Sistem Teknik Industri Vol_ 6 No_ 5 Nov_ 2005

download Sistem Teknik Industri Vol_ 6 No_ 5 Nov_ 2005

of 78

Transcript of Sistem Teknik Industri Vol_ 6 No_ 5 Nov_ 2005

JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRIJurnal Keilmuan dan Penggunaan Terhadap Sistem Teknik Industri ISSN 1411-5247 Terakreditasi No. 52/DIKTI/KEP/2002 Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155 Homepage: http://www.geocities.com/jurnalsti_usu E-mail: [email protected] Volume 6 No. 5 Penanggung Jawab Pimpinan Umum Pimpinan Redaksi Anggota Redaksi : : : : November 2005 Ir. Rosnani Ginting, MT Ketua Jurusan Teknik Industrik Fakultas Teknik USU Ir. A. Jabbar M. Rambe, M. Eng Ir. A. Jabbar M. Rambe, M. Eng Ir. Hj. Yuliza Hidayati, MT Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Dr. Ir. Humala L. Napitupulu, DEA Ir. Harmein Nasution, MSIE Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc Ir. Nazaruddin, MT Ir. Poerwanto, M.Sc Ir. Nazlina, MT Ir. Nurhayati Sembiring, MT Ir. Tuti S Sinaga, MT Ir. Tanib Sembiring, M. Eng Aulia Ishak, ST. MT Buchari, ST Ir. Dini Wahyuni, MT Ir. Danci Sukatendal Ir. Ukurta Tarigan, MT Nisma Panjaitan, ST Dina M. Nasution Jurusan Teknik Indusri Fakultas Teknik USU, Gedung Unit II Lantai 2, Jl. Almamater Kampus USU Medan, 20155. Telp. (061) 8213649 Fax.(061) 8213250 Homepage : http://www.geocities.com/jurnalsti_usu E-mail : [email protected] Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik USU Medan Rp. 125.000 per tahun (termasuk ongkos kirim). Biaya dikirim melalui Pos Wesel ke alamat redaksi atau via Bank BNI 1946 Cabang Jl. Pemuda Medan No. Rekening : 005084001 a.n. Ir. T. Sembiring dan mengisi form berlangganan yang disediakan.

Pemasaran/Sirkulasi/Promosi

:

Editing

:

Alamat Penerbit/Redaksi

:

Diterbitkan Harga Berlangganan

: :

Jurnal Sistem Teknik Industri diterbitkan 4 (empat) kali setahun pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Redaksi menerima karangan ilmiah tentang hasil penelitian, survei, dan telaah pustaka yang erat hubunganya dengan bidang teknik industri. Penulis yang naskahnya dimuat akan dihubungi sebelum dicetak dan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp 350.000,- per artikel yang dapat dikirim melalui Pos Wesel ke alamat redaksi atau via bank BNI 1946 Cabang Jl. Pemuda Medan No. Rekening 005084001 a.n.Ir. T. Sembiring.

JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRIJurnal Keilmuan dan Penggunaan Terhadap Sistem Teknik Industri ISSN 1411-5247 Terakreditasi No. 52/DIKTI/KEP/2002 Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155 Homepage: http://www.geocities.com/jurnalsti_usu E-mail: [email protected]

Volume 6 No. 5

November 2005

EDITORIALStudi pada artikel membahas tentang proses pengendalian kualitas perusahaan melakukan inspeksi atau pemeriksaan pada setiap bagian proses produksi, penyederhanaan elemen-elemen gerakan kerja mengkombinasikan beberapa elemn kegiatan kerja dan merancang tempat kerja sesuai dengan postur kerja yang ergonomis. Hubungan antara strategi prioritas tingkatan fungsi dan tingkatan suatu bisnis agar menghasilkan, suatu Penelitian terhadap sifatsifat Geosintetik terhadap tekanan-tekanan yang disebabkan oleh komposit tanah, analisa Geographic Information System (GIS) membantu dalam pengambilan keputusan tentang penentuan lahan urug, GIS telah digunakan untuk membantu mengambil keputusan dalam proses penentuan lokasi, kerusakan lingkungan yang terjadi seperti global akibat dampak rumah kaca, perubahan iklim, pengurangan sumber daya alam dan penemaran limbah. Pembangunan permukiman yang berkelanjutan untuk memperbaiki kondisi social, ekonomi dan kualitas lingkungan tempat hidup dan bekerja semua orang. Untuk mewujudkan permukiman yang berwawasan lingkungan akan dihadapi konflik-konflik yang perlu dicari solusinya. Penyerapan energi listrik oleh tangki air dan tangki secara keseluruhan terpakai untuk memanaskan air dan juga penyerapan panas oleh tangki tempat air itu sendiri. Pengukuran susseptibilitas menunjukkan perilaku mirip spin glass yang merupakan ciri dari dinamika fluktuasi kluster SDW. Keberadaan fluktuasi SDW menandakan ketidak-stabilan struktur magnetic pada campuran tersebut. Pada campuran jenis struktur Cu3Au, hamburan diffusi ferromagnetic umumnya terlihat pada daerah tengah jenis struktur Cu3Au. Perhitungan dan prediksi nilai Return on Investment (ROI = Pengembalian Keuntungan Investasi) memerlukan kemampuan di bidang financial sehingga dapat menterjemahkan investasi dari program pelatihan kedalam angka-angka sehingga dapat dilihat dengan jelas hasil perhitungannya. Esterifikasi adalah suatu proses mereaksikan Alkil alcohol dengan suatu bahan tertentu yang dalam penelitian ini menggunakan trigliserida yaitu stearin. Hasil penelitian menunjukkan temperature 6000 C dengan jumlah katalis 3% berat stearin menghasilkan volume metil ester menghasilkan volume metal ester maksimum 19 ml dengan kemurnian 100% sehingga konversi reaksi adalah 76%. Penggunaan metode simulasi dapat diputuskan bahwa untuk pasien sebagai sumber input (customer) dan bed sebagai pelayan (server). Dengan metode simulasi dapat diputuskan bahwa untuk kondisi saat ini di ruang ICU membutuhkan tambahan bed sebanyak 2 buah. System computer pendukung integrasi proses merupakan suatu perangkat dalam kegiatan operasional yang akan memberikan jalan menuju efektifits mata rantai metodologi rekayasa simultan. Sistem komputer pendukung integrasi proses adalah diperoleh kemudahan proses integrasi dalam metodologi rekayasa simultan yang pada akhirnya mengurangi waktu penyelesaian desain dan proses dan proses penghematan terhadap biaya operasional. Type kerusakan yang terjadi kebanyakan adalah bangunan dikarenakan struktur belum memenuhi persyaratan demikian juga rancangan struktur juga masih belum memenuhi syarat terjadinya kerusakan bangunan akibat likuifaksi, dimana tanah pondasi yang bermasalah di Gunung Sitoli. Setelah melakukan perbaikan hasil yang diperoleh adalah adanya peningkatan level kualitas sigma. Produk Finger Joint Lamination Board (FJLB) merupakan produk unggulan bagi perusahaan. Korosi mempunyai laju yang tinggi pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi. Dari hasil analisa laju koros pelat Mild Stee untuk jarak yang berbeda dengan metode exposure dan immerse pada moisture room ditahan selama 24 jam. Metode Simpleks merupakan teknis memecahkan program linear yang mempunyai jumlah variabel keputusan dan pembatas yang besar kemudian Gomory Cutting agar memenuhi variabel keputusan yang dikehendaki integer. Analisis sensitivitas yang dilakukan untuk mengetahui perubahan parameter dan pengaruh perubahan terhadap koefisien-koefisien variabel keputusan yang kontinu dari fungsi tujuan setelah diperoleh penyelesaian optimal. Pengembangan pengolahan jeruk menjadi produk powder layak dilasanakan agar optimal pengembangan dilakukan secara kemitraan yang didukung oleh kelembagaan petani dan pengembangan pasar. Metode keandalan orde pertama berdasarkan tingkatkan kedua dari analisa keandalan. Kemudian hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk table untuk kapasitas daya dukung pondasi rakit tiang pancang. Partisipasi PT. ASKES dan PT. JAMSOSTEK dalam penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan merupakan salah satu upaya meingkatkan produktivitas tenaga kerja melalui program peningkatan derajat kesehatan masyarakat umumnya, khususnya tenaga kerja dalam rangka pembangunan bidang kesehatan dan ketenagakerjaan. Waktu dan temperature pengontakan sangat mempengaruhi daya adsorbsinya. Hal ini dapat kita lihat pada temperature akrit 5000C, ukuran partikel 80-100 mesh dan wakt kontan 5 jam yaitu sebesar 89,01%, waktu kontan lebih 5 jam penyerapan akan berkurang.

Tim Redaksi

JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRIJurnal Keilmuan dan Penggunaan Terhadap Sistem Teknik Industri ISSN 1411-5247 Terakreditasi No. 52/DIKTI/KEP/2002 Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155 Homepage: http://www.geocities.com/jurnalsti_usu E-mail: [email protected]

Volume 6 No. 5 DAFTAR ISI

November 2005 Halaman1-4 5-10 11-14

TEKNIK RANTAI MARKOV DALAM ANALISA POSISI DAN PERPINDAHAN FUNGSI PRODUKSI SEJENIS ----A. Jabbar M. Rambe MANPOWER IN CORPORATE PLANNING ------------------------------------------------------------------------------------------Syahril Effendi Pasaribu KINERJA TERMINAL BUS LHOKSEUMAWE SEBELUM DAN SESUDAH MASA DARURAT MILITER ------------Anwar Harahap APLIKASI SISTEM KOMPUTER PENDUKUNG INTEGRASI PROSES DALAM METODOLOGI REKAYASA SIMULTAN (CONCURRENT ENGINEERING) ----------------------------------------------------------------------------------------Hj. Muthi Bintang, Abdurrozzaq Hasibuan PENGARUH ADITIV CaO DAN SUHU SINTERING TERHADAP MIKROSTRUKTUR KERAMIK PSZ ---------------Ratna Askiah Simatupang ABU SERBUK BATANG KELAPA SEBAGAI KATALIS PROSES ESTERIFIKASI STEARIN ----------------------------Bode Haryanto MENGUKUR DAYA REAKTIF DENGAN KAPASITOR PEMBANTU------------------------------------------------------------Windalina Syafiar PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK FINGER JOINT LAMINATING BOARD DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Pregiwati Pusporin, Said Salim Dahdah, Bambang Supriyadi BILOGICAL TREATMENT OF A WASTEWATER CONTAINING HEAVY METALS AND CYANIDE -----------------Syahril Effendi Pasaribu SIMULASI PERANTI MODEL BASIS SEL SURYA p -n-n (x) PENDOPINGAN TINGGI ---------------------------------Mara Bangun Harahap ANALISIS PENINGKATAN KOMPETENSI PENGUSAHA KECIL SESUDAH MENGIKUTI PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN YANG DISELENGGARAKAN SWISSCONTACT MEDAN ---------------------------------------------Syahril Effendi Pasaribu PEMBUATAN PULP DARI JERAMI PADI DENGAN MENGGUNAKAN NATRIUM HIDROKSIDA --------------------Jalaluddin, Samsul Rizal BUSINESS PLAN DAN STUDI KELAYAKAN PENGOLAHAN JERUK MENJADI PRODUK POWDER DI PROPINSI SUMATERA UTARA Business plan and Feasibility Study of Powder Orange Processing in North Sumatera ----------------------------------Yusak Maryunianta dan Terip Karo-karo ANALISA LAJU KOROSI MILD STEEL PADA LINGKUNGAN DENGAN KELEMBABAN TINGGI SELAMA 24 JAM -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Batu Mahadi Siregar, Muthia Bintang PEMANFAATAN KAOLIN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ALUMINIUM SULFAT DENGAN METODE ADSORPS --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Jalaluddin, Toni Jamaluddin+ +

