OPEN ACCES
Vol. 13 No. 2: 310-317 Oktober 2020
Peer-Reviewed
AGRIKAN
Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)
URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.310-317
Pertumbuhan Dan Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Layang (Decapterus Sp) Hasil Tangkapan Di Perairan Dalam Dan Luar Teluk
Bara Kabupaten Buru – Maluku
(Growth And Distribution Of Frequency Long Fish (Decapterus Sp) Catching Products In Iner And Outside Waters Of Bara Buru District -
Maluku)
Abdussabar Polanunu1, Samsia Umasugi2 dan M. Chairul Basrun Umanailo3
1,2 Dosen pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Iqra Buru Jl. Prof Abd. Rahman Basalamah,
Namlea-Indonesia, Email : [email protected]; [email protected] 3 Dosen pada Fakultas Pertanian danKehutanan Universitas Iqra Buru Jl. Prof Abd. Rahman Basalamah,
Namlea-Indonesia, Email : [email protected]
Info Artikel:
Diterima: 24 Okt. 2020
Disetujui: 05 Nov. 2020
Dipublikasi: 06 Nov. 2020
Artikel Penelitian
Keyword:
Outside the bay, in the bay, fish
length ditribusion, Decapterus. sp,
Bara bay
Korespondensi:
Abdussabar Polanunu,
Universitas Iqra Buru, Namlea-
Indonesia
Email : [email protected]
Copyright© Oktober 2020
AGRIKAN
Abstrak Perairan Teluk Bara sebagai salah satu daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Buru
memiliki potensi yang cukup besar. Upaya penangkapan yang dilakukan nelayan kecil dengan menggunakan
alat tangkap tradisional seperti jaring insang (Gillnet) d an pancing ulur (long line) telah mengalami
perubahan seiring perkembangan teknologi penangkapan sehingga dibutuhkan kajian terkait standing stock
dan dianmika populasi sumberdaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan pola
sebaran frekuensi panjang ikan Layang (Decapterus sp) serta membandingkan ukuran panjang tubuh ikan
hasil tangkapan di Luar Teluk dan di Dalam Teluk Bara. Hasil penelitian menggambarkan sebaran frekuensi
panjang tubuh ikan Layang (Decapterus sp) tertinggi terdapat di Luar Teluk pada ukuran 208 – 218 mm,
dan lokasi di Dalam Teluk pada ukuran panjang 168 – 179 mm. Pola pertumbuhan ikan Layang (Decapterus
sp) pada kedua lokasi tangkapan (Luar Teluk dan Dalam Teluk) bersifat allometrik negatif artinya
pertumbuhan panjang lebih cepat dari pertumbuhan berat. Hubungan antara panjang dan berat ikan sangat
kuat dengan nilai R = 0,995 pada lokasi tangkapan di Luar Teluk dan nilai R = 0,983 pada lokasi tangkapan di
Dalam Teluk. Terdapat perbedaan ukuran panjang ikan Layang (Decapterus sp) hasil tangkapan di Luar Teluk
dan di Dalam Teluk dengan nilai signifikan P<0.05 dimana ukuran panjang rata-rata ikan Layang
(Decapterus sp) di Luar Teluk lebih besar (215,876 mm) dari ukuran panjang rata-rata Layang (Decapterus
sp) di Dalam Teluk (193,661 mm).
Abstract. The waters of Bara Bay as one of the small pelagic fishing areas in Buru Regency have considerable
potential. Fishing efforts carried out by small fishermen using traditional fishing gear such as gill nets and
long line have changed along with the development of fishing technology so that studies are needed related to
standing stock and the dynamics of fish resource populations. This study aims to determine the growth and
frequency distribution patterns of Layang fish (Decapterus sp) and to compare body lengths of fish caught
outside the bay and in the bay of Bara. The result study showed that the highest frequency distribution of
Layang (Decapterus sp) fish was outside the bay at 208 - 218 mm, and the location in the bay was 168 - 179
mm in length. The growth pattern of Layang fish (Decapterus sp) at both catchment locations (Outside Bay
and in the bay) is negative allometric meaning that the length growth is faster than the weight growth.
