ANALISIS RESPONS VIBRASI BANGUNAN BERTINGKAT...
Embed Size (px)
Transcript of ANALISIS RESPONS VIBRASI BANGUNAN BERTINGKAT...
-
i
TUGAS AKHIR TF 141581
ANALISIS RESPONS VIBRASI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI UNTUK DETEKSI KERUSAKAN ANGGUN DIYANITA NRP 2414 106 011 Dosen Pembimbing: Ir. Jerri Susatio, MT Departemen Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017
-
ii
Final Project TF 141581
VIBRATION ANALYSIS OF HIGH RISE BUILDING FOR DAMAGE DETECTION ANGGUN DIYANITA NRP 2414 106 011 Supervisor: Ir. Jerri Susatio, MT Engineering Physics Department Faculty of Industrial Technology Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017
-
ii
-
ii
-
v
ANALISIS RESPONS VIBRASI
BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI
UNTUK DETEKSI KERUSAKAN
Nama mahasiswa : Anggun Diyanita
NRP : 2414106011
Departemen : Teknik Fisika, FTI-ITS
Pembimbing : Ir. Jerri Susatio, MT
Abstrak
Semakin tinggi bangunan dan semakin lama
penggunaan maka akan menyebabkan bangunan semakin
rentan terhadap gangguan seperti angin maupun gempa bumi
terhadap ketahanan struktur bangunan tersebut serta
menyebabkan kerusakan yang berakumulasi. Untuk
menghindari kerusakan yang tidak terdeteksi yang
berpotensial menyebabkan kerugian yang lebih besar, tentu
sangat dibutuhkan monitoring deteksi kerusakan struktur
untuk mengetahui lebih dini kerusakan yang mungkin akan
ditimbulkan, lokasi kerusakan, dan tingkat kerusakan. Dalam
tugas akhir ini, deteksi kerusakan struktur dengan analisis
vibrasi yang ditandai dengan simpangan maksimum antar
tingkat didapatkan dengan menggunakan metode State Space
yang kemudian dianalisis kerusakan yang terjadi dengan
berdasarkan kinerja batas layan dan batas ultimit sesuai
dengan SNI-1796-2002. Hasil analisis menunjukkan bahwa
kerusakan paling parah yang ditandai dengan simpangan
maksimum akibat gempa terjadi di lantai 15, yaitu sebesar
5,61 cm untuk gempa berkekuatan 5 Skala Richter, 6,36 cm
untuk gempa berkekuatan 6 Skala Richter, 6,80 cm untuk
gempa berkekuatan 7 Skala Richter, dan 7,63 cm untuk gempa
berkekuatan 8 Skala Richter.
Kata kunci: vibrasi, gempa, bangunan bertingkat, deteksi
kerusakan
-
vi
VIBRATION ANALYSIS OF HIGH RISE BUILDING
FOR DAMAGE DETECTION
Name : Anggun Diyanita
NRP : 2414106011
Department : Teknik Fisika, FTI-ITS
Supervisor : Ir. Jerri Susatio, MT
Abstract
The higher and the longer service period of building
will cause it more susceptible to disturbances such as strong
wind and earthquake. As an attempt to prevent the undetected
structural damages that will cause a higher losses, monitoring
damage detection is needed to determine the damage which
may occur, the location of the damage column, and the level
of structural damage. Vibration analysis of high-rise building
for damage detection has been done by analyzing the
maximum displacement in every storey when it is excited by 5
Richter Scale, 6 Richter Scale , 7 Richter Scale , dan 8 Richter
Scale of earthquake. The maximum displacement of each
storey obtained by using State Space method, then the damage
caused by earthquake is analyzed based on the performance
limit and the ultimate limit of serviceability according to SNI-
1796-2002. The analysis showed that the most severe damage
occurred in the 15th floor with the maximum displacements
are 5,61 cm for 5 Richter Scale, 6,36 cm for 6 Richter Scale ,
6,80 cm for 7 Richter Scale , dan 7,63 cm for 8 Richter Scale
earthquakes.
Keywords: vibration, earthquake, high rise building, damage
detection
-
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................. iii
ABSTRAK ..............................................................................v
ABSTRACT ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................x
DAFTAR TABEL ................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................1
1.2 Rumusan Permasalahan......................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................2
1.4 Batasan Masalah .................................................................2
1.5 Sistematika Penulisan .........................................................2
BAB II TEORI PENUNJANG
2.1 Getaran ...............................................................................4
2.2 Elemen-elemen Penyusun Sistem Getaran .........................4
2.3 Sistem Getaran Dua Derajat Kebebasan ............................6
2.4 Gempa Bumi ......................................................................7
2.5 Ukuran Gempa dalam Magnitudo ......................................8
2.6 Kolom ...............................................................................10
2.7 Kekakuan Struktur ...........................................................11
2.8 Metode State Space ..........................................................12
2.9 Evaluasi Kinerja Struktur .................................................12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir ....................................................................15
3.2 Model Fisik Bangunan .....................................................16
3.3 Menentukan Massa dan Kekakuan ...................................18
3.4 Data Bangunan Objek Tugas Akhir .................................19
3.5 Pemodelan State Space.....................................................19
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Sinyal Pengganggu ...........................................................25
4.2 Respons Setiap Lantai untuk Gempa 5 SR .......................27
4.3 Respons Setiap Lantai untuk Gempa 6 SR .......................28
-
viii
4.4 Respons Setiap Lantai untuk Gempa 7 SR .......................30
4.5 Respons Setiap Lantai untuk Gempa 8 SR .......................32
4.6 Kinerja Batas Layan Setiap Lantai ...................................34
4.7 Kinerja Batas Ultimit Setiap Lantai .................................38
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sistem getaran dengan dua derajat kebebasan ........... 7
Gambar 2.2 Fokus dan epicenter ................................................... 8
Gambar 3.1 Diagram alir tugas akhir .......................................... 15
Gambar 3.2 Model fisik bangunan bertingkat limabelas ............ 16
Gambar 3.3 Sistem massa-pegas bangunan bertingkat
limabelas ..................................................................................... 16
Gambar 4.1 Gaya pengganggu 5 SR dengan durasi 60 detik ...... 25
Gambar 4.2 Gaya pengganggu 6 SR dengan durasi 60 detik ...... 25
Gambar 4.3 Gaya pengganggu 7 SR dengan durasi 60 detik ...... 26
Gambar 4.4 Gaya pengganggu 8 SR dengan durasi 60 detik ...... 26
Gambar 4.5 Respons lantai 1 (a) simpangan (b) kecepatan ........ 27
Gambar 4.6 Respons lantai 5 (a) simpangan (b) kecepatan ........ 27
Gambar 4.7 Respons lantai 10 (a) simpangan (b) kecepatan ...... 28
Gambar 4.8 Respons lantai 15 (a) simpangan (b) kecepatan ...... 28
Gambar 4.9 Respons lantai 1 (a) simpangan (b) kecepatan ........ 29
Gambar 4.10 Respons lantai 5 (a) simpangan (b) kecepatan ...... 29
Gambar 4.11 Respons lantai 10 (a) simpangan (b) kecepatan .... 30
Gambar 4.12 Respons lantai 15 (a) simpangan (b) kecepatan .... 30
