Analisis Masalah Skenario F Galih Nugraha
description
Transcript of Analisis Masalah Skenario F Galih Nugraha
Nama : Galih Nugraha
Nim : 04121401078
Daftar Pustaka :
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka
2. Leveno, Kenneth J, Cunningham, F. Gary, et al. 2003. Obstetri Williams. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mrs. Anita, a 39-year-old woman in her first pregnancy delivered twin sons 2 h ago. There
were no significant antenatal complications. She had been prescribed ferrous sulphate and folic
acid during the pregnancy as anemia prophylaxis, and her last haemoglobin was 10.9 g/dL at 38
weeks.
The fetuses were within normal range for growth and liquor volume on serial scan
estimations. A vaginal delivery was planned and she went into spontaneous labor at 38 weeks
and 4 days. The labor had been unremarkable and the midwife recorded both placenta as
appearing complete.
As this was a twin pregnancy, an intravenous cannula had been inserted when labor was
established. The lochia has been heavy since delivery but the woman is now bleeding very
heavily and passing large clots of blood.
On arrival in the room you find that the sheets are soaked with blood and there is also
approximately 500 mL of blood clot in a kidney dish on the bed.
You act as the doctor in public health centre and be pleased to analyse this case.
The woman is conscious but drowsy and pale.
Height = 155 cm; Weight 50 kg
In the examination findings:
The temperature is 35.9°C, blood pressure 120/70 mmHg and heart rate 112/min. The peripheral
extremities are cold. The uterus is palpable to the umbilicus and felt soft. The abdomen is
otherwise soft and non-tender. On vaginal inspection there is a second-degree tear which has
been sutured but you are unable to assess further due to the presence of profuse bleeding.
The midwife sent blood tests 30 min ago because she was concerned about the blood loss at the
time.
Haemoglobin 7.2 g/dL
Mean cell volume 99.0 fL
White cell count 3.200/mm3
Platelets 131.000/mm3
International normalized ratio (INR) 1.3
Activated partial thromboplastin time (APTT) 39 s
Sodium 138 mmol/L
Potassium 3.5 mmol/L
Urea 5.2 mmol/L
Creatinine 64 μmol/L
I. Klarifikasi istilah
1. Twin delivery : persalinan normal pervaginam dengan adanya kelahiran dua bayi
sekaligus
2. Heavy lochia : darah nifas yang keluar selama minggu pertama atau kedua setelah
persalinan yang jumlahnya banyak (melebihi batas normal) dan merupakan
keadaan yang patologik
II. Analisis masalah
A. Kalimat 1,2
1. Jenis-jenis kehamilan kembar
a. Kembar dizigotik/biovular/heterolog : merupakan kehamilan kembar yang
berasal dari 2 ovum dan 2 sperma yang berbeda. Kembar dizigotik terjadi
karena adanya ovulasi berulang akibat rangsangan FSH dan LH yang
meningkat drastis bila dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Biasanya
diakibatkan oleh pemakaian obat-obat infertilitas untuk merangsang
pengeluaran FSH, sehingga akan terjadi ovulasi berulang yang berakibat
terjadinya kehamilan kembar
Plasenta hamil kembar dizigotik, paling sedikit harus mempunyai 2 korion
(menjadi satu atau terpisah), sehingga tidak terjadi hubungan pembuluh
darah kedua janin dan tidak akan terjadi sindroma transfusi.
Kejadian : 2/3 dari seluruh kehamilan gemelli, terjadi akibat matangnya 2
telur sekaligus atau terbentuknya 2 ovum dalam 1 folikel.
Sifat dan karateristik :
1. Dipengaruhi oleh faktor hereditas, ras, paritas, dan umur
2. Pada kedua janin terdapat perbedaan :
- Jenis kelamin dapat berbeda
- Rupa mirip seperti kakak adik
3. Alat pengiring :
- Sering : terdapat 2 plasenta, 2 korion, dan 2 amnion
- Jarang : plasenta berfusi, 2 korion, dan 2 amnion
4. Tidak adanya sirkulasi ketiga
b. Kembar monozigotik/homolog/uniovular/monoovular : merupakan
kehamilan kembar yang berasal dari 1 ovum dan 1 sperma yang sama.
Kembar monozigotik merupakan hasil dari pembelahan ovum yang telah
dibuahi pada bermacam-macam fase pertumbuhan. Penyebab yang pasti
belum diketahui, tetapi mungkin disebabkan karena kurangnya oksigen
dan nutrisi sehingga akan terjadi terlambatnya implantasi.
