PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN...

89
[1] PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN BERBASIS ANALISIS SWOT (Pada Industri Kecil Genteng, Kayu Mebel, dan Bordir di Kabupaten Probolinggo) Abdul Haris Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715 Abstract: Probolinggo has the potential to market the products of the flagship product in the form of small industries. To market the product needs a means of information so that the public knows for superior product performance results of small scale industries such as: tile factory, wood furniture handicraft, embroidery and others. The results of a small industrial flagship product is the author focuses on the tile industry marketing area around Probolinggo, wooden furniture Probolinggo marketing area, Bali, Susabaya and Malang. To Embroidery Probolinggo marketing area, Bali and exports to the Middle East Deemed necessary to hold a development product (Product Development), which aim to improve the competitiveness of small industries in the similar class. Eventually gained some important achievements include: (1) increased market demand, (2) the continuity of the product, (3) increased productivity, (4) Cost of goods can be suppressed, (5) Operating income increases. Keywords: small industrial product development based markingstrategy and analysis SWOT Deputi Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Sri Ernawati dalam harian Bisnis Indonesia (2006) mengatakan pemerintah berupaya menciptakan 70.000 koperasi yang berkualitas dan enam juta usaha kecil menengah (UKM) baru yang profesional. Menurut dia, koperasi dan UKM merupakan tulang punggung ekonomi nasional dan akan diupayakan menjadi pelaku dominan yang memiliki porsi terbesar dalam pembangunan ekonomi bangsa. Untuk itu, keberadaan lembaga ini sangat penting dan perlu terus diupayakan peningkatan kualitasnya. Pemerintah, menurut dia, akan terus memberi dorongan atau dukungan dalam bentuk bantuan permodalan, manajemen dan pemasaran. Perhatian pemerintah pada lembaga ekonomi ini cukup beralasan karena sektor ekonomi ini paling besar menyerap tenaga kerja, di sisi lain koperasi dan UKM dianggap paling mampu mendorong sektor ekonomi riil. Kabupaten Probolinggo terletak dikaki Gunung Semeru, Gunung Argopuro dan Pegunungan Tengger dengan luas wilayah kurang lebih 1.696,17 kilometer persegi. Mata pencaharian penduduk bekerja di sektor pertanian sedangkan di daerah pantai seperti kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Dari perkembangan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian tersebut, semakin lama perannya cenderung menurun dan tergeser oleh sektor non pertanian

Transcript of PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN...

Page 1: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

[1]

PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL

DAN STRATEGI PEMASARAN BERBASIS ANALISIS SWOT

(Pada Industri Kecil Genteng, Kayu Mebel, dan Bordir di Kabupaten

Probolinggo)

Abdul Haris

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo

Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715

Abstract: Probolinggo has the potential to market the products of the flagship product in the

form of small industries. To market the product needs a means of information so that the

public knows for superior product performance results of small scale industries such as: tile

factory, wood furniture handicraft, embroidery and others.

The results of a small industrial flagship product is the author focuses on the tile industry

marketing area around Probolinggo, wooden furniture Probolinggo marketing area, Bali,

Susabaya and Malang. To Embroidery Probolinggo marketing area, Bali and exports to the

Middle East Deemed necessary to hold a development product (Product Development), which

aim to improve the competitiveness of small industries in the similar class. Eventually gained

some important achievements include: (1) increased market demand, (2) the continuity of the

product, (3) increased productivity, (4) Cost of goods can be suppressed, (5) Operating

income increases.

Keywords: small industrial product development based markingstrategy and analysis SWOT

Deputi Pemasaran Kementerian Koperasi dan

UKM Sri Ernawati dalam harian Bisnis

Indonesia (2006) mengatakan pemerintah

berupaya menciptakan 70.000 koperasi yang

berkualitas dan enam juta usaha kecil menengah

(UKM) baru yang profesional. Menurut dia,

koperasi dan UKM merupakan tulang punggung

ekonomi nasional dan akan diupayakan menjadi

pelaku dominan yang memiliki porsi terbesar

dalam pembangunan ekonomi bangsa. Untuk

itu, keberadaan lembaga ini sangat penting dan

perlu terus diupayakan peningkatan kualitasnya.

Pemerintah, menurut dia, akan terus memberi

dorongan atau dukungan dalam bentuk bantuan

permodalan, manajemen dan pemasaran.

Perhatian pemerintah pada lembaga

ekonomi ini cukup beralasan karena sektor

ekonomi ini paling besar menyerap tenaga kerja,

di sisi lain koperasi dan UKM dianggap paling

mampu mendorong sektor ekonomi riil.

Kabupaten Probolinggo terletak dikaki

Gunung Semeru, Gunung Argopuro dan

Pegunungan Tengger dengan luas wilayah

kurang lebih 1.696,17 kilometer persegi. Mata

pencaharian penduduk bekerja di sektor

pertanian sedangkan di daerah pantai seperti

kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu,

Gending, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton

sebagian penduduknya bermata pencaharian

sebagai nelayan. Dari perkembangan

penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian

tersebut, semakin lama perannya cenderung

menurun dan tergeser oleh sektor non pertanian

Page 2: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

2 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

seperti industri, perdagangan dan jasa yang

cenderung meningkat.

Menurut Nachrawi Ramli (2010), Prospek

ekonomi Indonesia pada tahun-tahun mendatang

memang diperkirakan terus membaik. Selain

ditandai dengan stabilitas pertumbuhan ekonomi

meningkat secara bertahap sekitar 6 persen

hingga 6,5 persenJuga bukan mustahil Indonesia

bisa mencetak pertumbuhan ekonomi hingga 7

persen tahun depan. Syaratnya, selain

menggenjot pertumbuhan di sektor investasi,

perdagangan internasional khususnya ekspor,

dan bujet belanja negara, pemerintah juga harus

fokus pada sirkulasi ekonomi yang menjadi

jantung nadi rakyat, yaitu usaha kecil dan

menengah (UKM). Terlebih, jika dilihat dari

kontribusi sektoral di tahun depan, dominasi

sektor UKM, seperti sektor industri kerajinan,

sektor perdagangan, dan sektor pertanian

mempunyai posisi signifikan dan strategis

sebagai sektor utama pertumbuhan PDB.

Di Kabupaten Probolinggo mempunyai

potensi produk unggulan dan industri kecil

produk unggulan beragam diantaranya : pabrik

genteng, kerajinan mebel kayu, bordir dan lain-

lain.

INDUSTRI KECIL

Industri kecil yang ada di Kabupaten

Probolinggo sebagai berikut :

Tabel 1 : Produk Unggulan Industri Kecil

Dari Tabel 1 Kabupaten Probolinggo

mempunyai potensi untuk memasarkan produk-

produk hasil masyarakat berupa produk

unggulan industri kecil. Untuk memasarkan

produk tersebut perlu sarana informasi agar

masyarakat tahu untuk unjuk produk unggulan

hasil industri kecil.

Kegiatan industri kecil ini

mempekerjakan kurang lebih 200 orang. Hasil

observasi ke industri kecil tentang produk

unggulan, kebanyakan pengusaha mempunyai

kendala dalam hal permodalan, misalnya :

industri genteng bantuan pemerintah yang

diperoleh berupa peralatan, tidak disertai

dengan modal keuangan berupa kredit lunak.

Ada juga beberapa industri kecil yang tidak

mendapat bantuan modal kerja tetapi cara

mengelolanya sudah cukup baik.

Dalam pengerjaan industri kecil bordir

terbentuk sub-sub kelompok untuk mengerjakan

order, masing-masing sub bekerjasama guna

menyelesaikan pesanan. Karena kalau

dikerjakan sendiri ada keterbatasan mesin

bordir. Untuk kerajinan kayu/mebel dalam

menyelesaikan pekerjaan melebihi kapasitas

kemampuan produksi di subkan ke pengerajin

kayu yang lain. Begitu juga pengusaha industri

genteng berjumlah 10 buah yang terletak atau

berkelompok di kecamatan Gending, kwalitas

produknya tidak kalah dengan buatan genteng

Karangpilang.

Berikut daerah pemasaran produk

unggulan industri kecil di Kabupaten

Probolinggo sebagai berikut :

Konveksi dan bordir, daerah pemasaran :

Probolinggo, Bali, ekspor Timur Tengah.

Kerajinan kayu/mebel, daerah pemasaran :

Probolinggo, Bali, Surabaya, Malang.

Genteng , daerah pemasaran : Probolinggo.

SRATEGI PEMASARAN

Menurut Umar (2008), manajemen

strategis adalah seni dan ilmu untuk pembuatan

(formulating), penerapan (implementing) dan

evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan

antarfungsi yang memungkinkan sebuah

organisasi mencapai di masa yang akan datang.

Page 3: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 3

Pengusaha secara umum mempunyai

tujuan yang sama, tetapi strategi yang

ditempuhnya berbeda-beda. Pada pokoknya,

strategi ini ditempuh berdasarkan suatu tujuan.

Tujuan perusahaan (yang menganut

konsep pemasaran masyarakat) adalah

memberikan kepuasan kepada pembeli dan

masyarakat yang lain dalam pertukarannya

untuk mendapatkan sejumlah laba, atau

perbandingan antara penghasilan dan

biaya yang menguntungkan

Strategi, adalah suatu rencana yang

diutamakan untuk mencapai tujuan

tersebut. Beberapa perusahaan mungkin

mempunyai tujuan yang sama, tetapi

strategi yang dipakai untuk mencapai

tujuan tersebut dapat berbeda. Jadi,

strategi ini dibuat berdasarkan suatu

tujuan.

Taktik, adalah tahap-tahap atau

langkah-langkah tertentu yang dipakai

untuk melaksanakan strategi. Jika

manajemen sudah merumuskan tujuan dan

strateginya, maka ia berada dalam posisi

untuk menentukan taktik.

Strategi pemasaran memerlukan

keputusan-keputusan dari manajemen

tentang elemen-elemen marketing mix

perusahaan. Sedangkan taktik itu hanya

merupakan program tertentu untuk jangka

pendek saja. Kedua istilah strategi dan

taktik tersebut sama-sama menghendaki

keputusan-keputusan di bidang perencanaan

barang, penetapan harga, distribusi, dan

promosi. Hubungan-hubungan yang terjadi

antara tujuan, strategi, dan taktik dapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tujuan, Strategi dan Taktik

Pemasaran.

Strategi adalah suatu rencana yang

diutamakan untuk mencapai tujuan, Dalam

pemasaran, strategi yang ditempuh oleh

pengusahaterdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu :

(1) memilih konsumen, (2) mengidentifikasi

keinginan pelanggan, (3) menentukan

marketing mix.

Permintaan Pasar

Alfred Marshall (1842-1924) dalam

bukunya Principles of Economics, yang

diterbitkan tahun 1890 menjelaskan bahwa

permintaan dan penawaran secara simultan

menentukan harga. Marshall percaya bahwa

permintaan dan penawaran secara bersama-

sama menentukan harga dan kuantitas

keseimbangan suatu barang. Evaluasi pasar dan kesempatan

pemasaran, dimulai dengan melihat permintaan

pasar. Kemudian, apa yang dimaksud dengan

permintaan pasar yaitu “Permintaan pasar bagi

suatu produk adalah volume total yang akan

dibeli oleh kelompok pembeli tertentu di daerah

geografis tertentu, pada saat tertentu, dalam

lingkungan pemasaran tertentu, dan program

pemasaran tertentu pula”. Permintaan pasar

Page 4: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

4 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

mempunyai 8 unsur harus dipenuhi oleh

produsen : (1) produk, (2) volume, (3) jumlah

pesanan, (4) kelompok pembeli, (5) geografis,

(6) delivery time, (7) lingkungan pemasaran, (8)

program pemasaran.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

permintaan pasar antara lain adalah : (1) harga

produk, (2) kualitas produk, (3) harga produk

lain, (4) penghasilan pembeli, (5) selera

pembeli.

Faktor-faktor tersebut, perlu ditambahkan

adanya faktor penentu non-harga, seperti : (1)

usaha periklanan, (2) usaha penjualan dengan

salesman.

Pengembangan Produk

Kotler dalam bukunya Marketing

Management (2009) mengemukakan bahwa

ada delapan proses pengembangan produk baru

yaitu mencakup: pemunculan gagasan (idea

generation), penyaringan gagasan (idea

screening), pengembangan dan pengujian

konsep (concept development and testing),

pengembangan strategi pemasaran (marketing

strategy development), analisis bisnis

(business analysis), pengembangan produk

(product development), pengujian pasar

(market testing), dan komersialisasi

(commercialization).

Jumlah produksi di tentukan oleh hasil

survei pasar di analisis seberapa banyak jumlah

barang yang akan di produksi. Semakin banyak

kebutuhan pasar atau permintaan semakin

sebanding produk yang di hasilkan. Seperti pada

gambar di bawah ini menunjukkan faktor-faktor

pengguna/pembeli barang yang berpengaruh

terhadap pengembangan produk.

Gambar 2. Proses Pengembangan Produk.

Pada Gambar 2 bahan terdiri dari input -

proses produksi - output apabila hal tersebut

terjadi dengan sempurna maka perlu dilakukan

pengembangan produk (product development)

dengan beberapa alasan dan pertimbangan

bahwa kontinyuitas pesanan terjamin, kualitas

sesuai dan daya beli terjangkau.

Kontinyuitas hasil produk dipandang

perlu diadakan suatu pengembangan produk

(Product Development) yang tujuannya untuk

meningkatkan daya saing di kelas industri

kecil sejenis. Pada akhirnya diperoleh

pencapaian beberapa hal penting diantaranya :

(1) Permintaan pasar meningkat, (2)

Kontinyuitas produk, (3) Produktivitas

meningkat, (4) Harga pokok dapat ditekan, (5)

Laba usaha bertambah.

KONSEPTUAL

Berdasar tinjauan pustaka, nampak bahwa

peranan strategi guna mencapai tujuan maka

daya beli harus terjangkau, kualitas produk

sesuai selera konsumen, tingkat pencapaian

laba. Karena pasar merupakan pusat perhatian

untuk semua keputusan yang menyangkut

penjualan, maka dapat dikatakan bahwa produk

itu sendiri dapat memberikan keputusan-

keputusan mengenai harga, promosi, dan

distribusi.

Tetapi faktor kendali yang dipengaruhi

oleh geografis juga sangat berpengaruh terhadap

kuantitas barang yang diproduksi, karena

Page 5: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 5

masyarakat sebagai pembeli mempunyai

fanatisme terhadap produk tertentu.

Agar peranan perencanaan produksi dan

pemasaran dapat seimbang diperlukan

marketing mix, yaitu berdasarkan kebutuhan

pasar yang dipakai sebagai dasar untuk

menentukan macam produknya, demikian pula

keadaan pasar terhadap berbagai macam

alternatif harga, promosi, dan distribusi.

Model yang dipakai untuk menganalisa

faktor-faktor yang ada dalam sebuah elemen

analisa tentang produk sebagai berikut : (1)

aktivitas pengusaha, (2) kondisi, (3) bentuk

model usaha, (4) cara mengembangkan jaringan.

Dari keempat faktor tersebut diatas yang

harus dipertimbangkan untuk menganalisa

secara efektif tentang produk. Faktor-faktor

tersebut merupakan bagian atau elemen yang

ada dalam permasalahan untuk mengambil

langkah-langkah dalam mengambil keputusan

oleh pengusaha produk unggulan industri kecil

sebagai berikut :

1. Aktivitas

Pengambilan keputusan diawali

dengan dengan mengalanisa pasarnya.

Dengan analisa pasar ini memberikan

kemungkinan pemilik usaha yang sekaligus

pemasar untuk mengidentifikasikan

kebutuhan dan keinginan para pembeli.

Jadi, analisa pasar ini membuka

kesempatan untuk memperkenalkan produk

baru yang menguntungkan ataupun untuk

mengubah, memperbaiki, melengkapi

produk yang ada.

2. Kondisi para pelaku usaha

Faktor lingkungan harus berusaha

memanfaatkan secara penuh kesempatan

yang ada. Faktor-faktor lingkungan ekstern

seperti : demografi, kondisi perekonomian,

sosial dan kebudayaan, politik dan hukum,

teknologi, dan persaingan.

3. Bentuk-bentuk model usaha

Secara umum bentuk-bentuk model

dari masing-masing usaha ini dikaitkan

dengan sub-faktor seperti berikut ini :

pengembangan investasi, laba, market

share.

Tabel 2 : Form untuk Menganalisa Model

Usaha

4. Cara mengembangkan jaringan pemasaran

produk

Setelah menetapkan tujuan

produknya, maka pengembangan jaringan

pemasaran harus tercapai. Dalam hal ini,

produsen dihadapkan kepada tiga masalah

yang harus dipertimbangkan, yaitu :

a) Sub-faktor pemasaran manakah yang

harus dikembangkan untuk

produk/setiap produk yang ditawarkan?

Apakah produk tersebut diiklankan

atau tidak?

Apakah produk tersebut harus

disimpan dulu atau langsung

dikirim?

b) Dari dua pilihan tersebut diatas, Sub-

faktor manakah yang tepat untuk

diambil ? Jika pada awal sudah

diputuskan untuk mengiklankan produk

tertentu, sekarang perlu menentukan

media manakah yang akan digunakan :

surat kabar, majalah, atau radio dan

seterusnya. Jika tidak menggunakan

iklan tidak masalah.

c) Pertimbangan ketiga adalah

mengembangkan usaha pemasaran

keseluruhan untuk produk tersebut.

Yang didasarkan pada elemen-elemen

marketing mix secara individual seperti

penyusunan anggaran periklanan,

spesifikasi kegiatan personal selling,

dan sebagainya.

Page 6: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

6 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

Strategi Pemasaran

Industri kecil di Kabupaten Probolinggo

beraneka ragam menjadi sebagai tolok ukur

bahwa kreatifitas sumberdaya manusia.

Strategi pemasaran hasil produk yang

harus dilakukan : (1) promosi hasil produk, (2)

menarik calon pembeli, (3) harga bersaing, (4)

kualitas memenuhi selera pembeli, (5)

penyalurannya tepat waktu, (6) pelayanan

memuaskan. Ke lima hal tersebut merupakan

syarat yang harus dipenuhi secara konsisten

sesuai standard operating procedure (SOP).

Gambar 3. Tempat Promosi salah satu

Strategi Pemasaran.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini kemudian di analisis

berdasarkan proposal yang telah di buat, tetapi

ada beberapa tool atau alat untuk menganalisis

menggunakan sistim pembobotan analisis

SWOT sebagai berikut :

Tabel 3 : Produsen Genteng

Tabel 4 : Jenis Pengerajin Kayu dan Asal

Pemesan

\

Tabel 5 : Unit Usaha Bordir

Page 7: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 7

METODE

Setelah melakukan observasi dan evaluasi

ke masing-masing industri kecil menggunakan

Analisis SWOT.

Tabel 6 : Kalkulasi Biaya Produksi, Penjualan,

Laba (per 1000 genteng)

Tabel 6 menunjukkan bahwa komponen

biaya bahan baku, bahan bakar dan ongkos kerja

sebesar Rp. 333.750,- (biaya tersebut tidak

termasuk biaya penyusutan). Komponen biaya

bahan bakar kayu untuk membakar genteng

37,45% (kayu), minyak solar 22,47% sebagai

bahan bakar mesin press. Genteng yang sudah

di bakar siap untuk di jual, sistim penjualan

dilakukan sampai di tempat pembeli (franko),

laba (profit) sebesar Rp. 116.250,-/1000

genteng. Rata-rata jumlah produk yang di

hasilkan oleh masing-masing pabrik genteng

berkisar antara 5.000 s/d 10.000 genteng per

bulan.

Analisis SWOT

Hasil analisis SWOT secara

keseluruhan dapat dilihat pada posisi sebagai

suatu lembaga/unit usaha dari sisi :

1) Kekuatan (Strength) yang dimiliki, serta

Kelemahan (Weakness) internal yang ada.

2) Peluang (Opportunity) yang ada serta

Ancaman (Threats) yang dihadapi.

Untuk mengatasi kelemahan dan

ancaman yang dihadapi perlu memanfaatkan

secara optimal kekuatan (strength) yang dimiliki

dan peluang (opportunity) dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 : Penilaian Tingkat Kesiapan

Analisa SWOT menghasilkan nilai bobot

dari faktor internal dan eksternal, kemudian

menentukan posisi kuadrant sumber daya

manusia pada saat ini di Departemen

Pemasaran. Terdapat empat kuadrant dalam

melaksanakan strategi dasar, yaitu :

Kuadrant I : Pertumbuhan (Growth)

Pada posisi ini perusahaan kesempatan

untuk pengembangan usaha untuk mengatasi

ancaman. Kebijakan awal bagi perusahaan

adalah sebanyak mungkin merebut

kesempatan pasar yang mencakup strategi

pertumbuhan yang stabil (growth strategy),

strategi pertumbuhan cepat (rapid growth

strategy), strategi integrasi vertikal, dan

sebagainya.

Kuadrant II : Stabilisasi/Rasionalisasi (Strategy)

Keadaan posisi ini secara keseluruhan

kesempatan mengembangkan usaha guna

mengatasi ancaman yang ada, secara internal

perusahaan memiliki keselamatan yang jauh

lebih besar dibandingkan dengan

keunggulannya. Pola awal kebijakan terbaik

adalah sebanyak mungkin merebut kesempatan

pasar. Semua pola kebijakan yang memiliki atau

memenuhi sifat tersebut mendorong

pertumbuhan perusahaan yang disebut kluster

pertumbuhan.

Page 8: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

8 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

Kuadrant III : Bertahan (Survival)

Keadaan posisi ini secara keseluruhan

kesempatan untuk bertahan dan tidak

mengembangkan usahanya guna mengatasi

ancaman yang ada.

Kuadrant IV : Deversifikasi (Deversification)

Pada posisi ini secara keseluruhan

kesempatan untuk mencari pola baru dengan

jalan deversifikasi produk.Posisi dari keempat

kuadran seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Penentuan posisi dasar

Strategis

Sasaran Pokok

Ada 3 kemungkinan sasaran yaitu :

(1) meningkatkan laba, (2) meningkatkan

pendapatan, (3) meningkatkan jumlah

penjualan.

Langkah-langkah sasaran pokok sebagai

berikut :

a) Membuat tabel penentuan skor kesiapan

faktor pada Tabel 9 sampai Tabel 14,

kriteria tertinggi skor 5 untuk kriteria

terendah skor 0.

b) Mengisi bobot dalam satuan prosen (%)

terhadap Sub-sub fungsi terpilih, dan

memberi rating sesuai situasi dan kondisi

yang ada di masing-masing unit usaha.

c) Menentukan posisi pada gambar absis dan

ordinat pada masing-masing unit industri

kecil yang ada (titik di kuadrant mana

posisi strategis yang terjadi).

Analisis SWOT

Langkag selanjutnya menganalisis faktor-

faktor internal dan eksternal terhadap produk

unggulan industri kecil Genteng, Kayu/Mebel,

dan Bordir dalam bentuk tabulasi :

Tabel 9 : Analisis SWOT – Faktor Internal

(Strength-Weakness) untuk Pengusaha Genteng

Pada Tabel 9 diperoleh bahwa standard

nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi

nilai realisasi faktor internal 24 dan bobot 2,6.

Tabel 10 : Analisis SWOT - Faktor Eksternal

(Opportunity-Threat) untuk Pengusaha Genteng

Page 9: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 9

Pada Tabel 10 diperoleh bahwa

standard nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil

observasi nilai realisasi faktor eksternal 36 dan

bobot 4.

Tabel 11 : Analisis SWOT – Faktor

Internal (Strength & Weakness) untuk

Pengerajin Kayu Mebel

Pada Tabel 11 diperoleh bahwa standard

nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi

nilai realisasi faktor internal 28,4 dan bobot 3,5.

Tabel 12 : Analisis SWOT – Faktor

Eksternal (Opportunity & Threats) untuk

Pengerajin Kayu Mebel

Pada Tabel 12 diperoleh bahwa standard

nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi

nilai realisasi faktor eksternal 36 dan bobot 3,8.

Tabel 13 : Analisis SWOT – Faktor

Internal (Strength-Weakness) untuk

Pengusaha Bordir

Pada Tabel 13 diperoleh bahwa standard

nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi

nilai realisasi faktor internal 33,5 dan bobot 1,9.

Tabel 14 : Analisis SWOT - Faktor

Eksternal (Strength-Weakness) untuk Pengusaha

Bordir

Page 10: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

10 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

Pada Tabel 14 diperoleh bahwa standard

nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi

nilai realisasi faktor eksternalnal 30 dan bobot

3,3

Posisi Industri Kecil Berbasis

Analisis SWOT

Dari Tabel 9 sampai dengan Tabel 14 di

Kabupaten Probolinggo khusus ketiga jenis

pengusaha industri kecil (Genteng, Pengerajin

Kayu & Mebel, dan Bordir) dari hasil Analisis

SWOT didapatkan hasil dapat dilihat pada

Gambar 7.

Gambar 7. Posisi Industri Kecil

(Genteng, Kayu dan Mebel, Bordir) Di

Kabupaten Probolinggo.

Gambar 7 menunjukkan potret dari

industri kecil (Genteng, Kayu & Mebel, Bordir),

selanjutnya dapat dianalisis sebagai berikut :

Pengusaha industri kecil Genteng :

faktor internal (Strength – Weakness), standard

bobot 5 hasil analisis 2,6 dengan consumpiton

figures realisasi terhadap standard 52%. Faktor

eksternal (Opportunity – Threats) , standard

bobot 5 hasil analisis 4 dengan consumpiton

figures realisasi terhadap standard 8%. Posisi

pada kuadrant II Agresife, pengusaga genteng

berpeluang untuk pengembangan usaha untuk

mengatasi kelemahan. Kebijakan bagi

pengusaha adalah sebanyak mungkin

merebut kesempatan pasar (market strategy).

Pengusaha industri kecil Kayu Mebel :

faktor internal (Strength – Weakness), standard

bobot 5 hasil analisis 3,3 dengan consumpiton

figures realisasi terhadap standard 66%. Faktor

eksternal (Opportunity – Threats) , standard

bobot 5 hasil analisis 3,8 dengan consumpiton

figures realisasi terhadap standard 76%. Posisi

pada kuadrant I salable growt, pengusaga

genteng berpeluang untuk pengembangan usaha

untuk mengatasi ancaman. Kebijakan bagi

pengusaha adalah sudah mulai dipikirkan

menggunakan bahan baku kayu non-jati, dan

penanaman pohon kayu keras serta sebanyak

mungkin merebut kesempatan pasar sempurna

(growth strategy).

Pengusaha industri kecil Bordir : faktor

internal (Strength – Weakness), standard bobot

5 hasil analisis 1,9 dengan consumpiton figures

realisasi terhadap standard 38%. Faktor

eksternal (Opportunity – Threats) , standard

bobot 5 hasil analisis 3,3 dengan consumpiton

figures realisasi terhadap standard 66%. Posisi

pada kuadrant II selective maintenance,

pengusaha berpeluang mengembangkan usaha

guna mengatasi kelemahan yang ada, secara

internal perusahaan mengkaji investasi karena

mempunyai peluang pasar yang besar (large

market opportunity).

Pengembangan Industri Kecil

Dimasa Mendatang

Dari hasil analisis terhadap industri kecil

yang ada di Kabupaten Probolinggo, perlu

pembinaan terhadap para pengrajin/pengusaha

industri kecil. Pembinaan yang dimaksud adalah

meningkatkan kwalitas hasil produksi, omzet

penjualan, harga jual yang kompetitif, dan

promosi. Oleh sebab itu perlu adanya perubahan

sistim manajemen dan peningkatan kompetensi

Page 11: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 11

sumberdaya manusia dari sistim tradisional

menjadi professional. Jumlah peralatan kerja

yang di miliki oleh masing-masing unit usaha

perlu penambahan mesin (contoh : unit usaha

bordir, job order lebih banyak di banding

dengan realisasi produksi/penyelesaian).

Karena industri kecil perlu pembinaan

oleh pemerintah, maka perlu diidentifikasi hal-

hal yang mempengaruhi efisiensi, efektif dan

produktivitas kerja industri kecil. Setelah

diidentifikasi selanjutnya dicarikan solusi/jalan

keluarnya. Berikut ini gambar untuk

meningkatkan industri kecil.

Tabel 15 : Pengembangan Industri Kecil di

Masa Mendatang

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan

penelitian, hipotesis, analisis dan pembahasan

yang telah dipaparkan di bagian awal

berdasarkan analisis SWOT, pada bagian ini

akan ditutup dengan kesimpulan dan saran.

Adapun yang bisa ditarik sebagai berikut :

Unit usaha Genteng, pengelolaannya

dipengaruhi oleh 18 sub-faktor. Rata-rata

produk genteng per bulan 5000-10.000 genteng/

unit, dengan tingkat laba Rp. 116.250,- per 1000

genteng.

Unit usaha Pengrajin Kayu Mebel,

dalam mengelola unit ini dipengaruhi oleh 17

sub-faktror. Produk-produk yang di kerjakan

berdasar job order (kursi/meja belajar untuk

sekolah, mebeler rumah tangga, kusen, daun

pintu, lain-lain sesuai pesanan).

Unit usaha Bordir, dalam mengelola unit

dipengaruhi oleh 18 sub-faktor. Rata-rata

kemampuan pengerjaan border 80 baju per

bulan. Kemudian job order unit usaha bordir

kelebihan order di bandingkan realisasi

produksinya.

Kondisi para pelaku usaha produk

unggulan industri kecil yang ada : Unit usaha

Genteng, kondisi Harga Pokok Produksi sebesar

Rp. 333.750,- per 1.000 genteng dan laba usaha

Rp. 116.250,- per 1.000 genteng. Unit usaha

Pengrajin Kayu dan Mebel kondisinya cukup

eksis terbukti dengan job order yang di kerjakan

dari daerah Probolinggo, luar Probolinggo

(Malang, Surabaya, Bali, dan Jakarta), dengan

jenis barang yang di pesan berupa kursi/meja

belajar untuk sekolah, mebeler rumah tangga,

kusen, daun pintu. Unit usaha Bordir terdapat ±

8 unit, jumlah pesanan lokal dan ekspor selalu

ada boleh dikatakan pengerjaan bordir

berdasarkan job order. Kapasitas pesanan lebih

banyak dibanding kapasitas mesin. Kalau

mengerjakan tanpa job order di perlukan modal

sendiri rata-rata per unit usaha Rp. 5 juta.

Bentuk-bentuk model usaha : Unit usaha

Genteng mempunyai keterbatasan modal kerja

walaupun secara teknis kualitas dalam

pembuatan genteng cukup menguasai,

memproduksi genteng sejak tahun 1985 kualitas

dapat bersaing dibanding produk genteng dari

luar Probolinggo yang ada di toko-toko

bangunan. Pengrajin Kayu dan Mebel bahwa

bentuk model usaha ini memerlukan ketekunan

dan keuletan. Bahan baku kayu jati semakin

Uraian

Pembinaan Peserta/Kepada Materi Implikasi

Pelatihan 1. Pekerja Cara pengerjaan secara teknis Meningkatkan kompetensi

2. Administratur Biaya produksi, BEP Bisa mengevaluasi laba/rugi

Studi Banding Pengusaha Ke unit usaha yang sukses Mempunyai wawasan

Bantuan :

Peralatan Kerja Pengusaha Menambah peralatan kerja Produktivitas meningkat

Modal Kerja Pengusaha Pinjam bunga ringan, bantuan Usaha berkembang

cuma-Cuma

Tempat Promosi Pengusaha Memberi tempat unjuk kerja Dikenal oleh calon konsumen

di tepi jalan, web site lokal/manca negara

Pemasaran Pengusaha Informasi kepada pengusaha Hasil produk bisa bersaing

mencarikan solusi pemasaran

Evaluasi Para Pengusaha, Auditing Performance/kinerja bisa

dan para pekerja teridentifikasi guna pembinaan

Selanjutnya

Page 12: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

12 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

tahun semakin langka, dan terus mengupayakan

menggunakan kayu non jati yang ramah

lingkungan misal kayu sengon yang mempunyai

umur pendek sekitar 5 tahun. Pengusaha Bordir

mempunyai modal kerja terbatas, memerlukan

ketekunan dan keuletan. Karena sekarang

kebanyakan mengerjakan bordir berdasarkan

ongkos kerja saja, bahan/kain bordir dari

pembeli.

Dalam mengembangkan jaringan

pemasaran produk-produk masing-masing : Unit

usaha Genteng, bahan baku (pasir dan tanah

liat) di press dan di cetak kemudian di

keringkan. Setelah kering di jual ke pembeli

sampai di tempat. Dalam pengembangkan

jaringan pasar pemerintah telah memberi

pengetahuan berupa studi banding ke Mojokerto

agar kwalitas lebih baik dari produk

sebelumnya. Unit usaha Pengrajin Kayu dan

Mebel dalam pengembangan usahanya

menerapkan kualitas sesuai pesanan. Harga

dapat terjangkau oleh konsumen dengan

pembayaran cash dan kredit. Pengusaha

Bordir, untuk meningkatkan dan pengenalan

Kabupaten Probolinggo terhadap produk

unggulan produk kwalitas ekspor yang sangat

diminati oleh pasar, sering ada tamu/pembeli

dari luar negeri yang datang sendiri ke desa

Selogudig karena hasil produk bordir

berkualitas internasional.

Saran

Dari hasil pembahasan analisis SWOT

yang diperoleh, ada beberapa saran dapat

penulis berikan sebagai berikut :

Usaha Genteng dengan Strategy Agresife,

pengusaga genteng berpeluang untuk

pengembangan usaha untuk mengatasi

kelemahan. Kebijakan bagi pengusaha adalah

sebanyak mungkin merebut kesempatan pasar

(market strategy).

Usaha Kayu Mebel pada posisi Growth,

Strength-Weakness (internal) dan Opportunity-

Threat (external) pada posisi ini perusahaan

berkesempatan untuk pengembangan usaha

untuk mengatasi ancaman. Kebijakan awal bagi

perusahaan adalah sebanyak mungkin

merebut kesempatan pasar yang mencakup

strategi pertumbuhan yang stabil (Growth

Strategy).

Usaha Bordir posisi Strategy, Strength-

Weakness (internal) dan Opportunity-Threat

(external) pada posisi ini perusahaan Keadaan

posisi ini secara keseluruhan kesempatan

mengembangkan usaha, secara internal

perusahaan memiliki keselamatan yang jauh

lebih besar dibandingkan dengan

keunggulannya. Pola awal kebijakan terbaik

adalah sebanyak mungkin merebut kesempatan

pasar. Semua pola kebijakan yang dimiliki atau

memenuhi sifat tersebut mendorong

pertumbuhan perusahaan yang disebut kluster

pertumbuhan.

Sangat diperlukan peran pemerintah turut

membina kepada unit usaha industri kecil yang

ada di Kabupaten Probolinggo khususnya.

Pembinaan yang di maksud memberi pelatihan,

studi banding ke industri kecil yang maju,

membantu peralatan kerja, membantu modal

kerja, dan mengevaluasi kinerja dari masing-

masing unit usaha tersebut.

DAFTAR RUJUKAN

Alfred Marshall (1842-1924), Principles of

Economics. diterbitkan tahun 1890.

Amstrong, Michael. 1988. A Hand Book of

Human Resourse Management. Alex

Media Komputindo. Gramedia. Jakarta.

Anthony, William P., Pamela L. Perrewe dan K.

Michele Kacmar. 1996. Strategic Human

Page 13: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 13

Resource Management. Second Edition.

The Dryden Press.

Bache, John A. 1999. Penilaian Kinerja :

Marilah Kita Tinggalkan Penilaian dan

Memulai Pengkajian. Elex Media

Komputindo Jakarta.

Basu Swastha. 1983. Manajemen Pemasaran

Modern. Liberty, Yoyakarta.

Bernardin H. John dan Russel Joice E. 1993.

Human Resource Management, An

Experimental Approach, McGraw Hill,

International Edition.

Byars, L.L. dan Rue, L.W. 1984. Human

Resources Management. Richard D. Irwin

Inc. Illionis.

Certo, Samuel C. 1985. Management of

Organization and Human Resources, Wi.

C. Brown Publisers, Dubugue, Lowa.

David, F R. 2004. Manajemen Strategi :

Konsep-konsep. Edisi Sembilan. Indeks,

Jakarta.

Daranggi. 2009. Pengembangan Usaha Kecil

dan Menengah. Departemen Koperasi,

Pengusaha Kecil dan Menengah, Jakarta.

Dubrin, Andrew, J. 1989. Human Relation A

Job Oriented Approach, Fourth Edition,

Prentice Hall, Englewood Cliffs, New

Jersey.

Sri Ernawati, 2006. Peran UKM Dalam

perekonomian Indonesia. Harian Bisnis

Indonesia.

Gibson, 1996. Organisasi Perilaku Struktur dan

Proses, Jilid Dua Edisi kedelapan,

Binarupa Aksara Jakarta

Hadisaroso Poernomosidi, Mengenali Fungsi-

Fungsi Baku Perusahaan, Edisi Revisi,

Jakarta 1997.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran, Edisi

Millenium. PT. Prehalindo, Jakarta.

Kotler, 2003. Marketing Management, Analysis,

Planning and Controle. Edisi kelima.

Prentice-Hall,

Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.

Kotler, P. Gary, A. 2008. Prinsip-prinsip

Pemasaran. Erlangga. Jakarta.

Nachrawi Ramli, 2010. Prospek Ekonomi

Indonesia.

