10_Geoteknik Tambang - Supandi - Slope Monitoring
-
Upload
andani-cakti-prasetya -
Category
Documents
-
view
47 -
download
11
description
Transcript of 10_Geoteknik Tambang - Supandi - Slope Monitoring
16-July 2009Slide 1 STTNAS Yogyakarta
2010
GEOTEKNIK TAMBANG
Jurusan : Teknik GeologiProdi : Teknik Pertambangan Strata 1.Kode : AS7446PMata Kuliah : Geoteknik TambangSKS : 2 SKSSemester : VIIWaktu Perkuliahan : 2 x 50 menitDosen Pengampu : Supandi – ST. MTSistem Perkuliahan : Penilaian : a. Tugas, presentasi dan Diskusi, Quiz, 20%
b. Ujian Tengah Semester (UTS) 30% c. Ujian akhir semester (UAS) 50%
Range Nilai : 0-20,9 = E ; 21-44 = D ; 45-60.9 = C ; 61 – 80 = B ; 81 – 100 = A
Contact Person : [email protected]
16-July 2009Slide 2 STTNAS Yogyakarta
2010
GEOTEKNIK TAMBANG
Textbook1. John Read and Peter Stacey, 2009, Guidelines fr Open Pit
Slope Design, CRC Press.2. William A Hustrulid, Michael K.McCarter and Dirk J.A Van Zyl,
2000, Slope Stability in Surface Mining, Society for Mining Mettalurgy and Exploration Inc.
3. Ducan C Wyllie & Christopher W Mah, 2007-4th Edition, Rock Slope Engineering, Spon Press.
4. Charles A Kliche, 1999, Rock Slope Stability, Society for Mining Mettalurgy and Exploration Inc.
5. E. Hoek & J.W Bray, 1994, Rock Slope Engineering, Institute of Mining and Metalurgy.
6. Roy E. Hunt, 2007, Geotechnical Investigation Methods, CRC Press.
7. Roy E Hunt, 2007, Geologic Hazards, CRC Press.
16-July 2009Slide 3 STTNAS Yogyakarta
2010
MONITORINGBarrick Mine
Looking South
BEFORE - August 22
16-July 2009Slide 4 STTNAS Yogyakarta
2010
Barrick MineLooking South
BEFORE - August 22
16-July 2009Slide 5 STTNAS Yogyakarta
2010
THEESE SHOULD BE KEPT IN MINDTHEESE SHOULD BE KEPT IN MIND
• SLOPE FAILURES DO NOT OCCUR SLOPE FAILURES DO NOT OCCUR SPONTANEOUSLYSPONTANEOUSLY
• MOST SLOPE FAILURES TEND MOST SLOPE FAILURES TEND TOWARD TOWARD EQUILIBRIUMEQUILIBRIUM
• A SLOPE FAILURE DOES NOT OCCUR A SLOPE FAILURE DOES NOT OCCUR WITHOUT WITHOUT WARNING WARNING
16-July 2009Slide 6 STTNAS Yogyakarta
2010
PARAMETER KESTABILAN
Parameter kestabilan Kenampakan yang dipantau
Perpindahan 1. Perpindahan permukaan lereng
2. Perpindahan crest lereng
3. Perpindahan massa dibelakang lereng
Perubahan muka air dan tekanan 1. Perubahan pada muka air tanah
2. Variasi tekanan pori pada zone tertentu
Aktivitas mikroseimik dan akustik 1. Perubahan besarnya frekuensi
Perubahan tegangan atau beban pada massa batuan
Variasi tegangan pada tempat-tempat tertentu
Variasi beban pada sistem penyangga
16-July 2009Slide 7 STTNAS Yogyakarta
2010
Pemantauan (MONITORING) merupakan Pemantauan (MONITORING) merupakan pemetaan / pengukuran struktur secara visual pemetaan / pengukuran struktur secara visual
atau dengan bantuan alatatau dengan bantuan alat..