Gambar 4.13 Respons lantai 1 (a) simpangan (b) kecepatan ...... 31
Gambar 4.14 Respons lantai 5 (a) simpangan (b) kecepatan ...... 31
Gambar 4.15 Respons lantai 10 (a) simpangan (b) kecepatan .... 32
Gambar 4.16 Respons lantai 15 (a) simpangan (b) kecepatan .... 32
Gambar 4.17 Respons lantai 1 (a) simpangan (b) kecepatan ...... 33
Gambar 4.18 Respons lantai 5 (a) simpangan (b) kecepatan ...... 33
Gambar 4.19 Respons lantai 10 (a) simpangan (b) kecepatan .... 34
Gambar 4.20 Respons lantai 15 (a) simpangan (b) kecepatan .... 34
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Magnitudo, efek karakteristik, frekuensi dan skala
MMI gempa bumi ..................................................................10
Tabel 4.1 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 5 SR ........35
Tabel 4.2 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 6 SR ........35
Tabel 4.3 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 7 SR ........36
Tabel 4.4 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 8 SR ........37
Tabel 4.5 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 5 SR ........38
Tabel 4.6 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 6 SR ........39
Tabel 4.7 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 7 SR ........39
Tabel 4.8 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 8 SR ........39
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
cepatnya laju pertumbuhan penduduk, dan semakin
sempitnya lahan khususnya di wilayah perkotaan
memungkinkan pesatnya pembangunan bangunan-bangunan
bertingkat tinggi sekarang ini. Namun, semakin tinggi
bangunan dan semakin lama penggunaan maka akan
menyebabkan bangunan semakin rentan terhadap gangguan
seperti angin maupun gempa bumi terhadap ketahanan
struktur bangunan tersebut serta menyebabkan kerusakan
yang berakumulasi. Untuk tujuan keamanan dan
kenyamanan serta untuk menghindari kerusakan yang tidak
terdeteksi yang berpotensial menyebabkan kerugian yang
lebih besar, tentu sangat dibutuhkan monitoring deteksi
kerusakan struktur untuk mengetahui lebih dini kerusakan
yang mungkin akan ditimbulkan, lokasi kerusakan, dan
tingkat kerusakan. Sehingga, informasi tersebut dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
maintenance yang tepat.[1]
Analisis respons vibrasi dengan mendeteksi kerusakan
melalui monitoring kesehatan struktur telah banyak
dilakukan sebagai upaya untuk mencegah kerusakan salah
satunya adalah dengan analisis vibrasi. Seperti yang
dilakukan oleh I. Kondo dan T. Hamamoto, yaitu deteksi
kerusakan menggunakan pemodelan ARMA dengan
mengidentifikasi parameter modal dari struktur bangunan
untuk mengetahui dimana lokasi lantai yang rusak dan
mendeteksi kerusakan pada kolom penyangga bangunan[2]
.
Dan, Q. Huang, dkk, melakukan penelitian tentang deteksi
kerusakan bangunan menggunakan metode Frequency
-
2
Response Function (FRF) untuk mendeteksi dan
mengkuantifikasi kerusakan tunggal maupun jamak pada
struktur bangunan dengan eksitiasi penuh maupun eksitasi
setengah berdasarkan metode FRF[3]
.
Tugas akhir ini mempresentasikan tentang analisis
vibrasi bangunan bertingkat limabelas untuk mendeteksi
kerusakan struktur yang dapat terjadi akibat gempa bumi. 1.2 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka
permasalahan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana melakukan analisis respons vibrasi pada bangunan
bertingkat limabelas?
2. Bagaimana menentukan lokasi kerusakan dari bangunan bertingkat limabelas yang ditandai dengan simpangan dan
kecepatan simpangan terbesar?
1.3 Tujuan
Dari permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk melakukan analisis respon vibrasi pada bangunan
bertingkat limabelas.
2. Untuk menentukan lokasi kerusakan dari bangunan bertingkat limabelas yang ditandai dengan simpangan dan kecepatan
simpangan terbesar.
1.4 Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang
muncul, maka dalam pengerjaan tugas akhir ini diambil
beberapa batasan masalah sebagai berikut: 1. Objek penelitian merupakan bangunan bertingkat tinggi
dengan 15 lantai dan khusus untuk bangunan apartment.
2. Nilai redaman atau C diabaikan. 3. Beton yang digunakan untuk menentukan nilai kekakuan
adalah beton ready mix K-300.
-
3
3
4. Gaya eksitasi bangunan hanya dipengaruhi oleh gempa bumi arah horizontal yang berkekuatan 5 Skala Richter, 6 Skala
Richter, 7 Skala Richter, dan 8 Skala Richter.
1.5 Sistematika Penulisan Sistematika laporan yang digunakan dalam penyusunan
laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan, batasan
masalah, dan sistematika laporan.
BAB II TEORI PENUNJANG
Berisi tentang teori mengenai getaran secara umum, sistem
getaran dengan dua derajat kebebasan, energi gempa bumi dengan
Skala Richter, dan metode yang digunakan dalam tugas akhir.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
penyelesaian tugas akhir yang meliputi langkah-langkah
penelitian yang dituliskan dalam diagram alir dan langkah-
langkah analisis yang dilakukan untuk menyelesaikan tugas akhir
ini.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang hasil analisis dan pembahasan tugas akhir.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dalam tugas
akhir serta saran yang dapat diberikan untuk penelitian
selanjutnya.
-
4
Halaman ini memang dikosongkan
-
5
BAB II
TEORI PENUNJANG
2.1 Getaran Getaran adalah gerak bolak-balik atau gerak osilasi
suatu benda di sekitar kesetimbangan. Gerakan dapat berupa
benturan yang berulang secara berkelanjutan dan dapat juga
berupa gerakan acak yang tidak beraturan.
Getaran dapat diklasifikasikan dalam beberapa macam,
antara lain:
1. Getaran bebas adalah getaran yang terjadi pada suatu sistem tanpa ada pengaruh gaya luar (eksitasi) selain gaya
dari sistem itu sendiri. Contoh dari getaran bebas adalah
gerakan pendulum.
2. Getaran paksa adalah getaran yang terjadi karena pengaruh dari gaya luar (eksitasi). Jika gaya eksitasi tersebut
berisolasi, maka sistem dipaksa untuk bergetar pada
frekuensi dari gaya eksitasi tersebut. Apabila sistem
berisolasi pada frekuensi yang sama frekuensi naturalnya
maka sistem akan mengalami keadaan resonansi yang dapat
menimbulkan bahaya.
3. Getaran tak teredam adalah getaran yang tidak membuat sistem kehilangan energi akibat tahanan selama berisolasi.
4. Getaran teredam adalah getaran yang membuat sistem kehilangan energi akibat tahanan selama sistem berisolasi.
2.2 Elemen-elemen Penyusun Sistem Getaran Pada sistem getaran, terdapat 3 buah elemen utama
yaitu massa, kekakuan dan redaman. Ketiga elemen tersebut
umumnya disebut sebagai karakteristik dinamik struktur.
2.2.1 Elemen Massa atau Inersia Inersia atau kelembaman merupakan sifat
kecenderungan suatu benda untuk melawan beban aksi yang
diterimanya. Umumnya benda memiliki kapasitas bertahan
terhadap benda lain dan apabila benda tersebut tidak dapat
bertahan dari beban yang diterima, maka benda tersebut akan
hancur. Ketahanan benda dinyatakan dengan gerakan sebagai
-
6
bentuk tambahan energi yang diterima dari beban yang
diberikan. Gerakan ini merupakan ciri dari kelembaman
benda. Namun, hal ini dapat berbeda apabila elemen massa
atau inersia diasumsikan sebagai benda rigid dimana benda
dapat menerima atau kehilangan energi kinetik ketika
kecepatan benda tersebut berubah.
