POTENSI WISATA DI DESA WISATA NGLANGGERAN...

10
1 POTENSI WISATA DI DESA WISATA NGLANGGERAN KABUPATEN GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA IDA NURMAYANTI Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Bogor ======================================================================= Abstract Community empowerment is an attempt to enable independent with encouraging, motivating and raise awareness of its potential to be more efficient and effective. Tourist village is a rural area which offers the atmosphere of authenticity countryside either of the socio-economic, socio-cultural, customs, daily life, has the architecture and structure of the village spatial characteristic, or economic activities are unique and interesting and has the potential to be developed with the various components of tourism. Gunungkidul Nglanggeran village, Yogyakarta is a tourism village that has potential natural attractions are unique and attractive form: Ancient Volcano, Embung Nglanggeran and Orchard Nglanggeran Keywords : community empowerment, Tourism village. PENDAHULUAN Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Menurut Kartasasmita (1996). Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkit-kan kesadaran terhadap potensi yang dimilikinya untuk lebih berdaya guna dan berhasil guna. Hal ini dapat dimaknai bahwa pemberdayaan masyarakat itu salah satunya adalah bagaimana merubah mind set seseorang dari perasaan tidak mampu, tidak bisa dan tidak mungkin menjadi merasa mampu, bisa dan sangat mungkin untuk melakukan perubahan. Adanya pencerahan pada masyarakat sekitar hutan akan kekuatan dan potensi yang dimiliki dapat memberikan kesadaran bersama bahwa perubahan menuju kesejahteraan adalah sebuah harapan.

Transcript of POTENSI WISATA DI DESA WISATA NGLANGGERAN...

1

POTENSI WISATA DI DESA WISATA NGLANGGERAN KABUPATEN GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

IDA NURMAYANTI Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Bogor

=======================================================================

Abstract Community empowerment is an attempt to enable independent with encouraging, motivating and raise awareness of its potential to be more efficient and effective. Tourist village is a rural area which offers the atmosphere of authenticity countryside either of the socio-economic, socio-cultural, customs, daily life, has the architecture and structure of the village spatial characteristic, or economic activities are unique and interesting and has the potential to be developed with the various components of tourism. Gunungkidul Nglanggeran village, Yogyakarta is a tourism village that has potential natural attractions are unique and attractive form: Ancient Volcano, Embung Nglanggeran and Orchard Nglanggeran Keywords : community empowerment, Tourism village.

PENDAHULUAN

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan

martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk

melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Menurut Kartasasmita

(1996). Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memampukan dan

memandirikan masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkit-kan

kesadaran terhadap potensi yang dimilikinya untuk lebih berdaya guna dan berhasil

guna. Hal ini dapat dimaknai bahwa pemberdayaan masyarakat itu salah satunya adalah

bagaimana merubah mind set seseorang dari perasaan tidak mampu, tidak bisa dan tidak

mungkin menjadi merasa mampu, bisa dan sangat mungkin untuk melakukan

perubahan. Adanya pencerahan pada masyarakat sekitar hutan akan kekuatan dan

potensi yang dimiliki dapat memberikan kesadaran bersama bahwa perubahan menuju

kesejahteraan adalah sebuah harapan.

2

Berbagai bentuk upaya pemberdayaan telah diluncurkan pemerintah dalam

bentuk program-program berbasis masyarakat seperti program social forestry, hutan

rakyat, hutan kemasyarakatan, dan lain sebagainya Kegiatan-kegiatan tersebut pada

hakekatnya merupakan upaya memberdayakan masyarakat sekitar hutan dengan

mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan hutan.