The relationship between fish length and weight was very strong with value R = 0.995 at the Outside Bay
catchment area and an R = 0.983 value at the Inside Bay catchment location. There is a difference in the length
of the Layang fish (Decapterus sp) caught outside the bay and inside the bay with a significant value of P <0.05
where the average length of the Layang fish (Decapterus sp) outside the Bay is greater (215.876 mm) than the
average length of Layang fish (Decapterus sp) in the inside Bay (193.661 mm).
I. PENDAHULUAN
Perairan Indonesia merupakan perairan
tropis memiliki banyak potensi sumberdaya hayati
yang tersebar di wilayah pesisir maupun laut lepas
dan pada perairan dasar maupun perairan
permukaan. Setiap wilayah memiliki karakterestik
sumberdaya hayatinya masing-masing. Wilayah
perairan pesisir merupakan kawasan transisi
antara daratan dan lautan memiliki arti dan peran
strategis karena mengandung sumberdaya hayati
dan nonhayati yang melimpah. Perairan teluk
Bara terletak pada posisi utara barat dari pulau
Buru Kabupaten Buru Provinsi Maluku
berhubungan dengan Laut Seram dan laut
Maluku. Perairan teluk Bara merupakan daerah
tangkapan ikan pelagis kecil bagi masyarakat
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
311
nelayan di kabupaten Buru. Hasil tangkapan ikan
nelayan dipasarkan ke Namlea (ibukota
Kabupaten Buru) dan sebagian dijual ke
perusahaan cold storage untuk komoditas ekspor.
Ikan layang (Decapterus sp) merupakan salah satu
komoditas perikanan pelagis kecil yang penting di
Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae
ini biasa hidup bergerombol. Ukurannya sekitar 15
cm meskipun ada pula yang mencapai 25 cm
(Nontji, 2002). Ikan layang (Decapterus sp)
termasuk ikan yang memiliki kemampuan
bergerak cepat di air laut karena bentuk tubuhnya
seperti cerutu dan sisiknya sangat halus, (Genisa
1998). Ikan layang memiliki dua sirip punggung
(dorsal), dorsal 1 memiliki 8 jari-jari keras dan
dorsal 2 memiliki 1 jari-jari keras dengan 8-9 jari-
jari lunak. Sirip dubur (anal) memiliki 3 jari-jari
keras dengan 22-25 jari-jari lunak. Tubuh ikan
layang memiliki warna hijau kebiruan di daerah
atas dan keperakan di daerah bawah, oper culum
memiliki bintik hitam kecil, insang dilindungi
oleh membran halus. Ikan ini bergerak dalam
bentuk bergrombol. Menurut Shaw dalam
Gunarso (1985) pengelompokan atau schoal
merupakan gejala biososial yang elemen-elemen
penyebabnya merupakan suatu pendekatan yang
bersifat timbal balik. Bagi ikan hidup
bergerombol dapat memberikan kesempatan yang
lebih besar untuk menyelamatkan diri dari
predator dan bagi beberapa jenis ikan
bergerombol dapat memberikan stress yang lebih
kecil dari pada yang hidup sendiri (Royce, 1972).
Ciri lain dari ikan layang yaitu
dibelakang sirip punggung ke 2 dengan sirip
dubur terdapat 1 jari-jari sirip tambahan (finflet).
Tubuhnya berwarna biru kehijauan, warna hijau
berkurang ke arah atas dan putihperak pada
bagian bawah, (Saanin, 1984). Klasifikasi ikan
layang menurut Saanin (1984) sebagai berikut:
Phyllum: Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Sub divisi : Carangi
Family : Carangidae
Genus : Decapterus
Spesies : Decapterus sp
Upaya penangkapan yang dilakukan oleh
nelayan terhadap ikan laying di perairan teluk
Bara dan sekitarnya sebagian besar menggunakan
alat tangkap tradisional seperti pancing ulur (long
line). Saat ini sudah digunakan alat tangkap dari
jenis purse seine oleh kelompok nelayan.
