PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA, HARGA EMAS DUNIA, …...Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh...

24
1 PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA, HARGA EMAS DUNIA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH/USD TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN DI BEI Oleh MARKONAH 1, INDRA SISWANTI 2 1,2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Perbanas Jakarta ABSTRACT This study aimed to determine the effect of exchange rate, world gold prices and world crude oil prices on the stock price index of mining sector in BEI. The analytical method used was multiple regression analysis approach with a significance level of 5% and test conclusions drawn based on test result coefficient T and F. The result showed that the exchange rate, world gold price and world crude oil prices had a significant positive effect on the stock price index of mining sector in BEI. This meant that the movement of exchange rate, world gold prices and world crude oil prices also affect the movement of stock price index in the direction of the unidirectional, or in other words, if these three variabels rise the stock price index mining sector will increase, vice versa. The economic growth after the global crisis would cause market demand of exchange rate, world gold prices and world crude oil prices increase, and this would in turn increase the stock price index of mining. Keywords : Exchange Rate, World Gold Price, World Crude Oil Price and Composite Stock Price Index (IHSG). ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurs rupiah, harga emas dunia dan harga minyak mentah dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor pertambangan di BEI. Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan analisis berganda dengan tingkat signifikan 5% dan kesimpulan pengujian diambil berdasarkan uji T dan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurs rupiah, harga emas dunia dan harga minyak mentah dunia berpengaruh signifikan positif terhadap indeks harga saham sektor pertambangan di BEI. Hal ini menunjukan bahwa pergerakan kurs Rupiah/US$, harga emas dunia dan harga minyak mentah dunia mempengaruhi pergerakan indeks harga saham gabungan dengan arah yang searah dengan kata lain jika ketiga tersebut variabel mengalami peningkatan maka indeks harga saham sektor pertambangan juga mengalami peningkatan dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi setelah krisis global sehingga permintaan pasar terhadap kurs rupiah, harga emas dunia dan harga minyak mentah dunia meningkat sehingga indeks harga saham sektor pertambangan ikut meningkat. Kata Kunci : Kurs Rupiah/US$, Harga Emas Dunia, Harga Minyak Mentah Dunia dan Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan.

Transcript of PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA, HARGA EMAS DUNIA, …...Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh...

  • 1

    PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA, HARGA EMAS DUNIA,

    DAN NILAI TUKAR RUPIAH/USD TERHADAP INDEKS HARGA

    SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN DI BEI

    Oleh MARKONAH

    1,

    INDRA SISWANTI2

    1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Perbanas Jakarta

    ABSTRACT

    This study aimed to determine the effect of exchange rate, world gold prices and world crude

    oil prices on the stock price index of mining sector in BEI. The analytical method used was

    multiple regression analysis approach with a significance level of 5% and test conclusions

    drawn based on test result coefficient T and F. The result showed that the exchange rate,

    world gold price and world crude oil prices had a significant positive effect on the stock price

    index of mining sector in BEI. This meant that the movement of exchange rate, world gold

    prices and world crude oil prices also affect the movement of stock price index in the

    direction of the unidirectional, or in other words, if these three variabels rise the stock price

    index mining sector will increase, vice versa. The economic growth after the global crisis

    would cause market demand of exchange rate, world gold prices and world crude oil prices

    increase, and this would in turn increase the stock price index of mining.

    Keywords : Exchange Rate, World Gold Price, World Crude Oil Price and Composite

    Stock Price Index (IHSG).

    ABSTRAKSI

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurs rupiah, harga emas dunia

    dan harga minyak mentah dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor

    pertambangan di BEI. Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan

    pendekatan analisis berganda dengan tingkat signifikan 5% dan kesimpulan pengujian

    diambil berdasarkan uji T dan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurs rupiah, harga

    emas dunia dan harga minyak mentah dunia berpengaruh signifikan positif terhadap indeks

    harga saham sektor pertambangan di BEI. Hal ini menunjukan bahwa pergerakan kurs

    Rupiah/US$, harga emas dunia dan harga minyak mentah dunia mempengaruhi pergerakan

    indeks harga saham gabungan dengan arah yang searah dengan kata lain jika ketiga tersebut

    variabel mengalami peningkatan maka indeks harga saham sektor pertambangan juga

    mengalami peningkatan dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan semakin membaiknya

    pertumbuhan ekonomi setelah krisis global sehingga permintaan pasar terhadap kurs rupiah,

    harga emas dunia dan harga minyak mentah dunia meningkat sehingga indeks harga saham

    sektor pertambangan ikut meningkat.

    Kata Kunci : Kurs Rupiah/US$, Harga Emas Dunia, Harga Minyak Mentah Dunia dan Indeks

    Harga Saham Sektor Pertambangan.

  • 2

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Krisis keuangan dunia atau yang lebih di kenal dengan krisis moneter yang terjadi di

    Amerika Serikat menimbulkan dampak secara global. Hal ini bisa dilihat dari kepanikan

    investor dunia dalam usaha mereka menyelamatkan uang mereka di pasar saham. Mereka

    ramai-ramai menjual saham sehingga bursa saham menurun tajam. Sejak awal 2008, bursa

    saham China anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41% (sebelum kegiatannya dihentikan untuk

    sementara), dan zona Eropa 37%. Sementara pasar surat utang terpuruk, mata uang negara

    berkembang melemah dan harga komoditas turun, apalagi setelah masyarakat berspekulasi

    komoditas minyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi konsumsi energi dunia.

    Indonesia yang juga menerima dampak dari krisis tersebut salah satunya pada pasar modal di

    Indonesia (Wicaksono, 2010).

    Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi dewasa ini yang mengalami

    perkembangan sangat pesat.

    Salah satu indeks yang sering diperhatikan investor ketika berinvestasi di Bursa Efek

    Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini disebabkan indeks ini berisi atas

    seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu melalui pergerakan

    indeks harga saham gabungan, seorang investor dapat melihat kondisi pasar apakah sedang

    bergairah atau lesu. Perbedaan kondisi pasar ini tentu memerlukan strategi yang berbeda dari

    investor dalam berinvestasi.

    Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor utama yang menggerakan roda

    perekonomian Indonesia. Indikasi ini terlihat dari kontribusi penerimaan negara yang setiap

    tahunnya meningkat. Sektor pertambangan juga menjadi pemicu pertumbuhan sektor lainnya

    serta menyediakan kesempatan kerja yang besar bagi tenaga kerja langsung maupun tidak

    langsung. Bahkan salah suatu sub sektor, yakni pertambangan minyak dan gas bumi, pernah

    menjadi soko guru perekonomian pemerintah. Tugas pokok sektor pertambangan adalah

    melaksanakan pengelolaan sumber daya alam secara hemat dan optimal, serta menerapkan

    sistem penambangan yang berwawasan lingkungan.

