PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku...

23
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 211 PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL INDONESIA Sumani [email protected] Christine Winstinindah Sandroto [email protected] Indah Mula Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta ABSTRACT The objective of this research is to classify thetype of individual investors in the Indonesia capital market. The purpose of classification is to provide an overview for securities firms about the profile of individual investors in the Indonesia capital market, this classification will also provide overview for individual investors on their investment habits, so they can encourage good trading habits and make the investor obtain good performance from the investment. From the profile, we provide guidelines to incorporate Behavioral Finance into asset allocation design which will better serve the investor’s best interest. The result shows that Indonesia individual investors tend to be irrational in investing, where they can be classified into two major groups: the first is the group confident big traders who have high confidence and high control, and the highest value of the portfolio. The second group which is loss averse group of small traders who have high confidence and high control, with a small value of portfolio. Keywords: classification, investor profile, irrational, confident big trader, loss averse small trader. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan klasifikasi terhadap tipe investor individu di pasar modal Indonesia. Tujuan klasifikasi tersebut adalah, selain memberikan gambaran bagi perusahaan sekuritas tentang profil investor individu di pasar modal Indonesia, juga akan memberikan pengertian bagi investor individu tentang kebiasaan investasi mereka, sehingga bisa mendorong kebiasaan trading yang baik dan membuat investor memperoleh kinerja yang baik dari hasil investasi mereka. Dari profil investor tersebut, peneliti membuat petunjuk praktis yang memasukkan unsur Behavioral Finance ke dalam design alokasi aset yang sesuai dengan profil investor secara pribadi, sehingga lebih bermanfaat bagi kepentingan investor tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor individu di Indonesia cenderung bersifat irasional dalam berinvestasi, dimana mereka bisa digolongkan dalam dua kelompok besar. Kelompok pertama adalah kelompok confident big trader yang memiliki rasa percaya diri serta kontrol yang tinggi, serta nilai portfolio besar. Kelompok kedua adalah kelompok loss averse small trader yang memiliki rasa percaya diri serta kontrol yang tinggi, dengan nilai portfolio yang kecil. Kata kunci : klasifikasi, profil investor, irasional, confident big trader, loss averse small trader. PENDAHULUAN Perkembangan pasar modal Indonesia selama beberapa tahun ini sangat pesat, dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama 8 tahun dari tahun 2004-2012 mencatat kenaikan secara akumulatif se- besar 452% atau rata-rata mencapai kenai- kan 57% per tahun. Sebuah laju kenaikan yang luar biasa bila dibandingkan dengan negara lain seperti Cina, India dan lain-lain. Selama tahun 2004-2012 terdapat pa- ling tidak 141 perusahaan yang melakukan penawaran umum atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia(BEI), ini me- nunjukkan bahwa tingginya minat emiten untuk masuk ke pasar modal Indonesia

Transcript of PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku...

Page 1: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

211

PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL INDONESIA

[email protected]

Christine Winstinindah [email protected]

Indah MulaFakultas Ekonomi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta

ABSTRACT

The objective of this research is to classify thetype of individual investors in the Indonesia capital market. Thepurpose of classification is to provide an overview for securities firms about the profile of individual investors inthe Indonesia capital market, this classification will also provide overview for individual investors on theirinvestment habits, so they can encourage good trading habits and make the investor obtain good performancefrom the investment. From the profile, we provide guidelines to incorporate Behavioral Finance into assetallocation design which will better serve the investor’s best interest. The result shows that Indonesia individualinvestors tend to be irrational in investing, where they can be classified into two major groups: the first is thegroup confident big traders who have high confidence and high control, and the highest value of the portfolio.The second group which is loss averse group of small traders who have high confidence and high control, with asmall value of portfolio.

Keywords: classification, investor profile, irrational, confident big trader, loss averse small trader.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan klasifikasi terhadap tipe investor individu di pasar modalIndonesia. Tujuan klasifikasi tersebut adalah, selain memberikan gambaran bagi perusahaan sekuritastentang profil investor individu di pasar modal Indonesia, juga akan memberikan pengertian bagiinvestor individu tentang kebiasaan investasi mereka, sehingga bisa mendorong kebiasaan tradingyang baik dan membuat investor memperoleh kinerja yang baik dari hasil investasi mereka. Dariprofil investor tersebut, peneliti membuat petunjuk praktis yang memasukkan unsur BehavioralFinance ke dalam design alokasi aset yang sesuai dengan profil investor secara pribadi, sehingga lebihbermanfaat bagi kepentingan investor tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investorindividu di Indonesia cenderung bersifat irasional dalam berinvestasi, dimana mereka bisadigolongkan dalam dua kelompok besar. Kelompok pertama adalah kelompok confident big traderyang memiliki rasa percaya diri serta kontrol yang tinggi, serta nilai portfolio besar. Kelompok keduaadalah kelompok loss averse small trader yang memiliki rasa percaya diri serta kontrol yang tinggi,dengan nilai portfolio yang kecil.

Kata kunci : klasifikasi, profil investor, irasional, confident big trader, loss averse small trader.

PENDAHULUANPerkembangan pasar modal Indonesia

selama beberapa tahun ini sangat pesat,dimana Indeks Harga Saham Gabungan(IHSG) selama 8 tahun dari tahun 2004-2012mencatat kenaikan secara akumulatif se-besar 452% atau rata-rata mencapai kenai-kan 57% per tahun. Sebuah laju kenaikan

yang luar biasa bila dibandingkan dengannegara lain seperti Cina, India dan lain-lain.

Selama tahun 2004-2012 terdapat pa-ling tidak 141 perusahaan yang melakukanpenawaran umum atau Initial Public Offering(IPO) di Bursa Efek Indonesia(BEI), ini me-nunjukkan bahwa tingginya minat emitenuntuk masuk ke pasar modal Indonesia

Page 2: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

212 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 211 - 233

sebagai sumber pendanaan perusahaan(Indonesia Economic Review, 2004-2012).Hal ini bisa terjadi karena pasar modalIndonesia menarik baik bagi perusahaanyang membutuhkan pendanaan maupuninvestor yang memiliki kelebihan danauntuk berinvestasi.

Menurut data BEI, terdapat 365.651 subrekening investor domestik di bursa Indo-nesia pada akhir tahun 2011 (Komite Ekono-mi Nasional, 2013). Namun dengan adanyaperkembangan teknologi dan ilmu penge-tahuan tentang investasi, diharapkan akanmeningkatkan jumlah investor domestik dipasar modal Indonesia.

Berbagai kebijakan yang ditempuh olehBEI untuk meningkatkan investor domestik,terutama investor pribadi dalam pasar mo-dal Indonesia, antara lain kebijakan singleID, untuk menghindari kemungkinan mani-pulasi oleh perusahaan sekuritas, sehinggainvestor pribadi akan terjamin keamanannilai portfolionya.

Dengan semakin meningkatnya jumlahinvestor pribadi, maka semakin pentingbagi kita untuk memahami motivasi, pemi-kiran dan gaya pengambilan keputusaninvestasi dari investor pribadi. Penelitianterdahulu meneliti tentang gaya investasibroker saham (Morrin et al. dalam Johnsonet all, 2005) atau segmentasi investor saatmemilih perusahaan sekuritas (Chan et al.,dalam Wood dan Zaichkowsky, 2004). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa mem-buat profil bagi investor individu tentangpenggunaan informasi pasar dan sejarahinvestasi mereka akan membantu perusaha-an sekuritas untuk lebih selektif dalam me-lakukan promosi dan komunikasi terhadapinvestor individu tersebut (Wood danZaichkowsky, 2004).

Hal tersebut yang menjadi dasar bagipenulis untuk melakukan klasifikasi ter-hadap tipe investor individu di pasar modalIndonesia. Penulis ingin mengetahui bagai-mana profil investor di pasar modal Indo-nesia. Apakah mereka tergolong investoryang overconfidence atau mereka tergolonginvestor yang rasional. Bagaimana sikap

mereka terhadap risiko dan ketidakpastian,bagaimana penggunaan informasi oleh in-vestor dan sejarah transaksi investor indi-vidu. Tujuan klasifikasi tersebut selainmemberikan gambaran bagi perusahaansekuritas tentang profile investor individudi pasar modal Indonesia, klasifikasi inijuga akan memberikan pengertian bagi in-vestor individu tentang kebiasaan investasime reka, sehingga bisa mendorong ke-biasaan trading yang baik dan membuatinvestor memperoleh kinerja yang baik darihasil investasi mereka.

TINJAUAN TEORETISSaat pengambilan keputusan mengenai

suatu investasi, investor dihadapkan padasuatu kondisi untuk menentukan pilihaninvestasi mana yang dapat memberikanreturn sesuai yang diinginkan investor.Penentuan pilihan investasi oleh investordipengaruhi oleh cara investor melakukanproses atas informasi yang dimilikinya.

Dalam teori investasi disebutkan bah-wa investor diasumsikan rasional dan mem-perhitungkan return dan risk dalam prosespengambilan keputusan investasi. Hal inisesuai dengan teori yang dikemukakan olehMarkowitz (dalam Acharya dan Pedersen,2005), yang menjelaskan bahwa investorcenderung akan memilih investasi yangpaling menguntungkan bagi investor danberusaha untuk meminimalkan risiko de-ngan cara diversifikasi.

Selanjutnya, teori tersebut dikembang-kan oleh Treynor; Sharpe; Lintner danMossin(dalam Acharya dan Pedersen, 2005)yang dikenal dengan teori Capital AssetPricing Model (CAPM). Teori ini mempre-diksi expected rates of return dan risk dariinvestasi atas aset yang berisiko. Salah satuasumsi yang mendasari teori ini adalahbahwa investor bersifat rasional danmemiliki ekspektasi yang homogen, ataucara berpikir yang homogen dalam meng-analisis informasi. Selain itu, teori CAPMpercaya bahwa pasar saham itu bersifatefisien (Efficient Market Hypothesis / EMH).

Page 3: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

Perilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213

Implikasi dari EMH adalah bahwaharga sekuritas telah mencerminkan semuainformasi yang tersedia bagi investor dipasar dan harga sekuritas di pasar sudah“fair”, sehingga tidak ada abnormal returnbagi investor. Pada kenyataan adanyaanomali-anomali yang terjadi di pasar mo-dal dimana ada abnormal return bagi be-berapa investor. Hal ini membuktikan bah-wa harga sekuritas di pasar tidak “fair”.Oleh sebab itu, muncul teori lain yangmembantah supremasi teori CAPM yaituBehavioral Finance yang dikemukakan olehShleifer dan Summers (dalam Shiller, 2003).Teori ini menyatakan bahwa investor itumungkin tidak rasional, dan juga memilikiproses pengolahan informasi yang berbeda-beda antar orang, hal ini menyebabkankemungkinan investor mengambil keputu-san investasi yang salah, atau hanya ber-dasarkan ”feeling” saja. Akibat dari ketidak-rasionalan investor, maka investor bisamengambil keputusan yang salah, bahkancenderung emosional. Hal ini menunjukkanadanya faktor psikologi yang mempengaru-hi proses pengambilan keputusan dalaminvestasi.

