Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

17
Volume 2, No 2, Tahun 2020 p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma Copyright© 2020 – KERUGMA | 82 Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17 Lamtiur Pasaribu Prodi Pendidikan Agama Kristen, STT Injili Indonesia Medan Email: [email protected] Abstract: Having children with disciplined, kind and polite behavior is certainly the dream of every parent and they will do what they think is good to educate and teach to achieve that. However, many parents do not understand properly how to teach and educate children well, specifically in accordance with God's Word. Usually children will be educated according to the experience they have experienced, educating with the aim of intellectual achievement, and the emphasis on discipline is not appropriate. The Word of God is very clear in helping educators, including parents, how to educate children properly. Proverbs 29 verses 15 and 17 provide a small section that provides guidance on how to educate children and the goals of children's education can be achieved, namely having children who are disciplined, good, obedient and in accordance with God's will. Hopefully this article can help every parent as a child educator. Keywords: Educational principles; children; proverb Abstrak: Memiliki anak dengan perilaku disiplin, baik dan sopan tentunya menjadi mimpi setiap orangtua dan mereka akan melakukan cara yang baik menurut mereka untuk mendidik dan mengajari demi mencapai hal itu. Akan tetapi banyak orangtua yang belum memahami dengan benar bagaimana mengajar dan mendidik anak dengan baik, secara khusus yang sesuai dengan Firman Tuhan. Biasanya anak akan dididik sesuai dengan pengalaman yang mereka alami, mendidik dengan tujuan untuk pencapaian intelektual, dan penekanan disiplin yang kurang tepat. Firman Tuhan sangat jelas menolong para pendidik, termasuk orangtua bagaimana mendidik anak dengan benar. Amsal 29 ayat 15 dan 17 bagian kecil yang memberikan tuntunan bagaimana mendidik anak dan tujuan pendidikan anak dapat dicapai yaitu memiliki anak yang disiplin,baik, taat dan sesuai dengan dengan kehendaknya Tuhan. Semoga Tulisan ini dapat menolong setiap orangtua sebagai pendidik anak-anak. Kata Kunci: prinsip mendidik; anak; amsal I. PENDAHULUAN Pembentukan perilaku seseorang dimulai dari lembaga yang paling kecil, yaitu Keluarga. Dalam sebuah keluarga ada orang tua yang bertugas sebagai pendidik pertama. Pembentukan perilaku seorang anak tidaklah cukup hanya sekali pengajaran saja, melainkan harus secara terus-menerus serta harus memahami betapa pentingnya disiplin dalam pembentukan perilaku anak. Amsal 29:15 dan 17 merupakan sebuah perintah tentang mendidik anak di mana para orang tua dipanggil untuk mendisplinkan anak, menerima panggilan sebagai tanggung jawab untuk mendidik anak yaitu dengan mendisiplinkannya, maka mereka

Transcript of Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Page 1: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 82

Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Lamtiur Pasaribu

Prodi Pendidikan Agama Kristen, STT Injili Indonesia Medan

Email: [email protected]

Abstract:

Having children with disciplined, kind and polite behavior is certainly the dream of every parent and

they will do what they think is good to educate and teach to achieve that. However, many parents do

not understand properly how to teach and educate children well, specifically in accordance with

God's Word. Usually children will be educated according to the experience they have experienced,

educating with the aim of intellectual achievement, and the emphasis on discipline is not appropriate.

The Word of God is very clear in helping educators, including parents, how to educate children

properly. Proverbs 29 verses 15 and 17 provide a small section that provides guidance on how to

educate children and the goals of children's education can be achieved, namely having children who

are disciplined, good, obedient and in accordance with God's will. Hopefully this article can help

every parent as a child educator.

Keywords: Educational principles; children; proverb

Abstrak:

Memiliki anak dengan perilaku disiplin, baik dan sopan tentunya menjadi mimpi setiap orangtua dan

mereka akan melakukan cara yang baik menurut mereka untuk mendidik dan mengajari demi

mencapai hal itu. Akan tetapi banyak orangtua yang belum memahami dengan benar bagaimana

mengajar dan mendidik anak dengan baik, secara khusus yang sesuai dengan Firman Tuhan. Biasanya

anak akan dididik sesuai dengan pengalaman yang mereka alami, mendidik dengan tujuan untuk

pencapaian intelektual, dan penekanan disiplin yang kurang tepat. Firman Tuhan sangat jelas

menolong para pendidik, termasuk orangtua bagaimana mendidik anak dengan benar. Amsal 29 ayat

15 dan 17 bagian kecil yang memberikan tuntunan bagaimana mendidik anak dan tujuan pendidikan

anak dapat dicapai yaitu memiliki anak yang disiplin,baik, taat dan sesuai dengan dengan

kehendaknya Tuhan. Semoga Tulisan ini dapat menolong setiap orangtua sebagai pendidik anak-anak.

Kata Kunci: prinsip mendidik; anak; amsal

I. PENDAHULUAN

Pembentukan perilaku seseorang dimulai dari lembaga yang paling kecil, yaitu

Keluarga. Dalam sebuah keluarga ada orang tua yang bertugas sebagai pendidik

pertama. Pembentukan perilaku seorang anak tidaklah cukup hanya sekali pengajaran

saja, melainkan harus secara terus-menerus serta harus memahami betapa pentingnya

disiplin dalam pembentukan perilaku anak.

Amsal 29:15 dan 17 merupakan sebuah perintah tentang mendidik anak di mana

para orang tua dipanggil untuk mendisplinkan anak, menerima panggilan sebagai

tanggung jawab untuk mendidik anak yaitu dengan mendisiplinkannya, maka mereka

Page 2: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17

Copyright© 2020 – KERUGMA | 83

akan melihat bagaimana anak tersebut akan memberikan kedamaian dan sukacita

melalui prestasinya kelak di kemudian hari.