MATERIALS (SOIL, ROCK,WATER) ARE COMPLEXMATERIALS (SOIL, ROCK,WATER) ARE COMPLEXPERILAKUNYA PERILAKUNYA SULIT UNTUK DIPREDIKSI
MODEL ANALITIK YANG DIGUNAKAN UNTUK MENILAI MODEL ANALITIK YANG DIGUNAKAN UNTUK MENILAI PERFORMANNYA IDEALIS DAN DISEDERHANAKANPERFORMANNYA IDEALIS DAN DISEDERHANAKAN
LERENG LONGSOR IMPLIKASINYA PADALERENG LONGSOR IMPLIKASINYA PADA MANUSIA,HARTA BENDA, PRODUKSI
16-July 2009Slide 8 STTNAS Yogyakarta
2010
TUJUAN• Menjaga/mempertahankan operasi yang aman
untuk melindungi manusia dan peralatan• Memberikan peringatan awal ketidakstabilan,
sehingga memungkinkan adanya modifikasi rencana penggalian untuk meminimalkan efek dari ketidakstabilan.
• Memberikan informasi geoteknik dalam menganalisa : mekanisme longosoran lereng, merancang bentuk tindakan yang akan digunakan, merancang kembali lereng.
16-July 2009Slide 9 STTNAS Yogyakarta
2010
CARA MONITORINGCARA MONITORING• OBSERVASIOBSERVASI
observasi visual sederhana, rekaman foto, dan observasi visual sederhana, rekaman foto, dan pemetaan (survey).
• INSTRUMENTASIINSTRUMENTASI
penerapan peralatan mekanik dan elektronik seperti penerapan peralatan mekanik dan elektronik seperti ekstensometer, inclinometer, alat ukur regangan dan ekstensometer, inclinometer, alat ukur regangan dan alat ukur rekahanalat ukur rekahan
16-July 2009Slide 10 STTNAS Yogyakarta
2010
OBSERVASIOBSERVASI
Teknik observasi melibatkan pengamatan deformasi Teknik observasi melibatkan pengamatan deformasi yang terjadi pada massa batuan yang tersingkap.yang terjadi pada massa batuan yang tersingkap.
– Pemetaan dengan Global Posisitioning System Pemetaan dengan Global Posisitioning System (GPS)
– Pemetaan permukaanPemetaan permukaan
– Teknik observasi dilakukan dengan membuat Teknik observasi dilakukan dengan membuat catatan semua fakta yang ada dilapangan termasuk catatan semua fakta yang ada dilapangan termasuk mengambil gambarmengambil gambar
16-July 2009Slide 11 STTNAS Yogyakarta
2010
Teknik instrumentasi Teknik instrumentasi
dilakukan dengan menggunakan peralatan dilakukan dengan menggunakan peralatan elektronik seperti elektronik seperti inclinometer, strain gaugeinclinometer, strain gauge dan masih banyak peralatan lainnya.dan masih banyak peralatan lainnya.
16-July 2009Slide 12 STTNAS Yogyakarta
2010
PEMETAANPEMETAAN• Menggunakan pemetaan optis atau elektronik. Menggunakan pemetaan optis atau elektronik. • Cara yang diterapkan adalah dengan memetakan Cara yang diterapkan adalah dengan memetakan
jaringan target titik pada lereng , target ukur dapat jaringan target titik pada lereng , target ukur dapat berupa patok kayu atau besi yang kadang berupa patok kayu atau besi yang kadang dilengkapi prisma survei.dilengkapi prisma survei.
• Patok-patok tersebut ditancapkan ke dalam Patok-patok tersebut ditancapkan ke dalam massa batuan atau tanah.massa batuan atau tanah.
