ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...
Transcript of ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT ...
ANALISIS DAN OPTIMASI KINERJA BANK SAMPAH DAN UNIT
PENGOLAHAN SAMPAH (UPS) DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI
KELURAHAN BEJI, DEPOK
Vincent, Gabriel S.B. Andari Kristanto, Evi Novita
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
ABSTRAK
Pemerintah Kota Depok mendirikan UPS untuk mengatasi timbulan sampah yang meningkat setiap
tahunnya, sedangkan masyarakat Kota Depok mendirikan bank sampah untuk mengatasi permasalahan timbulan
sampah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai recycling rate dan recovery rate dari bank sampah
dan UPS serta timbulan dan karakteristik sampah di Kelurahan Beji. Selain itu, dilakukan pula peninjauan manfaat
ekonomi langsung dari dua model pengelolaan sampah yaitu bank sampah dan UPS serta optimasi kedua model
pengelolaan tersebut dengan menggunakan analisis SWOT. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan
melakukan pengukuran timbulan dan komposisi sampah yang sesuai dengan SNI 19-3964-1994. Penelitian ini
memberikan hasil berupa nilai recycling rate dan recovery rate dari bank sampah yang nilainya sama yaitu 0,17%.
Nilai recycling rate dan recovery rate dari UPS adalah sebesar 7,7% dan 53%. Keuntungan dari penjualan material
daur ulang oleh bank sampah adalah sebesar Rp.4.055.560,00/tahun, sedangkan perhitungan keuntungan penjualan
material daur ulang di UPS tidak dilakukan. Melalui optimasi analisis SWOT diperoleh strategi S-O yang disarankan
untuk mengoptimasikan kedua jenis pengolahan sampah tersebut. Pengurangan sampah yang masuk ke TPA dapat
dilakukan dengan meningkatkan participation rate dari bank sampah dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan sampah di UPS dengan batas maksimal 30m3/hari juga dapat
membantu mengurangi sampah yang masuk ke TPA.
ANALYSIS AND OPTIMIZATION OF WASTE BANK AND MATERIAL
RECOVERY FACILITY (MRF) PERFORMANCE IN SOLID WASTE
MANAGEMENT AT BEJI SUB-DISTRICT, CITY OF DEPOK
ABSTRACT
The City of Depok’s government build MRF to solve the increasing of annual waste generation.
Meanwhile, the community is attempting to build a waste bank to reduce their own waste. The objectives of this
research are to determine the value of recycling rate and recovery rate of waste banks and MRF as well as waste
characteristics in Beji sub-district. Moreover, this research also attempts to observe economic benefits along with the
optimalization of the two models through SWOT analysis. The data of this research were collected through the
measurement of waste generation and composition in accordance with SNI 19-3964-1994. This research revealed
that the value of recycling rate and recovery rate is 0.17% for waste bank, while the value for MRF is 7.7% and 53%.
The profit gained through the sale of recycled materials from waste bank is Rp4.055.560,00/year. However, the sale
for MRF is not calculated. The S-O strategy gained through SWOT analysis could be used to optimalize both
models. Furthermore, the reduction of waste could be achieved by increasing the participation rate of waste bank
supported by the socialization to the community. The research showed that the waste processing in MRF with the
maximum value of 30m3/day was able to reduce the amount of waste.
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
1. Pendahuluan
Kota Depok merupakan salah satu kota di Indonesia yang terletak di provinsi Jawa Barat
dengan jumlah penduduk sebanyak 1.736.565 jiwa berdasarkan hasil sensus penduduk tahun
2010 serta menghasilkan timbulan sampah sebanyak 1.650 ton atau 4.950 m3 per hari (DKP
Depok, 2012).
Pengelolaan sampah di Kota Depok dilakukan dengan menggunakan UPS (Unit
Pengolahan Sampah). Sampah yang masuk ke UPS berasal dari perumahan, perkantoran serta
kegiatan komersil di sekitar UPS. Di dalam UPS pengelolaan sampah yang dilakukan berupa
pemilahan sampah, pencacahan sampah, pengomposan, pemadatan sampah daur ulang dan
sebagainya. Hanya sisa sampah yang tidak dapat dikomposkan atau didaur ulang (residu) dari
UPS yang dibawa ke TPA dengan jumlah yang sudah jauh berkurang.
Depok hanya memiliki satu buah TPA (Tempat Pemrosesan Akhir Sampah) yang
terletak di Kecamatan Cipayung. TPA Cipayung menampung sampah sebanyak 1.200 m3
sampah
per hari atau sekitar 400 ton/hari (DKP Depok, 2012). Luas TPA Cipayung adalah seluas 11,2
hektar dan luas area landfill adalah seluas 5,1 hektar. Kondisi TPA Cipayung saat ini hanya dapat
menampung sampah sampai dengan pertengahan 2013.
Cakupan pelayanan persampahan Kota Depok saat ini kurang dari 30% yang dihitung
dari jumlah sampah yang masuk ke TPA dan total timbulan sampah yang ditimbulkan Kota
Depok sebesar 4.950 m3/1.650 ton (DKP Depok, 2012). Rendahnya tingkat pelayanan ini
menyebabkan beberapa komunitas masyarakat berinisiatif untuk melakukan pengelolaan sampah
secara mandiri. Beberapa cara yang dilakukan oleh komunitas tersebut seperti/berupa bank
sampah, membuat kerajinan dari sampah, menggiatkan pembuatan kompos, melakukan
pengumpulan dan pemilahan sampah secara mandiri yang kemudian dijual ke lapak sampah..
Pengelolaan sampah dengan menggunakan bank sampah ini diperkirakan dapat mengurangi
sampah yang masuk ke TPA dan dapat melayani daerah atau wilayah yang belum mendapatkan
pelayanan persampahan di Kota Depok.
