PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd), …digilib.unila.ac.id/56693/2/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd), …digilib.unila.ac.id/56693/2/SKRIPSI TANPA BAB...
PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd), KROMIUM (Cr), DAN MERKURI (Hg) PADA SEDIMEN DI PERAIRAN
TELUK LAMPUNG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
(Skripsi)
Oleh
YOLA YASHINTA BATUBARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2019
ABSTRACT
DETERMINATION OF HEAVY METALS CONTENTS CADMIUM (Cd), CHROMIUM (Cr), AND MERCURY (Hg) IN SEDIMENTS AT LAMPUNG
BAY USING ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY
By
Yola Yashinta Batubara
The determination of cadmium (Cd), chromium (Cr), and mercury (Hg) in sediments in the waters of Lampung Bay has been done. This study aimed to determine the content and level of pollution of heavy metals in the waters of Lampung Bay by analyzing heavy metal content in sediment samples using Atomic Absorption Spectrophotometer. The Sampling was carried out in 3 locations, Panjang Port, Residential Settlement, and Queen Artha Beach. The results of the analysis showed that Cd metal concentrations ranged from 8.6134 – 13.9215 ppm, Cr metals in the range 14.6783 – 15.1583 ppm, and Hg metals in the range 0.8414 – 0.9961 ppm. Based on the results of the analysis, the metal content of Cd in the three regions and Hg metals at the Panjang Port and Queen Artha Beach showed that the metal concentration exceed the quality standard , while Cr metal levels in the three regions and Hg metals in Resident Settlements are still below the standard quality of the USEPA National Sediment Quality Survey (2004). The validation of the method in determining the metal concentrations of Cd, Cr, and Hg in sediments showed the correlation coefficient values of each metal at 100%, 100%, and 99, 81%; the limit of detection of each metal were 0.8239, 0.2152 and 0.0018 ppm while for the limit of quantification, each metal were 2, 7465, 0.7174 and 0.0059 ppm; the RSD value <5% and the accuracy of each metal amounted to 100.6 – 100.7%, 99.4 – 113.5%, and 101.2 – 104.2%. Keywords : Cd, Cr, Hg, heavy metals, sediments, atomic absorption
spectrophotometry, Lampung Bay
ABSTRAK
PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd), KROMIUM (Cr), DAN MERKURI (Hg) PADA SEDIMEN DI PERAIRAN
TELUK LAMPUNG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
Oleh
Yola Yashinta Batubara
Telah dilakukan penentuan kandungan logam berat kadmium (Cd), kromium (Cr), dan Merkuri (Hg) pada sedimen di perairan Teluk Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan dan tingkat pencemaran logam berat di perairan Teluk Lampung dengan cara menganalisis kandungan logam berat pada sampel sedimen menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 lokasi yaitu Pelabuhan Panjang, Pemukiman penduduk, dan Pantai Queen Artha. Hasil analisis menunjukkan konsentrasi logam Cd berada pada rentang 8,6134 – 13,9215 ppm, logam Cr pada rentang 14,6783 – 15,1583 ppm, dan logam Hg pada rentang 0,8414 – 0,9961 ppm. Berdasarkan hasil analisis tersebut kadar logam Cd pada ketiga wilayah dan logam Hg pada Pelabuhan Panjang dan Pantai Queen Artha menunjukkan bahwa konsentrasi logam tersebut melebihi nilai baku mutu, sedangkan kadar logam Cr pada ketiga wilayah dan logam Hg pada Pemukiman penduduk masih berada di bawah nilai baku mutu yang ditetapkan berdasarkan National Sediment Quality Survey USEPA (2004). Validasi metode pada penentuan konsentrasi logam Cd, Cr, dan Hg dalam sedimen menunjukkan nilai koefisien korelasi masing – masing logam sebesar 100%, 100%, dan 99, 81%; limit deteksi masing – masing logam yaitu 0,8239, 0,2152, dan 0,0018 ppm sedangkan untuk limit kuantifikasi masing – masing logam yaitu 2, 7465, 0,7174, dan 0,0059 ppm; nilai RSD <5% serta akurasi pada masing – masing logam sebesar 100,6 – 100,7%, 99,4 – 113,5%, dan 101,2 – 104,2%. Kata kunci : Cd, Cr, Hg, logam berat, sedimen, spektrofotometri serapan atom,
Teluk Lampung
PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd), KROMIUM (Cr), DAN MERKURI (Hg) PADA SEDIMEN DI PERAIRAN
TELUK LAMPUNG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
Oleh
Yola Yashinta Batubara
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS
pada
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Jaya, pada tanggal 21 April 1998 sebagai anak ketiga
dari tiga bersaudara, putri dari Bapak Risman Batubara dan Ibu Heriyah AZ.
Penulis mulai menempuh pendidikan pada tahun 2002 di TK Pertiwi Bandar Jaya,
kemudian menyelesaikan pendidikan di SDN 5 Bandar Jaya pada tahun 2009,
SMPN 2 Terbanggi Besar pada tahun 2012, dan MAN 1 Lampung Tengah pada
tahun 2014. Penulis melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa di Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung
pada tahun 2014 melalu jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) dan lulus di tahun 2019.
Saat menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai Kader Muda Himpunan Mahasiswa
Kimia (Himaki) FMIPA Unila pada periode kepengurusan 2014/2015. Kemudian
pada periode 2015/2016 menjadi anggota Bidang Sosial Masyarakat Himaki
FMIPA Unila, lalu menjadi Sekretaris Bidang Sosial Masyarakat Himaki FMIPA
Unila pada periode kepengurusan 2016. Pada tahun 2017, penulis telah
menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan di PT Sungai Budi Group, Bandar
Lampung pada bulan Januari sampai dengan Februari 2017. Kemudian penulis
pernah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Lebung Sari, Kecamatan
Merbau Mataram, Kabupaten Lampung Selatan.
MOTTO
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”
- QS Al Baqarah 216 -
“Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa
bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu
semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum”
- Anonim -
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan
Segala Puji Syukur kepada-Nya, dengan kerendahan hati kupersembahkan karya
kecilku ini kepada :
Orangtuaku tersayang
Bapak Risman Batubara dan Ibu Heriyah AZ
yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan untuk setiap langkah
menuju keberhasilan. Semoga Allah selalu melindungi kalian dan melimpahkan
kasih sayang-Nya
Kedua kakakku
Burhansyah Batubara dan Edi Syaputra Batubara
yang selalu memberikan semangat dan menjadi isnpirasiku
Seluruh dosen yang telah membimbing dan mendidik adinda selama menempuh
pendidikan di Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung
Seluruh keluarga besar, sahabat, dan
Almamater tercinta
SANWACANA
Alhamdulillahirrobbil ‘alamiin. Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains di
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung dengan judul “Penentuan
Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd), Kromium (Cr), dan Merkuri (Hg)
pada Sedimen di Perairan Teluk Lampung Secara Spektrofotometri Serapan
Atom”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada suri tauladan umat, Nabi
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabatnya dan semoga melimpah
kepada kita semua selaku umatnya. Aamiin ya robbal ‘alamiin.
Selama penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah
turut serta membantu penulis. Oleh karen itu melalui tulisan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Suratman, M. Sc. selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Lampung.
3. Bapak Diky Hidayat, M. Sc. selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing
Akademik yang telah memberikan ilmu, motivasi, bimbingan, saran, nasihat
dan arahan serta semangat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan
skripsi.
4. Bapak Dr. Agung Abadi Kiswandono, M. Sc. selaku Dosen Pembimbing II
yang telah membimbing, memberikan saran dan arahan serta semangat kepada
penulis selama penelitian dan penyususan skripsi.
5. Bapak Andi Setiawan, Ph. D. selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan
saran, arahan, dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
6. Bapak Dr. Drs. Hardoko Insan Qudus, M. Si. Selaku Kepala Laboratorium
Analitik dan Instrumentasi atas izinnya kepada penulis untuk menyelesaikan
penelitian di laboratorium.
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu selama penulis belajar di Jurusan Kimia.
8. Seluruh karyawan Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung terkhusus
Mba Iin dan Mas Udin selaku Laboran Kimia Analitik dan Instrumentasi,
serta Pak Gani atas seluruh bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
9. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, Bapak Risman Batubara dan Ibu
Heriyah AZ yang tiada henti mendoakan, memberikan semangat dan kasih
sayang serta segala perjuangan yang telah dilakukan untukku.
10. Kedua kakakku, Burhansyah Batubara dan Edi Syaputra Batubara yang selalu
memberikan semangat dan selalu menjadi inspirasi untukku.
11. Raka Satria Rainaudi yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat.
12. Teman – teman dekatku sejak awal perkuliahan hingga saat ini, Laili Dini
Ariza, Nella Merliani, Rahmah Hanifah, Deni Diora, dan Widia Sari yang
selalu ada disaat keadaan apapun, selalu memberikan semangat, keceriaan,
dan nasihat kepadaku.
