STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

16
Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014 ISSN 2087 - 5576 Jurnal Ilmiah Hospitality Management 25 STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN KABUPATEN KARANGASEM Anak Agung Gede Wijaya Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional ABSTRACT The purpose of this research is to examine the readiness Tenganan Pegringsingan village as the village tourism object, physically and non-physically, examine the strategy and suitable improvement model to be excellent village tourism object and pro village people. Purposive Sampling is used for the research method, and the respondent are the tourists and the elder of the society. To collect the data. It’s used observation, structural interview, and documentary. To analyze the data, it’s used SWOT analysis method. The result of the research shows the potency of tourism which is owned by the village as agricultural tourism and cultural tourism. But the facilities and infrastructural tourism in the village are not complete enough for the readiness of tourism object. That’s why to improve it. It needs strategy by building physic and non-physic facilities. To be an ideal village tourism object which can compete with other tourism objects, so it needs strategy to build the physic and non-physic facilities. Keywords: strategy, improvent, tourism village ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesiapan Desa Tenganan Pegringsingan sebagai objek wisata pedesaan, baik secara fisik maupun non fisik, mengkaji strategi dan model pengembangan yang memadai, untuk menjadi objek wisata pedesaan yang unggul dan berpihak pada rakyat. Metode penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling, dengan menggunakan wisatawan dan pemuka masyarakat sebagai respondennya. Teknik pengumpulan data menggunakan motode observasi, wawancara berstruktur, dan dokumen. Sedangkan teknik analisis data menggunakan metode analisis SWOT. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Tenganan Pegringsingan, berupa wisata pertanian (wisata agro) dan wisata budaya. Namun kesiapan sebagai kawasan wisata secara fisik menunjukkan fasilitas, dan infrastruktur kepariwisataan yang dimiliki oleh kawasan masih belum memadai. Kesiapan secara non fisik juga menunjukkan kondisi yang belum siap. Oleh karena itu dalam pengembangannya perlu strategi, berupa pembangunan sarana fisik maupun non fisik. Untuk dapat menjadi objek wisata pedesaan yang ideal dan mampu bersaing maka dalam pengembangannya perlu strategi berupa pembangunan sarana fisik maupun non fisik. Kata kunci : strategi, pengembangan, desa wisata. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bali sebagai tujuan pariwisata yang utama, memiliki daerah-daerah pariwisata yang sangat menunjang dalam kehidupan perekonomian. Salah satunya adalah Desa Tenganan. Desa Tenganan terletak di Ke- camatan Manggis Kabupaten Karangasem

Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014 ISSN 2087 - 5576

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 25

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA TENGANAN

PEGRINGSINGAN KABUPATEN KARANGASEM

Anak Agung Gede Wijaya

Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the readiness Tenganan Pegringsingan

village as the village tourism object, physically and non-physically, examine the strategy and

suitable improvement model to be excellent village tourism object and pro village people.

Purposive Sampling is used for the research method, and the respondent are the

tourists and the elder of the society. To collect the data. It’s used observation, structural

interview, and documentary. To analyze the data, it’s used SWOT analysis method.

The result of the research shows the potency of tourism which is owned by the village

as agricultural tourism and cultural tourism. But the facilities and infrastructural tourism in

the village are not complete enough for the readiness of tourism object. That’s why to

improve it. It needs strategy by building physic and non-physic facilities. To be an ideal

village tourism object which can compete with other tourism objects, so it needs strategy to

build the physic and non-physic facilities.

Keywords: strategy, improvent, tourism village

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesiapan Desa Tenganan Pegringsingan sebagai

objek wisata pedesaan, baik secara fisik maupun non fisik, mengkaji strategi dan model

pengembangan yang memadai, untuk menjadi objek wisata pedesaan yang unggul dan berpihak

pada rakyat.

Metode penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling, dengan menggunakan

wisatawan dan pemuka masyarakat sebagai respondennya. Teknik pengumpulan data

menggunakan motode observasi, wawancara berstruktur, dan dokumen. Sedangkan teknik analisis

data menggunakan metode analisis SWOT.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Tenganan

Pegringsingan, berupa wisata pertanian (wisata agro) dan wisata budaya. Namun kesiapan sebagai

kawasan wisata secara fisik menunjukkan fasilitas, dan infrastruktur kepariwisataan yang dimiliki

oleh kawasan masih belum memadai. Kesiapan secara non fisik juga menunjukkan kondisi yang

belum siap. Oleh karena itu dalam pengembangannya perlu strategi, berupa pembangunan sarana

fisik maupun non fisik. Untuk dapat menjadi objek wisata pedesaan yang ideal dan mampu

bersaing maka dalam pengembangannya perlu strategi berupa pembangunan sarana fisik maupun

non fisik.

Kata kunci : strategi, pengembangan, desa wisata.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bali sebagai tujuan pariwisata yang

utama, memiliki daerah-daerah pariwisata

yang sangat menunjang dalam kehidupan

perekonomian. Salah satunya adalah Desa

Tenganan. Desa Tenganan terletak di Ke-

camatan Manggis Kabupaten Karangasem

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

ISSN 2087 - 5576 Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014

26 Jurnal Ilmiah Hospitality Management

Propinsi Bali. Desa Tenganan sebagai 1

desa dinas yang terdiri dari 5 dusun/banjar

dinas.dari kelima dusun, 3 (tiga) dusun

yaitu Tenganan Pegringsingan, Tenganan

Dauh Tukad, dan Gumung, adalah desa

adat pekraman sedangkan dusun Bukit

Kangin dan Bukit Kauh hanya sebagai

desa dinas di Desa Tenganan. Penduduk

asli Desa Tenganan hanya bermukim di

dalam tiga Desa adat tersebut, sedangkan

penduduk yang bermukim di dua Desa

dinas tersebut tidak seluruhnya berasal asli

dari Desa Tenganan. Hal ini disebabkan

oleh keunikan-keunikan adat serta budaya

yang dimiliki oleh Desa Tenganan yang

turun menurun dari zaman nenek moyang

hingga zaman modern seperti sekarang ini

belum banyak tersentuh pengaruh luar.

Aturan adat serta warisan budaya yang

dimiliki oleh desa Tenganan dianggap

sebagai warisan yang harus tetap dijaga

dan dilanjutkan oleh penerus masyarakat

Desa Tenganan. Dipilihnya Desa

Tenganan Pegringsingan sebagai obyek

wisata tidak terlepas dari potensi yang

dimiliki wilayah tersebut dan belum

dikembangkan..dari kelima Desa yang

terdapat di dalam Desa Tenganan ini,

diketahui bahwa terdapat persamaan dan

perbedaan yang mem-buktikan bahwa

kelima budaya desa tersebut tidak lepas

satu dengan yang lainnya. Hampir seluruh

faktor pendukung di dalamnya bersumber

dari alam yang mereka kelola. Dari 918

HA luas keseluruhan Desa Tenganan,

terdapat 8% yang menjadi alokasi daerah

pemukiman, 22% dialokasikan untuk lahan

sawah, dan 70% sisanya dialokasikan

untuk lahan kering atau tegalan. Dengan

pembagian lahan seperti ini, adalah wajar

sebagian besar pula pekerjaan warga

masyarakatnya sebagai pengelola lahan;

baik petani sawah maupun petani kebun.

Namun hanya 25% lahan yang bisa

digarap oleh warga yang sebenarnya tidak

asli berasal dari Desa Tenganan, dan 75%

sisanya digarap oleh warga asli Desa

Tenganan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang

telah diuraikan sebelumnya, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kesiapan Desa Tengan-

an Pegringsingan dalam strategi

pengembangan sebagai desa wisa-

ta?

2. Apa potensi wisata yang dimiliki

dan cocok dikembangkan pada

kawasan Desa Tenganan Pegring-

singan untuk menjadi desa wisata ?

3. Bagaimana strategi dan model

pengembangan yang cocok dengan

Desa Tenganan Pegringsingan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah,

maka yang menjadi tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengkaji kesiapan Desa

Tenganan Pegringsingan sebagai

desa wisata dilihat dari aspek fisik

dan non fisiknya.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala

yang dihadapi dalam pengelolaan

dan pengembangan desa wisata di

Desa Tenganan Pegringsingan.

3. Untuk mengetahui mengetahui

strategi pengembangan yang cocok

bagi Desa Tenganan

Pegringsingan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki

kegunaan dan manfaat sebagai berikut:

Untuk memberikan sumbangan pemikiran

tentang pengembangan desa wisata yang

berwawasan lingkungan alam, kerakyatan

dan berkelanjutan. Sebagai bahan masukan

untuk lembaga terkait seperti dinas

pariwisata, pemerintah daerah dalam

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014 ISSN 2087 - 5576

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 27

mengambil kebijakan pengembangan ob-

yek wisata.

II. KAJIAN TEORI

A. Pariwisata Kerakyatan sebagai

Konsep Pariwisata Alternatif

Pariwisata kerakyatan (community

based tourism) merupakan konsep

pariwisata alternatif sebagai antisipasi

terhadap pariwisata konvensional. Pari-

wisata alternatif atau alternative tourism

mempunyai pengertian ganda, disatu sisi

dianggap sebagai salah satu bentuk

kepariwisataan yang ditimbulkan sebagai

reaksi terhadap dampak-dampak negatif

dari pengembangan dan perkembangan

pariwisata konvensional. Hubungan antara

komponen pembangunan pariwisata ber-

basis kerakyatan seperti gambar 2.1

Gambar 1. Pembenagunan Pariwisata Berbasis Kerakyatan

Sumber: Natori (2001)

Bentuk-bentuk pengembangan

pari-wisata kerakyatan dapat dilakukan

dengan 3 cara yaitu; (1) swadaya

(sepenuhnya dari masyarakat); (2)

kemitraan (melalui pengusaha angkat); dan

(3) pendampingan oleh LSM atau pihak

perguruan tinggi selama masyarakat

dianggap belum mampu untuk mandiri,

namun apabila mereka sudah dianggap

mampu mandiri maka secara pelan-pelan

ditinggalkan oleh pendamping

(Depbudpar, 2000) ; Ardika, 2001).

1. Model Pengembangan Wisata

Pedesaan

Dalam mengembangkan wisata

pedesaan selain memperhatikan karakter

pasar, hal lain yang sebaiknya diperhatikan

pula adalah potensi dan permasalahan

yang ada pada tiap-tiap desa, sehingga

dalam mengembangkan suatu desa wisata

harus berhati-hati, supaya dampak yang

timbul bisa dikontrol.

2. Pariwisata Berbasis Kerakyatan

Menurut Erawan (2001:3)

karakteristik kepariwisataan berbasis ke-

rakyatan yakni:

a. Berskala kecil

b. Dimiliki oleh anggota/ kelompok ma-

syarakat setempat, sehingga memberi

manfaat pada masyarakat setempat.

c. Memberikan kesempatan kerja dan

peluang ekonomi pada ekonomi se-

tempat.

d. Lokasinya tersebar, tidak

terkonsentra-si di suatu tempat.

e. Desain dan kegiatan mencerminkan

karakter wilayah setempat.

Sumber

Daya

Masyarakat

Lokal Wisatawan

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

ISSN 2087 - 5576 Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014

28 Jurnal Ilmiah Hospitality Management

f. Mengedepankan kelestarian wawasan

budaya.

g. Tidak mematikan industri dan

kegiatan lainnya saling melengkapi.

h. Menawarkan pengalaman yang

berkualitas pada wisatawan.

i. Merupakan kegiatan usaha yang

menguntungkan.

Selain itu dalam konsep pemba-

ngunan pariwisata berbasis kerakyatan

perlu pula diperhatikan suatu konsep

keseimbangan antara resources dan resi-

dent. Dalam suatu pembangunan yang

terintegrasi, dimana masyarakat sebagai

pemain kunci dalam kegiatan kepariwi-

sataan tersebut seperti tampak dalam

Gambar 2.4

Gambar 2. Model Pembangunan Terintegrasi.

Sumber : Masahito (2001:6)

B. Model Penelitian

Adapun kerangka berpikir dalam

penelitian ini digambarkan dalam model

penelitian dilengkapi dengan keterangan

singkat.

Gambar 3. Model Penelitian

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Desa

Tenganan Pegringsingan, Kecamatan

MASALAH

Analisis SWOT POTENSI WISATA

- Fisik

- Non Fisik

KESIAPAN

SEBAGAI OBYEK

WISATA

- Fisik

- Non Fisik

STRATEGI

Tuan Rumah

Sumber Daya

Pengunjung

Keselarasan Keselarasan Pengembangan Masyarakat

Secara Terpadu dengan

Masyarakat Sebagai

Pemegang Peran utama

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014 ISSN 2087 - 5576

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 29

Manggis Kabupaten Karangasem. Alasan

dipilihnya lokasi ini karena keunikan-

keunikan adat serta budaya yang dimiliki

oleh Desa Tenganan

B. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang

dikumpulkan berupa data kualitatif yaitu,

proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu

pola, kategori dan satuan uraian dasar.

Ataupun data kuantitatif yaitu, dimulai

dengan menelaah seluruh data yang

berasal dari berbagai sumber (wawancara,

pengamatan, dan dokumen resmi, gambar,

foto, dsb), mereduksi data dengan cara

membuat abstraksi (rangkuman inti),

menyusun dalam satuan-satuan,

dikategori-sasi, koding, mengadakan

pemeriksaan keabsahan data dan

menafsirkan data menjadi suatu teori

substantif dengan menggunakan metode

tertentu.

C. Teknik Pengumpulan Data dan

Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data dalam

penelitian ini digunakan metode:

1. Observasi, yaitu dengan cara

melakukan pengamatan secara

men-dalam mengenai potensi

wisata yang dimiliki oleh Desa

Tenganan Pegringsingan sebagai

tempat penelitian seperti kesenian,

adat istiadat, mata pencaharian,

kepercayaan.

2. Wawancara berstruktur, yaitu

pengumpulan data dengan cara

tanya-jawab secara langsung deng-

an responden dengan berpedoman

pada daftar pertanyaan yang

disiapkan sebelumnya. Responden

yang diwawancarai adalah

wisataw-an. Untuk penentuan

sampelnya menggunakan Quota

sampling yaitu pengambilan

sampel yang mempunyai ciri-ciri

tertentu sesuai dengan jatah (kuota)

yang ditentuk-an.penentuan ini

dapat dilakukan menggunakan

eccidental sampling yaitu teknik

atau metoda penarikan sampel

berdasarkan kebetulan (accidental),

siapa saja yang kebetulan bertemu

dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sample, bila dipandang

orang yang kebetul-an ditemui itu

cocok sebagai sumber data.

Purposive sampling yaitu

pengambilan sampel dengan

pertimbangan tertentu sesuai deng-

an tujuan penelitian yang

digunakan untuk masyarakat atau

tokoh masyarakat dan pejabat yang

terkait yang memahami kondisi

Desa Tenganan. Untuk

menentukan besarnya sampel yang

dipergunak-an dalam penelitian ini,

memang tidak ada aturan yang

tegas berapa sampel yang

seharusnya diambil dari populasi

yang ada (Suratno: 1999:105).

Tetapi berpedoman dari apa yang

diungkapkan oleh Rescoe dalam

Sugiono (2001: 103) besar-nya

sample yang dianggap dapat

mewakili dalam suatu penelitian

antara 30 sampai 500 responden.

Oleh karna itu, maka besarnya

sampel yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 200

orang responden

3. Dokumentasi, yaitu pengumpulan

data dengan cara mengambil foto-

foto dan pencatatan secara siste-

matis berdasarkan dokumen yang

ada pada instansi-instansi atau

lembaga-lembaga terkait dengan

masalah penelitian.

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

ISSN 2087 - 5576 Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014

30 Jurnal Ilmiah Hospitality Management

IV. STRATEGI PENGEMBANGAN

DESA WISATA

A. Analisis Kesiapan Tenganan

Pegringsingan

Sebagai objek wisata, hendaknya

Desa Tenganan Pegringsingan memiliki

kesiapan baik secara fisik maupun non

fisik, hal ini penting untuk mampu

memberikan pelayanan kenyamanan dan

keamanan bagi wisatawan yang berkun-

jung. Oleh karena itu, maka dalam analisis

berikut, kesiapan fisik dan non fisik ini

akan dikaji dari berbagai aspek dengan

menggunakan wisatawan dan pemuka

masyarakat sebagai responden sehingga

informasi yang diperoleh mendekati

kebenaran. Hasil yang diperoleh dapat

diliat pada tabel berikut:

Tabel 1. Kesiapan Sebagai Desa Wisata

NO ASPEK - ASPEK KURANG CUKUP BAIK

1.

KESIAPAN FISIK

Ketersediaan fasilitas

148 Orang (74 %)

39 Orang (19,5%)

13 Orang (6,5% )

Ketersediaan

infrastruktur

25 Orang (12,5%)

121 Orang ( 60,5%)

74 Orang (27 %)

Bangunan bersejarah 6 Orang (3%) 22 Orang (11 %) 172 Orang (86 %)

Aksesbilitas - - 200 Orang (100%)

2.

KESIAPAN NON FISIK Sambutan masyarakat

-

20 Orang (10%)

180 Orang (90 %)

Keamanan 1 Orang (0,5%) 56 Orang (28%) 143 Orang (71,5%)

Kalender kegiatan - - 200 Orang (100%)

Aspek SDM 23 Orang (11,5%) 127 Orang (63,5%) 50 Orang (25%)

Pemasaran 8 Orang (4%) 32 Orang (16%) 160 Orang (80%)

Sumber: Data diolah

1. Kesiapan Fisik

Kesiapan fisik yang dimaksud

dalam analisis ini adalah ketersediaan

fasilitas dan infrastruktur yang berkaitan

dengan aktivitas pariwisata.

a) Ketersediaan Fasilitas

Objek wisata yang baik adalah

suatu objek wisata yang memiliki fasilitas

berupa: akomodasi, rumah makan/

restaurant, toko cinderamata (art shop),

WC Umum, Money Changer, fasilitas

kesehatan dan keamanan. Berdasarkan

pengamatan dan studi yang telah dilakukan

dapat diketahui bahwa fasilitas kepari-

wisataan yang ada di Desa Tenganan

Pegringsingan relatif kurang memadai, hal

ini dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas

tersebut pada tabel 2.

Tabel 2. Fasilitas Wisata yang ada pada Desa Tenganan Pegringsingan

No. Jenis Fasilitas

Keterangan

Jumlah Ada

Tidak Ada

1. Penginapan - -

2. Rumah Makan / Restaurant - -

3. Toko Cindramata / Art Shop - 19

4. WC Umum - 1

5. Money Changer - -

6. Fasilitas Kesehatan/Keamanan - -

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014 ISSN 2087 - 5576

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 31

Sumber : Data diolah

Berdasarkan data dan informasi ini

dapat dikatakan bahwa, bila dilihat dari

aspek fasilitas yang dimiliki, dapat

dikatakan Desa Tenganan Pegringsingan

belum siap sebagai objek wisata. dan

indikator ini diperkuat pula oleh pendapat

yang dikemukakan oleh 200 wisatawan

bahwa 148 orang (74%) mengatakan

kurang, 39 orang (19,5%) mengatakan

cukup, dan 13 orang (6,5%) mengatakan

baik. Pendapat dari pemuka masyarakat

mengatakan bahwa fasilitas kepariwisataan

yang ada belum memadai.

b) Ketersediaan Infrastruktur

Apabila kondisi ini dikaitkan

dengan kesiapan Desa Tenganan

Pegringsingan sebagai suatu kawasan

wisata yang ideal, maka dapat dikatakan

belum siap. Kondisi ini diperkuat pula oleh

pernyataan 200 wisatawan 12,5 (25 orang)

mengatakan ketersediaan infrastruktur

dalam menunjang kegiatan kepariwisataan

belum memadai dan sisanya 60,5% (60

Orang) mengatakan cukup memadai dan

27% (74 0rang) mengatakan baik.

2. Kesiapan Non Fisik

Adapun aspek kesiapan non fisik

yang akan dianalisis adalah sebagai

berikut:

a) Ketersedian lembaga

Pengelolaan Objek Wisata

Desa Tenganan Pegringsingan sebagai desa wisata, dapat dikatakan

bahwa pada Desa tersebut belum ada suatu

lembaga memiliki otoritas secara formal.

Dalam merencanakan dan mengelola objek

wisata tersebut, sehingga Desa Tenganan

Pegringsingan, berkembang tanpa suatu

perencanaan dan penataan yang jelas. Hal

ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara

terhadap pemuka masyarakat, menyatakan

belum ada lembaga formal yang mengelola

kawasan tersebut, sehingga untuk

ketertiban kawasan tersebut inisiatif

dilakukan oleh warga setempat dengan

lembaga adatnya. Keadaan ini mem-

buktikan bahwa secara kelembagaan,

bahwa Desa Tenganan Pegringsingan,

belum siap dijadikan sebagai desa wisata,

walaupun pada Desa tersebut terdapat

potensi wisata yang dapat dikembangkan.

b) Sikap Mental dan Kesiapan

Masyarakat Desa Tenganan

Pegringsingan.

Dari pengamatan dan studi yang

telah dilakukan terdapat gambaran bahwa

masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan

memiliki kesiapan mental untuk mengem-

bangkan desanya sebagai objek wisata

(desa wisata). Beberapa indikator yang

memperkuat pernyataan tersebut dikemu-

kakan oleh wisatawan yang diwawancarai,

90% (180 Orang) menyatakan bahwa

sambutan masyarakat lokal sangat bagus,

10% (20 orang) mengatakan cukup, dan

pemuka masyarakat menyatakan bahwa

mereka siap untuk menjadikan Desa

Tenganan Pegringsingan sebagai desa

wisata.

Di samping itu sikap keterbukaan

masyarakat setempat dapat dilihat dari

adanya kecenderungan masyarakat untuk

menciptakan suasana yang harmonis aman,

dan nyaman diantara sesama warga.

Wujud dari nilai tersebut dirumuskan

dalam awig-awig adat, artinya setiap

perilaku yang menyimpang akan mendapat

sanksi sosial. Hal itu diperkuat oleh

pendapat wisatawan yang telah

diwawancarai, 71,5% (143 orang),

mengatakan Desa Tenganan Pegringsingan

sangat aman, 28% (56 orang) mengatakan

cukup dan sisanya 0,5% (1 Orang)

mengatakan kurang aman.

Ketaatan masyarakat setempat

terhadap awig-awig adat tercermin dari

rendahnya kasus-kasus adat maupun

tindakan kriminal. Perilaku tersebut tentu

sangat kondusif bagi terwujudnya Desa

Tenganan Pegringsingan sebagai salah

satu desa wisata..

c) Kesiapan dari Aspek Atraksi

Wisata.

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

ISSN 2087 - 5576 Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014

32 Jurnal Ilmiah Hospitality Management

Kesiapan atraksi wisata ini bila

dikaitkan dengan Desa Tenganan

Pegringsingan, maka berdasarkan penga-

matan dan hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat diketahui, bahwa atraksi-

atraksi wisata sudah dikelola secara baik,

seperti misalnya sudah ada suatu kalender

kegiatan kepariwisataan yang terjadwal

bagi wisatawan, sehingga wisatawan bisa

datang tepat bersamaan dengan kegiatan

ritual/budaya yang dilakukan oleh

masyarakat. Kenyataan ini diperkuat oleh

tanggapan 200 orang (100%) responden

dan pemuka masyarakat, kesemuanya

mengatakan sudah ada kalender kegiatan

ke-pariwisataan yang terjadwal secara baik

sebagai informasi bagi wisatawan, se-

hingga kedatangan wisatawan bertepatan

dengan aktivitas ritual yang ada.

d) Kesiapan dari Aspek

Aksesbilitas/Keterjangkauan.

Bila dilihat dari aspek kemudahan

yang dimiliki oleh kawasan tersebut maka

untuk bisa sampai ke kawasan tersebut

dapat menggunakan kendaraan pribadi dan

angkutan umum untuk masuk ke objek

tersebut. Pernyataan ini diperkuat oleh

hasil wawancara terhadap pemuka

masyarakat yang mengatakan sudah

adanya angkutan umum ke objek tersebut.

e) Kesiapan Aspek Sumber Daya

Manusianya.

Kesiapan aspek sumber daya

manusia didukung oleh pernyataan wi-

satawan, 23 orang (11,5%) mengatakan

susah dalam mendapatkan pemandu dalam

melaksanakan aktivitasnya di objek ter-

sebut, dan 50 orang (25%) mengatakan

sangat mudah dan 127 orang (63,5%)

menyatakan mudah sedangkan tanggapan

dari pemuka masyarakat mengatakan

cukup memahami masalah kepariwisataan.

Kon-disi seperti ini menunjukkan behwa,

Desa Tenganan Pegringsingan dari aspek

sumber daya manusia cukup siap.

f) Kesiapan Aspek Pemasaran.

Suatu objek wisata, bilamana tidak

dipasarkan secara baik, maka dalam

pengembangannya tidak akan bisa berhasil

dengan baik. Apabila aspek pemasaran ini

dikaitkan dengan objek wisata Desa

Tenganan Pegringsingan, maka dapat

diketahui bahwa objek wisata tersebut

sudah dipublikasikan kepada wisatawan

baik itu melalui media masa, ataupun

melalui biro-biro perjalanan yang ada,

sehingga cukup dikenal oleh wisatawan

Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat

200 orang wisatawan yang pernah

berkunjung ke objek tersebut, 80%

mengatakan mendapat informasi dari

media massa dan biro perjalanan, 32 orang

(16%) baru mengetahui dan 8 orang (4%)

tidak pernah mendengar tentang Desa

Tenganan Pegringsingan.

B. Analisis Potensi Wisata Yang Cocok

Untuk Dikembangkan Di Desa Tengan-

an Pegringsingan

Berdasarkan potensi wisata yang

dimiliki oleh Desa Tenganan

Pegringsingan seperti yang telah diuraikan

sebelumnya, maka potensi wisata yang

cocok untuk dikembangkan adalah berupa

wisata pedesaan (Rural Tourism) yang

bernuansa nilai-nilai Agama Hindu, sesuai

dengan agama dan kepercayaan yang

dianut oleh masyarakat setempat. Hal ini

dimaksud agar nilai dan budaya

masyarakat setempat tetap dapat

dilestarikan.

