja yang tinggi; dan dimensi lingkungan berkinerja rendah. Untuk itu,

aplikasi pemodelan Analytic Network Process (ANP) dipergunakan untuk

menyusun strategi implementasi Dimensi Lingkungan 4C di Provinsi Lampung.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Kategori Dimensi Lingkungan Unit 4C

terverifikasi di Provinsi Lampung yang berkinerja kurang baik, menetapkan

indikator prioritas dan strategi implementasi Dimensi Lingkungan 4C di Provinsi

Lampung. Hipotesis dari penelitian ini adalah petani kopi belum memahami

implementasi standar keberlanjutan dan tidak mengetahui skala prioritas dari

Dimensi Lingkungan 4C. Penelitian ini dimulai pada Maret sampai Juni 2016.

Metode penelitian adalah analisis kualitatif dengan pemodelan aplikasi ANP,

mempergunakan data sekunder lima Unit 4C terverifikasi di Kabupaten Lampung

Barat dan Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung; data primer dari responden

Page 3: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

terpilih, serta hasil FGD. Simpulan penelitian ini adalah tingkat kinerja Kategori

Dimensi Lingkungan 4C kurang baik. Penelitian menghasilkan lima prioritas,

yaitu: “Konservasi keanekaragaman hayati”, “Kesuburan tanah dan manajemen

nutrisi”, “Limbah”, “Konservasi tanah”, serta “Penggunaan dan penanganan

bahan kimia”. Strategi implementasi Dimensi Lingkungan 4C di Provinsi

Lampung yang dapat diterapkan oleh 4C Association adalah melakukan pelatihan

spesifik “Konservasi Keanekaragaman Hayati”, sistem keterlacakan, aturan harga

premium, serta melakukan un-announcement visit Unit 4C. Selain itu, industri

dan eksportir harus berkomitmen dengan petani kopi, penguatan social capital

kelompok tani, serta investasi untuk program keberlanjutan. Pemerintah perlu

meningkatkan peran dalam tata kelola Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan

penegakan hukum, pemberdayaan penyuluh pertanian lapangan (PPL), serta

regulasi pupuk dan pestisida; adapun petani dapat melakukan penguatan

kelembagaan, meningkatkan kemampuan budidaya tanaman kopi yang baik dan

berkelanjutan, serta pengelolaan kebun dengan memperhatikan aspek kualitas

lingkungan. Saran penelitian adalah kinerja Unit 4C terverifikasi harus

disampaikan oleh Entitas Pengelola ke petani kopi untuk perbaikan kategori

berkinerja kurang baik, pemenuhan syarat standar keberlanjutan melalui

pendekatan komprehensif collective action, serta strategi implementasi tersebut di

atas harus dibuat kerangka kerja oleh Unit 4C untuk dapat dinilai efektivitas dan

kinerjanya berdasarkan waktu.

__________

Kata kunci: kopi, Provinsi Lampung, Dimensi Lingkungan 4C, Analytic Network

Process (ANP)

Page 4: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

ABSTRACT

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) APPLICATION IN THE

IMPLEMENTATION STRATEGY OF ENVIRONMENTAL DIMENSION

OF THE COMMON CODE FOR THE COFFEE COMMUNITY (4C)

IN LAMPUNG PROVINCE

By

WAHYU WIBOWO

Coffee is an important commodity in the world and sustainable coffee is traded in

1967. World coffee production is currently 8.6 million tons with consumption of 9

million tons, therefore the coffee industry corporation providing premium price

for a sustainable coffee of USD 175 million per year. One of the leading

sustainability standards of coffee is Common Code for the Coffee Community

(4C) with the highest potential supply in the world. The 4C as a baseline standard

that enables smallholders in the implementation of sustainability standards. Total

supply of 4C coffee at the global level is about 2.8 million tons and contribution

of 4C coffee from Lampung Province is only 63 thousand tons. The 4C was

adopted since 2008 in Lampung Province, shows high-performance of economic

and social dimensions; and low-performance of environmental dimensions.

Therefore, the Analytic Network Process (ANP) modeling application is used to

develop implementation strategy of 4C Environmental Dimension in Lampung

Province. The purpose of this research is to know in which Category of 4C

Environmental Dimensions from verified 4C Unit in Lampung Province with low-

performance, provide a priority and implementation strategy of 4C Environmental

Dimension in Lampung Province. The hypothesis of this research is that coffee

farmers still have not understood how to implement the sustainability standards

and are not aware of the priority scale of the 4C Environmental Dimension. This

research was started from March to June 2016. The research method is qualitative

analysis with ANP application modeling, using secondary data of five verified 4C

Unit in West Lampung District and Tanggamus District, Lampung Province;

primary data from selected respondents, and FGD results. The conclusion of this

research is that the performance level of the 4C Environmental Dimension

Page 5: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

Category is not very good. This research resulted five priorities, i.e.:

"Biodiversity conservation", "Soil fertility and nutrient management", "Waste",

"Soil Conservation", and "Use and handling of chemicals". The implementation

strategy of 4C Environmental Dimension in Lampung Province that applicable to

the 4C Association is to conduct specific training of "Biodiversity conservation",

traceability system, premium pricing regulation, and un-announcement visit to 4C

Unit. Industries and exporters can commit to coffee farmers, strengthening of

farmers' social capital, and investing in sustainability programs. Government can

enhance role of forest community governance and law enforcement,

empowerment of agricultural extension, and regulation of fertilizer and pesticide;

while farmers can strengthen their institutions, improve capability on good

agriculture practices, and farm management with regard to environmental aspects.

Recommendation that can be given is that the performance of verified 4C Unit

should be communicated by Managing Entity to coffee farmers for the

improvement of categories with low-performance, fulfillment of sustainability

standard requirements through a comprehensive collective action approach, and

implementation mentioned above must be created by 4C Unit into a framework

that would enable a rating of its effectiveness and performance against time.

__________

Keywords: coffee, Lampung Province, 4C Environmental Dimension, Analytic

Network Process (ANP)

Page 6: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM

STRATEGI IMPLEMENTASI DIMENSI LINGKUNGAN DARI

COMMON CODE FOR THE COFFEE COMMUNITY (4C)

DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

WAHYU WIBOWO

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER SAINS

Pada

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan

Program Pascasarjana Universitas Lampung

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 7: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi
Page 8: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi
Page 9: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi
Page 10: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

RIWAYAT HIDUP

Penulis telah berkecimpung di dalam supply chain komoditas pertanian lebih dari

15 tahun, dengan konsentrasi pada komoditas kopi, teh, kelapa sawit, rempah-

rempah, dan spices. Kegiatan yang berhasil dilakukan adalah menciptakan sentra

baru dengan mitra lokal, menjamin pasokan secara rutin dan konsisten dengan

spesifikasi yang sudah ditetapkan.

Pengalaman kerja diperoleh dari PT. Haldin Pacific Semesta (General Manager

Operation), PT. Bromelain Enzyme (General Manager/Site Director), dan 4C

Association (Regional Manager Indonesia). Saat ini menjabat sebagai Direktur

PT. 4C Asosiasi Indonesia dan Manager Indonesia dari Global Coffee Platform

(GCP). Penulis juga merupakan founding partner dari Lumintu Sustainable

Services, sebuah organisasi yang membantu implementasi projek pertanian

keberlanjutan.

Penulis sekarang aktif terlibat dalam platform keberlanjutan untuk sektor kopi di

Indonesia dan tingkat global, dengan kegiatan diantaranya: fasilitator untuk

training of trainer (ToT) kurikulum nasional kopi robusta dan arabika di

Indonesia, master trainer untuk 4C Code of Conduct di dalam dan luar negeri,

fasilitator akses pembiayaan untuk 3.400 petani di Malang Selatan, ketua gugus

tugas standar keberlanjutan dan indikasi geografis dari Sustainable Coffee

Platform of Indonesia (SCOPI), menjadi tim perumus untuk kegiatan Rancangan

Page 11: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Budidaya Kopi

Berkelanjutan, mitra pemerintah untuk inisiasi benchmarking standar nasional

Indonesian Sustainable Coffee (ISCoffee) dengan standar internasional, serta

diundang sebagai key speaker di beberapa kegiatan di Indonesia dan luar negeri

terkait dengan kopi berkelanjutan.

Page 12: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

i

Buat Mama Lisa atas dedikasinya.

Buat Kakak Vici dan Adik Sidney, semoga hasil ini

dapat menjadi pendorong kalian untuk pencapaian tertinggi!

Page 13: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

ii

SANWACANA

Atas perlindungan dan ijin Allah S.W.T, penulis dapat menyelesaikan penelitian

berjudul: Aplikasi Analytic Network Process (ANP) di dalam Strategi

Implementasi Dimensi Lingkungan dari Common Code for the Coffee Community

(4C) di Provinsi Lampung. Penelitian ini berawal dari keingintahuan penulis

untuk dapat memahami kondisi perkebunan kopi dan implementasi standar

keberlanjutan di Provinsi Lampung, serta dapat memberikan sedikit andil untuk

kemajuan sektor kopi di Indonesia.

Penulis merasa bangga dapat berkolaborasi dengan para pakar dan dosen selama

masa perkuliahan di Universitas Lampung, serta mengucapkan terima kasih atas

bantuan dan saran selama penelitian kepada:

1. Dr. Ir. Agus Setiawan, M.S., selaku pembimbing utama, yang bersedia

memberikan jalan dan inspirasi sejak semester dua perkuliahan.

2. Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si., selaku pembimbing kedua, yang bersedia

memberikan waktu lebih untuk konsultasi, dan selalu membuat penulis

termotivasi dengan filosofi yang diberikan.

3. Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P., selaku penguji, yang bersedia memberikan

saran dan masukan untuk arah yang lebih baik dari penelitian ini.

Page 14: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

iii

4. Teman-teman Petani Kopi Indonesia, Penyuluh, Entitas Pengelola,

Verifikator, Pimpinan dan Staff dari Kementrian Pertanian (Direktorat P2HP,

Direktorat Tanaman Tahunan dan Tanaman Penyegar, serta Pusat Pelatihan

Pertanian), Pimpinan dan Staff dari Dinas Perkebunan Provinsi Lampung,

Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus,

Dinas Pertanian Kabupaten Bondowoso, Dinas Pertanian Kabupaten Sungai

Penuh, Dinas Pertanian Kabupaten Enrekang; atas waktu dan saran pada saat

diskusi.

5. Cornelis Hanssen, selaku line manager di 4C Association, atas fasilitas (data

dan biaya penelitian) dan fleksibilitas yang diberikan selama penulis

melakukan penelitian ini.

Bandar Lampung, September 2017

Wahyu Wibowo

Page 15: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang dan Masalah ......................................................... 1

B. Tujuan............................................................................................ 4

C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 4

D. Hipotesis ........................................................................................ 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8

A. Standar Pertanian Berkelanjutan ................................................... 8

B. Standar Kopi Berkelanjutan ......................................................... 11

C. Fungsi 4C Association dan 4C Code of Conduct .......................... 13

1. Kategori-kategori Dimensi Lingkungan dari 4C Code of

Conduct .................................................................................. 14

2. Indikator 4C Code of Conduct ............................................... 17

D. Rantai Pasok dan Kondisi Perkebunan Kopi di Provinsi

Lampung........................................................................................ 18

E. Perkembangan 4C di Indonesia ..................................................... 24

F. Aplikasi Analytic Network Process (ANP) ................................... 25

III. METODE PENELITIAN .................................................................... 33

A. Waktu dan Tempat ........................................................................ 33

B. Alat ................................................................................................ 33

C. Prosedur dan Langkah Penelitian .................................................. 33

1. Fase 1 – Konstruksi Model .................................................... 35

2. Fase 2 – Kuantifikasi Model .................................................. 36

3. Fase 3 – Analisis Hasil ........................................................... 38

4. Fase 4 – Strategi Implementasi ............................................. 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 42

A. Data Unit 4C Terverifikasi ............................................................ 42

B. Hasil dan Analisis ANP................................................................. 45

1. Kelompok Responden Entitas Pengelola ............................... 46

2. Kelompok Responden Kolektor ............................................. 47

Page 16: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

v

3. Kelompok Responden Petani ................................................. 48

4. Kelompok Responden Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) 49

5. Kelompok Responden Verifikator ......................................... 50

6. Rata-rata Semua Kelompok Responden................................. 51

C. Analisis dan Perbandingan Data Unit 4C Terverifikasi dan Hasil

ANP Semua Kelompok Responden .............................................. 52

D. Hasil Focus Group Discussion (FGD) .......................................... 56

1. Indikator: Program perlindungan lereng, DAS, dan rawa...... 57

2. Indikator: Pupuk organik digunakan ...................................... 59

3. Indikator: Menjalankan penggunaan kembali, daur ulang,

dan pembuangan yang aman .................................................. 60

4. Indikator: Ada rencana dan implementasi konservasi tanah . 61

5. Indikator: Pestisida disimpan dengan baik ............................. 62

E. Strategi Implementasi Dimensi Lingkungan 4C di Provinsi

Lampung........................................................................................ 64

