PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel...

16
1 PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A PROBLEM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Leni 1 , Sukasno 2 , Reny Wahyuni 3 STKIP-PGRI Lubuklinggau ABSTRACT This thesis entitled "The Effect of Collaborative Learning Techniques Send a Problem toward Student’s Creative Thinking of Mathematics Ability Class X SMA Negeri Tugumulyo Academic Year 2015/2016". The problem in this study was whether there is influence of collaborative learning Techniques Send a Problem toward student’s creative thinking of mathematics ability class X SMA Negeri Tugumulyo academic year 2015/2016. This type of research was True Experimental Design. The population was throughout of the students class X SMA Negeri Tugumulyo academic year 2015/2016, which consisted of 364 students and as experimental class samples was X.1, and as control class was X.2. Data collected by testing techniques. Collected data were analyzed using t- test. Based on t-test data analysis with significance α = 0.05, retrieved t obtain > t table (12.35 > 1.66), so can be concluded that there is influence of the collaborative learning Techniques Send a Problem toward student’s creative thinking of mathematics ability class X SMA Negeri Tugumulyo academic year 2015/2016. The average score of the student’s creative thinking ability after being given preferential treatment in the experiment class of 43.51 and control class of 27.33. Keywords: Collaborative, Send a Problem, Creative Thinking, Mathematics. A. PENDAHULUAN Menurut Sundayana (2013:2) “Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan.” Mengingat pentingnya mata pelajaran matematika, maka pembelajaran matematika diberikan disemua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi (Purwati, 2015:40). Pembelajaran matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal bagi siswa untuk berpikir logis, analitik, sistematis, kritis dan kreatif (Sundayana, 2013:2). Kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan suatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada (Slameto, 2010:145). Sehingga pembelajaran matematika seharusnya merupakan pelajaran yang disukai, menyenangkan, dan diminati 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Transcript of PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel...

Page 1: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

1

PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A PROBLEM

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA

KELAS X SMA NEGERI TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh:

Leni1, Sukasno2, Reny Wahyuni3

STKIP-PGRI Lubuklinggau

ABSTRACT

This thesis entitled "The Effect of Collaborative Learning Techniques Send a Problem

toward Student’s Creative Thinking of Mathematics Ability Class X SMA Negeri

Tugumulyo Academic Year 2015/2016". The problem in this study was whether there is

influence of collaborative learning Techniques Send a Problem toward student’s creative

thinking of mathematics ability class X SMA Negeri Tugumulyo academic year

2015/2016. This type of research was True Experimental Design. The population was

throughout of the students class X SMA Negeri Tugumulyo academic year 2015/2016,

which consisted of 364 students and as experimental class samples was X.1, and as control

class was X.2. Data collected by testing techniques. Collected data were analyzed using t-

test. Based on t-test data analysis with significance α = 0.05, retrieved tobtain > ttable (12.35 >

1.66), so can be concluded that there is influence of the collaborative learning Techniques

Send a Problem toward student’s creative thinking of mathematics ability class X SMA

Negeri Tugumulyo academic year 2015/2016. The average score of the student’s creative

thinking ability after being given preferential treatment in the experiment class of 43.51

and control class of 27.33.

Keywords: Collaborative, Send a Problem, Creative Thinking, Mathematics.

A. PENDAHULUAN

Menurut Sundayana (2013:2) “Matematika merupakan salah satu komponen dari

serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan.”

Mengingat pentingnya mata pelajaran matematika, maka pembelajaran matematika

diberikan disemua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar (SD) sampai perguruan

tinggi (Purwati, 2015:40).

Pembelajaran matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal bagi siswa untuk

berpikir logis, analitik, sistematis, kritis dan kreatif (Sundayana, 2013:2). Kreatif

berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan suatu yang baru

dengan menggunakan sesuatu yang telah ada (Slameto, 2010:145). Sehingga pembelajaran

matematika seharusnya merupakan pelajaran yang disukai, menyenangkan, dan diminati

1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 2: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

2

oleh semua siswa. Namun sampai saat ini masih banyak siswa yang merasa matematika

sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan, bahkan momok yang menakutkan

(Sundayana, 2013:2). Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan-

kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah seorang guru

matematika kelas X SMA Negeri Tugumulyo, didapatkan informasi bahwa ada beberapa

permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran matematika di kelas.

Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, siswa kurang aktif pada

saat mengikuti proses pembelajaran. Kedua, siswa mengalami kesulitan dalam

mengerjakan soal latihan yang sedikit berbeda dengan contoh soal yang diberikan oleh

guru. Ketiga, siswa kesulitan ketika memahami permasalahan matematika yang diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Serta didapatkan juga informasi bahwa ketika guru

menjelaskan materi, interaksi yang terjadi hanya satu arah (konvensional) yaitu dari guru

ke siswa, yang menyebabkan siswa pasif, serta tidak memiliki kesempatan untuk

berkerjasama. Sehingga masih banyak nilai matematika siswa yang belum mencapai KKM.

