STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

267
STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK SEMARANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Fakultas Ekonomi Universitas Semarang Disusun oleh : HERI WAHYU PRATAMA NIM. B.111.14.0285 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG 2019

Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)

Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Disusun oleh :

HERI WAHYU PRATAMA

NIM. B.111.14.0285

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEMARANG

2019

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …
Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …
Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …
Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …
Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …
Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Membaca dan Menulis

“Jika rindu tiada maka cinta akan musnah”

Kupersembahkan karya ku ini untuk :

Keluargaku yang ku sayangi (Bapak, Ibuk dan Adik),

Teman Heri’s

serta Almamater Universitas Semarang

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

viii

ABSTRACT

The formulation of the problem of this research is that the location of

research is no longer an advantage because consumers have many choices that are

so tempting in their grasp, this is what is called competitive competition. Where

the focus is looking for the beginning of a marketing strategy that can affect the

target market in a complex manner. The purpose of this study is to discuss and

analyze strategic management in the development of marketing of Semarang batik

cluster products.

This research is a qualitative descriptive study. This research was

conducted at the Semarang Batik Cluster. The research design used is a case

study. The subject of this research is the research of batik businesses that are

members of the Semarang Batik Cluster. The object of this research is the process

of developing the marketing strategy of Batik Semarangan. Data collection

techniques used were observation and interviews. The instrument of data

collection consists of a collection of observations and interview guidelines. Data

analysis was carried out descriptively using data analysis techniques modeled by

Miles and Huberman. The data analysis phase includes data reduction, data

display, and conclusion / verification.

Commercially available products are realized in Batik Semarangan,

achieving market maturity is a balanced value of marketing development.

Furthermore, Semarang Batik is a market trend with its cluster business market

mix. Convenience of the business environment, the flow of in and out marketing

strategies according to the wishes of the inside and outside the industry Batik

Semarang, the value will appear if there is a marketing media requested correctly.

Not only developing more sophisticated methods, such as online sales. More

about the system, but also management that continues to transform the flow into a

marketing development strategy that is cultured and in harmony with the wider

community. Regarding the development of marketing no longer takes the side of

the marketing strategy through the internet network, but rather in the process of

negotiation and utilization of the analysis of social needs of the community.

"Millennials are not allowed to negotiate with traditional markets", the argument

is a sign that the hedonism zone has developed into a renewal of consumers in

carrying out daily consumption.

Keywords: Batik Semarangan, Cluster of marketing development

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

ix

ABSTRAK

Rumusan masalah penelitian ini adalah Ketika lokasi tidak lagi menjadi

keunggulan kompetitif karena konsumen memiliki banyak pilihan yang begitu

menggiurkan dalam genggamannya, maka inilah yang disebut persaingan

kompetitif. Dimana pesaing mencari permulaan strategi pemasaran yang dapat

mempengaruhi target pasarnya secara kompleks. Tujuan dalam penelitian ini

adalah memahami dan menganalisis manajemen strategis dalam pengembangan

pemasaran produk cluster batik semarang.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini

dilaksanakan di Cluster Batik Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah

studi kasus. Subjek penelitian ini adalah pelaku usaha batik yang tergabung di

Cluster Batik Semarang. Objek penelitian ini adalah proses strategi

pengembangan pemasaran Batik Semarangan. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah pengamatan dan wawancara. Instrumen pengumpulan data

terdiri atas pedoman pengamatan dan pedoman wawancara. Analisis data

dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan teknik analisis data model Miles

and Huberman. Tahap analisis data tersebut mencakup data reduction, data

display, dan conclusion drawing/verification.

Produk yang dapat dikomersilkan telah tersedia terwujud dalam Batik

Semarangan, mencapai kematangan pasar adalah nilai keseimbangan

pengembangan pemasaran. Selanjutnya Batik Semarang menjadi trending market

dengan bauran pasar bisnis clusternya. Kenyamanan lingkungan bisnis, arus

masuk dan keluar strategi pengembangan pemasaran sesuai keinginan pihak

dalam dan luar industri. Batik Semarang, nilai itu akan muncul jika ada media

pemasaran yang membawanya dengan benar. Tidak hanya sekedar

mengembangkan pada metode yang lebih canggih, misalnya penjualan online.

Lebih dari sekedar sistem namun juga manajemen yang terus menerus mengubah

tekanan menjadi arus strategi pengembangan pemasaran yang membudaya dan

selaras dengan lingkungan masyarakat secara luas. Kesimpula mengenai

pengembangan pemasaran tidak lagi berpihak pada strategi pemasaran melalui

jaringan internet semata, namun lebih mengarahkan pada proses negosiasi dan

pemanfaatan analisa kebutuhan sosial masyarakat. “Generasi milenial tidak boleh

alergi dengan pasar tradisional”, ungkapan tersebut menjadi pertanda bahwa

hedonisme zone telah berkembang menjadi jangkauan pendapat konsumen dalam

melakukan konsumsi sehari – hari.

Kata kunci : Batik Semarangan, pengembangan pemasaran Cluster

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

x

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T

karena limpahan rahmat hidayah-Nya, serta nikmat kesehatan dan rizqi yang

cukup sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:

“STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK

SEMARANG”.Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Program Studi S1 Manajemen di

Universitas Semarang (USM).

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaika rasa terima kasih kepada

pihak – pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini,

yaitu :

1. Bapak Andy Kridasusila, SE.,M.M. selaku Rektor Universitas Semarang.

2. Yohanes Suhardjo, S.E., M.Si., Ak. CA Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Semarang.

3. Sugeng Rianto, S.E., M.M.Selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Semarang.

4. Teguh Ariefiantoro, S.E., M.M. Ketua Program Studi S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.

5. Dr. Drs. Djoko Santoso, Msi Selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dari awal hingga akhir

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Bapak Totok Wibisono, SE, MM Selaku Dosen Wali.

7. Segenap staf pengajar dan karyawan Universitas Semarang yang telah

memberikan dukungan, dorongan dan semangatnya yang sangat

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga yang selalu mendoakan saya, mendukung dan memberikan

semangat yang tak pernah ada hentinya. Terima Kasih untuk kedua orang

tua ku Bapak Rusmanhaji dan Ibu Sri Wahyuni serta Adik Tercinta Ivan.

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

xi

Kehangatan keluarga kecil ini mampu memberikan kepercayaan kepada

penulis bahwa belajar adalah jalan terbaik dalam meraih harapan.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala bantuan baik moril

maupun materil. Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut

mendapatkan limpahan dan balasan dari Allah SWT. Penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat dalam memberikan tambahan pengetahuan

dan wawasan yang semakin luas bagi pembaca dan peneliti berikutnya.

Semarang, 23 Januari 2019

Heri Wahyu Pratama

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

xii

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ............................................................................................................. i

Persetujuan Laporan Skripsi .......................................................................... ii

Pengesahan Laporan Skripsi ......................................................................... iii

Pernyataan Orisinalitas Skripsi ...................................................................... iv

Pengesahan Kelulusan Ujian ........................................................................ v

Pengesahan Revisi Kelulusan ....................................................................... vi

Moto dan Persembahan ................................................................................. vii

Abstract ........................................................................................................ viii

Abstraksi ...................................................................................................... xi

Kata Pengantar .................................................................................. x

Daftar Tabel ...................................................................................... xvii

Daftar Gambar ................................................................................... xviii

Daftar Lampiran ................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 13

1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................. 13

1.3.2 Manfaat Penelitian ............................................... 14

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1Landasan Teori .................................................................. 16

2.1.1 Konsep Industri ...................................................... 16

2.1.2 Klaster (Cluster) ..................................................... 23

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

xiii

2.2 Konsep Strategi Pemasaran ............................................. 27

2.2.1 Strategi Pemasaran ................................................. 27

2.2.2 Tujuan Strategi Pemasaran ...................................... 28

2.2.3 General Marketing Strategy .................................... 29

2.2.4 Bauran Pemasaran .................................................. 32

2.3 Pengembangan Industri Batik .......................................... 35

2.3.1 Segmentasi Pasar .................................................... 36

2.3.2 Penetapan Pasar Sasaran

(Target Marketing) ................................................. 43

2.4 Integrate Consuling Media .............................................. 51

2.4.1 Promosi .................................................................. 54

2.4.2 Produksi ................................................................. 59

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ............................................................ 64

3.2 Penelitian Kualitatif ......................................................... 64

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ............................................ 65

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................... 66

3.5 Desain Penelitian ............................................................. 66

3.6 Jenis Dan Sumber Data Penelitian ................................... 68

3.6.1 Jenis Data Penelitian ............................................... 68

3.6.2 Sumber Data Penelitian........................................... 69

3.7 Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian ...... 69

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ...................................... 69

3.7.2 Instrumen Penelitian ............................................... 83

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

xiv

3.8 Teknik Analisis Data ....................................................... 84

3.9 Kredibilitas Penelitian ..................................................... 89

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Strategi Pengembangan Pemasaran

di Cluster Batik Semarang ............................................... 92

4.1.1 Pengembangan Pemasaran Batik Semarangan ......... 93

4.1.2 Kualitas Pelayanan

Unit Usaha Cluster Batik Semarang........................ 101

4.2 Pengembangan Strategi Pemasaran Cluster Untuk Batik

Semarang ........................................................................ 114

4.2.1 Mengubah Langkah Strategi Pemasaran

Dari Getting Customer menjadi

Improve Competitive Situation ............................... 117

4.2.1.1 Unit Usaha Baru dari Proses Kolaborasi ..... 121

4.2.1.2 Kerjasama Instansi Terkait

Untuk Mencapai Nilai Branding

yang Positif ........................................................ 122

4.2.1.3 Mengikuti Gelar Karya ............................... 123

4.2.1.4 Workshop dan

Galeri Batik Semarang .................................. 124

4.2.2 Efektivitas Membangun Brand Image Batik Semarangan

dengan lingkaran Kerjasama Cluster Yang

Berkesinambungan ................................................... 125

4.3 Pembentukan Target Pasar Yang Sesuai Dengan

Strategi Pemasaran

Cluster Batik Semarang ............................................ 134

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

xv

4.3.1 Ketersediaan Produk Untuk Memenuhi Kebutuhan

Konsumen ................................................................ 135

4.3.2 Keserasian Antara Kebutuhan Perdagangan dari

Pemerintah dengan Strategi Cluster

Batik Semarang ........................................................ 143

4.3.3 Patronage Buying Motives (Motif pembelian terpola)

dari Sebuah Evidence Of Service (Orang, Proses, dan

Bukti fisik) ............................................................... 149

4.3.4 Melangkah Menuju Digital Marketing

untuk Kemudahan Akses Transaksi dalam

Meningkatkan Margin Pasar ..................................... 150

4.4 Upaya Menyeimbangkan Antara Kebutuhan Konsumen

dengan Upaya Pemenuhan Kebutuhan Produksi di

Cluster Batik Semarang ............................................ 152

4.5 Mengembangkan Kreativitas dan Inovasi Jaringan

Pemasaran di Cluster Batik Semarang ....................... 174

4.6 Tindak Lanjut Pemasaran ......................................... 193

4.6.1 Pengukuran ............................................................. 194

4.6.2 Langkah – Langkah Tindakan

Public Relations ........................................................ 195

4.6.3 Market Exhibition (Peragaan Pasar) ........................ 196

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ..................................................................... 199

5.2 Saran ............................................................................... 202

5.3 Keterbatasan Penelitian ................................................... 203

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

xvi

5.4 Agenda Penelitian Yang Akan Datang .............................. 204

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pengrajin dan Pelaku Usaha Batik di Semarang ............................ 4

Tabel 3.1 Informan Penelitian Cluster Batik Semarang .............................. 79

Tabel 4.1 Elemen Bauran Pemasaran ........................................................ 175

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan Komponen dalam analisis data (Interactive model)........................ 84

Gambar 4.1 Kegiatan Membatik di Workshop Batik Semarang 16 .............................. 94

Gambar 4.2 Galeri Batik Ngesti Pandowo Bapak Tri Utomo ....................................... 96

Gambar 4.3 Pelatihan Membatik ............................................................................... 102

Gambar 4.4 Produk Workshop Cluster Batik Semarang ............................................ 103

Gambar 4.5 Kegiatan Komunikasi Pemasaran ........................................................... 109

Gamabr 4.6 Galeri Aneka Produk Batik .................................................................... 113

Gambar 4.7 Galeri Batik UMKM Center Semarang .................................................. 115

Gambar 4.8 Gelar Karya Batik Semarang 16 ............................................................. 122

Gambar 4.9 Produk Batik Siap di Pasarkan ............................................................... 154

Gambar 4.10 Motif Kain Batik Semarangan .............................................................. 155

Gambar 4.11Proses Produksi Batik Semarangan ....................................................... 157

Gambar 4.12 Produksi Batik oleh Batik Semarang 16 ............................................... 158

Gambar 4.13 Upaya Mengenalkan Batik Semarangan ............................................... 177

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Coding Hasil Wawancara

Lampiran 2 : Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Lampiran 3 : Second Paper Preference

Lampiran 4 : Surat Keterangan Riset

Lampiran 5 : Kartu Konsultasi

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri merupakan salah satu aktivitas ekonomi non pertanian yang

memiliki peluang besar dalam rangka perluasan lapangan pekerjaan.

Mengingat hampir sebagian besar penduduk Indonesia masih tinggal di

wilayah perdesaan, industri khususnya Industri Kecil Menengah/Usaha Kecil

Menengah (IKM/UKM) memiliki andil yang cukup besar dalam membuka

lapangan kerja. Di negara-negara berkembang seperti di Indonesia, UKM

sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial, seperti

tingginya angka kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran dari golongan

pendidikan rendah, ketimpangan distribusi pendapatan, pembangunan tidak

merata, dan urbanisasi dengan segala efek negatifnya.

UKM di Negara berkembang memiliki peran penting terutama dalam

hal penciptaan kesempatan kerja. Hal ini didasarkan pada kenyataaan bahwa

jumlah angkatan kerja di Indonesia sangat melimpah mengikuti jumlah

penduduk yang besar, sehingga usaha besar (UB) tidak sanggup menyerap

semua pencari kerja, dan ketidak sanggupan usaha besar dalam menciptakan

kesempatan kerja dalam ruang lingkup yang besar disebabkan karena memang

pada umumnya kelompok usaha tersebut relatif padat modal, sedangkan UKM

relatif padat karya. Selain itu, pada umunya usaha besar membutuhkan pekerja

dengan pendidikan formal yang tinggi dan pengalaman kerja yang cukup,

BAB I

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

2

Sedangkan UKM khususnya usaha kecil, sebagian pekerjanya

berpendidikan rendah. (Tambunan, 2002: 21-22). Silalahi (dalam FIGUR,

2008: 18) dalam analisisnya, menjelaskan permasalahan utama yang dihadapi

industri kecil dan menengah (IKM) yaitu sulitnya mendapatkan akses

permodalan, tidak terjadi backward linkage yaitu keterkaitan yang erat antara

IKM dengan industri besar, dan permasalahan IKM biasanya dirumuskan

secara subjektif oleh pemerintah. Dengan adanya otonomi daerah,

sesungguhnya penanganan dari permasalahan industri kecil dan menengah

(IKM) dapat didesentralisasikan. Pemerintah bisa menciptakan kompetisi

antar daerah dalam pemberdayaan IKM atau UKM dan memberikan reward

bagi daerah yang berhasil.

UNESCO (United Nations Educational, Scientific And Cultural

Organization) 2009 menetapkan batik sebagai Warisan Budaya Indonesia

yang layak untuk dimasukkan dalam Representative List of the Intangible

Cultural Heritage of Humanity, artinyabahwa batik telah memperoleh

pengakuan internasional sebagai salah satu mata budaya Indonesia, sehingga

diharapkan dapat memotivasi dan mengangkat harkat para perajin batik dan

mendukung usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat (Nurhidayat, 2010: 15).

Keberadaan batik di Indonesia dapat ditelusuri dari sejarah perkembangannya.

Menurut salah satu literatur, sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan

perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Adapun mulai

meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat Indonesia khususnya suku

Jawa adalah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Melalui

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

3

akulturasi budaya masyarakat pesisir dengan beberapa etnis yang

mempengaruhi pembatikan di Semarang hingga perkembangannya masih bisa

dirasakan sampai saat ini.

Salah satu yang memiliki sejarah pembatikan di Pulau Jawa adalah

Semarang. Meskipun belum bisa dibandingkan dengan daerah-daerah pusat

batik seperti Pekalongan, Cirebon, Yogyakarta, dan Solo, namun dari

observasi dan informasi awal diketahui bahwa kegiatan pembatikan di

Semarang sudah dilakukan sejak lama dan turun temurun. Robyn Maxwell,

seorang peneliti tekstil di Asia Tenggara, menjumpai sebuah sarung di

Tropenmuseum Amsterdam yang di buat di Semarang.

Dalam bukunya Textiles of Southeast Asia: Tradition, Trade and

Transformation (2003:386), Maxwell menyebut sebuah kain produksi

Semarang berukuran 106,5×110 cm yang terbuat dari bahan katun dengan

dekorasi dari warna alam memiliki motif yang sangat berbeda dengan motif

Surakarta atau Yogyakarta. Sentra batik di Semarang yang pernah mengalami

kejayaan pada Zaman Belanda yaitu Kampung Batik Semarang. Tak hanya

kampung batik yang merupakan tempat perajin batik semarang tetapi terdapat

di beberapa daerah seperti Bugangan, Rejosari, Kulitan, Dan Kampung

Melayu.

Motif naturalis (ikan, kupu – kupu, bunga, pohon, bukit, dan rumah)

menjadi ciri khas batik semarang tempo dulu. Ciri itu selanjutnya dimaknai

sebagai karakter masyarakat pesisir yang lebih terbuka dan ekspresionis.

Berdasarkan data dari Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang mencatat

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

4

jumlah pengrajin dan pelaku usaha batik dengan berbagai macam jenis produk

olahan batik, perajin dan pelaku usaha batik mengalami perkembangan yang

fluktuatif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Pengrajin Dan Pelaku Usaha Batik Di Semarang

Tahun

Jumlah

Skala

2007

9 Unit

UMKM

2008

5 Unit

UMKM

2009

5 Unit

UMKM

2010

15 Unit

UMKM

2011

35 Unit

UMKM

2012

18 Unit

UMKM

2013

16 Unit

UMKM

2014

30 Unit

UMKM

2015

25 Unit

UMKM

2016

22 Unit

UMKM

2017

26 Unit

UMKM

Sumber : Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang

Penyebaran pengrajin dan pelaku usaha batik yang terdapat di seluruh

wilayah Semarang Jawa Tengah pada skala usaha mikro kecil dan menengah

dengan total asset 50 – 500 juta rupiah dan omset 300 juta rupiah sampai 5

miliar rupiah. Dalam sepuluh tahun terakhir jumlah pengrajin dan pelaku

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

5

usaha batik di Semarang menunjukkan gejolak perkembangan yang fluktuatif,

tak banyak yang mengetahui para pengrajin dan pelaku usaha batik beralih

bidang usaha karena dirasa pasar batik yang tak menentu. Bersamaan dengan

itu minat masyarakat terhadap batik kurang, Batik hanya dibeli untuk

memenuhi keperluan pekerjaan bukan untuk menikmati kebutuhan positif

yang ada dalam normatif satu produk batik. Ungkapan Ibu Ririn Prabandari

pemilik Praba Cempaka Batik bertempat di Kelurahan Tugurejo Kecamatan

Tugu Kota Semarang, “penjualan batik disini belum menggembirakan,

masyarakat lebih mengenal batik solo dan batik pekalongan yang ramai terjual

jenis batik yang banyak diketahui konsumen, untuk mengeluarkan kain batik

motif khas semarangan masih sulit dari pakaian jadi saja presentasinya masih

kecil kebanyakan yang terjadi penjualan batik dipadukan dengan produk lain

seperti sepatu, tas, dan olahan pangan untuk menangkat penjualan batik” (hasil

wawancara 10 juli 2018) .

Sementara Ibu Zazilah pemilik Zie Batik beralamatkan di Kampung

Malon Gunung Pati Semarang, menuturkan “Produksi batik sudah banyak

yang bisa kita jumpai di Semarang, mulai dari Batik 99 di Banyumanik, Batik

Semarangan Godhong Asem di kelurahan Bendungan, Batik Sikandi Pantura

hingga ke Kampung Batik Semarang, Tapi penyaluran produk ke konsumen

yang belum efektif dan pada akhirnya konsumen lebih mengenalnya batik

solo, batik jogja, batik pekalongan, batik cirebon dan batik – batik lain

ketimbang batik semarang” (hasil wawancara 12 juli 2018).

Page 25: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

6

Mengingat kembali bahwa batik telah ditetapkan sebagai warisan

budaya Indonesia yang diakui dunia internasional tentunya batik memiliki

nilai lebih, seharusnya budaya batik yang normatif menjadi bagian dari

keseharian masyarakat. Menyikapi situasi sosial kurang baik yang sedang

berkembang di masyarakat, para pengusaha batik yang berada di Semarang

mengisyaratkan pembentukan konsentrasi penumbuhan daya tarik masyarakat

terhadap batik untuk menangani permasalahan ini. Akses yang luas pada IKM

ataupun UKM menjadi jendela edukatif bagi penggiat batik dan pemerintah

daerah untuk membentuk kontinuitas kecintaan masyarakat terhadap batik.

Mencermati pada usaha mikro di Jawa Tengah tak berkembang dan

bahkan mati, kekhawatiran ini muncul setelah pemerintah menerapkan

Undang Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Sesuai

aturan tersebut ada pembagian kewenangan pembinaan, usaha mikro dibina

kabupaten, usaha kecil di provinsi dan usaha menengah di pusat. Padahal 90%

usaha di Jawa Tengah adalah usaha mikro dan menyumbang PDB (Produk

Domestik Bruto) 38%. Kalau kemampuan kabupaten tak sama, usaha mikro di

kabupaten yang memiliki anggaran pendampingan kecil terancam tak

berkembang.

Pembentukan kelompok kerja mulai di asumsikan mampu memberikan

strategi yang logis dalam penumbuhan perekonomian satu kegiatan usaha.

Dengan konsep kerja gotong royong membangun produk yang mempunyai

nilai lebih untuk di lepas di pasar bebas dengan strategi market yang

dinamishingga pada akhirnya ditempatkan di berbagai perubahan zaman

Page 26: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

7

masih dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, mengangkat

perekonomian dengan cepat. Yang ternyata isyarat ini disikapi dengan baik

oleh Pemerintah Kota Semarang, Didalam binaan Dinas Koperasi dan UMKM

Pemerintah Kota Semarang membentuk Cluster Batik Semarang.

Pembentukan Cluster juga di definisikan sebagai proses dari unit – unit

usaha dan faktor – faktor terkait untuk membangun usahanya pada lokasi yang

sama dalam area geografis tertentu, yang selanjutnya bekerja sama dalam

lingkungan fungsional tertentu, dengan mewujudkan keterkaitan dan

kerjasama yang erat untuk meningkatkan kemampuan kompetisi bersama

dalam suatu pertalian usaha.

Istilah Klaster (Cluster) mempunyai pengertian harfiah sebagai

kumpulan, kelompok, himpunan, atau gabungan objek tertentu yang memiliki

kesamaan atau atas dasar karakteristik tertentu. Dalam konteks ekonomi atau

bisnis, Industrial Cluster merupakan terminologi yang mempunyai pengertian

khusus tertentu, Dapat diartikan sebagai kelompok industri dengan focal atau

core industry yang saling berhubungan secara intensif dan membentuk

partnership pada daerah tertentu, baik itu dengan supporting industry, related

industry maupun landasan gagasan yang sama atas lembaga – lembaga

ekonomi yang terspesialisasi. Ditemukan alur yang sama dalam definisi Porter

(1990) menekankan pada konsep pertalian usaha yang bernilai (value chain)

dalam rangka menghasilkan suatu jenis produk. Kedekatan jarak antar

kelompok usaha selanjutnya dapat diterjemahkan menjadi ukuran

pengoptimalan nilai tambah karena adanya aglomerasi.

Page 27: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

8

Cluster menjadi bagian dan tempat dimana proses produk mulai di

tumbuh kembangkan dengan kreativitas, inovasi, dan pemasaran Cluster Batik

Semarang demi memberikan perluasan konsumen. Geliat dan semangat

pengusaha batik dalamCluster Batik Semarang menumbuhkan pesan yang

positif untuk kemajuan produk lokal pada setting pengelompokan kerja ini.

Para Pengusaha yang tergabung dalam Cluster Batik Semarang adalah mereka

penggiat bisnis batik Indonesia khususnya Batik Semarangan Khas Semarang

Jawa Tengah yang memiliki porsi konkret dalam berkegiatan usaha dibidang

batik semarangan dengan memiliki keinginan untuk lebih mengembangkan

batik melalui konsep bisnis Clustering yang telah diterapkan di negara –

negara maju hingga mendapatkan intensitas produk dan strategi wirausaha

yang tepat untuk mengangkat batik di pasar dunia.

Memiliki visi dan misi yang sama, yaitu ingin memberikan dampak

yang potensial untuk konsumsi batik semarangan pada umumnya dan

mendapatkan strategi pemasaran batik yang dinamis pada khususnya. Target

dibentuk Cluster Batik Semarang untuk mencapai market yang telah

direncanakan, salah satu target tersebut adalah menghadirkan pemasaran

produk yang tepat melalui kreativitas dan inovasi jaringan pasar terkini. Di

dalam kegiatan pengusaha batik Cluster Batik Semarang memberikan

proyeksi diskusi dan workshop antar anggota, mencari ide – ide baru supaya

permintaan masyarakat terhadap batik terus meningkat, dengan visi sederhana

dan tersedianya pelaku usaha batik di Semarang yang melimpah akan menjadi

simply progres yang menguntungkan bagi Cluster Batik Semarang untuk terus

Page 28: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

9

dapat memberikan manfaat untuk semua pihak di dalamnya. Hingga pada

akhirnya Cluster Batik Semarang menjadi wadah yang kondusif untuk mereka

pengusaha batik semarangan untuk mendapatkan percepatan ekonomi yang di

unduh bersama –sama dengan cara masing – masing yang pengalokasiannya

telah di backup dengan proyeksi pengerjaan dengan Konsep Cluster.

Berdasarkan data empiris Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Jawa

Tengah mengungkap adanya kelemahan dalam daya beli batik oleh

masyarakat, dinilai masyarakat jenuh dengan penyajian produk batik yang

belum sesuai dengan harapan masyarakat luas. Pada perkembangan era yang

sekarang ini kita hidup dalam lingkup teknologi yang berkembang, berbeda

dengan era 90 dan 80 an dimana teknologi masih pada tahap rintisan untuk

bisa disebut berkembang. Jauhnya pandangan pada satu nilai sekarang ini

sudah bisa kita mulai aplikasikan melalui berbagai kecanggihan teknologi.

Tentu terdapat perantara dalam situasi seperti ini, Media menjadi perantara

terbaik dalam menjembatani gagasan dan didukung dengan kecanggihan

teknologi untuk kemudahan akses bagi siapapun yang ingin menikmatinya.

Tersebar luas media untuk segala jenis kebutuhan manusia, mulai dari

media belajar, media berkreasi, hingga media berekspresi semua dikemas apik

dalam satu genggaman yang mudah di akses oleh masyarakat yang ingin

memperoleh nilai guna di dalamnya. Media dapat menjadi sangat bermanfaat

dan mempunyai pengaruh bagi mereka yang dapat memahami kegunaannya

dan dapat memberikan dampak yang monoton bagi mereka yang belum

dengan tepat memanfaatkannya. Bagi para pelaku usaha seharusnya kehadiran

Page 29: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

10

bermacam – macam media memberikan peluang besar untuk perkembangan

kegiatan usaha.

Perkembangan media yang objektif, memudahkan masyarakat

mengakses informasi untuk memenuhi kebutuhan nya. Ini dapat dimanfaatkan

sebagai sarana pengembangan pemasaran yang kompetitif untuk meraih daya

tarik masyarakat. “Menurut Bapak Sumadi pengrajin batik era 80 an

memberikan satu dari sahasra cita yang dimilikinya untuk strategi pemasaran

kegiatan usahanya, melalui media yang mampu menggerakkan naluri

masyarakat luas untuk memenuhi kebutuhan, Media sebagai pancingannya

untuk meraih keaktifan konsumen mau bersinggungan dengan produk batik

kami” (Hasil wawancara 1 Juni 2018).

Menjadi bagian dalam pemanfaatan konektifitas media untuk batik

sehingga menjadi pengaruh yang positif dan signifikan pada penjualan produk

batik dalam ruang lingkup yang luas, meskipun sebelum ini sudah terlebih

dahulu memasarkan hasil dari kegiatan usaha masing – masing pengrajin batik

pada media yang di anggap secara aktif berpengaruh signifikan terhadap

penjualan. Pengolahan issue pada jejaring sosial akhir – akhir ini menjadi

perbincangan hangat dalam lingkungan masyarakat dunia. Kecenderungan

masyarakat mengakses segala sesuatu yang menjadi Tranding Topic, Konten

menarik dan Hot Issue memberi dampak yang luar biasa terhadap ketertarikan

masyarakat dalam mengartikan gambaran yang ada dalam nalarnya untuk

segera mungkin diwujudkan.

Page 30: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

11

Proses yang menarik untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan pelaku –

pelaku usaha untuk menggiatkan usahanya demi kepentingan mengembangkan

progres kelompok usaha. Mempersiapkan konten – konten menarik untuk

dipakai pada Progres yang dinamis dalam memanfaatkan media untuk sarana

strategi dan pengembangan usaha.

Mengasumsikan bahwa media masa kini dengan perkembangan

kecanggihan teknologi dapat berpengaruh positif bagi produk asli negeri

sendiri yaitu batik. Sejalan dengan pendapat “Bapak Warsono pengamat

perekonomian Jawa Tengah, pihaknya menyambut baik sistem informasi di

era yang saat ini kehadiran sistem informasi dari berbagai macam media dapat

mendorong pertumbuhan perekonomian dari berbagai sektor tak terkecuali

batik, Pengusaha batik atau Klaster Batik harus mengikuti perkembangan,

saya setuju dengan media online yang beragam tinggal nanti bentuknya

bagaimana action praktisnya seperti apa, jelasnya” Kompas Jawa Tengah

diterbitkan 27 Juni 2018.

Sejarah dan filosofis batik dapat diangkat sebagai konten yang menarik

untuk dapat mempengaruhi minat beli masyarakat dunia dengan penempatan

konten batik pada media yang tepat. Hingga pada akhirnya produk masif ini

dapat berkembang aktif pada kemasan pemasaran produk yang aktual dan

secara berkelanjutan memberikan manfaat bagi Perekonomian Cluster Batik

tersebut.

Strategi pemasaran dalam kegiatan usaha berperan penting untuk

kemajuan usaha. Adanya Cluster akan memberikan ruang komunikasi pasar

Page 31: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

12

yang konkret sesama pelaku usaha di bidang yang sama untuk mencapai final

yang diinginkan pada kelompok atau Cluster tersebut. Tentu ada kesenjangan

antara siklus hidup industri menuju pelepasan produk di masyarakat.

Dibutuhkan perantara untuk melengkapi perputaran kedua roda itu, Ditariklah

komposisi pembelian masyarakat dunia itu pada perantara sehingga strategi

pemasaran yang berkembang dan terus aktif didapatkan untuk pergerakan

perekonomian yang berkelanjutan. Sebagai salah satu daerah sentra batik,

Semarang memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan batik sebagai

produk normatif yang mendunia asli karya Indonesia. Artinya harus ada

penggalian kreatifitas dalam penyajian produk agar Cluster Batik Semarang

menjadi wadah yang signifikan dalam pertumbuhan perekonomian, dalam

rangka pengenalan produk batik melalui pengusaha batik yang mendapatkan

optimalisasi langkah pemasaran yang strategis. Maka dari itu peneliti

bermaksud mengadakan penelitian dengan judul ”Strategi Pengembangan

Pemasaran Cluster Batik Semarang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena di dalam situasi sosial yang ada, maka yang

menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana sinergi media dalam

memberikan strategi yang tepat guna, untuk pengembangan strategi pemasaran

produk batik pada Pengusaha Cluster Batik Semarang. Berdasarkan situasi sosial

tersebut, yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1. Apa strategi pengembangan pemasaran di Cluster Batik Semarang?

Page 32: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

13

2. Bagaimana mengembangkan strategi pemasaran Cluster untuk

Batik Semarang ?

3. Bagaimana pembentukan target pasar yang sesuai dengan strategi

pemasaran Cluster Batik Semarang ?

4. Bagaimana upaya menyeimbangkan antara kebutuhan konsumen

akan batik dengan upaya pemenuhan kebutuhan produksi batik di

Cluster Batik Semarang ?

5. Bagaimana mengembangkan kreativitas dan inovasi jaringan pemasaran di

Cluster Batik Semarang ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

yaitu untuk mendeskripsikan :

1. Memahami kegiatan usaha para pengusaha batik Di Cluster Batik

Semarang untuk selanjutnya mendapatkan pengembangan strategi

pemasaran yang efektif dan efisien

2. Memahami pengembangan strategi pemasaran di Cluster Batik Semarang

3. Menganalisis pembentukan strategi pemasaran melalui target pasar yang

tepat di Cluster Batik Semarang

4. Menganalisis upaya penyeimbangan antara produksi batik dengan

kebutuhan masyarakat luas akan konsumsi batik

5. Menganalisis pengembangan kreativitas dan inovasi para pengusaha batik

di Cluster Batik Semarang

Page 33: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

14

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan dan wawasan di bidang keilmuan Geografi,

khususnya Geografi Ekonomi dan Geografi Industri

b. Sebagai sumber informasi untuk pihak – pihak yang ingin

mengadakan penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Yayasan Alumni Universitas Diponegoro Universitas

Semarang penelitian ini dapat menambah pengayaan

disiplin ilmu ekonomi dalam bidang strategi pemasaran

produk masif sehingga dapat digunakan sebagai sasaran

acuan dalam meningkatkan dan menambah wawasan.

b. Bagi pengusaha batik Di Cluster Batik Semarang penelitian

ini dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan

permasalahan - permasalahan dalam industri batik, serta

upaya-upaya strategis pemasaran yang dapat dilakukan

untuk mengembangkan sentra industri batik Semarangan.

c. Bagi lembaga terkait penelitian ini diharapkan mampu

memberikan informasi mengenai industri beserta

permasalahannya dan dapat dijadikan sebagai masukan

dalam penyusunan kebijakan-kebijakan selanjutnya.

Page 34: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

15

3. Manfaat Dalam Bidang Pendidikan

Berdasarkan kurikulum 2013 mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas

VII, dengan Standar Kompetensi: Memahami kegiatan ekonomi

masyarakat dan lebih mengacu pada Kompetensi Dasar:

Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan

lahan dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan

bumi, maka penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pengayaan untuk mendukung pembelajaran.

Page 35: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

16

TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1Konsep Industri

A. Pengertian Industri

Industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barangdengan

menggunakan sarana dan peralatan, misalnya mesin. (KamusBesar Bahasa Indonesia,

2000: 430).Undang Undang No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian pasal

satu“Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,

barang setengah jadi dan atau barang jadi, menjadi barang dengan nilai yang lebih

tinggi penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan

industri”.Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa industrimerupakan suatu

kegiatan ekonomi yang mengolah bahan dan/ataubarang dengan menggunakan sarana

dan peralatan sehingga dapat menghasilkan suatu barang baru yang memiliki nilai

yang tinggi dari sebelumnya. Kesadaran masyarakat dunia terhadap teknologi

menjadikan industri dunia dalam berbagai sektor menunjukkan perkembangan yang

baik.

B. Klasifikasi Industri

Secara garis besar, industri dapat diklasifikasikan sebagaiberikut:

BAB II

Page 36: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

17

1) Industri dasar atau hulu

Industri hulu mempunyai sifat sebagai berikut: padat modal, berskala

besar, menggunakan teknologi maju dan teruji. Lokasinya selalu dipilih dekat

dengan bahan baku yang mempunyai sumber energi sendiri dan umumnya lokasi

ini belum tersentuh pembangunan. Industri hulu membutuhkan perencanaan yang

matang beserta tahapan pembangunannya, mulai perencanaan sampai operasional.

Di sudut lain juga dibutuhkan pengaturan tata-ruang, rencana pemukiman,

pengembangan kehidupan perekonomian, pencegahan kerusakan lingkungan, dan

lain-lain. Pembangunan industri ini dapat mengakibatkan perubahan lingkungan,

baik dari aspek sosial-ekonomi dan budaya maupun pencemaran. Terjadi

perubahan tatanan sosial, pola konsumsi, tingkah laku, sumber air, kemunduran

kualitas udara, penyusunan sumber daya alam, dan sebagainya.

2) Industri hilir

Industri ini merupakan perpanjangan proses industri hulu. Pada umumnya

industri ini mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi, lokasinya selalu

diusahakan dekat pasar, menggunakan teknologi madya dan teruji, padat karya.

3) Industri kecil

Industri kecil banyak berkembang di pedesaan dan perkotaan, memiliki

peralatan sederhana. Walaupun hakikat produksinya sama dengan industri hilir

yaitu mengolah dan perpanjangan proses industri, tetapi sistem pengolahannya

lebih sederhana. Sistem tata letak pabrik maupun pengolahan limbah belum

mendapat perhatian. Sifat industri ini padat karya, Sesuai dengan program

pemerintah, untuk lebih memudahkan pembinaannya, industri dasar dibagi lagi

Page 37: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

18

menjadi industri kimia dasar dan industri mesin dan logam dasar, sedangkan

industri hilir sering juga disebut dengan aneka industri. (Philip Kristanto, 2004:

156-157). Adapun penggolongan industri berdasarkan SK Menteri Perindustrian

Nomor 19/M/I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan

Perdagangan adalah sebagai berikut:

1) Industri Kimia Dasar (IKD)

Industri Kimia Dasar merupakan industri yang

memerlukan: modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan

menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang termasuk

kelompok IKD adalah sebagai berikut: Industri kimia organik,

Industri kimia anorganik, Industri agrokimia, Industri selulosa

dan karet

2) Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)

Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan

mentah logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin

dan perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah

sebagai berikut: Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian,

Industri alat-alat berat/konstruksi, Industri mesin perkakas,

Industri elektronika, Industri mesin listrik, Industri keretaapi,

Industri kendaraan bermotor (otomotif), Industri pesawat,

Industri logam dan produk dasar, Industri perkapalan, Industri

mesin dan peralatan pabrik.

3) Aneka Industri (AI)

Page 38: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

19

Industri ini merupakan industri yang tujuannya

menghasilkan bermacam - macam barang kebutuhan hidup

sehari – hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai

berikut: Industri tekstil, Industri alat listrik dan logam, Industri

kimia, Industri pangan, Industri bahan bangunan dan umum,

4) Industri Kecil (IK)

Merupakan industri yang bergerak dengan jumlah

pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan

industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri

alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).

5) Industri pariwisata

Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai

ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa: wisata

seni dan budaya, wisata pendidikan wisata alam dan wisata

kota.

Penggolongan industri berdasarkan tenaga kerja, dapat di bedakan menjadi

empat, yaitu sebagai berikut:

1) Industri rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang

2) Industri kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang

3) Industri sedang dan menengah dengan jumlah tenaga kerja 20-99

orang

4) Industri Besar dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih.

Page 39: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

20

Irsan Azhary Saleh (1986: 51) menggolongkan industri berdasarkan

ekstensi dinamisnya menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Industri lokal adalah jenis industri yang menggantungkan

kelangsungan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas serta relatif

tersebar dari segi lokasinya, skala usahanya kecil, pemasarannya terbatas

dan ditangani sendiri sehingga jumlah pedagang perantara kurang.

2) Industri sentra adalah jenis industri yang menghasilkan barang sejenis,

target pemasarannya lebih luas sehingga peran pedagang perantara cukup

menonjol.

3) Industri mandiri adalah jenis industri yang masih memiliki sifat-sifat

industri kecil tetapi telah mampu mengadaptasi teknologi industri yang

canggih, pemasaran hasil produksi sudah tidak tergantung pada pedagang

perantara. Berdasarkan kategori diatas, maka cluster industri batik dapat

dikategorikan sebagai industri sentra, dimana industri batik ini

merupakan kelompok industri yang membentuk suatu pengelompokkan

atau kawasan produksi yang menghasilkan barang sejenis, serta para

pekerja berasal dari penduduk yang ada di sekitar sentra industri.

C. Peranan Industri

Undang-undang No.5 Tahun 1984 BAB II pasal 3, menyebutkan bahwa

pembangunan industri bertujuan untuk:

(1) Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata

dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/ atau hasil budidaya serta

dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup; (2)

Page 40: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

21

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur

perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai

upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan

ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi tumbuhnya industri

pada khususnya; (3) Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong

terciptanya teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap

kemampuan dunia usaha nasional; (4) Meningkatkan keikutsertaan masyarakat

dan kemampuan golongan ekonomi lemah, termasuk perajin agar berperan secara

aktif dalam pembangunan industri; (5) Memperluas dan memeratakan kesempatan

kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan peranan peranan koperasi

industri; (6) Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil

produksi nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui

pengutamakan pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi

ketergantungan kepada luar negeri; (7) Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan

industri yang menunjang pembangunan daerah dalam rangka perwujudan

Wawasan Nusantara; (8) Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang

dinamis dalam rangkja memperkokoh ketahanan nasional.

(http://www.penataanruang.net/taru/hukum/UU_No5-1984.pdf) diakses 20 Juli

2018 pukul 17.14 WIB)

Sektor Industri bagi negara berkembang seperti Indonesia, merupakan

salah satu syarat mutlak keberhasilan pembangunan dan juga merupakan mesin

pertumbuhan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama dalam

kaitannya dengan penciptaan lapangan kerja baru untuk mengurangi tingkat

Page 41: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

22

pengangguran yang masih cukup tinggi. Pembangunan sektor industri ini

diarahkan pada peningkatan kemajuan serta kemandirian perekonomian nasional

dan kesejahteraan rakyat, memperkokoh struktur ekonomi nasional juga

mendorong pengembangan wilayah dan pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Pembinaan pelaku industri untuk semua jenis pengetahuan baru menjadi penting

dilakukan sehingga unit usaha, kelompok usaha hingga industri dapat memperoleh

peluang untuk masuk pada pasar khusus persaingan pasar dunia dan menemukan

langkah strategis dalam memenuhi permintaan dan penawaran pasar bebas.

Industri batik di Semarang termasuk dalam kategori usaha mikro kecil dan

menengah berusaha menunjukkan identitas batik nya sebagai batik khas daerah

Semarang Jawa Tengah. Usaha mikro kecil dan menengah bagi masyarakat

memilikibeberapa keunggulan juga kelemahan. Hadi Prayitno (dalam Dian, 2011:

20), keunggulan usaha mikro kecil dan menengah antara lain, yaitu:

1) Mengurangi laju urbanisasi.

2) Sifatnya yang padat karya akan menyerap tenaga kerja yang

lebih besar per unit yang diinvestasikan.

3) Masih dimungkinkan lagi tenaga kerja yang terserap untuk

kembali ke sektor pertanian khususnya menjelang saat-saat sibuk

karena letaknya yang berdekatan.

4) Penggunaan teknologi yang sederhana mudah dipelajari dan

dilaksanakan.

Selain memiliki keunggulan, usaha mikro kecil dan menengah juga

memiliki beberapa kelemahan. Menurut Tawang (dalam Dian, 2011: 20-21),

Page 42: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

23

industri kecil dan industri rumah tangga pada masyarakat indonesia memiliki

beberapa kelemahan, antara lain yaitu: (1) Tipe kepemilikan perseorangan; (2)

Jumlah anggota relatif kecil; (3) Menggunakan energi tradisional; (4) Teknologi

sederhana dan tradisional; (5) Output merupakan barang tradisional yang relatif

kecil; (6) Pemasaran pada pasar lokal yang terbatas; (7) Biasanya bersifat

informal; (8) Pola kegiatan tidak teratur baik dalam arti waktu atau pemasaran; (9)

Tidak mempunyai tempat usaha yang permanen, biasanya tidak terpisah dari

tempat tinggal. Apabila dapat mengoptimalkan beberapa keunggulan bukan tidak

mungkin dapat menutup sebagian besar kelemahan dari suatu bentuk industri yang

sedang dikerjakan.

2.1.2 Klaster (Cluster)

Klaster didefinisikan sebagai kumpulan elemen yang saling terhubung dan

berdekatan secara geografis dan terkait dalam suatu bidang khusus. Elemen –

elemen dalam klaster meliputi pemasok bahan baku dan pemasok lainnya yang

mendukung terciptanya sebuah produk dari klaster. Klaster termasuk lembaga

pemerintah, asosiasi bisnis, penyedia jasa atau penelitian, dan lembaga – lembaga

lainnya yang mendukung. Klaster (Cluster) tidak hanya menjadi model

pengembangan industri lokal saja, namun klaster telah menjadi model

pengembangan industri nasional jangka panjang. Hal ini disebabkan karena

klaster dapat meningkatkan daya saing industri, dimana dalam klaster terjadi

hubungan yang saling mendukung antara industri inti, industri penunjang, dan

industri terkait. (sumber: Jurnal penelitian oleh Jumie Sephy Rahayu, Bambang

Page 43: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

24

Syairudin, dan Sri Gunani Pertiwi, dalam perancangan strategi untuk

meningkatkan kinerja inovasi pada klaster industri kreatif batik laweyan, 2015).