Kejadian : 1/3 dari seluruh kehamilan gemelli
Sifat dan karateristik :
1. Tidak dipengaruhi faktor hereditas, ras, paritas, umur, tetapi
dipengaruhi faktor lingkungan yakni faktor yang menghambat
pertumbuhan.
2. Pada kedua janin terdapat persamaan :
- Jenis kelamin selalu sama
- Rupa wajah biasanya mirip dan susah dibedakan
- Golongan darah kedua janin sama
- Cap tangan dan kaki sama
- Kelainan mental dan fisik terdapat persamaan
- Graft bersifat autograft
3. Alat pengiring :
- Biasanya : 1 plasenta, 2 korion, 2 amnion
- Jarang : 1 plasenta, 1 korion, 1 amnion
4. Sirkulasi ke 3 (sirkulasi intermedia) :
- Terjadi sirkulasi ke 3 antara 2 janin
- Akan terjadi tranfusi timbal balik
- Bila terjadi monopoli tranfusi plasenta yang satu maka janin lain
akan terganggu (pada hamil muda akan menjadi monstrum, hamil
lanjut dapat terjadi sindroma tranfusi janin).
B. Kalimat 3
1. Bagaimana mekanisme terjadinya anemia pada kehamilan
Nilai batas untuk anemia pada perempuan
Status Kehamilan Hb (g/dl) Ht (%)
Tidak hamil 12,0 36
Hamil
Trimester 1 11,0 33
Trimester 2 10,5 32
Trimester 3 11 33
Interpretasinya :
Ny.Anita menderita anemia ringan.
Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan
payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan dan
maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit
menjelang atern serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan
volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron (Rukiah, 2010).
Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 800-1000
mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah membutuhkan
300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32 minggu, janin
membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang selama
melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan berkurang maka
pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami kekurangan zat besi (Riswan, 2003).
Ganggua n pencernaan dan absorbs zat besi bisa menyebabkan seseorang
mengalami anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh mencukupi
dan asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami gangguan
pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan dipergunakan oleh tubuh
(Riswan, 2003).
Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan keseimbangan zat
besi yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
Pertama-tama untuk mengatasi keseimbanganyang negatif ini tubuh menggunakan
cadangan besi dalam jaringan cadangan. Pada saat cadangan besi itu habis barulah
terlihat tanda dan gejala anemia defisiensi besi (Riswan, 2003).
Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masing-masing
berkaitan dengan ketidaknormalan indikator hematologis tertentu. Tingkatan pertama
disebut dengan kurang besi laten yaitu suatu keadaan dimana banyaknya cadangan besi
yang berkurang dibawah normal namun besi didalam sel darah merah dari jaringan tetap
masih normal. Tingkatan kedua disebut anemia kurang besi dini yaitu penurunan besi
cadangan terus berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi didalam sel darah merah
dan jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut dengan anemia kurang besi lanjut
yaitu besi didalam sel darah merah sudah mengalami penurunan namun besi dan jaringan
belum berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan kurang besi dalam jaringan yaitu
besi dalam jaringan sudah berkurang atau tidak ada sama sekali (Kusharto, 1992).
C. Paragraph 2
1. Apa makna klinis keadaan fetus serta kelahiran yang normal
- Makna klinis dari janin dengan pertumbuhan normal dan cairan amniom
sesuai dengan fisiologi kehamilan berarti tidak terjadinya komplikasi pada
kehamilan yaitu IUGR, SGA dan oligohidramnion yang merupakan dampak
dari kehamilan gemelli.
- Persalinan pervaginam spontan pada usia kehamilan 38 minggu 4 hari juga
menandakan persalinan yang normal dan telah cukup bulan (aterm)
- Kedua plasenta yang lahir lengkap menandakan tidak terjadinya retensio
plasenta dan sisa plasenta yang masih menempel di dinding uterus : Setelah
plasenta lahir, plasenta diletakkan di atas bidang datar, kemudian identifikasi
apakah plasentanya sudah lengkap, hitung jumlah kotiledon normalnya ada
16-20 kotiledon. Kedua plasenta lahir komplit menandakan perdarahan
pascapersalinan bukan akibat adanya sisa plasenta yang tertinggal (retensio
plasenta).
The fetuses were within normal range for growth and liquor volume on serial scan
estimations. A vaginal delivery was planned and she went into spontaneous labor at 38 weeks
and 4 days. The labor had been unremarkable and the midwife recorded both placenta as
appearing complete.
D. Paragraph 3
1. Patofisiologi perdarahan postpartum
Perdarahan berasal dari tempat plasenta, bila tonus uterus tidak ada, kontraksi
uterus lemah, maka anteri-arteri spiral yang seharusnya tertutup akibat kontraksi
uterus tetap terbuka. Darah akan terus mengalir melalui bekas melekatnya plasenta ke
cavum uteri dan seterusnya keluar pervaginam (El-Refaey, 2003).