13. Keluarga Cemaran Logam Berat, Riza Umami, Edit Hendri Purnami,
Muhammad Firdaus, dan M. Firza Ersa yang telah berjuang dari awal
penelitian hingga akhirnya dapat menyelesaikannya bersama – sama.
14. Rekan – rekan penelitian di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi,
Riza, Edit, Daus, Firza, Riri, Ayi, Yunita, Rizka, Fergina, Nova, Dinda,
Teguh, Ilham, Windi, Della, dan Arra atas kebersamaan dan bantuannya
selama bekerja di laboratorium.
15. Teman – teman Kimia 2014, terimakasih atas segala hal yang telah mengisi
hari – hariku selama menempuh pendidikan.
16. Pimpinan Himaki FMIPA Unila kepengurusan 2016, Fikri Muhammad,
Kartika Dewi Rachmawati, Riri Auliya, Teguh Wijaya Hakim, Herda Yulia,
Yusuf Hadi Kurniawan, Heny Wijaya, Jepry Romansyah, Bidari Maulid
Diana, Bunga Lantri Dwinta, Hestianingsih Famela, Nella Merliani, Reni
Anggraeni, dan Ayisa Ramadhona.
17. Sahabat Generasi Lima (SAGMA) yang selalu menciptakan cerita – cerita
baru dan keceriaan disela penatnya kuliah dan penelitian meskipun saat ini
kita masih terhalang oleh jarak. Semoga kita segera dipertemukan dengan
personil yang lengkap.
18. Himaki FMIPA Unila periode kepengurusan 2014/2015, 2015/2016, dan
2016.
19. Seluruh keluarga besar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung angkatan
2011 – 2018.
20. Almamater Universitas Lampung
21. Semua pihak yang telah membantu dan medukung dalam penyelesaian skripsi
ini.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi perbaikan penelitian selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi
ini dapat berguna dan bermanfaat untuk kita semua.
Bandar Lampung, April 2019 Penulis Yola Yashinta Batubara
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian................................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teluk Lampung ..................................................................................... 6
B. Sedimen di Teluk Lampung .................................................................. 8
C. Kualitas Air Teluk Lampung............................................................... 10
D. Pencemaran di Perairan Teluk Lampung ............................................ 12
E. Logam Berat ........................................................................................ 14
F. Cd (Kadmium)..................................................................................... 16
G. Cr (Kromium) ...................................................................................... 18
H. Hg (Merkuri) ....................................................................................... 19
I. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)............................................... 20
ii
J. Validasi Metode .................................................................................. 25
1. Linieritas ......................................................................................... 25
2. Limit Deteksi dan Limit Kuantifikasi ............................................. 25
3. Akurasi (Kecermatan) .................................................................... 26
4. Presisi (Ketelitian) .......................................................................... 26
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 28
B. Alat dan Bahan .................................................................................... 28
C. Prosedur Kerja ..................................................................................... 29
1. Pembuatan Larutan HNO3 5%........................................................ 29
2. Metode Pengambilan Sampel ......................................................... 29
2.1 Persiapan Pengambilan Sampel ............................................ 29
2.2 Pengambilan Sampel ............................................................. 29
3. Preparasi Sampel ............................................................................ 30
3.1 Preparasi Sampel Untuk Penentuan Logam
Cd dan Cr .............................................................................. 30
3.2 Preparasi Sampel Untuk Penentuan Logam Hg .................... 30
4. Penentuan Konsentrasi Cd, Cr, dan Hg Pada Air dan Sedimen
dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) ............................. 31
5. Validasi Metode.............................................................................. 31
5.1 Linieritas ............................................................................... 32
5.2 Limit Deteksi dan Limit Kuantifikasi (LoD dan LoQ) ......... 32
5.3 Presisi (Ketelitian)................................................................. 32
5.4 Akurasi (Ketepatan) .............................................................. 32
iii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Pengambilan Sampel ............................................... 34
1. Pengaruh pH atau Derajat Keasaman Terhadap
Kualitas Perairan ............................................................................ 35
2. Pengaruh Suhu Terhadap Kualitas Perairan ................................... 36
B. Preparasi Sampel ................................................................................. 37
1. Preparasi Sampel Untuk Penentuan Logam Cd dan Cr .................. 37
2. Preparasi Sampel Untuk Penentuan Logam Hg ............................. 38
C. Validasi Metode .................................................................................. 39
1. Linieritas ......................................................................................... 39
2. Limit Deteksi (LoD) dan Limit Kuantifikasi (LoQ)....................... 41
3. Presisi (Ketelitian) .......................................................................... 42
4. Akurasi (Ketepatan)........................................................................ 43
D. Kandungan Logam Cd, Cr, dan Hg di Perairan Teluk Lampung ........ 43
1. Kandungan Logam Cd di Perairan Teluk Lampung....................... 44
2. Kandungan Logam Cr di Perairan Teluk Lampung ....................... 45
3. Kandungan Logam Hg di Perairan Teluk Lampung ...................... 46
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.............................................................................................. 48
B. Saran .................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50
LAMPIRAN .......................................................................................................... 55
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Satuan Geologi Lingkungan Pantai Teluk Lampung ....................................... 7
2. Nilai Indeks Pencemaran (IP) di Perairan Teluk Lampung ......................... 11
3. Kadar Cd Pada Beberapa Nilai Kesadahan ................................................. 17
4. pH Air Laut Pada Titik Pengambilan Sampel ................................................. 35
5. Suhu Air Laut Pada Titik Pengambilan Sampel ............................................. 36
6. Limit Deteksi dan Limit Kuantifikasi Logam Cd, Cr, dan Hg ....................... 41
7. Nilai SD dan RSD Hasil Analisis Logam Cd, Cr, dan Hg pada Sedimen ...... 42
8. Nilai %Recovery Logam Cd, Cr, dan Hg ........................................................ 43
9. Konsentrasi Logam Cd pada Sedimen ............................................................ 44
10. Konsentrasi Logam Cr pada Sedimen ............................................................. 45
11. Konsentrasi Logam Hg pada Sedimen ............................................................ 47
12. Absorbansi Logam Cd Pada Sedimen di Pelabuhan Panjang. ........................ 57
13. Absorbansi Logam Cr Pada Sedimen di Pelabuhan Panjang. ......................... 57
14. Absorbansi Logam Hg Pada Sedimen di Pelabuhan Panjang. ........................ 57
15. Absorbansi Logam Cd Pada Sedimen di Pemukiman .................................... 58
16. Absorbansi Logam Cr Pada Sedimen di Pemukiman ..................................... 58
17. Absorbansi Logam Hg Pada Sedimen di Pemukiman .................................... 58
v
18. Absorbansi Logam Cd Pada Sedimen di Queen Artha ................................... 59
19. Absorbansi Logam Cr Pada Sedimen di Queen Artha .................................... 59
20. Absorbansi Logam Hg Pada Sedimen di Queen Artha ................................... 59
21. Konsentrasi Logam Cd pada Sedimen Pelabuhan Panjang, Pemukiman,
dan Queen Artha ............................................................................................. 60
22. Konsentrasi Logam Cd pada Sedimen Pelabuhan Panjang, Pemukiman,
dan Queen Artha ............................................................................................. 60
23. Konsentrasi Logam Cd pada Sedimen Pelabuhan Panjang, Pemukiman,
dan Queen Artha ............................................................................................. 61
24. Absorbansi Larutan Standar Cd ...................................................................... 62
25. Absorbansi Larutan Standar Cr ....................................................................... 64
26. Absorbansi Larutan Standar Hg ...................................................................... 66
27. Nilai Standar Deviasi Blanko Logam Cd ........................................................ 68
28. Nilai Standar Deviasi Blanko Logam Cr ........................................................ 69
29. Nilai Standar Deviasi Blanko Logam Hg ....................................................... 70
30. Nilai M dan M Logam Cd ............................................................................... 71
31. Nilai M dan M Logam Cr ................................................................................ 72
32. Nilai M dan M Logam Hg ............................................................................... 73
33. Nilai %Recovery Analisis Logam Cd ............................................................. 74
34. Nilai %Recovery Analisis Logam Cr .............................................................. 75
35. Nilai %Recovery Analisis Logam Hg ............................................................. 76
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Teluk Lampung ................................................................................................. 6
2. Skema Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) ....................... 21
3. Titik Lokasi Pengambilan Sampel .................................................................. 34
4. Kurva Kalibrasi Cd ......................................................................................... 39
5. Kurva Kalibrasi Cr .......................................................................................... 40
6. Kurva Kalibrasi Hg ......................................................................................... 40
7. Linieritas Logam Cd ....................................................................................... 62
8. Linieritas Logam Cr ........................................................................................ 64
9. Linieritas Logam Hg ....................................................................................... 66
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Provinsi Lampung memiliki wilayah yang berbatasan dengan pesisir laut. Batas-
batas wilayah tersebut yakni Laut Jawa di sebelah timur, Selat Sunda di sebelah
selatan, dan Samudra Hindia di sebelah barat. Salah satu teluk besar yang
dimiliki oleh Provinsi Lampung adalah Teluk Lampung (Direktorat Jenderal
Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil KKP, 2010). Perairan pesisir Teluk
Lampung merupakan tempat bermuaranya sungai yang dapat menyebabkan
perairan pesisir menjadi tempat berkumpulnya zat-zat pencemar yang terbawa
oleh aliran sungai. Selain itu, perairan pesisir merupakan salah satu perairan yang
sangat rentan terhadap berbagai macam tekanan diantaranya adalah reklamasi,
abrasi, sedimentasi, perikanan tambak, akumulasi sampah dan bahaya
kontaminasi logam berat (Setiawan dan Subiandono, 2015).
