Pertumbuhan Dan Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Layang ...

8
OPEN ACCES Vol. 13 No. 2: 310-317 Oktober 2020 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.310-317 Pertumbuhan Dan Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Layang (Decapterus Sp) Hasil Tangkapan Di Perairan Dalam Dan Luar Teluk Bara Kabupaten Buru – Maluku (Growth And Distribution Of Frequency Long Fish (Decapterus Sp) Catching Products In Iner And Outside Waters Of Bara Buru District - Maluku) Abdussabar Polanunu 1 , Samsia Umasugi 2 dan M. Chairul Basrun Umanailo 3 1,2 Dosen pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Iqra Buru Jl. Prof Abd. Rahman Basalamah, Namlea-Indonesia, Email : [email protected]; [email protected] 3 Dosen pada Fakultas Pertanian danKehutanan Universitas Iqra Buru Jl. Prof Abd. Rahman Basalamah, Namlea-Indonesia, Email : [email protected] Info Artikel: Diterima: 24 Okt. 2020 Disetujui: 05 Nov. 2020 Dipublikasi: 06 Nov. 2020 Artikel Penelitian Keyword: Outside the bay, in the bay, fish length ditribusion, Decapterus. sp, Bara bay Korespondensi: Abdussabar Polanunu, Universitas Iqra Buru, Namlea- Indonesia Email : [email protected] Copyright© Oktober 2020 AGRIKAN Abstrak Perairan Teluk Bara sebagai salah satu daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Buru memiliki potensi yang cukup besar. Upaya penangkapan yang dilakukan nelayan kecil dengan menggunakan alat tangkap tradisional seperti jaring insang (Gillnet) d an pancing ulur (long line) telah mengalami perubahan seiring perkembangan teknologi penangkapan sehingga dibutuhkan kajian terkait standing stock dan dianmika populasi sumberdaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan pola sebaran frekuensi panjang ikan Layang (Decapterus sp) serta membandingkan ukuran panjang tubuh ikan hasil tangkapan di Luar Teluk dan di Dalam Teluk Bara. Hasil penelitian menggambarkan sebaran frekuensi panjang tubuh ikan Layang (Decapterus sp) tertinggi terdapat di Luar Teluk pada ukuran 208 – 218 mm, dan lokasi di Dalam Teluk pada ukuran panjang 168 – 179 mm. Pola pertumbuhan ikan Layang (Decapterus sp) pada kedua lokasi tangkapan (Luar Teluk dan Dalam Teluk) bersifat allometrik negatif artinya pertumbuhan panjang lebih cepat dari pertumbuhan berat. Hubungan antara panjang dan berat ikan sangat kuat dengan nilai R = 0,995 pada lokasi tangkapan di Luar Teluk dan nilai R = 0,983 pada lokasi tangkapan di Dalam Teluk. Terdapat perbedaan ukuran panjang ikan Layang (Decapterus sp) hasil tangkapan di Luar Teluk dan di Dalam Teluk dengan nilai signifikan P<0.05 dimana ukuran panjang rata-rata ikan Layang (Decapterus sp) di Luar Teluk lebih besar (215,876 mm) dari ukuran panjang rata-rata Layang (Decapterus sp) di Dalam Teluk (193,661 mm). Abstract. The waters of Bara Bay as one of the small pelagic fishing areas in Buru Regency have considerable potential. Fishing efforts carried out by small fishermen using traditional fishing gear such as gill nets and long line have changed along with the development of fishing technology so that studies are needed related to standing stock and the dynamics of fish resource populations. This study aims to determine the growth and frequency distribution patterns of Layang fish (Decapterus sp) and to compare body lengths of fish caught outside the bay and in the bay of Bara. The result study showed that the highest frequency distribution of Layang (Decapterus sp) fish was outside the bay at 208 - 218 mm, and the location in the bay was 168 - 179 mm in length. The growth pattern of Layang fish (Decapterus sp) at both catchment locations (Outside Bay and in the bay) is negative allometric meaning that the length growth is faster than the weight growth. The relationship between fish length and weight was very strong with value R = 0.995 at the Outside Bay catchment area and an R = 0.983 value at the Inside Bay catchment location. There is a difference in the length of the Layang fish (Decapterus sp) caught outside the bay and inside the bay with a significant value of P <0.05 where the average length of the Layang fish (Decapterus sp) outside the Bay is greater (215.876 mm) than the average length of Layang fish (Decapterus sp) in the inside Bay (193.661 mm). I. PENDAHULUAN Perairan Indonesia merupakan perairan tropis memiliki banyak potensi sumberdaya hayati yang tersebar di wilayah pesisir maupun laut lepas dan pada perairan dasar maupun perairan permukaan. Setiap wilayah memiliki karakterestik sumberdaya hayatinya masing-masing. Wilayah perairan pesisir merupakan kawasan transisi antara daratan dan lautan memiliki arti dan peran strategis karena mengandung sumberdaya hayati dan nonhayati yang melimpah. Perairan teluk Bara terletak pada posisi utara barat dari pulau Buru Kabupaten Buru Provinsi Maluku berhubungan dengan Laut Seram dan laut Maluku. Perairan teluk Bara merupakan daerah tangkapan ikan pelagis kecil bagi masyarakat

Transcript of Pertumbuhan Dan Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Layang ...

