MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

26
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 4, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN 2715-9612 http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/ Acces article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI DRAMA DAN TARI SORENG LAKON HARYO PENANGSANG MBALELA SEBAGAI BAHAN AJAR PEMBELAJARAN DRAMA DI SMA , , Universitas Tidar, Jl. Kapten Suparman No. 39 Potrobangsan, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia email: [email protected] Abstrak Penelitian yang berjudul Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Drama di SMA dilatarbelakangi oleh adanya pementasan kolaborasi antara drama dan tari pada kesenian soreng. Kolaborasi drama dan tari lakon Haryo Penangsang Mbalela ini dipilih karena terdapat gerakan- gerakan yang menunjukkan suatu makna yang menyampaikan pesan tertentu. Drama yang terdapat didalamnya juga menunjukkan bagaimana perwatakan serta alur sejarah soreng. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1) Apa makna gerak dalam kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela”?; (2) Bagaimana watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela?; (3) Bagaimana implementasi makna gerak dan watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela”?. Tujuan penelitian ini yaitu (1) Menghasilkan deskripsi makna gerak dan watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari lakon “Haryo Penangsang Mbalela”.; (2) Mendeskripsikam watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela”.; (3) Mengimplementasikan hasil makna gerak dan watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela” dalam pembelajaran drama di SMA. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semiotika, lakuan, tari, penokohan, dan pembelajaran drama. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini terfokuskan terhadap makna gerak dan watak tokoh sebagai objeknya. Sumber data penelitian ini adalah video yang ditranskripkan menjadi naskah drama, wawancara yang sitranskripkan, serta foto. Wujud data berupa naskah drama, transkrip wawancara, dan foto yang menunjukan makna gerak dan watak tokoh. Metode penyediaan data yang digunakan adalah metode observasi lapangan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, makna gerak dalam kolaborasi drama dan tari soreng dapat ditemukan 10 data yang mencakup (1) Gerak Tegap; (2) Gerak Paseban; (3) Gerak Penghormatan; (4) Gerak Manembah; (5) Gerak Sembahan; (6) Gerak Nusung Pawarta; (7) Gerak Tameng Jaja (8) Gerak Siap Siaga; (9) Gerak Kentrangan; (10) Gerak Pamungkas. Penggambaran watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari soreng ditemukan data yang meliputi (1) Penggambaran watak Haryo Penangsang yang menggambarkan watak pemarah, tidak sabaran, takabur, sombong, merendahkan orang lain, lalai, dan ceroboh; (2) Penggambaran watak tokoh Prameswari yang menggambarkan watak penurut terhadap perintah suami dan lemah lembut; (3)Penggambaran watak prajurit soreng yang menggambarkan watak patuh dengan pemimpinnya, pemberani, dan cerdik; (4) Penggambaran watak Rangga Mentaun yang menggambarkan watak penurut terhadap perintah Haryo Penangsang dan penyabar; (5) Penggambaran watak Sunan Kudus yang menggambarkan watak penasihat, licik dan pilih kasih; (6) Penggambaran watak Sultan Hadiwijaya yang menggambarkan watak dermawan, bijaksana, dan penyabar; (7) Penggambaran watak Pemanahan yang menggambarkan watak peduli dan

Transcript of MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Page 1: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN 2715-9612

http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/

Acces article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM

KOLABORASI DRAMA DAN TARI SORENG LAKON HARYO PENANGSANG MBALELA SEBAGAI BAHAN

AJAR PEMBELAJARAN DRAMA DI SMA

𝐓𝐚𝐭𝐢𝐤 𝐅𝐢𝐭𝐫𝐢 𝐊𝐮𝐬𝐰𝐚𝐧𝐭𝐢 𝟏, 𝐌𝐮𝐫𝐬𝐢𝐚 𝐄𝐤𝐚𝐰𝐚𝐭𝐢𝟐, 𝐈𝐦𝐚𝐦 𝐁𝐚𝐢𝐡𝐚𝐪𝐢𝟑 Universitas Tidar, Jl. Kapten Suparman No. 39 Potrobangsan, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia

email: [email protected]

Abstrak

Penelitian yang berjudul Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan

Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Drama di SMA dilatarbelakangi oleh adanya pementasan kolaborasi antara drama dan tari pada kesenian soreng.

Kolaborasi drama dan tari lakon Haryo Penangsang Mbalela ini dipilih karena terdapat gerakan-

gerakan yang menunjukkan suatu makna yang menyampaikan pesan tertentu. Drama yang terdapat didalamnya juga menunjukkan bagaimana perwatakan serta alur sejarah soreng.

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1) Apa makna gerak dalam kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela”?; (2)

Bagaimana watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela?; (3) Bagaimana implementasi makna gerak dan watak tokoh dalam kolaborasi drama

dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela”?.

Tujuan penelitian ini yaitu (1) Menghasilkan deskripsi makna gerak dan watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari lakon “Haryo Penangsang Mbalela”.; (2) Mendeskripsikam watak

tokoh dalam kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela”.; (3) Mengimplementasikan hasil makna gerak dan watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari

soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela” dalam pembelajaran drama di SMA. Landasan teori

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semiotika, lakuan, tari, penokohan, dan pembelajaran drama. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif.

Penelitian ini terfokuskan terhadap makna gerak dan watak tokoh sebagai objeknya. Sumber data penelitian ini adalah video yang ditranskripkan menjadi naskah drama, wawancara yang

sitranskripkan, serta foto. Wujud data berupa naskah drama, transkrip wawancara, dan foto yang menunjukan makna gerak dan watak tokoh. Metode penyediaan data yang digunakan adalah

metode observasi lapangan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, makna gerak dalam

kolaborasi drama dan tari soreng dapat ditemukan 10 data yang mencakup (1) Gerak Tegap; (2) Gerak Paseban; (3) Gerak Penghormatan; (4) Gerak Manembah; (5) Gerak Sembahan; (6) Gerak

Nusung Pawarta; (7) Gerak Tameng Jaja (8) Gerak Siap Siaga; (9) Gerak Kentrangan; (10) Gerak Pamungkas. Penggambaran watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari soreng ditemukan data

yang meliputi (1) Penggambaran watak Haryo Penangsang yang menggambarkan watak

pemarah, tidak sabaran, takabur, sombong, merendahkan orang lain, lalai, dan ceroboh; (2) Penggambaran watak tokoh Prameswari yang menggambarkan watak penurut terhadap perintah

suami dan lemah lembut; (3)Penggambaran watak prajurit soreng yang menggambarkan watak patuh dengan pemimpinnya, pemberani, dan cerdik; (4) Penggambaran watak Rangga Mentaun

yang menggambarkan watak penurut terhadap perintah Haryo Penangsang dan penyabar; (5)

Penggambaran watak Sunan Kudus yang menggambarkan watak penasihat, licik dan pilih kasih; (6) Penggambaran watak Sultan Hadiwijaya yang menggambarkan watak dermawan, bijaksana,

dan penyabar; (7) Penggambaran watak Pemanahan yang menggambarkan watak peduli dan

Page 2: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

E-ISSN: 2715-9612

Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Dama di SMA

Kuswanti

35

selalu membela kebenaran; (8) Penggambaran watak pekatik yang menggambarkan watak

penurut terhadap perintah pemimpinnya. Hasil penelitian tersebut dapat diimplementasikan oleh guru dan peserta didik dalam

menganilis unsur intrinsik dan ekstrinsik drama yang tercantum dalam KD 3.18 Mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik dalam drama yang dibaca dan ditonton dan 4.18

Mempertunjukan salah satu tokoh dalam drama yang dibaca atau ditonton secara lisan.

Kata Kunci: unsur intrinsik dan ekstrinsik, makna gerak, watak tokoh, kolaborasi drama dan tari

Abstract

The research entitled Meaning of Motion and Character Character in the Collaboration of Drama and Dance Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela as a Teaching Material for Drama Learning in Senior High School is motivated by the staging of collaborations between drama and dance in soreng art. The drama and dance collaboration of Haryo Penangsang Mbalela was chosen because there are movements that show a meaning that conveys a certain message. The drama contained in it also shows how the characterization and flow of the history of soreng are. Based on this background, the problem formulations in this study are (1) What is the meaning of motion in the drama and soreng dance collaboration of the play "Haryo Penangsang Mbalela" ?; (2) What is the character character in the drama and soreng dance collaboration with the play "Haryo Penangsang Mbalela ?; (3) How is the implementation of the meaning of movement and character character in the drama and soreng dance collaboration of the play "Haryo Penangsang Mbalela"? The objectives of this study are (1) Producing a description of the meaning of movement and character character in the collaboration of drama and dance play "Haryo Penangsang Mbalela" .; (2) Describing the character traits of the drama and soreng dance collaboration with the play "Haryo Penangsang Mbalela"; (3) Implementing the results of the meaning of movement and character character in the collaboration of drama and soreng dance play "Haryo Penangsang Mbalela" in drama learning in high school. The theoretical basis used in this research is semiotics, behavior, dance, characterization, and drama learning. This type of research is qualitative using descriptive research methods. This research is focused on the meaning of movement and character character as the object. The data sources of this study were videos transcribed into drama scripts, transcribed interviews, and photos. The data are in the form of a drama script, interview transcripts, and photos that show the meaning of the character's movements and character. The method of providing data used is the method of field observation. The results of this study can be concluded that, the meaning of motion in the collaboration of drama and soreng dance can be found 10 data which include (1) Gerak Tegap; (2) Paseban Movement; (3) gesture of respect; (4) Manembah movement; (5) Movement of Worship; (6) Gerak Nusung Pawarta; (7) Jaja Shield Movement (8) Standby Movement; (9) Motion of Strikes; (10) Ultimate Motion. Data depicting character traits in drama and soreng dance collaboration include (1) depiction of Haryo Penangsang's character which depicts angry, impatient, arrogant, arrogant, condescending, negligent, and careless; (2) The depiction of the character of Prameswari which depicts an obedient character to the husband's orders and is gentle; (3) The depiction of the soreng warrior's character, which depicts the character of being obedient to the leader, brave, and clever; (4) The description of the Rangga Mentaun character which describes the obedient character of Haryo Penangsang's command and the patient; (5) The depiction of the character of Sunan Kudus which depicts the character of a counselor, cunning and favoritism; (6) depiction of the character of Sultan Hadiwijaya which depicts generous, wise and patient character; (7) Archery depiction of character which depicts caring and always defending the truth; (8) Depiction of concentrated character which describes the character of being obedient to the orders of the leader. The results of this research can be implemented by teachers and students in analyzing the intrinsic and extrinsic elements of drama listed in KD 3.18 Identifying storylines, chapter by act, and conflicts in dramas that are read and watched and 4.18 Showing one of the characters in the drama that is read or watched orally.