Dengan sebuah kawasan klaster diharapkan setiap stakeholder dapat lebih

aktif berpartisipasi sesuai dengan peran masing – masing. Manfaat klaster

diperkuat dengan pendapat Scorsone dalam (Bhinuki, 2011) klaster industri yang

berbasis pada komunitas publik memiliki manfaat baik bagi industri itu sendiri

maupun bagi perekonomian di wilayahnya. Bagi industri, klaster membawa

keuntungan sebagai berikut : (1) Lokalisasi ekonomi. Melalui klaster, dengan

memanfaatkan kedekatan lokasi, industri yang menggunakan input (informasi,

teknologi atau layanan jasa) yang sama dapat menekan biaya perolehan dalam

penggunaan jasa tersebut; (2) Pemusatan tenaga kerja. Klaster akan menarik

tenaga kerja dengan berbagai keahlian yang dibutuhkan klaster tersebut, sehingga

memudahkan industri pelaku klaster untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya

dan mengurangi biaya pencarian tenaga kerja; (3) Akses pada pertukaran

informasi dan patokan kinerja. Industri yang tergabung dalam klaster dapat

dengan mudah memonitor dan bertukar informasi mengenai kinerja supplier dan

nasabah potensial. Dorongan untuk inovasi dan teknologi akan berdampak pada

peningkatan produktivitas dan perbaikan produk; (4) Produk komplemen. Karena

kedekatan lokasi, produk dari satu pelaku klaster dapat memiliki dampak penting

bagi aktivitas usaha industri yang lain. Disamping itu kegiatan usaha yang saling

melengkapi ini dapat bergabung dalam pemasaran bersama.

Terdapat 7 (tujuh) kriteria yang dipilih untuk menentukan jenis komoditas

produk unggulan di Jawa Tengah yaitu terkait dengan jenis komoditas produk

Page 44: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

25

yang diinterfensi oleh pemerintah berupa adanya kebijakan pemerintah,

infrastruktur yang baik, Lokasi yang strategis, Akses pasar mudah dan luas,

bernilai ekonomi tinggi dipasaran, produk yang memiliki daya saing tinggi

dipasaran, melibatkan SDM yang banyak, dan produk yang ketersediaannya

melimpah serta ramah lingkungan. Terkait dengan penentuan jenis klaster industri

yang dapat dikembangkan di Jawa Tengah yaitu : (1) Klaster Peternakan; (2)

Klaster Pertanian; (3) Klaster Perikanan; (4) Klaster Perkebunan; (5) Klaster

Pariwisata; (6) Klaster Industri Pengolahan dan (7) Klaster Perdagangan Besar

dan Eceran. Kota Semarang sebagai pengisi salah satu daerah klaster di jawa

tengah memiliki beberapa fokus klaster potensial dari segi ekonomi, sosial dan

budaya yang dapat dikembangkan di Semarang, Klaster industri pengolahan

dengan segala produk turunannya termasuk di dalamnya yaitu klaster batik

merupakan perkumpulan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) batik yang

memiliki permasalahan – permasalahan sejenis yang dibentuk oleh Pemerintah

Kota Semarang. Kemudian Pemerintah Kota Semarang memberikan wewenang

kepada Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Semarang untuk

melakukan program pemberdayaan UMKM sesuai dengan anggaran yang

diturunkan oleh anggaran pendapatan, dan belanja daerah Kota Semarang.

Lai et al (2013), menyatakan beberapa penelitian tentang klaster telah

banyak dilakukan, diantaranya hubungan antara manajemen pengetahuan pada

klaster industri dan inovasi (Arikan, 2009; Connel & Voola, 2013; Lissoni, 2001;

Tallman et al., 2004), hubungan dan pengaruh di antara sistem inovasi dan klaster

(Bell, 2005; Gnywali & Srivastava, 2013), dan pengaruh klaster industri terhadap

Page 45: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

26

daya saing perusahaan (Bell et al., 2009). pengaruh manajemen pengetahuan

klaster industri pada kinerja inovasi diteliti oleh Lai et al (2013). Hasil penelitian

menunjukkan kinerja inovasi dipengaruhi oleh klaster industri dan manajemen

pengetahuan, dimana klaster industri terdiri dari aspek sumber daya dan hubungan

interaksi antar elemen, sedangkan manajemen pengetahuan terdiri dari penciptaan

dan penerimaan pengetahuan serta penyebaran dan penyimpanan pengetahuan.

Liao (2010) melakukan penelitian yang menguji keterkaitan dan peranan

sumber daya, pengetahuan, dan kepercayaan terhadap kinerja klaster. Hasil

penelitian menghasilkan faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja klaster adalah

sumber daya, pengetahuan, kepercayaan, kreatifitas, serta adanya interaksi sumber

daya dalam klaster. Yesil et al (2013) menyatakan proses transfer pengetahuan

(knowledge shating processes) berpengaruh pada kemampuan melakukan inovasi.

Sedangkan kemampuan inovasi akan mempengaruhi kinerja inovasi. Kreativitas

yang menciptakan nilai tambah disebut inovasi, Dhewanto et al (2012) membuat

konseptual framework dimana kemampuan inovasi dipengaruhi oleh teknologi,

kemampuan pengelolaan organisasi, sumber daya manusia, dan klaster (rantai

nilai klaster, competition klaster, dan pembagian sumber daya klaster). Sedangkan

kinerja bisnis dipengaruhi oleh kemampuan inovasi dan klaster. Penciptaan

inovasi akan meningkatkkan produktivitas klaster sehingga produk klaster dapat

bersaing dipasaran lokal maupun pasar global. Chen dan Xiangzhen (2010)

menghasilkan suatu model sistem manajemen pengetahuan untuk memajukan

kompetensi inti pada klaster industri. Sugiarto et al (2012) menghasilkan model

Page 46: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

27

pemilihan strategi pengembangan klaster dengan metode Fuzzy Analytical

Hierarchy Process (FAHP).

Beberapa penelitian dengan objek Batik Semarang dilakukan oleh Widodo

(2011) melakukan identifikasi bentuk penerapan eko-efisiensi, Permatasari (2011)

melakukan analisis rantai nilai untuk memberikan strategi pada produk batik.

Widyaningrum (2014) melakukan penelitian tentang strategi pemasaran, dan

Cahyo Uji Pernanto, Margareta Suryaningsih, Kismartini (2016) tentang

implementasi program pemberdayaan usaha mikro batik dalam lingkup klaster

batik kota Semarang yang mendapati masih ada faktor penghambat klaster batik

untuk mengembangkan diri seperti kontrol tidak rutin, sumber daya manusia,

sarana dan prasarana belum memadai. Selain itu terdapat faktor pendukung

implementasi pemberdayaan yaitu kontribusi, komitmen, kesiapan, kompetensi,

finansial instansi Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, hubungan sosial

dan derajat keterlibatan anggota klaster yang baik.

2.2 Konsep Strategi Pemasaran

2.2.1 Strategi Pemasaran

Menurut para ahli dalam peranan strategisnya, pemasaran mencakup setiap

usaha untuk mencapai kesesuaian antara industri dengan lingkungannya dalam

rangka mencari pemecahan atas masalah, dibagi menjadi dua penentuan pokok

yaitu pertama, fokus usaha apa yang digeluti pada saat ini dan jenis bisnis apa

yang dapat dimasuki pada masa yang akan datang. Kedua, bagaimana bisnis yang

telah dipilih tersebut dapat dijalankan dengan sukses dalam lingkungan yang

Page 47: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

28

kompetitif atas dasar perspektif produk, harga, promosi, dan distribusi (bauran

pemasaran) untuk melayani pasar sasaran.

DefinisiStrategiPemasaranMenurut PhilipKotler(2004,81) Strategi

Pemasaran adalah pola pikir pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai

tujuan pemasarannya. Strategi pemasaran berisi strategi spesifik untuk pasar

sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran dan besarnya pengeluaran

pemasaran. Menurut tjiptono ( 2002, 6 ) Strategi pemasaran adalah alat

fundamental yang direncanakan untuk mencapai perusahaan dengan

mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar

yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar

sasaran tersebut. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi

pemasaran dapat dinyatakan sebagai dasar tindakan yang mengarah pada kegiatan

atau usaha pemasaran, dari suatu perusahaan, dalam kondisi persaingan dan

lingkungan yang selalu berubah agar mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi

dalam penetapan strategi pemasaran yang akan dijalankan kelompok usaha,

industri ataupun perusahaan haruslah terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi

pasar serta menilai posisinya dipasar. Dengan mengetahui keadaan dan situasi

serta posisinya di pasar dapat ditentukan kegiatan pemasaran yang harus

dilaksanakan.

2.2.2 Tujuan Strategi Pemasaran

Membuat penjualan bukan fokus perlakuan lagi adalah tujuan pemasaran.

Penjualan dan iklan hanyalah bagian dari bauran pemasaran yang lebih besar

seperangkat sarana pemasaran yang bekerja sama untuk memuaskan kebutuhan

Page 48: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

29

pelanggan dan menciptakan hubungan dengan pelanggan. Satu industri yang

sudah mulai mengenal dan memahami bahwa pemasaran merupakan faktor

penting dalam mencapai kesuksesan perusahaan konsep pemasaran bertujuan

memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Pemasaran

adalah suatu orientasi terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan, didukung

oleh suatu pemasaran secara terpadu yang ditujukan untuk membangkitkan

kepuasan pelanggan sebagai kunci untuk memenuhi tujuan – tujuan organisasi.

Sebagai bagian dari konsep pemasaran berpandangan bahwa kunci untuk

mewujudkan tujuan organisasi terletak pada kemampuan organisasi dalam

menciptakan, memberikan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan (customer

value) kepada pasar sasarannya secara lebih efektif dibandingkan pada pesaing.

Tujuan akhir pemasaran adalah membantu organisasi mencapai tujuannya, tujuan

utama dalam industri dan perusahaan adalah mencari laba sedangkan tujuan

lainnya adalah mendapatkan dana yang memadai untuk melakukan aktivitas-

aktivitas sosial dan pelayanan publik (Kotler, 2008:6).

2.2.3General Marketing Strategy

Banyak organisasi menjalankan dua strategi atau lebih secara bersamaan,

namun strategi kombinasi dapat sangat beresiko jika dijalankan terlalu jauh. Di

perusahaan yang besar dan terdiversifikasi, strategi kombinasi biasanya digunakan

ketika divisi – divisi yang berlainan menjalankan strategi yang berbeda. Juga,

organisasi yang berjuang untuk tetap hidup mungkin menggunakan gabungan dari

sejumlah strategi defensif, seperti divestasi, likuidasi, dan rasionalisasi biaya

secara bersamaan. Jenis – jenis strategi adalah sebagai berikut :

Page 49: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

30

1. Strategi integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi

horizontal kadang semuanya disebut sebagai integrasi vertikal.

Strategi integrasi vertikal memungkinkan perusahaan dapat

mengendalikan para distributor, pemasok atau pesaing.

2. Strategi intensif penetrasi pasar dan pengembangan produk kadang

disebut sebagai strategi intensif karena semuanya memerlukan

usaha – usaha intensif jika posisi persaingan perusahaan dengan

produk yang ada hendak ditingkatkan.

3. Strategi diversifikasi terdapat tiga jenis yaitu diversifikasi

konsentrik, horizontal, dan konglomerat. Menambah produk atau

jasa baru, namun masih terkait biasanya disebut diversifikasi

konsentrik. Menambah produk atau jasa yang tidak terkait untuk

pelanggan yang sudah ada disebut diversifikasi horizontal.

Sedangkan Penambahan produk baru dan dipasarkan pada pasar

baru yang tak terkait dengan yang ada saat ini disebut diversifikasi

konglomerat.

4. Strategi defensif disamping strategi integrative, intensif, dan

diversifikasi, organisasi juga dapat menjalankan strategi

rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi. Rasionalisasi biaya,

terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui

penghematan biaya dana untuk meningkatkan kembali penjualan

dan laba yang sedang menurun. Kadang disebut sebagai strategi

berbalik (turnaround) atau reorganisasi, rasionalisasi biaya

Page 50: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

31

dirancang untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar

organisasi. Selama proses rasionalisasi biaya, perencana strategi

bekerja dengan sumber daya terbatas dan menghadapi tekanan dari

pemegang saham, karyawan dan media. Divestasi adalah menjual

suatu divisi atau bagian dari organisasi, divestasi sering digunakan

untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk

akuisisi atau investasi strategis lebih lanjut. Divestasi dapat

menjadi bagian dari strategi rasionalisasi biaya menyeluruh untuk

melepaskan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang

memerlukan modal terlalu besar, atau tidak cocok dengan aktivitas

lainnya dalam industri dan perusahaan. Likuidasi adalah menjual

semua aset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata

aset tersebut. Merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa

merupakan strategi yang secara emosional sulit dilakukan. Namun,

barangkali lebih baik berhenti beroperasi daripada terus menderita

kerugian dalam jumlah besar.

5. Strategi umum menurut Porter, ada 3 (tiga) landasan strategi yang

dapat membantu organisasi memperoleh keunggulan kompetitif,

yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Porter menamakan

ketiganya strategi umum, keunggulan biaya menekankan pada

pembuatan produk standar dengan biaya per unit sangat rendah

untuk konsumen yang peka terhadap perubahan harga. Diferensiasi

adalah strategi dengan tujuan membuat produk dan menyediakan

Page 51: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

32

jasa yang dianggap unik di seluruh industri selanjutnya ditujukan

kepada konsumen yang relatif tidak terlalu peduli terhadap

perubahan harga. Fokus berarti membuat produk dan menyediakan

jasa yang memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil konsumen

(David, 2004 ; 231).

2.2.4 Bauran Pemasaran

Dalam pemasaran terdapat strategi pemasaran yang disebut bauran

pemasaran (Marketing mix) yang memiliki peranan penting dalam mempengaruhi

konsumen agar dapat membeli suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh

perusahaan. Elemen-elemen bauran pemasaran terdiri dari semua variabel yang

dapat dikontrol perusahaan untuk dapat memuaskan para konsumen. Pengertian

bauran pemasaran menurut Alma (2007:130) “Marketing mix merupakan strategi

mencampur kegiatan – kegiatan marketing, agar dicari kombinasi maksimal

sehingga mendapatkan hasil yang paling memuaskan”. Menurut Zeithaml dan

Bitner (2008:48) “Bauran pemasaran adlah elemen – elemen organisasi

perusahaan yang dapat dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi

dengan tamu dan untuk memuaskan tamu”. Menurut Kotler dan Amstrong

(2012;92) “Bauran pemasaran adalah alat pemasaran yang baik yaitu terdiri dari

produk, harga, promosi, distribusi, lalu dikombinasikan untuk menghasilkan

respon yang diinginkan dari target pasar”.

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran

merupakan alat pemasaran yang benar yang berada dalam suaru industri,

perusahaan ataupun kelompok usaha dimana penggerak usaha mampu

Page 52: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

33

mengendalikannya agar dapat mempengaruhi respon pasar sasaran. Dalam bauran

pemasaran terdapat seperangkat alat pemasaran yang dikenal dalam istilah 4P,

yaitu produk, harga, tempat atau saluran distribusi, dan promosi, sedangkan dalam

pemasaran jasa memiliki beberapa alat pemasaran tambahan seperti orang,

fasilitas fisik, dan proses, sehingga dikenal dengan istilah 7P menurut Kotler dan

Amstrong (2012:62). Berikut adalah unsur – unsur bauran pemasaran :

1. Produk

Mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan

pengembangan produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan

dengan mengubah produk atau jasa yang ada dengan

menambah dan mengambil tindakan yang lain mempengaruhi

bermacam – macam produk atau jasa.

2. Harga

Suatu sistem manajemen bisnis yang akan menentukan harga

dasar yang tepat bagi produk atau jasa dan harus menentukan

strategi yang menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos

angkut dan berbagi variabel yang bersangkutan.

3. Distribusi

Memilih dan mengelola saluran perdagangan yang dipakai

untuk menyalurkan produk atau jasa dan juga melayani pasar

sasaran, serta mengembangkan sistem distribusi untuk

mengirim dan perniagaan produk secara fisik.

4. Promosi

Page 53: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

34

Suatu unsur yang digunakan untuk memberitahukan dan

merajuk pasar tentang produk atau jasa yang baru pada atau

produk lama yang telah dikembangkan oleh perusahaan,

industri dan kelompok ataupun unit usaha melalui iklan,

penjualan pribadi, promosi penjualan, maupun publikasi.

5. Sarana Fisik

Sarana fisik merupakan hal nyata yang turut mempengaruhi

kepuasan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk

atau jasa yang ditawarkan. Unsur yang termasuk dalam sarana

fisik antara lain lingkungan atau bangunan fisik, peralatan,

perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya.

6. Orang

Diartikan sebagai semua pelaku yang memainkan peranan

penting dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi

persepsi pembeli, elemen dari orang adalah pegawai

perusahaan, konsumen, dan customer lain. Semua sikap dan

tindakan karyawan, cara berpakaian karyawan dan penampilan

karyawan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan

penyampaian jasa.

7. Proses

Semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang

digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses ini

memiliki arti sesuatu untuk menyampaikan jasa. Proses dalam

Page 54: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

35

jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa

seperti pelanggan jasa akan senang merasakan sistem

penyerahan jasa itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan tersebut mengenai bauran pemasaran, maka dapat

ditarik kesimpulanbahwa bauran pemasaran yang memiliki elemen – elemen yang

sangat berpengaruh dari input hingga output penjualan karena elemen tersebut

dapat mempengaruhi minat konsumen dalam melakukan keputusan pembelian.

2.3 Pengembangan Industri Batik

UNESCO 2009 telah mematenkan batik sebagai salah satu warisan budaya

milik Indonesia. Dampak positif dari hal tersebut adalah semakin terbuka lebar

peluang pemasaran batik secara global. Produsen batik harus banyak memperkaya

informasi, membaca peluang pasar dan tentunya mampu bersaing untuk

menciptakan karya-karya terbaik terutama dari motif batik dan warna-warna yang

sedang digemari pasar saat ini, baik lokal, nasional maupun internasional. Mencari

pengembangan strategi pemasaran melalui kreativitas dan inovasi produk dan

media menjadi hal utama bagi kemajuan industri di pasar modern. Freddy

Rangkuti (2005: 18), menyampaikan pengelompokan Analisis SWOT, dengan

mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi

perusahaan. Tujuannya untuk memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Opportunities), serta meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman

(Threats). Proses pengambilan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan,

misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan dan industri.Menurut Lutfi

Muta’ali (2003: 12.7-12.8), untuk membuat strategi yaitu dengan mengawinkan

Page 55: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

36

elemen internal dengan eksternal, sehingga didapatkan empat alternatif strategi

sebagai berikut:

A. Strategi SO (Strengths Opportunities)

Jika ditinjau dari segi keuangan strategi ini yang paling

murah karena dengan bekal yang paling sedikit dapat didorong

kekuatan yang sudah ada untuk maju (mengandalkan

keunggulan komparatif).

B. Strategi ST (Strengths Threats)

Strategi ini lebih mahal dalam segi keuangan karena dengan

bekal yang paling sedikit dapat diatasi ancaman yang sudah ada

untuk maju sehingga harus dilakukan mobilisasi.

C. Strategi WO (Weakness Opportunities)

Adalah strategi investasi atau divestasi yang juga agak lebih

sulit karena orientasinya adalah memihak pada kondisi yang

paling lemah tetapi dimanfaatkan untuk mengangkat peluang.

D. Strategi WT (Weakness Threats)

Merupakan strategi yang lebih rumit karena orientasinya

adalah memihak pada kondisi yang paling lemah atau paling

terancam sehingga yang dilakukan adalah mengontrol

kerusakan.

2.3.1 Segmentasi Pasar

Pasar terdiri dari banyak pembeli, dan para pembeli berbeda dalam satu

atau beberapa hal. Misalnya berbeda dalam keinginan, lokasi, sikap pembelian,

Page 56: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

37

dan praktek pembelian yang dilakukan. Tidak dapat dipunkiri bahwa setiap

individu adalah unik, setiap individu tetap memiliki kemauan, kebutuhan,

motivasi yang beraneka ragam atau unik. Selera konsumen selalu berubah

begitupun dengan struktur harga yang ditetapkan. Sementara pada saat yang sama

terobosan baru di bidang teknologi informasi bermunculan. Persaingan semakin

tajam, tidak hanya produk dari dalam negeri saja tetapi juga produk dari luar

negeri, bahkan yang lebih rumit lagi adalah semakin banyaknya konsumen yang

membeli produk semakin kompleks permintaan dan penawaran yang harus pelaku

usaha hadapi.

Jelaslah bahwa strategi menjadi faktor utama untuk menghadapi perilaku

konsumen yang beraneka ragam. Strategi pemasaran harus sesuai dengan

dinamika pasar, dengan visi dan realitas yang tengah berlangsung. Disamping itu,

strategi harus mudah dipahami sehingga memacu para personil untuk

melakukannya. Untuk memahami perilaku konsumen terlebih dahulu pemasar

harus dapat membuat strategi pemasaran pasar. Memilah milah konsumen ke

dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan kebutuhan. Kemudian

memilih salah satu pasar sasaran yang bisa diidentifikasikan dari berbagai sudut

pandang seperti demografi, perilaku dan psikografi. Segmentasi pasar merupakan

strategi yang sangat penting dalam pengembangan program pemasaran, dengan

adanya segmentasi pasar diharapkan usaha pemasaran yang dilakukan dapat

mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Strategi segmentasi yang tepat dapat

mengurangi tekanan persaingan ketika persaingan tidak dapat memenuhi produk

yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan segmen yang khusus. Pesaing yang

Page 57: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

38

hanya memiliki satu produk untuk memenuhi kebutuhan umum akan kalah

dengan perusahaan yang memiliki banyak produk dan dapat memenuhi kebutuhan

segmen khusus.

Pada hakikatnya perusahaan tidak dapat melayani seluruh pelanggan,

apalagi terdapat pesaing yang memiliki posisi lebih baik di pasar tertentu. Oleh

karena itu, perusahaan biasanya memilih bagian pasar yang paling efektif untuk

dimasuki. Ada perusahaan yang mempunyai pola pikir melalui 3 tahap, yaitu :

1. Pemasaran Massal

Pada tahap ini perusahaan memproduksi, mendistribusikan, dan

mempromosikan secara besar – besaran. Akan tetapi hanya satu

jenis produk untuk seluruh pembeli.

2. Pemasaran Aneka Produk

Pada tahap ini perusahaan memproduksi dua atau lebih jenis

produk yang masing – masing berlainan dalam mode, ukuran,

dan kualitas dari produk tersebut.

3. Pemasaran Sasaran

Pada tahap ini pasar mulai dipisahkan secara jelas ke dalam

banyak segmen pasar, kemudian memilih satu atau lebih

segmen, memproduksi dan mengembangkannya dengan bauran

pemasaran yang dirancang secara khusus untuk masing-masing

segmen.

A. Dasar – Dasar Segmentasi Pasar Konsumen

Page 58: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

39

Variabel – variabel untuk segmen pasar konsumen dibagi

menjadi 2 (dua) kelompok yaitu : 1. Berdasarkan

karakteristik konsumen yang mencakup karakteristik

geografis, demografis, dan psikografis 2. Membentuk

segmen dengan melihat pada tanggapan-tanggapan

konsumen pada produk tertentu seperti manfaat yang

diinginkan konsumen, alasan penggunaan merk tertentu dan

loyalitas. Menurut (Kotler dan Amstrong, 2006;183)

menyatakan segmentasi pasar konsumen dibuat

berdasarkan:

1. Geografitasi Segmentation

Membagi pasar ke dalam unit geografis yang berbeda-

beda seperti Negara, Kota maupun Lingkungan.

2. Demographic Segmentation

Membagi pasar ke dalam kelompok berdasarkan

variabel seperti usia, jenis kelamin, siklus keluarga

hingga pendapatan.

3. Psychographic Segmentation

Membagi pembeli menjadi beberapa kelompok berbeda

berdasarkan pada kelas sosial, gaya hidup, atau

karakteristik kepribadian.

4. Behavioral Segmentation

Page 59: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

40

Segmentasi perilaku yang memilih pembelian ke dalam

kelompok – kelompok didasarkan pada pengetahuan,

sikap, penggunaan, atau tanggapan terhadap merk suatu

produk.

A. Karakteristik Segmentasi Pasar

Menurut Buchari Alma (2006:58) dalam buku Dasar – Dasar Pemasaran

diantara segmen yang ada terdapat segmen yang menarik, yaitu segmen pasar

yang dilayani, segmen pasar yang belum dilayani, dan segmen pasar yang sudah

dilayani tetapi kurang baik disamping memperhatikan segmen pasar yang menarik

tersebut masih ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan untuk menunjang

usaha segmentasi yang efektif, yaitu :

1. Measurable

Tingkat informasi yang ada mengenai sifat – sifat pembeli,

sejauh mana sifat tersebut dapat ditukar. Misalnya untuk mengukur

jumlah pembeli mobil yang pembelinya didorong oleh pertimbangan –

pertimbangan ekonomi, status, dan kualitas.

2. Substanstial

Suatu tingkatan dimana segmen itu adalah luas dan cukup

menguntungkan untuk melakukan kegiatan pemasaran tersendiri.

3. Accessible

Tingkat dimana perusahaan itu secara efektif memusatkan

usaha pemasarannya pada segmen yang telah dipilihnya, misalnya

Page 60: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

41

kegiatan periklanannya belum tentu sama antara segmen yang lama

dengan segmen yang baru.

4. Differentiable

Segmen – segmen dapat dipisahkan secara konseptual dan

memberikan tanggapan yang berbeda terhadap unsur – unsur dan

program – program bauran pemasaran yang berlainan.

5. Actionable

Program – program yang efektif dapat dirumuskan untuk

menarik dan melayani segmen pasar yang bersangkutan.

B. Mengevaluasi Segmen Pasar

Menurut (Kotler, jurnal violita : suatu tinjauan tentang

segmenting, targeting, positioning ; 2010) dalam melakukan evaluasi

terhadap segmen pasar, perusahaan perlu memperhatikan 3 (tiga)

faktor yaitu :

1. Ukuran Dan Pertumbuhan Segmen

Perusahaan harus menentukan apakah suatu segmen

potensial memiliki karakteristik ukuran dan pertumbuhan yang

tepat. Hal ini memang bersifat relatif dan tergantung pada masing –

masing perusahaan. Pada dasarnya setiap perusahaan

menginginkan pertumbuhan penjualan dan laba yang pesat pada

suatu segmen. Akan tetapi, umumnya perusahaan lebih menyukai

segmen pasar yang memiliki volume penjualan yang besar dan

seringkali mengabaikan atau menghindari segmen kecil.

Page 61: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

42

Sebaliknya perusahaan yang kecil, cenderung menghindari segmen

pasar yang besar, karena dibutuhkan sumber daya manusia yang

besar.

2. Daya tarik struktur segmen

Adakalanya suatu segmen memenuhi kriteria dan

pertumbuhan yang dikehendaki, tetapi tidak menarik bila

dipandang dalam aspek profitabilitas. Setiap perusahaan perlu

menilai dampak profitabilitas jangka panjang dari kekuatan yang

ada, yaitu perusahaan lain dalam industri yang sama, pemasok,

pembeli, pendatang baru potensial, dan produk substitusi.

3. Tujuan dan sumber daya perusahaan

Meskipun suatu segmen telah memenuhi kedua kriteria

diatas, tetapi bila tidak sesuai dengan tujuan perusahaan, atau

perusahaan tidak memiliki kapasitas dan sumber daya manusia

yang memadai, maka segmen pasar tersebut harus diabaikan.

C. Manfaat Segmentasi Pasar

3 (tiga) manfaat dalam segmentasi pasar, yaitu :

1. Para penjual atau produsen berbeda dalam posisi yang lebih

baik untuk memilih kesempatan-kesempatan pemasaran.

2. Penjual atau produsen dapat menggunakan pengetahuan

terhadap respon pemasaran yang berbeda-beda, sehingga dapat

mengalokasikan anggarannya secara lebih tetap pada berbagai

segmen.

Page 62: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

43

3. Penjual atau produsen dapat mengatur produk lebih baik dan

daya tarik dari pemasarannya.

2.3.2 Penetapan Pasar Sasaran (Target Marketing)

Menetapkan target pasar merupakan tahap selanjutnya dari analisis

segmentasi pasar, dari segmentasi pasar akan memberikan peluang bagi

perusahaan, maka perusahaan tersebut harus dapat mengevaluasi dan memilih

segmen mana yang akan dipilih dan dilayani. Pemilih pasar sasaran akan

menentukan bagaimana caranya untuk mengalokasikan sumber daya perusahaan

yang disarankan untuk program pemasaran. Targeting adalah proses penyeleksian

produk atau pelayanan terbaik sehingga benar-benar berada pada posisi yang

terbaik guna mencapai keberhasilan perusahaan. Didalam mengevaluasi segmen

pasar yang berbeda, ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Pertumbuhan dan besarnya segmen

2. Daya tarik struktural segmen

3. Menyelesaikan segmen pasar

A. Pendekatan – Pendekatan Pasar Sasaran

Terdapat 3 (tiga) pendekatan dalam menentukan pasar sasaran (Target

Market), yaitu : (1) Pemasaran yang tidak diferensiasi (undifferentiated marketing

/ mass marketing), (2) Pemasaran diferensiasi (differentiated marketing), dan (3)

Pemasaran konsentrasi (concentrated marketing).

1. Mass marketing / undifferentiated marketing

Pendekatan pemasaran dalam menentukan pasar sasaran

bertujuan untuk menangkap seluruh pasar melalui pemasaran.

Page 63: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

44

Dengan pendekatan ini, perusahaan percaya bahwa konsumen

mempunyai keinginan yang sama berkenaan dengan atribut-

atribut produk atau konsumen dan mengabaikan adanya

perbedaan-perbedaan diantara segmen. Tujuan utama dari

pemasaran ini adalah untuk mencapai skala ekonomis, sehingga

efisiensi produksi bisa tercapai yang pada akhirnya akan

berdampak pada penempatan harga

2. Differentiated Marketing

Dalam pemasaran differensiasi, perusahaan berusaha

mengidentifikasi kelompok-kelompok pembeli dengan

membagi pasar kedalam dua kelompok atau lebih. Disamping

itu perusahaan membuat produk dan program pemasaran yang

berbeda-beda untuk masing-masing segmen. Hal ini

dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah penjualan serta

mendapatkan kedudukan yang kuat pada setiap segmennya.

3. Concentrated Marketing

Dengan pemasaran konsentrasi, perusahaan bertujuan untuk

memepersempit yang melayani kebutuhan segmen yang

ditentukan. Dengan pendekatan pemasaran konsentrasi,

perusahaan tidak perlu mempunyai saluran distribusi yang luas,

program pemasaran yang mahal. Pemasaran konsentrasi berarti

memfokuskan tujuan pemasaran pada kelompok konsumen

tertentu yang biasanya tidak tergarap oleh pemasar lain.

Page 64: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

45

B. Penentuan Posisi Pasar

Penentuan passar berkenaan dengan upaya idenetifikasi pengembangan

dan komunikasi keunggulan yang bersifat khas dan unik dari demikian produk

dan jasa perusahaan dipersepsikan lebih khusus bila dibandingkan dengan produk

yang biasa dari para pesaing dan pasar sasaran, jadi penentuan posisi pasar sangat

ditentukan oleh kemampuan sebuah perusahaan untuk memposisikan dirinya

secara efektif jika dibandingkan dengan para pesaingnya, yaitu dengan jalan

menyampaikan atau memebrikan nilai superior kepada pelanggannya. Disini

perusahaan harus berusaha memilih pola konsentrasi pasar khusus yang dapat

memebrikan kesempatan maksimum untuk mencapai tujuan sebagai pelopor.

Perusahaan yang baru beroperasi setelah memeperoleh posisi tertentu dipasar,

oleh karena itu perusahaan harus menentukan pasar sasarannya.

Positioning merupakan hal yang penting dalam proses pemasaran untuk

mencapai strategi STP (Segmenting, Targeting, and Positioning), menjadi cara

pemasar menamakan citra, presepsi dan imajinasi atas produk yang ditawarkan

kepada konsumen melalui proses komunikasi. Disini positioning berhubungan

bagaimana memainkan komunikasi agar dalam mindset konsumen tertanam sitra

tertentu atas produk. Menurut (Kasali, jurnal violita : suatu tinjauan tentang

segmenting, targeting, positioning ; 2010) mendefinisikan positioning sebagai

strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen, agar

produk/merek/nama dapat mencerminkan keunggulan terhadap produk itu sendiri.

Dari definisi tersebut mengandung pengertian bahwa positioning bukan

menciptakan produk dengan menempatkan dengan segmen tertentu, tetapi

Page 65: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

46

positioning berarti menempatkan produk dalam mindset konsumen pada segmen

tertentu melalui adanya proses komunikasi yang dibangun oleh pemasar sehingga

produk memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan produk lain.

C. Cara – Cara Penentuan Posisi Pasar

Menurut (Suyanto, jurnal violita: suatu tinjauan tentang segmenting,

targeting, positioning ; 2010) penentuan posisi pasar dilakukan agar konsumen

mampu meningkatkan merek/produk/nama tertentu dalam benaknya, sehingga

menjadikan produk tersebut mempunyai citra yang kuat dibenak konsumen. Ada 2

(dua) cara dalam melakukan penentuan posisi pasar, yaitu :

1. Spesifik Positioning

Meliput kemampuan dalam menciptakan hubungan yang kuat

antara produk dengan atribut kunci tertentu dan manfaat produk

tertentu dalam benak konsumen.

2. Comfetitive Positioning

Berhubungan dengan masalah bagaimana suatu merek diposisikan

relatif terhadap pesaing.

D. Strategi Penentuan Posisi Pasar

Menurut (Winardi, 2010) setiap perusahaan harus mampu memposisikan

pendekatan yang baik sehingga dapat memebrikan kesan yang baik kepada

konsumen pada penawaran mempunyai nilai yang lebih tinggi. Jika dilihat dari

segi persepsi, ada beberapa strategi dalam penentuan posisi pasar yaitu:

1. Penentuan posisi menurut atribut, yaitu perusahaan memposisikan

menurut atribut seperti ukuran.

Page 66: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

47

2. Penentuan posisi menurut manfaat, yaitu produk diposisikan

sebagai pemimpin dalam suatu manfaat tertentu, misalnya produk

mempunyai berbagai macam manfaat.

3. Penentuan posisi menurut pengguna, yaitu memposisikan produk

yang terbaik untuk sejumlah pengguna supaya mendapatkan nilai

lebih dari konsumen.

4. Penentuan posisi menurut kategori produk, yaitu produk

diposisikan menjadi yang terbaik dalam kemasan kategori produk

tertentu.

5. Penentuan posisi menurut kualitas, yaitu produk diposisikan

sebagai yang terbaik dan termurah.

E. Kesalahan – Kesalahan Dalam Penentuan Posisi Pasar

Menurut (Saladin;2010) terdapat beberapa kesalahan – kesalahan yang

ahrus dihindari pelaku bisnis dalam penentuan posisi pasar, berikut kesalahan

utama tersebut :

1. Underpositioning

Pembeli mempunyai gambaran yang kurang jelas tentang merek tersebut.

Pembeli tidak mengetahui manfaat khusus yang dimiliki produk tersebut

2. Overpositioning

Pembeli mempunyai gambaran tertalu sempit terhadap merek tersebut

3. Conftused Positioning

Pembeli mempunyai gambaran yang samar terhadap produk dalam merek

tersebut, dikarenakan penjabaran produk yang kurang detail

Page 67: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

48

4. Doubtful Positioning

Pembeli baru mempercayai merek tersebut setelah menghubungi melalui

feature, harga atau produksi perusahaan dari produk tersebut.

Muncul berbagai macam strategi pengembangan pemasaran untuk

mendapatkan nilai lebih bagi perusahaan, industri dan kelompok dari unit – unit

usaha. Penelitian dari Ginanjar Suendro (2010) mengenai analisis pengaruh

inovasi produk melalui kinerja pemasaran untuk mencapai keunggulan bersaing

berkelanjutan studi kasus pada IKM Batik Pekalongan, penelitian ini menganalisis

faktor – faktor yang mempengaruhi inovasi produk sebagai upaya mempengaruhi

kinerja pemasaran untuk peningkatan keunggulan bersaing berkelanjutan.

Permasalahan riset bersumber pada 2 (dua) hal yaitu research gap dari baker dan

sinkula (1999) dengan han et al (1998), baker dan sinkula (1999) dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa orientasi pasar secara signifikan berhubungan

dengan kinerja pemasaran. Han et al. (1998) menempatkan inovasi sebagai salah

satu variabel terpenting dalam kinerja, selain itu gronhaug dan kaufmann (1998,

dalam han et al 1998) menyatakan bahwa inovasi menjadi semakin penting

sebagai sarana bertahan, bukan hanya pertumbuhan dalam mengadapi

ketidakpastian lingkungan dan kondisi persaingan bisnis yang semakin ketat.

Sedangkan penelitian yang dilakukan han et al. (1998) orientasi pasar berpengaruh

positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja pemasaran. Permasalahan kedua

bersumber dari research problem yaitu kurangnya inovasi produk (dari pra survei).

Dari permasalahan tersebut yang mendasari dilakukan penelitian untuk

mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi inovasi produk yang nantinya

Page 68: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

49

mempengaruhi kinerja pemasaran dan akhirnya terbentuk keunggulan bersaing

berkelanjutan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inovasi produk dapat

ditingkatkan dengan meningkatkan orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan

koordinasi lintas fungsi, inovasi produk yang semakin tinggi akan mempengaruhi

kinerja pemasaran dan selanjutnya meningkatkan keunggulan bersaing yang

berkelanjutan.

Dalam penelitian Analisis strategi pemasaran untuk meningkatkan daya

saing UMKM studi kasus pada Batik Cokro Semarang oleh dimas hendika

wibowo, zainul arifin, sunarti (2015) mengungkap strategi pemasaran yang

dilakukan oleh pelaku usaha batik daerah. Strategi pemasaran dapat dipandang

sebagai salah satu dasar yang dipakai dalam menyusun perencanaan perusahaan

secara menyeluruh. Dipandang dari luasnya permasalahan yang ada dalam

perusahaan, maka diperlukan adanya perencanaan yang menyeluruh untuk

dijadikan pedoman bagi segmen perusahaan dalam menjalankan kegiatannya,

alasan lain yang menunjukkan pentingnya strategi pemasaran adalah semakin

kerasnya persaingan perusahaan pada umumnya. Penelitian yang memiliki tujuan

untuk mendapatkan gambaran mengenai strategi pemasaran untuk meningkatkan

daya saing, dan mengetahui seberapa efektif pelaksanaan strategi pemasaran yang

telah dilakukan dalam konsep memberikan ketertarikan kepada masyarakat

terhadap satu produk. Penelitian yang dilakukan di Batik Cokro Semarang dengan

teknik wawancara, observasi dan dokumentasi, jenis penelitian deskriptif.

Hasil dari efektifitas strategi pemasaran menunjukkan adanya peningkatan

total penjualan dari tahun ke tahun dan dijadikan sebagai acuan efektifitas startegi

Page 69: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

50

pemasaran dalam persaingan antar perusahaan batik. Konsep yang diterapkan

dalam strategi pemasaran Batik Cokro Semarang melalui penetrasi peningkatan

intensitas keluarnya produk yang berdampak pada ketertarikan masyarakat

melakukan pembelian selanjutnya dapat di artikan sebagai minat beli hingga

tercapainya peningkatan daya saing. Batik Cokro Semarang menggunakan strategi

pemsaran sebagai berikut :

1. Segmentasi, berarti memilah-milah konsumen ke dalam kelompok-

kelompok yang mempunyai kesamaan kebutuhan. Segmentasi

pasar merupakan strategi yang sangat penting dalam

pengembangan program pemasaran, dimana Batik Cokro Semarang

memiliki segmentasi secara khusus lebih memfokuskan kepada

konsumen usia muda (16-30 Tahun) yang bertujuan untuk

meningkatkan ketertarikan batik dikalangan kawula muda. Dengan

adanya segmentasi pasar diharapkan usaha pemasaran yang

dilakukan dapat mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan

efisien.

2. Target pasar, adalah konsumen batik seragam dan kombinasi bagi

perusahaan, event organizer, pabrik, hotel, instansi pemerintah

maupun sekolah.

3. Posisi pasar, Batik Cokro Semarang tetap memfokuskan menjadi

alternatif utama produk batik, terutama batik seragam dan

kombinasi dengan memberikan kualitas produk yang baik.

Page 70: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

51

4. Bauran pemasaran, strategi pemasaran produk Batik Diajeng Solo

adalah membuat produk sesuai keinginan dan kebutuhan

konsumen, dalam melakukan strategi distribusi dengan melakukan

penjualan langsung ke konsumen, sedangkan strategi promosinya

melalui internet marketing, sponsor acara dan pameran fashion.

Pemberdayaan lingkungan masyarakat yang mempunyai potensi untuk

dikembangkan dan menghasilkan nilai ekonomis menjadi perhatian masyarakat

dalam keikutsertaan membangun perekonomian daerah melalui ekonomi kreatif

yang sedang digiatkan pemerintah. Dengan kearifan budaya dari masyarakat lokal

dan hasil produk yang unik dinilai mampu menarik minat masyarakat luas untuk

berkunjung. Dalam Jurnal penelitian Analisis strategi pemasaran dalam

meningkatkan industri Batik Tulis Giriloyo untuk mendukung pembangunan

wilayah di Desa Wukirsari, Wonogiri Bantul Yogyakarta (2016), dengan tujuan

penelitian untuk menganalisis karakteristik industri batik tulis giriloyo dan

menganalisis strategi pemasaran yang diterapkan. Ditinjau dari lokasi, posisi

industri Batik Laweyan dan Kauman berada di Kuadran I, sedangkan Giriloyo

berada di Kuadran II yang menandakan bawa industri ini sudah kuat namun

menghadapi tantangan yang besar. Semua akses lebih mudah jika berada di daerah

kuadran I, jangkauan konsumen lebih mudah, akses bahan baku dan pasar lebih

dekat. Divesifikasi strategi dengan memperbanyak ragam strategi taktisnya.

2.4 Integrate Consuling Media

Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk

menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin,

Page 71: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

52

merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut

mempunyai arti “perantara” atau “pengantar”, yaitu perantara sumber pesan (a

source) dengan penerima pesan (a receiver). Menurut Syaiful bahri Djamarah

media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan

guna mencapai tujuan. Miarso mengartikan media adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.Jadi dalam pengertian yang

lain media adalah alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan

dari komunikator kepada khalayak.

Istilah kewirausahaan seringkali terkait dengan penciptaan usaha baru dan

manajemen usaha kecil (Gibb, 1996) tidak semua manajer / pemilik dapat

dianggap sebagai pengusaha, juga tidak semua usaha kecil adalah kewirausahaan.

Menurut Drucker istilah entrepreneur telah digunakan lebih dari 2000 tahun.

Entrepreneur berasal dari kata perancis “Entreprendre” yang artinya

melaksanakan, mengerjakan sesuatu pekerjaan. Kewirausahaan adalah suatu

proses melalui bisnis baru, mengorganisasi sumber daya yang diperlukan dengan

mempertimbangkan risiko yang terkait dan balas jasa yang akan diterima. Banyak

definisi kewirausahaan yang telah dibahas oleh peneleiti diantaranya adalah

kewirausahaan merupakan mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha

meningkatkan hasil karyanya untuk meningkatkan penghasilan. Menurut Widjaja

(2009) entrepreneur merupakan sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam

menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya cara kerja, teknologi

dan produk yang baru. Membutuhkan biaya periklanan yang besar bagi satu

Page 72: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

53

produk industri supaya dapat dikenal masyarakat luas dan mendapatkan

pendapatan yang besar pula, namun di era modern dengan masyarakat yang

semakin akrab dengan tehnologi menjadi sangat mungkin biaya iklan yang

minimalis dapat menghasilkan impact yang besar.

Line Apps dalam smartphone, tablet dan kompoter menjadi global basic

communication, setiap individu bercengkrama melalui obrolan dan menghabiskan

banyak waktu dengan berbagai macam ekspresi dan informasi yang ditawarkan

pada Line Application. Dikembangkan oleh perusahaan Jepang bernama NHN

Corporation Line dapat melakukan aktivitas seperti mengirim pesan teks,

mengirim gambar, video, pesan suara, dan lain-lain (wikipedia). Mengambil

bagian dari Line update menjadi strategi pemasaran yang menjanjikan ketertarikan

emosional masyarakat terhadap suatu produk.

Isian menarik untuk pengemasan pemasaran produk memberikan suasana

keingintahuan kepada siapa saja yang melihat timeline, keingintahuan akan

mengubah seseorang untuk tertarik mencari informasi obyek yang sedang dilihat.

Pada konten yang sering dikunjungi oleh warga net akan memberikan income bagi

pengunggah informasi tersebut, masyarakat akan terpenuhi kebutuhan akan

produk yang dilihatnya melalui wadah yang lengkap oleh pemasar hingga pada

akhirnya calon konsumen mengetahui macam produk yang di sediakan. Tentu ini

menjadi penghasilan tambahan untuk pelaku bisnis ketika dapat menghasilkan

form untuk konten produk di dalam Line Application.

Menyikapi apa yang disampaikan pada media digital akan tersimpan dan

kapanpun dapat dinikmati oleh masyarakat akan menjadi pendapatan yang

Page 73: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

54

berkelanjutan bagi pemasar sekaligus mudah dalam mengubah format konten

untuk sekedar mengikuti perkembangan tehnologi.

