logam edit aconk

download logam edit aconk

of 29

Transcript of logam edit aconk

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    1/29

    Impact Test

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dalam perkembangan dunia industri, terutama yang berhubungan dengan

    penelitian bahan dan penggunaannya, maka dalam proses produksinya banyak hal

    atau criteria yang harus dipenuhi agar material tersebut dapat digunakan dalam

    dunia industri.

    Untuk penggunaan sebagai bahan, sifat-sifat khas dari material logam harus

    diketahui sebab logam tersebut akan digunakan untuk berbagai macam keperluandan keadaan. Sifat logam tersebut meliputi sifat mekanik, sifat thermal, sifat

    kimia, kemampukerasan, kemampuan dimensi, dan lain sebagainya. Adapun

    dalam percobaan ini yang akan diuji adalah sifat mekanik dari logam terutama

    sifat ketangguhannya.

    Dengan mengetahui tingkat ketangguhan logam, maka tentunya kita dapat

    memperkirakan kemampuannya dalam menerima energi tumbukan yang diberikan

    secara tiba-tiba sehingga dapat mematahkan suatu material.

    Untuk itulah dilakukan pengujian impact pada material yang nantinya akan

    digunakan dalam konstruksi mesin. Pengujian ini amat penting dalam menentukan

    ketahanan suatu material terhadap perpatahan, berdasarkan energi yang diberiakan

    oleh tumbukan/pembebanan secara tiba-tiba pada suatu material.

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    2/29

    Impact Test

    1.2 Tujuan dan manfaat pengujian

    A. Tujuan pengujian

    a. Tujuan Khusus

    1. Menjelaskan definisi, tujuan, dan prosedur pengujian impact.

    2. Mengetahui energi takikan terhadap kekuatan impact

    3. Membuat grafik hubungan antara energi impact dengan

    temperature pada beberapa jenis takiakan.

    4. Mengetahui pengaruh temperature terhadap energi impact bahan

    5. Membandingkan grafik THP dengan grafik transisi ulet-getas.

    b. Tujuan umum

    1. Mengetahui pengaruh temperature terhadap laju patah getas.

    2. Mengetahui laju pembebanan pada temperature normal dan

    temperature rendah (ditentukan asisten).

    3. Mengetahui hubungan ketangguhan retak dengan energi impact.

    4. Mengetahui type-type, metode, dan mode perpatahan.

    B. Manfaat pengujian

    a. Bagi praktikan

    1. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perpatahan pada suatu jenis

    logam.

    2. Mengetahui pengaruh bentuk takikan terhadap laju perpatahan.

    3. Mengetahui Jenis-jenis perpatahan.

    b. Bagi industri

    1. Suatu industri dapat membuat produk yang berkualitas dengan

    mengetahui sifat-sifat bahan dari hasil pengujian impact.

    2. Memudahkan suatu industri dalam pengolahan dan perancangan

    suatu bahan sekaligus menekan biaya produksi.

    3. Pemilihan bahan dapat dilakukan dengan mudah, sesuai data yang

    telah diperoleh pada uji impact.

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    3/29

    Impact Test

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Teori Dasar

    Impact test merupakan pengujian suatu sifat bahan terhadap beban yang

    duiberikan secara tiba-tiba. Suatu bahan mungkin memiliki kekuatan tarik yang

    tinggi tetapi tidak memenuhi syarat untuk kondisi pembebanan kejut. Ketahanan

    impact biasanya diukur dengan metode Charpy atau Izood yang bertakik maupun

    tidak bertakik. Pada pengujian ini, beban diayun dari ketinggian tertentu untuk

    memukul benda uji, yang kemudian diukur energi yang diserap oleh perpatahannya.Suatu paduan memiliki parameter ketangguhan terhadap perpatahan yang

    didefinisikan sebagai kombinasi tegangan kritis dan panjang retak.

    Bentuk takikan yang digunakan pada specimen dalam pengujian tumbukan

    yaitu :

    a) Bentuk Segitiga (V) :

    b) Bentuk 1/2 Lingkaran :

    c) Bentuk Segi empat :

    Specimen yang digunakan untuk suatu takiakan terdiri dari dua buah yang

    diuji pada suhu normal dan suhu rendah.

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    4/29

    Impact Test

    Metode-metode Impact test serta keuntungan dan kerugiannya

    1. Metode Charpy (USA)

    Merupakan cara pengujian dimana specimen dipasang secara horizontal dengan

    kedua ujungnya berada pada tumpuan, sedangkan takikan pada specimen

    diletakkan di tengah-tengah dengan arah pembebanan tepat diatas takikan.

