Resensi Novel
description
Transcript of Resensi Novel
A. Identitas Buku
a. Judul Buku : Tanjung Cinta
b. Jenis Buku : Novel
c. Pengarang : Heriyati
d. Penerbit : Republika
e. Percetakan : PT Gramedia, Jakarta
f. Editor : Nurul Hikmah
g. Desain Cover : eja-creative 14
h. Tahun Terbit : Juni 2010
i. Tebal : ii + 338 Halaman
j. Panjang dan Lebar : 20,5 cm x 13,5 cm
B. Sinopsis
Manggale adalah seorang pemimpin di sebuah perusahaan milik ayahnya yang bernama Bekarlah. Dia merupakan pemimpin yang cerdas yang disegani oleh karyawan-karyawannya. Selain cerdas Manggale juga taat beribadah kepada Allah SWT.
Ketika dia masih menjadi mahasiswa di universitas Carihi (sekolah penemu), Manggale terpesona pada gadis bernama Sinjarani. Sinjarani adalah seorang gadis dari Tanjung Gunung yang memiliki paras cantik nan anggun. Selain cantik, Sinjarani juga gadis yang terkenal cerdas dan misterius bagi Manggale.
Namun pada saat Manggale menyatakan perasaanya kepada Sinjarani, dia ditolak oleh gadis tersebut dan sejak saat itu Sinjarani menghilang dari kehidupan Manggale. Manggale selalu mencari keberadaan pujaan hatinya itu dan tidak pernah berhasil.
Saat kenyataan terungkap bahwa Manggale bukan anak kandung dari kedua orang tuanya, melainkan Manggale dibawa oleh Mayor Cecingal yang mengaku sebagai ayahnya. Dunia terasa runtuh. Orang yang dia ingin bunuh karena telah menyabotase perusahaannya adalah ayahnya sendiri.
Dan datanglah Toham dalam hidup Manggale. Manggale dan Toham bagaikan pinang dibelah dua. Kemiripan diantara mereka sangat jelas. dan terbukalah titik terang dari masalah yang dihadapi oleh Manggale. Ternyata Manggale adalah adik Toham yang dulunya diculik oleh Mayor Cecingal saat dia masih bayi.
Mayor cecingal berencana untuk menyerang Tanjung Gunung dan menghabisi seluruh masyarakat yang ada di sana saat Badai Matahari datang. Namun rencana tersebut gagal karena tangan kanan Mayor Cecingal yang sudah tidak tahan dengan kejahatannya menyuntikkan racun ke dalam tubuhnya saat dia akan melakukan operasi pelastik dan Mayor Cecingal terbunuh.
Saat harapan dan penantian Manggale untuk bertemu Sinjarani terkabul. Kenyataan pahit harus dihadapi oleh Manggale lagi. Ternyata Sinjarani sudah menikah dengan Toham (kakaknya sendiri) dan memiliki anak bernama Hatub. Dan Manggale berusaha menerima kenyataan itu, karena dia yakin Sinjarani akan bahagia jika bersama Toham.
C. Unsur Instrinsik
1.Tema
Menurut pendapat Saad (1967:185), tema adalah persoalan pokok yang
menjadi pikiran pengarang, di dalamnya terbayang pandangan hidup dan cita-
cita.
Menurut pendapat Aminuddin (2010:91), tema merupakan persoalan utama yang
diungkapkan oleh pembuat cerita didalam sebuah karya tulis, novel, cerpen, puisi. Tema
biasa didapat dari suatu keadaan atau motif tertentu yang terdiri dari suatu obyek
peristiwa kejadian atau lainnya. Tema cerita bermacam-macam, diantaranya
kepahlawanan, perjuangan, percintaan, kehidupan sosial,dan sebagainya.
