REFERAT HIPERSPLENISME.docx

download REFERAT HIPERSPLENISME.docx

of 50

Transcript of REFERAT HIPERSPLENISME.docx

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    1/50

    1

    PENDAHULUAN

    Limpa merupakan salah satu sistem organ imun. Limpa berfungsi sebagai

    tempat pembentukan sel darah merah dan sel darah putih. Fungsi ini tidk berlanjut dan

    hilang sama sekali pada usia dewasa.

    Limpa merupakan organ terbesar pada sistem limfatik yang biasanya di bagian

    kranial dari abdomen dan di sisi kiri lambung (Aughey dan Frye 2001). Pada mencit

    limpa dibentuk dari mesenkim pada dorsal mesogastrikum (Ward et al. 1999).

    Berdasarkan sifat anatomisnya limpa pada mencit jantan 50% lebih besar dibandingkan

    dengan mencit betina (Malole dan Pramono 1989). Berbeda dengan limfonodus yang

    berfungsi untuk menyaring antigen dari cairan limfe, limpa berfungsi untuk menyaring

    darah (Tizard 1988). Menurut Jungueira dan Carneiro (1989) limpa mempunyai 4 fungsi

    utama, yaitu pembentukan eritrosit, destruksi eritrosit, organ pertahanan terhadap

    partikel-partikel asing yang masuk ke dalam aliran darah, serta cadangan darah.

    Selain itu, limpa berfungsi menyaring darah artinya sel yang tidak normal,

    diantaranya eritrosit, leukosit dan trombosit tua, ditahan dan dirusak oleh sistem

    retikuloendotelnya. Tetapi karena beberapa penyebab dan salah satunya adalah infeksi,

    maka limpa tersebut tidak bekerja sebagaimana mestinya. Limpa memfiltrasi berlebih

    unsur sel dalam darah yang dinamakan hipersplenisme.

    Istilah kata hipersplenisme lebih di fokuskan pada keadaan kerja limpa yag

    berlebihan dan dapat menyebabkan penyakit. Jadi suatu keadaan pembesaran limpa

    dapat akibat/bersama-sama dari suatu penyakit atau dapat menyebabkan penyakit

    sistemik.

    Keadaan limpa yang dapat menyebabkan penyakit dicetuskan sejak 1866 oleh

    Gretsel dan 1880 banti dan pada tahun 1907 oleh Chuffard, kata hipersplenisme mulaidi perkenalkan.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    2/50

    2

    STRUKTUR DAN FUNGSI LIMPA

    Limpa adalah organ limforetikuler yang mempunyai empat fungsi fisiologik

    utama. Pertama, organ ini merupakan organ system imun dan tempat utama

    pembersihan mikroorganisme dan antigen tertentu dari aliran darah dan yang

    menimbulkan reaksi humoral atau seluler terhadap antigen asing. Kedua, limpa berguna

    dalam sekustrasi dan pembuangan sel darah normal dan abnormal. Ketiga, vaskularisasi

    limpa berperan dalam pengaturan aliran darah porta. Keempat, sementara hematopoesis

    pada orang dewasa normal terjadi terutama pada sumsum tulang, dalam keadaan

    patologik jika sumsum tulang tidak berfungsi atau sudah terlalu berlebihan dirangsang,

    maka limpa dapat menjadi tempat utama hematopoesis di luar sumsum.

    Pada usia 5-8 bulan, limpa berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah

    merah dan sel darah putih. Fungsi ini akan hilang pada masa dewasa. Namun limpa

    mempunyai peran penting dalam memproduksi sel darah merah jika hematopoiesis

    dalam sumsum tulang mengalami gangguan seperti pada gangguan hematologi. Secara

    umum fungsi limpa di bagi menjadi 2 yaitu:

    1. Fungsi Filtrasi

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    3/50

    3

    Lien berfungsi untuk membuang sel darah merah yang sudah tua atau sel

    darah merah yang rusak misalnya sel darah merah yang mengalami

    gannguan morfologi seperti pada spherosit dan sicled cells, serta membuang

    bakteri yang terdapat dalam sirkulasi. Setiap hari limpa akan membuang

    sekitar 20 ml sel darah merah yang sudah tua.selain itu sel-sel yang sudah

    terikat pada Ig G pada permukaan akan di buang oleh monosit. Limpa juga

    akan membuang sel darah putih yang abnormal, platelet, dan sel-sel debris.

    2. Fungsi ImunologiLimpa termasuk dalam bagian dari sistem limfiod perifer mengandung

    limfosit T matur dan limfosit B. Limfosit T bertanggung jawab terhadap

    respon cell mediated immune (imun seluler) dan limfosit B bertanggung

    jawab terhadap respon humoral. Fungsi imunologi dari limpa dapat di

    singkat sebagai berikut:

    a. Produksi OpsoninLimpa menghasilkan tufsin dan properdin. Tufsin mempromosikan

    Fagositosis. Properdin menginisiasi pengaktifan komplemen untuk

    destruksi bakteri dan benda asing yang terperangkap dalam limpa. Limpa

    adalah organ lini kedua dalam sistem pertahanan tubuh jika sistem

    kekebalam tubuh yang terdapat dalam hati tidak mampu membuangbakteri dalam sirkulasi.

    b. Sintesis AntibodiImmunoglobulin M (Ig M) diproduksi oleh pulpa putih yang berespon

    terhadap antigen yang terlarut dalam sirkulasi

    c. Proteksi terhadap infeksiSplenektomi akan menyebabkan banyak pasien yang terpapar infeksi,

    seperti fulminan sepsis. Mengenai bagaimana mekanismenya sampai saat

    ini belum diketahui sepenuhnya.

    d. Tempat PenyimpananPada dewasa normal sekitar sepertiga (30% ) dari pletelet akan tersimpan

    dalam limpa.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    4/50

    4

    Limpa dirancang berdasarkan satuan daerah yang disebut pulpa merah dan putih.

    Pulpa merah mengandung sinus berisi darah dan korda pulpa yang dibatasi oleh sel

    retikuloendotelial. Pulpa putih mengandung arteriol yang berlokasi di tengah, dikelilingi

    oleh limfosit kecil dalam paket yang rapat, yang terutama adalah limfosit T penolong

    CD4+. Berdekatan dengan selubung linfosit periarteriol sel T adalah zona folikuler

    limfosit B yang juga mengandung pusat germinativum yang terdiri dari sel B dan

    makrofag. Bagian paling luar pulpa putih adalah lapisan sel B yang lain yang disebut

    zona marginalis yang bercampur dengan daerah pulpa merah.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    5/50

    5

    Pasokan darah dan rute aliran darah pada limpa bersifat unik, dan anatomi limpa

    paling baik dinyatakan dalam istilah rute aliran darah. Darah masuk kelimpa melalui

    arteri lienalis. Arteri lienalis terbagi dalam cabang-cabang yang menembus limpa

    melalui proyeksi jaringan ikat yang disebut trabekula dan dari trabekula bercabang

    menjadi arteri-arteri lebih kecil yang disebut arteri sentralis. Dari arteri sentralis aliran

    darah mencapai kapiler arteri. Selubung limfoid periarteriolar berupa folikel-folikel sel

    T yang melingkupi sel B menetap disekitar pembuluh arteri sampai arteri tersebut

    menjadi arteriole yang kecil. Sebagian darah pada arteriole sentralis dikosongkan secara

    langsung melalui kapiler arteri ke dalam venula lienalis dan kemudian ke vena lienalis.

    Arteriol sentralis juga dikosongkan ke dalam sinus-sinus pulpa merah berbatas-

    makrofag dan kedalam jalinan fibrosa dari sel-sel retikuloendotelial dan makrofag

    jaringan yang disebut tali pulpa. Darah dalam sinus pulpa merah dan tali pulpa dialirkan

    secara langsung ke system vena lienalis. Selama sel darah merah lewat dari arteri

    sentralis ke tali pulpa, dan akhirnya ke sinus lienalis, sel-sel darah merah

    dikonsentrasikan di dalam tali-tali pulpa yang kaya makrofag. Normalnya, sel darah

    merah yang bersirkulasi berakumulasi di tali pulpa yang kemudian melalui lubang-

    lubang kecil pembukaan sinus endothelium ke dalam sinus pulpa merah dan berlanjut ke

    system vena lienalis. Pemekatan sel darah merah di tali pulpa, yang selanjutnya

    melewati celah-celah kecil menuju sinus disebut erythrocyte conditioning. Ataspendewasaan, bentuk sel darah merah menjadi sedikit cacat dan tidak mampu mengalir

    ke sinus; mereka tertahan di tali-tali pulpa dan difagositosis oleh makrofag. Proses ini

    disebut penyisihan (culling). Bahan eritrosit yang utama seperti materi inti (badan

    Howell-Jolly), hemoglobin yang terdenaturasi (badan Heinz), atau parasit malaria dapat

    dicomot sewaktu sel darah merah lewat dari tali pulpa ke dalam sinus dna tertahan di

    limpa, sedangkan sisa sel darah merah mengalir kembali masuk ke sirkulasi, proses ini

    disebut pitting.

    Kebanyakan mekanisme pembengkakan limpa adalah bentuk berlebihan

    daripada fungsi limpa sehat. Sementara sejumlah besar penyakit dapat terkait dengan

    pembengkakan limpa, terdapat enam mekanisme patofisiologik pembesaran limpa. 1).

    Pembengkakan limpa akibat hiperplasi retikuloendotelial atau system imun pada

    penyakit infeksi seperti endokarditis bacterial atau pada penyakit imun seperti sindroma

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    6/50

    6

    Felty. Hiperplasia retikuloendotelial juga terjadi pada penyakit yang terkait dengan

    destruksi sel darah merah abnormal seperti sferisitosis herediter, thalasemia, atau pada

    keadaan dini penyakit sel bulan sabit. 2). Pembengkakan limpa karena aliran darah

    limpa yang berubah pada sirosis hati atau limpa, thrombosis vena hepatica atau porta.

    3). Neoplasma ganas dapat menyerang limpa baik secara primer, seperti limfoma atau

    angiosarkoma, atau secara sekunder, seperti pada leukemia atau pada tumor padat

    metastatic. 4). Pembengkakan limpa dapat terjadi dalam keadaan yang menyebabkan

    hematopoesis di luar sumsum pada limpa, seperti pada metaplasia myeloid atau

    sindroma mieloftisik lainnya. 5). Infiltrasi limpa oleh bahan abnormal pada penyakit

    aniloidosis dan Gaucher yang dapat menyebabkan splenomegali. 6). Splenomegali dapat

    disebabkan oleh lesi space-occupying seperti hemangioma dan kista.

    PENYAKIT YANG TERKAIT DENGAN PEMBESARAN LIMPA

    Sejumlah besar penyakit yang menyebabkan peningkatan selularitas dan

    vaskularitas limpa. Peningkatan selularitas pada infeksi disebabkan oleh proliferasi

    limfosit dan makrofag pada kedua daerah pulpa putih dan merah. Splenomegali sering

    terjadi pada infeksi bacterial sistemik akut. Granuloma infeksiosa disebabkan oleh

    infeksi mikobakterium dan jamur yang terjadi pada pula merah dan putih. Pada penyakit

    yang terkait dengan gangguan pengaturan kekebalan seperti arthritis rematoid dan lupuseritematosus sistemik, pembengkakan limpa sering disebabkan oleh hiperplasi limfoid,

    dengan terjadinya folikel limfoid berada dalam daerah pulpa putih dan peningkatan

    jumlah sel plasma dan makrofag disekitar arteriole pulpa merah dan korda pulpa.