Capital Asset Pricing Model (CAPM)Capital Asset Pricing Model (CAPM)

dikembangkan oleh Treynor; Sharpe;Lintner dan Mossin (dalam Acharya danPedersen, 2005). Teori ini memprediksihubungan antara risk dan expected returndari aset yang berisiko. Penerapan dari teoriCAPM pada investor didasarkan padabeberapa asumsi, yaitu:investor tidak dapatmempengaruhi harga berdasarkan transaksiindividu. Dengan demikian pasar modaldigolongkan sebagai pasar persaingan sem-purna, dimana: semua investor merencana-kan jangka waktu investasi yang sama;investor membentuk portofolio dari financialasset yang diperdagangkan dan memilikiakses untuk meminjam (borrowing) dan me-minjamkan (lending); tidak ada pajak ataubiaya transaksi; semua investor mencobauntuk membentuk efficient frontier portfolio,dengan demikian investor tersebut adalah

investor yang rasional; semua investormenganalisis surat berharga dengan carayang sama dan mempunyai pandanganekonomi yang sama juga. Ini berarti in-vestor menggunakan expected return, stan-dar deviasi dan korelasi yang sama untukmembentuk efficient frontier dan optimal riskyportfolio. Asumsi ini disebut homogeneousexpectations.

Dari teori CAPM, bisa terlihat indikatorseorang investor dinyatakan rasional adalahsebagai berikut: a) investor akan memper-hitungkan semua kemungkinan investasisebelum dia memutuskan pembelian inves-tasi tertentu; b) hasil keputusan yang sudahdiambil oleh investor tidak akan disesalkanoleh investor tersebut di kemudian hari.

Investor akan mengambil keuntunganyang setinggi-tingginya dan apabila terjadikerugian, investor yang rasional akan me-lakukan cut loss, sehingga nilai kerugiannyaminimal. Investor menurut teori CAPMadalah tipe investor yang rasional, merekatidak akan memiliki penyesalan setelahpengambilan keputusan, tidak ada masalahsalah pilih instrumen, dan lain-lain.

Pengambilan KeputusanKetika individu maupun organisasi

membuat keputusan, pada dasarnya ter-dapat tiga model, yaitu rational decision-making, bounded rationality, dan intuition(Robbins dan Judge, 2013). Rational decision-making model adalah model pengambilankeputusan yang mendeskripsikan bagai-mana individu seharusnya berperilaku agardapat memaksimalkan outcome. Asumsiyang digunakan adalah bahwa pembuatkeputusan memiliki informasi yang leng-kap, mampu mengidentifikasi semua opsiyang relevan tanpa bias, dan memilih opsiyang memberikan utilitas tertinggi. Modelpengambilan keputusan yang rational me-ngikuti tahap-tahap sebagai berikut: 1) men-definisikan masalah; 2) mengidentifikasikankriteria keputusan; 3) mengalokasikan bo-bot untuk tiap kriteria; 4) mengembangkanalternatif-alternatif; 5) mengevaluasi tiap

Page 4: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

214 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 211 - 233

alternatif; dan 6) memilih alternatif yangterbaik.

Bounded rationality merupakan prosespengambilan keputusan dimana kemampu-an individu untuk memproses informasiadalah terbatas, sehingga hampir tidakmungkin untuk mendapatkan dan me-mahami semua informasi yang dibutuhkanuntuk mengoptimalkan outcome. Disini indi-vidu berusaha untuk mendapatkan solusiyang paling mencukupi dan memuaskan,sedangkan intuition merupakan model pe-ngambilan keputusan yang paling tidakrasional, yaitu merupakan proses di bawahsadar yang diciptakan dari hasil menyaringpengalaman. Ini terjadi di luar pemikiransadar, bergantung pada asosiasi holistik,atau kaitan antara potongan–potongan in-formasi yang terpisah. Intuition tidak ber-sifat rasional, namun inipun tidaklah salah.Intuition dan rational dapat saling meleng-kapi satu sama lain.

Menurut Jensen dan Meckling (dalamGhoshal, 2005), sifat manusia yang palingumum adalah model REMM (Resourceful,Evaluative, Maximizing Model). Mereka me-miliki kesimpulan bahwa manusia itukreatif dalam menilai kesempatan dalamkehidupan, mereka akan meresponi lingku-ngan dengan menciptakan kesempatanbaru; manusia itu bersifat evaluatif, karenakeinginan yang tak terbatas, maka manusiaakan mengevaluasi segala pilihan yang ter-sedia, dan bersedia untuk melakukan trade-off untuk menukarkan apa yang merekamiliki dengan hal yang lebih baik; terakhirmanusia juga bersifat maximalisasi, dimanamanusia akan selalu memaksimalkan kenik-matan yang mereka peroleh. Sifat-sifat inicenderung diperlihatkan oleh manusia yangrasional dalam pengambilan keputusan dikehidupan

Behavioral FinanceBarberis dan Thaler (2003); Shefrin

(dalam Johnson etal, 2005); Shiller (2005);dan Subrahmanyam (2008) menjelaskanBehavioral Finance sebagai sebuah modelpasar keuangan yang menekankan impli-

kasi potensial dari faktor psikologis yangmempengaruhi perilaku investor. Premis-nya adalah bahwa teori keuangan konvensi-onal kurang memperhatikan bagaimanaorang sebenarnya membuat keputusan danbahwa setiap orang membuat perbedaan.Semakin banyak ekonom menginterpretasi-kan literatur bahwa anomali pasar konsistendengan irasionalitas, yang sepertinya men-jadi ciri-ciri bagi para individu yang meng-ambil keputusan yang rumit.

Bodie et al., (2008) menuliskan duaargumen dasar dari kritik behavioral, yaituirasionalitas dan keterbatasan kegiatan arbi-trase. Irasionalitas, terdiri dari dua kategoriluas: 1) investor tidak selalu memprosesinformasi dengan benar, dan karenanyadapat melakukan kesalahan dalam meng-hitung distribusi probabilitas laba di masadepan; 2) meskipun memiliki distribusiprobabilitas laba, investor sering membuatkeputusan yang tidak konsisten dan opti-mal.

Keberadaan investor yang tidak rasio-nal saja tidak akan cukup untuk membuatpasar menjadi tidak efisien. Jika irasionalitasmempengaruhi harga, arbitrator yang cer-dik dapat mengambil keuntungan denganmendorong harga kembali ke nilainya yangwajar. Ini merupakan argumen behavioralyang kedua, bahwa pada prakteknya ke-giatan arbitrase semacam di atas adalahterbatas dan tidak cukup untuk memaksaharga kembali ke nilai intrinsiknya. Pelakupasar pada umumnya akan setuju bahwajika harga adalah benar (harga pasar samadengan nilai intrinsic), maka tidak ada pe-luang yang mudah untuk memperoleh laba.

Kesalahan dalam pemrosesan infor-masi dapat mengakibatkan investor salahmemperkirakan probabilitas yang sebenar-nya dari kejadian ataupun tingkat pengem-balian dimasa depan. Beberapa bias pemro-sesan informasi ini telah dibahas, empatdiantaranya yang paling sering ditemuiadalah Forecasting errors, berdasarkan be-berapa penelitian yang dilakukan Kahne-man dan Tversky (Johnson et. al, 2005) ser-ta Tversky dan Kahneman (Kahneman,

Page 5: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

Perilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 215

2003) memberikan indikasi bahwa orangsering memberi bobot lebih pada pengala-man terbaru dibandingkan apa yang di-percayai sebelumnya ketika membuat pre-diksi (kadang disebut juga bias memori)dan cenderung membuat prediksi yangterlalu ekstrim tanpa mempertimbangkanketidakpastian dalam informasi yang me-reka miliki; overconfidence, orang cenderungmelebih-lebihkan ketepatan dari kepercaya-an atau prediksi, dan terlalu percaya ataskemampuan mereka. Penelitian mengenaioverconfidence dilakukan oleh Barber danOdean (Wood dan Zaichkowsky, 2004) yangmembandingkan kegiatan trading dan rata-rata return dari akun broker pria danwanita. Peneliti menyimpulkan pria lebihaktif bertransaksi 45% dibanding wanita.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian psiko-logis yang menyatakan tingkat kepercayaanpria yang lebih tinggi dibanding wanita;conservatism, investor cenderung terlalulambat atau konservatif dalam memper-baharui kepercayaan mereka sebagai responatas penemuan baru. Misalnya jika investorkurang bereaksi terhadap berita funda-mental, maka harga hanya mencerminkaninformasi baru secara bertahap; sample sizeneglect and representativeness, orang cende-rung tidak mementingkan ukuran sampeldengan alasan bahwa sampel yang kecilsama representatifnya dengan sampel yangbesar. Oleh karenanya, beberapa pola hargamungkin terlalu cepat diinterpretasikan dantren mungkin diekstrapolasikan terlalu jauhkedepan; confirmation bias, merupakan ke-cenderungan mencari penjelasan untukmenyakinkan diri sendiri. Misalnya kalauterjadi kerugian, itu hanya nasib buruk saja;availability bias, merupakan kecenderungandramatisir masalah.

Bias PsikologisMeskipun jika pemrosesan informasi

dilakukan dengan benar, banyak studi me-nyimpulkan bahwa individu cenderungmembuat keputusan yang tidak sepenuh-nya rasional dengan menggunakan infor-masi tersebut. Bias-bias psikologis tersebut

diantaranya (Bodie et al., 2008): framing,pengambilan keputusan dipengaruhi olehbagaimana pilihan dikotak-kotak. Misalnya,individu dapat bertindak risk averse dalamkonteks keuntungan tetapi bertindak se-bagai risk seeking dalam konteks kerugian.Dalam banyak kasus, pilihan mengenaipengotakan dari pencarian resiko melibat-kan keuntungan atau kerugian dapat di-bolak-balik tergantung keadaan; mentalaccountting, merupakan suatu jenis pengota-kan dimana orang memisahkan keputusantertentu. Statman (Cheng, 2007; Bollen,2007) membuat argumen bahwa mentalaccounting adalah konsisten dengan investoryang irasional yang lebih menyukai devi-den tinggi dan cenderung merugi untukjangka panjang; regret avoidance, individuyang membuat keputusan yang kemudianberdampak buruk akan memiliki penyesa-lan lebih apabila keputusan tersebut adalahatas sesuatu yang kurang konvensional.

Menurut Robbins dan Judge (2013) be-berapa bias dan kesalahan yang sering ter-jadi dalam pengambilan keputusan adalahsebagai berikut: 1) overconfidence bias, terlaluoptimis tanpa didukung fakta yang tepat; 2)anchoring bias, kecenderungan untuk mem-perbaiki informasi awal, dimana kemudianseseorang gagal untuk menyesuaikan infor-masi selanjutnya berdasarkan informasiawal tersebut; 3) confirmation bias, kecende-rungan untuk mencari informasi yangmendukung pilihannya dimasa lalu danmemotong informasi yang kontradiksi de-ngan pertimbangannya di masa lalu; 4)availability bias, kecenderungan untuk men-dasari pertimbangan pada informasi yangtelah tersedia atau dimiliki; 5) escalation ofcommitment, berusaha meningkatkan komit-men pada keputusan sebelumnya denganmengabaikan informasi negatif mengenaihal tersebut; 6) randomness error, kecenderu-ngan individu untuk percaya bahwa me-reka dapat memprediksi hasil dari kejadianyang supernatural; 7) risk aversion, kecen-derungan untuk lebih memilih hasil yangpasti dengan jumlah yang moderat di-bandingkan hasil yang lebih berisiko,

Page 6: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

216 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 211 - 233

walaupun hasil dari yang lebih berisikotersebut jauh lebih besar; 8) hindsight bias,kecenderungan untuk yakin namun salah,dimana setelah suatu hasil dari kejadiandiketahui, seseorang berperilaku seolah-olah dapat memprediksi hasil dari kejadiandengan akurat.

Investor individu menurut BehavioralFinance belum tentu rasional, tapi merekaadalah orang normal. Orang normal yangbisa mengalami penyesalan setelah peng-ambilan keputusan, mengalami kesalahankognitif dalam pemilihan instrumen, danlain-lain. Masing-masing individu memilikipersepsi yang berbeda terhadap suatumasalah, sehingga dapat menghasilkan biasyang berbeda pula.

Menurut Pompian dan Longo (2005),bias perilaku individu ini dapat dibagimenjadi dua bagian yaitu bias emosionaldan kognitif. Bias kognitif bersumber daripengambilan keputusan yang salah (boun-ded rationality), sehingga bisa diperbaiki

dengan informasi dan nasihat yang tepat,sedangkan bias emosional bersumber dariintuisi atau perasaan impulsif (intuition),sehingga sulit untuk diperbaiki. Bias kog-nitif contohnya bias anchoring, adjustment,availability dan bias representative, memoriselektif dan overconfidence. Sedangkan biasemosional mencakup regret avoidance, riskaversion, hindsight dan denial.

Bagi investor individu, perusahaansekuritas sebaiknya memiliki model kuanti-tatif dan petunjuk praktis dalam membantumereka untuk membuat alokasi aset dalamportfolio yang optimal untuk meningkatkankesejahteraan jangka panjang investor ter-sebut. Seperti yang dibuat oleh Pompiandan Longo (2005) dalam model adaptasidan moderat untuk menciptakan suatu mo-del portfolio yang sesuai dengan bias-biaspsikologi individu. Model yang dikembang-kan Pompian dan Longo (2005) sebagaiberikut:

High LeVel of Wealth(ADAPT)

Low Level of Wealth (MODERATE)

Gambar 1Model Moderate dan Adaptasi (Pompian dan Longo, 2005).

Praktisi seharusnya beradaptasi ter-hadap bias psikologi dari kelompok inves-tor dengan kekayaan tinggi dan mencobauntuk memodifikasi perilaku kelompokinvestor dengan kekayaan rendah. Praktisiseharusnya beradaptasi terhadap biasemosional dan bias kognitif moderat.Tindakan ini akan menghasilkan praktekalokasi porfolio terbaik.

Hasil penelitian Pompian dan Longo(2005) merupakan lanjutan dari penelitianmereka tahun 2004 (Pompian dan Longo,2004) yang berhasil menemukan aplikasipraktis bagi praktisi keuangan untuk me-nyesuaikan alokasi aset dalam portfoliodengan gender dan toleransi terhadap risikoyang berbeda dari masing-masing investorindividu.

Moderate &Adapt

Adapt

Cognitive Biases(MODERATE)

Emotional Biases(ADAPT)

MopderateModerate &

Adapt

Page 7: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

Perilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 217

Hasil penelitian mereka ini sejalandengan hasil penelitian Lo (2005) mengenaiHipotesis Pasar Adaptif (The Adaptive Mar-ket Hypothesis), yaitu bahwa tingkat efisiensipasar tergantung pada faktor lingkunganseperti jumlah persaingan di pasar, kesem-patan profit yang ada dan adaptasi indi-vidu-individu di pasar (bias-bias psikologiindividu).

Penelitian untuk mengombinasikanteori efisiensi pasar dengan teori BehavioralFinance juga dilakukan oleh Chhabra (2005).Chhabra mencoba membuat skema alokasiaset dan risiko investor yang menyesuaikanprofil risiko dan kemampuan investor.

Tahap Perkembangan KarirTeori Behavioral Finance juga dikaitkan

dengan fase psikologis dari manusia antaralain bisa dilihat dari tahap perkembangankarir. Menurut Greenhaus (Werner danDeSimone, 2009), terdapat 5 (lima) tahapPengembangan Karir. Tahap 1. OccupationalChoice: Preparation for Work, berada dikisaran usia 0-25 tahun. Pada tahap initugas utamanya adalah mengembangkanoccupational self-image, menilai pekerjaan-pekerjaan alternatif, mengembangkan pili-han pekerjaan awal, dan mengejar pendidi-kan yang diperlukan; Tahap 2. Organizati-onal Entry, berada pada kisaran usia 18-25tahun. Tugas-tugas utama pada tahap iniadalah meraih pekerjaan yang ditawarkandari organisasi yang diingini, dan memilihpekerjaan yang tepat berdasarkan informasiyang akurat; Tahap 3. Early Career: Establish-ment and Achievement, berada rentang usia25-40 tahun. Pada usia ini individu mem-pelajari pekerjaan, mempelajari aturan dannorma organisasi, memilih pekerjaan, karirdan organisasi yang dirasa paling cocok,meningkatkan kompetensi, serta mengejarimpian-impiannya; Tahap 4. Midcareer, ber-ada pada rentang usia 40-55 tahun. Tahapini juga merupakan midlife transition. Padatahap ini individu menilai kembali karirawalnya dan masa dewasa awalnya, sertamemastikan kembali atau memodifikasimimpinya, membuat pilihan yang tepat di

masa middle adult years, serta tetap produktifdalam bekerja. Di tahap ini sering juga ter-jadi mid-career crisis. Krisis ini bisa berbedadampaknya bagi individu yang satu danlainnya, misalnya menghadapi kenyataankarirnya datar-datar saja dan merasa ke-terampilan yang dimiliki saat ini tidak lagicukup untuk dapat menyelesaikan tugasyang dibebankan kepadanya, terutama ka-rena perubahan teknologi. Individu yangsukses menghadapi tahap ini akan tetapproduktif, namun yang tidak berhasilmengatasinya akan mengalami stagnasi danfrustrasi; Tahap 5. Late Career, berada padarentang usia 55 tahun hingga pensiun. Padatahap ini seseorang tetap produktif dalamkerja, mempertahankan self-esteem, sertabersiap-siap untuk pensiun secara efektif.

Menurut London dan Mone (Wernerdan DeSimone, 2009), terdapat 3 aspekmotivasi karir, yaitu: 1. Career Resilience,derajat dimana seseorang berjuang me-lawan hambatan karir yang mempengaruhipekerjaannya, termasuk di dalamnya adalahrasa percaya diri, kebutuhan untuk ber-prestasi, kemauan mengambil risiko, dankemampuan untuk bertindak secara inde-penden dan kooperatif; 2. Career Insight, de-rajat dimana individu mulai secara realistismenilai dirinya dan karirnya, dan bagai-mana persepsi ini dikaitkan dengan tujuankarirnya. Termasuk di dalamnya adalahpengembangan tujuan karir dan meningkat-kan pengetahuan bagi dirinya dan lingku-ngannya; 3. Career Identity, derajat dimanaindividu mendefinisikan dirinya denganpekerjaannya, termasuk pula keterlibatandalam pekerjaan, organisasi, profesi, danarah karirnya.

Menurut Bohlander dan Snell (2013),terdapat 5 tahap perkembangan karir.Tahapannya adalah sebagai berikut: tahap1) preparation for work (usia 0-25 tahun), yangdicirikan membangun self-image dalam pe-kerjaan, menilai berbagai alternatif pekerja-an, mengembangkan pilihan pekerjaanawal, mengejar pendidikan yang diperlu-kan; tahap 2) organizational entry (usia 18-25tahun), yang dicirikan menerima pekerjaan

Page 8: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

218 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 211 - 233

yang ditawarkan dari organisasi yang di-inginkan, memilik pekerjaan berdasarkaninformasi yang lengkap dan akurat; tahap 3)early career (usia 25-40 tahun), yang diciri-kan mempelajari pekerjaan, mempelajariaturan dan norma organisasi, merasa cocokdengan organisasi dan pekerjaan yang di-pilih, meningkatkan kompetensi, dan me-ngejar tujuan yang diharapkan; tahap 4)midcareer (usia 40-55 tahun), yang dicirikanmenilai kembali karir mula-mula dan tujuan

awal, memastikan ataupun memodifikasitujuan, membuat pilihan yang tepat denganmasa middle adult, serta tetap produktif;tahap 5) late career (usia 55 hingga pensiun),yang dicirikan tetap produktif dalam be-kerja, mempertahankan self-esteem, danmempersiapkan pensiun yang efektif.

Menurut Noe (2010), model dari per-kembangan karir seseorang adalah sebagaiberikut:

Tabel 1Career Development Model

Career StageExploration Establishment Maintenance Disengagement

Developmentaltasks

Identify interests,skills, fit betweenself and work

Advancement,growth, security,develop lifestyle

Hold on toaccomplishments,update skills

Retirementplanning, changebalance betweenwork and nonwork

Activities Helping, learning,following direction

Makingindependentcontributions

Training,sponsoring, policymaking

Phasing oout ofwork

Relationship toother employees

Apprentice Colleague Mentor Sponsor

Typical age Less than 30 30-45 45-60 61+Years on job Less than 2 years 2-10 years More than 10 years More than 10

yearsSumber: Noe, 2010

Berdasarkan model di atas dapat diketahui bahwa terdapat 4 tahap perkemba-ngan karir, yaitu tahap exploration, establish-ment, maintenance, dan disengagement. Di-

mana dalam tiap-tiap tahapnya memilikikarakteristik masing-masing, sedangkanmenurut Mathis dan Jackson (2003), periodeperkembangan karir adalah sebagai berikut:

Tabel 2General Career Periods

Career stage Early Career Mid-Career Late Career Carrer EndAge group: 20 years 30-40 years 50 years 60-70 yearsNeeds: Identifying

interests,exploringseveral jobs.

Advancing in career;lifstyle may limitoptions, growth,contribution.

Updating skills;settled in,leader, opinionsvalued.

Planning forretirement,examiningnonwork interests.

Concerns: Externalrewards,acquiring morecapabilities.

Values, contribution,integrity, well-being.

Mentoring,disengaging,organizationcontinuance.

Retirement, part-time employment.

Sumber: Mathis and Jackson, 2003

Page 9: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

Perilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 219

Menurut Mayo, yang dikutip olehDwikusumastuti (2008), perjalanan karirterbagi dalam tiga tahapan, yaitu: discoveryphase, consolidation phase, dan maturity phase.Jika mampu melewati ketiga fase ini denganbaik, maka keberhasilan akan didapatkan.Jika tidak, kegagalanlah yang akan dirasa-kan. Tiga tahapan dalam perjalanan karir: 1)discovery phase; Fase ini dialami orang ber-usia 20 tahunan. Berlangsung sekitar se-puluh tahun pertama dalam dunia kerja. Ditahap ini, seseorang adalah angkatan kerjabaru karena kemungkinan besar seseorangtersebut baru lulus dari bangku perguruantinggi, seseorang sedang giat-giatnya men-cari dan mengejar pekerjaan impian. Se-bagai orang yang baru terjun ke dunia kerja,orang tersebut akan belajar beradaptasidengan dunia baru tersebut. Seseorang akanbelajar tentang dunia kerja dari berbagaipihak. Di tahap ini, seseorang berupaya me-ngenali kemampuan diri. Dan, ketika fase“pencarian jati diri” ini sudah dilalui, se-seorang akan mulai menentukan arah danmasa depan karir. Dampaknya, sebagai“orang baru” mereka memiliki semangatmenggebu-gebu, harapan besar, dan cita-cita tinggi. Namun, mereka akan menjum-pai berbagai kendala, terutama berkaitandengan adaptasi lingkungan kerja. Bagi se-seorang yang baru lulus akan sering meng-alami konfllik, karena apa yang diperoleh dibangku sekolah atau kuliah berbeda dengankenyataan di lapangan. Situasi ini akanmempengaruhi pilihan karier seseorang da-lam memilih bidang yang sesuai denganminat, keinginan, dan bahkan idealisme; 2)consolidation phase; fase ini biasanya ber-langsung pada usia 30-40 tahunan. Adayang memulai fase ini lebih awal dan adapula yang terlambat. Demikian pula denganakhir fase ini, ada yang mengakhirinyalebih awal, dan ada pula yang terlambat. Ditahap ini seseorang mulai bersikap realistis,orientasi karir mulai terarah. Kesadaranbahwa jenjang karir harus dijalani untukmeraih sebuah tujuan, mendorong se-seorang untuk membayangkan sebuah jalurkarir yang harus dilalui untuk mencapai

tujuan. Di fase ini juga, perjalanan karirakan sampai pada tahap pematangan yangbertumpu pada pengalaman sebagai anda-lan dalam pengembangan diri. Pengalamandalam bidang tertentu ini yang layak untuk‘dijual’ sebagai kompetensi diri. Dampak-nya, seseorang akan menghadapi pilihan-pilihan karir, mau jalan terus atau ‘belok’ kearah lain. Untuk itu, seseorang harus me-lakukan evaluasi ulang mengenai pilihankarir di tahap awal, apa harus terus beradapada track yang telah dijalani, atau pindahjalur untuk memenuhi cita-cita yang di-inginkan; 3) maturity phase; inilah fase ter-akhir dari sebuah perjalanan karir. Fase inibanyak diisi oleh mereka yang memasukiusia 50 tahunan ke atas, yang terjadi bagisebagian orang fase ini adalah persiapanmemasuki masa pensiun tanpa harus ke-hilangan produktivitas. Sementara bagi se-bagian kecil diantaranya adalah persiapanmenduduki posisi yang lebih tinggi sepertikomisaris, konsultan, atau pemimpin orga-nisasi. Dampaknya, mereka yang berhasilmelewati fase pertama dan kedua denganbaik akan memiliki akumulasi pengetahuandan pengalaman yang sangat banyak di faseini. Ini akan sangat bermanfaat untuk tem-pat kerja mereka. Dan, bagi mereka yangdapat menduduki kepemimpinan senior, iniakan membuat mereka merasa masih ber-guna dan tidak terpinggirkan dalam lingku-ngan masyarakat. Sebaliknya, jika merekagagal melewati fase pertama dan kedua,pada fase ini biasanya akan kehilanganfleksibilitas, gagal memahami nilai-nilaiyang dinamis, tidak mampu mengikutiperubahan lingkungan, dan pastinya akantertinggal.

Hasil Penelitian SebelumnyaPerilaku investor yang irasional banyak

diteliti oleh para ilmuwan. Antara lainOdean (Shiller, 2003); Dhar dan Zhu (2006);Frazzini (2006); Grinblatt dan Han (2005);serta Grinblatt dan Keloharju (2009) me-nemukan adanya efek disposisi (dispositioneffect) yaitu bahwa investor cenderungmerealisasikan keuntungan terlalu cepat

Page 10: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

220 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 211 - 233

dan memotong kerugian terlalu lama, de-ngan cara menjual saham yang sedangmengalami kenaikan harga terlalu cepat,dan menahan saham yang mengalami pe-nurunan harga terlalu lama. Hasil penelitianDhar dan Zhu (2006) bahwa efek disposisilebih kecil untuk investor individu profesi-onal dan memiliki penghasilan lebih tinggi.Penelitian Barber et al., (2007, 2009) me-nemukan bahwa meskipun efek disposisiterdapat pada investor individu dan insti-tusi, namun investor individu yang me-miliki efek disposisi yang paling besar.Hasil penelitian Brown et al., (2006) me-nyatakan bahwa trader dengan nilai besarlebih kurang rentan terhadap efek disposisi.Calvet et al., (2007, 2009) juga menemukanbahwa individu yang kurang terpelajar le-bih rentan terhadap efek disposisi. Peneliti-an Feng dan Seasholes (2005) menemukanbahwa pengalaman trading dan komplek-sitas (sophistication) investor memperbaikiefek disposisi.

Ini sesuai dengan teori Prospek yaitupenjelasan analitis atas investor yang risk-averse. Orang akan cenderung mengambilrisiko pada saat harga naik dan cenderungberhati-hati atau risk-averse pada saat hargabergerak turun. Investor menurut hasilpenelitian Kahneman dan Tversky (Camereret. al, 2004) cenderung loss-averse, artinyamanusia cenderung sangat menghindari ke-rugian dan ingin memperoleh keuntungan.Hal yang sama juga diteliti oleh Barber danOdean (2011); Grinblatt dan Han (2005);Hens dan Vlcek (2011); Kyle et al., (2006);Kaustia (2004, 2010a, 2010b); Muermanndan Volkman (2006); Summers danDuxbury (2007); Strahilevitz et al. (2011);Yao dan Li (2013).

Barber dan Odean (Barberis dan Thaler,2003) dan Odean (Barberis dan Thaler, 2003)juga menemukan bahwa individu yangterlalu sering trading adalah investor yangsering mengalami kerugian. Hasil ini sesuaijuga dengan penelitian Barber et al., (2005)di bursa saham Taiwan serta penelitianKaniel et al., (2008) di bursa saham NewYork. Penelitian Dorn dan Huberman (2005)

menemukan bahwa investor yang lebihtoleransi terhadap risiko cenderung seringbertransaksi, namun mereka yang meng-ganggap diri lebih pintar akan bertransaksilebih agresif. Hal ini juga ditemukan olehGlaser dan Weber (2007) dan Graham et al.,(2009). Anderson (2008) menemukan bahwainvestor dengan pendapatan rendah, lebihmiskin, lebih muda dan kurang berpen-didikan akan lebih banyak berinvestasidalam saham, bertransaksi lebih sering danmemiliki kinerja yang lebih buruk.

Barber dan Odean (Wood danZaichkowsky, 2004) juga memperoleh hasilbahwa investor yang trading secara onlineadalah investor yang agresif sebelum me-reka online, tapi tidak memperoleh hasilyang baik setelah mereka transaksi online.Benartzi dan Thaler (2007) meneliti tentangperilaku investor yang irasional dimanainvestor hanya mengikuti aturan alokasi1/n dalam memilih portfolio tanpa melihatkeuntungan dari saham/obligasi. Hasilyang sama juga diperoleh Barberis danXiong (2009). Namun menurut penelitianSeru et al. (2010), investor bisa belajar untukmemperoleh hasil yang lebih baik melaluisering trading.

Kamstra et al.(2010) memperoleh hasilpenelitian bahwa perpindahan waktu daridan ke siang mempunyai pengaruh kuatterhadap return saham. Bouman danJacobsen (Hong dan Yu, 2009) mendapatkanbahwa terdapat efek musim yang kuatdimana pasar cenderung naik pada saatmusim dingin dan cenderung turun saatmusim panas.

Lakonishok et al. (Johnson et al., 2005)menemukan bahwa kinerja return dariglamour stock (saham dengan P/B yangtinggi) tidak sebagus value stock. Masihterdapat berbagai literatur yang membukti-kan bahwa investor tidak berlaku rasionalsaat mengambil keputusan tentang inves-tasi. Diantaranya Griffin dan Tversky(Wood dan Zaichkowsky, 2004), Barberis etal., (2005) yang menemukan bahwa investorcenderung bereaksi berlebihan terhadapisu-isu pasar dan tidak memperhatikan

Page 11: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

Perilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 221

saham secara individu. Barber dan Odean(2009) juga menemukan bahwa investorcenderung membeli saham yang sedangmenjadi pusat perhatian pasar (attentionbuying behavior), tanpa menilai saham itusecara mendalam. Hasil ini sejalan denganpenelitian Seasholes dan Zhu (2010), yangmenyatakan bahwa transaksi investor indi-vidu tidak menambah nilai bagi saham, halini juga diteliti oleh Seasholes dan Wu(2007).

Teori CAPM menyatakan bahwa inves-tor tidak bisa memprediksi return sahammasa depan dengan menggunakan datahistoris. Namun hasil penelitian Haugendan Baker (Barberis dan shleifer, 2003)menunjukkan bahwa rata-rata return sahamselama 1 bulan, 2 bulan dan 12 bulan sertavolume trading dibandingkan kapitalisasipasar merupakan prediktor return sahamyang ampuh dibandingkan dengan rumusCAPM (beta) dan total volatilitas.

Overconfidence investor menurut Barberdan Odean (Barberis dan Thaler, 2003) sertaGriffin dan Tversky (Wood dan Zaichkows-ky, 2004) dimanifestasikan dalam berbagaibias psikologis antara lain ilusi pengetahu-an, hindsight bias, self attribution bias dan ilusikontrol. Ilusi pengetahuan (illusion of know-ledge) terjadi saat orang diberikan informasiyang banyak yang menjadi dasar forecast(proyeksi). Seperti yang dijelaskan olehhasil penelitian Oskamp (Wood danZaichkowsky, 2004) bahwa ketepatan pro-yeksi cenderung meningkat lebih lambatdaripada keyakinan investor. Jadi investorbisa saja percaya bahwa data terutama datainternet mengandung pengetahuan dan me-reka terlalu mengandal kan diri pada datatersebut. Investor yang menghabiskan uangdan waktu yang banyak untuk mengumpul-kan informasi akan yakin bahwa informasiyang dikumpulkan itu berguna, ini me-nyebabkan adanya ketidaksesuaian kognitif(cognitive dissonance) (Barber dan Odeandalam Wood dan Zaichkowsky, 2004;Korniotis dan Kumar, 2009; Peng danXiong, 2006; Scheinkman dan Xiong, 2003).Hindsight bias adalah bias psikologi bila

investor percaya bahwa mereka bisa mem-prediksi kejadian ekonomi berdasarkan apayang sudah terjadi di masa lampau. Peneli-tian Kaustia dan Knupfer (2008) membukti-kan adanya bias ini. Penelitian Coval et al.,(2005) juga menemukan bahwa investor de-ngan kinerja yang baik di masa lalu cende-rung akan membeli saham dengan returntinggi seminggu setelah pembelian. Peneliti-an Døskeland dan Hvide (2011) memilikihasil bahwa investor lebih banyak membelisaham industri dimana dia bekerja, kendatimenghasilkan return negatif. PenelitianHuang (2010) juga membuktikan bias ini.

Self attribution bias terjadi ketika in-vestor cenderung mengatribusikan kesukse-san mereka dengan kemampuan pribadimereka dan kegagalan mereka dengan nasibburuk atau tindakan orang lain. Individujuga cenderung mengabaikan, atau tidakmempertimbangkan informasi yang me-nurunkan rasa percaya diri mereka, sehing-ga mereka cenderung melupakan kegagalanmasa lalu (Daniel dan Titman, dalam Wooddan Zaichkowsky, 2004). Investor denganbias over confidence juga diteliti oleh Mooredan Healy (2008). Langer dan Roth (Wooddan Zaichkowsky, 2004) menemukan bah-wa individu bertindak seolah-olah keter-libatan langsung mereka bisa mempengaru-hi hasil dari suatu kejadian. Ini khususnyaberlaku bagi investor yang trading online.Investor ini merasa mereka memiliki kuasa(kontrol) untuk merubah sesuatu (Bala-subramanian et al., 2003). Overconfidencemembuat investor menjadi terlalu yakinakan pendapat mereka, sehingga tidakmempertimbangkan pendapat orang lain.Mereka memiliki expected return yang kecilkarena terlalu sering bertransaksi. Merekacenderung menghabiskan uang terlalubanyak untuk mengumpulkan informasi.(Odean; Barber dan Odean, dalam Wooddan Zaichkowsky, 2004).

Pengembangan HipotesisHipotesis konseptual dalam penelitian

ini adalah: Profil investor individu Indo-nesia dalam melakukan keputusan investasi

Page 12: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

222 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 211 - 233

lebih banyak dipengaruhi oleh alasan irasio-nal. Peneliti ingin mengetahui model alo-kasi aset dalam portfolio yang sesuai de-ngan profil investor Indonesia yang bersifatirasional.

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan data pri-

mer dengan menggunakan kuesioner. Sam-pel penelitian sebanyak 250 orang. Peng-ambilan sampel dengan metode conveniencesampling. Kuesioner yang dikumpulkanyang dinilai valid dan lengkap sebanyak200 buah. Kriteria pemilihan sampel adalahinvestor individu di pasar modal modalyang sudah aktif melakukan transaksi mini-mal 1 bulan. Peneliti terlebih dahulu me-lakukan pretest terhadap 30 orang respon-den.

Untuk mengidentifikasi profil investorindividu, maka peneliti akan menggunakankuesioner yang berisi pertanyaan-pertanya-an kualitatif. Kuesioner ini mengikuti modelpenelitian yang dilakukan oleh Wood danZaichkowsky (2004). Kuesioner ini meliputi5 karakteristik mengenai profil investoryaitu: 1) horizon investasi jangka panjang/pendek; 2) sikap terhadap risiko; 3) per-sonalisasi atas kerugian; 4) percaya diri; dan5) kontrol. Masing-masing pertanyaan ten-tang profil investor menggunakan skalaLikert dari skala 1 sampai 7. Bagian keduadari kuesioner adalah pertanyaan mengenaipreferensi investor tentang bagaimana ke-biasaan transaksi, penggunaan informasidan portfolio saham yang dibeli serta dijual,proporsi investasi dan preferensi akaninformasi.

Definisi OperasionalDefinisi operasional investor rasional

dan investor irasional dalam penelitian iniakan dijelaskan di bawah ini.

Investor rasional adalah investor yangmemiliki ciri–ciri sebagai berikut: memper-hitungkan semua kemungkinan investasisebelum dia memutuskan pembelian inves-tasi tertentu; horizon investasi jangka pan-jang; hasil keputusan yang sudah diambiloleh investor tidak akan disesalkan olehinvestor tersebut di kemudian hari (tidakada penyesalan); mengambil keuntunganyang setinggi-tingginya dan apabila terjadikerugian, investor yang rasional akan me-lakukan cut loss, sehingga nilai kerugiannyaminimal.

Investor irasional adalah investor yangmemiliki ciri-ciri sebagai berikut: memilikikepercayaan diri yang berlebihan (overconfi-dence); memiliki horizon investasi jangkapendek; memiliki regret avoidance; cende-rung menyesali keputusan investasi yangsudah diambil terutama dalam keadaanlaba; suka memiliki kontrol atas investasiyang diwujudkan dengan terlalu seringtransaksi; dan tidak memperhitungkan se-mua kemungkinan investasi sebelum me-mutuskan pembelian investasi.

Teknik Analisis DataUntuk uji realibilitas menggunakan me

tode Cronbach’s alpha dengan bantuansoftware SPSS 17, sedangkan untuk uji vali-ditas menggunakan Korelasi Spearman.Selanjutnya untuk melakukan klasifikasidigunakan metode Cluster.

ANALISIS DAN PEMBAHASANStatistik Deskriptif

Kuesioner disebarkan kepada 250 res-ponden, namun yang valid hanya sejumlah200 responden. Datanya adalah dapat di-lihat pada tabel 3.

Data responden yang ditanyakan ada-lah jenis kelamin, usia, status pernikahan,pendidikan terakhir, pekerjaan, dan masakerja.

Page 13: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

Perilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 223

Tabel 3Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. DeviationJenis kelamin 200 1 2 1.35 .477Usia 200 2 5 3.23 .387Status pernikahan 200 1 2 1.40 .197Pendidikan terakhir 200 3 4 3.63 .259Pekerjaan 200 2 4 3.09 .373Masa kerja 200 2 6 3.07 .728Valid N (listwise) 200

Sumber : Hasil data olahan

Berikut ini adalah statistik deskriptif dari kebiasaan trading responden.

Tabel 4Statistik Deskriptif kebiasaan Trading

N Minimum Maximum Mean Std. DeviationBerapa lama investasi 200 2 4 3.32 .363Metode transaksi 200 1 3 2.17 .303Nilai portfolio 200 3 6 4.43 .654Jumlah transaksi 200 2 4 3.25 .439Sering perhatikan 200 1 3 2.01 .527Valid N (listwise) 200

Sumber : Hasil data olahan

Untuk mengetahui kebiasaan tradingresponden, kami menanyakan berapa lamainvestasi, metode transaksi, nilai portfolio,jumlah transaksi, dan sering perhatikan.

Klasifikasi ClusterUntuk melakukan segmentasi profil

investor, maka digunakan metode K-Meancluster analysis.

Dari hasil iterasi, didapati dua clusterfinal. Dimana dari 6 karakteristik yangterkandung dalam kuesioner, hanya valid 3buah karakteristik, yaitu horizon investasijangka panjang/pendek, kontrol dan per-caya diri. Dengan pertimbangan skalaLikert 1-7 maka dibuat rentang skala untukketiga karakteristik tersebut.

Tabel 5Rentang Skala Nilai Rata-Rata

Kelas Interval IntepretasiHorizon investasi Kontrol Percaya Diri

1 – 1.8571 t < 1 bulan Sangat rendah Sangat rendah1.8572 – 2.7143 1 bulan t < 6 bulan rendah rendah2.7144 – 3.5715 6 bulan t < 1 tahun Agak rendah Agak rendah3.5716 – 4.4287 t = 1 tahun Sedang Sedang4.4288 – 5.2859 1 tahun < t < 3 tahun Agak tinggi Agak tinggi5.2860 – 6.1431 3 tahun t < 5 tahun Tinggi Tinggi6.1432 - 7 T ≥ 5 tahun Sangat tinggi Sangat tinggi

Ket : interval dibuat berdasarkan rumus rentang skala (Simamora, 2008)

Page 14: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

224 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 211 - 233

Untuk validasi hasil K-mean cluster danuntuk membedakan cluster berdasarkanketiga unsur tersebut, maka dilakukan uji

Anova untuk membandingkan rata-rata tiapcluster. Berikut ini adalah tabel Anova darikedua cluster.

Tabel 6Anova dari Dua Cluster

Cluster Mean Square F-statHorizon investasi jangka panjang/pendek 2.69 16.686***Kontrol 4.762 53.763***Percaya diri 8.923 84.359***

Ket : *** = signifikan di 1%, ** = signifikan di 5%, * = signifikan di 10%Sumber : Hasil data olahan

Tabel 7Profil Psikologi untuk Masing-masing Cluster

KarakteristikCluster 1

Confident big traderN = 106

Cluster 2Loss Averse small trader

N = 94Horizon investasi jangkapanjang/pendek

3.2338*** (0.040187) 3.4662*** (0.040108)

Kontrol 5.0064*** (0.34181) 4.5832*** (0.30541)Percaya diri 5.0239*** (0.3233) 4.7147*** (0.26562)

Ket : ( ) menunjukkan standar deviasi; kategori rating 1 = rendah, 7 = tinggi.*** = signifikan di 1%, ** = signifikan di 5%, * = signifikan di 10%Sumber : Hasil data olahan

Tabel 7 adalah tabel perilaku untukmasing-masing cluster. Berdasarkan tabel 7,terlihat bahwa baik cluster 1 maupun cluster2 memiliki horizon investasi yang pendek,

dan kontrol serta percaya diri yang tinggi.Selanjutnya penulis juga melakukan crosstabuntuk statistik deskriptif dari masing-masing cluster sebagai berikut:

Tabel 8Statistik Deskriptif Cluster

Rata-rata

Cluster Number of caseConfidentBig trader(n =106)

Loss AverseSmall Trader

(n = 94)Jenis KelaminPriaWanita

65.5%34.5%

76 (71.70%)30 (28.30%)

55 (58.51%)39 (41.49%)

Umur< 20 thn20-30 thn30-40 thn40-50 thn> 50 thn

020.5%75%4.5%

0

025 (23.58%)76 (71.70%)

5 (4.72%)0

016 (17.02%)74 (78.72%)4 (4.26%)

0

Page 15: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

Perilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 225

Status PernikahanMenikahBelum menikah

99%1%

105 (99.06%)1 (0.94%)

93 (98.94%)1 (1.06%)

PendidikanSMUDiplomaS1S2S3

01%

85.5%13.5%

0

01 (0.94%)

96 (90.57%)9 (8.49%)

0

01 (5.06%)

75 (75.79%)18 (19.15%)

0Berapa lama investasi< 1 bulan1 bulan – 1 tahun1 tahun – 3 tahun> 3 tahun

013%83%4%

05 (4.72%)

95 (89.62%)6 (5.66%)

021 (22.34%)71 (75.53%)2 (2.13%)

Metode transaksiBertemu langsung dengan brokere-tradingMelalui telepon dengan broker

21.5%78.5%

0

29 (27.36%)77 (72.64%)

0

14 (14.89%)80 (85.11%)

0Nilai Portfolio< Rp 1.000.000Rp 1.000.000 – Rp 10.000.000Rp 10.000.001 – Rp 30.000.000Rp 30.000.001 – Rp 50.000.000Rp 50.000.001 – Rp 100.000.000> Rp 100.000.000

00.5%22.5%52.5%24%0.5%

00

12 (11.32%)59 (55.66%)34 (32.08%)

1 (0.94%)

01 (1.06%)

33 (35.11%)46 (48.94%)14 (14.89%)

0Jumlah transaksi per tahun1 – 4 transaksi5 – 8 transaksi9 – 12 transaksi> 12 transaksi

025%

70.5%4.5%

015 (14.15%)86 (81.13%)

5 (4.72%)

035 (37.23%)55 (58.51%)4 (4.26%)

Seberapa sering memperhatikan nilaiinvestasiSehari sekaliSetiap 2-3 hari sekaliSeminggu sekaliSebulan sekali3 bulan sekali> 3 bulan sekali

46%48.5%5.5%

000

59 (55.66%)44 (41.52%)

3 (2.83%)000

33 (35.11%)53 (56.38%)8 (8.51%)

000

Jenis Investasi beliSaham perusahaan unggulan (bluechip)Saham perusahaan kecil/menengahReksadana

73.5%24.5%

2%

102 (96.23%)4 (3.77%)

0

45 (47.87%)45 (47.87%)4 (4.26%)

Alasan pembelianKaryawan perusahaan yang bersangkutanRekomendasi temanRekomendasi brokerPotensi perkembangan saham tersebut

02.5%88.5%

9%

01 (0.94%)

91 (85.85%)14 (13.21%)

04 (4.25%)

86 (91.49%)4 (4.26%)

Page 16: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

226 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 211 - 233

Jenis investasi jualSaham perusahaan unggulan (bluechip)Saham perusahaan kecil/menengahReksadana

75.5%24.5%

0

99 (93.40%)7 (6.6%)

0

52 (55.32%)42 (44.68%)

0Alasan penjualanMembutuhkan dana tunaiKinerja saham yang burukKinerja manajemen perusahaan yangburukProfit taking

013%

77.5%9.5%

013 (12.26%)80 (75.47%)13 (12.27%)

013 (13.83%)75 (79.79%)6 (6.38%)

Sumber informasiInternetBrokerTelevisiTeman dan kolegaLaporan keuangan perusahaanSurat kabarRumor

33.5%54.5%8.5%3.5%

000

37 (34.91%)52 (49.06%)12 (11.32%)

5 (4.71%)000

30 (31.91%)57 (60.64%)5 (5.32%)2 (2.13%)

000

Seberapa sering membaca laporankeuangan perusahaan yangdipublikasikan?SelaluSeringKadang-kadangJarangTidak pernah

3%77.5%19.5%

00

6 (5.66%)95 (89.62%)

5 (4.72%)00

060 (63.83%)34 (36.17%)

00

Komposisi portfolio investasiSaham unggulan/bluechipSaham perusahaan kecil/menengahReksadana

39.74%35.73%24.53%

47.66%35.16%17.18%

30.81%36.37%32.82%

Sumber : Hasil data olahan

Dari tabel 8 terlihat bahwa respondenpria lebih banyak daripada wanita, sedang-kan kisaran usia responden rata-rata berusiaantara 30-40 tahun. Berdasarkan status per-nikahan, rata-rata responden sudah ber-status menikah. Berdasarkan pendidikanterakhir, rata-rata responden mengenyampendidikan S1. Rata-rata responden bekerjasebagai pegawai swasta dan rata-rata me-reka sudah bekerja selama 10-15 tahun.

Rata-rata responden sudah berinvestasiselama 1-3 tahun, dengan metode transaksipaling sering digunakan oleh respondenadalah model e-trading. Nilai portfolioinvestasi responden rata-rata antara Rp 30 jt–Rp 50 jt.

Jumlah transaksi rata-rata respondensebanyak 9-12 kali setahun. Rata-rata res-ponden akan mengecek nilai portfolio setiap2-3 hari sekali.

Cluster 1 – Confident Big Trader. Investordalam cluster ini memiliki tingkat kontroldan percaya diri yang tinggi dengan hori-zon investasi jangka pendek. Kelompok inimemiliki lebih banyak anggota pria (71.7%).Sebanyak 89,62% investor dalam kelompokini sudah bertransaksi antara 1–3 tahun(lebih besar dari rata-rata sampel 83%),dimana 72,64% menggunakan metode e-trading untuk bertransaksi dan sekitar27,36% yang menggunakan jasa broker.

Sekitar 55,66% investor dalam ke-lompok ini memiliki nilai portfolio antara

Page 17: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

Perilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 227

Rp 10.000.001–Rp 30.000.000 (lebih besardari rata-rata sampel 52,5%), dan 32,08%memiliki portfolio antara Rp 30.000.001–Rp50.000.000 (lebih besar dari rata-rata sampel24%). Mereka cukup sering melakukantransaksi, dimana 81,13% melakukan 9-12kali transaksi setahun (lebih besar dari rata-rata sampel 70,5%). Investor dalam kelom-pok ini cukup sering memantau perkemba-ngan nilai investasi mereka, dimana sekitar55,66% akan mengecek sehari sekali (lebihbesar dari rata-rata sampel 46%) dan 41,52%mengecek setiap 2-3 hari sekali. Sumberinformasi yang menjadi pertimbangan in-vestor dalam kelompok ini adalah broker(49,06%) dan internet (34,91%) (lebih besardari rata-rata sampel 33,5%). Sebesar 89,62%investor kelompok ini juga sering membacalaporan keuangan yang resmi dipublikasi-kan oleh perusahaan (lebih besar dari rata-rata sampel 77,5%). Komposisi portfoliomereka terdiri dari saham unggulan/bluechip 47,66% (lebih besar dari rata-ratasampel 39,74%), saham perusahaan kecil/menengah 35,16% dan sisanya reksadana17,18%.

Investor dalam kelompok ini tergolonginvestor yang bersifat irasional, karena me-miliki ciri-ciri kepercayaan diri yang tinggi,senang memiliki kontrol atas investasinya,yang dimanifestasikan dalam seringnya me-ngecek nilai investasi setidaknya sehari se-kali, serta memiliki portfolio yang cederungbesar nilainya, mungkin ini karena anggotakelompok ini sebanyak 23,58% berumurantara 20–30 tahun (lebih besar dari rata-rata sampel), relatif masih muda dan beranimengambil risiko yang lebih besar. Kompo-sisi portfolio mereka lebih banyak sahamperusahaan ungggulan.

Cluster 2–Loss Averse Small Trader. Ke-lompok investor ini memiliki tingkat kon-trol dan percaya diri yang tinggi denganhorizon investasi yang jangka pendek, dimana pria sebesar 58,51% lebih banyak daripada wanita. Sekitar 75,53% sudah memilikipengalaman investasi antara 1-3 tahun,namun masih banyak yang baru berinves-tasi antara 1 bulan–1 tahun (22,34%) (lebih

besar dari rata-rata sampel 13%). Metodetransaksi yang sering digunakan oleh ke-lompok ini adalah e-trading (85,11%) (lebihbesar dari rata-rata sampel 78,5%), lebihbanyak daripada menggunakan jasa broker.Namun nilai portfolio investor kelompok inicenderung lebih kecil daripada investorcluster 1. Nilai portfolio senilai Rp10.000.001–Rp 30.000.000 (48,94%), dan an-tara Rp 1.000.001–Rp 10.000.000 (35,11%)(lebih besar dari rata-rata sampel 22,5%).

Kelompok ini cukup sering melakukantransaksi dimana 37,23% melakukan tran-saksi antara 5-8 kali setahun (lebih besardari rata-rata sampel 25%) dan 58,51% me-lakukan transaksi sebanyak 9-12 kali se-tahun. Sumber informasi penting bagi ke-lompok ini adalah broker (60,64%) (lebihbesar dari rata-rata sampel 54,5%) dan inter-net (31,91%). Kelompok ini cukup seringmembaca laporan keuangan perusahaanyang dipublikasi (63,83%), namun sekitar36,17% yang mengaku hanya kadang-kadang membaca laporan keuangan. Komposisi portfolio investor kelompok ini terdiridari saham unggulan/bluechip 30,81%, sa-ham perusahaan kecil/menengah 36,37%(lebih besar dari rata-rata sampel 35,73%)dan sisanya reksadana 32,82% (lebih besardari rata-rata sampel 24,53%).

Investor dalam kelompok ini juga me-rupakan investor yang bersifat irasional,karena memiliki ciri-ciri kepercayaan diriserta kontrol yang tinggi, namun denganportfolio yang cenderung lebih kecil nilai-nya dari pada nilai investasi kelompok 1.Komposisi portfolio mereka juga lebih me-rata, antara saham perusahaan unggulan,saham perusahaan kecil dan reksadana. Inimungkin disebabkan karena 78,72% berusiadibawah 40 tahun, dan pada tahap ini me-reka relatif tidak bisa menanggung kerugi-an besar jika nilai investasi turun.

Preferensi terhadap Sumber InformasiPada responden juga ditanyakan bagai-

mana preferensi mereka terhadap sumber-sumber informasi antara lain internet, broker,televisi, teman dan kolega, laporan keua-

Page 18: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

228 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 211 - 233

ngan, surat kabar dan rumor. Hasilnyainvestor kelompok confident big trader me-milih preferensi 1) internet, 2) laporan keua-ngan, 3) broker, 4) teman dan kolega, 5) suratkabar, 6) televisi dan 7) rumor, sedangkaninvestor kelompok loss averse small trader

memilih 1) internet, 2) broker, 3) laporankeuangan, 4) teman dan kolega, 5) suratkabar, 6) televisi dan 7) rumor. Berikut iniadalah tabel preferensi investor terhadapsumber informasi.

