COnnecting REpositories · 2018. 2. 9. · tempat hiburan, pertokoan, pasar swalayan, dan lapangan...

6
RINGKASAN EKSEKUTIF UDJU DJUANDA, Peningkatan Pemilikan Rumah Kebun Melalui Pemasaran Terpadu Dengan Pemilikan Rumah Tinggal (di bawah bimbingan Lien Herlina dan Arif Imam Suroso). Masyarakat di pedesaan dan pinggiran kota yang hidupnya bertani, pada umumnya memiliki rumah, lahan pekarangan, lahan pangan berupa sawah dan kebun yang ditanami buah-buahan, kayu dan bambu. Budaya seperti ini sudah berlangsung secara turun temurun sejak jaman batu, masa penjajahan sampai sekarang. Akan tetapi sangat disayangkan pada kenyataannya sebagian besar masyarakat agraris tersebut belum dapat hidup sejahtera dari hasil usaha pertaniannya. Belum meningkatnya kesejahteraan para petani ini antara lain disebabkan kecilnya pemilikan lahan, mutu bibit yang kurang baik, kualitas hasil panenan yang rendah dan terpencar serta tidak adanya jaminan pasar terhadap produk yang dihasilkan. Kebijaksanaan transmigrasi dan permukiman perambah hutan dalam Repelita VI, mempunyai 2 (dua) kebijaksanaan, yaitu pertama kebijaksanaan umum, meliputi pembangunan transmigrasi diarahkan kekawasan timur Indonesia (KTO; pembangunan transmigrasi sebagai pendukung pembangunan wilayah; pembangunan transmigrasi untuk membantu upaya penanggulangan kemiskinan; pengembangan transmigrasi swakarsa mandiri (TSM). Sedangkan kedua, yaitu kebijaksanaan khusus, meliputi pengembangan agribisnis, agroindustri, dan usaha-usaha lain di daerah transmigrasi; peningkatan efisiensi dan efektivitas kelembagaan transmigrasi; serta pengembangan kualitas SDM dan pemanfaatan IPTEK. Khususnya dalam pengembangan TSM maka perlu adanya re-orientasi perencanaan, penyiapan, pelaksanaan, pengerahan,dan pembinaan. Salah satu terobosan yang ditujukan untuk itu adalah melalui pengembangan rumah kebun (agro estate), yang sangat penting dilakukan http://www.mb.ipb.ac.id/

Transcript of COnnecting REpositories · 2018. 2. 9. · tempat hiburan, pertokoan, pasar swalayan, dan lapangan...

RINGKASAN EKSEKUTIF

UDJU DJUANDA, Peningkatan Pemilikan Rumah Kebun MelaluiPemasaran Terpadu Dengan Pemilikan Rumah Tinggal (di bawah

bimbingan Lien Herlina dan Arif Imam Suroso).

Masyarakat di pedesaan dan pinggiran kota yang hidupnya bertani,

pada umumnya memiliki rumah, lahan pekarangan, lahan pangan berupa

sawah dan kebun yang ditanami buah-buahan, kayu dan bambu. Budaya

seperti ini sudah berlangsung secara turun temurun sejak jaman batu, masa

penjajahan sampai sekarang. Akan tetapi sangat disayangkan pada

kenyataannya sebagian besar masyarakat agraris tersebut belum dapat hidup

sejahtera dari hasil usaha pertaniannya. Belum meningkatnya kesejahteraan

para petani ini antara lain disebabkan kecilnya pemilikan lahan, mutu bibit

yang kurang baik, kualitas hasil panenan yang rendah dan terpencar serta

tidak adanya jaminan pasar terhadap produk yang dihasilkan.

Kebijaksanaan transmigrasi dan permukiman perambah hutan dalam

Repelita VI, mempunyai 2 (dua) kebijaksanaan, yaitu pertama kebijaksanaan

umum, meliputi pembangunan transmigrasi diarahkan kekawasan timur

Indonesia (KTO; pembangunan transmigrasi sebagai pendukung

pembangunan wilayah; pembangunan transmigrasi untuk membantu upaya

penanggulangan kemiskinan; pengembangan transmigrasi swakarsa mandiri

(TSM). Sedangkan kedua, yaitu kebijaksanaan khusus, meliputi

pengembangan agribisnis, agroindustri, dan usaha-usaha lain di daerah

transmigrasi; peningkatan efisiensi dan efektivitas kelembagaan transmigrasi;

serta pengembangan kualitas SDM dan pemanfaatan IPTEK.

Khususnya dalam pengembangan TSM maka perlu adanya

re-orientasi perencanaan, penyiapan, pelaksanaan, pengerahan,dan

pembinaan. Salah satu terobosan yang ditujukan untuk itu adalah melalui

pengembangan rumah kebun (agro estate), yang sangat penting dilakukan

http://www.mb.ipb.ac.id/

dalam Repelita VI dan PJPT II, dikaitkan dengan menggali dana

masyarakat melalui peran serta para investor untuk mengembangkan

permukiman transmigrasi, pengembangan berbagai pola usaha perkebunan

yang menguntungkan dan tentunya membentuk budaya gemar merantau

dall Pulau Jawa yang sekaligus ikut mengentaskan kerniskinan para petani

pada khususnya.