1. Pemilik standar keberlanjutan (4C Association) .................... 64

2. Industri (roasters dan retailers) dan eksportir ...................... 65

3. Pemerintah ............................................................................. 66

4. Petani ..................................................................................... 67

V. SIMPULAN DAN SARAN................................................................... 69

A. Simpulan........................................................................................ 69

B. Saran .............................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72

LAMPIRAN .................................................................................................... 77

Kuisioner Model ANP ............................................................................ 77

Tabel ...................................................................................................... 92

Gambar .................................................................................................. 111

Page 17: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Matriks 4C Code of Conduct berdasarkan Kategori Dimensi

Lingkungan (Asosiasi 4C, 2012; data diolah) ........................................... 15

2. Contoh kinerja 4C Code of Conduct berdasarkan Dimensi Lingkungan,

Kategori Konservasi Keanekaragaman Hayati (Asosiasi 4C, 2012) ........ 16

3. Tingkat kinerja dan nilai (a) serta rata-rata nilai per prinsip sampel dan

tingkat kinerja (b) (4C Association, 2015b).............................................. 16

4. Matriks indikator 4C Code of Conduct berdasarkan Dimensi Lingkungan,

Kategori Konservasi Keanekaragaman Hayati (Asosiasi 4C, 2012) ........ 17

5. Skala fundamental dari angka mutlak (Saaty and Vargas, 2006) ............. 28

6. Contoh model kuisioner dan pengisian ..................................................... 38

7. Informasi umum Unit 4C terverifikasi di lokasi terpilih (4C Association,

2015c; data diolah) .................................................................................... 42

8. Hasil kompilasi lima Unit 4C terverifikasi di Provinsi Lampung (4C

Association, 2015c; data diolah) ............................................................... 43

9. Skala prioritas Dimensi Lingkungan 4C hasil lima Unit 4C terverifikasi

di Provinsi Lampung (4C Association, 2015c; data diolah) ..................... 44

10. Karakteristik dan informasi kelompok responden .................................... 45

11. Penggabungan data Unit 4C terverifikasi dan hasil ANP semua

kelompok Responden ................................................................................ 52

12. Indikator prioritas dari lima Kategori Dimensi Lingkungan 4C ............... 55

13. Hasil kuisioner Kategori Dimensi Lingkungan 4C untuk Entitas

Pengelola sebanyak lima responden ......................................................... 92

Page 18: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

vii

14. Hasil kuisioner Kategori Dimensi Lingkungan 4C untuk Kolektor

sebanyak lima responden .......................................................................... 93

15. Hasil kuisioner Kategori Dimensi Lingkungan 4C untuk Petani

sebanyak 17 responden ............................................................................. 94

16. Hasil kuisioner Kategori Dimensi Lingkungan 4C untuk Penyuluh

Pertanian Lapangan (PPL) sebanyak lima responden ............................... 97

17. Hasil kuisioner Kategori Dimensi Lingkungan 4C untuk Verifikator

sebanyak tiga responden ........................................................................... 98

18. Hasil kuantifikasi model ANP untuk Entitas Pengelola ........................... 99

19. Hasil kuantifikasi model ANP untuk Kolektor ......................................... 100

20. Hasil kuantifikasi model ANP untuk Petani ............................................. 101

21. Hasil kuantifikasi model ANP untuk Penyuluh Pertanian Lapangan

(PPL) ......................................................................................................... 102

22. Hasil kuantifikasi model ANP untuk Verifikator ..................................... 103

23. Hasil kuantifikasi model ANP untuk semua kelompok responden .......... 104

24. Hasil kuantifikasi model ANP untuk mendapatkan nilai rater

agreement dari kelompok responden Entitas Pengelola ........................... 105

25. Hasil kuantifikasi model ANP untuk mendapatkan nilai rater

agreement dari kelompok responden Kolektor ......................................... 106

26. Hasil kuantifikasi model ANP untuk mendapatkan nilai rater

agreement dari kelompok responden Petani ............................................. 107

27. Hasil kuantifikasi model ANP untuk mendapatkan nilai rater

agreement dari kelompok responden Penyuluh Pertanian Lapangan

(PPL) ......................................................................................................... 108

28. Hasil kuantifikasi model ANP untuk mendapatkan nilai rater

agreement dari kelompok responden Verifikator ..................................... 109

29. Hasil kuantifikasi model ANP untuk mendapatkan nilai rater

agreement dari semua kelompok responden ............................................ 110

Page 19: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik kecenderungan produksi dan konsumsi kopi robusta di Indonesia

(TechnoServe, 2014) ................................................................................. 5

2. Alur kerangka pemikiran strategi implementasi Dimensi Lingkungan

4C di Provinsi Lampung ........................................................................... 6

3. Standar keberlanjutan sebagai market-based tools (ISEAL, 2016) .......... 8

4. Sejarah singkat awal standar sampai akhir tahun 1990 (ISEAL, 2016) ... 9

5. Sejarah singkat standar generasi kedua dan ketiga (ISEAL, 2016) .......... 10

6. Total sustainable coffee yang terjual tahun 2012 (Panhuysen and

Pierrot, 2014) ............................................................................................ 13

7. Alur rantai pasok komoditas kopi secara umum (Panhuysen and Pierrot,

2014) ......................................................................................................... 18

8. Alur rantai pasok komoditas kopi di Provinsi Lampung (Arifin, 2010) ... 19

9. Perkembangan produktivitas kopi di Brazil, Vietnam, dan Indonesia

(Hanani, dkk., 2012) ................................................................................. 20

10. Deforestasi di Sumatra akibat illegal logging dan konversi hutan ke

lahan pertanian (WWF, 2007) ................................................................... 21

11. Pola keanekaragaman hayati di dalam perkebunan kopi (Rainforest

Alliance, 2015) .......................................................................................... 23

12. Perkembangan Unit 4C di Indonesia (4C Association, 2015a; 4C

Association, 2015c; data diolah) ................................................................ 25

13. Perbandingan pola linier dan jaringan (Saaty and Vargas, 2006) ............. 27

14. Skema langkah-langkah penelitian ........................................................... 34

Page 20: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

ix

15. Konstruksi model ANP Dimensi Lingkungan 4C Code of Conduct ........ 36

16. Alur kuantifikasi (Ascarya, 2009) ............................................................. 38

17. Peta lokasi Unit 4C di Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten

Tanggamus, Provinsi Lampung ............................................................... 43

18. Perbandingan Kategori Dimensi Lingkungan 4C dari kelompok

responden Entitas Pengelola ..................................................................... 46

19. Perbandingan Kategori Dimensi Lingkungan 4C dari kelompok

responden Kolektor ................................................................................... 47

20. Perbandingan Kategori Dimensi Lingkungan 4C dari kelompok

responden Petani ....................................................................................... 48

21. Perbandingan Kategori Dimensi Lingkungan 4C dari kelompok

responden Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) ...................................... 49

22. Perbandingan Kategori Dimensi Lingkungan 4C dari kelompok

responden Verifikator ............................................................................... 50

23. Perbandingan Kategori Dimensi Lingkungan 4C dari rata-rata semua

kelompok responden ................................................................................. 51

24. Perbandingan indikator “Konservasi keanekaragaman hayati” dari

semua kelompok responden ..................................................................... 53

25. Perbandingan indikator “Kesuburan tanah dan manajemen nutrisi” dari

semua kelompok responden ...................................................................... 53

26. Perbandingan indikator “Limbah” dari semua kelompok responden ....... 54

27. Perbandingan indikator “Konservasi tanah” dari semua kelompok

responden .................................................................................................. 54

28. Perbandingan indikator “Penggunaan dan penanganan bahan kimia”

dari semua kelompok responden ............................................................... 55

29. Aktivitas FGD terkait indikator prioritas dari lima Kategori Dimensi

Lingkungan 4C di Provinsi Lampung ....................................................... 56

30. Kondisi lahan yang curam tanpa program perlindungan lereng ............... 57

31. Dampak deforestasi terhadap ekosistem DAS (Agus, dkk., 2002) ........... 58

32. Kolam daur ulang dan pembuangan limbah berbahaya di salah satu

kelompok tani di Kabupaten Tanggamus ................................................. 60

Page 21: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

x

33. Teknik konservasi tanah di perkebunan kopi di Provinsi Lampung

(Agus, dkk., 2002) .................................................................................... 61

34. Penyimpanan pestisida di dapur salah seorang petani kopi ...................... 63

35. Aktivitas FGD berupa working group berdasarkan penyampaian

indikator prioritas dari Unit 4C terverifikasi dan hasil ANP .................... 111

36. Aktivitas FGD berupa sesi tanya jawab berdasarkan penyampaian

indikator prioritas dari Unit 4C terverifikasi dan hasil ANP .................... 111

37. Aktivitas FGD berupa kunjungan lapang untuk melihat kondisi kebun

kopi berdasarkan penyampaian indikator prioritas dari Unit 4C

terverifikasi dan hasil ANP ....................................................................... 112

38. Pembukaan hutan untuk perkebunan kopi (Sihite, 2001) ......................... 112

39. Teknik konservasi tanah berupa penyiangan secara parsial di

perkebunan kopi di Provinsi Lampung (Agus, dkk., 2002) ...................... 113

40. Teknik konservasi tanah berupa pembuatan rorak di perkebunan kopi

di Provinsi Lampung (Agus, dkk., 2002) ................................................. 113

41. Teknik-teknik konservasi tanah berupa pembuatan guludan dan tanaman

naungan di perkebunan kopi di Provinsi Lampung (Agus, dkk., 2002) .. 114

42. Penyimpanan pestisida di plastik hitam dan kemasan kosong tanpa label

untuk membeli pestisida eceran ................................................................ 114

Page 22: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Kopi merupakan salah satu komoditas paling penting di dunia, diproduksi oleh 60

negara-negara berkembang, melibatkan 20 juta produsen yang sebagian besar

adalah petani kecil, mempunyai pengalaman panjang untuk keberlanjutan dengan

diperdagangkannya kopi bersertifikat organik di tahun 1967. Selain itu, nilai yang

relatif tinggi terhadap volume dan daya tahan sebagai hasil tanaman yang mudah

diangkut dan disimpan, kopi menjadi cash crop pilihan (Giovannucci and Potts,

2008). International Coffee Organization (ICO) merilis data yang menunjukkan

bahwa produksi kopi dunia per tahun saat ini hanya sebesar 8,6 juta ton (6,8 juta

ton di ekspor oleh negara-negara produsen) dengan konsumsi kopi dunia sebesar 9

juta ton. Adapun peningkatan laju produktivitas kopi dunia hanya sebesar 1,4%

dibandingkan dengan peningkatan laju konsumsi dunia sebesar 2,5% per tahun

sejak tahun 2011 (ICO, 2016). Tingkat konsumsi di Asia juga menunjukkan

kecenderungan positif, di mana konsumsi kopi tahun 1990 hanya 0,504 juta ton

dan meningkat menjadi 1,170 juta ton pada tahun 2012 (ICO, 2014). Adanya

selisih dari perbedaan pasokan yang lebih kecil dibandingkan permintaan yang

terus meningkat per tahunnya, membuat korporasi di industri kopi mencari cara

untuk meningkatkan produksi kopi dunia supaya mampu melebihi tingkat

konsumsi. Semua korporasi melakukan investasi yang cukup besar dalam

Page 23: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

2

perkebunan kopi melalui kemitraan dengan petani, eksportir, dan pemerintah di

banyak negara (Panhuysen and Pierrot, 2014); juga memberikan insentif yang

lebih tinggi (harga premium) apabila kopi yang dibeli telah mendapatkan label

berkelanjutan berupa sertifikasi dan atau telah terverifikasi, yang disebut sebagai

sustainable coffee. Di tahun 2016, alokasi tambahan untuk harga premium

diestimasikan sebesar USD 175 juta (Global Coffee Platform, et al., 2016). Lebih

lanjut, industri kopi dunia telah menargetkan untuk dapat membeli kopi yang

bersertifikat atau terverifikasi berdasarkan standar keberlanjutan sebagai

sustainable coffee sebanyak 25% dari total pembelian di tahun 2015 dan dapat

menjadikan kopi sebagai komoditas pertama yang berkelanjutan di tahun 2020.

