Referat Mata Fally

27
 REFERAT KONJUNGTIVITIS VIRAL PENYUSUN Fally Usman Arif 1102010092 PEMBIMBING dr. Surtiningsih, Sp.M KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD ARJAWINANGUN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI PERIODE 24 NOVEMBER   27 DESEMBER 2014

Transcript of Referat Mata Fally

Page 1: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 1/27

 

REFERAT

KONJUNGTIVITIS VIRAL

PENYUSUN

Fally Usman Arif1102010092

PEMBIMBING

dr. Surtiningsih, Sp.M

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT MATARSUD ARJAWINANGUN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

PERIODE 24 NOVEMBER  –  27 DESEMBER 2014

Page 2: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 2/27

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Konjungtiva ........................................................................ 2

B. Histologi Konjungtiva. ....................................................................... 4

C. Definisi & Etiologi ............................................................................. 5

D. Patofisiologi ....................................................................................... 6

E. Gejala dan tanda klinis........................................................................ 7

F. Diagnosis & Diagnosis Banding ......................................................... 16

G. Komplikasi ......................................................................................... 21

H. Penatalaksanaan ................................................................................. 21

I. Prognosis .............................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................... 25

Page 3: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 3/27

1

BAB I

PENDAHULUAN

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebra) dan

 permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan

dengan kulit pada tepi kelopak mata (persambungan mukokutan) dan dengan

epitel kornea di limbus. Konjungtiva mengandung kelejar musin yang dihasilkan

oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.

Karena lokasinya, konjungtiva terpapar terhadap mikroorganisme dan

faktor lingkungan lain yang menganggu. Air mata merupakan mekanisme perlindungan permukaan mata yang penting. Pada film air mata, komponen

akueosa mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris, dan aktivitas

 pompa dari palpebra secara tetap membilas air mata ke duktus air mata. Air mata

mengandung substansi antimikroba, termasuk lizosim dan antibody (IgG dan

IgA). Agen infeksi tertentu dapat melekat dan mengalahkan mekanisme

 pertahanan normal dan memicu reaksi peradangan sehingga timbul gejala klinis

konjungtivitis. 

Konjungtivitis virus adalah penyakit mata yang umum ditemukan baik di

Indonesia maupun di seluruh dunia. Karena begitu umum dan banyak kasus yang

tidak dibawa ke perhatian medis, statistik yang akurat pada frekuensi penyakit

tidak tersedia. Pada penelitian di Philadelphia, 62% dari kasus konjungtivitis

 penyebabnya adalah virus. Sedangkan di Asia Timur, adenovirus dapat diisolasi

dari 91,2% kasus yang didiagnosa epidemic keratoconjunctivitis. Infeksi virus

sering terjadi pada epidemi dalam keluarga, sekolah, kantor, dan organisasi

militer. 

Gejala klinis konjungtivitis virus dapat terjadi secara akut maupun kronis.

Manifestasi konjungtivitis virus beragam dari mulai gejala yang ringan dan

sembuh sendiri hingga gejala berat yang menimbulkan kecacatan. Umumnya

 pasien datang dengan keluhan mata merah unilateral yang dengan segera

menyebar ke mata lainnya, muncul sekret berwarna bening, bengkak pada

 palpebra, pembesaran kelenjar preaurikuler, dan pada keterlibatan kornea dapat

timbul nyeri dan fotofobia. 

Page 4: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 4/27

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. 

Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi

 permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus

 permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata

(kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat

terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:

1.  Konjungtiva palpebralis

Menutupi permukaan posterior dari palpebra dan dapat dibagi menjadi

marginal, tarsal, dan orbital konjungtiva. 

a. 

Marginal konjungtiva memanjang dari tepi kelopak mata sampai

sekitar 2 mm di belakang kelopak mata menuju lengkung dangkal,

sulkus subtarsalis. Sesungguhnya merupakan zona transisi antara kulit

dan konjungtiva sesungguhnya.

 b.  Tarsal konjungtiva bersifat tipis, transparan, dan sangat vaskuler.

Menempel ketat pada seluruh tarsal plate  pada kelopak mata atas.

Pada kelopak mata bawah, hanya menempel setengah lebar tarsus.

Kelenjar tarsal terlihat lewat struktur ini sebagai garis kuning.

c.  Orbital konjungtiva berada diantara tarsal plate dan forniks.

2.  Konjungtiva bulbaris

Menutupi sebagian permukaan anterior bola mata. Terpisah dari sklera

anterior oleh jaringan episklera dan kapsula Tenon. Tepian sepanjang 3mm

dari konjungtiva bulbar disekitar kornea disebut dengan konjungtivalimbal. Pada area limbus, konjungtiva, kapsula Tenon, dan jaringan

episklera bergabung menjadi jaringan padat yang terikat secara kuat pada

 pertemuan korneosklera di bawahnya. Pada limbus, epitel konjungtiva

menjadi berlanjut seperti yang ada pada kornea. 

Konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat

dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh

darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva

Page 5: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 5/27

3

 bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting

lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi

kornea.

3. 

Forniks

Bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior

 palpebra dan bola mata. Forniks konjungtiva berganbung dengan

konjungtiva bulbar dan konjungtiva palpebra. Dapat dibagi menjasi forniks

superior, inferior, lateral, dan medial forniks. 