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran siswa dituntut lebih aktif dalam mengkontruksi

pengetahuannya sendiri dan guru hanya sebagai fasilitator atau pengarah.

Selain itu, untuk meningkatkan keaktifan siswa, guru matematika kelas X SMA

Negeri Tugumulyo memberikan siswa soal latihan dan menyimpulkan materi. Ketika siswa

mengerjakan soal latihan, siswa cenderung menyelesaikannya seperti pada contoh soal

yang telah dikerjakan. Dengan kata lain, siswa cederung terpaku pada cara pengerjaan

yang ada dalam contoh soal yang dibahas (Purwati, 2015:42). Padahal ada banyak cara

yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut. Hal tersebut dapat dijadikan

sebagai dugaan bahwa kreativitas siswa belum dikembangkan secara maksimal di SMA

tersebut, sehingga hampir sebagian besar siswanya memiliki kemampuan berpikir kreatif

yang rendah. Hal tersebut juga terlihat dari hasil tes yang telah dilakukan pada tanggal 17

November 2015, dengan memberikan 2 soal kemampuan berpikir kreatif matematika

dengan pokok persamaan kuadrat yang diberikan kepada 41 siswa dengan skor maksimal

20, yaitu rata-rata skornya 13,94.

Kreativitas menurut Saefudin (2012:41) merupakan suatu produk kemampuan

(berpikir kreatif) untuk menghasilkan suatu cara atau suatu yang baru dalam menghadapi

suatu masalah atau situasi. Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa

memiliki kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu

faktor penting dari tujuan pembelajaran, karena memberi pengetahuan semata-mata kepada

Page 3: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

3

siswa tidak akan banyak menolongnya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dalam

pembelajaran sebaiknya dapat mengembangkan sikap dan kemampuan siswa yang dapat

membantu untuk menghadapi persoalan-persoalan di masa mendatang secara kreatif

(Munandar, 2009:11). Di samping tujuan tersebut, mata pelajaran matematika diberikan

kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam

pemecahan masalah (Saefudin, 2012:38). Dalam pemecahan masalah matematika,

diperlukan pemikiran dan gagasan yang kreatif dalam membuat (merumuskan) dan

menyelesaiakan serta menafsirkan solusi dari suatu masalah matematika. Pemikiran dan

gagasan yang kreatif tersebut akan muncul dan berkembang jika proses pembelajaran

matematika di dalam kelas menggunakan teknik pembelajaran yang tepat (Saefudin,

2012:38).

Salah satu bentuk pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif, berpikir

kritis dan bertindak kreatif dalam pembelajaran adalah teknik pembelajaran kolaboratif

send a problem. Send a problem merupakan sebuah teknik yang paling efektif untuk

membangun solusi dengan pemikiran mendalam bagi masalah-masalah yang lebih

kompleks yang tidak memiliki jawaban tunggal yang tepat (Barkley, Cross, dan Major,

2012:267). Di samping itu, send a problem menuntut siswa untuk berpikir kritis dan

bertindak kreatif. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud mengadakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Teknik Pembelajaran Kolaboratif Send A Problem

Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri

Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. LANDASAN TEORI

Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri interaksi dengan lingkungannya.

Sehingga perlu untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh

yang positif terhadap seseorang sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya (Slameto,

2010:72). Belajar menurut Djamarah (2011:13) adalah serangkaian kegiatan jiwa raga

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu

dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Interaksi dengan lingkungannya tersebut dapat berarti aktivitas pengembangan diri. Hal

tersebut senada dengan pendapat Tirtarahardja dan Sulo (2010:51) yang menyatakan

Page 4: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

4

bahwa belajar sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada

kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan seseorang melalui

interaksi antara individu dengan lingkungannya untuk mendapatkan pengetahuan,

pengalaman, keterampilan maupun sikap, agar menjadi seseorang yang lebih baik dari

sebelumnya.

Kemampuan Berpikir Kreatif

1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif

Kreativitas berasal dari kata “to create” artinya membuat. Kreativitas adalah

kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu, apakah itu dalam bentuk ide, langkah, atau

produk (Sudarma, 2013:9). Produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari

proses kreativitas, ialah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna (Munandar, 2009:27).

Hal ini sejalan dengan pendapat Saefudin (2012:41) yang menyatakan bahwa kreativitas

merupakan produk kemampuan (berpikir kreatif) untuk menghasilkan suatu cara atau suatu

yang baru dalam menghadapi suatu masalah atau situasi. Sehingga kreativitas dalam

matematika lebih menekankan pada kemampuan berpikir kreatif matematika.