    Pembengkakan limpa yang terkait dengan aliran darah limpa abnormal paling sering

    disebabkan oleh kongesti kronik pasif dari tekanan vena porta yang meningkat atau

    akibat obstruksi vena porta. Sindroma Banti adalah splenomegali kongestif pada

    hipersplenisme yang disertai dengan sirosis dan hipertensi porta dan memberikan gejala

    histologik berupa kongesti pulpa merah disertai timbunan dan pemadatan eritrosit pada

    korda pulpa dan sinus yang melebar. Pada splenomegali kongestif, hiperplasi

    retikuloendotelial terjadi dengan proliferasi sel yang melapisi tali pulpa dan sinus-sinus.

    Pada pembesaran limpa dalam keadaan yang disertai dengan kelainan eritrosit seperti

    sferositosis herediter, terdapat pengumpulan sel darah merah yang abnormal di sinus-

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    7/50

    7

    sinus atau tali-tali pulpa karena terjadi peningkatan rigiditas sel d arah merah sehingga

    menurunkan kemampuannya untuk melewati endothelium sinus pulpa merah.

    Mielosklerosis dan metaplasia myeloid yang ditandai oelh hematopoesis di luar

    sumsum tapi di dalam sinusoid limpa, melibatkan tiga jalur sel myeloid yang terkait

    dengan dilatasi dan distensi sinus pulpa. Pada kasus hematopoesis sekunder di luar

    sumsum seperti sindroma mielftisik, hematopoesis diluar sumsum hanya menyerang

    satu atau dua jalur sel, terutama sel darah merah. Penyakit keganasan yang infiltrative

    dapat menyebabkan peningkatan secara fokal atau generalisata pada sel limfoid pulpa

    putih, seperti pada kasus penyakit Hodgkin dan limfoma limfositik, atau infiltrasi

    daerah pulpa merah yang disertai dengan sel ganas, seperti pada leukemia granulositik

    kronik, sindroma leukemia akut, penyakit sel mast sistemik, dan karsinoma metastatik.

    Penyakit limpa yang infiltrative seperti penyakit Gaucher dan Niemann-Pick dapat

    menyebabkan pembengkakan limpa karena peningkatan jumlah histiosit pulpa merah

    limpa. Tirotoksikosis dapat disertai dengan splenomegali dan diakibatkan oleh

    hyperplasia limfoid yang dirangsang hormone tiroid. Sarkoidosis menyebabkan

    pembesaran limpa melalui perkembangan daerah peradangan granulomatosa pada

    jaringan limfoid pulpa putih. Aneurisma arteri lienalis dapat menyebabkan splenomegali

    yang tidak dapat dijelaskan, kram, dan nyeri pada abdomen kiri atas; suatu cincin

    kalsifikasi di daerah splenikus dapat terlihat pada foto sinar-X.

    Derajat splenomegali bervariasi sesuai keadaan penyakit. Pembengkakan kecil

    atau ringan dapat terjadi pada kongesti pasif kronik dalam hati yang disebabkan oleh

    gagal jantung kongestif, malaria akut, demam tifoid, endokarditis bacterial, lupus

    eritematosus sistemik, atritis rematoid dan thalasemia minor. Pembengkakan limpa

    sedang terjadi pada hepatitis, sirosis, limfoma, mononucleosis infeksiosa, anemia

    hemolitik, abses limpa, infark, dan amiloidosis. Pembengkakan hebat limpa terjadi pada

    leukemia mielositik kronik, metaplasia myeloid agnogenik dan mielofibrosis, leukemia

    sel berambut, penyakit Gaucher dan Niemann-Pick, sarkoidosis, thalasemia mayor,

    malaria kronik, sifilis congenital, leishmaniasis, dan pada beberapa kasus obstruksi vena

    porta.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    8/50

    8

    EVALUASI DIAGNOSTIK PASIEN PEMBENGKAKAN LIMPA

    Jika berukuran dan berkedudukan normal, limpa umumnya tidak dapat diraba

    pada palpasi abdomen. Ukuran normal limpa adalah panjang sekitar 12 cm, lebar 7 cm,

    dan isi 250 cm3

    . Karena orintasi miring limpa terhadap rongga perut, sumbu panjangnya

    terletak di belakang dan sejajar dengan iga ke sepuluh pada garis tengah aksila, dengan

    lebar limpa terletak antara iga ke Sembilan dan kesebelas. Palpasi kuadran atas kiri

    dilakukan pada pasien dengan terlentang atau ada sisi kanan tangan kanan pemeriksa;

    tangan kiri pemeriksa diletakkan dibawah toraks bagian bawah, dengan memegang iga

    bagian bawah di bagian posteriornya. Palpasi pembengkakan limpa dilakukan pada

    pasien sambil menarik nafas dalam untuk memungkinkan pemeriksa merasakan ujung

    inferior limpa yang membengkak. Guna menghindarkan lolosnya limpaa yang

    membengkak hebat, palpasi pada kuadran kiri atas harus dimulai pada rongga perut

    bagian bawah ke kuadran kiri atas dalam gerakan secara bertahap.

    Didapatkannya pembengkakan limpa ringan sampai sedang dengan pemeriksaan

    fisis dapat menyebabkan kesulitan, terutama pada pasien yang gemuk. Teknik lain

    untuk memperkirakan ukuran limpa adalah sidikan limpa-hati Tc koloid, tomografi

    computer, dan sidikan gelombang ultra pada kuadran kiri atas. Ketida teknik dapat

    berguna dalam membuat batasan cacat limpa seeprti pada kista, infark, atau tumor ataudalam menentukan batasan jaringan limpa asesorius yang disebabkan oleh limpa

    asesorius congenital atau focus residu jaringan limpa setelah robekan limpa (splenosis).

    Satu penelitian telah telah mendokumentasikan limpa yang teraba pada 3 persen

    mahasiswa baru dan tanpa peningkatan resiko penyakit apapun dalam waktu 6 tahun

    berikutnya.

    Dalam mengevaluasi pasien splenomegali, bermanfaat untuk

    mempertimbangkan splenomegali pada penyakit akut atau subakaut secara terpisah darisplenomegali pada penyakit kronik. Nyeri kuadran kiri atas akut yang disertai limpa

    yang lunak dan membengkak menunjukkan adanya hematoma subkapsul, robekan

    limpa, atau infark limpa. Robekan limpa dan hematoma limpa paling sering terjadi

    setelah trauma langsung atau trauma jarak jauh walaupun terjadi pula dalam kaitan

    dengan penyakit infeksi seeprti malaria, demam tifoid, mononucleosis infeksiosa yang

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    9/50

    9

    dicetuskan virus EB. Infark limpa baik yang disebabkan oleh sel bulan sabit in situ

    (pada penyakit sel bulan sabit) maupun terhadap emboli (akibat thrombus muralis,

    miksoma atrium, atau vegetasi katup jantung) biasanya dapat diketahui dengan

    pemindaian limpa atau arteriogram. Kelainan lain yang lebih luar biasa yang

    memberikan gejala akut adalah penyakit limpa difus dan perdarahan ke dalam kista

    limpa.

    Penyakit demam akut yang terkait dengan splenomegali dapat disebabkan oleh

    endokarditis bacterial, sindroma mononucleosis infeksiosa, tuberculosis, dan

    histoplasmosis. Demam, adenopati perifer, dan splenomegali, dengan atau tanpa ruam

    atau atralgia, harus menunjukkan adanya (disamping mononucleosis infeksiosa)

    sarkoidosis, limfoma Hodgkin, penyakit vaskuler kolagen seperti lupus eritematosus

    sistemik, atau sindroma penyakit serum.

    Penyakit akut dengan splenomegali yang terkait dengan tanda dan gejala

    anemia, dengan atau tanpa perdarahan, menunjukkan adanya anemia hemolitik

    autoimun, sindroma mieloproliferatif atau leukemia akut.

    Splenomegali dengan tanda dan gejala penyakit kronik menunjukkan adanya

    jangkauan luas kelainan. Penyakit hati dengan hipertensi porta adalah etiologi umum

    pada splenomegali dalam keadaan seperti ini. Pasien splenomegali kongestif dari

    penyakit hati atau thrombosis vena porta atau limpa sering tidak member gejala. Jika

    terdapat gambaran klinis arthritis rematoid dan leukemia, pikirkan kemungkinan

    sindroma Felty. Adanya limfadenopati harus dipikirkan adanya leukemia limfositik

    kronik atau limfoma. Plethora dan hematokrit yang meningkat menunjukkan

    kemungkinan polisitemia vera atau penyakit paru kronik, yang disertai gagal jantung

    kanan dan splenomegali kronik. Penurunan berat badan atau tanda lain penyakit kronik

    menunjukkan kemungkinan adanya leukemia atau sindroma mieloproliferatif lain,demikian pula berbagai hemoglobinopati. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang dapat

    membantu diagnosis leukemia atau mikobakterium, penyakit ganas metastatic, dan

    amiloidosis.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    10/50

    10

    Kadang-kadang laparatomi dan splenektomi diindikasikan dalam mengevaluasi

    splenomegali. Keputusan untuk melakukan laparatomi doagnostik pada seorang pasien

    yang splenomegalinya tidak terjelaskan adalah sukar, dan harus memperhitungkan usia

    pasien serta tanda-tanda klinis, gejala dan kelainan laboratorium yang ada. Dilaporkan

    bahwa palpasi terhadap limpa yang pembesarannya sedang (750 sampai 800 cm3) telah

    melewatkan 44% limpa yang pada sidikan radionuklida tampak membesar. Sebaliknya,

    97% limpa dapat dipalpasi bila limpa tersebut mencapai 3 kali ukuran normalnya (900

    cm3). Pada penelitian terhadap individu yang usianya lebih tua (rata-rata 479 tahun)

    yang telah menjalani splenektomi karena splenomegali yang tidak terdiagnosis dan

    memiliki tanda-tanda serta gejala penyakit kronik, pada sebagian besar pasien yang

    menjalani splenektomi diagnosis gangguan yang mendasarinya dapat diperoleh.

    HIPERSPLENISME

    Hiperplenisme merupakan suatu keadaan patologik faal limpa yang

    mengakibatkan kerusakandan gangguan pada sel darah. Gambaran kliniknya terdiri dari,

    pansitopenia (menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit), dan

    hiperplasia (meningkatnya jumlah sel sehingga murubah ukuran dari organ, contohnya

    pembesaran dari epithelium sel mamae) kompensasi sumsum merah. Pansitopenia dapat

    terdiri dari anemia, leukopenia, dan trombositopenia; sendiri-sendiri atau gabunganketiga unsur tersebut.

    Tampilan klinik Hipersplenisme yang merupakan akibat pansitopenia seperti

    keluhan dan gejala anemia, supresi imonologik, dan diatesis hemoragik, mungkin

    disertai dengan keluhan atau gejala splenomegali.

