LP ADHF RUANG 5
-
Upload
abdu-rahman -
Category
Documents
-
view
60 -
download
26
description
Transcript of LP ADHF RUANG 5
LAPORAN PENDAHULUAN
ACUTE DECOMPENSATION HEART FAILURE
(ADHF)
Untuk memenuhi laporan profesi di Departemen Medical
Ruang 5 CVCU RSSA Malang
Oleh :
RAHMAN
NIM. 135070209111077
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
ACUTE DECOMPENSATION HEART FAILURE
(ADHF)
Definisi
Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) merupakan gagal jantung akut yang didefinisikan sebagai serangan yang cepat (rapid onset) dari gejala gejala atau tanda tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Disfungsi ini dapat berupa disfungsi sistolik maupun diastolik, abnormalitas irama jantung, atau ketidakseimbangan preload dan afterload. ADHF dapat merupakan serangan baru tanpa kelainan jantung sebelumnya, atau dapat merupakan dekompensasi dari gagal jantung kronik (chronic heart failure) yang telah dialami sebelumnya. ADHF muncul bila cardiac output tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Etiologi / Faktor PredisposisiDekompensasi pada gagal jantung kronik yang sudah ada (kardiomiopati)Sindroma koroner akutInfark miokardial/unstable angina pektoris dengan iskemia yang bertambah luas dan disfungsi sistemikKomplikasi kronik IMAInfark ventrikel kananKrisis HipertensiAritmia akut (takikardia ventrikuler, fibrilasi ventrikular, fibrilasi atrial, takikardia supraventrikuler, dll)Regurgitasi valvular/endokarditis/ruptur korda tendinae, perburukan regurgitasi katup yang sudah adaStenosis katup aorta beratTamponade jantungDiseksi aortaKardiomiopati pasca melahirkanFaktor presipitasi non kardiovaskulerVolume overloadInfeksi terutama pneumonia atau septikemiaSevere brain insultPasca operasi besarPenurunan fungsi ginjalAsmaPenyalahgunaan obat, penggunaan alkoholFeokromositoma
Klasifikasi
Gagal jantung diklasifikasikan menurut American College of Cardiology (ACC) dan American Heart Association (AHA) terbagi atas atas 4 stadium berdasarkan kondisi predisposisi pasien dan derajat keluhannya yaitu :
Stage A : Risiko tinggi gagal jantung, tetapi tanpa penyakit jantung struktural atau tanda dan gejala gagal jantung. Pasien dalam stadium ini termasuk mereka yang mengidap hipertensi, DM, sindroma metabolik, penyakit aterosklerosis atau obesitas.Stage B : penyakit jantung struktural dengan disfungsi ventrikel kiri yang asimptomatis. Pasien dalam stadium ini dapat mengalami LV remodeling, fraksi ejeksi LV rendah, riwayat IMA sebelumnya, atau penyakit katup jantung asimptomatik.Stage C : Gagal jantung simptomatis dengan tanda dan gejala gagal jantung saat ini atau sebelumnya. Ditandai dengan penyakit jantung struktural, dyspnea, fatigue, dan penurunan toleransi aktivitas.Stage D : Gagal jantung simptomatis berat atau refrakter. Gejala dapat muncul saat istirahat meski dengan terapi maksimal dan pasien memerlukan rawat inap.
Sedangkan menurut New York Heart Association (NYHA) dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan tanda dan gejala pasien, respon terapi dan status fungsional.
Functional Class I ( FC I ) : asimptomatik tanpa hambatan aktivitas fisikFunctional Class II ( FC II ) : hambatan aktivitas fisik ringan, pasien merasa nyaman saat istirahat tetapi mengalami gejala dyspnea, fatigue, palpitasi atau angina dengan aktivitas biasa.Functional Class III ( FC III ) : hambatan aktivitas fisik nyata, pasien merasa nyaman saat istirahat tetapi mengalami gejala dyspnea, fatigue, palpitasi atau angina dengan aktivitas biasa ringanFunctional Class IV ( FC IV ) : ketidaknnyamanan saat melakukan aktivitas fisik apapun, dan timbul gejala sesak pada aktivitas saat istirahat.