    Kelebihan :

    1. Hasil pengujian lebih akurat

    2. Pengerjaannya lebih mudah dipahami dan dilakukan

    3. Menghasilkan tegangan uniform di sepanjang penampang

    4. Harga alat lebih murah

    Kekurangan :

    1. Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal

    2. Spesimen dapat bergeser dari tumpuannya karena tidak dicekam

    3. Pengujian hanya dapat dilakukan pada specimen yang kecil

    2. Metode Izood (Inggris)

    Merupakan cara dimana specimen berada pada posisi vertical pada tumpuan

    dengan salah satu ujungnya dicekam dengan arah takikan pada arah gaya

    tumbukan. Tumbukan pada specimen dilakukan tidak tepat pada pusat takikan

    melainkan pada posisi agak diatas dari takikan seperti yang tertera pada gambar

    sbb :

    P

    P

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    5/29

    Impact Test

    Kelebihan :

    1. Spesimen tidak mudah bergeser karena dicekam pada salah satu ujungnya.

    2. Dapat menggunakan specimen dengan ukuran yang lebih besar.

    Kerugian :

    1. Biaya pengujian yang lebih mahal

    2. Pembebanan yang dilakukan hanya pada satu ujungnya, sehingga hasil

    yang diperoleh kurang baik.

    Hal-hal yang mempengaruhi energi impact / ketrangguhan bahan :

    1. Bentuk takikan

    Bentuk takikan amat berpengaruh pada ketangguahan suatu material, karena

    adanya perbedaan distribusi dan konsentrasi tegangan pada masing-masing

    takikan tersebut yang mengakibatkan energi impact yang dimilikinya berbeda-

    beda pula. Berikut ini adalah urutan energi impact yang dimiliki oleh suatu

    bahan berdasarkan bentuk takikannya.

    a) Takikan segitiga

    Memiliki energi impact yang paling kecil, sehingga paling mudah

    patah. Hal ini disebabkan karena distribusi tegangan hanya

    terkonsentrasi pada satu titik saja, yaitu pada ujung takikan.

    b) Takikan segi empat

    Memiliki energi yang lebih besar pada takikan segi tifga karena

    tegangan terdistribusi pada 2 titik pada sudutnya.

    p

    PP

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    6/29

    Impact Test

    c) Takikan Setengah lingkaran

    Memiliki energi impact yang terbesar karena distribusi tegangan

    tersebar pada setiap sisinya, sehingga tidak mudah patah.

    2. Beban

    Semakin besar beban yang diberikan , maka energi impact semakin kecil yang

    dibutuhkan untuk mematahkan specimen, dan demikianpun sebaliknya.

    Hal ini diakibatkan karena suatu material akan lebih mudah patah apabila

    dibebani oleh gaya yang sangat besar.

    3. Temperatur

    Semakin tinggi temperature dari specimen, maka ketangguhannya semakin

    tinggi dalam menerima beban secara tiba-tiba, demikinanpun sebaliknya,

    dengan temperature yang lebih rendah. Namun temperature memiliki batas

    tertentu dimana ketangguhan akan berkurang dengan sendirinya.

    Grafik dibawah ini akan menunjukkan hubungan antara temperature dengan

    energi impact, laju patah getas Y (%), beban mulur (P), dan beban maks.

    (Kg).

    PPP

    P P

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    7/29

    Impact Test

    Hubungan antara Temperatur T (0C) dengan Energi impact E (Kg.m)

    Telah dijelaskan sebelumnya bahwa temperature sangat berpengaruh pada

    ketangguhan suatu material. Dimulai dari rapuh, yakni pada suhu yang sangat

    rendah. Pada tahap ini, akibat suhu yang sangat rendah mengakibatkan ukuran

    butir mengecil sehingga jarak antar butir semakin jauh, ikatan melemah, dan

    rapuh. Dengan demikian material amat mudah patah, sehingga energi yang

    dibutuhkan untuk mematahkannya sangat kecil pula. Selanjutnya dengan

    bertambahnya temperature, maka ukuran butir makin membesar sehingga

    jaraknya semakin dekat dan ikatannya menguat serta ketangguhannya meningkat,

    namun masih getas. Dengan demikian energi impactnya meningkat. Kemudianapabila temperature makin meningkat, hingga material mencapai keuletan sampai

    pada temperature maksimalnya, energi yang dibutuhkan untuk mematahkannya

    akan bertambah pula sampai nilai maksimum. Selanjutnya jika lewat dari titik ini,

    maka energi akan menurun karena adanya deformasi.