2.4.1 Promosi

A. Pengertian Promosi

Pemasaran modern membutuhkan lebih daripada hanya mengembangkan

produk yang baik, memberikan harga yang menarik dan membuatnya terjangkau

oleh pasar sasaran. Perusahaan juga harus berkomunikasi dengan pelanggan yang

ada sekarang maupun komunikator dan promotor. Perusahaan modern mengelola

suatu sistem komunikasi pemasaran yang kompleks, perusahaan berkomunikasi

dari mulut ke mulut dengan konsumen lain dan publik, sementara suatu kelompok

memberikan timbal balik komunikasi kepada kelompok lainnya.

B. Fungsi Promosi

Menurut Shimp (2000:7) promosi memiliki lima fungsi yang sangat

penting bagi kemasan suatu perusahaan/lembaga, industri, kelompok dan unit –

unit usaha. Kelima fungsi tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Informing (Memberikan Informasi)

promosi membuat konsumen sadar akan produk – produk baru, mendidik

mereka tentang berbagai fitu dan manfaat merek, serta memfasilitasi

penciptaan citra sebuah perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa.

Promosi menampilkan peran informasi bernilai lainnya, baik untuk merek

yang diiklankan maupun konsumennya, dengan mengajarkan manfaat –

manfaat baru dari merek yang telah ada.

2. Persuading (Membujuk)

Page 74: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

55

Media promosi atau iklan yang baik akan mampu mempersuasi pelanggan

untuk mencoba produk dan jasa yang ditawarkan. Terkadang persuasi

berbentuk mempengaruhi permintaan primer, yakni menciptakan

permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Lebih sering, promosi

berupaya untuk membangun permintaan sekunder, permintaan bagi merek

perusahaan yang spesifik.

3. Reminding (Mengingatkan)

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para

konsumen. Saat kebetulan muncul, yang berhubungan dengan produk dan

jasa yang diiklankan, dampak promosi di masa lalu memungkinkan merek

periklanan hadir di benak konsumen. Periklanan lebih jauh

didemonstrasikan untuk mempengaruhi pengalihan merek dengan

mengingatkan para konsumen yang akhir – akhir ini belum membeli

merek yang tersedia dan mengandung atribut – atribut yang

menguntungkan.

4. Adding Value (Menambah Nilai)

Terdapat tiga cara mendasar dimana perusahaan bisa memberi nilai

tambah bagi penawaran – penawaran mereka, inovasi, penyempurnaan

kualitas, atau mengubah persepsi konsumen. Ketiga komponen nilai

tambah tersebut benar – benar independen. Promosi yang efektif

menyebabkan merek dipandang lebih elegan, lebih bergaya, lebih

bergengsi, dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing.

5. Assisting (Mendampingi upaya-upaya Lain Dari Perusahaan)

Page 75: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

56

Periklanan merupakan salah satu alat promosi membantu perwakilan

penjualan. Iklan mengawasi proses penjualan produk – produk perusahaan

dan memebrikan pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum

melakukan kontak persomal dengan para pelanggan yang prospektif.

Upaya, waktu, dan biaya periklanan dapat dihemat karena lebi sedikit

waktu yang diperlukan untuk memberi informasi kepada proses tentang

keistimewaan dan keunggulan produk jasa. Terlebih lagi, ilkan

melegitimasi atau membuat apa yang dinyatakan klaim oleh perwakilan

penjual lebih kredibel.

Jika fungsi diatas ditujukan kepada konsumen, maka sebenarnya fungsi

promosi juga memiliki tujuan untuk memenangkan persaingan dengan

kompetitor. Salah satu strategi memenangkan persaingan dalam dunia pemasaran

khususnya promosi adalah menggunakan Public Relations dengan tepat. Prof.

Pilip Kotler (dalam kartajaya, 1992:37) memberikan singkatan pada startegi

penggunaan Public Relations ini dengan istilah P-E-N-C-I-L-S.

1. Publications (Publikasi)

Perusahaan dapat mengusahakan penerbitan – penerbitan tertentu

untuk meningkatkan citra perusahaan

2. Event (Kegiatan)

Event yang dirancang secara tepat dapat mencapai suatu tujuan

public relations tertentu.

3. News (Pemberitaan)

Page 76: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

57

Semua usaha dilakukan supaya aktivitas tertentu dari perusahaan

menjadi bahan berita di media massa.

4. Community Involvement (Kepedulian Pada Masyarakat)

Berusaha “Akrab” dan “Ramah” dengan masyarakat disekitarnya.

Hal ini terutama perlu pada saat sebuah cabang suatu perusahaan

didirikan disuatu daerah baru.

5. Identity Media (Penggunaan Media Sebagai Identitas)

Semua stationery yang dipakai mulai dari kartu nama, kertas,

maupun amplop, harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat

meningkatkan citra suatu perusahaan. Selain itu identitas media

juga dapat diterapkan pada sarana dan sarana/prasarana lain, seperti

gedung, mobil pengangkut barang, dan lain sebagainya.

6. Lobbying (Mempengaruhi)

Kontak pribadi yang dilakukan secara informal untuk mencapai

tujuan tertentu.

7. Social Investment (Investasi Sosial)

Perusahaan dapat merebut hati masyarakat yang ditujunya dengan

melakukan partisipasi sosial seperti pembangunan masjid,

jembatan, taman, dan fasilitas umum lainnya. (jurnal Maroebeni,

fungsi promosi;2008)

C. Tujuan Promosi

Tujuan promosi sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut :

Page 77: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

58

1. Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan

(category need).

2. Memperkenalkan dan memebrikan pemahaman tentang suatu

produk kepada konsumen (brand awareness).

3. Mendorong pemilihan terhadap suatu produk (brand attitude).

4. Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brand

purchase intention).

5. Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain

(purchase facilitation).

6. Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning).

Dalam jurnal penelitian berjudul “Strategi promosi sebagai dasar

peningkatan respons” oleh Rusmini (2013) mendapatkan pengertian promosi

adalah upaya yang dilakukan dalam bidang informasi untuk membujuk orang

melakukan pembelian, masyarakat mendapatkan keuntungan karena informasi

yang diterima. Promosi campuran meliputi promosi penjualan, personal jual,

hubungan masyarakat dan publisitas, dan iklan. Melalui mix promotion

perusahaan, industri dan kelompok usaha dapat menginformasikan tentang produk

kepada dimaksudkan masyarakat. Komunikasi yang efektif dapat mengubah atau

memperkuat sikap masyarakat. Tanggapan khalayak dapat diukur melalui model

respon hirarki yang disebut AIDA – Attention, Interest, Desire, and Action.

Di era perdagangan bebas merupakan masa persaingan produsen dalam

memasarkan produknya. Produsen menginginkan pada era tersebut produknya

dapat diterima masyarakat luas. Agar produknya sampai ke konsumen dan dapat

Page 78: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

59

di artikan sesuai dengan ekspektasi produsen maka perlu informasi yang jelas

melalui media periklanan. Kejelasan informasi pada segmen pasar terhadap

produk yang diiklankan akan menghasilkan tanggapan positif dari konsumen yang

tentunya akan mendatangkan keuntungan bagi produsen. Dikemas dalam

penelitian (Pujiyanto judul penelitian “Strategi pemasaran produk melalui media

periklanan”,2009). Mencari berbagai informasi yang datang dari media melalui

teknologi untuk mempermudah pembelajaran. Teknologi merupakan keseluruhan

sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan

kenyamanan hidup manusia. (sumber : www.wikipedia.com).

2.4.2 Produksi

Dalam proses produksi, faktor-faktor produksi akan sangat mempengaruhi

keberhasilan serta keberlangsungan suatu perusahaan. Faktor-faktor produksi

dalam industri, antara lain sebagai berikut:

1) Modal (capital)

Modal adalah semua biaya atau barang yang dimiliki seseorang atau

perajin yang disiapkan dan digunakan melalui proses produksi. Modal digunakan

untuk membangun aset, pembelian bahan baku, rekrutmen tenaga kerja, dan lain

sebagainya untuk menjalankan kegiatan industri. Modal sangat menentukan bagi

kelangsungan industri dan mempunyai peran yang penting dalam pengembangan

suatu industri. Perbedaan modal yang digunakan tiap pengusaha akan memberikan

pengaruh yang berbeda dalam tingkat pendapatan, kemampuan produksi, orientasi

pasar serta kelangsungan industri.

2) Tenaga Kerja

Page 79: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

60

Tan Goang Tiang (dalam Ida Bagoes, 2004: 224), Tenaga Kerja (Man

Power) ialah besarnya bagian penduduk yang dapat diikutsertakan dalam proses

ekonomi. Bab 1 Pasal 1 UU RI No. 13 Tahun 2003, Tenaga kerja adalah setiap

orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Soekartawi

(2003: 7), menjelaskan bahwa faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor

produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam

jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga

kualitas dan macam tenaga kerja yang perlu pula diperhatikan. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam faktor produksi tenaga kerja, yaitu antara lain

tersedianya tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, tenaga kerja

musiman, dan upah tenaga kerja.

3) Bahan Mentah/Bahan Baku

Bahan baku adalah salah satu unsur penting yang sangat mempengaruhi

kegiatan produksi suatu industri. Tanpa bahan baku yang cukup, proses produksi

dapat terhambat dan bahkan terhenti. Tersedianya bahan baku dalam jumlah yang

cukup berkesinambungan dan harga yang relatif murah akan memperlancar

produksi yang pada gilirannya akan meningkatkan jumlah produksi. Untuk itu

pasokan bahan mentah yang cukup baik dari dalam maupun luar negeri dapat

melancarkan dan mempercepat perkembangan suatu industri.

4) Transportasi

Sarana transportasi sangat vital dibutuhkan suatu industri baik untuk

mengangkut bahan mentah ke lokasi industri, mengangkut dan mengantarkan

Page 80: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

61

tenaga kerja, pengangkutan barang jadi dan hasil output industri ke agen penyalur

atau distributor pada tahap produksi selanjutnya.

5) Sumber Energi atau Tenaga

Industri yang modern memerlukan sumber energi atau tenaga untuk dapat

menjalankan berbagai mesin-mesin produksi, menyalakan perangkat penunjang

kegiatan bekerja, menjalankan kendaraan-kendaraan industri dan lain sebagainya.

Sumber energi dapat berwujud dalam berbagai bentuk seperti bahan bakar minyak

(bbm) batubara, gas bumi, listrik, metan, baterai, dan lain sebagainya.

6) Lokasi Industri

Pemilihan lokasi dalam industri mempunyai arti yang sangat penting, hal

ini karena lokasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan,

perkembangan, keberlangsungan suatu kegiatan industri. Adapun tujuan dari

adanya pemilihan lokasi industri tersebut adalah untuk memperbesar keuntungan

dengan menekan biaya produksi dan menjangkau pasar yang luas.

Adapun faktor-faktor untuk menentukan lokasi suatu industri dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Faktor pokok, meliputi lokasi bahan baku, sumber tenaga kerja, biaya

angkutan, daerah pemasaran dan sumber energi.

b) Faktor tambahan, meliputi iklim, kebijaksanaan pemerintah di bidang

industri dan ketersediaan air.

Teori kewirausahaan (Entrepreneurship theory) yang dikemukakan oleh

Schumpeter (1934), dikenal dengan teori pertumbuhan ekonomi karena pelaku

pertumbuhan ekonomi adalah para entrepreneur yang memperkenalkan produk

Page 81: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

62

baru, metode produksi baru serta inovasi yang mendorong aktivitas ekonomi.

Fungsi seorang pengusaha adalah mereformasi pola produksi dengan

mengeksploitasi sebuah penemuan. Perubahan pola pemanfaatan sumberdaya

menjadi kombinasi yang baru menurut Scumpeter menyebabkan terjadinya

transformasi perusahaan menjadi sesuatu yang berbeda secara signifikan.

Transformasi perusahaan dari sesuatu yang lama menjadi baru mencerminkan

perilaku wirausaha/ pengusaha.

Pemasaran produk hasil keluaran produksi harus dikelola oleh sumber

daya manusiastrategi pemasaran yang tepat, agar hasil produksi dapat terjual

untuk mendapatkan keuntungan atau profit yang diharapkan sebagai pemasukan

untuk kegiatan kreativitas dan inovasi produksi berikutnya, strategi

pengembangan pemasaran menjadi topik utama untuk para pencari pasar terlebih

sekarang ini telah ditemukan berbagai macam strategi pemasaran yang digunakan

berbagai jenis perusahaan, mencoba mengembangkan teknologi dan media akan

menjadi serangan pasar yang tepat terhadap produk untuk memperluas pangsa

pasar, memberikan deviden kepada pemegang saham, membayar pegawai,

karyawan, buruh, hingga menjamin property right terpenuhi dengan baik.

Untuk menghadapi persaingan global, berbagai perusahaan seperti Sony

Corporation dari Jepang yang melakukan merger pada Paramount Pictures dan

CBS Records dalam rangka membentuk aliansi strategis atau perusahaan

relasional. Didalam strategi adalah pilihan antara mengubah harga,

mengembangkan produk baru, melakukan kampanye iklan, membangun kapasitas

Page 82: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

63

baru, dan tindakan serupa lainnya yang mempengaruhi penjualan dan tingkat laba

perusahaan dan pesaingnya.

Page 83: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

64

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini muncul karena terjadi perubahan paradigma dalam

memandang suatu realitas/fenomena/gejala. Dalam paradigma ini realitas sosial

dipandang sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, dan penuh

makna. Permasalahan yang akan dikaji merupakan masalah yang bersifat sosial

dan dinamis. Oleh karena itu, menggunakan metode penelitian kualitatif menjadi

pilihan yang tepat untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah dan

menganalisis temuan dalam penelitian tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat

digunakan untuk memahami interaksi sosial, misalnya dengan wawancara

mendalam sehingga akan ditemukan pola – pola yang jelas mengenai

perekonomian dan Observasi untuk menentukan konsep permasalahan sosial.

3.2 Penelitian Kualitatif

David Williams (1995) mengemukakan bawa penelitian kualitatif adalah

pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode

alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.

Penelitian kualitatif menurut Moleong (2007:6) adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain – lain. Secara holistik

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.

Page 84: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

65

Metode penelitian ini muncul karena terjadi perubahan paradigma dalam

memandang suatu realitas/fenomena/gejala. Dalam paradigma ini realitas sosial

dipandang sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, dan syarat akan

makna. Paradigma yang demikian disebut paradigma postpositivisme. Paradigma

sebelumnya disebut paradigma positivisme, dimana dalam memandang gejala,

lebih bersifat tunggal, statis, dan konkrit. Paradigma postpositivisme

mengembangkan metode penelitian kualitatif. Sering disebut metode penelitian

naturalistik karena metode penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting).

SelanjutnyaMetode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi. Bogdan dan Taylor (1975) mengemukakan bahwa metodologi

penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat

diamati. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya

mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang menjadi objek penelitian

berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan manusia.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak – pihak yang dijadikan sebagai sampel

dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian dapat terdiri dari 3 (tiga) level, yaitu :

Page 85: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

66

1. Mikro, merupakan level terkecil dari subjek penelitian dan hanya berupa

individu.

2. Meso, merupakan level subjek penelitian dengan jumlah anggota lebih

banyak, misalnya keluarga dan kelompok.

3. Makro, merupakan level subjek penelitian dengan anggota yang sangat

banyak, seperti masyarakat atau komunitas luas.

Peran subjek penelitian adalah memebrikan tanggapan dan informasi

terkait data penelitian. Arikunto (1998:15) Objek penelitian adalah variabel / apa

yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan subjek penelitian

merupakan tempat dimana variabel melekat. Dalam penelitian ini yang menjadi

subjek penelitian adalah pelaku usaha batik dalam cluster batik semarang. Objek

penelitian yaitu strategi pengembangan pemasaran batik semarang.

3.4 Waktu Dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember 2018

untuk intensif pendalaman materi penelitian dan untuk pengamatan mengenai

perkembangan objek penelitian dimulai pada awal tahun 2016, Tempat penelitian

yaitu UMKM Batik khususnya pada Cluster Batik Semarang dan ruang lingkup

konsumen batik.

3.5 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan

tentang hal-hal yang akan dilakukan yang tersusun secara sistematis. Desain

penelitian bertujuan untuk memberi pertanggung jawaban terhadap semua langkah

yang diambil. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan

Page 86: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

67

menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif (Faisal,2010:20)

dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau

kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang

berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Permasalahan yang akan dikaji

merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Pemilihan metode penelitian

kualitatif menjadi tepat untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan,

mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap fakta-fakta strategis

mengenai kondisi pemasaran cluster batik Semarang, Lai et al (2013),

menyatakan beberapa penelitian tentang klaster (Cluster) telah banyak dilakukan,

diantaranya hubungan antara manajemen pengetahuan pada klaster industri dan

inovasi (Arikan, 2009; Connel & Voola, 2013; Lissoni, 2001; Tallman et al.,

2004), hubungan dan pengaruh di antara sistem inovasi dan klaster (Bell, 2005;

Gnywali & Srivastava, 2013), dan pengaruh klaster industri terhadap daya saing

perusahaan (Bell et al., 2009). pengaruh manajemen pengetahuan klaster industri

pada kinerja inovasi diteliti oleh Lai et al (2013). Hasil penelitian menunjukkan

kinerja inovasi dipengaruhi oleh klaster industri dan manajemen pengetahuan,

dimana klaster industri terdiri dari aspek sumber daya dan hubungan interaksi

antar elemen, sedangkan manajemen pengetahuan terdiri dari penciptaan dan

penerimaan pengetahuan serta penyebaran dan penyimpanan pengetahuan.

Beberapa penelitian dengan objek Batik Semarang dilakukan oleh Widodo

(2011) melakukan identifikasi bentuk penerapan eko-efisiensi, Permatasari (2011)

melakukan analisis rantai nilai untuk memberikan strategi pada produk batik.

Page 87: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

68

Widyaningrum (2014) melakukan penelitian tentang strategi pemasaran, dan

Cahyo Uji Pernanto, Margareta Suryaningsih, Kismartini (2016) tentang

implementasi program pemberdayaan usaha mikro batik dalam lingkup klaster

batik kota Semarang yang mendapati masih ada faktor penghambat klaster batik

untuk mengembangkan diri seperti kontrol tidak rutin, sumber daya manusia,

faktor – faktor yang menyebabkan naik turunnya jumlah perajin batik dan

konsumen batik, hingga sarana dan prasarana yang masih perlu dikembangkan.

Selain itu terdapat faktor pendukung implementasi pemberdayaan yaitu

kontribusi, komitmen, kesiapan, kompetensi, finansial instansi Dinas Koperasi

dan UMKM Kota Semaran, hubungan sosial dan derajat keterlibatan anggota

klaster yang baik.

Berbagai hambatan yang dihadapi oleh para pelaku usaha batik dalam

mempublikasikan hasil karya nya serta bagaimana usaha dan langkah strategis

yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut supaya produk batik semarang

mendapatkan lingkup pasar yang lebih luas dan lebih digemari oleh konsumen

batik. Setelah mengetahui kondisi industri batik berdasarkan hasil observasi, data

temuan di lapangan, hasil wawancara dan opini masyarakat, kemudian

dirumuskan strategi atau upaya pengembangannya. Penelitian kualitatif ini dapat

digunakan untuk memahami interaksi sosial, misalnya dengan wawancara

mendalam sehingga akan ditemukan pola – pola yang jelas dan seimbang.

3.6 Jenis Dan Sumber Data Penelitian

3.6.1 Jenis Data Penelitian

A. Data Primer

Page 88: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

69

Data dalam bentuk verbal atau kata – kata yang diucapkan lisan,

gerak – gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat

dipercaya, yakni subjek penelitian atau informan yang berkenaan dengan

variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari informan secara

langsung (Arikunto, 2010:22)

B. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yang

menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi

yang dilakukan serta dari studi pustaka. Data sekunder ini bisa berasal dari

dokumen – dokumen grafis seperti tabel, catatan, bukti fisik seperti foto

dan lain sebagainya (Arikunto, 2010:22).

3.6.2 Sumber Data Penelitian

Sumber data diperoleh dari mini tour observasi, wawancara dan

dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Penentuan sumber data dilakukan

secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini dimaksudkan orang tersebut dianggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan, sehingga akan memudahkan peneliti

menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2010: 299-300).

Melakukan analisis konsumsi masyarakat terhadap produk dari objek

penelitian menjadi bahan pengayaan dalam data penelitian.

3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Page 89: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

70

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini menggunakan jenis

penelitian kualitatif, maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan

spesifik. Sugiyono (2009:225) menerangkan bahwa pengumpulan data dapat

diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan atau

trianggulasi. Pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan

cara observasi untuk mendapatkan revenue initial information, wawancara untuk

memperdalam data dan dokumentasi untuk referensi hasil temuan dilapangan

pada objek yang dituju.

1). Observasi

Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala

atau fenomena yang ada pada objek penelitian (Pabundu Tika, 2005: 44).

Kusuma (1987:25) Observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan

sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau objek lain yang

diselidiki. Adapun jenis – jenis observasi tersebut diantaranya yaitu

observasi terstruktur, observasi tak terstruktur, observasi partisipan, dan

observasi nonpartisipan.Metode ini digunakan untuk mencari data awal

dan gambaran umum tentang arah dan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian membawa

observasi partisipan dalam menemukan informasi penting menjadi metode

yang sangat membantu untuk mendapatkan dasar dan mengembangkan

konsep ilmu pengetahuan. Observasi partisipan yaitu suatu teknik

Page 90: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

71

pengamatan dimana peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang

dilakukan oleh objek yang diselidiki. Bersamaan dengan melakukan

pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh

narasumber. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh

akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna

dari setiap perilaku yang nampak. Menganut pada partisipasi aktif (Active

Partisipation) yang memiliki pengertian means that the researcher

generally does what others in the setting do. mengamati dan mencatat

langsung terhadap objek penelitian, dalam observasi ini peneliti ikut

melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya

lengkap. yaitu dengan mengamati dan melakukan kegiatan – kegiatan

perajin batik, Mengambil arah observasi tak berstruktur pada mulanya

observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur,

karena fokus penelitian belum jelas.

Fokus observasi berkembang selama kegiatan observasi

berlangsung. Dalam penelitian penggunaan instrumen yang telah baku

masih belum dilakukan, tetapi hanya menggunakan berupa rambu – rambu

pengamatan dan menuliskan hasil observasi pada matrik sederhana.

Sehingga dapat menentukan pokok – pokok pembahasan berupa strategi

pemasaran batik untuk pasar yang lebih luas seiring dengan perkembangan

zaman yang ditujukan pada wilayah produksi batik Semarang. Selanjutnya

memperjelas informan yang akan diteliti sehingga lebih jelas dalam

mendapatkan informasi untuk kepentingan penelitian.

Page 91: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

72

Obyek observasi dalam penelitian kualitatif yang diobservasi

menurut Spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga

komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas)

1) Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang

berlangsung

2) Actor, pelaku atau orang – orang yang sedang memainkan peran

tertentu

3) Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi

sosial yang sedang berkembang

Tiga elemen utama tersebut dapat diperluas sehingga apa yang dapat kita

amati adalah :

1) Space : the physical place : ruang dalam aspek fisiknya

2) Actor : the people involve : yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi sosial

3) Activity : a set of related acts people do : yaitu seperangkat kegiatan yang

dilakukan orang

4) Object : the physical things that are present : yaitu benda – benda yang

terdapat di tempat itu

5) Act : single actions that people do, yaitu perbuatan atau tindakan – tindakan

tertentu

6) Event : a set of related activities that people carry out, yaitu rangkaian aktivitas

yang dikerjakan orang – orang

7) Time : the sequencing that takes place over time, yaitu urutan kegiatan

Page 92: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

73

8) Goal : the things people are trying to accomplish, yaitu tujuan yang ingin

dicapai orang – orang

9) Felling : the emotion felt and expressed, emosi yang dirasakan dan

diekspresikan oleh orang – orang.

Dalam melakukan pengamatan kita dapat menentukan pola sendiri,

berdasarkan pola diatas. Dengan melakukan pengamatan terhadap situasi sosial

bidang pemasaran cluster batik semarang, maka place nya adalah lingkungan

pemasaran batik secara global pada umumnya dan cluster batik semarang pada

khususnya, actor nya adalah konsumen batik, perajin dan pelaku usaha batik

semarang, activity – nya adalah kegiatan pemasaran batik semarang, pelaksanaan

produksi, komunikasi antara produsen dengan konsumen.

Ada tiga tahapan observasi yang digunakan yaitu 1) observasi deskriptif,

2) observasi terfokus 3) observasi terseleksi, Spradley (1980).

1) Observasi deskriptif

Dilakukan pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek

penelitian. Pada tahap ini belum membawa masalah yang akan diteliti,

melakukan penjelajahan umum, dan menyeluruh, mendeskripsikan semua

yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Simpulan yang dihasilkan masih

dalam keadaan yang belum tertata. Observasi tahap ini sering disebut

sebagai grand tour observation Dan kesimpulan pertama dihasilkan. Bila

dilihat dari segi analisis maka peneliti melakukan analisis domain

sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.

2) Observasi terfokus

Page 93: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

74

Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu

observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu.

Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus, karena pada tahap ini

peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus.

Mini tour observation berupa penjelajahan pengetahuan mengenai

konsumsi batik oleh masyarakat Jawa Tengah dalam konsep yang di

telusuri adalah pemasaran batik. Memfokuskan pada domain “huruf

besar”, “huruf kecil” dan “angka”, namun masih belum terstruktur. Bila

dilihat dari segi analisis data, maka pada tahap ini peneliti telah melakukan

analisis taksonomi yang selanjutnya menghasilkan kesimpulan tahap

kedua.

3) Observasi terseleksi

Menguraikan fokus yang ditemukan sehingga data lebih rinci. Dengan

melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini

telah ditemukan karakteristik, kontras – kontras/perbedaan dan kesamaan

antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan

kategori yang lain. Menurut Spradley (1980) observasi terseleksi ini masih

dinamakan mini tour obsevation.

Hasil dari observasi penelitian strategi pengembangan pemasaran daerah

yang memiliki sudut potensial atau produk potensial daerah yang berada pada

posisi central, Semarang sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah memiliki

keunggulan – keunggulan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

pendapatan daerah. Mengusung tema sebagai Kota Atlas, dengan potensi alam

Page 94: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

75

yang dimiliki dan pelabuhan laut alami yang dapat menarik pedagang dan

pengunjung ke kota tersebut. Pelayanan terbaik kepada pedagang dan pengunjung

tersebut, karena mereka akan membayar pajak serta membawa kemakmuran bagi

penduduk Semarang. Semakin banyak yang datang untuk berdagang dan

berkunjung, semakin tinggi pendapatan yang didapatkan. Letaknya yang strategis

ditengah kota - kota percontohan seperti Jakarta yang berada disebelah Barat,

Surabaya dibagian Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada bagian Selatan

yang dengan kemudahan akses mencapai masing - masing Kota percontohan

tersebut. Mengalunkan gerak percepatan perekonomian dengan langkah taktis

melalui manajemen perkotaan yang tepat dan strategi pengembangan ekonomi

yang komprehensif, Dinilai mampu menjadi langkah tengah yang dinamis untuk

setiap perubahan iklim bisnis global. Untuk analogi yang tidak merubah bentuk

lama dengan mengganti nilai baru, tetapi mempertahankan bentuk lama dan

memberikan bentuk baru yang memperkuat pengertian dari strategi yang ingin

disampaikan yang disebut challenge analogic product. Dimana akan terus ada

tantangan yang dihadapi untuk mencapai nilai tengah yang maksimal didalam

strategi pengembangannya.

2). Wawancara

Menurut Nasution, wawancara (interview) adalah bentuk komunikasi

verbal yang bertujuan memperoleh informasi dengan cara tanya jawab yang

dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Moh.

Pabundu Tika, 2005: 49). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan

data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

Page 95: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

76

permasalahan yang harus diteliti, apabila peneliti ingin mengetahui hal – hal dari

responden yang lebih mendalam teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri

pada laporang tentang diri sendiri atau self report, atau setidak – tidaknya pada

pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Esterberg (2002) mengemukakan

beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan

tidak terstruktur.

A. Wawancara Terstruktur

Digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila pengumpul data

telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah

menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan – pertanyaan tertulis

yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

B. Wawancara Semi Terstruktur

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in – dept

interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan

dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah

untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang

diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan

wawancara, peneliti harus mendengarkan secara teliti dan mencatat apa

yang dikemukakan oleh informan.

C. Wawancara Tak Terstruktur (unstructured interview)

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

Page 96: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

77

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis – garis besar permasalahan

yang akan ditanyakan. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum

mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga pencari

informasi banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.

Berdasarkan analisis terhadap setiapjawaban dari responden tersebut,

maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang

lebih terarah pada suatu tujuan.

Menggunakan sistem wawancara semi terstruktur untuk mendapatkan

pendalaman informasi dan mendapatkan detail informasi melalui pengajuan

pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan yang terdapat dalam

karakteristik wawancara tak terstruktur menjadi pilihan tepat dalam penelitian

strategi pengembangan pemasaran cluster batik semarang. Untuk menghindari

kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada informan untuk

menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan wawancara, menjelaskan

atau memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas

mengenai topik penelitian menjadi poin penting yang harus dilakukan.

Langkah – langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan

data penelitian kualitatif (Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal), yaitu :

1) Menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan

2) Menyiapkan pokok – pokok masalah yang akan menjadi bahan

pembicaraan

3) Mengawali atau membuka alur wawancara

Page 97: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

78

4) Melangsungkan alur wawancara

5) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhrinya

6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

Menggali informasi dari berbagai macam narasumber dalam bidang batik

untuk mendapatkan detail information, hingga perlunya memahami opini

masyarakat luas terhadap batik yang berkembang dari tahun ke tahun, sehingga

penelitian dapat menghasilkan langkah strategis yang tepat dan diperlukan.

Dengan penentuan informan yang sudah jelas melalui observasi partisipatif yang

sebelumnya dilakukan, dalam konsep wawancara ini yaitu perajin dan pelaku

usaha cluster batik semarang mulai penulisan struktur dan tujuan wawancara

untuk mendapatkan informasi inti mengenai batik yaitu strategi pemasaran batik

semarang dari cluster batik semarang. Sebagai bahan pengayaan materi penelitian,

opini public dalam hal ini adalah masyarakat luas yang dikerucutkan menjadi

konsumen batik sebagai landasan untuk penyusunan strategi pengembangan

pemasaran batik semarang. Memberikan pertanyaan mengenai ketertarikan

terhadap produk batik oleh masyarakat dan hasilnya dipadukan dengan analisis

strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh perajin dan pelaku usaha cluster

batik semarang. Mengetahui kelemahan, keunggulan dan hambatan dalam

pemasaran produk batik yang sedang berjalan di cluster batik semarang, serta

mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi minat dan daya beli masyarakat

terhadap produk batik, jika keduanya di masukkan dalam konsep analisis strategi

pengembangan pemasaran akan ditemukan langkah – langkah strategis dalam

Page 98: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

79

meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk mencari, bertanya, dan membeli

produk batik.

Berikut ini daftar informan yang digunakan dalam mendapatkan informasi

tentang Batik Semarangan :

No

Nama Informan

Alamat

1.

Bapak Joko Sunarto

Perumahan Pondok Raden Patah

Blok C1 No 17 Desa Sriwulan,

Sayung Demak

2.

Bapak Tri Utomo

Kampoeng Batik Gedong No. 429,

Rejomulyo, Semarang Timur Kota

Semarang

3.

Umi S Adi Susilo

Desa Sumberejo RT 02 RW 05,

Meteseh, Tembalang, Meteseh,

Tembalang, Kota Semarang

4.

Ibu Dewi Handayani Untari

Ningsih

Karya Kriya Batik yang bertempat

di Jangli Krajan Kelurahan

Karanganyar Gunung Candisari,

Kota Semarang

5.

Bapak Eko Hariyanto

Kampung Batik gedong No.430

Rejomulyo Semarang Timur Kota

Semarang

Page 99: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

80

6.

Ibu mustafiah

Toko Batik Mustafiah Pasar Yaik

Johar Semarang

7.

Ibu Zazilah

Zie Batik Kampung Malon Gunung

Pati Semarang

8.

Ibu Ririn Prabandari

Praba Cempaka Batik Kelurahan

Tugurejo Kecamatan Tugu Kota

Semarang

9.

Bapak Sumadi

Pengrajin Batik era 80 an,

Perum Gunungpati Permai Kepoh,

Nongkosawit Gunungpati

10.

H.MA.Warsono,SH.M.Hum

Dewan Koperasi Indonesia Wilayah

Jawa Tengah, Jalan Pamularsih

Raya No. 68 Semarang Barat

11.

Ibu Irma

Klub Merby: Pelatihan Ketrampilan,

Kesenian dan Toko Souvenir

Semarangan.

Jalan MT Haryono (Mataram) No

653 Semarang

Tabel 3.1 Informan Penelitian Cluster Batik Semarang

Page 100: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

81

Untuk mendapatkan informasi dan data yang diinginkan, memperhatikan

cara – cara yang benar dalam melakukan wawancara adalah menjadi hal penting,

diantaranya sebagai berikut :

a. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang memiliki arti ganda,

taksa, atau pun yang bersifat ambiguitas.

b. Pewawancara menghindari pertanyaan panjang yang mengandung banyak

pertanyaan khusus. Pertanyaan yang panjang hendaknya dipecah menjadi

beberapa pertanyaan baru.

c. Pewawancara seyogyanya mengajukan pertanyaan dalam rangka

pengalaman konkrit responden.

d. Pewawancara hendaknya mengajukan pertanyaan yang konkrit dengan

acuan waktu dan tempat yang jelas serta menyebutkan semua alternatif

yang ada atau sama sekali tidak menyebutkan alternatif.

Supaya hasil wawancara dapat selalu diingat oleh pewawancara dengan

baik, dan kepemilikan bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau

sumber data, maka digunakan bantuan alat – alat oleh pewawancara segabai

berikut.

1. Buku catatan : berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan

sumber data.

2. Tape recorder : berfungsi untuk merekam semua percakapan atau

pembicaraan.

Page 101: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

82

3. Camera : untuk memotret ketika melakukan pembicaraan dengan

informan. Dengan adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan

penelitian akan lebih terjamin.

Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar

tidak lupa bahkan hilang. Karena wawancara dilakukan secara terbuka, maka

peneliti memerlukank pembuatan rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil

wawancara. Dari berbagai sumber data, dicatat mana data yang dianggap penting,

yang tidak peneting dan data yang sama dikelompokkan. Hubungan satu data

dengan data yang lain perlu dikonstruksikan, sehingga menghasilkan pola dan

makna tertentu. Data yang msih di ragukan perlu ditinjau dan ditanyakan kembali

kepada sumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan

kepastian.

3). Studi Pustaka

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku

– buku referensi, laporan – laporan, majalah – majalah, jurnal dan media lainnya

yang berkaitan dengan objek penelitian.

4). Dokumentasi

Dokumen menurut Sugiyono, (2009:240) merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan

harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode pbservasi dan

wawancaara. Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, sketsa

Page 102: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

83

penelitan yang dimuat di media massa dan literatur serta data – data mengenai

Cluster Batik Semarang. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan

semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh bukti fisik.

5). Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Melakukan pengumpulan data

dengan triangulasi maka sebenarnya peneliti mengumpulkan daya yang sekaligus

menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik

pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Triangulasi teknik, berati peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda – beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

Menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, studi pustaka dan

dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Dengan triangulasi

data yang telah dikumpulkan dalam observasi, wawancara, studi pustaka dan

dokumentasi dapat diketahui oleh peneliti apakah ini convergent (meluas), tidak

konsisten atau kontradiksi. Dan pada akhirnya didapatkan data yang lebih

konsisten, tuntas dan pasti. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan

data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

3.7.2 Instrumen Penelitian

A. Panduan Dokumentasi

Panduan dokumentasi berisi hal-hal yang berkaitan dengan

informan, antara lain mengenai deskripsi lokasi penelitian, kisi-kisi

Page 103: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

84

pedoman dokumentasi, peta administratif, data UMKM Batik Semarang,

data penjualan batik Disperindag Semarang dan arsip-arsip yang berkaitan

dengan masalah penelitian.

B. Wawancara Semiterstuktur (Semistructure Interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-

depthinterview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas

biladibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara

jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka

(Sugiyono, 2010: 320). Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang

berkompeten dan berkaitan langsung dengan hal-hal yang terkait dalam

masalah penelitian pada Cluster Batik Semarang, antara lain yaitu pelaku

usaha, pemimpin paguyuban perajin batik, konsumen batik, Dinas Arsip

dan Perpustakaan Kota Semarang bagian Usaha mikro kecil dan

menengah, Dinas Koperasi dan Usaha mikro kecil dan menengah Kota

Semarang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diimplementasikan. Miles and Huberman (1984),

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data selama dilapangan yaitu, data

reduction, datadisplay, dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2010:

Page 104: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

85

337). Aluranalisis data menurut Miles dan Huberman dapat digambarkan pada

skema berikut ini.

Gambar 3.1 Bagan Komponen dalam analisis data (Interactive model)

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti berada di lapangan,

maka jumlah data yang didapat akan semakin banyak, kompleks dan rumit.

Untuk itu segera melakukan analisis data dengan reduksi data sangat

diperlukan. Mereduksi data berarti merangkum , memilih hal – hal yang

pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya bila

masih dibutuhkan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik

seperti komputer mini, dengan memebrikan kode pada aspek – aspek tertentu.

Data Collection

Data Reduction

Data Display

Conclusions :

drawing/

verifying

Page 105: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

86

Dalam reduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan

dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Reduksi

data merupakan proses berfikir sensitif, bagi peneliti yang masih baru dalam

melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang

dipandang ahli. Melalui diskusi itu wawasan akan berkembang sehingga dapat

mereduksi data – data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori

yang signifikan.

b. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Melalui penyajian data maka data akan terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami. Memudahkan peneliti

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah difahami tersebut, “looking at displays help us to

understand what is happening and to do some thing-further analysis or caution

on that understanding” Miles and Huberman (1984). Selain dengan teks

naraatif dalam melakukan display data juga dapat berupa grafik, matrik,

network (jejaring kerja) dan chart. Bila pola – pola yang ditemukan telah

didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola

yang baku. Pola tersebut selanjutnya di display pada laporan akhir penelitian.

c. Conclusion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat

Page 106: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

87

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal didukung oleh bukti – bukti yang

valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan tamuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu obyek yang sebelumnya masih remang – remang atau gelap sehingga

setelah dilakukan penelitian menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, atau teori.

Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang, dan

terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan

menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan

analisis yang saling terkait. Pendekatan yang digunakan adalah bersifat induktif

dimana lebih menekankan pada makna ataupun data sesungguhnya di lapangan.

Hasil akhir dari penelitian ini akan menghasilkan suatu temuan baru yang sifatnya

strategis.

McDrury ( Collaborative Group Analysis of Data, 1999 ) seperti yang

dikutip Moleong (2007:248) tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut

:

a. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan

yang ada dalam data,

b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema

yang berasal dari data.

Page 107: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

88

c. Menuliskan “model” yang ditemukan,

d. Koding yang telah dilakukan.

Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan

informan kunci, yaitu seseorang yang benar – benar memahami dan mengetahui

situasi obyek penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai

dengan membuat transkrip hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama,

kemudian menuliskan kata – kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada

direkaman tersebut.

Setelah melakukan penulisan hasil wawancara tersebut kedalam transkrip,

selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian dilakukan

reduksi data. Pembuatan reduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu

mengambil dan mencatat informasi – informasi yang bermanfaat sesuai dengan

konteks penelitian atau mengabaikan kata – kata yang tidak eprlu sehingga

didapatkan inti kalimatnya saja, tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa informan.

Abstraksi yang sudah dibuat dalam bentuk satuan – satuan yang kemudian

dikelompokkan dengan berdasarkan taksonomi dari domain penelitian. Analisis

Domain menurut Sugiyono (2009:255), adalah memeproleh gambaran yang

umum dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial. Untuk

memperoleh domain ini dilakukan dengan pertanyaan grand dan minitour.

Sementara itu, domain sangat penting bagi penliti, karena sebagai pijakan untuk

penelitian selanjutnya. Mengenai analisis taksonomi yaitu dengan memilih

domain kemudian dijabarkan menjadi lebih terinci, sehingga dapat diketahui

struktur internalnya.

Page 108: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

89

Data yang terkumpul dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

mengenai hambatan dan usaha untuk mengatasi hambatan dari para pelaku usaha,

proses pembuangan limbah cair warna industri dan upaya pengembangan

berdasarkan faktor-faktor strategis internal dan eksternal, yang demikian banyak

akan direduksi untuk dipilih mana yang layak dan tepat untuk disajikan. Proses

pemilihan data akan difokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan

masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian.

3.9Kredibilitas Penelitian

Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat

dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah keberhasilan

mencapai maksud mengeksplorasi masalah yang majemuk atau keterpercayaan

terhadap hasil data penelitian.

Upaya untuk menjaga kredibilitas dalam pene;itian adalah melalui langkah

– langkah sebagai berikut (Sugiyono, 2009:270-276) :

a. Perpanjangan pengamatan

Peneliti kembali lagi ke lapangan melakukan pengamatan untuk

mengetahui kebenaran data yang telah diperoleh maupun untuk

menemukan data – data yang baru.

b. Meningkatkan ketekunan

Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan,

denagn mengingkatkan ketekunan tersebut, maka peneliti akan melakukan

pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan salah atau tidak.

c. Triangulasi

Page 109: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

90

Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan waktu.

d. Analisis kasus negative

Peneliti mencari data yang berbeda atau yang bertentangan dengan temuan

data sebelumnya, bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan

dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

e. Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh,

data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.

f. Mengadakan member check

Member check merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para

pemberi data berarti data tersebut sudah valid, sehingga semakin kredibel

atau dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan

berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberid ata, maka peneliti

perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya

tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan

dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Page 110: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

91

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adanya perubahan yang cukup fundamental dalam kehidupan ekonomi

masyarakat ternyata telah melahirkan nilai – nilai baru, kebutuhan – kebutuhan

baru dan perilaku ekonomi baru yang harus mendapat perhatian dari private

sector. Oleh sebab itu, semua perusahaan baik besar, menengah maupun kecil

dihadapkan pada peluang dan tantangan yang semakin kompleks dan tidak

terbatas. Dalam konteks ini, tidak sedikit perusahaan yang berkembang dinamis

dan tidak sedikit pula perusahaan yang statis bahkan mengalami kegagalan

dengan mortalitas yang tinggi, yaitu 78 persen (Yuyun Wirasasmita, 1994).

Ambivalensi terhadap kemampuan usaha kecil dengan berbagai fenomena

bermunculan sejalan dengan dinamika perkembangan sektor lain di bidang

ekonomi. Di satu pihak eksistensi usaha kecil sangat penting, dilain pihak usaha

kecil itu sendiri secara struktural maupun kultural masih lemah. Kelemahan

dibidang manajemen, organisasi, pengendalian mutu, kemampuan mengadopsi

dan penguasaan teknologi, kesulitan mencari permodalan, dan terbatasnya akses

pasar, merupakan kelemahan struktural yang membentuk lingkaran

keterbelakangan tidak berujung pangkal. Akibatnya, usaha kecil masih kurang

efisien.

Penopang yang dapat dilakukan salah satunya dengan melakukan kerja

sama dengan banyak kepentingan (Pihak dalam perusahaan dan diluar

perusahaan). Media sebagai jembatan komunikasi dua arah dari Cluster Batik

Page 111: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

92

Semarang ke masyarakat untuk penyampaian produk Batik Semarang yang

edukatif dan ekonomis. Medianya sangat beragam, dari yang memanfaatkan

teknologi informasi hingga penarikan konsumsi masyarakat dan pelanggan

dengan pemberikan pelayanan yang berkesinambungan.

4.1. Strategi Pengembangan Pemasaran di Cluster Batik Semarang

Pemasaran merupakan aktivitas perdagangan untuk mengupayakan

pendapatan dari penjualan produk didalam aktivitas perekonomian, tindakan

strategi pengembangan pemasaran yang selanjutnya disebut sebagai cara

menghasilkan keuntungan dari pemasaran yaitu : Memastikan pertumbuhan

perusahaan serta respons terhadap perubahan pasar adalah mengembangkan

produk baru, meningkatkan produk baru, jasa baru, dan aliran pendapatan baru

serta masuk ke pasar yang baru; Perusahaan yang membuat kekayaan baru tidak

hanya mengeksekusi dengan lebih baik, mereka melakukan analisa untuk

mengubah aturan permainan.

Mereka juga menciptakan situasi, lingkungan, produk, jasa, pasar, dan

pengalaman yang menghasilkan peluang; Kemajuan dan peningkatan mengambil

bentuk dikemas kembali, disuling kembali, dikembangkan kembali, atau

mengubah sesuatu yang lama menjadi baru; Kemajuan dan peningkatan adalah

sumber kehidupan perusahaan berkembang; Menganalisa dan menunjukkan

jawaban dalam menciptakan kembali produk atau jasa yang unggul dan

mempengaruhi pelanggan serta prospek dalam cara yang baru dan berbeda;

Peluang atau ekspansi datang dalam bentuk mengembangkan aliran pendapatan

Page 112: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

93

yang baru; Integrasi sistem, apakah pemasaran atau lainnya, akan menjadi

penekanan bagi usaha perusahaan untuk lebih efisien dan efektif; Ketika

pelanggan berhubungan dengan pemasar, pelanggan lebih tertarik kepada

pengalaman total mereka, bukan pada transaksinya.