Wilayah pesisir Teluk Lampung memberikan potensi yang cukup besar terhadap
kehidupan manusia. Banyaknya aktivitas yang dilakukan di wiliyah pesisir Teluk
Lampung dapat mempengaruhi kualitas air dan lingkungan disekitarnya.
Pemanfaatan laut sebagai tempat pembuangan limbah merupakan suatu fenomena
yang baru terasa akhir-akhir ini. Pada awalnya limbah yang dihasilkan dari
2
aktivitas manusia yang dibuang ke perairan, belum menjadi suatu permasalahan
karena perairan mempunyai kapasitas asimilasi untuk menampung jumlah limbah
tertentu. Namun, dengan adanya pertambahan penduduk dan peningkatan
pembangunan maka akan menjadi suatu permasalahan yang perlu dipecahkan
(Sembel, 2011).
Kegiatan industri yang intensif dan aktivitas manusia dalam kegiatan
pertambangan, kegiatan industri penggilingan dan industri manufaktur telah
mengakibatkan pelepasan limbah logam berat ke lingkungan (Karbassi dkk,
2008). Pencemaran akibat kegiatan industri dapat menyebabkan kerugian besar,
karena umumnya buangan/limbah mengandung zat beracun antara lain raksa (Hg),
kadmium (Cd), kromium (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu), yang sering digunakan
dalam proses produksi suatu industri baik sebagai bahan baku, katalisator ataupun
bahan utama. Logam berat tersebut akan membentuk senyawa organik dan
anorganik yang berperan dalam merusak kehidupan makhluk hidup yang ada di
dalam perairan (Darmono, 2001).
Pencemaran logam berat yang masuk ke lingkungan perairan akan terlarut dalam
air dan akan terakumulasi dalam sedimen dan dapat bertambah sejalan dengan
berjalannya waktu, tergantung pada kondisi lingkungan perairan tersebut (Wulan
dkk, 2013). Logam berat dapat berpindah dari lingkungan ke organisme dan dari
organisme satu ke organisme lain melalui rantai makanan (Yalcin dkk, 2008).
Logam berat yang ada pada perairan, suatu saat akan turun dan mengendap pada
dasar perairan, membentuk sedimentasi dan hal ini akan menyebabkan biota laut
3
yang mencari makan di dasar perairan seperti udang, kerang dan kepiting akan
memiliki peluang yang sangat besar untuk terkontaminasi logam berat tersebut.
Jika biota laut yang telah terkontaminasi logam berat tersebut dikonsumsi dalam
jangka waktu tertentu, dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh
makhluk hidup (Palar, 2008).
Toksisitas logam berat dalam lingkungan laut telah menjadi perhatian utama
karena mempunyai potensi risiko yang tinggi bagi sejumlah flora dan fauna,
termasuk manusia, melalui rantai makanan (Boran dan Altinox, 2010). Menurut
Agustina (2010), manusia dapat terkontaminasi logam berat dengan tiga
perantara, yaitu makanan (65%), air (20%), dan udara (15%). Hasil penelitian
menyatakan bahwa berbagai macam penyakit kanker pada manusia adalah akibat
makanan yang mengandung logam berat dan bahan kimia. Logam berat yang
masuk ke dalam tubuh manusia akan melakukan interaksi dengan enzim, protein,
DNA serta zat metabolit lainnya. Adanya logam berat dalam tubuh dengan jumlah
yang berlebih jelas akan sangat berbahaya bagi tubuh.
Pada penelitian ini dilakukan penentuan konsentrasi logam berat Cd, Cr, dan Hg
karena dampak yang ditimbulkan dari ketiga logam tersebut sangat besar terhadap
tubuh manusia. Implikasi klinik akibat kontaminasi Cd adalah sakit di dada, nafas
sesak (pendek), batuk-batuk dan lemah, nausea (mual), muntah, diare, kram otot,
anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati, gangguan
kardiovaskuler, empisema dan degenerasi testicular. Akumulasi pada ginjal dan
hati 10 kali lebih besar daripada konsentrasi pada jaringan yang lain (Sudarmadji
4
dkk, 2006). Terakumulasinya kromium dalam jumlah besar di tubuh manusia
memiliki dampak negatif terhadap organ hati, ginjal serta bersifat racun bagi
protoplasma makhluk hidup. Selain itu juga bersifat karsinogen (penyebab
kanker), teratogen (menghambat pertumbuhan janin) dan mutagen (Schiavon dkk,
2008). Keracunan Hg yang akut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan saluran
pencernaan, gangguan kardiova sculer, kegagalan ginjal akut maupun shock. Pada
pemeriksaan laboratorium tampak terjadinya denaturasi protein enzim yang tidak
aktif dan kerusakan membran sel (Sudarmadji dkk, 2006).
Pada lingkungan perairan ada tiga media yang dapat digunakan sebagai indikator
pencemaran logam berat yaitu air, sedimen, dan organisme hidup yang dianggap
tinggal menetap di wilayah tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan
pengambilan sampel sedimen untuk menentukan kandungan logam berat Cd, Cr,
dan Hg dari tiga lokasi penelitian.
B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan kadar logam berat Cd, Cr, dan Hg pada sedimen di perairan Teluk
Lampung menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
2. Mengetahui tingkat pencemaran logam berat pada sedimen di perairan Teluk
Lampung.
5
C. Manfaat Penelitian Adapun manfaaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai kadar logam berat yang terdapat pada
sedimen di perairan Teluk Lampung.
2. Mengetahui tingkat pencemaran logam berat pada sedimen di perairan Teluk
Lampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teluk Lampung Teluk Lampung merupakan salah satu dari dua teluk di ujung paling selatan pulau
Sumatra, Kota Bandar Lampung terletak pada pangkal teluk, dan bagian mulut
teluk (arah selatan-tenggara) berhadapan langsung dengan Selat Sunda yang
merupakan perairan penghubung antara Laut Jawa di sebelah utara dan Samudera
Hindia di selatan. Pesisir Teluk Lampung meliputi daratan dan perairan, dengan
posisi geografis terletak antara 104°56’-105°45’ BT dan 5°25’-5°59’ LS. Luas
total wilayah daratan adalah 127.902 ha, dan luas perairan adalah 161.178 ha
(Helfinalis, 2000).
Gambar 1. Teluk Lampung
7
Satuan geologi lingkungan wilayah ke arah pantai meliputi pedataran (GL-1, GL-
2, dan GL-5) dan kaki perbukitan dan pergunungan (GL-3 dan GL-4 disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Satuan Geologi Lingkungan Pantai Teluk Lampung
No. Penciri Satuan geologi
GL-1 GL-2 GL-3 GL-4 GL-5 1. Morfologi Pedataran
rendah, lereng 0-3%, muara sungai dan sekitarnya
Pedataran rendah
Kaki perbukitan, lereng 3-25%
Kaki gunung Pedataran rendah
2. Litologi Aluvium: lempung, lanau, dan pasir tufaan Endapan rawa: lumpur, lanau dan pasir, batu pasir sisipan, dan batu lempung
Aluvium: kerikil, lempung, dan sisa organisme laut.
Batuan tersier breksi, dasitik, lava, tufaandesitik
Batuan quarter breksi, lavatufa, andesitikbasaltik
Tufa, batu apung, batu lempung, batu pasir, batu gamping koral
3. Jenis pantai Relief rendah, melengkung halus
Relief rendah
Relief tinggi Relief tinggi- rendah
Relief rendah
4. Karakteristik Endapan lumpur, pasir, lanau setempat,terdapat koral
Pasir pantai,sisa organisme laut, berlumpur.
