PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

179
i PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP ELEKTRONIK TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Disusun oleh: COSMAS PUNGKAS AQUILLA NIM : 045114021 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

Transcript of PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

Page 1: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

i

PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN

STETOSKOP ELEKTRONIK

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma

Disusun oleh:

COSMAS PUNGKAS AQUILLA

NIM : 045114021

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

Page 2: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

ii

HEART BEAT MONITORING USING

ELECTRONIC STETHOSCOPE

FINAL PROJECT

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain the SARJANA TEKNIK Degree

in Electrical Engineering Faculty Science and Technology of Sanata Dharma University

By:

COSMAS PUNGKAS AQUILLA

NIM : 045114021

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2008

Page 3: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP

ELEKTRONIK

(HEART BEAT MONITORING USING ELECTRONICSTETHOSCOPE)

Disusun oleh:

COSMASPUNGKASAQ~LA

NlM : 045114021

Telah disetujui oleh:

Pembirnbing I:

B. Wuri Harini, S.T., M.T.

..Pembirnbing II:

III

Tanggal : 18 Juni 2008

Tanggal : 18 Juni 2008

Page 4: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …
Page 5: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa yang saya tulis ini tidak memuat karya

atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Maret 2008

Page 6: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTO HIDUP

Karya tulis ini kupersembahkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan

yang sedang berkembang di Indonesia.

You’ll never walk alone...

Page 7: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di b a d ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Cosmas Pungkas Aquilla

NIM :045114021

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PEMANTAUAN DENWT JANTUNG DENGAN STETOSKOP

ELEKTRONIK

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempubliasikannya di

Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari

saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis.

Dernikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Yogyakarta, 10 Maret 2008

Yang Menyatakan,

vii

~osmas-Pun~kas Aquilla

Page 8: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

viii

INTISARI

Kemajuan teknologi di bidang kesehatan didorong oleh keinginan orang untuk meningkatkan kualitas hidupnya melalui peningkatan kualitas kesehatan. Jantung sebagai organ vital harus tetap dijaga kesehatannya. Mengetahui ritme detak jantung merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan jantung. Jantung yang bekerja terlalu cepat atau terlalu lambat akan mengganggu keseimbangan tubuh. Alat pengukur detak jantung ini menggunakan sebuah stetoskop sebagai penangkap suara akustik dari denyut jantung. Suara dari stetoskop analog akan diubah menjadi sinyal elektrik. Dengan menggunakan sebuah mikrokontroler, sinyal elektrik diubah menjadi data digital dan diolah untuk menentukan jumlah denyut jantung setiap menit. Hasil pengolahan data digital ini ditampilkan melalui suatu penampil dan data digital ini dapat juga dikirimkan secara wireless ke alat lain (misalnya: komputer personal) untuk pengolahan lebih lanjut. Penelitian ini telah berhasil membuat suatu alat pemantau detak jantung. Alat ini dapat digunakan untuk penggunaan sehari-hari. Kata kunci : aplikasi mikrokontroler, wireless, detak jantung

Page 9: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

ix

ABSTRACT

The progress of medical technology is inspired by the desire to increase the quality of life by increasing the quality of healthcare. The health of the heart, as a vital organ, needs to be well cared for. Knowing the heart beat rhythm is one way of taking care of the heart. A heart that is working too quickly or too slowly will negatively influence the balance of the body. This heart beat measurement device uses a stethoscope as an acoustic voice collector from the heartbeat. The analogue voice from the stethoscope will be changed into an electrical signal. A Microcontroller changes the electrical signal into digital data and processes it to determine the number of heart beats every minute. The result is shown through a display and it can also be sent via wireless technology to other devices (for example: a personal computer) for further processing. This research has succeeded in producing a heart beat monitoring device that is suitable for daily usage. Keywords: microcontroller application, wireless, heart beat

Page 10: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya penulisan

karya ini. Karya ini dimaksudkan penulis untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana teknik program studi Teknik Elektro.

Penulis sadar bukan hanya kekuatan dalam diri sendiri yang menjadi

penggerak tetapi banyak dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, sumber segala inspirasi.

2. Kedua orang tua penulis atas perhatian, kasih sayang, dukungan baik moral

maupun materil, kesabaran, dan ketabahan. Engkau laksana oase di padang

gurun.

3. Ibu B. Wuri Harini, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing I atas segala

kesabaran, dukungan baik moral maupun materil, dan dedikasi yang tinggi.

4. Bapak Ir. Tjendro selaku dosen pembimbing II atas segala bantuan, sharing

pengalaman, dan dedikasi.

5. Seluruh dosen dan staff di Tenik Elektro pada khususnya dan Fakultas Sains

dan Teknologi pada umumnya yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan studi.

6. Kakak yang tersayang, Mbak Echi dan Mas Hepi, atas segala dorongan,

dukungan, dan kasih sayang.

Page 11: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

xi

7. Keluarga besar Subardjo, Om Sur dan Tante Yuli, atas bantuan dan

dorongannya.

8. Silvia atas dorongan serta bantuan baik secara moril maupun materiil.

9. Teman-teman Teknik Elektro, Kos Paingan 100, dan Mitra Perpustakaan atas

kebersamaannya selama ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

Harapan penulis, semoga karya ini dapat berguna bagi penulisan karya sejenis

di masa-masa yang akan datang. Oleh karena itu, penulis tidak menutup kemungkinan

untuk kritik dan saran yang membangun dari banyak pihak. Akhir kata, selamat

membaca karya ini.

Yogyakarta, 3 Maret 2008

Penulis

Page 12: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..…………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…….…………………… iii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iiii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………… v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN….…………………………………… vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....... vii

INTISARI…..…………………………………………………………… viii

ABSTRACT..…………………………………………………………… ix

KATA PENGANTAR……...…………………………………………… x

DAFTAR ISI..…………………………………………………………… xii

DAFTAR TABEL…..…………………………………………………… xvii

DAFTAR GAMBAR.…………………………………………………… xix

BAB I PENDAHULUAN…………..…………………………………… 1

1.1.Judul…………………….…………………………………… 1

1.2.Latar Belakang Masalah...…………………………………… 1

1.3.Tujuan dan Manfaat…….…………………………………… 2

1.4.Batasan Masalah...…………………………………………… 2

1.5.Metode Penelitian……….…………………………………… 3

1.6.Sistematika Penulisan................................................................ 3

Page 13: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

xiii

BAB II DASAR TEORI……...……..…………………………………… 4

2.1.Jantung…. …………………………………………………… 4

2.2.Stetoskop .............……….…………………………………… 6

2.3. Mikrofon ..................………………………………………… 9

2.3.1.Mikrofon Kondenser....................................................... 9

2.3.2. Mikrofon Kondenser Elektret ( Magnet Elektrostatis)... 11

2.4. Penguat Operasional (Op-Amp)...…………………………… 12

2.4.1. Penguat Pembalik (Inverting Amplifier)……………… 13

2.4.1.1. Penguat Pembalik DC…………………………… 13

2.4.1.2. Penguat Pembalik AC…………………………… 15

2.4.2. Penguat Bukan Pembalik……………………………… 16

2.4.2.1. Penguat Bukan Pembalik DC……….…………… 16

2.4.2.2. Penguat Bukan Pembalik AC …………………… 17

2.4.2.3. Konfigurasi Pengikut Tegangan………………… 19

2.5. Penapis Aktif Elektronik.......…..…………………………… 20

2.5.1. Penapis Aktif Butterworth Pelewat Bawah …………… 21

2.5.2. Karakteristik Penapis Butterworth..…………………… 23

2.5.3. Perancangan Penapis Butterworth..…………………… 24

2.5.3.1. Penskala Frekuensi……………………………… 25

2.5.3.2. Penskala Impedansi……………………………… 26

2.5.4. Jumlah Kutub……..…………………………………… 26

2.5.5. Tanggapan Frekuensi Butterworth Pelewat Bawah…… 27

Page 14: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

xiv

2.5.6. Kurva Tanggapan Frekuensi...………………………… 27

2.5.7. Perancangan Penapis dengan Menggunakan Catu Daya

Tunggal.........…………………………………………... 28

2.6. Penguat Transistor Konfigurasi Umpan Balik Tegangan

Kolektor .......………………………………………………… 30

2.6.1. Analisa DC..…………………………………………… 30

2.6.2. Analisa AC..…………………………………………… 34

2.7. Penguat Daya........…………………………………………… 35

2.8. Mikrokontroler ATmega32……..…………………………… 36

2.8.1. Pengubah Analog ke Digital…………………………… 37

2.8.1.1. Algoritma SAR……..…………………………… 38

2.8.1.2. ADC pada Mikrokontroler ATmega32……..…… 40

2.8.2. Pewaktu 8 bit………………………………………….. 41

2.8.3. UART……..…………………………………………… 42

2.8.3.1. USART……………………………………………… 43

2.9. LCD (Liquid Crystal Display) 16 x 2 karakter……………… 46

2.9.1. Pengendali Modul LCD…..…………………………… 47

2.9.2. Deskripsi Fungsi….…………………………………… 50

2.9.2.1. Register……..…………………………………… 50

2.9.2.2. Bendera Sibuk (BF)……………………………… 51

2.9.2.3. Penghitung Alamat (AC)………………………… 51

2.9.2.4. RAM Data Penampil (DDRAM)………………… 51

Page 15: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

xv

2.9.2.5. ROM Pembangkit Karakter (CGROM)……..…… 52

2.9.2.6. RAM Pembangkit Karakter (CGRAM)……..…… 52

2.10. Modul Modem RF.....………………………………………. 52

BAB III PERANCANGAN ALAT…..…………………………………... 55

3.1. Perancangan Perangkat Keras…..…………………………… 56

3.1.1. Stetoskop Akustik dan Mikrofon……..……………..... 56

3.1.2. Penguat Awal………………………………………..... 57

3.1.2.1.Penguat Awal Transistor......................................... 57

3.1.2.2.Penguat Variabel Bukan Pembalik AC.................... 59

3.1.3. Penapis Aktif Butterworth…………………………..... 61

3.1.3.1. Penapis Pelewat Bawah Butterworth Orde

Enam..……………………………………........... 61

3.1.4. Penguat Daya Rendah……………………………....... 64

3.1.5. Konfigurasi ATmega32……………………………..... 65

3.2. Perancangan Perangkat Lunak….………………………….. 67

3.2.1. Program Utama……….…………………………….... 67

3.2.2. Pengiriman Data…………………………………….... 69

3.2.3. Pencari Puncak..…………………………………….... 72

3.2.4. Penghitung rerata BPM…………………………......... 74

3.2.5. Pengisian LCD..…………………………………….... 74

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………… 78

4.1. Implementasi Alat dan Cara Kerja…………………………… 79

Page 16: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

xvi

4.2. Tampilan pada LCD…….…………………………………… 80

4.3. Analisa Hasil Pengukuran......................................................... 84

4.4. Perbandingan Pengukuran dengan Alat Ukur Tekanan Darah 87

4.5. Hasil Pengiriman Data ke PC…..…………………………… 91

4.6. Analisa Perangkat Keras..…………………………………… 92

4.6.1 Penguat Awal….……………………………………..... 92

4.6.1.1 Penguat Awal Transistor…….……………............ 92

4.6.1.2 Penguat Bukan Pembalik AC…………………….. 93

4.6.2 Penapis Pelewat Rendah……………………………..... 93

4.7. Analisa Perangkat Lunak.…………………………………… 95

4.7.1. Analisa Metode Komunikasi….…………………….... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………….…………………… 109

5.1 Kesimpulan…………………………………………………… 109

5.2 Saran…….…………………………………………………… 110

DAFTAR PUSTAKA.............…………………………………………… 111

LAMPIRAN …………………………………………………………… 113

Page 17: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

xvii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Nilai kapasitans untuk desain penapis aktif LPF

Butterworth orde tinggi……………………………………………… 23

2. Tabel 2.2 Tabel perhitungan Baud Rate dan UBRR………………… 45

3. Tabel 2.3 Keterangan fungsi dari tiap pin LCD …………………… 48

4. Tabel 2.4 Daftar instruksi kontroler modul LCD …………………… 48

5. Tabel 2.5 Daftar keterangan tabel instruksi kontroler LCD

pada tabel 2.4………………………………………………………… 49

6. Tabel 2.6 Pemilihan Register………………………………………… 50

7. Tabel 2.7 Register inisialisasi modem RF…………………………… 53

8. Tabel 3.1 Nilai C/Kf.………………………………………………… 62

9. Tabel 3.2 Nilai Kr pada setiap tingkat..……………………………… 63

10. Tabel 3.3 Nilai kapasitor dan resistor aktual………………………… 63

11. Tabel 3.4 Nilai osilator untuk baud rate 9600 bps...………………… 65

12. Tabel 3.5 Inisialisai modem RF……………………………………... 71

13. Tabel 4.1 Gangguan-gangguan sinyal detak jantung............................ 83

14. Tabel 4.2 Perbandingan detak terukur dan terhitung………………... 85

15. Tabel 4.3 Perbandingan pengujian digitalisasi alat dengan alat ukur

OMRON................................................................................................ 88

16. Tabel 4.4 Perhitungan rerata detak jantung pada tabel 4.3…………... 88

Page 18: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

xviii

17. Tabel 4.5 Protokol komunikasi pengaturan modem…………………. 100

18. Tabel 4.6 Pengiriman data secara berurutan.......................................... 108

19. Tabel 4.7 Pengiriman data dengan pengaturan jeda waktu antar

pengiriman............................................................................................. 108

Page 19: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

xix

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Detak jantung normal…………………………………… 5

2. Gambar 2.2 Chestpiece dari stetoskop……………………………….. 8

3. Gambar 2.3 Mikrofon kondenser…………………………….............. 9

4. Gambar 2.4 Mikrofon kondenser elektret …………………………… 11

5. Gambar 2.5 Rangkaian penguat pembalik…………………………… 14

6. Gambar 2.6 Penguat pembalik AC…………………………………… 15

7. Gambar 2.7 Rangkaian penguat bukan pembalik..…………………… 16

8. Gambar 2.8 Penguat bukan pembalik………………………………… 17

9. Gambar 2.9 Penguat bukan pembalik dengan catu daya tunggal..…… 18

10. Gambar 2.10 Rangkaian pengikut tegangan..………………………… 19

11. Gambar 2.11 Penapis pasif HPF.……………………………………... 20

12. Gambar 2.12 Penapis pasif LPF.……………………………………… 20

13. Gambar 2.13 Rangkaian LPF Butterworth orde 2.…………………… 22

14. Gambar 2.14 Rangkaian LPF Butterworth orde 3.…………………… 22

15. Gambar 2.15 Kaskade Butterworth orde tinggi….…………………… 23

16. Gambar 2.16 Karakteristik penapis Butterworth……………………... 24

17. Gambar 2.17 Tanggapan frekuensi Butterworth……………………... 28

18. Gambar 2.18 Rangkaian penapis Butterworth dengan catu

daya tunggal...………………………………………………………… 29

Page 20: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

xx

19. Gambar 2.19 Konfigurasi tegangan umpan balik…………………… 31

20. Gambar 2.20 Kalang basis-emitor untuk jaringan dari

gambar 2.19..............................................................................…… 31

21. Gambar 2.21 Kalang kolektor-emitor untuk gambar 2.19..………… 33

22. Gambar 2.22 Konfigurasi umpan balik kolektor .…………………… 34

23. Gambar 2.23 Pendekatan model re konfigurasi umpan balik

kolektor……………………………………………………………… 34

24. Gambar 2.24 Algoritma SAR…..…………………………………… 39

25. Gambar 2.25 Lapisan penyusun LCD..……………………………… 46

26. Gambar 2.26 LCD Dot matrix 16 x 2 karakter……………………… 48

27. Gambar 2.27 Hubungan antara alamat DDRAM dan posisi

pada LCD……………………………………………………….…… 51

28. Gambar 3.1 Blok diagram Stetoskop Elektronik….………………… 55

29. Gambar 3.2 Panasonic WM-60A mikrofon kondenser elektret..…… 56

30. Gambar 3.3 Rangkaian prasikap DC untuk mikrofon kondenser…… 57

31. Gambar 3.4 Rangkaian penguat awal transistor..…………………… 59

32. Gambar 3.5 Implementasi penguat bukan pembalik AC...................... 60

33. Gambar 3.6 Penapis butterworth orde enam dengan nilai

ternormalisasi………………………………………………………. 62

34. Gambar 3.7 Realisasi penapis aktif orde enam dengan fc=200 Hz.… 64

35. Gambar 3.8 Penguat daya untuk mengendalikan speaker..………… 65

Page 21: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

xxi

36. Gambar 3.9 Rangkaian LC pembuang derau ADC………………… 67

37. Gambar 3.10 Diagram alir program utama..………………………… 69

38. Gambar 3.11 Diagram alir penanganan interupsi terima penuh…… 71

39. Gambar 3.12 Diagram alir pengiriman data..……………………… 71

40. Gambar 3.13 Diagram alir pencari puncak………………………… 73

41. Gambar 3.14 Diagram alir penghitung rerata BPM………………… 73

42. Gambar 3.15 Tampilan LCD yang dikehendaki.…………………… 75

43. Gambar 3.16 Diagram alir inisialisasi LCD………………………… 75

44. Gambar 3.17 Diagram alir pengisian LCD..………………………… 76

45. Gambar 3.18 Rutin penulisan data ke LCD….……………………… 77

46. Gambar 4.1 Gambar papan utama…………………………………… 79

47. Gambar 4.2 Stetoskop dan penguat awal transistor.………………… 79

48. Gambar 4.3 Hasil pengukuran detak jantung…….......……………… 81

49. Gambar 4.4 Tampilan bila tidak ada detak yang terdeteksi.………… 81

50. Gambar 4.5 Denyut yang diperoleh pada awal iterasi, diambil pada

arteri leher............................................................................................. 81

51. Gambar 4.6 Denyut yang diperoleh pada awal iterasi, diambil pada

Dada...................................................................................................... 81

52. Gambar 4.7 Data ADC yang diterima PC…………………………… 87

53. Gambar 4.8 Sinyal analog detak jantung .…………………………… 87

54. Gambar 4.9 Respon frekuensi penapis pelewat rendah dengan

frekuensi cut-off 200 Hz..…………………………………………… 89

Page 22: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

xxii

55. Gambar 4.10 Metode komunikasi antara PC dengan alat

yang dibuat……………….……………………………………......... 101

Page 23: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Judul

Pemantau Denyut Jantung dengan Stetoskop Elektronik

1.2. Latar Belakang Masalah

Jantung sebagai pusat dari peredaran darah dalam tubuh manusia memiliki

peranan yang sangat vital. Tanpa jantung, manusia tidak akan bisa hidup, karena

organ-organ di dalam tubuh akan kekurangan oksigen dan mati. Jantung yang sehat

mutlak diperlukan seseorang. Tanpa jantung yang sehat, seseorang akan kehilangan

kualitas hidup. Mengetahui ritme detak jantung merupakan salah satu cara untuk

menjaga kesehatan jantung. Jantung yang bekerja terlalu cepat akan mengganggu

keseimbangan tubuh dan juga akan berakibat yang sama bila jantung bekerja terlalu

lambat [1].

Fokus dari penelitian ini adalah pembuatan suatu alat yang dapat mengukur

detak jantung seseorang dengan tepat, namun juga harus efisien dan ergonomis.

Banyak alat serupa terdapat di pasaran, namun alat-alat tersebut memiliki

keterbatasan, yaitu belum adanya suatu alat yang memiliki fasilitas pengiriman data

ke sebuah alat pengolah data lain yang terintegrasi [2]. Jadi alat ini diharapkan dapat

1

Page 24: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

2

mengatasi keterbatasan yang ada dan juga dapat mengetahui hasil pengukuran dengan

cepat dan tepat.

Penerapan penelitian ini dapat diaplikasikan pada bidang kesehatan.

Penggunaan alat ini tidak hanya ditujukan bagi orang-orang yang sudah ahli, namun

juga dapat digunakan bagi orang awam karena alat ini didesain untuk user-friendly.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang akan dicapai yaitu menghasilkan suatu alat yang berfungsi untuk

memantau detak jantung seseorang.

Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui irama atau ritme denyut

jantung manusia. Bila terjadi ketidaknormalan maka dapat diketahui sejak dini

sehingga memperbesar peluang untuk sembuh. Manfaat lain yang didapat yaitu orang

awam dapat melakukan sendiri pemeriksaan ritme jantung, sehingga memudahkan

orang untuk mengetahui kondisi kesehatannya saat itu juga. Alat ini juga dapat

membantu para ahli kesehatan untuk mengetahui denyut jantung seseorang dengan

lebih akurat. Hasil pemantauan dapat dikirimkan ke dalam perangkat pengolah data

lain, misalnya personal komputer untuk disimpan sebagai arsip medis.

1.4. Batasan Masalah

Pembuatan stetoskop elektronis ini menggunakan stetoskop untuk

mengumpulkan suara dari detak jantung. Suara dari stetoskop diubah menjadi besaran

Page 25: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

3

elektrik menggunakan mikrofon. Sinyal informasi dari mikrofon akan diolah dengan

menggunakan mikrokontroler ATmega32 yang akan dikirimkan ke alat penerima

lain, dengan menggunakan modul pemancar dan penerima (transceiver). Informasi

mengenai hasil pengukuran yang ditampilkan berupa jumlah detak per menit (beat

per minute, BPM), detakan minimum dan detakan maksimum. Alat ini didesain untuk

menghitung detak jantung normal manusia. Detak yang dapat diukur mempunyai

rentang antara 50-300 detak per menit.

1.5. Metode Penelitian

Alat ini dirancang dan dibuat dengan menggunakan studi literatur,

mempelajari cara kerja alat, serta merencanakan dan membuat peralatan tersebut.

Perencanaan dibuat dengan mendisain blok demi blok berdasarkan teori yang sudah

didapatkan di bangku kuliah sehingga alat tersebut bisa bekerja sesuai dengan hasil

yang diharapkan. Pembuatan dilakukan dengan terlebih dahulu mengetes jalannya

alat dengan suatu percobaan pada papan percobaan. Setelah hasil percobaan sesuai

dengan yang diharapkan, kemudian alat tersebut dapat dirakit dan dipasang pada

suatu PCB. Pengujian alat ini dilakukan dengan pengambilan data, analisis data, dan

penarikan kesimpulan.

1.6. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Page 26: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

4

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang pemilihan topik sebagai dasar pemikiran

melalui latar belakang penelitian, tujuan dan manfaat dari penelitian, batasan-

batasan masalah, metode penelitian, serta sistematika penelitian ini.

BAB II DASAR TEORI

Bab ini memaparkan teori mengenai detak jantung, pengolahan sinyal

analog, mikrokontroler, dan penampil yang digunakan dalam pembuatan alat

pemantauan detak jantung ini.

BAB III PERACANGAN ALAT

Bab ini akan memaparkan perancangan mengenai alat pemantau detak

jantung ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai pembahasan dari hasil alat yang telah

diperoleh.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian akhir ini menyimpulkan uraian dari bab-bab sebelumnya agar

dapat memberi penjelasan dalam memahami maksud dan tujuan penulisan

serta pemberian saran tentang alat ini kepada siapa saja yang ingin membahas

topik ini lebih dalam.

Page 27: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

5

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Jantung

Jantung terdiri dari empat ruang, yaitu bilik kiri, bilik kanan, serambi kiri, dan

serambi kanan. Fungsi dari serambi yaitu sebagai tempat untuk mengumpulkan darah.

Bilik berfungsi sebagai tempat untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan paru-

paru. Darah mengalir dari serambi menuju bilik. Agar darah tidak mengalir menuju

serambi dari bilik, maka ada katup pada jalan masuk dan keluar. Pada saat berdenyut,

setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol); selanjutnya jantung

berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua

serambi dan bilik mengendur dan berkontraksi secara bersamaan [3].

Bunyi-bunyi jantung merupakan suatu vibrasi-vibrasi yang bertalian dengan

akselerasi dan deselerasi tiba-tiba dari darah di dalam sistem kardiovaskular. Bunyi

jantung pertama (S1) dan kedua (S2) terjadi oleh menutupnya katup-katup yang

berkenaan dengan atrium jantung (Atrio Ventrikulae) dan semiluner serta kejadian-

kejadian yang mengiringi penutupan-penutupan ini. Intensitas dari bunyi jantung

pertama (S1) dipengaruhi oleh:

i. Posisi daun-daun mitral (berkenaan dengan katup bikuspid) pada

permulaan kontraksi ventrikel jantung yang mendorong darah masuk

ke dalam aorta dan arteri pulmonaris (sistole ventrikel).

Page 28: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

6

ii. Kecepatan naiknya denyut nadi tekanan bilik kiri.

iii. Ada tidaknya penyakit struktural dari katup mitral.

iv. Jumlah jaringan, rongga atau cairan antara jantung dan stetoskop.

Bunyi jantung pertama dibagi menjadi dua komponen, aorta (A2) atau menutupnya

katup mitral dan pulmonal (P2) atau menutupnya katup trikuspidal. Kedua komponen

berbunyi nyaring dari S1 selama 10 ms sampai 30 ms adalah fenomena normal. Bunyi

jantung ketiga merupakan bunyi bersuara rendah (low picthed) yang terjadi di dalam

bilik 0,14 s sampai 0,16 s setelah A2, pada akhir pengisian cepat. Bunyi jantung

keempat adalah bunyi presistolik berketuk rendah yang terjadi di dalam bilik jantung

pada saat pengisian, diiringi oleh kontraksi serambi yang efektif dan dapat didengar

dengan baik melalui mangkuk berongga (bellpiece) dari stetoskop [4].

Gambar 2.1 Detak jantung normal [5].

Pada Gambar 2.1, ‘M’ mampu dibedakan dari S4 dan M1, sinkron dari

permulaan pergerakan keluar. Pembelokan dari M terjadi setelah Q. M mempunyai

R

Page 29: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

7

satu tanjakan kecil dan pembelokan ke bawah yang besar. Berbagai penelitian telah

dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan pewaktuan dari suara jantung. Frekuensi

suara rendah pertama S1 atau ‘M’ terjadi 20 ms setelah gelombang Q dari

elektrokardiogram dan berhubungan dengan puncak dari gelombang R. ‘M’ ini

mempunyai frekuensi natural sekitar 30 – 50 Hz dan dapat dibedakan dari M1 yang

mempunyai frekuensi dan amplitudo yang lebih besar. Dalam kondisi normal, ‘M’

mempunyai amplitudo rendah dan mempunyai durasi sekitar 20 sampai 50 ms,

terkadang berlanjut setelah puncak R selama 20 ms [5].

Dalam sebuah penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya [6],

frekuensi detak jantung pertama (S1) pada katup mitral normal, rata-rata berkisar

sekitar 46±2 Hz. Sedangkan pada katup implan yang sudah tertanam selama kurang

dari 1½ tahun memiliki frekuensi sekitar 43±2 Hz dan yang sudah tertanan lebih dari

lima tahun memiliki frekuensi sekitar 50 – 200 Hz.

2.2. Stetoskop

Stetoskop adalah sebuah alat akustik medis yang digunakan untuk

mendengarkan suara yang ada di dalam tubuh manusia atau hewan. Stetoskop biasa

digunakan untuk mendengarkan suara detak jantung atau pernapasan. Suara ini

digunakan untuk mendiagnose penyakit tertentu. Stetoskop terbagi atas dua jenis,

yaitu stetoskop akustik dan stetoskop elektronis [7].