    Fluktuasi harga minyak mentah dunia juga merupakan suatu indikasi yang

    mempengaruhi pasar modal suatu negara. Secara tidak langsung kenaikan harga minyak

    mentah dunia akan berimbas pada sektor ekspor dan impor suatu negara. Akan terjadi

    peningkatan biaya operasional produksi (cost) dari perusahaan dan kelebihan dana yang

    ada di perusahaan dialihkan untuk menutup biaya tersebut. Laba perusahaan menurun

    seiring dengan bertambahnya biaya produksi (cost), sehingga kemampuan perusahaan

    sebagai emiten untuk membayarkan dividen juga menurun. Kenaikan harga minyak

    dunia mampu menurunkan return sebagai daya tarik saham perusahaan, sehingga

    masyarakat tidak berminat lagi berinvestasi di saham jika masih ada instrumen

    investasi lain yang lebih aman dan memberi keuntungan yang lebih.

    Emas adalah salah bahan mineral tambang yang tidak dapat dibentuk melalui proses

    produksi atau diciptakan tetapi didapatkan dari hasil penambangan, sehingga keberadaannya

    dibumi ini terbatas. Emas banyak digunakan untuk mengendalikan defisit keadaan ekonomi

    suatu negara. Selain itu emas merupakan salah satu komoditi yang dapat mempengaruhi

    bursa saham. Pergerakan harga emas yang berubah-ubah membuat pergerakan harga saham

    di bursa efek juga berpengaruh.

    Saat ini industri di Indonesia sedang mengalami masa pertumbuhan. Perusahaan-

    perusahaan tersebut aktif melakukan kegiatan ekspor dan impor. Salah satu faktor yang

    melancarkan kegiatan ekspor dan impor tersebut adalah adanya mata uang sebagai alat

  • 3

    transaksi. Salah satu mata uang yang umum digunakan dalam perdagangan internasional

    adalah dollar Amerika Serikat. Bagi perusahaan-perusahaan yang aktif melakukan kegiatan

    ekspor dan impor kestabilan nilai nilai tukar mata dollar terhadap rupiah menjadi hal yang

    penting. Sebab ketika nilai rupiah terdepresiasi dengan dollar Amerika Serikat, hal ini akan

    mengakibatkan barang-barang impor menjadi mahal. Apabila sebagian besar bahan baku

    perusahaan menggunakan bahan impor, secara otomatis ini akan mengakibatkan kenaikan

    biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini tentunya akan mengurangi tingkat keuntungan

    perusahaan. Turunnya tingkat keuntungan perusahaan tentu akan mempengaruhi minat beli

    investor terhadap saham perusahaan yang bersangkutan. Secara umum, hal ini akan

    mendorong pelemahan indeks harga saham di negara tersebut.

    Dari informasi dan pergerakan IHSG sektor pertambangan yang berubah-ubah serta

    pengaruh ekonomi dunia yang memberikan dampak bagi perekonomian Indonesia, maka

    penelitian ini mengambil judul : “PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA, HARGA

    EMAS DUNIA DAN NILAI TUKAR RUPIAH/USD TERHADAP INDEKS HARGA

    SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN DI BEI”.

    1.3. Batasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka batasan masalah dari penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    1. Harga minyak mentah dunia. 2. Harga emas dunia. 3. Nilai tukar rupiah/USD. 4. Indeks harga saham sektor pertambangan periode 2009-2012.

    1.4. Perumusan Masalah

    1. Apakah variabel harga minyak mentah dunia secara signifikan mempengaruhi indeks harga saham sektor pertambangan?

    2. Apakah variabel harga emas dunia secara signifikan mempengaruhi indeks harga saham sektor pertambangan?

    3. Apakah variabel nilai tukar rupiah/USD secara signifikan mempengaruhi indeks harga saham sektor pertambangan?

    4. Apakah variabel harga minyak mentah dunia, harga emas dunia dan nilai tukar rupiah/USD secara bersama-sama dapat memberikan pengaruh yang signifikan

    terhadap indeks harga saham sektor pertambangan?

    1.5. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui:

    1. Pengaruh tingkat harga minyak mentah dunia terhadap indeks harga saham sektor pertambangan.

    2. Pengaruh tingkat harga emas dunia terhadap indeks harga saham sektor pertambangan.

    3. Pengaruh nilai tukar rupiah/USD terhadap indeks harga saham sektor pertambangan. 4. Pengaruh tingkat harga minyak mentah dunia, harga emas dunia dan nilai tukar

    Rupiah/USD secara bersama-sama terhadap indeks harga saham sektor pertambangan.

    1.6. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini adalah :

  • 4

    Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan untuk

    dapat meningkatkan kinerja sehingga dapat meningkatkan harga saham ataupun

    return sahamnya di pasar modal. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah

    pengetahuan dan pengalaman dapat menjadi masukan dan digunakan sebagai acuan

    penelitian lebih lanjut ataupun peneliti sejenis nantinya.

    II. LANDASAN TEORI

    2.1 Pasar Modal

    Pasar modal adalah tempat bertemunya pihak yang menawarkan dan memerlukan dana

    jangka panjang lebih dari satu tahun. Anoraga dan Pakarti (2006) mengatakan bahwa pasar

    modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang

    dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri, baik yang

    diterbitkan pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta.

    Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, emiten, pemerintah maupun

    lembaga penunjang. Manfaat pasar modal bagi perusahaan yaitu:

    1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar. 2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai. 3. Manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana perusahaan. 4. Pelunasan utang perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan. 5. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil. 6. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan. 7. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi. 8. Tidak ada beban finansial yang tetap. 9. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. 10. Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu. 11. Profesionalisme dalam manajemen meningkat.

    Sedangkan manfaat pasar modal bagi investor adalah:

    1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. 2. Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang saham dan

    memperoleh bunga obligasi bagi pemegang obligasi.

    3. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam RUPS bila diadakan bagi pemegang obligasi.

    4. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misal dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko.

    2.1.2. Saham

    Sutrisno (2001) mendefinisikan saham sebagai bukti kepemilikan perusahaan atau

    penyertaan pada perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Miskhin (2009)

    berpendapat bahwa saham merupakan suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap

    pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas

    pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang

    meminjamkan, sering juga disebut instrumen keuangan.

    Terdapat dua jenis saham jika dilihat berdasarkan segi kemampuan dalam hak tagih

    atau klaim, yaitu:

    1. Saham Biasa (Common Stock)

  • 5

    Merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk

    memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling populer di

    pasar modal. Jenis ini memiliki karakteristik seperti:

    a. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi.

    b. Hak suara proposional pada pemilihan Direksi serta keputusan lain yang

    ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

    c. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam Rapat

    Umum Pemegang Saham (RUPS).

    d. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebelum efek tersebut

    ditawarkan kepada masyarakat.

    2. Saham Preferen (Preferen Stock) Memiliki karakteristik sebagai berikut:

    a. Hak klaim lebih dahulu dibandingkan dengan saham biasa jika perusahaan

    dilikuidasi.

    b. Tidak memiliki hak suara.

    c. Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap dan memiliki sistem akumulasi

    dividen.

    d. Konvertibel, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila terdapat kesepakatan

    antara pemegang saham dan penerbit.

    Harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:

    a. Harga Nominal, yaitu harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oieh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga

    nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan

    berdasarkan nilai nominal.

    b. Harga perdana, yaitu harga pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi

    (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham

    emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.

    c. Harga Pasar, yaitu harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lama. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.

    Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang

    disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili

    harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali

    terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari

    diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

    2.1.3. Indeks Harga Saham dan Pertambangan

    Indeks Harga Saham Gabungan atau Composite Stock Price Index (IHSG) merupakan suatu

    nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di suatu bursa efek.

    Menurut Halim (2005) indeks harga saham merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan

    kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-

    kejadian ekonomi.

    Menurut Tandelilin (2010) dasar perhitungan IHSG adalah agregat nilai pasar di

    seluruh saham yang tercatat. Agregat nilai pasar adalah total dari perkalian setiap

    saham yang tercatat dengan masing-masing harganya pada hari tersebut. Dalam perhitungan

    indeks, IHSG menggunakan seluruh saham tercatat sebagai komponen perhitungan

    indeks.

  • 6

    Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai :

    1) Metode rata-rata (Average Method)

    Merupakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam indeks

    tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi.

    Keterangan:

    IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan

    ΣPs = Total harga saham

    Divisor = Harga dasar saham

    2) Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method)

    Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks

    disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar saham.

    Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah

    saham yang dikeluarkan. Ada dua metode untuk menghitung metode rata-rata

    tertimbang:

    1) Paasche

    Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai

    dasar seluruh saham yang tergantung dalam sebuah indeks. Dalam hal ini

    makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan menimbulkan pengaruh

    yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.

    Keterangan:

    Ps = Harga saham sekarang

    Ss = Jumlah saham yang beredar

    Pbase = Harga dasar saham

    2) Laspreyes

    Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan

    tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru.

    Keterangan:

    Ps = Harga saham sekarang

    So = Jumlah saham awal

    Pbase = Harga dasar saham

    Indeks Sektoral adalah sub indeks dari IHSG. Semua saham yang tercatat di BEI

    diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan

    BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial Classification), yaitu:

    a. Sektor Pertanian (Agriculture). b. Sektor Pertambangan (Mining). c. Sektor Industri Dasar dan Kimia (Basic Industry and Chemicals). d. Sektor Aneka Industri (Miscellameous Industry). e. Sektor Industri Barang Konsumsi (Consumer Goods Industry). f. Sektor Properti dan Real Estate (Property and Real Estate).

  • 7

    g. Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi (Infrastructure, Utilities and Transportation).

    h. Sektor Keuangan (Finance). i. Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi (Trade, Service, and Investment).

    Menurut UU No. 4 Tahun 2009 dan PP No. 22 Tahun 2010, pertambangan adalah

    sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan

    pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi

    kelayakan, konstruksi, penambangan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta

    kegiatan pasca tambang.

    Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor utama yang menggerakan roda

    perekonomian Indonesia. Indikasi ini terlihat dari kontribusi penerimaan negara yang setiap

    tahunnya meningkat.

    Indeks harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks harga saham

    sektor pertambangan yang nilainya diambil dari data bulanan Bursa Efek Indonesia dari tahun

    2009 sampai dengan tahun 2012. Nilai yang digunakan adalah nilai harga penutupan (closing

    price) setiap bulan.

    2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Saham Sektor Pertambangan

    2.1.4.1. Harga Minyak Dunia

    Minyak mentah atau yang juga dikenal sebagai Crude Oil merupakan komoditas dan

    kebutuhan utama dunia saat ini. Bahkan Indonesia juga mengalami krisis minyak pada saat

    ini. Output dari minyak mentah yang digunakan sehari-harinya adalah solar, bensin,

    pertamax. Sebesar 84% dari minyak mentah akan diolah menjadi bahan bakar kendaraan

    (bensin), bahan bakar pesawat terbang dan jet (disel), bahan pemanas bumi (heating), bahan

    bakar lain dan gas cair (liquefied petroleum gas).

    Barel adalah satuan alat tukar minyak mentah dalam dollar. Pemilihan dollar sebagai

    alat tukar minyak dan emas adalah karena mata uang USD dikenal hampir seluruh dunia.

    Kategori minyak yang biasa diperdagangkan di dunia:

    a. West Texas Intermediate (WTI) yang merupakan kualitas tertinggi, manis, minyak kuning keemasan yang dihasilkan di Cushing, Oklahoma (Amerika).

    b. Brent Blend, yang terdiri dari 15 macam dengan diuji sistem Brent dan Ninian dihasilkan di perairan Basin Shetland Timur di Laut Utara. Basis produksi adalah di

    Sullom Voe, Shetland. Negara-negara di Eropa, Afrika, dan Timur Tengah

    menggunakan minyak ini sebagai standar alat tukar komoditas.

    c. Dubai-Oman, disuplai ke Timur Tengah dan Asia Pasifik. Tapis (diproduksi di Malaysia, disuplai ke Asia Timur).

    d. Minas (diproduksi di Indonesia, juga disuplai ke Asia Timur). OPEC Reference Basket, diproduksi di negara-negara anggota OPEC.

    2.1.4.2. Harga Emas Dunia

    Emas adalah bentuk umum yang mewakili uang karena kejarangannya, ketahanannya,

    dapat dibagi-bagi, tahan terhadap jamur dan kemudahan pengindentifikasiannya, sering

    berhubungan dengan perak. Perak biasanya adalah alat pembayaran yang sah, dengan emas

    sebagai logam untuk cadangan moneter. Sulit untuk memanipulasi standar sebuah emas untuk

    disesuaikan dengan kebutuhan ekonomi terhadap uang, menyediakan ketidakleluasaan

    praktek terhadap pengukuran yang bank sentral mungkin gunakan sebaliknya untuk memberi

    tanggapan pada krisis ekonomi.

  • 8

    Sejak tahun 1968, harga emas yang dijadikan patokan seluruh dunia adalah harga emas

    berdasarkan standar pasar emas London. Sistem ini dinamakan London Gold Fixing. London

    Gold Fixing adalah prosedur dimana harga emas ditentukan dua kali sehari setiap hari kerja

    di pasar London oleh lima anggota pasar London Gold Fixing. Kelima anggota tersebut

    adalah:

    1. Bank of Nova Scottia.

    2. Barclays Capital.

    3. Deutsche Bank.

    4. Hongkong Shangrila Bank Corporation (HSBC).

    5. Societe Generale.

    Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima member tersebut.

    2.1.4.3. Nilai Tukar Rupiah/USD

    Menurut Faizal (2001) nilai tukar dalam keuangan adalah harga satu mata uang

    terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar khususnya nilai tukar rupiah per dollar sangat

    berkaitan erat dan mempengaruhi arus barang dan jasa serta modal dari dalam dan keluar

    Indonesia. Ada 2 jenis perubahan nilai tukar valuta asing yaitu:

    a. Apresiasi atau depresiasi dimana naik turunnya nilai tukar suatu negara dengan mata uang asing negara lain bergantung pada kekuatan pasar (permintaan dan penawaran)

    baik yang timbul dari dalam maupun luar negeri.

    b. Devaluasi atau revaluasi dimana naik turunnya nilai tukar mata uang bergantung dengan kebijakan yang ditetapkan pemerintah.

