PROCEEDING - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811004519_2440.pdf ·...
Transcript of PROCEEDING - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/files/publikasi/2016/rpm_20160811004519_2440.pdf ·...
PERTEMUAN ILMIAH NASIONAL Ke.9lkatan [)nkter Eigi Anak lndnnesia - IlmLr Kedskteran Gigi Anak(The Eth Natinnal Scientific Meeting in lndtnesian Pediatric Dentist Assuciatiun - Fediatric Dentistry)
PROCEEDING BOO!(t1r:l.'l- ^ ?/^\t ^-t'".-.r.'7^ 9 '.'l--. {' .Vi$, -.ff*.r>,.^ -.lld
li o;,.}. f :6 e-$ m $ r| $ i.i l . 1 $$ ii $:i l
ffim€$,tM*irrt*g2o"-ro;+rqffdiir+-q t;r*t-= '$i};#IL8*.iv;.ojaLo.sVi..oj61^o.i.",i,ffilv6"jaLo.*ivd.o.r.?L.o.iv;.o^
^{k^-r{*tSllZl{r-:lr.f
ai
.u
ixw
w
W-.t3d
* -41.,4*tJt- I
;,*i-,p '-l&i: ,*,ggi, o -ffi'
IDGAI DIY . JATENG2016
#F*itJI
.{itsl rst'JffrpAW N
@ Gadjah Mada University Press
.0.0,<,
idgoi
IEEE EEESHHEEHHFSHS*EHEHSHB IH[gilH3ilgXEXil$SB[THgHHHEX*BXSSXHBXXSEi,,*
i
iiiV
13
26
34
40
7.
I
PIN IKGA 9
DAFTAR ISI
Penelitian1. Metode Promotif dalam Membersihkan Gigi dan Mulut untuk Siswa Tunanetra
Menggunakan Decayed-Dental Study ModelGilang R. Sabdho Wening, drg., M.Kes, Mu'thyah Ardhani, drg., Sp.KGA
2. Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Naga Merah dan Buah Naga Putih Terhadap
Strepto c o ccus M utans (Kaj ian In Vitro)Sri Ramayanti,Al. Supartinah, Iwa Sutardjo Rus Sudarso
3. Pengaruh Keasaman Saliva dan Lama Perendaman Terhadap Kekerasan Restorasi
Semen Ionomer Kaca pada Gigi Desidui [Kajian Secara In Vitro)Maria Asri A, Putri Kusuma WM, dan Rinaldi BU
4. IUMLAH LIMFOSIT SETELAH APLIKASI GEL EKSTRAK KOLOSTRUM SAPI DAN BIJI
KELENGKENG PADA LUKA DI MUKOSA BIBIRTIKUSYunira Rosandita,Mega Moeharyono Puteri, Tania Saskianti
5. Daya Antimikroba Ekstrak Etanol Kulit Apel Manalagi Terhadap Porphyromonas
gingivalis Secara In VitroAmbar PuspitasariSiwipeni LR, Agustina Tribuana Sari
6. Dampak Karies Gigi yang Tidak Dirawat Terhadap Tumbuh Kembang Anak Sekolah
DasarBetadion Rizki Sinaredi, Gilang Rasuna Sabda Wening
Daya Anti Bakteri pada Glass lonomer Cement (GI), GI Modifikasi Silver Alloy dan GI
Modifikasi Resin Sebagai Bahan TumpatanParamita Rizl<y Prasanthi, Seno Pradopo,Sindy Cornelia Nelwan
Evaluasi Keberhasilan Tumpatan Klas I, II, III, dan IV dengandan Semen Ionomer Kaca KacaKaca (Penelitian pada AnakRSGM UMY)
Laelia Dwi Anggraini, Restia Rahmadani, Septi Handayani(peneliti)
Bahan Resin KompositUsia 0-14 Tahun pada
B.
