STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen...

21
156 Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERBASIS TRADISI LISAN (PBSI-BETIS) Sarmadan ([email protected]) FKIP Universitas Sembilanbelas November Kolaka ABSTRACT In Indonesian language and literary learning in school, oral tradition content relatively lack of attention. In the middle of globalization, oral tradition should become Indonesian language and literary learning. The aim of this study are (1) describe forms of oral tradition which contain lofty values, and (2) how the implementation strategy of oral tradition in Indonesian language and literary. This study use qualitative method by using structural approach and culture anthropology approach. Based on data analysis result, it can be concluded that oral tradition pogau toba in custom ceremony katoba contain religious tenet (Islam) and custom tenet which contain lofty values. It is need an effort to integrate lofty values of this oral tradition in Indonesian language and literary learning. As for strategy which can be used in Indonesian Language and Literary Learning Based on Oral Tradition, namely:1) identification of culture elements, 2) identification of culture problem, 3) culture exploration, 4) interpretation and analysis of culture form and value, 5) evaluation, and 6) culture recreation. Keywords:Strategy, Indonesian Language and Literary Learning, Oral Tradition. A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja menyentuh lingkungan fisik semata, tetapi juga berkaitan dengan perubahan dan pergeseran budaya dan tata perilaku sosial masyarakat. Perubahan pada hakikatnya mengarah kepada dua arah, yakni ke arah positif dan ke arah yang negatif. Adakalanya perubahan cenderung menimbulkan masalah. Salah satu masalah yang sedang dialami oleh bangsa ini adalah masalah moral. Beberapa kalangan beranggapan bahwa merosot dan rendahnya moral generasi muda disebabkan lunturnya apresiasi dan kecintaan terhadap nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.

Transcript of STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen...

Page 1: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

156

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA BERBASIS TRADISI LISAN (PBSI-BETIS)

Sarmadan

([email protected])

FKIP Universitas Sembilanbelas November Kolaka

ABSTRACT

In Indonesian language and literary learning in school, oral tradition content

relatively lack of attention. In the middle of globalization, oral tradition should

become Indonesian language and literary learning. The aim of this study are (1)

describe forms of oral tradition which contain lofty values, and (2) how the

implementation strategy of oral tradition in Indonesian language and literary. This

study use qualitative method by using structural approach and culture

anthropology approach. Based on data analysis result, it can be concluded that

oral tradition pogau toba in custom ceremony katoba contain religious tenet

(Islam) and custom tenet which contain lofty values. It is need an effort to

integrate lofty values of this oral tradition in Indonesian language and literary

learning. As for strategy which can be used in Indonesian Language and Literary

Learning Based on Oral Tradition, namely:1) identification of culture elements, 2)

identification of culture problem, 3) culture exploration, 4) interpretation and

analysis of culture form and value, 5) evaluation, and 6) culture recreation.

Keywords:Strategy, Indonesian Language and Literary Learning, Oral Tradition.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Permasalahan yang dihadapi

bangsa Indonesia di era globalisasi

sekarang ini sudah mengarah pada krisis

multidimensi. Permasalahan yang

terjadi tidak saja menyentuh

lingkungan fisik semata, tetapi juga

berkaitan dengan perubahan dan

pergeseran budaya dan tata perilaku

sosial masyarakat. Perubahan pada

hakikatnya mengarah kepada dua

arah, yakni ke arah positif dan ke arah

yang negatif. Adakalanya perubahan

cenderung menimbulkan masalah.

Salah satu masalah yang sedang

dialami oleh bangsa ini adalah

masalah moral. Beberapa kalangan

beranggapan bahwa merosot dan

rendahnya moral generasi muda

disebabkan lunturnya apresiasi dan

kecintaan terhadap nilai-nilai budaya

dan kearifan lokal.

Page 2: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

157

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Tradisi lisan merupakan

wujud budaya dan kearifan lokalsuatu

masyarakat tertentu, di dalamnya

mengandung nilai-nilai yang luhur.

Begitupun dengan globalisasi juga

merupakan wujud budaya, yakni

budaya masyarakat modern. Akan

tetapi, perubahan pola kehidupan

masyarakat oleh karena tawaran

globalisasi semestinya tidak membuat

kita terkejut. Mengedepankan sikap

fleksibel menerima modernitas tanpa

melepas kekuatan lokal akan

membawa masyarakat ke dalam

konteks kehidupan yang lebih maju.

Pada prinsipnya, harus ada upaya

mensinergikan antara lokal dan global

agar kebutuhan masyarakat di tengah

zaman yang terus bergulir

terakomodasi.Bangsa Indonesia

sepatutnya memandang dan

menyikapi, serta memilah antara

budaya bangsa dan globalisasi secara

cerdas dengan melihat nilai-nilai

substansi setiap fenomena sosial-

budaya yang patut dicontohi dan

dilaksanakan.

Dunia pendidikan dapat

menjadi media untuk menanamkan

dan membelajarkan nilai-nilai luhur

budaya kepada peserta didik. Di pihak

lain, pendidikan kita sekarang ini

kurang memiliki kekuatan untukdapat

menyokong tujuan pendidikan

nasionaltersebut.Lebih ekstrim

dikatakan tidak berdaya memfasilitasi

kebutuhan esensi pendidikan.

Kurikulum pendidikan di Indonesia

belum mandiri untuk mengakomodasi

tuntutan zaman. Akibatnya arah

tujuan pendidikan nasional belum

dipahami dan dijabarkan sebagai

suatu usaha untuk memanusiakan

manusia Indonesia seutuhnya. Oleh

karena itu, kiranya penting

pendidikan nasional dirancang

dengan menerapkan kurikulum,

strategi, dan model pembelajaran,

serta komponen belajar lainnya yang

berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan.

Pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia berbasis tradisi lisan

akan menjadi titik tolak dari wacana

yang dihembuskan di atas. Perlu

usaha pelestarian, pemertahanan, dan

revitalisasi kebudayaan bangsa

dengan berbagai bentuk kegiatan,

termasuk dalam konteks pendidikan.

Diharapkan implementasi kebijakan

dengan cara inovasi

Page 3: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

158

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

pendidikanberbasis tradisi lisan akan

membawa pembelajaranbahasadan

sastra Indonesia menjadi

pembelajaran yang bermakna. Dalam

aplikasinya, basis tradisi lisanakan

disesuaikan dengan konteks budaya di

tiap-tiap daerah. Hal ini dapat

dioperasionalkan dalam Kurikulum

2013.

