Pengolahan Buangan Industri.docx

download Pengolahan Buangan Industri.docx

of 26

Transcript of Pengolahan Buangan Industri.docx

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    1/26

    Pengolahan uangan Industri

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara produsen karet alam kedua terbesar di dunia

    setelah Thailand. Pada tahun 2006, produksi karet alam mencapai 2,64 juta ton,

    lebih dari 90% nya (2,45 juta ton) adalah jenis Crumb Rubber yang dihasilkan

    oleh sekitar 115 pabrik Crumb Rubber di seluruh Indonesia. Karet (termasuk karet

    alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal

    ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen

    yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan,conveyor belt, sabuk transmisi,dock

    fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus

    meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet

    sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia

    walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku

    industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan.

    Dalam proses pengolahan karet selain dihasilkan produk-produk yang

    diinginkan juga dihasilkan produk lain berupa limbah. Limbah yang menjadi

    masalah di pabrik-pabrik biasanya berupa cairan. Limbah cair industri karet

    mengandung senyawa organik antara lain dalam bentuk senyawa karbon dan

    nitrogen, juga biasanya mengandung air cucian dari lateks yang tidak

    terkoagulasi, protein, lipid, karoten dan lain-lain. Selain itu limbah cair industri

    karet juga mengandung bahan-bahan kimia yang ditambahkan selama proses

    pengolahan. Sehingga bila air limbah itu dibiarkan beberapa hari saja, akan

    mengeluarkan bau busuk yang dapat mengganggu lingkungan disekitarnya.Maka dari itu perlu dilakukan suatu pengolahan terhadap limbah tersebut.

    Pengolahan air limbah yang dilakukan biasanya menggunakan lumpur aktif untuk

    mengurangi jumlah polutan yang terkandung dalam air limbah karet dengan cara

    menguraikan senyawa organik di dalam air limbah menjadi senyawa sederhana.

    Akan tetapi pengolahan limbah secara lumpur aktif ini perlu dijaga besaran

    jumlah air yang masuk dan yang keluar agar aktivitas mikroorganisme dalam

    lumpur aktif tidak terganggu.

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    2/26

    Pengolahan uangan Industri

    Air limbah karet yang telah diolah tidak boleh langsung dibuang. Hal ini

    dikarenakan belum diketahuinya jumlah polutan yang masih terkandung di

    dalamnya. Maka dari itu perlu dilakukan pengolahan terhadap air limbah tersebut.

    Adapun parameter-parameter air limbah karet yang diolah seperti Biochemical

    Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspend Solid

    (TSS), pH, Amonia (NH3-N), Nitrogen Total sebagai N.

    1.2 Permasalahan

    Sisa dari proses produksi karet PT. Sumber Djantin menghasilkan limbah

    cair, padat dan gas yang berpotensi mencemari lingkungan dan badan sungai.

    Adapun parameter yang terkandung dalam limbah cair yaitu BOD, COD, TSS,

    pH, Amonia dan N.

    1.3 Tujuan

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi parameter-

    parameter yang terdapat pada limbah cair, padat dan gas. Dan mengevaluasi

    instalasi pengolahan air limbah PT. Sumber Djantin agar sesuai dengan standar

    baku mutu air limbah industri.

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    3/26

    Pengolahan uangan Industri

    BAB II

    KONDISI LINGKUNGAN

    2.1 Sosial Ekonomi

    Luas Kecamatan Pontianak Utara adalah sebesar 37,22 km2 atau sekitar

    34,52% dari luas wilayah Kota Pontianak. Kepadatan penduduk Kecamatan

    Pontianak Utara adalah 2.909 km2. Kecamatan Pontianak Utara terdiri dari 4

    Kelurahan, luas Kelurahan Siantan Tengah 13,7 km2. Kepadatan penduduk

    Siantan Tengah adalah 3.838 km2(BPS,2008).

    Batas wilayah kecamatan Pontianak utara berdasarkan arah angin:

    Utara : Desa Wajok Hulu Kec. Siantan Kab. Pontianak Selatan : Sungai Kapuas Timur : Desa Mega Timur Kec. Siantan Kab. Pontianak Barat : Desa Wajok Hulu kec. Siantan Kab. Pontianak2.1.1 Mata Pencaharian

    Mata pencaharian sebagian besar penduduk di sekitar PT. Sumber

    Djantin adalah pegawai negeri dan wiraswasta (berdagang dan membuka

    rumah makan).