    Nilai tukar mata uang asing mengalami perubahan nilai yang terus menerus dan relatif

    tidak stabil.

    Rumus menghitung nilai tukar tengah BI:

    Nilai Tengah = Nilai Tukar Jual + Nilai Tukar Beli

    2

    2.3. Kerangka Pemikiran

    Atas dasar analisis tersebut maka pengaruh dari masing-masing variabel harga minyak

    mentah dunia, harga emas dunia dan nilai tukar rupiah/USD terhadap harga saham sektor

    pertambangan tersebut terhadap IHSG dapat digambarkan dalam model paradigma seperti

    ditunjukkan dalam Gambar 2.1:

    Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan model pada Gambar 2.1 tersebut menunjukkan bahwa variabel independen

    terdiri dari harga minyak mentah dunia (X1), harga emas dunia (X2) dan nilai tukar

    rupiah/USD (X3) dan variabel dependennya indeks harga saham sektor pertambangan (Y).

    2.4. Hipotesis penelitian Untuk mengetahui apakah variabel di atas berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor

    pertambangan, maka penelitian ini mengemukakan hipotesis sebagai berikut:

    X1

    X2

    X3

    Y

  • 9

    Hipotesa 1

    Ho1 : Diduga bahwa variabel independen harga minyak dunia (X1) secara parsial

    tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor

    pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2012.

    Ha1 : Diduga bahwa variabel independen harga minyak dunia (X1) secara parsial

    mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor

    pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2012.

    Ho2 : Diduga bahwa variabel independen harga emas dunia (X2) secara parsial tidak

    mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor

    pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2012.

    Ha2 : Diduga bahwa variabel independen harga emas dunia (X2) secara parsial

    mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor

    pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2012.

    Ho3 : Diduga bahwa variabel independen nilai tukar rupiah/USD (X3) secara parsial

    tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor

    pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2012.

    Ha3 : Diduga bahwa variabel independen nilai tukar rupiah/USD (X3) secara parsial

    mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor

    pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2012.

    Ho4 : Diduga bahwa variabel-variabel independen harga minyak dunia (X1) dan harga

    emas dunia (X2) dan nilai tukar rupiah/USD (X3) secara bersama-sama tidak

    mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor

    pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2012.

    Ha4 : Diduga bahwa variabel-variabel independen harga minyak dunia (X1) dan harga

    emas dunia (X2) dan nilai tukar rupiah/USD (X3) secara bersama-sama

    mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor

    pertambangan (Y) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2012.

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif yang menitikberatkan pada pengumpulan data, analisis data

    dan menerangkan hasil analisis yang mendalam dan kompeten terhadap variabel bebas, yaitu

    harga minyak mentah dunia (X1), harga emas dunia (X2) dan nilai tukar rupiah/USD (X3)

    serta variabel terikat, yaitu (Y) indeks harga saham sektor pertambangan, sehingga dapat

    menghasilkan informasi guna menarik kesimpulan dan dapat digunakan dalam pengambilan

    keputusan.

    3.2. POPULASI DAN SAMPEL Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan populasi dan sampel penelitian adalah sebagai

    berikut:

    1. Populasi Menurut Sugiyono (2006) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

    atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

    peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedang sampel adalah

    bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi

    dalam penelitian ini adalah indeks harga saham di BEI periode Januari 2009 sampai

    Desember 2012.

  • 10

    2. Sampel Menurut Hariwijaya dan Triton (2011) yang dimaksud sampel adalah bagian dari

    populasi yang dapat mewakili seluruh populasi. Sampel dari penelitian ini adalah

    seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar dalam indeks saham pertambangan

    di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2009 sampai Desember 2012.

    3.3. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam memperoleh data untuk penelitian ini, yaitu berupa data sekunder yang

    kemudian akan diolah kembali, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data

    penelitian berupa studi pustaka, hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang akan

    digunakan sebagai penunjang bagi penelitian.

    3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

    Pengolahan dan analisis data merupakan proses mengolah data (input) menjadi suatu

    informasi yang dapat dimengerti serta mudah untuk diinterpretasikan. Dalam penelitian ini,

    setelah data dikumpulkan untuk kemudian dikelompokkan dalam bentuk variabel penelitian,

    selanjutnya variabel-variabel tersebut diolah secara statistik dengan menggunakan program

    software SPSS 16. Hasil analisa data dengan alat bantu statistika dinilai lebih empiris dalam

    memecahkan persoalan penelitian.

    Adapun perumusan dari model regresi tersebut adalah sebagai berikut:

    Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

    Di mana:

    Y = Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan

    a = Konstanta

    b1, b2, b3 = Koefisien Regresi

    X1 = Harga Minyak Mentah Dunia

    X2 = Harga Emas Dunia

    X3 = Nilai Tukar Rupiah/USD

    e = Error

    Regresi berganda digunakan untuk menganalisis regresi dengan menggunakan dua

    variabel atau lebih. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh serta hubungan

    variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya, yaitu indeks harga saham sektor

    pertambangan.

    3.4.1. Pengujian Asumsi Klasik Uji mendapatkan model yang baik dalam regresi dan guna mendeteksi adanya faktor

    pengganggu dalam pengujian, maka diperlukan adanya pengujian asumsi klasik pada model

    regresi tersebut.

    Uji Multikolinearitas

    Ghozali (2011) menyebutkan bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

    model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi

    yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya. Jika variabel bebas

    saling berkorelasi, maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah

    variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebasnya sama dengan nol. Nilai

    acuan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai

    tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan VIF ≥ 10.

  • 11

    3.4.1.4. Uji Normalitas

    Menurut Ghozali (2011) uji normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah pada

    model regresi, variabel pengganggu dan variabel residual terdistribusi normal.

    3.4.1.5. Pengujian dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t)

    Uji t pada pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara

    individual (masing-masing) dalam menerangkan variasi variabel terikat. Tujuan dari uji t

    adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual.

    3.4.1.6. Pengujian terhadap Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F)

    Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan)

    terhadap variabel terikat. Langkah-langkah atau urutan dalam menguji hipotesa dengan

    distribusi F adalah sebagai berikut:

    1. Merumuskan hipotesa Ho : β1 = β2 = 0, berarti secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel bebas

    terhadap variabel terikat.

    Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0, berarti secara bersama-sama ada pengaruh variabel bebas terhadap

    variabel terikat.