Penelitian terdahulu yang

relevan dengan penelitian ini pernah

dilakukan oleh La Niampe (2008)

yang dipresentasikan dalam Seminar

Internasional Lisan VI Wakatobi

dengan judul “Tuturan Tentang

Katoba dalam Tradisi Lisan Muna:

Deskripsi Nilai dan Fungsi”.

Sarmadan (2011) dalam skripsi

dengan judul “Makna Tuturan dalam

Upacara Adat Katoba pada

Masyarakat Muna.” Kemudian La

Tanampe (2012) dalam tesis dengan

judul “Katoba Kajian Nilai-Nilai

Budaya dan Pembentukan Karakter

Anak pada Suku Muna”. Masing-

masing penelitian tersebut lebih

menitikberatkan dan fokus pada

makna, fungsi dan nilai-nilai

pendidikan dalam Tuturan Katoba.

Dalam artian bahwa kajiannya belum

signifikan menyentuh aspek implikasi

dalam pendidikan pada tataran

teoretis maupun praktis. Selain itu,

dari aspek pendekatan analisis

penelitian masing-masing juga

berbeda. Dalam penelitian iniuntuk

analisis teks peneliti menggunakan

pendekatan struktural yang

dikemukakan oleh van Dijk (Sibarani,

2012).

Melalui penelitian ini,

diharapkan dapat berkontribusi untuk

memperkuat dan mengembangkan

beragam model pembelajaran, media,

sumber belajar, dan/atau perangkat

pembelajaran berbasiskan budaya dan

kearifan lokal dalam konstruksi kultur

ipteks – yang bermanfaat bagi kehidupan

masyarakat bangsa Indonesia.

Argumen yang dikemukakan

di atas memungkinkan bahwa saat ini

diperlukan penelitian dan kajian

terhadap tradisi lisan yang kelak

dapat digunakan untuk membuka

wawasan kebangsaan, mendongkrak

identitas kebudayaan, kesadaran

berbangsa, dan pendidikan karakter,

serta perekat bangsa. Oleh karena itu,

peneliti memformulasikan judul

“Strategi Pembelajaran Bahasa dan

Page 4: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

159

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Sastra Indonesia BerbasisTradisi

Lisan (PBSI-Betis)”.

2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas,

maka rumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1) Bagaimanakah hakikat, proses,

dan tuturan pogau toba dalam

pelaksanaan upacara adat katoba

pada masyarakat Muna?

2) Bagaimanakah nilai-nilai luhur

tuturanpogau toba dalam upacara

adat katoba pada masyarakat

Muna?

3) Bagaimanakah strategi

implementasi tradisi lisan

(ungkapan tradisional poga

toba)dalam pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan hakikat, proses,

dan tuturan pogau toba dalam

pelaksanaan upacara adat katoba

pada masyarakat Muna?

2) Mendeskripsikan nilai-nilai luhur

tuturanpogau toba dalam upacara

adat katoba pada masyarakat

Muna?

3) Mendeskripsikan strategi

implementasi tradisi lisan

(ungkapan tradisional poga

toba)dalam pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia?

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi

khalayak pembaca. Secara lebih

spesifik manfaat tersebut adalah

sebagai berikut.

1) Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil

penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat sebagai berikut.

a. Merefleksikan jejak-jejak

budaya yang pernah diukir

oleh nenek moyang tentang

pola hidup dan eksistensi

mereka dalam kehidupan di

zamannya.

b. Memberikan wawasan kepada

semua pihak, khususnya

penggiat ilmu budaya atau

Page 5: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

160

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

tradisi lisan tentang khazanah

budaya dan tradisi lisan

Nusantara.

c. Mengenalkan kepada khalayak

pembaca bahwa tradisi lisan

„upacara adat katoba‟ sarat

dengan nilai-nilai kultural

sehingga perlu dilestarikan di

tengah-tengah kehidupan

masyarakat pendukungnya.

d. Mengembangkan dan

mempublikasikan nilai-nilai

positif, kebenaran moral, nilai

edukatif, sikap sosial, kearifan

lokal kepada generasi kini dan

generasi masa depan.

2) Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini

diharapkan dapat memberi manfaat

sebagai berikut.

a. Bagi masyarakat hasil

penelitian ini dapat

menumbuhkan motivasi dan

sikap kepemilikan budaya,

serta memberikan identitas

kultural masyarakat

pendukungnya.

b. Bagi pendidikan formal hasil

penelitian ini dapat menjadi

inspirasi model pembelajaran

di sekolah. Dalam perkataan

lain, hasil penelitian ini akan

diimplementasikan dalam

pengajaran bahasa dan sastra

Indonesia berbasis tradisi

lisan, khususnya apresiasi

sastra lama.

c. Bagi masa depan budaya hasil

penelitian ini dapat menjadi

usaha revitalisasi dalam

mencegah item-item budaya

yang terancam punah di

tengah kehidupan zaman yang

terus bergulir.

d. Bagi peneliti selanjutnya hasil

penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan acuan dan

referensi untuk meneliti objek-

objek yang relevan dengan

penelitian ini.

B. KAJIAN TEORI

Anthony Giddens

mengemukakan bahwa globalisasi

adalah intensifikasi hubungan sosial

world-wide, yang saling

menghubungkan lokalitas yang jauh.

Akibatnya, sesuatu yang bersifat lokal

selalu dipengaruhi apa yang terjadi di

Page 6: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

161

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

dunia luar. Sementara Wallerstein

menyebut globalisasi sebagai “proses

integrasi tiada akhir”.Bahkan diyakini

proses ini telah bergerak bebas

menjangkau batas fisik dan imajiner

negara-bangsa. Hal ini sejalan dengan

apa yang dinyatakan oleh Benedict

Anderson tentang nationalism and

imagined community (Giddens, 1990:

64-65). Globalisasi menciptakan

suatu kondisi budaya baru yang

dianggap sebagai budaya modern

dengan berbagai standar yang telah

dikonstruksi dan dicitrakanseolah-

olah menjadi kebutuhan dasar

masyarakat.

Globalisasi beserta

dampaknya merupakan tantangan

bagi dunia pendidikan dan

menciptakan peluang baru lahirnya

inovasi-inovasi pendidikan.