Rumah Kebun (agro estate) suatu bentuk usaha pengembangan

agnbisnis oleh pihak swasta dengan tata cara pemilikan rumah dan lahan

usaha untuk berbagai jenis usaha dengan pernbayaran secara tunai atau

kredit melalui dana dalam negen atau luar negen, sedangkan pola TSM agro

estate yang dikembangkan oleh Departernen Transmigrasi dan PPH calon

pesertanya berstatus TSM yang berasal dan berbagai tingkat pendapatan,

bermitra dengan investor/developer yang terlibat langsung dalam

pengembangan pola TSM agro estate.

Akan tetapi pada saat ini upaya mewujudkan rurnah kebun (agro

estate) yang diharapkan masih menghadapi berbagai kendala, baik dan segi

konsepsi, administrasi, kredit, maupun dan segi teknis pemasaran Rumah

Kebun (agro estate) itu sendin. Lebih jauh diteliti pemasaran rumah kebun

dan aspek-aspeknya yang meliputi sasaran atau target group dan pemasaran

rumah kebun ini, tingkat pengetahuan rnasyarakat tentang rumah kebun,

waktu, tempat dan bentuk informasi pernasaran yang sesuai dengan

kelompok-kelompok sasaran. Terakhir adalah manfaat rumah kebun yang

dibandingkan dengan rumah tinggal.

Sebagai tujuan dan penelitian ini adalah mengkaji ulang (review)

program "pernasaran"/penyuluhan rurnah kebun (agro estate) yang sudah

dilakukan oleh Departemen Transrnigrasi dan PPH baik di daerah asal

maupun daerah transmigrasi. Kedua, rnengkaji peluang investasi dan

para investor sekaligus menggali dana rnasyarakat dan berbagai tingkat

http://www.mb.ipb.ac.id/

pendapatan (konsep 1 : 3 : 6), Ketiga, menyusun program pemasaran

terpadu Rumah Kebun (agro estate),

Selain itu penelitian ini diharapkan berguna mendorong masyarakat

untuk berpartisipasi dalam program pola TSM yang dikaitkan dengan

kepemilikan rumah kebun (agro estate) diluar Pulau Jawa, Kedua

mendorong untuk mempercepat proses perubahan dati pertanian tradisional

ke pertanian modem, Ketiga mendorong untuk menciptakan lapangan kelja

baru, sekaligus untuk membantu memecahkan masalah pengangguran.

Keempat mendorong para developer/investor pemilikan rumah tinggal (real

etate) untuk beralih ke pemilikan rumah kebun (agro estate). Kelima

mengurangi arus urbanisasi ke kota-kota besar yang pada umumnya berasal

dati sektor pertanian. Keenam meningkatkan investasi dati pihak swasta

dalam negeti atau luar negeti sekaligus mengurangi pembiayaan yang

berasal dati Pemetintah. Ketujuh menggali dana masyarakat untuk

diinvestasikan pada kegiatan usaha yang produktif. Kedelapan mendorong

untuk mempercepat terealisimya pembangunan daerah, khususnya di luar

Pulau Jawa dan Bali.

Tolok ukur yang digunakan dalam penelitian ini, pertama para

peminat bertani dan non bertani, kedua pilihan jenis komoditi, ketiga

peminat pemilikan rumah tinggal dan pemilikan rumah kebun, keempat cara

pembayaran, kelima komposisi tingkat kemampuan, keenam informasi

tentang rumah tinggal dan rumah kebun, dan terakhir pandangan terhadap

jenis investasi.

Selanjutnya dalam penelitian ini dilakukan dengan metoda survey,

untuk mendapatkan data ptimer dati para peminat/peserta pemilik Rumah

Kebun. Sedangkan survey untuk mengetahui tingkat minat, pengetahuan,

harga yang diinginkan serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan rumah

kebun dan rumah tinggal telah diambil sampel para calon peminat rumah

kebun dan atau rumah tinggal yang diambil dengan metoda acak (random

http://www.mb.ipb.ac.id/

sampel) pegawai di Direktorat Penyiapan Lahan Pennukiman, Direktorat

Jenderal Pennukiman, Departemen Transmigrasi dan PPH, Jakarta.

Selanjutnya analisa kuantitatif yang digunakan adalah analisa model multi

attibut Fishbein dan multi attibut Angka Ideal (Engel et al,1994).