Kemampuan berpikir kreatif menurut Haerudin (2013:146) adalah kegiatan dalam

mencetuskan gagasan-gagasan yang cemerlang dan pemahaman baru yang kreatif dan

inovatif serta mampu menentukan keputusan yang tepat. Keputusan tersebut berhubungan

dengan menentukan penyelesaian suatu permasalahan. Uno dan Mohamad (2012:164)

mengartikan kemampuan berpikir kreatif sebagai usaha untuk menyelesaikan suatu

permasalahan dengan melibatkan segala tampakan dan fakta pengolahan data di otak.

Pengolahan data di belahan otak kiri dan kanan sangat penting untuk keseimbangan logika

dan kreativitas serta akan sangat diperlukan dalam berpikir kreatif (Putra, Irwan, dan

Vionanda, 2012:23).

Kemampuan berpikir kreatif, akan menyebabkan individu yang kreatif mampu

melahirkan ide atau gagasan baru atau gagasan kreatif mengenai sesuatu hal yang tengah

dibicarakannya (Sudarma, 2013:17). Sementara itu, Putra, Irwan, dan Vionanda (2012:23)

mengartikan kemampuan berpikir kreatif sebagai suatu proses berpikir yang menghasilkan

bermacam-macam kemungkinan ide dan cara secara luas dan beragam. Dalam

menyelesaikan suatu persoalan, apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan

banyak ide yang berguna dalam menemukan penyelesaian. Hal ini sejalan dengan pendapat

Page 5: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

5

Anggitasari, Isnaeni, dan Susilowati (2012:65) yang menyatakan bahwa kemampuan

berpikir kreatif sebagai suatu proses berpikir untuk mengembangkan atau menerapkan ide

yang asli.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

kemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan suatu cara,

gagasan-gagasan, ide yang baru, dan tepat, untuk dijadikan penyelesaian suatu masalah.

2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Indikator untuk menilai kemampuan berpikir kreatif siswa menurut Silver (dikutip

dari Saefudin, 2012:41) diindikasikan dengan kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan.

Munandar (2009:192) berpendapat bahwa indikator kemampuan berpikir kreatif terbagi

menjadi 4 aspek, yaitu sebagai berikut:

1) Berpikir lancar (Fluency)

a) menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan,

b) arus pemikiran lancar

2) Berpikir luwes (Flexibility)

a) Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam

b) Mampu mengubah cara atau pendekatan

c) Arah pemikiran yang berbeda-beda

3) Berpikir orisinal (Originality)

a) Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang

jarang diberikan kebanyakan orang

4) Berpikir terperincian (Elaboration)

a) Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan

b) Memperinci detail-detail

c) Memperluas suatu gagasan

Putra, Irwan, dan Vionanda (2012:23) menyimpulkan bahwa ada empat

indikator/komponen berpikir kreatif yaitu kefasihan, keaslian, keluwesan, dan kebaruan.

Sedangkan Noer (2011:106) menyimpulkan bahwa indikator kemampuan berpikir kreatif

meliputi lima aspek, yaitu: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keterperincian

(elaboration), kepekaan (sensitivity), dan keaslian (originality).

Berdasarkan pendapat di atas maka indikator yang dapat dipergunakan untuk

menentukan kemampuan berpikir kreatif matematika yaitu sebagai berikut: kepekaan

(sensitivity), kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan

keterperincian (elaboration). Pemberian skor kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian

Page 6: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

6

ini mengacu pada skor rubrik yang dimodifikasi oleh Bocsh dikutip dari Suriany

(2013:38), seperti pada tabel 1.

Tabel 1

Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika

Aspek Kriteria Skor

Kepekaan

(sensitivity)

Tidak menjawab atau salah mendeteksi pernyataan atau situasi

sehingga memberikan jawaban salah 0

Salah mendeteksi pernyataan atau situasi, tetapi memberikan

sedikit penjelasan yang mendukung penyelesaian. 1

Mendeteksi pernyataan atau situasi dengan benar, tetapi

memberikan jawaban yang salah atau tidak dapat dipahami 2

Mendeteksi pernyataan atau situasi dengan benar tetapi

memberikan jawaban kurang lengkap 3

Mendeteksi pernyataan atau situasi serta memberikan jawaban

dengan benar dan lengkap 4

Elaborasi

(elaboration)

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang salah 0

Terdapat kesalahan dalam jawaban dan tidak disertai perincian 1

Terdapat kesalahan dalam jawaban tapi disertai perincian yang

kurang detil 2

Terdapat kesalahan dalam jawaban tapi disertai perincian yang

rinci 3

Memberi jawaban yang benar dan rinci 4

Kelancaran

(fluency)