15-18 19-24 25-28 29-32

33-39 40-42 43-48

49-52 53-56

57-66

67-71

72-76

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Teknik Rantai Markov Dalam Analisa Posisi .... A. Jabbar M. Rambe

TEKNIK RANTAI MARKOV DALAM ANALISA POSISI DAN PERPINDAHAN FUNGSI PRODUKSI SEJENIS Studi Kasus Merek Handphone di Kota MedanA. Jabbar M. RambeDepartemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak: Costumer perseption and preference about a product will influence the positioning product. However, the positioning product will related to attempt the determination of market segmentation. Positioning of merk handphone in this survey using software KYST-MDS and PREFMAP-MDS. Markov Chains usually used to study about the behaviour of long and short term of the specific stochastic system. In this survey, the system that we viewed is the behaviour of handphone owner in choosing merk handphone that will be used. I. Pendahuluan Meluasnya penggunaan telepon selular, baik di kota-kota besar utama maupun di kota-kota lainnya di seluruh Indonesia, menandakan semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan hubungan telekomunikasi bergerak. Hal-hal lain yang turut mendukung meningkatnya kebutuhan telepon selular adalah sebagai berikut : 1. Kebutuhan akan komunikasi yang cepat dan praktis. 2. Tingkat dan gaya hidup masyarakat yang semakin meningkat. 3. Kemudahan dalam berkomunikasi. Karena kemudahan dan kecepatan dalam berkomunikasi membuat orang-orang tertarik untuk menggunakan handphone, ini disebabkan semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan hubungan komunikasi. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi dalam pemilihan merek handphone. 2. Mengetahui pola perpindahan pelanggan dalam melakukan pemilihan merek handphone. 3. Mengetahui pangsa pasar serta posisi merek handphone tersebut. II. Permasalahan Permasalahan yang timbul adalah apa yang menyebabkan pelanggan melakukan perpindahan merek handphone. Variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi pelanggan dalam melakukan pemilihan merek handphone yang diinginkan. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas diperlukan analisa mengenai pola perpindahan pelanggan dan bagaiman posisi merek handphone tersebut serta pangsa pasarnya dimasa yang akan datang. III. Landasan Teori 1. Posisi Bagi setiap segmen pasar yang akan dimasuki suatu perusahaan, maka diperlukan suatu strategi penempatan produk. Penentuan posisi adalah tindakan merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu di benak konsumen, sehingga dengan demikian konsumen dapat memahami dan menghargai apa yang dilakukan oleh perusahaan dalam kaitannya dengan para pesaingnya. Karena penentuan posisi berhubungan dengan upaya mendeterminasikan segmen pasar atau segmen ke arah mana produk yang bersangkutan akan diarahkan dan diambilnya keputusan tentang cara-cara mempromosikan produk-produk tersebut kepada segmen-segmen tersebut, maka pemposisian produk harus memusatkan perhatian pada persepsipersepsi dan preferensi para pembeli, tempat yanhg diduduki sebuah produk atau merek tertentu pada sebuah pasar tertentu. 2. Rantai Markov Rantai Markov biasanya dipergunakan untuk mempelajari perilaku jangka pendek dan jangka panjang dari sistem stokhastik tertentu. Anggaplah E1, E2, . Ej ( j = 0,1,2..) mewakili hasil atau keadaan yang lengkap dan mutualli ekslusif dari sebuah sistem pada setiap saat. Pada awalnya, pada saat t0, sistem tersebut dapat berada di salah satu dari keadaan ini. Anggaplah aj(0)j = 0,1,2. adalah probabilitas absolut bahwa sistem tersebut berada dalam keadaan Ej pada saat t0. asumsikan lebih lanjut bersifat markov. Defenisikanpij

= P { tm = j tn -1 = i }

Sebagai probabilitas transisi satu langkah untuk bergerak dari keadaan 1 pada tn-1 ke keadaan j pada saat tn dan asumsikan bahwa probabilitas ini bersifat stasioner atau tetap sepanjang waktu. Jadi 1

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

probabilitas transisi dari keadaan I ke keadaan Ej dapat diatur secara lebih memudahkan dalam bentuk matriks sebagai berikut :

P00 P= P00

P01 P01

PON PON Pmn

M M M Pm 0 Pm1

Matriks P disebut matriks transisi homogen atua matriks stokhastik, karena semua probabilitas transisi tij adalah tetap dan independen dari waktu. Probabilitas tij harus memenuhi kondisi.

kuesioner awal dan wawancara, ditetapkan 6 variabel pengamatan yaitu pemakaian batere, penerimaan sinyal harga pembelian, ukuran dan kenyamanan digenggam, kejernihan suara dan nilai jual kembali, ditetapkan 5 merek handphone yang akan dilibatkan dalam penelitian yaitu Nokia, Motorola, Samsung, Siemens, Ericson. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah Cluster Random Sampling. Responden yang dijadikan sampel sebanyak 300 orang tapi yang dipakai dalam pengolahan data hanya 295 karena ada 5 kuesioner yang tidak memenuhi persyaratan. V. Pengolahan Data V.1. Pengolahan Data Tingkat Kesamaan dengan KYST-MDS Dari kuesioner bagian kedua diperoleh penilaian tingkat kesamaan kemudian dicari nilai rata-rata ini menjadi input untuk KYST-MDS. Hasil pengolahan data dengan KYST-MDS adalah tiitk-titik koordinat dari kelima merek handphone yang dibandingkan dalam dua dimensi (dalam dua sumbu koordinat). V.2. Pengolahan Data Peringkat Dengan PREFMAP-MDS. Dari kuesioner bagian ketiga diperoleh urutan dari nilai modus data peringkat yang terbentuk. Hasil pengolahan data dengan menggunakan PREFMAPMDS berupa koordinat titik 6 variabel pengamatan dan 5 merek handphone. Koordinat masing-masing variabel pengamatan ditunjukkan oleh titik-titik koordinatnya. Hasil dari pengolahan dengan KYST-MDS dan Prefmap-MDS didapat dalam peta posisi dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar 1.

i pij = l ,untuk semua ii

Pij 0,

untuk semua i dan j

Kita dapat memandang sebuah Rantai Markov sebagai perilaku transisi dari sebuah sistem sepanjang interval waktu yang berjarak sama. Tetapi, terdapat situasi dimana jarak waktu tersebut bergantung pada karakteristik sistem dan karena itu kemungkinan tidak setara. IV. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey sampling. Data yang dikumpulkan didapatkan dari jumlah pelanggan pada perioed 1 (Juli 1999-Agustus 2000) dan periode 2 (Juli 2000 Agustus 2001). Sedangkan alat pengumpulan datanya adalah menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil pengumplan data dari

2

Teknik Rantai Markov Dalam Analisa Posisi .... A. Jabbar M. Rambe

V.3. Pengolahan Data Perpindahan Merek Handphone Pengolahan data untuk perpindahan merek handphone digunakan teknik Rantai Markov. Tabel 1. Jumlah Mendapatkan Pelanggan dari Merek i ke Merek j Merek j Nokia Merek i Nokia Motorolla Samsung Siemens Ericson Total 79 5 3 2 6 95 Motorolla 6 34 2 5 5 52 Samsung 8 4 10 4 5 31 Siemens 5 5 4 17 6 37 Ericson 6 6 3 0 65 80 Total 104 54 22 28 87 295

Tabel 2. Jumlah Kehilangan Pelanggan dari Merek i ke Merek j Merek j Nokia Merek i Nokia Motorolla Samsung Siemens Ericson Total 79 6 8 5 6 104 Motorolla 5 34 4 5 6 54 Samsung 3 2 10 4 3 22 Siemens 2 5 4 17 0 28 Ericson 6 5 5 6 65 87 Total 95 52 31 37 80 295

Angka angka dari data kehilangan diambil untuk mendapatkan probablitas transisi.

79 95 6 52 8 B= 31 5 37 6 80

5 95 34 52 4 31 5 37 6 80

3 95 2 52 10 31 4 37 3 80

2 95 5 52 4 31 17 37 0 80

6 95 5 52 5 31 6 37 65 80

Sehingga diperoleh matriks A1 (peluang awal), yaitu : A(1) = (0.3220 0.1763 0.1051 0.1254 0.2712) Untuk perhitungan matriks n-langkah berikutnya digunakan rumus : An = A(n-1) . B. Untuk perhitungan pangsa pasar dilakukan perhitungan sampai n = 3

0.8316 0.1153 B = 0.2581 0.1361 0.0750

0.0526 0.6538 0.1290 0.1351 0.0750

0.0316 0.0385 0.3226 0.1081 0.0375

0.0211 0.0962 0.1290 0.4595 0.0000

0.0631 0.0962 0.1613 0.1622 0.8125 awal A(1)

Untuk mendapatkan nilai peluang dilakukan perhitungan sebagai berikut : P1(1) = 95/295 = 0.3220 P2(1) = 52/295 = 0.1763 P3(1) = 31/295 = 0.1051 = 37/295 = 0.1254 P4(1) P5(1) = 80/295 = 0.2712

VI. Kesimpulan 1. Hasil peramalan pangsa pasar untuk periode 3 didapat :

3

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

2.