Salah satu standar kopi keberlanjutan yang terkemuka adalah Common Code for

the Coffee Community (4C) apabila dilihat dari potensi pasokan yang tertinggi di

dunia dibandingkan dengan standar lainnya (Panhuysen and Pierrot, 2014).

Industri kopi dunia pada tahun 2014 telah membeli sustainable coffee sebanyak

10% dari total pembeliannya, dan 25% dari pembelian sustainable coffee tersebut

tersebut merupakan kopi yang telah terverifikasi berdasarkan standar 4C

(Wibowo, 2015). Standar 4C mengacu pada tiga dimensi, yaitu: ekonomi, sosial,

dan lingkungan; merupakan entry level atau baseline standard (standar tingkat

dasar) yang sangat berguna dan memudahkan bagi petani skala kecil yang

mempunyai sedikit pengalaman dengan implementasi sertifikasi dan verifikasi

standar keberlanjutan.

Potensi kebutuhan konsumsi dunia, harga premium sebagai insentif untuk petani

kopi, dan 4C sebagai standar tingkat dasar dengan potensi pasokan tertinggi di

Page 24: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

3

dunia, ternyata masih belum dimanfaatkan oleh petani kopi dan pemangku

kepentingan lainnya di Indonesia, khususnya di Provinsi Lampung. Data dari 4C

Association (2015c) menunjukkan bahwa di tahun 2015 total pasokan kopi 4C di

dunia sekitar 2,8 juta ton, dari Indonesia hanya menyumbang sekitar 84 ribu ton

(3%), di mana pasokan dari Indonesia sebagian besar disumbangkan oleh Provinsi

Lampung sekitar 63 ribu ton (2,25%). Selain itu, paradigma di Indonesia bahwa

pembukaan lahan baru dianggap sebagai cara utama peningkatan produksi akan

menyebabkan eksploitasi lahan dan degradasi lingkungan. Hal tersebut saat ini

menjadi sorotan dan kunci di dalam strategi implementasi standar keberlanjutan

perkebunan kopi di Provinsi Lampung. Bahkan, 4C Association (2014)

melaporkan bahwa standar keberlanjutan kopi yang diadopsi sejak tahun 2008

oleh Unit 4C di Provinsi Lampung, berdasarkan analisis verifikasi menunjukkan

dimensi ekonomi dan dimensi sosial dengan kinerja yang tinggi, dan sebaliknya,

untuk dimensi lingkungan dengan kinerja yang rendah. Selain itu, terkait proses

verifikasi dari 4C yang merupakan standar keberlanjutan tingkat dasar,

pengetahuan dan pemahaman petani terhadap implementasi standar keberlanjutan

masih sangat kurang dan mereka tidak siap pada saat menjalankan proses tersebut.

Apabila untuk standar tingkat dasar saja petani masih rendah pemahamannya,

maka akan jauh lebih sulit apabila bermaksud untuk mengajukan sertifikasi ke

standar yang lebih maju. Untuk itu, aplikasi pemodelan Analytic Network Process

(ANP) dipergunakan untuk menyusun strategi implementasi Dimensi Lingkungan

4C di Provinsi Lampung.

Page 25: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

4

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Membuat peringkat Kategori Dimensi Lingkungan Unit 4C melalui pra survei

dan pengambilan data Unit 4C terverifikasi di Kabupaten Lampung Barat dan

Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung; sehingga diketahui kategori

dengan kinerja kurang baik.

2. Memetakan kinerja dan prioritas Kategori Dimensi Lingkungan 4C

berdasarkan persepsi para pemangku kepentingan yang terpilih sebagai

responden (Entitas Pengelola, Kolektor, Petani, Penyuluh Pertanian Lapangan,

dan Verifikator) dengan aplikasi pemodelan ANP.

3. Menyampaikan hasil pemetaan kinerja dan prioritas Kategori Dimensi

Lingkungan 4C kepada petani terpilih, dilanjutkan dengan Focus Group

Discussion (FGD) untuk menghasilkan strategi di dalam implementasi

Dimensi Lingkungan 4C di Provinsi Lampung.

C. Kerangka Pemikiran

Indonesia sekarang menjadi eksportir nomor empat di dunia setelah Brazil,

Kolombia, dan Vietnam. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Indonesia dapat

berperan penting dalam memenuhi permintaan tambahan dari kopi yang berlabel

sustainable coffee. Konsumen saat ini menyadari apa yang mereka konsumsi dan

ingin mengetahui di mana kopi diproduksi, diproses, dan dipasarkan. Konsumen

bersedia membayar harga yang lebih tinggi apabila atribut tertentu dari produk

dan atau proses produksi, pengolahan, serta pemasaran terpenuhi. Tren ini

kemungkinan akan berlanjut di masa depan, dan kenyataan adanya perubahan di

sektor bisnis kopi di seluruh dunia yang mendorong kecenderungan spesialisasi

Page 26: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

5

dan diversifikasi menggunakan standar keberlanjutan sebagai alat yang berfungsi

sekaligus untuk peningkatan kehidupan petani dan menyediakan produk yang

berkarakteristik positif secara fisik dan non fisik untuk konsumen. Di Indonesia,

potensi peningkatan hasil per hektar dari usaha tani kopi juga juga cukup besar,

namun dengan tingkat pertumbuhan konsumsi dalam negeri yang cukup tinggi,

dengan produksi total yang cenderung tetap dan dibatasi oleh hasil pertanian yang

rendah, Indonesia akan menjadi pengimpor kopi robusta dalam waktu 10 tahun ke

depan seperti disajikan di Gambar 1 (TechnoServe, 2014).

Gambar 1. Grafik kecenderungan produksi dan konsumsi kopi robusta di

Indonesia (TechnoServe, 2014).

Produktivitas perkebunan kopi dan pendapatan petani yang rendah (dimensi

ekonomi) diyakini juga sangat dipengaruhi oleh kategori-kategori di dalam

dimensi lingkungan yang buruk (Jena, et al., 2010). Panhuysen dan Pierrot (2014)

melalui penelitiannya melaporkan bahwa permasalahan lingkungan di tingkat

Page 27: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

6

petani adalah: konversi habitat hutan primer, deforestasi, hilangnya

keanekaragaman hayati dan kerusakan habitat, erosi dan degradasi tanah,

penggunaan agrokimia dan limpasan permukaan, degradasi kualitas dan pasokan

air, pengelolaan limbah yang terbatas, hama dan penyakit tanaman kopi,

eutrofikasi, serta penanaman kopi monokultur. Untuk itu, diperlukan strategi

implementasi Dimensi Lingkungan 4C di Provinsi Lampung seperti disajikan ke

dalam alur kerangka pemikiran pada Gambar 2.

Keberlanjutan Komoditas Kopi

○ Laju Produksi dan Konsumsi ● Diproduksi oleh 60 negara berkembang

○ Harga premium sustainable coffee ● 20 juta produsen (petani kecil)

○ Standar keberlanjutan ● Cash crop

Bagan alir pemodelan ANP

Potensi sustainable coffee standar 4C Provinsi Lampung

Pasokan kopi 4C tertinggi di dunia

Dimensi Lingkungan 4C dengan kinerja rendah

PENELITIAN

Pra survei

Data Unit 4C terverifikasi

Peringkat Kategori Dimensi Lingkungan 4C

Konstruksi model

5. Verifikator

Analisis hasil

Focus Group Discussion

Strategi implementasi Dimensi Lingkungan 4C

Kuisioner

Responden

1. Entitas Pengelola

2. Kolektor

3. Petani

4. Penyuluh Pertanian Lapangan

Gambar 2. Alur kerangka pemikiran strategi implementasi Dimensi Lingkungan

4C di Provinsi Lampung.

Page 28: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

7

Strategi implementasi yang tepat akan mendukung perbaikan kondisi lingkungan

dan aktivitas budidaya yang memperhatikan aspek kondisi lahan, reforestasi,

penggunaan bahan-bahan kimia secara bijak, perhatian terhadap biodiversity,

penggunaan energi yang baik, pengelolaan air, dan penanganan limbah yang baik.

Apabila hal tersebut terjadi, maka akan mendukung pertumbuhan optimal dari

tanaman kopi serta peningkatan produktivitas dan pendapatan petani. Harga jual

yang lebih baik dari kopi konvensional (tidak bersertifikat atau tidak terverifikasi)

juga merupakan dampak lain apabila petani kopi memenuhi persyaratan standar

keberlanjutan.

D. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah petani kopi belum memahami implementasi

standar keberlanjutan dan tidak mengetahui skala prioritas dari Kategori Dimensi

Lingkungan 4C. Hal ini diperkuat dengan laporan dari 4C Association (2014)

berdasarkan analisis verifikasi menunjukkan dimensi lingkungan dengan kinerja

yang rendah serta ada empat Unit 4C yang mengalami kegagalan pada saat

verifikasi dari tahun 2013 sampai 2014. Berdasarkan asumsi bahwa aplikasi ANP

dapat dipergunakan untuk melakukan skala prioritas berdasarkan feedback dari

Entitas Pengelola dari perusahaan eksportir, Kolektor (tengkulak), Petani,

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), dan Verifikator; maka dapat ditentukan

prioritas kategori dimensi lingkungan dan mengembangkan kerangka strategi

implementasi Dimensi Lingkungan 4C di Provinsi Lampung.

Page 29: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Pertanian Berkelanjutan

Pertanian merupakan pusat diskusi global dari keberlanjutan. Hampir sepertiga

populasi penduduk dunia hidup dan bekerja pada pertanian skala kecil di negara-

negara miskin dan berkembang (Conway, 2012). Sementara itu, ketahanan

pangan masih belum menjadi kenyataan, produksi dan hasil pertanian harus dapat

bertahan dari bertambahnya populasi dan sumberdaya alam yang semakin rapuh

(Giovannucci, et al., 2012). Sebagai contoh, pertanian menyerap 70%

penggunaan air tawar dunia dan menyumbang sebagian besar gas rumah kaca

(United Nations, 2006). Keberlanjutan memang menjadi topik paling penting

dalam pangan dan pertanian secara global, ditandai dengan munculnya ide-ide

baru tentang keberlanjutan dan sejumlah inisiatif untuk mempromosikannya, dan

standar keberlanjutan merupakan market-based tools (Gambar 3) untuk

mendorong produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

Gambar 3. Standar keberlanjutan sebagai market-based tools (ISEAL, 2016).

Page 30: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

9

Standar keberlanjutan pada intinya meliputi semua kegiatan-kegiatan yang

tercantum, didefinisikan, serta harus diimplementasikan oleh pengguna. Standar

yang baik akan dilengkapi dengan program jaminan atas dasar kepatuhan, dan

sebuah label atau klaim atas produk tersebut yang pesannya sampai ke konsumen,

serta klaim “B2B” (business to business). Kenapa standar keberlanjutan muncul?

Jawaban pertama adalah akibat globalisasi dan deregulasi, sehingga pihak swasta

yang mempunyai tanggung jawab terhadap munculnya isu moral, sosial, dan yang

berkaitan dengan lingkungan. Kegagalan pemerintah di dalam melihat ke depan

terhadap solusi pasar merupakan jawaban kedua; sedangkan jawaban ketiga

adalah peningkatan populasi penduduk dunia yang berakibat terhadap peningkatan

konsumsi dan diantisipasi dengan cerdik oleh industri berupa penerapan corporate

social responsibility yang sekaligus berfungsi untuk meningkatkan jumlah

penjualan dan pendapatan. Sejarah singkat awal dari standar dapat diilustrasikan

pada Gambar 4.

Gambar 4. Sejarah singkat awal standar sampai akhir tahun 1990 (ISEAL, 2016).

Page 31: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

10

Pembentukan standar yang spesifik untuk keberlanjutan pertanian muncul dari

konsep asli yang agak berbeda. Standar organik (sertifikasi pertama tahun 1967)

berusaha menumbuhkan lanskap produktif yang selaras dengan ekosistem.

Fairtrade (sertifikasi pertama tahun 1988) berusaha untuk meningkatkan

kesejahteraan dan kehidupan produsen kecil dan miskin. Rainforest Alliance

(sertifikasi pertama tahun 1992) berusaha untuk melestarikan keanekaragaman

hayati dan hutan secara keseluruhan. UTZ Certified (sertifikasi pertama tahun

2002) melakukan pendekatan keberlanjutan sebagai jalan untuk meningkatkan

produktivitas dengan praktik-praktik sosial dan lingkungan yang baik (COSA,

2013). Perkembangan implementasi standar di lapangan, serta semakin

banyaknya organisasi standar, maka pemahaman tentang keberlanjutan pada

parameter tertentu mempunyai kemiripan. Hal tersebut mengakibatkan beberapa

standar, khususnya yang mempunyai tujuan di aktivitas atau permasalahan yang

sama, dan atau terkonsentrasi pada komoditas yang sama, melakukan harmonisasi

dan benchmarking antar standar, seperti disajikan di Gambar 5.