2.2.2 Kekakuan Kekakuan diasumsikan sebagai penghubung antar
benda dengan massa tergumpal. Kekakuan memiliki elastisitas
atau idealisasi seperti benda pegas. Apabila sifat elastisitas
dikatakan linier, maka hubungan untuk kekakuan tersebut
disebut kekakuan linier. Kekakuan linier adalah salah satu
jenis penghubung mekanik yang secara umum diasumsikan
dengan massa dan efek redamannya diabaikan.
Kekakuan adalah salah satu karakteristik dinamik
struktur bangunan yang sangat penting selain massa. Antara
massa dan kekakuan strukur memiliki hubungan yang unik
yang umumnya disebut sebagai karakteristik diri atau
eigenvektor. Hubungan tersebut akan menentukan nilai
frekuensi sudut dan periode getar struktur. Kedua parameter
tersebut sangat penting dan sangat mempengaruhi respons
dinamik stuktur.
2.2.3 Redaman Umumnya, energi getaran yang timbul dari proses
gerakan benda diserap oleh udara sebagai panas atau bunyi
yang disebabkan oleh pelepasan energi karena adanya gerakan
antar molekul di dalam material, gesekan dengan udara,
maupun gesekan antar alat penyusun sistem. Karena redaman
berfungsi untuk melepaskan energi, maka hal ini dapat
mengurangi respons dari sistem atau struktur.
2.3 Sistem Getaran Dua Derajat Kebebasan Bangunan dengan dua lantai dapat dimodelkan dengan
sistem getaran dua derajat kebebasan. Sistem getaran dengan
dua derajat kebebasan adalah sistem yang mempunyai dua
pegas dan dua beban dalam setiap arah gaya atau modus yang
ada, seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.1.
-
7
m1
k1 c1
m2
k2 c2
x1
x2
Gambar 2.1 Sistem getaran dengan dua derajat kebebasan
Persamaan gerak untuk sistem dengan dua derajat
kebebasan dapat diperoleh dengan prinsip keseimbangan dari
gaya-gaya yang bekerja pada sistem tersebut, yaitu gaya luar
dan gaya-gaya lainnya yang terjadi akibat adanya gerakan-
gerakan pada sistem tersebut, seperti gaya inersia, gaya
redaman, dan gaya elastic pegas. Dari sistem getaran dua
derajat kebebasan tersebut, maka dapat dituliskan persamaan
geraknya adalah sebagai berikut:
(2.1)
(2.2)
Untuk memodelkan struktur dengan dua derajat
kebebasan seperti di atas, massa m merupakan massa struktur
tergumpal yang terdiri dari setengah dari massa kolom
ditambah dengan massa pelat lantai, massa dari balok, dan
massa atau beban lain yang bekerja pada sistem tersebut.
2.4 Gempa Bumi Menurut teori elastic rebound yang diusulkan oleh HF.
Reid berdasarkan studi terhadap retakan yang terjadi di San
Andreas Fault pada waktu terjadi gempa San Fransisco pada
tahun 1906, menjelaskan tentang shallow earthquake yang
terjadi karena suatu proses tektonik. Kerak bumi terdiri atas
beberapa lempeng yang bergerak antara satu terhadap yang
lain. Batas antara dua buah lempeng dinamakan dengan
retakan kerak bumi atau sesaran (fault). Penyebab gempa
-
8
adalah adanya pelepasan elastic strain energy yang terjadi
dengan tiba-tiba. Elastic strain energy ini tertumpuk karena
adanya gerakan antara lempengan kerak bumi. Bila pada suatu
tempat tertentu fracture strength dari kerak bumi terlampaui,
titik ini akan melepaskan elastic strain energy yang
merupakan penyebab terlampauinya fracture strength di titik-
titik lainnya. Dengan demikian, maka akan terjadi pelepasan
energi yang sangat besar yang mengakibatkan terjadinya
gempa bumi.
Hypocenter merupakan pusat gempa yang terdapat di
dalam bumi, sedangkan epicenter adalah titik di permukaan
bumi tepat di atas hypocenter. Suatu gempa dinamakan gempa
dangkal (shallow focus earthquake) bila pusat gempa terletak
antara 0 sampai 70 km. Sedangkan, apabila pusat gempa
terletak antara 70 sampai 300 km, maka gempa tersebut
dinamakan gempa menengah (intermediate focus earthquake),
serta gempa yang berpusat lebih dalam dari 300 km
dinamakan gempa dalam (deep focus earthquake).
Gambar 2.2 Fokus dan epicenter
2.5 Ukuran Gempa dalam Magnitudo Gaya eksitasi yang digunakan sebagai gaya pengganggu
dalam tugas akhir ini adalah amplitudo gempa yang dihitung
dari magnitudo gempa bumi. Magnitudo gempa adalah
-
9
kekuatan gempa bumi berdasarkan energi yang dipancarkan
ketika terjadi gempa bumi. Persamaan yang paling umum
dipakai untuk menentukan besar magnitudo gempa diusulkan
oleh Ricther sebagai berikut:
(2.3)
Dalam persamaan di atas, A adalah amplitudo maksimum
dalam mm yang tercatat dengan alat standart pada jarak 100
km dari epicenter. Alat tersebut adalah Wood-Anderson
seismograf dengan periode natural 0,8 detik, magnifikasi statis
sebesar 2800 dan rasio redaman sebesar 0,8. A0 adalah
amplitudo dari gempa standart yang besarnya adalah 10-3
mm
untuk jarak 100 km. Gempa standart ini dinamakan zero shock
karena A sama dengan A0 sehingga didapatkan M=0, atau
dengan kata lain gempa standart adalah gempa yang memiliki
magnitudo nol pada skala Richter.
Karena letak seismograf biasanya tidak terletak tepat
pada 100 km dari epicenter atau lebih dari 100 km, maka
amplitudo A diperoleh dengan cara extrapolasi dari amplitudo
yang tercatat.
Skala Richter didefinisikan sebagai logaritma (basis 10)
dari amplitudo maksimum, yang diukur dalam satuan
mikrometer, dari rekaman gempa bumi oleh instrument
pengukur gempa (seismometer).
Richter dan Guttenberg (1954) menemukan perhitungan
untuk menentukan besarnya energi gempa bumi berdasarkan
magnitudonya sebagai berikut:
(2.6) (2.5)
dengan: E adalah energi dalam erg (dyne/cm)
M adalah magnitudo gempa bumi (skala Richter)
Pada tahun 1956, Richter dan Guttenberg merevisi
rumus tersebut menjadi:
-
10
(2.7) Yang digunakan untuk menghitung energi gempa dengan M >
7. Rumus-rumus tersebut merupakan rumus empiris yang
dibuat berdasarkan gempa-gempa yang telah terjadi.
Ukuran gempa dalam Skala Richter dan dampak yang
ditimbulkan dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Magnitudo, efek karakteristik, frekuensi dan skala
MMI gempa bumi
2.6 Kolom Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur
yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu
elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari
-
11
suatu bangunan sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang menyebabkan runtuhnya lantai
yang bersangkutan dan juga runtuh total seluruh struktur
(Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan
kolom sebagai komponen struktur bangunan yang tugas
utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali
dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus
beban seluruh bangunan ke pondasi. Kolom termasuk struktur
utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban
angin. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap yang akan
meneruskan beban yang diterima ke kolom. Seluruh beban
yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di
bawahnya. Sehingga, sebuah bangunan akan aman dari
kerusakan apabila besar dan jenis pondasi sesuai dengan
perhitungan. Namun, kondisi tanah juga harus dapat menerima
beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan
meneruskannya ke pondasi, sehingga pondasi yang dibuat
harus kuat terutama untuk konstruksi bangunan bertingkat.