Kesadaran dan pemahaman terhadap

globalisasi dengan segala aspeknya

merupakan langkah strategis untuk

memperbaiki aspek pendidikan.

Sebaliknya pendidikan juga memiliki

peran penting dalam menciptakan

pemahaman seseorang. Gardner

(2004: 252-258) menyatakan bahwa

tantangan globalisasi terhadap

pendidikan adalah ditandai adanya

ketegangan antara laju perubahan

kelembagaan pendidikan dan

organisasi sosial, ekonomi dengan

transformasi budaya yang cenderung

cepat.

Pendidikan mengalami

perubahan karena adanya pergeseran

nilai-nilai dan temuan ilmiah,

sehingga berimplikasi terhadap

pemahaman kerangka pikir manusia.

Sebagaimana dijelaskan Harvey

(1996: 250-251) bahwa salah satu

wacana dominan era globalisasi

adalah hipotesis tentang

“homogenitas budaya”. Prediksi ini

didasarkan asumsi bahwa proses

perubahan global yang didukung

perkembangan pengetahuan dan

media teknologi akan melahirkan

budaya dunia yang homogen. Pada

akhirnya, perubahan tersebut akan

mengakibatkan hilangnya

pengalaman, pemahaman, dan

kepercayaan generasi muda terhadap

keragaman budaya.

Kuatnya arus globalisasi yang

dapat melemahkan nilai-nilai dan

tradisi masyarakat lokal, mendorong

manusia untuk berkreasi dan berkarya

Page 7: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

162

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

secara kreatif dengan berlandaskan

pada moral dan nilai yang diyakini

kebenarannya, serta keterujiannya.

Upaya menggali, menemukan,

membangun, mengembangkan, dan

mentranforisikan moral dan nilai

berasal dari keunggulan lokal karena

kearifannya menjadi suatu kebutuhan

(Maryani, 2011: 45). Nilai-nilai

budaya lokal yang unggul harus

dipandang sebagai warisan sosial.

Manakala budaya tersebut diyakini

memiliki nilai yang berharga bagi

kebanggaan dan kebesaran martabat

bangsa, maka transmisi nilai budaya

kepada generasi penerus merupakan

suatu keniscayaan. Namun pada

kenyataan saat ini budaya lokal yang

lebih sesuai dengan karakter bangsa

semakin sulit diwujudkan, sementara

itu budaya global lebih mudah

merusak kehidupan masyarakat

(Judistira, 2008: 35-37).

Freire (2002: 82)

mengemukakan bahwa konsep

pendidikan harus terbuka pada

pengenalan realitas diri, atau praktik

pendidikan harus mengimplikasikan

konsep tentang manusia dan

dunianya, agar manusia menjadi

subyek bagi dirinya sendiri. Perlu

adanya model pendidikan dan

pembelajaran yang tepat, agar siswa

tidak terasing dari akar budayanya.

Upaya mengintegrasikan nilai-nilai

budaya dalam proses pembelajaran

untuk menumbuhkan apresiasi

budaya sejak dini melalui pendidikan

telah menjadi keinginan semua pihak.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh

Kusmahidaya (2010: 12) bahwa

budaya dan seni perlu dijadikan

bagian penting dalam proses

pendidikan di sekolah. Namun

demikian dalam mengelola nilai-nilai

tradisi lokal perlu daya kreatifitas

sehingga nilai-nilai tersebut dapat

diaplikasikan secara efektif.

Nilai-nilai tradisi lokal tersirat

dalam berbagai tradisi lisan. Tradisi

lisan menurut rumusan UNESCO

(Hutomo, 1991: 11) bahwa yang

dinamakan tradisi lisan itu adalah

”those traditions which have been

transmitted in time and space by the

word and act”, yang artinya kurang

lebih bahwa tradisi yang ditransmisi

dalam waktu dan ruang dengan ujaran

dan tindakan.

Page 8: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

163

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Dalam kerangka besar korpus

tradisi lisan terdapat filsafat, sejarah,

nilai-nilai moral, etika, religius,

hukum adat, struktur dan organisasi

sosial, sastra, dan estetika (Djuweng,

2008: 169). Tradisi lisan secara

langsung maupun tidak langsung

dapat menghubungkan generasi masa

lalu, masa sekarang, dan masa depan.

Tradisi lisan tertentu menjadi

pedoman berpikir, bersikap, dan

berperilaku dalam konteks kehidupan

kolektif masyarakat pemiliknya. Jika

hal itu dilakukan sebagai sesuatu

yang positif, maka fungsi tradisi lisan

sudah menjadi konkrit sebagai suatu

kearifan lokal.

C. METODOLOGI PENELITIAN

Ada beberapa hal yang

sepertinya menjadi spesifikasi dari

ranah kajian tradisi lisan bahwa

kajian ini merupakan kajian yang

cukup kompleks. Kekompleksan

kajian tradisi lisan dapat disebabkan

oleh nuansa tuturan verbal, simbol

tertentu, gerakan, dan makna yang

terintegrasi dalam sebuahbentuk

kegiatan sakral. Dapat dikatakan jika

penelitian tradisi lisan merupakan

perpaduan antara kajian sastra dan

kajianantropologi. Oleh sebab itu,

dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode kualitatif

dengan pendekatan strukturaldan

pendekatanantropologi

budaya.Pendekatan struktural adalah

kajian tentang teks sastra untuk

menggali makna teks dan keseluruhan

komponen yang membangun sistem

(bentuk dan isi), baik yang tersurat

maupun yang tersirat, sedangkan

pendekatan antropologi budaya

sebagaimana pada umumnya adalah

kajian tentang manusia ditinjau dari

sudut sejarah kebudayaannya

(konteks budaya masyarakat) untuk

menggali makna estetik dan filosofis

suatu kebudayaan masyarakat

tertentu.

