Proposal Asfiksia

download Proposal Asfiksia

of 31

description

Hubungan Partus Lama dengan Asfiksia di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2013

Transcript of Proposal Asfiksia

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    1/31

    HUBUNGAN ANTARA PARTUS LAMA DENGAN

    ASFIKSIA NEONATORUM

    DI RSUD KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013

    PROPOSAL PENELITIAN

    Disusun Oleh :

    Reza Ananda Pertiwi

    NPM 11.156.02.11.164

    PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    MEDISTRA INDONESIA

    2014

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    2/31

    HUBUNGAN ANTARA PARTUS LAMA DENGAN

    ASFIKSIA NEONATORUM

    DI RSUD KABUPATENBEKASI TAHUN 2013

    PROPOSAL PENELITIAN

    Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Ahli Madya Kebidanan (A.Md.Keb)

    Pada Program Studi D III Kebidanan STIKes Medistra Indonesia

    Disusun Oleh :

    Reza Ananda Pertiwi

    NPM 11.156.02.11.164

    PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    MEDISTRA INDONESIA

    2014

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    3/31

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang MasalahMasalah kesehatan di Indonesia khususnya kesehatan ibu dan anak

    masih cukup tinggi dalam menunjang pembangunan kesehatan. Hal tersebut

    terlihat dalam Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

    yang masih tergolong tinggi. Pembangunan nasional merupakan tahapan

    beberapa proses pembangunan yang merata bertujuan untuk meningkatkan

    kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga

    terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya bagi

    masyarakat Indonesia pada umumnya dan kesehatan ibu dan anak pada

    khususnya.

    Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi

    merupakan fokus utama pemecahan masalah kesehatan di Indonesia.

    Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah

    besar di negara berkembang. Ini berarti kemampuan untuk memberikan

    pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan kesehatan yang bersifat

    menyeluruh dan lebih bermutu. Melihat derajat kesehatan anak yang rendah

    dengan tolak ukur Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih tergolong tinggi

    maka perlu diperhatikan faktor penyebab terjadinya kematian bayi seperti

    dalam proses persalinan.

    Persalinan pada dasarnya merupakan proses alamiah tugas seorang ibu

    dan harus dihadapi. Dalam menjalani proses persalinan dapat menimbulkan

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    4/31

    penyimpangan atau masalah, sehingga keadaan ini bukan saja menimbulkan

    risiko bagi ibu, tetapi juga berisiko terhadap bayinya. Masalah kesehatan

    yang menjadi tanggung jawab pemerintah masih banyak yang belum

    terselesaikan. Menurut dr. Kirana Pritasari sebagai Direktur Bina Kesehatan

    Anak Kementerian Kesehatan RI dalam acara Seminar Peningkatan Kualitas

    Asuhan Neonatus dalam Pelayanan Kesehatan di Crowne Plaza Hotel,

    Jakarta, Rabu (27/2/2013) menyatakan bahwa angka kematian bayi kita saat

    ini 32 per 1.000 kelahiran hidup. Di angka ini, 19 per 1.000 terjadi pada masa

    neonatal sejak lahir sampai usia 28 hari (Diskes Jabar, 2013).

    Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

    Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

    keluarga menantikannya selama 9 bulan. Dengan demikian, jika kondisi fisik

    dan sikap mental ibu terhadap kelahiran baik, maka proses persalinan relatif

    baik (Llewellyn, 2009: 223). Pada kenyataannya ketika persalinan dimulai,

    peranan ibu adalah melahirkan bayinya tapi disamping itu persalinan juga

    dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Komplikasi tersebut akan

    berpengaruh terhadap ibu bahkan terhadap bayinya sendiri. Menurut World

    Health Organization (WHO), setiap tahunnya 120 juta bayi lahir didunia,

    secara global 4 juta (33 per 1000) bayi lahir mati dan 4 juta (33 per 1000)

    lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut). Kira-kira 3,6 juta

    (3%) dari 120 juta bayi mengalami asfiksia neonatorum, hampir 1 juta

    (27,78%) bayi ini meninggal (Tahir, dkk, 2012 ).

    Asfiksia neonatorum dimana kegagalan nafas secara spontan dan teratur

    pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang dtandai dengan

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    5/31

    hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis (Maryunani dan Puspita, 2013: 296).