Tabel 9Preferensi investor terhadap sumber informasi

ClusterNumberof Case

Internet Broker TelevisiTeman

dankolega

Laporankeuangan

Suratkabar Rumor

1 Mean 5.87 5.27 4.47 5.10 5.56 5.02 4.24N 106 106 106 106 106 106 106Std. Deviation .490 .577 .584 .446 .502 .589 .659

2 Mean 5.40 5.26 4.18 4.83 4.89 4.60 3.99N 94 94 94 94 94 94 94Std. Deviation .573 .576 .489 .402 .438 .556 .622

Total Mean 5.65 5.26 4.33 4.97 5.24 4.83 4.12N 200 200 200 200 200 200 200Std. Deviation .577 .576 .560 .446 .579 .609 .653

Sumber : Hasil olahan data, kategori rating 1 = Tidak Bermanfaat, 7 = Sangat Bermanfaat.

Dari tabel 9 terlihat bahwa kelompok I(confident big trader) lebih mengandalkaninformasi dari internet dan laporan keua-ngan. Dari data tabel 9, diperoleh hasilbahwa kelompok ini lebih sering membacalaporan keuangan. Mereka cenderung me-miliki keyakinan akan kemampuan merekadalam memprediksi pergerakan saham me-lalui informasi yang mereka peroleh. Me-reka cenderung memilih saham perusahaanunggulan yang menjadi perhatian publik,karena lebih gampang memperoleh infor-masi tentang perusahaan unggulan. Ini ber-kolaborasi dengan hasil penelitian Barberdan Odean (2008) serta Barber et al. (2009)yaitu investor individu cenderung membelisaham-saham yang menjadi perhatian pu-blik (saham yang banyak diinformasikandalam internet). Investor tipe ini akan lebihsering mengecek posisi portfolionya se-tidaknya sehari sekali, dan ini bisa dilihatdari data tabel 8, hal ini sesuai dengan hasilpenelitian Glaser dan Weber (2007); Grahamet al. (2009); Grinblatt dan Keloharju (2009).

Tabel 10Rentang Skala Nilai Rata-Rata

Preferensi terhadap Sumber Informasi

Kelas Interval Intepretasi1 – 1.8571 Sangat tidak bermanfaat1.8572 – 2.7143 Tidak bermanfaat2.7144 – 3.5715 Agak tidak bermanfaat3.5716 – 4.4287 Sedang4.4288 – 5.2859 Agak bermanfaat5.2860 – 6.1431 Bermanfaat6.1432 - 7 Sangat bermanfaat

Ket : Interval dibuat berdasarkan rumus rentangskala (Simamora, 2008)

Kelompok Loss averse small trader lebihmengandalkan informasi dari internet danbroker. Mereka lebih memilih internet danbroker untuk mencari informasi tentang sa-ham yang sedang mereka incar. Ini sesuaidengan hasil penelitian Wood dan Zaich-kowsky (2004), bahwa kelompok investorloss averse akan lebih mengandalkan internetdan nasehat orang lain dalam mengevaluasiportfolionya.

Page 19: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

Perilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 229

Berdasarkan profil investor yang di-hasilkan, maka peneliti mencoba untuk me-nyusun model aplikasi praktis untuk me-nentukan sikap perusahaan sekuritas dalamberhubungan dengan kelompok-kelompokinvestor ini, peneliti menggunakan modelyang dibuat oleh Pompian dan Longo(2005).

Cluster 1 – Confident Big TraderMerupakan kelompok dengan anggota

terbanyak (n=106). Kelompok ini memilikikepercayaan diri dan kontrol yang tinggi,dan merupakan kelompok yang aktif ber-transaksi. Ini sesuai dengan hasil penelitianBarber dan Odean (Wood dan Zaichkows-ky, 2004); Glaser dan Weber (2007), Grahamet al. (2009); Grinblatt dan Keloharju (2009)bahwa investor dengan tingkat kepercayaandiri yang tinggi akan bertransaksi lebihsering. Mereka juga rajin mengecek posisiportfolio, dan memiliki saham perusahaanunggulan dengan proporsi lebih besar dari-pada kelompok lain. Mereka memiliki hori-zon investasi jangka pendek. Kelompok inimemiliki nilai portfolio yang besar dan me-miliki pengalaman investasi lebih banyak.Kelompok ini lebih mengandalkan infor-masi dari internet dan laporan keuangandaripada sumber informasi lain. Carakomunikasi efektif dengan kelompok iniadalah dengan lebih menekankan pada isu-isu kinerja saham, dan menawarkan infor-masi-informasi terkini tentang saham ung-gulan.

Dari profil psikologi, cluster ini me-miliki bias overconfidence (bias kognitif), selfcontrol (bias emosional) dan kekayaan yanglebih tinggi (high wealth). Bias kelompok iniseimbang antara bias kognitif dan emosi-onal, maka berdasarkan model Pompiandan Longo (2005), rekomendasi yang tepatuntuk alokasi portfolionya adalah meng-ambil sikap moderat dan beradaptasi de-ngan bias kelompok ini (moderate and adapt).Disarankan agar kelompok ini lebih banyakberinvestasi dalam saham (dengan proporsi± 60%), obligasi (proporsi ± 35%) dan kas(proporsi ± 5%). Kalau dikaitkan dengan

saham unggulan dan saham perusahaankecil, maka disarankan lebih banyak pro-porsi dalam saham perusahaan unggulan(dengan proporsi ± 60%) dan selebihnyasaham kecil.

Cluster 2 – Loss Averse Small TraderMerupakan kelompok yang memiliki

lebih banyak investor berumur 30-40 tahun,dengan nilai investasi yang kecil. Merekatakut berinvestasi terlalu besar karena me-reka tidak bisa menanggung risiko kehila-ngan uang terlalu banyak, mungkin karenamereka memiliki pertimbangan keluargadan lain-lain serta mungkin karena kekura-ngan pengalaman investasi. Ini sesuai de-ngan penelitian sebelumnya mengenai biasloss aversion yang dibuat oleh Barber danOdean (2011); Grinblatt dan Han (2005);Hens dan Vlcek (2011); Kyle et al. (2006);Kaustia (2004, 2010a, 2010b); Muermanndan Volkman (2006); Summers danDuxbury (2007); Strahilevitz et al. (2011);Yao dan Li (2013). Horizon investasi ke-lompok ini jangka pendek. Kelompok inijuga memiliki kepercayaan diri dan kontrolyang tinggi. Mereka mengandalkan infor-masi dari internet dan broker. Komposisiportfolio mereka cenderung merata antarasaham perusahaan unggulan, saham per-usahaan kecil dan reksadana. Cara komuni-kasi yang efektif dengan kelompok iniadalah dengan menawarkan website dengancontent yang selalu update dengan informasiterkini.

Dari profil psikologi, cluster ini me-miliki bias overconfidence (bias kognitif),regret avoidance, loss aversion, self control (biasemosional) dan kekayaan yang lebih rendah(low wealth). Bias kelompok ini cenderunglebih banyak bersifat emosional, maka ber-dasarkan model Pompian dan Longo (2005),rekomendasi yang tepat untuk alokasi port-folionya adalah mengambil sikap moderatdan beradaptasi dengan bias kelompok ini(moderate and adapt), maka disarankan agarkelompok ini lebih banyak berinvestasidalam saham (dengan proporsi ± 60%),obligasi (proporsi ± 35%) dan kas (proporsi

Page 20: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

230 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 211 - 233

± 5%). Kalau dikaitkan dengan saham ung-gulan dan saham perusahaan kecil, makadisarankan lebih banyak proporsi dalam

saham perusahaan unggulan (dengan pro-porsi ± 60%) dan selebihnya saham kecil.

Visual deskripsi untuk kedua clustersebagai berikut:

Gambar 2Hasil penyesuaian model alokasi aset kedua cluster (Pompian dan Longo, 2005)

SIMPULAN DAN SARANDari penelitian ini bisa ditarik simpu-

lan bahwa investor individu Indonesia cen-derung bersifat irasional dalam berinvestasi,dimana mereka bisa digolongkan dalam 2kelompok besar yaitu kelompok confidentbig trader yang memiliki rasa percaya diriserta kontrol yang tinggi, serta nilai portfoliobesar dan kelompok kedua adalah kelom-pok loss averse small trader yang memilikirasa percaya diri serta kontrol yang tinggi,dengan nilai portfolio yang kecil. Hasil inimendukung teori Behavioral Finance yangdikemukakan oleh Barberis dan Thaler(2003), Shefrin (Johnson et al., 2005), Shiller(2005), dan Subrahmanyam (2008). Hasil inijuga sesuai dengan penelitian-penelitiansebelumnya seperti Odean (Johnson et al.,2005), Barber dan Odean (Barberis danThaler (2003), Wood dan Zaichkowsky(2004), 2011) dan lain-lain.

Saran untuk penelitian selanjutnyaadalah sebaiknya menvalidasi pertanyaanmana yang lebih baik mewakili masing-

masing karakteristik konseptual (sepertikontrol dan percaya diri). Saran lainnyaadalah sebaiknya penelitian BehavioralFinance selanjutnya lebih dikaitkan dengankinerja investasi atau pilihan saham.

Keterbatasan penelitian ini adalahinvestor yang diteliti untuk jangka waktuyang lebih lama dan dengan pertanyaanyang lebih mendetil. Untuk penelitian se-lanjutnya disarankan dengan jangka waktuyang lebih panjang.

DAFTAR PUSTAKAAcharya, Viral V., dan Lasse Heje Pedersen.

2005. Asset Pricing with Liquidity Risk.Journal of Financial Economics 77(2):375-410

Anderson, A. 2008. Trading and Under-Diversification. Working Paper, Insti-tute for Financial Research, Stockholm.

Balasubramanian, S., P. Konana, dan N. M.Menon. 2003. Consumer Satisfaction inVirtual Environments: A Study of

Adapt

High Level of Wealth(ADAPT)

Emotional Biases(ADAPT)

Cognitive Biases(MODERATE)

Low Level of Wealth(MODERATE)

Moderate &Adapt

Moderate

Moderate&Adapt

Cluster2

Cluster 1

Page 21: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

Perilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 231

Online Investing. Management Science49: 871-890.

Barber, B. M., dan T. Odean. 2008. All ThatGlitters: The Effect of Attention on theBuying Behavior of Individual andInstitutional Investors. Review of Finan-cial Studies 21: 785-818

Barber, B.M., dan T. Odean. 2011. TheBehavior of Individual Investors. http://ssrn.com/abstract=1872211. Diakses padatanggal 26 Juli 2013.

Barber, B. M., T. Odean, dan N.Zhu. 2009.Systematic Noise. Journal of FinancialMarkets 12:447-469

Barber, B. M., Y. Lee, Y. Liu, dan T. Odean.2005. Who Loses From Trade? EvidenceFrom Taiwan. EFA 2005 MoscowMeetings Paper.http://ssrn.com/abstract=529062. Diaksespada tanggal 26 Juli 2013.