Penelitian ini berada di

wilayah Kota Kendari di mana

peneliti menetapkan simpul-simpul

komunitas orang Muna. Adapun data

terdiri atas dua macam, yakni data

primer dan data sekunder. Data

primer dalam penelitian ini adalah

data-data uraian mengenai unsur-

unsur tradisi lisan (upacara adat

katoba). Adapunpemerolehan

Page 9: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

164

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

datanyadilakukan melalui observasi

partisipan, dokumentasi dan

wawancara dengan para informan

(data lisan). Data sekunder adalah

berasal dari referensi buku, makalah,

jurnal, atau bahan bacaan lainnya

(data tertulis) yang relevan dengan

penelitian. Setelah seluruh data dari

bentuk tradisi lisan dikumpulkan,

tahap selanjutnya adalah tahap

analisis data. Pada tahap ini dilakukan

beberapa kegiatan yakni: (1)

pemilihan data, baik data lisan

maupun data tertulis, (2) reduksi data,

(3) interpretasi data, (4)

pendeskripsian data, dan (5)

penulisan hasil penelitian dan

pembahasan. Setelah penulisan

hasilpenelitian dan pembahasan, akan

dilanjutkan dengan uraian

implikasinya terhadap dunia

pendidikan. Implikasi tersebut akan

dirancang sedemikian rupa untuk

dimanfaatkan pada pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia dalam

kurikulum 2013.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hakikat, Proses, dan Tuturan

Pogau Toba dalam Pelaksanaan

Upacara Adat Katobapada

Masyarakat Muna

Dalam tradisi masyarakat

suku Muna, katoba merupakan bagian

dari prosesi pengislaman bagi anak-

anak (laki-laki maupun perempuan)

yang baru beranjak usia dewasa (7 –

10 tahun). Menurut riwayatnya,

tradisi ini telah dimulai sejak zaman

pemerintahan raja Muna ke-16

bernama La Ode Abdul Rahman gelar

Sangia Latugho (1671 – 1718).

Diperkirakan La Ode Abdul Rahman

menerima tradisi ini dari salah

seorang sufi keturunan Arab bernama

Syarif Muhammad yang biasa dikenal

pula dengan nama Saidhi Raba (La

Niampe, 2008: 1).

Prosesi katoba didahului

dengan tahap penyunatan atau

pengkhitanan. Menurut pandangan

adat Muna, penyunatan yang

dirangkaikan dengan katoba adalah

wajib bagi setiap anak yang

menjelang dewasa. Setelah melalui

prosesi ini barulah dinyatakan sah

memeluk agama Islam terutama

belajar membaca kitab suci Al-Qur‟an

dan belajar melaksanakan sholat

wajib, serta belajar adat terutama

Page 10: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

165

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

diawali dengan mendengarkan nasihat

atau ajaran dari kedua orang tua (La

Niampe, 2008: 1).

Upacara katoba dapat

dilaksanakan secara perseorangan dan

dapat pula dilaksanakan secara

berkelompok (antarkeluarga dalam

satu rumpun), tergantung hasil

kesepakatan dan kemampuan

ekonomi orang tua atau rumpun

keluarga tersebut. Upacara katoba

dapat dilaksanakan semeriah

mungkin, namun dapat pula

dilaksanakan sesederhana mungkin.

Terpenting adalah hadirnya empat

unsur pokok; tokoh agama merangkap

tokoh adat (penutur katoba), anak

yang ditoba (objek tuturan), kerabat

terdekat yang memangku sang anak

pada waktu ditoba, dan keluarga

terdekat yang bertindak sebagai saksi

pelaksanaan prosesi katoba (La

Niampe, 2008: 1).

Katoba pada masyarakat suku

Muna merupakan perwujudan dari

kegiatan-kegiatan kehidupan dari para

warga masyarakat Muna yang

bersumber dari warisan kebudayaan

suku bangsa itu. Dalam

pelaksanaannya, katobamenggunakan

media bahasa lisan/tuturan yang

pokok ajarannya adalah pesan

kemanusiaan untuk memahami dan

mengimplementasikan hal-hal yang

boleh dan tidak boleh dilakukan

menurut ajaran agama (Islam) dan

ajaran adat yang diakui secara

kolektif.

Tradisi katoba adalah

persiapan mental seorang anak yang

akan memasuki usia menjelang

dewasa. Kepadanya diberikan bekal

pengetahuan bagaimana

memperlakukan orang tua, saudara-

saudaranya, serta perilaku dalam

lingkungannya sebagai manifestasi

dari pengamalan ajaran agama. Di

samping itu, juga diberikan petuah-

petuah bagaimana menjauhi hal-hal

terlarang menurut adat dan agama.

Semua itu dilakukan dalam upaya

menjadikan anak menjadi manusia

yang berguna, dan tidak menjadi

manusia yang sia-sia (Magara, 2010:

16-17).

Upacara adat katoba sebagai

bagian dari budaya masyarakat Muna

memiliki muatan ajaran agama dan

nasihat karakter atau ajaran moral.

Semua prosesi dan tuturan dari

Page 11: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

166

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

upacara adat ini merupakan suatu

konvensi yang dipegang teguh oleh

masyarakat pendukungnya yang

diharapkan memberikan rahmat dan

petunjuk hidup bagi yang

melaksanakannya.Seperti pada

upacara-upacara adat lainnya, upacara

adat katoba masyarakat suku Muna

dalam pelaksanaannya bersifat

tradisional. Dalam hal ini, segala

bentuk properti upacara dan tata cara

pelaksanaannya masih

mempertahankan nuansa tradisional.

Tentunya, karena adanya pengaruh

Islam, jadi segala sesuatu yang ada di

dalamnya dibungkus oleh syariat

Islam. Istilah katoba pada masyarakat

suku Muna juga populer disebut

dengan istilah ”pengislaman” Dengan

demikian, upacara adat katoba pada

masyarakat Muna merupakan upacara

yang bernuansa Islam dan bersifat

tradisional yang pelaksanaannya

diyakini memiliki nilai kesakralan,

berisi pesan kemanusiaan,

mengandung nilai-nilai luhur, dan

dianggap penting sebagai landasan

seseorang dalam mengarungi bahtera

kehidupan.

Adapun isi tuturan pogau toba

dalam upacara adatkatoba adalah

sebagai berikut.

a. Kata Pembuka

Pada bagian ini, imam

menyampaikan kepada hadirin (orang

tua atau wali anak yang ditoba,

kerabat dekat dan pemangku anak)

perihal menyampaikan kata-kata tobat

kepada anak yang akan ditoba.