II. METODE PENELITIAN

Di dalam menyajikan tulisan ini penulis memakai metode literatur artinya

mengumpulkan data-data sebagai fakta yang benar melalui sumber-sumber literatur.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menjelaskan arti setiap kata atau frasa dengan

menggunakan buku-buku, tafsiran, kamus-kamus untuk mencari makna kata dan Frasa

dalam Amsal 29:15 dan 17. Langkah kedua adalah membuat kesimpulan dari setiap

pengertian dari beberapa sumber tersebut. Langkah ketiga mengaplikasikan prinsip-

prinsip tersebut dalam mendidik anak

III. PEMBAHASAN DAN HASIL

Latar Belakang Kitab Amsal

Pengajaran dari orangtua terhadap anak-anak dalam Perjanjian Lama (PL)

menurut kitab Amsal adalah kedisiplinan. Kitab Amsal memberi penekanan yang sangat

besar pada disiplin dan benar-benar menaruh perhatian sehingga disiplin dijalankan

bersamaan dengan hukuman di dalamnya. Disiplin berarti harus meneladani apa yang

Tuhan ajarkan berdasarkan hukum taurat dan apabila anak lalai melakukannya maka

akan diberlakukan hukuman berdasarkan kasih 1

Dalam Perjanjian Lama, pengetahuan akan Allah dikaitkan dengan pengalaman

hubungan perjanjian dengan TUHAN. Karena hanya Allah yang memiliki Hikmat dan

memberikan pengertian pada manusia. 2 Hal ini membuktikan bahwa pendidikan

berpusatkan pada Allah. Bagi anak Yahudi tidak ada buku lain yang mereka memiliki

keharusan untuk dipelajari selain Alkitab (Taurat) untuk menjadi pegangan dan

pelajaran tentang Allah dan karyaNya. Pendidikan adalah kegiatan utama dan

diintergrasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan mereka tidak hanya secara

teori, tetapi menjadi kegiatan sehari-hari dalam cara hidup dan keagamaannya.

Pendidikan anak Yahudi bermula di rumah. Dimulai dari pangkal tentang peranan

seorang ibu yang penuh kasih dan ayah yang tegas, sama-sama bertanggung jawab dan

saling melengkapi di dalam mendidik anak mereka. Jadi peranan orang tua sangat

1Amsal 3:11-12 2Carl Alvin Reed, Diktat Kuliah, Eksposisi PL I, Semester II, STTII Medan, 2009, 61.

Page 3: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 84

penting dalam mendidik anaknya sehingga anak-anak kelak akan memberikan

ketentraman dan sukacita kepada orang tuanya. Penjelasan diatas dapat disimpulkan

bahwa pentingnya pendidikan anak dan harus ditangani dengan serius oleh para

pendidik dan pengajar. Dalam hal ini orangtua (bapak dan ibu) berperan penting dalam

mendidik anak dengan mengajarkan prinsip-prinsip yang ada dalam Alkitab.

Penulis Amsal

Kebanyakan kitab Amsal ditulis oleh raja Salomo. Hal tersebut dapat dilihat dari

permulaan kitab Amsal berbunyi Amsal Salomo bin Daud, raja Israel. Dalam pasal 25-

29:27 dicatat bahwa “Amsal-amsal Salomo yang dikumpulkan dalam pemerintahan

Hizkia.”3 Jadi Amsal itu sendiri yang mengatakan bahwa penulisnya ialah raja Salomo.

Salomo mendominasi penulisan kitab Amsal, namun bukan berarti keseluruhan dari

kitab tersebut.

Kebijakan Amsal Salomo, perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan, pengetahuan

ensiklopedianya, dan keahlianannya di bidang sastra yang dibukukan dengan baik

dalam Perjanjian Lama. Berdasarkan 1 Raja-Raja 4:29-34, pengetahuan dan pengertian

Salomo melampaui pengetahuan semua orang bijaksana pada berbagai akademika di

dunia timur dekat Kuno. Salomo diakui sebagai yang mengutarakan sebanyak 3000

Amsal (ratusan diantaranya terpelihara dalam kitab Amsal) dan 1005 nyanyian (Maz 72,

127). Jelas sekali bahwa raja Salomo adalah “Pelindung” kesenian di Israel Kuno. Ia

tidak hanya mempopulerkan hikmat umat Ibrani, tetapi juga teladannya sebagai orang

bijak dan cendikiawan merupakan panutan bagi generasi-generasi yang akan datang. 4

Tujuan Penulisan Kitab Amsal

Kitab Amsal terutama menekankan pengertian dan ketaatan. Dua kutub di mana

hal itu bergerak jelas bersifat intelektual dan etik. Karena orang Israel yakin bahwa hati

adalah pusat pikiran, dan pengertian dan pengambilan keputusan, maka hati lah yang

dituju oleh kitab Amsal.

Tujuan dari Amsal hikmat dalam Israel dapat diringkas dengan satu kata,

3J. Sidlow Baxter, Menggali isi Alkitab (Ayub-Maleaki) Penerjemah: Sastro Soedirdjo (Jakarta:

Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2002), 125. 4Andrew E. Hill dan John H. Walton, 6Survei Perjanjian Lama (Malang: Penerbit Gandum

Mas, 2004), 466.

Page 4: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17

Copyright© 2020 – KERUGMA | 85

“pendidikan”. Banyak Amsal berasal dari lingkungan keluarga dan pendidikan anak

muda dalam lingkungan suku, barangkali lama sebelum Israel menjadi suatu bangsa.5

Hal ini menjelaskan bahwa tujuan kitab Amsal hikmat dapat diajarkan melalui

pendidikan.

Prinsip Mendidik Anak dalam Amsal 29:15

Amsal ini membawa kita kembali kepada pokok mendidik anak. Anak-anak yang

bertumbuh disertai dengan teguran yang perlu akan menjadi anak-anak yang bijaksana,

sedangkan jika anak-anak yang dibiarkan dalam kehidupan yang tidak berdisiplin akan

mempermalukan ibu-ibu mereka.

