Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

13
ALTERNATIF MODEL PENGEMBANGAN POTENSI DIRI DALAM PENDIDIKAN M. Jamroh Latief 1 Abstrak This article discusses model alternative in developing self-potency. The author argues that people have cognitive, affective, or psychomotor potentials that can be developed. The task of education is to maximize these potentials that so far have not been developed yet. However, our education today has a tendency to disregard the development of affective domain (value dimension), and this of course gives negative impacts to students. They are likely to know many things but lack of value system that possibly makes them cannot appreciate of what they knew. The maximum development of human potentials would help individuals to understand themselves. We must remember that self-consciousness is not possible to come into existence without self-understanding. Therefore, conventional process of learning that insists only cognitive domain should be evaluated, because it is not sufficient to bear students with self-understanding and self-consciousness capacities. As an alternative, the author calls for taking into consideration John P. Miller's conception on emotional intelligent. He argues that each student has positive values, smart, creative, innovative, and moral conduct. Process of learning, therefore, should be oriented to foster creative power, personal intelligent, and social intelligent. Kata kunci: model pengembangan, potensi diri dan pendidikan. A. Pendahuluan Slogan kuno yang menyatakan bahwa "All very well in theory no good in practice" tidaklah semuanya benar dalam koneksi kependidikan. Tradisi keilmuan dan penteorian dalam kependidikan berproses dari kenyataan-kenyataan aktual pada pentas pembelajaran baik lembaga pendidikan formal maupun non formal. Teori-teori pendidikan dibangun di atas fondasi realita. Menurut Margaret Sutherland "theory of education comes from thinking about real event". Teori pendidikan itu muncul dari pemikiran tentang peristiwa- peristiwa riel. Selanjutnya dijelaskan Sutherland, jika suatu idea pendidikan tidak lagi menawarkan hasil yang dijanjikannya maka haruslah diubah atau ditolak. 2 Pendidikan sebagai proses perubahan yang membengkeli ma- nusia, setidaknya bertatapan dengan dua arus yakni: pertama kom- 1 Dosen Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2 Margaret Sutherland, 1988, Theory of Education, Longman, London and New York. Kepeiididikaii Islam, Vol. 3, No. 1, lanuari-Jiuii 2008 J

Transcript of Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

Page 1: Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

ALTERNATIF MODEL PENGEMBANGAN POTENSIDIRI DALAM PENDIDIKAN

M. Jamroh Latief1

Abstrak

This article discusses model alternative in developing self-potency. Theauthor argues that people have cognitive, affective, or psychomotor potentialsthat can be developed. The task of education is to maximize these potentials thatso far have not been developed yet. However, our education today has a tendency todisregard the development of affective domain (value dimension), and this of coursegives negative impacts to students. They are likely to know many things but lackof value system that possibly makes them cannot appreciate of what they knew.The maximum development of human potentials would help individuals tounderstand themselves. We must remember that self-consciousness is not possibleto come into existence without self-understanding. Therefore, conventional processof learning that insists only cognitive domain should be evaluated, because it is notsufficient to bear students with self-understanding and self-consciousness capacities.As an alternative, the author calls for taking into consideration John P. Miller'sconception on emotional intelligent. He argues that each student has positivevalues, smart, creative, innovative, and moral conduct. Process of learning, therefore,should be oriented to foster creative power, personal intelligent, and social intelligent.

Kata kunci: model pengembangan, potensi diri dan pendidikan.

A. Pendahuluan

Slogan kuno yang menyatakan bahwa "All very well in theoryno good in practice" tidaklah semuanya benar dalam koneksikependidikan. Tradisi keilmuan dan penteorian dalam kependidikanberproses dari kenyataan-kenyataan aktual pada pentas pembelajaranbaik lembaga pendidikan formal maupun non formal. Teori-teoripendidikan dibangun di atas fondasi realita. Menurut MargaretSutherland "theory of education comes from thinking about real event".Teori pendidikan itu muncul dari pemikiran tentang peristiwa-peristiwa riel. Selanjutnya dijelaskan Sutherland, jika suatu ideapendidikan tidak lagi menawarkan hasil yang dijanjikannya makaharuslah diubah atau ditolak.2

Pendidikan sebagai proses perubahan yang membengkeli ma-nusia, setidaknya bertatapan dengan dua arus yakni: pertama kom-