Pasir, kerikil, kerakal, bongkah, batuan dasar
Pasir, kerikil, kerakal, bongkah, batuan dasar, pecahan koral
Pasir pantai dan lumpur bongkah batuan
5. Sifat fisik Lumpur lembek,daya dukung rendah
Pasir pantai, putih kekuningan, halus-kasar, daya dukung rendah
Breksi berbongkah, daya dukung sedang tinggi
Daya dukung sedang
Pasir putih kekuningan, Daya dukung rendah
6. Proses geologi
Sedimentasi muara sungai, gosong pasir pantai
Sedimentasi sungai, dan abrasi
Runtuhan bongkahtebing pantai
Runtuhan tanah/batuan di tebing pantai
Sedimentasi Sungai
7. Air tanah Akuifer produktif sedang, intrusi air asin
Akuifer, potensi sedang, muka air tanah 0-1 m, payau
Akuifer produktif sedang, muka air tanah 1-3 m
Air tanah produktif dari pegunungan
Akuifer Produktif
8
Secara geomorfologis, daratan wilayah pesisir Teluk Lampung tergolong sebagai
pedataran pantai sempit dan perbukitan, dengan batuan dominan meliputi endapan
aluvium dan rawa, batu gamping terumbu, dan endapan gunung api muda
berumur quarter (Qhv). Topografi wilayah yang berbatasan langsung dengan laut
(Teluk Lampung) memiliki kelerengan datar (0-3%), dengan elevasi 0-10 m dari
permukaan laut (dpl); sedangkan wilayah ke arah daratan memiliki kelerengan
beragam mulai dari landai (3-8%) sampai dengan sangat curam (>40%), dengan
elevasi beragam mulai dari 10 sampai dengan >1.000 m dpl. Kelompok relief
pada wilayah ke arah laut tergolong dataran (flat); dan ke arah daratan beragam
yaitu berombak (undulating), bergelombang (rolling), dan berbukit (hummocky,
hillocky, dan hilly) (Wiryawan dkk, 1999).
B. Sedimen di Teluk Lampung Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau
jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap dibagian bawah kaki
bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai, dan waduk. Hasil sedimen
(sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di
daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Hasil
sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut dalam sungai
(suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di dalam waduk, dengan
kata lain bahwa sedimen merupakan pecahan, mineral, atau material organik yang
ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es,
9
atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari
material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia (Asdak, 2007)
Sedimen yang dijumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang
menurut Reinick (Darmadi, 2010) dibedakan menjadi empat yaitu:
1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material
hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui
proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan
terendapkan jika energi tertransforkan telah melemah.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme
yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik
yang mengalami dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi
kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut
sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini
adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.
4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan
masuk ke laut melalui jalur media udara atau angin. Sedimen jenis ini dapat
bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat
yang terbawa angin. Material yang berasal dari luar angkasa merupakan sisa-
sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang
berasal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu
vulkanik, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat.
10
Sifat-sifat sedimen pantai dapat mempengaruhi laju transpor sedimen di sepanjang
pantai. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju sedimen antara lain :
1. Karakteristik material sedimen (distribusi dan gradasi butir, kohesifitas faktor
bentuk, ukuran, rapat massa, dan sebagainya).
2. Karakteristik gelombang dan arus (arah dan kecepatan angin, posisi
pembangkitan gelombang, pasang surut, dan kondisi topografi pantai yang
bersangkutan).
Sifat sedimen yang sangat penting adalah distribusi ukuran butir, setelah itu
kecepatan endap sedimen dan lain-lain (Khotib dkk, 2013).
Sebaran sedimen di Teluk Lampung cukup bervariasi mengikuti pola arus yang
terjadi. Hasil penelitian Helfinalis (2000) di Teluk Lampung, menunjukkan
bahwa pada lokasi-lokasi dasar perairan yang dipengaruhi oleh arus pasut yang
cepat akan didominasi pasir; dan sebaliknya yang dipengaruhi oleh pergerakan
arus pasut lemah akan didominasi sedimen lumpur. Sedimen pasir yang berasal
dari aliran sungai akan diendapkan di sekitar muara sungai. Kandungan logam
berat dalam sedimen umumya rendah pada musim kemarau dan tinggi pada
musim penghujan.
C. Kualitas Air Teluk Lampung Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan di uji berdasarkan
parameter- parameter tertentu dan metode tertentu. Parameter ini meliputi
parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Kualitas air Teluk Lampung
11
ditunjukkan dengan hasil perhitungan IP berdasarkan hasil perhitungan dalam
penelitian (Tugiyono dkk, 2015) pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Indeks Pencemaran (IP) di Perairan Teluk Lampung
Lokasi Nilai IP
Keterangan Biota Laut Wisata Bahari Pelabuhan
1 5,4030 1,4486 0,5184
0 ≤ IP ≤ 1,0 : memenuhi baku mutu
(kondisi baik) 1,0 ≤ IP ≤ 5,0 : cemaran ringan
5,0 ≤ IP ≤ 10 : cemar sedang
IP > 10 : cemar berat
2 5,6778 2,5658 2,2058 3 7,0963 0,6964 0,2046 4 7,2506 2,0098 1,7539 5 2,9695 0,4461 0,2322 6 4,4354 1,1676 2,3495 7 3,0151 3,0197 1,7881 8 3,0159 4,290 1,7811 9 3,0144 4,2709 1,7864 10 3,0164 3,2543 1,7821
Keterangan : 1. Lempasing Tengah 5. Pelindo Tengah 8. Pasir Putih Tepi 2. Lempasing Tepi 6. Pelindo Tepi 9. Rangai Tengah 3. Boom Baru Tengah 7. Pasir Putih Tengah 10. Rangai Tepi 4. Boom Baru Tepi
Berdasarkan hasil penilaian kualitas air menggunakan metode indeks pencemaran,
kondisi perairan teluk Lampung masih sangat layak untuk pengembangan
pelabuhan. Kondisi perairan Teluk Lampung berada pada status kondisi baik
sampai cemar ringan.
Degradasi kualitas air dapat terjadi akibat adanya perubahan parameter kualitas
air. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh adanya aktivitas pembuangan
limbah, baik limbah pabrik/industri, pertanian, maupun limbah domestik dari
suatu pemukiman penduduk ke dalam badan air suatu perairan. Perairan
merupakan satu kesatuan (perpaduan) antara komponen-komponen fisika, kimia
dan biologi dalam suatu media air pada wilayah tertentu. Ketiga komponen
12
tersebut saling berinteraksi, jika terjadi perubahan pada salah satu komponen
maka akan berpengaruh pula terhadap komponen yang lainnya. Contoh
pengaruhnya adalah masuknya berbagai limbah yang dapat dikatakan pula sebagai
sampah yang mempunyai potensi mencemari lingkungan perairan. Dampak dari
terjadinya hal tersebut, yang paling utama merasakan adalah organisme-organisme
akuatik (komponen biologi). Sebagai parameter biologi, plankton khususnya
fitoplankton yang mempunyai peranan penting dalam rantai makanan di
ekosistem akuatik sering dijadikan indikator kestabilan, kesuburan dan kualitas
perairan (Basmi, 2000).
D. Pencemaran di Perairan Teluk Lampung Laut sama dengan ekosistem lainnya memiliki daya homeostatis yaitu
kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan dan merupakan ekosistem
perairan yang memiliki daya dukung (carrying capacity) untuk memurnikan diri
(self purification) dari segala gangguan yang masuk ke dalam badan-badan
perairan tersebut. Pada kenyataanya, perairan pesisir merupakan penampungan
(storage system) akhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia
(Dahuri, 2001). Laut menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari daerah
pertanian, limbah rumah tangga, sampah dan bahan buangan dari kapal, tumpahan
minyak lepas pantai dan masih banyak lagi bahan yang terbuang ke laut
(Darmono, 2001). Jika beban yang diterima oleh perairan telah melampaui daya
dukungnya maka kualitas air akan turun. Lingkungan perairan tidak sesuai lagi
dengan batas baku mutu yang ditetapkan, perairan tersebut telah tercemar baik
13
secara fisik, kimia maupun mikrobilogi. Hal ini di samping sangat berpengaruh
terhadap komunitas yang ada di dalamnya, juga sangat berpengaruh terhadap
masyarakat yang memanfaatkan perairan pantai (Elyazar dkk, 2007).
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan
warna, bau dan rasa.
2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat
kimia yang terlarut, perubahan pH.
3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau
konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan
oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen
kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD). Pemantauan kualitas air pada sungai
perlu disertai dengan pengukuran dan pencatatan debit air agar analisis hubungan
parameter pencemaran air dan debit badan air sungai dapat dikaji untuk keperluan
pengendalian pencemarannya (Irianto dan Machbub, 2003).
Keberadaan logam berat di perairan laut dapat berasal dari berbagai sumber,
antara lain dari kegiatan pertambangan, rumah tangga, limbah pertanian dan
buangan industri (Parawita dkk, 2009). Pencemaran laut dibatasi sebagai dampak
negatif (pengaruh yang membahayakan) bagi kehidupan biota, sumber daya,
14
kenyamanan ekosistem laut serta kesehatan manusia yang disebabkan oleh
pembuangan bahan-bahan atau limbah secara langsung atau tidak langsung yang
berasal dari kegiatan manusia (Yennie dan Murtini, 2005). Pencemaran laut
secara langsung maupun tidak langsung dapat disebabkan oleh pembuangan
limbah ke dalam laut, dimana salah satu bahan pencemar utama yang terkandung
dalam buangan limbah adalah logam berat yang beracun (Hala dkk, 2005).