Tema cerita dari novel “Tanjung Cinta” adalah tentang ilmu pengetahuan dan
percintaan dengan nuansa religi. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan berikut ini
Kutipan 1
“Waw menakjubkan sekali. Lalu, bagaimana selanjutnya?” Tanya Telama tak
sabar.
“Kita hubungkan ke satelit untuk mencari warna cahaya yang sama dengan
cahaya ini,” kata Manggale sambil membaca basmalah lagi. (halaman 39).
Kutipan 2
“Sinjarani, mengapa tak kau buat aku tahu siapa dirimu? Mengapa begitu
sulit menemukanmu? Ya, Allah, tolonglah hamba-Mu ini.”(halaman 43).
2.Latar
Latar adalah peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun
peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis.
Latar dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
Latar Tempat
Merupakan suatu unsur intrinsik dalam sebuah cerita yang menunjukkan suatu
tempat dalam rentangan kejadian dalam cerita. Latar tempat yang terdapat dalam
novel Tanjung Cinta adalah:
-Perusahaan Bekarlah, tepatnya di kantor Manggale. Berikut kutipannya:
“Silakan,”suara Manggale terdengar kecil, terapi jelas.Telama memasuki kantor Manggale yang cukup luas tersebut. Kantor itu merangkap laboratorium. (halaman 7).
-Apartemen. Berikut kutipannya:
Aku merasa telah ditunggu-tunggu sedemikian lamanya. Aku merasa tidak asing berada di antara mereka,” kata Manggale sambil melihat-lihat keadaan apartemen yang asri itu.Toham menyambut kedatangan mereka. “Selamat dating di apartemen kami. Silakan duduk.
-Kampus Carihi. Berikut kutipannya:
“Tepat. Tumben kali ini agak ilmiah.”Keduanya tergelak lagi kerimbunan kampus Carihi membuat mereka betah berada di sana. Bersenada gurau, tapi tidak keluar dari ranah keilmiahan. (halaman 71).
-Sungai di Tanjung Gunung. Berikut kutipannya:
Kelincahan Sinjarani dalam menaklukkan arus sungai sudah tak dapat disangkal lagi. Tubuh Sinjarani bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Dia berenang dengan berbagai gaya. (halaman 105).
Latar WaktuMerupakan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita atau dongeng. Latar
waktu yang dipaparkan penulis dalam novel Tanjung Cinta adalah pada pagi dini
hari, siang, sore, dan malam hari.
-Pagi dini hari. Berikut kutipannya:
Manggale mengambil wudhu, lalu tidur. Setengah jam sebelum subuh,
dia terbangun. Lalu, berwudhu dan mendirikan shalat tahajud dua
rakaat dan witir satu rakaat. (halaman 24).
-Siang hari. Berikut kutipannya:
“Sewot, ya? Ya, sudahlah. Aku mau ke perpustakaan dulu. Mau ikut?”
ajak Sinjarani.
“Aku harus membayar latihan fisik kemarin. Nanti, ketemu di kantin
sekitar pukul 2 siang aja,” kata waniah. (halaman 51).
-Sore hari. Berikut kutipannya:
Sinjarani terbangu mendengar azan ashar. Suara itu begitu merdu.
“Suara kak Toham,” katanya pelan. “Merdu juga.” Sinjarani tersenyum
pada dirinya sendiri. (halaman 110).
-Malam hari. Berikut kutipannya:
Malam menjelang. Suara jangkrik mulai bersautan. Tanjung Gunung
teras begitu damai. Angin berembus sepoi-sepoi. Sinjarani menemui
Wania’ah di rumahnya yang berjarak hanya sekitar empat rumah dari
rumah Sinjarani. (halaman 117).
Latar SuasanaMerupakan suasana sekeliling saat terjadinya peristiwa yang menjadi
pengiring atau latar belakang kejadian penting. Suasana di dalam novel Tanjung
Cinta ini lebih di dominasi dengan haru. Suasana-suasana lain yang tampak pada novel
tersebut adalah senang, sedih, bahagia, dan menegangkan.
