ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

20
ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT PENGOLAHAN SAMPAH (UPS) DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KELURAHAN BEJI, DEPOK Vincent, Gabriel S.B. Andari Kristanto, Evi Novita Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia [email protected] ABSTRAK Pemerintah Kota Depok mendirikan UPS untuk mengatasi timbulan sampah yang meningkat setiap tahunnya, sedangkan masyarakat Kota Depok mendirikan bank sampah untuk mengatasi permasalahan timbulan sampah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai recycling rate dan recovery rate dari bank sampah dan UPS serta timbulan dan karakteristik sampah di Kelurahan Beji. Selain itu, dilakukan pula peninjauan manfaat ekonomi langsung dari dua model pengelolaan sampah yaitu bank sampah dan UPS serta optimasi kedua model pengelolaan tersebut dengan menggunakan analisis SWOT. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengukuran timbulan dan komposisi sampah yang sesuai dengan SNI 19-3964-1994. Penelitian ini memberikan hasil berupa nilai recycling rate dan recovery rate dari bank sampah yang nilainya sama yaitu 0,17%. Nilai recycling rate dan recovery rate dari UPS adalah sebesar 7,7% dan 53%. Keuntungan dari penjualan material daur ulang oleh bank sampah adalah sebesar Rp.4.055.560,00/tahun, sedangkan perhitungan keuntungan penjualan material daur ulang di UPS tidak dilakukan. Melalui optimasi analisis SWOT diperoleh strategi S-O yang disarankan untuk mengoptimasikan kedua jenis pengolahan sampah tersebut. Pengurangan sampah yang masuk ke TPA dapat dilakukan dengan meningkatkan participation rate dari bank sampah dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan sampah di UPS dengan batas maksimal 30m 3 /hari juga dapat membantu mengurangi sampah yang masuk ke TPA. ANALYSIS AND OPTIMIZATION OF WASTE BANK AND MATERIAL RECOVERY FACILITY (MRF) PERFORMANCE IN SOLID WASTE MANAGEMENT AT BEJI SUB-DISTRICT, CITY OF DEPOK ABSTRACT The City of Depok’s government build MRF to solve the increasing of annual waste generation. Meanwhile, the community is attempting to build a waste bank to reduce their own waste. The objectives of this research are to determine the value of recycling rate and recovery rate of waste banks and MRF as well as waste characteristics in Beji sub-district. Moreover, this research also attempts to observe economic benefits along with the optimalization of the two models through SWOT analysis. The data of this research were collected through the measurement of waste generation and composition in accordance with SNI 19-3964-1994. This research revealed that the value of recycling rate and recovery rate is 0.17% for waste bank, while the value for MRF is 7.7% and 53%. The profit gained through the sale of recycled materials from waste bank is Rp4.055.560,00/year. However, the sale for MRF is not calculated. The S-O strategy gained through SWOT analysis could be used to optimalize both models. Furthermore, the reduction of waste could be achieved by increasing the participation rate of waste bank supported by the socialization to the community. The research showed that the waste processing in MRF with the maximum value of 30m 3 /day was able to reduce the amount of waste. Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Transcript of ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Page 1: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT

PENGOLAHAN SAMPAH (UPS) DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI

KELURAHAN BEJI, DEPOK

Vincent, Gabriel S.B. Andari Kristanto, Evi Novita

Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia

[email protected]

ABSTRAK

Pemerintah Kota Depok mendirikan UPS untuk mengatasi timbulan sampah yang meningkat setiap

tahunnya, sedangkan masyarakat Kota Depok mendirikan bank sampah untuk mengatasi permasalahan timbulan

sampah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai recycling rate dan recovery rate dari bank sampah

dan UPS serta timbulan dan karakteristik sampah di Kelurahan Beji. Selain itu, dilakukan pula peninjauan manfaat

ekonomi langsung dari dua model pengelolaan sampah yaitu bank sampah dan UPS serta optimasi kedua model

pengelolaan tersebut dengan menggunakan analisis SWOT. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan

melakukan pengukuran timbulan dan komposisi sampah yang sesuai dengan SNI 19-3964-1994. Penelitian ini

memberikan hasil berupa nilai recycling rate dan recovery rate dari bank sampah yang nilainya sama yaitu 0,17%.

Nilai recycling rate dan recovery rate dari UPS adalah sebesar 7,7% dan 53%. Keuntungan dari penjualan material

daur ulang oleh bank sampah adalah sebesar Rp.4.055.560,00/tahun, sedangkan perhitungan keuntungan penjualan

material daur ulang di UPS tidak dilakukan. Melalui optimasi analisis SWOT diperoleh strategi S-O yang disarankan

untuk mengoptimasikan kedua jenis pengolahan sampah tersebut. Pengurangan sampah yang masuk ke TPA dapat

dilakukan dengan meningkatkan participation rate dari bank sampah dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan sampah di UPS dengan batas maksimal 30m3/hari juga dapat

membantu mengurangi sampah yang masuk ke TPA.

ANALYSIS AND OPTIMIZATION OF WASTE BANK AND MATERIAL

RECOVERY FACILITY (MRF) PERFORMANCE IN SOLID WASTE

MANAGEMENT AT BEJI SUB-DISTRICT, CITY OF DEPOK

ABSTRACT

The City of Depok’s government build MRF to solve the increasing of annual waste generation.

Meanwhile, the community is attempting to build a waste bank to reduce their own waste. The objectives of this

research are to determine the value of recycling rate and recovery rate of waste banks and MRF as well as waste

characteristics in Beji sub-district. Moreover, this research also attempts to observe economic benefits along with the

optimalization of the two models through SWOT analysis. The data of this research were collected through the

measurement of waste generation and composition in accordance with SNI 19-3964-1994. This research revealed

that the value of recycling rate and recovery rate is 0.17% for waste bank, while the value for MRF is 7.7% and 53%.

The profit gained through the sale of recycled materials from waste bank is Rp4.055.560,00/year. However, the sale

for MRF is not calculated. The S-O strategy gained through SWOT analysis could be used to optimalize both

models. Furthermore, the reduction of waste could be achieved by increasing the participation rate of waste bank

supported by the socialization to the community. The research showed that the waste processing in MRF with the

maximum value of 30m3/day was able to reduce the amount of waste.