2.7 Kekakuan Struktur Kekakuan struktur tiap kolom dihitung dengan
menggunakan persamaan:
(2.8)
dengan,
(2.9)
dimana:
K merupakan kekakuan kolom (kg/m)
I merupakan momen inersia (m4)
L merupakan panjang kolom (m)
B dan h merupakan dimensi kolom (m)
E merupakan modulus elastisitas beton yaitu (kg/m
2)
-
12
karena beton yang digunakan pada tugas akhir adalah beton
ready mix K-300 maka fc’ = 25
2.8 Metode State Space State space merupakan ruang berdimensi n dengan
sumbu-sumbu x1, x2, …, xn. Setiap state (keadaan) dapat
terletak di suatu titik di dalam ruang tersebut.
Dalam metode state space, terdapat 3 variabel utama
yang digunakan dalam analisis, yaitu:
1. Variabel-variabel input 2. Variabel-variabel output 3. Variabel-variabel state
Dalam representasi state space, jumlah variabel state
yang digunakan adalah sama untuk sistem yang sama.
Persamaan metode State Space adalah sebagai berikut:
(2.10) (2.11)
dengan,
adalah matriks turunan dari matriks x u adalah matriks input
y adalah matriks output
A, B, C, D adalah matriks variabel state space
2.9 Evaluasi Kinerja Struktur 2.9.1 Kinerja Batas Layan
Kinerja batas layan (berdasarkan pasal 8.1.1 SNI
03-1726-2002) struktur gedung ditentukan oleh simpangan
antar-tingkat akibat pengaruh Gempa Rencana, untuk
membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang
berlebihan, disamping untuk mencegah kerusakan non-struktur
dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar-tingkat ini
harus dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat
pengaruh Gempa Nominal yang telah dibagi faktor skala.
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan
struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat
yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh
-
13
melampaui 0,03/R kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau
30 mm, bergantung yang mana yang nilainya kecil.
2.9.2 Kinerja Batas Ultimit Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan
oleh simpangan dan simpangan antartingkat maksimum
struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana dalam
kondisi struktur gedung diambang keruntuhan, untuk
membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur
gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan
untuk mencegah benturan berbahaya antar-gedung atau antar
bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela
dilatasi). Sesuai pasal 4.3.3 simpangan dan simpangan
antartingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung
akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu
faktor pengali ζ sebagai berikut:
a. untuk gedung beraturan
(2.12)
b. untuk gedung tidak beraturan
(2.13)
dimana R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung
tersebut dan Faktor Skala adalah sebagai berikut,
(2.14)
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit
struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat
yang dihitung dari simpangan struktur gedung, tidak boleh
melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.
-
14
Halaman ini memang dikosongkan
-
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Dalam tugas akhir ini, terdapat beberapa tahapan sesuai
dengan diagram alir di bawah ini:
Mulai
Studi literatur
Menentukan model fisik
bangunan
Menentukan persamaan
gerak
Menentukan nilai massa (M)
dan kekakuan (K)
Menentukan respon
displacement setiap lantai
Menentukan lokasi lantai
yang rusak dengan
menganalisis respon yang
dihasilkan kemudian
dilakukan pembahasan
Selesai
-
16
Gambar 3.1 Diagram alir tugas akhir
3.2 Model Fisik Bangunan Bentuk fisik bangunan bertingkat limabelas dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 3
Lantai 15
(a) (b)
Gambar 3.2 Model fisik bangunan bertingkat limabelas
m1
k1
m2
k2
m14
m15
k15
x1
x2
x14
x15
y Gambar 3.3 Sistem massa-pegas bangunan bertingkat limabelas
Dari gambar 3.3 gerakan tanah secara mendatar
digambarkan dengan perubahan posisi y.
-
17
Persamaan gerak untuk masing-masing lantai bangunan
berdasarkan gambar 3.3 adalah sebagai berikut:
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 3
Lantai 4
Lantai 5
Lantai 6
Lantai 7
Lantai 8
Lantai 9
Lantai 10
Lantai 11
Lantai 12
Lantai 13
Lantai 14
Lantai 15
-
18
dengan x pada persamaan gerak di atas adalah simpangan akibat
getaran gempa. Respon getaran untuk masing-masing lantai akan
diperoleh dengan menggunakan metode State Space.
Gaya pengganggu y ditentukan dari amplitudo terbesar
gempa bumi berkekuatan 5 Skala Richter, 6 Skala Richter, 7
Skala Richter dan 8 Skala Richter dengan durasi masing-masing
60 detik. Gempa bumi berkekuatan 5 Skala Richter, 6 Skala
Richter, 7 Skala Richter dan 8 Skala Richter merupakan gempa
yang sering terjadi di Indonesia. Kenaikan Skala Richter sebesar
0,5 tidak banyak mempengaruhi besar amplitudo yang didapat.
Sehingga dalam tugas akhir ini, gaya gempa yang diambil adalah
bilangan bulat 5, 6, 7, dan 8 Skala Richter.
3.3 Menentukan Massa dan Kekakuan 3.3.1 Menentukan Massa
Massa untuk bangunan bertingkat limabelas merupakan
massa tergumpal yang konsentrasi beban akan terpusat pada
setiap lantai tingkat bangunan.
Massa setiap lantai dihitung didapat dari penjumlahan
dari massa setengah kolom ke atas, massa setengah kolom ke
bawah, massa balok, massa lantai, dan massa penutup keramik.
3.3.2 Menentukan Kekakuan Kekakuan setiap lantai dari bangunan bertingkat
limabelas didapatkan dari perhitungan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
dengan
dimana:
K merupakan kekakuan kolom (kg/cm)
I merupakan momen inersia (cm4)
L merupakan panjang kolom (cm)
B dan h merupakan dimensi kolom (cm)
-
19
E merupakan modulus elastisitas beton yaitu (mpa atau kg/cm
2)
Karena beton yang digunakan pada tugas akhir adalah beton
ready mix K-300 maka fc’ = 25
3.4 Data Bangunan Objek Tugas Akhir Berikut merupakan data bangunan yang digunakan sebagai
objek dalam tugas akhir:
Luas bangunan : 20 m x 15 m = 400 m2
Massa lantai 1 : 257.926 kg
Massa lantai 2-15 : 237.605 kg
Kekakuan lantai 1 : 69304.32 kg/cm
Kekakuan lantai 2-15 : 202053.42 kg/cm
Jumlah kolom per lantai : 9 buah
Dimensi kolom : 80x80 cm
Panjang kolom lantai 1 : 5 m
Panjang kolom lantai 2-15 : 3.5 m
3.5 Pemodelan State Space Pemodelan State Space merupakan metode analisis untuk
memodelkan sistem yang kompleks, yang digunakan untuk
menganalisis sistem dengan banyak input dan banyak output atau
MIMO (Multiple Input Multiple Input). Parameter-parameter
State Space adalah sebagai berikut:
adalah matriks turunan dari matriks x, u adalah matriks input, dan y adalah matriks output, serta A, B, C, D adalah
matriks parameter state space. Matriks A, B, C, D didapatkan dari
merekonstruksi persamaan gerak setiap lantai menjadi satu
kesatuan matriks.