Adapun isi tuturannya debagai

berikut:

Imam: Datumobadamo anahi ini

(kolektif)

„Akan ditoba anak-anak ini‟

Hadirin : Umbe (serentak)

‟ya‟

Imam : atumobaemo anahi ini

(tunggal)

„Akan ditoba anak-anak ini‟

Hadirin : Umbe (serentak)

‟ya‟

Imam : Atumobakoomo ini

(kolektif)

„Akan saya toba kalian ini‟

Anak-anak : Umbe (serentak)

‟ya‟

Imam : atumobakomo ini

(tunggal)

„Akan saya toba kalian ini‟

Anak-anak : Umbe (tunggal)

‟ya‟

b. Mengucapkan Kalimat

Istigfar

Setelah mengucapkan kata-

kata pembukaan, baik yang ditujukan

Page 12: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

167

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

kepada hadirin maupun kepada anak

yang akan ditoba, kemudian

mengucapkan kalimat istighfar yang

ditujukan kepada anak-anak yang

ditoba. Kalimat ini disampaikan

sampai tiga kali, setiap kali diulangi

atau ditirukan oleh anak-anak yang

ditoba. Adapun isi tuturannya sebagi

berikut:

Imam : astagfirullahul Adzim

Anak : astagfirullahul Adzim

Imam : astagfirullahul Adzim

Anak : astagfirullahul Adzim

Imam : astagfirullahul Adzim

Anak : astagfirullahul Adzim

c. Mengucapkan Dua Kalimat

Syahadat

Pengucapan lafal dua kalimat

syahadat oleh imam sama dengan

pengucapkan pada lafal kalimat

istighfar, yaitu diucapkan selama tiga

kali, kemudian setiap kali diulangi

atau ditirukan oleh anak-anak yang

ditoba. perbedaannya adalah kalimat

istighfar diucapkan satu kesatuan

sedangkan pengucapnya dua kalimat

syahadat tidak dilakukan dalam satu

kesatuan, akan tetapi terdapat satu

kali penghentian seperti berikut ini:

Imam : Asyhadu Allah ilaha Ilallah

Anak : Asyhadu Allah ilaha Ilallah

Imam : wa ashadu anna

Muhammadar Rasulullah

Anak : wa ashadu anna

Muhammadar Rasulullah

Imam : Asyhadu Allah ilaha Ilallah

Anak : Asyhadu Allah ilaha Ilallah

Imam : wa ashadu anna

Muhammadar Rasulullah

Anak : wa ashadu anna

Muhammadar Rasulullah

Imam : Asyhadu Allah ilaha Ilallah

Anak : Asyhadu Allah ilaha Ilallah

Imam : wa ashadu anna

Muhammadar Rasulullah

Anak : wa ashadu anna

Muhammadar Rasulullah

d. Mengucapkan Arti Kalimat

dalam Bahasa Muna

Setelah mengucapkan dua

kalimat syahadatdalam bahasa Arab

kemudian imam mengucapkan artinya

dalam bahasa Muna. pengucapan ini

tidak lagi ditirukan atau diulangi oleh

anak-anak yang ditoba sebagaimana

pengucapkan pada kalimat istighfar

dan dua kalimat syahadat seperti

tersebut di atas, akan tetapi anak-anak

menjawab dengan jawaban

”umbe”atau ”ya”. Adapun isi tuturan

adalah sebagai berikut:

Imam : Asumakusiimo, sakotu-

kotughuno mina bhe ompu

soni somba sapaeno ompu

Allah Taala

‟Aku bersaksi sebenar-

benarnya tidak ada Tuhan

yang disembah selain Allah

Taala‟

Anak : Umbe

Page 13: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

168

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

‟ya‟

Imam : Maka asumakusiigho tora,

sakotu-kotughuno mina bhe

omputo anabi Muhammadi

kantudu-ntuduno Allah

Taala soni.

‟Kemudian aku bersaksi

pula, sebenar-benarnya

Nabi Muhammad adalah

suruh-suruhan Allah Taala‟

Anak : Umbe

‟ya‟

e. Menyampaikan Nasihat

tentang Ajaran Adat dan

Agama Secara Terintegrasi

Nasihat ini disampaikan oleh

imam kepada anak yang ditoba, anak

menjawab ”Umbe” sebagai pertanda

pengakuan atau keyakinan. adapun isi

tuturannya adalah sebagai berikut:

Imam : Motehie amamu, kapae

amamu itu lansaringino

kabolosino ompu Allah

Taala.

‟Takutilah ayahmu, karena

ayahmu itu ibarat penggati

Allah Taala‟

Anak : Umbe

‟ya‟

Imam : Motehie inamu, kapae inamu

itu lansaringino kabolosino

anabi Muhammadi.

‟Takutilah ibumu, karena ibumu

itu ibarat penggati Nabi

Muhammad‟

Anak : Umbe

‟ya‟

Imam : Motehie isamu, kapae isamu

itu lansaringino kabolosino

malaekati

‟Takutilah kakakmu,

karena kakakmu itu ibarat

penggati malaikat‟

Anak : Umbe

‟ya‟

Imam : Moasiane aimu, kapae

aimu itu lansaringino

kabolosino muumini

‟Sayangilah adikmu,

karena adikmu itu ibarat

penggati mukminin‟

Anak : Umbe

‟ya‟

Kemudian imam melanjutkan

dengan penjelasannya secara singkat

seperti tuturan berikut:

Imam : Omoghondohi Ompu Allah

Taala omaiane nehamai; amamu

itu kabolosino Ompu Allah Taala

mentaleano. Nikondando ama

maitu suano kaawu amamuoomu

sakotu-kotughuno, taaka lahae-

lahae membalino kamokula

moghane amamuo itu tabeano

dotehie itu.

‟Mencari Tuhan Allah Taala akan

didapat di mana, ayahmu itu

perumpamaan penggantinya yang

nyata, yang disebut ayah itu bukan

saja ayah yang sesungguhnya,

akan tetapi siapa saja laki-laki

yang sudah tua, melainkan ditakuti

itu‟

Anak : Umbe

‟ya‟

Imam : Omoghondohi omputo anabi

Muhammadi omaiane nehamai;

inamuo itu kabolosino Omputo

anabi mentaleano. Nikonando

inandomo itu suano kaawu ina

mentobusaangko ne dunia ini, taaka

lahae-lahae membalino kamokula

Page 14: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

169

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

robhine, inamuo dua itu, tabeano

dotehie itu.