Di dalam kitab Amsal 29 terdapat beberapa prinsip yang harus dilakukan oleh

pendidik yang menjadi tanggung jawab yang harus dilakukan oleh orangtua atau

pendidik. Sehingga dengan demikian pengajaran pada kitab Amsal menyatakan bahwa

pendidikan tidak dapat diabaikan, melainkan harus dibawa kemanapun. Ini adalah

perintah yang menjadi keharusan bagi pendidik supaya tidak mendapatkan rasa malu

dan pedih karena tidak menerapkan pendidikan dalam disiplin yang tepat.

Menggunakan Teguran

Salah satu prinsip mendidik anak dalam Amsal 29:15 adalah dengan

menggunakan teguran. Kata teguran berasal dari kata Ibrani tx;k;Atw>â (wütôkaHat)

merupakan kata benda yang absolute sebagai objek langsung yang memiliki arti

“correction, rebuke”. Kata menegur yang dimaksud yaitu mengoreksi,

kemarahan/diomeli. Artinya tindakan menegur dilakukan ketika ada tindakan yang tidak

sesuai dengan kebenaran. 6 Jadi dalam usaha mendidik dengan teguran diperlukan

kebijaksanaan bagi seorang pendidik. Dalam kebijaksanaan itu diperlukan disiplin yang

disertai dengan kasih untuk mendidik anak.

Kata “teguran, tegur” memiliki arti menegur, memperbaiki. Kata menegur yang

dimaksud disini yaitu menegur dalam kebenaran, kerendahan hati dan kasih sayang.

Mereka yang bijak terus menegur seseorang sampai orang itu mampu berdiri sendiri dan

melakukan sesuai dengan kebenaran, tetapi seseorang tidak boleh menegur dalam

5A.S. Hadiwiyata, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 297. 6Bible Works Versi 10 copyright 2015- Word Analisis, CD-ROM.

Page 5: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 86

kondisi kemarahan.7

Kata menegur sudah ada dalam perjanjian dinasti yang dibuat Allah dengan Daud,

Ia berjanji untuk menegur dengan tongkat manusia manapun, dari keturunannya diatas

tahta yang akan melanggar perjanjian (2 Samuel 7:14)”8 menanggapi kesalahan umat,

Tuhan mendisiplinkan kesalahan umat-Nya dengan teguran (Maz 39:11), termasuk rasa

sakit dari penyakit yang serius (Ayub 33:19), untuk mendapatkan itu satu perubahan

dari cara yang berbahaya. Orang yang menerima koreksi Allah dianggap diberkati,

namun demikian karena celaan Tuhan bisa sangat marah, orang mungkin dengan

sungguh-sungguh meminta Tuhan untuk tidak menegur karena kemarahannya (Maz 6:1)

jadi dapat kita lihat bahwa menegur memiliki nuansa memperingatkan dimana bahwa

Allah sebagai subjek.9

Hal ini dapat ditelusuri dalam tulisan Hubbard: Alternatif yang ditetapkan dalam

ayat 15 adalah disiplin (untuk “teguran,” lihat 1:23, 25, 30; untuk “tongkat,” lihat 23:

13–14) atau “rasa malu,” hasil yang mengerikan bagi kita semua, terutama ke seorang

Oriental. Kebijaksanaan diperoleh dalam banyak cara menurut orang bijak: Dengan

mendengarkan orang tua dan guru yang bijak, dengan menjawab panggilan

kebijaksanaan, dengan takut akan Tuhan sebagai permulaan kebijaksanaan, dengan

mengamati bagaimana perilaku yang baik dan buruk bekerja dan disimpan. Sumber

kebijaksanaan yang bahkan lebih praktis adalah dimarahi dan dikoreksi dengan

penguatan beberapa hukuman atau perampasan dimana "tongkat" berfungsi sebagai

simbol. Tanpa teguran yang penuh kasih itu terukir dalam ingatan dengan rasa sakit

yang kuat tetapi tak tertahankan, seluruh struktur cinta keluarga hancur. “Seorang anak

dibiarkan sendiri”10

Teguran yang seharusnya diberikan bukan saja untuk memberitahukan kesalahan

anak, tetapi juga harus memberi petunjuk supaya ia tidak melakukan kesalahan. Jadi

sangatlah penting adanya teguran dalam mendidik anak, teguran yang diberikan

merupakan kebijaksanaan yaitu pendidik memahami bagaimana perbuatan yang baik

7E.H. Merril, kata tx;k;Atw dalam New International Dictionary Of Old Testament Theology

and Eksegesis. Zondervan Publising House Software (CD-ROM) 8Ibid., 1. 9Ibid., 2. 10Hubbard, David A. ; Ogilvie, Lloyd J.: The Preacher's Commentary Series, Volume 15 :

Proverbs. Nashville, Tennessee : Thomas Nelson Inc, 1989 (The Preacher's Commentary Series 15), 465.

Page 6: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17

Copyright© 2020 – KERUGMA | 87

dan buruk. Mereka yang tidak melakukan teguran dalam mendidik anaknya akan

mendapat malu tetapi; mereka yang melakukannya akan merasa tenang (dapat

mempercayai anak-anak mereka) dan senang dengan pertumbuhan dan prestasi anak-

anak.

Menggunakan Tongkat

Prinsip kedua dalam mendidik anak menurut Amsal 29:15 adalah dengan

memberikan teguran/koreksi dan menghukum menggunakan tongkat. Tongkat dalam

bahasa aslinya disebut בט ש (ṥḗḇeṯ) dengan terjemahan rod yakni ukuran yang

menandakan lambang kekuasaan.11 Dengan kekuasaan dalam mendidik maka ukuran

dalam mengoreksi dapat menggunakan tangkai, batang, sambuk dan balok. Hal ini dapat

di lakukan ketika anak melakukan suatu tindakan yang tidak benar.

Di dalam Amsal 29:15 yang menggambarkan disiplin dengan “tongkat didikan”.