Gambar 5. Sejarah singkat standar generasi kedua dan ketiga (ISEAL, 2016).

Page 32: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

11

B. Standar Kopi Berkelanjutan

Projek kopi berkelanjutan mempunyai objektif untuk membuat semua pihak

terkait dapat bekerja secara bersama-sama dalam menghadapi tekanan isu

keberlanjutan. Pihak terkait tersebut di atas adalah: petani kopi, pedagang

pengumpul, industri (roasters dan retailers), lembaga swadaya masyarakat

(LSM), individu, perusahaan eksportir, dan pemerintah; yang mempunyai tujuan

untuk memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan bagi semua pihak

yang menggantungkan hidupnya dari kopi. Sertifikasi dan atau verifikasi kopi

merupakan alat yang semakin umum dipergunakan dan diharapkan dapat

memberikan kontribusi untuk perbaikan dan peningkatan produktivitas,

kesejahteraan petani, pengentasan kemiskinan, keamanan pangan, dan

mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Petani kopi, perusahan ekportir,

dan industri menggunakannya untuk menunjukkan identitas “hijau” dan

berkelanjutan; serta membedakan penawaran mereka dari pesaing.

Kriteria keberlanjutan yang mendapatkan pengakuan dapat digunakan sebagai alat

yang efisien untuk mempromosikan produk yang berkelanjutan dan sekaligus

menjaga produksi yang berkelanjutan dari pertanian kopi. Hal ini sebenarnya

dapat diterapkan untuk pasar domestik dan pasar luar. Aspek yang telah

mendesak pengembangan kriteria keberlanjutan di sektor kopi adalah terutama

kurangnya kekhawatiran tentang isu-isu lingkungan. Awalnya, fokus utama di

sektor kopi adalah resiko potensi dan keuntungan ekonomi, bukan pada isu-isu

lingkungan. Pertengahan tahun 1990, pengembangan industri kopi ternyata

menyebabkan kerusakan lingkungan di negara produsen, peningkatan penggunaan

bahan bakar fosil untuk produksi dan transportasi, serta teknologi produksi yang

Page 33: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

12

tidak efisien. Tekanan dari LSM untuk meningkatkan keberlanjutan di sektor

kopi telah meningkat; sebagai tanggapan, beberapa perusahaan mengadopsi

persyaratan untuk kualitas dan produksi kopi yang berkelanjutan. Bahkan,

sebagai langkah kompromi, perusahaan juga melibatkan dan bermitra dengan

LSM dan pemerintah (Pavlovskaia, 2014).

Penerapan voluntary sustainability standar (VSS) di sektor kopi untuk

memperbaiki permasalahan lingkungan dan sosial dianggap sebagai salah satu

cara untuk membantu mengatasi banyaknya aspek di produksi kopi berkelanjutan.

Sertifikasi diartikan bahwa petani kopi dapat meng-upgrade sistem produksi dan

meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas; yang

kesemuanya dapat berdampak terhadap manfaat finansial dan keuntungan yang

meningkat. Kondisi ini merupakan opsi yang menguntungkan bagi petani pada

konteks tertentu; dengan terhubung pada pasar serta menunjukkan bahwa mereka

terorganisasi dengan baik, yang akan dihargai oleh pasar sustainable coffee

(COSA, 2013). Hubungan positif antara kegiatan VSS dengan lingkungan juga

telah dipelajari oleh Blackman dan Naranjo (2010), dengan melakukan

pengambilan data detail terhadap 2.600 petani kopi di Kosta Rika. Hasilnya

adalah bahwa VSS dapat mengurangi secara signifikan tiga input kimia (pestisida,

herbisida, dan pupuk), serta meningkatkan adopsi paling tidak satu diantara empat

praktik manajemen yang ramah lingkungan berupa penggunan pupuk organik.

Bahkan, sebuah studi yang dilakukan di perkebunan kopi di Kolombia

menunjukkan perbedaan yang jelas antara yang sudah bersertifikasi Rainforest

Alliance dan non sertifikasi dalam hal utama mengenai konservasi air. Selain itu,

studi tersebut juga mengemukakan bahwa terjadi pengurangan agro-kimia dan

Page 34: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

13

limbah padat, serta peningkatan kapasitas pengetahuan petani kopi melalui

pelatihan yang diberikan (Hughell dan Newsom, 2013). Di antara sekian banyak

VSS yang berhubungan dengan sektor kopi, ada tujuh VSS yang memainkan

peran sangat penting, terutama dilihat dari kontribusinya terhadap pangsa pasar

global berupa total sustainable coffee yang terjual seperti disajikan di Gambar 6.

Gambar 6. Total sustainable coffee yang terjual tahun 2012 (Panhuysen and

Pierrot, 2014).

C. Fungsi 4C Association dan 4C Code of Conduct

Tujuan 4C Association adalah bekerja bagi perbaikan kondisi ekonomi, sosial, dan

lingkungan dalam produksi dan pemrosesan kopi untuk membangun sektor yang

sejahtera dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. Untuk mencapai misinya,

4C Association mempunyai tiga fungsi, yaitu:

- Fungsi pertama adalah menetapkan, memelihara, dan menjalankan 4C Code of

Conduct.

- Fungsi kedua adalah aktif mempromosikan dan bermitra dengan standar dan

inisiatif keberlanjutan lain yang ada di pasar untuk meningkatkan pasokan dan

permintaan sustainable coffee hasil sertifikasi dan atau verifikasi.

Page 35: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

14

- Fungsi ketiga adalah menawarkan platform terbuka dan dinamis yang

mengundang semua stake holder untuk bekerja sama secara efektif tanpa

persaingan untuk menangani persoalan-persoalan yang menyeluruh dan isu-

isu kritis yang mengancam keberlanjutan sektor kopi.

Secara resmi, 4C Association didirikan pada 1 Desember 2006 oleh 37 organisasi,

terdiri dari: produsen, pelaku perdagangan dan industri, serta masyarakat sipil

dari seluruh dunia. Untuk mendapatkan lisensi standar keberlanjutan dari 4C

Association, maka suatu entitas operasional (perkebunan kopi, kelompok petani

kopi, koperasi, asosiasi, pabrik pengolahan, pedagang, dan bahkan individu)

dengan kapasitas minimal 20 ton biji kopi per tahun dapat mengajukan dan

mendaftar sebagai Unit 4C. Apabila sudah terdaftar, maka Unit 4C ini

berkewajiban untuk mengimplementasikan 4C Code of Conduct di semua bagian

dari supply chain, dan akhirnya dapat melakukan perdagangan kopi apabila telah

lulus dalam proses verifikasi dan memiliki lisensi yang valid.

1. Kategori-kategori Dimensi Lingkungan dari 4C Code of Conduct

Dimensi Lingkungan dari 4C Code of Conduct dibuat dalam bentuk matriks yang

terbagi ke dalam kategori, prinsip, dan kriteria. Kategori mengacu pada aspek-

aspek utama produksi, pemrosesan pasca-panen, dan perdagangan biji kopi.

Prinsip adalah pernyataan-pernyataan positif mengenai kinerja yang diinginkan

untuk masing-masing praktik yang tercantum dalam daftar. Untuk menilai kinerja

perkebunan dan petani kopi, kriteria menentukan kepatuhan terhadap persyaratan

prinsip-prinsip tersebut.

Page 36: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

15

Matriks 4C Code of Conduct untuk Kategori Dimensi Lingkungan dapat dilihat di

Tabel 1, sebagai berikut:

Tabel 1. Matriks 4C Code of Conduct berdasarkan Kategori Dimensi

Lingkungan (Asosiasi 4C, 2012; data diolah)

No. Kategori Prinsip

1. Konservasi

keanekaragaman hayati

konservasi keanekaragaman hayati, termasuk flora dan

fauna asli yang dilindungi dan terancam punah

mendapat dukungan

2. Penggunaan dan

penanganan bahan kimia

a) penggunaan pestisida diminimalkan; dan

b) efek berbahaya dari pestisida dan bahan kimia lain

yang digunakan pada kesehatan manusia dan

lingkungan diminimalkan

3. Konservasi tanah praktik-praktik konservasi tanah dilakukan

4. Kesuburan tanah dan

manajemen nutrisi

a) pupuk digunakan secara pantas; dan

b) manajemen zat organik dijalankan

5. Air a) sumber daya air dilestarikan; dan

b) manajemen air limbah dijalankan

6. Limbah manajemen limbah yang aman dijalankan

7. Energi a) penggunaan energi yang dapat diperbarui lebih

diutamakan; dan

b) menghemat energi

Untuk memastikan bahwa setiap kategori memenuhi standar tingkat dasar, maka

petani kopi harus memulai dengan melihat sistem sederhana berupa pemodelan

lampu lalu-lintas (merah – kuning – hijau), yang menunjukkan tiga tingkat kinerja

yang berbeda, sebagai berikut:

- Merah, mengindikasikan bahwa kegiatan tersebut harus dihentikan,

- Kuning, mengindikasikan bahwa kegiatan tersebut harus diperbaiki dan

ditingkatkan, dan

- Hijau, menunjukkan bahwa praktik-praktik yang dilakukan sudah sesuai

dengan yang dipersyaratkan.

Page 37: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

16

Contoh kinerja dari Kategori Konservasi Keanekaragaman Hayati dapat dilihat di

Tabel 2, sebagai berikut:

Tabel 2. Contoh kinerja 4C Code of Conduct berdasarkan Dimensi Lingkungan,

Kategori Konservasi Keanekaragaman Hayati (Asosiasi 4C, 2012)

Kategori No. Prinsip Hijau Kuning Merah

Program pelestarian dan

peningkatan satwa liar dan

flora asli dikembangkan

diterapkan.

Konservasi

keanekaragaman

hayati, termasuk flora

dan fauna asli yang

dilindungi dan

terancam punah

mendapat dukungan.

Konservasi

Keanekara-

gaman

Hayati

1 Eksploitasi atas flora dan

fauna asli dipraktikkan

sebagian.

Dimensi Lingkungan Kriteria

Tidak ada eksploitasi atas

spesies dan flora asli yang

terancam punah dan

dilindungi. Program untuk

melindungi dan

meningkatkan

keanekaragaman hayati

sedang dikembangkan

Saat proses self-assessment dan verifikasi, tiga tingkat kinerja tersebut di atas

dinilai dan dibuat batasan rata-rata nilai per prinsip sampel untuk menentukan

tingkat kinerja. Secara jelas tersaji pada Tabel 3, sebagai berikut:

Tabel 3. Tingkat kinerja dan nilai (a) serta rata-rata nilai per prinsip sampel dan

tingkat kinerja (b) (4C Association, 2015b)

Tingkat Kinerja 4C

Code of ConductNilai

Rata-rata Nilai per

Prinsip Sampel

Tingkat

Kinerja

Merah 3 ≥ 2,251 Merah

Kuning 2 ≥1,251 ≤ 2,25 Kuning

Hijau 1 ≤ 1,25 Hijau

(a) (b)

Hal penting yang perlu dicatat adalah semua sampel terpilih yang diverifikasi

harus mendapatkan kinerja dengan minimal hasil “rata-rata kuning”, yang

penilaiannya dilakukan oleh pihak ketiga (verifikator independen), supaya

berhasil mendapatkan lisensi dan dapat menjual hasil kopi sebagai 4C Compliant

Coffee (kopi yang memenuhi standar 4C; atau “kopi 4C”). Ini berarti

diperbolehkan di dalam satu dimensi ada prinsip yang merah, sejauh ada kinerja

Page 38: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

17

yang dinyatakan hijau dalam jumlah yang sama dengan merah, maka didapatkan

rata-rata kuning. Lisensi tidak diberikan apabila didapatkan prinsip-prinsip

dengan kinerja merah yang lebih banyak dari hijau.

2. Indikator 4C Code of Conduct

Implementasi dari 4C Code of Conduct diberikan pedoman berupa indikator-

indikator di setiap kategori. Indikator ini sangat penting karena bertujuan untuk

memberikan pedoman yang jelas dan konsisten kepada Unit 4C dan juga kepada

verifikator untuk menjalankan tugas masing-masing di dalam penerapan code of

conduct, self-assessment, dan proses verifikasi. Indikator tersebut, salah satunya

disajikan di Tabel 4, merupakan kondisi yang dapat diukur dan memungkinkan

dilakukannya penilaian apakah suatu kriteria terpenuhi atau tidak.