1 Dosen Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam, UIN Sunan KalijagaYogyakarta.

2 Margaret Sutherland, 1988, Theory of Education, Longman, London and New York.

Kepeiididikaii Islam, Vol. 3, No. 1, lanuari-Jiuii 2008 J

Page 2: Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

pleksitas manusia sebagai subyek didik atau obyek didik yang ber-kecenderungan untuk berkembang secara dinamik, dan kedua keter-batasan kemampuan pelaku aksi pendidikan yaitu mnusia itu sen-diri. Manusia adalah manusia.3 Jika aksioma-aksioma natural mem-buktikan bahwa manusia yang berdeferensia sama itu mengalamiperbedaan fungsi dan status sehingga pada ujung-ujungnya adalahmelahirkan peran yang berbeda pula. Kesemuanya hanya merupa-kan efek dari perputaran roda yang menggilirkan pada dimensikehidupan manusia. Hari ini berstatus menjadi pembelajar, esok pagiberubah statusnya menjadi pengajar. Hari ini sebagai pendidikkemudian hari esok menempati posisi menjadi peserta didik. Halini merupakan hal biasa yang terjadi dalam diri manusia dalamkonteks keilmuan, semua manusia adalah pendidik dan sekaligussemuanya juga dididik.

Manusia dan ilmu adalah merupakan dua hal yang tidakdapat dipisah dan dipilah. Penyatuan dari keduanya itu menjadisuatu unitas yang mewujudkan esensi manusia menjadi bermaknadalam upaya menggapai missi hidup dan kehidupan (istikhlaf),.Manusia tidak bisa hidup tanpa ilmu. Karena dunia ini tidak dapatditaklukkan dengan mengabaikan ilmu. Itulah sebabnya mencariilmu menjadi conditio sine quanon bagi pencapaian makna hidup.Bahkan Islam mewajibkannya, sesuai dengan hadits Nabi yangartinya "Menuntut ilmu itufardlu bagi setiap muslim".* Firman AllahSurat Al Mujadalah ayat 11 yang artinya: "Allah akan meninggikanorang-orang yang beriman dan orang-orzng yzng diberi pengeahuanbeberapa derajat"5.

Proses pencarian ilmu dan pengetahuan itu berlangsungsecara fleksibel. la tidak terikat secara ketat pada dimensi ruang dan

Murtadha Muthahhari, menyatakan bahwa kebutuhan manusia terbagimenjadi dua bagian, yaitu kebutuhan alamiah dan kebutuhan bukan alamiah.Kebutuhan alamiah (fitrah) ialah hal-hal yang dibuthhkan manusia sebagaimanusia dan sampai saat ini belum dapat diketahui rahasianya. Misalnyakeinginan manusia untuk mengetahui dan menyelidiki, untuk menjadi terkenaldan menjadi tampan atau cantik. Demikian juga keinginan untuk memilikikeluarga dan keturunan. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan yang bukanalamiah, yakni kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat yang kebanyakan dilakukanoleh manusia, akan tetapi mereka memiliki kemampuan untuk merubah danmelepaskannya sama sekali. Misalnya kebiasaan merokok, menum-minumanalkohol dan sebagainya. Kendatipun demikian manusia masih tetap mampumeninggalkan atau melepaskan diri daripadanya. Tetapi kalau keinginan yangbersifat fithrah alamiah, manusia tidak mungkin mampu meninggalkannya.Imam Al Ghazali, 1990, Ihya 'Ulumuddin, Asy Syifa', Semarang, hal. 3Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahannya (Proyek Pengadaan KitabSuci Al Qur'an Departemen Agama RI, 1987), hal. 910.

Altematif Model Pengejiilian^an Potensi Diri... (M. Jamroli Lvli .-f)

Page 3: Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

waktu. Aktivitas pencarian itu dapat terkondisikan oleh sistem insti-tusional ataupun non institusional, secara individu maupun kelom-pok. Transfer of knowledge (value). Beraksi tanda mempedulikanumum. Kunci utamanya adalah kemauan dan kesungguhannya da-lam upaya menangkap kesempatan itu.

B. Memahami Fotensi diri

Frank Goble berpendapat bahwa hampir semua telaah ten-tang potensi manusia bertolak pada psikolog besar Amerika WilliamJames yang mengajukan tesis " kebanyakan manusia baik secarafisik, intelektual maupun moral, hidup dalam Hngkaran potensimereka yang sangat terbatas ... manusia memiliki sumber-sumberkehidupan, namun selama ini tidak pernah berpikir untuk me-manfaatkannya.6

Dibandingkan dengan yang seharusnya manusia barusetengah sadar. Api kehidupannya masih bernyala redup dan garis-garis hidupnya sangat terbatas. Manusia baru memanfaatkansebagian kecil dari potensi fisik dan mental yang dimilikinya. Untukkegiatan rutinitas kesehariannya, kira-kira baru dimanfaatkan 10 %dari potensi yang dimilikinya. Sebenarnya potensi yang belum tergalidapat dikembangkan dengan menggunakan teknik-teknik yangsesuai. Herbert Otto sebagaimana yang dikutip oleh AbrahamMaslow, mengatakan bahwa selama lima puluh tahun terakhir topik-topik tentang kemampuan manusia nyaris terabaikan sebagai suatufokus penelitian oleh para peneliti di lingkungan ilmu-ilmu sosialdan ilmu-ilmu behavioral.7