    2.1.2 Pendidikan

    Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencetak sumber daya

    manusia yang potensial dan produktif bagi pembangunan, baik melalui

    pendidikan formal maupun non formal. Guna meningkatkan mutu pendidikan

    beberapa hal harus dipenuhi, antara lain sekolah, guru, serta sarana dan

    prasarana lainnya yang dapat memperlancar proses pendidikan tersebut.

    Disekitar wilayah PT. Sumber Djantin terdapat banyak sarana

    pendidikan, seperti Taman Kanak-kanak (TK), Pendidikan Anak Usia Dini

    (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

    Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada tahun 2008, jumlah prasarana

    pendidikan antara lain TK yang tersedia sebanyak 11 sekolah, SD/MI yang

    tersedia sebanyak 48 sekolah, SLTP/MTS sebanyak 17 sekolah dan

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    4/26

    Pengolahan uangan Industri

    SLTA/MA/SMK sebanyak 13 sekolah. Warga sekitar pun rata-rata telah

    mengenyam pendidikan hingga bangku SMA.

    2.1.3 KesehatanPembangunan dibidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan

    kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan

    hidup, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta untuk

    mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.

    Terdapat beberapa fasilitas kesehatan disekitar wilayah PT. Sumber

    Djantin seperti Bidan, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos

    Pelayanan Terpadu (Posyandu). Kualitas Kesehatan masyarakat disekitar PT.

    Sumber Djantin masih tergolong baik dan tidak mudah terserang wabah.

    2.2 Penduduk

    Penduduk di sekitar PT. Sumber Djantin tergolong ramai. Jumlah

    penduduk Kecamatan Pontianak Utara sebesar 126.769 jiwa dan jumlah penduduk

    Kelurahan Siantan Tengah sebesar 36.860 jiwa (BPS, 2008). PT. Sumber Djantin

    sendiri memanfaatkan penduduk yang berada di sekitarnya untuk menjadi tenaga

    kerja. Hal ini merupakan salah satu dampak positif dari keberadaan PT. Sumber

    Djantin.

    2.3 Kondisi Lingkungan

    Kondisi lingkungan disekitar PT. Sumber Djantin sekarang telah

    didominasi dengan rumah penduduk. Bagian belakangnya sendiri berbatasan

    langsung dengan sungai Kapuas dan bagian depan berbatasan langsung dengan

    jalan yang sering dilalui oleh masyarakat. Di sekitar PT. Sumber Djantin telah

    terdapat gedung-gedung (seperti mesjid, sekolah, pertamina, dll) dan rumah-

    rumah warga. PT. Sumber Djantin terletak di lingkungan yang aktivitasnya padat.

    Banyak masyarakat lewat di sekitar pabrik tersebut.

    2.4 Limbah

    Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat

    tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    5/26

    Pengolahan uangan Industri

    Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini

    dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan

    sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/

    merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya.

    Dari suatu proses produksi akan menghasilkan sisa yang berupa limbah,

    begitu pula yang terjadi di PT. Sumber Djantin. Proses produksi yang dilakukan di

    PT. Sumber Djantin juga menghasilkan limbah. Jenis limbah apa saja yang

    dihasilkan oleh PT. Sumber Djantin akan dijelaskan sebagai berikut.

    2.5 Jenis Limbah

    Limbah terdiri atas 3 jenis limbah yaitu:

    Limbah cairLimbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang

    berwujud cair (PP 82 thn 2001). Limbah cair bersumber dari pabrik yang

    biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu

    ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses

    pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan

    kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu

    bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu

    kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini

    mengakibatkan buangan air.

    Limbah padatLimbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur

    atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat

    berasal dari kegiatan industri yang berupa lumpur, pasir dan lain-lain

    Limbah gasLimbah gas adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat

    (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur

    dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon

    monoksida dan timah sebagai hasil dari produksi industri.

    PT. Sumber Djantin menghasilkan limbah cair, padat dan gas. Limbah

    cair ini diolah menggunakan instalasi pengolahan air limbah agar tidak mencemari

    badan sungai disekitar pabrik. Program PROPER (Pengelolaan Lingkungan

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    6/26

    Pengolahan uangan Industri

    Hidup) memiliki 5 kriteria dalam pemberian akreditas sebuah pabrik dalam

    pengelolaan limbah yang dihasilkan. Dimana PT. Sumber Djantin berhasil

    memperoleh akreditas biru yaitu telah memenuhi standar baku mutu air limbah

    industri yang dibuang ke lingkungan.