-Senang. Suasana senang tampak ketika Manggale sudah berbicara langsung dengan
Sinjarani. Berikut kutipannya:
“Jangan sewot, dong, Sobat. Aku tadi berbincang dengan Sinjarani."
“Sinjarani? Wow, bagaimana caranya?”
Telama tahu bahwa sobatnya tersebut telah menaruh hati kepada si
cantik, Sinjarani. Bertahun-tahun tak pernah ada nama gadis yang
pernah terucap dengan penuh kasih dari bibir sobatnya itu, selain nama
Sinjarani. Kini, impian itu menjadi agak terang. Dia ikut merasa
senang. (halaman 55).
-Sedih. Suasana sedih tampak ketika lamaran Manggale ditolak oleh Sinjarani.
Berikut kutipannya:
“Maafkan aku, Manggale. Aku tak bisa menerimamu. Maafkan aku.
Bumi dan langit seperti menyatu dan Manggale merasa dirinya berada
di antaranya. Tergencet. Dadanya tersa sesak. Jari-jarinya menjadi
kaku. Air matanya mengalir. Manggale terisak.”Allah, tolonglah
hamba-Mu ini,”bisiknya. (halaman 193).
-Menegangkan. Suasana menegangkan tampak ketika Manggale harus
menghadapi kenyataan tentang siapa dirinya yang sesungguhnya. Berikut
kutipannya:
Pada saat gambar yang menunjukkan suasna balai Magemi, mata
Manggale terbelakak karena bayi yang diculik Mayor Cecingal
memakai baju dengan angka 256. Dia melihat baju bayinya. Dicarinya
angka itu.
“Ya, Allah,256? Akulah bayi itu?”. (halaman 311).
3.Alur/plot
Menurut Stanton (1965:14) alur/plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat,
peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Peristiwa-peristiwa cerita dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh (utama)cerita.
Menurut Nurgiyantoro (1995:113) alur/plot merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.). Alur dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya :
Alur Maju
Alur maju disebut juga alur kronologis, alur lurus atau alur progresif.
Peristiwa-peristiwa ditampilkan secara kronologis, maju, secara runtut dari awal
tahap, tengah hingga akhir.
Alur Mundur
Alur mundur disebut juga alur tak kronologis, sorot balik, regresif, atau
flashback. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dari tahap akhir atau tengah dan baru
kemudian tahap awalnya.
Alur Campuran
Alur campuran merupakan alur yang dimulai dari awal/masa sekarang, masa
lalu, kembali ke masa sekarang, kemudian masa depan.
Alur yang digunakan dalam novel “Tanjung Cinta” karya Heriyati adalah alur
campuran.
Berikut kutipannya:
Kutipan 1
Satu bulan telah berlalu sejak sabotase kebakaran itu. Manggale masih terus
melakukan uji coba terhadap the energy touch. Selama itu, Telama bersama
timnya tetap melakukan analisis dan pengamatan, terutama terhadap gas
telegu dan tempat misterius yang belum diketahui namanya tersebut.
(halaman 37).
Kutipan 2
Penyerbuan itu telah meninggalkan luka yang sangat dalam, terutama
bagi keluarga Bahto dan Maknawi, orang tua Toham. Bagaimana
tidak, mereka kehilangan anak yang belum sempat diberi nama.
Mereka hanya tahu bahwa bayi mereka mempunyai angka 256.
(halaman 95).
Dari kutipan di atas bisa disimpulkan bahwa alur yang digunakan dalan
novel Tanjung Cinta adalah alur campuran. Pada awal memang menggunakan alur
maju. Tapi, disisi lain pengarang sering memperlihatkan kisah masa lalu dari tokoh-
tokoh novel tersebut, sehingga kita ikut terhanyut flashback ke masa lalu itu.