Tidak menjawab atau memberikan ide yang tidak relevan 0

Memberikan sebuah ide yang relevan tetapi penyelesaiannya

kurang jelas 1

Memberikan sebuah ide yang relevan dan penyelesaiannya

benar dan jelas 2

Memberikan lebih dari satu ide yang relevan tetapi jawabannya

masih salah 3

Memberikan lebih dari satu ide yang relevan dan

penyelesaiannya benar dan jelas 4

Keluwesan

(flexibility)

Tidak menjawab atau memberikan jawaban dengan satu cara

atau lebih tetapi semua salah 0

Memberikan jawaban hanya satu cara tetapi memberikan

jawaban yang salah 1

Memberikan jawaban dengan satu cara, proses perhitungan dan

hasilnya benar 2

Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam) tetapi

hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam

proses perhitungan

3

Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam), proses

perhitungan dan hasilnya benar 4

Keaslian

(originality)

Tidak menjawab atau memberi jawaban yang salah 0

Memberi jawaban dengan caranya sendiri tetapi tidak dapat

dipahami 1

Page 7: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

7

Aspek Kriteria Skor

Memberi jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan

sudah terarah tetapi tidak selesai 2

Memberi jawaban dengan caranya sendiri tetapi terdapat

kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah 3

Memberi jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan

dan hasilnya benar 4

Teknik Pembelajaran Kolaboratif

Menurut Barkley, Cross, dan Major (2012:141) teknik pembelajaran kolaboratif

(CoLT) serupa dengan resep karena hanya memberikan arahan, sama seperti memasak,

pengajar harus meracik “bumbu” yang sesungguhnya. Bumbu-bumbu tersebut adalah

tugas-tugas pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran kolaboratif menuntut siswa untuk

mengambil peran-peran baru dan membangun keterampilan-keterampilan baru.

Pembelajaran kolaboratif merepresentasikan filosofi interaksi yang berbeda dimana siswa

diberi wewenang yang lebih besar terhadap pembelajaran mereka sendiri (Huda,

2013:331). Johson, Johson, dan Holubec (2012:5) menyatakan bahwa pembelajaran

kolaboratif membuat semua siswa akan belajar tentang bagaimana caranya bekerja sama

dengan orang lain, bersaing untuk bersenang-senang dan kegembiraan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknik

pembelajaran kolaboratif adalah sebuah cara yang dilakukan seseorang dalam

mengimplementasikan pembelajaran secara kolaboratif (berkerja sama) secara spesifik,

sehingga memudahkan para siswa bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah

bersama.

Send a Problem

Menurut Barkley, Cross, dan Major (2012:272) send a problem adalah sebuah

teknik paling efektif untuk membangun solusi dengan pemikiran mendalam bagi masalah-

masalah yang lebih kompleks yang tidak memiliki jawaban tunggal yang tepat. Send a

problem sebagai pengajaran pemecahan masalah yang efektif dapat terlihat pada kegiatan

siswa dalam menafsirkan konsep diagram atau melakukan perhitungan matematika dan

cocok untuk menyalurkan keterampilan belajar siswa (Millis, 2010:162). Hal ini sejalan

dengan pendapat Kagan (dikutip dari Spirit, 2014:01) yang menyatakan bahwa send a

problem dapat digunakan untuk meningkatkan diskusi dan meninjau materi, atau membuat

isi solusi.

Send a problem melibatkan dua tahap kegiatan yaitu menyelesaikan masalah dan

evaluasi solusi. Tujuan dari tahap pertama adalah memberi kesempatan pada siswa untuk

Page 8: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

8

berlatih dan mempelajari keterampilan berpikir yang dibutuhkan dalam menyelesaikan

masalah yang efektif. Tujuan tahap kedua adalah membantu siswa belajar membandingkan

dan membedakan berbagai macam solusi (Barkley, Cross, dan Major., 2012:267). Hal ini

sejalan dengan pendapat Millis (2010:162) yang menyatakan bahwa kegiatan inti siswa

adalah memecahkan masalah secara berurutan, mengirim masalah, menambahkan solusi

dan menganalisis jawaban kelompok sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa send a

problem merupakan teknik paling efektif yang menuntut siswa untuk menyelesaikan

permasalahan secara berkelompok, dan membuat jawaban permasalahan secara beragam

serta relevan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah pembelajaran dengan teknik pembelajaran kolaboratif send a problem yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas dua sampai

empat siswa.

2) Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran menggunakan send a problem, ini dilakukan

pada awal pembelajaran atau pertemuan awal kegiatan.

3) Guru membagikan masalah yang berbeda untuk masing-masing kelompok.

4) Guru memberikan perintah kepada semua anggota kelompok untuk mendiskusikan

masalah mereka.

5) Guru memberikan perintah kepada semua kelompok untuk menuliskan jawaban hasil

diskusi pada selembar kertas dan memasukkannya ke dalam map.