• Lokasi target harus berada pada tempat yang Lokasi target harus berada pada tempat yang pergerakannya dapat dipantau dan titik kontrol pergerakannya dapat dipantau dan titik kontrol tetap yang berfungsi sebagai acuan harus berada tetap yang berfungsi sebagai acuan harus berada pada tempat yang stabil dan berada dalam pada tempat yang stabil dan berada dalam cakupan area yang dapat dipantaucakupan area yang dapat dipantau
16-July 2009Slide 13 STTNAS Yogyakarta
2010
KONSEP SURVEYKONSEP SURVEY
Perubahan jarak pengukuran berarti mengindikasikan adanya deformasi
Fixed point
d1
moving target point Original slope
Fixed point
d2
d1’ d2’
moving slope
original target point
16-July 2009Slide 14 STTNAS Yogyakarta
2010
16-July 2009Slide 15 STTNAS Yogyakarta
2010
• Tipe 1 (kurva A)Tipe 1 (kurva A) Tipe regresifTipe regresif dicirikan dengan suatu seri dicirikan dengan suatu seri dari gerakan yang lambat untuk mencapai kemantapan dari gerakan yang lambat untuk mencapai kemantapan yang optimal. yang optimal. Regresive failureRegresive failure terjadi penurunan terjadi penurunan pergerakan dari lereng dalam waktu yang singkat sehingga pergerakan dari lereng dalam waktu yang singkat sehingga potensi longsoran tidak terlihat pada bagian inipotensi longsoran tidak terlihat pada bagian ini
• Tipe 2 (kurva B)Tipe 2 (kurva B) Tipe progresifTipe progresif dicirikan oleh percepatan dicirikan oleh percepatan gerakan runtuhan yang menyeluruh. Progresive gerakan runtuhan yang menyeluruh. Progresive FailureFailure terjadi peningkatan kecepatan pergerakan sehingga terjadi peningkatan kecepatan pergerakan sehingga memungkinkan untuk terjadinya longsoran pada titik memungkinkan untuk terjadinya longsoran pada titik tertentutertentu.
• Tipe 3 (kurva C)Tipe 3 (kurva C) Tipe transisiTipe transisi dimana permulaannya dimana permulaannya seperti tipe regresif dan diakhiri seperti tipe progresif. Hal seperti tipe regresif dan diakhiri seperti tipe progresif. Hal ini biasanya terjadi akibat dari perubahan kondisi eksternal ini biasanya terjadi akibat dari perubahan kondisi eksternal dari air tanah atau hujan yang lebat, atau perubahan kuat dari air tanah atau hujan yang lebat, atau perubahan kuat geser. geser.
16-July 2009Slide 16 STTNAS Yogyakarta
2010
Perkiraan Waktu LongsorPerkiraan Waktu Longsor
Banyak fungSi dari penggunaan peralatan monitoring, Banyak fungSi dari penggunaan peralatan monitoring, Menurut Call, 1982) diantaranya adalah ;Menurut Call, 1982) diantaranya adalah ;
• Melakukan pendeteksian dini terhadap gejala Melakukan pendeteksian dini terhadap gejala ketidakstabilan pada lereng.ketidakstabilan pada lereng.
• Memberikan sejarah pergerakan pada suatu longsoran Memberikan sejarah pergerakan pada suatu longsoran pada karakteristik batuan tertentu sehingga data ini pada karakteristik batuan tertentu sehingga data ini bisa dijadikan model longsoran pada batuan tersebut.bisa dijadikan model longsoran pada batuan tersebut.
• Bisa memberikan informasi area yang memungkinkan Bisa memberikan informasi area yang memungkinkan terjadinya longsoran termasuk tambahan area.terjadinya longsoran termasuk tambahan area.
• Memberikan informasi pertcepatan dari lereng sampai Memberikan informasi pertcepatan dari lereng sampai terjadi longsoran.terjadi longsoran.
16-July 2009Slide 17 STTNAS Yogyakarta
2010
• Tipe 1 (kurva A)Tipe 1 (kurva A) Tipe regresifTipe regresif dicirikan dengan dicirikan dengan suatu seri dari gerakan yang lambat untuk mencapai suatu seri dari gerakan yang lambat untuk mencapai kemantapan yang optimal.kemantapan yang optimal.
• Tipe 2 (kurva B)Tipe 2 (kurva B) Tipe progresifTipe progresif dicirikan oleh dicirikan oleh percepatan gerakan runtuhan yang menyeluruh.percepatan gerakan runtuhan yang menyeluruh.
• Tipe 3 (kurva C)Tipe 3 (kurva C) Tipe transisiTipe transisi dimana permulaannya dimana permulaannya seperti tipe regresif dan diakhiri seperti tipe progresif. seperti tipe regresif dan diakhiri seperti tipe progresif. Hal ini biasanya terjadi akibat dari perubahan kondisi Hal ini biasanya terjadi akibat dari perubahan kondisi eksternal dari air tanah atau hujan yang lebat, atau eksternal dari air tanah atau hujan yang lebat, atau perubahan kuat geser.perubahan kuat geser.
