Jurnal jembatan

17
Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan …(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 101-116) JEMBATAN STRUKTUR RANGKA BAJA (STEEL TRUSS BRIDGE) PERMODELAN JEMBATAN RANGKA “DAM BRIDGE” Ayu Pangestuti 1 , Dhian Aier Sandy 2 , Mustholih 3 1,2,3 Mahasiswa Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Negeri Yogyakarta Email : [email protected] Abstrak Jembatan tidak hanya sebagai alat penghubung lalu lintas antar daerah atau antar pulau. Jembatan juga sebagai alat untuk melancarkan roda ekonomi antar daerah satu dengan daerah lain yang terhambat oleh suatu rintangan. Pentingnya fungsi jembatan maka pembangunan suatu jembatan harus dapat dilaksanakan dengan baik dan perencanaan yang benar. Jembatan rangka merupakan jembatan yang banyak diguanakan. Pada penilitian ini dilakukan pembuatan 3 model jembatan rangka batang yang diadopsi dari jembatan Muwagama Srilangka dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kekakuan struktur model jembatan rangka dengan tipe pelengkung. Model jembatan rangka tipe plengkung memiliki kekakuan yang cukup tinggi. Setelah dilakukan analisis yang dengan menggunakan SAP 2000 v.11. dari ketiga model jembatan tersebut terdapat satu model yang memiliki defleksi terkecil yaitu 0,809 mm dengan beban maksimum 200kg. Metode yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengaan menggunakan benda uji. Pada pengujian di laboratorium model jembatan mengalami defleksi maksimal dengan beban 27Kg, sehingga dilakukan analisis ulang pada model jembatan tersebut. Pendahuluan Pada saat ini telah banyak dibangun jembatan bentang panjang maupun bentang pendek di beberapa wilayah di Indonesia. Namun prasarana tersebut tidak di dukung oleh konstruksi struktur jembatan yang memadai misalkan terjadinya retak pada bagian gelagar adapula jembatan yang runtuh pada saat proses pelaksaanan masih dilakukan. Akibatnya terjadi kerusakan pada sejumlah jembatan di beberapa wilayah indonesia sehingga jembatan tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Salah satunya terjadi pada jembatan Comal. hal tersebut tidak bisa di remehkan sebab besar kerugian yang diakibatkan, tidak hanya untuk pengguna jalan melainkan merugikan negara. Dengan demikian untuk meminimalisir hal yang tidak diinginkan di butuhkan perencanaan, pelaksanaan, perawatan serta perbaikan pada suatu jembatan secara sitematis dan benar. Kriteria perencanaan struktur adalah memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan daktilitas. Konstruksi jembatan dapat dilakukan dengan menggunakan material baja, beton dan kayu. Rangka batang merupakan suatu konstruksi yang BRIDGE, , VOL.2 NO.2, September 2015 101

Transcript of Jurnal jembatan

Page 1: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan …(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 101-116)

JEMBATAN STRUKTUR RANGKA BAJA (STEEL TRUSS BRIDGE)PERMODELAN JEMBATAN RANGKA “DAM BRIDGE”

Ayu Pangestuti 1 , Dhian Aier Sandy 2 , Mustholih3

1 ,2 ,3 Mahasiswa Pendidikan Teknik Sipil dan PerencanaanUniversitas Negeri Yogyakarta

Email : [email protected]

AbstrakJembatan tidak hanya sebagai alat penghubung lalu lintas antar daerah atau antar

pulau. Jembatan juga sebagai alat untuk melancarkan roda ekonomi antar daerah satu dengan daerah lain yang terhambat oleh suatu rintangan. Pentingnya fungsi jembatan maka pembangunan suatu jembatan harus dapat dilaksanakan dengan baik dan perencanaan yang benar. Jembatan rangka merupakan jembatan yang banyak diguanakan. Pada penilitian ini dilakukan pembuatan 3 model jembatan rangka batang yang diadopsi dari jembatan Muwagama Srilangka dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kekakuan struktur model jembatan rangka dengan tipe pelengkung. Model jembatan rangka tipe plengkung memiliki kekakuan yang cukup tinggi. Setelah dilakukan analisis yang dengan menggunakan SAP 2000 v.11. dari ketiga model jembatan tersebut terdapat satu model yang memiliki defleksi terkecil yaitu 0,809 mm dengan beban maksimum 200kg. Metode yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengaan menggunakan benda uji. Pada pengujian di laboratorium model jembatan mengalami defleksi maksimal dengan beban 27Kg, sehingga dilakukan analisis ulang pada model jembatan tersebut.

