COnnecting REpositories · 2018. 2. 9. · tempat hiburan, pertokoan, pasar swalayan, dan lapangan...
Transcript of COnnecting REpositories · 2018. 2. 9. · tempat hiburan, pertokoan, pasar swalayan, dan lapangan...
RINGKASAN EKSEKUTIF
UDJU DJUANDA, Peningkatan Pemilikan Rumah Kebun MelaluiPemasaran Terpadu Dengan Pemilikan Rumah Tinggal (di bawah
bimbingan Lien Herlina dan Arif Imam Suroso).
Masyarakat di pedesaan dan pinggiran kota yang hidupnya bertani,
pada umumnya memiliki rumah, lahan pekarangan, lahan pangan berupa
sawah dan kebun yang ditanami buah-buahan, kayu dan bambu. Budaya
seperti ini sudah berlangsung secara turun temurun sejak jaman batu, masa
penjajahan sampai sekarang. Akan tetapi sangat disayangkan pada
kenyataannya sebagian besar masyarakat agraris tersebut belum dapat hidup
sejahtera dari hasil usaha pertaniannya. Belum meningkatnya kesejahteraan
para petani ini antara lain disebabkan kecilnya pemilikan lahan, mutu bibit
yang kurang baik, kualitas hasil panenan yang rendah dan terpencar serta
tidak adanya jaminan pasar terhadap produk yang dihasilkan.
Kebijaksanaan transmigrasi dan permukiman perambah hutan dalam
Repelita VI, mempunyai 2 (dua) kebijaksanaan, yaitu pertama kebijaksanaan
umum, meliputi pembangunan transmigrasi diarahkan kekawasan timur
Indonesia (KTO; pembangunan transmigrasi sebagai pendukung
pembangunan wilayah; pembangunan transmigrasi untuk membantu upaya
penanggulangan kemiskinan; pengembangan transmigrasi swakarsa mandiri
(TSM). Sedangkan kedua, yaitu kebijaksanaan khusus, meliputi
pengembangan agribisnis, agroindustri, dan usaha-usaha lain di daerah
transmigrasi; peningkatan efisiensi dan efektivitas kelembagaan transmigrasi;
serta pengembangan kualitas SDM dan pemanfaatan IPTEK.
Khususnya dalam pengembangan TSM maka perlu adanya
re-orientasi perencanaan, penyiapan, pelaksanaan, pengerahan,dan
pembinaan. Salah satu terobosan yang ditujukan untuk itu adalah melalui
pengembangan rumah kebun (agro estate), yang sangat penting dilakukan
http://www.mb.ipb.ac.id/
dalam Repelita VI dan PJPT II, dikaitkan dengan menggali dana
masyarakat melalui peran serta para investor untuk mengembangkan
permukiman transmigrasi, pengembangan berbagai pola usaha perkebunan
yang menguntungkan dan tentunya membentuk budaya gemar merantau
dall Pulau Jawa yang sekaligus ikut mengentaskan kerniskinan para petani
pada khususnya.
Rumah Kebun (agro estate) suatu bentuk usaha pengembangan
agnbisnis oleh pihak swasta dengan tata cara pemilikan rumah dan lahan
usaha untuk berbagai jenis usaha dengan pernbayaran secara tunai atau
kredit melalui dana dalam negen atau luar negen, sedangkan pola TSM agro
estate yang dikembangkan oleh Departernen Transmigrasi dan PPH calon
pesertanya berstatus TSM yang berasal dan berbagai tingkat pendapatan,
bermitra dengan investor/developer yang terlibat langsung dalam
pengembangan pola TSM agro estate.
Akan tetapi pada saat ini upaya mewujudkan rurnah kebun (agro
estate) yang diharapkan masih menghadapi berbagai kendala, baik dan segi
konsepsi, administrasi, kredit, maupun dan segi teknis pemasaran Rumah
Kebun (agro estate) itu sendin. Lebih jauh diteliti pemasaran rumah kebun
dan aspek-aspeknya yang meliputi sasaran atau target group dan pemasaran
rumah kebun ini, tingkat pengetahuan rnasyarakat tentang rumah kebun,
waktu, tempat dan bentuk informasi pernasaran yang sesuai dengan
kelompok-kelompok sasaran. Terakhir adalah manfaat rumah kebun yang
dibandingkan dengan rumah tinggal.