Penangkapan menggunakan purse seine
membutuhkan alat bantu penangkapan berupa
rumpon yang ditempatkan di dalam teluk dan di
luar teluk Bara. Seiring perkembangan teknologi
penangkapan, daerah penangkapan juga semakin
luas sehingga dibutuhkan kajian-kajian terkait
standing stock dan dinamika populasi sumberdaya
ikan. Seharusnya dalam manajemen pengelolaan
perikanan yang baik selalu didasarkan pada hasil-
hasil penelitian agar upaya penangkapan tidak
melampaui Maksimum Sustainable Yield (MSY)
sehingga pengelolaan penangkapan berkelanjutan
dapat terwujud. Pengelolaan perikanan
berkelanjutan dapat menjamin kelangsungan
usaha di bidang perikanan yang memberikan efek
domino (player efek) bagi peningkatan
kesejahteraan nelayan kecil. Sumberdaya ikan
yang potensial ini membutuhkan pengelolaan
yang terukur dan tertanggung jawab agar tidak
mengalami tangkap lebih (over eksploited)
sehingga diharapkan kelestarian sumberdaya tetap
terjaga dengan baik. Pengelolaan potensi
perikanan lestari di suatu daerah penangkapan
membutuhkan kajian dari berbagai aspek baik
aspek sumberdaya, teknologi pemanfaatan
maupun aspek ekonomi. Salah satu kajian
sumberdaya yang sangat prinsip adalah
mengetahui sebaran frekuensi panjang untuk
menentukan kelompok umur, tingkat kematangan
gonad (TKG) untuk mengetahui waktu pertama
kali memijah dan aspek biologi lainnya. Semua
informasi ini sangat berguna dalam manajemen
pengelolaan perikanan. Sangat sedikit informasi
yang diketahui tentang migrasi ikan layang, tetapi
ada kecenderungan bahwa pada siang hari
geromboloan ikan bergerak ke lapisan air yang
lebih dalam dan pada malam hari gerombolan
ikan bergerak ke lapisan atas perairan. Dilaporkan
bahwa ikan ini banyak di jumpai pada kedalaman
45 – 100 meter (Hardenberg dalam Sunarjo, 1990).
Di perairan Indonesia terdapat lima jenis
ikan layang (Decapterus spp) yakni : Decapterus
kurroides, D. russelli, Decapterus macrosoma. D.
macarellus dan D. maruadsi, (FAO 1974). Dari
kelima jenis ini hanya Decapterus russelli yang
mempunyai daerah sebaran yang luas di
Indonesia, sedangkan di perairan laut Jawa
terdapat dua spesies yaitu Decapterus macrosoma
dan Decapterus russelli (Widodo, 1988).
Beberapa Informasi terkait dinamika
populasi ikan Layang (Decapterus sp) di perairan
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
312
Teluk Bara dan sekitarnya akan disajikan dalam
tulisan ini diantaranya Pola sebaran frekuensi,
hubungan panjang dan berat ikan, Faktor Kondisi
dan Perbedaan ukuran antara hasil tangkapan ikan
di luar Teluk dan di dalam Teluk.
II. METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli
hingga September 2020. Lokasi penelitian terletak
di Teluk Bara Kecamatan Aer Buaya dan Desa
Wamlana Kecamatan Fenalisela Kabupaten Buru
Provinsi Maluku. Secara geografis Teluk Bara
berada pada posisi 3o.06’,25” LS dan 126o. 10’,07”
BT dan Desa Wamlana 3o.04’,08” LS dan 126o.
31’,40” BT . ( Gambar 1).
Gambar 1: Peta Lokasi Penelitian
2.2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode survei yaitu pengukuran
sampel dilakukan langsung di lapangan. Sampel
ikan yang sudah dikumpulkan kemudian diukur
panjang dan beratnya berdasarkan lokasi masing-
masing. Untuk mendapatkan data morfometrik
dan frekuensi panjang ikan, pengambilan sampel
dilakukan setiap 3 minggu selama selama 3 bulan
atau tiga kali. Sampel diambil langsung dari kapal
yang melakukan penangkapan di perairan dalam
teluk Bara dan di luar teluk Bara. Setiap kali
pengambilan sampel untuk masing-masing lokasi
penangkapan sebesar 70 ekor, sehingga total
sampel per lokasi penangkapan masing-masing
210 ekor. Data yang sudah dikumpulkan
kemudian ditabulasi guna memudahkan proses
analisis.