Hasil studi Otto tentang kapasitas kreatif otak manusia, yaitupenemuan-penemuan terbaru bidang antropologi, psikologi, logikadan fisiologi menunjukkan bahwa potensi otak manusia untuk segalamacam tujuan sangatlah hebat tanpa batasan, berkapasitas besar dantidak habis. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa andaikata manusiamampu memaksa otaknya bekerja separuh dari kapasitasnya, makatanpa kesulitan sedikitpun untuk mempelajari empat puluh bahasa,menghafal ensiklopedi yang berjilid-jilid dan mampu menyelesaikanperkuliahan di beberapa perguman tinggi. Kesimpulan yang senadajuga dikemukakan James Fadiman dan Richard dalam bukunya yangberjudul "Transformations: The Meaning of Personal Growth".8

Frank G. Goble, 1991, The Third, The Psychology of Abraham Maslow, diterjemahkanA. Supratiknya, Kanisius, Yogyakarta, hal. 94.Abraham Maslow, 1966, Toward a Psychology of Being, Van Nostrand, New York.

KepenclicliUaii Islam, \ro\. 3, No. 1, Jamiari-Juni 2008

Page 4: Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

Dalam konteks di atas, Islam memperkenalkan konsep"Fithrah" yang dikonotasikan dalam pemikiran pendidikan Islamdengan idea "Qabiliyah li al-ilm". Banyak pemikir muslim sepakatbahwa manusia itu memiliki potensi yang spesifik. Al Ghazali ber-pandangan bahwa manusia itu memiliki potensi "mu'tadil al~Shihhah" yakni peluang internal untuk bisa baik dan bisa buruk(isti'dad li qabul al-khair wa al-Syarr).9 Refleksi eksternal akan mam-pu menggiring ke arah salah satu dua gawang tersebut. SedangkanIbnu Khaldun berpendapat, bahwa potensi manusia itu berkapasitasbaik dan buruk, tetapi muatan kecenderungan ke arah yang baiklebih dominan.10

Barangkali banyak yang sepakat bahwa manusia memilikipotensi yang dahsyat serta luar biasa hebatnya. Perbincangan yangmendasar sesungguhnya adalah bagaimana cara memahami sertarnemanfaatkan potensi tersebut.

Pada tahun enampuluhan, di California diujicobakan pe-ngembangan potensi manusia yang bergerak di bidang perusahaanmelalui latihan-latihan, ternyata ditemukan adanya peningkatanprestasi (penghasilan) kurang lebih lima puluh persen setahun. Glaaseyang menolak faham deterministik yang begitu berpengaruh padamasanya, meyakini bahwa kunci ke arah fungsi manusiawi yangsehat adalah memalui pendidikan. la menyatakan, saya menolakrasionalisasi atas kegagalan yang diterima secara umum dewasa ini,yakni bahwa orang-orang muda ini merupakan produk dari suatusituasi sosial yang menutup pintu bagi keberhasilan, mengkambing-hitamkan atas kesalahan mereka pada keluarga, masyarakat, kebu-dayaan, latar belakang, ras atau kemiskinan mereka adalah benar-benar kartu mati, karena dua hal: (1) sikap itu merupakan penging-karan tanggung jawab pribadi terhadap kegagalan, dan ke (2) sikapitu mengingkari realita bahwa potensi anak muda itu dapat mem-buka keberhasilan. Pendidikan yang dapat mengembangkan potensimenurut beliau antara lain adalah adanya relevansi antara mata-pelajaran di sekolah dengan kenyataan hidup di luar sekolah.11

Bandingkan dengan The Great Memory Book, karya Karen Markowitz dan EricJensen, diterjemahkan oleh Esti A. Budihabsari dan Lala Herawati Dharmadengan judul Otak Sejuta Gigabyte Buku Pintar Membangun Ingatan Super,(Jakarta : Kaifa, 2003).Al-Ghazali, Qistas al-Miistaqim, Mathba'ah al-Taqaddum, Mesir, hal. 173.Abdul Ghani Abbud, Fi al-Tarbiyah al-Islamiyah, Dar al-Fikr al-'Arabi, Mesir,hal. 132.Deparetemen Agama RI, 1994, Modul Dasar-Dasar Kependidikan, DirektoratJenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.