Umar, H. 2008. Manajemen Stretegi in Action.

PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Korespondensi dengan Penulis:

Prof. Dr. Ir. R. Abdul Haris, MM: HP. 081939700100

E-mail: [email protected]

Page 14: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

[14]

Pendidikan Ekonomi Masyarakat Melalui Pelaksanaan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd)

Oleh: Nanis Hairunisya

Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo

[email protected]

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program nasional

pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan (PNPM-MPd) ditinjau dari pendidikan ekonomi

masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan obyek

penelitian pelaksanaan PNPM-MPd di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2011 – 2012. . Dilihat

dari pendidikan ekonomi masyarakat pelaksanaan PNPM-Md sudah cukup baik dalam arti bahwa

pemerintah sudah cukup memberikan rangsangan pada masyarakat berupa pinjaman modal tanpa

agunan agar masyarakat bisa berusaha secara mandiri mengembangkan usaha produktif

ekonominya. Namun yang menjadi kendala masih banyak anggota masyarakat yang tidak punya

kemampuan untuk berusaha secara mandiri atau berwirausaha.

Kata Kunci: Pendidikan Ekonomi Masyarakat, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd).

PENDAHULUAN

Program pemberdayaan masyarakat ini

memusatkan kegiatan untuk masyarakat miskin

di wilayah perdesaan Program ini menyediakan

fasilitasi pemberdayaan masyarakat,

kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan,

serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat

(BLM) kepada masyarakat secara langsung.

Besaran dana BLM yang dialokasikan

tergantung jumlah penduduk . Seluruh anggota

masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan

kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses

perencanaan, pengambilan keputusan dalam

penggunaan dan pengelolaan dana sesuai

kebutuhan prioritas di desanya, sampai pada

pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.

Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada

di bawah binaan Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD),

Kementerian Dalam Negeri. Program ini

didukung dengan pembiayaan yang berasal dari

alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD), dana

pinjaman/hibah luar negeri dari sejumlah

lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi

Bank Dunia.

PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan

melalui upaya-upaya pemberdayaan dan

partisipasi masyarakat di wilayah perdesaan

melalui tahapan-tahapan kegiatan berikut: (a)

Sosialisasi dan penyebaran informasi program.

Baik secara langsung melalui fórum-forum

pertemuan maupun dengan mengembangkan/

memanfaatkan media/ saluran informasi

masyarakat di berbagai tingkat pemerintahan;

(b) Proses Partisipatif Pemetaan Rumahtangga

Miskin (RTM) dan Pemetaan Sosial.

Masyarakat diajak untuk bersama-sama

menentukan kriteria kurang mampu dan

bersama-sama pula menentukan rumahtangga

Page 15: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 15

yang termasuk kategori miskin/ sangat miskin

(RTM). Masyarakat juga difasilitasi untuk

membuat peta sosial desa dengan tujuan agar

lebih mengenal kondisi/ situasi sesungguhnya

desa mereka, yang berguna untuk mengagas

masa depan desa, penggalian gagasan untuk

menentukan kegiatan yang paling dibutuhkan,

serta mendukung pelaksanaan kegiatan

pembangunan dan pemantauannya; (c)

Perencanaan Partisipatif di Tingkat Dusun, Desa

dan Kecamatan. Masyarakat memilih Fasilitator

Desa atau Kader Pemberdayaan Masyarakat

Desa (KPMD) - satu laki–laki, satu perempuan -

untuk mendampingi proses sosialisasi dan

perencanaan. KPMD ini kemudian mendapat

peningkatan kapasitas untuk menjalankan tugas

dan fungsinya dalam mengatur pertemuan

kelompok, termasuk pertemuan khusus

perempuan, untuk melakukan penggalian

Menggagas Masa Depan Desa. Masyarakat

kemudian bersama sama membahas kebutuhan

dan prioritas pembangunan di desa dan

bermusyawarah untuk menentukan pilihan jenis

kegiatan pembangunan yang prioritas untuk

didanai. PNPM Mandiri Perdesaan sendiri

menyediakan tenaga konsultan pemberdayaan

dan teknis di tingkat kecamatan dan kabupaten

untuk memfasilitasi/membantu upaya

sosialisasi, perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan. Usulan/ gagasan dari masyarakat akan

menjadi bahan penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa

(RPJMDes) (d) Seleksi/ Prioritas Kegiatan di

Tingkat Desa dan Kecamatan. Masyarakat

melakukan musyawarah di tingkat desa dan

kecamatan untuk memutuskan usulan kegiatan

prioritas yang akan didanai. Musyawarah ini

terbuka bagi segenap anggota masyarakat untuk

menghadiri dan memutuskan jenis kegiatan

yang paling prioritas/ mendesak. Keputusan

akhir mengenai kegiatan yang akan didanai,

diambil dalam forum musyawarah antar-desa

(MAD) di tingkat kecamatan, yang dihadiri oleh

wakil–wakil dari setiap desa dalam kecamatan

yang bersangkutan. Pilihan kegiatan adalah

open menu untuk semua investasi produktif,

kecuali yang tercantum dalam daftar larangan

(negative list). Dalam hal terdapat usulan

masyarakat yang belum terdanai, maka usulan

tersebut akan menjadi bahan kajian dalam

Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD);

(e) Masyarakat Melaksanakan Kegiatan Mereka.

Dalam forum musyawarah, masyarakat memilih

anggotanya sendiri untuk menjadi Tim

Pelaksana Kegiatan (TPK) di setiap desa untuk

mengelola kegiatan yang diusulkan desa yang

bersangkutan dan mendapat prioritas pendanaan

program. Fasilitator Teknis PNPM Mandiri

Perdesaan akan mendampingi TPK dalam

mendisain sarana/ prasarana (bila usulan yang

didanai berupa pembangunan infrastruktur

perdesaan), penganggaran kegiatan, verifikasi

mutu dan supervisi. Para pekerja yang terlibat

dalam pembangunan sarana/ prasarana tersebut

berasal dari warga desa penerima manfaat; (f)

Akuntabilitas dan Laporan Perkembangan.

Selama pelaksanaan kegiatan, TPK harus

memberikan laporan perkembangan kegiatan

minimal dua kali dalam pertemuan terbuka desa,

yakni sebelum program mencairkan dana tahap

berikutnya dan pada pertemuan akhir, dimana

TPK akan melakukan serah terima kegiatan

kepada desa, serta badan operasional dan

pemeliharaan kegiatan atau Tim Pengelola dan

Pemelihara Prasarana (TP3). (Petunjuk Tehnis

Operasional PNPM Mandiri Perdesaan

,Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat

dan Desa, Departemen Dalam Negeri ; 2008)

Berikut adalah Alur Tahapan PNPM

Mandiri Perdesaan.

Page 16: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

16 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

Gambar 1: Alur Tahapan PNPM –Perdesaan

Sumber: Petunjuk Tehnis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan (Direktorat Jendral Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam NeGeri , 2008: 41)

Penelitian ini akan mendeskripsikan

pelaksanaan PNPM MPd di Kabupaten

Probolinggo sesuai hasil monitoring yang

dilaksanakan oleh Tim Fasilitator Kabupaten,

perkembangan kegiatan masing-masing dan

kendala-kendala yang dihadapi serta cara

pemecahannya sehingga tahapan kegiatan

PNPM MPd sesuai dengan mekanisme dan

prosedur serta ketentuan yang berlaku . Selain

itu penelitian ini juga akan mendeskripsikan

partisipasi masyarakat dalam Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Perdesaan baik pada tahap sosialisasi dan

perencanaan maupun tahap pelaksanaan dan

pengawasannya, sebagai catatan atau masukan

untuk pendidikan ekonomi masyarakat pada

masa yang akan datang.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini yang akan di

deskripsikan adalah pelaksanaan PNPM MPd

Page 17: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 17

di Kabupaten Probolinggo sesuai hasil

monitoring ynag dilaksanakan oleh Tim

Fasilitator Kabupaten dan partisipasi

masyarakat dalam PNPM MPd baik pada tahap

sosialisasi dan perencanaan maupun tahap

pelaksanaan dan pengawasannya. Metode

Pengumpulan Data yang digunakan (a)

Wawancara secara mendalam (b) Dokumentasi

(c) Observasi.(d) Triangulasi (e) diskusi

kelompok terfokus (focus group discussion, atau

FGD), Responden penelitian ini adalah

masyarakat desa di 21 kecamatan yang

menerima alokasi dana bantuan PNPM MPd di

Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Wawancara dilakukan secara acak pada

masyarakat yang mengikuti berbagai kegiatan

pelaksanaan PNPM MPD sebagai bahan

triangulasi.

Metode analisis data yang digunakan

adalah (1) Analisis konstan komparatif. Metode

ini peneliti gunakan untuk membandingkan

antara pelaksanaan PNPM MPd dengan

pedoman pelaksanaan yang telah ditetapkan di

setiap desa dan kecamatan. (2) Analisis logis.

(3) Analisis data model Miles dan Huberman

yang digunakan meliputi : (a). Reduksi data.

(data reduction), (b).Penyajian data (data

display), (c). Verikasi data (conclusion

drawing). Secara keseluruhan studi ini

dilakukan pada Maret 2011– 2012. .

HASIL PENELITIAN.

Informasi umum skala dan cakupan

kegiatan Pelaksanaan Program nasional

pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri

Perdesaan Kabupaten Probolinggo untuk T.A.

2010 telah ditetapkan 21 Kecamatan dengan

alokasi pembiayaan BLM sebesar Rp.

42.500.000.000. Dana tersebut bersumber dari

APBN sebesar (80%) dan dari APBD sebagai

pola DBUD (Dana Daerah Urusan Bersama)

sebesar (20%). Adapun BLM untuk Dana

Operasional Kegiatan (DOK) Pelatihan

Masyarakat sebesar Rp. 526.185.000. Untuk

tahun 2011 alokasi dana untuk BLM yang

berasal dari APBN sebesar 27.680.000.000 dan

dari APBD (DDUB) sebesar Rp. 6.920.000.000.

untuk DOK Perencanaan sebesar Rp.

1.103.500.000 dan untuk DOK Pelatihan

sebesar Rp. 1.502.400.000 juga dianggarkan

untuk kegiatan Ruang Belajar Masyarakat

(RBM) sebesar Rp. 300.000.000. Dana tersebut

dikelola tingkat Kabupaten untuk memfasilitasi

kegiatan-kegiatan yang terkait dengan

peningkatan kapasitas serta pelatihan bagi para

pelaku serta berbagai pihak pemangku

kepentingan dalam kegiatan PNPM-MPd

integrasi. Pada tahun 2011 juga ada Daftar

Ancar Lokasi dan Alokasi BLM PNPM Mandiri

Perdesaan T.A. 2011 Tambahan Paska Krisis,

dimana adanya percepatan penanganan pasca

krisis untuk 5 kecamatan yang teralokasi dana

tambahan paska krisis yaitu: Kuripan, Tiris,

Krucil, Maron dan Gending. (Surat Kementerian

Dalam Negeri Nomor 900/718/PMD tertanggal

10 Februari 2011.

Informasi Umum Tentang Capaian Kinerja

Kegiatan.

(1) Capaian kinerja Tahapan Kegiatan. Pada

Bulan maret 2012 tahapan kegiatan untuk

PNPM-MPd T.A. 2011 masuk pada tahap

pelaksanaan kegiatan sarana dan prasarana, dari

progres perencanaan yang telah dilakukan maka

progres tahapan dan jumlah kegiatan yang

terdanai baik SPP maunpun non SPP seperti

pendidikan, kesehatan, sarana prasarana/fisik

adalah 191 desa yang terdanai, 21 kecamatan

dengan 261 kegiatan dengan dana terserap

99,80% dan kegiatan fisik 99%. Untuk

Musyawarah Desa dari 191 desa semua

melaksanakan kegiatan musyawarah desa.

(2) Capaian Kinerja pencairan dana. Progress

Pencairan dana dari KPPN ke rekening BPMPN

untuk kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Tahun

2011 telah dilakukan di 21 Kecamatan di

Kabupaten Probolinggo. Alokasi dan Realisasi

Pencairan BLM mencapai kinerja 100%, artinya

Page 18: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

18 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

semua BLM diberikan kepada masyarakat.

Kinerja Pagu Dana dan Pencairan untuk jenis

dana BLM (APBN dan APBD) didapat angka

100%, untuk BLM Pasca Krisis mencapai

53,9%, untuk DOK Perencanaan, DOK

Pelatihan, DOK RBM masing-masing mencapai

100%. Sedang Kinerja Pencairan dan

Penggunaan untuk BLM (APBN dan APBD)

mencapai angka 99,65%, untuk BLM Pasca

Krisis mencapai 91,64%, untuk DOK

Perencanaan 99,69%, DOK Pelatihan mencapai

97,33%, DOK RBM mencapai 34,75%.

(3) Capaian Kinerja Kegiatan Pelatihan.

Pelatihan dilakukan di Tingkat Kabupaten dan

Kecamatan menggunakan DOK Pelatihan

Masyarakat. Pada tingkat Kecamatan pelatihan

yang dilakukan adalah Pelatihan TP3 di

kecamatan Tongas, Pelatihan Kader Teknis

Tahap V di Kecamatan Kotaanyar, Paiton,

Pakuniran, Wonomerto, Sukapura, Dringu,

Gending, Kuripan, Sumber dan Bantaran.

Pelatihan Penguatan Kelompok dilaksanakan di

Kecamatan Sumberasih, Gading, Wonomerto

dan Sukapura. Pada tingkat kabupaten pelatihan

yang dilakukan adalah Pelatihan UPK, pelatihan

BP-UPK dalam rangka pembahasan hasil audit

dan persiapan pelaporan hasil pemeriksaan serta

penyusunan rencana kerja, Pelatihan Kades dan

BPD, Pelatihan KPMD Terbaik, dilaksanakan

dalam rangka peningkatan kemampuan fasilitasi

serta pemahaman terkait konsepsi dan jenis

usulan kegiatan PNPM MP, Pelatiihan Kader

Tehnis Terbaik bertujuan meningkatkan

ketrampilan dan kemampuan tehnis khususnya

dalam pembuatan beton dan pengendalian

kualitas dan kuantitas kegiatan infrastruktur.

(4) Capaian Kinerja Partisipasi dan Swada-

ya Masyarakat.

Kegiatan PNPM di Kabupaten

Probolinggo dapat berjalan dengan dukungan

partisipasi masyarakat. Tingkat partisipasi

masyarakat tergolong cukup aktif dimana

jumlah partisipan tertinggi terjadi pada tahapan

kegiatan “Penggalian Gagasan” dengan tingkat

kehadiran mencapai 37.098 orang (43,52%) .

tingkat keterlibatan kaum perempuan rata-rata

18.090 (9,98%). Dalam Musyawarah Khusus

Perempuan (MKP) serta Musyawarah Desa

Perencanaan, partisipasi masyarakat mencapai

47,97%. Keterlibatan kaum miskin rata-rata

57,07% dari total partisipan atau sebesar

154.395 orang. Data pemantauan partisipasi

masyarakat sejak dari tahap sosialisasi,

penggalian gagasan, MKP, Musdes Perencanaan

sampai dengan proses Musyawarah Antar Desa

(MAD) Prioritas dan Penetapan Usulan tercatat

tidak kurang dari 104.553 orang tersebar di 283

desa terlibat aktif dalam proses pengambilan

keputusan, terdiri dari 52.119 laki-laki, 52.345

perempuan dan 43.197 RTM. Kualitas

partisipasi secara umum termasuk dalam

kategori rata-rata sampai aktif dimana masih

diperlukan dukungan pendampingan yang kuat

dan berkelanjutan atas partisipasi kelompok

perempuan.

Rincian Pelaksanaan Komponen-

komponen Kegiatan.

(1) Kegiatan Ekonomi (Simpan Pinjam

Perempuan-UEP). PNPM- MPd Kabupaten

Probolinggo tahun 2011 meliputi 21

Kecamatan. Dana BLM dari tahun anggaran

1998/1999 sampai dengan tahun anggaran

2011 sebesar Rp. 186.850.000.000,- ,

dimana hanya 11% teralokasikan ke

kegiatan Ekonomi (UEP & SPP) dan

sisanya teralokasikan ke kegiatan Sarana

dan Prasarana. Jumlah lokasi yang semakin

banyak akan menimbulkan dampak rentang

pengendalian yang lebih luas. Sehubungan

dengan hal tersebut strategi pengendalian

program bidang microfinance yang tepat dan

efektif menjadi penting untuk pengembangan

microfinance, baik dalam hal pengendalian

kegiatan maupun Technical Assistance.

Pada pelaporan per 31 Maret 2012

sebanyak 21 kecamatan telah mengirimkan

laporan keuangan (Total kecamatan, baik

aktif maupun phase out di Kabupaten

Page 19: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 19

Probolinggo sekitar 23 kecamatan) 2

kecamatan phase out (Besuk dan Kraksaan)

belum mengirimkan laporan keuangan. Unit

Pelaksana Kegiatan (UPK) yang mengelola

dana bergulir sebanyak 23 UPK Kecamatan.

Kinerja pengelolaan keuangan UPK di Tahun

2012 untuk tingkat Kabupaten menunjukkan

rasio perkembangan pendapatan secara

keseluruhan sebesar 34,295, ratio biaya

98,05%, surplus 42,61%, ratio surplus -6,29%,

rasio biaya 30,14%.

Pertumbuhan Asset Produktif.

Berdasarkan pelaporan bulan Februari

2012, Kinerja UPK dalam pengelolaan

Asset UEP dan SPP menunjukkan hasil-hasil

sebagai berikut: untuk program UEP progres

total asset mencapai 0,51%, kolektibilitas

0,51%, assets produktif 0,50% dan resiko

pinjaman 0,57%. Untuk program SSP progres

total assets mencapai 1,08%, kolektibilitas

2,77%, 0,73%, resiko pinjaman 4,34%.

Perkembangan Pinjaman Dana

Bergulir. Pengelolaan dana revolving fund

(dana pengembalian SPP dan UEP) dalam

kegiatan microfinance PNPM MPd

Kabupaten Probolinggo telah mencapai

tingkat pengembalian (repayment rate) untuk

kegiatan SPP mencapai 87,2%. Sedangkan

untuk kegiatan UEP mencapai 87,77%.

Kolektif i li tas P injaman Dana

Bergulir. Pengelolaan dana bergulir

UPK masih di rasakan tingginya

kolektibilitas (khususnya kolektibilitas

V), dengan strategi/langkah-langkah pe-

nanganan yang sudah dilakukan, masih

belum mampu menurunkan Kolek-

titibilitas (Khususnya Kolektibilitas V).

Kolektibilitas dana UEP dan SPP m asih

m enga lam i peningkatan dan perbandingan

dengan bulan lalu maupun tahun lalu.

Surplus dan Efisiensi. Kinerja

pengelolaan keuangan UPK menunjukkan hasil-

hasil sebagai berikut; Total pendapatan sebesar

Rp. 1.230.496.723,- Total biaya sebesar Rp.

276.531.481,- Sedangkan laba yang diperoleh

sebesar Rp. 953.965.242,-. Dengan

membandingkan total biaya dan laba terhadap

jumlah pendapatan maka rasio surplus tahun

2011 adalah 70% dan tahun 2012 adalah 77,5%.

Sedang rasio biaya untuk tahun 2011 sebesar

30% dan tahun 2012 sebesar 22,5%.

Perkembangan Kelompok

Pemanfaat. Hingga saat ini, warga desa

yang tergabung dalam 2.929 kelompok

(grup), telah memanfaatkan pinjaman bergulir

tanpa agunan. Sebanyak 28.799 anggota

masyarakat adalah kaum perempuan. Mereka

tergabung dalam 2.492 kelompok Simpan

Pinjam khusus Perempuan (SPP). Sedangkan

anggota masyarakat lainnya tergabung dalam

kelompok Usaha Ekonomi Produktif (UEP).

Pelaporan dan Kelembagaan UPK.

Kapasitas UPK di Kabupaten Probolinggo pada

umumnya sudah cukup memadai dalam

pengelolaan keuangan dan dana pinjaman,

kapasitas UPK tersebut sudah semestinya

diimbangi dengan komitmen yang penuh dari

pengurus UPK serta sistem pengawasan internal

yang memadai melalui BP-UPK yang

kapasitasnya setara dengan UPK. Untuk itu

peningkatan kapasitas BP-UPK perlu mendapat

perhatian khususnya kemampuan dalam

melakukan pemeriksaan kegiatan pengelolaan

keuangan dan dana bergulir.

Dari hasil pendampingan pencapaian

yang diperoleh UPK tingkat Kabupaten

dalam bidang administrasi dan laporan antara

lain : (1) Semua administrasi dan pelaporan

telah mencapai standar yang diharapkan oleh

program, meliputi buku kas dan bank, neraca

dan laporan operasional serta laporan

perkembangan pinjaman dan laporan

kolektibilitas pinjaman sebesar 91%. (2)

Pemisahan laporan arus dana dan laporan

keuangan microfinance (Neraca dan laporan

laba rugi UPK) sebesar 91%. (3) UPK telah

mempunyai lembaga perguliran dan aturan

Page 20: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

20 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

perguliran yang sesuai dengan aturan program

sebesar 91%. (4) Pembahasan dan Penetapan

Standar Operasional dan Prosedur (SOP) UPK,

Standar Operasional dan Prosedur (SOP) BP

UPK dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah

Tangga (AD/ART) BKAD melalui Musyawarah

Antar Desa (MAD) sebesar 91 %. Untuk

pengembangan kelembagaan melalui kerja

sama dengan pihak luar, sudah dilakukan

oleh sebagian UPK tetapi terbatas pada

kegiatan peningkatan kapasitas anggota

kelompok pemanfaat UPK. Kerjasama

program maupun pendanaan masih belum

pernah dilakukan (0%) penilaian kesehatan

UPK dalam bentuk Laporan Kesehatan UPK

telah dilakukan di semua UPK di Kabupaten

Probolinggo dan dilaksanakan tiap triwulan.

(90%).

Agenda Kegiatan Tahun Berjalan.

(a). Agenda yang telah dilakukan. (1)

Technical Assistance kepada FK dan UPK

dalam aspek perencanaan keuangan TA

2012, pelaporan keuangan (Buku kas,

buku Bank, Neraca, Laporan

Operasional, Laporan Perkembangan

Pinjaman, dan Laporan Kolektibilitas

Pinjaman, serta Rekonsiliasi Rekening) serta

aspek pengelolaan keuangan dan pengelolaan

pinjaman. (2) Technical Assistance kepada UPK

dalam penyusunan Laporan Microfinance dan

Laporan Dana Bergulir (Laporan pinjaman

bermasalah, Laporan Kegiatan Usaha

Kelompok, dan Laporan perkembangan

Kelompok). (3) Penyusunan Standard

Perencanaan Keuangan untuk Biaya

Operasional (BOP) dan Sisa Hasil Usaha

(SHU) UPK (4) Memberikan penguatan

kepada FK dalam teknik pemeriksaan

keuangan (auditing). (5) Pendampingan

dalam proses identifikasi dan tindaklanjut

penanganan masalah terkait dengan tunggakan

maupun penyalahgunaan yang telah muncul

dengan pola-pola penyelesaian yang telah diatur

dalam aturan program. Hal ini dilakukan untuk

mengantisipasi berkembangnya masalah

sehingga dapat diketahui akar permasalahan

serta untuk perumusan metode penanganan yang

akan dilakukan. (6) Memberikan penguatan

kapasitas dalam tindak lanjut hasil identifikasi

yaitu langkah-langkah lanjutan dalam

menentukan pola-pola penyelesaian pinjaman

bermasalah sehingga bisa

mengkategorikan kelompok berdasarkan

aspek kelembagaan dan aspek kemampuan

sampai usulan dan penetapan pola

penyelesaiannya (7) Memberikan peningkatan

kapasitas Tim Verifikasi Perguliran dalam

melaksanakan proses verifikasi yang seperti

diatur dalam program sehingga hal-hal yang

tidak diinginkan dalam pengelolaan dana

bergulir bisa diminimalisasikan (8)

Memberikan Peningkatan Kapasitas BP-

UPK dalam melaksanakan proses

pemeriksaan kepada UPK yang seperti diatur

dalam program sehingga hal-hal yang tidak

diinginkan dalam pengelolaan dana bergulir bisa

diminimalisasikan (9) Memberikan peningkatan

Kapasitas UPK selaku pengelola kegiatan di

PNPM-MPd khususnya dalam pengelolaan dana

bergulir serta persiapan-persiapan dalam

melaksanakan agenda kegiatan MAD

Pertanggungjawaban BKAD.

b. Agenda yang akan dilakukan

(1) Penguatan kelembagaan asosiasi UPK di

tingkat Kabupaten yang perlu diaktifkan

kembali karena di 2011 begitu padatnya

kegiatan sehingga kegiatan pertemuan

asosiasi UPK sulit direalisasikan. (2)

Pendampingan terhadap implementasi dari

perencanaan keuangan yang telah dibuat. (3)

Pendampingan dalam hal implementasi dalam

proses identifikasi/konfirmasi dan penanganan

masalah terkait tunggakan. (4) Review

dokumen-dokumen /output yang disepakati dan

ditetapkan di MAD Pertanggungjawaban UPK

2010 (5) Pendampingan dalam fasilitasi

identifikasi pinjaman bermasalah sebagai proses

penanganan pinjaman bermasalah (6) .

Page 21: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 21

Pendampingan dalam memfasilitasi tindak

lanjut penanganan masalah tunggakan maupun

penyalahgunaan dengan pola-pola

penyelesaian yang sesuai dengan aturan

program. (7) Penguatan kepada FK dalam

memfasilitasi BP-UPK dalam menjalankan

tugasnya sehingga meminimalisasi hal-hal yang

tidak diinginkan seperti yang terjadi di

Kabupaten Probolinggo tidak terulang dimasa

yang akan datang (8) Penguatan pada pelaku

yaitu peningkatan kapasitas UPK dan BP-UPK

(Lanjutan) yang dijadwalkan di bulan Maret

2012.

Permasalahan yang dihadapi. (1) Masih

rendahnya tingkat pemahaman pendamping

kecamatan (FK/FT) dan UPK dalam

pengelolaan dana bergulir. (2) sangat tingginya

tunggakan dan penyalahgunaan Dana Bergulir

dimasing-masing kecamatan.(3) Para fasilitator

kecamatan dan pengurus UPK belum secara

optimal melakukan pembinaan dan penguatan

kelompok yang sudah ada dan memperbanyak

kelompok-kelompok baru untuk mengakses

dana bergulir UPK sehingga menyebabkan iddle

money UPK sangat besar. (4) Belum

berperannya pengurusUPK dan BKAD secara

optimal, sehingga menyebabkan rendahnya

tingkat perguliran dan tingkat penegmbalian.(5)

masih ada ketakutan dari FK/FT serta UPK

terhadap macetnya dana di kelompok (6)

Adanya keputusan kepala desa yang tidak

merekomendasikan beberapa kelompok

peminjam yang berada di desanya. (7) masih

lemahnya fasilitas penanganan tunggakan serta

dukungan dari pelaku masyarakat maupun

birokrasi (8) perspektif kelompok dalam

pengembangan masih kurang.

Permasalahan yang paling dominan

adalah kegiatan Dana Bergulir yaitu adanya

tunggakan yang jumlahnya sangat besar dan jadi

penyebab adalah (1) Penyalahgunaan dana

bergulir oleh para pelaku ditingkat kecamatan

dan desa yang tersebar di 21 kecamatan. Modus

penyalahgunaan sangat bervariasi mulai dari

pembentukan kelompok fiktif, penggunaan

tabungan tanggung renteng, menggunakan

angsuran kelompok dengan tidak menyetorkan

ke UPK dan lain-lain. (2) Adanya tunggakkan

macet dikelompok yang lebih dari 6 bulan tidak

melakukan angsuran.

Berdasarkan permasalahan tersebut

diatas serta data laporan UPK, Tim Fasilitator

Kabupaten melakukan analisa masalah tersebut

dan melakukan beberapa langkah tahapan untuk

penanganan yaitu: (1) Koordinasi dan

konsolidasi kepada 'para pelaku kecamatan

(Camat, FK,FT, PjOK, BKAD, BP-UPK,

UPK) terhadap adanya tunggakan yang

ada dimasing-masing kecamatan; (2) Seluruh

Kecamatan membentuk Tim untuk melakukan

proses identifikasi terhadap tunggakan yang

terjadi dimasing-masing kecamatan; (3)

Kegiatan identifikasi dilakukan juga sosialisasi

kepada desa-desa terhadap jumlah tunggakan

yang ada;(4) Mengkoordinasikan dan

melibatkan seluruh kepala desa mulai dari

proses identifikasi hingga dalam pola

penanganan masalah yang ada; (5) Melakukan

MAD Khusus terhadap hasil identifikasi

dan menentukan pola-pola penyelesaian

terhadap hasil yang didapat dari kegiatan

identifikasi.

Kegiatan identifikasi dilakukan

sebagai dasar untuk mengetahui penyebab,

jumlah dana dan para pelaku yang

diindikasikan melakukan penyalahgunaan

dana. Kegiatan identifikasi diawali dengan

melakukan Inservice Training kepada FK

dan FT yang diharapkan dapat memfasilitasi

kegiatan identifikasi dilokasi kecamatan. Terkait

dengan munculnya permasalahan tunggakan

yang jumlahnya sangat besar, maka berdasarkan

hasil data laporan UPK, Tim Fasilitator

Kabupaten melakukan analisa masalah tersebut

dan melakukan beberapa langkah untuk

penanganan yaitu: (1) Fasilitator Kecamatan

melakukan langkah-langkah koordinasi

dengan melibatkan secara aktif pihak

Page 22: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

22 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

kecamatan (Camat), BKAD, BP-UPK,

UPK terhadap adanya tunggakan yang besar;

(Bulan Juli 2011).(2) Seluruh fasilitator

kecamatan membentuk Tim untuk melakukan

proses identifikasi terhadap tunggakan yang

terjadi dimasing-masing kecamatan di ikuti

dengan IST kepada FK & FT secara cluster

mulai tanggal 11 s/d 13 Agustus 2011

dalam hal penanganan tunggakan & Langkah-

langkah Teknis dalam melakukan Identifikasi

yang dilaksanakan serta ditindaklanjuti dengan

OJT kepada Tim Identifikasi di kecamatan

sebelum melaksanakan Identifikasi ke

kelompok di desa-desa;. (3) Dalam proses

identifikasi dilakukan sosialisasi kepada

desa-desa terhadap jumlah tunggakan yang

ada; (4) Melibatkan seluruh kepala desa mulai

dari proses identifikasi hingga dalam pola

penanganan masalah yang ada. (4) Melakukan

MAD Khusus terhadap hasil identifikasi

dan menetapkan pola-pola penyelesaian

terhadap hasil yang didapat dari kegiatan

identifikasi. (5) Langkah-langkah tersebut

disampaikan dengan pola IST (11 s/d 13

Agustus 2011), dari tindaklanjut terhadap IST

tersebut seluruh kecamatan melakukan

koordinasi kepada pihak kecamatan (Camat,

PjOK) BKAD, BP-UPK, UPK). Dari hasil

identifikasi yang telah dilakukan berdasarkan

data hasil rekapitulasi yang telah dilakukan

dimasing-masing kecamatan, terdapat 21

kecamatan yang telah melaporkan,

Rekapitulasi Hasil Identifikasi yang

masuk kategori pinjaman bermasalah

(Kolektibilitas I// – Kolektibilitas V).

ditemukan hasil adanya penyalahgunaan

dana oleh pengurus UPK , pengurus

kelompok, Kepala Desa , KPMD, TPK, serta

masyarakat lain, total penyalahgunaan dana

sebesar Rp. 3.390.369.703. hanya kecamatan

Dringu yang tidak terdapat penyalahgunaan

dana.

Dari hasil identifikasi yang

dilakukan, maka FK dan FT memfasilitasi

kegiatan MAD Khusus guna menginfomasikan

kepada masyarakat terkait dengan permasalahan

yang muncul serta menentukan langkah-

langkah penanganan sesuai dengan yang

direkomendasikan oleh program. Masing-

masing kecamatan memutuskan pola

penanganan masalah yang ada mulai dari

proses penagihan, kompensasi, penjadwalan

ulang, restrukturisasi, hingga masalah hukum.

Total penyalahgunaan yang ditemukan Rp.

3.390.369.703,- sampai bulan ini terdapat

pengembalian Rp. 1.155.581.250,- sehingga sisa

dana yang masih disalahgunakan Rp.

2.234.88.453,-.

Terkait dengan penanganan masalah

nilai penyimpangan dana yang begitu besar

tentu saja tidak dapat diselesaikan dalam

waktu yang singkat, sehingga proses

monitoring dan evaluasi terhadap

perkembangan penanganan masalah terus

dilakukan, kegiatan evaluasi memperhatikan

terhadap pola penyelesaian serta target

capaian yang didapat pada setiap minggunya.

Kegiatan evaluasi juga dimaksudkan untuk

mendapat alat ukur terhadap pola

penyelesaian yang telah ditetapkan.

Dari proses penanganan yang

dilakukan dilapangan ada beberapa hal yang

perlu dipertimbangkan yaitu: (1) Belum

dipatuhinya oleh desa terkait dengan

keputusan MAD yang telah disepakati terkait

dengan tingkat pengembalian dana bergulir,

serta keputusan terhadap pola-pola

penanganan yang telah ditetapkan; (2) Peran

kelembagaan BKAD, dalam hal ini BP-

UPK sebagai lembaga pengawas yang

berbasis partisipasi masyarakat belum secara

optimal menjadi lembaga yang dapat

memberikan ruang kontrol masyarakat

dalam penyelenggaraan program, serta

komunikasi yang kurang efektif antara

kelembagaan BKAD dengan Desa; (3)

Lemahnya kompetensi serta kurang

perdulinya pengurus UPK terhadap

Page 23: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 23

permasalahan yang ada, sehingga

permasalahan yang muncul diasumsikan

sebagai masalah fasilitator, dan tugas

fasilitator yang harus menangani dan

menyelesaikan; (4) Kurang berfungsinya

ranah pembinaan kelompok-kelompok SPP

dan UEP oleh UPK, sehingga hubungan UPK

dan kelompok "berhenti" pada hubungan

peminjam dan yang meminjami dana

(Hubungan Hutang Piutang), ikatan-

ikatan yang membangun hubungan

emosional yang sating memperkuat posisi dan

peran UPK dan Kelompok tidak pernah

dilakukan, sehingga permasalahan yang

terjadi dikelompok sulit dipahami dan bahkan

tidak diketahui oleh UPK, sehingga kontrol

UPK terhadap perkembangan kelompok tidak

ada;(5) Pengendalian dan pengawasan

terhadap mekanisme pengelolaan dana

oleh fasilitator masih sangat kurang, dan

pembinaan terhadap UPK masih belum

dijalankan dengan balk; (6) Perlunya

mengkaji lebih dalam efektivitas pola

penyelesaian yang ditetapkan dengan

kondisi masalah dan karakter masyarakat,

sehingga perlunya langkah- langkah

alternatif yang dapat dipilih diluar pola

penyelesaian yang dimandatkan oleh

program; (7) Perlunya pendekatan-pendekatan

khusus terhadap masalah penyimpangan dana

yang dilakukan oleh kepala desa, karena

dampak politiknya terhadap situasi yang

dipilih apabila dalam pola penyelesaian

kurang tepat dapat mempersulit

penanganan masalah yang ada;

Proses pemberdayaan merupakan

proses pembelajaran secara terus menerus

dan menjadi nilai yang sangat penting, dimana

proses pembelajaran diharapkan memunculkan

kesadaran barn akan pentingnya sebuah

perubahan, penyadaran kepada masyarakat

yang tidak pernah berhenti merupakan

proses yang harus terus dilakukan, hal ini

untuk memunculkan kesiapan masyarakat

ketika diberi ruang dalam proses

pembangunan, d imana ket er l iba t an

akt i f dalam pembangunan bukanlah

sebuah p roses yang sederhana, akan

te tap i membutuhkan prosedur, biaya dan

waktu, sehingga program memang telah

mengisyaratkan bahwa adanya sistem

pembangunan yang berbasis masyarakat tentu

saja tidak lepas dari problem-problem

yang muncul dimasyarakat. Munculnya

permasalahan dimasing-masing kecamatan

terkait dengan lemahnya peles tar ian

terhadap seluruh asset baik sarana

maupun dana bergul ir menunjukkan sistem

pengawasan masih belum berfungsi dengan

baik, dan hal tersebut harus disadari sebagai

bagian dari proses pembelajaran bagi kita

semua, khususnya bagi pelaku masyarakat

dalam menjalankan fungsinya dalam

pelestarian semua asset yang ada paska

program, dimana pendamping/konsultan tidak

ada, sehingga problem-problem tersebut harus

diselesaikan oleh lembaga atau masyarakat.

(2)Kegiatan sarana prasarana dasar.

Untuk kegiatan di bidang prasarana/ sarana

sendiri menghasilkan 437 usulan

prasarana/sarana dasar perdesaan yang

paling dibutuhkan masyarakat, seperti Jalan,

Sarana air bersih, Jembatan, Irigasi dan Gedung

sekolah. Di Kabupaten ini, usulan

masyarakat di bidang Sarana – Prasarana

Fisik mendominasi kegiatan PNPM Mandiri

perdesaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa

pada saat program ini berjalan, masyarakat

masih sangat membutuhkan pengadaan. Dari

usulan kegiatan tersebut diatas, terdapat 259

kegiatan sarpras dari 94 desa yang dapat

terdanai. Progres kegiatan sarpras hingga akhir

Maret 2012 untuk kemajuan pekerjaan fisik

sudah mencapai 99,8%.