    Hubungan antara Temperatur (0C) dengan Laju Patah Getas (%)

    Dari grafik nampak bahwa hubungan antar kedua variable berbanding terbalik.

    Semakin rendah temperature, maka material akan semakin getas hingga mencapai

    nilai 100%. Seiring dengan bertambahnya temperature, kegetasan berkurang

    hingga mencapai nilai minimum., diman keuletan meningkat, seperti penjelasan

    pada poin sebelumnya.

    Hubungan antara Temperatur (0C) dengan Beban (Kg)

    Berdasarkan analisa grafik di atas, terlihat bahwa beban mulur dari posisi pertama

    ke posisi keeempat semakin meningkat kemudian berikutnya beban mulur

    menjadi semakin menurun. Kurva dari titik I ke titik IV dengan temperature dari

    sangat rendah menuju ke temperature tinggi, material pada tahap ini bersifat getas.

    Pada tahap seperti ini material menjadi kaku, sehingga diperlukan beban yang

    besar untuk membuatnya mulur karena kecil kemungkinan terjadinya deformasi

    plastis yang lebih besar, sehingga beban mulurnya semakin menurun pula.

    Hubungan Kadar karbon (%) dengan energi Impact (E)

    Semakin kecil kadar karbon yang terdapat pada suatu bahan, maka energi impact

    yang dibutuhkan untuk mematahkan semakin besar, karena ikatan molekul bahan

    tinggi. Sedangkan apabila kadar karbon meningkat hingga melebihi batas

    kritisnya, maka energi impact yang dibutuhkan semakin rendah pula, karena

    ikatan molekul bahan melemah.

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    8/29

    Impact Test

    Tegangan Tiga Sumbu

    Pada gambar terlihat bahwa penumpukan plat yang

    tebal akan mengakibatkan tegangan yang tinggi. Bila

    tebal specimen (B) bertambah, maka x dan y akan

    mengecil karena adanya pengaruh momen inersia

    yang dialami specimen, dimana tegangan masing-

    masing dalam arah x dan y yaitu x dan y.

    Penekanan yang dilakukan pada arah sb. x dan sumbuy hanya akan menghasilkan pengaruh pada arah

    sumbu x dan y saja. Untuk ketebalan specimen yang lebih besar, tegangan yang dialami

    oleh sumbu x dan y mengecil karena adanya tegangan ke tiga arah (triaksial) pada sumbu

    koordinat seperti yang terlihat pada gambar.

    Type-type Perpatahan

    1. Transgranular, merupakan perpatahan yang terjadi akibat retakan yang merambat

    di antara butiran material.

    2. Intergranular, merupakan perpatahan yang terjadi akibat retakan yang merambat

    melaui butiran material.

    X

    Y

    Z

    B

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    9/29

    Impact Test

    Jenis-jenis Perpatahan :

    1. Perpatahan Ulet

    Merupakan perpatahan yang terjadi akibat pembebanan yang berlebih dimana

    sebelumnya terjadi penyerapan energi dan deformasi plastis.

    2. Perpatahan Getas

    Meerupakan perpatahan akibat penambahan retak tanpa keuletan dengan

    didahului oleh deformasi plastis, namun tidak disertai dengan penyerapan energi.

    3. Perpatahan Rapuh

    Merupakan perpatahan tanpa didahului oleh deformasi plastis dan penyerapanenergi.

    Mode-mode Perpatahan

    Selain berdasarkan jenis dan typenya, perpatahan dapat pula diklasifikasikan

    berdasarkan arah beban yang diberikan terhadap material. Kita dapat

    menggambarkan arah tersebut sbb :

    Jadiberdasarkan gambar diatas, dapat diperoleh 3 mode perpatahan, sbb :

    1. Mode I (opening shear)

    Merupakan perpatahan akibat pemberian beban yang mengakibatkan tegangan

    yang arahnya tegak lurus dengan bidang perpatahan dan tegangan tersebut

    X

    Z

    Y

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    10/29

    Impact Test

    berada pada posisi yang sejajar berlawanan arah pada masing-masing sisi dari

    bahan. (sb.Y)

    Contoh : perpatahan pada shock breaker

    2. Mode II (In-Plane Shear)

    Pada mode ini tegangan terjadi pada sumbu Z dari bahan artinya melintang

    terhadap arah perpatahan. Hal ini terjadi karena beban diberikan tidak sejajar

    dan berlawanan arah pada kedua ujung material, sehingga seakan-akan terjadi

    sliding.