Nokia menguasai pangsa pasar sebesar 36,84 % Ericson menguasai pangsa pasar sebesar 30,69% Motorolla menguasai pangsa pasar sebesar 18,29 % Siemens menguasai pangsa pasar sebesar 7,83 % Samsung menguasai pangsa pasar sebesar 6,36% Berdasarkan hasil analisa pola perpindahan pelanggan didapat beberapa alasan mengapa pelanggan melakukan perpindahan merek yaitu sebagai berikut : untuk merek Nokia pelanggan yang berpindah ke merek Nokia menganggap Nokia memuaskan dalam pemakaian batere yang tahan lama dan nilai jual kembali yang tinggi, untuk merek Motorolla pelanggan yang berpindah ke Merek Motorolla menganggap Motorolla memuaskan dalam ukurannya yang kecil serta nyaman digenggam, untuk merek Samsung pelanggan yang berpindah ke merek Samsung menganggap Samsung memuaskan dalam modelnya yang cukup bervariasi, untuk

merek Siemen pelanggan yang berpindah ke merek Siemens menganggap Siemens memuaskan dalam harga pembelian yang cukup murah, untuk merek Ericson pelanggan yang berpindah ke merek Ericson menganggap Ericson memuaskan dalam penerimaan sinyal yang baik dan jernihnya suara yang diterima. VII. Daftar Pustaka Hamdy, A. Taha, Operation Research, MacMillan, New York, 1976. Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, PT. Prehallindo, Jakarta, 1997. Siagian, P., Penelitian Operasional : Teori dan Praktek, UI Press, Jakarta, 1987. Subagyo, Pangestu, Marwan Asri, T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Operations Research, Ed2, BPFE, Yogyakarta, 1989. Umar, Husein, Riset Pemasaran dan Prilaku Konsumen, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000. White, Douglas John,Operational Research, John Wiley & Sons, New York, 1985.

4

Manpower in Corporate Planning Syahril Effendi Pasaribu

MANPOWER IN CORPORATE PLANNINGUniversitas Muhammadiyah Sumatera Utara Abstrak: In the article, the author seeks to show the importance of giving thorough consideration to manpower in all planning activities, to manpower in all planning activities, whether long or short term. He also emphasizes that manpower planning lies at the heart of all rational personnel activities, if they are to contribute as they should to the objectives of the organization. He outlines the elements of manpower planning, the main methods of forescasting demand and supply, both within and outside the organization and sets out the main elements of the manpower plan. The Nature of Manpower Planning It seems unlikely that there is a need to convince the readers of Long Range Planning of the necessity of planning in the management of organization. They will understand that plans provide the information base for management decisions. They will understand also that planning is a dynamic process. The objection to planning that unforeseen and uncontrollable external events can so invalidate plans as to make them pointless must be an argument that they themselves have frequently countered : the plans give a base from which adaptations to the new situation can be worked out, and positively help management to deal with such unexpected events. Nor will there be any need to elaborate the purpose of planning. By collecting together information about the past and using this in estimating the effect of various courses of action in the future, management is able to improve the quality of their decisions. Thus, the purpose of planning is, in the words of Lord Douglass of Cleveland, to make things change. It must expose the consequences of doing nothing, show what must be done and a wake the will to get it done. No sensible manpower planner or any other planner will expect his plan to come true in all its particulars. He will not only expect to have to adapt as unforeseen factors affect it, but he will also expect his management to base decisions on it and, in so doing, alter it. The readers will also considerations of the short range plan probably linked to the budget for next year and the strategic matters covered in the long range plan. They will find the concept of rolling planning and review a normal one, covering year one in detail and subsequent years in lesser detail. Finally, they will not be taken in by the argument, as some personnel specialist are, that planning manpower restricts free will. They will not see planning in general as a restrictive discipline, which prevents the use of initiative, but rather as a means whereby individual initiative can be channelled towards corporate objectives, and thus used to its full. Similarly, manpower planning allows the use of initiative within a known frame work of objective, and also aims to achieve those objectives within the scope of what the individuals in the organization are likely to do. There is a vast difference between forecasting what people will do and controlling what they do. All these characteristics of planning in general apply to manpower planning, and are recognized in any good corporate plan. Manpower planning is thus no different from any other branch of planning. What may need justification, therefore, is the view that manpower planning needs special consideration, apart from the other elements of corporate planning. Manpower is a resource, and like other resources must be fully considered by management. The planning consideration applicable to manpower are similar to the planning considerations applicable to other resources, but they do differ considerably in degree. The most obvious difference is that the resource of manpower, individually and to some extent collectively, has minds of their own. Plant which figures in a particular plan may blow up or burn down. The plan probably does not allow for this, partly because it is normally very unlikely and partly because insurance is carried againt such disasters. But manpower may leave, almost literally walking out of the plan, of its own volition. It would be a useless manpower plan which did not allow for the eventuality of labour turnover, and it would be a strange insurance company who would insure the company against this happening. Collectively, too, the resource of manpower may decide to go on strike. This eventuality has frequently been ignored in management plans, with the result that that they have arranged their production lines in such a way that even a small number of workers can shut down the whole plant or even, as in the car industry, other plants as well. Whether as in the car industry, other plants as well. Whether the workers grievance is justified or not, it is strange that managements have presented them with so much power. Manpower may be scarce or abundant, like other resources. In some circumstances, some types, such as skilled filters, may be scarce, whereas others, such as laboures, may be abundant. Thus, manpower cannot be considered just as ne resource, but as a collection of many resources. Yet manpower is more adaptable than many other resources. It is possible to retrain. It is possible to persuade men to move from one place to another. What is more, men will

Syahril Effendi Pasaribu

5

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

themselves take action to prepare them selves for certain types of jobs, if they have the information about future job opportunities to make their own plans. If an organization intends to adapt manpower resources by training, it must, of course, plan for the cost of doing this and for the time it takes. On the other hand, a company may elect to buy in ready trained manpower, rather like bought in components. If it does so, it may well affect labour market costs, and it must allow for this in its plans. It is, however, probably the very adaptability of manpower which has militated against proper manpower planning. It is possible to use the wrong manpower for example, highly qualified in relatively menial jobs or to provide a crash course of rudimentary training. It is possible to recruit quickly in all but the tightest of labour markets. Until recently, it has also been easy to discard manpower which was surplus to requirements. This last, through the pressure of public opinion and of the law, is becoming less easy, and this fact in itself may force managements to think more carefully about manpower for example, highly qualified in relatively menial jobs or to provide a crash course of rudimentary training. It is possible to recruit quickly in all but the tightest of labour markets. Until recently, it has also been easy to discard manpower which was surplus to requirements. This last, through the pressure of publcic opinion and of the law, is becoming less easy, and this fact in itself may force managements to think more carefully about manpower resources. They have always stood to lose a considerable amount in trying to sell off surplus machinery, they now may lose quite a lot in discharging surplus men. There are clearly a number of complex problems in planning manpower. Even the cost of manpower is not necessarily a simple matter. The rate of inflation of earnings recently, for example, has been far above the general rate of inflation in the price of goods, and forecast of manpower costs must take this into account. Nor can one rely on a continuing supply of manpower to do particular types of job merely through the medium of pay. Some types of work may become unacceptable. Some types of work may become unacceptable. The switch of Swedish car manufacturers from production lines to the team building of cars costs them more money, but they have done it because they believe that, in the near future, they will be unable to get people to work on production lines. They accept extra costs now, for survical in the future. THE OBJECTIVES OF MANPOWER PLANNING Manpower planning thus needs special consideration. However, it is inherent in manpower decisions that they cannot be made in isolation. They are not merely the concern of the personnel director.

Manpower costs money and different types cost different amounts. Capital investment may be involved. Changed marketing strategies may affect the type of man and women needed in the sales team. Manpower considerations may dictate changes in production systems, as for Swedish car manufacturers. Finance, sales and marketing directors indeed, all funcitions have a concern for manpower planning. Furthermore, since the decisions to be made are at the interface between normal functions within the company, manpower planning is the concern of the board of directors as a whole. Thus, the prime objective of manpower planning is to incorporate the planning and control of manpower resources into company planning, so that all resources are used in the best possible conjunction. The second objective is to co-ordinate all company manpower policies. Managers throughout the company are continually making decisions which affect manpower. Recruitment, training and negotiating decisions will be made whether there is a plan or not. Budgets will include wage costs. For these decisions to be harmony, a plan is needed. To achieve these two complementary objectives, it is necessary to translate the organizations plans into the personnel activities which make them achievable. This translation requires an understanding of the organizations manpower situation and an ability to make forecast which stem from an analysis of manpower and manpowe trends. THE ELEMENTS OF MANPOWER PLANNING There are five elements of manpower planning : 1. Systematic analysis of manpower resources. 2. Forecast of manpower demand. 3. Forecast of manpower supply. 4. Reconciliation, within the financial and other restraints imposed by the organization;s circumstances. 5. Plans for action.

Gambar : the Framework of Manpower Planning.

6

Manpower in Corporate Planning Syahril Effendi Pasaribu

Figure 1 shows how these elements fit together. With the background of the analysis of manpower now and in the recent past, the objectives of the company, set out in the business plan, are examined and a forecast of manpower demand is derived from them. If it is to be helpful in guiding action, this forecast must be more than just a total number. It must be divided into various manpower categories. The supply of manpower available from within the company, similarly divided into categories, is also forecast on the basis of analysis of past rates of staff retention and patterns of promotion and transfer. These are forecasts only : they are predictions of what will happen on a certain set of assumptions, which should be stated so that they can be altered either through management decision or in the light of subsequent events. For these forecasts to give rise to action, plans must be made to achieve a reconciliation between the demand and supply forecasts. Usually, there will be a need to recruit and this has to be examined in the context of the probable state of the labour market. This requires a forecast of external manpower supply. The reconciliation must also be achieved within constraint imposed by the budget, which also stems from the business plan. The budget, however, is not independent of the manpower planning process, for, manpower costs from a part, possibly a major part, of it. Therefore, there is an input to the budget, which in effect brings together and co-ordinates alll the organizations activities and financial level. Because manpower planning provides an input to the budget, but also may be modified by it, it is essential that the two processes are co-ordinated and that their timetables correspond. When the most suitable means of reconciliation are decided, the actions entailed from the manpower plan and, in this way, the planning and control of manpower resources is incorporated into company planning the first objective of manpower planning. The plans for action will cover utilization of manpower and programmes for improving it, the supply of manpower, covering recruitment, promotion, internal mobility and possibly redundancy training of new and existing employees to prepare them for the jobs planned, and the general personnel policies necessary to recruit and retain staff, including condition of work, remuneration and industrial relations. In fact, the plan covers virtually all the aspects of the personnel function, and coordinates them with each other and with the organizations business plan the second objective. Within this framework, some of the methods and problems of manpower planning can be examined in a little more detail. FORECASTING MANPOWER DEMAND The forecast of manpower demand must be based on the organizations plan. It follows,

therefore, firstly that the manpower planner must be fully aware of what these plans are. Thus, the personnel manager must be brought into the companys planning decisions, if he is not the companys planning decisions, if he is not involved already. Secondly, a means of translating the plans into manpower requirements must be found. These means will undoubtedly be found by the analyses carried out int the company itself. It is not possible to provide a standard means of making the forecast. The degree of complexity in the forecasting method will depend on a number of factor, the complexity of the organization itself, the margin of error acceptable in the particular circumstances, the sophistication of top management, who must understand and use the forecast. Initially, however, the major determinan is likely to be the data available. Manpower data, in suitable categories, may not be available. When this data has to be allied with some production or cost information, the likelihood of the two sets of data being in a congruent from is low. Therefore, the first step will often be to set up the data recording systems. To reinforce this impetus behind the data collection, it is suggested that the calculatef risk of beginning on rudimentary manpower planning, using such data as there are, should be taken. Manpower decisions will be taken anyway, and may be improved by this course, but without a clear us for the data there is a danger that system for collecting them will founder. There are two main factors to be analysed for demand forecasting ; 1. The volume of output will, directly or in directly, affect manpower demand (the analysis of performance). 2. The level of productivity may also change and affect the forecast (the anaylsis or productivity). In the real situation these two factors are closely interwoven, but conceptually they may be examined separately. Performance The basis of all anaylses is what has happened in the past and this is true even of the intuitive forecast of the experienced manager, who is after all only using his experience. A simple way of analysing past demand for manpower is to relate it to some output indicator by means of a ratio. The ratio of men to output may, of course vary both in accordance with the amount of output and in accordance with changes in output per man over time, i.e. with changes in performance and in productivity. For the moment let us concentrate on performance. The ratio may be constant, with 200 men producing twice as much as 100 men. However, it more likely that the ratio will change with volume and regression analysis will be needed to analyse one variable manpower against the other output. But manpower is not necessarily dependent on one