Tabel 4. Matriks indikator 4C Code of Conduct berdasarkan Dimensi

Lingkungan, Kategori Konservasi Keanekaragaman Hayati (Asosiasi

4C, 2012)

Kategori No. Prinsip Hijau Kuning Merah

Peta-peta sedang disusun.

dan

dan

dan

dan

dan

dan

Tidak ada praktik

perburuan atau ekstraksi

spesies satwa dan

tumbuhan yang terancam

punah. Apabila petani kecil

memburu atau

mengumpulkan spesies

yang terancam punah, ada

bukti mengenai kegiatan

Tidak ada kesadaran

dalam Unit 4C mengenai

pentingnya

keanekaragaman hayati

dan kurangnya

pengetahuan tentang

spesies satwa dan

Tidak ada langkah yang

diambil untuk melindungi

atau memperbanyak

tumbuhan dan fauna asli.

Praktik perburuan dan

ekstraksi spesies satwa dan

tumbuhan yang terancam

punah terlihat nyata.

Indikator

Setiap perkebunan

memiliki peta yang

menunjukkan penggunaan

Ada peta umum

penggunaan lahan Unit.

Ada langkah-langkah dan

tindakan dalam konservasi

atau pemulihan kembali

vegetasi dan fauna alami

dan perlindungan atas

wilayah sensitif (lereng,

daerah aliran sungai,

Entitas Pengelola telah

mengidentifikasi wilayah

sensitif utama dalam Unit

Dimensi Lingkungan Kriteria

Page 39: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

18

D. Rantai Pasok dan Kondisi Perkebunan Kopi di Provinsi Lampung

Kegiatan yang dilakukan oleh petani kopi dan pemangku kepentingan kopi

lainnya memunculkan pola rantai pasok. Alur rantai pasok dari komoditas kopi

secara umum dapat disajikan di Gambar 7, di mana terbagi menjadi tiga kegiatan

utama, yaitu: pengolahan kopi gelondong kering, pengolahan biji kopi siap

ekspor, dan pengolahan menjadi kopi siap saji.

Gambar 7. Alur rantai pasok komoditas kopi secara umum (Panhuysen and

Pierrot, 2014).

Menurut Arifin (2010), di Provinsi Lampung, petani kopi pada umumnya sudah

mempunyai hubungan erat dengan kolektor, di mana kolektor ini sering

memberikan uang tunai di depan selama proses produksi tanpa prosedur yang

rumit. Konsekuensinya adalah petani kopi harus menjual produk mereka ke

hanya kolektor tersebut sehingga memiliki saluran pemasaran yang terbatas.

Petani kopi cenderung mendengarkan apa yang disampaikan kolektor karena

pengaruh tingkat kepercayaan, faktor sosio-psikologis, dan social capital dari

perekonomian sektor kopi ini.

Page 40: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

19

Adapun alur rantai pasok di Provinsi Lampung disajikan di Gambar 8, yang

terbagi ke dalam aktivitas di pedesaan dan perkotaan. Rantai pasok tersebut

didalamnya terdapat juga terdapat aliran produk, aliran informasi, dan aliran

finansial.

Gambar 8. Alur rantai pasok komoditas kopi di Provinsi Lampung (Arifin,

2010).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2015), perkebunan kopi di Provinsi

Lampung melibatkan 202.858 rumah tangga yang dikategorikan sebagai petani

kecil (small holder), melakukan usaha tani perkebunan kopi di luasan lahan

236.801 ha, dan dengan total produksi sebesar 134.720 ton, sehingga

produktivitasnya hanya sebesar 568,89 kg per ha. Produktivitas yang sangat

rendah tersebut disebabkan oleh pola tanam yang tidak dikelola secara intensif,

varietas kopi yang tidak unggul dan sudah terlalu tua, dan tidak ada masukan

(input) pertanian (Wahyudi and Jati, 2012). Berdasarkan fakta ini, maka usaha

peningkatan akses petani terhadap sumber pembiayaan dan teknologi patut

Page 41: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

20

dikembangkan, serta tanaman kopi yang sudah berumur tua dan kurang produktif

patut diremajakan secara bertahap (Hanani, dkk., 2012).

Seperti diilustrasikan di Gambar 9, tampak bahwa produktivitas kopi Indonesia

sangat rendah dibandingkan kedua negara pesaing utama tersebut. Produksi kopi

Indonesia baru mencapai sekitar 500 kg/ha, sementara Vietnam sudah mencapai

lebih dari 2 ton/ha

Gambar 9. Perkembangan produktivitas kopi di Brazil, Vietnam, dan Indonesia

(Hanani, dkk., 2012).

Kabupaten di Provinsi Lampung dengan perkebunan kopi terluas ada di

Kabupaten Lampung Barat seluas 65.010 ha, dengan produktivitas rata-rata per

tahun mencapai 808 kg/ha; kemudian diikuti Kabupaten Tanggamus seluas 43.897

ha dengan produktivitas rata-rata per tahun mencapai 808 kg/ha (Badan Pusat

Statistik, 2015). Produktivitas di Kabupaten Lampung Barat yang di atas rata-rata

produktivitas Provinsi Lampung dipengaruhi oleh pola budidaya tanaman dengan

Page 42: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

21

memanfaatkan beberapa varietas pohon naungan (Verbist, et al., 2005 dalam

Evisal, et al., 2016) dan berdasarkan studi di Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten

Lampung Barat, bahwa pohon naungan dengan indeks dominan yang tinggi

memberikan dampak positif terhadap produktivitas tanaman kopi (Evisal, et al.,

2016).

Deforestasi di Pulau Sumatra telah terjadi dengan akselerasi yang luar biasa dalam

beberapa dekade terakhir, dan dapat dilihat di Gambar 10, di mana warna merah

menunjukkan tutupan hutan. Deforestasi untuk ekstensifikasi merupakan cara

paling mudah untuk meningkatkan produksi tanaman kopi secara total, tetapi

bukan untuk peningkatan produktivitasnya.

Gambar 10. Deforestasi di Sumatra akibat illegal logging dan konversi hutan ke

lahan pertanian (WWF, 2007).

Page 43: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

22

Di Provinsi Lampung, deforestasi terjadi di Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan seluas 45,657 hektar; dari luasan tersebut sebanyak 73% dipergunakan

untuk penanaman kopi (WWF, 2007). Kegiatan deforestasi ini dapat memberikan

dampak kerusakan lingkungan yang sangat luar biasa. Punahnya flora dan fauna

yang khas dan unik, efek pembakaran biomasa pada saat pembukaan lahan, tidak

ada tegakan pohon sebagai penghambat erosi pada saat curah hujan tinggi, dan

kegiatan lainnya yang berpotensi menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan

serta merusak ekosistem asli yang alami.

Persepsi umum tentang perubahan penggunaan lahan yang berkembang dewasa

ini adalah bahwa apabila hutan dialih-fungsikan menjadi perkebunan (termasuk

perkebunan kopi) atau lahan pertanian lainnya, fungsi hutan dalam mengatur tata

air dan mengontrol erosi akan menurun drastis sehingga beda debit air puncak dan

debit dasar akan melebar dan erosi akan berlipat ganda. Dengan demikian

kawasan hutan yang sudah beralih menjadi lahan perkebunan atau yang sudah

berubah fungsi menjadi kawasan produksi perlu dihutankan kembali (Agus, dkk.,

2002). Small holder yang melakukan aktivitas di perkebunan kopi sebaiknya

diarahkan ke dalam forrest community dengan alokasi lahan tertentu yang

diperbolehkan dan mendapatkan jaminan kepemilikan (SLUSE, 2010). Selain itu,

penelitian yang dilakukan oleh Suyanto, et al. (2007) menunjukkan bahwa adanya

jumlah pohon non kopi di dalam area forrest community yang lebih tinggi.

Penanaman kopi dengan naungan (shade coffee grown) juga perlu diperkenalkan;

selain bermanfaat bagi konservasi keanekaragaman hayati dalam ekosistem hutan

tropis, juga pembeli dapat menghargai kopi dengan harga premium (Komar,

2012).

Page 44: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

23

Shade coffee grown ini mendukung setidaknya 180 spesies burung dan

keanekaragaman spesies lokal kumbang, semut, lebah, dan laba-laba pada satu

jenis pohon naungan akan mendekati tingkat keanekaragaman pada pohon di

hutan tropis (NRDC, 2014). Agroekosistem tanaman kopi dengan naungan

kanopi yang kompleks dapat melindungi keanekaragaman hayati (Philpott, et al.,

2008). Kelebihan lain dari perkebunan kopi dengan naungan adalah dapat

menjadi “tetangga” yang baik untuk hutan serta spesies yang menyebutnya

sebagai “rumah”, seperti disajikan di Gambar 11.

Gambar 11. Pola keanekaragaman hayati di dalam perkebunan kopi (Rainforest

Alliance, 2015).

Lebih lanjut, Rainforest Alliance (2015) dan Arce, et al. (2009) menyatakan

bahwa perkebunan kopi dengan kondisi tersebut di atas memiliki kekayaan

spesies dan keragaman arthropoda tanah yang lebih tinggi. Spesies ini, termasuk:

laba-laba, tungau, dan kutu, sangat sensitif terhadap tekstur, struktur dan

kesuburan tanah; dan kehadiran mereka merupakan salah satu indikator kesuburan

dan kesehatan tanah.

Page 45: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

24

Praktik-praktik dan kondisi lingkungan yang ditemukan di usaha tani perkebunan

kopi yang berpartisipasi dalam inisiatif keberlanjutan cenderung lebih baik.

Petani kopi menggunakan lahan yang bukan bagian dari hutan lindung,

melakukan tindakan konservasi (penutup tanah, kontur tanah, terasering, dan

saluran drainase), dan mematuhi seperangkat prinsip yang ditetapkan dalam code

of conduct. Hal ini harus dilaksanakan karena ada kegiatan audit atau verifikasi,

biasanya oleh pihak ketiga, sebelum petani mendapatkan sertifikat dan dapat

melakukan klaim terhadap produknya (Imaflora, 2009).

Realitas di lapangan menjadi jelas, ada beberapa bukti bahwa jika petani

berpartisipasi dalam pelatihan dan mengadopsi praktik lingkungan yang

diberikan, maka dapat mengakibatkan dampak yang lebih besar yang dapat diukur

di masa mendatang. Manajemen ini akan gagal apabila petani dan pemangku

kepentingan terkait tidak dapat memahami korelasi antara praktik lingkungan dan

insentif positif, seperti: produktivitas dan kesejahteraan (pendapatan); sehingga

akan sulit untuk mendukung praktik lingkungan yang baik (COSA, 2013).

E. Perkembangan 4C di Indonesia

Implementasi dan perkembangan 4C di Indonesia, sangat terkait dengan besaran

harga premium yang ditawarkan, manfaat langsung kepada petani, dan jaminan

pasar dari pembeli (roasters dan retailers). Untuk itu, para pelaku dan pemangku

kepentingan sektor kopi dari petani kopi, ekspotir lokal, pedagang internasional,

pemerintah (dinas perkebunan), dan LSM telah bekerja keras untuk dapat

meningkatkan praktik berkelanjutan, mengimplementasikan standar tingkat dasar,

dan dapat lulus verifikasi.

Page 46: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

25

Walaupun perkembangan Unit 4C di Indonesia menunjukkan kecenderungan

positif dari tahun ke tahun, seperti terlihat di Gambar 12, tetapi dilihat dari

kontribusi pasokan dunia yang cukup besar maka perkembangan tersebut masih

jauh dari yang diharapkan.

Gambar 12. Perkembangan Unit 4C di Indonesia (4C Association, 2015a; 4C

Association, 2015c; data diolah).

F. Aplikasi Analytic Network Process (ANP)

Analytic Network Process atau ANP, adalah teori umum pengukuran relatif yang

digunakan untuk menurunkan rasio prioritas komposit dari skala rasio individu

yang mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen-elemen yang saling

berinteraksi berkenaan dengan kriteria kontrol (Saaty, 2001). ANP juga diyakini

merupakan pendekatan baru dalam proses pengambilan keputusan yang

memberikan kerangka kerja umum dalam memperlakukan keputusan-keputusan

Page 47: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

26

tanpa membuat asumsi-asumsi tentang independensi elemen-elemen pada level

yang lebih tinggi dari elemen-elemen pada level yang lebih rendah dan tentang

independensi elemen-elemen dalam suatu level. Bahkan, ANP menggunakan

jaringan tanpa harus menetapkan level seperti pada hierarki yang digunakan

dalam Analytic Hierarchy Process (AHP), yang merupakan titik awal ANP.