Page 3: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 4, No. 1, Juli 2021

36

Keywords: intrinsic and extrinsic elements, meaning of motion, character character, drama and dance collaboration

PENDAHULUAN

Setiap masyarakat Indonesia memiliki kesenian yang berbeda-beda berdasarkan wilayahnya masing-masing. Kolaborasi drama dan tari soreng yang terdapat di Dusun Mangli Desa Pringsurat Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung ini mengandung keindahan atau estetika yang terletak pada setiap gerakan-gerakan tari yang disajikan. Gerakan tarian yang diiringi oleh alunan musik yang berpadu dengan drama yang ada didalamnya menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton. Kolaborasi drama dan tari soreng ini merupakan jenis kesenian yang berkembang di masyarakat Kabupaten Temanggung, terutama wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang. Kesenian ini masih dijaga kelestariannya sampai sekarang walaupun berada diera modern. Kesenian ini mulai berkembang di Dusun Mangli sejak tahun 1977 dan sekarang ini telah masuk pada generasi ke-3. Pementasan wajib di Dusun Mangli dilaksanakan empat kali dalam satu tahun pada bulan-bulan tertentu. Setiap pementasan membutuhkan tempat yang cukup luas, karena digunakan untuk menari dan tempat alat musik. Seluruh pemain kolaborasi drama dan tari soreng ini serta pemusik berjumlah 19 orang. Kesenian soreng merupakan kesenian yang perankan secara berkelompok yang menceritakan keadaan Kadipaten Jipang Panolan dengan Haryo Penangsang sebagai pemimpinnya. Penamaan soreng diambil dari nama prajurit Haryo Penangsang yang bernma Soreng Rana, Soreng Pati, Soreng Rangkut, Soreng Ewuh. Kolaborasi antara tari soreng dan drama ini mengandung nilai moral, sosial, dan keagamaan yang gambarkan melalui gerakan serta drama yang terdapat didalamnya. Ciri khas yang terdapat dalam kolaborasi ini adalah dalam tarian terdapat susunan gerakan yang sederhana, kaku, serta iringan musik yang bertempo cepat. Drama yang terletak dalam kolaborasi ini diperankan oleh para penari soreng yang terdiri dari beberapa nama tokoh, antara lain adalah Haryo Penangsang, Mentaun, Pekatik, Soreng Rana, Soreng Rangkut, Soreng Pati, dan prajurit soreng. Setiap adegan drama yang dilakukan menggandung cerita mengenai kehidupan di Kadipaten Jipang Panolan. Kolaborasi drama dan tari soreng ini menceritakan kehidupan pada zaman kerajaan Islam di Kasultanan Demak Bintoro dengan wilayah Pajang dan Jipang Panolan. Lakon yang diambil dari kolaborasi drama dan tari soreng ini adalah lakon Aryo Penangsang Mbalela.

Kolaborasi drama dan tari soreng dengan lakon Haryo Penangsang Mbalela ini memiliki peranan yang sangat penting didalam masyarakat. Peran tersebut berupa sarana pelestarian warisan nilai-nilai luhur serta sebagai kesenian uanggulan masyarakat setempat. Selain peran yang terdapat di masyarakat, kolaborasi drama dan tari soreng ini juga mempunyai peran didunia pendidikan, terutama digunakan dalam bahan ajar pembelajaran drama di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yakni pendekatan kualitatif. Permasalahan yang diteliti yakni makna gerak dan watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela” yang hasilnya diimplementasikan sebagai bahan ajar pembelajaran drama kelas XI KD 3.18 “mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik dalam drama yang dibaca atau ditonton” dan KD 4.18

Page 4: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

E-ISSN: 2715-9612

Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Dama di SMA

Kuswanti

37

“mempertunjukkan salah satu tokoh dalam drama yang dibaca atau ditonton secara lisan” dalam kurikulum 2013. Penyajian data penelitian diperoleh dari wawancara dan ikut serta dalam pementasan kolaborasi drama dan tari soreng yang didokumentasikan berupa rekaman, foto, dan video. Sedangkan proses analisis data yang digunakan yakni analisis deskriptif dan transkrip video menjadi teks lakon. Objek penelitian ini yakni kolaborai drama dan tari soreng. Produk penelitian disusun sebagai bahan ajar drama kelas XI SMA agar membantu guru dan siswa dalam pembelajaran Kompetensi Dasar 3.18 dan 4.18 pada kurikulum 2013.Subjek penelitian ini yakni makna gerak dan watak tokoh dari kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian merupakan jawaban atas rumusan masalah penelitian yang ada. Analisis yang dilakukan berfokus pada makna gerak dan watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela” dan implementasinya pada pembelajaran drama kelas XI SMA. Berikut dipaparkan temuan penelitian berkait makna gerak dan watak tokoh.

Berdasarkan analisis data penelitian, ditemukan sepuluh makna gerak, yakni (1) gerak tegap, (2) gerak paseban, (3) gerak penghormatan, (4) gerak manembah, (5) gerak sembahan, (6) gerak nusung pawarta (7) gerak tameng jaja (8) gerak siap siaga (9) gerak kentrangan dan (10) gerak pamungkas. Selain itu, ditemukan watak Hadipati Haryo Penangsang, watak Prameswari, watak Prajurit soreng. Watak Rangga Mentaun, watak Sunan Kudus, watak Sultan Hadiwijaya, watak Pemanahan, dan watak pekatik (orang yang memelihara kuda). Berikut paparan temuan makna gerak dan watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela” dan implementasinya pada pembelajaran drama di SMA.

1. Makna Gerak

Makna gerak merupakan maksud suatu gerakan atau lakuan yang dilakukan oleh tokoh yang ada di dalam drama tersebut yang mengandung suatu makna untuk menyampaikan pesan yang terdiri atas (1) Gerak Tegap, (2) Gerak Paseban, (3) Gerak Penghormatan, (4) Gerak Manembah, (5) Gerak Sembahan, (6) Gerak Nusung pawarta, (7) Gerak Tameng Jaja, (8) Gerak Siap Siaga, (9) Gerak Kentrangan, (10) Gerak Pamungkas.

1. Gerak Tegap

Gambar 1 Gerak Tegap

Gambar 1 merupakan gerak tegap yang menjelaskan tentang para prajurit telah siap untuk berlatih peperangan. Sikap para prajurit dengan badan tegap kemudian pandangan lurus ke depan mengandung pesan bahwa para prajurit telah siap untuk melaksanakan latihan peperangan. Makna dari sikap tegap menggambarkan bahwa

Page 5: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 4, No. 1, Juli 2021

38

prajurit itu percaya diri, serius, tidak gentar, serta siap melakukan latihaan peperangan dengan penuh semangat dan tanggung jawab.

2. Gerak Paseban

Gambar 2 Gerak Paseban

Gambar 2 merupakan gerak paseban yang menggambarkan suatu penghormatan. Sikap prajurit dengan badan tegap dengan tatapan mata lurus kedepan kemudian tangan menyiku di depan dada. Sikap ini bermakna bahwa prajurit soreng memberi penghormatan pada tempat pendapa agung atau tempat kedudukan sang pemimpin. Sebagai prajurit, soreng sangat hormat kepada pemimpin. Ketika pemimpin soreng atau Haryo Penangsang belum berada di pendapa, maka soreng terlebih dahulu hormat ke pendapa. Jika Haryo Penangsang telah berada di pendapa, maka prajurit soreng hormat kepada Haryo Penangsang sebagai bentuk penghormatan kepada pemimpin.

3. Gerak Penghormatan

Gambar 3. Gerak Penghormatan

Gambar 3 merupakan gerak penghormatan yang menggambarkan suatu penghormatan kepada sang adipati atau kepada pemimpin. Sikap prajurit dengan badan tegap kemudian posisi tangan hormat di pelipis dengan pandangan lurus ke depan. Sikap ini bermakna bahwa para prajurit memberi suatu bentuk penghormatan kepada sang adipati dan siap melaksanakan segala perintah dari pemimpin.

4. Gerak Manembah

Gambar 4 Gerak Manembah

Gambar 4 merupakan gerak menembah yang menggambarkan suatu penghormatan sembahan kepada sang adipati. Sikap prajurit dengan posisi jongkok dengan badan tegap dan tatapan ke depan. Sikap ini bermakna bahwa prajurit telah siap siaga mengemban amanat dari sang adipati.

Page 6: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

E-ISSN: 2715-9612

Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Dama di SMA

Kuswanti

39

5. Gerak Sembahan

Gambar 5 Gerak Sembahan

Gambar 5 merupakan gerak sembahan yang menggambarkan suatu penghormatan khusus kepada sang adipati. Sikap prajurit dengan posisi jongkok, tangan menyembah dengan badan tegap dan tatapan ke depan. Sikap ini bermakna bahwa prajurit bersedia mengemban tugas dari sang adipati.

6. Gerak Nusung Pawarta

Gambar 6 Gambar Gerak Nusung Pawarta

Gambar 6 merupakan gerak nusung pawarta yang menggambarkan bahwa para prajurit antusias degan adanya pemberitahuan dari sang adipati. Sikap prajurit dengan posisi berdiri tegap dengan tangan di pinggang dan kali kiri di depan. Sikap ini bermakna bahwa para prajurit siap menerima pemberitahuan atau kabar yang akan diberikan oleh sang adpiati.