    Limbah padat yang berasal dari proses sedimentasi ini diberikan kepada

    masyarakat sekitar yang dapat digunakan sebagai pupuk. Sedangkan limbah gas

    yang berasal dari proses pendinginan disaring ke udara menggunakan cerobong

    yang telah dipasangscrubber.

    2.6 Parameter Limbah yang Mencemarkan

    Limbah cair yang dihasilkan oleh PT. Sumber Djantin mengandung

    parameter-parameter berupa BOD, COD, TSS, pH, Amonia dan N yang

    berpotensi mencemari lingkungan.

    Tabel 2.1 Parameter Limbah Cair

    Inlet

    Kand. Maks (mg/L) Beban penc. Maks (kg/ton) outlet beban penc. kg/ton

    1 BOD5 60 2,4 28,9 0,83 245 IK 5.4.2.11.02

    2 COD 200 8 77,8 2,23 579 SNI 06-6989.2-20043 TSS 100 4 17,4 0,50 732 SNI 06-6989.3-2004

    4 NH3-N 5 0,2 4,29 0,12 3,60 SNI 06-6989.30-2004

    5 N Total 10 0,4 4,76 0,14 5,75 Perhitungan

    6 pH 7,38 - 6,08 SNI 06-6989.11-2004

    7 Debit 28,6 - SNI 0140 : 200740 m3/ton produk

    6,0-9,0

    Metode UjiNo.Zat

    Pencemar

    Baku Mutu Limbah Cair Hasil Uji

    Sumber : PT. Sumber Djantin

    Untuk pencemaran udara di PT. Sumber Djantin telah melakukan

    penanganan yang cukup efektif sehingga udara yang keluar dari proses produksi

    pabrik tidak mencemari lingkungan di sekitar pabrik dan tidak berbahaya bagi

    masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik. Keluhan masyarakat mengenai bau

    bukan berasal dari proses produksi melainkan dari bahan baku berupa karet

    mentah.

    PT. Sumber Djantin sudah pernah mencoba untuk menangani masalah bau

    yang berasal dari bahan baku tersebut dengan melakukan pemberian bahan kimia

    ke bahan baku sebelum dilakukan proses produksi. Memang benar telah

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    7/26

    Pengolahan uangan Industri

    menghilangkan bau namun hanya bertahan selama tiga hari dan kemudian bau

    tersebut muncul kembali. Karena bahan kimia yang digunakan memiliki harga

    yang cukup mahal maka PT. Sumber Djantin menghentikan pemberian bahan

    kimia tersebut dan sampai sekarang masih dicari cara untuk memecahkan

    permasalahan bau yang berasal dari bahan baku berupa karet mentah tersebut.

    2.7 Sumber Limbah

    Sumber limbah di PT. Sumber Djantin antara lain :

    Limbah cair berasal dari proses produksi, pencucian bahan baku, dll. Limbah padat berasal dari proses sedimentasi dalam pengolahan

    limbah cair. Limbah gas berasal dari proses pendinginan.

    2.8 Volume Limbah

    Rata-rata volume limbah cair yang berasal dari PT. Sumber Djantin adalah

    sebesar 40 m3/ton produk. Produksi limbah serta zat pencemarnya dapat dilihat

    pada tabel 2.1.

    2.9 Penyaluran Air Buangan

    Adapun penyaluran air buangan yang terdapat di PT. Sumber Djantin

    yaitu screening, bak pengendapan, bak pengolahan yang menggunakan tawas,

    soda ash, saluran recycleair, serta pipa-pipa air buangan. Sedangkan kelengkapan

    peralatan berupa flow meter V- Notch yang digunakan untuk mengukur kecepatan

    aliran dan debit yang masuk ke IPAL dan pompa jet pump yang digunakan untuk

    menghisap endapan lumpur yang terdapat pada bak pengendap.

    Limbah cair dibuang ke badan sungai yang terletak di belakang PT.

    Sumber Djantin. Limbah padat diberikan kepada masyarakat untuk dijadikan

    pupuk. Sedangkan limbah gas dilepaskan ke udara.

    2.10 Frekuensi Pembuangan

    Limbah cair hasil pengolahan akan dibuang ke badan sungai setiap hari

    pada jam operasional ( 08.0017.00).