-
20
Matriks A merupakan matriks dengan ukuran 30x30,
sehingga untuk memudahkan penulisan maka matriks tersebut
dipotong menjadi 15 matriks sebagai berikut:
dan matriks a, b, c, d, e, f, g, h, dan i adalah sebagai berikut:
A
a
d
g
b
e
h
c
f
i
a
0
k1 k2( )
m1
0
k2
m2
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k2
m1
0
k2 k3( )
m2
0
k3
m3
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k3
m2
0
k3 k4( )
m3
0
k4
m4
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k4
m3
0
k4 k5( )
m3
0
k5
m5
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k5
m4
0
k5 k6( )
m5
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
-
21
b
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k6
m5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
c
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
d
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k6
m6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-
22
e
0
k6 k7( )
m6
0
k7
m7
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k7
m6
0
k7 k8( )
m7
0
k8
m8
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k8
m7
0
k8 k9( )
m8
0
k9
m9
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k9
m8
0
k9 k10( )
m9
0
k10
m10
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k10
m9
0
k10 k11( )
m10
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
f
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k11
m10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
g
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-
23
Matriks B merupakan matriks dengan ukuran 1x30 yang
dipotong menjadi dua bagian dan dituliskan sebagai berikut:
h
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k11
m11
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
i
0
k11 k12( )
m11
0
k12
m12
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k12
m11
0
k12 k13( )
m12
0
k13
m13
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k13
m12
0
k13 k14( )
m13
0
k14
m14
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k14
m13
0
k14 k15( )
m14
0
k15
m15
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
k15
m14
0
k15 k14( )
m15
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
Bb1
b2
b1 0k1y
m10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
T
-
24
Matriks C merupakan matriks identitas yang berukuran
15x30, untuk memudahkan penulisan maka matriks dipotong
sebagai berikut:
Matriks D adalah matriks kondisi awal yang berukuran
1x30, yang dipotong menjadi 2 bagian sebagai berikut:
b2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0( )T
C
c1
c3
c5
c2
c4
c6
c1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
c2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
c3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
c4
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
c6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
c5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Dd1
d2
d1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0( )T
d2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0( )T
-
25
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Sinyal Pengganggu Sinyal pengganggu yang didapat dari gempa bumi
berkekuatan 5 SR, 6 SR, 7 SR, dan 8 SR adalah sebagai
berikut:
(4.1)
Gambar 4.1 Gaya pengganggu 5 SR dengan durasi 60 detik
Sinyal pengganggu y1(t) pada gambar 4.1 merupakan
getaran yang diakibatkan oleh gempa 5 Skala Richter dengan
amplitudo maksimum 0,07 pada detik ke-10 sampai detik ke-
70.
(4.2)
Gambar 4.2 Gaya pengganggu 6 SR dengan durasi 60 detik
-
26
Sinyal pengganggu y2(t) pada gambar 4.2 merupakan
getaran yang diakibatkan oleh gempa 6 Skala Richter dengan
amplitudo maksimum 0,08 pada detik ke-10 sampai detik ke-
70.
(4.3)
Gambar 4.3 Gaya pengganggu 7 SR dengan durasi 60 detik
Sinyal pengganggu y3(t) pada gambar 4.3 merupakan
getaran yang diakibatkan oleh gempa 7 Skala Richter dengan
amplitudo maksimum 0,09 pada detik ke-10 sampai detik ke-
70.
(4.4)
Gambar 4.4 Gaya pengganggu 8 SR dengan durasi 60 detik
Sinyal pengganggu y4(t) pada gambar 4.4 merupakan
getaran yang diakibatkan oleh gempa 8 Skala Richter dengan
amplitudo maksimum 0,101 pada detik ke-10 sampai detik
ke-70.
-
27
4.2 Respons Setiap Lantai untuk Gempa 5 SR Berikut merupakan respons vibrasi yang berupa
simpangan (cm) setelah diberikan gaya pengganggu berupa
gempa bumi berkekuatan 5 Skala Richter untuk lantai 1, 5, 10
dan 15.
Gambar 4.5 Respons lantai 1 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.5 (a) adalah respons simpangan lantai 1
yang memiliki simpangan maksimum sebesar 4,69 cm pada
detik ke-60 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 1,12
cm.
Gambar 4.6 Respons lantai 5 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.6 (a) adalah respons simpangan lantai 5
yang memiliki simpangan maksimum sebesar 5,25 cm pada
detik ke-65 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 0,15
cm.
-
28
Gambar 4.7 Respons lantai 10 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.7 (a) adalah respons simpangan lantai 10
yang memiliki simpangan maksimum sebesar 5,58 cm pada
detik ke-68 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 0,15
cm.
Gambar 4.8 Respons lantai 15 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.8 (a) adalah respons simpangan lantai 15
yang memiliki simpangan maksimum sebesar 5,61 cm detik
ke-68 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 0,15 cm.
4.3 Respons Setiap Lantai untuk Gempa 6 SR Berikut merupakan respons vibrasi yang berupa
simpangan (cm) setelah diberikan gaya pengganggu berupa
gempa bumi berkekuatan 6 Skala Richter untuk lantai 1, 5, 10
dan 15.
-
29
Gambar 4.9 Respons lantai 1 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.9 (a) adalah respons simpangan lantai 1
yang memiliki simpangan maksimum sebesar 5,32 cm detik
ke-61 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 1,27 cm.
Gambar 4.10 Respons lantai 5 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.10 (a) adalah respons simpangan lantai 5
yang memiliki simpangan maksimum sebesar 5,96 cm detik
ke-64 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 0,17 cm.
-
30
Gambar 4.11 Respons lantai 10 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.11 (a) adalah respons simpangan lantai
10 yang memiliki simpangan maksimum sebesar 6,34 cm detik
ke-69 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 0,17 cm.
Gambar 4.12 Respons lantai 15 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.12 (a) adalah respons simpangan lantai 15 yang
memiliki simpangan maksimum sebesar 6,36 cm detik ke-71 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 0,18 cm.
4.4 Respons Setiap Lantai untuk Gempa 7 SR Berikut merupakan respons vibrasi yang berupa
simpangan (cm) setelah diberikan gaya pengganggu berupa
gempa bumi berkekuatan 7 Skala Richter untuk lantai 1, 5, 10
dan 15.
-
31
Gambar 4.13 Respons lantai 1 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.13 (a) adalah respons simpangan lantai 1
yang memiliki simpangan maksimum sebesar 5,68 cm pada
detik ke-60 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 1,35
cm.
Gambar 4.14 Respons lantai 5 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.14 (a) adalah respons simpangan lantai 5
yang memiliki simpangan maksimum sebesar 6,37 cm detik
ke-64 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 0,19 cm.
-
32
Gambar 4.15 Respons lantai 10 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.15 (a) adalah respons simpangan lantai
10 yang memiliki simpangan maksimum sebesar 6,77 cm detik
ke-67 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 0,19 cm.
Gambar 4.16 Respons lantai 15 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.16 (a) adalah respons simpangan lantai 15 yang
memiliki simpangan maksimum sebesar 6,80 cm detik ke-68
dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 0,19 cm.
4.5 Respons Setiap Lantai untuk Gempa 8 SR Berikut merupakan respons vibrasi yang berupa
simpangan (cm) setelah diberikan gaya pengganggu berupa
gempa bumi berkekuatan 8 Skala Richter untuk lantai 1, 5, 10
dan 15.
-
33
Gambar 4.17 Respons lantai 1 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.13 (a) adalah respons simpangan lantai 1
yang memiliki simpangan maksimum sebesar 6,38 cm detik
ke-60 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 1,52 cm.
Gambar 4.18 Respons lantai 5 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.14 (a) adalah respons simpangan lantai 5
yang memiliki simpangan maksimum sebesar 7,15 cm detik
ke-64 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 0,21 cm.
-
34
Gambar 4.19 Respons lantai 10 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.15 (a) adalah respons simpangan lantai
10 yang memiliki simpangan maksimum sebesar 7,60 cm detik
ke-67 dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 0,21 cm.