7. Gerak Tameng Jaja

Gambar 7 Gerak Tameng Jaja

Gambar 7 merupakan gerak tameng jaja yang menggambarkan bahwa prajurit berlatih bela diri. Sikap prajurit dengan posisi berdiri tegap, kaki kanan di depan dengan tangan mengepal di depan dada. Sikap ini bermakna bahwa setiap prajurit melindungi diri dari serangan musuh. Gerakan ini merupakan satu gerakan bagaimana seorang prajurit harus mampu membetengi diri dan cekatan terhadap serangan musuh.

8. Gerak Siap Siaga

Page 7: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 4, No. 1, Juli 2021

40

Gambar 8 Gerak Siap Siaga

Gambar 8 merupakan gerak siap siaga yang menggambarkan bahwa prajurit telah siap siaga. Sikap prajurit dengan posisi berdiri, kaki kanan di depan dengan tangan mengepal di samping. Sikap ini bermakna bahwa setiap prajurit siap berani untuk dipertemukan dengan musuh.

9. Gerak Kentrangan

Gambar 9 Gerak Kentrangan

Gambar 9 merupakan gerak kentrangan yang menggambarkan prajurit siap berangkat perang. Sikap prajurit dengan posisi berdiri, tangan diarahkan ke atas, dan pandangan lurus ke depan. Sikap ini bermakna bahwa setiap prajurit siap untuk bergegas berangkat ke medan perang dengan penuh semangat dan berani untuk menghadang lawan.

10. Gerak Pamungkas

Gambar 10 Gerak Pamungkas

Gerak 10 merupakan gerak pamungkas yang menggambarkan prajurit siap berangkat perang. Gerakan ini di tarikan untuk gerakan terakhir dan penutup pada pementasan kolaborasi drama dan tari soreng. Sikap prajurit dengan posisi berdiri dan tangan di atas kepala. Sikap ini bermakna bahwa prajurit siap sedia melaksanakan peperangan dengan tegas.

2. Watak Tokoh

Penggambaran watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela” digambarkan melalui dialog antar tokoh yang dilakukan. Dialog yang dilalukan menggambarkan suatu karakter tokoh. Pelukisan karakter tokoh dilakukan secara langsung melalui kata-kata.

1. Watak Hadipati Haryo Penangsang

Page 8: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

E-ISSN: 2715-9612

Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Dama di SMA

Kuswanti

41

Hadipati Haryo Penangsang merupakan sosok pemimpin dari Kadipaten Jipang Panolan yang mempunyai karakter pemarah, egois, dan takabur. Hadipati Haryo Penangsang mempunyai perawakan yang gagah, dengan kumis tebal dan tatapan mata yang tajam. Logat bicara yang tegas menjadi ciri khas tersendiri dari Hadipati Haryo Penangsang. Di dukung dengan kostum yang di dominasi oleh warna merah, menjadi kesan tersendiri sebagai seorang raja.

Data 1

Soreng : “Nyuwun pangapunten, leres ingkang dipun ngendikaaken adhi kula Soreng Rana.” (‘Minta maaf, benar apa yang telah dibicarakan adik saya Soreng Rana.’)

Penangsang : “Ya.” (‘Ya”)

Soreng : “Malah kalawau kula mboten kapidana, mboten dilebetake pakunjaran, malah kula kaliyan adhi kula dipunparingi bebana kanjeng. Menika bebananipun kanjeng (sunambi meruhake barang kang digawa). (‘Malah tadi saya tidak di hukum, tidak dimasukkan dalam penjara, malah saya dan adik saya diberi hadiah kanjeng. Ini hadiahnya kanjeng. (sambil memperlihatkan hadiah).’)

Penangsang : “Piye? Piye?” (‘Bagaimana? Bagaimana?’)

Soreng : “Menika kanjeng, niki damel sangu urip ing Jipang Panolan kanjeng.” (‘Ini kanjeng, ini buat bekal hidup di Jipang Panolan.’)

Penangsang : “Ora isa mbadog yen kowe ora oleh pawehing Sultan Hadiwijaya?” (‘Tidak bisa makan jika kamu tidak dapat pemberian dari Sultan Hadiwijaya?’)

Soreng : “Nyuwun pangapunten kanjeng.” (‘Minta maaf kanjeng.’)

Penangsang : “Guwang-guwang! Apa ora isa mbadog kowe? Ora papa, ijeh sabar aku, nanging nalika semana tak utus nyidra Hadiwijaya, tak kanteni pusaka brongot setan kober. Saiki tak jaluk wangsul. Tak jaluk bali. Rana Rangkut!” (‘Buang-buang! Apa tidak bisa makan kamu?(diksi yang kasar) Tidak apa-apa, masih sabar aku, tapi ketika itu aku memerintah untuk membunuh Hadiwijaya, saya memberimu pusaka brongot setan kober. Sekarang saya minta untuk dikembalikan. Saya mau ambil. Rana Rangkut!’)

Data 1 termasuk penggambaran karakter Hadipati Haryo Penangsang sebagai sosok pemimpin yang pemarah. Dalam percakapan tersebut digambarkan sebagai karakter yang pemarah ketika prajurit diberi hadiah oleh Sultan Hadiwijaya. Permberian hadiah dari Sultan Hadiwijaya yang di terima oleh prajurit soreng memancing kemarahan Hadipati Haryo Penangsang dan menyebabkan prajurit soreng untuk membuang pemberian Sultan Hadiwijaya karena dengan pemberian tersebut, Haryo Penangsang merasa di remehkan. Haryo penangsang merasa di remehkan karena Sultan Hadiwijaya mampu memberi bekal kepada soreng selama dia hidup.

Page 9: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 4, No. 1, Juli 2021

42

Data 2

Soreng : “Nyuwun pangapunten kanjeng adipati. Bilih pusaka Brongot Setan Kober dipundhut ampil kanjeng Sultan Hadiwijaya kanjeng.” (‘Minta maaf kanjeng adipati. Bahwa pusaka brongot setan kober dipinjam oleh Sultan Hadiwijaya kanjeng.’)

Penangsang : “Piye? Piye?” (‘Bagaimana? Bagaimana?’)

Soreng : “Dipun ampil kanjeng sultan.” (‘Dipinjam kanjeng sultan.’)

Penangsang : “Pusaka piyandelku keri ing Pajang?” (Sinambi ngamuk soreng) (‘Pusaka andalanku tertinggal di Pajang?” (Sambil mendorong soreng)’)

(Nyenani soreng)

(Memarahi soreng)

Sunan Kudus : “Sabar, sabar, sabar.” (‘Sabar, sabar, sabar.’)

Penangsang : “Soreng kekalih badhe kula pateni.” (‘Kedua soreng akan saya bunuh.’)

Sunan Kudus : “Sabar, apa salah soreng?” (‘Sabar, apa salah soreng?’)

Penangsang : “Lepat soreng kekalih!” (‘Salah kedua soreng!’)

Sunan Kudus : “Kanggo sira luput, kanggo soreng bener, kanggo rama Jafar Shadiq bener.” (‘Buatmu itu salah, buat soreng benar, buat rama Jafar Shadiq benar.’)

Penangsang : “Lerese wonten pundi!” (‘Benarnya dimana!’)

Sunan Kudus : “Sebenere, sebenere soreng adepan karo Sultan Hadiwijaya, soreng ngadep Sultan Hadiwijaya kuwi ora tandinge. Kosik, tak takon, arah-arahane kepiye?” (‘Sebenarnya, sebenarnya soreng dihadapkan dengan Sultan Hadiwijaya, soreng menghadap Sultan Hadiwijaya itu bukan tandingnya. Sebentar, saya tanya, alurnya itu bagaimana?’)

Data 2 termasuk penggambaran karakter Hadipati Haryo Penangsang sebagai sosok pemimpin yang pemarah. Dalam percakapan tersebut digambarkan sebagai karakter yang pemarah ketika prajurit soreng diminta untuk membunuh Sultan Hadiwijaya namun pusaka yang dibawa soreng di pinjam oleh Sultan Hadiwijaya. Mendengar kabar itu Haryo Penangsang marah besar. Pusaka Brongot Setan Kober yang menjadi pusaka andalannya dan tidak pernah lepas dari tanggannya ketika di bawa soreng di minta oleh sultan Hadiwijaya. Kemarhan Haryo Penangsang tidak bisa dikendalikan sampai dia ingin membunuh prajurit soreng.

Data 3

Penangsang : “Wa mentaun! Soreng! Dherekna ingsun tumuju ing Pajang!” (‘Paman mentaun! Soreng! Ikuti aku menuju ke Pajang!’)

Sunan Kudus : “Sabar ngger, sabar! Haryo Penangsang sabar! (‘Sabar nak, sabar! Haryo Penangsang sabar!’)

Page 10: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

E-ISSN: 2715-9612

Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Dama di SMA

Kuswanti

43

Penangsang : “Kados pundi?” (‘Bagaimana?’)

Sunan Kudus : “Sing mbok agul-agulke kui apa?” (‘Yang kamu andalkan itu apa?’)

Penangsang : “Brongot Setan Kober!” (‘Brongot Setan Kober!”(nama pusaka)’)

Sunan Kudus : “Saiki endi? Saiki endi?” (‘Sekarang mana? Sekarang mana?’)

Penangsang : “Modar kowe! Modar kowe!” (ditujukakae marang prajurit soreng) (‘Mati kamu! Mati kamu!” (ditujukan kepada prajurit soreng)’)

Data 3 termasuk penggambaran karakter Hadipati Haryo Penangsang sebagai sosok pemimpin yang tidak sabaran. Dalam percakapan tersebut digambarkan sebagai karakter yang tidak sabaran karena ingin segera memberontak ke Kasultanan Pajang untuk membunuh Sultan Hadiwija. Ketika ditanya oleh Sunan Kudus, Haryo Penangsang lupa jika pusaka Brongot Setan Kober yang menjadi pusaka andalannya dan tidak pernah terlepas dari tangannya masih dipinjam oleh Sultan Hadiwija di Pajang. Teringat jika pusakanya tertinggal, Haryo Penangsang langsung memarahi prajurit soreng.