+6
1I
ti VI PIN IKGA 9
9. Angka Kejadian Karies dan Gingivitis pada Anak Sekolah Dasar Usia B-12 Tahun diKabupaten Maros Tahun 2014M. Harun Achmad, Ade Nurzaqiah Hanapi
................................53
10' Peningkatan Viabilitas Monosit oleh Biji Kopi Robusta Terhadap Streptococcusmutans (lncreasing The Viability Monocytes Robusta Coffee Beans on Streptococcusmutans)Roedy Budirahardjo
Laporan Kasus1. Penatalaksanaan Trauma Ellis Klas 4 Gigi2l pada Anak Usia 9 Tahun
RizqiAulio Kusumo Andini, Teguh BudiWibowo
2. Perawatan Erupsi Ektopik Gigi Molar Satu Permanen Mandibula Bilateral dengan
HumphreY ModifikasiStefani Pramudita, Heriandi Sutadi
3. Perawatan Fiksasi Essig Traumatik Iniury Gigi Anterior Bawah pada Anak Usia B
TahunF r ansiska, lw a Sutar di o
4. t"rrirtrir;;;;; Trauma dan Hiperplasia Gingiva pada Gigi Desidui Insisivus sentral
Maksila Anak Umur 2 Tahun
Olivia D Ariawan, lndraBramanti
64
69
75
.80
5. Keberhasilan Pendekatan Non Farmakologi
AutismeWitrianaLatifaWibisono, Enrita Dian Rahmadini
pada Perawatan Gigi Anak dengan
........85
perawatan Protrusif Maksila pada Riwayat Menghisap Ibu Jari dengan
LepasanWeIIy Anggarani, Sandy Christiono, Prima Agusmawanti
Orthodontik6.
90
Pendekatan Komprehensif pada Pasien Hereditary Gingival Fibromato sis
NanindaBerlianaPratidina, FritaFerlitashafriDiohan, willyantisoewondo, lra Komara
Koreksi Maloklusi Dentoskeletal Kelas II Menggun akan Button PulI Exercise dan Twin
BlockStephanie, lwan Ahmad
96
B.
9. Karakteristik Orofasial pada Sindroma Treacher Collins
LiIa Susanti, Maria Harli108
PIN IKGA 9
Manajemen Transposisi Kaninus Rahang Atas dengan Perawatan orthodontikMenggunakan Teknik De-rotasi
Perawatan Gigi pada Anak Retardasi Mental dengan Kelainan Kelenjar ThyroidN ova Elvarani, Sy ariefHid ay alWilly antiS oew ondo, Syakrianisy ahrir
............................ 1 1B
12. Management of Maxillary Permanent Central Incisor Impaction Caused by OdontomaDiajeng A. Dewi Pardede, Heriandi Sutadi
L3. Teknik Marsupialisasi Sebagai Teknik yang Efektif Dalam Penanganan KistaDentigerus pada Anak-AnakArdianti Maartrina Dewi
14. Penanganan Perawatan Gigi pada Anak Cerebral PalsyTipe Mixed Spastic-AthetoidLusiana Beatrice, Rita Wulandari, Roosje Oewen, Willyanti Soewondo
l-5. Penatalaksanaan Epulis Fibromatosa pada Gingiva Interdental Incisivus SentralMaksila Gigi Sulung flaporan KasusJ
Ike Ratna Dewi, Dita Permatasari, Habibie Aldiaman
,...'..'.......,......',....... 1 3 9
16. Perawatan Interseptif Mesiodens Anak usia l-L rahun Menggunakan AlatOrthodonsia Cekat Sederhana 2 by 4Iminensia N.S, ElsSunarsihBudipramana, Teguh Budi Wibowo
.......'J.43
17. Perawatan Minimal Invasif pada Gigi Sulung: Laporan KasusAnggiani Dewi Rahmawati, Meirina Gartika
LB. Restorasi Sfrip Crown MenggunakanModifikasi Omega Loop pada Nursing MouthCaries; Laporan KasusMustika Pramidi, Yetty Herdiyati
19. Agenisi Anterior Rahang Atas pada Gigi Permanen dan penatalaksanaanya
Rianita Ramadhani, Teguh Budi Wibowo
20' Penatalaksanaan Gigi pada Pasien Anak Idiopathic-Thrombocytopenic Purpura-Laporan Kasus
Faizal Hasan, Meirina Gartika
21. Mouth Preparation pada Pende rita Tetralogy of Fallot yang akan Menjalani Bedah
IantungYoana, Eriska Riyanti, Syarief Hidayal Willyanti Soewondo
,,,,,.1,6722. The Two by Four Appliance: Treatment of Traumatically Ekstruded Maxillary Central
Incisivus Permanent Teeth (Case report)Prima Agusmawanti, Sandy Christiono, Welly Angarani
vll
10.
LL,
175
vl11 PIN IKGA 9
Permanen Muda Akibat Trauma23.
24.
25.