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    8/26

    Pengolahan uangan Industri

    2.11 Kecepatan Aliran imbah

    Kecepatan Air limbah yang masuk ke IPAL dan bak pengolahan yaitu

    sebesar 0,3 1 m/det (sesuai dengan standar kecepatan aliran dalam bak

    pengolahan).

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    9/26

    Pengolahan uangan Industri

    BAB III

    PEMILIHAN LOKASI

    3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi IPAL

    Kegunaan kajian mengenai lokasi industri adalah untuk mendapatkan

    perusahaan atau lokasi ekonomis yang terbaik dan teori teori lokasi adalah teori

    normatif tentang lokasi yang optimal dan kegiatan kegiatan manusia, misalnya :

    pabrik, pertanian, pemukiman, dan lain sebagainya. Lokasi kegiatan industri

    ditetapkan berdasarkan bermacam macam pertimbangan. Dengan mengetahui

    lokasi Industri pada suatu wilayah perkotaan, maka akan memudahkan dalam

    merencanakan suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah pada industri karet P.T

    Sumber Djantin sehingga lokasi IPAL yang direncanakan sesuai dengan ketentuan

    yang berlaku dan tidak menimbulkan masalah bagi masyarakat dikemudian hari

    akibat dari pengolahan limbah karet dan buangannya ke badan sungai.

    Beberapa hal penting yang harus diperhatikan di dalam pemilihan lokasi

    IPAL, yaitu sebagai berikut (Qasim, 1999) :

    a. IPAL harus berada pada ketinggian yang rendah yang memungkinkanadanya aliran gravitasi;

    b. IPAL harus terisolasi dari area terbangun perkotaan (built-up areas)dan area-area yang memiliki potensi pengembangan di masa depan,

    dan dengan pengaturan tanaman-tanaman harus mempertimbangkan

    keindahan dan bau, hal ini disebabkan oleh dibutuhkannya area

    pengeringan lumpur yang berpotensi sebagai sumber yang sangat

    berbau;

    c. IPAL berlokasi pada satu area lahan yang memiliki area penyangga(buffer area) dan memenuhi kebutuhan masa datang;

    d. IPAL harus dapat diakses dari berbagai arah dan berbagai cuaca;e. IPAL harus berada saluran irigasi yang besar dan mampu menerima

    air limbah yang telah diolah;

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    10/26

    Pengolahan uangan Industri

    f. Lahan harus memiliki kemampuan untuk mendukung sistem strukturbangunan IPAL; dan

    g. Pelestarian pantai khususnya di wilayah perkotaan, keterlibatanmasyarakat pesisir, taman-taman umum, fasilitas-fasilitas rekreasi

    merupakan pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi dan

    perencanaan fasilitas IPAL.

    3.2 Lokasi IPAL PT.Sumber Djantin

    Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. Sumber Djantin dilokasikan

    pada bagian samping area industri tepatnya di samping kanan pabrik. Hal ini

    berhubungan dengan ketersediaan lahan yang dimiliki oleh PT. Sumber Djantin.

    Pemilihan lokasi IPAL ini juga bertujuan untuk mempermudah pembuangan air

    limbah agar dekat dengan badan Sungai Kapuas. Air limbah yang telah diolah

    sampai memenuhi standar baku mutu, dapat dibuang langsung ke badan sungai.

    Denah lokasi PT. Sumber Djantin dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut :

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    11/26

    Pengolahan uangan Industri

    11

    Gambar 3.1. Denah Lokasi PT. Sumber Djantin

    Sungai Kapuas

    Jalan Khatulistiwa

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    12/26

    Pengolahan uangan Industri

    12

    Keterangan gambar:

    IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

    Pos Satpam

    Kantor

    Genset

    Gudang produksi

    Ruang Produksi

    Tempat penerimaan karet lewat sungai

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    13/26

    Pengolahan uangan Industri

    13

    BAB IV

    PEMILIHAN METODE DAN ALAT

    4.1 Kondisi Eksisting di Lokasi IPAL PT. Sumber Djantin

    PT Sumber Djantin merupakan salah satu dari sekian banyak pabrik karet

    yang terdapat di Kota Pontianak yang berlokasi di Jl. Sultan Muhammad Kelurahan

    Siantan Tengah Kecamatan Pontianak Utara. Pabrik ini berdiri sejak 50 tahun yang

    lalu dan telah mengalami perkembangan produksi dari tahun ke tahunnya, dengan

    memanfaatkan karet mentah yang kemudian diolah menjadi lateks dan karet setengah

    jadi yang kemudian hasilnya diekspor ke perusahaan yang telah menjadi pelanggan

    tetap.