(3) Kegiatan Peningkatan Pelatihan

Kapasitas Masyarakat. Kegiatan yang

terkait dengan peningkatan kapasitas

masyarakat, yaitu Kecamatan Paiton yaitu

Page 24: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

24 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

Pelatihan dan Penyuluhan sebanyak 6 usulan

sedangkan Kecamatan Lumbang hanya 1 usulan

kegiatan pelatihan.

Kegiatan Bidang Kesehatan

Masyarakat. Khusus bidang kesehatan terdapat

7 usulan kegiatan pemberian makanan

tambahan untuk balita.Sampai akhir Pebruari

2012 sudah mulai dilaksanakan. Sedangkan

untuk sarana prasarana kesehatan (air bersih

dan gedung polindes) hingga akhir Maret 2011

baru mencapai 100 %.

(4)Pelaksanaan Kegiatan

Pendukung Program. Kelembagaan di

Tingkat Kecamatan yang dibentuk di Forum

MAD adalah BKAD dari 23 Kecamatan yang

mendapat alokasi PNPM-MPd (Kecamatan

. Kraksaan dan Kecamatan Besuk T.A 2009

Phase Out ) yang telah terbentu BKAD ada 22

Kecamatan kecuali Kecamatan Besuk yang

belum terbentuk. UPK ada pads 23 Kec

hanya 1 Kec.besuk yang pasif karena

pendapatan tidak mencukupi untuk

pembiayaan operasional mereka. BP UPK

Kecamatan sudah ada pads 23 Kecamatan dan

Tim Verifikasi perguliran. Keberadaan

Kelembagaan BKAD dan BP UPK, belum

semua mampu melaksanakan

perannya,sehingga aktifitasnya masih pads

fasilitasi pelaksanaan MAD. Kecamatan

yang sudah aktif kelembagaannya baru yaitu

Paiton, Pakuniran, Banyuanyar, Krucil,

Maron, Sumber, Tiris, Tegalsiwalan,

Krejengan. sedangkan untuk Kec.baru

menjelang MAD pertanggungjawaban

yang lalu yaitu Dringu, Gending

Sukapura, Lumbang, Tongas, Leces,

Kuripan. Sedangkan 3 kecamatan baru

yang lain masih pasif. Untuk kegiatan

kelembagaan belum nampak ada kemajuan

yang signifikan. Kegiatan BKAD dan BP-

UPK masih pads kegiatan rutin berpartisipasi

dalam MAD, sedangkan dalam hal

pemeriksaan ke UPK dan peranan dalam

penanganan masalah tunggakan belum

nampak. Pada bulan Juni 2010 di

Kecamatan Wonomerto dan Kecamatan

Sumber mulai dirintis penguatan fungsi

kelembagaan, yaitu dengan melibatkan

pengurus BKAD dan BP-UPK dalam tim

identifikasi permasalahan tunggakan. Di

Kecamatan Wonomerto membuahkan hasil

yang cukup signifikan dengan capaian

angsuran tunggakan sebesar 69% (Lebih

kurang 170 juta). Sedangkan di

Kecamatan Sumber BKAD bersama

dengan Tim Penyelesaian Masalah (TPM)

telah melakukan tindakan secara cepat dan

koordinasi dengan lintas pelaku lainnya

untuk melakukan identifikasi

penyalahgunaan dana oleh mantan Bendahara

dan Ketua UPK yang telah menyelewengkan

dana sebesar Rp. 237.797.573,- dimana hingga

saat ini dana sudah dikembalikan sebesar Rp.

211,438,800.

PEMBAHASAN.

Pendidikan ekonomi merupakan usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik/masyarakat secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan untuk

memanfaatkan sumber daya produksi yang

langka untuk menghasilkan barang atau jasa dan

mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi

maupun produksi lebih lanjut.

Konsep pendidikan ekonomi diatas

mengandung makna adanya pemberdayaan

masyarakat dibidang ekonomi agar masyarakat

yang diberdayakan itu mempunyai kekuatan

atau “daya” atau mempunyai kemampuan untuk

hidup layak sama dengan temannya sesama

manusia.

Menurut Merriam Webster dan Oxford

English Dictionary dalam Mardi Yatmo Hutomo

(2000:1), kata empower mengandung dua

Page 25: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 25

pengertian, yaitu (1) to give power atau

authority to atau memberi kekuasaan,

mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan

otoritas ke pihak lain; (2) to give ability to atau

enable atau usaha untuk memberi kemampuan

atau keperdayaan.

Terdapat 4 konsep pemberdayaan

ekonomi menurut Sumodiningrat (1999) seperti

yang dikutip oleh Mardi Yatmo Hutomo

(2000:6), secara ringkas dapat dikemukakan

sebagai berikut: (1) Perekonomian rakyat adalah

perekonomian yang diselenggarakan oleh

rakyat. Perekonomian yang diselenggarakan

oleh rakyat adalah perekonomian nasional yang

berakar pada potensi dan kekuatan masyarakat

secara luas untuk menjalankan roda

perekonomian mereka sendiri; (2)

Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha

untuk menjadikan ekonomi yang kuat, besar,

modern, dan berdaya saing tinggi dalam

mekanisme pasar yang benar. Karena kendala

pengembangan ekonomi rakyat adalah kendala

struktural, maka pemberdayaan ekonomi rakyat

harus dilakukan melalui perubahan struktural;

(3) Perubahan struktural yang dimaksud adalah

perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi

modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi kuat,

dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar, dari

ketergantungan ke kemandirian. Langkah-

langkah proses perubahan struktur, meliputi: (a)

pengalokasian sumber pemberdayaan

sumberdaya; (b) penguatan kelembagaan; (c)

penguasaan teknologi; (d) pemberdayaan

sumberdaya manusia. (4) Pemberdayaan

ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan

peningkatan produktivitas, memberikan

kesempatan berusaha yang sama, dan hanya

memberikan suntikan modal sebagai stimulan,

tetapi harus dijamin adanya kerjasama dan

kemitraan yang erat antara yang telah maju

dengan yang masih lemah dan belum

berkembang; (5) Kebijakannya dalam

pembedayaan ekonomi rakyat adalah: (a)

pemberian peluang atau akses yang lebih besar

kepada aset produksi (khususnya modal); (b)

memperkuat posisi transaksi dan kemitraan

usaha ekonomi rakyat, agar pelaku ekonomi

rakyat bukan sekadar price taker; (c) pelayanan

pendidikan dan kesehatan; d)penguatan industri

kecil; (e) mendorong munculnya wirausaha

baru; dan (f) pemerataan spasial; (6) Kegiatan

pemberdayaan masyarakat mencakup:a)

peningkatan akses bantuan modal usaha; b)

peningkatan akses pengembangan SDM; dan c)

peningkatan akses ke sarana dan prasarana yang

mendukung langsung sosial ekonomi

masyarakat lokal.

Menurut Ginandjar Kartasasmita

(1996), pemberdayaan ekonomi rakyat adalah

Upaya yang merupakan pengerahan sumber

daya untuk mengembangkan potensi ekonomi

rakyat untuk meningkatkan produktivitas rakyat

sehingga, baik sumber daya manusia maupun

sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat,

dapat ditingkatkan produktivitasnya.

Dari berbagai pandangan mengenai

konsep pemberdayaan, maka dapat disimpulkan,

bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat

adalah penguatan pemilikan faktor-faktor

produksi, penguatan penguasaan distribusi dan

pemasaran, penguatan masyarakat untuk

mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan

penguatan masyarakat untuk memperoleh

informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang

harus dilakukan secara multi aspek, baik dari

aspek masyarakatnya sendiri, maupun aspek

kebijakannya.

Berdasar pada konsep diatas maka

pelaksanaan PNPM MPd di Kabupaten

Probolinggo merupakan aplikasi dari

pendidikan ekonomi masyarakat yang dilakukan

bersama antara pemerintah dan masyarakat.

Namun demikian masih banyak kendala seperti

berikut ini.

Pelaksanaan PNPM MPd. Sekitar 89

% dari desa meminta pembangunan

infrastruktur untuk kategori program open menu

(pilihan terbuka) dan 11% mengajukan usulan

Page 26: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

26 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

kegiatan noninfrastruktur, yakni pelatihan

pengembangan industri rumah tangga.

Infrastruktur yang dibangun berupa jalan desa,

jembatan desa, sistem irigasi, plengsengan,

bangunan sekolah, dan posyandu. Alasan

permintaan pembangunan infrastruktur ini

disebabkan oleh (1) masih kurang atau belum

ada ketersediaan infrastruktur di wilayah

penelitian; (2) PNPM dianggap sebagai program

untuk masyarakat umum; (3) warga ingin

menetralisasi dampak negatif program

bersasaran seperti Bantuan Langsung Tunai

(BLT), Beras untuk Rumah Tangga Miskin

(Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH),

dan Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas); dan (4) adanya bias kelompok

elite dan nonmiskin dalam pengambilan

keputusan.

Program Simpan Pinjam Perempuan

(SPP) dianggap memberikan manfaat yang

besar dalam (1) mengembangkan usaha

penerima, (2) menambah kapasitas keuangan

keluarga, dan (3) menggeser keberadaan

rentenir. Penerima program menggunakan dana

SPP untuk mengembangkan usaha lama dan

membina usaha baru. Pelaksana program

memang mensyaratkan bahwa calon penerima

harus sudah memiliki usaha terlebih dahulu.

Sebagian kecil dana SPP digunakan untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga yang

mendesak. SPP juga dianggap berperan

mengurangi ketergantungan warga pada rentenir

karena SPP menawarkan bunga yang kompetitif

dan prosedur yang tidak berbelit-belit bagi calon

peminjam yang sudah memiliki usaha.

Akses rumah tangga miskin terhadap

SPP dibatasi oleh pelaksana PNPM dengan cara

menerapkan syarat yang berat karena pelaksana

PNPM khawatir bahwa mereka tidak mampu

mengembalikan pinjaman. Selain itu, terdapat

kasus ”pencatutan” nama warga miskin oleh

orang-orang tertentu untuk mencairkan dana

pinjaman, yakni dengan memasukkan nama-

nama penduduk miskin ke dalam daftar anggota

kelompok yang mengajukan proposal SPP.

Namun, dana tersebut kemudian dimanfaatkan

bukan oleh warga miskin, melainkan oleh warga

lain yang justru tergolong tidak miskin.

Penyaluran dana SPP dianggap oleh

sebagian besar pelaksana program di desa dan

aparat desa sebagai bagian dari syarat untuk

mendapatkan program open menu. Oleh karena

itu, masyarakat berusaha keras untuk

merealisasikannya termasuk dengan cara

memanipulasi pelaksanaannya. Misalnya,

banyak kelompok usaha yang mengajukan

pinjaman SPP merupakan kelompok usaha

instan/fiktif yang dibentuk sekadar untuk

mendapatkan pinjaman, penggunaan tabungan

tanggung renteng, menggunakan angsuran

kelompok dengan tidak menyetorkan ke UPK,

nama penduduk miskin dipinjam untuk

dimasukkan sebagai calon penerima SPP dan

setelah dana turun, dana tersebut diberikan

kepada warga nonmiskin.

Keterlibatan masyarakat desa dalam

pengambilan keputusan terkait program open

menu maupun SPP secara umum masih sebatas

instrumental, yaitu sebatas memenuhi

persyaratan formal program. Meningkatnya

kehadiran warga dalam pertemuan- pertemuan

PNPM tidak sepenuhnya mampu mengubah

dominasi elite desa dalam proses pengambilan

keputusan. Masyarakat kelompok miskin pada

khususnya, masih pasif dalam proses tersebut.

Kondisi demikian terjadi akibat beberapa faktor

seperti (1) hubungan kekerabatan, (2) hubungan

patronase, (3) pihak elite desa belum

sepenuhnya menerapkan asas demokrasi, dan

(4) sikap elite desa yang masih menempatkan

diri sebagai pihak yang lebih superior daripada

masyarakat yang lain. Keseluruhan faktor ini

mengakibatkan tidak adanya posisi kesetaraan

antara elite desa dan masyarakat dalam proses

pengambilan keputusan.

Meningkatnya partisipasi perempuan

dalam proses perencanaan dan pelaksanaan

PNPM belum bisa menghilangkan dominasi

Page 27: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 27

laki-laki. Dominasi laki-laki hanya berkurang

pada forum yang khusus dibuat untuk

perempuan, yaitu musyawarah penggalian

gagasan perempuan yang akan menghasilkan

usulan SPP serta satu usulan lain untuk program

open menu. Namun, dalam pertemuan khusus

itu, bukan berarti dominasi laki-laki tidak ada.

Keputusan final untuk usulan-usulan dari

kelompok perempuan itu ditetapkan di tingkat

desa, di forum ini yang mengambil keputusan

adalah elite desa yang sebagian besarnya adalah

laki-laki.

Pada umumnya tidak ada konflik serius

yang terkait dengan pelaksanaan PNPM. Namun

demikian masih ada kejadian yang berpotensi

konflik seperti konflik kepentingan antara

pemerintah desa dan tim pelaksana kegiatan

(TPK), antara TPK dan masyarakat, dan antara

kelompok penduduk asli dan pendatang dari

daerah lain, serta konflik terkait pengadaan

barang dan jasa. Hal ini terjadi karena

kurangnya pemahaman terhadap program,

kurangnya sosialisasi, dan kurangnya koordinasi

dengan atau pelibatan pihak yang relevan dalam

pelaksanaan program.

Fasilitator kecamatan beranggapan

bahwa beban kerja yang diberikan kepada

mereka tidak berimbang dengan sumber daya

yang ada. Ada fasilitator yang memiliki wilayah

kerja kurang dari 10 desa, tetapi ada juga

fasilitator yang memiliki tanggung jawab

memfasilitasi lebih dari 50 desa sebagaimana

terjadi di salah satu kecamatan. Selain itu,

fasilitator juga beranggapan bahwa beban kerja

teknis dan administratif berupa penulisan

laporan bulanan sangat memakan waktu

sehingga tugas fasilitasi mereka tidak dapat

dijalankan dengan maksimal.

Fasilitator kecamatan juga menganggap

perlu adanya fasilitator khusus bagi

pemberdayaan peminjam SPP. Alasannya,

selain karena beban kerja mereka yang sangat

banyak, juga karena tidak semua fasilitator

pemberdayaan di kecamatan memiliki keahlian

terkait pemberdayaan kredit mikro. Meskipun

sudah ada fasilitator kredit mikro di tingkat

kabupaten, peran mereka sebenarnya lebih

dibutuhkan di tingkat kecamatan.

Pemerintahan, Partisipasi, dan

Representasi dalam Pembuatan Kebijakan.

Pengambilan keputusan di tingkat desa

umumnya hanya melibatkan elite desa, yakni

perangkat desa dan tokoh-tokoh masyarakat.

Elite desa dan sebagian besar masyarakat

menilai mekanisme itu sudah mewakili

masyarakat secara umum. Jika masyarakat

umum hadir dalam proses tersebut, mereka pada

umumnya hanya menjadi peserta pasif, yakni

mendengarkan atau menyetujui keputusan elite

desa. Sebagian warga, terutama kaum miskin,

bahkan tidak mau hadir dalam pertemuan

semacam itu karena merasa inferior. Selain itu,

ketidakhadiran warga juga disebabkan oleh

adanya sikap apatis, waktu pertemuan yang

kurang sesuai dengan jadwal aktivitas warga,

atau tidak mendapatkan undangan. Dalam

pengambilan keputusan di tingkat desa,

perempuan sering kali hanya diwakili oleh

lembaga-lembaga formal yang dianggap

mewakili perempuan. Akibatnya, proporsi

keterwakilan perempuan selalu jauh lebih

rendah dibandingkan laki-laki. Meskipun

demikian, dibandingkan dengan kondisi tahun-

tahun sebelumnya, jumlah perempuan yang

hadir dalam pengambilan keputusan desa secara

umum mengalami peningkatan. Namun,

peningkatan kehadiran perempuan tersebut tidak

banyak berarti dalam mengubah dominasi laki-

laki dalam proses pengambilan keputusan.

Selain kalah secara jumlah, ada pandangan

bahwa kepemimpinan adalah tanggung jawab

laki- laki sehingga merekalah yang

memutuskan, bukan perempuan.

Sistem perwakilan tidak berfungsi

dengan baik, terlihat dari tiadanya mekanisme di

tingkat RT untuk menyerap aspirasi warga atau

menyampaikan berbagai hasil pertemuan di

tingkat desa. Tidak adanya pertemuan untuk

Page 28: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

28 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

menyerap aspirasi warga terjadi karena para

elite desa mengaku sudah mengetahui persoalan

warga, bahkan mereka merasa jauh lebih tahu

daripada warga sendiri sehingga pertemuan

untuk menyerap aspirasi warga dianggap tidak

perlu. Tidak adanya mekanisme untuk

menyampaikan hasil pertemuan di tingkat desa

kepada warga terjadi karena elite desa

menganggap bahwa tidak semua keputusan dan

informasi tersebut harus disampaikan kepada

masyarakat, apalagi kalau hal itu menyangkut

keuangan. Selain itu, penyebab lainnya adalah

warga sendiri sangat jarang menanyakan

informasi, keputusan, dan kegiatan di tingkat

desa kepada aparat. Kalaupun ada informasi

yang disampaikan kepada warga, biasanya hal

itu dilakukan melalui pertemuan informal di

desa seperti pada acara arisan, pengajian, dan

halal bihalal.

Warga desa pada umumnya bersikap

pasif terhadap berbagai informasi tentang

pembangunan, kecuali informasi menyangkut

program bantuan langsung seperti Raskin dan

BLT. Di tingkat desa atau dusun, informasi

tentang pembangunan biasanya disampaikan

secara lisan dan berjenjang, yakni dari kepala

desa ke kepala dusun /RW/RT dan selanjutnya

turun ke warga. Jenis informasi yang sampai

kepada masyarakat umumnya adalah informasi

tentang bentuk kegiatan dan pelaksanaannya,

sementara informasi mengenai dana atau

anggaran kegiatan suatu program jarang

disampaikan kepada publik. Selain itu,

informasi yang disampaikan pemerintah desa

umumnya sering kali bersifat instruktif atau

upaya memobilisasi warga, seperti

pengumuman tentang pelaksanaan kerja bakti.

Jika ada hal-hal yang dirasa kurang

memuaskan atau bermasalah, pada umumnya

masyarakat tidak mengungkapkan keluhan atau

ketidakpuasannya kepada pemerintah desa.

Mereka hanya membicarakannya dengan

sesama warga atau tokoh masyarakat. Hanya

sedikit masyarakat yang mau dan berani

menyampaikannya ke pemerintah desa. Kondisi

ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti adanya

perasaan segan/sungkan, takut kepada aparat

desa, serta sikap apatis karena keluhan yang

pernah disampaikan tidak pernah ditanggapi.

Secara umum, model partisipasi yang

diterapkan PNPM tidak berdampak signifikan

terhadap pemerintahan (partisipasi, transparansi,

akuntabilitas) di tingkat desa. Hal ini terlihat

pada perbandingan antara desa yang telah

menerima program PNPM sejak 2002, desa

yang menerimanya pada 2007, dan desa yang

baru menerimanya pada 2009. Hanya ada satu

desa yang melaporkan adanya dampak PNPM

terhadap kegiatan lain di luar PNPM. Di desa-

desa lain, partisipasi atau transparansi

sebagaimana diterapkan PNPM dianggap

sebagai kekhususan PNPM yang tidak harus

serta-merta diterapkan dalam program lain.

Tidak berdampaknya PNPM terhadap

tata pemerintahan secara umum, antara lain,

disebabkan oleh beberapa hal berikut: (1)

besarnya dominasi elite serta kurangnya inisiatif

warga sehingga membuat status quo selalu

mapan; (2) tidak adanya jaminan (insentif) bagi

aparat maupun warga bahwa jika mereka

menduplikasi mekanisme yang dijalankan

PNPM pada kegiatan atau program di desa,

mereka akan mendapatkan sesuatu, seperti

proyek; dan (3) ada indikasi kecenderungan

warga dan aparat terhadap sikap normatif. Jika

ketentuan program atau kegiatan tertentu tidak

mensyaratkan partisipasi, transparansi, dan

akuntabilitas, mereka pun tidak akan

menuntutnya. Faktor yang mempengaruhi

partisipasi masyarakat dalam suatu program

juga dapat berasal dari unsur luar/lingkungan.

Kemiskinan dan Dinamikanya.

Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan

kemiskinan adalah (1) adanya lapangan kerja

baru atau perluasan kesempatan kerja (2)

pemekaran daerah yang menciptakan pusat-

pusat pertumbuhan ekonomi baru; dan (3)

pembukaan pabrik baru di lingkungan

Page 29: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 29

komunitas. Faktor lain yang lebih umum adalah

semakin membaiknya infrastruktur jalan

perdesaan, meningkatnya produktivitas

pertanian, serta kontribusi berbagai bantuan

pemerintah. Dalam hal ini, peran PNPM

sebagian besar bersifat tidak langsung, yaitu

dengan menyediakan infrastruktur umum,

seperti jalan dan jembatan, serta infrastuktur

pertanian, seperti system irigasi dan jalan usaha

tani.

Penentu dinamika kemiskinan adalah

faktor ekonomi, sosial, kelembagaan

masyarakat dan pemerintahan, keberpihakan

pemerintah, dan penetapan sasaran program.

Faktor ekonomi seperti naik turunnya harga

komoditas pertanian/perkebunan/ nelayan

maupun harga kebutuhan pokok serta berbagai

bantuan pemerintah memiliki peran terbesar

dalam kasus sebagian rumah tangga miskin

yang kondisi kesejahterannya naik turun dalam

dua tahun terakhir.

Keadaan tetap miskin kelompok

masyarakat miskin secara umum disebabkan

oleh tidak adanya kemampuan dan modal untuk

meningkatkan taraf kehidupannya. Secara lebih

spesifik, hal itu disebabkan oleh (1)

keterbatasan lapangan kerja alternatif selain

pekerjaan yang telah mereka geluti, yaitu

bertani; (2) kualitas sumber daya manusia yang

rata-rata di bawah SMP dan hanya memiliki

keahlian tradisional (bertani, nelayan, atau

bertukang); dan (3) kekurangan modal, terutama

modal uang. Khusus untuk modal, meski sudah

terdapat banyak bantuan pinjaman modal,

bantuan yang dibutuhkan warga miskin adalah

bantuan yang tidak harus dikembalikan, alias

bantuan langsung tunai. Faktor lain yang juga

penting menurut warga adalah sikap mental

yang tidak berorientasi pada kemajuan tetapi

merasa cukup dengan apa yang sudah ada,

faktor usia yang sudah lanjut sehingga tidak bisa

lagi produktif secara ekonomi, status janda yang

tidak mandiri secara ekonomi (tidak memiliki

pekerjaan sendiri), dan kenaikan biaya hidup.

PNPM dinilai cukup membantu karena

ikut menyediakan tambahan dan/atau perbaikan

terhadap berbagai sarana tersebut, termasuk

perbaikan infrastruktur jalan. Selain itu,

peningkatan infrastruktur jalan yang difasilitasi

oleh PNPM juga dinilai membantu

meningkatkan ekonomi masyarakat. Meskipun

demikian, masih ada sebagian masyarakat yang

masih mengalami kesulitan dalam mengakses

fasilitas umum. Ini disebabkan, antara lain, oleh

(1) ketersediaan sarana dan prasarana yang

masih kurang, (2) tidak adanya transportasi

umum untuk menjangkaunya, dan (3) tidak

adanya layanan yang berkualitas serta memadai

terutama dalam hal layanan kesehatan.

Secara umum masyarakat menilai

bahwa kualitas pelayanan umum masih kurang

baik. Sebagai contoh di bidang kesehatan,

warga pemegang kartu Jamkesmas merasa

kurang diperhatikan dibandingkan dengan

pasien umum. Di beberapa desa, pelayanan

administrasi kependudukan, terutama KTP dan

KK, dianggap semakin sulit karena harus

mengeluarkan biaya pengurusan.

Dinamika Kebutuhan dan

Pemenuhannya. Kebutuhan utama warga

miskin adalah lapangan kerja, bantuan modal,

dan pelatihan keterampilan, pemasaran dan

akses atau hubungan. Setelah itu menyusul

kebutuhan beasiswa pendidikan, kesehatan

gratis, dan infrastruktur penunjang mata

pencaharian warga (seperti irigasi dan jalan

usaha tani). Sebagian besar kebutuhan tersebut

sudah pernah dicoba untuk dipenuhi, terutama

oleh pemerintah dan juga kelompok masyarakat

sendiri. Namun usaha tersebut belum bisa

memenuhi kebutuhan masyarakat karena (1)

program yang ada tidak memadai untuk

memenuhi kebutuhan warga; (2) ada kondisi-

kondisi sosial-budaya di desa seperti

kecemburuan sosial dan bias elite atau

kelompok nonmiskin; dan (3) adanya

penyimpangan atau kurangnya efektivitas

Page 30: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

30 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

pelaksanaan program yang mengurangi dampak

program dalam memenuhi kebutuhan desa.

PNPM-Perdesaan jarang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan utama warga

miskin. Program open menu PNPM lebih

banyak diarahkan untuk pembangunan

infrastruktur yang bersifat umum dan tidak

bersentuhan dengan kepentingan utama warga

miskin. Hal ini dikarenakan PNPM dipandang

sebagai program pembangunan desa untuk

kepentingan seluruh warga, bukan program

untuk warga miskin. Program SPP bisa

memenuhi sebagian kebutuhan modal, tetapi

warga miskin kesulitan mengaksesnya karena

ada syarat yang sulit dipenuhi warga miskin,

yaitu syarat ”produktif” yang di tingkat desa

diterjemahkan sebagai memiliki usaha,

sementara kebanyakan rakyat miskin tidak

mempunyai usaha apapun.

PNPM belum berhasil memberdayakan

masyarakat desa sepenuhnya. Hal ini

disebabkan (1) struktur kekuasaan di desa yang

sangat timpang karena adanya dominasi elite

desa sehingga warga miskin menjadi sangat

termarginalkan; (2) model pemberdayaan

PNPM menjadi sangat mekanistik dalam

pelaksanaannya: fasilitator hanya sekadar

memastikan terlaksananya tahapan-tahapan

program, tanpa ada usaha lebih jauh untuk

“menyadarkan” dan “meningkatkan kapasitas”

masyarakat terkait tujuan program untuk

mendorong terciptanya tata pemerintahan yang

baik (partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas)

serta meningkatkan kemampuan ekonomi

masyarakat dengan berbasiskan kemandirian;

(3) adanya kasus ketidaksesuaian antara

mekanisme program dan karakteristik budaya

lokal: PNPM mendorong partisipasi individual

dalam kegiatan program maupun dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa (4) kurang

efektifnya kerja fasilitator karena terlalu

banyaknya pekerjaan teknis dan administratif;

dan (5) sebagian fasilitator tidak berkualitas dan

tidak berpengalaman, serta sering terjadinya

rotasi wilayah bagi fasilitator dan tingginya

pergantian fasilitator.

Berdasar kenyataan diatas maka yang

lebih penting lagi adalah memperbaiki

budaya/kebiasaan perwakilan partisipatif oleh

kaum elite desa. Budaya perwakilan dalam

setiap kegiatan sangat merugikan keluarga

miskin, karena seringkali hasil keputusan tidak

mewakili kepentingan rakyat miskin.

Upaya pemberdayaan ekonomi

masyarakat tidak terlepas dari perluasan

kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan

masyarakat. Terkait dengan pemberdayaan

masyarakat dalam memperluas kesempatan

kerja, maka dipengaruhi salah satunya oleh

kebijakan pengembangan Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM). Pengembangan

UMKM terutamaUsaha kecil Menengah (UKM)

memiliki potensi yang strategis dalam rangka

pemberdayaan masyarakat, mengingat

pertumbuhan dan aktifnya sektor riil yang

dijalankan oleh UKM mampu memberikan nilai

tambah bagi masyarakat, yaitu tersedianya

lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan.

Hal ini menunjukkan bahwa kelompok UKM

dapat menjadi penyeimbang pemerataan dan

penyerapan tenaga kerja.

Berkaitan dengan upaya pemberdayaan

ekonomi masyarakat, maka pelaksanaan PNPM

MPd harus bekerjasama dengan berbagai Dinas

terkait seperti Dinas Perdagangan dan Industri,

Dinas Koperasi, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan, Dinas Perikanan dan

Kelautan, Dinas Kesehatan dan Dinas terkait

yang lain.

Kerjasama dan saling koordinasi

dengan dinas terkait akan mempercepat proses

pemberdayaan masyarakat karena tiap-tiap

dinas mempunyai program yang hampir sama

yang bisa mendukung pelaksanaan PNPM MPd.

Sebagai contoh beberapa kegiatan pokok yang

dilakukan Dinas Koperasi dan UKM terhadap

UKM antara lain:

(1) Program pengembangan sistem

Page 31: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 31

pendukung usaha UKM. Kegiatan pokok

yang akan dilaksanakan melalui program ini,

yaitu: a) sumber pembiayaan, khususnya skim

kredit investasi dan penyediaan skim

pembiayaan ekspor melalui lembaga modal

ventura dan lembaga non bank lainnya, terutama

yang mendukung UKM; b) Penguatan jaringan

pasar domestik produk-produk UKM melalui

pengembangan lembaga pemasaran,

jaringan/kemitraan usaha, dan sistem transaksi

usaha yang bersifat on-line, terutama bagi

komoditas unggulan berdaya saing tinggi;

c)Penguatan infrastruktur pembiayaan bagi

petani dan nelayan di perdesaan dan

pengembangan skim-skim pembiayaan alternatif

seperti sistem bagi hasil dana bergulir, sistem

tanggung renteng atau jaminan tokoh

masyarakat setempat sebagai pengganti agunan,

penyuluhan perkoperasian kepada masyarakat

luas; d) Fasilitasi pengembangan skim

penjaminan kredit melalui kerjasama bank dan

lembaga asuransi, dan fasilitasi bantuan teknis

kepada BPR dan Konsultan Keuangan Mitra

Bank (KKMB) untuk meningkatkan penyaluran

kredit bagi sektor pertanian; e)Penyediaan

dukungan pengembangan usaha mikro

tradisional dan pengrajin, melalui pendekatan

pembinaan sentra-sentra produksi/klaster

disertai dengan dukungan penyediaan

infrastruktur perdesaan; f) Bantuan perkuatan

untuk KSP/USP yang masih dapat melakukan

kegiatan; g) Memfasilitasi UKM untuk dapat

berdagang di pasar darurat yang disediakan

Departemen Perdagangan.

(2) Pemberdayaan usaha skala mikro.

Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan melalui

program ini, yaitu: (a) Peningkatan kesempatan

dalam berusaha dengan penyediaan kemudahan

dan pembinaan teknis manajemen dalam

memulai usaha, perlindungan usaha, tempat

berusaha wirausaha baru, dan penyediaan skim-

skim pembiayaan alternatif untuk usaha; (b)

Penyelenggaraan pelatihan budaya usaha dan

perkoperasian serta fasilitasi pembentukan

wadah koperasi di daerah kantong-kantong

kemiskinan; (c) Peningkatan kapasitas

kelembagaan dan kualitas layanan LKM dan

KSP di sektor pertanian dan perdesaaan antara

lain melalui pembentukan sistem jaringan antar

LKM dan antara LKM dan bank; (d)

Pengembangan usaha mikro, kecil dan

menengah melalui pendekatan klaster di sektor

agribisnis dan agroindustri disertai pemberian

kemudahan dalam pengelolaan usaha, termasuk

dengan cara meningkatkan kualitas koperasi

sebagai wadah organisasi untuk meningkatkan

skala ekonomi usaha dan efisiensi kolektif;(e)

Memfasilitasi sarana usaha bagi usaha skala

mikro, yang berlokasi di sekitar tenda-tenda

penampungan, dan pasar darurat yang

pelaksanaan dikoordinasikan oleh Departemen

Perdagangan; (f) Peningkatan kredit skala mikro

dan kecil serta peningkatan kapasitas dan

jangkauan pelayanan KSP/USP; (g)

Peningkatan pengetahuan dan kemampuan

kewirausahaan pengusaha mikro dan kecil.

(Eko; Sutoro,2004).

Selain pelatihan ketrampilan kepada

masyarakat miskin yang tak kalah pentingnya

adalah melakukan penyuluhan dan pelatihan

mengenai kebiasaan berusaha secara mandiri,

melatih kebiasaan kreatif, tanggap pada alam,

situasi dan kondisi sekitarnya, menimbulkan

pola berfikir yakin pada kemampuan sendiri,

tekun, ulet dan tidak mengenal putus asa.

KESIMPULAN

Bisa disimpulkan bahwa hasil penelitian

menunjukkan (1) Pencapaian kinerja program

untuk pelaksanaan kegiatan PNPM-MPd Tahun

2012 mengalami keterlambatan bila

dibandingkan dengan Rencana Kegiatan Tindak

Lanjut (RTKL) yang telah ditetapkan di tingkat

Kabupaten maupun Provinsi. (2) Kegiatan

pencairan dana Bantuan Langsung Masyarakat

(BLM), terkendala proses penanganan

tunggakan dan penyalahgunaan dana. (3)

Pelaksanaan kegiatan prasarana terkendala

Page 32: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

32 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

cuaca yang sudah memasuki musim penghujan,

terutama untuk daerah pegunungan (4)

Keterlambatan di bidang perencanaan

berdampak pada terlambatnya penyelesaian

disain dan Rencana Anggaran Bulanan (RAB)

serta Musyawarah Antar Desa (MAD)

Penetapan, disamping terkendala tingkat

pengembalian yang belum mencapai

kesepakatan di forum MAD. Strategi

pemberdayaan yang diperlukan adalah (1)

strategi untuk menurunkan jumlah tunggakan

baik Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP)

maupun Usaha Ekonomi Produktif (UEP) yang

terlalu besar dengan memberikan bimbingan

tehnis kepada UPK dan FK untuk mengambil

langkah-langkah penanganan/identifikasi

terhadap tunggakan yang ada di masing-masing

kelompok secara rutin (2) Perlu pemahaman

ulang terhadap FK/FT tentang peran

kelembagaan yang sudah terbentuk terutama

terkait dengan peran dan fungsinya yang belum

optimal dengan cara meningkatkan

pendampingan terhadap kelembagaa yang ada.

Terkait dengan pelaksanaan dana

bergulir, perlu strategi untuk menurunkan

jumlah tunggakan baik SPP maupun UEP yang

terlalu besar dengan memberikan bimbingan

teknis kepada UPK dan FK untuk mengambil

langkah-langkah penanganan/identifikasi

terhadap tunggakan yang ada masing-masing

kelompok secara rutin. Hal ini untuk

mengetahui apakah tunggakan tersebut murni

tunggakan atau ada indikasi penyalahgunaan

sehingga dapat diambil langkah-langkah

penyelesaiannya.

DAFTAR RUJUKAN

Anselm Strauss, Juliet Corbin; 1995, Basic of

Qualitative Research, Techniques and

Procedures for Developing Grounded

Theory, Sage Publications, International

Educational and Profesional Publisher,

London.

Bogdan, Robert C; Biklen, Knopp Sari, 1982;

Qualitative Research For Education; An

Introduction to Theory and Methods;

Allyn and Bacon; Boston;.

BPS-RI. 2010. Berita Resmi Statistik: Profil

Kemiskinan di Indonesia Maret

2010.(Online),

(http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskin

an.pdf), diakses 29 Desember 2011.

Departemen Dalam Negeri Direktorat

Jenderal Pemberdayaan Masyarakat

dan desa. 2008. Jakarta: Departemen

Dalam Negeri RI.

Eko, Sutoro. 2004. Reformasi Politik Dan

Pemberdayaan Masyarakat.

Yogyakarta: APMD Press.

Sulistiono, Budi, Dkk. 2010. Towards

Millenium Development Goals

(MDGs) Sebentar Lagi: Sanggupkah

Kita Menghapus Kemiskinan di

Dunia?. Bandung: ITB.

Sumodiningrat, Gunawan. 1998. Membangun

Perekonomian Rakyat. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Undang-Undang RI No.25 Tahun 2000

Tentang Pemberdayaan Masyarakat.

Jaringan Dokumentasi Dan Informasi

Kementrian RI, (Online),

(http://www.kementrianri.go.id),

diakses 20 Maret 2012.

Tim Koordinasi Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan. 2008. Petunjuk Teknis

Operasional Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan. Jakarta: Departemen

dalam Negeri Republik Indonesia.

http:www.pendidikanekonomi.com/2012/12/pe

mberdayaan-ekonomi-

masyarakat.html3sthash.nZTdisxZ.dpuf

IDENTITAS PENULIS

Nama : Dr. Nanis Hairunisya, M.M.( 085334503098)

Perguruan Tinggi: Universitas Panca Marga Probolinggo Alamat : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271- Jl. Letjen Suprapto Gg.Merdeka Utara 8 Kraksaan

Page 33: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

[33]

PERANAN GURU DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM

MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR SISWA

DI SMA LAB UM MALANG

Dewi Endah Fajariana.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo

Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715

Abstrak: Perubahan kurikulum sempat menyebabkan kecemasan di dunia pendidikan, namun pada

dasarmya kurikulum tersebut sama yaitu bertujuan untuk menghasilkan siswa yang memiliki daya

pikir dan kemampuan yang positif, sehingga siswa dapat mengembangkan dirinya secara optimal.