Jenis kegiatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan program

Pemberdayaan Masyarakat dimaksud antara lain dalam bentuk Pelatihan dan atau

Pendampingan kepada masyarakat, yang bertujuan untuk peningkatan kapasitas,

kompetensi dan keterampilan masyarakat yang berimplikasi kepada peningkatan

perbaikan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat

Pada tahun 2014 saya sempat melakukan Studi Banding tentang

Pemberdayaan Masyarakat ke Desa Wisata Nglanggeran, Kabupaten Gunung Kidul,

Yogyakarta. Fokus kegiatan di daerah tersebut adalah wisata alam. Masyarakatnya

mempunyai tujuan yang luas pada pengembangan jasa wisata alam di kawasan

Konservasi. Dan tujuan tersebut telah tercakup dalam kebijakan pemerintah misalnya

masyarakat berharap: untuk mencapai pendistribusian pendapatan dan kekayaan yang

adil, menperoleh mata uang asing (foreign currency), membantu pengembangan

masyarakat, mempromosikan konservasi sumber daya alam dan juga budaya,

memberikan kesempatan pendidikan pada masyarakat, mempromosikan kesehatan dan

meningkatkan kesadaran pemahaman global.

DESA WISATA

Desa Wisata merupakan suatu bentuk intergrasi antara atraksi akomodasi dan

fasilitas pendukung yang tersaji dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang

menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti, 1993: 2-3). Desa wisata

juga dapat dimaknai sebagai suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan

3

suasana mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial

budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang

desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai

potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan.

Di dalam pengembangan suatu desa menjadi desa wisata, di samping

identifikasi terhadap unsur-unsur yang ada di desa, penentuan desa wisata juga harus

diimbangi dengan pemahaman karakteristik serta tatanan budaya masyarakat. Hal ini

dimaksudkan agar dapat dimanfaatkan dalam pengembangan aspek perekonomian desa

tersebut. Wilayah yang bisa dikembangkan di desa wisata adalah wilayah yang baik dari

segi ekonomi, sosial budaya, lingkungan fisik alam, mempunyai ciri khas yang non

urban, dan mempunyai ciri kehidupan tradisional yang unik. Klasifikasi desa wisata

dengan karakteristik tertentu antara lain desa wisata budaya, desa wisata pertanian, desa

wisata pendidikan, desa wisata fauna, desa wisata kerajinan, dan desa wisata alam

(Dinas Pariwisata Kab Sleman, 2007: 16).

Di Indonesia terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat beberapa

desa wisata yang sangat berpotensi mendongkrak pendapatan domestik, sehingga

kesejahteraan bisa terdistribusi untuk masyarakat desa. Pembangunan desa wisata

bertujuan untuk mendukung program pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan

dengan menyediakan obyek wisata alternatif. Selain itu juga menggali potensi desa

untuk pembangunan masyarakat sekitar desa wisata. Tujuan lainnya yaitu memperluas

lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi penduduk desa, sehingga bisa meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa. Dengan demikian akan terjadi

pemerataan pembangunan ekonomi di desa. Mendorong orang-orang kota yang secara

ekonomi relatif lebih baik, agar senang pergi ke desa untuk berekreasi (Ruralisasi).

4

Menimbukan rasa bangga bagi penduduk desa untuk tetap tinggal di desanya, sehingga

mengurangi urbanisasi.

Sesuai dengan tujuan tersebut, maka program kegiatan ini seharusnya

dilaksanakan oleh masyarakat desa setempat. Kepala Desa dan staf serta masyarakat itu

sendiri yang harus mengkoordinasi pembangunan desa wisata dibantu oleh Badan

Pengawas Desa (BPD) sebagai pengelola atau managernya untuk pengawasan program

pembangunan desa wisata, hal inipun terkait pula dengan pengawasan di bawah

pembinaan dinas pariwisata daerah (Diparda) setempat. Pembangunan desa wisata

mempunyai manfaat di bidang ekonomi, sosial dan lain-lain.

Manfaat dari pembangunan desa wisata dari segi ekonomi yaitu meningkatkan

perekonomian nasional, regional, dan masyarakat lokal. Selain itu membuka lapangan

kerja dan lapangan berusaha bagi masyarakat di desa. Pengembangan pariwisata ini juga

bermanfaat untuk meningkatkan ilmu dan teknologi bidang kepariwisataan. Manfaat

lainnya yakni menggugah sadar lingkungan, yaitu menyadarkan masyarakat akan arti

pentingnya memelihara dan melestarikan lingkungan bagi kehidupan manusia kini dan

di masa datang (Soemarno, 2010).