Penatalaksanaan Subluksasi dan Kehilangan Gigi
Anak Usia B TahunDian Erlianda, Heriandi Sutadi
Penatalaksanaan Odontektomi Embedded Kaninus Bilateral dengan danTanpa Bone
Graftpada AnakBeryl Nugroho, Iwa Sutardjo, Rahardio
Penatalaksanaan Fraktur Ellis Kelas IV Gigi2l dengan Pasak Polyethylene Fibre
Reinforced Composite dan Restorasi Resin Komposit
Adita Gayatri, Heriandi Sutadi
181
187
t93
Telaah Pustaka1. Aversi Oral pada Pasien Gigi Anak
Arianne Dwimega
Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi
RokokTri Putriany Agustin
2. il;ffi;,;;;;;;;;;;;; "'
205
3. Struktur Pembentukan Biofilm Gigi
Y ay ah I n ay ah, M e i r in aG a rtika
2tl4. Manajemen Perawatan Gigi dan Mulut pada Anak dengan Palsi Serebral
SekarPratiwi, Arlette Suzy Puspa Pertiwi
Interaksi Kimia antara Gigi dan Cairan Mulutllice Collins Wijay a, MeirinaGartika
..........21.8
5. Penanganan Terkini Gigi Avulsi pada Anak
Santi Wulansari, Yetty Herdiyati
Penilaian Resiko Karies Dini pada Anak Menggunakan Caries Management by Risk
Assessment
AnnisaRizkiAmalia, drg., Prof. HeriandiSutadi, drg. SpRGA(K), PhD.
224
......230
7.
236
B. Skor Flacc dan Nilai Alfa Amilase Saliva sebagai Penanda
F ar ag he aYum a s dhika, M ar g ar eth aS uh ar sini
......'.,,.'.,..,,..,'.2 42
g. Efek Sistemik Fluoride pada Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Tubuh Anak
Soegeng Wahluyo
Rasa Sakit
2+7
PIN IKGA 9
10. Analisis Maturasi Tulang dengan Cervical Vertebrae dan Hand-Wrist sebagai
Panduan Rencana Perawatan Tumbuh Kembang Dentofasial
ZainalAriftn, S oeg engWahluyo, H eraw ati
11. Respon Denyut Nadi pada Anak dengan Kecemasan terhadap Perawatan Gigi
MeutiaDiendaCitrawuni, Ev a F auziah
12. Perawatan Terkini Trauma pada Gigi Immature untuk Mempertahankan Vitalistas
Pulpa
Jeffrey
13. lnfective Endocarditis in children : An update for Pediatric Dentist
Sri Ratna Laksmiastuti
1X
......255
..........260
265
..........272
L4. Biomarker Saliva MRNA Sebagai Pendeteksi Dini Keganasan Rongga Mulut
Reni Yulia Sari, Yetty Herdiyati
15. Pulpa Gigi Sulung Sebagai Sumber Stem Cell Untuk Perbaikan dan Regenerasi
faringan Gigi
Vinna Kurniawati. S
16. Terapi Antibiotik Berdasarkan Tumbuh Kembang pada Pasien Anak
Kurniagt, M eirina G artika
L7. Nano Silver Fluoride (NSF) Sebagai Bahan Pilihan Pencegahan Karies pada Anak
UIfa Yasmin, Yetti Herdiyati
LB. Crossbite Posterior Unilateral dengan Quadhelix pada Periode Geligi Campuran
IntanMaulani, Iwan Ahmad
278
284
297
300
..........306
19. Pemberian Chlorine Dioxide Untuk Mencegah Timbulnya Kembali Black Stain pada
AnakMaria Clarissa Eunike, Ike S. Indiarti
'"'r: "'" " "" """ "'"'
20. Peranan Yogurt Sebagai Antimikroba Pertahanan Karies pada Gigi Anak
Stevani Monika Halim, Yetti Herdiyati
21. Peran Virulensi Streptococcus mutans dalam Patogenesis KariesSecara MolekularTrieska Annisa, Meirina Gartika
311
317
...........324
ll8 PIN IKGA9
PERAWATAN GIGI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DENGAN KELAINANKELENJAR THYROID
(DENTAL TREATMENT IN CHILDREN WITH MENTAL RETARDATION ANI)THYROID DISEASE)
(Laporan Kasus)
Nova Elvaranil, Syarief Hidayat2,Willyanti Soewondo3, Syakriani syahrira
l,apeserta Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ilmu Kesehatan Gigi Anak Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjdjaran '''Staf Pengajr Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padj adj aran
Kontak: Nova Elvarani. Alamat: Jl. Sekeloa selatan no. 1 Bandung40132 (08161672900)
Email: [email protected], drgsyarief(Dyahoo.com, [email protected],[email protected]
AbstractBackrgoand: Mental retardation is a condition that child have below-average general
intellectual function, a lack of the skills necessary for daily living, and having a social adaptiott
distrurbance resulted from something interferes with normal brain development. A thyroid disease
is a medical condition impairing the function of the thyroid. It is an autoimmune condition- Thc
impairment that happennd o, pnrton with mental retardation caused disability condition, counted
on oral and dental treatment. Needs of oral and dental treatment on person with mental retardation
is not extremely dffirent from another dental treatment, buL generally that is a special
implementation of modification, such as dental health education. Aims: This case report aims to
diicover the condition of the teeth and mouth as well as its management of mental retardation and
thyroid disease. A 16 years old boy came to Special Care Dentistry Clinic (SCD) YPAC Bandung-
In the extra-oral examination general physical is good and have a growth delayed. In the intra-oralexamination was found glositis, delayed teeth eruption of primary and permanent, agenesis 12,
retained tooth 53, radix 16, superficial caries 26. Results: Treatments performed on this patient are
scaling maxillary and mandible, filling 26 andfluoride application. This treatment was done under
psychilogical approach and it obtains a good increase of oral health and hygiene. Conclusion:
Child with mental retardation and thyroid disease can be treated by psychological approach.