Alternatif Model IVngcmli.iiig.iii Potciisi Diri... (M. Jamroli Latief)

Page 5: Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

Para fungsionalis juga menggantungkan harapan pada fungsidan peran pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa. Banyak negara-negara maju meletakkan dasar-dasar awal bagi pembangunannyamelalui pendidikan. Manusia terdidik lebih banyak berpeluang un-tuk mengembangkan potensi dirinya daripada yang tidak terdidik.Sebagai suatu instrumen bagi proses perubahan dinamik, pendidikansebaiknya berorientasi pada sejauhmana pendidikan itu mengkontri-busikan suatu makna bagi keberhasilan hidup. Tugas pendidikanadalah mengungkap potensi beserta pemahamannya bagi individudan bertanggung jawab terhadap pengembangannya. Pengemba-ngan dalam arti mobilisasi daya manfaatnya bagi kehidupan.

C. Peran Pendidikan Dalam Pengembangan Potensi Diri

Batasan luas pendidikan yang banyak dipakai oleh para ahliadalah pendidikan sebagai usaha sengaja dan sadar untuk mengem-bangkan kepribadian anak dan mempersiapkan mereka untuk men-jadi anggota masyarakat. Batasan ini sesuai dengan kodrat manusiayang memainkan peranan rangkap dalam hidupnya, yaitu sebagaiindividu dan sekaligus sebagai anggota masyarakat dimana merekahidup. Dengan demikian pendidikan mempunyai tugas ganda, yaitumengembangkan kepribadian anak dan mempersiapkan merekamenjadi anggota penuh dari masyarakatnya.

Sebagai makhluk individu, manusia lahir di dunia ini denganbebas, tetapi mereka juga dilahirkan dalam masyarakat tertentudengan lingkungan sosial budaya dan alam yang tinggal menerima-nya. Kedua sifat yang dimiliki manusia ini merupakan fakta yangbertentangan. Ini berarti bahwa sebenarnya manusia dilahirkandengan kebebasan bawaannya merupakan natur manusia.12 Akantetapi kebebasan itu menjadi terikat oleh budaya masyarakat dimanamereka dilahirkan. Mereka dilahirkan dengan membawa nilai-nilaidasar manusiawi yang hams ditumbuh-kembangkan secara alami.Namun mereka hidup dan dibesarkan dalam masyarakat dengantatanan nilai-nilai sosial budaya yang beragam. Dengan demikian

12 Bandingkan dengan konsep pendidikan Islam yang menyatakan bahwa anaklahir di dunia membawa fitrah berupa kecenderungan untuk bertauhid,sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur"an Q.S. Al A'raf : 172, yangartinya:"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbimereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) :"Bukankan Aku ini Tuhanmu?". Mereka menjaivab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kamimenjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidakmengatakan: "Sesungguhnya kani (bani Adam) adalah orang yang lengah terhadapini (ke-esaan Tuhan).

KepenJidiUaii Islam, Vol. 3, No. 1 , Jaiiuari-Jmii 2008 g

Page 6: Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

anak tumbuh dan berkembang, tidak dapat terlepas dari faktorsosiokultural dari masyarakat.

Kebebasan bawaan yang dibawa lahir anak merupakan reali-tas dengan keunikannya sendiri. Bawaan yang unik berkembangdalam hidupnya yang akan memberi warna terhadap bagaimanaindividu menjawab tantangan baik alam maupun sosialnya. Iniberarti bawaan individu merupakan kekuatan untuk menghadapilingkungannya melalui ide-ide bam, memilih dan menolak keinginansosial yang dipandang menghambat perkembangan dirinya. Anaktidak selalu harus menerima paksaan sosio-kulturalnya, karenamasyarakat dibuat oleh manusia dan untuk kepentingan manusiaitu sendiri. Sehingga apabila memang tidak sesuai dengan tujuanatau kurang berfungsi untuk mencapai tujuan, maka seharusnyadiubah.

Dalam perkembangan kepribadian anak, tidak dapat dika-takan bahwa faktor bawaan merupakan faktor penentu atau se-baliknya tidak dapat dikatakan faktor lingkungan merupakan faktorpenentu. Akan tetapi kedua faktor tersebut saling mempengaruhidan mewarnai perkembangan kepribadian anak. Seperti argumenyang kuat dari para ahli psikologi sosial mengatakan bahwa tingkahlaku manusia ditentukan oleh interaksi individu denganlingkungannya. Manusia menciptakan kebudayaan, tetapi manusiabelajar dari kebudayaan yang diciptakan itu.13 Atau dapat diartikanbahwa, pendidikan sebagai proses pembudayaan masyarakat,sehingga masyarakat menjadi semakin berbudaya.