Dati hasil analisa fakta yang kongktit di lapangan terlihat bahwa cara

pemasaran rumah tinggal telah dilaksanakan secara terarah, profesional,

dan secara teratur diadakan di lokasi-Iokasi pameran khusus. Berbeda

dengan penyuluhan rumah kebun yang masih dilaksanakan secara standar

penyuluhan transmigrasi, seperti di pos-pos pelayanan transmigrasi

(POSYANTRANS), dan belum ditangani secara profesional dan terarah, baik

penentuan lokasi pemasaran atau penyuluhan maupun penyajian yang

terencana dan berkesan menatik, masih belum dilaksanakan.

Pengujian terhadap analisa fakta di lapangan dilakukan dengan

mengolah data menggunakan model multiattibut Fishbein dan multi attibut

Angka Ideal yang hasilnya memperlihatkan bahwa para responden yang

dijadikan sampel penelitian inipun masih lebih menyukai real etate dati

pada agro estate.

Selain itu diketahui pula, bahwa konsep rumah kebun ini masih belum

matang, dan belum memasyarakat, berbeda dengan rumah tinggal atau real

estate yang sudah begitu dikenal oleh segenap lapisan masyarakat.

Demikian juga persepsi yang tidak sama terjadi diantara instansi lintas

sektoral yang terkait baik secara langsung maupun tidak dengan program

pengembangan rumah kebun.

Perbedaan tingkat minat atau keinginan untuk memiliki atau

bertempat tinggal di rumah tinggal dan rumah kebun penyebabnya dapat

diawali dengan menelusuti proses pemasaran yang caranya berbeda. Ptinsip

kegiatan pengembangan pasar yang setingkali diklasilikasikan dengan 4-P,

yaitu barang (product), harga (price), pengenaIan (promotion) dan terakhir

tempat (place). Keempat vatiabel ini adalah hal yang dapat dikendalikan

http://www.mb.ipb.ac.id/

oleh si perusahaan atau pengembang (developer) baik pengembang rumah

tinggal ataupun rumah kebun. Masing-masing perusahaan pengembang

dapat mengkombinasikan ke 4 (empat) variabel dengan cara yang unik

(hanya dia dan tidak yang lain) (Kohls dan Uhl, 1985) Dalam

pelaksanaannya 4 P harus ditambah lagi satu kegiatan yaitu perencnaan

(planing) sehingga menjadi 4P+ 1P.

Sebagai produk yang baru dipasarkan, maka tata cara promosi atau

pemasaran dapat dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain dengan

mengikuti jalur pemasaran yang telah ada (pada produk sejenis)

dimaksudkan disini berupa beragam variasi atau cara yang telah ada dalam

menawarkan produk sejenis, sehingga diharapkan konsumen atau investor

yang menawarkan masih berada di lingkungan yang telah dikenalnya.

Membuka jalur pemasaran baru dengan 3 (tiga) kemungkinan strategis

pengembangan, yaitu menambah jalur pemasaran pada produk yang masih

berhubungan, menambah teknologi pada produk sejenis, atau

memperkenalkan produk yang berbeda sama sekali dari produk lama (Gross

dan Peterson, 1987).

Tata cara penyuluhan yang telah dilaksanakan cukup berhasil untuk

menarik peminat dari golongan penghasilan rendah diluar kota-kota besar,

akan tetapi perlu peningkatan metoda pemasaran yang lebih baik apabila

hendak menjaring pangsa pasar yang berkatagori penghasilan menengah

ataupun tinggi dikota-kota besar.

Data yang ada telah memperlihatkan keengganan para investor dan

pengembang rumah tinggal untuk berkiprah dalam pembangunan rumah

kebun, berdasarkan perbandingan jumlah developer rumah kebun dan

rumah tinggal yang ada serta jumlah rumah kebun dan rumah tinggal yang

telah dibangun.

Untuk mengatasi keengganan para investor ini maka perlu disusun

suatu program pemasaran rumah kebun terpadu yang memuat

http://www.mb.ipb.ac.id/

infonnasi-infonnasi positip tentang peluang-peluang dan keuntungan serta

fasilitas-fasilitas yang didapat dengan membangun atau memiliki rumah

kebun.

Demikian juga perlu diadakannya forum diskusi diantara instansi

lintas sektoral dan para investor agribisnis serta para pengembang real

estate dalam mematangkan konsep rumah kebun, sehingga dihasilkan

persepsi yang sarna terhadap apa yang dinamakan agro estate. Sedangkan

pemberian berbagai insentif terhadap para pengembang rumah kebun

diharapkan akan merangsang para developer untuk turut serta dalam

pembangunan rumah kebun.

Akhimya perlu disampaikan bahwa kendaJa utama dalam yang

ditemui dalam penulisan adalah sangat terbatasnya data-data yang ada, baik

yang langsung berhubungan dengan rumah kebun (agro estate) maupun

yang tidak langsung. Hal ini memang karena program pembangunan rumah

kebun ini baru berjalan lebih kurang 2 {dual tahun saja, itupun masih dalam

tahap uji coba.

http://www.mb.ipb.ac.id/