Hanya saja perbedaannya terletak pada sistem pengajaran di kelas. Pada paradigma lama proses

pembelajaran berpusat pada guru diubah dengan paradigma baru, bahwa pembelajaran berpusat pada

siswa. Oleh karena itu, guru harus melakukan inovasi dalam pembelajaran sehingga siswa senantiasa

termotivasi dan berminat untuk belajar. Penelitian tindakan kelas ini, bertujuan untuk menjelaskan (1)

seberapa besar peran guru dalam menumbuhkan minat belajar siswa di SMA LAB UM Malang (2)

bagaimana prosedur penggunaan numbered heads together dalam menumbuhkan minat belajar siswa

SMA LAB UM Malang

Penelitian ini berupa kata-kata dan akan dipaparkan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam

penelitian, dan analisis data dilakukan secara induktif. Selain itu kehadiran peneliti mutlak diperlukan

maka pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. PTK ini dilaksanakan pada 3-27

November 2009 di Kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang yang berjumlah 43 siswa.

Hasil penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut: (1) peranan guru untuk meningkatkan minat

belajar akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang sangat besar. (2) prosedur penggunaan

numbered heads together dalam menumbuhkan minat belajar siswa SMA LAB UM Malang sangat

berperan penting.

Terkait dengan hasil penelitian maka disarankan agar (1) Sebaiknya SMA Lab UM Malang

menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan KTSP sebelum mengajar. (2)

Menggunakan alat peraga dalam mengajar di kelas agar dapat membangkitkan motivasi siswa dalam

belajar. (3) Membentuk kelompok belajar siswa di luar sekolah dan mengontrol kegiatan tersebut

minimal seminggu satu kali.

Kata kunci: Guru, Numbered Heads Together dan Minat

PENDAHULUAN

Penyelenggaraan pendidikan secara

formal di sekolah bertujuan untuk mengatasi

permasalahan yang timbul baik di lingkungan

keluarga maupun di luar lingkungan keluarga.

Pendidikan yang formal di sekolah pada

dasarnya bertujuan untuk menyiapkan dan

menghasilkan siswa yang memiliki daya pikir

dan kemampuan yang positif, sehingga siswa

dapat mengembangkan dirinya secara optimal

sebagai individu dan sebagai makhluk sosial.

Keterbatasan kemampuan di sekolah sebagai

lembaga kependidikan formal mendorong

Page 34: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

34 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

dikembangkannya usaha memperbaiki

kurikulum sekolah, penyeragaman buku yang

dipergunakan, penyediaan tenaga pendidik yang

kompeten dan usaha lain yang lebih khusus.

Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan,

merupakan kulminasi dari semua kegiatan

sekolah yang menyangkut tentang pendidikan

yang dilaksanakan baik di sekolah maupun

diluar sekolah. Hal ini menuntut perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,

dan koordinasi yang baik.

Sasaran yang ingin dicapai dari

pelaksanaan KTSP adalah lahirnya pribadi

siswa yang memiliki seperangkat pengetahuan,

keterampilan nilai dan sikap serta pola tingkah

laku yang baik dan tepat menggunakannya di

dalam penyelenggaraan pendidikan dan

pengajaran baik di sekolah maupun di luar

sekolah. KTSP dipergunakan pula dalam mata

pelajaran akuntansi dengan tujuan untuk

membekali lulusannya dengan berbagai

pengetahuan dan pemahaman agar mereka

menguasai dan mampu menerapkan konsep

dasar prinsip, prosedur akuntansi yang benar

baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan

maupun kepentingan masyarakat sehingga dapat

menumbuhkan minat belajar siswa. Namun,

agar akuntansi menjadi pelajaran yang menarik

dan diminati siswa, sangat diharapkan adanya

peranan guru dan numbered heads together

dalam upaya menumbuhkan minat belajar siswa

terhadap materi pelajaran akuntansi dengan

cara: Melibatkan siswa agar dapat belajar secara

aktif, baik fisik, mental dan sosial dalam arti

siswa dapat belajar mandiri ataupun bersama-

sama demi meningkatkan minat belajar siswa

terhadap mata pelajaran akuntansi.

Pada dasarnya mata pelajaran akuntansi

bersifat membina keterampilan, ketekunan,

kecerdasan dan ketelitian. Untuk itu diperlukan

minat yang kuat dari siswa terhadap mata

pelajaran akuntansi. Kenyataan yang dihadapi

banyak keluhan dari siswa dalam mengikuti

mata pelajaran akuntansi. Salah satu penyebab

kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran

tersebut. Minat yang ada dalam diri siswa,

menurut pendapat Moh Surya (1998:241) adalah

sebagai berikut:

1) Minat Volinter

Adalah minat yang timbul secara sukarela

dari pihak siswa tanpa ada pengaruh yang

sengaja ditimbulkan dari luar.

2) Minat Involinter

Adalah minat yang timbul dari dalam diri

siswa dengan pengaruh suatu situasi yang

diciptakan oleh pengajar.

3) Minat Non Volinter

Adalah minat yang ditimbulkan secara

disengaja.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka

seorang guru dan numbered heads together

harus dapat menumbuhkan minat belajar siswa.

Penelitian tindakan kelas ini, bertujuan

untuk menjelaskan (1) seberapa besar peran

guru dalam menumbuhkan minat belajar siswa

di SMA LAB UM Malang (2) bagaimana

prosedur penggunaan numbered heads together

dalam menumbuhkan minat belajar siswa SMA

LAB UM Malang

METODE

Dalam penelitian ini, peneliti ingin

memperoleh data yang mendalam secara alami

tentang proses pembelajaran yang terjadi di

lapangan. Penelitian ini lebih menekankan pada

proses pembelajaran daripada hasil akhir

pembelajaran. Pembelajaran akan berlangsung

dalam keadaan yang alami. Data hasil penelitian

berupa kata-kata dan akan dipaparkan sesuai

dengan kejadian yang terjadi dalam penelitian,

dan analisis data dilakukan secara induktif.

Selain itu kehadiran peneliti mutlak diperlukan.

Sesuai dengan karakteristik yang dikemukakan

di atas maka pendekatan penelitian ini adalah

Page 35: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 35

pendekatan kualitatif. Hal ini sesuai dengan ciri-

ciri penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh

Moleong (2002), yaitu: (1) peneliti bertindak

sebagai instrumen utama, karena disamping

pengumpul data dan penganalisis data, peneliti

juga terlibat langsung dalam proses penelitian,

(2) mempunyai latar alami, (natural setting),

data yang diteliti dan dihasilkan akan

dipaparkan sesuai dengan yang terjadi

dilapangan, (3) hasil penelitian bersifat

deskriptif, karena data yang dikumpulkan bukan

berupa angka-angka melainkan berupa kata-

kata, (4) lebih mementingkan proses daripada

hasil, (5) adanya batas permasalahan yang

ditentukan dalam fokus penelitian, dan (6)

analisis data cenderung bersifat induktif.

Ditinjau dari bagaimana penelitian

dilakukan, maka penelitian ini termasuk ke

dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Hal ini

sesuai pendapat yang dikemukakan oleh

Arikunto (2002) bahwa bila penelitian tindakan

yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan

dilaksanakan dalam kawasan suatu kelas, maka

penelitian ini dinamakan penelitian tindakan

kelas. Pemilihan jenis PTK karena

permasalahan yang diteliti berawal dari

permasalahan yang terjadi di kelas. Selain itu

peneliti terlibat langsung dan sudah

merupakan tugas peneliti sebagai pendidik yang

harus selalu berusaha meningkatkan mutu

pendidikan. PTK merupakan kajian tentang

situasi sosial dan pandangan untuk

meningkatkan mutu tindakan yang ada di

dalamnya (Elliott dalam Wiriaatmadja, 2006).

Tahap-tahap dalam penelitian ini dikembangkan

berdasarkan model spiral dari Kemmis dan

Taggart (1988) yang terdiri dari 4 tahap yaitu

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi

(Wiriaatmadja, 2006).

PTK ini dilaksanakan pada 3-27 November

2009 di Kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang

yang berjumlah 43 siswa dan mata pelajaran

yang diajarkan pada saat itu adalah Akuntansi

dengan materi pelajaran melakukan posting dari

jurnal umum ke buku besar.

Paparan Data Dan Hasil Penelitian

Situasi dan kondisi pada saat proses

belajar mengajar berlangsung Guru menjelaskan

tentang buku besar, bentuk-bentuk buku besar

dan cara memposting dari jurnal ke buku besar.

Penjelasan ini disertai dengan contoh-contoh

transaksi akuntansinya. Setelah penjelasan

materi tentang buku besar dan memposting

jurnal ke buku besar selesai, guru memberikan

waktu bagi siswa yang ingin bertanya tentang

materi yang belum jelas. Untuk mengetahui

daya serap siswa. Guru meminta siswa untuk

membuat kelompok. Setiap siswa dalam setiap

kelompok mendapat nomor (satu kelompok ada

4 nomor). Guru memberikan tugas pada setiap

kelompok untuk mengerjakan posting buku

besar dari jurnal umum yang telah tersedia.

Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang

benar dan memastikan tiap anggota kelompok

dapat mengerjakannya/ mengetahui

jawabannya. Setelah selesai diskusi dalam

kelompok, guru memanggil salah satu nomor

siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan

hasil kerjasama mereka. Setelah ada anggapan

dari teman yang lain, kemudian guru

menunjukkan nomor yang lain maksimal 10

nomor siswa dan tindakan terakhir adalah guru

membantu siswa dalam menyimpulkan materi

yang dibahas.

Rangkuman hasil penelitian menjabarkan

tentang hasil penelitian meliputi hasil

pembelajaran baik pada saat pra tindakan,

tindakan, observasi dan refleksi di tunjukkan

pada tabel rekapitulasi sebagai berikut:

Page 36: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

36 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

1.1. Tabel penilaian afektif siswa dalam

kelompok:

Aspek yang dinilai 1 2 3 4

1. Kerjasama

2. Inisiatif mengemukakan

pendapat

3. Menghargai pendapat

teman

4. Tenggang rasa

5. Komunikasi dengan

teman

Keterangan:

Beri tanda centang (√) pada kolom yang

dipilih :

Skor 1 : Kurang

2 : Cukup

3 : Baik

4 : Baik sekali

1.2. Tabel rekapitulasi hasil pembelajaran:

Deskriptor Pra tindakan Siklus I

Aktivitas Tidak

memiliki

motivasi

Memiliki

motivasi

Inovasi Tidak ada Ada

Kreativitas Sedikit Banyak

Efektif Tidak Ya

Menyenangkan Tidak Sangat

menyenangkan

Peran guru Sedikit Sangat berperan

Nilai-nilai rata-

rata

Sedang Tinggi

PEMBAHASAN

1. Peranan guru untuk meningkatkan minat

belajar akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Lab

UM Malang. Minat yang ada dalam diri

siswa, menurut pendapat Moh Surya

(1998:241) adalah sebagai berikut:

(a) Minat Volinter

Adalah minat yang timbul secara

sukarela dari pihak siswa tanpa ada

pengaruh yang sengaja ditimbulkan dari

luar.

(b) Minat Involinter

Adalah minat yang timbul dari dalam

diri siswa dengan pengaruh suatu situasi

yang diciptakan oleh pengajar.

(c) Minat Non Volinter

Adalah minat yang ditimbulkan secara

disengaja.

Berdasar pada minat involinter

tersebut, peranan guru untuk meningkatkan

minat siswa belajar akuntansi kelas XI IPS 3

SMA Lab UM Malang sangat besar yaitu

sebagai berikut:

a. Memberikan materi pelajaran akuntansi

dengan menggunakan metode mengajar

yang sesuai dengan silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran.

b. Menggunakan alat peraga yang jelas dan

dapat dipahami oleh siswa.

c. Memberikan latihan akuntansi setelah

materi selesai diterangkan.

d. Memberikan tugas pada siswa.

e. Memberikan pengarahan dan bimbingan

kepada siswa latihan dan tugas yang telah

diberikan.

f. Memberikan contoh tauladan yang baik

kepada siswa.

g. Memperhatikan situasi dan kondisi

lingkungan sekolah.

h. Situasi dan kondisi yang perlu

diperhatikan oleh seorang guru

adalah:Menciptakan suasana kelas yang

menyenangkan, Penataan meja dan kursi

yang baik dan Peningkatan lingkungan

sekolah yang segar, yaitu dengan

melaksanakan penghijauan.

i. Metode mengajar yang dapat dilakukan

oleh guru, menurut pendapat E. Kusmana

P. (1995:166), terdiri dari:Metode

ceramah, Metode diskusi, Metode tanya

jawab, Metode pemberian tugas, Metode

demonstrasi, Metode pemecahan

masalah, Metode sosiodrama, Metode

eksperimen, Metode pembagian

kelompok, Metode karya wisata, Metode

berprogram, Metode unit dan Metode

Page 37: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 37

teori teaching. Sedangkan metode yang

dianggap efektif untuk diterapkan dalam

pelaksanaan pengajaran akuntansi adalah

Metode ceramah, Metode tanya jawab,

Metode pemecahan masalah, Metode

pemberian tugas

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif

Numbered Heads Together untuk

meningkatkan minat siswa belajar akuntansi

kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang

Johnson and Johnson (dalam Nurhadi,

2004) menunjukkan adanya berbagai

keunggulan pembelajaran kooperatif,

diantaranya sebagaimana diuraikan berikut

ini: (a) Memudahkan siswa melakukan

penyesuaian sosial, (b) Mengembangkan

kegembiraan belajar yang sejati. (c)

Memungkinkan para siswa belajar mengenai

sikap, keterampilan, informasi, perilaku

sosial dan pandangan. (d) Memungkinkan

terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai

sosial dan komitmen. (e) Meningkatkan

keterampilan metakognitif. (f)

Menghilangkan sifat mementingkan diri

sendiri atau egois dan egosentris. (g)

Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan

sosial. (h) Menghilangkan siswa dari

penderitaan akibat kesendirian atau

keterasingan. (i) Membangun persahabatan

yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. (j)

Mencegah timbulnya gangguan jiwa,

menimbulkan perilaku rasional di masa

remaja. (k) Berbagai keterampilan sosial

yang diperlukan untuk memelihara hubungan

saling membutuhkan dapat diajarkan dan

dipraktekkan. (l) Meningkatkan rasa saling

percaya kepada sesama manusia. (m)

Meningkatkan keyakinan terhadap idea tau

gagasan sendiri dan (n) Meningkatkan

kesediaan menggunakan ide orang lain yang

dirasa lebih baik.

Model pembelajaran kooperatif banyak

macamnya, namun yang perlu diperhatikan

dengan menggunakan model pembelajaran

ini adalah cara belajar siswa menjadi lebih

mudah. Fathurrohman & Pupuh (2007)

dalam menetapkan metode mengajar, bukan

tujuan yang menyesuaikan dengan metode

atau karakter anak, tetapi metode hendaklah

menjadi variable dependen yang dapat

berubah dan berkembang sesuai dengan

kebutuhan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pemilihan metode adalah: (a)

tujuan yang hendak dicapai, (b) materi

pelajaran, (c) situasi, (d) fasilitas dan, (e)

guru (Faturrohman & Pupuh, 2007). Metode

pembelajaran yang digunakan diharapkan

untuk menghindari kebosanan dan

menimbulkan minat siswa dalam belajar,

untuk itu guru sebaiknya mengadakan variasi

dalam pembelajarannya.

Model pembelajaran Numbered Heads

Together sangat sesuai dengan standar dalam

kurikulum satuan pendidikan. Metode

pembelajaran kooperatif merupakan salah

satu metode pembelajaran yang mampu

meningkatkan minat dan keterampilan siswa

dalam bersosialisasi dengan siswa lainnya.

Ada beberapa model pembelajaran inovatif

lainnya, namun guru harus mampu memilih

secara tepat dengan berbagai pertimbangan.

Dengan diterapkan model pembelajaran di

dalam kelas, diharapkan mampu

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Keterbatasan kemampuan di sekolah

sebagai lembaga kependidikan formal

mendorong dikembangkannya usaha

memperbaiki kurikulum sekolah, penyerapan

buku yang dipergunakan, penyediaan tenaga

pendidik yang kompeten dan usaha lain. Dari

hal di atas diperlukan penggunaan kurikulum

tingkat satuan pendidikan.

KTSP dipergunakan pula dalam mata

pelajaran akuntansi dengan tujuan untuk

Page 38: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

38 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

membekali lulusannya dengan berbagai

pengetahuan dan pemahaman terhadap materi

pelajaran yang telah dijelaskan.

Sesuai dengan uraian tersebut di atas, maka

penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Guru sebagai tenaga pendidik diharapkan

menjadi tenaga pendidik yang sanggup

memberikan semangat dan keinginan belajar

pada siswa. Keberhasilan guru dapat dilihat dari

hasil kegiatan belajar mengajar yang dapat

dicapai oleh siswa didiknya.

2. Guru sebagai motivator dalam menumbuhkan

minat belajar siswa SMA Lab UM Malang

adalah sebagai berikut:

a. Memberikan materi pelajaran yang

disesuaikan dengan Garis Besar Program

Pengajaran dan dengan model

pembelajaran inovatif

b. Menggunakan alat peraga yang dapat

dimengerti oleh siswa.

c. Memberikan latihan.

d. Memberikan tugas.

e. Memberikan pengarahan dan bimbingan

pada siswa.

f. Memberikan contoh tauladan.

g. Memperhatikan situasi dan kondisi

sekolah.

h. Membentuk kelompok belajar di luar

sekolah

3. Adanya kebaikan guru sebagai motivator

yang diterapkan di SMA Lab UM Malang

dalam mengarahkan siswa dan organisasi

sekolah agar mau belajar secara berhasil,

sehingga tercapai keinginan para siswa untuk

mencapai tujuan dengan disertai minat

belajar yang kuat dalam diri siswa.

Sedangkan kelemahan disini, tidak

ditemukan.

Saran

Pada bagian ini penulis akan

mengemukakan saran-saran yang sekiranya

dapat bermanfaat bagi SMA Lab UM Malang

dan akan membawa kemajuan serta kebaikan

bagi siswa SMA Lab UM Malang yaitu:

1 Sebaiknya SMA Lab UM Malang

menggunakan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang sesuai dengan KTSP

sebelum mengajar.

2 Menggunakan alat peraga dalam mengajar di

kelas agar dapat membangkitkan motivasi

siswa dalam belajar.

3 Membentuk kelompok belajar siswa di luar

sekolah dan mengontrol kegiatan tersebut

minimal seminggu satu kali.

DAFTAR RUJUKAN

Dimyati, 1999. Belajar Dan Pembelajaran.

Jakarta, penerbit PT. Rineka Cipta.

E. Kusmana P, 1995. Proses Belajar Mengajar.

Penerbit IKIP Bandung.

Faturrohman, P & Sutikno, S. 2007. Strategi

Belajar Mengajar Melalui Penanaman

Konsep Umum dan Konsep Islami.

Bandung, penerbit PT. Refika Aditama.

Moh. Uzer Usman, 1997. Menjadi Guru

Profesional. Bandung, Penerbit

Rosakarya.

Moh. Surya, 1998. Psikologi Kependidikan.

Penerbit IKIP Bandung.

Ngalim Purwanto, 1996. Psikologi Pendidikan.

Bandung, penerbit Remaja Rosdakarya.

Rooijakkers, 1996. Mengajar Dengan Sukses.

Jakarta, penerbit PT. Grasindo.

Sharan, S. 2009. Cooperative Learning: Inovasi

Pengajaran dan Pembelajaran untuk

Memacu Keberhasilan Siswa di kelas.

Yogyakarta, penerbit Imperium.

Page 39: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 39

S. Nasution, 2000. Pengajaran Akuntansi.

Jakarta, Penerbit Yudistira.

Sugiyono, 2001. Metode Penelitian

Administrasi. Bandung, Penerbit Cv.

Alfabeta.

Sedarmayanti, 2002. Metode Penelitian.

Bandung, Penerbit Cv. Mandar Maju.

Winarno Surachmad, 1997. Metodologi

Pengajaran Nasional. Bandung, Penerbit

Janners.

Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya.

IDENTITAS PENULIS

Nama : Dewi Endah Fajariana.,S.Pd.,M.Pd.

Perguruan Tinggi : Universitas Panca Marga Probolinggo

Alamat : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271

Telp./Faks. : (0335) 422715 / (0335) 427923

Page 40: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

[40]

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA

GURU

Oleh: A. Zainudin

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo

Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan antara pemberian motivasi

dengan produktivitas kerja guru. Penelitian dirancang dalam bentuk studi korelasi. Sampel penelitian

terdiri dari semua guru yang ada di SMA Negeri 2 Probolinggo. Data dikumpulkan dengan teknik

questionary dan wawancara. Instrumen penelitian telah diuji validitas dan uji reliabilitas. Data

dianalisis dengan statistik inferial menggunakan korelasi product moment dan uji “t” serta konsultasi

dengan tabel kritik koefisien korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan adanya

hubungan positif yang signifikan di antara pemberian motivasi dengan produktivitas kerja guru.

Abstract: This study aims to examine the significance of the relationship between work motivation

and productivity of teachers. The research is designed in the form of correlation studies. The study

sample consisted of all teachers in the SMA Negeri 2 Probolinggo. Data collected by questionary and

interview techniques. The research instrument was tested for validity and reliability testing. Data were

analyzed using the Statistical inferial product moment correlation test and "t" as well as consulting

with tables criticism product moment correlation coefficient. The results showed a significant positive

correlation between the provision of teachers' work motivation and productivity.

Kata Kunci: motivasi, produktivitas kerja

PENDAHULUAN

Lembaga sekolah dan sumber daya

manusia dalam hal ini guru merupakan dua

unsur yang saling mendukung dan mempunyai

keterkaitan satu sama lain. Oleh karena itu

diperlukan kerja sama yang saling

menguntungkan antara kedua unsur tersebut.

Faktor tingginya mutu sumber daya manusia

merupakan unsur terpenting dan paling

menentukan bagi kelancaran administrasi dan

manajemen serta keberhasilan suatu organisasi.

Untuk mencapai keadaan tersebut diperlukan

pengembangan sumber daya manusia dalam

penguasaan materi kerja maupun informasi

terbaru yang diterima sebagai bagian dari

perkembangan global yang terus berjalan.

Permasalahan guru dan tenaga kerja pada

umumnya merupakan hal yang rumit dan

kompleks yang perlu dipecahkan. Hal ini

berkaitan dengan segala aspek kehidupannya

yang dinamis dan selalu berubah setiap saat.

Untuk memaksimalkan kegunaan dari

semua sarana yang ada, serta dalam usaha

menggerakkan dan mengarahkan daya potensi

manusia sebagai tenaga pendidik dan sebagai

tenaga kerja ke arah pemanfaatan yang optimal,

maka konsepsi motivasi merupakan bagian

penting untuk mendorong terwujudnya hal

tersebut. Sehubungan dengan itu dalam rangka

meningkatkan potensi dan daya kreasinya perlu

adanya daya penggerak. Daya pengerak tersebut

dapat berupa motivasi, pembinaan dan dorongan

untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Pada dasarnya manusia akan bersedia

melakukan kegiatan, apabila didorong oleh

Page 41: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 41

keinginan yang muncul dari dalam dirinya demi

pencapaian kebutuhannya. Menurut Kartono

(1991:61) salah satu peran dan fungsi pimpinan

adalah “memberi atau membangun motivasi

kerja, … dan membawa para pengikutnya

kepada sasaran yang sesuai dengan ketentuan

waktu dan perencanaan”. Menurut Handoko

(1996: 215) Salah satu metode yang dapat

digunakan “untuk meningkatkan produktivitas

adalah metode-metode motivasi”. Banyak istilah

yang digunakan untuk menyebut motivasi

(motivation) atau motif, antara lain kebutuhan

(need), desakan (urge), keinginan (wish), dan

dorongan (drive). Dalam penulisan ini akan

digunakan istilah motivasi yang diartikan

sebagai “keadaan dalam pribadi sesorang yang

mendorong keinginan individu untuk

melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna

mencapai tujuan”. Menurut Nawawi (1998:352)

“Motivasi merupakan suatu kondisi yang

mendorong atau yang menjadi sebab seseorang

melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang

berlangsung secara sadar”. Robbins (1996:128)

“Motivasi adalah kesediaan untuk

mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah

tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh

kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu

kebutuhan individual”. Menurut Sinungan

(1995:140) “Faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi adalah pencapaian penyelesaian tugas,

penghargaan, pekerjaan yang menarik dan

memberi harapan, kemajuan, supervisi,

hubungan antar personal, kondisi kerja, gaji,

status, keamanan kerja, kepemimpinan,

tanggungjawab, dan kebijakan pemerintah”.

Produktivitas diukur antara masukan dan

keluaran ekonomi, tetapi masukan manusia dan

sosial juga merupakan hal yang penting. Jika

hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka

produktivitas naik. Bila lebih banyak keluaran

dengan jumlah masukan sama, produktivitas

naik. Begitu pula, bila lebih sedikit masukan

digunakan untuk sejumlah keluaran sama,

produktivitas naik. Menurut Purwanto (2001:10)

manfaat pengukuran produktivitas adalah

“sebagai evaluasi hasil yang telah dicapai dari

suatu aktivitas, dan sebagai struktur dan sebab

terjadinya fluktuasi produktivitas serta sebagai

perencanaan dan peramalan aktivitas yang akan

datang”.

Produktivitas memiliki dua dimensi.

Dimensi pertama adalah efektivitas yang

mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang

maksimal yaitu pencapaian tarjet yang berkaitan

dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Dimensi

yang kedua berkaitan dengan upaya

membandingkan input dengan realisasi

penggunaannya atau bagian pekerjaan tersebut

dilaksanakan. Menurut Sinungan (1995:12)

Produktivitas merupakan “Interaksi terpadu

secara serasi dari tiga faktor esensial yaitu:

investasi termasuk penggunaan pengetahuan

dan teknologi serta research manajemen dan

tenaga kerja”.

Meningkatkan dan mencapai produktivitas

yang tinggi memerlukan individu-individu yang

produktif. Gilmore (dalam Umar, 1998:11)

menyatakan bahwa individu yang produktif

adalah individu yang tindakannya konstruktif,

percaya diri, memiliki rasa tanggung jawab,

cinta terhadap pekerjaannya, memiliki

pandangan ke depan, mampu menyelesaikan

persoalan, dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan yang berubah, mempunyai

kontribusi positif terhadap lingkungannya, dan

mempunyai kekuatan untuk mewujudkan

potensi

Peningkatan produktivitas merupakan

pembaharuan pandangan hidup dan kultural

dengan sikap mental memuliakan kerja atau

perluasan upaya memperbaiki kehidupan soaial

ekonomi. Dalam konteks persekolahan, untuk

mencapai produktivitas kerja yang maksimum,

lembaga sekolah harus menjamin terpilihnya

orang yang tepat dan berkelayakan dengan

pekerjaan yang tepat dalam arti sesuai dengan

Page 42: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

42 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

bidangnya, serta beban jam bekerja dan kondisi

yang memungkinkan mereka bekerja optimal.

Berdasarkan paparan tersebut, maka

rumusan permasalahan dalam penelitian ini

adalah: “Adakah hubungan yang signifikan

antara pemberian motivasi dengan produktivitas

guru?”. Variabel motivasi bertindak sebagai

variabel bebas. Sedangkan variabel

produktivitas kerja sebagai variabel terikat.

Hubungan kedua variabel tersebut diukur

dengan rumus koefisien korelasi product

moment (product moment co-efficient of

correlation). Pada hakekatnya, nilai r dapat

berfariasi dari –1 melalui 0 hingga +1. Bila r = 0

atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua

variabel sangat lemah. Jika r = +1 atau

mendekati 1, maka korelasi antara 2 variabel

dikatakan positif dan sangat kuat.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji

signifikansi hubungan antara pemberian

motivasi dengan produktivitas kerja guru.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai

bahan informasi, sebagai bahan pertimbangan

dan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

bagi manajer sekolah untuk meningkatkan

produktivitas kerja para guru melalui pemberian

motivasi kerja yang tepat dan benar.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan

studi korelasi. Cara yang dipilih untuk

mengumpulkan data dengan teknik questionary

dan interview secara langsung kepada

responden. Subyek penelitian ini adalah seluruh

tenaga pendidik atau guru yang ada di SMA

Negeri 2 Probolinggo. Tenaga pendidik yang

ada sejumlah 37 orang. Untuk memecahkan

permasalahan dalam penelitian ini, data yang

diperoleh melalui pemberian angket kepada para

Guru Tetap (GT) maupun Guru Tidak Tetap

(GTT), masing-masing variabel diukur dengan

skala likert. Alternatif pilihan jawaban dalam

instrumen penelitian terdiri dari alternatif

jawaban a, b, c, d, dan e, berturut-turut diberi

scor 5, 4, 3, 2, dan 1. Hasil angket kemudian

ditabulasi, mengubah skala ordinal menjadi

skala interval. Skala interval ini representatif

untuk korelasi produc moment.

Instrumen penelitian untuk memperoleh

data menggunakan kuisioner atau angket dan

pedoman wawancara sebagai sarana penunjang

kuisioner. Kuisioner dikembangkan oleh

peneliti dengan mengacu pada permasalahan

yang akan dicari jawabannya. Instrumen

kuisioner terdiri dari 17 item untuk variabel

motivasi dan 14 item untuk variabel

produktivitas dengan menggunakan skala likert.

Jawaban tiap item diberi skor maksimum 5

(lima) dan skor minimum 1 (satu). Dari hasil

pensekoran ini kemudian diolah dari data

ordinal menjadi data interval, sehingga sesuai

atau memenuhi syarat untuk diolah

menggunakan korelasi product moment.

Pedoman wawancara memuat hal-hal untuk

menggali informasi latar belakang responden

seperti identitas, tingkat pendidikan, status.

Namun demikian latar belakang responden ini

tidak dimasukkan dalam penskoran instrumen,

sehingga tidak termasuk dalam variabel yang

diteliti.

Benar tidaknya data sangat menentukan

bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan

benar tidaknya data, tergantung dari baik

tidaknya instrumen pengumpul data. Untuk

mengetahui keampuhan instrumen dilakukan

pengujian item-item dan faktor-faktor yang ada

dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji

validitas dilakukan dengan analisis faktor dan

analisis butir. Analisis faktor dilakukan dengan

cara membandingkan koefisien korelasi masing-

masing faktor dengan nilai kritiknya. Analisis

butir dilakukan dengan cara membandingkan

koefisien korelasi masing-masing item dengan

total peubah dibandingkan dengan nilai

kritiknya. Jika koefisien korelasinya lebih besar

Page 43: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 43

dari nilai kritiknya, maka pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan ke responden dinyatakan valid.

Uji reliabilitas dilakukan dengan

membandingkan koefisien alpha dengan kriteria

reliabilitas instrumen. Jika koefisien alpha lebih

kecil dari 0.6 maka dinyatakan tidak reliabel

dan sebaliknya jika koefisien alpha lebih besar

dari 0.6 maka dinyatakan reliabel.

Hasil akhir penelitian ini sangat tergantung

pada keandalan instrumennya. Untuk tujuan

keandalan instrumen dilakukan uji validitas dan

uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan

analisis faktor dan analisis butir. Hasil analisis

faktor motivasi terhadap total skor adalah 0.90

dan analisis faktor produktivitas terhadap skor

totalnya adalah 0.88. Hasil analisis setiap butir,

dilakukan dengan mengkorelasikan skor-skor

yang ada pada butir yang dimaksud dengan skor

total. Hasil analisis dari butir 1 sampai dengan

butir 31 berturut-turut 0.437, 0.443, 0.442,

0.552, 0.484, 0.47, 0.488, 0.478, 0.352, 0.365,

0.387, 0.54, 0.406, 0.429, 0.627, 0.379, 0.403,

0.446, 0.437, 0.487, 0.534, 0.432, 0.507, 0.487,

0.572, 0.367, 0.478, 0.482, 0.532, 0.44, dan

0.415. Berdasarkan hasil ananlisis butir tersebut

berarti semua butir dinyatakan valid (di atas

batas r kritik 0.339). Penelitian ini uji reliabilitas

menggunakan rumus alpha. Berdasarkan hasil

perhitungan menunjukkan reliabilitas instrumen

motivasi dan produktivitas kerja dengan 31 soal

diketahui jumlah varians butir sebesar 25.24

sedangkan varians total sebesar 157.7 sehingga

koefisien alpha sebesar 0.87 maka instrumen

yang ada dikategorikan atau termasuk dalam

kriteria sangat reliabel. Instrumen yang dipakai

dalam penelitian valid dan reliable, berarti data

yang diperoleh dalam penelitian ini juga valid

dan reliabel.

Setelah diklasifikasi, diberi kode dan

ditabulasi, maka data yang terkumpul di analisis

secara kuantitatif. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis kuantitatif korelatif, kemudian

dilakukan pengujian data statistik inferial uji “t”

serta konsultasi tabel harga kritik koefisien

korelasi (r) product moment untuk mengetahui

signifikansi hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen. Taraf

signifikansi sebesar 95%. Jika hasil thitung lebih

besar dari ttabel dan koefisien korelasi lebih besar

dari tabel harga kritik r product moment, berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara

motivasi dengan produktivitas kerja

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kuisioner untuk peneitian ini diberikan

kepada seluruh guru yang ada di SMA negeri 2

Probolinggo. Jumlah guru yang ada sebanyak 37

orang dan yang mengembalikan kuisioner

sebanyak 34 orang. Dari 34 kuisioner ini

kemudian dilakukan pengolahan data. Untuk

memudahkan memberikan penilaian kuantitatif

dari indikator yang dibutuhkan dalam

perhitungan korelasi, maka data-data yang telah

diberi skala pengukuran dengan memberikan

lambang angka, masing-masing diberikan

simbol. Dari tujuh belas instrumen variabel

motivasi, responden yang menjawab “a” (skala

sangat setuju diberi skor 5) jumlah jawaban

sebanyak 18.86%, Responden yang menjawab

“b” (skala setuju diberi skor 4) jumlah jawaban

sebanyak 52.08%. Responden yang menjawab

“c” (skala kurang setuju diberi skor 3) jumlah

jawaban sebanyak 14.71%. Responden yang

menjawab “d” (skala tidak setuju diberi skor 2)

jumlah jawaban sebanyak 9.69%. Responden

yang menjawab “e” (skala sangat tidak setuju

diberi skor 1) dijawab sebanyak 1.73%, dan

yang tidak menjawab item soal sebanyak

0.87%.

Hasil skoring motivasi dari 34 responden,

yang mendapat nilai skor tinggi di atas 80%

adalah: 1) meskipun cuti masih mendapat gaji

84.71%, 2) diberi bimbingan saat mengalami

kesulitan 84.12% 3) adanya suasana

kekeluargaan 83.53%, 4) pimpinan selalu

Page 44: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

44 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

memperhatikan hasil kerja 81.18%. Skor

terendan di bawah 70% adalah: 1) pemberian

tugas di luar jam kerja 54.35%, 2) kepuasan

atas gaji yang diterima 64.13%, 3) tunjangan

yang diberikan sekolah 67.65 %, dan 4)

pimpinan selalu memberi pujian 69.41%.

Dengan demikian empat hal terakhir inilah yang

perlu mendapat perhatian pihak pengambil

keputusan.

Seperti yang telah disebutkan di muka

bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk

menguji signifikansi hubungan antara

pemberian motivasi dengan produktivitas kerja

guru. Uji signifikansi dilakukan dengan

membandingkan antara thitung dengan ttabel

dengan level of significans () 0.05 pada derajat

kebebasan atau degree of freedom n – 2 atau d.f.

= 32 diperoleh ttabel 2.03. Selain uji t dalam

penelitian ini juga membandingkan koefisien

korelasi dengan tabel r kritik product moment

pada n = 34 pada interval kepercayaan 95%

diperoleh 0.349.

Kuat tidaknya hubungan antara variabel

motivasi dengan variabel produktivitas kerja,

diperlukan tolok ukur yang dapat dipergunakan

untuk menghubungkan keduanya dapat diuji

dengan menggunakan koefisien korelasi product

moment. Hasil analisis data dipeoleh total

variabel bebas motivasi (X) adalah 2168. Total

variabel terikat produktivitas kerja guru sebesar

3892. X2 = 140134, Y2 = 88932, dan XY =

8437856. Hasil perhitungan diperoleh koefisien

korelasi (rXY) sebesar 0.577. Hasil ini

membuktikan bahwa terdapat hubungan yang

positif antara motivasi dan produktivitas kerja

guru, dalam kategori memiliki keeratan yang

moderat. Hasil perhitungan diperoleh nilai thitung

4.89. Sedangkan ttabel pada taraf kepercayaan

95% d.f. 32 diperoleh 2.03. Harga kritik r

product moment dengan interval kepercayaan

95% pada n = 34 memiliki batas kritik 0.349.

Koefisien korelasi 0.577 lebih besar dari 0.349.

Sehingga dapat diambil kesimpulan, ada

hubungan yang signifikan antara motivasi

dengan produktivitas kerja guru.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian mengenai hubungan

antara motivasi dengan produktivitas kerja guru

dan dengan didasarkan pada uraian serta analisis

data dapat disimpulkan pelaksanaan motivasi

yang dilaksanakan dan produktivitas kerja guru

secara umum dapat dikatakan sudah baik 54.09

% jawaban responden menyatakan setuju.