Gambar 4.20 Respons lantai 15 (a) simpangan (b) kecepatan
Pada gambar 4.16 (a) adalah respons simpangan lantai 15 yang
memiliki simpangan maksimum sebesar 7,63 cm detik ke-72
dan amplitudo maksimum kecepatan sebesar 0,21 cm.
4.6 Kinerja Batas Layan Setiap Lantai Hasil analisis respons vibrasi didapatkan pergeseran
(displacement) maksimum untuk setiap lantai untuk setiap
gaya pengganggu yang diberikan adalah sebagai berikut:
-
35
Tabel 4.1 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 5 SR
Lantai Tinggi (m)
Simpangan
Terjadi
(cm)
Simpangan
Ijin
(cm)
1 5 4,69 2,6
2 3,5 4,80 1,8
3 3,5 4,94 1,8
4 3,5 5,09 1,8
5 3,5 5,25 1,8
6 3,5 5,39 1,8
7 3,5 5,50 1,8
8 3,5 5,55 1,8
9 3,5 5,57 1,8
10 3,5 5,58 1,8
11 3,5 5,60 1,8
12 3,5 5,60 1,8
13 3,5 5,60 1,8
14 3,5 5,61 1,8
15 3,5 5,61 1,8
Dari tabel 4.1 tampak simpangan antar tingkat yang
terjadi pada semua lantai berada di atas simpangan ijin yang
diperbolehkan sesuai pasal 8.1.2 SNI-1796-2002, sehingga
struktur bangunan mengalami kerusakan di setiap lantai akibat
gempa dengan kekuatan 5 Skala Richter dengan kerusakan
paling parah terdapat di lantai 14 dan lantai 15 dengan
simpangan maksimum sebesar 5,61 cm.
Tabel 4.2 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 6 SR
Lantai Tinggi (m)
Simpangan
Terjadi
(cm)
Simpangan
Ijin
(cm)
1 5 5,32 2,6
2 3,5 5,45 1,8
3 3,5 5,61 1,8
4 3,5 5,78 1,8
-
36
5 3,5 5,96 1,8
6 3,5 6,11 1,8
7 3,5 6,24 1,8
8 3,5 6,30 1,8
9 3,5 6,32 1,8
10 3,5 6,34 1,8
11 3,5 6,35 1,8
12 3,5 6,36 1,8
13 3,5 6,36 1,8
14 3,5 6,36 1,8
15 3,5 6,36 1,8
Dari tabel 4.2 tampak simpangan antar tingkat yang
terjadi pada semua lantai berada di atas simpangan ijin yang
diperbolehkan sesuai pasal 8.1.2 SNI-1796-2002, sehingga
struktur bangunan mengalami kerusakan di setiap lantai akibat
gempa dengan kekuatan 6 Skala Richter dengan kerusakan
paling parah terdapat di lantai 12, lantai 13, lantai 14 dan
lantai 15 dengan simpangan maksimum sebesar 6,36 cm.
Tabel 4.3 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 7 SR
Lantai Tinggi (m)
Simpangan
Terjadi
(cm)
Simpangan
Ijin
(cm)
1 5 5,68 2,6
2 3,5 5,83 1,8
3 3,5 6,00 1,8
4 3,5 6,18 1,8
5 3,5 6,37 1,8
6 3,5 6,53 1,8
7 3,5 6,67 1,8
8 3,5 6,73 1,8
9 3,5 6,75 1,8
10 3,5 6,77 1,8
11 3,5 6,79 1,8
12 3,5 6,79 1,8
-
37
13 3,5 6,80 1,8
14 3,5 6,80 1,8
15 3,5 6,80 1,8
Dari tabel 4.3 tampak simpangan antar tingkat yang
terjadi pada semua lantai berada di atas simpangan ijin yang
diperbolehkan sesuai pasal 8.1.2 SNI-1796-2002, sehingga
struktur bangunan mengalami kerusakan di setiap lantai akibat
gempa dengan kekuatan 7 Skala Richter dengan kerusakan
paling parah terdapat di lantai 13, lantai 14 dan lantai 15
dengan simpangan maksimum sebesar 6,80 cm.
Tabel 4.4 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 8 SR
Lantai Tinggi (m)
Simpangan
Terjadi
(cm)
Simpangan
Ijin
(cm)
1 5 6,38 2,6
2 3,5 6,54 1,8
3 3,5 6,73 1,8
4 3,5 6,93 1,8
5 3,5 7,15 1,8
6 3,5 7,33 1,8
7 3,5 7,48 1,8
8 3,5 7,55 1,8
9 3,5 7,58 1,8
10 3,5 7,60 1,8
11 3,5 7,62 1,8
12 3,5 7,62 1,8
13 3,5 7,63 1,8
14 3,5 7,63 1,8
15 3,5 7,63 1,8
Dari tabel 4.4 tampak simpangan antar tingkat yang
terjadi pada semua lantai berada di atas simpangan ijin yang
diperbolehkan sesuai pasal 8.1.2 SNI-1796-2002, sehingga
struktur bangunan mengalami kerusakan di setiap lantai akibat
-
38
gempa dengan kekuatan 8 Skala Richter dengan kerusakan
paling parah terdapat di lantai 13, lantai 14 dan lantai 15
dengan simpangan maksimum sebesar 7,63 cm.
4.7 Kinerja Batas Ultimit Setiap Lantai Hasil analisis pergeseran (displacement) atau simpangan
maksimum setiap lantai untuk setiap gaya pengganggu yang
diberikan dalam kondisi bangunan diambang keruntuhan
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 5 SR
Lantai Tinggi (m)
Simpangan
Terjadi
(cm)
Simpangan
Ijin
(cm)
1 5 4,69 10
2 3,5 4,80 7
3 3,5 4,94 7
4 3,5 5,09 7
5 3,5 5,25 7
6 3,5 5,39 7
7 3,5 5,50 7
8 3,5 5,55 7
9 3,5 5,57 7
10 3,5 5,58 7
11 3,5 5,60 7
12 3,5 5,60 7
13 3,5 5,60 7
14 3,5 5,61 7
15 3,5 5,61 7
-
39
Tabel 4.6 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 6 SR
Lantai Tinggi (m)
Simpangan
Terjadi
(cm)
Simpangan
Ijin
(cm)
1 5 5,32 10
2 3,5 5,45 7
3 3,5 5,61 7
4 3,5 5,78 7
5 3,5 5,96 7
6 3,5 6,11 7
7 3,5 6,24 7
8 3,5 6,30 7
9 3,5 6,32 7
10 3,5 6,34 7
11 3,5 6,35 7
13 3,5 6,36 7
14 3,5 6,36 7
15 3,5 6,36 7
Tabel 4.7 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 7 SR
Lantai Tinggi (m)
Simpangan
Terjadi
(cm)
Simpangan
Ijin
(cm)
1 5 5,68 10
2 3,5 5,83 7
3 3,5 6,00 7
4 3,5 6,18 7
5 3,5 6,37 7
6 3,5 6,53 7
7 3,5 6,67 7
8 3,5 6,73 7
9 3,5 6,75 7
10 3,5 6,77 7
11 3,5 6,79 7
12 3,5 6,79 7
13 3,5 6,80 7
-
40
14 3,5 6,80 7
15 3,5 6,80 7
Tabel 4.8 Simpangan Setiap Lantai untuk Gempa 8 SR
Lantai Tinggi (m)
Simpangan
Terjadi
(cm)
Simpangan
Ijin
(cm)
1 5 6,38 10
2 3,5 6,54 7
3 3,5 6,73 7
4 3,5 6,93 7
5 3,5 7,15 7
6 3,5 7,33 7
7 3,5 7,48 7
8 3,5 7,55 7
9 3,5 7,58 7
10 3,5 7,60 7
11 3,5 7,62 7
12 3,5 7,62 7
13 3,5 7,63 7
14 3,5 7,63 7
15 3,5 7,63 7
Dari tabel 4.5, tabel 4.6, dan tabel 4.7 tampak
simpangan maksimum setiap lantai dengan gaya gempa 5
Skala Richter, 6 Skala Richter, dan 7 Skala Richter berada di
bawah besar simpangan ijin yaitu di bawah 10 cm untuk lantai
1 dan 7 cm untuk lantai 2 hingga lantai 15. Namun, ketika
diberikan gaya gempa sebesar 8 Skala Richter, lantai 1 hingga
lantai 4 masih berada di bawah kinerja batas ultimit sedangkan
lantai 5 hingga lantai 15 melebihi kinerja batas ultimit.
