PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN...

174
i PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALU, PALU SULAWESI TENGAH PRODUCTIVITY, QUALITY AND AGROINDUSTRY DEVELOPMENT POTENTIAL OF ONION (LEMBAH PALU VARIETY) PALU, CENTRAL SULAWESI ABDUL RAHIM PROGRAM PASCASARJANA U N I V E R S I T A S H A S A N U D D I N MAKASSAR 2012

Transcript of PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN...

Page 1: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

i

PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSIPENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BAWANG MERAHVARIETAS LEMBAH PALU, PALU SULAWESI TENGAH

PRODUCTIVITY, QUALITY AND AGROINDUSTRYDEVELOPMENT POTENTIAL OF ONION (LEMBAH PALU

VARIETY) PALU, CENTRAL SULAWESI

ABDUL RAHIM

PROGRAM PASCASARJANAU N I V E R S I T A S H A S A N U D D I N

MAKASSAR2012

Page 2: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

ii

PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSIPENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BAWANG MERAHVARIETAS LEMBAH PALU, PALU SULAWESI TENGAH

DisertasiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Doktor

Program StudiIlmu Pertanian

Disusun dan diajukan oleh

ABDUL RAHIM

Kepada

PROGRAM PASCASARJANAU N I V E R S I T A S H A S A N U D D I N

MAKASSAR2012

Page 3: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

iii

DISERTASI

PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSIPENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BAWANG MERAHVARIETAS LEMBAH PALU, PALU SULAWESI TENGAH

Disusun dan diajukan oleh

ABDUL RAHIMNomor Pokok P0100307008

Telah dipertahankan di depan Panitian Ujian DisertasiPada tanggal 18 Juni 2012

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

MenyetujuiKomisi Penasehat,

Prof. Dr.Ir. Sumbangan Baja, M.PhilPromotor

Dr.Ir.Bachrul Ibrahim, M.Sc. Prof.Dr.Ir.Muslimin Mustafa, M.Sc.Kopromotor Kopromotor

Ketua Program Studi Direktur Program PascasarjanaIlmu Pertanian, Universitas Hasanuddin,

Prof.Dr.Ir.M. Saleh S. Ali, M.Sc. Prof.Dr.Ir. Mursalim, M.Sc

Page 4: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

iv

PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abdul Rahim

Nomor mahasiswa : P0100307008

Program Studi : Ilmu Pertanian

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan

disertasi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Makassar, 12 Juni 2012

Yang menyatakan,

Abdul Rahim

Page 5: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

v

PRAKATA

Terdorong oleh keinginan membantu petani keluar dari berbagai

posoalan berkaitan dengan rendahnya produktivitas bawang merah

varietas Lembah Palu sebagai bahan baku industri pengolahan bawang

goreng yang sudah menjadi “ brand lokal palu”. Penulis mengangkat

masalah ini sebagai tugas akhir dalam penulisan disertasi pada program

pascasarjana Universitas Hasanuddin untuk memberi kontribusi dalam

penyelasaian masalah tersebut.

Banyak kendala yang dihadapi penulis dalam mempersiapkan

disertasi ini, mulai dari penelusuran topik, penulisan proposal, seminar,

pelaksanaan peneltian hingga penulisan disertasi ini, namun semua itu

dapat dilalui berkat izin dan ridha Allah SWT. Oleh karena itu, penulis

memanjatkan rasa syukur atas segala rnikmat yang senantiasa

dilimpahkan terutama kesehatan dari kearifan-kearifan dari berbagai

pihak yang memungkinkan disertasi ini dapat diselesaikan. Melalui

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargan yang

setinggi-tingginya kepada bapak Prof. Dr.Ir. Sumbangan Baja, M.Phil.,

Prof.Dr.Ir. Muslimin Mustafa, M.Sc. dan Dr.Ir. Bachrul Ibarahim, M.Sc.

masing-masing sebagai promotor dan kopromotor atas arahan dan

bimbingan yang telah diberikan mulai dari kegiatan perkuliahan hingga

selesainya disertasi ini. Terima kasih yang sama penulis sampaikan

kepada bapak Prof.Dr.Ir. Hazairin Subair, MS, Prof. Dr.Ir. Kaimuddin, MS,

Dr.Ir. Burhanuddin Rasyid, M.Sc. dan Prof. Dr.Ir. Amir Coneng, MS

Page 6: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

vi

sebagai penguji dan penguji eksternal atas segala saran, masukan dan

koreksi untuk perbaikan disertasi ini.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Rektor

Universitas Hasanuddin, Direktur Program Pascasarjana beserta seluruh

staf/pegawai program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Dekan

Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, KPS Ilmu Pertanian, Ketua

Jurusan Ilmu Tanah beserta seluruh staf pengajar dan pegawai Jurusan

Ilmu Tanah yang telah banyak membantu penulis selama proses

perkuiahan, penelitian dan pelayanan administrasi akademik.

Kepada Rektor Universitas Tadulako, Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Tadulako yang telah mendukung dan memberi rekomendasi

kepada penulis untuk melanjutkan studi pada proram Pascasarjana

Universitas Hasanuddin diucapkan terima kasih. Terima kasih kepada

rekan-rekan staf pengajar Fakultas Pertanian yang banyak membantu

khususnya kepada Prof. Dr.Ir. Saiful Darman, MS, Dr.Ir. Abd.Rauf

Muhammad, Dr.Ir. Masyahoro dan teman-teman lainnya yang tdk sempat

disebut namanya satu persatu.

Khusus kepada kedua orang tua penulis, H. Andi Muh. Thaha

(Alm), Ibunda H. Andi Mintiri, Istri tercinta Andi Meriam Pawawoi, dan

anak-anak kami Wulan, Ika, Adrian dan Agung atas segala ketulusan,

kesabaran, ketabahan dan pengertian serta doa-doa yang senantiasa

terucap, disampaikan terima kasih yang tulus. Kepada adik-adik penulis

Dr.Ir. A.M. Arsyad Thaha, MT sekeluarga, Ir.A. Abd. Syahid Thaha, MT,

Page 7: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

vii

Ir.Sukmawati Thaha, M.Sc., Dra. A. Rahmawati Thaha, A. Nurbaeti Thaha,

SE, A. Amir Akbar Thaha, ST dan Andi Ambo disampaikan terima kasih

atas segala bantuan dan dorongan yang diberikan selama ini.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada teman-

teman angkatan 2007, Ir.Achmad Fathoni, MS, Ir.Ida Suryani,MP, Ir.

Ismaya Parawangsa, MS, dan yang lainya yang tak dapat disebut

namanya satu persatu atas bantuan, dorongan dan motifasi yang

senantiasa disampaiakan pada banyak kesempatan.

Penulis menyadari bahwa untuk melaksanakan penelitian ini

memerlukan biaya yang cukup besar, namun penulis juga berkeyakinan

bahwa berbagai pihak dengan harapan yang sama sudah tentu akan

mengulurkan bantuan guna terlaksananya penelitian ini. Untuk itu,

kepada semua pihak yang telah memberi bantuan khususnya Lembaga

Penelitian dan Pengabdi Masyarakat (LPPM ) melalaui DIPA Universitas

Hasanuddin 2011, kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih.

Harapan penulis adalah bahwa hasil penelitian ini dapat memberi

manfaat dalam upaya meningkatkan produktivitas bawang merah varietas

Lembah Palu dengan kualitas yang baik sesuai tuntutan kebutuhan

industri pengolahan bawang goreng yang terus meningkat dari tahun ke

tahun.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas

segala bantuan, kearifan-kearifan dan keichlasan yang telah diberikan

Page 8: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

viii

kepada penulis selama mengikuti pendidikan pada program Pascasarjana

Universitas Hasanuddin, Amin..

Makassar, 12 Juni 2012

Penulis,

Page 9: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

ix

Abstrak

ABDUL RAHIM . Produktivitas, kualitas dan potensi pengembanganagroindustri bawang merah varietas Lembah Palu (dibimbing olehSumbangan Baja, Muslimin Mustafa dan Bachrul Ibrahim).

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih mendalam tentangproduksi, kualitas dan potensi pengembangan agroindustri bawang merahvaretas lembah Palu. Rancangan percobaan yang digunakan adalahrancangan faktorial 2x3x4 dalam rancangan acak kelompok dengan 3 kaliulangan. Faktor pertama adalah bahan organik (O1=10 ton ha-1; O2=15ton ha-1), faktor kedua adalah kadar air tersedia (A1= 100-80%; A2= 80-60%; A3= 60-40%), dan faktor ketiga adalah hara tanaman (H1= 48 kg Sha-1; H2= 72 kg S ha-1; H3= 100 kg KCl ha-1; H4= 200 kg KCl ha-1). Datadianalisis dengan analisis univariat dengan program excell 2007 dan nilaitengah perlakuan diuji dengan uji BNJ (P05),

Hasil percobaan menunjukkan bahwa tanaman bawang merahdapat tumbuh dan berproduksi dengan kualitas yang baik pada kisarankadar air tersedia antara 100 - 40%, di bawah 40% air tersedia, tanamantumbuh kerdil dan tidak menghasilkan umbi. Bobot umbi segar tertinggi(12,35 ton ha-1) diperoleh pada dosis pemupukan 200 kg ha-1 KCl (H4).Dosis bahan organik, kalium dan belerang tidak berpengaruh terhadaptingkat kegaringan bawang goreng.

Potensi pengembangan agroindustri bawang merah varietaslembah Palu pada lahan kelas kesesuaian S2 dan S3 yang dapat dicapaidengan teknologi konvensional adalah 8.685 ton/tahun sehinggadiperlukan 80 unit industri pengolahan bawang goreng. Denganmenggunakan masukan teknologi berdasarkan hasil penelitian ini, makaperkiraan produksi yang dapat dicapai melalui program intensifikasi danekstensifikasi pada lahan S2 dan S3 adalah berkisar 21.405 – 27.780ton/tahun. Hal ini berarti diperlukan sekitar 153 - 212 unit industripengolahan bawang goreng untuk mengolah bahan baku tersebut menjadiproduk industri bawang goreng sesuai dengan kapasitas olah optimalyang dapat dicapai saat ini..

Kata Kunci: Produktivitas, kualitas, Agroindustri, bawang merah varietaslembah Palu, sistem lahan

Page 10: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

x

Abstract

Abdul Rahim. Productivity, quality and potential development ofagro-industry Palu Valley onion (suvervised by Sumbangan Baja, MusliminMustafa and Bachrul Ibrahim ).

This study aims to examine more in production, quality andagroindustry development potential of onion (Lemba Palu variety). Theresearch used a randomized block design in a three factorial experiment(2x3x4) with three replicates. The first factor is organic matter (01 = 10 tha-1; 02 = 15 t ha-1), the second factor is soil water content (A1 = 100-80%;A2 = 80-60 %; A3 = 60-40%), and the third factor is nutrien (H1 = 48 kg Sha-1; H2 = 72 kg S ha-1; H3 = 100 kg KCl ha-1; H4 = KCI 200 kg ha-1).Data were analyzed by univariate analysis with Excel 2007 program andmedian values were tested with a test BNJ treatment (P05),

The study reveals that onions grow and have a good production insoil water content 100 – 40%, however lower than 40%, they have stuntedgrowth and no bulb. The highest weight of wet bulb (12,35 ton ha-1)obtained at fertilization in a dose of 200 kg ha-1 KCl (H4) Level ofcrunchiness of fried onions is not affected by the dose of organic matter,soil water content and dose of potassium and sulfur fertilizer.

The potential development of agroindustry (lembah Palu variety) atclass 2 and 3 land suitability that can be achieved with conventionaltechnology land use is 8,685 tons/year, so as required 80 units of friedonions industries. Estimated production with technology input based onthis study that can be achieved through intensification and extensionprograms at class S2 and S3 land suitability is 21,405 - 27,780 ton/year.Based on optimal capacity of onion processing that can be achievednowadays, it need about 153 - 212 units of fried onions industries thatprocessing raw materials into fried onion.

Keywords: Productivity, quality, Agro-Industry, onions varieties Paluvalley, the land system.

Page 11: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul i

Halaman Pengajuan ii

Halaman pengesahan iii

Lembar pernyataan keaslian disertasi iv

Prakata v

Abstrak ix

Daftar isi x

Daftar Tabel xv

Daftar Gambar xvii

Daftar Lampiran xviii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang 1

B. Rumusan masalah 8

C. Tujuan penelitian 11

D. Kegunaan penelitian 12

E. Ruang lingkup penelitian 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik bawang merah varietas Lemba Palu 13

B. Analisis usaha tani bawang merah Palu 14

C. Peranan bawang merah dalam kehidupan seharihari 17

D. Faktor-faktor penentu kualitas bawang merah 18

E. Lingkungan tumbuh bawang merah varietas lembah

Page 12: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xii

Palu 21

F. Perbaikan kesuburan tanah 26

G. Iklim dan neraca air lahan 30

H. Tanggap bawang merah terhadap pemupukan 32

I. Kerangka konseptual 34

J. Hipitesis 38

K. Definisi operasional 48

BAB III. METODE PENELITIAN 41

A. Rancangan penelitian 41

1. Kondisi ekologi areal pertanaman bawang 41

2. Percobaan umah kaca 50

3. Percobaan lapangan 53

B. Waktu dan lokasi penelitian 59

C. Bahan dan alat penelitian 60

D. Teknik pengumpulan data 62

E. Teknik analisis data 64

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 67

A. Hasil hasil penelitian 67

1. Percobaan rumah kaca 67

a. Bobot umbi segar (g/pot) 67

a1. Pengaruh interaksi bahan organik (O) pada berbagaitaraf kadar air tersedia (A) dan hara tanaman (H)terhadap rata-rata bobot umbi segar (g/pot) 67

a2. Pengaruh interaksi kadar air tersedia (A) padaberbagai dosis bahan organik (O) dan hara tanaman(H) terhadap rata-rata bobot bobot umbi segar (g/pot) 68

a3. Pengaruh interaksi hara tanaman (H) pada berbagaitaraf dosis bahan organik (O) dan kadar air tersedia(A) terhadap rata-rata bobot umbi segar (g/pot) 70

Page 13: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xiii

b. Bobot umbi kering (g) 72

b1. Pengaruh interaksi dosis bahan organik (O) padaberbagai kadar air tersedia (A) dan hara tanaman(H) terhadap rata-rata bobot kering umbi (g/pot) 72

b2. Pengaruh interaksi kadar air tersedia (A) padaberbagai taraf bahanorganik (O) dan hara tanaman(H) terhadap rata-rata bobot umbi kering (g/pot) 73

b3, Pengaruh interaksi hara tanaman (H) pada berbagaitaraf dosis bahan organik (O) dan kadar air tersedia(A) terhadap rata-rata bobot umbi kering (g/pot) 74

c. Jumlah umbi yang terbentuk 76

2. Percobaan lapangan 77

a. Bobot umbi segar (g/rumpun) 77

b. Bobot umbi segar (ton ha-1) 78

c. Bobot umbi kering (g/rumpun) 79

d. Jumlah umbi yang terbentuk 80

e. Kadar karbohidrat total (%) 81

f. Tingkat kegaringan bawang goreng 82

B. Pembahasan/Diskusi 83

1. Umum 83

2. Pengaruh interaksi faktor dosis bahan organik(O) pada berbagai taraf kadar air tersedia(A) 88

3. Pengaruh dosis bahan organik (O) danhara tanaman (H) 92

4.Potensi pengembanan agroindustri bawangmerah Palu terkait adaptabilitas bawangmerah varietas Lembah Palu 96

Page 14: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xiv

BAB V. PENUTUP 107

A. Kesimpulan 107

B. Saran 108

DAFTAR PUSTAKA 109

LAMPIRAN-LAMPIRAN 116

CURRICULUM VITAE 137

Page 15: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xv

DAFTAR TABEL

nomor teks halaman

1. Kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman 46bawang merah varietas lembah Palu

2. Sebaran kesesuaian lahan untuk pengembangan 48tanaman bawang merah.

3. Kelasifikasi tanah di lembah Palu 49

4. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian 61

5. Alat-alat yang digunakan 61

6. Kriteria penilaian paket tekolgi yang terpilih 66

7. Pengauh interaksi dosis bahan organik (O) padaberbagai taraf kadar air tersedia (A) dan hara tanaman(H) terhadap rata-rata bobot umbi basah (g/pot) 68

8. Pengaruh interaksi kadar air tersedia (A) pada berbagaitaraf dosis bahan organik (O) dan haa tanaman (H)terhadap rata-rata bobot umbi basah (g/pot) 69

9. Pengaruh interaksi hara tanaman (H) pada berbagaitaraf dosis bahan organik (O) dan kadar air tersedia(A) terhadap rata-rata bobot umbi basah (g/pot) 71

10. Pengaruh interaksi dosis bahan oganik (O) pada berbagaitaraf kadar air tersedia (A) dan hara tanaman (H) terhadaprata-rata bobot umbi kering (g/pot) 73

11. Pengaruh interaksi kadar air tersedia (A) pada berbagaitaraf dosis bahan organik (O) dan hara tanaman (H))terhadap rata-rata bobot umbi kering (g/pot) 74

12. Pengaruh interaksi (H) pada berbagai taraf dosis bahanorganik (O) dan kadar air ersedia (A) terhadap rata-ratabobot umbi kering (g/pot) 75

13. Rata-rata jumlah umbi yang terbentuk pada percobaan 77rumah kaca , hasil interaksi bahan organik dan air tersedia

Page 16: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xvi

14. Pengaruh pemberian hara tanaman (H) dan dosis bahanPrganik (O) terhadap rata-rata bobot umbi segar (g/r) 78

15. Pengaruh hara tanaman (H) dan dosis bahan oganikterhadap rata-rata bobot umbi basah (g/rumpun) (t/ha) 79

16. Pengaruh hara tanaman (H) danDosis bahan organik (O)terhadap rata-rata bobot umbi kering (g/rumpun) 80

17. Pengaruh hara tanaman (H) dan dosis bahan organik (O)terhadap rata-rata jumlah umbi 81

18. Rata-rata hasil pengukuran tingkat kegaringan contohbawang goreng 82

19. Perkiraan produksi per musim tanam pada tingkat peng-gunaan input yang berbeda (asumsi hanya 50% lahanpotensial dapat digunakan) 102

20. Perkiraan jumlah unit produksi pengolahan bawang gorengyang perlu dibangun untuk mengolah bahan baku jikalahan yang tersedia dioptimalkan penggunaannya.padaberbagai infut teknologi yang dihasilkan dalam penelitianIni. 104

Page 17: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xvii

DAFTAR GAMBARNomor teks halaman

1. Kerangka konseptual produktivitas, kualitas dan potensiPengembangan agroindustri bawang merah varietaslemba Palu. 37

2. Neraca air lahan lembah Palu. 43

3. Grafik pola curah hujan dan evapotranspirasi tahunan 45lembah Palu.

Page 18: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor teks halaman

1. Sifat-sifat morfologi Fluvaquentic Endoaquepts 116

2. Sifat-sifat morfologi Typic Eutrudepts 117

3. Data hasil pengukuran bobot umbi segar per rumpun 118(g)

4. Sidik ragam bobot umbi segar per rumpun 118

5. Data hasil pengamatan bobot umbi kering per rumpun 119(g)

6. Sidik ragam bobot umbi kering per rumpun 119

7. Data hasil pengamatan jumlah umbi yang terbentuk 120per rumpun

8. Sidik ragam jumlah umbi yang terbentuk per rumpun 120

9. Data hasil pengamatan bobot umbi basah per rumpun 121(Perc. Lapangan) (g)

10. Sidik ragam bobot umbi basah per rumpun 121

11. Data hasil pengamatan bobot umbi segar per ha (Ton) 122

12. Sidik ragam bobot umbi segar per ha 122

13. Data hasil pengamatan bobot umbi kering per rumpun 123(g)

14. Sidik ragam bobot umbi kering per rumpun 123

15. Data hasil pengamatan jumlah umbi yang terbentuk 124per rumpun

16. Sidik ragam jumlah umbi yang terbentuk per rumpun 124

17. Data hasil analisis kadar karbohidrat total (%) 125

18. Sidik ragam kadar karbohidrat total 125

Page 19: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xix

19. Data hasil pengukuran tingkat kegaringan bawang 126(100g/mm).

20. Sidik ragam tingkat kegaringan bawang goreng 126

21. Data hasil analisis contoh tanah di lokasi penelitian 127

22. Peta kesesuaian lahan untuk bawang merah varietas 128lembah Palu

23. Keriteria kesesuaian lahan untuk tanaman bawang merah 133(Allium ascolonicum)

24. Kadar air tanah 135

26. Denah penelitian lapangan 136

27. Curriculum vitae 137

Page 20: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) memiliki daya

adaptasi yang luas. Pada umumnya tanaman bawang merah dapat

dibudidayakan dan berproduksi dengan baik pada ketinggian 0-1000 m

dari permukaan laut (Soetiarso, 2007). Namun demikian, ketinggian

terbaik berada pada kisaran 0-500 m dpl (Maskar dan Rahardjo, 2008)

dengan kisaran suhu optimal antara 25-30oC. Tanaman bawang merah

memerlukan lama penyinaran matahari penuh (lebih dari 12 jam/hari) dan

rentan terhadap curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang sesuai adalah

antara 300-2500 mm/tahun dengan kelembaban udara nisbi antara 80-90

persen. Tanaman bawang merah menghendaki tanah yang subur dan

banyak mengandung humus, bertekstur ringan hingga sedang,

berdrainase baik dan kemasaman tanah berkisar antara pH 5,8-7,0. Pada

pH rendah (<5,8), tanaman bawang merah tumbuh kerdil sedang pada pH

tinggi (>7,8), dapat menghambat pembentukan umbi. Sentra utama

penghasil bawang merah di Indonesia, umumnya berada di dataran

tinggi misalnya di Brebes dan Tegal Jawa Tengah serta Probolinggo Jawa

Timur (Purwaningsih dkk., 2007).

Berbeda dengan tanaman bawang merah pada umumnya,

budidaya bawang merah varietas Lembah Palu hanya ditemukan di

sekitar lembah Palu. Tanaman ini telah dibudidayakan sejak kurang lebih

Page 21: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxi

50 tahun yang lalu. Hingga saat ini belum ada laporan bahwa bawang

merah varietas Lembah Palu berhasil dikembangkan di wilayah lain

dengan agroekologi yang relatif berbeda dengan agroekologi lembah

Palu. Upaya memperluas areal tanam di sekitar Lembah Palu guna

memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat juga terkendala oleh

berbagai faktor terutama air, padahal potensi sumber daya lahan yang

tersedia di Lembah Palu dan sekitarnya cukup luas dan belum

dimanfaatkan secara optimal

Upaya mengembangkan bawang merah varietas Lembah Palu ke

wilayah lain telah diujicoba pula di sentra produksi bawang di Jawa pada

tahun 2007 namun hasilnya tidak menggembirakan. Terakhir, percobaan

lapangan yang dilakukan oleh Pasigai di Kebun Percobaan Fak. Pertanian

UGM pada ketinggian 400 m dpl dan 800 m dpl juga menunjukkan hasil

yang tidak memuaskan. Oleh karena itu, serangkaian uji coba yang telah

dilakukan seperti diuraikan di atas menunjukkan bahwa agroekologi

lembah Palu sangat menentukan adaptasi dan cita rasa produk bawang

goreng yang dihasilkan.

Secara umum kondisi agroekologi areal pengembangan bawang

merah varietas lembah Palu merupakan lahan kering dan areal

persawahan beriklim kering dengan tipe iklim tergolong E1, E2 dan E3,

bulan kering (< 100 mm/bln) lebih dari empat bulan dengan curah hujan

tahunan rendah, berkisar 400-1000 mm/tahun dan suhu udara rata-rata

berkisar 30-35 oC. Kondisi ini menurut Rismunandar (1988) sangat

Page 22: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxii

sesuai untuk pembentukan umbi. Kondisi iklim yang relatif kering dan

intensitas penyinaran yang lebih lama sepanjang tahun memungkinkan

bawang merah dapat ditanaman 3 sampai 4 kali dalam setahun

(Purwaningsih dkk., 2007). Sentra utama pengembangan bawang merah

Palu dijumpai di ordo tanah Inceptisol dan Entisol baik berupa lahan

kering maupun areal persawahan beririgasi teknis, sawah dengan irigasi

sederhana dan sawah tadah hujan yang umumnya memiliki tofografi yang

relatif datar hingga landai. Wilayah-wilayah lain disekitar lembah Palu

yang dicanangkan oleh Pemda Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi

sebagai Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan (SPAKU)

pada umumnya berbukit-bukit, bersolum dangkal, berbatu-batu dengan

resiko ancaman erosi dan penurunan produktivitas tanah yang cepat

(Puslitanak, 2003).

Salah satu keunikan dari bawang merah varietas Lembah Palu,

yang membedakan dengan bawang merah lainnya adalah umbinya

mempunyai tekstur yang padat sehingga menghasilkan bawang goreng

yang renyah dan gurih serta aroma yang tidak berubah walaupun

disimpan lama dalam wadah yang tertutup. Hal ini menyebabkan bawang

goreng yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan menjadi komoditi

spesifik terkenal yang telah menjadi “ brand lokal” bernilai ekonomi tinggi,

meskipun produktivitasnya lebih rendah dari varietas bawang merah

lainnya. Produk ini banyak diminati oleh turis lokal yang berkunjung ke

Sulawesi Tengah sehingga permintaan terus meningkat, tetapi

Page 23: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxiii

pengembangannya terkendala oleh faktor agroekologi kuhususnya yang

terkait dengan kadar bahan organik tanah yang rendah, ketersediaan air

yang terbatas dan kadar hara tertentu yang rendah dalam tanah. Saat ini

industri penggorengan bawang merah varietas lembah Palu telah

berkembang dari industri rumah tangga menjadi industri menengah

dengan menggunakan mesin pengupas, pencuci, pengiris, dan

pengepakan (Limbongan dan Maskar, 2003; Yulianti dan Sari, 2008).

Bahkan Industri bawang goreng telah menggunakan mesin centrifuge

rakitan untuk menurunkan kadar minyak produk bawang goreng siap saji.

Selain dipasarkan di Sulawesi tengah, produksinya telah pula dipasarkan

ke Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan dan Jawa, bahkan

diekspor ke Singapura dan Malaysia (Yulianti dan Sari, 2008).

Data Statistik tahun 2007 menunjukkan bahwa di Kabupaten

Donggala terdapat 45 unit industri pengolahan bawang goreng, namun

yang masih menjalankan usahanya hingga saat ini berjumlah 17 unit

(Yulianti dan Sari, 2008) . Ketersedian bahan baku merupakan penyebab

utama tidak berfungsinya 28 unit industri penggorengang bawang merah

varietas lembah Palu sekaligus menjadi kendala dalam memenuhi

permintaan pasar yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini

terkait dengan rendahnya produktivitas lahan di lembah Palu.

Produktivitas rata-rata bawang merah varietas Lembah Palu berkisar 4,0-

4,5 ton/ha, sedangkan produktivitas bawang merah (non lokal) provinsi

Sulawesi Tengah rata-rata 6,3 ton/ha (BPS, 2007). Faktor utama

Page 24: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxiv

penyebab rendanya produktivitas bawang merah varietas lembah Palu

adalah tingkat kesuburan tanah yang rendah, ketersediaan air yang

terbatas, penggunaan bibit yang tidak seragam dan bermutu rendah serta

SDM yang masih rendah (Purnomo dkk., 2007). Perbaikan kesuburan

tanah dapat dilakukan melalui pemupukan. Fosfor, kalium, kalsium dan

sulfur merupakan hara makro yang diperlukan oleh bawang merah dalam

jumlah yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan hara makro lainnya.

Ketersediaan hara sulfat di dalam tanah juga sering menjadi faktor

pembatas bagi tanaman bawang merah untuk menghasilkan umbi dengan

bobot dan kualitas yang baik (Muhammad dkk., 2003). Lebih lanjut, sulfur

memegang peranan penting dalam metabolisme tanaman yang

berhubungan dengan beberapa parameter penentu kualitas nutrisi

tanaman sayuran. Ketajaman aroma bawang merah berkorelasi dengan

ketersediaan S dalam tanah. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa

flavor bawang merah dipengaruhi oleh varietas, tahap perkembangan

umbi, lama penyimpanan, dan nutrisi tanaman. Bloem et al. (2005)

meneliti pengaruh sulfur dan Nitrogen terhadap kandungan alliin pada

daun dan umbi bawang merah. Meningkatnya ketersediaan sulfur

menyebabkan meningkatnya kandungan alliin pada daun dan umbi

tanaman, sedangkan pupuk nitrogen pengaruhnya tidak signifikan. Pada

awal pertumbuhan tanaman, kandungan alliin tertinggi terdapat pada

daun, setelah itu ditranslokasikan ke umbi. Translokasi tersebut

menyebabkan kandungan alliin pada umbi meningkat sangat pesat pada

Page 25: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxv

saat panen. Disimpulkan bahwa kandungan alliin pada umbi bawang

merah dapat meningkat dua kali lipat dengan pemupukan sulfur. Batas

kritis sulfat untuk bawang merah di Kabupaten Jeneponto adalah 75, 90

dan 50 ppm, masing-masing pada tanah udic haplusters, typic

haplustepts dan oxyaquic udipsamments (Muhammad dkk., 2001).

Salah satu alternatif untuk mengatasi keterbatasan air dalam

budidaya bawang merah varietas lembah Palu saat ini adalah dengan

memanfaatkan potensi lengas (ketersediaan air) tanah di Lembah Palu.

Penelitian kearah perluasan areal tanam ke daerah-daerah yang memiliki

potensi kelengasan tanah untuk memenuhi kebutuhan pertanaman

bawang merah varietas lembah Palu belum pernah dilakukan, padahal di

satu sisi, beberapa tempat di bagian lembah Palu diperkirakan memiliki

potensi kelengasan tanah yang dapat menunjang pengembangan

bawang bawang merah varietas lembah Palu. Perluasan areal

pertanaman kearah wilayah yang memilki agroekologi yang sama dan

memiliki potensi kelengasan (ketersediaan) air tanah perlu dikaji dalam

rangka meningkatkan produksi bawang merah varietas lembah Palu guna

memenuhi permintaan bahan baku industri bawang goreng yang terus

berkembang dari waktu ke waktu dan untuk meningkatkan pendapatan

petani bawang merah varietas Lembah Palu.

Faktor lain yang menyebabkan semakin menurunnya produktivitas

lahan adalah bahwa pada saat panen hampir seluruh biomassa tanaman

(daun, batang, umbi dan akar) diangkut ke luar areal pertanaman

Page 26: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxvi

sehingga hampir tidak menyisakan sisa tanaman sebagai bahan organik

tanah. Kebiasaan petani menggunakan pupuk anorganik tanpa diimbangi

penggunaan pupuk organik untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman

semakin memperburuk keadaan ini. Penanaman bawang merah

mempengaruhi sequestrasi karbon yang berarti mempengaruhi stok

karbon pada areal pertanaman. Stok karbon dapat digunakan sebagai

salah satu indikator keberlanjutan sistem pertanian dalam suatu wilayah.