Keywords: mental retardation (MR), thyroid disease, oral health treatment, psychological
approach, delayed tooth eruption
AbstrakI-atar belakang: Retardasi mental (RM) adalah suatu kondisi dimana anak mengalami
fungsi intelektual dibawah rata-rata normal, dan kurang nya kemampuan dalam menialani hidtry
sehari-hari dan gangguan adaptasi sosial yang disebabkan oleh terganSSunya perkembangan otak
normal. Kelainan kelenjar thyrod adalah suatu ketidaksesuaian fungsi kelenjar thyrod yang
merupakan penyakit autoimun. Ketidaksesuaian yang terjadi pada RM meniadikan penderita RM
*u*iliki kondisi disabilitas termasuk dalam hal perawatan kesehatan ronq7a mulut. Kebutulwn
perawatan kesehatan rongga mulut pada anak RM tidak banyak berbeda dari perawatan annk-normal
lainnya, tetapi umumnya pelaksanaan perawatan anak RM membutuhkan pendekator
dengan modifikasi dnlam penanganan perawatan kesehatan rongga mulut. Tuiuan: Laporan lusus
ini iertujuan untuk mengetahui keondisi gigi dan mulut serta penatalaksaan kelainan anak dengut
RM d.an kelaiann kelenjar thyroid. Dilaporkan seorang anak laki-laki datang ke klinik Special Carc
Dentistry 6CD) YPAC Bandung. Pada pemeriksaan ekstraoral, keadaan umum pasien baik don
terdapat keterlambatan pertumbuhan.. Pada pemeriksaan intraoral terdapat glositia
keteriambatan erupsi gigi sulung dan gigi petmanen. agenesi gigi 12, persistensi gigi 5j, sisa alcm
gigi 16, karies superfisial gigi 26. Husil: Perawatan yang dilakuknn adalah skeling RA dan RB,
r03Stephanie; Koreksi Maloklusi Dentoskeletal Kelas Ii Menggunakan Button Pull Exercise
pencapaian hubungan skeletal kelas I dengan hubungan molar kelas I, dan perbaikan lengkungglgl. Kesimpulan: Kasus maloklusi dentoskeletol kelas II divisi I yang disertai dengan hipotonusbibir pada usia anak dapat dirawat dengan terapi myffingsional menggunakan button pullexercise, terapi orthopedik menggunaknn twin block, dan terapi orthodontik cekat.
Kata kunci: maloklusi dentoskeletal kelas II divisi l, interseptif orthodonti, hipotonus, button pullexercise, twin block.