OPEN ACCES

Vol. 13 No. 2: 310-317 Oktober 2020

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.310-317

Pertumbuhan Dan Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Layang (Decapterus Sp) Hasil Tangkapan Di Perairan Dalam Dan Luar Teluk

Bara Kabupaten Buru – Maluku

(Growth And Distribution Of Frequency Long Fish (Decapterus Sp) Catching Products In Iner And Outside Waters Of Bara Buru District -

Maluku)

Abdussabar Polanunu1, Samsia Umasugi2 dan M. Chairul Basrun Umanailo3

1,2 Dosen pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Iqra Buru Jl. Prof Abd. Rahman Basalamah,

Namlea-Indonesia, Email : [email protected]; [email protected] 3 Dosen pada Fakultas Pertanian danKehutanan Universitas Iqra Buru Jl. Prof Abd. Rahman Basalamah,

Namlea-Indonesia, Email : [email protected]

Info Artikel:

Diterima: 24 Okt. 2020

Disetujui: 05 Nov. 2020

Dipublikasi: 06 Nov. 2020

Artikel Penelitian

Keyword:

Outside the bay, in the bay, fish

length ditribusion, Decapterus. sp,

Bara bay

Korespondensi:

Abdussabar Polanunu,

Universitas Iqra Buru, Namlea-

Indonesia

Email : [email protected]

Copyright© Oktober 2020

AGRIKAN

Abstrak Perairan Teluk Bara sebagai salah satu daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Buru

memiliki potensi yang cukup besar. Upaya penangkapan yang dilakukan nelayan kecil dengan menggunakan

alat tangkap tradisional seperti jaring insang (Gillnet) d an pancing ulur (long line) telah mengalami

perubahan seiring perkembangan teknologi penangkapan sehingga dibutuhkan kajian terkait standing stock

dan dianmika populasi sumberdaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan pola

sebaran frekuensi panjang ikan Layang (Decapterus sp) serta membandingkan ukuran panjang tubuh ikan

hasil tangkapan di Luar Teluk dan di Dalam Teluk Bara. Hasil penelitian menggambarkan sebaran frekuensi

panjang tubuh ikan Layang (Decapterus sp) tertinggi terdapat di Luar Teluk pada ukuran 208 – 218 mm,

dan lokasi di Dalam Teluk pada ukuran panjang 168 – 179 mm. Pola pertumbuhan ikan Layang (Decapterus

sp) pada kedua lokasi tangkapan (Luar Teluk dan Dalam Teluk) bersifat allometrik negatif artinya

pertumbuhan panjang lebih cepat dari pertumbuhan berat. Hubungan antara panjang dan berat ikan sangat

kuat dengan nilai R = 0,995 pada lokasi tangkapan di Luar Teluk dan nilai R = 0,983 pada lokasi tangkapan di

Dalam Teluk. Terdapat perbedaan ukuran panjang ikan Layang (Decapterus sp) hasil tangkapan di Luar Teluk

dan di Dalam Teluk dengan nilai signifikan P<0.05 dimana ukuran panjang rata-rata ikan Layang

(Decapterus sp) di Luar Teluk lebih besar (215,876 mm) dari ukuran panjang rata-rata Layang (Decapterus

sp) di Dalam Teluk (193,661 mm).

Abstract. The waters of Bara Bay as one of the small pelagic fishing areas in Buru Regency have considerable

potential. Fishing efforts carried out by small fishermen using traditional fishing gear such as gill nets and

long line have changed along with the development of fishing technology so that studies are needed related to

standing stock and the dynamics of fish resource populations. This study aims to determine the growth and

frequency distribution patterns of Layang fish (Decapterus sp) and to compare body lengths of fish caught

outside the bay and in the bay of Bara. The result study showed that the highest frequency distribution of

Layang (Decapterus sp) fish was outside the bay at 208 - 218 mm, and the location in the bay was 168 - 179

mm in length. The growth pattern of Layang fish (Decapterus sp) at both catchment locations (Outside Bay

and in the bay) is negative allometric meaning that the length growth is faster than the weight growth.

The relationship between fish length and weight was very strong with value R = 0.995 at the Outside Bay

catchment area and an R = 0.983 value at the Inside Bay catchment location. There is a difference in the length

of the Layang fish (Decapterus sp) caught outside the bay and inside the bay with a significant value of P <0.05

where the average length of the Layang fish (Decapterus sp) outside the Bay is greater (215.876 mm) than the

average length of Layang fish (Decapterus sp) in the inside Bay (193.661 mm).