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 2: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

1. Pendahuluan

Kota Depok merupakan salah satu kota di Indonesia yang terletak di provinsi Jawa Barat

dengan jumlah penduduk sebanyak 1.736.565 jiwa berdasarkan hasil sensus penduduk tahun

2010 serta menghasilkan timbulan sampah sebanyak 1.650 ton atau 4.950 m3 per hari (DKP

Depok, 2012).

Pengelolaan sampah di Kota Depok dilakukan dengan menggunakan UPS (Unit

Pengolahan Sampah). Sampah yang masuk ke UPS berasal dari perumahan, perkantoran serta

kegiatan komersil di sekitar UPS. Di dalam UPS pengelolaan sampah yang dilakukan berupa

pemilahan sampah, pencacahan sampah, pengomposan, pemadatan sampah daur ulang dan

sebagainya. Hanya sisa sampah yang tidak dapat dikomposkan atau didaur ulang (residu) dari

UPS yang dibawa ke TPA dengan jumlah yang sudah jauh berkurang.

Depok hanya memiliki satu buah TPA (Tempat Pemrosesan Akhir Sampah) yang

terletak di Kecamatan Cipayung. TPA Cipayung menampung sampah sebanyak 1.200 m3

sampah

per hari atau sekitar 400 ton/hari (DKP Depok, 2012). Luas TPA Cipayung adalah seluas 11,2

hektar dan luas area landfill adalah seluas 5,1 hektar. Kondisi TPA Cipayung saat ini hanya dapat

menampung sampah sampai dengan pertengahan 2013.

Cakupan pelayanan persampahan Kota Depok saat ini kurang dari 30% yang dihitung

dari jumlah sampah yang masuk ke TPA dan total timbulan sampah yang ditimbulkan Kota

Depok sebesar 4.950 m3/1.650 ton (DKP Depok, 2012). Rendahnya tingkat pelayanan ini

menyebabkan beberapa komunitas masyarakat berinisiatif untuk melakukan pengelolaan sampah

secara mandiri. Beberapa cara yang dilakukan oleh komunitas tersebut seperti/berupa bank

sampah, membuat kerajinan dari sampah, menggiatkan pembuatan kompos, melakukan

pengumpulan dan pemilahan sampah secara mandiri yang kemudian dijual ke lapak sampah..

Pengelolaan sampah dengan menggunakan bank sampah ini diperkirakan dapat mengurangi

sampah yang masuk ke TPA dan dapat melayani daerah atau wilayah yang belum mendapatkan

pelayanan persampahan di Kota Depok.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Beji, Depok. Penelitian ini dilakukan di sana

karena di Kelurahan Beji memiliki bank sampah dan UPS sebagai alternative pengolahan sampah

di kelurahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui timbulan dan komposisi sampah

Kelurahan Beji, dan mengetahui recycling rate dan recovery rate dari bank sampah dan UPS di

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 3: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Kelurahan Beji. Penelitian ini juga menghitung manfaat ekonomi dan optimasi dari bank sampah

dan UPS.

2. Tinjauan Teoritis

Recycling atau daur ulang adalah kegiatan mengumpulkan dan memilah barang yang

tidak terpakai dan mengkonversikannya menjadi bahan baku produksi untuk menghasilkan

produk baru (EPA,1994). Recycling rate adalah banyaknya sampah yang dapat didaur-ulang

dibagi dengan timbulan sampah yang dihasilkan (EPA,1994). Recycling rate tidak termasuk

sampah pada pengomposan, dan sampah yang digunakan untuk menghasilkan energi.

Recovered waste adalah jumlah sampah yang didaur-ulang dan sampah yang

dikomposkan, serta sampah yang menjadi bahan baku untuk energi (EPA,1994). Recovery rate

adalah jumlah total sampah yang didaur-ulang dan sampah yang dikomposkan serta sampah yang

menjadi bahan baku untuk energi dibagi dengan jumlah timbulan sampah (EPA,1994).

3. Data dan Metedologi Penelitian

Data yang diambil dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data

primer dari penelitian ini adalah data timbulan dan komposisi sampah dari rumah tangga, dan

bank sampah. Sedangkan data sekunder dari penelitian ini adalah jumlah penduduk yang terletak

di kawasan atau wilayah penelitian, timbulan dan komposisi sampah di UPS

Tabel 2.1 Data Yang Diperlukan Dalam Penelitian

No Data Jenis Data Metode pengambilan Data

1 Jumlah penduduk sekunder Studi literatur

2 Timbulan sampah masyarakat primer Pengukuran langsung

3 Biaya operasional primer Wawancara

4 Harga beli sampah primer Wawancara

5 Harga jual sampah primer Wawancara

6 Jumlah pengangkut sampah primer dan

sekunder Wawancara dan survei instansi

7 Komposisi sampah di bank

sampah primer Pengukuran

8 Komposisi sampah di UPS sekunder Studi literatur

9 Jumlah truk sampah sekunder Survei instansi

10 Ritasi dari pengangkutan truk sekunder Survei instansi

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 4: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Pengambilan data pada penelitian di rumah tangga didasarkan atas SNI-19-3694-1994 tentang

“Metode Pengambilan Dan Pengukuran Contoh Timbulan Dan Komposisi Sampah Perkotaan“

yaitu dengan memanfaatkan rumus 𝑆= √ dan

. Dimana. S = Jumlah contoh (jiwa),

𝑑= Koefisien kota, asumsi Kota Depok merupakan kota besar dengan koefisien 1, 𝑥 =

Populasi (jiwa), K = Jumlah sampel (KK) dan N = Rata-rata jumlah jiwa per keluarga.

Perhitungan menggunakan rumus ini diperoleh jumlah sampel untuk jumlah penduduk sebanyak

±2400 jiwa/RW adalah 10 KK/RW. Penelitian ini dilakukan terhadap dua RW sehingga jumlah

total sampel rumah tangga dalam penelitian ini adalah 20 KK.

Pengambilan data timbulan dan komposisi sampah rumah tangga dilakukan dengan menentukan

rumah warga yang dijadikan sampel dalam penelitian, melakukan pengukuran selama 8 hari,

mempersiapkan alat yang diperlukan dalam pengukuran yang berupa kantong plastik kresek,

sarung tangan, timbangan, pengukuran timbulan sampah sesuai dengan SNI 19-3964-1994, dan

memilah sampah berdasarkan kategori sampah primer dan sekunder. Sampah kategori primer

yaitu plastik, kertas, organik, logam, kaca, tekstil, dan residu. Sementara itu kategori sekunder

merupakan penjabaran dari kategori primer meliputi dupleks, kertas fotokopi, kardus, kertas

lainnya, dan kemasan Tetrapack yang merupakan kategori sekunder yang dijabarkan dari sampah

kertas. Kemudian terdapat juga terdapat kategori sekunder sampah dari kategori sampah plastik

yang meliputi gelas warna, Gelas bening, bodong bening atau botol PET bening, bodong

warna/botol PET warna, campuran/emberan (HDPE), plastik bening, plastik kresek, plastik

kemasan, karung plastik

Pengambilan data di bank sampah dilakukan dengan mengikuti proses penimbangan dan

pengukuran dari sampah/material daur ulang yang disetorkan ke bank sampah. Hasil

penimbangan tersebut kemudian dicatat dan diolah datanya.

Data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dengan menggunakan metode analisis dan rumus-

rumus sebagai berikut

Persentase komposisi sampah

Persentase komposisi sampah dapat dilakukan dengan cara:

%komposisi sampah =

𝑥

(3.1)

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 5: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Menghitung laju timbulan sampah dalam kg/orang/hari dan m3/orang/hari

Kg/orang/hari =

(3.2)

m3/orang/hari =

(3.3)

Recycling rate

%Recycling rate =

𝑥

(3.4)

Recovery rate

%Recovery rate =

𝑥

(3.5)

Participation Rate

%Participation rate =

𝑥

(3.6)

Optimasi pengelolaan sampah menggunakan analisis SWOT dan analisis ekonomi terhadap

model pengelolaan sampah.

- Optimasi kedua model pengelolaan sampah dengan menggunakan analisis SWOT.

Analisis SWOT adalah instrumen perencanaan strategis yang klasik. Analisis SWOT

adalah sebuah analisis yang digunakan mengevaluasi suatu kegiatan berdasarkan

strength, weakness, opportunity, threat. (Start,2004)

Strength : karakteristik dari suatu kegiatan yang memberikan keuntungan

Weakness: karakteristik dari kegiatan yang membuat organisasi/kegiatan dalam keadaan

yang merugikan

Opportunity : kesempatan atau peluang yang ada yang dapat digunakan untuk

memanfaatkan performa

Threat : ancaman yang dapat menyebabkan masalah bagi suatu kegiatan.

Dengan meningkatkan strength, dan memanfaatkan opportunity dapat mengatasi

weakness dan threat maka tercapai keadaan optimum suatu model pengelolaaan sampah.

Pendekatan analisis SWOT pada penelitian ini dilakukan secara kuantitatif .

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 6: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Menghitung Biaya Operasional

Biaya disini adalah total biaya operasional dari aspek pengangkutan yang diperlukan

untuk melaksanakan suatu model pengelolaan sampah.

Biaya operasional = Upah pekerja + (jumlah truk x biaya yang dikeluarkan untuk satu

truk) + (ritasi pengangkutan x dengan biaya yang dikeluarkan untuk sekali pengangkutan)

(3.7)

Menghitung manfaat ekonomi

Manfaat ekonomi dihitung dengan meninjau laba yang didapatkan dari masing-masing

model pengelolaan sampah.

Laba (Rp) = (Pendapatan yang diperoleh dari penjualan sampah) – (Biaya operasional yang

dikeluarkan)

(3.8)

B/C =

(3.9)

NPV = utjangkawakti

cashflow

)1(

(3.10)

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Timbulan Sampah

Pengukuran timbulan sampah dilakukan pada dua RW di Kelurahan Beji yaitu RW 04

dan RW 15. Kedua RW yang dipilih ini memiliki perbedaan dalam pengelolaan sampah. RW 04

memiliki bank sampah dan UPS dalam pengelolaan sampahnya sedangkan RW 15 hanya

mengandalkan UPS. Pengukuran sampah dilakukan selama 8 hari. Pengukuran sampah di rumah

tangga ini dilakukan dengan membagikan kantong plastik kepada warga sehari sebelum

pengukuran dilakukan. Sampah yang telah dikumpulkan warga kemudian diambil langsung dari

tangan warga, hal ini mengurangi kemungkinan perubahan berat dari sampah akibat hujan.

Sampah yang diserahkan oleh warga pada umumnya belum mewakili keseluruhan sampah yang

ditimbulkan oleh warga.

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 7: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Hasil pengukuran sampah yang dilakukan selama 8 hari di RW04 menunjukan bahwa

besarnya timbulan sampah berbeda-beda tiap harinya. Timbulan sampah RW 04 ini disajikan

pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 yang menyajikan besarnya timbulan sampah RW 04.

Tabel 4-1-Hasil Pengukuran Sampah di RW04

No Variabel Satuan Jumlah

1

Berat sampah yang

diukur/diterima kg

776,28

2 Jumlah sampel KK 12

3

Jumlah rata-rata penghuni

1 KK orang 4

4 Timbulan sampah kg/org/hari 0,25

Sumber: Hasil Pengukuran (2013)

Gambar 4.1 Timbulan Sampah di RW 04

Sumber: Hasil Pengukuran (2013)

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa besarnya timbulan sampah RW 04 adalah sebesar 0,25

kg/orang/hari. Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa timbulan sampah yang dihasilkan tersebut

berfluktuasi tiap harinya. Timbulan sampah sampah yang fluktuatif dan laju timbulan sampah

sebesar 0,25 kg/orang/hari terjadi karena berbagai faktor seperti kebiasaan masyarakat, faktor

ekonomi, musim buah, jumlah penghuni dalam satu rumah, aktivitas masyarakat dan lain-lain.

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pada Hari Selasa diperoleh timbulan sampah yang

paling tinggi dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Kondisi ini disebabkan karena pada hari

tersebut sampah dari RW04 tidak diangkut untuk dibuang. Pengangkutan sampah RW 04

dilakukan sebanyak 3 kali seminggu atau setiap Hari Senin, Rabu dan Jumat. Pengangkutan yang

tidak dilakukan setiap hari ini karena terdapat jadwal yang diberikan oleh pihak UPS. UPS Jalan

Senin Selasa

Rabu Kamis Jumat Sabtu

Minggu Senin

0

10000

20000

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9Be

rat

(gr)

Hari

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 8: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Jawa yang bertugas mengolah sampah di Kelurahan Beji tersebut tidak dapat mengolah

keseluruhan sampah dari satu kelurahan, maka dilakukan penjadwalan untuk pengangkutan

sampah dari masing-masing RW. Oleh karena sampah tidak diangkut pada Hari Selasa, maka

sampah yang terukur pada Hari Selasa tinggi.

Hasil Pengukuran sampah di RW 15 disajikan pada tabel 4.2 dan Gambar 4.3.

Tabel 4- 2 Hasil Pengukuran Sampah di RW 15

No Variabel Satuan Jumlah

1

Berat sampah yang

diukur/diterima kg

322,49

2 Jumlah sampel KK 12

3

Jumlah penghuni rata-rata 1

KK orang 4

4 Timbulan sampah kg/org/hari 0,17

Sumber : Hasil Pengukuran (2013)

Gambar 4.1 Timbulan Sampah RW 15 Per Hari

Sumber : Hasil Olahan Data (2013)

Dilihat dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa besar timbulan sampah untuk RW 15

adalah sebesar 0,17 kg/orang/hari. Kemudian pada Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa sampah yang

dihasilkan oleh RW 15 ini berfluktuatif. Laju timbulan sampah RW 15 sebesar 0,17 kg/orang/hari

dan timbulan sampah yang fluktuatif ini dapat disebabkan beberapa faktor seperti faktor

ekonomi, kebiasaan masyarakat, jumlah penghuni dalam satu rumah, aktivitas masyarakat dan

lain-lain.

Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa timbulan sampah yang dihasilkan paling tinggi

terdapat pada hari pertama pengukuran yaitu Hari Selasa. Hasil pengukuran yang tinggi di Hari

Selasa

Rabu Kamis Jumat Sabtu

Minggu Senin Selasa

0

5000

10000

15000

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Be

rat

(gr)

Hari ke-

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 9: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Selasa dapat disebabkan oleh sampah sebagian masyarakat RW 15 tidak diangkut pada hari

tersebut. Jadwal pengumpulan/unloading sampah RW 15 ke UPS Jalan jawa dilakukan setiap dua

hari sekali yaitu Senin, Rabu dan Jumat. Pengaruh jadwal pengangkutan tersebut dapat dilihat

pada Gambar 4.2 bahwa jumlah sampah lebih banyak saat sampah belum diangkut ke UPS.

Selain hal tersebut, hasil pengukuran yang tinggi pada Hari Selasa dapat disebabkan oleh karena

pengukuran sampah yang seharusnya dilakukan hari Senin tidak jadi dilakukan dan akhirnya

dilaksanakan pada Hari Selasa. Pengukuran pada Hari Senin tidak dilakukan karena pada hari

tersebut kebanyakan responden di RW 15 tidak berada di rumah. Pengukuran sampah yang batal

dilakukan pada hari Senin menyebabkan akumulasi sampah terjadi pada Hari Selasa.

4.2. Komposisi Sampah

Komposisi sampah yang diukur pada kedua RW tersebut didasarkan pada jenis-jenis sampah

yang laku dijual ke lapak sampah dan bank sampah serta yang tidak laku untuk dijual berupa

sampah organik dan residunya. Komposisi sampah ini diukur untuk mengetahui besarnya potensi

sampah yang dapat didaur ulang

Komposisi sampah RW 04 berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.3

sebagai berikut:

Gambar 4.3 Komposisi Sampah RW 04

Sumber : Hasil Olahan Data (2013)

Gambar 4.3 memperlihatkan mengenai komposisi sampah kategori primer dan jenis

sampah organik memiliki porsi terbesar dari total sampah yang ditimbulkan yaitu sebesar 75,6%.

Hal ini dapat disebabkan karena sampah organik berasal dari sisa makanan, dimana sisa makanan

tersebut berada dalam keadaan basah ketika diberikan untuk diukur sehingga berat sampah jenis

Kertas 5,0%

Plastik 15,2%

Organik 75,6%

Logam 0,5%

Kaca 0,6%

Tekstil 0,1%

Residu 3,0%

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 10: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

organik akan menjadi lebih berat. Selain itu, sampah organik yang banyak ini dapat disebabkan

oleh keadaan ekonomi masyarakat RW 04. Kondisi ekonomi dari golongan rendah sampai

menengah akan menghasilkan sampah organik yang lebih banyak dibandingkan dengan

masyarakat yang kondisi ekonominya tinggi sesuai dengan teori-teori yang ada. Selain itu

banyaknya warga yang berprofesi sebagai penjual makanan turut memengaruhi komposisi dan

timbulan sampah di RW 04.

Secara keseluruhan dapat terlihat bahwa sampah anorganik sangat sedikit yaitu hanya

24,37% dari total sampah yang dihasilkan. Hal ini bisa disebabkan karena sampah anorganik

memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan sebagian dari masyarakat RW 04 merupakan

nasabah bank sampah sehingga banyak sampah anorganik yang disimpan untuk disetorkan ke

bank sampah. Dari data komposisi di atas diperoleh bahwa total jumlah sampah yang berpotensi

untuk didaur ulang adalah sekitar 18,86%. Jumlah sampah yang dapat dapat didaur ulang ini

mencakup 78% dari total sampah anorganik yang dihasilkan oleh RW 04.

Komposisi sampah RW 15 disajikan pada Gambar 4.4 sebagai berikut

Gambar 4.4 Komposisi Sampah RW 15

Sumber : Hasil Olahan Data (2013)

Gambar 5.6 dan Tabel 5.4 menunjukan komposisi sampah RW 15 yang bervariatif.

Gambar 5.6 dan Tabel 5.4 menunjukan bahwa sampah organik merupakan sampah yang paling

banyak dihasilkan oleh masyarakat RW 15 yaitu sebesar 64,1% dari total sampah yang

dihasilkan. Sampah organik yang banyak ini berasal dari sisa makanan yang masih basah

sehingga dapat memengaruhi berat timbulan sampah organik yang dihasilkan serta sedang

Kertas 11,8%

Plastik 18,5%

Organik 64,1%

Logam 1,4%

Kaca 1,1%

Elektronik 0,1%

Residu 2,9%

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 11: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

berlangsungnya musim buah rambutan sehingga terdapat kulit buah yang memengaruhi berat

sampah organik tersebut.

