Ringkasan Mpkt a Buku Ajar 1

58
Nama : Ida Ayu Putu Putri Setyawati NPM : 1306370940 Prodi : Teknologi Bioproses RINGKASAN BUKU AJAR 1 MPKT-A BAB I KEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTER KEPRIBADIAN DAN KARAKTER Menurut Allport (1937:48) mendefiniskan kepribadian sebagai “…the dynamic organization within the individual of those psychophysical system that determine his unique adjustment to his environment” (“….organisasi dinamis dari keseluruhan system psiko-fisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya.”). Dari definisi itu dapat diketahui bahwa kepribadian manusia adalah hal yang tidak teroganisasi dan unsurnya tidak bekerja sendiri-sendiri. Kepribadian manusia adalah kesatuan yang teratur dengan unsur- unsur yang berkaitan satu sama lain. Kepribadian juga tampil dalam perilaku yang melibatkan aspek fisik manusia seperti berjalan, berbicara, dan melakukan tindakan-tindakan motorik.

description

mpkt

Transcript of Ringkasan Mpkt a Buku Ajar 1

Nama: Ida Ayu Putu Putri SetyawatiNPM: 1306370940Prodi: Teknologi Bioproses

RINGKASAN BUKU AJAR 1 MPKT-A

BAB IKEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTER

KEPRIBADIAN DAN KARAKTERMenurut Allport (1937:48) mendefiniskan kepribadian sebagai the dynamic organization within the individual of those psychophysical system that determine his unique adjustment to his environment (.organisasi dinamis dari keseluruhan system psiko-fisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya.). Dari definisi itu dapat diketahui bahwa kepribadian manusia adalah hal yang tidak teroganisasi dan unsurnya tidak bekerja sendiri-sendiri. Kepribadian manusia adalah kesatuan yang teratur dengan unsur-unsur yang berkaitan satu sama lain. Kepribadian juga tampil dalam perilaku yang melibatkan aspek fisik manusia seperti berjalan, berbicara, dan melakukan tindakan-tindakan motorik. Sedangkan karakter menurut Allport (1937) adalah kepribadian yang dievaluasi. Artinya, karakter adalah segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar dari dan disesuaikan dengan norma dan niali tertentu. Karakter diperoleh melalui pengasuhan dan pedidikan meskipun pontensialitasnya ada pada setiap orang. Untuk membentuk karakter yang kuat, orag perlu menjalani proses pemelajaran, pelatihan dan proses peneladanan.

KEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTERIdentifikasi karakter yang merupakan pengenalan terhadap keutamaan tertentu pada diri seseorang dapat dilakukan melalui pengenalan terhadap ciri-ciri keutamaan yang tampil dalam perilaku khusus dan respons secara umum dari orang itu. Menurut Peterson dan Seligman (2004) mengembangkan klasifikasi keutamaan beserta pendekatan metodik untuk mengidentifikasinya. Keutamaan sebagai kekuatan karakter dibedakan dari bakat dan kemampuan. Penggalian, pengenalan dan pengukuran keutamaan dapat dilakukan dengan melalui teknik inventori, skala sikap, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah dan simulasi.

KRITERIA KARAKTER YANG KUATPeterson dan Seligman (2004) menjabarkan criteria dan karakter yang kuat sehingga kita dapat mengenalinya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah criteria dari karakter yang kuat :1. Karakter yang ciri-cirinya (keutamaan yang dikandung) memberikan sumbangan terhadap pembentukan kehidupan yang baik untuk diri sendiri dan sekaligus untuk orang lain.2. Ciri-ciri atau kekuatan yang dikandunganya secara moral bernilai sebagai sesuatu yang baik bagi diri sendiri dan rang lain, bahkan walaupun tak ada keuntungan langsung yang dihasilkannya.3. Penampilan ciri-ciri itu tidak mengganggu, membatasi atau menghambat orang-orang disekitarnya.4. Kekuatan karakter tampil dalam rentang tingkah laku individu yang mencakup pikiran, perasaan dan tindakan, serta dapat dikenali, dievaluasi dan diperbandingkan derajat kuat lemahnya.5. Karakter yang kuat dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan dengannya.6. Kekuatan karakter diwadahi oleh model atau kerangka pikir ideal.7. Kekuatan karakter dapat dibedakan dari sifat positif yang lain tetapi yang saling terkait secara erat.8. Dalam konteks dan ruang lingkup tertentu, kekuatan karakter tertentu menjadi ciri yang mengagumkan bagi orang-orang yang mempersepsinya.9. Boleh jadi tidak semua cirri karakter yang kuat muncul pada seseorang, tetapi kebanyakan dari cirri-ciri karakter yang kuat tampil pada orang itu.10. Kekuatan karakter memiliki akar psiko-sosial; potensinya ada didalam diri sendiri, dan aktualitasnya dipengaruhi oleh lingkungan sosial.Indentifikasi karakter yang merupakan pengenalan terhadap keutamaan dari diri seseorang dapat dilakukan dengan pengenalan terhadap ciri-ciri keutamaan. Peterson dan Seligman (2004), mengatakan bahwa karakter yang kuat adalah karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan dari manusia. Keutamaaan karakter dapat dibedakan berdasarkan kemampuan dan bakat dari seseoarang. Lalu pendekatan metodik yang dapat mengindentifikasikan keutamaan karakter dari seseoarang dapat dilakukan dengan cara inventori, skala sikap, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah dan simulasi. Lalu, Peterson dan Seligman (2004) membagi karakter menjadi tiga level konseptual, yaitu keutamaan, kekuatan dan tema situasional. Setiap konsep cara untuk mengenali dari konsep tersebut berbeda dengan konsep lainnya. Ketiga konsep tersebut tersusun secara hierakis dengan susunan, yaitu keutamaan pada level atas, kekuatan pada level tengah dan tema situasional berada pada level bawah. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, seseorang terlebih dahulu mengenali tema situasional lalu kekuatan dan yang terakhir adalah keutamaan.

Keutamaan adalah sebuah karakteristik utama dari karakter dan dijadikan sebagai nilai moral oleh para filsuf dan agamawan. Sedangkan kekuatan adalah sebuah unsur psikologis yang mendefinsikan keutamaan. Dan yang terakhir tema situasional adalah kebiasaan khusus yang mengarahkan seseoarang untuk mewujudkan kekukatan karakter dalam situasi tertentu, sehingga semakin banyak dan sering tema ditampilkan maka kekuatan karakter seseorang akan semakin kuat.

Keutamaan secara umum dapat dikategorikan menjadi 6 kategori dan dari ke-enam kategori tersebut memiliki 24 kekuatan karakter, yaitu:1. Kebijaksanaan dan pengetahuan, dengan kekuatannya (1) Kreativitas, orisinalitas, dankecerdasan praktis, (2) rasa ingin tahu, (3) cinta akan pembelajaran, (4) pikiran yangkritis, (5) perspektif.2. Kemanusian dan cinta, dengan kekuatannya (1) baik dan murah hati, (2) selalumemiliki tenaga untuk membantu orang lain, (3) kecerdasan emosional3. Kesatriaan, dengan kekuatannya (1) menyatakan kebenaran dan mengakui kesalahan,(2) ketabahan, teguh dan keras hati, (3) integritas, kejujuran dan penampilan diri yangwajar, (4) vitalitas, bersemangat dan antusias4. Keadilan, dengan kekuatannya (1) kewarganegaraan, dedikasi dan kesetian demikeberhasilan bersama, (2) kesetaraan5. Pengelolaan diri, dengan kekuatannya (1) pemaaf dan pengampun, (2) pengendaliandiri, (3)kerendahan hati dan (4) kehati-hatian6. Transendensi, Keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusia dengan alamsemesta, dengan kekuatannya (1) penghargaan terhdapa keindahan dankesempurnaan, (2) kebersyukuran, (3) penuh harapan, optimis dan orientasi ke depan,(4) spritualitas, (5) menikmati hidup dan selera humor yang memadai

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusia dengan alam semesta, kalimat tersebut dapat diartikan dengan karakter manusia memiliki hubungan dengan spritualitas. Istilah spiritualitas memilki pengertian yang luas dan menimbulkan banyak penafsiran, tetapi ada satu definis yang mendekati pengertian yang universal dan komprehensif. Hal tersebut dikemukan oleh Murray dan Zenther (1998, dalam McSherry, 1998) yang secara singkat mengatakan bahwa spiritualitas harus ditempatkan dalam konteks keselurahan alam semesta dan keterkaitan isi dunia ini.