‟Mencari nabi Muhammad, dimana

akan didapat, ibumu itulah penganti

nabi Muhammad yang nyata. yang

disebut oerang tua perempuan itu

bukan hanya ibu yang melahirkan

kita di dunia ini, akan tetapi siapa-

siapa perempuan yang telah tua,

ibumu juga itu, melainkan ditakuti

juga.‟

Anak : Umbe

‟ya‟

Imam : Omoghondohi malaikati

omaiane nehamai; isamuo itu

kabolosino malaikati

mentaleano. Nikonando

isando itu suano kaawu

kapokakutahando ghule, taaka

lahae-lahae foliuno umuru

isamuo dua itu, tabeano

dotehie itu.

‟Mencari malaikat akan

didapat di mana, kakakmu

itulah penggati malaikat yang

nyata. yang disebut kakak itu,

bukan saja kakak saudara

kandung kita, akan tetapi siapa

saja yang melebihi umurmu

kakakmu juga itu, melainkan

ditkuti juga.‟

Anak : Umbe

‟ya‟

Imam : Okoasigho o ne ai maitu bea

dapotooane be kaasigho ne

mie bhari. Nikonando ai maitu

suano kaawu ai kapokakutaha

ghule, taaka lahae-lahae

niliumu umuru, aimuo itu,

tabeano doasiane itu.

‟Kasihsayang kepada adik-adik itu

disamakan dengan kasih sayang

dengan orang banyak. Yang

disebut adik itu, bukan saja adik

kandungmu, akan tetapi siapa saja

di bawah umurmu, sudah adikmu

itu, melainkan disayangi itu.

2. Nilai-Nilai Luhur

TuturanPogau Toba dalam

Upacara Adat Katoba pada

Masyarakat Muna

Tuturan katoba yang

disampaikan secara lisan oleh imam

(penutur) kepada anak-anak (objek

tuturan) yang beranjak dewasa (7-10

tahun) pada hakikatnya merupakan

bagian dari tradisi pengislaman di

Muna yang telah berlangsung secara

turun-temurun. Pertama-tama imam

mengajarkan kalimat istighfar dengan

menggunakan metode penyampaian

secara lisan. Agar menjadi jelas,

imam mengucapkan sampai tiga kali

dan anak pun menirukan ucapan

imam sampai tiga kali pula. Setelah

itu imam mengajarkan dua kalimat

syahadat dengan menggunakan

metode penyampaian secara lisan

pula, diucapkan sebanyak tiga kali

dan anak pun menirukan ucapan

imam sebanyak tiga kali pula. Setelah

mengikrarkan dua kalimat syahadat

ini, kemudian dilanjutkan dengan

tuturan katoba yang mengandung

ajaran budi pekerti yang bersifat

Page 15: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

170

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Islami. Imam mengajarkan agar takut

kepada Tuhan, takut kepada nabi

Muhammad, takut kepada malaikat

dan menyayangi sesama umat

manusia. Agar hal-hal tersebut

menjadi lebih dekat dan nyata dalam

kehidupan sang anak, imam

menggunakan pendekatan tassawuf,

filsafati, atau yang dalam dunia

pengajaran modern dikenal dengan

pendekatan kontekstual, yaitu hal-hal

yang bersifat abstrak diwujudkan

dalam bentuk yang konkret sehingga

anak mudah memahaminya. Takut

kepada Tuhan ditamsilkan takut

kepada orang tua laki-laki, takut

kepada nabi Muhammad ditamsilkan

takut kepada orang tua perempuan,

takut kepada malaikat ditamsilkan

takut kepada yang lebih kakak dan

menyayangi sesama manusia

ditamsilkan menyayangi yang lebih

muda usia.

Setelah melalui prosesi

katoba, kemudian anak-anak itu

diwajibkan belajar membersihkan

tinja (alano oe), belajar membaca

kitab suci Al-Qur‟an, belajar sholat

yang wajib, serta wajib

mendengarkan nasihat orang tua,

tokoh-tokoh agama serta orang-orang

tua adat dalam kampung. Sebelum

melalui prosesi katoba, dan

memahami cara membersihkan tinja

sebagaimana ajaran guru tinja (alano

oe) maka anak-anak belum

diwajibkan membaca Al-Qur‟an,

melaksanakan sholat wajib serta

mendengarkan nasihat tentang ajaran

agama dan ajaran adat.

Menurut pandangan tokoh-

tokoh adat di Muna, sejauh mana

keberhasilan seorang anak memahami

tuturan tentang katoba akan diketahui

melalui tingkah laku, perbuatan, dan

tutur kata keseharian anak itu setelah

menunjukkan usia dewasa. Dalam

usia yang sudah dewasa itu, ternyata

ia memperlihatkan sopan-santun yang

baik, perbuatan terpuji, bertutur kata

yang baik yang berwujud pada sifat

takut kepada orang yang memiliki

kelebihan taat menjalankan ajaran

agama Islam, maka tokoh-tokoh

agama dan para tokoh adat akan

mengatakan bahwa orang itulah yang

memahami makna tuturan katobanya.

Akan tetapi apabila anak itu

memperlihatkan sifat yang tidak

terpuji, tutur kata dan perbuatan yang

Page 16: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

171

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

tidak baik, seperti memperlihatkan

sifat tidak takut kepada orang yang

lebih tua, tidak memelihara hati orang

sesama usianya, tidak menyayangi

orang yang lebih muda usianya, iri

kepada orang yang memiliki

kelebihan, apabila telah kawin sering

menyakiti hati dan fisik istrinya,

menceraikan istrinya, sering kawin

cerai, dan lain-lain, maka para tokoh

agama dan tokoh adat akan

mengatakan bahwa orang itu tidak

memahami lagi makna tuturan

katobanya.

3. Strategi Implementasi Tradisi

Lisan dalam Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia

Pannen (2013)

mengemukakan bahwa pembelajaran

berbasis budaya merupakan salah satu

pembelajaran yang saat ini sedang

dikembangkan di berbagai negara.

Pembelajaran berbasis budaya ini

membawa budaya lokal ke dalam

proses pembelajaran beragam mata

pelajaran di sekolah secara terpadu.

Ini berarti juga bahwa konten tradisi

lisan (sastra) sulit dilepaskan dari

pendidikan secara umum. Terjadinya

proses internalisasi nilai-nilai luhur

tradisi lisan dalam diri peserta

didikakan berdampak positif cukup

luas, bahkan menyentuh segenap

aspek kehidupan peserta didik.