Sehingga, sesuai dengan pasal 8.2.2 SNI-1796-2002,
struktur bangunan bertingkat limabelas memenuhi kinerja
batas ultimit ketika diberikan gaya gempa 5 Skala Richter, 6
Skala Richter, dan 7 Skala Richter atau dengan besar
simpangan yang terjadi akibat gempa tersebut, bangunan tidak
-
41
akan mengalami kerusakan yang menyebabkan keruntuhan
maupun kerugian yang lain. Sedangkan, ketika diberikan gaya
gempa sebesar 8 Skala Richter bangunan tersebut sudah
mengalami kerusakan yang menyebabkan keruntuhan dari
lantai 5 hingga lantai15.
-
42
Halaman ini memang dikosongkan
-
43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan
pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan paling parah yang ditandai dengan simpangan maksimum akibat gempa terjadi di lantai 15, yaitu sebesar
5,61 cm untuk gempa berkekuatan 5 Skala Richter, 6,36
cm untuk gempa berkekuatan 6 Skala Richter, 6,80 cm
untuk gempa berkekuatan 7 Skala Richter, dan 7,63 cm
untuk gempa berkekuatan 8 Skala Richter.
2. Struktur bangunan bertingkat limabelas tidak memenuhi kinerja batas layan karena simpangan antar tingkat untuk
semua gaya gempa yang diberikan melebihi simpangan ijin,
yaitu struktur bangunan sebagian besar mengalami
keretakan beton akibat semua jenis gempa yang diberikan.
3. Sesuai dengan pasal 8.2.2 SNI-1796-2002, struktur bangunan bertingkat limabelas memenuhi kinerja batas
ultimit ketika diberikan gaya gempa 5 Skala Richter, 6
Skala Richter, dan 7 Skala Richter atau dengan besar
simpangan yang terjadi akibat gempa tersebut, bangunan
tidak akan mengalami kerusakan yang menyebabkan
keruntuhan maupun kerugian yang lain. Sedangkan, ketika
diberikan gaya gempa sebesar 8 Skala Richter bangunan
tersebut sudah mengalami kerusakan yang menyebabkan
keruntuhan dari lantai 15 hingga lantai 5.
-
44
Halaman ini memang dikosongkan
-
DAFTAR PUSTAKA
Tuan, Alex Y. dan Shang, G. Q. 2014. Vibration Control in a
101-Storey Building Using a Tuned Mass Damper.
Journal of Applied Science and Engineering, Vol. 17,
No. 2, pp. 141-156
Kondo, I. dan Hamamoto, T. 1996. Seismic Damage Detection
of Multi-story Buildings Using Vibration Monitoring.
Eleventh World Conference on Earthquake Engineering
Paper No. 988
Huang, Q. dkk. 2012. Structural Damage Detection of
Controlled Building Structures Using Frequency
Response Functions. Journal of Sound and Vibration
331, 3476-3492
Jayanti, Melita Putri. 2013. Penentuan Parameter Dynamic
Absorber sebagai Peredam Getaran Akibat Gempa
pada Bangunan Bertingkat Limabelas dengan
Pemodelan Massa Tergumpal. Surabaya: Teknik Fisika
ITS
Pranaya, Ginanjar. 2011. Penentuan Parameter Dynamic
Absorber dan Peletakannya sebagai Peredam getaran
Akibat Gempa pada Bangunan Bertingkat Tiga.
Surabaya: Teknik Fisika ITS
Erlita, Etania. 2008. Penentuan Nilai Parameter Peredam
Getaran Akibat Gempa pada Bangunan Berlantai Tiga.
Surabaya: Teknik Fisika ITS
Lumantarna, Benjamin. 2001. Pengantar Analisis Dinamis
dan Gempa. Yogyakarta: Penerbit ANDI
SNI 03-1726-2002. 2002. Standar Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung. Bandung:
Departemen Kimpraswil PU
Edwiza, Daz. 2008. Analisis Terhadap Intensitas dan
Percepatan Tanah Maksimum Gempa Sumbar. ISSN:
0854-8471 No. 29 Vol.1 Thn. XV April 2008
Iskandarsyah, Helmy. 2009. Analisis Respon Spektrum pada
Bangunan yang Menggunakan Yielding Damper Akibat
-
Gaya Gempa. Medan: Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara
http://www.signalreadymix.co/pertanyaan-dan-jawaban-
seputar-permasalahan-konstruksi-beton#popup. diakses
pada 12 September 2016.
http://duniatekniksipil.web.id/1152/dasar-dasar-beton-4-
komposisi-dan-pemcampuran-beton/. diakses pada 12
September 2016.
http://www.pionirbeton.com/beton_ready_mix.php. diakses
pada 12 September 2016.