4.Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi
sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Sedangkan penokohan
adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya
yang dapat berubah pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadat,
dan sebagainnya. (Kutha, 2007:165). Dilihat dari segi peranan atau tingkat
pentingnya tokoh dalam cerita, tokoh dibagi menjadi tokoh utama dan tokoh
pendukung.
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang
bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai
pelaku kejadian maupun dikenai kejadian.
Tokoh pendukung adalah tokoh yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau
tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh
utama, secara langsung ataupun tak langsung dan hanya tampil menjadi latar
belakang cerita.
Tokoh utama dalam novel “Tanjung Cinta” adalah :
Manggale yang cerdas
Berikut kutipannya:
Manggale memakai kacamata khusus membaca. Kacamata tersebut
akan membuat otak Manggale memproses data hanya dalam waktu
kurang dari lima menit. Tingkat keakuratan kacamata yang dinamai
IQRA’ tersebut telah teruji selama bertahun-tahun. Bahkan, IQRA’
telah mengalami beberapa kali pembenahan fungsi dan kapasitasnya.
IQRA’ adalah temuan Manggale yang pertama yang membuat dia
dinyatakan lulus dari SEKOLAH CALON PENEMU. (halaman 11).
Manggale juga seorang pemimpin yang sangat memperhatikan
keselamatan karyawan-karyawannya. Berikut kutipannya:
“Pak, biar saya yang membawa kantong itu.”pinta Pak Jinapi setengah
memohon.
“Tidak apa-apa, Pak,”kata Manggale.
“Tapi, Pak biarkan sya…”
“Aman, Pak. Tenang saja,”kata Manggale menenagkan.
Bagi Pak Jinapi, lebih baik dia yang menjadi korban daripada
bosnya yang begitu baik dan cerdas. Tapi Manggale sangat tahu apa
yang dia lakukan.Dia lebih memilih melakukan semua ini sendiri
karena ini sudah menyangkut kredibilitasnya sebagai seorang
pimpinan yang harus melindungi semua asset Bekarlah dan karyawan
yang bekerja di sana. (halaman 29)
Sinjarani yang solehah
Berikut kutipannya:
“Aku mau istirahat dulu ya, Nekmau (binatang peliharaan Sinjarani).
Aku mau mengadu kepada Allah. Aku tak bisa begini terus terlalu
lama. Lalu, dia berlalu meninggalkan sahabat terkasihnya itu.
Sepeninggal Nekmau, Sinjarani menuju mushala. Dia merasa bersalah
karena tak mampu berkonsentrasi ketika menghadap-Nya. (halaman
281).
Selain solehah, Sinjarani juga rendah hati. Berikut kutipannya :
“Tidak salah Pak Payut menggadang-gadangmu sebagai pemimpin masa
depan suku kita,” puji Jenderal Murnayu.
“Alhamdulillah, tapi rasanya pujian jendral berlebihan,” kata Sinjarani
merendah.
“Rendah hati sekali kamu. Kita jalan-jalan Sinjar?” ajak jendral muda itu.
(halaman 231).
Telama (teman Manggale) yang malang
Berikut kutipannya:
Telama adalah seorang anak yatim piatu yang diberi beasiswa penuh
oleh perusahaan ayah Manggale. Kehidupan Telama cukup
mengharubirukan. Ayahnya seorang pecandu narkoba yang akhirnya
meninggal karena AIDS. Ibunya juga terinfeksi AIDS, tapi beliau
meninggal karena kecelakaan maut. (halaman75).
Meskipun nasibnya sangat malang, tetapi disisi lain dia juga orang yang
sangat bijaksana dan peduli terhadap temannya. Berikut kutipannya:
Telama menarik napas panjang. “Kawanku, mungkin kau merasa dia
telah menjadi cinta pertamamu. Kau tak mampu melupakannya
sekejap mata pun. Kata orang, cinta pertama itu adalah cinta sejati.