    Contoh : perpatahan pada kopling gesek

    3. Mode III (Out-Plane Shear)

    Pada mode ini, tegangan terjadi pada sb. x dari bahan (vertical), dimana

    tegangan tsb berada pada arah yang tidak sejaajr dan berlawanan arah pada sb.

    x.

    Contoh : perpatahan pada roda gigi.

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    11/29

    Impact Test

    Faktor-faktor Penyebab terjadinya fatik :

    Fatik merupakan kelelahan yang timbul akibat pembebanan yang diberikan secara

    terus-menerus pada material. Adapun factor-faktor penyebabnya, sbb :

    1. Tegangan maksimum yang cukup tinggi

    2. Fluktuasi yang cukup tinggi

    3. Siklus penyerapan yang cukup besar

    4. Konsentrasi tegangan Temperatur ruangan dan specimen

    5. Korosi

    6. Kelebihan beban7. Struktur metalurgi

    8. Tegangan sisi

    9. Tegangan kombinasi yang cenderung mengubah kondisi kelelahan.

    Fatik biasanya terjadi pada permukaan suatu specimen dimana pada specimen

    tersebut terjadi kelenturan, dan menyebabkan terjadinya tegangan tinggi di tempat

    yang tidak rata.

    Faktor yang mengakibatkan Necking

    Necking merupakan suatu peristiwa dimana terjadinya pengecilan penampang pada

    suatu material yang diuji tarik. Peristiwa ini tyerjadi karena adanya pergeseran

    tegangan. Keadaan ini pertama kali dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang

    sedikit lebih rendah dibandingkan dengan keadaan yang tanpa beban setelah

    deformasi berikutnya yang terpusat pada daerah tersebut dari benda uji.

    Faktor yang menybabkan terjadinya mulur (creep)

    Regangan yang terjadi merupakan mekanisme mulur. Ukuran butir yang halus

    menunjukkan daerah batas butir yang banyak menghasilkan mulur yang cepat.

    Terjadi lubang atau sumuran atom sepanjang batas vertical. Kenyataan lain yang

    penting adalah bahwa jarak di pusat lebih pendek pada bahan halus. Tentu saja

    mekanisme mulur tidak terjadi pada suhu rendah, dimana pergerakan atom dapat

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    12/29

    Impact Test

    diabaikan tetapi bertambah secara konvensional dengan rekristalisasi suhu

    metalik. Efek besar butir ini merupakan fungsi waktu, kekuatan ikatan

    ketidakmurnian mulur adalah proses perpanjangan dan peregangan yang lambat.Laju mulur berkisar dari beberapa persen pada tegangan atau suhu tinggi.

    Factor penyebab terjadinya dislokasi

    Dislokasi merupakan pergeseran dari struktur butir karena adanya bagian yang

    kosong, sementara pada satu tempat terjadi penumpukan butir, maka pada saat itu

    diberi perlakuan butir yang akan mengisi ruang kosong di dekatnya. Adapun

    beberapa jenis dislokasi adalah sbb :

    a) Dislokasi titik, diman kekosongan terjadipada titik tertentu, hal ini terjadi

    karena :

    Ada atom yang hilang dalam kristal

    Hasil penumpukan yang salah dalam kristalisasi

    Akibat energi termal yang meningkat, sehingga atom melompat

    meninggalkan tempatnya.

    b) Dislokasi garis, merupakan sisipan satu baris atom tambahan dalam

    struktur kristal. Disekitar suatu dislokasi garis terdapat daerah yang

    mengalami tekanan dan tegangan, sehingga terdapat energi tambahan

    sepanjang dislokasi tersebut.

    c) Dislokasi ulir, menyerupai spiral dengan garis cacat sepanjang sumbu ulir.

    Atom-atom disekitarnya mengalami gaya geser.

    d) Dislokasi butir, terjadi karena adanya gaya tekan dan tegangan yang

    akhirnya gaya-gaya ini dapat diuraikan menjadi tegangan geser. Hal ini

    disebabkan bidang atom bergeser terhadap bidang atom didekatnya yang

    disebut slip.