Gambar 1. Struktur anatomi dari conjungtiva

Dikutip dari Khurana AK. Disease of The Conjunctiva. Dalam: Comprehensive Ophthalmology.

4th

 edition. New Delhi: New Age International(P) Limited; 2007

Page 6: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 6/27

4

B.  Histologis Konjungtiva

A.  Lapisan epitel konjungtiva 

Terdiri dari:

a. 

Marginal konjungtiva mempunyai epitel tipe stratified skuamous

lapis 5.

 b.  Tarsal konjungtiva mempunyai 2 lapis epitelium: lapisan superfisial

dari sel silindris dan lapisan dalam dari sel pipih.

c.  Forniks dan bulbar konjungtiva mempunyai 3 lais epitelium: lapisan

superfisial sel silindris, lapisan tengan polihedral sel dan lapisan

dalam sel kuboid.

d. 

Limbal konjungtiva sekali lagi mempunyai banyak lapisan (5-6

lapis) epitelium stratified  skuamous. 

B.  Stroma konjungtiva 

Dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan fibrosa

(profundus).

a.  Lapisan adenoid disebut dengan lapisan limfoid dan terdiri dari

 jaringan ikat retikulum yang terkait satu sama lain dan terdapat

limfosit diantaranya. Lapisan ini paling berkembang di forniks.

Tidak terdapat mulai dari lahir tetapu berkembang setelah 3-4 bulan

 pertama kehidupan. Untuk alasan ini, inflamasi konjungtiva pada

 bayi baru lahir tidak memperlihatkan reaksi folikuler. 

b.  Lapisan fibrosa Terdiri dari jaringan fiber elastik dan kolagen. Lebih

tebal daripada lapisan adenoid, kecuali di regio konjungtiva tarsal

dimana pada tempat tersebut struktur ini sangat tipis. Lapisan ini

mengandung pembuluh darah dan saraf konjungtiva. Bergabungdengan kapsula tenon pada regio konjungtiva bulbar. 

Konjungtiva mempunyai dua macam kelenjar, yaitu:

1.  Kelenjar sekretori musin. 

Mereka adalah sel goblet (kelenjar uniseluler yang terletak di dalam

epitelium), kripta dari Henle (ada pada tarsal konjungtiva) dan kelenjar

Manz (pada konjungtiva limbal). Kelenjar-kelenjar ini menseksresi

mukus yang mana penting untuk membasahi kornea dan konjungtiva. 

Page 7: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 7/27

5

2.  Kelenjar lakrimalis aksesorius, mereka adalah: 

a.  Kelenjar dari Krause(terletak pada jaringan ikat konjungtiva di

forniks, sekitar 42mm pada forniks atas dan 8mm di forniks bawah).

Dan

 b.  Kelenjar dari Wolfring(terletak sepanjang batas atas tarsus superios

dan sepanjang batas bawah dari inferior tarsus).

Konjungtiva palpebra dan forniks disuplai oleh cabang dari arcade

arteri periferal dan merginal kelopak mata. Konjungtiva bulbar disuplai

oleh dua set pembuluh darah: arteri konjungtiva posterior yang merupakan

cabang dari arcade arteri kelopak mata; dan arteri konjungtiva naterior

yang merupakan cabang dari arteri siliaris anterior. Cabang terminal dari

arteri konjungtiva posterior beranastomose dengan arteri konjungtiva

anterior untuk membentuk pleksus perikornea. 

C.  Definisi dan Etiologi

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva. Istilah ini

mengacu pada peradangan yang tidak spesifik dengan penyebab yang

 beragam. Virus merupakan agen infeksi yang umum ditemukan selain

konjungtivitis bakterial, alergi, dan lan-lain. 

Berbagai jenis virus diketahui dapat menjadi agen penyebab

konjungtivitis. Adenoviral merupakan etiologi tersering dari konjungtivitis

virus. Beberapa subtipe dari konjungtivitis adenovirus antara lain demam

faringokonjungtiva serta keratokonjungtivitis epidemika. Infeksi mata

 primer oleh karena herpes simplex sering ditemukan pada anak-anak dan biasanya menimbulkan konjungtivitis folikuler. Infeksi ini umumnya

disebabkan oleh HSV tipe I walaupun HSV tipe II dapat pula menyebabkan

konjungtivitis terutama pada neonatus. 

Penyebab lain yang lebih jarang antara lain infeksi virus varicella-zoster

(VZV), pikornavirus (enterovirus 70, coxsakie A24), poxvirus (molluskum

kontagiosum, vaccinia), serta  Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Infeksi oleh pikornavirus menyebabkan konjungtivitis hemoragika akut

Page 8: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 8/27

6

yang secara klinis mirip dengan infeksi oleh adenovirus namun lebih parah

dan hemoragik. Molluscum kontagiosum dapat menyebabkan konjungtivitis

kronis yang terjadi akibat  shedding  partikel virus dari lesi ke dalam sakus

konjungtiva. Infeksi oleh virus Vaccinia saat ini sudah jarang ditemukan

seiring dengan menurunnya insiden infeksi smallpox. Infeksi HIV pada

 pasien AIDS pada umumnya menyebabkan abnormalitas pada segmen

 posterior, namun infeksi pada segmen anterior juga pernah dilaporkan.