http://www.signalreadymix.co/pertanyaan-dan-jawaban-seputar-permasalahan-konstruksi-beton#popuphttp://www.signalreadymix.co/pertanyaan-dan-jawaban-seputar-permasalahan-konstruksi-beton#popuphttp://duniatekniksipil.web.id/1152/dasar-dasar-beton-4-komposisi-dan-pemcampuran-beton/http://duniatekniksipil.web.id/1152/dasar-dasar-beton-4-komposisi-dan-pemcampuran-beton/http://www.pionirbeton.com/beton_ready_mix.php
-
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN MASSA DAN KEKAKUAN
a. Menentukan Massa Setiap Lantai Bangunan Bertingkat Limabelas
Luas bangunan : 20m x 15 m = 400 m2
Perhitungan Massa untuk Lantai 1
Berat untuk setiap bagian pada lantai 1
Penutup lantai (keramik) : 24kg/m2 x luas bangunan = 24kg/m2 x 400m2 = 7200 kg Lantai : 288kg/m2 x luas bangunan = 288kg/m2 x 400m2 = 86400 kg
Balok 1 : panjang bentang balok x tinggi x lebar x bj beton x jumlah
10m x 1m x 0.5m x 2400 kg/m2 x 4 = 48000 kg Balok 2 : panjang bentang balok x tinggi x lebar x bj beton x jumlah
7.5m x 0.7m x 0.35m x 2400 kg/m2 x 6 = 26460 kg
Balok Anak : panjang bentang balok x tinggi x lebar x bj beton x jumlah 10m x 0.85m x 0.425m x 2400 kg/m2 x 4 = 26010 kg
Setengah kolom ke bawah : panjang x lebar x tinggi kolom per lantai x bj beton x jumlah
0.8m x 0.8m x 2.5m x 2400 kg/m2 x 9 = 34560 kg Setengah kolom ke atas : panjang x lebar x tinggi kolom per lantai x bj beton x jumlah
0.8m x 0.8m x 2.5m x 2400 kg/m2 x 9 = 34560 kg +
Berat total lantai 1 = 263190 kg
Sehingga, massa lantai 1 menjadi : 263190 kg x 0.98 = 257926 kg
Perhitungan Massa untuk Lantai 2 sampai 15
Berat untuk setiap bagian pada lantai 2 - 15
Penutup lantai (keramik) : 24kg/m2 x luas bangunan = 24kg/m2 x 400m2 = 7200 kg Lantai : 288kg/m2 x luas bangunan = 288kg/m2 x 400m2 = 86400 kg
Balok 1 : panjang bentang balok x tinggi x lebar x bj beton x jumlah
10m x 1m x 0.5m x 2400 kg/m2 x 4 = 48000 kg Balok 2 : panjang bentang balok x tinggi x lebar x bj beton x jumlah
7.5m x 0.7m x 0.35m x 2400 kg/m2 x 6 = 26460 kg
Balok Anak : panjang bentang balok x tinggi x lebar x bj beton x jumlah 10m x 0.85m x 0.425m x 2400 kg/m2 x 4 = 26010 kg
Setengah kolom ke bawah : panjang x lebar x tinggi kolom per lantai x bj beton x jumlah
0.8m x 0.8m x 2.5m x 2400 kg/m2 x 9 = 34560 kg Setengah kolom ke atas : panjang x lebar x tinggi kolom per lantai x bj beton x jumlah
0.8m x 0.8m x 2.5m x 2400 kg/m2 x 9 = 34560 kg +
Berat total lantai 1 = 242454 kg
Sehingga, massa lantai 1 menjadi : 263190 kg x 0.98 = 237605 kg
-
b. Menentukan Kekakuan Kolom Setiap Lantai Bangunan Bertingkat Limabelas
Untuk menentukan kekakuan, maka digunakan persamaan:
dengan
dimana:
K merupakan kekakuan kolom (kg/cm)
I merupakan momen inersia (cm4)
L merupakan panjang kolom (cm)
B dan h merupakan dimensi kolom (cm)
E merupakan modulus elastisitas beton yaitu (mpa atau kg/cm2) *karena beton yang digunakan pada tugas akhir adalah beton ready mix K-300
maka fc’ = 25
Diketahui:
L kolom lantai 1 = 500 cm
L kolom pada lantai 2-15 = 350 cm
cm4
Modulus elastisitas = mpa atau kg/cm2
Kekakuan kolom pada lantai 1
kg/cm
Jumlah kolom pada setiap lantai adalah 9, sehingga: 7700.48 kg/cm x 9 =
69304.32 kg/cm
Kekakuan kolom pada lantai 2-15
kg/cm
Jumlah kolom pada setiap lantai adalah 9, sehingga: kg/cm x 9 = 202053.42 kg/cm
-
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN AMPLITUDO GETARAN GEMPA
Gaya pengganggu yang digunakan dalam tugas akhir ini
adalah amplitudo dari gempa bumi berkekuatan 5 Skala Richer, 6
Skala Richer, 7 Skala Richer, dan 8 Skala Richer yang didapatkan
melalui perhitungan sebagai berikut:
Untuk gempa berkekuatan 5 SR adalah sebagai berikut:
Diketahui: A0 = 10
-3
Rumus Guttenberg:
10 log E = 11.4 + 1.5M
10 log = 11.4 + 1.5 M M = 74.2
M = log 10A – log 10
A0
74.2 = log 10A
– log 10-3
74.2 = log 10A
– (-3)
74.2= log 10A
A =
A = 74.2 mm
A = 7.42 cm
Untuk gempa berkekuatan 6 SR adalah sebagai berikut:
Diketahui: A0 = 10
-3
Rumus Guttenberg:
10 log E = 11.4 + 1.5M
10 log = 11.4 + 1.5 M M = 84.25
M = log 10A – log 10
A0
84.25 = log 10A
– log 10-3
84.25 = log 10A
– (-3)
84.25= log 10A
-
A =
A = 84.2 mm
A = 8.42 cm
Untuk gempa berkekuatan 7 SR adalah sebagai berikut:
Diketahui: A0 = 10
-3
Rumus Guttenberg:
10 log E = 11.4 + 1.5M
10 log = 11.4 + 1.5 M M = 94.4
M = log 10A – log 10
A0
94.4 = log 10A
– log 10-3
94.4 = log 10A
– (-3)
91.4 = log 10A
A =
A = 91.4 mm
A = 9.14 cm
Untuk gempa berkekuatan 8 SR adalah sebagai berikut:
Diketahui: A0 = 10
-3
Rumus Guttenberg:
10 log E = 11.4 + 1.5M
10 log = 11.4 + 1.5 M M = 104.4
M = log 10A – log 10
A0
104.4 = log 10A
– log 10-3
104.4 = log 10A
– (-3)
104.4 = log 10A
A =
A = 101.4 mm
A = 10.1 cm
-
LAMPIRAN C
HASIL RESPONS SIMPANGAN SETIAP LANTAI
1. Gempa Berkekuatan 5 Skala Richter
Berikut merupakan hasil respons vibrasi yang
ditandai dengan besar simpangan dan kecepatan
maksimum akibat gempa berkekuatan 5 Skala Richter.
Gambar Respons lantai 1 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 2 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 3 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 4 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 5 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 6 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 7 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 8 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 9 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 10 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 11 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 12 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 13(a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 14 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 15 (a) simpangan (b) kecepatan
-
2. Gempa Berkekuatan 6 Skala Richter
Berikut merupakan hasil respons vibrasi yang
ditandai dengan besar simpangan dan kecepatan
maksimum akibat gempa berkekuatan 6 Skala Richter.
Gambar Respons lantai 1 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 2 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 3 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 4 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 5 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 6 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 7 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 8 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 9 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 10 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 11 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 12 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 13(a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 14 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 15 (a) simpangan (b) kecepatan
-
3. Gempa Berkekuatan 7 Skala Richter
Berikut merupakan hasil respons vibrasi yang
ditandai dengan besar simpangan dan kecepatan
maksimum akibat gempa berkekuatan 7 Skala Richter.
Gambar Respons lantai 1 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 2 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 3 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 4 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 5 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 6 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 7 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 8 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 9 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 10 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 11 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 12 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 13(a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 14 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 15 (a) simpangan (b) kecepatan
-
4. Gempa Berkekuatan 8 Skala Richter
Berikut merupakan hasil respons vibrasi yang
ditandai dengan besar simpangan dan kecepatan
maksimum akibat gempa berkekuatan 8 Skala Richter.
Gambar Respons lantai 1 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 2 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 3 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 4 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 5 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 6 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 7 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 8 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 9 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 10 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 11 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 12 (a) simpangan (b) kecepatan
-
Gambar Respons lantai 13(a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 14 (a) simpangan (b) kecepatan
Gambar Respons lantai 15 (a) simpangan (b) kecepatan
-
BIODATA PENULIS
Penulis lahir pada tanggal 13 Juli 1992,
merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Penulis menempuh
pendidikan formal di SDN Tanjungsari I
(1998-2004), SMPN 2 Taman (2004-
2007), SMA Intensif Taruna
Pembangunan Surabaya (2007-2010),
D3 Teknik Instrumentasi ITS (2010-
2013), dan melanjutkan studi lintas jalur
di Teknik Fisika ITS (2014-2016).
Bidang minat yang diambil adalah Akustik dan Vibrasi,
dengan bidang keahlian yang ditekuni adalah vibrasi. Penulis
dapat dihubungi melalui surat elektronik di