Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan dan Periode Pemberian ...
PELATIHAN METODE PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) SIMPAN …
Transcript of PELATIHAN METODE PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) SIMPAN …
60 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
PELATIHAN METODE PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) SIMPAN PADA
ANGGOTA AISYIAH CABANG MALANG
Diah Hermayanti 1) , Pertiwi Febriana2), Febri Endra Setyawan
1, 2, 3 Kedokteran, Fakultas Kedokteran, UMM
email: [email protected]
Abstract
The coverage of exclusive breastfeeding in Indonesia has not yet reached the expected target. The
research we have done, in Aisyiah female workers only 26.7% who give exclusive breastfeeding to
her baby (Hermayanti, 2012), and only 24.5% who give breastfeeding to the baby while working
(Hermayanti, 2015).The low coverage rate of exclusive breastfeeding encourage community service
in The Training of Breast Milk Store Method which has been held in the group of teachers of
Bustanul Athfal Malang on Saturday, 12 August 2017, and attended by 71 participants.The output
target is the compilation of Training Module which contains: 1) The child Nutrition; 2) Lactation
Management; and 3) Preparation Techniques and Breastfeeding Store . Prior to and after counseling
knowledge was seen an increase, with a mean score of pretest 72, and postes 84.
Key words : Exclusive breastfeeding, Store milk.
1. PENDAHULUAN
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi. World health organization ( WHO)
telah merekomendasikan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Namun demikian cakupan
pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih belum mencapai angka yang diharapkan yaitu sebesar
80%. Berdasarkan laporan SDKI tahun 2012 pencapaian ASI eksklusif adalah 42%. Sedangkan,
berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan provinsi tahun 2013, cakupan pemberian ASI 0-6 bulan
hanyalah 54,3% (Kemenfo, 2014).
Penelitian yang telah kami lakukan, mendapatkan data bahwa perempuan Aisyiah di kota
Malang yang menyusui bayinya sebesar 94%, namun yang memberikan ASI eksklusif hanya 40,2%
. Sedangkan ibu bekerja yang menyusui bayinya sebesar 93,3%, namun 73,3% mengkombinasinya
dengan susu formula. Dengan kata lain hanya 26,7% ibu bekerja Aisyiah yang memberikan hanya
ASI kepada bayinya (Hermayanti, 2012).
Pada perempuan Aisyiah yang bekerja hanya 24,5% yang memberikan ASI simpan kepada
bayinya saat bekerja. (Hermayanti, 2015)
Perlu upaya untuk memperbaiki rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku pemberian ASI
Eksklusif pada ibu-ibu bekerja Aisyiah Malang. Pengabdian masyarakat yang kami lakukan adalah
membuat modul tentang Pemberian ASI Simpan dan memeberikan Pelatihan kepada Aisyiah
Malang, kelopmpok ibu bekerja usia produktif. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan, merubah sikap dan perilakunya dalam pemberian ASI Simpan, sehingga akan
meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif, yang secara tidak langsung akan meningkatkan
gizi anak di Indonesia.
1.1 DIET GIZI SEIMBANG
Konsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi terdiri dari menu yang beraneka ragam
makanan dalam jumlah dan proprosi yang sesuai (Wariyono, 2010)
Pemenuhan gizi hendaknya sebagai berikut : 1) kebutuhan karboihidrat seyogjanya sekitar
50-60% dari kebutuhan energi; 2) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari
kecukupan energi; 3) Gunakan garam beryodium Garam beryodium; 4) Makanlah makanan sumber
zat besi; 5) Berikan ASI untuk bayi; 6) Biasakan makan pagi; 7) Minumlah air bersih, aman dan
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 61
cukup jumlahnya (2 liter atau 8 gelas perhari); 8) Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur;
9) Hindari minuman beralkohol
1.2 MANAJEMEN LAKTASI
Saat bayi menyusu, ujung ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang.
Rangsangan tersebut oleh serabut syaraf aferen dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Selanjutnya prolaktin
memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Rangsangan tersebut juga merangsang
hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini akan menstimulasi otot-otot polos
yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli,
duktulus, dan sinus menuju puting susu.