16-July 2009Slide 18 STTNAS Yogyakarta
2010
• Fungsi penting dilakukan pengukuran pergerakan Fungsi penting dilakukan pengukuran pergerakan massa secara menerus adalah sebagai berikut ;massa secara menerus adalah sebagai berikut ;
• Untuk mendukung sistem operasi penambangan Untuk mendukung sistem operasi penambangan yang aman dalam melindungi personel atau yang aman dalam melindungi personel atau peralatan.peralatan.
• Sebagai Sebagai early warning systemearly warning system pada ketidakstabilan pada ketidakstabilan yang mungkin terjadi akibat penggalian akibat yang mungkin terjadi akibat penggalian akibat kegiatan penambangan dan untuk meminimalisasi kegiatan penambangan dan untuk meminimalisasi dampak dari stabilitas lereng.dampak dari stabilitas lereng.
• Sebagai informasi geoteknik dalam melakukan Sebagai informasi geoteknik dalam melakukan analisis dan mekanisme dalam melakukan desain analisis dan mekanisme dalam melakukan desain ulang sebuah lereng.ulang sebuah lereng.
16-July 2009Slide 19 STTNAS Yogyakarta
2010
Pada tambang terbuka, masalah yang penting adalah Pada tambang terbuka, masalah yang penting adalah yang berhubungan dengan perancangan lereng yang berhubungan dengan perancangan lereng dan kestabilan dimana akan dipantau selama tahap dan kestabilan dimana akan dipantau selama tahap operasi adalah :operasi adalah :
• - Displacement- Displacement• - Vibrasi (getaran)- Vibrasi (getaran)• - Tekanan air tanah (level)- Tekanan air tanah (level)• - Aliran air tanah- Aliran air tanah
16-July 2009Slide 20 STTNAS Yogyakarta
2010
Ketika suatu massa mengalami gangguan akibat Ketika suatu massa mengalami gangguan akibat aktifitas manusia atau oleh alam maka akan terjadi aktifitas manusia atau oleh alam maka akan terjadi pendistribusian ulang terhadap tegangan yang ada pendistribusian ulang terhadap tegangan yang ada dalam massa maka akan memungkinkan adanya dalam massa maka akan memungkinkan adanya perubahan bentuk dari masa tersebut. Perubahan perubahan bentuk dari masa tersebut. Perubahan bentuk yang disertai oleh pergerakan, defleksi, bentuk yang disertai oleh pergerakan, defleksi, tekanan dan tarikan maka akan bisa terdeteksi dan tekanan dan tarikan maka akan bisa terdeteksi dan diukur. Banyak peralatan dan metode pengukuran diukur. Banyak peralatan dan metode pengukuran yang yang dapat dipergunakan untuk investigasi yang yang dapat dipergunakan untuk investigasi sifat fisik-mekanik, interaksi antara massa tanah sifat fisik-mekanik, interaksi antara massa tanah atau batuan.atau batuan.
16-July 2009Slide 21 STTNAS Yogyakarta
2010
• Perkiraan pergerakan longsoran merupakan kebutuhan Perkiraan pergerakan longsoran merupakan kebutuhan untuk pertimbangan ekonomis kegiatan penambangan untuk pertimbangan ekonomis kegiatan penambangan dan pengelolaan resiko operasional penambangan.dan pengelolaan resiko operasional penambangan.
• Dalam banyak kasus design lereng yang optimal Dalam banyak kasus design lereng yang optimal ekonomis memiliki kemungkinan longsor yang tinggi. ekonomis memiliki kemungkinan longsor yang tinggi. Menerima resiko yang akan timbul diperlukan komitmen Menerima resiko yang akan timbul diperlukan komitmen terhadap program monitoring untuk menjamin keamanan terhadap program monitoring untuk menjamin keamanan operasional penambangan.operasional penambangan.– Mampu melakukan monitoring secara real timeMampu melakukan monitoring secara real time– Mampu melakukan analisa dan menerjemahkan data Mampu melakukan analisa dan menerjemahkan data
dalam periode waktu yang dalam periode waktu yang cepatcepat– Mampu melakukan prediksi pergerakan berikutnya Mampu melakukan prediksi pergerakan berikutnya
dengan tingkat akurasi minimum.dengan tingkat akurasi minimum.
16-July 2009Slide 22 STTNAS Yogyakarta
2010
Masalah atau aktivitas Komponen fisik atau pengukuran
Peralatan atau teknik yang digunakan
Maksud/tujuan
Kestabilan lereng Displacement- permukaan- bawah permukaan
- Surface prism - Tension crack - Monitor - Wire extensometer - Inclinometer - Slip indicator
Pengukuran dalam tiga arah untuk memperkira-kan besar, kecepatan, kedalaman dan arah pergerakan.
Rekahan dislocation Visual Awal keruntuhan dan kondisi yang tidak stabil
Settlementdan heave Surface prism exten-someteran Pengukuran pergerakan di dalam dan sekitar tambang dengan pengeringan, depressureisation
Tegangan Stress cell Untuk memperkirakan besar dan arah tegangan insitu
Tekanan atau levels Piezometer - Depressurisation lereng- Pengeringan akuifer
Air tanah Rembesan atau jumlah aliran
V-notch weir - Pergerakan lereng- Depressurisation lereng- Pengeringan akuifer
Sifat kimia air (eh, pH, konduktivitas)
Multimeter - Aspek lingkungan dari pem- buangan- Korosi peralatan
Peledakan Vibrasi Seismograf - Pergerakan longsoran yang ada- Awal longsoran
Tekanan gas Rekahan dari tusaknya massa batuan sampai ujung dinding pit.
Lingkungan Curah hujan - intensitas- durasi
- Rain gauge - Pluviograph
Pengaruh curah hujan, buang-an, lereng pit, dan pengisian akuifer
Limpasan curah hujan- intensitas
Visual
Penyanggaan batuan
Kabel/bolt load Load cell Memeriksa sistem penyangga-an. Memperkirakan kerusakan karena korosi pada kabel.
Cable grout dan rock grout bonde
Pull out test with jack Meemriksa kapasitas desain
Pekerjaan Bawah Tanah
Gerakan bawah tanah atau keruntuhan stope yang lama dan peker-jaan lain.
Geofisik, seismic ray trancing, sonar
Keselamatan manusia dan peralatan
16-July 2009Slide 23 STTNAS Yogyakarta
2010
Masalah atau aktivitas Komponen fisik atau pengukuran
Peralatan atau teknik yang digunakan
Maksud/tujuan
Kestabilan lereng Displacement- permukaan- bawah permukaan
- Surface prism - Tension crack - Monitor - Wire extensometer - Inclinometer - Slip indicator
Pengukuran dalam tiga arah untuk memperkira-kan besar, kecepatan, kedalaman dan arah pergerakan.
Rekahan dislocation Visual Awal keruntuhan dan kondisi yang tidak stabil
Settlementdan heave Surface prism exten-someteran Pengukuran pergerakan di dalam dan sekitar tambang dengan pengeringan, depressureisation
Tegangan Stress cell Untuk memperkirakan besar dan arah tegangan insitu
Tekanan atau levels Piezometer - Depressurisation lereng- Pengeringan akuifer
Air tanah Rembesan atau jumlah aliran
V-notch weir - Pergerakan lereng- Depressurisation lereng- Pengeringan akuifer
Sifat kimia air (eh, pH, konduktivitas)
Multimeter - Aspek lingkungan dari pem- buangan- Korosi peralatan
Peledakan Vibrasi Seismograf - Pergerakan longsoran yang ada- Awal longsoran
Tekanan gas Rekahan dari tusaknya massa batuan sampai ujung dinding pit.
Lingkungan Curah hujan - intensitas- durasi
- Rain gauge - Pluviograph
Pengaruh curah hujan, buang-an, lereng pit, dan pengisian akuifer
Limpasan curah hujan- intensitas
Visual
Penyanggaan batuan
Kabel/bolt load Load cell Memeriksa sistem penyangga-an. Memperkirakan kerusakan karena korosi pada kabel.
Cable grout dan rock grout bonde
Pull out test with jack Meemriksa kapasitas desain
Pekerjaan Bawah Tanah
Gerakan bawah tanah atau keruntuhan stope yang lama dan peker-jaan lain.