Konsep utama dalam ANP adalah influence (pengaruh), sementara konsep utama

dalam AHP adalah preferrence (preferensi). Pada jaringan AHP terdapat level

tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif; di mana masing-masing level memiliki

elemen. Sementara itu, pada jaringan ANP, level dalam AHP disebut cluster yang

dapat memiliki kriteria dan alternatif di dalamnya, yang sekarang disebut simpul

(node). Adanya feedback di dalam ANP, alternatif-alternatif tersebut selain dapat

bergantung/terikat pada kriteria seperti pada hierarki, dapat juga

bergantung/terikat pada sesama alternatif. Lebih jauh lagi, kriteria-kriteria itu

sendiri dapat tergantung pada alternatif-alternatif dan sesama kriteria. AHP

dengan asumsi-asumsi dependensinya tentang cluster dan elemen merupakan

kasus khusus dari ANP.

Sementara itu, feedback meningkatkan prioritas yang diturunkan dari judgements

dan membuat prediksi menjadi lebih akurat; sehingga, hasil dari ANP

diperkirakan akan lebih stabil. Sebagai contoh, ada hubungan langsung dari

simpul utama C4 ke cluster lain (C2 dan C3), yang merupakan outer dependence.

Selain itu, ada simpul utama dan simpul-simpul yang akan dibandingkan berada

pada cluster yang sama, sehingga cluster ini terhubung dengan dirinya sendiri dan

membentuk hubungan loop. Hal ini disebut inner dependence. Elemen dalam

suatu komponen/cluster dapat mempengaruhi elemen lain dalam

Page 48: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

27

komponen/cluster yang sama (inner dependence), dan dapat pula mempengaruhi

elemen pada cluster yang lain (outer dependence) dengan memperhatikan setiap

kriteria. Memperhatikan skema aplikasi ANP tersebut, maka dapat diketahui

keseluruhan pengaruh dari semua elemen. Dari jaringan feedback pada Gambar

13 dapat dilihat bahwa simpul atau elemen utama dan simpul-simpul yang akan

dibandingkan dapat berada pada cluster yang berbeda.

Gambar 13. Perbandingan pola linier dan jaringan (Saaty and Vargas, 2006).

ANP merupakan gabungan dari dua bagian. Bagian pertama terdiri dari hierarki

kontrol atau jaringan dari kriteria dan subkriteria yang mengontrol interaksi,

sedangkan bagian kedua adalah jaringan pengaruh-pengaruh diantara elemen dan

cluster.

AHP dan ANP sama-sama menggunakan skala rasio. Prioritas-prioritas dalam

skala rasio merupakan angka fundamental yang memungkinkan untuk

dilakukannya perhitungan operasi aritmatika dasar seperti penambahan dan

pengurangan dalam skala yang sama, perkalian dan pembagian dari skala yang

berbeda, dan mengkombinasikan keduanya dengan pembobotan yang sesuai dan

Page 49: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

28

menambahkan skala yang berbeda untuk memperoleh skala satu dimensi. Tabel

5 menunjukkan hal tersebut.

Tabel 5. Skala fundamental dari angka mutlak (Saaty and Vargas, 2006)

Intensitas

Pentingnya Definisi Keterangan

1 Sama pentingnya Dua elemen berkontribusi sama

terhadap tujuan

2 Lemah atau sedikit -

3

Cukup penting

Pengalaman dan penilaian sedikit

mendukung satu kegiatan dibanding

yang lain

4 Cukup penting lagi -

5

Lebih penting

Pengalaman dan penilaian sangat

mendukung satu kegiatan dibanding

yang lain

6 Lebih penting lagi -

7 Sangat kuat atau menunjukkan

pentingnya

Suatu kegiatan yang disukai sangat

kuat dibanding lainnya; dalam praktik

sangat dominan

8 Sangat kuat sekali pentingnya -

9

Ekstrim pentingnya

Bukti menunjukkan kegiatan dengan

kemungkinan urutan tertinggi dan ada

penegasan

Resiprokal

angka di atas

Jika elemen “i” memiliki salah satu

angka di atas saat dibandingkan

dengan “j”; maka “j” memiliki angka

resiprokal jika dibandingkan dengan

“i”

Berdasarkan asumsi yang wajar dan

masuk akal

Perlu dicatat bahwa skala rasio juga merupakan skala absolut. Kedua skala

tersebut diperoleh dari pairwise comparison (perbandingan berpasangan) dengan

menggunakan judgements atau rasio dominasi pasangan dengan menggunakan

pengukuran aktual.

Dalam hal penggunaan judgements, dalam AHP seseorang bertanya: ”Mana yang

lebih disukai atau lebih penting?”, sementara dalam ANP seseorang bertanya:

“Mana yang mempunyai pengaruh lebih besar?”. Pertanyaan terakhir jelas

memerlukan observasi faktual dan pengetahuan untuk menghasilkan jawaban-

Page 50: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

29

jawaban yang valid, yang membuat pertanyaan kedua lebih obyektif dari pada

pertanyaan pertama.

Pendekatan ANP masih jarang dipergunakan dibandingkan dengan pendekatan

AHP yang berstruktur linier, yang juga tidak mengakomodasikan adanya

feedback. Hal ini dikarenakan AHP lebih cocok diterapkan pada proses pengaruh

yang relatif lebih sederhana sehingga mudah untuk diterapkan, sedangkan ANP

lebih komprehensif, dan sesuai untuk diterapkan pada pengambilan keputusan

yang rumit, kompleks, serta memerlukan berbagai variasi interaksi dan

ketergantungan. Namun, sebagai metode pengembangan dari metode AHP,

motede ANP masih menggunakan cara Pairwise Comparison Judgement Matrices

(PCJM) antar elemen yang sejenis. Perbandingan berpasangan di dalam ANP

dilakukan antar elemen dalam komponen (cluster) untuk setiap interaksi dalam

network. ANP juga merupakan teori matematis yang mampu menganalisis

pengaruh dengan pendekatan asumsi-asumsi untuk menyelesaikan bentuk

permasalahan. Metode ini digunakan dalam bentuk penyelesaian dengan

pertimbangan atas penyesuaian kompleksitas masalah secara penguraian sintesis

disertai adanya skala prioritas yang menghasilkan pengaruh prioritas terbesar.

ANP juga mampu menjelaskan model faktor-faktor dependence serta feedback-

nya secara sistematik. Pengambilan keputusan dalam aplikasi ANP yaitu dengan

melakukan pertimbangan dan validasi atas pengalaman empiris. Struktur jaringan

yang digunakan yaitu benefit, opportunities, cost and risk (BOCR) membuat

metode ini memungkinkan untuk digunakan dalam mengidentifikasi,

mengklasifikasi, dan menyusun semua faktor yang mempengaruhi output atau

keputusan yang dihasilkan (Saaty and Vargas, 2006).

Page 51: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

30

Landasan teori ANP adalah berdasarkan empat aksioma (Saaty and Vargas, 2006),

yaitu:

a. Resiprokal; aksioma ini menyatakan bahwa jika PC (EA, EB) adalah nilai

perbandingan pasangan dari elemen A dan B, dilihat dari elemen induknya C,

yang menunjukkan berapa kali lebih banyak elemen A memiliki apa yang

dimiliki elemen B, maka PC (EB, EA) = 1/PC (EA, EB). Misalkan, jika A

lima kali lebih besar dari B, maka B besarnya 1/5 dari besar A.

b. Homogenitas; menyatakan bahwa elemen-elemen yang dibandingkan dalam

struktur kerangka ANP sebaiknya tidak memiliki perbedaan terlalu besar,

yang dapat menyebabkan lebih besarnya kesalahan dalam menentukan

penilaian elemen pendukung yang mempengaruhi keputusan.

c. Prioritas; yaitu pembobotan secara absolut dengan menggunakan skala

interval [0.1] dan sebagai ukuran dominasi relatif.

d. Dependence condition; diasumsikan bahwa susunan dapat dikomposisikan ke

dalam komponen-komponen yang membentuk bagian berupa cluster.

Cox (2009) menyatakan bahwa metode ANP ini dikenal juga sebagai sebuah

kerangka kerja yang lebih canggih untuk menetapkan prioritas pengambilan

keputusan. ANP berbeda dari AHP dalam hal generalisasi proses perbandingan

berpasangan sehingga model keputusan dapat dibangun sebagai jaringan yang

kompleks, yang dapat mencakup inter koneksi dari komponen: tujuan keputusan,

kriteria, pemangku kepentingan, alternatif, skenario, dan faktor lainnya. Konsep

kunci dari ANP adalah bahwa pengaruh tidak perlu harus mengalir ke bawah,

seperti halnya hierarki dalam AHP; di mana pengaruh dapat mengalir antara

faktor-faktor dalam jaringan, dan membuat terciptanya jaringan non linier

Page 52: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

31

prioritas dan alternatif pilihan. Cox (2009) menyimpulkan bahwa ANP sangat

berguna untuk pemodelan prediktif.

Dalam melakukan penelitian menggunakan metode ANP, ada beberapa tahapan

atau langkah yang harus dilakukan sesuai dengan tiga fungsi utama ANP

ditambah dengan langkah-langkah pelengkap yang diperlukan (Ascarya, 2009),

yaitu:

- Mengumpulkan data dan informasi mengenai permasalahan yang akan diteliti

selengkap mungkin dari para ahli yang menguasai permasalahan tersebut. Hal

ini diperlukan untuk memahami permasalahan yang ada secara mendalam agar

kerangka model yang dikembangkan dapat mencerminkan keadaan yang

sebenarnya. Beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk tujuan ini antara

lain dengan mengadakan focus group discussion (FGD) dan indepth interview

dengan responden yang benar-benar menguasai masalah dari berbagai

kalangan, seperti pelaku, pakar, akademisi, dan pemerintah. Tanpa

pemahaman masalah yang mendalam akan sulit untuk menstruktur

kompleksitas dari masalah yang ada.

- Dekomposisi atau analisis untuk menstruktur kompleksitas masalah, yang

akan menghasilkan kerangka ANP dari permasalahan yang telah dipahami

secara mendalam, lengkap dengan semua cluster, elemen, dan hubungan-

hubungannya.

- Merancang kuisioner sesuai dengan kerangka ANP yang telah dibuat, yang

nantinya disebarkan kepada para ahli yang benar-benar menguasai masalah

untuk pengukuran menggunakan skala rasio. Dalam metode ANP, data yang

diperlukan dapat diperoleh melalui dua cara. Pertama, satu data yang

Page 53: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

32

diperoleh merupakan konsensus dari sekelompok responden yang

dikumpulkan secara bersamaan. Kedua, pengumpulan data dilakukan secara

terpisah untuk masing-masing responden; dalam kasus ini metode ANP

membolehkan menggunakan modus atau rata-rata untuk mendapatkan satu

angka skala prioritas.

- Memproses dan mensintesis data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner

dengan kerangka ANP menggunakan perangkat lunak ANP.

- Menganalisis output yang dihasilkan, yang selanjutnya dipergunakan sebagai

dasar untuk memberikan policy recommendation yang sesuai untuk mengatasi

masalah yang ada.

Penggunaan pemodelan ANP terkait dengan isu-isu lingkungan belum banyak

dilakukan. Beberapa penelitian terkait diantaranya adalah penelitian kerangka

kerja untuk penilaian energi terbarukan di Nepal (Dhital, et al., 2014), sintesis

pengetahuan kolektif dari para ahli terkait sektor kopi di lima negara di Meso-

Amerika (Tapia and Eakin, 2009), dan analisa pengaruh permasalahan lingkungan

yang spesifik di Valenscia (Aragones-Beltrán, et al., 2015).

Page 54: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dimulai dengan melakukan pra survei pada Maret dan April 2016

untuk pengambilan data dari Unit 4C yang sudah terverifikasi oleh verifikator

independen. Lokasi Unit 4C terpilih berada di Kabupaten Lampung Barat dan

Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.

Penelitian kemudian dilanjutkan pada bulan Mei dan Juni 2016 untuk

penyampaian kuisioner kepada responden terpilih, analisis sementara hasil

kuisioner, Focus Group Discussion (FGD), strategi implementasi, analisis hasil

dan kesimpulan, serta penyajian hasil penelitian.