Page 30: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

8

Stetoskop akustik bekerja dengan cara menyalurkan suara dari chestpieces

melalui selang udara ke telinga pendengar. Chestpiece terdiri dari dua bagian yang

dapat dipergunakan untuk mendengarkan suara dari tubuh manusia, sebuah diafragma

dan sebuah mangkuk berongga (bellpiece). Gambar dari chestpiece disajikan pada

Gambar 2.2. Bila diafragma ditempatkan di atas tubuh, maka suara dari tubuh akan

menggetarkan diafragma dan gelombang tekanan akustik berjalan melalui selang

udara hingga ke telinga pendengar. Bila mangkuk berongga yang ditempatkan dalam

tubuh, maka getaran dari kulit akan menghasilkan gelombang tekanan akustik yang

akan berjalan melalui selang udara hingga ke telinga pendengar. Mangkuk berongga

menghasilkan suara dengan frekuensi rendah, sedangkan diafragma menghasilkan

suara dengan frekuensi yang lebih tinggi. Permasalahan yang timbul dari stetoskop

akustik adalah tingkat kekuatan suara yang sangat rendah [8].

Gambar 2.2 Chestpiece dari stetoskop.

Page 31: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

9

Stetoskop elektronik bekerja dengan cara menguatkan suara yang timbul dari

tubuh. Alat tersebut membutuhkan pengubah suara akustik menjadi sinyal elektronis

yang dapat dikuatkan dan diolah untuk mendapatkan kualitas suara yang lebih baik.

Cara yang paling mudah dan efektif untuk mendeteksi suara dilakukan dengan

memasang sebuah mikrofon di dalam chestpiece. Cara ini bisa mengurangi gangguan

derau [7].

2.3. Mikrofon

2.3.1. Mikrofon kondenser

Bagian penting dari mikrofon adalah sebuah membran ringan yang mampu

menghasilkan respon pada frekuensi pendengaran, 20 – 20 KHz dengan baik. Getaran

suara menghasilkan perubahan jarak antara membran dan pelat. Ada dua cara untuk

mendapatkan sinyal audio dari mikrofon ini, yaitu dengan pemberian prasikap DC

dan pemisahan frekuensi radio dari mikrofon kondenser [9].

Gambar 2.3 Mikrofon kondenser.

Page 32: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

10

Dengan adanya prasikap DC, pelat mempunyai muatan sebesar Q. Pelat dan

membran yang terpasang secara paralel menghasilkan kapasitansi sebesar

dA

VQC 0ε==

(2.1)

dengan

C adalah kapasitas kapasitor (Farad),

Q adalah muatan (Coulomb),

V adalah beda potensial (Volt),

ε0 adalah permisivitas ruang hampa,

A adalah luas penampang (m2), dan

d adalah jarak antara pelat dan membran (m).

Suatu muatan konstan terjaga dalam kapasitor. Ketika jarak antar pelat

berubah akibat adanya getaran oleh suara, muatan di dalam kapasitor berubah. Hal ini

ditunjukkan pada Gambar 2.3. Kapasitas dan nilai dari resistor prasikap membentuk

suatu penapis lewat atas, yang melewatkan frekuensi pendengaran dan menolak bias

DC. Adanya perubahan jarak antara membran dan pelat menyebabkan muatan

berubah, sehingga menghasilkan arus (I) yang mengalir melalui resistor R dengan

(2.2) tdAV

tQI

Δ

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛Δ

=ΔΔ

=

1

Page 33: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

11

Perubahan kapasitas dalam kurun waktu tertentu, dalam skala 100 μs, akan

menimbulkan suatu muatan. Tegangan berubah sebagai reaksi atas perubahan

kapasitans. Tegangan yang terukur pada resistor mewakili tekanan suara yang

mengubah-ubah membran [10].

2.3.2. Mikrofon Kondenser Elektret (Magnet Elektrostatis)

Merupakan tipe dari mikrofon kondenser yang menggunakan suatu bahan

elektret yang terpolarisasi secara permanen sebagai diafragmanya [9]. Gambar dari

mikrofon kondenser elektret disajikan pada Gambar 2.4. Suatu muatan statis diisikan

ke dalam elektret yang ada di dalam bahan membran. Mikrofon tipe ini bekerja

dengan prinsip yang sama dengan mikrofon kondenser.

Gambar 2.4 Mikrofon kondenser elektret [9].

Kualitas kondenser yang lebih baik didapatkan dengan menggunakan transistor efek-

medan (FET) sebagai penguat awal, penyeimbang impedansi masukan yang tinggi

dan menaikkan tegangan isyarat [9].

Page 34: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

12

2.4. Penguat Operasional (Op-amp)

Penguat operasional (Op-amp) adalah suatu rangkaian elektronik yang dapat

digunakan untuk mendeteksi dan menguatkan sinyal masukan AC dan DC [11].

Karakteristik dari penguat operasional adalah:

i. Impedansi masukan yang sangat tinggi, yang membuat tidak adanya arus yang

masuk ke terminal masukan.

ii. Penguatan kalang terbuka yang sangat tinggi, menyebabkan perbedaan

tegangan masukan nol.

iii. Impedansi keluaran yang sangat rendah, sehingga tidak terjadi pembebanan

pada keluaran.

Penguat operasional pada rangkaian audio harus mampu memproses sinyal

AC dalam rentang frekuensi antara 20 hingga 20 KHz dengan amplitudo bervariasi

dari beberapa ratus mikrovolt hingga beberapa volt [11]. Penguat operasional harus

mempunyai distorsi minimum, baik amplitudo, harmonisa, fasa dan juga bila

dimungkinkan tidak mempunyai derau.

Penguat operasional untuk penggunaan umum cocok digunakan untuk kerja

audio yang terbatas dalam aplikasi yang tidak kritis. Penguat operasional yang ideal

untuk penggunaan audio memiliki spesifikasi berikut ini:

1. Slew rate tinggi.

2. GBWP tinggi.

3. Impedansi atau resistansi tinggi.

Page 35: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

13

4. Tegangan operasi tinggi.

5. Distorsi rendah.

6. Derau masukan rendah.

7. Arus masukan rendah.

8. Mudah digunakan untuk catu daya tunggal.

2.4.1. Penguat Pembalik (Inverting Amplifier)

2.4.1.1. Penguat Pembalik DC

Salah satu yang paling sering digunakan dalam konfigurasi penguat

operasional tunggal adalah penguat pembalik (inverting amplifier) [12]. Konfigurasi

penguat pembalik disajikan pada Gambar 2.5. Rangkaian penguat pembalik

menggambarkan satu bentuk dari sebuah tegangan sumber terkontrol. Resistansi

dihubungkan di antara terminal bukan pembalik dengan ground untuk

meminimalisasikan efek dari arus prasikap.

Pada asumsi operasi linier stabil, perbedaan tegangan beda pada masukan

didorong untuk menjadi nol, atau . Terminal bukan pembalik akan sama

dengan nol, karena dihubungkan ke ground. Akibatnya terminal pembalik dipaksa

untuk untuk menjadi potensial ground. ( 0 . Kondisi ini akan menjadi ground

semu, yang berarti terminal pembalik tidak benar-benar terhubung ke ground, tetapi

bekerja seolah-olah dihubungkan ke ground.

Page 36: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

14

Karena 0, tegangan masukan vi timbul pada Ri. Arus masukan ii

dinyatakan

(2.3)

Dengan asumsi bahwa arus yang masuk ke dalam penguat sama dengan nol dan arus

ii mengalir ke titik pertemuan pada terminal bukan pembalik. Karena tidak ada arus

yang dapat mengalir masuk atau keluar dari penguat, arus harus mengalir melalui Rf.

Tegangan vf dihasilkan dari Rf yang dinyatakan dengan

(2.4)

Gambar 2.5 Rangkaian penguat pembalik [12].

Karena masukan pembalik dari penguat operasional merupakan ground semu,

tegangan keluaran merupakan tegangan yang mengalir pada Rf. Referensi terminal

positif pada sebelah kanan Rf, sehingga

(2.5)

Bila ACL merupakan tegangan penguatan kalang tertutup, maka:

Page 37: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

15

(2.6)

2.4.1.2. Penguat Pembalik AC

Penguat pembalik AC memiliki rangkaian dasar yang sama dengan penguat

DC, tetapi mempunyai perbedaan oleh adanya kapasitor masukan Ci pada terminal

pembalik (inverting) [11]. Gambar rangkaian penguat pembalik AC disajikan pada

Gambar 2.6. Kapasitor ini mempunyai dua fungsi penting. Pertama, mencegah

masuknya tegangan DC dari tingkat sebelumnya, yang berakibat adanya tegangan DC

yang tidak diinginkan pada keluaran.

Gambar 2.6 Penguat pembalik AC [11].

Hal ini dapat mengakibatkan penguat mengalami saturasi dan distorsi ketika

mendapat masukkan sinyal audio. Kedua, kapasitor mencegah derau frekuensi rendah

yang masuk ke penguat. Frekuesi potong (cut off frequency) rendah ditentukan oleh

Ci dan Ri dengan rumus

ii

c CRf

π21

= (2.7)

Page 38: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

16

2.4.2. Penguat Bukan Pembalik

2.4.2.1. Penguat Bukan Pembalik DC

Konfigurasi penguat operasional lainnya yang penting adalah penguat bukan

pembalik [12]. Seperti pada rangkaian penguat pembalik, penguat bukan pembalik

tersusun atas sebuah pengatur tegangan sumber (Voltage-Controlled Voltage Source).

Dalam keadaan sesungguhnya, sebuah resistansi dihubungkan secara seri dengan

masukan bukan pembalik untuk meminimalkan efek dari arus prasikap. Rangkaian ini

tidak akan bekerja tanpa adanya resistansi.

Gambar 2.7 memperlihatkan sinyal masukan langsung masuk ke terminal

bukan pembalik. Perbedaan tegangan masukan akan didorong menjadi nol, sehingga

_ (2.8)

Gambar 2.7 Rangkaian penguat bukan pembalik [12].

Tegangan ini akan timbul pada resistansi Ri, sehingga arus ii ditentukan oleh

(2.9)

Page 39: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

17

Karena tidak adanya arus yang masuk atau keluar dari terminal pembalik, arus harus

mengalir melalui resistansi Rf dari keluaran penguat operasional. Tegangan vf yang

timbul diantara Rf adalah

(2.10)

Tegangan vi sama dengan tegangan pada ground. Tegangan vf dan tegangan keluaran

vo merupakan suatu kalang tertutup. Jika Hukum Kirchhoff diterapkan, maka

1 (2.11)

Penguatan kalang tertutup ACL sama dengan

(2.12)

2.4.2.2. Penguat Bukan Pembalik AC

Gambar 2.8 menunjukkan penguat bukan pembalik AC. Komponen Ci, Ri, dan

Rf mempunyai fungsi yang sama pada rangkaian penguat pembalik AC [11].

Gambar 2.8 Penguat bukan pembalik [11].

Page 40: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

18

Frekuensi masukan pada terminal masukan bukan pembalik dapat mencapai 10 kali

lebih rendah daripada frekuensi masukan pada terminal pembalik. Penguatan AC

pada penguat bukan pembalik sama dengan penguatan DC. Impedansi masukan kira-

kira sama dengan Rg.

Gambar 2.9 Penguat bukan pembalik dengan catu daya tunggal [11].

Dalam penggunaan catu daya tunggal, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9,

kapasitor Ci berfungsi mencegah sinyal DC masuk, sehingga Ci dapat dianggap

sebagai hubungan terbuka. Pada penguatan DC, rangkaian di atas akan berfungsi

sebagai pengikut tegangan. Pada sinyal masukan AC, kapasitor Ci akan terhubung

singkat, sehingga penguatan AC sama dengan if RRAv += 1 .

Resistror Rg berfungsi sebagai prasikap DC. Tegangan keluaran Vq akan sama

dengan setengah dari Vcc bila resistor Rg1 = Rg2. Penentuan nilai resistansi Rg tidak ada

acuan khusus, namun harus yang berimpedansi tinggi [12].

Page 41: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

19

2.4.2.3. Konfigurasi Pengikut Tegangan

Pengikut tegangan merupakan salah satu bentuk dari penguatan bukan

pembalik [12]. Gambar rangkaian pengikut tegangan (voltage follower) ditunjukkan

oleh Gambar 2.10.

(a)

(b)

Gambar 2.10 Rangkaian pengikut tegangan (voltage follower) [12].

Penguatan kalang tertutup dapat ditentukan dengan mempertimbangkan bahwa Rf = 0

dan Ri = ∞ dan hasilnya adalah

1 (2.13)

Penguatan tegangan sebesar satu kali, berarti tegangan keluaran “mengikuti”

tegangan masukan. Gambar 2.12b memperlihatkan adanya sebuah resistansi pada

terminal negatif sebagai umpan balik. Penguatan dari rangkaian ini sama dengan satu.

Karena tidak adanya arus yang masuk ke dalam terminal positif, maka impedansi

masukkan sama dengan tak terhingga.

Pengikut tegangan biasa digunakan untuk mengisolasi antara sumber dan

beban. Dengan adanya pengikut tegangan ini, sebuah sumber dengan arus yang kecil

dapat mengendalikan beban yang berat.

Page 42: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

20

2.5. Penapis Aktif Elektronik

Penapis elektronika (filter) adalah suatu rangkaian yang menghasilkan

karakteristik respon frekuensi yang ditentukan, biasa digunakan untuk melewatkan

suatu frekuensi tertentu dan menolak yang lain [12]. Penapis terdiri atas dua jenis,

yaitu penapis aktif dan penapis pasif. Penapis aktif terdiri dari kombinasi resistansi,

kapasitansi dan suatu perangkat aktif, seperti penguat operasional. Penapis pasif

terdiri dari kombinasi resistansi, induktasi dan kapasitansi (RLC). Berdasarkan

karakteristiknya, penapis dibedakan menjadi dua, yaitu penapis lewat atas (HPF) dan

penapis lewat bawah (LPF).

Gambar 2.11 Penapis pasif HPF [12].

Gambar 2.12 Penapis pasif LPF [12].

Penapis pasif RLC akan menimbulkan suatu masalah bila bekerja pada batas

bawah dari rentang frekuensi audio. Masalah yang timbul adalah rugi-rugi internal

pada induktor yang akan meningkat pada rentang frekuensi yang semakin rendah.

Page 43: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

21

Kedua, ukuran fisik sebenarnya dari induktor yang besar membatasi pengunaanya.

Ketiga, harga dari induktor yang cukup mahal.

Penapis aktif menggunakan perangkat aktif untuk memberikan umpan balik.

Karena tidak ada induktansi, kesulitan pada respon frekuensi rendah dapat

dieliminasi. Penapis aktif RC dapat bekerja pada frekuensi yang sangat rendah dan

dapat mendekati penapis ideal. Penapis aktif juga memiliki beberapa keterbatasan.

Penapis aktif membutuhkan suatu catu daya untuk menjalankan penguat operasional.

Perangkat aktif memberikan suatu umpan balik, sehingga akan timbul kemungkinan

akan adanya ketidakstabilan. Keterbatasan lainnya yaitu frekuensi kerja maksimum

penapis lewat atas dibatasi oleh frekuensi kerja maksimum dari penguat operasional.

2.5.1. Penapis Aktif Butterworth Pelewat Bawah

Bentuk dasar rangkaian ternormalisasi orde dua pelewat bawah Butterworth

ditunjukkan pada Gambar 2.13 dan orde tiga ditunjukkan pada Gambar 2.14.

Resistansi penapis dalam rancangan ternormalisasi dibuat 1Ω [12]. Kompensasi

resistor prasikap dapat ditentukan pada nilai yang optimum, kompensasi ini tidak

akan mempengaruhi karakteristik dari penapis. Pada rangkaian ini, penguat

operasional berfungsi sebagai pengikut tegangan.

Nilai kapasitansi untuk setiap orde penapis ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Satuan yang tertera merupakan satuan yang ternormalisasi dalam farad. Baris yang

Page 44: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

22

berisi C1 dan C2 menunjukkan penapis dua kutub, sedangkan yang berisi C1, C2 dan

C3 menunjukkan penapis tiga kutub.

Gambar 2.13 Rangkaian LPF Butterworth orde 2 [12].

Beberapa kutub dapat terhubung sebagai rangkaian bertingkat secara kaskade

untuk mendapatkan penapis dengan jumlah kutub yang banyak, seperti ditunjukkan

pada Gambar 2.15. Secara teoritis, pada setiap tingkat terdapat voltage follower,

sehingga dimungkinkan untuk membuat penapis dengan tingkat yang diinginkan.

Gambar 2.14 Rangkaian LPF Butterworth orde 3 [12].

Page 45: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

b

d

2

a

s

Tabel 2.1

Data

banyak akan

diletakkan p

2.5.2. Kar

Resp

amplitudo m

seiring meni

Nilai kapasi

a dari tabel

n dipasang

pada keluaran

Gam

rakteristik

pon amplitu

mendatar (ma

ingkatnya fre

itan untuk d

Kutub 2 13 34 1 25 1 36 1 1 37 1 1 4

sudah diatur

pada masu

n.

mbar 2.15 Ka

k Penapis B

udo Butterw

aximally flat

ekuensi.

esain penapi

C1 C2,414 0,70,546 1,39,082 0,92,613 0,38,753 1,35,235 0,30,035 0,96,414 0,70,863 0,25,531 1,33,604 0,62,493 0,22

r sedemikia

ukan dan jum

askade Butte

Butterwor

worth juga

t amplitude r

is aktif LPF

2 C3 071 92 0,2024241 825 54 0,4214089 66 071 588 36 0,4885235 225

n, sehingga

mlah kutub

rworth orde

rth

disebut d

response) [1

Butterworth

4

4

5

jumlah kut

yang lebih

tinggi.

dengan resp

12]. Respon

h orde tinggi

tub yang leb

h sedikit ak

pon maksim

akan menur

23

bih

kan

mal

run

Page 46: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

24

Gambar 2.16 Karakteristik filter Butterworth [12].

2.5.3. Perancangan Penapis Butterworth

Rangkaian aktif dalam penapis Butterworth menggunakan finite gain

realization, yaitu penguatan dari piranti aktif (penguat operasional) dibuat pada

tingkat tertentu yang relatif rendah dengan umpan balik [12]. Pada bagian ini

penguatan rangkaian akan ditentukan sebesar satu (unity) dengan konfigurasi

pengikut tegangan pada penguat operasional.

Semua rancangan akan diperlihatkan mempunyai frekuensi cut-off radian

yang ternormalisasi sebesar ωc = 1 rad/s. Nilai ini menunjukkan batas atas frekuensi

yang diloloskan (pass-band) dari penapis pelewat atas dan batas bawah frekuensi

yang diloloskan (pass-band) dari penapis pelewat bawah.

Rancangan penguatan satu didasarkan pada kombinasi dari orde dua dan orde

tiga. Setiap jumlah realisasi genap hanya akan menggunakan orde dua dan setiap

jumlah realisasi ganjil menggunakan orde tiga dan orde dua sebanyak yang

diperlukan.

Page 47: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

25

2.5.3.1. Penskalaan Frekuensi

Perancangan penapis sesungguhnya membutuhkan banyak pertimbangan

rentang frekuensi dan tingkat impedansi [12]. Akibatnya sulit untuk menghitung

semua data untuk semua kemungkinan. Ketika formula khusus digunakan untuk

menentukan nilai elemen, nilai elemen menjadi sulit dan susah digunakan. Metode

yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah perancangan yang

mendasarkan pada nilai elemen untuk rangkaian ternormalisasi. Rangkaian

ternormalisasi dibentuk berdasarkan penyederhanaan frekuensi tengah dan cutt-off

serta impedansi yang cocok. Nilai elemen biasanya 1Ω dan 1F. Nilai tersebut tampak

tidak realistis, namun sangat berguna sebagai bentuk dasar rancangan yang

sebenarnya dapat dibangun.

Pengubahan dari rancangan ternormalisasi menjadi sebuah rancangan yang

sesungguhnya dapat dilakukan dengan dua operasi penskalaan yaitu penskalaan

frekuensi dan penskalaan impedansi. Penskalaan frekuensi digunakan untuk

mengubah frekuensi dari rancangan ternormalisasi ke frekuensi yang dibutuhkan dari

rancangan sesungguhnya. Penskalaan impedansi digunakan untuk mengubah nilai

elemen menjadi nilai aktual.

Frekuensi referensi adalah fr dalam penapis sesunguhnya dan rω dalam

rancangan ternormalisasi. Bila rr fπω 2= yang merepresentasikan fr frekuensi dalam

radian, maka konstanta penskalaan Kf ditentukan oleh

r

r

r

rf

fKωπ

ωω 2

== (2.14)

Page 48: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

26

Setelah nilai konstanta penskalaan frekuensi diketahui, nilai R/C diubah dengan

faktor Kf. Jika frekuensi pada rancangan lebih tinggi, maka R/C dibagi dengan Kf.

Secara praktis yang paling sering diubah adalah C.

2.5.3.2. Penskalaan Impedansi

Konstanta penskalaan impedansi Kr ditentukan oleh:

sasiternormali

aktualr R

RK = (2.15)

Nilai Kr dapat ditentukan paling akhir, mengingat ketersediaan nilai komponen

dipasaran. Rangkaian yang mempunyai impedansi tinggi akan mempunyai nilai

resistansi yang tinggi dan nilai kapasitans yang rendah, begitu juga sebaliknya.

2.5.4. Jumlah Kutub

Jumlah dari kutub adalah jumlah dari elemen reaktif dari rangkaian penapis.

Jumlah dari kutub juga menunjukkan jumlah dari kapasitor (tidak termasuk kapasitor

eksternal dari jaringan penapis). Secara umum, performa yang dihasilkan akan

semakin mendekati ideal seiring dengan bertambahnya jumlah kutub. Pada penapis

orde tinggi mempunyai respon frekuensi yang diloloskan mendatar serta respon dari

frekuensi yang tidak diloloskan rendah.

Page 49: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

27

2.5.5. Tanggapan Frekuensi Butterworth Pelewat Rendah

Fungsi dari Butterworth akan memberikan frekuensi referensi pada tanggapan

amplitudo sebesar 1√2

dari tingkat frekuensi yang diloloskan maksimum. Bila fc

menunjukkan frekuensi cut-off, f adalah nilai frekuensi, dan n adalah jumlah kutub,

maka respon amplitudo dari pelewat bawah Butterworth

(2.16)

Nilai maksimum dari M(ω) terjadi pada saat f=0, sehingga M(0)=1. Penapis aktif

mempunyai nilai M(ω) lebih dari satu.

Bila MdB(ω) menunjukkan nilai respon maksimum relatif dalam desibel, maka

⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

=n

c

dB

ff

M210

1

1log20)(ω (2.17)

atau

( )[ ]ncdB ffM 2110log10)( +−=ω (2.18)

2.5.6. Kurva Tanggapan Frekuensi

Gambar tanggapan amplitudo untuk penapis Butterworth orde 2 sampai 7

ditunjukkan pada Gambar 2.17. Semua kurva dimulai dari tingkat -3 dB dan .

Kurva tanggapan adalah kurva keluaran relatif dalam dB.

Page 50: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

p

f

t

2

p

p

p

Freku

pelewat ren

frekuensi ter

ternormalisa

2.5.7. Pera

Tun

Pada

prasikap DC

prasikap DC

penapis tidak

uensi ternor

ndah dan p

rnormalisasi

asi sama den

Gambar

ancangan

nggal

a penggunaa

C dan sebu

C adalah set

k terpotong.

rmalisasi pad

enapis pele

i sama denga

ngan fc/f.

r 2.17 Tangg

Penapis

an catu day

uah penyang

tengah dari

da absis dig

ewat atas. P

an f/fc. Penap

gapan frekue

s Dengan

ya tunggal

gga tegangan

Vcc. Hal in

gunakan seca

Penapis pel

pis pelewat

ensi Butterw

n Menggu

dapat ditam

n [13]. Bes

ni dimaksudk

ara berbeda

ewat rendah

atas mempu

worth [12].

unakan C

mbahkan su

sarnya tegan

kan supaya

untuk penap

h mempuny

unyai frekuen

Catu Day

uatu tegang

ngan masuk

keluaran d

28

pis

yai

nsi

ya

gan

kan

ari

Page 51: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

29

Pada Gambar 2.18, kapasitor Ci berfungsi untuk menolak sinyal DC dari

sinyal masukan. Vq diperoleh dari pembagi tegangan Vcc oleh Rg. Penguat operasional

berfungsi sebagai pengikut tegangan dan penyesuai impedansi.

Gambar 2.18 Rangkaian Penapis Butterworth dengan catu daya tunggal [13].

Rangkaian paralel Rg dan Ci membentuk suatu penapis pelewat atas.

Frekuensi cut-off pelewat atas harus lebih kecil daripada frekuensi cut-off penapis

lewat bawah. Penggunaan pengikut tegangan pada masukan penapis pelewat bawah

membuat tidak terjadinya efek pembebanan. Dalam penapis orde tinggi, setiap tingkat

penapis mendapatkan efek dari prasikap DC.

Page 52: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

30

2.6. Penguat Transistor Konfigurasi Umpan Balik Tegangan

Kolektor

2.6.1. Analisa DC

Arus prasikap QCI dan tegangan kerja

QCEV merupakan sebuah fungsi dari

sebuah penguatan arus transistor. Karena beta (β) dipengaruhi oleh perubahan suhu,

nilai beta sesungguhnya tidak dapat ditentukan. Pada realisasi, akan menjadi sangat

sulit untuk membuat suatu rangkaian yang tidak tergantung oleh beta. Bila parameter

rangkaian dipilih dengan baik, maka akan menghasilkan nilai QCI dan

QCEV yang

hampir sepenuhnya tidak tergantung oleh beta. Titik kerja transistor ditentukan oleh

sebuah nilai tetap dari QCI dan

QCEV . Nilai dari QBI akan berubah seiring perubahan

beta, tetapi karakteristik ditentukan oleh QCI dan

QCEV [14].

Tingkat stabilitas dapat ditingkatkan dengan menggunakan sebuah umpan

balik dari kolektor ke basis seperti ditunjukkan pada Gambar 2.19. Analisa akan

dibagi menjadi dua, yaitu kalang basis-emitor dan kemudian hasilnya digunakan

untuk kalang kolektor-emitor. Gambar 2.20 menunjukkan kalang basis-emitor untuk

konfigurasi tegangan umpan balik.

Page 53: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

31

Gambar 2.19 Konfigurasi tegangan umpan balik [14].

Gambar 2.20 Kalang basis-emitor untuk jaringan dari Gambar 2.19 [14].

Dengan menerapkan hukum Kirchhoff pada kalang Gambar 2.20 searah jarum jam

akan menghasilkan

0' =−−−− EEBEBBCCCC RIVRIRIV (2.19)

Arus yang melalui RC bukanlah arus IC, namun arus I’C (I’C=IC+IB). Nilai dari IC dan

I’C mendekati sama karena nilai dari IB yang sangat kecil, sehingga CC II '≅ . Dengan

Page 54: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

32

mensubtitusi nilai BCC III β=≅ ' dan EC II ≅ pada persamaan 2.19, akan

menghasilkan

0=−−−− EBBEBBCBCC RIVRIRIV ββ (2.20)

Nilai IB

)( ECB

BECCB RRR

VVI++

−=

β (2.21)

Umpan balik menghasilkan refleksi dari resistansi RC kembali ke rangkaian masukan.