I. PENDAHULUAN

Perairan Indonesia merupakan perairan

tropis memiliki banyak potensi sumberdaya hayati

yang tersebar di wilayah pesisir maupun laut lepas

dan pada perairan dasar maupun perairan

permukaan. Setiap wilayah memiliki karakterestik

sumberdaya hayatinya masing-masing. Wilayah

perairan pesisir merupakan kawasan transisi

antara daratan dan lautan memiliki arti dan peran

strategis karena mengandung sumberdaya hayati

dan nonhayati yang melimpah. Perairan teluk

Bara terletak pada posisi utara barat dari pulau

Buru Kabupaten Buru Provinsi Maluku

berhubungan dengan Laut Seram dan laut

Maluku. Perairan teluk Bara merupakan daerah

tangkapan ikan pelagis kecil bagi masyarakat

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

311

nelayan di kabupaten Buru. Hasil tangkapan ikan

nelayan dipasarkan ke Namlea (ibukota

Kabupaten Buru) dan sebagian dijual ke

perusahaan cold storage untuk komoditas ekspor.

Ikan layang (Decapterus sp) merupakan salah satu

komoditas perikanan pelagis kecil yang penting di

Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae

ini biasa hidup bergerombol. Ukurannya sekitar 15

cm meskipun ada pula yang mencapai 25 cm

(Nontji, 2002). Ikan layang (Decapterus sp)

termasuk ikan yang memiliki kemampuan

bergerak cepat di air laut karena bentuk tubuhnya

seperti cerutu dan sisiknya sangat halus, (Genisa

1998). Ikan layang memiliki dua sirip punggung

(dorsal), dorsal 1 memiliki 8 jari-jari keras dan

dorsal 2 memiliki 1 jari-jari keras dengan 8-9 jari-

jari lunak. Sirip dubur (anal) memiliki 3 jari-jari

keras dengan 22-25 jari-jari lunak. Tubuh ikan

layang memiliki warna hijau kebiruan di daerah

atas dan keperakan di daerah bawah, oper culum

memiliki bintik hitam kecil, insang dilindungi

oleh membran halus. Ikan ini bergerak dalam

bentuk bergrombol. Menurut Shaw dalam

Gunarso (1985) pengelompokan atau schoal

merupakan gejala biososial yang elemen-elemen

penyebabnya merupakan suatu pendekatan yang

bersifat timbal balik. Bagi ikan hidup

bergerombol dapat memberikan kesempatan yang

lebih besar untuk menyelamatkan diri dari

predator dan bagi beberapa jenis ikan

bergerombol dapat memberikan stress yang lebih

kecil dari pada yang hidup sendiri (Royce, 1972).

Ciri lain dari ikan layang yaitu

dibelakang sirip punggung ke 2 dengan sirip

dubur terdapat 1 jari-jari sirip tambahan (finflet).

Tubuhnya berwarna biru kehijauan, warna hijau

berkurang ke arah atas dan putihperak pada

bagian bawah, (Saanin, 1984). Klasifikasi ikan

layang menurut Saanin (1984) sebagai berikut:

Phyllum: Chordata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Divisi : Perciformes

Sub divisi : Carangi

Family : Carangidae

Genus : Decapterus

Spesies : Decapterus sp

Upaya penangkapan yang dilakukan oleh

nelayan terhadap ikan laying di perairan teluk

Bara dan sekitarnya sebagian besar menggunakan

alat tangkap tradisional seperti pancing ulur (long

line). Saat ini sudah digunakan alat tangkap dari

jenis purse seine oleh kelompok nelayan.

Penangkapan menggunakan purse seine

membutuhkan alat bantu penangkapan berupa

rumpon yang ditempatkan di dalam teluk dan di

luar teluk Bara. Seiring perkembangan teknologi

penangkapan, daerah penangkapan juga semakin

luas sehingga dibutuhkan kajian-kajian terkait

standing stock dan dinamika populasi sumberdaya

ikan. Seharusnya dalam manajemen pengelolaan

perikanan yang baik selalu didasarkan pada hasil-

hasil penelitian agar upaya penangkapan tidak

melampaui Maksimum Sustainable Yield (MSY)

sehingga pengelolaan penangkapan berkelanjutan

dapat terwujud. Pengelolaan perikanan

berkelanjutan dapat menjamin kelangsungan

usaha di bidang perikanan yang memberikan efek

domino (player efek) bagi peningkatan

kesejahteraan nelayan kecil. Sumberdaya ikan

yang potensial ini membutuhkan pengelolaan

yang terukur dan tertanggung jawab agar tidak

mengalami tangkap lebih (over eksploited)