Spiritualitas melampaui affilisasi terhadapa agama tertentu. Sehingga bisa dikatakan karakter selalu dilandasi oleh spiritualitas. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, karakter dapat mendatangkan kebahagiaan bagi seseorang, sehingga pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian kebagian yang akhirnya, semakin orang memiliki karakter yang kuat adalah orang yang berbahagia, mandiri dan memeberi sumbangan positif bagi masyarakat. Seligman (2004) menyebutkan tiga kebahgiaan, yaitu memiliki makna dari semua tindakan yang dilakukan mengetahui kekuatan tertinggi dan menggunakan kekuatan tertinggi untuk melayani sesuatu yang dipercayai lebih besar dari diri sendiri. Menurut seligman tidak ada jalan pintas untuk mencapai kebahagiaan, sehingga bila ingin mendapatkan kebahagian harus berpikir positif, memandang hidup dan orang lain dengan hal yang baik dan serta mamaknai dunia. Sehingga pada kesimpulannya pendidikan harus mengarahkan para peserta didiknya untuk mendapatkan ketiga kebahagiaan, dengan cara melalui pendidikan karakter.

BAB IIDASAR-DASAR FILSAFAT

PENGERTIAN FILSAFATIstilahfilsafatberasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti philosophic dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis, philosophy dalam bahasa Inggris, philosophia dalam bahasa Latin; dan falsafah dalam bahasa Arab. Filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia. Philos berarti teman, selanjutnya Sophos berarti bijaksana, sedangkan Sophia berarti kebijaksanaan. Maka secara etimologi (asal-usul kata) maka ada dua arti filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, artinya mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana, dan yang kedua artinya teman bijaksanaan. Pengertian Filsafat adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.

SIFAT-SIFAT FILSAFATBerfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan cirri-ciri berfikir filsafat dengan bermacam-macam pula. Sifat sfiat filsafat diantaranya:1. RadikalBerfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal karena berfikir secara radikal ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berfikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan yang berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya sendiri. Berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-setengah, tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya. Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak memperjelas realitas.

2. Kritis Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hal-hal mendasar dan menyeluruh. Berbeda dengan cabang ilmu lainnya, filsafat mengkaji segala sesuatu secara menyeluruh. Ia terus-menerus mempertanyakan dan berupaya menjawab berbagai macam permasalahan yang tak dapat dijawab oleh cabang ilmu lainnya dan juga pertanyaan lintas ilmu secara rasional dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, filsafat tidak dapat tidak bersifat kritis. Kritis di sini dalam artian terus menerus bertanya secara eksternal mempertanyakan hal-hal di luar dirinya (lingkup ilmu khusus) dan juga secara internal mempertanyakan diri sendiri, sehingga tidak berhenti pada sebuah klaim kebenaran tentang hal-hal fundamental dan mencari jawaban secara rasional dan bertanggung jawab.

Menurut Franz Magnis Suseno, sifat kritis merupakan merupakan tuntutan internal dari berpikir filosofis itu sendiri. Filsuf harus selalu kritis, bertanya dan mencari jawaban - jawaban rasional. Berfilsafat dengan demikian merupakan berpikir kritis, selalu harus bertanya secara fundamental dan mencari jawaban rasional. Di sinilah terletak tanggung jawab filsafat, yakni dimana filsafat secara kritis terus menerus mempertanyakan dan juga harus berani menawarkan jawaban-jawaban rasionalnya bagi permasalahan-permasalahan manusia. Filsuf bertanggung jawab dalam mempertanyakan apa yang nampaknya sudah jelas dan juga berani mengajukan jawaban-jawaban rasionalnya, serta terbuka pada kritik dan pertanyaan.

3. SistematisSistematis disini artinya susunan dan urutan (hierarki), juga kaitan suatu masalah dengan materi atau masalah lain yang terdapat pada filsafat. Sistematis berarti berfikir dalam suatu keterkaitan antar unsur-unsur dalam suatu keseluruhan sehingga tersusun suatu pola pemikiran filsufis. Sistematis yang dimaksud adalah upaya memahami segala sesuatu itu dilakukan menurut sesuai aturan tertentu, runut dan bertahap, serta hasilnya dituliskan mengikuti suatu aturan pula. Befilsafat sistematis yaitu berpikir kefilsafatan antara satu konsep dengan konsep yang lain memiliki keterkaitan berdasarkan azas keteraturan untuk mengarah suatu tujuan tertentu.

KEGUNAAN FILSAFAT1. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menagani berbagai pertanyaan mengajar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus.2. Menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat membantu penyelesaian masalah dengan bijaksana, membuat manusia hidup lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya.3. Kegunaan filsafat ialah untuk memperoleh pengertian (makna) dan untuk menjelaskan gejala atau peristiwa alam dan sosial.4. Orang berfilsafat harus mampu menjelaskan hubungan antara sebab dan akibat, antara bentuk dan isi, antara gejala dan hakikat, ke hususan dan keumuman, kebutulan dan kehausan.

CIRI-CIRI FILSAFATMenurut Clarence I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan atau problema kehidupan manusia. Kegiatan atau problem tersebut terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat yaitu1. Sangat umum dan universalPemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum dan tingkat keumumannya sangat tinggi karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan obyek-obyek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum. Misalnya tentang manusi, tentang keadilan , tentang kebebasan dan lainnya.

2. Tidak factualPengertian tidak faktual kata lainnya adalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan ada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui batas dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah.

3. Bersangkutan dengan nilaiC.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam penilaian adalah tentang yang baik dan yang buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai.

4. Berkaitan dengan artiSebelumnya telah dikemukakan bahwa nilai selalu dipertahankan dan dicari. Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar upaya para filosof dalam mengungkapkan ide-idenya agar syarat dengan arti, maka para filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa yang tepat(ilmiah), kesemuanya itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan.

5. ImplikatifPemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandun implikasi (akibat logis), dan dari implikasi tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru, sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis: dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya sehingga tiada habis-habisnya. Pola pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menambah intelektual.

CABANG DAN ALIRAN FILSAFATA. Cabang FisafatFilsafat dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok bagian. Dapat dikelompokkan berdasarkan sistematika permasalahan, juga dapat dikelompokkan berdasarkan objek yang di kaji, dan lainnya. Berdasarkan sistematika permasalahan, filsafat dapat dikelompokkan menjadi: ontologi, epistomologi, dan axiologi. Sedangkan bila dikelompokkan berdasarkan objek kajiannya: filsafat alam, filsafat matematika, filsafat ilmu, filsafat sejarah, filsafat ketuhanan, filsafat bahasa, filsafat agama, dan filsafat politik. Bahasan berikut akan membahas pengelompokkan yang pertama.1. OntologiBerasal dari kata onta yang berarti 'ada' dan logia yang berarti 'ilmu'. Secara umum, ontologi adalah filsafat yang membahas tentang hakikat ada, eksistensi, realitas, dasar keberadaan dan hubungan mereka. Sampai saat ini terjadi perbedaan paham mengenai ontologi diantara para filsuf. Ada beberapa filsuf yang menganggap ontologi penting, ada juga yang menganggap ontologi tidaklah penting lagi dalam filsafat.

Secara umum ontologi terbagi atas 2 subbidang, ontologi (dalam arti khusus) dan metafisika. Ontologi dalam arti khusus membahas mengenai 'ada' yang keberadaannya tidak disangsikan lagi. Sedangkan metafisika membahas mengenai 'ada' yang keberadaannya masih disangsikan. Ontologi dalam arti khusus membahas tentang sesuatu yang keberadaannya dipersepsikan secara fisik dan tertangkap oleh indra.Dalam perkembangannya, metafisika membahas 'ada' yang keberadaannya masih disangsikan. Metafisika berhubungan dengan objek-objek yang tidak dapat dijangkau secara inderawi karena objek itu melampaui sesuatu yang bersifat fisik. Secara fisik 'hal' itu tidak tampak namun oleh sebagian orang dianggap ada, misalnya jiwa, eksistensi Tuhan, dan sebagainya. Dapat dikatakan juga bahwa metafisika asalah cabang ilmu filsafat yang mengkaji realitas yang supra-inderawi dibalik gejala-gejal fisik.

2. EpistemologiEpistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang mengkaji teori-teori tentang sumber-sumber, hakikat, dan batas pengetahuan. Disini dikaji mengenai bagaiman manusia memperoleh pengetahuan dan sejauh mana manusia dapat mengetahui pengetahuan. Dalam epistemologi terdapat empat cabang yang lebih kecil: epistemologi dalam arti sempit, filsafat ilmu, metodologi, dan logika.Epistemologi dalam arti sempit mengkaji hakikat pengetahuan sehari-hari. Hal ini dapat di tekusuri dengan 4 pokok: sumber pengetahuan, struktur pengetahuan, keabsahan pengetahuan dan batas-batas pengetahuan. Pengetahuannya merupakan pengetahuan umum, sehari-hari, atau pengetahuan yang berguna bagi manusia secara praktis.Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang mengkaji ciri-ciri dan cara memperoleh ilmu pengetahuan (science). Perbedaan filsafat ilmu dan epistemologi dalam arti sempit adalah pengetahuan di filsafat ilmu adalah ilmu ilmiah atau ilmu pengetahuan (science). Sedangkan pada epistemologi dalam arti sempit adalah pengetahuan sehari-hari (knowledge).Metodologi adalah cabang yang membahas mengenai cara dan metode memperoleh pengetahuan secara sistematis, logis, valid, dan teruji. Cara dan metode dikaji sejauh mana kesahihannya dalam menemukan ilmu pengetahuan. Di dalamnya juga termasuk kritik dan upaya pengujian keabsahan cara kerja san metode ilmu pengetahuan.Logika adalah kajian filsafat yang mempelajari teknik dan kaidah penalaran yamg tepat. Yang menjadi satuan logika adalah argumen yang merupakan ungkapan dari putusan. Proposisi tersusun dari premis ke kesimpulan lewat proses penyimpulan. Secara umum ada dua jenis argumen: induktif dan deduktif. Argumen induktif bergerak dari premis khusus ke kesimpulan. Sedangkan argumen deduktif bergerak dari kesimpulan ke premis khusus.3. AxiologiAxiologi adalah salah satu cabang filsafat yang berbicara mengenai apa yang dilakukan manusia dan apa yang seharusnya dilakukan manusia. Secara umum, axiologi terdiri atas etika dan estetika. Estetika mengkaji pengalaman dan penghayatan manusia dalam menanggapi sesuatu itu indah atau tidak.Etika adalah cabang filsafat yang mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apa itu perilaku baik. Cabang ini meliputi apa dan bagaimana hidup yang baik. Etika sendiri menunjuk dua hal. Pertama: disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan pembenarannya. Kedua: pokok permasalahan disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai hidup manusia yang sesungguhnya dan hukum-hukum tingkah laku manusia.