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    13/29

    R

    X1H

    3Hy

    2H

    Hk( )90sin1

    90

    1sin

    1

    +=

    =

    =

    +=

    RRH

    RX

    xRH

    ( )90sin1

    90

    2sin

    2

    +=

    =

    =

    +=

    RRH

    Ry

    yRH

    ( )90sin1 += RRH ( )m

    ( )

    =

    =

    1.

    1..

    HgUM

    HgmU

    ( )gMUkHk

    .=

    ( )90sin2 += RRH ( )m

    Impact Test

    2.2 Rumus yang digunakan

    A. Tinggi beban sebelum dilepaskan (H1)

    Dimana :

    R = Jari-jari bandul

    = 950 mm

    = simpangan bandul sebelum dilepaskan

    B. Beban dalam satuan (Kg)

    C. Tinggi beban kalibrasi alat (Hk)

    Dimana :

    Uk = Usaha kalibrasi (J)

    G = Gravitasi (m/s2)

    D. Tinggi beban setelah dilepaskan (H2)

    Dimana :

    = Sudut simpangan bandul setelah dilepaskan

    2

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    14/29

    HkHHHs = 21

    ( )HsgmUs ..=

    AUsU /1 =

    Impact Test

    E. Tinggi beban perhitungan (Hs)

    F. Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

    G. Kekuatn Impact (UI)

    Dimana :

    A = Luas penampang

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    15/29

    ( )90sin1 += RRH

    ( )90160sin9,09,0 +=

    m74,1=

    1.Hg

    Um =

    56,1774,1.81,9

    300==

    ( )gMUkHk

    .=

    8,9.56,172=

    012,0=

    Impact Test

    3.3 Data Dan Pengolahan Data

    A. Data :

    Beban Bandul (U = 300 J)

    Panjang Lengan Bandul (R = 900 mm = 0,9 m)

    Usaha Kalibrasi (Uk = 2 J)

    Tinggi Beban sebelum dilepaskan (H1)

    Massa Bandul (m)

    Tinggi Beban Kalibrasi alat (Hk)

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    16/29

    ( )5,210.10 =A

    275mm=

    ( )90sin2 += RRH

    ( )9090sin9,09,0 +=

    m9,0=

    HsgmUs ..=

    828,0.8,9.56,17=

    J49,142=

    A

    UsUi =

    75

    49,142=

    HkHHHs = 21

    012,09,074,1 =

    828,0=

    Impact Test

    B. Pengolahan Data Untuk Spesimen Normal :

    1. Spesimen dengan bentuk takikan segitiga dengan kedaslaman 2,5 mm dan =

    90o

    Luas Penampang (A)

    Tinggi Bandul Setelah Dilepaskan (H2)

    Tinggi Beban Perhitungan (Hs)

    Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

    Kekuatan Impact (Ui)

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    17/29

    2899,1 mmJ=

    ( )5,210.10 =A

    275mm=

    ( )90sin2 += RRH

    ( )905,73sin9,09,0 +=

    m62,0=

    HsgmUs ..=

    108,1.8,9.56,17=

    J673,190=

    A

    UsUi =

    75

    67,190=

    254,2 mmJ=

    HkHHHs = 21

    012,062,074,1, =

    108,1=

    Impact Test

    2. Spesimen dengan bentuk takikan Setengah lingkaran dengan kedaslaman 2,5

    mm dan = 73,5o

    Luas Penampang (A)

    Tinggi Bandul Setelah Dilepaskan (H2)

    Tinggi Beban Perhitungan (Hs)

    Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

    Kekuatan Impact (Ui)

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    18/29

    ( )5,210.10 =A

    275mm=

    ( )90sin2 += RRH

    ( )905,81sin9,09,0 +=

    m75,0=

    HsgmUs ..=

    978,0.8,9.56,17=

    J3,168=

    A

    Us

    Ui=

    75

    3,168=

    2244,2mm

    J=

    HkHHHs = 21

    012,075,074,1 =

    m978,0=

    Impact Test

    3. Spesimen dengan bentuk takikan Setengah lingkaran dengan kedaslaman 2,5

    mm dan = 81,5o

    Luas Penampang (A)

    Tinggi Bandul Setelah Dilepaskan (H2)

    Tinggi Beban Perhitungan (Hs)

    Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

    Kekuatan Impact (Ui)

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    19/29

    ( )5,210.10 =A

    275mm=

    ( )90sin2 += RRH

    ( )9095sin9,09,0 +=

    m99,0=

    HsgmUs ..=

    738,0.8,9.56,17=

    J127=

    A

    UsUi =

    75

    127=

    269,1 mmJ=

    HkHHHs = 21

    012,099,074,1 =

    m738,0=

    Impact Test

    C. Pengolahan Data Untuk Spesimen Temperatur Rendah :

    1. Spesimen dengan takikan segitiga dengan kedalaman 2,5 mm dan =95o

    Luas Penampang (A)