sehingga diharapkan kelestarian sumberdaya tetap

terjaga dengan baik. Pengelolaan potensi

perikanan lestari di suatu daerah penangkapan

membutuhkan kajian dari berbagai aspek baik

aspek sumberdaya, teknologi pemanfaatan

maupun aspek ekonomi. Salah satu kajian

sumberdaya yang sangat prinsip adalah

mengetahui sebaran frekuensi panjang untuk

menentukan kelompok umur, tingkat kematangan

gonad (TKG) untuk mengetahui waktu pertama

kali memijah dan aspek biologi lainnya. Semua

informasi ini sangat berguna dalam manajemen

pengelolaan perikanan. Sangat sedikit informasi

yang diketahui tentang migrasi ikan layang, tetapi

ada kecenderungan bahwa pada siang hari

geromboloan ikan bergerak ke lapisan air yang

lebih dalam dan pada malam hari gerombolan

ikan bergerak ke lapisan atas perairan. Dilaporkan

bahwa ikan ini banyak di jumpai pada kedalaman

45 – 100 meter (Hardenberg dalam Sunarjo, 1990).

Di perairan Indonesia terdapat lima jenis

ikan layang (Decapterus spp) yakni : Decapterus

kurroides, D. russelli, Decapterus macrosoma. D.

macarellus dan D. maruadsi, (FAO 1974). Dari

kelima jenis ini hanya Decapterus russelli yang

mempunyai daerah sebaran yang luas di

Indonesia, sedangkan di perairan laut Jawa

terdapat dua spesies yaitu Decapterus macrosoma

dan Decapterus russelli (Widodo, 1988).

Beberapa Informasi terkait dinamika

populasi ikan Layang (Decapterus sp) di perairan

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

312

Teluk Bara dan sekitarnya akan disajikan dalam

tulisan ini diantaranya Pola sebaran frekuensi,

hubungan panjang dan berat ikan, Faktor Kondisi

dan Perbedaan ukuran antara hasil tangkapan ikan

di luar Teluk dan di dalam Teluk.

II. METODE PENELITIAN

2.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli

hingga September 2020. Lokasi penelitian terletak

di Teluk Bara Kecamatan Aer Buaya dan Desa

Wamlana Kecamatan Fenalisela Kabupaten Buru

Provinsi Maluku. Secara geografis Teluk Bara

berada pada posisi 3o.06’,25” LS dan 126o. 10’,07”

BT dan Desa Wamlana 3o.04’,08” LS dan 126o.

31’,40” BT . ( Gambar 1).

Gambar 1: Peta Lokasi Penelitian

2.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan metode survei yaitu pengukuran

sampel dilakukan langsung di lapangan. Sampel

ikan yang sudah dikumpulkan kemudian diukur

panjang dan beratnya berdasarkan lokasi masing-

masing. Untuk mendapatkan data morfometrik

dan frekuensi panjang ikan, pengambilan sampel

dilakukan setiap 3 minggu selama selama 3 bulan

atau tiga kali. Sampel diambil langsung dari kapal

yang melakukan penangkapan di perairan dalam

teluk Bara dan di luar teluk Bara. Setiap kali

pengambilan sampel untuk masing-masing lokasi

penangkapan sebesar 70 ekor, sehingga total

sampel per lokasi penangkapan masing-masing

210 ekor. Data yang sudah dikumpulkan

kemudian ditabulasi guna memudahkan proses

analisis.

2.3. Analisis Data

2.3.1. Analisis Hubungan Panjang – Berat

Data yang sudah ditabulasi kemudian

dianalisis hubungan panjang berat ikan. Panjang

ikan dikonversi ke dalam berat dengan

menggunakan fungsi berpangkat menurut Pauly

(1984) : Froese (2006) dalam Sasmita et.al., (2018)

yaitu : . Selanjutnya menurut Jennings

et. al., 2001 dalam Wujdi, et. al., 2012 data tersebut

di atas dilakukan transformasi ke dalam

persamaan linier atau garis lurus dengan

melogaritmakan persamaan tersebut guna

memudahkan perhitungan sehingga bentuk

persamaan menjadi : Log W = Log a + b Log L.

Nilai b adalah nilai yang harus cocok dengan

panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan.

Hubungan panjang berat ikan dihitung dengan

menggunakan rumus regresi linier sebagai

berikut: Y = a + bx, Nilai b pada persamaan

hubungan panjang berat menunjukkan tipe

pertumbuhan ikan. Jikan nilai b = 3 berati

pertumbuhan berat ikan simbang denagan

penambahan panjangnya. Jika nilai b ≠ 3 maka

pertumbuhan disebut allometrik. Untuk menguji

apakah nilai b sama atau tidak sama dengan 3,

diuji dengan menggunakan uji t. uji t digunakan

untuk menguji pertambahan panjang (hukum

kubik) dimana b = 3 (μo).

