Download - DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI DI SEKITAR … · Iu = Pendapatan Utama Rumah Tangga ... merupakan ketimpangan berat. 6 ... pemilikan ternak sapi rata –rata 4,62 satuan

Transcript

1

DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI DI SEKITAR HUTAN ADAT

RUMBIO KAB.KAMPAR

LATIFA SISWATI

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LANCANG KUNING

JL.D.I. PANJAITAN KM 8 RUMBAI PEKANBARU

ABSTRACT

The purpose of the research to know income distribution catlle farming and palm oil

plantation in Rumbio community and destitute level.

The research was done by using survey method a round Rumbio community in Kampar

Regency. The tecnique intake of sample was done with random sampling, sample 50 farmer. To

know income distribution with Gini Ratio coefficient.

The result of research income distribution in Rumbio community high leaness Gini

coefficient 0,54 it means income distribution not to become flat.

Key words ; income distribution, community.

2

DITRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI DI SEKITAR

HUTAN ADAT RUMBIO KAB. KAMPAR

PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG

Pembangunan pada dasarnya merupakan kebutuhan bagi setiap masyarakat , bangsa dan

Negara, karena pembangunan tersebut mengandung makna sebagai suatu perubahan keadaan

menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan – perubahan dimaksud meliputi

perubahan ekonomi ,politik, sosial ,budaya dan perubahan – perubahan bidang kehidupan

masyarakat lainnya.

Sejalan dengan lajunya pembangunan di berbagai bidang di sektor pertanian ,maka

pembangunan di bidang sektor peternakan juga kalah pentingnya, mengingat produksi

peternakan merupakan suatu kebutuhan pokok, sumber protein hewani yang sangat

dibutuhkan bagi perkembangan tubuh manusia.

Peternakan merupakan subsektor pertanian yang pengembangannya mendapat perhatian

khusus dari pemerintah . Perkembangan tersebut diperlukan mengingat usaha peternakan

dianggap sebagai salah satu sarana meningkatkan pendapatan peternak kecil dan membuka

lapangan kerja

Usaha peternakan sapi sekarang sudah merupakan suatu usaha yang dapat diandalkan

untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga ataupun sebagai suatu usaha yang dapat dikelola

secara komersil. Sekitar hutan adat Rumbio pada umumnya peternak sapi masih memelihara

3

ternaknya secara tradisional dan masih sebagai usaha sambilan. Pemilikan ternak sapi masih

2 – 10 ekor per peternak, mereka juga belum menghitung biaya dan pendapatan dari usaha

ternak sapi mereka, karena mereka pada umumnya tidak menghitung besarnya biaya pakan

dan obat –obatan ,juga hanya menjual ternak sapi jika mereka membutuhkan uang saja.

Pakan yang diberikan sebagian sudah ada memberikan rumput unggul tetapi pada umumnya

hanya mengandalkan rumput alam sisa pertanian yang masih banyak tersedia.

Analisis ekonomis usaha peternakan merupakan factor penting karena analisis ini dapat

digunakan menunjang program pemerintah dalam sektor peternakan . Dalam analisis ini

peternak akan dapat mengetahui keadaan neraca usaha ternaknya,dengan sendirinya peternak

akan mengambil keputusan yang tepat untuk kelanjutan usahanya dengan melihat

keuntungan yang diperolehnya.

Pembagian pendapatan akan mencerminkan tingkat hidup seseorang .Semakin tinggi

bagian pendapatan yang diterima.akan mencerminkan tingginya tingkat hidup seseorang .

Tingkat hidup suatu masyarakat berkaitan erat dengan tingkat pembagian dan perataan

pendapatan antara golongan masyarakat,yang berarti pemenuhan kebutuhan atau komsumsi

yang nyata. Peningkatan taraf hidup tercermin pada pemenuhan kebutuhan pokok,yaitu

pangan ,sandang, pemukiman,kesehatan dan pendidikan, karena kemajuan usaha pemenuhan

kebutuhan pokok merupakan tolak ukur pencapaian tujuan pembangunan.