Hasil perhitungan dengan menggunakan

analisis korelasi product moment diperoleh

koefisien 0.577. Hasil perhitungan diperoleh

nilai thitung lebih besar dari ttabel. Koefisien

korelasi lebih besar dari tabel r kritik product

moment pada n = 34 pada interval kepercayaan

95%. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa

motivasi memiliki hubungan yang cukup erat

dan signifikan dengan produktivitas kerja guru.

Oleh karena motivasi memiliki hubungan

dengan produktivitas kerja, maka disarankan

kepada pengambil kebijakan dan keputusan

untuk memperhatikan dan meningkatkan

motivasinya terhadap para guru. Usaha

meningkatkan motivasi terutama dalam hal

kompensasi pemberian tugas di luar jam kerja,

pemberian gaji, dan tali asih kepada guru yang

mutasi atau purna tugas, serta reward kepada

guru yang telah menyelesaikan tugas. Jika hal

ini dilakukan diharapkan produktivitas kerja

para guru dapat lebih meningkat lagi.

Penelitian ini hanya terbatas pada mencari

hubungan antara motivasi dengan produktivitas

kerja guru. Disaranakan untuk peneliti

selanjutnya meneliti pengaruh faktor-faktor

motivasi serta meneliti faktor mana yang paling

dominan terhadap produktivitas kerja guru.

Sehingga dengan penelitian ini dapat dipakai

sebagai dasar pijakan untuk pengambilan

keputusan pihak pimpinan sekolah dengan tepat.

Page 45: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 45

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur

Penelitian, Suatu Pendekatan

Praktek, Edisi Revisi IV. Jakarta:

Rineka Cipta.

Handoko, T.H. 1996. Dasar-dasar

Manajemen Produksi dan Operasi.

Yogyakarta: BPFE.

Kartono, K. 1991. Teori Kepribadian.

Bandung: CV Mandar Maju.

Nawawi, Hadari. 1998. Manajemen Sumber

Daya Manusia untuk Bisnis yang

Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada

Univercity Press.

Purwanto, Wahyu. 2001. Manajemen

produksi. Yogyakarta: STIE Mitra

Indonesia.

Robbins, Stephen.1996. Perilaku Organisasi

Konsep Kontroversi Aplikasi, Edisi

Bahasa Indonesia.Jakarta: PT

Prenhalindo.

Sinungan, Muchdarsyah. 1995. Produktivitas,

Apa dan Bagaimana, Edisi 2. Jakarta:

Bumi Aksara.

Umar, Husein. 1998. Riset Sumber daya

Manusia. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Umum.

IDENTITAS PENULIS

Nama : A. Zainudin, M.M.

Perguruan Tinggi: Universitas Panca Marga Probolinggo

Alamat : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271

Telp./Faks. : (0335) 422715 / (0335) 427923

Page 46: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

46 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

Lampiran-lampiran: Hasil Angket

Motivasi

RES.

Item

X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 3 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 76

2 2 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 3 4 4 5 5 4 70

3 1 2 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 4 3 59

4 2 4 4 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61

5 3 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 3 5 4 5 4 5 75

6 3 2 4 4 3 4 4 4 5 5 2 2 5 4 4 5 5 65

7 2 4 4 4 3 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 70

8 2 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 3 4 4 4 72

9 1 2 3 3 3 2 5 5 3 5 3 3 4 3 4 5 4 58

10 2 4 1 2 2 0 4 2 3 4 2 4 5 4 5 5 3 52

11 2 5 2 2 2 4 4 2 5 5 2 2 4 0 4 4 5 54

12 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63

13 2 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4 61

14 1 2 2 5 3 5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 63

15 2 2 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63

16 4 4 5 4 3 4 5 5 5 5 5 3 5 4 4 4 4 73

17 3 3 2 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 60

18 2 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 63

19 4 4 3 4 5 5 4 5 4 3 4 4 5 3 4 5 4 70

20 4 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 3 5 5 4 74

21 4 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 3 5 5 4 74

22 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64

23 2 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 4 2 3 4 2 61

24 2 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 2 60

25 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 72

26 1 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 62

27 3 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 2 3 3 3 4 5 59

28 3 3 2 2 3 4 4 3 0 3 3 3 4 4 3 3 4 51

29 3 4 4 4 3 4 4 3 3 1 1 5 5 4 5 4 4 61

30 2 2 3 3 2 4 4 5 4 3 1 2 1 3 2 4 2 47

31 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 65

32 3 3 2 5 3 1 4 1 4 2 5 3 4 3 3 4 3 53

33 4 4 4 4 0 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 62

34 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 75

Jumlah 89 124 109 134 115 129 144 134 135 136 124 121 142 118 138 143 133

kuadrat 265 484 383 550 423 537 624 562 567 576 486 453 614 436 576 611 541

var. = 0.94 0.93 0.99 0.64 1.00 1.4 0.42 1.00 0.91 0.94 0.99 0.66 0.62 0.78 0.47 0.28 0.61

VT = 158

Alpha = 0.87

Page 47: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 47

Produktivitas

Res. Item Y

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 4 3 4 5 4 5 5 4 3 4 3 5 5 5 59

2 4 5 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 52

3 2 4 4 3 2 4 4 4 3 3 5 3 4 3 48

4 2 1 4 2 1 4 4 2 2 4 2 4 3 4 39

5 3 3 4 5 3 5 5 3 1 3 4 4 5 4 52

6 4 4 5 4 2 5 4 3 1 1 3 4 3 4 47

7 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 62

8 2 4 4 4 2 5 4 4 4 5 4 4 4 4 54

9 1 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 49

10 2 3 5 5 5 5 4 2 1 2 4 4 4 5 51

11 2 1 4 2 1 4 2 2 2 4 2 0 4 4 34

12 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 52

13 2 3 4 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 4 53

14 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 52

15 2 1 4 2 2 4 4 3 2 3 4 3 4 4 42

16 2 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 52

17 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 50

18 2 4 5 5 4 5 5 3 2 4 3 4 4 5 55

19 4 3 5 4 3 5 4 4 4 5 4 5 5 5 60

20 1 2 5 4 3 5 4 4 4 5 5 5 0 5 52

21 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 64

22 2 4 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 50

23 2 3 3 2 1 4 4 2 3 2 2 4 3 4 39

24 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 0 3 4 47

25 2 3 5 4 5 5 5 4 3 4 4 3 4 4 55

26 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 3 3 49

27 4 3 5 1 2 5 5 5 4 5 3 4 3 4 53

28 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 45

29 5 4 5 4 4 5 5 3 3 5 5 4 5 5 62

30 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 48

31 2 3 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 53

32 2 2 4 4 3 5 5 2 3 4 4 3 0 2 43

33 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 1 3 44

34 3 4 5 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 57

Jumlah 94 109 144 127 107 149 144 114 102 128 120 128 121 137 3.892

Kuadrat 302 381 622 507 389 665 622 402 332 510 448 522 479 567 15.436

varian 1.24 0.93 0.36 0.96 1.54 0.35 0.3564 0.58 0.76 0.83 0.72 1.18 1.42 0.44 25.24

Validitas 0.45 0.44 0.49 0.53 0.43 0.51 0.49 0.57 0.37 0.48 0.48 0.53 0.44 0.42

r kritik, n = 34 = 0.339

r = 0.577

th = 4.89

tt = 2.576

Page 48: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

[48]

PENGARUH CITRA DAN KEPERCAYAAN MEREK PADA PEMBELIAN

DENGAN KETERLIBATAN PRODUK SEBAGAI PEMODERASI DAN NIAT

PEMBELIAN SERTA TAMBAHAN MEREK SEBAGAI PEMEDIASI

(Studi Pada Produk Kue Kering Zaha Barokah

Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur)

Muhammad Syarif Hidayatullah Elmas

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo

Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715

Abstraks: Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui citra merek berpengaruh terhadap niat

membeli konsumen. (2) Untuk mengetahui keterlibatan produk sebagai variabel moderator

mempengaruhi citra merek terhadap membeli konsumen. (3) Untuk mengetahui citra merek

berpengaruh terhadap kepercayaan merek. (4) Untuk mengetahui kepercayaan merek berpengaruh

terhadap tambahan merek. (5) Untuk mengetahui tambahan merek berpengaruh terhadap pembelian

sekarang. (6) Untuk mengetahui tambahan merek berpengaruh terhadap pembelian yang akan datang.

(7) Untuk mengetahui niat membeli berpengaruh terhadap pembelian sekarang. (8) Untuk mengetahui

pembelian sekarang berpengaruh terhadap pembelian yang akan datang.

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Produk Kue Kering Zaha Barokah Di Ponpes

Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur. Responden penelitian ini seluruhnya

berjumlah 350 orang konsumen produk kue kering Zaha Barokah. Besarnya ukuran sampel memiliki

peranan penting dalam estimasi dan interpretasi hasil SEM. Ukuran sampel memberikan dasar untuk

mengestimasi sampling error. Model estimasi menggunakan generalized least square (GLS)

menetapkan jumlah minimum sampel yang diperlukan adalah 200-500. Jumlah responden dalam

penelitian ini adalah sebesar 350 konsumen, sehingga ukuran sampelnya telah sesuai dengan syarat

minimum yang direkomendasikan dalam metode GLS.

Hasil analisis H1 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara citra merek dan niat

membeli dan setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi mengindikasikan citra merek

tidak dapat mempengaruhi niat membeli. H2 mengindikasi tidak terdapat hubungan yang signifikan.

H3 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara citra merek dan kepercayaan merek dan

setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi mengindikasikan citra merek tidak dapat

mempengaruhi kepercayaan merek. H4 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara

kepercayaan merek dan tambahan merek dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk

sebagai pemoderasi mengindikasikan kepercayaan merek dapat mempengaruhi tambahan merek. H5

mengindikasikan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tambahan merek dan pembelian

sekarang dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi

mengindikasikan tambahan merek tidak dapat mempengaruhi pembelian sekarang. H6 juga

mengindikasi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tambahan merek dan pembelian yang

akan datang dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi

mengindikasikan hubungan tambahan merek tidak dapat mempengaruhi pembelian yang akan datang.

H7 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara niat membeli dan pembelian sekarang dan

setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi mengindikasikan niat membeli dapat

mempengaruhi pembelian sekarang. H8 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara

pembelian sekarang dan pembelian yang akan datang dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan

produk sebagai pemoderasi mengindikasikan pembelian sekarang tidak dapat mempengaruhi

pembelian yang akan datang.

Page 49: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 49

Kata kunci : Citra Merek, Kepercayaan Merek, Tambahan Merek, Keterlibatan Produk, Niat

Membeli, Pembelian Sekarang, Pembelian Yang Akan Datang.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah komunikasi yang dilakukan dalam

pemasaran merupakan suatu penyampaian pesan

yang digunakan sebagai salah satu cara untuk

menginformasikan mengenai sebuah produk.

Tujuannya agar sasaran konsumen yang menjadi

target dapat memahami mengenai produk

tersebut. Sehingga konsumen mulai melakukan

suatu pengorganisasian pesan didalam otak

sehingga diinterpretasikan menjadi sebuah

pemaknaan persepsi. Karena persepsi konsumen

mengenai sebuah produk itu sangat penting.

Oleh karena itu, pemberian merek atau brand

pada sebuah produk sangatlah penting karena

dengan adanya merek, suatu produk dapat

dikenal dan ketahui dengan mudah oleh

konsumen. Tidak hanya oleh kosumen tapi juga

oleh penjual atau agen distributor.

Dalam merek itu terdapat citra terhadap

merek itu sendiri. Menurut Keller (dalam

Ferrinadewi, 2008:165) citra merek atau dalam

bahasa Inggrisnya brand image adalah persepsi

tentang merek yang merupakan refleksi memori

konsumen akan asosiasinya pada merek

tersebut. Persepsi yang dimunculkan oleh

konsumen tidak hanya citra terhadap merek saja

namun juga pada produsennya. Seperti apa

produsennya atau perusahaannya dan

bagaimana kepopuleran nama perusahaannya.

Apabila kesan dari perusahaan tersebut adalah

positif maka dalam artian perusahaan tersebut

mempunyai kredibilitas yang tinggi sebagai

perusahaan yang sudah terkenal. Zaha Barokah

yang merupakan merek produk kue kering juga

akan dipersepsikan oleh konsumen.

Zaha Barokah merupakan merek produk

kue kering yang cukup dikenal dikalangan santri

dan alumni Pondok Pesantren Zainul Hasan

Genggong Pajarakan Probolinggo, produk ini

juga dijalankan oleh seorang alumni Pondok

Pesantren tersebut sehingga merek Kue Kering

Zaha Barokah memiliki pangsa pasar yang

cukup luas dibeberapa kota dijawa timur bagian

timur, seperti: Probolinggo, Situbondo,

Bondowoso, dan kota-kota lainnya terkait

dengan alumni Pondok Pesantren tersebut dan

santri Pondok Pesantren tersebut juga. Merek

produk ini mengadopsi nama dari Pondok

Pesantren Zainul Hasan Genggong itu sendiri

menjadi Zaha Barokah. Produk ini juga

bertujuan untuk bisa bertahan lama dipasaran

dan menhasilkan pendapatan yang diharapkan

oleh produsen baik dalam jangka waktu dekat

maupun dalam jangka panjang.

Menurut Aaker, 1991, 1996, Kapferer,

2004, dan Keller, 2003. Membangun merek

yang kuat merupakan salah satu tujuan paling

penting dari produk dan manajemen merek.

Merek yang kuat menghasilkan aliran

pendapatan yang lebih tinggi, baik jangka

pendek dan jangka panjang. Oleh karena itu,

tujuan yang dinyatakan oleh manajemen merek

strategis adalah untuk membangun merek yang

berlangsung selama puluhan tahun dan dapat

memanfaatkan dalam kategori produk yang

berbeda dan pasar (Aaker, 1996).

Sebuah brand image yang baik harus

dikomunikasikan untuk membantu menetapkan

posisi merek, melindungi merek dari kompetisi,

meningkatkan kinerja pasar merek, dan karena

itu memainkan peran integral dalam

membangun ekuitas merek jangka panjang

(Aaker dan Keller, 1990; Keller, 1993; Park et

al, 1991;. Feldwick, 1996; Park dan Srinivasan,

1994). Citra merek penting karena berkontribusi

Page 50: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

50 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

pada konsumen memutuskan itu baik atau tidak

dari merek itu sendiri (Dolich, 1969) dan hal itu

mempengaruhi perilaku pembelian konsumen

berikutnya (Johnson dan Puto, 1987; Fishbein,

1967).

Penelitian ini juga terdapat tes untuk

pengaruh variabel moderasi keterlibatan produk.

Hubungan dimoderasi terjadi ketika hubungan

ditemukan untuk menahan dari beberapa

kategori sampel bukan yang lainnya (Bryman

dan Cramer, 1999). Pencarian untuk hubungan

moderasi adalah penting sebagai alat bantu

peneliti untuk menhindari pendugaan bahwa

suatu pengaturan yang berkaitan dengan temuan

pada sampel keseluruhan, padahal sebenarnya

hanya menggunakan sebagian dari sampel

(Bryman dan Cramer, 1999; Baron dan Kenny,

1986). Dan juga terdapat variabel mediasi

dimana hal ini terjadi ketika sebuah variabel

independen mempengaruhi variabel dependen,

yaitu : niat pembelian dan tambahan merek.

Niat pembelian memoderasi citra merek dengan

pembelian sekarang dan Tambahan merek, yaitu

perjanjian, koneksi, dan identifikasi dengan

merek sangat memprediksi seberapa sering

merek dibeli di masa lalu dan akan dibeli di

masa depan (McAlexander et al., 2003;.

Thomson et al, 2005 dalam Franz-Rudolf Esch

& Tobias Langner et al., 2006). Dalam

memutuskan apa yang harus dibeli, konsumen

menggunakan persepsi atribut produk,

kinerja/manfaat, dan informasi kepribadian

merek lebih tinggi dalam situasi keterlibatan

produk dibandingkan dalam situasi produk

keterlibatan rendah. Artinya, cara-cara di mana

konsumen menerapkan pengaruh citra merek

yang dirasakan oleh mereka untuk niat membeli

mereka akan tergantung pada tingkat konsumen

keterlibatan produk.

Hubungan citra merek dan niat untuk

membeli suatu produk terkait dengan produk

kue kering Zaha Barokah juga dipengaruhi oleh

kepercaan dan tambahan merek itu sendiri.

Dalam penelitian Franz-Rudolf Esch & Tobias

Langner, et al., (2006). Menjelaskan bahwa

terdapat aspek komunal dari suatu hubungan

melibatkan perasaan seseorang tentang orang

lainnya, mereka melampaui kepentingan

pribadi. Kepercayaan merupakan hasil penting

dari hubungan tersebut. Telah terbukti menjadi

landasan dari hubungan erat tersebut, baik

dalam psikologi dan pemasaran (Delgado-

Ballester, 2004; Garbarino dan Johnson, 1999;

Morgan dan Hunt, 1994). Kepercayaan merek

adalah pengaruh yang mendasar, mengacu pada

perasaan yang merupakan hasil hubungan

komunal dengan merek. Selain itu, mengenai

hubungan antara konstruksi hubungan, peneliti

berharap kepercayaan merek merupakan hasil

dari perubahan hubungan komunal dan

menganggap tambahan merek sebagai refleksi

dari hubungan merek dari waktu ke waktu.

Selain itu tambahan merek, yaitu

perjanjian, koneksi, dan identifikasi dengan

merek diprediksi sangat kuat bagaimana

seberapa sering merek dibeli di masa lalu dan

akan dibeli di masa depan (McAlexander et al.,

2003;. Thomson et al, 2005). Peneliti juga

memprediksi bahwa terdapat hubungan dari

variabel pembelian sekarang dan pembelian

yang akan datang (Franz-Rudolf Esch & Tobias

Langner et al., 2006). Dan penelitian ini

merupakan penggabungan dari beberapa

variabel dari beberapa jurnal diatas.

Berdasarkan pada alasan di atas maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan

memodifikasi beberapa variabel dari jurnal

diatas dengan judul “Pengaruh Citra Dan

Kepercayaan Merek Pada Pembelian Dengan

Keterlibatan Produk Sebagai Pemoderasi Dan

Niat Pembelian Serta Tambahan Merek Sebagai

Pemediasi (Studi Pada Produk Kue Kering

Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan

Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa

Timur)”

Page 51: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 51

Hubungan Citra Merek dan Niat

Pembelian.

Citra merek merupakan bagian dari merek

itu sendiri. Citra merek (brand image) menurut

Kotler (2002:629) adalah seperangkat

keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh

seseorang terhadap suatu obyek. Kotler dan Fox

(dalam Sutisna dan Pawitra (2001: 83)

mendefinisikan brand image sebagai sejumlah

gambaran-gambaran, kesan-kesan dan

keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh

seseorang terhadap suatu obyek. Dan menurut

Tjiptono (2005: 49), citra merek yaitu deskripsi

tentang asosiasi dan keyakinan konsumen

terhadap merek tertentu. Sedangkan menurut

Rangkuti (2004: 244), citra merek adalah

sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan

melekat di benak konsumen. Citra merek (brand

image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi

yang muncul di benak konsumen ketika

mengingat sebush merek tertentu. Asosiasi

tersebut secara sederhana dapat muncul dalam

bentuk pemikiran atau citra tertentu yang

dikaitkan kepada suatu merek, sama halnya

ketika kita berpikir mengenai orang lain (Shimp,

2000: 12).

Citra merek penting karena berkontribusi

pada konsumen memutuskan itu baik atau tidak

merek adalah satu untuk dirinya (Dolich, 1969)

dan hal itu mempengaruhi perilaku pembelian

konsumen berikutnya (Johnson dan Puto, 1987;

Fishbein, 1967), kemudian merek ekuitas (Biel,

1992). Sebuah brand image baik

dikomunikasikan harus membantu untuk

menetapkan posisi merek, melindungi merek

dari kompetisi, meningkatkan kinerja pasar

merek, dan karena itu memainkan peran integral

dalam membangun ekuitas merek jangka

panjang (Aaker dan Keller, 1990; Keller, 1993;

Park et al, 1991;. Feldwick, 1996; Park dan

Srinivasan, 1994).

H1 : Citra Merek berpengaruh terhadap Niat

Membeli konsumen.

Keterlibatan Produk.

Keterlibatan membangun berasal dari

aspek psikologi manusia. Dipelopori oleh

Sheriff dan Cantril (1947), keterlibatan

digambarkan sebagai keadaan organisme ketika

dihadapkan dengan stimulus pada ego-pusat,

atau ketika stimulus apapun baik secara sadar

atau tidak sadar berhubungan dengan ego.

Dalam pemasaran, konsep ini tampaknya lebih

kompleks, Cohen (1983, hal 325) menyatakan

bahwa mungkin ada “1.000 ide-ide besar” pada

konsep keterlibatan. Keterlibatan produk

umumnya didefinisikan sebagai persepsi

konsumen abadi tentang pentingnya kategori

produk berdasarkan kebutuhan yang melekat

pada konsumen, nilai, dan kepentingan

(misalnya de Wulf et al., 2001;. Mittal, 1995;

Zaichkowsky, 1985). Keterlibatan Produk telah

banyak digunakan sebagai variabel penjelas

dalam perilaku konsumen (Dholakia, 1998,

1997). Telah ditetapkan bahwa tingkat

keterlibatan menentukan kedalaman,

kompleksitas dan keluasan dari proses kognitif

dan perilaku selama proses pilihan konsumen

(misalnya Chakravarti dan Janiszewski, 2003;

Kokkinaki, 1999; Kleiser dan Wagner, 1999;

Laurent dan Kapferer, 1985; Houston dan

Rothschild, 1978). Oleh karena itu, keterlibatan

produk adalah kerangka pusat, penting untuk

memahami pengambilan keputusan konsumen

yang terkait dalam perilaku dan komunikasi

(Chakravarti dan Janiszewski, 2003; Fill, 1999).

Penelitian ini juga terdapat tes untuk

pengaruh variabel moderasi keterlibatan produk.

Hubungan dimoderasi terjadi ketika hubungan

ditemukan untuk menahan dari beberapa

kategori sampel bukan yang lainnya (Bryman

dan Cramer, 1999). Pencarian untuk hubungan

moderasi adalah penting sebagai alat bantu

peneliti untuk menhindari pendugaan bahwa

suatu pengaturan yang berkaitan dengan temuan

pada sampel keseluruhan, padahal sebenarnya

Page 52: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

52 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

hanya menggunakan sebagian dari sampel

(Bryman dan Cramer, 1999; Baron dan Kenny,

1986). Dalam memutuskan apa yang harus

dibeli, konsumen menggunakan persepsi atribut

produk, kinerja/manfaat, dan informasi

kepribadian merek lebih tinggi dalam situasi

keterlibatan produk dibandingkan dalam situasi

produk keterlibatan rendah. Artinya, cara-cara

di mana konsumen menerapkan pengaruh citra

merek yang dirasakan oleh mereka untuk niat

membeli mereka akan tergantung pada tingkat

konsumen keterlibatan produk :

H2 : Keterlibatan Produk Memoderasi

Pengaruh Citra Merek Terhadap Niat

Pembelian

Hubungan Citra Merek dan

Kepercayaan Merek.

Kepercayaan merupakan suatu hal yang

penting bagi sebuah komitmen atau janji, dan

komitmen hanya dapat direalisasikan jika suatu

saat berarti. Keyakinan atau kepercayaan

merupakan faktor penting yang dapat

mengatasi krisis dan kesulitan antara rekan

bisnis selain itu juga merupakan aset penting

dalam mengembangkan hubungan hubungan

yang panjang antar organisasi. Suatu organisasi

harus mampu mengenali faktor-faktor yang

dapat membentuk kepercayaan tersebut agar

dapat menciptakan, mengatur, memelihara,

menyokong dan mempertinggi tingkat

hubungan dengan pelanggan (Zeithaml, et al.,

1997; Zeithaml, 1998).

Lau dan lee (1999) mendefinisikan

kepercayaan sebagai kesediaan (willingness)

seseorang untuk menggantungkan dirinya pada

pihak lain dengan resiko tertentu. Kepercayaan

terhada merek terbentuk dari pengalaman masa

lalu dan interaksi sebelumnya (Garbarino dan

Johnson, 1999). Anderson dan Narus dalam

Aydin dan Ozer (2005) menekankan bahwa

trust terjadi ketika suatu kelompok percaya

bahwa tindakan kelompok yang lain akan

memberikan hasil yang positif baginya. Doney

dan Cannon dalam Aydin dan Ozer (2005)

menyatakan bahwa kepercayaan merupakan

suatu proses menghitung (calculative process)

antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil

yang diperoleh. Ada hubungan empiris yang

pada harapan peneliti dari tiga perbedaan

hubungan konstruksi antara - merek kepuasan,

kepercayaan dan tambahan merek. Dalam

penelitian sebelumnya berharap kesadaran

merek dan citra merek menjadi anteseden untuk

kepuasan merek dan kepercayaan merek.

Artinya, baik kepercayaan dan kepuasan merek

membutuhkan pengetahuan merek, kecuali

konsumen memiliki representasi dari merek

dalam memorinya termasuk kesadaran

dan citra yang positif, konsumen tidak dapat

puas dengan merek atau kepercayaan merek itu

sendiri.

H3 : Citra Merek berpengaruh terhadap

Kepercayaan Merek.

Hubungan Kepercayaan Merek dan

Tamba-han Merek

Hipotesis tentang hubungan antara

kepercayaan (trust) dan tambahan (attachment)

(dalam Didier Louis and Cindy Lombart;

Volume 19:2010:114–130) pada merek

disarankan baik oleh Gouteron (2006, 2008) dan

Lacoeuilhe dan Belaid (2007). Dalam usaha

untuk membedakan kepercayaan dan tambahan,

Lacoeuilhe dan Belaid (2007) melihat bahwa

integritas dan kebajikan - dua dimensi

kepercayaan - yang dekat dengan tambahan dan

bahkan mungkin mempengaruhi variabel ini.

Selain hubungan ini hipotesis antara

kepercayaan dan tambahan sesuai dengan akhir

rantai relasional dikemukakan oleh Aurier et al.

(2001), yang mengasumsikan adanya hubungan

positif antara variabel-variabel berikut, kualitas

masing-masing dirasakan, nilai yang dirasakan,

kepuasan, kepercayaan, dan lampiran. Sebagai

hasilnya, saya menyarankan hipotesis berikut:

Page 53: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 53

H4 : Kepercayaan Merek berpengaruh

terhadap Tambahan Merek.

Hubungan Tambahan Merek, Pembelian

Sekarang dan Pembelian Yang Akan Datang.

Pemasar yang sukses dapat meningkatkan

niat beli konsumen terhadap merek dan

preferensi langsung atau tidak langsung.

Pemasar dengan sumber kredibilitas yang kuat

utama faktor-faktor (seperti keahlian,

kepercayaan, dan tarik) secara signifikan dapat

mempengaruhi niat pembelian konsumen

(Ohanian,1991). Oleh karena itu, Pemasar tidak

hanya menggunakan cara yang umum dan

mudah untuk menjangkau konsumen, tetapi juga

pengaturan dasar dan pemasaran efektif (Aaker,

1996). Di antara berbagai pemasar, dukungan

atlet terkenal, bahkan relatif spesifik dan efektif

(Kotler, 1997) (dalam Matthew Tingchi Liu,

Yu-Ying Huang, dan Jiang Minghua: 2007).

Selain itu, tambahan merek, yaitu perjanjian,

koneksi, dan identifikasi dengan merek sangat

memprediksi seberapa sering merek dibeli di

masa lalu dan akan dibeli di masa depan

(McAlexander et al., 2003;. Thomson et al,

2005). Sebagai hasilnya, saya menyarankan

hipotesis berikut:

H5. Tambahan Merek berpengaruh terhadap

Pembelian Sekarang.

H6. Tambahan Merek berpengaruh terhadap

Pembelian Yang Akan Datang.

Hubungan Niat Membeli, Pebelian Sekarang,

dan Pembelian Yang Akan Datang.

Konsumen dalam mengambil keputusan

untuk membeli suatu produk merupakan bagian

dari perilaku konsumen itu sendiri. Perilaku

konsumen adalah mempelajari dari proses yang

melibatkan individu atau kelompok dalam

memilih, membeli, menggunakan, dan pasca

penggunaan produk, jasa, gagasan, atau

pengalaman untuk mencukupi kebutuhan dan

keinginan (Solomon, 2002: 5). Dapat juga

dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan

studi tentang bagaimana pembuat keputusan

(decision units), baik individu, kelompok,

ataupun organisasi, membuat keputusan-

keputusan beli atau melakukan transaksi

pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya

(Prasetijo dan Ihalauw, 2005: 9).

Merujuk pada pendapat Hawkins, et al

(dalam Suryani, 2008: 6) berarti perilaku

konsumen merupakan studi tentang bagaimana

individu, kelompok dan organisasi dan proses

yang dilakukan untuk memilih, mengamankan,

menggunakan dan menghentikan produk, jasa,

pengalaman atau ide untuk memuaskan

kebutuhannya dan dampaknya terhadap

konsumen dan masyarakat. Dengan demikian

studi perilaku konsumen itu mencakup bidang

yang lebih luas, karena termasuk di dalamnya

juga mempelajari dampak dan proses dan

aktivitas yang dilakukan konsumen ke

konsumen lain maupun masyarakat. Dengan

demikian peneliti merumuskan hipotesis;

H7. Niat Membeli berpengaruh terhadap

Pembelian Sekarang.

Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap

produk akan mempengaruhi perilaku komsumen

selanjutnya. Jika konsumen tersebut puas,

konsumen akan menunjukkan kemungkinan

yang lebih tinggi untuk membeli kembali

paroduk tersebut (Kotler, 2005). Dan Peneliti

juga memprediksi pada hubungan terakhir dari

variabel pembelian sekarang dan pembelian

yang akan datang, dan berharap variabel

pembelian sekarang mempengaruhi pembelian

yang akan datang.

H8. Pembelian Sekarang berpengaruh

terhadap Pembelian Yang Akan Datang.

Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini dimulai dengan

diskusi tentang pengaruh variabel citra merek

Page 54: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

54 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

dan kepercayaan merek terhadap variabel

pembelian sekarang dan pembelian yang akan

datang. Dan juga mencoba untuk menunjukkan

bahwa keterlibatan produk berfungsi sebagai

pemoderasi antara citra merek dan niat

pembelian serta niat pembelian dan tambahan

merek berfungsi sebagai pemediasi dari

pembelian sekarang dan pembelian yang akan

datang. Untuk meringkas hipotesis diatas agar

lebih mudah dipahami akan disajikan pada

gambar dibawah ini :

Gambar 1 : Kerangka Berfikir

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini

dikategorikan kedalam penelitian pengujian

hipotesis. Desain penelitian ini menggunakan

desain descriptive dan explanatory research.

Menurut Jogiyanto (2004), descriptive research

merupakan riset yang bertujuan untuk

menggambarkan suatu peristiwa, siapa yang

terlibat, apa yang dilakukan, kapan dilakukan,

dimana dan bagaimana melakukannya.

Sedangkan explanatory research merupakan

riset yang mencoba untuk menjelaskan

fenomena yang ada. Dilihat dari hubungan antar

variabel, penelitian ini merupakan penelitian

kausal atau sebab akibat, yaitu penelitian yang

diadakan untuk menjelaskan hubungan antar

variabel, variabel yang satu menyebabkan atau

menetukan nilai variabel yang lain (Cooper

Schindler, 2006: 154).

Penelitian ini dilakukan terhadap

pelanggan produk Kue Kering Zaha Barokah,

menggunakan survei dalam pencarian data, dan

data tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk

pengambilan data primer. Survei ini berupa

kuesioner yang akan diberikan kepada

konsumen yaitu santri, santriwati, dan alumni

Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong

Pajarakan Probolinggo, baik yang berada di

Kabupaten Probolinggo, Lumajang, dan daerah

sekitarnya.

Data dan Sumber Data

Data dan sumber data dalam penelitian ini

menggunakan data primer (kuisioner),

sedangkan data sekundernya adalah internet,

penelusuran dokumen, dan publikasi informasi.

Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan

Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

konsumen produk Kue Kering Zaha Barokah

yang pernah membeli produk ini minimal 3 kali

di Pondok Pesantren Zainul Hasan Probolinggo

dan sekitarnya. Dan responden penelitian ini

seluruhnya berjumlah 350 orang konsumen

produk kue kering Zaha Barokah Di Ponpes

Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo,

Jawa Timur. Besarnya ukuran sampel memiliki

peranan penting dalam estimasi dan interpretasi

hasil SEM. Ukuran sampel memberikan dasar

untuk mengestimasi sampling error. Model

estimasi menggunakan generalized least square

(GLS) menetapkan jumlah minimum sampel

yang diperlukan adalah 200-500. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode non probability sampling

KETERLIBATAN PRODUK (Product Involvement)

H2

CITRA MEREK (Brand Image)

NIAT PEMBELI (Purchase Intention)

KEPERCAYAAN MEREK

(Brand Trust)

PEMBELIAN YANG AKAN DATANG

(Future Purchase)

PEMBELIAN SEKARANG (Current Purchase)

TAMBAHAN MEREK (Brend Attachment)

H1 H7

H3

H4

H5

H6

H8

Page 55: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 55

yaitu tidak semua elemen populasi mempunyai

kesempatan untuk dipilih menjadi sampel dan

pengambilan sampel dengan teknik purposive

sampling.

Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner yang disebarkan

kepada para responden yang telah dipilih.

Instrument penelitian ini menggunakan

kuesioner dengan pengukuran skala yang

digunakan dalam penelitian ini adalah itimized

rating scale dengan rentang skala 4 untuk

jawaban “Setuju (S)”, skala 3 untuk jawaban

“Cukup Setuju (CS)”, skala 2 untuk jawaban

“Kurang Setuju (KS)”, dan skala 1 untuk

jawaban “Tidak Setuju (TS)”. Pengolahan

datanya menggunakan metode SEM dengan

software LISREL atau AMOS.

Model Analisis Data

Uji Validitas Konstruk (CFA)

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya (Sekaran,

2006). Dalam penelitian ini akan digunakan

uji validitas dengan Confirmatory Factor

Analysis (CFA) dengan bantuan software

SPSS for windows versi 15, dimana setiap item

pertanyaan harus mempunyai factor loading >

0,50.

Uji validitas menggunakan uji

confirmatory factor analysis (CFA). Menurut

Ghozali (2006:49), CFA harus dilakukan pada

analisis model yang menggunakan SEM,

dimana setiap item pertanyaan harus

mempunyai factor loading diatas 0,5. Dalam

Ferdinand (2006: 352) dijelaskan bahwa

analisis konfirmatori dalam SEM digunakan

untuk mengukur faktor-faktor yang paling

dominan dalam satu kelompok variabel.

Teknik yang digunakan adalah dengan melihat

output dari rotated component matrix yang

harus diekstrak secara sempurna. Peneliti

melakukan penyebaran untuk pre-test kepada

40 responden.

Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan prosedur

pengujian statistik yang dianggap relevan

untuk mengukur sejauh mana kehandalan atau

konsistensi internal dari suatu instrumen

penelitian. Untuk menguji reliabilitas

digunakan Cronbach Alpha dengan bantuan

SPSS for windows 15. Sekaran (2006)

mengatakan bahwa nilai Cronbach Alpha

dapat dikatakan reliabel apabila nilainya >

0,60. Selanjutnya, tingkatan reliabilitas dibagi

menjadi tiga kriteria sebagai berikut : jika

alpha atau r hitung (1) 0,8-1,0 = Reliabillitas

baik, (2) 0,60-0,79 = Reliabilitas diterima, (3)

Kurang dari 0,60 = Reliabilitas kurang baik.

Dengan demikian, prosedur pengujian ini

dapat memberikan jaminan bahwa datanya

memenuhi kriteria kelayakan untuk dianalisis

dengan menggunakan metode-metode statistik

yang lain.

Pengujian Hipotesis

Analisis hasil pengolahan data pada tahap

full model SEM dilakukan dengan melakukan

uji kesesuaian dan uji statistik. Suatu model

dasar persamaan merupakan model yang baik

jika hasil uji persamaan struktural untuk model

tingkat individu menunjukkan bahwa dilihat

dari ukuran-ukuran nilai (cut off), seperti

terlihat dalam tabel indeks pengujian

kelayakan Structural Equation Modelling

(SEM) menurut Ferdinand (2006:320) :

Page 56: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

56 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

Tabel 1 : Indeks Pengujian Kelayakan

Structural Equation Modelling (SEM)

Goodness of Fit Indeks Cut off

Value

X2, chi square > α 0,05

Significant Probability 0,05

RMSEA

( Root mean square error of approximation) 0,08

GFI (The goodness of fit index) 0,90

AGFI (adjusted goodness of fit index) 0,90

CMIN/DF 2,00

TLI 0,95

CFI (Comparative fit index) 0,95

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Analisis Statistik Deskriptif

Ada lima variabel demografi yang

digunakan untuk menjelaskan profil responden,

yaitu jenis kelamin (gender), umur, pendidikan,

dan pekerjaan. Hasil analisis statistik deskriptif

dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Tabel 2 : Statistik Deskriptif

Freku

ensi % Ukuran

Jenis Kelamin 86

264

24,6%

75,4

1 = Pria

2 = Wanita

Umur 14 tahun sampai 28

tahun Dalam Tahun

Pendidikan

Terakhir

162

125

16

47

46,3%

35,7%

4,6%

13,4%

1 = SLTP

2 = SLTA

3 = D2/D3

4 = S1

Pekerjaan

21

60

122

147

6,0%

17,1%

34,9%

42,0%

1 = PNS

2 = P. Swasta

3 = Wiraswasta

4 = Mahasiswa/

Pelajar

Sumber: data primer diolah, 2012

Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif

pada Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa jumlah

responden wanita berada pada proporsi yang

lebih besar dengan jumlah 264 atau sebesar

75,4%. Sedangkan jumlah responden pria

sebesar 24,6% atau 86 responden. Dengan

demikian, pihak produsen Kue Kering Zaha

Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong

Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur disarankan

untuk mencermati perilaku

konsumen/pelanggan yang dikarenakan

perbedaan gender. Hal tersebut dikarenakan

kecenderungan wanita memiliki kebiasaan

untuk mengemil makanan ringan dibandingkan

pria.