Secara umum persamaan IB

''

RRVI

BB β+=

(2.22)

Tidak adanya R’ dalam konfigurasi prasikap tetap, R’=RE untuk prasikap emitor

(dengan ββ ≅+ )1( ) dan R’≈RC+RE untuk umpan balik kolektor. Karena BC II β= ,

sehingga

''RR

VIB

CQ ββ+

= (2.23)

Nilai dari 'Rβ jauh lebih besar daripada nilai RB, sehingga sensitivitas dari QCI

berkurang terhadap variasi beta. Bila ′ dan ′ ′, maka

''

''

''

RV

RV

RRVI

BCQ

=≅+

=ββ

ββ

(2.24)

Page 55: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

33

Kalang kolektor-emitor untuk jaringan pada Gambar 2.19 ditunjukkan oleh Gambar

2.21.

Gambar 2.21 Kalang kolektor-emitor untuk Gambar 2.19 [14].

Dengan menerapkan hukum tegangan Kirchhoff pada kalang Gambar 2.21 dengan

arah berlawanan jarum jam, akan menghasilkan

0' =−++ CCCCCEEE VRIVRI (2.25)

Karena CC II ≅' dan CE II ≅ , maka

)( CECCCCE RRIVV +−= (2.26)

Page 56: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

34

2.6.2. Analisa AC

Gambar 2.22 Konfigurasi umpan balik kolektor.

Penggambaran kembali Gambar 2.22 dengan pemodelan rangkaian re

menghasilkan konfigurasi seperti pada Gambar 2.23.

Gambar 2.23 Pendekatan model re konfigurasi umpan balik kolektor [14].

Penguatan tegangan (Av) pada titik C dari Gambar 2.23

e

C

i

ov r

RVVA −==

(2.27)

Dengan re merupakan resistansi dinamis dari transistor

E

e ImVr 26

= (2.28)

Page 57: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

35

Tanda negatif pada persamaan 2.27 menunjukkan perbedaan fasa sebesar 180° antara

masukan dan keluaran.

2.7. Penguat Daya

Merupakan suatu penguat yang menerima suatu sinyal masukan dan

menyediakan keluaran yang besar untuk perangkat keluaran atau ke penguat lainnya

[14]. Sebuah sumber sinyal biasanya menghasilkan sinyal yang kecil dan

membutuhkan penguatan untuk dapat mengoperasikan peralatan keluaran. Dalam

penguatan sinyal kecil faktor utama dalam penguatan adalah linearitas dan magnitudo

dari penguatan. Pengaturan daya dan efisiensi menjadi hal yang penting karena arus

dan tegangan masukan yang kecil dalam penguatan sinyal kecil. Penguat tegangan

menyediakan penguatan tegangan untuk memperbesar sinyal masukan. Sinyal besar

menyediakan daya yang cukup ke sebuah beban keluaran untuk mengendalikan

speaker yang biasanya mulai dari beberapa watt hingga puluhan watt.

Salah satu metode yang digunakan untuk mengklasifikasikan penguat adalah

dengan penggunaan kelas. Pada dasarnya, kelas menggambarkan jumlah dari variasi

sinyal keluaran yang beroperasi lebih dari satu siklus untuk sebuah siklus penuh.

Kelas A mempunyai sinyal keluaran bervariasi untuk siklus penuh 360°.

Penguat kelas ini memerlukan prasikap pada titik kerja, sehingga paling sedikit

setengah dari ayunan sinyal keluaran dapat bervariasi naik dan turun yang dibatasi

oleh tegangan catu daya yang digunakan.

Page 58: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

36

Kelas B menyediakan sebuah sinyal keluaran yang bervariasi lebih dari

setengah sinyal masukan atau sinyal 180°. Titik prasikap dc terletak pada tegangan 0

V, dimana keluaran bervariasi dari titik prasikap hingga setengah siklus.

Kelas AB merupakan penguat yang dapat diberi prasikap DC diatas nol. Arus

basis diperoleh dari penguat kelas B dan tegangan satu setengah kali lebih tinggi dari

catu daya kelas A. Kelas AB membutuhkan sebuah hubungan dorong-tarik (push-

pull) untuk menghasilkan siklus keluaran yang penuh. Prasikap DC diberikan

mendekati nol pada arus basis untuk menghasilkan efisiensi yang lebih baik. Untuk

operasi kelas AB, ayunan sinyal keluaran timbul antara 180° sampai 360°.

Kelas C memiliki sinyal keluaran untuk operasi kurang dari 180°. Penguta

kelas ini akan beroperasi hanya dengan rangkaian penala yang menyediakan sebuah

siklus penuh dari operasi untuk penalaan atau frekuensi resonansi.

Kelas D merupakan penguat yang beroperasi menggunakan sinyal digital yang

aktif untuk interval waktu yang pendek dan mati untuk waktu yang lebih lama.

2.8. Mikrokontroler ATmega32

Mikrokontroler merupakan suatu chip yang dirancang dan digunakan untuk

keperluan khusus. Mikrokontroler tersusun atas ALU, ROM, RAM serta masukan

dan keluaran yang terintegrasi menjadi satu. Mikrokontroler ATmega32 merupakan

mikrokontroler CMOS (Complementary Metal Okside Semiconductor) 8-bit yang

berdaya rendah dan merupakan pengembangan dari arsitektur AVR. Mikrokontroler

Page 59: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

37

ini bekerja mengesekusi perintah dalam satu kali detak. Mikrokontroler Atmega32 ini

cocok untuk bagi para perancang alat-alat yang membutuhkan kecepatan proses yang

tinggi dan daya yang rendah [15].

Fitur-fitur yang disediakan oleh ATmega32, yaitu:

• In-System Self-Programmable Flash sebesar 32KB, mempunyai masa pakai

hingga 100.000 kali baca tulis.

• 32 x 8 register kerja umum.

• EEPROM sebesar 1024 byte.

• SRAM internal sebesar 2KB.

• Pewaktu atau pencacah 8 bit sebanyak dua buah dan 16 bit satu buah.

• 8 kanal, 10 bit ADC.

• Serial USART yang terprogram.

• 32 bit masukan atau keluaran yang dapat diprogram.

2.8.1. Pengubah Analog ke Digital

Pengubah analog ke digital atau ADC adalah suatu alat yang berfungsi untuk

mengubah sinyal analog kontinyu menjadi sinyal diskret digital. Kebalikan dari ADC

adalah DAC (digital to analog converter)[12]. Tingkat ketelitian dari ADC disebut

dengan resolusi. Resolusi dinyatakan dengan bit, sehingga pada skala penuh tegangan

analog terdapat 2n tingkat kuantisasi, dengan n adalah resolusi ADC. Jadi untuk suatu

Page 60: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

38

ADC dengan resolusi 10 bit terdapat 210(=1024) tingkat kuantisasi . Perubahan nilai

setiap tingkat kuantisasi sebesar

(2.29)

dengan

Q adalah resolusi (Volt),

Vfs adalah tegangan masukan pada skala penuh, dan

n adalah resolusi ADC.

Fungsi resolusi konverter dibatasi oleh rasio sinyal dan derau (SNR). Bila

terlalu banyak derau yang timbul pada masukan analog, maka akurasi akan menurun

karena keterbatasan resolusi.

2.8.1.1. Algoritma SAR

Ada berbagai metode untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal diskret

digital, salah satunya adalah SAR (Succesive Approximation ADC) [16]. SAR ini

mengubah sinyal analog kontinyu menjadi diskret digital melalui pencarian nilai

biner pada semua kemungkinan tingkat kuantisasi sebelum akhirnya memusat pada

sebuah keluaran digital untuk setiap ubahan.

Pada rangkaian SAR, biasanya terdiri dari empat bagian mendasar, yaitu:

i. Sebuah rangkaian cuplik dan tahan (sample and hold) untuk memperoleh nilai

tegangan masukan.

Page 61: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

m

d

y

ii. Sebu

masu

masu

regis

iii. Rang

pend

iv. Sebu

dari k

Perk

membutuhka

detak harus

yang diingin

uah pemban

ukan (Vin) de

uk ke sebua

ster).

gkaian SAR

dekatan kode

uah DAC int

kode digital

iraan yang

an satu deta

sama denga

nkan.

nding tegan

engan sebua

ah register

R dirancang

e digital dari

ternal acuan

keluaran SA

g dilakukan

ak untuk set

an frekuensi

Gambar 2.

ngan analog

ah keluaran D

perkiraan b

g untuk da

Vin ke DAC

menyediaka

AR dalam pe

n bersifat

tiap bit dari

pencuplikan

.24 Algoritm

g untuk m

DAC. Hasil

berurutan (s

apat memb

C internal.

an sebuah te

erbandingan

berturut –

i resolusi ya

n dikalikan d

ma SAR [16]

membandingk

keluaran dar

successive a

berikan mas

egangan anal

dengan Vin.

turut. Pro

ang diingink

dengan juml

.

kan tegang

ri pembandi

approximati

sukan sebu

log yang sam

oses konve

kan. Frekuen

lah bit resolu

39

gan

ing

ion

uah

ma

rsi

nsi

usi

Page 62: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

40

2.8.1.2. ADC Pada Mikrokontroler ATmega32

Salah satu fitur yang disediakan oleh ATmega32 adalah ADC SAR 10 bit.

ADC ini terhubung dalam 8 kanal analog multiplexer yang mengijinkan tegangan

masukan tersendiri (single-ended) dari pin-pin pada port A. Piranti ini juga

mendukung 16 kombinasi tegangan masukan yang berbeda. Piranti ini memiliki pin

catu analog yang terpisah, AVCC. Tegangan referensi internal yang bernilai 2,56 V

disediakan di dalam chip.

Cara kerja dari ADC ini adalah mengubah sebuah tegangan masukan analog

menjadi 10 bit nilai digital melalui pendekatan berurutan. Nilai minimum

direpresentasikan sebagai GND dan nilai maksimum direpresentasikan sebagai

tegangan dari AREF dikurangi 1 digit terendah (LSB). AVCC atau tegangan referensi

internal dapat dihubungkan dengan AREF dengan menuliskan ke bit REFSn pada

register ADMUX.

Kanal masukan analog dan penguatan beda dipilih dengan menuliskan bit

MUX pada ADMUX. ADC diaktifkan dengan mengendalikan bit ADC Enable,

ADEN pada ADCSRA. Tegangan referensi dan pemilihan kanal masukan tidak akan

bekerja hingga ADEN diaktifkan. ADC menghasilkan hasil 10-bit yang ditunjukkan

pada register data ADC, ADCH dan ADCL. Pada kondisi awal, hasilnya ditujukan

pada pengaturan kanan. Bila hasilnya diatur pada kiri dan tidak dibutuhkan

kepresisian lebih dari 8 bit, maka dilakukan dengan membaca ADCH. Sekali ADCL

Page 63: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

41

dibaca, akses terhadap register data ADC akan ditutup. Hal ini berarti bahwa bila

ADCL sudah dibaca, pengkonversian selesai sebelum ADCH dibaca.

Rangkaian SAR memerlukan sebuah masukan detak dengan frekuensi antara

50 kHz hinggga 200 kHz untuk mendapatkan resolusi maksimum. Bila resolusi yang

lebih rendah dari 10 bit, maka frekuensi detak masukkan dapat lebih tinggi dari 200

kHz untuk mendapatkan cuplikan yang lebih tinggi.

Modul ADC ini mempunyai penskalaan frekuensi yang menghasilkan sebuah

frekuensi detak. Penskalaan diatur oleh bit ADPS pada ADCSRA. Penskala mulai

menghitung dari saat ADC diaktifkan oleh pengaturan bit ADEN pada ADCSRA.

Penskala akan tetap berjalan selama bit ADEN diaktifkan dan akan reset ketika

ADEN rendah.

Ketika memulai konversi tunggal, konversi dimulai dengan mengikuti

kenaikan tepi dari siklus detak ADC. Konversi normal membutuhkan 13 siklus detak

ADC. Konversi pertama setelah ADC dihidupkan membutuhkan 25 siklus detak

ADC untuk memulai rangkaian analognya. Ketika ADC selesai mengkonversi,

hasilnya akan ditulis pada register data ADC, dan ADIF aktif. Pada mode konversi

tunggal, ADSC dihapus secara simultan.

2.8.2. Pewaktu 8 Bit

Pewaktu atau pencacah (TCNT0) dan register pembanding keluran (OCR0)

merupakan register 8 bit. Permintaan sinyal interupsi dapat dilihat semua dalam

Page 64: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

42

register bendera interupsi pewaktu (TIFR). Semua interupsi merupakan interupsi

individu yang bernaung pada register interupsi muka pewaktu (TIMSK).

Pewaktu atau pencacah dapat di detakkan sendiri melalui penskala atau oleh

sebuah sumber detak eksternal pada pin T0. Blok logika pemilih detak mengatur

sumber detak dan tepi dari pewaktu atau pencacah yang digunakan untuk menaikkan

atau menurunkan nilai pewaktu atau pencacah tersebut. Pewaktu atau pencacah tidak

akan aktif bila tidak ada sumber detak yang dipilih. Keluaran dari logika pemilih

detak berkenaan dengan detakan pewaktu (clkT0). Sumber dari detak dipilih oleh

logika pemilih detakan yang dikendalikan oleh bit pemilih detakan (CS02:0) yang

berlokasi pada register pengendali pewaktu atau pencacah (TCCR0).

Dua buah penyangga register pembanding keluaran (OCR0) membandingkan

dengan nilai dari pewaktu atau pencacah pada semua waktu. Hasil dari pembandingan

dapat digunakan sebagai pembangkit gelombang untuk menghasilkan sebuah

modulasi lebar pulsa (PWM) atau keluaran frekuensi variabel pada pin pembanding

keluaran (OC0). Bila pada saat perbandingan hasilnya sama, maka akan

mengaktifkan bendera pembanding (OCF0) yang dapat digunakan untuk membuat

suatu permintaan interupsi pembanding keluaran.

2.8.3 . UART

Universal Asynchronous Receiver Transmitter adalah suatu tipe dari pengirim

atau penerima asinkron [17]. Digunakan dalam serial komunikasi, berfungsi untuk

Page 65: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

43

mengubah byte data dari dan atau menjadi aliran data mulai-berhenti (start-stop)

asinkron. Cara kerja UART adalah dengan mengirimkan start bit, data bit yang terdiri

dari 5 – 8 bit, LSB pertama, sebuah bit paritas yang sifatnya opsional, kemudian satu,

satu setengah atau dua stop bit. Start bit mempunyai polarisasi yang berlawanan

dengan kondisi jalur tenang. Stop bit mempunyai polarisasi yang sama dengan

keadaan jalur pada saat tenang. Stop bit menyediakan suatu tunda sebelum karakter

selanjutnya dimulai.

UART mempunyai kemampuan untuk menerima atau mengirim serial data

menggunakan kecepatan bit (baud rate) yang berbeda. Kecepatan dari UART

didefinisikan oleh bit per detik atau bps. Kecepatan standarnya yaitu 110, 300, 1200,

2400, 4800, 9600, 14400, 19200, 28800, 38400, 57600, 76800, 115200, 230400,

460800, 921600, 1382400, 1843200 dan 2764800 bit/s.

2.8.3.1. USART

Tiga bagian utama dari USART yaitu pembangkit detak, pengirim dan

penerima. Register pengendali dipakai bersama oleh semua unit. Pembangkit logika

detakan dari logika sinkronisasi untuk masukan detak eksternal digunakan oleh

operasi sinkronisasi kedua dan pembangkit baud rate. Pin transfer detak (XCK)

hanya digunakan oleh mode transfer sinkron. Pengirim terdiri dari sebuah penyangga

penulis, sebuah register geser serial, pembangkit paritas dan logika kontrol untuk

menangani perbedaan format bingkai serial. Penyangga penulis mengijinkan

Page 66: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

44

pengiriman data kontinyu tanpa ada tunda diantara bingkai. Penerima merupakan

bagian yang paling komplek dari modul USART berkenaan dengan detakan dan unit

pemulihan data. Unit pemulihan data berfungsi untuk penerimaan data asinkron.

Penerima terdiri atas pengecek paritas, logika kontrol, sebuah register penggeser dan

dua tingkat penyangga penerima (UDR). Penerima juga mendukung format bingkai

yang sama seperti pada pengirim dan dapat mendeteksi kesalahan bingkai, data yang

berlebihan dan kesalahan paritas.

USART kompatibel dengan UART termasuk lokasi bit di dalam semua

register USART, pembangkit baud rate, operasi pengiriman, penyangga pengiriman

dan operasi penerima. Register penyangga kedua yang ditambahkan. Bekerja sebagai

sebuah penyangga edaran FIFO. UDR harus dibaca sekali untuk setiap data yang

datang. Bendera kesalahan (FE dan DOR) dan bit data kesembilan (RXB8) disangga

oleh data yang berada didalam penyangga penerima. Status bit harus selalu dibaca

sebelum register UDR dibaca. Status kesalahan akan hilang ketika kondisi penyangga

hilang.

Register geser penerima dapat bertindak sebagai penyangga tingkat ketiga. Ini

dilakukan dengan mengijinkan penerimaan data untuk menunggu di dalam register

geser serial bila register penyangga penuh, hingga sebuah bit mulai terdeteksi.

USART lebih tahan terhadap kondisi kesalahan data berlebih (DOR).

Pembangkitan detak logika menghasilkan detak dasar untuk pengirim dan

penerima. USART mendukung empat mode operasi detakan : normal asinkron,

kecepatan ganda asinkron serta mode sinkron pertama dan kedua. Bit UMSEL di

Page 67: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

45

dalam register status dan kontrol USART C (UCSRC) memilih diantara mode operasi

sinkron dan asinkron. Kecepatan ganda (hanya mode asinkron) di kendalikan oleh

U2X di dalam register UCSRA. Ketika menggunakan mode sinkron (UMSEL=1),

register penunjuk data untuk untuk mengendalikan pin XCK (DDR_XCK) walaupun

sumber detak internal (mode pertama) atau eksternal (mode kedua). Pin XCK hanya

aktif ketika menggunakan mode sinkron.

Pembangkitan detak internal digunakan untuk mode operasi asinkron dan

sinkron pertama serta kedua. Register baud rate USART (UBRR) dan pencacah turun

terhubung sebagai penskala terprogram atau pembangkit baud rate. Pencacah turun

bekerja pada detak sistem, dibebani dengan nilai UBRR setiap kali pencacah telah

mencacah hingga nol atau ketika register UBRR ditulis. Sebuah detakan dibangkitkan

setiap kali pencacah mencapai nol. Detak ini adalah pembangkit detak keluaran baud

rate ( )1( += UBRRfosc ). Pengirim membagi pembangkit baud rate keluaran oleh

2,8 atau 16, tergantung dari mode yang digunakan. Pembangkit keluaran baud rate

digunakan secara langsung oleh detak penerima dan unit pemulihan data. Perhitungan

nilai baud rate dan UBRR disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Tabel perhitungan Baud rate dan UBRR

Mode Operasi Perhitungan Baud rate Perhitungan UBRR

Asinkron Normal

(U2X = 0) )1(16 +=

UBRRfBAUD osc 1

16−=

BAUDfUBRR osc

Asinkron kecepatan ganda

(U2X = 1) )1(8 +=

UBRRfBAUD osc 1

8−=

BAUDfUBRR osc

Page 68: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

2

p

m

y

y

d

m

p

Mod

Sinkron per

2.9. Liqu

Pena

pada Gamba

mengandung

yang menga

yang meman

Setia

diantara dua

mendatar da

penapis pen

Tabel 2.2 (l

e Operasi

rtama

uid Crysta

ampil kristal

ar 2.25. LC

g elektroda i

andung elek

ntulkan caha

ap piksel dar

a buah elekt

ari tiap pikse

ngkutuban m

lanjutan) Tab

Perh

BAUD

al Display

Gambar 2.

l cair adalah

CD tersusun

indium tima

ktroda (no.4

aya (no.6) [1

ri LCD terdi

trode transpa

el tegak luru

menyebabkan

bel perhitung

hitungan Ba

(2=

UBRRfUD osc

y (LCD) 16

25 Lapisan p

h sebuah ala

atas lapisan

ah oksida, (n

), lapisan p

8].

iri dari sebua

aran dan du

us satu sama

n cahaya ak

gan Baud ra

aud rate

)1+Rc U

6 x 2 Kara

penyusun LC

at penampil

n penapis v

no.2), kristal

penapis hori

ah lapisan d

ua buah pena

a lain. Tidak

kan melewa

ate dan UBR

Perhitunga

2=

BAfUBRR

akter

CD [18].

l tipis seper

vertikal (no.

l cair nemati

izontal (no.5

dari molekul

apis pengku

k adanya kris

ati penapis

RR

an UBRR

1−AUDfosc

rti ditunjukk

1), kaca ya

ik (no.3), ka

5), permuka

yang tersus

utuban. Bida

stal cair anta

pertama ak

46

kan

ang

aca

aan

un

ang

ara

kan

Page 69: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

47

dihentikan oleh pengkutuban kedua. Permukaan dari elektroda yang bersentuhan

dengan kristal cair diperlakukan secara khusus supaya molekul kristal cair dalam arah

tertentu. Ketika sebuah tegangan diberikan di antara elektroda, sebuah gaya bekerja

untuk mengatur molekul kristal cair sejajar dengan medan listrik. Ini akan

mengurangi rotasi dari pengkutuban cahaya yang masuk, sehingga piranti berwarna

abu-abu. Bila tegangan masukannya terlalu besar, molekul kristal cair pada layar

tengah hampir sepenuhnya tidak berputar dan pengkutuban dari cahaya tidak

berputar, melainkan menembus lapisan kristal cair. Cahaya ini akan terpolarisasi

tegak lurus pada penapis kedua, sehingga piksel berwarna hitam.

2.9.1. Pengendali Modul LCD

Modul LCD seperti ditunjukkan pada Gambar 2.26, mempunyai pengendali

tampilan alpha numerik, karakter kana jepang, dan simbol. Pengunaan LCD dot

matrik dapat diatur untuk penggunaan dengan antar muka 4 bit atau 8 bit. Semua

fungsi yang tesedia seperti RAM tampilan, pembuat karakter, serta pengendali kristal

cair yang digunakan dalam pengendalian LCD dot matrix sudah terintegrasi menjadi

satu chip, sehingga LCD ini dapat dikendalikan oleh sistem yang sederhana [19].

Page 70: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

2

p

Desk

2.3. Daftar i

pada Tabel 2

Instruksi R

NOP 0Hapus Layar 0

Gam

kripsi fungsi

instruksi pen

2.4. dijelaska

Tabe

Pin No1 2

3

4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16

Tabe

RS RW D7

0 0 0

0 0 0

mbar 2.26 LD

dari tiap pin

ngatur modu

an pada Tab

el 2.3 Ketera

o Nama Vss Vdd

Vee

RS R/W

E D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 A K

l 2.4 Daftar

D6 D5 D4

0 0 0

0 0 0

DC Dot Matr

n LCD pada

ul LCD ditun

bel 2.5.

angan fungsi

Fungsi Catu daya Catu daya Pengatur kontras Perintah Perintah Perintah

I/O I/O I/O I/O I/O I/O I/O I/O

Anoda Katoda

instruksi ko

D3 D2 D

0 0

0 0

rix 16 x 2 ka

a Gambar 2.2

njukkan oleh

i dari tiap pin

DeskriGND + 5 V

(-2) 0 - 5 V

Pilih RegistBaca / TuliEnable (StroData LSB Data Data Data Data Data Data Data MSB+4,2V untukCatu daya u

ntroler modu

D1 D0

0 0 Tidak

0 1 Hapupengh

arakter

26 ditunjukk

h Tabel 2.4 d

n LCD

ipsi

ter is obe)

k LED untuk BL

ul LCD

Deskripsi

k ada operasi us layar & set alamhitung ke nol

kan oleh Tab

dan keterang

Jumlah Detak

0 mat

165

48

bel

gan

Page 71: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

49

Tabel 2.4 (lanjutan) Daftar instruksi kontroler modul LCD

Instruksi RS RW D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Deskripsi Jumlah Detak

Kursor awal 0 0 0 0 0 0 0 0 1 X

Set alamat penghitung ke nol, kembali pergerseran layar ke awal, isi DDRAM tidak berubah 3

Set mode masukan 0 0 0 0 0 0 0 1 I/D S

Set arah gerak kursor (I/D) dan pergeseran layar otomatis 3

Kontrol layar 0 0 0 0 0 0 1 D C B

Hidupkan layar (D), kursor mati/hidup (C), kursor kedip (B) 3

Shift kursor 0 0 0 0 0 1 S/C R/L X X

Pindah kursor (S/C) dan arah (R/L) 3

Set fungsi 0 0 0 0 1 DL N F X X

Set panjang data (DL), jumlah garis layar (N), karakter font (F) 3

Set alamat CGRAM 0 0 0 1 Alamat CGRAM

Set alamat CGRAM. Data CGRAM dikirim kemudian 3

Set alamat DDRAM 0 0 1 Alamat DDRAM

Set alamat DDRAM. Data DDRAM dikirim kemudian 3

Bendera sibuk & alamat 0 1 BF Alamat Penghitung

Baca bendera sibuk (BF) adan hitung alamat 0

Tulis data 1 0 Data Tulis data ke DDRAM & CGRAM 3

Baca data 1 1 Data Baca data ke DDRAM & CGRAM 3

Tabel 2.5 Daftar keterangan Tabel instruksi kontroler LCD pada Tabel 2.4

X Don't care S/C 1 Geser layar I/D 1 Kenaikan 0 Kursor pindah

0 Penurunan R/L 1 Geser kanan S 1 Geser layar otomatis 0 Geser kiri 0 DL 1 Antar muka 8 bit D 1 Layar hidup 0 Antar muka 4 bit 0 Layar mati N 1 2 garis C 1 Kursor hidup 0 1 garis 0 Kursor mati F 1 5x 10 titik B 1 Kursor berkedip 0 5x7 titik 0

Page 72: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

50

2.9.2. Deskripsi Fungsi

2.9.2.1. Register

Pengendali modul LCD ini mempunyai dua buah register 8 bit, yaitu register

perintah (IR) dan register data (DR). Register perintah menyimpan kode perintah

seperti hapus layar, geser data dan alamat informasi RAM data penampil (DDRAM)

dan RAM pembangkit karakter (CGRAM). Data Register menyimpan data sementara

untuk dituliskan ke DDRAM atau CGRAM dan menyimpan semetara data yang

dibaca dari DDRAM atau CGRAM. Data yang ditulis ke DR akan secara otomatis

disimpan dalam DDRAM atau CGRAM oleh sebuah operasi internal. DR juga

digunakan untuk menyimpan data ketika membaca data dari DDRAM atau CGRAM.

Ketika informasi alamat ditulis ke IR, data dibaca dan kemudian disimpan ke DR dari

DDRAM atau CGRAM. Melalui pemilihan register (RS) kedua register ini dapat

dipilih. Pemilihan register ditunjukkan pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Pemilihan Register

R/S R/W Operasi 0 0 IR menulis sebagai operasi internal 0 1 Baca bendera sibuk (DB7) dan AC (DB0-DB6) 1 0 DR menulis sebagai operasi internal (DR ke DDRAM atau

CGRAM) 1 1 DR membaca sebagai operasi internal (DDRAM atau CGRAM

ke DR)

Page 73: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

51

2.9.2.2. Bendera Sibuk (BF)

Ketika bendera sibuk bernilai 1, pengendali modul ini sedang bekerja,

instruksi selanjutnya tidak akan diterima. Ketika R/S = 0 dan R/W = 1, bendera sibuk

akan ditampilkan pada DB7.

2.9.2.3. Penghitung Alamat (AC)

Penghitung alamat menuliskan alamat ke DDRAM dan CGRAM. Ketika

sebuah alamat dari sebuah instruksi dituliskan ke IR, informasi alamat dikirimkan

dari IR ke AC. Setelah menulis ke atau membaca dari DDRAM atau CGRAM, AC

secara otomatis meningkat satu atau menurun satu.