7

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

variable only and multiple regression analysis may be needed to relate manpower to a number of variables and measure the importance of each. Such technique analysis directly the past relationship between manpower and output. Indirect analysis may be more appropriate, using work study measurements, which are derived from analysing work in the past, and applying them to the work to be done in the future. This method will suit production lines and other similar situations where manning standards can be established well in advance. In association with such techniques, the views of managers are important because they are in control and will by their actions affect the demand for manpower. Productivity As well as change in the work load, manpower demand can change through improved productivity. One hopes that this will show an improvement over time, but it is often helpful to distinguish between the technological change resulting from improved machinery and usully entailing capital investment, and the better utilization of manpower, which is more likely to manifest a steady improvement as time passes. Improvement of utilization is important in itself, but the manpower forecasting requires an estimation of how much it will improve in the future. It has already been pointed out that ratios may change over time and this can be analysed by regression of the ratio against time, just as the manpower output relationship can be analysed. It may be that the improvement in productivity on any particular activity cannot be indefinitely sustained. In fact, it seems likely that early gains will be greater than later ones. Such as realationship was discovered on aircraft production during World War II and is known as the learning curve. This form of curve may be useful in analysing the progress of productivity. Whether such indices are available or not, it is important that forecasts of manpower demand are assessed by management for expected changes in productivity. It may help if they indicate the various factors which they expect to effect the improvements and assess them separately. FORECASTING INTERNAL MANPOWER SUPPLY Against this forecast of demand, it is necessary to examine the supply of manpower likely to be available within the organization. Primarily, this is likely to be a question of retention of staff (the converse of labour turnover). However, it is also concerned with how the existing staff will change in the future, for example, by promotion or internal transfer.

Retention The usual method of measuring labour turnover is the BIM index the percentage wastage rate. This express leavers in a given period as a percentage of the average staff in post. However, this method takes no account of the characteristic of the work force known empirically to have in normal circumstances the most significant effect length of service. This defect makes the normal index unsuitable for assessing morale. Totally different leaving pattern can give the same index figure. It also makes it unsuitable for forecasting, since the trend of the index is meaningless because changes over time can be completely overshadowed by changes in the length of service distribution. For forecasting, the ordinary index can be very misleading. In a period of heavy expansion, with considerable recruitment, the index will normally rise, because short service staff are more likely to leave. When recruitmen is cut back, the leaving rate is likely to fall : this can be most important if a reduction in numbers is a part of the manpower plan. Therefore, a method of measuring and forecasting staff retention which is service specific is needed. Two basic methods are possible : 1. The cohort method examines the progress of an entry group, i.e.a homogeneous group who joined in a given period, and plots a survival curve for this group. This can be useful in examining some groups of staff but has some disadvantage. In particular, it is not readily transferable from one cohort to another, partly because it may be necessary to follow one cohort for a considerable time to fully explain its pattern of survival. 2. The census method overcomes this by concentrating on the length of service of learvers in a particular period (last year) and relating the number of leavers in each length of service group to the average number of employees in that group. In effect, it combines the experience of all cohorts in the last year, thus giving a better picture of the situation than the labour turnover index. It will be readily understood that a method of analysis like the census method can be easily used for forecasting, for the present service distribution of staff is known and the recruitment of future employees is a part of the forecast. Thus, retention of employees can be forecast. Internal Movements Promotion, demotions and transfers are also part of the internal supply forecast. In a career organization, promotion pattern may be almost more important than retention. Analysis of promotion patterns can be useful not only from the point of view of making the internal supply forecast, but also as a means of revealing the nature of existing or future problems. Promotion opportunities are of vital importance to many

8

Manpower in Corporate Planning Syahril Effendi Pasaribu

categories of employees, and they will not be content unless they can progress. Furthermore, they will build up an expectation of promotion rates and, if their opportunities decrease, they will feel unfairly treated. Indeed, in some organizations the managements sense of fairness tends to ensure that the existing promotion pattern persists even when the demands of the work do not fully justify more promotions. Whilst this may seem obvious, promotion rates are not often given full consideration and rarely analysed. How often do companies advertise for outstanding staff and talk about their young, dynamic management team. A much better advertising ploy for attracting potentioal recruits aware of manpower planning might be old, tired management team, ready to listen to new ideas and delegate responsibility. The analysis of promotion can concentrate on the availability of jobs at different levels and the consequent chain reaction of filling them. This can be regarded as the pull of vacancies moving employees through the various levels. Methods of analysis derive from renewal theory, which analyses the probablity of leaving and of being promoted. Alternatively, the Markov chain analysis shows the pattern of promotions in the past and assumes the persistence of this pattern, as though management pushed staff through their careers. Whether or not the size of the organization justifies such analyses, it will be important in most companies to consider promotion probabilities and the effect of planned changes on them. It will also be necessary, if expansion is planned, to consider the likely availability of staff for promotion into newly created management jobs. Similarly, internal movements of staff between departments or divisions may justify analysis. EXTERNAL MANPOWER SUPPLY It is part of the manpower planners task to assess (forecast is probably too grandiose a word) the labour market situation. To do so, he needs to assess not only the size of the appropriate labour force in the appropriate area, but also the demand for it from other employers. In the main, the basic data for such an assessment does not exist, although the Employment Services Agency has begun local labour market intelligence experiments in some areas. Without this supply of intelligence, it is necessary to estimate on the basis of whatever is available. Information about school leavers, university graduates, activity rate (i. e. proportion of women who work) all these are available historicaly, although forecasts of numbers coming out of the education system are not as readily available as one might expect. In the longer term, the trends in the general manpower environment can be significant. The effect

of the raising of the school leaving age was clear and noticeable. But the trend for children to stay longer at school without compulsion, and the school-leaving age was clear and noticeable. But the trend for children to stay longer at school without compulsion, and to gain more qualifications, is also worth considering. Trends in education are a consideration in many long term manpower plans. Equal pay legislation also is noticeable. But other trends to earlir marriage, fewer children, demand for promotion by women may have a significant effect on the labour market. Hours of work may be important to the manpower demand forecast and these are affected by social demand and trade union attitudes. Trends in pay and the effect of inflation on it are important, since the cost of manpower is a major derivative of the manpower forecast and crucial to the task of fitting manpower into the overall budgetting exercise of the company. THE MANPOWER PLAN The manpower plan is the action plan deriving from the analyses and forecasts of manpower. It is the result of management decisions based on the forecasts of demand for manpower, the supply of manpower and the costs involved. The first item of the plan is manpower supply. In most situation, recruitment will be necessary and a well thought out recruitment plan will be laid down. Promotion policies may need adapting, with all the implications for morale which that can entail. Tranfer policies may also be reconsidered. Alternatively, there may be a need to run down the strength and plan to do this effectively, whether or not redundancies are entailed, must be made. All these measures are designed to affect the manpower supply. The second item is manpower utilization. The plans to achieve the forecast level of ipmrovement must be made. However, the reconciliation of the demand and supply forecasts may entail further improvements, requiring exceptional plans, possibly even demanding capital investment in plant. The third item is training, and these plans stem from the first two. Recruitment plans entail induction training, promotion plans affect management training and management development schemes. Improved utilization may in itself result from training, or new equipment may give rise to a training need. The final item is personnel policies, which are all connected with recruiting and retaining staff, to a greater or lesser extent. Salary rates affect recruitment and retention. The motivating effect of the job redesign or other similar changes. Industrial policies and thus to manpower plans, for they must be achievable in the context of the industrial relations situation. Conversely, only a negotiator who is backed by a proper manpower planning system can face a trade union equipped to make decisions which accord as nearly as possible with overall company

9

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

objectives. The manpower plan provides the base for industrial relations objectives and they form a part of the manpower plan. All these plans cost money. Just employing people costs money. All the activities planned must be costed and form a part of the budget. If the cost is more than management is prepared to expend, some re-thinking must take place. manpower plans must be revised. It may even be that it seems impossible to supply the manpower demand, either absolutely or within the companys financial constraints. In other words, the companys objectives cannot be fulfilled, and they must themselves be revised. THE LONG AND SHORT TERM The distinction between the short term plan, linked to the budgeting process, and the long term plan, linked to the corporate planning process, has already been made. The line managers concern is essentially with the short term, and he is judged on his results. He is, therefore, directly concerned with work load and manning in the immediate future. He may need the knowledge and advice of the manpower planner, deriving from the manpower analyses, but he should be co-ordinated with the general budgeting exercise, so that he does not divorce the consideration of men and costs from each other. He must also have a basis of knowledge of the company objectives as they affect him. The long term plan, however, is more relevant to the strategic decisions of top management. Here, therefore, the forecasts should be the manpower planners. line managers advice may help, but they will need a forecast to comment on if their contribution is to be effective. On the financial side, the interaction is not with budgeting but wit corporate planning. The long and short terms plans do, of course interact on each other. The short term work will generate a great deal of detailed information which

can be used as the basis for longer term forecasting. But the results of the short term planning work must be viewed by management in the longer term context. The gshort term expedient of, for example, stopping all recruitment because of a trade recession, may in the longer term result in shortages of staff with the experience and maturity to become middle managers. Thus, it may be best, as recommended by Mr. D. E. Hussey for corporate planning generally, to separate the preparation of long term plans and annual budgets, and to use the plan to give strategic direction to the budget and to provide targets as criteria against which budgets may be judged. Thus, budgeting and the corporate plan has manpower as a major element. Manpower consideratons must be considered alongside financial, materials, marketing and sales plans. In each area the appropriate expert should have information and advice to offer to organizations topmanagement. In the manpower area, as no doubt in other, it is essential that the organizations manpower experts that is, the personnel departmentare deeply involved in the planning process, because they will be involved in the monitoring and control of the short term plan, and because their activities are the very studf of the long and short term manpower plans, their actions are co-ordinated with company objective through the plan. REFERENCE D.E. Hussey. Corporate Planning, In Accountants Guide to Management Techniques, Gower Press Epping (1975). D.J. Bell, Planning Corporate Manpower, Longmans, Harlow (1974). Prespective in Manpower Planning, an Edinburgh Group Report, IPM, London (1967). Some Statistical Techniques in Manpower Planning, Edited by A. R. Smith, CAS Occasional Papers No. 15, HMSO, London (1970)