    Splenomegali adalah pembesaran organ limpa. Pada hipertensi porta, aliran darah

    dialihkan ke limpa melalui vena splenik. Sebagian darah ekstra (sampai beberapa ratus

    milliter pada orang dewasa) dapat disimpan di dalam limpa sehingga limpa membesar.Karena darah yang tersimpan di limpa tidak dapat digunakan oleh sirkulasi umum,

    maka dapat terjadi anemia (penurunan sel darah merah), trombositopenia (penurunan

    trombosit), dan leucopenia (penurunan sel darah putih).

    Splenomegali juga ditemukan pada penyakit infeksi seperti demam tifoid atau

    mononukleosis infeksiosa. Pembesaran limpa pada demam tifoid disebabkan oleh

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    11/50

    11

    proliferasi seluler dalam usaha membentuk anti bodi. Ini biasanya terjadi pada akhir

    minggu pertama, pada tiga perempat kasus. Dalam pemeriksaan auskultasi biasanya

    terdengar suara gesekan di atas limpa. Keadaan ini tidak memerlukan tindakan

    splenektomi. Abses limpa agak jarang ditemukan. Malaria kronika (tertiana) sering

    disertai splenomegali. Parasit lain seperti ekinokokusagak jarang menyebabkan

    splenomegali.

    Hiperplenisme sekunder kronik biasanya disebabkan oleh tuberculosis, sifilis,

    bruselosis, histoplasmosis, malaria, dan sistosomiasis. Pembesaran limpa akibat

    tuberculosis secara primer sangat jarang terjadi. Tetapi jika ada pembesaran limpa,

    walaupun jarang, berarti telah terjadi tuberkulosis milier.

    PATOFISIOLOGI

    Pada hipersplenisme terjadi destruksi sel darah merah yang berlebihan. Sehingga

    usia sel darah merah menjadi lebih pendek (normalnya lebih kurang 120 hari), terbentuk

    antibodi yang menimbulkan reaksi antigen sehingga sel-sel rentan terhadap destruksi,

    dan terbentuk faktor penghambat pertumbuhan sel darah yang mempengaruhi

    penglepasan sel darah dari sumsum tulang. Kejadian ini bisa terjadi pada salah satu sel

    darah atau dapat terjadi menyeluruh seperti pada pansplenisme.

    Hipersplenisme merupakan keadaan patologi faal limpa yang mengakibatkan

    kerusakan dan gangguan sel darah merah. Gambaran kliniknya terdiri dari trias

    splenomegali, pansitopeni, dan hiperplasia kompensasi sumsum merah. Pembagian

    antara hipersplenisme primer dan sekunder ternyata kurang tepat dan tidak lagi

    digunakan. Hipersplenisme primer adalah hipersplenisme yang belum diketahui

    penyebabnya, pembesaran limpa akibat beban kerja yang berlebih akibat sel abnormal

    yang melewati limpa yang normal. sedangkan sekunder jika telah diketahui

    penyebabnya dimana limpa yang abnormal akan membuang sel darah yang normal

    maupun yang abnormal secara berlebihan.

    Kebanyakan splenektomi dilaksanakan setelah pasien didiagnosa dengan

    hypersplenisme. Hypersplenisme bukanlah suatu penyakit spesifik hanyalah suatu

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    12/50

    12

    sindrom, yang dapat disebabkan oleh beberapa penyakit. Ditandai oleh perbesaran limpa

    (splenomegali), defek dari sel darah, dan gangguan sistem turn over dari sel-sel darah.

    Tabel 1 contoh hipersplenisme primer dan sekunder

    Primer

    a. Anemia hemolitik kongenital : Sperositosis herediter Eliptositosis herediter Defisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD) dan piruvat kinase Hemoglobinopati (Penyakit sel sabit)

    Thalasemia mayorb. Acquired anemia hemolitik

    Purpura trombositopenik idiopatik Purpura trombositopenik trombotik

    Sekunder

    a. Hipersplenisme primerb. Obstruksi vena portac. Neoplasmad. Penyakit gauchere. Metaplasia mieloid agnogenik

    Sferositosis herediter

    Sferositosis herediter merupakan kelompok kelainan sel darah merah dengan

    gambaran eritrosit bulat seperti donat dengan fragilitas osmotik yang meningkat.Sferositosis herediter adalah suatu penyakit akibat defek membran sel darah merah

    sehingga sel darah merah terperangkap dalam limpa secara berlebihan. Sferositosis

    herediter merupakan kelainan autosom dominan dengan insiden 1:1000 sampai 1:4500

    penduduk. Pada lebih kurang 20% pasien penyakit ini merupakan kelainan autosom

    resesif yang diturunkan dan mutasi genetik spontan.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    13/50

    13

    Etiologi dan Patogenensis. Kelainan utama pada sferositosis herediter adalah

    terdapatnya defek pada protein pembentuk membran eritrosit, akibat defisiensi spectrin,

    ankryn, dan atau protein pita 3 atau protein 4,2. Hal ini menyebabkan defek vertikal dan

    kehilangan membran lemak dan luas permukaan secara progresif diikuti pembentukan

    mikroferosit. Akibat kelainan tersebut terjadi peningkatan fragilitas osmotik eritrosit

    menyebabkan bentuk eritrosit yang bulat dan hilangnya permukaan membran sehingga

    sel darah merah terperangkap dalam limpa secara berlebihan.

    Manifestasi klinis dan laboratoris. Gejala klinis mayor sferositosis herediter adalah

    anemia, splenomegali dan ikterus. Ikterus dapat terjadi secara berkala sehingga luput

    dari perhatian orang tua saat anak masih kecil. Akibat peningkatan produksi pigmen

    empedu karena destruksi eritrosit, sering terbentuk batu empedu berpigmen, bahkanpada masa kanak-kanak.

    Hiperplasia sel eritroid sumsum tulang sebagai kompensasi destruksi sel eritrosit

    terjadi melalui perluasan sumsum merah ke bagian tengah tulang panjang. Tidak jarang

    terjadi eritropoesis ekstra medular di paravertebral, yang secara kebetulan terlihat pada

    foto thoraks. Kompensasi sumsum tulang terkadang mengalami gangguan akibat

    keadaan hipoplasia eritroid yang dipicu adanya infeksi terutama oleh pavovirus.

    Splenomegali merupakan hal yang umum terjadi, kecepatan hemolisis meningkat

    perlahan selama terjadinya infeksi sistemik, merangsang pembesaran limpa.

    Pada pemeriksaan mikroskopik, di dapatkan sel eritrosit kecil yang berbentuk

    bulat dengan bagian sentral yang pucat. Hitung MCV biasanya normal/sedikit menurun.

    MCHC meningkat xampai 350-400 g/dl. Untuk mengetahui secara kuantitatif sferoiditas

    dilakukan pengukuran fragilitas osmotik eritrosit dengan menggunakan cairan

    hipoosmotik.

    Diagnosis dan terapi. Sferositosis herediter harus dibedakan dengan sel sferosit pada

    anemia hemolitik autoimun dengan pemeriksaan uji Coombs.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    14/50

    14

    Sferositosis juga terjadi pada reaksi hemolisis akibat splenomegali pada pasien dengan

    sirosis hepatis, infeksi clostridium, bisa ular. Kelainan ini juga dapat terjadi pada

    anemia hemolitik yang lain seperti pada pasien dengan defisiensi enzim G6PD.

    Pengobatan. Splenektomi di anjurkan pada pasien dengan anemia hemolitik sedang dan

    berat. Meskipun pasca splenektomi, anemia tetap terjadi, namun tidak berat.

    Splenektomi diindikasikan pada semua pasien tersebut untuk menurunkan jumlah

    tangkapan sel darah merah abnormal dan koreksi anemia. Saat operasi, penting untuk

    mencari adanya limpa assesorius. Pengangkatan yang tidak adekuatakan memberikan

    pemulihan yang tidak maksimal. Pada anemia hemolitik yang berat, perlu diberikan

    preparat asam folat 1 mg/hari sebagai profilaksis.

    Eliptositosis herediter

    Ditandai oelh erotrosit dengan bentuk oval atau elips. Insiden eliptositosis herediter ini

    diperkirakan 1:1000 sampai 1:4500 penduduk. Insiden sebenarnya tidak diketahui

    karena derajat keparahan secara klinis bervariasi kadang tanpa gejala.

    Etiologi dan patogenesis. Prinsip kelainan pada eliptositosis herediter adalah

    kelemahan secara mekanis yang berakibat meningkatnya fragilitas osmotik membran

    eritrosit. Hal ini disebabkan adanya gangguan sintetik protein spectrin dan , protein

    4,1 dan glichoporyn C pembentuk membran eritrosit. Sebagian besar kelainan ini di

    turunkan secara autosomal dominan.

    Gejala klinis dan laboratoris. Gejala klinis bervariasi, dari tanpa gejala sampai anemia

    berat. Hemolisis yang terjadi dipicu adanya infeksi, hipersplenisme, defisiensi vit B12

    atau adanya KID.

    Pada pemeriksaan laboratorik didapatkan gambaran eritrosit bentuk elips menyerupai

    puntung rokok. Dapat pula dijumpai eritrosit bentuk oval, spherosit, stomasit dan

    fragmen.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    15/50

    15

    Pengobatan. Pengobatan jarang dibutuhkan pasien. Pada beberapa kasus yang jarang

    diperlukan pemberian transfusi sel darah merah. Pada kasus yang berat, splenektomi

    merupakan pengobatan paliatif mencegah kerusakan dan destruksi eritrosit yang

    berlebihan. Pasien dengan hemolisis kronik perlu diberikan asam folat sebagai

    profilaksis.

    Defisiensi G6PD

    Etiologi dan epidemiologi. Defisiensi enzim ini paling sering mengakibatkan

    hemolisis. Enzim ini dikode oleh gen yang terletak dalam kromosom X sehingga

    defisiensi G6PD lebih sering mengenai laki-laki. Pada perempuan biasanya carier dan

    asimtomatik. Diseluruh dunia, terdapat lebih dari 400 varian G6PD. Berbagai varian ini

    terjadi karena adanya perubahan substitusi basa berupa penggantian asam amino.

    Banyaknya varian ini menimbulkan variasi manifestasi klinik lebar, mulai dari hanya

    anemia hemolitik nonsferositik tanpa stres oksidan, anemia hemolitik yang hanya terjadi

    ketika distimulasi oleh stres oksidan ringan, sampai pada abnormalitas yang tidak

    terdeteksi secara klinis. G6PD normal disebut tipe B. Diantara varian G6PD yang

    bermakna secara klinik adalah tipe A-. Tipe ini terutama ditemukan pada orang

    keturunan Afrika. Tipe mediteranian relatif sering ditemukan diantara orang

    Mediteranian asli, dan lebih berat dari varian A- karena dapat mengakibatkan anemia

    hemolitik nonsferositik tanpa adanya stres oksidatif yang jelas.