B. Alat

Alat yang dipergunakan untuk menunjang penelitian ini meliputi: computer, soft

copy data Unit 4C terverifikasi, hard dan soft copy kuisioner, serta software

aplikasi ANP menggunakan SuperDecision v.2.0.8 (dapat diunduh di:

http://www.superdecisions.com/super-decisions-download-page/)

C. Prosedur dan Langkah Penelitian

Penelitian ditujukan kepada para pelaku dari rantai pasok kopi di Kabupaten

Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Metode

Page 55: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

34

penelitian yang dipergunakan adalah analisis kualitatif dengan pemodelan aplikasi

ANP. Data yang dipergunakan adalah data sekunder berupa data Unit 4C

terverifikasi dan data primer yang terdiri dari: jawaban kuisioner dari responden

terpilih dan hasil FGD. Adapun skema langkah-langkah penelitian ini disajikan di

Gambar 14, sebagai berikut:

Fase 3 - Analisis Hasil

Fase 1 - Konstruksi Model

Fase 2 - Kuantifikasi Model

Fase 4 - Strategi Implementasi

PENYUSUNAN KUISIONER

MODEL ANP

WAWANCARA

ANALISIS HASIL

PEMILIHAN RESPONDEN

PERSIAPAN DATA SEKUNDER

KOMPILASI DATA SKALA PRIORITAS

KONSTRUKSI MODEL

FOCUS GROUP DISCUSSION DAN STRATEGI

IMPLEMENTASI

Gambar 14. Skema langkah-langkah penelitian.

Page 56: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

35

1. Fase 1 - Konstruksi Model

Metode eksplorasi data sekunder dari Unit 4C terverifikasi (4C Association, 2014;

4C Association, 2015a; 4C Association, 2015c) yang telah diolah didapatkan hasil

sebagai berikut:

- Jumlah Unit 4C di Provinsi Lampung secara keseluruhan adalah 14 unit.

Jumlah Unit 4C yang terambil dalam penelitian ini adalah sebanyak lima unit;

tiga unit berada di Kabupaten Lampung Barat dan dua unit berada di

Kabupaten Tanggamus. Sebanyak sembilan unit sisanya belum memberikan

konfirmasi untuk dapat dipublikasikan.

- Total luas perkebunan kopi dari lima Unit 4C tersebut di atas adalah 10.235,85

ha dengan 6.126 petani kopi terlibat didalamnya.

- Total sampel petani kopi yang terpilih pada saat verifikasi yang sudah

dilakukan dari lima Unit 4C tersebut di atas sebanyak 93 petani kopi.

Berdasarkan sistem tingkat dasar, verifikasi 4C untuk tiap Unit 4C

menggunakan formula sampling universal: minimum 50% dari akar kuadrat

dari total petani kopi, ditambah satu sampel dari entitas pengelola (4C

Association, 2015d). Formula tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

Total sampel = (50% x √total petani kopi) + 1 entitas pengelola

Page 57: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

36

Adapun konstruksi model berdasarkan indikator di dalam 4C Code of Conduct

dinyatakan secara jelas melalui model dekomposisi analytic network di Gambar

15. Kuisioner secara lengkap disusun berdasarkan konstruksi model tersebut.

Gambar 15. Konstruksi model ANP Dimensi Lingkungan 4C Code of Conduct.

2. Fase 2 - Kuantifikasi Model

Kuantifikasi model dinyatakan dengan merancang kuisioner dan survei pairwise

comparison antar elemen di dalam cluster untuk mengetahui di antara keduanya

yang mempunyai pengaruh lebih besar dan seberapa besar perbedaannya melalui

skala numerik 1-9. Responden terpilih terdiri dari lima kelompok, yaitu:

- Entitas pengelola dari perusahaan eksportir, dengan kriteria: pernah

mendapatkan pelatihan 4C Code of Conduct, serta pernah terlibat secara

langsung dan atau tidak langsung pada saat proses verifikasi.

Page 58: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

37

- Kolektor, dengan kriteria: pernah mendapatkan pelatihan 4C Code of Conduct,

serta pernah terlibat secara langsung dan atau tidak langsung pada saat proses

verifikasi.

- Petani kopi, dengan kriteria: diutamakan ketua kelompok tani, pernah

mendapatkan pelatihan 4C Code of Conduct, serta pernah terlibat secara

langsung dan atau tidak langsung pada saat proses verifikasi.

- Penyuluh pertanian lapangan (PPL), dengan kriteria: pernah mendapatkan

pelatihan 4C Code of Conduct, serta pernah terlibat secara langsung dan atau

tidak langsung pada saat proses verifikasi.

- Verifikator, dengan kriteria: merupakan verifikator terdaftar dari 4C

Association, pernah mendapatkan pelatihan mengenai regulasi 4C Code of

Conduct, serta pernah melakukan verifikasi (baik sebagai verifikator dan atau

lead verificator) di Provinsi Lampung.

Untuk membantu responden di dalam pengisian kuisioner dan menjaga

konsistensi, diadaptasi sebuah penyederhanaan kuisioner yang dikembangkan oleh

Ascarya (2009), sebagai berikut:

“Berdasarkan perspektif tujuh kategori di dalam Dimensi Lingkungan 4C Code of

Conduct, kategori mana yang mempunyai pengaruh paling besar (lebih dominan),

dan berapa besar perbedaannya?”

Page 59: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

38

Kemudian, sebagai contoh, responden mengisi ke dalam Tabel 6 yang sudah

disiapkan. Model kuisioner secara lengkap dapat dilihat di Lampiran.

Tabel 6. Contoh model kuisioner dan pengisian

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Konservasi keanekaragaman hayati x

Penggunaan dan penanganan bahan kimia x

Konservasi tanah x

Kesuburan tanah dan manajemen nutrisi x

Air x

Limbah x

Energi x

Kategori Dimensi Lingkungan

Kode Perilaku 4C

Intensitas Pengaruh

Selanjutnya, hasil kuisioner akan dilakukan kuantifikasi dengan alur seperti yang

ditunjukkan di Gambar 16.

Keterangan:

R1-Rn= jumlah responden ke-1 sampai ke-n

Gambar 16. Alur kuantifikasi (Ascarya, 2009).

3. Fase 3 – Analisis Hasil

Hasil penilaian dari Model ANP SuperDecisions akan menghasilkan keluaran

berupa prioritas, kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui hasil penilaian

responden secara individu dan menentukan hasil pendapat pada satu kelompok

responden dengan menghitung nilai rata-rata dari masing-masing kelompok

responden (Saaty and Vargas, 2006). Kuisioner yang berupa perbandingan

Page 60: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

39

berpasangan (pairwise comparison) dari rata-rata kelompok responden akan

dikombinasikan sehingga membentuk konsensus dari semua kelompok responden.

Selain itu, dinilai juga rater agreement, yaitu ukuran yang menunjukan tingkat

kesesuaian (persetujuan) para responden (R1-Rn) terhadap suatu masalah dalam

satu cluster. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur rater agreement

adalah berdasarkan Kendall‟s Coefficient of Concordance (W;0 < W≤ 1). Jika

nilai pengujian W sebesar 1 (W=1), dapat disimpulkan bahwa penilaian atau

pendapat dari para responden memiliki kesesuaian yang sempurna; sedangkan

ketika nilai W sebesar 0 atau semakin mendekati 0, maka menunjukan adanya

ketidaksesuaian antar jawaban responden atau jawaban masing-masing responden

bervariatif (Ascarya, 2009).

Contoh perhitungan rater agreement (Ascarya, 2009), adalah sebagai berikut:

- Hasil prioritas dari model ANP dilakukan transpose

ASPECT R9 R8 R7 R6 R5 R4 R3 R2 R1

Internal 0,436 0,362 0,375 0,176 0,452 0,318 0,280 0,225 0,286

Nasabah 0,235 0,124 0,137 0,153 0,276 0,123 0,192 0,139 0,219

Regulasi 0,143 0,256 0,229 0,460 0,144 0,411 0,272 0,328 0,251

Pemerintah 0,185 0,258 0,258 0,211 0,128 0,148 0,256 0,308 0,243

ASPECT Internal Nasabah Regulasi Pemerintah

R9 0,436 0,235 0,143 0,185

R8 0,362 0,124 0,256 0,258

R7 0,375 0,137 0,229 0,258

R6 0,176 0,153 0,460 0,211

R5 0,452 0,276 0,144 0,128

R4 0,318 0,123 0,411 0,148

R3 0,280 0,192 0,272 0,256

R2 0,225 0,139 0,328 0,308

R1 0,286 0,219 0,251 0,243

Transpose

Page 61: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

40

- Hasil transpose dibuat ranking

ASPECT Internal Nasabah Regulasi Pemerintah

R9 0,436 0,235 0,143 0,185

R8 0,362 0,124 0,256 0,258

R7 0,375 0,137 0,229 0,258

R6 0,176 0,153 0,460 0,211

R5 0,452 0,276 0,144 0,128

R4 0,318 0,123 0,411 0,148

R3 0,280 0,192 0,272 0,256

R2 0,225 0,139 0,328 0,308

R1 0,286 0,219 0,251 0,243

ASPECT Internal Nasabah Regulasi Pemerintah

R9 1 2 4 3

R8 1 4 3 2

R7 1 4 3 2

R6 3 4 1 2

R5 1 2 3 4

R4 2 4 1 3

R3 1 4 2 3

R2 3 4 1 2

R1 1 4 2 3

Total 14 32 20 24

- Nilai rater agreement diperoleh dengan rumus:

U = (T1 + T2 + … + Tp)/p

S = (T1 – U)2 + (T2 – U)

2 + … + (Tp – U)

2

MaxS = (n – U) 2

+ (2n – U)2 + … + (pn – U)

2

W = S/MaxS

Keterangan: U = nilai rata-rata dari total ranking, S = jumlah dari deviasi kuadrat, p = jumlah

node, n = jumlah responden

Ranking

Page 62: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

41

- Dari data dan rumus tersebut diperoleh nilai rater agreement berikut:

ASPECT Internal Nasabah Regulasi Pemerintah

R9 1 2 4 3

R8 1 4 3 2

R7 1 4 3 2

R6 3 4 1 2

R5 1 2 3 4

R4 2 4 1 3

R3 1 4 2 3

R2 3 4 1 2

R1 1 4 2 3

Total 14 32 20 24

U = 22,5

S = 171

MaxS = 405

W = 0,42

4. Fase 4 – Strategi implementasi

Setelah melalui tahapan fase 1 sampai 3, maka dihasilkan peta kinerja dan

prioritas Dimensi Lingkungan 4C yang merupakan gabungan dari data Unit 4C

terverifikasi dan hasil analisis ANP dari semua kelompok responden. Peta kinerja

dan prioritas Dimensi Lingkungan 4C akan disampaikan kepada petani terpilih

sebagai bahan informasi mengenai kondisi mereka saat ini.

Kemudian, dilanjutkan dengan FGD untuk menghasilkan strategi implementasi

Dimensi Lingkungan 4C di Provinsi Lampung.

Page 63: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat dibuat simpulan sebagai berikut:

1. Hasil kompilasi Kategori Dimensi Lingkungan 4C dari lima Unit 4C

terverifikasi di Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus,

Provinsi Lampung, menempatkan kategori “Konservasi keanekaragaman

hayati” sebagai prioritas utama yang harus menjadi perhatian dan ditingkatkan

kinerjanya, diikuti kategori “Limbah” dan “Penggunaan dan penanganan

bahan kimia”. Selain itu, data tersebut juga menunjukkan tingkat kinerja

dengan hasil yang kurang baik.

2. Persepsi dari semua kelompok responden terpilih memberikan prioritas untuk

kategori “Kesuburan tanah dan manajemen nutrisi”, “Konservasi tanah”, serta

“Konservasi keanekaragaman hayati” sebagai kategori yang perlu diperhatikan

dan ditingkatkan kinerjanya. Hasil over lapping skala prioritas dari data Unit

4C terverifikasi dan hasil analisa ANP semua kelompok responden

menghasilkan lima prioritas dari Kategori Dimensi Lingkungan 4C, yaitu:

- Konservasi keanekaragaman hayati, dengan indikator: program

perlindungan lereng, DAS, dan rawa.

- Kesuburan tanah dan manajemen nutrisi, dengan indikator: pupuk organik

digunakan.

Page 64: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

70

- Limbah, dengan indikator: menjalankan penggunaan kembali, daur ulang,

dan pembuangan yang aman.

- Konservasi tanah, dengan indikator: ada rencana dan implementasi

konservasi tanah.

- Penggunaan dan penanganan bahan kimia, dengan indikator: pestisida

disimpan dengan baik.

3. Strategi implementasi Dimensi Lingkungan 4C di Provinsi Lampung menurut

peran dari masing-masing pemangku kepentingan adalah sebagai berikut:

- Selaku pemilik standar, 4C Association dapat berperan dengan

mengeluarkan regulasi pelatihan spesifik terkait dengan kategori

“Konservasi Keanekaragaman Hayati”, memperbaiki dan menerapkan

sistem keterlacakan dari unit yang terverifikasi, aturan yang jelas

mengenai harga premium, serta melakukan un-announcement visit (audit

tambahan) untuk memastikan hasil verifikasi Unit 4C.

- Industri (roasters dan retailers) dan eksportir harus berkomitmen dan

memberi kepastian pembelian jangka panjang dengan petani kopi, kerja

sama dan penguatan social capital kelompok tani, investasi untuk program

keberlanjutan, serta menyampaikan harga premium secara transparan dan

berdasarkan kesepakatan Bersama.

- Pemerintah dapat berperan sangat penting dengan mengeluarkan regulasi

dan kebijakan terkait dengan lingkungan, memperkuat dan harmonisasi

standar keberlanjutan nasional, perlu meningkatkan tata kelola Hutan

Kemasyarakatan (HKm) dan penegakan hukum di kawasan hutan lindung,

Page 65: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

71

pemberdayaan penyuluh untuk pembinaan petani kopi, serta regulasi

pasokan pupuk dan pestisida dalam kemasan kecil dan ekonomis.

- Adapun Petani harus memperkuat kelembagaan untuk peningkatan akses

terhadap input pertanian, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan

mengenai budidaya tanaman kopi yang baik dan berkelanjutan, serta

pengelolaan kebun dengan memperhatikan aspek kualitas lingkungan,

sehingga tekanan untuk membuka lahan baru di kawasan hutan lindung

dapat dikurangi.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah:

1. Informasi terkait kinerja untuk Unit 4C terverifikasi harus disampaikan oleh

Entitas Pengelola ke petani kopi di dalam unit tersebut sebagai bahan

pembelajaran dan perbaikan untuk kategori dengan kinerja yang kurang baik.

2. Pemenuhan syarat standar keberlanjutan untuk calon Unit 4C, khususnya di

tingkat petani kopi, dapat diwujudkan dengan pendekatan secara

komprehensif oleh semua pemangku kepentingan berupa collective action.

Impelementasi public private partnership yang bersifat pre-competitive dan

match funding juga dapat mengakselerasi pemenuhan tersebut.

3. Strategi implementasi dari masing-masing pemangku kepentingan, seperti:

pelatihan spesifik, sistem keterlacakan, harga premium, komitmen pembelian

jangka panjang, regulasi pemerintah, pemberdayaan penyuluh, serta penguatan

kelembagaan petani; dilaksanakan oleh Unit 4C dengan membuat kerangka

kerja sehingga dapat dinilai efektivitas dan kinerjanya berdasarkan waktu.

Page 66: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

DAFTAR PUSTAKA

Page 67: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

72

DAFTAR PUSTAKA

4C Association. 2014. A Snapshot from the Field: Five Countries Over Five

Years. Adenauerallee 108, 53113 Bonn. Germany.

_____________. 2015a. Annual Report 2014: Collectively Building on Progress.

Adenauerallee 108, 53113 Bonn. Germany.

_____________. 2015b. Module for 4C Verifier Training. Adenauerallee 108,

53113 Bonn. Germany.

_____________. 2015c. Verification Update. Adenauerallee 108, 53113 Bonn.

Germany.

_____________. 2015d. 4C Verification Regulation. Adenauerallee 108, 53113

Bonn. Germany.

Agus, F., A.N. Gintings, dan M.V. Noordwijk. 2002. Pilihan Teknologi

Agroforestri/Konservasi Tanah untuk Areal Pertanian Berbasis Kopi di

Sumberjaya, Lampung Barat. International Centre for Research in

Agroforestry Southeast Asia Regional Office. Bogor. Indonesia.

Arce, V.J.C., R. Raudales, R. Trubey, D.I. King, R.B. Chandler, and C.C.

Chandler. 2009. Measuring and managing the environmental cost of

coffee production in Latin America. Journal of Conservation and

Society. 7(2): 141-144.

Aragones-Beltrán, P., M. García-Melón, and V. Estruch-Guitart. 2015. Analysis

of the participation of stakeholders in environmental management based

on ANP: Application to a Spanish Natural Park. International Journal

of the Analytic Hierarchy Process. 7(1): 1-14.

Arifin, B. 2010. Global sustainability regulation and coffee supply chains in

Lampung Province, Indonesia. Asian Journal of Agriculture and

Development. 7(2): 67-89.

Ascarya. 2009. Analytic Network Process (ANP): Pendekatan Baru dalam

Penelitian Kualitatif. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan.

Bank Indonesia. Jakarta. Indonesia.

Page 68: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

73

Asosiasi 4C. 2012. Kode Perilaku 4C. Adenauerallee 108, 53113 Bonn.

Germany.

Badan Pusat Statistik. 2015. Data Hasil Sensus Pertanian 2013 di Provinsi

Lampung. Jakarta. Indonesia.

Blackman, A. and Maria A. Naranjo. 2010. Does eco-certification have

environmental benefits? Organic coffee in Costa Rica. Environmental

for Discussion. Discussion Paper Series: 10-25.

Conway, G. 2012. One Billion Hungry: Can We Feed the World? Cornell

University. Itacha, NY. USA.

COSA. 2013. The COSA Measuring Sustainability Report: Coffee and Cocoa in

12 Countries. Committee on Sustainability Assessment. Pennsylvania.

USA.

Cox, M.A.A. 2009. Multidimensional scaling as an aid for the analytic network

and analytic hierarchy processes. Journal of Data Science. 7: 381-396.

Dhital, R. P., P. Pyakurel, T. R. Bajracharya, and R. Shrestha. 2014. Framework

for sustainability assessment of renewable energy projects in Nepal.

International Journal of the Analytic Hierarchy Process. 6(1): 76-92.

Evisal, R., Sugiatno, F. E. Prasmatiwi, and I. Nurmayasari. 2016. Shade tree

species diversity and coffee productivity in Sumberjaya, West Lampung,

Indonesia. Biodiversitas. 17(1): 234-240.

Giovannucci, D. and J. Potts. 2008. Seeking Sustainability: COSA Preliminary

Analysis of Sustainability Initiatives in the Coffee Sector. Committee on

Sustainability Assessment. Winnipeg. Canada.

Giovannucci, D., S. Scherr, D. Nierenberg, C. Hebebrand, J. Shapiro, J. Milder,

and K. Wheeler. 2012. Food and Agriculture: The Future of

Sustainability. A strategic Input to the Sustainable Development in the

21st century (SD21). Report for Rio+20. United Nations Department of

Economic and Social Aff airs Division for Sustainable Development

New York. USA.

Global Coffee Platform, IDH Sustainable Trade Initiative, Specialty Coffee

Association of America, and Sustainable Coffee Chalenge. 2016. Coffee

Sustainability Catalogue 2016: a collective review of work being done to

make coffee sustainable.

http://www.conservation.org/publications/Documents/Coffee_Sustainabil

ity_Catalogue_2016_FULL_with_appendices.pdf. Diakses pada 25

September 2016.

Page 69: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

74

Hanani, N., Rosihan Asmara, dan Fahriyah. 2013. Persaingan Ekspor Kopi

Indonesia di Pasar Internasional. Universitas Brawijaya. Malang.

Indonesia.

Hughell, D. and D. Newsom. 2013. Impacts of Rainforest Alliance Certification

on Coffee Farms in Colombia. Rainforest Alliance, 233 Broadway, 28th

Floor. New York, NY, 10279-2899. USA.

Hulupi, R. dan E. Martini. 2013. Pedoman Budidaya dan Pemeliharaan

Tanaman Kopi di Kebun Campur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

Indonesia. Jember. Indonesia.

ICO. 2014. Coffee consumption in East and Southeast Asia: 1990-2012.

International Coffee Council, 112th

Session. London. United Kingdom.

ICO. 2016. The Current State of the Global Coffee Trade. London. United

Kingdom.

Imaflora. 2009. Impact Assesment Study on FSC/SAN Certification in Brazil:

Does Certification Make a Difference? Instituto de Manejo e

Certificação Florestal e Agrícola, Piracicaba. Brasil.

ISEAL. 2016. Sustainability Standard Essentials. Training and Workshop

Module by ISEAL in Amsterdam, January 27th

, 2016.

Jena, P.R., T. Stellmacher, U. Grote. 2010. Forest Coffee Certification and

Sustainable Livelihoods of Coffee Farmers in Nicaragua: Should We be

Optimistic? Post-Doctoral Research Fellow, University of Hannover.

Germany.

Komar, O. 2012. Are Rainforest Alliance Certified Coffee Plantations Bird-

friendly? Final Technical Report, Study of Dispersing Forest Bird and

Migratory Birds in El Salvador’s Apaneca Biological Corridor.

SalvaNATURA, Sal Salvador. El Salvador.

NRDC. 2014. Coffee, Conservation, and Commerce in the Western Hemisphere:

How Individuals and Institutions Can Promote Ecologically Sound

Farming and Forest Management in Northern Latin America. New York

City. USA.

Panhuysen, S. and J. Pierrot. 2014. Coffee Barometer 2014. Hivos, Raamweg

16, 2596 HL The Hague. The Netherland.

Pavlovskaia, E. 2014. Environmental sustainability criteria in the coffee sector–

lessons that can be learnt. Environment and Ecology Research. 2(3):

138-148.

Page 70: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

75

Philpott, S.M., P. Bichier, R.A. Rice, and R. Greenberg. 2008. Biodiversity

conservation, yield, and alternative products in coffee agroecosystems in

Sumatra, Indonesia. Journal of Biodiversity Conservation. 17: 1805-

1820.

Rainforest Alliance. 2015. Measuring the Environmental Impact of Our Work.

http://www.rainforest-alliance.org/work/impact/environmental. Diakses

pada 28 Mei 2015

Saaty, T.L. 2001. Decision Making with Dependence and Feedback: The

Analytic Network Process. RWS Publication. Pittsburgh, USA.

Saaty, T.L. and L.G. Vargas. 2006. Decision Making with the Analytic Network

Process: Economic, Political, Social and Technological Applications

with Benefits, Opportunities, Cost and Risks. 2nd

Edition. Springer

Science+Business Media. New York.

Sihite, J. 2001. Evaluasi dampak erosi tanah model pendekatan ekonomi

lingkungan dalam perlindungan DAS: kasus sub-DAS Besai DAS

Tulang Bawang Lampung. Southeast Asia Policy Research Working

Paper, No. 11.

SLUSE. 2010. A Case Study of the Hutan Kemasyarakatan Community Forestry

Programme in Tugusari, Sumberjaya. SLUSE Field Course, University

of Copenhagen. Denmark.

Sudarsono, H., Purnomo, Wagianto. 2015. Pesticide Monitoring Sistem in

Indonesia: Case Study in Tanggamus and West Lampung (Lampung

Province) and South Ogan Komering Ulu (South Sumatera Province).

Lampung University. Bandar Lampung. Indonesia.

Suyanto, S., N. Khususiyah, and B. Leimona. 2007. Poverty and environmental

services: case study in Way Besai Watershed, Lampung Province,

Indonesia. Journal of Ecology and Society. 12(2): 13.

Tapia, L. A. B. and H. Eakin. 2009. ANP modelling of complex socio-

environmental systems: adaptive capacity of smallholder coffee system

in Mesoamerica. Proceedins of the International Symposium on the

Analytic Hierarchy Process.

TechnoServe. 2014. Indonesia: A Business Case for Sustainable Coffee

Production. An Industry Study by TechnoServe for the Sustainable

Coffee Program, powered by IDH. Nieuwekade 9, 3511 RV Utrecht.

The Netherland.

Page 71: APLIKASI ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI DALAM …digilib.unila.ac.id/28869/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2008 di Provinsi Lampung, menunjukkan dimensi ekonomi dan dimensi

76

United Nations. 2006. Second UN World Water Development Report: Water, a

shared responsibility. Food and Agriculture Organization of the United

Nations and the International Fund for Agricultural Development. Rome.

Italy.

Wahyudi, T. and M. Jati. 2012. Challenges of Sustainable Coffee Certification in

Indonesia. Seminar on the Economic, Social, and Environmental Impact

of Certification on the Coffee Supply Chain. ICO 9th

Session. London.

United Kingdom.

Wibowo, W. 2015. 4C Indonesia, Current Situation and Trends. Presentation on

4C Association International Team Retreat. Bonn. Germany.

WWF. 2007. Gone in an Instant: How the Trade in Illegally Grown Coffee is

Driving the Destruction of Rhino, Tiger, and Elephant Habitat. WWF-

Indonesia, PO Box 5020 JKTM 12700. Jakarta. Indonesia.