2.3. Analisis Data
2.3.1. Analisis Hubungan Panjang – Berat
Data yang sudah ditabulasi kemudian
dianalisis hubungan panjang berat ikan. Panjang
ikan dikonversi ke dalam berat dengan
menggunakan fungsi berpangkat menurut Pauly
(1984) : Froese (2006) dalam Sasmita et.al., (2018)
yaitu : . Selanjutnya menurut Jennings
et. al., 2001 dalam Wujdi, et. al., 2012 data tersebut
di atas dilakukan transformasi ke dalam
persamaan linier atau garis lurus dengan
melogaritmakan persamaan tersebut guna
memudahkan perhitungan sehingga bentuk
persamaan menjadi : Log W = Log a + b Log L.
Nilai b adalah nilai yang harus cocok dengan
panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan.
Hubungan panjang berat ikan dihitung dengan
menggunakan rumus regresi linier sebagai
berikut: Y = a + bx, Nilai b pada persamaan
hubungan panjang berat menunjukkan tipe
pertumbuhan ikan. Jikan nilai b = 3 berati
pertumbuhan berat ikan simbang denagan
penambahan panjangnya. Jika nilai b ≠ 3 maka
pertumbuhan disebut allometrik. Untuk menguji
apakah nilai b sama atau tidak sama dengan 3,
diuji dengan menggunakan uji t. uji t digunakan
untuk menguji pertambahan panjang (hukum
kubik) dimana b = 3 (μo).
Sebaran Frekuensi Panjang
Untuk menganalisis sebaran frekuensi
panjang menggunakan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Menentukan nilai maksimum dan nilai
minimum dari seluruh data panjang total ikan
layang (Decapterus spp).
2. Menentukan jumlah kelas sebanyak 12
dengan interval 15mm.
3. Menentukan limit bawah kelas bagi selang
kelas yang pertama dan kemudian limit atas
kelasnya. Limit atas didapatkan dengan cara
menambahkan lebar kelas pada limit bawah
kelas.
4. Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap
selang kelas.
5. Menentukan nilai tengah kelas bagi masing-
masing kelas dengan merata-ratakan limit
kelas.
6. Menentukan frekuensi bagimasing-masing
kelas
Sebaran frekuensi panjang yang telah
ditentukan dalam masing-masing selang kelas,
diplotkan dalam sebuah grafik untuk melihat
jumlah distribusi normalnya. Dari grafik tersebut
dapat terlihat jumlah puncak yang
menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort)
yang ada.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
313
2.3.2. Analisis Faktor Kondisi (K)
Faktor Kondisi dihitung dengan
membandingkan bobot rata-rata ikan dengan
bobot prediksi yang diperoleh dari parameter
perhitungan panjang bobot secara umum. Untuk
mendapatkan faktor kondisi (K) yaitu yang
dengan menggunakan rumus (Effendie,2002); King
(2007) dalam Nugroho et. al (2018) :
dimana K adalan Faktor Kondisi.
Perhitungan Faktor Kondisi menggunakan
formula berikut: log W = log a+ b log L. Harga b
adalah harga pangkat yang harus cocok dengan
panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan.
Apabila dalam perhitungan harga b = 3 , maka
rumus yang digunakan :
Jika nilai b kurang dari 3 menunjukan
keadaan ikan yang kurus, dimana pertumbuhan
panjangnya lebih cepat dari pertambahan
beratnya. Kalau nilai b lebih dari 3 menunjukan
ikan tersebut montok, pertambahan berat lebih
cepat dari pertambahan panjangnya maka rumus
yang digunakan adalah
Nilai praktis yang didapat dari perhitungan
panjang berat ini dapat digunakan untuk menduga
berat dan panjang ikan atau sebaliknya,
keterangan tentang ikan mengenai pertumbuhan
kemontokan dan perubahan dari lingkungan.
Model allometric linear (LAM) di gunakan untuk
menghitung parameter a dan b melalui
pengukuran perubahan berat dan panjang.