6) Guru memberikan perintah kepada semua anggota kelompok untuk mengirimkan map

kepada kelompok lain.

7) Siswa pada setiap kelompok berdiskusi kembali mengenai masalah baru yang

diterima.

8) Siswa pada setiap kelompok mengulangi seperti pada proses 5) dan 6) sesuai dengan

perintah guru.

9) Guru memberikan perintah kepada semua kelompok terakhir yang menerima masalah

untuk mengevaluasi solusi-solusi yang diterima dari kelompok lain dan memilih solusi

yang paling tepat.

10) Guru meminta masing-masing kelompok melaporkan hasil evaluasi, dengan

menuliskan solusi-solusi yang telah dievaluasi di papan tulis.

11) Guru menambahkan poin-poin yang terlewatkan dengan memberikan penguatan

terhadap solusi-solusi yang telah dibuat siswa.

Page 9: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

9

C. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah true experimental design. True experimental design,

yaitu jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi

persyaratan. Yang dimaksud dengan persyaratan dalam eksperimen adalah adanya

kelompok lain yang tidak dikenal eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan

(Arikunto, 2010:125). Desain penelitian yang digunakan berbentuk random, pre-test, post-

test group design yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri

Tugumulyo tahun pelajaran 2015/2016. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X.1

sebagai kelas eksperimen diberikan perlakuan menggunakan send a problem dan kelas X.2

sebagai kelas kontrol diberikan perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Teknik tes

digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berpikir kreatif matematika

siswa. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian (essay)

sebanyak lima soal dengan materi pokok Trigonometri. Sebelum instrumen tersebut

digunakan maka terlebih dahulu instrumen diuji coba. Hal ini diperlukan untuk mengetahui

kualitas dan mutu soal yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data. Dari hasil uji

coba instrumen lima butir soal, seluruh soal tersebut valid dan diperoleh koefisien

reliabilitas sebesar 0,76. Hal ini berarti soal tes tersebut memiliki derajat reliabilitas tinggi,

sehingga dapat dijadikan alat ukur. Serta untuk menguji hipotesis menggunakan uji−𝑡 pada

taraf kepercayaan 𝛼 = 0,05.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan data hasil pre-test diperoleh bahwa rata-rata skor kemampuan berpikir

kreatif matematika siswa kelas eksperimen sebesar 10,55 dan kelas kontrol sebesar 9,82.

Secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematika siswa

kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Begitupun dengan analisis uji−𝑡

data hasil pre-test diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,74. Nlai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikan α = 0,05 dan

dk = 74 adalah 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,98 hal ini berarti 𝐻𝑜 diterima. Dengan demikian tidak terdapat

E O1 X O2

K O1 O2

K O3 O4

R (Arikunto, 2010:126)

Page 10: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

10

perbedaan yang signifikan rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif matematika awal

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan data hasil post-test diperoleh bahwa rata-rata skor kemampuan

berpikir kreatif matematika siswa kelas eksperimen sebesar 43,51 dan kelas kontrol sebesar

27,33. Secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematika

siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan analisis data

hasil post-test menunjukkan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 12,35 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,66, sehingga dapat

disimpulkan 𝐻𝑜 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini dapat diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan teknik pembelajaran kolaboratif send a problem terhadap

kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas X SMA Negeri Tugumulyo Tahun

Pelajaran 2015/2016.

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Tugumulyo selama tiga minggu dan

dilakukan langsung oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

pembelajaran kolaboratif send a problem dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh teknik

pembelajaran kolaboratif send a problem terhadap kemampuan berpikir kreatif matematika

siswa kelas X di SMA Negeri Tugumulyo.

Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh saat pre-test skor rata-rata kemampuan

berpikir kreatif matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas

kontrol, hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif

matematika kelas eksperimen sebesar 10,55 dan rata-rata kelas kontrol 9,82.

Pada saat pelaksanaan pre-test masih banyak kesalahan siswa dalam mengerjakan soal baik

di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, ada beberapa siswa yang tidak mengetahui

tujuan dari soal yang diberikan, bahkan semua siswa hanya menjawab dengan satu cara

padahal ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengerjakan soal tersebut. Hal

tersebut dikarenakan siswa terbiasa mengerjakan soal dengan satu cara, dan siswa tidak

terbiasa mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang membutuhkan kemampuan

berpikir kreatif matematika. Setelah dilakukan pre-test, pada kelas eksperimen diberi

perlakuan dengan teknik pembelajaran kolaboratif send a problem yang dilakukan

langsung oleh peneliti, sedangkan di kelas kontrol menggunakan pembelajaran

konvensional oleh guru matematika kelas tersebut dengan materi yang sama dengan kelas

eksperimen yaitu trigonometri.

Page 11: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

11

Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen peneliti menggunakan teknik

pembelajaran kolaboratif send a problem dengan panduan RPP. Proses pembelajaran

tersebut menggunakan kartu soal, map, dan lembar jawaban siswa. Peneliti membagi siswa

dalam 12 kelompok, kemudian 12 kelompok tersebut dibagi kembali dalam 4 kelompok

besar, setelah itu siswa diminta untuk duduk secara berkelompok. Ketika menjelaskan

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknik pembelajaran send a problem, masih

banyak siswa yang bingung dan kesulitan, tetapi masalah tersebut dapat diatasi oleh

peneliti dengan memberikan penjelasan kembali serta memotivasi dan memberikan

semangat kepada siswa, karena motivasi serta semangat berpengaruh besar terhadap

pencapaian belajar siswa sehingga dapat menggerakan, mengarahkan tindakan, serta

menambah antusias siswa dalam belajar.

Peneliti membagi kartu soal, map, dan lembar jawaban siswa pada masing-masing

kelompok. Pada pertemuan ini siswa menyelesaikan tiga masalah, dimana dalam setiap

kartu soal terdapat satu masalah. Setelah diberikan masalah yang berkaitan dengan

trigonometri kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal secara berkelompok,

kemudian menuliskan jawaban hasil diskusi pada lembar jawaban siswa dan

memasukkannya ke dalam map. Siswa mengalami kesulitan ketika diminta untuk

mengirimkan kartu soal dan map kepada kelompok berikutnya, tetapi kesulitan tersebut

dapat diatasi oleh peneliti dengan memberikan arahan serta peneliti sebagai pengatur

waktu. Siswa pada setiap kelompok berdiskusi kembali mengenai masalah baru yang

diterimanya tanpa melihat jawaban kelompok sebelumnya, kemudian menuliskan kembali

jawaban hasil diskusi pada lembar jawaban siswa dan memasukkannya ke dalam map

kemudian mengirimkannya kepada kelompok berikutnya.

Semua kelompok terakhir yang menerima masalah untuk mengevaluasi solusi-

solusi atau jawaban yang diterima dari kelompok sebelumnya dan memilih jawaban yang

paling tepat serta dapat menambahkan solusinya sendiri. Setelah itu masing-masing

kelompok menuliskan solusi-solusi yang telah dievaluasi di papan tulis. Peneliti

memberikan tanggapan serta penguatan terhadap solusi-solusi yang telah dibuat siswa.

Pada pertemuan ini siswa diajarkan untuk mengetahui tujuan atau masalah yang terdapat

pada soal, sehingga dapat mengidentifikasi serta dapat membuat rumusan masalah model

matematika. Hal tersebut sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kreatif matemtika

yang ingin dicapai.

Pada pertemuan kedua, peneliti masih menggunakan kartu soal, map, lembar

jawaban siswa dan siswa akan menyelesaikan tiga masalah, dimana dalam setiap kartu soal

Page 12: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

12

terdapat satu masalah. Kemudian siswa diminta untuk kembali pada kelompoknya. Setelah

diberikan masalah yang berkaitan dengan trigonometri kemudian siswa diminta untuk

mengerjakan soal secara berkelompok, kemudian menuliskan jawaban hasil diskusi pada

lembar jawaban siswa dan memasukkannya ke dalam map. Peneliti mengarahkan masing-

masing kelompok untuk mengirimkan kartu soal dan map kepada kelompok berikutnya.

Siswa mengalami kesulitan pada saat menjawab masalah baru yang diterimanya

serta memberikan jawaban atau solusi yang berbeda dari jawaban kelompok sebelumnya,

tetapi kesulitan tersebut dapat diatasi peneliti dengan memberikan arahan kepada

kelompok tersebut. Setiap kelompok menuliskan kembali jawaban hasil diskusi pada

lembar jawaban siswa dan memasukkannya ke dalam map setelah itu mengirimkannya

kepada kelompok berikutnya. Semua kelompok terakhir yang menerima masalah

mengevaluasi solusi-solusi atau jawaban yang diterima dari kelompok sebelumnya serta

dapat menambahkan solusi yang mereka inginkan.

Setelah itu masing-masing kelompok menuliskan solusi-solusi yang telah dievaluasi

di papan tulis. Peneliti memberikan tanggapan serta penguatan terhadap solusi-solusi yang

telah dibuat siswa. Pada pertemuan ini siswa diajarkan untuk mengetahui tujuan atau

masalah yang terdapat pada soal, serta dapat meyelesaikan soal dan menafsirkan hasil

peyelesaian masalah dengan tepat dengan berbagai macam solusi.