    Tinggi Bandul Setelah Dilepaskan (H2)

    Tinggi Beban Perhitungan (Hs)

    Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

    Kekuatan Impact (Ui)

    2. Spesimen dengan takikan setengah Lingkaran dengan kedalaman 2,5 mmdan = 76o

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    20/29

    ( )5,21 0.1 0 =A

    275mm=

    ( )90sin2 += RRH

    ( )9076sin9,09,0 +=

    m68,0=

    HsgmUs ..=

    048,1.8,9.56,17=

    J35,180=

    A

    UsUi =

    75

    35,180=

    24,2mm

    J=

    HkHHHs = 21

    012,068,074,1 =

    m048,1=

    Impact Test

    Luas Penampang (A)

    Tinggi Bandul Setelah Dilepaskan (H2)

    Tinggi Beban Perhitungan (Hs)

    Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

    Kekuatan Impact (Ui)

    3. Spesimen dengan takikan segi empat dengan kedalaman 2,5 mm dan =78o

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    21/29

    ( )5,21 0.1 0 =A

    275mm=

    ( )90sin2 += RRH

    ( )9078sin9,09,0 +=

    m71,0=

    HsgmUs ..=

    018,1.8,9.56,17=

    J19,175

    =

    A

    UsUi =

    75

    19,175=

    234,2mm

    J=

    HkHHHs = 21

    012,071,074,1 =

    m018,1=

    Impact Test

    Luas Penampang (A)

    Tinggi Bandul Setelah Dilepaskan (H2)

    Tinggi Beban Perhitungan (Hs)

    Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

    Kekuatan Impact (Ui)

    BAB IV

    HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Analisa hasil Pengujian

    Perbandingan antara grafik THP dengan grafik Transisi ulet getas

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    22/29

    Impact Test

    Pada grafik transisi ulet getas terlihat bahwa temperature dan Usaha yang

    dibutuhkan untuk mematahkan specimen berbanding lurus, dimana apabila

    temperature naik sampai temperature maksimal dimana suatu material mencapai

    keuletannya, maka usah yang dibutuhkan untuk mematahkannya akan semakin

    besar. Demikianpun sebaliknya apabila temperaturnya turun hingga mencapai

    kegetasan 100% dari material maka usaha untuk mematahkannya akan semakin

    kecil pula.

    Ternyata analisa dari grafik transisi ulet-getas di atas tidak sama denganhasil dari pengujian, dimana grafik dari hasil pengujian memperlihatkan

    penyimpangan nilai perbandingan antara temperature dan usaha pada specimen

    dengan takikan setengah lingkaran, dimana usahanya menurun seiring dengan

    temperature yang terus bertambah.

    Penyimpangan ini diakaibatkan oleh karena adanya kesalahn yang terjadi

    pada pengujian. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah :

    a) Kesalahan pengukuran dimensi benda kerja dan kedalaman takikan.

    Kesalahan ini berupa ketidakseragaman dimensi ukur dari specimen dan

    kedalaman takikannya, sehingga data yang diperoleh pada pengujian tidak

    akurat.

    b) Kesalahan dalam perlakuan temperature terhadap specimen, dimana terjadi

    ketidakseragaman temperature pada specimen, sehingga data yang dihasilkan

    kurang akurat.

    c) Kesalahan penentuan letak specimen dan takikannya pada alat uji ketika akan

    dikenai beban, sehingga usaha yang dihasilkan pada pengamatan tidak akurat.

    Grafik Usaha Vs Temperatur

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    180

    200

    -3 2 7 12 17 22 27 32

    Temp. (C)

    Usaha ( J)

    Takikan Segi 3 Takikan Segi 4 Takikan 1/2 Lingkaran

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    23/29

    Impact Test

    Grafik H1 Vs H2

    H1 merupakan ketinggian bandul sebelum dilepaskan, sedangkan H2

    merupakan ketinggian bandul setelah dilepaskan dan menumbuk benda kerja,

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    24/29

    Impact Test

    atau dapat dikatakan bahwa H2 merupakan ketinggian yang diukur dari titik

    dimana tumbukan terjadi telah terjadi, hingga mencapai titik baliknya.