    Asfiksia neonatorum terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya

    adalah faktor persalinan yaitu partus lama. Partus lama yaitu persalinan yang

    lebih dari 24 jam sehingga menimbulkan komplikasi yang berpengaruh pada

    kondisi janin dalam rahim (Oxorn dan Forte, 2010 : 603).

    Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena

    gangguan pertukaran gas serta transport O2dari ibu ke janin sehingga terdapat

    gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Terjadinya

    asfiksia seringkali diawali infeksi yang terjadi pada bayi baik pada bayi aterm

    terlebih pada bayi prematur, antara KPD dan asfiksia keduanya saling

    mempengaruhi (Tahir, dkk, 2012).

    Asfiksia termasuk dalam bayi baru lahir dengan risiko tinggi karena

    memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kematian bayi atau menjadi

    sakit berat dalam masa neonatal. Oleh karena itu asfiksia memerlukan

    intervensi dan tindakan yang tepat untuk meminimalkan terjadinya kematian

    bayi, yaitu dengan pelaksanaan manajemen asfiksia neonatorum pada bayi

    baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi

    dan membatasi gejala sisa berupa kelainan neurologi yang mungkin muncul,

    dengan kegiatan yang difokuskan pada persiapan resusitasi, keputusan

    resusitasi bayi baru lahir, tindakan resusitasi, asuhan pasca resusitasi, asuhan

    tindak lanjut pasca resusitasi dan pencegahan infeksi (Mulastin, 2012).

    Laporan WHO juga menyebutkan bahwa AKB kawasan Asia Tenggara

    merupakan kedua yang paling tinggi yaitu sebesar 142 per 1.000 setelah

    kawasan Afrika. Di tahun 2011, Indonesia merupakan negara dengan AKB

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    6/31

    tertinggi kelima untuk negara ASEAN yaitu 35 per 1.000, dimana Myanmar

    48 per 1.000, Laos dan Timor Leste 46 per 1.000, Kamboja 36 per 1.000 (

    Herianto, dkk. 2012 ). Menurut Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas 2010 )

    AKI di Indonesia adalah 214 per 100.000 kelahiran hidup. Di negara maju

    hanya 27/100.000 kelahiran hidup sementara itu di negara berkembang AKI

    kira-kira mencapai 18 kali lebih tinggi sekitar 480/100.000 kelahiran hidup

    (Rosdiana,2013).

    Sedangkan berdasarkan data SDKI tahun 2012 Angka Kematian Bayi

    berkisar 32/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu berkisar

    359/100.000 kelahiran hidup (Nurrizka dan Saputra, 2013). Hasil data survei

    Depkes Provinsi Jawa Barat tahun 2012, Angka Kematian Bayi berkisar 5,2

    per 1000 kelahiran hidup sedangkan Angka kematian Ibu berkisar 86,3 per

    100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut data Departemen Kesehatan

    Jawa Barat di Kabupaten Bekasi tahun 2012 terdapat 138 kasus AKB dan 44

    kasus AKI (Depkes, 2012).

    Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu

    langsung. Pola penyebab langsung dimana-mana sama (perdarahan 25 %,

    biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis 15%, hipertensi dalam

    kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%)

    dan sebab lain (8 %) (Prawirohadjo, 2011 : 54).

    Tingginya Angka Kematian Bayi disebabkan oleh asfiksia neonatorum

    (49-60 %), infeksi (24-34 %), permaturus/BBLR (Berat Badan LahirRendah)

    (15-20 %), trauma persalinan (2-7%) dan cacat bawaan (1-3%) (Aprilia dan

    Ramadhan, 2012).

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    7/31

    Penelitian oleh Aprilia dan Ramadhan (2012), menunjukan dari

    keseluruhan ibu yang mengalami persalinan macet yaitu sebanyak 32 orang

    sebagian besar bayinya mengalami asfiksia yaitu sebanyak 24 bayi (75,0%),

    sedangkan dari keseluruhan ibu yang tidak mengalami persalinan macet yaitu

    sebanya 55 orang sebagian besar bayinya tidak mengalami asfiksia yaitu

    sebanyak 29 bayi(52,7%).