2.9.2.4. RAM data penampil (DDRAM)

RAM penampil data (DDRAM) menyimpan data penampil yang

direpresentasikan dalam kode karakter 8 bit. RAM pada DDRAM yang tidak

dipergunakan dapat digunakan sebagai RAM yang bersifat umum. Hubungan antara

alamat DDRAM dan posisi pada LCD ditunjukkan pada Gambar 2.27.

Gambar 2.27 Hubungan antara alamat DDRAM dan posisi pada LCD

Page 74: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

52

2.9.2.5. ROM pembangkit karakter (CGROM)

CGROM menghasilkan 5 x 8 titik atau 5 x 10 titik pola karakter dari karakter

8 bit. Pola karakter dapat ditentukan oleh pengguna yang disediakan oleh ROM

terprogram.

2.9.2.6. RAM pembangkit karakter (CGRAM)

Pada CGRAM, pengguna dapat menulis ulang pola karakter. Untuk 5 x 8 titik,

delapan pola karakter yang dapat ditulis dan untuk 5 x 10 titik, empat pola karakter

yang dapat ditulis.

2.10. Modul Modem RF

Modem RF merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengirimkan data dari

port serial level TTL melalui gelombang radio dengan frekuensi 2,4 – 2,54 GHz.

Protokol yang digunakan untuk berkomunikasi menggunakan protokol sub sistem

Delta [20]. Pada saat paket data ini dikirimkan melalui gelombang radio, protokol ini

telah diurai sehingga hanya sebagian isi paket protokol saja yang dikirimkan. Pada

saat protokol ini diterima di bagian penerima, paket protokol akan digabung kembali

dengan protokol sub sistem Delta sebelum dilanjutkan ke mikrokontroler. Proses

penggabungan maupun penguraian protokol ini diproses oleh mikrokontroler yang

ada pada modul modem RF.

Page 75: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

53

Bentuk dasar protokol Delta sub sistem secara garis besar terdiri dari dua

paket data, yaitu paket data yang dikirimkan dan ACK yang merupakan jawaban dari

paket kiriman tersebut. ACK berfungsi untuk menjelaskan status paket data yang

dikirimkan apakah diterima dengan baik atau tidak. Bentuk protokol delta sub sistem

terdiri dari Start Header (SH) merupakan indikasi awal dari paket data protokol delta

subsitem, selalu bernilai 1Eh, Destination ID (DI) merupakan identitas dari sistem

yang menjadi tujuan dari paket protokol delta sub sistem, Destination Address (DA)

merupakan alamat dari sistem yang menjadi tujuan paket protokol delta sub sistem,

Source ID (SI) merupakan identitas dari sistem yang menjadi sumber dari paket

protokol delta sub sistem, Source Address (SA) merupakan alamat dari sistem yang

menjadi sumber dari paket protokol delta sub sistem, Length Data (LD) merupakan

panjang data dari isi paket protokol delta sub sistem dan tidak termasuk checksum,

Command (CM) merupakan jenis perintah atau data yang dikirim dalam paket, Data

(dd) merupakan isi paket protokol delta sub sistem, Checksum (CS) merupakan

checksum dari paket protokol delta sub sistem.

Sebelum komunikasi data pada modem RF terjadi, register insialisasi harus

diatur terlebih dahulu. Pengaturan register inisialisasi sebagai berikut

Tabel 2.7 Register inisialisasi modem RF

Byte Deskripsi Keterangan Byte 0 Byte cadangan 0 Selalu 8 Byte 1 Panjang data Panjang data yang dikirimkan,

kondisi awal 3 byte Byte 2-10 Byte cadangan 1-9 Selalu 0

Page 76: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

54

Tabel 2.7 (lanjutan) Register inisialisasi modem RF

Byte Deskripsi Keterangan Byte 11 Alamat atau no. urut modem Digunakan utuk alamat komunikasi Byte 12 Control Word 1 Panjang alamat dan panjang CRC Byte 13 Control Word 2 Kecepatan transmisi dan kekuatan

pemancar Byte 14 Control Word 3 Mengatur frekuensi

Byte 15 Control Word 4 Mode pengiriman: paket atau byte dan jumlah pengulangan pengiriman

Byte 16 Control Word 5 Variabel tunda dalam satuan 2,17 µS Byte 17-21

5 byte addres word Alamat tujuan hanya pada mode pengiriman per byte

Page 77: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

55

BAB III

PERANCANGAN ALAT

Rancangan umum Stetoskop Elektronik akan terbagi dalam dua bagian besar,

yaitu :

i. Perancangan perangkat keras seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1 yang

terdiri dari: stetoskop dan mikrofon, pengondisi sinyal, penapis pelewat

bawah Butterworth, penguat daya rendah, konfigurasi mikrokontroler

ATmega32 yang terdiri dari konfigurasi ADC dan sistem pendukung, dan

LCD sebagai layar penampil.

ii. Perancangan perangkat lunak yang terdiri dari program utama, penghitung

BPM, ADC, komunikasi dengan RF modem, dan penampil LCD.

Gambar 3.1 Blok diagram Stetoskop Elektronik.

Page 78: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

56

3.1. Perancangan Perangkat Keras

3.1.1. Stetoskop Akustik & Mikrofon

Stetoskop yang digunakan dalam perancangan mempunyai merek dagang

Riester dengan tipe duplex. Untuk mendapatkan kualitas suara yang baik, mikrofon

diletakkan sejauh 1 cm dari ujung saluran chestpiece. Mikrofon yang digunakan

berupa mikrofon kondenser elektret dengan merek dagang Panasonic tipe WM-60A,

seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.2. Arah tanggapan dari mikrofon ini yaitu

omnidireksional. Mikrofon ini mempunyai frekuensi respon yang rata dari 20 Hz

hingga 20KHz dengan sensitivitas -44 ± 5dB. Mikrofon ini sudah memenuhi

persyaratan untuk dapat menangkap frekuensi suara dari detak jantung manusia, yaitu

20 sampai 20 KHz.

Gambar 3.2 Panasonic WM-60A mikrofon kondenser elektret.

Pemberian prasikap DC pada mikrofon ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Page 79: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

57

Gambar 3.3 Rangkaian prasikap DC untuk mikrofon kondenser.

Penentuan nilai kapasitor dan resistor ditentukan dari data sheet. Pada data sheet

tertulis nilai Cmic 33pF, nilai RL 2,2 kΩ dan nilai Vs 2 V. Maka arus yang mengalir

sebesar :

(3.1)

Agar dapat digunakan pada tegangan sumber +9V, besarnya RL adalah:

(3.2)

Jadi, impedansi keluaran yang dihasilkan sebesar RL, 10 kΩ.

3.1.2. Penguat Awal

3.1.2.1. Penguat Awal Transitor

Penguat awal dari mikrofon menggunakan konfigurasi umpan balik kolektor.

Besarnya tegangan keluaran dari mikrofon dengan sumber tegangan 9 V adalah

sebesar beberapa milivolt hingga 29 mV. Tegangan keluaran dari mikrofon tidak

dapat langsung diolah, namun perlu dilakukan penguatan terlebih dahulu. Besarnya

Page 80: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

58

tegangan keluaran yang diinginkan dari penguatan maksimal adalah sebesar 5 V

puncak ke puncak. Besarnya penguatan sinyal ac yang diperlukan yaitu:

(3.3)

Bila penguatan yang diperlukan diterapkan untuk konfigurasi untuk konfigurasi

umpan balik kolektor, maka dengan mensubtitusi nilai re dan ke dalam

persamaan 2.27 didapatkan:

(3.4)

Dengan memasukkan nilai penguatan ke persamaan 3.3:

(3.5)

Dari persamaan 2.19 dapat ditentukan besarnya nilai IBRB:

0=−−− BEBBCCCC VRIRIV

BBBECCCC RIVRIV =−−

BBRI=−− 6,05,49

BBRI=9,3 (3.6)

Dari persamaan 3.5 dan 3.6 serta mensubtitusi nilai , maka dapat

ditentukan perbandingan RC dan RB.

9,35,4)1(

=+

BB

BC

RIIR β

(3.7)

Karena ββ ≅+ )1( , sehingga:

BC RR =β867,0 (3.10)

Page 81: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

59

Dari pengukuran didapatkan nilai dari hFE (β) sebesar 256. Besarnya nilai RC

ditentukan sebesar 4,7kΩ sehingga implementasi dari rangkaian penguat ditunjukkan

oleh Gambar 3.4.

Ω= MRB 08,1 (3.11)

Gambar 3.4 Rangkaian penguat awal transistor.

3.1.2.2. Penguat Varibel Bukan Pembalik AC

Penguat bukan pembalik AC digunakan untuk mengatur besarnya amplitudo

dari sinyal detak jantung yang berubah ubah. Penguat bukan pembalik ini mempunyai

rentang penguatan sebesar nol hingga sepuluh kali. Penguat ini juga mempunyai

fungsi untuk mengatur nilai tengah (nilai DC) dari sinyal AC yang akan diolah oleh

ADC. Dari Gambar 2.9 dapat ditentukan nilai masing-masing komponen, sehingga

implementasinya ditunjukkan pada Gambar 3.5.

RB

1.08Meg

RC4K7

C1

CAP

MIC IN

PRE-AMP OUT

+9

Page 82: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

60

Gambar 3.5 Implementasi penguat bukan pembalik AC.

Resistor Rg menggunakan resistor variabel supaya nilai DC dari tegangan

keluaran dapat tepat setengah dari nilai tegangan digital (digunakan dalam

implementasi ADC). Kapasitor dan resistor pada terminal masukan positif bekerja

sebagai pelewat atas. Besarnya frekuensi cut-off atas dapat ditentukan dari

persamaan 2.7. Akibat adanya penapis pelewat atas, sinyal AC dapat diteruskan,

namun sinyal DC tidak dapat masuk atau keluar dari terminal positif penguat

operasional.

Kapasitor C2 berfungsi untuk menolak sinyal DC yang hendak menuju

ground. Akibat dari sinyal DC yang tidak dapat masuk ke ground, pada kapasitor C2

bersifat hubungan terbuka dan konfigurasi DC menjadi konfigurasi pengikut

tegangan. Ketika sinyal AC masuk ke dalam penguat, kapasitor C2 akan bersifat

hubung singkat dan besarnya penguatan ditentukan oleh persamaan 2.11.

Page 83: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

61

3.1.3. Penapis Aktif Butterworth

Penapis aktif Butterworth ini digunakan untuk membuang derau atau

frekuensi selain frekuensi detak jantung. Seperti yang tertulis pada bab 2.1, jantung

manusia mempunyai nilai frekuensi suara tertinggi hingga 200 Hz. Maka untuk

mengakomodasi kebutuhan tersebut, dibutuhkan suatu penapis yang hanya

melewatkan frekuensi hingga 200 Hz. Untuk itu akan digunakan penapis aktif dengan

frekuensi potong sebesar 200 Hz. Kriteria penapis yang digunakan memiliki stop-

band lebih dari -20 dB pada frekuensi 300 Hz. Untuk memecahkan persolan tersebut,

digunakan penapis orde tinggi. Dari Gambar 2.17, dapat dilihat, bahwa spesifikasi

yang memenuhi untuk persoalan di atas adalah dengan menggunakan penapis enam

kutub atau penapis orde enam.

3.1.3.1. Penapis pelewat bawah Butterworth orde enam

Penapis pelewat bawah Butterworth orde enam tersusun atas tiga tingkat

penapis Butterworth pelewat bawah orde dua. Perbedaan pada setiap tingkat terletak

pada perbedaan nilai-nilai elemen ternormalisasi. Nilai kapasitans ternormalisasi

untuk orde enam dapat dilihat pada Tabel 2.1. Implementasi penapis pelewat

Butterworth orde enam dengan nilai ternormalisasi ditunjukkan oleh Gambar 3.5.

Page 84: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

62

Gambar 3.6 Penapis butterworth orde enam dengan nilai ternormalisasi.

Untuk mengubah penapis aktif ternormalisasi menjadi rancangan yang

realistis, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu:

a. Penskalaan frekuensi dengan membagi semua C dengan nilai Kf. Hasil

penskalaan frekuensi ditunjukkan pada Tabel 3.1.

(3.12)

Tabel 3.1 Nilai C/Kf

Kapasitor Cnorm C/Kf C1 1,0350 8,24E-04 C2 0,9660 7,69E-04 C3 1,4140 11,25E-04 C4 0,7071 5,63E-04 C5 3,8630 30,74E-04 C6 0,2588 2,04E-04

Page 85: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

63

b. Menentukan konstanta penskalaan impedansi Kr.

Untuk mempermudah penentuan nilai dari kapasitor yang digunakan,

maka besarnya nilai Kr dibedakan pada setiap tingkat. Nilai Kr pada setiap

tingkat ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Nilai Kr pada setiap tingkat

Tingkat Kr 1 17000 2 52000 3 65000

c. Mengalikan semua resistor dengan Kr dan bagi semua kapasitor dengan Kr.

Nilai kapasitor dan resistor aktual ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Nilai kapasitor dan resistor aktual

Tingkat Kapasitor Caktual Resistor Raktual 1 C1 48n R1 17000 C2 45n R2 17000 2 C3 21,6n R3 52000 C4 10,8n R4 52000 3 C5 47,3n R5 65000 C6 3,14n R6 65000

Setelah nilai-nilai elemen penyusun penapis sudah ditentukan, maka rancangan dapat

direalisasikan. Hasil realisasi penapis ditunjukkan pada Gambar 3.6.

Page 86: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

64

Gambar 3.7 Realisasi penapis aktif orde enam dengan fc=200 Hz.

3.1.4. Penguat Daya Rendah

IC penguat daya audio digunakan untuk aplikasi daya rendah dan medium,

dengan menggunakan catu daya antara 6 sampai 50 volt. IC penguat daya audio tidak

ada bedanya dengan rangkaian penguat op-amp. Perbedaan rancangan umum timbul

di dalam kelas AB dengan keluaran arus besar dan teknik perancangan untuk

menjamin kestabilan suhu pada chip tersebut. IC ini mempunyai 14 pin standar DIP.

Biasanya rangkaian ini menggunakan catu daya tunggal namun catu daya ganda dapat

digunakan tanpa mengurangi performa keluaran.

Penguat mono yang mampu menghasilkan 5 W daya keluaran ditunjukkan

pada Gambar 3.7. Rangkaian ini digunakan bilamana riak keluaran dan frekuensi

osilasi tinggi bukanlah suatu permasalahan. Resistor 2,7 Ω dan semua kapasitor,

kecuali kapasitor keluaran dapat dihapuskan. Untuk efisiensi maksimum, rangkaian

ini harus dikendalikan oleh sebuah sumber dengan impedansi yang rendah.

Page 87: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

65

Gambar 3.8 Penguat daya untuk mengendalikan speaker [lampiran 1].

3.1.5. Konfigurasi ATmega32

Konfigurasi mikrokontroler ATmega32 terdiri atas dua bagian, yaitu

pemilihan nilai dari osilator dan konfigurasi ADC untuk penghilang derau. Nilai

osilator dipilih berdasarkan nilai transmisi serial (baud rate) yang digunakan.

Pengiriman data menggunakan baud rate sebesar 9600 bps. Nilai osilator yang

mempunyai nilai kesalahan nol persen dipilih untuk baud rate 9600 bps. Tabel 3.4

menunjukkan beberapa nilai osilator untuk baud rate 9600 bps.

Tabel 3.4 Nilai osilator untuk baud rate 9600 bps[15]

fosc (MHz)

U2X = 0 U2X = 1

UBRR Error UBRR Error

1,0000 6 ‐7,0% 12 0,2% 1,8432 11 0,0% 23 0,0% 2,0000 12 0,2% 25 0,2% 3,6864 23 0,0% 47 0,0%

Page 88: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

66

Tabel 3.4 (lanjutan) Nilai osilator untuk baud rate 9600 bps

fosc (MHz) U2X = 0 U2X = 1

UBRR Error UBRR Error 4,0000 25 0,2% 51 0,2% 7,3728 47 0,0% 95 0,0% 8,0000 51 0,2% 103 0,2% 11,0592 71 0,0% 143 0,0% 14,7456 95 0,0% 191 0,0% 16,0000 103 0,2% 207 0,2% 18,4320 119 0,0% 239 0,0%

20,0000 129 0,2% 259 0,2%

Nilai dari osilator yang digunakan ditentukan sebesar 11,0592 MHz. Osilator ini

dipilih dengan alasan paling banyak tersedia di pasaran.

Rangkaian digital di dalam atau di luar mikrokontroler dapat menghasilkan

EMI yang dapat mempengaruhi pengukuran analog. Tingkat derau dapat dikurangi

dengan membuat sinyal analog sedekat mungkin dengan mikrokontroler. Pin AVCC

pada mikrokontroler dihubungkan dengan rangkaian LC seperti ditunjukkan pada

Gambar 3.8. Penggunaan fitur pembuang derau dan tidak mengganti fungsi pin ketika

proses konversi sedang berlangsung merupakan cara untuk mengurangi derau.

Page 89: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

67

Gambar 3.9 Rangkaian LC pembuang derau ADC [15].

3.2. Perancangan Perangkat Lunak

3.2.1. Program Utama

Tampilan pada layar LCD dirancang akan berubah setiap 3,6 detik sekali. Hal

ini dirancang untuk memenuhi syarat pencuplikan. Periode detak minimum yang

terjadi sebesar 1,2 detik, sehingga periode perubahan nilai ditentukan sebesar 3 kali

dari periode detak minimum.

Program utama berisi Gambaran umum tentang bagaimana cara kerja dari

stetoskop elektronis ini bekerja. Program ini dimulai dari inisialisasi register dan

variabel, yang terdiri dari inisialisasi interupsi pewaktu, inisialisasi interupsi

penerima dan pengiriman status aktif dari mikrokontroler, pendeklarasian variabel-

variabel yang digunakan selama proses, seperti kepala program dan deklarasi sub-

rutin – sub-rutin. Inisialisasi proses terdiri dari pengaturan register-register untuk

Page 90: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

68

ADC, penskalaan, pengaturan port keluaran dan masukan, pengaturan pewaktu,

pengaturan UART dan penghapusan nilai-nilai variabel yang digunakan.

Setelah inisialisasi dilanjutkan program tidak akan menjalankan suatu perintah

hingga terjadi interupsi yang mempunyai periode setiap 10 ms. Ketika terjadi

interupsi, program akan memasukkan isi ADC ke dalam array, dan kemudian ADC

selanjutnya dimulai lagi. Bila ada perintah untuk mengirimkan data ADC, maka data

ADC langsung dikirim ke modul pemancar (tranceiver).

Setiap data yang didapatkan akan langsung diolah untuk mendapatkan nilai

puncak dan waktu pada saat nilai puncak. Ketika array sebanyak 360 terisi semua,

maka akan dilakukan perhitungan periode puncak rata-rata dari data ADC. Setelah

perhitungan periode rata-rata selesai, kemudian menghitung rerata BPM. Hasil

perhitungan nilai rerata BPM ditampilkan pada layar LCD.

Sebelum siklus selanjutnya dimulai, nilai variabel-variabel yang digunakan

harus dibuat menjadi kondisi awal kembali. Proses ini terus berulang selama

mikrokontroler masih aktif. Proses diatas ditujukkan oleh diagram alir pada Gambar

3.9.

Page 91: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

69

Gambar 3.10 Diagram alir program utama.

3.2.2. Pengiriman data

Pengiriman data dilakukan secara nirkabel dengan menggunakan modul

transceiver TRF-2.4G dengan antar muka buatan PT Delta Electonic. Inisialisasi

pengaturan kerja modul harus dilakukan agar modul ini dapat digunakan. Pengaturan

Page 92: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

70

modul menggunakan inisialisasi 32 byte. Inisialisasi modul mempunyai kriteria

sebagai berikut

i. Nomor urut modem pengirim = 01

ii. Nomor urut modem penerima = 03

iii. Panjang alamat = 16 bit

iv. CRC 16 bit aktif

v. Kecepatan = 250 kbps

vi. Pengutan = -20dB,

vii. Pengulangan 1x

Data inisialisasi modul ditunjukkan oleh Tabel 3.5.

Proses pengiriman data yang dilakukan oleh mikrokontroler harus melalui

suatu aturan (protokol). Aturannya adalah sebagai berikut

i. Bila ada masukan berupa karakter S, maka mikrokontroler mengirimkan

data ke PC.

ii. Mikrokontroler akan mengirimkan karakter P sebagai tanda bahwa

perintah pengiriman data telah diterima dan data siap dikirim.

iii. Data ADC dikirim ke PC.

iv. Bila ada masukan karakter Z, maka data ADC berhenti dikirim ke PC.

Diagram alir proses penanganan interupsi terima penuh ditunjukkan pada Gambar

3.10. Sedangkan diagram alir proses pengiriman data ditunjukkan pada Gambar 3.11.

Page 93: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

71

Tabel 3.5 Inisialisasi modem RF

Byte Nilai Keterangan 0 1E Awal paket data 1 0A Identitas tujuan ( modem RF) 2 01 No. urut modem pengirim 3 00 PC sebagai pengirim 4 01 No. urut PC pengirim 5 17 Panjang data 23 bit, terhitung sebelum cheksum 6 01 Jenis perintah inisialisasi 7 08 Selalu 8 8 08 Panjang data 8 bit

9-17 00 Selalu 0 18 01 No. urut modem pengirim 19 43 Panjang alamat dan CRC 16 bit dan CRC aktif 20 0C Kecepatan transmisi 250 kbps dan kekuatan pemancar -20dB 21 00 Frekuensi 2400 MHz 22 81 Mode byte, pengulangan 1x

23-28 00 Selalu 0 29 01 No. urut modem tujuan 30 78 Checksum dari keseluruhan paket

Gambar 3.11 Diagram alir penanganan interupsi terima penuh.

Gambar 3.12 Diagram alir pengiriman data.

Page 94: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

72

3.2.3. Pencari puncak

Diagram alir yang ditunjukkan pada Gambar 3.12 merupakan diagram alir

dari program pencari puncak. Cara pencarian puncak ini mula-mula dengan membuat

batas atas dan batas bawah sebesar 128±15%. Pembuatan batas ini dimaksudkan

untuk membedakan antara derau atau data. Bila data yang dicuplik memenuhi syarat

batas, maka data akan diolah. Bila tidak memenuhi, maka akan diabaikan. Kemudian

dilakukan pengecekan apakah ada perintah untuk menghapus nilai maksimum dan

nilai minimum yang didapat sebelumnya.

Bila ada perintah penghapusan nilai minimum dan maksimum, maka nilai

maksimum dan minimum sebelumnya akan dibuat menjadi nilai nol (128). Bila tidak

ada perintah penghapusan, maka akan diteruskan ke proses selanjutnya.

Bila data sebelumnya lebih kecil sama dengan data sekarang, maka akan

dilakukan pengecekan apakah data sekarang lebih besar dari nilai maksimum. Bila

data sekarang lebih besar dari nilai maksimum, maka nilai maksimum dan waktu

puncak data sekarang akan disimpan. Bila data sekarang lebih kecil dari data

sebelumnya, maka akan dilakukan pengecekan apakah data sekarang lebih kecil dari

nilai minimum. Bila data sekarang lebih kecil dari nilai minimum, maka akan

disimpan sebagai nilai minimum.

Page 95: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

73

Gambar 3.13 Diagram alir pencari puncak.

Gambar 3.14 Diagram alir penghitung rerata BPM.

Page 96: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

74

Setelah mendapatkan nilai minimum, akan dilakukan pengecekan apakah nilai

minimum kurang dari nilai tengah dikurangi 75% nilai maksimum. Bila nilai

minimum memenuhi persyaratan, maka nilai puncak terakhir akan disimpan sebagai

puncak sah dan waktu puncak sah akan disimpan. Kemudian melakukan penghapusan

nilai maksimum dan nilai minimum.

3.2.4. Penghitung rerata BPM

Periode rata-rata BPM didapatkan dengan membagi jumlah periode dengan

banyaknya puncak. Nilai dari satu periode didapatkan dari menghitung selisih waktu

antara puncak yang satu dengan puncak selanjutnya.

Bila tidak ada puncak yang timbul, maka akan ditampilkan tulisan NO BEAT.

Setelah diketahui nilai periode rata-rata kemudian dilakukan pengkonversian menjadi

BPM. Kemudian akan dilakukan penentuan nilai BPM minimum dan BPM

maksimum selama pengukuran. Diagram alir penghitung rerata BPM ditunjukkan

pada Gambar 3.13.

3.2.5. Pengisian LCD

Ada dua bagian program untuk menampilkan data ke LCD, yaitu program

inisialisasi dan program menampilkan data. Hasil keluaran dari LCD ditunjukkan

pada Gambar 3.14. LCD ini diatur untuk bekerja dalam antar muka 4 bit, sehingga

semua pengaturan atau pengiriman data dan instruksi dilakukan dalam dua kali

Page 97: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

75

kirim. Jeda waktu antar pengiriman pertama dengan pengiriman kedua adalah 500 ns.

Sedangkan waktu untuk mengeksekusi satu perintah membutuhkan waktu selama 37

µs.

Gambar 3.15 Tampilan LCD yang dikehendaki.

Gambar 3.16 Diagram alir inisialisasi LCD.

Page 98: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

76

Inisialisasi LCD digunakan untuk menampilkan tulisan MAX, MIN dan BPM. Antar

muka yang digunakan yaitu 4 bit. Proses inisialisasi LCD ditunjukkan pada Gambar

3.15.

Program pengisian LCD dibuat untuk menampilkan nilai-nilai dari jumlah

BPM maksimum, jumlah BPM minimum, BPM sekarang dan bila tidak ada BPM

yang terdeteksi. Penulisan setiap nilai dimulai dari pengaturan alamat setiap angka

yang hendak ditulis. Proses penulisan suatu nilai ditunjukkan pada Gambar 3.16.

Setiap angka yang hendak ditulis memiliki nilai sebesar tiga digit. Digit

pertama bernilai ratusan, digit kedua bernilai puluhan dan digit ketiga bernilai satuan.

Untuk melakukan penulisan karakter pada LCD, perlu dilakukan pemisahan antara

setiap digit tersebut dan kemudian ditulis satu per satu tiap angkanya. Proses

pemisahan suatu nilai berdasar atas nilai tiap digitnya ditunjukkan pada Gambar 3.17.

Gambar 3.17 Diagram alir pengisian LCD.

Page 99: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

77

Gambar 3.18 Rutin penulisan data ke LCD.

Page 100: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

78

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran detak jantung ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya

detakkan setiap menit. Untuk mengetahui bentuk grafis dari detak jantung, dapat

digunakan program lain yang dibuat khusus.

Stetoskop harus ditempelkan pada bagian arteri atau langsung di dekat jantung

agar dapat melakukan pengukuran detak jantung secara optimal. Penempelan pada

bagian arteri dimaksudkan agar suara denyut aliran darah dapat terdengar dengan

jelas. Arteri yang dapat digunakan yaitu pada bagian leher kanan dan leher kiri.

Penempelan stetoskop pada bagian dada dilakukan pada daerah sekitar jantung,

namun tidak tepat di depan jantung. Penempelan stetoskop di depan jantung

mengakibatkan suara yang masuk terlalu kuat dan acak sehingga tidak dapat diolah

secara akurat.

Hasil pengukuran akan ditampilkan di dalam layar LCD sehingga dapat

dengan cepat diketahui jumlah detak jantung seseorang setiap menit. Hasil

pengamatan dan pembahasan akan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu tampilan

pada LCD, perbandingan pengukuran dengan alat ukur detak jantung ‘OMRON’, data

yang dikirimkan ke PC, data-data hasil pengujian dari setiap blok dan analisa

perangkat lunak.

