IDENTIFIKASI PHYTOTELMATA DAN LARVA NYAMUK YANG …digilib.unila.ac.id/31577/2/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of IDENTIFIKASI PHYTOTELMATA DAN LARVA NYAMUK YANG …digilib.unila.ac.id/31577/2/SKRIPSI TANPA BAB...
IDENTIFIKASI PHYTOTELMATA DAN LARVA NYAMUK YANGMENDIAMINYA PADA TANAMAN DI DALAM DAN DI LUAR RUMAH
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
( Skripsi )
Oleh
ALFI OKTARIANI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF PHYTOTELMATA AND MOSQUITO LARVAETHAT INHABIT IN PLANTS INSIDE AND OUTSIDE THE HOUSE IN
THE CITY OF LAMPUNG
ByAlfi Oktariani
Phytotelmata is a type of plant that the body can accommodate water coverage.Water Coverage can be the habitat for the reproduction of various types ofmosquitoes. This research aims to know the type of plants that includingphytotelmata and larvae mosquitoes that inhabit on plants in and outside the housein the city of Bandar Lampung. This research conducted starting December 2017using the method purposive sampling. The Data obtained is analyzed indescriptive and presented in the form of the table and the picture, to know therelationship between the environmental factor of the number of individual larvaeof mosquitoes is done using SPSS Pearson-Correlation analysis applicationversion 16.0
Research results found 22 species of plants from 14 famili with total 225individuals in and outside the house with 5 types phytotelmata namely underarmleaves (88%) Rod hole/tree (9%), the stump bamboo (2%), the skin of the fruit(1%) and spatha (1%). The results of the identification of the larvae of mosquitoesfound as much as 5 types of mosquito larvae with total 391 individuals inside andoutside the house that is Aedes aegypti, Aedes albopictus, Culex fatigan,Anopheles Sundaicus and Armigeres sp. The volume of water have a positivecorrelation to the increased number of individual larvae mosquitoes.
Keywords: Phytotelmata, Aedes aegypti, Aedes albopictus,Culex fatigan, Anopheles Sundaicus, Armigeres sp.
ABSTRAK
IDENTIFIKASI PHYTOTELMATA DAN LARVA NYAMUK YANGMENDIAMINYA PADA TANAMAN DI DALAM DAN DI LUAR RUMAH
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
OlehAlfi Oktariani
Phytotelmata merupakan jenis tanaman yang bagian tubuhnya dapat menampunggenangan air. Genangan air tersebut dapat menjadi habitat untukperkembangbiakan berbagai jenis nyamuk. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui jenis tanaman yang termasuk phytotelmata dan larva nyamuk yangmendiaminya pada tanaman di dalam dan di luar rumah di kota Bandar Lampung.Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2017 dengan menggunakanmetode purposive sampling. Data yang didapatkan dianalisa secara deskriptif dandisajikan dalam bentuk tabel dan gambar, untuk mengetahui hubungan antarafaktor lingkungan terhadap jumlah individu larva nyamuk dilakukan analisisKorelasi-Pearson menggunakan aplikasi SPSS versi 16.0
Hasil penelitian ditemukan 22 jenis tumbuhan dari 14 suku dengan total 225individu di dalam dan di luar rumah dengan 5 tipe phytotelmata yaitu ketiak daun(88%) , lubang batang/pohon (9%), tunggul bambu (2%), kulit buah (1%) danpelepah gugur (1%). Hasil identifikasi larva nyamuk ditemukan sebanyak 5 jenislarva nyamuk dengan total 391 individu di dalam dan di luar rumah yaitu Aedesaegypti, Aedes albopictus, Culex fatigan, Anopheles Sundaicus dan Armigeres sp.Volume air mempunyai korelasi positif terhadap peningkatan jumlah individularva nyamuk.
Kata kunci: Phytotelmata, Aedes aegypti, Aedes albopictus,Culex fatigan, Anopheles Sundaicus, Armigeres sp.
IDENTIFIKASI PHYTOTELMATA DAN LARVA NYAMUK YANGMENDIAMINYA PADA TANAMAN DI DALAM DAN DI LUAR RUMAH
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
ALFI OKTARIANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA SAINS
Pada
Jurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Alfi Oktariani dilahirkan di Dusun Danau
Margakaya pada 25 Oktober 1995 dari pasangan
Bapak Ali Akbar dan Ibu Julaeha sebagai anak
ketiga dari empat bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar
Negeri 2 Margakaya tahun 2001. Dilanjutkan
dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pringsewu di tahun
2007 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pringsewu pada tahun 2010.
Penulis diterima di Universitas Lampung pada tahun 2014 di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi melalui Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) secara tertulis. Penulis
menyelesaikan pendidikan pada perguruan tinggi dan meraih gelar Sarjana
Sains pada tahun 2018.
Selama menjadi mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Unila, penulis aktif dalam
organisasi Himpunan Biologi (HIMBIO FMIPA Unila) sebagai anggota Biro
Dana dan Usaha (DANUS) periode 2015-2016, sebagai Sekretaris Biro Usaha
dan Pendanaan (UDP) periode 2016-2017.
Pada tahun 2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Gayau
Sakti, Kecamatan Seputih Agung, Lampung Tengah selama 40 hari dan
melaksanakan Kerja Praktik di Taman Nasional Buktit Barisan Selatan
(TNBBS) dibawah bimbingan WCS-IP (Wildlife Conservation Society-
Indonesia Program) Kotaagung, Tanggamus selama 40 hari dengan judul
“Keberadaan Tapir Asia (Tapirus indicus) Di Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan”.
MOTTO
Hanya kebodohohan yang dapat meremehkan pendidikan-P. Syrus-
Kegagalan hanya akan terjadi bila kita menyerah.-Lessing-
Musuh yang paling berbahaya dalam dunia ini adalahpenakut dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah
keberanian dan keyakinan yang teguh.-Andrew Jackson-
Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untukmerancang.