B. Aliran FilsafatDalam perkembangan filsafat, berbagai aliran, berbagai isme bermunculan. Berikut beberapa aliran filsafat yang cukup berpengaruh dalam perkembangan ilmu filsafat:1. Rasionalisme: berpandangan bahwa semua pengetahuan berasal dari akal (rasio).2. Empirisme: aliran yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan.3. Kritisisme: berpandangan bahwa akal menerima bahan-bahan yang belum tertata dari pengalaman empirik, lalu mengaturnya dan menertibkannya dalam kategori-kategori.4. Idealisme: berpendapat bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental ataupun proses-proses psikologis yang sifatnya subyektif.5. Vitalisme: berpandangan bahwa hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan benda mati.6. Fenomenologi: aliran yang mengkaji penampakan (gejala) dan memandang gejala dan kesadaran selalu saling terkait.

ALTERNATIF LANGKAH BELAJAR FILSAFAT Ketika mempelajari filsafat pertama kali, tentunya kita kebingungan akan permulaannya dan terus membayangi pikiran kita. Biasanya kia takan dibingungkan oleh masalah-masalah: saya harus belajar dari mana, saya harus belajar apa; apakah saya harus belajar dengan sistematik atau tidak; apakah saya harus mempelajari seluruh materi filsafat atau hanya sebagian saja; apakah ada manfaatnya kalau belajar filsafat apa tidak; apakah saya akan 'gila' atau menjadi 'tidak waras' kalau belajar filsafat apa tidak; dan yang terakhir, mungkinkah saya belajar filsafat apa tidak.Semua kebingungan atau kekhawatiran yang muncul ini adalah wajar dan setiap individu juga mengalaminya. Pada saat situasi ini muncul, lebih baik kita memilih untuk belajar filsafat dengan cara mempelajari sejarahnya. Artinya, mulailah masuk dalam dunia filsafat dengan mengawalinya pada materi sejarah filsafat. Cara ini cukup efektif buat kita, namun dihadapkan pada pengembaraan nan panjang dan melelahkan.

Jostein Gaarder, seorang pengajar filsafat dari Oslo, Norwegia, yang mengarang buku "Sofies verden" (Sophie's World) sebagai wahana baru untuk menjelaskan sejarah filsafat melalui novel. Versi Indonesia untuk buku ini telah diterjemahkan oleh penerbit Mizan dengan judul Dunia Sophie. Selain pada Gaarder, kita dapa berguru kepada mas Antariksa, salah seorang mahasiswa di Fakultas Filsafat UGM. Dia yang mengajarkan untuk belajar filsafat secara having fun atau menyenangkan. Itu karena dia adalah orang yang tidak mau dipusingkan oleh teori-teori filsafat yang rumit. (Mas Antariksa ini aktif mengelola jurnal Kunci yang mengangkat tema Cultural Studies semenjak 1999 hingga sekarang).

Gaarder memberikan contoh untuk mempelajari filsafat dengan enak dan mas Antariksa mengajarkan untuk tidak selalu berpaku pada teori filsafat yang rumit. Namun, tidak ada dari mereka yang mengajarkan suatu cara untuk belajar filsafat dengan mudah. Meskipun begitu, jangan pernah merasa segan untuk mencari cara belajar filsafat dengan mudah. Ini diperuntukkan bukan hanya bagi saya secara pribadi, tetapi juga bagi Anda yang ingin dan minat belajar filsafat.

Untuk mendapatkan solusinya, kita harus mencoba menganalisis terlebih dahulu cara belajar yang telah lalu. Berikut adalah alternatif belajar filsafat yang mudah:

1. Learn by TryKetika belajar filsafat untuk yang pertama kali, lebih baik kita menggunakan cara learn by try (belajar dengan coba-coba). Ini adalah cara belajar yang umum dipakai oleh setiap orang ketika ia dihadapkan pada masalah atau persoalan yang belum ia kenal sepenuhnya. Bahkan, pada riset yang paling canggih sekalipun di bidang ilmu dan teknologi, cara ini masih dipakai. Terutama untuk menemukan sesuatu yang baru dan riset itu tidak pernah dilakukan sebelumnya.

Walaupun demikian, tetap ada kelemahan dalam cara ini. Sebab, cara belajar seperti ini lebih banyak menghabiskan waktu, tenaga, dan tentu saja biaya. Padahal, kita tahu, setiap orang memiliki waktu, tenaga, dan harta yang terbatas. Dalam kaitannya dengan masalah ini, belajar filsafat seringkali dipandang sebagai sesuatu yang mahal dan mewah. Itu karena dalam pikiran orang awam, filsuf itu dibayar hanya untuk "melamun".

Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih cara belajar yang lain. Cara belajar lainnya yang mungkin dapat kita lakukan ada dua macam, yaitu (1) learn by experience dan (2) learn by guidance.

2. Learn by ExperienceCara belajar Learn by Experience difokuskan pada bagaimana caranya kita mempelajari sesuatu dengan berdasarkan pada pengalaman yang kita miliki. Sedangkan pada yang kedua, cara belajarnya terfokus pada petunjuk yang akan mengarahkan kita pada tujuan pembelajaran.

3. Learn by GuidanceSedangkan pada cara belajar Learn by Guidance, inilah yang ditempuh ketika seseorang belajar filsafat di perguruan tinggi. Namun, model belajar filsafat di perguruan tinggi menjadi tidak efektif ketika dilaksanakan dalam kelas yang besar dan terdiri dari banyak orang. Belajar filsafat dengan model learn by guidance hanya akan berlaku efektif bila diterapkan pada hubungan Guru dan Murid satu-satu. Artinya, murid ini dibimbing khusus secara pribadi oleh seorang Guru. Ini mirip ketika seorang mahasiswa mengajukan skripsi sebagai syarat untuk ujian akhir yang dibantu oleh Dosen Pembimbing.Menurut beberapa filsafat terdapat suatu alternatif langkah belajar filsafat yang umum diakai para filsuf, juga oleh ahli filsafat dan lmuwan untuk memecah masalah filsafat secara umum dan mengkaji aliran filsafat tertentu.Secara umum, filsuf berusaha memperoleh makna istilah-istilah dengan cara melakukan analisis berdasarkan pengenalan objeknya dalam kenyataannya. Menurut Kattsoff (2004), secara filosofis analisis adalah pengumpulan semua pengetahuan yang dapat dikumpulkan oleh manusia untuk menyusun suatu pandangan tentang dunia. Setelah menganalisis, filsuf berusaha untuk memadukan hasil hasil penyelidikan melalui aktivitas sintetis.menurut Kattsoff (2004), sintetis adalah aktifitas menemukan benang merah antar bagian yang dipilah berdasarkan kategori tertentu untuk kemudian menemukan kesamaan makna diantara bagian-bagian itu.Secara ringkas, Kattsoff mengemukakan langkah-langkah umum yang disarankan dalam menganalisis dan sintesis1. Memastikan adanya masalah yang diragukan kesempurnaan atau kelengkapannya2. Masalah umumnya terpecahkan dengan mengikuti dua langkah, yakni menguji prinsip-prinsipkesahihannya dan menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan kebenarannya (untuk menyimpulkan kebenaran yang lain ) 3. Meragukan dan menguji secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya dengan kebenaran4. Mengenali apa yang dikatakan orang lain mengenai masalah yang bersangkutan dan menguji penelesaian-penyeesaian mereka5. Menyarankan suatu hipotesis yang kiranya memberikan jawaban atas masalah yang diajukan6. Menguji konsekuensi-konsekuensi dengan melakukan verifikasi terhada hasil-hasil penjabaran yang telah dilakukan7. Menarik kesimpulan mengenai masalah yang mengawali penyelidikanSecara umum, filsafat digunakan manusia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Jika orang menyadarinya maka lebih banyak lagi manfaat berfikir filosofi yang dihadapinya. Dengan berfikir filosofi orang dapat berfikir mendasar dan mendalam. Dengan demikian, berfikir filosofi merupakan suatu cara untuk membangun keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan dengan kekuatan-kekuatan yang dikandungnya.

BAB IIIDASAR-DASAR LOGIKA

1. Apakah Logika Itu?Logika dikenal sebagai cabang filsafat, tetapi ada juga ahli yang menempatkannya sebagai cabang matematika. Jika ditempatkan sebagai cabang filsafat, logika dapat diartikan sebagai cabang dari filsafat yang mengkaji prinsip, hukum dan metode berpikir yang benar, tepat dan lurus. Dalam matematika, logika dikaji dalam kaitannya dengan upaya menyusun bahasa matematika yang formal, baku, dan jernih maknanya, serta dalam kajian tentang penyimpulan dan pembuatan pernyataan yang benar. Logika merupakan alat yang dibutuhkan dalam kajian berbagai ilmu pengetahuaan dan juga dalam kehidupan sehari-hari. Secara filosofis, logika adalah kajian tentang berpikir atau penalaran yang benar. Penalaran adalah proses penarikan kesimpulan berdasarkan alasan yang relevan. Logika menggunakan pemahaman tentang standar kebenaran yang diperoleh dari epistemologi yang merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan. Logika merupakan dasar filosofis dari matematika. Logika juga berhubungan erat dengan bahasa alamiah yang sehari-hari dipakai oleh manusia. Logika berkaitan dengan pemahaman manusia dalam kesehariannya. Sebagai kajian tentang kajian tentang kebenaran khusus, logika merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan menjelaskan kebenaran atau fakta tertentu. Kebenaran logis adalah satu pernyataan yang kebenarannya dijamin sejauh makna dari konstanta logisnya tetap, terlepas dari apa makna bagian lain yang menyertainya. Dalam arti kajian ciri-ciri atau bentuk umum dari putusan atau bentuk pikiran dari putusan, logika dapat dipahami sebagai kajian yang mempelajari unsur-unsur putusan dan susunannya dengan tujuan untuk memperoleh pola atau bentuk umum dari proses pembuatan putusan. Fokus kajian dari logika adalah pikiran, representasi linguistik, meskipun pikiran dan bahasa saling terkait erat.

2. Term, Definisi, dan Divisi

2.1. TermTerm merupakan tanda untuk menyatakan suatu ide yang dapat diinderai sesuai dengan pakat. Secara umum term adalah tand a yang didasrkan pada kelaziman, bukan tanda alamiah. Suatu term sering kali mempunyai bermacam-macam arti.

2.2. DefinisiDefinisi adalah pernyataan yang menerangkan hakikat suatu hal. Definisi nominal ialah definisi yang menerangkan makna kata seperti yang dimuat dalam kamus. Definisi real adalah definisi yang menerangkan arti hal itu sendiri. Definisi esensial menerangkan inti dari suatu hal dengan menyebutkan genus dan diferentianya. Definisi deskriptif mengemukakan segi-segi yang positif tetapi belum tentu esensial mengenai suatu hal. Definisi distingtif menunjukan properti. Definisi genetik menyebutkan asal mula atau proses terjadinya suatu hal. Definisi kausal menunjukan penyebab atau akibat dari suatu hal. Definisi aksidental tidak mengandung hal-hal yang esensial dari suatu hal. Pembuatan definisi yang memadai untuk digunakan dalam pemikiran logis harus mengikuti aturan-aturan berikut. Definisi harus lebih jelas dari yang didefinisikan. Definisi tidak boleh mengandung ide atau term dari yang didefinisikan. Definisi dan yang didefinisikan harus dapat dibolak balik. Definisi harus dinyatakan dalam kalimat positif. Dalam tulisan jenis sastra ada kekecualian dalam pembuatan definisi karena pendefinisian di situ umumnya bukan dalam rangka menjelaskan hal tertentu secara harfiah, melainkan untuk memberi kesan tertentu.

2.3. DivisiDivisi adalah uraian suatu keseluruhan ke dalam bagian-bagian berdasarkan satu kesamaan karakteristik tertentu. Penguraian dengan divisi real atau aktual dilakukan berdasarkan bagian-bagian yang ada pada objek itu sendiri. Kegiatan menambahkan elemen-elemen merupakan kegiatan dari divisi logis, disebut sintesis. Ada sejumlah aturan yang harus diikuti dalam pembuatan divisi. Tidak boleh ada bagian yang terlewati. Bagian tidak boleh melebihi keseluruhan. Tidak boleh ada bagian yang meliputi bagian yang lain. Divisi harus jelas dan teratur. Jumlah bagian harus terbatas.

3. Kalimat, Pernyataan, dan Proporsi

Secara umum, kalimat didefinisikan sebagai serangkaian kata yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa dalam suatu bahasa, dan dapat digunakan untuk tujuan menyatakan, menanyakan, atau memerintahkan sesuatu hal. Benar atau salahnya struktur suatu kalimat ditentukan berdasarkan kaidah atau aturan tata bahasa suatu bahasa. Pernyataan adalah kalimat yang digunakan untuk membuat suatu klaim atau menyampaikan sesuatu yang bisa benar atau salah. Kalimat yang berupa pertanyaan atau perintah berbeda dari pernyataan. Proposisi ialah makna yang diungkapkan melalui pernyataan, atau dengan kata lain arti atau interpetasi dari suatu pernyataan. Kalimat yang tidak bermakna atau tidak koheren tidak mengungkapkan proporsi apa pun. Kalimat atau pernyataan yang boleh ditafsirkan lebih dari satu makna menyebabkan kita salah dalam memahami dan menanggapinya. Pernyataan sederhana adalah pernyataan yang hanya mengandung satu proporsi. Pernyataan kompleks adalah pernyataan yang mengandung lebih dari satu proposisi. Proporsi yang dikandung oleh suatu pernyataan juga disebut komponen logika dari pernyataan. Hubungan di antara proposisi atau pernyataan sederhana dalam pernyataan kompleks ditujukan oleh penggunaan kata hubung. Ada empat jenis pernyataan kompleks yaitu negasi, konjungsi, disjungsi, dan kondisional. Negasi dari suatu pernyataan sederhana adalah pengingkaran dari pernyataan tersebut. Suatu pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan dengan kata dan disebut konjungsi atau kalimat konjungtif. Pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan dengan kata atau disebut disjungsi atau pernyataan disjungtif. Pernyataan kompleks yang komponen logikanyadihubungkan dengan jika..., maka... disebut pernyataan kondisional atau hipotesis.

4. PenalaranPenalaran adalah penarikan kesimpulan berdasarkan alasan alasan yang relavan. Proses pencapaian kebenaran dimulai dari pengenalan terhadap gejala dan pembentukan ide itu sendiri. Kebenaran dapat dicapai melalui penyimpulan langsung, yaitu penyimpulan yang ditarik sesuai dengan prinsip-prinsip logika. Penyimpulan langsung dilakukan melalui indera. Penyimpulan langsung memberikan pengetahuan dasar bagi manusia. Penyimpulan melalui perbandingan ide-ide adalah penyimpulan tidak langsung. Penalaran adalah penyimpulan tak langsung atau penyimpulan dengan menggunakan perantara. Deduksi adalah proses penalaran yang dengannya kita membuat suatu kesimpulan dari suatu hukum, dalil, atau prinsip yang umum kepada suatu keadaan yang khusus. Induksi adalah proses penalaran yang dengannya kita menyimpulkan hukum, dalil, atau prinsip umum dari kasus kasus khusus. Kesalahan material adalah kesalahan putusan yang digunakan sebagai pertimbangan yang seharusnya memberikan fakta atau kebenaran. Kesalahan formal ialah kesalahan yang berasal dari urutan penyimpulan yang tidak konsisten. Di dalam argumentasi terkandung term yang merupakan ungkapan verbal dari ide dan preposisi yang merupakan ungkapan verbal dari putusan. Preposisi yang dijadikan dasar dari kesimpulan disebut premis atau anteseden. Silogisme kategoris adalah argumen yang menggunakan proposisi kategoris. Silogisme hipotesis adalah argumentasi yang menggunakan proposisi hipotetis.

