Kontrol Paratiroid

2
 197 LAPORAN KASUS CDK-202/ vol. 40 no. 3, th. 2013   197 BERITA TERKINI CDK-202/ vol. 40 no. 3, th. 2013 Paricalcitol  plus V itamin D Dosis Rendah untuk Kontrol Hormon Paratiroid Optimal Pasien Penyakit Ginjal Kronik Gambar Patogenesis sederhana hiperparatiroidisme sekunder akibat penyakit ginjal kronik H iperparatiroid merupakan suatu komplikasi serius penyakit ginjal kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar hormon paratiroid ( intact parathyroid hormone  / iPTH ) > 300 pg/mL. Kondisi tersebut dapat menyebabkan komplikasi pada rangka dan kardiovaskuler hingga meningkatkan mortalitas. Hal tersebut dapat terjadi dini maupun lanjut. Patosiologi utamanya adalah desiensi calcitriol  (1,25-hydroxy vitamin D) akibat gagal ginjal. Pasien dengan hiperparatiroidisme sekunder direkomendasikan mendapat vitamin D aktif (misal, calcitriol , alfacalcidol ,  paricalcitol , atau doxercalciferol ). Target kadar hormon paratiroid yaitu 150 – 300 pg/mL. Pada pasien dengan kadar kalsium dan/atau fosfor terkoreksi di atas nilai target, dapat diberikan analog vitamin D seperti  paricalcitol  atau doxercalciferol . Paricalcitol  diketahui bersifat lebih sedikit menginduksi hiperkalsemia dan hiperfosfatemia dibandingkan calcitriol . Paricalcitol  merupakan suatu selective vitamin D receptor activators. Berbeda dengan obat segolongan, paracalcitriol  hanya sedikit berdampak pada absorpsi kalsium dibandingkan calcitriol (non-selective). Pemberian kombinasi vitamin D receptor activators dengan vitamin D akan menurunkan dosis vitamin D sehingga berpotensi menurunkan komplikasi hiperkalsemia yang dapat terjadi pada pemberian vitamin D dosis tinggi. Suatu uji klinik fase 4, multisenter (89 tempat di 12 negara), terbuka, menilai perbandingan  paricalcitol  dengan cinacalcet  + vitamin D dosis rendah. Pasien dengan hiperparatiroidisme sekunder yang menjalani hemodialisis dikelompokkan menjadi:  Kelompok P :  paricalcitol  (per oral / IV) + vitamin D dosis rendah  Kelompok C : cinacalcet  (per oral / IV) + vitamin d dosis rendah  Terap i diberikan sel ama 28 minggu. P emilihan vitamin D tergantung masing–masing area (per oral / IV). Hasil akhir primer yang dinilai adalah proporsi subjek yang mencapai kadar iPTH rerata 150 – 300 pg/mL selama minggu ke-21 s/d -28. Resume hasil: n=272  Keberhasilan terapi (memenuhi kriteria hasil akhor primer) pemberian intravena pada kelompok P lebih tinggi dibandingkan kelompok C (57,7% vs 32,7%; p=0,016). Secondary Hyperparathyriodism

description

hjgh

Transcript of Kontrol Paratiroid

  • 197

    LAPORAN KASUS

    CDK-202/ vol. 40 no. 3, th. 2013 197

    BERITA TERKINI

    CDK-202/ vol. 40 no. 3, th. 2013

    Paricalcitol plus Vitamin D Dosis Rendah untuk Kontrol Hormon Paratiroid Optimal

    Pasien Penyakit Ginjal Kronik

    Gambar Patogenesis sederhana hiperparatiroidisme sekunder akibat penyakit ginjal kronik

    Hiperparatiroid merupakan suatu komplikasi serius penyakit ginjal kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar hormon paratiroid (intact parathyroid hormone/ iPTH) > 300 pg/mL. Kondisi tersebut dapat menyebabkan komplikasi pada rangka dan kardiovaskuler hingga meningkatkan mortalitas. Hal tersebut dapat terjadi dini maupun lanjut. Patofi siologi utamanya adalah defi siensi calcitriol (1,25-hydroxy vitamin D) akibat gagal ginjal.

    Pasien dengan hiperparatiroidisme sekunder direkomendasikan mendapat vitamin D aktif (misal, calcitriol, alfacalcidol, paricalcitol, atau doxercalciferol). Target kadar hormon paratiroid yaitu 150 300 pg/mL. Pada pasien dengan kadar kalsium dan/atau fosfor terkoreksi di atas nilai target, dapat diberikan analog vitamin D seperti paricalcitol atau doxercalciferol. Paricalcitol diketahui bersifat lebih sedikit menginduksi hiperkalsemia dan hiperfosfatemia dibandingkan calcitriol.