    2. Menentukan taraf nyata (level of significance) = α. Taraf nyata atau derajat keyakinan yang digunakan sebesar α = 1%, 5%, 10%. Derajat bebas (df) dalam distribusi F ada

    dua, yaitu:

    df numerator = dfn = df1 = k - 1 dan df denumerator = dfd = df2 = n – k

    Di mana:

    df = Degree of freedom atau derajat kebebasan

    n = Jumlah sampel

    k = Banyaknya koefisien regresi

    3. Menentukan daerah keputusan, yaitu daerah di mana hipotesa nol diterima atau tidak. a. Ho diterima apabila Fhitung ≤ Ftabel, artinya semua variabel bebas secara

    bersama-sama bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap

    variabel terikat.

    b. Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel, artinya semua variabel bebas secara bersama-sama merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.

    4. Menentukan uji statistik nilai F, di mana bentuk distribusi F selalu bernilai positif.

    Keputusan bisa menerima Ho atau menolak Ho menerima Ha, yaitu nilai Ftabel yang

    diperoleh dibanding dengan nilai Fhitung. Apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka Ho

    ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel

    independent dengan variabel dependent.

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    4.1. Data Penelitian

    Berikut akan dijelaskan tabel yang menerangkan indeks harga saham sektor pertambangan

    (profil singkatnya dapat dilihat pada lampiran Daftar Emiten pada halaman 70), harga minyak

    mentah dunia, harga emas dunia, nilai tukar rupiah/USD yang bisa dilihat pada lampiran Data

    Penelitian pada halaman 70.

    4.1.1. Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan

  • 12

    Indeks harga saham menggambarkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu.

    Pergerakan nilai indeks tersebut akan menunjukkan perubahan situasi pasar yang terjadi.

    Pergerakan indeks harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk

    periode tahun 2009–2012 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:

    Tabel 4.1

    Daftar Sampel

    Variabel Terikat – Y (Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan)

    Tahun 2009-2012

    BULAN

    INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR

    PERTAMBANGAN

    (Dalam Rupiah)

    2009 2010 2011 2012

    Januari 922,16 2.236,40 3.043,51 2.710,02

    Februari 963,89 2.178,87 3.128,11 2.804,07

    Maret 1.005,54 2.430,26 3.162,21 2.760,39

    April 1.444,46 2576.58 3257,34 2.578,25

    Mei 1.818,96 2.275,26 3.236,32 2.066,20

    Juni 1.848,54 2.238,86 3.254,45 2.045,46

    Juli 2.144,91 2.274,82 3.362,55 2.001,01

    Agustus 2.140,43 2.304,95 2.883,57 1.905,95

    September 2.238,59 2.631,90 2.487,20 2.030,60

    Oktober 2.085,22 2.758,16 2.725,10 1.901,74

    November 2.129,87 2.870,84 2.492,26 1.781,83

    Desember 2.203,48 3.274,16 2.532,38 1.863,67

    Sumber : idx.co.id

  • 13

    Gambar 4.1

    Perkembangan Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan (Dalam Rupiah)

    Sumber : idx.co.id

    Dari gambar di atas terlihat bahwa selama empat tahun (2009–2012), indeks harga

    saham sektor pertambangan mengalami perubahan tren sebanyak dua kali, yaitu tren

    kenaikan (bullish) dari awal 2009 hingga Juli 2011, tren penurunan (bearish) dari Agustus

    2011 hingga Desember 2012. Harga tertinggi terjadi pada bulan juli 2011 sementara harga

    terendah terjadi pada bulan Januari 2009.

    4.1.2. Harga Minyak Mentah Dunia

    Harga minyak dunia yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga minyak dunia yang

    terbentuk di pasar spot minyak Texas (West Texas Intermediate). Perkembangan harga

    minyak dunia dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:

    Tabel 4.2

    Variabel Bebas – X1 (Harga Minyak Mentah Dunia)

    Tahun 2009-2012

    BULAN

    HARGA MINYAK MENTAH

    DUNIA

    (USD/barel)

    2009 2010 2011 2012

    Januari 41,89 77,29 97,09 115,91

    Februari 43,1 74,01 103,31 122,17

    Maret 46,95 78,67 113,07 128,14

    April 50,62 85,48 123,36 124,63

    Mei 57,86 76,96 115,18 113,76

    Juni 68,91 75,22 113,82 99,08

    Juli 64,85 73,74 117,15 102,88

    Agustus 72,47 75,94 111,67 111,72

    September 67,07 76,76 111.00 111,02

    0.00

    500.00

    1000.00

    1500.00

    2000.00

    2500.00

    3000.00

    3500.00

    4000.00

    1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46

  • 14

    Oktober 72,53 82,26 109,25 109,85

    November 77,08 85,07 112,94 106,68

    Desember 75,58 91,37 110,7 106,9

    Sumber : reuters.com

    Gambar 4.2

    Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia (USD/Barel)

    Sumber : reuters.com

    Dari gambar di atas terlihat bahwa selama empat tahun (2009–2012), harga minyak

    mentah dunia cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Harga terendah harga

    minyak mentah dunia 41,89 USD/barel pada bulan Januari 2009 sementara harga tertinggi

    mencapai 117,15 USD/barel pada bulan Juli 2011.

    Dikarenakan oleh permintaan kebutuhan yang terus meningkat terutama oleh negeri

    China, India, Amerika Serikat, Jepang dan kondisi politik di Timur Tengah yang tidak stabil

    dan jarang sekali ditemukan tambang minyak baru, harga minyak terus meroket dari bulan

    Januari 2009-Maret 2012.

    4.1.3. Harga Emas Dunia

    Harga emas yang digunakan adalah harga emas penutupan pada sore hari (harga emas

    Gold P.M.). Data statistik deskriptif harga emas dunia selama periode 2009-2012 dapat

    dilihat pada tabel dan gambar berikut:

    Tabel 4.3

    Variabel Bebas – X2 (Harga Emas Dunia)

    Tahun 2009-2012

    BULAN

    HARGA EMAS DUNIA

    (USD/troy ounce)

    2009 2010 2011 2012

    Januari 919.5 1,078.50 1,327.00 1,744.00

    Februari 962 1,108.25 1,411.00 1,770.00

    Maret 916.5 1,115.50 1,439.00 1,662.50

    April 883.25 1,179.25 1,535.00 1,651.25

    0.00

    20.00

    40.00

    60.00

    80.00

    100.00

    120.00

    140.00Ja

    n-0

    9

    May

    -09

    Sep

    -09

    Jan

    -10

    May

    -10

    Sep

    -10

    Jan

    -11

    May

    -11

    Sep

    -11

    Jan

    -12

    May

    -12

    Sep

    -12

  • 15

    Mei 975.5 1,207.50 1,536.50 1,558.00

    Juni 934.5 1,244.00 1,505.50 1,598.50

    Juli 939 1,169.00 1,628.50 1,622.00

    Agustus 955.5 1,246.00 1,813.50 1,648.50

    September 995.75 1,307.00 1,620.00 1,776.00

    Oktober 1,040.00 1,346.75 1,722.00 1,719.00

    November 1,175.75 1,383.50 1,746.00 1,726.00

    Desember 1,087.50 1,405.50 1,531.00 1,657.50 Sumber : goldfixing.com

    Gambar 4.3

    Perkembangan Harga Emas Dunia (Dalam Rupiah)

    Sumber : www.goldfixing.com

    Dari gambar di atas terlihat bahwa selama empat tahun (2009–2012), harga emas dunia

    cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Harga terendah emas dunia 919.5

    USD/troy ounce pada bulan Januari 2009 sementara harga tertinggi mencapai 1,770

    USD/troy ounce pada bulan Februari 2012. Selama periode pengamatan ditemukan bahwa

    harga emas dunia menunjukkan kecenderungan untuk selalu meningkat.