2. Rumusan Masalah

Pembangunan subsektor peternakan di Kabupaten Kampar bertujuan untuk meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani peternak yang tinggal di sekitar

hutan adat Rumbio.Pada tahun 2007 di sekitar hutan Rumbio telah diberikan bantuan sapi

K2I dari pemrop. Riau sebanyak 5 ekor sapi setiap kepala keluarga miskin .Juga ada bantuan

perkebunan kelapa sawit . Usaha peternakan sapi pada umumnya dengan pemilkan yang

relative kecil , usaha tersebut dapat dikategorikan pada peternakan rakyat. Melalui penelitian

ini akan dijawab masalah distribusi pendapatan yang diperoleh oleh peternak sapi rakyat

yang tinggal di sekitar hutan adat Rumbio .yang juga memiliki kebun kelapa sawit.

4

3.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur pendapatan usaha ternak sapi dan kebun

kelapa sawit di sekitar hutan adat Rumbio.Juga untuk mengetahui tingkat kemiskinan petani

kalapa sawit .

Kegunaan penelitian ini sebagai informasi bagi pemerintah untuk dijadikan dasar

kebijakan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. serta sumbangan informasi ilmiah

bagi peneliti dibidang usaha ternak sapi potong.Sebagai sumber informasi yang dapat

menjelaskan bagaimana bentuk dan karakteristik dari struktu ,distribusi dan ketimpangan

pendapatan serta tingkat kemiskinan masyarakat khisusnya di sekitar hutan adat Rumbio

Kab. Kampar .

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey.

Lokasi Penelitian dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekitar Hutan adat Rumbio ,Kecamatan Kampar Kabupaten

Kampar. Penelitian dilaksanakan mulai Bulan Mei 2008 sampai Juli 2008.

Populasi dan sampel.

Responden pada penelitian ini peternak sapi pada Kecamatan terpilih . Diambil 50

responden sebagai sampel dengan metode acak sederhana .

Teknik Pengumpulan Data.

Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui

observasi dan wawancara langsung menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner)berupa

karakteristik responden ( umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman beternak ) ,

penggunaan sarana produksi, biaya, pendapatan. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait

.

5

Teknik Analisis Data,

Analisis data pendapatan usaha ternak sapi menggunakan analisis sebagai berikut:

Struktur pendapatan rumah tangga petani dihitung dengan mengunakan rumus :

(Widodo,1990)

Y = (Iu + Is)

Y = A1+ A2 + A3

Dimana :

Y = Pendapatan Rumah Tangga (Rp)

Iu = Pendapatan Utama Rumah Tangga (Rp)

Is = Pendapatan Sampingan RUmah tangga (Rp)

A1 = Pendapatan sample (Rp)

A2 = Pendapatan suami / istri (Rp)

A3 = Pendapatan lainnya (Rp)

Mengetahui distribusi dan ketimpangan pendapatan rumah tangga petani , dihitung dengan

mengunakan rumus KOefisien Gini Ratio, dengan rumus:

GR = 1 - ∑fi (Yi + Yi – 1) ……………….Widodo (1990)

Dimana

GR = Gini Ratio

Fi = Proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas ke i

Yi = Proporsi jumlah pendapatan rumah tangga kumulatif dalam kelas – I

Kriteria ketimpangan distribusi pendapatan Gini Ratio ;

1. Angka Gini < 0,3 : merupakan ketimpangan ringan atau rendah

2. Angka Gini 0,3 – 0,4 : merupakan ketimpangan sedang.

3. Angka Gini > 0,4 : merupakan ketimpangan berat.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Kecamatan Kampar dimana terdapat Hutan Adat Rumbio , Desa

tempat penelitian adalah Desa Rumbio ,Desa Penyasauan dan Padang Mutung. Terletak pada

ketinggian 18 – 20 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 26-30 derjat Celsius,

memiliki curah hujan rata-rata pertahun 3000 mm.

Hutan Adat Rumbio, Kampar

Identitas Petani Peternak Sapi

Umur petani peternak sapi pada umumnya masih usia produktif berkisar antara 20

tahun sampai 60 tahun. Umur sangat berpengaruh terhadap kemampuan fisik dalam

melakukan pekerjaan ,umumnya umur yang lebih muda akan memiliki kemampuan fisik

yang kuat dalam mengelola usahataninya yang akan menghasilkan produksi yang lebih

banyak serta lebih giat dan aktif berpartisipasi dalam menjaga kelestarian hutan adat

larangan. Petani yang lebih muda akan lebih cepat menerima penyerapan inovasi

baru.Gambaran umur petani peternak dapat di lihat pada tabel1.