Untuk dapat mewujudkan dan

mengembangkan wisata pedesaan tersebut,

maka kegiatan wisata yang cocok untuk

dikembangkan dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 3. Hasil Questioner wisata

NO JENIS WISATA KURANG CUKUP BAIK

1. WISATA BERSEPEDA 160 Orang (80%) 29 Orang (14,5%) 11 Orang (5,5%)

2. WISATA PERTANIAN 64 Orang (32 %) 67 Orang (33,5%) 69 Orang (34,5%)

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014 ISSN 2087 - 5576

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 33

3. WISATA BUDAYA - 19 Orang (9,5%) 181 Orang (90,5%)

4. WISATA TREKKING 106 Orang (53%) 63 Orang (31,5%) 31 Orang (15,5%)

Sumber:Data diolah

C. Analisis Strategi dan Model

1. Analisis SWOT

Berdasarkan analisis sebelumnya

dan hasil wawancara terhadap beberapa

responden yang dipergunakan sebagai

sampel dalam penelitian, maka dapat

digambarkan variabel-variabel internet

yang menjadi kekuatan (Streight) dan

kelemahan (Weakness) serta variabel

eksternal yang menjadi peluang (oppu-

rtuinities) dan ancaman (threat) adalah

sebagai berikut :

a. Kekuatan (Strenght)

1. Panorama alam yang indah

dan asri.

2. Keanekaragaman seni dan

budaya.

3. Dukungan masyarakat.

4. Keramah tamahan

masyarakatnya.

5. Aksesbilitasnya relatif

mudah.

6. Pemasaran yang kuat.

b. Kelemahan (Weakness)

1. Ketersediaan fasilitas

kepariwisataan yang belum

siap dan kurang.

c. Peluang (Opportunities).

1. Adanya trend peningkatan

kunjungan wisata ke Bali.

2. Keamanan daerah Bali yang

semakin kondusif.

3. Lokasinya terletak pada

jalur wisata kawasan Bali

Timur.

d. Tantangan (Threat).

1. Menurunnya nilai-nilai

budaya dan tumbuhnya

sikap komersial.

2. Berkembangnya bangunan-

bangunan modern.

3. Pencemaran lingkungan.

4. Adanya persaingan dengan

kawasan wisata yang

sejenis di daerah lain.

5. Adanya ancaman keamanan

Global.

6. Travel Warning dari

negara-negara sumber

wisatawan.

Berpedoman pada variabel

kekuatan dan kelemahan, peluang

dan tantangan seperti telah diuraikan

sebelumnya, maka berikut ini dapat

dibuat matriks SWOTnya sebagai

berikut :

Tabel 4. Matrik SWOT Desa Tenganan Pegringsingan

Internal Faktor

External Faktor

Strenght (S)

Panorama alam yang indah

Keaneka ragaman seni budaya

Dukungan masyarakat

Keramahan penduduk

Aksesbilitas relatif mudah

Pemasaran yang kuat

Weakness (W)

Fasilitas

Kepariwisataan yang

belum siap dan kurang

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

ISSN 2087 - 5576 Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014

34 Jurnal Ilmiah Hospitality Management

Opportunities

Lokaksinya terletak pada

jalur wisata kawasan Bali

Timur

Keamanan wilayah /

kawasan yang kondusif

Kunjungan wisatawan ke

Bali cenderung meningkat

Strategi (S-O)

Melestarikan keindahan alam

dan seni budayanya

Berdayakan masyarakat

melalui desa adatnya

Tingkatkan pemahaman

masyarakat terhadap

kepariwisataan

Memasukkan objek / kawasan

ini kedalam paket tour

kawasan Bali timur

Strategi (W-O)

Melengkapi fasilitas

dan infrastruktur

kepariwisataan yang

lebih baik

Threat

menurunnya nilai-nilai

budaya dan tumbuhnya

sikap komersil

Berkembangnya

bangunan-bangunan

modern

Pencemaran dan rusaknya

lingkungan

Adanya persaingan dengan

kawasan wisata yang

sejenis di daerah lain

Ancaman keamanan global

Travel Warning

Strategi (S-T)

Memberdayakan lembaga-

lembaga adat yang ada dan

awig-awignya

Tingkatkan daya saing melalui

pelayanan dan keunikan

wilayah serta atraksi

Tingkatkan keamanan dengan

membudayakan lembaga

keamanan masyarakat

Strategi (W-T)

Membangun Fasilitas

Dan Infrastruktur

Dengan Mengacu Pada

Awig-Awig Adat

Penataan Bangunan

yang Sesuai Dengan

Konsep Agama Hindu

Pertahankan keunikan

wilayah

Sumber: Data diolah

2. Strategi Implementasi

Berdasarkan hasil analisis SWOT

yang telah dilakukan, maka strategi yang

perlu dilakukan dalam mengembangkan

Desa Tenganan Pegringsingan sebagai

Objek wisata pedesaan adalah melalui

strategi diverifikasi dengan implementasi-nya berupa program-program sebagai

berikut:

a) Program Melengkapi Fasilitas,

dan Infrastruktur

Untuk dapat menjadi kawasan

wisata yang ideal, maka perlu dibangun

fasilitas dan infrastruktur yang dapat

memberikan kenyamanan dan keamanan

obagi wisatawan yang berkunjung ke

objek tersebut.

Oleh karena itu, dalam melaksana-

kan program ini perlu ada koordinasi dan

kerja sama antara pemerintah, desa adat,

dan pengusaha (Investor), sehingga

fasilitas dan infrastruktur yang dibangun

benar-benar bermanfaat dan dapat

menunjang kelancaran kegiatan wisatawan

di Desa Tenganan Pegringsingan, tetapi di

lain pihak pembangunan fasilitas dan

infra-struktur ini tidak merusak tatanan

sosial masyarakat setempat, serta di sisi

lain dapat memberikan dampak ekonomis

bagi kehidupan masyarakat setempat

b) Program Pengelolaan Atraksi

Wisata

Sebagai salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu

kawasan wisata adalah karena adanya

atraksi wisata yang menarik dan telah

dikelola secara baik pula.

c) Program Melestarikan

Lingkungan dan Budaya

Program ini dilaksanakan dengan

cara mewujudkan dan meningkatkan

gotong royong masyarakat setempat,

sehingga lingkungan mereka tetap bersih

dan keindahan alam tetap lestari. Untuk

dapat mengaktifkan kegiatan gotong

royong masyarakat, maka lembaga-

lembaga adat yang ada pada desa tersebut

perlu diberi ruang dan peran yang lebih

sehingga mereka memiliki otoritas dan

kewenangan. Tentunya otoritas dan

kewenangan yang dimiliki oleh lembaga

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014 ISSN 2087 - 5576

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 35

adat tersebut harus mengacu pada awig-

awig adat atau desa pekraman setempat.

d) Program Memberdayakan

Lembaga Adat dan Masyarakat

dalam Pengelolaan Kawasan

Untuk lebih memberdayakan

lembaga-lembaga adat dan masyarakat

dalam pengelolaan kawasan perlu ada

program pelatihan yang berkaitan dengan

organisasi dan manajemen dalam bidang

kepariwisataan yang ditunjukkan kepada

para perangkat dan pengelola desa adat

atau pekraman seperti pelatihan dalam

manajemen usaha kecil dalam bidang

kepariwisataan. Bidang pelatihan ini

meliputi upaya pengembangan usaha lewat

bantuan kredit bank, manajemen dana dan

lain sebagainya. Untuk dapat

terlaksanakannya program ini perlu

kerjasama dengan pihak-pihak terkait,

seperti pemerintah, perguruan tinggi,

lembaga-lembaga swasta, bidang kepari-

wisataan dan desa adat, dengan penang-

gung jawab pelaksana kegiatan dalam

pemerintah (Dinas Pariwisata dan Desa

Adat).

e) Program Peningkatan Sumber

Daya Manusia

Untuk meningkatkan kemampuan

dan pengatahuan masyarakat tentang ke-

pariwisataan, dapat dilakukan melalui

pelatihan dengan materi yang berkaitan

dengan:

Teknik memandu wisatawan.