Sequetrasi karbon adalah jumlah karbon yang diserap tanaman melalui

fotosintesis yang tersimpan dalam biomassa tanaman baik dipermukaan

tanah maupun biomassa tanaman dalam tanah serta karbon organik

dalam tanah (Wardah, 2008; Monde, 2009).

Sehubungan dengan uraian diatas, maka diperlukan penelitian

sebagai usaha perbaikan agroekologi bawang merah khususnya terhadap

perbaikan kandungan bahan organik tanah, ketersediaan air tanah dan

perbaikan status hara tanaman utamanya terhadap Ca, S dan K tanah.

Dengan demikian potensi pengembangan agroindustri bawang merah

varietas lembah Pau dapat lebih ditingkatkan. Hasil penelitian ini menjadi

informasi penting untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas dalam

rangka mendorong pengembangan agroindustri, baik melalui program

intensifikasi maupun melalui program ekstensifikasi sehungan dengan

nilai ekonomi varietas ini cukup tinggi sehingga diharapkan dapat menarik

perhatian berbagai pihak untuk mengembangkan varietas ini sebagai

bahan baku industri pengolahan bawang goreng Palu.

Page 27: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxvii

B. Rumusan masalah

Bawang merah varietas lembah Palu, oleh masyarakat dikenal

sebagai bawang goreng karena bawang ini diproduksi hanya untuk

dijadikan sebagai bawang goreng. Cita rasa yang unggul seperti gurih,

renyah/garing dan aroma harum yang membedakan dengan bawang

merah lainnya hanya dapat dirasakan dan dinikmati jika bawang tersebut

dalam bentuk produk bawang goreng. Oleh karena itu, produksi umbi

segar panen varietas ini tidak dapat dipisahkan dengan agroindustri

bawang goreng yang terus berkembang, namun terkendala oleh masih

rendahnya tingkat produktivitas bawang merah varietas lembah Palu di

lembah Palu.

Budidaya bawang merah varietas lembah Palu selama ini hanya

ditemukan di lembah Palu. Varietas ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi

terkait dengan kualitas yang lebih baik dimanan tekstur bawang yang

padat menghasilkan bawang goreng yang renyah, guraih dan harum.

Produktivas rata-rata umumnya lebih rendah dibandingkan dengan

produktivitas bawang merah lainnya, namun usaha meningkakan

produktivitas lahan terkendala oleh tingkat kesuburan tanah yang rendah

dan ketersediaan air yang terbatas. Disamping itu, upaya

mengembangkan varietas ini ke wilayah lain terkendala oleh faktor

agroekologi. Ada indikasi bahwa bawang merah varietas lembah Palu

hanya sesuai dikembangkan di sekitar dataran rendah hingga ketinggian

500 m dari permukaan laut. Hasil uji coba pada daerah yang memiliki

Page 28: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxviii

agroekologi (iklim dan tanah) yang relatif berbeda belum menunjukkan

hasil-hasil yang diharapkan.

Sentra pengembangan bawang merah varietas Lembah Palu yang

dikenal selama ini sudah tidak dapat lagi memenuhi permintaan pasar

akan bahan baku terutama pasar industri bawang goreng yang terus

meningkat dari tahun ketahun. Kecenderungan semakin menurunnya

produktivitas lahan akibat merosotnya kesuburan tanah disertai

ketersediaan air yang terbatas dan belum diketahuinya kondisi

agroekologi yang sesuai dan dapat menghasilkan bawang merah

varietas lembah Palu dengan kualitas yang sama menyebabkan suplai

bahan baku semakin terbatas. Penurunan produktivitas lahan selain

disebabkan oleh kondisi alamiah kesuburan tanah juga disebabkan oleh

cara bercocok tanam berpola monokultur bawang dengan intensitas

penanaman rata-rata 3 kali setahun. Pada saat panen bawang, hampir

seluruh bagian tanaman diangkut meninggalkan areal pertanaman

sehingga relatif tidak menyisakan bahan organik pada areal pertanaman.

Kecenderungan petani menggunakan pupuk anorganik semata semakin

memperburuk kondisi kesehatan tanah.

Adanya keterkaitan yang erat antara produksi bawang sebagai

bahan baku industri disatu sisi dan perkembangan industri bawang

sebagai pasar bahan baku disisi yang lain mendorong peneliti untuk

mengkaji produktivitas dan kualitas bawang tersebut pada areal

pertanaman bawang di lembah Palu guna memenuhi kebutuhan bahan

Page 29: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxix

baku industri bawang goreng yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Data BPS tahun 2007 menunjukkan bahwa di Kota Palu terdapat 45 unit

industri pengolahan bawang goreng, namun berdasar survei tahun 2007

diperoleh data bahwa industri bawang goreng yang masih menjalankan

usahanya berjumlah 17 unit (Yulianti dan Sari, 2008). Ini berarti, terdapat

28 unit yang sudah tidak beroperasi terutama karena keterbatasan modal

dan bahan baku. Hal yang sama juga dialami oleh Kabupaten Donggala

yang sebagian wilayahnya terletak di Lembah Palu. Keadaan ini sangat

berpengaruh terhadap fluktuasi harga produk olahan bawang goreng

dipasaran. Jika suplai bahan baku sangat terbatas, maka harga menjadi

melambung.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah perbedaan kadar air tanah tersedia mempengaruhi

produktivitas bawang merah varietas lembah Palu?

2. Apakah pengelolaan kesuburan tanah melalui pemberian

bahan organik dan pemupukan dapat meningkatkan

produktivitas bawang merah varietas Lembah Palu

dibandingkan dengan produksi rata-rata yang dicapai petani

selama ini, sebesar 4-6 ton ha-1?

3. Apakah bahan organik dan pemupukan mempenaruhi kualitas

bawang goreng?

Page 30: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxx

4. Seberapa besar potensi produksi sumber daya lahan di sekitar

Lembah Palu dalam mendukung agroindustri bawang goreng?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk menelaah dan mendalami pengaruh perbedaan kadar air

tanah tersedia tehadap produktivitas bawang merah varietas

Lembah Palu pada areal pengembangan bawang di Lembah Palu

2. Untuk menelaah dan mendalami intraksi antara dosis bahan

organik, kadar air tersedia dan pemupukan (Ca dan S) terhadap

peningkatan produktivitas bawang merah varietas lembah Palu

3. Untuk menelaah interaksi dosis bahan organik dan hara tanaman (S

dan K) terhadap produktivitas dan kualitas bawang merah varietas

Lembah Palu.

4. Untuk menganalisis potensi pengembangan bawang merah varietas

Lembah Palu dalam menunjang pengembangan agroindustri

pengolahan bawang goreng Palu.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengatasi

kurang tersedianya informasi tentang budidaya bawang merah varietas

lembah Palu. Kegunaan lainnya adalah sebagai berikut:

1. Dasar untuk penelitian selanjutnya dalam upaya peningkatan

produktivitas dan kualitas bawang merah varietas Lembah Palu

Page 31: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxxi

2. Menghasilkan paket input teknologi bagi rekomendasi pengelolaan

bahan organik, ketersediaan air, dan pemupukan (Ca, S dan K)

untuk meningkatkan produktivitas bawang merah varietas Lembah

Palu di Lembah Palu.

3. Menyediakan informasi terbaru tentang potensi pengembangan

agroindustri bawang merah varietas Lembah Palu.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup wilayah yang secara agroekologis (iklim

dan tanah) memilki kesamaan dengan agroekologi lembah Palu. Oleh

karena itu, dalam tahap persiapan penelitian dikumpulkan data iklim dari

Stasiun Klimatologi Bandar Udara Mutiara Palu dan contoh tanah pada

wilayah yang direncanakan sebagai Sentra Pengembangan Agribisnis

Komoditas Unggulan (SPAKU) di Kecamatan Biromaru, Kecamatan

Palolo, Kecamatan Dolo dan Kecamatan Tawaeli Kabupaten Sigi dan

Kota Palu dengan luas areal sekitar 25.000 ha (Dinas Pertanian dan

Peternakan Kabupaten Donggala, 2005). Substansi penelitian ini

menekankan pada aspek produktivitas dan kualitas bawang goreng yang

dihasilkan akibat perbaikan media tumbuh tanaman melalui integrasi

pemberian berbagai bahan organik, pemupukan dan ketersediaan air

pada areal pengembangan bawang merah varietas lembah Palu di

lembah Palu. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian

Universitas Tadulako Palu, sedangkan percobaan lapangan di lakukan di

kelurahan Tondo dusun Watutela lembah Palu.

Page 32: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxxii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik bawang merah varietas Lembah Palu

Meskipun bawang merah Palu memiliki cita rasa yang khas, ciri-ciri

morfologinya tidak banyak berbeda dengan bawang merah lainnya seperti

bawang merah Sumenep berdasarkan jumlah anakan per rumpun, tinggi

tanaman, jumlah daun serta bobot basah dan kering umbi. Bawang

merah varietas Lembah Palu memiliki bentuk umbi silindris sepeti pipa,

bulat memanjang dengan ukuran yang agak kecil dengan warna yang

agak pucat dan daun berdiri tegak hingga masa panen untuk konsumsi.

Umur Panen untuk konsumsi sekitar 70 hari, sedangkan umur panen

untuk bibit sekitar 90 hari (Limbongan dan Maskar, 2003). Hasil observasi

Anggorohadi dan Suwandi (2000, tidak dipublikasi) menyimpulkan bahwa

bawang merah Lembah Palu berbeda dengan bawang merah Sumenep,

yaitu umbi berwarna merah lebih pucat dan aroma lebih tajam. Keunikan

dan ciri spesifik lain dari bawang ini adalah tetap gurih dan garing, serta

aromanya tidak berubah walaupun disimpan lama dalam wadah yang

tertutup, sehingga bawang ini khusus digunakan sebagai bahan baku

industri pengolahan bawang goreng (Bachri dkk., 2007; BPTP, 2009).

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang

memiliki peranan ekonomi yang penting di Indonesia (Bakhri dkk.,2007),

bahkan menjadi makanan sehari-sehari oleh sebagian besar penduduk

Page 33: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxxiii

dunia, memiliki nilai ekonomi penting dan tumbuh pada hampir semua

tempat di dunia (Mogren et al., 2007) serta secara ekonomi memiliki

keunggulan konparatif (Adiyoga dan Soetiarso, 1997 dalam Muhammad

dkk., 2007). Sejalan hal itu, komoditas ini juga merupakan sumber

pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi terhadap

perkembangan ekonomi wilayah (2,7 triliun/tahun) dengan potensi

pengembangan areal cukup luas, mencapai lebih kurang 90.000 ha

(Direktorat Jenderal Binaproduksi Hortikultura, 2005).

B. Analisis usahatani bawang merah varietas lembah Palu

Hasil analisis usahatani bawang merah varietas Lembah Palu

perhektar permusim di desa Guntarano menunjukkan bahwa penerapan

teknologi dengan irigasi suplemen (sistem sprinkler) yang dipasang

secara permanen lebih menguntungkan dengan B/C ratio sebesar 1.28

pada MT I dan 2,28 pada MT II dibandingkan dengan tanpa suplemen

yang B/C rationya hanya 0,62. Hasil tersebut belum dikurangi biaya

instalasi jaringan irigasi (Soetiarso,2007). Lebih lanjut dikemukakan

bahwa instalasi jaringan irigasi springkler membutuhkan biaya sebesar Rp

35.000.000,- perhektar sehingga biaya peroduksi pada MT I meningkat

menjadi Rp 50.380.000,- sehingga petani masih mengalami kerugian

karena modal yang ditanam lebih tinggi dari hasil yang diperoleh pada MT

I sebesar Rp 35.000.000,-. Kerugian ini karena adanya investasi jaringan

irigasi. Pada MT II penghasilan petani meningkat menjadi Rp

51.336.000,- dengan biaya produksi ditambah kerugian pada MT I

Page 34: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxxiv

sebesar Rp 31.028.000,-. Dengan demikian, petani masih memperoleh

keuntungan sebesar Rp 20.308.000,- atau setara dengan B/C ratio

sebesar 0,65. Berdasarkan analisis tersebut, maka titik impas instalasi

jaringan irigasi dicapai pada MT II setelah selesai panen. Dengan

penambahan biaya usaha tani sebesar Rp 35.000.000,- , maka setiap Rp

1.000,- modal yang dipakai dalam usaha tani memberi keuntunan sebesar

Rp 650.000,-. Keuntungan tersebut akan meningkat pada MT III dan

seterusnya. Menurut Sutiarso (2007), untuk mencapai titik impas secepat

itu beberapa asumsi harus dipenuhi, diantaranya adalah (1) petani harus

mempertahankan produksi pada tingkat sekitar 7 ton/ha, (2) harga jual

umbi ditingkat petani minimal Rp 7.000,- per kg atau dalam bentuk bibit

dengan harga Rp 20.000,- per kg, (3) mempertahankan tingkat kesuburan

tanah dengan cara mempertahankan kandungan bahan organik tanah

pada tingkat 3% atau setara dengan 2,5 kg/m2, serta (4) meningkatkan

keterampilan dan pengetahuan tentang instalasi irigasi bagi petani agar

mampu membuat dan memperbaiki serta memelihara peralatan tersebut.

Menurut Sutiarso (2007), jika dibandingkan dengan tingkat produksi yang

dicapai petani tanpa masukan teknologi, petani hanya memperoleh hasil

sebesar 4,1 ton umbi kering panen perhektar dengan keuntungan bersih

sekitar Rp 11,000.000,- , maka masukan teknologi akan memberikan

tingkat produksi (produktivitas) sebesar 7,3 ton/ha sehingga membuka

peluang besar bagi peningkatkan kesejahtraan petani sejalan dengan

perkembangan industri bawang goreng Palu, baik untuk memenuhi

Page 35: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxxv

kebutuhan dalam negeri maupun untuk kebutuhan ekspor. Untuk

mewujudkan hal ini, diperlukan peran pemerintah untuk membantu

permodalan petani melalui penyediaan kredit usaha tani dengan bunga

yang rendah. Hal ini sangat mungkin diwujudkan untuk tahun anggaran

yang akan datang karena pemerintah pusat telah memprogramkan dana

bantuan untuk rakyat miskin sebesar Rp 62 triliun yang tahun sebelumnya

hanya sebesar Rp 6.1 triliun.

Jika dibandingkan dengan sektor produksi, maka margin

keuntungan yang dapat diperoleh disektor industri pengolahan hasil

sebenarnya jauh lebih besar sehingga perlu dipikirkan untuk melibatkan

petani disektor ini. Menurut Yulianti dan Sari (2008) nilai tambah industri

pengolahan bawang goreng mencapai Rp 75.000 per kg bawang goreng

siap saji jika harga bahan baku sebesar Rp 8.000,- per kg. Hal ini

menandakan bahwa tingkat harga yang diterima (farm-gate price) sangat

penting bagi petani. Dalam hal ini, pada hampir semua komoditi dijumpai

masalah dimana petani memiliki bargaining position yang sangat lemah

dalam menentukan tingkat harga yang memadai. Tingginya tingkat

kebutuhan akan produk (bahan baku) tidak menjamin bahwa petani akan

memperoleh harga yang baik. Untuk meningkatkan bargaining position

petani, maka diperlukan wadah atau lembaga yang dapat

mempersatukan petani sehingga harga dapat dikendalikan oleh petani

pada tingkat yang menguntungkan. Dengan demikian, pendapatan

petani dapat ditingkatkan.

Page 36: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxxvi

C. Peranan bawang merah dalam kehidupan sehari-hari

Bawang merah digunakan sebagai bumbu penyedap makanan

sehari-hari dan juga bisa dipakai sebagai obat tradisional atau bahan

untuk industri makanan yang saat ini terus berkembang. Kandungan

minyak atsiri dalam bawang merah inilah yang bermanfaat sebagai

penyedap rasa dan disinfektan (Rahayu dan Berlian, 2004). Senyawa-

senyawa phenol pada bawang merah, terutama flavonols, diketahui

memiliki radikal bebas yang kuat dan antioksidan yang dapat mencegah

dan melawan penyakit-penyakit cardiovascular serta memegang peran

penting dalam mencegah “colorectal cancers” pada manusia (Caridi et al.,

2007). Penelitian-penelitan sebelumnya menunjukkan bahwa konsumsi

flavonol mempunyai potensi yang luar biasa dalam memberi pengaruh

positif terhadap kesehatan karena sifat-sifatnya sebagai antioksidan yang

kuat (Lombard et al., 2005). Tidak kurang dari 25 flavonol yang berbeda

dapat diidentifikasi pada bawang merah dalam bentuk quercetin dan drivat

quercetin yang mendominasi semua cultivar bawang merah. Quercetin

juga dapat ditemukan pada banyak buah-buahan dan sayur-sayuran

lainnya dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Kandungan quercetin

bawang merah (Allium cepa L.) menempati peringkat yang tertinggi dari

suatu survei 28 jenis sayur-sayuran dan 9 jenis buah-buahan (Eduvigis et

al., 2009).

Hasil penelitian Lombard et al. (2005) menunjukkan bahwa

pemanasan dalam tempo singkat meningkatkan konsentrasi flavonol

Page 37: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxxvii

dibandingkan dengan konsentrasi flavonol dalam bawang merah segar.

Pemanasan hingga matang menurunkan konsentrasi flavonol total, tetapi

pemanasan selama 5 menit menghasilkan peningkatan bersih lebih dari

80% flavonol.

D. Faktor penentu kualitas bawang merah Varietas Lemba Palu

Selama ini indikator yang digunakan oleh pelaku industri

pengolahan bawang goreng Palu untuk menentukan kualitas masih

terbatas pada ukuran umbi. Makin besar ukuran umbi, dianggap makin

baik kualitas umbi tersebut. Faktor lain yang berkaitan dengan kualitas

bawang merah adalah rasa dan aroma yang dipengaruhi oleh senyawa

yang mengandung sulfur seperti alliin dan turunannya (propenil alliin,

propil alliin dan metil alliin) berfungsi sebagai prekusor flavor dan aroma

bawang merah (Chyau dan Mau, 2001). Enzim allinase menghidrolisis

senyawa alliin membentuk pirupat, amoniak, dan allisin beserta

turunannya seperti propil allisin, propenil allisin, senyawa di dan trisulfida

(Salunkhe dan Desai, 1984). Senyawa allisin inilah yang memberikan

flavor dan aroma pada bawang merah. Sifat senyawa ini mudah menguap

dan terasa ketika umbi dirusak dan diiris. Lebih dari 80 senyawa flavor

telah diidentifikasi di dalam bawang segar.

Penelitian terdahulu melaporkan bahwa flavor bawang merah

dipengaruhi oleh varietas, tahap perkembangan umbi, lama penyimpanan,

dan nutrisi tanaman. Bloem et al. (2005) meneliti pengaruh sulfur dan

Nitrogen terhadap kandungan alliin pada daun dan umbi bawang merah.

Page 38: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxxviii

Meningkatnya ketersediaan sulfur menyebabkan meningkatnya

kandungan alliin pada daun dan umbi tanaman, sedangkan pupuk

nitrogen pengaruhnya tidak signifikan. Pada awal pertumbuhan tanaman,

kandungan alliin tertinggi terdapat pada daun, setelah itu ditranslokasikan

ke umbi. Translokasi tersebut menyebban kandungan alliin pada umbi

meningkat sangat pesat pada saat panen. Disimpulkan bahwa

kandungan alliin pada umbi bawang merah dapat meningkat dua kali lipat

dengan pemupukan sulfur. Randale et al. (1994) melakukan penelitian

pengaruh berbagai dosis sulfur pada bawang merah di dalam rumah kaca

dan mengamati perubahan senyawa produk metabolisme allisin, yakni

thiosulfinat dan turunannya. Konsentrasi metil thiosulfinat, propil

thiosulfinat dan propenil thiosulfinat meningkat secara linear dengan

bertambahnya dosis pemupukan. Disimpulkan bahwa perlakuan dosis

sulfur yang lebih besar akan meningkatkan flavor bawang merah (Randale

et al. 1984 ). Oleh karena itu, pengamatan terhadap kadar sulfur akan

memberikan informasi tentang status profil mutu bawang goreng dari

aspek flavor dan aroma. Penelitian Saidah (2001) di Lembah Palu

menyimpulkan bahwa pemberian kasting 12 ton/ha + ZA 300 kg/ha dapat

menghasilkan umbi kering panen 4,05 t/ha sedangkan tanpa kasting dan

ZA hasilnya hanya 1,2 t/ha. Penelitian Muhammad (2003) di Jeneponto

menyimpulkan bahwa bobot kering tanaman umur satu bulan setelah

tanam menunjukkan bahwa, bobot kering umbi saat panen, bobot umbi

kering eskip dan kelas umbi dipengaruhi secara nyata oleh sulfur, blotong

Page 39: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xxxix

dan interaksinya. Pemberian S 40 ppm dan blotong 75 g/pot

menghasilkan umbi kering eskip dengan bobot tertinggi.

Bawang merah varietas lembah Palu merupakan salah satu

komoditi andalan Sulawesi Tengah yang diharapkan dapat memberi

sumbangan yang berarti dalam meningkatkan pendapatan asli daerah

(PAD) melalui peningkatkan produksi dengan cara perluasan areal,

program intensifikasi, penyuluhan, bantuan modal, penanganan pasca

panen dan Jaminan Pasar (Purnomo dkk., 2007). Untuk meningkatkan

produksi bawang, Pemda Donggala telah menetapkan Sentra

Pengembangan Agribisnis Komoditi Unggulan (SPAKU) di Kecamatan

Biromaru, Dolo dan Tawaeli dengan luas areal 25.000 ha (Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Donggala, 2005)

Pada tahun 2005, produksi bawang merah varietas Lembah Palu

di Kabupaten Donggala mencapai 1.586 ton/thn dengan produktivitas rata-

rata sebesar 4-6 ton/ha, sedangkan bawang merah lainnya (non lokal)

adalah 6,3 ton/ha (BPS, 2004). Faktor Utama penyebab rendahnya

produktivitas bawang merah varetas lembah Palu adalah kesuburan tanah

yang rendah, ketersediaan air yang terbatas, penggunaan bibit yang tidak

seragam dan bermutu rendah serta sumber daya manusia yang masih

rendah (Purnomo dkk., 2007). Hal senada dan dari aspek yang lebih luas

dikemukakan oleh Soetiarso (2007) bahwa meskipun minat petani

terhadap budidaya bawang merah cukup kuat, namun dalam proses

pengusahaannya masih ditemukan berbagai kendala-kendala baik

Page 40: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xl

kendala yang bersifat teknis maupun kendala yang bersifat ekonomis.

Kendala-kendala tersebut adalah : (1) ketersediaan benih bermutu belum

mencukupi secara tepat (waktu, jumlah dan mutu); (2) penerapan teknik

budidaya yang baik dan benar belum dilakukan secara optimal; (3) Sarana

dan prasarana masih terbatas; (4) Kelembagaan usaha di tingkat petani

belum dapat menjadi pendukung usaha budidaya; (5) skala usaha relatif

masih kecil akibat sempitnya kepemilikan lahan dan lemahnya

permodalan; (6) produktivitas cenderung mengalami penurunan; (7) harga

cenderung berfluktuasi dengan posisi tawar petani yang lemah; serta (8)

serangan OPT cenderung bertambah.

Penanaman bawang merah varietas Lembah Palu yang berasal

dari bibit vegetatif, selain memerlukan alat transportasi, juga memerlukan

biaya yang cukp besar, yaitu 37% dari biaya total produksi bawang merah

(Nurmalinda dkk., 1993). Untuk memperkecil biaya produksi khususnya

dalam budidaya bawang merah varietas lembah Palu, usaha perbanyakan

bibit melalui TSS (true shallot seed) yang merupakan salah satu

terobosan baru dalam penyediaan benih. Selain dapat menghemat biaya

pengiriman juga akan mempermudah penyimpanan (Putrasamedja, 2000)

E. Lingkungan tumbuh bawang merah Varietas Lembah Palu

Tanaman bawang merah lebih sesuai tumbuh di daerah beriklim

kering, peka terhadap curah hujan yang tinggi dan cuaca berkabut.

Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal

(minimal 70%), suhu udara 25-32oC dan kelembaban nisbi 50-70%

Page 41: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xli

(Sutarya dan Grubben, 1995). Meskipun tanaman bawang merah dapat

membentuk umbi bila ditanam di daerah yang rata-rata suhu udaranya

22oC, namun hasil umbinya tidak akan optimal dibandingkan jika ditanam

di daerah yang memiliki suhu udara yang lebih panas. Bawang merah

akan membentuk umbi yang lebih besar bilamana ditanam di daerah

dengan lama penyinaran lebih dari 12 jam (Currah dan Practor, 1990).

Dibawa suhu 22oC, tanaman bawang merah tidak akan membentuk umbi.

Oleh karena itu, tanaman bawang merah lebih menyukai tumbuh di

dataran rendah dengan iklim yang cerah (Rismundar, 1986)

Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan

perkembangan bawang merah adalah 0-450 m diatas permukaan laut

(Sutarya dan Grubben, 1995). Pada dataran tinggi, tanaman bawang

merah masih dapat tumbuh dan berumbi, namun demikian umur tanaman

akan lebih panjang 0,5-1,0 bulan serta hasil umbinya lebih rendah.

Ketinggian tempat berhubungan erat dengan suhu, dimana setiap

kenaikan ketinggian tempat sebesar 91,5 m dpl, terjadi penurunan

temperatur udara sebesar 0,6oC (Javier, 1990). Suhu udara sangat besar

pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah. Suhu

udara dapat mempengaruhi semua aktifitas biologis tanaman dengan

mengontrol reaksi-reaksi metabolisme yang berlangsung di dalam

tanaman. Secara lebih terperinci dapat dikemukakan bahwa, suhu udara

mempengaruhi pembungaan dan viabilitas polen, pembentukan umbi,

keseimbangan hormonal, pematangan dan penuaan tanaman, kualitas

Page 42: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xlii

hasil tanaman serta reaksi-reaksi lainnya dalam tanaman (Currah dan

Proctor, 1990)

Tanaman bawang merah memerlukan tanah yang berstruktur

remah, tekstur sedang sampai liat, drainase/aerasi baik dan tidak becek,

mengandung bahan organik dan berhumus cukup dan reaksi tanah tidak

masam (pH tanah 5,6-6,5). Tanah yang cocok untuk tanaman bawang

merah adalah tanah Alluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus

atau Latosol (Sutarya dan Grubben, 1995). Tanah yang cukup lembab

dan Air tidak menggenang disukai oleh bawang merah (Rismunandar,

1986). Pada tanah alkalis (pH tanah > 7.0) tanaman bawang merah

sering menunjukkan gejala khlorosis, yakni tanaman tumbuh kerdil dan

daunnya menguning serta hasil umbinya kecil-kecil yang disebabkan

karena defisiensi besi (Fe) dan Mangan (Mn). Sebaliknya pada tanah

masam ( pH tanah < 5.0) juga tumbuh kerdil karena keracunan Aluminium

(Al) dan Mangan (Mn) (Sarief, 1985). Pengapuran pada tanah masam

dapat memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah

(Sunarjono dan Soedomo, 1989).

Di Pulau Jawa, bawang merah banyak ditanam pada jenis tanah

aluvial, tipe iklim D3/E3 , yaitu antara (0-5) bulan basah dan (4-6) bulan

kering dan pada ketinggian kurang dari 200 m dpl. Selain itu bawang

merah juga cukup luas diusahakan pada jenis tanah Andosol, tipe iklim

B2/C2, yaitu (5-9) bulan basah dan (2-4) bulan kering dan ketinggian lebih

dari 500 m dpl (Nurmalinda dkk., 1995). Waktu tanam bawang merah

Page 43: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xliii

paling baik pada musim kemarau asalkan tersedia air irigasi yang cukup

(Soetiarso, 2007).

Secara umum kondisi agroekologi lembah Palu merupakan lahan

kering beriklim kering dan areal persawahan yang didominasi oleh dua

ordo tanah utama, yaitu Inceptisol dan Entisol dengan tipe iklim termasuk

E1, E2 dan E3 menurut kelasifikasi Oldemen, bulan kering lebih dari empat

bulan dengan curah hujan tahunan rendah, berkisar 400-1000 mm/tahun

dan suhu udara rata-rata berkisar 30-35 oC (Limbongan dan Maskar,

2003). Kondisi ini menurut Rismunandar (1988) sangat sesuai untuk

pembentukan umbi. Kondisi iklim yang relatif kering dan intensitas serta

lama penyinaran yang lebih lama sepanjang tahun memungkinkan

bawang merah dapat ditanaman 3 sampai 4 kali dalam setahun

(Purwaningsih dkk., 2007). Daerah utama pengembangan bawang merah

Palu pada saat ini berada pada lahan kering dan areal persawahan

beririgasi teknis, sawah dengan irigasi sederhana maupun sawah tadah

hujan yang umumnya memiliki tofografi yang relatif datar hingga landai

seprti desa Guntarano, desa Taipa dan kelurahan Tondo. Wilayah-

wilayah lain disekitar Lembah Palu yang dicanangkan oleh Pemda

Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi sebagai Sentra Pengembangan

Agribisnis Komoditas Unggulan (SPAKU) pada umumnya berbukit-bukit,

bersolum dangkal, berbatu-batu dengan resiko ancaman erosi yang besar

dan penurunan produktivitas tanah yang lebih cepat (Puslitanak, 2003).

Oleh karena itu, pemilihan teknologi yang sesuai dengan kondisi

Page 44: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xliv

lingkungan tersebut menjadi hal yang penting untuk mendapat perhatian

agar produktivitas dapat ditingkatkan.

Dari aspek agroekologi, bawang merah Varietas Lembah Palu

berbeda dengan bawang merah pada umumnya terutama dalam hal daya

adaptasi. Menurut Maskar dkk., (2001), bawang merah Palu cocok

dikembangkan di dataran rendah dan daya adaptasinya lebih baik

dibandingkan bawang merah Tinombo, sementara bawang merah Napu

memiliki daya adaptasi yang lebih luas mulai dataran rendah sampai

dataran tinggi. Oleh karena itu, Limbongan dan Maskar (2003)

menyimpulkan bahwa bawang ini beradaptasi baik pada dataran rendah

yang beriklim kering.

Kualitas umbi kering panen dan bawang goreng siap saji yang

dihasilkan di lahan kering lebih baik dibandingkan dengan bawang merah

varietas Lembah Palu yang dihasilkan dari lahan sawah. Demikian juga

halnya, bawang merah varietas Lembah Palu yang ditanam di bagian

atas bukit menghasilkan kualitas bawang yang lebih baik dibandingkan

dengan kualitas bawang dibagian lereng atau di kaki lereng atau lembah.

Hal ini memberi indikasi bahwa lama penyinaran merupakan komponen

iklim penting yang mempengaruhi produksi dan kualitas bawang merah

varietas Palu. Tanaman bawang merah varietas lembah Palu dan

bawang merah pada umumnya memerlukan intensitas sinar matahari

penuh untuk tumbuh dan berproduksi secara normal, atau melebihii 12

jam per hari (Maskar dan Raharjo, 2008).

Page 45: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xlv

F. Perbaikan Kesuburan Tanah

Upaya meningkatkan produktivitas lahan melalui pemberian bahan

organik dan pemupukan mutlak diperlukan. Ketersediaan hara di dalam

tanah dalam keadaan cukup dan seimbang merupakan salah satu kunci

keberhasilan budidaya bawang merah (Muhammad dkk., 2003). Dalam

hal ini peranan bahan organik tanah menjadi penting bukan hanya

sebagai sumber hara, tetapi juga dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan

biologi tanah. Sementara itu hampir semua tanah mineral di Indonesia

berkadar bahan organik rendah tidak terkecuali tanah-tanah di lembah

Palu. Hasil analisis tingkat kesuburan tanah pada beberapa lokasi

pengembangan bawang merah di Lembah Palu, yaitu di Desa Guntarano,

Desa Taipa dan kelurahan Tondo menujukkan bahwa secara fisik tanah-

tanah tersebut lebih variatif terutama tekstur (pasir, 47,56-91,0%, debu,

4,0-31,73% dan liat, 5,0-31,02%). Tingkat kesuburan tanah rendah

ditandai oleh rendahnya kandungan bahan organik dan N-total, P dan K

tersedia rendah dan KTK tanah rendah. Kadar fosfat dan kalium potensial

tanah (HCl 25%) tergolong sangat tinggi. Pengekstrak HCl 25%

melarutkan bentuk-bentuk senyawa fosfat dan kalium mendekati kadar P

dan K total dalam tanah (Purnomo dkk., 2007). Oleh karena itu,

produktivitas lahan masih dapat ditingkatkan secara optimal melalui

penambahan unsur hara yang kurang dan penambahan bahan organik.

Bawang merah varietas lembah Palu sangat responsif terhadap

pemupukan, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Lebih lanjut

Page 46: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xlvi

Limbongan dan Monde (1999) mengemukakan bahwa pemberian pupuk

organik setara dengan 12 t/ha menghasilkan umbi kering panen

terbanyak, yaitu 5,64 t/ha dan berbeda nyata dengan hasil umbi yang

tidak dipupuk organik. Pemberian pupuk organik kasting (limbah organik

yang diuraikan oleh cacing tanah) pada bawang merah Palu telah

dilakukan oleh Saidah (2001). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa

pemberian kasting 12 ton/ha + ZA 300 kg/ha dapat menghasilkan umbi

kering 4,05 t/ha sedangkan kontrol hanya menghasilkan 1,2 t/ha.

Perbedaan hasil diantara ke dua penelitian tersebut menunjukkan adanya

variasi kondisi tanah dan kualitas pupuk organik yang digunakan oleh

masing-masing peneliti. Dari beberapa penelitian, kompos tidak

meningkatkan hasil bawang merah secara nyata, tetapi mengurangi susut

bobot umbi (dari bobot basah menjadi bobot kering jemur) sebanyak 5%

(Hidayat, 2004).

Secara umum karakeristik/sifat-sifat fisik tanah di lembah Palu

lebih bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dengan kandungan pasir

berkisar antara 47,56-91,0%, debu 4,0-31,73% dan liat 5,0-31,02%,

namun beberapa sifat-sifat tanah memiliki status yang relatif sama,

diantaranya adalah pH tanah netral sampai agak alkalis, kadar C-organik,

N-total, dan KTK, KB, P-total dan P-tersedia, dan K-tersdia kesemuanya

rendah. Data hasil analisis contoh tanah dari 7 lokasi yang berbeda di

lembah Palu, masing-masing mewakili areal lahan pertanian di lembah

Palu.

Page 47: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xlvii

Tanaman-tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang bertekstur

kasar pada umumnya lebih mudah mengalami defisiensi S karena pada

tanah-tanah tersebut pada umumnya mempunyai kandungan bahan

organik yang rendah (< 1,2 sampai 1,5% OM) dan menjadi sasaran

pencucian pada kondisi curah hujan yang tinggi atau karena pengaruh

irigasi. Pada kondisi demikian, pupuk-pupuk yang mengandung sulfat

dapat diaplikasikan dengan frekwensi yang lebih sering dibandingkan

dengan daerah-daerah dengan curah hujan yang rendah. Pemberian S

dapat diimobilisasi pada beberapa tanah terutama apabila ratio C/S atau

N/S tinggi. Sebaliknya, immobilisasi sulfat dapat terjadi dalam tanah jika

ratio C:S atau N:S rendah. Pada umumnya ketersedian S meningkat

dengan meningkatnya kandungan bahan oganik tanah (Havlin et al.

2005). Belerang dalam bentuk (S-SO2) atmusfer dilepaskan ke udara

yang selanjutnya dioksidasi menjadi SO4-2 yang kemudian menjadi deposit

dalam tanah melalui presifitasi. Sekitar 70% dari senyawa S di dalam

atmusfir keberadaannya melalui proses-proses alamiah. Belerang dalam

bentuk SO2 atmusfir juga dapat dihasilkan dari pembakaran bahan bakar

fosil dan proses-proses industri lainnya. Sebagian besar air irigasi

mengandung sulfat.

Ada beberapa faktor yang dapat mempercepat penurunan

kemampuan tanah dalam menyediakan sulfat untuk tanaman antara lain:

1) penggunaan lahan secara intensif dengan memakai pupuk yang tidak

atau mengandung belerang yang rendah, 2) kehilangan belerang karena

Page 48: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xlviii

pencucian dan aliran permukaan. Sulfur yang dibutuhkan untuk

petumbuhan optimal tanaman bervariasi antara 0,1sampai 0,5% dari berat

kering tanaman (Marschner, 1986). Berdasarkan atas kebutuhan S-nya,

Mengel dan Kirkby (1978) membagi 3 kelompok tanaman menjadi; 1)

kelompok yang kebutuhan S-nya tinggi (50-80 kg S/ha), 2) kelompok

tanaman yang kebutuhan S-nya sedang (25-50 kg S/ha) dan kelompok

tanaman yang kebuthan S-nya rendah ( < 25 kg S/ha). Pada umumnya

kadar S dalam tanaman berada pada kisaran 0,1 – 0,5%. Kandugan S

meningkat menurut order : Gramineae < Leguminosae < Cruciferae dan

hal ini dapat direfleksikan melalui kandungan S dalam biji, berturut-turut

0,18-0,19%, 0,25-0,30% dan 1,1-1,7% (Havlin et al., 2005). Kandungan

sulfat pada tanaman bawang merah dianggap cukup bila dalam

jaringannya terdapat 0,5 sampai 1,0% (Jones et al., 1991). Ini berarti

bawang merah termasuk kelompk tanaman yang kebutuhan S-nya tinggi.

Sulfur diperlukan tanaman untuk proses pembentukan asam amino

sistin, sistein dan metionin yang semuanya merupakan penyususn protein

yang penting. Sekitar 90% sulfur dalam tanaman ditemukan sebagai

protein-S. Sulfur juga merupakan penyusun coenzym-A dan vitamin

biothine dan thiamine (vitamin B). Coenzym-A merupakan kunci

intermediate dalam sintesis lemak dan reaksi-reaksi transfer energi.

Senyawa Sulphoxida volatile memberi cita rasa dan bau pada tanaman

bawang merah dan putih (Mengel dan Kirkby, 1978). Belerang/sulfur

sebagai aleomerasi tanah dapat meningkatkan ketersediaan hara lain

Page 49: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xlix

dengan berbagai cara, melalui hubungan antara ion setelah menjadi

sulfida dan dapat berfungsi sebagai reduktor dan donor elektron (Mengel

dan Kirkby, 1978).

G. Iklim dan neraca air lahan

Neraca air adalah keseimbangan antara input air berupa curah

hujan dan output berupa evapotranspirasi dan limpasan (Nasir, 2004). Air

hujan yang jatuh pada suatu permukaan bervegatasi, setelah

dievapotranspirasikan, sisanya akan menjenuhkan tanah dan mengalir

sebagai limpasan permukaan. Neraca air disusun dalam bentuk

persamaan sehingga dapat diketahui besarnya nilai setiap komponen

masukan dan keluaran dalam bentuk rata-rata klimatik sehingga dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan perencanaan pengelolaan air tanaman

(Nasir dan Sutoro, 2002). Dalam penelitian ini, perhitungan neraca air

dekade bertujuan untuk menentukan priode defisit dan surflus air pada

pertanaman bawang.merah varietas Lembah Palu. Metoda yang

digunakan untuk menduga ETP adalah metoda Pennman yang lebih

menggambarkan dinamika perubahan cadangan air-tanah. Perhitungan

neraca air memerlukan informasi sebagai berikut:

a. Suhu rata-rata bulanan

b. Curah hujan rata-rata bulanan

c. Tabel konversi panjang hari dan indeks panas, serta tabel

perhitungan kadar air tanah yang tertahan pada tanah dengan

kapasitas menahan air tertentu.

Page 50: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

l

d. Sifat fisik tanah yang berhubungan dengan kapasitas menahan

air (Water holding capacity) sampai kedalaman tertentu dimana

neraca air diperhitungkan. Hal ini juga berkaitan dengan sistem

perakaran vegetasi yang tumbuh diatasnya

Selain itu, juga memperhitungkan sifat-sifat vegetasi, tanah dan

atmusfer (micrometeorological condition). Oleh karena itu, konsep ini

dianggap lebih baik dari konsep Thornwaite.

Analisis neraca air menggunakan sistem tatabuku pada wilayah

lembah Palu yang berdasarkan kadar air tanah (KAT) lebih kecil kapasitas

lapang untuk setiap APWL (accumulating of point water loss) untuk tanah

dengan nilai kapasitas lapang sebesar 94,5 % dan titik layu permanen

sebesar 20,4% (Lampiran 20a). Langkah analisis data berdasarkan

model neraca air dengan prinsip masukan (M) sama dengan pengeluaran

(K). Asumsinya bahwa sumber air adalah murni curah hujan, kedalaman

tanah hingga 100 cm homogen, evapotranspirasi (ETP) merupakan nilai

maksimum lahan tanaman pertanian dan keluaran fungsi air hujan untuk

ETP, meningkatkan kadar air tanah dan sisanya sebagai air bawah tanah

ataupun aliran permukaan (run off). Analisis fisika tanah meliputi

penetapan bulk density, kadar air tanah pada kapasitas lapang dan titik

layu permanen dengan metode grafimetri dan menggunakan tanaman

bunga matahari sebagai indikator.

Prosedur Analisis mengikuti persamaan berikut (Sarjiman dan

Mulyadi, 2011):

Page 51: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

li

M = K .................................................................................. (1)

CH = ETP+S CH ................................................................... (2)

CH = ETP +dKAT +S ............................................................ (3)

S = CH- ETP- dKAT ........................................................... (4)

ETP = (X/12)(Y/30)*ETP dasar ................................................(5)

ETP dasar = 16(10T/I0)a.....................................................................(6)

ETA = CH + IdKATI; (jika CH>ETP) .........................................(7)

ETA = ETP; (jika CH<ETP) ......................................................(8)

Dimana, M = masukan, K = keluaran, CH = curah hujan (mm/bulan), ETP= evapotranspirasi (mm/dekade), S = surplus (surplus air dapat berupagenangan atau air perkolasi), dKAT = perubahan kadar air tanah.

H. Tanggap bawang merah terhadap pemupukan

Hilman dan Suandi (1990) mengemukakan bahwa pemupukan

terbaik untuk bawang merah pada tanah Aluvial Losari, Jawa Barat

adalah 200 kg N, 150 kg SP36, dan 250 kg KCl kg ha-1. Baswarsiati dan

Nurbanah (1997) menyarankan penggunaan 150 kg N ha-1 (1/3 bagian

urea dan 2/3 bagian ZA), 150 kg SP 36, dan 150 kg KCl ha-1 dan pupuk

kandang 15 ton ha-1 yang menghasilkan 7,5 ton umbi kering panen.

Balithor (1989) menyarankan penggunaan 250 kg urea, 150-200 kg SP36,

200 kg KCl ha-1, dan pupuk kandang 15 ton ha-1. Penelitian pada

Inceptisol Jeneponto menyimpulkan bahwa bobot kering tanaman umur 1

bulan, bobot kering umbi saat panen, bobot umbi kering eskip dan kelas

umbi dipengaruhi secara nyata oleh sulfur, blotong dan intraksinya,

sedangkan susut umbi tidak dipengaruhi oleh sulfur, blotong dan

intraksinya. Pemberian belerang dengan dosis 40 ppm dan blotong 75

Page 52: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lii

g/pot menghasilkan umbi kering eskip dengan bobot tertinggi (Muhammad

dkk., 2003).

Bawang merah varietas lembah Palu sangat respon terhadap

pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik 12

ton ha-1 menghasilkan bobot umbi kering panen sebesar 5,64 ton. Ha-1,

berbeda nyata dengan kontrol. Respon tanaman terhadap pemupukan

anorganik terlihat pada takaran pupuk 90 kg N ha-1 + 80 kg P2O5 ha-1 +

70 kg K2O dan diberi tambahan pupuk organik sebanyak 12 ton ha-1.

Penambahan takaran pupuk tidak meningkatkan bobot kering panen umbi

(Limbongan dan Maskar, 2003). Pemberian pupuk organik kasting setara

dengan 12 t ha-1 + 300 kg ZA dapat menghasilkan bobot umbi kering

panen sebesar 4,05 t ha-1 , sedangkan tanpa kasting dan ZA hasilnya

hanya 1,20 t ha-1 (Saidah, 2001). Dengan inovasi teknologi hemat air dan

pemupukan (150 kg ZA, 50 kg urea, 300 kg SP36, dan 200 kg KCl ha-1

serta 10 ton pupuk kandang ha-1 dapat menghasilkan bawang merah

varietas Lembah Palu sebesar 7,3 t ha-1, sedangkan pada lahan yang

dikelola oleh petani tanpa inovasi teknologi hanya menghasilkan 5,0 t ha-1

atau mengalami peningkatan sebesar 46%. Dengan sentuhan teknologi

pada tanah bertekstur kasar (Entisol) dan mengalami cekaman air,

produksi bawang merah varietas Lembah Palu dapat ditingkatkan

(Purnomo dkk., 2007).

Hasil penelitian staf Balai Penelitian Tanah Bogor di desa

Guntarano menunjukkan bahwa fosfat dan kalium potensial tanah (HCl

Page 53: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

liii

25%) tergolong sangat tinggi, tetapi ketersediaannya (P-Olsen dan K-NH4-

acetat 1N, pH 7) tergolong rendah. Untuk tumbuh secara normal, maka P

dan K harus diberikan. Kadar Ca dan Mg tergolong sangat tinggi,

sehingga bukan menjadi kendala pertumbuhan tanaman (Purnomo dkk.,

2007). Hasil kajian pemupukan Subdinas hortikultura bekerjasama

dengan staf pengajar jurusan BDP Fakultas Pertanian Universitas

Tadulako dan Balai Penelitian Teknologi Pertanian dan Sumber-sumber

lain yang relevan yang tertuang dalam Standard Operating Procedure

(SOP) budidaya bawang merah varietas Lembah Palu. Uraian standar

pemupukan pada tanaman bawang merah varietas Lembah Palu

berdasarkan SOP tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:: 10-30

ton ha-1 pupuk organik, 100-200 kg ha-1Urea, 100-250 kg ha-1 KCl, 150-

300 kg ha-1 SP-36, 100-250 kg ha-1 ZA, dan pupuk pelengkap cair sesuai

anjuran pabrik (Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Donggala, 2005).

I. Kerangka Konseptual

Adanya fakta bahwa tanaman bawang merah varietas Lemba Palu

selama ini hanya dibudidayakan di lingkungan agroekologi Lembah Palu

menunjukkan bahwa faktor iklim dan tanah di Lembah Palu adalah

merupakan faktor penentu kesesuaian tanaman pada agroekologi

tersebut. Faktor iklim yang memberi kontribusi besar adalah suhu udara

yang tinggi, lama penyinaran dan curah hujan yang rendah sepanjang

tahun, namun curah hujan yang rendah menimbulkan dampak negatif

terhadap penyediaan air bagi tanaman, sedangkan sifat-sifat tanah yang

Page 54: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

liv

memberi kontribusi yang penting dalam mempengaruhi daya adaptasi

adalah tekstur tanah, daya memegang air, kandungan bahan organik,

kadar hara dan pH tanah. Oleh karena itu, upaya memperluas areal

pertanaman dalam rangka menunjang pengembangan Agroindustri

pengolahan bawang goreng melalui penyediaan bahan baku harus

mengacu pada karakteristik agroekologi dimana tanaman bawang merah

varietas Lembah Palu selama ini telah dibudidayakan oleh petani dan

dinilai telah beradaptasi ditempat tersebut. .

Untuk memperluas areal pertanaman perlu ada kajian tentang

kisaran (range) perubahan karakteristik iklim dan tanah, dimana pada

kisaran-kisaran tersebut masih memberikan hasil yang tinggi dengan

kualitas yang tetap terjamin. Pemberian bahan organik ke dalam tanah

dapat meningkatkan kesuburan tanah dan kapasitas memegang air tanah

hingga pada batas-batas tertentu dapat meningkatkan produksi dan tetap

menghasilkan bawang dengan kualitas yang baik, tetapi pemberian bahan

organik yang lebih tinggi, boleh jadi produksi umbi kering panen tetap

meningkat disatu sisi, tetapi di sisi lain kualitas umbi kering panen dan

produk bawang goreng yang dihasilkan cenderung menurun terkait

semakin tingginya kemampuan tanah menahan air. Hal ini sejalan dengan

fakta bahwa bawang yang diproduksi di lahan kering memiliki kualitas

produk bawang goreng yang lebih baik dibandingkan dengan bawang

goreng yang diproduksi di areal persawahan yang cenderung kondisi

tanahnya lebih lembab sepanjang priode pertumbuhan tanaman terutama

Page 55: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lv

karena adanya lapisan kedap di bawah lapisan olah. Disamping itu,

adanya kenyataan lain bahwa bawang merah varietas Lembah Palu yang

dibudidayakan pada lahan yang lebih terbuka menghasilkan kualitas umbi

bawang yang lebih baik. Hal ini lebih mempertegas tentang pentingnya

aspek lama penyinaran dalam mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil

tanaman bawang merah varietas lembah Palu pada lingkungan tumbuh

tersebut.

Peningkatan produksi melalui perbaikan kesuburan tanah harus

sejalan dengan upaya perbaikan kualitas bawang yang dihasilkan sebab

para pelaku industri bawang goreng varietas lembah Palu hanya akan

membeli bawang yang dinilai memiliki kualitas yang baik. Dengan

demikian, adanya indikasi bahwa kualitas bawang sangat dipengaruhi

oleh kadar air tanah, suhu dam lama penyinaran adalah merupakan fungsi

dari faktor lingkungan tumbuh tanaman seprti curah hujan, intensitas sinar

matahari, tekstur tanah, kadar bahan organik dan kadar hara dalam tanah.

Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian tentang interaksi faktor-faktor

tersebut dalam mempengaruhi produksi dan kualitas bawang merah

varietas Lembah Palu.

Uraian bagan alir kerangka konseptual rencana penelitian

produktivitas, kualitas, dan potensi pengembangan agroindustri bawang

merah varietas Lembah Palu dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 56: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lvi

Gambar 1. Kerangka konseptual rencana penelitian produktivitas,kualitas dan potensi pengembangan agroindustrin bawangmerah varietas lembah Palu.

iklim

C. Hujan, Suhu,Penyinaran danKelembaban

Manusia

Produktivitas

- Kecukupan air,

- bahan organik

- Hara tanaman

Agroekologi yangsesuai:

-Produksi Tinggi

-Kualitas umbi ,baik

-Kualitas bawanggoreng, baik

Agroekologi yangkurang Sesuai:

-Produksi Rendah

-Kualitas umbi segar,buruk

-Kualitas bawanggoreng, buruk

Tanah

Fisik, kimia danbiologi

Agroindustri:

-Mendorong peningkatanproduksi gunamemenuhi kebutuhanindustri bawang gorengsiap saji

-Meningkatkanpendapatan petanibawang

PenyediaanBahan Bakuberkualitas

PERBAIKAN

PerbaikansecaraTerbatas

Page 57: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lvii

Ketersedian data atau peta pengembangan berdasarkan

kesesuaian agroekologi, memungkinkan pemerintah daerah dapat

membuat perencanaan pengembangan yang lebih terarah dan dengan

dukungan kredit usaha tani dengan bunga rendah dan perbaikan/

pengembangan kelembagaan diharapkan akan mendorong peningkatan

produksi sehingga kebutuhan bahan baku industri bawang goreng dapat

dipenuhi. Implikasi lebih jauh adalah industri yang berkembang akan

menjadi pasar yang baik dan tetap bagi petani produsen, sebaliknya

penyediaan bahan baku bawang dengan jumlah dan kualitas yang baik

akan mendorong berkembangnya agroindustri bawang goreng.

Hipotesis

1. Bawang merah varietas lembah Palu dapat tumbuh dan berduksi

dengan baik pada kisaran kadar air tersedia yang cukup lebar.

2. Ada interaksi nyata antara kadar bahan organik, kadar air tersedia dan

pemupukan (Ca dan S ) terhadap peningkatan produktivitas.

3. Ada interaksi nyata antara kadar bahan organik dan pemupukan (S

dan K) terhadap produktivitas dan kualitas bawang goreng yang

dihasilkan.

4. Peningkatan produktivitas dan kualitas bawang merah mempengaruhi

pengembangan agroindustri bawang merah varietas lembah Palu.

J. Definisi operasional

1. Kapasitas Lapang adalah jumlah air yang ditahan oleh massa tanah

setelah semua kelebihan air bergerak karena pengaruh grafitasi.

Page 58: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lviii

2. Titik Layu Permanen adalah persentase air dari suatu tanah ketika

tanaman yang tumbuh di tanah tersebut dalam keadaan layu,

dimana tanaman ini tidak dapat kembali segar pada kondisi atmusfir

yang mendekati jenuh. Dalam keadaan layu permanen, tanah sudah

tidak mampu lagi mensuplai air dengan kecepatan yang cukup untuk

mempertahankan turgor tanaman(untuk mengimbangi kehilangan air

melalui transpirasi).

3. Air Tersedia adalah jumlah air yang tersimpan dalam tanah dan dapat

digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Keadaan ini terletak antara

titik layu permanen (PWP) dan kapasitas lapang (FC). Jika kadar air

tanah pada kondisi kapasitas lapang = 29,4% dan pada titik layu

permanen = 7%, maka kapasitas air tersedia tanah tersebut = 22,4%.

5. Potensi Produksi adalah hasil tertinggi yang dapat dicapai pada suatu

lingkungan tumbuh yang optimal dengan faktor pembatas yang dapat

dikendalikan.

6. Bobot basah umbi adalah bobot umbi pada hari pertama dimana

bawang tersebut dipanen.

7. Bobot kering umbi adalah bobot umbi setelah 2 minggu dikering

aginkan di ruang terbuka dalam rumah

8. Agroindustri adalah industri pengolahan yang menggunakan bahan

baku berupa produk-produk dalam bidang pertanian.

Page 59: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lix

9. Percobaan lapangan adalah percobaan yang dilakukan dilapangan

tanpa modifikasi kondisi suhu dan curah hujan dengan tujuan untuk

mendapatkan gambaran tentag cara pengelolaan air pada periode

kering selama fase pertumbuhan tanaman di lapangan.

10. Kualitas poduksi adalah kualitas fisik berupa ukuran atau berat umbi

dan tingkat kegaringan bawang goreng yang dihasilkan.

11. Bahan baku industri adalah umbi segar bawang merah varietas

lembah Palu (hingga hari ke 3 setelah panen) yang dipanen pada

umur 65-70 hari setelah tanam.

12. 100-80% air tersedia merupakan kadar air tanah yang dipertahankan

pada kisaran 100 - 80% air tersedia selama penelitian berlangsung.

13 80-60% air tersedia merupakan kadar air tanah yang dipertahankan

pada kisaran 80-60% air tersedia selama penelitian berlangsung

14 60-40% air tersedia merupakan kadar air tanah yang dipertahankan

pada kisaran antara 60-40% air tersedia selama penelitian

berlangsung

Page 60: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lx

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang melalui tiga tahapan utama, yakni: 1)

Tahap pengumpulan data ekologi areal pengembangan bawang , 2)

Percobaan rumah kaca dan 3) Percobaan lapangan.

1. Kondisi ekologi areal pengembangan tanaman bawang

Tahap pengumpulan data ekologi pertanaman bawang bertujuan

untuk mendapatkan dan memberi gambaran tentang kondisi ekologi

terutama terkait dengan kondisi tanah dan iklim dimana varietas ini telah

dibudidayakan dan beradaptasi selama ini.

Pada tahap persiapan penelitian ini dikumpulkan data dan

informasi tentang tanah, iklim dan data hasil penelitian sebelumnya, hasil

diskusi dan wawancara dari masyarakat serta data dan informasi lain dari

berbagai lembaga lain yang dinilai relevan dengan tujuan penelitian ini

turut dikaji.

a. Iklim dan nerca air tahunan lembah Palu.

Data iklim yang digunakan diambil dari stasiun meteorologi dan

geofisika Bandar Udara Mutiara Palu yang terletak di lembah Palu. Data-

data meliputi temperatur rerata bulanan, curah hujan bulanan 10 tahun

dan pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat fisika tanah. Analisis

fisika tanah meliputi penetapan bulk density, kadar air tanah pada

Page 61: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxi

kapasitas lapang dan titik layu permanen. Titik layu permanen ditetapkan

dengan metode gravimetri dan menggunakan bunga matahari sebagai

tanaman indikator.

Hasil analisis neraca air menunjukkan bahwa kadar lengas tanah

Lembah Palu sepanjang tahun selalu di bawah kapasitas lapang dan tidak

ada periode surplus air. Selama bulan Januari hingga dekade pertama

bulan Februari terjadi penurunan kadar lengas tanah. Pada priode ini,

penurunan lengas tanah diikuti penurunan kadar air tanah tersedia bagi

tanaman diharapkan tidak mempengaruhi penurunkan laju pertumbuhan

tanaman secara nyata. Kadar lengas tanah meningkat mulai dekade

kedua Februari hingga dekade pertama Mei. Pada priode ini kadar lengas

tanah di lembah Palu mendekati kadar air tanah pada keadaan kapasitas

lapang dan merupakan periode terbasah sepanjang tahun (Gambar 2).

Secara teoritis, pada dekade dua Februari hingga dekade pertama

Mei, tanaman bawang varietas Lembah Palu akan mendapatkan jumlah

air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Walaupun demikian,

perlu diperhatikan waktu kejadian hujan. Tanaman bawang merah varietas

Lembah Palu sangat pekah terhadap serangan cendawan bila hujan turun

pada siang hari yang dikuti oleh penyinaran matahari setelah hujan.

(Bachri dkk., 2007). Karena alasan tersebut petani lebih menyukai apabila

hujan lebih sedikit atau tidak hujan sama sekali apabila tersedia air irigasi

selama priode pertumbuhan tanaman. Petani bawang cenderung

menghindari penanaman pada saat curah hujan cukup tiggi, kecuali bila

Page 62: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxii

keadaan memaksa, agar benih yang telah disiapkan tidak rusak bila tidak

segera ditanam.

Untuk mengatasi masalah ini, petani dihadapkan pada dua pilihan;

yakni menyiram tanaman dengan air irigasi sebelum air hujan mengering

pada seluruh bagian tanaman atau menyemprot dengan fungisida pada

wilayah-wilayah yang tidak memiliki sumber air untuk penyiraman. Hujan

yang turun sepanjang hari dan malam hari kemudian berhenti untuk

beberapa hari lamanya lebih baik daripada hujan yang diikuti penyinaran.

Lengas tanah menurun secara derastis mulai dekade kedua Mei

hingga mencapai titik terendah dibawah titik layu permanen pada dekade

Gambar 2. Neraca air lahan Lembah Palu

ketiga November. Pada Periode ini penanaman bawang merah di

Lembah Palu hanya dapat dilakukan bila tersedia air irigasi untuk

menambah kebutuhan air tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

normal. Dilihat dari aspek keseimbangan pola penyebaran curah hujan

Page 63: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxiii

dan pola evapotranspirasi potensial tahunan (Gambar 3), tampak periode

dimana kadar air tanah cukup tersedia pada dekade ketiga bulan Februari

hingga dekade kedua bulan Mei dan dekade pertama bulan Desember.

Grafik hujan di atas evapotanspirasi merupakan priode hujan di lembah

Palu . Namun demikian, pada periode tersebut terkait dengan rendahnya

kemampuan tanah memegang air karena pada umumnya tanah-tanah di

Lembah Palu bertekstur kasar dengan kadar C-organik rendah

menyebabkan kadar lengas tanah tetap di bawah kapasitas lapang seperti

ditunjukkan oleh neraca air tahunan Lembah Palu. Di luar dekade-

dekade tersebut merupan periode defisit air untuk pemenuhan kebutuhan

pertanaman bawang mutlak diperlukan air irigasi baik yang bersumber

dari air permukaan maupun yang bersumer dari air tanah. Pada beberapa

lokasi terdapat irigasi yang memanfaatkan potensi air tanah dalam

misalanya di desa Guntarano dan di desa Sidera trans. Pemanfaatan

potensi ini hingga saat ini belum optimal karena biaya operasional yang

dinilai cukup tinggi oleh petani.

Grafik hujan di bawah evapotranspirasi merupakan bulan kering/

musim kemarau (Gambar 3). Evapotranspirasi aktual mengikuti sebaran

hujan, karena kejadian transpirasi berkaitan dengan ketersedian air tanah

pada daerah perakaran.

Jika terjadi penurunan kadar air tanah (dari kapasitas lapang ke titik

layu permanen), maka terjadi tahanan untuk proses evapotranspirasi.

Selain itu, pada musim kering kerapatan tanaman sudah berkurang atau

Page 64: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxiv

panen, dengan demikian transpirasi juga berkurang (Sarjiman dan

Mulyadi, 2011).

Gambar 3. Grafik Pola curah Hujan dan Evapotranspirasi tahunan L. Palu

Kadar air tanah (KAT) di wilayah yang mempunyai musim kering akan

mengalami penurunan. Air tanah dimanfaatkan untuk evapotranspirasi

(ETA), maka apabila air tanah tidak disuplai oleh hujan, maka tanah akan

mengalami defisit air dan kondisi demikian disebut musim kemarau

(Sarjiman dan Mulyadi, 2011).

b. Karakteristik Tanah.