4.1.1 Pengembangan Pemasaran Batik Semarangan

Keinginan untuk menunjukkan eksistensi produk lokal sebagai ciri khas

produk kebudayaan masyarakat Semarang Jawa Tengah, permasalahan utama

yang dibahas dalam kegiatan bisnis atau perdagangan skala kecil, menengah

hingga besar adalah analisis pasar mendalam; desain produk atau layanan;

pengembangan publikasi penjualan dan pemasaran; penilaian kebutuhan sumber

daya manusia dan membangun perkiraan keuangan yang realistis. Mengolah

berbagai kemungkinan dari peluang pasar pada era milenialis saat ini mengubah

peluang pasar dari kemungkinan negatif pada pemasaran menuju nilai operasional

yang positif, Pos nilai posititf ini yang nantinya akan di isi dengan strategi –

strategi pengembangan pemasaran yang dapat membangun perekonomian dan

budaya menuju lingkungan kebudayaan yang berkemajuan.

Batik untuk Warisan Kemanusiaan sebagai Budaya Lisan dan Nonbendawi

(Masterpieces Of The Oral And The Intangible Heritage Of Humanity)merupakan

satu dari kebudayaan bangsa Indonesia yang telah diakui keberadaannya oleh

Dunia Internasional melalui United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization (UNESCO)pada 2 Oktober 2009. Mempunyai konsep baru yaitu

pengembangan pemasaran yang akan di terapkan pada Batik – Batik Daerah di

Nusantara, menjalin kerjasama dengan pelaku usaha yang terkait dengan Batik

Page 113: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

94

dan menggali Batik khas yang ada di tiap – tiap provinsi di Indonesia salah

satunya adalah Batik Semarangan dari Provinsi Jawa Tengah yang akan

memberikan penguatan nilai Batik Nasional di mata masyarakat luas. Mengangkat

kembali keunikan Batik Daerah supaya tetap lestari dengan semakin pesatnya

teknologi di masa depan. Umi S Adi Susilo pengembang motif batik semarangan

dari Batik Semarang 16 mengungkap perkembangan Batik di Semarang awal

tahun 2000an.

“Karena waktu itu di Semarang belum ada batik yang bisa disebut sebagai

batik khas Semarang. Padahal di kota-kota lain seperti Solo, Yogyakarta atau

Pekalongan, batik sangat berkembang. Semarang yang kotanya tidak kalah besar

dengan kota-kota tersebut harusnya batiknya juga berkembang, ikut menunjukkan

eksistensi batik lokal nya”.Untuk ide pembuatan batik khas Semarang, ide

tersebut saya dapat ketika saya sedang diam merenung”.

Page 114: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

95

Gambar 4.1 Kegiatan membatik di workshop Batik Semarang 16

Sumber : Dokumentasi pribadi (2018)

Kemudian saat itu para stafBatik Semarang 16 ini (Umi S Adi Susilo)

yang ada di sanggar batik juga memberi masukan,“kenapa kok tidak dibuat saja

sebuah batik khas Semarang”. Karena ide tersebut menarik dan berbeda dari

sebelumnya maka diputuskan sejak itu mulai produksi Batik Khas Semarang atau

Batik Semarangan.Sedangkan kondisi awal pemasaran menjadi tolak ukur untuk

pengembangan strategi pemasaran Cluster Batik Semarang, supaya langkah

pemasaran yang akan dikerjakan telah melalui proses selektif yang nantinya dapat

menghantarkan Batik Semarangan pada pilihan pasar yang tepat. Selanjutnya

bagaimana kondisi awal anda memasarkan Batik Semarangan?, Pertanyaan ini

ditujukan untuk Bapak Tri Utomo selain beliau sebagai perintis lahirnya Batik

Semarang di tahun 2000an, beliau adalah seorang sejarawan Batik Semarang yang

Page 115: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

96

dinilai mampu memberikan situasi pemasaran Batik Semarangdengan langkah

prestisiusnya dalam mengenalkan Batik Semarang.

Berikut jawaban dari Bapak Tri Utomo, “Dulu masih minim orang yang

mengenal Batik Semarang. Orang tahunya kalau batik ya Pekalongan, Solo dan

Yogyakarta saja. Waktu itu saya mengawali dari tiga motif yaitu motif buah asem

arang , merak dan kawung semawis kemudian saya bawa ke mana-mana untuk

dijual. Dari itu, banyak masukan dari pelanggan untuk menambah warna dan

motifnya. Hingga akhirnya berkembang seiring permintaan pelanggan. Saya

sendiri saat itu juga belajar secara otodidak ke ibu-ibu di kampung batik ini. Awal

mencoba membuat motif merak, kemudian setelah jadi, meski produk gagal

hehehe (guyonan ringan oleh Pak Tri Utomo), bikin motif lainnya yakni warak

ngendog. Kemudian ambil beberapa motif khas Semarang seperti cinde laras dan

ikon Kota Semarang lainnya”.

Page 116: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

97

Gambar 4.2 Galeri Batik Ngesti Pandowo Bapak Tri Utomo

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2018)

Sumber : Dokumentasi pribadi (2018)

Semarang merupakan daerah dengan tata letak yang strategis, terletak di

bagian tengah pulau jawa dengan di kelilingi oleh kota – kota percontohan ditanah

air seperti Surabaya di bagian timur, Jakarta di bagian barat, dan Jogjakarta di

bagian selatan, menjadi posisi central yang menguntungkan untuk jalur

perdagangan. Memiliki bermacam ikon yang dikenal oleh masyarakat luas

merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari Semarang sebagai

Ibukota Provinsi Jawa Tengah, seperti Tugu Muda, Sam Po Kong atau Cheng Ho,

Lawang Sewu dan Burung Kuntul(Ardeidae).Selanjutnya Ibu Umi S Adi Susilo

mengatakan bahwa,“Tak heran jika ikon – ikon daerah menjadi bagian dari motif

Page 117: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

98

batik semarang itu sendiri. Tujuannya tak lain adalah memberikan kesan yang

melekat dan mudah diingat banyak orang”.

Terlepas dari kegiatan bisnis dalam konsep untuk mendapatkan laba

financial, kegiatan usaha dapat di alokasikan untuk brand image satu daerah yang

memiliki nilai lebih dibandingkan dengan daerah – daerah lain sehingga mampu

menghasilkan nilai positif yang akan terus dapat dikembangkan untuk daerah

tersebut dan bagi para Business Society, memunculkan gagasan bisnis yang

menarik melalui pengembangan produk dan pemasaran strategis yang terpusat.

Di dalam Manajemen Strategis pada kompetisi Pasar Global menyatakan

beberapa hal penting atas peranan analisis lingkungan internal,

1. Bahwa analisis lingkungan internal merupakan bagian tidak

terpisahkan dari proses manajemen strategi.

2. Meskipun pendekatan manajemen strategi mengalami perubahan

dalam 40 tahun terakhir, tetapi analisis lingkungan internal tetap

memegang peranan utama.

3. Berbagai teori mulai dari traditional study, Ricardian Economic,

Penrosian Economic dan Review based view telah memeprngaruhi

bentuk pendekatan manajemen strategi. Bentuk yang terakhir

sebagai pengembangan dari RBV yaitu co-evolution, product

sequencing.

4. Penulis mengajukan pertanyaan mungkinkah strategi keunggulan

kompetisi seperti RBV cocok dengan kondisi perekonomian

Page 118: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

99

Indonesia, kondisi perekonomian yang berbeda dengan negara

maju dan berbeda dengan negara yang tidak dilanda krisis.

Mungkin, pandangan dan pendekatan baru yang diperlukan adalah

pendekatan keunggulankompetisi yang sederhana tapi menyeluruh.

Pendekatan dengan mendorong 3K (Kontinuitas, Kapabilitas, dan

Komitmen), yaitu: mendorong sumberdaya yang dimiliki

dimobilisasikan secara kontinyu tidak ada penyumbatan atau

distorsi dalam value system, mendorong manajemen capable dalam

memobilisasikan sumberdaya dalam business system, mendorong

komitmen semua pihak yang terkait dalam business system, value

system dan system of value system. Dalam pendekatan 3K business

system, value system (system of business system) dan economic

system (system of valus system) merupakan kesatuan yang saling

mempengaruhi dan mengikat yang bisa menimbulkan dampak

pertumbuhan bola salju ataupun keruntuhan domino.

Satu kesatuan ide untuk mengembangkan produk yang sudah ada dapat

ditemukan dari sekitar tempat kita beraktifitas, kembali kepada konsumen sebagai

penikmat inovasi produk yang dibuat karena pada hakikatnya dalam menciptakan

terusan batik akan diperuntukkan untuk kebutuhan masyarakat. Menjangkau nilai

positif pemasaran adalah bagian dari strategi pengembangan pemasaran sebagai

wujud dari Society Business and Business Environment. Untuk total keseluruhan

kreatifitas produk yang dihasilkan yaitu Batik Semarang menuju pada

bertumbuhnya pasar – pasar baru yang dapat dikunjungi masyarakat sebagai

Page 119: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

100

konsumen dalam belanja modern ataupun belanja tradisional, yang menawarkan

beragam produk Batik Semarang. Sehingga dapat dipastikan sirkulasi ekonomi

daerah dapat mengalir terus menerus melalui industri kecil dan menengah berbasis

menikmati produk Batik Nasional.

Dikutip dari pernyataan Bapak Warsono dari Dewan Koperasi Indonesia

menuturkan bahwa, Terdapat beberapa ciri khas usaha kecil kerajinan di Kota

Semarang, yaitu : (1) dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar (labour

intensive); (2) unsur seni, memegang peranan dominan; (3) berani memunculkan

ciri khas produk, sebagai contohnya Batik Semarangan;(4) tidak perlu

menggunakan teknologi tinggi yang menggunakan energi listrik yang besar.

Terutama dalam hal daya serap tenaga kerja, kontribusi usaha kecil kerajinan

sangat besar. Berkaitan dengan besarnya peranan UMKM (Usaha Mikro Kecil

dan Menengah) dalam perekonomian daerah, upaya mengarahkan tata ruang

Semarang sebagai daerah untuk kegiatan ekonomi. Kota Semarang merupakan

Pusat Kegiatan Lokal dengan prioritas pengembangan adalah sektor perdagangan

dan industri.

Tata ruang wilayah provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang termasuk salah

satu dari 6 Pusat Kegiatan Wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang berfungsi

sebagai : (1) pusat jasa pelayanan keungangan / bank; (2) pusat pengolahan/

pengumpulan barang; (3) simpul transportasi untuk beberapa kabupaten; (4) pusat

pelayanan jasa lain untuk beberapa kabupaten. Akan tetapi, upaya ini belum

sepenuhnya dikaitkan dengan pengembangan UMKM (Usaha Micro Kecil dan

Menengah) di Kota Semarang. Dirasa sangat perlu Batik Semarangan sebagai

Page 120: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

101

produk yang bernilai tinggi dariperwujudan kehidupan Bangsa Indonesia

mendapat tempat tersendiri dalam penyelenggaraan kehidupan Masyarakatnya.

Saatnya untuk menambah esensi sekunder dari produk primer Batik menjadi Batik

Semarangan.

Batik sebagai hal yang mempunyai kualitas,adanya pengantar produk yang

dinamis untuk disampaikan ke konsumen sekarang dan di masa industri 4.0 dinilai

sangat perlu dilakukan seorang pemasar. Dimana dalam mencapai hal tersebut

perlu dilakukan penekanan kualitas pelayanan dari tiap – tiap unit usaha Batik di

Cluster Batik Semarang. Menurut Richard D’Aveni (1994:253) dan Gary Gamal

(1994:232), perusahaan harus menekankan strategi yang memfokuskan pada

pengembangan kompetisi inti (Building core competicy), pengetahuan dan

keunikan intangibel aset untuk menciptakan keunggulan, dan hanya

wirausahawan lah yang mampu mencari peluang secara kreatif dalam

menciptakan keunggulan. Sehingga didapatkan analisa kualitas pelayanan unit

usaha Cluster Batik Semarang yang diurai dalam bahasan dibawah ini.

4.1.2 Kualitas Pelayanan Unit Usaha Cluster Batik Semarang

“Pada Mulanya Saya kenalkan ke instansi-instansi, mengikuti berbagai

pameran batik tapi tidak bisa langsung mendorong ke penjualan waktu itu”.

Begitu Pak Tri Utomo menerangkan mengenai permulaan pemasaran produk

Batik Semarangan.

“Butuh waktu untuk mengenalkan ke masyarakat, sambungnya dalam

mengutarakan betapa sulitnya membangun pemasaaran Batik Semarangan. Justru

Page 121: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

102

penjualan itu meningkat dari adanya kunjungan yang dilakukan oleh istri pejabat

ke kampung batik yang membeli oleh-oleh. Istilahnya getok tular, Saya paham

barang kalau semakin lengkap, maka akan menjadi jujukan. Karena melihat

kualitas Batik Semarangan yang bagus, akhirnya setiap ada kunjungan dari mana-

mana selalu diajak ke kampung batik ini. Karena banyak permintaan hingga

akhirnya saya kewalahan. Dari situ pemilik Batik Ngesti Pandowo dan

koordinator paguyuban perajin batik di Kampung Batik Semarang ini mulai

menggandeng 10 penjahit untuk dibina dalam rangka memenuhi permintaan

pasar. Belakangan saya (Bapak Tri Utomo) mulai timpang antara kapasitas

produksi batik dan pemasaran, Akhirnya saya fokus ke pemasaran saja”.

Sedangkan Bapak Joko Sunarto Ketua Cluster Batik Semarang

memanfaatkan pemasaran melalui strategi Cluster adalah pilihan lain untuk dapat

dengan mudah mengarahkan konsumen pada pembelian yang lebih central. Pak

Joko Sunarto menuturkan pemahaman mengenai Cluster Batik Semarang,

banyaknya perajin batik semarang yang saling bekerja sama dalam pembuatan

kegiatan pemasaran dan mengikuti event – event nasional dan internasional

memberikan ruang tersendiri dalam Cluster Batik Semarang untuk dapat

mengembangkan Batik Semarangan.

“Relatif lebih mudah dijangkau oleh masyarakat luas untuk kemudahan

akses ke Batik Semarangan karena kegiatan Cluster menjadi bagian dari program

pendorong unsur kebudayaan daerah yang dikembangkan oleh pemerintah. Galeri

– galeri Batik seperti yang ada di Kampung Batik, Kota Lama Semarang, Pasar

Page 122: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

103

Bulu dan Pusat Produk UMKM Srondol Semarang merupakan bagiaan dari

tempat dimana masyarakat dapat melakukan transaksi jual beli dan pengetahuan

Batik Semarang. Jika dilihat dari strategi pemasaran, keinginan untuk

mendapatkan pangsa pasar dengan metode konvensional telah diterapkan di

Cluster Batik Semarang dan menjadi kelebihan seorang pemasar dalam

memasarkan produk miliknya”.

Gambar 4.3 Pelatihan Membatik Warga Perumahan Pondok Raden Patah Desa

Sriwulan Sayung Demak yang diprakarsai oleh Ketua Cluster Batik Semarang

Bapak Joko Sunarto

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2018)

Page 123: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

104

Gambar 4.4 Produk Workshop Kelompok Batik Bapak Joko Sunarto

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2018)

Page 124: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

105

Seperti halnya Oxfordsebuah kota dan distrik nonmetropolitan di

Oxfordshire, United Kingdom dari Exhibition market di negara – negara maju.

Londonyang memiliki The Convered Market dengan kualitas pelayanan

terbaiknya dalam memberikan kenyamanan berbelanja kepada setiap orang yang

datang. Dipusatkan di tengah-tengah Kota dengan memanfaatkan letak dan

struktur bangunan tematik, yang dapat diakses baik dari High Street, Market

Street atau melalui Golden Cross di Cornmarket Street, The Covered Market

menyambut para pengunjungnya dengan berbagai warna dan aroma bisnis khas

penduduk setempat.Dengan lebih dari 40 pedagang yang menjual makanan,

hadiah, sepatu, pakaian, bunga, dan perhiasan. Beberapa yang unik yaitu “one

stop shop”dimana dalam satu pasar, pengunjung mendapat semua yang

kehendaki. Tidak seorang pun yang datang ke Oxford harus melewatkan

kunjungan ke pasar ini dan dengan dukungan berkelanjutan dari penduduk

setempat dan pelajar untuk bisnis yang akan terus berkembang (Exhibition The

Convered Market Oxford, 2018).

Aspek bisnis dan lingkungan sosial masyarakat Indonesia memunculkan

dasar konsumsi yang memerlukan ketertarikan dan keserasian antara strategi

pemasaran dengan budaya perdagangan “konsumen adalah raja” khas nilai bisnis

masyarakat Asia Tenggara. Bapak Tri Utomo mengungkapkan bahwa “Kita harus

melayani pelanggan sepenuh hati karena aset kita itu pelanggan bukan barang

atau modal. Kalau pelanggan habis, barang tidak akan laku terjual dan sulit

untuk perputaran uang nya. Kemudian mengerti keinginan pelanggan, jangan

sampai pelanggan kecewa. Kebaikan itu tidak akan tersampaikan 3 kali dalam

Page 125: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

106

sebulan, Tapi kalau kekecewaan bisa 10 kali dalam sehari. Karena saya melayani

dengan baik dan ramah sehingga dampaknya juga baik dan ramah. Banyak yang

datang itu justru dari referensi yang pernah beli di saya”.

Menurut Kotler (2000:47) nilai terantar pada pelanggan adalah selisih

antara nilai pelanggan total (total customer value) dan biaya atau pengorbanan

pelanggan total (total customer cost). Nilai pelanggan total meliputi manfaat yang

diharapkan pelanggan dari barang dan jasa tertentu (seperti : product value,

service value, and image value). Sementara, total customer cost (seperti :

monetary cost, time cost, energy cost and psychic cost). Definisi pemasaran secara

Managerial menurut “The american marketing association” yang dikutip dari

Business Review memberikan bentuk proses perencanaan dan pemilihan konsep

(executing), harga, distribusi, promosi dari gagasan barnag dan jasa untuk

menciptakan transaksi (exchange) yang memuaskan individu dan organisasi.

Sementara definisi secara sosial memperlihatkan peran pemasaran dalam

masyarakat, seorang pemasar dapat menyatakan bahwa peranan pemasaran adalah

untuk memberikan standar hidup yang lebih tinggi (deliver a higher standard of

living).

Keterpaduan antara gagasan pemasaran secara managerial dan manajemen

kebutuhan sosial masyarakat di atas jelas mengindikasikan bahwa tujuan

pemasaran pada intinya adalah untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan

konsumen (sosial individu dan kelompok), Dalam rangka mencapai standar hidup

yang lebih tinggi. Oleh karena itu pemasar harus mengerti kebutuhan pasar

Page 126: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

107

masing – masing melalui proses interaksi ke sejumlah aktivitas pelayanan

konsumen dan skill dalam kualitas produk. Peter Drucker seorang penulis,

konsultan manajemen, dan ekolog sosial dari austria yang kemudian dikenal

sebagai bapak manajemen modern ini mengatakan “Tugas pemasaran adalah

untuk mengetahui dan mengerti pelanggan, dalam arti kecocokan produk dan

pelayanan bagi mereka (konsumen)” adalah wujud dari (knowledge worker).

Idealnya, pemasar dapat menghasilkan konsumen yang siap untuk

membeli. Mengutip dari apa yang disampaikan oleh Menteri Perdagangan

Indonesia Enggar Triastolukita dalam keterangan pers 25 Agustus 2018, “Dalam

mengelola pasar rakyat tak perlu ada eksklusivitas saat mengakomodasi

kebutuhan para pelaku usaha kecil dan menengah. Sebab keduanya dapat saling

mengisi, bersatu dan maju bersama, hal ini akan memudahkan masyarakat yang

hendak berbelanja”. Kebutuhan para pengusaha yang menempati pasar rakyat

mesti didukung secara setara, agar mereka sama – sama berkembang. Sebab

keduanya saling mengisi dan mendukung, menggerakkan perekonomian dipasar –

pasar. "Management is doing things right; leadership is doing the right things."

Konsep pemasaran memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan dan

keinginan pasar sasaran dan pengantar nilai yang lebih baik yang dikenal dengan

integrated marketing. Konsep pemasaran sosial adalah filosofi yang sesuai dengan

mengatasi kerusakan lingkungan hidup, keterbatasan sumberdaya, ledakan dan

pertumbuhan penduduk, sehingga pelayanan sosial sangat diperlukan. Organisasi

(Cluster) atau pemasar dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan baik, dan

Page 127: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

108

melalui ketertarikan (interested) pelanggan dan masyarakat dalam jangka panjang

menjadi pekerjaan rumah yang belum tersampaikan dengan baik hingga saat ini.

Konsep ini adalah konsep pemasaran terbaru yang disebut dengan konsep

community marketing life.

Dalam Public Relation News, “Public Relations merupakan fungsi

manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengenali kebijakan dan prosedur

perorangan atau organisasi dengan minat publik, dan merencanakan serta

melaksanakan sebuah program aksi untuk mendapatkan pemahaman dan

penerimaan dari publik”. Bagian utama dari Public Relations adalah memahami

dimana terdapat keinginan mendapatkan publisitas. Secara definisi, PR (Public

Relations) berarti melakukan publisitas kepada “publik”, yang sesungguhnya

adalah melakukan publisitas kepada “pasar target”.

Pada tahap strategi pengembangan pemasaran Cluster Batik Semarang,

Public Relations menjadi sangat penting dengan adanya keinginan

masyarakatyang menginginkanatau sekedar mendengar berita bagus. PR yang

baik menyampaikan kisah yang baik, Semakin baik ceritanya makin baik

penerimaan publik dan makin baik hubungan pemasar dengan publik. Makin baik

hubungan, semakin baik kesempatan yang akan dimiliki untuk mendapatkan

pemahaman dan penerimaan dari konsumen, dan semakin mudah untuk

mendapatkan publisitas yang relevan dengan perkembangan zaman. Jika beritanya

secara khusus menarik mereka yang dapat menjadi klien, maka Cluster Batik

Semarang dapat mempunyaihomerun PR, yang akan membuka banyak pintu bagi

pemasaran dan penjualan strategis. Kualitas penyampaian produk dengan baik

Page 128: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

109

akan layak mendapatkan pemberian nilai yang baik pula dari masyarakat sebagai

tujuan informasi pemasaran Batik Semarang.

Warisan kemanusiaan seperti produk batik dan turunannya dapat

bertumbuh baik seiring berjalannya waktu dan begitu juga dapat hilang termakan

oleh waktu jika pengelolaannya tidak tepat. The United Nations Educational,

Scientific and Cultural Organization (UNESCO) akan melakukan cross check

terhadap semua karya yang diakuinya sebagai warisan dunia yang berhubungan

dengan pendidikan, sains dan kebudayaan. Dalam proses sepuluh tahunan akan

dilakukan pemantauan jejak dan nilai oleh badan internasional ini sebagai wujud

Controlingterhadap Batik sebagai Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces

Of The Oral And The Intangible Heritage Of Humanity)merupakan satu dari

kebudayaan Bangsa Indonesia yang telah diakui keberadaannya oleh dunia

internasional.

Oleh sebab itu perlu adanya pengembangan strategis yang terfokus untuk

publisitas batik dalam semua jenis produk turunannya untuk mendapatkan

pengembangan nilai manfaat dari Batik. Sebagai praktisi pemasaran Bapak Tri

Utomo pemilik omah batik dan tenun “Ngesti Pandowo” dan Koordinator

paguyuban perajin batik di Kampung Batik Semarang Jalan Batik No 698A

Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang, ikut serta

mengawal perjalanan Batik Semarangan supaya menjadi tuan rumah dari Produk

Kebudayaan Bangsa. Berawal pada tahun 2006 lalu dari keinginan istri Wali Kota

saat itu, yaitu Sinto Sukawi bersama Dekranasda (Dewan kerajinan nasional

daerah) Kota Semarang, yang ingin mengembangkan batik semarangan.

Page 129: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

110

“Saat itu sudah ada beberapa perajin batik semarangan, tapi belum ada

kampung batik. Kemudian dikembangkan Kampung Batik untuk menghidupkan

lagi kerajinan batik yang dulu sudah pernah ada. Untuk itu dipanggil pelatih

batik dari beberapa daerah untuk melatih warga yang mau belajar membatik”.

Seiring berjalan waktu, warga sudah bisa menghasilkan produk batik.

Namun, mereka terkendala pemasaran. Jadi bisa membuat batik, tapi bingung

menjualnya. Dari situ, ketidak inginanproduk batik semarangan ini dikuasai orang

luar, menghasilkan komitmen dalam diri Bapak Tri Utomo untuk memasarkan

dan menunjukkan Batik Semarangan ke publik.Menyadari bahwa menjadi seorang

yang mengawali pemasaran produktidaklah mudah, upayanya untuk terus

memberikan kualitas pelayanan terbaik kepada pelanggan sangat diperhatikan.

Gambar 4.5 Kegiatan Komunikasi Pemasaran dan Menjelaskan Artian Motif

Batik Semarang

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2018)

Page 130: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

111

“Mengembangkan produk Batik Semarangan dan Kampung Batik

Semarang supaya jejak kebudayaan dapat dinikmati oleh semua generasi.

Dikarenakan proses belajar yang otodidak menjadikan permintaan pelanggan

sebagai prioritas utama adalah satu poin yang baik jika dapat dikelola dengan

benar untuk menarik minat pelanggan. Menurut Bapak Tri Utomo

mengembangkan pemasaran melalui pelanggan itu sendiri (pemasaran mulut ke

mulut) telah membuahkan hasil yang cukup baik di galeri batik Ngesti Pandowo

miliknya dan Kampung Batik Semarang”.

Dari pernyataan tersebut diatas terjadi situasi keterpaksaan akan keadaan

yang mengharuskan pengambilan inisiatif dari beberapa individu untuk memulai

ide baru dalam pemasaran yang pada akhirnya belum terlepas dari sebuah rantai

relasi atau link (hubungan individu), kolaborasi (tradisional) ditunjukkan pada

pendatangan batik dari perajin batik di Semarang dan sekitarnya untuk memenuhi

galeri batik yang akan mendapatkan kunjungan dari Eksekutif Negara.

Ketersudutan membawa gagasan permulaan dalam pembenahan pemasaran

produk warisan budaya Batik Semarang untuk mendapatkan pengakuan dan

manfaat ekonomis. Satu terobosan permulaan yang baik namun tidak untuk

strategi pengembangan sebuah pemasaran produk batik sebagi warisan budaya

negara berkembang. Arti dari pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan

managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka

butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan

nilai dengan orang lain. Philip and Duncan (2007), sebagai sebuah tekanan dalam

menghasilkan inovasi baru maka kelangsungan produk inovasi tersebut kurang

Page 131: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

112

dapat bertahan dipasar, karena keputusan diambil ketika adanya suatu

keterpaksaan, situasi untuk fokus kedepannya masih belum muncul dari kondisi

pemasaran seperti ini.

Pemasar, perajin, dan pedagang harus mempunyai kemampuan menjadi

seorang fortune teller untuk keberlangsungan produk dagangnya. Batik

merupakan produk yang nilai manfaatnya dapat digunakan setiap waktu jika

dilihat dari perspektif pedagang, strategi pemasaran yang dilakukan haruslah

dinamis sehingga didapati brand image Batik Semarangan yang selalu

terbaharukan dari masa ke masa, dari sinilah konsumen akan terus tertarik

membeli Batik Semarang dan Batik – Batik daerah lainnya.

Menurut Keller (2000) brand image atau citra merek adalah persepsi

konsumen terhadap citra merek produk yang akan dikonsumsi atau dipakai.

Menurut Keller (2000) citra merek terdiri dari dua faktor utama yaitu:

(1). Faktor fisik, merupakan karakteristik fisik dari merek yaitu: desain, kemasan,

logo, nama merek, fungsi, dan kegunaan produk dari merek itu, dan

(2). Faktor psikologis, dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai dan kepribadian

yang dianggap oleh konsumen dapat menggambarkan produk dari merek tersebut.

Citra merek sangat erat kaitannya dengan apa yang orang pikirkan, rasakan

terhadap suatu merek tertentu. Sehingga citra merek faktor psikologis lebih

banyak berperan dibandingkan faktor fisik merek tertentu.

Page 132: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

113

Permintaan pelangganharus terus diupayakan untuk dapat terpenuhinya

produk, proses belajar dapat berjalan melalui media permintaan pelanggan

tersebut. Kebutuhan yang semakin meningkat mengkhususkan pelanggan

meningkatkan permintaan produk yang akan dibelinya agar mempunyai nilai yang

dapat digunakan sekarang dan dimasa yang akan datang. Membuat perajin dan

pemasar mengeluarkan pokok - produk yang dapat memenuhi kebutuhan

pelanggannya.Cluster sebagai rumah dari proses kreatif produk Batik

Semarangan, mulai dari manajemen produksi, manajemen operasional dan

pemasaran. Sehingga apa yang disampaikan perajin Batik Semarangan akan

diolah dalam Cluster Batik Semarang dan menjadi cikal bakal strategi

pengembangan pemasaran Batik Semarangan. Wujud peragaan produk yaitu

galeri – galeri UMKM Se-Kota Semarang dan Kampung Batikyang menjadi

pemicu datangnya konsumen. Isian pemasaran dengan komunikasi dua arah

memberikan keyakinan dalam benak konsumen. Sehingga memicu ketertarikan

untuk mencari informasi seputar Batik Semarangan.

Memaksimalkan strategi yang dapat berkonfigurasi dengan masa yang

akan datang adalah bagian yang tepat untuk terus belajar mengembangkan Batik

Semarangan. Mencari nilai strategis dari sebuah teknologi untuk dapat menambah

dorongan positif pada pengembangan pemasaran di Cluster Batik Semarang.sains

manajemen dan ekonomi pembangunan diharapkan mampu berkontribusi

menghasilkan teori manajemen perekonomian berbasis kebutuhan lingkungan

masyarakat, budaya dan nilai teknologi untuk dapat diaplikasikan dengan tepat

pada strategi pengembangan pemasaran Cluster Batik Semarang.

Page 133: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

114

4.2 Pengembangan Strategi Pemasaran Cluster Untuk Batik Semarang

Gamabr 4.6 Keanekaragaman Jenis Produk Dari Bahan Dasar Batik Yang Sedang

Ditawarkan Kepada Konsumen di UMKM Center Semarang

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2018)

Dalam tahapan ini diperlukan penguasaan manajemen, yaitu dengan

mengubah pemilik sebagai pengusaha (owners as a business man) yang merekrut

tenaga yang diberi wewenang yang jelas. Di bidang pemasaran, harus ada strategi

perluasan nilai penjualan dengan melakukan improvisasi kondisi lingkungan

bisnis terhadap pengembangan langkah strategis pemasaran. Di bidang keuangan,

dari tahap “cash flow” berubah menjadi tahap “tighten financial control”,

“improve margin and control cost”. Di bidang pendanaan, dalam tahap take- off

usaha kecil harus sudah “venture capital”.

Page 134: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

115

Perjalanan pengembanganBatik Semarangan mulai menemukan konsep

baru dalam berinovasi untuk menarik minat konsumen pada Batik Semarangan

yaitu permulaannya dari operasi pemasaran mulut ke mulut / pintu ke pintu

menjadi strategi pemasaran (http),adalah perburuan nilai tambah teknologi yang

dikemas dan terus dicari dalamupaya menyampaikan produk melalui keringanan

konsumsi masyarakat dalam imajinasi produk pra pembelian.Perubahan

lingkungan bisnis yang diakibatkan oleh pesatnya kemajuan teknologi infofrmasi

telah memaksa dunia bisnis untuk mengikuti perkembangan yang ada untuk dapat

bertahan. Suatu organisasi yang terlambat memanfaatkan teknologi informasi

akan terlambat pula dalam memperoleh informasi yang penting untuk dapat terus

mengikuti perubahan, karena satu – satunya yang tetap adalah perubahan.

Perubahan lingkungan bisnis terjadi pula karena akan dimulainya era

perdagangan bebas dengan pergerakan bisnis inovatif. Dengan dimulainya era

perdagangan bebas, maka persaingan akan semakin ketat. Selain dari

kuantitasnya, kualitas pesaing juga dapat meningkat karena mereka berangkat dari

pandangan target pasar yang beragam. Memenuhi harapan lingkungan merupakan

salah satu tujuan dari organisasi. Faktor sumber daya manusia merupakan faktor

penentu karena pada akhirnya manusia yang akan menggerakkan semua dinamika

kehidupan bisnis.

Page 135: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

116

Gamabr 4.7 Galeri Batik UMKM Center Semarang

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2018)

Page 136: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

117

Dalam konsep persaingan bebas yang semakin dinamis seperti sekarang

ini, menurut D’Aveni (1997), Perusahaan harus menekankan pada strategi

pengembangan kompetensi inti (building core-competency) yaitu pengetahuan

dan keunikan untuk menciptakan keunggulan. Keunggulan tersebut diciptakan

melalui New 7-S’ Strategy (The New 7-S’s), yaitu “superior stakeholder

satisfaction, strategic sooth-saying, position for speed, position for surprise,

shifting the role of the game, signaling strategic intent, and “simultanous and

sequential strategic thrusts”. Inti dari konsep New 7S’s adalah vision for

disruption, general capabilities for executing disruption, product or

markettactiscs to deliver the disruption untuk merebut persaingan. Sedangkan inti

strategic intent, yaitu strategi yang lebih menekankan pada sense of direction,

sense of discovery and sense of destiny untuk meraih persaingan melalui

kapabilitas sumber daya yang ada. (Gary Hamel, 1994)

4.2.1 Mengubah Langkah Strategi Pemasaran Dari Getting Customer

menjadi Improve Competitive Situation

Menganalisa kebutuhan pasar dengan mengartikan kesesuaian pada

produk yang paling banyak terjual, yang mulai berseberangan dengan kebutuhan

nilai yang terkandung di dalam Batik itu sendiri. Yang sejatinya Batik Semarang

memiliki aksen moriltersendiri bagi pemiliknya, dengan penggambaran berbagai

motif Batik Semarangan yang banyak mengangkat nilai – nilai sejarah daerah

Semarang dan Jawa Tengah. Menunjukkan keinginan publisitas daerah dengan

keanekaragaman budaya dan masyarakatnya yang unik dan dapat digunakan

sebagai daerah percontohan. Batik membawa keuntungan moralitas bagi

Page 137: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

118

pemiliknya, Dan kini teknologi menjadi langkahtepat guna menarik minat

masyarakat.

Mendapati sebagian besar masyarakat menaruh kepercayaan konsumsinya

pada dunia digital yang lebih memberikan gambaran hasil karya (Batik) tanpa

memperjelas desain produk sesungguhnya apalagi informasi yang terkandung

pada Batik merupakan bonus yang dapat dimanfaatkan oleh Cluster Batik

Semarang dalam mendorong brand image Batik Semarangan. Jadi arusnya

mengalir yang bertolak belakang antara Batik sebagaiFreedom opini masyarakat

dengan pengambilan manfaat atas pengembangan pemasaran berupa stimulan

hasil statistik. Harusnya dengan menawarkan Batik melalui startegi pemasaran

yang berkembang adalah paket lengkap dengan upaya penawaran edukasi Batik

didalamnya. Hingga pada akhirnya porsi pendapatan berjalan seimbang dengan

yang diharapkan pedagang dan tingkat konsumsi masyarakat. Sehingga menjadi

kekuatan Batik Daerah sebagai salah satu wujud pergerakan lingkungan ekonomi

berbasis Ethno Economics dan penularan nilai – nilai budaya pada generasi

berbasis media dan teknologi.

Kajian mengenai resiprositas mencuat pada masanya setelah Bronislaw

Malinowski, dalam bukunya Argonauts of the Western Pacific (1922)

mengungkapkan fenomena unik berkaitan dengan resiprositas yang ia temui pada

masyarakat di Kepulauan Trobriand. Kemudian ia mengamati proses dan lajur

pertukaran pernak-pernik yang berupa gelang dan kalung (yang menurutnya tidak

berharga) ini di seluruh pulau. Setelah itu Malinowski menyimpulkan bahwa

sistem pertukaran ini berkaitan langsung dengan aspek perpolitikan di kepulauan

Page 138: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

119

tersebut.Malinowski menyebut proses ini sebagai pertukaran Kula.Pertukaran

Kula menurut Malinowski bukanlah barter; Barter merupakan proses pertukaran

langsung antara barang atau jasa yang secara kuantitas atau kualitas bernilai sama,

serta diawali persetujuan kedua belah pihak sebelum berlangsungnya

pertukaran.Sementara pertukaran Kula merupakan proses penghadiahan suatu

pernak-pernik, yang kemudian diikuti proses penghadiahan lainnya sehingga

terjadi pertukaran. Malinowski menekankan pendapatnya bahwa pertukaran ini

terjadi antar individu dan hadiah yang diberikan tidaklah "murni" sebagai hadiah,

karena individu yang berkaitan mengharapkan suatu hadiah kembali dengan nilai

yang sama atau lebih besar dari pemberiannya.

Resiprositas merupakan perpindahan barang atau jasa yang terjadi secara

timbal balik dari kelompok-kelompok yang berhubungan secara simetris.

Hubungan simetris yang dimaksud yakni, hubungan dimana masing-masing pihak

menempatkan diri dalam kedudukan dan peranan yang sama ketika proses

pertukaran berlangsung.

Berkaitan dengan pemikiran dan bahasa, ide-ide, serta prinsip yang

mendasari tindakan ekonomi pada suatu masyarakatyakni Ethno Economics.

secara kualitatif, essensi dan eksistensi usaha kecil dalam perekonomian nasional

tidak diragukan, yaitu : (1) Sebagai alat untuk memperkokoh perekonomian

nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, yaitu fungsi pemasok, fungsi

produksi, fungsi penyalur dan pemasar bagi produk – produk industri besar; (2)

Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antar sektor yang mempunyai kaitan

ke depan dan ke belakang. (forward and backward linkages) (Drucker,

Page 139: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

120

1979:54);(3) Usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam

menyerap sumber daya yang ada. Usaha kecil sangat fleksibel karena dapat

menyerap tenaga kerja lokal, sumber daya lokal, dan meningkatkan sumber daya

manusia menjadi wirausaha; (4) Usaha kecil sebagai sarana pendistribusian

pendapatan nasional, dan alat pemerataan berusaha (wealth creation process),

karena jumlahnya tersebar di seluruh pelosok tanah air. Melihat perannya yang

strategis, maka usaha untuk mengatasi kelemahan usaha kecil perlu terus

dilakukan.

Sebagai salah satu pencetus motif Batik Semarangan, Batik Semarang 16

Ibu Umi S Adi Susilo menjelaskan,“Menerapkan pembebasan para pegawainya

untuk melakukan eksplorasiproduk batiknya dalam menghasilkan Batik

Semarangan yang dimaksudkan supaya motif Batik Semarang tetap dalam selera

konsumen dan terus meningkatkan penjualan sebagai wujud dari aktivitas

pemasaran”. Sumber daya perusahaan yang dapat dikembangkan secara khusus

menurut Pandian (1992) adalah tanah, teknologi, tenaga kerja (kapabilitas dan

pengetahuannya), modal dan kebiasaan rutin.

Pemerintah Kota Semarang adalah salah satu pihak yang mendukung

perkembangan Batik Semarangan terutama penggerak pengembangan UMKM

Jawa Tengah dan Disperindag kota Semarang. Pemerintah Jawa Tengah juga

memberikan fasilitas di Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional) Jawa Tengah

sebagai salah satu showroom Batik Semarang16. Selain itu klub Merby(Tempat

atau Wadah Pelatihan Ketrampilan, Kesenian dan Toko Souvenir

Page 140: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

121

Semarangan)juga menjalin kerjasama pelatihan membatik dan memberi ruangan

untuk showroom dari Batik Semarang 16.

Ibu Umi menjelaskan, “Usaha Batik Semarang 16 untuk dapat dikenal

pada awalnya hanya menggunakan strategi pemasaran dari mulut ke mulut atau

hanya mengandalkan kepercayaan konsumen terhadap komentar posit if

masyarakat terhadap sanggar Batik Semarang 16”.

Namun karena menyadari bahwa pemasaran mulut ke mulut tidak selalu

efektif, maka Batik Semarang 16 mulai menggunakan strategi lain untuk lebih

memperkenalkan produknya dan motif batik Semarangan kepada masyarakat.

Untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan pemerintah, maka Batik

Semarang 16 melakukan strategi berikut ini :

4.2.1.1 Unit usaha baru dari proses kolaborasi

“Menjalin kerja sama dengan berbagai instansi seperti Universitas

Diponegoro dan Klub Merby Semarang untuk pelatihan batik kerja sama dengan

Disperindag Kota Semarang, Paguyuban Pecinta Batik dan Persatuan Istri

Insinyur Indonesia bertujuan untuk membentuk perajin Batik. Hasil dari

kerjasama ini adalah perajin batik Marabunta 1 dan perajin batik Marabunta 2.”

Diterapkan dalam pemberdayaan pelaku usaha kecil nasional, dewasa ini

perhatian utama harus ditekankan pada penciptaan nilai tambah untuk meraih

keunggulan daya saing (Competitive Advantages) melalui pengembangan

kapabilitas khusus (kewirausahaan), sehingga perusahaan kecil tidak lagi

mengandalkan strategi market power melaui monopoli dan fasilitas pemerintah.

Page 141: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

122

Dalam strategi ini, perusahaan – perusahaan kecil harus mengarah pada skill

khusus secara internal yang dapat menciptakan core product yang unggul untuk

memperbesar manufacturing share (muncul berbagai produk yang memiliki

komponen penting yang sama). Strategi tersebut dinilai lebih murah dan ampuh

dalam memberdayakan usaha kecil, karena perusahaan kecil dapat memanfaatkan

sumber daya lokalnya (Albert Wijaya, 1993).

Menurut teori resorce based strategy, agar perusahaan itu meraih

keuntungan secara terus menerus yaitu meraih semua pesaing di industri yang

bersangkutan maka perusahaan harus mengutamakan kapabilitas internal yang

superior, yang tidak transparan, sukar ditiru atau dialihkan oleh pesaing dan

memberi daya saing jangka panjang (futuristik) yang kuat dan melebihi tuntutan

masa kini di pasar dan situasi eksternal yang bergejolak serta recession proof

(Mahoney dan Pandian, 1992).

4.2.1.2 Kerjasama instansi terkait untuk mencapai nilai branding yang

positif

“Mengadakan gelar karya di beberapa hotel berbintang untuk

mensosialisasikan dan membangun citra positif dari Batik Semarang 16. Salah

satu gelar karya Batik Semarang 16 dilakukan hingga ke Filipina atau undangan

KBRI Indonesia di Filipina.Meskipun tak banyak dilakukan kebanyakan pemilik

bisnis, langkah ini dapat menjadi jalan tengah (cluster) sebagai dampingan bisnis

dari pemerintah kepada pelaku usaha. Jangkauan yang luas dari lingkungan

Cluster Batik Semarang dapat dimanfaatkan tiap – tiap unit usaha dalam

Page 142: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

123

pengembangan bisnisnya. Akses telah tersedia dan masuknya nilai akan lebih

mudah jika dikerjakan bersama pemerintah.

4.2.1.3 Mengikuti gelar karya

“Secara aktif mengikuti pameran batik dan tekstil di berbagai lokasi di

Indonesia. Beberapa pameran yang mengeksplorasi batik Semarangan yang

diikuti Batik Semarang 16 adalah pameran batik Gelar Batik Nusantara di Jakarta

pada tahun 2007. Gelar batik bertema “ikon-ikon Semarang” bersama produsen

batik Semarang untuk aktivitas Semarang Pesona Asia (2007) dan acara fashion

show batik di Lawang Sewu beserta desainer-desainer ternama di Indonesia yang

rutin diselenggarakan setiap tahun berdekatan dengan peringatan hari batik

nasional.”

Gambar 4.8 Gelar Karya Batik Semarang 16 di Pusat Perbelanjaan Jakarta

Sumber : Dokumentasi Batik Semarang 16

Page 143: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

124

Secara spesifik, Burns (1990) bahkan menyarankan agar perusahaan kecil

yang berhasil take – off, maka harus ada usaha – usaha yang khusus diarahkan

untuk survival, consolidation, control, planning dan expectation. Menurut

Mashab the design school, perusahaan harus mendesain strategi perusahaan yang

fit antara peluang dan ancaman eksternal dengan kemampuan internal yang

memadai yang didukung dengan menumbuhkan kapabilitas inti (core competency)

yang merupakan kompetensi khusus (distinctive competency) dari pengolahan

sumber daya perusahaan. Kompetensi ini diciptakan melalui generic

strategiesPorter (1980), dan didukung dengan nilai dan budaya yang relevan.

4.2.1.4 Workshop dan Galeri Batik Semarang merupakan upaya

mendekatkan nilai produk kepada masyarakat

“Membuka workshop dan galeri di Jalan Raya Sumberejo RT 02 RW 05

Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang Semarang 50271,agar konsumen dapat

melihat langsung proses pembuatan batik dan batik-batik yang dihasilkan secara

langsung, sekaligus mengajarkan teknik-teknik membatik bagi konsumen yang

ingin mempelajari pembuatan batik. Melalui workshop ini, Batik Semarang 16

ingin mendapatkan pengakuan konsumen terhadap eksistensi Batik Semarang 16

dalam dunia batik di Semarang sekaligus mendekatkan diri pada konsumennya.”

Identitas bisnis ini merupakan realitas visual, yaitu akumulasi dari semua

elemen visual dari suatu komunikasi perusahaan kepada dunia luar. Program

identitas yang dipikirkan dengan matang dapat menjadi komponen yang berdaya

guna pada bauran pemasaran perusahaan. Tujuan membangun merek adalah

Page 144: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

125

mengomunikasikan kepada pasar target tentang apa yang menonjol dari merek

Anda ketika mereka melihat, menggunakan, memikirkan, atau merujuknya.