    IPAL yang terdapat PT. Sumber Djantin menggunakan pengolahan dengan

    sistem kimiawi yaitu menggunakan bahan kimia berupa soda ash dan tawas/alum

    yang berguna untuk mendegradasi limbah yang dihasilkan sehingga aman dibuang ke

    lingkungan. Tahapan Pengolahan yang tedapat pada IPAL pabrik ini dimulai dengan :

    proses penyaringan,

    bak prasedimentasi bak koagulasi bak pengendapan, dan v-notch outlet

    Yang kemudian effluentnya langsung dibuang ke badan air Sungai Kapuas.

    Adapun Fasilitas penunjang dan pendukung IPAL di pabrik ini yaitu :

    flow meter V- Notch yang digunakan untuk mengukur kecepatan aliran dandebit yang masuk ke IPAL.

    pompa jet pump yang digunakan untuk menghisap endapan lumpur yangterdapat pada bak pengendap.

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    14/26

    Pengolahan uangan Industri

    14

    Pos Pemantau dan seorang karyawan yang bertugas mengontrol danmengawasi disetiap proses pengolahan di IPAL.

    Pengolahan ini diperoleh hasil yang cukup maksimal karena effluent yang

    dibuang ke badan air telah memenuhi baku mutu air, namun pengolahan ini juga

    terdapat kendala seperti biaya operasional pengolahan limbah yang cukup besar dan

    terbatasnya jumlah bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan ini. Oleh karena

    itu diperlukan suatu evaluasi mengenai pengolahan limbah yang telah ada sekarang

    agar tetap aman dibuang ke lingkungan dan juga lebih ekonomis.

    Tabel 4.1 Data IPAL PT. Sumber Djantin

    No Aspek Keterangan

    1 Proses/Treatment Dilakukan penambahan 2 jenis bahan kimia yaitu :

    1. TawasPemakaian tawas sekitar 400 kg/hari.

    2. Soda AshPemakaian soda ash untuk pengaturan pH air

    limbah 50 kg/hari.

    Kemudian air limbah masuk ke bak pengendapan dan

    penjernihan dan selanjutnya air limbah dialirkan ke

    badan sungai Kapuas dan sebagian direcycle ke bak

    penampungan untuk penggunaan reuse pada proses

    produksi/ pemecahan getah bekuan.

    2 Kondisi Kondisi fisik : terawat permanent

    Kelengkapan alat IPAL :Flow meter V Notch dan

    pompa jet pump (mesin untuk pengisap endapan

    lumpur.

    Badan penerima outlet : Sungai Kapuas

    3 Air Limbah Reuse untuk proses pencampuran produksi sirkulasi air

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    15/26

    Pengolahan uangan Industri

    15

    Kapasitas Kolam IPAL : 1385 m3

    Debit Air Masuk : 40 m3/ton produk

    4.2 Metode Pengolahan Air Limbah

    Air limbah hasil pengolahan bahan dasar karet hingga lateks akan disalurkan

    melalui saluran menuju inlet. Sebelum memasuki inlet air buangan tersebut akan

    dipompa menuju ke saringan yang terbuat dari kawat. Kemudian air limbah yang

    telah disaring masuk ke bak prasedimentasi. Pada bak prasedimentasi ini terdapat

    baffle yang berfungsi untuk mempercepat terbentuknya flok-flok dan langsung terjadi

    pengendapan pada bak sedimentasi ini .

    Ketika telah mengalami proses sedimentasi air buangan tersebut akan di

    alirkan menuju bak koagulasi. Ketika melewati bak koagulasi air buangan akan

    diberikan tawas 400 kg/hari dengan konsentrasinya 1 ppm setiap 1100 L air bersih

    dimana fungsi tawas adalah untuk menjernihkan air. Pada bak selanjutnya air

    buangan akan diberi soda ash 50 kg/hari dengan konsentrasi 0,5 % untuk membentuk

    flok-flok.