Konjungtivitis yang terjadi pada pasien AIDS cenderung lebih berat dan

lama daripada individu lain yang immunokompeten. Konjungtivitis juga

kadang dapat ditemukan pada periode terinfeksi virus sistemik seperti virus

influenza, Epstein-Barr virus, paramyxovirus (measles, mumps, Newcastle)

atau Rubella. 

D.  Patofisiologi

Konjungtiva merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi

 permukaan mata (konjungtiva bulbi), kemudian melipat untuk membentuk

 bagian dalam palpebra (konjungtiva palpebra). Konjungtiva melekat erat

dengan sklera pada bagian limbus, dimana konjungtiva berhubungan dengan

kornea. Glandula lakrima aksesori (Kraus dan Wolfring) serta sel Goblet

yang terdapat pada konjungtiva bertanggung jawab untuk mempertahankan

lubrikasi mata. Seperti halnya membrane mukosa lain, agen infeksi dapat

melekat dan mengalahkan mekanisme pertahanan normal dan menimbulkan

gejala kinis seperti mata merah, iritasi serta fotofobia. Pada umumnya

konjungtivitis merupakan proses yang dapat menyembuh dengan sendirinya,

namun pada beberapa kasus dapat menimbulkan infeksi dan komplikasiyang berat tergantung daya tahan tubuh dan virulensi virus tersebut. 

Page 9: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 9/27

7

E.  Gejala dan Tanda Klinis

Gejala konjungtivitis berbagai etiologi secara umum dapat berupa

hiperemis, epifora, injeksi dan lain sebagainya.

1.  Hiperemia

Mata yang memerah adalah tanda tipikal dari konjungtivitis.

Injeksi konjungtival diakibatkan karena meningkatnya pengisian

 pembuluh darah konjungtival, yang muncul sebagian besar di fornik

dan menghilang dalam perjalanannya menuju ke limbus. Hiperemia

tampak pada semua bentuk konjungtivitis. Tetapi,

 penampakan/visibilitas dari pembuluh darah yang hiperemia, lokasi

mereka, dan ukurannya merupakan kriteria penting untuk diferensial

diagnosa. Seseorang juga dapat membedakan konjungtivitis dari

kelainan lain seperti skleritis atau keratitis berdasar pada injeksinya.

Tipe-tipe injeksi dibedakan menjadi: 

a.  Injeksi konjungtiva (merah terang, pembuluh darah yang distended  

 bergerak bersama dengan konjungtiva, semakin menurun

 jumlahnya saat menuju ke arah limbus).

 b. 

Injeksi perikornea (pembuluh darah superfisial, sirkuler atau

cirkumcribed  pada tepi limbus).

c.  Injeksi siliar (tidak terlihat dengan jelas, pembuluh darah berwarna

terang dan tidak bergerak pada episklera di dekat limbus).

d. 

Injeksi komposit (sering).

Dilatasi perilimbal atau siliar menandakan inflamasi dari kornea

atau struktus yang lebih dalam. Warna yang benar-benar merahmenandakan konjungtivitis bakterial, dan penampakan merah susu

menandakan konjungtivitis alergik. Hiperemia tanpa infiltrasi selular

menandakan iritasi dari sebab fisik, seperti angin, matahari, asap, dan

sebagainya, tetapi mungkin juda didapatkan pada penyakit terkait

dengan instabilitas vaskuler (contoh, acne rosacea). 

Page 10: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 10/27

8

Gambar 2. bentuk-bentuk injeksi pada konjungtiva

dikutip dari  Lang GK, Lang GE. Conjunctiva. Dalam: Lang GK, Gareis O, Amann J, Lang GE,

Recker D, Spraul CW, Wagner P. Ophthalmology: a short textbook. New York: Thieme; 2000.

2.  Discharge ( sekret )

Berasal dari eksudasi sel-sel radang. Kualitas dan sifat alamiah

eksudat(mukoid, purulen, berair, ropy, atau berdarah) tergantung dari

etiologinya.

3.  Chemosis ( edema conjunctiva )

Adanya Chemosis  mengarahkan kita secara kuat pada

konjungtivitis alergik akut tetapi dapat juga muncul pada konjungtivitis

gonokokkal akut atau konjungtivitis meningokokkal, dan terutama pada

konjungtivitis adenoviral. Chemosis  dari konjungtiva bulbar dapat

dilihat pada pasien dengan trikinosis. Meskipun jarang, chemosis 

mungkin timbul sebelum adanya infiltrasi atau eksudasi seluler gross.

Page 11: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 11/27

9

Gambar 3. Kemosis pada mata

Dikutip dari http://www.eyedoctom.com/eyedoctom/EyeInfo/Images/Chemosis2.jpg  

4.  Epifora (pengeluaran berlebih air mata). 

Lakrimasi yang tidak normal (illacrimation) harus dapat dibedakan

dari eksudasi. Lakrimasi biasanya mencerminkan lakrimasi sebagai

reaksi dari badan asing pada konjungtiva atau kornea atau merupakan

iritasi toksik. Juga dapat berasal dari sensasi terbakar atau garukan atau

 juga dari gatal. Transudasi ringan juga ditemui dari pembuluh darah

yang hiperemia dan menambah aktifitas pengeluaran air mata. Jumlah

 pengeluaran air mata yang tidak normal dan disertai dengan sekresi

mukus menandakan keratokonjungtivitis sika.