PENDAHULUAN
Maloklusi adalah keadaan gigi yangtidak harmonis, secara estetik mempengaruhipenampilan seseorang, dan mengganggukeseimbangan fungsi, baik fungsipengunyahan maupun bicara.t'Z Maloklusidapat disebabkan baik oleh faktor hereditermaupun faktor lingkungan, atau olehgabungan kedua faktor tersebut.r'2 Perawatanortodonti dilakukan untuk memperbaikimaloklusi yang mengganggu kesehatan,psikologis, atau dental, efisiensi fungsional,keseimbangan struktural, dan keharmonisanestetis.l'3
Ortodonti interseptif adalah proseduryang dilakukan setelah maloklusi terbentukyang bertujuan mencegah berkembangnyamaloklusi menjadi lebih parah.r'2 Semakinawal maloklusi diketahui sedangberkembang, dan semakin awal dilakukanprosedur perawatan ortodonti sederhana yangdapat menanganinya, maka akan dapatmengurangi atau menghilangkan kebutuhanperawatan di masa mendatang yang lebihmahal dan rumit.1'2'3
Maloklusi dentoskeletal kelas IIsering terjadi pada anak-anak dan dapatdidiagnosa dini.1'2 Maloklusi ini dapat berupahubungan maksila terhadap kranium prognatidan mandibula normal, hubungan maksilaterhadap kranium normal dan mandibularetrognati, serta kombinasi keduanya.''3 Salahsatu alat yang sering digunakan pada kasusmaloklusi kelas II dentoskeletal adalah twinblock.aj Maloklusi dentoskeletal kelas II inisering diikuti oleh kondisi bibir yang sifatnyahipotonus.6'' Otot bibir hipotonus dapatdilatih dengan terapi myofungsional,misalnya dengan button pull exercise.6'7
Twin block merupakan alat ortopedikyang bisa menghambat pertumbuhan maksilake anterior dan merangsang pertumbuhanmandibula ke anterior.a'5 Perawatan ortopedikdengan twin block bertujuan untuk
memperbaiki hubungan skeletal danfungsional (pola aktivitas sistem ototorofasial) sehingga dapat digunakan untukmerawat suafu maloklusi akibatketidakseimb angan skeletal dan fungsional. a'5
Button pull exercise merupakan alatyang digunakan untuk terapi myofungsionalpada kasus hipotonus otot bibir.6'7 Button pullexercise menggunakan kancing dengandiameter 1,5 inch dan lubang di bagiantengah diberi benang.6'7 Pasien dimintamenempatkan kancing dalam mulut, dibelakang bibir, dan menarik benang sambilmenahan kancing menggunakan tekananbibir.6'7
KASUS
Seorang anak perempuan usia 10tahun datang ke Departemen IlmuKedokteran Gigi Anak Rumah Sakit Gigi danMulut (RSGM) Universitas Padjadjarandengan keluhan geligi depan rahangatas yangtampak maju disertai dengan profil mukacembung. Pasien dan orang tuanya ingin gigianak ini dirapikan.
Operator melakukan pemeriksaanekstraoral, pemeriksaan intraoral,pemeriksaan radiografis, dan analisis modelpada pasien ini. Pemeriksaan ekstraoral padapasien ini menunjukkan tipe mukamesofasial, simetris, prohl muka cembung,bibir hipotonus, relasi bibir inkompeten, dantidak ada kelainan TMJ. Postur pasienmenunjukkan posisi kepala tegak, simetris,dan seimbang; posisi bahu simetris danseimbang; dan postur tubuh tegak dansimetris.
Pemeriksaan intraoral pada pasien inimenunjukkan tidak adanya karies, tidakadanya tambalan, adanya diastema pada regioanterior rahang atas dan bawah, gingivitispada regio anterior rahang atas dan bawah,gigi 13,23,33, dan gigi 43 yang sedangerupsi. Kebersihan mulut sedang, ginggiva
104
oedem regio anterior, frenullum labii tidakada kelainan, lidah tidak ada kelainan,palatum normal, tonsil Tl-T1, garis mediantidak bergeser. Overbite 4 mm, overjet 5,5mm, tidak ada crossbite, diastema di anteriorrahang atas dan bawah, kurva spee normal,erupsi gigi normal, jumlah gigi24, penutupanmandibula tidak ada kelainan, tidak ada
impaksi. Etiologi malokJusi adalahketidaksesuaian panjang lengkung rahangdengan panjang lengkung gigi, kebiasaanburuk terdahulu menghisap jari dan
menggigit bibir bawah, dan faktor herediter.Foto rontgen panoramik
menunjukkan bentuk kondilus normal,simetris, tinggi kondilus kanan dan kiriseimbang, sinus maksilaris tidak adakelainan, rongga septum nasalis tidak adakelainan. Analisis sefalometri menunjukkanhubungan skeletal kelas II (ANB 9) akibatdari maksila yang mengalami prognati (SNA850), mandibula yang mengalami retrusi(SNB 76). Komponen dental menunjukkanadanyas proklinasi gigi-gigi invisivus maksiladan mandibula. Sudut interinsisal mengalamiprotrusi sebesar 1010. Berdasarkankeseluruhan analisis Steiner, analisis Down,analisis Wits pada foto sefalometrididapatkan diagnosa kelainan kelas II skeletaldengan prognati rahang atas dan retrognatirahang bawah, serta dental rahang atas
protusi.