PROFIL DESA NGLANGGERAN

Nama Nglanggeran berasal dari kata Planggaran yang mempunyai makna

setiap ada perilaku jahat pasti tertangkap/ketahuan. Ada juga yang menuturkan Gunung

Nglanggeran berasal dari kata Langgeng artinya desa yang Aman dan Tentram. Selain

sebutan Gunung Nglanggeran gunung yang tersusun dari banyak bebatuan ini disebut

Gunung Wayang karena terdapat Gunung/bebatuan yang menyerupai tokoh

pewayangan. Selain itu menurut kepercayaan adat jawa Gunung Nglanggeran dijaga

oleh Kyi Ongko Wijoyo dan Punokawan.

5

Gunung Nglanggeran terletak di kawasan Baturagung di bagian utara

Kabupaten Gunungkidul dengan ketinggian antara 200-700 mdpl, tepatnya di desa

Nglanggeran Kecamatan Patuk dengan jarak tempuh 22 km dari kota Wonosari.

Kawasan ini merupakan kawasan yang litologinya disusun oleh material vulkanik tua

berbentuk gunung batu raksasa yang membentang sepanjang kurang lebih 800 meter

dengan tinggi mencapai 300 meter dan bentang alamnya memiliki keindahan dan secara

geologi sangat unik dan bernilai ilmiah tinggi. Dari hasil penelitian dan referensi yang

ada, dinyatakan gunung Nglanggeran adalah gunung berapi purba. Ada bangunan joglo

di pintu masuk dan bila kita melangkah ke jalan setapak untuk mendaki gunung, maka

ada 3 bangunan gardu pandang sederhana dari ketinggian yang rendah, sedang sampai

puncak gunung. Pemadangan unik dan indah disekelilingnya berupa sawah nan hijau

dan tidak jauh dari situ terdapat bangunan tower dan berbagai stasiun televisi yang

jumlahnya cukup banyak, manambah keindahan alam. Lokasi ini sangat cocok untuk

panjat tebing, tracking, jelajah wisata dan bekemah. Banyak wisatawan lokal, dan

wisatawan asing mengunjungi gunung Nglanggeran untuk menikmati keindahan

pemandangan, mencoba menaklukkan batu-batu besar untuk didaki, dan ada juga yang

hanya sekedar melepas kepenatan seusai ujian dan kebisingan kota. Gunung

Nglanggeran terdiri dari banyak macam gunung di dalamnya yang memiliki nilai

historis dan bentuk gunung yang memiliki nilai sejarah tinggi.

Gambar 1. Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran

6

PENGELOLA DESA WISATA NGLANGGERAN

Kawasan ini dikelola secara mandiri oleh Karang Taruna “Bukit Putra

Mandiri”, Desa Nglanggeran. Aktivitas yang dapat dilakukan yaitu jelajah alam mulai

dari tracking menyusuri jalan setapak melewati pedesaan dan persawahan yang ada di

kaki Gunung Nglanggeran, panjat tebing, atau mendaki hingga puncak. Gunung Api

Purba merupakan lokasi kawasan ekowisata yang masih dibilang “baru” yang berada di

Desa Nglanggeran, kecamatan Patuk, kabupaten Gunungkidul. Keberadaan objek

wisata yang juga merupakan desa wisata ini dikenal oleh masyarakat luas menggunakan

media promosi berupa internet dan bantuan juga dari Dinas-dinas terkait. Dalam hal ini

Dinas Budaya dan Pariwisata Gunungkidul dan Dinas Pariwisata DIY melakukan

kegiatan pengenalan kawasan ekowisata gunung api purba melalui program FAM Tour

ataupun melalui acara Jelajah Wisata Gunung Api Purba pada 1 Agustus 2010 yang

lalu.