Pendahuluan Pada saat ini telah banyak dibangun jembatan bentang panjang maupun bentang

pendek di beberapa wilayah di Indonesia. Namun prasarana tersebut tidak di dukung oleh konstruksi struktur jembatan yang memadai misalkan terjadinya retak pada bagian gelagar adapula jembatan yang runtuh pada saat proses pelaksaanan masih dilakukan. Akibatnya terjadi kerusakan pada sejumlah jembatan di beberapa wilayah indonesia sehingga jembatan tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Salah satunya terjadi pada jembatan Comal. hal tersebut tidak bisa di remehkan sebab besar kerugian yang diakibatkan, tidak hanya untuk pengguna jalan melainkan merugikan negara. Dengan demikian untuk meminimalisir hal yang tidak diinginkan di butuhkan perencanaan, pelaksanaan, perawatan serta perbaikan pada suatu jembatan secara sitematis dan benar. Kriteria perencanaan struktur adalah memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan daktilitas.

Konstruksi jembatan dapat dilakukan dengan menggunakan material baja, beton dan kayu. Rangka batang merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung satu dengan yang lain pada kedua ujungnya, sehingga membentuk satu kesatuan struktur yang kokoh. Jembatan rangka batang jika di bandingkan dengan jembatan sederhana, jembatan rangka batang dapat memberikan nilai kekakuan yang lebih ringgi untuk panjang bentang yang sama. Selain itu jumlah material yang diperlukan jembatan rangka batang lebih sedikit untuk menghasilkan kekakuan yang sama besar. Meskipun analisis struktur rangka batang dapat dilakukan secara sederhana, namun dalam melakukan perancangan dan analisis struktur, diperlukan waktu yang bervariasi. Semakin kompleks bentuk struktur rangka batang dan jumlah batangnya, maka waktu yang diperlukan untuk merancang dan menganalisis struktur tersebut semakin lama. Untuk membantu dalam menganalisi struktur jembatan kami menggunakan software SAP 2000 v.11.00.

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, September 2015 101

Page 2: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 1-16)

LANDASAN TEORIRangka Batang

Rangka batang merupakan perkembangan dari balok karena bentang yang cukup besar sehingga tidak memungkinkan memakai balok biasa karena dimensi baloknya akan besar sekali dan berat sendirinya akan besar pula untuk menghindarkan dimensi yang terlalu besar maka dicari alternative lain, salah satunya dibuat rangka batang dengan ukuran dimensi balok yang kecil, bisa dipakai untuk bentang yang cukup besar dan mampu menahan beban yang besar. Rangka batang yang biasa di gunakan pada jembatan dirancang dengan sebuah bidang rangka yang ditempatkan pada setiap sisi jembatandan di hubungkanoleh balok Rancangan sebuah rangka-batang meliputi penentuan gaya-gaya pada berbagai batang dan pemilihan ukuran dan bentuk struktur yang sepadan untuk menahan gaya-gaya tersebut. Beberapa asumsi dibuat dalam analisis gaya dari rangka-batang sederhana.melintang yang menopang jalan untuk kendaraan dan mentransfer beban batang rangka.

Kelebihan rangka batang yaitu :a. Dapat menjebatani bentang yang sangat panjangb. Instalasi mecanical electrikcal and plumbing (MEP) dapat melalui batang-

bentang c. Relatif lebih ringan d. Elemen batang ukuran kecil sehingga mudah dalam pengangkutan

Sedangkan kekurangan dari rangka bantang adalah:a. Membutuhkan pekerja yang banyak b. Struktur dapat bergoyang c. Memerlukan bracinf lateral d. Susah dimodifikasie. Relatif tidak tahan api

Jembatan rangka, tersusun dari batang-batang yang dihubungkan satu sama lain dengan pelat buhul, dengan pengikat paku keling, baut atau las. Batang-batang rangka ini hanya memikul gaya dalam aksial (normal) tekan atau tarik, tidak seperti pada jembatan gelagar yang memikul gaya-gaya dalam momen lentur dan gaya lintang. Jembatan dengan rangka batang memiliki beberapa jenis diantaranya sebagai berikut :Pratt : Sering digunakan di masa lampau daripada tipe-tipe rangka lainnya, bentang maksimalnya200 feetHowe : Sering digunakan di masa lampau tetapi sangat sedikit digunakan dimassa sekarang, bentang maksimalnya 200 feet.Warren : Sangat umum, untuk bentang maksimalnya 200 feet.Parker : Untuk bentang diatas 180 feet atau 200 feet sampai 350 feet atau 360 feet, lebih ekonomis dibanding tipe rangka lainnya.Baltimore : Digunakan untuk bentang di atas 300 feet.“K” truus : Sama seperti tipe Baltimore, digunakan untuk bentang di atas 300 feet.