Untuk mendapatan informasi tentang karakterisrik tanah di lokasi

penelitian dilakukan survei tanah dan pengambilan contoh tanah untuk

analisis contoh tanah dan percobaan pot. Disamping itu, juga dikumpulkan

data-data sekunder dari hasil-hasil studi terdahulu. Penentuan lokasi

pengambilan contoh tanah dan percobaan lapangan didasarkan pada peta

Page 65: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxv

kesesuaian lahan skala 1:150.000 untuk bawang merah varietas Lembah

Palu (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu, 2006). Kriteria

kesesuaian lahan untuk tanaman bawang merah yang digunakan dalam

pemetaan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 23., sedangkan peta-peta

kelas kesesuaian lahan untuk tanaman bawang merah varietas Lembah

Palu khususnya Kota Palu dapat dilihat pada Lampiran 24

Hasil evaluasi lahan untuk tanaman bawang merah varietas

Lembah Palu yang memiliki potensi untuk dikembangkan menunjukkan

tingkat kesesuaian sesuai marginal (S3) dan cukup sesuai (S2) (Tabel

1).

Tabel 1. Kesesuaian lahan aktual untuk pengembangan bawang merahvarietas Lembah Palu.

No Kesesuaian Lahan pada tingkat kelas Luas (Ha)

1 Sesuai marginal/ Marginally suitable ( S3) 1.656,06

2 Cukup sesuai/moderately suitable (S2) 903,74

Total sesuai marginal + cukup sesuai(S3+S2)

2.559.80

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu (2006)

Faktor penghambat utama pada tingkat kelas terdiri atas ketersediaan air

(wa), retensi hara (nr) berkaitan dengan pH, KTK dan kadar bahan

organik, media perakaran (rc) berkaitan erat dengan kedalaman efektif,

ada tidaknya bahan kasar dan tekstur sangat kasar. Kelas cukup sesuai

(S2) berada pada beberapa satuan peta tanah/ wilayah pengembangan

Poboya, Tanamodindi, Duyu, Watuela, Kawatuna, Petobo dan Kawatuna.

Page 66: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxvi

Distribusi atau sebaran kesuaian lahan untuk tanaman bawang merah

varietas Lembah Palu (Tabel 2).

Kelas kesesuaian lahan aktual dapat ditingkatkan menjadi satu

kelas lebih tinggi atau lebih baik melalui perbaikan atau tambahan

masukan, sejauh pertimbangan secara ekonomi masih menguntungkan.

Faktor-faktor penghambat tersebut secara teknis dapat diatasi melalui

teknologi pemupukan, irigasi dan pengelolaan bahan organik.

Dari Tabel 1., tertera luas lahan yang kelas kesesuaiannya dapat

diperbaiki atau ditingkatkan seluas 2.559,8 ha yang terdiri dari 1.656,06

dari kelas kesesuaian marginal (S3) menjadi cukup sesuai (S2) dengan

input pengelolaan bahan organik, hara tanaman dan air berada pada

kawasan Watutela, Palu Timur. Lahan cukup sesuai menjadi sangat

sesuai (S1) seluas 903,48 ha dengan input pengelolaan bahan organik,

pemupukan dan air yang tersebar pada wilayah Poboya, Palu selatan dan

Pantoloan, Palu Timur.

Berdasarkan hasil survei lapangan yang ditunjang oleh hasil-hasil

studi terdahulu menunjukkan bahwa Lembah Palu didominasi oleh dua

ordo tanah utama, yakni Inceptisol dan Entisol. Diskripsi beberapa profil

tanah pada kategori subgroup yang dilakukan oleh staf Balai Penelitian

Tanah Bogor (2004) menunjukkan bahwa di lokasi dimana penelitian

lapangan dilakukan merupakan subgroup Typic Eutrudept

(KambisolEutrik) (Tabel 2). Sifat-sifat morfologi Typic Eutrudepts secara

lengkap disajikan pada Lampian 1, sedangkan sifat-sifat morfologi

Page 67: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxvii

Fluventic Eutrudept (Kambisol Fluvik) Poboya, Palu Selatan dan sifat-sifat

morfologi Fluvaquentic Endoaguept (Gleisol Eutrik) Pantoloan, Palu utara

disajikan pada Lampiran 2.

Tabel 2. Sebaran Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan TanamanBawang merah varietas Lembah Palu

Simbol Lokasi/SPL Klas Uraian Faktor Penghambat

1 Kawasan Paboya,Palu Timur

S2 CukupSesuai

Ketersediaan air (wa)dan retensi hara (nr)

S3 Sesuaimarginal

Kondisi perakaran (rc),kelerengan (eh) danketersediaan air (wa)

2 KawasanTanamodindi, PaluTimur

S2 Cukupsesuai

Ketersediaan air (wa)dan retensi hara (nr)

3 KawasanWatutela, PaluTimur

S2 Cukupsesuai

Ketersediaan air (wa),dan retensi hara (nr)

4 Kawasan PaluSelatan

S2 Cukupsesuai

Ketersediaan air (wa)dan retensi hara (nr)

5 Kawasan PetoboPalu selatan

S2 Cukupsesuai

Ketersediaan air dan(wa) dan retensi hara (nr)

6 Kawasan DuyuPalu Barat

S2 CukupSesuai

Ketersediaan air (wa)dan retensi hara (nr)

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu (2006)

Kelasifikasi tanah-tanah di Lembah Palu yang relatif baru dengan

skala yang relatif lebih besar sekaligus melengkapi data-data sebelumnya

dilakukan oleh Syafruddin dkk. (2003) dan Hikmatullah dkk. (2004).

Uraian nama-nama tanah pada masing-masing kategori dalam sistem

Taxonomi tanah (Soil Survey Staff, 1975) dan padanannya pada kategori

macam tanah dalam sistim kelasifikasi tanah Pusat Penelitian tanah (PPT)

Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 68: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxviii

Karakteristik fisik dan kimia tanah pada beberapa wilayah yang

dinilai refresentatif mewakili Lembah Palu dapat dilihat pada Lampiran 20 .

Data pada Lampiran 20 menunjukkan bahwa kadar C-organik dan N-

total tanah pada semua wilayah berstatus sangat rendah sampai

rendah. Kadar P2O5 total dan P2O5 tersedia bervariasi dari sangat

rendah, rendah, sedang hingga sangat tinggi; kadar K2O total pada

hampir semua lokasi berstatus tinggi hingga sangat tinggi, kecuali pada

Tabel 3. Kelasifikasi Tanah-Tanah di Lembah Palu, Sulawesi Tengah

Soil taxonomy (Soil Survey Staff, 1998) PPT (1983)

Ordo Subordo Great group Subgroup Macam Tanah

Entisols

Inceptisols

Alfisols

Psamments

Aquents

Aquepts

Udepts

Udalfs

Udipsamment

Fluvaquents

Endoaquepts

Eutrudepts

Dystrudepts

Hapludalfs

Typic Udipsamment

Typic Fluvaquents

FluvaquenticEndoaquepts

Typic Endoaquepts

Fluventic Eutrudepts

Typic Eutrudepts

Andic Dystrudepts

Typic Dystrudepts

Typic Hapludalfs

Rego. Eutrik

Glei. Eutrik

Glei. Eutrik

Glei. Eutrik

Kambi. Fluvik

Kambi. Eutrik

Kambi. Andik

Kambi Distrik

Mediteran Tipik

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu (2006)

kawasan Kawatuna berstatus sedang, sedangkan kadar K2O tersedia

umumnya rendah, kecuali pada beberapa wilayah berstatus sedang dan

sangat tinggi. Kadar Ca tanah bervariasi dari rendah, sedang, tinggi dan

sangat tinggi, sedangkan kadar Mg tanah bervariasi dari sangat rendah,

rendah, sedang hingga tinggi. Kebutuhan Ca, dan Mg tanaman dapat

Page 69: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxix

teratasi dengan tingginya kadar unsur tersebut dalam air baik yang

besumber dari air tanah maupun air irigasi.

Data tentang sifat fisik tanah meliputi tekstur dan. sifat kimia tanah

meliputi pH tanah (pH-meter), C-organik (walkley and black method) KTK,

Ca, Mg dan K (NH4 OAc. pH 7), KB, N-total (khjedahl), P-tersedia

(Olsen). Analisis tanah dilakukan di Laboratorim ilmu tanah Fakultas

Pertanian Universitas Tadulako.

2. Percobaan Rumah Kaca

Percobaan rumah kaca merupakan kelanjutan dari tahap persiapan

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hasil kajian

pada tahap periapan penelitian, ditetapkan 3 faktor yang akan dikaji dan

ditelaah baik pada percobaan rumah kaca maupun dalam percobaan

lapangan. Ketiga faktor tersebut adalah bahan organik, kadar air tersedia

dan pemupukan. Tahap awal ke tiga faktor tersebut akan diuji di rumah

kaca kemudian dilanjutkan pada penelitian lapangan.

Perlakuan-perlakuan yang menunjukkan respon positif terhadap

pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas Lembah Palu di rumah

kaca, dijadikan sebagai dasar dalam menyusun rencana penelitian di

lapangan.

a. Pelaksanaan Percobaan

a.1. Penyiapan contoh tanah

Contoh tanah yang diambil dari tiga Sistim lahan di Lembah Palu di

siapkan di ruang penyiapan contoh tanah Laboratorium Ilmu Tanah

Page 70: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxx

Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Contoh tanah yang telah kering

udara ditumbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm. Contoh

tanah yang telah diayak, dicampur merata untuk mendapatkan contoh

tanah homogen pada masing-masing sistem lahan. Sebanyak 5 kg contoh

tanah yang lolos saringan 2 mm dimasukkan ke dalam pot-pot percobaan

yang sebelumnya telah disiapkan dan diberi label sesuai kombinasi

perlakuan yang telah direncanakan.

a.2. Pemberian bahan organik dan aplikasi air tersedia

Pot-pot percobaan yang telah berisi contoh tanah diberi bahan

organik (pupuk kandang ayam) setara 10 ton ha-1 . Aplikasi bahan

organik dilakukan pada permukaan tanah dalam pot kemudian dicampur

merata dengan tanah hingga ke dalaman 10 cm dari permukaan tanah

dalam pot (Yable dkk., 2007). Contoh tanah yang telah diberi bahan

organik selanjutnya diberi air sesuai dengan perlakuan persen kadar air

tersedia yang telah ditetapkan secara grafimetri di laboratorium. Untuk

mengontrol kisaran kadar air tersedia selama percobaan berlangsung

sesuai perlakuan yang telah direncanakan dilakukan penimbangan pot-pot

percobaan setiap hari dengan menggunakan timbangan digital. Apabila

berat pot mendekati titik terendah pada masing-masing perlakuan

dilakukan penambahan air hingga mendekati atau mencapai batas kadar

air tertinggi sesuai hasil pengukuran yang dilakkan di Laboratorium . Hal

yang sama juga dilakukan pada semua unit percobaan yang berjumlah 72

pot percobaan yang diletakkan secara di rumah kaca.

Page 71: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxi

a.3. Penanaman dan Pemupukan

Perlakuan pemberian hara dilakukan pada saat tanaman berumur 1

minggu setelah tanam. Pemberian hara belerang (K2SO4) setara

dengan 60 kg S ha-1 (SOP bawang merah varietas lembah Palu, 2009)

dilakukan dengan melarutkan ke dalam air lalu di injeksikan ke dalam

tanah pada masing-masing pot percobaan sesuai dengan perlakuan yang

telah direncanakan. Kadar kalium pada masing-masing pot percobaan

disetarakan dengan menambahkan KCl juga cara melarutkannya ke

dalam air lalu diinjeksikan ke dalam tanah. Pemberian kalsium (CaCO3)

setara dengan 30 kg ha-1 dilakukan dengan cara tugal disekitar tanaman

Pupuk dasar SP-36 dengan dosis setara dengan 200 kg. ha-1

diaplikasikan pada saat tanam, sedangkan pupuk dasar urea dengan

dosis 100 kg ha-1 diberikan dengan cara injeksi bersamaan aplikasi

perlakuan pemupukan (Dinas Pertanian & Peternakan Donggala, 2005).

b. Rancangan perlakuan dan rancangan percobaan

Penelitian ini terdiri dari 3 faktor, faktor pertama adalah bahan

organik yang terdiri dari 2 level, yakni tanpa bahan organik (O0) dan

pemberian bahan organik setara dengan 10 ton ha-1 (O1). Faktor kedua

adalah kadar air tersedia yang terdiri dari 3 level, yaitu: A1 (100-80%).

A2(80-60%), A3(60-40%) . Faktor ketiga adalah pengelolaan hara

tanaman yang terdiri dari 4 kombinasi perlakuan, yaitu: H0 (-S-Ca), H1(+S-

Ca),H2 (-S+Ca) dan H3(+S+Ca), .

Page 72: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxii

Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial dalam acak

kelompok 2x3x4 dengan 3 kali ulangan. Dengan demikian secara

keseluruhan diperoleh 72 unit percobaan. Rata-rata nilai tengah

perlakuan diuji dengan uji BNJ taraf kepercayaan 95% (P0,05). Jika uji F

kelompok signifikan, maka hal ini berarti bahwa perbedaan karakteristik

sistim lahan PLU, SDO dan SSU berpegaruh nyata (signifikan) terhadap

produksi dan kualitas bawang yang dihasilkan. Demikian juga halnya jika

interaksi antara faktor-faktor yang diteliti berpengaruh nyata berdasarkan

uji F, maka pengaruh utama dari faktor-faktor yang diteliti menjadi tidak

penting untuk ditelaah karena pengaruh utama tidak mencerminkan

keadaan sesungguhnya, hal ini disebabkan pengaruh sederhana dari

faktor-faktor yang dicobakan tidak sama besar. Sebaliknya, jika

pengujian (uji F) menunjukkan pengaruh interaksi tidak nyata maka hal ini

menunjukkan bahwa pengaruh sederhana dari faktor-faktor yang

dicobakan sama besarnya (Gaspersz, 1991). Dengan demikian,

pengaruh utama dari faktor-faktor tersebut dapat digeneralisasi.

c. Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan yang diukur pada peneltian ini diantaranya

adalah: bobot umbi basah, bobot umbi kering dan jumlah umbi perpot.

3. Percobaan lapangan

Percobaan lapangan bertujuan untuk memverifikasi hasi-hasil

percobaan rumah kaca yang telah dilakukan sebelumnya. Perlakuan-

perlakuan yang menunjukkan hasil-hasil positif dan signifikan dalam

Page 73: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxiii

mempengaruhi produksi dan kualitas bawang merah akan dikaji di lokasi

yang memiliki karakteristik agroekologi yang sama atau hampir sama

dengan Agroekologi dimana varietas tersebut dikembangkan selama ini.

Percobaan Lapangan dilakukan pada lokasi pengambilan contoh tanah

yang dinilai memiliki potensi dari aspek luasan/cakupan daerah

pengembangan bawang merah varietas lembahPalu.

a. Pelaksanaan percobaan

a.1. Tahap persiapan

Pemilihan lokasi penelitian pada sistem lahan PLU dilakukun

dengan mempertimbangkan kemudahan untuk menjangkau lokasi

sehingga percobaan dapat dikontrol dengan sebaik-baiknya. Disamping

itu, kemudahan dalam memperoleh sumber daya yang diperlukan

terutama air dan bahan organik juga dijadikan dasar dalam pemilihan

lokasi penelitian.

a.2. Pengolahan tanah dan pembuatan petak-petak percobaan

Lahan percobaan yang relatif homogen diolah sebanyak dua kali

dengan menggunakan hand traktor, kemudian dilanjutkan dengan

pengolahan tanah dengan menggunakan alat mekanik khusus dengan

tujuan untuk menghaluskan dan menyeragamkan bongkah tanah.

Pembuatan petak-petak percobaan dilakuan secara mekanik sesuai

dengan ukuran petak-petak percobaan yang telah direncanakan, yakni

1,2X1,5 m-2. Petak-petak percobaan yang dibuat secara mekanik

dirapikan secara manual sesuai ukuran yang telah ditentukan. Jarak antar

Page 74: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxiv

petak dalam blok-blok percobaan adalah 25 cm sedangkan jarak antar

blok percobaan adalah 35 cm.

a.3. Pemberian bahan organik

Bahan organik yang digunakan adalah pupuk kandang ayam yang

telah matang. Bahan organik disiapkan dalam ruang terbuka, tetapi

terlindung dari sinar matahari dan air hujan. Bahan organik dicampur

merata lalu ditebar secara merata pada permukaan lantai yang beralaskan

pelastik selanjutnya diangin-anginkan selama seminggu. Bahan organik

yang telah kering secara merata ditimbang sesuai perlakuan kemudian

dimasukkan ke dalam kantong pelastik. Pupuk organik dalam kantong

pelastik masing-masing ditempatkan pada semua petak percobaan sesuai

dengan label yang sebelumnya telah dipasang secara acak. Pemberian

bahan organik dilakukan sesuai dengan dosis yang telah ditentukan pada

masing-masing petak-petak percobaan selanjutnya didistribusikan secara

merata pada permukaan petak percobaan yang telah disiapkan dan

selanjutnya disemprot dengan herbisida pra tumbuh dan fungisida

masing-masing untuk mengendalikan gulma.dan fungi/cendawan. Bahan

organik yang telah disebar merata pada permukaan petak-petak

percobaan selanjutnya diaduk merata sedalam 10 cm dari permukaan

petak percobaan.

a.4. Penyiraman

Penyiraman dilakuakan dengan tujuan agar kadar lengas tanah

lebih seragam hingga kedalaman 50 cm dari permukaan tanah.

Page 75: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxv

Penyiraman dilakukan dengan meggunakan 2 buah sprinkler yang

dihubungkan dengan selang dari sumber air yang mengalirkan air secara

kontinyu. Untuk mengontrol kedalaman resapan air, pada bagain luar blok

percobaan terdapat petakan yang berukuran panjang pada 4 sisi dari

blok-blok percobaan yang disiapkan untuk ditanami tanpa perlakuan.

Penanaman bawang pada 4 sisi blok-blok percobaan tanpa perlakuan

dimaksudkan sebagai tanaman pelindung juga digunakan untuk

mengontrol kedalaman resapan air pada saat penyiraman sesuai dengan

rencana yang telah dibuat seperti diuraikan diatas.

Untuk mengontrol kadar air tersedia di lapangan selama penelitian

berlangsung digunakan tensiometer digital yang telah dikalibrasi secara

grafimetri di laboratorium berdasarkan perlakuan yang telah direncanakan.

Tempat-tempat untuk mengontrol kadar air tersedia dipilih pada bagian

tengah dari masing-masing petak-petak percobaan untuk menghindari

adanya bias karena pengaruh perlakuan pemberian air yang berbeda

pada petak-petak percobaan yang berdampingan atau dengan kata lain

lokasi kontrol terletak pada bagian petakan dimana tanaman contoh

berada. Kegiatan untuk mengontrol kadar air tersedia dilakukan 3-5 kali

sehari tergantung keadaan cuaca. Jika intensitas penyinaran tinggi

sepanjang hari, maka kegiatan kontrol dilakukan lebih sering.

a.5. Penanaman

Sebelum penanaman dilakukan, benih diselekasi terlebih dahulu.

Sebagai bahan penelitian, benih yang diperlukan adalalah benih yang

Page 76: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxvi

seragam dan berkualitas baik. Karena sulit mendapatkan benih yang

betul-betul seragam apalagi jika jumlah benih relatif terbatas, maka benih

yang digunakan dikelompokkan ke dalam 3 kelompok berdasarkan bobot

benih, masing-masing benih dengan bobot sekitar 3 g, 4 g dan 5 g.

Sebelum ditanam bagian ujung benih dipotong kemudian direndam

beberapa saat (sekitar 10 menit) dengan larutan zat perangsang tumbuh

(atonik) dan dithan untuk mencegah kontaminasi dengan cendawan.

Penanaman dilakukan dengan cara tugal mengikuti tali ajir yang telah

diberi tanda sesuai dengan jarak tanam 15 X 20 cm. Penanaman

dilakukan berdasarkan urutan kelompok bobot benih seperti diuraikan

diatas.

a.6. Pemupukan

Jenis pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pupuk

Urea, SP-36, KCl dan ZA. SP-36 diberikan satu kali pada saat tanam,

sedangkan nitrogen, belerang dan kalium diberikan 2 kali. setengah

bagian diberikan pada saat tanam dan sisanya diberikan masing-masing

pada saat tanaman telah berumur 3 minggu. Pemupukan dilakukan

dengan cara tugal kemudian ditutup dengan tanah berdasarkan urutan

kelompok perlakuan.

a.7. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan meliputi pengendalian gulma, hama dan penyakit

tanaman. Pengendalian gulma dilakukan secara fisik dengan jalan

mencabut gulma begitu ada gulma yang tumbuh, demikian pula halnya

Page 77: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxvii

dengan hama hingga batas-batas tertentu dilakukan pengendalian secara

fisik. Pengendalian secara kimia dilakukan sebagai alternatif terakhir.

a.8. Panen

Panen dilakukan setelah tanaman berumur 70 hari setelah

tanaman. Sebanyak 12 rumpun tanaman contoh dipilih secara acak

pada baris ke 2, 3, 4 dan 5, sedangkan baris 1 dan 6 sebagai baris terluar

tidak digunakan sebagai tempat pengambilan tanaman sampel. Tanaman

pada baris terluar merupakan tanaman yang menerima efek kompetisi

sebagai akibat perlakuan yang berbeda pada petak-petak yang

berdampingan atau karena pengaruh kompetisi yang berbeda akibat jarak

tanam yang berbeda antar baris tanaman dalam petak yang sama dengan

tanaman pinggir pada petak yang berdampingan.

b. Rancangan perlakuan dan Rancangan Percobaan

Rancangan perlakuan terdiri dari pemberian bahan organik (O),

persen air tersedia (A) dan pemberian hara tanaman (H). Pemberian

bahan organik terdiri dari 2 taraf yakni: 10 ton bahan organik ha-1 (O1) dan

15 ton bahan organik ha-1 (O2). Perlakuan lengas tanah yang terdiri dari

dari 3 taraf, yakni: 100-80% air tersedia (A1), 80-60% air tersedia (A2) dan

60-40% air tersedia (A3). Perlakuan hara tanaman yang terdiri dari 48 kg S

ha-1 (H1) , 72 kg S ha-1 (H2), 100 kg ha-1 KCl (H3) dan 200 kg ha-1 KCl

(H4).

Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial 2x3x4 dalam acak

kelompok dengan 3 kali ulangan. Dengan demikian, diperoleh 24

Page 78: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxviii

kombinasi perlakuan sehingga secara keseluruhan diperoleh 72 unit

percobaan. Dalam penelitian ini bobot benih digunakan sebagai dasar

pengelompokan. Rata-rata nilai tengah perlakuan diuji dengan uji BNJ

pada taraf kepercayaan 95%. .

c. Parameter pengamatan

Parameter pengamatan yang diukur dalam penelitian ini

didasarkan atas kebiasaan yang lazim dilakukan oleh peneliti sebelumnya,

diantaranya adalah: Bobot umbi basah per rumpun, bobot umbi kering

eskip perrumpun, jumlah umbi yang terbentuk, kadar karbohirat total dan

tingkat kegaringan bawang goreng. Nilai bobot umbi basah adalah

merupakan rata-rata dari 12 rumpun tanaman contoh.

Konsistensi hasil umbi bawang yang diperoleh sebagai akibat

interaksi berbagai perlakuan yang menunjukkan respon posistif pada

variabel bobot umbi basah dan bobot umbi kering menjadi salah satu

indikator kualitas umbi bawang yang dihasilkan, demikian pula jumlah

umbi yang terbentuk. Komponen mutu produk bawang goreng yang

dihasilkan diukur dengan menggunakan penetrometer digital untuk

mengetahui tingkat kegaringan produk bawang goreng. Setiap perlakuan

dipilih 10 irisan bawang goreng yang sama tebalnya sebagai contoh.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juni 2010, meliputi

kegiatan persiapan penelitian, dimulai dengan studi pustaka dilanjutkan

kunjungan ke kantor Dinas Pertanian Kota Palu dan Kantor Dinas

Page 79: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxix

Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah. Selanjutnya diskusi

dengan Kasubdin Hortikultura di Instansi tersebut terkait dengan substansi

penelitian ini. Orientasi lapangan, berdiskusi/ wawancara dengan tokoh-

tokoh masyarakat, penyuluh pertanian lapangan dan petani bawang.

Survei lapangan dilakukan untuk pengambilan contoh tanah untuk

analisis contoh tanah dan pembuatan profil tanah yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran tentang karakter morfologi tanah di lapangan.

Percobaan lapangan dilaksanakan pada awal September 2010.

Percobaan rumah kaca dengan menggunakan contoh tanah yang

berasal dari 3 sistem lahan di Lembah Palu diantaranya adalah PLU, SDO

dan SSU. Dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

Tadulako Palu. Sedangkan percobaan lapangan dilakukan pada sistem

lahan PLU di dusun Watutela Kelurahan Tondo Kecamatan Palu Timur,

Kota Palu.

C. Bahan dan Alat Peneltiaan

Untuk melaksanakan penelitian ini diperlukan sarana pendukung

yang meliputi: bahan-bahan dan ala-alat penelitian diantaranya tertera

dalam Tabel 4.

Page 80: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxx

Tabel 4. Bahan yang digunakan dalam peneltian ini

No Nama bahan Uraian/metode analisis1 Bahan kimia - C-organik dengan Walkay and

black method- N-Total dengan Kjeldahl method- Tekstur dengan metode pipet- pH dengan pH-meter- P2O5 dengan Olsen- CEC dengan Am. Acetat- pH 7- Susunan kation dengan Am.

Acetat-pH7- SO4 dengan Ca(H2PO4)2

2 Benih bawang merah Varietas Lembah Palu3 Peta Sumber informasi4 Pot-percobaan

kapasitas 5 kgWadah percobaan

5 Pupuk anorganik Urea, SP-36, KCl, ZA, K2SO4 danpupuk daun sebagai sumber unsurmikro

6 Bahan organik Pupuk kandang ayam

Tabel 5. Alat yang digunakan dalam penelitian

No Nama alat Kegunaan dalam penelitian1 Tensiometer digital Untuk mengukur kadar air tanah2 GPS Menentukan posisi suatu tempat

dipermukaan bumi3 Bor tanah Untuk mengukur kedalam solum dan

penyebaran jenis tanah4 Penetrometer digital Mengukur tingkat kegaringan bawang

goreng5 Thermometer

maksimum/ minimumUntuk menukur suhu maximum dansuhu minimum dalam rumah kaca

6 Linggis dan skop Untuk pembuatan profil danpengambilan contoh tanah

7 Peralatan laboratorium- AAS- Spectrofotometer- Flame fotometer- Micro Kjeldahl- Timbangan

- Oven

Untuk mengukur kadar:

P dan SCa, Mg, K dan Na

N-totalUntuk mengukur bobot/berat suatubahanUntuk mengeringkan bahan/atat

Page 81: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxxi

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder. Pada saat kegiatan persiapan dilakukan, dimulai

dengan melakukan kunjungan dan diskusi dengan staf dinas pertanian

tingkat I, dinas pertanian Kab.Sigi, dinas pertanian Kota Palu khususnya

subdinas hortikultura, tokoh-tokoh masyarakat/petani yang memahami

seluk beluk bawang merah varietas Lembah Palu, pengelola industri

bawang goreng Palu dan pihak-pihak lain yang yang relevan dengan

tujuan penelitian ini . Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran

secara umum tentang situasi pengembangan bawang lokal Palu selama

ini, berbagai kendala yang dihadapi dan rencana pengembangan bawang

lokal Palu dimasa datang. Pada saat yang sama juga dimulai

pengumpulan data sekunder di instansi tersebut. Orietansi lapangan

dilakukan bersama-sama dengan staf subdinas hortikultura ke wilayah-

wilayah pengembangan dan wilayah lain yang dinilai memiliki potensi

untuk dikembangkan baik ditinjau dari aspek teknis maupun dari aspek

sosial masyarakat. Data sekunder lainnya yang terkait dengan penelitian

ini diperoleh dari instansi terkait seperti Bappeda, Stasiun Meteorologi

Bandar Udara Mutiara Palu, dan BPTP Sidera. Data sekunder seperti

peta rupa bumi, peta land system, peta tanah, peta tata guna lahan, peta

kesesuaian lahan untuk bawang merah varietas Lembah Palu dan peta

administrasi yang diperoleh dari instansi tersebut. Data sekunder berupa

hasil-hasil penelitian sebelumnya baik yang dipublikasi maupun yang

Page 82: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxxii

belum dipublikasikan juga menjadi sumber informasi penting dalam

penelitian ini. Data sekunder khususnya data iklim dikumpulkan dari

stasiun Klimatologi Bandar Udara Mutiara Palu. Penentuan lokasi

penelitian dan pengumpulan data primer mulai dilakukan setelah semua

data sekunder dikumpulkan, dipelajari dan ditelaah termasuk hasil diskusi

dengan staf hortikultura dinas peranian. Data primer tentang karakteristik

tanah dan kondisi agroekologi pertanaman bawang diperoleh melalui

serangkaian kegiatan di lapangan yang dimulai dengan pengambil contoh

tanah lapisan olah (0-30 cm) untuk analisis contoh tanah terganggu

(contoh komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah) serta

wawancara dengan petani bawang dengan menggunakan questioner.

Data curah hujan, temperatur, evapotranspirasi dan kadar air tanah

pada berbagai ke dalaman dikumpulkan dan dianalisis untuk menentukan

neraca air lahan.

Percobaan pot bertujuan untuk menscrining dan menguji coba

berbagai alternatif pemecahan masalah dari sejumlah masalah teknis

yang teridentifikasi pada tahap persiapan penelitian dilakukan. Dalam

kegiatan tersebut teridentifikasi masalah yang urgen untuk dipecahkan

antara lain adalah perbaikan kadar bahan organik tanah, pengelolaan

hara tanah dan pengelolaan air. Perbaikan kadar bahan organik tanah

dilakukan dengan pemberian bahan organik, pengelolaan hara tanah

sekaligus perbaikan kualitas bawang goreng dengan penambahan sulfur

dan kalsium. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman juga

Page 83: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxxiii

dilakukan penambahan hara lain seperti N, P, K dan unsur hara mikro

sebagai pupuk dasar.

Contoh tanah yang diambil dari Lembah Palu di siapkan di ruang

penyiapan contoh tanah Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Tadulako. Contoh tanah yang telah kering udara ditumbuk

dan diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm. Sebanyak 5 kg contoh

tanah yang lolos saringan 2 mm dimasukkan ke dalam pot-pot percobaan

yang telah diberi label (denah percobaan lapang Lampiran 26)

E. Teknik Analisis

Dalam kegiatan persiapan penelitian, data dianalisis dengan

analisis deskripsi. Analisis data primer dan sekunder dimaksudkan untuk

menyusun dan merangkaikan berbagai data menjadi satu susunan data

yang sistimatik dan terinci sesuai dengan fungsi, penggolongan dan

kegunaannya sehingga data tersebut mudah dibaca dan dipahami.