Data 4

Sunan Kudus : “Iki kira-kira sliramu tak adhepake ijen pada ijen klawan Hadiwijaya wani apa ora ngger?” (‘Ini kira-kira kamu saya hadapkan satu lawan satu dengan Hadiwijaya berani atau tidak nak?’)

Penangsang : “Pripun?” (‘Bagaimana?’)

Sunan Kudus : “Sliramu tak adhepake ijen pada ijen kalawan Hadiwijaya, kuwi wani apa ora?” (‘Kamu saya hadapkan satu lawan satu dengan Hadiwijaya, itu berani tidak?’)

Penangsang : “Hahahaha, napa malih Hadiwijaya setunggal, rangepa satus, mboten gigrik.” (‘Hahahaha, apa lagi Hadiwijaya satu, rangkap seratus, tidak takut.’)

Data 4 termasuk penggambaran karakter Hadipati Haryo Penangsang sebagai sosok yang takabur. Dalam percakapan tersebut digambarkan ketika Sunan Kudus bertanya kepada Hadipati Haryo Penangsang mengenai Sultan Hadiwijaya. Pertanyaan mengenai berani atau tidak jika dihadapkan oleh Sultan Hadiwijaya dan Hadipati Haryo Penangsang menjawab jika Hadipati Haryo Penangsang merasa bisa dan berani untuk melawan Sultan Hadiwijaya. Tidak hanya melawan Sultan Hadiwijaya satu, namun Haryo Penangsang juga tidak takut jika Sultan Hadiwija berjumlah seratus.

Data 5

Penangsang : “Jipang Panolan ayom-ayem tentrem, sedaya para nayaka mboten wonten ingkang kirang sandang pangan, awit Jipang Panolan ingkang jumeneng adipati Haryo Penangsang.”

Page 11: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 4, No. 1, Juli 2021

44

(‘Jipang Panolan tenteram, semua rakyat tidak ada yang kekurangan sandang pangan, karena Jipang Panolan yang memimpin adipati Haryo Penangsang.’)

Hadiwijaya : “Wis ana empere kakang, pancen leres anggenipun njenengan adipati kang apuhipun medeni, ya memper yen Kadipaten Jipang Panolan tentrem. Sakwangsulipun kakang, katamben punika ing Kasultanan Pajang katah pandum. Tegesipun katah maling, brandal, kecu, lan sapanunggalanipun ingkang mlebet utawi njarah rayah ing Kasultanan Pajang. Miderek aturipun para soreng, menika para durjana maling punika menawi dipunoyak mlajaripun sawetan kali. Lak ya ngono ta kakang.” (‘Sudah sepantasnya kakak, memang benar jika anda itu seorang adipati yang ditakuti, ya tidak heran jika Kadipaten Jipang Panolan tenteram. Kebalikannya kakak, terakhir ini di Kasultanan Pajang banyak kericuhan. Artinya banyak maling, brandal, begal, dan lain sebagainya yang masuk atau merajalela di Kasultanan Pajang. Menurut katanya anak soreng, itu penjahat maling itu kalau dikejar larinya ke timur sungai. Seperti itu kan kak.’)

Pemanahan : “Leres.” (‘Benar.’)

Data 5 termasuk penggambaran karakter Hadipati Haryo Penangsang sebagai sosok yang sombong. Dalam percakapan tersebut digambarkan ketika Sultan Hadiwijaya bertanya kepada Haryo Penangsang mengenai keadaan di Kadipaten Jipang Panolan dan Haryo Penangsang menyombongkan bahwa dirinya mampu memerintah rakyatnya dengan baik. Begitu pula dengan Sultan Hadiwijaya yang merendah yang di buktikan dengan memuji kepemerintahannya Haryo Penangsang. Haryo Penangsang mampu menghidupi rakyatnya sehingga tidak ada rakyat yang kekurangan sandang maupun pangan di Kadipaten Jipang Panolan.

Data 6

Penangsang : “Dados, ing Pajang punika katah brandal, kecu, sakpiturute awit sinten sing jumeneng ing Kasultanan Pajang? Karebet, Jaka Tingkir, kang manggonipun ing Tingkir katelah Jaka Tingkir!” (‘Jadi, di Pajang itu banyak brandal, begal, dan sebagainya karera siapa yang jadi pemimpin di Kasultanan Pajang? Karebet, Jaka tingkir, yang bertempat di Tingkir yang disebut Jaka Tingkir!’)

Hadiwijaya : “Nggih leres.” (‘Ya, benar.’)

Penangsang : “Sapa Jaka Tingkir? Anake Ki Kebo Kenanga. Iya apa ora?” (‘Siapa Jaka Tingkir? Anaknya Ki Kebo Kenanga. Iya apa tidak?’)

Hadiwijaya : “Nggih enggih.” (‘Ya Iya.’)

Penangsang : “Ki Kebo Kenanga niku sinten? Saben dina nuruti lakuning luku, minggul, macul.” (‘Ki Kebo Kenanga itu siapa? Setiap hari menurut jalannya waktu, kuli panggul, buruh cangkul.’)

Hadiwijaya : “Leres kangmas ngendikanipun panjenengan, bilih kula punika among jejere bocah saking Tingkir, anake Ki Kebo Kenanga bocah saking desa, bebasan ora ngerti tata praja, nanging kula lenggah dumados

Page 12: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

E-ISSN: 2715-9612

Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Dama di SMA

Kuswanti

45

sultan punika boten saking kajeng kula, nanging dipunsengkuyung kaliyan nayaka praja lan para wali.” (‘Benar kakak apa yang dibicarakan anda, jika saya ini hanya sebatas anak dari Tingkir, anaknya Ki Kebo Kenanga anak dari desa, bagaikan tidak tau tata negara, tapi saya duduk menjadi sultan ini tidak dari kehendak saya, tapi didukung oleh rakyat dan para wali.’)

Penangsang : “La menika lupute para wali!” (‘La itu salahnya para wali!’)

Data 6 termasuk penggambaran karakter Hadipati Haryo Penangsang sebagai sosok yang merendahkan orang lain. Dalam percakapan tersebut digambarkan bahwa Haryo Penangsang merendahkan Sultan Hadiwijaya karena beliau bukan keturunan bangsawan. Haryo Penangsang meremehkan jika Sultan Hadiwijaya hanya pemuda desa, anaknya orang desa yang bekerja sebagai kuli panggul, tidak mengetahui perihal tata negara. Beda dengan keadaan Hadipati Haryo Penangsang yang memang keturunan bangsawan dan hidup bergelimang harta.

Data 7

Sunan Kudus : “Ya kuwi ngger, njenengan kang cubluk. Ora tanggap ing sasmita.” (‘Ya itu nak, kamu yang bodoh. Tidak tanggap dengan pertanda.’)

Penangsang : “Menapa?” (’ Mengapa?’)

Sunan Kudus : “Pun bapa wis nyepeng astane Hadiwijaya. Sasmitane apa?” (‘Bapak sudah memegang tangannya Hadiwijaya. Tandanya apa?’)

Penangsang : “Lombok pedes, uyah asin!” (‘Cabai pedas, garam asin!’)

Sunan Kudus : “Bapa lak wis omong. Tanggap ing sasmita.” (‘Bapak kan sudah bilang. Tanggap dengan pertanda.’)

Penangsang : “Kula sampun tanggap ing sasmita!” (‘Saya sudah tanggap dengan pertanda!’)

Sunan Kudus : “Ngapa pusakamu ora sarungke?” (’ Kenapa pusakamu tidak kau masukkan?’)

Penangsang : “Sampun kula sarungke!” (‘Sudah saya masukkan!’)

Sunan Kudus : “Ing jajane Hadiwijaya!” (‘Di dadanya Hadiwijaya!’)

Penangsang : “Aduh, Mentaun!” (‘Aduh, Mentaun!’)

Mentaun : “Inggih.” (‘Iya.’)

Penangsang : “Kowe ora elik-elik!” (‘Kamu tidak mengingatkan!’)

Mentaun : “Nyuwun pangapunten.” (‘Minta maaf.’)

Penangsang : “Jane mau uwis tak bles! Mati Hadiwijaya, aku lak dadi sultan ngono.” (‘Sebenarnya tadi sudah aku tusuk bles! Meninggal Hadiwijaya, kan aku menjadi sultan begitu.’)

Page 13: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 4, No. 1, Juli 2021

46

Mentaun : “Kanjeng sunan lak sampun ngendika kaliyan panjenengan. Panjenengan diaturi tanggap ing sasmita kanjeng.” (‘Kanjeng sunan kan sudang bilang dengan anda. Anda diminta tanggap dengan pertanda kanjeng.’)

Data 7 termasuk penggambaran karakter Hadipati Haryo Penangsang sebagai sosok yang lalai. Dalam percakapan tersebut digambarkan ketika Sunan Kudus telah memegang tangannya Haryo Penangsang dan Sultan Hadiwijaya. Sultan Hadiwijaya telah berpesan kepada Haryo Penangsang untuk tanggap dalam suatu pertanda. Pertanda yang diberikan oleh Sunan Kudus dilalikan oleh Haryo penangsang karena pertanda ketika Sunan Kudus memegang tangan Sultan Hadiwijaya itu agar Haryo Penangsang dapat langsung menikam Sultan Hadiwijaya. Kelalaian Haryo Penangsang adalah tidak menikam Sultan Hadiwijaya, melainkan pusakanya di masukkan kedalam rangka pusaka.