    Kemudian air limbah masuk menuju bak sedimentasi. Waktu yangdibutuhkan untuk proses pengendapan sekitar 4 jam. Sebelum dibuang ke badan

    sungai, air limbah tersebut melewati proses penyaringan lagi dengan menggunakan

    saringan halus yang berdiameter 2 mm.

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    16/26

    Pengolahan uangan Industri

    16

    Berikut merupakan diagram alir unit-unit pengolahan buangan industri PT. Sumber Djantin :

    Inffluent Effluent

    Keterangan:

    Aliran Air Buangan

    Aliran Lumpur

    Gambar 4.1 Diagram Alir Unit Pengolahan Buangan Industri Karet PT. Sumber Djantin

    Penyaring/

    Screening

    Lumpur

    Kompos

    Bak KoagulasiBak

    Prasedimentasi

    Bak

    Sedimentasi

    Tawas/Soda Ash

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    17/26

    Pengolahan uangan Industri

    17

    4.3 Alat Pengolahan

    Instalasi yang digunakan dalam pengolahan limbah cair ini adalah screening,

    koagulasi dan sedimentasi. Pengolahan awal dimulai pada tahap screeningdimana

    limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik karet disaring dengan menggunakan saringan

    kasar yang terbuat dari kawat. Proses penyaringan ini bermaksud untuk menyisihkan

    padatan yang terkandung dalam air limbah sehingga tidak mengganggu proses

    selanjutnya dalam menyisihkan zat-zat pencemar.

    4.3.1 Penyaringan

    Air bekas pencucian dari berbagai proses dipompa ke IPAL. Air limbah dilewatkan pada kasa saringan besi dengan diameter lubang 5 mm. Pada tahap ini dapat dipisahkan padatan-padatan kasar seperti kulit kayu,

    pasir, butiran-butiran karet dan benda-benda lain yang terbawa oleh air

    limbah.

    Gambar 4.2 Proses Penyaringan

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    18/26

    Pengolahan uangan Industri

    18

    4.3.2 Bak Prasedimentasi

    Bak prasedimentasi berjumlah 1 kolam dibagi oleh 3 penyekat/pembatas

    dengan ukuran yang sama (panjang x lebar x kedalaman) : (4,45 x 5,8 x 2) m.

    Gambar 4.3 Bak Prasedimentasi

    4.3.3 Bak Koagulasi

    Pemberian bahan kimia dilakukan saat air turun dari bak prasedimentasi ke

    bak pertama untuk pemberian tawas/ alum. Pemakaian tawas ini sekitar 1 ppm/1100

    L air bersih. Kemudian masuk ke kolam penjernihan dan dilakukan pemberian

    kimiawi berupa soda ash untuk pH dan untuk mengikat lumpur halus yang lepas

    menjadi gumpalan.

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    19/26

    Pengolahan uangan Industri

    19

    Gambar 4.4 Bak Koagulasi

    4.3.4 Bak Sedimentasi

    Setelah diberi koagulan untuk menjernihkan air serta menurunkan kandungan

    zat pencemar yang terdapat dalam air limbah karet, proses selanjutnya pengendapan

    dimana partikel-partikel berukuran kecil akan mengendap setelah diberi koagulan.

    Air limbah yang telah mencapai baku mutu dialirkan ke sungai Kapuas melalui V-

    notch outlet dan sebagian direcycle ke bak penampung dan pemecah getah bekuan.

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    20/26

    Pengolahan uangan Industri

    20

    Gambar 4.5 Bak Sedimentasi

    4.3.5 Pengolahan Limbah Padat

    Limbah dari endapan lumpur yang dihasilkan dari proses penyaringan dan

    pengendapan ditampung disatu kolam endapan lumpur berukuran. Lumpur diikat/

    dibekukan oleh bahan kimia jenis Polymer Catton. Setelah kering dikeluarkan dan

    digunakan untuk menimbun tanah atau pencampuran pemupukan dalam pertanian.

    Tabel 4.2 Pengelolaan Limbah Padat PT. Sumber Djantin

    No Jenis Limbah Pengelolaan/Pemampatan

    1 Tatal Untuk pengurugan/ penambakan oleh

    pihak ke-3 (masyarakat)

    2 Pasir Untuk pengurugan/ penambakan oleh

    pihak ke-3 (masyarakat)

    3 Lumpur/Sludge Pencampuran dengan tatal untuk pupuk

    pertanian oleh pihak ke-3 (masyarakat)

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    21/26

    Pengolahan uangan Industri

    21

    Gambar 4.6 Limbah Padat

    4.4 Evaluasi dan Masukan Instalasi Pengolahan Air Limbah

    Berdasarkan hasil dari data mengenai parameter pencemar dari effluent pabrik

    karet PT. Sumber Djantin yang telah dikumpulkan, dapat dilihat bahwa effluent yang

    dibuang ke badan sungai telah memenuhi baku mutu lingkungan di Sungai Kapuas.