    Selama periode pengamatan, kenaikan harga emas secara tajam dimulai pada bulan

    Mei 2009. Hal ini disebabkan karena krisis ekonomi di pasar keuangan Amerika Serikat yang

    menjadi perhatian para investor berangsur-angsur membaik. Kemudian pada pertengahan

    tahun 2012 harga emas kembali mengalami penurunan dikarenakan keadaan ekonomi global

    mulai membaik.

    4.1.4. Nilai Tukar Rupiah/USD

    Menurut Faizal (2001) nilai tukar dalam keuangan adalah harga satu mata uang terhadap

    mata uang lainnya. Nilai tukar dapat diartikan sebagai jumlah mata uang lokal yang

    dibutuhkan untuk membeli mata uang asing. Nilai tukar inilah sebagai salah satu indikator

    yang dapat mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor

    cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi jika mata uang negaranya sendiri

    cenderung tertekan dibanding mata uang negara lain. Data statistik nilai tukar rupiah terhadap

    USD tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:

    Tabel 4.4

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    Jan

    -09

    Jun

    -09

    No

    v-0

    9

    Ap

    r-1

    0

    Sep

    -10

    Feb

    -11

    Jul-

    11

    De

    c-1

    1

    May

    -12

    Oct

    -12

    Series1

    http://www.goldfixing.com/

  • 16

    Variabel Bebas – X3 (Nilai Tukar Rupiah/USD)

    Tahun 2009-2012

    BULAN

    NILAI TUKAR RUPIAH/USD

    (Dalam Rupiah)

    2009 2010 2011 2012

    Januari 11.355 9.365 9.057 9.000

    Februari 11.98 9.335 8.823 9.085

    Maret 11.575 9.115 8.709 9.180

    April 10.713 9.012 8.574 9.190

    Mei 10.340 9.180 8.537 9.565

    Juni 10.225 9.083 8.597 9.480

    Juli 9.920 8.952 8.508 9.485

    Agustus 10.06 9.041 8.578 9.560

    September 9.681 8.924 8.823 9.588

    Oktober 9.545 8.928 8.835 9.615

    November 9.480 9.013 9.170 9.605

    Desember 9.400 8.991 9.068 9.670

    Sumber : bi.go.id

    Gambar 4.4

    Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/USD (Dalam Rupiah)

    Sumber : bi.go.id

    Dari gambar di atas terlihat bahwa selama empat tahun (2009–2012), nilai tukar rupiah

    cenderung stabil dan tidak terlalu berfluktuasi. Nilai terendah rupiah adalah sebesar Rp

    8.508,00/dollar pada bulan juli 2011 sementara nilai tertinggi pada Februari 2009 sebesar Rp

    11.980,00/USD. Pergerakan nilai tukar dapat dijaga dengan baik oleh Bank Indonesia selaku

    otoritas moneter Indonesia.

    Sementara itu nilai tukar rupiah cukup stabil selama tahun 2010. Ketika terjadi gejolak

    akibat krisis finansial, rupiah sempat anjlok menjadi Rp 12.000/USD.

    4.2. Pembahasan

    1. Uji Multikolinearitas

    Ghozali (2011) menyatakan bahwa multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance

    dan lawannya, yaitu Variance Inflation Factor (VIF). Suatu nilai tolerance yang rendah akan

    sama dengan nilai VIF yang tinggi, karena VIF = 1/Tolerance. Nilai cutoff yang umum

    0.00

    5000.00

    10000.00

    15000.00

    Jan

    -09

    Jul-

    09

    Jan

    -10

    Jul-

    10

    Jan

    -11

    Jul-

    11

    Jan

    -12

    Jul-

    12

    Series1

  • 17

    dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama

    dengan VIF ≥ 10.

    Tabel 4.5

    Hasil Uji Multikolinearitas

    Coefficientsa

    Model Collinearity Statistics

    Tolerance VIF

    1

    Minyak

    Mentah .107 9.377

    Emas .141 7.117

    Kurs .473 2.113

    a. Dependent Variable: IHS

    Sumber : Output SPSS, diolah oleh penulis (2013)

    Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa nilai tolerance dari model regresi yang

    dihasilkan oleh masing-masing variabel bebas (independent) adalah > 0,10 (lebih besar dari

    0,10). Sedangkan, nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas

    dalam regresi tersebut menunjukkan angka < 10. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa

    model regresi yang dihasilkan tidak mengandung atau terbebas dari gejala multikolinearitas

    antar variabel bebas yang digunakan dalam model.

    4. Uji Normalitas

    . Analisa statistik, yaitu menggunakan uji non parametik Kolmogorov-Smirnov. Data

    dikatakan terdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 5%.

    Hasil Uji Normalitas

    Uji Kolmogorov-Smirnov

    One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    IHS_Tambang

    N 48

    Kolmogorov-SmirnovZ

    Asymp. Sig. (2-tailed)

    .577

    .893

    a. Test distribution is Normal.

    Sumber : Output SPSS, diolah oleh penulis (2013)

    Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov yang dihasilkan oleh model adalah sebesar 0,577.

    Sedangkan nilai signifikan yang diperoleh adalah sebesar 0,893 atau lebih besar dari 5%.

    Berdasarkan nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) tersebut dapat dismpulkan bahwa

    model regresi mempunyai data residual yang terdistribusi normal.

    4.3. Regresi Linear Berganda

    Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model regresi

    dalam penelitian ini layak digunakan karena model regresi telah terbebas dari masalah

    normalitas data, tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi dan tidak terjadinya

    heteroskedastisitas. Selanjutnya dapat dilakukan uji estimasi linier berganda dan

    diinterpretasikan pada tabel 4.9 berikut:

  • 18

    1. Persamaan Regresi

    Hasil Regresi Linear Berganda

    Coefficientsa

    Model Unstandardized

    Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig.

    B Std.

