UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU...

18
317 UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU JERUK SIAM BANJAR( Citrus nobilis var microcarpa ) DI LAHAN PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENYIMPANAN DINGIN Noveria Sjafrina Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta [email protected] ABSTRACT The objective of this study is to assess changes in quality of citrus Siam Banjar tidal and swampy land during storage at a temperature of 15 0 C and room temperature, and determine the effect of temperature and storage time on the quality of citrus in the fourth typology Banjar wetlands. The study was conducted by taking samples of citrus fruits Siam Banjar as many as 300 pieces in each typology tidal land either type A and Lebak land with old quotes 270 days after the flowers bloom and the tidal type B and type C with old quotes 240 days after anthesis. Then an orange Siam Banjar land typology of four stored at room temperature and the temperature of 15 0 C for 40 days of storage with physico-chemical observations every 10 days of storage. Storage temperature and storage time significantly affect the citrus fruit in the typology of violence tidal type B, type C and swampy. Significant retention of vitamin C in the four typologies of land. Storage temperature significantly affect the levels of TPT oranges from tidal typology A. Storage time significantly affect the value of L orange color on the typology of tidal type A, type B and swampy land while storage temperature significantly affect the value of color of an orange on the b typology tidal types A, B and C Keywords: Siam Banjar Citrus, swamp land,shelf life ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan mutu jeruk Siam Banjar di lahan pasang surut dan lahan lebak selama penyimpanan pada suhu 15 0 C dan suhu kamar dan mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap mutu jeruk siam Banjar di keempat tipologi lahan rawa. Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel buah jeruk Siam Banjar sebanyak 300 buah pada masing-masing tipologi lahan baik lahan pasang surut tipe A dan lahan Lebak dengan umur petik 270 hari setelah bunga mekar dan pada lahan pasang surut tipe B dan tipe C dengan umur petik 240 hari setelah bunga mekar. Kemudian buah jeruk Siam Banjar dari keempat tipologi lahan di simpan pada suhu kamar dan suhu 15 0 C selama 40 hari penyimpanan dengan pengamatan fisiko kimia setiap 10 hari penyimpanan. Suhu penyimpanan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah jeruk di tipologi pasang surut tipe B, tipe C dan lebak. Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap vitamin C di keempat tipologi lahan. Suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kadar TPT buah jeruk dari tipologi pasang surut tipe A.Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai L warna buah jeruk pada tipologi pasang surut tipe A, tipe B dan lahan lebak sedangkan suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai b warna buah jeruk pada tipologi pasang surut tipe A, B dan C

Transcript of UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU...

Page 1: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

317

UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU JERUK SIAM BANJAR( Citrus nobilis var microcarpa ) DI LAHAN PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENYIMPANAN DINGIN

Noveria Sjafrina

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta [email protected]

ABSTRACT

The objective of this study is to assess changes in quality of citrus Siam Banjar tidal and swampy land during storage at a temperature of 150 C and room temperature, and determine the effect of temperature and storage time on the quality of citrus in the fourth typology Banjar wetlands. The study was conducted by taking samples of citrus fruits Siam Banjar as many as 300 pieces in each typology tidal land either type A and Lebak land with old quotes 270 days after the flowers bloom and the tidal type B and type C with old quotes 240 days after anthesis. Then an orange Siam Banjar land typology of four stored at room temperature and the temperature of 150 C for 40 days of storage with physico-chemical observations every 10 days of storage. Storage temperature and storage time significantly affect the citrus fruit in the typology of violence tidal type B, type C and swampy. Significant retention of vitamin C in the four typologies of land. Storage temperature significantly affect the levels of TPT oranges from tidal typology A. Storage time significantly affect the value of L orange color on the typology of tidal type A, type B and swampy land while storage temperature significantly affect the value of color of an orange on the b typology tidal types A, B and C Keywords: Siam Banjar Citrus, swamp land,shelf life

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan mutu jeruk Siam Banjar di lahan pasang surut dan lahan lebak selama penyimpanan pada suhu 150 C dan suhu kamar dan mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap mutu jeruk siam Banjar di keempat tipologi lahan rawa. Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel buah jeruk Siam Banjar sebanyak 300 buah pada masing-masing tipologi lahan baik lahan pasang surut tipe A dan lahan Lebak dengan umur petik 270 hari setelah bunga mekar dan pada lahan pasang surut tipe B dan tipe C dengan umur petik 240 hari setelah bunga mekar. Kemudian buah jeruk Siam Banjar dari keempat tipologi lahan di simpan pada suhu kamar dan suhu 150C selama 40 hari penyimpanan dengan pengamatan fisiko kimia setiap 10 hari penyimpanan. Suhu penyimpanan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah jeruk di tipologi pasang surut tipe B, tipe C dan lebak. Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap vitamin C di keempat tipologi lahan. Suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kadar TPT buah jeruk dari tipologi pasang surut tipe A.Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai L warna buah jeruk pada tipologi pasang surut tipe A, tipe B dan lahan lebak sedangkan suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai b warna buah jeruk pada tipologi pasang surut tipe A, B dan C

Page 2: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

318

PENDAHULUAN

Jeruk merupakan salah satu produk buah unggulan nasional. Salah satu

varietas jeruk yang banyak diproduksi di Indonesia adalah jeruk siam. Jeruk siam

Banjar merupakan salah satu komoditi unggulan di Kalimantan Selatan dengan luas

tanam 2.594 Ha, produksi 113. 149 Ton dan produktivitas 43,72 Ha/ton (

www.kalselprov.go.id/ ).

Jeruk siam merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sifatnya tahunan

dan produksinya sangat tergantung pada musim/iklim. Keadaan ini salahsatu

penyebab terjadinya fluktuasi jumlah dan harga jeruk yang dipasarkan (

Winarno,2004). Mutu/kualitas eksternal memegang peranan penting dalam keputusan

konsumen memilih jeruk karena dianggap dapat menggambarkan kualitas internal

buah. Selain itu, ketebalan kulit buah terkait pula dengan umur simpan buah yang

berhubungan dengan fleksibilitas distribusi dan pemasaran buah (Supriyanto et

al.,2005; Alva et al., 2006; Pangestuti et al., 2007).

Semua karakteristik mutu tersebut bisa diperoleh bila pemanenan dilakukan

pada tingkat kematangan yang tepat .Buah jeruk yang dipanen saat belum matang

akan menghasilkan mutu yang rendah terutama berkaitan dengan rasa buah.

Sebaliknya, pemanenan lewat waktu akan menyebabkan buah kehilangan aroma dan

mutu terbaiknya, dan terbukti menyebabkan penurunan hasil pada periode berikutnya,

meningkatkan kepekaan terhadap pembusukan dan umur simpannya relatif singkat

(Pantastico et al. 1993, Monselise 1986).

Kebiasaan petani jeruk Siam Banjar pada saat panen raya melakukan

penyimpanan jeruk Siam Banjar di pohon dengan menunda pemetikan jeruk hingga

lewat waktu optimum umur petik jeruk karena fluktuasi harga. Hal ini akan menurunkan

umur simpan jeruk Siam Banjar. Untuk itu dilakukan studi tentang penyimpanan jeruk

Siam Banjar setelah dipanen dengan umur panen mengikuti kebiasaan petani untuk

melihat perubahan mutu buah jeruk Siam Banjar.

Tujuan dari penelitian ini mengetahui perubahan mutu jeruk Siam Banjar di

lahan pasang surut dan lahan lebak selama penyimpanan pada suhu 150 C dan suhu

kamar dan mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap mutu jeruk

siam Banjar di keempat tipologi lahan rawa. Buah jeruk akan mengalami perubahan

kualitas eksternal dan sedikit kualitas internal selama proses penyimpanan, distribusi

dan pemasaran. Rantai pemasaran yang panjang mensyaratkan juga umur simpan

yang panjang dengan mutu yang terjaga agar buah yang sampai ke konsumen akhir

masih dalam kualitas mutu yang diharapkan.

Page 3: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

319

BAHAN DAN METODA

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala yang

mewakili lahan pasang surut dan Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar mewakili

lahan Lebak. Analisis kimia dilaksanakan di laboratorium Teknologi Industri Pertanian

Univeristas Lambung Mangkurat, pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2008

Bahan penelitian utama adalah buah jeruk Siam Banjar diambil dari masing-

masing tipe lahan dengan umur panen sesuai kebiasaan petani (pada lahan pasang

surut tipe A dan lahan Lebak dengan umur petik 270 hari setelah bunga mekar dan

pada lahan pasang surut tipe B dan tipe C dengan umur petik 240 hari setelah bunga

mekar). Alat yang digunakan adalah timbangan mettler PM-4800 untuk mengukur

susut bobot, chromameter tipe CR-200 untuk mengukur warna, penetrometer untuk

mengukur kekerasan, serta alat pendukung untuk analisis kimia seperti gelas ukur,

tabung reaksi dan pipet.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan

Acak Kelompok pada suhu kamar dan suhu 15 oC dengan 3 kali ulangan.

Suhu Kamar, dengan :

Kelompok = tipologi pasang surut tipe A, B, C dan tipologi Lebak

Perlakuan = Lama penyimpanan : 10 hari dan 20 hari penyimpanan

Suhu 15 oC, dengan :

Kelompok = K1 = tipologi pasang surut tipe A, B, C dan tipologi Lebak

Perlakuan = Lama penyimpanan :10 hari, 20 hari, 30 hari dan 40 hari

penyimpanan

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam ( Steel and Torrie,

1980 ) pada tingkat kepercayaan 95 % menggunakan program SPSS. Jika terdapat

pengaruh perlakuan, maka dilakukan pengujian lanjut dengan menggunakan Duncan

Multiple Range Test (DNMRT).

Tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

1. Pengamatan Fisik dan Kimia

Pengamatan fisik buah dilakukan pada warna kulit buah dan tingkat kekerasan

buah; sedangkan pengamatan kimia dilakukan pada laju respirasi, TPT dan vitamin

C buah jeruk.

2. Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap

warna buah, aroma dan rasa buah (manis/asam) melalui sejumlah 40 responden.

Page 4: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

320

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan hasil budidaya jeruk untuk empat

tipologi lahan rawa dari informasi petani lokal. Karakterisasi lahan dari keempat tipologi

lahan rawa yaitu lahan pasang surut tipe A, pasang surut Tipe B ,lahan pasang surut

Tipe C dan lahan lebak dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel.1 Karakteristik lahan jeruk di empat tipologi lahan rawa di Kalimantan Selatan

Tipologi lahan rawa

Pengertian lahan Pengolahan lahan Waktu panen

Pasang surut A

Daerah yg terluapi air sepanjang tahun

Di lumpuri 2-3 bulan sekali untuk menyuburkan unsur-unsur hara dalam tanah.

270 hari setelah bunga mekar.

Pasang surut B

Daerah yg terluapi pada saat pasang besar

Di beri pupuk kandang. 240 hari setelah bunga mekar.

Pasang surut C

Daerah yg terluapi pada saat pasang kecil

Di beri pupuk kandang. 240 hari setelah bunga mekar.

Lebak Daerah yg luapan airnya tergantung air hujan

Tanpa melakukan pemberian pupuk

270 hari setelah bunga mekar.

Data karakteristik lahan pada Tabel.1 diperoleh berdasarkan kebiasaan yang

dilakukan petani lokal jeruk di keempat lahan rawa. Perbedaan waktu panen pada

keempat tipologi lahan rawa karena bedanya tujuan pemasaran buah jeruk siam. Jeruk

siam yang lebih awal di panen pada lahan pasang surut tipe B dan tipe C mempunyai

tujuan pemasaran ke luar daerah Kalimantan Selatan seperti pulau Jawa sedangkan

petani lokal jeruk siam lahan pasang surut tipe A dan lebak yang memanen jeruk

dengan waktu yang lebih lama dengan memasarkan jeruk siam ke pasar lokal di

daerah-daerah Kalimantan Selatan.

Perubahan Mutu Jeruk Siam Banjar Selama Penyimpanan

Setelah dikarakterisasikan buah jeruk Siam Banjar yang diperoleh dari keempat

tipologi lahan rawa di Kalimantan Selatan, dilakukan penyimpanan buah jeruk siam di

suhu kamar dan suhu 150 C. Perubahan mutu jeruk Siam Banjar pada suhu kamar

dapat dilihat pada Tabel.2

Page 5: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

321

Tabel.2 Perubahan Mutu Jeruk Siam Banjar pada Suhu Kamar

Tipologi lahan Laju respirasi

Kekerasan (N)

TPT (0Brix)

Vitamin C gvitC/100g)

Pasang surut A

10 HSP

20 HSP

Pasang surut B

10 HSP

20 HSP

Pasang surut C

10 HSP

20 HSP

Lebak

10 HSP

20 HSP

0.615 0.279

0.596

0.368

0.618 0.301

0.607

0.224

11.82 11.79

12.33 11.08

13.13

12.97

11.43 11.33

15.48 15.11

13.18 12.96

12.78 12.98

12.78 13.15

37.14 27.07

36.88

26.10

36.18 25.71

36.18

26.83

Tabel 3. Perubahan Mutu Jeruk Siam Banjar pada suhu 150C

Tipologi lahan Laju respirasi

Kekerasan (N)

TPT (0Brix)

Vitamin C gvitC/100g)

Pasang surut A

10 HSP

20 HSP

30 HSP

40 HSP

Pasang surut B

10 HSP

20 HSP

30 HSP 40 HSP

Pasang surut C

10 HSP

20 HSP

30 HSP 40 HSP

Lebak

10 HSP

20 HSP

30 HSP

40 HSP

0.343 0.118 0.042 0.012

0.212 0.073 0.05 0.055

0.232 0.101 0.045 0.023

0.442 0.096 0.043 0.018

12.56 12.16 12.25 11.87

17.26 16.03 13.46 13.31

16.41 15.93 15.51 15.45

14.03 13.08 12.19 11.54

13.69 13.43 14.64 13.88

13.18 12.22 12.40 12.35

12.33 12.35 13.20 12.96

13.48 12.62 13.65 12.80

36.5 28.1 25.1 12.5

36.2 27.0 24.4 10.8

36.2 26.9 24.2 9.9

36.9 27.6 24.6 10.1

Page 6: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

322

Laju Respirasi

Laju respirasi buah jeruk siam dari keempat tipologi lahan rawa mengalami

penurunan selama waktu penyimpanan baik pada perlakuan penyimpanan pada suhu

kamar dengan maupun pada suhu 150 C. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa laju

respirasi buah jeruk Siam Banjar pada keempat tipologi lahan rawa tidak berbeda

nyata baik pada suhu kamar maupun suhu 150C. Perubahan laju respirasi buah jeruk

siam terlihat pada Gambar 1 dan Gambar.2.

Gambar.1 Laju respirasi buah jeruk Siam penyimpanan suhu kamar

Gambar.2 Laju respirasi buah jeruk Siam penyimpanan suhu dingin (150C)

Pada Gambar.1 dan Gambar.2 terlihat laju respirasi pada penyimpanan buah

jeruk Siam Banjar di suhu dingin (150C) lebih rendah dibandingkan suhu kamar. Hal ini

menunjukkan suhu dingin (150C) dapat menurunkan laju respirasi buah jeruk Siam.

Page 7: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

323

Penurunan ini merupakan gambaran terjadinya perusakan (denaturasi) enzim. Menurut

Pantastico (1993) penurunan laju respirasi pada suhu tinggi merupakan pertanda

bahwa : a) O2 tidak berdifusi cukup cepat untuk dapat mempertahankan laju respirasi

yang ada; b) CO2 tertimbun di dalam sel sampai tingkat yang dapat menghambat

metabolisme; c) suplai bahan makanan yang dapat dioksidasi tidak cukup untuk

mempertahankan laju respirasi yang tinggi.

Laju respirasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal

adalah faktor yang berasal dari dalam bahan (buah dan sayur), meliputi tingkat

perkembangan organ, komposisi kimia jaringan, ukuran produk, pelapisan alami, dan

jenis jaringan). Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan sekeliling

bahan, meliputi suhu, etilen, ketersediaan oksigen, karbon dioksida, dan luka pada

bahan. Laju respirasi lebih cepat jika suhu penyimpanan tinggi, umur panen muda,

ukuran buah lebih besar, adanya luka pada buah dan kandungan gula awal yang tinggi

pada produk (Winarno dan Aman, 1981).

Buah jeruk Siam termasuk dalam buah non klimaterik atau buah yang tidak

mengalami lonjakan respirasi setelah pemanenan, bahkan cenderung menurun seiring

lama penyimpanan, karena setelah di panen CO2 yang dihasilkan tidak terus

meningkat tetapi terus turun perlahan-lahan.

Kekerasan

Selama penyimpanan pada suhu kamar dan suhu 150C nilai kekerasan buah

jeruk Siam Banjar dari keempat tipologi lahan rawa mengalami penurunan. Penurunan

kekerasan ini menunjukkan bahwa buah semakin lunak.

Pada awal penyimpanan nilai kekerasan buah berkisar antara 14.49 – 25.00

N. Pada akhir penyimpanan pada suhu kamar yang hanya sampai 20 HSP nilainya

berkisar antara 11.08 – 13.13 N sedangkan penyimpanan pada suhu 150C berkisar

11.54 – 17.26 N. Menurunnya kekerasan buah jeruk disebabkan selama penyimpanan

buah mengalami perubahan kematangan sehingga tingkat kekerasan buah berubah.

Perubahan ini disebabkan oleh degradasi senyawa-senyawa penyusun dinding sel

buah. Secara kimiawi, dinding sel tersusun dari senyawa-senyawa kompleks yang

terdiri dari selulosa, hemi selulosa, zat pektin dan lignin Terjadinya degradasi ini

disebabkan adanya beberapa bakteri yang menghidrolisa selulosa menjadi senyawa

yang lebih sederhana. Kelunakan buah karena pektin yang tidak larut(protopektin)

menurun jumlahnya dan pektin menjadi mudah larut.

Page 8: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

324

Sidik ragam menunjukkan pada penyimpanan suhu kamar, perlakuan

kelompok tipologi lahan berpengaruh sangat nyata terhadap kekerasan buah jeruk dan

perlakuan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap kekerasan buah

jeruk. Hasil uji lanjut Duncan memperlihatkan bahwa kekerasan buah jeruk yang

berasal dari tipologi pasang surut tipe C berbeda nyata dengan jeruk dari tipologi

pasang surut tipe A, tipe B dan lahan lebak. Sedangkan kekerasan buah jeruk pada

lama penyimpanan 10 hari berbeda sangat nyata dengan buah jeruk pada

penyimpanan 20 hari.

Sidik ragam menunjukkan pada penyimpanan suhu 150, perlakuan kelompok

tipologi lahan berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah jeruk dan perlakuan lama

penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap kekerasan buah jeruk. Hasil uji

lanjut Duncan memperlihatkan bahwa kekerasan buah jeruk yang berasal dari keempat

tipologi lahan sangat berbeda nyata dengan nilai kekerasan tertinggi pada tipologi

pasang surut tipe B. Sedangkan kekerasan buah jeruk pada lama penyimpanan

10,20,30 dan 40 hari berbeda sangat nyata, dengan nilai kekerasan terendah pada hari

penyimpanan 40 hari.

Perbedaan ini dapat disebabkan karena umur panen yang berbeda, pada

tipologi pasang surut tipe B dengan umur panen 240 hari di panen lebih awal di

bandingkan jeruk di tipologi lebak dengan umur panen 270 hari. Pemanenan jeruk di

tipologi pasang tipe B sudah sesuai dengan umur panen jeruk pada umumnya.

Perubahan kekerasan buah jeruk Siam Banjar dapat dilihat pada Gambar 3.

(a)

Page 9: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

325

(b) Gambar.4 Perubahan kekerasan buah jeruk selama penyimpanan suhu kamar (a) dan

suhu 150C(b)

Pada Gambar.3 nilai kekerasan buah jeruk Siam Banjar mengalami

penurunan pada suhu kamar dan suhu 150C. Kekerasan buah jeruk di suhu 150C lebih

tinggi dibandingkan suhu kamar dapat disebabkan karena penyimpanan dingin dapat

menghambat proses metabolisme, pemasakan , pelunakan dan penuaan, sedangkan

buah jeruk yang disimpan pada suhu kamar teksturnya cepat menjadi lunak, karena

pada suhu ruang proses penguapan lebih tinggi sehingga mempercepat turunnya nilai

kekerasan dan terjadinya perubahan dinding sel yang disebabkan oleh degradasi

senyawa-senyawa penyusun dinding sel. Hal ini menunjukkan bahwa suhu rendah

dapat mempertahankan tekstur buah hingga akhir penyimpanan.

Vitamin C

Buah jeruk merupakan sumber vitamin C (asam askorbat ). Pada awal

penyimpanan, kandungan vitamin C buah jeruk di keempat tipologi lahan rata-rata

berkisar antara 35.27 – 36.98 mg vit C/100g. Selama penyimpanan, kandungan

vitamin C buah menurun baik pada suhu ruang maupun suhu dingin berkisar antara

25.85 – 36.90 mg vit C/100g . Menurut Pantastico (1989) penurunan ini disebabkan

oleh karena rusaknya asam askorbat karena adanya proses oksidasi yang terjadi pada

saat respirasi buah jeruk, sehingga mengakibatkan penurunan kandungan asam

askorbat selama penyimpanan.

Sidik ragam pada penyimpanan suhu kamar menunjukkan perlakuan

kelompok tipologi lahan berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C buah jeruk.

Sedangkan perlakuan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap

Page 10: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

326

kandungan vitamin C buah jeruk. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kandungan

vitamin C buah jeruk pada tipologi lahan pasang surut tipe A berbeda nyata dengan

tipologi pasang surut tipe C dan lahan lebak dengan kandungan vitamin C tertinggi

pada buah jeruk dari tipologi pasang surut tipe A. Sedangkan uji lanjut duncan pada

lama penyimpanan 10 hari dan 20 hari sangat berbeda nyata.

Sidik ragam pada penyimpanan suhu 150C menunjukkan perlakuan kelompok

tipologi lahan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C buah jeruk.

Sedangkan perlakuan lama penyimpanan 10,20,30 dan 40 hari penyimpanan

berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan vitamin C buah jeruk. Uji lanjut Duncan

menunjukkan bahwa kandungan vitamin C buah jeruk pada lama penyimpanan

10,20,30 dan 40 hari berbeda sangat nyata. Kandungan vitamin C semakin menurun

sampai penyimpanan 40 hari.

Laju perubahan vitamin C buah jeruk siam terlihat pada Gambar 5.

(a)

Gambar.5 Perubahan vitamin C buah selama penyimpanan suhu kamar (a) dan suhu150C (b)

Page 11: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

327

Perbedaan umur panen dapat mempengaruhi kandungan vitamin C, dikatakan

oleh Salunke dan Desai diacu dalam Larasati D (2003) bahwa kandungan asam

askorbat berbeda pada tingkat kematangan dan meningkat sesuai dengan

kematangannya.

.

Total Padatan Terlarut (TPT)

Pada awal penyimpanan Total Padatan Terlarut (TPT) buah jeruk dari keempat

tipologi berkisar antara 12.24 – 13.970 Brix. Selama penyimpanan kandungan TPT

buah jeruk dari keempat lokasi tidak terjadi perubahan yanng significant. Kandungan

total padatan terlarut merupakan gambaran banyaknya kandungan gula total pada

buah jeruk yang diukur. Perubahan kandungan gula meliputi tiga macam yaitu glukosa,

fruktosa dan sukrosa. Oleh enzim invertase, sukrosa dihidrolisa menjadi glukosa dan

fruktosa. Sukrosa memberikan rasa manis, sehingga semakin tinggi nilai TPT buah

akan semakin manis.

Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pada penyimpanan suhu kamar

perlakuan kelompok tipologi berpengaruh nyata terhadap kadar TPT buah jeruk d

namun lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar TPT buah jeruk.

Hasil uji lanjut duncan tipologi lahan pasang surut tipe A berbeda sangat nyata dengan

tipologi pasang surut tipe B, tipe C dan lebak. Berbeda nyatanya kadar TPT di tipologi

pasang surut tipe A ini berkaitan dengan umur panen buah jeruk yang lebih panjang di

tipologi pasang surut A yang ditandai dengan rasa buah yang lebih manis. Menurut

Winarno (2002), bahwa peningkatan total gula terjadi karena akumulasi gula sebagai

hasil degradasi pati, karena selama pematangan terjadi hidrolisa polisakarida menjadi

gula-gula sederhana, sedangkan penurunan total gula terjadi karena sebagian gula

digunakan untuk proses respirasi, karena gula tersebut digunakan sebagai substrat

respirasi untuk menghasilkan energi. Perubahan kadar TPT selama penyimpanan

dapat dilihat pada Gambar.6

Page 12: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

328

(a)

(b)

Gambar.6 Perubahan kadar TPT buah selama penyimpanan suhu kamar (a) dan suhu150C (b)

Sidik ragam pada penyimpanan suhu 150C menunjukkan perlakuan kelompok

tipologi lahan dan lama penyimpanan 10,20,30 dan 40 hari berpengaruh nyata

terhadap kadar TPT buah jeruk. Hasil uji lanjut duncan kadar TPT buah jeruk pada

keempat tipologi lahan berpengaruh sangat nyata dengan nilai kadar TPT tertinggi

terdapat pada buah jeruk dari tipologi lahan pasang surut tipe A. Sedangkan uji lanjut

duncan pada lama penyimpanan 10 hari berbeda nyata dengan lama penyimpanan

20,30 dan 40 hari.

Pada gambar 6 (a) berdasarkan rata-rata kadar TPT terendah baik pada suhu

kamar selama 20 hari penyimpanan maupun pada suhu 150C selama 40 hari

Page 13: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

329

penyimpanan diperoleh dari perlakuan tipologi lahan pasang surut B yaitu sebesar

12,960 brix dan 12,350 brix sedangkan yang tertinggi dari perlakuan tipologi lahan

pasang surut A yaitu sebesar 15,110 brix dan 13,880 brix. Buah jeruk yang disimpan

pada suhu kamar memberikan kadar TPT yang lebih tinggi, hal ini menunjukkan

bahwa suhu penyimpanan yang rendah akan menghambat proses pematangan. Hal

serupa juga dilaporkan oleh Muchtadi dan Sugiyono (1989) bahwa penanganan

dengan cara penyimpanan dingin untuk buah-buahan yang mudah rusak dapat

mengurangi proses penuaan karena adanya proses pematangan, pelunakan dan

perubahan-perubahan warna serta tekstur.

Warna

Warna biasanya digunakan oleh konsumen dalam menilai kualitas buah yang

akan dikonsumsi, sehingga warna menjadi daya tarik konsumen. Tanda kematangan

yang paling sesuai dan mudah digunakan untuk jeruk adalah perubahan warna kulit

buah. Pada awal penyimpanan, warna buah jeruk adalah berwarna kuning di tipologi

lahan pasang surut tipe A dan lahan lebak sedangkan pada tipologi pasang surut tipe

B dan pasang surut tipe C dengan nilai L berkisar antara 49.8 – 55.5 , nilai a berkisar

antara (-)15.7 – (-)12.8 dan nilai b berkisar antara 23.5 – 26.7. Pada 10 hari

penyimpanan, nilai L meningkat namun setelah 20 hari penyimpanan nilai L

cenderung menurun baik pada penyimpanan suhu kamar maupun suhu 150C. Nilai L

menunjukkan kecerahan warna buah jeruk. Demikian pula nilai b meningkat pada 10

hari penyimpanan kemudian menurun di 20 hari penyimpanan. Peningkatan nilai b

menunjukkan warna jeruk semakin kuning kemudian mengalami pengurangan menjadi

kusam. Sedangkan nilai a cenderung berkurang baik pada 10 hari penyimpanan

maupun di 20 hari penyimpanan pada penyimpanan suhu kamar sedang pada

penyimpanan suhu 150C nilai a tidak mengalami perubahan yang significant yang

menunjukkan warna buah jeruk dapat dipertahankan pada suhu 150C. Perubahan nilai

variable L a b warna buah jeruk selama penyimpanan pada suhu kamar dan suhu 150C

dapat dilihat pada gambar 7.

Berdasarkan analisa sidik ragam pada penyimpanan suhu kamar perlakuan

kelompok tipologi dan lama penyimpanan menunjukkan tidak berpengaruh nyata

terhadap nilai L, a dan b.

Sedangkan analisa sidik ragam pada penyimpanan suhu 150C perlakuan

kelompok tipologi lahan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai L warna buah jeruk,

Page 14: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

330

namun berpengaruh nyata terhadap nilai a dan nilai b buah jeruk. Perlakuan lama

penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai L, a dan b warna buah jeruk.

Hasil uji lanjut Duncan nilai L pada lama penyimpanan 10 hari berbeda nyata

dengan lama penyimpanan 20,30 dan 40 hari. Perubahan nilai L dengan terjadinya

penurunan dari penyimpanan 10 hari ke penyimpanan 20 hari. Hal ini menunjukkan

berkurangnya kecerahan warna buah jeruk, kemungkinan disebabkan karena

pengaruh proses penuaan ( senescense ) yang terjadi pada buah jeruk.

Hasil uji lanjut Duncan nilai b warna buah jeruk dari tipologi lebak berbeda

nyata dengan ketiga tipologi lain sedangkan uji lanjut Duncan pada lama penyimpanan

40 hari berbeda nyata dengan 10,20 dan 30 hari. Nilai b warna buah jeruk cenderung

meningkat sampai penyimpanan 40 hari. Ini menunjukkan warna buah jeruk pada suhu

penyimpanan 150C semakin mengarah kekuningan dan pada penyimpanan 150C

kesegaran warna buah jeruk bertahan sampai penyimpanan 40 hari.

Hasil uji lanjut Duncan nilai a warna buah jeruk dari tipologi lahan pasang surut

tipe C berbeda nyata dengan jeruk dari tipologi lahan lebak. Perbedaan ini dikarenakan

perbedaan umur panen yang berbeda pada tipologi pasang surut tipe C yang lebih

cepat dipanen dibandingkan tipologi lahan lebak.

(a) (b)

. . . . . .

Page 15: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

331

( c ) (d)

Gambar.7. Warna buah jeruk pada (a) tipologi pasang surut A, (b) tipologi pasang surut B, (c) tipologi pasang surut C,(d) tipologi lahan lebak

Berdasarkan penampakan visual warna buah jeruk yang disimpan pada suhu

kamar terlihat semakin kearah menguning sampai penyimpanan 20 hari sedangkan

buah jeruk yang disimpan pada suhu 150C terlihat masih dapat dipertahankan

kesegaran warna buah jeruk sampai lama penyimpanan 40 hari. Hal ini dikarenakan

suhu rendah menyebabkan proses degradasi khlorofil selama penyimpanan berjalan

lebih lambat. Menurut Kader (1992) mengemukakan bahwa suhu suhu penyimpanan

adalah faktor utama yang mempengaruhi terjadinya degradasi khlorofil.

Uji Organoleptik

Selama penyimpanan di suhu kamar dan suhu 15 0C buah jeruk siam dilakukan

uji organoleptik untuk mengetahui perubahan tingkat kesukaan panelis pada buah

jeruk siam.

Warna kulit

Selama penyimpanan, pada penyimpanan hari ke 10 perlakuan suhu

penyimpanan berpengaruh nyata ( p≤0.05) terhadap warna kulit jeruk, dengan

penilaian skor tertinggi pada buah jeruk tipologi lahan lebak yang disimpan pada suhu

150C yang mana panelis lebih banyak menyukai warna kulit jeruk dari warna kuning

Suhu 15 0C (20 HSP)

Suhu Kamar (20 HSP)

0 HSP

. . . . . .

Page 16: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

332

kehijauan sampai sangat kuning. Pada penyimpanan hari ke 20, perlakuan suhu

penyimpanan dan hari penyimpanan tidak berpengaruh nyata ( p≥0.05) terhadap

warna kulit jeruk, dengan penilaian skor tertinggi pada buah jeruk tipologi pasang surut

tipe A yang mana panelis lebih banyak menyukai warna kulit jeruk dari warna kuning

kehijauan sampai sangat kuning . Selama penyimpanan hari ke-30 pada penyimpanan

suhu kamar, panelis sudah tidak dapat menerima warna kulit buah jeruk, sedangkan

untuk penyimpanan suhu 150C pada hari ke 30 penyimpanan panelis menyukai buah

jeruk dari tipologi lahan lebak dan di hari ke 40 penyimpanan panelis menyukai buah

jeruk dari tipologi lahan pasang surut tipe A . Perubahan kimiawi dan fisiologis buah

jeruk sangat erat kaitannya terhadap perubahan warna jeruk. Semakin matang buah

jeruk warna kulitnya akan semakin menguning.

Aroma

Daya tarik buah jeruk dapat dipengaruhi oleh tingkat kesukaan terhadap aroma

buah jeruk itu sendiri. Buah jeruk yang memiliki aroma jeruk yang tercium aroma wangi

buah jeruk akan lebih disukai konsumen Berdasarkan hasil penelitian tahap

karakterisasi buah jeruk di keempat lahan dengan pembagian kelas super, kelas A dan

kelas B,dengan analisa sidik ragam Kruskal Wallis diketahui bahwa pembagian kelas

Super, kelas A dan kelas B pada keempat tipologi lahan berpengaruh nyata ( p≤0.05)

terhadap uji organoleptik aroma buah jeruk.

Selama penyimpanan, pada penyimpanan hari ke 10 perlakuan suhu

penyimpanan berpengaruh tidak nyata ( p≥0.05) terhadap aroma buah jeruk, dengan

penilaian skor terendah pada buah jeruk tipologi lahan lebak yang disimpan pada suhu

150C yang mana panelis lebih banyak memilih kriteria pada tingkat sangat suka sampai

cukup suka . Pada penyimpanan hari ke 20, perlakuan suhu penyimpanan dan hari

penyimpanan tidak berpengaruh nyata ( p≥0.05) terhadap aroma bauh jeruk, dengan

penilaian skor terendah pada buah jeruk tipologi pasang surut tipe B yang disimpan di

suhu kamar. Selama penyimpanan hari ke-30 pada penyimpanan suhu kamar, buah

jeruk sudah tidak dilakukan organoleptik karena kondisi buah yang sudah tidak layak

konsumsi, sedangkan untuk penyimpanan suhu 150C panelis pada hari ke 30 dan 40

hari panelis menyukai aroma buah jeruk dari tipelogi pasang surut tipe A.

Tingkat Kemanisan/Keasaman

Selama penyimpanan, pada penyimpanan hari ke 10 perlakuan suhu

penyimpanan berpengaruh nyata ( p≤0.05) terhadap warna kulit jeruk, dengan

penilaian skor yang banyak diminati pada buah jeruk tipologi lahan pasang surut tipe A

Page 17: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

333

yang disimpan pada suhu 150C yang mana panelis lebih banyak menyukai kriteria

manis dan sangat manis. Pada penyimpanan hari ke 20, perlakuan suhu penyimpanan

dan hari penyimpanan tidak berpengaruh nyata ( p≥0.05) terhadap tingkat

kemanisan/keasaman buah jeruk, dengan penilaian skor yang banyak menyukai

kriteria manis dan sangat manis pada buah jeruk tipologi pasang surut tipe C. Selama

penyimpanan hari ke-30 pada penyimpanan suhu kamar, panelis sudah tidak

melakukan organoleptik karena buah jeruk yang sudah tidak layak konsumsi,

sedangkan untuk penyimpanan suhu 150C panelis pada hari ke 30 dan 40 hari panelis

menyukai tingkat kemanisan buah jeruk dari tipelogi pasang surut tipe A.

Rasa

Berdasarkan hasil penelitian tahap karakterisasi buah jeruk di keempat lahan

dengan pembagian kelas super, kelas A dan kelas B,dengan analisa sidik ragam

Kruskal Wallis diketahui bahwa pembagian kelas Super, kelas A dan kelas B pada

keempat tipologi lahan berpengaruh nyata ( p≤0.05) terhadap uji organoleptik tingkat

kesukaan terhadap rasa buah jeruk.

Penilaian panelis untuk tingkat kesukaan rasa buah jeruk skor yang paling

banyak disukai panelis adalah buah jeruk pada tipologi lahan pasang surut tipe A kelas

super dengan kriteria sangat suka dan suka, dan buah jeruk yang kurang diminati

panelis adalah buah jeruk pada tipologi pasang surut tipe C kelas B .

Selama penyimpanan, pada penyimpanan hari ke 10 perlakuan suhu

penyimpanan berpengaruh nyata ( p≤0.05) terhadap tingkat kesukaan terhadap rasa

buah jeruk, dengan penilaian skor yang banyak diminati pada buah jeruk tipologi lahan

pasang surut tipe A yang disimpan pada suhu 150C. Pada penyimpanan hari ke 20,

perlakuan suhu penyimpanan dan hari penyimpanan berpengaruh nyata (p≤0.05)

terhadap tingkat kesukaan rasa buah jeruk, dengan penilaian yang banyak disukai rasa

buah jeruk pada buah jeruk tipologi pasang surut tipe C. Pada penyimpanan suhu 150C

pada penyimpanan hari ke 30 dan 40 hari panelis tetap menyukai buah jeruk dari

tipologi pasang surut tipe A

KESIMPULAN

1. Suhu penyimpanan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap

kekerasan buah jeruk di tipologi pasang surut tipe B, tipe C dan lebak.

Page 18: UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU …lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publikasi/prosiding2012/prosiding...317 upaya mendapatkan dan mempertahankan mutu jeruk

334

2. Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap vitamin C di keempat tipologi

lahan.

3. Suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kadar TPT buah jeruk dari

tipologi pasang surut tipe A.

4. Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai L warna buah jeruk pada

tipologi pasang surut tipe A, tipe B dan lahan lebak sedangkan suhu penyimpanan

berpengaruh nyata terhadap nilai b warna buah jeruk pada tipologi pasang surut

tipe A, B dan C

5. Suhu penyimpanan pada suhu 150C menghambat laju respirasi buah jeruk,

mempertahankan kekerasan buah, nilai TPT buah dan warna buah.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, 2006.

Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Monograf. Balittra. Banjarbaru.

Biale, J.B, 1961. Postharvest Physiology and Chemistry. In W.B. Sinclair (ed.) The

Orange :Its Biochemistry and Physiology. University of California, Division of

Agricultural Science.

Biale, J. B. dan R. E. Young, 1981. Respiration and Ripening in Fruit, Restrospect and

Prospect. Di dalam Friend, J. and M. J. C. Rhodes (eds.). Recent Advance in

the Biochemistry of Fruit and Vegetable. Academic Press, London, New York.

Budiastra, W. dan Purwadaria, H. K., 1993. Penanganan Pascapanen Sayuran dan

Buah-buahan dalam Rumah Pengemasan. Makalah Pelatihan Pascapanen

Sayuran dan Buah-buahan. Bogor, 10-15 Mei 1993.

Canwell M, 2001. Properties and Recommended Conditions For Long Term Storage of

Fresh Fruits and Vegetables. Http

://postharvest.ucdavis.edu/Produce/Storage/Properties-english.pdf.