Satu cara yang mungkin untuk mempunyai merek yang kuat, entah dengan

mulai membangun atau mengembangkan produk yang sudah ada seperti halnya

Batik, yaitu dengan memiliki produk atau jasa yang berkualitas. Merek yang kita

miliki sama kuat dengan respons emosional yang dibangkitkan. Orang membuat

keputusan membeli pertama – tama berdasarkan emosional dan kedua adalah

logika. Semakin menarik merek yang dimiliki secara emosi, makin kuatkeputusan

pembeli untuk membeli. Logika datang berikutnya karena para pembeli akan

merasionalisasi keputusan membeli mereka berdasarkan fitur dan manfaat. Sekali

pembeli secara emosi terikat pada merek Anda, mereka akan merujuknya dan

merekomendasikannya. (Jay Conrad Levinson and Al Lautenslager, 2005)

4.2.2 Efektivitas Membangun Brand Image Batik Semarangan dengan

Lingkaran Kerjasama Cluster yang Berkesinambungan

Menganalisisa bentuk strategi pemasaran clusteruntuk pengembangan

perekonomian usaha mikro kecil dan menengah melalui berbagai kerjasama, dari

sisi tradisional menuju modernitas pemasaran dapat dilihat dari keterbukaan

langkah salah satu pelaku bisnis Batik Semarangan.Bertindak sebagai produsen

yang mampu memenuhi permintaan pasar batik lokal. Cluster Batik Semarang

menjadi pendamping perajin batik mengenal kerjasama dengan pemerintah untuk

selanjutnya dapat memberikan dampak positif terhadap penjualan Batik

Semarangan dan geliat Cluster Batik Semarang. Karena terorganisir dengan baik

Page 145: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

126

dalam Cluster Batik Semarang diharapkan perwujudannya (Pengenalan dan

penjualan Batik Semarangan) akan lebih cepat dengan keunggulan strategi yang

dimiliki yaitu kerjasama dan business relations. Menjalin kerjasama dengan

semua pihak tentunya harus disertai komunikasi yang berindikasi kepada

membangun merek untuk dapat memposisikan produk yaitu Batik Semarang di

benak masyarakat, sehingga akan didapatkan pengembangan strategi pemasaran

yang dinamis.

Dalam upaya komunikasi kerjasama berkesinambungan memiliki merek

sebagai identitas usaha yang dimiliki, komunikasi dua arah merupakan pokok

strategi tiap pemasar untuk mendapatkan spekulasi pasar.

Manfaat membangun merek :

Pelanggan loyal, bukan hanya pembeli satu kali

Merek yang kuat membantu menjual nilai

Berada diposisi paling atas pada benak pelanggan, punya andil di pangsa

pasar

Preferensi merek membuat pelanggan Anda membuat keputusan

pembelian yang “tanpa pikir panjang”.

Kerap kali merek yang kuat membuat adanya keputusan pembelian

dimana harga bukan masalah.

Aspek emosional tidak sensitif terhadap harga.

Penyampaian merek dengan komunikasi berkelanjutan yang memberikan

pelayanan pasca penjualan akan menghadirkan kesan pembelian yang baik dalam

Page 146: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

127

diri konsumen. Terlebih produk yang akan dipasarkan adalah bagian terbaik dari

bangsa, pastinya masyarakat menginginkan adanya nilai lebih dari kegiatan

konsumsinya yang dapat membangun kepercayaan dalam dirinya setelah

melakukan pembelian Batik Semarang.

Sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Toko Karya Kriya Batik yang

bertempat di Jangli Krajan Kelurahan Karanganyar Gunung Candisari sebagai

pemilik dan pengelola Ibu Dewi Handayani Untari Ningsih. Produk batik warna

alam dan eksplorasi motif Batik Semarang yang menjadi unggulan dari toko yang

dirintis Ibu Dewi sejak tahun 2015, ditemui bersamaan dengan Ibu mustafiah

ketika pemilik Karya Kriya Batik ini sedang menanyakan ketersediaan produk

batik di Toko Batik Mustafiah Pasar Yaik Johar Semarang. Berlanjut dengan

adanya bahasan dengan Ibu Handayani mengenai komunikasi dan strategi

pemasaran batik miliknya. Ibu Handayani menjelaskan :

“Berkomunikasi yang baik dengan pembeli menjadi hal utama yang tidak

boleh di kesampingkan disini, begitu pula dengan sesama penjual karena itu akan

menunjukkan interaksi yang baik antara satu dengan yang lain tak pelak kami juga

saling bertukar barang dagangan ketika di toko tidak ada stok dan di toko lain

masih ada produknya itulah yang di tawarkan ke pembeli, ungkap Bu Yani begitu

panggilan akrab beliau dari percakapan singkat yang mulai sibuk dengan penataan

display barang dagangan yang baru untuk tokonya”.

Dalam Ogilvy on Advertising(Vintage Books)mengatakan : “Saya tidak

menganggap iklan sebagai entertainment atau bentuk seni, tetapi sebagai media

informasi. Ketika saya menulis sebuah iklan, saya tidak ingin Anda memberi tahu

Page 147: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

128

saya bahwa Anda mendapati iklan itu kreatif. Saya ingin Anda menemukan iklan

itu begitu menarik sehingga Anda membeli produk”(Davis

Ogilvy,1983).Membahas mengenai keramahan dan kearifan penjual kepada

pembeli memberikan nilai positif sehingga pembeli mau datang kembali untuk

membeli di toko yang sama, menjadi kekuatan yang dimiliki pedagang Indonesia

dalam kelihaiannya menjaga hubungan ke konsumen dan menarik minat beli

konsumen. Budaya seperti ini perlu di rawat, sambil diberikan pengetahuan –

pengetahuan ilmu manajemen dan bisnis yang mendalam kepada pedagang

indonesia supaya dapat terintegerasi ke pasar dunia dengan tepat.Menjadi satu

kekuatan bersaing di pasar dunia adalah keseragaman pelayanan yang maksimal

berupa keramahan pedagang Cluster untuk mampu meyakinkan produk batik

lokal adalah hasil karya menarik yang wajib dimiliki masyarakat luas.

Kesesuaian komunikasi antara pedagang dan konsumen, tumbuh dan

berkembang produk batik dengan visualisasi yang menarik yaitu dengan

komunikasi pemasaran oleh pedagang (pelaku usaha batik Cluster Batik

Semarang). Mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat, mengganti aktifitas

pemasaran contohnya : menggunakan brand image dari public figure untuk

tampilan yang menarik kepada konsumen (masyarakat luas) diganti dengan

keluwesan perajin batik dalam menawarkan produk batiknya, tentu ini akan

memangkas biaya pemasaran. Cluster Batik Semarang Tekun menanggapi apa

yang menjadi keinginan konsumen seraya memberikan pengetahuan mengenai

batik semarang.

Page 148: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

129

Nilai penting Public Relations adalah perubahan, demikian menurut The

Fall of Advertising and the Rise of Public Relations(Harper Business). Pakar

strategi pemasaran Amerika Serikat, Al Ries dan Laura Ries, berpendapat bahwa

PR (Public Relation)adalah cara paling efektif untuk membangun sebuah merek.

Banyak merek – merek terkenal seperti The Body Shop, PlayStation, dan Harry

Potter tidak banyak mengeluarkan dana iklan untuk nama merek, terutama jika

dibandingkan dengan pengiklan massal tradisional. Hal yang sama juga berlaku

bagi perusahaan kewirausahaan seperti Cluster Batik Semarang. Pemilik bisnis

menjadi terkenal di bidangnya melalui Public Relations dan eksposur media yang

ada hubungannya dengan keahlian mereka. Bagian terbaik dari strategi pemasaran

adalah tidak ada biaya – zero cost.

Negosiasi merupakan sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak-pihak yang

terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan

bertentangan (wikipedia). Negosiasi adalah sebuah cara yang dapat ditempuh

demi mendapatkan suatu keputusan atau kesepakatan kedua belah pihak melalui

sebuah cara komunikasi yang baik, dan diskusi yang terarah. Negosiasi tidak

hanya dilakukan untuk menemukan sebuah perjanjian, kesepakatan, maupun

kerjasama, tetapi juga dalam rangka untuk mempengaruhi keputusan orang lain.

Negosiasi atau yang biasa disebut sebagai proses tawar-menawar adalah hal yang

umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak hanya terjadi pada lingkungan bisnis dan pekerjaan, negosiasi juga

kerap terjadi pada organisasi dan komunitas masyarakat pada umumnya.

Negosiasi tidak hanya dapat terjadi pada masyarakat umum yang berhubungan

Page 149: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

130

dengan proses jual beli, negosiasi juga dapat terjadi di lingkungan bisnis.

Negosiasi bisnis biasanya terjadi antara satu perusahaan dengan perusahaan yang

lainnya. Hal yang dapat dinegosiasikan dapat mencakup banyak hal, misalnya

tentang saham, kontrak sebuah proyek, perjanjian kerjasama bisnis, perluasan atau

ekspansi perusahaan, dan lain sebagainya. Tujuan negosiasi untuk meleburkan

dan menyatukan beberapa perbedaan pendapat agar diperoleh suatu negosiasi

yang berhasil.

Tersimpan cara dalam menyampaikan Public Relations dalam bisnis yang

tepat yaitu dengan negosiasi. Penyampaian tujuan dengan berbagai macam

rekanan bisnis menjadi pencapaian yang dilakukan tiap – tiap manajer perusahaan

dalam setiap kunjungan bisnisnya. Mengupayakan hasil terbaik antar kedua belah

pihak dan menjaga hubungan baik dalam proses bisnisnya merupakan cara

menjaga stabilitas penjualan produk di target pasarnya masing - masing.

Telah sampainya pada strategi pengembangan pemasaran membawa

pemasar yang telah memiliki produk yang teruji kapasitas dan kualitasnya,

mencari kerjasama dan membangun PR (Public Relation) untuk memberikan

visualyang tepat kepada masyarakat luas. Sekaligus merawat kreatifitas dan

hubungan baik kepada semua pihak, tentunya akan membawa produk pada

langkah pengembangan pemasaran strategis.

Afiliasi marketing yaitu pendapatan antara online pengiklan (dan

pedagang) dan penjualan online orang. Dan membayar kompensasi didasarkan

pada kinerja tindakan, biasanya dalam bentuk klik, penjualan, dan

didaftarkan.Internet terus menerus membuat perubahan yang radikal dalam

Page 150: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

131

banyak segi usaha manusia, termasuk perdagangan. Para ahli mengatakan bahwa

ruang informasi, umumnya dikenal sebagai dunia informasi makin lama makin

tumbuh dengan lebih dari satu juta halaman sehari-hari dan semakin banyak orang

memanfaatkan internet untuk mencari informasi, pendidikan, hiburan, bisnis dan

lain - lain.Keadaan ini dapat digunakan bagi pelaku bisnis untuk mengenalkan

produknya kepada masyarakat, bagi yang sudah terlebih dulu mengenal bisnis

online dan untuk bisnis offline dapat merintis pemasaran afiliasi ini dengan lebih

terstruktur.

Macam – macam dari afiliasi marketingini adalah :

1. Pay Per click ( PPC )

Bayar per klik atau di sebut juga PPCadalah salah satu strategi dari

pemasaran online yang power full jika kita bandingkan dengan teknik pemasaran

yang lain kenapa demikian karena dimana pemasang iklan hanyamembayar jika

ada konsumen yang mengklik iklan tersebut.

2. Pay Per Sale ( PPS )

Pemasaran online model ini kita mendapatkan bayaran apa bila kita dapat

menjual suatu barang atau jasa yang di tawarkan oleh salah satu perusahaan. dan

sistem pembayarannya dengan sistem bagi hasil dan kita dapat persentase dari

barang dan jasa yang kita bantu menjualkannya. Dalam pemasaran online ini kita

sebagai resellernya sebagai contoh nya adalah perusahaan amazon.com.

3. Pay Per Lead ( PPL )

Merupakanprogram yang akan membayar kita jika kita dapat mengajak

orang lain untuk menjadi member dalam situs tersebut. Jadi semakin banyak

Page 151: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

132

orang – orang yang akan kita ajak untuk bergabung menjadi member maka

semakin banyak juga pendapatan yang akan kita terima.

Dalam “The Tricky Business of Managing Web Advertising Affiliates” by

Kim Girard, a writer based in Brookline, Massachusetts Institute

TechnlologyJaringan afiliasi memangkas biaya pembelian iklan untuk penjual

melalui penggunaan pasar iklan. Intinya, penjual dapat menempatkan ratusan atau

ribuan iklan di berbagai situs web dalam jaringan, tetapi membayar hanya untuk

iklan yang menarik konsumen untuk melakukan pembelian. Pengaturan ini

berbeda dari iklan online lainnya seperti iklan banner, di mana penjual membayar

untuk penempatan ketika konsumen melihat iklan, terlepas dari apakah mereka

mengklik atau melakukan pembelian. Kontrak standar memungkinkan pengiklan

untuk menerima penempatan yang diusulkan dengan satu klik.

"Jika melihat program pemasaran afiliasi mereka semua sangat berbeda,"

kata Benjamin G Edelmanprofesor asosiasi Harvard Business School. Beberapa

orang berlari dengan ketat dan pilih-pilih tentang siapa yang mereka biarkan

masuk. Orang lain membiarkan siapa pun masuk. Beberapa memiliki aturan

tentang apa yang dapat dilakukan afiliasi, sementara yang lain adalah Wild West

(disambiguasi). Saya melihat keragaman pandangan dan bertanya-tanya, siapa

yang benar?". Affiliate networks offer many benefits, but any incentive system can

be gamed. "Merchants that think they've found the secret to zero-risk marketing

have not," Edelman says. Jaringan afiliasi menawarkan banyak manfaat, tetapi

sistem insentif apa pun itu dapat dijadikan permainan. "Pedagang yang berpikir

mereka telah menemukan rahasia pemasaran tanpa risiko adalah wujud dari

Page 152: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

133

mempertahankan diri dari kejutan pasar yang terus menerus mencapai

kesempurnaan".

Menurut Sarwono(1989:14)pengertian Hedonisme adalah konsep diri,

dimana gaya hidup seseorang dijalani sesuai dengan gambaran yang ada

dipikirannya.Pengertian Hedonisme adalah pandangan hidup atau ideologi yang

diwujudkan dalam bentuk gaya hidup dimana kenikmatan atau kebahagiaan

pribadi menjadi tujuan utama dalam menjalani hidup seseorang. Secara etimologi,

hedonisme diambil dari bahasa Yunani, yaitu “hedone” yang artinya

kesenangan.“The belief that pleasure should be the main aim in life”Keyakinan

bahwa kesenangan harus menjadi tujuan utama dalam kehidupan.

Dampak hedonisme pada masyarakat adalah masyarakat menjadi pribadi

konsumtif dalam berbagai macam kebutuhan. Gelar karya memberikan ruang

konsumsi publik terbaik, Pengaruh strategi konvensional terhadap logika

konsumsi pelanggan Batik Semarang. Dengan kemewahan di dalam Batik

Semarangan yang dibantu olah komunikasi pedagang, sebagai bagian dari wujud

pengembangan pemasaran Cluster Batik Semarang memberikan pelayanan dan

hubungan yang baik dengan pelanggan. Kepemilikan sumber daya alam dan

manusia di nilai mampu mencukupi semua kebutuhan masyarakat yang heterogen.

Menunjukkan eksistensi Batik Semarangan dapat diupayakan dengan penguasaan

teknologi sebagai instrumen pemasaran yang strategis. Menambahkan sifat

ekonomis dari negosiasi menjadi wujud peranan sentral unit usaha mikro kecil

dan menengah dalam menghadapi persaingan dan mempertahankan keunggulan

bersaing.

Page 153: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

134

Jangan sampai kemudahan kita dalam melakukan konsumsi produk hasil

inovasi menjadikan pasar global layaknya pasar monopoli yang terus menerus

dikuasai oleh satu produsen. Menjadikan segala upaya pesaing sebuah edukasi

dalam sifat ekonomis strategi pemasaran Batik Semarang adalah pelaksanaan

yang terbaik. Namun tidak menjadi demikian jika memposisikan diri sebagai

pelaku usaha kecil, menjadi market leader untuk target pasar yang telah

dibentuknya dari produk yang berhasil di publikasikan. Menanggulangi setiap

pergerakan pasar dengan menarik asumsi publik ke dalam kemudahan pembelian.

Mencapai pengembangan strategi pengembangan pemasaran Cluster dengan

upaya persuasif dan mengupayakan edukasi Batik Semarangan melalui teknologi

komunikasi yang tengah berkembang di masyarakat. Cluster Batik Semarang

harus mengeluarkan produk yang juga dapat mempengaruhi konsumsi masyarakat

dunia.

Sharingproductmembentuk pola pemasaran strategis untuk dapat

mempertahankan konsumen agar tidak membeli produk (Batik) di produsen lain.

4.3 Pembentukan Target Pasar yang Sesuai dengan Strategi Pemasaran

Cluster Batik Semarang

Membentuk dan mengarahkan target pasar yang sesuai dengan strategi

pemasaran Cluster Batik Semarang adalah langkah mencari keuntungan dari

kegiatan bisnis dan menjadi proponen keseimbangan pasar produk pakaian secara

global. Mengingat lingkungan sosial Bangsa ini mengedepankan nilai – nilai luhur

dan penyelenggaraan asas keadilan sosial. Kreatifitas dan inovasi harus sejalan

dengan kearifan lokal yang juga memiliki pengaruh dalam kegiatan sehari – hari

Page 154: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

135

di lingkungan internasional, untuk melakukan perubahan harus terlebih dahulu

melakukan penyesuaian dengan tatanan lokal dan selanjutnya dapat kita arahkan

pada apa yang dibawa dalam produk yang dipasarkan yaitu Batik Semarangan.

Perubahan teknologi merupakan faktor penyeimbang yang penting, yaitu hal yang

merongrong keunggulan bersaing perusahaan yang terlindung kuat sekalipun dan

sekaligus mendorong perusahaan lain maju kedepan.

Keterbatasan produk yang dihasilkan pedagang sering kali mempengaruhi

daya beli konsumen. Keinginan masyarakat dan kebutuhan yang serba cepat

menuntut UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) untuk mengupayakan

ketersediaan produknya supaya konsumen tidak pulang dengan tangan kosong.

Zeithaml, et. Al (1993:5) mengemukakan bahwa “umumnya faktor – faktor yang

menentukan harapan pelaggan meliputi kebutuhan pribadi, pengalaman masa

lampau, rekomendasi dari mulut ke mulut dan iklan”. Yang nantinya dapat

berpengaruh terhadap pandangan konsumen terhadap pemasar, karena

kemampuan mengolah kebutuhan pelanggan. Sehingga produk dengan ketahanan

dan keberlanjutan nilai tersebut dapat diurai dalam pokokbahasan ketersediaan

produk untuk pemenuhan kebutuhan konsumen.

4.3.1 Ketersediaan Produk Untuk Memenuhi Kebutuhan Konsumen

Batik bukan suatu produk bisnis yang sulit diterima masyarakat Indonesia

bahkan masyarakat dunia sekalipun dengan tingkat masyarakat heterogen lebih

tinggi, dari sini akan ada keuntungan dimana produk yang dibawa Cluster Batik

Semarang sudah memiliki target pasar yang pasti. Tanpa harus menjatuhkan satu

dengan yang lain, namun disini semua dapat berdiri bersama – sama menunjuk

Page 155: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

136

target pasar masing – masing, karena dunia semakin berkemajuan begitupun

dengan olah fikir manusianya untuk mencapai filosofi hidup masing – masing,

individu dengan keselarasannyapada kemajuan dunia.

Jika persaingan bisnis dalam pasar bebas saling menjatuhkan dinilai

sebagai wujudstrategi bisnis untuk menunjukkan kepiawaian pelaku usaha dalam

mengolah strategi pemasarannya, namun disini (Cluster) jika menginginkan

pendapatan dari suatu strategi pengembangan pemasaran yang dapat di kontrol

dengan baik, maka perlu adanya hubungan simbiosis mutualisme antar pelaku

usaha produk yang sama dengan berbagai elemen yang bergantung dalam bisnis

tersebut. Konsumen harus diberikan suguhan strategi pemasaran yang

berkembang dinamis untuk selalu ingin menikmati produk yang kerap di

inovasikan produsen. Memilah target pasar dan merawat elemen – elemen di

dalamnya sangat penting untuk dapat terus eksis dari apa yang diupayakan

perusahaan, Cluster maupun individu dalam sebuah produk, sehingga target pasar

yang dibentuk melalui strategi pengembangan pemasaran akan dapat melangkah

pada jalan dan koridor yang tepat.

Sebenarnya, sistem loyalitas adalah unik dalam arti bahwa penyalinan

sistem loyalitas oleh pesaing tertuju untuk memperkuat kekuatan dari loyalitas

yang menghasilkan kemampuan dari semua pengecer (perajin batik) yang

berpartisipasi. Dalam hal ini, setiap pengecer akan fokus pada pelanggannya yang

memiliki keunggulan informasi daripada mencoba menarik pembeli yang loyal

kepada pengecer lain. Peritel utama memiliki kelemahan informasi yang

membuatnya tidak ekonomis untuk mencoba menarik pembeli. Langkah

Page 156: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

137

kompetitif semacam itu mungkin akan memicu pembalasan dari pengecer yang

diserang, yang kemudian akan mencoba mencuri pembeli loyal dari focal retailer.

Dapat dengan mudah dilihat bahwa strategi seperti itu akan menghukum semua

pemain (pengecer dan retailer), kecuali pembelanja.

Pembentukan target pasar melalui pendekatan emosional dengan

lingkungan masyarakat sekitar kegiatan usaha, Ibu Umi S Adi Susilo melihat

target pasar melalui sisi pelaku usaha dan pengembang Batik Semarang 16 yang

dimilikinya yang bertempat di Desa Sumberejo RT 02 RW 05, Meteseh,

Tembalang, Kota Semarang. Menemukan target pasar baru melalui cara atau

sudut pandang pemasaran yang berbeda seperti yang disampaikan berikut ini.

“Pada awalnya, ide saya ditentang oleh masyarakat sekitar tempat lokasi

produksi. Hal utama yang menjadi sorotan adalah masalah limbah pewarna batik

yang dirasa masyarakat mengganggu kebersihan air. Namun tidak semua

pewarna, hanya pewarna sintesis yang menjadi sorotan utama. Hal ini dikarenakan

pewarna sintesis mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan, serta

limbah ini tidak dapat hilang kadarnya dari air. Lain halnya dengan pewarna

alami, yang mengandung sedikit bahan kimia. Pewarna ini tidak berbahaya jika

dikonsumsi, terlebih setelah air mengalami proses pemanasan. Selain limbah

pewarna, ada pula limbah malam. Limbah malam lain halnya dengan limbah

pewarna. Malam bisa didaur ulang dan dimanfaatkan kembali untuk kegiatan

produksi, sehingga limbah malam tidak meresahkan lingkungan. Ketika saya

lakukan hal tersebut, masyarakat yang dulunya menentang justru menjadi

Page 157: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

138

mendukung kegiatan yang saya lakukan karena dapat menyerap tenaga kerja dari

masyarakat sekitar”.Selanjutnya Ibu Umi S Adi Susilo menyatakan :

“Yang mendukung itu banyak, dari para staf saya di sanggar misalnya,

para ibu-ibu yang menjadi siswa sanggar pelatihan batik saya, hingga para murid

pelatihan membatik di luar sanggar saya. Masyarakat yang dulunya menolak, juga

akhirnya mendukung saya untuk membuat batik”.

Membuat produk sedikit terlebih dahulu dan memasarkannya ke orang –

orang terdekatdan branding dimulai dari situ.Adanya indikasi bahwa pemasaran

dilakukan dengan proporsi kemampuan pemilik usaha dan sanggup merubah

pendapat negatif dari masyarakat sekitar menjadi nilai yang positif telah cukup

mengabstraksikan keinginan masyarakat untuk selanjutnya dikonversikan menjadi

kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Mengembangkan produk

dengan mengikuti kebutuhan lingkungan sekitar menjadi tolok ukur tersendiri

oleh pemilik Batik Semarang 16 dalam upaya menyediakan Batik Semarang untuk

memenuhi kebutuhan konsumen. Tugas pemasar dilaksanakan oleh manajemen

pemasaran yang bertugas mempengaruhi tingkat, waktu, dan komposisi

permintaan sehingga akan membantu organisasi mencapai tujuannya. Kotler

(2000:8) mengatakan bahwa manajemen pemasaran adalah “proses perencanaan

dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan,

barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan – tujuan

individu dan organisasi”.

Page 158: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

139

Kemudian ada media, “Apakah saat itu anda yakin Batik Semarangan akan

berhasil?Ya bisa dibilang tidak 100% yakin, tapi saya yakin bahwa Batik

Semarangan bisa berkembang karena sebelumnya memang pernah karena

terjadinya tragedi dimasa lampau dan Batik Semarangan ini akan menarik bila

dibuat lebih lanjut. Terlebih sekarang marketnya memang bermacam – macam,

kenapa tidak kita coba”.

“Sebelum saya buat dalam jumlah banyak, saya buat sedikit lebih dulu.

Hanya motif asem dan lawang sewu, kemudian saya coba menunjukkan motif

tersebut pada anak didik saya di luar sanggar, dan kebetulan para ibu-ibu yang

menjemput anaknya tertarik pada batik yang saya buat kemudian membelinya.

Dari situlah saya mendapatkan order batik Semarang pertama kalinya. Dan terjadi

penyebaran berita dari mulut ke mulut tentang Batik Semarangan yang saya buat,

selanjutnya menjadi pertimbangan saya bahwa motif khas Batik Semarangan akan

memperoleh hasil yang baik.”

Pemasaran lebih menuntut kreativitas daripada aktivitas bisnis lainnya,

tetapi pemasaran tidaklah kreatif jika ia tidak menjual. Hari ini telah

teridentifikasi manfaat dan keunggulan kompetitif, dimana telah mengetahui apa

yang menjadi kebutuhan masyarakat (konsumen). Sekarang manfaat dan

keunggulan harus dikomunikasikan kepada prospek dan pelanggan. Esensi

komunikasi, kejelasan merupakan salah satu pertimbangan utama ketika

mengembangkan materi pemasaran dan pembentukan target pasar. Pertimbangan

lainnya adalah : Fokus, pesan, desain dan kredibilitas. Kredibilitas adalah kunci

Page 159: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

140

dalam tahap membangun hubungan dalam pemasaran (Jay Conrad Levinson and

Al Lautenslager, 2005).

Penolakan dari masyarakat berlanjut menuju penerimaan oleh masyarakat

akan produksi batik disekitar lingkungan tempat tinggalnya dan pada akhirnya

tumbuh optimisme dari para perajin batik semarang untuk terus memproduksi

Batik Semarangan karena target pasar sudah mulai terlihat. Dengan fokus, pesan,

desain dan kredibilitas yang tepat akan membawa Batik Semarang menemukan

cakupan konsumen yang luas dan tingkat kepercayaan terhadap produsen (Perajin

Batik Semarang) yang tinggi, sehingga seiring berjalannya waktu target pasar

akan menjadi beragam peruntukannya.

Sebagai langkah awal untuk memperkenalkan batik Semarangan pada

masyarakat Sanggar batik saya dari “Batik Semarang 16” adalah salah satu tempat

memperkenalkan batik semarangan yang saya buat sendiri (Ibu Umi S Adi

Susilo).

“Dari pelatihan membatik yang saya lakukan bersama dengan masyarakat

sekitar serta aktif mengikuti gelar karya daerah diberbagai kota diantaranya

Jogjakarta, Banyuwangi, dan Bandung, batik yang saya buat lama kelamaan

menjadi makin dikenal oleh masyarakat luas. Batik Semarang 16 juga mengikuti

lomba-lomba batik yang diselenggarakan pemkot Semarang dan biasanya selalu

meraih gelar juara”.

Beberapa tahun terakhir ini Batik Semarang 16 telah menyelenggarakan

beberapa pameran Batik Semarangan, baik di kota Semarang maupun luar kota

Page 160: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

141

Semarang dan tanggapan masyarakat mengenai produk Batik Khas Semarang

berikut ini ulasan yang disampaikan Ibu Umi Pemilik Batik Semarang 16.

“Tanggapan pasar cukup baik, sehingga saya yang memulai usaha dalam

skala kecil bisa berkembang menjadi seperti sekarang ini.Siapa saja konsumen

dari Batik Semarang 16, Apakah membidik pasar tertentu ? Target konsumen

yang dituju adalah konsumen menengah ke atas, terutama untuk batik tulis yang

berbahan dari kain sutera yang ditenun. Yang ditarget menengah ke atas karena

memang harganya yang cukup mahal. Untuk batik sutera tulis, harganya bisa

mencapai 5-6 juta rupiah. Sedangkan batik cap difokuskan untuk ke masyarakat

yang berdaya beli rendah sampai menengah, karena bahan kain yang digunakan

tidak semahal Batik tulis, serta proses pembuatan tidak sesulit batik tulis dan

resiko kegagalannya pun tidak seriskan batik tulis.”

Dalam tahap ini ketersediaan produk Batik Semarang telah melimpah

berkat kerjasama yang dihasilkan melalui Cluster Batik Semarang. Mulai target

pasar terbentuk dengan sendirinya, dengan beragamnya pilihan produk yang telah

dihasilkan di Cluster Batik Semarang. Pemasar hanya perlu menawarkan kualitas

produk dalam tahap ini dan masyarakat mulaimenilai dan memilih produknya

sendiri. Perseorangan yang tidak memiliki begitu banyak modal memilih menjadi

dropshipper sekali lagi memanfaatkan koneksi jaringan pemasaran dan luasnya

kemajuan teknologi (internet). Satu dengan yang lain dapat tersambung

dimanapun dan kapanpun dibutuhkan. Menambah target pasar dan prospek

penjualan produk Batik Semarang .

Page 161: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

142

Dropship merupakan sebuah metode jual beli online di mana penjual tidak

melakukan stok barang ataupun proses pengiriman. Dalam sistem ini, akan sangat

dibutuhkan seorang supplier sebagai pemasok barang. Penjual akan memajang

foto-foto barang dagangan supplier di website atau akun media sosial sebagai

tempat berjualan.

Sedangkan menaruh produk terhadap target pasar dari ketersediaan produk

Batik Semarang yang dikeloladalam Cluster Batik Semarang dan dikembangkan

bersama Pemerintah Kota Semarang, dari hasil uraian Bapak joko Sunarto Ketua

Cluster Batik Semarang yang mencoba mencari implementasi terbaik dari animo

masyarakat nasional maupuninternasional yang dalam perekonomian telah

mencapai sumbu pertumbuhan dalam konsep konsumsi yang menggiurkan bagi

para pelaku usaha Batik Semarangan. Saat globalisasi tengah merebak kuat,

perdagangan dunia kian terbuka dan bebas, yang tidak mungkin dapat dihentikan.

Produksi Batik harus terus dihidupkan terutama untuk mengisi pasar sendiri.

Selaras kebutuhan pemerintah sembari mengupayakan dan mendorong agar

peredarannya semakin mendunia dengan menghadirkan produk turunan Batik

yang kreatif.

Gejala yang terjadi ketika produk yang dihasilkan telah melimpah

ketersediaanya adalah mencari kesesuaian kebutuhan konsumen dengan produk

Batik yang ada. Pasar yang sistematis mengalami kemajuan sedikit demi sedikit,

lonjakan nilai positif perdagangannya belum signifikan. Dan timbul gejolak ketika

pembuat kebijakan mulai melakukan analisa pasar dalam rangka penyesuaian

tingkatan pengusaha nasional dengan pedagang internasional.

Page 162: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

143

4.3.2 Keserasian Antara Kebutuhan Perdagangan dari Pemerintah dengan

Strategi Cluster Batik Semarang

Dari uraian diatas membahasnya dengan Pak Joko Sunarto Ketua Cluster

Batik Semarnag memberikan gambaran mengenai animo masyarakat terhadap

Batik (Yang digunakan sebagai proyeksi adalah masyarakat kita sendiri dan

internasional) seperti yang dituturkan berikut ini.

“Dari masyarakat kita sendiri (Indonesia) itu sudah mulai menunjukkan

geliat positif nya terhadap batik, sudah mulai ada pemakaian rutin baju

batik di tiap – tiap kantor bahkan juga sampai di lingkup sekolah. Jika di

taksir dalam prosentase itu masuk pada angka 50% minatnya terhadap

batik.Kalo turis itu sukanya batik yang ramah lingkungan, jadi kami juga

mencoba menyesuaikan terhadap itu. Pada akhirnya beberapa tertarik

dengan batik inovasi dari kami yang ramah lingkungan, bertemakan alam,

berwarna terang, nyentrik dan modis”.

Meskipun belum sampai pada angka yang memuaskan, tingkat konsumsi

Batik Semarang memberikan gambaran bentuk produk yang tepat sebagai bekal

untuk melakukan inovasi. Peran serta masyarakat Kota Semarang memegang

peranan penting dalam perkembangan Batik kebanggan warga Semarang ini.

“Peran generasi penerus yang harus nya ditingkatkan untuk tetap menjaga

warisan budaya ini mas, jika anak – anak muda sudah ditanamkan untuk

suka pada warisan budaya nya itu akan melekat dalam kepribadiannya

juga dan dapat mencerminkan gambaran yang baik juga di suatu negara.

Page 163: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

144

Terlebih batik sudah di paten kan oleh UNESCO sebagai warisan budaya

Indonesia, yang dari sini lah kita masyarakat Indonesia itu harus menjaga

dan melestarikannya.lebih kreatif dan inovatif nya generasi muda ini yang

diharapkan mampu menjunjung tinggi batik sebagai trend center

kebudayaan yang mendunia”.

Bapak Joko Sunarto mengandalkan pemasaran konvensional dengan

menaruh berbagai praktisi untuk terlibat di dalam pemasaran, kesan lebih

menikmati pemasaran manual dari pelanggan sangat terlihat.Menghubungkan

perajin satu dengan yang lain, pelanggan satu ke pelanggan yang lain merupakan

strategi Cluster. Dengan banyaknya pelanggan tetap yang melakukan pembelian

dalam jumlah besar.“Ya pada akhirnya tetap berjalan hingga sampai saat ini”

imbuh Pak Joko Sunarto Ketua Cluster Batik Semarang. Yang dapat diambil nilai

adalah poin kesinambungan pendapatan UMKM Batik, sedikit – sedikit namun

berjalan terus menerus. Sedangkan sebelumnya dari Ibu Umi Batik Semarang 16

adalah menggunakan strategi yang terstruktur dari tahun ke tahun, merujuk pada

pengaruh pasar yang dinamis.

Pemasar mengidentifikasi dan membuat profil dari kelompok – kelompok

pembeli yang berbeda, yang mungkin lebih menyukai atau menginginkan bauran

produk dan jasa yang beragam, dengan meneliti perbedaan demografis,

psikografis dan perilaku di antara pembeli. Dikarenakan seorang pemasar jarang

dapat memuaskan semua orang dalam suatu pasar. Wal Mart menggunakan

segmentasi sebelum menuntaskan target pasarnya untuk mencapai pelanggan di

pasar geografis yang berbeda, dengan konsep toko komunitas. Wal Mart adalah

Page 164: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

145

perusahaan publik yang mengoperasikan jaringan department store Wal-Mart

Store Inc didirikan oleh Sam Walton pada tahun 1962 Kini lebih dari dua lusin

toko Wal Mart telah didesain untuk mencerminkan komunitas tempatnya berdiri.

Sebagai contohnya, ada Wal Mart bergaya barat di Ft. Collins, Colorado, dan ada

toko dua lantai bergaya art deco untuk menarik orang – orang afrika amerika di

Baldwin Hills, California. Dalam upaya memenuhi kebutuhan komunitas

Amishterbesar keempat di AS, yaitu Middlefield, Ohlo, Wal Mart menawarkan

tiang untuk menambatkan kuda dan kereta kuda diluar toko, es balok untuk

kulkas, dan berbagai jenis kain denim untuk membuat celana kerja.(Kotler:2000).

Sedangkan uraian wawancara dengan Bapak Tri Utomo pemilik omah

batik dan tenun “Ngesti Pandowo” dan ketua paguyuban perajin batik di

Kampung Batik Semarang yang berhasil ditemui di toko batik miliknya atau

galeri omah batik dan tenun “Ngesti Pandowo” yang beralamatkan di Kampung

Batik Gedong No. 429, Rejomulyo, Semarang Timur Kota Semarang, Jawa

Tengah. Yang mengarah pada awal pemasaran Batik Semarangan.

Beliau menuturkan bahwa “Butuh waktu untuk mengenalkan ke pelangan-

pelanggan. Saya kenalkan ke instansi-instansi mulanya berlanjut mengikuti

berbagai pameran batik. Tapi tidak bisa langsung mendorong ke penjualan. Justru

penjualan itu meningkat dari adanya kunjungan-kunjungan istri pejabat ke

kampung batik yang membeli oleh-oleh. Istilahnya getok tular, Saya paham

barang kalau semakin lengkap, maka akan menjadi jujukan. Karena melihat

kualitas batik semarangan yang bagus, akhirnya setiap ada kunjungan dari mana-

Page 165: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

146

mana selalu diajak ke kampung batik ini. Karena banyak permintaan hingga

akhirnya saya kewalahan. Dari situ, saya menggandeng 10 penjahit untuk dibina

untuk memenuhi permintaan pasar. Belakangan saya mulai timpang antara

kapasitas produksi batik dan pemasaran, Akhirnya saya fokus ke pemasaran saja.”

Upaya pemerintah memberikan pelayanan belanja terbaik bagi

masyarakatnya dan memberikan market yang kondusif bagi para pengusaha

supaya peluang yang hadir dari terbukanya sistem dagang internasional dapat

maksimal dimanfaatkan pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan

perekonomian, pengusaha / pedagang sebagai penghasil produk, dan masyarakat

sebagai konsumen. Sehingga dapat diasumsikan bahwa target pasar bisa

diupayakan, namun tidak dengan kesenangan orang belanja yang tidak pernah

dapat diukur tapi dapat diukir. Mengukir kesenangan belanja konsumen dengan

strategi pemasaran cluster dengan berbagai macam bentuk produk.

Strategi pemasaran dengan menghadirkan pasar kondusif di lingkungan

produk kebudayaan Batik Indonesia, kebudayaan adalah sektor penting yang

sudah terbukti bermanfaat besar bagi lingkungan, ekonomi masyarakat dan

kemajuan kota. Yang mana memajukan kebudayaan bangsa bukan hanya tugas

pemerintah sebagai pemangku kebijakan, tapi ini adalah tugas seluruh lini

masyarakat untuk pemajuan kebudayaan yang dapat dilakukan dengan mulai

membingkai target pasar yang beragam untuk mencoba strategi pengembangan

pemasaran berbasis keselarasan antara kemudahan akses antara teknologi dengan

peran sentimen pasar.

Page 166: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

147

Berupaya mendapatkan informasi lebih lanjut, penggalian informasi

dengan Batik Mustafiah bertempat di Pasar Yaik Johar Semarang yang dimiliki

oleh Ibu Mustafiah ini menjual pakaian pria dan wanita berbahan batik dengan

omset Rp 252.000.000 per tahun.Perempuan ini memulai karirnya sebagai

pedagang toko serba ada sungguh-sungguh dimulai dari bawah. Awalnya bermula

ketika dia bekerja disebuah toko, lalu Bu Mustafiah ingin membuka toko sendiri

lantas ia menjual sebagian tanah miliknya untuk membeli sebuah toko di Pasar

Johar. Dari situlah Ibu Mustafiah pertama kalinya menyiapkan diri untuk menjadi

pengusaha yang sekalian turun berdagang di lapangan. Bertekad menjadi seorang

pengusaha dan mendirikan toko pakaian batik dari pengalaman berdagang yang

dimilikinya ketika menjadi pegawai toko pakaian memberikan perspektif baru

dalam contoh target pasar, berikut ulasannya.

“Saya tertarik kaleh konco-konco pedagang eceran di pasar seperti ini

(Pasar Johar), Sebab cara ngomonge niku sedoyo apik dan langsung tertuju nang

carane supaya pembeli iku tertarik untuk beli produk yang dijual”.Terjemahan :

Saya tertarik pada pedagang eceran seperti yang ada di Pasar Johar ini, Sebab cara

berkomunikasinya semua baik dan langsung tertuju pada bagaimana agar pembeli

tertarik untuk membeli dagangannya.

“Pemasaran disini biasanya orang pada berdatangan untuk membeli tanpa

harus menawarkan, tetapi terkadang juga mempromosikan barang dagangan saya,

semakin lengkap barang dagangan yang ada di toko maka pembeli itu akakn lebih

tertarik untuk berhenti dan bertanya – tanya di toko kita, nah dari situ saya

mencoba untuk meyakinkan pembeli untuk membeli batik di toko saya. Pertama

Page 167: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

148

kalau di toko nggak ada barangnya saya coba tanyakan ke teman – teman

pedagang lain di pasar yang menjual produk yang sama seperti saya, kedua kalau

memang tidak ada di sesama pedagang pasar saya mengarahkan konsumen ke

galeri – galeri batik, misalnya galeri batik di Pasar Bulu. Jadi konsumen tetap

mendapatkan informasi terkait produk batik yang dicari, saya mengusahakan

konsumen itu pergi tidak dengan hati nelangsa atau kecewa karena apa yang dicari

tidak ada. Ya bagaimanapun juga konsumen itu raja, ketika pembeli senang

besoknya kita akan di cari lagi.”

Di dalam Manajemen Pemasaran (Kotler, Keller : 2000) mengemukakan

satu Pendekatan pada target pasar, yaitu pendekatan Megapemasaran

(megamarketing), merupakan koordinasi strategis dari keahlian ekonomi,

psikologi, politik, dan hubungan masyarakat, untuk mendapatkan kerjasama

sejumlah pihak untuk memasuki atau beroperasi di pasar tertentu. Sebagai contoh

adalah Pepsi yang menggunakan megapemasaran untuk memasuki pasar India.

Richard Munt dalam Building Collaboration mengemukakan pengertian

kolaborasi sebagai kerja bersama (Working together) untuk mencapai tujuan

sebagaimana yang diinginkan individu, kelompok, lembaga atau organisasi untuk

menghasilkan suatu keluaran yang bermakna dan berkelanjutan, dalam kolaborasi

terjadi suatu relasi antar organisasi dan dengan relasi tersebut akan tercipta

kerjasama. Oleh Nalebuff dan Brandenburger dengan konsep coo-petition, konsep

ini menekankan pada perubahan cara pikir (mindset) yang mengkombinasikan

persaingan dengan kerjasama dalam suatu market place yang sama dengan

menggunakan analisis teori game. Joel Blake dan David Ernst dalam Collaborate

Page 168: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

149

To Complete In The Global Market, bahwa di masa datang akan terjadi

peningkatan strategi kolaborasi dibanding strategi kompetisi sebagai upaya untuk

menyongsong terjadinya hubungan ekonomi dan bisnis lintas batas. Kolaborasi

dianggap sebagai konsep terbaik dan alat negosiasi dan arbitrase sumber daya

perusahaan dalam bentuk keahlian, akses dan permodalan.

4.3.3 Patronage Buying Motives (Motif pembelian terpola) dari sebuah

Evidence Of Service (Orang, Proses, dan Bukti fisik)

Menonjol atau terdepandan harus diingat, Jeff Glaze dari atlantaevent.com

(www.justonebigidea.com) mencapai keduanya pada waktu yang sama ketika ia

membuat jaringan. Jeff menggunakan billboard saku (pocket billboard). Billboard

saku adalah kartu yang lebih besar daripada kartu bisnis, tetapi lebih kecil dari

flyer; berisi lebih banyak informasi ketimbang kartu bisnis pada umumnya.

Karena keunikannya, orang menggantungkan billboard saku itu. Biasanya ia ada

diatas meja sesorang dan mudah diingat ketika orang ingin melakukan tindak

lanjut. Karena tindak lanjut merupakan salah satu batu penjuru dari jaringan,

bersama dengan diferensiasi, maka Jeff satu langkah didepan dibandingkan

networker lainnya. Pocket Billboard berteriak kepada penerimanya agar mereka

mengambil tindakan, dan dalam banyak kasus mendorong mereka untuk

menghubungi Anda sebelum Anda menindak lanjuti mereka, sebuah skenario

jaringan yang sempurna.

Patronage buying motives (Sofyan Assauri, 1992:120) adalah motif yang

mendorong pembeli senang membeli produk pada perusahaan atau penyalur

Page 169: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

150

tertentu. Pertimbangan yang penting dalam motif untuk pembelian tersebut adalah

: (1) Dapat dipercayainya perusahaan (realibility of supplier) (2) Ketepatan waktu

penyerahan produk yang dibeli (punctuality in delivery) (3) Dapat memenuhi

spesifikasi yang diminta dari produk yang dibutuhkan (exact fulfilment of

specification requested) (4) tersedianya beberapa pilihan atas produk yang

ditawarkan (variety of selection).

Contribution of traditional market and modern market, mendapatkan

target pasar yang tepat untuk pemasaran batik semarangan oleh Cluster Batik

Semarang. Dikemas dengan public relation yang tepat untuk mendapatkan

perhatian masyarakat dari produk batik yang telah mendunia ini, keinginan

masyarakat atau calon pelanggan yang beragam menjadikan permulaan sebuah

target pasar untuk dibentuk, dari beragamnya itu Cluster Batik Semarang

melakukan pemenuhan permintaan masyarakat dengan dibantu adanya pelaku

usaha batik semarang yang tergabung di dalamnya yang diharapkan mampu

meraih target pasar yang seragam. Dari pemesanan batik perorangan,dari

pembelian satuan hingga dalam jumlah besar menjadi target pasar yang harus

terus diupayakan pemenuhannya sembari mengembangkan produk batik dalam

bentuk lain, misalnya pernak – pernik rumah dan aksesoris pakaian sehingga

nantinya menambah luasnya target pasar.