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Beji, Depok. Penelitian ini dilakukan di sana
karena di Kelurahan Beji memiliki bank sampah dan UPS sebagai alternative pengolahan sampah
di kelurahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui timbulan dan komposisi sampah
Kelurahan Beji, dan mengetahui recycling rate dan recovery rate dari bank sampah dan UPS di
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
Kelurahan Beji. Penelitian ini juga menghitung manfaat ekonomi dan optimasi dari bank sampah
dan UPS.
2. Tinjauan Teoritis
Recycling atau daur ulang adalah kegiatan mengumpulkan dan memilah barang yang
tidak terpakai dan mengkonversikannya menjadi bahan baku produksi untuk menghasilkan
produk baru (EPA,1994). Recycling rate adalah banyaknya sampah yang dapat didaur-ulang
dibagi dengan timbulan sampah yang dihasilkan (EPA,1994). Recycling rate tidak termasuk
sampah pada pengomposan, dan sampah yang digunakan untuk menghasilkan energi.
Recovered waste adalah jumlah sampah yang didaur-ulang dan sampah yang
dikomposkan, serta sampah yang menjadi bahan baku untuk energi (EPA,1994). Recovery rate
adalah jumlah total sampah yang didaur-ulang dan sampah yang dikomposkan serta sampah yang
menjadi bahan baku untuk energi dibagi dengan jumlah timbulan sampah (EPA,1994).
3. Data dan Metedologi Penelitian
Data yang diambil dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data
primer dari penelitian ini adalah data timbulan dan komposisi sampah dari rumah tangga, dan
bank sampah. Sedangkan data sekunder dari penelitian ini adalah jumlah penduduk yang terletak
di kawasan atau wilayah penelitian, timbulan dan komposisi sampah di UPS
Tabel 2.1 Data Yang Diperlukan Dalam Penelitian
No Data Jenis Data Metode pengambilan Data
1 Jumlah penduduk sekunder Studi literatur
2 Timbulan sampah masyarakat primer Pengukuran langsung
3 Biaya operasional primer Wawancara
4 Harga beli sampah primer Wawancara
5 Harga jual sampah primer Wawancara
6 Jumlah pengangkut sampah primer dan
sekunder Wawancara dan survei instansi
7 Komposisi sampah di bank
sampah primer Pengukuran
8 Komposisi sampah di UPS sekunder Studi literatur
9 Jumlah truk sampah sekunder Survei instansi
10 Ritasi dari pengangkutan truk sekunder Survei instansi
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
Pengambilan data pada penelitian di rumah tangga didasarkan atas SNI-19-3694-1994 tentang
“Metode Pengambilan Dan Pengukuran Contoh Timbulan Dan Komposisi Sampah Perkotaan“
yaitu dengan memanfaatkan rumus 𝑆= √ dan
. Dimana. S = Jumlah contoh (jiwa),
𝑑= Koefisien kota, asumsi Kota Depok merupakan kota besar dengan koefisien 1, 𝑥 =
Populasi (jiwa), K = Jumlah sampel (KK) dan N = Rata-rata jumlah jiwa per keluarga.
Perhitungan menggunakan rumus ini diperoleh jumlah sampel untuk jumlah penduduk sebanyak
±2400 jiwa/RW adalah 10 KK/RW. Penelitian ini dilakukan terhadap dua RW sehingga jumlah
total sampel rumah tangga dalam penelitian ini adalah 20 KK.
Pengambilan data timbulan dan komposisi sampah rumah tangga dilakukan dengan menentukan
rumah warga yang dijadikan sampel dalam penelitian, melakukan pengukuran selama 8 hari,
mempersiapkan alat yang diperlukan dalam pengukuran yang berupa kantong plastik kresek,
sarung tangan, timbangan, pengukuran timbulan sampah sesuai dengan SNI 19-3964-1994, dan
memilah sampah berdasarkan kategori sampah primer dan sekunder. Sampah kategori primer
yaitu plastik, kertas, organik, logam, kaca, tekstil, dan residu. Sementara itu kategori sekunder
merupakan penjabaran dari kategori primer meliputi dupleks, kertas fotokopi, kardus, kertas
lainnya, dan kemasan Tetrapack yang merupakan kategori sekunder yang dijabarkan dari sampah
kertas. Kemudian terdapat juga terdapat kategori sekunder sampah dari kategori sampah plastik
yang meliputi gelas warna, Gelas bening, bodong bening atau botol PET bening, bodong
warna/botol PET warna, campuran/emberan (HDPE), plastik bening, plastik kresek, plastik
kemasan, karung plastik
Pengambilan data di bank sampah dilakukan dengan mengikuti proses penimbangan dan
pengukuran dari sampah/material daur ulang yang disetorkan ke bank sampah. Hasil
penimbangan tersebut kemudian dicatat dan diolah datanya.
Data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dengan menggunakan metode analisis dan rumus-
rumus sebagai berikut
Persentase komposisi sampah
Persentase komposisi sampah dapat dilakukan dengan cara:
%komposisi sampah =
𝑥
(3.1)
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
Menghitung laju timbulan sampah dalam kg/orang/hari dan m3/orang/hari
Kg/orang/hari =
(3.2)
m3/orang/hari =
(3.3)
Recycling rate
%Recycling rate =
𝑥
(3.4)
Recovery rate
%Recovery rate =
𝑥
(3.5)
Participation Rate
%Participation rate =
𝑥
(3.6)
Optimasi pengelolaan sampah menggunakan analisis SWOT dan analisis ekonomi terhadap
model pengelolaan sampah.
- Optimasi kedua model pengelolaan sampah dengan menggunakan analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah instrumen perencanaan strategis yang klasik. Analisis SWOT
adalah sebuah analisis yang digunakan mengevaluasi suatu kegiatan berdasarkan
strength, weakness, opportunity, threat. (Start,2004)
Strength : karakteristik dari suatu kegiatan yang memberikan keuntungan
Weakness: karakteristik dari kegiatan yang membuat organisasi/kegiatan dalam keadaan
yang merugikan
Opportunity : kesempatan atau peluang yang ada yang dapat digunakan untuk
memanfaatkan performa
Threat : ancaman yang dapat menyebabkan masalah bagi suatu kegiatan.
Dengan meningkatkan strength, dan memanfaatkan opportunity dapat mengatasi
weakness dan threat maka tercapai keadaan optimum suatu model pengelolaaan sampah.
Pendekatan analisis SWOT pada penelitian ini dilakukan secara kuantitatif .
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
Menghitung Biaya Operasional
Biaya disini adalah total biaya operasional dari aspek pengangkutan yang diperlukan
untuk melaksanakan suatu model pengelolaan sampah.
Biaya operasional = Upah pekerja + (jumlah truk x biaya yang dikeluarkan untuk satu
truk) + (ritasi pengangkutan x dengan biaya yang dikeluarkan untuk sekali pengangkutan)
(3.7)
Menghitung manfaat ekonomi
Manfaat ekonomi dihitung dengan meninjau laba yang didapatkan dari masing-masing
model pengelolaan sampah.
Laba (Rp) = (Pendapatan yang diperoleh dari penjualan sampah) – (Biaya operasional yang
dikeluarkan)
(3.8)
B/C =
(3.9)
NPV = utjangkawakti
cashflow
)1(
(3.10)
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Timbulan Sampah
Pengukuran timbulan sampah dilakukan pada dua RW di Kelurahan Beji yaitu RW 04
dan RW 15. Kedua RW yang dipilih ini memiliki perbedaan dalam pengelolaan sampah. RW 04
memiliki bank sampah dan UPS dalam pengelolaan sampahnya sedangkan RW 15 hanya
mengandalkan UPS. Pengukuran sampah dilakukan selama 8 hari. Pengukuran sampah di rumah
tangga ini dilakukan dengan membagikan kantong plastik kepada warga sehari sebelum
pengukuran dilakukan. Sampah yang telah dikumpulkan warga kemudian diambil langsung dari
tangan warga, hal ini mengurangi kemungkinan perubahan berat dari sampah akibat hujan.
Sampah yang diserahkan oleh warga pada umumnya belum mewakili keseluruhan sampah yang
ditimbulkan oleh warga.
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
Hasil pengukuran sampah yang dilakukan selama 8 hari di RW04 menunjukan bahwa
besarnya timbulan sampah berbeda-beda tiap harinya. Timbulan sampah RW 04 ini disajikan
pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 yang menyajikan besarnya timbulan sampah RW 04.
Tabel 4-1-Hasil Pengukuran Sampah di RW04
No Variabel Satuan Jumlah
1
Berat sampah yang
diukur/diterima kg
776,28
2 Jumlah sampel KK 12
3
Jumlah rata-rata penghuni
1 KK orang 4
4 Timbulan sampah kg/org/hari 0,25
Sumber: Hasil Pengukuran (2013)
Gambar 4.1 Timbulan Sampah di RW 04
Sumber: Hasil Pengukuran (2013)
Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa besarnya timbulan sampah RW 04 adalah sebesar 0,25
kg/orang/hari. Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa timbulan sampah yang dihasilkan tersebut
berfluktuasi tiap harinya. Timbulan sampah sampah yang fluktuatif dan laju timbulan sampah
sebesar 0,25 kg/orang/hari terjadi karena berbagai faktor seperti kebiasaan masyarakat, faktor
ekonomi, musim buah, jumlah penghuni dalam satu rumah, aktivitas masyarakat dan lain-lain.
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pada Hari Selasa diperoleh timbulan sampah yang
paling tinggi dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Kondisi ini disebabkan karena pada hari
tersebut sampah dari RW04 tidak diangkut untuk dibuang. Pengangkutan sampah RW 04
dilakukan sebanyak 3 kali seminggu atau setiap Hari Senin, Rabu dan Jumat. Pengangkutan yang
tidak dilakukan setiap hari ini karena terdapat jadwal yang diberikan oleh pihak UPS. UPS Jalan
Senin Selasa
Rabu Kamis Jumat Sabtu
Minggu Senin
0
10000
20000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9Be
rat
(gr)
Hari
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
Jawa yang bertugas mengolah sampah di Kelurahan Beji tersebut tidak dapat mengolah
keseluruhan sampah dari satu kelurahan, maka dilakukan penjadwalan untuk pengangkutan
sampah dari masing-masing RW. Oleh karena sampah tidak diangkut pada Hari Selasa, maka
sampah yang terukur pada Hari Selasa tinggi.
Hasil Pengukuran sampah di RW 15 disajikan pada tabel 4.2 dan Gambar 4.3.
Tabel 4- 2 Hasil Pengukuran Sampah di RW 15
No Variabel Satuan Jumlah
1
Berat sampah yang
diukur/diterima kg
322,49
2 Jumlah sampel KK 12
3
Jumlah penghuni rata-rata 1
KK orang 4
4 Timbulan sampah kg/org/hari 0,17
Sumber : Hasil Pengukuran (2013)
Gambar 4.1 Timbulan Sampah RW 15 Per Hari
Sumber : Hasil Olahan Data (2013)
Dilihat dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa besar timbulan sampah untuk RW 15
adalah sebesar 0,17 kg/orang/hari. Kemudian pada Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa sampah yang
dihasilkan oleh RW 15 ini berfluktuatif. Laju timbulan sampah RW 15 sebesar 0,17 kg/orang/hari
dan timbulan sampah yang fluktuatif ini dapat disebabkan beberapa faktor seperti faktor
ekonomi, kebiasaan masyarakat, jumlah penghuni dalam satu rumah, aktivitas masyarakat dan
lain-lain.
Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa timbulan sampah yang dihasilkan paling tinggi
terdapat pada hari pertama pengukuran yaitu Hari Selasa. Hasil pengukuran yang tinggi di Hari
Selasa
Rabu Kamis Jumat Sabtu
Minggu Senin Selasa
0
5000
10000
15000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Be
rat
(gr)
Hari ke-
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
Selasa dapat disebabkan oleh sampah sebagian masyarakat RW 15 tidak diangkut pada hari
tersebut. Jadwal pengumpulan/unloading sampah RW 15 ke UPS Jalan jawa dilakukan setiap dua
hari sekali yaitu Senin, Rabu dan Jumat. Pengaruh jadwal pengangkutan tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4.2 bahwa jumlah sampah lebih banyak saat sampah belum diangkut ke UPS.
Selain hal tersebut, hasil pengukuran yang tinggi pada Hari Selasa dapat disebabkan oleh karena
pengukuran sampah yang seharusnya dilakukan hari Senin tidak jadi dilakukan dan akhirnya
dilaksanakan pada Hari Selasa. Pengukuran pada Hari Senin tidak dilakukan karena pada hari
tersebut kebanyakan responden di RW 15 tidak berada di rumah. Pengukuran sampah yang batal
dilakukan pada hari Senin menyebabkan akumulasi sampah terjadi pada Hari Selasa.
4.2. Komposisi Sampah
Komposisi sampah yang diukur pada kedua RW tersebut didasarkan pada jenis-jenis sampah
yang laku dijual ke lapak sampah dan bank sampah serta yang tidak laku untuk dijual berupa
sampah organik dan residunya. Komposisi sampah ini diukur untuk mengetahui besarnya potensi
sampah yang dapat didaur ulang
Komposisi sampah RW 04 berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.3
sebagai berikut:
Gambar 4.3 Komposisi Sampah RW 04
Sumber : Hasil Olahan Data (2013)
Gambar 4.3 memperlihatkan mengenai komposisi sampah kategori primer dan jenis
sampah organik memiliki porsi terbesar dari total sampah yang ditimbulkan yaitu sebesar 75,6%.
Hal ini dapat disebabkan karena sampah organik berasal dari sisa makanan, dimana sisa makanan
tersebut berada dalam keadaan basah ketika diberikan untuk diukur sehingga berat sampah jenis
Kertas 5,0%
Plastik 15,2%
Organik 75,6%
Logam 0,5%
Kaca 0,6%
Tekstil 0,1%
Residu 3,0%
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
organik akan menjadi lebih berat. Selain itu, sampah organik yang banyak ini dapat disebabkan
oleh keadaan ekonomi masyarakat RW 04. Kondisi ekonomi dari golongan rendah sampai
menengah akan menghasilkan sampah organik yang lebih banyak dibandingkan dengan
masyarakat yang kondisi ekonominya tinggi sesuai dengan teori-teori yang ada. Selain itu
banyaknya warga yang berprofesi sebagai penjual makanan turut memengaruhi komposisi dan
timbulan sampah di RW 04.
Secara keseluruhan dapat terlihat bahwa sampah anorganik sangat sedikit yaitu hanya
24,37% dari total sampah yang dihasilkan. Hal ini bisa disebabkan karena sampah anorganik
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan sebagian dari masyarakat RW 04 merupakan
nasabah bank sampah sehingga banyak sampah anorganik yang disimpan untuk disetorkan ke
bank sampah. Dari data komposisi di atas diperoleh bahwa total jumlah sampah yang berpotensi
untuk didaur ulang adalah sekitar 18,86%. Jumlah sampah yang dapat dapat didaur ulang ini
mencakup 78% dari total sampah anorganik yang dihasilkan oleh RW 04.
Komposisi sampah RW 15 disajikan pada Gambar 4.4 sebagai berikut
Gambar 4.4 Komposisi Sampah RW 15
Sumber : Hasil Olahan Data (2013)
Gambar 5.6 dan Tabel 5.4 menunjukan komposisi sampah RW 15 yang bervariatif.
Gambar 5.6 dan Tabel 5.4 menunjukan bahwa sampah organik merupakan sampah yang paling
banyak dihasilkan oleh masyarakat RW 15 yaitu sebesar 64,1% dari total sampah yang
dihasilkan. Sampah organik yang banyak ini berasal dari sisa makanan yang masih basah
sehingga dapat memengaruhi berat timbulan sampah organik yang dihasilkan serta sedang
Kertas 11,8%
Plastik 18,5%
Organik 64,1%
Logam 1,4%
Kaca 1,1%
Elektronik 0,1%
Residu 2,9%
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
berlangsungnya musim buah rambutan sehingga terdapat kulit buah yang memengaruhi berat
sampah organik tersebut.
Sampah anorganik yang dihasilkan dari RW 15 adalah sebesar 36% dari total sampah
yang dihasilkan oleh RW 15. Persentase yang hanya 36 % ini dapat disebabkan karena kebiasaan
masyarakat yang suka menumpuk sampah anorganik yang masih bisa dipakai seperti koran dan
kardus sehingga tidak diserahkan untuk diukur. Dari data komposisi di atas dapat diketahui
bahwa potensi sampah yang dapat didaur ulang adalah sebesar 28,94% dari total sampah yang
dihasilkan atau sekitar 80% dari sampah anorganik yang dihasilkan.
4.3. Recycling Rate dan Recovery Rate dari Bank Sampah
Bank sampah di Kelurahan Beji merupakan bagian dari pengelolaan sampah di
Kelurahan Beji. Bank sampah ini menerima sampah dari warga berupa sampah anorganik yang
dapat didaur ulang seperti dupleks, kertas fotocopy, koran, kardus, PET, HDPE, besi, tembaga,
aluminium dan lain-lain. Oleh karena itu, pada tingkat bank sampah, sampah yang diterima akan
disebut sebagai material daur ulang.
Penimbangan atau pengumpulan material daur ulang dari warga dilaksanakan minimal
dua kali dalam satu bulan. Material daur ulang yang disetorkan oleh masyarakat harus dipilah
terlebih dahulu sesuai dengan nilai ekonomis dari masing-masing material tersebut. Material daur
ulang yang tidak dipisahkan dengan sampah atau bukan merupakan material daur ulang tidak
akan diterima oleh bank sampah. Hal ini dilakukan agar masyarakat mengerti bahwa dengan
memilah material daur ulang itu memiliki keuntungan dan juga dapat mendidik masyarakat untuk
memilah sampahnya sendiri.