Koreksi bias pada perubahan berat rata-rata dari
unit logaritma digunakan untuk memprediksi
berat pada parameter panjang sesuai dengan
persamaan allometric berikut, berdasarkan
(DeRobertis & William, 2008 dalam Mulfizar et.
al., 2012): W = a Lb
Dimana W adalah berat ikan (gr), L adalah
panjang total ikan (mm), a dan b adalah parameter.
Untuk mempermudah perhitungan, maka
persamaan di atas dikonversi ke dalam bentuk
logaritma (Jennings et al.,2001) dalam Wujdi A.,
et al 2012) sehingga menjadi persamaan linear
dengan menggunakan persamaan berikut: logW=
log a + b logL.
2.3.3. Perbedaan Ukuran Hasil Tangkapan di Luar
dan di Dalam Teluk.
Untuk melihat perbedaan ukuran panjang
tubuh ikan Layang (Decapterus sp) hasil
tangkapan di Luar Teluk dan di dalam teluk Bara
dilakukan uji beda dengan menggunakan uji
Mann-Whitney U.
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Layang
(Decapterus. sp)
Hasil perhitungan frekuensi panjang ikan
Layang (Decapterus sp) di luar Teluk dan di
Dalam Teluk dari sampel yang diambil selama tiga
bulan dengan jumlah sampel masing-masing 210
ekor dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini:
Gambar 2. Distribusi Frekuensi Panjang Tubuh
Ikan di Luar Teluk Bara
Gambar 3. Distribusi Frekuensi Panjang Tubuh
Ikan di Dalam Teluk Bara
Dari grafik gambar 2 di atas
menggambarkan bahwa distribusi frekuensi
panjang tubuh ikan Layang (Decapterus sp) terdiri
dari 9 kelompok (kohor) dengan frekuensi
tertinggi pada ukuran panjang ikan 208 – 218 mm
pada lokasi di Luar Teluk. Sedangkan pada grafik
gambar 3 juga terdiri dari 9 kohor dengan
frekuaensi panjang tubuh ikan Layang (Decapterus
sp) tertinggi dicapai pada ukuran 168–179 mm.
Distribusi frekuensi panjang ikan Layang
(Decapterus sp) pada lokasi di luar teluk
memperlihatkan bahwa sebaran ukuran panjang
ikan yang tertangkap adalah ukuran ikan pada
saat pertama kali matang gonad yaitu 166 mm
(Apriliyanti, 2000). Hal ini menunjukan bahwa
ketika ikan pada ukuran tersebut akan melakukan
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
314
migrasi untuk memijah yang ditandai dengan
semakin menurunnya frekuensi panjang pada
selang 218 – 238 mm, kemudian frekuensi panjang
stagnan pada ukuran 238 – 267mm. Sedangkan
distribusi frekuensi panjang ikan Layang
(Decapterus sp) pada lokasi di dalam teluk
didominasi oleh ikan berukuran kecil yaitu < 180
mm serta frekuensi panjang ikan semakin
menurun seiring dengan bertambahnya panjang
tubuh ikan. Hal ini menggambarkan bahwa ikan
Layang (Decapterus sp) yang tertangkap di dalam
teluk didominasi oleh ikan sedang hingga kecil.
Ikan-ikan yang beranjak dewasa bermigrasi ke
luar teluk atau laut dalam. Ukuran ikan Layang
(Decapterus. sp) umumnya 250 mm dan dapat
mencapai maksimum 400 mm (Randongkir et.al
2018). Analisis panjang-berat ikan sangat penting
dilakukan untuk mengetahui kondisi biologi ikan
dan stok ikan agar mudah dilakukan manajemen
keberlangsungan biodiversitas ikan, (Rosli dan
Isa,2012 dalam Nurhayati et.al, 2016).
3.2. Perbedaan Ukuran Panjang Ikan Layang
(Decapterus sp) Luar Teluk dan Dalam Teluk
Bara.