5. 

PseudoptosisKelopak mata atas seperti akan menutup, disebabkan karena

adanya infiltrasi sel-sel radang pada palpebra superior maupun karena

edema pada palpebra superior. 

6.  Hipertrofi folikel

Terdiri dari hiperplasia limfoid lokal dengan lapisan limfoid dari

konjungtiva dan biasanya mengandung germinal center. Secara klinis,

folikel dapat dikenali sebagai struktur bulat, avaskuler putih atau abu-

abu. Pada pemeriksaan menggunakan  slit lamp, pembuluh darah kecil

dapat naik pada tepi folikel dan mengitarinya.  Terlihat paling banyak

 pada kasus konjungtivitis viral dan pada semua kasus konjungtivitis

klamidial kecuali konjungtivitis inklusi neonatal, pada beberapa kasus

konjungtivitis parasit, dan pada beberapa kasus konjungtivitis toksik

diinduksi oleh medikasi topikal seperti idoxuridine, dipiverin, dan

miotik. Folikel pada forniks inferior dan pada batas tarsal mempunyai

Page 12: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 12/27

10

nilai diagnostik yang terbatas, tetapi ketika diketemukan terletak pada

tarsus(terutama tarsus superior), harus dicurigai adanya konjungtivitis

klamidial, viral, atau toksik (mengikuti medikasi topikal). 

.

Gambar 4. gambaran klinis dari folikel 

Dikutip dari James B, Chew C, Bron A. Conjunctiva, Cornea and Sclera. Dalam: Lecture Notes on

Ophthalmology. 9th edition. India: Blackwell Publishing; 2003

7.  Hipertrofi papiler

Adalah reaksi konjungtiva non spesifik yang muncul karena

konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di dasarnya oleh fibril.

Ketika pembuluh darah yang membentuk substansi dari papilla(bersama

dengan elemen selular dan eksudat) mencapai membran basement

epitel, pembuluh darah tersebut akan bercabang menutupi papila seperti

kerangka dari sebuah payung. Eksudat inflamasi akan terakumulasi

diantara fibril, membentuk konjungtiva seperti sebuah gundukan. Pada

kelainan yang menyebabkan nekrosis(contoh,trakoma), eksudat dapat

digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat.   Ketika papila

 berukuran kecil, konjungtiva biasanya mempunyai penampilan yang

halus dan merah normal. Konjungtiva dengan papila berwarna merah

sekali menandakan kelainan disebabkan bakteri atau klamidia(contoh,

konjungtiva tarsal yang berwarna merah sekali merupakan karakteristik

dari trakoma akut). Injeksi yang ditandai pada tarsus superior,

menandakan keratokunjungtivitis vernal dan konjungtivitis  giant

 papillary dengan sensitivitas terhadap lensa kontak; pada tarsal inferior,

gejala tersebut menandakan keratokonjungtivitis atopik. Papila yang

Page 13: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 13/27

11

 berukuran besar juga dapat muncul pada limbus, terutama pada area

yang secara normal dapat terekspos ketika mata sedang terbuka(antara

 jam 2 dan 4 serta antara jam 8 dan 10). Di situ gejala nampak sebagai

gundukan gelatin yang dapat mencapai kornea. Papila limbal adalah

tanda khas dari keratokonjungtivitis vernal tapi langka pada

keratokonjungtivitis atopik. 

Gambar 5. gambaran klinis hipertrofi papiler

Dikutip dari www.onjoph.com 

8.  Membran dan pseudomembran

Merupakan reaksi konjungtiva terhadap infeksi berat atau

konjungtivitis toksis. Terjadi oleh karena proses koagulasi kuman/bahan

toksik. Bentukan ini terbentuk dari jaringan epitelial yang nekrotik dan

kedua-duanya dapat diangkat dengan mudah baik yang tanpa perdarahan(pseudomembran) karena hanya merupakan koagulum pada

 permukaan epital atau yang meninggalkan permukaan dengan

 perdarahan saat diangkat(membran) karena merupakan koagulum yang

melibatkan seluruh epitel.

9.  Phylctenules 

Menggambarkan manifestasi lokal pada limbus karena alergi

terhadap toxin yang dihasilkan mikroorganisme.  Phlyctenules dari

Page 14: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 14/27

12

konjungtiva pada mulanya terdiri dari perivaskulitis dengan pengikatan

limfositik pada pembuluh darah. Ketika berkembang menjadi ulserasi

dari konjungtiva, dasar ulkus mempunyai banyak leukosit

 polimorfonuklear. 

10. Formasi pannus 

Pertumbuhan konjungtiva atau pembuluh darah diantara lapisan

Bowman dan epitel kornea atau pada stroma yang lebih dalam. Edema

stroma, yang mana menyebabkan pembengkakan dan memisahkan

lamela kolagen, memfasilitasi terjadinya invasi pembuluh darah.  

Gambar 6. Pannus tampak pada mata pasien konjungtivitis

Dikutip dari Kanski JK. Conjunctiva. Dalam: Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 5th 

edition. hal. 63-81

11. Granuloma

Adalah nodus stroma konjungtiva yang meradang dengan area

 bulat merah dan terdapat injeksi vaskular. Tanda ini dapat muncul padakelainan sistemik seperti tuberkulosis atau sarkoidosis atau mungkin

faktor eksogen seperti granuloma jahitan postoperasi atau granuloma

 benda asing lainnya. Granuloma muncul bersamaan dengan bengkaknya

nodus limfatikus preaurikular dan submandibular pada kelainan seperti

sindroma okuloglandular Parinaud.