Page 101: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

79

4.1. Implementasi Alat dan Cara Kerja Alat

Implementasi alat dibagi menjadi dua bagian, yaitu papan utama dan papan

sekunder. Papan utama berisi bagian tentang pengolahan sinyal dan mikrokontroler.

Papan utama ditunjukkan oleh Gambar 4.1. Sedangkan papan sekunder yang terdiri

dari penguat awal transistor dan stetoskop ditunjukkan oleh Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Gambar papan utama.

Gambar 4.2 Stetoskop dan penguat awal transistor.

Page 102: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

80

Papan utama terdiri dari penguat operasional bukan pembalik, penapis

pelewat rendah Butterworth, penguat daya audio, dan sistem mikrokontroler. Papan

utama mendapatkan masukan dari papan sekunder dan mempunyai keluaran berupa

layar LCD dan speaker. Sedangkan papan sekunder terdiri dari penguat awal

transistor dan mikrofon. Mikrofon diletakkan langsung pada selang udara stetoskop.

Penghubung antara papan utama dan papan sekunder menggunakan sebuah kabel

stereo. Kabel tersebut terdiri dari sebuah kabel terpilin yang dibungkus dengan

anyaman kawat. Kabel tersebut dipilih karena mempunyai perlindungan terhadap

derau, misal akibat panjang kabel yang digunakan dan akibat interferensi dari

frekuensi lain.

Cara mengorperasikan alat ini dimulai dari memberikan catu daya ke alat ini

sampai LCD terlihat suatu tampilan berupa kata-kata “MIN, MAX, BPM”. Kemudian

stetoskop ditempelkan pada arteri, ditunggu beberapa saat hingga muncul hasil

perhitungan detak jantung.

4.2. Tampilan pada LCD

Nilai BPM maksimum dan minimum akan tersimpan selama BPM tidak

kurang dari 50 kali per menit atau lebih dari 300 kali per menit, seperti ditunjukkan

pada Gambar 4.3. Bila tidak ada detak atau nilai BPM lebih dari nilai maksimum atau

minimum, maka nilai BPM maksimum dan minimum akan terhapus menjadi nol,

seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4.

Page 103: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

m

i

m

Setel

muncul. Pad

ini ditunjukk

mikrokontro

Gamba

Gam

Gambar 4.

lah penempa

da iterasi per

kan pada Ga

oler pada pin

ar 4.5 Denyu

mbar 4.3 Ha

.4 Tampilan

atan stetosko

rtama dan ke

ambar 4.5 d

n ADC, dilih

ut yang diola

asil pengukur

bila tidak ad

op tepat, pe

edua, biasan

dan 4.6 yang

hat menggun

ah pada awal

ran detak jan

da detak yan

erhitungan ju

nya nilai yan

g diperoleh d

akan osilosk

l iterasi, diam

ntung.

ng terdeteksi

umlah detak

ng muncul ti

dari sinyal y

kop digital.

mbil pada art

i.

k jantung ak

idak tetap. H

yang masuk

teri leher.

81

kan

Hal

ke

Page 104: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

d

m

y

d

t

d

t

p

d

y

a

Gam

Dari

ditangkap m

muncul akan

yang masih

denyut yang

Perh

tempatnya d

digunakan u

tampilan apa

perhitungan

ditunjukkan

yang muncu

ada detak.

mbar 4.6 Den

Gambar 4.5

menunjukkan

n stabil sete

belum stabi

g berubah-ub

itungan deta

dan stetosko

untuk mengu

apun, maka

. Berbagai

oleh Tabel

ul terlalu bes

nyut yang di

5 dan Gamb

n kestabilan

elah iterasi

l sehingga m

bah.

ak jantung

op terletak p

ukur yaitu di

posisi stetos

jenis gang

4.1. Akibat

sar, tidak sta

iolah pada aw

bar 4.6 terli

setelah leb

kedua. Hal

menyebabkan

ini akan ak

ada sumber

sekitar jantu

skop harus d

gguan yang

t dari adany

abil dan perh

wal iterasi, d

hat bahwa s

ih dari 4 de

ini diakibat

n masuknya

kurat bila st

suara yang

ung dan arte

diubah hingg

g dapat me

ya gangguan

hitungan BP

diambil pada

sinyal detak

etik, sehingg

tkan kedudu

derau dan k

tetoskop teta

g jelas. Letak

eri leher. Bila

ga tampak su

empengaruh

n-gangguan i

PM tidak kel

a dada.

k jantung ya

ga BPM ya

ukan stetosk

kekuatan sua

ap stabil pa

k tempat ya

a tidak tamp

uatu nilai ha

i perhitung

ini yaitu BP

luar atau tid

82

ang

ang

kop

ara

ada

ang

pak

asil

gan

PM

dak

Page 105: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

83

Tabel 4.1 Gangguan-gangguan sinyal detak jantung

No. Gambar Letak Stetoskop

Keterangan

1. Leher Suara dari pembi-

caraan ikut masuk

dan mendistrosi

sinyal detak jantung.

2. Dada Posisi stetoskop yang

tidak stabil, ada

bagian yang hilang.

3. Depan

jantung

Amplitudo detak

jantung yang terlalu

kuat sehingga me-

munculkan puncak-

puncak palsu.

4.

Leher Amplitudo detak

jantung yang terlalu

lemah sehingga tidak

terdeteksi.

Waktu(250ms/div)

Waktu(250ms/div)

Waktu(250ms/div)

Waktu(250ms/div)

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Page 106: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

84

Tabel 4.1 (lanjutan) Gangguan-gangguan sinyal detak jantung

No. Gambar Letak Stetoskop

Keterangan

5.

Dada Sinyal detak jantung

menjadi tidak jelas

akibat terdistorsi oleh

suara dari perna-

pasan.

4.3. Analisa Hasil Pengukuran

Pengujian dilakukan untuk mengetahui akurasi dari alat yang dibuat.

Pengujian dilakukan dengan mengambil sinyal analog detak jantung yang masuk ke

dalam mikrokontroler. Sinyal analog ini kemudian dihitung secara manual dan

hasilnya dibandingkan dengan pembacaan dari alat. Perbandingan antara detak yang

terukur dan dihitung, disajikan oleh Tabel 4.1.

Perhitungan secara manual dilakukan mengikuti cara perhitungan yang

dilakukan oleh mikrokontroler. Perhitungan yang dilakukan oleh mikrokontroler

menggunakan rumus

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ΣΣ

=

puncakperiode

BPM 60 (4.1)

Jumlah puncak dihitung dengan waktu kurang dari 3,6 detik. Waktu ini disesuaikan

dengan waktu yang digunakan oleh mikrokontroler.

Waktu(250ms/div)

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Page 107: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

No.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Tabel 4

Gamba

4.2 Perbandi

ar detak Jant

Wakt

Wakt

Wakt

Waktu

Wakt

Wakt

ingan detak t

tung

tu(250ms/div)

tu(250ms/div)

tu(250ms/div)

u(250ms/div)

tu(250ms/div)

tu(250ms/div)

terukur dan

Letak

Dada

Dada

Leher

Leher

Dada

Leher

terhitung

BPM Hitung

BPBa

77 7

71 8

76 7

64 6

80 7

80 8

PM aca

Galat (%)

78 1,3

81 14

78 2,63

66 3,13

75 6,25

84 5

85

Page 108: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

m

G

h

k

a

m

m

m

y

A

y

No.

7.

Dari

mempunyai

Galat yang d

hingga 14%

kurang dari

Siny

amplitudo y

maksimum

mengakibatk

mikrokontro

yang terjadi.

Seda

ADC yang t

yang sesung

100 Hz, sed

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Tabel 4.2 (la

Gamba

Tabel 4.1,

galat yang l

dihasilkan o

%. Sedangkan

5%.

al yang dih

yang tinggi.

yang dapa

kan adanya

oler. Semaki

.

angkan galat

terlalu besar

gguhnya. Wa

dangkan frek

anjutan) Perb

ar detak Jant

terlihat bah

lebih besar d

oleh penemp

n stetoskop y

hasilkan dar

Hal ini me

at ditangkap

puncak-pun

in banyak p

t dari alat y

, sehingga ti

aktu pencupl

kuensi suara

Wakt

bandingan d

tung

hwa stetosk

daripada steto

patan stetosk

yang ditemp

ri peletakan

nyebabkan

p oleh ADC

ncak palsu

uncak palsu

yang dibuat

idak dapat d

likan oleh AD

a dari detak

tu(250ms/div)

detak terukur

Letak

Leher

kop yang dit

oskop yang

kop di depan

patkan di ate

n stetoskop

sinyal menj

C terbatas

yang terde

u yang terhit

diakibatkan

dengan tepat

DC dilakuka

jantung men

r dan terhitun

BPM Hitung

BPBa

103 1

tempatkan d

ditempatkan

n dada meng

eri leher me

di depan d

adi terpoton

pada nilai

eteksi dan t

tung, semak

n oleh waktu

mendeteksi

an setiap 10

ncapai 200

ng

PM aca

Galat (%)

03 0

di depan da

n di ateri leh

ghasilkan ga

mpunyai ga

dada memili

ng akibat ni

5V. Hal

terhitung ol

kin besar ga

u pencuplik

waktu punc

ms sekali at

Hz. Frekuen

86

ada

er.

alat

alat

iki

ilai

ini

leh

alat

kan

cak

tau

nsi

Page 109: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

87

ideal untuk melakukan pencuplikan seharusnya adalah 400 Hz. Namun karena galat

yang dihasilkan kurang dari 5% dan masih dapat ditoleransi, maka efek dari frekuensi

pencuplikan dapat diabaikan.

4.4. Perbandingan Pengukuran dengan Alat Ukur Tekanan Darah

Bila hendak digunakan untuk keperluan sehari-hari, maka pembandingan

pengukuran dengan alat ukur lain yang sudah terkalibrasi perlu dilakukan untuk

mengetahui validitas dari alat yang dibuat. Alat ukur lain yang dipakai adalah alat

ukur tekanan darah dan detak jantung dengan merek dagang OMRON. Sebagai data

referensi, osiloskop digital digunakan untuk menangkap sinyal analog dari detak

jantung. Sinyal analog osiloskop digital diambil dari masukan pada pin ADC.

Pengujian ini juga hendak mengetahui bagaimana pengaruh dari aktifitas yang

dilakukan seseorang terhadap jumlah detak jantung tiap menit. Perbandingan antara

hasil pengujian alat yang dibuat, pembacaan alat ukur, perhitungan BPM secara

manual, dan aktifitas yang dilakukan seseorang ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Sedangkan untuk perhitungan BPM secara manual disajikan oleh Tabel 4.3. Pada

pengujian ini, BPM yang menjadi acuan adalah BPM yang didapatkan dari hasil

perhitungan rerata sinyal detak jantung yang direkam menggunakan osiloskop digital.

Pengambilan data oleh alat ukur OMRON dilakukan dengan cara

memompakan udara ke tensimeter yang terletak di lengan atas hingga tekanan 160

mmHg. Kemudian pompa dihentikan hingga hasil pengukuran tampak pada LCD.

Page 110: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

P

m

n

o

N

Pada saat ya

melakukan p

nilai BPM o

osiloskop di

Tabel 4

No. PosStet

ko

1. Dada

2. Lehe

3. Dada

4. Lehe

5. Dada

6. Dada

No.

1

Amplitu

do (1

V/d

iv)

ang sama, s

pemantuan.

oleh alat uk

ambil.

.3 Perbandin

sisi tos-op

Aktivitsebelum

nya

a Diam

er Berdiri

a Mengob

er Jalan ke

a Jalan ke

a Jalan ke

Tabel 4.4

stetoskop jug

Bila hasil p

kur dan alat

ngan penguji

tas m-

Pembacaan Alat yang

dibuat67

71

brol 81

ecil 76

ecil 84

ecil 85

Perhitungan

Gambar

W

ga ditempelk

pengukuran

yang dibua

ian digitalisa

-

t

Pemba-caan alat

ukur

64

73

79

79

84

84

n rerata detak

Waktu(250ms/

kan pada ba

oleh alat uk

at dicatat ser

asi alat deng

Perhitu-ngan

rerata secara manual

66

-

77

80

82

82

k jantung pad

Interv(deti

2,7

/div)

agian tubuh

kur sudah te

rta hasil per

gan alat ukur

Galat alat terhadap

acuan (%)

1,5

-

5,19

5

2,44

3,66

da Tabel 4.3

val ik)

Jumlapunca

1 4

dan osilosk

ertampil, ma

rekamam ol

r OMRON

Galat alat ukur terhadap

acuan (%) 3,03

-

2,6

1,25

2,44

2,44

3

ah ak

BPM

66

88

kop

aka

leh

Page 111: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

N

3

4

5

6

Tab

No.

3

4

5

6

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Amplitu

do (1

V/d

iv)

Amplitu

do (1

V/d

iv)

bel 4.4 (lanjuutan) Perhitu

Gambar

W

W

W

W

ungan rerata

Waktu(250ms/

Waktu(250ms/

Waktu(250ms/

Waktu(250ms/

detak jantun

Interv(deti

3,12

3,33

2,92

2,91

/div)

/div)

/div)

/div)

ng pada Tab

val ik)

Jumlapunca

25 5

38 5

25 5

13 5

el 4.3

ah ak

BPM

77

80

82

82

89

Page 112: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

90

Dari Tabel 4.3, aktifitas yang dilakukan oleh seseorang akan mempengaruhi

nilai BPM. Semakin berat aktifitas yang dilakukan, maka BPM akan semakin tinggi.

Dari data hasil pengujian pada tabel 4.4, alat yang dibuat memiliki galat hingga 5,2%,

sedangkan galat pada alat ukur mencapai 3,1%. Galat yang dihasilkan oleh alat yang

dibuat disebabkan oleh amplitudo dari puncak yang terlalu tinggi. Amplitudo puncak

yang melebihi 5V dengan titik nol pada 3,12 V akan terpotong pada titik 5V. Hal ini

mengakibatkan mikrokontroler tidak dapat membedakan puncak pertama atau puncak

kedua, karena puncak pertama dan kedua mempunyai karakteristik yang hampir

sama. Hal ini ditujukkan pada Tabel 4.4 data ketiga.

Kesalahan juga terjadi apabila sinyal yang masuk memiliki bentuk yang

hampir sama. Syarat puncak pertama yang valid yaitu setelah puncak akan ada

lembah yang kedalamannya > 75% dari tinggi puncak. Lembah ini akan muncul

kurang dari 300 ms setelah puncak ditemukan. Bila dalam jangka waktu tersebut

lembah tidak ditemukan, maka puncak tersebut bukan merupakan puncak yang valid.

Puncak yang memiliki bentuk yang hampir sama ditunjukkan pada Tabel 4.4 data

keempat.

Masalah kesalahan perhitungan dapat diatasi dengan cara mengatur kembali

penguat variabel bukan pembalik AC. Amplitudo masukan ADC diatur hingga nilai

maksimum kurang dari 5V, dengan begitu tidak ada puncak yang terpotong. Bila

puncak pertama terlihat dengan jelas dan dapat dibedakan dari puncak kedua, maka

hasil pengukuran akan mendekati nilai sesungguhnya. Dari hasil perbandingan

dengan alat ukur lain, secara umum alat ini memiliki nilai galat hingga 6%.

Page 113: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

S

p

4

l

a

d

d

Sedangkan

penggunaan

4.5. Hasil

Data

lanjut. Untu

aslinya, data

ditunjukkan

ditunjukkan

Nilai A

alat ukur la

sehari-hari

Pengirima

a hasil konve

uk membuk

a hasil peng

pada Gam

pada Gamb

Gam

Am

plitu

do (1

V/d

iv)

G

0

50

100

150

200

250

0

ADC

ain mempuny

tingkat kesa

an Data k

ersi ADC dap

ktikan bahw

giriman oleh

mbar 4.5. S

ar 4.6.

mbar 4.7 Data

Gambar 4.8 S

50

yai galat hi

alahan 6% m

ke PC

pat dikirimk

a data yang

h ADC akan

edangkan d

a ADC yang

Sinyal analog

100

ngga 4%, s

masih bisa dit

kan ke PC un

g dikirim k

n dibuat dal

data analog

g diterima ol

g detak jantu

150 200

ehingga unt

toleransi.

ntuk pengola

ke PC meny

lam bentuk

pada wakt

eh PC.

ung.

250 W

Waktu(2

tuk kerperlu

ahan data leb

yerupai siny

grafik, sepe

tu yang sam

Waktu (10ms)

50ms/div)

91

uan

bih

yal

erti

ma

Page 114: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

92

Dari Gambar 4.5 dan 4.6 dapat dilihat bahwa hasil konversi ADC yang

kemudian dikirimkan ke PC melalui kabel serial, pada saat yang sama mempunyai

bentuk yang menyerupai bentuk asli sinyal analog detak jantung yang direkam

dengan osiloskop digital. Data hasil ADC ini yang digunakan untuk melakukan

perhitungan jumlah detakan per menitnya.

4.6. Analisa Perangkat Keras

Analisa perangkat keras akan menjelaskan setiap bagian yang telah dirancang

dan dibuat. Analisa perangkat keras hendak membuktikan bahwa perancangan yang

telah dilakukan dapat bekerja dengan baik.

4.6.1. Penguat Awal

4.6.1.1. Penguat Awal Transistor

Dari data hasil percobaan, besarnya penguatan pada penguat transistor adalah

sebesar:

2 11,4 175

Pada perancangan besarnya penguatan yang dikehendaki adalah 173 kali. Besarnya

galat antara perancangan dan hasil percobaan adalah sebesar 1,15%. Hal ini

membuktikan bahwa implementasi sesuai dengan perancangan.

Page 115: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

93

4.6.1.2. Penguat Variabel Bukan Pembalik AC

Penguat variabel bukan pembalik AC digunakan untuk mengatur besarnya

amplitudo dari sinyal detak jantung yang berubah-ubah. Keluaran dari penguat ini

membuat sinyal analog detak jantung dapat diolah oleh mikrokontroler.

Sinyal masukan dari penguat awal transistor diatur lagi amplitudonya hingga

penguatan mencapai ayunan sinyal maksimum, yaitu 5V. Dari hasil percobaan

didapatkan data bahwa besarnya penguatan optimal sebesar 1,36 kali dari penguatan

transistor.

4.6.2. Penapis Pelewat Rendah

Penapis pelewat rendah ini mempunyai frekuensi cut-off sebesar 200 Hz.

Pengujian karakteristik penapis dilakukan dengan memberikan masukan berupa

sinyal sinusoidal dengan amplitudo tetap dan frekuensi yang bervariasi. Grafik

perbandingan karakteristik antara penapis ideal dan aktual ditunjukkan oleh Gambar

4.9.

Page 116: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

p

d

4

d

f

y

Gam

Dari

penapis aktu

dengan f me

4.9 dapat di

disebabkan

frekuensi po

yang memili

mbar 4.9 Perb

Gambar 4.

ual dan ideal

erupakan frek

ilihat bahwa

akibat ket

otong pada p

iki toleransi

bandingan ka

9, dapat ter

l. Besarnya g

=fGalat

kuensi detak

a kemiringan

tidak-akurata

penapis akut

sebesar ±5%

arakteristik a

rlihat adany

galat pada at

ideal

idealaktual

fff

k jantung. Be

n dari atenua

an alat pen

tal diakibatk

%.

antara penap

ya perbedaan

tenuasi 3 dB

%100×

esarnya gala

asi penapis a

ngkur yang

kan karena p

Id

Aktual

‐3 dB

pis ideal dan

n respon fre

adalah

at adalah 5%

aktual tidak

g digunakan

penggunaan

deal

aktual.

ekuensi anta

(4.2)

. Dari Gamb

linier. Hal

n. Pergeser

nilai kapasit

94

ara

bar

ini

ran

tor

Page 117: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

95

4.7. Analisa Perangkat Lunak

Dalam melakukan pembuatan program perlu diperhatikan beberapa hal

berikut: resolusi yang digunakan dalam melakukan konversi, nilai minimum tegangan

sinyal, serta interval puncak - lembah. ADC internal yang terdapat pada

mikrokontroler ATmega32 beresolusi 10 bit, namun agar penggunaanya lebih mudah,

maka hanya akan digunakan sebanyak 8 bit dari MSB saja. Besarnya pengaruh

pengurangan 2 bit dari ADC akan mengurangi resolusi sebesar: 19,375 mV, atau

empat kali lebih tidak teliti dibandingkan dengan ADC 10 bit.

ADC hanya dapat bekerja pada nilai tegangan positif. Akibatnya agar dapat

melakukan konversi dengan baik, nilai ‘0’ harus diletakkan pada nilai tengah dari

jangkauan ADC, yaitu 2,56 V. Penggunaan penguat operasional untuk mengangkat

nilai ‘0’ dari sinyal mempunyai kelemahan, yaitu sinyal tidak dapat mencapai titik

0V. Nilai minimum yang dapat dicapai hanya berkisar 1,5 V (saturasi minimum).

Oleh karena itu, diperlukan manipulasi agar ayunan dapat maksimal, yaitu dengan

mengangkat nilai 0 ke tegangan 3,375V. Dengan diangkatnya nilai ‘0’ ke nilai 3,375

V, maka ayunan maksimum yang dapat dilakukan oleh ADC bernilai 3,5 Vpp. Untuk

mengkompensasi adanya offset, maka nilai konversi ADC harus dikurangi sebesar 76.

Dalam menentukan letak titik puncak dan waktu puncak dipengaruhi oleh

interval antara P, Q, dan R. Dalam menentukan letak puncak yang valid, interval

antara P dan Q yang tidak pernah lebih dari 40 ms, dijadikan sebagai patokan sebagai

Page 118: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

96

puncak dari detak jantung. Pencarian detak jantung berikutnya dilakukan setelah 250

ms sejak puncak pertama ditemukan.

Dalam melakukan perhitungan atau penyimpanan data, harus diperhatikan

nilai maksimum yang dapat diberikan untuk variabel tersebut. Untuk variabel yang

bernilai lebih dari 255 maka digunakan variabel 16 bit. Bila menggunakan variabel 8

bit untuk perhitungan 16 bit, maka akan terjadi kesalahan dalam melakukan

penghitungan. Dalam melakukan pemograman, variabel yang dipakai secara

bersama-sama untuk setiap fungsi harus dideklarasikan menjadi variabel global. Bila

tidak dideklarasikan menjadi variabel global, maka besarnya program akan menjadi

membengkak dan dapat mengakibatkan kegagalan dalam penggunaan variabel

tersebut terutama dalam penanganan interupsi.

Listing Program deklarasi variable global: Volatile uint8_t delapan_bit; //variabel global 8 bit Volatile uint16_t enam_belas_bit; //variabel global 16 bit

Program ini mulai bekerja dengan melakukan tundaan selama 1 detik. Hal ini

bertujuan untuk menstabilkan tegangan yang masuk ke mikrokontroler dan ADC.

Listing Program tundaan selama 1 detik: for (wait=0; wait<100; wait ++) _delay_ms (110); //tunda 1000 ms, tunggu tegangan stabil

Setelah melakukan tundaan, kemudian melakukan pengaturan awal untuk

modem dan LCD. Untuk melakukan pengaturan awal modem, terlebih dahulu harus

diatur register yang mengatur UART. Sedangkan untuk pengaturan LCD, cukup

memanggil fungsi lain yang sudah dibuat khusus untuk pengaturan modem dan LCD.

Page 119: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

97

Listing program penulisan kata-kata pada LCD: void tulis_lcd (void)

LCD_DDR = 0xff; //aktifkan DDR untuk LCD lcd_init(); //inisialisasi LCD lcd_command(0x0c); //Hilangkan kedipan kursor LCD tulis_kata(1); //”MAX” tulis_kata(2); //”MIN” tulis_kata(3); //”BPM” tulis_kata(4); //”NO BPM”

Untuk melakukan penulisan pada LCD, pertama-tama harus menentukan letak

kursor atau letak karakter pertama yang akan ditulis. Bila karakter pertama terletak

pada awal, maka alamat karakter tidak perlu dituliskan.

Listing program penulisan LCD: set_cursor(0,1); //atur alamat karakter pertama

while ((k = pgm_read_byte(& kata1[c++]))) lcd_data(k);

Inisialisasi modem dilakukan dengan cara mengirimkan 30 byte data

inisialisasi. Sebelum pengiriman dapat dilakukan, maka diperlukan pengaturan

register untuk mengatur / mengaktifkan UART.

Listing program inisialisasi modem: void modem_init(void) DDRD |= (1 << 1); /*0b00000010;*/ //inisialisasi usart

UCSRB |= (1 << RXCIE) | (1 << RXEN) | (1 << TXEN); //rx tx enable, interrupt receive en

UCSRC |= (1 << UMSEL) | (1 << UCSZ1) | (1 << UCSZ0); //syn op, 8 bit UBRRL = 71; // BAUD 9600 untuk FCPU 11059200 UBRRH = (71 >> 8); //kirimkan inisialisasi modem for (i = 0; i < 30; i++) loop_until_bit_is_set (UCSRA,UDRE); UDR = modem[i];

Page 120: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

98

//terima 10 byte dari modem for (i = 0; i < 10; i++) loop_until_bit_is_set (UCSRA,RXC); receive_modem[i] = UDR;

Pengaturan register-register khusus dilakukan setelah pengaturan perangkat

keluaran eksternal. Register yang diatur adalah: register pengontrol ADC, pewaktu

dan port. Setelah pengaturan register diikuti dengan inisialisasi semua variabel yang

digunakan selama proses.

Listing program pengaturan register fungsi khusus : //inisialisasi timer TCCR0 |= (1 << WGM01) | (1 << CS02) | (1 << CS00); //mode CTC, PS 1024 TIMSK |= (1 << OCIE0); //interupsi enable OCR0 = 107; //10ms //inisilisasi ADC

ADCSRA |= (1 << ADEN) | (1 << ADSC) | (1 << ADPS2) | (1 << ADPS1); // ADEC en, start, PS 64 clock eff 13kHz

ADMUX |= (1 << ADLAR); //inisialisasi PORT DDRA = 0; //masukan ADC LCD_DDR = 0xff; //keluaran LCD DDRD |= (1 << 1); //keluaran untuk TX

Program utama merupakan suatu program yang dibuat untuk menjalankan

pengecekan apabila ada perintah untuk menahan perubahan tampilan pada LCD.

Bagian penting dalam program ini adalah ketika interupsi terjadi. Interupsi yang ada

adalah interupsi terima penuh UART dan interupsi pewaktu. Interupsi terima penuh

bertujuan untuk mengecek apakah ada permintaan untuk mengirimkan data hasil

konversi ADC ke komputer melalui komunikasi serial.

Page 121: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

99

Listing program interupsi terima penuh: ISR (USART_RXC_vect) receive_byte = UDR; //ambil data dari buffer if (receive_byte == 'P') //cek kiriman = P? kirim = 1; //ya, aktifkan pengiriman data else if (receive_byte == 'Z') //Cek kiriman = Z” kirim = 0; //ya, hentikan pengiriman ack = 0; //hapus ACK

Listing program pengiriman data: void kirim_data(void)

if (kirim == 1) if (ack == 0) //kirim ACK bila belum pernah dikirim ack = 1; while ((UCSRA & (1 << UDRE)) == 0) ; UDR = 'S'; //kirim data sekarang while ((UCSRA & (1 << UDRE)) == 0) //tunggu buffer kosong ; UDR = Ain[array]; //kirim spasi while ((UCSRA & (1 << UDRE)) == 0) //tunggu buffer kosong ; UDR = 0x00;

Sedangkan pada interupsi pewaktu, interupsi akan muncul setiap 10ms sekali.