10

Kinerja Terminal Bus Lhokseumawe Sebelum dan Sesudah Masa Darurat Militer Anwar Harahap

KINERJA TERMINAL BUS LHOKSEUMAWE SEBELUM DAN SESUDAH MASA DARURAT MILITERAnwar HarahapStaf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik USU Abstrak: Secara umum terminal merupakan salah satu komponen dari sistem transportasi, satu tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dan barang dari transportasi tersebut. Selain untuk tampat pemberhentian sarana angkutan umum juga sebagai tempat pengemudi dan kenderaanya melakukan istirahat sejenak sebelum melakukan perjalanan berikutnya. Kota Lhokseumawe merupakan kota yang sedang berkembang di segala aspek terutama di bidang pembangunan, maka hal ini sangatlah membutuhkan sarana dan prasarana merupakan transportasi yang erat hubungannya dengan terminal. Dari penelitian yang dilaksnakan di terminal bus Lhoksemawe, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada masa sebelum darurat militer (sebelum Mei 2003) pemberangfkatan bus pada waktu malam hari berjalan hingga jam 23.00 WIB pada masa darurat militer (Mei 2003 April 2004) pemberangkatan bus ditiadakan sipil karena tidak adanya penumpang yang melakukan perjalanan di malam hari, sedangkan masa darurat sipil seperti sekarang ini aktivitas perjalanan malam hari kembali berjalan. Jumlah penumpang angkutan bus rata-rata sebelum darurat militer yaitu 496 orang/hari, pada masa darurat militer yaitu 283 orang/hari. Jumlah penumpang total pertahun sebelum darurat militer (Mei 2002 April 2003) yaitu 14900 orang (49,5%). Pada masa darurat militer (Mei 2003- April 2004) yaitu 6725 oang (22,3%) sedangkan sesudah darurat militer (Mei 2004 Desember 2004) yaitu 8497 orang (28,2%). Kata kunci: Kinerja terminal darurat masa militer 1. Pendahuluan Kota Lhokseumawe merupakan salah satu kota terpenting di Propinsi Nanggroe Aceh Daurssalam yang sedang dikembang untuk menuju sebuah kota metropolitan.Dan juga kota tersebut menjadi tempat transit bus-bus yang datang dari Banda Aceh menuju kota Medan mampun bus yang datang dari Medan menuju kota Banda Aceh. 1.1 Maksud dan Tujuan Maksud yang ingin dicapai yaitu pengevaluasian kinerja terminal bus Lhokseumawe pada masa sebelum darurat militer (Mei 2002 s/d April 2003) hingga sesudah darurat militer (Mei 2004 s/d Desember 2004). Sedangkan yang menjadi tujuannya yaitu untuk mengetahui perubahan perubahan yang terjadi pada sistem kenerja terminal bus Lhokseumawe akibat berlakunya sistem darurat militer di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 1.2. Permasalahaan Untuk mengetahui bagaimana aktivitas kinerja terminal bus Lhokseumawe pada periode sebelum darurat militer (Mei 2002 s/d April 2003) hingga sesudah darurat militer (Mei 2004 s/d Desember 2004).Untuk mengetahui jumlah bus yang beroperasi di kota Lhokseumawe dan untuk mengetahui jumlah penggunaan jasa transportasi bus di kota Lhokseumawe pada periode sebelum hingga sesudah darurat militer. 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah yaitu sebelum berlakunya sistem darurat militer (Mei 2002 s/d April 2003), pada masa darurat militer (Mei 2003 s/d April 2004) dan sesudah darurat militer (Mei 2004 s/d Desember 2004), antara lain : 1. Rute perjalanan bus di kota Lhokseumawe di tinjau hanya pada rute : - Lhokseumawe Medan Medan Lhokseumawe - Lhokseumawe B.Aceh B.Aceh Lhokseumawe - Medan Takengon Takengon -Medan - Medan- B.Aceh- B.Aceh Medan 2. Jumlah angkutan yang masuk dan yang meninggalkan terminal. 3. Jam-jam operasi 4. Fasilitas / sarana penunjang di terminal 1.4 Metodologi Dalam penulisan tugas akhir ini menggunakan beberapa metode, antara lain : - Studi literature yaitu untuk mendapatkan teoriteori yang diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan penulisan tugas akhir ini. - Studi lapangan yaitu untuk mendapatkan datadata lapangan yang berhubungan dengan kebutuhan studi pelayanan. Antara lain data primer yaitu data yang bersumber langsung dari survey lapangan (sesudah darurat militer) berupa : kondisi terminal, kinerja terminal sehari-hari dan jam-jam operasi. Dan data sekunder instansi terkait seperti dari DLLAJ dan unit tata usaha terminal bus Lhokseumawe . 2. Landasan Teori 2.1 Transportasi 2.1.1 Pengertian Transportasi Transportasi yaitu usaha untuk dapat memindahkan sesuatu (barang atau penumpang) dari

11

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

suatu tempat ke tempat lainnya. Transportasi merupakan faktor penting dalam pembangunan sosial ekonomi suatu daerah. 2.1.2. Transportasi sebagai suatu sistem Sistem dapat didefenisikan sebagai suatu kumpulan dari beberapa bagian yang saling berkaitan antara lain : - Kenderaan , unsur ini merupakan suatu alat yang sangat diperlukan dalam proses transportasi yang berfungsi untuk memindahkan barang atau penumpang dari satu tempat ke tempat yang lain. - Sumber Daya Manusia, unsur ini merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menggerakkan suatu benda dari suatu tempat ke tampat yang lainnya. - Jalan , unsur ini merupakan suatu kontruksi yang dibangun sedemikian rupa yang dapat menghubungkan suatu tempat ke tempat lain. - Terminal dan perlengkapannya, unsur ini berfungsi sebagai tempat pemberhentian atau merupakan titik henti dan awal keberangkatan angkutan umum. 2.1.3 Teknologi Tranportasi Ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas gerak suatu benda (penumpang atau barang) yang mungkin harus diangkut secara cepat dan dalam jarak yang cukup jauh. 2.1.4 Tranportasi dan Masyarakat Tranportasi membuat manusia dan barang menjadi bermanfaat dengan membawanya ketempat dimana dibutuhkan pada saat dibutuhkan. 2.2 Manajeman Terminal 2.2.1 Pengertian Terminal Secara umum pengertian terminal yaitu suatu wadah aktivitas yang merupakan sarana prasarana tranportasi jalan untuk keperluan masuk/keluar, menaikkan/menurunkan penumpang, perpindahan intra atau antar moda transportasi, juga mengatur kedatangan dan pemberangkatan kenderaan umum, ini terjadi sebagai akibat adanya arus pergerakan manusia dan barang dari suatu tempat ke tampat lainya. 2.2.2 Fungsi Terminal Fungsi utama terminal untuk penyediaan sarana masuk dan keluar bagi objek-objek yang akan digerakkan, penumpang atau barang-barang menuju atau meninggalkan sistem. 2.2.3 Jasa Pelayanan Terminal Pelayanan terminal antara lain : - Menjaga keutuhan dan kebersihan terminal - Menjaga kebersihan dan keutuhan pelataran terminal serta perawatan rambu, marka dan papan informasi.

-

Merawat saluran air Merawat instalasi jaringan listrik dan lampu penerangan Merawat alat komunikasi Merawat sistem hidran dan alat pemadam kebakaran

2.2.4 Karakteristik Terminal Penumpang Terminal merupakan suatu bentuk infrastruktur dari suatu sistem transportasi yang sangat komplek. Aktivitas yang terjadi di terminal adakalanya secara paralel. 2.2.5 Fasilitas pada terminal penumpang Fungsi fasilitas pada terminal penumpang adalah sebagai sarana penunjang serta sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kwalitas serta ,minat masyarakat untuk menggunakan fungsi terminal. 3. Parkir 3.1 Definisi Parkir Yaitu tempat dimana kenderaan akan berhenti bahkan kadang-kadang dalam hal tertentu ditinggalkan. 3.2 Sarana Parkir Ada 3 karakteristik utama dari suatu sarana parkir antara lain : - Tempat yang disediakan untuk parkir - Petugas yang memarkirkan kenderaan - Konstruksi sarana parker 3.3 Pola Parkir Kenderaan Pada dasarnya pola parkir kenderaan dibedakan atas : - Pola parkir parelel Keuntungannya : Kenderaan yang diparkir tidak mengganggu kenderaan yang lain. Tidak memerlukan tempat memutar Pergerakan kenderaan lebih mudah dan cepat Tingkat kecelakaan yang ditimbulkan relative rendah Kerugiannya : Daya tampung kecil dan perlu tempat yang luas. Kenderaan yang keluar masuk harus berurutan Pola parkir menyudut Keuntungannya : Setiap kenderaan bebas keluar masuk Areal parkir yang dibutuhkan relative kecil sehingga memberikan daya tampung yang lebih besar Kerugiannya : Kenderaan-kenderaan yang di parkir mengganggu kebutuhan lain. Tingkat kecelakaan yang ditimbulkan lebih tinggi.

-

-

12

Kinerja Terminal Bus Lhokseumawe Sebelum dan Sesudah Masa Darurat Militer Anwar Harahap

4. Analisa Kinerja Terminal 4.1 Analisa Terminal bus Lhokseumawe Luas arel terminal bus Lhokseumawe 13720 m 2, sedangkan luas landasan terminalnya yaitu 10920 m2. Aktivitas terminal bus kota Lhokseumawe sebelum darurat militer (Mei 2002 s/d April 2003) beraktivitas hingga pukul 23.00 WIB, tetapi semenjak diberlakukannya sistem darurat militer (Mei 2003 s/d April 2004) aktivitas terminal hanya sampai pukul 14.00 WIB dan sesudah masa darurat militer (Mei 2004 s/d Desember 2004) aktivitas kembali hingga malam pukul 22.00 WIB. Jumlah bus antar kota antar propinsi yang melakukan perjalanan ke kota Banda Aceh, Takengon dan Medan berjumlah 150 unit, tetapi setelah diberlakukannya sistem darurat militer jumlah bus yang beroperasi hanya 129 unit, hal tersebut dikarenakan alasan keamanan yang mengakibatkan bus tersebut tidak berani lagi beroperasi.Setelah sistem darurat militer (Mei 2004 s/d sekarang) terjadi perubahan jumlah penumpang bus pada waktu pagi dan siang hari menjadi lebih sedikit diakibatkan ada persaingan dengan unit angkutan L-300, dikarenakan angkutan tersebut bersifat antar jemput sedangkan bus tidak demikian halnya. Jumlah penumpang angkutan bus rata-rata sebelum darurat militer yaitu 496 orang/hari,dan 14900 orang pertahun (49,5 %). Sedangkan masa darurat militer yaitu 225 orang/hari,dan 6725 orang per tahun (2,3%) dan masa sesudah darurat milter yaitu 283 orang/hari,dan 8.479 orang pertahun (28,2%). 4.2 Kegiatan pengawasan operasional Pengawasan kegiatan operasional terminal antara lain : - Tarif angkutan - Kelalaian jalan kenderaan yang dioperasikan - Pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan - Pemanfaatan terminal serta fasilitas panunjang sesuai dengan peruntukannya - Pemeriksaan kartu pengawasan dan jadwal perjalanan - Pengaturan arus lalu lintas, baik yang masuk maupun yang keluar. - Pemberitahauan tentang pemberangkatan dan kedatangan kepada penumpang. 5. Pengumpulan data jumlah kenderaan dan jumlah penumpang Informasi yang digunakan untuk kenderaan terminal diantaranya : Kenderaan bermotor angkutan umum yang digunakan masyarakat baik jumlah dan jenis kenderaan. Jumlah penumpang yang membutuhkan pelayanan dari kenderaan dan terminal

6.