Pengelola Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba dan Desa Wisata

Nglanggeran terdiri dari pemuda dan pemudi karang taruna beserta masyarakat yang

melakukan kegiatan pengenalan dengan aktif di bidang kebudayaan dan seni sehingga

membuat event-event yang bertajuk pengenalan budaya lokal masyarakat setempat.

Selain itu juga dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu internet.

Pendirinya adalah bapak Sugeng Handoko berupaya menampilkan dan menyediakan

informasi selengkap mungkin yang dapat diakses oleh siapa saja yang mengakses

website gunung api purba dan juga blog gunung api purba. Selain aktif membuat

tulisan, pada kesempatan Festival Blog 2010 yang diselenggarakan oleh Blogdetik

bekerjasama dengan Telkom dan beberapa sponsor lainnya, bapak Sugeng Handoko

mengikuti lomba blog tersebut. Tema yang diusung pada Festival Blog 2010 adalah

“Internet Sehat Bikin Hebat”. Dengan tulisan sederhana blog Gunung Api Purba

7

mendapatkan juara kedua dari ajang kompetisi blog seluruh Indonesia itu yang diikuti

oleh 1.027 peserta. Setelah menamatkan kuliahnya di Universitas Ahmad Dahlan (Fak.

Tehnik) Yogyakarta, Sugeng Handoko mencoba untuk mengangkat desanya dengan

melihat potensi wisata yang ada (Gunung Purba Nglanggeran). Hasil dari kumpul-

kumpul karang taruna ini, maka menghasilkan beberapa penghargaan dari berbagai

instansi. Contoh Prestasi yang pernah diraih bersama organisasi:

1. Bersama Organisasi Karang Taruna meraih predikat “Juara 1 Penyelamat Lingkungan” Seleksi Kalpataru 2009 Propinsi DIY

2. Bersama Organisasi Karang Taruna meraih predikat “Juara II Karang Taruna Berprestasi tingkat Provinsi DIY” pada seleksi Karang taruna Berprestasi 2009.

3. Bersama Organisasi BPDW Desa Nglanggeran meraih Juara Harapan II dalam Lomba Desa Wisata se Provinsi DIY. (saat lomba sebagai presentator)

4. Bersama Team PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) mendapatkan dana dari Dikti untuk melaksanakan program usulan yang telah diusulkan. Judul PKMM “Pengelolaan Potensi Wisata Alam Gunung Api Purba Sebagai Industri Wisata Kreatif di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul”. (sebagai ketua team)

5. Bersama Pengelola Gunung Api Purba mendapatkan penganugrahan CIPTA Award dari Kemenbudpar RI Tahun 2011. (sebagai presentator saat lomba dan penerima penghargaan)

6. Bersama Team Sentra Pemuda Taruna Purba Mandiri mendapat penghargaan MBM Challenge Award dari Bank Mandiri dan Mentri BUMN tahun 2012. Dalam Program Mandiri Bersama Mandiri (MBM) Challenge sector Pariwisata kategori Semi Established.

7. Bersama Pokdarwis Nglanggeran mendapatkan Penghargaan Juara II Pokdawis Berprestasi Tingkat Nasional dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013.

8. Bersama Pokdarwis Nglanggeran mendapatkan Penghargaan Juara II Desa Penerima PNPM Pariwisata Berprestasi Tingkat Nasional dari Kementrian pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013.

Gambar 2. Foto Penghargaan yang pernah diperoleh

8

EMBUNG NGLANGGERAN

Selain Wisata Gunung Purba di lokasi terdekat ada juga yang menarik yaitu

berupa embung. Embung atau kolam tampungan air buatan yang dibangun di lokasi

Kebun Buah Nglanggeran ini diresmikan oleh Sri Sultan HB X tanggal 19 Februari

2013 merupakan salah satu potensi wisata di Desa Wisata Nglanggeran selain Gunung

Api Purba yang lebih dulu dikenal. Berjarak sekitar 1,5 km arah tenggara dari Pendopo

Kalisong atau sekretariat dan pintu gerbang masuk Kawasan Ekowisata Gunung Api

Purba Nglanggeran. Berada di Sultan Ground (SG) dan merupakan fasilitas pendukung

Kebun Buah Nglanggeran yang dibangun di Desa Nglanggeran. Terletak sekitar 1,5 KM

arah tenggara pintu masuk Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran,

embung ini memanfaatkan sumber air hujan sekaligus supplai dari sumber mata air yang

ada di kawasan Nglanggeran, yakni dari Sumber Air Tujuh.

Embung Nglanggeran sebagai obyek wisata baru di Gunungkidul

menawarkan beragam pesona yang sangat unik karena tidak berada pada daerah lembah

seperti umumnya telaga atau kolam penampungan air lainnya. Dibangun di atas bukit

berketinggian sekitar 500 mdpl, kita dapat menikmati suasana seolah diatas awan, dan

memang demikian adanya. Dengan ketinggian mencapai 500 an mdpl, awan di atas

Kota Wonosari akan terlihat jelas dibawah kita. Pemandangan asri kawasan perdesaan

Nglanggeran terlihat jelas dari embung ini. Tumbuhan hijau, aktivitas penduduk desa,

hingga suara-suara alam seolah menjadi keindahan tak terkatakan bagi mereka yang

menyukai alam. Pada cuaca yang cerah, sunrise maupun sunset dari embung

Nglanggeran nampak sangat indah. Kita tidak harus naik gunung yang tinggi hanya

untuk menikmati keindahan awan yang tersorot cahaya pagi dan sore. Fasilitas-Fasilitas

di Embung Nglanggeran yang tersedia adalah Area Parkir yang luas, toilet yang cukup

9

nyaman, tangga menuju puncak embung yang bagus, Gazebo serta tempat duduk yang

variatif, jalan mengitari embung yang telah dicor, warung-warung makan serta pagar

Pengaman embung. Sebagai obyek wisata yang unik, ada beberapa larangan yang harus

ditaati agar dalam menikmati keindahan, dapat merasa aman, nyaman, dan kondusif.

Larangan-larangan itu meliputi: dilarang berenang di embung, dilarang melempar atau

membuang apapun ke embung, dilarang duduk di pagar embung, dilarang membuang

sampah sembarangan dan dilarang merusak atau mengambil fasilitas embung.

Gambar 3. Pemandangan Embung Nglanggeran yang indah

PENUTUP

Keberhasilan pengembangan jasa wisata alam sangat tergantung pada

managemen yang professional. Pengelola kawasan konservasi dalam hal pengembangan

pemanfaatan jasa wisata di beberapa lokasi dibantu dari sektor swasta (tour operator)

yang membantu menyediakan fasilitas dan program kegiatan yang mendukung

kesempatan untuk kegiatan wisata. Dalam hal pengembangan pemanfaatan jasa wisata

ada tujuan yang berbeda dengan pengelolaan kawasan Konservasi.

Pengelola Desa Wisata Nglanggeran sudah cukup berhasil dalam melakukan

promosi dan kegiatan-kegiatan yang bisa menarik bagi pengunjung untuk dapat

menikmati kekayaan alam yang indah berupa Gunung Api Purba, Embung serta Kebun

Buah-buahan di Desa Nglanggeran, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Ini

10

merupakan bukti nyata dalam proses kegiatan Pemberdayaan Masyarakat tentang Jasa

Lingkungan dan wisata Alam.

DAFTAR PUSTAKA

Fibiona, I. 2010. Pengembangan Desa Wisata untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, Yogyakarta.

http://www.gunungapipurba.com/ Naghib, L. 2005. “Pengembangan Industri Pariwisata dan Isu Ketenagakerjaan”. Dalam

Jurnal Komunika Vol 8 No 2 Tahun 2005 Nuryanti, W.1993. Concept, Prespective and Challenges, makalah bagian dari

Pemberdayaan Masyarakat Desa. Yogyakarta : UGM press Soemarmo. 2010. “Desa Wisata” diakses melalui http://marno.lecture.ub.ac.id tanggal

10 Juli 2014