Sebagai tujuan dan penelitian ini adalah mengkaji ulang (review)
program "pernasaran"/penyuluhan rurnah kebun (agro estate) yang sudah
dilakukan oleh Departemen Transrnigrasi dan PPH baik di daerah asal
maupun daerah transmigrasi. Kedua, rnengkaji peluang investasi dan
para investor sekaligus menggali dana rnasyarakat dan berbagai tingkat
http://www.mb.ipb.ac.id/
pendapatan (konsep 1 : 3 : 6), Ketiga, menyusun program pemasaran
terpadu Rumah Kebun (agro estate),
Selain itu penelitian ini diharapkan berguna mendorong masyarakat
untuk berpartisipasi dalam program pola TSM yang dikaitkan dengan
kepemilikan rumah kebun (agro estate) diluar Pulau Jawa, Kedua
mendorong untuk mempercepat proses perubahan dati pertanian tradisional
ke pertanian modem, Ketiga mendorong untuk menciptakan lapangan kelja
baru, sekaligus untuk membantu memecahkan masalah pengangguran.
Keempat mendorong para developer/investor pemilikan rumah tinggal (real
etate) untuk beralih ke pemilikan rumah kebun (agro estate). Kelima
mengurangi arus urbanisasi ke kota-kota besar yang pada umumnya berasal
dati sektor pertanian. Keenam meningkatkan investasi dati pihak swasta
dalam negeti atau luar negeti sekaligus mengurangi pembiayaan yang
berasal dati Pemetintah. Ketujuh menggali dana masyarakat untuk
diinvestasikan pada kegiatan usaha yang produktif. Kedelapan mendorong
untuk mempercepat terealisimya pembangunan daerah, khususnya di luar
Pulau Jawa dan Bali.
Tolok ukur yang digunakan dalam penelitian ini, pertama para
peminat bertani dan non bertani, kedua pilihan jenis komoditi, ketiga
peminat pemilikan rumah tinggal dan pemilikan rumah kebun, keempat cara
pembayaran, kelima komposisi tingkat kemampuan, keenam informasi
tentang rumah tinggal dan rumah kebun, dan terakhir pandangan terhadap
jenis investasi.
Selanjutnya dalam penelitian ini dilakukan dengan metoda survey,
untuk mendapatkan data ptimer dati para peminat/peserta pemilik Rumah
Kebun. Sedangkan survey untuk mengetahui tingkat minat, pengetahuan,
harga yang diinginkan serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan rumah
kebun dan rumah tinggal telah diambil sampel para calon peminat rumah
kebun dan atau rumah tinggal yang diambil dengan metoda acak (random
http://www.mb.ipb.ac.id/
sampel) pegawai di Direktorat Penyiapan Lahan Pennukiman, Direktorat
Jenderal Pennukiman, Departemen Transmigrasi dan PPH, Jakarta.
Selanjutnya analisa kuantitatif yang digunakan adalah analisa model multi
attibut Fishbein dan multi attibut Angka Ideal (Engel et al,1994).
Dati hasil analisa fakta yang kongktit di lapangan terlihat bahwa cara
pemasaran rumah tinggal telah dilaksanakan secara terarah, profesional,
dan secara teratur diadakan di lokasi-Iokasi pameran khusus. Berbeda
dengan penyuluhan rumah kebun yang masih dilaksanakan secara standar
penyuluhan transmigrasi, seperti di pos-pos pelayanan transmigrasi
(POSYANTRANS), dan belum ditangani secara profesional dan terarah, baik
penentuan lokasi pemasaran atau penyuluhan maupun penyajian yang
terencana dan berkesan menatik, masih belum dilaksanakan.
Pengujian terhadap analisa fakta di lapangan dilakukan dengan
mengolah data menggunakan model multiattibut Fishbein dan multi attibut
Angka Ideal yang hasilnya memperlihatkan bahwa para responden yang
dijadikan sampel penelitian inipun masih lebih menyukai real etate dati
pada agro estate.