Pertemuan ketiga, siswa sudah terbiasa belajar dengan menggunakan teknik

pembelajaran kolaboratif send a problem yang menggunakan kartu soal, map, lembar

jawaban siswa dan siswa sudah terlatih menyelesaikan tiga masalah dimana dalam setiap

kartu soal terdapat satu masalah dan saling bekerjasama dengan kelompoknya masing-

masing, kemampuan berpikir kreatif matematika siswa meningkat, hal tersebut terlihat dari

cepatnya siswa menyelesaikan soal dengan solusi yang tepat walaupun masih terdapat

kekeliruan perhitungan pada saat mengerjakan perbandingan trigonometri. Pada pertemuan

ini dapat disimpulkan bahwa siswa sudah bisa menyelesaikan tiga masalah yang diberikan

dengan mengenal tujuan masalah serta dapat mengidentifikasi, membuat rumusan model

matematika, menyelesaikan soal, dan menafsirkan hasil penyelesaikan masalah.

Teknik pembelajaran kolaboratif send a problem melibatkan dua tahap kegiatan

yaitu menyelesaikan masalah dan evaluasi solusi. Tujuan dari kedua tahap kegiatan

tersebut yaitu dapat memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dan mempelajari

keterampilan berpikir yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah yang efektif serta

membantu siswa belajar membandingkan dan membedakan berbagai macam solusi

(Barkley, Cross, dan Major., 2012:267). Hal ini sejalan dengan pendapat Putra, Irwan, dan

Page 13: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

13

Vionanda (2012:23) bahwa kemampuan berpikir kreatif sebagai suatu proses berpikir yang

menghasilkan bermacam-macam kemungkinan ide dan cara secara luas dan beragam.

Kemampuan berpikir kreatif juga sangat diperlukan bagi siswa karena akan memudahkan

dalam menemukan gagasan baru yang sesuai berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-

prinsip yang rasional terutama pelajaran matematika sehingga pelajaran matematika tidak

lagi menjadi pelajaran yang dianggap sulit atau ditakuti tetapi menjadi pelajaran yang

menyenangkan (Haerudin, 2013:144).

Sedangkan pada kelas kontrol, setelah peneliti melakukan pre-test selanjutnya

proses pembelajaran dilaksanakan oleh guru kelas itu sendiri seperti biasanya. Proses

pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode konvensional dan materi yang sama

dengan materi yang diajarkan pada kelas eksperimen yaitu Trigonometri. Pada proses

pembelajaran guru tersebut juga membahas masalah dalam kehidupan sehari-hari dan

memberikan contoh soal tentang identitas trigonometri dengan menggunakan tiga cara.

Setelah peneliti menyelesaikan pelaksanaan pembelajaran yaitu sebanyak tiga

pertemuan, maka pertemuan selanjutnya akan dilaksanakan post-test. Post-test tersebut

diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan

berpikir kreatif matematika siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Post-test

tersebut sebagai tolak ukur untuk mengetahui pengaruh teknik pembelajaran kolaboratif

send a problem terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.

Setelah dilaksanakannya post-test peneliti memeriksa hasilnya dan melakukan

perhitungan, dari data tersebut peneliti menemukan bahwa jawaban siswa di kelas

eksperimen terlihat lebih baik dengan penyelesaian yang jelas dan sesuai dengan proses

kemampuan berpikir kreatif matematika, walupun masih ada beberapa siswa yang

melakukan kesalahan dalam perhitungannya, tetapi secara umum siswa kelas eksperimen

sudah bisa memahami tujuan dari soal dan proses pengerjaannya dengan dua cara.

Sehingga rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas eksperimen pun

meningkat.

Pada jawaban post-test kelas kontrol, peneliti masih menemukan banyak siswa

yang belum bisa menyelesaikan masalah dan juga belum bisa sepenuhnya mengetahui

maksud dan tujuan dari soal yang diberikan serta menyelesaikannya hanya dengan satu

cara dan ada beberapa siswa yang mengulangi kesalahan yang sama seperti pada saat

mengerjakan pre-test. Selain itu ada sebagian siswa telah menjawab dengan baik walaupun

belum sepenuhnya memahami maksud dari soal tersebut, serta ada beberapa siswa yang

menyelesaikannya dengan dua cara walaupun hanya pada soal tertentu saja. Jika

Page 14: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

14

disimpulkan rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas kontrol

mengalami peningkatan, walaupun peningkatan tersebut tidak maksimal. Hal tersebut

dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Peningkatan aspek kemampuan berpikir kreatif matematika siswa

Aspek Hasil (%)

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Kepekaan (sensitivity) 58,05 36,31

Elaborasi (elaboration) 51,00 24,55

Kelancaran (fluency) 67,01 36,46

Keluwesan (flexibility) 54,55 31,60

Keaslian (originality) 21,15 1,92

Berdasarkan tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir

kreatif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Pada tahap kelancaran

(fluency) siswa mencapai nilai terbaik karena tahap ini merupakan tahap awal siswa

memunculkan berbagai ide yang mereka pikirkan, serta pada tahap ini jumlah jawaban

yang dihasilkan siswa belum termasuk dalam penilaian sehingga nilai yang diperoleh

tinggi. Sedangkan pada tahap keaslian (originality) diperoleh hasil terendah dari semua

penilaian. Hal tersebut disebabkan karena untuk memperoleh ide yang asli sangatlah sulit.