    Error

    Beta

    1

    (Constant) 8384.183785 783.3236 10.70335 0.000

    MinyakMentah 12.94837059 4.633366 0.516839969 2.794592 0.008

    Emas -0.929897584 0.321801 -0.465584704 -2.88967 0.006

    Kurs -0.631764914 0.068953 -0.804434815 -9.16227 0.000

    a. Dependent Variable: IHS Tambang

    Sumber : Output SPSS, diolah oleh penulis (2013)

    Berdasarkan tabel 4.13 dapat diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai

    berikut:

    Y = 8384.183785 + 12.94837059 X1 - 0.929897584 X2 -0.631764914 X3 + e

    Dimana:

    Y : IHS Sektor Pertambangan

    X1 : Harga Minyak Dunia

    X2 : Harga Emas Dunia

    X3 : Nilai Tukar Rupiah/USD

    e : Kesalahan acak (error term)

    Interpretasi model regresi:

    1. Konstanta bernilai 8384,183785. Hal tersebut menggambarkan bahwa apabila tidak ada pengaruh dari variabel bebas, yaitu harga minyak dunia, harga emas dunia dan

    nilai tukar rupiah/USD, maka nilai indeks harga saham sektor pertambangan akan

    tetap bernilai 8384,183785.

    2. Variabel bebas harga minyak dunia bernilai 12,94837059. Hal ini menyatakan bahwa setiap kali terjadi kenaikan sebesar 1% dari variabel harga minyak dunia tersebut,

    maka akan mendorong kenaikan pada variabel terikat indeks harga saham sektor

    pertambangan sebesar 12,94837059. Dengan asumsi variabel lain tetap atau dapat

    dikatakan variabel lain bernilai sama dengan nol.

    3. Variabel bebas harga emas dunia bernilai -0,929897584. Hal ini menyatakan bahwa ketika terjadi kenaikan sebesar 1% dari variabel harga emas dunia tersebut, maka

    variabel terikat indeks harga saham sektor pertambangan akan mengalami penurunan

    sebesar 0,929897584. Dengan asumsi variabel lain tetap atau dapat dikatakan variabel

    lain bernilai sama dengan nol.

    4. Variabel bebas nilai tukar rupiah/USD bernilai -0,631764914. Hal ini menyatakan bahwa setiap kali terjadi kenaikan 1% pada variabel nilai tukar rupiah/USD tersebut,

    maka akan mendorong penurunan pada variabel terikat indeks harga saham sektor

    pertambangan sebesar 0,631764914. Dengan asumsi variabel lain tetap atau dapat

    dikatakan variabel lain bernilai sama dengan nol.

    4.4. UJI HIPOTESIS 1. Uji t

    Berdasarkan tabel di atas, maka hasil uji signifikansi parsial masing-masing variabel

    adalah sebagai berikut :

  • 19

    1. Pengaruh harga minyak mentah dunia terhadap indeks harga saham sektor pertambangan

    a. Nilai signifikansi yang diperoleh pada model regresi untuk variabel bebas harga minyak mentah dunia menunjukkan angka 0,008. Nilai signifikansi

    tersebut berada dibawah angka 0,05, pada tingkat derajat kepercayaan 95%.

    Hal ini memberikan interpretasi bahwa variabel harga minyak mentah dunia

    secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat

    indeks harga saham sektor pertambangan.

    b. Variabel harga minyak mentah dunia mempunyai nilai t hitung sebesar 2.794592. Sementara itu, seperti yang diketahui bahwa nilai t tabel

    menunjukkan angka 2,2. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa t hitung > t

    (α / 2; n - k).

    Dari kedua analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk variabel harga

    minyak mentah dunia hipotesis yang dihasilkan adalah Ha1 diterima dan Ho1

    ditolak, yaitu terdapat pengaruh signifikan harga minyak dunia terhadap

    indeks harga saham sektor pertambangan.

    2. Pengaruh harga emas dunia terhadap indeks harga saham sektor pertambangan a. Nilai signifikansi yang didapatkan dari model regresi untuk variabel bebas

    harga emas dunia menunjukkan angka 0,006. Nilai signifikansi tersebut

    berada dibawah angka 0,05, pada tingkat derajat kepercayaan 95%. Hal ini

    memberikan interpretasi bahwa variabel harga emas dunia secara parsial

    mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat indeks harga

    saham sektor pertambangan .

    b. Variabel harga emas dunia mempunyai nilai t hitung sebesar -2,88967. Sementara itu, seperti yang diketahui bahwa nilai t tabel menunjukkan angka

    2,2. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa t hitung > t (α / 2; n - k).

    Dari kedua analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk variabel harga

    emas dunia hipotesis yang dihasilkan adalah Ha2 ditolak dan Ho2 diterima,

    yaitu diduga terdapat pengaruh signifikan harga emas dunia terhadap indeks

    harga saham sektor pertambangan.

    3. Pengaruh nilai tukar rupiah/USD terhadap indeks harga saham sektor properti a. Nilai signifikansi yang diperoleh dari model regresi untuk variabel bebas

    nilai tukar rupiah/USD menunjukkan angka 0,000. Nilai signifikansi tersebut

    berada dibawah angka 0,05, pada tingkat derajat kepercayaan 95%. Hal ini

    memberikan gambaran bahwa variabel nilai tukar rupiah/USD secara parsial

    mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat indeks harga

    saham sektor pertambangan.

    b. Variabel nilai tukar rupiah/USD mempunyai nilai t hitung sebesar 0,000. Sementara itu, seperti yang diketahui bahwa nilai t tabel menunjukkan angka

    2,2. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa -t hitung < -t (α / 2; n - k).

    Dari kedua analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk variabel nilai tukar

    rupiah/USD hipotesis yang dihasilkan adalah Ha3 ditolak dan Ho3 diterima, yaitu terdapat

    pengaruh nilai tukar rupiah/USD terhadap indeks harga saham sektor properti.

    4.5. UJI F Ketentuan penerimaan atau penolakan Ho dan Ha ditentukan berdasarkan kriteria

    berikut, yaitu:

  • 20

    a. Ho diterima atau Ha ditolak apabila F hitung ≤ F tabel, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

    b. Ho ditolak atau Ha diterima apabila F hitung > F tabel, artinya terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

    Nilai α yang digunakan pada model regresi ini adalah sebesar 5%. Rumus yang

    digunakan untuk mencari df numerator (dfn atau df1) adalah dfn = k – 1. Sedangkan rumus

    untuk menghitung nilai df denumerator (dfd atau df2) adalah dfd = n – k. Berdasarkan data

    tersebut, maka diperoleh nilai F tabel adalah sebesar 3,18. Sedangkan nilai F hitung yang

    dihasilkan pada model regresi dapat dilihat pada tabel 4.12.

    Hasil Uji F ANOVA

    Sumber : Output SPSS, diolah oleh penulis (2013)

    Berdasarkan tabel hasil uji F (Anova) dapat dilihat bahwa nilai signifikan yang

    diperoleh adalah sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Sedangkan nilai F hitung yang

    dihasilkan dari model regresi adalah sebesar 99,41575, sehingga dapat diketahui bahwa nilai

    F hitung lebih besar dibandingkan dengan F tabel (F hitung > F tabel). Berdasarkan kedua

    analisa tersebut dapat diambil kesimpulan, yaitu Ho4 ditolak atau Ha4 diterima. Jika Ho

    ditolak atau Ha diterima, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh signifikan harga

    minyak mentah dunia, harga emas dunia dan nilai tukar rupiah/USD secara bersama-sama

    terhadap indeks harga saham pertambangan.