Selain itu diketahui pula, bahwa konsep rumah kebun ini masih belum
matang, dan belum memasyarakat, berbeda dengan rumah tinggal atau real
estate yang sudah begitu dikenal oleh segenap lapisan masyarakat.
Demikian juga persepsi yang tidak sama terjadi diantara instansi lintas
sektoral yang terkait baik secara langsung maupun tidak dengan program
pengembangan rumah kebun.
Perbedaan tingkat minat atau keinginan untuk memiliki atau
bertempat tinggal di rumah tinggal dan rumah kebun penyebabnya dapat
diawali dengan menelusuti proses pemasaran yang caranya berbeda. Ptinsip
kegiatan pengembangan pasar yang setingkali diklasilikasikan dengan 4-P,
yaitu barang (product), harga (price), pengenaIan (promotion) dan terakhir
tempat (place). Keempat vatiabel ini adalah hal yang dapat dikendalikan
http://www.mb.ipb.ac.id/
oleh si perusahaan atau pengembang (developer) baik pengembang rumah
tinggal ataupun rumah kebun. Masing-masing perusahaan pengembang
dapat mengkombinasikan ke 4 (empat) variabel dengan cara yang unik
(hanya dia dan tidak yang lain) (Kohls dan Uhl, 1985) Dalam
pelaksanaannya 4 P harus ditambah lagi satu kegiatan yaitu perencnaan
(planing) sehingga menjadi 4P+ 1P.
Sebagai produk yang baru dipasarkan, maka tata cara promosi atau
pemasaran dapat dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain dengan
mengikuti jalur pemasaran yang telah ada (pada produk sejenis)
dimaksudkan disini berupa beragam variasi atau cara yang telah ada dalam
menawarkan produk sejenis, sehingga diharapkan konsumen atau investor
yang menawarkan masih berada di lingkungan yang telah dikenalnya.
Membuka jalur pemasaran baru dengan 3 (tiga) kemungkinan strategis
pengembangan, yaitu menambah jalur pemasaran pada produk yang masih
berhubungan, menambah teknologi pada produk sejenis, atau
memperkenalkan produk yang berbeda sama sekali dari produk lama (Gross
dan Peterson, 1987).
Tata cara penyuluhan yang telah dilaksanakan cukup berhasil untuk
menarik peminat dari golongan penghasilan rendah diluar kota-kota besar,
akan tetapi perlu peningkatan metoda pemasaran yang lebih baik apabila
hendak menjaring pangsa pasar yang berkatagori penghasilan menengah
ataupun tinggi dikota-kota besar.
Data yang ada telah memperlihatkan keengganan para investor dan
pengembang rumah tinggal untuk berkiprah dalam pembangunan rumah
kebun, berdasarkan perbandingan jumlah developer rumah kebun dan
rumah tinggal yang ada serta jumlah rumah kebun dan rumah tinggal yang
telah dibangun.
Untuk mengatasi keengganan para investor ini maka perlu disusun
suatu program pemasaran rumah kebun terpadu yang memuat
http://www.mb.ipb.ac.id/
infonnasi-infonnasi positip tentang peluang-peluang dan keuntungan serta
fasilitas-fasilitas yang didapat dengan membangun atau memiliki rumah
kebun.
Demikian juga perlu diadakannya forum diskusi diantara instansi
lintas sektoral dan para investor agribisnis serta para pengembang real
estate dalam mematangkan konsep rumah kebun, sehingga dihasilkan
persepsi yang sarna terhadap apa yang dinamakan agro estate. Sedangkan
pemberian berbagai insentif terhadap para pengembang rumah kebun
diharapkan akan merangsang para developer untuk turut serta dalam
pembangunan rumah kebun.
Akhimya perlu disampaikan bahwa kendaJa utama dalam yang
ditemui dalam penulisan adalah sangat terbatasnya data-data yang ada, baik
yang langsung berhubungan dengan rumah kebun (agro estate) maupun
yang tidak langsung. Hal ini memang karena program pembangunan rumah
kebun ini baru berjalan lebih kurang 2 {dual tahun saja, itupun masih dalam
tahap uji coba.
http://www.mb.ipb.ac.id/