Data 8

Sunan Kudus : “La bapa bakal ngendika marang sliramu. Bun bapa arep ngerti sapa sing lungguh ing lungguhane bapa iku bakal asor yudane. Iki sapa sing njagong kene? Sing lungguh kursine bapa sapa?” (‘La bapak ingin bicara pada mu. Bapak ingin tahu siapa yang duduk di tempat duduknya bapak akan rendah kekuatannya. Ini siapa yang duduk di sini? Yang duduk di kursi bapak siapa?’)

Penangsang : “Kula!” (‘Saya!’)

Sunan Kudus : “Sing lungguh ing kursine bapa sapa?” (‘Yang duduk di kursi bapak siapa?’)

Penangsang : “Kula!” (‘Saya!’)

Sunan Kudus : “Pun bapa lak ngendika, sapa sing nglungguhi kursi palengahane bapa bakal asor yudane.” (‘Bapak kan sudah bilang, barang siapa yang duduk di tempat duduk bapak akan rendah kekuatannya.’)

Penangsang : “Aduh, nyuwun pangapunten. Kula rama Jafar Shadiq. Peangsang ingkang lepat.” (‘Aduh, Minta maaf. Saya bapak Jafar Shadiq. Penangsang yang salah.’)

Data 8 termasuk penggambaran karakter Hadipati Haryo Penangsang sebagai sosok yang ceroboh dan teledor. Dalam percakapan tersebut digambarkan ketika Sunan Kudus bertanya kepada Haryo Penangsang mengenai siapa yang menduduki kursi milik Sunan Kudus. Haryo Peangsang menjawab jika yang menduduki kursi Sunan Kudus adalah dirinya sendiri. Haryo Penangsang masih ngotot ketika ditanya oleh Sunan Kudus. Setelah beberapa waktu kemudian, Haryo Penangsang menyadari bahwa ia telah mendudukinya dan mengetahui jika kursi tersebut telah di pasang mantra oleh Sunan Kudus. Haryo Penangsang meminta maaf karena ia telah lalai.

Page 14: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

E-ISSN: 2715-9612

Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Dama di SMA

Kuswanti

47

2. Watak Prameswari

Prameswari merupakan istri dari Hadipati Haryo Penangsang. Prameswari mempunyai watak yang kalem dan sosok istri penurut. Parasnya yang cantik dan tutur kata yang lembut menjadi ciri khas tersendiri dari Prameswari.

Data 9

Penangsang : “Hahahahaha, Nyai Prameswari.” (‘Hahahahaha, Nyai Prameswari’)

Prameswari : “Inggih kula kang mas.” (‘Iya saya kang mas.’)

Penangsang : “Tak keparengke lungguh luwih dhisik.” (‘Saya persilahkan duduk terlebuh dahulu.’)

Prameswari : “Ngestaaken dhawuh kang mas.” (‘Siap laksanakan kang mas.’)

Data 9 termasuk penggambaran karakter Prameswari sebagai sosok istri yang penurut dengan suaminya. Prameswari melaksanakan perintah yang diberikan oleh Hadipati Haryo Penangsang untuk melaksanakan duduk terlebih dahulu.

Data 10

Penangsang :“Garwanupun kakang Nyai Prameswari.” (‘Isteriku Nyai Prameswari.’)

Prameswari : “Inggih kula kang mas.” (‘Iya saya kang mas.’)

Penangsang : “Prayogakna anggonmu lungguh. Ingsun bakal pangandikan klawan Rangga Mentaun lan kabehing para prajurit ing Jipang Panolan.” (‘Saya persilakan duduk. Saya akan berbicara dengan Mentaun serta semua prajurit di Jipang Panolan.’)

Prameswari : “Ngestaaken dhawuh kang mas.” (‘Siap laksanakan kang mas’)

Data 10 termasuk penggambaran karakter Prameswari sebagai sosok istri yang penurut dan lemah lembut dengan suaminya. Prameswari melaksanakan perintah yang diberikan oleh Hadipati Haryo Penangsang untuk duduk terlebih dahulu.

Data 11

Penangsang : “Prameswari.” (‘Prameswari.’)

Prameswari : “Kula kang mas.” (‘Saya kang mas’)

Penangsang : “Nderekake kakang tumuju ing taman kaputren.” (‘Ikuti aku menuju ke taman kaputren.’)

Prameswari : “Ngestaaken dhawuh kang mas.” (‘Iya kang mas.’)

Page 15: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 4, No. 1, Juli 2021

48

Data 11 termasuk penggambaran karakter Prameswari sebagai sosok istri yang patuh dengan suaminya. Dalam percakapan tersebut Prameswari melaksanakan perintah yang diberikan oleh Hadipati Haryo Penangsang untuk mengikuti ke taman kaputren.

3. Watak Soreng

Soreng merupakan prajurit dari Jipang Panolan di bawah pimpinan Hadipati Haryo Penangsang. Soreng mempunyai watak tegas, pemberani serta patuh terhadap perintah sang Hadipati Haryo Penangsang. Soreng mempunyai perawakan gagah, wajah garang, kumis tebal, dan tingkah laku yang tegas menjadi ciri khas prajurit Hadipati Haryo Penangsang.

Data 12

Penangsang : “Soreng Rana dan Soreng Pati!” (‘Soreng Rana dan Soreng Pati!’)

Soreng : “Inggih kanjeng hadipati.” (‘Iya kanjeng hadipati.’)

Penangsang : “Sira tak keparengke rada maju anggonmu sowan.” (‘Kamu saya persilakan agak maju untuk menghadapku.’)

Soreng : “Inggih kanjeng.” (‘Iya kanjeng’)

Penangsang : “Soreng Ewuh, ayo!” (‘Soreng Ewuh, ayo!’)

(mlaku dodok nyepaki Hadipati Haryo Penangsang)

(berjalan jongkok mendekati Hadipati Haryo Penangsang)

Soreng : “Ngestaaken dhawuh.” (‘Siap laksanakan.’)

Data 12 termasuk penggambaran karakter soreng sebagai sosok prajurit yang patuh dengan pemimpinnya. Dalam percakapan tersebut soreng selalu melaksanakan perintah yang diberikan oleh Hadipati Haryo Penangsang yaitu untuk duduk lebih dekat dengan Hadipati haryo Penangsang.

Data 13

Penangsang : “Sakwise sliramu tak sraya supaya mlebu ana ing tilam pagulingane Sultan Hadiwijaya, wis klakon apa hurung he!” (‘Setelah kamu saya suruh untuk masuk ke kamar Sultan Hadiwijaya, sudah tercapai apa belum he!’)

Soreng : “Kelampahan kanjeng adipati.” (‘Tercapai kanjeng adipati.’)

Penangsang : “Wis klakon? Ha ha ha ha.”(‘ Sudah tercapai? Ha ha ha ha.‘)

Data 13 menggambarkan sosok prajurit soreng yang patuh terhadap perintah. Dalam percakapan tersebut dibuktikan bahwa Hadipati Haryo penangsang menyuruh soreng untuk pergi ke Pajang dengan maksud untuk membunuh Sultan Hadiwijaya. Prajurit soreng telah melaksanakan perintah untuk pergi ke Kasultanan Pajang dan telah berhasil masuk ke kamar Sultan Hadiwijaya.

Page 16: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

E-ISSN: 2715-9612

Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Dama di SMA

Kuswanti

49

Data 14

Soreng : “Nanging dumadakan wonten ingkang aneh kanjeng adipati.” (‘Tapi mendadak ada yang aneh kanjeng adipati.”’)

Penangsang : “Aneh piye? Aja-aja kowe wedi he!” (‘Aneh bagaimana? Jangan-jangan kamu takut he!”’)

Soreng : “Mboten kanjeng adipati. Sanajan Kasultanan Pajang katah prajurit, nanging kula dalah kakang kula mboten nate ajrih.”(‘ Tidak kanjeng adipati. Walaupun Kasultanan Pajang banyak prajurit, tetapi saya dan kakak saya tidak pernah takut.’)

Penangsang : “Bagus, ha ha ha.” (‘Bagus, ha ha ha.’)

Data 14 menggambarkan bahwa prajurit soreng merupakan sosok prajurit yang pemberani. Dalam percakapan tersebut dijelaskan bahwa di Kasultanan Pajang banyak prajurit dan soreng mempunyai rasa sangat loyat kepada pemimpin, sehingga tidak pernah mempunyai rasa takut

Data 15

Soreng : “Salajenge kula kaliyan kakang kula ndamel cara kanjeng.” (‘Selanjutnya saya dan kakak saya membuat cara kanjeng.’)

Penangsang : “Kepiye?” (‘Bagaimana?’)

Soreng : “Awit para prajurit mtiku ing salebeting pendapa Kasultanan Pajang katah prajurit kang njagani kanjeng.” (‘Karena para prajurit di dalam pendapa Kasultanan Pajang banyak prajurit yang menjaga kanjeng.’)

Penangsang : “Ya.” (‘Ya’)

Soreng : “Awit kula ndamel cara, ndamel ontran-ontran ing sajroning beteng supados saget mlebet ing Kasultanan Pajang.” (‘Karena itu saya membuat cara membuat kerusuhan di dalam beteng supaya bisa masuk di Kasultanan Pajang.’)

Penangsang : “Hahahaha, pinter kowe. Pinter kabeh para soreng.” (‘Hahahaha, pintar kamu. Pintar semua para soreng.’)

Mentaun : “Inggih.” (‘Iya.’)

Data 15 menggambarkan bahwa prajurit soreng merupakan sosok prajurit yang cerdik. Dalam percakapan tersebut dijelaskan bahwa ketika soreng diminta untuk masuk Ke Kasultanan pajang soreng mampu membuat rencara dengan cara membuat kerusuhan untuk mengelabui prajurit dari Kasultanan Pajang untuk bisa masuk ke kamar Sultan Hadiwijaya.