Kau akan tidak peduli ketika orang lain mengatakan bahwa kau sudah
gila mencintai seorang gadis sebegitu dalam. Rasulullah sekalipun tak
mampu menepiskan bayangan Khadijah. Apalagi, kita yang manusia
biasa. Akan tetapi, mencintai mahluk-Nya berarti merelakan diri untuk
berjuang lebih keras untuk khusyuk dalam bermesraan dengan Allah.
Kita lebih banyak mengingat orang yang kita cintai daripada
mengingat Allah. Semua dianggap halal atas nama cinta. Lalu di mana
letak jembatan mencari ridho Allah?” (halaman 73).
Toham yang pemberani
Berikut kutipannya :
Toham telah berada di kokpit dan mulai menerbangkan pesawat Kaloi.
Maneuver-manuver terus dilakukan Toham. Mereka bahkan sempat naik ke
ketinggian di atas atmosfer bumi. Dengan kepiawaiannya, dia berhasil
mengecoh pesawat pengintai terebut. Tapi Toham terpaksa menembak jatuh
salah satu pesawat pengintai tersebut. (halaman 199).
Selain pemberani, Toham juga sangat perhatian khususnya kepada
Sinjarani, orang yang ia cintai. Berikut kutipannya :
Toham tak tega melihat pemandangan itu. “Binga, tunggu di sini,” katanya
kepada Binga. Tohan terjun ke sungai. Dia berenang menghampiri Sinjarani
yang mulai tak sanggup menarik tubuh Nekmau.
“Sinjar, istirahatlah. Biar aku yang membantu Nekmau,”kata Toham.
(halaman 108).
Wani’ah (sahabat sekaligus sepupu Sinjarani) yang penyayang dan
pengertian
Berikut kutipannya:
Sinjarani beringsut dari tempat duduknya dan dengan pelan menuruni
pohon itu. Wani’ah tak tahan melihat wajah sahabatnya yang tampak
begitu bingung dan sedih.
“Kita panjat tebing besok. Mau?” ajaknya.
“Aku kurang pandai panjat tebing,” kata Sinjarani pelan masih dengan
mata sembab.
“Kan, ada aku. Pokoknya beres deh. (halaman 153).
Tokoh pendukung dalam novel “Tanjung Cinta” adalah :
Panggale (ayah Manggale) yang jenius
Berikut kutipannya:
Alat pendingin itu adalah adalah hasil penemuan spektakuler dari
Panggale, the big boss, pendiri perusahaan. Alat tersebut diberi nama
ALGIN. Align begitu alami karena tenaga penggerak yang dipakai
adalah hasil dari penguapan air dari penampung air yang diubah
menjadi listrik. (halaman 15).
Mbigale (ibu Manggale) yang bersifat keibuan
Berikut kutipannya:
“Ada yang mengganggu pikiranmu, Nak?” tanya Mbigale,
ibunya.”Atau, kamu sedang tidak enak badan?”(halaman 18)
Wanigale (adik Manggale) yang acuh
Berikut kutipannya:
“Ketika di akhirat, kita, kan, tidak dikelompokkan berdasarkan bentuk
fisik. Tapi, berdasarkan amal ibadah kita,” itu kata Wanigale bila
teman-temannya mulai membicarakan perbedaan fisik antara dia dan
kakaknya itu. (halaman 17)
Taban (teman Toham) yang tegar
Berikut kutipannya:
Daya juang Taban sudah terlihat sejak masih bayi, operasi yang
dialaminya tidaklah menyebabkannya ketinggalan dari bayi
seangkatannya. (halaman 142).
Selain tegar taban juga sangat perhatian terhadap temannya
(Toham). Berikut kutipannya:
Semua yang ada di balai Magemi untuk sementara seolah-olah dapat
merasakan sakit hati yang dirasakan oleh Toham. Taban menepuk-
nepuk pundak Toham. Taban tak ingin Toham menjadai terlalu emosi.