    Berdasarkan hasil penelitian lain oleh Mardani dan Putri (2012),

    didapatkan kejadian partus lama paling banyak terjadi pada primigravida

    yaitu 69 kasus (61,6%). Kejadian asfiksia neonatorum paling banyak terjadi

    pada bayi yang dilahirkan oleh ibu primigravida yaitu 16 kasus (80%).

    Dengan kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang

    signifikan antara partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum pada

    primigravida dan multigravida.

    Berdasarkan study pendahuluan pada tanggal 12 Mei 2014 yang

    dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi, peneliti

    memperoleh data angka kejadian partus lama dan asfiksia tahun 2013 yaitu

    terdapat 79 kasus asfiksia dan 183 kasus partus lama selama tahun 2013

    (Data Sekunder Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi tahun 2013).

    Tingginya angka kematian bayi akibat asfiksia neonatorum tidak hanya

    berpengaruh terhadap kematian perinatal melainkan dapat berpengaruh

    terhadap morbiditas, potensi generasi akan datang, kelainan mental dan beban

    ekonomi bagi keluarga dan bangsa. Keberadaan RSUD Kabupaten Bekasi

    merupakan salah satu RSUD rujukan pertama wilayah kerja Kabupaten

    Bekasi yang ditunjukan oleh angka kejadian partus lama dan asfiksia

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    8/31

    neonatorum yang mengalami kenaikan setiap tahunnya menjadikan penulis

    tertarik melakukan penelitian dengan judul hubungan antara partus lama

    dengan asfiksia neonatorum di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2013.

    B. Rumusan Masalah PenelitianBerdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat

    dirumuskan masalah penelitian adalah : Apakah terdapat hubungan antara

    partus lama dengan asfiksia neonatorum di RSUD Kabupaten Bekasi tahun

    2013.

    C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubunganantara partus lama dengan asfiksia

    neonatorum di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2013.

    2. Tujuan Khususa. Diketahui distribusi frekuensi asfiksia neonatorum di RSUD

    Kabupaten Bekasi tahun 2013.

    b. Diketahui distribusi frekuensi partus lama di RSUD KabupatenBekasi tahun 2013.

    c. Diketahui hubungan antara partus lama dengan asfiksianeonatorum di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2013.

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    9/31

    D. Manfaat Penelitian1. Manfaat Teoritis

    a. Diharapkan dapat diperoleh data-data ilmiah untukpengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

    hubungan antara partus lama dengan asfiksia neonatorum.

    2. Manfaat Praktisa. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada

    RSUD Kabupaten Bekasi untuk mempertahankan dan

    meningkatkan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) secara

    menyeluruh sesuai dengan program pemerintah.

    b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahaninformasi kepada tenaga kesehatan khususnya bidan dalam

    memahami hubungan partus dengan asfiksia neonatorum. Dapat

    digunakan untuk menyusun strategi pencegahan dan

    penanggulangannya.

    c. Diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat dankhususnya ibu hamil agar selalu melakukan antenatal care secara

    teratur agar mudah dideteksi kelainan-kelainan yang terjadi

    misalnya saja seperti kelainan letak pada janin agar tidak

    terlambat dalam melakukan pertolongan persalinan.

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    10/31

    E. Ruang LingkupPenelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara partus lama

    dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun

    2013. Dengan variabel independen partus lama dan dependen asfiksia

    neonatorum. Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Kota Bekasi pada

    tanggal 16 - 21 Mei 2014. Pengumpulan data dilakukan di Medical Record

    RSUD Kabupaten Bekasi. Data yang dikumpulkan menggunakan studi

    dokumentasi sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah survey

    analitikdengan pendekatan restropektif dengan rancangan penelitian cross

    sectional.

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    11/31

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Partus Lama1. Definisi

    Persalinan lama (partus lama) adalah persalinan yang berjalan lebih

    dari 24 jam untuk primigravida dan atau 18 jam bagi multigravida

    (Manuaba, 2012 : 389). Persalinan lama disebut juga distosia,

    didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal/sulit (Prawirohardjo,

    2011 :562). Komplikasi yang timbul karena perjalanan partus lama

    adalah mengalami dehidrasi karena tanpa makan dan minum serta

    berpengaruh pada kondisi janin dalam rahim. Janin dapat mengalami

    asfiksia ringan sampai terjadi kematian dalam rahim. Air ketuban keruh

    dan bercampur mekonium karena asfiksia dalam rahim (Manuaba, 2012

    :391).

    a. Ketuban pecah dini ketika cervik masih menutup, keras dan belummendatar

    b. Analgesi dan anasthesi yang berlebihan pada fase latenc. Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan dengan orang tua yang

    menemaninya ke Rumah Sakit merupakan calon persalinan lama.