Patofisiologi
ADHF dapat muncul pada orang yang sebelumnya menderita gagal jantung kronik asimptomatik yang mengalami dekompensasi akut atau dapat juga terjadi pada mereka yang tidak pernah mengalami gagal jantung sebelumnya. Etiologi ADHF dapat bersumber dari kardiovaskuler maupun non kardiovaskuler. Etiologi ini beserta dengan faktor presipitasi lainnya akan menimbulkan kelainan atau kerusakan pada jantung yang diakibatkan oleh proses iskemia miokard atau hipertropi remodeling otot jantung atau kerusakan katup jantung yang dapat menyebabkan disfungsi ventrikel sehingga terjadi gangguan preload maupun afterload sehingga menurunkan curah jantung. Bila curah jantung menurun, maka tubuh akan mengeluarkan mekanisme neurohormonal untuk mengkompensasi penurunan curah jantung. Mekanisme ini melibatkan sistem adrenergik, renin angiotensin dan aldosteron sehingga terjadi peningkatan tekanan darah akibat vasokonstriksi arteriol dan retensi natrium dan air.
Pada individu dengan remodeling pada jantungnya, mekanisme kompensasi akan menempatkannya pada keadaan gagal jantung asimptomatik dimana jantungnya telah mengalami disfungsi terutama ventrikel tetapi masih bisa dikompensasi agar tetap dapat mempertahankan metabolisme dalam tubuh. Tetapi bila telah mencapai ambang batas kompensasi, maka mekanisme ini akan terdekompensasi sehingga muncul gejala klinis tergantung dari ventrikel yang terkena sehingga muncul ADHF.
Proses remodeling maupun iskemia miokard akan menyebabkan kontraksi miokard menurun dan tidak efektif untuk memompa darah. Hal ini akan menimbulkan penurunan stroke volume dan akhirnya terjadi penurunan curah jantung.
Penurunan kontraktilitas miokard pada ventrikel kiri (apabila terjadi infark di daerah ventrikel kiri) akan menyebabkan peningkatan beban ventrikel kiri. Hal ini disebabkan karena penurnan kontraktilitas miokard disertai dengan peningkatan venous return (aliran balik vena). Hal ini tentunya akan meningkatkan bendungan darah di paru paru. Bendungan ini akan menimbulkan transudasi cairan ke jaringan dan alveolus paru sehingga terjadilah oedema paru. Oedema ini tentunya akan menimbulkan gangguan pertukaran gas di paru paru.
Sedangkan apabila curah jantung menurun, maka secara fisiologis tubuh akan melakukan kompensasi melalui perangsangan sistem adrenergik dan RAA untuk mempertahankan curah jantung ke arah normal. Sedangkan apabila tubuh tidak mampu lagi melakukan kompensasi, maka penurunan curah jantung akan memicu penurunan aliran darah ke jaringan berlanjut. Apabila terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, akan memicu retensi garam dan air oleh sistem renin angiotensin aldosteron. Retensi ini akan menjadi lebih progresif karena tidak diimbangi dengan peningkatan tekanan atrium kanan akibat proses dekompensasi, sehingga terjadi kelebihan volume cairan yang berujung pada oedema perifer.
Manifestasi KlinisSesak nafas ( dyspnea)
Muncul saat istirahat atau saat beraktivitas (dyspnea on effort)
Orthopnea
Sesak muncul saat berbaring, sehingga memerlukan posisi tidur setengah duduk dengan menggunakan bantal lebih dari satu.
Paroxysmal Nocturnal Dyspneu ( PND ) yaitu sesak tiba-tiba pada malam hari disertai batuk- batuk.Takikardi dan berdebar- debar yaitu peningkatan denyut jantung akibat peningkatan tonus simpatikBatuk- batuk
Terjadi akibat oedema pada bronchus dan penekanan bronchus oleh atrium kiri yang dilatasi. Batuk sering berupa batuk yang basah dan berbusa, kadang disertai bercak darah.
Mudah lelah (fatigue)
Terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distres pernafasan dan batuk.
Adanya suara jantung P2 , S3, S4 menunjukkan insufisiensi mitral akibat dilatasi bilik kiri atau disfungsi otot papilaris.Oedema (biasanya pitting edema) yang dimulai pada kaki dan tumit dan secara bertahap bertambah ke atas disertai penambahan berat badan. Pembesaran hepar
Terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
Ascites.
Bila hepatomegali ini berkembang, maka tekanan pada pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen.
Nokturia (rasa ingin kencing di malam hari)
Terjadi karena perfusi ginjal dan curah jantung akan membaik saat istirahat.
Peningkatan tekanan vena jugularis (JVP)
Diagnosis
Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan pada kriteria utama dan atau tambahan.
Kriteria UtamaOrtopneuParoxysmal Nocturnal DyspneuKardiomegaliGallopPeningkatan JVPRefleks hepatojugulerKriteria TambahanEdema pergelangan kakiBatuk malam hariDyspneu on effortHepatomegaliEfusi pleuraTakhikardi
Diagnosis ditegakkan atas dasar adanya 2 kriteria utama,atau 1 kriteria utama disertai 2 kriteria tambahan.
Pemeriksaan DiagnostikLaboratoriumHematologi : Hb, Ht, LeukositElektrolit : K, Na, Cl, MgEnzim Jantung (CK-MB, Troponin, LDH)Gangguan fungsi ginjal dan hati : BUN, Creatinin, Urine Lengkap, SGOT, SGPT.Gula darahKolesterol, trigliseridaAnalisa Gas DarahElektrokardiografi, untuk melihat adanya :Penyakit jantung koroner : iskemik, infarkPembesaran jantung ( LVH : Left Ventricular Hypertrophy )AritmiaPerikarditisFoto Rontgen Thorak, untuk melihat adanya :Edema alveolarEdema interstitielsEfusi pleuraPelebaran vena pulmonalisPembesaran jantungEchocardiogramMenggambarkan ruang ruang dan katup jantungRadionuklirMengevaluasi fungsi ventrikel kiriMengidentifikasi kelainan fungsi miokardPemantauan Hemodinamika (Kateterisasi Arteri Pulmonal Multilumen), bertujuan untuk :Mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paruMengetahui saturasi O2 di ruang-ruang jantungBiopsi endomiokarditis pada kelainan otot jantungMeneliti elektrofisiologis pada aritmia ventrikel berat recurrentMengetahui beratnya lesi katup jantungMengidentifikasi penyempitan arteri koronerAngiografi ventrikel kiri (identifikasi hipokinetik, aneurisma ventrikel, fungsi ventrikel kiri)Arteriografi koroner (identifikasi lokasi stenosis arteri koroner)
Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah :
Mendukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan- bahan farmakologisMenghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik , diet dan istirahat.Menghilangkan faktor pencetus ( anemia, aritmia, atau masalah medis lainnya ).Menghilangkan penyakit yang mendasarinya baik secara medis maupun bedah.
Penatalaksanaan sesuai klasifikasi gagal jantung adalah sebagai berikut :
FC I: Non farmakologiFC II & III: Diuretik, digitalis, ACE inhibitor, vasodilator, kombinasi diuretik, digitalis.FC IV : Kombinasi diuretik, digitalis, ACE inhibitor seumur hidup.