Data 16

Page 17: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 4, No. 1, Juli 2021

50

Soreng : “Leres ngendikanipun adhi kula Soreng Rana. Adhi kula Soreng Rana damel derdah ing sajroning beteng, kula saget mlebet asesingitan wonten ing kantil pagulinganipun kanjeng Sultan Hadiwijaya?” (‘Benar kata adik saya Soreng Rana. Adik saya membuat kerusuhan di dalam beteng, saya bisa masuk menyusup di kamar kanjeng Sultan Hadiwijaya.’)

Penangsang : “Dadi kowe kalakon mlebu ana ing tilam pagulingane Sultan Hadiwijaya?” (‘Jadi kamu tercapai masuk di kamar Sultan Hadiwijaya?’)

Soreng : “Inggih kanjeng.” (‘Iya kanjeng.’)

Penangsang : “Sabanjure?” (‘Sabanjure’)

Soreng : “Salajengipun kula bedah mbetet mori wonten ing tilam pagulinganipun Sultan Hadiwijaya.” (‘Selanjutnya saya membuka tirai di kamar Sultan Hadiwijaya’)

Penangsang : “Bagus.” (‘Bagus.’)

Soreng : “Selak kula mboten sronto semerep kanjeng Sultan Hadiwijaya sare, lajeng kula mbeta brongot setan kober.” (‘Semakin saya tidak sabar melihat Sultan Hadiwijaya tertidur, lalu saya membawa brongot setan kober.’)

Penangsang : “Bagus.” (‘Bagus.”’)

Soreng : “Kula tamaaken wonten jajaning Sultan Hadiwijaya. Jles!” (‘Saya tikamkan di dadanya Sultan Hadiwijaya. Jles!‘)

Penangsang : “Mati Hadiwijaya!” (‘Meninggal Hadiwijaya!’)

Soreng : “Dingapunten kanjeng, dereng.” (‘Maaf kanjeng, belum.’)

Data 16 menggambarkan prajurit soreng merupakan prajurit yang pemberani. Dalam percakapan tersebut dibuktikan bahwa prajurit soreng mampu masuk ke kamar Sultan Hadiwijaya. Ketika telah sampai di kamar Sultan Hadiwijaya, soreng tidak sabar untuk menikamkan pusaka Haryo Penangsang ke badan Sultan Hadiwijaya. Ketika soreng menikamkan pusakanya ke badan Sultan Hadiwijaya, pusaka tersebut tidak mampu membunuh Sultan Hadiwijaya. Sultan Hadiwijaya tidak dapat dibunuh oleh pusaka milik Haryo Penangsang karena memang Sultan Hadiwijaya seorang sultan dan yang mengasuh Sultan Hadiwijaya tidak hanya satu, melainkan empat.

Page 18: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

E-ISSN: 2715-9612

Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Dama di SMA

Kuswanti

51

4. Watak Rangga Mentaun

Rangga Mentaun adalah seorang patih yang mengasuh pemimpin dari Jipang Panolan. Sejak Pangeran Surya Wiyata ayah dari Hadipati Haryo Penangsang, Rangga Mentaunlah yang mengasuh dan mendidiknya. Rangga Mentaun mempunyai karakter yang penurut pada perintah sang adipati serta memiliki karakter penyabar. Walaupun kondisi Rangga Mentaun telah tua, pikun, dan berjalanpun di bantu dengan tongkat, Rangga Mentaun tetap setia mendampingi Hatipati Haryo Penangsang.

Data 17

Penangsang : “Mbenjing nyarengi pleteking srengenge, ampun ngantos Hadiwijaya rumiyin, nangging sanajana mboten wekdal ing peperangan, kula badhe nyuwun presa. Para prajurit anggenipun sami gladhi peperangan. Ampun ngisin-isinke!” (‘Besok bersamaan dengan terbitnya matahari, jangan sampai Hadiwijaya duluan, tapi walaupun waktu ini bukan waktu perang, saya mau lihat. Para prajurit latihan perang. Jangan memalukan!’)

Mentaun : “Ngestaaken dhawuh kanjeng. He para soreng!” (‘Baik kanjeng. Hay para soreng!’)

Soreng : “Nggih.” (‘Ya’)

Data 17 menggambarkan Rangga Mentaun merupakan seorang pengasuh yang penurut. Dalam percakapan tersebut di buktikan bahwa Rangga Mentaun selalu melaksanakan perintah untuk melatih para soreng yang di berikan oleh Haryo Penangsang

Data 18

Penangsang : “Nak matur ki sing ceta!” (‘Kalau bicara itu yang benar!’)

Mentaun : “Nggih, nyuwun pangapunten.” (‘Iya, minta maaf.’)

Penangsang : “Ora ngisin-isinke aku!” (‘Jangan memalukan aku!’)

Mentaun : “Kula niki sampun sepah.” (‘Saya ini sudah tua.’)

Penangsang : “Sampun pikun!” (‘Sudah pikun!’)

Mentaun : “Nyuwun pangapunten.” (‘Minta maaf.’)

Data 18 menggambarkan Rangga Mentaun merupakan seorang pengasuh yang penurut dan penyabar. Dalam percakapan tersebut dibuktikan bahwa Rangga Mentaun selalu melaksanakan perintah yang diberikan oleh Haryo Penangsang dan selalu sabar menghadapi ucapan dan bentakan seperti diminta kalau berbicara itu yang jelas dan ucapan yang dilontarkan oleh Haryo Penangsang.

5. Watak Sunan Kudus

Page 19: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 4, No. 1, Juli 2021

52

Sunan Kudus atau Jafar Shadiq merupakan salah satu sunan yang berada di Demak Bintoro. Sunan Kudus merupakan guru bagi para pemimpin di wilayah Demak Bintoro. Sunan Kudus mempunyai perawakan yang tua dengan jubah sebagai pakian utamanya. Sebagai guru, Sunan Kudus lebih berpihak pada Hadipati Haryo Penangsang dari pada Sultan Hadiwijaya. Hadipati Haryo Penangsang sudah di anggap sebagai anaknya, apapun yang bisa memuliakan Haryo Penangsang akan dilakukannya. Sunan Kudus memiliki karakter yang penyabar, penasehat, namun mempunyai karakter kelicikan dan pilih kasih.

Data 19

Sunan Kudus : “Bocah soreng, kepiye?” (‘Anak soreng, bagaimana?’)

Soreng : “Inggih kanjeng sunan, kala kapengker kanjeng hadipati Haryo Penangsang utus dumateng kula lan adhi kula tindak wonten ing Pajang, kapurih nyidra yuswanipyn Sultan Hadiwijaya.” (‘Iya kanjeng sunan, waktu itu kanjeng adipati Haryo Penangsang menyuruh saya dan adik saya pergi ke Pajang, untuk membunuh Sultan Hadiwijaya.’)

Sunan Kudus : “Ya bener.” (‘Ya bener.’)

Soreng : “Nanging, kula kaliyan adhi kula sampun wonten ing Pajang. Malah kula sampun saget mlebet kantil pagulinganipun Sultan Hadiwijaya. Nanging kula sampun beta gaman, langsung kula tamaaken wonten jajaning Sultan Hadiwijaya, nanging mboten tumama kanjeng.” (‘Tapi saya dan adik saya sudah berada di Pajang. Malah saya sudah dapat masuk di kamar Sultan Hadiwijaya. Tapi saya sudah membawa pusaka langsung saya lampiaskan ke dada Sultan Hadiwijaya, tapi tidak mempan kanjeng.’)

Sunan Kudus : “Ora apa-apa, awit kowe mung soreng, Sultan Hadiwijaya kuwi sultan kang jumeneng ing Kasultanan Pajang. Kang digdaya ora ana tandinge, sakti mandraguna, ora ana tandinge, sing momong ora mung siji, kapara malah papat.” (‘Tidak apa-apa, sebab kamu hanya soreng, Sultan Hadiwijaya out sultan yang berkedudukan di Kasultanan Pajang. Yang digdaya taka da tandingnya, sakti mandraguna, tidak ada tandingnya, yang mengasuh saya tidak hanya satu, melainkan empat.’)

Data 19 menggambarkan Sunan Kudus merupakan sosok yang mempunyai karakter penasihat. Dalam percakapan tersebut dibuktikan dengan Sunan Kudus memberi nasihat kepada soreng dan Haryo Penangsang. Sunan Kudus memberi nasihat jika prajurit soreng tidak bisa membunuh Sultan Hadiwijaya itu sudah sewajarnya, karena prajurit soreng lawan yang seimbang untuk Sultan Hadiwijaya. Sultan Hadiwijaya bukan lawan yang tepat untuk prajurit soreng, karena pengasuhnya Sultan Hadiwijaya tidak hanya satu, melainkan empat.

Data 20

Sunan Kudus : “ Samengkone saperlu anggone tak rajah, pun sapa wae sing nglungguhi kursinipun bapa bakal asor yudhane, mengkono ngger.” (‘Nantinya perlunya dikasih mantra, siapa saja yang menduduki kursi bapak bakal rendah kekuatannya, seperti itu nak .’)

Page 20: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

E-ISSN: 2715-9612

Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Dama di SMA

Kuswanti

53

Penangsang : “Lajeng?” (‘Kemudian?’)

Sunan Kudus : “Laiki ngene, mumpung Sultan Hadiwijaya durung rawuh ana Panti Kudus, kursinipun bapa tak rajah.” (‘La ini begini, mumpung Sultan Hadiwijaya belum dating di Panti Kudus, kursi bapak saya beri mantra.’)

Penangsang : “Inggih, sumangga.” (‘Iya, silakan.’)

Data 20 menggambarkan Sunan Kudus merupakan sosok yang mempunyai karakter licik dan pilih kasih. Dalam percakapan tersebut di buktikan dengan Sunan Kudus memasang mantra pada kursi yang akan diduduki Sultan Hadiwijaya. Mantra tersebut diperuntukkan untuk Sultan Hadiwijaya supaya kekuatannya melemah dan dapat di bunuh oleh Haryo penangsang. Sunan Kudus merupakan guru dari Hadipati Haryo Penangsang dan Sultan Hadiwijaya. Keduanya sama-sama murid dari Sunan Kudus, namun dalam perjalanan Sunan Kudus lebih berpihak kepada Haryo Penangsang. Semua cara akan dilakukan oleh Sunan Kudus untuk kemuliaan Haryo Penangsang.