Hasil analisis dengan menggunakan uji
Mann Whitney U terbukti bahwa ada perbedaan
ukuran panjang tubuh ikan sangat signifikan (p <
0.05) antara panjang tubuh ikan yang terangkap di
Luar Teluk dan di Dalam Teluk. Ukuran panjang
ikan Layang (Decapterus. sp) yang tertangkap di
Luar Teluk Bara lebih besar dari ukuran panjang
ikan Layang (Decapterus sp) yang tertangkap di
Dalam Teluk Bara. Panjang rata-rata ikan Layang
yang tertangkap di Luar Teluk Bara adalah 215,876
mm dan di Dalam Teluk Bara 193,661mm
Terjadinya perbedaan ukuran karena
perbedaan lokasi diduga karena adanya perbedaan
kondisi lingkungan berupa parameter oseanografi,
ketersediaan makanan dan faktor biologis dari
ikan. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh C Sirke
(1980) dalam Faizah dan Anggawangsa (2019)
bahwa perbedaan nilai parameter pertumbuhan
dari ikan yang sama pada lokasi berbeda
dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, suhu
perairan, oksigen terlarut ukuran ikan dan
kematangan gonad. Sejalan dengan Nicolsky
(1963) dalam Rahmawati (2006) bahwa perbedaan
pola pertumbuhan yang terjadi dari satu spesies
ikan yang hidup di habitat berbeda tergantung
pada kondisi lingkungan organisme tersebut
hidup, serta tersedianya makanan yang dapat
dimanfaatkan utnuk menunjang kelangsungan
hidup dan pertumbuhan dari organisme ikan
tersebut.
Makanan sebagai penunjang pertumbuhan
organisme termasuk ikan juga dikemukakan oleh
Nikolsky (1963) dalam Sasmito et al., (2016) bahwa
lingkungan perairan sangat terbatas oleh
kelimpahan makanan. Kelimpahan makanan
sebagai factor penting dalam perairan akan
mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Selain faktor kondisi lingkungan dan
ketersediaan makanan faktor lain juga
mempengaruhi perbedaan ukuran satu populasi
yang sama pada lokasi berbeda yaitu terjadi
penambahan kelompok ikan yang lain kedalam
satu kelompok tertentu, sebagaimana di
ungkapkan oleh Dahlan, dkk (2016) bahwa
perbedaan jumlah dan ukuran ikan dalam
populasi di perairan dalam suatu populasi dapat
disebabkan oleh, pola pertumbuhan, migrasi dan
adanya perubahan atau pertambahan ikan baru
pada suatu populasi yang sudah ada. Secara
biologi menurut (Romimuhtarto dan Juwana,
2001); (Prihartini, 2000) bahwa ikan layang
merupakan plankton feeder atau pemakan
plankton kasar yang terdiri dari organisme pelagis
yang komposisinya berbeda seperti coppepoda,
diatomae dan larva ikan. Sumberdaya tersebut
bersifat multi species yang saling berinteraksi satu
sama lain secara biologis ataupun secara
teknologis melalui persaingan (competition) dan
antar hubungan pemangsaan (predatory
relationship). Secara ekologis sebagian besar
populasi ikan pelagis kecil termasuk ikan layang
menghuni habitat yang relatif sama yaitu di
permukaan dan membuat gerombolan di perairan
lepas pantai, daerah-daerah pantai dan laut dalam
dengan kadar garam tinggi dan sering tertangkap
secara bersama.
3.3. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Layang
(Decapterus sp)
Pertumbuhan ikan Layang (Decapterus sp)
dapat diketahui melalui analisis hubungan
panjang dan berat dari ikan. Pendugaan
pertumbuhan ikan Layang di Luar dan di Teluk
Bara dilakukan dengan menganalisis sampel ikan
hasil tangkapan dari kedua lokasi tersebut yang
diambil selama tiga bulan dapat dilihat pada grfik
berikut:
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
315
Gambar 4. Hubungan Panjang Berat Ikan Layang
(Decapterus sp) Luar Teluk Bara
Gambar 5. Hubungan Panjang Berat Ikan Layang
(Decapterus sp) Dalam Teluk Bara
Garfik hubungan panjang dan berat ikan
Layang (Decapterus sp) hasil tangkapan nelayan
pada lokasi Luar Teluk Bara dan lokasi Dalam
Teluk Bara, keduanya menggambarkan kondisi
linier yang memenuhi persamaan W = -3.550 +
2.437X, dengan nilai korelasi 0.995 dan koefisien
determinasi (R2) = 0.991 untuk lokasi di Luar
Teluk. Sedangkan untuk lokasi Dalam Teluk
memenuhi persamaan W = -4.766 + 2.960X dengan
nilai korelasi yang kuat yaitu 0.981 dan koefisien
determinasi (R2) = 0.98.