Kegiatan pengolahan data ini dapat berupa; klasifikasi data menurut sifat

data (misalnya data fisik/lingkungan dan data sosial), penyusunan data

dalam tabel (tabulasi data) , grafik dan histogram.

Data yang dikumpulkan melalui prosedur eksperimen ditabulasi

berdasarkan peubah yang diamati. Dengan meggunakan software

MINITAB Release 13.20 dilakkan beberapa tahap uji antara lain: (1) Uji

Keaditifan Model Linear Tukey dengan tujuan untuk mengetahui apakah

model bersifat aditif atau tidak, (2) Uji Kesamaan Ragam Barlet untuk

mengetahui apakah ragam dari masing-masing kombinasi perlakuan

Page 84: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxxiv

homogen, dan (3) Uji Normalitas Data Liliefort yang bertujuan untuk

mengetahui apakah sebaran data setiap peubah dalam keadaan normal

atau tidak ( Masyahoro, 2012). Apabila faktor-faktor yang dicobakan

berinteraksi, maka data diananalisis dengan menggunakan software Excel

2007.

Model Statistika untuk percobaan faktorial (2x3x4) yang terdiri dari

3 faktor, masing-masing faktor pertama adalah Bahan organik (O), faktor

kedua adalah pengelolaan air tersedia (A) dan faktor ketiga adalah

pengelolaan hara tanaman (H) dengan menggunakan rancangan dasar

rancangan acak kelompok (RAK) . (Gasperstz, 1991; Gomes dan Gomes,

1995)..

Yijkl = U + K1 + Ai + Bj+ Ck + (AB)ij + (AC)ik + (BC)jk + (ABC)ijk +

(BC)jk + €ijk

Dimana:

Yijkl = Nilai pengamatan (respons) pada kelompok ke-I,

yangmeperoleh taraf ke-i dari faktor A, taraf ke-j dari

faktor B dan taraf ke- k dari faktor C

U = Nilai rata-rata yang sesungguhnya

KI = Pengaruh aditif dari kelompok ke-I

Ai = Pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor A

Bj = Pengaruh aditif dari taraf ke-j Faktor B

Ck = Pengaruh additif dari taraf ke-k, faktor C

(AB)ij = Pengaruh intraksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor

B

(AC)ik= Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-f

faktor C

(BC)jk = Pengaruh interaksi taraf ke-j faktor dan taraf ke-k faktor C

Page 85: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxxv

(ABC)ijk = Pengaruh intraksi antara taraf ke-i, faktor A, taraf ke-j,

faktor B dan taraf ke-k faktor C.

€ijk = Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-I yangmemperoleh taraf ke-i faktor A, taraf ke-j faktor B.dantaraf ke-k faktor C.

Untuk menentukan paket teknologi yang digunakan untuk membuat

prediksi pengembangan agroindustri bawang merah varietas lembah Palu,

maka dilakukan mengelompokan perlakuan dengan nilai produktivitas dan

kualitas ke dalam tinggi (T), sedang (S) dan rendah (R) (Tabel 6).

Tabel 6. Kriteria penilaian paket teknologi yang terpilih

Kombinasi Produktivitasdan kualitas

Kriteria penilaian PilihanTeknolgi

3+3 T dan T T T3+2 T dan S T3+1 T dan R S2+3 S dan T T2+2 S dan S S S2+1 S dan R S1+3 R dan T S1+2 R dan S S1+1 Rdan R R R

Keterangan: R= Rendah (1), S=Sedang (2) dan T=Tinggi (3)

Analisis data yang terkait dengan kadar air tersedia pada

percobaan lapangan tidak dapat dilakukan karena selama berlangsungnya

percobaan terjadi hujan pada minggu ke 4 dan ke 9 sehingga

mempengaruhi perlakuan kadar air tersedia (perlakuan kadar air tersedia

di drop). Dengan demikian, perlakuan yang ditelaah lebih lanjut hanya

perlakuan dosis bahan organik dan pemupukan dosis belerang dan dosis

kalium.

Page 86: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxxvi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil-Hasil Penelitian

1. Percobaan Rumah Kaca

a. Bobot umbi segar (g)

Data hasil pengukuran bobot umbi basah (pada saat panen)

disajikan pada Lampiran 3., sedangkan sidik ragamnya disajikan pada

Lampiran 4. Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk

organik (O), persen air tersedia (A), pemberian hara (H) dan interaksi

(OA), interaksi (OH), interaksi (AH) dan interaksi (OAH) berpengaruh

sangat nyata terhadap bobot umbi segar (g/pot).

Analisis tentang pengaruh faktor O pada berbagai taraf faktor AH,

pengaruh faktor A pada berbagai taraf faktor OH dan pengaruh faktor H

pada berbagai taraf faktor OA masing-masing diuraikan sebagai berikut:

a.1 . Pengaruh interaksi bahan organik (O) pada berbagai taraf faktorair tersedia (A) dan hara tanaman (H) terhadap bobot umbi segar(g/pot)

Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% (P.05) menunjukkan

bahwa pengaruh pemberian bahan organik (O) pada berbagai taraf faktor

AH tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi segar, kecuali pada intraksi

antara 60-40% air tersedia (A3) dan perlakuan pemupukan –S+ Ca (H2).

Pada taraf faktor A3H2, pemberian bahan organik setara dengan 10 ton

ha-1 (O1) menghasilkan bobot umbi segar yang berbeda nyata dengan

perlakuan tanpa pemberian bahan organik (O0). Namun demikian,

Page 87: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxxvii

pemberian bahan organik 10 ton ha-1 (O1), 60-40% air tersedia (A3) dan

mendapatkan tambahan belerang setara dengan 60 kg S ha-1

menghasilkan bobot umbi basah tertinggi (18,35 g/pot) dibandingkan

pada berbagai taraf faktor AH lainnya (Tabel 7). Dengan demkian,

pemberian bahan organik (O) memberi pengaruh yang penting tidak

hanya pada taraf faktor A3H2, tetapi juga pada taraf faktor A3H1 dan taraf

faktor A3H3.

Tabel 7. Pengaruh interaksi bahan organik (O) pada berbagai taraf faktorair tersedia (A) dan hara tanaman (H) terhadap rata-rata bobotumbi segar (g/pot).

Interaksi KAT(A) dan Hara (H)

Bahan organik (O) Nilai BNJ(P.05)O0 O1

A1H0 15,73a 15,73a 2,359H1 15,88a 18,00a

H2 15,95a 17,15a

H3 16,34a 18,14a

A 2H0 16,38a 17,19a

H1 17,29a 18,20a

H2 16,80a 15,80a

H3 16,92a 15,82a

A3H0 15,47a 16,67a

H1 16,05a 18,35a

H2 14,02a 16,97b

H3 14,67a 13,87a

Keterangan:

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah baris berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).

O0 = Tanpa ppk kandang ayam O1 = 10 ton ha-1

A1 = 80-100% air tersedia (AT) A2= 60-80% AT, A3= 40-60% AT H0= -S-Ca, H1=+S-Ca, H2= -S+Ca, H3=+S+Ca

a.2. Pengaruh iteraksi faktor air tersedia (A) pada berbagai taraf dosisbahan organik (O) dan hara tanaman (H)

Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% (P.05) menunjukkan

bahwa pengaruh faktor A pada berbagai taraf faktor OH secara umum

Page 88: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxxviii

tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi segar, kecuali pada taraf faktor

pemberian bahan organik 10 ton ha-1 (O1) dan pemberian hara +Ca-S

(H3). Pada taraf faktor O1H3, perlakuan 100-80% air tersedia (A1)

menghasilkan bobot umbi basah tertinggi (18,14 g/pot), tidak berbeda

nyata dengan perlakuan 80-60% air tersedia (A2), tetapi berbeda nyata

dengan perlakuan 60-40% air tersedia (A3), perlakuan 80-60% air tersedia

(A2) juga tidak berbeda nyata dengan perlakuan 60-40% air tersedia (A3)

(Tabel 8).

Tabel 8. Pengaruh interaksi kadar air tersedia (A) pada berbagai taraffaktor bahan organik (O) dan hara tanaman (H) terhadap rata-rata bobot umbi segar (g/pot)

Taraf faktorBahan organik

dan hara

Kadar Air Tersedia (A) Nilai BNJ(P.05)A1 A2 A3

O0H0 15,73a 16,38a 15,47a 2,359H1 15,88a 17,29a 16,05a

H2 15,95a 16,80a 14,02a

H3 16,34a 16,92a 14,67a

O1H0 15,73a 17,19a 16,67a

H1 18,00a 18,20a 18,35a

H2 17,15a 15,80a 16,97a

H3 18,14b 15,82ab 13,87a

Keterangan:

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah baris berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).

O0 = Tanpa ppk kandang ayam O1 = 10 ton ha-1

A1 = 80-100% air tersedia (AT) A2= 60-80% AT, A3= 40-60% AT H0= -S-Ca, H1=+S-Ca, H2= -S+Ca, H3=+S+Ca

Perlakuan 60-40% air tersedia (A3) menghasilkan bobot umbi

basah tertinggi (18,35 g/pot), tidak berbeda nyata dengan perlakuan 80-

60% air tersedia (A2) dan perlakuan 100-80% air tersedia pada taraf

faktor 10 ton ha-1 bahan organik (O1) dan pemupukan –Ca+S (H1). Hal ini

Page 89: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

lxxxix

mempertegas bahwa bawang merah varietas Lembah Palu dapat tumbuh

dan berproduksi dengan kuantitas dan kualitas hasil yang baik pada

kisaran kadar air antara 100-80%. Air tersedia (A1), 80-60% air tersedia

(A2) dan 60-40% air tersedia (A3).

a.3. Pengaruh interaksi hara tanaman (H) pada berbagai taraf faktoribahan organik (O) dan air tersedia (A) terhadap bobot umbisegar (g/pot)

Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% (P.05) menunjukkan

bahwa pengaruh faktor hara tanaman (H) berbeda nyata pada taraf faktor

O1A1, O1A2 dan O1A3, tetapi tidak berbeda nyata pada faktor O0A1, O0A2,

dan O0A3. Pada taraf faktor O1A1, pemberian hara +Ca+S (H3)

menghasilkan bobot umbi basah tertinggi (18,14 g/pot), tetapi tidak

berbeda nyata dengan pemberian hara +Ca-S (H2) dan pemberian hara

–Ca+S (H1) serta berbeda nyata dengan perlakuan –Ca-S (H0) terhadap

rata-rata bobot umbi basah. Pada taraf faktor O1A2, pemberian hara

–Ca+S (H1) menghasilkan bobot umbi segar teringgi (18,20 g/pot), tidak

berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan –Ca-S (H0), tetapi berbeda

nyata dengan pemberian hara +Ca-S (H2) dan +Ca+S (H3). Pada taraf

faktor O1A3, pemberian hara –Ca+S (H1) menghasilkan rata-rata bobot

umbi segar tertinggi (18,35 g/pot), tidak berbeda nyata dengan perlakuan

–Ca-S (H0) dan perlakuan pemberian hara +Ca-S (H2), tetapi berbeda

nyata pada perlakuan pemberian hara +Ca+S (H3) (Tabel 9).

Page 90: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xc

Dari uraian di atas jelas bahwa pemberian pupuk belerang (S),

memberi pengaruh yang berbeda nyata pada berbagai taraf faktor OA

yang mendapat tambahan 10 ton ha-1 bahan organik terhadap bobot umbi

segar dibandingkan dengan pemupukan kalsium (H2) atau kombinasi

kalsium dan belerang (H3). Dengan demikian, belerang memberi

kontribusi yang signifikan terhadap hasil umbi basah bawang merah

varietas Lembah Palu. Walaupun pemberian kalsium menghasilkan

bobot umbi basah (16,97 g/pot) yang tidak berbeda nyata dengan

pemberian belerang pada taraf faktor O1A3, tetapi pada taraf faktor O1A2,

pemberian kalsium nyata menurunkan bobot umbi segar. Disamping itu,

perlakuan kombinasi kalsium dan belerang menurunkan bobot umbi basah

secara nyata (13,87 g/pot) pada taraf faktor O1A3 (Tabel 9).

Tabel 9. Pengaruh interaksi hara tanaman (H) pada berbagai taraf faktorbahan organik (O) dan kadar air tersedia (A) terhadap rata ratabobot umbi segar (g/pot).

Taraffaktor

(O) dan(A)

Perlakuan hara tanaman (H) Nilai BNJ(P.05)H0 H1 H2 H3

O0A1 15,73 a 15,88a 15,95a 16,34a 2,359A2 16,38 a 17,29a 16,80a 16,92a

A3 15,47a 16,05a 14,02 a 14,67a

O1A1 15,73a 18,00ab 17,15ab 18,14b

A2 17,19ab 18,20b 15,80a 15,82a

A3 16,67bc 18,35c 16,97c 13,87a

Keterangan:

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah baris berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).

O0 = Tanpa ppk kandang ayam O1 = 10 ton ha-1

A1 = 80-100% air tersedia (AT) A2= 60-80% AT, A3= 40-60% AT H0= -S-Ca, H1=+S-Ca, H2= -S+Ca, H3=+S+Ca

Page 91: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xci

b. Bobot umbi kering (g)

Data hasil pengukuran bobot umbi kering disajikan pada

Lampiran 5, sedangkan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 6.

Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian bahan organik (O) dan

pemberian hara (H) berpenaruh sangat nyata, sedangkan persen air

tersedia (A) tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi setelah dua

minggu penyimpanan. Interaksi (OA), interaksi (OH), interaksi (AH) dan

interaksi (OAH) berpengaruh nyata terhadap bobot umbi kering.

b.1. Pengaruh interaksi dosis bahan organik (O) pada berbagai taraffaktor kadar air tersedia (A) dan hara tanaman (H) terhadar rata-rata bobot umbi kering (g/pot)

Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% (P.05) menunjukkan

bahwa pengaruh faktor dosis bahan organik (O) pada berbagai taraf faktor

kadar air tersedia (A) dan hara tanaman (H) secara umum tidak berbeda

nyata terhadap bobot umbi kering, kecuali pada taraf faktor 60-40% air

tersedia (A3) dan pemberi hara +Ca-S (H2).

Pemberian kalsium dan belerang secara sendiri sendiri memberi

pengaruh yang relatif sama terhadap bobot umbi kering. Penurunan

kadar air tersedia dari 100-80% (A1) ke 60-40% (A3) menurunkan bobot

umbi kering secara nyata apabila kalsium dan belerang diberikan secara

bersama.

Pada taraf faktor A3H2, pemberian bahan organik setara dengan 10

ton ha-1 menghasilkan rata-rata bobot umbi kering yang berbeda nyata

dengan perlakuan tanpa pemberian bahan organik (O0) (Tabel 10).

Page 92: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xcii

Tabel 10. Pengaruh interaksi kadar bahan organik (O) pada berbagaitaraf faktor kadar air tersedia (A) dan hara tanaman (H)terhadap rata-rata bobot umbi kering (g/pot).

KAT dan Hara(AH)

Bahan organik (O) Nilai BNJ(P.05)O0 O1

A1H0 12,03a 12,12a 2,855H1 12,79a 15,63a

H2 12,81a 14,34a

H3 13,75a 15,02a

A 2H0 13,62a 14,17a

H1 14,40a 15,15a

H2 13,68a 12,65a

H3 14,20a 13,65a

A3H0 12,46a 13,70a

H1 13,30a 15,79a

H2 11,23a 15,74b

H3 12,13a 12,20a

Keterangan:

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah baris berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).

O0 = Tanpa ppk kandang ayam O1 = 10 ton ha-1

A1 = 80-100% air tersedia (AT) A2= 60-80% AT, A3= 40-60% AT H0= -S-Ca, H1=+S-Ca, H2= -S+Ca, H3=+S+Ca

b.2. Pengaruh interaksi kadar air terseda (A) pada berbagai taraffaktor dosis bahan organik (O) dan hara tanaman (H) terhadaprata-rata bobot umbi kering (g/pot)

Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% (P.05) menunjukkan

bahwa pengaruh faktor kadar air tersedia (A) pada berbagai taraf faktor

OH secara umum tidak berbeda nyata terhadap rata-rata bobot umbi

kering, kecuali pada interaksi 10 ton ha-1 bahan organik (O1) dan

perlakuan pemupukan +Ca-S (H2) menunjukkan perbedaan yang nyata.

Pada taraf faktor O1H2, perlakuan 60-40% air tersedia (A3) menghasilkan

bobot umbi basah yang berbeda nyata dengan perlakuan 80-60% air

tersedia (A2), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100-80% air

Page 93: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xciii

tersedia (A1), begitu pula perlakuan 100-80% air tersedia (A1) tidak

berbeda nyata dengan perlakuan 80-60% air tersedia (A2) (Tabel 11).

Dari uraian di atas, interaksi pemberian bahan organik 10 ton ha-1

(O1), 60-40% air tersedia (A3) dan pemupukan belerang setara dengan 60

kg S ha-1 (H1) dapat dinilai memberi hasil terbaik karena efisien dalam

penggunaan air dan pemberian pupuk belerang selain nyata

meningkatkan hasil umbi basah, juga berperanan penting dalam

perbaikan kualitas bawang goreng.

Tabel 11. Pengaruh interaksi kadar air tersedia (A) pada berbagai taraffaktor dosis bahan organik (O) dan hara tanaman (H) terhadaprata- rata bobot umbi kering (g/pot).

InteraksiBahan organikdan hara (OH)

Kadar Air Tersedia (A) Nilai BNJ(P.05)A1 A2 A3

O0H0 12,03a 13,62a 12,48a 2,855H1 12,79a 14,40a 13,30a

H2 12,81a 13,68a 11,23a

H3 13,75a 14,20a 12,13a

O1H0 12,12a 14,17a 13,70a

H1 15,63a 15,15a 15,79a

H2 14,34ab 12,65a 15,74b

H3 15,02a 13,65a 12,20a

Keterangan:

Angka-angka yang diikuti oleh huruf berarti tidak berbeda nyata pada ujiBNJ (P0.05).

O0 = Tanpa ppk kandang ayam O1 = 10 ton ha-1

A1 = 80-100% air tersedia (AT) A2= 60-80% AT, A3= 40-60% AT H0= -S-Ca, H1=+S-Ca, H2= -S+Ca, H3=+S+Ca

b.3. Pengaruh interaksi hara tanaman (H) pada berbagai taraf faktordosis bahan organik (O) dan kadar air tersedia (A) terhadapbobot umbi kering (g/pot)

Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% (P.05) menunjukkan

bahwa pengaruh faktor H pada berbagai taraf faktor OA secara umum

Page 94: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xciv

tidak berbeda nyata terhadap bobot umbi kering, kecuali pada taraf faktor

O1A1 dan Taraf faktor A1A3.

Pada taraf faktor O1A1, perlakuan pemberian hara –Ca+S (H1)

menghasilkan bobot umbi basah tertinggi (15,63 g/pot), tidak berbeda

nyata dengan perlakuan pemupukan +Ca-S (H2) dan perlakuan

pemupukan +Ca+S (H3), tetapi berbeda nyata dengan perlskusn

pemupukan –Ca-S (H0). Perlakuan pemupukan –Ca-S (H0) tidak berbeda

nyata dengan perlakuan pemupukan +Ca-S (H2) dan perlakuan

pemupukan +Ca+S (H3) (Tabel 12).

Tabel 12. Pengaruh interraksi hara tanaman (H) pada berbagai taraffaktor dosis bahan organik (O) dan kadar air tersedia (A)terhadap rata-rata bobot umbi kering (g/pot)

Taraffaktori(O) dan

(A)

Perlakuan hara tanaman Nilai BNJ(P.05)H0 H1 H2 H3

O0A1 12.03 a 12.79a 12,81a 13,75a 2,855A2 13,62 a 14,40a 13,68a 14,20a

A3 12,48a 13,30a 11,23 a 12,13a

O1A1 12,12a 15,63b 14,34ab 15,02b

A2 14,17a 15,15a 12,65a 13,65a

A3 12,70a 15,79b 15,74b 12,20a

Keterangan:

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah kolom berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).

O0 = Tanpa ppk kandang ayam O1 = 10 ton ha-1

A1 = 100-80% air tersedia (AT) A2= 80-60% AT, A3= 60-40% AT H0= -S-Ca, H1=+S-Ca, H2= -S+Ca, H3=+S+Ca

Pada taraf faktor O1A3, perlakuan pemupukan +S-Ca (H1)

menghasilkan bobot umbi kering tertinggi (15,79 g/pot), berbeda nyata

dengan perlakuan pemupukan +S+Ca (H3), dan pemupukan –S-Ca (H0),

Page 95: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xcv

tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan –S+Ca (H2).

Perlakuan pempukan –S+Ca (H2) berbeda nyata dengan perlakuan

pemupukan +Ca+S (H3).

Dari uraian tersebut di atas, jelas bahwa pemupukan belerang

meningkatkan hasil bobot umbi kering secara nyata, sedangkan

pemupukan kalsium menghasilkan bobot umbi basah yang tidak berbeda

nyata dengan pemupukan belerang tetapi kombinasi pemupukan belerang

dan kalsium menurunkan bobot umbi kering secara nyata.

c. Jumlah umbi yang terbentuk

Data jumlah umbi yang terbentuk disajikan pada Lampiran 7,

sedangkan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 8. Analisis ragam

menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam (O) berpengaruh

nyata, sedangkan persen air tersedia (A) dan hara tanaman (H) tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi yang terbentuk. Interaksi bahan

organik dan air (OA) berpengaruh nyata, sedangkan interaksi bahan

organik dan hara (OH), interaksi (AH) dan interaksi bahan organik, air

tersedia dan hara tanaman (OAH) tidak berpengaruh nyata terhadap

jumlah umbi yang terbentuk.

Hasil uji BNJ pada taraf 95% (Tabel 13) menunjukkan bahwa

perlakuan mempertahankan kadar air tersedia pada kisaran 100-80% AT

(A1), 80-60% AT (A2) dan 60-40% AT (A3) tidak menunjukkan perbedaan

yang nyata terhadap jumlah umbi yang terbentuk pada perlakuan tanpa

pemberian bahan organik (O0), demikian juga halnya pada peberianan

Page 96: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xcvi

Tabel 13. Rata-rata jumlah umbi terbentuk sebagai hasil interaksi pupukkandang ayam (O) dan persen air tersedia

Pupukkandangayam (O)

Persen air tersedia (A) Nilai BNJ

A1 A2 A3 1,338

O0 4,58aA 5,17aA 4,58 aA

O1 5,92bA 4,92a A 5,08 aA

Keterangan:

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kapital yang sama ke arah barisberarti tidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama ke arah kolomberarti tidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05).

O1 = Tanpa ppk kandang ayam O2 = 10 ton ha-1

A1 = 80-100% air tersedia (AT) A2= 60-80% AT, A3= 40-60% AT H1= -S-Ca, H2=+S-Ca, H3= -S+Ca, H4=+S+Ca

bahan organik 10 ton ha-1 tidak berbeda nyata pada semua taraf

pemberian air tersedia (A1,A2 dan A3). Pemberian bahan organik 10 ton

ha-1 (O1) menghasilkan jumlah umbi yang berbeda nyata dibandingkan

dengan tampa pemberian bahan organik (O0) pada taraf 100-80% AT

(A1).

2. PERCOBAAN LAPANGAN

a. Bobot umbi segar (g/rumpun)

Data hasil pengamatan bobot umbi segar per rumpun dan sidik

ragamnya masing-masing disajikan pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.

Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian bahan organik (O),

pemberian hara (H) dan interaksi OH berpengaruh nyata terhadap bobot

umbi segar per rumpun (Tabel 14).

Page 97: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xcvii

Tabel 14. Pengaruh pemberian hara tanaman (H) dan dosis bahanorganik (O) terhadap rata-rata bobot umbi segar (g/rumpun).

Dosisb.organik

Perlakuan hara tanaman Total RerataH1 H2 H3 H4

O1 25,68 24,56 30,38 36,37 116,89 29,22a

O2 29,66 31,59 31,72 38,15 131,12 32,78b

Total 55,34 56,15 62,00 74,52 248,01 62,00Rerata 27,67a 28,07a 31,00a 37,26b 124,00 31,00

Keterangan:

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke baris berarti tidakberbeda nyata pada uji BNJ (P0.05), (O)=3,461; (H)=4,894

O1 = 10 ton ha-1 ppk kandang ayam (KA) O2 = 15 ton ha-1 ppk KA H1= 48 kg S ha-1, H2= 72 kg S ha-1, H3=100 kg KCl, H4=200 kg KCl ha-1

Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa

pemberian bahan organik dan pemupukan berbeda nyata terhadap bobot

umbi segar. Pemberian bahan organik dengan dosis setera 15 ton ha-1

menghasilkan rata-rata bobot umbi segar lebih tinggi dan berbeda nyata

dengan pemberian setara dengan 10 ton ha-1.

Pemberian pupuk kalium dengan dosis 200 kg KCl ha-1

menghasilkan bobot umbi segar tertinggi (37,26 g/rumpun) dan berbeda

nyata dengan dosis 100 kg KCl ha-1, 72 kg S ha-1 dan 48 kg ha-1.

Pemberian 100 kg KCl ha-1, 72 kg S ha-1 dan 48 kg S ha-1 menghasilkan

bobot umbi segar yang tidak berbeda nyata. .

b. Bobot umbi segar (ton/ha)

Data hasil perhitungan bobot umbi basah (ton ha-1) dan sidik

ragamnya masing-masing disajikan pada Lampiran 11 dan Lampiran 12.

Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis bahan organik (O)

Page 98: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xcviii

berpengaruh sangat nyata, hara tanaman berpengaruh sangat nyata (H),

interaksi OH berpengaruh tidak nyata terhadap bobot umbi segar ha-1.

Tabel 15. Pengaruh hara tanaman (H) dan dosis bahan organik (O)terhadap rata-rata bobot umbi segar (ton ha-1).

Dosisb.organik

Perlakuan hara tanaman Total RerataH1 H2 H3 H4

O1 8,44 8,50 9,94 11,99 38,78 9,67a

O2 9.88 10,52 10,60 12,71 43,71 10,94b

Total 18,32 19,02 20,54 24,70 82,58 20,64Rerata 9,16a 9,91a 10,27a 12,35b 41,60 20,84

Keterangan:

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke baris dan kolom berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05), (O)=1,251 (H)=1,770

O1 = 10 ton ha-1 ppk kandang ayam (KA) O2 = 15 ton ha-1 ppk KA H1= 48 kg S ha-1, H2= 72 kg S ha-1, H3=100 kg KCl, H4=200 kg KCl ha-1

Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa

pemberian bahan organik dan pemupukan berbeda nyata terhadap bobot

umbi segar. Pemberian bahan organik dengan dosis setera 15 ton ha-1

menghasilkan rata-rata bobot umbi segar lebih tinggi dan berbeda nyata

dengan pemberian setara dengan 10 ton ha-1.

Pemberian pupuk kalium dengan dosis 200 kg KCl ha-1

menghasilkan bobot umbi segar tertinggi (12,35 ton ha-1) dan berbeda

nyata dengan dosis 100 kg KCl ha-1, 72 kg S ha-1 dan 48 kg ha-1.

Pemberian 100 kg KCl ha-1, 72 kg S ha-1 dan 48 kg S ha-1 menghasilkan

bobot umbi segar yang tidak berbeda nyata (Tabel 15).

c. Bobot umbi kering (g/rumpun)

Data bobot umbi kering (setelah 2 minggu penyimpanan) dan sidik

ragamnya masing-masing disajikan pada Lampiran 13 dan Lampiran 14.

Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis bahan organik (O)

Page 99: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

xcix

berpengaruh sangat nyata, hara tanaman (H) berpengaruh sangat nyata

dan interaksi OH berpengaruh tidak nyata.

Tabel 16. Pengaruh Pemberian hara tanaman (H) dan dosis bahanorganik (O) terhadap rata-rata bobot umbi kering(g/rumpun).

Dosisb.organik

Perlakuan hara tanaman Total RerataH1 H2 H3 H4

O1 22,80 21,60 27,62 34,23 106,25 26,56a

O2 26,44 28,54 29,54 35,45 119,97 29,99b

Total 49,24 50.14 57,16 69,68 226,22 56,55Rerata 24,62a 25,07a 28,58a 34,84b 113,11 28,27

Keterangan:

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke baris dan kolom berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05), (O)=3,434; (H)=4,856

O1 = 10 ton ha-1 ppk kandang ayam (KA) O2 = 15 ton ha-1 ppk KA H1= 48 kg S ha-1, H2= 72 kg S ha-1, H3=100 kg KCl, H4=200 kg KCl ha-1

Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa

pemberian bahan organik dan pemupukan berbeda nyata terhadap bobot

umbi kering (g/rumpun. Pemberian bahan organik dengan dosis setera 15

ton ha-1 menghasilkan rata-rata bobot umbi segar lebih tinggi dan berbeda

nyata dengan pemberian bahan organik setara dengan 10 ton ha-1.

Pemberian pupuk kalium dengan dosis 200 kg KCl ha-1

menghasilkan bobot umbi keing tertinggi (34,84 ghap-1) dan berbeda nyata

dengan dosis 100 kg KCl ha-1, 72 kg S ha-1 dan 48 kg ha-1. Pemberian

100 kg KCl ha-1, 72 kg S ha-1 dan 48 kg S ha-1 menghasilkan bobot umbi

segar yang tidak berbeda nyata (Tabel 16).

d. Jumlah umbi yang terbentuk per rumpun

Data jumlah umbi yang terbentuk dan sidik ragamnya masing-

masing disajikan pada Lampiran 15 dan Lampiran 16. Analisis ragam

Page 100: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

c

menunjukkan bahwa perlakuan dosis bahan organik (O) berpengaruh

sangat nyata , sedangkan hara tanaman dan interaksi OH berpengaru

tidak nyata terhadap jumlah umbi yang terbentuk.

Tabel 17. Pengaruh pemberian hara tanaman (H) dan dosis bahanorganik (O) terhadap rata-rata jumlah umbi yang terbetuk.

Dosisb.organik

Perlakuan hara tanaman Total RerataH1 H2 H3 H4

O1 6,00 6,56 6,56 6,33 25,68 6,42a

O2 7,00 6,89 6,89 6,89 27,67 6,92b

Total 13,00 15,45 13,45 13,22 53,35 13,33Rerata 6,50 7,72 6,72 6,62 26,67 6,66

Keterangan:

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke baris dan kolom berartitidak berbeda nyata pada uji BNJ (P0.05), (O)=0,401.