ASI adalah nutrisi terbaik dan terlengkap untuk bayi dibanding susu formula. Kandungan
lemak, karbohidrat, protein, dan air nya sangat sesuai untuk pencernaan, perkembangan otak, dan
pertumbuhan bayi. Kandungan vitamin A, B, C, D, zat besi, kalsium, dan zat mineral lainnya lebih
tinggi dalam ASI dari pada susu formula. ASI juga mengandung antibodi yang bermafaat dalam
pertahanan tubuh, mempererat hubungan psikologis ibu dan anak, higienis, dan ekonomis karena
tidak perlu membeli
1.3 TEHNIK PERSIAPAN DAN PEMBERIAN ASI SIMPAN
Bayi mempunyai hak untuk mendapatkan makanan terbaiknya yaitu air susu ibu (ASI).
Pemerintah telah mengaturnya dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 33 Tentang
Pemberian ASI eksklusif tahun 2012.
ASI dapat diperah dan disimpan dalam lemari pendingin sehingga bertahan lama. ASI yang
baru diperah pada suhu 16-29 OC dapat bertahan selama 4-8 jam. Kemudian ASIP yang disimpan
pada kotak pendingin suhu -15 s/d 4 OC bertahan 24 jam, pada lemari es bawah suhu 4 OC bertahan
3-8 hari, pada freezer lemari es pintu tunggal -15 OC bertahan 2 minggu, pada freezer lemari es pintu
dua -18 OC bertahan 3-6 bulan, dan pada freezer tunggal -18 OC bertahan 6-12 bulan (Australian
Breasthfeding Association, 2013; CDC, 2010; Suradi, 2004).
Tata cara memerah ASI perlu diperhatikan supaya didapatkan jumlah ASI yang cukup dan
berkualitas. Di bawah ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan : 1) Mencucui tangan dengan sabun
dan air terlebih dahulu, atau handsrub. Mencuci tangan dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran
atau kuman yang ada di tangan. Bila ASIP terkontaminasi kuman maka akan berkembang biak dan
dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit pada bay; 2) Memerah ASI. Memerah ASI
dapat dilakukan manual dengan tangan atau pompa ASI. Pompa ASI juga ada yang manual ataupun
elektrik. Sebelum diperah bersihkan dulu area sekitar puting payudara dengan kapas hangat; 3)
Wadah ASI. ASI yang sudah perah di tampung dalam wadah botol dari kaca atau polypropylene,
bukan plastik Bisphenol A (BPA). Botol ASI sebaiknya disterilkan dengan direbus dengan air
mendidih selama 5-10 menit.
Setelah diperah dan masuk botol, selanjutnya ASIP dituang ke dalam botol penyimpanan .
Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :
1. Pengisian botol penyimpan. Botol diisi kira-kira setinggi 2/3 botol. Pengisian tidak boleh
penuh, jadi harus disisakan ruang kosong di atas botol. Bila terisi penuh maka tutup botol
penyimpan dapat terbuka dengan sendirinya oleh tekanan gas-gas dari ASI . Sebaiknya ASI
disimpan dalam botol dengan volume kecil-kecil 60-100 cc, oleh karena menyesuaikan
dengan pemberian sekali minum.
2. Beri label tanggal dan jam pengambilan.
3. Segera masukkan dalam kotak atau tas penyimpan dingin (cool box). Cool box berisi
kantong es batu yang sudah disiapkan. Kantong es batu ini banyak dijual di toko-toko
perlengkapan bayi. Segera tutup setelah botol dimasukkan, hindari buka tutup box bila tidak
diperlukan, karena dapat menaikkan suhu penyimpanan.
4. Bila akan mencampu dengan hasil perahan selanjutnya, putarlah wadah botol agar krim susu
tercampur dengan baik. Namun pencampuran ASIP tidak boleh berjarak waktu lebih dari 24
jam dan suhu penyimpanan harus stabil 0-15 oC. Tidak boleh mencampur ASI yang baru
diperah dengan ASI yang telah beku. ASI juga tidak boleh dikocok.
62 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
5. Setelah sampai di rumah, botol-botol ASI tersebut dimasukkan ke dalam lemari es.
Penempatannya adalah botol yang baru diletakkan di belakang botol yg telah ada di lemari
es. ASIP bisa disimpan di refrigerator ataupun di freezer. Usahakan tidak menaruhnya di
posisi terluar yang paling dekat pintu, oleh karena suhu di daerah tersebut yang tidak stabil
karena sering dibuka dan ditutup.
6. ASIP yang telah disimpan biasanya bau dan warnanya berubah menjadi agak kekuningan
oleh karena aktivitas ensim lipase pada susu yang merubah lemak menjadi asam lemak.