Hasil perhitungan regresi memberikan nilai b<3
menggambarkan pola pertumbuhan ikan Layang
(Decapterus sp) di Luar dan di Dalam Teluk Bara
bersifat allometrik negatif artinya pertambahan
panjang lebih cepat dari pertambahan berat.
Sebagaimana disampaikan Effendi (1997) bahwa
jika nilai b = 3 artinya pertumbuhan bersifat
isometrik (pertambahan panjang seimbang dengan
pertambahan berat, jika nilai b ≠ 3 maka
pertumbuhan ikan bersifat alometrik artinya
pertambhana panjang tidak sama dengan
pertambahan b berat. Jika nilai b > 3 (allometrik
positif) artinya pertambahan berat lebih cepat dari
pertambahan panjang, dan jika nilai b < 3
(allometrik negatif) maka pertambahan panjang
lebih cepat dari pertambahan berat.
IV. PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa: Pertumbuhan ikan Layang
(Decapterus. sp) yang tertangkap di Luar Teluk dan
di Dalam Teluk Bara bersifat allometrik negatif
(b<3), dengan sebaran frekuensi panjang tubuh
ikan tertinggi di Luar Teluk pada ukuran 208 – 218
mm dan di Dalam Teluk pada ukuran 168 – 179
mm. Ukuran panjang tubuh ikan Layang
(Decapterus. sp) yang tertangkap di Luar Teluk
berbeda dengan yang tertangkap di Dalam Teluk
Bara, dimana panjang rata-rata ikan di Luar Teluk
adalah 215,876 mm dan di Dalam Teluk
193,661mm. Nilai faktor kondisi (K) ikan Layang
(Decapterus. sp) untuk lokasi di Luar Teluk
sebesar 0,767 dan lokasi di Dalam teluk sebesar
0,333.
REFERENSI
Aprilianty, H. 2000. Beberapa Aspek Biologi Ikan Layang (Decapterus Russelli) di Perairan Teluk Sibolga
Sumatera Utara. Fakultas perikana dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Dahlan M. A, Omar S. B. A, Tresnati J, Nur M, Umar M.T. 2015. Beberapa aspek Reproduksi Ikan Layang
Deles (Decapterus macrosoma Bleeker, 1851) yang tertangkap dengan Bagan perahu di
perairan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Jurnal IPTEKS PSP. (2). 3. 281 – 227.
Drajat M. F. 2004. Analisis BioEkonomi Udang Karang (Panalirus spp) Pada Usaha Perikanan Tangkap
Skala Kecil di Kabupaten Kebumen dan Sekitarnya. Tesis Program Studi Magister
Pemanfaatan Sumberdaya Pantai Programa Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Dwipongo, 1983. Pengkajian Sumberdaya perikanan Laut Indonesia, Laporan Penelitian Perikanan Laut
No. 2 Puslitbang Perikanan Jakarta.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
316
Effendie, M. I., 1979. Metoda Biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Effendie, M.I., 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Faizah. R dan Anggawangsa R.F. 2019. Hubungan Panjang Bobot, Parameter Pertumbuhan dn Faktor
Kondisi Ikan Gulamah Johnius carouna (Cuvier, 1830) Di Perairan Selatan Jawa. Jurnal
Ikhtiologi Indonesia. (19).2.
FAO, 1974. Species Identification sheets for Fishery Purpose, Volume I Food and Agriculture
Organzation of the United Nations. Rome.
Genisa Abdul Samad, 1998. Beberapa catatn tentang Biologi Ikan Layang Marga Decapterus. Oseana , vol.
XVIII. No. 2. 27 – 36.
Gulland, J.A, 1983. Fish Stock Assesment. A Manual of Basic Methods. Jhon Wiley and Sons. Inc. New
York.