O1 = 10 ton ha-1 ppk kandang ayam (KA) O2 = 15 ton ha-1 ppk KA H1= 48 kg S ha-1, H2= 72 kg S ha-1, H3=100 kg KCl, H4=200 kg KCl ha-1

Hasil uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa

pemberian bahan organik dan pemupukan berbeda nyata terhadap bobot

umbi kering (g/rumpun. Pemberian bahan organik dengan dosis setera 15

ton ha-1 menghasilkan rata-rata bobot umbi segar lebih tinggi dan berbeda

nyata dengan pemberian setara dengan 10 ton ha-1 (Tabel17).

e. Kadar karbohidrat total umbi

Data hasil analisis kadar karbohidrat total dan sidik ragamnya

disajikan masing-masing disajikan pada Lampiran 17 dan Lampiran 18.

Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis bahan organik (O)

dan hara tanaman (H) serta interaksinya berbeda tidak nyata terhadap

kadar karboidrat totatal tanaman.

Page 101: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

ci

f. Tingkat Kegaringan Contoh Bawang Goreng Palu.

Data hasil pengukuran tingkat kegaringan contoh bawang goreng

Palu dan sidik ragamnya masing-masing disajikan pada Lampiran 19 dan

Lampiran 20. Analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh utama

pemupukan (H) berpengaruh nyata terhadap tingkat kegaringan bawang

goreng Palu, sedangkan dosis bahan organik dan Interaksi antara bahan

organik dan hara tanaman (OH), berpengaruh tidak nyata terhadap

tingkat kegaringan contoh bawang goreng Palu.

Hasil uji BNJ pada taraf 95% menunjukkan bahwa pemberian

dosis pupuk belerang setara 72 kg S ha-1 menghasilkan bawang goreng

yang tidak berbeda nyata dengan dosis belerang 48 kg S ha-1. Demikian

juga halnya pemupukan 100 kg KCl ha-1 menghasilkan bawang goreng

yang tidak berbeda nyata dengan dosis 200 kg KCl ha-1 (Tabel 18)

Tabel 18. Rata-rata hasil pengukuran tingkat kegaringan contoh bawanggoreng Palu.

PerlakuanO

Perlakuan hara tanamanH1 H2 H3 H4

O1 0,57 0,23 0,87 0,84O2 0,50 0,30 0,33 0,63

Total 1,07 0,53 1,20 1,47Rata-rata 0,54a 0,27a 0,60a 0,74a

BNJ 0,604Keterangan:

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah baris berartitidak berbeda nyata pada uji BNj (P0.05): 0,604

H1= 48 kg S ha-1, H2= 72 kg S ha-1, H3=100 kg KCl, H4=200 kg KCl ha-1

O1 = 10 ton ha-1 ppk kandang ayam (KA) O2 = 15 ton ha-1 ppk kandangayam

Page 102: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cii

B. Pembahasan/ Diskusi

1. Umum

Pembangunan pertanian diharapkan tumbuh dan berkembang

seiring dengan pertumbuhan sektor-sektor lain agar dapat memperbaiki

keadaan perekonomiam masyarakat. Pembangunaan pertanian subsektor

tanaman pangan khususnya komoditas hortikultura harus dapat tumbuh

dengan cepat, agar secara fungsional akan semakin mampu berperan

dalam penyediaan bahan baku indusri, peningkatan pendapatan petani,

penciptaan lapangan kerja serta peningkatan penerimaan devisa melalui

eksport hasil-hasil tanaman hortikultura (Purwaningsih dkk., 2007). Salah

satu komoditas unggulan Sulawesi Tengah adalah bawang merah varietas

Lembah Palu yang merupakan bahan baku industri pengolahan bawang

goreng Palu.

Lembah Palu merupakan agroekosistem lahan kering dataran

rendah dimana terdapat ibukota Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi,

dan kota Palu sekaligus sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah

dengan aktifitas penduduk yang cukup besar. Ciri utama wilayah ini

adalah curah hujan rendah, suhu relatif tinggi, periode penyinaran

matahari relatif panjang dan kelembaban udara relatif rendah. Sebagai

kawasan dengan aktifitas penduduk yang tinggi menghasilkan berbagai

macam limbah antara lain limbah sampah kota, baik organik maupun

anorganik akibat pengelolaan sampah yang kurang baik. Sampah organik

merupakan salah satu sumber bahan baku kompos. Selain itu, berbagai

Page 103: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

ciii

potensi yang ada belum dikelola secara baik misalnya masih banyak

lahan yang terbengkalai, potensi air tanah yang belum dimanfaatkan,

berbagai jenis hasil buangan dan sisa-sisa tanaman dan hewan yang

belum dimanfaatkan. Dari aspek biofisik dan potensi pasar, wilayah ini

memiliki prospek untuk pengembangan tanaman pangan terutama

tanaman sayur sayuran seperti bawang merah.

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah salah satu

komoditas hortikultura, biasa digunakan sebagai penyedap masakan,

bahan baku industri makanan, obat-obatan dan disukai karena aroma dan

rasanya yang khas. Selain itu bawang merah merupakan sumber vitamin

B, C, kalium, fosfor dan mineral. Sebagai obat-obatan, senyawa phenol

pada bawang merah, terutama flavonols, diketahui memiliki radikal bebas

dan anti oksidan yang kuat dan dapat mencegah dan melawan penyakit-

penyakit cardiovascular serta memegang peranan penting dalam

mencegah “colorectal cancers” pada manusia (Caridi et al., 2007).

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konsumsi flavonol

mempunyai potensi yang luar biasa dalam memberi pengaruh positif

terhadap kesehatan karena sifat-sifatnya sebagai antioksidan yang kuat

(Lombard et al., 2005). Namun demkian, pemanasan dengan suhu

tinggi apalagi dengan waktu lama akan menurunkan kadar flavonol dalam

umbi. Hal ini berarti bahwa produk bawang goreng telah kehilangan

sebagian sifat-sifatnya sebagai antioksidan yang kuat kecuali citarasa

dan aroma yang masih dapat dinikmati. Hasil penelitian Lombard et al.

Page 104: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

civ

(2005) menunjukkan bahwa pemanasan dalam tempo singkat (5 menit)

meningkatkan konsentrasi flavonol dibandingkan dengan konsentrasi

flavonol dalam bawang merah segar. Pemanasan hingga matang

menurunkan konsentrasi flavonol total, tetapi pemanasan selama 5 menit

menghasilkan peningkatan lebih dari 80% flavonol.

Setelah dipanen, bawang merah tidak dapat dibiarkan begitu saja

sehingga perlu penanganan khusus karena jika tidak, bawang ini akan

mudah rusak dan sulit diprtahankan dalam bentuk segar. Menurut

Purwaningsih dkk. (2007) bawang ini lama kelamaan akan mengalami

perubahan-perubahan akibat proses fisiologi, biologi, fisikokimia, dan

mikrobiologi. Untuk itu, upaya penanganan yang paling baik untuk

memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai ekonominya

adalah dengan menjadikannya sebagai produk bawang goreng. Setelah

menjadi bawang goreng, produk ini dapat disimpan selama 7-12 bulan

(Limbongan dan Maskar, 2003; BPTP, 2009). Keunikan dan sifat spesifik

dari bawang ini adalah tetap gurih, garing dan aromanya tidak berubah

walaupun disimpan lama. Oleh karena itu, bawang merah ini khusus

digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan bawang goreng Palu.

Usahatani bawang merah varietas lembah Palu telah dimulai lebih

dari 50 tahun yang lalu di Lembah Palu, namun dari hasil wawancara

dengan tokoh-tokoh masyarakat sepuh yang berdiam di Desa Guntarano

ternyata tidak ada yang dapat memastikan tentang asal mula bawang

merah ini (hal yang senada juga telah dipublikasikan oleh Limbogan dan

Page 105: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cv

Maskar (2003). Boleh jadi jenis bawang ini memang tumbuh secara

alamiah di Lembah Palu yang pada awalnya ditemukan tumbuh pada

tanah-tanah yang banyak mengandung batu batu.. Oleh karena itu,

masyarakat yang membudidayakan tanaman ini sering juga

menyebutnya sebagai bawang batu. Hasil kajian Departemen Pertanian

tahun 2010 hingga 2011 dari berbagai data yang dihimpun selama 2 tahun

menyimpulkan bahwa bawang merah ini adalah endemik Lembah Palu.

Implikasi lebih lanjut dari hasil kajian ini adalah Departemen Pertanian RI

telah menetapkan dan melepas secara resmi sebagai salah satu varietas

unggul bawang merah baru berdasarkan Kepmen Pertanian No.:

1843/KPTS/SR.120/4/2011 tentang pelepasan bawang merah Palu

sebagai varietas unggul yang diberi nama bawang merah varietas

Lembah Palu pada tgl 08 April 2011.

Dalam perkembangannya selama ini, tidak banyak kemajuan yang

dapat dicapai dalam memacu produktivitas ditingkat petani guna

memenuhi kebutuhan bahan baku industri bawang goreng Palu. Nilai

ekonomi dalam bentuk segar (sebagai bahan baku industri bawang

goreng) berlangsung hanya 3-4 hari setelah panen, setelah itu para

pelaku industri cenderung tidak mau membelinya lagi karena

penanganannya menjadi lebih sulit pada saat dikupas dan diiris.

Hasil-hasil penelitian dekade 90 an, menyimpulkan bahwa bawang

ini memiliki potensi produksi sekitar 7- 8 ton ha-1 dengan perbaikan teknik

budidaya yang berkembang pada saat itu (Bachri dkk., 1999, Maskar dan

Page 106: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cvi

Rahardjo, 2007). Penelitian Maskar dkk. (2001) dengan menggunakan

teknologi yang sesuai melaporkan bahwa produksi bawang merah Palu

dapat ditingkatkan menjadi 11,10 ton ha-1 . Dengan memodifikasi faktor

lingkungan, hasil bawang merah Palu dapat ditingkatkan dari 4,53 ton ha-1

menjadi 10,48 ton ha-1 (Bahruddin dkk., 2004). Jika dibandingkan dengan

bawang merah lainnya, hasil-hasil penelitian tentang potensi produksi

bawang merah Palu masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan

potensi genetik bawang merah varietas unggul lainnya yang dapat

mencapai 20 ton ha-1 (Sumiati, 1997). Banyak hasil penelitian yang

menunjukkan tentang potensi genetik varietas Lembah Palu, tetapi petani

pada umumnya belum mencapai atau mendekati hasil-hasil yang dicapai

oleh para peneliti selama ini.

Pada tahun anggaran 2010, Subdin Hortikultura Dinas Pertanian

dan Kehutanan Kota Palu membuat program bantuan langsung ke

kelompok tani yang salah satunya adalah kelompok tani Sukamakmur

untuk pengembangan bawang merah varietas Lembah Palu. Semua

sarana produksi yang diperlukan oleh petani termasuk seperangkat

teknologi disiapkan. Supervisi dilakukan oleh staf hirtikultura mulai dari

persiapan hingga panen. Dengan menggunakan teknik ubinan dan

pemilihan secara acak 12 rumpun tanaman contoh diperoleh hasil setara

9,1 ton ha-1. Hal ini berarti rendahnya produktivitas petani pada umumnya

disebabkan oleh rendahnya kemampuan permodalan yang dimiliki petani

dan penguasaan teknologi yang belum memadai.

Page 107: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cvii

Beberapa peneliti sebelumnya telah mengidentifikasi berbagai

masalah yang dihadapi petani menyimpulkan bahwa keterbatasan air,

tingkat kesuburan tanah yang rendah, penggunaan benih yang kurang

bermutu, kualitas sumber daya manusia yang rendah dan keterbatasan

modal petani merupakan masalah pokok yang harus dipecahkan

(Limbongan dan Maskar, 2003; Purwaningsih dkk., 2007; Purnomo dkk.,

2007). Fakta bahwa kelompok tani Sukamukmur dapat mencapai 9,1 ton

ha-1 mempertegas bahwa faktor modal dan kualitas sumber daya manusia

merupakan masalah utama yang harus diatasi agar potensi produksi

bawang merah varietas Lembah Palu dapat dicapai. Disamping itu,

pemberian air melalui irigasi dengan cara mengalirkan air diantara

bedengan dan menggenanginya selama beberapa saat (furrow system)

satu kali dalam seminggu juga memberi indikasi bahwa tanaman bawang

merah varietas Lembah Palu tidak membutuhkan air yang banyak untuk

mencapat tingkat produksi yang tinggi dengan kualitas yang baik.

2. Pengaruh interaksi dosis bahan organik (O) pada berbagai tarafkadar air tersedia (A) dan hara tanaman (H).

Air merupakan bahan alami yang secara mutlak diperlukan

tanaman dalam jumlah cukup dan pada saat yang tepat. Kelebihan atau

kekurangan air mudah menimbulkan bencana misalnya banjir dan longsor

pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Tanaman yang

mengalami kekeringan akan berdampak pada penurunan kualitas ataupun

gagal panen. Penurunan kualitas tanaman terkait dengan berkurangnya

pembentukan khlorofil pada tanaman yang mengalami cekaman air (

Page 108: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cviii

Purwanto dan Agustono, 2010). Kelebihan air dapat menimbulkan

pencucian hara, erosi ataupun banjir yang memungkinkan gagal panen

(Sarjiman dan Mulyadi, 2011).

Hasil percobaan rumah kaca (Tabel 8) menunjukkan bahwa

berbagai taraf perlakuan air tersedia (100-80%, 80-60% dan 60-40%)

tidak berbeda nyata pada berbagai taraf interaksi bahan organik (O) dan

pemupukan (H). Interaksi 10 ton ha-1 dan pemberian pupuk belerang

tanpa kalsium menghasilkan bobot umbi segar tertinggi dan tidak berbeda

nyata pada kadar air tersedia 100-80% (A1), 80-60% (A2) dan 60-40%

(A3). Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pertumbuhan

dan hasil tanaman tidak mengalami penurunan sejalan dengan

menurunnya kadar air tanah hingga mendekati titik layu permanen.

Penambahan kalsium memberi kontribusi dalam mempengaruhi

penurunan bobot umbi basah yang semakin menurun dengan semakin

menurunnya kadar air tersedia. Hal ini berarti bahwa penyediaan kalsium

yang cukup harus diimbangi oleh penyediaan air yang memadai di dalam

tanah.

Interaksi yang memberi pengaruh terbaik terhadap bobot umbi

basah adalah perlakuan kadar air tersdia 60-40% (A3) pada taraf 10 ton

ha-1 bahan organik dan 60 kg S ha -1 yang memberikan bobot umbi basah

tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan perlakan perlakuan kadar air

tersedia 80-60% (A2) dan 100-80%.(A1). Interaksi O2A3H4 dianggap

perlakuan terbaik karena hasil ini dapat menjelaskan bahwa tanaman

Page 109: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cix

bawang merah varietas lembah Palu dapat tumbuh dan berproduksi

dengan baik pada kadar air tersedia yang lebih rendah (60-40% AT).

Implikasi lebih lanjut terkait dengan penggunaan air yang lebih efisien

apalagi lokasi pengembangan bawang merah varietas lembah Palu

berada pada wilayah kering dengan rata-rata curah hujan berkisar antara

400-1000 mm/tahun dengan tipe iklim E1, E2 dan E3 (menurut kelasifikasi

Oldeman). Selain sebagai hara tanaman, air adalah merupakan bahan

pelarut yang memungkinkan hara dapat diserap dan diteranslokasikan ke

bagian meristem yang aktif melangsungkan proses metabolisme serta

merupakan penyusun utama (83-86%) bahan segar tanaman bawang

merah (Purwaningsih dkk., 2007). Secara umum dapat dikemukakan

bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman bawang merah

varietas lembah Palu dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada

kisaran lengas tanah antara 100-40% AT. Hasil penelitian yang hampir

sama menunjukkan bahwa pemberian air antara 100-46% kapasitas

lapang menghasilkan umbi segar (pada saat panen) antara 6,44-8,88 ton

ha-1 (Limbongan dan Maskar, 2003).

Pemberian pupuk belerang (S), memberi pengaruh yang berbeda

nyata pada berbagai taraf faktor OA yang mendapat tambahan 10 ton ha-1

bahan organik terhadap bobot umbi segar dibandingkan dengan

pemupukan kalsium (H2) atau kombinasi kalsium dan belerang (H3).

Dengan demikian, belerang memberi kontribusi yang signifikan terhadap

hasil umbi segar bawang merah varietas Lembah Palu. Hal ini terkait

Page 110: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cx

dengan rendahnya kadar bahan organik di lokasi penelitian (Hasil analisis

tanah lampiran 21). Bahan organik merupakan salah satu sumber

belerang yang penting dalam tanah. Menurut Havlin et al. (2005), pada

umumnya ketersediaan belerang meningkat dengan meningkatnya kadar

bahan organik tanah. Dari sisi lain, tanaman bawang merah termasuk

kelompok tanaman yang kebutuhan belerangnya tinggi dan dianggap

cukup bila dalam jaringannya terdapat 0,5-1% (Jones at al. 1991).

Bagaimana belerang meningkatkan hasil tanaman sudah tentu terkait

dengan peranan belerang dalam metabolisme tanaman. Sekitar 90%

belerang dalam tanaman ditemukan sebagai protein-S. Belerang juga

merupakan penyusun co-enzim A dan vitamin biothine dan thiamin

(vitamin B). Coenzym A merupakan kunci dari reaksi-reaksi intermidiate

dalam sintesis lemak dan reaksi-reaksi transfer energi (Mengel dan kirkby,

1978). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Muhammad dkk.

(2003) pada tanah Inceptisol Jeneponto yang menyimpulkan bahwa bobot

kering tanaman umur 1 bulan, bobot umbi segar, bobot umbi kering dan

kelas umbi dipengaruhi secara nyata oleh sulfur, blotong dan interaksinya.

Walaupun pemberian kalsium menghasilkan bobot umbi basah

(16,97 g/pot) yang tidak berbeda nyata dengan pemberian belerang pada

taraf faktor O1A3, tetapi pada taraf faktor O1A2, pemberian kalsium nyata

menurunkan bobot umbi segar. Disamping itu, perlakuan kombinasi

kalsium dan belerang menurunkan bobot umbi secara nyata (13,87 g/pot)

Page 111: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxi

pada taraf faktor O1A3 (Tabel 8). Hal ini ada kaitannya dengan kadar

kalsium yang cukup tinggi dalam tanah (Purnomo dkk. 2007).

3. Pengaruh dosis bahan organik (O) dan hara tanaman (H)

Pemberian bahan organik 10 ton ha-1 berbeda nyata dengan

pemberian 15 ton ha-1 pada parameter bobot umbi segar dan bobot umbi

kering. Bahan organik adalah merupakan bahan pembenah tanah yang

sangat penting artinya dalam upaya meningkatkan produktivitas lahan

pertanian. Pada daerah yang senantiasa tidak memperoleh suplai

sedimen/erupsi gunung merapi seperti daerah pertanian di Luar Jawa,

pemberian bahan organik dan pemupukan dengan menggunakan pupuk

anorganik harus dilakukan bersama-sama karena dapat saling

melengkapi sehingga mutlak diperlukan untuk meningkatkan

produktivitas tanah-tanah mineral.

Bahan organik penting artinya tidak saja sebagai sumber hara

tanaman, tetapi juga dapat meningkatkan KTK tanah, meningkatkan daya

sanggah tanah, meningkatkan kemampuan tanah memegang air dan

hara, mendorong pembentukan dan perkembangan struktur tanah,

menurunkan plastisitas tanah, meningkatkan aktifitas mikroorganisme

tanah (Tisdale dkk., 1985; Essington, 2003), serta berpengaruh terhadap

proses-proses genesis tanah seperti pelarutan mineral, transformasi dan

translokasi bahan-bahan penyusun tanah seperti bahan organik, bahan

mineral air dan udara tanah yang pada akhirnya mempengaruhi karakter

tanah secara keseluruhan.

Page 112: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxii

Ketersediaan hara dalam tanah dalam jumlah yang cukup dan

seimbang sesuai dengan proporsi yang dibutuhkan oleh tanaman

merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya tanaman bawang merah

(Muhammad dkk. 2003). Pemberian pupuk anorganik yang berkadar hara

tinggi dan cepat tersedia bagi tanaman dapat menutupi kekurangan

bahan organik yang lambat menyediakan hara dengan kadar hara yang

relatif lebih rendah pula. Sebaliknya kekurangan pupuk anorganik dapat

ditutupi oleh kelebihan bahan organik terutama dalam hal memperbaiki

kondisi fisik dan biologi tanah.

Interaksi antara dosis bahan organik dan hara tanaman dalam

penelitian ini tidak berbeda nyata. Hal ini berarti bahwa pengaruh

sederhana dari faktor bahan organik dan pupuk ini sama besar

(Gaspersz, 1991; Masyahoro, 2012). Bahan organik adalah merupakan

sumber Kalium dan belerang yang penting dalam tanah. Pengaruh kadar

kalium dan belerang dalam bahan organik tampaknya cukup berarti

dalam memberi pegaruh yang lebih berimbang dengan kalium dan

belerang yang berasal dari pupuk anorganik, sedangkan keberadaan hara

lain tampaknya tidak cukup berarti dalam mendorong terjadinya interaksi

diantara kedua faktor tersebut.

Hasil penelitian ini relatif sama dengan beberapa hasil penelitian

sebelumnya yang juga menggunakan bahan organik dan pemupukan

(Bahruddin dkk 2004; Limbongan dan Maskar 2007), tetapi lebih tinggi

dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan oleh Purnomo dkk., (2007)

Page 113: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxiii

dan Purwaningsih dkk. (2007). Adanya perbedaan-perbedaan hasil

penelitian seperti diuraikan di atas terutama disebabkan oleh perbedaan-

perbedaan sifat-sifat tanah antara satu tempat dengan tempat lainnya

disamping disebabkan oleh perbedaan taraf perlakuan oleh masing-

masing peneliti. Hasil penelitian ini juga dapat memberi alternatif pilihan

dari berbagai hasil interaksi antara bahan organik dan pemupukan yang

dapat digunakan untuk memprediksi potensi produksi yang dihasilkan dan

hal ini sangat tergantung pada tingkat produksi dan efisiensi penggunaan

sarana produksi yang di inginkan.

Dosis bahan organik dan hara tanaman tidak memberi kontribusi

yang nyata dalam mempengaruhi tingkat kegaringan bawang goreng Palu.

Dengan demikian, hasil penelitian ini mempertegas bahwa sifat

kegaringan bawang goreng Palu lebih dipegaruhi oleh faktor-faktor yang

berhubungan dengan sifat genetika tanaman tersebur. Anggapan

masyarakat pemerhati dan pelaku industri pengolahan bawang goreng

Palu selama ini bahwa bawang goreng yang dihasilkan pada lahan kering

memiliki kualitas yang lebih baik hanya terkait dengan hasil irisan yang

lebih baik dan tidak terkait dengan tingkat kegaringan bawang goreng.

Secara umum rata-rata bobot umbi segar tertinggi diperoleh pada

perlakuan pemupukan dengan dosis 200 kg KCl. Kalium penting artinya

dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas umbi bawang merah. Hal ini

tidak terlepas dari peranan kalium pada hampir semua proses fisiologi

penting mulai dari penyerapan air, transpirasi, fotosintesis, respirasi,

Page 114: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxiv

sintesis dan aktifitas enzim (Nogle dan Fritz, 1999; Mengel dan Kirkby,

1978). Disamping itu, jika kalium cukup tersedia dalam tanah, maka

kebutuhan kalium tanaman dapat terpenuhi sehingga prosen translokasi

fotosintat dari Source ke sink dapat berlangsung dengan baik (Tisdale et

al., 1985; Dobermann dan Fairhurst, 2000). Hasil-hasil penelitian yang

relatif sama telah dilaporkan oleh Saidah (2001), Muhammad dkk. (2003),

Purnomo dkk. (2007). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil kajian

yang dilakukan oleh kelompok tani Sukamakmur yang menggunakan

paket teknologi (pupuk kandang ayam setara 10 ton ha-1, pupuk majemuk

NPK, ZA, pupuk organik cair dan pengairan dengan furrow system satu

kali dalam seminggu) menghasilkan bobot basah umbi setara dengan 9,1

ton ha-1. Oleh karena itu, produktivitas ldan deliniasi dari foto citra ikonos

setelah dikoreksi dilapangan adalah 5. 792,48 ha terdiri dari lahan

basah/sawah seluas 268,38 ha, Lahan kering/perkebunan seluas 3.902,43

ha dan lahan kering/tealan seluas 1.622,67 (Amar, 2012)). Dari total

luasan tersebut dan berdasarkan hasil pemetaan kesesuaian lahan yang

dibuat atas kerjasama antara Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu

dan staf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sidera (BPTP) diperoleh

data luas lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman bawang

merah varietas Lembah Palu sekitar 2.558,9 ha yang terdiri dari 1.859,9

ha lahan sesuai marginal (S3) menjadi cukup sesuai (S2) dengan input

pengelolaan bahan organik, air dan pemupukan. Lahan cukup sesuai

menjadi sangat sesuai (S1) seluas 903,48 ha dengan input pengeloaan

Page 115: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxv

bahan organik, air dan pemupukan (Peta kelas kesesuaian lahan dapat

dilihat pada Lampiran 24). Dari total luas lahan seperti diuraikan diatas,

diasumsikan hanya 50% yang dapat dikembangkan sebagai areal

pengembangan bawang merah varietas Lembah Palu. Hal ini erat

kaitannya dengan keberadaan berbagai infrastruktur pada masing-masing

satuan peta lahan tersebut seperti jaringan jalan, perumahan,

perkantoran, kawasan industri, perdagangan, pertambangan, pasilitas

umum, peternakan, tambak dan kawasan TPA. Dari total luas lahan

yang dapat dikembangkan sebagai areal pertanaman bawang merah

varietas Lembah Palu diasumsikan hanya 70 % yang efektif dapat

ditanami. Hal ini berhubungan erat praktek-prakek budidaya yang

menggunakan bedengan dengan lebar 1-1,2 m dan panjang yang

bervariasi tergantung kondisi lahan. Diantara bedengan ada semacam

saluran/jalan dengan lebar kurang lebih 25-30 cm untuk mengontrol

kondisi pertanaman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama

dan penyakit tanaman.

a1. Produksi

Berbagai hasil penelitian tentang potensi produksi bawang merah

varietas Lembah Palu telah dilaporkan. Monde (1999) melaporkan bahwa

dengan pemupukan yang baik, potensi produksi bawang merah Palu

dapat ditingkatkan menjadi 7,6 ton ha-1. Maskar dan Rahardjo (2008)

melaporkan bahwa dengan menggunakan teknologi yang sesuai, produksi

bawang merah varietas Lembah Palu dapat ditingkatkan menjadi 10-11

Page 116: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxvi

ton ha-1. Dengan Sistem pengairan 80% kapasitas lapang dengan

mengoptimalkan faktor-faktor tumbuh lainnya, menghasilkan bobot umbi

basah 8,88 ton ha-!, lebih efisien dibandingkan sistem pengairan lainya

(Limbongan dan Maskar, 2003). Bahruddin dkk. (2004) melaporkan

bahwa produksi bawang merah varietas lembah Palu dapat ditingkatkan

menjadi 10,48 ton melalui modifikasi lingkungan tumbuh dengan

menggunakan naungan, mulsa plastik dan dengan mengoptimalkan

pemupukan dan pemberian bahan organik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan organik, air tersedia

dan pemupukan memberi pengaruh interaksi dengan hasil umbi segar

yang berbeda-beda dengan koofisien keragaman 13,23%. Hasil tertinggi

(13,72 ton ha-1) diperoleh pada intraksi 15 ton ha-1 bahan organik, 100-

80% air tersedia dan 200 Kg KCl ha-1, namun perlakuan yang dianggap

lebih baik adalah intraksi antara 10 ton ha-1 bahan organik, 80-60% air

tersedia dan 200 kg KCl ha-1 karena lebih efisien dalam penggunaan

bahan organik dan air serta tidak signifikan dengan perlakuan yang

menghasilkan bobot umbi segar tertinggi seperti tertera diatas.

Produksi bawang merah varietas Lembah Palu di lapangan dengan

menggunakan teknologi petani (konvensional) merupakan hasil

wawancara beberapa peneliti dengan petani menunjukkan hasil yang

berbeda-beda. Monde melaporkan 3,0 ton ha-1, Maskar dan Rahardjo 3-5

ton ha-1, Bahruddin melaporkan 4,53 ton ha-1, data statistik 3,8 ton ha-

1dan terakhir hasil wawancara penulis yang dilakukan dengan petani

Page 117: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxvii

menunjukkan bahwa hasil rata-rata berkisar antara 3-4 ton ha-1 setelah

dilakukan revisi berdasarkan asumsi yang digunakan oleh petani. Dalam

menentukan hasil umbi segar per hektare, petani selalu menggunakan

cara ubinan. Dengan cara ubinan, petani selalu berasumsi bahwa lahan

efektif dianami 100%, padahal kenyataannya tidak demikian.

a2. Teknologi yang digunakan

Salah satu faktor yang sangat menentukan tinggi rendahnya

produktivitas yang dicapai adalah pilihan teknologi yang digunakan sesuai

dengan karakter wilayah yang sedang dikembangkan. Lembah Palu

termasuk wilayah dengan tingkat produktivitas pertanian yang relatif

rendah terkait dengan iklim, rendahnya tingkat kesuburan tanah dan

sulitnya memanfaatkan potensi sumber daya air yang sebenarnya cukup

berlimpah karena biaya operasional yang cukup tinggi. Oleh Karena itu

diperlukan penelitian kearah itu untuk mengatasi masalah tersebut.

Dalam hubungan ini pilihan teknologi yang tepat adalah melalui pemberian

bahan organik dan pemupukan untuk mengatasi masalah kesuburan

tanah, disisi lain pengelolaan air yang lebih efisien tetapi tetap memberi

hasil yang cukup tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya juga perlu

dilakukan.