    Manifestasi klinik. Aktivitas G6PD yang normal menurun sampai 50% pada waktu

    umur eritrosit mencapai 120 hari. Pada tipe A- penurunan ini terjadi sedikit lebih cepat

    dan lebih cepat lagi pada varian Mediteranian. Meskipun umur eritrosit pada varian A-

    lebih pendek namun tidak menimbulkan anemia kecuali bila terpajan dengan infeksi

    virus dan bakteri disamping obat-obatan atau toksin yang dapat berperan sebagai

    oksidan yang mengakibatkan hemolisis. Obat-obatan atau zat yang dapat

    mempresipitasi hemolisis pada pasien dengan defisiensi G6PD adalah asetanilid,

    fuzolidon (furokson), isobutil nitrit, methilen blue, asam nalidiktat, naftalen, niridazol,

    nitrofurantoin, fenazipiridin (piridium), primakuin, pamakuin, dapson, sulfasetamid,

    sulfametoksazol, sulfspiridin, tiazolsulfon, toluidin blue, trinitrotoluen, urat oksidase,

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    16/50

    16

    vitamin K doksorubisin. Asidosis metabolik juga dapat mempresipitasi hemolisis pada

    pasien defisiensi G6PD.

    Hemolisis akut terjadi beberapa jam setelah terpajan dengan oksidan, diikuti

    hemoglobinuria dan kolaps pembuluh darah perifer pada kasus yang berat. Hemolisis

    biasanyaself-limitedkarena yang mengalami destruksi hanya populasi eritrosit yang tua

    saja. Pada tipe A- massa eritrosit menurun hanya 25-30%. Ketika hemolisis akut

    hematokrit turun cepat diiringi oleh peningkatan hemoglobin dan bilirubin tak

    terkonjugasi dan penurunan haptoglobin. Hemoglobin mengalami oksidasi dan

    membentukHeinz bodiesyang tampak pada pewarnaan supravital dengan violet kristal.

    Heinz bodies tampak pada hari pertama atau sampai pada badan inklusi ini siap

    dikeluarkan oleh limpa sehingga membentuk bite cells. Mungkin juga ditemukanbeberapa sferosit. Sebagian kecil pasien defisiensi G6PD ada yang sangat sensitif

    denganfava beans(buncis) dan dapat mengakibatkan krisis hemolisis fulminan setelah

    terpajan.

    Diagnosis. Diagnosis defisiensi G6PD dipikirkan jika ada episode hemolisis akut pada

    laki-laki keturunan Afrika atau Mediteranian. Pada anamnesis perlu ditanyakan tentang

    kemungkinan terpajan dengan zat-zat oksidan, misalnya obat atau zat yang telah

    disebutkan di atas. Pemeriksaan aktivitas enzim mungkin false negatif jika eritrosit tua

    defisiensi G6PD telah lisis. Oleh karena itu pemeriksaan aktivitas enzim perlu diulang

    dua sampai tiga bulan kemudian ketika ada sel-sel yang tua.

    Terapi. Pada pasien dengan defisiensi G6PD tipe A-, hemolisis terjadi self-limited

    sehingga tidak perlu terapi khusus kecuali terapi untuk infeksi yang mendasari dan

    hindari obat-obatan atau zat yang mempresipitasi hemolisis serta mempertahankan

    aliran ginjal yang adekuat karena adanya hemoglobinuria saat hemolisis akut. Pada

    hemolisis berat yang bisa terjadi pada varian Mediteranian, mungkin perlu transfusi

    darah.

    Yang terpenting adalah pencegahan episode hemolisis dengan cara megobati infeksi

    dengan segera dan memperhatikan resiko penggunaan obat-obatan, zat oksidan dan fava

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    17/50

    17

    beans. Khusus untuk orang Afrika dan Mediteranian sebaiknya sebelumdiberikan zat

    oksidan harus dilakukan skrining untuk mengetahui ada tidaknya defisiensi G6PD.

    Defek Jalur Embden Meyerhof

    Etiologi dan epidemiologi. Enzim yang dapat terganggu pada jalur ini dan

    mengakibatkan anemia hemolisis adalah piruvat kinase, glukosa fosfat isomerase, dan

    fosfogliserat kinase. Yang terbanyak adalah defisiensi piruvat kinase (95%). Sedangkan

    defisiensi glukosa fosfat isomerase hanya 4%. Defek enzim glikolisis ini biasanya

    diturunkan secara autosomal resesif kecuali fosfogliserat kinase yang diturunkan terkait

    seks.

    Kelainan ini mengakibatkan eritrosit mengalami kekurangan ATP dan ion kalium keluar

    sel. Sel eritrosit menjadi kaku dan lebih cepat disekuestrasi oleh sistem fagosit

    mononuklir. Defisiensi piruvat kinase hanya mengenai sel eritrosit, sedangkan defisiensi

    glukosa fosfat isomerase dan fosfogliserat kinase juga mengenai sel leukosit meskipun

    tidak mempengaruhi fungsi leukosit.

    Manifestasi klinis. Beratnya anemia bervariasi dan gejalanya relatif ringan karena

    terjadi disosiasi kurva hemoglobin ke kanan. Hemolisis berat terjadi pada masa awal

    kanak-kanak dengan anemia, ikterus dan splenomegali. Pada perempuan dengan

    defisiensi piruvat kinase dapat sangat pucat ketika hamil sehingga sering didiagnosis

    pertama kali pada saat itu. Anemia pada pasien ini berupa anemia normositik

    (makrositik ringan) normokrom dengan retikulosis. Pada defisiensi piruvat kinase dapat

    ditemukan eritrosit bizar diantaranya sel prickel terutama setelah spelenektomi.

    Diagnosis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan enzimatik khusus dengan

    menggunakan konsentrasi substrat yang sesuai untuk mendeteksi varian-varianberafinitas rendah terhadap substrat.

    Terapi. Sebagian besar pasien tidak membutuhkan terapi kecuali pasien dengan

    hemolisis berat harus diberikan asam folat 1 mg/hari. Tranfusi darah diperlukan ketika

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    18/50

    18

    krisis hipoplastik. Splenektomi bermanfaat pada pasien dengan defisiensi piruvat kinase

    dan glukosa fosfat isomerase. Dengan splenektomi retikulosit disirkulasi meningkat.

    Hemoglobinopati (Penyakit sel sabit)

    Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah

    berbentuk menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal. Anemia sel sabit

    adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan

    disertai dengan serangan nyeri. Anemia Sel Sabit (Sickle cell anemia) disebut juga

    anemia drepanositik, meniskositosis, penyakit hemoglobin S.

    Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan yang

    ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik kronik.

    Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut

    oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel

    dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit. Sel yang berbentuk sabit menyumbat

    dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang dan organ

    lainnya serta menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut. Sel sabit

    ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah, menyebabkan anemia

    berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ dan mungkin kematian.

    Anatomi Fisiologi. Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikonkaf

    yang tidak berinti yang kirakira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian

    tengah tebalnya 1 m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam

    perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang

    mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta faktor Rh yang

    menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah

    protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH

    normal melalui serangkaian dapar intraselluler. Molekul molekul Hb terdiri dari 2

    pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus heme, masing masing mengandung

    sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    19/50

    19

    Tanda dan gejala. Tanda dan gejala yang timbul akibat dari anemia sel sabit adalah

    penyumbatan pembuluh darah dengan manifestasi sebagai berikut :

    a. Infrak pada berbagai organ seperti ginjal , paruparu dan susunan saraf.b. Pada anak berupa kegagalan untuk tumbuh dengan normal , gangguan

    pertumbuhan dan perkembangan serta sering terserang infeksi bakteri

    khuhusnya infeksi pneumokok.

    c. Limpa membesar tetapi karena adanya infrak berulang menyebabkan limpamenjadi atrofi dan tidak berfungsi sebelum anak mencapai 8 tahun. Proses ini

    disebut sebagai outosplenektomi. Kepekaan terhadap infeksi menetap selama

    hidup.

    d.

    Tangan dan kaki bengkak,terasa sakit , meradang ( sindrom tangan dan kakiyang dikenal sebagai daktilitis ) terlihat pada sekitar 20% - 30%anakanak

    berumur 2 tahun. Daktilitis di akibatkan oleh iskemia dan infrak tulang

    metakarpal serta tulang metatarsal keadaan tersebut disertai oleh demam.

    e. Krisis sel sabit. Krisis yang menyakitkan rekuren dan melemahkanmerupakan penyebab utama morbiditas penyakit sel sabit.

    f. Tanda tanda pada jantung akibat anemia seperti takikardia atau bisingsering terjadi. Dapat juga terjadi pembesaran jantungdan payah jantung

    kongestif.

    g. Pada ginjal dapat terjadi gangguan kemampuan pemekatan urine. Infrakberulang dapat mengakibatkan nekrosis papila dan hematuria.

    h. Pada paru sering terjadi infeksi paru yang berulang.i. Tukak tungkai kronis di atas mata kaiki dan sepanjang permukaan medial

    tibia.

    Etiologi. Penyakit sel sabit adalah hemoglobinopati yang disebabkan oleh kelainan

    struktur hemoglobin. Kelainan struktur terjadi pada fraksi globin di dalam molekul

    hemoglobin. Globin tersusun dari dua pasang rantai polipeptida. Misalnya, Hb S

    berbeda dari Hb A normal karena valin menggantikan asam glutamat pada salah satu

    pasang rantainya. Pada Hb C, lisin terdapat pada posisi itu.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    20/50

    20

    Substitusi asam amino pada penyakit sel sabit mengakibatkan penyusunan kembali

    sebagian besar molekul hemoglobin jika terjadi deoksigenasi (penurunan tekanan O2).

    Selsel darah merah kemudian mengalami elongasi dan menjadi kaku serta berbentuk

    sabit.

    Deoksigenasi dapat terjadi karena banyak alasan. Eritrosit yang mengandung Hb S

    melewati sirkulasi mikro secara lebih lambat daripada eritrosit normal, menyebabakan

    deoksigenasi menjadi lebih lama. Eritrosit Hb S melekat pada endotel, yang kemudian

    memperlambat aliran darah. Peningkatan deoksigenasi dapat mengakibatkan SDM

    berada di bawah titik kritis dan mengakibatkan pembentukan sabit di dalam

    mikrovaskular.

    Karena kekakuan dan bentuk membrannya yang tidak teratur, sel-sel sabit

    berkelompok, dan menyebabkan sumbatan pembuluh darah, krisis nyeri, dan infark

    organ (Linker, 2001). Berulangnya episode pembentukan sabit dan kembali ke bentuk

    normal menyebabkan membran sel menjadi rapuh dan terpecah-pecah. Sel-sel kemudian

    mengalami hemolisis dan dibuang oleh sistem monositmakrofag. Dengan demikian

    siklus hidup SDM jelas berkurang, dan meningkatnya kebutuhan menyebabkan sumsum

    tulang melakukan penggantian. Hal-hal yang dapat menjadi penyebab anemia sel sabit

    adalah infeksi, disfungsi jantung, disfungsi paru, anastesi umum, dataran tinggi, dan

    menyelam.

    Patofisiologi. Efeknya adalah satu substitusi asam amino pada rantai beta hemoglobin

    karena hemoglobin A normal mengandung dua rantai dan dua rantai , maka terdapat

    dua gen untuk sintesa tiap rantai. Trait sel sabit hanya mendapat satu gen normal,

    sehingga SDM masih mampu mensintesa kedua rantai dan s, jadi mereka

    mempunyai hemoglobin A dan S sehingga mereka tidak menderita anemia dan tampak

    sehat. Apabila dua orang dengan trait sel sabit sama menikah, beberapa anaknya akan

    membawa dua gen abnormal dan hanya mempuntai rantai s dan hanya hemoglobin S,

    maka anak akan menderita anemia sel sabit.