7

Tabel 1. Umur Petani Peternak Sapi

NO UMUR (TAHUN) JUMLAH (JIWA) PERSENTASE (%)

1 20 – 29 5 10

2 30-39 27 54

3 40- 49 15 30

4 50 – 59 3 6

JUMLAH 50 100

Sumber : Diolah dari data primer

Peternak Sapi

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar petani peternak sapi berumur 30 -39

tahun ( 54 %) , umur 50 – 59 tahun merupakan jumlah terkecil (6%) saja, jadi petani

peternak sapi di sekitar hutan adat Rumbio adalah produktif.

Sehingga masih dapat bekerja lebih baik dan dapat membagi waktu untuk usaha produktif

untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

8

Peternakan Sapi

Tingkat Pendidikan Petani Peternak Sapi

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola pikir petani terutama dalam

inovasi baru dan dalam pembagian waktu dalam bekerja .Tingkat pendidikan petani

peternak sapi dapat di lihat pada tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Petani Peternak Sapi

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH ( JIWA) PERSENTASE(%)

1 SD sederajat 14 28

2 SLTP 24 48

3 SLTA 12 24

JUMLAH 50 100

Sumber : Diolah dari data primer

Dari tabel di atas dapat diketahui tingkat pendidikan sebagian besar petani peternak sapi

adalah SLTP (48 %) , sedangkan SLTA (24 %) , dapat dikatakan tingkat pendidikan cukup

baik dan diharapkan dapat menerima inovasi di bidang pertanian dan peternakan serta

dapat mengembangkan alternative mengelola usahataninya. Pendidikan dapat mengubah

9

cara pola pikir petani dalam mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya untuk

mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkannya hal ini sejalan pendapat Combs

dan Ahmed (1973) yang menyatakan bahwa pendidikan dapat memotivasi untuk

meningkatkan dan menyempurnakan mutu kehidupan , pendidikan dapat diperoleh secara

formal dan informal . Soekartawi (1995) mengatakan bahwa pendidikan akan

mempengaruhi petani dalam menentukan alternative yang tepat dalam mengelola

uasahanya. Melalui pendidikan akan diperoleh pengetahuan dan keterampilan serta

kemampuan untuk mengembangkan diri. Dengan pendidikan seseorang akan mampu

menerima dan menolak serta menyerap informasi ,menilai dan dapat membaca situasi yang

terjadi. Seseorang yang pendidikannya tinggi biasanya mempunyai wawasan lebih

dibandingkan dengan pendidikan lebih rendah.

Skala Usahatani dan Ternak Sapi

Di lokasi penelitian di sekitar hutan adapt Rumbio Kabupaten Kampar keluarga peternak

mengusahakan dua jenis usahatani yaitu perkebunan dan tanaman pangan .Jenis

perkebunan yang di usahakan adalah kebun kelapa sawit dan karet. Luas lahan yang

digarap berbeda –beda.Untuk mengetahuinya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rata – rata Skala Usahatani dan Ternak Sapi

NO URAIAN JUMLAH RATA –RATA

1 Luas Kebun Kelapa Sawit (ha) 139 2,78

2 Luas Kebun Karet(Ha) 52 1,04

3 Luas Tanaman Pangan (Ha) 5,5 0,11

4 Skala Usaha Ternak Sapi (ST) 231 4,62

5 Modal (Rp/Th) 4.2371,5

6 Potensi tenaga kerja keluarga

(JKP/Th)

1068,9 152,7

Sumber ; Data diolah dari data primer

10

Dari Tabel di atas dapat dilihat luas pemilikan kebun kelapa sawit 2,78 ha per kepala

keluarga , luas kebun karet 1,04 ha per kepala keluarga , sedangkan pemilikan tanaman

pangan 0,11 ha , pemilikan ternak sapi rata –rata 4,62 satuan ternak per kepala keluarga.

Hal ini menunjukan di lokasi penelitian usaha ternak sapi masih berorientasi pada

peternakan rakyat yaitu sebagai tambahan untuk mengisi waktu luang setelah petani selesai

melakukan usahatani yang akhirnya dapat menambah pendapatan keluarga.Menurut Yasin

dan Dilaga (1995) , pemeliharaan sapi pada peternakan rakyat dalam skala 1 – 5 ekor dan,

hanya sebagai usaha tambahan di samping usaha pokok.