Penekanan pendidikan sebagai proses sosialisasi, akan men-ciptakan anak menjadi serasi dengan budaya masyarakat. Ini berartipendidikan menjaga kelestarian budaya yang ada dan menjagakestabilan sosial, namun tidak menafikan potensi individu untukberkembang melakukan perubahan. Dengan demikian, pendidikanberusaha mengembangkan potensi diri (individu) yang merupakanelemen penting untuk mengembangkan atau merubah masyarakat,di samping itu melalui pendidikan juga diharapkan individu menjadiserasi dengan budaya masyarakat.

Pendidikan sebagai kegiatan kehidupan berjalan terus-mene-rus, sebab perkembangan manusia tidak pernah berhenti sepanjanghidup manusia itu sendiri. Para psikolog berkeyakinan bahwa prosesperkembangan berjalan melalui tahapan-tahapan yang sama pada

Disarikan dari ungkapan Montgomery yang dikutip oleh Made Pidarta dalambuku Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan Pendekatan Sistem {Jakarta:Rineka Cipta, 2005), hal. 8.

Alternatif Model Peiigeiiikaiigan Potensi Diri... (M. Jatnroli l . i t i c f )

Page 7: Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

setiap manusia, hanya pencapaiannya yang berbeda. Lebih jauhmanusia sebagai makhluk belajar bukan saja memiliki kapasitasbelajar, tetapi menjamin kelangsungan hidupnya untuk memperolehpencapaian yang berarti dalam belajar. Atau meminjam istilahAbraham Maslow, tujuan pendidikan dapat dikatakan pencapaianaktualisasi diri (self actualization) yaitu pencapaian secara maksimalpotensi yang dimilikinya. H

D. Model Pengambangan Potensi diri

Pada dasarnya, ada dua faktor yang terkait dalam pemilihanmodel pengembangan potensi diri. Pertama, model untuk memenuhitujuan atau kepentingan pendidik, fasilitator atau orang tua dalammenjalankan tugas pembelajaran. Kedua, model yang dipilih untukdisesuaikan dengan keadaan atau lingkungan yang dihadapi olehpeserta didik. Model pertama sebenarnya lebih mengarah padapembentukan jati diri peserta didik yang positif, sedangkan modelyang kedua lebih mengarah pada pengembangan sosial yang beruapapenyesuaian peserta didik dengan lingkunganya.15

Berikut akan diuraikan secara lebih rinci pengembanganpotensi diri melalui berbagai model yang ditawarkan oleh John P.Miller ke dalam 17 model pengembangan sebagai berikut:16

1. Model pengembangan ego (ego development)Model yang dikenal sebagai pengembangan ego, tujuan pokok-nya adalah bagimana setiap krisis perkembangan peserta didikdapat dipecahkan secara efektif. Untuk dikembangkan suatuproses pembelajaran dengan cara mengenali tahapan per-kembangan ego peserta didik, dan pembelajaran menyesuaikandengan tahapan tersebut.

2. Model pengembangan jiwa (psychological education)Model pengembangan kejiwaan bertujuan utnuk merealisasikankebebasan belajar. Proses pembelajaran dimulai denganmengenali tahap perkembangan peserta didik, dan pembelajaranmenyesuaikan dengan tahapan perkembangan tersebut. Semuaitu dilakukan berdasarkan taksiran akibat yang akan terjadi darisetiap perkembangan jiwa, khususnya pada usia remaja. Dalam

" Frank G. Goble, 1991, Mazhab Ketiga Pstkologi Humanistik Abrahan Maslow,Kanisius, Yogyakarta, hal. 50.

1 s Abdul Munir Mulkhan, 2002, Cerdas di Kelas Sekolah Kepribadian, Kreasi Wacana,Yogyakarta, hal. 33.

16 John P. Miller, 1976, Humanizing The Class Room Models of Teaching in AfectiveEducation, Praeger Publishers, United State of America, hal. 10-11.

Ke pendidikan Islam, \fel. 3, No. 1, Jamiari-Jimi 2008 "7

Page 8: Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

hal ini pendidik penting memahami akan kebutuhan pesertadidik dan mengkaitkan kegiatan pembelajaran dengan kebutu-han mereka.

3. Model pengembangan jiwa sosial (psychosocial model)Pengembangan potensi diri dengan model membangun jati diriini bertujuan merealisasikan identitas pribadi dan kemandirianpeserta didik guna mendorong kemampuannya berhubungandan berkomunikasi dengan orang lain. Proses pembelajaran dila-kukan dengan pengungkapan konsep peserta didik tentang per-kembangan kehidupan manusia, dan meng-creflfe situasi sebagailaboratorium bagi perkembangan pengalaman peserta didik.Peran pendidik adalah menghubungkan laboratorium pengala-man itu ke dalam konsep perkembangan hidup manusia danbekerjasama secara fleksibel antara pendidik dengan pesertadidik.