    Manifestasi Klinis. Penderita selalu mengalami berbagai tingkat anemia dan sakit

    kuning (jaundice) yang ringan, tetapi mereka hanya memiliki sedikit gejala lainnya.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    21/50

    21

    Berbagai hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen dalam darah, (misalnya

    olah raga berat, mendaki gunung, terbang di ketinggian tanpa oksigen yang cukup atau

    penyakit) bisa menyebabkan terjadinya krisis sel sabit, yang ditandai dengan :

    a.

    Semakin memburuknya anemia secara tiba tiba nyeri (seringkali dirasakandi perut atau tulangtulang panjang)

    b. Demam, kadang sesak nafas.c. Nyeri perut bisa sangat hebat dan bisa penderita bisa mengalami muntah;

    gejala ini mirip dengan apendisitis atau suatu kista indung telur.

    Pada anak anak, bentuk yang umum dari krisis sel sabit adalah sindroma dada,

    yang ditandai dengan nyeri dada hebat dan kesulitan bernafas. Penyebab yang pasti dari

    sindroma dada ini tidak diketahui tetapi diduga akibat suatu infeksi atau tersumbatnya

    pembuluh darah karena adanya bekuan darah atau embolus (pecahan dari bekuan darah

    yang menyumbat pembuluh darah).

    Sebagian besar penderita mengalami pembesaran limpa selama masa kanak-kanak.

    Pada umur 9 tahun, limpa terluka berat sehingga mengecil dan tidak berfungsi lagi.

    Limpa berfungsi membantu melawan infeksi, karena itu penderita cenderung

    mengalami pneumonia pneumokokus atau infeksi lainnya.

    Infeksi virus bisa menyebabkan berkurangnya pembentukan sel darah, sehinggaanemia menjadi lebih berat lagi. Lama lama hati menjadi lebih besar dan seringkali

    terbentuk batu empedu dari pecahan sel darah merah yang hancur. Jantung biasanya

    membesar dan sering ditemukan bunyi murmur. Anak anak yang menderita penyakit

    ini seringkali memiliki tubuh yang relatif pendek, tetapi lengan, tungkai, jari tangan dan

    jari kakinya panjang. Perubahan pada tulang dan sumsum tulang bisa menyebabkan

    nyeri tulang, terutama pada tangan dan kaki.

    Bisa terjadi episode nyeri tulang dan demam dan sendi panggul mengalami

    kerusakan hebat sehingga pada akhirnya harus diganti dengan sendi buatan. Sirkulasi ke

    kulit yang jelek dapat menyebabkan luka terbuka di tungkai, terutama pada pergelangan

    kaki. Kerusakan pada sistem saraf bisa menyebabkan stroke. Pada penderita lanjut usia,

    paru paru dan ginjal mengalami penurunan fungsi. Pria dewasa bisa menderita

    priapisme (nyeri ketika mengalami ereksi).

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    22/50

    22

    Pemeriksaan Diagnostik

    a. Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah darah bervariasi dari 30% 50%), leukositos (khususnya pada krisis vaso oklusit) penurunan Hb/Ht dan

    total SDM.

    b. Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, selbentuk bulan sabit.

    c. Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanyahemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat

    yang diwariskan (trait).

    d. Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobinabnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.

    e. LED : meningkat.f. GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2.g. Bilirubin serum : meningkat.h. LDH : meningkat.i. IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal.j. Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang.k. Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang

    Penatalaksanaan. Sekitar 60% pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang

    berat hampir terus menerus dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat disebabkan

    karena infeksi dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor misalnya perubahan suhu

    yang ekstrim, stress fisis atau emosional lebih sering serangan ini terjadi secara

    mendadak.

    Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap pneumonia

    yang disebabkan pneumokokus. Tiap infeksi harus diobati dengan antibiotik yang

    sesuai. Transfusi sel darah merah hanya diberikan bila terjadi anemia berat atau krisis

    aplastik

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    23/50

    23

    Pada kehamilan usahakan agar Hb berkisar sekitar 10 12 g/dl pada trimester

    ketiga. Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12 14 g/dl sebelum operasi. Penyuluhan

    sebelum memilih teman hidup adalah penting untuk mencegah keturunan yang

    homozigot dan mengurangi kemungkinan heterozigot.

    Komplikasi. Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak

    kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel

    darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak

    menurun. Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung

    progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis,

    serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan

    ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan

    hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat

    mengkonsentrasi urine. Kasus-kasus Hb S trait juga dapat mengalami hematuria

    Thalasemia mayor

    Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel

    darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari).

    Akibatnya penderita thalasemia akan mengalami gejala anemia diantaranya pusing,

    muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang.

    Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein

    yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya. Hemoglobin

    merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi

    sangat penting untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh bagian tubuh yang

    membutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak

    ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat

    terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan

    aktivitasnya secara normal.Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang

    merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai

    asam amino yang membentuk hemoglobin. Thalasemia adalah penyakit yang sifatnya

    diturunkan. Penyakit ini, merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah merah.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    24/50

    24

    Etiologi. Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang

    diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang

    diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua

    orang tuanya. Jika hanya 1gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi

    pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.

    Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena 2 jenis yang utama

    adalah :

    1. Alfa Thalasemia (melibatkan rantai alfa) Alfa Thalasemia paling seringditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1 gen).

    2. Beta Thalasemia (melibatkan rantai beta) Beta Thalasemia pada orang didaerah Mediterania dan Asia Tenggara.

    Secara umum, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :

    1. Thalasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan.Thalasemia mayor merupakan penyakit yang ditandai dengan

    kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya, penderita kekurangan

    darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah

    merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang

    bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya

    Penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di

    usia 3-18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa

    muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies cooley.

    Facies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke

    dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras

    untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.

    Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih

    khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani transfusi

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    25/50

    25

    darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik, hidup

    penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan.

    Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung

    dari berat ringannya penyakit. Semakin berat penyakitnya, kian sering pula si

    penderita harus menjalani transfusi darah.

    2. Thalasemia MinorIndividu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu

    hidup normal,tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia

    minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga

    akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak mereka menerita thalasemia

    mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit thalasemia

    mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas,

    loyo dan sering mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak

    lahir dan akan tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan

    transfusi darah di sepanjang hidupnya

    Gejala dan tanda. Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya

    bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk

    yang lebih berat, misalnya beta-thalasemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice),

    luka terbuka di kulit (ulkus, borok), batu empedu dan pembesaran limpa.

    Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran

    tulang, terutama tulang kepala dan wajah.Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan

    mudah patah. Anak-anak yang menderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan

    mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal.

    Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka

    kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada

    akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    26/50

    26

    Oleh karena itu, untuk memastikan seseorang mengalami thalasemia atau tidak,

    dilakukan dengan pemeriksaan darah. Gejala thalasemia dapat dilihat pada banak usia

    3 bulan hingga 18 bulan.Bila tidak dirawat dengan baik, anak-anak penderita thalasemia

    mayor ini hidup hingga 8 tahun saja. Satu-satunya perawatan dengan tranfusi darah

    seumur hidup. jika tidak diberikan tranfusi darah, penderita akan lemas, lalu meninggal.

    Diagnosa. Thalasemia lebih sulit didiagnosis dibandingkan penyakit hemoglobin

    lainnya. Hitung jenis darah komplit menunjukkan adanya anemia dan rendahnya MCV

    (mean corpuscular volume).

    Elektroforesa bisa membantu, tetapi tidak pasti, terutama untuk alfa-thalasemia.

    Karena itu diagnosis biasanya berdasarkan kepada pola herediter dan pemeriksaan

    hemoglobin khusus.

    Pengobatan. Pada thalasemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan

    pemberian tambahan asam folat. Penderita yang menjalani transfusi, harus

    menghindari tambahan zat besi dan obat-obat yang bersifat oksidatif (misalnya

    sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan keracunan.

    Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum

    tulang. Terapi genetik masih dalam tahap penelitian.

    Pencegahan. Pada keluarga dengan riwayat thalasemia perlu dilakukan penyuluhan

    genetik untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita thalasemia.

    Pengidap thalasemia yang mendapat pengobatan secara baik dapat

    menjalankan hidup layaknya orang normal di tengah masyarakat. Sementara zat besi

    yang menumpuk di dalam tubuh bisa dikeluarkan dengan bantuan obat, melalui urine.

    Penyakit thalasemia dapat dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan, jika

    suami atau istri merupakan pembawa sifat (carrier) thalasemia, maka anak mereka

    memiliki kemungkinan sebesar 25 persen untuk menderita thalasemia.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    27/50

    27

    Anemia hemolitik didapat

    Tidak ada kelainan struktural dalam darah, akan tetapi membran sel darah merah

    terbungkus oleh antibodi sehingga sel darah merah tersebut akan terperangkap dalam

    limpa sehinga menyebabkan hemolisis dan anemia. Pasien biasanya diterapi dengan

    steroid dan penyakit yang mendasarinya. Pasien yang tidak berespon terhadap streroid

    jangka panjang dengan dosis tinggi merupakan calon untuk splenektomi. Sekitar 50

    persen penderita berespon baik dengan splenektomi dan 30 persen lainnya berespon

    baik terhadap kombinasi splenektomi dengan steroid dosis rendah.

    Purpura trombopatik autoimun

    Pada purpura trombopatik autoium, destruksi trombosit yang berlebihan terjadi

    akibat pemaparan terus menerus dengan antibodi anti trombosit dalam sirkulasi.

    Indikasi steroid bilamana pasien tidak berespon terhadap terapi steroid jangka panjang

    dengan dosis tinggi.

    Purpura Trombositopenik Trombotik adalah suatu penyakit yang berakibat fatal

    dan jarang terjadi, dimana secara tiba-tiba terbentuk bekuan-bekuan darah kecil di

    seluruh tubuh, yang menyebabkan penurunan tajam jumlah trombosit dan sel-sel darah

    merah, demam dan kerusakan berbagai organ.

    Penyebab. Penyebab penyakit ini tidak diketahui. Bekuan darah bisa memutuskan

    aliran darah ke bagian otak, sehingga terjadi gejala-gejala neurologis yang aneh dan

    hilang-timbul. Gejala lainnya adalah sakit kuning (jaundice), adanya darah dan protein

    dalam air kemih, kerusakan ginjal, nyeri perut, irama jantung yang abnormal. Jika tidak

    diobati, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal; dengan pengobatan, lebih dari

    separuh penderita yang bertahan hidup.

    Plasmaferesis berulang atau transfusi sejumlah besar plasma (komponen cair

    dari darah yang tersisa setelah semua sel-sel darah dibuang) bisa menghentikan

    penghancuran trombosit dan sel darah merah. Bisa diberikan kortikosteroid dan obat

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    28/50

    28

    yang menghalangi fungsi trombosit (misalnya aspirin dan dipiridamol), tetapi

    efektivitasnya belum pasti.

    Diagnosa. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan darah

    yang menunjukkan jumlah trombosit dibawah normal. Pemeriksaan darah dengan

    mikroskop atau pengukuran jumlah dan volume trombosit dengan alat penghitung

    elektronik bisa menentukan beratnya penyakit dan penyebabnya.