-William J. Siegel-
Harta yang tak pernah habis adalah ilmu pengetahuan danilmu yang tak ternilai adalah pendidikan
-Alfi Oktariani-
Pendidikan adalah senjata untuk merubah dunia-Alfi Oktariani-
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Kepada Bapak dan Ibu TersayangKupersembahkan Skripsi Ini Sebagai
Salah Satu Wujud Baktiku Kepada Keluargadan Juga Almamater Yang Aku Banggakan
Universitas Lampung
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Identifikasi
Phytotelmata Dan Larva Nyamuk Yang Mendiaminya Pada Tanaman Di
Dalam Dan Di Luar Rumah Di Kota Bandar Lampung” adalah salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Jurusan Biologi, Fakultas Mtematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam keadaan sehat.
2. Orang tua tercinta, Bapak Ali Akbar dan Ibu Julaeha yang senantiasa
mengucap namaku dalam do’a, mencurahkan kasih dan sayangnya
untukku serta selalu mendukung dan memotivasi dalam setiap langkahku.
3. Saudara-saudaraku tersayang Teteh, Kakak dan Adik, terima kasih yang
teramat dalam atas do’a, kasih sayang, semangat, dukungan dan tempat
berbagi cerita.
4. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed, selaku Pembimbing Utama sekaligus
Pembimbing Akademik atas segala kesabaran dalam memberikan
bimbingan, saran dan semangat selama penulis melaksanakan penelitian
hingga sampai menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku pembimbing kedua yang telah sabar
membimbing dan membagi ilmu serta membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini.
6. Bapak Drs. Tugiyono, M.Si., Ph.D., selaku pembahas yang telah
memberikan kritik dan saran, serta nasihat yang membantu penulis dalam
membuat skripsi ini menjadi lebih baik.
7. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung.
8. Prof. Warsito, S.Si., D.E.A, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
9. Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung.
10. Seluruh dosen dan Staf Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.
11. Saudariku from another Mom Nadhiroh Zulfa dan Nuzulul Istikomah,
terima kasih telah menjadi partner terbaik selama masa perkuliahan,
terimakasih untuk seluruh bantuan, doa, semangat dan canda tawa selama
ini.
12. Sahabat-sahabat terbaikku ,Evi Kurnia Sari, Agata Yelin Pasutri dan
Angga Handika, terima kasih atas pengalaman yang sangat berharga dan
selalu siap siaga membantu penulis. Terima kasih telah memberi kenangan
terindah pada penulis di masa perkuliahan.
13. Fibria Hadi Sucihno, terima kasih banyak untuk segala do’a, motivasi,
dukungan dan terima kasih pula telah bersedia menjadi tempat berbagi
keluh kesah. Apabila rasa terima kasih ku dan seluruh bentuk dukunganmu
ku tulis dalam sanwacana ini, mungkin skripsi ku akan tebal dan
didominasi oleh sanwacana tentangmu.
14. Penghuni Asrama Green House, mba Dewi, Zikra Dan April terima kasih
atas segala kenyamanan, kehangatan dan kekeluargaan yang terjalin
selama ini.
15. Seluruh teman-teman dan juga sahabat Biologi 2014 dan semua pihak
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas do’a,
semangat dan bantuan yang kalian berikan.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan yang telah kalian berikan.
Amin.
Demikianlah, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan
baru kepada setiap orang yang membacanya.
Bandar Lampung, Juni 2018
Penulis
Alfi Oktariani
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... iiiDAFTAR TABEL.......................................................................... iv
I. PENDAHULUAN......................................................... 1A. Latar Belakang ...................................................... 1B. Tujuan Penelitian................................................... 3C. Manfaat Penelitian ................................................ 3D. Kerangka Pemikiran ............................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................. 5A. Tanaman Phytotelmata ........................................... 5B. Biologi Nyamuk ..................................................... 7
1. Klasifikasi ......................................................... 72. Morfologi Larva Nyamuk.................................. 73. Siklus Hidup Nyamuk ....................................... 104. Perilaku Nyamuk .............................................. 115. Tempat Perindukan Nyamuk ............................. 13
C. Faktor Lingkungan Di Lokasi Penelitian................. 141. Suhu.................................................................... 142. Derajat Keasaman (pH Air)................................ 15
III. METODE PENELITIAN ............................................. 16A. Waktu Dan Tempat Penelitian .................................. 16B. Alat dan Bahan ......................................................... 16C. Prosedur Penelitian .................................................. 16
1. Pemilihan Lokasi Penelitian ............................... 162. Pengambilan dan Pengamatan Sampel
Phytotelmata dan Larva Nyamuk......................... 173. Pengukuran Faktor Lingkungan........................... 174. Analisa Data ........................................................ 18
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................... 19A. Jenis dan tipe phytotelmata di dalam dan di luar
rumah di Kota Bandar Lampung............................... 19B. Gambaran Morfologi Larva Nyamuk yang
Mendiami Phytotelmata............................................. 27C. Larva Nyamuk yang Mendiami Phytotelmata
Di dalam dan di luar rumah....................................... 30D. Jumlah Larva Nyamuk dan faktor yang
Mendukung perkembangan larva nyamuk padaPhytotelmata.............................................................. 34
V. SIMPULAN DAN SARAN........................................... 38
DAFTAR PUSTAKA............................................................... 40
LAMPIRAN............................................................................... 45
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jenis dan tipe phytotelmata di dalam dan di luar rumahdi Kota Bandar Lampung................................................................ 20
2. Larva nyamuk yang mendiami phytotelmata di dalam dandi luar rumah................................................................................... 30
3. Jumlah Larva Nyamuk dan faktor-faktor yang mendukungpertumbuhan dan Perkembangbiakan larva nyamuk...................... 34
4. Hubungan faktor lingkungan dengan jumlah larva individularva nyamuk yang ditemukan pada phytotelmata di dalamrumah di Kota Bandar lampung...................................................... 36
5. Hubungan faktor lingkungan dengan jumlah larva individularva nyamuk yang ditemukan pada phytotelmata di luarrumah di Kota Bandar lampung...................................................... 36
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi larva nyamuk............................................................. 9
2. Persentase phytotelmata berdasarkan tipe di Kota
Bandar Lampung........................................................................ 22
3. Phytotelmata Tipe ketiak daun................................................... 23
4. Tipe phytotelmata lubang batang............................................... 24
5. Tipe phytotelmata tunggul bambu.............................................. 25
6. Tipe phytotelmata pelepah gugur............................................... 26
7. Tipe phytotelmata tipe kulit buah.............................................. 27
8. Larva Aedes agypti yang mendiami phytotelmata ................... 27
9. Larva Aedes albopictus yang mendiami phytotelmata.............. 28
10. Larva Culex fatigan yang mendiami phytotelmata.................. 28
11. Larva Anopheles sundaicus yang mendiami phytotelmata ...... 29
12. Larva Armigeres sp. yang mendiami phytotelmata................... 29
13. Persentase larva nyamuk ditemukan......................................... 33
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Phytotelmata adalah jenis tanaman yang bagian tubuhnya dapat menampung
genangan air. Phytotelmata dapat ditemukan dimana saja dengan spesies
yang berbeda-beda, pada daerah tropis tumbuhan ini banyak ditemukan
terutama pada tempat yang lembab (Greeney, 2001).
Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, sebagian besar
nyamuk lebih suka hidup di daerah tropis dengan kelembapan tinggi. Lebih
dari 3000 spesies nyamuk yang telah ditemukan di Indonesia baik di daerah
beriklim panas maupun beriklim dingin (Nurmaini, 2003).
Nyamuk merupakan jenis serangga yang termasuk kedalam ordo Diptera dan
famili Culicidae. Di Indonesia ditemukan sebanyak 457 spesies nyamuk
diantaranya 125 spesies Aedes sp, 82 spesies Culex sp, 80 spesies Anopheles
sp dan 8 spesies Mansonia sp yang berperan sebagai vektor penyakit seperti
Malaria, Chikungunya, Kaki Gajah dan Demam Berdarah Dengue (DBD)
sedangkan sisanya adalah spesies nyamuk yang tidak berperan sebagai vektor
penyakit (Hadi dkk, 2010).
2
Tempat perkembangbiakan nyamuk atau tempat perindukan nyamuk sangat
erat kaitannya dengan keberadaan nyamuk, karena sebagian besar siklus
hidup nyamuk berlangsung di tempat perindukan. Tempat perindukan
nyamuk sangat beragam baik yang terdapat di dalam ataupun di luar rumah
yang berada pada tempat–tempat yang dapat menampung genangan air
(Pentury dan Nusaly, 2011).
Kota Bandar Lampung adalah Ibukota dari Provinsi Lampung dan menjadi
pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kegiatan
perekonomian industri serta pariwisata. Ibu kota provinsi Lampung berada di
teluk Lampung yang terletak di ujung Selatan Pulau Sumatera. Kota ini
menjadi pertemuan antara lintas tengah dan timur Sumatera. Kota Bandar
Lampung terletak di wilayah yang strategis karena merupakan gerbang utama
yang menghubungkan antar pulau Sumatera dan pulau Jawa. Hal ini
menjadikan masyarakat Bandar Lampung mempunyai mobilitas yang sangat
tinggi, dengan mobilitas yang tinggi tersebut dapat terjadi pertukaran
berbagai jenis penyakit khususnya yang ditularkan oleh nyamuk.
Kota Bandar Lampung merupakan daerah perkotaan yang terus berkembang.
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di Kota Bandar Lampung kini telah
menyadari akan nilai estetika keindahan rumah. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya ketertarikan masyarakat terhadap berbagai jenis tanaman hias.
Berbagai jenis tanaman tersebut diduga dapat menampung genangan air dan
menjadi tempat perindukan alami nyamuk.
3
Penelitian mengenai habitat air pada phytotelmata belum banyak terungkap
dan masih luput dari perhatian, karena selama ini penelitian mengenai tempat
perindukan nyamuk lebih banyak terfokus pada barang–barang bekas yang
dapat menampung air seperti kaleng, botol, plastik dan lain-lain (Rosa, 2007).
Di Kota Bandar Lampung informasi tentang phytotelmata dan larva nyamuk
yang mendiaminya masih sangat terbatas. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian tentang jenis tanaman yang termasuk kedalam phytotelmata dan
larva nyamuk yang mendiaminya pada tanaman baik di dalam maupun di luar
rumah.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis phytotelmata dan jenis larva
nyamuk yang mendiaminya baik berada di dalam dan di luar rumah di kota
Bandar Lampung.
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang berbagai jenis
tanaman yang termasuk phytotelmata dan larva nyamuk yang
mendiaminya pada tanaman di dalam dan di luar rumah. Sehingga
informasi ini diharapkan dapat membantu mengurangi berbagai kasus
penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
2. Masukan bagi pemerhati kesehatan dan instansi terkait dalam upaya
pengendalian nyamuk melalui berbagai jenis tempat perindukan alami.
4
D. Kerangka Pemikiran
Tempat perindukan alami atau tempat perkembangbiakan nyamuk sangat erat
kaitannya dengan keberadaan nyamuk karena sebagian besar siklus hidup
nyamuk berlangsung ditempat perindukan.
Masyarakat Kota Bandar Lampung mempunyai mobilitas yang sangat tinggi,
karena Bandar Lampung merupakan gerbang utama yang menghubungkan
antar pulau Sumatera dan pulau Jawa, dengan mobilitas yang tinggi tersebut
dapat terjadi pertukaran berbagai jenis penyakit khususnya yang disebabkan
oleh vektor nyamuk.
Masyarakat kota Bandar Lampung kini mulai tertarik terhadap berbagai jenis
tanaman hias. Berbagai jenis tanaman tersebut diduga dapat menampung
genangan air dan menjadi tempat perindukan alami nyamuk. Informasi
tentang tanaman phytotelmata dan organisme yang mendiami baik di dalam
rumah maupun di luar rumah masih sangat terbatas. Untuk itu perlu
dilakukan penelitian tentang jenis tanaman yang termasuk kedalam
phytotelmata dan larva nyamuk yang mendiaminya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai berbagai jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai
tempat prindukan alami nyamuk, sehingga dapat membantu mengurangi
berbagai kasus penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Phytotelmata
Phytotelmata adalah tanaman yang bagian organ tubuhnya dapat menampung
genangan air dan dapat menjadi habitat yang sangat baik bagi berbagai
organisme. Keberadaan phytotelmata sangat mendukung keberlangsungan
hidup berbagai jenis hewan yang menempati genangan air tersebut (Greeney,
2001). Bagian-bagian tanaman yang dapat menampung air adalah ketiak
daun, lubang pohon, daun-daun yang gugur, kulit buah, ruas bambu dan \
bagian bunga yang dapat menampung air (Kitching, 1971).
Menurut Kitching (2000) Phytotelmata merupakan tempat perindukan alami
nyamuk, karena phytotelmata mempunyai kemampuan untuk menampung
genangan air. Hasil penelitian Kitching pada tahun 2000 di Eropa menmukan
tumbuhan Dipascus silvestris merupakan tempat terjadinya interaksi antara
flora dan fauna pada ketiak daun yang terisi air.
Berdasarkan penelitian Rosa dkk (2012) yang telah dilakukan di beberapa
lokasi di Sumatera Barat ditemukan 6 tipe phytotelmata yaitu pada ketiak
daun, kelopak bunga, lubang pohon, tanaman berbentuk kendi, lubang akar
dan tunggul bambu. Menurut Mogi (1983), tipe phytotelmata sangat
6
mempengaruhi ada tidaknya jenis-jenis organisme yang hidup pada tanaman
tersebut.
Terdapat beberapa tipe phytotelmata menurut Kitching (1971), yaitu:
1. Ketiak Daun
Terdapat 26 suku tumbuhan yang ketiak daunnya dapat menampung air,
diantaranya adalah Agavaceae, Amarylidaceae, Araceae, Bromeliaceae,
Dipsacaceae, Musaceae, Palmae ( Aracaceae), Pandanaceae dan
Graminae. Munirathinam dkk., (2014) menyatakan bahwa pada Palmae (
Aracaceae) mempunyai bagian yang dapat menampung air selain ketiak
daun, bagian tersebut ialah seludang bunga.
2. Lubang Pohon/Lubang Batang
Lubang pohon/lubang batang adalah tanaman yang memiliki rongga
ataupun telah mengalami perlukaan pada bagian tubuhnya. Tipe
phytotelmata ini di bagi menjadi dua kategori yaitu, tipe yang dapat
menampung air pada lapisan kulit yang tak terputus dan tipe yang
melewati lapisan kulit dan masuk ke dalam bagian kayu pohon (Kitching,
2000). Phytotelmata jenis ini dijadikan sebagai tempat perindukan alami
99 spesies nyamuk. Jenis organisme yang mendiaminya sangat
tergantung pada lokasi dan ukuran dari phytotelmata
(Munirathinam,dkk., 2014).
3. Bagian Tanaman yang Gugur
Bagian tanaman yang gugur dan dapat menampung air seperti daun gugur
atau pelepah yang berukuran besar merupakan habitat yang menarik bagi
7
serangga. Tipe phytotelmata ini ditemukan pada suku seperti Musaceae,
Marantaceae, Sterculiaceae, Palmae dan Araceae. Suku dari palmae yang
mempunyai seludang bunga berkayu yang gugur juga dapat menampung
air. Seludang bunga ini merupakan habitat yang bertahan lebih lama
dibanding daun gugur, dan dapat bertahan lebih dari 90 hari.
4. Modifikasi daun
Hasil modifikasi daun seperti kantung yang terdapat pada tanaman kendi
dapat menampung genangan air. Serangga yang masuk ke dalam tanaman
kendi akan dicerna oleh enzim ekstraseluler kemudian akan di
ekskresikan oleh tanaman ke dalam cairan di dalam kantung. Jenis
tanaman kendi dapat menyediakan nutrisi untuk organisme akuatik dalam
skala yang luas (Kitching, 2000).
B. Biologi Nyamuk
1. Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Genus : Aedes, Culex, Toxorhynchites,Mansonia (Borror, 1996).
2. Morfologi Larva Nyamuk
Berbeda dengan larva dari anggota Diptera yang lain seperti lalat yang
larvanya tidak bertungkai, larva nyamuk memiliki kepala yang cukup
besar serta thorax dan abdomen yang cukup jelas. Larva dari sebagian
8
besar nyamuk menggantungkan diri di permukaan air, untuk
mendapatkan oksigen dan udara, larva-larva nyamuk seperti Aedes sp.
dan Culex sp. biasanya menggantungkan tubuhnya dan membentuk sudut
terhadap permukaan air (Soegijanto, 2006).
Berikut ini adalah ciri-ciri larva nyamuk :
a. Pada sisi abdomen sisi VIII terdapat comb scale. Comb scale adalah
baris sisik seperti duri pada segemen VIII yang mempunyai bentuk
dan ukuran yang sangat bervariasi, biasanya berjumlah 8 hingga 21
yang terbagi dalam beberapa deret (Breeland dan Loyless, 1982).
b. Larva nyamuk Mansonia sp, Culex sp., Culiseta sp., dan Aedes sp.,
memiliki corong udara (siphon) pada segmen VIII, pada corong udara
tersebut terdapat pecten serta beberapa pasang siphonic truft
(Utrio,1976).
c. Saddle adalah struktur yang mengelilingi segmen anal larva yang
terdapat pada nyamuk Culex sp., Mansonia sp., dan Aedes sp. (Utrio,
1976).
d. Pada segmen kepala terdapat beberapa antena, mata, dan beberapa
pasang rambut seperti midfrontal hairs dan inner frontal hairs.
Midfrontal hairs adalah rambut halus yang terdapat pada kepala larva
bagian tengah sedangkan inner frontal hairs adalah rambut halus yang
terdapat di kepala nyamuk dan di bawah midfrontal hairs (Dodge,
1966).
9
Gambar 1. Morfologi Larva Nyamuk (Littig and Stojanovich, 1997).
Larva nyamuk memerlukan empat tahap perkembangan. Waktu perkembangan
larva sangat tergantung pada suhu, ketersediaan makanan dan keberadaan larva
pada suatu habitat. Dalam suatu kondisi yang optimal, waktu yang dibutuhkan
dari telur sampai menjadi nyamuk dewasa membutuhkan waktu hingga tujuh
hari, termasuk dua hari dalam masa pupa. Sedangkan pada suhu rendah
dibutuhkan waktu hingga beberapa minggu. Larva nyamuk dalam
pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit
(ecdysys) dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut dengan instar I, II, III,
IV (Depkes RI, 2004).
a. Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, mempunyai warna yang transparan,
panjang mencapai 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada baagian dada (thorax)
belum begitu jelas dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam.
10
b. Larva instar II, bertambah besar ukuran tubuhnya menjadi 2,5-3,9 mm,
duri dada belum jelas dan corong pernapasan sudah berwarna hitam. Larva
instar II mengambil oksigen dari udara dengan menempatkan corong udara
(siphon) pada permukaan air. Larva instar II tidak terlalu aktif bergerak.
c. Larva instar III lebih besar dari larva instar II dan aktifitas larva menjadi
lebih aktif bergerak dibandingkan dengan larva instar II.
d. Larva instar IV merupakan larva yang telah lengkap struktur morfologinya
dan jelas. Bagian tubuh sudah dapat dibedakan antara kepala, dada dan
perut. Larva ini berukuran paling besar 5 mm. Larva ini memiliki tubuh
yang langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif.
Temperatur optimal untuk perkembangan larva ini adalah sekitar 25°C -
30°C (Depkes RI, 2005).
3. Siklus Hidup Nyamuk
Nyamuk merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yaitu
mengalami perubahan dari bentuk telur, larva, pupa hingga mencapai tahap
dewasa. Telur nyamuk yang baru diletakkan oleh betina berwarna putih dan
akan berubah menjadi warna kehitaman setelah 1-2 jam
(Hoedojo dan Sungkar, 2013).
Setelah 2-4 hari telur akan menetas dan berubah menjadi larva. Larva akan
mengalami perkembangan mulai dari tahap instar I sampai tahap instar IV di
dalam air yang tergenang. Beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan larva adalah sumber makanan, temperatur dan kelembaban.
Selanjutnya proses perkembangan larva akan menuju ketahap pupa dimana
11
tidak adanya aktifitas makan. Pupa hanya membutuhkan oksigen yang akan
di ambil melalui spirakel yang terletak di bagian posterior tubuh (Borror dkk.,
1996).
Pupa akan menetas menjadi dewasa dengan kisaran waktu 1-3 hari atau
sampai beberapa minggu tergantung spesiesnya. Pupa yang akan menetas
terlebih dahulu adalah pupa jantan dan nyamuk jantan dewasa tidak akan
pergi jauh dari tempat perindukan karena menunggu pupa betina untuk
menetas dan selanjutnya akan melakukan kopulasi dengan nyamuk betina
yang sudah menjadi nyamuk betina dewasa. Nyamuk betina dewasa
selanjutnya akan menghisap darah untuk proses pembentukan telur (Hoedojo
dan Sungkar, 2013).
4. Perilaku Nyamuk
Waktu aktif nyamuk betina untuk mencari darah berbeda-beda pada setiap
spesies. Aedes sp aktif mencari mangsa pada siang hari sedangkan nyamuk
Anopheles dan Culex aktif mencari mangsa pada malam hari (Nurmaini,
2003).
Menurut Hoedojo dan Sungkar (2013) Nyamuk yang menghisap darah
manusia disebut antropofilik dan nyamuk yang menghisap darah hewan
disebut zoofilik .Nyamuk juga ada yang cenderung lebih suka menghisap
darah mangsa yang ada di dalam rumah (endofagik) dan ada yang lebih suka
menghisap darah mangsa yang ada di luar rumah (eksofagik).
12
Tempat-tempat yang biasa digunakan oleh nyamuk untuk beristirahat antara
lain lubang-lubang pohon, vegetasi yang padat, kandang hewan atau bebatuan
selama 2 sampai 4 hari hingga telur berkembang secara utuh. Kemudian
nyamuk betina akan terbang dari tempat peristirahatannya pada sore atau
malam hari dan mencari tempat untuk meletakkan telur, selanjutnya nyamuk
betina akan menghisap darah lagi untuk mengulang siklus (Achmadi, 2011).
Menurut Depkes RI (1998), waktu aktif nyamuk mulai menghisap darah
sampai telur dikeluarkan, biasanya bervariasi antara 3 sampai 4 hari jangka
waktu tersebut disebut dengan siklus gonotropik. Nyamuk betina mempunyai
kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus
gonotropik mempunyai tujuan untuk memenuhi lambungnya dengan darah.
Siklus gonotropik ada beberapa macam yaitu :
a. Gonotropik concordance yaitu waktu nyamuk menghisap darah pertama
kali sampai bertelur
b. Gonotropik discordance yaitu waktu nyamuk mulai menghisap darah
untuk pertama kali, kemudian darah dicerna dahulu lalu nyamuk
menghisap darah lagi berkali-kali sampai bertelur
c. Gonotropik association yaitu menghisap darah namun tidak bertelur
sampai musim hujan terdapat genangan air untuk tempat bertelur dan
selama itu nyamuk tidak menghisap darah lagi
d. Gonotropik disssociation yaitu nyamuk tetap menghisap darah selama
musim kering namun tidak bertelur dan akan bertelur setelah musim
hujan datang (Depkes RI, 2001).