Hasil pengukuran material daur ulang di bank sampah diperlihatkan pada Tabel 4.3
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Material Daur Ulang di Bank Sampah
Pengukuran Hasil
Total material daur
ulang per bulan 378,2 kg
Recyling Rate 0,17%
Recovery Rate 0,17%
Jumlah nasabah 30 KK
Participation Rate 0,44% Sumber: Hasil Pengukuran (2013)
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
Hasil perhitungan diperoleh recycling rate dari bank sampah untuk satu Kelurahan Beji
adalah sebesar 0,17% dan recovery rate dari bank sampah adalah sebesar 0,17%. Nilai recycling
rate dan recovery rate dari bank sampah yang sama ini dikarenakan dalam proses pengelolaan
sampah dengan bank sampah tidak memasukan proses pengomposan pada sampah organik.
Proses pembuatan kompos dan limbah menjadi energi merupakan salah satu parameter yang
diperhitungkan dalam penghitungan recovery rate. Karena bank sampah tidak terdapat kegiatan
pengomposan dan pemanfaatan limbah menjadi energi maka nilai recovery rate dari bank
sampah sama dengan nilai recycling rate bank sampah.
. Pada penelitian ini participation rate dihitung dari banyaknya nasabah bank sampah
berbanding dengan jumlah penduduk Kelurahan Beji. Participation rate yang diperoleh adalah
sebesar 0,44% dari total masyarakat Kelurahan Beji. Participation rate yang kecil ini disebabkan
karena jumlah nasabah bank sampah yang sangat kecil yaitu sekitar 30 KK. Nasabah bank
sampah hanya mencakup warga RT01 pada RW 04 Kelurahan Beji .
4.4 Recycling Rate dan Recovery Rate Unit Pengolahan Sampah (UPS)
Unit Pengolahan Sampah (UPS) merupakan pengolahan sampah yang secara formal
digunakan oleh Kelurahan Beji untuk menangani sampah di kelurahan tersebut. UPS di
Kelurahan Beji ini terletak di Jalan Jawa dan melayani 17 RW yang ada di Kelurahan Beji dan
beroperasi selama enam hari dalam seminggu. UPS Jalan Jawa mengolah sampah sebanyak 20
m3/hari atau sekitar 3930 kg/hari atau 53% dari total sampah di Kelurahan Beji yang sebesar
7325,78 kg/hari.
Pelayanan pengolahan sampah di UPS Jalan Jawa tidak dapat mengolah keseluruhan
sampah di Keluruhan Beji yang sebesar 7325,78 kg/hari atau sekitar 37,28 m3/hari. Hal ini
disebabkan oleh kapasitas UPS yang hanya mampu mengolah sampah sebesar 30 m3/hari.
Pemenuhan pelayanan persampahan di Kelurahan Beji ini akhirnya membuat UPS Jalan Jawa
membagi 17 RW ini menjadi kelompok A dan kelompok B dimana masing-masing kelompok
terdiri dari 8-9 RW. Kemudian sampah dari masing kelompok saling bergiliran diangkut ke UPS
Jalan Jawa setiap harinya selama seminggu.
Hasil pengukuran sampah di Unit Pengolahan Sampah (UPS) di Tabel 4.4 sebagai
berikut:
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran di UPS Jalan Jawa
Pengukuran Hasil
Total material daur
ulang per hari 82,4 kg
Recyling Rate 7,7%
Recovery Rate 53,0% Sumber: Hasil Pengolahan Data (2013)
Hasil perhitungan diperoleh recycling rate sebesar 7,7 % dan recovery rate sebesar 53
%. Recycling rate tersebut hanya dihitung dari jenis sampah yang dapat didaur ulang sedangkan
recovery rate dihitung dari berat sampah yang dapat didaur ulang dan sampah yang
dikomposkan. Nilai recovery rate yang tinggi ini dipengaruhi oleh persentase sampah organik
yang dikomposkan sangat dominan pada sampah-sampah yang masuk ke UPS.
4.5 Analisis Ekonomi Bank Sampah dan UPS
Perhitungan keuntungan bank sampah dihitung dari selisih penjualan material daur ulang
rata-rata per bulan dengan pembelian material daur ulang yang disetorkan oleh nasabah ke bank
sampah dan biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank sampah. Hasil perhitungan manfaat
ekonomis dari bank sampah dari bank sampah disajikan dalam Tabel 4.5
Tabel 4-5 Perhitungan Manfaat Ekonomis Dari Bank Sampah
Biaya Operasional
Banyak
Barang
Pema
kaian Harga Satuan
Nilai Total
(Rupiah/tahun)
Harga dari material daur
ulang yang diterima
4.538
kg/tahun Rp 5.204.152,00
Bensin 12 bulan Rp 20.000,00 / bulan Rp 240.000,00
Total Biaya Operasional Rp 5.444.152,00
Biaya investasi
Buku tabungan 30 buah
1
tahun Rp 500,00 /buah Rp 15.000,00
Timbangan 20 kg 1 buah
5
tahun Rp 135.000,00 / buah Rp 27.000,00
Total Biaya Investasi Rp 42.000,00
Total Pengeluaran Rp 5.486.152,00
Pendapatan
Penjualan Material Daur
Ulang
4.538
kg/tahun Rp 9.019.612,00
Total biaya investasi Rp 3.533.460,00
i 6%
NPV Rp 3.095.716,98
B/C 0,64
Sumber : Hasil Olahan Data (2013)
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa keuntungan bank sampah per tahun adalah sebesar Rp
3.533.460,00 dan nilai B/C sebesar 0,64 serta NPV sebesar Rp.3.095.716,98. Nilai B/C sebesar
0,68 menunjukan bahwa progam bank sampah ini tidak memberikan manfaat secara ekonomi.