Sebaran Frekuensi Panjang

Untuk menganalisis sebaran frekuensi

panjang menggunakan tahapan-tahapan sebagai

berikut:

1. Menentukan nilai maksimum dan nilai

minimum dari seluruh data panjang total ikan

layang (Decapterus spp).

2. Menentukan jumlah kelas sebanyak 12

dengan interval 15mm.

3. Menentukan limit bawah kelas bagi selang

kelas yang pertama dan kemudian limit atas

kelasnya. Limit atas didapatkan dengan cara

menambahkan lebar kelas pada limit bawah

kelas.

4. Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap

selang kelas.

5. Menentukan nilai tengah kelas bagi masing-

masing kelas dengan merata-ratakan limit

kelas.

6. Menentukan frekuensi bagimasing-masing

kelas

Sebaran frekuensi panjang yang telah

ditentukan dalam masing-masing selang kelas,

diplotkan dalam sebuah grafik untuk melihat

jumlah distribusi normalnya. Dari grafik tersebut

dapat terlihat jumlah puncak yang

menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort)

yang ada.

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

313

2.3.2. Analisis Faktor Kondisi (K)

Faktor Kondisi dihitung dengan

membandingkan bobot rata-rata ikan dengan

bobot prediksi yang diperoleh dari parameter

perhitungan panjang bobot secara umum. Untuk

mendapatkan faktor kondisi (K) yaitu yang

dengan menggunakan rumus (Effendie,2002); King

(2007) dalam Nugroho et. al (2018) :

dimana K adalan Faktor Kondisi.

Perhitungan Faktor Kondisi menggunakan

formula berikut: log W = log a+ b log L. Harga b

adalah harga pangkat yang harus cocok dengan

panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan.

Apabila dalam perhitungan harga b = 3 , maka

rumus yang digunakan :

Jika nilai b kurang dari 3 menunjukan

keadaan ikan yang kurus, dimana pertumbuhan

panjangnya lebih cepat dari pertambahan

beratnya. Kalau nilai b lebih dari 3 menunjukan

ikan tersebut montok, pertambahan berat lebih

cepat dari pertambahan panjangnya maka rumus

yang digunakan adalah

Nilai praktis yang didapat dari perhitungan

panjang berat ini dapat digunakan untuk menduga

berat dan panjang ikan atau sebaliknya,

keterangan tentang ikan mengenai pertumbuhan

kemontokan dan perubahan dari lingkungan.

Model allometric linear (LAM) di gunakan untuk

menghitung parameter a dan b melalui

pengukuran perubahan berat dan panjang.

Koreksi bias pada perubahan berat rata-rata dari

unit logaritma digunakan untuk memprediksi

berat pada parameter panjang sesuai dengan

persamaan allometric berikut, berdasarkan

(DeRobertis & William, 2008 dalam Mulfizar et.

al., 2012): W = a Lb

Dimana W adalah berat ikan (gr), L adalah

panjang total ikan (mm), a dan b adalah parameter.

Untuk mempermudah perhitungan, maka

persamaan di atas dikonversi ke dalam bentuk

logaritma (Jennings et al.,2001) dalam Wujdi A.,

et al 2012) sehingga menjadi persamaan linear

dengan menggunakan persamaan berikut: logW=

log a + b logL.

2.3.3. Perbedaan Ukuran Hasil Tangkapan di Luar

dan di Dalam Teluk.

Untuk melihat perbedaan ukuran panjang

tubuh ikan Layang (Decapterus sp) hasil

tangkapan di Luar Teluk dan di dalam teluk Bara

dilakukan uji beda dengan menggunakan uji

Mann-Whitney U.

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Layang

(Decapterus. sp)

Hasil perhitungan frekuensi panjang ikan

Layang (Decapterus sp) di luar Teluk dan di

Dalam Teluk dari sampel yang diambil selama tiga

bulan dengan jumlah sampel masing-masing 210

ekor dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini:

Gambar 2. Distribusi Frekuensi Panjang Tubuh

Ikan di Luar Teluk Bara

Gambar 3. Distribusi Frekuensi Panjang Tubuh

Ikan di Dalam Teluk Bara

Dari grafik gambar 2 di atas

menggambarkan bahwa distribusi frekuensi

panjang tubuh ikan Layang (Decapterus sp) terdiri

dari 9 kelompok (kohor) dengan frekuensi

tertinggi pada ukuran panjang ikan 208 – 218 mm

pada lokasi di Luar Teluk. Sedangkan pada grafik

gambar 3 juga terdiri dari 9 kohor dengan

frekuaensi panjang tubuh ikan Layang (Decapterus

sp) tertinggi dicapai pada ukuran 168–179 mm.