    Sehingga pengolahan yang telah dilakukan oleh pabrik ini mendapatkan hasil yang

    cukup maksimal karena effluent yang dibuang ke badan air telah memenuhi baku

    mutu air, namun informasi yang kami peroleh dari pihak pengelola IPAL ini yaitu

    terdapat beberapa terdapat kendala yang terjadi dalam proses pengolahan itu sendiri

    baik dari segi operasional dan perawatan, seperti biaya operasional pengolahan

    limbah yang cukup besar dan terbatasnya jumlah bahan kimia yang tersedia di

    pasaran untuk digunakan dalam pengolahan ini seperti Soda Ash serta jumlah yang

    sangat banyak pada penggunaan tawas sehingga menghabiskan biaya yang sangat

    besar pula. Oleh karena itu diperlukan suatu cara evaluasi mengenai pengolahan

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    22/26

    Pengolahan uangan Industri

    22

    limbah yang telah ada sekarang agar tetap aman dibuang ke lingkungan dan juga

    lebih ekonomis.

    Adapun beberapa saran dan solusi yang dapat kami tawarkan kepada pihak

    pengelola IPAL PT. Sumber Djantin yaitu dengan :

    1. Menggunakan dosis bahan kimia yang digunakan seperti Soda Ash dan Tawasyang sesuai dan tepat dengan kebutuhan pemakaian sehingga mampu

    menekan biaya operasional dengan tetap memperhatikan standar dari dosis

    pemakaian bahan kimia itu sendiri, sehingga effluent yang dibuang ke badan

    air Sungai Kapuas tetap sesuai dengan standar baku mutu yang diizinkan

    sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001.

    2. Tetap mempertahankan sistem pengolahan IPAL yang ada sekarang mulaidari tahapan proses sampai teknis operasionalnya, tetapi dengan

    meningkatkan perawatan terhadap kondisi sarana yang tersedia di IPAL

    seperti penyaringan, dengan rutin membersihkan besi-besi penyaring yang

    digunakan untuk menyaring partikel padat dari potongan karet yang tidak

    terpakai atau mengganti besi-besi tersebut dengan yang baru agar tetap

    mampu menyaring dan berfungsi sebagaimana mestinya sampai

    berkelanjutan. Sedangkan untuk sarana yang lain seperti bak prasedimentasi,

    bak koagulasi, bak sedimentasi sebaiknya rutin dibersihkan agar tetap

    menjaga kondisi bak itu sendiri.

    3. Menambah sistem yang digunakan sekarang dengan sistem yang lebihekonomis dan efisien yaitu dengan penambahan unit filtrasi. Hal ini

    dilakukan karena bahan-bahan kimia yang digunakan sekarang harganya lebih

    mahal dan persediaannya yang terbatas di pasaran. Unit filtrasi dipilih karena

    lebih ekonimis, mudah digunakan dan tetap efektif dalam pengolahan karena

    memanfaatkan bahan-bahan tertentu untuk menyaring limbah yang dihasilkan

    oleh pabrik karet ini. Untuk lebih jelas mengenai unit filtrasi dapat dijelaskan

    berikut :

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    23/26

    Pengolahan uangan Industri

    23

    Filtrasi adalah proses penyaringan partikel secara fisik, kimia dan biologi untuk

    memisahkan atau menyaring partikel yang tidak terendapkan di sedimentasi melalui

    media berpori (contohnya pasir). Proses tersebut mempergunakan prinsip

    pembersihan alami dari tanah. Selama proses filtrasi, zat-zat pengotor dalam media

    penyaring akan menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pori-pori media sehingga

    kehilangan tekanan akan meningkat. Media yang sering digunakan adalah pasir,

    karena mudah diperoleh dan ekonomis. Selain pasir, media penyaring lain yang dapat

    digunakan adalah karbon aktif, athracite, coconut shell, dan lain-lain. Diharapkan

    dengan penyaringan, akan dapat dihilangkan, sisa kekeruhan yang terkandung pada

    aliran keluar (filtrat) dari proses penyaringan adalah 0,00 mg/l.