Page 15: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 15/27

13

Gambar 7. Granuloma konjungtiva disertai dengan folikel pada sindroma okuloglandular Parinaud. 

dikutip dari Kanski JK. Conjunctiva. Dalam: Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 5 th edition.

hal. 63-81

12. 

Nodus limfatikus yang membengkak  

Sistem limfatik dari regio mata berjalan menuju nodus limfatikus

di preaurikular dan submandibular. Nodus limfatikus yang

membengkak mempunyai arti penting dan seringkali dihadapi sebagai

tanda diagnostik dari konjungtivitis viral. 

Gambar 8. Limfonodi preaurikular dan submandibular

Page 16: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 16/27

14

Konjungtivitis folikuler virus akut dapat muncul sebagai gejala yang

ringan dan sembuh sendiri hingga gejala berat yang menimbulkan

kecacatan.

1. Demam faringokonjungtival

Tipe ini biasanya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang-

kadang tipe 4 dan 7. Demam faringokonjungtival ditandai oleh demam

38,3 - 400C, sakit tenggorokan, dan konjungtivitis pada satu atau dua

mata. Folikel sering mencolok pada kedua konjungtiva, dan pada mukosa

faring. Penyakit ini dapat terjadi bilateral atau unilateral. Mata merah dan

 berair mata sering terjadi, dapat disertai keratitis superficial sementara

ataupun sedikit kekeruhan di daerah subepitel. Limfadenopati

 preaurikuler yang muncul tidak disertai nyeri tekan. Sindrom yang

ditemukan pada pasien mungkin tidak lengkap, hanya terdiri atas satu

atau dua gejala utama (demam, faringitis, dan konjungtivitis). 

2. Keratokonjungtivitis epidemika:

Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan oleh adenovirus

subgroup D tipe 8, 19, 29, dan 37. Konjungtivitis yang timbul umumnya

 bilateral. Awitan sering pada satu mata kemudian menyebar ke mata

yang lain. Mata pertama biasanya lebih parah. Gejala awal berupa nyeri

sedang dan berair mata, diikuti dalam 5-14 hari kemudian dengan

fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Fase akut

ditandai dengan edema palpebra, kemosis, dan hiperemia konjungtiva.

Dalam 24 jam sering muncul folikel dan perdarahan konjungtiva.

Kadang-kadang dapat terbentuk pseudomembran ataupun membran sejatiyang dapat meninggalkan parut datar ataupun symblepharon.

Konjungtivitis berlangsung selama 3-4 minggu. Kekeruhan epitel terjadi

di pusat kornea, menetap berbulan-bulan namun menyembuh tanpa

disertai parut. 

3. Konjungtivitis virus herpes simpleks (HSV)

Konjungtivitis HSV umumnya terjadi ada anak-anak dan

merupakan keadaan luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah

Page 17: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 17/27

15

unilateral, iritasi, disertai sekret mukoid, dan fotofobia. Konjungtivitis

dapat muncul sebagai infeksi primer HSV atau pada episode kambuh

herpes mata. Sering disertai keratitis herpes simpleks, dengan kornea

menampakkan lesi-lesi eptelial tersendiri yang umumnya menyatu

membentuk satu ulkus atau ulkus epithelial yang bercabang banyak

(dendritik). Konjungtivitis yang terjadi mumnya folikuler namun dapat

 juga pseudomembranosa. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di

 palpebra dan tepian palebra, disertai edema berat pada palpebra. Nodus

 preaurikuler yang nyeri tekan adalah gejala yang khas untuk

konjungtivitis HSV. 

4. 

Konjungtivitis hemoragika akut

Konjungtivitis hemoragika akut disebabkan oleh enterovirus tipe

70 dan kadang-kadang oleh virus coxsakie tpe A24. Yang khas pada

konjungtivitis tipe ini adalah masa inkubasi yang pendek (sekitar 8-48

 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). Gejala dan tandanya adalah rasa

sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air mata,

edema palpebra, dan perdarahan subkonjungtiva. Kadang-kadang dapat

timul kemosis. Perdarahan subkonjungtiva yang terjadi umumnya difus,

namun dapat diawali oleh bintik-bintik perdarahan. Perdarahan berawal

dari konjungtiva bulbi superior menyebar ke bawah. Pada sebagian besar

kasus, didapatkan limfadenopati preaurikular, folikel konjungtiva, dan

keratitis epithelia. Pada beberapa kasus dapat terjadi uveitis anterior

dengan gejala demam, malaise, dan mialgia. Transmisi terjadi melalui

kontak erat dari orang ke orang melalui media sprei, alat-alat optic yang

terkontaminasi, dan air.

Konjungtivitis virus menahun meliputi:

1. Blefarokonjungtivitis Mulloskum Kontagiosum

Molluscum kontagiosum ditandai dengan adanya reaksi radang

dengan infiltrasi mononuclear dengan lesi berbentuk bulat, berombak,

 berwarna putih-mutiara, dengan daerah pusat yang non radang. Nodul

molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata apat

Page 18: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 18/27

16

menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis

superior, dan pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma.  

2. Blefarokonjungtivitis varicella-zoster

Blefarokonjungtivitis varicella-zoster ditandai dengan hiperemia

dan konjungtivitis infiltratif yang disertai erupsi vesikuler sepanjang

 penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika.

Konjungtivitis yang terjadi umumnya bersifat papiler, namun dapat pula

membentuk folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer yang

kemudian berulserasi. Pada awal perjalanan penyakit dapat ditemukan

 pembesaran kelenjar preaurikula yang nyeri tekan. Selanjutnya dapat

terbentuk parut palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah. Lesi

 palpebra dari varicella dapat terbentuk di bagian tepi ataupun di dalam

 palpebra sendiri dan seringkali meninggalkan parut. Sering timbul

konjungtivitis eksudatif ringan, tetapi lesi konjungtiva yang jelas (kecuali

 pada limbus) sangat jarang terjadi. Lesi di limbus menyerupai

 phlyctenula dan dapat melalui tahap-tahap vesikel, papula, dan ulkus.

Kornea di dekatnya mengalami infiltrasi dan bertambah pembuluh

darahnya. 

3. Keratokonjungtivitis morbili.

Enantema khas morbili seringkali mandahului erupsi kulit. Pada

tahap awal konjungtiva nampak seperti kaca yang aneh, yang dalam

 beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semilunar (tanda Meyer).

Beberapa hari sebelum erupsi kulit timbul konjungtivitis eksudatif

dengan sekret mukopurulen. Bersamaaan dengan munculnya erupsi kulit

akan timbul bercak-bercak koplik pada konjungtiva dan kadang-kadang pada carunculus. Keratitis epithelial dapat terjadi pada anak-anak dan

orang tua. 

F.  Diagnosis dan Diagnosis Banding

Anamnesis yang teliti mengenai keluhan pasien dan riwayat

terdahulu sangat penting dalam menegakkan diagnosis konjungtivitis

virus. Pada penyakit ini, pasien akan mengeluhkan gejala-gala yang

Page 19: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 19/27

17

 berkaitan dengan proses infeksi (bengkak, merah). Pasien juga dapat

mengeluhkan mata berair dan gatal. Keluhan mata merah biasanya

menetap dan tidak bertambah merah setelahnya.

Dari pemeriksaan fisik bisa terdapat riwayat demam. Pada mata

dapat ditemukan injeksi konjungtiva, palpebra hiperemis, sekret serous

terutama di daerah forniks, dan dapat dijumpai folikel. Sebagian dari

 pasien akan mengalami pembengkakan di daerah kelenjar getah bening di

 bagian depan telinga (preaurikula). Sistem limfatik dari regio mata

 berjalan menuju nodus limfatikus di preaurikular dan submandibular.

 Nodus limfatikus yang membengkak mempunyai arti penting dan

seringkali dihadapi sebagai tanda diagnostik dari konjungtivitis viral. 

Dokter bisa menggunakan biomicroscopic slit lamp  untuk

melakukan pemeriksaan bagian depan mata. Kadang-kadang, pasien

mengalami pseudo-membrane pada jaringan di bagian bawah kelopak mata

 pada konjungtiva. 

Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk konjungtivitis

viral adalah kultur dengan pemeriksaan sitologi konjungtiva yang dilakukan

 pada infeksi yang menahun dan sering mengalami kekambuhan, pada reaksi

konjungtiva yang atipikal, serta terjadi kegagalan respon terhadap

 pengobatan yang diberikan sebelumnya. Pengecatan giemsa juga dapat

dilakukan. Pada konjungtivitis virus ditemukan sel mononuklear dan

limfosit. Inokulasi merupakan teknik pemeriksaan dengan memaparkan

organism penyebab kepada tubuh manusia untuk memproduksi kekebalan

terhadap penyakit itu. Deteksi terhadap antigen virus dan klamidia dapat

dipertimbangkan. Polymerase chain reaction (PCR) merupakan pemeriksaanyang digunakan untuk mengisolasi virus dan dilakukan pada fase akut. 

1.  Konjungtivitis viral akut

a.  Demam faringokonjungtiva

Diagnosis demam faringokonjungtivitis dapat ditegakkan dari

tanda klinis maupun laboratorium. Virus penyebab demam

faringokonjungtiva ini dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan di

identifikasi dengan uji netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit

Page 20: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 20/27

18

virus ini dapat di diagnosis secara serologis melalui peningkatan titer

antibodi penetral virus. Namun, diagnosis klinis merupakan

diagnosis yang paling mudah dan praktis. Pada kerokan konjungtiva

didapatkan sel mononuklear dan tidak ada bakteri yang tumbuh pada

 biakan.

 b.  Keratokonjuntivitis epidemika

Virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan dapat

diidentifikasi dengan uji netralisasi. Kerokan konjungtiva

menampakkan reaksi radang mononuklear primer. Bila terbentuk

 pseudomembran, juga tampak neutrofil yang banyak.

c. 