Gambar 1. Pemeriksaan Rontgenologis(Panoramik dan Sefalometri)
Pada analisis model didapatkanoverbite 4 mm, overjet 5,5 mm, tidak adacrossbite, diastema rahang atas 0,5 mm danrahang bawah 1,5 mm, tidak ada pergeserangaris median. Relasi molar kanan dan kirikelas 11, relasi kaninus kanan dan kiri belumdapat ditentukan (karena gigi kaninus belumerupsi sempurna). Dilalcukan analisis modelpemeriksaan sagital dan transversaldidapatkan malposisi giginya. Kemudiandilakukan Analisis Moyers dan didapatkan
PiN IKGA 9
hasil adanya kelebihan ruang untuk gigi 13,
14,15 sebesar 2,7 mm, kelebihan ruang untukgigi 23, 24, 25 sebesar 2,'7 mm, kelebihanruang untuk gigi 33,34, 35 sebesar 6,1 mm,dan kelebihan ruang untuk gigi 43, 44, 45
sebesar 4,6 mm. Analisis Tanaka Johnstonuntuk kasus ini didapatkan hasil adanyakelebihan ruang untuk gigi 13, 14,15 sebesar
2,75 mm, kelebihan ruang untuk gigi 23,24,25 sebesar 2,75 mm, kelebihan ruang untukgigi 33, 34, 35 sebesar 6,75 mm, dan
kelebihan ruang untuk gigi 43,44,45 sebesar
5,25 mm.Keseluruhan analisa yalg telah
dilakukan, mengarahkan pada diagnosamaloklusi dentoskeletal kelas II diserlaidengan protrusi gigi anterior, hipotonus ototbibir, diastema gigi anterior rahang atas dan
bawah, dan profil muka cembung.
PENATALAKSANAAN KASUSRencana perawatan untuk pasien ini
terbagi dalam 3 tahap, yaitu tahap
myofungsional, tahap ortopedik, dan tahap
ortodontik. Tahap myofungsional yang
digunakan adalah button pull exercise untukmemperbaiki otot bibir yang hipotonus dan
relasi bibir yang inkompeten. Tahaportopedik dengan pemakaian alat twin blockuntuk memodifikasi pertumbuhan rahang,
memperbaiki relasi oklusi rahang atas
terhadap rahang bawah menjadi relasi kelas I,dan mengurangi overjet dan overbite. Tahaportodontik dengan alat ortodontik cekat untukmengkoreksi malposisi geligi yang terjadipada rahang atas dan bawah.
Desain button pull exercisemenggunakan kancing dengan diameter 1,5
inch dan lubang di bagian tengah diberibenang. Pasien diminta menempatkankancing dalam mulut, di belakang bibir dan
menarik benang sambil menahan kancingmenggunakan tekanan bibir. Pasien
diinstruksikan untuk melakukan latihan iniminimal selama 15 menit tiap hari. Otot bibirdiperiksa setiap kali pasien datang kontr ol 2-4minggu sekali. Terapi menggunakan buttonpull exercise ini dilakukan sampai otot bibirmenjadi normal.
*
Stephanie: Koreksi Maloklusi Dentoskeletal Kelas Ii Menggunakan Button Pull Exercise
ffi
105
Gambar 2. Alal untuk Button Pull Exercise;
Pasien Melakukan Button Pull.
Desain twin block yang digunakan adalahstandar twin blok dari Clark yang terdiri daridua komponen bite block al<rilik maksila danmandibula. Bite block maksila dan mandibulaberkontak pada bagian mesial molarpernanen pertama dalam posisi 700 terhadapbidang oklusal ketika mandibula diposisikanke depan. Retensi diperoleh denganmenggunakan adam clasp yang ditempatkanpada gigi molar pertama dan ball clasp yangditempatkan pada interproksimal gi gi anteriorpada bite block maksila, serta menggunakanball clasp ditempatkan pada mesial gigimolar pertama dan pada interproksimal gigianterior pada bit e blo ck mandibula.
Setelah insersi twin block, pasiendiinstruksikan untuk tetap menggunakan alattwin block sepanjang hari terutama padawaktu makan dan tidur, dan alat dapat dilepasketika menggosok gigi maupun ketika pasiensedang berolahraga seperti berenang. Pasienkontrol setiap 2 minggu sekali dan dilakukanpengurangan dataran oklusal bite blockmaksila sebesar 2 mm setiap kontrol hinggatercapai overbite normal. Setelah dataranoklusal bite block maksila habis dikurangi,dilanjutkan dengan pengurangan dataranoklusal bite block mandibula hingga tercapaioverjet yang norrnal. Tahap perawatan aktifselesai ketika overjet telah terkoreksi,kemudian dilanjutkan ke tahap perawatansupportif selama 3 bulan untuk mencapaiinterdigitasi gigi posterior yang baik.
Gambar 3. Alat Twin Block yang Digunakan
Twin block digunakan pasien selama4 bulan. Relasi rahang atas dan bawahterkoreksi, overjet berkurang dari 5,5 mmmenjadi 1,5 mm dan overbite berkurang dari4 mm menjadi 2 mm dalam. Gigi molarmandibula mengalami pergerakan ke mesialdan relasi molar menjadi kelas I. Gambaranprofil wajah juga mengalami perbaikan.
Setelah relasi oklusi rahang atasterhadap rahang bawah menjadi relasi kelas I,dan overjet dan overbite berkurang menjadinormal, dilakukan terapi tahap ortodontikdengan alat orlodontik cekat untukmengoreksi malposisi geligi yang terjadi padarahang atas dan bawah.
Gambar 4. Oklusi Sebelum Perawatan; OklusiSewaktu Insersi Twin Block Pertama kali; OklusiSetelah 4 Bulan Perawatan; Oklusi Saat
Penggunaan Ortodonti Cekat
PEMBAHASAN
Maloklusi sering terjadi pada masatumbuh kembang anak-anak dan dapatdidiagnosa sejak dini. Ortodonti interseptifdilakukan untuk mencegah berkembangnyamaloklusi menjadi lebih parah, mengurangiatau menghilangkan kebutuhan perawatan dimasa mendatang yang lebih mahal dan rumit.
r06
Terapi ortodonti interseptif dengan alalmyofungsional, ortopedik, ataupun dengan
alat ortodontik cekat pada periode tumbuhkembang anak bertujuan untuk meningkatkanhubungan fungsional dari struktur dentofasialdengan cara mengeliminasi faktorperkembangan yang kurang baik serta
meningkatkan keadaan otot di sekitar area
oklusi yang sedang berkembang. Denganmengubah posisi gigi dan jaringan
pendukung, maka pola fungsional yang barudapat tercapai dan dapat mendukung posisibaru secara seimbang.2'o'8
Meningkatkan keadaan otot di sekitararea oklusi yaflg sedang berkembang,bertujuan untuk meningkatkan hubunganfungsional dari struktur dentofasial dan dapat
mendukung posisi baru secara seimbang.
Terapi olot orbicularis oris yang hipotonusdan inkompeten dilakukan dengan tug of waratau dengan button pull exercise.5'6''
Tindakan memposisikan mandibulake depan pada kasus maloklusi skeletal kelasI1 dengan mandibula retrognati yang terjadipada anak dalam tahap percepatan
pertumbuhan (growth spurt), dipercaya dapat
menambah pertumbuhan mandibula. Alattwin block untuk perawatan maloklulsi kelasII divisi 1 menghasilkan teknik yang dapatmemaksimalkan respon pertumbuhan untukprotrusi mandibula secara fungsionalmenggunakan sistem alat yang sederhana,
nyaman, estetis, dan diterima pasien.8'10'12
Pemakaian alat twin block disarartkanselama 24 jam setiap hari dengan
memanfaatkan semua daya fungsionalmaksimal yang diteruskan pada gigi,termasuk daya pengunyahan. Bite block atas
dan bawah berpaut pada sudut 70' saatpenutupan penuh. Hal ini menyebabkanposisi mandibula ke depan dalam posisi edge
to edge terhadap anterior atas, sehinggamenyebabkan pasien dapat nyamanmempertahankan posisi oklusi penuh. Dalamperawatan maloklusi skeletal kelas II divisi l,bidang inklinasi diposisikan lebih mesial darimolar perlama atas dan bawah dengan biteblock bagian atas meliputi molar atas dan
premolar kedua atau molar sulung, dan biteblock bawah meluas lebih ke mesial daripremolar kedua atau regio molar sulung.o't''o
Dalam laporan kasus, diagnosapasien adalah maloklusi dentoskeletal kelas II
PIN IKGA 9
dengan protrusi gigi anterior, hipotonus ototbibir, diastema gigi anterior rahang atas dan
bawah, dan profil muka cembung. Terapiuntuk pasien ini dilakukan dalam 3 tahap.
Hipotonus otot bibir dilatih dengan buttonpull exercise (terapi myofungsional).Hubungan skeletal dan fungsional diperbaikidengan rwin block (alat ortopedik). Alatortodonti cekat untuk memperbaiki malposisigigi.
Pasien melakukan latihan otot bibirdengan button pull exercise menggunakankancing dengan diameter 1,5 inch dan lubang
di bagian tengah diberi benang. Pasien
diminta menempatkan kancing dalam mulut,di belakang bibir dan menarik benang sambilmenahan kancing menggunakan tekanan
bibir. Latihan ini dilakukan untukmemperbaiki otot bibir yang hipotonus dan
relasi bibir yang inkompeten.Penggunaan twin block pada pasien
dalam laporan kasus ini, dimana usia pasien
termasuk dalam tahap percePatan
pertumbuhan (growth spurt), diharapkandapat efektif untuk menghambatpertumbuhan maksila ke anterior dan
merangsang pertumbuhan mandibula ke
anterior. Setelah tahap aktif penggtnaan twinblock, terapi pasien dilanjutkan dengan tahap
dukungan untuk mencapai interdigitasi gigi-gigi posterior yang baik. Pada lahapdukungan maka akan tercapai posisi
mandibula yang stabil serta perbaikan profiljaringan lunak.
Setelah tahap aktif dan tahap
dukungan twin block selesai, selanjutnyadilanjutkan dengan menggunakan alatortodontik cekat untuk memperbaikimalposisi yang terjadi pada gigi-gigi anteriormaksila dan mandibula.
KESIMPULAN
Maloklusi dentoskeletal kelas Ildengan otot bibir yang hipotonus banyakdijumpai pada masa tumbuh kembang anak-
anak dan dapat didiagnosa sejak dini. Terapiuntuk maloklusi ini dapat dilakukan dengan
ortodonti interseptif dengan alatmyofungsional, ortopedik, ataupun dengan
alat ortodontik cekat pada periode tumbuhkembang anak. Perawatan kasus ini dilakukandengan terapi myofungsional dengan button
107Stephanie: Koreksi Maloklusi Dentoskeletal Kelas Ii Menggunakan Button Pull Exercise
pull exercise,lerapi ortopedik twin block, danterapi akhir dengan alat ortodonti cekat.Penggunaan button pull exercise bertujuanuntuk meningkatkan keadaan otot orbicularisoris di sekitar area oklusi yang sedangberkembang, sehingga meningkatkanhubungan fungsional dari struktur dentofasialdan dapat mendukung posisi baru secaraseimbang. Hasilnya adalah otot orbicularisoris yang normal dan relasi bibir yangkompeten. Penggunaan twin block bertujuanuntuk meningkatkan hubungan fungsionaldari struktur dentofasial dengan mengubahposisi gigi dan jaringan pendukung, danmenghasilkan perbaikan relasi hubunganrahang atas dan bawah, pengurangan overjetdan overbite, relasi molar kelas I, danperbaikan profil wajah. Ortodonti cekatdilakukan untuk memperbaiki malposisi gigi.Keseluruhan pemeriksaan pasien, analisa,rencana perawatan, desain alat, dan hasilperawatan telah dijelaskan dalam laporankasus ini.
DAFTAR PUSTAKA
19. Proffit, W.R. dan H.W Fields.Contemporary Orthodontics. 4th Edition.Mosby lnc., St. Louis; 2000. p. 397 -400, 506.
20. Moyers, R.E. Handbook of Orthodontics.4th Edition. London: Year Book MedicalPublishers, Inc.; 1988. p. 191, 535,539 -543.
21. Rakosi, T., I. Jonas, dan T.M. Graber.Color Atlas of Dental Medicine:Orthodontic * Diagnosis. New York:Thieme Medical Publishers Inc.; 1993. p.49.
22. Clark, W.J. Twin Block FunctionalTherapy-Applications in DentofacialOrthopaedics. 2nd ed. St Louis: Mosby;2002. p.3-4
23. Clark W.J. Twin Block Technique: AFunctional Orthopedic ApplianceSystem. Am J Orthod DendofacialOrthop. 1998; 93: 1-18
24. Mason, R.M. A Retrospective andProspective View of OrofacialMyology. International Journal ofOrofacial Myology. 2008;34: 5-14.
25. Moeller, Joy. The Critical MissingElement to Complete Care: Where
Orthodontics and OrofacialMyofunctional Therapy Meet. DentalTribune- The World's Dental Newspaper-U.S. Esition.2008; 3(37): la
26. Suchita, Tarvade., et al. Skeletal andDentoalveolar Changes seen in Class IIDiv 1 Malocclusion Cases keated withTwin Block Appliance * A CephalometricStudy. IOSR Joumal of Dental andMedical Sciences. 2014; l3(1): 5-9.
27. Yinaya,5., et al. Two Phase OrthodonticTreatment: A Case Report. IJSS CaseReports and Reviews.2014; 1:264A.
28. Al-Anezi. Class II malocclusiontreatment using combined Twin Blockand fixed orthodonticappliance -A casereport. The Saudi Dental Journal. 2011;23:43-51.
29. Dinesh, M.R., Dharma R.M., danPrashanth, Amamath. Twin Block: ACompliant Class-II Corrector. Joumal ofDental science and Research. 2011; 2:88-92.
30. Mills, C.M., dan McCulloch K.J.Treatment effects of the Twin Blockappliance: a cephaometric study. Am JOrthod Dentofacial Orthop. 1998; 114:t5-24.