    Tipe wanita lainnya adalah wanita yang maskulin, masochistik yang

    kelihatannya menikmati rasa nyeri yang dialaminya. (Oxorn dan

    Forte, 2010 : 604).

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    12/31

    2. Klasifikasi Partus Lamaa. Partus Lama dalam Kala I

    1) Fase Laten MemanjangFase laten yang melampaui waktu 20 jam pada

    primigravida atau waktu 14 jam pada multipara merupakan

    keadaan abnormal. Sebab-sebab fase laten yang memanjang

    yaitu cervix belum matang pada awal persalinan, posisi janin

    abnormal, disproporsi fetopelvik, persalinan disfungsional dan

    pemberian sedatif yang berlebihan. (Oxorn dan Forte, 2010 :

    607).

    Cervik yang belum matang hanya memperpanjang fase

    laten, dan kebanyakan cervik akan membuka secara normal

    begitu terjadi pendataran. Sekalipun fase laten berlangsung lebih

    dari 20 jam, banyak pasien mencapai dilatasi cervik yang

    normal ketika fase aktif dimulai. (Oxorn dan Forte, 2010 : 607).

    2) Fase Aktif Memanjang PrimigravidaPada Primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12

    jam merupakan keadaan abnormal. Yang lebih penting daripada

    panjangnya fase ini adalah kecepatan dilatasi cervix. Laju yang

    kurang dari 1.2 cm per jam membuktikan adanya abnormalitis

    dan harus menimbulkan kewaspadaan dokter yang akan

    menolong persalinan tersebut.

    Pemanjangan fase aktif menyertai malposisi janin,

    disproporsi fetopelvik, penggunaan sedatif dan analgesik secara

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    13/31

    tidak sesuai , dan ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan.

    Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan forceps-

    tengah, sectio caesarea dan cedera atau kematian janin.

    Periode aktif yang memanjang dapat dibagi menjadi dua

    kelompok klinis yang utama : kelompok yang masih

    menunjukkan kemajuan persalinan sekalipun dilatasi cervix

    berlangsung lambat dan kelompok yang benar-benar mengalami

    penghentian dilatasi cervix. (Oxorn dan Forte, 2010 :608).

    3) Fase Aktif Memanjang pada MultiparaBerikut ini ciri-ciri partus lama pada multipara (Oxorn dan

    Forte, 2010 : 609):

    a) Insidennya kurang dari 1 %b) Mortalitasnya pada perinatalnya lebih tinggi dibandingkan

    pada primigravida dengan partus lama

    c) Jumlah bayi besar bermaknad) Malpresentasi menimbulkan permasalahane) Prolapsus funikuli merupakan komplikasif) Perdarahan postpartum berbahayag)

    Ruptura uteri terjadi pada grande multipara

    h) Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontanpervaginam

    i) Ekstaksi forsep-tengah lebih sering dilakukan

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    14/31

    b. Partus Lama dalam Kala IIBegitu cervix mencapai dilatasi penuh, jangka waktu sampai

    terjadinyakelahiran tidak boleh melampaui 2 jam pada primigravida

    dan 1 jam pada multipara. Pengalaman menunjukan bahwa setelah

    batas waktu ini, morbiditas maternal dan fetal akan naik. Sekiranya

    terjadi gawat janin atau ibu, tindakan segera merupakan indikasi.

    1) Etiologia) Malpresentasi dan malposisi

    b) Persalinan tidak efektif1) Primary inefficient uterine contaction2) Kelelahan myometrium : inertia sekunder3) Cincin kontraksi4) Ketidakmampuan atau penolakan pasien untuk

    mengejan

    5) Anastesi berlebihan(Oxorn dan Forte, 2010 : 617).