    Paricalcitol merupakan suatu selective vitamin D receptor activators. Berbeda dengan obat segolongan, paracalcitriol hanya sedikit berdampak pada absorpsi kalsium dibandingkan calcitriol (non-selective). Pemberian kombinasi vitamin D receptor activators dengan vitamin D akan menurunkan dosis vitamin D sehingga berpotensi

    menurunkan komplikasi hiperkalsemia yang dapat terjadi pada pemberian vitamin D dosis tinggi.

    Suatu uji klinik fase 4, multisenter (89 tempat di 12 negara), terbuka, menilai perbandingan paricalcitol dengan cinacalcet + vitamin D dosis rendah. Pasien dengan hiperparatiroidisme sekunder yang menjalani hemodialisis dikelompokkan menjadi: Kelompok P : paricalcitol (per oral / IV) + vitamin D dosis rendah Kelompok C : cinacalcet (per oral / IV) + vitamin d dosis rendah

    Terapi diberikan selama 28 minggu. Pemilihan vitamin D tergantung masingmasing area (per oral / IV).

    Hasil akhir primer yang dinilai adalah proporsi subjek yang mencapai kadar iPTH rerata 150 300 pg/mL selama minggu ke-21 s/d -28.

    Resume hasil: n=272

    Keberhasilan terapi (memenuhi kriteria hasil akhor primer) pemberian intravena pada kelompok P lebih tinggi dibandingkan kelompok C (57,7% vs 32,7%; p=0,016).

    Secondary Hyperparathyriodism

  • 198

    BERITA TERKINI

    CDK-202/ vol. 40 no. 3, th. 2013

    Simpulannya, paricalcitol + vitamin D dosis rendah superior dibandingkan cinacelcet dalam mengontrol iPTH dengan insidens hiperkalsemia yang rendah.

    Cinacalcet merupakan suatu agen calcimimetic yang bekerja meningkatkan sensisitivitas calcium-sensing receptor. Obat ini diindikasikan untuk terapi hiperparatiroidisme sekunder pada pasien penyakit ginjal kronik, karsinoma paratiroid dengan hiperkalsemia, dan terapi hiperkalsemia berat pada pasien dengan hiperparatiroidisme primer yang tidak dapat menjalani paratiroidektomi.

    Paricalcitol merupakan analog calcitriol, metabolit aktif vitamin D/vitamin D receptor activator, dengan modifi kasi pada rantai samping D2 dan cincin A. Obat ini bekerja dengan berikatan dengan reseptor vitamin D dan mengaktifkannya secara selektif. Vitamin D dan paricalcitol terpantau bermanfaat menurunkan kadar hormon paratiroid dengan menghambat sintesis dan sekresinya. Obat ini diindikasikan untuk prevensi dan terapi hiperparatiroidisme sekunder akibat penyakit ginjal kronik stadium 5. (HSD)

    REFERENSI:

    1. Ketteler M, et al. Paricalcitol versus cinacalcet plus low-dose vitamin D therapy for the treatment of secondary hyperparathyroidism in patients receiving haemodialysis: results of the

    IMPACT SHPT study. Nephrol Dial Transplant.2012;27:3270 -8.

    2. K/DOQI clinical practice guidelines for bone metabolism and disease in chronic kidney disease [internet].2003. [cited 2012 Aug 16]. Available from : http://www.kidney.org/professionals/

    kdoqi/guidelines_bone/guide8b.htm

    3. RxList.Sensipar [internet].[cited 2012 Aug 16]. Available from : http://www.rxlist.com/sensipar-drug/indications-dosage.htm

    4. US Food and Drug Administration.Zemplar (Paricalcitol).2011.

    5. American Journal of Kidney Disease.K/DOQI clinical practice guidelines for bone metabolism and disease in children with chronic kidney disease.2005;46(4)

    Parameter Kelompok P Kelompok C

    IV Oral IV Oral

    Penggunaan phosphate binder (%) 59,7 - 88 66,7 - 87 71,9 93,3 60 88,2

    Hiperkalsemia (%) 7,7 0 0 0

    Hipokalsemia (%) 0 3,6 46,9 54,7

    Perubahan Nilai AP (IU/L) - 19,1(p