Secara teoritis nilai B/C di bawah 1 menyatakan suatu proyek atau kegiatan tidak layak untuk
dilaksanakan karena tidak menguntungkan secara ekonomi. Nilai NPV bank sampah yang lebih
besar dari 0 menunjukan bahwa kegiatan bank sampah ini layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan
teori Benefit Cost Analysis, suatu proyek/kegiatan layak dilakukan atau tidak didasarkan atas nilai
NPV. Hal ini disebabkan karena perhitungan NPV didasarkan atas berbagai parameter seperti
interest rate, jangka waktu pelaksanaan, biaya investasi, biaya operasional, pendapatan selama
pelaksanaan kegiatan atau proyek, sedangkan Benefit Cost Ratio hanya memperhitungkan
keuntungan dan biaya yang dikeluarkan selama pelaksanaan kegiatan atau proyek.
Pengelolaan sampah menggunakan UPS juga melakukan kegiatan pengumpulan dan
penjualan material daur ulang. Pengumpulan material daur ulang dilakukan dengan memilah
material tersebut dari sampah yang masuk ke UPS. Material yang telah dipilah tersebut
dikumpulkan dan kemudian dijual kepada pemilik lapak sampah. Hasil penjualan material daur
ulang tersebut kemudian dijadikan sebagai tambahan pendapatan para pekerja di UPS.
Hasil perhitungan ekonomi di UPS disajikan dalam Tabel 4.6
Tabel 4-3 Perhitungan Manfaat Ekonomi dari UPS
Biaya Operasional Jumlah Harga Satuan
Nilai Total per
bulan
Gaji pekerja 14 Rp. 924.000/orang Rp 12.936.000
Pengangkutan Sampah 72 Rp 70.000/ritasi Rp 5.040.000
Total biaya operasional
per bulan Rp17.976.000
Penjualan material daur
ulang per bulan Rp 9.444.021 Sumber : Hasil Olahan Data (2013)
Tabel 4.6 memperlihatkan biaya operasional per bulan yang hanya didasarkan atas gaji
pekerja dan biaya pengangkutan sampah cukup besar yaitu sebesar Rp. 17.976.000,00. Biaya
sebesar ini yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Depok setiap bulannya untuk mengelola
sampah. Oleh karena biaya operasional di UPS termasuk dalam anggaran pemerintah Kota Depok
dan hasil penjualan material daur ulang oleh UPS bukan merupakan pendapatan dari pemerintah
Kota Depok sebagai pengelola, maka perhitungan keuntungan dan B/C serta NPV dari UPS tidak
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
dilakukan. Pengelolaan sampah dengan UPS ini tidak memberikan keuntungan dalam sisi
ekonomi bagi pengelola yaitu pemerintah Kota Depok.
4.6. Optimasi Pengelolaan Sampah Dengan Analisis SWOT
Analisis SWOT ini dilaksanakan terhadap pengelolaan sampah yang memanfaatkan
bank sampah dan Unit Pengolah Sampah (UPS) sebagai pengolah sampah. Analisis SWOT ini
dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap bank sampah dan UPS dan wawancara
dengan pengurus bank sampah dan pekerja/koordinator UPS.
Tabel 4-7Analisis SWOT UPS (Strength dan Opportunity)
Strength Opportunity
1. Merupakan sektor formal dalam pengelolaan
sampah Kota Depok
1. Masih banyak masyarakat lainnya yang belum tahu dan
tertarik dengan bank sampah
2. Mendapatkan dukungan finansial, alat dan
manajemen dari dinas kebersihan Kota Depok
2. Sejalan dengan progam pemerintah Kota Depok yang
sedang menggiatkan kegiatan pemilahan sampah
3. Melakukan pengelolaan terhadap sampah
organik dan anorganik
3.Tingkat pelayanan sampah oleh Dinas Kebersihan Kota
Depok masih terbatas sekitar ±30%
4. Memiliki prasarana dan sarana yang memadai 4. Jumlah penduduk dan timbulan sampah Kota Depok
yang memiliki kecenderungan terus bertambah setiap
tahunnya
5. Memiliki jumlah pekerja yang banyak dalam
melaksanakan pengolahan sampah
5. Kemampuan TPA yang sudah sangat terbatas untuk
menampung sampah Kota Depok.
6. Para pekerja memiliki tambahan pemasukan dari
penjualan material daur ulang
6. Pengelolaan sampah dengan bank sampah dapat
diintegrasikan Unit Pengolahan Sampah (UPS).
7. Mengurangi sampah yang masuk ke TPA. 7. Adanya PP no 81 tahun 2012 yang mewajibkan
masyarakat menangani sampahnya sendiri
8. Melayani pengolahan sampah untuk satu
kelurahan yaitu sekitar 17 RW
Tabel 4-8 Analisis SWOT UPS (Weakness dan Threat)
Weakness Threat
1. Manajemen tenaga kerja tidak baik sehingga jumlah
tenaga kerja yang mencukupi masih tetap dirasa kurang
1.Adanya gangguan teknis seperti kerusakan alat
angkut dan alat lainnya yang digunakan di dalam
UPS
2. K3 di UPS tidak berjalan dengan baik 2. Tidak ditemukan pembeli dari kompos sehingga
banyak kompos yang tertumpuk di UPS
3. Kapasitas pelayanan UPS hanya terbatas sebesar 30
m3/hari
3. Lahan untuk pengembangan UPS terbatas
karena tidak banyak warga yang rela di sekitar
rumahnya terdapat UPS.
4. Layout UPS yang kurang baik
4.Tukang sampah yang enggan mengangkut
sampahnya ke UPS karena kondisi layout dari
UPS
5. Kurangnya kesadaran dari pekerja untuk merawat atau
menjaga kondisi UPS.
5. Dana maintenance dan operasional alat alat di
UPS kurang sehingga alat-alat tersebut tidak
terawat dengan baik.
Sumber : Hasil Olahan Data (2013)
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
Tabel 4-8 Analisis SWOT UPS (Weakness dan Threat) (Lanjutan)
Weakness Threat
6. Sampah yang masuk ke UPS dalam keadaan tercampur
sehingga sulit untuk dipilah dan menurunkan kualitas
material daur ulang.
6.Kondisi UPS yang kotor memengaruhi
kesehatan dari pekerja UPS.
7. Bau yang ditimbulkan oleh sampah tersebut tidak dapat
dikendalikan
Tabel 4-9 Analisis SWOT Bank Sampah
Strength Opportunity
1. Nasabah bank sampah dididik untuk memilah
sampahnya sendiri
1.Masih banyak masyarakat lainnya yang belum tahu dan
tertarik dengan bank sampah
2. Masyarakat yang menjadi nasabah bank
sampah mengerti bahwa sampah masih memiliki
nilai ekonomis
2. Sejalan dengan progam pemerintah Kota Depok yang
sedang menggiatkan kegiatan pemilahan sampah
3. Nasabah bank sampah dapat langsung
merasakan dampak dari pengelolaan sampah
melalui uang yang didapatkan dari menabung
sampah di bank sampah
3.Tingkat pelayanan sampah oleh Dinas Kebersihan Kota
Depok masih terbatas sekitar ±30%
4. Sebagai salah satu wadah bagi masyarakat
untuk mengelola sampahnya sendiri
4. Jumlah penduduk dan timbulan sampah Kota Depok
yang memiliki kecenderungan terus bertambah setiap
tahunnya
5. Dapat mengurangi sampah yang masuk ke
UPS dan TPA
5. Kemampuan TPA yang sudah sangat terbatas untuk
menampung sampah Kota Depok.
6. Dapat mendidik masyarakat untuk tidak
membuang sampah sembarangan
6.Pengelolaan sampah dengan bank sampah dapat
diintegrasikan Unit Pengolahan Sampah (UPS).
7. Mengurangi pencemaran lingkungan akibat
penanganan atau pengelolaan sampah yang tidak
baik
7. Adanya PP no 81 tahun 2012 yang mewajibkan
masyarakat menangani sampahnya sendiri
8. Meningkatkan kebersihan lingkungan dan
sanitasi di lingkungan sekitarnya
9. Adanya tokoh masyarakat yang menjadi
pengurus secara sukarela
Weakness Threat
1. Sosialisasi mengenai bank sampah masih
kurang
1. Hasil penimbangan yang berbeda antara pengurus
bank sampah dan pemilik lapak mitra bank sampah
2. Semangat untuk terus ikut serta dalam
kegiatan bank sampah ini sulit dipertahankan.
2. Kondisi cuaca memengaruhi penimbangan bank
sampah
3. Pengelolaan sampah dengan bank sampah
sangat bergantung pada nasabah dan pengurus
bank sampah.
3. Masyarakat belum mengerti tentang pentingnya
pengelolaan sampah
4. Saat ini bank sampah diperuntukkan hanya
untuk mengelola sampah anorganik
4. Kegiatan-kegiatan atau acara-acara yang banyak
dilakukan pada hari penimbangan bank sampah
menyebabkan penimbangan sampah sering tidak
dilakukan
5. Bank sampah merupakan sektor pengelolaan
sampah yang bersifat informal.
5. Nasabah malas untuk memilah sampah
6.Penimbangan sampah dilakukan di tempat
terbuka.
6. Adanya intimidasi dari pemulung yang merasa lahan
pekerjaannya diambil.
7. Bank sampah tidak memiliki gudang untuk
menyimpan sampah.
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
Weakness Threat
8. Bank sampah tidak memiliki kantor untuk
melakukan kegiatan administrasi dari bank
sampah
9. Nasabah malas untuk memilah sampah
10 Pengurus bank sampah yang memilki
keterbatasan waktu
Sumber : Hasil Olahan Data (2013)
Analisis SWOT UPS dan bank sampah ini kemudian didekatkan secara kuantitatif
sehingga diperoleh posisi UPS berada pada posisi progresif atau kuadran 1 yaitu pada titik
(0,36;0,67). Bank sampah juga berada pada posisi progresif atau kuadran 1 yaitu pada titik
(0,1392;0,431).Posisi progresif ini menunjukan bahwa kedua model pengelolaan sampah tersebut
disarankan untuk memanfaatkan strategi S-O (Strength-Opportunity).
Strategi S-O ini berfungsi untuk memanfaatkan kekuatan yang dimiliki oleh bank
sampah untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Strategi ini berfungsi untuk membuat
bank sampah berkembang lebih cepat. Strategi S-O yang disarankan yaitu melakukan sosialisasi
bank sampah ke warga untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah
sehingga masyarakat dapat mengelola sampahnya sendiri. Strategi S-O lain yang disarankan yaitu
peningkatan jumlah bank sampah untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA. Bank sampah
berfungsi untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA dan merupakan pengelolaan sampah di
sumber yaitu rumah tangga.
Selain kedua strategi yang disebutkan di atas, masih terdapat strategi S-O lainnya yaitu
memasukan bank sampah ke dalam progam pengelolaan sampah DKP sehingga terarah dan
memiliki pembinaan yang jelas. Pemerintah Kota Depok disarankan untuk memasukan bank
sampah ke dalam progamnya sehingga bank sampah tersebut mendapat pembinaan yang jelas dan
konsisten. Pembinaan yang tepat dan jelas akan menjaga konsistensi dari keberadaan bank
sampah tersebut.
Strategi S-O lainnya yang disarankan untuk mengoptimalkan pengelolaan sampah
dengan bank sampah adalah mengsinergiskan bank sampah dengan UPS. Strategi ini bermaksud
untuk meningkatkan kinerja bank sampah dan UPS untuk mengurangi sampah yang masuk ke
TPA.
Strategi S-O dari UPS adalah meningkatkan kinerja UPS dalam pengolahan sampah
sampai batas maksimum UPS yaitu sebesar 30 m3/hari. Strategi ini dapat terwujud dengan
memanfaatkan jumlah pekerja di UPS yang banyak. Strategi S-O UPS yang lain yaitu
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
memaksimalkan pemilahan sampah di UPS. UPS dengan jumlah pekerja yang banyak seharusnya
dapat memilah sampah dengan lebih baik. Pemilahan sampah yang baik dapat membantu
mengurangi sampah yang masuk ke TPA. Jumlah pekerja yang banyak tersebut dimanajemen
dengan baik sehingga pemilahan sampah di UPS dapat maksimal.
5. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil penelitian yang diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Timbulan sampah Kelurahan Beji adalah sebesar 0,2147 kg/orang/hari dengan timbulan
sampah RW04 Kelurahan Beji sebesar 0,25 kg/orang/hari dan RW 15 Kelurahan Beji
sebesar 0,17 kg/orang/hari.
2. Komposisi sampah di Kelurahan Beji yang ditinjau dari RW 04 dan RW 15 Kelurahan Beji
cukup bervariatif dan menempatkan sampah organik sebagai sampah dengan persentase
komposisi sampah terbesar.
3. Recycling rate di bank sampah RW04 Kelurahan Beji adalah sebesar 0,17% dan recovery
rate sebesar 0,17% juga.
4. Recycling rate di Unit Pengolahan Sampah (UPS) Jalan Jawa, Kelurahan Beji adalah
sebesar 7,7% dan recovery rate sebesar 52%.
5. Kegiatan bank sampah secara finansial kurang layak untuk dilaksanakan karena nilai B/C di
bank sampah kurang dari 1, sedangkan perhitungan kelayakan finansial/manfaat ekonomi
di UPS tidak dapat dihitung karena semua biaya dikeluarkan oleh Pemkot Depok dan
Pemkot tidak memperoleh pendapatan dari penjualan material daur ulang.
6. Analisis SWOT dari bank sampah dan UPS sama-sama menunjukan kondisi UPS dan bank
sampah berada pada posisi “Progresif” atau kondisi yang baik sehingga disarankan untuk
menggunakan strategi S-O/strategi yang progresif. Strategi S-O bank sampah yaitu
melakukan sosialisasi bank sampah ke warga untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam kegiatan bank sampah, meningkatkan jumlah bank sampah untuk mengurangi
timbulan sampah yang masuk ke TPA, memasukan bank sampah ke dalam progam
pengelolaan sampah DKP Depok sehingga lebih terarah dan memiliki pembinaan yang
jelas, mensinergiskan bank sampah dan UPS dalam pengelolaan sampah Kota Depok.
Strategi S-O UPS yaitu mensinergiskan bank sampah dan UPS dalam hal pengelolaan
sampah, meningkatkan kinerja bank sampah dan UPS dalam hal pengelolaan sampah,
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
memaksimalkan pemilahan sampah di UPS dengan cara memanajemen pekerja dengan
baik. Kedua strategi S-O tersebut merupakan strategi yang dapat diterapkan untuk
mengoptimasi model pengelolaan sampah dengan UPS dan bank sampah.
6. Saran
Penelitian yang ini menghasilkan beberapa saran yang dapat membantu meningkatkan
kinerja pengelolaan sampah di Kelurahan Beji yaitu sebagai berikut:
.Peningkatan participation rate dapat dilakukan dengan melakukan intensifikasi sosialisasi
ke masyarakat mengenai bank sampah. Sosialisasi bank sampah dapat diintegrasikan
dengan progam “Gerakan Depok Memilah” dari Pemerintah Kota.
Pengurangan sampah di Kelurahan Beji dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas
pengolahan sampah di Unit Pengolahan Sampah (UPS) sampai batas maksimum yaitu
sebesar 30 m3/hari. Peningkatan pengolahan sampah ini dapat dilakukan dengan
memanajemen pekerja yang lebih baik yaitu dengan memberikan jobdesc yang jelas bagi
para pekerja.
Mensinergiskan bank sampah dengan UPS dalam pengelolaan sampah dengan memasukan
bank sampah ke dalam progam pengelolaan sampah DKP Depok sehingga pembagian tugas
dalam pengelolaan sampah oleh bank sampah dan UPS menjadi jelas.
Daftar Referensi
Becker, G. (1995). The Economic Way of Looking at Behavior. Dalam R. Febrero dan P
Schwartz. (2000). The Essence of Becker. Standford University, California: Hoover
Institution Press
DKP Depok. (2012). Pengelolaan Sampah di TPA Cipayung. Biological Treatment of Municipial
Solid Waste Management In Indonesia.
EPA. (2003). MATERIAL RECOVERY FACILITY Recycling Marketing Cooperative for
Tennessee, (December).
EPA. (1994). Waste Prevention , Recycling , and Composting Options : Lessons from 30 US
Communities
Hartono, D. M., Gusniani, I., & Kristanto, G. A. (2011). Panduan Penyusunan Standar Operasi
Prosedur Unit Pengolahan Sampah (UPS).
Lund, H. F. (2000). Recycling Handbook. McGraw-Hill.
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013
Singhirunnusorn, W., Donlakorn, K., & Kaewhanin, W. (2012). Contextual Factors Influencing
Household Recycling Behaviours: A Case of Waste Bank Project in Mahasarakham
Municipality. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 36(June 2011), 688–697.
doi:10.1016/j.sbspro.2012.03.075
Singhirunnusorn, W., Donlakorn, K., Kaewhanin, W., Kpxguvkicvgu, U., Kpƀwgpekpi, H., Tge,
J., & Dgjcxkqwt, E. (n.d.). Household Recycling Behaviours and Attitudes toward Waste
Bank Project : Mahasarakham Municipality.
SK SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang
SNI 19-3964-1994 dan SNI M 36-1991-03 Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan
Start, D. and In. H. (2004). Tools For Policy Impact: A Handbook for Researcher. London:
Overseas Development Institute.
Tchobanoglous, G. (1993). Integrated Solid Waste Management. New York: McGraw-Hill.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008. Tentang Pengelolaan Sampah
Analisis dan..., Vincent, FT UI, 2013