Distribusi frekuensi panjang ikan Layang

(Decapterus sp) pada lokasi di luar teluk

memperlihatkan bahwa sebaran ukuran panjang

ikan yang tertangkap adalah ukuran ikan pada

saat pertama kali matang gonad yaitu 166 mm

(Apriliyanti, 2000). Hal ini menunjukan bahwa

ketika ikan pada ukuran tersebut akan melakukan

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

314

migrasi untuk memijah yang ditandai dengan

semakin menurunnya frekuensi panjang pada

selang 218 – 238 mm, kemudian frekuensi panjang

stagnan pada ukuran 238 – 267mm. Sedangkan

distribusi frekuensi panjang ikan Layang

(Decapterus sp) pada lokasi di dalam teluk

didominasi oleh ikan berukuran kecil yaitu < 180

mm serta frekuensi panjang ikan semakin

menurun seiring dengan bertambahnya panjang

tubuh ikan. Hal ini menggambarkan bahwa ikan

Layang (Decapterus sp) yang tertangkap di dalam

teluk didominasi oleh ikan sedang hingga kecil.

Ikan-ikan yang beranjak dewasa bermigrasi ke

luar teluk atau laut dalam. Ukuran ikan Layang

(Decapterus. sp) umumnya 250 mm dan dapat

mencapai maksimum 400 mm (Randongkir et.al

2018). Analisis panjang-berat ikan sangat penting

dilakukan untuk mengetahui kondisi biologi ikan

dan stok ikan agar mudah dilakukan manajemen

keberlangsungan biodiversitas ikan, (Rosli dan

Isa,2012 dalam Nurhayati et.al, 2016).

3.2. Perbedaan Ukuran Panjang Ikan Layang

(Decapterus sp) Luar Teluk dan Dalam Teluk

Bara.

Hasil analisis dengan menggunakan uji

Mann Whitney U terbukti bahwa ada perbedaan

ukuran panjang tubuh ikan sangat signifikan (p <

0.05) antara panjang tubuh ikan yang terangkap di

Luar Teluk dan di Dalam Teluk. Ukuran panjang

ikan Layang (Decapterus. sp) yang tertangkap di

Luar Teluk Bara lebih besar dari ukuran panjang

ikan Layang (Decapterus sp) yang tertangkap di

Dalam Teluk Bara. Panjang rata-rata ikan Layang

yang tertangkap di Luar Teluk Bara adalah 215,876

mm dan di Dalam Teluk Bara 193,661mm

Terjadinya perbedaan ukuran karena

perbedaan lokasi diduga karena adanya perbedaan

kondisi lingkungan berupa parameter oseanografi,

ketersediaan makanan dan faktor biologis dari

ikan. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh C Sirke

(1980) dalam Faizah dan Anggawangsa (2019)

bahwa perbedaan nilai parameter pertumbuhan

dari ikan yang sama pada lokasi berbeda

dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, suhu

perairan, oksigen terlarut ukuran ikan dan

kematangan gonad. Sejalan dengan Nicolsky

(1963) dalam Rahmawati (2006) bahwa perbedaan

pola pertumbuhan yang terjadi dari satu spesies

ikan yang hidup di habitat berbeda tergantung

pada kondisi lingkungan organisme tersebut

hidup, serta tersedianya makanan yang dapat

dimanfaatkan utnuk menunjang kelangsungan

hidup dan pertumbuhan dari organisme ikan

tersebut.

Makanan sebagai penunjang pertumbuhan

organisme termasuk ikan juga dikemukakan oleh

Nikolsky (1963) dalam Sasmito et al., (2016) bahwa

lingkungan perairan sangat terbatas oleh

kelimpahan makanan. Kelimpahan makanan

sebagai factor penting dalam perairan akan

mempengaruhi pertumbuhan ikan.

Selain faktor kondisi lingkungan dan

ketersediaan makanan faktor lain juga

mempengaruhi perbedaan ukuran satu populasi

yang sama pada lokasi berbeda yaitu terjadi

penambahan kelompok ikan yang lain kedalam

satu kelompok tertentu, sebagaimana di

ungkapkan oleh Dahlan, dkk (2016) bahwa

perbedaan jumlah dan ukuran ikan dalam

populasi di perairan dalam suatu populasi dapat

disebabkan oleh, pola pertumbuhan, migrasi dan

adanya perubahan atau pertambahan ikan baru

pada suatu populasi yang sudah ada. Secara

biologi menurut (Romimuhtarto dan Juwana,

2001); (Prihartini, 2000) bahwa ikan layang

merupakan plankton feeder atau pemakan

plankton kasar yang terdiri dari organisme pelagis

yang komposisinya berbeda seperti coppepoda,

diatomae dan larva ikan. Sumberdaya tersebut

bersifat multi species yang saling berinteraksi satu

sama lain secara biologis ataupun secara

teknologis melalui persaingan (competition) dan

antar hubungan pemangsaan (predatory

relationship). Secara ekologis sebagian besar

populasi ikan pelagis kecil termasuk ikan layang

menghuni habitat yang relatif sama yaitu di

permukaan dan membuat gerombolan di perairan

lepas pantai, daerah-daerah pantai dan laut dalam

dengan kadar garam tinggi dan sering tertangkap

secara bersama.