Barber, B. M., Y. Lee, Y. Liu, dan T. Odean.2007. Is the Aggregate Investor Reluc-tant to Realize Losses? Evidence fromTaiwan. European Financial Management13: 423-447.

Barber, B. M., Y. Lee, Y. Liu, dan T. Odean.2009. Just How Much Do IndividualInvestors Lose by Trading? Review ofFinancial Studies 22: 609-632.

Barberis, N., dan Richard Thaler. 2003. ASurvey of Behavioral Finance. ElsevierScience.

Barberis, N., dan Andrei Shleifer. 2003. StyleInvesting. Journal of Financial Economics68: 161-199.

Barberis, N., Andrei Shleifer, dan JeffreyWurgler. 2005. Comovement. Journal ofFinancial Economics 75: 283-318.

Barberis, N., dan W. Xiong. 2009. WhatDrives the Disposition Effect? AnAnalysis of a Long-Standing Prefe-rence-Based Explanation. Journal ofFinance 64(2): 751-784.

Benartzi, Shlomo., dan R.H. Thaler. 2007.Heuristics and Biases in RetirementSaving Behavior. Journal of EconomicPerspectives 21(3): 81-104.

Bodie, Z., A. Kane, dan A.J. Marcus. 2008.Investment. 8th ed. Mc-Graw-Hill Irwin.Los Angeles.

Bohlander, George W., dan Scott A. Snell.2013. Principles of Human ResourceManagement. 16th ed. South–Western:Cengage Learning.

Bollen, Nicolas P. B. 2007. Mutual FundAttributes and Investor Behavior.Journal of Financial and QuantitativeAnalysis 42(3): 683-708.

Brown, P., N. Chappel, R. da Silva Rosa, danT. Walter. 2006. The Reach of theDisposition Effect: Large SampleEvidence Across Investors Classes.International Review of Finance 6:42-78.

Camerer, Colin F., George Loewenstein, danMatthew Rabin. 2004. Advances inBehavioral Economics. Princeton Uni-versity Press and Russel Sage Founda-tion.

Calvet, L. E., J. Campbell, dan P. Sodini.2007. Down or Out: Assessing theWelfare Costs of Household Invest-ment Mistakes. Journal of PoliticalEconomy 115:707-747.

Calvet, L.E., J. Campbell, dan P. Sodini.2009. Fight or Flight? Portfolio Rebalan-cing by Individual Investors. QuarterlyJournal of Economics 124:301-348.

Cheng, Philip Y. K. 2007. The Trader Inter-action Effect on hte Impact of Over-confidence on Trading Performance:An Empirical Study. Journal of Behavi-oral Finance 8(2): 59-69.

Chhabra, A. B. 2005. Beyond Markowitz: AComprehensive Wealth AllocationFramework for Individual Investors.The Journal of Wealth Management 7(14):8-34.

Coval, J. D., D .A. Hirshleifer, dan T.Shumway. 2005. Can Individual Inves-tors Beat The Market?. Working Paper.Harvard University.

Døskeland, T., dan H. Hvide. 2011. DoIndividual Investors Have AsymmetricInformation Based on Work Experi-ence? Journal of Finance 66:1011-1041.

Page 22: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

232 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 211 - 233

Dhar, R., dan N. Zhu. 2006. Up Close andPersonal: Investor Sophistication andthe Disposition Effect. ManagementScience 52:726-740.

Dorn, D., dan G. Huberman. 2005. Talk andAction: What Individual Investors Sayand What They Do. Review of Finance 9:437-481.

Dwikusumastuti, Erna. 2008. 3 Fase Karir.http://kesehatan.kompas.com-/read/2008/01/29/19243252/3.Fase.Karier. Diaksespada tanggal 13 Januari 2013.

Feng, L., dan M. Seasholes. 2005. Do Inves-tor Sophistication and Trading Experi-ence Eliminate Behavioral Biases inFinancial Markets? Review of Finance9:305-351.

Frazzini, A. 2006. The Disposition Effect andUnderreaction to News. Journal ofFinance 61:2017-2046.

Ghoshal, Sumantra. 2005. Bad ManagementTheories Are Destroying Good Mana-gement Practices. Academic ManagementLearning Education 4(1): 75-91.

Glaser, M., dan M. Weber. 2007. Over-confidence and Trading Volume.Geneva Risk and Insurance Revue 32:1-36.

Graham, J. R., C. R. Harvey, dan H. Huang.2009. Investor Competence, TradingFrequency, and Home Bias. Mana-gement Science 55: 1094-1196.

Grinblatt, M., dan Bing Han. 2005. ProspectTheory, Mental Accounting, and theDisposition Effect. Journal of FinancialEconomics 78: 311-339.

Grinblatt, M., dan M. Keloharju. 2009.Sensation Seeking, Overconfidence,and Trading Activity. Journal of Finance64: 549-578.

Hens, T., dan M. Vlcek. 2011. Does ProspectTheory Explain the Disposition Effect?Journal of Behavioral Finance 12(3): 141-157.

Hong, Harrison., dan Yu Jialin. 2009. GoneFishin’: Seasonality in Trading Activityand Asset Prices. Journal of FinancialMarkets 12(4): 672-702.

Huang, X. 2010. Industry Investment Expe-rience and Stock Selection. Working

Paper, University of California, Berke-ley.

Indonesia Economic Review (2004-2012).Johnson, J., Gerard J. Tellis, dan Deborah J.

MacInnis. 2005. Losers, Winners, andBiased Trades. Journal of ConsumerResearch 32(2): 324-329.

Kahneman, Daniel. 2003. A Perspective onJudgment and Choice: Mapping Boun-ded Rationallity. American Psychologist58(9): 697-720.

Kamstra, Mark J., Lisa A. Kramer, danMaurice D. Levi. 2010. Effects ofDaylight-Saving Time Changes onStock Market Volatility: A Comment.Psychological Reports 107(6):877-887.

Kaniel, R., G. Saar, dan S. Titman. 2008.Individual Investor Trading and StockReturns. Journal of Finance 63:273-310.

Kaustia, M. 2004. Market-Wide Impact ofthe Disposition Effect: Evidence fromIPO Trading Volume. Journal of Finan-cial Markets 7:207-235.

Kaustia, M. 2010a. Disposition Effect inBehavioral Finance: Investors, Corpo-rations, and Markets, H.K. Baker danJ.R.Nofsinger, eds. John Wiley & Sons.Hoboken, New Jersey.

Kaustia, M. 2010b. Prospect Theory and theDisposition Effect. Journal of Financialand Quantitative Analysis 45: 791-812.

Kaustia, M., dan S. Knupfer. 2008. DoInvestors Overweight Personal Experi-ence? Evidence from IPO Subscriptions.Journal of Finance 63: 2679-2702.

Korniotis, G. M., dan A.Kumar. 2009. DoOlder Investors Make Better Invest-ment Decisions? Review of Economicsand Statistics 93: 244-265.

Komite Ekonomi Nasional, Prospek Ekono-mi Indonesia 2013.

Kyle, A., Hui Ou-Yang, dan Wei Xiong.2006. Prospect Theory and LiquidationDecisions. Journal of Economic Theory129: 273-285.

Lo, A.W. 2005. Reconciling Efficient MarketsWith Behavioral Finance: The AdaptiveMarkets Hypothesis.

Page 23: PERILAKU INVESTOR DI PASAR MODAL …perpustakaan.unitomo.ac.id/repository/20140716005.pdfPerilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 213 Implikasi dari EMH

Perilaku Investor di Pasar Modal Indonesia – Sumani, Sandroto, Mula 233

http://ssrn.com/ abstract=728864. Diaksespada tanggal 26 Juli 2013.

Mathis, Robert L., dan John H. Jackson.2003. Human Resource Management., 10th

ed. Thomson South Western.Moore, D., dan P.J. Healy. 2008. The Trouble

with Overconfidence. PsychologicalReview 115: 502-517.

Muermann, A., dan J. Volkman. 2006.Regret, Pride and the DispositionEffect. Working Paper. The WhartonSchool.

Noe, Raymond A. 2010. Employee Trainingand Development. 5th ed. McGraw-HillInternational Edition.

Peng, L., dan W.Xiong. 2006. InvestorAttention, Overconfidence, and Cate-gory Learning. Journal of FinancialEconomics 80: 563-602.

Pompian, M.M., dan J.M. Longo. 2004. ANew Paradigm for Practical Appicationof Behavioral Finance: Creating Invest-ment Programs Based on PersonalityType and Gender to Produce BetterInvestment Outcomes. The Journal ofWealth Management Fall 2004: 9-15.

Pompian, M.M., dan J.M. Longo. 2005. TheFuture of Wealth Management: In-corporating Behavioral Finance intoYour Practice. Journal of Financial Plan-ning 18(3): 58-72.

Robbins, Stephen P., dan Timothy A. Judge.2013. Organizational Behavior. 15th ed.Pearson Education.

Scheinkman, J., dan W. Xiong. 2003. Over-confidence and Speculative Bubbles.Journal of Political Economy 111:1183-1219.

Seasholes, M. S., dan G.Wu. 2007. Predic-table Behavior, Profits and Attention.Journal of Empirical Finance 15: 590-610.

Seasholes, M. S., dan N. Zhu. 2010. Indi-vidual Investors and Local Bias. Journalof Finance 65: 1987-2010.

Seru, A., T. Shumway, dan N. Stoffman.2010. Learning by Trading. Review ofFinancial Studies 23: 705-839.

Shiller, Robert J. 2003. From EfficientMarkets Theory to Behavioral Finance.Journal of Economic Perspectives 17(1): 83-104.

Shiller, Robert J. 2005. Irrational Exuberance.Princeton University Press.

Simamora, Bilson. 2008. Panduan Riset Peri-laku Konsumen. PT Gramedia PustakaUtama. Jakarta.

Strahilevitz, M., T. Odean, dan B. Barber.2011. Once Burned, Twice Shy: HowNaive Learning, Counterfactuals, andRegret Affect the Repurchase of StocksPreviously Sold. Journal of MarketingResearch 48: s102-s120.

Subrahmanyam, A. 2008. BehavioralFinance: A Review and Synthesis.European Financial Management 14:12-29.

Summers, B., dan D. Duxbury. 2007.Unraveling the Disposition Effect: TheRole of Prospect Theory and Emotions.Working Paper. Leeds UniversityBusiness School.

Werner, Jon M., dan Randy L DeSimone.2009. Human Resources Development. 5thed. South-Western Cengage Learning.

Wood, R., dan J. L. Zaichkowsky. 2004.Attitudes and Trading Behavior ofStock Market Investors: A Segmen-tation Approah. The Journal of BehavioralFinance 5(13): 170-179.

Yao, J., dan D. Li. 2013. Prospect Theory andTrading Patterns. Journal of Banking andFinance 37(8): 2793-2805.