Terapi non farmakologis meliputi :
Diet rendah garam ( pembatasan natrium )Pembatasan cairanMengurangi berat badanMenghindari alcoholManajemen stressPengaturan aktivitas fisik
Terapi farmakologis meliputi :
Digitalis, untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Misal : digoxin.Diuretik, untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal serta mengurangi edema paru. Misal : furosemide ( lasix ).Vasodilator, untuk mengurangi impedansi ( tekanan ) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Misal : natrium nitropusida, nitrogliserin.Angiotensin Converting Enzyme inhibitor ( ACE inhibitor ) adalah agen yang menghambat pembentukan angiotensin II sehingga menurunkan tekanan darah. Obat ini juga menurunkan beban awal ( preload ) dan beban akhir ( afterload ). Misal : captopril, quinapril, ramipril, enalapril, fosinopril,dll.Inotropik ( Dopamin dan Dobutamin )
Dopamin digunakan untuk meningkatkan tekanan darah , curah jantung dan produksi urine pada syok kardiogenik.
Dobutamin menstimulasi adrenoreseptor di jantung sehingga meningkatkan kontraktilitas dan juga menyebabkan vasodilatasi sehingga mengakibatkan penurunan tekanan darah. Dopamin dan dobutamin sering digunakan bersamaan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
ACUTE DECOMPENSATION HEART FEALURE
(ADHF)
Pengkajian
FOKUS
DATA SUBYEKTIF
DATA OBYEKTIF
MASALAH
Aktivitas/ istirahat
Letih terus menerus sepanjang hari.
Sulit tidur
Sakit pada dada saat beraktivitas
Sesak nafas saat aktivitas atau saat tidur
Gelisah.
Perubahan status mental, mis letargi
Tanda vital berubah saat beraktivitas
Intoleransi Aktivitas
Ggn pola tidur
Ansietas
Sirkulasi
Riwayat hipertensi , penyakit jantung lain (AMI )
Bengkak pada telapak kaki, kaki,perut
Perubahan tekanan darah ( rendah atau tinggi)
Takikardi
Disritmia
Bunyi jantung ( S3 / gallop, S4 )
Murmur sistolik dan diastolic
Perubahan denyutan nadi perifer dan nadi sentral mungkin kuat
Warna kulit dan punggung kuku sianotik atau pucat
Pengisian kapiler lambat
Teraba pembesaran Hepar
Ada refleks hepatojugularis
Bunyi nafas krekels atau ronchi
Edema khususnya pada ekstremitas
Distensi vena jugularis
Perubahan Perfusi jar.perifer
Resti kerusakan integritas kulit
PK : Hipertensi
PK : Syok kardiogenik
PK : embolisme pulmonal
Integritas ego
Cemas, takut, khawatir
Stres yang berhubungan dengan penyakit
Marah, mudah tersinggung
Ansietas
Eliminasi
Kencing sedikit
Kencing berwarna gelap
Berkemih malam hari (nokturia)
Perubahan pola eliminasi urine
PK : gagal ginjal
Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan
Mual/ muntah
Perubahan berat badan yang signifikan
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Pakaian / sepatu terasa sesak
Penambahan berat badan cepat
Distensi abdomen (asites ),
Edema ( umum, dependent, pitting, tekanan )
Perubahan kelebihan volume cairan
Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Higiene
Kelelahan selama aktivitas perawatan diri
Intoleransi aktivitas
Neuro sensori
Keletihan , pening
Letargi, disorientasi
Perubahan prilaku ( mudah tersinggung
Intoleransi aktivitas
Ansietas
Nyeri / keamanan
Sakit pada dada
Sakit pada perut kanan atas
Sakit pada otot
Tidak tenang, gelisah
Tampak meringis
Takikardia
Nyeri akut
Pernafasan
Sesak saat aktivitas
Tidur sambil duduk
Tidur dengan beberapa bantal
Batuk dengan atau tanpa dahak
Takipnea
Napas dangkal
Penggunaan otot aksesori pernapasan
Batuk kering atau nonproduktif atau mungkin batuk terus menerus dgn / tanpa pembentukan sputum
Sputum mungkin bersemu darah merah muda/berbuih
Bunyi napas krakels, wheezing
Fungsi mental mungkin menurun; letargi; kegelisahan
Warna kulit pucat/sianosis
Kerusakan pertukaran gas
Perubahan kelebihan volume cairan
Perubahan perfusi jaringan perifer
Diagnosa KeperawatanKerusakan pertukaran gas b/d perubahan membrane kapiler alveolus d/d dispneu, ortopneu.Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan, kelemahan d/d pasien mengatakan letih terus menerus sepanjang hari, sesak nafas saat aktivitas, tanda vital berubah saat beraktifitas.Kelebihan volume cairan b/d meningkatnya beban awal, penurunan curah jantung sekunder terhadap gagal jantung d/d peningkatan berat badan, odema, asites, hepatomegali, bunyi nafas krekels, wheezing.Perubahan perfusi jaringan perifer b/d penurunan aliran darah didaerah perifer sekunder terhadap penurunan curah jantung d/d pengisisan kapiler lambat, warna kuku pucat atau sianosis.Nyeri b/d iskemia jaringan d/d sakit pada dada, sakit pada perut kanan atas, sakit pada otot, tidak tenang, gelisah, tampak meringis, takikardiaAnsietas b/d gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesulitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik d/d cemas, takut, khawatir, stress yang berhubungan dengan penyakit, gelisah, marah, mudah tersinggung.Perubahan pola tidur b/ d sering terbangun sekunder terhadap gangguan pernafasan ( sesak, batuk) d/d letargi, sulit tidur, sesak nafas dan batuk saat tidur.PK : syok kardiogenik b/d kerusakan ventrikel yang luas
Rencana KeperawatanKerusakan pertukaran gas b/d perubahan membrane kapiler alveolus d/d dispneu, ortopneu.
Kriteria tujuan : pertukaran gas lebih efektif ditunjukkan hasil AGD dalam batas normal dan pasien bebas dari distress pernafasan
Rencana Tindakan
Rasional
Auskultasi bunyi nafas, krekels, wheezingAnjurkan pasien untuk batuk efektif dan nafas dalamPertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowlerKolaborasi untuk memantau analisa gas darah & nadi oksimetriKolaborasi untuk pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi
Kolaborasi untuk pemberian diuretik dan bronkodilatorMemantau adanya kongesti paru untuk intervensi lanjutMembersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigenMenurunkan konsumsi oksigen dan memaksimalkan pegembangan paruHipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru
Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar untuk memperbaiki hipoksemia jaringan
Diuretik dapat menurunkan kongesti alveolar dan meningkatkan pertukaran gas. Broncodilator untuk dilatasi jalan nafas.
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan, kelemahan d/d pasien mengatakan letih terus menerus sepanjang hari, sesak nafas saat aktivitas, tanda vital berubah saat beraktifitas.
Kriteria tujuan : aktivitas mencapai batas optimal , yang ditunjukkan dengan pasien berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan dan mampu memenuhi kebutuhan perawatan sendiri.
Rencana Tindakan
Rasional
Periksa tanda vital sebelum dan sesudah beraktivitas
Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, takikardi, disritmia, dispneu, berkeringat, pucat
Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.Selingi periode aktivitas dengan periode istirahatKolaborasi untuk mengimplementasikan program rehabilitasi jantungHipotensi ortostatik dapt terjadi dengan aktivitas karena efek obat, perpindahan cairan, pengaruh fungsi jantung.Ketidakmampuan miokardium meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat meningkatkan frekuensi jantung, kebutuhan oksigendan peningkatan kelelahanPemenuhan kebutuhan perawatan diri tanpa mempengaruhi stres miokard/ kebutuhan oksigen berlebihan
Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung dan konsumsi oksigen berlebihan
Kelebihan volume cairan b/d meningkatnya beban awal, penurunan curah jantung sekunder terhadap gagal jantung d/d peningkatan berat badan, odema, asites, hepatomegali, bunyi nafas krekels, wheezing.
Kriteria tujuan : Kelebihan volume cairan dapat dikurangi dengan kriteria :
keseimbangan intake dan outputbunyi nafas bersih/jelastanda vital dalam batas normalberat badan stabiltidak ada edema
Rencana Tindakan
Rasional
Pantau haluaran urine, warna, jumlahPantau intake dan output selama 24 jam
Pertahankan posisi duduk atau semifowler selama masa akut
Timbang berat badan setiap hariKaji distensi leher dan pembuluh perifer, edema pada tubuh
Auskultasi bunyi nafas, catat bunyi tambahan mis : krekels, wheezing. Catat adanya peningkatan dispneu, takipneu, PND, batuk persisten.Selidiki keluhan dispneu ekstrem tiba-tiba, sensasim sulit bernafas, rasa panicPantau tekanan darah dan CVP
Ukur lingkar abdomenPalpasi hepatomegali. Catat keluhan nyeri abdomen kuadran kanan atasKolaborasi dalam pemberian obat
Diuretik
Tiazid dengan agen pelawan kalium ( mis : spironolakton )
Kolaborasi untuk mempertahankan cairan / pembatasan natrium sesuai indikasiKonsultasi dengan bagian gizi
Kolaborasi untuk pemantauan foto thoraxMemantau penurunan perfusi ginjalTerapi diuretic dapat menyebabkan kehilangan cairan tiba-tiba meskipun udema masih adaPosisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan dieresisMemantau respon terapi.
Retensi cairan berlebihan dimanifestasikan oleh pembendungan vena dan pembentukan edemaKelebihan volume cairan sering menimbulkan kongesti paru.
Menunjukkan adanya komplikasi edema paru atau emboli paru.
Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan volume cairan.Memantau adanya asitesPerluasan jantung menimbulkan kongesti vena sehingga terjadi distensi abdomen, pembesaran hati dan nyeri.Diuretik meningkatkan laju aliran urine dan dapat menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada tubulus ginjal.
Meningkatkan diuresis tanpa kehilangan kalium berlebihan
Menurunkan air total tubuh / mencegah reakumulasi cairan
Memberikan diet yang dapat diterima pasien yang memmenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.Menunjukkan perubahan indikasif peningkatan / perbaikan paru
Perubahan perfusi jaringan perifer b/d penurunan aliran darah didaerah perifer sekunder terhadap penurunan curah jantung d/d pengisisan kapiler lambat, warna kuku pucat atau sianosis.
Kriteria tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perfusi jaringan perifer dapat diperbaiki ( adekuat ) dengan kriteria evaluasi :
Kulit hangat dan keringNadi kuat, pengisian kapiler kuatTanda vital normalTidak sianosis atau pucat
Rencana Tindakan
Rasional
Pantau tanda vital, capillary refill, warna kulit, kelembaban kulit, edema, saturasi O2 di daerah periferTingkatkan tirah baring selama fase akut
Tekankan pentingnya menghindari mengedan khususnya selama defikasiKolaborasi dalam pemberian oksigen dan obat-obatan inotropikMengetahui keadekuatan perfusi perifer
Pembatasan aktivitas menurunkan kebutuhan oksigen dan nutrisi daerah perifer.Menghindari memberatnya hipoksia di jaringan perifer
Oksigen meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar sehingga dapat memperbaiki hipoksemia jaringan
Obat inotropik untik meningkatkan kontraktilitas miokardium.
Nyeri b/d iskemia jaringan d/d sakit pada dada, sakit pada perut kanan atas, sakit pada otot, tidak tenang, gelisah, tampak meringis, takikardia
Kriteria tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x 24 jam diharapkan nyeri hilang atau berkurang, dengan kriteria evaluasi
Melaporkan keluhan nyeri berkurangPasien tampak tenang dan rileks
Rencana Tindakan
Rasional
Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat tentang nyeri
Pantau karakteristik nyeriBantu pasien melaksanakan teknik relaksasiIstirahatkan pasien selama nyeriPertahankan lingkungan yang nyaman, batasi pengunjung bila perluKolaborasi untuk pemberian morfin sulfat dan memamntau perubahan seri EKGPerawat dapat mengetahui keluhan nyeri dengan cepat sehingga intervensi bisa segera dilakukanMemastikan jenis nyeriMengurangi nyeri
Menurunkan kebutuhan oksigen
Stres mental / emosi meningkatkan kerja miokard
Morfin sulfat untuk menurunkan faktor preload dan afterload dan juga menurunkan tonus simpatik. Seri EKG untuk membandingkan pola nyeri.
Ansietas b/d gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesulitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik d/d cemas, takut, khawatir, stress yang berhubungan dengan penyakit, gelisah, marah, mudah tersinggung.
Kriteria tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 124 jam diharapkan pasien tidak merasa cemas dengan kriteria evaluasi :
Pasien mengatakan kecemasan menurun sampai tingkat yang dapat diatasiPasien menunjukkan keteramplan pemecahan masalah dan mengenal perasaannya.
Rencana Tindakan
Rasional
Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
Dorong teman dan keluarga untuk menganggap pasien seprti sebelumnyaBeritahu pasien program medis yang telah dibuat untk mnurunkan serangan yang akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung.Bantu pasien mengatur posisi yang nyaman untuk tidur atau istirahat, batasi pengunjung.Kolaborasi untuk pemberian sedatif dan tranquiliserPernyataan masalah dapat menurunkan ketegangan, mengklarifikasikan tingkat koping dan emudahkan pemahaman perasanMeyakinkan pasien bahwa peran dalam keuarga dan kerja tidak berubah
Mendorong pasien untuk mengontrol gejala, meningkatkan kepercayaan pada program medis da mengintegrasikan kemampuan dalam persesi diri.
Memuat suasana yang memudahkan pasien tidur.
Membantu pasien rileks smpai secara fisik mampu membuat strategi koping yang adekuat.
Perubahan pola tidur b/ d sering terbangun sekunder terhadap gangguan pernafasan ( sesak, batuk) d/d letargi, sulit tidur, sesak nafas dan batuk saat tidur.
Kriteria tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatn selama 324 jam diharapkan pasien bisa tidur dengan lebih nyaman.
Rencana Tindakan
Rasional
Naikkan kepala tempat tidur 20 -30 cm. Sokong lengan bawah dengan bantal
Pada pasien yang ortopnoe , pasien didudukkan di sisi tempat tidur dengan kedua kaki disokong di kursi, kepala dan diletakkan di meja tempat tidur dan vertebra lumbosakral disokong dengan bantal.Aliran balik vena ke jantung berkurang, kongesti paru berkurang dan penekanan hepar ke diafragma menjadi berkurang serta mengurangi kelelahan otot bahu.Mengurangi kesulitan bernafas dan megurangi aliran balik ke jantung
PK : syok kardiogenik b/d kerusakan ventrikel yang luas
Kriteria tujuan : Selama diberikan asuhan keperawatan diharapkan syok kardiogenik tidak terjadi atau bisa dipantau secara dini.
Rencana Tindakan
Rasional
Observasi tanda- tanda syok kardiogenik :
Tekanan darah rendah
Nadi cepat dan lemah
Konfusi dan agitasi
Penurunan haluaran urine
Kulit dingin dan lembabBeri penjelasan pada pasien dan keluarga untuk melaporkan segera bila ada tanda- tanda syok kardiogenikHipoksia pada jantung, otak dan ginjal adalah tanda klasik syok kardiogenik
Pasien mengetahui tanda dan gejala yang harus dilaporkan sehingga bisa ditangani secara dini
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September 2005, Hal. 443 450
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 64 & 240 249.
Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 2000, EGC, Jakarta
Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 2001, Hal.206 208
Nursalam. M. Nurs, Managemen keperawatan ; aplikasi dalam praktik keperawatan professional, 2002, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Russel C Swanburg, Pengantar keperawatan, 2000, ECG, Jakarta.
Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2, Edisi 4, Tahun 2003, Hal ; 704 705 & 753 763.