5. Argumen DeduktifPenalaran deduktif adalah proses perolehan kesimpulan yang terjamin validitasnya jika bukti yang tersedia benar dan penalaran yang digunakan untuk menghasilkan kesimpulan tepat. Penalaran deduktif diawali dengan generalisasi yang dianggap benar yang menghasilkan premis-premis, lalu dari situ diturunkan kesimpulan yang koheren dengan premis-premisnya. Silogisme adalah jenis argumen yang kesimpulannya diturunkan dari dua proposisi umum yang berbentuk prosisi kategoris. Silogisme sahih jika kesimpulannya dibuat berdasarkan premis-premisnya dengan bentuk-bentuk yang tepat. Silogisme kategoris artinya berlaku untuk semua seluruh anggota kelas, atau tidak sama sekali. Silogisme tunduk kepada delapan hukum. Silogisme hanya mengandung tiga term. Term mayor atau term minor tidak boleh menjadi universal dalam kesimpulan jika dalam premis hanya bersifat partikular. Term tengah harus digunakan sebagai proposisi universal dalam premis-premis, setidak-setidaknya satu kali. Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan juga afirmatif. Tidak boleh kedua premis negatif, setidaknya salah satu harus afirmatif. Kalau salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif. Kalu salah satu premis partikular, kesimpulan harus partikular. Tidak boleh kedua premis partikular, setidaknyasalah satu harus universal. Silogisme hipotetis berbeda dengan silogisme kategoris dan tunduk kepada aturan tersendiri. Dapat dikatakan bahwa premis mayor silogisme hipotetis adalah proposisi hipotetis sedagkan premis minor dan kesimpulannya adalah preposisi kategoris. Ada tiga bentuk dasar dari silogisme hipotetis, yaitu modus ponens yang mengafirmasi antisedens, modus tollens yang menolak konsekuen, dan silogisme hipotetis dengan rantai kondisional.6. Argumen InduktifArgumen induktif dapat dipahami sebagai hipotesis yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Ketidak pastian dalam argumen induktif muncul dalam dua area yang berhubungan, yaitu dalam premis-premis argumen dan dalam asumsi-asumsi infernsial argumen. Dalam semua argumen induktif, ada premis atau asumsi inferensial yang lemah yang mencerminkan ketidakpastian karena informasi yang ada kurang lengkap. Karakteristik semua argumen induktif adalah bahwa dalam kondisi ketidakpastian atau kurangnya informasi, kita langsung mengambil kesimpulan dengan risiko bahwa kita mengambil kesimpulan yang salah. Suatu hipotesis adalah suatu proposisi yang diterima secara tentatif. Untuk menjelaskan fakta-fakta atau bukti-bukti tertentu. Strategi untuk membangun dan mengevaluasi argumen induktif adalah menentukan apakah kesimpulan yang diambil dari premis-premis yang ada merupakan penjelasan terbaik mengapa premis-premis bukti benar. Kita dapat membedakan kapan bukti-bukti yang ada sudah cukup untuk mengambil kesimpulan dan kapan tidak, jika kita mempunyai akal sehat dan pengalaman, dan berefleksi dengan teliti. Induksi enumeratif atau generalisasi induktif adalah proses yang menggunakan premis-premis yang menggambarkan karakteristik sampel untuk mengambil kesimpulan umum mengenai kelompok asal sampel itu. Secara umum induksi enumeratif dapat dianggap sebagai argumen dari sampel. Karena premis-premis mengandung data yang digunakansebagai bukti dalam membuat kesimpulan, maka premis-premis ini disebut dasar induksi atau dasar bukti atau data atau bukti. Induksi enumeratif sangat berfariasi dalam hal kualitas pengumpulan dan presentasi datanya, dan dalam kekuatan kesimpulannya. Membuat kesimpulan berdasarkan sampel yang tidak representatif berarti melakukan percontoh salah yang bias. Silogisme statistical merupakan argumen yang menggunakan generalisasi statistik tentang suatu kelompok untuk mengambil kesimpulan mengenai suatu sub atau kelompok atau anggota individual dari kelompok itu. Induksi eliminatif atau diagnostik mempunyai premis-premis yang menggambarkan suatu konfigurasi fakta atau data yang berbeda-beda, yang merupakan bukti dari kesimpulannya. Bukti-bukti dalam argumen induktif mana pun tidak pernah menjamin kesimpulannya. Tidak seperti pada penyimpulan deduktif, kemampuan membuat kesimpulan induktif yang merupakan penjelasan terbaik biasanya tergantung pada keahlian dan pengetahuan si pembicara mengenai topik yang dibahas. Bukti suatu argumen diagnostik adalah informasi dalam premis yang harus dapat dijelaskan oleh kesimpulan.dari argumen tersebut. Informasi dalam premis, di samping data diagnostik, dapat berfungsi mengeliminasi hipotesis rival. Kondisi pembatas dalam suatu argumen induktif diagnostik terdiri dari premis-premis faktual tambahan yang membatasi konteks argumen dan digunakan untuk menunjukan bagaimana bukti mengarah pada kesimpulan. Bukti dan kondisi pembatas adalah fakta atau pernyataan yang dianggap benar oleh pembicara dalam mengambil kesimpulan. Hipotesis bantuan dalam suatu argumen adalah hipotesis yang membantu menunjukan bagaimana bukti, dalam kondisi pembatas, dapat diyakini mengarah pada kesimpulan. Kondisi pembatas dan hipotesis pembantu sering kali tidak dinyatakan dan dibiarkan implisit.

7. Sesat PikirSesat pikir menurut logika tradisional adalah kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika. Sebetulnya tidak ada penggolongan sesat pikir yang sempurna, tetapi penggolongan dari Copi dapat digunakan sebagai pegangan untuk mengenali sesat pikir. Dalam deduksi, penalaran ditentukan oleh bentuknya. Jika sebuah penalaran bentuknya tidak sesuai dengan bentuk deduksi yang baku, maka penalaran itu tidak sahih dan tergolong sesat pikir. Sesat pikir jenis empat term terjadi jika ada empat term yang diikutsertakan dalam silogisme padahal silogisme yang sahih hanya mempunyai tiga term. Pengertian dari term tengah yang tidak terdistribusikan adalah silogisme kategoris yang term tengahnya tidak memadai menghubungkan term mayor dan term minor. Proses ilisit adalah perubahan tidak sahih dari term mayor atau term minor. Sesat pikir terjadi jika dalam premis digunakan proposi afirmatif tetapi dalam kesimpulan digunakan proposi negatif. Sesat pikir terjadi jika dalam premis digunakan proposi negatif tetapi dalam kesimpulan digunakan proposi afirmatif. Sesat pikir dua premis negatif terjadi jika dalam silogisme kedua premis yang digunakan adalah proposi negatif. Sesat pikir mengafirmasi konsekuensi adalah pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang dihubungkan antara anteseden dan konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan. Sesat pikir menolak antiseden juga merupakan pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antiseden dan konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan. Sesat pikir terjadi jika hubungan atau di antara dua hal diperlakukan sebagai pengingkaran oleh hal yang satu terhadap hal yang lain.

1. Sesat Pikir Formala. Fallacy of Four Terms (kekeliruan karena menggunakan empat term).Kekeliruan berfikir karena menggunakan empat term dalam silogisme terjadi karena term penengah diartikan ganda, sedangkan harusnya terdiri dari tiga term. Seperti :Semua perbuatan mengganggu orang lain diancam dengan hukumanMenjual barang di bawah harga tetangganya adalah mengganggukepentingan orang lain. Jadi, menjual harga di bawah tetangganya diancam dengan hukuman.b. Fallacy of Undistributed Middle (kekeliruan karena kedua term penengah tidak mencakup).Contoh kekeliruan berfikir karena tidak satupun dari kedua term penengah mencakup:Orang yang terlalu banyak belajar kurus.Dia kurus sekaliKarena itu tentulah ia banyak belajar.c. Fallacy of Illicit Process (kekeliruan karena proses tidak benar).Kekeliruan berfikir karena term premis tidak mencakup tapi dalam konklusi mencakup. Seperti:Kuda adalah binatang, sapi bukan kuda. Jadi ia bukan binatang.d. Fallacy of Two Negatife Premises (kekeliruan karena menyimpulkan dari dua premis yang negatif)Kekeliruan berfikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis negative sebenarnya tidak bisa ditarik konklusi. Contoh:Tidak satupun barang yang baik itu murah dan semua barang di toko itu adalah tidak murah. Jadi, semua barang di toko itu adalah baik.e. Fallacy of Affirming the Consequent (kekeliruan karena mengakui akibat).Kekeliruan dalam berfikir dalam Silogisme Hipotetika karena membenarkan akibat kemudian membenarkan sebabnya. Contoh:Bila pecah perang, harga barang-barang naik. Sekarang harga barang naik,jadi perang telah pecah.

f. Fallacy of Denying Antecedent (kekeliruan karena menolak sebab).Kekeliruan berpikir dalam Silogisme Hipotetika karena mengingkari sebab, kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana. Contoh:Bila datang elang, maka ayam berlarian. Sekarang elang tidak datang, jadi ayam tidak berlarian.g. Fallacy of Disjunction (kekeliruan dalam bentuk disyungtif).Kekeliruan berpikir terjadi dalam Silogisme Disyungtif karena mengingkari alternatif pertama, kemudian membenarkan alternatif lain. Padahal menurut patokan, pengingkaran alternatif pertama bisa juga tidak terlaksananya alternatif yang lain. Contoh:Dari menulis cerita atau pergi ke Surabaya. Dia tidak pergi ke Surabaya, jadi dia tentu menulis cerita.

h. Fallacy of Inconstistency (kekeliruan karena tidak konsisten).Kekeliruan berfikir karena tidak runtutnya pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang diakui sebelumnya. Contoh:Tuhan adalah Mahakuasa, karena itu Ia bisa menciptakan Tuhan lain yang lebih kuasa dari Dia.

2. Sesat Pikir NonformalSesat pikir (logical fallacy) adalah suatu argumen yang digunakan dalam perdebatan. Sesat pikir muncul dikarenakan kecerobohan pelaku nalar dalam menyusun data dan konsep. Hal ini dapat dilakukan secara sengaja atau pun tidak sengaja.Jika dilakukan dengan sengaja tujuannya adalah untuk merusak tatanan pikir atau membentuk opini/pendapat publik. Jika dilakukan dengan tidak sengaja maka pelaku nalar sesungguhnya tidak benar-benar menyadari tentang apa yang ada dalam pemikirannya. Berikut adalah contoh-contoh sesat pikir nonformal :1. Perbincangan dengan ancamanDalam sesat pikir ini kebenaran dari kesimpulan didasarkan kepada ancaman, misalnya, Saya menerima penyataan bahwa bumi ini pusat dunia karena jika tidak maka nyawa saya terancam

2. Salah guna (Abusive)Sesat pikir salah gunaadalah penyalahgunaan pertimbangan-pertimbangan yang secara logis tidak relevan, misalnya Parpol dan Golkar mendukung Orde Baru.Golkar yang melahirkan Orde Baru.Jadi, Golkar yang paling mendukung Orde Baru.

3. Argumentasi berdasarkan kepentingan (circumstantial)Sesat pikir ini timbul sebagai akibat dari penarikan kesimpulan secara logis melainkan untuk kepentingan pihak yang termaksud seperti pada contoh berikut : Agar persatuan pemuda dapat dipertahankan, maka si X harus menjadi ketua organisasi pemuda. Karena X sudah berumur 40 tahun, maka dalam anggaran dasar organisasi pemuda itu, definisi pemuda ditetapkan sampai umur 45 tahun.

4. Argumentasi berdasarkan ketidaktahuanArgumentasi berdasarkan ketidaktahuan adalah argumentasi yang menilai sesuatutindakan atau pernyataanbenar berdasarkan ketidaktahuan, bukan berdasarkan isi dan bentuk argumentasinya. Perhatikanlah contoh berikut : Kami memilih Suyadi sebagai dekan meskipun ia belum memenuhi syarat karena kami tidak tahu bahwa ia tak memenuhi syarat, jadi kami tak bisa disalahkan.

5. Argumentasi berdasarkan belas kasihanArgumentasi belas kasihan adalah argumentasi yang menilai benar atau salahnya sesuatu berdasarkan belas kasihan, bukan berdasarkan isi dan bentuk argumennya. Perhatikanlah contoh berikut : Andi memang salah dan menurut peraturan ia harus dihukum, tetapi kasihan jika ia dihukum, hidupnya sudah susah, jadi kami tak dapat menyalahkannya dan tak menghukumnya.

6. Argumentasi yang disangkutkan dengan orang banyakSesat pikir jenis ini adalah argumentasi yang menjadikan apa yang dipercaya oleh kebanyakan orang sebagai dasar penentuan benar atau salahnya argumentasi. Perhatikanlah contoh berikut. Semua orang juga tahu Muhidin bersalah, oleh karena itu Muhidin pasti salah.

7. Argumentasi dengan kewibawaan ahli walaupun keahliannya tidak relevanSesat pikir jenis ini adalah argumentasi yang membenarkan kesimpulan berdasarkan kewibawaan ahli walaupun keahliannya tidak relevan. Isi dan bentuk argumentasi tidak dicermati dan tidak dijadikan dasar penentuan benar atau salahnya kesimpulan. Misalnya, menerima kesimpulan tentang perilaku seseorang yang dinilai melanggar kejahatan karena beberapa profesor sosiologi menyalahkan perilaku itu. Contoh berikut ini merupakan sesat pikir jenis ini. Internet berbahaya bagi generasi muda. Hal ini disampaikan oleh Prof. Herdin. Apa yang dikatakan profesor benar karena dia ahli.Jadi internet memang berbahaya bagi generasi muda.

8. Accident atau argumentasi berdasarkan ciri-ciri tak esensialSesat pikir accident adalah argumentasi yang menjadikan satu sifat yang berbeda atau yang sama sebagai dasar untuk menyimpulkan bahwa dari dua hal semuanya sama atau semuanya berbeda. Perhatikan contoh berikut. Bangsa Indonesia tidak sama dengan bangsa Jepang. Jadi, semua orang Indonesia tidak sama dengan semua orang Jepang.

9. Perumusan yang tergesa-gesa(converse accident)Sesat pikir perumusan yang tergesa-gesa adalah pembuatan kesimpulan yang didasari oleh alasan tak memadai atau tanpa alasan sama sekali. Berikut ini dua contohnya. Semua pegawai negeri adalah koruptor karena kita menemui banyak koruptor dalam keseharian kita. Semua mahasiswa malas membaca.

10. Sebab yang salahSesat pikir sebab yang salah adalah pembuatan kesimpulan berdasarkan satu dugaan yang tak terbukti dan tetap dipertahankan meskipun bukti menunjukkan bahwa kesimpulan itu salah. Misalnya pernyataan bahwa penyakit disebabkan oleh kemasukan setan. Lalu setannya diusir, penyakitnya tetap ada. Tetapi tetap dipercaya bahwa penyakit disebabkan oleh kemasukan setan.

11. Sesat pikir karena terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab sehingga jawaban tak sesuai dengan pertanyaanKetika seseorang menerima banyak pertanyaan dan tak sempat mencermati pertanyaan itu satu per satu, ia bisa saja menjawab sekenanya sehingga terjadi kekeliruan dalam penalarannya. Argumentasi yang dibangunnya menjadi sesat pikir. Sesat pikir jenis ini menghasilkan kesimpulan yang tak jelas dan tak berkaitan dengan alasan yang digunakan. Umpamanya, seorang polisi ditanya oleh banyak wartawan setelah peristiwa meledaknya bom di sebuah hotel, lalu menjawab bahwa pelakunya adalah orang-orang yang anti NKRI dan ingin menjatuhkan pemerintahan tanpa ada bukti dan tak ada koherensi dalam argumentasinya.

12. Kesimpulan tak relevan. Sesat pikir kesimpulan tak relevan adalah argumentasi yang kesimpulannya tidak sejalan dengan alasannya, misalnya: Rumah di ujung jalan itu sering kemalingan karena warna catnya hijau. Orang tua lebih tahu dan lebih pintar dari anak-anaknya karena anak-anak itu dilahirkan orang tuanya.

13. Makna ganda (equivocation)Sesat pikir makna ganda adalah argumen yang menggunakan term yang bermakna ganda sehingga kesimpulannya tidak jelas dan dapat diubah-ubah berdasarkan pemaknaan terhadap term itu. Perhatikanlah contoh berikut :

Politisi yang dituduh menjelek-jelekkan presiden itu diamankan oleh pemerintah sebab jika dibiarkan akan mengganggu stabilitas keamanan. Oleh karena itu, pemerintah tidak melanggar HAM.

Kata diamankan dapat berarti ditangkap, dipenjarakan, atau dilarang berbicara di muka umum. Contoh kata lain yang bermakna ganda ialah ditindak yang dapat berarti dipukuli, ditangkap atau ditembak.

14. Makna ganda ketata-bahasaan (amphiboly)Sesat pikir dapat juga terjadi karena argumentasi yang dikemukakan menggunakan term-term yang bermakna ganda jika dilihat dari tata bahasa, misalnya katamata yang dapat digunakan dengan makna yang lain seperti dalam matahari, mata kuliah,mata sapi, mata hati, mata kaki,dan mata-mata. Berikut ini contoh argumentasi yang merupakan sesat pikir makna ganda ketata-bahasaan. Diri seseorang tercermin dari hatinya. Hati yang baik mencerminkan diri yang baik. Hati yang buruk mencerminkan diri yang buruk.

Kata hati dalam argumentasi di atas dapat bermakna ganda. Term hati di situ tidak merujuk kepada organ hati, melainkan kepada perasaan, intuisi, atau nurani. Argumentasi itu menjadi sesat pikir karena hati yang dimaksud tak dapat dikenali secara jelas merujuk kepada objeknya sehingga tak dapat dibuktikan benar atau salah.

15. Sesat pikir karena perbedaan logatatau dialek bahasaSesat pikir dapat terjadi karena adanya perbedaan logat atau dialek bahasa atau cara menamai sesuatu tetapi perbedaan itu tidak disadari. Sebagai contoh, mobil di Medan disebutmotor dan motor dinamakan kereta, sedangkan di Jakarta keretaberarti kereta api. Perbedaan ini dapat menghasilkan sesat pikir jika tidak diklarifikasi.

16. Kesalahan komposisiSesat pikir kesalahan komposisi adalah argumentasi yang memperlakukan kebenaran pada bagian sebagai kebenaran keseluruhan. Dalam membuat keputusan, misalnya, manusia seringkali dirugikan oleh perasaan, lalu disimpulkan bahwa perasaan pasti merugikan manusia. Intinya, benar pada bagian dianggap benar pada keseluruhan.