    3. Bahaya Partus Lama ( Oxorn dan Forte, 2010 : 616)a. Bahaya bagi ibu

    1)

    Meningkatkatnya insiden atonia uteri

    2) Laserasi3) Perdarahan4) Infeksi5) Kelelahan ibu dan shock

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    15/31

    b. Bahaya bagi janin1) Asfiksia akibat partus lama itu sendiri2) Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala

    janin

    3) Cedera akibat tindakan ektraksi dan rotasi dengan forceps yangsulit

    4) Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran

    B. Asfiksia Neonatorum1. Definisi

    Asfiksia Neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan

    teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai

    dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis ( Maryunani dan Puspita,

    2013 : 296).

    Definisi lain, asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru

    lahir tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.

    Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan dan persalinan (Mochtar dan

    Sofian, 2012 : 291).

    Asfiksia neonatorum merupakan suatu kondisi dimana bayi tidak

    dapat bernapas secara spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan

    O2dan makin meningkatkan CO2yang menimbulkan akibat buruk dalam

    kehidupan lebih lanjut (Rukiyah dan Yulianti, 2013 : 249).

    Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir

    yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    16/31

    setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak

    dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2010 : 102).

    2. Penyebab terjadinya Asfiksia menurut Mochtar dan Sofian, 2012:291

    a. Asfiksia dalam persalinan1. Kekurangan 02, misalnya pada:

    a. Partus lama seperti serviks yang belum matang hanyamemperpanjang fase laten, dan kebanyakan serviks akan

    membuka secara normal begitu terjadi pendataran .

    Sekalipun fase laten berlangsung lebih dari 20 jam, banyak

    pasien mencapai dilatasi serviks yang normal ketika fase

    aktif dimulai (Oxorn dan Forte, 2010 : 607). Dengan

    demikian semakin lama serviks membuka akan semakin

    lama persalinan dimulai sehingga bertambahnya

    kemungkinan bayi lahir dengan asfiksia.

    b. Ruptura uteri yang membakat ; kontraksi uterus yang terusmenerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta

    c. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasentad.

    Prolapsus; tali pusat akan tertekan antara kepala dan

    panggul

    e. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepatwaktunya

    f. Perdarahan banyak, misalnya plasenta previa dan solusioplasenta

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    17/31

    g. Kalau plasenta sudah tua dapat terjadi postmaturitas(serotinus), disfungsi uri.

    h. Paralisis tali pusat pernafasan, akibat trauma dari luarseperti karena tindakan forseps, atau trauma dari dalam

    seperti akibat obat bius.

    3. Faktorfaktor penyebab terjadinya asfiksia menurut Indrasti, 2012:a. Faktor ibu

    1) Preekslamsi dan ekslamsi2) Perdarahan abnormal (plasenta previa, solusio plasenta)3) Partus lama atau partus macet4) Demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,

    HIV)

    b. Faktor tali pusat1) Lilitan tali pusat2) Tali pusat pendek3) Simpul tali pusat4) Prolaps tali pusat

    c.

    Faktor bayi

    1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu persalinan)2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia

    bahu, ekstaksi vakum, ekstraksi forcep)

    3) Kelainan bawaan kongenital4) Air ketuban bercampur mekoniu

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    18/31

    4. Tanda dan Gejala Asfiksia Bayi Baru lahir menurut Dewi, 2010 :102

    a. Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3)b. Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4-6)c. Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-10)

    5. APGAR SCOREA :Apprearance = Rupa (warna kulit)

    P :Pulse =Nadi

    G : Grimace = Menyeringai (akibat repleks kateter

    dalam hidung)

    A :Activity = Keaktifan

    R :Respiration = Pernafasan

    Tabel 2.1

    Nilai APGAR

    Sumber: Maryunani dan Puspita (2013) Buku Asuhan Kegawatdaruratan

    Maternal dan Neonatal.

    Nilai 0 1 2

    Nafas Tidak ada Tidak

    teratur

    Teratur

    Frekuensi

    jantung

    Tidak ada 100/ menit

    Tonus otot Tidak ada Sedikit

    fleksi

    Fleksi

    Refleks

    (menangis

    Tidak ada Lemah atau

    lambat

    Kuat

    Warna kulit Biru atau

    pucat

    Tubuh

    merah

    jambu &

    kaki, tangan

    biru

    Seluruh

    tubuh

    kemerah-

    merahan

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    19/31

    6. Patogenesisa. Bila janin kekurangan O2dan kadar CO2 bertambah, timbul

    rangsangan terhadap N.vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi

    lambat. Bila kekurangan O2 ini terus berlangsung makan N.vagus

    tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah kini rangsang dari

    N.simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat akhirnya irreguler dan

    menghilang. Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung

    janin lebih cepat dari 160 x/menit atau kurang dari 100 x/menit,

    halus dan irreguler, serta adanya pengeluaran mekonium.

    b. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluarsebagai tanda janin dalam asfiksia.