Pengetahuan yang lengkap

tentang aset dan potensi wisata

yang ada di Desa Tenganan

Pegringsingan

Rambu-rambu yang harus

diperhatikan dalam pengem-

bangan pariwisata budaya di

Desa tersebut.

Agar program ini dapat terlaksana

perlu ada kerjasama dengan pihak terkait,

seperti: pemerintah (melalui Dinas

Pariwisata) dan desa adat sebagai

penyelenggara, perguruan tinggi dan

kader-kader dari desa/ Desa tersebut

sebagai peserta.

f) Program Promosi dan

Pemasaran

Bentuk kegiatan dalam program ini

adalah :

Mengadakan penyuluhan kepa-

da masyarakat setempat tentang

kepariwisataan sehingga me-

nimbulkan sikap yang apresiatif

terhadap wisatawan.

Mengadakan studi yang se-

derhana tentang sosial budaya

dan adat istiadat masyarakat

untuk memperoleh informasi

yang akurat guna membuat

desain promosi yang tepat, dan

jika memungkinkan

mengemas-nya kedalam paket-

paket pro-mosi dalam bentuk

leatflet atau brosur singkat.

Membangun kerjasama dan

jaringan promosi dengan lem-

baga-lembaga, dalam bidang

kepariwisataan seperti travel

agent, badan promosi pariwisa-

ta, dinas Pariwisata dan se-

bagainya.

g) Model Pengembangan

Berdasarkan karakteristik dan po-

tensi wisata yang dimiliki oleh Desa

Tenganan Pegringsingan, seperti telah

dipaparkan pada analisis sebelumnya,

kemudian dikaitkan dengan tiga (3) model

pengembangan, yaitu interaksi tidak

langsung, interaksi setengah langsung, dan

interaksi langsung, maka model pengem-

bangan wisata pedesaan yang cocok pada

Desa Tenganan Pegringsingan adalah

model pengembangan interaksi langsung,

artinya wisatawan dimungkinkan untuk

tinggal atau bermalam di dalam akomodasi

yang dimiliki oleh desa tersebut walaupun

letaknya berada di luar Desa Tenganan

Pegringsingan.

Agar model pengembangan ini

dapat berjalan dengan baik, maka fasilitas

kepariwisataan seperti akomodasi,

restoran, toko kesenian/cinderamata

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

ISSN 2087 - 5576 Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014

36 Jurnal Ilmiah Hospitality Management

(ArtShop), dan fasilitas pelayanan lainnya

sebaiknya dimiliki oleh masyarakat lokal.

Dengan demikian model pengembangan

interaksi langsung ini dapat diwujudkan.

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Sesuai tujuan penelitian hasil

analisis yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Dari hasil analisis kesiapan fisik

dan non fisik dapat diketahui bahwa :

Fasilitas pada objek tersebut relatif

kurang memadai. Pernyataan ini

didukung oleh tanggapan 200

orang responden di mana 148

orang (74%) menyatakan belum

memadai, 39 orang (19,5%)

mengatakan cukup dan 13 orang

(6,5%) mengatakan baik. Demikian

pula halnya dengan ketersediaan

infrastruktur dimana 12,5% dari

200 orang responden mengatakan

belum memadai dan 60,5%

mengatakan cukup me-madai.

Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa secara fisik desa tersebut

belum siap dan layak sebagai objek

wisata pedesaan.

Kesiapan non fisik menunjukkan

bahwa, ketersediaan lembaga

pengelola objek wisata pada

kawasan tersebut secara formal

belum ada, hal ini diperkuat oleh

pernyataan 200 orang responden,

kesemuanya (100%) mengatakan

belum ada. Tetapi dari segi sikap

mental dan kesiapan masyarakat,

menunjukkan indikasi yang sangat

siap dan mendukung. Hal ini dapat

dibuktiklan dari pernyataan

wisatawan, dimana 90% (180

orang) sambutan masyarakat sangat

bagus dan sisanya 10%

mengatakan bagus. Bila dilihat dari

aspek atraksi wisata, menunjukkan

indikasi sudah adanya pengelolaan

atraksi wisata secara baik. Hal ini

dibuktikan dari pernyataan 200

orang responden, dimana kesemua-

nya (100%) mengatakan sudah ada

kalender kegiatan kepariwisataan

yang terjadwal. Selanjutnya kalau

dilihat dari aspek keterjangkauan/

aksesbilitas, maka dapat diketahui,

bahwa sudah adanya angkutan

umum ke objek tersebut. Dari 200

orang responden 172 orang (86%)

mendukung pernyataan tersebut.

Kondisi tersebut tidak jauh berbeda

dengan kesiapan sumber daya

manusianya, dimana hasil wawan-

cara terhadap 200 orang wisatawan

25% (50 orang) mengatakan sangat

mudah mendapatkan pemandu

dalam melaksanakan aktivitasnya,

tang-gapan dari pemuka

masyarakat mengatakan cukup

memahami masalah

kepariwisataan. Kondisi seperti ini

menunjukkan behwa, Desa

Tenganan Pegringsingan dari aspek

sumber daya manusia cukup siap.

Ketidaksiapan sebagai objek wisata

karena kurangnya fasilitas pariwi-

sata dan kebijakan yang jelas serta

arah pengembangan kawasan ter-

sebut.

Berdasarkan karakteristik, potensi

wisata dimiliki oleh Desa Tenganan

Pegringsingan, maka potensi wisata yang

siap dan cocok dikembangkan pada

kawasan tersebut adalah :

Wisata pertanian (Wisata Agro), 34% dari wisatawan dan pemuka

masyarakat menyatakan bahwa

aktivitas pertanian yang dilakukan

oleh para petani layak untuk

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014 ISSN 2087 - 5576

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 37

dikembangkan sebagai salah satu

atraksi wisata.

Wisata budaya, dari 200 orang wisatawan yang diwawancarai

100% mengatakan aktivitas keaga-

maan dan kesenian sangat menarik

perhatian mereka.Namun untuk

dapat menjadi atraksi wisata yang

menarik bagi wisatawan perlu

persiapan yang lebih matang dan

pengelolaan yang lebih baik.

Yang menjadi daya tarik kawasan

tersebut adalah keindahan dan

keunikan panorama alamnya, ke-

seniannya, dan kehidupan sosial

budaya masyarakatnya.

Yang menjadi penghambat dalam pengembangannya kawasan terse-

but adalah belum siapnya kawasan

tersebut baik secara fisik, maupun

non fisik.

Berdasarkan hasil analisis SWOT

yang telah dilakukan dapat disimpulkan,

bahwa strategi yang dapat dilakukan di

Desa Tenganan Pegringsingan adalah:

a. Program Melengkapi Fasilitas Dan

Infrastruktur.

b. Program Pengelolaan Atraksi Wi-

sata.

c. Program Melestarikan Lingkungan

dan Budaya.

d. Program Memberdayakan

Lembaga Adat dan Masyarakat

Dalam Penge-lolaan Kawasan.

e. Program Peningkatan Sumber Da-

ya Manusia.

f. Program Promosi dan Pemasaran.

Untuk pengembangan fisik, pro-

gram yang dapat dilakukan, dengan cara

melengkapi fasilitas, dan infrastruktur

yang diperlukan untuk menunjang

kegiatan kepariwisataan, peningkatan

kebersihan lingkungan desa.

Sedangkan untuk pengembangan yang bersifat non fisik dapat

dilakukan melalui: program pela-

tihan pengelolaan dan usaha

kepariwisataan, program

peningkat-an kualitas sumber daya

manusia, program promosi yang

terintegrasi, program

memberdayakan masya-rakat.

Model pengembangannya yang cocok adalah model interaksi

langsung, dengan corak pariwisata

berbasis kerakyatan.

B. Saran

Berdasarkan kelemahan dan tan-

tangan yang ada, berdasarkan hasil analisis

yang telah dilakukan, ada beberapa ide

dasar yang dapat disarankan dalam

mengembangkan Desa Tenganan Pegring-

singan sebagai kawasan wisata adalah:

Dalam menerapkan suatu kawasan

sebagai objek wisata hendaknya

pemerintah (Pemda Karangasem)

terlebih dahulu melakukan suatu

kajian yang menyeluruh terhadap

potensi dan karakteristik wilayah

yang akan dikembangkan. Sebagai

objek wisata. Sehingga dari kajian

tersebut akan dapat diketahui

cocok tidaknya suatu wilayah

sebagai Desa wisata.

Dalam melaksanakan pembangun-

an secara fisik, hendaknya segera

dibangun fasilitas-fasilitas yang

menunjang pariwisata,namun pem-

bangunan itu jangan sampai

merubah tatanan kehidupan dan

nilai sosial masyarakat seperti:

hubungan kekeluargaan, gotong

royong, mata pencaharian, dan

religiusnya.

Oleh karena itu model ke-

pariwisataan yang cocok dikem-

bangkan adalah: model kepariwi-

sataan, berskala kecil, dimiliki oleh

masyarakat lokal, memberi peluang

ekonomi pada masyarakat setem-

pat, serta desain dan kegiatannya

mencerminkan karakter wilayah.

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

ISSN 2087 - 5576 Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014

38 Jurnal Ilmiah Hospitality Management

Secara non fisik, yaitu dalam

menampilkan atraksi wisata hen-

daknya dapat dibedakan mana

atraksi yang sakral, setengah

sakral, dan profan. Untuk atraksi

kesenian yang sakral, bila ingin

disajikan sebagai atraksi wisata

hendaknya dalam pementasannya

selalu dikaitkan dengan kegiatan

upacara keagamaan dan

dipentaskan pada tempat yang

semestinya. Hal ini agar nilai-nilai

kesakralnya tidak ternoda. Untuk

kesiapan lembaga pengelola,

hendaknya lebih mem-berdayakan

lembaga adat yang ada, selanjutnya

untuk kesiapan sumber daya

manusianya dapat melakukan

dengan cara memberikan pelatihan

pariwisata kepada masyarakat

setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Syani.1994. Sosiologi Skematika

Teori dan Terapan. Jakarta:

Bumiaksara.

Adhisakti, Laterna T. 2000. Strategi

Pengembangan Desa Wisata di

Indonesia. Dalam Makalah

Seminar Nasional Pemberdayaan

Pariwisata Berbasis Kerakyatan

dalam Menyongsong Otonomi

Daerah Bali. Denpasar:

Universitas Udayana.

Ahimsa Putra, dkk. 1998. Model

Pariwisata Pedesaan Sebagai

Alternatif Pembangunan berkelan-

jutan (Laporan Penelitian). Yog-

yakarta: Lembaga Penelitian UGM.

Amirrulah. 2002. Manajemen Strategik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ardika. 2001. Paradigma Baru Pariwisata

Kerakyatan Berkesinambungan. Ja-

karta: Kantor Menteri Negara

Kebudayaan dan Pariwisata.

Ardika, I Gde. 2001. Pembangunan

Pariwisata Berkelnjutan yang

berbasis Kerakyatan. Makalah

Seminar Nasional The last or The

lost Paradise.

Artanegara, I Nyoman. 2002. Korelasi

Keragaman Budaya dan

Pembangunan Berkelanjutan pada

Kawasan Desa Candi Kuning

Bedugul. Tesis Pasca Sarjana.

Denpasar: Universitas Udayana.

Chang, TC. 1996. Urban Heritage

Tourism. The Global Lokal nexus.

Choy, Darryllow. 1997. Perencanaan Eko-

wisata: Belajar dari Pengalaman

South East dalam Gunawan. (ed)

Perencanaan Pariwisata Berkelan-

jutan. Prosiding Pelatihan dan

Lokakarya. Bandung: ITB

Dana, Wayan. 2002. Peluang dan

Tantangan Pengelolaan Pariwisata

Alternatif. (Kasus Pondok Wisata

Sua Bali). Tesis. Denpasar:

Universitas Udayana.

Dirjen Pariwisata. 1999. Reformasi

Pembangunan Sektor Pariwisata,

Seni dan Budaya, Yogyakarta:

Pusat Penelitian Pariwisata UGM.

D4 Pariwisata UNUD. 2001. Studi

Pengembangan Desa Wisata Buda

Keling dalam Rangka Menunjang

Desa Budaya Mahkota, (Laporan

Penelitian), Denpasar: UNUD.

Eadington and Smith. 1992. ”The

Emergence of Alternative Form of

Tourism”. Dalam Valence Smith

and WR. Eadington (ed). Tourism

Alternative: Potencial and Problem

in The Tourism Development.

Philadelphia.

Erawan, Nyoman. 2001. Paradigma Baru

Pembangunan Pariwisata, (Materi

Kuliah).

Fandeli, Chafid dan Destha T. Raharjana.

2002. Potensi dan Peluang

Kawasan Pedesaan Sebagai Daya

Tarik Wisata (Studi Kasus di

PeDesaan Tunggularum,

Wonokerto, Turi-Sleman). Jurnal

Nasional Pariwisata. Vol.2 No.2.

De-sember 2002. Hal 24-33.

Diterbitkan oleh: Badan Kerja

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014 ISSN 2087 - 5576

Jurnal Ilmiah Hospitality Management 39

Sama Penelitian dan

Pengembangan Pariwisata (BKP3).

Yogyakarta.

Fegence, Michael. 1997. ”Ancangan

Perencanaan Pariwisata Desa dan

Pariwisata Pedesaan: Upaya

Mewujudkan Potensi Desa dan

Daerah Pedesaan” (dalam Myra P

Gunawan,1997). Perencanaan Pa-

riwisata Berkelanjutan. Prosiding

Pelatihan dan Lokakarya. Penerbit

ITB. Bandung.

Hadinoto, K. 1996. Perencanaan

Pembangunan Destinasi Pariwi-

sata. Jakarta: Universitas

Indonesia.

Hallaway, J.C. 1989. The Bussines Of

Tourism, Third Edition. London:

Pitman Publishing.

Husein Umar. 2001. Strategic

Management In Action. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Inskeep, Edward. 1991. Tourism Planning

In Integrated and Sustainable

Development Approach. New

York: Van Nostrand Reinhold.

Kodyat, H. 1997. “Hakekat dan

Perkembangan Wisata Alternatif”.

Dalam Prosiding Pelatihan dan

Lokakarya Perencanaan

Pariwisata Berkelanjutan, ed.

Myra P. Gunawan. Bandung:

Penerbit ITB.

Korten, David C (ed). 1986. Community

Management; Asian Experience

and Perspective’. Connecticut:

Kumarian Press.

Kusmayadi. 2000. “Pariwisata Pedesaan

dan Pembangunaan Pertanian

Berkelanjutan” Jurnal Ilmiah

Pariwisata. Vol.5, No. 1 Agustus

2000.Hal. 100-114. Diterbitkan

oleh: Pusat Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat Sekolah

Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta.

Lane, Bernard. 1994. ‘What is Rural

Tourism”, Journal of Sustainable

Tourism, Volume 2:7-21.

Lindberg, Kreg dan Hawkins, Donal E.

1993. Ekotourisme: Petunjuk untuk

Perencanaan dan Pengelolaan.

Jakarta: The Ecotourism Society.

Marpaung, Happy. 2000. Pengetahuan

Kepariwisataan. Bandung: Alfa-

beta.

Masahiko Natori. 2001. A Guidebook For

Tourism–Based Community Deve-

lopment. Osaka Japan: APTEK.

Nasikun. 1997. ”Model Pariwisata Pe-

desaan: Pemodelan Pariwisata

pedesaan untuk Pembangunan

Pedesaan yang Berkelanjutan”

(dalam Myra P Gunawan, 1997)

Perencanaan Pariwisata Berkelan-

jutan. Prosiding Pelatihan dan

Lokakarya. Penerbit : ITB

Bandung.

Natori, Nasahiko (ed). 2001. ’ A Guide

Book for Tourism Based

Community Development’. Publi-

sher APTE.

Page, J Stephen and Getz, Don. 1997. The

Bussines of Rural Tourism.

Internatiaonal Perspectives. Lon-

don: International Thomson

Bussines Press.

Palguna, A.A. Ngurah. 2001. “Dinamika

Masyarakat Menuju Civil Society

(kasus Pengelolaan Objek Wisata

alas Kedaton )”. Tesis Pasca

Sarjana Universitas Udayana.

Denpasar.

Palupi, Santi dan Ingkadijaya Rahmat.

2000. Pelatihan Bagi Masyarakat

Untuk Meningkatkan Peran

sertanya Dalam Pembangunan

Pariwisata Pedesaan . Jurnal

Ilmiah Pariwisata.vo.5 No. 1

Agustus 2000. Hal. 13-25.

Penerbit; Pusat penelitian dan

Pengabdian Pada Masyarakat

Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

Jakarta.

Paturisi, Samsul Alam. 2002. Perencanaan

Tata Ruang Kawasan Pariwisata.

Denpasar: UNUD.

Pitana, Gde. 1999. ”Community Mana-

gement dalam Pembangunan

pariwisata”.

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DESA …

ISSN 2087 - 5576 Vol. 4 No. 2, Januari - Juni 2014

40 Jurnal Ilmiah Hospitality Management

Pitana, I Gede. 1999. Pelangi Pariwisata

Bali. Denpasar: Bali Post.

Poerwadarminta. 2002. Kamus Umum

Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai

Pustaka.

Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT Teknik

Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Richard and Sharpley. 1997. Rurar

Tourism An Introduction, First

Editon. London: International

Thomson Bussines Press.

Shaw, Gareth and Williams, Allan M.

1997. “ The Social Impact of

Tourism “, dalam “ Individual

Consumption of Tourism “ (ed.by I

esley France. The Earthscan

Sustainable tourism).

Soeratno. 1999. Metodologi Penelitian.

Yogyakarta: UPP. AMP. YKPN.

Spillane, James J. 2003. “Prospek

Pengembangan Indonesia sesuai

dengan Kecenderungan Global “.

Dalam Pariwisata Budaya

Berkelanjutan. Reflesi dan

Harapan di tengah Perkembangan

Global. Penyunting: I Wayan

Ardika. Program Studi Magister

(S2) Kajian Pariwisata Program

Pasca Sarjana Universitas

Udayana. Denpasar.

Sugiono. 2001. Metodologi Penelitian

Administrasi. Bandung: Alpabeta.

Sukaatmaja, I Putu Gede. 2002. Strategi

Produk Pariwisata. Makalah pada

Matrikulasi Program Magister (S2)

Kajian Pariwisata. Universitas

Udayana Denpasar.

Sukarsa. 1999. Pengantar Pariwisata.

Ujung Pandang: BKS-PTN-

INTIM.

Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata.

Yogyakarta: Kasinius.

Swarbrooke, J. 1998. Sustainable Tourism

Management. New York: CAB I

Publishing.

Tregoe, B. 1980. Strategi Manajemen.

Jakarta: Erlangga.

Wall, G 1993. ”Towards a Tourism

Typology’. Dalam JG. Nelson, R.

Butler and Managing. Waterloo

Dept.of Geography Univ.Waterloo.

Wiranatha, A.A.P.Suryawan. 2002.

Makalah materi Matrikulasi

Program Magister Kajian

Pariwisata.Denpasar: Universitas

Udayana.

Woodly,A. 1993. ’Tourism and

Sustainable Development’. The

Community Perspective. Dalam

Nelson G. Butler and G. Wall (ed).

Tourism and Sustainable

Development: Monitoring,

planning, managing. Dept. of

Geography. Univ. of Waterloo.

Yoeti, Oka A. 1995. Tour and Travel

Mangement. Jakarta: Pradnya

Paramita.