-

Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil evalusi antara lain : 1. Terminal juga merupakan suatu tempat pusat informasi pengendali terhadap pengawasan masuk/keluar intra atau antar moda. 2. Segala aktivitas untuk proses pemberangkatan dan kedatangan angkutan melalui terminal bus Lhokseumawe sudah berjalan dengan baik (Mei 2004 s/d sekarang) 3. Besarnya gerakan arus lalu lintas di terminal bus Lhokseumawe di sebabkan karena kota Lhokseumawe merupakan kota transit terhadap bus yang melakukan perjalanan dari Medan ke kota Banda Aceh. 4. Pengoperasian angkutan bus di terminal ini pada masa sebelum darurat militer berlangsung dari pukul 08.00 WIB hingga 23.00 WIB, tetapi setelah berlakunya sistem darurat militer bus hanya beroperasi hingga pukul 14.00 WIB dikarenakan alasan keamanan di malam hari seperti pembakaran dan penembakaan bus. Sedangkan pada masa sekarang ini bus telah beropersi kembali hingga pukul 22.00 WIB. 5. Jumlah bus antar kota antar propinsi (AKAP) yang melakukan perjalanan ke kota Banda Aceh , Takengon dan Medan berjumlah 150 unit, tetapi setelah diberlakukannya system darurat militer jumlah bus hanya 129 unit. Hal tersebut dikarenakan alasan keamanan yang mengakibatkan bus tersebut tidak berani lagi beroperasi. 6. Setelah darurat militer (Mei 2004 s/d sekarang) terjadi perubahan jumlah penumpang bus pada waktu pagi dan siang hari menjadi lebih sedikit diakibatkan ada persaingan dengan unit angkutan L-300, dikarenakan angkutan tersebut bersifat antar jemput sedangkan bus tidak demikian dan hal yang lainnya seperti lama dalam perjalanan. 7. Jumlah penumpang angkutan bus rata-rata sebelum darurat militer 496 orang/hari, pada masa darurat militer yaitu 225 orang/hari, sedangkan sesudah darurat militer jumlah penumpang bertambah lagi menjadi 238 orang/hari. 8. Jumlah penumpang total pertahun sebelum darurat militer (Mei 2002 April 2003) yaitu 14900 orang (49,5%), pada masa darurat militer (Mei 2003 April 2004) yaitu 6.725 orang (22,3%) sedangkan sesudah darurat militer (Mei 2004 Desember 2004) yaitu 8.497 orang (28,2%)

13

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

7.

Saran 1. Para penumpang yang menggunakan jasa angkutan sebaiknya naik dan turun di terminal, agar terhindar dari kemacetan lalu lintas di jalur yang lain. 2. Angkutan yang akan berangkat dan datang harus masuk ke terminal untuk melanjutkan rute perjalanannya, dan tidak dibenarkan untuk berhenti di pinggir jalan mengambil penumpang untuk terus melanjutkan perjalanan. 3. Sebaiknya ada mobil pengantar di terminal bagi penumpang, agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan mobil L-300 yang bersifat antar jemput.

Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik, 2003, Aceh Utara Dalam Angka. Morlok,E.K, 1991, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga Jakarta Profil Kota Lhokseumawe, 2004. Dinas Perhubungan Kota Lhokseumawe. Kamaluddin, R. 2003. Ekonomi Transportasi, Ghalia Indonesia. Salim, A. H, 1995.Manajeman Transportasi, PT. Grafindo Persada, Jakarta. Suwarjoko, W. 1995. Rekayasa Lalu Lintas, Bharata Karya Aksara.

14

Aplikasi Sistem Komputer Pendukung Integrasi Proses Hj. Muthi Bintang, Abdurrozaq Hasibuan

APLIKASI SISTEM KOMPUTER PENDUKUNG INTEGRASI PROSES DALAM METODOLOGI REKAYASA SIMULTAN (CONCURRENT ENGINEERING)Muthi Bintang, Abdurrozzaq HasibuanJurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Islam Sumatera Utara

Abstrak: Kesulitan dalam proses integrasi antara produk dan desain proses dalam perusahaan diakibatkan oleh sejarah desain produk yang dilakukan secara berurutan (serially). Konsep produk desain produk dan pemasaran produk dilakukan secara tersendiri dan dibuat pemisahan organisasi-organisasi dengan sedikit integrasi. Memperbaiki situasi ini dibutuhkan adopsi konsep rekayasa simultan (concurrent engineering) yang merupakan suatu proses pendekatan desain produk dan pabrikasi dalam hubungan yang erat. Sistem Komputer Pendukung Integrasi Proses merupakan suatu perangkat dalam kegiatan operasional yang akan memberikan jalan menuju efektifitas mata rantai metodologi rekayasa simultan. Hasil akhir dari aplikasi Sistem Komputer Pendukung Integrasi Proses adalah diperolehnya kemudahan proses integrasi dalam metodologi rekayasa simultan yang pada akhirnya mengurangi waktu penyelesaian desain dan proses dan proses penghematan terhadap biaya operasional. Kata Kunci : Desain Produk, Integrasi Proses, Rekayasa Simultan Abstract: Difficulty in course of integration between product and process design in company resulted from by history of design conducted product serially. Product concept of product design and product marketing conducted separately and made to organizational dissociation with meagrely integration. Repairing this situation is required by concept adoption of engineering concurrent concept wich representing process of product design approach and manufacturing in hand in glove relation. System Computer Supporter of Integration Process represent peripheral in operational activity to give way to methodologies link of engineering concurrent effectivitas. End result of Computer system application Supporter of Integration Process is obtaining of amenity of integrate process in methodologies of concurrent engineering which is on finally is lessen time of design and process solving and thrift process to operating cost Keywords : Product Design, Integration Process, Concurrent Engineering PENDAHULUAN Proses pengembangan produk merupakan sebuah mata rantai penting bagi perusahaan untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini tentu akan memberikan implikasi bagi pihak manajemen untuk senantiasa melakukan langkah-langkah strategi bagi peningkatan kualitas dan pengembangan produk. Dipihak lain upayaupaya dalam melakukan proses pengembangan produk terbentuk oleh hambatan cultural dalam implementasi penyelesaian sebuah produk. Hambatan ini disebabkan oleh sejarah desain produk yang ada sekarang dilakukan secara berurutan (serially). Dalam kondisi semacam ini memberikan dampak terhadap pemanfataan teknologi menjadi bersifat sepihak, karena minimnya integrasi antar elemen di dalamnya. Konsep produk desain produk dan bagian pemasaran produk serta bagian lainnya dibuat berada dalam satu tatanan tersendiri dan bibuat pemisahan organisasi dengan sedikit integrasi. Hal ini menyebabkan proses pengembangan produk dan rekayasa rancang bangun di Indonesia secara umum menjadi sedikit mengalami stragnasi dalam pengembangan produk. A. Disamping minimnya faktor daya inovatif masyarakat namun pemisahan organisasi-organisasi dalam suatu struktur perusahaan dengan sedikit integrasi ini juga memberikan andil dan perlu dicermati agar proses pengembangan produk dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini perlu suatu wacana dalam upaya mengembangankan suatu konsep integrasi dalam proses pengembangan produk. Dengan demikian, maka aplikasi dari sebuah konsep tentang proses integrasi (rekayasa simulasi) pada seluruh elemen sistem dalam perusahaan bisa diketahui. Untuk menjelaskan penelitian inngecoran logam. PERUMUSAN MASALAH Pokok permasalahan dalam concurrent engineering ini adalah bagaimana aplikasi metodologi rekayasa simultan dalam proses pengembangan produk. Penerapan komputer dilakukan untuk membantu memudahkan dalam proses integrasi perencanaan proses pada sebuah proses manufaktur. B.

15

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk memberikan gambaran secara riil tentang konsep metodologi rekayasa simultan dan implikasinya bagi pengembangan produk 2. Untuk mengetahui tingkat pengurangan waktu dan biaya dengan diterapkannya metodologi rekayasa simultan D. 1. LANDASAN TEORI

c.

d.

Konsep Produk Faktor terpenting dalam memahami konsep sebuah produk adalah bahwa produk tidak hanya berdasarkan karakteristik fisik (Cross, 1995). Suatu produk mempunyai arti yang kompleks dan dapat dimengerti dengan memberikan suatu arahan kepada konsep produk. Konsep produk memiliki beberapa komponen penting yang menyusun produk yaitu komponen inti, komponen pembungkus dan komponen pendukung. Komponen inti berhubungan dengan produk itu sendiri yaitu produk fisik yang akan berhubungan dengan karakteristik khusus dari suatu produk yang akan dibuat atau dipasarkan (Ulcrich, 1995). Beberapa ahli pemasaran memandang karakteristik fisik tidak begitu penting karena yang terpenting adalah bagaimana produk tersebut dapat laku di pasaran (Roozen Burg, 1991). Perbedaannya dapat dipahami dengan berdasarkan kemampuan perusahaan untuk merefleksikan beberapa macam kualitas data produk atau hasil produk itu sendiri. Komponen pengepakan terdiri dari beberapa faktor seperti kualitas, harga dan pengepakan itu sendiri. Nama atau merek merupakan suatu image dari produk ketika konsumen mendengar sebuah nama produk. Sebagai tambahan komponen pendukung dapat juga digunakan sebagai refleksi perbedaan dalam produk. Garansi seumur hidup atau pengiriman tepat waktu, perbaikan kualitas adalah beberapa pelayanan pendukung yang berguna merefleksikan hasil produk. Komponen-komponen ini membentuk konsepsi produk dan hal ini penting untuk dipahami oleh para perusahaan untuk memperkirakan pengembangan produk. Signifikasi Pengembangan Produk Keandalan produk sangat diperlukan dalam perkembangan sebuah produk. Proses pengembangan produk disebabkan oleh beberapa hal : a. Tingginya persaingan : Tidak setiap perusahaan dapat menjadi yang pertama untuk mengenalkan produk. Perusahaan lain akan bereaksi sebagai investor dalam perebutan pangsa pasar, sehingga seringkali melakukan ekspansi ke lintasan produksi untuk melindungi perusahaan. b. Perkembangan perusahaan : Perkembangan menunjukkan kesuksesan dan image yang baik kepada para penanam modal dan komunitas finansial. Beberapa perusahaan menempatkan

perkembangan sebagai tujuan utama organisasi karena dapat meningkatkan keuntungan Jawaban atas perubahan lingkungan : Ketika pilihan konsumen berubah akibat isu ekolabeling, perusahaan harus mencari alternatif produk yang akrab lingkungan Kreativitas manajemen : Inovasi atau kreativitas manajemen menjadi kata kunci dalam pengembangan produk. Sebab disinilah seluruh elemen dasar kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki dapat ditunjukkan.