. Paket teknologi yang digunakan didasarkan oleh hasil-hasil

penelitian yang tertuang dalam disertasi ini. Dalam penelitian ini dipilih 3

(dari berbagai alternatif) perlakuan pengelolaan kesuburan tanah dan

pengelolaan air dengan capaian hasil yang berbeda tingkatannya

Page 118: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxviii

berdasarkan tingkat produksi dan kualitas bawang goreng yang dicapai,

yakni tinggi, sedang dan rendah. Input teknolog A (12,35 ton ha-1),

meliputi pemberian pupuk 200 kg KCl ha-1 (H4), input teknolgi B (10,27

ton ha-1), Pemberian 100 kg KCl ha-1 (H3) dan input teknologi C (9,16

ton ha-1), meliputi pemberian bahan organik 10 ton ha-1, dan 72 kg S ha-1

(H2).

b. Diskusi

Potensi lahan di Lembah Palu untuk pengembangan bawang

merah varietas Lembah Palu masih cukup luas. Sekitar 27.558,9 ha yang

tersebar di tiga Kabupaten/kota, dimana sebagian besar dari potensi

tersebut merupakan areal persawahan, masing-masing sekitar 25.000 ha

tersebar di kabupaten. Donggala dan kabupaten Sigi (Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Donggala, 2006), sedangkan

potensi lahan di kota Palu meliputi 2.558,9 ha yang terdiri dari 1.656,06

kelas sesai marginal (S3) dan 903 ha kelas cukup sesuai (S2) . Jika

potensi lahan seluas 2558,9 ha dapat dioptimalkan penggunaannya, maka

kebutuhan bahan baku pada kondisi konvensional dengan hasil rata-rata

3-4 ton ha-1, maka akan diperoleh produksi sebesar 2895 ton/musim

tanam. Bawang merah varietas Lembah Palu dipanen pada umur 70

hari, maka dalam 1 tahun (3 MT), kota Palu dapat memperoduksi 8685 ton

umbi segar pertahun. Bila tersedia bahan baku, setiap unit industri

pegolahan bawang goreng membutuhkan sekitar 200-300 kg/hari (hasil

wawancara dengan pelaku industri pengolahan bawang goreng), maka

Page 119: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxix

dalam 1 bulan membutuhkan bahan baku 6000-9000 kg atau 6-9

ton/bulan. Ini berarti untuk memenuhi kebutuhan 45 unit industri

pengolahan bawang goreng yang ada di kota Palu pada saat ini

diperlukan 270-405 ton bahan baku setiap bulan atau 3240-4860

ton/tahun. Dengan pemanfaatan lahan yang tersedia di Kota Palu melalui

program ektensifikasi dengan teknologi petani (konvensional), seluruh

kebutuhan industri pengolahan bawang goreng sebanyak 45 unit dapat

dipenuhi bahkan jumlah industri pengolahan dapat bertambah jumlahnya

sebanyak 35 unit industri pegolahan bawang goreng sehingga menjadi 80

unit produksi.

Hasil-hasil penelitian diperlukan untuk memberikan alternatif pilihan

melalui skema-skema pengembangan sesuai potensi produksi dan

potensi lahan yang tersedia. Untuk meningkatkan produktivitas bawang

merah varietas lembah Palu perlu perbaikan teknologi budidaya melalui

pemberian bahan organik, pemupukan K dan S dengan memperhatikan

status hara lainnya dan pengelolaan air. Dengan menggunakan masukan

teknologi A pada lahan dengan kelas kesesuaian lahan S3, maka

diperoleh hasil umbi segar sebesar 9.260 ton/musim tanam atau setara

dengan 27.780 ton/tahun (3 MT). Kalau setiap unit industri memerlukan

108 ton/tahun (300 kg/hari), maka diperlukan 257 unit pengolahan

bawang goreng. Ini berarti terdapat penambahan jumlah unit industri

pengolahan sebesar 257-45= 212 unit industri (Tabel 19). Jika alternatif

masukan tenologi B pada lahan dengan kelas kesesuaian lahan S3

Page 120: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxx

yang dipilih, maka capaian produksi umbi segar adalah 8.000 ton/musim

tanam atau setara dengan 24.000 ton/tahun (3 MT). Jika kebutuhan 1 unit

Tabel 19. Perkiraan produksi/musim tanam bawang merah varietaslembah Palu dengan tingkat penerapan input yang berbedadengan asumsi 50% dari luas lahan potensil dimanfaatkan

LokasiPengembangan/kelaskesesuaian lahan

Imputteknologi

Luas(ha)

Rata-ratahasil/ha(ton)

Produksi/musimtanam (ton)

Kota Palu (S2) Konvensional

450 4,00 1.260

(S3) Konvensional

779 3,00 1.635

(S3) A 779 12,35 9.620

(S3) B 779 10,27 8.000

(S3) C 779 9,16 7,135

industri pengolahan sebesar 108 ton/tahun, maka jumlah unit industri

yang diperlukan sebanyak 222 unit industri pengolahan bawang goreng.

Ini berarti diperlukan tambahan 177 unit industri pengolahan bawang

goreng baru . Jika alternatif masukan teknologi C pada lahan dengan

kelas kesesuaian S3 yang dipilih, maka capaian hasil umbi segar adalah

21.405 ton/tahun. Kebutuhan bahan baku untuk 1 unit industri

pengolahan bawang goreng sebesar 108 ton/tahun, maka Ini berarti

diperlukan 198 unit industri pengolahan bawang goreng untuk mengolah

bahan baku tersebut dan diperlukan tambahan unit pengolahan baru

sebesar 153 unit.

Apabila lahan kelas kesesuaian S2 menjadi alternatif pilihan untuk

mensuplai kebutuhan 45 unit industri pengolahan bawang goreng saat ini

Page 121: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxi

efektif dapat dikembangkan, maka hanya 35 uni industri yang dapat

beroperasi, sisanya 10 unit tidak beroperasi karena kekurangan bahan

baku. Demikian juga halnya jika hanya lahan S3 yang digunaan dengan

asumsi yang sama, maka seluruh unit pengolahan yang ada saat ini

dapat beroperasi secara penuh. Dengan demikian, apabila lahan S2 dan

S3 dioptimalkan penggunaannya menjadi 50% dari potensi lahan di Kota

Palu dengan menggunakan teknologi yang dikembangkan sendiri oleh

petani (konvensional), maka seluruh industri pengolahan bawang goreng

Palu dapat beroperasi secara penuh plus 35 unit industri pengolahan baru

dapat dibangun (Tabel 30). Implikasi lebih lanjut dengan adanya program

optimalisasi pemanfaatan lahan ini diharapkan akan membuka

kesempatan kerja baru sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani

bawang Kota Palu dan sekitarnya. Dalam hubungan ini, pengaturan

waktu panen dan luas areal tanaman pada berbagai wilayah

pengembangan harus betul-betul diperhatikan agar produksi tetap

kontinyu dan seimbang antara kebutuhan industri pengolahan bawang

goreng dengan kemampuan petani berproduksi.

Dari Tabel 29., dapat dibuat lebih rinci tentang skema-skema

pengembangan sesuai dengan tuntutan kebutuhan atau permintaan

pasar. Skema-skema pengembangan mana yang akan dipilih sangat

ditentukan oleh komitmen dan respon pemerintah daerah terhadap

permintaan pasar produk bawang goreng baik pasar dalam negeri,

maupun pasar ekspor yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama

Page 122: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxii

ini respon pemerintah daerah sudah ada yang ditandai dengan

ditetapkannya Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan

Tabel 20. Perkiraan jumlah unit industri yang perlu dibangun untukmengantisipasi ketersediaan bahan baku pada berbagaitingkat input teknlogi, jika optimalisasi penggunaan potensilahan sebesar 50%

Lokasi/kelaskesesuaianlahan

Imputteknologi

Luas(ha)

Produksi/thn (ton)

JumlahUnitpengolahan

Jumlahunitindustripengolahan baru

Kota Palu (S2) Konvensional

450 3.780 35 -10

(S3) Konvensional

779 4.905 80 35

(S3) A 779 27.780 257 212(S3) B 779 24.000 222 177(S3) C 779 21.405 198 153

(SPAKU) Bawang Palu di Kecamatan Biromaru, Dolo dan Tawaeli seluas

25.000 ha pada tahun 2006. Namun demikian, hingga saat ini program

ini tidak berjalan sebagaimana diharapkan.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengembangan bawang

merah varietas Lembah Palu sebagai salah satu komoditas unggulan

Sulawesi Tengah adalah adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi

lahan non pertanian. Potensi sumber daya lahan yang ada di kota Palu,

begitu pula yang ada di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi sangat

rawan oleh adanya konversi lahan pertanian menjadi kawasan industri,

perdagangan dan perumahan serta pertambangan. Menurut Isa (2006)

laju konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di luar Jawa

sekitar 5% pertahun. Ini berarti, kota Palu mempunyai poensi kehilangan

Page 123: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxiii

lahan produktif seluas 128 ha setiap tahunnya. Oleh karena itu, perlu

segera memberlakukan peraturan perundang-undangan tentang konvers

lahan pertanian produktif yang mempunyai sangsi yang tegas bagi

pelanggarnya. Peraturan perundang-undangan tersebut antara lain perlu

memuat diktum bahwa bagi setiap pengembang yang akan mendirikan

bagunan di lahan produktf atau sawah, diharuskan terlebih dahulu

mencetak lahan sawah baru dengan kualitas yang sama lengkap dengan

sarana irigasi dan sarana penunjang lainnya. Jika tidak demikian, dalam

jangka waktu 20 tahun ke depan atau sekitar tahun 2032 kota Palu akan

kehilangan lahan pertanian potensial yang selama ini mejadi tempat

tumbuh bawang merah varietas Lembah Palu. Hal yang sama juga akan

dialami oleh Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala, dimana Ibu Kota

kedua Kabupaten ini juga berada di Lembah Palu. Luas lahan potensial

untuk pengembangan bawang merah varietas Lembah Palu di dua

kabupaten ini sekitar 25.000 ha dan akan terus berkurang sejalan dengan

dengan laju penyusutan lahan kiara-kira 3% pertahun atau sekitar 750 ha

pertahun. Sebagai kabupaten pemekaran, wilayah ini berpotensi

mengalami konversi yang cukup besar terutama lahan sawah.

Page 124: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxiv

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tanaman bawang merah varietas lembah Palu dapat tumbuh dan

berproduksi dengan kualitas umbi yang baik pada kisaran kadar air

tanah tersedia antara 100-40% pada perlakuan yang mendapat pupuk

belerang yang cukup (72 kg S ha-1).

2. Produksi tertinggi diperolah perlakuan yang mendapatkan belerang

tanpa kalsium pada taraf 60-40% air tersedia dan 10 ton ha-1 bahan

organk relatif sama dengan perlakuan pemupukan kalsium tanpa

belerang, tetapi nyata menurunkan hasil jika belerang dan kalsium

diberikan bersama-sama. Konsistensi pengaruh perlakuan yang

dinilai berdasarkan bobot umbi segar dan bobot umbi kering menjadi

indikasi bahwa kualitas bawang yang dihasilkan pada perlakuan dosis

bahan organik dan hara tanaman cukup baik dan memenuhi standar

sebagai bahan baku industri pengolahan bawang goreng Palu.

3. Bobot umbi segar tertinggi (12,35 ton ha-1 ) pada percobaan lapangan

diperoleh pada perlakuan 200 kg ha-1 KCl (H4). Perlakuan 15 ton

bahan organik ha-1 (O2) menghasilkan 10,94 ton ha-1 nyata lebih tinggi

dibandingkan dengan 10 ton ha-1 bahan organik. Kualitas umbi dan

produk bawang goreng tidak dipengaruhi secara nyata oleh

kandungan bahan organik dan hara tanaman.

4. Potensi produksi bawang merah varietas lembah Palu cukup besar

baik dilihat dari potensi sumber daya lahan yang tersedia maupun

Page 125: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxv

produktivitas lahan melalui masukan teknologi. Potensi hasil umbi

basah dalam penelitian ini dapat mencapai 12,35 ton ha-1. Potensi

produksi yang dapat dicapai melalui program intnsifikasi dan

ekstensifikasi pada lahan sesuai S2 dan S3 dengan teknologi yang

konvensional adalah 8.685 ton/tahun sehingga diperlukan 80 unit

industri pengolahan bawang goreng. Dengan menggunakan masukan

teknologi berdasarkan hasil penelitian ini, maka perkiraan produksi

yang dapat dicapai dengan mengoptimalkan penggunaan lahan S2

dan S3 adalah berkisar 21.405–27.780 ton/tahun sehingga diperlukan

sekitar 153-212 unit industri pengolahan bawang goreng untuk

mengolah bahan baku tersebut menjadi produk industri bawang

goreng sesuai dengan kapasitas olah optimal yang dapat dicapai saat

ini.

B. Saran-saran

1. Dalam pengelolaan kesuburan tanah, penggunaan pupuk anorganik

mutlak senantiasa disertai dengan penggunaan pupuk organik.

2. Perlu menghidari penggunaan air irigasi yang terlalu banyak, lebih

baik memberikan air yang lebih sering dengan jumlah yang relatif

sedikit.

3. Perlu kajian lebih lanjut tentang interaksi kalium dan belerang dalam

mempengaruhi produksi dan kualitas bawang merah varietas lembah

Palu

Page 126: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxvi

Daftar PustakaAbujamin, A. A., 2000. Penentuan Perhitungan Neraca Air Agroklimat.

Makalah Disampaikan pada Program Pelatihan dan Peningkatandalam Bidang Agroklimatologi. Kerja sama antara BadanLitbang Pertanian Deptan dan FMIPA-IPB. Bogor 31 Agustus-2November 2000. Tidak diterbitkan. 28 halaman.

Adiyoga, W. Dan T. A. Soestrisno, 1997. Keunggulan Komparatif danInsentif Ekonomi Usaha Tani Bawang Merah. J.Hort 7 (1): 614-624.

Alam, N., A. Rahim dan A.E. Yunus, 2009. Frofil Mutu Bawang GorengPalu. Laporan Penelitian Ristek Universitas Tadulako, Palu

Amar. 2012. Model Penggunaan Lahan untuk Bangunan BerdasakanKetersediaan dan Kapasitas Lahan Kota (Studi Kasus: KotaPalu). Disertasi Program Pascasarjana Iniverstas HasanuddinMakassar 2011.

AOAC, 1984. Official Methodes of Analysis of the Association ofAnalytical Chemist. 14th ed. AOAC Inc.Arington. Virginia.

Bahri, S., L. Hutahaean, dan A. Muis. 2007. Pengaruh PelaksanaanSekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)Terhadap Persepsi dan Teknik Pengendalian Hama/PenyekitTanaman Bawang Merah Lokal Palu Di Sulawesi Tengah.Proceeding Seminar Nasional Pengelolangan Inovasi PertanianLahan Marginal.

Bahruddin, Syekhfani, T. Wardiyati dan M.Santoso. 2004. PenggunaanTaraf Naungan dan Jenis Mulsa untuk Meningkatkan HasilBawang Merah Varietas Lokal Palu. J. Agroland Vol. 11 (2):161-167.

Bloem, E., S. Haneklaus, and E. Schnug, 2005. Influence of Nitrogenand Sulfur Fertilization on the Alliin Content of Onions and Garlic.Journal of Plant Nutrition, 27 (10): 1827-1839.

BPS, 2004. Statistik Pertanian Kabupaten Donggala. Badan PusatStatistik.

BPS Sulteng 2007. Kabupaten Donggala dalam Angka Thn 2006. BadanPusat Statistik Sulawesi Tengah, Palu

Page 127: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxvii

BPTP, 2009. Kajian Peningkatan Kualitas Bawang Merah Palu.bptpsulteng @yahoo.com diakses sabtu, 12 september 2009:20-40.

Caridi, D., Trenerry, V. C., Rochfort, S., Duong, S., Lougher, D. AndJones, R. 2007. Profiling and Quantifying Quercetin Glucosidesin Onion (Allium cepa L.) Varieties Using Capilary ZoneElectrophoresis and High Ferformance Liquid Chromatography.Food Chemistry. 105: 691-699.

Chyau, C. C. And J. J. Mau. 2001. Effect of Various Oils on VolatileCompounds of Deep-Fried Shallot Flavouring. Food Chemistry.74 (2001): 41-46. Elsivier

Currah, F. And F. J. Proctor. 1990. Onion in Tropical Region. NRI Bull.No.35.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu 2006. Pemetaan KomoditasUnggulan Bawang Merah. Subdin Hortikultura Dinas Pertaniandan Kehutanan Kota Palu.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Donggala.2005. Arah dan Prospek Pengembangan Bawang MerahKabupatn Donggala. Bul. Agribisnis, ed. 11.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2005. KebijakanPengembanganProduksi Bawang Merah di Indonesia. Makalahyang Disampaikan dalam Apresiasi Penerapan PenanggulanganOPT Bawang Merah, Surabaya, 5-7 Juli 2005.

Djaenuddin, D., H. Marwan dan H. Subagjo. 2003. Petunjuk TeknisEvaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai PenelitianTanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah danAgroklimat, Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian.

Dobermann, A. and T.Fairhurst. 2000. Rice. Nutrient Disorders andNutrient Management. Potash and Phosphate Institute/Potashand Phosphate Institute of Canada.

Eduvigis, R. M., Concepcion, S. M. Rosana Lloria, Begona de Ancos andPilar Cano. 2009. Onion High-Pressure Processing: FlavonolContent and Antioxidant Activity. LWT- Food Science andTecnology 42: 835-841.

Page 128: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxviii

Endang S, L. Dan Sukartono. 2007. Respon Tanaman Bawang Merah(Allium ascalonicum) yang Diinokolasi MVA pada Ragam CaraPemberian BO dan Jedah Pengairan Di Lahan Kering P.Lombok. Proceeding Kongres Nasional HITI IX, 5-7 Desember2007. Yogyakarta.

Essington, M. E. 2004. Soil and Water Chemistry. An IntegrativeApprouch. CRC Press. Boca Raton London. New YorkWoshington, D. C.

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-IlmuPertanian, Ilmu-Ilmu Teknik dan Biologi. Penerbit CV. ARMICO,Bandung.

Gomez, K. A and A. A. Gomez, 1995. Statistical Prosedures forAgricultural Research. John Wiley and Sons, Inc. Filiphine.

Havlin, J. L., J. D. Beaton, S. L. Tisdale and W. L. Nelson. 2005. SoilFertility and Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management.Pearson Education, Inc., Upper Sadle River, New Jersey 07458.

Hidayat, A. 2004. Budidaya Bawang Merah. Beberapa hasil Penelitian diKabupaten Brebes. Makalah disampaikan pada Temu TeknologiBudidaya Bawang Merah. Direktorat Tanaman Sayuran dan BioFarmaka, Brebes 3 September 2004.

Isa, Irawan. 2006. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian.Badan Pertanahan Nasional, Jakarta, Indonesia. ProceedingSeninar Multifungsi dan Revitalisasi Pertanian.

Javier, E. G. 1990. Vegetable Production Training Manual. AVRDCTaiwan, Taiwan.

Jones, J. B., B.Wolf, H. A. Mills. 1991. Plant Analysis Handbook. A.Practical Sampling, Preparation, Analysis and Interpretationguide. Micro-Macro Publ. Inc., USA. 213 p.

Limbongan, J. dan A. Monde. 1999. Pengaruh Pupuk Organik danAnorganik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang MerahKultivar Palu. J. Hortikultura 9 (3): 212-219.

Limbongan, J. dan Maskar. 2003. Potensi Pengembangan danKetersediaan Teknologi Bawang Merah Palu Di SulawesiTengah. J. Litbang Pertanian 22 (3): 103-108.

Page 129: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxix

Lombard, K., Peffley, E., Geoffriau, E., Thompson, L., and Herring, A.2005. Quercetn in Onion (Allium cepa L.) After Heat-TreatmentSimulating Home Preparation. J. of Food Composition andAnalysis (18): 571-581.

Maemunah. 2010. Viabilitas dan Vigor Benih Bawang Merah padaBeberapa Varietas Setelah Penyimpanan. J. Agroland 17 (1):18-22.

Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press.London p: 269-321.

Maskar, Basrum, A. Lasengga dan M. Slamet. 2001. Uji MultilokasiBawang Merah Palu. Laporan thn 2001. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Palu.

Maskar dan Yogi P. Rahardjo, 2008. Teknologi PendukungPengembangan Agribisnis Di Desa P4MI. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi PertanianSulawesi Tengah.

Masyahoro, A. A. 2012. Metode dan Analisis Perancangan Percobaan.Penerbit CV. ARMICO, Bandung.

Mengel, K. And E. A. Kirkby. 1978. Principles of Plant Nutrition.International Potash Institute, Werblaufen-Bern/Switzerland.593p.

Mogren, L. M., Olsen, M. E. Dan Gertsson, U. E. 2007. Effect of Cultivar,Lifting Time and Nitrogen Fertilizer Level on Quercentin Contentin Onion (Allium cepa L.) At Lifting. J. of the Science of Food andAgriculture (87): 470-476.

Monde, A. 2009. Degredasi Stok Karbon (C) Akibat Alih Fungsi LahanHutan Menjadi Lahan Kakao di DAS Nopu, Sulawesi Tengah. J.Agroland 16 (2): 110-117. 18-22.

Muhammad, H., S. Sabihan, A. Rachim, dan H. Adijuwana. 2001.Penentuan Batas Kritis Sulfat untuk Bawang Merah di TanahVertisol, Inceptisol dan Entisol di Kabupaten Jeneponto. J. Hort.11 (2): 110-118.

.............................. , S. Sabihan, A. Rachim, dan H. Adijuwana. 2003.Pengaruh Pemberian Sulfur dan Blotong terhadap pertumbuhan

Page 130: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxx

dan Hasil Bawang Merah pada Tanah Inceptisol. J.Hort. 13 (2):95-104.

Muhardi. 2009. Karakteristik Pertumbuhan Bawang Merah (Alliumascolonicum L.) Varietas Tinombo yang Diberi Pupuk Kalium danPupuk Kandang. J. Agrisains 10 (2): 55-65.

Nasir, A. A. 2004. Hubungan Iklim dan Tanaman. Makalah yangDisampaikan dalam Pelatihan Dosen PT se Indonesia dalamBidang Pemodelan dan Simulasi Pertanian, Bogor.

Nasir, A.A. dan Sutoro. 2002. Neraca Air Lahan Agroklimatik. PelatihanBimbingan Pengamanan Tanaman Pangan dari Bencana Banjir.Jakarta.

Noggle, G.R. and G. J. Fritz. 1999. Introductory Plant Physiology.Prentice-Hall. Inc., Englewood Cliffs. N. J., USA

Nurmalinda. R. Majawisastra dan Suwandi, 1995. Analisa Biaya danPendapatan Petani Bawang Merah Di Dataran MediumMajalengka. Bull.penel. Hort.: 24 (2):97-105.

Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, 2006. PedomanPenulisan Tesis dan Disertasi. Edisi 4, Makassar.

Purnomo, J., S. Sutomo, W. Hartatik dan Achmad Rachman, 2007.Pengelolaan Kesuburan Tanah untuk Bawang Merah diKabupaten Donggala. Proceeding Seminar NasionalPengembangan Inovasi Lahan Marginal. Balai Penelitian TanahBogor.

Purwaningsih, H., C. Khairani, Maskar dan T. P. Rumayar, 2007. PeluangPengembangan Bawang Merah Palu Sebagai KomoditasAgribisnis. Proceeding Seminar Nasional PengembanganInovasi Pertanian Lahan Marginal. Palu Sulawesi Tengah.

Purwanto dan T. Agustono. 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai padaBerbagai Kepadatan Gulma Teki dalam Kondisi CekamanKekeringan. J.Agroland 17 (2): 85-90.

Puslittanak, 2003. Laporan Penyusunan Peta Pewilayahan komoditasPertanian Berdasarkan AEZ Skala 1:50.000 Di KabupatenDonggala.Puslittanak, Bogor.

Page 131: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxxi

Putrasamedja, S. 2000. Tanggap Beberapa Kultivar Bawang MerahTerhadap Vernalisasi untuk Dataran Medium. J. Hort. 10 (3):177-182.

Rahayu, E. Dan Berlian N. V. A. 2004. Bawang Merah. MengenalVarietas Unggul dan Cara Budidaya Secara Kontinyu. SeriAgribisnis. Penebar Swadaya.

Randale, W. M., E. Block, M. H. Littlejohn, D. Putnam and M. L.Bussard. 1994. Onion (Allium Cepa L.) Thiosulfinates Respondto Increasing Sulfur Fertility. J. Agric. Food Cham. 42: 2085-2088.

Rismunandar. 1988. Membudidayakan lima jenis bawang. Penerbit SinarBaru, Bandung.

Saidah, 2001. Kajian Pemberian Kasting dan ZA terhadap Pertumbuhandan Hasil Bawang Merah Kultivar Lokal Palu. Thesis ProgramPascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Salunkhe, D. K. And B. B. Desai. 1984. Onion dan Garlic, inPostharvest the Technology of Vagetable, Part II. CRC Press,Boca Raton, FL. P.23

Sarief, S. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana Bandung.

Sarjiman dan Mulyadi. 2011. Analisis Neraca Air Lahan Kering pada IklimKering untuk Mendukung Pola Tanam.http;//www.yahoo.com.diakses 11 April 2011

Soetiarso, T. A., 2007. Teknologi inovatif Bawang Merah danPengembangannya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.Proceeding Seminar Nasional Pengembangan Inovasi PertanianLahan Marginal. Palu Sulawesi Tengah.

Soetrisno dan S.R. Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan MetodologiPenelitian. Penerbit CV. Andi offset, Yogyakarta.

Solehani, U. dan Suardji. Mencari Indikator Cepat Untuk MenilaiPerubahan KualitasLahan Di Bawah Tegakan Wanatani

Sumiati, E. 1997. Konsentrasi Optimum Mepiguat Khlorida untukPeningkatan Hasil Bawang Merah Kultivar Bima Brebes di

Page 132: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxxii

Majalengka. J. Hortikultura. V0l. 6.2. Puslitbang Holtikultura.Jakarta. Hal 120-127.

Sunarjono, H. dan P. Soedomo. 1989. Budidaya Bawang Merah (Alliumascalonicum). Penerbit Sinar Baru, Bandung.

Sutarya, R. dan G. Grubben. 1995. Pedoman Bercocok Tanam SayuranDi Dataran Rendah. Gajah Mada University Press. ProseaIndonesia-Balai Penelitian Hortikultura Lembang.

Suwardji, G. Duardiari dan A. Hippi. 2007. Meningkatkan EfisiensiPenggunaan Air Irigasi dari Sumber Air Tanah Dalam padaLahan Kering Pasiran Lombok Utara Menggunakan TeknologiIrigasi dengan Springkle Big Gan. Proceeding Kongres NasionalHITI IX, 5-7 Desember, Yogyakarta.

Tisdale, S. L., W. L. Nelson and J. D. Beaton 1985. Soil Fertiity andFertilizers. Fourth edition. MacMilan Publishing Company, Newyork.

Wardah. 2008. Biomassa dan Kualitas Seresah Di Hutan Sekunder DiSekitar Kawasan Hutan Konservasi (Studi Kasus di TamanNasional Lore-Lindu, Sulawesi-Tengah). J. Agroland 15 (3): 175-181.

Wibowo, S. 1992. Budidaya Bawang. Seri Pertanian: IXXX/270/88.Penebar Swadaya, Jakarta.p 201.

Yable, S. S. Prabawardani dan R. Husain. 2007. Metode PemberianPupuk Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan dan ProduksiBawang Merah. J. Agrivigor 6 (2):133-138.

Yulianti dan Nilam Sari. 2008. Kelayakan Usaha Agroindustri BawangGoreng Palu Di Kabupaten Donggala. J. Agroland 15 (3): 216-222.

Page 133: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxxiii

Lampiran 1. Uraian sifat-sifat morfologi tanah

Tabel LampiranNomor SPT : -Nomor Formulir : 1Klassifikasi TanahSoil Survey Staff 1998 : Fluventic EutrudeptsLokasi-Administrasi Provinsi Sulawesi Tengah, kota Palu,

Kec.Palu Selatan, Paboya- No. Site : -- Potret udara : -

Ketinggian tempat : 55 m dplLereng : 3-5%Landform : DataranBahan Induk : AluviumDrainase tanah : Agak cepat/cepatPermukaan air tanah : -Banjir/Pasang surut : -Kedalaman tanah efetif : 80 cmPenggunaan lahan : Dataran rendah

Horizon Uraian

A (0-12 cm) Coklat gelap (10YR 3/3) liat berdebu; lemah;halus,gumpal agak membulat, agak lekat, agak plastis,karatan kelabu (10 YR6/1); pH 6,0

Bw1(12-26 cm) Coklat (10 YR 5/3), lempung berpasir, lemah; sangathalus, kersai ;tidak lekat;tidak plastis, pH 6,0

Bw2(26-46 cm) Coklat (10 YR 5/3), lempung berpasir, tidak lekat,tidakplastis; pH 6,0

2C (46-65 cm) Coklat (10YR5/3), Lemp.berpasir,tdk lek/tdk plas;pH 6.0

3C (65-130 cm) Coklat (10YR5/3), pasir berlempung, tidak lekat

Epipedon Okhrik/ hor.penciri kambik

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu (2006)

Page 134: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxxiv

Lampiran 2. Uraian sifat morfologi tanah Typic Eutrudepts

Nomor SPT : -Nomor Formulir : 2Klassifikasi TanahSoil Survey Staff 1998 : Typic EutrudeptsLokasi-Administrasi Provinsi Sulawesi Tengah, kota Palu,

Kec.Palu Timur, kelurahan Watutela- No. Site : -- Potret udara : -

Ketinggian tempat : 40 m dplLereng : 3-8%Landform : Teras Sungai bawahBahan Induk : AluviumDrainase tanah : Agak baik/sedangPermukaan air tanah : -Banjir/Pasang surut : -Kedalaman tanah efetif : 60 cmPenggunaan lahan : Lahan kering, dataran rendah

(tanaman-anaman hortikultura)

Horizon Uraian

A (0-17 cm) Coklat gelap (10 YR 4/3), lempung berpasir, lemah,halus, gembur, agak lekat, tidak plastis, bataslapisan jelas dan rata, pH 7,0

Bw1 (17-34 cm) Coklat gelap kekuningan (10 YR 4/4); lempungberpasir, lemah, halus, lekat, agak plastis; pH 7,0;batas lapisan jelas rata

Bw2 (34-51 cm) Coklat kekuningan (10 YR 5/4); lempung berpasir,pH 6,5; batas lapisan jelas rata.