Rahmanto (1988: 16) bahwa

pengajaran sastra dapat membantu

pendidikan secara utuh apabila

cakupannya meliputi empat manfaat,

yaitu membantu keterampilan

berbahasa, meningkatkan

pengetahuan budaya,

mengembangkan cipta dan rasa, dan

menunjang pembentukan watak.

Dalam tradisi lisan banyak hal

yang ditampilkan, seperti bahasa

suatu komunitas, pola hidup,

kebiasaan, sikap individual, sikap

kelompok, ilmu pengetahuan dan

teknologi, seni dan budaya.

Pembelajaran tradisi lisan pada

lembaga pendidikan seharusnya

mampu menjadi guiding light yang

berfungsi untuk menuntun manusia

berbudi pekerti luhur (Khisbiyah,

2003). Rahmanto (1988: 16) bahwa

pengajaran sastra dapat membantu

pendidikan secara utuh apabila

cakupannya meliputi empat manfaat,

yaitu membantu keterampilan

berbahasa, meningkatkan

Page 17: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

172

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

pengetahuan budaya,

mengembangkan cipta dan rasa, dan

menunjang pembentukan watak.

Dalam pembelajaran bahasa

dan sastra berbasis tradisi lisan, kaitan

dengan mempertajam kepekaan,

minat, dan perhatiannya terhadap

kehidupan faktual maka terdapat

beberapa strategi dan langkah yang

dapat dilakukan yaitu: (1)

identifikasiunsur-unsur budaya; pada

tahap ini peserta didik diarahkan

untuk mengidentifikasi produk-

produk budaya yang ada di dalam

masyarakat.Budaya yang masih

dilaksanakan ataupun yang sudah

punah diidentifikasi. Seperti, cerita

rakyat, mantra, dongeng, legenda,

mite, upacara adat, nyanyian rakyat,

makanan tradisional, arsitektur

tradisional, dan lainnya; (2)

identifikasi masalah budaya; pada

tahap inipeserta didik ditantang untuk

dapat memilih bentuk dan konten

budaya yang seperti apa yang akan

dipelajarinya. Dari sekian contoh

yang dipaparkan pada poin (1) di atas,

peserta didik dapat memilih salah

satunya, serta mendiagnosis masalah

apa yang terjadi dalam produk budaya

yang dipilihnya; (3) penjelajahan

budaya; pada tahap ini guru harus

memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk menyaksikan

langsung (terjun ke lapangan), bahkan

berpartisipasi langsung pada

penyelenggaraan budaya; (4)

interpretasi dan analisis; dari hasil

penjelajahan yang telah mereka

lakukan, peserta didik ditantang untuk

melakukan interpretasi dan analisis

budaya. Kemudian guru memberikan

pertanyan-pertanyaan mengenai

temuan dan kesan mereka terhadap

budaya yang dipelajarinya; (5)

evaluasi; pada tahap ini guru

berdiskusi dengan peserta didik

perihal temuan-temuan yang mereka

dapatkan selama proses pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia berbasis

tradisi lisan ini. Hasil diskusi

diarahkan pada rekomendasi tentang

usaha yang akan dilakukan untuk

melestarikan atau merevitalisasi

kebudayaan tersebut; dan (6) rekreasi

budaya; guru mengajak peserta didik

melakukan wisata budaya ke daerah

tertentu untuk merasakan keunikan

dan keanekaragaman budaya bangsa.

Page 18: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

173

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia berbasis tradisi lisan

pada dasarnya berbicara tentang dua

hal pokok, yakni bentuk dan isi dari

tradisi lisan. Argumen ini dapat

dirangkum pada bagan sebagai

berikut.

Bagan: Objek kajian tradisi lisan

(Sibarani, 2012: 244)

Belajar tentang bentuk tradisi

lisan, peserta didikakan memahami

teks, ko-teks, dan konteks budaya

yang dipelajarinya. Sedangkan isi

tradisi lisan, akan mempertinggi

pengertian peserta didik tentang

makna, fungsi, nilai, dan kearifan

lokal yang terkandung di dalamnya.

Sibarani (2012:244) menyatakan

bahwa penelitian (termasuk

pembelajaran) tradisi lisan harus

mampu menjelaskan tiga komponen

besar tradisi lisan, yakni bentuk, isi,

dan model revitalisasi. Bentuk

mencakup teks, ko-teks, dan konteks.

Isi mencakup makna atau fungsi, nilai

atau norma budaya, dan kearifan

lokal. Model revitalisasi mencakup

penghidupan/pengaktifan kembali,

pengelolaan, dan proses pewarisan

tradisi lisan, serta kearifan lokal

kepada komunitas pendukungnya.

Bagian dari model revitalisasi dapat

dilaksanakan melalui jalur

pendidikan.

Pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia berbasis tradisi lisan

paling tidak harus menunjukan tiga

landasan keilmuan yaitu: (1) landasan

ilmu kebahasaan; artinya bahwa

aspek-aspek kebahasaan dalam proses

pembelajaran memberikan ruang bagi

diskusi dan dialog aspek kebahasaan,

seperti frasa, kata, klausa, kalimat,

paragraf, wacana, dan lainnya; (2)

landasan ilmu sastra; artinya bahwa

aspek-aspek sastra dalam proses

pembelajaran memfasilitasi keperluan

TRADISI LISAN

BENTUK ISI

TEKS, KO-TEKS, DAN

KONTEKS (STRUKTUR,

ELEMEN, DAN KONDISI)

FORMULA

NILAI DAN NORMA

(FUNGSI DAN

MAKNA)

KEARIFAN LOKAL

REFITALISASI PENGHIDUPAN KEMBALI, PENGELOLAAN,

PEWARISAN

PEMBANGUNAN

KARAKTER-IDENTITAS

KEDAMAIAN-KESEJAHTERAAN

BANGSA

Page 19: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

174

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

peserta didik untuk belajar ilmu

sastra, yaitu teori sastra, kritik sastra,

sejarah sastra, dan ekspresi sastra, dan

(3) landasan ilmu budaya (tradisi

lisan); artinya bahwa dalam

pembelajaran mengintegrasikan

karakter budaya dan kearifan lokal

yang bernilai positif.

Suatu pembelajaran

selayaknya dapat menunjang potensi

dan bakat tertentu yang dimiliki

peserta didik. Peserta didik didorong

untuk menggunakan akalnya, berpikir

kritis, inovatif dan kreatif, serta

motivasinya. Strategi yang dibuat

dapat menjadi media pengekspresian

pengalaman, pemahaman, dan

pengetahuan peserta didik tentang

ihwal tradisi lisan. Perlu pula dicatat

di sini, bahwa sebuah strategi

diusahakan memuat karakteristik

keilmuan pembelajaran bahasa dan

sastra itu sendiri.