(halaman 145).
Payut (kakek Sinjarani) yang tegas
Berikut kutipannya:
“Latihan fisik kalian harus lebih ditingkatkan,” perintah Payut. “Kalian
akan dijemput sore nanti. Semua harus sudah siap di halte masing-
masing.”
Tidak ada kata tidak bagi anak-anak Tanjung Gunung bila sudah
menyangkut perintah dari Payut. Mereka harus menjalankan
semuanya. Semua ini demi kebaikan dan keberlangsungan suku
Tanjung Gunung. (halaman 81).
Selain tegas payut juga orang yang sangat penyayang dan peduli
terhadap pendidikan anak-anak di Tanjung Gunung. Berikut kutipannya:
“Tidakkah Adinda perhatikan bahwa pendidikan untuk anak-anak
generasi penerus kita belum terorganisasi dengan baik. Kita mmasih
menjalankan proses yang sama selama bertahun-tahun. Kita belum
mengubah kurikulum pengajaran kepada anak-anak kita. (halaman89).
Biyut (nenek Sinjarani) yang manja
Berikut kutipannya:
“Kakanda, terima kasih telah memilihku sebagai istrimu.”
Biyut bergelayut di tangan Payut yang kekar. (halaman 93).
Selain manja, Biyut juga lemah lembut terhadap Payut (suaminya).
Berikut kutipannya:
“Oh, Kakanda, janganlah kesedihan dan kemarahan ini merenggut
jiwamu yang agung,”gumamnya. (halaman 95).
Pakran (ayah Sinjarani) yang penyayang
Berikut kutipannya:
“Pasti Abah yang membawa Sinjar ke sini, kan?” kata Sinjarani manja.
“Ya, Sayang,” kata abahnya yang tiba-tiba sudah muncul di pintu
kamar. (halaman 155).
Bukran (ibu Sinjarani) yang penyayag terhadap anaknya
Berikut kutipannya:
Tak henti aku bersyukur bahwa dia masih bisa hidup, terutama ketika
dia terjatuh ke sungai untuk yang ketiga kalinya. Waktu itu, mungkin
sudah tiga menit dia berada di dalam air. Bajunya tersangkut pohon
tumbang. Masya Allah, saat kuangkat,dia langsung menangis. Kupeluk
dia. Wajahnya sudah membiru, paru-parunya telah terisi air, dia
sempat takut melihat air. Lama membuatnya berani berenang
lagi,”kata Bukran meneteskan air mata mengenang kejadian nahas
yang menimpa Sinjarani. (halaman 102).
Bahto (ayah Toham) yang perhatian
Berikut kutipannya:
Orang tua Toham paham apa yang ada dalam benak laki-lakinya itu.
“Jangan diberatkan oleh kesimpulan yang belum tentu benar, Nak,”
pesan ayahnya. (halaman 203).
Makwani (ibu Toham) yang penyayang
Berikut kutipannya :
“Anakku, anakku, anakku… anankku…”
“ibu,” kata Manggale pelan. Ditatapnya wanita separuh baya itu. Dielusnya
wajah yang begitu lama dirindukannya tersebut.”Ibu…”(halaman 313).
Mayor cecingal yang kejam dan tidak memiliki perasaan
Berikut kutipannya:
“Calok, aku dengar Toham mempunyai anak usia empat tahun yang
sangat cerdas. Jangan bunuh anak itu. Kita teliti dia. Bila dia barang
bagus, akan aku jadikan penerusku,” kata Mayor Cecingal.
“Kasihan anak itu, Mayor,” kata Calok.
Sejak kapan kamu mempunyai perasaan?” tanya sang mayor dengan
suara yang lebih menggelegar. (halaman 323).