4. Model pengembangan moral (moral development)Model pengembangan moral bertujuan untuk menghindaritahap kemunduran dan mencapai kebebasan dari penalaran kon-vensional. Proses pembelajaran meliputi: (a) mengenali tahapanperkembangan anak, (b) diskusi tentang dilema moral yangberkaitan dengan perkembangan anak, (c) menghubungkansetiap dilema moral anak dengan penalaran pada taraf yang lebihtinggi, dan (d) membimbing anak melampaui kontradiksi pe-nalarannya. Dalam kondisi seperti ini, pendidik berperan me-numbuhkan suasana diskusi yang terbuka dengan mendorongpeserta didik melakukan penalaran yang kokoh.

5. Model pengembangan penjernihan nilai (values clarification)Model penjernihan nilai atau dikenal dengan model penilaiandiri bertujuan untuk menjelaskan nilai pribadi dalam memahamiorang lain.17 Proses pembelajaran meliputi pembebasan menen-tukan pilihan setelah mempertimbangkan akibat-akibat yangakan terjadi. Sementara tugas pendidik adalah menciptakansuasana pembelajaran yang menyenangkan dan menggembira-kan. Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat salingbertukan nilai.

Bandingkan dengan star performer yang biasa dimiliki oleh sesorang, terutamayang terkait dengan kesadaran emosi, penilain diri secara akurat dan percayadiri. Dalam konsep self regualtion dan social skills, meskipun keduanya fokuspembahasannya agak sedikit berbeda, tetapi persoalan besarnya adalahtentang kecerdasan emosi.

Q Alternatif Model RngenJwngan Potensi Diri... (M. Jamroli Latief}

Page 9: Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

6. Model pengembangan identitas diri (identity education)Model pengenalan diri atau identitas diri bertujuan utnuk men-ciptakan kesan diri pesaerta didik itu baik dan mampu mengen-dalikan diri dalam hubungannya dengan orang lain. Proses pem-belajaran dilakukan dengan mengenali ciri dan perhatian setiappeserta didik. Mendiagnosa perhatian peserta didik, melukiskangagasan yang terorganisasi, menetuklan hasil yang ingin dicapai.Peran pendidik adalah memelihara perhatian peserta didik dalamketerkaitannya dengan materi kegiatan atau kurikulum.

7. Model pengembangan pertemuan kelas (classroom meeting)Model pengembangan pertemuan kelas sesungguhnya adalahpengalaman pengambilan keputusan. Tujuannya mengembang-kan pengenalan diri melalui diskusi terhadap suatu problem.Dalam pembelajaran diciptakan suasan keterlibatan peserta didikmelaui diskusi tentang suatu masalah. Peserta didik dimintauntuk membuat kreteria pribadi, menetapkan peran yang akandilakukan secara bersama-sama. Peran pendidik menciptakansuasana keterlibatan dan ketaatan peserta didik atas kesepakatantentang kreteria dan perannya.

8. Model pengembangan bermain peran (role playing development)Suatu model pemecahan masalah yang bertujuan mengembang-kan konsep diri yang positif, ketrampilan menyelesaikan masalahdan kekompakan kelompok. Proses pembelajaran meliputi :menyiapkan kelompok dan seleksi peserta, pengamat, meran-cang tatap muka, menentukan peringkat permainan peran, me-rancang diskusi dan evaluasi, tindak lanjut, diskusi pendalaman,tukar menukar pengalaman dan pembuatan kesimpulan. Peranpendidik adalah menciptakan suasana keterbukaan untuk ujicoba peran dan mengikuti permainan peran.

9. Model pengembangan pengarahan diri (self-directed development)Belajar membentuk diri atau juga disebut pengarahan diri, ber-tujuan mendorong peserta didik berfungsi secara penuh. Prosespembelajaran meliputi kegiatan menciptakan suasana terbukadan setiap peserta didik menentukan sendiri pola belajarnya.Sementara peran pendidik adalah sebagai fasilitator empatik,menjelaskan perhatian peserta didik dan menyiapkan bahan.

10. Model pengembangan komunikasi (communication development)Yaitu suatu model letihan kepekaan berkomunikasi yang bertuju-an untuk menumbuhkan kecakapan berempati, respek yangjujur, konfrontasi dan penyikapan diri. Proses pembelajaran di-lakukan melalui penentuan pola kelompok, penyampaianmasalah, merespon dengan skala respon dan anggota kelompok

Kepemliclik-iii Islam, Vol. 3, No. 1, Januari-)uni 2008 9

Page 10: Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

menilai respon tersebut. Peran pedidik menjelaskan kecakapanberkomunikasi. i

11. Model kepekaan pertimbangan (sensitivity consideration)Yaitu model kepekaan memahami orang lain yang bertujuanmenumbuhkan kepekaan, kebutuhan, dan perasaan oang Iain.Proses pembelajaran dilakukan dengan menyajikan sistuasi danmembiarkan peserta didik merespon, membahas bermain peransituasi dan respon, generalisasi bermain peran. Peran pendidikmenumbuhkan kepekaan dan menjaga permainan itu agarberlangsung secra efektif.