Sebagaimana seorang gembala menggunakan tongkat untuk menggembalakan

dombanya. Tongkat ini digunakan untuk memimpin, mengoreksi, dan mengarahkan

domba gembalaannya. Pengertian ini dipakai juga ketika orangtua melakukan disiplin

terhadap anaknya. Metafora gembala memiliki peranan penting, dimana gembala

memegang tongkat untuk mengarahkan dan mendisiplin domba termasuk menolong.

Arti tongkat dalam konteks bangsa Israel digunakan sebagai instrument.12 dalam

Amsal tongkat adalah symbol dari disiplin dan kegagalan untuk menggunakan disiplin.

Dan secara metaforis Tuhan menggunakan Asyur sebagai instrumennya untuk

mengoreksi Israel. 13 Tongkat diartikan sebagai instrument atau sebagai alat untuk

mengoreksi seseorang atau bangsa yang tidak taat akan perintah atau aturan.

Tongkat dalam Perjanjian Lama adalah sangat dimengerti oleh orang Israel

sebagai suatu intrumen untuk mengoreksi kehidupan mereka. Tongkat diartikan rill

sebagai ukuran/standard. Pada zaman itu tindakan disiplin juga dilakukan dengan

menggunakan tongkat secara rill termasuk di dalam memberikan pendidikan disiplin

kepada anak.

11Bible Works Versi 10 copyright 2015- Word Analisis, CD-ROM. 12Keluaran 2;1:20. 13 Harris, et als, dalam theological Wordbook Of The Old Testament (Chicago: Moody

Publisher,1980).

Page 7: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 88

Tidak Membiarkan Anak

Prinsip selanjutnya dalam mendidik anak menurut konteks Amsal 29:15 adalah

dengan “tidak membiarkan.” Kata “tidak membiarkan” adalah lawan kata dari

“dibiarkan” dalam bahasa Ibrani adalah xL'ªvum.÷ (müšulläH) dari akar kata xl;v'

(šälaH)yang berarti mengirim. 14 Menurut kamus Brown Driver Briggs (BDB), kata

xL'ªvum.÷ (müšulläH) ini berarti tidak di kendalikan.15 Kata xL'ªvum.÷ (müšulläH) merupakan

kata kerja Pual yang menjelaskan tindakan dalam bentuk participle Maskuline yang

bersifat absolute. 16 Dari pemakaian bentuk participle masculine maka kata xL'ªvum.÷

(müšulläH) merupakan sebuah tindakan nyata yang dilakukan oleh subyek. Artinya

tindakan orangtua yang membiarkan anaknya adalah sepenuhnya tanggung jawab

orangtua. Dengan kata lain orangtua bertanggung jawab penuh untuk mengendalikan

anaknya. Orangtua yang tidak mengendalikan anaknya sama dengan tindakan

pembiaran dan yang mengabaikan tanggung jawabnya.

Jika seorang anak dibiarkan oleh orangtua, maka menurut penulis kitab Amsal,

anak itu akan “mempermalukan” ibunya. Kata yang dipakai adalah vybiîme (mëbîš) dari

kata dasar vAB (bôš). 17 kata ini adalah kata Qal hifil (kata kerja),. Kamus BDB

memberikan arti membuat malu atau bertindak memalukan. Jadi vybiîme (mëbîš) adalah

sebuah tindakan hasil dari membiarkan anak, yaitu mempermalukan atau membuat

menjadi malu.

Menurut Jamieson tongkat dan teguran memberi hikmat tetapi seorang anak yang

meninggalkan (pada dirinya sendiri) yang membuat ibunya malu. Sang ibu, karena

kelemahan dan kesenangan yang berlebihan adalah yang paling bersalah, dan karena itu

akan menanggung rasa malu. 18 Maka kita dapat melihat kata membiarkan yang

dimaksud adalah tindakan atau kelemahana dan kesenangan yang dilakukan ibu

14Bible Work -10- Analisis kata word-xL'ªvum.÷,(CD-ROM). 15 Franscis Brown, S.R. Driver dan Charles A. Briggs, Bible Work -10- Analisis kata

word,(CD-ROM). 16Kata kerja pual adalah pasif dari piel. Dari semua pemakaian kata kerja dalam PL Pual

terdapat hanya 417 kali (0,6%). Apabila pual dilihat biasanya terdapat dalam bentuk partisip 17Bible Work -10- Analisis kata word-, vAB, (CD-ROM). 18Jamieson, Fausset, and Brown Commentary, Electronic Database, Copyright © 1997, 2003,

2005, 2006 by Biblesoft, Inc. All rights reserved).

Page 8: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17

Copyright© 2020 – KERUGMA | 89

mendapat malu. Secara khusus kata kelemahan dan kesenangan yang dimaksud

memiliki arti yang sesungguhnya yakni menurut Barnes seseorang yang telah manja dan

dimanjakan. Maka disini dikatakan ibu yang menghasilkan dengan lemah sama

bersalahnya dengan meninggalkan/membiarkan anak yang dirusaknya, seolah-olah dia

mengusirnya dan karena pengabaiannya yang jahat akan jatuh kepada hukuman yang

benar yaitu mendapat malu.19

Jadi pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa orangtua yang tidak mengendalikan

anaknya sama dengan orangtua yang mengabaikan tanggung jawabnya, dan orangtua

yang telah memanjakan anaknya adalah tindakan kelemahan yang akan mendapatkan

rasa malu.

Prinsip Mendidik Anak dalam Amsal 29 :17

Seorang anak tumbuh menjadi seorang yang berhasil dipengaruhi oleh pendidikan

yang diterimanya, dan yang menjadi tanggung jawab utama dalam mendidik anak

adalah orang tua.

Kata Yasser dalam konteks ini adalah mendidik, kata ini dapat digunakan sebagai

didikan yang berasal dari Allah dan juga didikan dari manusia. tetapi dalam konteks

Amsal 29:17 kata ini menuju kepada didikan yang berasal dari manusia.

Prinsip pendidikan dalam kitab Amsal berdasarkan penggunaan kata “rSEåy:,,

(Yasser), dalam bahasa Ibrani yaitu kata kerja piel imperatif maskulin tunggal.