Siswa cenderung menjawab berdasarkan sumber yang telah mereka cari sebelumnya atau

yang telah dipelajari sebelumnya.

Teknik pembelajaran kolaboratif send a problem dapat menjadi salah satu teknik

pembelajaran yang digunakan dalam menyelesaikan masalah yang efektif dengan berbagai

macam solusi serta dalam menyelesaikan masalah yang membutuhkan kemampuan

berpikir kreatif matematika khususnya masalah yang sering terjadi dalam kehidupan

sehari-hari, sehingga siswa dapat menggunakan kemampuan berpikir kreatif matematika.

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui peningkatan skor rata-rata kemampuan

berpikir kreatif matematika siswa kelas eksperimen sebesar 32,96 sedangkan pada kelas

kontrol hanya mengalami peningkatan skor rata-rata kemampuan berpkir kreatif

matematika siswa sebesar 17,51 saja. Hal tersebut berarti peningkatan skor rata-rata

kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan

kelas kontrol. Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh kesimpulan

pada uji-t yaitu Ho ditolak dan Ha diterima, karena thitung > ttabel (12,35 > 1,66) sehingga

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti. Jadi kesimpulan pada penelitian ini

adalah “terdapat pengaruh teknik pembelajaran kolaboratif send a problem terhadap

Page 15: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

15

kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas X SMA Negeri Tugumulyo Tahun

Pelajaran 2015/2016”.

E. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan teknik pembelajaran kolaboratif send a problem terhadap

kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas X SMA Negeri Tugumulyo tahun

pelajaran 2015/2016. Rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif siswa setelah diberi

perlakuan di kelas eksperimen sebesar 43,51 dan kelas kontrol sebesar 27,33.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan agar kemampuan berpikir kreatif

matematika siswa meningkat, dapat dilaksanakan dengan teknik pembelajaran kolaboratif

send a problem. Hal ini dikarenakan teknik pembelajaran kolaboratif send a problem

memberikan kesempatankepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara luas

sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Anggitasari, V., Isnaeni, W., dan Susilowati, S.M.E. 2012. Pengaruh Penerapan Strategi Divergent Thinking terhadap Kreativitas Siswa. Unnes Journal of Biology Education, 1 (2) ISSN 2252-6579.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Barkley, E.E., Cross, K.P., dan Major, C.H. 2012. Collaborative Learning Techniques.

Bandung: Nusa Media. Djamarah, S.B. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Haerudin. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa SD

melalui Pendekatan Savi. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 1 ISSN 977-2338831.

Huda, M. 2013. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan.

Yogyakarta: Pustaka Belajar. Johnson, R.T., Johnson D.W., dan Holubec, E.J. 2012. Colaborative Learning. Bandung:

Nusa Media. Millis, B. J. (Ed). 2010. Cooperative Learning in Higher Education: Across the

Disciplines, Across the Academy. Sterling, VA: Stylus Publishing. Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rinaka Cipta. Noer, S.H. 2011. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika dan Pembelajaran Matematika

Berbasis Masalah Open-Ended. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5 No. 1, Januari 2011.

Page 16: PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEND A …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Leni (4011042).pdfkemampuan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir untuk menghasilkan

16

Purwati. 2015. Efektifitas Pendekatan Creative Problem Solving terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika pada Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Edukasi

Matematika, Vol. 1 No. 1 April 2015, ISSN: 977-2442-8780-11.

Putra, T.T., Irwan, dan Vionanda, D. 2012. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika,

Vol. 1 No. 1, Part 3: Hal. 22-26.

Saefudin, A.A. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI). Al-Bidayah Vol. 4 No. 1, Juni 2012.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Spirit. 2014. Cooperative Learning Example Send a Problem. [online]

http://www.spiritsd.ca/curr_content/bestpractice/coop/examples3.html. [10 Oktober

2015].

Sudarma, M. 2013. Mengambangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Sundayana, H.R. 2013. Media Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta.

Suriany, E. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematis

Siswa SMA melalui Pembelajaran Math Talk Learning Community. Universitas

Pendidikan Indonesia: repository.upi.edu

Tirtarahardja, U., dan Sulo L.S.L. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Uno, H.B, dan Mohamad, N. 2012. Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif

Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.