13
5. Tempat Perindukan Nyamuk
Tempat yang berair atau lembab biasanya digunakan nyamuk sebagai tempat
untuk meletakkan telur. Tempat perindukan nyamuk sangat beragam
diantaranya pada area kolam, persawahan, selokan, rawa, tumbuhan, wadah
air hingga pada cekungan tanah yang berasal dari bekas pijakan (Hoedojo dan
Zulhasril, 2006).
Kebiasaan untuk meletakkan telur dari nyamuk berbeda-beda tergantung dari
jenisnya. Adaptasi yang berbeda dari setiap jenis nyamuk dipengaruhi oleh
jumlah lokasi yang dapat dijadikan sebagai tempat perindukannya. Jenis
nyamuk yang memiliki adaptasi yang luas akan memiliki tempat perindukan
yang beragam sehingga angka ketahanan hidupnya lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis nyamuk yang adaptasinya sempit (Sari, dkk., 2008).
Beberapa jenis nyamuk meletakkan telurnya dengan cara yang berbeda-beda.
Nyamuk Anopheles sp. akan meletakkan telurnya pada permukaan air satu
persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur Anopheles sp.
mempunyai zat yang membuatnya mengapung. Nyamuk Culex sp. akan
meletakkan telur diatas permukaan air secara bergerombolan dan bersatu
membentuk rakit sehingga mampu mengapung. Nyamuk Aedes sp. akan
meletakkan telurnya pada permukaan air secara satu-persatu (Nurmaini,
2001).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Pentury dan Nusaly (2011) di
Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku, bahwa marga Aedes sp.
14
dominan berada didalam rumah, sedangkan untuk marga Anopheles sp. lebih
dominan terdapat di luar rumah.
Pada umumnya nyamuk Aedes sp. akan meletakkan telurnya pada suhu
sekitar 20° sampai 30° dan akan menetas setelah 1 sampai 3 hari. Telur
nyamuk Aedes sp. sangat tahan terhadap kekeringan, meskipun air yang
tergenang pada bagian tubuh phytotelmata telah kering karena mengalami
penguapan, telur-telur itu akan bertahan dan akan menetas apabila air sudah
tertampung kembali (Sudarmaja,2009).
Phytotelmata yang biasa menjadi tempat perindukan alami adalah pandan,
talas, nanas, serta bambu. Bambu adalah jenis phytotelmata yang paling
banyak ditemukan larva Diptera dengan jumlah yang tinggi. Semakin tinggi
tingkat kelembapan maka larva Diptera yang ditemukan akan semakin banyak
(Rosa, dkk., 2014).
C. Faktor Lingkungan Di Lokasi Penelitian
1. Suhu
Nyamuk merupakan jenis serangga yang proses termoregulasinya sangat
dipengaruhi oleh suhu atau biasa disebut sebagai hewan poikilotermik.
Suhu yang tinggi (>28°C) akan mempercepat proses perkembangbiakan
nyamuk. Hal ini berkaitan dengan jumlah panas yang dibutuhkan oleh
nyamuk dalam proses perkembangannya akan semakin tercukupi
(Hoedojo, 1993; Nurmaini, 2003).
15
Pada spesies serangga secara keseluruhan, diketahui bahwa adanya
kenaikan suhu dapat mempercepat proses siklus hidup serangga namun
tidak melampaui suhu optimal yang berkisar 20°C - 28°C (Hoedojo,
1993; Jumar, 2000). Suhu air dibawah 30°C memiliki kemelimpahan
larva lebih banyak dibandingkan air dengan suhu diatas 30°C. (Arifin
dkk., 2013).
2. Derajat Keasaman (pH Air)
pH merupakan satuan nilai yang menentukan kondisi asam basa. Kondisi
asam basa dipengaruhi oleh jenis lingkungan yang ada. Masing-masing
jenis nyamuk memiliki toleransi terhadap nilai pH yang yang berbeda-
beda. Hal ini meneyebabkan adanya perbedaan nilai pH dari tiap-tiap
tempat perindukan nyamuk yang dipengaruhi oleh perbedaan lingkungan
(Ernamaiyanti, dkk., 2010).
16
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 – Maret 2018.
Pengambilan sampel dilakukan di kota Bandar Lampung. Phytothelmata dan
larva nyamuk yang ditemukan diidentifikasi di Laboratorium Botani dan
Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, gunting, pisau,
botol sampel, kantung plastik, kertas label, termometer, pH meter, pipet tetes,
tabung ukur, lembar kerja dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah sampel
tanaman phytotelmata, sampel air dan larva nyamuk yang terdapat pada
phytotelmata serta alkohol 70%.
C. Prosedur Penelitian
1. Pemilihan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan
berdasarkan adanya phytotelmata pada lokasi yang akan dijadikan sebagai
titik pengamatan. Oktavia (2015) menyebutkan bahwa purposive
sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel secara sengaja
17
dengan ciri – ciri tertentu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian
tersebut. Pada penelitian ini kriteria titik pengamatan yaitu dengan adanya
tanaman phytotelmata pada lokasi tersebut. Pengamatan secara langsung
dilaksanakan pada 122 rumah warga.
2. Pengambilan dan Pengamatan Sampel Phytotelmata dan LarvaNyamuk
Pengambilan sampel tanaman yang termasuk kedalam kriteria
phytotelmata yang menampung air dilakukan secara langsung. Jenis
phytotelmata yang ditemukan diambil bagian dari tanaman tersebut seperti
daun, bunga atau biji kemudian difoto dan selanjutnya dicatat untuk
keperluan identifikasi. Air dan larva nyamukyang terdapat pada bagian
tubuh phytotelmata diambil menggunakan pipet tetes dan dimasukkan
kedalam botol sampel.