Geofisik, seismic ray trancing, sonar
Keselamatan manusia dan peralatan
16-July 2009Slide 24 STTNAS Yogyakarta
2010
1.OVERBURDEN STOCKPILES (LOOSE FILL) SLOPE
(mm/hour)INCREMENTAL VELOCITY SLOPE CONDITIONS ACTION REQUIRED
< 8
8-20
> 20
Negligible Movement
Possible failure at Toe or below the SMS’ Pin
Possible Dump Slope Failure
Regular Field Check
Closely Monitor
Evaluate Situation and advise operation accordingly
2. PIT WALL (ROCK) SLOPE
(mm/hour)INCREMENTAL VELOCITY SLOPE CONDITIONS ACTION REQUIRED
< 3
3-6
> 6
Negligible Movement
Possible failure below the SMS’ Pin
Possible Pit Slope Failure
Regular Field Check
Closely Monitor
Evaluate Situation and advise operation accordingly
3. MONITORING GRAPHS EVALUATION
SLOPE MONITORING SYSTEM(SMS) READING CRITERIA
THE EXAMPLES GRAPHS OF SMS READING IN THE FIELD
16-July 2009Slide 25 STTNAS Yogyakarta
2010
JOINT / CRACK METERJOINT / CRACK METER
CRACK
MOVEMENT
16-July 2009Slide 26 STTNAS Yogyakarta
2010
CRACK
Crack meter
16-July 2009Slide 27 STTNAS Yogyakarta
2010
CRACK
Movement Read on Crack meter
HORIZONTAL
VERTIKAL
PERPENDICULAR
16-July 2009Slide 28 STTNAS Yogyakarta
2010
NoModerate< 150 m
~ minsBroad Area
~ 1’s cmPhotogram-metry
YesDifficultn/a~ secsDiscrete Points
~ 10’s cm
GPS
Extenso-meters
Laser (Prisms)
SSR
Technology
YesEasy450 m
(1 km)
~ minsBroad Area
0.2 mm
NoDifficult< 2 kmTwice Daily
Discrete Points
~ 1’s cm
Difficult
Deployment
Yesn/a~ secsDiscrete Points
~ 1’s mm
All weathe
r
RangeUpdate Rate
Wall Coverag
e
Precision
NoModerate< 150 m
~ minsBroad Area
~ 1’s cmPhotogram-metry
YesDifficultn/a~ secsDiscrete Points
~ 10’s cm
GPS
Extenso-meters
Laser (Prisms)
SSR
Technology
YesEasy450 m
(1 km)
~ minsBroad Area
0.2 mm
NoDifficult< 2 kmTwice Daily
Discrete Points
~ 1’s cm
Difficult
Deployment
Yesn/a~ secsDiscrete Points
~ 1’s mm
All weathe
r
RangeUpdate Rate
Wall Coverag
e
Precision
16-July 2009Slide 29 STTNAS Yogyakarta
2010
16-July 2009Slide 30 STTNAS Yogyakarta
2010
SSR FeaturesSSR Features• High deformation precision ( 0.2 mm std. dev.)
• Broad area coverage (~1000’s pixels/scan)
• Continuous operation (~ 1’s min/scan, 24 hrs/day)
• 30-850m range
• All weather operation (incl. dust, fog)
• Angle 270 degree
• Remote Operation via radio link and internet
• High resolution CCD Camera
• Custom software with alarm settings
16-July 2009Slide 31 STTNAS Yogyakarta
2010
• Critical Monitoring – Monitoring of a section of slope using SSR alarm tolerance settings under the observation of a SSR Operator to respond to automated alarms from the SSR Dispatch Computers.
• Green Alarm - An audible alarm sounding two times per second, accompanied by a flashing green window appearing on the Mine Office SSR Computer.
• Mine Office SSR Computer - The computer located in the Mine Office that is used solely to monitor the alarm conditions of the SSR systems.
• Orange Alarm - An audible alarm sounding two times per second, accompanied by a flashing orange window appearing on the Mine Office SSR Computer.
16-July 2009Slide 32 STTNAS Yogyakarta
2010
• Red Alarm - An audible alarm sounding two times per second, accompanied by a flashing red window appearing on the Mine Office SSR Computer.
• Slope Stability Radar (SSR) - Wall monitoring system capable of detecting sub-millimetre ground movement. It is connected to an alarm system, configured to trigger the alarm in response to rock movement.