Berdasarkan terjemahan BHS dalam kitab Amsal dengan arti mengoreksi, menghukum

dan mendisiplin.20 Secara sintaksis dan gramatikanya kata ini dikatakan kata kerja, yang

menekankan kata kerja perintah yang digunakan dalam teks ini merupakan kewajiban

dari si pendidik untuk mendidik anak. dapat dikatakan mendidik disini bukan bicara

tentang anjuran, tawaran tetapi sebuah keharusan yang harus dilakukan oleh pendidik.

Prinsip pendidikan yang terdapat dalam kitab Amsal adalah untuk

mengindikasikan tentang bagaimana sebenarnya seorang pendidik mendidik dalam

konteks menghajar adalah supaya anak kelak dapat menjadi penghiburan bagi mereka

yang melakukan pendidikan. Hal ini terdapat dalam Amsal 29:17 arti mendidik dalam

arti menghajar anak digunakan kata rSEåy:,,... Yasser dalam bentuk kata kerja Piel imperatif

19 Barnes, dalam theological Wordbook Of The Old Testament(Chicago: Moody

Publisher,1980), 89. 20Bible Work -10- Analisis kata word-yasser (CD-ROM).

Page 9: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 90

maskulin tunggal, yang artinya mengoreksi, menghukum, mendisiplin.21 Berdasarkan

pemakaian piel imperatif, maka jelaslah ayat ini menegaskan suatu perintah yang harus

dilakukan orang tua dalam mendidik anak .

Mendidik Anak Melalui Disiplin

Disiplin merupakan salah satu faktor yang sangat diperlukan dalam perkembangan

anak, khususnya dalam keseimbangan orang tua mengasihi anak. Jika ada kasih, harus

ada disiplin. Keseimbangan ini dapat dikatakan pola didik yang sehat. Dalam kitab

amsal sangatlah ditekankan prinsip mendidik anak melalui disiplin, adapun di dalam

konteks Amsal 15:32 dikatakan siapa yang mengabaikan disiplin adalah membuang diri

sendiri.

Jadi siapa yang memberi respon yang baik terhadap disiplin, maka ia akan

berharga. Matthew Henry’s mengatakan dengan tegas bahwa: Kebodohan orang-orang

yang tidak akan diajarkan, karena menolak disiplin, dan yang tidak akan memperhatikan

hal itu, tetapi mereka berpaling atasnya, atau tidak akan mendengarnya, tapi giliran hati

mereka terhadap hal itu. Mereka menolak disiplin, dan mereka tidak menerimanya,

maka mereka yang melakukannya adalah menghina jiwa mereka sendiri, mereka

menunjukkan bahwa mereka memiliki pendapat yang rendah dan tidak berarti dari

mereka, dan berada dalam perawatan kecil dan keprihatinan tentang mereka, dianggap

sebagai rasional dan abadi, disiplin yang dirancang untuk mengolah dan mempersiapkan

alasan bagi Negara abadi. Kesalahan mendasar dari orang-orang berdosa adalah

merendahkan jiwa mereka sendiri. Kebijaksanan dari mereka yang bersedia, tidak hanya

diajarkan, tetapi untuk di disiplin; Dia yang mendengar disiplin, maka akan

mendapatkan pemahaman, dengan mana jiwanya dijamin dari cara-cara yang buruk dan

diarahkan dengan cara yang baik, dan dengan demikian ia baik bagi nilai jiwanya

sendiri dan menempatkan kehormatan sejati atasnya.22

Dasar dari teologi tentang disiplin adalah dasar hubungan dengan Yahweh dalam

ketetapannya dengan manusia, dan kata ini ditemukan hampir 90 kali dalam pentateukh,

21Duane A. Garrett, Nashville, Tennessee, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung dalam The

New American Commentary (USA: Broadman &Holman Publisher All Right Reserved, 1993).

22Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, PC Study Bible Formatted Elektronic

Database Copyright @ 2006 by Biblesoft, Inc. All Rights reserved (CD-ROM)

Page 10: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17

Copyright© 2020 – KERUGMA | 91

26 kali dalam kitab nabi-nabi dan 36 kali dalam kitab Amsal.23 Hal ini menunjukkan

bahwa yasser merupakan suatu makna kata yang mengindikasikan tentang disiplin,

yang mana hal itu dikaitkan juga dengan hubungannya dalam Yahweh terhadap

ketetapannya dengan manusia. Oleh karena itu jelas bahwa mendisiplin anak merupakan

salah satu prinsip yang baik digunakan dalam pendidikan. Sebab mendidik anak dalam

hal disiplin sudah dipakai dalam Perjanjian Lama.

Adapun empat hal yang disebutkan oleh bapak Berry Brazelton yang harus

dilakukan dalam hal mendisiplin anak dalam pendidikan adalah:

Pertama: kelakuan buruk anak harus dihentikan. Kedua: mungkin anak perlu

mengendalikan emosi dan menenangkan diri sebelum siap melangkah maju, ketiga:

anak perlu memikirkan perbuatan dan memahami konsekuensinya, termasuk juga

akibatnya pada orang lain. Keempat: tentang pemecahan masalah, dan selagi anak

berusaha memperbaiki, kadang kala ada negoisasi atau kompromi.24

Jadi hal diatas jelas mengindikasikan bahwa ternyata mendisiplin anak adalah hal

yang tepat dan baik digunakan dalam pendidikan. Sebab mendisiplin adalah suatu

prinsip yang dipaparkan dalam kitab Amsal. Pengajaran dan penerapan disiplin

diharapkan mampu mendidik anak. Seperti ungkapan Emiyati “disiplin merupakan cara

mendidik anak-anak dengan cara yang patut, untuk menanamkan karakter pada anak

sehingga mereka dapat memiliki ketaatan dan kemampuan untuk memilih dan

melakukan hal-hal yang benar25

Mengoreksi Anak

Mendidik anak dalam kitab Amsal memiliki Prinsip yang menjadi kewajiban bagi

setiap pendidik, terutama dalam Amsal 29:17 ini tugas dan tanggung jawab seorang

pendidik ditujukan kepada orang tua. Dan dalam mendidik dengan cara mengoreksi

sangatlah penting dilakukan oleh seorang pendidik yaitu orangtua.