Selain tidak memiliki perasaan, Mayor Cecingal juga orang yang tidak
bisa gagal. Berikut kutipannya:
Mata laki-laki berwajah rupawan, tappi berhati bejat itu menyiratkan
kebencian, keserakahan, dan kekejian yang tiada tara. Dia paling benci
kalau rencananya gagal. Kemarahan itu akan memuncak dan akan
membuat orang di sekelilingnya merasa takut setengah mati. Tidak
terkecuali kegagalannya menyabotase Bekarlah dengan cara membakar
salah satu ruangan dan menyemprotkan gas telegu. (halaman 270).
Calok (tangan kanan Mayor cecingal) yang tak tegaan
Berikut kutipannya:
Sejak kunjungannya terakhir ke Carihi dan memerhatikan anak-anak
yang bermain bola di taman, hatinya mulai tersentuh oleh kepolosan
anak-anak itu. (halaman 324).
Sangte yang rakus
Berikut kutipannya:
“Kenapa Sangte melakukan itu kepadaku?”
“Sangte adalah manusia rakus berkepribadian seperti anjing. Dia hanya
akan menurut kepada siapa saja yang memberinya makan.
Kedekatannya denganmu telah dimanpaatkan oleh orang lain yang
sangat haus kekuasaan dan jauh lebih rakus daripada Sangte.”(halaman
31).
Hatub (anak Sinjarani dan Toham) yang polos dan lugu
Berikut kutipannya :
Jawaban ank-anak membuat Taban tak bisa menahan geli. “Sudah mandi?”
Hanya Hatub yang menjawab belum.
“Hatub belum mandi?” tanya Taban.
Hatub melihat ke teman-temannya sambil mencium baju kemeja kotak-kotak
yang dipakainya. Wani’ah tersenyum melihat kepolosan dan kejujuran
keponakannya itu. (halaman 261).
5.Sudut pandang
Sudut pandang menurut Korrie Layun Rampan (1983:29) adalah pilihan pengarang dalam menggunakan tokoh cerita untuk memilih dari sudut mana ia akan menceritakan ceritanya. Apakah sebagai orang di luar saja, atau apakah pengarang juga akan turut dalam cerita itu.
Sudut Pandang menurut Aminuddin (2010:90) adalah cara pengarang
menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. Dalam cerita fiksi,
mungkin saja pengarang hadir di dalam cerita yang diciptakannya sebagai
pelaku pertama atau mungkin ketiga.
Dalam novel Tanjung Cinta, pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama
yang ditandai dengan penggunaan kata “Aku” dalam cerita ini. Hal ini menunjukkan
bahwa pengarang menceritakan peristiwa-peristiwa dan persoalan-persoalan yang
menyangkut diri pelaku secara lebih jelas. Berikut kutipannya :
“Bagaimana mungkin aku membiarkan hatiku kau bawa pergi, padahal
kau tak pernah menitipkan hatimu padaku?” Manggale
membatin.“Astaghfirullahal’azim. Duhai, Allah, bantulah aku keluar
dari siksa batin ini.” Manggale menitikkan air mata. (halaman 13).
6.Gaya bahasa
Gaya Bahasa atau Majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian
ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan
perasaan baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam novel Tanjung Cinta gaya bahasa yang digunakan mudah dimengerti
dan tidak berbelit-belit.
7.Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu
dengan cara memberi ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa
yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan
secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat,
anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui novel ini adalah :
Selalu berusaha dan bekerja keras jika kamu ingin mendapatkan apa
yang kamu inginkan.
Harus selalu bersabar dalam menghadapi kehidupan serta ikhlas
dalam menjalaninya dan jangan putus asa.
Janganlah kita lebih mencintai mahluk ciptaan Allah dibandingkan
dengan Allah.
Jangan mudah percaya kepada seseorang, karena orang yang kita
anggap teman sewaktu-waktu bisa menjadi lawan.
Dalam merencanakan sesuatu pasti akan ada halangan yang
menghadang, tujuan yang akan dicapai tidak akan berjalan dengan
mulus.