• SSR Daily Check Sheet – A form that is filled in and signed by the Geotechnical Engineer at the start of the morning shift. The form specifies the Alarm settings and the SSR Operator on duty.
• SSR Display Unit – Either of the computer monitor linked to the Mine Office SSR Computer, or the display unit at the Radar unit itself.
16-July 2009Slide 33 STTNAS Yogyakarta
2010
• SSR Operator - Person trained to monitor the Mine Office SSR Computer.
• SSR Watchdog - The SSR Watchdog is a custom-made peripheral device that monitors the health of the SSR Viewer software running on the mine office computer.
• SSR Viewer Program - the Graphical User Interface on the Mine Office SSR Computer that displays the SSR data and triggered alarms.
• Yellow Alarm - An audible alarm sounding two times per second, accompanied by a flashing yellow window appearing on the Mine Office SSR Computer.
16-July 2009Slide 34 STTNAS Yogyakarta
2010
Our Basic Aim
To measure Displacement of the surface not the distance
Distance to wall from observers point of view
Observer Rock wall
16-July 2009Slide 35 STTNAS Yogyakarta
2010
Our Basic Aim
To measure Displacement of the surface not the distance
Distance to wall from observers point of view
Observer Rock wall
Displacement of wall due to movement
16-July 2009Slide 36 STTNAS Yogyakarta
2010
Our Basic Aim
To measure Displacement of the surface not the distance
Distance to wall from observers point of view
Observer Rock wall
Displacement of wall due to movement
Important to remember:
We measure Displacement very accurately not distance.
16-July 2009Slide 37 STTNAS Yogyakarta
2010
Amplitude
Time
Sine Wave
16-July 2009Slide 38 STTNAS Yogyakarta
2010
Amplitude
Time
Change in Phase
Change in Phase
16-July 2009Slide 39 STTNAS Yogyakarta
2010
Radar energy hitting surface
Displacement
Radar energy hitting surface
Displacement = Phase change x 15mm 360 degrees
Our Model: All the Phase change is due to Displacement of the surface
16-July 2009Slide 40 STTNAS Yogyakarta
2010
Radar Scan Lines
16-July 2009Slide 41 STTNAS Yogyakarta
2010
18:13 8th October 2003
20:47 8th October 2003
23:22 8th October 2003
02:04 9th October 2003
Dis
pla
cem
ent
(m
m)
Incr
easi
ng d
ispl
acem
ent w
ith
time
Slip Area
16-July 2009Slide 42 STTNAS Yogyakarta
2010
16-July 2009Slide 43 STTNAS Yogyakarta
2010
6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5 1040
60
80
100
120
140
160
180
Time from 10/04/01 (1 unit = 24 hours).
Dis
pla
cem
en
t (m
m)
16-July 2009Slide 44 STTNAS Yogyakarta
2010
Robotic Total Station menggunakan Total Stasion yang dikontrol oleh program GeoMos untuk bisa melakukan pengukuran secara otomatis terhadap prisma-prisma yang dipasang di pit serta dump. Banyak model Total Stasion yang saat ini bisa digunakan hanya mampu membaca jarak dari alat ke prisma. Arah pergerakan harus diperkirakan berdasarkan orientasi dari dinding atau dilakukan pengukuran ulang secara manual. Prisma direncanakan untuk dipasang dengan pola grid dengan jarak tiap 100 meter. Tujuan dari pemasangan prisma dengan pola grid ini adalah untuk bisa mengetahui secara dini area-area yang sedang mengalami pergerakan untuk dilakukan tindakan lebih lanjut. Sebagian jenjang dari push-back dinding permanen telah dipasang prisma dengan grid seperti ini.
16-July 2009Slide 45 STTNAS Yogyakarta
2010
GPS monitoring menggunakan hardware berbiaya rendah dengan komponen yang umum. Alat ini meliputi power supply, GPS Receiver, GPS antena dan radio komunikasi. Data dari GPS station lapangan ditransfer melalui gelombang radio atau WIFI network. Program Orion’s InteTrak memproses data tersebut dengan dua metode, real-kinematic processing (RTK) dan near-real time static post processing (static). Proses static akan memberikan hasil yang lebih akurat karena data yang dianalisa adalah pada interval yang lebih lama yaitu 15 menit untuk meminimalkan efek kesalahan data. Umumnya perhitungan static akan memberikan akurasi sekitar 5mm dalam arah horizontal serta 10mm vertical.