Konjungtivitis herpetik

Pada konjungtivitis virus herpes simplek, jika

konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama akibat

kemotaksis nekrosis. Inklusi intranuklear (karena adanya marginasi

kromatin) tampak dalam sel-sel konjungtiva dan kornea dengan

fiksasi Bouin dan pilasan papanicolaou, tetapi tidak tampak dalam

 pulasan giemsa. Temuan sel-sel epitel raksasa multinukleus memiliki

nilai diagnostik. Pada konjungtivitis Varisella- Zooster , diagnosis

 biasanya ditegakkan dengan ditemukan sel raksasa pada pewarnaan

giemsa, kultur virus, dan sel inklusi intranuklear.

d.  Konjungtivitis New castle 

Dari konjungtivitis ini adalah dari anamnesis dan juga

gambaran klinisnya.

e.  Konjungtivitis hemoragik epidemik akut

Diagnosis utama adalah dari gambaran klinisnya.2.  Konjungtivitis Viral Kronis

a.  Blefarokonjungtivitis Molluscum Contagiosum 

Bioposi menunjukkan inklusi sitoplasma iosinofilik yang

memenuhi sitoplasma sel yang rusak, mendesak inti ke satu sisi.

 b.  Blefarokonjungtivitis varicella zooster

Pada  zooster   maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebranya

mengandung sel raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear,

Page 21: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 21/27

19

kerokan dari konjungtiva pada varicella dan dari vesikel konjungtiva

 pada zooster  dapat mengandung sel raksasa dan monosit

c.  Blefarokonjungtivitis campak

Kerokan konjungtiva menunjukkan rekasi sel mononuclear, kecuali

 jika ada pseudomembran atau infeksi sekunder. Sediaan terpulas

giemsa menampilkan sel-sel raksasa

Sementara itu konjungtivitis virus harus dibedakan dengan konjungtivitis

yang lain dan penyakit mata merah lainnya terkait dengan penatalaksanaannya.

Secara klinis bedasarkan keluhan subyektif dan obyektif perbedaan konjungtivitis

virus dengan konjungtivitis yang lain serta diagnosis mata merah dapat dilihat

 pada tabel dibawah ini.

Page 22: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 22/27

20

Tabel 1. Diagnosis Banding Penyakit Mata Merah Berdasarkan Keluhan

Subjektif dan Obyektif. 

Gejala

subyektif

dan

obyektif

Glaukoma

akut

Uveitis

akut

Keratitis K Bakteri K. virus K. alergi

Penurunan

Visus

+++ +/++ +++ - - -

 Nyeri ++/+++ ++ ++ - - -

Fotofobia + +++ +++ - - -

Halo ++ - - - - -

Eksudat - - -/++ +++ ++ +

Gatal - - - - - ++

Demam - - - - -/++ -

Injeksi

siliar

+ ++ +++ - - -

Injeksi

konjungtiva

++ ++ ++ +++ ++ +

Kekeruhan

kornea

+++ - +/++ - - -

Kelainan

 pupil

Midriasis

nonrekatif

Miosis

iregular

 Normal/

miosis

 N N N

Kedalaman

COA

Dangkal N N N N N

Tekanan

intraokular

Tinggi Rendah N N N N

Sekret - + + ++/+++ ++ +

Kelenjar

 preaurikular

- - - - + -

Page 23: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 23/27

21

G.  Komplikasi

Komplikasi dari konjungtivitis viral, antara lain:

  Infeksi pada kornea (keratitis) dan apabila tidak ditangani bisa menjadi

ulkus kornea

H.  Penatalaksanaan

Konjungtivitis viral biasanya bersifat suportif dan merupakan terapi

simptomatis, belum ada bukti yang menunjukkan keefektifan penggunaan

antiviral. Umumnya mata bisa dibuat lebih nyaman dengan pemberian

cairan pelembab. Kompres dingin pada mata 3  –  4 x / hari juga dikatakan

dapat membantu kesembuhan pasien. Penggunaan kortikosteroid untuk

 penatalaksanaan konjungtivitis viral harus dihindari karena dapat

memperburuk infeksi.

Sebagai pencegahan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri dapat

diberikan Kloramfenikol tetes mata. Kloramfenikol merupakan obat

antimikroba yang memiliki spektrum luas, meliputi bakteri gram negatif dan

gram positif. Senyawa ini memang memiliki sifat bakteriostatik terhadap

kebanyakan mikroorganisme, akan tetapi dapat berfungsi sebagai

 bakteriosidal terhadap beberapa jenis bakteri, yakni H. influenzae, Neisseria

meningitidis, and S. pneumoniae. Kloramfenikol efektif dalam melawan

 bakteri aerobik dan nonaerobik baik gram positif ataupun gram negatif.

Senyawa ini juga efektif pada rickettsae akan tetapi tidak efektif terhadap

chlamydiae. Bakteri gram negatif bacillus serta bakteri anaerob dapat

diinhibisi secara in vitro, sedangkan pada bakteri gram positif yang bersifat

aerobik bakteri berbentuk kokus meliputi Streptococcus pyogenes, S.agalactiae ( group B streptococci ), and S. pneumoniae  diketahui bahwa

kloramfenikol lebih sensitif (Katzung, 2006; Brunton et al ., 2007).

Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu

hiperakut, akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut

 biasanya disebabkan oleh  N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N

meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus

 pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada

Page 24: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 24/27

22

 bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah  H influenza dan  Escherichia

coli.

Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi dan gejala dari

konjungtivitis virus dapat diuraikan sebagai berikut :

1.  Konjungtivitis viral akut

a. Demam faringokonjungtiva

Pengobatan untuk demam faringokonjungtiva hanya bersifat

suportif karena dapat sembuh sendiri diberi kompres, astrigen,

lubrikasi, sedangkan pada kasus yang berat dapat diberikan

antibiotik dengan steroid lokal. Pengobatan biasanya simptomatis

dan pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

 b. Keratokonjungtivitis epidemika

Hingga saat ini belum ada terapi spesifik, namun kompres

dingin akan mengurangi beberapa gejala. Selama konjungtivitis akut,

 penggunaan kortikosteroid dapat memperpanjang keterlibatan kornea

lebih lanjut sehingga harus dihindari. Anti bakteri harus diberikan

 jika terjadi superinfeksi bakteri.

c. Konjungtivitis herpetik

Untuk konjungtivitis herpes simpleks yang terjadi pada

anakdiatas satu tahun atau pada orang dewasa yang umumnya

sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus

topikal atau sistemik harus doberikan untuk mencegah terkena

kornea. Jika terjadi ulkus kornea, harus dilakukan debridement

korneadengan mengusap ulkus menggunakan kain steril dengan hati-

hati, oenetesan obat anti virus, dan penutupan mata selama 24 jam.Antivirus topikal sendiri harus diberikan 7-10 hari. Misalnya

trikloridin setiap 2 jam sewaktu bangun. Penggunaan kortikosteroid

dikontraindikasikan karena bias memperburuk infeksi herpes

simpleks dan mengubah penyakit dari suatu proses singkat yang

sembuh sendiri menjadi infeksi berat yang berkepanjangan. Pada

konjungtivitis varicella  zooster  pengobatan dapat dilakukan dengan

 pemberian kompres dingin. Pada saat acyclovir 400 mg/hari selama

Page 25: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 25/27

23

5 hari merupakan pengobatan umum. Walaupun diduga steroid

dapat mengurangi penyulit akan tetapi dapat mengakibatkan

 penyebaran sistemik. Pada 2 minggu pertama dapat diberikan

analgetik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada kelainan

 peermukaan dapat diberikan salep terasilin. Steroid tetes

deksametason 0,1% diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis dan

iritis.

d. Konjungtivitis new castle 

Pengobatan yang khas hingga saat ini tidak ada dan dapat

diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder disertai obat-

obat simtomatik.

e. Konjungtivitis hemorhagik epidemik akut

Penyakit ini dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya

simtomatik. Pengobatan antibiotika spekturm luas, sulfacetamide

dapat digunkan untuk mencegah infeksi sekunder. Penyembuhan

dapat terjadi dalam 5-7 hari.

2.  Konjungtivitis viral kronik

a. 

Konjungtivitis Molluscum Contagiosum 

Eksisi, insisi sederhana pada nodul yang memungkinkan darah

tepi yang memasukinya atau krioterapi akan menyembuhkan

konjungtivitis. Pada kondisi ini eksisi nodul juga menyembuhkan

konjungtivitisnya.

 b. 

Blefarokonjungtivitis varicella zoster  

Pada kondisi ini diberikan acyclovir oral dosis tinggi

(800mg/oral 5x selama 10 hari)c.

 

Keratokonjungtivitis campak

Tidak ada terapi yang spesifik, hanya tindakan penunjang saja

yang dilakukan, kecuali ada infeksi sekunder.

Konjungtivitis viral merupakan penyakit infeksi yang angka penularannya

cukup tinggi, sehingga pencegahan adalah hal yang sangat penting. Penularan

 juga bisa terjadi di fasilitas kesehatan bahkan ke tenaga kesehatan yang

Page 26: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 26/27

24

memeriksa pasien. Langkah –  langkah pencegahan yang perlu diperhatikan adalah

mencuci tangan dengan bersih, tidak menyentuh mata dengan tangan kosong,

serta tidak menggunakan peralatan yang akan digunakan untuk pemeriksaan

 pasien lain. Dalam penularan ke lingkungan sekitar, pasien sebaiknya disarankan

untuk menghindari kontak dengan orang lain seperti di lingkungan kerja / sekolah

dalam 1 –  2 minggu, juga menghindari pemakaian handuk bersama.

I.  Prognosis

Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus

dapat sembuh spontan ( self-limited disease), namun komplikasi juga dapat

terjadi apabila tidak ditangani dengan baik.

Page 27: Referat Mata Fally

8/10/2019 Referat Mata Fally

http://slidepdf.com/reader/full/referat-mata-fally 27/27

25

DAFTAR PUSTAKA

Budhiastra, P et al. Pedoman Diagnosis dan terapi penyakit Mata RSUP Sanglah

Denpasar. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah

Denpasar. 2009.

Garcia-Ferrer FJ, Schwab IR, Shetlar DJ. Conjunctiva. In: Riordan-Eva P,

Whitcher JP (editors). Vaughan & Asburry’s General Opthalmology. 16 th

edition. McGraw-Hill Companies. USA: 2004. p108-112

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta. 2009. p128-131

Scott, IU. Viral Conjunctivitis. 2011. Available:

http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview#showall

Susila, Niti et al. Standar Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Mata FK

UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK

UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 2009.

Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum

(General Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000.

Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.14.