    Pada pengujian ini harga dari H1 dikonstankan, sehingga untuk takikan yangbervariasi, nilai H2 yang tertinggi diperoleh dari specimen yang memiliki

    takikan segitiga lalu disususl oleh takikan segi empat dan yang terakhir adalah

    takikan setengah lingkaran. Hal ini disebabkan karena energi impact yang

    dimiliki takaikan segitiga unuk patah sangat rendah, sehingga bandul yang

    mengayun tidak memperoleh hambatan yang berarti dari specimen ini,

    sehingga bandul dapat mengayun dengan bebasnya setelah itu dgn mencapai

    ketinggian H2 yang besar pula. Begitu pula pada takikan segi empat dan

    takikan setengah lingkaran, dimana memiliki energi impact yang lebih besar

    untuk patah, sehingga nilai ketinggian dari bandul ketika telah menumbuk

    specimen lebih kecil. Namun pada THP tidak terjadi hal yang sedemikian,

    karena adanya penyimpangan data yang diakibatkan oleh kesalahan

    kesalahan dalam perlakuan terhadap specimen sebelum diuji.

    Grafik H2 Vs

    H2 merupakan ketinggian bandul setelah dilepaskan dan menumbuk benda

    kerja, atau dapat dikatakan bahwa H2 merupakan ketinggian yang diukur dari

    titik dimana tumbukan terjadi telah terjadi, hingga mencapai titik baliknya.

    Sedangkan merupakan sudut tempuh dari bandul yang terbentuk sebelum

    dilepaskan.

    Pada pengujian ini harga dari dikonstankan, sehingga untuk takikan yang

    bervariasi, nilai H2 yang tertinggi diperoleh dari specimen yang memiliki

    takikan segitiga lalu disususl oleh takikan segi empat dan yang terakhir adalah

    takikan setengah lingkaran. Hal ini disebabkan karena energi impact yang

    dimiliki takaikan segitiga unuk patah sangat rendah, sehingga bandul yang

    mengayun tidak memperoleh hambatan yang berarti dari specimen ini,

    sehingga bandul dapat mengayun dengan bebasnya setelah itu dgn mencapai

    ketinggian H2 yang besar pula. Begitu pula pada takikan segi empat dan

    takikan setengah lingkaran, dimana memiliki energi impact yang lebih besar

    untuk patah, sehingga nilai ketinggian dari bandul ketika telah menumbuk

    specimen lebih kecil. Namun pada THP tidak terjadi hal yang sedemikian

    rupa, karena adanya penyimpangan data yang diakibatkan oleh kesalahan

    kesalahan dalam perlakuan terhadap specimen sebelum diuji.

    Grafik Vs

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    25/29

    Impact Test

    merupakan sudut tempuh dari bandul yang terbentuk sebelum dilepaskan.

    Sedangkan merupakan sudut yang ditempuh oleh bandul setelah dilepaskanmenumbuk specimen, sehingga membentuk ketinggian H2.

    Pada pengujian ini harga dari dikonstankan, sehingga untuk takikan yang

    bervariasi, nilai yang terbesar diperoleh dari specimen yang memiliki

    takikan segitiga lalu disususl oleh takikan segi empat dan yang terakhir adalah

    takikan setengah lingkaran. Hal ini disebabkan karena energi impact yang

    dimiliki takaikan segitiga unuk patah sangat rendah, sehingga bandul yang

    mengayun tidak memperoleh hambatan yang berarti dari specimen ini,

    sehingga bandul dapat mengayun dengan bebasnya setelah itu dgn mencapai

    sudut simpangan yang besar pula. Begitu pula pada takikan segi empat dan

    takikan setengah lingkaran, dimana memiliki energi impact yang lebih besar

    untuk patah, sehingga nilai sudut simpangan yang ditempuh oleh bandul

    ketika telah menumbuk specimen lebih kecil. Namun pada THP tidak terjadi

    hal yang sedemikian rupa, karena adanya penyimpangan data yang

    diakibatkan oleh kesalahan kesalahan dalam perlakuan terhadap specimen

    sebelum diuji.

    Grafik Vs Us

    merupakan sudut yang ditempuh oleh bandul setelah dilepaskan menumbuk

    specimen, sehingga membentuk ketinggian H2. SedangkanUs adalah usaha

    yang diperlukan untuk mematahkan specimen.