Jangan menyimpan sisa ASI kembali ke lemari es, karena bakteri-bakteri yang
mengkontaminasi akan berkembang biak dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Semakin
lama proses pembekuan ASIP dapat menyebabkan hilangnya kandungan Vit. C dalam ASI.Namun
demikian nilai gizinya masih lebih baik dibandingkan dengan susu formula.
ASIP yang disimpan di dalam lemari es harus dihangatkan dulu sebelum diberikan kepada
bayi. Di bawah ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. ASIP beku dari freezer terlebih dahulu dikeluarkan dan dipindahkan ke lemari es bawah
(refrigerator). Setelah mencair, atau ASIP yang disimpan di refrigerator dikeluarkan dalam
suhu ruangan beberapa saat
2. ASIP yang telah dikeluarkan di suhu ruangan dihangatkan. Penghangatan tidak boleh
melebihi suhu 40 oC. Untuk menghangatkan bisa dengan alat pemanas elektrik atau manual.
Bila dengan manual, letakkan botol ASIP dalam panci atau mangkuk berisi air hangat. Tidak
boleh menaruh panci di atas kompor.
3. ASIP yang perlu segera diberikan, setelah keluar dari lemari es tempatkan di bawah air
mengalir suhu biasa. Bila masih kurang hangat, tempatkan di mangkuk berisi air hangat.
4. Cek suhu ASIP dengan meneteskan di kulit kita, jika sudah sesuai dapat diberikan kepada
bayi.
5. Sebaiknya tidak mengahangatkan dengan microwave, oleh karena dapat terbentuk bintik-
bintik pada botol yang tidak baik untuk kesehatan bayi. Hindari perubahan suhu yang terlalu
cepat atau terlalu panas, oleh karena dapat merusak antibodi dan ensim lipase yang
terkandung pada ASIP.
ASIP yang terlalu lama disimpan dalam lemari kulkas akan mengalami perubahan warna,
konsistensi dan bau. Oleh karena itu disarankan memperpendek waktu penyimpanan. (Australian
Breasthfeding Association, 2013; CDC, 2010; Office on Women’s health, 2010; Suradi, 2004)
2. METODE
Metode pelaksanaan kegiatan ini adalah : 1) Menyusun modul terlebih dahulu oleh tim
pengusul. Materi yang dipersiapkan adalah pengetahuan tentang gizi balita mulai dari hari pertama
kelahiran hingga usia 5 tahun. Pengetahuan ini akan membuka wawasan dan sikap dari ibu-ibu untuk
pentingnya memberikan gizi yang terbaik untuk putranya. Materi kedua adalah manajemen laktasi
yang memberikan pengetahuan kepada ibu-ibu tentang penyusuan yang dianjurkan. Materi yang
ketiga adalah tehnik mempersiapkan dan pemberian ASI simpan. Materi ini perlu oleh karena banyak
ibu-ibu tersebut yang kurang memahami; 2) Penyuluhan dan pelatihan terhadap kelompok ibu
bekerja Aisyiah.
3. HASIL KEGIATAN
Telah disusun Modul Pelatihan Metode Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Simpan dengan 3
materi yaitu : 1). Gizi Balita; 2) Manajemen Laktasi; 3) Tehnik Persiapan dan Pemberian ASI
Simpan, beserta Video Persiapan ASI Simpan.
Pengabdian telah dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 12 Agustus 2017. Peserta pelatihan
adalah guru-guru Bustanul Athfal (BA) Aisyiah sekota Malang, sebanyak 71 orang. Sebelum
pelatihan diadakan pre test terlehih dahulu dan pos tes diakhir pelatihan. Pelatihan dilakukan dengan
Pemaparan materi oleh nara sumber dengan media power point, dan video. Setelah itu dilanjutkan
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 63
dengan demo dan praktek Mempersiapkan ASI Simpan. Tampak guru-guru BA sangat antusias
dengan kegiatan ini, dan memberikan respons baik melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan dinilai dari pre dan pos tes. Tampak adanya
peningkatan pengetahuan dari peserta. Nilai rata-rata pretes peserta baik yaitu 72, dan postes sangat
baik yaitu 84.
Gambar 1. Pendaftaran Peserta
Gambar 2. Pemateri Sedang Presentasi Didampingi oleh Ketua BA Aisyiah
Gambar 3. Peserta pelatihan
64 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Gambar 4. Pemateri sedang menjelaskan Tehnik ASI Simpan
Gambar 5. Demontrasi alat ASI Simpan
Gambar 6. Penyerahan Door Price alat Breasth Pump
4. KESIMPULAN
Telah terlaksana Pelatihan Metode Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Simpan pada hari sabtu
tanggal 12 Agustus 2017 dengan peserta 71 guru Bustanul Athfal Aisyiah Sekota Malang. Pelatihan
berjalan baik dan pengetahuan peserta terlihat meningkat.
Saran kami, adanya pelatihan berkala dan pelatihan pada kelompok kerja Aisyiah lainnya
untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada anggota Aisyiah Kota Malang.
5. REFERENSI
[1] Aryono Hendarto, Keumala Pringgadini, 2013, Nilai Nutrisi Air Susu Ibu, Indonesian
Pediatric Society, [email protected]
[2] Australian Breastfeeding Association. 2013. Expressing and storing breastmilk. Diunduh
dari: https://www.breastfeeding.asn.au/bf-info/breastfeeding-and-work/expressing-and-
storing-breastmilk
[3] Akobeng AK, Ramanan AV, Buchan I, et al, 2006, Effect of breast feeding on risk of coeliac
disease: a systematic review and meta-analysis of observational studies. Arch Dis Child
;91(1):39–43
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 65
[4] Barclay AR, Russell RK, Wilson ML, et al, 2009, Systematic review: the role of
breastfeeding in the development of pediatric inflammatory bowel disease. J
Pediatr;155(3):421–426
[5] Bobak, Loderwimilk, 2005, Maternity Nursing 4th eds, diterjemahkan oleh Wijayarini, Buku
Ajar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta
[6] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2009, Pengembangan Database Pembangunan
Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat,
http://www.scribd.com/patricia%20sibarani/d/43727268-2009-Bappenas-Database-
Pembangunan-Kesehatan-Dan-Gizi-Masyarakat-Tahun-2009
[7] Bener A, Hoffmann GF, Afify Z, et al, 2008, Does prolonged breastfeeding reduce the risk
for childhood leukemia and lymphomas? Minerva Pediatr;60(2):155–161
[8] Center of Disease Control and Prevention. 2010. Proper handling and storage of human
milk.Diunduh dari : http://www.cdc.gov/breastfeeding/recommendations/handling
_breastmilk.htm
[9] Das UN, 2007, Breastfeeding prevents type 2 diabetes mellitus: but, how and why? Am J
Clin Nutr;85(5):1436–1437
[10] Der G, Batty GD, Deary IJ, 2006, Effect of breast feeding on intelligence in children:
prospective study, sibling pairs analysis, and meta-analysis. BMJ;333(7575):945–950
[11] Dinkes Kabupaten Malang, 2005, Situasi Upaya Kesehatan di Malang,
http://dinkes.malangkab.go.id/admin/files/BAB%204a.pdf, diakses tanggal1 Maret 2012
[12] Duijts L, Jaddoe VW, Hofman A, et al, 2010, . Prolonged and exclusive breastfeeding
reduces the risk of infectious diseases in infancy. Pediatrics. ;126(1). Available at:
www.pediatrics.org/cgi/content/full/126/1/e18
[13] Eidelman AI, Schanler RJ, , 2012, Breastfeeding and the Use of Human Milk, American
academy of pediatric , http://pediatrics.aappublications.org/content/129/3/e827.full )
[14] Furman L, Taylor G, Minich N, et al, 2003, The effect of maternal milk on neonatal morbidity
of very low-birth-weight infants. Arch Pediatr Adolesc Med;157(1):66–71
[15] Gorrie TM, McKinney ES, 1998, Foundations of Maternal-Newborn Nursing2th eds, W.B
Saunders Company, USA
[16] Greer FR, Sicherer SH, Burks AW, 2008, Effects of early nutritional interventions on the
development of atopic disease in infants and children: the role of maternal dietary
restriction, breastfeeding, timing of introduction of complementary foods, and hydrolyzed
formulas. Pediatrics;121(1):183–191
[17] Handy F, 2011, Panduan Cerdas Perawatan Bayi, Pustaka Bunda, Jakarta
[18] Hermayanti D, 2010, Persepsi Keluarga tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
(Tinjauan Perspektif Gender Untuk Mengantisipasi Kasus Gizi Buruk), Saintika Medika,
Vol.6.No.12
[19] Hermayanti D, 2012, Persepsi dan Pola Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Pada Wanita Di
Lingkungan Organisasi Aisyiah Kota Malang, Laporan Penelitian Dosen Dana Langsung
UMM
[20] Ip S, Chung M, Raman G, et al, 2007, Breastfeeding and maternal and infant health
outcomes in developed countries. Evid Rep Technol Assess (Full Rep). 2007;153(153):1–
186
[21] Ip S, Chung M, Raman G, et al, 2009, A summary of the Agency for Healthcare Research
and Quality’s evidence report on breastfeeding in developed countries. Breastfeed
Med;4(suppl 1):S17–S30
[22] Jones G, Steketee RW, Black RE, et al, 2003, How many child deaths can we prevent this
year? Lancet. ;362(9377):65–71
[23] Kwan ML, Buffler PA, Abrams B, et al, 2004, Breastfeeding and the risk of childhood
leukemia: a meta-analysis. Public Health Rep.;119(6):521–535 Breastfeeding and the risk
of childhood leukemia: a meta-analysis. Public Health Rep.;119(6):521–535
[24] Office on Women’s Health. 2010. Breastfeeding: Pumping and milk storage. Diunduh
dari:http://www.womenshealth.gov/breastfeeding/pumping-and-milk-storage/
66 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
[25] Owen CG, Martin RM, Whincup PH, et al, 2005, Effect of infant feeding on the risk of obesity
across the life course: a quantitative review of published evidence. Pediatrics;115(5):1367–
1377
[26] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2012, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 33 Tentang Pemberian ASI eksklusif,
[27] Proverawati A, Rahmawati E, 2010, Kapita Selekta ASI dan Menyusui, Nuha Medika,
Yogjakarta
[28] Pudjiadi S, 2005, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, edisi ke-4, FKUI, Gaya Baru, Jakarta
[29] Putri FR , 2010, Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Cipto Mulyo Malang,
http://elibrary.ub.ac.id/handle/123456789/18171 , diakses tanggal 1 Maret 2012
[30] Quigley MA, Kelly YJ, Sacker A, 2007, Breastfeeding and hospitalization for diarrheal and
respiratory infection in the United Kingdom Millennium Cohort Study. Pediatrics. ;119(4).
www.pediatrics.org/cgi/content/full/119/4/e837
[31] Rosenbauer J, Herzig P, Giani G, 2008, Early infant feeding and risk of type 1 diabetes
mellitus—a nationwide population-based case-control study in pre-school children.
Diabetes Metab Res Rev;24(3):211–222
[32] Rositasari S, 2011, Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui dengan Pemberian ASI
Di Desa Pabelan Sukoharjo, Skripsi, digilib.uns.ac.id
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=0CFgQFjA
H&url=http%3A%2F%2Feprints.uns.ac.id%2F8074%2F1%2F218520811201104381.pdf&
ei=yJBZVPBVg_66BPC6gZAC&usg=AFQjCNEIb7QCPJ02HYAr7CfQtDeTzF67Aw&b
vm=bv.78677474,d.c2E
[33] Rudant J, Orsi L, Menegaux F, et al, 2010, Childhood acute leukemia, early common
infections, and allergy: The ESCALE Study. Am J Epidemiol;172(9):1015–1027
[34] Schanler RJ, Shulman RJ, Lau C, 1999, Feeding strategies for premature infants: beneficial
outcomes of feeding fortified human milk versus preterm formula. Pediatrics;103(6 pt
1):1150–1157
[35] Soetjiningsih, 1997, Seri Gizi Klinik, ASI, Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan, ECG, Jakarta
[36] Sotherland, Johana, 1999, Gender Concerny and The International Undertaking on Plan
Genetic Resources Development Bulletin no.49, July 1999
[37] Sullivan S, Schanler RJ, Kim JH, et al, 2010, An exclusively human milk-based diet is
associated with a lower rate of necrotizing enterocolitis than a diet of human milk and bovine
milk-based products. J Pediatr;156(4):562–567, e1
[38] Suradi R, Kristina H, 2004, Manajemen Laktasi, Cetakan ke-2, Perkumpulan Perinatologi
Indonesia, Jakarta
[39] Wardahni, 2012, Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie
Th 2012, Jurnal Ilmiab U’budiyah, Vol xx, No xx,
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&ved=0CGEQFj
AI&url=http%3A%2F%2F180.241.122.205%2Fdocjurnal%2FWARDAHNI-
08010155.pdf&ei=yJBZVPBVg_66BPC6gZAC&usg=AFQjCNGqiH3bE10ys-
CjbZc3YZQxjxN8UA.