Ketika terjadi interupsi, maka sebagian besar fungsi akan mulai dipanggil dan

dijalankan, seperti pengambilan nilai ADC, pencarian puncak, dan pengiriman data.

Listing program pewaktu 10 ms: ISR (TIMER0_COMP_vect) //hitung mundur debounce

time_debounce --; //lakukan pengecekan array

array++; if (array <= 360)

Page 122: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

100

Ain[array] = ADCH; //masukkan nilai ADC kedalam array ADCSRA |= (1 << ADIF) | (1 << ADSC); //mulai ADC selanjutnya loop_until_bit_is_set(ADCSRA, ADIF); //tunggu ADC selesai

kirim_data(); //kirim data melalui UART cari_puncak(); //cari puncak detak jantung else rerata_bpm(); //cari rerata BPM

if (paused == 0) //paused aktif? tampil_lcd(); //tampilkan nilainya ke LCD

hapus_variabel(); //hapus variabel yang telah digunakan

Fungsi yang terpenting dalam melakukan penghitungan detak jantung adalah

fungsi untuk pencarian puncak. Sebuah puncak akan dikatakan valid bila setelah

puncak akan langsung ditemukan lembah dalam waktu kurang dari 30ms. Setelah

ditemukan sebuah puncak yang valid, maka pencarian puncak berikutnya dilakukan

setelah 250ms sejak puncak pertama ditemukan.

Listing program pencarian puncak: void cari_puncak(void) static uint8_t temp_lembah;

if ((Ain[array] > 147) || (Ain[array] < 101)) //data bukan noise

if (loncat == 0) if (hapus == 1) //apakah sudah periode selanjutnya if (Ain[array] > 147) nilai_max = Ain[array]; nilai_min = 101; hapus = 0;

//cari nilai puncak if (Ain[array] >= Ain[array-1]) //data naik?

if (Ain[array] >= nilai_max) // ya, data sekarang > nilai max?

Page 123: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

101

nilai_max = Ain[array]; //ya, ambil data sekarang sebagai nilai

max t_puncak = array; //catat waktunya

else if (Ain[array] <= nilai_min) //data sekarang < nilai min?

nilai_min = Ain[array]; // ya, nilai min = data sekarang

temp_lembah = 127 - ((nilai_max - 127)*3/4); // nilai minimum harus kurang

dari 75% puncak

//cek apakah puncak valid if (nilai_min <= temp_lembah) //nilai min < 60% nilai max?

if (array <= (t_puncak + 3)) //cek bilamana lembah muncul kurang dari 30ms setelah puncak

if (Ain[array] >= Ain[array-1]) //yakinkan lembah terdalam

m++; //hitung puncak mulai[m] = t_puncak; //ambil waktu puncak hapus = 1; //ambil ulang puncak loncat = 1;

else if (array >= (t_puncak + 30)) loncat = 0;

Untuk membatasi supaya tidak adanya derau yang masuk, maka batas

minimum nilai data yang dapat diolah yaitu 127 – 10% atau 127 + 15%. Jadi apabila

ada sinyal yang nilai konversinya diantara 101 dan 147, maka akan dianggap sebagi

derau dan tidak masuk ke dalam perhitungan.

Page 124: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

102

Setelah semua array nilai ADC terisi semua, maka dilakukan penghitungan

rata-rata BPM dan kemudian menampilkannya ke LCD. Rerata BPM dihitung

berdasarnya jumlah puncak dan interval dari puncak pertama ke puncak terakhir.

Listing program penghitung rerata bpm : void rerata_bpm(void) static int temp_puncak; // hitung jumlah periode if (m > 1) for (temp_puncak = m; temp_puncak > 1 ; temp_puncak--) periode = mulai[temp_puncak] - mulai[temp_puncak - 1]; jumlah_per = jumlah_per + periode; // hitung nilai bpm max, min, rerata no_bpm = 0; bpm_rerata = 6000*(m - 1)/jumlah_per; // 60/(0.01*(jumlah/(m-1))) // untuk penghitungan pertama kali if ((bpm_max == 0) && (bpm_min == 0)) bpm_max = bpm_rerata; bpm_min = bpm_rerata; //cek beat over?? if ((bpm_rerata > 300) || (bpm_rerata < 40)) no_bpm = 1; bpm_rerata = 0; bpm_max = 0; bpm_min = 0; else // catat nilai bpm max if (bpm_max <= bpm_rerata) bpm_max = bpm_rerata; //catat nilai bpm min else if (bpm_rerata <= bpm_min) bpm_min = bpm_rerata; else no_bpm = 1; // aktifkan no bpm

Page 125: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

103

Setelah semua data sudah didapatkan, maka langkah terakhir yang harus

dilakukan adalah menampilkannya ke LCD. Untuk menampilkan 3 digit angka

diperlukan fungsi untuk memisahkan setiap angka yang dihasilkan dari perhitungan.

Listing program penampil ke LCD: void tampil_lcd(void) if (paused == 0) //tulisan untuk no bpm if (no_bpm == 1) tulis_kata(4); //”NO BPM” else tulis_kata(5); //” “ no_bpm = 0; //tulis bpm max angka = 0; angka = m; //bpm_max; set_cursor(4,1); tampilkan(angka); //tulis bpm min angka = 0; angka = jumlah_per; //bpm_min; set_cursor(13,1); tampilkan(angka); //tulis bpm rerata angka = 0; angka = bpm_rerata; set_cursor(4,2); tampilkan(angka); void tampilkan(uint16_t aaa) static uint8_t k; static uint16_t temp_angka; temp_angka = aaa; ratus = aaa / 100;; temp_angka = aaa - (100 * ratus);

Page 126: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

104

puluh = temp_angka / 10; satu = temp_angka - (10*puluh); //tulis ratusan k = pgm_read_byte(& kata6[ratus]); lcd_data(k); //tulis data puluhan k = pgm_read_byte(& kata6[puluh]); lcd_data(k); //tulis data satuan k = pgm_read_byte(& kata6[satu]); lcd_data(k);

Untuk memulai kembali program dari awal, maka diperlukan suatu

penghapusan nilai-nilai yang terdapat pada variabel yang digunakan. Hal ini

dilakukan dengan menggunakan suatu fungsi yang dipanggil setiap pengisian array

untuk data ADC penuh (maksimum 360), 3,6 detik.

Listing fungsi penghapusan variabel: void hapus_variabel(void) static int hapus_array; for (hapus_array = 0; hapus_array <= 20; hapus_array ++) mulai[hapus_array] = 0; m = 0; array = 0; bpm_rerata = 0; t_puncak = 0; nilai_min = 0; nilai_max = 0; jumlah_per = 0; periode = 0; hapus =0; loncat = 0;

Page 127: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

105

4.7.1 Analisa Metode Komunikasi

Sebelum melakukan komunikasi antara PC dengan alat yang dibuat, maka

diperlukan inisialisasi modem yang digunakan. Protokol yang digunakan untuk

mengatur modem ditunjukkan pada Tabel 4.4. Setiap data yang digunakan untuk

inisialisasi dikirimkan melalui UART, dimana data pertama yang dikirimkan adalah

byte nomor satu hingga byte nomor 30. Modem diatur untuk bekerja dengan metode:

a. Alamat diri nomor tiga.

b. Alamat tujuan nomor satu.

c. Kekuatan pemancar 0 dB.

d. Frekuensi yang digunakan adalah 2400MHz.

e. Panjang alamat dan CRC yaitu 16 bit.

Tabel 4.5 Protokol komunikasi pengaturan modem

No. Byte

Nilai (Hex) Keterangan

1 1E Kepala mulai 2 0A Identitas tujuan 3 01 Alamat tujuan 4 00 Identitas sumber 5 01 Alamat jenis sumber 6 17 Panjang data 23 byte 7 01 Jenis Perintah/data yang dikirim dalam paket 8 08 Isi paket protokol 9 08 Checksum dari paket protokol 10 00

Byte cadangan 11 00 12 00

Page 128: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

106

Tabel 4.5 (lanjutan) Protokol komunikasi pengaturan modem

No. Byte

Nilai (Hex) Keterangan

13 00

Byte cadangan

14 00 15 00 16 00 17 00 18 00 19 03 Alamat diri sendiri 20 43 Panjang alamat dan CRC yaitu 16 bit 21 EF Kecepatan transmisi 1 Mbps, penguatan pemancar 0 dB 22 01 Frekuensi pada 2400 MHz 23 80 Mode pengiriman per byte, jumlah perulangan nol 24 00 Waktu tunda sama dengan nol. 25 00

Alamat tujuan (5 byte) 26 00 27 00 28 00 29 01 30 F7 CRC 16 bit

Sedangkan metode komunkasi antara alat pengukur dan PC ditunjukkan oleh

Gambar 4.10.

Page 129: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

107

Gambar 4.10 Metode komunikasi antara PC dengan alat yang dibuat.

Dari Gambar 4.10, dapat terlihat bahwa PC hanya mengirimkan satu kali

permintaan supaya alat pengukur detak jantung mengirimkan data hasil konversi

ADC. Bila data tersebut diterima oleh alat ini, maka alat ini akan mengirimkan data

hasil konversi ADC ke PC hingga ada permintaan untuk menghentikan proses

pengiriman. Kelemahan dari metode komunikasi seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 4.8 adalah bilamana ada data hasil konversi ADC yang dikimkan oleh alat,

namun data tersebut tidak sampai ke penerima, maka data selanjutnya akan terus

dikirim oleh alat pengukur detak jantung. Akibatnya akan ada data yang hilang

selama pengiriman.

Hasil percobaan metode komunikasi dengan modem RF dengan cara

pengiriman data berurutan ditunjukkan pada Tabel 4.5. Sedangkan pengiriman data

berdasarkan jeda pengiriman ditunjukkan pada tabel 4.6. Pengujian ini dilakukan

antar dua buah komputer personal.

PCAlat PengukurDetak Jantung

Request to send

ACK

Data

Data Lost

Request to stop

Page 130: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

108

Tabel 4.6 Pengiriman data secara berurutan

No. Jumlah data (hex) Data dikirim (hex) Data diterima (hex) 1 1 11 11 2 2 11 22 11 3 3 11 22 33 11 4 4 11 22 33 44 11 5 5 11 22 33 44 55 11 6 6 11 22 33 44 55 66 11 7 7 11 22 33 44 55 66 77 11

Tabel 4.7 Pengriman data dengan pengaturan jeda antar pengiriman

No. Jeda (sekon) Data dikirim (hex) Data diterima (hex) 1 0 11 22 33 44 55 66 77 11 2 0,5 11 22 33 44 55 66 77 11 44 77 3 1 11 22 33 44 55 66 77 11 33 55 77 4 2 11 22 33 44 55 66 77 11 22 33 44 55 66 77 5 3 11 22 33 44 55 66 77 11 22 33 44 55 66 77 6 4 11 22 33 44 55 66 77 11 22 33 44 55 66 77 7 5 11 22 33 44 55 66 77 11 22 33 44 55 66 77

Pada hasil percobaan antar dua buah komputer personal, modem hanya bisa

mengirimkan data dengan jeda waktu antar pengiriman lebih dari 1,5 detik. Hasil uji

coba yang dilakukan antara mikrokontroler dan PC, data yang dikirimkan oleh

mikrokontroler ataupun PC tidak dapat diterima oleh masing-masing piranti.

Walaupun modem belum bisa bekerja sesuai dengan yang diharapkan, namun

metode komunikasi yang digunakan sudah bisa berjalan dengan lancar. Hal ini

dibuktikan dengan berhasilnya penggambaran grafis oleh PC dengan data yang

dikirimkan oleh ADC, yang dijelaskan pada sub bab 4.4.

Page 131: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

109

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan perancangan dan pembahasan pemantauan detak jantung dengan

stetoskop elektronik dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Alat ini dapat bekerja dengan baik apabila penempatan stetoskop pada bagian

tubuh tepat di arteri atau di sekitar jantung.

2. Alat ini akan mengalami kesulitan dalam membaca detak jantung apabila

banyak gangguan yang tertangkap oleh stetoskop. Gangguan tersebut bisa

diakibatkan dari penempelan stetoskop yang tidak stabil, bunyi suara

pernafasan, detak jantung yang terlalu kuat atau lemah, dan suara dari

pembicaraan.

3. Tampilan jumlah detak per menit tidak akan berada berada pada suatu nilai

yang tetap, tergantung dari aktivitas yang dilakukan oleh seseorang.

4. Nilai BPM yang terbaca biasanya baru akan stabil pada iterasi ketiga.

5. Nilai minimum ayunan sinyal dari penguatan yang dihasilkan oleh penguat

dipengaruhi oleh nilai saturasi minimum dari penguat opersional.

6. Modem RF masih belum bekerja sesuai dengan yang diinginkan karena

keterbatasan piranti yang ada. Bila menggunakan kabel serial, metode

komunikasi sudah bisa berjalan dengan lancar.

Page 132: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

110

5.2. Saran

Beberapa hal yang penulis sarankan untuk perbaikan dan pengembangan lebih

lanjut yaitu:

1. Penggunaan penguat operasional rail-to-rail, sehingga bisa mendapatkan nilai

ayunan sebesar 0 – Vcc.

2. Penambahan suatu penguat terkendali otomatis (Automatic Gain Control),

sehingga kekuatan sinyal detak jantung yang lemah atau terlalu kuat bisa

diolah dengan baik.

3. Penggunaan alat pemancar dan penerima yang mempunyai kemudahan dalam

penggunaan dan mempunyai jarak jangkauan yang luas bila berada di dalam

ruangan.

4. Penggunaan alat untuk memantau detak jantung tidak hanya terbatas pada

orang normal saja, namun juga dapat digunakan untuk mengetahui kelainan

jantung yang diderita seseorang.

Page 133: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

111

DAFTAR PUSTAKA

[1] Jantung dan Pembuluh Darah, http://www.medicalstore.com, September 2007.

[2] Digital Sthetoscope, http://instruct1.cit.cornell.edu, Agustus 2007.

[3] Hearts, http://en.wikipedia.org/wiki/Heart, September 2007.

[4] et al, Thorn, 1981, Gangguan-gangguan Jantung, alih bahasa oleh Kartoleksono

S, CV. EGC, Jakarta.

[5] Armstrong, T. G., Gotsman, M. S.,1973, Initial low frequency vibrations of the

first heart sound, Vol 35, British HeartJournal,

http://www.pubmedcentral.nih.gov., September 2007.

[6] Stein, P.D., Sabbah, H.N., dkk, 1981, Frequency of the first heart sound in the

assessment of stiffening of mitral bioprosthetic valves,

http://www.circ.ahajournals.org, September 2007.

[7] Sthetoscope, http://en.wikipedia.org, September 2007.

[8] Cardiac Auscultation Essays, http://www2.umdnj.edu/%7Eshindler/index.htm,

September 2007.

[9] Microphone, http://hyperphisics.phy.astr.gsu.edu/hbase/audio/mic.html#c1,

September 2007.

[10] Microphone, http://en.wikipedia.org/wiki/microphone, September 2007.

[11] Hughes, Frederic W., 1981, Op Amp Hand Book, Prentice Hall Inc, New Jersey.

[12] Stanley, William D, 1994, Operational Amplifier With Integrated Circuit,

Macmillan College Publishing Company Inc, New York.

[13] Carter, Bruce, 2000, A Single Supply Op-Amp Circuit Collection, Texas

Instrument, http://www.ti.com, September 2007.

Page 134: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

112

[14] Boylestad, R., Nashelsky, L., 1996, Electronic Devices and Circuit Theory, 7th

Ed, Prentice Hall, New Jersey.

[15] Product CD, Atmel, 2005, ATMega32 data sheet, Atmel.

[16] Successive Approximation ADC,

http://en.wikipedia.org/successive_approximation_adc, September 2007.

[17] Universal Asynchronous Receiver Transmitter,

http://en.wikipedia.org/universal_asynchronous_receiver/transmitter, September

2007.

[18] Liquid Crystal Display, http://en.wikipedia.org/liquid_crystal _display,

September 2007.

[19] Dot Matrix Liquid Crystal Display Controller/Driver,

http://www.hitachisemiconductor.com, September 2007.

[20] SST-10 USB/RS232 RF Modem, http://www.deltaelectronic.com, September

2007.

Page 135: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

L A M P I R A N

113

Page 136: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

A-1

LAMPIRAN A

PENENTUAN PUNCAK DAN LEMBAH

DETAK JANTUNG

Gambar dibawah ini adalah gambar-gambar detak jantung yang diambil dari

beberapa relawan yang sedang melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Dari gambar

ini maka dapat digunakan sebagai cara untuk menentukan puncak maksimum detak

jantung pada pengolahan data oleh mikrokontroler. Puncak maksimum dari detak

jatung selalu diikuti oleh puncak minimum. Besarnya puncak minimum selalu lebih

dari 50% puncak maksimum yang dihitung dari titik tengah (titik nol).

Page 137: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

A-2

Page 138: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

B-1

LAMPIRAN B

RESPON FREKUENSI PENAPIS PELEWAT

BAWAH

Frekuensi Vout(data) Av data (dB) Av perhitungan (dB)

20 4,000 0 0 30 4,000 0 0 40 4,000 0 0 50 4,000 0 0 60 4,000 0 0 70 4,000 0 0 80 4,000 0 0 90 4,000 0 0

100 4,000 0 0 110 4,000 0 0 120 4,000 0 -0,01 130 4,000 0 -0,02 140 4,000 0 -0,06 150 4,000 0 -0,14 160 3,800 -0,45 -0,29 170 3,500 -1,16 -0,58 180 3,200 -1,94 -1,08 185 3,000 -2,5 -1,44 190 2,800 -3,1 -1,88 195 2,500 -4,08 -2,4 200 2,300 -4,81 -3,01 205 2,050 -5,81 -3,7 210 1,900 -6,47 -4,47 215 1,700 -7,43 -5,29 220 1,500 -8,52 -6,17 230 1,200 -10,46 -8,03 240 1,000 -12,04 -9,96

Page 139: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

B-2

250 0,800 -13,98 -11,92 260 0,600 -16,48 -13,86 270 0,250 -24,08 -15,76 280 0,205 -25,81 -17,61 290 0,170 -27,43 -19,41 300 0,140 -29,12 -21,16 310 0,120 -30,46 -22,86 320 0,100 -32,04 -24,51 330 0,080 -33,98 -26,11 340 0,070 -35,14 -27,66 350 0,060 -36,48 -29,17 360 0,050 -38,06 -30,64 370 0,042 -39,58 -32,06 380 0,036 -40,92 -33,45 390 0,032 -41,94 -34,81 400 0,028 -43,1 -36,12 410 0,024 -44,44 -37,41 420 0,021 -45,6 -38,67 430 0,018 -46,94 -39,89 440 0,016 -47,96 -41,09 450 0,014 -49,12 -42,26 460 0,013 -50,1 -43,41 470 0,012 -50,83 -44,53 480 0,010 -52,04 -45,63 490 0,009 -52,96 -46,7 500 0,008 -53,98 -47,75

Page 140: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

B-3

10 100 1000-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

Atenuasi v.s. Frekuensi

Av data (dB) Av perhitungan (dB)

Frekuensi (Hz)

Aten

uasi

(dB

)

Page 141: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

C-1

LAMPIRAN C

PENGIRIMAN DATA ADC KE PC

Data (Hexa)

Data (Biner)

83 131

76 118

6f 111

76 118

78 120

77 119

7c 124

73 115

6a 106

79 121

87 135

88 136

87 135

8e 142

99 153

88 136

7f 127

78 120

7e 126

80 128

7c 124

7f 127

80 128

80 128

87 135

86 134

7f 127

77 119

83 131

8c 140

81 129

88 136

a1 161

25 37

99 153

cb 203

6e 110

25 37

66 102

6b 107

8e 142

93 147

8b 139

89 137

8a 138

8d 141

94 148

97 151

8a 138

7d 125

79 121

71 113

74 116

80 128

82 130

87 135

7c 124

7a 122

75 117

75 117

76 118

7c 124

8e 142

88 136

6b 107

b8 184

97 151

66 102

9c 156

84 132

82 130

7d 125

80 128

87 135

8e 142

91 145

86 134

75 117

73 115

76 118

75 117

77 119

77 119

6c 108

6f 111

73 115

80 128

90 144

8e 142

85 133

85 133

7f 127

7b 123

7d 125

85 133

76 118

70 112

78 120

81 129

89 137

9a 154

9a 154

8a 138

7d 125

6a 106

62 98

6b 107

8b 139

8c 140

8e 142

88 136

d4 212

8d 141

97 151

6f 111

2d 45

90 144

a8 168

Page 142: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

C-2

31 49

62 98

79 121

9b 155

a4 164

93 147

7d 125

87 135

7e 126

85 133

8d 141

8f 143

9b 155

8e 142

74 116

6a 106

6f 111

6e 110

7a 122

78 120

7f 127

87 135

7a 122

81 129

8e 142

94 148

a6 166

76 118

d9 217

ab 171

73 115

98 152

9d 157

6f 111

7b 123

71 113

7b 123

8b 139

8e 142

94 148

8f 143

89 137

89 137

76 118

63 99

65 101

6e 110

6b 107

68 104

6e 110

7e 126

88 136

8c 140

8e 142

8f 143

8b 139

86 134

81 129

85 133

77 119

72 114

81 129

86 134

84 132

81 129

83 131

7d 125

7e 126

85 133

8c 140

88 136

79 121

77 119

76 118

75 117

7b 123

84 132

7e 126

78 120

81 129

Page 143: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

C-3

0 50 100 150 200 250

0

50

100

150

200

250

Page 144: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-1

LAMPIRAN D

LISTING PROGRAM

//======================================================================== // // Skripsi // Pemantauan Detak Jantung Dengan Stetoskop Elektronik // // By: // Cosmas Pungkas Aquilla // 045114021 // // Compiler : AVR Studio 4.13 + WinAVR // MCU : ATmega32 // X-Tal : 11.092 MHz // //======================================================================== #include <avr\io.h> #include <avr\interrupt.h> #include <stdlib.h> #include <lcdroutine.h> #include <avr\pgmspace.h> #include <stdint.h> void inisialisasi(void); void init_modem(void); void kirim_data(void); void cari_puncak(void); void rerata_bpm(void); void tampil_lcd(void); void modem_init(void); void tulis_lcd(void); void tulis_kata(uint8_t h); void tampilkan(uint16_t aaa); void hapus_variabel(void); void debounce(void); //deklarasi variabel global volatile uint8_t temp_adc; char receive_byte; int i; volatile int kirim, ack; volatile uint16_t array; volatile unsigned char Ain[361];

Page 145: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-2

unsigned char receive_modem[10]; //definisi untuk modem RF unsigned char modem[30] = 0x1e,0x0a,0x01,0x00,0x01,0x17,0x01,0x08,0x08,0x00, 0x00,0x00,0x00,0x00,0x00,0x00,0x00,0x00,0x03,0x43, 0xef,0x01,0x80,0x00,0x00,0x00,0x00,0x00,0x01,0xf7; //variabel pencari puncak volatile int m, hapus, loncat; volatile uint16_t nilai_min, nilai_max, t_puncak; volatile uint16_t mulai[20]; //variabel rerata bpm volatile uint16_t periode, jumlah_per; volatile uint16_t bpm_rerata, bpm_max, bpm_min; int no_bpm; //variabel lcd volatile uint16_t angka; prog_char kata1[] = "MAX:"; prog_char kata2[] = "MIN:"; prog_char kata3[] = "BPM:"; prog_char kata4[] = "NO BEAT"; prog_char kata5[] = " "; prog_char kata6[] = "0123456789"; //variabel tulis lcd uint8_t ratus, puluh, satu; //variabel debounce enum NoPush, MayBePushed, Pushed, MayBeNoPush; volatile int time_debounce, paused_flag, PushStates; volatile uint8_t paused; /* ======================================================================== program utama ======================================================================== */ int main (void) static int wait; for (wait=0; wait<100; wait ++) _delay_ms (110); //tunda 1000 ms, tunggu tegangan stabil sei(); modem_init(); //panggil inisialisasi LCD tulis_lcd(); //menulis kata-kata awal pada LCD

Page 146: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-3

inisialisasi(); //setingan register2 for(;;) if (time_debounce == 0) debounce(); time_debounce = 3; /* ======================================================================== inisialisasi modem ======================================================================== */ void modem_init(void) DDRD |= (1 << 1); /*0b00000010;*/ //pin TX sebagai keluaran //inisialisasi usart UCSRB |= (1 << RXCIE) | (1 << RXEN) | (1 << TXEN); //rx tx enable, interrup receive en UCSRC |= (1 << UMSEL) | (1 << UCSZ1) | (1 << UCSZ0); //synchrous operation, 8 bit UBRRL = 71; // BAUD 9600 untuk FCPU 11059200 UBRRH = (71 >> 8); //kirimkan inisialisasi modem for (i = 0; i < 30; i++) loop_until_bit_is_set (UCSRA,UDRE); UDR = modem[i]; //terima 10 byte dari modem for (i = 0; i < 10; i++) loop_until_bit_is_set (UCSRA,RXC); receive_modem[i] = UDR; /* ======================================================================== inisialisasi timer, adc, dan usart ======================================================================== */ void inisialisasi (void) //inisialisasi timer

Page 147: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-4

TCCR0 |= (1 << WGM01) | (1 << CS02) | (1 << CS00); //mode CTC, PS 1024 TIMSK |= (1 << OCIE0); //interupsi enable OCR0 = 107; //10ms //inisilisasi ADC ADCSRA |= (1 << ADEN) | (1 << ADSC) | (1 << ADPS2) | (1 << ADPS1); // ADEC en, start, PS 64 clock eff 13kHz ADMUX |= (1 << ADLAR); //inisialisasi PORT DDRA = 0; //masukan ADC LCD_DDR = 0xff; //keluaran LCD DDRD |= (1 << 1); //keluaran untuk TX //inisialisasi variabel PushStates = NoPush; paused = 0; time_debounce = 3; hapus_variabel(); //penghapusan semua variabel yang digunakan /* ======================================================================== interupsi penerimaan ======================================================================== */ ISR (USART_RXC_vect) receive_byte = UDR; if (receive_byte == 'P') //apakah data yang diterima P kirim = 1; //ya, perintah untuk mengirimkan else if (receive_byte == 'Z') //apakah data yang diterima Z kirim = 0; //ya, hentikan pengiriman ack = 0; //hapus bendera ACK /* ======================================================================== timer = 10ms ======================================================================== */ ISR (TIMER0_COMP_vect) //countdown debounce time_debounce --; //lakukan pengecekan array

Page 148: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-5

array++; if (array <= 360) //arry penuh? //array belum penuh temp_adc = ADCH; //ambil nilai ADCH Ain[array] = (temp_adc - 38); //masukkan nilai ADC kedalam array ADCSRA |= (1 << ADIF) | (1 << ADSC); //mulai ADC selanjutnya loop_until_bit_is_set(ADCSRA, ADIF); //tunggu hingga ADC selesai mengkonversi kirim_data(); //panggil fungsi pengirim data cari_puncak(); //panggil fungsi pencari puncak else //array penuh rerata_bpm(); //panggil fungsi penghitung rerata BPM // if (paused == 0) tampil_lcd(); //tampilkan hasil perhitungan ke LCD hapus_variabel(); //hapus variabel yang digunakan /* ======================================================================== pengiriman data adc ======================================================================== */ void kirim_data(void) if (kirim == 1) //ada perintah mengirimkan data? //ya if (ack == 0) //kirim ACK bila belum pernah dikirim ack = 1; while ((UCSRA & (1 << UDRE)) == 0) ; UDR = 'S'; //kirim data sekarang while ((UCSRA & (1 << UDRE)) == 0) ; UDR = Ain[array]; //kirim spasi while ((UCSRA & (1 << UDRE)) == 0) ; UDR = 0x00; /* ======================================================================== pencarian puncak dari heart beat

Page 149: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-6

======================================================================== */ void cari_puncak(void) static uint8_t temp_lembah; if ((Ain[array] > 147) || (Ain[array] < 101)) //data bukan noise? //ya if (loncat == 0) //perlu diloncati? //tidak if (hapus == 1) //apakah sudah periode selanjutnya //ya if (Ain[array] > 147) //apakah nilai ADC lebih dari batas atas? //ya nilai_max = Ain[array]; //ambil sebagai nilai maksimum nilai_min = 101; hapus = 0; //loncati hapus //cari nilai puncak if (Ain[array] >= Ain[array-1]) //data naik? //ya if (Ain[array] >= nilai_max) //data sekarang > nilai max? //ya nilai_max = Ain[array]; //ambil data sekarang sebagai nilai max t_puncak = array; //catat waktunya else if (Ain[array] <= nilai_min) //data sekarang < nilai min? //ya nilai_min = Ain[array]; //nilai min = data sekarang temp_lembah = 127 - ((nilai_max - 127)*3/4); // nilai minimum harus kurang dari 75% puncak //cek apakah puncak valid if (nilai_min <= temp_lembah) //nilai min>75 % nilai max? if (array <= (t_puncak + 3)) //cek bilamana lembah muncul kurang dari 50ms setelah puncak if (Ain[array] >= Ain[array-1]) //yakinkan lembah terdalam m++; //hitung puncak

Page 150: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-7

mulai[m] = t_puncak; //ambil waktu puncak hapus = 1; //ambil ulang puncak loncat = 1; else if (array >= (t_puncak + 30)) //apakah sudah lebih dari 300 ms? loncat = 0; /* ======================================================================== //hitung rerata bpm ======================================================================== */ void rerata_bpm(void) static int temp_puncak; // hitung jumlah periode if (m > 1) //puncak harus lebih dari 1 for (temp_puncak = m; temp_puncak > 1 ; temp_puncak--) //pencarian mundur periode = mulai[temp_puncak] - mulai[temp_puncak - 1]; jumlah_per = jumlah_per + periode; // hitung nilai bpm max, min, rerata no_bpm = 0; //hapus NO BPM bpm_rerata = 6000*(m - 1)/jumlah_per; // bpm rerata = 60/(0.01*(jumlah/(m-1))) // untuk penghitungan pertama kali if ((bpm_max == 0) && (bpm_min == 0)) bpm_max = bpm_rerata; //nilai bpm max dan min = nilai bpm sekarang bpm_min = bpm_rerata; //cek beat over?? if ((bpm_rerata > 300) || (bpm_rerata < 50)) //lebih dari jangkauan? //ya no_bpm = 1; //tampilkan NO BPM bpm_rerata = 0; bpm_max = 0; bpm_min = 0;

Page 151: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-8

else //tidak // catat nilai bpm max if (bpm_max <= bpm_rerata) bpm_max = bpm_rerata; //catat nilai bpm min else if (bpm_rerata <= bpm_min) bpm_min = bpm_rerata; else no_bpm = 1; // aktifkan no bpm bpm_rerata = 0; bpm_max = 0; bpm_min = 0; /* ======================================================================== //punulisan awal pada lcd ======================================================================== */ void tulis_lcd (void) LCD_DDR = 0xff; //aktifkan internal pull-up untuk port LCD lcd_init(); //panggil inisialisasi LCD lcd_command(0x0c); //blink = 0 tulis_kata(1); //tulis MAX: tulis_kata(2); //tulis MIN: tulis_kata(3); //tulis BPM: tulis_kata(4); //tulis NO BEAT //cara penulisan kata pada LCD void tulis_kata(uint8_t h) static uint8_t k, c; c = 0; switch(h) case 1: //MAX set_cursor(0,1); while ((k = pgm_read_byte(& kata1[c++]))) lcd_data(k); break;

Page 152: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-9

case 2: //MIN set_cursor(9,1); while ((k = pgm_read_byte(& kata2[c++]))) lcd_data(k); break; case 3: //BPM set_cursor(0,2); while ((k = pgm_read_byte(& kata3[c++]))) lcd_data(k); break; case 4: //NO BPM set_cursor (9,2); while ((k = pgm_read_byte(& kata4[c++]))) lcd_data(k); break; case 5: //Penghapusan NO BPM set_cursor (9,2); while ((k = pgm_read_byte(& kata5[c++]))) lcd_data(k); break; /* ============================================================== penampil ke lcd ============================================================== */ void tampil_lcd(void) //tulisan untuk no bpm if (no_bpm == 1) //bila ada bendera tulis NO BPM tulis_kata(4); // tulis kata NO BPM else // tidak, hapus kata NO BPM tulis_kata(5); no_bpm = 0;

Page 153: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-10

//tulis bpm max angka = 0; angka = bpm_max; set_cursor(4,1); tampilkan(angka); //tulis bpm min angka = 0; angka = bpm_min; set_cursor(13,1); tampilkan(angka); //tulis bpm rerata angka = 0; angka = bpm_rerata; set_cursor(4,2); tampilkan(angka); //menampilkan angka void tampilkan(uint16_t aaa) static uint8_t k; static uint16_t temp_angka; temp_angka = aaa; //pemisahan berdasarkan ratusan, puluhan dan satuan ratus = aaa / 100;; temp_angka = aaa - (100 * ratus); puluh = temp_angka / 10; satu = temp_angka - (10*puluh); //tulis ratusan k = pgm_read_byte(& kata6[ratus]); lcd_data(k); //tulis data puluhan k = pgm_read_byte(& kata6[puluh]); lcd_data(k); //tulis data satuan k = pgm_read_byte(& kata6[satu]); lcd_data(k); /* ======================================================================== hapus variabel

Page 154: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-11

======================================================================== */ void hapus_variabel(void) static int hapus_array; for (hapus_array = 0; hapus_array <= 20; hapus_array ++) mulai[hapus_array] = 0; m = 0; array = 0; bpm_rerata = 0; t_puncak = 0; nilai_min = 0; nilai_max = 0; jumlah_per = 0; periode = 0; hapus =0; loncat = 0; /* ======================================================================== debounce pause ======================================================================== void debounce(void) switch(PushStates) case NoPush: if(bit_is_set(PIND,7)) //if (PIND == 0b00000001) // PushStates = MayBePushed; else PushStates = NoPush; break; case MayBePushed: if(bit_is_set(PIND,7)) //if (PIND == 0b00000001) PushStates = Pushed; else PushStates = NoPush; break; case Pushed: if(bit_is_set(PIND,7)) //if (PIND == 0b00000001) //

Page 155: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-12

PushStates = Pushed; if (paused_flag == 0) if (paused == 0) paused = 1; else paused = 0; paused_flag = 1; else PushStates = MayBeNoPush; break; case MayBeNoPush: if(bit_is_set(PIND,7)) //if (PIND == 0b00000001) // PushStates = Pushed; else PushStates = NoPush; paused_flag = 0; break; */

Page 156: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-13

//======================================================================== // // Rutin untuk pengaturan LCD HD44780 // X-TAL : 11.059200 MHz // PORT : PORT C // Konfigurasi: // PINC0 : LCD D4 // PINC1 : LCD D5 // PINC2 : LCD D6 // PINC3 : LCD D7 // PINC4 : LCD R/~W // PINC5 : LCD E // PINC6 : LCD RS // //======================================================================== #include <avr\io.h> #include <util\delay.h> #define LCD_PORT PORTC #define LCD_DDR DDRC #define CLEAR_DISPLAY 0x01 #define CURSOR_HOME 0x02 #define LCD_RS 6 #define LCD_RW 4 #define LCD_EN 5 void lcd_data (unsigned char temp1); void lcd_command (unsigned char temp1); void lcd_enable (void); void lcd_init (void); void lcd_home (void); void lcd_clear (void); void set_cursor (uint8_t x, uint8_t y); //fungsi pengiriman data void lcd_data(unsigned char temp1) unsigned char temp2 = temp1; LCD_PORT |= (1 << LCD_RS); //aktifkan RS untuk menulis data temp1 = temp1 >> 4; //untuk pengiriman 2x, maka harus dipisah nible atas dan bawah temp1 = temp1 & 0x0f; LCD_PORT &= 0xf0; LCD_PORT |= temp1; lcd_enable(); temp2 = temp2 & 0x0f;

Page 157: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-14

LCD_PORT &= 0xf0; LCD_PORT |= temp2; lcd_enable(); _delay_ms(1); //tunggu 100 us, tunggu min 37us untuk eksekusi perintah // fungsi pengiriman command void lcd_command (unsigned char temp1) unsigned char temp2 = temp1; LCD_PORT &= ~(1 << LCD_RS); //nonaktifkan RS untuk menulis perintah temp1 = temp1 >> 4; //untuk pengiriman 2x, maka harus dipisah nible atas dan bawah temp1 = temp1 & 0x0f; LCD_PORT &= 0xf0; LCD_PORT |= temp1; lcd_enable(); temp2 = temp2 & 0x0f; LCD_PORT &= 0xf0; LCD_PORT |= temp2; lcd_enable(); _delay_ms(1); //tunggu 100 us, tunggu min 37us untuk eksekusi perintah //fungsi handshaking void lcd_enable(void) LCD_PORT |= (1 << LCD_EN); //aktifkan en _delay_ms(1); //tunda 500 us LCD_PORT &= ~(1 << LCD_EN); //nonaktifkan kembali //inisialisasi void lcd_init (void) _delay_ms(200); //tunda 20ms LCD_PORT &= 0xf0; LCD_PORT |= 0x03; LCD_PORT &= ~(1 << LCD_RS); lcd_enable(); _delay_ms(50); //tunda 5ms lcd_enable(); _delay_ms(10); //tunda 1ms lcd_enable();

Page 158: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

D-15

//mode 4 bit LCD_PORT &= 0xf0; LCD_PORT |= 0x02; lcd_enable(); //mengatur pergeseran tampilan lcd_command(0x28); //menonaktifkan kursor lcd_command(0x0c); //font karakter lcd_command(0x06); //hapus layar lcd_clear(); //pengosongan layar void lcd_clear(void) lcd_command(CLEAR_DISPLAY); _delay_ms(20); //delay 2ms //kursor di awal void lcd_home(void) lcd_command(CURSOR_HOME); _delay_ms(20); //delay 2ms //penempatan posisi kursor pada x (0..15) dan y (1..4) void set_cursor (uint8_t x, uint8_t y) switch(y) case 1: lcd_command (0x80 + 0x00 + x); break; case 2: lcd_command (0x80 + 0x40 + x); break; case 3: lcd_command (0x80 + 0x10 + x); break; case 4: lcd_command (0x80 + 0x50 + x); break;

Page 159: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

55

44

33

22

11

DD

CC

BB

AA

Title

SizeD

ocument N

umber

Rev

Date:

Sheetof

<Doc>

3

Pre-amp M

icrophone

A

11

Tuesday, June 10, 2008

Title

SizeD

ocument N

umber

Rev

Date:

Sheetof

<Doc>

3

Pre-amp M

icrophone

A

11

Tuesday, June 10, 2008

Title

SizeD

ocument N

umber

Rev

Date:

Sheetof

<Doc>

3

Pre-amp M

icrophone

A

11

Tuesday, June 10, 2008

+

C3

10u +

C3

10uQ

1BC

109BQ

1BC

109B

R1

10kR

110k

C1

100n

C1

100n

R2

560k

R2

560k

+C

222u

+C

222u

R3

4k7R

34k7

1 23 45

J2

OU

T to FILTER

J2

OU

T to FILTER

12

MK1

MIC

RO

PHO

NE

MK1

MIC

RO

PHO

NE

Page 160: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

55

44

33

22

11

DD

CC

BB

AA

LPF OU

T

LPF OU

T

AUD

IO IN

AUD

IO IN

VCC

VCC

VCC

VDD

VDD

VCC

VCC

VCC

VCC

VCC

VDD

VCC

Title

SizeD

ocument N

umber

Rev

Date:

Sheetof

<Doc>

3

Papan Utam

a

Custom

11

Tuesday, June 10, 2008

Title

SizeD

ocument N

umber

Rev

Date:

Sheetof

<Doc>

3

Papan Utam

a

Custom

11

Tuesday, June 10, 2008

Title

SizeD

ocument N

umber

Rev

Date:

Sheetof

<Doc>

3

Papan Utam

a

Custom

11

Tuesday, June 10, 2008

12345678910

J6LCD

J6LCD

R16

10kR

1610k

C2

47n

C2

47n

R9

33k

R9

33k

C10

100nC

10100n

R22

100k

R22

100k

+IN2

-IN6

OU

T8

VS

14

GND4GND5GND7GND10

BY

PA

SS

1

GND11GND12

GND3

U5

LM384

U5

LM384

1

TP2LPF O

UT

TP2LPF O

UT

R20

10kR

2010k

5 67

8 4

-+

U8B

NJM

4558/SO

-+

U8B

NJM

4558/SO

C15

100nC

15100n

C17

22p

C17

22p

R18

10k

R18

10k

12345

J5RF M

OD

EM

J5RF M

OD

EM

C3

47nC

347n

+C

147u

+C

147u

R23

10kR

2310k

1

TP1

PRE-AM

P OU

T

TP1

PRE-AM

P OU

T

R10

100k

R10

100k

1 23 45

J2 PH JAC

K STJ2 PH

JACK ST

+10u

+10u

R24

1k R24

1k

12345678910

J7 SIP

J7 SIP

1 23 45

J4 PHO

NO

JACK O

UT

J4 PHO

NO

JACK O

UT

R3

17k

R3

17k

1

TP6TXDTP6TXD

SW2

START

SW2

START

1

TP5R

XDTP5R

XD

D5

LEDD

5LED

RS

T9

XTA

L212

XTA

L113

GND11

AV

CC

30A

RE

F32

GND31

VC

C10

PC

0/A8

22P

C1/A

923

PC

2/A10

24P

C3/A

1125

PC

4/A12

26P

C5/A

1327

PC

6/A14

28P

C7/A

1529

PD

0/RX

D14

PD

1/TXD

15P

D2/IN

T016

PD

3/INT1

17P

D4/O

C1B

18P

D5/O

C1A

19P

D6/IC

P1

20P

D7/O

C2

21

PB

0/XC

X/T0

1P

B1/T1

2P

B2/A

IN0/IN

T23

PB

3/AIN

1/OC

04

PB

4/SS

5P

B5/M

OS

I6

PB

6/MIS

O7

PB

7/SC

K8

PA

0/AD

040

PA

1/AD

139

PA

2/AD

238

PA

3/AD

337

PA

4/AD

436

PA

5/AD

535

PA

6/AD

634

PA

7/AD

733

U6

ATmega32

U6

ATmega32

C4

22n

C4

22n

LS1

SPEAKER

LS1

SPEAKER

+C

121u

+C

121u

R11

33k

R11

33k

VIN

1

GND2

VO

UT

3

U10

L7805/TO220

U10

L7805/TO220

+

C21

10u

+

C21

10u

C19

100nC19

100n

3 21

8 4

-+

U8A

NJM

4558/SO

-+

U8A

NJM

4558/SO5 6

7

8 4

-+

U9B

NJM

4558/SO

-+

U9B

NJM

4558/SO

R4

17k

R4

17k

C14

100nC

14100n

R17

2,7 5 WR

172,7 5 W

C18

22p

C18

22p

R7

33k

R7

33k

R21

100kR

21100k

C5

10nC

510n

R14

38k

R14

38k

+

C11

470u

+

C11

470u

R8

18k

R8

18k

SW1

RST

SW1

RST

R5

33k

R5

33k

L110uH

L110uH

C13100n

C13100n

C9

100nC

9100n

R12

33k

R12

33k

C6

47n

C6

47n

C23

100nC

23100n

R15

82k

R15

82k

R25

10kR

2510k

3 21

8 4

-+

U9A

NJM

4558/SO

-+

U9A

NJM

4558/SO

R19

10k

R19

10k

+C

84u7

+C

84u7

1

TP4

SPEAKER

TP4

SPEAKER

21

34

-+

D6

-+

D6

R6

18k

R6

18k

R13

33k

R13

33k

1 2

J3Batere

J3Batere

+

C20

100u

+

C20

100uC

73n3C

73n3

1

TP3LPF INTP3LPF IN

Y111.0592MY111.0592M

C16

100nC

16100n

Page 161: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

DATA SHEET

Product specificationSupersedes data of 1997 Jun 03File under Discrete Semiconductors, SC04

1997 Sep 03

DISCRETE SEMICONDUCTORS

BC107; BC108; BC109NPN general purpose transistors

M3D125

Page 162: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

1997 Sep 03 2

Philips Semiconductors Product specification

NPN general purpose transistors BC107; BC108; BC109

FEATURES

• Low current (max. 100 mA)

• Low voltage (max. 45 V).

APPLICATIONS

• General purpose switching and amplification.

DESCRIPTION

NPN transistor in a TO-18; SOT18 metal package.PNP complement: BC177.

PINNING

PIN DESCRIPTION

1 emitter

2 base

3 collector, connected to the case

Fig.1 Simplified outline (TO-18; SOT18)and symbol.

handbook, halfpage

MAM2641

3

2

3

12

QUICK REFERENCE DATA

SYMBOL PARAMETER CONDITIONS MIN. MAX. UNIT

VCBO collector-base voltage open emitter

BC107 − 50 V

BC108; BC109 − 30 V

VCEO collector-emitter voltage open base

BC107 − 45 V

BC108; BC109 − 20 V

ICM peak collector current − 200 mA

Ptot total power dissipation Tamb ≤ 25 °C − 300 mW

hFE DC current gain IC = 2 mA; VCE = 5 V

BC107 110 450

BC108 110 800

BC109 200 800

fT transition frequency IC = 10 mA; VCE = 5 V; f = 100 MHz 100 − MHz

Page 163: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

1997 Sep 03 3

Philips Semiconductors Product specification

NPN general purpose transistors BC107; BC108; BC109

LIMITING VALUESIn accordance with the Absolute Maximum Rating System (IEC 134).

THERMAL CHARACTERISTICS

Note

1. Transistor mounted on an FR4 printed-circuit board.

SYMBOL PARAMETER CONDITIONS MIN. MAX. UNIT

VCBO collector-base voltage open emitter

BC107 − 50 V

BC108; BC109 − 30 V

VCEO collector-emitter voltage open base

BC107 − 45 V

BC108; BC109 − 20 V

VEBO emitter-base voltage open collector

BC107 − 6 V

BC108; BC109 − 5 V

IC collector current (DC) − 100 mA

ICM peak collector current − 200 mA

IBM peak base current − 200 mA

Ptot total power dissipation Tamb ≤ 25 °C − 300 mW

Tstg storage temperature −65 +150 °CTj junction temperature − 175 °CTamb operating ambient temperature −65 +150 °C

SYMBOL PARAMETER CONDITIONS VALUE UNIT

Rth j-a thermal resistance from junction to ambient note 1 0.5 K/mW

Rth j-c thermal resistance from junction to case 0.2 K/mW

Page 164: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

1997 Sep 03 4

Philips Semiconductors Product specification

NPN general purpose transistors BC107; BC108; BC109

CHARACTERISTICSTj = 25 °C unless otherwise specified.

Notes

1. VBEsat decreases by about 1.7 mV/K with increasing temperature.

2. VBE decreases by about 2 mV/K with increasing temperature.

SYMBOL PARAMETER CONDITIONS MIN. TYP. MAX. UNIT

ICBO collector cut-off current IE = 0; VCB = 20 V − − 15 nA

IE = 0; VCB = 20 V; Tj = 150 °C − − 15 µA

IEBO emitter cut-off current IC = 0; VEB = 5 V − − 50 nA

hFE DC current gain IC = 10 µA; VCE = 5 V

BC107A; BC108A − 90 −BC107B; BC108B; BC109B 40 150 −BC108C; BC109C 100 270 −

hFE DC current gain IC = 2 mA; VCE = 5 V

BC107A; BC108A 110 180 220

BC107B; BC108B; BC109B 200 290 450

BC108C; BC109C 420 520 800

VCEsat collector-emitter saturation voltage IC = 10 mA; IB = 0.5 mA − 90 250 mV

IC = 100 mA; IB = 5 mA − 200 600 mV

VBEsat base-emitter saturation voltage IC = 10 mA; IB = 0.5 mA; note 1 − 700 − mV

IC = 100 mA; IB = 5 mA; note 1 − 900 − mV

VBE base-emitter voltage IC = 2 mA; VCE = 5 V; note 2 550 620 700 mV

IC = 10 mA; VCE = 5 V; note 2 − − 770 mV

Cc collector capacitance IE = ie = 0; VCB = 10 V; f = 1 MHz − 2.5 6 pF

Ce emitter capacitance IC = ic = 0; VEB = 0.5 V; f = 1 MHz − 9 − pF

fT transition frequency IC = 10 mA; VCB = 5 V; f = 100 MHz 100 − − MHz

F noise figure IC = 200 µA; VCE = 5 V; RS = 2 kΩ;f = 30 Hz to 15.7 kHzBC109B; BC109C − − 4 dB

F noise figure IC = 200 µA; VCE = 5 V; RS = 2 kΩ;f = 1 kHz; B = 200 HzBC107A; BC108A

BC107B; BC108B; BC108C− − 10 dB

BC109B; BC109C − − 4 dB

Page 165: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

1997 Sep 03 5

Philips Semiconductors Product specification

NPN general purpose transistors BC107; BC108; BC109

PACKAGE OUTLINE

REFERENCESOUTLINEVERSION

EUROPEANPROJECTION ISSUE DATE

IEC JEDEC EIAJ

SOT18/13 TO-18B11/C7 type 3 97-04-18

a

α

k

D A L

seating plane

b

D1

0 5 10 mm

scale

Metal-can cylindrical single-ended package; 3 leads SOT18/13

w AM M B M

A

1

2

3

j

B

DIMENSIONS (millimetre dimensions are derived from the original inch dimensions)

UNIT w

mm 5.314.74

0.470.41

5.455.30

4.704.55

1.030.94

1.10.9

15.012.7

α

0.40 45°

A a b D D1 j k L

2.54

Page 166: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

1997 Sep 03 6

Philips Semiconductors Product specification

NPN general purpose transistors BC107; BC108; BC109

DEFINITIONS

LIFE SUPPORT APPLICATIONS

These products are not designed for use in life support appliances, devices, or systems where malfunction of theseproducts can reasonably be expected to result in personal injury. Philips customers using or selling these products foruse in such applications do so at their own risk and agree to fully indemnify Philips for any damages resulting from suchimproper use or sale.

Data Sheet Status

Objective specification This data sheet contains target or goal specifications for product development.

Preliminary specification This data sheet contains preliminary data; supplementary data may be published later.

Product specification This data sheet contains final product specifications.

Limiting values

Limiting values given are in accordance with the Absolute Maximum Rating System (IEC 134). Stress above one ormore of the limiting values may cause permanent damage to the device. These are stress ratings only and operationof the device at these or at any other conditions above those given in the Characteristics sections of the specificationis not implied. Exposure to limiting values for extended periods may affect device reliability.

Application information

Where application information is given, it is advisory and does not form part of the specification.

Page 167: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

1997 Sep 03 7

Philips Semiconductors Product specification

NPN general purpose transistors BC107; BC108; BC109

NOTES

Page 168: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

Internet: http://www.semiconductors.philips.com

Philips Semiconductors – a worldwide company

© Philips Electronics N.V. 1997 SCA55

All rights are reserved. Reproduction in whole or in part is prohibited without the prior written consent of the copyright owner.

The information presented in this document does not form part of any quotation or contract, is believed to be accurate and reliable and may be changedwithout notice. No liability will be accepted by the publisher for any consequence of its use. Publication thereof does not convey nor imply any licenseunder patent- or other industrial or intellectual property rights.

Netherlands: Postbus 90050, 5600 PB EINDHOVEN, Bldg. VB,Tel. +31 40 27 82785, Fax. +31 40 27 88399

New Zealand: 2 Wagener Place, C.P.O. Box 1041, AUCKLAND,Tel. +64 9 849 4160, Fax. +64 9 849 7811

Norway: Box 1, Manglerud 0612, OSLO,Tel. +47 22 74 8000, Fax. +47 22 74 8341

Philippines: Philips Semiconductors Philippines Inc.,106 Valero St. Salcedo Village, P.O. Box 2108 MCC, MAKATI,Metro MANILA, Tel. +63 2 816 6380, Fax. +63 2 817 3474

Poland: Ul. Lukiska 10, PL 04-123 WARSZAWA,Tel. +48 22 612 2831, Fax. +48 22 612 2327

Portugal: see Spain

Romania: see Italy

Russia: Philips Russia, Ul. Usatcheva 35A, 119048 MOSCOW,Tel. +7 095 755 6918, Fax. +7 095 755 6919

Singapore: Lorong 1, Toa Payoh, SINGAPORE 1231,Tel. +65 350 2538, Fax. +65 251 6500

Slovakia: see Austria

Slovenia: see Italy

South Africa: S.A. PHILIPS Pty Ltd., 195-215 Main Road Martindale,2092 JOHANNESBURG, P.O. Box 7430 Johannesburg 2000,Tel. +27 11 470 5911, Fax. +27 11 470 5494

South America: Rua do Rocio 220, 5th floor, Suite 51,04552-903 São Paulo, SÃO PAULO - SP, Brazil,Tel. +55 11 821 2333, Fax. +55 11 829 1849

Spain: Balmes 22, 08007 BARCELONA,Tel. +34 3 301 6312, Fax. +34 3 301 4107

Sweden: Kottbygatan 7, Akalla, S-16485 STOCKHOLM,Tel. +46 8 632 2000, Fax. +46 8 632 2745

Switzerland: Allmendstrasse 140, CH-8027 ZÜRICH,Tel. +41 1 488 2686, Fax. +41 1 481 7730

Taiwan: Philips Semiconductors, 6F, No. 96, Chien Kuo N. Rd., Sec. 1,TAIPEI, Taiwan Tel. +886 2 2134 2865, Fax. +886 2 2134 2874

Thailand: PHILIPS ELECTRONICS (THAILAND) Ltd.,209/2 Sanpavuth-Bangna Road Prakanong, BANGKOK 10260,Tel. +66 2 745 4090, Fax. +66 2 398 0793

Turkey: Talatpasa Cad. No. 5, 80640 GÜLTEPE/ISTANBUL,Tel. +90 212 279 2770, Fax. +90 212 282 6707

Ukraine : PHILIPS UKRAINE, 4 Patrice Lumumba str., Building B, Floor 7,252042 KIEV, Tel. +380 44 264 2776, Fax. +380 44 268 0461

United Kingdom: Philips Semiconductors Ltd., 276 Bath Road, Hayes,MIDDLESEX UB3 5BX, Tel. +44 181 730 5000, Fax. +44 181 754 8421

United States: 811 East Arques Avenue, SUNNYVALE, CA 94088-3409,Tel. +1 800 234 7381

Uruguay: see South America

Vietnam: see Singapore

Yugoslavia: PHILIPS, Trg N. Pasica 5/v, 11000 BEOGRAD,Tel. +381 11 625 344, Fax.+381 11 635 777

For all other countries apply to: Philips Semiconductors, Marketing & Sales Communications,Building BE-p, P.O. Box 218, 5600 MD EINDHOVEN, The Netherlands, Fax. +31 40 27 24825

Argentina: see South America

Australia: 34 Waterloo Road, NORTH RYDE, NSW 2113,Tel. +61 2 9805 4455, Fax. +61 2 9805 4466

Austria: Computerstr. 6, A-1101 WIEN, P.O. Box 213, Tel. +43 160 1010,Fax. +43 160 101 1210

Belarus: Hotel Minsk Business Center, Bld. 3, r. 1211, Volodarski Str. 6,220050 MINSK, Tel. +375 172 200 733, Fax. +375 172 200 773

Belgium: see The Netherlands

Brazil: see South America

Bulgaria: Philips Bulgaria Ltd., Energoproject, 15th floor,51 James Bourchier Blvd., 1407 SOFIA,Tel. +359 2 689 211, Fax. +359 2 689 102

Canada: PHILIPS SEMICONDUCTORS/COMPONENTS,Tel. +1 800 234 7381

China/Hong Kong: 501 Hong Kong Industrial Technology Centre,72 Tat Chee Avenue, Kowloon Tong, HONG KONG,Tel. +852 2319 7888, Fax. +852 2319 7700

Colombia: see South America

Czech Republic: see Austria

Denmark: Prags Boulevard 80, PB 1919, DK-2300 COPENHAGEN S,Tel. +45 32 88 2636, Fax. +45 31 57 0044

Finland: Sinikalliontie 3, FIN-02630 ESPOO,Tel. +358 9 615800, Fax. +358 9 61580920

France: 4 Rue du Port-aux-Vins, BP317, 92156 SURESNES Cedex,Tel. +33 1 40 99 6161, Fax. +33 1 40 99 6427

Germany: Hammerbrookstraße 69, D-20097 HAMBURG,Tel. +49 40 23 53 60, Fax. +49 40 23 536 300

Greece: No. 15, 25th March Street, GR 17778 TAVROS/ATHENS,Tel. +30 1 4894 339/239, Fax. +30 1 4814 240

Hungary: see Austria

India: Philips INDIA Ltd, Band Box Building, 2nd floor,254-D, Dr. Annie Besant Road, Worli, MUMBAI 400 025,Tel. +91 22 493 8541, Fax. +91 22 493 0966

Indonesia: see Singapore

Ireland: Newstead, Clonskeagh, DUBLIN 14,Tel. +353 1 7640 000, Fax. +353 1 7640 200

Israel: RAPAC Electronics, 7 Kehilat Saloniki St, PO Box 18053,TEL AVIV 61180, Tel. +972 3 645 0444, Fax. +972 3 649 1007

Italy: PHILIPS SEMICONDUCTORS, Piazza IV Novembre 3,20124 MILANO, Tel. +39 2 6752 2531, Fax. +39 2 6752 2557

Japan: Philips Bldg 13-37, Kohnan 2-chome, Minato-ku, TOKYO 108,Tel. +81 3 3740 5130, Fax. +81 3 3740 5077

Korea: Philips House, 260-199 Itaewon-dong, Yongsan-ku, SEOUL,Tel. +82 2 709 1412, Fax. +82 2 709 1415

Malaysia: No. 76 Jalan Universiti, 46200 PETALING JAYA, SELANGOR,Tel. +60 3 750 5214, Fax. +60 3 757 4880

Mexico: 5900 Gateway East, Suite 200, EL PASO, TEXAS 79905,Tel. +9-5 800 234 7381

Middle East: see Italy

Printed in The Netherlands 117047/00/04/pp8 Date of release: 1997 Sep 03 Document order number: 9397 750 02817

Page 169: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

LM3845W Audio Power AmplifierGeneral DescriptionThe LM384 is a power audio amplifier for consumer applica-tions. In order to hold system cost to a minimum, gain isinternally fixed at 34 dB. A unique input stage allows groundreferenced input signals. The output automatically self-centers to one-half the supply voltage.

The output is short-circuit proof with internal thermal limiting.The package outline is standard dual-in-line. A copper leadframe is used with the center three pins on either sidecomprising a heat sink. This makes the device easy to use instandard p-c layout.

Uses include simple phonograph amplifiers, intercoms, linedrivers, teaching machine outputs, alarms, ultrasonic driv-ers, TV sound systems, AM-FM radio, sound projector sys-tems, etc. See AN-69 for circuit details.

Featuresn Wide supply voltage range: 12V to 26Vn Low quiescent power drainn Voltage gain fixed at 50n High peak current capability: 1.3An Input referenced to GNDn High input impedance: 150kΩn Low distortion: 0.25% (PO=4W, RL=8Ω)n Quiescent output voltage is at one half of the supply

voltagen Standard dual-in-line package

Schematic Diagram

00784303

August 2000LM

3845W

Audio

Pow

erA

mplifier

© 2004 National Semiconductor Corporation DS007843 www.national.com

Page 170: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

Absolute Maximum Ratings (Note 1)

If Military/Aerospace specified devices are required,please contact the National Semiconductor Sales Office/Distributors for availability and specifications.

Supply Voltage 28V

Peak Current 1.3A

Power Dissipation (See (Notes 4, 5)) 1.67W

Input Voltage ±0.5V

Storage Temperature −65˚C to +150˚C

Operating Temperature 0˚C to +70˚C

Lead Temperature(Soldering, 10 sec.) 260˚C

Thermal Resistance

θJC 30˚C/W

θJA 79˚C/W

Note 1: Absolute Maximum Ratings indicate limits beyond which damage tothe device may occur. Operating Ratings indicate conditions for which thedevice is functional, but do not guarantee specific performance limits.

Electrical Characteristics (Note 2)

Symbol Parameter Conditions Min Typ Max Units

ZIN Input Resistance 150 kΩIBIAS Bias Current Inputs Floating 100 nA

AV Gain 40 50 60 V/V

POUT Output Power THD = 10%, RL = 8Ω 5 5.5 W

IQ Quiescent Supply Current 8.5 25 mA

VOUT Q Quiescent Output Voltage 11 V

BW Bandwidth POUT = 2W, RL = 8Ω 450 kHz

V+ Supply Voltage 12 26 V

ISC Short Circuit Current (Note 6) 1.3 A

PSRRRTO Power Supply Rejection Ratio 31 dB

(Note 3) )

THD Total Harmonic Distortion POUT = 4W, RL = 8Ω 0.25 1.0 %

Note 2: V+ = 22V and TA = 25˚C operating with a Staver V7 heat sink for 30 seconds.

Note 3: Rejection ratio referred to the output with CBYPASS = 5 µF, freq = 120 Hz.

Note 4: The maximum junction temperature of the LM384 is 150˚C.

Note 5: The package is to be derated at 15˚C/W junction to heat sink pins.

Note 6: Output is fully protected against a shorted speaker condition at all voltages up to 22V.

Heat Sink DimensionsStaver “V7” Heat Sink

00784304

Staver Company

41 Saxon Ave.

P.O. Drawer H

Bay Shore, N.Y.

Tel: (516) 666-8000

LM38

4

www.national.com 2

Page 171: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

Typical Performance CharacteristicsDevice Dissipation vsAmbient Temperature

Thermal Resistance vsSquare Inches

0078431000784311

Supply Decoupling vsFrequency

Total Harmonic Distortionvs Output Power

00784312 00784313

Output Voltage Gain vsFrequency

Total Harmonic Distortionvs Frequency

0078431400784315

LM384

www.national.com3

Page 172: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

Typical Performance Characteristics (Continued)

Power Supply Current vsSupply Voltage

Device Dissipation vsOutput Power — 16Ω Load

00784316 00784317

Device Dissipation vsOutput Power — 8Ω Load

Device Dissipation vsOutput Power — 4Ω Load

00784318 00784319

Block and Connection DiagramsDual-In-Line Package

00784301

00784302

Note 7: Heatsink Pins

Top View Order Number LM384NSee NS PackageNumber N14A

LM38

4

www.national.com 4

Page 173: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

Typical Applications

Typical 5W Amplifier

00784306

Bridge Amplifier

00784307

Intercom

00784308

*For stability with high current loads

LM384

www.national.com5

Page 174: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

Typical Applications (Continued)

Phase Shift Oscillator

00784309

LM38

4

www.national.com 6

Page 175: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

Physical Dimensions inches (millimeters) unless otherwise noted

Molded Dual-In-Line Package (N)Order Number LM384N

NS Package Number N14A

National does not assume any responsibility for use of any circuitry described, no circuit patent licenses are implied and National reservesthe right at any time without notice to change said circuitry and specifications.

For the most current product information visit us at www.national.com.

LIFE SUPPORT POLICY

NATIONAL’S PRODUCTS ARE NOT AUTHORIZED FOR USE AS CRITICAL COMPONENTS IN LIFE SUPPORT DEVICES OR SYSTEMSWITHOUT THE EXPRESS WRITTEN APPROVAL OF THE PRESIDENT AND GENERAL COUNSEL OF NATIONAL SEMICONDUCTORCORPORATION. As used herein:

1. Life support devices or systems are devices or systemswhich, (a) are intended for surgical implant into the body, or(b) support or sustain life, and whose failure to perform whenproperly used in accordance with instructions for useprovided in the labeling, can be reasonably expected to resultin a significant injury to the user.

2. A critical component is any component of a life supportdevice or system whose failure to perform can be reasonablyexpected to cause the failure of the life support device orsystem, or to affect its safety or effectiveness.

BANNED SUBSTANCE COMPLIANCE

National Semiconductor certifies that the products and packing materials meet the provisions of the Customer Products StewardshipSpecification (CSP-9-111C2) and the Banned Substances and Materials of Interest Specification (CSP-9-111S2) and contain no ‘‘BannedSubstances’’ as defined in CSP-9-111S2.

National SemiconductorAmericas CustomerSupport CenterEmail: [email protected]: 1-800-272-9959

National SemiconductorEurope Customer Support Center

Fax: +49 (0) 180-530 85 86Email: [email protected]

Deutsch Tel: +49 (0) 69 9508 6208English Tel: +44 (0) 870 24 0 2171Français Tel: +33 (0) 1 41 91 8790

National SemiconductorAsia Pacific CustomerSupport CenterEmail: [email protected]

National SemiconductorJapan Customer Support CenterFax: 81-3-5639-7507Email: [email protected]: 81-3-5639-7560

www.national.com

LM384

5WA

udioP

ower

Am

plifier

Page 176: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

DELTA ELECTRONIC www.delta-electronic.com

PROTOKOL SST-10 USB/232 RF TRANSCEIVER

CM (Command) Jenis Perintah/data yang dikirim dalam paket dd (Data) Isi paket protocol Delta Subsystem CS (Checksum) Checksum dari paket protocol Delta Subsystem. Penjumlahan dari semua paket data termasuk checksum adalah nol. INISIALISASI SST-10 Sebelum komunikasi data pada SST-10 terjadi, terlebih dahulu ada 15 byte register yang harus diatur sebagai berikut

Byte Deskripsi Byte 0 Byte Cadangan 0 Byte 1 Panjang Data Byte 2 - 10 Byte Cadangan 1 - 9 Byte 11 Alamat/No urut SST-10 Byte 12 Control Word 1 Byte 13 Control Word 2 Byte 14 Control Word 3 Byte 15 Control Word 4 Byte 16 Control Word 5 Byte 17-21 5 byte address word

Byte Cadangan 0 Selalu 8 Panjang Data Panjang data yang dikirimkan dalam Paket RF SST-10 dalam satuan bit. Pada kondisi standard/reset selalu 24 bit atau 3 byte Byte Cadangan 1 – 9 Selalu 0 Alamat/No urut SST-10 No urut SST-10 menunjukkan nomor urut unit ini dan digunakan sebagai alamat untuk komunikasi antar SST-10. Pada kondisi standard/reset selalu 01 Control Word 1

Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0 L5 L4 L3 L2 L1 L0 LC CREN

L5 – L0 = Panjang Alamat SST-10 dalam satuan bit. Pada kondisi standard/reset selalu 10h atau 16 bit LC = Length CRC (0 = 8 bit, 1 = 16 bit). Pada kondisi standard/reset selalu 16 bit

BENTUK DASAR PROTOKOL DELTA SUB SYSTEM Komunikasi data dengan menggunakan Protokol Delta Sub System secara garis besar terdiri dari dua paket data yaitu paket data yang dikirim dan ACK yang merupakan jawaban dari paket kiriman tersebut. ACK berfungsi untuk menjelaskan status paket data yang dikirimkan apakah diterima dengan baik atau tidak.

Paket data yang dikirim

ACK (Tanggapan) Gambar 1

Komunikasi Paket Protokol Delta Sub System

SH DI DA SI SA LD CM …………. dd CS SH (Start Header) Indikasi awal dari paket data protocol Delta Subsystem selalu bernilai 1Eh DI (Destination ID) Identitas dari system yang menjadi tujuan dari paket protocol Delta Subsystem. Identitas ini mengindikasikan jenis dari system tujuan. SST-10 mempunyai ID 10 (desimal) atau 0Ah DA (Destination Address) Alamat dari system yang menjadi tujuan dari paket protocol Delta Subsystem. Pengalamatan ini digunakan untuk membedakan beberapa sub system sejenis dalam satu jalur komunikasi. SI (Source ID) Identitas dari system yang menjadi sumber dari paket protocol Delta Subsystem. Identitas ini mengindikasikan jenis dari system sumber. PC mempunyai ID 0h sedangkan sub system yang lain dapat dilihat pada bagian manual masing-masing sub system SA (Source Address) Alamat dari system yang menjadi sumber dari paket protocol Delta Subsystem. Pengalamatan ini digunakan untuk membedakan beberapa sub system sejenis yang merupakan sumber paket data dalam satu jalur komunikasi. LD (Length Data) Panjang data dari isi paket protocol Delta Subsystem dan tidak termasuk checksum

Page 177: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

DELTA ELECTRONIC www.delta-electronic.com

Control Word 2 Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0

0 0 RATE 0 1 1 DB1 DB0 Bit 7 dan 6 = selalu 0 RATE = kecepatan transmisi data pada bagian RF. ( 0 = 250 kbps, 1 = 1Mbps). Pada kondisi standard/reset selalu 1 Mbps Bit 3 dan 2 = selalu 1 DB1 dan DB0 = Bit pengatur penguatan pemancar

DB1 DB0 Keterangan 0 0 -20 dB 0 1 -10 dB 1 0 -5 dB 1 1 0 dB

Pada kondisi standard/reset selalu –20 dB Control Word 3

Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0 CH6 CH5 CH4 CH3 CH2 CH1 CH0 1

CH6 – CH0 = Bit Pengatur frekwensi. Frekwensi = 2400 MHz + CH x 10MHz Pada kondisi standard/reset selalu 2400MHz Control Word 4

Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0 MP RB6 RB5 RB4 RB3 RB2 RB1 RB0

MP = Mode Packet (0 = pengiriman per paket, 1 = pengiriman per byte). Mode pengiriman per byte adalah mode di mana data yang dikirimkan hanya satu byte saja dan sifatnya bebas tidak terikat bentuk protokol tertentu. Semua data yang masuk melalui Port RS232 ataupun USB akan langsung dikirim. Namun sebelum proses pengiriman per byte dapat dilakukan, terlebih dahulu dilakukan inisialisasi alamat penerima. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian Inisialisasi Alamat Penerima. Pada kondisi standard atau reset bit ini selalu 1 yaitu mode pengiriman per paket RB6 – RB0 = (Repeat Bit) bit pengatur jumlah pengulangan data yang dikirimkan. Maksimum 7Fh atau 127 kali. Pada mode pengiriman data melalui RF, proses pengiriman dilakukan berulang-ulang hingga penerima mengirimkan ACK sebagai balasan. Pada kondisi standard/reset bit ini selalu 40h atau 64 kali Control Word 5 Register ini berisi variabel delay dalam satuan 2,17 uS di mana nilai maksimumnya adalah 00 atau 256 x 2,17uS dn nilai minimum adalah 01 x 2,17uS. Pada kondisi standard/reset, byte ini selalu 00 atau 256

Address Word (Byte 17 – 21) Merupakan alamat/no urut SST-10 tujuan sebesar 5 byte. Alamat ini hanya digunakan pada mode pengiriman per byte sebagai tujuan pengiriman data. Pada mode pengiriman data per paket, byte ini bersifat X atau don’t care. Pada kondisi standard/reset semua byte ini berkondisi 00. Untuk lebih detail mengenai pengalamatan dapat dipelajari di bagian Pengalamatan SST-10.

SH DI DA LD CM Data Inisialisasi CS 01 Byte 0 ……… Byte 21

Bentuk Dasar Protokol Inisialisasi SST-10 Contoh Untuk inisialisasi SST-10 pada panjang data 3 byte, alamat SST-10 02, panjang alamat 8 bit, panjang CRC 16 bit, CRC Enable aktif, kecepatan 1 Mbps, penguatan –20dB, Frekwensi 2400MHz, mode pengiriman per paket, pengulangan 64 x di mana proses dilakukan melalui PC dengan nomor urut 01 dan delay pengiriman sebesar 80h atau 128 x 2,1uS maka data yang dikirimkan adalah sbb: 1E 0A 01 00 01 17 08 18 00 00 00 00 00 00 00 00 00 02 23 EC 01 40 80 00 00 00 00 00 00 CD PENGIRIMAN PAKET DATA Mode pengiriman data per paket lebih sesuai digunakan pada aplikasi yang lebih mengutamakan validitas data dibandingkan dengan kecepatan. Pada mode ini satu paket data harus dapat dipastikan terkirim seluruhnya atau gagal pada bagian unit penerima. Proses pengiriman satu paket data akan diulang berkali-kali hingga bagian penerima memberikan balasan bahwa paket telah diterima atau pengulangan sudah dilakukan sebanyak Jumlah Pengulangan yang diatur pada bit 6 hingga bit 0 pada Control Word 4.

Siapkan paket datadan alamat tujuan

Kirim paket data

Pindah ke Mode TX

Ada balasan?Sudah dilakukansebanyak jumlahpengulangan?

Tidak

Tidak

Kirim informasi OKke source

Kirim informasiTime Out ke source

Pindah ke Mode RX

Page 178: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

DELTA ELECTRONIC www.delta-electronic.com

A4 A3 A2 A1 A0 HF AS4 AS3 AS2 AS1 AS0

RID RNM D0 ……………………… Dlength-3

Bentuk Protokol RF SST-10 A4 – A0 = 5 byte alamat receiver bila data dikirimkan ke DX-24 A4 – A1 selalu 0 apabila data dikirimkan ke SST-10 yang lain dan A0 adalah nomor urut SST-10 tersebut. HF = Header RF = 1Eh AS4 – AS0 = 5 byte Address Sender yang menunjukkan alamat/no urut SST-10 pengirim. RID = Receiver ID, merupakan byte identifikasi unit receiver. Apabila unit receiver adalah PC, maka nilai byte ini adalah 00. Apabila unit receiver adalah sub system-sub system yang lain, maka byte ini RNM = Receiver Number, merupakan byte yang menyimpan nomor urut sub system atau PC yang dituju. D0 = Awal data yang dikirimkan Dlength – 3 = Data urutan ke length-3. Pada kondisi standard/reset, length adalah 3. Oleh karena itu untuk panjang data 3 byte, hanya ada D0 saja pada bagian akhir dari paket RF SST-10. Panjang maksimum data yang dikirimkan adalah 16 byte. Contoh: Apabila unit receiver adalah PC nomor urut kedua, panjang data yang dikirim (length) = 4, data yang dikirimkan adalah 05 dan 01 serta SST-10 yang menerima memiliki nomor urut 03 dan SST-10 pengirim memiliki nomor urut 02 maka RF SST-10 adalah sebagai berikut: 00 00 00 00 03 1E 00 00 00 00 02 00 02 05 01 Apabila unit transmitter adalah PC nomor urut pertama maka Bentuk Paket Data Delta Sub System yang dikirim selengkapnya adalah sebagai berikut. 1E 0A 01 00 01 10 02 00 00 00 00 03 1E 00 00 00 00 02 00 02 05 01 99 PAKET PENGIRIMAN PER BYTE Pada paket pengiriman data per byte maka proses komunikasi data tidak terikat dalam bentuk protokol. Setiap data yang dikirim ke bagian RS232 atau Port USB SST-10 akan langsung dikirimkan ke SST-10 penerima apa adanya. Pada proses pengiriman seperti ini, alamat/no urut SST-10 tujuan tentu saja tidak diketahui, oleh karena itu terlebih dahulu dilakukan pengaturan register alamat tujuan sebelum proses pengiriman dilakukan dan setelah proses inisialisasi mode per byte. Untuk inisialisasi mode per byte bisa dilihat di bagian INISIALISASI SST-10 di atas.

Proses pengiriman data per byte ini lebihmengutamakan kecepatan pengiriman datadibandingkan validitas data oleh karena itu sistemini lebih sesuai digunakan untuk aplikasipengiriman data remote control atau wirelessdisplay di mana sedikit loss data tidak berakibatfatal bagi kinerja sistem dan kecepatan transmisilebih diutamakan. LANGKAH2 PENGIRIMAN DATA PERBYTE

- Inisialisasi mode pengiriman per bytedan tentukan alamat tujuan

- Kirimkan data melalui Port RS232/USB Contoh: Apabila diinginkan mengirimkan data per bytedengan kriteria sebagai berikut. No urut SST-10 pengirim = 01 No urut PC pengirim = 01 No urut SST-10 penerima = 03 Panjang Alamat = 16 bit CRC 16 bit aktif Kecepatan = 1 Mbps Penguatan = -20dB Mode pengiriman = per byte Pengulangan = 64x Delay = 256 x 2,17 uS Maka inisialisasi yang harus dilakukan adalahsebagai berikut. 1E 0A 01 00 01 17 01 08 08 00 00 00 00 00 00 0000 00 01 43 EC 03 00 00 00 00 00 00 03 78 Byte 0: 1Eh adalah SH (Start Header) atau awalpaket data Byte 1: 0A adalah DI (Destination ID) yaitu SST-10 Byte 2: 01 adalah DA (Destination Address) ataunomor urut SST-10 pengirim Byte 3: 00 adalah SI (Source ID) atau PC sebagaipengirim. Byte 4: 01 adalah SA (Source Address) atau nourut PC pengirim. Byte 5: 17h atau 23 desimal adalah panjang dataterhitung hingga sebelum check sum Byte 6: 01 adalah jenis perintah inisialisasi Byte 7: selalu 8 Byte 8: Panjang data dalam satuan bit. Untukpengiriman data mode per byte yang hanyamembutuhkan data 1 byte saja maka byte iniharus diisi nilai 8 Byte 9 – 17: selalu 0 Byte 18: 01 adalah nomor urut SST-10 pengirim(selalu sama dengan byte 2) Byte 19: 43h adalah Control Word 1 yangmengatur panjang alamat dan CRC Byte 20: ECh adalah Control Word 2 yangmengatur kecepatan transmisi RF dan penguatan

Page 179: PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG DENGAN STETOSKOP …

DELTA ELECTRONIC www.delta-electronic.com

Byte 21: 15 adalah bit pengatur KanalFrekwensi yang digunakan. Untuk bit 7 hinggabit 1, setiap penambahan 1 bit adalahpenambahan 10 MHz. Contoh: 0000 0011, bit 7 hingga bit 1 padaregister ini adalah 0000001 atau 1. Makafrekwensi adalah 2400 + 1 x 10 MHz atau 2410MHz Byte 21: 00 adalah Control Word 3 yangmengatur mode pengiriman data per paket/perbyte dan jumlah pengulangan dalampengiriman data Byte 22: 00 adalah Control Word 4 yangmengatur jumlah pengulangan dalampengiriman data Byte 23 – 26 : 00 selalu 0 untuk pengirimandata ke SST-10 yang hanya mempunyaipengalamatan hingga 8 bit. Merupakanpengalamatan 40 bit untuk pengiriman data keDX-24 sebagai tujuan. Byte 27: 03, merupakan nomor urut SST-10tujuan. Menjadi bit ke 0-7 dalam pengalamatan40 bit apabila DX-24 merupakan tujuanpengiriman data. Byte 28: 78h adalah check sum darikeseluruhan paket Setelah proses inisialisasi selesai, maka semuapengiriman data melalui Port RS232/USB dariSST-10 akan dikirim apa adanya ke SST-10penerima dan dikeluarkan di PortRS232/USBnya. Pada mode ini, penggunahanya dapat mengganti mode/proses inisialisasisetelah SST-10 direset dengan mematikanpower atau mencabut dari Port USB. PAKET DATA YANG DITERIMA Pada saat paket data RF SST-10 diterima olehSST-10 di bagian penerima, maka bagian RIDdan RNM menjadi DI dan DA dari Paket DataDelta Sub System yang diteruskan pada PortRS232 dari SST-10 tersebut. Contoh: Untuk paket data seperti yang ada pada contohdi bagian paket pengiriman data di atas makadata yang dikirimkan ke RS232 oleh SST-10adalah sebagai berikut 1E 00 02 0A 03 03 02 05 01 C8 di mana 05dan 01 adalah 2 byte data yang dikirimkan danditeruskan ke PC kedua melalui SST-10 ketiga. SISTEM PENGALAMATAN SST-10 Pada kondisi standard atau reset, SST-10memiliki alamat atau nomor urut 01. Namunalamat ini dapat diubah pada proses inisialisasiseperti yang dijelaskan pada bagian InsialisasiSST-10. Selain pengalamatan nomor urut SST-10 itu sendiri, pada proses inisialisasi jugadilakukan pengalamatan untuk nomor urutSST-10 atau alamat DX-24 tujuan (bilapenerimanya adalah DX-24)

Pada kondisi standard atau reset, 5 byte alamat tujuan ini akan berada pada nilai 0. Penulisan nilai alamat pada proses inisialisasi ini hanya digunakan untuk mode pengiriman per byte. Pada mode pengiriman per paket proses ini dapat diabaikan karena pada setiap pengiriman data per paket selalu diawali dengan nilai alamat tujuan dalam paket pengiriman datanya. (Lihat Bagian Paket Pengiriman Paket Data) STRUKTUR DATA PAKET ACK ACK adalah paket data yang menginformasikan status data yang dikirim. Apabila data yang dikirim telah diterima dengan baik, maka status ACK adalah OK dan bila data yang dikirim tidak diterima maka status ACK adalah Error. ACK hanya digunakan pada pengiriman data per paket. Pada mode ini, pengiriman data akan dilakukan berulang-ulang sebanyak CWORD 4 bit 6 – bit 0. Namun apabila unit penerima telah memberikan informasi bahwa data telah diterima, maka proses pengiriman akan dihentikan dan status OK pada ACK akan dikirimkan ke Port RS232/USB SST-10 pengirim. Apabila pengiriman sejumlah variabel CWORD4 telah dilakukan namun unit penerima tidak membalas, maka pengiriman gagal dan status ERROR pada ACK dikirimkan ke Port RS232/USB SST-10 pengirim.

SH DI DA SI SA LD 06 CM ACK CS SH : Start Header selalu 1E DI : Destination ID, 00 untuk PC untuk subsystem lain dapat dilihat di protokol setiap sub system DA: Destination Address, no urut PC atau sub system yang menerima ACK SI: Source ID selalu 0Ah SA: Source Address, no urut SST-10 yang mengirim ACK LD: Length Data, selalu 02 06: Selalu 06 CM: Command/Jenis Perintah yang dikirim pada paket sebelumnya ACK: Status ACK, 4Fh atau ‘O’ bila OK, 4Eh atau ‘E’ bila error CS : Checksum Fungsi ACK ini adalah agar sistem pengirim paket baik PC, mikrokontroler ataupun sub system lain mengetahui status paket data yang dikirimkan OK atau Error. ACK disertai dengan Jenis Perintah Paket Data sebelumnya sehingga PC atau mikrokontroler tersebut dapat mengetahui jenis perintah apa yang OK ataupun Error.