    1) Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia2) Jika DJJ lebih dari 160 x/menit dan ada mekonium : janin

    sedang asfiksia

    3) Jika DJJ kurang dari 100 x/menit dan ada mekonium janindalam keadaan gawat.

    c. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksakemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru.

    Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis bila janin lahir alveoli

    tidak berkembang ( Mochtar dan Sofian, 2012 : 291).

    7. DiagnosisAsfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari

    anoksia/hipoksia janin. Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat dibuat

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    20/31

    dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga

    Hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:

    a. Denyut jantung janin: frekuensi normal ialah antara 120 dan 160denyutan permenit. Apabila frekuensi denyutan turun sampai di

    bawah 100 permenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur itu

    merupakan tanda bahaya.

    b. Mekonium dalam air ketuban: adanya mekonium pada presentasikepala mungkin menunjukan gangguan oksigenasi dan gawat janin,

    karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus

    meningkat dan sfingter ani membuka. Adanya mekonium dalam air

    ketuban pada presentasi kepala merupakan indikasi untuk

    mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

    c. Pemeriksaan pH darah janin: adanya asidosis menyebabkanturunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu

    dianggap sebagai tanda bahaya (Rukiyah dan Yuliyanti, 2013 : 250).

    C. Hubungan Partus Lama dengan Kejadian Asfiksia NeonatorumPartus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun

    anak. Beratnya cedera terus meningkat dengan semakin lamanya proses

    persalinan; resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam (Oxorn

    dan Forte, 2010 : 616).

    Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas

    janin dan semakin sering terjadi asfiksia akibat partus lama itu sendiri (Oxorn

    dan Forte, 2010 : 616).

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    21/31

    Skema 2.1

    Kerangka Teori Faktor Penyebab Terjadinya Asfiksia Neonatorum

    Sumber: Pathway dalam Indrasti, 2012

    Faktor Ibu :

    Preeklamsi dan

    ekslamsi,

    perdarahan

    abnormal, infeksi

    berat, kehamilan

    post matur

    Faktor Plasenta :

    Plasenta previa,

    solusio plasenta dll

    Faktor janin :

    Bayi prematur,

    kelainan

    kongenital, air

    ketuban bercampur

    mekonium

    Faktor Persalinan :

    Partus lama,

    partus macet,

    persalinan sulit

    (letak sungsang,

    bayi kembar, dll)

    Gangguan pertukaran gas atau

    pengangkutan oksigen dalam darah

    Asfiksia

    Nilai APGAR SCORE

    Asfiksia berat

    0-3

    Asfiksia sedang

    4-6

    Asfiksia ringan

    7-10

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    22/31

    Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24

    jam pada primigravida dan atau 18 jam pada multigravida. Partus

    lama menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga asupan O2

    ke janin berkurang dengan demikian janin mengalami hipoksia

    didalam rahim dikarenakan oleh ekspansi paru yang inadekuat dan

    selanjutnya janin mengalami gagal nafas sehingga terjadilah gangguan

    pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dalam darah yang

    menimbulkan asfiksia dengan ditandai oleh periode apneu.

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    23/31

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

    A.Kerangka KonsepKerangka konsep adalah suatu uraian visualisasi hubungan antara

    variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

    (Notoatmodjo,2010:83). MenurutMochtar dan Sofian, 2011 : 291 penyebab

    asfiksia terdiri dari asfiksia dalam kehamilan dan persalinan diantanya adalah

    partus lama. Pada penelitian ini, penulis terfokus pada variabel partus lama

    sebagai independen, asfiksia neonatorum sebagai variabel dependen

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 3.1

    Hubungan Antara Partus lama dengan Asfiksia Neonatorum

    di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2013.