4.3.4 Melangkah Menuju Digital Marketing Untuk Kemudahan Akses

Transaksi dalam Meningkatkan Margin Pasar

Page 170: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

151

Pertumbuhan pesat ekonomi berbasis internet di Indonesia memberikan

peluang sekaligus tantangan bagi pelaku bisnis. Transaksi melalui intermet

mendorong gaya hidup baru di Tanah air yaitu kebiasaan menikmati layanan

pesan antar dan berbelanja tanpa uang tunai. Jumlah pengiriman di Asia Tenggara

per hari melonjak dari 800.000 pada tahun 2015 menjadi 3.000.000 pada 2018

(Sumber: Harian Bisnis Indonesia – Pertumbuhan Ekonomi Digital). Adapun

adopsi dompet digital masih berada di bawah 50%, tetapi dengan porsi transaksi

terhadap total transaksi berada dibawah 10%.Kegiatan ekonomi digital ini

memberikan lemahnya kegiatan pasar(Pertemuan secara langsung antara penjual

dan pembeli di suatu pasar atau market place). Mengurangipenggunaan pasar

tradisional sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, seperti ada proses

yang hilang dalam kenikmatan bertransaksi. Begitu juga dengan kesenangan

interaksi / berkomunikasi dalam mendapatkan produk yang dicari, terbiasa

mendapatkan harga nett tanpa mengadakan tawar menawar sebagai aksi negosiasi

yang dapat diupayakan untuk jual beli.

Queuring TheoryPenerapan teknik sains manajemen dalam dunia usaha

berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 1980, teknik yang sering

diterapkan adalah program linear, simulasi, analisis jaringan, pengendalian

persediaan, analisis pengembalian keputusan dan teori antri. Pertukaran barang

dagang senantiasa terjadi setiap waktu, pameran offline dan online nya yang

bergerak seimbang akan mampu mencakup semua kebutuhan pasar. Kebutuhan

konsumen dan produksi Batik Semarang berjalan beriringan dalam membentuk

strategi pemasaran pada titik yang seimbang.

Page 171: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

152

4.4 Upaya menyeimbangkan antara kebutuhan konsumen dengan upaya

pemenuhan kebutuhan produksi di Cluster Batik Semarang

Mengolah produk yang berkaitan dengan kebudayaan tentu memiliki

inovasi yang tidak terbatas dengan perkembangan peradaban manusia dengan

terus menerus menuai peminat dalam kalangan tertentu, Batik memiliki pokok

nilai dan garis paten dalam pembuatannya yang bersinggungan dengan keaslian

Batik, ciri khas dan makna yang akan disampaikan. Pada awalnya Batik dikenal

sebagai pakaian kerajaan yang tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk

dapat mengunakannya, mempunyai nilai – nilai luhur yang dijunjung tinggi pada

zaman itu. Namun untuk era sekarang ini zaman dimana telah banyak

pemanfaatan teknologi informasi,garis yang bersinggungan dengan kepentingan

kasta tersebut mulai terhapus dengan satu kenikmatan konsumsi masyarakat.

Batik menjadi bahan pakaian yang telah dapat digunakan semua tingkatan

masyarakat.

Untuk selanjutnya disebut dengan pemenuhan kebutuhan sandang

manusia, bukan melunturkan nilai – nilai luhur yang tertanam pada Batik itu

sendiri. Namun lebih dari sekedar ingin memasarkan produk asli bangsa sendiri

yaitu mengenalkan Batik ke masyarakat nasional maupun internasional. Terdapat

nilai – nilai ekonomis, sosial dan budaya yang ingin ditumbuh kembangkan

supaya Batik tetap menjadi bagian megah Bangsa Indonesia yang dapat dinikmati

secara ekonomis dan budaya oleh masyarakat Indonesia dan secara sosial oleh

masyarakat internasional.

Page 172: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

153

Pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi

jual beli barang bagi masyarakat, merupakan salah satu cerminan perekonomian

dan sosial budaya setiap komunitas di dunia ini. Seiring dengan perkembangan

zaman, dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk, tempat dan cara

pengelolaannya, dari yang bersifat tradisional menjadi modern. Perkembangan

tempat perbelanjaan di kota-kota di dunia, baik di negara-negara Barat maupun

Timur, semuanya melalui tahapan-tahapan, mulai dari pasar tradisional yang

kemudian mengalami proses modernisasi menjadi toserba (toko serba ada),

jaringan toko, shopping center, department store, hingga supermarket. Proses

modernisasi ini tidak terlepas dari perubahan pola demografi, spesialisasi dan

diversifikasi profesi, serta struktur sosial ekonomi dan perubahan budaya

masyarakat (West, 1994).

Terlebih kebutuhan konsumen dengan keinginan yang terus meningkat dan

beragam menjadikan pemenuhan keinginanpasar menjadi tantangan bagi pelaku

UMKM Batik tidak hanya di Semarang namun seluruh Indonesia. Berikut ini

paparan wawancara dengan anggota Cluster Batik Semarang “Batik Semarang

16”, Cluster yang memberikan dampak positif terhadap pengembangan Batik

sebagai upaya inovasi produksi produk Batik Semarangan,karena tidak adanya

pengkhususan dalam pembuatan motif Batik Semarangan menjadikan inovasi

produk semakin banyak untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

“Tidak ada persyaratan khusus, hanya saja ikon tersebut harus

mengandung unsur kebudayaan yang ada di Kota Semarang. Baik itu dalam

bentuk bangunan, legenda, hewan/tumbuhan dan makanan khas kota Semarang

Page 173: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

154

semuanya bisa diangkat menjadi batik khas Semarang.Batik Semarangan sama

seperti batik pada umumnya, batik yang biasa dengan ukiran daun-daunan atau

tanaman, dikreasikan sedemikian rupa dan dipadukan dengan unsur bangunan,

makanan, cerita serta gambaran legenda-legenda yang ada di Semarang tanpa

terlepas dari unsur gambaran batik seperti pada umumnya, yaitu seperti gambar

daun - daun atau tanaman”.

Keyakinan dan keputusan tentang memunculkan motif khas Batik

Semarang membawa Ibu Umi S Adi Susilo memutuskan untuk mengembangkan

motif Batik Semarangan seperti yang sedang dikerjakan bersama pegawai di

sanggar atau rumah produksi Batik Semarang 16.

“Karena sebelumnya belum ada, dan ternyata respon terhadap batik yang

saya buat ternyata baik. Sehingga saya menjadi yakin untuk meneruskan

pembuatan batik Semarangan dan ternyata bisa berkembang hingga menjadi

seperti sekarang ini. Motif yang saya buat pada awalnya adalah motif asem dan

lawang sewu yang dikreasi dengan berbagai macam hal seperti sulur, dan lainnya.

Kemudian saya juga membuat tugu muda dan berbagai ikon-ikon kota Semarang

lainnya. Pemilihan saya waktu itu karena saya anggap tiga motif ikon tersebut

adalah ikon yang banyak dikenal luas oleh masyarakat. Kemudian dari motif-

motif tersebut saya mengembangkan motif-motif lain hingga saat ini berjumlah

sekitar 400an motif sudah dibuat oleh Batik Semarang 16”.

Page 174: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

155

Gambar 4.9 Produk Batik Semarang 16 Berupa Pakaian Siap Pakai

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2018)

Waktu yang diperlukan dalam proses pembuatan sebuah batik sangatlah

beragam. “Untuk batik tulis, proses produksinya kurang lebih 2 minggu. Dan

untuk batik cap, proses produksinya kurang lebih 3 hari. Batik tulis lebih lama

karena prosesnya lebih panjang dan memakan banyak waktu tidak seperti batik

cap yang pembuatannya cepat”, begitu Ibu Umi S Adi Susilo melengkapi

jawabannya saat ditanya mengenai proses pembuatan Batik yang diproduksi di

Batik Semarang 16 miliknya.

Page 175: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

156

Page 176: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

157

Gambar 4.10 Motif Batik Semarang dan Kain Batik Semarang Yang Telah Siap di

Pasarkan

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2018)

Sebagai salah satu pionir pengembalian Batik Semarangan, memberikan

pelajaran sejarah batik yang belum kami lakukan sampai saat ini. membagikan

pengetahuan dalam bentuk formal yang menarik masih sangat kami upayakan

untuk generasi penerus. Itu adalah bagian dari langkah strategis pengembangan

pemasaran yang kami tujukan untuk generasi penerus, tentu anak – anak muda

selalu mempunyai kreatifitas dalam melihat sebuah produk ekonomi disekitarnya.

Hingga pada akhirnya pemenuhan kebutuhan konsumsi batik oleh masyarakat

luas dapat terpenuhi dengan baik meskipun zaman dan era terus berubah. Saya

harap generasi muda inilah yang dapat meneruskan geliat perekonomian Cluster

Batik Semarang pada tingkatan yang lebih baik dari pada ini, tutur pemilik

sanggar dan galeri Batik Semarang 16 “Umi S Adi Susilo” yang tengah

Page 177: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

158

memberikan arahan kepada pegawainya untuk menata koleksi kain – kain batik di

sanggar miliknya.

Melakukan produksi berkelanjutan menjadi salah satu cara menjaga

kelangsungan produk, jika berinovasi produk menjadi hal yang lazim maka ada

satu langkah dengan konsep edukasi untuk dapat menumbuhkan produksi

berkelanjutan dari benak manusia (SDM), eksplorasi pikiran manusia supaya

tergerak mengolah kebudayaan Batik nya. Agar tetap lestari dan dapat dinikmati

masyarakat luas sebagai nilai kebudayaan dan nilai ekonomis yang kuat. Sudah

banyak produk inovasi batik, yang belum dihadirkan adalah wisata edukasi batik.

bagaimana caranya publik mengenal secara luas Batik sebagai edukasi kepada

masyarakat. Dan komunikasi mempunyai peran dalam penyampaian pesan wisata

edukasi ini, dimana pendapat manusia diolah untuk menghasilkan nilai edukasi

dan ekonomi yang diharapkan.

Gambar 4.11 Proses Produksi Batik Semarang 16

Page 178: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

159

Produksi Batik Semarang 16

Gambar 4.12 Produksi Batik Semarang 16

Sumber : Dokumentasi Batik Semarang 16 (2018)

Page 179: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

160

Maraknya pembangunan pasar modern seperti hypermarket dan

supermarket telah menyudutkan pasar tradisional di kawasan perkotaan, karena

menggunakan konsep penjualan produk yang lebih lengkap dan dikelola lebih

profesional. Kemunculan pasar modern di Indonesia berawal dari pusat

perbelanjaan modern Sarinah di Jakarta pada tahun 1966 dan selanjutnya diikuti

pasar-pasar modern lain (1973 dimulai dari Sarinah Jaya, Gelael dan Hero; 1996

munculnya hypermarket Alfa, Super, Goro dan Makro; 1997 dimulai peritel asing

besar seperti Carrefour dan Continent; 1998 munculnya minimarket secara besar-

besaran oleh Alfamart dan Indomaret; 2000-an liberalisasi perdagangan besar

kepada pemodal asing), serta melibatkan pihak swasta lokal maupun asing.

Pesatnya perkembangan pasar yang bermodal kuat dan dikuasai oleh satu

manajemen tersebut pemicunya adalah kuatnya kebijakan penanaman modal

asing.

Dampak dari hal yang dikemukakan, menurut survei AC Nielsen pada

tahun 2004 didapatkan data bahwa pertumbuhan pasar modern 31,4% dan pasar

tradisional bahkan minus 8,1%. Hal ini menunjukkan adanya masalah yang

dihadapi pasar tradisional sebagai wadah utama penjualan produk-produk

kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi skala menengah

kecil.

Pasar tradisional selama ini kebanyakan terkesan kumuh, kotor, semrawut

(tidak tertata dengan baik), bau dan seterusnya yang merupakan stigma buruk

yang dimilikinya. Namun demikian sampai saat ini di kebanyakan tempat masih

memiliki pengunjung atau pembeli yang masih setia berbelanja di pasar

Page 180: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

161

tradisional. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak juga pasar tradisional

yang dalam perkembangannya menjadi sepi, ditinggalkan oleh pengunjung atau

pembelinya yang beralih ke pasar moderen.

Ciri negatif yang kemudian disebut dengan stigmayang melekat pada

pasar tradisional secara umum dilatarbelakangi oleh perilaku dari pedagang pasar,

pengunjung atau pembeli dan pengelola pasar. Perilaku pedagang pasar dan

pengunjung atau pembeli yang negatif secara perlahan dan bertahap dapat

diperbaiki, sekalipun memerlukan waktu lama. Keterlibatan pengelola pasar

dalam perbaikan perilaku ini adalah suatu keniscayaan.

Melekatnya stigma buruk pada pasar tradisional, seringkali mengakibatkan

sebagian dari para pengunjung mencari alternatif tempat belanja lain, di antaranya

mengalihkan tempat berbelanja ke pedagang kaki lima dan pedagang keliling

yang lebih relatif mudah dijangkau (tidak perlu masuk ke dalam pasar). Bahkan

kebanyakan para pengunjung yang tergolong di segmen berpendapatan menengah

ke bawah cenderung beralih ke pasar moderen, seperti pasar swalayan

(supermarket dan minimarket) yang biasanya lebih mementingkan kebersihan dan

kenyamanan sebagai dasar pertimbangan beralihnya tempat berbelanja.

Seringkali dikesankan bahwa perilaku pedagang yang menjadi penyebab

utama terjadinya kondisi di kebanyakan pasar tradisional memiliki stigma buruk.

Sebaliknya, di lapangan dijumpai peran pengelola pasar terutama dari kalangan

aparatur pemerintah dalam mengupayakan perbaikan perilaku pedagang pasar

tradisional masih sangat terbatas. Banyak penyebab yang melatarbelakangi

Page 181: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

162

kondisi ini. Dimulai dari keterbatasn jumlah tenaga dan kemampuan (kompetensi)

individu tenaga pengelola serta keterbatasan kelembagaan (organisasi) pengelola

pasar untuk melakukan pengelolaan pasar dan pembinaan pedagang,

Mengetahui arah kedepan dari perjalanan bisnis menjadi penting untuk

mendapatkan pergerakan perekonomian UMKM daerah yang berkemajuan,

kelemahan usaha kecil harusnya lebih dapat di minimalisir. terlebih telah

dikondisikan menjadi pergerakan bisnis yang desentralisasi dengan

pengelompokan bidang usaha dan sistem pasar, seperti yang tercermin dalam

Cluster Batik Semarang.Joko Sunarto Pria berusia 55 tahun ini adalah mentor

pelatihan membatikUMKM Kerajinan Batik yang tergabung dalam Cluster Batik

Semarang dengan pusat pelatihan dan seminar membatik di UMKM Center Jawa

Tengah,Berikut adalah pernyataannya

“Ini nantinya klaster Batik Semarang ini tetap pada alur UMKM atau ada

arah menuju skala besar pak untuk perajin batik dan pelaku usahanya ?

Dari pertanyaan ini, narasumber Bapak Joko Sunarto memberikan

pandangannya sebagai ketua Cluster Batik Semarang. Alurnya UMKM

dengan pemasaran lewat galeri bentukan pemerintah kota tapi diharapkan

animo masyarakat itu lebih tinggi terhadap batik. Dan batik semarang

tetap menjadi kebanggaan masyarakat semarang yang berjaya dalam

penyelenggaraan masyarakatnya sendiri”.

Media UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) tetap digunakan

dalam Cluster Batik Semarang, dengan memanfaatkan lokasi jual beli yang

Page 182: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

163

strategis dari Pemerintah Kota Semarang. Sedangkan proses produksi dari paparan

wawancara dengan Bapak Tri Utomopemilik omah batik dan tenun “Ngesti

Pandowo” dan ketua paguyuban perajin batik di Kampung Batik Semarang

melihat adanya pengaruh lingkungan tempat tinggal terhadap produk yang akan

dihasilkan.

“Apa kendala yang anda hadapi dalam memproduksi batik

semarangan?Pada awalnya kendala hanya lokasi produksi bagaimana yang

ramah lingkungan. Kalau produksi hanya di perumahan seperti ini, tidak

akan berkembang besar. Limbah air dan pewarna dalam membuat batik itu

banyak dan membuat pencemaran lingkungan. Karena itu saya bekerja

sama dengan penjahit yang di pinggir Kota Semarang untuk sedikit

mengatasi permasalahan lingkungan. Kalau kendala pemasaran,

bagaimana menangkap permintaan pelanggan sehingga prospek yang

mulai kencang dengan berbagai permintaan itu bisa dimanfaatkan untuk

mengembangkan pemasaran batik semarangan. Karena saat itu produksi

masih minim. Untuk menanggulanginya, saya menjalin kerjasama dengan

beberapa pengrajin batik. Saya kerjasama dengan pengusaha batik lain,

baik dalam hal bahan baku maupun produk untuk memenuhi permintaan”.

Searah dengan ungkapan Bapak Eko Hariyanto Pemilik Galeri Cinta Batik

Semarang yang berdiri sejak tahun 2006 dari sesi jaringan pemasaran dan

kerjasama antar pedagang Batik, bertempat di kampung batik gedong nomor 430

Page 183: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

164

Rejomulyo Semarang Timur berikut ulasan wawancaranya terkait pemenuhan

produk yang diinginkan pelanggan.

“Disini yang biasa dilakukan sesama pedagang batik ya tukar menukar

barang dagangan, saling melengkapi barang dagangan sehingga ketika

konsumen menginginkan batik itu bisa terpenuhi langsung tanpa harus cari

– cari ke berbagai tempat. Kalau saya ini dekat dengan Kampung Batik

Semarang manakala stok batik ditempat saya kurang dan ada pembeli yang

menanyakan produk batik tertentu saya akan menghubungi galeri batik di

Kampung Batik Semarang untuk cek ketersediaan batik yang diinginkan

konsumen saya. Itu kemudahan yang ditawarkan bagi anggota Cluster

Batik Semarang koneksinya antar pedagang dan perajin batik itu ada”.

Fushion Marketing adalah menggabungkan usaha dari dua entitas untuk

“meledakkan” usaha joint marketing mereka. Lorraine Segal, penulis Intelligent

Business Alliances (Times Business), mengamati bahwa 30% (tiga puluh persen)

dari sebagian besar pendapatan perusahaan Amerika Serikat berasal dari aliansi

bisnis sejenis atau beda jenis. Ia juga mencatat satu trend yakni kolaborasi bisnis

kecil dengan bisnis besar. Dalam kasus ini, aliansi menjadi sama – sama

menguntungkan dan strategis.

Fushion marketing sangat bermanfaat ketika dua perusahaan punya pasar

target yang sama, prospek dan nilai yang sama pula. Ambillah contoh dunia

pemasaran online, satu tempat umum bagi fushion marketing. Disini perusahaan –

perusahaan bekerjasama bersama – sama untuk menampilkan informasi pihak

lain. Bisa berupa link ke situs lain atau link ke artikel, form pesanan, aplikasi,

Page 184: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

165

studi kasus, dan sebagainya. Masing – masing pengunjung atau partisipan

mendapatkan lebih banyak keuntungan sementara saling menambahkan isi dan

kualitas dari pemasaran pihak lain.

Cluster dan Fusion Marketingmerupakan wujud dari pemasar gerilya,

untuk menggabungkan lebih dari dua pokok usaha (Batik) menjadi satu tempat

yang sama (Cluster Batik Semarang) untuk meraih konsep dan hasil penjualan

yang sama. Bukan membatasi gerak dari tiap – tiap pelaku usaha dan perajin

batik, namun lebih kepada menyatukan kelompok – kelompok usaha dalam satu

target pasar yaitu pemasaran Batik Semarang. Melalui berbagai langkah kreatif

seperti kunjungan bisnis ke berbagai negara dan pelatihan dari Cluster Batik

Semarang yang banyak bekerjasama dengan banyak relasi bisnis untuk

menunjang pengetahuan yang lebih kompleks bagi anggota Cluster Batik

Semarang.

Memberikan akses kepada mereka yang ingin berpartisipasi menumbuh

kembangkan produk budaya bangsa (Batik) khususnya Batik daerah, menjadi

sebuah elemen penting dalam ilmu perekonomian dan kebudayaan ketika

masyarakat daerah berkeinginan melestarikan produk budaya sebagai wujud

keberlangsungan warisan budaya bangsanya, menggali dan menghasilkan produk

dari potensi daerah adalah langkah yang tepat untuk saat ini dalam rangka

penyeimbangan antara kebutuhan konsumen dan produksi batik di Cluster Batik

Semarang. Dari sini akan bermunculan nilai – nilai ekonomis yang potensial

untuk membuat semarak pasar global yang semakin kompetitif. Dengan

Page 185: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

166

mengangkat produk lokal, produk budaya sebagai produk sandang yang dapat di

konsumsi dan di jangkau oleh masyarakat dengan kemajuan teknologi informasi.

Daur ulang produk menjadi satu kebiasaan saat ini untuk menghasilkan

kreatifitas baru, namun semua itu menjadi tidak berarti jika jaringan pemasaran

tidak digiatkan oleh pemasar. Mengapa melakukan daur ulang untuk

menghasilkan kreatifitas baru?, pengembangan aktifitas produk yang seharusnya

dicari dan ditingkatkan untuk mencapat tujuan Cluster Batik Semarang.

Negosiasi bisnis dengan provider besar dan pengembang perlu dilakukan pemasar

untuk dapat berinovasi dan berkreativitas. Menghadapi perkembangan

perdagangan dalam skala produk yang sama berikut produk turunannya, tidak

cukup dengan terus melakukan produksi namun tidak memperhatikan upaya

memasuki sensitivitas pikiran belanja manusia.

Terdapat lingkaran keterbelakangan yang tidak berujung pangkal pada

perusahaan kecil yang secara struktural independensi, yaitu kecilnya permodalan

yang dimiliki usaha kecil mengakibatkan ketergantungan usaha kecil pada pemilik

bahan baku yang sekaligus sebagai pemilik modal. Ketergantungan pada pemilik

bahan baku mengakibatkan ketergantungan pada teknologi yang dimiliki pemilik

modal. Ketergantungan pada teknologi mengakibatkan ketergantungan pada

sistem pasar yang dimiliki oleh pemilik teknologi. Karena penguasa pasar yang

menentukan harga beli produk dari pengusaha kecil (monopsoni), dan

menentukan harga jual bahan baku kepada pengusaha kecil (monopoli), maka

keuntungan yang diperoleh pengusaha kecil tetap kecil. Timbul pergeseran semu

fungsi pengusaha menjadi buruh lokal.

Page 186: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

167

Dapat diambil contoh pembinaan pasar tradisional yang memerlukan

upaya terintegrasi, mulai di tingkat kebijakan hingga di tingkat operasional. Setiap

tingkat memerlukan bentuk-bentuk pembinaan yang saling terkait satu bidang

dengan bidang lain. Sebagai contoh, pembinaan pasar tradsional beserta pedagang

pasar dan pedagang kaki lima di tingkat operasional merupakan kelanjutan dari

kebijakan Pemerintah Daerah yang tertuang dalam Peraturan Daerah (PERDA)

beserta peraturan pelaksanaannya. Pembinaan di tingkat operasional diwujudkan

dalam bentuk pembinaan manajemen pasar tradisional dan pedagang pasar serta

pembinaan pedagang kali lima dan lingkungannya, ketertiban parkir, penataan

jalur angkutan kota, penataan tempat pejalan kaki (pedesterian), dan kawasan

wisata kuliner. Keterkaitan dengan bidang-bidang lain inilah yang seringkali

kurang diperhatikan, sehingga penanganan masalah bersifat parsial, hasilnya

kurang maksimal karena kurang dapat menyentuh akar permasalahan yang

sebenarnya.

Permasalahan ini sudah sangat banyak dibahas dalam penelitian yang

dilakukan oleh berbagai macam penelitidari latar belakang ekonomi, sosial dan

geografi yang telah menemukan berbagai gaya penyelesaiannya masing – masing

dengan pola bisnis yang digunakan pun beragam. Adanya penguatan pasar

modern yang menghendaki terjadinya pasar persaingan sempurna dan pasar

persaingan tidak sempurna. Dari bentuk pemasar dalam modal besar hingga

pemasar gerilya dengan modal kecil.Kekuatan nilai produk menjadi faktor

penentu masyarakat membuat transaksi dan menempatkan loyalitas jika konsumen

mendapatkan hubungan pelanggan yang baik. Sebagai fenomena ethno

Page 187: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

168

economicssatu lingkup kreativitas dan inovasi jaringan pemasaran dapat

menjabarkan banyak permasalahan untuk solusi keberagaman point master

perekonomian agar lebih terpusat dalam mengawali jaringan pemasaran. (Dikutip

dari penelitian sistem nilai dan latar belakang profesional kewirausahaan sebagai

faktor utama pendorong daya hidup perusahaan kecil unggulan, studi pada

perusahaan kecil di Kabupaten Bandung).

Dikutip dari Henry kissinger’s lessons for business negosiators, “Henry

Kissinger's negotiations with world leaders helped shape the geography, public

policy, and laws that mark the 21st century world. A new book, Kissinger the

Negotiator: Lessons from Dealmaking at the Highest Level, not only explains his

negotiation craft, but also what we can apply from his experiences in our

everyday dealmaking”. (Pelajaran Henry kissinger untuk negosiator bisnis,

“Negosiasi Henry Kissinger dengan para pemimpin dunia membantu membentuk

geografi, kebijakan publik, dan hukum yang menandai dunia abad ke-21. Sebuah

buku baru, Kissinger the Negotiator: Pelajaran dari Dealmaking di Level

Tertinggi, tidak hanya menjelaskan keahlian negosiasinya, tetapi juga apa yang

bisa kita terapkan dari pengalamannya dalam pembuatan kesepakatan sehari-hari).

Today’s world of instant communications and social media presents a

much different negotiating environment than in Kissinger’s time. Do you think the

availability of all this “information” makes negotiations more difficult? How do

you think Kissinger would have performed in today’s world? “It is perhaps

remarkable that' the 95-year-old Henry Kissinger just authored a widely praised

Atlantic article on the implications of artificial intelligence for international

Page 188: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

169

relations. I suspect Kissinger would have readily adapted to the new factors you

cite.I have found that reading through each of Kissinger’s major negotiations

offers key insights into common business dealings”.

In my advisory work on more ordinary business and financial

negotiations, I have found that reading through each of Kissinger’s major

negotiations offers key insights into common business dealings, clarifying such

challenges as:

• How to realistically assess whether an agreement potentially exists

• How a “wide-angle lens” and game-changing moves away from

the negotiating table can create space for a deal and enable favorable outcomes

at the table

• How careful sequencing, coalition building, and handling those

who would block a deal are keys to multiparty effectiveness

• The importance and means for truly understanding, reading, and

building rapport with your counterparts

• How assertiveness and empathy can be productively combined

• How to act opportunistically as circumstances shift while

maintaining a strategic perspective

• How dogged persistence rather than blinding insight is often the

essential ingredient for success; as well as

Page 189: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

170

• Effective (and ineffective) ways to make proposals, frame

concessions, build credibility, utilize “constructive ambiguity,” embark on

separate dealings among the parties rather than deal with them together, and

when to opt for an open versus a secret process.

Beyond these specifics, readers who do not envision themselves in

diplomatic roles will find it valuable, as we described above, to consciously

cultivate a powerful element of Kissinger’s approach: of iterating between

zooming out to the strategic and zooming in to the interpersonal. (Kissingers,

2014).

Artinya :Pelajaran Henry kissinger untuk negosiator bisnis, “Negosiasi

Henry Kissinger dengan para pemimpin dunia membantu membentuk geografi,

kebijakan publik, dan hukum yang menandai dunia abad ke-21. Sebuah buku

baru, Kissinger the Negotiator: Pelajaran dari Deal making di Level Tertinggi,

tidak hanya menjelaskan keahlian negosiasinya, tetapi juga apa yang bisa kita

terapkan dari pengalamannya dalam pembuatan kesepakatan sehari-hari”.

penguasaan dunia komunikasi dan media sosial dengan cepat saat ini

menghadirkan lingkungan negosiasi yang jauh berbeda dari pada zaman Kissinger

(abad 21). Apakah Anda pikir ketersediaan semua "informasi" ini membuat

negosiasi lebih sulit? Menurut Anda bagaimana kinerja Kissingers di dunia saat

ini? “Mungkin luar biasa bahwa Henry Kissinger yang berusia 95 tahun baru saja

menulis artikel Atlantik yang dipuji tentang implikasi kecerdasan buatan untuk

hubungan internasional. Saya menduga Kissingers (negosiator) akan mudah

beradaptasi dengan faktor-faktor baru yang Anda kutip. Saya telah menemukan

Page 190: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

171

bahwa membaca setiap negosiasi utama, negosiator menawarkan wawasan kunci

tentang transaksi bisnis bersama".

Dalam pekerjaan penasihat pada negosiasi bisnis, dan keuangan yang lebih

umum, menemukan bahwa membaca setiap negosiasi utama

Kissingersmenawarkan wawasan kunci ke dalam transaksi bisnis umum,

mengklarifikasi tantangan seperti:

• Bagaimana menilai secara realistis apakah suatu perjanjian berpotensi

ada

• Bagaimana "lensa sudut lebar" dan perubahan permainan bergerak

menjauh dari meja negosiasi dapat menciptakan ruang untuk kesepakatan dan

memungkinkan hasil yang menguntungkan di meja

• Seberapa hati-hati mengurutkan, membangun koalisi, dan menangani

orang-orang yang akan memblokir kesepakatan adalah kunci efektivitas

multipartai

• Sarana dan pentingnya untuk benar-benar memahami, membaca, dan

membangun hubungan dengan rekan bisnis atau pedagang

• Bagaimana ketegasan dan empati dapat dikombinasikan secara produktif

• Bagaimana bertindak secara oportunistik ketika keadaan bergeser sambil

mempertahankan perspektif strategis

Page 191: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

172

• Betapa teguhnya kegigihan daripada wawasan yang menyilaukan sering

kali merupakan unsur penting untuk sukses

Di luar kekhususan ini, pembaca yang tidak membayangkan diri mereka

dalam peran diplomatik ekonomi (bisnis) akan merasa berharga, seperti yang

dijelaskan di atas, untuk secara sadar menumbuhkan elemen kuat dari pendekatan

negosiator: Tentang beralih antara memperbesar ke arah yang strategis dan

memperbesar nilai ke antarpribadi.

• Cara efektif dan tidak efektif untuk membuat proposal, membingkai

konsesi, membangun kredibilitas, memanfaatkan "ambiguitas konstruktif,"

memulai transaksi terpisah antar pihak daripada berurusan dengan mereka

bersama-sama, dan kapan harus memilih antara proses terbuka dan proses rahasia.

Bagaimana "lensa wide-angle" dan perubahan permainan bergerak

menjauh dari meja negosiasi dapat menciptakan ruang untuk kesepakatan dan

memungkinkan hasil yang menguntungkan di meja (Cluster dalam bidang usaha

sejenis) dengan mulai munculnya inovasi produk Batik. Secara sadar

mengembangkan elemen terkuatdalam kreativitas produk, mengulangi antara

meluaskan pemasaran Cluster Batik Semarang yang strategisdan memperbesar ke

antarpribadi yang kreatif dan inovatif. Melayani kebutuhan konsumen dengan

melakukan zoom in supaya terlihat target pasar manakah yang harus diutamakan,

supaya kreativitas dan inovasi produk dapat membidik sasaran yang tepat.

Memenuhi harapan lingkungan merupakan salah satu tujuan dari

organisasi. Setiap organisasi memiliki tanggung jawab terhadap lingkungannya

Page 192: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

173

(stakeholder). Untuk dapat memenuhi harapan – harapan yang tepat agar misinya

tercapai. Supaya misinya tercapai, maka organisasi harus memiliki sumber daya

manusia yang handal. Apabila organisasi memiliki sumber daya yang handal,

maka sumber daya organisasi yang dimiliki akan didayagunakan sehingga

organisasi akan dapat menjalankan kegiatan – kegiatan yang mendukung

pencapaian misi maupun visinya walaupun dalam kondisi yang cepat dan tepat

berubah seperti dijelaskan. Departemen sumber daya manusia diciptakan untuk

membantu orang dan organisasi dalam mencapai tujuannya (Werther, 1996; p. 3).

Edwin B. Flippo (1996; p. 7) mengatakan bahwa “Integrasi merupakan

usaha untuk menghasilkan suatu rekonsiliasi (kecocokan) yang layak atas

kepentingan – kepentingan perorangan (individu), masyarakat, dan organisasi”.

Kepuasan yang diperoleh satu pihak belum tentu merupakan kepuasan pula bagi

pihak lainnya. Di sinilah peran aktivitas integrasi untuk menyatukan kepentingan

–kepentingan yang berbeda sehingga didapat komposisi terbaik yang dapat

memuaskan semua pihak. Klat dan Merdick (1993;458) mengatahan bahwa

human relation atau hubungan antar manusia akan tercipta serta terpelihara

dengan baik, jika ada kesediaan melebur sebagian keinginan individu demi

tercapainya kepentingan bersama yang didasarkan saling pengertian, harga

menghargai, hormat menghormati, toleransi, menghargai pengorbanan dan

peranan yang diberikan oleh setiap individu anggota kelompok / karyawan.

Jadi strategi yang diterapkan adalah antara membaurkan tiga rangkaian

transaksi homogen. Yaitu keinginan konsumen, nilai tengah berupa continuitas

nilai Batik dan produk yang dihasilkan penggiat usaha batik di Cluster Batik

Page 193: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

174

Semarang. Sehingga muncul produk beserta langkah strategis pemasaran untuk

produk baru tersebut. Batik Semarangan itu sebagai nilai pokok dan sebagai nilai

tambahnya dapat di peroleh dari produk turunan Batik Semarangan yang mampu

menunjang nilai pokoknya. Ditujukan kepada masyarakat, pemasaran diwajibkan

untuk mudah diingat konsumen dan produk dihasilkan untuk dengan tepat

memenuhi kebutuhan masyarakat yang berkesinambungan.

4.5 Mengembangkan Kreativitas Dan Inovasi Jaringan Pemasaran di Cluster

Batik Semarang

Era revolusi mendesak kita untuk memperluas cakrawala. Inovasi konsep

bisnis akan menjadi keunggulan kompetitif yang menentukan di era revolusi.

Pengertian inovasi konsep bisnis disini adalah kapasitas untuk menyusun kembali

model – model bisnis dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mencapai

value baru bagi konsumen, memberi kejutan yang mengguncang bagi pesaing, dan

mengalirkan kekayaan baru bagi investor.

Tingkat ketergantungan antar bangsa tak akan dapat terbendung. Dengan

semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi mendorong

terjadinya perdagangan bebas dimana dunia akan transparan dan seakan tanpa

batas. Hal ini akan menimbulkan sebuah paradigma borderless world, yaitu dunia

yang tidak mengenal batas – batas teritorial kedaulatan negara bangsa.Perajin

batik yang berani memulai menjelajah Batik daerah, mengunggah Batik Semarang

ke publik lebih tepatnya. Ketajaman dalam mengakses semua jaringan pemasaran

dan kerja sama yang menguntungkan dapat diolah menjadi satu manfaat bagi

Page 194: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

175

strategi pemasaran Cluster Batik. memaksimalkan customer relationship

management dengan tujuan yang sama namun jalan yang dipakai dapat beragam,

tentu ini mampu menjaring konsumen lebih banyak. Pengembangan inilah yang

dilakukan oleh media sebagai penyambung nilai produk Batik dengan

pemasarannya. Beragam cara perolehan pemasaran untuk satu tujuan yang sama.

Sebagai contoh stereotipe dari seorang salesman dimana ia berusaha

menjual dagangannya tanpa memperhatikan kualitas dan tidak berusaha untuk

membuat pelanggan untuk kembali berbisnis dengannya. Dewasa ini, masih

banyak perusahaan mengabadikan penekanan terhadap penjualan ini dengan

memberikan penghargaan terhadap eksekutif senior berdasarkan berapa banyak

jumlah barang yang dijual, daripada berdasarkan seberapa sukses mereka

mengelola loyalitas pelanggan terhadap produk. Pendekatan media penjualan

tidak hanya dapat dilakukan dari media informatif, namun dapat di aplikasikan

pada pelayanan melalui kartu konsumen sebagai media pengantar nilai

perusahaan.

Pada pertengahan abad ke 20, semakin banyak perusahaan yang mulai

mendalami orientasi pelanggan dalam pemasaran. Mereka menyadari bahwa

mereka harus memproduksi apa yang pelanggan butuhkan dan inginkan. Orientasi

ini dikenal dengan konsep pemasaran, yang didasarkan pada tiga tujuan yaitu

orientasi pelanggan, koordinasi dan integrasi dari seluruh aktivitas pemasaran,

serta fokus kepada profitabilitas jangka panjang dari suatu organisasi. Konsep

pemasaran dihubungakn dengan 4P dari Mc Carthy yaitu produk, harga, promosi

dan distribusi. Implikasi di pandangan ini adalah jika perusahaan dapat

Page 195: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

176

menjalankan ke-4 elemen dari bauran pemasaran ini secara benar, perusahaan

akan menikmati suksesnya pemasaran.

Tabel 4.1 Elemen Bauran Pemasaran

A B

Prosedural Kreatif

Reduksionis Ekspansif

Ekstrapolatif Berdaya Cipta

Elitis Inklusif

Mudah Menuntut

Perusahaan yang tidak benar – benar memiliki strategi yang luar biasa

dalam mengolah konsep bisnis baru maka lebih tepat jika perusahaan mengakui

bahwa deskriptor di kolom A lebih cocok daripada apa yang terdapat di kolom B.

Jika teknologi dapat menjadi lebih dari sekedar pengungkit yang berdampak

positif, maka para CIO (Chief Information Officer) harus berubah menjadi Chief

Imagination Officer.

Salah satu upaya pelaku bisnis dalam memenangkan persaingan adalah

dengan melakukan strategi merangkul pelanggan atau yang lebih dikenal dengan

Customer Relationship Management (CRM). CRM merupakan suatu strategi

perusahaan yang digunakan unutk memanjakan pelanggan agar tidak berpaling ke

pesaing sehingga akan tercipta hubungan abadi dengan pelanggan. Dalam hal ini

perusahaan harus mampu memberikan sentuhan pelayanan individual dimana

pelanggan diperlakukan sebagai raja. Mulai dari produk yang ditawarkan, proses

Page 196: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

177

penawaran, sampai kepada cara melakukan transaksi harus disesuaikan dengan

keinginan tiap – tiap pelanggan. Oleh karena itu database pelanggan memegang

peranan penting dalam CRM.

Mendapatkan gagasan untuk berinovasi pada produk Batik Semarang

dengan ditambahkannya aksen motif sejarah dan ikon Kota Semarang sebagai

wujud kreativitas seorang pelaku usaha Batik Semarang 16 Ibu Umi S Adi Susilo

yang tergabung dalam Cluster Batik Semarang. Meneruskannya ke penjualan

dengan fokus pemasaran konvensional dan memanfaatkan teknologi informasi

sebagai jaringan pemasaran, berikut hasil wawancaranya.

“Upaya yang dilakukan oleh Batik Semarang 16 untuk lebih mendekatkan

diri dengan konsumen sekaligus mempromosikan produknya adalah dengan

membuat website dengan alamat web www.batiksemarang16.com sejak tahun

2008. Melalui website ini, konsumen dapat melihat profil dan produk dari Batik

Semarang 16 dengan lebih mudah, sekaligus dapat berkomunikasi dengan Batik

Semarang 16 dengan lebih cepat”. Batik di era ini dari sudut pandang anak – anak

muda adalah nyentrik dan eksentrik, mulai banyak yang berminat pada practice

batik karena nyentriknya itu untuk menarik simpatik manusia disekitarnya dari

apa yang digunakannya. Sehingga belum memahami lebih lanjut seperti dari

aspek ekonomi dan nilai pelestarian budaya.

Page 197: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

178

Gambar 4.13 Upaya dari Kampung Batik Semarang Memberikan Wawasan

Mengenai Batik kepada Generasi Muda

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2018)

Materi cetak di zaman internet, Lauron Sonnier Mc Culloch dari Sonnier

Marketing Communication Ind., (www.sonniermarketing.com) menasihati

kliennya bahwa kapan saja mereka meluncurkan situs web, Mereka seharusnya

juga agresif menceritakan kepada prospek dan klien mereka tentang komunikasi

pemasaran offline. Penjualan dan pemasaran melaui telepon bagian dari merawat

pelanggan, (identitas atau kehadiran) adalah kombinasi dari semua senjata

pemasaran yang “telerelated” digudang senjata : FedEx, Voice mail, Telepon, E-

mail, Audio, dan Videotape. Internet dan saat ini komunikasi nirkabel.

Page 198: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

179

Mengajarkan adanya nilai ekonomis dari batik yang dapat menjaga batik

tetap eksis di mata dunia sekaligus membantu perekonomian daerah dengan mini

usaha yang terbentuk. Serta perhatian pada networking dalam usaha pemasaran

untuk menjangkau pasar internasional. Belum ditemukannya tindakan yang

signifikan dalam pemasaran untuk pemanfaatan website milik Batik Semarang 16,

mengarahkan pada publikasi yang belum maksimal. Misalnya : memasukkan

strategi bisnis yang masuk akal untuk dihubungkan ke situs yang kita miliki,

menganalisis forum diskusi untuk dimasuki sebagai konsentrasi pemasaran

selanjutnya informasi apa yang dapat dikontribusikan kepada forum tersebut

untuk memposisikan diri sebagai sumber daya.

Alur kegiatan bisnis Cluster Batik Semarang sebagai UMKM dengan

pemasaran lewat galeri bentukan Pemerintah Kota Semarang. “Bapak Joko

Sunarto Ketua Cluster Batik Semarang yang mengharapkan animo masyarakat itu

lebih tinggi terhadap Batik”, Sehingga Batik daerah seperti Batik Semarang tetap

menjadi kebanggaan masyarakat yang berjaya dalam penyelenggaraan

masyarakatnya sendiri.

Teknologi merupakan hal yang merangkum seluruh rantai nilai perusahaan

dan menjangkau ke luar dari segala teknologi yang selama ini kita tahu memiliki

hubungan langsung dengan produk. Sesungguhnya, jika pandangan yang luas ini

kita pakai, tidak ada hal yangdisebut sebagai industri teknologi rendah sehingga

menciptakan kesenjangan teknologi dalam kehidupan masyarakat. Memandang

industri mana saja sebagai industri yang telah mencapai tahap kematangan

teknologi sering kali menyebabkan terjadinya malapetaka strategis. Terlebih,

Page 199: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

180

banyak inovasi penting yang berhasil meningkatkan keunggulan bersaing

merupakan inovasi yang dapat memiliki sejumlah implikasi strategis, Situasi

seperti ini ada di Inggris di mana penjual bahan makanan Asda, yang dimiliki oleh

Walmart, mengikuti pendekatan EDLP(Every Day Low Price) dan bersaing

dengan beberapa pengecer yang merupakan pemain loyalitas Hi-Lo. Untuk

menarik pembeli dari pengecer lain (bermain loyalitas pelanggan), Asda telah

menawarkan jaminan keuntungan harga 10 persen untuk pembeli dan akan

mengganti biaya pembeli jika Asda tidak 10 persen lebih murah dari total

keranjang belanja pembeli yang sebanding.

Ketika lokasi tidak lagi cukup untuk menarik pelanggan, sebuah program

yang menghargai pelanggan mereka tentu dapat diunggulkan dalam menaruh

kreativitas produk yang ingin disampaikan kepada masyarakat. berbagai program

komunikasi dengan bantuan media dapat disesuaikan oleh pengecer untuk

menghasilkan diferensiasi dan peningkatan laba. Esensi dari strategi adalah

keberagaman. Namun, tidak ada keberagaman dalam strategi tanpa varitas dalam

bagaimana individu (pelaku usaha) memandang pemasaran produk unggulan ke

pasar dunia (lingkup pasar yang lebih luas).

Didalam Keunggulan Bersaing, Alat pokok untuk memahami peran

teknologi dalam keunggulan bersaing ialah rantai nilai. Kegiatan usaha sebagai

subyek dan perusahaan sebagai predikat serta sekumpulan aktivitas, juga

merupakan sekumpulan teknologi. Setiap aktivitas nilai yang dilakukan

perusahaan merupakan suatu perwujudan teknologi, dan perubahan teknologi

dapat mempengaruhi persaingan lewat dampaknya terhadap hampir setiap

Page 200: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

181

aktivitas. (Michael E Porter, 2004). “Adakah pengalaman yang menyakitkan saat

memasarkan produk batik semarangan? Dan apakah pemasaran anda melalui toko

online juga?”.

Pertanyaan wawancara yang ditujukan kepada Bapak Tri Utomo pemilik

omah batik dan tenun “Ngesti Pandowo” sebagai pembuka pernyataan mengenai

aktivitas nilai pemakaian teknologi jenis tertentu untuk mengkombinasikan

masukan yang telah dibeli dan meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia

guna memproduksi keluaran tertentu.

“Saya menyadari sebagai pemula dalam berwirausaha dalam bidang batik,

Saat itu batik semarangan dianggap aneh, warnanya kumal dan saya diledek di

beberapa tempat. Tapi itu justru jadi motivasi untuk saya pribadi, kalau hidup di

wirausaha pelanggan itulah sandaran hidup, Bukan modal. Sehingga harus ada

inovasi produksi dan tempat harus nyaman. Kritik pedas dan masukan kemudian

menjadi inspirasi saya mengembangkan motif dan model”.

Sedangkan jawaban “Tidak” dari Pak Tri Utomo memberikan penegasan

bahwa belum memanfaatkan online shop untuk pemasaran batik miliknya. “Saya

hanya memasarkan di toko fisik di kampung batik ini. Saya pernah menerima

pelatihan online, Tapi saya tidak pernah memasarkan secara online. Justru

beberapa reseller yang menjual secara online. Justru cepat di toko fisik secara

langsung, ya itu tadi harus menunggu konsumen datang pelayanan pun harus di

perhatikan ketika ada konsumen, jika dilihat sampai sekarang reseller yang aktif

sampai sekarang sekitar 10 orang Mereka sampai luar Semarang”.

Page 201: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

182

Teknologi merupakan suatu aktivitas nilai kombinasi tertentu dari sub

teknik pemasaran. Misalnya teknologi penanganan bahan seperti yang dipakai

dalam bidang logistik, dapat melibatkan sejumlah disiplin ilmu seperti rekayasa

industri (industrial engineering), elektronika, dan teknologi bahan (materials

technology)”.Kotler (2000:8) mendefinisikan pemasaran sebagai “suatu proses

sosial dan manajerial yang didalamnya individu dari kelompok mendapatkan apa

yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”. Definisi pemasaran

tersebut didasarkan pada kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Kebutuhan

manusia merupakan hakekat biologis yang tidak dapat diciptakan oleh pemasar

(penjual) atau masyarakat. Kebutuhan itu terdiri dari makanan, pakaian, tempat

berlindung, keamanan, hak milik dan harga diri. Sedangkan keinginan merupakan

hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik yang terus dibentuk dan diperbaharui

oleh pengaruh lingkungan. Pemasar tidak menciptakan kebutuhan, tapi pemasar

dapat memepengaruhi keinginan dengan mengajukan gagasan atau ide yang

menyebabkan adanya permintaan (demands).

Teknologi tidak saja terwujud dalam aktivitas primer melainkan juga

dalam aktivitas pendukung. Ibu Dewi Handayani Untari Ningsih merupakan

pemilik dan pengelola Karya Kriya Batik yang bertempat di Jangli Krajan,

Kelurahan Karanganyar Gunung Candisari dengan produk batik warna alam dan

explorasi motif batik semarang yang menjadi unggulan dari toko yang dirintis Ibu

Dewi sejak tahun 2015. Penentuan narasumber ini berdasarkan rujukan dari

Page 202: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

183

Bapak Joko Sunarto Ketua Cluster Batik Semarang supaya informasi mengenai

langkah atau cara menjalin dan membentuk jaringan pemasaranterpenuhi.

Menurut Ibu Dewi Handayani Untari Ningsih, “Berkomunikasi yang baik

dengan pembeli menjadi hal utama yang tidak boleh di kesampingkan disini,

begitu pula dengan sesama penjual karena itu akan menunjukkan interaksi yang

baik satu sama lain tak pelak kami juga saling bertukar barang dagangan ketika di

toko tidak ada stok dan di toko lain masih ada produknya itulah yang di tawarkan

ke pembeli, ungkap Bu Yani dari percakapan singkat yang sibuk dengan penataan

display barang dagangan yang baru untuk tokonya”.

Pemasaran adalah suatu proses analisis, perencanaan, implementasi,

koordinasi dan pengendalian program pemasaran yang meliputi kebijakan produk,

harga, promosi, dan distribusi dari produk, jasa, dan ide yang ditawarkan untuk

menciptakan dan meningkatkan pertukaran manfaat dengan pasar sasaran dalam

upaya pencapaian tujuan organisasi Boyd, Walker, Larreche (1998). Kreatifitas

mengolah komunikasi itu sendiri, terlalu sering berinovasi produk membuat

konsumen jenuh juga pada akhirnya, memberikan visualisasi yang tepat untuk

konsumen agar tetap seimbang.eMarketer memperkirakan bahwa iklan video

online di Amerika Serikat akan meningkat dari $ 1,1 miliar pada 2009 menjadi $

4,1 miliar pada 2013 — kenaikan belanja keseluruhan dari 4,3 persen menjadi

11,0 persen dari semua pengeluaran iklan."Orang tidak lagi menginginkan banyak

informasi tentang produk atau merek dalam iklan yang mereka tonton," kata

Teixeira,Harvard Business School. Di masa lalu, ketika sebuah perusahaan

meluncurkan produk baru, iklan tersebut akan mencakup semua informasi tentang

Page 203: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

184

produk sehingga masyarakat dapat mengetahui apakah ingin membelinya atau

tidak. Tetapi sekarang kami memiliki semua informasi tentang semua produk baru

yang tersedia untuk kami secara online. Sekarang, kami (konsumen) ingin iklan

menghibur kami.

Four Examples Of Advertising Symbiosis, (1) Konsep : Menjadikan

penonton sebagai pusat perhatian, Contoh : Kampanye Twitter Old Spice. Pada

2010, Procter & Gamble meluncurkan kampanye di mana pengguna Facebook

dan Twitter didorong untuk mengirim pesan ke Isaiah Mustafa, juru bicara tegap

Old Spice yang memasarkan gagasan bahwa jika pria tidak bisa terlihat seperti

dia, mereka setidaknya bisa mencium bau seperti dia . Agen periklanan Wieden

danKennedy kemudian membuat dan mengunggah 185 video pendek di mana

Mustafa merespons secara pribadi kepada masing-masing pengguna Twitter,

campuran public figure, politisi, dan penggemar (warganet).

Tidak dapat dihindari, mereka seharusnya berbagi tanggapan yang

dipersonalisasi dengan jejaring sosial mereka, dan banyak dari video tersebut

masing-masing menerima lebih dari satu juta tampilan; (2) Konsep : Menawarkan

akses istimewa kepada pemirsa (warganet) ke konten yang berharga, Contoh :

MempelajariVirgin Atlantic. Juga pada tahun 2010 anggota program frequent-

flyer Virgin Atlantic menerima pesan email dengan tautan ke iklan baru maskapai

di web. Iklan itu tidak akan tayang di TV untuk satu minggu lagi, pelanggan

belajar. Maskapai ini memberi mereka hak istimewa untuk mengintip iklan hingga

hak istimewa untuk menjadi yang pertama membagikannya; (3) Konsep : Berikan

penonton kesempatan untuk transaksi komunikasi nilai-nilainya kepada orang

Page 204: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

185

lain, Contoh : Pesan Dove tentang citra diri. Dimana merek Unilever's Dove

mengunggah "Dove Real Beauty Sketches," sebuah mini-dokumenter eksklusif

web di mana seorang seniman forensik membuat sketsa masing-masing dari

beberapa wanita dua kali, pertama-tama hanya berdasarkan pada deskripsi mereka

tentang diri mereka sendiri dan kemudian berdasarkan pada deskripsi dari orang

asing. Para wanita duduk di belakang tirai, tersembunyi dari pandangan artis.

Perbandingan sketsa-sketsa yang tidak terelakkan mengungkapkan bahwa sketsa-

sketsa yang didasarkan pada deskripsi orang asing lebih menarik secara stereotip

daripada sketsa-sketsa yang didasarkan pada deskripsi perempuan tentang diri

mereka sendiri.

Taglineyang kuat, menyertai logo Dove: Anda lebih cantik dari yang Anda

pikirkan.(Kampanye "live young" Evian menyampaikan pesan positif yang sama -

belum lagi fakta bahwa anak - anak yang menari mengumpulkan campuran ajaib

antara kejutan dan kegembiraan.) "Saya menganggap jenis iklan ini sebagai stiker

bumper video," Mereka membiarkan orang menyiarkan nilai-nilai pribadi mereka

seperti halnya stiker di bagian belakang mobil; (4) Konsep : Biarkan pemirsa

memamerkan kemampuan mereka untuk menemukan permata tersembunyi yang

unik dari sebuah tayangan, Contoh : Video blender yang dikemas unik oleh

Blendtec, Pada tahun 2006, pendiri dan CEO Blendtec Tom Dickson meluncurkan

serangkaian info komersial di mana ia menempelkan objek dalam Total Blender

andalan perusahaan dan menjawab pertanyaan, "Apakah akan berbaur?" Barang-

barang yang telah ia gabungkan dalam seri ini termasuk iPhone, iPad,Easy

Cheese, dan vuvuzela. Tidak seperti banyak iklan viral, yang ini menampilkan

Page 205: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

186

bagian depan dan tengah produk. Biasanya itu adalah turn offtetapi video ini

terlalu menyenangkan dan tidak konvensional untuk tidak dibagikan.

Merencanakan event networking (Guerrilia Marketing), tidak semua event

dimana orang – orang bertemu adalah event yang tepat untuk networking.

Networking atau jaringanmemerlukan rencana.Strategi yang dibuat berawal dari

rencana, dibuat untuk efisiensi dan untuk membangkitkan dengan mengelola

waktu. Hal itu diperkuat dengan strategi memilih event networking. Ada beberapa

cara untuk dapat bermitra dengan bisnis lain untuk mendapatkan lebih banyak

bisnis. Salah satunya adalah dengan membuat mereka menjadi pelanggan disebut

dengan kemitraan nonpelanggan.

Sasaran pelaku bisnis pada suatu pameran perdagangan adalah membuat

kontak dengan pelanggan saat ini, bertemu prospek baru dan mendapatkan

peminat untuk ditindak lanjuti. Sebagai tambahan, perlu adanya menilai industri,

pasar khusus, dan pesaing. Pertimbangan lain untuk ikut serta dalam pameran

perdagangan meliputi memperluas identitas perusahaan, kesadaran, kehadiran,

visibilitas dan memperkenalkan produk atau jasa baru sebagai prospek pemasaran

masa depan.

Pameran perdagangan bukanlah event sosial. Seperti halnya event

networking bukanlah menyebarkan sebanyak mungkin brosur dan kartu bisnis,

tujuan bukanlah pada menunjukkan kepada banyak pengunjung betapa

menariknya stand Anda. Pertimbangkan dengan matang agar pameran

perdagangan dapat bekerja dengan baik, adalah mengubah senjata tersebut

menjadi senjata dengan dentuman menggelegar. Pameran perdagangan adalah

Page 206: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

187

suatu event dimana produk dan jasa pada suatu industri spesifik dipamerkan dan

dipertontonkan. Kata kunci disini adalah spesifik. Jika industri spesifik dari

pameran perdagangan terdiri dari anggota pasar target yang telah ditentukan,

event perdagangan adalah senjata pemasaran yang efektif.

Ada tiga cara untuk membedakan dalam ritel: lokasi, lokasi, dan lokasi.

Masalahnya adalah bahwa ketika pasar matang, lokasi menjadi kurang kuat

sebagai keunggulan kompetitif karena konsumen memiliki banyak pilihan yang

nyaman.melainkan voucher yang dibebankan turbo dan total nilai kupon yang

disesuaikan yang akan hilang oleh pembeli jika mereka pergi ke tempat lain.

Biaya peralihan toko yang dibuat dengan cara ini meningkatkan pengeluaran dan

loyalitas pembeli.

Untuk pengecer yang tidak memiliki kemampuan menggunakan informasi

tentang pelanggan pemegang kartu mereka dan mengubah data ini menjadi

proposisi khusus pembelanjaan individu yang dibuat khusus, sistem loyalitas tidak

lebih dari gadget mahal.Mari kita lihat lebih dekat hadiah yang sebenarnya.

Mereka datang dalam dua bentuk: (1) voucher isi turbo (dua kali lipat, tiga kali

lipat, atau bahkan empat kali lipat) nilai voucher di perusahaan mitra seperti hotel,

restoran, dan taman hiburan dan; (2) penawaran "pembelanjaan individual yang

ditargetkan", di mana masing-masing pembeli secara teratur menerima

serangkaian luas kupon yang dibuat khusus yang sebagian besar dibayar oleh

pemilik merek pemasok. Nilai kupon yang dibuat khusus dan manfaatnya untuk

setiap pembelanja individu dibangun dengan pemahaman yang semakin

Page 207: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

188

meningkat dari pengecer tentang isi keranjang belanja konsumen, dan sangat

bergantung pada nilai tukarmata uang dollar ($) yang dihabiskan di toko.

Nilai faktual untuk pembelanjaan voucher yang dibebankan turbo dan

kupon yang dibuat khusus jauh lebih besar daripada diskon "terima kasih" 1%

(satu persen) yang ditawarkan pada total pembelian di Tesco. Semakin banyak

yang dihabiskan konsumen di toko, semakin banyak informasi yang dikumpulkan

toko tentang selera konsumen dan kebiasaan berbelanja, yang memungkinkannya

untuk mengarahkan hadiah (produk) yang lebih relevan kepada pelanggan.

Oleh karena itu bukan pengembalian 1-2% (persen) kepada konsumen

yang membuat program loyalitas bekerja untuk toko atau display pada galeri,

melainkan voucher yang dibebankan turbo dan total nilai kupon yang disesuaikan

yang akan hilang oleh pembeli jika mereka pergi ke tempat lain. Biaya peralihan

toko yang dibuat dengan cara ini meningkatkan pengeluaran dan loyalitas

pembeli.

Untuk UMKM yang tidak memiliki kemampuan menggunakan informasi

tentang pelanggan pemegang kartu mereka dan mengubah data ini menjadi

proposisi khusus pembelanjaan individu yang dibuat khusus, sistem loyalitas tidak

lebih dari gadget mahal. Produk Batik tidak hanya indah, namun juga sarat akan

makna. Begitu pula dengan ragam karya kerajinan turunan batik. Soal peminat,

warisan kebudayaan tinggi nusantara tersebut sangat disukai konsumen –

konsumen mancanegara. Produk Batik mulai memenuhi pasar – pasar luar negeri,

pada sejumlah perjanjian bilateral soal – soal pengembangan potensi UMKM

Page 208: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

189

disertakan. Dapat diambil contoh dalam Indonesia – EFTA (Conpherensive

Economic Partnership Agreement) yang telah rampung pada akhir desember

2018, pembangunan kapasitas UMKM termasuk didalamnya mengupayakan daya

saing untuk kontribusinya pada perekonomian daerah. “Jika pergerakan

perekonomian di daerah – daerah kuat maka tandanya kebutuhan masyarakat

secara nasional mulai terpenuhi,” tutur Bapak Warsono Dewan Koperasi

Indonesia Wilayah Jawa Tengah, dikutip dari website Dinas Koperasi dan

UMKM Kota Semarang (http://diskopumkm.semarangkota.go.id/,2018).

Terbukanya lahan ekspor menjadi penunjang kreativitas dan inovasi

produk pelaku usaha Batik di Cluster Batik Semarang. Dengan keberagaman

selera masyarakat menjadikan nilai yang ingin disampaikan dari Batik

Semarangan dapat tersampaikan dengan lebih luas nantinya. Pendapatan diperoleh

tidak lagi dari satu sumber, dengan memanfaatkan aktivitas ekspor memberikan

kesempatan sumber pendapatan baru dalam memperoleh profit Cluster Batik

Semarang.

Kelebihan kapasitas yang berlebihan dan subsidi eksogen, Sustainable

Profitability.Secara keseluruhan, sistem loyalitas yang diprakarsai Cluster benar-

benar kegiatan pemasaran yang menguntungkan pelaku usaha didalamnya (lebih

banyak kesetiaan pelanggan, lebih banyak penjualan, profitabilitas yang lebih baik

mengingat biaya tetap yang tinggi); pemasok yang memiliki merek (kupon yang

lebih efektif, dan alat ofensif untuk penantang dan alat defensif untuk para

pemimpin pasar); dan pembeli dan konsumen (proporsi produk dan harga yang

Page 209: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

190

lebih tepat). Dengan adanya keuntungan substansial ini bagi semua pihak yang

terlibat, program loyalitas pengecer dapat menguntungkan secara berkelanjutan di

seluruh rantai nilai.

Karena persentase penjualan ritel yang terkait dengan promosi meningkat

dari waktu ke waktu, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengeluaran promosi

akan terus menjadi yang paling penting. Bukannya sistem loyalitas meningkatkan

jumlah kegiatan promosi di industri produk jadi; itu mengarahkan promosi ini

(kupon, voucher, dll.) ke arah penggunaan yang lebih efektif dan efisien.

Adapun persuasi merupakan langkah terakhir dari viralitas yang sukses,

pemasar (dengan pengecualian Blendtec) yang sedang menghadapi tantangan

berat menghibur pemirsa tanpa kehilangan koneksi ke merek. Memperlihatkan

merek terlalu banyak dan pemirsa akan berhenti menonton, tidak cukup dan

mereka tidak akan tahu apa yang diiklankan video. Solusinya, berdasarkan

penelitian Teixeira, adalah teknik yang disebut "pulsing merek", di mana merek

atau produk ditampilkan berulang kali tetapi tidak terlalu mengganggu sepanjang

perjalanan video.

Dan jika itu menghasilkan respons emosional yang kuat, video dan merek

dapat melekat pada pemirsa untuk waktu yang lama."Ketika hiburan menciptakan

hubungan emosional, itu meninggalkan efek abadi pada pikiran kita. "Psikolog

telah menunjukkan bahwa emosi adalah penanda ingatan, dan jika telah merasa

sangat kuat tentang sesuatu di siang hari, otak akan lebih mungkin menyimpan

informasi yang terkait dengan emosi itu lebih lama."

Page 210: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

191

Cara lain untuk mendukung program yang lebih menguntungkan adalah

dengan mencari mitra lain untuk membayar hadiah. Sekali lagi ini dimungkinkan

jika data yang tersedia melalui program loyalitas dapat digunakan secara

bermakna oleh mitra lain (pemerintah sangat membutuhkan data program

loyalitas tersebut untuk membaca tingkat konsumsi warganya di lingkup daerah,

nasional dan internasional).

Mengembangkan sistem baru dalam manajemen pasar tradisional,

menyatukan pembayaran penitipan kendaraan (parkir) dengan foodcourt, jika

pengunjung pasar berbelanja di foodcourt yang tersedia didalam pasar tradisional

maka pembayaran makanan atau pun minuman menjadi bagian dari pembayaran

penitipan kendaraan pengunjung tersebut. Dan apabila tidak melakukan

pembelanjaan di stand food court pasar tradisional, pengunjung akan dikenakan

biaya parkir kendaraan yang mahal seharga satu porsi makanan dan minuman di

foodcourt pasar tradisional tersebut. Namun memberikan pelayanan terbaik

merupakan hal mutlak yang harus diberikan kepada masyarakat, dengan pihak

pengelola pasar tradisional memberikan satu box kosong melalui pedagang

makanan dan minuman di food court untuk digunakan pembeli yang ingin

membawa pulang makanan nya apabila tidak dihabiskan ditempat.

Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor yang tidak ramah

lingkungan dapat menyebabkan tidak teraturnya penataan transportasi dengan

banyaknya titik kemacetan, selain itu akan menimbulkan polusi udara yang tidak

baik pengaruhnya untuk lingkungan. Supaya masyarakat atau pengunjung yang

Page 211: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

192

datang ke pasar tradisional beralih ke transportasi umum atau menggunakan

kendaraan yang lebih ramah lingkungan maka diberikan kebijakan manajemen

pasar tradisional yang kompatibel antara kebutuhan kemajuan sebuah daerah

dengan masyarakatnya sebagai konsumen.

Kemampuanpedagang dalam memasarkan produknya merupakan

pengetahuan yang penting dalam negosiasi produk ke konsumen. menolong

pedagang dengan sistem pasar yang membantu naiknya pendapatan

mereka.Sebagai trigger kecil, Memberikan resep aneka kulinersecara gratis di

bagian depan pasar tradisional untuk pengunjung pasar tradisional. Konsumen

akan mendapatkan referensi masakan baru untuk keluarganya dan dapat bahan

masakan baru untuk memasak dirumah. Terdapat informasi sambung yang

ditawarkan di pasar tradisional selain menemukan pedagang dengan aktivitas

transaksinya, manfaat event dan media yang seperti nilai sambung inilah yang

akan dibentuk untuk dapat mempertahankan keunggulan produk – produk lokal.

Menjaga kearifan lokal yang tetap berkemajuan dengan perkembangan teknologi

sebagai wujud peningkatan taraf konsumsi masyarakat.

Pengembangan kreativitas dan inovasi melalui studi pengembangan dan

penerapan pemasaran strategis yang sekaligus menempatkan masyarakat dan

konsumen sebagai penilai Batik Semarangan. Pusat studi dengan media sosial

seperti Twitter dan tradisional seperti Radio dimana kedua aspek tersebut dapat

mencakup bergam lapisan masyarakat secara lebih luas. Ragam kreasinya sangat

variatif, produknya mempunyai nilai budaya yang melekat dalam kehidupan

Page 212: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

193

sehari – hari dan pemasaran dengan konsep ringan memudahkan konsumen

mencerna manfaat yang ditawarkan Cluster Batik Semarang dengan produk utama

Batik Semarangan.

4.6. Tindak Lanjut Pemasaran

William F. Schoell (1993) menyatakan “Business is the profit seeking

activities that are organized and directed to provide goods and service to

customers”. Definisi lain menyatakan bahwa “Business is an organization that

provides goods and service to earn profit” (Ebert and Griffin, 2000).

Pengertian bisnis diatas sangat menekankan pada unsur profit, adanya

organisasi dan produk berupa barang dan jasa yang saling berhubungan menuju

nilai bisnis. Namun disamping bisnis yang mengejar profit, ada pula bisnis lain

yang tidak mengejar laba. Kegiatan – kegiatan bisnis ini mencakup organisasi,

finansial, operasional, pemasaran serta bidang manajemen lain yang sangat

menunjang seperti manajemen transportasi, resiko, sumberdaya manusia,

sumberdaya alam, kompensasi dan sebagainya. Banyak hal yang perlu

dipersiapkan menuju industri 4.0, dapat memanfaatkan teknologi terbaru bukanlah

satu – satunya jalan yang dapat ditempuh. Dengan melakukan branding massal

produk yang telah matang merupakan kekuatan, mediasi dengan internet atau

jaringan upaya melaksanakan branding itu sendiri. Melatih diri, melatih UMKM

(Usaha Micro Kecil dan Menengah) untuk dapat melihat segmen dari pergantian

fungsi operasional yang ditujukan guna menciptakan segala kemudahan.

Menerapkan fungsi perluasan dari sisi teknologi informasi sebagai bekal

Page 213: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

194

pengembangan umkm (pemasaran), agar branding Batik Semarangan ini terus

berkembang untuk mencapai titik maksimal.(Saladin, 2001: 1), “strategi adalah

sebuah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi, yang menghubungkan

keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang

untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui

pelaksanaan yang tepat oleh organisasi”.

4.6.1 Pengukuran

Salah satu perbedaan besar antara pemasar gerilya dan pemasar biasa

adalah bagaimana kalender digunakan untuk mengukur pemasaran. Hasil dari

aktivitas dan event pemasaran sudah selesai dilakukan harus ditinjau kembali, itu

adalah hal sederhana. Rating penilaian efektivitas secara sederhana adalah dari

satu sampai sepuluh, dengan sepuluh adalah sangat efektif. Ulangi pemasaran

yang ratingnya lima sampai sepuluh dan singkirkan atau tinjau kembali pemasaran

yang ratingnya dibawah lima. Putuskanlah ukuran – ukuran mana yang bekerja

dengan paling baik untuk Anda. Inilah esensi metrik pemasaran dan kalender

pemasaran gerilya.

Lakukan dialog produktif dengan setiap prospek yang akan menjadi

paying customer, mulailah dengan, “Bagaimana Anda Mengamati Kami?” paling

tidak, itulah pengukuran pemasaran. Respons mereka Anda dokumentasikan dan

Anda buat tabelnya dalam kalender pemasaran Anda, itulah format pengukuran

pemasaran yang paling sederhana. Pemasaran gerilya suka kesederhanaan.

Page 214: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

195

4.6.2 Langkah – Langkah Tindakan Public Relations

Cara – cara yang dapat dilakukan Cluster Batik Semarang dalam

mengolah hubungan abadi dengan konsumen.

1. Publikasi apa yang dibaca oleh pasar target Anda yang spesifik ?

2. Siaran radio dan TV mana yang berorientasi pada pasar target Anda ?

3. Event apa yang layak diberitakan dan mendapatkan perhatian media untuk

bisnis Anda ?

4. Pikirkan tentang ide Bill Stoller untuk merayakan Pictionary Celebrity Auction

untuk Multiple Sclerosis Society. Ketika tiba saatnya untuk mendapatkan

publisitas, ada dua hal yang otomatis tergambarkan yaitu public figure dan

charity.

5. Membuat kerangka dua atau tiga keterangan pers dengan menggunakan format

siapa, apa, di mana, kapan dan mengapa.

6. Membuat timing untuk setiap keterangan pers.

7. Meletakkan setiap keterangan pers di kalender pemasaran Anda.

8. Buatlah database untuk mereka yang mengirim berita secara elektronik, dengan

faksimili, dan via surat.

9. Memulai hubungan potensial dengan editor dan produser.

Page 215: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

196

4.6.3Market Exhibition (Peragaan Pasar)

Strategi pengembangan : Merawat budaya yang telah ada, open mind dan

membuka diri dari kemajuan teknologi masa depan sebagai upaya memperluas

pengetahuan dan pasar. Dengan komunikasi pemasaran untuk menunjukkan

kualitas produk hingga kualitas manajemen pasar dalam rangka mencapai

keunggulan bersaingpada tingkat pasar yang lebih beragam. Telah dimilikinya

nilai dasar Batik Semarang yang mumpuni menjadi modal kuat sebagai

kekuatanproduk dari sumber daya manusia, untuk masuk ke dalam kerangka

manajemen pemasaran produk secara luas. Langkah media atau teknologi

berkembang abad ke-21 saat inidapat digunakan untuk melakukan distribusi nilai

produk kepada masyarakat.

Sebagai langkah strategis, Batik memiliki berbagai macam ciri khas dari

tiap – tiap daerah di Indonesia, Batik Semarang adalah bagian dari popularitas

Batik Indonesia secara keseluruhan, perlunya mengembangkan strategi pemasaran

untuk tiap – tiap Batik daerah supaya dapat memberikan kesejahteraan bagi

masyarakatnya. Dengan didukung pengetahuan, teknologi dan interpretasi,

konsumen akan menemukan produk kebudayaan yang dapat digunakan untuk

banyak kegiatan bermasyarakat. Sangat memungkinkan produk lokal mencapai

nilai manfaat yang maksimal karena produknya sangat digemari.

Pengendalian manajemen teknologi adalah kisaran dari penumpukan

perajin batik skala kecil dan menengah yang membutuhkan lonjakan pendapatan

dari kemajuan teknologi. Melalui pasar – pasar homogen yang terintegrasi dengan

Page 216: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

197

banyak kebutuhan masyarakat sebaiknya dimanfaatkan untuk kesejahteraan

ekonomi nasional dan sebagai sarana edukasi teoritis dan praktik bagi generasi

penerus beserta pengembangan pengetahuan di masa depan. Sistem pasar yang

tidak rumit dan efektif menjadi keinginan warga, menarik esensi keehidupan

masyarakat dari potensi publisitas Batik Semarang. Menyambung tingkat

kebutuhan pelaku usaha dan konsumen dengan manajemen yang tematik dalam

upaya strategi Clustermenghasilkan konsumsi bermutu dari semua lapisan

masyarakat dunia.

Dapat diambil sebagai contoh Pasar Wulandoni di Pulau Lembata yang

masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Wulandoni Nusa Tengara

Timur. Perdagangan yang terjadi di Pasar Wulandoni awalnya hanya melibatkan

warga Desa Lamalera sebagai masyarakat pesisir dengan masyarakat pegunungan

Desa Luwukan. Dahulu Cuma diikuti oleh dua desa tersebut namun sekarang

diikuti 20 (dua puluh) desa. Meskipun uang sudah jamak digunakan sebagai alat

transaksi namun tukar menukar barang (barter) masih digunakan di pasar ini.

Pasar buka di hari sabtu dari pukul 08:00 dan pukul 09:00 transaksi mulai

dilakukan masyarakat ketika peluit dibunyikan sebagai penanda perdagangan.

Pengawas pasar dari desa setempat melakukan pemungutan retribusi terlebih

dahulu ke pedagang dengan cara pedagang membayar dari barang dagangnya.

Selesai pukul 12:00, sistemnya yaitu masyarakat nelayan aktif berkeliling ke

penduduk dengan penghasil bahan makanan dari perkebunan untuk menukar

garam dan ikannya (hasil laut) dengan sayur sayuran, buah buahan, ubi - ubian

(hasil perkebunan).

Page 217: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

198

Disini tetap ada retribusi yang dikelola oleh desa, adanya peran serta

permerintah masih terasa meskipun dalam konteks transaksi paling sederhana.

Kembalinya sistem yang mudah dioperasikan sekaligus dekat dengan masyarakat

membuat pelayanan selalu ditunggu oleh penggiat transaksi di pasar tersebut.

Menyebabkan regulasi pasar tradisional tetap berjalan dengan latar belakang

manajemen kesederhanaan.

Inovasi pemasaran yang ditempatkan dalam kreatifitas media akan

berdampak signifikan positif terhadap Batik Semarangan jika strategi

pengembangan yang dimunculkan ke publik dapat menyederhanakan permintaan

konsumen, adanya nilai yang akan terus muncul seiring berjalannya waktu akan

dapat di konversikan menjadi pemenuhan dari permintaan konsumen. Membagi

konsekuensi konsumsi publik terhadap Batik Semarang menjadi beberapa

segmen, ini dimaksudkan supaya media pemasaran yang digunakan tepat

mencapai target pasarnya masing – masing dari Cluster, Pasar tradisional dan

Branding image mencapai pengembangan dinamis.

Page 218: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

199

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada akhirnya peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian tentang

analisis strategi pengembangan pemasaran Cluster Batik Semarang yakni;

1. Dibalik megahnya metode pasar yang sedang dalam pengalihan struktur

manajemen sistematis dari pusat perekonomian barat menuju ke timur.

Artinya ada keinginan menggeserkan diagnosis transaksi konvensional

menjadi transaksi pada ujung jari atau transaksi modern. Dimana seluruh

kegiatan manusia dapat terpenuhi semudah memutar pergelangan tangan,

yang mulanya memberikan peluang menjadi kekuatan meminta peluang.

Dengan cepatnya perputaran pendapatan dan pengeluaran pada nilai tukar

informasi yang dapat di transaksikan karena pemanfaatan perkembangan

dunia digital menjadi pengaruh terhadap gaya hidup. Kendati mempengaruhi

gaya hidup namun disini tidak mendapati dampak hubungan sosial yang baik

dalam kemudahan bertransaksi ekonomis. Secara manajemen, sistem akan

nampak terstruktur dan lebih realistis. Sama dengan upaya mengejar

hubungan otonomi internet, bukan jaringan bisnis yang saling berupaya

melengkapi tiap – tiap margin pendapatan dan pengeluaran dalam produk

dagang yang sama. Namun memenuhi sifat dari otonomi yaitu hak,

wewenang, dan kewajiban cluster untuk mengembangkan dan mengurus

Page 219: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

200

sendiri market dan kepentingan masyarakat sebagai konsep produk dengan

intensitas pemasaran strategis.

2. Kompleksitas peluang pengembangan strategi pemasaran cluster

memberikan pandangan bahwa adanya kehendak memenuhi konektivitas

jaringan yang mulai tersendat oleh adanya otonomi internet. Dalam bahasa

Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan

namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai

kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan

guna mengurus rumah tangga sendiri.Dalam Ogilvy on Advertising(Vintage

Books)mengatakan : “Saya tidak menganggap iklan sebagai entertainment

atau bentuk seni, tetapi sebagai media informasi. Ketika saya menulis sebuah

iklan, saya tidak ingin Anda memberi tahu saya bahwa Anda mendapati iklan

itu kreatif. Saya ingin Anda menemukan iklan itu begitu menarik sehingga

Anda membeli produk” (Davis Ogilvy,1983). Gaya hidup masyarakat

memberikan pengaruh dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari, bahkan

kaum hedonisme rela menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk

melakukan konsumsi produk dengan brand kenamaan dunia. Menafsirkan

produk vintage yang kongruen layaknya Batik untuk diangkat kembali dalam

permintaan konsumen yang variatif.

3. Memaksimalkan produk Batik Semarangan dengan upaya persekutuan.

Mengelompokkan tiap – tiap bidang usaha yang sama menjadi kelompok –

kelompok kecil ditiap – tiap daerah di Indonesia yang memiliki potensi, ini

merupakan nilai dari jalan tengah produksi Batik. selanjutnya jalan pintasnya

Page 220: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

201

adalah membuat manajemen yang tepat supaya seimbang antara strategi

nasional dengan strategi untuk zoom in Batik ke pasar nasional dan

internasional. Hingga pada akhirnya didapatkan strategi pengembangan yang

dapat dinikmati oleh pelaku usaha dari kemudahan sistem produksi Batik

Semarangan, serta target pasar dari mulainya akses perdagangan yang luas

untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

4. Memberdayakan aspek – aspek terkecil dari aktivitas Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM). Semua aspek dan komponen penunjang pemasaran

menjadi satu membangun produknya masing – masing yang dikembangkan

dalam cluster untuk ditampilkan sebagai daya saing produk yang unggul

berupa Batik Semarang. Pusat pemanfaatan produk lokal yang dapat

mengedukasi dan memberikan kesejahteraan masyarakatnya. Detail

programnya seimbang antara harga dengan permintaan konsumen,

memadukan lingkup sosial, budaya dan ekonomi. Permasalahan

keseimbangan harga dapat diatasi dengan cara – cara pemasaran berbasis

online. Disamping transaksinya praktis dan tidak memerlukan banyak waktu,

harga dapat di kontrol cukup dengan satu sistem untuk dapat memberikan

pemenuhan kebutuhan dalam bentuk informasi kepada konsumen. Serta

menghasilkan nilai lain dari yang dimaksud dengan manajemen sistem

internet. Manajemen pemasaran yang dinamis dapat diaktualisasikan dengan

memanfaatkan nilai media massa. Memelihara mutu produksi Batik

Semarangan dan kebutuhan konsumen dengan mengupayakan adanya pusat

studi pengembangan dan penerapan pemasaran strategis Batik Semarangan.

Page 221: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

202

5. Produk yang baik untuk dapat ditunjukkan ke publik dapat dianalisa dari

tumbuhnya keluhan konsumen, dan sebagai pertanda produktif adalah pasar

yang terus tumbuh melawan strategi pemasarannya. Materi yang telah di

sampaikan memuat keunggulan batik sebagai produk dan unsur warisan

kebudayaan Bangsa Indonesia yang mengedukasi. Tantangan pemasaran

Batik Semarangan yang dihadapi dapat diselesaikan tidak hanya dengan satu

pintu, negosiasi adalah tumpuan yang dapat dijadikan poros untuk masuknya

Batik Semarang ke dalam kebiasaan masyarakat. Membentuk pusat studi

untuk menjangkau kreatifitas dan inovasi pengembangan dan penerapan

pemasaran strategis Batik Semarangan.

5.2 Saran

Untuk perajin (pelaku usaha) Batik Semarang :

a. Aktif, tanggap dan terbuka terhadap berbagai informasi terutama yang

berkaitan dengan pengembangan kerajinan batik

b. Menjaga serta meningkatkan kualitas produk agar dapat menjaga

eksistensi dan kepercayaan pasar.

c. Memanfaatkan berbagai peluang yang ada untuk mengembangkan

usahanya, seperti mengikuti berbagai pelatihan dan pameran produk batik.

Untuk Industri Batik (Cluster Batik Semarang) :

Page 222: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

203

a. Pemerintah Kota diharapkan selalu aktif menyampaikan informasi

kepada perajin terkait dengan upaya pengembangan industri kerajinan

batik.

b. Sebagai pelaksana, Desa diharapkan mampu menjadi penampung serta

penyampai segala aspirasi terkait dengan permasalahan serta

pengembangan industri kerajinan batik.

c. Peran serta perajin batik, pemerintah desa, organisasi kelompok sentra

serta masyarakat umum terkait dengan pengembangan Batik Semarang

khususnya eksistensinya sebagai wilayah pengembang industri batik di

Jawa Tengah.

d. Pemerintah daerah diharapkan terus memfasilitasi wilayah-wilayah

sentra sebagai wilayah yang potensial dalam membantu membuka

lapangan pekerjaan.

e. Pembangunan pusat studi pengembangan dan penerapan pemasaran

strategis Batik Semarangan.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu :

1. Penelitian ini belum dapat menangkap adanya fenomena mimetic

isomorphismdi organisasi cluster.Isomorfisme mimetis dalam teori organisasi

mengacu pada kecenderungan organisasi untuk meniru struktur organisasi lain

karena keyakinan bahwa struktur organisasi yang terakhir bermanfaat. Perilaku ini

Page 223: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

204

terjadi terutama ketika tujuan atau cara organisasi untuk mencapai tujuan ini tidak

jelas. Dalam hal ini, meniru organisasi lain yang dianggap sah menjadi cara yang

"aman" untuk dilanjutkan.

2. Penelitian ini masih terbatas dilakukan pada objek Batik dengan satuan kerja

Cluster Batik Semarang Kota Semarang Jawa Tengah sehingga kurang mampu

mengeneralisasi keefektifan pengimplementasian strategi pengembangan

pemasaran Batik di seluruh Indonesia.

5.4 Agenda Penelitian yang Akan Datang

1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk intensive pada variabel penelitian

sistem pasar yang komprehensif, mendalami antara kebutuhan dan permintaan

masyarakat yang dapat dikonversikan menjadi penawaran dalam bentuk produk -

produk batik yang unggul.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat tetap menggunakan metoda kualitatif

karena metoda ini mempunyai hasil pemahaman yang lebih luas sehingga dapat

lebih jelas menangkap fenomena yang sedang berkembang.

Page 224: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

DAFTAR PUSTAKA

Barnes, James G; 2001: Screts of Customer Relationship Management: it’s All

About ow You Make Them Feel, McGraw-Hill, New York.

Broetzmann, Scott M. John Kemp, 1995, Customer Satisfaction, Lip Service or

Management Tool?, Managing Service Quality, Vol.5 No.2, Hal 12 – 18.

D’Aveni, A. Richard. 1994. Hypercompetition: Managing The Dynamics of

Strategic Manenuvering. New York: The Free ress lan C. MacMillan.

Drucker, P.F. (2000). Pemimpin masa depan, PT Elex Media Komputindo,

Jakarta.

Ferdinand, 2014,Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian Untuk

Penulisan Skripsi Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen, Undip-Press.

Semarang.

Hamel Gary. C.K., Prahalad. 1994. Competing for The Future: Breakthrough

Strategies for Seizing Control of Youe Industry and Creating The

Markets of Tomorrow. USA: Hbs Press.

Hawkins, Best & Coney, 1998, Consumer Behavior – Building Marketing

Strategy, McGraw Hill.

Hamzah YA’kub (1984) Kode Etik Dagang dalam Islam, CV Diponegoro,

Bandung.

Levinson, Jay C, Al Lautenslager, 2005, Guerrilla Marketing in Thirty Days,

McGraw-Hill Companies,Incorporated.

Kinnear C. Thomas, James R. Taylor, 1996, Marketing Research An Applied

Approach, McGraw-Hill Inc, UK.

Page 225: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Kotler, Philip, 2000, Marketing for Millenium, Prentice Hall International Inc,

New Jersey.

Lovelock, Christoper, 2002, Principles of Sevice Marketing and Management,

Prentice Hall International Inc, New Jersey.

Mahoney, J.T, JR Pandian, 1992, The Resources Based View Within Conversation

of Strategic Management, Strategic Management Journal.

McCarthy, E. Jerome, 1995, Intisari Pemasaran Sebuah Ancangan Manajerial

Global, Alih Bahasa Agus Maulana, Binarupa Aksara, Jakarta.

Malhotra, K. Naresh, 1996, Marketing Research An Applied Orientation, Second

Edition, Georgia Institute of Technology, Prentice-Hall International Inc.

Moh. Nazir, 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Moleong. (2007). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosda.

Payne Adrian, 1993, The Essence of Service Marketing, Prentice Hall, London.

Peter, J. Paul, Jerry C. Olson, 2000, Consumer Behavior, Perilaku Konsumen dan

Strategi Pemasaran, Erlangga, Jakarta.

Priyo Budi Santoso, 1997, Birokrasi Pemerintah Orde Baru: Perspektif Kultural

dan Struktural, Rajawali Press, Jakarta.

Sekaran, Uma, 1992, Research Methods for Business, A Skill Building Approach,

John Willey & Sons, INC, New York.

Storbacka, Kaj; Jarmo R. Lethtien; 2001: Customer Relationship Management:

Creating Competitive Advantage Through Win-Win Relationship

Strategies: McGraw-Hill, Singapore.

Page 226: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Syafrudin Chan; 2003; Relationship Marketing: Inovasi Pemasaran Yang

Membuat Pelanggan Bertekuk Lutut, PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Temporal, Paul; Martin Trott; 2002; Memaksimalkan Nilai Merek Melalui

Kekuatan Relationship Management, Salemba Empat, Jakarta.

Umar Sakaran, 1992, Research Methode for Business: A Skill – Building

Approach, Second Edition, John Willey & Sons, Inc. New York.

Zeithaml, Valerie A and Mary Jo Bitner, 2001, Services Marketing, Integrating

Customer Focus Across The Firm, Irwin McGraw-Hill.

(2015). Citra merek dan brand image. Dihttps://www.hestanto.web.id/citra-merek-

brand-image-menurut-para-ahli/(Diakses 7 September 2018).

(2015). Afiliasi Marketing. Dihttp://hennysmk15.blogspot.com/2015/04/afiliasi-

marketing_79.html(Diakses 9 September 2018).

(2018). Pengertian Negosiasi. Dihttps://id.wikipedia.org/wiki/Negosiasi(Diakses 9

September 2018).

(2018). Pemahaman Kehidupan Sosial Hedonisme dan Budaya nya.

Dihttps://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-hedonisme.html(Diakses 12

November 2018).

(2014). Dropsip Atau Reseller. Dihttps://kudo.co.id/blog/apa-itu-dropship-dan-

perbedaannya-dengan-reseller (Diakses 15 November 2018).

Page 227: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

(2016). Relasi Bisnis Sebagai Kebutuhan Pemasaran.

Dihttp://www.iskandarst.com/relasi-bisnisjaringan-kebutuuhan/(Diakses

15 November 2018).

Page 228: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

LAMPIRAN

Page 229: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

LAMPIRAN 1

Coding (Pengelompokan) Hasil Wawancara dengan Narasumber Batik Semarang:

DATA

TEMA

Pengembang motif batik semarangan dari Batik

Semarang 16 Umi S Adi Susilo, menceritakan

penemuan ide motif batik semarang dari

pegawainya.

1. Mengapa anda tertarik terhadap pembuatan

motif batik semarangan?

Karena waktu itu di Semarang belum ada batik

yang bisa disebut sebagai batik khas Semarang.

Padahal di kota - kota lain seperti Solo, Yogyakarta

atau Pekalongan, batik sangat berkembang.

Semarang yang kotanya tidak kalah besar dengan

kota-kota tersebut harusnya batiknya juga

berkembang, ikut menunjukkan eksistensi batik

lokal nya.

2. Dari mana anda mendapatkan ide tersebut?

Untuk ide pembuatan batik khas Semarang, ide

tersebut saya dapat ketika saya sedang diam

merenung. Kemudian saat itu para staf saya yang

ada di sanggar batik juga memberi masukan,

Strategi pengembangan

pemasaran di Cluster Batik

Semarang

Page 230: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

kenapa kok tidak dibuat saja sebuah batik khas

Semarang. Karena ide tersebut menarik dan

berbeda dari sebelumnya.

3. Ikon-ikon kota Semarang apa yang dapat

diangkat sebagai motif batik?

Semua ikon yang berhubungan dengan kota

Semarang bisa diangkat sebagai motif batik,

tergantung cara pembuatan motifnya saja. Asem

yang merupakan nama asal Semarang, yaitu asem

yang arang-arang atau jarang saya angkat sebagai

motif batik, kemudian lawang sewu, tugu muda,

sam po kong atau cheng ho, burung kuntul, dll.

Bapak Joko Sunarto Ketua Cluster Batik Semarang

memberikan informasi baru mengenai strategi

pengembangan pemasaran batik dalam kelompok

kerja berikut ini.

1. Pemahaman mengenai klaster itu

bagaimana pak ?

Melaui BAPPEDA (Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah) kemudian realisasi oleh

Dinas Koperasi dan UMKM Semarang, banyak

klaster juga di semarang mas dari berbagai usaha

rumahan atau rumah tangga yang kemudian

dikelompokkan. Ya salah satunya klaster batik ini.

Strategi pengembangan

pemasaran di Cluster Batik

Semarang

Page 231: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Jumlah perajin yang aktif di kalster batik semarang

berjumlah 25 perajin dari 60 an perajin batik.

kegiatan dan event yang semuanya didukung oleh

pemerintah kota semarang melalui dinas yang telah

ditunjuk untuk penyelenggaraan pemasaran.

2. Kelebihan dan kelemahan klaster batik ?

Kelebihan pemasaran nya itu kita dibantu

oleh pemerintah kota semarang yang sangat

mendukung terhadap salah satu warisan leluhur ini.

Nggak hanya batik saja yang di bina pemerintah

kota semarang, tapi juga dari klaster – klaster usaha

yang lain mendapatkan dukungan yang sama.