Perkebunan Kelapa Sawit

Penerimaan,Biaya dan Pendapatan Peternak

Penerimaan dari usahatani yang paling tinggi diperoleh dari

Rata – rata Penerimaan , Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak Pada masing –masing

Usahatani

11

Tabel 4. Rata – rata Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak pada Usahatani

per bulan.

NO URAIAN PENERIMAAN BIAYA PENDAPATAN

1 Kelapa sawit 3.160.000 362.000 2.798.000

2 Karet 950.000 125.000 825.000

3 Ternak Sapi 913.000 667.000 246.000

Jumlah 5.023.000 1.154.000 3.869.000

Sumber : Diolah dari data primer

Dari tabel empat dapat dilihat bahwa struktur pendapatan masyarakat terbesar diperoleh

dari hasil perkebunan kelapa sawit 72,3 % ,hal ini disebabkan di Kabupaten Kampar harga

jual kelapa sawit memang cukup tinggi, pendapatan usaha ternak sapi yang paling rendah

6,4 % ini disebabkan ternak sapi pada umumnya belum ada yang di jual karena masih baru

dipelihara satu setengah tahun,penerimaan hanya dari penjualan kotoran sapi d an urin

untuk dijadikan pupuk cair. Hal ini juga disebabkan petani melakukan usaha ternak sapi

untuk pemanfaatan waktu luang setelah berkebun ,juga disebabkan kurangnya pengetahuan

petani tentang beternak sapi , selain dari itu pada umumnya masyarakat yang tinggal di

sekitar hutan adat Rumbio terbiasa memelihara ternak kerbau yang sudah dipelihara turun

temurun.

Selain dari usahatani petani juga ada juga penerimaan lain dari usaha diluar

pertanian, diantaranya ada pedagang ,tukang ,buruh bangunan.Total pendatan petani di

sekitar hutan adat Rumbio berkisar paling rendah 750.000 rupiah sedangkan tertinggi

57.200.000 rupiah hal ini disebabkan petani memiliki kebun kelapa sawit yang luas,kebun

karet dan memiliki sapi sebanyak 20 ekor.

Dengan terjaganya hutan adat di desa Rumbio ini maka masih di temui sumber

mata air bersal dari hutan ini yang dapat langsung dikonsumsi , sumber mata air ini juga sebagai

sumber pengairan sawah dan kolam ikan di desa Rumbio .

12

Mata Air Hutan Adat Rumbio

Distribusi Pendapatan Masyrakat di Sekitar Hutan Adat Rumbio

Dalam menentukan distribusi pendapatan keluarga masyarakat di sekitar hutan adapt Rumbio

ini dibagi menjadi 5 kelas tingkat pendapatan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.

Tujuan perhitungan ini untuk melihat ketimpangan pendapatan antara rumah tangga di sekitar

hutan adat Rumbio. Pembagian pendapatan total keluarga dibagi dalam 5 kelas yaitu; 20 %

termiskin, 20 % kedua, 20 % ketiga, 20 % keempat dan 20 % terkaya. Proprorsi pendapatan total

keluarga dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Proporsi Pendapatan Keluarga dan Persentase yang diperoleh Dalam 5 Kelas

Kelas Pendapatan

Total

Keluarga

Pendapatan

Dalam

Kelas (%)

Proporsi

Pendapatan

Komulatif

(%)

F I (%)

X I (%)

I 7.750.000 3,5 3,5 20 20

II 8.950.000 4 7,5 20 40

III 12.250.000 5 12,9 20 60

IV 26.050.000 11,6 24,6 20 80

V 168.600.000 75,4 100 20 100

Jumlah 223.600.000 100 100

Sumber: Diolah dari data primer

13

Setelah dilakukan analisis maka diperoleh koefisien gini sebesar 0,54 dari hasil

perhitungan ini menunjukan bahwa kondisi distribusi pendapatan keluarga peternak sapi yang

tinggal sekitar hutan adat Rumbio menunjukkan ketimpangan berat , hal ini disebabkan ada

beberapa peternak yang memiliki kebun kelapa sawit yang cukup luas dan sudah dipanen saat

penelitian berlangsung harga sawit cukup tinggi di Kab.Kampar, serta mereka memiliki kebun

karet yang sudah ada dari zaman nenek moyang yang dulu merupakan kebun unggulan di