Sampah anorganik yang dihasilkan dari RW 15 adalah sebesar 36% dari total sampah

yang dihasilkan oleh RW 15. Persentase yang hanya 36 % ini dapat disebabkan karena kebiasaan

masyarakat yang suka menumpuk sampah anorganik yang masih bisa dipakai seperti koran dan

kardus sehingga tidak diserahkan untuk diukur. Dari data komposisi di atas dapat diketahui

bahwa potensi sampah yang dapat didaur ulang adalah sebesar 28,94% dari total sampah yang

dihasilkan atau sekitar 80% dari sampah anorganik yang dihasilkan.

4.3. Recycling Rate dan Recovery Rate dari Bank Sampah

Bank sampah di Kelurahan Beji merupakan bagian dari pengelolaan sampah di

Kelurahan Beji. Bank sampah ini menerima sampah dari warga berupa sampah anorganik yang

dapat didaur ulang seperti dupleks, kertas fotocopy, koran, kardus, PET, HDPE, besi, tembaga,

aluminium dan lain-lain. Oleh karena itu, pada tingkat bank sampah, sampah yang diterima akan

disebut sebagai material daur ulang.

Penimbangan atau pengumpulan material daur ulang dari warga dilaksanakan minimal

dua kali dalam satu bulan. Material daur ulang yang disetorkan oleh masyarakat harus dipilah

terlebih dahulu sesuai dengan nilai ekonomis dari masing-masing material tersebut. Material daur

ulang yang tidak dipisahkan dengan sampah atau bukan merupakan material daur ulang tidak

akan diterima oleh bank sampah. Hal ini dilakukan agar masyarakat mengerti bahwa dengan

memilah material daur ulang itu memiliki keuntungan dan juga dapat mendidik masyarakat untuk

memilah sampahnya sendiri.

Hasil pengukuran material daur ulang di bank sampah diperlihatkan pada Tabel 4.3

sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Material Daur Ulang di Bank Sampah

Pengukuran Hasil

Total material daur

ulang per bulan 378,2 kg

Recyling Rate 0,17%

Recovery Rate 0,17%

Jumlah nasabah 30 KK

Participation Rate 0,44% Sumber: Hasil Pengukuran (2013)

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 12: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Hasil perhitungan diperoleh recycling rate dari bank sampah untuk satu Kelurahan Beji

adalah sebesar 0,17% dan recovery rate dari bank sampah adalah sebesar 0,17%. Nilai recycling

rate dan recovery rate dari bank sampah yang sama ini dikarenakan dalam proses pengelolaan

sampah dengan bank sampah tidak memasukan proses pengomposan pada sampah organik.

Proses pembuatan kompos dan limbah menjadi energi merupakan salah satu parameter yang

diperhitungkan dalam penghitungan recovery rate. Karena bank sampah tidak terdapat kegiatan

pengomposan dan pemanfaatan limbah menjadi energi maka nilai recovery rate dari bank

sampah sama dengan nilai recycling rate bank sampah.

. Pada penelitian ini participation rate dihitung dari banyaknya nasabah bank sampah

berbanding dengan jumlah penduduk Kelurahan Beji. Participation rate yang diperoleh adalah

sebesar 0,44% dari total masyarakat Kelurahan Beji. Participation rate yang kecil ini disebabkan

karena jumlah nasabah bank sampah yang sangat kecil yaitu sekitar 30 KK. Nasabah bank

sampah hanya mencakup warga RT01 pada RW 04 Kelurahan Beji .

4.4 Recycling Rate dan Recovery Rate Unit Pengolahan Sampah (UPS)

Unit Pengolahan Sampah (UPS) merupakan pengolahan sampah yang secara formal

digunakan oleh Kelurahan Beji untuk menangani sampah di kelurahan tersebut. UPS di

Kelurahan Beji ini terletak di Jalan Jawa dan melayani 17 RW yang ada di Kelurahan Beji dan

beroperasi selama enam hari dalam seminggu. UPS Jalan Jawa mengolah sampah sebanyak 20

m3/hari atau sekitar 3930 kg/hari atau 53% dari total sampah di Kelurahan Beji yang sebesar

7325,78 kg/hari.

Pelayanan pengolahan sampah di UPS Jalan Jawa tidak dapat mengolah keseluruhan

sampah di Keluruhan Beji yang sebesar 7325,78 kg/hari atau sekitar 37,28 m3/hari. Hal ini

disebabkan oleh kapasitas UPS yang hanya mampu mengolah sampah sebesar 30 m3/hari.

Pemenuhan pelayanan persampahan di Kelurahan Beji ini akhirnya membuat UPS Jalan Jawa

membagi 17 RW ini menjadi kelompok A dan kelompok B dimana masing-masing kelompok

terdiri dari 8-9 RW. Kemudian sampah dari masing kelompok saling bergiliran diangkut ke UPS

Jalan Jawa setiap harinya selama seminggu.

Hasil pengukuran sampah di Unit Pengolahan Sampah (UPS) di Tabel 4.4 sebagai

berikut:

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 13: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran di UPS Jalan Jawa

Pengukuran Hasil

Total material daur

ulang per hari 82,4 kg

Recyling Rate 7,7%

Recovery Rate 53,0% Sumber: Hasil Pengolahan Data (2013)

Hasil perhitungan diperoleh recycling rate sebesar 7,7 % dan recovery rate sebesar 53

%. Recycling rate tersebut hanya dihitung dari jenis sampah yang dapat didaur ulang sedangkan

recovery rate dihitung dari berat sampah yang dapat didaur ulang dan sampah yang

dikomposkan. Nilai recovery rate yang tinggi ini dipengaruhi oleh persentase sampah organik

yang dikomposkan sangat dominan pada sampah-sampah yang masuk ke UPS.

4.5 Analisis Ekonomi Bank Sampah dan UPS

Perhitungan keuntungan bank sampah dihitung dari selisih penjualan material daur ulang

rata-rata per bulan dengan pembelian material daur ulang yang disetorkan oleh nasabah ke bank

sampah dan biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank sampah. Hasil perhitungan manfaat

ekonomis dari bank sampah dari bank sampah disajikan dalam Tabel 4.5

Tabel 4-5 Perhitungan Manfaat Ekonomis Dari Bank Sampah

Biaya Operasional

Banyak

Barang

Pema

kaian Harga Satuan

Nilai Total

(Rupiah/tahun)

Harga dari material daur

ulang yang diterima

4.538

kg/tahun Rp 5.204.152,00

Bensin 12 bulan Rp 20.000,00 / bulan Rp 240.000,00

Total Biaya Operasional Rp 5.444.152,00

Biaya investasi

Buku tabungan 30 buah

1

tahun Rp 500,00 /buah Rp 15.000,00

Timbangan 20 kg 1 buah

5

tahun Rp 135.000,00 / buah Rp 27.000,00

Total Biaya Investasi Rp 42.000,00

Total Pengeluaran Rp 5.486.152,00

Pendapatan

Penjualan Material Daur

Ulang

4.538

kg/tahun Rp 9.019.612,00

Total biaya investasi Rp 3.533.460,00

i 6%

NPV Rp 3.095.716,98

B/C 0,64

Sumber : Hasil Olahan Data (2013)

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 14: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa keuntungan bank sampah per tahun adalah sebesar Rp

3.533.460,00 dan nilai B/C sebesar 0,64 serta NPV sebesar Rp.3.095.716,98. Nilai B/C sebesar

0,68 menunjukan bahwa progam bank sampah ini tidak memberikan manfaat secara ekonomi.

Secara teoritis nilai B/C di bawah 1 menyatakan suatu proyek atau kegiatan tidak layak untuk

dilaksanakan karena tidak menguntungkan secara ekonomi. Nilai NPV bank sampah yang lebih

besar dari 0 menunjukan bahwa kegiatan bank sampah ini layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan

teori Benefit Cost Analysis, suatu proyek/kegiatan layak dilakukan atau tidak didasarkan atas nilai

NPV. Hal ini disebabkan karena perhitungan NPV didasarkan atas berbagai parameter seperti

interest rate, jangka waktu pelaksanaan, biaya investasi, biaya operasional, pendapatan selama

pelaksanaan kegiatan atau proyek, sedangkan Benefit Cost Ratio hanya memperhitungkan

keuntungan dan biaya yang dikeluarkan selama pelaksanaan kegiatan atau proyek.

Pengelolaan sampah menggunakan UPS juga melakukan kegiatan pengumpulan dan

penjualan material daur ulang. Pengumpulan material daur ulang dilakukan dengan memilah

material tersebut dari sampah yang masuk ke UPS. Material yang telah dipilah tersebut

dikumpulkan dan kemudian dijual kepada pemilik lapak sampah. Hasil penjualan material daur

ulang tersebut kemudian dijadikan sebagai tambahan pendapatan para pekerja di UPS.

Hasil perhitungan ekonomi di UPS disajikan dalam Tabel 4.6

Tabel 4-3 Perhitungan Manfaat Ekonomi dari UPS

Biaya Operasional Jumlah Harga Satuan

Nilai Total per

bulan

Gaji pekerja 14 Rp. 924.000/orang Rp 12.936.000

Pengangkutan Sampah 72 Rp 70.000/ritasi Rp 5.040.000

Total biaya operasional

per bulan Rp17.976.000

Penjualan material daur

ulang per bulan Rp 9.444.021 Sumber : Hasil Olahan Data (2013)

Tabel 4.6 memperlihatkan biaya operasional per bulan yang hanya didasarkan atas gaji

pekerja dan biaya pengangkutan sampah cukup besar yaitu sebesar Rp. 17.976.000,00. Biaya

sebesar ini yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Depok setiap bulannya untuk mengelola

sampah. Oleh karena biaya operasional di UPS termasuk dalam anggaran pemerintah Kota Depok

dan hasil penjualan material daur ulang oleh UPS bukan merupakan pendapatan dari pemerintah

Kota Depok sebagai pengelola, maka perhitungan keuntungan dan B/C serta NPV dari UPS tidak

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 15: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

dilakukan. Pengelolaan sampah dengan UPS ini tidak memberikan keuntungan dalam sisi

ekonomi bagi pengelola yaitu pemerintah Kota Depok.

4.6. Optimasi Pengelolaan Sampah Dengan Analisis SWOT

Analisis SWOT ini dilaksanakan terhadap pengelolaan sampah yang memanfaatkan

bank sampah dan Unit Pengolah Sampah (UPS) sebagai pengolah sampah. Analisis SWOT ini

dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap bank sampah dan UPS dan wawancara

dengan pengurus bank sampah dan pekerja/koordinator UPS.

Tabel 4-7Analisis SWOT UPS (Strength dan Opportunity)

Strength Opportunity

1. Merupakan sektor formal dalam pengelolaan

sampah Kota Depok

1. Masih banyak masyarakat lainnya yang belum tahu dan

tertarik dengan bank sampah

2. Mendapatkan dukungan finansial, alat dan

manajemen dari dinas kebersihan Kota Depok

2. Sejalan dengan progam pemerintah Kota Depok yang

sedang menggiatkan kegiatan pemilahan sampah

3. Melakukan pengelolaan terhadap sampah

organik dan anorganik

3.Tingkat pelayanan sampah oleh Dinas Kebersihan Kota

Depok masih terbatas sekitar ±30%

4. Memiliki prasarana dan sarana yang memadai 4. Jumlah penduduk dan timbulan sampah Kota Depok

yang memiliki kecenderungan terus bertambah setiap

tahunnya

5. Memiliki jumlah pekerja yang banyak dalam

melaksanakan pengolahan sampah

5. Kemampuan TPA yang sudah sangat terbatas untuk

menampung sampah Kota Depok.

6. Para pekerja memiliki tambahan pemasukan dari

penjualan material daur ulang

6. Pengelolaan sampah dengan bank sampah dapat

diintegrasikan Unit Pengolahan Sampah (UPS).

7. Mengurangi sampah yang masuk ke TPA. 7. Adanya PP no 81 tahun 2012 yang mewajibkan

masyarakat menangani sampahnya sendiri

8. Melayani pengolahan sampah untuk satu

kelurahan yaitu sekitar 17 RW

Tabel 4-8 Analisis SWOT UPS (Weakness dan Threat)

Weakness Threat

1. Manajemen tenaga kerja tidak baik sehingga jumlah

tenaga kerja yang mencukupi masih tetap dirasa kurang

1.Adanya gangguan teknis seperti kerusakan alat

angkut dan alat lainnya yang digunakan di dalam

UPS

2. K3 di UPS tidak berjalan dengan baik 2. Tidak ditemukan pembeli dari kompos sehingga

banyak kompos yang tertumpuk di UPS

3. Kapasitas pelayanan UPS hanya terbatas sebesar 30

m3/hari

3. Lahan untuk pengembangan UPS terbatas

karena tidak banyak warga yang rela di sekitar

rumahnya terdapat UPS.

4. Layout UPS yang kurang baik

4.Tukang sampah yang enggan mengangkut

sampahnya ke UPS karena kondisi layout dari

UPS

5. Kurangnya kesadaran dari pekerja untuk merawat atau

menjaga kondisi UPS.

5. Dana maintenance dan operasional alat alat di

UPS kurang sehingga alat-alat tersebut tidak

terawat dengan baik.

Sumber : Hasil Olahan Data (2013)

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 16: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Tabel 4-8 Analisis SWOT UPS (Weakness dan Threat) (Lanjutan)

Weakness Threat

6. Sampah yang masuk ke UPS dalam keadaan tercampur

sehingga sulit untuk dipilah dan menurunkan kualitas

material daur ulang.

6.Kondisi UPS yang kotor memengaruhi

kesehatan dari pekerja UPS.

7. Bau yang ditimbulkan oleh sampah tersebut tidak dapat

dikendalikan

Tabel 4-9 Analisis SWOT Bank Sampah

Strength Opportunity

1. Nasabah bank sampah dididik untuk memilah

sampahnya sendiri

1.Masih banyak masyarakat lainnya yang belum tahu dan

tertarik dengan bank sampah

2. Masyarakat yang menjadi nasabah bank

sampah mengerti bahwa sampah masih memiliki

nilai ekonomis

2. Sejalan dengan progam pemerintah Kota Depok yang

sedang menggiatkan kegiatan pemilahan sampah

3. Nasabah bank sampah dapat langsung

merasakan dampak dari pengelolaan sampah

melalui uang yang didapatkan dari menabung

sampah di bank sampah

3.Tingkat pelayanan sampah oleh Dinas Kebersihan Kota

Depok masih terbatas sekitar ±30%

4. Sebagai salah satu wadah bagi masyarakat

untuk mengelola sampahnya sendiri

4. Jumlah penduduk dan timbulan sampah Kota Depok

yang memiliki kecenderungan terus bertambah setiap

tahunnya

5. Dapat mengurangi sampah yang masuk ke

UPS dan TPA

5. Kemampuan TPA yang sudah sangat terbatas untuk

menampung sampah Kota Depok.

6. Dapat mendidik masyarakat untuk tidak

membuang sampah sembarangan

6.Pengelolaan sampah dengan bank sampah dapat

diintegrasikan Unit Pengolahan Sampah (UPS).

7. Mengurangi pencemaran lingkungan akibat

penanganan atau pengelolaan sampah yang tidak

baik

7. Adanya PP no 81 tahun 2012 yang mewajibkan

masyarakat menangani sampahnya sendiri

8. Meningkatkan kebersihan lingkungan dan

sanitasi di lingkungan sekitarnya

9. Adanya tokoh masyarakat yang menjadi

pengurus secara sukarela

Weakness Threat

1. Sosialisasi mengenai bank sampah masih

kurang

1. Hasil penimbangan yang berbeda antara pengurus

bank sampah dan pemilik lapak mitra bank sampah

2. Semangat untuk terus ikut serta dalam

kegiatan bank sampah ini sulit dipertahankan.

2. Kondisi cuaca memengaruhi penimbangan bank

sampah

3. Pengelolaan sampah dengan bank sampah

sangat bergantung pada nasabah dan pengurus

bank sampah.

3. Masyarakat belum mengerti tentang pentingnya

pengelolaan sampah

4. Saat ini bank sampah diperuntukkan hanya

untuk mengelola sampah anorganik

4. Kegiatan-kegiatan atau acara-acara yang banyak

dilakukan pada hari penimbangan bank sampah

menyebabkan penimbangan sampah sering tidak

dilakukan

5. Bank sampah merupakan sektor pengelolaan

sampah yang bersifat informal.

5. Nasabah malas untuk memilah sampah

6.Penimbangan sampah dilakukan di tempat

terbuka.

6. Adanya intimidasi dari pemulung yang merasa lahan

pekerjaannya diambil.

7. Bank sampah tidak memiliki gudang untuk

menyimpan sampah.

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 17: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Weakness Threat

8. Bank sampah tidak memiliki kantor untuk

melakukan kegiatan administrasi dari bank

sampah

9. Nasabah malas untuk memilah sampah

10 Pengurus bank sampah yang memilki

keterbatasan waktu

Sumber : Hasil Olahan Data (2013)

Analisis SWOT UPS dan bank sampah ini kemudian didekatkan secara kuantitatif

sehingga diperoleh posisi UPS berada pada posisi progresif atau kuadran 1 yaitu pada titik

(0,36;0,67). Bank sampah juga berada pada posisi progresif atau kuadran 1 yaitu pada titik

(0,1392;0,431).Posisi progresif ini menunjukan bahwa kedua model pengelolaan sampah tersebut

disarankan untuk memanfaatkan strategi S-O (Strength-Opportunity).

Strategi S-O ini berfungsi untuk memanfaatkan kekuatan yang dimiliki oleh bank

sampah untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Strategi ini berfungsi untuk membuat

bank sampah berkembang lebih cepat. Strategi S-O yang disarankan yaitu melakukan sosialisasi

bank sampah ke warga untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah

sehingga masyarakat dapat mengelola sampahnya sendiri. Strategi S-O lain yang disarankan yaitu

peningkatan jumlah bank sampah untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA. Bank sampah

berfungsi untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA dan merupakan pengelolaan sampah di

sumber yaitu rumah tangga.

Selain kedua strategi yang disebutkan di atas, masih terdapat strategi S-O lainnya yaitu

memasukan bank sampah ke dalam progam pengelolaan sampah DKP sehingga terarah dan

memiliki pembinaan yang jelas. Pemerintah Kota Depok disarankan untuk memasukan bank

sampah ke dalam progamnya sehingga bank sampah tersebut mendapat pembinaan yang jelas dan

konsisten. Pembinaan yang tepat dan jelas akan menjaga konsistensi dari keberadaan bank

sampah tersebut.

Strategi S-O lainnya yang disarankan untuk mengoptimalkan pengelolaan sampah

dengan bank sampah adalah mengsinergiskan bank sampah dengan UPS. Strategi ini bermaksud

untuk meningkatkan kinerja bank sampah dan UPS untuk mengurangi sampah yang masuk ke

TPA.

Strategi S-O dari UPS adalah meningkatkan kinerja UPS dalam pengolahan sampah

sampai batas maksimum UPS yaitu sebesar 30 m3/hari. Strategi ini dapat terwujud dengan

memanfaatkan jumlah pekerja di UPS yang banyak. Strategi S-O UPS yang lain yaitu

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 18: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

memaksimalkan pemilahan sampah di UPS. UPS dengan jumlah pekerja yang banyak seharusnya

dapat memilah sampah dengan lebih baik. Pemilahan sampah yang baik dapat membantu

mengurangi sampah yang masuk ke TPA. Jumlah pekerja yang banyak tersebut dimanajemen

dengan baik sehingga pemilahan sampah di UPS dapat maksimal.

5. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil penelitian yang diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Timbulan sampah Kelurahan Beji adalah sebesar 0,2147 kg/orang/hari dengan timbulan

sampah RW04 Kelurahan Beji sebesar 0,25 kg/orang/hari dan RW 15 Kelurahan Beji

sebesar 0,17 kg/orang/hari.

2. Komposisi sampah di Kelurahan Beji yang ditinjau dari RW 04 dan RW 15 Kelurahan Beji

cukup bervariatif dan menempatkan sampah organik sebagai sampah dengan persentase

komposisi sampah terbesar.

3. Recycling rate di bank sampah RW04 Kelurahan Beji adalah sebesar 0,17% dan recovery

rate sebesar 0,17% juga.

4. Recycling rate di Unit Pengolahan Sampah (UPS) Jalan Jawa, Kelurahan Beji adalah

sebesar 7,7% dan recovery rate sebesar 52%.

5. Kegiatan bank sampah secara finansial kurang layak untuk dilaksanakan karena nilai B/C di

bank sampah kurang dari 1, sedangkan perhitungan kelayakan finansial/manfaat ekonomi

di UPS tidak dapat dihitung karena semua biaya dikeluarkan oleh Pemkot Depok dan

Pemkot tidak memperoleh pendapatan dari penjualan material daur ulang.

6. Analisis SWOT dari bank sampah dan UPS sama-sama menunjukan kondisi UPS dan bank

sampah berada pada posisi “Progresif” atau kondisi yang baik sehingga disarankan untuk

menggunakan strategi S-O/strategi yang progresif. Strategi S-O bank sampah yaitu

melakukan sosialisasi bank sampah ke warga untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam kegiatan bank sampah, meningkatkan jumlah bank sampah untuk mengurangi

timbulan sampah yang masuk ke TPA, memasukan bank sampah ke dalam progam

pengelolaan sampah DKP Depok sehingga lebih terarah dan memiliki pembinaan yang

jelas, mensinergiskan bank sampah dan UPS dalam pengelolaan sampah Kota Depok.

Strategi S-O UPS yaitu mensinergiskan bank sampah dan UPS dalam hal pengelolaan

sampah, meningkatkan kinerja bank sampah dan UPS dalam hal pengelolaan sampah,

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 19: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

memaksimalkan pemilahan sampah di UPS dengan cara memanajemen pekerja dengan

baik. Kedua strategi S-O tersebut merupakan strategi yang dapat diterapkan untuk

mengoptimasi model pengelolaan sampah dengan UPS dan bank sampah.

6. Saran

Penelitian yang ini menghasilkan beberapa saran yang dapat membantu meningkatkan

kinerja pengelolaan sampah di Kelurahan Beji yaitu sebagai berikut:

.Peningkatan participation rate dapat dilakukan dengan melakukan intensifikasi sosialisasi

ke masyarakat mengenai bank sampah. Sosialisasi bank sampah dapat diintegrasikan

dengan progam “Gerakan Depok Memilah” dari Pemerintah Kota.

Pengurangan sampah di Kelurahan Beji dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas

pengolahan sampah di Unit Pengolahan Sampah (UPS) sampai batas maksimum yaitu

sebesar 30 m3/hari. Peningkatan pengolahan sampah ini dapat dilakukan dengan

memanajemen pekerja yang lebih baik yaitu dengan memberikan jobdesc yang jelas bagi

para pekerja.

Mensinergiskan bank sampah dengan UPS dalam pengelolaan sampah dengan memasukan

bank sampah ke dalam progam pengelolaan sampah DKP Depok sehingga pembagian tugas

dalam pengelolaan sampah oleh bank sampah dan UPS menjadi jelas.

Daftar Referensi

Becker, G. (1995). The Economic Way of Looking at Behavior. Dalam R. Febrero dan P

Schwartz. (2000). The Essence of Becker. Standford University, California: Hoover

Institution Press

DKP Depok. (2012). Pengelolaan Sampah di TPA Cipayung. Biological Treatment of Municipial

Solid Waste Management In Indonesia.

EPA. (2003). MATERIAL RECOVERY FACILITY Recycling Marketing Cooperative for

Tennessee, (December).

EPA. (1994). Waste Prevention , Recycling , and Composting Options : Lessons from 30 US

Communities

Hartono, D. M., Gusniani, I., & Kristanto, G. A. (2011). Panduan Penyusunan Standar Operasi

Prosedur Unit Pengolahan Sampah (UPS).

Lund, H. F. (2000). Recycling Handbook. McGraw-Hill.

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013

Page 20: ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...

Singhirunnusorn, W., Donlakorn, K., & Kaewhanin, W. (2012). Contextual Factors Influencing

Household Recycling Behaviours: A Case of Waste Bank Project in Mahasarakham

Municipality. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 36(June 2011), 688–697.

doi:10.1016/j.sbspro.2012.03.075

Singhirunnusorn, W., Donlakorn, K., Kaewhanin, W., Kpxguvkicvgu, U., Kpƀwgpekpi, H., Tge,

J., & Dgjcxkqwt, E. (n.d.). Household Recycling Behaviours and Attitudes toward Waste

Bank Project : Mahasarakham Municipality.

SK SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang

SNI 19-3964-1994 dan SNI M 36-1991-03 Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh

Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan

Start, D. and In. H. (2004). Tools For Policy Impact: A Handbook for Researcher. London:

Overseas Development Institute.

Tchobanoglous, G. (1993). Integrated Solid Waste Management. New York: McGraw-Hill.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008. Tentang Pengelolaan Sampah

Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013