3.3. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Layang

(Decapterus sp)

Pertumbuhan ikan Layang (Decapterus sp)

dapat diketahui melalui analisis hubungan

panjang dan berat dari ikan. Pendugaan

pertumbuhan ikan Layang di Luar dan di Teluk

Bara dilakukan dengan menganalisis sampel ikan

hasil tangkapan dari kedua lokasi tersebut yang

diambil selama tiga bulan dapat dilihat pada grfik

berikut:

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

315

Gambar 4. Hubungan Panjang Berat Ikan Layang

(Decapterus sp) Luar Teluk Bara

Gambar 5. Hubungan Panjang Berat Ikan Layang

(Decapterus sp) Dalam Teluk Bara

Garfik hubungan panjang dan berat ikan

Layang (Decapterus sp) hasil tangkapan nelayan

pada lokasi Luar Teluk Bara dan lokasi Dalam

Teluk Bara, keduanya menggambarkan kondisi

linier yang memenuhi persamaan W = -3.550 +

2.437X, dengan nilai korelasi 0.995 dan koefisien

determinasi (R2) = 0.991 untuk lokasi di Luar

Teluk. Sedangkan untuk lokasi Dalam Teluk

memenuhi persamaan W = -4.766 + 2.960X dengan

nilai korelasi yang kuat yaitu 0.981 dan koefisien

determinasi (R2) = 0.98.

Hasil perhitungan regresi memberikan nilai b<3

menggambarkan pola pertumbuhan ikan Layang

(Decapterus sp) di Luar dan di Dalam Teluk Bara

bersifat allometrik negatif artinya pertambahan

panjang lebih cepat dari pertambahan berat.

Sebagaimana disampaikan Effendi (1997) bahwa

jika nilai b = 3 artinya pertumbuhan bersifat

isometrik (pertambahan panjang seimbang dengan

pertambahan berat, jika nilai b ≠ 3 maka

pertumbuhan ikan bersifat alometrik artinya

pertambhana panjang tidak sama dengan

pertambahan b berat. Jika nilai b > 3 (allometrik

positif) artinya pertambahan berat lebih cepat dari

pertambahan panjang, dan jika nilai b < 3

(allometrik negatif) maka pertambahan panjang

lebih cepat dari pertambahan berat.

IV. PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa: Pertumbuhan ikan Layang

(Decapterus. sp) yang tertangkap di Luar Teluk dan

di Dalam Teluk Bara bersifat allometrik negatif

(b<3), dengan sebaran frekuensi panjang tubuh

ikan tertinggi di Luar Teluk pada ukuran 208 – 218

mm dan di Dalam Teluk pada ukuran 168 – 179

mm. Ukuran panjang tubuh ikan Layang

(Decapterus. sp) yang tertangkap di Luar Teluk

berbeda dengan yang tertangkap di Dalam Teluk

Bara, dimana panjang rata-rata ikan di Luar Teluk

adalah 215,876 mm dan di Dalam Teluk

193,661mm. Nilai faktor kondisi (K) ikan Layang

(Decapterus. sp) untuk lokasi di Luar Teluk

sebesar 0,767 dan lokasi di Dalam teluk sebesar

0,333.

REFERENSI

Aprilianty, H. 2000. Beberapa Aspek Biologi Ikan Layang (Decapterus Russelli) di Perairan Teluk Sibolga

Sumatera Utara. Fakultas perikana dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Dahlan M. A, Omar S. B. A, Tresnati J, Nur M, Umar M.T. 2015. Beberapa aspek Reproduksi Ikan Layang

Deles (Decapterus macrosoma Bleeker, 1851) yang tertangkap dengan Bagan perahu di

perairan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Jurnal IPTEKS PSP. (2). 3. 281 – 227.

Drajat M. F. 2004. Analisis BioEkonomi Udang Karang (Panalirus spp) Pada Usaha Perikanan Tangkap

Skala Kecil di Kabupaten Kebumen dan Sekitarnya. Tesis Program Studi Magister

Pemanfaatan Sumberdaya Pantai Programa Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Dwipongo, 1983. Pengkajian Sumberdaya perikanan Laut Indonesia, Laporan Penelitian Perikanan Laut

No. 2 Puslitbang Perikanan Jakarta.

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

316

Effendie, M. I., 1979. Metoda Biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Effendie, M.I., 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Faizah. R dan Anggawangsa R.F. 2019. Hubungan Panjang Bobot, Parameter Pertumbuhan dn Faktor

Kondisi Ikan Gulamah Johnius carouna (Cuvier, 1830) Di Perairan Selatan Jawa. Jurnal

Ikhtiologi Indonesia. (19).2.