Dalam nyanyian perjanjian Musa dikatakan bahwa YAHWEH disebut sebagai

Bapa (Ulangan 32:6), dari umat perjanjian mengajarkan hal yang sama yaitu seseorang

yang mendisiplinkan putranya bukan tanpa perjanjian dan signifikansi dan

23R. Laird Harris, G. L. Archer, Jr., Bruce K. WaltkerSEåy:,,.... dalam theological Wordbook of The

Old Testament (Chicago: Moody Publisher,1980) 24T. Berry Brazelton, Disiplin Anak (Jakarta: BIP, 2005), 71. 25Ayang Emiyati “Mendisiplin Anak Menurut Prisip Kristen “ dalam Evangelikal: Jurnal

Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Volume 2, Nomor 2, Juli 2018: 147-156

Page 11: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 92

teologis.Masa Musa, Allah sebagai Bapa telah mengoreksi bangsa Israel, sebagaimana

perintah Tuhan diberikan kepada Musa menjadi tolak ukur bangsa Israel berjalan

menuju tanah perjanjian. Musa melakukan perintah Tuhan dengan memimpin umatNya

dengan memberikan ajaran hukum taurat..26

Dalam kitab Amsal 30 penggunaan kata mengoreksi. Dalam Amsal 3:11-12

Mussar dan tokahat “teguran, koreksi” dikatakan berasal dari Yahweh, Dia menegur

bahkan seperti ayah seorang putra dimana Dia berkenan. Oleh karena itu mengoreksi

merupakan salah satu cara disiplin memberi kepastian status anak yang menunjuk pada

cara hidup yang berpusat pada Tuhan.27

Menurut Sidjabat orangtua perlu memberikan tugas-tugas bagi anak agar anak

dapat berlatih mengerjakannya. Jika ada kesalahan, tugas orangtua adalah memberikan

koreksi kepada anak. jika anak berhasil orangtua perlu memberi pujian kepada anak28

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Mengoreksi” berarti memeriksa dan

membetulkan. 29 jadi mengoreksi anak berarti memeriksa anak ketika melakukan

kesalahan dan orangtua harus membetulkan atau memiliki petunjuk atau arahan untuk

kesalahan yang dilakukan anak. Jika anak sengaja melakukan kesalahan agar ia tidak

melakukan lagi dan bila anak tidak sengaja agar ia melakukan yang benar.

Jadi penting sekali bagi orangtua untuk memahami bagaimana mendidik anak

dengan memberikan koreksi kepada anak, seperti halnya orangtua juga perlu

memberikan tugas-tugas agar anak dapat bertanggung jawab, dan disinilah orangtua

dapat memantau anak jika anak melakukan kesalahan perlunya peran orangtua untuk

membetulkan kesalahan anak tersebut.

Mendidik Anak dengan Memberi Hukuman

Dalam kitab Amsal menguraikan tentang perintah menghukum anak berdasarkan

pemakaian kata rSEåy: yasser yaitu kata kerja piel imperatif maskulin tunggal. Kata ini

dipakai secara umum dalam rumpun simetik adalah untuk mengajar dan membimbing,

26 Harris, et als, dalam theological Wordbook Of The Old Testament(Chicago: Moody

Publisher,1980), 132. 27Ibid. 28B.S Sidjabat, Membesarkan Anak dengan Kreatif (Yogyakarta: ANDI, 2012), 214. 29 Purwadarminta A. kata “Mengoreksi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976.

Page 12: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17

Copyright© 2020 – KERUGMA | 93

kata kerja Yasser secara spesifik bukanlah pendidikan secara formal melainkan lebih

menekankan hasil dan norma-norma dari tingkah laku yang secara verbal dengan

menolak secara fisik.30 Dan lebih tegas dijelaskan bahwa kata ini sebagai hukuman

dimana manusia sebagai subjek. Dalam Perjanjian Lama menggunakan kata ini juga

dalam Amsal 19:18, untuk menyatakan hukuman yang diberikan orang tua kepada

anaknya adalah untuk melepaskan anaknya dari kematian dan hal itu akan membawa

sukacita yang besar bagi orangtua mereka.31

Dalam Amsal 19:18 kata yasser dalam bentuk kata kerja Piel Imperatif maskulin

tunggal, yang artinya mengoreksi, menghukum, mendisiplin. 32 Dan berdasarkan

pemakaian piel maka artinya bahwa pendidik diminta untuk memberi hukuman dengan

menghajar anak, sebab kata ini dalam piel adalah kasus denominatif dengan bentuk

perintah.33 Oleh karena itu jelaslah bahwa menghajar anak adalah sebuah perintah yang

dinyatakan dalam kitab Amsal. Dan dengan tegas dikatakan dalam ungkapan hajarlah

anakmu….tetapi jangan menginginkan kematiannya, adalah berbicara sebagaimana

bunyi pararelnya dalam Amsal 23:14 yang berbicara tentang hajaran sebagai tindakan

yang menyelamatkan anak dari kematian, demikian juga barangkali Amsal ini melalui

pernyataan yang diringkaskan mempunyai maksud sama: “jangan berpantang memberi

hajaran dan dengan demikian membawa dia kepada kematian.”34

Hal ini jelas menunjukkan bahwa tindakan menghajar anak merupakan satu

tindakan yang baik dalam pendidikan untuk menyelamatkan anak dari kematian. Dan

hajaran yang diberikan sebagai bentuk dari hukuman kepada anak harus berdasarkan

dengan kasih. ’Orang tua diberi kuasa mutlak untuk menanamkan iman percaya pada

Allah kepada anak-anaknya. Untuk dapat menanamkan iman pada anak, orang tua

maupun pendidik harus menghindari perbuatan yang membuat anak-anak sakit hati.’35