    V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab

    sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai Pengaruh Harga

    Minyak Mentah Dunia, Harga Emas Dunia dan Nilai Tukar Rupiah/USD Terhadap Indeks

    Harga Saham Sektor Pertambangan di BEI ini adalah:

    1. Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara harga minyak mentah dunia

    terhadap indeks harga saham sektor pertambangan.

    2. Pada variabel harga emas dunia disimpulkan memiliki pengaruh negatif yang

    signifikan secara parsial terhadap indeks harga saham sektor pertambangan.

    3. Variabel rupiah/USD memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga

    saham sektor pertambangan.

    4. Sedangkan secara bersama-sama (simultan) dapat disimpulkan bahwa terdapat

    pengaruh antara harga minyak mentah dunia, harga emas dunia dan nilai tukar

    rupiah/USD secara bersama-sama terhadap indeks harga saham sektor pertambangan.

    Model

    Sum of

    Squares df

    Mean

    Square F Sig.

    1 Regression 1.2994913 4 3248728.148 99.41575 .000a

    Residual 1372484.500 42 32678.202

    Total 1.4367397 46

    a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar, Emas, Minyak Mentah

    b. Dependent Variable: IHS tambang

  • 21

    5.2. Saran

    Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka saran yang dapat diberikan

    penulis sebagai berikut:

    1. Jika kurs rupiah menguat/terapresiasi terhadap dollar AS maka sebaiknya investor/ pengusaha perusahaan pertambangan melakukan aksi beli saham sektor pertambangan

    karena menurut hasil penelitian ini saham pertambangan diprediksikan akan naik

    untuk tahun mendatang. Demikian sebaliknya.

    2. Jika harga emas dunia mengalami penurunan sebaiknya investor/pengusaha melakukan aksi beli terhadap saham sektor pertambangan karena dari penelitian ini

    menunjukan indeks saham sektor ini juga akan mengalami penurunan.

    3. Jika harga minyak dunia mengalami penurunan sebaiknya investor/pengusaha melakukan aksi beli terhadap saham sektor pertambangan karena dari penelitian ini

    menunjukan indeks saham sektor ini juga akan mengalami penurunan

    4. Investor/ pengusaha di sektor pertambangan yang merupakan salah satu sektor penting di Indonesia sebaiknya mengkaji dan mempertimbangkan terlebih dahulu

    pergerakan variabel nilai tukar rupiah/USD, harga emas dunia dan harga minyak

    dunia yang mempengaruhi harga saham disektor ini.

  • 22

    DAFTAR PUSTAKA

  • 23

    Anoraga, Panji. 2006. Pengantar Pasar Modal. Semarang: PT. Rineka Cipta.

    Anoraga, Panji dan Pakarti, Puji. 2006. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta.

    Bank Indonesia. 2013. Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. (melalui) www.bi.go.id (10

    April 2013).

    Brigham, Eugene dan Houston, Joel F. 2006. Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba

    Empat.

    Bursa Efek Indonesia. 2013. Index Harga Saham Sektor Pertambangan. (melalui)

    www.idx.co.id (22 April 2013).

    Darmadji, Tjiptono & Fakhruddin, Hendy M. 2008. Pasar Modal Indonesia: Pendekatan

    Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.

    Darsono, Prawiranegoro. 2007. Pendekatan Praktis Kajian Pengambilan Keputusan Bisnis

    Berbasis Analisa Keuangan. Jakarta: Diardi Media.

    Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta.

    Faizal, Muhammad. 2001. Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Salemba Empat.

    Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19,

    Cetakan ke V, Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

    Gold Fixing. 2013. “Penentuan Harga Emas Harian” dalam www.goldfixing.com (21 april

    2013).

    Gold Price. 2013. Harga Spot Emas. (melalui) www.goldprice.com (21 April 2013).

    Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

    Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen, Edisi 2, Cetakan kedelapan belas. Yogyakarta: BPFE.

    Hariwijaya, M. & Triton. 2011. Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis. Jakarta

    Selatan: PT. Suka Buku.

    Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi edisi kelima. Yogyakarta:

    BPFE.

    Husnan, Suad. 2004. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka

    Panjang). Yogyakarta: BPFE.

    Kashmir. 2002. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Keenam. Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada.

    Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi, Kurs dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks

    Harga Saham Gabungan. Jurnal Ekonomi. Vol.8, (No.1), 53-64.

    Kuncoro, Muhammad. 2007. Ekonomika Industri Indonesia. Yogyakarta: Andi.

    Mankiw, Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi, Alih bahasa Imam Nurmawan, Edisi Kelima.

    Jakarta: Erlangga.

    Martin, John D., William Petty, Arthur J. Keown dan David F. Scott Jr. 2004. Manajemen

    Keuangan: Prinsip-prinsip dan Aplikasi. Edisi 9. Jil.1. Alih Bahasa, Haryandini.

    Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

    Miskhin, F.S. 2009. The Economics of Money, Banking and Financial Markets, Ninth

    Edition. USA: Pearson Education, Inc.

    Oksaham. 2013. Emiten Saham Pertambangan. (melalui) www.oksaham.com (22 April

    2013).

    Pramushinta, Hayudha dan Suhendra, E. Susy. 2011. Analisis Pengaruh Pergerakan Indeks

    Bursa Asing, Tingkat Inflasi, Harga Minyak Mentah Dunia, Nilai Tukar Rupiah

    Terhadap Dollar Amerika, Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan

    (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi. FE Universitas Gunadarma. Jakarta.

    Reuters. 2013. Harga Komoditas Minyak Dunia. (melalui) www.reuters.com (22 April 2013).

    Rusdin. 2006. Pasar Modal. Bandung: Alfabeta.

    Samsul, Muhammad. 2008. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga.

    Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

  • 24

    Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP

    STIM YKPN.

    Surat Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal.

    Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan : Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi pertama cetakan

    ke dua. Jakarta: Salemba Empat.

    Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi. Edisi 1.

    Yogyakarta: Kanisius.

    Triton, PB. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametik. Yogyakarta: Andi Offset.

    Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009 dan PP No. 22 Tahun 2010 tentang

    Pertambangan.

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

    Undang-Undang No. 15 Tahun 1952 tentang Pasar Modal.

    Weston, J. Fred. dan Copeland, Thomas E. 2002. Manajemen Keuangan. Penerjemah Drs A.

    Wasana MSM dan Ir. Kirbrandoko MSM Edisi Kedelapan. Jakarta: Binarupa Aksara.

    Wicaksono, Ardian Agung. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga

    Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Nilai Tukar Rupiah, Indeks Nikkei 225 dan Indeks

    Dow Jones terhadap IHSG. Skripsi. FE Universitas Diponegoro. Semarang.

    Yuswandy, Yoedy. 2010. Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Nilai

    Tukar Rupiah Terhadap USD dan Indeks IHSG terhadap Return Saham (Studi Kasus

    Saham Sinarmas). Thesis. FE ITB. Bogor.