Tabel 2 mengindikasi bahwa usia rata- rata

responden dalam penelitian ini adalah 14 tahun

sampai 28 tahun. Berdasarkan tabel tersebut,

juga dapat diindikasi bahwa usia responden

terendah adalah 12 tahun, sedangkan usai

responden tertinggi adalah 58 tahun. Hal ini

memberikan pemahaman bagi produsen untuk

mencermati perilaku pelanggan berdasarkan

perbedaan usia.

Berdasarkan hasil analisis statistik

deskripstif yang diperoleh, dapat diketahui

diketahui bahwa tingkat pendidikan responden

yang mendominasi dalam penelitian ini adalah

pelajar SLTP sebanyak 162 orang atau sebesar

46,3% dan SLTA sebanyak 125 orang atau

sebesar 35,7% diikuti oleh D2/D3 dan S1

masing-masing sebesar 4,6% dan 13,4%. Hal ini

mensyaratkan pihak produsen untuk dapat

mencermati efek dari perbedaan tingkat

pendidikan terhadap perilaku

konsumen/pelanggan, karena konsumen

terbanyak adalah pelajar/mahasiswa.

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa

responden yang bekerja sebagai

pelajar/mahasiswa/i adalah yang mendominasi

penelitian ini dengan jumlah 147 orang atau

sebesar 42,0%. Dengan demikian, pihak

produsen disarankan untuk mencermati

keragaman pekerjaan responden terhadap

perilaku konsumen/pelanggan.

Pengujian Kualitas Instrumen Penelitian

Tahap Pra-Analisis

Uji Validitas Konstruk (CFA)

Page 57: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 57

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya (Sekaran, 2006).

Dalam penelitian ini akan digunakan uji

validitas dengan Confirmatory Factor Analysis

(CFA) dengan bantuan software SPSS for

windows versi 15, dimana setiap item

pertanyaan harus mempunyai factor loading >

0,50.

Teknik yang digunakan adalah dengan

melihat output dari rotated component matrix

yang harus diekstrak secara sempurna. Peneliti

melakukan penyebaran untuk pre-test kepada 40

responden, adapun hasilnya adalah sebagai

berikut:

Tabel 3 : Hasil Uji Validitas Konstruk

Item Component

1 2 3 4 5 6 7

c1

c2 .653

c3 .837

c4 .875

kp1 .725

kp2 .625

kp3 .672

kp4 .784

kp5 .852

kp6 .650

pi1 .798

pi2 .789

pi3 .815

pi4 .742

km1 .933

km2 .515

km3 .928

km4 .615

km5 .521

km6 .824

km7 .663

km8 .848

km9 .836

tm1

tm2 .748

tm3 .652

tm4 .696

ps1 .831

ps2 .852

ps3 .869

ps4 .732

pa1 .769

pa2 .792

pa3 .717

pa4 .560

pa5 .668

pa6 .555

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel 3,

hasil validitas tersebut dinyatakan valid karena

setiap item pertanyaan yang menjadi indikator

masing-masing variabel telah terekstrak secara

sempurna dan memiliki factor loading ≥ 0,50.

Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan prosedur pengujian

statistik yang dianggap relevan untuk mengukur

sejauh mana kehandalan atau konsistensi

internal dari suatu instrumen penelitian. Untuk

menguji reliabilitas digunakan Cronbach Alpha

dengan bantuan SPSS for windows 15. Sekaran

(2006) mengatakan bahwa nilai Cronbach

Alpha dapat dikatakan reliabel apabila nilainya

> 0,60. Selanjutnya, tingkatan reliabilitas dibagi

menjadi tiga kriteria sebagai berikut : jika alpha

atau r hitung (1) 0,8-1,0 = Reliabillitas baik, (2)

0,60-0,79 = Reliabilitas diterima, (3) Kurang

dari 0,60 = Reliabilitas kurang baik. Dengan

demikian, prosedur pengujian ini dapat

memberikan jaminan bahwa datanya memenuhi

kriteria kelayakan untuk dianalisis dengan

menggunakan metode-metode statistik yang

lain. Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas:

Page 58: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

58 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

Tabel 4 : Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s

Alpha Keterangan

Citra Merek (CM) 0,754 Reliabel

Keterlibatan Produk

(KP)

0,829 Reliabel

Niat Membeli (PI) 0,860 Reliabel

Kepercayaan Merek

(KM)

0,904 Reliabel

Tambahan Merek (TM) 0,649 Reliabel

Pembelian Sekarang

(PS)

0,882 Reliabel

Pembelian Yang Akan

Datang (PAD)

0,813 Reliabel

Sumber : data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil uji reliabilitas seperti

yang terlihat pada tabel 4, dapat disimpulkan

bahwa indikator/instrumen dari ketujuh variabel

laten yang diteliti dalam penelitian ini

dinyatakan reliabel semua.

Pengujian Instrumen Penelitian

Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dibagi

menjadi dua yaitu convergent validity dan

discriminant validity. Penelitian ini lebih cocok

menggunakan convergent validity atau validitas

konvergen. Validitas konvergen dinilai dari

measurement model yang dikembangkan

dengan menentukan apakah setiap indikator

yang diestimasikan secara valid mengukur

dimensi dari konsep yang diujinya. Indikator

dimensi menunjukkan validitas konvergen yang

signifikan apabila koefisien variabel indikator

itu lebih besar dari dua kali standar errornya

(Anderson & Gerbing, 1988 dalam Ferdinand,

2005: 187). Bila setiap indikator memiliki

critical ratio (C.R.) yang lebih besar dari dua

kali standar errornya, hal ini menunjukkan

bahwa indikator itu secara valid mengukur apa

yang seharusnya diukur dalam model yang

disajikan. Berikut ini adalah hasil pengujian

validitas konvergen untuk masing-masing

variabel menggunakan bantuan program

komputer Amos 18.

Citra Merek

Uji validitas konvergen untuk variabel citra

merek diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5 : Hasil Uji Validitas Variabel Citra

Merek

Konstruk Estimat

e S.E. C.R. P

c4 <---

Citra

Merek

1.000

c3 <--- .852 .160 5.322 ***

c2 <--- .806 .149 5.418 ***

c1 <--- -.264 .153 -1.724 .085

Sumber: data primer diolah, 2012

Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000

Tabel 5 menunjukkan bahwa semua

indikator tentang citra merek menghasilkan nilai

estimasi dengan C.R. lebih besar dari dua kali

standar errornya, kecuali indikator c1 yang

memiliki nilai lebih kecil. Maka dapat

disimpulkan bahwa indikator variabel citra

merek yang digunakan adalah valid semua

kecuali item c1 yang tidak valid dan harus

direduksi (tidak layak digunakan dalam

penelitian ini).

Keterlibatan Produk

Uji validitas konvergen untuk variabel

keterlibatan produk diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 6 : Hasil Uji Validitas Variabel

Keterlibatan Produk

Konstruk Estimat

e S.E. C.R. P

kp1 <---

Keterlibatan

Produk

1.000

kp2 <--- .051 .105 .482 .630

kp3 <--- .703 .107 6.589 ***

kp4 <--- .670 .104 6.446 ***

kp5 <--- .679 .105 6.486 ***

kp6 <--- -.022 .109 -.206 .837

Sumber: data primer diolah, 2012 Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000

Page 59: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 59

Tabel 6 menunjukkan bahwa semua

indikator tentangketerlibatan produk

menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. lebih

besar dari dua kali standar errornya, kecuali

indikator kp2 dan kp6 yang memiliki nilai lebih

kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa indikator

variabel keterlibatan produk yang digunakan

adalah valid semua kecuali item kp2 dan kp6

yang tidak valid dan harus direduksi (tidak

layak digunakan dalam penelitian ini).

Niat Membeli

Uji validitas konvergen untuk variabel niat

membeli diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 7 : Hasil Pengujian Validitas

Variabel Niat Membeli

Konstruk Estimat

e S.E. C.R. P

pi1 <---

Niat

Membeli

1.000

pi2 <--- .683 .128 5.334 ***

pi3 <--- .740 .143 5.190 ***

pi4 -.024 .100 -.242 .809

Sumber: data primer diolah, 2012

Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000

Tabel 7 menunjukkan bahwa semua

indikator tentang niat membeli menghasilkan

nilai estimasi dengan C.R. yang lebih besar dari

dua kali standar errornya, kecuali indikator p4

yang memiliki nilai lebih kecil. Maka dapat

disimpulkan bahwa indikator variabel niat

membeli yang digunakan adalah valid, kecuali

item p4 yang tidak valid dan harus direduksi

(tidak layak digunakan dalam penelitian ini).

Kepercayaan Merek

Uji validitas konvergen untuk variabel

kepercayaan merek diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 8 : Hasil Pengujian Validitas

Variabel Kepercayaan Merek

Konstruk Estimate S.E. C.R. P

km9 <--- Kepercaya

an Merek

1.000 .184 7.374 ***

km8 <--- .744 .097 7.655 ***

km7 <--- .177 .094 1.886 .059

Konstruk Estimate S.E. C.R. P

km6 <--- .656 .099 6.642 ***

km5 <--- .647 .102 6.314 ***

km4 <--- .149 .087 1.709 .087

km3 <--- .894 .103 8.721 ***

km2 <--- .108 .094 1.148 .251

km1 <--- .793 .094 8.423 ***

Sumber: data primer diolah, 2012 Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000

Tabel 8 menunjukkan bahwa semua

indikator tentang kepercayaan merek

menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. lebih

besar dari dua kali standar errornya, kecuali

indikator km7, km4, dan km2 yang memiliki

nilai lebih kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa

indikator variabel kepercayaan merek yang

digunakan adalah valid semua kecuali item

km7, km4, dan km2 yang tidak valid dan harus

direduksi (tidak layak digunakan dalam

penelitian ini).

Tambahan Merek

Uji validitas konvergen untuk variabel

tambahan merek diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 9 : Hasil Pengujian Validitas Variabel

Tambahan Merek

Konstruk

Estimat

e S.E. C.R. P

tm4 <---

Tambahan

Merek

1.000

tm3 <--- 1.015 .198 5.125 ***

tm2 <--- 1.865 .365 5.111 ***

tm1 <--- .852 .174 4.903 ***

Sumber: data primer diolah, 2012

Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000

Tabel 9 menunjukkan bahwa semua

indikator tentang tambahan merek

menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. yang

lebih besar dari dua kali standar errornya.

Maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator

variabel tambahan merek yang digunakan

adalah valid dan layak digunakan dalam

penelitian ini.

Pembelian Sekarang

Uji validitas konvergen untuk variabel

pembelian sekarang diperoleh hasil sebagai

berikut :

Page 60: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

60 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

Tabel 10 : Hasil Pengujian Validitas

Variabel Pembelian Sekarang

Konstruk Estimat

e S.E. C.R. P

ps1 <--- Pembelia

n

Sekarang

1.000

ps2 <--- .585 .093 6.260 ***

ps3 <--- .635 .092 6.931 ***

ps4 <--- .014 .073 .194 .846

Sumber: data primer diolah, 2012

Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000

Tabel 10 menunjukkan bahwa semua

indikator tentang pembelian sekarang

menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. yang

lebih besar dari dua kali standar errornya,

kecuali indikator ps4 yang memiliki nilai lebih

kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa semua

indikator variabel pembelian sekarang yang

digunakan adalah valid kecuali item ps4 yang

tidak valid dan harus direduksi (tidak layak

digunakan dalam penelitian ini).

Pembelian yang akan Datang

Uji validitas konvergen untuk variabel

pembelian yang akan datang diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 11 : Hasil Pengujian Validitas

Variabel Pembelian yang Akan Datang

Konstruk Estima

te S.E. C.R. P

pad1 <---

Pembelian

Yang

Akan

Datang

1.000

pad2 <--- .792 .122 6.497 ***

pad3 <--- .913 .139 6.550 ***

pad4 <--- .807 .129 6.271 ***

pad5 <--- .787 .124 6.335 ***

pad6 <--- .084 .130 .643 .520

Sumber: data primer diolah, 2012

Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000

Tabel 11 menunjukkan bahwa semua

indikator tentang pembelian yang akan datang

terdapat satu item

tidak valid karena memiliki nilai estimasi

lebih kecil dari dua kali standar errornya. Maka

dapat disimpulkan bahwa indikator variabel

pembelian yang akan datang valid semua

kecuali pad6 yang tidak valid dan harus

direduksi (tidak layak digunakan dalam

penelitian ini).

Reliabilitas Konstruk

Reliabilitas konstruk dinilai dengan

menghitung indeks reliabilitas instrumen yang

digunakan (composite reliability) dari model

SEM yang dianalisis. Nilai batas yang

digunakan untuk menilai sebuah tingkat

reliabilitas yang dapat diterima adalah 0.70

walaupun angka itu bukanlah sebuah ukuran

yang “mati”. Artinya bila penelitian yang

dilakukan bersifat eksploratori, maka nilai

dibawah 0.70 pun masih dapat diterima

sepanjang disertai dengan alasan-alasan empirik

yang terlihat dalam proses eksplorasi. Nunally

dan Bernstein, (1994) dalam Ferdinand, (2005:

193) memberikan pedoman yang baik untuk

menginterpretasikan indeks reliabilitas. Mereka

menyatakan bahwa dalam penelitian

eksploratori, reliabilitas yang sedang antara 0.5

– 0.6 sudah cukup untuk menjustifikasi sebuah

hasil penelitian. Adapun rumus reliabilitas

konstruk adalah sebagai berikut:

Reliabilitas =

jLoadingStd

LoadingStd

2

2

.

.

Berikut ini adalah hasil pengujian reliabilitas

konstruk pada masing-masing variabel dengan

menggunakan bantuan program komputer Amos

18: Variable Min Max skew c.r. Kurtosis c.r.

pa6 1.000 4.000 -.754 -5.760 .131 .500

pa5 2.000 4.000 -.382 -2.916 -.915 -3.495

pa4 2.000 4.000 -.289 -2.211 -.914 -3.490

pa3 1.000 4.000 -.599 -4.575 -.131 -.499

pa2 2.000 4.000 -.014 -.110 -.760 -2.903

pa1 2.000 4.000 -.388 -2.963 -.956 -3.651

ps4 2.000 4.000 -.661 -5.052 -.721 -2.752

ps3 2.000 4.000 -.393 -3.001 -1.667 -6.368

Page 61: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 61

Variable Min Max skew c.r. Kurtosis c.r.

ps2 2.000 4.000 -.149 -1.142 -1.240 -4.736

ps1 2.000 4.000 -.466 -3.560 -1.600 -6.112

tm1 2.000 4.000 .036 .278 -1.828 -6.980

tm2 2.000 4.000 .040 .306 -1.544 -5.894

tm3 2.000 4.000 -.278 -2.124 -1.480 -5.653

tm4 2.000 4.000 -.282 -2.153 -1.065 -4.066

km1 2.000 4.000 -.494 -3.773 -1.423 -5.433

km2 1.000 4.000 -.206 -1.570 .604 2.305

km3 2.000 4.000 -.374 -2.853 -1.143 -4.364

km4 2.000 4.000 -.071 -.544 -1.678 -6.408

km5 2.000 4.000 -.396 -3.028 -1.518 -5.796

km6 2.000 4.000 -.084 -.638 -.806 -3.078

km7 2.000 4.000 -.550 -4.202 -1.047 -3.997

km8 2.000 4.000 -.161 -1.231 -1.422 -5.430

km9 2.000 4.000 -.541 -4.133 -1.520 -5.803

pi4 2.000 4.000 -.049 -.375 -1.436 -5.482

pi3 2.000 4.000 -.255 -1.946 -1.617 -6.176

pi2 2.000 4.000 -.040 -.304 -1.239 -4.731

pi1 3.000 4.000 -.253 -1.936 -1.936 -7.392

kp6 1.000 4.000 -.618 -4.718 -.107 -.407

kp5 2.000 4.000 -.598 -4.564 -1.072 -4.094

kp4 2.000 4.000 -.442 -3.373 -1.624 -6.203

kp3 2.000 4.000 -.456 -3.479 -1.340 -5.117

kp2 1.000 4.000 -.240 -1.830 -.107 -.410

kp1 3.000 4.000 -.396 -3.025 -1.843 -7.038

c1 1.000 4.000 -1.484 -11.331 2.625 10.025

c2 2.000 4.000 -.227 -1.737 -1.777 -6.784

c3 2.000 4.000 -.482 -3.678 -1.436 -5.484

c4 3.000 4.000 -.507 -3.872 -1.743 -6.656

Multi

variate 27.684 4.820

Tabel 12 : Hasil Pengujian Reliabilitas

Konstruk

No Variabel Σ of λ Σ of ε Alpha Kesimpulan

1. CM 1.769 1.95 0,62 Reliabel

2. KP 2.365 2.549 0,69 Reliabel

3. PI 1.759 1.93 0,62 Reliabel

4. KM 3.556 3.84 0,77 Reliabel

5. TM 2.216 2.66 0,65 Reliabel

6. PS 2.054 1.48 0,74 Reliabel

7. PAD 2.832 3.38 0,70 Reliabel

Sumber: data primer diolah, 2012

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa

besar construct reliability lebih besar dari batas

yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat

reliabilitas sedang yaitu 0.5 – 0.6 sehingga item-

item pertanyaan yang ada dianggap reliabel atau

handal untuk mengukur variabel-variabel yang

diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian

seluruh uji instrumen yang terdiri dari validitas

dan reliabilitas telah memenuhi persyaratan

untuk dipakai dalam pengambilan keputusan

penelitian.

Pengujian Asumsi-Asumsi SEM

Evaluasi terpenuhinya asumsi-asumsi

SEM dilakukan pada saat operasi Amos

berjalan. Berikut ini evaluasi asumsi-asumsi

pada SEM:

Asumsi Kecukupan Sampel

Responden penelitian ini seluruhnya

berjumlah 350 orang konsumen produk kue

kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan

Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur.

Besarnya ukuran sampel memiliki peranan

penting dalam estimasi dan interpretasi hasil

SEM. Ukuran sampel memberikan dasar untuk

mengestimasi sampling error. Model estimasi

menggunakan generalized least square (GLS)

menetapkan jumlah minimum sampel yang

diperlukan adalah 200-500. Jumlah responden

dalam penelitian ini adalah sebesar 350

konsumen, sehingga ukuran sampelnya telah

sesuai dengan syarat minimum yang

direkomendasikan dalam metode GLS.

Evaluasi atas dipenuhinya asumsi normalitas

dalam data

SEM bila diestimasikan dengan

menggunakan maximum likelihood estimation

technique, mensyaratkan dipenuhinya asumsi

normalitas. Uji-uji statistik dapat digunakan

untuk uji normalitas data dalam analisis

penelitian. Uji yang paling mudah dengan

mengamati skewness value dan kurtosis value

data yang digunakan, yang biasanya disajikan

dalam statistik deskriptif dari hampir semua

program statistik. Dengan menggunakan tingkat

kepercayaan 0,01 (1%) apabila nilai yang

dihitung lebih besar dari + 2,58 berarti dapat

menolak asumsi mengenai normalitas dari

Page 62: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

62 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

distribusi, adapun* dengan tingkat kepercayaan

0,05 asumsi normal ditolak apabila nilai yang

dihitung lebih besar dari + 1,96.

Tabel 13 : Hasil Uji Normalitas

Variable Min Max skew c.r. Kurtosis c.r.

pa6 1.000 4.000 -.754 -5.760 .131 .500

pa5 2.000 4.000 -.382 -2.916 -.915 -3.495

pa4 2.000 4.000 -.289 -2.211 -.914 -3.490

pa3 1.000 4.000 -.599 -4.575 -.131 -.499

pa2 2.000 4.000 -.014 -.110 -.760 -2.903

pa1 2.000 4.000 -.388 -2.963 -.956 -3.651

ps4 2.000 4.000 -.661 -5.052 -.721 -2.752

ps3 2.000 4.000 -.393 -3.001 -1.667 -6.368

ps2 2.000 4.000 -.149 -1.142 -1.240 -4.736

ps1 2.000 4.000 -.466 -3.560 -1.600 -6.112

tm1 2.000 4.000 .036 .278 -1.828 -6.980

tm2 2.000 4.000 .040 .306 -1.544 -5.894

tm3 2.000 4.000 -.278 -2.124 -1.480 -5.653

tm4 2.000 4.000 -.282 -2.153 -1.065 -4.066

km1 2.000 4.000 -.494 -3.773 -1.423 -5.433

km2 1.000 4.000 -.206 -1.570 .604 2.305

km3 2.000 4.000 -.374 -2.853 -1.143 -4.364

km4 2.000 4.000 -.071 -.544 -1.678 -6.408

km5 2.000 4.000 -.396 -3.028 -1.518 -5.796

km6 2.000 4.000 -.084 -.638 -.806 -3.078

km7 2.000 4.000 -.550 -4.202 -1.047 -3.997

km8 2.000 4.000 -.161 -1.231 -1.422 -5.430

km9 2.000 4.000 -.541 -4.133 -1.520 -5.803

pi4 2.000 4.000 -.049 -.375 -1.436 -5.482

pi3 2.000 4.000 -.255 -1.946 -1.617 -6.176

pi2 2.000 4.000 -.040 -.304 -1.239 -4.731

pi1 3.000 4.000 -.253 -1.936 -1.936 -7.392

kp6 1.000 4.000 -.618 -4.718 -.107 -.407

kp5 2.000 4.000 -.598 -4.564 -1.072 -4.094

kp4 2.000 4.000 -.442 -3.373 -1.624 -6.203

kp3 2.000 4.000 -.456 -3.479 -1.340 -5.117

kp2 1.000 4.000 -.240 -1.830 -.107 -.410

kp1 3.000 4.000 -.396 -3.025 -1.843 -7.038

c1 1.000 4.000 -1.484 -11.331 2.625 10.025

c2 2.000 4.000 -.227 -1.737 -1.777 -6.784

c3 2.000 4.000 -.482 -3.678 -1.436 -5.484

c4 3.000 4.000 -.507 -3.872 -1.743 -6.656

Multi

variate 27.684 4.820

Sumber: data primer diolah, 2012

Berdasarkan hasil pengujian normalitas

pada tabel 13 diperoleh hasil bahwa secara

univariate terdapat beberapa item yang

mengindikasikan tidak terdistribusi normal

karena memiliki nilai C.R > ± 2,58. Pengujian

normalitas secara multivariate sebesar 4,820 >

2,58 yang menandakan bahwa data dalam

penelitian ini tidak terdistribusi normal secara

multivariate. Dikarenakan data tidak

terdistribusikan normal, maka pengujian outlier

sangat perlu dilakukan. Adapun hasil pengujian

outlier akan dibahas selanjutnya.

Evaluasi outliers

Outliers adalah observasi atau data yang

memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat

berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya

dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik

untuk sebuah variabel tunggal atau variabel

kombinasi (Hair et al, 1995). Perlakuan

terhadap outliers tergantung pada bagaimana

outliers itu muncul. Analisis outliers dapat

dievaluasi dengan dua cara, yaitu analisis

terhadap univariate outliers dan analisis

terhadap multivariate outliers. Analisis outliers

dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan evaluasi multivariate outliers

karena walaupun data yang dianalisis

menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat

univariate, tetapi observasi-observasi itu dapat

menjadi outliers bila sudah saling

dikombinasikan.

Uji outliers multivariate dilakukan dengan

menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada

tingkat p<0,001. Jarak Mahalanobis itu

dievaluasi dengan menggunakan χ2 pada derajat

bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan

dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan 3

variabel, oleh karena itu semua kasus yang

mempunyai mahalanobis distance yang lebih

besar dari χ2 (245, 0,001) = 319,138 adalah

outlier multivariate. Hasil perhitungan yang

dilakukan dengan menggunakan bantuan

program komputer Amos 18 diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 14 : Hasil Pengujian Outlier

Page 63: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 63

Observation

number

Mahalanobis

d-squared p1 p2

78 75.051 .000 .073

167 72.230 .000 .012

117 66.185 .002 .045

76 66.118 .002 .009

90 61.679 .007 .086

96 58.933 .012 .269

95 57.109 .018 .467

151 56.374 .022 .483

237 55.787 .024 .483

102 55.690 .025 .374

67 55.281 .027 .351

79 54.919 .029 .326

124 54.291 .033 .377

111 54.081 .035 .327

261 54.070 .035 .236

254 53.003 .043 .428

248 52.997 .043 .332

158 52.958 .043 .256

287 52.770 .045 .226

132 52.492 .047 .221

245 52.411 .048 .174

293 52.356 .048 .131

262 52.163 .050 .118

118 51.646 .055 .168

. . . .

Sumber: data primer diolah, 2012

Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui

terdapat indikasi 23 nilai observasi yang

mengalami outlier karena memiliki nilai

probabilitas < 0,05. Adapun syarat ketentuan

dinyatakan nomor observasi mengalami outlier

adalah apabila nomor observasi tersebut

memiliki nilai probabilitas baik p1 dan p2 <

0,05. Sedangkan apabila nomor observasi hanya

memiliki salah satu saja dari probabilitasnya <

0,05 (probabilitas satunya tidak < 0,05) maka

indikasi outlier masih dapat diterima.

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 14

diketahui semua nomor observasi tidak ada

yang mengalami masalah outlier (tidak memiliki

nilai probabilitas p1 dan p2 dibawah 0,05).

Sehingga dapat dikatakan dalam penelitian ini

tidak ada observasi yang mengalami masalah

outlier.

Penilaian Model Fit

Menilai model fit adalah sesuatu yang

kompleks

dan memerlukan perhatian yang besar.

Suatu indeks yang menunjukkan bahwa model

adalah fit tidak memberikan jaminan bahwa

model memang benar-benar fit. Sebaliknya,

suatu indeks fit yang menyimpulkan bahwa

model adalah sangat buruk, tidak memberikan

jaminan bahwa model tersebut benar-benar

tidak fit. Dalam SEM, peneliti tidak boleh hanya

tergantung pada satu indeks atau beberapa

indeks fit, tetapi sebaiknya pertimbangan

seluruh indeks fit.

Dalam analisis SEM tidak ada alat uji

statistik tunggal untuk mengukur atau menguji

hipotesis mengenai model (Hair et al., 1995;

Joreskog & Sorbom, 1989; Long, 1983;

Tabachnick & Fidell, 1996 dalam Ferdinand,

2005). Umumnya terhadap berbagai jenis fit

index yang digunakan untuk mengukur derajat

kesesuaian antara model yang dihipotesiskan

dengan data yang disajikan. Peneliti diharapkan

untuk melakukan pengujian dengan

menggunakan beberapa fit index untuk

mengukur kebenaran model yang diajukannya.

Berikut ini adalah hasil pengujian indeks

kesesuaian dan cut-off valuenya untuk

digunakan dalam menguji apakah sebuah model

dapat diterima atau ditolak.

Berdasarkan hasil pengujian dengan

menggunakan program AMOS 18 diperoleh

hasil goodness of fit sebagai berikut:

Tabel 15 : Evaluasi Goodness-of-fit Indices

Indeks

Model goodness of fit

Cut-off

Value

Hasil

Model

Awal

Kesimpul

an

Chi Square Diharapkan

kecil

396,277 Tidak Fit

Probabilitas Chi Square

(p)

> 0,05 0,000 Tidak Fit

CMIN/DF < 2,00-3,00 1,617 Fit

Adjusted goodness of fit

index (AGFI)

> 0,90 0,884 Tidak Fit

Page 64: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

64 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

Goodness of Fit Index

(GFI)

> 0,90 0,905 Fit

Comparative fit index

(CFI)

> 0,95 0,711 Tidak Fit

Tucker-Lewis Index

(TLI)

> 0,95 0,674 Tidak Fit

Root mean square error

approximation (RMSEA)

< 0,08 0,042 Fit

Sumber: data primer diolah, 2012

Tabel 15 menunjukkan ringkasan hasil

yang diperoleh dalam kajian dan nilai yang

direkomendasikan untuk mengukur fit-nya

model. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel di

atas, nilai probabilitas chi-square sebesar 0,000

< 0,05, nilai CMIN/DF sebesar 1,617 < 2,00-

3,00, nilai Adjusted goodness of fit index

(AGFI) sebesar 0,884 < 0,90, Goodness of Fit

Index (GFI) sebesar 0,905 > 0,90, nilai

Comparative fit index (CFI) sebesar 0,711 <

0,95, nilai Tucker-Lewis Index (TLI) sebesar

0,674 < 0,95, dan nilai Root mean square error

approximation (RMSEA) sebesar 0,042 < 0,08.

Sebagai syarat utama model ML (maximum

likelihood) adalah nilai chi-square diharapkan

kecil atau nilai probabilitas chi-square > 0,05,

apabila tidak fit atau tidak terpenuhi maka

langkah selanjutnya model harus dimodifikasi

untuk memperoleh hasil goodness of fit menjadi

lebih baik atau terpenuhi.

Modifikasi Model Struktural

Dikarenakan sebelumnya model dinyatakan

tidak fit maka modifikasi model harus dilakukan

dengan cara mengkorelasikan nilai

measurement error indikator melalui

“modification indices”nya. Hasil selengkapnya

dari modifikasi model struktural pada gambar di

atas akan diuraikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 16 : Evaluasi Goodness-of-Fit

Indices Setelah Modifikasi

Indeks

Model goodness of fit

Cut-off

Value

Model

Setelah

Modifikasi

Kesimpul

an

Chi Square Diharapka

n kecil 232,111 Fit

Probabilitas Chi

Square (p) > 0,05 0,121 Fit

CMIN/DF < 2,00-

3,00 1,116 Fit

Adjusted goodness of

fit index (AGFI) > 0,90 0,920 Fit

Goodness of Fit Index

(GFI) > 0,90 0,945 Fit

Comparative fit index

(CFI) > 0,95 0,954 Fit

Tucker-Lewis Index

(TLI) > 0,95 0,939 Marjinal

Root mean square error

approximation

(RMSEA)

< 0,08 0,018 Fit

Sumber: data primer diolah, 2012

Tabel 16 menunjukkan ringkasan hasil

yang diperoleh dalam kajian dan nilai yang

direkomendasikan untuk mengukur fit-nya

model. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel di

atas, nilai probabilitas chi-square sebesar 0,121

> 0,05, nilai CMIN/DF sebesar 1,116 < 2,00-

3,00, nilai Adjusted goodness of fit index

(AGFI) sebesar 0,920 > 0,90, Goodness of Fit

Index (GFI) sebesar 0,945 > 0,90, nilai

Comparative fit index (CFI) sebesar 0,954 >

0,95, nilai Tucker-Lewis Index (TLI) sebesar

0,939 < 0,95, dan nilai Root mean square error

approximation (RMSEA) sebesar 0,018 < 0,08.

Secara overall atau keseluruhan dari delapan

pengukuran goodness of fit model dinyatakan

fit.

Uji Hipotesis Model Struktural

Analisis kausalitas dilakukan guna

mengetahui hubungan antar variabel. Pada

penelitian ini diharapkan dengan adanya

pengujian kausalitas dapat mengetahui pengaruh

yang terjadi antara variabel eksogen dengan

variabel endogen. Adapun hasil selengkapnya

dari tiap hubungan akan diuraikan pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 17 : Hasil Pengujian Hipotesis

Sumber: data primer diolah, 2012

Hubungan Variabel

Tanpa Moderasi Setelah Moderasi Hipo

tesis Estimate C.R. P Estimate C.R. P

KM <--- CM 1.086 2.597 .009 -.384 -.902 .367 H3

PI <--- CM 1.064 2.481 .013 -.557 -1.030 .303 H1

PI <--- KP -31.885 -.467 .640

PI <--- MODERASI -8.596 -.581 .561 H2

TM <--- KM .274 3.929 *** .124 2.108 .035 H4

PS <--- PI .621 4.282 *** .456 3.792 *** H7

PS <--- TM .093 .794 .427 -.095 -.749 .454 H5

PAD <--- TM .092 .811 .417 -.145 -1.388 .165 H6

PAD <--- PS .260 2.852 .004 .065 1.145 .252 H8

Page 65: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 65

Dari tabel 17 dapat dijelaskan bahwa H1

mengindikasi terdapat hubungan yang

signifikan antara citra merek dan niat membeli

(β = 1,064; C.R. = 2,481; p = 0,013). Hasil

analisis setelah kehadiran keterlibatan produk

sebagai moderasi mengindikasikan hubungan

citra merek dan niat membeli (β = -0,557; C.R.

= -1,030; p = 0,303), yang berarti bahwa citra

merek tidak dapat mempengaruhi niat membeli

setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai

variabel moderasi.

H2 mengindikasi tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara keterlibatan produk

dalam memoderasi hubungan citra merek dan

niat membeli (β = -8,596; C.R. = -0,581; p =

0,561). H3 mengindikasi terdapat hubungan

yang signifikan antara citra merek dan

kepercayaan merek (β = 1,086; C.R. = 2,597; p

= 0,009). Dan setelah kehadiran keterlibatan

produk sebagai moderasi mengindikasikan

hubungan citra merek dan kepercayaan merek

(β = -0,384; C.R. = -0,902; p = 0,367), yang

berarti bahwa citra merek tidak dapat

mempengaruhi kepercayaan merek setelah

hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel

moderasi.

H4 mengindikasi terdapat hubungan yang

signifikan antara kepercayaan merek dan

tambahan merek (β = 0,274; C.R. = 3,929; p =

0,000). Dan hasil analisis setelah kehadiran

keterlibatan produk sebagai moderasi

mengindikasikan hubungan kepercayaan merek

dan tambahan merek (β = 0,124; C.R. = 2,108; p

= 0,035), yang berarti bahwa kepercayaan

merek dapat mempengaruhi tambahan merek

setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai

variabel moderasi.

H5 mengindikasikan tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tambahan

merek dan pembelian sekarang (β = 0,093; C.R.

= 0,794; p = 0,427). Dana hasil analisis setelah

kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi

mengindikasikan hubungan tambahan merek

dan pembelian sekarang (β = -0,095; C.R. = -

0,749; p = 0,454), yang berarti bahwa tambahan

merek tidak dapat mempengaruhi pembelian

sekarang setelah hadirnya keterlibatan produk

sebagai variabel moderasi. Sedangkan H6 juga

mengindikasi tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara tambahan merek dan

pembelian yang akan datang (β = 0,092; C.R. =

0,811; p = 0,417). Dan hasil analisis setelah

kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi

mengindikasikan hubungan tambahan merek

dan pembelian yang akan datang (β = -0,145;

C.R. = -1,388; p = 0,165), yang berarti bahwa

tambahan merek tidak dapat mempengaruhi

pembelian yang akan datang setelah hadirnya

keterlibatan produk sebagai variabel moderasi.

H7 mengindikasi terdapat hubungan yang

signifikan antara niat membeli dan pembelian

sekarang (β = 0,621; C.R. = 4,282; p = 0,000).

Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan

produk sebagai moderasi mengindikasikan

hubungan niat membeli dan pembelian sekarang

(β = 0,456; C.R. = 3,792; p = 0,000), yang

berarti bahwa niat membeli dapat

mempengaruhi pembelian sekarang setelah

hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel

moderasi.

H8 mengindikasi terdapat hubungan yang

signifikan antara pembelian sekarang dan

pembelian yang akan datang (β = 0,260; C.R. =

2,852; p = 0,004). Dan hasil analisis setelah

kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi

mengindikasikan hubungan pembelian sekarang

dan pembelian yang akan datang (β = 0,065;

C.R. = 1,145; p = 0,252), yang berarti bahwa

pembelian sekarang tidak dapat mempengaruhi

pembelian yang akan datang setelah hadirnya

keterlibatan produk sebagai variabel moderasi.

Analisis Direct Effect, Indirect Effect, dan

Total Effect

Analisis ini digunakan untuk mengetahui

kekuatan pengaruh antara konstruk baik

langsung, tidak langsung, maupun pengaruh

Page 66: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

66 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

totalnya. Efek langsung (direct effect) tidak lain

adalah koefisien dari semua garis koefisien

dengan anak panah satu ujung. Efek tidak

langsung adalah efek yang muncul melalui

sebuah variabel antara. Efek total adalah efek

dari berbagai hubungan, yaitu efek total dari

efek langsung dan efek tidak langsung. Hasil

pengujian model di atas menunjukkan efek

langsung, efek tidak langsung dan efek total

sebagai yang dinyatakan dalam tabel berikut ini:

Tabel 18 : Hasil Pengujian Direct

Effect, Indirect Effect, dan Total Effect

Sumber: data primer diolah, 2012

Dari tabel direct effect, indirect effect dan

total effect diatas dijelaskan bahwa dari satu

variabel terhadap variabel lainnya menunjukkan

nilai koefisien standardized beta pengaruh

langsung maupun tidak langsung antar variabel.