Dampak yang diharapkan dari

upaya pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia berbasis tradisi lisan yaitu:

(1) peserta didik lebih mengenali dan

menghargai tradisi lisan sebagai karya

sastra daerahnya yang mengandung

nilai-nilai luhur. Hal ini merupakan

bagian penting dari apresiasi budaya,

(2) peserta didik dapat memperoleh

pengetahuan tambahan tentang puisi

lama, (3) para guru bahasa dan sastra

Indonesia dapat memanfaatkan

tuturan pogau tobasebagai alternatif

bahan ajar untuk pengajaran sastra

lama atau muatan lokal di sekolah.

E. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data

dapat disimpulkan bahwa tuturan

katoba mengandung makna yang

luhur yang berisi tentang ajaran

agama (Islam) serta ajaran adat yang

menyertainya. Ajaran-ajaran ini

sangat penting untuk diikuti sebagai

penyeimbang kehidupan

bermasyarakat sekaligus mencegah

kemerosotan moral yang melanda

bangsa Indonesia. Adapun empat

aspek pokok yang saling berhubungan

mengenai keseimbangan kehidupan

bermasyarakat dalam konsep katoba

pada masyarakat Muna adalah

sebagai berikut:1) Pengakuan ucapan

dua kalimat syahadat ‟Asyhadu Allah

ilaha Ilallah wa ashadu anna

Muhammadar Rasulullah’ yang

berarti bahwa masyarakat Muna

Page 20: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

175

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

mengakui bahwa tidak ada Tuhan

yang disembah selain Allah dan

mengakui pula bahwa Nabi

Muhammad adalah utusan Allah,2)

Melaksanakan segala perintah-

perintah Allah dan menjauhi segala

larangan-Nya, 3) Pomoa moasigho

(saling menyayangi), poangka-

angkata (saling menghormati),

poadha adhati (saling menghargai)

dan pobini-binikuli (saling menjaga

perasaan), serta 4) tidak mengambil

hak milik orang lain.

Tradisi lisan pogau toba

dalam upacara katoba mengandung

ajaran agama (Islam) dan ajaran adat

yang mengandung nilai-nilai luhur.

Upaya mengintegrasikan nilai-nilai

luhur tradisi lisan tersebut dalam

pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia menjadi penting. Adapun

strategi yang dapat ditempuh dalam

pembelajaran ini yaitu: 1) identifikasi

unsur-unsur budaya, 2) identifikasi

masalah budaya, 3)penjelajahan

budaya, 4)interpretasi dan analisis

bentuk dan nilai budaya, 5)evaluasi,

dan 6) rekreasi budaya. Upaya ini

diharapkan dapat: 1) menyelamatkan

tradisi lisan dari ancaman kepunahan,

2) menumbuhkan sikap kepemilikan

budaya dan tradisi daerah, 3)

menumbuhkan pada diri peserta didik

rasa bangga dan optimis terhadap

budaya daerahnya sendiri, 4)

mengakrabkan warisan budaya atau

tradisi lisan kepada peserta didik, dan

5) sebagai media untuk mendidik dan

mengajarkan nilai-nilai luhur kepada

peserta didik. Nilai-nilai luhur yang

dipaparkan tersebut sangat sesuai

untuk diterapkan dalam konteks

pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia karena dapat memberikan

pemahaman dan penghayatan kepada

peserta didik tentang perilaku yang

patut diteladani dan yang harus

dijauhi.Dampak yang diharapkan dari

upaya pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia berbasis tradisi lisan yaitu:

(1) peserta didik lebih mengenali dan

menghargai tradisi lisan yang

digunakannya sebagai karya sastra

daerahnya yang mengandung nilai-

nilai luhur. Hal ini merupakan bagian

dari apresiasi budaya, (2) peserta

didik dapat memperoleh pengetahuan

tambahan tentang puisi lama, (3) para

guru bahasa dan sastra Indonesia

dapat memanfaatkan tuturan pogau

Page 21: STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA ......strategi, dan model pembelajaran, serta komponen belajar lainnya yang berbasis pada nilai-nilai tradisi lisan. Pembelajaran bahasa dan

176

Sarmadan Dosen FKIP, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

tobasebagai alternatif bahan ajar

untuk pengajaran sastra lama atau

muatan lokal di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Freire, Paulo. 1973. Education for Critical Consciosness. New York: Continum

Publishing Company.

Khisbiyah, Yayah. 2002. Pendidikan Apresiasi Seni untuk Multikulturalisme.

Makalah disajikan dalam seminar Planning Meeting dalam rangka

Mendesain Program PAS, STSI Surakarta, 13 Desember 2002.

Kusmahidaya, Y. 2010. Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara.

Bandung: Bintang Wali Atika.

Gardner. 2004. How Education Changes: Considerations of History, Science, and

Values, (Edited). Marcelo M. Suarez-Orozco and Disiree Baolian Qin-

Hilliar.

Giddens, Anthony. 1990. The Nation States and Violence: Volume Two of a

Contemporary.

Harvey, D. 1996. The Condition of Postmodernity, Cambridge. MA & London,

UK: Blackwell.

La Niampe. 2008.Tuturan Tentang Katoba dalam Tradisi Lisan Muna: Deskripsi

Nilai dan Fungsi.Makalah disajikan dalam Seminar Internasional Lisan

VIWakatobi – Sulawesi Tenggara, 1 – 3 Desember 2008.

Magara, Irma. 2010. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Tuturan Katoba pada

Masyarakat Mawasangka. Skripsi tidak diterbitkan. Kendari: FKIP

Universitas Haluoleo.

Maryani, Enok. 2011. Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk

Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Pannen, Paulina. 2003. Pembelajaran Berbasis Budaya FKIP-UT. Makalah

disajikan dalam Seminar di Yogyakarta, 12 – 13 Mei 2003.

Rahmanto. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Sarmadan. 2011. Makna Tuturan dalam Upacara Adat Katobapada Masyarakat

Muna. Skripsi tidak diterbitkan. Kendari: FKIP Universitas Haluoleo.

Sibarani, Robert. 2012. Kearifan Lokal: Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi

Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.