    Aspirasi sumsum tulang yang kemudian diperiksa dengan mikroskop, bisa

    memberikan informasi mengenai pembuatan trombosit.

    Pengobatan. Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka menghentikan pemakaian

    obat tersebut biasanya bisa memperbaiki keadaan. Jika jumlah trombositnya sangat

    sedikit penderita seringkali dianjutkan untuk menjalani tirah baring guna menghindari

    cedera. Jika terjadi perdarahan yang berat, bisa diberikan transfusi trombosit

    Purpura trombopatik Idiopatik

    Idiopatik trombositopeni purpura adalah suatu gangguan autoimun yang ditandai

    dengan trombositopenia yang menetap (angka trombosit darah perifer kurang dari

    15.000/L) akibat autoantibodi yang mengikat antigen trombosit menyebabkan

    destruksi prematur trombosit dalam sistem retikuloendotel terutama di limpa. Atau

    dapat diartikan bahwa idiopatik trombositopeni purpura adalah kondisi perdarahan

    dimana darah tidak keluar dengan semestinya. Terjadi karena jumlah platelet atau

    trombosit rendah. Sirkulasi platelet melalui pembuluh darah dan membantu penghentian

    perdarahan dengan cara menggumpal. Idiopatik sendiri berarti bahawa penyebab

    penyakit tidak diketahui. Trombositopeni adalah jumlah trombosit dalam darah berada

    dibawah normal. Purpura adalah memar kebiruan disebabkan oleh pendarahan dibawahkulit. Memar menunjukkan bahwa telah terjadi pendarahan di pembuluh darah kecil

    dibawah kulit.

    Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval dengan diameter 2-4m.

    Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit, sel yang sangat besar dalam

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    29/50

    29

    susunan hemopoietik dalam sumsum tulang yang memecah menjadi trombosit, baik

    dalam sumsum tulang atau segera setelah memasuki kapiler darah, khususnya ketika

    mencoba untuk memasuki kapiler paru. Tiap megakariosit menghasilkan kurang lebih

    4000 trombosit (Ilmu Penyakit Dalam Jilid II). Megakariosit tidak meninggalkan

    sumsum tulang untuk memasuki darah. Konsentrasi normal trombosit ialah antara

    150.000 sampai 350.000 per mikroliter. Volume rata-ratanya 5-8fl. Dalam keadaan

    normal, sepertiga dari jumlah trombosit itu ada di limpa. Jumlah trombosit dalam

    keadaan normal di darah tepi selalu kurang lebih konstan. Hal ini disebabkan

    mekanisme kontrol oleh bahan humoral yang disebut trombopoietin. Bila jumlah

    trombosit menurun, tubuh akan mengeluarkan trombopoietin lebih banyak yang

    merangsang trombopoiesis. Di dalam sitoplasma trombosit terdapat faktor-faktor aktif

    seperti :

    1. Molekul akin dan miosin, sama seperti yang terdapat dalam sel-sel otot, juga proteinkontraktil lainnya, yaitu tromboplastin, yang dapat menyebabkan trombosit

    berkontraksi;

    2. Sisa-sisa retikulum endoplasma dan aparatus golgi yang mensintesis berbagai enzimdan menyimpan sejumlah besar ion kalsium;

    3. Mitokondria dan sistem enzim yang mampu membentuk adenosin trifosfat danadenosin difosfat (ADP);

    4. Sistem enzim yang mensintesis prostaglandin, yang merupakan hormon setempatyang menyebabkan berbagai jenis reaksi pembuluh darah dan reaksi jaringan

    setempat lainnya;

    5. Suatu protein penting yang disebut faktor stabilisasi fibrin;6. Faktor pertumbuhan yang dapat menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel

    endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah, dan fibroblas, sehingga

    dapat menimbulkan pertumbuhan sel-sel untuk memperbaiki dinding pembuluhyang rusak.

    Pada permukaan membran sel trombosit terdapat glikoprotein yang menyebabkan

    trombosit dapat menghindari pelekatan pada endotel normal dan justru melekat pada

    dinding pembuluh yang terluka, terutama pada sel-sel endotel yang rusak, dan

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    30/50

    30

    bahkan melekat pada jaringan kolagen yang terbuka di bagian dalam pembuluh.

    Membran juga mengandung banyak fosfolipid yang berperan dalam mengaktifkan

    berbagai hal dalam proses pembekuan darah. Masa hidup trombosit 8 sampai 12

    hari, setelah itu proses kehidupannya berakhir. Trombosit itu kemudian diambil dari

    sirkulasi, terutama oleh sitem makrofag jaringan; lebih dari separuh trombosit

    diambil oleh makrofag dalam limpa. Penyebab dari kekurangan trombosit tidak

    diketahui (idiopatik). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana

    tubauh menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Meskipun

    pembentukan trombosit di sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit yang

    ada tetap dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga

    bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh. Secara normal sistem imun

    membuat antibodi untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada

    ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun

    menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui.

    Etiologi. Penyebab ITP ini tidak diketahui. Tetapi dapat dikemukakan berbagai

    kemungkinan diantaranya ialah hipersplenisme, infeksi virus (demam berdarah, morbili,

    varisela dan sebagainya), intoksikasi makanan atau obat (asetosal, PAS, fenilbutason,

    diamox, kina, sedormid) atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan

    factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID),

    autoimun Seseorang yang menderita ITP, dalam tubuhnya membentuk antibodi yang

    mampu menghancurkan sel-sel darah merahnya. Dalam kondisi normal, antibodi adalah

    respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh.

    Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan

    sekunder. Berdasarkan awitan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang

    atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari

    6 bulan (umunnya terjadi pada orang dewasa). .(2)

    Ada 2 tipe ITP. Tipe pertama umumnya menyerang kalangan anak-anak,

    sedangkan tipe lainnya menyerang orang dewasa. Anak-anak berusia 2 hingga 4 tahun

    yang umumnya menderita penyakit ini. Sedangkan ITP untuk orang dewasa, sebagian

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    31/50

    31

    besar dialami oleh wanita muda, tapi dapat pula terjadi pada siapa saja. ITP bukanlah

    penyakit keturunan.

    Patofisiologi. Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) terjadi bila trombosit mengalami

    destruksi secara prematur sebagai hasil dari deposisi autoantibody atau kompleks imun

    dalam membran system retikuloendotel limpa dan umumnya di hati .

    Manifestasi klinis. Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya

    bergerombol dan menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae,

    disebabkan karena adanya pendarahan dibawah kulit .Memar atau daerah kebiruan pada

    kulit atau membran mukosa (seperti di bawah mulut) disebabkan pendarahan di bawah

    kulit. Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas Memar tipe ini disebut

    dengan purpura. Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk massa tiga-dimensi

    yang disebut hematoma.

    Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Ada darah pada urin

    dan feses. Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP.

    Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang

    terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan

    penyakit. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan),

    sulit berkonsentrasi, atau gejala yang lain.

    Pemeriksaan penunjang. Yang Khas adalah trombositopenia. Jumlah trombosit dapat

    mencapai nol. Anemia biasanya normositik dan sesuai dengan jumlah darah yang

    hilang.

    Sumsum tulang biasanya memberikan gambaran yang normal, tetapi jumlah dapat

    pula bertambah, banyak dijumpai megakariosit muda berinti meta megalialuriosit satu,

    setoplasma lebar dan granulasi sedikit jarang ditemukan, sehingga terdapat malnutritionarrest pada stadium megakariosit.

    Selain kelainan hematologis diatas mekanisme pembekuan memberikan kelainan

    berupa masa perdarahan memanjang, rumple-leede umumnya positif, tetapi masa

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    32/50

    32

    pembekuan normal, retraksi bekuan abnormal dan prothrombin time memendek.

    Pemeriksaan lainnya normal.

    Terapi. Terapi ITP lebih ditujukan untuk menjaga jumlah trombosit dalam kisaran

    aman sehingga mencegah terjadinya pendarahan mayor. Selain itu, terapi ITP

    didasarkan pada berapa banyak dan seberapa sering pasien mengalami pendarahan dan

    jumlah platelet. Terapi untuk anak-anak dan dewasa hampir sama. Kortikosteroid (ex:

    prednison) sering digunakan untuk terapi ITP. kortikosteroid meningkatkan jumlah

    platelet dalam darah dengan cara menurunkan aktivitas sistem imun. Imunoglobulin dan

    anti-Rh imunoglobulin D. Pasien yang mengalami pendarahan parah membutuhkan

    transfusi platelet dan dirawat dirumah sakit.

    Terapi awal ITP (standar) :

    1. Prednison.Terapi awal prednisoon atau prednison dosis 0,5-1,2 mg/kgBB/hari selama 2

    minggu. respon terapi prednison terjadi dalam 2 minggu dan pada umumnya

    terjadi dalam minngu pertama, bila respon baik dilanjutkan sampai 1 bulan,

    kemudian tapering. Imunoglobulin intravena (IgIV). Imunoglobulin intravena

    dosis 1g/kg/hr selam 2-3 hari berturut-turutndigunakan bila terjadi pendarahan

    internal, saat AT(antibodi trombosit)

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    33/50

    33

    menggunakan dosis tinggi metiprednisolon 3o mg/kg iv kemudian dosis

    diturunkan tiap 3 hr samapi 1 mg/kg sekai sehari.

    4. IgIV dosis tinggiImunoglobulin iv dosis tinggi 1 mg/kg/hr selama 2 hari berturut-turut, sering

    dikombinasi dengan kortikosteroid, akan meningkatkan AT dengan cepat. Efek

    samping, terutama sakit kepala, namun jika berhasil maka dapat diberikan secara

    intermiten atau disubtitusi dengan anti-D iv.

    5. Anti-D ivDosis anti-D 50-75 mg/ka/hr IV. Mekanisme kerja anti-D yakni destruksi sel

    darah merah rhesus D-positif yang secara khusus diberikan oleh RES terutama

    di lien, jadi bersaingdengan autoantibodi yang menyelimuti trombosit melalui Fc

    reseptor blockade.

    6. Alkaloid vinkaMisalnya vinkristin 1 mg atau 2 mg iv, vinblastin 5-10 mg, setiap minggu

    selama 4-6 minggu.

    7. DanazolDosis 200 mg p.o 4x sehari selama sedikitnya 6 bulan karena respon sering

    lambat. Bila respon terjadi, dosis diteruskan sampai dosis maksimal sekurang-

    kurangnya hr 1 tahun dan kemudian diturunkan 200mg/hr setiap 4 bulan.8. Immunosupresif dan kemoterapi kombinasi

    Imunosupresif diperlukan pada pasien yang gagal beresponsdengan terapi

    lainya. Terapi dengan azatioprin (2 mg kg max 150 mg/hr) atau

    siklofosfamiddenga sebagai obat tunggal dapat dipertimbangkan dan responya

    bertandng tertahan sampai 5%.

    9. DapsoneDosis 75 mg p.o per hari, respon terjadi dalam 2 bulan. Pasien harus diperiksa

    G6PD, karena pasien dengan kabar G6PD yang rendah mempunyai risiko

    hemolisis yang serius.

    Pencegahan. Idiopatik Trombositopeni Purpura (ITP) tidak dapat dicegah, tetapi dapat

    dicegah komplikasinya.Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    34/50

    34

    dapat mempengaruhi platelet dan meningkatkan risiko pendarahan. Lindungi dari luka

    yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan.