17. Kesalahan divisiSesat pikir kesalahan divisi adalah argumen yang serta-merta menyimpulkan bahwa karakteristik dari keseluruhan pasti ada pada bagian-bagiannya. Dalam sesat pikir ini, kebenaran keseluruhan dianggap sebagai kebenaran pada bagian-bagiannya. Umpamanya, manusia adalah makhluk yang berpikir, oleh karena itu kaki dan tangan manusia pun berpikir.

18. Generalisasi tak memadaiSesat pikir generalisasi yang tak memadai adalah argumentasi yang kesimpulannya didasarkan pada data atau fakta yang tak memadai. Misalnya, generalisasi berdasarkan sampel yang terlalu kecil atau menggunakan sampel tertentu untuk membuat kesimpulan tentang populasi yang berbeda.

19. Ad HominemSesat pikir dimana keadaan menyerang karakter seseorang dan bukannya argumen. Contoh: Kamu sangat bodoh, sehingga argument kamu tidak mungkin benar.

20. Ad PopulumSesat pikir dimana argumen dibenarkan karena banyak orang yang melakukan/mempercayai. Contoh: Banyak orang merokok di dunia ini, jadi sesungguhnya merokok itu baik.

21. Appeal to AuthoritySesat pikir dimana argumen yang seakan dibenarkan karena seseorang yang populer atau memiliki kekuasaan menyatakan hal tersebut, padahal latar belakang keahliannya bukanlah yang dimaksud. Contoh: Bruce Willis memberikan ulasan tentang kenaikan pajak negara yang dibutuhkan masyarakat Amerika saat ini , menurut saya hal yang disampaikannya cukup masuk akal. (Bruce Willis adalah aktor dan bukan ahli perpajakan).

22. Begging the QuestionSesat pikir dimana mengandaikan sesuatu yang ingin dibuktikan sebagai kebenaran.Seseorang mempresentasikan premis-premis (alasan-alasan) yang sangat jelas dipertanyakan sebagaimana kesimpulannya.Contoh: Karena saya tidak berbohong, maka yang saya ucapkan pasti benar.

23. False DichotomySesat pikir dimana hanya memberikan dua pilihan bagi persetujuan suatu argumen. Contoh: Jika kamu tidak mendukung saya, maka artinya kamu melawan saya.

24. Missing the PointSesat pikir dalam kondisi kehilangan konteks utama. Argumen yang diberikan tepat tetapi tidak menjawab argumen yang pertama dilontarkan. Contoh: Obat tidur yang dikonsumsi terlalu sering akan membahayakan kesehatan manusia. Maka dari itu obat tidur harus dinyatakan sebagai obat illegal dan tidak boleh lagi diberikan pada manusia.

25. Spotlight FallacySesatpikirdimanaasumsi muncul dikarenakan peristiwa yang paling sering diberitakan dianggap sebagai hal yang paling dibenarkan telah terjadi. Contoh: 90% pemberitaan selalu mengangkat berita negatif, maka 90% peristiwa yang terjadi di muka bumi ini hanyalah hal-hal negatif.

8. Kesalahan Umum Dalam Penalaran Induktif

8.1 Menilai Penalaran Induktif dengan Standar DeduktifKesalahan-kesalahan yang dibahas merupakan ringkasan dari jenis-jenis kesalahan yang dapat terjadi dalam pengambilan kesimpulan secara induktif. Deduksi memungkinkan kita memastikan kebenaran pengetahuan kita hanya jika kita yakin akan kebenaran premis- premisnya. Kita tidak perlu menolak suatu kesimpulan induktif semata-mata karena buktibuktinya tidak dapat menjamin kebenaran kesimpulan itu. Jika kita sudah berhati-hati mengevaluasi bukti-bukti dalam suatu argumen dan telah mempertimbangkan hipotesis-hipotesis rival yang paling mungkin, dan jika argumen itu lolos semua tes yang kita lakukan, maka kita boleh menerima kesimpulannya. Jika ada yang mengkeritik kita dengan mengatakan bahwa kita telah melakukan penalaran yang buruk, maka kritik itu sendiri sudah merupakan pemikiran yang buruk. Satu latihan yang baik agar kita tidak terjerumus ke dalam kesalahan ini adalah dengan memikirkan kembali keyakinan keyakinan yang kita miliki

8.2 Kesalahan Generalisasi

8.2.1 Generalisasi yang terburu-buruMerupakan akibat dari perbuatan generalisasi berdasarkan bukti yang tidak cukup, tidak lengkap, atau bias.

8.2.2 Kesalahan kecelakaanMuncul ketika suatu prinsip umum salah diterapkan pada contoh atau situasi yang sebenarnya tidak termasuk dalam prinsip umum tersebut.

8.3 Kesalahan Penggunaan Bukti Secara Salah

8.3.1 Kesimpulan yang tidak relevanMuncul ketika orang menarik kesimpulan yang salah dari bukti yang ada.

8.3.2 Kesalahan bukti yang ditahanTerjadi ketika pembicara menarik kesimpulan yang tidak tepat dengan mengabaikan, menahan, atau meminimalkan derajat pentingnya suatu bukti yang bertentangan dengan kesimpulan.

8.4 Kesalahan Statistikal

8.4.1 Kesalahan sampel yang biasKetika data yang digunakan untuk menarik kesimpulan statistic diambil dari sampel yang tidak representative terhadap populasi.

8.4.2 Kesalahan percontoh yang kecilKetika pembicara menggunakan sampel yang terlalu kecil sehingga kesimpulannya tidak dapat dipercaya.

8.4.3 Kesalahan penjudiMengabaikan kaidah probabilitas.

8.5 Kesalahan Kausal

8.5.1 Mengacaukan sebab dan akibatKetika suatu hubungan kausal salah diinterpretasi

8.5.2 Mengabaikan penyebab bersamaKetika seorang pembicara menyimpulkan bahwa x adalah penyebab y sementara sebenarnya keduanya merupakan akibat dari sebab lain.

8.5.3 Kesalahan penyebab yang salah (kesalahan post hoc)Ketika kita menyimpulkan tanpa dasar yang cukup kuat, hanya karena y mengikuti x, maka x pasti penyebab y.

8.5.4 Mengacaukan penyebab yang berupa necessary condition dengan sufficient conditionKetika seorang salah menganggap atau mengacaukan sesuatu penyebab yang merupakan necessary condition dengan penyebab yang merupakan sufficient condition bagi akibatnya.

8.6 Kesalahan AnalogiTerjadi ketika orang menggunakan analogi yang tidak tepat atau yang menyesatkan dalam argumennya. Analogi dapat merupakan cara pandang yang original, kreatif, dan menohok pikiran. Namun analogi tidak dapat menggantikan argumentasi langsung mengenai suatu sudut pandang.