C (51-70 cm) Coklat terang olive (2.5 YR 5/4), pasir berlempung;pH 6,5

Epipedon : Okhrik ; Horizon penciri: Kambik

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu (2006)

Page 135: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxxv

Lampiran 3. Data hasil pengukuran bobot umbi segar (g/pot)

Kelompok Bahan Organik (O0) Bahan Organik (O1)

Jumlah RERATAA1 A2 A3 A1 A2 A3

I 16,71 16,36 15,54 16,03 16,07 16,32 97,03 16,17II 15,16 16,83 15,60 15,78 17,43 16,87 97,67 16,28III 15,33 15,95 15,27 15,37 18,06 16,82 96,80 16,13

47,20 49,14 46,41 47,18 51,56 50,01 291,5015,73 16,38 15,47 15,73 17,19 16,67 97,17

I 16,53 17,89 16,25 17,63 18,13 17,74 104,17 17,36II 15,64 17,37 15,97 18,63 17,93 18,23 103,77 17,30III 15,47 16,62 15,94 17,74 18,55 19,08 103,40 17,23

Jumlah 47,64 51,88 48,16 54,00 54,61 55,05 311,34Rerata 15,88 17,29 16,05 18,00 18,20 18,35 103,78

I 16,23 16,72 14,93 17,07 15,95 17,56 98,46 16,41II 15,85 15,76 13,27 17,52 16,97 15,85 95,22 15,87III 15,78 17,91 13,87 16,85 14,48 17,51 96,40 16,07

Jumlah 47,86 50,39 42,07 51,44 47,40 50,92 290,08Rerata 15,95 16,80 14,02 17,15 15,80 16,97 96,69

I 17,34 16,34 15,26 17,81 16,07 14,95 97,77 16,30II 15,17 16,93 14,69 17,93 15,63 14,70 95,05 15,84III 16,52 17,48 14,06 18,67 15,75 11,97 94,45 15,74

Jumlah 49,03 50,75 44,01 54,41 47,45 41,62 287,27 196,70Rerata 16,34 16,92 14,67 18,14 15,82 13,87 95,76 16,39

Lampiran 4. Sidik ragam bobot umbi segar (g)

SK DB JK KT FH

FT BNJ

0,05 0,01 5%

PERLAKUAN 23 100,534 4,3710 7,89 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 1,0258 0,5129 0,93 ns 3,20 3,10Faktor O 1 13,4421 13,4421 24,27 ** 4,05 7,21 0,681Faktor A 2 14,7459 7,3729 13,31 ** 3,20 3,10 0,834Interaksi OA 2 8,3367 4,1684 7,53 ** 3,20 3,10 1,179Faktor H 3 20,1775 6,7258 12,15 ** 2,81 4,24 0,963Interaksi OH 3 7,7007 2,5669 4,64 ** 2,81 4,24 1,362Interaksi AH 6 22,3076 3,7179 6,71 ** 2,30 3,22 1,668Interaksi OAH 6 13,8233 2,3039 4,16 ** 2,30 3,22 2,359Galat 46 25,4741 0,5538Total 71 127,0337

KK (%) = 4,54BNJ = q 5% (jumlah perlakuan, DB acak) xSx,

Page 136: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxxvi

Lampiran 5. Data hasil pengukuran bobot umbi kering/rumpun (g)

Kelompok Bahan Organik (O0) Bahan Organik (O2)

Jumlah RERATAA1 A2 A3 A1 A2 A3

I 13,42 13,58 13,19 13,52 12,89 14,75 81,35 13,56II 12,25 14,56 12,46 12,41 13,76 13,07 78,51 13,09III 10,41 12,72 11,79 10,42 15,86 13,28 74,48 12,41

Jumlah 36,08 40,86 37,44 36,35 42,51 41,10 234,34Rerata 12,03 13,62 12,48 12,12 14,17 13,70 78,11

I 13,05 15,73 13,95 15,73 15,82 15,34 89,62 14,94II 13,36 14,11 13,52 16,63 14,85 15,61 88,08 14,68III 11,97 13,37 12,43 14,54 14,78 16,43 83,52 13,92

Jumlah 38,38 43,21 39,90 46,90 45,45 47,38 261,22Rerata 12,79 14,40 13,30 15,63 15,15 15,79 87,07

I 12,08 13,96 11,38 14,25 12,55 15,29 79,51 13,25II 13,17 12,54 11,97 15,12 13,53 16,12 82,45 13,74III 13,18 14,53 10,35 13,65 11,86 15,81 79,38 13,23

Jumlah 38,43 41,03 33,70 43,02 37,94 47,22 241,34Rerata 12,81 13,68 11,23 14,34 12,65 15,74 80,45

I 15,21 13,51 12,64 15,43 14,76 12,74 84,29 14,05II 12,67 14,07 11,28 14,53 12,93 11,97 77,45 12,91III 13,36 15,02 12,47 15,09 13,27 11,89 81,10 13,52

Jumlah 41,24 42,60 36,39 45,05 40,96 36,60 242,84 163,29Rerata 13,75 14,20 12,13 15,02 13,65 12,20 80,95 13,61

Lampiran 6. Sidik ragam bobot umbi kering (g)

SK DB JK KT FH

FT BNJ

0,05 0,01 5%

PERLAKUAN 23 113,331 4,9274 6,08 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 5,5289 2,7645 3,41 ** 3,20 3,10Faktor O 1 23,5985 23,5985 29,10 ** 4,05 7,21 0,824Faktor A 2 4,6617 2,3308 2,87 ns 3,20 3,10 1,009Interaksi OA 2 14,5148 7,2574 8,95 ** 3,20 3,10 1,427Faktor H 3 21,9316 7,3105 9,01 ** 2,81 4,24 1,165Interaksi OH 3 9,4626 3,1542 3,89 * 2,81 4,24 1,648Interaksi AH 6 23,3370 3,8895 4,80 ** 2,30 3,22 2,018Interaksi OAH 6 15,8251 2,6375 3,25 ** 2,30 3,22 2,855Galat 46 37,3085 0,8111Total 71 156,1685

KK (%) = 6,62

Page 137: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxxvii

Lampiran 7. Data hasil pengamatan jumlah umbi yang terbentuk

Dosis Kelompok Bahan Organik (O0) Bahan Organik (O1)

RERATAPupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3

H1 I 4,00 5,00 5,00 5,00 5,00 4,00 4,67II 4,00 4,00 5,00 5,00 4,00 5,00 4,50III 4,00 7,00 4,00 5,00 5,00 4,00 4,83

Jumlah 12,00 16,00 14,00 15,00 14,00 13,00Rerata 4,00 5,33 4,67 5,00 4,67 4,33

H2 I 4,00 6,00 3,00 5,00 6,00 5,00 4,83II 6,00 4,00 4,00 5,00 4,00 6,00 4,83III 4,00 5,00 5,00 8,00 6,00 6,00 5,67

Jumlah 14,00 15,00 12,00 18,00 16,00 17,00Rerata 4,67 5,00 4,00 6,00 5,33 5,67

H3 I 8,00 5,00 4,00 6,00 4,00 4,00 5,17II 3,00 4,00 3,00 5,00 5,00 5,00 4,17III 4,00 6,00 6,00 6,00 4,00 5,00 5,17

Jumlah 15,00 15,00 13,00 17,00 13,00 14,00Rerata 5,00 5,00 4,33 5,67 4,33 4,67

H4 I 4,00 5,00 6,00 8,00 4,00 5,00 5,33II 4,00 5,00 5,00 6,00 5,00 7,00 5,33III 6,00 6,00 5,00 7,00 7,00 5,00 6,00

Jumlah 14,00 16,00 16,00 21,00 16,00 17,00 60,50Rerata 4,67 5,33 5,33 7,00 5,33 5,67 5,04

Lampiran 8. Sidik ragam jumlah umbi yang terbentuk

SK DB JK KT FH

FT BNJ

0,05 0,01 5%

PERLAKUAN 23 32,208 1,4004 1,23 ns 1,76 2,24KELOMPOK 2 6,0833 3,0417 2,66 ns 3,20 3,10Faktor O 1 5,0139 5,0139 4,39 * 4,05 7,21 0,978Faktor A 2 2,0833 1,0417 0,91 ns 3,20 3,10 1,198Interaksi OA 2 7,5278 3,7639 3,29 ** 3,20 3,10 1,694Faktor H 3 8,1528 2,7176 2,38 ns 2,81 4,24 1,384Interaksi OH 3 4,1528 1,3843 1,21 ns 2,81 4,24 1,957Interaksi AH 6 2,8056 0,4676 0,41 ns 2,30 3,22 2,396InteraksiOAH 6 2,4722 0,4120 0,36 ns 2,30 3,22 3,389Galat 46 52,5833 1,1431Total 71 90,8750

KK= 21,21%

Page 138: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxxviii

Lampiran 9. Data hasil pengamatan bobot umbi segar/rumpun (g)

Dosis Kelompok Bahan Organik (O1) Bahan Organik (O2)RERAT

APupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3

H1 I 20,40 23,42 31,74 28,72 26,62 34,52 27,57II 21,34 26,96 30,54 27,36 41,72 20,44 28,06III 19,64 24,10 33,00 26,06 33,98 27,50 27,38

Jumlah 61,38 74,48 95,28 82,14 102,32 82,46

Rerata 20,46 24,83 31,76 27,38 34,11 27,49H2 I 21,86 27,86 30,70 28,46 32,88 34,38 29,36

II 25,04 20,72 27,64 28,50 32,66 31,32 27,65III 20,90 24,62 21,70 38,10 28,72 29,28 27,22

Jumlah 67,80 73,20 80,04 95,06 94,26 94,98Rerata 22,60 24,40 26,68 31,69 31,42 31,66

H3 I 33,84 25,20 28,22 29,00 38,06 30,34 30,78II 29,96 24,60 36,24 31,16 32,78 27,12 30,31III 32,08 30,54 31,90 24,42 37,20 35,42 31,93

Jumlah 95,88 80,34 96,36 84,58 108,04 92,88Rerata 31,96 26,78 32,12 28,19 36,01 30,96

H4 I 33,46 35,66 35,00 37,76 34,16 38,86 35,82II 31,68 38,76 32,24 42,26 37,50 33,54 36,00III 36,82 38,96 44,46 43,54 38,58 37,14 39,92

Jumlah 101,96 113,38111,7

0123,5

6 110,24 109,54 371,98Rerata 33,99 37,79 37,23 41,19 36,75 36,51 31,00

Lampiran 10. Sidik ragam bobot umbi segar/rumpun

SK DB JK KT FH

FT BNJ

0,05 0,01 5%

PERLAKUAN 23 1898,563 82,5462 5,77 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 15,2204 7,6102 0,53 ns 3,20 3,10Faktor O 1 228,4809 228,4809 15,97 ** 4,05 7,21 3,461Faktor A 2 63,3987 31,6993 2,22 ns 3,20 3,10 4,238Interaksi OA 2 138,6017 69,3009 4,84 ** 3,20 3,10 5,994Faktor H 3 1055,2858 351,7619 24,59 ** 2,81 4,24 4,894Interaksi OH 3 88,9997 29,6666 2,07 ns 2,81 4,24 6,921Interaksi AH 6 85,1445 14,1907 0,99 ns 2,30 3,22 8,477InteraksiOAH 6 238,6519 39,7753 2,78 * 2,30 3,22 11,988Galat 46 658,0172 14,3047Total 71 2571,8009

KK= 12,20

Page 139: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxxxix

Lampiran 11 . Data hasil perhitungan bobot umbi segar per ha (ton)

Dosis Kelompok Bahan Organik (O1) Bahan Organik (O2)

RERATAPupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3

H1 I 6,71 7,80 10,57 9,57 8,87 11,50 9,17II 7,14 8,98 9,21 9,11 13,90 6,80 9,19III 6,54 8,03 11,00 8,68 11,33 9,17 9,13

Jumlah 20,39 24,81 30,78 27,36 34,10 27,47Rerata 6,80 8,27 10,26 9,12 11,37 9,16

H2 I 7,28 9,28 10,23 9,48 10,96 11,46 9,78II 8,34 6,90 12,07 9,50 10,88 10,44 9,69III 6,97 8,20 7,22 12,70 9,57 9,75 9,07

Jumlah 22,59 24,38 29,52 31,68 31,41 31,65Rerata 7,53 8,13 9,84 10,56 10,47 10,55

H3 I 11,28 8,38 9,40 9,66 12,68 10,11 10,25II 9,98 8,20 10,74 10,38 10,93 9,04 9,88III 10,71 10,17 10,63 8,14 12,66 11,86 10,70

Jumlah 31,97 26,75 30,77 28,18 36,27 31,01Rerata 10,66 8,92 10,26 9,39 12,09 10,34

H4 I 11,16 11,88 11,66 12,58 11,38 12,96 11,94II 11,13 12,91 9,11 14,08 12,50 11,17 11,82III 12,27 12,98 14,81 14,50 12,86 12,37 13,30

Jumlah 34,56 37,77 35,58 41,16 36,74 36,50 123,90Rerata 11,52 12,59 11,86 13,72 12,25 12,17 10,33

Lampiran 12. Sidik ragam bobot umbi segar per ha

SK DB JK KT FH

FT BNJ

0,05 0,01 5%

PERLAKUAN 23 201,575 8,7641 4,69 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 2,0097 1,0049 0,54 ns 3,20 3,10Faktor O 1 26,4749 26,4749 14,15 ** 4,05 7,21 1,251Faktor A 2 6,1610 3,0805 1,65 ns 3,20 3,10 1,533Interaksi OA 2 14,0090 7,0045 3,74 ** 3,20 3,10 2,168Faktor H 3 110,1316 36,7105 19,62 ** 2,81 4,24 1,770Interaksi OH 3 5,6654 1,8885 1,01 ns 2,81 4,24 2,503Interaksi AH 6 13,1249 2,1875 1,17 ns 2,30 3,22 3,065Interaksi OAH 6 26,0084 4,3347 2,32 * 2,30 3,22 4,335Galat 46 86,0510 1,8707Total 71 289,6360

KK (%) = 13,25BNJ = q 5% (jumlah perlakuan, DB acak) xSx,

Page 140: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxl

Lampiran 13. Data hasil pengamatan bobot umbi kering /rumpun (g)

Dosis Kelompok Bahan Organik (O1) Bahan Organik (O2)

RERATAPupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3

H1 I 16,23 20,62 29,49 26,27 24,32 30,35 24,55II 17,14 23,69 28,61 25,17 38,12 17,46 25,03III 16,24 21,81 31,30 23,20 30,80 24,09 24,57

Jumlah 49,61 66,12 89,40 74,64 93,24 71,90Rerata 16,54 22,04 29,80 24,88 31,08 23,97

H2 I 17,65 24,61 28,86 26,94 29,18 30,98 26,37II 21,24 17,29 25,76 26,83 29,37 27,83 24,72III 17,90 21,27 19,87 34,54 25,29 25,89 24,13

Jumlah 56,79 63,17 74,49 88,31 83,84 84,70Rerata 18,93 21,06 24,83 29,44 27,95 28,23

H3 I 30,94 23,37 22,72 27,62 37,02 26,47 28,02II 26,93 22,37 34,78 29,67 30,96 23,82 28,09III 28,96 28,59 29,98 22,62 35,70 31,94 29,63

Jumlah 86,83 74,33 87,48 79,91 103,68 82,23Rerata 28,94 24,78 29,16 26,64 34,56 27,41

H4 I 30,69 33,86 33,30 35,47 32,61 35,69 33,60II 28,89 36,99 30,74 40,69 35,65 29,47 33,74III 33,87 36,97 42,76 40,94 35,05 33,44 37,17

Jumlah 93,45 107,82 106,80 117,10 103,31 98,60 339,63Rerata 31,15 35,94 35,60 39,03 34,44 32,87 28,30

Lampiran 14. Sidik ragam bobot umbi kering

SK DB JK KT FH

FT BNJ

0,05 0,01 5%

PERLAKUAN 23 2164,663 94,1158 6,68 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 12,5492 6,2746 0,45 ns 3,20 3,10Faktor O 1 217,6046 217,6046 15,45 ** 4,05 7,21 3,434Faktor A 2 66,4634 33,2317 2,36 ns 3,20 3,10 4,205Interaksi OA 2 243,8631 121,9315 8,66 ** 3,20 3,10 5,947Faktor H 3 1189,3750 396,4583 28,15 ** 2,81 4,24 4,856Interaksi OH 3 88,4631 29,4877 2,09 ns 2,81 4,24 6,867Interaksi AH 6 112,6545 18,7757 1,33 ns 2,30 3,22 8,411InteraksiOAH 6 246,2397 41,0400 2,91 * 2,30 3,22 11,894Galat 46 647,7740 14,0820Total 71 2824,9866

KK (%) = 13,26 BNJ = q 5% (jumlah perlakuan, DB acak) x Sx,

Page 141: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxli

Lampiran 15. Data jumlah umbi bawang merah varietas lembah Paluyang terbentuk

Dosis Kelompok Bahan Organik (O1) Bahan Organik (O2)

RERATAPupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3

H1 I 6,00 5,00 7,00 8,00 7,00 7,00 6,67II 6,00 6,00 7,00 8,00 9,00 5,00 6,83III 5,00 5,00 7,00 7,00 6,00 6,00 6,00

Jumlah 17,00 16,00 21,00 23,00 22,00 18,00Rerata 5,67 5,33 7,00 7,67 7,33 6,00

H2 I 5,00 6,00 8,00 8,00 6,00 7,00 6,67II 7,00 5,00 8,00 7,00 6,00 6,00 6,50III 7,00 6,00 7,00 10,00 6,00 6,00 7,00

Jumlah 19,00 17,00 23,00 25,00 18,00 19,00Rerata 6,33 5,67 7,67 8,33 6,00 6,33

H3 I 8,00 5,00 6,00 9,00 6,00 7,00 6,83II 7,00 6,00 8,00 8,00 6,00 6,00 6,83III 7,00 6,00 6,00 7,00 6,00 7,00 6,50

Jumlah 22,00 17,00 20,00 24,00 18,00 20,00Rerata 7,33 5,67 6,67 8,00 6,00 6,67

H4 I 6,00 5,00 6,00 7,00 6,00 6,00 6,00II 6,00 7,00 6,00 9,00 7,00 6,00 6,83III 6,00 7,00 8,00 8,00 6,00 7,00 7,00

Jumlah 18,00 19,00 20,00 24,00 19,00 19,00 79,67Rerata 6,00 6,33 6,67 8,00 6,33 6,33 6,64

Lampiran 16. Sidik ragam jumlah umbi yang terbentuk

SK DB JK KT FH

FT BNJ

0,05 0,01 5%

PERLAKUAN 23 49,278 2,1425 3,00 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 0,5278 0,2639 0,37 ns 3,20 3,10Faktor O 1 5,5556 5,5556 7,79 ** 4,05 7,21 0,773Faktor A 2 14,1111 7,0556 9,89 ** 3,20 3,10 0,946Interaksi OA 2 16,4444 8,2222 11,53 ** 3,20 3,10 1,338Faktor H 3 0,6111 0,2037 0,29 ns 2,81 4,24 1,093Interaksi OH 3 1,3333 0,4444 0,62 ns 2,81 4,24 1,545Interaksi AH 6 5,2222 0,8704 1,22 ns 2,30 3,22 1,893Interaksi OAH 6 6,0000 1,0000 1,40 ns 2,30 3,22 2,677Galat 46 32,8056 0,7132Total 71 82,6111

KK (%) = 12,72 BNJ = q 5% (jumlah perlakuan, DB acak) x Sx,

Page 142: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxlii

Lampiran 17. Data hasil analisis kadar karbohidrat total umbi bawang (%)

Dosis Kelompok Bahan Organik (O1) Bahan Organik (O2)

RERATAPupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3

H1 I 7,70 7,62 7,19 7,23 7,73 7,61 7,51II 7,57 9,60 7,05 7,05 8,16 7,53 7,83III 7,60 8,60 7,10 7,10 7,90 7,60 7,65

Jumlah 22,87 25,82 21,34 21,38 23,79 22,74Rerata 7,62 8,61 7,11 7,13 7,93 7,58

H2 I 7,70 8,83 7,15 7,32 7,33 7,23 7,59II 6,89 8,13 7,62 7,54 8,50 7,68 7,73III 7,30 8,50 7,40 7,40 7,90 7,50 7,67

Jumlah 21,89 25,46 22,17 22,26 23,73 22,41Rerata 7,30 8,49 7,39 7,42 7,91 7,47

H3 I 6,95 6,99 7,31 7,55 7,35 6,95 7,18II 7,32 8,24 8,13 7,53 8,01 7,90 7,86III 7,14 7,62 7,70 7,50 7,70 7,40 7,51

Jumlah 21,41 22,85 23,14 22,58 23,06 22,25Rerata 7,14 7,62 7,71 7,53 7,69 7,42

H4 I 7,62 6,53 7,10 7,16 7,49 7,68 7,26II 7,36 7,94 8,31 7,39 8,16 7,96 7,85III 7,50 7,24 7,70 7,28 7,80 7,80 7,55

Jumlah 22,48 21,71 23,11 21,83 23,45 23,44 91,20Rerata 7,49 7,24 7,70 7,28 7,82 7,81 7,60

Tabel lampiran 18. Sidik ragam kadar karbohidrat total umbi bawang

SK DB JK KT FH

FT BNJ

0,05 0,01 5%

PERLAKUAN 23 9,831 0,4275 3,70 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 2,1896 1,0948 9,49 ** 3,20 3,10Faktor O 1 0,0246 0,0246 0,21 ns 4,05 7,21 0,311Faktor A 2 3,8138 1,9069 16,52 ** 3,20 3,10 0,381Interaksi OA 2 0,1755 0,0878 0,76 ns 3,20 3,10 0,538Faktor H 3 0,3023 0,1008 0,87 ns 2,81 4,24 0,440Interaksi OH 3 0,4202 0,1401 1,21 ns 2,81 4,24 0,622Interaksi AH 6 2,8399 0,4733 4,10 ** 2,30 3,22 0,761InteraksiOAH 6 2,2551 0,3759 3,26 ** 2,30 3,22 1,077Galat 46 5,3088 0,1154Total 71 17,3299

KK (%) = 4,47 BNJ = q 5% (jumlah perlakuan, DB acak) x Sx,

Page 143: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxliii

Lampiran 19. Data tingkat kegaringan bawang goreng Palu (100 g/mm)

Lampiran 20. Sidik ragam tingkat kegaringan contoh bawang goreng Palu

Dosis KelompokBahan Organik

(O1) Bahan Organik (O2)

Jumlah rataanPupuk A1 A2 A3 A1 A2 A3

H1 I 0,99 0,26 0,59 0,63 0,56 0,20 3,23 0,54II 0,93 0,44 0,43 0,57 0,42 1,01 3,80 0,63III 0,76 0,32 0,39 0,59 0,38 0,17 2,61 0,44

Jumlah 2,68 1,02 1,41 1,79 1,36 1,38 9,64Rerata 0,89 0,34 0,47 0,60 0,45 0,46 3,21

H2 I 0,25 0,22 0,19 0,50 0,25 0,20 1,61 0,27II 0,31 0,25 0,17 0,41 0,36 0,18 1,68 0,28III 0,21 0,28 0,16 0,47 0,21 0,16 1,49 0,25

Jumlah 0,77 0,75 0,52 1,38 0,82 0,54 4,78Rerata 0,26 0,25 0,17 0,46 0,27 0,18 1,59

H3 I 0,76 1,05 0,38 0,72 0,33 0,17 3,41 0,57II 0,53 0,24 0,30 0,37 0,31 0,14 1,89 0,32III 0,42 0,81 0,32 0,43 0,36 0,16 5,50 0,92

Jumlah 1,71 5,10 1,00 1,52 1,00 0,47 10,80Rerata 0,57 1,70 0,33 0,51 0,33 0,16 3,60

H4 I 0,62 2,33 0,57 1,86 0,37 0,24 5,99 1,00II 0,66 0,84 0,47 1,66 0,29 0,19 4,11 0,69III 0,71 0,93 0,42 0,52 0,33 0,21 3,12 0,52

Jumlah 1,99 4,10 1,46 4,04 0,99 0,64 13,22 6,41Rerata 0,66 1,37 0,49 1,35 0,33 0,21 4,41 0,53

SK DB JK KT FHFT BNJ BNT

0,05 0,01 5% 5%

PERLAKUAN 23 11,325 0,4924 2,26 ** 1,76 2,24KELOMPOK 2 0,1592 0,0796 0,37 ns 3,20 3,10Faktor O 1 0,6013 0,6013 2,76 ns 4,05 7,21 0,427 0,221Faktor A 2 1,8294 0,9147 4,20 ** 3,20 3,10 0,523 0,271Interaksi OA 2 1,5064 0,7532 3,46 ** 3,20 3,10 0,739 0,383Faktor H 3 2,0988 0,6996 3,21 * 2,81 4,24 0,604 0,313Interaksi OH 3 0,9316 0,3105 1,43 ns 2,81 4,24 0,854 0,443Interaksi AH 6 1,9030 0,3172 1,46 ns 2,30 3,22 1,046 0,542InteraksiOAH 6 2,4540 0,4090 1,88 ns 2,30 3,22 1,479 0,767Galat 46 10,0098 0,2176Total 71 21,4935

KK (%) = 8,37BNJ = q 5% (jumlah perlakuan, DB acak) xSx,

Page 144: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxliv

Page 145: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxlv

Page 146: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxlvi

Page 147: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxlvii

Page 148: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxlviii

Page 149: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cxlix

Page 150: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cl

Page 151: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cli

Page 152: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clii

Page 153: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cliii

Page 154: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

cliv

Gambar 1. Survei lapangan pada salah satu lokasi potensial untukdikembangkan (Sistem Lahan PLU), merupakan arealpersawahan yang kurang fungsional karena keterbatasanair irigasi (Desa Pombewe, 15-20 m dpl)

Page 155: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clv

Gambar 2. Profil Pewakil Pada Sistem Lahan PLU (Desa Pombewe).Solum tanah cukup dalam ( > 120 cm ) (Gambar atas).Tampak, posisi pengambilan contoh Tanah tak terganggupada ke dalaman 10-20 cm, 40-60 cm dan 60- 80 cm (Gambarbawah)

Page 156: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clvi

Gambar 3. Lokasi Penelitian Sistem Lahan (Desa Donggala Kodi , 233 mdpl). Merupakan areal persawahan dengan pola tanam padi-palawija/kacang-kacangan. Bawang lokal Palumemungkinkan masuk dalam pola tanam (Gambar Atas).Profil Tanah Desa Donggala Kodi, kedalaman efektif 73 cm(Gambar bawah). Air cukup tersedia di Lokasi ini.

Page 157: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clvii

Gambar 4. Lokasi Penelitian pada lahan kering desa Watutella, terdapatsumber air permukaan yang relatif terbatas untuk pengairan(gambar atas). Kondisi tanah cukup baik, solum tanah cukupdalam( > 1 m) (Gambar bawah)

Page 158: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clviii

Gambar 5. Pengambilan contoh tanah tak terganggu untuk analisis sifatfisik tanah dan kadar air tanah pada kedalaman 10-20 cm(Gambar Atas). Pengambilan contoh tanah tak terganggupada ke dalaman 40-50 cm (Gambar bawah). Pengambilancontoh tanah tak terganngu juga dilakukan pada ke dalamanantara 60-90 cm.

Page 159: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clix

Gambar 6. Contoh tanah lolos saringan 2 mm dari 3 sistem lahan,disiapkan dalam ruang penyiapan contoh tanah di rumah kaca(Gambar atas). Pengisian contoh tanah ke dalam pot-potpercobaan yang telah diberi label untuk percobaan pot(Gambar bawah)

Page 160: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clx

Gambar 7. Situasi dalam rumah kaca, tempat penelitian ini dilakukan.Tampak pintu menuju ruang penyiapan contoh tanah danruang kerja dalam rumah kaca (Gambar atas). Kondisi ruangkerja dalam rumah kaca (3x3 m) (Gambar bawah)

Page 161: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxi

Gambar 8. Pasilitas air dan thermometer bola kering dan bola basah untukpencatatan suhu udara rata-rata harian dan kelembaban udaradalam rumah kaca (Gambar atas). Tanaman bunga matahariberumur 2 bulan sebagai tanaman indikator untuk penentuankadar air tanah pada titik layu permanen.

Page 162: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxii

Gambar 9. Pot-pot percobaan berisi tanah (5kg) dalam kondisi kapasitaslapang dan siap untuk ditanami (Gambar atas). Potpercobaan setelah benih bawang lokal Palu ditanam (GambarBawah)

Page 163: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxiii

Gambar 10.Kondisi tanaman pada saat berumur 3 minggu setelah Tanam(Gambar atas, percobaan unit pertama). Kondisi tanaman saatberumum 6 minggu setelah tanam (fase generatif). Tampakpula sebagian percobaan unit kedua (pot warna hijau) padasaat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (Gambarbawah)

Page 164: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxiv

Gambar 11. Kondisi pertanaman percobaan init 2 saat tanaman berumur5 minggu setelah tanam (Gambar atas). Contoh tanamansaat berumur 2 minggu setelah tanam, rumawi I II dan IIIadalah Ulangan/kelompok. Contoh tanaman ini ditimbang(berat basah) untuk mengoreksi pemberian air setiapminggu.

Page 165: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxv

Gambar 12. Contoh tanaman saat tanaman berumu 3 minggu setelahtanam., Berat basah tanaman ini digunakan untukmengoreksi berat air yang harus ditambahkan padapenyiraman minggu ke 4 (Gambar atas). Contoh tanamansaat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam, berat basahtanaman ini digunakan untuk mengoreksi berat air yangditambahkan pada penyiraman minggu ke lima dst. (Gambarbawah).

Page 166: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxvi

Gambar 13. Sebagian dari contoh tanaman yang disiapkan khusus untukmengoreksi jumlah berat air yang ditimbahkan padamasing-masing perlakuan setiap minggu. Contoh tanah dariDesa Watutella (Gambar atas) dan Contoh tanah dariPombewe (Gambar bawah)

Page 167: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxvii

Gambar 14. Contoh tanaman untuk koreksi pemberian air pada sistemlahan (Donggala Kodi)(Gambar atas). Pengaruh persenKadar Air Tersedia (A1 = 80-100%, A2= 60-80%, A3 = 40-60%dan A4 =20-40%) terhadap pertumbuhan tanaman bawanglokal Palu umur 3 minggu setelah tanam pada tanah asalPombewe. Pertumbuhan Tanaman secara visual cenderungmenurun dengan menurunnya kadar air tanah (Gambarbawah)

Page 168: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxviii

Gambar 15. Pengaruh persen Kadar Air Tersedia (A1 = 80-100%, A2= 60-80%, A3 = 40-60% dan A4 =20-40%) terhadap pertumbuhantanaman bawang lokal Palu umur 3 minggu setelah tanampada tanah asal Donggala Kodi (Gambar atas). dan tanahasal Watutela. Perlakuan A1, A 2 dan A3 secara visual relatifsama pada ke dua lokasi tersebut (Gambar bawah)

Page 169: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxix

Gambar 16. Hasil Panen Ulangan I dan Ulangan II. Panen dilakukantepat pada saat tanaman berumur 2 bulan (60 hari).Panen bawang lokal Palu pada umur ini hanya untukkeperluan konsumsi. Panen untuk keperluan benihdilakukan pada saat tanaman berumur 80-90 hari setelahtanam.

Page 170: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxx

(a)

(b)

Page 171: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxxi

(c)

(d)

Gambar 17. Hasil panen ulangan I, II dan III (Gambar Atas (a)). Contohbeberapa perlakuan yang secara visual menunjukkanperbedaan perbedaan. Perlakuan 1 dan 2 dari arah kirimerupakan perlakuan persen kadar air tanah (A4 =20-40%).Perlakuan 3, 4, 5 dan 6 menunjukkan hasil yang lebih baik(Gamba atas (b) dan Gambar Bawah (c) dan (d)).

Page 172: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxxii

Gambar 18. Pembuatan petak-petak percobaan (gambar atas) danaplikasi pupuk kandang ayam (gambar bawah)

Page 173: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxxiii

Gambar 19. Percobaan lapangan pada saat tanaman berumur 3minggu setelah tanam (Gambar diambil pada tanggal 12Mei 2011)

Page 174: PRODUKTIVITAS, KUALITAS DAN POTENSI PENGEMBANGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 22. · dianalisis dengan analisis univariat dengan program

clxxiv