Dalam penelitian ini ditemukan 7 pengaruh

langsung dan 7 pengaruh tidak langsung.

Dimana pengaruh langsung yang terbesar terjadi

pada Citra Merek terhadap Kepercayaan Merek

sebesar 1.086 dan pengaruh tidak langsung yang

terbesar terjadi pada Citra Merek terhadap

Pembelian Sekarang yang dimediasi oleh Niat

Pembelian sebesar 0.689.

PEMBAHASAN

H1 : Citra Merek berpengaruh terhadap Niat

Membeli konsumen.

Berdasarkan hasil pengujian yang

diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan

yang signifikan antara citra merek dan niat

membeli (β = 1,064; C.R. = 2,481; p = 0,013).

Hal ini berarti bahwa citra merek merupakan

variabel yang dipertimbangkan penting oleh

konsumen/pelanggan untuk membentuk niat

membeli produk kue kering Zaha Barokah Di

Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan

Probolinggo sebelum dimoderasi oleh

keterlibatan produk. Hasil analisis setelah

kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi

mengindikasikan hubungan citra merek dan niat

membeli (β = -0,557; C.R. = -1,030; p = 0,303),

yang berarti bahwa citra merek tidak dapat

mempengaruhi niat membeli setelah hadirnya

keterlibatan produk sebagai variabel moderasi.

Temuan awal dalam penelitian ini sejalan

dengan pendapat Dolich (1969) bahwa citra

merek penting karena berkontribusi pada

konsumen memutuskan itu baik atau tidak

merek adalah satu untuk dirinya dan hal itu

mempengaruhi perilaku pembelian konsumen

berikutnya (Johnson dan Puto, 1987; Fishbein,

1967), kemudian merek ekuitas (Biel, 1992).

Sebuah brand image baik dikomunikasikan

harus membantu untuk menetapkan posisi

merek, melindungi merek dari kompetisi,

Hubungan Variabel Pengaruh (λ atau β)

Dependen Independen Langsu

ng

Tidak Langsung

Total

KM <--

Citra Merek (CM)

1.086 .000 1.086

TM <-- .000 .297 .297

PI 1.064 .000 1.064

PS .000 .689 .689

PAD <-- .000 .207 .207

KM <--

Kepercayaan Merek

(KM)

.000 .000 .000

TM <-- .274 .000 .274

PI .000 .000 .000

PS .000 .025 .025

PAD <-- .000 .032 .032

KM

Tambahan Merek (TM)

.000 .000 .000

TM .000 .000 .000

PI .000 .000 .000

PS .093 .000 .093

PAD .092 .024 .116

KM

Niat Membeli

(PI)

.000 .000 .000

TM .000 .000 .000

PI .000 .000 .000

PS .621 .000 .621

PAD .000 .162 .162

KM <--

Pembelian Sekarang

(PS)

.000 .000 .000

TM <-- .000 .000 .000

PI .000 .000 .000

PS .000 .000 .000

PAD <-- .260 .000 .260

Page 67: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 67

meningkatkan kinerja pasar merek, dan karena

itu memainkan peran integral dalam

membangun ekuitas merek jangka panjang

(Aaker dan Keller, 1990; Keller, 1993; Park et

al, 1991;. Feldwick, 1996; Park dan Srinivasan,

1994). Produk atribut, manfaat/ konsekuensi

dari menggunakan merek, dan kepribadian

merek adalah tiga komponen kunci dari citra

merek (Plummer, 2000, 1985).

H2 : Keterlibatan Produk Memoderasi

Pengaruh Citra Merek terhadap Membeli

Konsumen.

Berdasarkan hasil pengujian yang

diperoleh, mengindikasi tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara keterlibatan

produk dalam memoderasi hubungan citra

merek dan niat membeli (β = -8,596; C.R. = -

0,581; p = 0,561). Hal ini berarti bahwa

keterlibatan produk melemahkan hubungan citra

merek untuk membentuk niat membeli produk

kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul

Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo.

Temuan penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Dholakia, (1998, 1997), bahwa

Keterlibatan Produk telah banyak digunakan

sebagai variabel penjelas dalam perilaku

konsumen. Telah ditetapkan bahwa tingkat

keterlibatan menentukan kedalaman,

kompleksitas dan keluasan dari proses kognitif

dan perilaku selama proses pilihan konsumen

(misalnya Chakravarti dan Janiszewski, 2003;

Kokkinaki, 1999; Kleiser dan Wagner, 1999;

Laurent dan Kapferer, 1985; Houston dan

Rothschild, 1978). Oleh karena itu, keterlibatan

produk adalah kerangka pusat, penting untuk

memahami pengambilan keputusan konsumen

yang terkait dalam perilaku dan komunikasi

(Chakravarti dan Janiszewski, 2003; Fill, 1999).

Ketika terjadi keterlibatan produk tinggi, proses

pengambilan keputusan pembeli diperkirakan

berlanjut melalui pengambilan keputusan yang

diperpanjang, serangkaian tahapan berurutan

melibatkan pencarian informasi dan evaluasi

kriteria (Browne dan Kaldenberg, 1997; Celsi

dan Olson, 1988); konsumen saling berharap

mampu mengerahkan banyak upaya untuk

memproses informasi dalam situasi keterlibatan

rendah (Chung dan Zhao, 2003). Jadi

keterlibatan produk bisa mempengaruhi

konsumen untuk membeli suatu produk, dalam

hal ini produk Kue Kering Zaha Barokah.

H3 : Citra Merek berpengaruh terhadap

Kepercayaan Merek.

Berdasarkan hasil pengujian yang

diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan

yang signifikan antara citra merek dan

kepercayaan merek (β = 1,086; C.R. = 2,597; p

= 0,009). Hal ini berarti bahwa citra merek

merupakan variabel yang dipertimbangkan

penting oleh konsumen/pelanggan untuk

membentuk kepercayaan merek pada produk

kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul

Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo

sebelum dimoderasi oleh keterlibatan produk.

Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan

produk sebagai moderasi mengindikasikan

hubungan citra merek dan kepercayaan merek

(β = -0,384; C.R. = -0,902; p = 0,367), yang

berarti bahwa citra merek tidak dapat

mempengaruhi kepercayaan merek setelah

hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel

moderasi.

Temuan awal dalam penelitian ini sejalan

dengan pendapat Doney dan Cannon dalam

Aydin dan Ozer (2005) menyatakan bahwa

kepercayaan merupakan suatu proses

menghitung (calculative process) antara biaya

yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.

Ada hubungan empiris yang pada harapan

peneliti dari tiga perbedaan hubungan

konstruksi antara - merek kepuasan,

kepercayaan dan tambahan merek. Dalam

penelitian sebelumnya berharap kesadaran

merek dan citra merek menjadi anteseden untuk

kepuasan merek dan kepercayaan merek.

Page 68: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

68 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

H4 : Kepercayaan Merek berpengaruh

terhadap Tambahan Merek.

Berdasarkan hasil pengujian yang

diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan

yang signifikan antara kepercayaan merek dan

tambahan merek (β = 0,274; C.R. = 3,929; p =

0,000). Hal ini berarti bahwa kepercayaan

merek merupakan variabel yang

dipertimbangkan penting oleh

konsumen/pelanggan untuk membentuk

tambahan merek pada produk kue kering Zaha

Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong

Pajarakan Probolinggo sebelum dimoderasi oleh

keterlibatan produk. Hasil analisis setelah

kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi

mengindikasikan hubungan kepercayaan merek

dan tambahan merek (β = 0,124; C.R. = 2,108; p

= 0,035), yang berarti bahwa kepercayaan

merek dapat mempengaruhi tambahan merek

setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai

variabel moderasi.

Temuan awal dalam penelitian ini sejalan

dengan pendapat Lacoeuilhe dan Belaid (2007)

melihat bahwa integritas dan kebajikan – dua

dimensi kepercayaan – yang dekat dengan

tambahan dan bahkan mungkin mempengaruhi

variabel ini. Selain hubungan ini hipotesis

antara kepercayaan dan tambahan sesuai dengan

akhir rantai relasional dikemukakan oleh Aurier

et al. (2001), yang mengasumsikan adanya

hubungan positif antara variabel-variabel

berikut, kualitas masing-masing dirasakan, nilai

yang dirasakan, kepuasan, kepercayaan, dan

lampiran.

H5. Tambahan Merek berpengaruh terhadap

Pembelian Sekarang.

H6. Tambahan Merek berpengaruh terhadap

Pembelian Yang Akan Datang.

Berdasarkan hasil pengujian yang

diperoleh, mengindikasi tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tambahan

merek dan pembelian sekarang (β = 0,093; C.R.

= 0,794; p = 0,427). Hal ini berarti bahwa

tambahan merek bukan merupakan variabel

yang dipertimbangkan penting oleh

konsumen/pelanggan untuk membentuk variabel

pembelian sekarang pada produk kue kering

Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan

Genggong Pajarakan Probolinggo sebelum

dimoderasi oleh keterlibatan produk. Hasil

analisis setelah kehadiran keterlibatan produk

sebagai moderasi mengindikasikan hubungan

tambahan merek dan pembelian sekarang (β = -

0,095; C.R. = -0,749; p = 0,454), yang berarti

bahwa tambahan merek tidak dapat

mempengaruhi pembelian sekarang setelah

hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel

moderasi.

Berdasarkan hasil pengujian yang

diperoleh, mengindikasi tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tambahan

merek dan pembelian yang akan datang (β =

0,092; C.R. = 0,811; p = 0,417). Hal ini berarti

bahwa tambahan merek bukan merupakan

variabel yang dipertimbangkan penting oleh

konsumen/pelanggan untuk membentuk variabel

pembelian yang akan datang pada produk kue

kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan

Genggong Pajarakan Probolinggo sebelum

dimoderasi oleh keterlibatan produk. Hasil

analisis setelah kehadiran keterlibatan produk

sebagai moderasi mengindikasikan hubungan

tambahan merek dan pembelian yang akan

datang (β = -0,145; C.R. = -1,388; p = 0,165),

yang berarti bahwa tambahan merek tidak dapat

mempengaruhi pembelian yang akan datang

setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai

variabel moderasi.

Temuan awal dalam penelitian ini sejalan

dengan pendapat Ohanian (1991), Pemasar yang

sukses dapat meningkatkan niat beli konsumen

terhadap merek dan preferensi langsung atau

tidak langsung. Pemasar dengan sumber

kredibilitas yang kuat utama faktor-faktor

(seperti keahlian, kepercayaan, dan tarik) secara

Page 69: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 69

signifikan dapat mempengaruhi niat pembelian

konsumen. Oleh karena itu, Pemasar tidak

hanya menggunakan cara yang umum dan

mudah untuk menjangkau konsumen, tetapi juga

pengaturan dasar dan pemasaran efektif (Aaker,

1996). Di antara berbagai pemasar, dukungan

atlet terkenal, bahkan relatif spesifik dan efektif

(Kotler, 1997) (dalam Matthew Tingchi Liu,

Yu-Ying Huang, dan Jiang Minghua: 2007).

Selain itu, tambahan merek, yaitu perjanjian,

koneksi, dan identifikasi dengan merek sangat

memprediksi seberapa sering merek dibeli di

masa lalu dan akan dibeli di masa depan

(McAlexander et al., 2003;. Thomson et al,

2005).

H7. Niat Membeli berpengaruh terhadap

Pembelian Sekarang.

Berdasarkan hasil pengujian yang

diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan

yang signifikan antara niat membeli dan

pembelian sekarang (β = 0,621; C.R. = 4,282; p

= 0,000). Hal ini berarti bahwa niat membeli

merupakan variabel yang dipertimbangkan

penting oleh konsumen/pelanggan untuk

membentuk pembelian sekarang pada produk

kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul

Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo

sebelum dimoderasi oleh keterlibatan produk.

Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan

produk sebagai moderasi mengindikasikan

hubungan niat membeli dan pembelian sekarang

(β = 0,456; C.R. = 3,792; p = 0,000), yang

berarti bahwa niat membeli dapat

mempengaruhi pembelian sekarang setelah

hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel

moderasi.

Hasil dalam penelitian ini mendukung hasil

penelitian sebelumnya yang menyatakan

Konsumen dalam mengambil keputusan untuk

membeli suatu produk merupakan bagian dari

perilaku konsumen itu sendiri. Perilaku

konsumen adalah mempelajari dari proses yang

melibatkan individu atau kelompok dalam

memilih, membeli, menggunakan, dan pasca

penggunaan produk, jasa, gagasan, atau

pengalaman untuk mencukupi kebutuhan dan

keinginan (Solomon, 2002: 5). Dapat juga

dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan

studi tentang bagaimana pembuat keputusan

(decision units), baik individu, kelompok,

ataupun organisasi, membuat keputusan-

keputusan beli atau melakukan transaksi

pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya

(Prasetijo dan Ihalauw, 2005: 9).

H8. Pembelian Sekarang berpengaruh

terhadap Pembelian Yang Akan

Datang.

Berdasarkan hasil pengujian yang

diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan

yang signifikan antara pembelian sekarang dan

pembelian yang akan datang (β = 0,260; C.R. =

2,852; p = 0,004). Hal ini berarti bahwa

pembelian sekarang bukan merupakan variabel

yang dipertimbangkan penting oleh

konsumen/pelanggan untuk membentuk variabel

pembelian yang akan datang pada produk kue

kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan

Genggong Pajarakan Probolinggo sebelum

dimoderasi oleh keterlibatan produk. Hasil

analisis setelah kehadiran keterlibatan produk

sebagai moderasi mengindikasikan hubungan

pembelian sekarang dan pembelian yang akan

datang (β = 0,065; C.R. = 1,145; p = 0,252),

yang berarti bahwa pembelian sekarang tidak

dapat mempengaruhi pembelian yang akan

datang setelah hadirnya keterlibatan produk

sebagai variabel moderasi.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian

sebelumnya bahwa Kepuasan dan

ketidakpuasan terhadap produk akan

mempengaruhi perilaku komsumen selanjutnya.

Jika konsumen tersebut puas, konsumen akan

menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi

untuk membeli kembali paroduk tersebut

(Kotler, 2005). Dan Peneliti juga memprediksi

pada hubungan terakhir dari variabel pembelian

Page 70: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

70 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

sekarang dan pembelian yang akan datang, dan

berharap variabel pembelian sekarang

mempengaruhi pembelian yang akan datang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan penelitian dimaksudkan

untuk mempermudah pemahaman mengenai

hasil dari penelitian ini. Dalam sub bab ini

akan dipaparkan secara singkat mengenai

hasil penelitian.

1. H1 mengindikasi terdapat hubungan yang

signifikan antara citra merek dan niat

membeli (β = 1,064; C.R. = 2,481; p =

0,013). Hasil analisis setelah kehadiran

keterlibatan produk sebagai moderasi

mengindikasikan hubungan citra merek dan

niat membeli (β = -0,557; C.R. = -1,030; p

= 0,303), yang berarti bahwa citra merek

tidak dapat mempengaruhi niat membeli

setelah hadirnya keterlibatan produk

sebagai variabel moderasi.

2. H2 mengindikasi tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara keterlibatan produk

dalam memoderasi hubungan citra merek

dan niat membeli (β = -8,596; C.R. = -

0,581; p = 0,561).

3. H3 mengindikasi terdapat hubungan yang

signifikan antara citra merek dan

kepercayaan merek (β = 1,086; C.R. =

2,597; p = 0,009). Dan setelah kehadiran

keterlibatan produk sebagai moderasi

mengindikasikan hubungan citra merek dan

kepercayaan merek (β = -0,384; C.R. = -

0,902; p = 0,367), yang berarti bahwa citra

merek tidak dapat mempengaruhi

kepercayaan merek setelah hadirnya

keterlibatan produk sebagai variabel

moderasi.

4. H4 mengindikasi terdapat hubungan yang

signifikan antara kepercayaan merek dan

tambahan merek (β = 0,274; C.R. = 3,929;

p = 0,000). Dan hasil analisis setelah

kehadiran keterlibatan produk sebagai

moderasi mengindikasikan hubungan

kepercayaan merek dan tambahan merek (β

= 0,124; C.R. = 2,108; p = 0,035), yang

berarti bahwa kepercayaan merek dapat

mempengaruhi tambahan merek setelah

hadirnya keterlibatan produk sebagai

variabel moderasi.

5. H5 mengindikasikan tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tambahan

merek dan pembelian sekarang (β = 0,093;

C.R. = 0,794; p = 0,427). Dana hasil

analisis setelah kehadiran keterlibatan

produk sebagai moderasi mengindikasikan

hubungan tambahan merek dan pembelian

sekarang (β = -0,095; C.R. = -0,749; p =

0,454), yang berarti bahwa tambahan

merek tidak dapat mempengaruhi

pembelian sekarang setelah hadirnya

keterlibatan produk sebagai variabel

moderasi.

6. H6 juga mengindikasi tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tambahan

merek dan pembelian yang akan datang (β

= 0,092; C.R. = 0,811; p = 0,417). Dan

hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan

produk sebagai moderasi mengindikasikan

hubungan tambahan merek dan pembelian

yang akan datang (β = -0,145; C.R. = -

1,388; p = 0,165), yang berarti bahwa

tambahan merek tidak dapat

mempengaruhi pembelian yang akan

datang setelah hadirnya keterlibatan produk

sebagai variabel moderasi.

7. H7 mengindikasi terdapat hubungan yang

signifikan antara niat membeli dan

pembelian sekarang (β = 0,621; C.R. =

4,282; p = 0,000). Hasil analisis setelah

kehadiran keterlibatan produk sebagai

moderasi mengindikasikan hubungan niat

membeli dan pembelian sekarang (β =

0,456; C.R. = 3,792; p = 0,000), yang

berarti bahwa niat membeli dapat

mempengaruhi pembelian sekarang setelah

hadirnya keterlibatan produk sebagai

variabel moderasi.

8. H8 mengindikasi terdapat hubungan yang

signifikan antara pembelian sekarang dan

pembelian yang akan datang (β = 0,260;

C.R. = 2,852; p = 0,004). Dan hasil analisis

setelah kehadiran keterlibatan produk

sebagai moderasi mengindikasikan

hubungan pembelian sekarang dan

pembelian yang akan datang (β = 0,065;

Page 71: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 71

C.R. = 1,145; p = 0,252), yang berarti

bahwa pembelian sekarang tidak dapat

mempengaruhi pembelian yang akan

datang setelah hadirnya keterlibatan produk

sebagai variabel moderasi.

Keterbatasan

Studi ini memiliki obyek amatan yang

terfokus pada produk kue kering Zaha Barokah

Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan

Probolinggo sehingga berdampak pada

terbatasnya generalisasi studi. Dengan demikian

untuk mengaplikasikan studi ini pada konteks

yang berbeda, diperlukan kehati – hatian dalam

mencermati karakteristik yang melekat pada

obyek amatan studi. Hal ini penting untuk

dicermati, agar tidak terjadi bias dalam hasil

pengujian yang dapat berdampak pada

kekeliruan dalam pemahaman implikasi

penelitian dan perumusan kebijakan yang

diambil.

Meskipun terdapat keterbatasan dalam

studi ini yang menyebabkan ketidakmampuan

model untuk digeneralisasi pada segala situasi,

namun dengan prosedur pengujian yang

terstruktur diharapkan tidak mengurangi derajad

keyakinan terhadap akurasi model prediksi yang

diharapkan.

Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Studi ini diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman bagi para akademisi terkait

dengan konsep perilaku pembelian konsumen.

Hal tersebut didasarkan pada keragaman yang

terdapat dalam penelitian ini yang

memberikan perspektif yang berbeda dari

studi terdahulu.

2. Implikasi Praktis

Studi ini diharapkan mampu memberikan

menambah kualitas, rasa, bentuk-bentuk

kemasan yang lebih menarik dari produk

tersebut terhadap pemasar terkait dengan

konsep perilaku pembelian konsumen melalui

implementasi citra merek. Hal ini perlu

dicermati sebab pendesainan produk secara

berkala dapat berdampak pada strategi

pemasaran dan promosi yang dikembangkan

oleh produsen keu kering zaha barokah

tersebut.

3. Implikasi Metodologis

Penelitian ini dilakukan dengan metode

yang terstruktur. Metode penelitian yang

meliputi alat pengukuran dan pengujian

statistik telah teruji melalui prosedur yang

rigid. Dengan demikian sumber dan

kebenarannya dapat ditelusuri secara ilmiah.

Hal ini diharapkan memberi pemahaman

kepada peneliti untuk memanfaatkannya

sebagai pertimbangan dalam mendesain

metode riset yang digunakan untuk pengujian

model yang ingin diteliti.

4. Implikasi bagi Studi Lanjutan

Obyek amatan pada studi ini difokuskan

pada produk kue kering, sehingga berdampak

pada generalisasi studi yang bersifat terbatas.

Hal ini memberikan peluang bagi studi

lanjutan untuk mengembangkan model pada

konteks yang lebih luas. Namun demikian,

diperlukan kehati – hatian dalam mencermati

karakteristik yang melekat pada obyek amatan

studi.

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, D.A. (1991), Managing Brand Equity,

Free Press, New York, NY.

Aaker, D.A. (1996), Building Strong Brands,

Free Press, New York, NY.

Aaker, D.A. and Keller, K.L. (1990),

“Consumer evaluation of brand

extension”, Journal of Marketing, Vol.

54, January, pp. 27-41.

Page 72: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

72 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Donald R. Cooper dan Pamela S Sehindler.

2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT

Media Global Edukasi.

Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian

Manajemen. AGF Books. Jakarta.

Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek dan Psikologi

Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ghozali, Imam, dan Fuad. 2005. Structural

Equation Modelling, Teori, Konsep dan

Aplikasi dengan program Lisrel 8.54.

Badan penerbit Universitas Diponegoro.

Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis.

Badan Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Kapferer, J.-N. (2004), The New Strategic

Brand Management: Creating and

Sustaining Brand Equity Long Term,

Kogan Page, London.

Keller, K.L. (1993), “Conceptualizing,

measuring, and managing consumer-

based brand equity”, Journal of

Marketing, Vol. 57 No. 1, January, pp. 1-

22.

Keller, K.L. (2003), Strategic Brand

Management: Building, Measuring, and

Managing Brand Equity, 2nd ed., Prentice

Hall, Upper Saddle River, NJ.

Kotler, Philip dan Amstrong, Gery. 2008.

Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 12.

Jakarta. Erlangga.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran.

Edisi Milenium. Jilid 2. Jakarta:

Prenhallindo.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran.

Edisi Milenium. Jilid 1. Jakarta:

Prenhallindo.

Rangkuti, Freddy. 2004. The Power of Brand.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sekaran, uma. 2006. Research methods for

business; metodologi penelitian untuk

bisnis. Edisi bahasa Indonesia. penerbit

salemba empat, Jakarta.

Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi.

Aspek Tambahan. Komunikasi Pemasaran

Terpadu. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta:

Erlangga.

Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan

Komunikasi Pemasaran. Bandung:

Rosdakarya Remaja.

Tjiptono, Fandy. 2003. Pemasaran Jasa.

Malang: Bayumedia Publishing.

IDENTITAS PENULIS

Nama : Muhammad Syarif Hidayatullah Elmas.

Perguruan Tinggi : Universitas Panca Marga Probolinggo

Alamat : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271

Telp./Faks. : (0335) 422715 / (0335) 427923

Page 73: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

[73]

ANALISIS PENGARUH VARIABEL – VARIABEL MOTIVASI

TERHADAP PRESTASI KERJA DOSEN

DI UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO

H M. SYAIFUL BAHRI. SE;MM

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo

Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715

ABSTRACTION: The research which was done in Panca Marga University Probolinggo on 2012

aim to know whether motivation, in this case are physiological needs, safety and security needs,

social needs, esteem needs and self actualization needs have influences together towards working

performance of lecturer.

The writers also wants to know the motivation which have influence towards their working

performance. The sample took from the lecturer who has work experience minimum 3 years and that

period they work constanly in the Panca Marga University Probolinggo, and number of the

respondents are 40 lecturer.

The analyzed used in this research is regression analyze and correlation both simple and

multiple, in order that the writer could know free variabel influences towards depending variabel, by

using SPSS program for windows 7.5 version.

The result of the analyzes indicate that motivation variabel i.e. physiological needs, safety

and security needs, social needs esteem needs and actualization needs influences significantly

towards working performance and also indicate that safety and security needs have most influence

towards their working performance.

In order to increase the working performance of the lecturer in Panca Marga University, the

writer concludes and suggest that it needs more attension and efforts to realize the motivation

variabels above

Keywords : Phisiological needs, Safety and security needs, Social needs, Esteem needs, Actualization

needs, Job Performance

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia mempunyai

peranan yang sangat penting, dalam

interaksinya dengan factor modal, material,

metode dan mesin. Kompleksitas yang ada

dapat menentukan kualitas produk yang

dihasilkan, oleh karena itu mengharuskan kita

untuk selalu berhati–hati dan memperhatikan

setiap aspeknya. Snyder (1980:431)

mengemukakan bahwa manusia merupakan

sumber daya yang paling bernilai, dan ilmu

perilaku menyiapkan banyak teknik dan

program yang dapat menuntun pemanfaatan

sumber daya manusia secara lebih efektif “

Dalam lingkungan perguruan tinggi

secara fungsional terdapat dua kelompok

pegawai yang mana satu sama lainnya saling

membantu, saling menunjang dan salaing

bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi,

yaitu pegawai administrative yang tugasnya

mengatur bidang administrative dan yang

kelompok yang kedua adalah pegawai yang

Page 74: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

74 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

fungsi pokoknya adalah melaksanakan Tri

Dharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan dan

pengajaran, penelitian dan pengabdian

masyarakat disebut pegawai “ Educatif atau

Dosen “

Sebagaimana dalam surat edaran bersama

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan

Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomer :

61395/MPK/1987, Nomar : 21/SE/1987 tentang

angka kredit bagi jabatan tenaga pengajar

perguruan tinggi dijelaskan bahwa tenaga

pengajar perguruan tinggi adalah tenaga

pengajar dengan tugas pokok, wewenang dan

tanggung jawab dibidang pendidikan dan

pengajran, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat (Tridharma Perguruan Tinggi).

Dari tugas utama inilah seorang dosen

dapat dilihat prestasi kerjanya, dengan prestasi

kerja yang baik tidak hanya tidak hanya

individunya saja yang beruntung tetapi

organisasi juga mendapat keuntungan. Hasil

karya individu merupakan dasar hasil karya

organisasi (Gibson, 1992 : 38 ). Prestasi

merupakan kebutuhan bagi setiap karyawan, hal

ini sebagaimana pendapat David C Mc Clelland

(1961 : 99) menunjukkan bahwa motif yang

kuat untuk berprestasi, keinginan untuk berhasil

dan unggul dalam situasi persaingan

berhubungan dengan sejauh mana individu

dimotivasi untuk menjalankan tugas – tugasnya.

Sejalan dengan itu Atkinson (1978 : 346)

menjelaskan bahwa “semua orang dewasa yang

sehat mempunyai cadangan energy potensial”

Bagaimana energy itu dilepas dan digunakan

tergantung pada 1) kekuatan kebutuhan atau

motif dasar yang bersangkutan, 2) harapannya

akan berhasil 3) nilai rangsangan yang melekat

pada tujuan.

Model Atkinson ini menghubungkan

antara perilaku dengan kinerja dan tiga

dorongan yang berbeda diantara para individu.

Dengan demikian untuk mencapai prestasi kerja

yang tinggi tidaklah mudah, karena diperlukan

adanya motivasi atau dorongan – dorongan

walaupun setiap manusia pada hakekatnya

mempunyai kecakapan dan potensi untuk

melaksanakan aktifitas sebagai seorang

pegawai. Dan setiap orang mempunyai

kebutuhan dengan kadar tertentu dan tidak ada

seorangpun memiliki kebutuhan dalam proporsi

yang sama.

Menurut Mc Amstrong( 1988 : 75 ) “

hubungan antara motivasi dan prestasi kerja

adalah sesuatu yang positif “. Jadi

meningkatnya motivasi akan mengasilkan lebih

banyak usaha dan prestasi kerja dapat lebih baik

tetapi sebaliknya dengan menurunnya motivasi

akan menurunkan gairah kerja dan prestasi

kerja. Menurut Maslow motivasi manusia ada

lima tingkatan yaitu a) kebutuhan fisologis,

kebutuhan keselamatan kerja, kebutuhan social,

kebutuhan penghargaan dan kebutuhan

aktualisasi diri.

KAJIAN TEORI

Carl Heyel dalam The Encyclopedia of

management (Martoyo, 1996:154) memberikan

definisi motivasi adalah kesiapan sistematis

yang mampu mendorong seseorang melakukan

suatu kegiatan guna meraih tujuan yang

diinginkan dan secara tidak langsung mengarah

pada pencapaian kebutuhan yang member

tingkat kepuasan tertentu. Sedangkan

Manullang (1988 : 150) mendefinisikan

motivasi adalah “ sebagai daya perangsang atau

daya pendorong terhadap pegawai untuk mau

bekerja dengan segiat-giatnya, yang berbeda

antara pegawai yang satu dengan pegawai yang

lain “

Proses motivasi dimulai oleh seorang

yang mengenali secara sadar atau tidak, suatu

kebutuhan yang tidak terpenuhi, kemudian

sasaran yang dibuat diperkirakan akan

memenuhi kebutuhan tersebut. Serangkaian

tindakan yang ditentukan akan mengarah ke

Page 75: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 75

pencapaian sasaran, dengan dicapainya sasaran,

maka kebutuhan dapat terpenuhi

Gambaran lain tentang proses motivasi

adalah seseorang bersedia menjadi anggota

organisasi karena mereka percaya dengan

melaksanakan kegiatan – kegiatan dalam

organisasi, maka tujuan pribadi ( fisik dan non

fisik ) mereka akan terpenuhi atau uang yang

diperoleh dari organisasi dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhannya.

Gambar1 :Proses Motivasi

Mc Amstrong (1988:67)

Gambar 2 :Proses Motivasi

Ranupandoyo dan Husnan

Pemberian motivasii dapat efektif

menurut Mc Amstrong (1994 : 66) perlu

memperhatikan hal – hal berikut : 1) Memahami

proses dasar motivasi model kebutuhan, sasaran,

tindakan serta pengaruh pengalaman dan

harapan. 2). Mengetahui factor – factor yang

mempengaruhi motivasi, pola kebutuhan yang

mendorong kearah sasaran dan keadaan dimana

kebutuhan terpenuhi atau tidak. 3). Mengetahui

bahwa motivasi bukanlah hanya masalah

memberikan banyak uang. 4). Mengetahui

bahwa motivasi tidak bisa dicapai hanya dengan

menciptakan perasaan puas, terlalu banyak

perasaan puas dapat menimbulkan perasaan

puas diri dan kelambanan. 5) Memahami bahwa

ada hubungan yang komplek antara motivasi

dan prestasi kerja.

Model motivasi Ranupandoyo dan

Husnan (1997: 201) membagi model motivasi

menjadi tiga model, sedangkan Mc Amstrong

membagi model motivasi menjadi empat model,

tetapi dari model tersebut terdapat kesamaan.

Adapun model – model motivasi tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Model tradisional (Model Manusia

Rasional )

Menurut model ini bahwa pegawai itu

pada dasarnya pemalas atau kurang bergairah

dalam bekerja, agar karyawan dapat bekerja dan

berprestasi, maka perlu adanya dorongan berupa

insentif atau imbalan semakin tinggi prestasinya

semakin tinggi insentif yang diterima. Mc

Amstrong ( 1994 : 74 ) menyatakan orang akan

termotivasi oleh gabungan penghargaan dengan

uang dan hukuman. Ranupandoyo dan Husnan

(1997 : 201) menyatakan untuk memberikan

dorongan agar karyawan dapat melaksanakan

pekerjaannya dengan berhasil, maka para

pemimpin harus menggunakan system upah

insentif, dalam arti semakin aktif dan berprestasi

karyawan akan semakin besar penghasilannya.

Gambar 3 :Model Motivasi Rasional

Mc Amstrong

2) Model Hubungan Manusia (Human Ralation

Model)

Menurut model ini karyawan akan

termotivasi bila mereka dibuat merasa penting

dan berguna serta diakui kebutuhan sosialnya.

Sesuai dengan model ini karyawan harus diberi

kebebasan dalam mengambil keputusan untuk

menjalankan tugas – tugas mereka, sehingga

mereka merasa puas dalam melaksanakan

Menentukan

Sasaran

Kebutuhan Tindakan

Mencapai

Sasaran

Kebutuhan Dorongan Tindakan

Kepuasan

PENGHARGAAN

HUKUMAN

PERBAIKAN PRESTASI KERJA

Page 76: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

76 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

tugasnya. Oleh karena itu model ini

menekankan pimpinan harus memperlakukan

dengan penuh tenggang rasa dan penuh

perhatian, sehingga kebutuhan social karyawan

benar – benar dihargai dan dijunjung tinggi

sehingga pada akhirnya kepuasan karyawan

terpenuhi.

Gambar:4 Model Motivasi Hubungan

Manusia

Mc Amstrong (1994 : 74)

3) Model Sumber Daya Manusia (Human

Resources Model)

Tokoh–tokoh dalam model ini

adalah Mc Gregor, Maslow, Argyris. Model

sumber daya manusia berpendapat bahwa

karyawan termotivasi kerjanya bukan karena

factor upah atau kepuasan kerja belaka,

melainkan yang membuat karyawan termotivasi

kerjanya bersifat komplek, artinya setiap orang

mempunyai dorongan untuk menjalankan tugas

dengan baik dan penuh tanggung jawab,

sehingga para karyawan akan memperoleh

kepuasan karena prestasinya yang tinggi.

Berdasarkan pada asumsi tersebut, maka

karyawan harus diberi tugas, tanggung jawab

serta kewenangan yang lebih luas mengingat

setiap orang pada dasarnya mempunyai

dorongan untuk bekerja dengan tekun, rajin dan

baik sehingga mereka dapat mencapai tujuan

dan sasaran sesuai dengan cara mereka sendiri.

Gambar 5 :Motivasi Komplek

Teori Motivasi Abraham Maslow

Tingkah laku manusia selalu timbul

oleh adanya kebutuhan yang mendorong

perbuatan kearah suatu tujuan tertentu.

Kebutuhan yang mendorong kearah suatu tujuan

itulah yang disebut motivasi. Salah satu teori

motivasi yang banyak digunakan secara luas

adalah teori motivasi yang berdasarkan pada

hierarki kebutuhan secara individu yang

dikemukakan oleh Maslow et al ( 1991 : 167 )

atau yang dikenal dengan teori Hirarkies of

needs. Teori ini mengklasifikasikan kebutuhan

manusia yang komplek kedalam lima golongan

mulai dari kebutuhan yang paling dasar sampai

dengan kebutuhan yang paling tinggi. Adapun

penggolongan kebutuhan tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Phisiological needs

Phisiological needs adalah kebutuhan paling

dasar antara lain makan, minum, pakaian

perumahan, sex dll.

2. Safety and security needs

Adalah kebutuhan akan rasa aman, ancaman

lingkungan, ancaman kehilangan pekerjaan

atau pengasilan atau keamanan dihari tua.

3. Social needs

Merupakan kebutuhan akan rasa cinta,

kebutuhan akan komunikasi antar karyawan

ataupun dengan atasan atau kebutuhan untuk

bisa diterima dilingkungan pekerjaan

4. Esteem needs

NILAI

PENGHARGAAN

HARAPAN

KEMUNGKINAN USAHA

AKAN MENGHASILKAN

PENGHARGAAN

USAHA

KEMAMPUAN

PERSEPSI PERANAN

PRESTASI

KERJA

Page 77: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 77

Esteem needs merupakan kebutuhan

penghargaan diri dari orang lain atau dari

organisasi

5. Self actualization needs

Kebutuhan akan perwujudan diri, kebutuhan

untuk memenuhi diri sendiri dengan

memaksimumkan penggunaan kemampuan,

keahlian dan potensi diri

Gambar 6 :Hierarchy of needs AH. Maslow

Martoyo ( 1996 : 149 )

Variabel – variabel motivasi

Berdasarkan uraian teori – teori motivasi

diatas, maka teori yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teori motivasi yang

dikemukakan oleh AH. Maslow yang dikenal

dengan hierarchies of needs atau toeri tingkat

kebutuhan. Ada beberapa pertimbangan tentang

penggunaan teori Maslow ini, antara lain :

1. Teori Maslow merupakan salah satu teori

yang berbentuk hierarki kebutuhan secara

individu, sehingga hal ini tepat untuk

dijadikan teori dalam penelitian yang

sampelnya secara individu pula.

2. Bersifat aplikatif yaitu bisa diterapkan

kepada semua karyawan / pegawai mulai

tingkat paling bawah sampai tingkat paling

atas

3. Sesuai dengan kondisi obyektif dilapangan

atau obyek penelitian, dimana

karyawan/pegawai / dosen mempunyai

kebutuhan yang bertingkat.

Dengan pertimbangan – pertimbangan

diatas, maka unsure – unsure motivasi yang

dikemukakan oleh AH Maslow tersebut

dituangkan kedalam penelitian para dosen di

Universitas Panca Marga Probolinggo .

Adapun unsure – unsure atau kelima

variabel motivasi tersebut secara terperinci

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kebutuhan fisiologis ( Phisiological Needs )

Kebutuhan fisiologis adalah

kebutuhan pokok manusia yang bersifat

mendasar atau bersifat primer seperti

makanan, minuman, pakaian, perumahan,

sex, kesejahtraan individu. Seorang

karyawan atau dosen bersedia bekerja

karena dia berharap kebutuhan dasarnya

dapat dipenuhi melalui penghasilan, gaji,

bonus ataupun insentif yang diterima. Gaji

yang diterima selain berfungsi sebagai

pemenuhan kebutuhan pokok , juga

berfungsi sebagai daya dorong agar

karyawan atau dosen dapat bekerja dengan

baik dan penuh semangat. Meir ( As’ad : 92

) menyatakan bahwa pendistribusian gaji

didasarkan pada produksi, lamanya kerja,

lamanya dinas dan berdasarkan kebutuhan

hidup

2. Kebutuhan keselamatan kerja ( Safety and

security needs )

Keselamatan dan keamanan kerja

merupakan kebutuhan fundamental bagi

manusia bahkan kadang – kadang lebih

penting dari pada gaji ataupun kesempatan

untuk maju. Keselamatan dan keamanan

kerja ini menurut Wexly dan Yuki ( 1988 :

Page 78: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

78 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

99 ) berisikan perlindungan dari ancaman

bahaya fisik atau berkurangnya pendapatan.

Kebutuhan inii bisa dipenuhi dengan

menghilangkan kondisi – kondisi kerja yang

membahayakan dan dengan pengamanan

yang melindungi bencana ekonomi pribadi.

Pengamanan ini meliputi jaminan

kesehatan, jaminan cacat, jaminan

pengangguran, masa kerja atau kontrak

kerja jangka panjang, serta peraturan atau

prosedur – prosedur mengemukakan

tuntutan yang melindungi pekerja terhadap

kecurigaan – kecurigaan yang memusuhi,

pemberantasan sementara atau pemecatan.

3. Kebutuhan social ( Social needs )

Manusia pada dasarnya merupakan

makhluk social yang tidak akan terlepas dari

kebutuhan – kebutuhan social. Agar

karyawan atau dosen dapat bekerja dengan

sebaik – baiknya, maka perlu diciptakan

iklim atau suasana kerja yang harmonis dan

kondusif yaitu terciptanya hubungan yang

akrab dan penuh kekeluargaan, baik antara

bawahan dengan bawahan atau bawahan

dengan atasan atau atasan dengan atasan

(Horisontal dan vertical). Meginson

(Handoko,1986:258) mengatakan bahwa

kebutuhan social secara teoritis adalah

kebutuhan akan ciinta, persahabatan,

perasaan memiliki, diterima oleh kelompok,

keluarga dan asosiasi.

4. Kebutuhan penghargaan ( Esteem needs )

Semua manusia dalam masyarakat

mempunyai kebutuhn dan keinginan akan

penilaian yang baik, dan punya kebutuhan

akan rasa hormat atau harga diri serta

mengharapkan penghargaan dari orang lain,

baik berupa pujian maupun berupa materi.

Nitisemito ( 1980 : 229 ) mengatakan

hendaknya setiap perusahaan atau instansi

memberikan kesempatan kepada para

karyawan/ pegawai / dosen yang berprestasi

untuk memperoleh penghargaan.

Penghargaan tersebut dapat berupa

pengakuan yang disertai hadiah kenaikan

gaji, kenaikan pangkat, pemindahan

keposisi yang lebih baik dan disukai dsb.

Soepriyantoo ( 1988 : 35 ) berpendapat

tentang penghargaan sbb : “ Kebutuhan

akan harga diri / penghormatan lebih

bersifat individual atau pribadi, ingin

dirinya dihargai atau dihormati sesuai

dengan kapasistasnya ( kedudukannya ),

sebaliknya setiap individu tindak ingin

dirinya dianggap lebih rendah dari yang

lain. Mungkin secara jabatan lebih rendah

tetapi secara manusiawi setiap individu (

pria dan wanita ) tidak ingin direndahkan.

5. Kebutuhan aktualisasi diri ( Actualization

needs )

Kurt Golstein (Maslow : 57 )

mengatakan bahwa keinginan orang akan

perwujudan diri yakni pada

kencenderunganuntuk mewujudkan dirinya

sesuai dengan kemampuannya.

Kecenderungan ini dapat diungkapkan

sebagai keinginan untuk makin lama makin

istimewa, untuk menjadi apa saja menurut

kemampuannya. Sukanto Reksohadiprojo

dan T Hani Handoko ( 1986 : 265 )

menyatkan bahwa kebutuhan aktualisasi diri

adalah kebutuhan pemenuhan diri untuk

mempergunakan potensi diri,

pengembangan diri serta menyelesaikan

pekerjaan sendiri.

Pengertian Prestasi Kerja

Istilah prestasi kerja mempunyai

pengertian yang bermacam – macam, untuk

menghindari adanya kerancuan terhadap

pengertian prestasi kerja ( job performance ),

menurut As’ad ( 1998 : 47 ) yang mengutip dari

dua orang ahli yaitu pertama Meir ( 1965 )

memberikan pengertian prestasi kerja sebagai

kesuksesan seseorang didalam melaksanakan

pekerjaannya. Kedua Low Ler dan Porter ( 1967

) menyetakan bahwa job performance adalah

Page 79: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 79

“succesfull role achievement “ yang diperoleh

seseorang dari perbuatan – perbuatannya. As’ad

menyimpulkan pendapat kedua ahli tersebut

bahwa prestasi kerja adalah hasil yang dicapai

seseorang menurut ukuran yang berlaku

terhadap pekerjaan yang bersangkutan.

Sedangkan Soepriyanto ( 1988 : 7 ) menyatakan

bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja

seseorang selama periode tertentu dibandingkan

dengan berbagai kemungkinan, misalnya

standard, target atau sasaran yang sudah

disepakati bersama. Menurut As’ad ( 1998 : 63 )

yang mengutip pendapat dari Meir ( 1965 )

bahwa yang paling umum dianggap sebagai

criteria prestasi kerja adalah kualitas, kuantitas,

waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang,

absensi dan keselamatan dalam menjalankan

pekerjaan.

Hubungan Motivasi Dengan Prestasi

Kerja

Berdasarkan kajian teori yang telah

diuraikan, maka motivasi pada dasarnya

menjadi daya dorong untuk bekerja lebih giat,

sehingga mampu meningkatkan prestasi

kerjanya dibanding hari – hari sebelumnya.

Sampai dengan saat menganalisis hubungan

antara motivasi dengan prestasi kerja masih

ditemukan kelemahan – kelemahan, dan

hubungan keduanya belum dapat dinyatakan

secara eksak. Maksudnya suatu sebab akan

memberikan suatu akibat, dan tidak selalu

terjadi bahwa sebab yang sama akan

menghasilkan akibat yang sama pula.

Kenyataannya perilaku manusia itu berubah –

ubah karena perubahan pribadi masing –

masing, dimana perubahan tersebut dipengaruhi

oleh sifat individu dan lingkungan yang

mengitarinya. Goal Theory (Supriyanto : 1988 :

224) menyatakan bahwa produktifitas atau

prestasi kerja seseorang tergantung pada

motivasi orang tersebut terhadap pekerjaan yang

dilakukakan. Semakin tinggi motivasi seseorang

untuk melakukan pekerjaan tersebut semakin

tinggi pula tingkat produktifitasnya demikian

pula sebaliknya semakin rendah motivasi

seseorang untuk melakukan pekerjaan tersebut

semakin rendah pula prestasi kerjanya.

Dalam teori Atribusi (As’ad, 1998 :57-

59) bahwa performance kerja menurut model

Vroomian dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

P = Performance

M = Motivation A = Ability

Sesuai dengan teori tersebut, maka

performance kerja ( P ) merupakan fungsi dari

perkalian antara factor motivasi ( M ) dengan

ability ( A ). Sehingga bisa disimpulkan bahwa

jika seseorang karyawan atau pegawai atau

dosen rendah dalam salah satu komponennya,

maka prestasinya akan rendah pula.

Kerangka Konseptual dan Hipotesis

Penelitian

Berdasarkan pada teori yang telah

dikemukakan, maka dapat diterik kesimpulan

hubungan antara konsep yang berhubungan

dengan prestasi kerja karyawan / atau dosen

dapat terlihat pada gambar berikut :

Gambar 7 : Kerangka konseptual dan model

hipotesis penelitian

( X5 ) ACTUALIZATION NEEDS

( X4) ESTEEM NEEDS

(X3 ) SOCIAL NEEDS

( X2 ) SAFETY AND SECURITY NEEDS

(X1 ) PHISIOLOGICAL NEEDS

( Y ) PRESTASI KERJA

DOSEN UNIV. PANCA

MARGA PROBOLINGGO

P = F ( M x K )

Page 80: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

80 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

Metode Penelitian

Penelitian ini dalam katagori survey

explanatory ( penelitian penjelasan ) yaitu

penelitian yang berusaha menjelaskan hubungan

kausal dan menguji keterkaitan yang terjadi

antara variabel – variabel motivasi terhadap

prestasi kerja para dosen. Survey dimaksudkan

adalah terbatas pada pengertian survey sampel,

dimana informasi yang dikumpulkan dari

sebagian populasi yang sesuai dengan kriteria

tertentu untuk mewakili seluruh populasi.

Informasi primer tentang data dikumpulkan dari

responden yang berhubungan dengan variabel

penelitian dengan menggunakan kuetioner (

Singarimbun dan Effendi 1986 : 3-6 )

Populasi dan Sampel

Yang dimaksud populasi adalah jumlah

keseluruhan dari unit analisa yang cirri – cirinya

akan diduga ( Singarimbun, 1987 : 220 ).

Selanjutnya Nawawi ( 1985 : 14 ) memberikan

pengertian Populasi adalah “ keseluruhan obyek

penelitian yang dapat terdiri dari manusia,

hewan, tumbuhan, benda – benda, gejala –

gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai sumber

data yang memiliki karakteristik tertentu dalam

suatu penelitian “. Mengacu pada definisi

populasi diatas, maka populasi penelitian ini

adalah seluruh dosen yang ada di Universitas

Panca Marga probolinggo baik yang bersetatus

dosen tetap maupun tidak tetap, dengan masa

kerja diatas 3 tahun dan aktif bekerja sebagai

seorang dosen.

Tabel 1

KOMPOSISI DOSEN DI 7 FAKULTAS

UNIVERSITAS PANCA MARGA

NO FAKULTAS

JML.

DOSEN

TETAP

JML

DOSEN

TDK

TETAP

JUMLAH

POPULASI

1 Pertanian 3 8 11

2 Hukum 5 9 14

3 Sospol 2 10 12

4 Kip 4 9 13

5 Teknik 3 17 20

6 Ekonomi 3 9 12

7 Sastra 2 6 8

JUMLAH 22 68 90

Sumber : Data sekunder diolah

Untuk penetapan sampel singarimbun

memberikan pendapat ( 1986 : 105-106 )

besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10%

dan ada pula penelitian yang mengatakan bahwa

besarnya sampel minimum 5% dari jumlah

populasi. Berpijak pada pendapat tersebut

peneliti menetapkan jumlah sampel untuk

seluruhnya adalah 40 orang dosen baik yang

berstatus dosen tetap maupun dosen tidak tetap.

Untuk lebih representative pengambilan sampel

dosen tidak tetap, maka peneliti

mempergunakan proporsional sampel yakni

dengan mengambil. sampel dari tiap–tiap sub

populasi dengan memperhitungkan besarnya

sub populasi tersebut. Hadi ( 1986 : 82 )

mendifinisikan proporsional sampel adalah

sampel yang terdiri dari sub – sub sampel yang

perimbangannya mengikuti perimbangan sub –

sub populasi. Untuk mengambil sampel

sebagaimana yang dikemukakan dapat

menggunakan rumus sbb :

( Nasir, 1985 : 365 )

Dimana :

ni = besarnya sampel pada stratum ke i

Ni = besarnya populasi pada stratum ke i

N = besarnya populasi secara keseluruhan

n = besarnya sampel secara keseluruhan

Dengan demikian jumlah sampel pada

masing–masing fakultas adalah sebagai berikut :

Tabel 2

JUMLAH SAMPEL PADA MASING –

MASING FAKULTAS

DI UNIVERSITAS PANCA MARGA

NO FAKULTAS PERHITUNGAN

JUMLAH SAMPEL

DOSEN TDK

TETAP

1 Pertanian ( 8 : 68 ) X 18 2

2 Hukum ( 9 : 68 ) X 18 2

3 Sospol ( 10 : 68 ) X 18 3

ni = ( Ni : N ) x n

Page 81: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 81

4 Kip ( 9: 68 ) X 18 2

5 Teknik ( 17 : 68 ) X 18 5

6 Ekonomi ( 9 : 68 ) X 18 2

7 Sastra ( 6 : 68 ) X 18 2

JUMLAH 18

Sumber : Data sekunder diolah

Sedangkan jumlah responden penelitin

secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

Tabel 3

JUMLAH RESPONDEN PENELITIAN

UNIVERSITAS PANCA MARGA

NO FAKULTA

S

JUMLAH

RESPONDEN

DOSEN

TETAP

JML

SAMPEL

DOSEN

TDK

TETAP

JUMLAH

RESPOND

EN

PENELITI

AN

1 Pertanian 3 2 5

2 Hukum 5 2 7

3 Sospol 2 3 5

4 Kip 4 2 6

5 Teknik 3 5 8

6 Ekonomi 3 2 5

7 Sastra 2 2 4

JUMLAH 22 18 40

Sumber : Data sekunder diolah

Teknik Tengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian

menggunakan kuesioner, dimana kuesioner ini

berisikan sejumlah pertanyaan – pertanyaan

terkait dengan variabel motivasi dan variabel

prestasi kerja dosen yang mengacu pada Tri

Dharma Perguruan Tinggi yang merupakan

tugas pokok seorang dosen. Jawaban pertanyaan

tersebut untuk masing – masing mempunyai

gradasi mulai yang paling positif sampai dengan

paling negative, dengan skor sebagai berikut :

1. Sangat puas skor = 5

2. Puas skor = 4

3. Cukup puas skor = 3

4. Kurang puas skor = 2

5. Sangat kurang puas skor = 1

Operasional Variabel

Berpijak pada kerangka dasar teori yang

telah dijelaskan definisi operasional sebagai

berikut :

1).Variabel Dependent. ( Y )

Prestasi kerja adalah hasil kerja atau out put

dari masing – masing dosen dengan indicator

Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri

dari: a) Pendidikan dan Pengajaran b).

Penelitian c). Pengabdian pada masyarakat.

2) Variabel Independent ( X )

Variabel bebas merupakan variabel motivasi

yang terdiri dari beberapa variabel dengan

notasi “X” antara lain: a) Kebutuhan

Fisiologis (X1) b) Kebutuhan Keselamatan

Kerja(X2) c) Kebutuhan Sosial (X3) d)

Kebutuhan Penghargaan (X4) e) Kebutuhan

Aktualisasi Diri (X5)

Uji Validitas dan Reliabilitas

1). Uji Validitas

Sebuah instrument kuesioner

dikatakan valid, jika mampu mengukur apa

yang diinginkan dan dapat mengungkapkan

data dari variabel yang diteliti secaratepat.

Untuk menguji validitas dilakukan dengan

mengkorelasikan setiap item dengan total

score variabelnya (Construct validity),

dengan menggunakan rumus korelasi

product moment

2). Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan (

Singarimbun dan Efendy, 1989 ). Untuk

mengetahui alat ukur itu reliable atau tidak,

diperlukan uji dengan menggunakan rumus

Alpha Cronbach. Untuk koefisien diatas 0.6

dianggap reliable. Hasil analisis terhadap uji

Page 82: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

82 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

reliabilitas menunjukkan nilai alpha sebesar

0.8330, dengan demikian dapat disimpulkan

alat ukur tersebut reliable.

Gujarati ( 1993 : 157 – 201 )

menyatakan bahwa ada 3 penyimpangan asumsi

klasik yang dapat terjadi dalam penggunaan

model regresi linier berganda yaitu

Multikolinieriitas, Heteroskedastisitas dan

autokorelasi. Untuk menghindari adanya

penyimpangan tersebut perlu diuji atau dideteksi

terhadap ketiga penyimpangan tersebut.

1. Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti adanya korelasi

linier diantara satu atau lebih variabel bebas.

Menurut Piet Rietvelt dan Lasmono Tri

Sunaryono (1994 : 54) akibat multikolinieritas

ini akan sulit untuk memisahkan pengaruh

masing – masing variabel bebas terhadap

variabel tidak bebas. Untuk mendeteksi

keberadaan ini dilakukan analisa korelasi

person diantara variabel bebas, jika tidak

terjadi korelasi yang bermakna berarti tidak

terjadi multikolinieritas. Atau membandingkan

probabilitas masing – masing variabel bebas

dengan alpha 0.05, jika nilai probabilitasnya

lebih kecil dari nilai alpha, maka diktakan

terjadi multikolinieritas.

2. Heteroskedastik

Rietvelt dan Lasmono ( 1994 : 52 )

menyatakan bahwa variasi residual tidak sama

untuk semua pengamatan. Cara yang

digunakan untuk mendeteksi terjadinya

Heteroskedastik digunakan uji Gletser dengan

cara meregresikan variabel – variabel bebas

dengan variabel gangguan ( residual absolud ),

apabila r hitung lebih kecil dari nilai kritis

berarti tidak terjadi penyimpangan asumsi

klasik.

3. Autokorelasi

Seperti dikatakan Rietvelt dan

Lasmono ( 1994 : 52 ) adanya autokorelasi

bertentangan dengan asumsi dasar regresi

berganda, yaitu tidak ada korelasi diantara

galat acaknya atau munculnya suatu data

dipengaruhi data sebelumnya, kalau hal ini

terjadi berarti secara intusi dapat dikatakan

koefisien korelasi yang diperoleh kurang

akurat. Untuk mengetahui ada tidaknya

autokorelasi digunakan uji Durbin Watson.

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini

mengunakan analisis korelasi dan regresi baik

yang sederhana maupun berganda. Keseluruhan

rangkaian analisis menggunakan alat bantu

program computer SPSS for windows versi 7.5.

Analisis Hasil Penelitian

Analisis Hipotesis Pertama

Dengan menggunakan bantuan program

SPSS for windows, maka hasil analisi

kuantitatif untuk membuktikan pengaruh

variabel – variabel motivasi terhadap prestasi

kerja dosen dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4

RINGKASAN ANALISIS PENGARUH

VARIABEL MOTIVASI TERHADAP

PRESTASI KERJA DOSEN

No VARIABEL – VARIABEL MOTIVASI KOEFISIEN

REGRESI

1 X1 (Kebutuhan Fisiologis) 0.392

2 X2 (Kebutuhan Keselamatan kerja) 0.717

3 X3 (Kebutuhan Sosial) –0.143

4 X4 (Kebutuhan Penghargaan) –0.00031

5 X5 (Kebutuhan Aktualisasi Diri) 0.239

Multiple R = 0.577 F = 3.392

R Square = 0.333 Sig F = 0.014

Konstanta = 15.181 DW = 1.554

Sumber : Data diolah dari spss

Page 83: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 83

Dari table 4 diatas dapat menghasilkan

persamaan regressi sebagai berikut :

Y = 15.181 + 0.392 X1 + 0.717X2 –0.141X3 –

0.00031X4) + 0.239X5 + e

Dari persamaan regresi tersebut dapat

diartikan bahwa jika kebutuhan fisiologis (X1),

kebutuhan keselamatan kerja (X2), kebutuhan

aktualisasi diri (X5) ditingkat kan, maka akan

berdampak meningkatkan prestasi kerja (Y),

sedangkan untuk kebutuhan social (X3) dan

kebutuhan penghargaan (X1) dengan koefisien

yang bertanda negative artinya meskipun

kebutuhan social dan kebutuhan penghargaan

dinaikkan atau ditingkatkan untuk kondisi

tertentu belum dapat meningkatkan prestasi

kerja.

Dari table tersebut nampak bahwa

variabel – variabel motivasi (X1, X2, X3, X4 dan

X5) secara serempak berkontribusi sebesar

33,3% hal ini terlihat dari angka R Square

sebesar 0.333 atau model regresi linier berganda

untuk variabel – variabel bebasnya secara

bersama – sama mampu memberikan kontribusi

sebesar 33.3% sedangkan 66.7% dipengaruhi

dari luar model. Sedangkan angka Multiple R

nya adalah 0.577 hal ini menunjukkan adanya

hubungan positif yang cukup kuat antara

variabel–variabel bebas dengan variabel tidak

bebas dengan tingkat signifikansi F sebesar

0.014 atau lebih kecil dari nilai alpha 0.05.

Berdasarkan uji serempak ( F ) seperti

Nampak pada table 10 menunjukkan angka F

hitung sebesar 3.392 sedangkan besarnya F

table adalah 2.49 dengan alpha 5%, ini berarti

bahwa F hitung > F table dengan probabilitas

0.014 < 0.05, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang

menyatakan diduga variabel – variabel motivasi

kebutuhan fisiologis (X1), kebutuhan

keselamatan kerja (X2), kebutuhan social (X3),

kebutuhan penghargaan (X4) dan kebutuhan

aktualisasi diri (X5) secara bersama – sama

mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap

prestasi kerja dosen Universitas Panca Marga

Probolinggo telah terbukti atau hipotesis

alternative (Ha) diterima.

Analisis Hipotesis kedua

Untuk membuktikan dugaan bahwa dari

lima variabel motivasi yaitu (X1, X2, X3, X4 dan

X5) bahwa kebutuhan fisiologi (X1) mempunyai

pengaruh dominan terhadap prestasi kerja dosen

dapat dilihat table berikut :

Tabel 5

SIGNIFIKANSI PENGARUH VARIABEL –

VARIABEL MOTIVASI

TERHADAP PRESTASI KERJA DOSEN

Variabel B T Hitung T Tabel Sig, T

X1 0.392 1.607 2.04 0.117

X2 0.717 2.730 2.04 0.010

X3 –0.143 –0.818 2.04 0.419

X4 –0.00031 –0.001 2.04 0.999

X5 0.239 1.175 2.04 0.248

Constanta 15.181 5.581 0.000

Sumber : Data diolah

Dari table tersebut dapat diketahui

bahwa T hitung yang mempunyai nilai lebih

besar dari T Tabel adalah Variabel X2 yaitu

variabel kebutuhan keselamatan kerja dengan T

hitung 2.730 > T Tabel 2.04 dan koefisien

regresi paling besar dan positif yaitu 0.717

dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari nilai

alpha yaitu 0.010 < 0.05. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel

keselamatan kerja ( X2 ) mempunyai pengaruh

paling dominan dibanding dengan variabel yang

lain. Sedangkan variabel kebutuhan fisiologis (

X1 ) mempunyai T hitung 1.607 < T Tabel 2.04,

dengan tingkat signifikansi lebih besar yaitu

1.117 > 0,05. Dengan demikian hipotesis kedua

yang diduga bahwa variabel motivasi kebutuhan

fisiologis ( X1 ) mempunyai pengaruh paling

dominan terhadap prestasi kerja dosen ( Y )

tidak terbukti atau hipotesis alternative ( Ha )

Page 84: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

84 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

ditolak atau dugaan bahwa kebutuhan fisiologis

( X1 ) mempunyai pengaruh dominan terhadap

prestasi kerja dosen di Universitas Panca Marga

Probolinggo tidak terbukti.

Analisis Ekonometrik

Agar supaya model regresi linier

berganda juga diterima secara ekonometrika dan

estimator – estimator yang diperoleh sudah

memenuhi syarat Best Linier Unbiased

Estimation (BLUE), maka diperlukan analisis

sebagai berikut :

1. Analisis Multikolinieritas

Model linier klasik mengasumsikan

tidak akan terjadi atau tidak ada

multikolinieritas diantara variabel bebas yang

ada dalam model atau tidak terjadi hubungan

linier yang sempurna apabila koefisien korelasi

diantara variabel bebasnya lebih kecil sama

dengan 0,80 atau multikolinieritas tidak menjadi

masalah yang serius apabila multikol masih

berada pada batas toleransi yaitu 0,80 ( Emory,

1980 : 448 ).

Dari hasil analisis korelasi antara

variabel bebas dengan alat bantu SPSS ternyata

menghasilkan angka probabilitas < 0,05

sehingga bisa dikatakan terjadi multikolinieritas

antara variabel bebasnya, namun jika

memperhatikan pendapat Emory diatas, korelas

antara variabel bebas masih berada dibawah

batas toleransi yaitu 0,80, sehingga

multikolinieritas dianggap tidak menjadi

masalah.

2. Analisis Heteroskedastik

Tabel 6

RINGKASAN HASIL UJI GLETSER

TERHADAP HETEROSKEDASTIK

T (DF = 34) Prob ( p ) T Tabel Alpha

-0.092 (X1) 0.92721 2.042 0.05

0.865 (X2) 0.39334 2.042 0.05

-1.195 (X3) 0.24156 2.042 0.05

2.096 (X4) 0.04364 2.042 0.05

-0.712 (X5) 0.48149 2.042 0.05

Sumber : Data diolah

Memperhatikan table diatas variabel X4

terjadi heteroskedastik yang diperkuat dengan

nilai probabilitasnya 0.04364 lebih kecil

dibanding dengan nilai alpha 0.05 sedangkan

untuk variabel – variabel yang lain tidak terjadi

heteroskedastik karena nilai probabilitasnya

lebih besar disbanding dengan nilai alpha.

3. Analisis Autokorelasi

Gujarati ( 1993 : 217 ) menyatakan

bahwa untuk mengetahui ada tidaknya

autokorelasi dapat diketahui melalui nilai ( d )

yang diperoleh dari hasil perhitungan Durbin

Watson, jika nilai ( d ) yang diperoleh sebesar 2

atau mendekati nilai 2, maka diasumsikan tidak

terjadi autokorelasi baik positif aupun negative,

apabila nilai ( d ) semakin mendekati nilai nol (

0 ), maka semakin besar bukti terjadinya

autokorelasi positif, dan jika nilai ( d ) semakin

mendekati nilai 4, maka semakin besar adanya

serial korelasi negative. Algifari (1997 : 79)

memberikan criteria ada tidaknya autokorelasi

sebagai berikut :

Tabel 7

KRITERIA ADA TIDAKNYA

AUTOKORELASI

DW KESIMPULAN

Kurang dari 1.0 Ada autokorelasi

1.10 – 1.54 Tanpa kesimpulan

1.55 – 2.46 Tidak ada autokorelasi

2.47 – 2.90 Tanpa kesimpulan

Lebih dari 2.91 Ada autokorelasi

Sumber : Algifari ( 1997 : 79 )

Dari hasil analisis Durbin Watson ( DW )

ternyata nilai ( d ) yang diperoleh sebesar 1.554

sehingga bisa disimpulkan tidak terjadi

autokorelasi diantara galat acaknya.

Page 85: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 85

KESIMPULAN

1. Variabel–variabel motivasi yang terdiri dari

kebutuhan fisiologis (X1), kebutuhan

keamanan dan keselamatan kerja (X2),

kebutuhan social (X3), kebutuhan

penghargaan (X4) dan kebutuhan aktualisasi

diri (X5) mempunyai hubungan yang cukup

kuat terhadap prestasi kerja dosen (Y) hal

ini dibuktikan dari nilai koefisien multiple R

(korelasi), sebesar 0.58069, sedangkan

koefisien determinasi R (RSquare) adalah

0.33720 ini berarti variabel–variabel

bebasnya secara bersama–sama mampu

memberikan kontribusi pada variabel tidak

bebasnya sebsar 33,720%. Dilihat dari F

hitung = 3,45940 > F table = 2,49 pada

alpha 0,05 ( DF=34 ) ini membuktikan

hipotesis pertama dalam penelitian ini

diterima

2. Dari variabel – variabel motivasi yang terdiri

dari kebutuhan fisiologis (X1), kebutuhan

keamanan dan keselematan kerja (X2),

kebutuhan social (X3), kebutuhan

penghargaan (X4) dan kebutuhan aktualisasi

diri (X5), ternyata yang mempunyai

pengaruh paling dominan adalah variabel

kebutuhan keamanan dan keselamatan kerja

(X2) dengan koefisien regresi sebesar 0,717.

SARAN

Berdasarkan pada hasil pembahasan dan

kesimpulan, maka peneliti memberikan saran –

saran sebagai berikut :

1. Mengingat tanggapan responden terhadap

jumlah gaji atau honor yang diterima

mayoritas menyatakan kurang puas yaitu

50% responden sekaligus melihat

perkembangan jumlah mahasiswa yang

semakin bertambah banyak, maka

diharapkan kepada pihak pengelola baik itu

Yayasan maupun pihak rektorat hendaknya

lebih mengupayakan tambahan penghasilan

baik melalui menambah jumlah matakuliah,

menambah jam mengajar atau menambah

biaya per SKS atau menambah gaji pokok

dan tunjangan–tunjangan bagi yang

berstatus dosen tetap sehingga gairah dan

semangat kerjanya bisa ditingkatkan

2. Mengingat keamanan dan keselamatan kerja

(X2) mempunyai pengaruh paling besar

terhadap prestasi kerja dosen, maka

diharapkan kepada pihak pengelola

menambah atau meningkatkan jaminan

keamanan dan keselamatan kerja bagi

dosen.

3. Agar para dosen lebih termotivasi lagi

hendaknya kebutuhan aktualisasi diri dalam

hal ini menduduki jabatan yang lebih tinggi,

baik struktural maupun non struktural

hendaknya dilakukan dengan kriteria,

mekanisme jelas, transparan dan lebih adil

4. Penelitian ini hanya meneliti para dosen,

maka sangat perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut dengan obyek yang lebih luas

dengan toeri – teori baru sehingga hasilnya

bisa diperbandingkan, mengingat penelitian

variabel – variabel motivasi terhadap

prestasi kerja dosen hanya memberikan

pengaruh 33,72%, sedangkan yang 66,28%

dipengaruhi oleh variabel yang lain diluar

model.

DAFTAR PUSTAKA

Anto Dayan, 1986.Pengantar Metode statistic

Jilid II Penerbit LP3ES Jakarta

Arikunto Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian,

Suatu Pendekatan Praktek Penerbit

Rineka Cipta Jakarta

Algifari, 1997, Analisis Regresi, Edisi Pertama,

Teori Kasus dan Solusi, Penerbit BPFE.

Jogyakarta

Page 86: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

86 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

Atkinson, Introduction to motivation , New

York Venestra Reinhole

Ali A Hasimi, 1996, Intisari Manajemen, Bina

Aksara Jakarta

Effendy, Onong U, 1986, Human Ralation dan

Publik Ralation dalam Manajemen,

Alumni Bandung

Emory, C William, 1980, Bussines Research

Methode, Revised Edition, Richard D

Irwin, INC Home Lilinois 64030

Gujarati, Damodar 1993 Ekonometrika Dasar,

Terjemahan Erlangga, Jakarta

Gibson, Jame L, John I Vancevich and H

Donelly, 1985, Organization, Behaviour

Structure Processes, 5 th, ed Bussines

Publication Inc, Texas

Hadi, Sutrisno, 1997, Metodologi Research,

Jilid I, Cetakan kedua puluh Sembilan,

Penerbit Andi Jogyakarta

Mc. Amstrong, 1988, Manajemen Sumber Daya

Manusia, Terjemahan PT Alex Media

Komputindo. Jakarta

Maslow Abraham H, 1994. Motivasi dan

Kepribadian Teori- Motivasi dengan

pendekatan Hirarkies Kebutuhan

Manusia LPPM Jakarta

Makridarkis, Spyros dkk, 1995, Metode Aplikasi

Peramalan, Terjemahan, Cetakan Kelima,

Erlangga Jakarta

Martoyo Susilo, 1996. Manajemen Sumber

Daya Manusia, Edisi III, BPFE

Jogyakarta

Manullang M, 1988, Dasar–dasar Manajemen,

Cetakan ketigabelas, Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Nasir Moh, 1985, Metode Penelitian, Ghalia

Indonesia Jakarta

Niti Semito, Alexs, 1980, Manajemen

Personalia, Cetakan II, Sasmita Bross

Ritvelt, Piet dan Lasmono Tri Sunaryono, 1993,

Masalah Pokok Dalam Regresi

Berganda, Andi Obset, Jogyakarta.

Ranupandoyo, Heijrachman dan Suad Husnan,

1997, Manajemen Personalia Edisi IV,

BPFE, Yogyakarta.

Resohadi Projo, Sukanto dan T Hani Handoko,

1986, Organisasi Perusahaan, BPFE,

Yogyakarta

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendy, 1986,

Metode Penelitian Survey LP3ES Jakarta

Sumodiningrat, Gunawan, 1994, Ekonometrika

Pengantar, BPFE Yogyakarta

Siagian Sondang P, 1997, Manajemen Sumber

Daya Manusia, Cetakan keenam, Bumi

Aksara Jakarta

Sujana, 1993, Statistik Edisi Kedua, Tarsito

Bandung

Thoha, Miftah, 1983, Perilaku Organisasi

Konsep Dasar dan Aplikasinya CV

Rajawali , Jakarta

IDENTITAS PENULIS

Nama : H.M. Syaiful Bahri, S.E., M.M.

Perguruan Tinggi : Universitas Panca Marga Probolinggo

Alamat : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271

Telp./Faks. : (0335) 422715 / (0335) 427923

Page 87: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | i

JURNAL ECONOMI AND BUSINESS

ISSN 2337-9340

DEWAN REDAKSI JURNAL ECOBUSS FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO

PENANGGUNG JAWAB : H.M. SYAIFUL BAHRI, SE.,MM.

PIMPINAN REDAKSI : Dr. NANIS HAIRUNISYA, MM.

SEKRETARIS REDAKSI : MOH. ISKAK ELLY, SE.,MM.

PENYUNTING AHLI : PROF. Dr. ABD. HARIS

Dr.YUDI SUHARSONO

KHUSNIK HUDZAFIDAH, SE., M.Si.

Drs. SYAMSUL ICHWANTO

A.ZAINUDIN, S.Pd.,MM.

PENYUNTING PELAKSANA:ELOK DWI VIDIASTUTIK, SE., MSi

SEGER PRIHANTONO, SE., MSi

MOH. SYARIF HIDAYATULLAH, SE., MM

DEWI ENDAH FAJARINA, SE.,M.Pd.

SISTRIBUSI : ALIMUL HAKIM, SE., MM.

ALBERT STEINADO, SE.,MM.

ERLAN SANTOSO, SE., MM

ALAMAT REDAKSI : JLN. YOS SUDARSO 107 PABEAN DRINGU PROBOLINGGO. 67271

TELP. (0335) 422715 – 427923. Home page:http://www.upmekonomi.blgspot.com. e-mail:

[email protected]

JURNAL EcoBuss diterbitkan Maret 2013 Oleh Fakultas Ekonomi Universitas Pancamarga

Probolinggo. Terbit dua kali setahun bulan Maret dan September. Berisi tulisan-tulisan yang diangkat

dari hasil penelitian di bidang Economic & Business (EcoBuss), Artikel Telaah (review Article)

dimuat atas undangan. ISSN 2337-9340.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah

diketik atas kertas HVS A4 spasi 1,5. Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk

keseragaman format, istilah dan cara lainnya.

Page 88: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

ii | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................ i

1. Pengembangan Produk Unggulan Industri Kecil Dan Strategi Pemasaran Berbasis Analisis

Swot

Abdul Haris, Prof. Dr. ............................................................................................................ 1

2. Pendidikan Ekonomi Masyarakat Melalui Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd)

Nanis Hairunisya, Dr ............................................................................................................. 14

3. Peranan Guru Dan Numbered Heads Together (Nht) Dalam Menumbuhkan Minat Belajar

Siswa Di SMA Lab UM Malang

Dewi Endah Fajariana, S.Pd.,M.Pd ....................................................................................... 33

4. Hubungan Motivasi Dengan Produktivitas Kerja Guru

A. Zainudin, S.Pd. M.M. ......................................................................................................... 40

5. Pengaruh Citra Dan Kepercayaan Merek Pada Pembelian Dengan Keterlibatan Produk

Sebagai Pemoderasi Dan Niat Pembelian Serta Tambahan Merek Sebagai Pemediasi

Muhammad Syarif Hidayatullah Elmas, SE,. M.M. ................................................................ 48

6. Pengaruh Variabel – Variabel Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Dosen Di Universitas

Panca Marga Probolinggo

H M. Syaiful Bahri. SE;MM ................................................................................................... 73

Page 89: PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN …fe.upm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Jurnal_Vol_1_All_ECOBUS... · PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | iii

JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013. iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberi kekeuatan kepada

Tim Redaksi sehingga Jurnal EcoBuss Volume 1 Nomor Edisi Maret 2013 bisa diterbitkan.

Jurnal EcoBuss merupakan jurnal ilmiah ilmu ekonomi baik ilmu akuntansi, mangemen,

bisnis/kewirausahaan, studi pembangunan maupun pendidikan ekonomi yang diterbitkan oleh

Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo. Jurnal ini adalah edisi pertama

pada tahun pertama dan akan terbit secara berkala setiap dua kali dalam satu tahun. Jurnal

EcoBuss merupakan media informasi dan komunikasi dari berbagai hasil penelitian dosen,

mahasiswa, praktisi, dan akademisi yang berkecimpung dan menaruh minat serta perhatian

pada perkembangan ilmu ekonomi.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi pada penerbitan jurnal

EcoBuss ini dan semoga jurnal ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Probolinggo, Maret 2013

Tim Redaksi