    Lakukan terapi yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang.

    Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini penting

    bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak memiliki limfa.

    Obstruksi vena porta

    Tekanan darah normal pada vena portal sangat rendah, yaitu 5 10 mmHg. Hal

    ini dikarenakan resistensi vaskular pada sinusoid hati sangat minimal. Hipetensi portal

    (>10mmHg) pada umumnya disebabkan oleh peningkatan resistensi vaskular ke aliran

    darah portal. Karena sistem vena portal sangat sedikit memiliki katup vena, resistensi

    pada semua daerah antara sisi kanan jantung dengan pembuluh darah splanknik

    menghasilkan transmisi retrograde pada semua peningkatan tekanan tersebut.

    Peningkatan resistensi dapat terjadi pada tingkatan menurut sinusoid, yaitu (1)

    presinusoidal, (2) sinusoidal, dan (3) post-sinusnoidal. Menurut letaknya, dapat dapat

    pula dibagi menjadi (1) prehepatik, (2) intrahepatik, dan (3) posthepatik.

    Obstruksi pada bagian vena presinusoidal dapat terjadi secara anatomis di dalam

    atau di luar hati (contoh: trombosis vena porta). Sedangkan di dalam hati, obstruksinya

    berada pada daerah proksimal sehingga parenkim hati tidak terpapar peningkatan

    tekanan vena (contoh: schistosomiasis). Obstruksi Post-sinusoidal juga dapat terjadi di

    luar hati tapi pada tingkat vena hepatik (Sindrom Budd-Chiari), vena kava inferior, atau

    juga bisa pada hati (Penyakit Veno-oklusif), walaupun jarang. Ketika hipertensi portal

    berkomplikasi pada sirosis, biasanya terletak sinusoidal. Hipertensi portal juga bisa

    terjadi karena peningkatan aliran darah ke porta (splenomegali atau fistula arterivena),

    walaupun jarang.

    Etiologi. Presinusoidal: Splenomegali, Sarcoidosis, Schistomiasis, Fibrosis hepar

    kongenital, fibrosis portal idiopatik, aktif hepatitis kronik. Sinusoidal: Sirosis lama,

    hepatitis alkoholik. Postsinusoidal: sindrom Budd-Chiari, membranous IVC web,

    gagal jantung kanan, perikarditis konstriktif

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    35/50

    35

    Patogenesis. Peningkatan resistensi di Presinusoid. Peningkatan ini biasanya terjadi

    pada obstruksi pada vena portal utama atau vena di bawahnya. Di seluruh dunia kondisi

    ini terutama terjadi karena fibrosis annular pada venul portal intrahepatik karena

    pembentukan granuloma yang distimulasi oleh pengeluaran telur oleh Schistosoma

    mansonii yang hidup pada vena portal. Penyakit ini umumnya terjadi di Afrika dan

    Amerika Latin. Peningkatan resistensi di sinusoidal (intrahepatik). Peningkatan

    resistensi di sinusoidal merupakan satu dari dua faktor utama hipertensi portal yang

    dikarenakan sirosis. Penyempitan di sinusoidal dikarenakan tiga hal, yaitu (1) deposisi

    kolagen subendotelial di ruang Disse, (2) distorsi dari regenerasi nodul-nodul, dan (3)

    kontriksi yang disebabkan oleh rusaknya sintesis NO dan peningkatan sintesis dari

    endorelin oleh endotelium sinusoidal. Kompresi sinusoid dan venul hepatik oleh tumor

    primer atau sekunder merupakan penyebab lain. Peningkatan resistensi di

    postsinusoidal. Peningkatan resistensi di postsinusoidal dapat terjadi karena tiga hal,

    yaitu:

    Penyakit Veno-oklusifObstruksi multi tempat pada venul hepatik kecil, bisa karena radiasi atau

    kemoterapi, atau juga karena racun.

    Sindrom Budd-ChiariObstruksi dari vena hepatik utama, atau pada vena kava inferior atau yang

    berada di atas hati. Trombosis, endophlebitis, congenital webs, kanker hati atau

    ginjal yang berkembang intravaskular.

    CHF bagian kanan yang parahMeningkatkan tekanan arteri bagian kanan dan menghalangi vena return.

    Diagnosis. Pada umumnya, pasien memiliki asites dan splenomegali, yang diikuti

    dengan tanda-tanda dari penyakit hati kronis. Akan tetapi, perlu diingat, bahwa semuaprehepatik dan beberapa kondisi presinusoidal memiliki fungsi hati normal dan tidak

    ada asites. Kemudian, terjadi dilatasi vena-vena di abdomen khususnya di abdomen

    bagian atas, bisa juga terjadi caput medusa pada abdominal walaupun jarang. Tanda

    lainnya adalah terjadinya varises anorektal yang ditandai dengan perdarahan. Varises

    gastroesofagus dengan volum darah yang besar, hematemesis, melena atau hematosezia.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    36/50

    36

    Manifestasi Klinis. Manifestasi klinis utama dari hipertensi portal adalah perdarahan

    pada varises gastroesofagus, splenomegali dengan hipersplenism, asites, dan enselopati

    hepatik akut maupun kronik.

    Hipersplenism dan PancytopeniaKarena tidak ada atau sedikit katup pada vena porta, peningkatan pada vena ini

    memengaruhi vena-vena dibawahnya, seperti pada spleen, gaster, dan usus.

    Kerusakan pada spleen menyebabkan kerusakan elemen sel darah, menyebabkan

    anemia, leukopenia, dan trombositopenia.

    Post-systemic coll ateral

    Common sites of portal-systemic collateral formation

    Location Portal

    circulation

    Systemic

    circulation

    Clinical consequence

    Proximal

    stomach and

    distal

    esophagus

    Coronary vein

    of stomach

    Azygos vein Submucosal

    gastroesophageal

    varices

    Anterior

    abdominal wall

    Umbilical vein

    in falciform

    ligament

    Epigastric

    abdominal

    wall veins

    Caput medusae

    Retroperitoneal Splenic vein

    branch

    Sappey's veins

    (around liver

    and

    diaphragm)

    Left renal vein

    Retzius's vein

    Usually none

    Usually none

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    37/50

    37

    Anorectal Middle and

    superior

    hemorrhoidal

    veins

    Inferior

    hemorrhoidal

    vein

    May be mistaken for

    hemorrhoids

    Ensefalopati heparKarena terjadinya kolateral dari porta-sistemik, maka ammonia dan kompenen

    lain yang nitrogenous yang secara natural diabsorpsi oleh usus, menjadi tidak

    melewati hati tapi langsung ke otak sehingga menyebabkan gangguan neural.

    Sindrom hepato-renalKegagalan fungsi ginjal karena vasokonstriksi yang besar dari arteri aferen

    ginjal pada pasien sirosis dengan retensi cairan yang parah.

    Asites dan EdemaPeningkatan tekanan vena portal dan rendahnya tekanan onkotik plasma karena

    hipoalbunemia adalah penyebab utama terjadinya penimbunan cairan (asites).

    Spontaneous bacter ial peri toni tisPeningkatan tekanan vena portal meningkatkan permeabiliatas dari membran

    kapiler usus. Dikombinasi dengan pertumbuhan overgrowth pada usus halus,sehingga meningkatkan tranlokasi bakteri dari usus ke organ lain melewati

    sirkulasi.

    Pengobatan

    a. Menurunkan Resistensi Pembuluh daarah intrahepatiko Prekursor NO (contoh: isosorbide mononitrate)o

    Mengblok reseptor angiotensin II & endothelin (Losartan, Bosentan)b. Kontriksi arteriol splangnik untuk menurunkan aliran vena portal

    o Antagonis -adrenergic (e.g. propranolol)juga heart rateo Analog Splanchnic-selectivevasopressin(Terlipressin)

    c. Menghambat vasodilatasi splangniko Menurunkan sinstesis NO yang dimediasi oleh eNOS

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    38/50

    38

    o Menghambat eNOS (N-nitro-L-arginine)o Menurunkan pembentukan endotoxin di usus (Norfloxacin antibiotic)o Menghambat reseptor CCK, VIP, dan glukagon (somatostatin analogue)

    d. Menurunkan volum intravaskularRestriksi natrium, diuretike. Mengkompresi sistem portal dengan mengalihkan darah ke sirkulasi

    sistemik

    o Pembedahanshuntsplenorenal atau porto-cavalo Transjugular intrahepatic porto-systemic shunt (TIPS)

    Neoplasma

    Dapat bersifat primer dan sekunder. Pada kondisi primer, sel-sel onkogenik limpa

    secara primer tumbuh menjadi sel tumor. Kondisi sekunder pada umumnya terjadi

    karena pengaruh pada saat penyebaran (metastatik) sel tumor limfoma dan leukemia.

    Penyakit gaucher

    Penyakit Gaucher adalah penyakit genetis dimana lipid terakumulasi dalam sel atau

    organ tertentu. Penyakit Gaucher adalah bentuk paling umum dari Lysosomal Storage

    Diseases (LSD). Penyakit ini disebabkan kekurangan enzim glukoserebrosidase yang

    berfungsi memecahkan glukoserebrosida. Ketika terjadi kekurangan atau ketidakaktifan

    enzim ini, glukoserebrosida akan terakumulasi dalam sel makrofaga. Pada organ,

    umumnya substansi lemak ini terakumulasi dalam limpa, liver, paru-paru, otak dan

    sumsum tulang. Penyakit ini dinamai berdasarkan nama penemunya, Philippe Gaucher

    seorang dokter Prancis, yang mendeskrepsikan penyakit ini pada tahun 1882.

    Mekanisme. Cerebrosida adalah nama umum bagi kelompok glikosphingolipid

    (monoglikosillceramida) yang merupakan komponen penting pada jaringan otot danmembran sel saraf. Cerebrosida yang disinteris oleh RE halus ini terdiri dari satu unit

    gula yang berikatan dengan satu gugus asam lemak. Unit gula ini dapat berupa glukosa

    atau galaktosa. Bila unit gulanya glukosa, disebut glukoserebrosida, dan bila unit

    gulanya galaktosa, disebut galaktoserebrosida. Galaktoserebrosida umumnya ditemukan

    pada jaringan saraf sebagai komponen utama penyusun selubung myelin, sedangkan

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    39/50

    39

    glukoserebrosdia ditemukan pada jaringan lemak kulit, limpa, eritrosit, leukosit, dan

    jaringan saraf. Glukoserebrosida juga ditemukan pada tumbuhan dan fungi, sehingga

    glukoserebrosida dapat dikatakan lipid yang umum bagi eukariotik tingkat tinggi.

    Pemecahan glukoserebrosida terjadi di lisosom, dan menghasilkan asam lemak,

    spingosine dan glukosa. Enzim yang bertugas dalam memecahkan glukoserebrosida

    melalui proses hidrolisis adalah glukoserebrosidase.

    Penyakit Gaucher disebabkan oleh mutasi pada kromosom pertama, pada gen yang

    mengatur pelipatan enzim glucocerebrosidase (juga dikenal sebagai -glucosidase).