FAO, 1974. Species Identification sheets for Fishery Purpose, Volume I Food and Agriculture

Organzation of the United Nations. Rome.

Genisa Abdul Samad, 1998. Beberapa catatn tentang Biologi Ikan Layang Marga Decapterus. Oseana , vol.

XVIII. No. 2. 27 – 36.

Gulland, J.A, 1983. Fish Stock Assesment. A Manual of Basic Methods. Jhon Wiley and Sons. Inc. New

York.

Gunarso. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Taktik Penangkapan Ikan. Diktat

Kuliah. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Mulfizar, Zainal A. Muchlisin, Irma Dewiyanti, 2012. Hubungan Panjang berat dan Faktor Kondisi Tiga

jenis ikan yang tertangkap di perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar Provinsi Aceh. Jurnal

Depik. 1 (1). 1-9 p. 1-9. April 2012.

Nikolsky G, V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. New York. 325 p.

Nontji, 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Nugroho C. S, Irwan Jatmiko, Arief Wujdi. Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi Madidihang, Thunus

Albacares (Bonnatere 1788) di Samudera Hindia Bagian Timur. Jurnal Ikhtiologi Indonesia.

Vol. 18 no. 1. Pebruari 2018.

Nurhayati, Fauziah , Siti Masreah Bernas, 2016. Hubungan Panjang Berat dan pola penyebaran Ikan di

Muara sungai Musi Kabupaten Banyu Asin Sumatera Selatan. Maspari Journal, Juli 2016. 8.

(2). p. 11 -111.

Pauly, D. 1984. Fish Population dynamics in tropical waters a manual for use with programmable

Calculators. ICLARM. Stud.Rev.(8) 325 pp.

Prihartini Ambar. 2006 nalisis Tampilan Ikan Layang (Decapterus spp) Hasil Tangkapan Purse Seine

yang didaratkan di PPN Pekalongan. Tesisi Program Magister Manajemen Sumberdaya

Pantai. Universitas Diponegoro. Jawa Tengah.

Radongkir Y. E, Fany Simatauw, Tutik Handayani. 2018. Aspek Pertumbuhan Ikan Layang (Decapterus

macrosoma) di Pangkalan Pendaratan Ikan Sanggeng Kabupaten Manokwari. Jurnal

Sumberdaya Akuatik Indopasifik; 15-24. Vol 2.1.

Rahmawati, I,. 2006. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Beunteur (Puntius binotatus C. V 1842), Familiy

Ciprinidae) Di Bagian Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, Jawa Barat. Skripsi, IPB.

Bogor.

Rokhmin Dahuri, I. N Suryadi Putra, Zairon dan Sulistiono. 1993. Metode dan Teknik Analisis Biota

perairan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Romimuhtarto K dan Sri Juwana, 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota laut. Penerbit

Djambatan. Jakarta.

Royce, W. F., 1972. Introduction to The Fishery Sciences Academic Press, New York.

Saanin H. 1968. Taksonomi dan Kunci Determinasi Ikan I dan II. Penerbit Pustaka Bandung.

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

317

Sasmita Suparman, Neneng Pebruwanti dan Ika Fitrani, 2018. Distribusi ukuran ikan Teri hasil

tangkapan Jaring Puring di Perairan Pulo Lampes Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Journal of

Fisheries and Marine Science. 2 (2).

Sasmito H, Nur Irwan Andi dan Abdullah. 2016. Pola Pertumbuhan Ikan Peperek (Leiognathus eguulus)

Di Teluk Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan. 1 (3).

275 – 284.

Spare, P dan Venema, S. C. 1999. Introduksi pengkajian Stock Ikan Tropis. Buku I Manual. Pusat

Penelitian dan Pengemnbangan Perikanan. Jakarta. 438 p.

Sujana, 2002. Metode statistik. Tarsito. Bandung. 508 hal.eles (Decapterus Macrosoma Blkr) di perairan

Laut Jawa Bagian Timur (Skripsi) Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

Sunarjo, 1990. Analisis Parameter Pertumbuhan Ikan Layang (Decapteruss macrosoma Blkr) Di Perairan

Laut jawa Bagian Timur. (Skripsi) Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

Widodo J. 1988. Population Dynamics and Management of Ikan Layang. Scad Mackerel, Decapterus spp

(Pisces carangidae) in The Java Sea. Disertasi Ph.D. School of Fisheries, university of

Washington – Seattle.

Wujdi A, Suwarso dan Wudianto, 2012. Hubungan Panjang Bobot, Faktor Kondisi dan Struktur Ukuran

Ikan Lemuru (Sardinella lemuru bleeker 1853) di Perairan Selat Bali. Jurnal Bawal 4. (2).

Agustus 2012. Hal. 83 -89 .