12. Model pengembangan transaksi sosial (transactional analysis)Model pengembangan transaksi sosial atau analisa transaksionalbertujuan agar peserta didik cakap berkomunikasi secara terbukabagi pertumbuhan diri pribadi sertiap peserta didik. Prosespombelajaran dilakukan dengan diagnose transaksi kelas, hasilsetiap permnainan, menolak memberikan hasil pada pelakupermainan, memberi tekanan posisi pelaku dalam konteks dansituasi lain. Pendidikan berperan mengembangkan suasanterbuka dan menghindari permainan yang merusak.

13. Model pengembangan relasi kemanusiaan (human relation)Model relasi kemanusiaan bertujuan untuk meningkatkan ke-cakapan mendiagnosa dan berperan dalam kelompok dari setiappeserta didik. Tujuannya adalah meningkatkan kecakapan me-neliti perasaan orang dan kecakapan belajar. Proses pembelajarandilakukan dengan mengaktualkan fokus hubungan, menyeleng-garakan latihan menganalisa pola prilaku selama latihan. Peranpendidik adalah memelihara rasa aman, menciptakan ambiguitasguna mencairkan pola prilaku.

14. Model pengembangan meditasi (meditation development)Pemusatan perhatian atau meditasi bertujuan untuk memusatkankesadaran pemusatan diri. Proses pembelajaran dilakukandengan menjelaskan teknik meditasi, membiarkan peserta didikmempraktikkannya, dan mendiskusikan pengalaman meditasiyang dialami setiap peserta didik. Peran pendidik adalahmembuat kegiatan meditasi dalam suasana santai.

15. Model pengembangan sinektik (synectic development)Model sinektik adalah membangun kemampuan cipta dan ima-jinasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan daya kreatifakademik dan kemampuan emajinasi. Proses pembelajarannyamelalui cara membuat akrab dan keanehan, memasukkaninformasi dan menyatakan problem, mempergunakan analogiuntuk keluar dari suatu konsep, mempertimbangkan kembali

1 Q Alteriiatif Model Peiigemliangan Rrtensi Diri... (M. ).iinroli La tie f)

Page 11: Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

tugas-tugas dalam hubungan analog!. Peranan pendidik men-ciptakan suasana sehingga daya kreatif dan sikap non-rasionalbisa tumbuh subur.

16. Model pengembangan pendidikan pertemuan (confluenteducation)Model integrasi kesadaran bertujuan untuk mempermudahpeserta didik untuk menggabungkan semua aspek kesadaranguna mengembangkan tanggapan yang menyeluruh. Prosespembelajaran dilakukan dengan menunjukkan kehidupan padatingkat keasadaran, menggabungkan pengalaman belajarkognitif dan afektif serta meningkatkan tanggung jawab pesertadidik. Peranan pendidik adalah memelihara hubungan antarakognitif dan afektif yang berubah-ubah.

17. Model pengembangan psikosintesis (psychosynthesis development)Model psikoanalisis atau model pengobatan diri (keasadaran)bertujuan untuk memperoleh kepuasan penggabungan semuaaspek kesadaran yang bertentangan. Proses pembelajaranmeliputi mendiagnosa kebutuhan peserta didik, identifikasi danteknik mempermudah pengembangan peserta didik dalamdiskusi kelompok. Peran pendidik adalah mengumpulkanteknik yang sesuai bagi peserta didik, memusatkan fakta-faktadan membuat situasi yang cocok bagi kegiatan latihan.

17 model pengembangan potensi diri melalui berbagai modelpembelajaran afektif yang ditawarkan oleh John P. Miller di atas,selanjutnya disarikan pada tabel berikut mi18:

1

2

3

4

5

PerkembanganEgo (kata hati)

ModelKejiwaan

ModelKejiwaan Sosial

ModelPengembanganMoral

PenjernihanNilai-Nllai

Erikson

Mosher danSprinthal

Ryan danHoffman

Kolberg

Simon, Raths,Kirschenbaumdan Hermin

disftfasi | :Perkembangan

Perkembangan

Perkembangan

Perkembangan

Pengenalan diri

Mengatasi atau memecahkankrisis yang dialami oleh egoatau kata hati

Memudahkan perkembanganego, kognitif dan moral

Pengenalan diri secara positifdan keterampilan belajarmandiri

Mencegah terjadinyaketerlambatan moral

Ikut serta dalam prosesmenilai

John P. Miller, Op. Cit, hal. 10-11.