Penurunan kualitas air diakibatkan oleh adanya zat pencemar, baik berupa
komponen-komponen organik maupun anorganik. Komponen-komponen
anorganik, diantaranya adalah logam berat yang berbahaya (Siaka, 2008).
E. Logam Berat Logam-logam berat merupakan salah satu dari bahan pencemar lingkungan,dan
beberapa dari unsur logam tersebut merupakan logam yang paling berbahaya,
diantara unsur-unsur logam berat pencemar tersebut adalah Arsen (As), Timbal
(Pb), Merkuri (Hg) dan Kadmium (Cd). Sifat dari logam-logam ini adalah
mempunyai afinitas yang besar dengan sulfur (belerang). Logam-logam ini
menyerang ikatan sulfida pada molekul- molekul penting sel misalnya protein
(enzim), sehingga enzim tidak berfungsi. Ion-ion logam berat bisa terikat pada
molekul penting membran sel yang menyebabkan terganggunya proses transpor
melalui membran (Rukaesih, 2004). Logam berat masih termasuk golongan
logam dengan kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya
terletak pada pengaruh yang diakibatkan bila logam ini diberikan dan atau masuk
ke dalam tubuh organisme hidup. Meskipun semua logam berat dapat
15
mengakibatkan keracunan pada makhluk hidup, namun sebagian dari logam berat
tersebut tetap dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil. Bila kebutuhan yang
sangat sedikit itu tidak dipenuhi, maka dapat berakibat fatal bagi kelangsungan
hidup organisme (Rusman, 2010). Faktor yang menyebabkan logam tersebut
dikelompokkan ke dalam zat pencemar yaitu logam berat tidak dapat terurai
melalui biodegradasi seperti pencemar organik, logam berat dapat terakumulasi
dalam lingkungan terutama sedimen sungai dan laut, karena dapat terikat dengan
senyawa organik dan anorganik, melalui proses adsorpsi dan pembentukan
senyawa komplek (Susiati dkk, 2009).
Logam berat banyak digunakan sebagai bahan baku maupun media penolong
dalam berbagai jenis industri. Masuknya limbah ini ke perairan laut dapat
mengurangi kualitas perairan dan menimbulkan pencemaran. Selain mengubah
kualitas perairan, logam berat yang terendapkan bersama dengan sedimen juga
dapat menyebabkan transfer bahan kimia beracun dari sedimen ke organisme
(Zuraida dkk, 2010). Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa
menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman,
maupun lingkungan. Terdapat 80 jenis logam berat dari 109 unsur kimia di muka
bumi ini. Logam berat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu :
1. Logam berat esensial, yaitu logam dalam jumlah tertentu yang sangat
dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut
bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain
sebagainya.
16
2. Logam berat tidak esensial, yaitu logam yang keberadaannya dalam tubuh
masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Cr,
dan lain-lain.
Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia,
tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh
serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi
kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi,
bersifat mutagen, teratogen, atau karsinogen bagi manusia maupun hewan.
Tingkat toksisitas logam berat terhadap manusia dari yang paling toksik adalah
Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn (Widowati dkk, 2008).
F. Cd (Kadmium) Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut
dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila
dipanaskan. Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd
Klorida) atau belerang (Cd Sulfit). Kadmium membentuk Cd yang bersifat tidak
stabil. Kadmium memiliki nomor atom 48, berat atom 112,4, titik leleh 321 °C,
titik didih 767 °C dan memiliki masa jenis 8,65 g/cm3 (Widowati dkk, 2008).
Kadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd didapat
bersama-sama Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Kadmium (Cd) didapat pada
industri alloy, pemurnian Zn, pestisida, dan lain-lain (Said, 2008).
17
Di perairan, Cd terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (mikro) dan bersifat
tidak larut dalam air. Kadar Cd pada kerak bumi sekitar 0,2 mg/kg. Sumber Cd
adalah greennockite (Cds), hawleyite, sphalerite, dan otavite. Toksisitas Cd
dipengaruhi oleh pH dan kesadahan, selain itu keberadaan Zn dan Pb dapat
meningkatkan toksisitas Cd. Selanjutnya dikemukakan bahwa hubungan antara
kadar Cd dengan nilai kesadahan adalah berbanding lurus. Kadar Cd pada
beberapa nilai kesadahan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kadar Cd Pada Beberapa Nilai Kesadahan
Kesadahan (mg/L CaCo3) Kadar Kadmium (mg/L) 0-60 (Lunak/Soft) 0,2 61-120 (Sedang/Medium) 0,8 120-180 (Sadah/Hard) 1,3 >180 (Sangat Sadah/Very Hard) 1,8
(Effendi, 2003).
Dalam konsentrasi yang relatif tinggi logam kadmium banyak terdapat pada
lapisan permukaan air yang bersifat aerobik, logam ini dapat ditemukan dalam
bentuk ion CdCl+. Pada lapisan tengah perairan dimana kondisinya berupa
anaerob konsentrasi logam kadmium hanya sedikit, hal ini terjadi karena terjadi
proses reduksi oleh mikroba yang mereduksi sulfat menjadi sulfida yang
kemudian mengendapkan CdCl+ menjadi CdS (Rukaesih, 2004). Reaksi yang
terjadi sebagai berikut :
2(CH2O) + SO42- + H+ → 2CO2 + HS- + 2H2O
CdCl+ + HS- → CdS(S) + H+ + Cl-
18
G. Cr (Kromium) Kromium merupakan logam yang keras, tahan panas, elektropositif, dan
penghantar panas yang baik. Keberadaannya sangat melimpah di kerak bumi,
biasanya dalam bentuk trivalent (Cr3+) dan hexavalent (Cr6+). Sumber Cr6+ berasal
dari industri pelapisan logam dan produksi pigmen, sedangkan Cr3+ banyak
terdapat dalam limbah industri tekstil, penyamakan kulit, dan gelas keramik
(Bielicka dkk, 2005).
Penggunaan logam kromium dalam industri antara lain :
1. Logam kromium (Cr) digunakan sebagai pelapis baja atau lofam. Kromium
merupakan bahan paduan baja yang menyebabkan baja bersifat kuat dan keras.
2. Kromium (Cr) digunakan dalam industri penyamakan kulit. Senyawa
Cr(OH)SO4 bereaksi dengan kolagen menjadikan kulit bersifat liat, lentur dan
tahan terhadap kerusakan biologis.
3. Logam kromium (Cr) dimanfaatkan sebagai bahan pelapis (platting) pada
bermacam-macam peralatan, mulai dari peralatan rumah tangga sampai
peralatan mobil. Bahan paduan steinless steel (campuran Cr dan Ni) industri
pembuatan alat dapur.
4. Senyawa CrO3 yang berwarna coklat gelap, bersifat konduktor listrik yang
tinggi dan bersifat magnetik, digunakan pada pita rekaman.
5. Senyawa Na2CrO7 sebagai oksidator dalam industri kimia.
6. Persenyawaan kromium (senyawa-senyawa kromat dan dikromat)
dimanfaatkan dalam industri tekstil untuk pencelupan dan zat warna (Milasari,
2016).
19
H. Merkuri (Hg) Merkuri atau yang dikenal dengan Hg merupakan satu-satunya logam berbentuk
cair pada suhu ruang dan terjadi dalam beberapa bentuk. Bentuk tersebut dapat
menghasilkan efek racun dalam dosis cukup tinggi. Kehadiran logam berat di
atmosfer, tanah, dan air dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi semua
makhluk hidup (Palar, 2004). Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace
element yang mempunyai sifat cair pada temperatur ruang dengan spesifik gravity
dan daya hantar listrik yang tinggi. Karena sifat-sifat tersebut, merkuri banyak
digunakan baik dalam kegiatan perindustrian maupun laboratorium. Logam berat
merkuri (Hg) merupakan cairan yang berwarna putih keperakan dengan titik beku
– 38,87 °C dan titik didih 356,90 °C serta berat jenis 13,55 gr/cm3 dan berat atom
200,6 (Sudarmaji dkk, 2006).
Spesiasi merkuri di lingkungan hidup dibedakan menjadi yang bersifat volatil
(Hg°, (CH3)2Hg), yang mudah larut dalam air (Hg2+, HgCl2, Hg(NO3)2, CH3HgCl)
dan yang sulit larut dalam air berbentuk komplek organik seperti CH3HgS- (Ci
dkk, 2011). Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum
diubah oleh aktifitas mikroorganisme menjadi komponen metil merkuri (CH3-Hg)
yang memiliki sifat racun dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang
tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri
terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan
tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang
berbahaya baik bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia, yang
makan hasil tangkap hewan-hewan air tersebut. Diantara berbagai macam logam
20
berat, merkuri digolongkan sebagai pencemar paling berbahaya. Disamping itu,
ternyata produksinya cukup besar dan penggunaannya di berbagai bidang cukup
luas. Adanya kemampuan mengakumulasi merkuri di dalam tubuh biota laut dapat
membahayakan kehidupan biota yang bersangkutan maupun biota lainnya
misalnya melalui rantai makanan atau food chain (Budiono, 2003).
I. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) ditemukan oleh Walsh, Alkemande dan
Melatz pada pertengahan tahun 1950-an. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-
unsur logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas
(Skoog dkk, 2000). Sampel berupa molekul akan didisosiasikan (terurai) menjadi
atom-atom di dalam nyala api pada alat spektrofotometer serapan atom, atom
menyerap energi sehingga elektron-elektronnya mengalami eksitasi. Energi
eksitasi ini berasal dari pancaran sinar sebuah sumber cahaya lampu, dimana
energi yang terserap sama dengan selisih energi antara dua nivo energi. Peralihan
antara dua nivo energi yang melibatkan posisi dasar biasanya mempunyai
intensitas pancaran dan serapan yang lebih kuat daripada kemungkinan peralihan
yang lain. Peralihan dari posisi dasar ke posisi eksitasi yang pertama disebut garis
resonansi. Garis resonansi ini sangat penting artinya pada atom absorpsi, sebab
pada atom absorpsi ini tiap elemen dalam sampel akan menyerap sinar dengan
21
jumlah jarak gelombang yang terbatas dalam kawasan spektrum yang sempit. Dari
spektrum serapan ini akan dapat diperoleh data-data mengenai zat sampel.
Beberapa komponen utama pada instrumentasi spektrofotometer serapan atom
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom (1. Sumber Sinar, 2. Pemilah (Chopper), 3. Nyala, 4. Monokromator, 5. Detektor, 6.
Amplifier, 7. Meter atau recorder) (Syahputra, 2004)
1. Sumber Cahaya
Sumber cahaya berupa lampu yang dapat memancarkan energi yang cukup.
Ada jenis lampu yang dapat memancarkan spektrum kontinyu sebaliknya ada
lampu yang dapat memancarkan spektrum garis. Untuk spektrofotometer tipe
spektrofotometer serapan atom dipergunakan jenis lampu katoda dengan
spektrum garis. Dalam hal ini diperlukan sinar dengan lebar berkas yang sangat
sempit dimana garis emisinya harus sesuai dengan garis resonansi unsur atau
atom yang diselidiki. Lampu katoda terdiri atas sebuah katoda berongga
berbentuk tabung dan berhadapan dengan anoda dari kawat wolfram, keduanya
terbungkus dengan bahan gelas. Lampu ini diisi dangan gas mulia seperti
argon, neon, helium atau krypton sampai tekanan maksimal 1 cmHg. Pada
anoda dan katoda dipasang tegangan sebesar kira-kira 300 V dan melalui
katoda dialirkan arus sebesar 10 mA. Karenanya katoda menjadi pijar dan
22
mengakibatkan penguapan atom logam yang elektron – elektronnya mengalami
eksitasi dalam rongga katoda. Lampu ini akan memancarkan emisi spektrum
yang khas untuk logam bahan penyusun katoda.
2. Monokromator
Monokromator merupakan suatu alat yang diletakkan diantara nyala dan
detektor pada suatu rangkaian instrumentasi spektrofotometer serapan atom.
Ada dua jenis monokromator yang dipakai yaitu monokromator celah dan kisi
difraksi.
3. Gas dan Alat Pembakar
Gas dan alat pembakar pada spektrofotometer serapan atom dikenal dua jenis
gas pembakar yang bersifat oksidasi dan bahan bakar. Gas pengoksidasi
misalnya udara (O2) atau campuran O2 dan N2O,sedangkan sebagai bahan
bakar adalah gas alam, propane, butane, asetilen dan H2. Gas pembakar dapat
pula berupa campuran udara dengan propane, udara dengan asetilen (terbanyak
dipakai) dan N2O dengan asetilen. Alat pembakar untuk mendapatkan nyala api
juga perlu diperhatikan. Ada kalanya dipakai teknik tanpa nyala yang
dikembangkan pada spektrophotometer serapan atom modern. Baik teknik
nyala api maupun teknik tanpa nyala api diharapkan memperoleh uap atom
netral suatu unsur dalam sampel. Teknik dengan nyala api yang banyak
terpakai, yang perlu dikembangkan adalah panjang atau lebar nyala api (sebab
dianggap sebagai kuvet) sehingga dapat memenuhi hukum Lambert-Beer.
4. Kuvet
Kuvet merupakan suatu tempat untuk nyala api dan atom-atom yang ada di
dalamnya, seolah-olah berfungsi sebagai kuvet.
23
5. Detektor
Detektor berfungsi sebagai alat penguat dari spektrum cahaya yang telah
melewati sampel. Syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah detektor adalah
memiliki respon yang linear terhadap energi sinar dalam kawasan spektrum
yang bersangkutan. Pada spektrofotometer serapan atom detektor yang lazim
dipakai adalah Detektor Tabung Pengadaan (Photon Multiplier Tube Detector,
PMTD) (Sari, 2010).
Beberapa gangguan yang sering terjadi dalam metode SSA sebagai berikut :
1. Gangguan kimia
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami reaksi kimia
dengan anion atau kation tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga
tidak semua analit dapat teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Penggunaan suhu nyala yang lebih tinggi
b) Penambahan zat kimia lain yang dapat melepaskan kation atau anion
pengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lain yang ditambahkan
disebut zat pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective
Agent).
2. Gangguan Matrik
Gangguan ini terjadi apabila sampel mengandung banyak garam atau asam,
atau bila pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau
bila suhu nyala untuk larutan sampel dan standar berbeda. Gangguan ini dalam
analisis kualitatif tidak terlalu bermasalah, tetapi sangat mengganggu dalam
24
analisis kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam analisis kuantitatif
dapat digunakan cara analisis penambahan standar (Standar Adisi).
3. Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu
melepaskan elektron dari atom netral dan membentuk ion positif.
Pembentukan ion ini mengurangi jumlah atom netral, sehingga isyarat absorpsi
akan berkurang juga. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan
penambahan larutan unsur yang mudah diionkan atau atom yang lebih
elektropositif dari atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na.
Penambahan ini dapat mencapai 100-2000 ppm.
4. Absorpsi Latar Belakang (Back Ground)
Absorpsi Latar Belakang (Back Ground) merupakan istilah yang digunakan
untuk menunjukkan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari absorpsi oleh nyala
api, absorpsi molekular, dan penghamburan cahaya.
Keuntungan metode SSA dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu
spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-
unsur yang berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat
langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak jenis unsur,
batas kadar penentuan luas (dari ppm sampai %).
Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana SSA tidak mampu
menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh
ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan
25
emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks misalnya
pelarut, dan biaya operasional lebih tinggi dan harga peralatan yang mahal
(Anonim, 2017).
J. Validasi Metode Validasi metode analisis adalah penilaian terhadap parameter tertentu yang
bertujuan untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan
untuk penggunaannya. Parameter validasi metode antara lain:
1. Linieritas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik
secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,
menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel (Pratama dkk, 2016).
2. Limit Deteksi dan Limit Kuantifikasi
Limit deteksi (LoD) dan limit kuantifikasi (LoQ) dinyatakan dengan
persamaan berikut :
LoD = � � ��
�� (1)
LoQ = �� � ��
�� (2)
Keterangan : LoD : limit deteksi LoQ : limit kuantifikasi Sb : simpangan baku respon analitik dari blanko SI : arah garis linier (kepekaan arah) dari kurva antar respon terhadap
konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a + bx)
26
3. Akurasi (kecermatan)
Akurasi dinyatakan sebagai persen peroleh kembali (recovery) larutan standar
yang ditambahkan. Volume larutan standar yang ditambahkan dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan :
Vol spike = ����������� ����� ∗ ������ ������
����������� ������� ������� �� (3)
Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan
(AOAC, 2016):
Persen perolehan kembali = (��� ��)
��∗ x 100 % (4)
Keterangan : CF : Konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran CA : Konsentrasi sampel sebenarnya CA* : Konsentrasi analit yang ditambahkan
4. Presisi (ketelitian)
Penentuan presisi dilakukan dengan mengukur konsentrasi sampel dengan 3
kali pengulangan. Dari nilai absorbansi tersebut kemudian ditentukan nilai
konsentrasi (menggunakan kurva kalibrasi), lalu nilai simpangan baku (SD)
dan RSD dapat ditentukan. Metode dengan presisi yang baik ditunjukan
dengan perolehan %RSD < 5 % (Pratama dkk, 2016). Simpangan baku (SD)
dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
SD = �(∑(�� ��)�)
��� (5)
Keterangan : SD : Standar deviasi (simpangan baku) x : Konsentrasi hasil analisis n : Jumlah pengulangan analisis x � : Konsentrasi rata-rata hasil analisis
27
Untuk relatif standar deviasi (RSD) dapat ditentukan dengan persamaan
berikut:
%100x
SDRSD
(6)
Keterangan : RSD : Relatif standar deviasi x � : Konsentrasi rata-rata hasil analisis SD : Standar deviasi
Besarnya RSD menyatakan tingkat ketelitian analis, semakin kecil % RSD
yang dihasilkan maka semakin tinggi tingkat ketelitiannya.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Desember 2018.