Untuk mengetahui jenis tanaman dilakukan identifikasi terhadap sampel
bagian tubuh phytotelmata dengan menggunakan buku Cronquist (1981)
dan Steenis (2006). Identifikasi jenis larva maupun nyamuk menggunakan
buku kunci identifikasi Depkes (1989), O’Connor dan Soepanto (1999),
Lam-Phua Sai Gek dkk.,( 2008).
3. Pengukuran Faktor Lingkungan
Pengukuran faktor lingkungan meliputi suhu air dan pH air yang didapat.
Pengukuran suhu air menggunakan Termometer dan pengukuran pH air
menggunakan pH meter.
18
4. Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, hasil disajikan dalam
bentuk tabel dan gambar, untuk mengetahui hubungan antara faktor
lingkungan dengan jumlah individu larva nyamuk dilakukan analisis
Korelasi-Pearson menggunakan aplikasi SPSS Versi 16.0.
38
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai identifikasi
phytotelmata dan larva yang mendiaminya pada tanaman di dalam dan di
luar rumah di Kota Bandar Lampung dapat disimpulkan :
1. Ditemukan 22 jenis tanaman phytotelmata yang termasuk kedalam 14
suku yang ada di dalam dan di luar rumah. Terdapat 6 jenis tanaman
phytotelmata yang ada di dalam rumah dan 22 jenis tanaman
phytotelmata yang ada di luar rumah.
2. Lima tipe phytotelmata yang ditemukan, di dalam rumah hanya
ditemukan tipe ketiak daun sedangkan tipe phytotelmata yang ada di
luar rumah antara lain ketiak daun, lubang batang/pohon, pelepah
gugur, tunggul bambu dan kulit buah
3. Larva yang ditemukan mendiami phytotelmata di dalam dan di luar
rumahsebanyak 5 jenis larva nyamuk . Larva nyamuk yang mendiami
phytotelmata di dalam rumah adalah jenis yaitu Aedes agypti,
Sedangkan jenis larva nyamuk yang berada di luar rumah adalah Aedes
albopictus, Culex fatigan, Anopheles sundaicus dan Armigeres sp.
39
4. Volume air mempunyai korelasi positif terhadap peningkatan jumlah
individu larva nyamuk.
B. SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan nutrisi pada
air yang tertampung pada tanaman phytotelmata yang dijadikan tempat
perindukan alami nyamuk
40
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 2011. “Atlas Entomologi Kedokteran”. EGC. Jakarta.
Arifin, A., Ibrahim, E., La ane, R. 2013. Hubungan Faktor Lingkungan Fisikdengan Keberadaan Larva Aedes Aegypti di Wilayah Endemis DBD diKelurahan Kassi-Kassi Kota Makassar 2013. Jurnal KesehatanMasyarakat. 1-8.
Azhari, M. 2014. Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap KejadianInfeksi Virus Dengue. Tesis. Program Pasca Sarjana. UniversitasDiponegoro,Semarang.
Barry, J. Dan william, 1996. The Biology Of Disease Control, University Press ofColorado.
Borror,.D.J., Triplehorn, C.A., Johnson, N.F. 1996. Pengenalan PelajaranSerangga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management For Pond Fish Culture. ElsevierScientific Publishing Company. New york.
Breeland, S.G dan loyless T.M. 1982. Journal of The Florida Anti-MosquitoAssociation. Illustrated Keys To The Mosquitoes Of The Florida AdultFemaleAnd Fourth Stage Larvae. Vol. 58 no.1982. Florids
Crongquist. 1981. An Intergrated System Of Classification Of Flowering Plants,Page 28.New Zealand. Tesis University of Canterbury.
Depkes RI.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen KesehatanRepublik Indonesia. Hal : 107-108.1039.
Depkes RI. 1998. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular PenyakitDemam Berdarah. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit MenularDan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
Depkes R.I. 2001. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. JenderalPemberantas Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan(DIT.JEN.PPM & PL).
41
Depkes RI. 2004. Perilaku dan Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti SangatPenting Diketahui dalam Melakukan Kegiatan Pemberantasan SarangNyamuk termasuk Pemantauan Larva Secara Berkala dalam BuletinHarianDepartemen Kesehatan. Jakarta.
Depkes R.I. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue diIndonesia. Depkes RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan. Jakarta.
Dodge,H.R. 1966. The Canadian Entomology. Department of Entomology.Washington State University. http://journals.cambridge.org diakses pada 6Oktober 2017.
Ernamaiyanti., Kasri, A., dan Abidin, Z. 2010. Faktor-Faktor Ekologis HabitatLarva Nyamuk Anopheles Di Desa Muara Kelantan Kecamatan SungaiMandau Kabupaten Siak Provinsi Riau Tahun 2009. Jurnal . 92-102.
Fakhira, G. 2011. Fauna Nyamuk di Pemukiman Warga di Desa Babakan diKabupaten Ciamis. Laporan Kerja Praktik Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Edisi ke-3.Soediarto, A. KoesoemaningratRMT, Natasaputra M, Akmal H, Penerjemah;Tjitrosomo SS, editor.Yogyakarta : UGM Press.
Greeney, H. F. 2001. The Insects of Plant-Held Waters: A Review andBibliography, Department of Entomology. Journal of Tropical EcologyVol.17 : 241 - 260.
Hadi, UK., S. Soviana. 2010. Ektoparasit Pengenalan, Identifikasi, danpengendaliannya. IPB Press. Bogor.
Harijanto, P. N. 2000. Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis danPenanganan.EGC. Jakarta.
Hoedojo, R. 1993. Parasitologi Kedokteran Edisi Kedua. Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. Jakarta.
Hoedojo, R dan S. Sungkar. 2013. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. BadanPenerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Hoedojo, R dan Zulhasril. 2006. Vektor Penyakit Malaria, ParasitologiKedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Jumar. 2000. Entomology Pertanian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Kitching, R. L. 1971. An Ecology Study of Water Filled Tree-Holes And TheirPosition In The Woodland Ecosystem. Journal of Animal Ecology. Vol.40
42
: 281-302.
Kitching, R.L. 2000. Food Webs and Container Habitats; The Natural Historyand Ecology of Phytotelmata.Cambridge University Press.Cambridge.
Littig, S.K and Stojanovich, 1997. C.J Mosqutoes : Characteristic of Anophelinesand Culicines. http://journals.cambridge.org diakses pada 6 Oktober 2017.
Mogi, M. and H. Suzuki. 1983. The Biotic Community in The Water – FilledInternode of Bamboos in Nagasaki Japan, With Special References toMosquito. Japananese Journal of Ecology. Vol. 33:271-279.
Munirathinam, A., R. Krishnamoorthi, G. Baskaran, Govindarajam, A. Venkateshand B.K. Tyagi. 2014. Mosquito Species Biodiversity in Phytotelmatafrom Western Ghats, South India. HALTERES. Vol. 5:56-63.
Nadifah, F., N. Farida Muhajir, D. Arisandi, Maria Owa. 2016. Identifikasi LarvaNyamuk Pada Tempat Penampungan Air Di Padukuhan Dero CondongKab. Sleman. Jurnal Kesehatan Mayarakat Andalas. Vol. 10(2) :172-178.
Nurmaini. 2001. Mengidentifikasi Vektor dan Pengendalian Nyamuk Anophelesaconitus Secara Sederhana. USU Digital Library. Medan.
Nurmaini. 2003. Mengidentifikasi Vektor dan Pengendalian Nyamuk Anophelesaconitus Secara Sederhana. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1-8.
O’ Connor, C.T. dan Soepanto, A. 1999. Kunci Bergambar Nyamuk AnophelesDewasa di Indonesia. Direktorat Jenderal Pemberantasan PenyakitMenular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta.
Oktavia, N. 2015. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah. Budi Utama. Yogyakarta
Phua Sai Gek., D. Lu, P.A. Bah ., F. S. Yoong., N. L. Ching. 2008. Some CommonMosquito Larvae in Singapore. Published by : Environmental HealthInstitute. National Environment Agency
Pentury, K. dan W Nusaly. 2011. Analisis Kepadatan Larva Nyamuk Culicudaedan Anophelidae Pada Tempat Perindukan di Negeri KamarianKecamatan Krairatu Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB). MoluccaMedika. 4(1) : 9-18.
Prabowo, A., 2004. Malaria, Mencegah Dan Mengatasinya. Puspa Swara.Jakarta.
Prasetyo, A. 2015. Keanekaragaman Phytothelmata Sebagai Tempat PerindukanAlami Nyamuk Demam Berdarah Di Kota Metro Provinsi Lampung.Seminar Nasional Sains dan Teknologi VI. 578-583.
43
Prianto, J. 2004. Atlas Parasitologi Kedokteran. Gramedia pustaka. Jakarta.
Raharjo, M. dan S.J. Sutikno. 2003. Karakteristik Wilayah sebagai DeterminanSebaran Anopheles aconitus di Kabupaten Jepara. Makalah Disampaikandalam First Congress of Indonesia Mosquito Control Association in theCommemoration of Mosquito Day. Jogjakarta.
Rosa, E. 2007. Studi Tempat Perindukan Nyamuk Vektor Demam BerdarahDengue di Dalam dan di Luar Rumah di Rajabasa Bandar Lampung.Jurnal Sains MIPA. Vol. 13:57-60.
Rosa, E. 2012. Jenis dan Tipe Phytotelmata Sebagai Tempat Perindukan AlamiNyamuk Beberapa Lokasi di Sumatera Barat. Prosiding SNSMAIP III-2012:149-153.
Rosa, E. Dahelmi, Salmah, S., Syamsuardi. 2014. Fluctuation of Diptera Larvaein Phytotelmata and Relation with Climate Variation in West SumatraIndonesia. Pakistan Journal of Biological Sciences. Vol.17: 947-951.
Sari, W., T.M. Zanaria., E. Agustina. 2008. Kajian Tempat Perindukan NyamukAedes di Kawasan Kampus Darussalam Banda Aceh. Jurnal BiologiEdukasi. Vol. 2 (3): 1-5.
Sayono., Qoniatun, S., and Mifbakhuddin. 2011. Pertumbuhan Larva Aedesaegypti pada air tercemar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia.Vol.7(1):14.
Simangunsong, S.,Naomi. 2017. Keanekaragaman Phytotelmata dan SeranggaYang Mendiaminya di Sukaharum Kelurahan Batu Putuk KecamatanTeluk Betung Barat Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA.Universitas Lampung. Bandar Lampung
Soegijanto, S. 2006. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia.Airlangga : Surabaya
Sudarmaja, IM., Sugeng, JM. 2009. Pemilihan tempat bertelur nyamuk Aedesaegypti pada air limbah rumah tangga di Laboratorium. Jurnal Veteriner.Vol. 10:205-207.
Suroso, T. 2001. Partisipasi Masyarakat dalam Pemberantasan Sarang NyamukDemam Berdarah Dengue di Porwokerto. Seminar Hasil Penelitian.Purwokerto.
Utrio, P. 1976. Annales Agriculture Fenniae. Identification Key to Finnish Larvae( Diptera, Culicidae) vol.15 128-136.
Van Steenis, C.G. 2006. Flora. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
44
Van Wyk, Ben-Erik. 2005. Food Plants Of The World. Portland : Timber Press.
Vezzani D, Rubio A, Velazquez SM, Scheigmann & Wieganol T. 2005.Detailed Assessment OI Microhabitat Suitability for Aedes aegyptiin Buenos Aires, Argentina.Acta Tropical 95:123-131.
Werdiningsih, H. 2007. Kajian Penggunaan Tanaman Sebagai Alternatif PagarRumah. Jurnal Ilmiah Perencanaan Kota dan Pemukiman. 6 (1): 32-36.