Gunarso. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Taktik Penangkapan Ikan. Diktat
Kuliah. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Mulfizar, Zainal A. Muchlisin, Irma Dewiyanti, 2012. Hubungan Panjang berat dan Faktor Kondisi Tiga
jenis ikan yang tertangkap di perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar Provinsi Aceh. Jurnal
Depik. 1 (1). 1-9 p. 1-9. April 2012.
Nikolsky G, V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. New York. 325 p.
Nontji, 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Nugroho C. S, Irwan Jatmiko, Arief Wujdi. Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi Madidihang, Thunus
Albacares (Bonnatere 1788) di Samudera Hindia Bagian Timur. Jurnal Ikhtiologi Indonesia.
Vol. 18 no. 1. Pebruari 2018.
Nurhayati, Fauziah , Siti Masreah Bernas, 2016. Hubungan Panjang Berat dan pola penyebaran Ikan di
Muara sungai Musi Kabupaten Banyu Asin Sumatera Selatan. Maspari Journal, Juli 2016. 8.
(2). p. 11 -111.
Pauly, D. 1984. Fish Population dynamics in tropical waters a manual for use with programmable
Calculators. ICLARM. Stud.Rev.(8) 325 pp.
Prihartini Ambar. 2006 nalisis Tampilan Ikan Layang (Decapterus spp) Hasil Tangkapan Purse Seine
yang didaratkan di PPN Pekalongan. Tesisi Program Magister Manajemen Sumberdaya
Pantai. Universitas Diponegoro. Jawa Tengah.
Radongkir Y. E, Fany Simatauw, Tutik Handayani. 2018. Aspek Pertumbuhan Ikan Layang (Decapterus
macrosoma) di Pangkalan Pendaratan Ikan Sanggeng Kabupaten Manokwari. Jurnal
Sumberdaya Akuatik Indopasifik; 15-24. Vol 2.1.
Rahmawati, I,. 2006. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Beunteur (Puntius binotatus C. V 1842), Familiy
Ciprinidae) Di Bagian Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, Jawa Barat. Skripsi, IPB.
Bogor.
Rokhmin Dahuri, I. N Suryadi Putra, Zairon dan Sulistiono. 1993. Metode dan Teknik Analisis Biota
perairan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Romimuhtarto K dan Sri Juwana, 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota laut. Penerbit
Djambatan. Jakarta.
Royce, W. F., 1972. Introduction to The Fishery Sciences Academic Press, New York.
Saanin H. 1968. Taksonomi dan Kunci Determinasi Ikan I dan II. Penerbit Pustaka Bandung.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
317
Sasmita Suparman, Neneng Pebruwanti dan Ika Fitrani, 2018. Distribusi ukuran ikan Teri hasil
tangkapan Jaring Puring di Perairan Pulo Lampes Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Journal of
Fisheries and Marine Science. 2 (2).
Sasmito H, Nur Irwan Andi dan Abdullah. 2016. Pola Pertumbuhan Ikan Peperek (Leiognathus eguulus)
Di Teluk Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan. 1 (3).
275 – 284.
Spare, P dan Venema, S. C. 1999. Introduksi pengkajian Stock Ikan Tropis. Buku I Manual. Pusat
Penelitian dan Pengemnbangan Perikanan. Jakarta. 438 p.
Sujana, 2002. Metode statistik. Tarsito. Bandung. 508 hal.eles (Decapterus Macrosoma Blkr) di perairan
Laut Jawa Bagian Timur (Skripsi) Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
Sunarjo, 1990. Analisis Parameter Pertumbuhan Ikan Layang (Decapteruss macrosoma Blkr) Di Perairan
Laut jawa Bagian Timur. (Skripsi) Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
Widodo J. 1988. Population Dynamics and Management of Ikan Layang. Scad Mackerel, Decapterus spp
(Pisces carangidae) in The Java Sea. Disertasi Ph.D. School of Fisheries, university of
Washington – Seattle.
Wujdi A, Suwarso dan Wudianto, 2012. Hubungan Panjang Bobot, Faktor Kondisi dan Struktur Ukuran
Ikan Lemuru (Sardinella lemuru bleeker 1853) di Perairan Selat Bali. Jurnal Bawal 4. (2).
Agustus 2012. Hal. 83 -89 .
Top Related