6. Watak Sultan Hadiwijaya

Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir merupakan seorang pemimpin di Kasultanan Pajang. Sultan Hadiwijaya merupakan sosok pemimpin dengan perawakan gagah dengan tutur kata yang lembut ini menggambarkan Sultan Hadiwijaya sebagai pemimpin yang bijaksana, penyabar, dan tidak sombong. Sultan Hadiwijaya di angkat menjadi sultan oleh para wali. Sejak kecil Jaka Tingkir telah terbiasa hidup susah karena memang dirinya terlahir dari keluarga yang biasa dan bukan keturunan bangsawan, namun kegigihan dan ketekunan serta ia mampu mengemban amanah rakyat yang menjadikan ia di angkat menjadi seorang sultan.

Data 21

Soreng : “Nyuwun pangapunten, leres ingkang dipun ngendikaaken adhi kula Soreng Rana.” (‘Minta maaf, benar apa yang telah dibicarakan adik saya Soreng Rana.’)

Penangsang : “Ya.” (’ Ya.’)

Soreng : “Malah kalawau kula mboten kapidana, mboten dilebetake pakunjaran, malah kula kaliyan adhi kula dipunparingi bebana kanjeng. Menika bebananipun kanjeng (sunambi meruhake barang kang digawa) (‘Malah tadi saya tidak di hokum, tidak dimasukkan dalam penjara, malah saya dan adik saya diberi hadiah kanjeng. Ini hadiahnya kanjeng. (sambal memperlihatkan hadiah)’)

Penangsang : “Piye? Piye?” (‘Bagaimana? Bagaimana?’)

Soreng : “Menika kanjeng, niki damel sangu urip ing Jipang Panolan kanjeng.” (‘Ini kanjeng, ini buat bekal hidup di Jipang Panolan.’)

Data 21 menggambarkan Sultan Hadiwijaya yang dermawan dan bijaksana. Dalam percakapan tersebut dibuktikan dengan pernyataan prajurit

Page 21: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 4, No. 1, Juli 2021

54

soreng yang akan membunuh dan tertangkap. Prajurit tersebut oleh Sultan Hadiwijaya tidak dihukum dan dimasukkan penjara, melainkan diberi hadiah untuk bekal selama hidup. Pemberian hadiah kepada soreng merupakan bentuk kepedulian Sultan Hadiwijaya kepada soreng.

Data 22

Hadiwijaya : “Uwis, mengko kang mas ndak nesu.” (‘Sudah, nanti kang mas marah.’)

Pemanahan : “Pancen niku kulinane ngoten niku.” (‘Memang itu terbiasa seperti itu.’)

Data 22 menggambarkan Sultan Hadiwijaya merupakan sosok yang penyabar. Dalam percakapannya dengan Pemanahan tersebut dibuktikan dengan perilakunya terhadap Pemanahan yang tidak terima dengan perilaku Haryo Penangsang, tetapi Sultan Hadiwijaya tetap sabar dengan perilaku Haryo Penangsang.

Data 23

Hadiwijaya : “Nyuwun pangapunten kanjeng sunan, sak untawis saestu anggenipun kula sowan, sauntawis gegojegan. Kula amung ngladosi kanjeng adipati, mbok menawi sampung kapang lajeng gegojegan.” (‘Minta maaf kanjeng sunan, sesaat kedatangan saya, sebentar bercanda. Saya hanya melayani kanjeng adipati, karena sudah kangen jadi bercanda ‘)

Sunan Kudus : “Ora apa-apa. Jane luput bapa, sakjane sing ngacarani rawuhipun sultan iku bapa, nanging tak pasrahke marang jebeng Penangsang. La sakniki ngeten kanjeng, bapa ngaturi kanjeng sultan rawuh ing padepokan Jafar Shadiq. Bapa nyuwun ngapunten, kados bapa pun babar ngilmu kaslametan ing Kasultanan Pajang. Nanging saiki wektune ora becik, mbesuk yen lodhang bapa ngaturi marang kanjeng sultan ngaturi rawuh ing Panti Kudus. Wektu iki tak batalke anggone babar ngilmu.” (‘Tidak apa-apa. Sebenarnya salah bapak, sebenarnya yang mengacarai kedatangan sultan itu bapak, tapi saya serahkan ke Penangsang. La sekarang begini kanjeng, bapak memerintah kanjeng sultan datang ke padepokan Jafar Shadiq. Bapak minta maaf, seperti bapak ingin memberi ilmu keselamatan di Kasultanan Pajang. Tapi sekarang waktunya tidak baik, besok jika ada waktu luang bapak memerintah kanjeng sultan datang di Panti Kudus. Waktu ini saya batalkan untuk pemberian ilmu .’)

Data 23 menggambarkan Sultan Hadiwijaya merupakan sosok yang penyabar. Dalam percakapan tersebut dibuktikan dengan perilakunya ketika adu pusaka degan Haryo Penangsang di Panti Kudus. Sultan Hadiwijaya tetap sabar dan bahkan ia meminta maaf kepada Sunan Kudus atas perilakunya yang menimbulkan sedikit kericuhan dengan Haryo Penangsang.

Data 24

Penangsang : “Dados, ing Pajang punika katah brandal, kecu, sakpiturute awit sinten sing jumeneng ing Kasultanan Pajang? Karebet, Jaka Tingkir, kang manggonipun ing Tingkir katelah Jaka Tingkir!” (‘Jadi, di Pajang itu

Page 22: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

E-ISSN: 2715-9612

Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Dama di SMA

Kuswanti

55

banyak brandal, begal, dan sebagainya karera siapa yang jadi pemimpin di Kasultanan Pajang? Karebet, Jaka tingkir, yang bertempat di Tingkir yang disebut Jaka Tingkir!’)

Hadiwijaya : “Nggih leres.” (‘Ya, benar.’)

Penangsang : “Sapa Jaka Tingkir? Anake Ki Kebo Kenanga. Iya apa ora?”(‘ Siapa Jaka Tingkir? Anaknya Ki Kebo Kenanga. Iya apa tidak?’)

Hadiwijaya : “Nggih enggih.” (‘Ya Iya.’)

Penangsang : “Ki Kebo Kenanga niku sinten? Saben dina nuruti lakuning luku, minggul, macul.” (‘Ki Kebo Kenanga itu siapa? Setiap hari menurut jalannya waktu, kuli panggul, buruh cangkul.’)

Hadiwijaya : “Leres kangmas ngendikanipun panjenengan, bilih kula punika among jejere bocah saking Tingkir, anake Ki Kebo Kenanga bocah saking desa, bebasan ora ngerti tata praja, nanging kula lenggah dumados sultan punika boten saking kajeng kula, nanging dipunsengkuyung kaliyan nayaka praja lan para wali.” (‘Benar kakak apa yang dibicarakan anda, jika saya ini hanya sebatas anak dari Tingkir, anaknya Ki Kebo Kenanga anak dari desa, bagaikan tidak tau tata negara, tapi saya duduk menjadi sultan ini tidak dari kehendak saya, tapi didukung oleh rakyat dan para wali.’)

Penangsang : “La menika lupute para wali!” (‘La itu salahnya para wali!’)

Data 24 menggambarkan Sultan Hadiwijaya merupakan sosok yang penyabar. Dalam percakapan tersebut dibuktikan dengan perilakunya ketika Haryo Penangsang merendahkan dirinya dengan mengatakan bahwa Sultan Hadiwijaya merupakan sosok pemuda dari desa, hanya anaknya Ki Kebo Kenanga, dan bukan keturunan bangsawan. Perilaku Haryo Penangsang kepada Sultan Hadiwijaya tersebut tidak membuat Sultan Hadiwijaya marah.

7. Watak Pemanahan

Pemanahan merupakan seorang abdi di Kasultanan Pajang. Kemanapun Sultan Hadiwijaya pergi, maka Pemanahan selalu mendampingi. Pemanahan merupakan sosok abdi yang sangat patuh kepada Sultan Hadiwijaya, dengan perawakan yang gagah dan tutur bicara yang tegas menggambarkan bahwa Pemanahan merupakan abdi yang mempunyai karakter penasihat bagi Sultan Hadiwijaya.

Data 25

Pemanahan : “Badhe tindak pundi?” (sambi nggoceki tangan Sultan Hadiwijaya) (‘Mau pergi kemana?”(Sambil memegang tangan Sultan Hadiwijaya)’)

Hadiwijaya : “Aku diaturi lungguh ana kursi kuwi.” (‘Saya diminta duduk di kursi itu.’)

Pemanahan : “Nuwunsewu, saenipun lungguh wonten mriki.” (‘Maaf, baiknya duduk disini.’)

Page 23: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 4, No. 1, Juli 2021

56

Hadiwijaya : “Aku lungguh ana kene.” (‘Saya duduk disini.’)

Pemanahan : “Nuwunsewu sultan.” (‘Maaf sultan.’)

Hadiwijaya : “Apa kakang? Iki dhawuhe rama Jafar Shadiq.” (‘Apa kakak? Ini perintahnya bapak Jafar Shadiq.’)

Pemanahan : “Napa malih wonten pramugarinipun. Menawi sultan lan adipati menika menawi wonten kraton, nanging wonten papan mriki lak anamung murid lan murid. Malih-malih kita anamung tamu. Saenipun lenggah wonten mriki.” (‘Apa lagi ada pramugarinya. Kalua sultan dan adipati itu kalau di kraton, tapi di tempat ini .itu adanya hanya murid dan murid. Lagi-lagi kita hanya tamu. Baiknya duduk disini.’)

Data 25 menggambarkan Pemanahan merupakan sosok yang peduli terhadap Sultan Hadiwijaya. Dalam percakapan tersebut dibuktikan dengan perilakunya terhadap Sultan Hadiwijaya ketika ingin menduduki kursi yang telah di pasang mantra oleh Sunan Kudus. Pemanahan melarang Sultan Hadiwijaya duduk dikursi tersebut juga dengan alasan bahwa seorang tamu tidak boleh duduk di sebelah kanan.