3.

Rekayasa Simultan (Concurrent Engineering) Metodologi rekayasa serentak (Concurrent Engineering) sering disebut juga sebagai rekayasa simultan (Simultaneous Engineering) merupakan suatu pendekatan desain dimana desain produk dan proses produk bergabung dalam suatu hubungan yang erat. Konsep rekayasa simultan memiliki aplikasi yang sangat luas pada penerapannya daripada sekedar proses pabrikasi pada awal proses perancangan produk. Hal ini dapat dilihat dalam tampilan model dalam gambar 1 dimana masingmasing pelaku mempunyai tanggungjawab secara serasi. Analis

Penjualan &

Desain

Rancanga PabrikasGambar 1. Konsep Metodologi

n SistemRekayasa

2.

Konsep metodologi rekayasa simultan memberikan keuntungan dalam penghematan biaya produksi dan waktu pengerjaan serta proses pengenalan produk di pasaran. Pada saat produk akan didesain untuk kemudahan pabrikasi, maka metodologi rekayasa simultan akan menghilangkan resiko deviasi dari maksud desian dan penyebab kecacatan kualitas. Dengan konsepsi terintegrasi ini, maka seluruh elemen akan ikut berpartisipadi memberikan masukan tentang produk atau desain yang akan dibuat. Disini perlu dicatat bahwa secara umum kualitas produk akan menjadi pasar batu. Minimnya kesalahan produksi, penghematan waktu proses dan kualitas produk yang sesuai dengan

16

Aplikasi Sistem Komputer Pendukung Integrasi Proses Hj. Muthi Bintang, Abdurrozaq Hasibuan

kebutuhan konsumen, merupakan segmen penting dalam perebutan pangsa pasar. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Seperti yang telah diuraikan dalam tujuan penelitian ini, maka dalam kerangka analisa dan pembahasan ini, dibahas tentang proses aplikasi konsep metodologi rekayasa simultan dengan memanfaatkan bantuan komputer. Ruang Lingkup Sistem Dalam ruang lingkup sistem ini yang terpenting untuk dapahami adalah bahwa sistem komputer pendukung integrasi proses merupakan suatu set perangkat menu yang didasarkan pada sistem secara keseluruhan. Manfaat yang dapat diperoleh dengan pemanfaatan sistem komputer pendukung integrasi proses adalah fleksibilitas dalam pemakaian perangkat. Penggunaan prosedur berdasarkan pada sebuah sistem dasar integrasi. Gambar 2 menggambarkan ruang lingkup skematis sistem. Gambar 2 menjelaskan hubungan kausalitas elemenelemen penyusun sistem pendukung integrasi proses. Tanda positif menunjukkan bahwa semakin ke arah panah, maka semakin baik pula hasil yang akan dicapai. Misalnya gambar dipengaruhi oleh hasil kerja bagian sales dan penjualan. Semakin baik hasil kerja dari bagian sales (tanda negatif), maka gambar yang dihasilkan juga akan memberikan hasil maksimal.+

b.

E.

c.

d.

e.

Penjualan+

Gambar +

Analisa

Komputer

+

LantaiGambar 2. Diagram Kausal Skema Sistem

Estimasi Waktu dan Biaya Pada bagian ini digunakan untuk membuat estimasi terhadap waktu yang dibutuhkan dan besarnya biaya yang digunakan pada masingmasing bagian (moulding, pembuatan inti dan bagian akhir) dari proses pengecoran yang didasarkan pada satuan jumlah tenaga kerja dikalikan waktu kerja tiap ton pengecoran. Hal ini merupakan nilai rata-rata yang didasarkan atas tonase pengecoran yang dihasilkan di suatu devisi dalam periode waktu tertentu Informasi Teknis dan Komponen Informasi-informasi dari berbagai komponen dijadikan satu dalam manejemen data base. Di dalamnya mencakup tentang perubahan data dan rekaman data base serta melakukan cetak data ringkasan sesuai dengan format yang diperlukan Estimasi Biaya Proses digunakan untuk memperkirakan dan menghitung keseluruhan total biaya produksi. Hal ini tentu akan memberikan kemudahan karena output dari hasil komputer akan memberikan keluaran sesuai yang diharapkan. Misalnya untuk membuat suatu produk A, berdasarkan data base yang ada secara otomatis akan menghitung biaya yang diperlukan untuk memproduksi dan perkiraan harga jual produk Analisis Proses Produksi Nilai ekonomis dan waktu efektif yang digunakan oleh seorang perencana dapat dinaikan dengan menggunakan sistem umpat balik otomatis. Dalam hal ini kemampuan seseorang dapat digambarkan hanya dengan mengetahui beberapa bagian yang berbeda antara perencanaan dan estimasi. Untuk memberikan gambaran secara lebih setail terhadap konsep komunikasi sistem ini maka akan digunakan contoh porseniling yaitu suatu alat penyeimbang pada bagian transmisi kendaraan bermotor yang berguna untuk menentukan arah dan kecepatan mesin serta gerak motor. Benda yang akan dibuat, terlebih dahulu harus dimengerti secara baik, mengenai jumlah, berat dan diameter benda yang akan dibuat. Data ini dihasilkan oleh komputer berdasarkan data base yang sudah diberikan oleh masing-masing elemen dalam proses rekayasa simultan. Table 1 memperlihatkan estimasi pengerjaan pengecoran porseniling. Estimasi Waktu, Berat dan Biaya Pengerjaan Waktu Biaya Proses (menit) (Rp) Teraan 5.25 42.000 Pembuatan 9.200 1.15 Inti Pengemasan 2.90 23.200

Tabel 1.

a.

Aturan sistem tersebut secara ringkas dapat diatur dibawah ini : Estimasi Berat Pada tahap ini program digunakan untuk memperkirakan volume dan berat bahan cor, pembuatan inti dan bahan moulding. Moulding adalah proses pengecoran logam dengan menggunakan injeksi tekanan tinggi serta untuk menentukan perbandingan logam pasir

17

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

Tabel 2. Perbandingan Persen Variasi Pengerjaan Proses Pengerjaan 1 2 3 4 5 6 7 Penuangan 2.0 4.7 6.0 6.3 6.6 3.7 9.1 Variansi ( % ) Pembuatan Inti 2.7 3.3 5.2 3.2 9.7 3.9 11.3 Pengemasan 2.4 6.0 6.2 6.3 7.8 4.0 10.4

Setelah meramalkan waktu produksi dan biaya material selanjutnya adalah menentukan cara pengerjaannya. Komputer kemudian mencoba kembali semua informasi yang ada hubungannya tentang pemilihan teknik perlakuan dari data base sebagai acuan sistem. Hasil dari taksiran yang ada kemudian dibuat perimbangan antra peramalan dengan penilaian nyata. Untuk melakukan perbandingan antara hasil nyata dengan peramalan digunakan uji variasi produk. Peramalan berat dan waktu dibandingkan dengan pencapaian nyata. Variasi rata-rata antara kenyataan dengan peramalan berat perlakuan digambarkan pada tabel 2. Hasil perencanaan proses yang telah dibandingkan dengan proses sebelum menggunakan teknik rekayasa simultan memberikan penghematan waktu produksi sebasar 14 persen. Perhitungan penghematan waktu produksi dihitung dari saat proses awal perencanaan hingga melakukan proses pengemasan yang kesemuanya dilakukan secara terintegrasi. F. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal penting : 1. Metode rekayasa simultan dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas sistem perusahaan dalam proses pengembangan suatu produk 2. Dalam pembuatan data, metode dan waktu standart disimpan dalam suatu file sehingga dapat dengan cepat digunakan yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan dalam proses pemanfaatan waktu 3. Dari analisis diperoleh bahwa dengan menerapkan metodologi rekayasa simultan memberikan penghematan waktu proses pengerjaan (dari awal perencanaan hingga akhir proses) sebesar 14% Dengan pengurangan waktu proses, maka secara signifikan akan memberikan pengurangan terhadap biaya operasional perusahaan 4. Dengan menggunakan komputer, akses dapat dengan mudah dilakukan, mencoba mengulang kembali perkiraan data dan pekerjaan secara cepat dan hemat. Pengguna hanya membutuhkan identifikasi perencanaan yang nyata.

G. DAFTAR PUSTAKA Ajmal, Abdullah,The Development of A Computer Aided Process Planning and Estimating System for Use in A Jobbing Foundly, World Productivity Forum & International Industrial Engineering Conference Proceeding 1987. George E. Dieter, Engineering Design, A Materials and Processing Approach, MC-Graw Hill Inc, New York, 1991. Karl T. Ulrich, Steven D, Eppinger, Product Design and Development, MC-Graw Hill Inc, New York, 1991. Mc-Cord Kent R, and Steven D. Epping, Managing the Integration Problem in Concurrent Engineering, MIT Sloan School of Management Cambridge, 1993. Roozenburg, N.F.M, Product Design, Fundamentals and Methods, John Willey & Sons, 1991.