    Filtrasi diperlukan untuk menyempurnakan penurunan kadar kontaminan

    seperti bakteri, warna, rasa, bau dan Fe sehingga diperoleh air yang bersih memenuhi

    standar kualitas air minum. Selain itu, unit filtrasi juga mampu menghilangkan :

    BOD5 : 2050%, COD : 2050%, TSS : 6080%, TP(Total Phosphat): 2050%, ON (organik nitrogen) : 50 - 70%.Filter dibedakan menjadi dua macam yaitu saringan pasir lambat dan saringan

    pasir cepat. Filter juga dapat diklasifikasikan berdasarkan cara pengalirannya, yaitu

    gravity filter dan pressure filter. Proses filtrasi di dalam pengolahan air limbah,

    biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis,

    akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari

    dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang

    dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif,

    dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya:fenol) dan senyawa

    organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air

    buangan tersebut. Air yang keluar dari penyaringan biasanya sudah jernih dan proses

    tersebut merupakan proses akhir dari seluruh proses pengolahan dan penjernihan.

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    24/26

    Pengolahan uangan Industri

    24

    Agar air yang jenih dapat sehat untuk dipakai sebagai air minum, harus diproses

    lebih lanjut dengan proses netralisasi dan desinfeksi, agar seluruh kuman-kuman

    penyakit yang terkandung didalamnya dapat dimusnahkan dan tidak dapat tumbuh

    kembali. Unit luas bak dihitung dengan kriteria kecepatan sebesar 5-8 m/jam.

    Ketebalan media penyaring berkisar antara 80-150 cm dengan effective size 0,8-0,9

    mm. Air hasil penyaringan harus memenuhi persyaratan fisik dan kimia, kekeruhan

    air filtrasi lebih dari 5 NTU. Salah datu unit filtrasi secara filtrasi adalah sebagai

    berikut.

    Gambar 4.6 Filter aliran secara gravitasi dengan kelengkapannya (Tom D.

    Reynolds, 1992).

    Karena effluent yang dihasilkan masih memiliki sedikit kekurangan yakni

    masih memiliki masalah bau, maka pada unit filtrasi yang kami rekomendasikan

    menggunakan media karbon aktif (arang aktif).

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    25/26

    Pengolahan uangan Industri

    25

    Berikut merupakan diagram alir unit-unit pengolahan buangan industri PT. Sumber Djantin :

    Inffluent

    Effluent

    Keterangan:

    Aliran Air Buangan

    Aliran Lumpur

    Gambar 4.7 Diagram Alir Unit Pengolahan Buangan Industri Karet PT. Sumber Djantin

    Penyaring/Screening

    Lumpur

    Kompos

    Bak KoagulasiBakPrasedimentasi

    BakSedimentasi

    Tawas/Soda Ash

    BakFiltrasi

    Effluen

  • 5/27/2018 Pengolahan Buangan Industri.docx

    26/26

    Pengolahan uangan Industri

    26

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Limbah yang dihasilkan dari PT.Sumber Djantin berupa limbah padat, cair,dan gas.

    2. Limbah cair PT.Sumber Djantin mengandung BOD5, COD, TSS, N total danNH3-N. Limbah padat PT.Sumber Djantin berupa tatal, lumpur/sludge dan

    pasir. Limbah gas berupa asap dan bau.

    3. Instalasi yang digunakan dalam pengolahan limbah cair ini adalah screening,koagulasi dan sedimentasi

    4. Berdasarkan hasil dari data mengenai parameter pencemar dari effluent pabrikkaret PT. Sumber Djantin, dapat dilihat bahwa effluent yang dibuang ke

    badan sungai telah memenuhi baku mutu lingkungan di Sungai Kapuas.

    Sehingga pengolahan yang telah dilakukan oleh pabrik ini mendapatkan hasil

    yang cukup maksimal karena effluent yang dibuang ke badan air telah

    memenuhi baku mutu air.

    5.2 Saran

    1. Karena effluent masih memiliki masalah dengan bau, sebaiknya unitpengolahan ditambah lagi dengan unit filtrasi agar masalah tersebut dapat

    diatasi.

    2. Pemnakaian tawas dan soda ash sebaiknya secara efektif dan efisien sehinggatidak memperbesar biaya pemakaian bahan kimia.