Keluarga adalah pelaku utama pendidikan, tetapi gaya otoriter dapat menimbulkan

30 E.H. Merril, rSEåy:,,.dalam New International Dictionary Of Old Testament Theology and

Eksegesis. Zondervan Publising House Software (CD-ROM) 31Ibid., 187. 32 Driver, dan Briggs rSEåy:,,...dalam The New Brown-Driver-Briggs-Genesius Hebrew and

Lexicon, 416. (CD-ROM) 33Kata kerja ini dalam bahasa Ibrani tua dianggap pangkal yang membuat Qal lebih kuat atau

intensif. Dan kata kerja ini dipakai dalam beberapa kasus, yaitu: pertama Piel adalah transitif dari kata

kerja Qal statif dan intrasitif. Kedua, Piel adalah resultif dari Qal transitif. Ketiga, Denominatif: kata

benda dijadikan kata kerja. (Carl A. Reed, Diktat Kuliah Bahasa Ibrani I Sem III, (Yogyakarta: STTII,

2004), 67. 34Harris, “Amsal” dalam the wycliffe Bible Commentary, 335. 35 Jumliati Patodingan, Pandangan Perspektif Alkitab Terhadap Anak Anak Dalam Hidup

Berbangsa Di Lembang Kayuosing, JURNAL%20MP%202%20(2).pdf, diakses tgl 19 Agustus 2021

Page 13: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 94

penolakan. Alangkah baiknya kalau dapat diciptakan suasana di mana anak-anak berani

sharing pertanyaan dan pergumulan dengan orang tua yang adalah pendengar yang baik

bukan hanya pengkhotbah ulung36

Hasil dari Mendidik Anak

Dalam amsal 29:17 yang mengatakan: “Didiklah Anakmu, maka ia akan memberi

ketentraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu” Kalimat diatas

memberi perintah kepada setiap orangtua berkewajiban dalam mendidik anaknya dan

sesuatu kehormatan apabila anak dapat dididik dengan baik.

Orangtua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya dan mempersiapkan

masa depan anaknya. Agar pendidikan berhasil diperlukan situasi pendidikan yang baik

dan tepat. Orangtua sangat berpengaruh besar dalam mendidik anak, jika salah dalam

memberi didikan maka orangtua akan melihat anak terjerumus dalam keadaan dunia dan

tidak akan ada harapan untuk orangtua merasakan tentram dan damai melihat tingkah

laku anaknya.

Menurut Edwin keberhasilan dari orangtua dalam mengajar anak adalah

menetapkan prinsip-prinsip yang benar dalam mendidik anak, prinsip yang paling utama

orangtua diperintahkan untuk mengajarkan anak tentang ketetapan Firman Tuhan.

Mereka harus melindungi hal yang mereka ajarkan dan menjaganya dari pengaruh

paparan materi negative, yaitu dari pengaruh paparan materi negative dan pengajaran

buruk yang diterimanya.37

Untuk itu sangatlah penting bagi orangtua dalam mendidik anak untuk

memperhatikan ajaran yang diterima oleh anak dan selalu mengajarkan anak sesuai

dengan perintah yang Tuhan ajarkan melalui FirmanNya agar kelak mendatangkan

ketentraman dan sukacita dari hasil didikan yang orangtua berikan kepada anaknya.

Mendatangkan Ketentraman

Dalam Amsal 29:17 kata “ketentraman” ditulis ך יניח wî|nîHeºkä38 yang merupakan ו

36Tri Astuti Yeniretnowati dan Yakub Hendrawan Perangin Angin “Peran Parenting Orangtua

Dalam Perspektif Pendidikan Kristen di Era Digital´dalam Jurnal Harati . Vol. 1, No. 1, April 2021. 37Edwin Charis, Smart Parenting (Yogyakarta: ANDI, 2016), 157. 38Berasal dari kata ו particle conjunction נוח verb hiphil imperfect 3rd person masculine

singular suffix 2nd person masculine singular jussive in meaning, but no unique form for jussive

Page 14: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17

Copyright© 2020 – KERUGMA | 95

kata kerja Hiphil Imperfek39 yang artinya to give rest, put yakni “untuk memberikan

istrahat/ketenangan” dan kata put artinya meletakkan. Jadi arti kata Ketentraman sesuai

gramatikal sintaksis sebagai kausatif (menyebabkan sesuatu) adalah ketentraman yang

terjadi dalam hati dan pikiran, dalam waktu yang belum terjadi. Maka ketentraman

terjadi apabila didikan diberikan kepada anak dengan benar.

Dalam mendidik anak setiap orangtua pasti berharap ada hasil yang baik dari

didikan yang diberikan kepada anak yaitu adanya kedamaian/ketentraman dalam hati

dan pikiran. Ketentraman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan

tentram, keamanan, ketenangan.40

Ketenteraman yang dimaksud dari kitab Amsal 29:17 jelas mengatakan

ketenteraman didapatkan oleh anak ketika orangtua dapat mendidik dengan benar. Jika

anak dididik dengan hal tersebut secara otomatis ketenteraman atau ketenangan terjadi

pada orangtua.

Jadi arti ketentraman ialah adanya ketenangan atau kedamaian dalam hati dan

pikiran seseorang. Namun dalam mendidik anak ketika orangtua berhasil mendidik anak

dengan benar maka hasil didikan tersebut akan mendatangkan kedamaian dalam hati

dan pikiran orangtua karena keyakinan akan keberhasilan anaknya dari didikan yang

diberikan dengan benar.

Mendatangkan Sukacita

Dalam Amsal 29:17 kata “mendatangkan sukacita” ditulis ך׃ ש נפ ים ל מעדנ

ma`ádannîm lünapšeºkä.41merupakan genetif akibat dan bentuk konstruk yang dipaikai

untuk melakukan sesuatu. Artinya bahwa kata “mendatangkan sukacita” artinya

kesenangan bagi Jiwa. Kesenangan bagi jiwa ini terjadi hasil dari tindakan yang sudah

dilakukan yaitu memberikan ketentraman bagi anak. Kesenangan bagi jiwa adalah

menjadi titik pencapaian atau tujuan dari apa yang dilakukan.

Ketika orangtua melakukan tugas dalam mendidik anak dengan baik dan benar

dan memahami kebutuhan dasar anak dalam rangka pembentukan dan pengembangan

wataknya secara sehat maka dikemudian hari orangtua akan menerima hasil dari

homonym 1. Brown, Driver, Briggs,Hebrew and English Lexicon Versi 10-Bible Works. CD-ROM.

39Kata kerja aktif yang memakai waktu/keterangan. (Carl A. Reed, Diktat Kuliah Bahasa Ibrani

I Sem III, (Yogyakarta: STTII, 2004), 69. 40Purwadarminta A, kata “ketentraman” Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pembinaan

Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976). 41Merupakan participle yaitu kata kerja yang bersifat sekarang yang terjadi dari masa lampau.

Page 15: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 96

didikannya itu. Namun kenyataannya sekarang ini banyak orangtua karena berbagai

alasan seperti kesibukan, tidak memiliki pemahaman dan pengertian sehingga

mengabaikan kebutuhan anak dalam mendisiplin. Karena kesibukan yang ada,

pengasuhan anak akhirnya diserahkan kepada pembantu yang tidak berani bersikap

tegas. Akibat dari kurangnya disiplin yang baik dan benar, akhirnya dikemudian hari

anak memberontak, sulit dikendalikan, dan mencari perhatian secara berlebihan. Itulah

sebabnya orangtua perlu memperhatikan pendidikan yang diterima oleh anaknya.

“Pendidikan yang terencana dengan baik adalah tindakan untuk membesarkan anak

sedemikian rupa hingga dia akan beranjak dewasa menjadi seorang pribadi yang

bertidak dengan bertanggung jawab seraya menemukan sukacita dalam eksistensinya.”42

Itulah sebabnya perlunya kesadaran orangtua dalam tanggung jawabnya mendidik anak

dan memastikan agar anak mereka mendapat pendidikan yang benar untuk

mendatangkan sukacita di waktu dini dan waktu yang akan datang.

IV. KESIMPULAN/PENUTUP

Dalam Amsal 29: 15 dan 17 terdapat prinsip-prinsip mendidik anak yaitu

mendidik anak dengan teguran. Kalau anak melakukan kesalahan hal yang paling utama

dilakukan adalah menegur mereka dengan kasih. Yang kedua adalah mendidik anak

dengan tongkat. Yang dimaksud dengan tongkat adalah melambangkan kekuasaan.

Dengan kekuasaan dalam mendidik maka ukuran dalam mengoreksi dapat

menggunakan tangkai, batang, sambuk dan balok. Hal ini dapat di lakukan ketika anak

melakukan suatu tindakan yang tidak benar. Terakhir adalah tidak membiarkan anak.

Mendidik anak dengan benar adalah tanggungjawab orangtua. Orangtua yang tidak

mengendalikan anaknya sama dengan tindakan pembiaran dan yang mengabaikan

tanggung jawabnya. Jika seorang anak dibiarkan oleh orangtua, maka menurut penulis

kitab Amsal, anak itu akan “mempermalukan” ibunya.

42Nicholas P. Wolterstoff, Mendidik Untuk Kehidupan. Surabaya: Momentum, 2010.

Page 16: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Lamtiur Pasaribu: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29: 15 dan 17

Copyright© 2020 – KERUGMA | 97

DAFTAR PUSTAKA

Baxter, J. Sidlow. Menggali isi Alkitab (Ayub-Maleaki) Penerjemah: Sastro Soedirdjo.

Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2002.

Barnes, Theological Wordbook Of The Old Testament. Chicago: Moody

Publisher,1980.

Berry, Brazelton, T. . Disiplin Anak. Jakarta: BIP, 2005.

Charis, Edwin. Smart Parenting. Yogyakarta: ANDI, 2016.

Driver, dan BriggsrSEåy:,,...dalam The New Brown-Driver-Briggs-Genesius Hebrew and

Lexicon.

E.H. Merril, rSEåy:,,.dalamNew International Dictionary Of Old Testament Theology and

Eksegesis. Zondervan Publising House Software.

Garrett, Duane A. Nashville, Tennessee, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung dalam

The New American Commentary. USA: Broadman &Holman Publisher All Right

Reserved, 1993.

Hill, Andrew E. dan John H. Walton, Survei Perjanjian Lama. Malang: Penerbit

Gandum Mas, 2004.

Hadiwiyata, A.S. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Harris, et als, dalam theological Wordbook Of The Old Testament. Chicago: Moody

Publisher,1980.

Henry, Matthew. Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, PC Study Bible

Formatted Electronic Database Copyright @ 2006 by Biblesoft, Inc. All Rights

reserved.

Hubbard, David A. ; Ogilvie, Lloyd J.: The Preacher's Commentary Series, Volume 15 :

Proverbs. Nashville, Tennessee : Thomas Nelson Inc, 1989. The Preacher's

Commentary Series 15.

Jamieson, Fausset, and Brown Commentary, Electronic Database, Copyright © 1997,

2003, 2005, 2006 by Biblesoft, Inc. All rights reserved.)

Merril, E.H. New International Dictionary Of Old Testament Theology and Eksegesis.

Nicholas P. Wolterstoff, Mendidik Untuk Kehidupan, Surabaya: Momentum, 2010.

Page 17: Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17

Volume 2, No 2, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 98

Purwadarminta A. kata “Mengoreksi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976.

Purwadarminta A, kata “ketentraman” Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976.

R. Laird Harris, G. L. Archer, Jr., Bruce K. Waltke rSEåy:,,.... dalam theological Wordbook of

The Old Testament. Chicago: Moody Publisher,1980.

Sidjabat, B.S. Membesarkan anak dengan kreatif. Yogyakarta: ANDI, 2012.