16-July 2009Slide 46 STTNAS Yogyakarta
2010
Akurasi tinggi ini bisa tidak tercapai jika banyak gangguan antara antenna GPS dengan satelit GPS, misalnya antenna GPS dekat dinding tinggi atau bahkan pit bottom dengan gangguan lebih banyak lagi. Sedikitnya jumlah satelit akan membatasi kemampuan analisa untuk memberikan hasil yang akurat. Sedikitnya jumlah satelit di elevasi rendah, seperti di pit bottom, akan mengurangi akurasi dari pengukuran vertical.
16-July 2009Slide 47 STTNAS Yogyakarta
2010
16-July 2009Slide 48 STTNAS Yogyakarta
2010
Ekstensometer adalah alat untuk mengukur pergerakan lereng dengan menggunakan kawat. Kawat diulur dari alat yang diletakkan pada tempat yang stabil kemudian ujung kawat ditempatkan pada lereng yang tidak stabil. Pengukuran dilakukan secara elektronik dengan encoder. Data dikirim melalui gelombang radio ke komputer program pengontrol.
16-July 2009Slide 49 STTNAS Yogyakarta
2010
16-July 2009Slide 50 STTNAS Yogyakarta
2010
16-July 2009Slide 51 STTNAS Yogyakarta
2010
16-July 2009Slide 52 STTNAS Yogyakarta
2010
16-July 2009Slide 53 STTNAS Yogyakarta
2010
16-July 2009Slide 54 STTNAS Yogyakarta
2010
16-July 2009Slide 55 STTNAS Yogyakarta
2010
16-July 2009Slide 56 STTNAS Yogyakarta
2010
MATA RANTAI PADA TAHAP PERENCANAAN• Perkirakan mekanisme yang mengontrol perilaku• Definisikan pertanyaan-pertanyaan geoteknik yang harus
dijawab. • Definisikan maksud dari instrumentasi. • Pilih parameter-parameter yang akan dipantau. • Perkirakan arah perubahan. • Pikirkan tindakan perbaikan. • Tetapkan tugas-tugas untuk tahap rancangan, tahap
konstruksi, dan tahap operasi. • Pilih instrumen. • Perencanaan pencatatan dan faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi data pengukuran.• Tetapkan cara-cara untuk meyakinkan pembacaan yang
benar.• Siapkan anggaran.• Tulis spesifikasi pengadaan instrumen.
16-July 2009Slide 57 STTNAS Yogyakarta
2010
CONTROLLED BLASTING
• TUJUANNYA ADALAH UNTUK MENGENDALIKAN OVERBREAK AGAR DIPEROLEH DINDING HIGHWALL YANG STABIL
• DENGAN CARA MEMBATASI KERUSAKAN DARI PELEDAKAN PRODUKSI DILUAR BATAS PEMOTONGAN
• MODIFIED PRODUCTION BLASTS• PRESPLIT BLASTING• TRIM (CUSHION) BLASTING• LINE DRILLING
16-July 2009Slide 58 STTNAS Yogyakarta
2010
16-July 2009Slide 59 STTNAS Yogyakarta
2010
0
3
6
9
12
15
18
16-Jul6:00
16-Jul12:00
16-Jul18:00
17-Jul0:00
17-Jul6:00
17-Jul12:00
17-Jul18:00
De
form
ati
on
(m
m)
0
0.3
0.6
0.9
1.2
1.5
1.8
Ve
loc
ity
(m
m/h
r)
Deformation Closure Velocity
Radar removed for blasting at 12:40 PM
Failure occurredat 4 PM
Area closedat 11:00 AM
16-July 2009Slide 60 STTNAS Yogyakarta
2010
PB7S 3475/L (13 July 2009) – No Alarm
3505/L
3415/L
3355/L
3385/L
3445/L
3475/L
Before
11 July 09
After
13 July 09
Bench scale failure occurred on 3475/L-3345/L at 00.38 am. Approximately 100 T of failed material retained on bench 3415/L-3385/L. There was no alarm occurred from SSRX018 before this event as only small area that failed (red line).
Looking to South