Data 26

Penangsang : “Kepiye Pemanahan?” (‘Bagaimana Pemanahan?’)

Pemanahan : “Menawi nyenggol asmanipun wali kok kula mboten sekeca.” (‘Kalau menyenggol nama wali kok saya keberatan.’)

Penangsang : “Ngapa ora kepenak?” (‘Mengapa keberatan?’)

Pemanahan : “Wali-wali menika milih ratu utawi pemimpin kados sultan menika leres, nuwunsewu, awit kanjeng sultan punika wiwit alit rekasa, menawi dados ratu saget mengo kawontenan kawulane. Tegesupun, saget mengemban amanat penderitaan rakyat, amargi wiwit alit rekaos, ning benten lo niki.” (‘Wali-wali itu memilih ratu atau pemimpin seperti sultan ini benar, maaf, karena kanjeng sultan itu dari kecil sudah susah, kalau jadi ratu bisa menengok keasaan rakyatnya. Artinya, bisa menegmban amanat penderitaan rakyat, karena dari kecil sudah susah, tapi beda lo ini.’)

Penangsang : “Bedane kepiye?” (‘Bedanya bagiman?’)

Pemanahan : “Amit nuwunsewu, ning boten sedaya, bilih ingkang dados ratu punika awit brol ceprol pun kagungan bandha arta, napa-napa pun kecukupan, weruh kawulane boten saget napa-napa. Paling-paling namung mikirke awake dewe.” (‘Maaf, tapi tidak semua, jika yang menjadi ratu itu dari lahir sudah mempunyai harta benda, apa-apa serba kecukupan, melihat rakyatnya tidak bisa apa-apa. Paling-paling hanya memikirkan dirinya sendiri.’)

Penangsang : “He! Bisa mingkem pora he!” (‘He! Bisa diam tidak he!’)

Pemanahan : “Nggih.” (‘Ya.’)

Page 24: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

E-ISSN: 2715-9612

Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Dama di SMA

Kuswanti

57

Data 26 menggambarkan sosok Pemanahan yang peduli dan membela kebenaran. Dalam percakapan tersebut dibuktikan dengan perilakunya ketika berbicara dengan Haryo Penangsang. Pemanahan selalu menasehati Sultan Hadiwijaya dan membela kebenaran atas dipilihnya Sultan Hadiwijaya oleh para wali dan dukungan oleh para rakyat sebagai pemimpin di Kasultanan Pajang.

8. Watak Pekatik (Orang yang memelihara kuda)

Pekatik merupakan seorang bawahan Haryo Penangsang yang pekerjaannya mencarikan rumput kuda Gagak Rimang milik Haryo Penangsang. Pekatik berkarakter humoris dan penurut. Perintah apapun yang diberikan kepadanya selalu dilaksanakan. Perawakan dengan badan yang kurus, bicara ceplas-ceplos, dan kumis yang hanya tumbuh di tengah menjadi karakter humoris menjadi ciri khas dari pekatik.

Data 27

Pekatik : “Nuwunsewu.” (‘Maaf.’)

Penangsang : “Piye?” (‘Bagaimana?’)

Pekatik : “Kula wau diutus ngrumput, kapurih ajeng makani Gagak Rimang gen kanjeng adipati.” (‘Saya tadi diperintah mencari rumput, bermaksud untuk memberi makan Gagak Rimang milik kanjeng adipati.’)

Penangsang : “Ya ya.” (‘Ya ya.’)

Pekatik : “Kadadak kula pas ngrumput niki nemu duwit 2000 tak ge jajan sik. Pas kula ngarit wau kadadak wonten nganu.” (‘Tiba-tiba saya ketika mencari rumput itu menemukan uang 2000 saya buat jajan. Ketika saya mencari rumput itu tiba-tiba anu.’)

Penangsang : “Ora sembrana ing ngarep kanjeng adipati.” (‘Jangan sembarangan di depan kanjeng adipati.’)

Pekatik : “Wau niki wonten piyantun bagus kalih.” (‘Tadi itu ada dua orang tampan.’)

Data 27 menggambarkan sosok pekatik (yang memelihara kuda) yang patuh terhadap perintah. Dalam percakapan tersebut dibuktikan dengan perilakunya yang berkewajiban mencarikan rumput untuk Gagak Rimang. Karakter selain patuh kepada Haryo Penangsang, pekatik juga mempunyai karakter humoris yang dibuktikan dengan gaya berbicara serta perawakannya.

3. Implementasi Bahan Ajar Drama

Bahan ajar dapat digunakan guru dalam menunjang kegiatan belajar mengajar, terutama untuk peserta didik kelas XI di SMA. Bahan ajar yang disusun memuat kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dan ringkasan materi. Kompetensi dasar yang digunakan adalah KD 3.18 mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik dalam drama yang dibaca atau ditonton dan 4.18 mempertunjukkan salah satu tokoh dalam drama yang dibaca atau ditonton secara lisan.

Page 25: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 4, No. 1, Juli 2021

58

Berdasarkan KD tersebut terdapat materi drama dengan materi pokok unsur intrinsik di tambah mengenai makna gerak dan penggambaran watak tokoh sehingga mampu memperjelas drama yang dibaca atau ditonton. Materi tersebut akan diformulasikan menjadi sebuah modul pembelajaran supaya dapat digunakan oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar.

PENUTUP Berdasarkan hasil analisis makna gerak dan watak tokoh dalam kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela”, dapat disimpulkan bahwa terdapat sepuluh makna gerak dan delapan watak tokoh, serta penelitian ini dapat diformulasikan sebagai bahan ajar materi drama kelas XI di SMA. Berikut merupakan temuan dari penelitian ini. 1. Penelitian ini menghasilkan data makna gerak sejumlah 10 data yang meliputi gerak

tegap yang bermakna prajurit telah siap untuk melaksanakan latihan peperangan. Gerak paseban yang bermakna memberi penghormatan pada tempat pendapa agung. Gerak penghormatan mempunyai makna suatu bentuk pemberian penghormatan kepada pemimpin. Gerak manembah mempunyai makna prajurit telah siap siaga mengemban amanah dari pemimpin. Gerak sembahan mempunyai makna penghormatan khusus kepada pemimpin dan siap mengemban tugas dari sang adipati. Gerak nusung pawarta mempunyai makna bahwa prajurit sangat antusias dengan adanya pemberitahuan dari sang adipati. Gerak tameng jaja mempunyai makna prajurit berlatih bela diri untuk melindungi diri dari serangan musuh. Gerak siap siaga mempunyai makna bahwa prajurit siap dipertemukan dengan musuh. Gerak kentrangan mempunyai makna bahwa prajurit siap untuk bergegas perang, dan gerak pamungkas mempunyai makna bahwa prajurit siap sedia untuk melaksanakan peperangan.

2. Selain itu, ditemukan penggambaran watak Hadipati Haryo Penangsang yang menggambarkan watak pemarah, tidak sabaran, takabur, sombong, merendahkan orang lain, lalai, dan ceroboh. Penggambaran watak tokoh Prameswari yang menggambarkan watak penurut terhadap perintah suami dan lemah lembut. Penggambaran watak prajurit soreng yang menggambarkan watak patuh dengan pemimpinnya, pemberani, dan cerdik. Penggambaran watak Rangga Mentaun yang menggambarkan watak penurut terhadap perintah Haryo Penangsang dan penyabar. Penggambaran watak Sunan Kudus yang menggambarkan watak penasihat, licik dan pilih kasih. Penggambaran watak Sultan Hadiwijaya yang menggambarkan watak dermawan, bijaksana, dan penyabar. Penggambaran watak Pemanahan yang menggambarkan watak peduli dan selalu membela kebenaran. Penggambaran watak pekatik yang menggambarkan watak penurut terhadap perintah pemimpinnya

3. Penelitian ini dapat diformulasikan sebagai bahan ajar pada materi pembelajaran drama kelas XI SMA mengenai unsur intrinsik dan peran dalam drama yang berupa watak tokoh dan makna gerak pada kolaborasi drama dan tari soreng lakon “Haryo Penangsang Mbalela”.

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 1990. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Page 26: MAKNA GERAK DAN WATAK TOKOH DALAM KOLABORASI …

E-ISSN: 2715-9612

Makna Gerak dan Watak Tokoh dalam Kolaborasi Drama dan Tari Soreng Lakon Haryo Penangsang Mbalela sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Dama di SMA

Kuswanti

59

Dwi Nurul Imanisa, Winda Stiandini, dan Imma Fretisari. 2017. Simbol dan Makna Gerak Tari Totokng dalam Upacara Adat Notokng di Kecamatan Sengah Temilak: Pontianak. Untan

Endaswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyastama.

Jazuli, M. 2008. Pendidikan Seni Budaya Suplemen Pembelajaran Tari. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Kurniawan, Deddy. 2017. Sigrak Ing Prajurit. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.

Lestari, Anggita. 2016. Peran Tari Soreng dalam Tradisi Nyadran Kali Dusun Warangan Kecamatan Pakis kabupaten Magelang. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Cetakan IX. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Pakerti, Widia dkk. 2012. Metode pengembangan Seni. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pratama, Vera Setia. 2016. Kajian Makna Simbolik Tari Lawet di Kabupaten Kebumen. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Puspitarini, Brigita Swilasari. 2018. Nama-Nama Ragam Gerak Tari Soreng. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Salim. 2008. Kajian Tari. Malang: Universitas muhammadiyah Malang.

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana. Analisis Semiotika dan Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Thobron, M dan Mustofa. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakara: Ar-Ruzz Media

Tomasoa, Herlina Inge. 2013. Analisis Watak dan Strategi Tokoh Perempuan dalam Drama The Merchant Of Venice karya William Shakespeare. Manado: Universitas Sam Ratulangi.