Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

26
ARTIKEL Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia Ayu Kusumastuti 1 , Lynn Thiesmeyer 2 This article attempt to describe sociological dimensions of Indonesia female migrant workers working in the domestic sector. Indonesia is the largest sending country of female migrant worker in the world. The large ammount of female workers sent to overseas has related with the condidtion in the rural area considered less able to fulfill the people needs. With the sociological analysis, this article tries to explain with the micro framework through individual relative deprivation analysis. In the messo framework, it will be explained by interactional social change in the female migrant workers family. In the end, this article also completes the analysis with macro analysis that emphasizes on the work of social value, social norm, trust and network in migration system. Keynote: female migrant worker, deprivation, social change, social system 1 © Ayu Kusumastuti, 2020 Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya, Vol. 4, No. 1, 2020. Hal.77-102. Cara mengutip artikel ini, mengacu gaya selikung American Sociological Association (ASA): Kusumastuti, Ayu.2020.” Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan IndonesiaJurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya 4(1): 77-102. DOI: 10.21776/ub.sosiologi.jkrsb.2020.004.1.06 Ayu Kusumastuti, Email: [email protected] 2 LynnThiesmeyer, Email: [email protected]

Transcript of Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Page 1: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

ARTIKEL

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran

Perempuan Indonesia

Ayu Kusumastuti1, Lynn Thiesmeyer2

This article attempt to describe sociological dimensions of Indonesia female migrant

workers working in the domestic sector. Indonesia is the largest sending country of

female migrant worker in the world. The large ammount of female workers sent to

overseas has related with the condidtion in the rural area considered less able to fulfill

the people needs. With the sociological analysis, this article tries to explain with the

micro framework through individual relative deprivation analysis. In the messo

framework, it will be explained by interactional social change in the female migrant

workers family. In the end, this article also completes the analysis with macro analysis

that emphasizes on the work of social value, social norm, trust and network in migration

system.

Keynote: female migrant worker, deprivation, social change, social system

1

© Ayu Kusumastuti, 2020

Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya, Vol. 4, No. 1, 2020. Hal.77-102.

Cara mengutip artikel ini, mengacu gaya selikung American Sociological Association (ASA):

Kusumastuti, Ayu.2020.” Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan

Indonesia” Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya 4(1): 77-102.

DOI: 10.21776/ub.sosiologi.jkrsb.2020.004.1.06

Ayu Kusumastuti, Email: [email protected] 2 LynnThiesmeyer, Email: [email protected]

Page 2: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia 78

PENDAHULUAN

Migration is not a one direct process, its colossal process that has been happening in all

direction for thousands of years. Begitulah ungkapan yang dicetuskan oleh Mohsin

Hamid. Dalam bukunya berjudul Discontent and Its Civilizations: Dispatches from

Lahore, New York, and London, Ia menyebutkan bahwa migrasi adalah proses yang

terkait satu sama lain dimana seseorang akan menemukan dan menegosiasikan banyak

perbedaan kelas, nilai dan identitas nasional. Hal ini diartikan bahwa migrasi adalah

proses yang melibatkan banyak hal dalam segi kehidupan manusia. Migrasi juga sebagai

sebuah aktivitas manusia yang telah dilakukan sejak dahulu kala.

Hal ini juga berlaku pada tenaga kerja wanita Indonesia. Tenaga kerja wanita indonesia

yang lebih lanjut dikenal dengan Buruh Migran Peremuan (BMI) adalah seseorang yang

pergi ke suatu daerah baru dan menemukan berbagai macam perbedaan nilai dan aturan

dari negara asal dan mereka harus mampu beradaptasi. Hal tersebut tidak lain dilakukan

tidak hanya untuk mengatasi rasa kekurangan yang mereka alami di negara asal. Dimana

perasaan kekurangan tersebut dapat bersifat relatif (deprivasi relatif).

Jumlah tenaga kerja wanita Indonesia di sektor domestik yang semakin banyak dari tahun

ke tahun. Tercatat pada tahun 2016 pekerja di sektor domestik sejumlah 40.937 dan di

tahun 2017 sejumlah 80.989. Hal ini mengindikasikan ada kenaikan jumlah yang cukup

signifikan sejumlah 40.052 (BNP2TKI 2017). Kenaikan jumlah pekerja domestik bukan

tanpa sebab. Banyaknya permintaan dari negara penerima juga turut andil semakin banyak

pekerja migran indonesia berdatangan. Selain itu, ada motivasi dari pekerja migran itu

sendiri untuk meningkatkan status sosial dan ekonomi di daerah asalnya.

Selain itu, negara juga memberikan banyak fasilitas untuk program pengiriman tenaga

kerja di luar negeri, seperti program Government to Govenrment (G to G), program

Private to private (P to P), dan TKI Re Entri (yang ingin bekerja kembali di luar negeri).

Fasilitas pemberangkatan pekerja migran tidak hanya diinisiasi oleh pemerintah, swasta

juga memiliki andil. Dengan program Private to Private (P to P), TKI UKPS (Untuk

Kepentingan Perusahaan Sendiri) dan TKI Pelaut juga memberikan pendampingan bagi

migran Indonesia yang akan bekerja di luar negeri dengan syarat-syarat tertentu yang

diberlakukan. Dalam penelitian mengenai proses migrasi ini, selain faktor-faktor yang

Page 3: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

79 Kusumastuti

menyebabkan terjadinya migrasi internasional warga negara Indonesia ke luar negeri,

perlu juga ditelaah dampak yang terjadi pada daerah asal.

Beberapa teori migrasi yang terdahulu telah banyak menjelaskan mengenai alasan

terjadinya migrasi internasional. Dalam disiplin ekonomi terkenal dengan konsep “micro

economic of human migration” yang diusung oleh Larry Sjaastad (1969) dalam (Liang

2007). Dalam konsep ini dijelaskan jika migrasi terjadi karena seorang individu adalah

makhluk yang rasional, dapat menghitung untung dan rugi dalam tindakannya. Sehingga

keputusan bermigrasi individu adalah keputusan yang paling rasional yang dilakukan

seseorang. Konsep kedua yaitu “macro-economic of human migration” dimana proses

migrasi terjadi karena perbedaan upah dari 2 wilayah. Wilayah mereferensikan lingkup

yang makro. Dimana arus migrasi yang terjadi adalah pekerja dari wilayah dengan upah

sedikit menuju wilayah dengan upah yang besar.

Teori lain yang berbicara mengenai bagaimana terjadinya migrasi adalah Revenstein

(1885) dalam (Liang 2007). Dalah teori tersebut Ravenstain menjelaskan berbagai prinsip

tentang migrasi yaitu migrasi terkiat dengan jarak, adanya migrasi bertahap, adanya

migran tidak tetap/sementara, adanya daerah penyerapan (daerah tujuan) dan daerah

penyebaran (daerah asal), dimungkinkan terjadinya arus balik migrasi, penduduk

perkotaan cenderung tidak melakukan migrasi dibanding penduduk perdesaan serta mulai

ada kecenderungan perempuan juga melakukan migrasi.

Teori lain diambil dari Zelinsky (1771) dalam (Liang 2007) menyatakan mengenai

hubungan antara migrasi dengan teknologi. Dalam teori ini dijelaskan dengan semakin

maju teknologi transportasi maka pola migrasi berubah menj adi migrasi yang bersifat

komuter (dari daerah suburban menuju daerah urban). Dalam pemikiran selanjutnya dia

menjelaskan mengenai Transisi Mobilitas. Transisi ini mengacu pada perubahan-

perubahan dalam mobilisasi penduduk yang mengindikasikan perkembangan masyarakat.

Tahap pertama menunjukkan mobilitas masyarakat rendah dimana hal tersebut

dikarenakan teknologi transposrtasi yang belum berkembang sehingga disebut masyarakat

tradisional pra modern. Tahap kedua mobilitas mayarakat banyak dilakukan dari desa ke

kota, menunjukkan kota mulai mengalami perkembangan dan variasi pekerjaan yang

menarik minat orang desa (masyarakat transisi awal). Tahap ketiga adalah tahap mobilitas

masyarakat dari kota ke kota dan migrasi sirkuler. Disini teknologi transportasi

Page 4: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia 80

masyarakat mulai maju (masyarakat transisi akhir). Pada tahap keempat adalah tahap

dimana mobilitas geografis masyarakat mulai menurun ditandai dengan adanya

banyaknya konsentrasi masyarakat kota besar dan kota kecil (suburban).

Pata datap mobilitas terahir mobilitas seseorang hanya dalam wilayah kota, hal ini

ditunjukkan dengan transportasi yang maju diiringi dengan perkembangan teknologi

informasi yang pesat. Teori selanjutnya yang membincang tentang migrasi dikemukan

oleh Rogers (1986) dalam (Liang 2007). Dia menyatakan bahwa dalam migrasi terdapat

3 fase: Yang pertama, fase usia sebelum bekerja. Fase ini menyebabkan potensi migrasi

kecil. Yang kedua, fase usia produktif. Fase ini individu berpotensi untuk bermigrasi dan

yang terakhir, fase pasca usia produktif. Dimana individu mulai memasuki masa tua dan

potensi migrasi berkurang.

Teori selanjutnya dalam menjelaskan migrasi yaitu push and pull factor atau teori dorong

dan tarik migrasi oleh Everets Lee. Teori ini menjelaskan bahwa migrasi terjadi karena

ada daya dorong dari daerah asal dan daya tarik dari daerah tujuan. Hal ini diperjelas juga

dengan pernyataan Lee bahwa seseorang yang melakukan migrasi dipengaruhi 4 hal yaitu:

daerah asal, daerah tujuan, rintangan antara daerah asal dan tujuan serta hambatan

personal.

Artikel ini berusaha untuk menjelaskan migrasi tenaga kerja Indonesia dalam sektor

domestik melalui pendekatan sosiologi. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

interaksi sosial individu dalam masyarakat. Dengan menjelaskan aspek sosiologi, maka

akan terlihat bagaimana interaksi sosial individu dalam dunia sosialnya yang terjadi dalam

proses migrasi ini. Proses analisa dalam sosiologi dalam tulisan ini akan dibagi menjadi 3

yaitu: analisa mikro, messo dan makro. Analisa mikro bekerja pada ranah individu. Disini,

penulis berusaha mengidentifikasi kondisi kebutuhan indvidu serta motivasi individu

dalam proses migrasi. Kebutuhan dan motivasi ini terbentuk dengan mempertimbangkan

kondisi sosialnya.

Page 5: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

81 Kusumastuti

Yang kedua adalah analisa meso. Analisa ini berada pada level tengah yaitu antara mikro

dan makro. Dalam analisa ini akan ditelaah bagaimana relasi yang terbangun pada level

keluarga yang ditunggalkan. Yang terakhir mengenai analisa makro. Analisa ini melihat

proses migrasi yang berimplikasi pada bekerjanya sebuah sistem nilai, norma dan jaringan

dalam proses migrasi.

Analisa-analisa di atas tentunya sudah banyak yang membahas, namun pada penulisan ini

pembahasan akan diarahkan pada kajian yang integratif antara unit yang paling kecil yaitu,

mikro dilanjutkan messo dan makro dalam perspektif sosiologi. Tentunya tulisan ini akan

bermanfaat untuk menjelaskan proses migrasi para pekerja domestik dari Indonesia,

dimulai dari awal terjadinya migrasi, proses migrasi yang terjadi hingga dampak akhir dari

migrasi. Penjelasan secara komprehensif ini diharapkan mampu menjadi titik tolak dalam

memahami kompleksitas migrasi buruh migran perempuan yang berasal dari Indonesia.

KERANGKA TEORITIS

Hasil penelitian mengenai buruh migran perempuan indonesia sudah banyak dilakukan.

Menurut penelitian Muryanti (2000) menyatakan bahwa banyaknya migran pergi mencari

pekerjaan ke luar negeri adalah karena kondisi pertanian yang mengalami involusi

(Kemandekan perkembangan) pertanian dan masyarakat menunjukkan perilaku ekonomi

subsisten. Dengan kondisi demikian, sulit sekali untuk menaikkan produktivitas pertanian.

Di sisi lain, perempuan perdesaan mengalami ketidakpastian penghasilan di sektor

pertanian. Selain itu keluarga juga berpengaruh dalam keputusan migrasi internasional

(Hugo, 1995).

Keluarga mengembangkan strategi adaptasi untuk menghindari kemiskinan dengan

memberikan dukungan pada anggota keluarga untuk bermigrasi untuk mendapatkan

pendapatan. Faktor lain adalah upah. Faktor mendorong banyak tenaga kerja perempuan

Indonesia ke luar negeri, dalam hal ini Arab Saudi adalah upah yang tinggi, mengatasi

ekonomi dan meningkatkan kapasitas diri (Fanany & Fanany, 2017). Wanita perdesaan di

indonesia dikategorikan sebagai seseorang yang memiliki skill terbatas, penghasilan

rendah, dan diharuskan memenuhi peran domestik, namun dengan kategori tersebut,

mereka tetap bisa memenuhi segala kebutuhan ekonomi keluarga melalui migrasi (Silvey,

2006).

Page 6: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia 82

Migrasi juga membawa efek bagi daerah pengirim, daerah penerima maupun migran itu

sendiri. Dampak migrasi bagi daerah pengirim adalah remitansi yang dikirim kepada

keluarga. Migran perempuan umumnya memiliki penghasilan lebih sedikit. Namun, dia

mengirim remitansi lebih besar dari migran laki-laki (Rahman & Fee, 2009). Keberadaan

pembantu asing pada keluarga di Singapura juga membawa dampak yang bervariasi dari

yang negatif hingga positif atau bahkan ambivalensi. Keberadaan pembantu asing secara

langsung dapat meringankan beban kerja ibu-ibu yang bekerja untuk menyelesaikan

urusan rumah dan mengasuh anak sedangkan dampak negatif terlihat pada anak yang

diasuh. Mereka bisa jadi menunjukkan sifat yang manja dan mendapatkan transfer nilai-

niai dari pembantu asing mereka yang tidak sesuai dengan nilai yang selama ini diyakini

oleh majikannya (Maid Mentality). (Yeoh, Huang, & Gonzalez III, 1999).

Pekerja migran domestik dikategorikan sebagai kelompok marginal di kawasan urban

Singapura. Dalam keseharian, mereka juga terkena isu ras dan pengalami proses segregasi

sosial.

Namun mereka memiliki strategi untuk dapat tetap berkontestasi di ruang publik dengan

sikap bebas mereka seperti cara berpakaian, berbicara dan berperilaku (Yeoh & Huang,

1998). Pekerja domestik adalah terminologi untuk menjelaskan beberapa pekerjaan yang

berkaitan dengan rumah tangga seperti mengurus anak, mengurus orang tua dan

mengerjakan pekerjaan rumah: seperti mencuci piring, membersihkan rumah, memotong

rumput dan lain sebagainya.

Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal atas pekerja yang cukup murah untuk

pekerjaan domestik. Beberapa negara tujuan bagi pekerja domestik Indonesia ini adalah:

Taiwan, Hongkong (China), Singapura, Malaysia dan Saudi Arabia. Berdasarkan data

yang diperoleh dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia Republik Indonesia per Desember 2018 diketahui bahwa profesi sebagai

pekerja domestik dan caregiver masih mendominasi jumlahnya yaitu secara berturut-turut

yaitu sebesar 75.311 dan 51.386. Berikut disajikan data mengenai penempatan Pekerja

Migran Indonesia berdasarkan jabatan Periode 2016, 2017 dan 2018:

Page 7: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

83 Kusumastuti

Tabel 1 Penempatan Pekerja Migran Indonesia Berdasarkan Jabatan Periode 2016,

2017 Dan 2018

No. Jabatan Jumlah/dalam orang

1. Domestic Worker 75.311

2. Caregiver 51.386

3. Operator 36.005

4. Plantation Worker 25.108

5. Worker 26.668

6. Technician Hydrolic 14.126

7. Crene Operator 5.379

8. House keeping 1.471

9. Construction Worker 2.038

10. Fisherman 2.620

11. Cleaning Service 1.440

12. Operator EPC1 2.358

13. Waiter 1.215

14. Spa Teraphist 1.522

15. Manufacturing Worker 1.145

16. Gardener 843

17. Farmer 532

18. Cleaner 277

19. Nursing Home 890

20. Farming 1.828

21. Others 11.930

TOTAL 264.092

Sumber: BNP2TKI, Januari 2019

Tabel diatas memperlihatkan bahwa posisi pekerjaan yang banyak ditempati pekerja

Indonesia adalah pekerja domestik sebesar 75.311 orang diikuti caregiver sebanyak

51.386 serta posisi ketiga ditempati oleh pekerjaan plantation worker. Dari data ini

mengindikasikan masih banyak posisi sebagai domestic worker sebagai posisi pekerja

Indonesia. DI satu sisi, pekerjaan di luar negeri yang membuka untuk posisi tersebut

terbuka lebar sehingga tenaga kerja Indonesia dapat terserap di sektor tersebut. Di satu sisi

ini menjadi permasalahan bagi tenaga kerja Indonesia dimana memperlihatkan kualitas

pekerja Indonesia yang kapasitasnya masih rendah sehingga hanya dapat bekerja di sektor

domestik.

Page 8: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia 84

Migrasi internasional adalah salah satu migrasi yang dipilih oleh pekerja domestik ini.

Permintaan dari negara tujuan juga turut mendukung proses migrasi ini. Pada negara

tersebut, memang banyak dibutuhkan pekerja domestik untuk mengurus anak dimana

kedua orang tua sibuk bekerja. Hal ini akhirnya menjadi peluang juga bagi pekerja

domestik Indonesia, yang utamanya dari pedesaan, untuk mengadu nasib di luar negeri.

Dengan banyaknya gaji yang diperoleh dimana gaji tersebut tidak bisa didapatkan dalam

negeri di sektor pertanian, pekerja domestik semakin termotivasi untuk bekerja.

Dalam menjelaskan migrasi internasional paling tidak ada 3 paradigma yang bisa

gunakan, yaitu neoclassical macro economic theory, neoclassical micro economic theory,

dan the new economic of migration (Massey et al. 1993). Neoclasical macro theory adalah

teori yang menjelaskan tentang proses migrasi internasional yang terjadi karena terdapat

sumber daya manusia yang melimpah pada negara berkembang dan sumber daya manusia

yang mulai sedikit di negara maju. Hal tersebut yang menyebabkan ada aliran tenaga kerja

dari negara berkembang ke negara maju. Aliran tersebut juga mempertimbagkan

perbedaan upah 2 negara. Umumya aliran tenaga kerja tersebut adalah sumber daya

manusia yang low skill dari negara berkembang menuju ke negara maju. Neoclassiocal

micro economic theory menekankan pada individu yang memiliki pertimbangan rasional

dalam memutuskan migrasi. Individu dipandang sebagai makhluk rasional yang dapat

mempertimbangkan untung dan rugi (Cost and benefit) atas tindakannya dengan

memaksimalkan sesuatu yang lebih menguntungkan.

Migrasi internasional terjadi ketika individu mempunya motivasi dna pertimbangan yang

menguntungkan dirinya ketika dia memutuskan untuk bermigrasi. New economic of

migration menekankan pada keputusan dalam bermigrasi bukan merupakan keputusan

individu melainkan sebuah keputusan kelompok, yang mempertimbanhkan keluarga atau

rumah tangga. Sehingga dalam pendangan ini, migrasi internasional dipandang sebagai

sebuah keputusan yang bersifat kolektif.

Page 9: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

85 Kusumastuti

Tabel 2 Paradigma dalam Migrasi

No. Paradigma

Micro-economic

theory of

human migration

Neoclassical

macro-economic

New Economic of

Migration

1. Unit analisa Individu (mikro) Negara (makro) Kelompok (meso)

2. Motivasi migrasi Ekonomi Ekonomi Ekonomi dan non

ekonomi

3. Ide utama pemikiran Individu adalah

makluk rasional

yang dapat

memberikan

kalkuasi untung-

rugi dalam

memutuskan

untuk bermigrasi

Migrasi

disebabkan oleh

perbedaan upah

antara 2 wilayah

Keputusan

bermigrasi individu

adalah keputusan

yang dipengaruji

oleh

keluarga/kelompok

Sumber: Olahan Peneliti

Beberapa dimensi-dimensi sosiologi dalam fenomena migrasi adalah melihat pada migrasi

yang bersifat permanen yaitu terdapat unsur kolektivitas, pengambilan keputusan migrasi

berdasarkan suatu nilai, perubahan sosial pada sistem interaksional yang melibatkan aktor

yang bermigrasi, daerah pengirim dan daerah penerima, migrasi sosial sebagai proses

adaptif untuk mempertahankan keseimbangan struktur sosial di daerah asalnya dan

migrasi sebagai respon untuk mengatasi deprivasi relatif yang dialami sekelompok

orang/komunitas (Mangalam and Schwartzweller 1970).

Proses analisa dalam sosiologi dalam tulisan ini akan dibagi menjadi 3 yaitu: analisa

mikro, messo dan makro. Analisa mikro bekerja pada ranah individu. Disini, penulis

berusaha mengidentifikasi kondisi kebutuhan indvidu serta motivasi individu dalam

proses migrasi. Individu melalukan migrasi karena ada perasaan yang relatif kurang pada

daerah asalnya. Kondisi kekurangan (deprivasi) ini terjadi relatif, artinya bisa jadi

seseorang dapat merasa kurang pada sektor tertentu sedangkan seseorang yang lain tidak.

Deprivasi menurut Kurien & Sen (1983) adalah sebuah analisa megenai kemiskinan yang

memfokuskan pada keadaan kekurangan atau perampasan seserorang terhadap seuatu

dalam hidupnya. Dalam situasi ini setidaknya ada 2 hal dalam memahami deprivasi yaitu

yaitu perasaan kekurangan dan keadaan kekurangan. Perasaan kekurangan adalah kondisi

secara objektif dimana seseorang memiliki sedikit atribut yang diinginkan seperti

Paradigma

Klasifikas

i

Page 10: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia 86

pekerjaan, pendapatan atau kekuasaan daripada orang lain. Sedangkan perasaan

kekuarangan adalah sebuah situais dimana seseorang secara subyektif merasa kurang

dibandingkan orang lain.

Kondisi kekurangan ini tidak dapat berdiri sendiri pada perasaan kekurangan. Seseorang

akan merasa memiliki kekurangan relatif ketika kondisi di luarnya berada lebih dari

dirinya. Kondisi inilah yang disebut kelompok referensi, yang menjadi dasar legitimasi

untuk sebuah standar kehidupan. Jika situasi ini muncul ditambah perasaan deprivasi

muncul maka situasi deprivasi relatif akan tercipta. Itulah yang menjadi titik analisa untuk

memberikan penjelasan pada level individu mengenai motivasi untuk menjadi seorang

buruh migran perempuan.

Yang kedua adalah analisa meso. Analisa ini berada pada level tengah yaitu antara mikro

dan makro. Analisa ini melihat proses migrasi yang berimplikasi pada pranata lain yang

terdekat dari individu yaitu keluarga. Perubahan sosial dalam tata nilai keluarga adalah

titik tekan pada tulisan ini. Perubahan sosial dalam lingkup keluarga adalah implikasi dari

migrasi buruh migran perempuan. Dalam perubahan sosial, mekanisme perubahan dapat

dijelaskan melalui model interaksional. Model ini menjelaskan bahwa perubahan sosial

dapat mengakibatkan berubahnya interaksi (Lauer, 1993). Interaksi ini dapat

dikategorikan menjadi 2 baik interaksi yang asosiatif yaitu munculnya kerjasama ataupun

interaksi yang disosiatif atau konflik dan kompetisi. Perubahan sosial dalam perspespektif

interaksi disosiatif dapat menyebabkan konflik. Menurut Dahrendorf konflik dapat

menyebabkan berubahnya nilai dan struktur dalam masyarakat. Sebagai mana Dahredorf

menjelaskan bahwa konflik sosial bersumber dari hubungan kekuasaanya yang berlaku

dalam sebuah sistem sosial.

Perubahan melalui konflik sosial akan mengakibatkan perubahan dalam hubungan sosial.

Seperti yang dinyatakan oleh Coser (1998) bahwa konflik sosial dapat terjadi pada

hubungan keluarga seperti pasangan suami instri. Coser (1998) menyatakan bahwa

intensitas konflik berkorelasi dengan hubungan yang sangat dekat pada seseorang dengan

orang lain. Hal ini diartikan bahwa seseorang yang memiliki interaksi yang kuat dengan

orang lain cenderung juga memiliki intensitas yang tinggi terhadap konflik. George

Homans dalam Coser (1998) juga menjelaskan bahwa hubungan sosial yang mendekati

hubungan yang mengarah pada kelompok primer, dimana kelompok ini dikarakteristikan

Page 11: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

87 Kusumastuti

kelompok yang memiliki kekerabatan yang kuat dengan Sifat yang sangat dekat dan intim,

akan cenderung memiliki rasa afeksi tinggi satu sama lain.

Namun secara bersamaan, sikap afeksi tersebut dapat menghasilkan amarah atau

kebencian satu sama lain sehingga hal tersebut yang memicu konflik. Kesempatan untuk

berkonflik semakin besar karena kelompok primer saling berinteraksi dengan intens.

Yang terakhir mengenai analisa makro. Analisa makro menekankan pada kumpulan-

kumpulan interaksi yang terbangun seiring dengan proses migran buruh migran

perempuan. Dalam analisa ini akan ditelaah bagaimana relasi antara individu dengan

individu lain juga dapat menjadi dasar analisa dalam menjelaskan migrasi tenaga kerja

wanita domestik Indonesia. Relasi sosial tersebut disebut kerjasama dalam melancarakan

proses migrasi. Dalam sosiologi, kita mengenai istilah modal sosial. Modal sosial menurut

Putnam adalah sebuah jaringan sosial, norma-norma dan kepercayaan pada terbentuk

sebuah kelompok untuk dapat bertindak bersama-sama mencapai tujuan bersama.

Analisa Putnam banyak menekankan pada sebuah negara yang berinteraksi dengan warga

negaranya, namun demikian teori ini mampu untuk menjelaskan bagimana modal sosial

mampu sebagai sarana untuk dapat menurunkan kemiskinan (Pelling and High 2005).

Analisa ini menjadi titik telaah untuk menggambarkan sebuah fenomena migrasi yang

mengandalkan jaringan, norma dan kepercayaan diantara pelaku migran untuk

mengurangi resiko dalam bermigrasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis

penelitian yang membutuhkan data kualitatif yang dapat berupa makna yang dimediasi

melalui bahasa dan tindakan (Dey, 1993). Dalam hal ini, peneliti menggali data berupa

perkataan seseorang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur

pada sejumlah informan yang telah ditentukan sebelumnya. Peneliti menentukan

karakteristik informan terlebih dahulu (purposive sampling) untuk memilih informan yang

sesuai. Adapun kriteria tersebut adalah:

Page 12: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia 88

1. Merupakan pelaku langsung dari migrasi buruh migran perempuan. Dalam hal

ini buruh yang sudah purna menjadi informan yang dipilih karena infoman

tersebut memiliki pengetahuan ketika menjadi migran dan setelahnya untuk

mengkombinasikan data secara menyeluruh.

2. Merupakan keluarga inti atau keluarga extended yang mengetahui bagaimana

proses migrasi yang dilakukan migran.

3. Merupakan perangkat desa yang mengetahui kondisi wilayahnya termasuk

kondisi warga yang banyak pergi ke luar negeri untuk bekerja. Informan ini juga

berfungsi untuk triangulasi data.

Terdapat 9 informan yang diperoleh dengan 5 merupakan manta migran, 3 orang

merupakan keluarga migran dan 1 orang dari perwakilan pemerintah desa. Analisa data

yang digunakan dalam peneltian ini adalah analisa data kualitatif. Analisa data kualitatif

yang dilakukan adalah analisa sirkular yang melibatkan aktivitas describing

(mendeskripsikan), classifying (mengklasifikasi) dan connecting (menghubungkan) (Dey

1993).

Dalam penelitian ini penulis melakukan penggalian data primer melalui wawancara pada

9 informan. Hasil wawancara kemudian ditranskripsi dan mulai di analisa. Tahapan

analisa adalah sebagai berikut: 1) Proses mengklasifikasi. Peneliti melakukan pemilikahan

data dari hasil wawancara yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini, peneliti

melakukan menambilan data berkaitan dengan fakta sosiologis secara mikro, meso dan

makro pada fenomena migrasi buruh perempuan. 2) Proses mendeskripsikan. Yang

peneliti lakukan adalah menguraikan fakta-fakta yang disampaikan responden yang terkait

femena sosiologi pada ranah individu, keluarga dan sistem sosial dan 3) Proses

menghubungankan. Peneliti melakukan uoaya intepretasi dan didukung oleh bantuan

literatur yang relevan untuk menjelaskan dimensi sosiologi buruh migran perempuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Wanita Desa Sukowilangun banyak yang bekerja sebagai pekerja migran di luar negeri

dikarenakan situasi daerah asal. Himpitan kemiskinan, banyaknya kebutuhan ekonomi

yang harus dipenuhi dan sempitnya lapangan pekerjaan di sektor pertanian membuat

wanita-wanita di desa melakukan adaptasi.

Page 13: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

89 Kusumastuti

Tahun 1980, dimana dimulai pengiriman pekerja migran perempuan di berbagai negara.

Diawali dengan 3 pekerja migran ke Arab Saudi. Beberapa tahun kemudian mereka

mampu memberikan kiriman kepada keluarga di desa dan membangun rumah mereka.

Lambat laun kesejateraan ekonomi mereka semakin membaik. Hal ini kemudian yang

menjadi motivasi warga lain untuk melakukan hal yang sama.

Di tahun ini, beberapa negara yang banyak dituju adalah Hongkong, dilanjut Taiwan dan

Singapura. Keberadaan jasa pengerah TKI sangat berkontribusi dalam pengiriman pekerja

migran perempuan. Jasa pengerah TKI banyak ditemukan di perdesaan. Jasa pengerah ini

memiliki agen lapangan yang melakukan sosialisasi, promosi dan merekrut calon pekerja

migran. Kehadiran mereka dapat dikatakan sebagai jaringan sosial calon migran untuk

mendapatkan pekerjaan di luar negeri. Negara Indonesia sendiri memiliki badan yang

sceara khusus menangani buruh migran dimulai dari proses perekrutan, pelatihan,

penempatan, perlindungan hingga pemulangan. Dalam proses rekruitmen ini, lembaga

pemerintahan akan dibantu PPTKIS (Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Swasta). Lembaga ini adalah lembaga yang berbadan hukum yang telah memiliki izin

resmi dari pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan tenaga kerja di

luar negeri. Peran PPTKIS adalah melakukan seleksi dan rekruitmen bersama dengan

dinas ketenagakerjaan, dilakukan pelatihan ketrampilan, mengurus dokumen

keberangkatan, mengantarkan ke bandara/pelabuhan, dan menginformasikan pada

pengguna jasa menegani kedatangan pekerja.

Dalam paradigma migrasi, pola ini menunjukkan ekonomi migrasi baru. Ekonomi migrasi

baru menekankan pada kelompok untuk menilai sebuah fenomena migrasi. Banyaknya

masyarakat menjadi buruh migran perempuan karena dipengaruhi oleh lingkungan.

Masyarakat melihat adanya sebuah kesuksesan yang diraih ketika seseorang memutuskan

bekerja di luar ini. Pada akhirnya, hal ini menjadi motivasi bagi orang lain untuk

melakukan hal sama.

Page 14: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia 90

New economic of migration menekankan bahawa motivasi untuk melakukan migrasi

dipengaruji oleh kelompok. Selain lingkungan sekitar, keluarga juga turut berpengaruh.

Dengan kondisi keluarga yang serba kurang, membuat calon migran sangat termotivasi

untuk mendapatkan keuntungan sebamnyak-banyaknya. Di sisi lain, desa asal juga

memfasilitasi dengan adanya agem perekrekut yang dengan mudah untuk membantu

dalam proses pendaftaran dan pemberangkatan. Lingkungan diluar individulah yang

membuat motivasi untuk bermigrasi semakin kuat.

Analisa sosiologi dalam studi migrasi bervariasi. Jenis analisa tersebut dapat dimulai dari

level individu (mikro), jaringan sosial (messo) dan hubungan antara negara (makro).

Migrasi terpaksa (force migraton) dianalisis secara sosiologis dengan melihat aspek agensi

dan jejaring sosial memainkan peran penting serta peran negara dalam keamanan migrasi

(Castles, 2003). Analisa sosiologi dalam perpindahan penduduk dari desa ke kota dlihat

sebagai alternatif untuk mendapatkan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan pertanian

dan pemenuhan kepuasan individu bagi masyarakat Swaziland (Rosen-Prinz & Prinz,

1978).

Reactive migran adalah pola yang dikembangkan ketika individu bereaksi terhadap situasi

krisis yang disebabkan oleh perang, kelaparan, keruntuhan ekonomi dan bencana lainnya.

Analisa sosiologi dalam fenomena migrasi ini menekankan pada kondisi strukturasi

dimana faktor ekonomi, politik, sosial, lingkungan dan biopsikologis berpengaruh pada

perilaku individu dan sebaliknya memperlihatkan penstrukturan hubungan sosial antara

migran dan non migran lintas ruang dan waktu (Richmond, 1993). Dalam makalah ini,

akan dikaji analisa sosiogi dalam lingkup mikro, yaitu mengenai perasaan dan motivasi

individu bagi pelaku migrasi.

Pada level messo analisa diarahkan untuk menggali tentang perubahan sosial pada pranata

keluarga. Pada level makro, analisa pada artikel ini diarahkan pada terbentumnya sistem

migrasi yang melibatkan relasi dari berbagai pihak. Keluarga sebagai unit terkecil dari

sistem sosial memiliki oleh masyarakat memiliki peran penting dalam proses sosial

individu. Proses sosial tersebut meliputi proses sosialiasi serta pembentukan individu.

Menemukenali perubahan sosial pada level keluarga bermanfaat untuk seorang peneliti

untuk dapat mengidentifikasi perubahan sosial dalam level keluarga dan secara luas dapat

mengidentifikasi dampak yang paling terasa bagi daerah asal atas proses migrasi yang

Page 15: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

91 Kusumastuti

dilakukan salah satu anggota kaluarga. Selain itu, dengan menjelaskan terbentuknya

relasi-relasi baru bagi seorang buruh migran perempuan, akan semakin menggambarkan

sistem migrasi yang selama ini telah berlangsung.

DEPRIVASI RELATIF

Penduduk Desa Sukowilangun mengalami himpitan kemiskinan ketika mata pencaharian

mereka hanya tergantung pada sektor pertanian. Masyarakat banyak bergerak pada sektor

komoditas padi, tebu dan singkong. Dari hasil pertanian tersebut umumnya mereka

menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari.

Sehingga keluarga menerapkan kesederhanaan dalam pola konsumsi dan kepemilikan

fasilitas untuk hidup sehari-hari yang terbatas. Sesuai dengan penuturan informan sebagai

perwakilan pemerintah desa:

“....tahun 1978an sebagian besar masyarakat Sukowilangun dihimpit oleh situasi sulit, terbatas..

keterbatasan yang mereka alami tidak saja pada sektor domestik (keluarga) melainkan

keterbatasan pendidikan dan fasilitas mendorong kegiatan ekonomi seperti motor...”

Beberapa fasilitas yang dalam kondisi minimum untuk mereka akses tidak hanya pada

pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari namun juga akses terhadap pendidikan,

kesehatan dan beberapa fasilitas lainnya seperti kendaraan bermotor untuk menunjukan

kegiatan ekonomi. Hal tersebut yang mendorong warga Sukowilangun melakukan migrasi

internasional, untuk mencari pendapatan untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Sesuai

pernyataan Informan yang merupaklan purna buruh migran perempuan:

“...dapat mencukupi kebutuhan hidup, bahkan dapat mengangkat perekonomian keluarga...”

Kebutuhan yang ingin dipenuhi warga desa tersebut adalah kebutuhan yang dapat bersifat

relatif. Artinya kebutuhan tersebut (pendidikan, kesehatan, kendaraan bermotor) bisa jadi

sangat dibutuhkan warga sukowilangun, namun bisa jadi kebutuhan tersebut sebetulnya

juga tidak terlalu diperlukan oleh warga yang lain (bersifat relatif). Hal inilah yang disebut

deprivasi relarif/kekurangan relatif. Deprivasi merujuk pada situasi sosial yang gagal

memenuhi kebutuhan minumum seseorang.

Page 16: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia 92

Untuk itu seseorang bermigrasi untuk memenuhi kebutuhannya (Mangalam and

Schwartzweller 1970). Namun tidak semua kondisi deprivasi ini menjadi stimulus untuk

seseorang melakukan migrasi. Dalam masyarakat Desa Sukowilangun, deprivasi relatif

terlihat pada kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, kesempatan

untuk memperoleh pendapatan lebih besar dan kesulitan dalam aksesibilitas pendidikan,

dan kepemilikan harta/benda berharga. Migrasi adalah tindakan subjektif (Mangalam and

Schwartzweller 1970).

Kesiapan seseorang bermigrasi sangat dipengaruhi juga oleh karakter dan nilai-nilai yang

dimiliki oleh individu. Namun tidak dipungkiri selain kondisi internal, kondisi eksternal

juga mempena.

Deprivasi menurut Kurien & Sen (1983) adalah sebuah kondisi yang kuramg dari individu.

Setidaknya ada 2 hal yang menyebakan situasi ini terjadi yaitu adanya perasaan

kekurangan (internal individu) dan kondisi kekurangan (eksternal Individu). Pada wilayah

Desa Sukowilangun, diketahui bahwa wilatyah tersebut kurang bisa memenuhi kebutuhan

warganya, di sisi lain mulai banyak warga yang meraih kesuksesan melalui bekerja

sebagai buruh migran. Pada diri individu juga muncul perasaan kekurangan pada hal-hal

tertntu seperti ekonomi dan kepemilikan harta dan rumah. Hal tersebut yang menjadi daya

motivasi untuk calon buruh migran perempuan pergi ke luar negeri untuk bekerja sebagai

migran di sektor domestik. Berikut dijelaskan dalm bagan:

Bagan 1 Analisa Mikro Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia

Sumber: Analisa Peneliti

Calon Buruh

Migran Peremuan

Perasaan

Kekurangan

Kondisi

Kekurangan

Deprivasi Relatif

Page 17: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

93 Kusumastuti

KONFLIK DAN DISINTEGRASI KELUARGA

Implikasi dari migrasi internasional oleh perempuan perdesaan terlihat pada keluarga yang

ditinggalkan. Keluarga yang ditinggalkan umumnya adalah suami, anak-anak, ibu dan

ayah mereka dan extended family. Analisa dampak dari migrasi adalah salah satu analisa

dalam sosiologi migrasi. Migrasi sebagai sebuah fenomena sosial menghasilkan

perubahan dalam sistem interaksional (Mangalam and Schwartzweller 1970). Dalam

makalah ini, diidentifikasi terdapat proses perubahan dalam sistem keluarga yang

ditinggalkan akibat migrasi internasional. Perubahan keluarga tersebut adalah akibat

hilangnya peran ibu dan istri dalam keluarga dan mengakibatkan perceraian dan

perselingkuhan. Implikasi ini menunjukkan terdapat model perubahan interaksional dalan

proses migrasi buruh migran perempuan. Model ini menjelaskan bahwa perubahan sosial

dapat mengakibatkan berubahnya interaksi (Lauer, 1993). Terjadi interaksi yang disosiatif

ketika seorang ibu pergi bekerja di luar negeri. Interkasi disosiatif ini mengarahkan pada

sebuah konflik antara suami dan istri. Beberapa kasus yang berkaitan dengan keluarga

dirangkum dalam kasus berikut ini:

Tabel 3 Kasus Koflik Dalam Keluarga

Kasus 1 Suami yang ditinggalkan mencurigai istrinya selingkuh dengan

majikannya dan mengajukan cerai dengan syarat istri harus

menggantikan uang sebesar 30 juta.

Kasus 2 Remitansi yang diikirim oleh istrinya dibuat pihak suami untuk berjudi

dan sabung ayam

Kasus 3 Suami menikah lagi dengan wanita lain di Indonesia

Kasus 4 Istri yang kerja di luar negeri minta diceraikan

Sumber: Analisa Peneliti

Anggota masyarakat berinteraksi memproduksi sistem/struktur sosial. Struktur sosial

yang muncul seperti perceraian dan perselingkungan dari keluarga migran adalah hasil

dari proses interaksi individu-individu di dalamnya.

Dalam kepentingan analisa, struktur sosial atau sebuah organisasi sosial yang muncul

dapat dilihat dari 3 hal yaitu sistem budaya, sistem sosial dan sistem personal (Mangalam

and Schwartzweller 1970)

Page 18: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia 94

Budaya patriarkis menjadi faktor penyebab perceraian dan perselingkungan pada keluarga

yang ditinggalkan. Budaya ini merujuk pada laki-laki sebagai pengambil keputusan utama

dalam rumah tangga. Ketika suami mengajukan cerai, maka istri cenderung untuk

menyetujui. Hal ini menjadi penyebab terjadinya kasus disintegrasi keluarga pada pekerja

migran. Faktor sosial juga menjadi faktor kuat terjadinya perceraian dan perselingkungan.

Sesuai dengan pernyataan keluarga buruh migran perempuan yang menyatakan:

“...Gugat Cerai dadakan dilakukan oleh Suami TKW dan meminta uang Ganti sebesar 70 juta,

alasannya ia tidak menerima uang remitan dari istrinya dan selalu mengeluarkan uang untuk

kebutuhan anak...”

Sistem sosial juga berimplikasi pada perubahan pada lingkup keluaga. Dalam masyarakat

desa, muncul konsep keluarga ideal adalah keluarga dengan ayah ibu dan anak yang

tinggal dalam satu atap. Hal tersebut adalah sistem sosial keluaga bagi mereka. Ketika

sang istri meninggalkan rumah untuk bekerja dalam waktu yang lama, maka seorang

suami beradaptasi dengan mencari pengganti orang lain untuk mengganti peran dan tugas

istri di rumah. Dalam pembagian kerja dalam keluarga yang ideal dalam perspektfi

fungsional struktural diketahui bahwa suami sebagai kepala rumah tangga adalah

seseorang yang berperan sebagai pencari nafkah utama, sedangkan seorang istri bekerja

dalam ranah domestik dan merawat anak di rumah.

Namun, ketika banyak buruh migran menggantikan peran seorang suami sebagai pencari

nafkah utama, hal ini menyebabkan keguncangan sistem sosial dalam keluarga. Sistem

sosial yang lama tidak lagi berlaku. Kini, perempuan juga memiliki kuasa atas

pendapatnnya dan sangat berperan dalam ekonomi rumah tangga.

Konflik pada keluarga buruh migran, juga diakumulasi melaui sistem personal. Sistem

personal inilah yang juga menyumbang konflik dalam rumah tangga. Sistem personal ini

adalah sistem ketika manusia berpresepsi. Proses manusia dalam melakukan persepsi

dalam dunia sosialnya seringkali menimbukan konflik. Seperti yang dinyatakan Coser

(1998), konflik dapat terjadi pasangan suami istri akibat hubungan yang mereka yang

sangat dekat. Seorang ibu yang pergi keluar negeri dapat menimbulkan masalah misalnya

dalam pengasuhan anak ataupun tentang penyalahgunaan pengiriman remitansi (Kiriman

uang atau barang hasil bekerja id luar negeri untuk keluarga di negagara asal).

Permasalahan tersebut dapat menjadi pemicu konflik ditambkan dnegan perbedaan

Page 19: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

95 Kusumastuti

persepsi yang muncul, sehingga cenderung istri tidak lagi percaya dengan suami dan

berakhir perceraian. Di sisi lain, sang suami juga mencurigai hal buruk tentang istrinya

yang bekerja luar negeri. Kecurigaan tersebut adalah hasil individu berpresepsi. Ketika

persepsi itu tidak sesuai demgan kondisi maka potensi konflik juga cenderung hadir.

Bagan 2 Analisa Meso Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia

Sumber: Analisa Peneliti

Konflik sering terjadi pada pasangan suami istri atau keluarga dimana sang istri pergi

bekerja ke luar negeri sebagai buruh migran. Keluarga adalah sebuah kelompok primer

yang memiliki kohesi sosial yang sangat kuat. Namun disisi lain dengan kohesi yang kuat

tersebut potensi untuk saling konflik juga snagat tinggi. Sesuai dengan pernyataan George

Homans dalam Coser (1998) yang menyebutkan bahwa kelompok primer, dimana

kelompok ini dikarakteristikan kelompok yang memiliki kekerabatan yang kuat dengan

Sifat yang sangat dekat dan intim, akan cenderung memiliki rasa afeksi tinggi satu sama

lain. Namun secara bersamaan, sikap afeksi tersebut dapat menghasilkan amarah atau

kebencian satu sama lain sehingga hal tersebut yang memicu konflik.

BEKERJANYA SISTEM NILAI, NORMA, KEPERCAYAAN DARI JARINGAN

Unsur kolektivitas dalam kajian sosiologi migrasi banyak diperhitungkan meskipun tidak

secara eksplisit (Mangalam and Schwartzweller 1970). Kolektivitas ini adalah bagian dari

migran yang memutuskan untuk bermigrasii. Hal ini juga di merujuk pada seorang migran

dalam pengambilan keputusan dan proses bermigrasi tidak lepas dari nilai-nilai kolektif

(nilai-nilai bersama) yang dia miliki sebelumnya.

Buruh Migran

Perempuan Indonesia

Keluarga

(Konflik dan

Diintegrasi Keluarga)

Sistem Budaya

Sistem Personal

Sistem Sosial Dampak

Patriarki

Konsep Keluarga

Ideal

Persepsi dan ikatan

kelompok primer

Page 20: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia 96

Dalam proses migrasi internasional, calon migran mengembangkan unsur kolektivitas,

yaitu nilai yang merupakan bagian dari diri migran. Selain itu terdapat norma bersama

yang dimiliki masyarakat adalah nilai untuk meniru/mereplikasi perilaku orang yang

sukses. Masyarakat desa memiliki motivasi yang tinggi menjadi pekerja migran setelah

mengetahui pendahulunya mampu merenovasi rumah, membeli tahan dan memiliki asset

untuk sisimpan atau ditabung. Tahun 1998 adalah tahun dimana mulai ramai warga

memutuskan untuk menjadi tenaga kerja di luar negeri. Hal inilah yang menurut Putnam

dinamakan norma. Norma adalah aturan yang dapat tertulis maupun tidak yang disepakati

oleh sebuah kelompok.

Nilai bersama dari daerah asal yang dikembangkan adalah nilai untuk memperbaiki

ekonomi menjadi lebih baik. Masyarakat percaya bahwa memperbaiki ekonomi adalah hal

penting. Memperbaiki ekonomi tidak hanya menambah pendapatan tetapi juga

berinvestasi. Investasi yang dilakukan bisa dengan membuka usaha di sektor pertanian.

Hal ini sesuai dengan penuturan informan sebagai pemerintah desa:

“Perkembangan perekonomian keluarga TKW/I cukup pesat, terutama diukur dari kepemilikan

rumah, fasilitas keluarga, motor, dan tanah. Alasan utama mereka membeli lahan atau tanah, ialah

membangun rumah dan membuka usaha dalam sektor pertanian. Sehingga uang yang dikirimkan

tidak langsung habis, bisa berkembang dan dikelola menjadi tambahan pendapatan...”

Keluarga pada masyarakat desa Sukowilangun percaya bahwa mengirim anggota keluarga

untuk bekerja di luar negeri akan menambah pendapatan dan memperbaiki ekonomi.

Dalam masyarakat desa juga berkembang asumsi jika mereka yang sukses adalah mereka

yang dapat membangun rumah dengan baik dan hal tersebut dapat dilakukan dengan

menjadi pekerja domestik di luar negeri. Pemilihan bekerja di sektor domestik

dikarenakan level pendidikan mereka yang cenderung rendah. Para migran ini termauk

pada migran reactive, dimana mereka melakukan migrasi dikarenakan bereksi terhadap

situasi krisis, yaitu kebutuhan ekonomi. Sesuai dengan pernyataan salah satu informan

yang merupakan mantan buruh migran perempuan:

“...adik saya pun mengikuti jejak langkah saya, yaitu dengan sama-sama menjadi TKI. Tidak

berhenti sampai disitu, disaat saya memutuskan untuk berhenti menjadi TKI, sekarang ini juga

menjadi TKI....”

Page 21: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

97 Kusumastuti

Unsur kolektivitas yang dimiliki seorang migran Desa Sukowilangun adalah nilai saling

membantu dan bekerjasama. Nilai tersebut yang kemudian muncul sebagai modal

sosial/relasi sosial. Dalam proses migrasi, seorang migran cenderung akan

mengembangkan relasi sosialnya. Hal ini bertujuan agar calon migran dapat mudah

beradaptasi dengan kondisi daerah tujuan. Calon migran akan mencari pengetahuan

sebanyak-banyaknya dan berinteraksi dengan orang-orang yang berelasi dengan proses

migrasi internasionalnya.

Masyarakat Desa Sukowilangun, dalam proses bermigrasi akan banyak berelasi dengan

petugas lapangan dari dibantu PPTKIS (Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Swasta) dan informasi dari mereka yang sudah terlebih dahulu menjadi pekerja migran

internasional. Dari proses tersebut, migran mengembangan jaringan sosialnya melalui

modal sosial.

Terdapat beberapa proses dalam migrasi tenaga kerja yang mempekerjakan modal sosial:

Pertama, proses pendaftaran: seorang migran akan mencari informasi pada migran

sebelumnya yang telah melakukan migrasi; Kedua, proses rekruitmen dan pelatihan:

seorang migran membangun jaringan sosial dengan PPTKIS (Pelaksana Penempatan

Tenaga Kerja Indonesia Swasta) atau perusahaan swasta pengerah migram yang memiliki

lisensi atau perijinan resmi dari pemerintah negara Indonesia; dan Ketiga, proses

pemberangkatan: migran membangun jaringan sosial dengan agen perekrut dan migran

yang telah ada di negara tujuan serta Keempat, proses penempatan: migran akan

mengembangkan relasi sosial dengan migran sebelumnya, teman sesama migrant,

kedutaan negara Indonesia dan teman lain yang ditemui di negara tujuan. Pada

perjalanannya, mereka cenderung akan membangun modal sosial bonding, jaringan atau

relasi yang kuat antar sesama migran dan dikembangkan kepercayaan dan norma antar

sesama.

Pengambilan keputusan salam bermigrasi tidak hanya keputusan individu semata.

Pengambilan keputusan bermigrasi ini sangat dipengaruhi oleh nilai dan lingkungan

sekitar. Keputusan bermigrasi pada akhirnya bukanlah keputusan individu melainkan

keputusan keluarga. Keluarga dan lingkungan sekitar menjadi faktor yang paling kuat

yang mempengaruhi keputusan bermigrasi individu.

Page 22: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia 98

Hal ini sesuai dengan paradigna New Economic of Migration dimana keputusan dalam

bermigrasi bukan merupakan keputusan individu melainkan sebuah keputusan kelompok.

Modal sosial digunakan untuk mencari informasi di daerah tujuan dan hal tersebut sebagai

salah satu cara dalam proses adaptasi. Modal sosial berfungsi untuk menemukenali situasi

kerja yang sedikit banyak akan bergantung pada agen pengerah migran. Dikarenakan

migran hanya lulus sekolah dasar dan memiliki kemampuan yang rendah, migran

cenderung untuk ditempatkan pada kerja domestik dan keputusan dimana dia bekerja telah

dtentkan oleh agen swasta pengerah migran. Modal sosial yang dibangun oleh sesama

migran atau migran sebelumnya dapat mengatasi resiko migrasi, dengan demikian migran

akan lebih aman dalam melakukan migrasi. Di daerah tujuan, migran memiliki komunitas

sesama buruh migran untuk saling berinteraksi dan berdiskusi tentang masalah-masalah

yang mungkin dihadapi dan komunitas tersebut dapat membantu permasalahan tersebit.

Setelah pulang ke daerah asal, modal sosial berupa jaringan masih digunakan bagi purna

migran. Jaringan sosial tersebut digunaknan untuk membentuk kelompok ex migran yang

memiliki fungsi untuk forum komunikasi untuk memperolah pekerjaan di Indonesia dan

untuk sarana pertukaran ide jika akan membangun bisnis baru. Sesuai dengan pernyataan

purna buruh migra perempuan:

“... selepas jadi TKW saya buka warung...”

Kepercayaan (trust) juga muncul seiring dengan terjalinnya relasi antara migran dengan

berbagai pihak seperti pada sesama migran, migran sebelumnya, agen perekrut negara

asal, kedutaan negara asal dan pemberi kerja atau majikan.

Pada hubungan dengan agen perekrut, migran tidak masalah harus menanggung resiko

penghasilannya dipotong oleh agen perekrut sebagai wujud kepercayaan untuk berani

mengambil resiko dipotong namun kemudian penghasilan yang lain pada akhirnya juga

diberikan, Sesaui pernyataan infroman selaku pemerintah desa yang menyatakan bahwa:

Page 23: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

99 Kusumastuti

“...TKW dari warga Dusun Kampung Baru Desa Sukowilangun yang diberangkatkan ke Arab

Saudi, mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan gaji sebesar di bawa sepuluh juta

rupiah. Namun masih dipotong oleh PT bersangkutan sebesar (50%), dikarenakan potongan biaya

pemberangkatan dan pelatihan yang diberikan sebelumnya.”

Kepercayaan yang dibangun antara sesama migran adalah rasa peduli satu sama lain.

Selama di masa pelatihan, sesama migran akan mengembangkan tali pertemenan dan

perasaan senasib. Trust juga muncul antara calon migran dengan migran yang telah ada di

daerah tujuan. Kepercayaan tersebut muncul dengan rasa membantu bagi migran di daerah

tujuan yang telah sebelumnya bekerja dengan cara membagikan informasi terkait keadaan

bekerja di sana. Trust dapat didefinisikan sebagai sebuah derajat relasi antara kelompok

yang dalam menimbulkan kohesi sosial yang kuat (Narayan and Pritchett 1999). Sama

halnya denga calon migran yang memiliki ikatan kuat dengan sesama dengan migran

sebelumnya.

Bagan 3 Analisa Makro Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia

Sumber: Analisa Peneliti

Trust juga akan muncul seiring sejalan dengan berinteraksinya calon migran dengan agen

perekrut. Buruh migran memiliki kepercayaan pada agen untuk dapat membantu bekerja

di luar negeri. Dan agen perekrut menanamkan kepercayaan untuk calon migran mampu

bekerja dengan baik di negara tujuan. Ketika sudah sampai pada negra asal, buruh migran

juga mengembangkan jaringan atau relasi dengan perwakilan Indonesia sendiri melalui

atase ketenagakerjaan pada kedutaan besar. Atase ini memiliki peran dlaam peningkatan

perlindungan pekerja migran Indonesia. Selain, itu, secara bersamaam pula calon migran

telah menanamkan kepercayaan pada majikan yang akan memperkejakannya. Calon

Buruh Migran

Perempuan

Indonesia

Sistem Nilai

Sistem Norma

Sistem Jaringan

Sistem Kepercayaan

Sesama Migran

Migran Sebelumnya

Agen Perekrut Negara Asal

Kedutaan Negara Asal

(Atase ketengakerjaan)

Pemberi kerja/Majikan

Page 24: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia 100

migran percaya jika pemberi kerja akan dapat mempekerjaka dengan baikm demikian

sebaliknya.

KESIMPULAN

Analisa sosiologi dalam studi migrasi bervariasi. Jenis analisa tersebut dapat dimulai dari

level individu (mikro), keluarga (messo) ataupun lingkup yang lebih luas lagi yaitu sistem

nilai dan norma masyarakat (makro). Dalam tulisan ini, analisa sosiologi dalam fenomena

pekerja migran internasional di sektor domestik menekankan pada mikro, meso dan

makro:

Pertama, pada analisa mikro diketahui bahwa penyebab buruh migran peremouna

Indonesia bermigrasi t dikarenakan muncul relatif deprivation. Deprivasi merujuk pada

perasaan kekurangan dan kondisi kekurangan karena situasi sosial gagal memenuhi

kebutuhan minumum seseorang.

Kedua, pada analisa meso diketahui bahwa migrasi buruh migran perempuan

meninggalkan dampak pada keluarga yaitu pontensi konflik dan dimungkinkan terjadi

disintegrasi keluarga. Hal ini terjadi dikarenakan adanya perubahan interaksional akibat

berubahnya sistem budaya, sistem sosial dan sistem personal. Pada sistem budaya tejadi

perubahan pandangan mengenai perempuan. Perempuan dapat terbebas darikungkungan

budaya patriarki yang mengisolasi kerja mereka. Yang kedua terjadi perubahan sisem

dalma keluarga yaitu pencari nafkah utama tidak hanya laki-laki dan ketiga, ketika terjadi

perubahan pada sistem personal, dimana sudah terdapat perbedaan perspekti pada

pasnagan suami istri. Hal-hal tersebut yang menyebabkan konflik dan disintegrasi pada

keluarga.

Ketiga pada analisa meso, terdapat sebuah nilai, norma, jaringan dan kepercayaan yang

diaktifkan oleh migran ketika melakukan proses migrasi dalam migras buruh migran

perempuan. Terdapat sebuah sistem yang dikembangkan oleh buruh migran kepada

sesama buruh migran, dngan teman migran yang sudah ada di negara asal, agen perekrut,

unsur kedutaan dan majikan/pemberi kerja. Hal ini dilakukan untuk membentuk sebuah

norma, nilaim jaringan dan kepercayaan dalam berjalananya sistem migrasi buruh migran

perempuan.

Page 25: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

101 Kusumastuti

DAFTAR PUSTAKA

BNP2TKI, Puslitfo. 2017. Data Penempatan Dan Perlindungan TKI.

Dey, Ian. 1993. Qualitative Data Analysis. London & Newyork: Routledge Taylor & Francis

Group. Retrieved

(http://www.drapuig.info/files/Qualitative_data_analysis.pdf%5Cnpapers3://publicati

on/uuid/937FD943-91A6-425E-AC6A-A8F027D521C2).

Kurien, C. T. and Amartya Sen. 1983. Poverty and Famines: An Essay on Entitlement and

Deprivation.

Liang, Zai. 2007. “The Sociology of Migration.” Pp. 487–95 in 21 century sociology A

Reference Book, edited by C. D. Bryant and D. L. Peck. California: Sage Publication.

Inc.

Mangalam, J. J. and Harry K. Schwartzweller. 1970. “Some Theoretical Guidelines Toward a

Sociology of Migration.” Internation Migration Reveiw 4(2):5–21.

Massey, Douglas S. et al. 1993. “Theories of International A Review Migration: And

Appraisal.” Population and Development Review 19(3):431–66. Retrieved

(http://www.jstor.org/pss/2938462).

Narayan, Deepa and Lant Pritchett. 1999. “Cents and Sociability: Household Income and

Social Capital in Rural Tanzania.” World Bank 47(4):871–97.

Pelling, Mark and Chris High. 2005. “Understanding Adaptation: What Can Social Capital

Offer Assessments of Adaptive Capacity?” Global Environmental Change 15(4):308–

19. Retrieved March 25, 2014

(http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0959378005000154).

Castles, S. (2003). Towards a sociology of forced migration and social transformation.

sociology, 37(1), 13-34.

Coser, L. A. (1998). The functions of social conflict (Vol. 9). Routledge.

Fanany, I., & Fanany, R. (2017). Indonesian Maids in the Arab World: Hopes, Dreams, and

Disillusionment. In The Politics of Women and Migration in the Global South (pp. 49-

69). Palgrave Pivot, London.

Hugo, G. (1995). International labor migration and the family: Some observations from

indonesia. Asian and Pacific Migration Journal: APMJ, 4(2-3), 273-301. Retrieved

from https://search.proquest.com/docview/77076077?accountid=46437

Mangalam, J. J., & Schwartzweller, H. K. (1970). Some Theoretical Guidelines Toward a

Sociology of Migration. Internation Migration Reveiw, 4(2), 5–21.

Massey, D. S., Arango, J., Hugo, G., Kouaouci, A., Pellegrino, A., & Taylor, J. E. (1993).

Theories of International A Review Migration : and Appraisal. Population English

Edition, 19(3), 431–466. https://doi.org/10.2307/2938462

Page 26: Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan ...

Dimensi-Dimensi Sosiologis Migrasi Buruh Migran Perempuan Indonesia 102

Muryanti (2000). Social Security di Desa sebagai penopang pekerjaan Buruh Migran

Perempuan Studi di Desa Tempuran Duwur, Wonosobo, Jawa Tengah. Jurnal Akatiga

Vol 15 No 2, 14-32

Rahman, M. M., & Fee, L. K. (2009). Gender and the remittance process: Indonesian domestic

workers in Hong Kong, Singapore and Malaysia. Asian Population Studies, 5(2), 103-

125.

Richmond, A. H. (1993). Reactive migration: Sociological perspectives on refugee

movements. Journal of Refugee Studies, 6(1), 7-24.

Rosen-Prinz, B. D., & Prinz, F. A. (1978). Migrant labour and rural homesteads; an

investigation into the sociological dimensions of the migrant labour system in

Swaziland (No. 991786803402676). International Labour Organization.

Silvey, R. (2006). Consuming the transnational family: Indonesian migrant domestic workers

to Saudi Arabia. Global networks, 6(1), 23-40.

Yeoh, B. S., & Huang, S. (1998). Negotiating public space: Strategies and styles of migrant

female domestic workers in Singapore. Urban studies, 35(3), 583-602.

Yeoh, B. S., Huang, S., & Gonzalez III, J. (1999). Migrant female domestic workers: debating

the economic, social and political impacts in Singapore. International Migration

Review, 114-136.