BAB IVETIKA

Etika dan moralitas memang dua kata berhubungan erat dan seringkali orang mengunakan dua kata tersebut secara bergantian, tetapi tidak tepat (Graham, 2010, 1). Etika merupakan refleksi filosofis atas moral, sedangkan moralistas merupakan kepercayaan atau perilaku tentag baik dan buruk. Dalam pengertian yang terakhir ini, etika adalah cabang ilmu filsafat yang menyelidiki suatu sistem prinsip moral. Tidak heran jika etika disebut juga filsafat atas moral. Etika punya fokus tentang bagaimana kita mendefinisikan sesuatu itu baik atau tidak. Lain halnya dengan moralitas berasal dari kata Latin "moralis" yang berarti "tata cara", "karakter", atau "perilaku yang tepat" (Pritchard, 2012, 1). Secara terminologis moralitas sering kali dirujuk sebagai diferensiasi dari keputusan dan tindakan antara yang baik atau yang tidak baik. Moralitas lebih dipahami sebagai suatu keyakinan untuk menjalani hidup yang baik. Karena itu sistem moralitas seringkali sangat bergantung dengan komutitasnya. Moralitas sangat berhubungan dengan etika karena hal itu adalah objek kajiannya. Etika adalah suatu abstraksi dalam memahami atau mendefinisikan moral dengan melakukan refleksi atasnya. Etika membahas persoalan moral pada situasi tertentu dengan pendekatan tertentu pula. Sedang moralitas tergantung pada pilihan individu, keyakinan atau agama dalam menentukan hal yang benar atau salah, baik atau buruk. Etika bisa dibagi menjadi berberapa bidang sebagai berikut :1. Etika normatif adalah sebuah studi tindakan atau keputusan etis yang berfokus padaprinsip-prinsip yang seharusnya dari tindakan yang baik. Dalam etika normatif ini muncul teori-teori etika, misalnya etika utilitarianisme, etika deontologis, etika kebajikandan lain-lain. Dalam pengajukan kriteria norma tersebut, teori etika akan memberikaN semacam pernyataan yang secara normatif mengandung makna seperti "Fulan seharusnya melakukan X" atau "Fulan seharusnya tidak melakukan X".2. Etika terapan merupakan sebuah penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik kepada topik-topik kontroversial baik pada domain privat atau publik seperti perang, hak-hak binatang, hukuman mati dan lain-lain. Etika terapan ini bisa dibagi menjadi etika profesi, etika bisnis dan etika lingkungan. Dapat dimengerti bahwa istilah etika terapan digunakan untuk menggambarkan upaya untuk menggunakan metode filosofis mengidentifikasi apa saja yang benar secara moral terkait dengan tindakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia.3. Etika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dianggap 'etis' oleh individu atau masyarakat. Etika deskriptif hanya melakukan observasi terhadap apa yang dianggap baik oleh individu atau masyarakat. Tujuan dari etika deskriptif adalah untuk menggambarkan tentang apa yang dianggap oleh seseorang atau masyarakat sebagai bernilai etis serta apa kriteria etis yang digunakan untuk menyebut seseorang itu etis atau tidak (Kitchener, 2000, 3).4. Metaetika berhubungan dengan sifat penilaian moral. Fokus dari metaetika adala arti atau makna dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam etika. Dengan kata lain, metaetika merupakan kajian tingkat kedua dari etika. Metaetika juga bisa dimengerti sebagai sebuah cara untuk melihat fungsi-fungsi pernyataan-pernyataan etika, dalam arti bagaimana kita mengerti apa yang dirujuk dari pernyataan-pernyataan tersebut dan bagaimana pernyataan itu didemonstrasikan sebagai sesuatu yang bermakna. Gagasan realisme etis berpusat pada manusia menemukan kebenaran etis yang memiliki eksistensi independen di luar dirinya. Konsekuensinya, realisme etis ini mengajarkan bahwa kualitas etis atau tidak ada secara independen dari manusia dan pernyataan etis memberikan pengetahuan tentang dunia objektif. Dengan kata lain, properti etis terlepas dari apa yang orang pikirkan atau rasakan. Artinya, jika seseorang mengatakan bahwa tindakan tertentu salah, maka hal itu adalah kualitasnya yang salah dan itu harus ada di sana dan bersifat independen. Gagasan utama dari nonrealisme etis adalah manusia yang menciptakan kebenaran etis (Callcut, 2009, 46). Nonrealisme etis ini sangat terkait dengan relativisme etis. Relativisme menghormati keragaman budaya dan tindakan manusia yang berbeda pula dalam cara merespon situasi yang berbeda. Akan tetapi, ada persoalan juga di dalam relativisme etis. Diantaranya adalah kita merasa bahwa aturan etis memiliki nilai kualitas yang lebih tinggi daripada sekedar kesepekatan umum dari sekelompok orang. Dengan kata lain, relativisme menghormati keragaman budaya dan tindakan manusia yang berbeda pula dalam cara merespon situasi yang berbeda. Pengkajian terhadap permasalahan etis pada dasarnya bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: Ketika seseorang mengatakan "pembunuhan itu tidak baik" apa yang dimaksudkannya sesungguhnya? Kita dapat menunjukkan beberapa hal yang berbeda ketika Anda mengatakan 'pembunuhan adalah tidak baik' dengan menulis ulang pernyataan tersebut untuk menunjukkan apa yang benar-benar dimaksud. Pernyataan "pembunuhan itu adalah salah" adalah realisme moral yang didasarkan pada gagasan bahwa ada fakta-fakta nyata dan objektif terkait masalah etis di alam semesta. Pernyataan "saya tidak menyetujui pembunuhan" adalah subjektivisme yang mengajarkan bahwa penilaian etis tidak lebih dari pernyataan perasaan atau sikap seseorang. Pernyataan "tidak ada kompromi dengan pembunuhan" adalah emotivisme yang merupakan pandangan bahwa klaim moral adalah tidak lebih dari ekspresi persetujuan atau ketidaksetujuan. Pernyataan "jangan melakukan pembunuhan adalah preskriptivisme yang berfokus pada pernyataan etis adalah petunjuk atau rekomendasi. Etika menyediakan alat-alat analisis untuk berpikir tentang isu-isu moral. Dalam konteks ini etika dapat menyediakan sebuah gambaran utuh dan lebih mengedepankan rasionalitas ketika berhadapan dengan isu-isu tersebut. Di sinilah peran etika, yaitu menawarkan suatu prinsip-prinsip yang memungkinkan kita untuk mengambil pandangan yang lebih jernih dalam melihat isu-isu moral. Dengan kata lain, etika memberikan sebuah peta moral atau kerangka berpikir yang bisa digunakan untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah moral yang sulit. Dengan kata lain etika sangat memperhitungkan bukan hanya diri sendiri, tetapi juga orang lain. Dalam konteks ini, etika berkaitan dengan kepentingan orang lain secara lebih luas. Prinsip moral dapat muncul dari berbagai sumber, diserap dari nilai-nilai agama, kaidah norma masyarakat, maupun dari hukum yang dibuat oleh negara. Hal-hal ini dapat menjadi referensi bagaimana seseorang bertingkah laku dan membedakan manakah baik dan buruk. Kant mempopulerkan filsafatnya, ia selalu berkata Sapere Aude! (beranilah berpikir secara mandiri), semangat ini tercermin juga didalam filsafatnya. Pengertian Kant mendorong individu bahkan dalam urusan bersikap etis, individu harus dapat memikirkan dan bertindak atas kehendaknya sendiri. Dimana pemahamannya ini mewajibkannya untuk bersikap etis, dan melakukan tindakan etis tanpa melibatkan perasaan atau memikirkan tentang hasilnya saja, tetapi tegas untuk mematuhi suatu prinsip moral. Teori moral dalam filsafat dapat dipahami menjadi dua aliran besar, yang pertama adalah deontologis, seperti yang telah dibahas pada bagian Immanuel Kant, yang kedua adalah kaum konsekuensialis. Pandangan konsekuensialis menyatakan bahwa segala tindakan dianggap bernilai secara moral bila mempertimbangkan hasil akhir dari tindakan tersebut. Adapula tokoh yang mengembangkan paham etis utilitarian adalah John Stuart Mill. Utilitarianisme, dari akar kata utility, yang berarti kegunaan, menganggap bahwa dorongan utama bagi seseorang untuk bersikap etis adalah untuk mencapai kebahagiaan, Kredo yang menerima prinsip moral utility, atau kebahagiaan sebagai fondasi moral meyakini bahwa tindakan dianggap sebagai suatu kebenaran sejauh tindakan itu memproduksi serta mempromosikan kebahagiaan, akan menjadi kesalahan bila berlaku terbalik dari kebahagiaan itu. Tetapi seringkali pernyataan kaum utilitarian disalahartikan menjadi pandangan yang secara general memperbolehkan apapun untuk mencapai kebahagian, inilah kritik terutama bagi kaum utilitarian. Pandangan moral intuitif dari seorang etikus bernama W.D Ross, ia menggunakan penjelasan intuisi. Ross berargumen bahwa seseorang mengetahui secara intuitif perbuatan apa yang bernilai baik maupun buruk. Ia mengkritik pandangan utilitarian yang terlalu menekankan pada konsep kebahagiaan, bahkan mensejajarkan kebahagiaan sebagai kebaikan. Bagi Ross, kebahagiaan tidak dapat secara mudah disamakan dengan kebaikan, justru kebaikan adalah bentuk nilai moral yang lebih tinggi. Jadi tujuan moral adalah mencapai kebaikan bukan kebahagiaan. Senada dengan Kant, Ross adalah seorang filosof moral yang menekankan bahwa tindakan etis haruslah terlepas dari kepentingan individual. Bila dalam argumen utilitarian ditekankan bahwa motif merupakan hal yang mendasar, bagi Ross, motif menunjukan bahwa seseorang bertindak etis bukan karena tindakan itu benar secara prinsipil, tapi tindakan itu menguntungkan baginya. Ross menyebutkan tentang berbagai macam kewajiban yang membutuhkan pertimbangan individu dalam kejadian-kejadian aktual, ia menyusunya sebagai berikut:1) Fidelitas atau yang menyangkut perihal bagaimana seseorang memegang janji atau komitmennya, 2) Kewajiban atas rasa terimakasih, ketika kita berkewajiban atas jasa yang sudah ditunjukan oleh orang lain, 3) Kewajiban berdasarkan keadilan, hal ini menyangkut perihal pembagian yang merata yang berhubungan dengan kebaikan orang banyak, 4) Kewajiban beneficence, atau bersikap dermawan, dan menolong orang lain sebagai tanggung jawab sosial, 5) Kewajiban untuk merawat dan menjaga diri sendiri,6) Kewajiban untuk tidak menyakiti orang lain.

Enam tipe dari Prima Facie yang dijelaskan oleh Ross menunjukan bahwa dalam kondisi kondisi tertentu kita kerap terbentur untuk memutuskan diantara pilihan-pilihan moral. Pertimbangan intuitif ini bagi Ross sangat vital, karena intuisi bukanlah pertimbangan yang serampangan, tetapi pertimbangan yang menggunakan segala aspek kecerdasan dan sensibilitas individu tersebut.