KcpemUcliluui Islam, Vol. 3, No, 1, J.inuari-Jum 2008 11

Page 12: Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

6

7

8

9

10

U

12

13

14

15

16

17

Pendidikan JatiDiri

ModelPertemuanKelas

ModelPermainanPeran

ModelPengarahanDiri

ModelKomunikasi

ModelKepekaanPertimbangan .

AnalisisTrans aksional

PelatihanHubunganManusia

Meditasi

Sinektik

PendidikanSillaturrahmi

Psikositesis

Weinstein danFantini

Glasser

Shaftel danShaftel

Rugers

Carkhuff

McPhail

Haris, Bemedan Ernst

Lab. PelatihanNasional

Orstein

Gordon

Castillo, Browndan Hillman

Assogioli danCrampton

Pengenalan diri

Pengenalandiri

Pengenalan diri

Pengenalan diri

Kepekaan dankelompok

Kepekaan dankelompok

Kepekaan dankelompok

Kepekaan dankelompok

Perluasankesadaran

Perluasankesadaran

Perluasankesadaran

Perluasankesadaran

Mengenal jati diri secarapositif, pengendalian diri danketerkaitan orang lain

Keasadaran akan jati dirimelalui pengambilankeputusan

Pengenalan diri secara positif,keeratan hubungan kelompokdan keterampilanmemecahkan masalah

Pribadi yang sepenuhnyaberfungsi

Keterampilan berkomunikasi

Kesadaran terhadap keutuhandan perasaan orang lain

Keterbukaan dalamberkomunikasi danpertumbuhan pribadi

Keterampilan dalamberhubungan antar pribadi

Kesadaran dan keterpusatan

Daya kemampuan menciptadanimajinasi

Integrasi dan persepsi holistik

Integrasi melalui keterpusatan

E. Penutup

Pendidikan merupakan institusi penting dalam mengantar-kan penyadaran manusia terhadap eksistensinya sebagai manusia.Penyadaran terhadap eksistensi manusia merupakan proses yangberlangsung secara fleksibel. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwapendidikan sebagai proses perubahan yang membengkeli manusia.Manusia di satu sisi sebagai obyek pendidikan dan di sisi lain jugasebagai subyek pendidikan.

Pemahaman dan penyadaran diri merupakan langkah awalterhadap potensi yang dimilikinya. Manusia memiliki potensi yangluar biasa dan baru sekitar 10 % saja yang dimanfaatkan untuk

12 Allernatif ModelIfeiigembaiigan Potetisi Diri... (M. Jamroli Latief)

Page 13: Alternatif Model Pengembangan Potensi Diri dalam Pendidikan

kegiatan rutinitas sehari-hari. Seandainya 50 % potensi diri dapatdimanfaatkan, maka tanpa kesulitan untuk mempelajari berbagaidisiplin ilmu dalam waktu yang sama.

Dalam rangka untuk mengembangkan potensi diri melaluipendidikan, ada 17 model pengembangan potensi diri yangkesemuanya lebih banyak mengarah pada pengembangan aspekafektif atau lebih dikenal dengan kecerdasan emosi. Asumsi darimodel pengembangan diri adalah bahwa peserta didik memilikipotensi positif, cerdas, kreatif, dan berbudi pekerti luhur.

DAFTAR PUSTAKA

Mulkhan, Abdul Munir (2002). Cerdas di Kelas Sekolah KepribadianRangkuman Model Pengembangnan Kepribadian dalamPendidikan Berbasis Kelas, Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Departemen Agama RI (1987). Modul Dasar-Dasar Kependidikan.Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam dan Universitas Terbuka.

Globle, Frank G. (1971). The Third Force, The Psychology of AbrahamMaslow. New York: Washington Square Press.

Jauziyyah, Ibnu Al-Qayyim al- (t.th.). Al-Thib al-Nabaun/. Beirut: Daral Fikr.

Ghazali, Imam Al- (1990). Ihya Ulum al-Dien (Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama Islam). Alih bahasa Drs.H. Moh. Zuhri, Asy Syifa'.Semarang.

Kelvin, Seifet (2000). Educational Psychology. Boston: HoughtonMifflin Company.

Pidarta, Made (2005). Perencanaan Pendidikan Partisipatori DenganPendekatan Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutherland, Margaret (1988). Theory of Education. London and NewYork: Longman.

Miller, John P. (1976). Humanizing The Classroom Models of Teachingin Affective Education. New York: Praeger Publishers.

Muthahhari, Murtadha (1998). PerspektifAl Qur'an Tentang Manusiadan Agama. Bandung: Mizan.

KeperidiiliR.iii Islam, \w. 3, No. 1, Jamiari-Jimi 2008 13