Setelah kelahiran anak, otot-otot rahim terus berkontraksi dan plasenta mulai
memisahkan diri dari dinding rahim selama jangka waktu tersebut. Jumlah darah
yang hilang tergantung pada berapa cepat hal ini terjadi. Biasanya, persalinan kala III
berlangsung selama 5-15 menit. Bila lewat dari 30 menit, maka persalinan kala III
dianggap lama (DepKes RI, 2004). Perdarahan postpartum bisa terjadi karena kontraksi
uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta atau karena plasenta melekat terlalu erat
pada dinding uterus (Hakimi, 2003).
Patofisiologi yang memungkinkan pada kasus ini adalah PPH yang di akibatkan
primigravida tua dengan kehamilan kembar yang menyebabkan kemampuan otot-otot
rahim menurun akibat overdistensi uterus. Normalnya saat perdarahan akan terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah saat kontraksi , tapi pada atonia uteri dimana tidak
terjadi kontraksi berarti pembuluh darah tempat plasenta menempel tidak akan terjadi
kontraksi sehingga akan tetap terbuka dan menyebabkan darah tetap keluar kemudian
terjadilah perdarahan post partum. Pada kasus ini juga terjadi laserasi / robekan jalan
lahir yang kemungkinan diakibatkan oleh primigravida usia tua yang akan memperberat
perdarahan.
E. Pemeriksaan fisik
1. Interpretasi dan mekanisme abnormal
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi
Kesadaran Conscious, drowsy, and
pale
Conscious, drowsy (-),
pale (-)
Anemia
BMI 50/1,552= 20,81 18.5 - 24.9 Normal
Suhu 35.9oC 36,5-37,2oC Hipotermi (tanda syok)
TD 100/60mmHg 120/80 Hipotensi
HR 112/min 80-100/min Takikardi ( tanda syok)
Fisik Daerah perifer dingin (-) Tanda syok akibat
perdarahan
abdomen Uterus teraba di
umbilicus dan lembut
Uterus 1-2 cm
dibawah umbilicus
dan keras
Uterus tidak
berkontraksi
Lembut dan non-tender Tegang dan keras Normal
vagina Ada laserasi tingkat 2
yang sudah dijahit
Tidak ada Ada robekan jalan lahir.
Drowsy: kehilangan banyak vol. darah → suplai darah ke jaringan ↓→ pembentukan ATP ↓
dan O2 ↓→ drowsy
Kepucatan: kehilangan banyak vol. darah → mempertahankan perfusi ke organ vital → suplai
darah kepermukaan kulit ↓ → tampak pucat
Hipotensi: kehilangan banyak vol. darah → venous return ↓ → stroke volume ↓ → tekanan
darah ↓ (hipotensi)
Takikardi: kehilangan banyak vol. darah → kurang perfusi ke jaringan → baroreseptor
kompensasi → s. saraf simpatis → peningkatan denyut nadi (takikardi)
Ekstremitas dingin: kehilangan banyak vol. darah → vasokontriksi perifer aliran darah ke kulit
↓ → panas berkurang (dingin)
Gemeli: Gemeli → overdistensi usus → hiptoni sampai atonia uterus
Robekan jalan lahir → kemungkinan karena primigravida
Hb 72g/dL
MCV 99,0fL
White cell count 3.200/mm3
Platelets 131.000/mm3
INR 1.3
APTT 39S
Sodium 138 mmol/L
Potassium 3.5 mmol/L
Urea 5.2 mmol/L
a. Apa Intepretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan Lab?
Pemeriksaan Nilai Normal Pada Kasus Interpretasi
Hb 9,8 - 12,3 g/dL 7,2 g/dL Anemia
MCV 80 - 97 fL 99,0 fL Normal
Perdarahan → anemia
normokrom normositer
Leukosit 5.000 - 10.000 3.200/mm3 Menurun
Perdarahan → lokia banyak
→ leukosit ↓
Trombosit 150.000 -
400.000
131.000/mm3 Menurun
Perdarahan → trombosit ↓
INR 0,8 - 1,2 1,3 Meningkat
Perdarahan → viskositas
darah ↓ → faktor pembekuan
darah ↓
APTT 23 - 39 detik 39 detik Normal
Natrium 135 - 155 mEq/dL 138 mEq/dL Normal
Kalium 3,6 - 5,5 mEq/dL 3,5 mEq/dL Normal
Urea 2,6 - 5,5 mmol/dL 5,2 mmol/dL Normal
Kreatinin 45 - 90 µmol/dL 64 µmol/dL Normal
III. Template
1. Working diagnosis
Pendarahan post partum yang terjadi akibat atonia uteri oleh karena overdistensi
uterus akibat kehamilan gemelli primigravida tua
2. Tatalaksana
Pada umumnya dilakukan secara simultan hal-hal sbb:
Sikap trendelenburg, memasang venous line, dan memberikan O2
Sekaligus merangsang kontraksi uterus dengan cara :
o Masase fundus uteri dan merangsang putting susu
o Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara IM,
IV atau SC
o Memberikan derivate prostaglandin F2α (carboprost
tromethamine) yang kadang memberikan efek samping berupa
diare, hipertensi, mual muntah, febris, dan takikardi.