    B. Hipotesa Penelitian

    Hipotesis Alternatif (Ha) Hipotesis yang menyatakan ada perbedaan

    suatu kejadian antara kedua kelompok atau hipotesis yang menyatakan ada

    hubungan variabel satu dengan variabel yang lain. Hipotesis yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah

    1. Ada Hubungan Partus Lama dengan Asfiksia Neonatorum di RSUDKabupaten Bekasi tahun 2013.

    Partus Lama

    Asfiksia

    Neonatorum

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    24/31

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan desain cross sectional. Desain cross

    sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

    faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi ataupun

    pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

    (Notoatmodjo, 2010 : 37-38). Dalam penelitian ini, mempelajari dinamika

    korelasi antara variabel yang menjadi faktor resiko yaitu partus lama dan

    variabel yang menjadi efek yaitu asfiksia neonatorum.

    B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

    diteliti. (Notoatmodjo, 2010 : 115). Populasi penelitian ini adalah 183 ibu

    bersalin dengan partus lama di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2013.

    2. SampelSampel adalah perwakilan atau sebagian dari populasi penelitian

    (Notoadmodjo, 2010 : 115). Besarnya sampel dalam penelitian ini semua

    ibu bersalin dengan partus lama sebanyak 183 kasus.

    3. Teknik Pengambilan SampelTeknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

    adalah total sampling dimana semua anggota populasi digunakan sebagai

    sampel (Mulastin, 2013).

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    25/31

    C. Subjek Penelitiana. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

    setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

    (Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini ibu bersalin

    partus lama primigravida yang melahirkan di RSUD Kabupaten Bekasi.

    b. Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subyekyangmemenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikut sertakan dalampenelitian

    (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

    1) Ibu bersalin partus lama pada multigravida di RSUD KabupatenBekasi

    2) Data Rekam medik yang tidak memiliki kelengkapan dalampencatatan.

    Tabel 4.1

    Kriteria Pengambilan Sampel

    Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

    Ibu bersalin partus lama

    primigravida di RSUD

    Kabupaten Bekasi

    Ibu bersalin partus lama pada multigravida dan data

    Rekam medik yang tidak memiliki kelengkapan

    dalam pencatatan.

    D. Variabel PenelitianVariabel adalah gejala yang menjadi fokus dalam penelitian yang

    mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu.

    (Riwidikdo, 2013 : 33). Di dalam penelitian ini penulis mengambil variabel

    terdiri dari 2 variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    26/31

    Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang menjadi sebab

    timbulnya variabel dependen (terikat) dan variabel independen dari

    penelitian ini adalah partus lama, variabel dependen adalah variabel yang

    mempengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen

    (variabel bebas) dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah asfiksia

    neonatorum.Kerangka ini mengacu pada tujuan penelitian yaitu untuk

    mengetahui hubungan antara partus lama dengan asfiksia neonatorum di

    RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2013.

    E. Definisi OperasionalDefinsi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

    karakteristik diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan

    observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

    Definisi opersional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran

    dalam penelitian (Hidayat,2011:87).

    TABEL

    Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil UkurSkala

    Ukur

    1 Asfiksia

    Neonatum

    Bayi Baru

    Lahir yang

    terdiagnosaasfiksia tercatat

    dalam rekam

    medis

    berdasarkan

    nilai APGAR

    SCORE.

    Rekam

    medis

    Cheklist Parameter :

    1. Nilai Apgar

    7-102. Nilai Apgar

    4-6

    3. Nilai Apgar

    0-3

    Kategori:

    1. Asfiksia

    ringan

    2. Asfiksia

    sedang

    3. Asfiksia

    Ordinal

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    27/31

    berat

    2 Partus

    lama

    Ibu yang

    terdiagnosa

    partus lama

    padaprimigravida

    yang tercatat

    dalam rekam

    medis.

    Rekam

    medis

    Cheklist 1. Ya jika partus

    lama pada

    primigravida

    2. Tidak, jikapartus lama

    pada

    multigravida

    Nominal

    F. Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di RSUD Kabupaten Bekasi.

    G. Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan dari 1621 Mei 2014.

    H. Prosedur Pengumpulan DataData sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan, buku, majalah

    berupa laporan keuangan publikasi perubahan, laporan pemerintah, artikel,

    buku-buku sebagai teori, majalah dan lain sebagainya. Data yang diperoleh

    dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi. Sumber yang tidak langsung

    memberikan data pada pengumpulan data (Sujarweni, 2014).