    Enzim ini memiliki massa 55,6 ribu dalton, sepanjang 497 asam amino. Selain berkaitan

    dengan penyakit Gaucher, kesalahan pelipatan glukoserebrosidase ini juga

    menyebabkan peningkatan resiko penyakit Parkinson.

    Akumulasi glukoserebrosida pada penyakit Gaucher terutama berasal dari fagositosis

    leukosit yang sudah mati dan dari degradasi membran eritrosit yang sudah tua.

    Makrofaga yang bertugas mencerna leukosit dan eritrosit, lisosomnya tidak mampu

    memecahkan glukoserebrosida. Akibatnya glukoserebrosida menumpuk dalam sel

    makrofag, nukleusnya berpindah dan bentuk sel berubah menjadi seperti kertas ronyok.

    Makrofaga yang rusak ini disebut sel Gaucher.

    Sel Gaucher ini umunya menumpuk pada organ yang bertugas mereproduksi leukosit

    dan eritrosit, yaitu limpa, liver, sumsum tulang. Akumulasi pada organ lain disebabkan

    oleh perpindahan sel Gaucher yang ikut bersirkulasi, baik melalui sistem peredaran

    darah maupun sistem limpa.

    Gejala dan Diagnosis. Gejala umum pada penyakit Gaucher adalah pembesaran pada

    organ, terutama limpa dan liver. Pada tahap yang parah, pembesaran ini dapatmenyebabkan organ pecah, dan mengakibatkan komplikasi pada sistem pertahanan

    tubuh, sistem peredaran darah (anemia), sistem pernafasan, dan sistem gerak (rusaknya

    sendi tulang). Gaucher memiliki 3 tipe yaitu nonneuronopathik (tipe 1), neuronopathik

    akut (tipe 2) dan neuronopathik kronis (tipe 3).

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    40/50

    40

    Pada tipe 1, yang paling umum, glikoserebrosida terakumulasi pada berbagai organ,

    tetapi tidak terakumulasi pada otak. Penderita tipe 1 umumnya dapat bertahan hidup

    dengan perawatan khusus.

    Pada tipe 2 dan 3, terjadi akumulasi glikoserebrosida pada otak, sehingga terjadi

    kerusakan pada sistem saraf pusat. Gejala pada tipe 2 mulai dialami pada usia 3 bulan,

    dan penderita akan meninggal pada usia 2 tahun. Kerusakan sistem saraf menyebabkan

    hilangnya kendali pada gerakan mata, gerakan tangan dan kaki, dan ketidakmampuan

    untuk minum atau menelan makanan.

    Gejala pada tipe 3 dimulai pada masa kanak-kanak atau pada masa remaja. Pembesaran

    pada limpa dan hati penderita tipe 3 dapat ditangani, tetapi kerusakan otak perlahan-

    lahan akan menurunkan kemampuan koordisasi sistem organ. Gejalanya sama dengan

    tipe 2, tapi terjadi lebih lamban. Penderita akan meninggal beberapa tahun setelah gejala

    dimulai.

    Diagnosis Gaucher dapat dilakukan dengan cara biopsi dan tes genetik. Biopsi

    dilakukan dengan cara mengambil sampel kecil dari liver atau jaringan lain dan

    kemudian sampel dianalisis. Uji genetik dapat membantu orang-orang yang memiliki

    keluarga dengan sejarah Gaucher, dan mengetahui apakah mereka juga membawa genmutasi penyebab penyakit ini. Test genetik juga dapat menentukan apakah fetus (janin)

    memiliki kelainan atau membawa gen cacat. Uji prenatal ini dilakukan dengan

    mengambil sedikit sampel plasenta pada awal kehamilan. Sampel plasenta ini memiliki

    DNA yang sama dengan janin, diampil mengguakan kateter atau jarum yang

    dimasukkan melalui rahim atau melalui perut.

    Perawatan dan Penyembuhan

    Bagi penderita tipe 1 dan 3, terapi enzim yang dilakukan setiap 2 minggu dapat

    membantu mengecilkan pembengkakan pada limpa dan liver. Enzim yang digunakan

    adalah glukoserebrosidase hasil rekombinan. Namn terapi ini sangat mahal, dengan

    biaya 200.000 US$ per tahun. Transplantasi sumsum tulang juga berhasil dalam

    beberapa kasus. Pembedahan untuk membuang limpa yang membengkak juga terkadang

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    41/50

    41

    diperlukan. Pada gejala dimana sistem peredaran darah terganggu, silakukan tranfusi

    darah. Beberapa penderita juga perlu melakukan pembedahan untuk mengganti sendi

    agar kemampuan geraknya dapat kembali. Tidak ada perawatan yang efektif untuk

    kerusakan otak pada pasien dengan tipe 2 dan 3. Terapi gen untuk menyembuhkan

    penyakit ini sedang dalam pengembangan.

    Penyebaran

    Kelainan genetis yang menyebabkan penyakit Gaucher diturunkan melalui

    autosom (kromosom tubuh), jadi penyebaran dan efeknya setara pada pri dan wanita.

    Gen mutasi untuk gaucher tipe 1 sangat tinggi keberadaannya pada orang Yahudi

    Ashkenazi (orang Yahudi keturunan Jerman), dengan rata-rata 1 dari 15 orang memiliki

    gen ini). Gaucher tipe 2 menyebar rata di seluruh dunia, tanpa memandang suku

    ataupun wilayah. Gaucher tipe 3 kebanyak ditemukan di wilayah Swedia.

    Metaplasia mieloid agnogenik

    Fibrosis sumsung tulang menyebabkan metaplasis mieloid agnogenik dan

    hematopiesis ekstramedularis. Splenomegali massif dan juga anemia atau pansitopenia.

    Limpa pada sebagian pasien dapat mencapai pelvis. Splenektomi sebagai prosedur

    paliatif, dilakukan hanya untuk menurunkan kebutuhan transfusi massif yang biasanya

    dialami pasien tersebut. Permasalan hematologis muncul akibat peran ganda limpa

    sebagai organ hematpoiesis dan tempat destruksi sel darah merah. Setelah splenektomi

    penderita akan mengalami remisi yang panjang akan tetapi akhirnya kembali akan

    memerlukan transfusi akibat anemia.

    MANIFESTASI KLINIS

    Keluhan Tanda dan gejala

    1. Splenomegali

    2. Pansitopenia

    Kurang, kecuali jika

    besar sekali

    Pembengkakan kiri

    atas di perut

    http://monruw.files.wordpress.com/2010/04/penurunan-gaucher.jpg
  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    42/50

    42

    Anemia Leukopenia Trombositopenia

    3. Hiperplasia sumsum merah4. Anoreksia5. Pusing6. Sesak7. Limpa yang membesar terletak

    di dekat lambung dan bisa

    menekan lambung, sehingga

    penderita bisa merasakan

    perutnya penuh meskipun baru

    makan sedikit makanan kecil

    atau bahkan belum makan apa-

    apa.

    8. Penderita juga bisa merasakannyeri perut atau nyeri punggungdi daerah limpa, yang bisa

    menjalar ke bahu, terutama jika

    sebagian limpa tidak

    mendapatkan cukup darah dan

    mulai mati.

    Pusing, lelah

    Peka infeksi

    Perdarahan tanpa

    rudapaksa yang

    sesuai

    Kurang jelas

    Pucat, Hb, Ht

    Penurunan daya tahan

    Diatesis hemoragik

    Pemeriksaan sediaan

    darah tepi dan

    sumsum merah

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Ultrasonografi umumnya dapat membantu menentukan ukuran, bentuk, danpatologi limpa. Misalnya, adanya abses atau kista.

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    43/50

    43

    2. Pada pemeriksaan perkusi jarang ditemukan pekak limpa bila besar limpanormal.

    3. Biasanya pada pemeriksaan fisik, akan teraba adanya pembesaran limpa.4. Pembesaran limpa juga bisa terlihat pada foto rontgen perut.5. Diperlukan CT scan untuk menentukan besarnya limpa dan melihat adanya

    penekanan terhadap organ di sekitarnya.

    6. MRI scan juga memberikan hasil yang sama dengan CT scan dan juga bisamengikuti aliran darah yang melalui limpa.

    7. Menggunakan partikel radioaktif yang ringan untuk mengukur besarnya limpadan fungsinya serta untuk menentukan apakah terdapat penumpukan atau

    penghancuran sel darah dalam jumlah besar.

    8. Pemeriksaan darah menunjukkan berkurangnya jumlah sel darah merah, seldarah putih dan trombosit.

    9. Pada pemeriksaan dibawah mikroskop, bentuk dan ukuran sel darah bisamemberikan petunjuk mengenai penyebab membesarnya limpa.

    10.Pemeriksaan sumsum tulang dapat menemukan adanya kanker sel darah(misalnya leukemia atau limfoma) atau penumpukan bahan-bahan yang tidak

    diinginkan.

    PENATALAKSANAAN

    1. Jika memungkinkan, dilakuakn pengobatan terhadap penyakit yangmenyebabkan terjadinya pembesaran limpa.

    2. SplenektomiMengingat fungsi filtrasi limpa, indikasi splenektomi harus

    dipertimbangkan benar. Selain itu, splenektomi merupakan suatu operasi yang

    tidak boleh dianggap ringan. Tindak bedah kadang sukar karena eksposisinyatidak mudah padahal splenomegali sering disertai banyak perlekatan dapa

    diafragma dan alat lain yang berdampingan. Pengikatan a.lienalis sebagai

    tindakan pertama sewaktu operasi sangat berguna. Pembuluh ini ditemukan

    dengan menelusuri bursa omentalis pada pinggir kranialpankreas. Bila limpa

  • 5/27/2018 REFERAT HIPERSPLENISME.docx

    44/50

    44

    besar sering dianjurkan pendekatan laparo-torakotomi yang sekaligus menyayat

    diafragma sehingga daerah ekposisi menjadi halus.

    Splenektomi dilakukan jika terdapat kerusakan limpa yang tidak dapat

    diatasi dengan splenorafi, splenektomi parsial yang bias terdiri dari eksisi satu

    segmen dilakukan jika ruptur limpa tidak mengenai hilus dan bagian yang tidak

    cedera masih vital.

    Splenektomi total juga dilakukan secara elektif pada penyakit yang

    menuntut pengangkatan limpa misalnya pada hiperplenisme atau kelainan

    hematologik tertentu.

    Reimplantasi merupakan autotransplantasi jaringan limpa yang dilakukan

    setelah splenektomiuntak mencegah terjadinya epsis.caranya ialah dengan

    membungkus pecahan parenkim limpa dengan omentum atau menanamnya di

    pinggang di belakang peritoneum. Splenektomi sedapat mungkin dihindari pada

    cedera limpa. Komplikasi pasca splenektomi terdiri dari atelektase lobus bawah

    pari kiri karena gerak diafragma sebelah kiri pada pernapasan kurang bebas.

    Trombositosis pascabedah yang mencapai puncak sekitar hari kesepuluh tidak

    menyebabkan kecenderungan ke trombosis karena trombosit yang bersangkutan

    merupakan trombosit tua.

    Splenektomi darurat

    Pada kasus ruptur limpa, perdarahan massif bisa mengaburkan inspeksi.

    Prosedur pertama adalah mengevakuasi bekuan secara manual dan dengan

    bantuan suction. Jalankan tangan anda ke hilus untuk mengendalikan perdarahan