    Pada pembahasan sebelumnya, dikatakan bahwa nilai sudut simpangan

    yang paling besar diperoleh pada takikan segitiga, dan terus menurun pada

    dua takikan selanjutnya. Hal ini disebabkan karena hambatan yang dialami

    oleh bandul dalam menumbuk specimen segitiga lebih kecil. Hal ini

    disebabkan karena specimen pada takikan ini lebih mudah patah. Kemudahan

    perpatahan ini disebabkan karena usaha yang dibuthkan untuk

    mematahkannyua sangat kecil, sehingga dengan demikian dapat dikatakan

    bahwa apabila usaha untuk mematahkan semakin besar, maka nilai sudut

    simpangan akan semakin menurun. Namun pada THP tidak terjadi hal

    yang sedemikian rupa, karena adanya penyimpangan data yang diakibatkan

    oleh kesalahan kesalahan dalam perlakuan terhadap specimen sebelum diuji.

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    26/29

    Impact Test

    4.2 Analisa tambahan

    ANALISA PERPATAHAN PADA KAPAL TITANIC

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    27/29

    Impact Test

    Perpatahan merupakan suatu peristiwa yang timbul karena suatu material

    tidak mampu lagi menahan energi tumbukan yang diberikan terhadapnya, baik itu

    secara tiba-tiba maupun secara terus-menerus. Energi yang diterima oleh suatu

    material sampai material tersebut patah disebut juga ketangguhan. Ketangguhan

    dari suatu bahan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu temperature, kadar

    karbon, maupun besarnya beban yang diberikan.

    Dalam analisa tambahan ini, akan dibahas mengenai perpatahan yang terjadi

    pada kapal titanic, sehingga kapal tersebut akhirnya tenggelam.

    Kapal Titanic berlayar melalui samudera atlantic yang memiliki temperature

    yang sangat rendah hingga mencapai dibawah 0 derajat Celsius. Suhu air laut

    tersebut dapat mempengaruhi struktur material dari dinding-dinding kapal,

    dimana dinding tersebut terbuat dari baja karbon. Ketika dinding kapal telah

    terpengaruh pada temperature ini, maka material dari dinding kapal ini akan

    mencapai kegetasan 100 % (seperti yang telah tercantum pada grafik transisi ulet-

    getas). Struktur yang terdapat pada material yang getas cenderung untuk merapat

    dan berkoloni, sehingga terjadi cacat/dislokasi dimana terdapat kekosongan ruang

    di antara butir. Struktur material seperti ini akan semakin memudahkan terjadinya

    perpatahan getas ketika diberikan pembebanan secara tiba-tiba.

    Pembebanan secara tiba-tiba pada kapal Titanic terjadi ketika kapal

    menubruk gunung es, sehingga terjadilah perpatahan pada dinding kapal tersebut,

    sehingga kapal tersebut tenggelam, karena perpatahan terus menyebar karena

    adanya retakan yang menyebar melalui kekosongan struktur butir pada

    materilanya, apalagi material juga tak mampu menahan beban dari kapal itu

    sendiri, sehingga tegangan terus bertambah dan akhirnya kapal terbelah menjadi 2

    bagian dan akhirnya tenggelam.

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    28/29

    Impact Test

    1. Impact test merupakan suatu pengujian untuk mengetahui ketangguhan dari

    suatu material terhadap beban yang diberikan secara tiba-tiba.

    2. Temperatu dan Usah impact menunjukkan perbandingan yang lurus sampaibatas maksimum ketika suatu material mencapai keuletannya.

    3. Laju patah getas terjadi karena temperature yang terus menurun hingga

    mencapai kegetasan 100% dari material.

    4. Semakin besar laju pembebanan, maka energi impact semakin berkurang.

    5. Energi impact yang terbesar terdapat pada takikan setengah lingkaran, dan

    yang terendah terdap[at pada takikan segitga. Jadi dapat sisimpulkan bahwa

    perpatahan semakin mudah terjadi pada specimen yang memiliki takikan yang

    bersudut.

    5.2 Saran-saran

    1. Harap dalam mengerjakan specimen, asisten selalu memberikan perhatian,

    agar diperoleh ukuran dan dimensi yang seragam dari setiap specimen, guna

    menunjang hasil pengujian yang akurat, dan terpercaya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Pengetahuan Bahan Teknik, Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met., E dan

    Prof. Dr. Shiroku Saito. Pradya Pratama.

  • 8/7/2019 logam edit aconk

    29/29

    Impact Test

    Ilmu Teknologi Bahan, Lawrence H. Van Vlack, dan Sriati Djaprie

    Erlangga, Jakarta.