Penyediaan berbagai galeri batik yang telah

disiapkan menjadikan proses pemasaran lebih

mudah. Seperti di kampung batik, kota lama, pasar

bulu, dan pusat produk UMKM Srondol. Seperti

halnya jika ada pengunjung dari luar kota dan

mancanegara menanyakan produk kain dan baju

atau fashion khas semarang, pastinya langsung di

arahkan ke galeri – galeri tersebut sebagai referensi

pengunjung tersebut memenuhi kebutuhan

belanjanya. Dirasa tidak hanya bisa berburu produk

fashion saja tapi pengunjung juga dapat mencari

produk olahan berbentuk makanan seperti bandeng

Page 232: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

presto dan lumpia di satu galeri tersebut, jadi

lengkap kan mas pengunjung itu bisa mendapatkan

bermacam oleh – oleh disitu.

Kelemahan nya kalo dari segi pemasaran itu

masih senangnya penggunaan cara manual untuk

pemasaran batik hasil dari pengrajin batik

semarang itu sendiri, jadi tiap ada orang yang tanya

mengenai oleh – oleh pakaian ya itulah baru di

arahkan untuk pembelian batik di galeri – galeri

batik yang sudah tersedia. Bukan berarti kita tidak

memanfaatkan media online untuk membantu

mempublikasikan produk mas, di tiap – tiap galeri

atau toko itu masing – masing sudah memiliki

website, facebook dan yang terbaru ini instagram

yang di gunakan untuk menyebarkan informasi

mengenai produk – produk dari tiap – tiap galeri

dan toko.

3. Kegiatan pemasaran apa saja yang sudah di

upayakan klaster batik semarang ini untuk

para pengrajin nya ?

Kegiatan pemasaran masih dalam offline ya

mas menyebutnya karena kami menggunakan

media galeri, pameran, event dan workshop untuk

pemasarannya.

Page 233: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Sebagai praktisi Pemasaran Bapak Tri

Utomo pemilik omah batik dan tenun ―Ngesti

Pandowo‖ dan Koordinator paguyuban perajin

batik di Kampung Batik Semarang memberikan

gambaran kondisi awal pemasaran batik

semarangan pada waktu itu dan program kerja

pemasaran Cluster Batik Semarang.

1. Bagaimana awal anda terjun ke dunia

kerajinan batik?

Berawal pada 2006 lalu dari keinginan istri

Wali Kota saat itu, yaitu Sinto Sukawi bersama

Dekranasda (Dewan kerajinan nasional daerah)

Kota Semarang, yang ingin mengembangkan batik

semarangan. Saat itu sudah ada beberapa perajin

batik semarangan, tapi belum ada kampung batik.

Kemudian dikembangkan Kampung Batik untuk

menghidupkan lagi kerajinan batik yang dulu sudah

pernah ada. Untuk itu dipanggil pelatih batik dari

beberapa daerah untuk melatih warga yang mau

belajar membatik. Seiring berjalan waktu, warga

sudah bisa menghasilkan produk batik. Namun,

Strategi pengembangan

pemasaran di Cluster Batik

Semarang

Page 234: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

mereka terkendala pemasaran. Jadi bisa membuat

batik, tapi bingung menjualnya. Dari situ, saya

tidak ingin produk batik semarangan ini dikuasai

orang luar, sehingga saya berkomitmen untuk

memasarkannya.

2. Kapan anda mulai fokus ke bisnis

pemasaran batik semarangan?

Saya mulai fokus itu 2011, Ceritanya saat

itu akan ada kunjungan Menteri Koperasi. Saya

prihatin kalau Menteri datang ke kampung batik,

tapi tidak ada produk batiknya. Akhirnya saya

datangkan batik dari beberapa perajin batik di

Semarang ke Kampung Batik. Saat itu cukup

sukses menyulap kampung batik. Berawal dari itu,

setelah kunjungan Menteri saya memutuskan untuk

berwirausaha menjadi ujung tombak pemasaran

batik semarangan dan mengembangkan kampung

batik. Saya akhirnya membangun visi misi untuk

mengenalkan batik semarangan dan menjualnya.

3. Bagaimana kondisi awal anda memasarkan

batik semarangan?

Dulu masih minim orang yang mengenal

Page 235: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Batik Semarang. Orang tahunya kalau batik ya

Pekalongan, Solo dan Yogyakarta saja. Waktu itu

saya mengawali dari tiga motif yaitu motif buah

asem arang , merak dan kawung semawis kemudian

saya bawa ke mana-mana untuk dijual. Dari itu,

banyak masukan dari pelanggan untuk menambah

warna dan motifnya. Hingga akhirnya berkembang

seiring permintaan pelanggan. Saya sendiri saat itu

juga belajar secara otodidak ke ibu-ibu di kampung

batik ini. Awal mencoba membuat motif merak,

kemudian setelah jadi, meski produk gagal hehehe,

bikin motif lainnya yakni warak ngendog.

Kemudian ambil beberapa motif khas Semarang

seperti cinde laras dan ikon Semarang lainnya.

4. Apakah pemasaran batik semarangan

langsung ramai sejak awal?

Tidak (memperlihatkan jawaban yang tegas

disertai dengan kerutan dahi yang diperlihatkan

bapak Tri Utomo). Butuh waktu untuk

mengenalkan ke pelangan-pelanggan. Saya

kenalkan ke instansi-instansi mulanya berlanjut

mengikuti berbagai pameran batik. Tapi tidak bisa

langsung mendorong ke penjualan. Justru penjualan

Page 236: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

itu meningkat dari adanya kunjungan-kunjungan

istri pejabat ke kampung batik yang membeli oleh-

oleh. Istilahnya getok tular, Saya paham barang

kalau semakin lengkap, maka akan menjadi

jujukan. Karena melihat kualitas batik semarangan

yang bagus, akhirnya setiap ada kunjungan dari

mana-mana selalu diajak ke kampung batik ini.

Karena banyak permintaan hingga akhirnya saya

kewalahan. Dari situ, saya menggandeng 10

penjahit untuk dibina untuk memenuhi permintaan

pasar. Belakangan saya mulai timpang antara

kapasitas produksi batik dan pemasaran, Akhirnya

saya fokus ke pemasaran saja.

5. Apa kiat agar sukses menjadi seorang

pemasar produk?

Kita harus melayani pelanggan sepenuh hati

karena aset kita itu pelanggan bukan barang atau

modal. Kalau pelanggan habis, barang tidak akan

laku terjual dan sulit untuk perputaran uang nya.

Kemudian mengerti keinginan pelanggan, jangan

sampai pelanggan kecewa. Kebaikan itu tidak akan

tersampaikan 3 kali dalam sebulan, Tapi kalau

kekecewaan bisa 10 kali dalam sehari. Karena saya

Page 237: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

melayani dengan baik dan ramah sehingga

dampaknya juga baik dan ramah. Banyak yang

datang itu justru dari referensi yang pernah beli di

saya.

Umi S Adi Susilo pemilik Batik Semarang 16

1. Siapa pihak yang mendukung motif batik

semarangan dan Batik Semarang 16?

Pemkot Semarang adalah salah satu pihak yang

mendukung perkembangan batik Semarangan

terutama Disperindag kota Semarang. Pemerintah

Jawa Tengah juga memberi fasilitas di Dekranasda

Jawa Tengah sebagai salah satu showroom Batik

Semarang 16. Selain itu klub Merby juga menjalin

kerjasama pelatihan membatik dan memberi

ruangan untuk showroom dari Batik Semarang 16.

Usaha Batik Semarang 16 untuk dikenal pada

awalnya hanya menggunakan strategi pemasaran

dari mulut ke mulut atau hanya mengandalkan

kepercayaan konsumen terhadap komentar positif

masyarakat terhadap sanggar Batik Semarang 16.

Namun karena menyadari bahwa pemasaran mulut

ke mulut tidak selalu efektif, maka Batik Semarang

16 mulai menggunakan strategi lain untuk lebih

memperkenalkan produknya dan motif batik

Semarangan kepada masyarakat. Untuk

mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan

Pengembangan strategi

pemasaran cluster untuk

batik semarang

Page 238: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

pemerintah, maka Batik Semarang 16 melakukan

strategi berikut ini :

(1). Menjalin kerja sama dengan berbagai instansi

seperti Undip dan Klub Merby untuk pelatihan

batik kerja sama dengan Disperindag Kota

Semarang, Paguyuban Pecinta Batik dan Persatuan

Istri Insinyur Indonesia bertujuan untuk

membentuk perajin Batik. Hasil dari kerjasama ini

adalah perajin batik Marabunta 1 dan perajin batik

Marabunta 2.

(2). Mengadakan gelar karya di beberapa hotel

berbintang untuk mensosialisasikan dan

membangun citra positif dari Batik Semarang 16.

Salah satu gelar karya Batik Semarang 16

dilakukan hingga ke Filipina atau undangan KBRI

Indonesia di Filipina.

(3). Secara aktif mengikuti pameran batik dan

tekstil di berbagai lokasi di Indonesia. Beberapa

pameran yang mengeksplorasi batik Semarangan

yang diikuti Batik Semarang 16 adalah paeran batik

Gelar Batik Nusantara di Jakarta pada tahun 2007.

Gelar batik bertema ―ikon-ikon Semarang‖ bersama

produsen batik Semarang untuk aktivitas Semarang

Pesona Asia (2007) dan acara fashion show batik di

Page 239: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Lawang Sewu beserta desainer-desainer ternama di

Indonesia.

(4). Membuka workshop dan galeri di Jalan Raya

Sumberejo RT 02 RW 05 Kelurahan Meteseh

Kecamatan Tembalang Semarang 50271, agar

konsumen dapat melihat langsung proses

pembuatan batik dan batik-batik yang dihasilkan

secara langsung, sekaligus mengajarkan teknik-

teknik membatik bagi konsumen yang ingin

mempelajari pembuatan batik. Melalui workshop

ini, Batik Semarang 16 ingin mendapatkan

pengakuan konsumen terhadap eksistensi Batik

Semarang 16 dalam dunia batik di Semarang

sekaligus mendekatkan diri pada konsumennya.

Dewi Handayani Untari Ningsih,13 Agustus 2018

Topik Wawancara : Komunikasi dan Strategi

Pemasaran Batik

Dewi Handayani Untari Ningsih adalah

nama pemilik dan pengelola Karya Kriya Batik

yang bertempat di Jangli Krajan, Kelurahan

Karanganyar Gunung Candisari dengan produk

batik warna alam dan explorasi motif batik

semarang yang menjadi unggulan dari toko yang

Page 240: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

dirintis Ibu Dewi sejak tahun 2015, ditemui

bersamaan dengan wawancara Ibu mustafiah ketika

pemilik Karya Kriya Batik ini sedang menanyakan

ketersediaan produk batik di Toko Batik Mustafiah.

Berlanjut dengan adanya bahasan dengan Bu

Handayani mengenai komunikasi dan strategi

pemasaran batik miliknya. Menurutnya,

―Berkomunikasi yang baik dengan pembeli menjadi

hal utama yang tidak boleh di kesampingkan disini,

begitu pula dengan sesama penjual karena itu akan

menunjukkan interaksi yang baik satu sama lain tak

pelak kami juga saling bertukar barang dagangan

ketika di toko tidak ada stok dan di toko lain masih

ada produknya itulah yang di tawarkan ke pembeli,

ungkap Bu Yani dari percakapan singkat yang

sibuk dengan penataan display barang dagangan

yang baru untuk tokonya‖.

Umi S Adi Susilo, Batik Semarang 16 yang

dimilikinya menemukan target pasar baru melalui

cara atau sudut pandang pemasaran yang berbeda

seperti yang disampaikan berikut ini,

1. Apakah lingkungan sekitar anda

mendukung ide pembuatan motif batik

semarangan tersebut?

Pada awalnya, ide saya ditentang oleh

Pembentukan target pasar

yang sesuai dengan strategi

pemasaran Cluster Batik

Semarang

Page 241: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

masyarakat sekitar tempat lokasi produksi. Hal

utama yang menjadi sorotan adalah masalah limbah

pewarna batik yang dirasa masyarakat mengganggu

kebersihan air. Namun tidak semua pewarna, hanya

pewarna sintesis yang menjadi sorotan utama. Hal

ini dikarenakan pewarna sintesis mengandung

bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan, serta

limbah ini tidak dapat hilang kadarnya dari air.

Lain halnya dengan pewarna alami, yang

mengandung sedikit bahan kimia. Pewarna ini tidak

berbahaya jika dikonsumsi, terlebih setelah air

mengalami proses pemanasan. Selain limbah

pewarna, ada pula limbah malam. Limbah malam

lain halnya dengan limbah pewarna. Malam bisa

didaur ulang dan dimanfaatkan kembali untuk

kegiatan produksi, sehingga limbah malam tidak

meresahkan lingkungan. Ketika saya lakukan hal

tersebut, masyarakat yang dulunya menentang

justru menjadi mendukung kegiatan yang saya

lakukan karena dapat menyerap tenaga kerja dari

masyarakat sekitar.

2. Siapa saja yang mendukung ide anda dan

menolak ide anda tersebut?

Yang mendukung itu banyak, dari para staf

saya di sanggar, para ibu-ibu yang menjadi siswa

sanggar pelatihan batik saya, hingga para murid

pelatihan membatik di luar sanggar saya.

Masyarakat yang dulunya menolak, juga akhirnya

mendukung saya untuk membuat batik.

3. Apakah saat itu anda yakin batik

semarangan akan berhasil?

Ya bisa dibilang tidak 100% yakin, tapi saya

Page 242: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

yakin bahwa batik Semarangan bisa berkembang

karena sebelumnya memang pernah karena

terjadinya tragedi dimasa lampau dan batik

semarangan ini akan menarik bila dibuat lebih

lanjut. Terlebih sekarang marketnya memang

bermacam – macam, kenapa tidak kita coba.

4. Pertimbangan apakah yang mendasari

keyakinan anda bahwa motif batik

semarangan akan berhasil?

Sebelum saya buat dalam jumlah banyak, saya

buat sedikit lebih dulu. Hanya motif asem dan

lawang sewu, kemudian saya coba menunjukkan

motif tersebut pada anak didik saya di luar sanggar,

dan kebetulan para ibu-ibu yang menjemput

anaknya tertarik pada batik yang saya buat

kemudian membelinya. Dari situlah saya

mendapatkan order batik Semarang pertama

kalinya. Dan terjadi penyebaran berita dari mulut

ke mulut tentang batik Semarangan yang saya buat.

5. Bagaimana langkah awal anda untuk

memperkenalkan batik Semarangan pada

masyarakat ?

Sanggar batik saya adalah salah satu tempat

memperkenalkan batik semarangan yang saya buat.

Dari pelatihan membatik yang saya lakukan, batik

yang saya buat lama kelamaan menjadi makin

dikenal oleh masyarakat. Batik Semarang 16 juga

mengikuti lomba-lomba batik yang

diselenggarakan pemkot Semarang dan biasanya

selalu meraih gelar juara. Beberapa tahun terakhir

ini Batik Semarang 16 juga menyelenggarakan

beberapa pameran batik semarangan, baik di kota

Page 243: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Semarang maupun luar kota Semarang.

6. Bagaimana tanggapan pasar atas produk

batik Semarangan yang anda buat?

Tanggapan pasar cukup baik, sehingga saya

yang memulai usaha dalam skala kecil bisa

berkembang menjadi seperti sekarang ini.

7. Siapa saja konsumen dari Batik Semarang

16?

Target konsumen yang dituju adalah konsumen

menengah ke atas, terutama untuk batik tulis yang

berbahan dari kain sutera yang ditenun. Yang

ditarget menengah ke atas karena memang

harganya yang cukup mahal. Untuk batik sutera

tulis, harganya bisa mencapai 5-6 juta rupiah.

Sedangkan batik cap difokuskan untuk ke

masyarakat yang berdaya beli rendah sampai

menengah, karena bahan kain yang digunakan tidak

semahal Batik tulis, serta proses pembuatan tidak

sesulit batik tulis dan resiko kegagalannya pun

tidak seriskan batik tulis.

Bapak Joko sunarto Ketua Cluster Batik Semarang

Menurut pak joko nih bagaimana animo

masyarakat terhadap batik ? ( masyarakat kita

sendiri dan internasional )

Dari masyarakat kita sendiri Indonesia itu sudah

mulai menunjukkan geliat positif nya terhadap

batik, sudah mulai ada pemakaian rutin baju batik

di tiap – tiap kantor bahkan juga sampai di lingkup

Pembentukan target pasar

yang sesuai dengan strategi

pemasaran Cluster Batik

Semarang

Page 244: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

sekolah. Jika di taksir dalam prosentase itu masuk

pada angka 50% minatnya terhadap batik.

Kalo turis itu sukanya batik yang ramah

lingkungan, jadi kami juga mencoba menyesuaikan

terhadap itu. Pada akhirnya beberapa tertarik

dengan batik inovasi dari kami yang ramah

lingkungan, bertemakan alam, berwarna terang,

nyantrik dan modis.

Peran generasi penerus yang harus nya ditingkatkan

untuk tetap menjaga warisan budaya ini mas, jika

anak – anak muda sudah ditanamkan untuk suka

pada warisan budaya nya itu akan melekat dalam

kepribadiannya juga dan dapat mencerminkan

gambaran yang baik juga di suatu negara. Terlebih

batik sudah di paten kan oleh UNESCO sebagai

warisan budaya Indonesia, yang dari sini lah kita

masyarakat Indonesia itu harus menjaga dan

melestarikannya.lebih kreatif dan inovatif nya

generasi muda ini yang diharapkan mampu

menjunjung tinggi batik sebagai trend center

kebudayaan yang mendunia.

Bapak Tri Utomo pemilik omah batik dan

tenun ―Ngesti Pandowo‖ dan ketua paguyuban

perajin batik di Kampung Batik Semarang,

Pembentukan target pasar

yang sesuai dengan strategi

pemasaran Cluster Batik

Page 245: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Apakah pemasaran batik semarangan langsung

ramai sejak awal?

Tidak (memperlihatkan jawaban yang tegas

disertai dengan kerutan dahi yang diperlihatkan

bapak Tri Utomo). Butuh waktu untuk

mengenalkan ke pelangan-pelanggan. Saya

kenalkan ke instansi-instansi mulanya berlanjut

mengikuti berbagai pameran batik. Tapi tidak bisa

langsung mendorong ke penjualan. Justru penjualan

itu meningkat dari adanya kunjungan-kunjungan

istri pejabat ke kampung batik yang membeli oleh-

oleh. Istilahnya getok tular, Saya paham barang

kalau semakin lengkap, maka akan menjadi

jujukan. Karena melihat kualitas batik semarangan

yang bagus, akhirnya setiap ada kunjungan dari

mana-mana selalu diajak ke kampung batik ini.

Karena banyak permintaan hingga akhirnya saya

kewalahan. Dari situ, saya menggandeng 10

penjahit untuk dibina untuk memenuhi permintaan

pasar. Belakangan saya mulai timpang antara

kapasitas produksi batik dan pemasaran, Akhirnya

saya fokus ke pemasaran saja.

Semarang

Ibu Mustafiah pemilik Batik Mustafiah di Pasar Pembentukan target pasar

Page 246: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Johar Minggu 8 April 2018 berikut ulasannya.

Batik Mustafiah bertempat di pasar johar

yang dimiliki oleh Ibu Mustafiah ini menjual

pakaian pria dan wanita berbahan batik dengan

omset Rp 252.000.000 per tahun. Perempuan ini

memulai karirnya sebagai pedagang toko serba ada

sungguh-sungguh dimulai dari bawah. Awalnya

bermula ketika dia bekerja disebuah toko, lalu Bu

Mustafiah ingin membuka toko sendiri lantas ia

menjual sebagian tanah miliknya untuk membeli

sebuah toko di Pasar Johar. Dari situlah Ibu

Mustafiah pertama kalinya menyiapkan diri untuk

menjadi pengusaha yang sekalian turun berdagang

di lapangan. ―Saya tertarik kaleh konco-konco

pedagang eceran di pasar seperti ini (Pasar Johar),

Sebab cara ngomonge niku sedoyo apik dan

langsung tertuju nang carane supaya pembeli iku

tertarik untuk tumbas produk yang dijual‖.

Terjemahan : Saya tertarik pada pedagang eceran

seperti yang ada di Pasar Johar ini, Sebab cara

berkomunikasinya semua baik dan langsung tertuju

pada bagaimana agar pembeli tertarik untuk

membeli dagangannya. ―Pemasaran disini biasanya

orang pada berdatangan untuk membeli tanpa harus

yang sesuai dengan strategi

pemasaran Cluster Batik

Semarang

Page 247: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

menawarkan, tetapi terkadang juga

mempromosikan barang dagangan saya‖, semakin

lengkap barang dagangan yang ada di toko maka

pembeli itu akakn lebih tertarik untuk berhenti dan

bertanya – tanya di toko kita, nah dari situ saya

mencoba untuk meyakinkan pembeli untuk

membeli batik di toko saya. Pertama kalau di toko

nggak ada barangnya saya coba tanyakan ke teman

– teman pedagang lain di pasar yang menjual

produk yang sama seperti saya, kedua kalau

memang tidak ada di sesama pedagang pasar saya

mengarahkan konsumen ke galeri – galeri batik,

misalnya galeri batik di Pasar Bulu. Jadi konsumen

tetap mendapatkan informasi terkait produk batik

yang dicari, saya mengusahakan konsumen itu

pergi tidak dengan hati nelangsa atau kecewa

karena apa yang dicari tidak ada. Ya bagaimanapun

juga konsumen itu raja, ketika pembeli senang

besoknya kita akan di cari lagi.

Pemilik Batik Semarang 16, Umi S Adi Susilo

1. Apakah ada persyaratan khusus sehingga

sebuah ikon bisa/tidak bisa dijadikan

sebagai motif batik?

Tidak ada persyaratan khusus, hanya saja ikon

tersebut harus mengandung unsur kebudayaan yang

Upaya menyeimbangkan

antara kebutuhan konsumen

akan batik dengan upaya

pemenuhan kebutuhan

produksi batik di cluster

Page 248: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

ada di Kota Semarang. Baik itu dalam bentuk

bangunan, legenda, hewan/tumbuhan dan makanan

khas kota Semarang semuanya bisa diangkat

menjadi batik khas Semarang.

2. Pola apa saja yang dapat digunakan untuk

membuat motif batik semarangan?

Batik Semarangan sama seperti batik pada

umumnya, batik yang biasa dengan ukiran daun-

daunan atau tanaman, dikreasikan sedemikian rupa

dan dipadukan dengan unsur bangunan, makanan,

cerita serta gambaran legenda-legenda yang ada di

Semarang tanpa terlepas dari unsur gambaran batik

seperti pada umumnya, yaitu seperti gambar daun-

daun atau tanaman.

3. Mengapa anda yakin dengan keputusan

anda tentang motif batik Semarang sehingga

anda memutuskan untuk mengembangkan

motif batik Semarangan seperti yang anda

buat saat ini?

Karena sebelumnya belum ada, dan ternyata

respon terhadap batik yang saya buat ternyata baik.

Sehingga saya menjadi yakin untuk meneruskan

pembuatan batik Semarangan dan ternyata bisa

berkembang hingga menjadi seperti sekarang ini.

4. Berapa banyak motif batik Semarangan

anda produksi pada awalnya ?

Motif yang saya buat pada awalnya adalah

motif asem dan lawang sewu yang dikreasi dengan

berbagai macam hal seperti sulur, dll. Kemudian

saya juga membuat tugu muda dan berbagai ikon-

ikon kota Semarang lainnya. Pemilihan saya waktu

itu karena saya anggap tiga motif ikon tersebut

batik semarang

Page 249: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

adalah ikon yang banyak dikenal luas oleh

masyarakat. Kemudian dari motif-motif tersebut

saya mengembangkan motif-motif lain hingga saat

ini berjumlah sekitar 400an motif sudah dibuat oleh

Batik Semarang 16.

5. Berapa lama waktu yang diperlukan dalam

proses pembuatan sebuah batik?

Untuk batik tulis, proses produksinya kurang

lebih 2 minggu. Dan untuk batik cap, proses

produksinya kurang lebih 3 hari. Batik tulis lebih

lama karena prosesnya lebih panjang dan memakan

banyak waktu tidak seperti batik cap yang

pembuatannya cepat.

Narasumber Bapak Joko Sunarto memberikan

pandangannya sebagai ketua Cluster Batik

Semarang.

Ini nantinya klaster batik semarang ini tetap pada

alur UMKM atau ada arah menuju skala besar pak

untuk perajin batik dan pelaku usahanya ?

Alurnya UMKM dengan pemasaran lewat galeri

bentukan pemerintah kota tapi diharapkan animo

masyarakat itu lebih tinggi terhadap batik. Dan

batik semarang tetap menjadi kebanggaan

masyarakat semarang yang berjaya dalam

penyelenggaraan masyarakatnya sendiri.

Upaya menyeimbangkan

antara kebutuhan konsumen

akan batik dengan upaya

pemenuhan kebutuhan

produksi batik di cluster

batik semarang

Bapak Tri Utomo pemilik omah batik dan

tenun ―Ngesti Pandowo‖ dan ketua paguyuban

Upaya menyeimbangkan

antara kebutuhan konsumen

Page 250: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

perajin batik di Kampung Batik Semarang,

Apa kendala yang anda hadapi dalam memproduksi

batik semarangan?

Awalnya kendala hanya lokasi produksi

bagaimana yang ramah lingkungan. Kalau produksi

hanya di perumahan seperti ini, tidak akan

berkembang besar. Limbah air dan pewarna dalam

membuat batik itu banyak dan membuat

pencemaran lingkungan. Karena itu saya bekerja

sama dengan penjahit yang di pinggir Kota

Semarang untuk sedikit mengatasi permasalahan

lingkungan.

Kalau kendala pemasaran, bagaimana menangkap

permintaan pelanggan sehingga prospek yang mulai

kencang dengan berbagai permintaan itu bisa

dimanfaatkan untuk mengembangkan pemasaran

batik semarangan. Karena saat itu produksi masih

minim. Untuk menanggulanginya, saya menjalin

kerjasama dengan beberapa pengrajin batik. Saya

kerjasama dengan pengusaha batik lain, baik dalam

hal bahan baku maupun produk untuk memenuhi

permintaan.

akan batik dengan upaya

pemenuhan kebutuhan

produksi batik di cluster

batik semarang

Minggu (8 April 2018), Bapak Eko Hariyanto Ketersediaan Produk untuk

Page 251: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Pemilik Galeri Cinta Batik Semarang yang berdiri

sejak tahun 2006, bertempat di kampung batik

gedong nomor 430 Rejomulyo Semarang Timur

Disini yang biasa dilakukan sesama pedagang batik

ya tukar menukar barang dagangan, saling

melengkapi barang dagangan sehingga ketika

konsumen menginginkan batik itu bisa terpenuhi

langsung tanpa harus cari – cari ke berbagai tempat.

Kalau saya ini dekat dengan Kampung Batik

Semarang manakala stok batik ditempat saya

kurang dan ada pembeli yang menanyakan produk

batik tertentu saya akan menghubungi galeri batik

di Kampung Batik Semarang untuk cek

ketersediaan batik yang diinginkan konsumen saya.

Itu kemudahan yang ditawarkan bagi anggota

Cluster Batik Semarang koneksinya antar pedagang

dan perajin batik itu ada.

konsumen dan Upaya

menyeimbangkan antara

kebutuhan konsumen akan

batik dengan upaya

pemenuhan kebutuhan

produksi batik di cluster

batik semarang

(Tanggal) Di sanggar miliknya Batik Semarang 16

pemiliknya Umi S Adi Susilo mendapatkan

gagasan untuk berinovasi pada produk Batik

Semarang dengan ditambahkan aksen motif sejarah

dan ikon Kota Semarang sebagai wujud kreativitas

seorang pelaku usaha ini yang tergabung dalam

Cluster Batik Semarang. Meneruskannya ke

Mengembangkan

kreativitas dan inovasi

jaringan pemasaran di

Cluster Batik Semarang

Page 252: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

penjualan dengan fokus pemasaran konvensional

dan online, Upaya yang dilakukan oleh Batik

Semarang 16 untuk lebih mendekatkan diri dengan

konsumen sekaligus mempromosikan produknya

adalah dengan membuat website dengan alamat

web www.batiksemarang16.com sejak tahun 2008.

Melalui website ini, konsumen dapat melihat profil

dan produk dari Batik Semarang 16 dengan lebih

mudah, sekaligus dapat berkomunikasi dengan

Batik Semarang 16 dengan lebih cepat.

Wawancara Joko Sunarto

Ini nantinya klaster batik semarang ini tetap pada

alur UMKM atau ada arah menuju skala besar pak

untuk perajin batik dan pelaku usahanya ?

Alurnya UMKM dengan pemasaran lewat galeri

bentukan pemerintah kota tapi diharapkan animo

masyarakat itu lebih tinggi terhadap batik. Dan

batik semarang tetap menjadi kebanggaan

masyarakat semarang yang berjaya dalam

penyelenggaraan masyarakatnya sendiri.

Mengembangkan

kreativitas dan inovasi

jaringan pemasaran di

Cluster Batik Semarang

Wawancara Tri Utomo

1. Adakah pengalaman yang menyakitkan saat

memasarkan produk batik semarangan?

Mengembangkan

kreativitas dan inovasi

jaringan pemasaran di

Cluster Batik Semarang

Page 253: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Saya menyadari sebagai pemula dalam

berwirausaha dalam bidang batik, Saat itu batik

semarangan dianggap aneh, warnanya kumal dan

saya diledek di beberapa tempat. Tapi itu justru jadi

motivasi untuk saya pribadi, kalau hidup di

wirausaha pelanggan itulah sandaran hidup, Bukan

modal. Sehingga harus ada inovasi produksi dan

tempat harus nyaman. Kritik pedas dan masukan

kemudian menjadi inspirasi saya mengembangkan

motif dan model.

2. Apakah pemasaran anda melalui toko online

juga?

Tidak. Saya hanya memasarkan di toko fisik

di kampung batik ini. Saya pernah menerima

pelatihan online, Tapi saya tidak pernah

memasarkan secara online. Justru beberapa reseller

yang menjual secara online. Justru cepat di toko

fisik secara langsung, ya itu tadi harus menunggu

konsumen datang pelayanan pun harus di

perhatikan ketika ada konsumen, jika dilihat sampai

sekarang reseller yang aktif sampai sekarang

sekitar 10 orang Mereka sampai luar Semarang.

Page 254: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Minggu 8 April 2018

Dewi Handayani Untari Ningsih,

Menurutnya, ―Berkomunikasi yang baik dengan

pembeli menjadi hal utama yang tidak boleh di

kesampingkan disini, begitu pula dengan sesama

penjual karena itu akan menunjukkan interaksi

yang baik satu sama lain tak pelak kami juga saling

bertukar barang dagangan ketika di toko tidak ada

stok dan di toko lain masih ada produknya itulah

yang di tawarkan ke pembeli, ungkap Bu Yani dari

percakapan singkat yang sibuk dengan penataan

display barang dagangan yang baru untuk

tokonya‖. Menjadi bagian dari pengembangan

kreativitas dan inovasi jaringan pemasaran di

Cluster Batik Semarang

Keterangan : Wawancara yang dilakukan dalam satu waktu pada narasumber

Batik Semarang 16 ( Umi S Adi Susilo) , Ketua Cluster Batik Semarang Bapak

Joko Sunarto dan pemilik omah batik dan tenun ―Ngesti Pandowo‖ Bapak Tri

Utomo yang juga Ketua Paguyuban Kampung Batik Semarang. wawancara

dengan Bapak Tri Utomo dilakukan pada tanggal 29 Juli 2018, Batik Semarang

16 dengan narasumber Umi S Adi Susilo sebagai pemilik sanggar dan galeri Batik

Semarang 16 dilakukan wawancara pada tanggal 2 Agustus 2018 , Wawancara

dengan Bapak Joko Sunarto dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2018

Page 255: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

LAMPIRAN 2

Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Peta Penetapan Kawasan Strategis Kota Semarang

Page 256: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Peta Rencana Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya Kota

Semarang

.

Page 257: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

Tampilan Kios – Kios pedagang Batik Semarang di Pasar Tradisional Semarang

Sebagai Sarana Pemasaran Produk Batik Semarangan yang masih

Mempertahankan Metode Penjualan Tradisional

Produksi Batik dikerjakan Kaum Wanita yang dinilai lebih teliti dan sabar

sehingga Batik yang dihasilkan berkualitas baik

Page 258: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

LAMPIRAN 3

Globalization 4.0

A New Architecture for the Fourth Industrial Revolution

By Klaus Schwab

The world today needs a new framework for global cooperation in order to

preserve peace and accelerate progress. After the cataclysm of World War II,

leaders designed a set of institutional structures to enable the postwar world to

trade, collaborate, and avoid war—first in the West and eventually around much

of the globe. Faced with a changing world, today’s leaders must undertake such a

project again.

This time around, however, the change is not just geopolitical or economic in

nature. The Fourth Industrial Revolution—the complete digitization of the social,

the political, and the economic—is tugging at the very fabric of society, changing

the way that individuals relate to one another and to the world at large. In this era,

economies, businesses, communities, and politics are being fundamentally

transformed.

Reforming existing processes and institutions will not be enough. Government

leaders, supported by civil society and businesses, have to collectively create a

new global architecture. If they wait, or simply apply a ―quick fix‖ to repair the

deficiencies of outdated systems, the forces of change will naturally develop their

own momentum and rules, and thus limit our ability to shape a positive outcome.

THE PARADOXES OF PROGRESS

In the decades after 1945, the world’s economies underwent an ambitious process

of integration. Western Europe led the charge, charting unprecedented growth

rates as it aimed for an ―ever closer union.‖ Japan and the ―Asian Tigers‖

followed, gaining access to global markets and supersizing their economies. By

the early 2000s, the BRICs economies—Brazil, Russia, India, China, and South

Africa—had spurred international trade to levels previously unseen; exports now

count for about one-fifth of global GDP—the highest level in history. Throughout,

the United States played a leading role, setting up the institutional structures that

underpinned the global system, securing trade routes, and pumping wealth into

foreign markets.

Today, this megaengine of globalization seems to be slowing down. As a

percentage of GDP, trade is no longer rising. Worse still, the free-market

consensus is unraveling. Around the world, protectionists are making inroads,

often elected by voters who feel the current system is stacked against them. Their

frustration is understandable: although globalization lifted millions out of poverty,

it also meant decades of eroding incomes and precarious working conditions for

many others. For American workers, the golden years of globalization ended

Page 259: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

decades ago. Manufacturing employment in the United States peaked around 1980

and dropped precipitously starting around the time China entered the WTO in

2001. Despite a booming economy, manufacturing jobs are back at pre–World

War II levels.

In many other countries, growth rates are dismal and unemployment figures

stubbornly high. Across much of Latin America, including Argentina, Brazil, and

Venezuela, inflation and negative growth are the order of the day. Europe, still

reeling from the aftershocks of the financial crisis, is dealing with a powerful

backlash against immigration. Even China is struggling to meet its growth

expectations.

Populists and protectionists feed on these ills, and their solutions have about them

the rosy glow of nostalgia. Life may not have been materially better in a less

globalized world—although for some communities it was—but the society people

lived in may have felt more secure, familiar, and certain. Subscribe to this

narrative and tariffs, immigration barriers, and a return to national sovereignty

will seem like sensible ideas.

But this is wishful thinking. Granted, pushing back against the system of globally

integrated value chains may well help revitalize the local manufacturing of cars,

electronics, or agricultural produce in Western economies. The real issue, though,

is that the production and exchange of physical goods matters less and less each

year. From here on out, decisive competitive advantages in the global economy

will stem less from low-cost production and much more from the ability to

innovate, robotize, and digitalize.

THE NEXT WAVE

We are, put simply, living in the era of the Fourth Industrial Revolution, the most

recent wave of groundbreaking innovation. The first brought steam trains,

steamships, and the industrialization of weaving and mining. The second

electrified—literally—much of the world, introduced the modern assembly line,

and brought us the car and the airplane. The third, from the 1970s onward, was

centered around the computer and early digitization.

Like its predecessors, the Fourth Industrial Revolution is best described by its

leading technologies: artificial intelligence, autonomous vehicles, and the Internet

of Things. These are technologies that will affect many industries in the decades

to come and accord unprecedented importance to the digital world. What unites

them is that they transform the very structures of economic interaction: the twin

trends of digitization and virtualization are creating an economy of near-unlimited

mobility in which cyberspace is home to all data. As online platforms pursue

vertical integration, they cut out traditional intermediaries. And artificial

intelligence is creating ―smart‖ systems that are not just analytical but also

predictive and prescriptive.

The production and exchange of physical goods matters less and less each year.

Page 260: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

In this world, globalization won’t disappear; it will deepen. If in the past global

integration grew as trade barriers came down, it will now rely on the connectivity

of national digital and virtual systems and the related flow of ideas and services.

This is the core of Globalization 4.0.

This new form of globalization is arriving at breakneck speed. Consider digital

flows: already in 2016, a study by McKinsey & Company calculated that ―digital

flows—which were practically nonexistent just 15 years ago—now exert a larger

impact on GDP growth than the centuries-old trade in goods.‖ It also found a 45-

fold increase in the amount of cross-border bandwidth from 2005 to 2016 and

predicted another fivefold increase by 2022.

All of this has sent a jolt through the global economy. The first sector to be

affected was manufacturing, where automation, localization, and individualization

have begun to replace traditional supply chains. Going forward, this means that

competition will be based less on cost-effectiveness and more on the ability to

innovate.

In this new environment, the world is a company’s oyster. Consider the U.S.-

based tech giants: in less than 25 years, Amazon grew from a startup e-commerce

store to the world’s second-largest traded company, revolutionizing retail, cloud

computing, and other Web services; Apple became the world’s first trillion-dollar

company in 2018, barely a decade after it released the first iPhone.

Titans of previous industrial revolutions, such as Cornelius Vanderbilt’s railroad

companies, ExxonMobil, and IBM, also benefited from such winner-takes-all

dynamics, but their economies of scale tended to taper off, bounded either by

natural limits or by man-made laws. In our era, however, limitless network effects

have replaced old economies of scale. For ―big tech‖ firms, the upper user limit is

nothing less than the entire global population, and they are expanding at a record

pace. Planes and cars took more than six decades each to reach 50 million users.

Computers and mobile phones managed the feat in 14 and 12 years, respectively.

In the age of ubiquitous smartphones, it took WeChat, the all-in-one app that has

become a dominant means of communication for China’s netizens, only a year to

reach this milestone. At latest count, four companies count a billion users or more:

Three American ones (Alphabet, Facebook, and Microsoft) and a Chinese one

(Tencent). The market power these companies have garnered along the way is

awesome.

It doesn’t end there. By moving into new industries—such as cloud computing,

healthcare, loans and payments—Amazon, China’s Alibaba, and other tech

companies are becoming digital conglomerates. Other platforms, such as Airbnb,

WeWork, and Uber, expand globally without ever owning the physical assets their

services rely on. Along the way, these firms have outgrown the boundaries of

traditional businesses and disrupted social patterns. Artificial intelligence, big

data, and the ability to build mass-use tech platforms are starting to determine

even national power.

Page 261: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

For those with access to technology, this is great news. For labor, not so much. As

economies of scale evaporate, and robots and AI increasingly replace humans,

companies no longer require hundreds of thousands of employees to run their

operations. The industrial giants of yesteryear were among the world’s largest

employers. Today, those lucky enough to be employed are either highly skilled

and highly paid, or low skilled and low paid.

The United States is not even the country where workers will be hit the most. The

industrialized West outsourced most of its manufacturing jobs to lower-cost

developing countries during a previous wave of globalization. Look instead to

Bangladesh, the Philippines, or Vietnam, where advanced industrial robots are

replacing skilled human workers in sewing and other trades.

The industrial giants of yesteryear were the world’s largest employers. Today,

those lucky enough to be employed are either highly skilled and highly paid, or

low skilled and low paid.

The result is a widening gap between the winners and the losers of the Fourth

Industrial Revolution. At the top of the pyramid, a small crop of founders,

investors, and other shareholders form a fantastically wealthy elite. At the bottom,

low-skilled employees must count on minimum wages to live. The ranks of the

middle class, once the connecting tissue of society, are thinning, and social

cohesion is suffering as a result.

Making matters worse, digitization has opened the floodgates to information and

disinformation alike. Algorithms, not humans, now determine much of what we

see and read. Disinformation campaigns distorted recent elections in the West,

and similar things are happening around the world. Citizens’ trust in their

government leaders, their judiciaries, and the media is at or near an all-time low.

THE CORNERSTONES OF A NEW ORDER

It is hard to overstate what’s at stake for societies and their governments in the

face of these shifts: success or failure will help determine quality of life for

generations to come. Confronted with the Fourth Industrial Revolution,

governments and societies have three options. They can protect the ―losers‖ of

this transformative change, putting in place effective social safety nets, active

labor-market policies, and efficient healthcare systems. They can double down on

neoclassical laissez-faire economic policies, with the hope that the resulting

wealth will benefit all sectors of society. Or they can leverage the opportunities of

the Fourth Industrial Revolution, designing and governing inclusive platforms and

systems that are fit to deal with the complexity of the new wave of global

integration.

In the early stages of the Third Industrial Revolution, the New Frontier and Great

Society agendas under U.S. Presidents John F. Kennedy and Lyndon B. Johnson

strengthened the United States’ international leadership position as well as its

domestic cohesion. By the end of the 1960s, the country had managed to put a

Page 262: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

man on the moon and halve its poverty rates while its companies were global

market leaders. Though the benefits were by no means shared evenly, per capita

GDP per capita rose to record levels.

The potential of the Fourth Industrial Revolution dwarfs even the progress made

during the three previous industrial revolutions combined. There is no reason

today’s leaders could not proactively manage negative externalities and ensure

that inclusive policies distribute opportunities fairly. Digital resources are

limitless, and so too can be the wealth they create.

Yet achieving this outcome requires more than patchwork actions that seek to

reinvigorate outdated systems. We need fresh thinking about what free and fair

economic relations in today’s world means. The global system that states built

after World War II was designed around the globalization of planes, cars, global

manufacturing value chains, and early computers. But that global system has run

its course, and no international organization in existence can cope with the

challenges of Globalization 4.0. There is very little discussion of, let alone

consensus on, how to regulate technologies or deal with the Fourth Industrial

Revolution’s winners and losers.

What, then, should the new global operating system look like? It should begin by

accepting the reality that the Fourth Industrial Revolution is even more borderless,

interconnected, and interdependent than the global economy of integrated supply

chains. Second, global cooperation should focus on the governance issues at the

heart of the current transformation: cybersecurity, the uses of AI and the gene-

editing technology CRISPR, and intellectual property and data protection

agreements. Security, above all, has always been a precondition for globalization.

That remains true in cyberspace: when the Internet is not safe, economies suffer.

We must ensure the safety of Globalization 4.0’s digital sea-lanes and havens.

Artificial intelligence, for its part, can do as much harm as good and requires

careful regulation. As the United States, China, and other states vie for leadership

in the field—and in other technologies, such as gene editing—they should agree

on what is and isn’t allowed. The same applies to financial systems.

Cryptocurrencies such as Bitcoin have already proven their advantages over

traditional money, but they are not immune to exploitation by speculators and

criminals. Going forward, central bankers and policymakers should agree on how

to optimize the system’s blockchain backbone so that it can benefit everyone.

Threats from the nondigital world won’t go away, either. Wildfires, droughts, and

tropical storms remind us that climate change threatens our habitats, biodiversity,

economies, and societies. Meanwhile, population growth is set to continue for

another few decades, although at a slower pace. This means that geopolitical hot

spots will multiply and that migration will accelerate. Faced with such extreme

conditions, sovereign nations have a right to design adequate national policies and

contingency plans. But multilateral coordination is key, as we share one planet

and are responsible for its commons. In doing so, leaders must accept that we now

Page 263: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …

live in a multipolar world in which several countries and regions will need to

share the burden and the bounty of global leadership.

Finally, we must come to terms with the sharing and platform economies. So far,

they have benefited the endusers and, above all, the platforms’ owners. Most

platforms are concentrated in a few global hubs, and their advantages have

accrued mostly to a small group of early, risk-seeking investors. Because these

platforms rely on fewer employees and cut out middleman companies, they hurt

national treasuries and many existing businesses. In response, international

agreements should lay out new methods of taxation. Rather than taxing labor,

which could handicap already precarious forms of employment, governments

could agree to tax platform activities ―at source‖—namely—where users are

based. That way, governments around the world could benefit, and fund the

education and reskilling of their people.

GUIDING PRINCIPLES

As we address the challenges of Globalization 4.0, we would do well to follow

three crucial principles. First, the dialogues that take place to shape Globalization

4.0 must involve all the relevant global players. Governments, of course, have a

key leadership role to play, but business is the driver of innovation and civil

society serves a critical role in making sure this innovation is applied with the

public’s interest in mind. Second, the preservation of social and national cohesion

should be placed front and center. Safeguarding and strengthening the pillars of

social justice and equity will be necessary to sustain national social contracts and

preserve an open world. This cannot happen without bottom-up decision-making,

which enables the substantive engagement of citizens around the world. Third,

coordination—achieving shared objectives—will yield more successes than

cooperation—acting out a common strategy. The Paris Agreement on climate

change and the United Nations Sustainable Development Goals are examples of a

coordinated approach that leaves room for actors to devise their own strategies. In

a world where shared values are a rare commodity, coordination based on shared

interests is the most manageable approach to global governance.

We’ve been here before. In the second half of the twentieth century, leaders from

all sectors of society laid the institutional foundations for sustained peace,

security, and prosperity. Since that time, however, the world has radically

changed. A new approach is now called for, one that shapes our global future

through a sustained commitment to improving the state of the world. Leaders can

debate whether they should work with the good of their country, or that of

humanity, in mind. But this much is clear: Globalization 4.0 will only accelerate

from here. We must do what we can to harness it for good—and for all.

Page 264: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …
Page 265: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …
Page 266: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …
Page 267: STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN CLUSTER BATIK …