o Pemberian misoprostol 800-1000μg per-rektal
o Kompresi bimanual eskternal dan atau internal.
o Kompresi aorta abdominalis
o Pemasangan tampon kondom, kondom dalam kavum uteri
disambung dengan kateter, difiksasi dengan karet gelang dan diisi
cairan infus 200ml yang akan mengurangi perdarahan dan
menghindari tindakan operatif. (hanya berdifat temporer sebelum
tindakan bedah ke rumah sakit rujukan)
o Bila semua tindakan itu gagal maka dipersiapkan untuk dilakukan
tindakan operatif laparotomy dengan pilihan bedah konservatif
(mempertahankan uterus) atau melakukan histerektomi.
Alternatifnya berupa :
Ligase arteria uterine atau arteria ovarika
Operasi ransel B lynch
Hiterektomi supravaginal
Histerektomi total abdominal
3. Prognosis : dubia tergantung tataklaksana yang tepat dan waktu penatalaksanaan
yang efisien
IV. Hipotesis
Ny. Anita mengalami perdarahan postpartum diduga karena faktor usia dan gemelli.
V. Learning issue
1. Pemeriksaan antenatal care
Program antenatal care
1) Pengertian
Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut
pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang di berikan oleh
tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum,
bidan, pembantu bidan dan perawat bidan, untuk itu selama masa
kehamilannya ibu hamil dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan asuhan antenatal.
2) Tujuan antenatal
Tujuan dilakukan antenatal bagi ibu hamil adalah:
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang janin
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu dan janin.
c) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
3) Cara pelayanan antenatal care
Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar
pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
a) Kunjungan Pertama
(1) Catat identitas ibu hamil
(2) Catat kehamilan riwayat sekarang
(3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan lain
(4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
(5) Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium
(6) Pemeriksaan obstetrik
(7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
(8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, kalsium, multivitamin,
dan mineral lainnya serta obat-obatan khususnya atas indikasi
(9) Penyuluhan/konseling
b) Jadwal kunjungan ibu hamil
Kunjungan antenatal sebaiknya di lakukan paling sedikit
4 kali selama kehamilan
(1) Satu kali pada trimester pertama (sebelum 14 minggu)
(2) Satu kali pada trimester ke dua (antara minggu 14-28)
(3) Dua kali pada trimester ke tiga (antara minggu 28-36 minggu
dan sesudah minggu ke 36)
c) Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T”
(1) (Timbang) berat badan
(2) Ukur (Tekanan) darah
(3) Ukur (Tinggi) fundus uteri
(4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
(5) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama
kehamilan
(6) Tes terhadap penyakit menular sexual
(7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan
oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh
dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil
secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi risiko dan
komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat
meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
- Mengupayakan kehamilan yang sehat
imunisasi perlindungan
TT1 Kunjungan antenatal ke-1TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80%
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95%
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99%
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup
99%
- Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
- Persiapan persalinan yang bersih dan aman
- Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi komplikasi.
d) Pemberian vitamin zat besi
Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung
FeSO4 320 M (zat besi 60 Mg) dan asam folat 500 Mg, minimal
masing-masing 120 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum
bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan. Zat besi
paling baik di konsumsi di antara waktu makan bersama jus jeruk
(vitamin C).
e) Jadwal imunisasi TT
Tabel 2.1: jadwal imunisasi TT
Jenis Waktu kunjungan Lama perlindungan %
f) Jadwal kunjungan ulang
(1) Kunjungan I (16 minggu) di lakukan untuk:
- Penapisan dan pengobatan anemia.
- Perencanaan persalinan.
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatannya.
(2) Kunjungan II (24–28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu)
dilakukan:
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatannya.
- Penapisan pre eklamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan.
- Mengulang perencanaan persalinan. (3)
Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir):
- Sama seperti kunjungan II dan III.
- Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
- Mengenali tanda-tanda persalinan