Kampar sebelum adanya kelapa sawit yang saat penelitian juga harga jual cukup mahal tetapi

tidak banyak peternak memiliki kebun karet . Ketimpangan pendapatan peternak tinggi sesuai

dengan pendapat Widodo (1990) , menyatakan bahwa distribusi pendapatan sangat timpang

apabila angka gini terletak antara 0,5 – 0,7 dan sedang ketimpangan distribusi pendapatan

terletak antara 0,35 – 0,5 serta relative sama distribusi pendapatan bila angka gini antara 0,2 –

0,35 .Berdasarkan Koefisien Gini ini dengan adanya ternak sapi yang masih baru di pelihara

peternak dan belum banyak yang di jual sehingga pendapatan peternak masih sedikit , jika ada

yang sudah menjual harga jual sapi juga cukup tinggi bahkan satu ekor dapat di jual Rp

10.000.000 . Di harapkan tahun mendatang sapi sudah dapat di jual sehingga tidak ada lagi

ketimpangan berat di antara masyarakat sekitar hutan adapt Rumbio, sehingga masyarakat yang

tinggal disekitar hutan tidak membuka hutan untuk membuat kebun kelapa sawit yang memang

harga jual tinggi tetapi akan merusak tanah dan menyebabkan air sungai kering dan

berkurangnya habitat flora dan fauna .

`Menurut Dishut (2000) angka koefisien gini < 0,4 tingkat ketimpangan rendah ,jika

angka koefien gini 0,4 – 0,5 tingkat ketimpangan moderat dan angka koefisien gini > 0,5 tingkat

ketimpangan tinggi. Dari hasil penelitian ini usaha ternak sapi yang masih baru dipelihara

menyebabkan ketimpangan tinggi dan sapi ini sebagian besar adalah sapi bantuan pemda Riau

dalam rangka program K2 I yang memang bertujuan untuk menungkatkan pendapatan petani

yang tinggal disekitar hutan adat Rumbio.

Sesuai dengan Siswati (2007) pendapatan usahatani masyarakat sekitar hutan adat

Rumbio optimal Rp 7.783.000,- sehingga masih dapat ditingkatkan dari pendapatan saat ini,

diantaranya pada tahun depan sapi sudah dapat dijual.

14

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan struktur pendapatan terbesar adalah diperoleh dari

perkebunan kelapa sawit, terkecil dari ternak sapi.distribusi pendapatan peternak sapi disekitar

Hutan adat Rumbio tingkat ketimpangannya tinggi , koefisien Gini 0,54.

Berarti distribusi pendapatan tidak merata.

Saran

1.Dari hasil penelitian ini disarankan kepada masyarakat untuk mengkombinasikan usahatani

mereka sehingga tidak terjadi ketimpangan pendapatan.

2.Bagi pemerintah Kabupaten Kampar agar program pemerataan pendapatan masyarakat

ditingkatkan lagi sehingga tidak ada ketimpangan pendapatan diantara masyarakat.

15

DAFTAR PUSTAKA

Combs dan Ahmed. 1973. Memerangi Kemiskinan di Pedesaan Melalui Pendidikan Non Formal

. CV. Rajawali. Jakarta.

Dinas Kehutanan. 2000. Survey Sosial Ekonomi . Jakarta.

.

Murtidjo, B.A. 1990. Beternak Sapi potong. Kanisius, Yogjakarta.

Siswati, L. 2007. Optimasi Tenaga Kerja Keluarga Peternak Sapi di Sekitar Hutan Adat

Kampar.Penelitain Dosen Muda Univ. Lancang Kuning. Pekanbaru.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Suharjo.A dan Patong. 1973. Sendi –sendi Pokok Berusaha Tani. Departemen Ilmu Sosial

Ekonomi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Widodo,S. T. 1990. Indikator Ekonomi Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia , Kanisius

` Jogjakarta.

Yasin dan Dialaga. 1995. Peternakan Sapi Bali dan Permasalahannya. Bumi Angkasa. Jakarta.