    Penulis pada prosedur pengumpulan data menggunakan data sekunder

    dikarenakan keterbatasan waktu pengambilan data. Data sekunder diperoleh

    dari RSUD Kabupaten Bekasi. Sebelum dilakukan penelitian perlu dibuat

    surat persetujuan penelitian dari institusi untuk dilakukan study pendahuluan.

    Surat persetujuan ini akan disampaikan kepada Direktur RSUD Kabupaten,

    setelah dilakukan study pendahuluan di buat surat persetujuan untuk

    penelitian. Surat persetujuan ini akan di sampaikan kepada Direktur RSUD

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    28/31

    Kabupaten Bekasi yang sebelumnya setelah mendapatkan izin dari suku

    dinas, peneliti melakukan koordinasi dengan bagian Ruang Bersalin untuk

    melaksanakan penelitian ini.

    I. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah suatu cara untuk melakukan pengumpulan

    data (Notoadmodjo, 2010 : 152). Instrumen penelitian ini menggunakan

    Rekam Medik.

    J. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data1. Teknik Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data, dengan

    maksud agar data yang dikumpulkan memiliki sifat yang jelas. Adapun

    langkah-langkah dalam pengolahan data menurut Notoatmodjo, 2012

    yaitu :

    a. Editing, yaitu hasil wawancara, angket, atau pengamatan darilapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.

    b. Koding, yaitu proses pengkodean yakni mengubah data berbentukkalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

    c. Entry data, yaitu memasukkan data ke software komputer denganprogram SPSS.

    d. Cleaning, yaitu memeriksa kembali data untuk meelihatkemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    29/31

    ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan

    atau koreksi.

    2. Analisa DataAnalisis data dilakukan secara Univariat dan Bivariat.

    a. AnalisisUnivariatAnalisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

    karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo,2010 : 182).

    Dengan rumus sebagai berikut:

    Keterangan :

    P = Persentase

    f =jumlah kasus

    n = jumlah responden

    (Sutanto,2007:69)

    b. Analisis BivariatAnalisis bivariat yang digunakan terhadap dua variabel yang

    diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,2010 :183). Untuk

    menentukan hubungan antara variabel independen dengan variabel

    dependen dilakukan dengan uji statistik Chi Square dengan derajat

    yang dipakai adalah 95% dengan ketentuan probabilitas (p value) >

    0,05 maka Ho diterima sedangkan jika probabilitas (p value) < 0,05

    maka Ho ditolak. Uji statistik Chi Square menggunakan rumus :

    %100xn

    fP

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    30/31

    x=

    Keterangan :

    x = Chi Square

    o = Frekuensi observasi

    h = frekuensi harapan.

    1) Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang berartiada hubungan antara X dan Y.

    2) Jika p value > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, yang berartitidak ada hubungan antara X dan Y.

    Dimana X adalah variabel independen yaitu partus lama.

    Sedangkan variabel Y adalah kejadian asfiksia neonatorum.

    K. Penyajian DataPenyajian data merupakan cara bagaimana untuk menyajikan data

    sebaik-baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca (Hidayat,2011:100).

    Dalam penelitian ini penyajian data yang digunakan adalah dengan

    menggunakan tabel dan teks.

    L. Etika PenelitianSebelum dilakukan penelitian perlu dibuat surat persetujuan penelitian.

    Surat persetujuan ini akan disampaikan kepada Direktur RSUD Kabupaten

    Bekasi setelah mendapatkan izin dari suku dinas, akan disampaikan

  • 5/25/2018 Proposal Asfiksia

    31/31

    kepadapeneliti melakukan koordinasi dengan bagian Ruangan Bersalin untuk

    melaksanakan penelitian ini (Hidayat, 2011:93-95).

    1. Anonymity (tanpa nama)Untuk menjaga kerahasiaan subjek (pasien), peneliti tidak akan

    mencantumkan nama subjek pada lembar alat ukur tersebut

    2. Confidentiality(kerahasiaan)Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti.

    Dalam melakukan penelitian ini ada beberapa tahapan prosedur yang

    harus dipenuhi yaitu:

    a. Persetujuan dari Pembimbing KTIb. Persetujuan dari Ketua Program Studi D III kebidanan STIKes

    Medistra Indonesia

    c. Persetujuan dari Direktur RSUD Kabupaten Bekasi