18

Pengaruh Aditif CaO dan Suhu Sintering ... Ratna Askiah Simatupang

PENGARUH ADITIF CaO DAN SUHU SINTERING TERHADAP MIKROSTRUKTUR KERAMIK PSZRatna Askiah Simatupang

Staff Pengajar Jurusan Fisika FMIPA USU Abstrak: Telah dilakukan pembuatan keramik Partially Stabilized Zirconia (PSZ) dengan komposisi aditif sebesar 8,64% CaO. Proses preparasi sampel dilakukan melalui metode kopresipitasi dengan cara pencampuran serbuk CaCl2 dengan serbuk ZrOCl2..8H2O dalam air dan di tambahkan ammonia hingga membentuk endapan.Suhu sintering divariasikan dari 1100oC hingga 15000C dengan interval kenaikan suhu sebesar 100oC dan masing-masing ditahan selama 3 jam, dengan suhu sintering optimum 15000C. Berdasarkan pengamatan mikrostruktur dengan SEM dan identifikasi fasa dengan XRD menunjukkan pengaruh aditif CaO dan suhu sintering terhadap mikrostruktur keramik PSZ. Kata kunci: ceramic XRD,SEM, Partially Stabilized Zirconia, sintering. I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan teknologi, saat ini material keramik tidak hanya dikenal sebagai produk keperluan rumah tangga atau barang seni, atau sering disebut sebagai keramik konvensional. Material keramik telah jauh lebih maju, salah satu contoh untuk pemakaian di bidang rumah tangga, teknik maupun medis dan disebut sebagai keramik teknik atau keramik maju. Zirkonia (ZrO2) merupakan salah satu jenis dari keramik teknik yang aplikasinya sangat luas tergantung dari bentuk struktur kristalnya. ZrO2 tergolong material bersifat polimorfi yang memilki tiga macam struktur kristal yaitu: monoklinik, tetragonal dan kubus. Monoklinik ZrO2 (m - ZrO2) dan tetragonal ZrO2 (t - ZrO2) tergolong tidak stabil pada suhu 1000 1100 0C, karena pada kisaran suhu tersebut terjadi transformasi fasa dari monoklinik ke tetragonal (reversible) sehingga dapat menimbulkan perubahan volume 3 5 %. Dampaknya akan terjadi keretakan mikro (micro crack), bila retak tersebut menjalar maka dapat menimbulkan kerusakan (failure) pada material. Kubus ZrO2 (c - ZrO2) tergolong fasa yang paling stabil terhadap perubahan suhu. ZrO2 murni umumnya memiliki struktur kristal monoklinik, untuk merubah ke fasa yang stabil cZrO2 diperlukan pemanasan sampai suhu tinggi di atas suhu leburnya yaitu sekitar 26800C. Selain itu melalui penambahan aditif oksida-oksida bivalen atau trivalent, misalnya: CaO, MgO, Y2O3, Sc2O3 dapat diperoleh fasa stabil c - ZrO2 pada suhu relatif lebih rendah di bawah titik leburnya . Adanya fasa c - ZrO2 dalam keramik ZrO2 dapat dihindarinya penjalaran retak mikro akibat transformasi fasa monoklinik. Proses penambahan aditif pada pembuatan keramik ZrO2 sehingga dalam struktur kristalnya terbentuk sebagian fasa stabil c - ZrO2 disebut sebagai proses penstabilan sebagian ZrO2. Dimana produk keramik ZrO2 yang mengalami proses penstabilan sebagian disebut Partially Stabilized Zirconia atau PSZ. Produk keramik PSZ banyak digunakan sebagai komponen alat pemotong (cutting tools), refractory suhu tingi, nozzle pengapian, dan beberapa komponen mekanik (bearing, seal pump). Bahan baku zirkonia cukup banyak didapat di alam Indonesia dalam bentuk pasir zircon, yang selama ini masih diekspor dalam bentuk pasir. Sedangkan bahan aditif CaO cukup banyak tersedia juga. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menguasai pembuatan keramik PSZ, khususnya dengan mengunakan bahan aditif CaO. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui pengaruh aditif dan suhu sintering dalam pembuatkan keramik PSZ terhadap mikrostruktur Sintering adalah merupakan salah satu tahapan proses pembuatan keramik yaitu suatu proses pembakaran produk yang telah mengalami proses pencetakan agar diperoleh suatu produk yang lebih padat dan kuat. Tingginya suhu pembakaran atau sintering tergantung jenis materialnya dan umumnya sekitar 70 80 % dari titik leburnya. Adapun pelaksanaan penelitian ini meliputi antara lain: teknologi preparasi bahan baku, proses pencetakan dan proses sintering dari keramik PSZ. Karakteristik yang diamati meliputi: analisa mikrostruktur dengan Scanning Electron Microscope (SEM) dan analisa fasa dengan X-Ray Difractometer (XRD) II. TUJUAN PENELITIAN 1. Membuat keramik PSZ dengan aditif CaO 2. Mengetahui pengaruh aditif CaO dan suhu sintering terhadap mikrostruktur keramik PSZ. III. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini di harapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi pembuatan keramik yang dipergunakan diberbagai bidang. IV. METODOLOGI Pembuatan keramik system ZrO2 CaO dilakukan melalui sistem pencampuran padatan (solid-solid mixing). Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

19

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

a. b. c. d.

Sumber ZrO2 diperoleh dari bahan ZrOCl2.8H2O Sumber CaO diperoleh dari CaCl2.2H2O NH4OH Aquadest Pemilihan komposisi penambahan aditif CaO diperoleh dari diagram fasa Ca-PSZ, dimana hanya diambil satu titik eutektik dalam persen mole sebagai berikut: 8,64 % mole CaO di dalam ZrO2. Proses pembuatan sampel dilakukan dengan metoda kopresipitasi yang dilakukan dengan cara pencampuran bahan serbuk CaO dengan serbuk ZrO2,. Bahan baku tersebut dilarutkan di dalam air dan ditambahkan ammonia (bersifat basa) sehingga terdapat endapan. Endapan ini kemudian dikeringkan Pembuatan Sampel A. Tahapan preparasi serbuk keramik PSZ: p p p

dengan pemanas listrik (drying oven) pada suhu 100oC selama 24 jam dan dikalsinasi 8000C kemudian digerus hingga ukuran butir sekitar 40 m (dengan ayakan khusus). Pencetakan benda uji dilakukan dengan alat cetak (dry pressing) dengan tekanan sebesar 5 ton. Proses sintering dilakukan pada tungku listrik Thermolyne 1600oC, dengan laju kenaikan suhu (heating rate) diatur sebesar 10oC/menit dan pada suhu sinternya ditahan selama 3 jam.Sampel yang telah disinterring selanjutnya dikarakterisasi yaitu meliputi pola difraksi dan struktur mikro. Diagram alir preparasi serbuk, dan proses sintering keramik PSZ diperlihatkan pada diagram alir gambar 1 dan 2.

ZrOCl2.8H2O

CaCl2

H2 O

PENCAMPURAN Dengan Magnetic Stirrer Larutan Ammonia PENGENDAPAN PENYARINGAN dan PENCUCIAN

SERBUK KERAMIK

KALSINASI

PENGERINGAN 1100C

Gambar 1 . Diagram alir preparasi serbuk keramik PSZ

B. Tahapan proses sinteringPENGHALUSAN dan PENGAYAKAN (400 mesh) PENCETAKAN dengan CETAK TEKAN

Serbuk

KARAKTERISASI

SINTERING

Gambar 2. Proses sintering keramik PSZ

20

Pengaruh Aditif CaO dan Suhu Sintering ... Ratna Askiah Simatupang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi ukuran partikel dari hasil proses preparasi serbuk keramik PSZ dengan metoda kopresipitas, masing-masing untuk aditif 8,64 % mole CaO yang dikalsinasi suhu 800oC diperlihatkan pada gambar 3. Analisa ukuran partikel ini diamati dengan menggunakan Coulter Counter. Hasil pengukuran menunjukkan distribusi ukuran partikelnya agak melebar hingga rentang ukuran partikelnya lebih

besar 20 m. Diameter partikel Ca PSZ rata-rata sekitar 4,12 m. Dari hasil XRD untuk bahan keramik tanpa menggunakan aditif hanya terbentuk fasa monoklinik seperti pada gambar 4. Analisa pola difraksi sinar X dari serbuk keramik PSZ yang telah dikalsinasi 800oC diperlihatkan pada gambar 5. Pola difraksi sinar X dari keramik Ca PSZ diperlihatkan pada gambar 6.

ZrO2 CaO 8, 64 % mole

Number, % Ukuran Partikel, m Gambar 3. Kurva distribusi ukuran partikel Ca PSZ, dikalsinasi 800oC

Monoklinik ZrO2

Peak Intensitas

(111)

(444) (862)

(200)

(130)

(212)

(211)

(202)

20

30

40

50

60

(131)

(132)

70

Sudut, 2 Gambar 4. Pola difraksi sinar X dari keramik ZrO2 tanpa menggunakan aditif.

Peak Intensitas

Sudut, 2 Gambar 5. Pola difraksi sinar X dari keramik Ca PSZ yang dikalsinasi 800oC.

21

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

keramik Ca PSZc

c m t c t c t m c t

1100oC

c

1200oCc c m t c t

Intensitas (arbitary unit)

c

c m t c t t m c c t

1300oC

c c c t t m c t c

1400oC

m

t

c m t c t 20 30 40 50 t m 60 c c t 70

1500oC

c 80 90

Sudut 2 Gambar 6. Pola difraksi sinar X dari keramik Ca PSZ yang disinter pada suhu: 1100, 1200, 1300, 1400 dan 1500oC.Dari gambar 6 terlihat bahwa pola yang dihasilkan mempunyai bentuk yang sama walaupun suhu sintering yang diberikan berbeda, yaitu: 1100, 1200, 1300, 1400 dan 1500oC. Perbedaan yang terlihat hanya pada besarnya intensitas relatif yang dihasilkan. Pola difraksi sinar X yang dihasilkan dari keramik Ca - PSZ menunjukkan bahwa fasa ZrO2 yang dominan adalah tetragonal dan kubik, sedangkan fasa minor adalah monoklinik. Struktur mikro keramik ZrO2 tanpa aditif yang disintering pada suhu 14000 C, ditunjukkan pada gambar 7. Terlihat bahwa terjadi retakan sepanjang butir (grain ) ZrO2 dengan struktur monoklinik. Struktur mikro keramik yang disinterring pada suhu 11000C, 12000C, 13000C 14000C ditunjukkan pada gambar 8. Dari gambar 8 menunjukkan bahwa pada suhu sintering yang lebih rendah relatif lebih banyak pori dibanding suhu yang lebih tinggi. Pori-pori ditunjukkan sebagai warna gelap/hitam dan butiran dengan warna terang atau putih, sebagai contoh perbedaan yang kontras untuk suhu 1100oC dengan 1400oC. Pengurangan jumlah pori diikuti penggabungan butiran yang satu dengan lainnya mulai terlihat dengan adanya kenaikan suhu, artinya kristal growing atau pertumbuhan kristal telah terjadi.

22

Pengaruh Aditif CaO dan Suhu Sintering ... Ratna Askiah Simatupang

10 mGambar 7. Foto SEM keramik ZrO2 tanpa aditif dan disinter pada suhu 1400oC

10m

Ca PSZ, 1200 C

o

Ca PSZ, 1100oC

10m

10m

Ca PSZ, 1400 oC

Ca PSZ, 1300oC

Gambar 8. Foto SEM dari keramik Ca PSZ yang disintering 1100oC, 1200oC, 1300oC, dan 1400 oC.

23

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

VI. KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ukuran partikel rata - rata dari serbuk keramik Ca PSZ yang terbentuk pada suhu 800oC adalah 4,12 m. 2. Pembuatan keramik Ca-PSZ pada suhu sintering 15000C merupakan kondisi terbaik dengan fasa dominan tetragonal dan kubik sedangkan fasa minor adalah monoklinik. 3. Bentuk butira