Pengambilan sampel dilakukan di Teluk Lampung. Preparasi sampel dilakukan di
Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumen Jurusan Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung, serta analisis spektrofotometer
serapan atom di Laboratorium Kimia Terpadu Jurusan Kimia Universitas Islam
Indonesia.
B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah oven, gelas ukur, labu
takar, erlenmeyer, gelas beker, pipet tetes, mortar dan alu, ayakan 100 mesh,
termometer, Eckman Grab, neraca analitik, kertas saring, pH meter, spatula,
corong, coolbox, penangas listrik, spidol, label, wadah sampel, dan
Spektrofotometer Serapan Atom.
Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel sedimen, HNO3 pekat, HClO4,
H2SO4, dan akuades.
29
C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Larutan HNO3 5%
HNO3 68% sebanyak 73,53 mL dimasukkan ke dalam labu takar 1 L, kemudian
ditambahkan akuades hingga tanda batas dan dihomogenkan.
2. Metode Pengambilan Sampel
2.1 Persiapan Pengambilan Sampel
Sebelum melakukan pengambilan sampel, semua wadah dicuci dengan air sabun
dan dibilas dengan air hingga busanya hilang, kemudian direndam dengan HNO3
5% selama 24 jam yang berfungsi untuk untuk menghilangkan kontaminasi logam
yang menempel dalam wadah sampel. Proses pengeringan dan penyimpanan
dilakukan dalam keadaan tertutup sampai wadah digunakan (Sulistiani, 2009).
2.2 Pengambilan Sampel
Sampel sedimen diambil di pesisir Teluk Lampung pada 3 titik yang berada pada
kawasan pemukiman, pariwisata, dan pelabuhan. Sedimen diambil dengan
menggunakan Eckman Grab, kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik
transparan dan diberi label. Setelah itu sampel disimpan di dalam coolbox yang
selanjutnya dibawa ke laboratorium.
30
3. Preparasi Sampel
3.1 Preparasi Sampel Sedimen Untuk Penentuan Logam Cd dan Cr
Sedimen basah dijemur di bawah sinar matahari kemudian dioven selama 24 jam
pada suhu 100 °C. Sedimen kering yang diperoleh selanjutnya digerus dan diayak
dengan ayakan 100 mesh. Sedimen halus ditimbang dengan teliti 10 gram
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 20 mL larutan HNO3 pekat
kemudian didestruksi dan didiamkan selama 3 jam sampai larutan menjadi jernih.
Hasil destruksi disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman no. 41. Sisa
sedimen yang terdapat pada kertas saring dicuci dengan akuades hingga pH 2-3.
Filtrat yang dihasilkan kemudian diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom.
3.2 Preparasi Sampel Untuk Penentuan Logam Hg
Sedimen basah dijemur di bawah sinar matahari kemudian dioven selama 24 jam
pada suhu 60 ºC. Sedimen kering yang diperoleh selanjutnya digerus dan diayak
dengan ayakan 100 mesh. Sedimen halus ditimbang 1,0 gram dimasukkan ke
dalam erlenmeyer, ditambahkan 4 mL larutan HNO3 dan HClO4 dengan
perbandingan (1 : 1). Selanjutnya ditambahkan 10 mL H2SO4 dan 2 mL akuades
kemudian didestruksi dan didiamkan selama 20 menit. Hasil destruksi disaring
dengan menggunakan kertas saring Whatman no. 41. Sisa sedimen yang terdapat
pada kertas saring dicuci dengan akuades hingga pH 2 – 3. Filtrat yang dihasilkan
diukur serapannya dengan Spektrofotometer Serapan Atom.
31
4. Penentuan Konsentrasi Cd, Cr, dan Hg Pada Sedimen dengan
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Penentuan konsentrasi logam Cd, Cr, dan Hg pada sampel dilakukan dengan
teknik kurva kalibrasi yang dibuat dari larutan standar dari masing-masing logam
tersebut. Berdasarkan grafik kurva standar terdapat korelasi antara konsentrasi (x)
dengan absorbansi (y). Konsentrasi dari sampel dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan regresi linier berikut :
y = a + bx (7)
Keterangan : y = absorbansi sampel a = intersep b = slope x = konsentrasi sampel
Konsentrasi pengukuran akan diketahui menggunakan persamaan (7),sehingga
konsentrasi sebenarnya dari dalam sampel dapat ditentukan dengan persamaan
berikut :
M = �.�.�
� (8)
M = konsentrasi logam dalam sampel (mg/Kg) C = konsentrasi yang diperoleh dari kurva kalibrasi (mg/L) V = volume larutan sampel (L) F = faktor pengenceran B = bobot sampel (Kg) 5. Validasi Metode Penelitian ini menggunakan 4 validasi metode yaitu linieritas, akurasi (ketepatan),
presisi (ketelitian), limit deteksi, dan limit kuantifikasi.
32
5.1 Linieritas
Linieritas dilakukan dengan membuat kurva kalibrasi standar dari masing-masing
logam dengan lima macam konsentrasi, untuk standar Cd dan Cr yaitu 0,5; 1,0;
5,0; 10,0 dan 20,0 ppm. Konsentrasi standar Hg yaitu 2,5 ; 5,0 ; 10,0 ; 15,0 dan
20,0 ppb. Nilai absosrbansi kemudian diproses dengan metode kuadrat terkecil
untuk selanjutnya dapat dietntukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan
koefisien korelasinya.
5.2 Limit Deteksi dan Limit Kuantifikasi (LoD dan LoQ)
Pada penelitian ini batas deteksi diperoleh dengan mengukur respon blanko
sebanyak 5 kali pengulangan. Selanjutnya, hasil pengukuran tersebut diproses
dengan metode perhitungan persamaan kurva kalibrasi secara statistik dengan
menggunakan persamaan (1) dan (2).
5.3 Presisi (Ketelitian)
Penentuan presisi dilakukan dengan mengukur konsentrasi sampel dengan 4 kali
pengulangan. Nilai absorbansi tersebut kemudian ditentukan nilai konsentrasi
(menggunakan kurva kalibrasi), lalu nilai simpangan baku (SD), serta nilai relatif
standar deviasi (RSD) dapat ditentukan menggunakan persamaan (5) dan (6).
5.4 Akurasi (Ketepatan)
Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) yang dilakukan
dengan metode spike, yaitu penambahan larutan standar ke dalam larutan sampel
33
yang mengandung analit. Volume larutan standar yang akan ditambahkan
ditentukan dengan persamaan (3) dan (4).
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis rerata kandungan logam Cd pada sedimen di Pelabuhan
Panjang sebesar 13,9215 ppm, di Pemukiman sebesar 12,7595 ppm, dan di
Pantai Queen Artha sebesar 8,6134 ppm. Ketiga wilayah menunjukkan
konsentrasi logam Cd pada sedimen melebihi nilai mutu yang ditetapkan
oleh USEPA.
2. Hasil analisis rerata kandungan logam Cr pada sedimen di Pelabuhan
Panjang sebesar 15,1538 ppm, di Pemukiman sebesar 14,8413 ppm, dan di
Pantai Queen Artha sebesar 14,6783 ppm. Ketiga wilayah menunjukkan
konsentrasi logam Cr pada sedimen masih berada dibawah nilai mutu yang
ditetapkan oleh USEPA.
3. Hasil analisis rerata kandungan logam Hg pada sedimen di Pelabuhan
Panjang sebesar 0,8978 ppm, di Pemukiman sebesar 0,8414 ppm, dan di
Pantai Queen Artha sebesar 0,9961 ppm. Wilayah Pelabuhan Panjang dan
Pantai Queen Artha menunjukkan konsentrasi logam Hg pada sedimen
melebihi nilai mutu, sedangkan wilayah Pemukiman menunjukkan
49
konsentrasi logam Hg pada sedimen masih berada di bawah nilai mutu yang
ditetapkan oleh USEPA.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Melakukan pengawasan terhadap limbah buangan baik limbah industri
maupun limbah domestik.
2. Melakukan pengolahan terhadap limbah buangan industri dan domestik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. Spektrofotometer Serapan Atom. Diakses pada tanggal 06
November 2017 pukul 22.37 WIB. http://wardahankbjm.blogspot.co.id/. AOAC. 2016. Peer Verified Methods Program, Manual on Policies and
Procedures. Arlington, VA. Agustina, T. (2010). Kontaminasi Logam Berat pada Makanan dan Dampaknya
pada Kesehatan.Teknubuga. 2 (2) : 53-65. Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengendalian Daerah Aliran Sungai. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. Basmi, H.J. 2000. Planktonologi: Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan.
Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bielicka A., Bojanowska, I., and Wisniewski, A. 2005. Two Faces of Chromium-
Pollutant and Bioelement. Journal of Environmental Studies. 14 (1) : 5-10. Boran, M., and Altinox, I. 2010. A Review of Heavy Metals inWater, Sediment
and Living Organisms in the Black Sea. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. 10 : 565-572.
Budiono, A. 2003. Pengaruh Pencemaran Merkuri Terhadap Biota Air. Makalah
Pengantar Falsafah Sains Institut Pertanian Bogor. Bogor. Chi, Z., Xiaoshan, Z., Niu, Z., and Wang, Z. 2011. Phase Speciation of Mercury
(Hg) in Coastal Water of The Yellow Sea , China. Marine Chemistry.
126(1–4), pp.250–255.
Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Darmadi. 2010. Analisis Proses Sedimentasi yang Terjadi Akibat Adanya
Breakwater di Pantai Balongan Indramayu. Indramayu.
51
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press. Jakarta.
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil KKP. 2010.
Direktori Pulau-pulau di Provinsi Lampung. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Elyazar, N., Mahendra, M.S., dan Wardi, I.N. 2007. Dampak Aktivitas
Masyarakat Terhadap Tingkat Pencemaran Air Laut di Pantai Kuta Kabupaten Badung Serta Upaya Pelestarian Lingkungan. Ecotrophic. 2(1) : 1-18.
Hala, Y., Wahab, A. W., dan Meilanti, H. 2005.Analisis Kandungan Ion Timbal
dan Seng Pada Kerang Darah (Anadara Granosa) di Perairan Pelabuhan Pare-Pare. Jurnal Marina Chimica Acta. 6(2) : 12-16.
Helfinalis. 2000. Aspek Oseonografi Bagi Peruntukan Lahan di Wilayah Pantai
Teluk Lampung. PPPLO-LIPI. Jakarta. Irianto, E.W., dan Machbub, B. 2003. Fenomena Hubungan Debit Air dan Kadar
Zat Pencemar dalam Air Sungai (Studi Kasus: Sub DAS Citarum Hulu). JLP. 17(52) : 1 – 4.
Karbassi, A.R., Monavari, S.M., Bidhendi, G.R., Nouri, J., and Nematpour, K.
(2008). Metal Pollution Assessment of Sediment and Water in The Shur River. Environmental Monitoring and Assessment. 147: 107-116.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. 2004.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hiduo No. Kep-51/MNKLH/I/2004 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Air Laut. Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta.
Khotib, A., Adriati, Y., dan Wahyudi, A. E. 2013. Analisis Sedimentasi dan
Alternatif Penanganannya di Pelabuhan Selat Baru Bengkalis. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7,Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 8 hlm.
Milasari, F. 2016. Kajian Sebaran Logam Berat Timbal (Pb) Dan Kromium (Cr)
Pada Sedimen Di Sekitar Perairan Teluk Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka cipta. Jakarta. Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka cipta. Jakarta.
52
Parawita, D., Insafitri, dan Nugraha, A.W. 2009. Analisis Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) di Muara Sungai Porong. Jurnal Kelautan. 2(2) : 34-41.
Pratama, D. S., Hidayat, D., Wijianto, E., dan Yuniar, H. 2016. Validasi Metode
Analisis Pb dengan Menggunakan Flame Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Untuk Studi Biogeokimia dan Toksisitas Logam Timbal Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum). Analit: Analytical and Environmental Chemistry. E-ISSN 2540-8267, Volume 1, No 01.
Riyanto. 2014. Validasi dan Verifikasi Metode Uji: Sesuai dengan ISO/IEC 17025
Laboratorium Penguji dan Kalibrasi. Deepublis. Yogyakarta. Ruiz, F. 2001. Trace Metal in Estuarime Sediments From The Southwestern
Spanish Coast. Marine Pollution Bulletin. Huelva University Rukaesih, A. 2004 . Kimia Lingkungan. ANDI. Yogyakarta. Rusman. 2010. Analisis Kandungan Logam Kromium (Cr) dan Timbal (Pb)
Dalam Air Muara Sungai Palu. Untad Press. Palu. Said, N. I. 2008. Teknologi Pengelolaan Air Minum “Teori dan Pengalaman
Praktis”. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta. Sari, A. 2017. Kajian Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Kadmium (Cd),
Tembaga (Cu), Kromium (Cr) Dan Mangan (Mn) Pada Ikan Teri Kering (Stolephorus Sp.) Di Pesisir Teluk Lampung Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sari, N. K. 2010. Analisa Instrumentasi. Yayasan Humaniora. Klaten. Schiavon, M. E. A. P., Smits, M. W., Hell, R., and Malagoli, M. 2008.
Interactions Between Chromium and Sulfur Metabolism in Brassica juncea. Journal of Environmental Quality. 37 :1536 – 1545.
Sembel, L. 2011. Analisis Logam Berat Pb, Cd dan Cr Berdasarkan Tingkat
Salinitas di Estuari Sungai Belau Teluk Lampung. Prosiding Seminar Nasional : Pengembangan Pulau-Pulau Kecil. ISBN : 978-602-98439-2-7.
Setiawan, H., dan Subiandono, E. 2015. Konsentrasi Logam Berat Pada Air dan
Sedimen di Perairan Pesisir Provinsi Sulawesi Selatan. Forest Rehabilitation. 3(1).
Siaka, M. L. 2008. Korelasi Antara Kedalaman Sedimen di Pelabuhan Benoa dan
Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cu. Jurnal Kimia. 2(2) : 61-70. Skoog, D. A., Donald, M., West, F., James, H., and Stanley, R. C. 2000.
Fundamentals of Analytical Chemistry. Brooks Cole. 992 pages.
53
Sudarmadji, J., Mukono, dan Corie, I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Airlangga.
Sulistiani, W. S. 2009. Analisis Simultan Logam Berat Pb, Cu, Zn, Cr, Mn, Ni, Fe
dan Cd Pada Bioindikator Remis (Eremopyrgus eganensis) di Sungai Kuripan Lampung Menggunakan ICP-OES. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Susiati, H., Arman, A., dan Yarianto. 2009. Kandungan Logam Berat (Co,Cr, Cs,
As, Sc, dan Fe) Dalam Sedimen di Kawasan Pesisir I Semenanjung Muria. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir. 11(1).
Syahputra, R. 2004. Modul Pelatihan Instrumentasi AAS. Laboratorium
Instrumentasi Terpadu UII. Yogyakarta. Tugiyono. 2007. Bioakumulasi Logam Hg dan Pb di Perairan Teluk Lampung,
Provinsi Lampung. Jurnal Sains MIPA. 13 (1) : 44 – 48. Tugiyono, Diantari, R., dan Efri. 2015. Kajian Kualitas Air Pesisir Teluk
Lampung. Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat. Universitas Tanjungpura. Pontianak. 292-299.
US EPA. 2004. The Incidence and Severity of Sediment Contamination in Surface
Waters of United States, National Sediment Quality Survey : Second Edition. EPA-823-R-04-007. U. S. Enviromental Protection Agency, Washington D.C.
Widowati, W., Astiana, S., dan Rymond, J. R. 2008. Efek Toksik Logam
Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Penerbit Andi. Yogyakarta. Wiryawan, B., Marsden, H. A., Susanto, A. K. M., Ahmad, M., dan Poespitasari,
H. 1999. Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung. PKSPL IPB. Bandar Lampung.
Wulan, S. P., Thamrin, dan Amin, B. 2013. Konsentrasi, Distribusi dan Korelasi
Logam Berat Pb,Cr dan Zn Pada Air dan Sedimen di Perairan Sungai Siak Sekitar Dermaga PT Indah Kiat Pulp and Paper Perawang-Provinsi Riau. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau. Riau.
Yalcin, G., Narin, I., and Soylak, M. 2008. Multivariate Analysis of Heavy Metal
Contents of Sediments From Gumusler Creek, Nigde, Turkey. Environmental Geology. 54: 1155-1163.
Yennie, Y., dan Murtini, T. J. 2005. Kandungan Logam Berat Air Laut, Sedimen
dan Daging Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Mentok dan Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 12(1) : 27-32.
54
Zuraida R., Rahardiawan, R., Subarsyah, K., Dewi, T., Widhi, H., Soeprapto, T. A., Yayu, N., Adhirana, I., Permanawati, Y., Ibrahim, A., Saefudin, A., Subekti, A., Mulyono, Supriyatna, Heriyanto, dan Eko, D. 2010. Laporan Akhir Penelitian Lingkungan dan Kebencanaan Geologi Kelautan Perairan Teluk Jakarta (Tanjung Kait – Muara Gembong). Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan.