Ruang Dahlia

61
Homepage RSS Search: LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI HOME ALL ARTICLE ( DAFTAR ISI ) PRIVACY AND POLICY ABOUT ME MOTTO Sunday, November 10, 2013 LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI HIPERTENSI 1. Definisi

description

laporan pendahuluan di ruang interna

Transcript of Ruang Dahlia

Homepage RSS Search:

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI HOME ALL ARTICLE ( DAFTAR ISI ) PRIVACY AND POLICY ABOUT ME MOTTO

Sunday, November 10, 2013

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

HIPERTENSI

1.    Definisi

  Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan

atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).

  Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas

140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).

  Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg, atau

bila pasien memakai obat antihipertensi.

  Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan yang

lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai

rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.

  Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).

  Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi

sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan

diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik

karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

Menurut WHO

Tekanan darah adalah kekuatan yang di perlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh

darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah yang dengan lancar beredar

ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut oksigen serta zat zat

lain yang di perlukan bagi kehidupan sel sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsisebagai sarana

pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh.

Istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di dalam

tubuh manusia. Tekanan darah di bedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah

diastolik.

MENURUT WHO

Hipertensi adalah istilah medis dimana kondisi tekanan darah tinggi, beberapa orang menyebutnya

penyakit tekanan darah tinggi, namun pada kenyataannya, hipertensi adalah suatu gejala penyakit!

Dokter ahli jantung tidak menyebutnya suatu penyakit hipertensi. Hipertensi dikenal sebagai “silent

killer” karena tidak memiliki gejala awal tetapi dapat menyebabkan penyakit jangka panjang dan

komplikasi yang berakibat fatal. Pengertian hipertensi sendiri menurut kesepakatan WHO adalah

keadaan seseorang apabila mempunyai tekanan sistolik sama dengan atau lebih tinggi dari 160 mmHg

dan tekanan diastolik sama dengan atau lebih tinggi dari 80 mmHg secara konsisten dalam beberapa

waktu.

2. Anatomi

a.       Jantung

Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada

sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.

Hubungan jantung adalah:

1)      Atas                 : pembuluh darah besar

2)      Bawah             : diafragma

3)      Setiap sisi        : paru

4)      Belakang         : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis

b.      Arteri

Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari

lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-

cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk

menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot

(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).

Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan.

Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya

tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm

(0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-

kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan.

Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3

lapisan yaitu :

1)      Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan terdiri dari

jaringan endotel.

2)      Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastic dan termasuk

otot polos

3)      Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat gembur 

yang berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2006)

c.       Arteriol

Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat

berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat

lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah

akan meningkat.

d.      Pembuluh darah utama dan kapiler

Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke

venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.

Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan

endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar,

menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat

penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.

e.       Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali

lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada

tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak

terjadi melalui ruang jaringan.

Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam

darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe

sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.

f.       Vena dan venul

Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul.

Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain. (Gibson,

John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)

Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh masuk

ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini

juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.

Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis,  mempunyai  dinding tipis,

mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

3. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO

1.      Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik

kurang atau sama dengan 90 mmHg

2.      Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94

mmHg

3.      Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg

dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of

Hipertension

1.      Diastolik

a.       < 85 mmHg                 : Tekanan darah normal

b.      85 – 99                        : Tekanan darah normal tinggi

c.       90 -104                        : Hipertensi ringan

d.      105 – 114                    : Hipertensi sedang

e.       >115                            : Hipertensi berat

2.      Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)

a.       < 140 mmHg               : Tekanan darah normal

b.      140 – 159                    : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi

c.       > 160                           : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak

(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan

penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan

kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal,

jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah.

Dibagi menjadi dua:

a.         Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi

parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau progresif.

Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan

tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.

b.        Hipertensi urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang

berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau

kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.

Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah

dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

4. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a.       Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport  Na.

b.      Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.

c.       Stress Lingkungan.

d.      Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh

darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a.         Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,

lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi

Na, obesitas, merokok dan stress.

b.        Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.

Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan

pada :

a.         Elastisitas dinding aorta menurun

b.        Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c.         Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun

kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan

volumenya.

d.        Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

a.       Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian

telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor

tersebut adalah sebagai berikut :

Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk

mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

Ciri perseorangan

1)      Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

2)      Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

3)      Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

4)      Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

5)      Kebiasaan hidup

6)      Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

7)      Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )

8)      Kegemukan atau makan berlebihan

9)      Stress

10)  Merokok

11)  Minum alcohol

12)  Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

b.      Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :

1)      Ginjal

2)      Glomerulonefritis

3)      Pielonefritis

4)      Nekrosis tubular akut

5)      Tumor

6)      Vascular

7)      Aterosklerosis

8)      Hiperplasia

9)      Trombosis

10)  Aneurisma

11)  Emboli kolestrol

12)  Vaskulitis

13)  Kelainan endokrin

14)  DM

15)  Hipertiroidisme

16)  Hipotiroidisme

17)  Saraf

18)  Stroke

19)  Ensepalitis

20)  SGB

21)  Obat – obatan

22)  Kontrasepsi oral

23)  Kortikosteroid

5. Faktor Resiko

  Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi

  Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause

  Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium

  Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal seperti merokok,

kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM, dsb.

  Factor emosional dan tingkat stress

  Gaya hidup yang monoton

  Sensitive terhadap angiotensin

  Kegemukan

  Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.

6. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat

vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv

terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai

respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional

pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi

pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat

dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar

berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung

(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan

kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,

1999).

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.

Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka

akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan

adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada

pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan

hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada

peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan

kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

Pathways

7. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a.         Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,

selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial

tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b.         Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan

kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan

pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,

Kesadaran menurun

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

a.       Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.

b.      Sakit kepala

c.       Pusing / migraine

d.      Rasa berat ditengkuk

e.       Penyempitan pembuluh darah

f.       Sukar tidur

g.      Lemah dan lelah

h.      Nokturia

i.        Azotemia

j.        Sulit bernafas saat beraktivitas

8. Pemeriksaan Penunjang

a.       Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :

1)      Pemeriksaan yang segera seperti :

  Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

  Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

  Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh

pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).

  Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau

menjadi efek samping terapi diuretik.

  Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

  Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/

adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )

  Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

  Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)

  Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

  Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

  Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

  EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun

gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P

adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

  Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk

menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.

2)      Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :

  IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /

ureter.

  CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

  IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,

perbaikan ginjal.

  Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.

  (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

9. Komplikasi

Efek pada organ :

a.       Otak

  Pemekaran pembuluh darah

  Perdarahan

  Kematian sel otak : stroke

b.      Ginjal

  Malam banyak kencing

  Kerusakan sel ginjal

  Gagal ginjal

c. Jantung

  Membesar

  Sesak nafas (dyspnoe)

  Cepat lelah

  Gagal jantung

10. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat

komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan

tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

1.         Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan

sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a.         Diet

b.        Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

  Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

  Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c.         Penurunan berat badan

d.        Penurunan asupan etanol

e.         Menghentikan merokok

f.         Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi

adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan

dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik

antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut

zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi

latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

i.        Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1)   Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda

mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala

dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2)      Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau

kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh

menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit

hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah

komplikasi lebih lanjut.

2.         Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga

mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.

Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL

COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD

PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium,

atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan

keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

a.         Step 1

Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

b.        Step 2

Alternatif yang bisa diberikan :

1)        Dosis obat pertama dinaikkan

2)        Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

3)        Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa

blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c.         Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh

1)        Obat ke-2 diganti

2)        Ditambah obat ke-3 jenis lain

d.        Step 4 : Alternatif pemberian obatnya

1)        Ditambah obat ke-3 dan ke-4

2)        Re-evaluasi dan konsultasi

3)        Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik

antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan

kesehatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai

berikut :

a.         Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya

b.        Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya

c.         Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan

untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas

d.        Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar

apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat

tensimeter

Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu

Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita

Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

e.         Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur

tekanan darahnya di rumah

f.         Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari

g.        Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-

masalah yang mungkin terjadi

h.        Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk

mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal

i.          Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

j.          Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

k.        Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.

l.          Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali

pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

11. Cara Pencegahan

1.         Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada

anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan

dianjurkan untuk:

a.         Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi

hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

b.        Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c.         Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

d.        Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.  

2.         Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:

a.         Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-

tindakan seperti pada pencegahan primer.

b.        Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.

c.         Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

d.        Batasi aktivitas.

Perawatan Hipertensi

  Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan).

  Batasi pemakaian garam.

  Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan hipertensi

dalam keluarga.

  Tidak merokok.

  Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.

  Hindari minum kopi yang berlebihan.

  Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).

  Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.

Bagi yang sudah sakit

  Berobat secara teratur.

  Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk dokter.

  Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain karena ada

obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi.

Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama kesembuhan,

kunci utamanya adalah :

1.      Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.

2.      Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.

3.      Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan

  

           12.  Diit Hipertensi

a.         Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa

1)        konsumsi lemak dibatasi

2)        konsumsi Cholesterol dibatasi

3)        konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese

4)        Makanan yang boleh dikonsumsi

b.         Makanan Yang Boleh Dikonsumsi

1)        Sumber kalori

Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.

2)        Sumber protein hewani

Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling

banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.

3)        Sumber protein nabati

Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.

4)        Sumber lemak

Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.

5)        Sayuran

Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge,

labu siam, oyong, wortel.

6)        Buah-buahan

Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.

7)        Bumbu

Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15 gram perhari.

8)        Minuman

Thea  encer, coklat encer, juice buah.

c.         Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi

1)        Makanan yang banyak mengandung garam

o    Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda.

o    Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang, sarden ikan teri, telur asin.

o    Keju, margarine dan mentega.

2)        Makanan yang banyak mengandung kolesterol

       Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.

3)        Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh

o    Lemak hewan     :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.

o    Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.

4)        Makanan yang banyak menimbulkan gas

       Kool, sawi, lobak, dll.

d.      Bagaimana Mengatur Diit

1)        Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan, margarine,mentega sebagai pengganti

gunakan minyak kacang atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.

2)        Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50 gram tiap kali

makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.

3)        Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.

4)        Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.

5)        Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.

6)        Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca cola, limun,

permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.

7)        Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.

e.         Obat Tradisional Untuk Hipertensi

Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara tradisional

untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan kepada

masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta kemungkinan adanya efek samping yang

tidak diketahui. Obat – obat tradisional tersebut diantaranya:

1)       Buah Belimbing

Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga bisa menurunkan

tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya. Caranya yaitu buah belimbing yang

sudah masak diparut halus. Kemudian parutan belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas

sari belimbing. Air perasan ini diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu

bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu

menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur

menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar sehingga air perasannya

lebih banyak.

2)       Daun Seledri

Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai halus, saring dan peras

deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu gelas diamkan selama satu jam,

kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut

penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.    

3)   Bawang Putih

Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap pagi dan sore hari.

Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika

tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena

banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya

ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.

4)       Buah Mengkudu / Pace

Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama dengan buah

belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih,

diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur

5)       Avokad

Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas air putih. Tunggu air

rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum

sore hari.

6)        Melon

Buah yang sudah masak dapat langsung di makan

7)       Semangka

Buah yang sudah masak dapat langsung di makan

8)       Mentimun

Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum

            13.     Pengkajian Keperawatan

a.         Aktivitas / istirahat

Gejala :

   Kelemahan

   Letih

   Napas pendek

   Gaya hidup monoton

Tanda :

   Frekuensi jantung meningkat

   Perubahan irama jantung

   Takipnea

b.         Sirkulasi

Gejala :     Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /   katup, penyakit

serebrovaskuler

Tanda :

   Kenaikan TD

   Nadi : denyutan jelas

   Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia

   Bunyi jantung : murmur

   Distensi vena jugularis

   Ekstermitas

Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ),  pengisian kapiler mungkin lambat

c.         Integritas Ego

Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple

( hubungsn, keuangan, pekerjaan )

Tanda :

   Letupan suasana hati

   Gelisah

   Penyempitan kontinue perhatian

   Tangisan yang meledak

   otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )

   Peningkatan pola bicara

d.        Eliminasi

Gejala :  Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,  riwayat penyakit ginjal )

e.         Makanan / Cairan

Gejala :

   Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol

   Mual

   Muntah

   Riwayat penggunaan diuretik

  Tanda :

   BB normal atau obesitas

   Edema

   Kongesti vena

   Peningkatan JVP

   glikosuria

f.          Neurosensori

  Gejala :

   Keluhan pusing / pening, sakit kepala

   Episode kebas

   Kelemahan pada satu sisi tubuh

   Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )

   Episode epistaksis

Tanda :

   Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )

   Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman

   Perubahan retinal optik

g.         Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala :

   nyeri hilang timbul pada tungkai

   sakit kepala oksipital berat

   nyeri abdomen

h.         Pernapasan

Gejala :

   Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas

   Takipnea

   Ortopnea

   Dispnea nocturnal proksimal

   Batuk dengan atau tanpa sputum

   Riwayat merokok

Tanda :

   Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan

   Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )

   Sianosis

i.           Keamanan

Gejala       : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda       : Episode parestesia unilateral transien

j.           Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala       :

   Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit

serebrovaskuler, ginjal

   Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain

   Penggunaan obat / alkohol

  

1           4.     Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a.         Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard

b.        Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen.

c.         Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

d.        Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien

e.         Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

RENCANA KEPERAWATAN

NO DX

DIANGOSA KEPERAWATAN DAN

KOLABORASITUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

1 Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard

NOC :   Cardiac Pump effectiveness  Circulation Status  Vital Sign Status

Kriteria Hasil:  Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan

darah, Nadi, respirasi)  Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada

kelelahan  Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada

asites  Tidak ada penurunan kesadaran

NIC :Cardiac Care

  Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)  Catat adanya disritmia jantung  Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput  Monitor status kardiovaskuler  Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung  Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi  Monitor balance cairan  Monitor adanya perubahan tekanan darah  Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia  Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan  Monitor toleransi aktivitas pasien  Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu  Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR  Catat adanya fluktuasi tekanan darah  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas  Monitor kualitas dari nadi  Monitor adanya pulsus paradoksus  Monitor adanya pulsus alterans  Monitor jumlah dan irama jantung  Monitor bunyi jantung  Monitor frekuensi dan irama pernapasan  Monitor suara paru  Monitor pola pernapasan abnormal  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit  Monitor sianosis perifer  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,

peningkatan sistolik)  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

NOC :   Energy conservation  Self Care : ADLs

NIC :Energy Management

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

Kriteria Hasil :  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa

disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

  Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

  Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas  Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan  Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan  Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan  Monitor respon kardivaskuler   Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Activity Therapy  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan

progran terapi yang tepat.  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan

fisik, psikologi dan social  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan

untuk aktivitas yang diinginkan  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek  Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan  Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

3 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

NOC :   Pain Level,  Pain control,  Comfort level

Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab

nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam rentang normal

NIC :Pain Management

  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman

nyeri pasien  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan

kontrol nyeri masa lampau  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan  Kurangi faktor presipitasi nyeri  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan

inter personal)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

  Ajarkan tentang teknik non farmakologi  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri  Tingkatkan istirahat  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak

berhasil  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi  Cek riwayat alergi  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika

pemberian lebih dari satu   Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

4 Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,   cemas pasien berkurang dengan kriteria hasil:

Anxiety Control Coping Vital Sign Status Menunjukan teknik untuk mengontrol

cemas teknik nafas dalam Postur tubuh pasien rileks dan ekspresi

wajah tidak tegang Mengungkapkan cemas berkurang TTV dbn

TD = 110-130/ 70-80 mmHgRR = 14 – 24 x/ menitN   = 60 -100 x/ menitS    = 365 – 375 0C

Anxiety Reduction   Gunakan pendekatan yang menenangkan   Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis   Dorong keluarga untuk menemani anak  Lakukan back / neck rub  Dengarkan dengan penuh perhatian  Identifikasi tingkat kecemasan   Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi  Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi  Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

NOC :  Kowlwdge : disease process  Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil :  Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

NIC :Teaching : disease Process

  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan

  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

cara yang tepat   Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat   Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat   Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat   Hindari harapan yang kosong   Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien

dengan cara yang tepat   Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit

  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion

dengan cara yang tepat atau diindikasikan   Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat   Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang

tepat  Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada

pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,Hamzah, www.wikicek.com : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,

Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta

Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

Kumpulan Asuhan Keperawatan

Minggu, 14 Juli 2013

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT HEPATITIS

I. KONSEP MEDIS

A. Defenisi   

                         

                    Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh

infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,

1999).

              Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta

seluler yang khas (Smeltzer, 2001).

B. Etiologi

Beberapa virus yang menyebabkan hepatitis adalah :

a. Hepatitis A Virus (HAV)

Merupakan virus RNA kecil yang dapat dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubasi dan

fase preikterik. HAV sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. HAV terutama ditularkan

melalui oral dengan menelan makanan yang sudah terkontaminasi. Penularan ditunjang oleh adanya

sanitasi yang buruk, kesehatan pribadi yang buruk, dan kontak intim (tinggal serumah atau seksual).

Masa inkubasi rata-rata adalah 28 hari. Masa infektif tertinggi adalah pada minggu kedua segera

sebelum timbulnya ikterus.

b. Hepatitis B Virus (HBV)

HBV termasuk virus DNA bercangkang ganda yang memiliki lapisan permukaan dan bagian inti.

Infeksi HBV merupakan penyebab utama dari hepatitis akut dan kronik, sirosis dan kanker hati di

seluruh dunia. Cara utama penularan HBV melalui parenteral dan menembus membran mukosa,

terutama melalui hubungan seksual. Masa inkubasi rata-rata adalah sekitar 120 hari. Hampir semua

cairan tubuh –darah, semen, saliva, air mata, asites, susu ibu, kemih dan juga feses– dari orang yang

terinfeksi dapat menular, terutama 3 dari yang pertama.

c. Hepatitis C Virus (HCV)

HCV merupakan virus RNA kecil terbungkus lemak. HCV diduga terutama ditularkan melalui

jalan parenteral, kemungkinan melalui kontak seksual. Virus dapat menyerang semua kelompok usia,

tetapi lebih sering orang dewasa. Masa inkubasi berkisar 15–160 hari, rata–rata 50 hari.

d. Hepatitis D Virus (HDV)

HDV (delta) merupakan virus RNA. Penularannya terutama melalui serum. Masa inkubasinya

sekitar 2 bulan.

e. Hepatitis E Virus (HEV)

HEV adalah suatu virus RNA kecil. Infeksi HEV ditularkan melalui jalan fekal-oral, dan telah

dikaitkan lewat air di negara sedang berkembang. Paling sering menyerang orang dewasa muda

sampai setengah umur, dan pada wanita hamil didapatkan angka mortalitas yang sangat tinggi (20

%). Masa inkubasinya sekitar 6 minggu. (Price S.A., 1995 : 440–442).

C. Tanda dan Gejala

a. Hepatitis A

Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang

dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan

hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu.

b. Hepatitis B

Gejala hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, demam ringan, mual muntah, kurang nafsu

makan, mata dan kulit kuning, dan air kencing berwarna gelap.

c. Hepatitis C

Gejala yang dirasakan pada hepatitis C antara lain demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala,

sakit pada bagian atas sebelah kanan perut atau hilangnya nafsu makan. (Silalahi L., 2004/03/26/).

D. Patofisiologi

Hati adalah salah satu organ tubuh yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang

untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi; memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol;

menyaring produk-produk yang tidak berguna lagi dari darah; dan bertindak sebagai semacam

pengaruh seluruh bagian tubuh yang menjamin terjadinya keseimbangan zat-zat kimia dalam sistem

itu. Kalau hati tidak sanggup berfungsi, tubuh akan rentan terhadap infeksi sekunder dan organ pada

umumnya akan gagal berfungsi. (Silalahi L., http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/

2004/03/26/).

Hepatitis, penyakit hati yang biasanya sembuh sendiri dan tanpa komplikasi, disebabkan oleh

agen virus. Virus hepatitis dapat digolongkan menjadi lima jenis; hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV),

hepatitis C (HCV), hepatitis D (HDV), dan hepatitis E (HEV). Hepatosit (sel epitelail hati) dirusak secara

langsung oleh virus atau oleh respons imun tubuh terhadap virus; pada penyakit ini terjadi

perubahan fungsi seluler yang menimbulkan inflamasi, nekrosis, dan autolisis hati. Regenerasi sel

terjadi jika sel-sel yang rusak dibuang oleh fagositosis sel. Biasanya penyembuhan terjadi dengan

sedikit sekali meninggalkan kerusakan, meskipun dapat juga berkembang menjadi hepatitis kronik

dan sirosis. (Betz C.L., 2002 : 185).

Hepatitis A ditularkan terutama oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi. Penyakit

Hepatitis B menyebar melalui kontak dengan darah, air mani dan cairan vagina yang terinfeksi.

Hubungan seks dengan orang yang terinfeksi atau penggunaan bersama jarum obat dapat

menyebarkan penyakit ini. Hepatitis C ditularkan melalui kontak seksual, penggunaan obat-obatan

dengan jarum, bahkan pemakaian bersama pisau cukur atau sikat gigi dengan orang yang telah

terinfeksi. (Silalahi L., http://www.tempointeraktif.com/ hg/narasi/2004/03/26/).

Beberapa etiologi yang mengakibatkan terjadinya Hepatitis diantaranya; komplikasi infeksi,

obstruksi traktusbilliaris, penyebaran dari visera saluran pencernaan, septikemia, trauma pada hati

dan abses amoeba. Yang menyebabkan kelainan yaitu abses hati, sehingga dari gejalanya dapat

terjadi gangguan citra tubuh dan harga diri rendah. Sedangkan luka tusuk tembus, luka tumpul,

kecelakaan mengakibatkan kelainan trauma pada hati, sehingga dilihat dari gejalanya menjadikan

perubahan perlindungan. Sedangkan adanya faktor resiko primer hepatitis, sirosis, hepatotoksis,

trauma metastase dari tempat lain umumnya dari visera abdomen, payudara, ginjal, ovarium, testis,

kulit yang menyebabkan kelainan karsinoma hati dan bisa beresiko tinggi terhadap infeksi, dan yang

mana gejalanya memunculkan masalah kurang pengetahuan, intoleransi aktifitas (lemah badan),

resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit.

Dari ketiga kelainan tersebut, menyebabkan peradangan hati, sehingga menimbulkan

beberapa gangguan yaitu necrosis hati yang mengakibatkan menurunnya metabolisme (karbohidrat,

lemak, protein, besi). Akibat menurunnya metabolisme tersebut, terjadi penurunan fungsi hati.

Peradangan hati juga menimbulkan nyeri sehingga muncul anoreksia. Akibatnya anoreksia

menyebabkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh maka terjadi penurunan BB, timbul

kelemahan pada pasien, yang disebabkan oleh yang lain yaitu hipoglikemia dan menurunnya

metabolisme tubuh (karbohidrat, lemak, protein, besi) yang nantinya mengakibatkan kelelahan.

Anoreksia juga timbul karena nausea dan vomitus yang merupakan gejala dari gangguan

gastrointestinal akibat peradangan hati. Peradangan hati juga memunculkan gejala gastrointestinal

yaitu disfungsi intestinal, penyebab kelemahan yang lain yaitu hipoglikemia. Dan yang lebih parah

lagi, peradangan hati bisa sampai ke gagal hati total.

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada hepatitis terdiri dari diit, istirahat, dan pengobatan medikamentosa.

a. Diet

Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika

sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori (30-35 kalori/kg BB) dengan protein

cukup (1 g/kg BB). Pemberian lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk

membatasi lemak, karena disamakan dengan penyakit kandung empedu. Dapat diberikan diit hati II-

III.

b. Istirahat

Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak

terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua

dan keadaan umum yang buruk.

c. Medikamentosa

1) Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah. Kortikosteroid

dapat digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali

normal tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3 X 10 mg selama 7

hari kemudian dilakukan tapering off.

2) Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.

3) Antibiotik tidak jelas kegunaannya.

4) Jangan diberikan antiemetik. Jika perlu sekali diberikan golongan fenotiazin.

5) Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. (Mansjoer A., 1999 : 514-515).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan pigmen

    - urobilirubin direk

    - bilirubun serum total

    - bilirubin urine

    - urobilinogen urine

    - urobilinogen feses

b. Pemeriksaan protein

    - protein totel serum

    - albumin serum

    - globulin serum

    - HbsAG

c. Waktu protombin

- respon waktu protombin terhadap vitamin K

d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

    - AST atau SGOT

    - ALT atau SGPT

    - LDH

    - Amonia serum

2. Radiologi

- foto rontgen abdomen

- pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif

- kolestogram dan kalangiogram

- arteriografi pembuluh darah seliaka

3. Pemeriksaan tambahan

- laparoskopi

- biopsi hati

G. Komplikasi

Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia

serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin

hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada

alkoholik.

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati

1. Aktivitas

Kelemaha

Kelelahan

Malaise

2. Sirkulasi

Bradikardi ( hiperbilirubin berat )

Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

3. Eliminasi

Urine gelap

Diare feses warna tanah liat

4. Makanan dan Cairan

Anoreksia Berat badan menurun Mual dan muntah Peningkatan oedema Asites

5. Neurosensori

Peka terhadap rangsang Cenderung tidur Letargi Asteriksis

6. Nyeri / Kenyamanan

Kram abdomen Nyeri tekan pada kuadran kanan Mialgia Atralgia Sakit kepala Gatal ( pruritus )

7. Keamanan

Demam Urtikaria Lesi makulopopuler Eritema Splenomegali Pembesaran nodus servikal posterior

8. Seksualitas

Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di

kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan

untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami

inflamasi hati dan bendungan vena porta.

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi

hepar

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder

terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu

6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus.

C. INTERVENSI

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di

kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan

untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.

a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan

R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan

b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling

sering

R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.

c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan

R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan

nafsu makan.

d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak

R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan

e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak

R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk

diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi

hati dan bendungan vena porta.

Hasil yang diharapkan :

Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis

intensitas dan lokasinya)

a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri

R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan

secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan

nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.

b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri

- Akui adanya nyeri

- Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya

R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri

c. Berikan informasi akurat dan

- Jelaskan penyebab nyeri

- Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui

R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan

dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat

penjelasan)

d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi

R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi

hepar.

Hasil yang diharapkan :

Tidak terjadi peningkatan suhu

a. Monitor tanda vital : suhu badan

R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi

b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk

mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.

R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi

c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur

R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang

kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan

d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat

R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi

kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis

a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu

R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang

b. Sarankan klien untuk tirah baring

R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan

untuk penyembuhan penyakit.

c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-

minat

R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan

meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting

d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu

kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan

R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan

e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi)

R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder

terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu

Hasil yang diharapkan :

Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.

a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering

- Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)

- Keringkan kulit, jaringan digosok

R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf

b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban

rendah, hindari pakaian terlalu tebal

R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui

vasodilatasi

c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus

untuk tujuan menggaruk

R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus

d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin

R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan

ekspansi paru dan akumulasi sekret.

Hasil yang diharapkan :

Pola nafas adekuat

Intervensi :

a. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan

R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen

b. Auskultasi bunyi nafas tambahan

R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan

c. Berikan posisi semi fowler

R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan

ukuran sekret

d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif

R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak

e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan

R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia

7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus

Hasil yang diharapkan :

Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua cairan

tubuh

- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen

- Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh

- Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan menutup

kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun

R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis

b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk

membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi

R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan mencegah

transmisi penyakit

c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain dan

petugas pelayanan kesehatan.

R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi

d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat

R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.

Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.

Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.

Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit, Gramedia Pustaka

Utama Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa Agung

Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.

Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.

Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta, Salemba

Medika.

Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI, jakarta.