Arch Jembatan memiliki berbagai macam jenis, salah satunya pelengkung dengan desain

mengunakan material baja atau beton bertulang dengan dimensi yang dapat menahan gaya tarik, yang ditimbulkan dari perbandingan gaya tekan akibat bentuk yang melengkung. Bentuk melengkung dari struktur memungkinkan berat sendiri struktur disalurkan ke pondasi sebagai gaya normal tekan tanpa lenturan. Jembatan pelengkung Pengikat : Jembatan pelengkung pengikat adalah salah satu variasi dari tipe jembatan pelengkung menerus dengan satu hal yang berbeda. Pada tipe jembatan menerus gaya dorong horizontal yang terjadi disalurkan langsung ke pondasi sedangkan pada jembatan pelengkung mengikat gaya dorong horizontal ke bagian jembatan yang lainnya secara menerus seperti rantai. Perbedaan lainnya yaitu jembatan pelengkung mengikat

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015 1

Page 3: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 1-16)

mendistribusikan gaya dorong horizontal yang diterima ke girder jembatan sehingga pier (pondasi jembatan) pada jembatan mengikat mennjadi lebih kecil dibanding jembatan lainya.Jembatan pelengkung menerus : Jembatan pelengkung meenerus memiliki konstruksi tipe pelengkung yang berada diatas jalan raya dan lengkung dibawah jalan raya. Beban jembatan akibat lalu lintas ditahan pleh dek jembatan yang kemudian diteruskan ke bagian utama pelengkung baja melalui kabel baja yang menghubungkan dek jembatan ke bagian pelengkung utama.Jembatan peleengkung dengan Dek : Jembatan pelengkung tipe dek merupakan jembatan pelengkung dengan tipe yang sederhana dibandingkan tipe jembatan pelengkung yang lainnya. Jembatan pelengkung tipe dek ini dapat digunakan pada jarak yang sangat jauh ± 518 m. Jembatan melengkung ini di desain untuk menahan kombinasi gaya aksial dan momen arus lalu lintas jembatan.

Jembatan tipe pelengkung memiliki beberapa kelebihan diantaranyaKeseluruhan bagian pelengkung menerima tekan dan gaya tekan ini ditransfer ke

abutmen dan ditahan oleng tegangan tanah di bawah pengkung. Tanpa gaya tarik yang diterima oleh pelengkung memungkinkan jembatan pelengkung bisa dibuat lebih panjang dari jembatan balok dan bisa menggunakan material yang tidak mampu menerima tarik dengan baik seperti beton.Bentuk jembatan pelengkung adalah inovasi dari peradaban manusia yang memiliki nilai estetika tinggi namun struktur yang sangat kuat yang terbukti jembatan pelengkung romawikuno masih berdiri sampai sekarang.

Konstruksi jembatan pelengkung lebih sulit daripada jembatan balok karena pembangunan jembatan ini memerlukan metode pelaksanaan yang cukup rumit karena struktur belum dikatakan selesai sebelum kedua bentang bertemu di tengah-tengah. Salah satu tekniknya dengan membuat scafolding dibawah bentang untuk menopang struktur sampai bertemu di puncak. Metode yang terbaru adalah menopang batang dengan kabel yang diangkerkan ditanah di tiap sisi jembatan

Kriteria PerencanaanPerancangan merupakan tahapan awal yang harus dilakukan ketika kita akan merancang suatu desain jembatan. Dalam merancang suatu jembatan harus memperhatikan hal-hal berikut :1. Pemilihan Lokasi 2. Penentuan Kondisi Eksternal3. Stabilitas konstruksi4. Ekonomis5. Pertimbangan pelaksanaan6. Pertimbangan pemeliharaan7. Keamanan dan kenyamanan8. Estetika

MATERIAL

Baja Pada jembatan rangka batang, material baja merupakan bahan utama yang digunakan dalam perancangan. Penggunaan struktur baja, apabila dilihat pada bangunan dan perbandingan (ratio) antara kekuatan berat (atau kekuatan per satuan berat) harus dipertahankan tinggi, maka bajalah yang dapat memenuhinya.

Tabel 1. Sifat Mekanis Struktural Baja

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015 1

Page 4: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 1-16)

(Sumber: SNI 03-1729-2002)Jenis Baja

Tegangan Putus

Minimum, Fu

(MPa)

Tegangan Leleh

Minimum, Fy

(MPa)

Peregangan Minimum

(%)

BJ 34 340 210 22BJ 37 370 240 20BJ 41 410 250 18BJ 50 500 290 19BJ 55 550 410 13

Kayu Kayu merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari sumber kekayaan alam, bahan

mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan keinginan dan kemajuan teknologi. Barang yangbisa dihasilkan contohnya, furniture selain itu dapat pula dijadikan bahan dasra pemodelan jembatan. Pada perkembangan teknik penggunaan kayu struktural perlu diperhatikan sifat-sifat dan jenis-jenis kayu serta faktor yang memepengaruhi kekuatan kayu, sambungan dan alat-alat penyambung serta keawetan kayu. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada sifat kayu,kayu akan lebih kuat jika menerima beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima beban tegak lurus serat. Ini karena struktur serat kayuyang berlupang. Semakin rapat serat, kayu umumnya memilikikekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat. Kerapatan ini umumnya ditandai dengan berat kayu persatuan volume / berat jenis. Berikut tabel menunjukkan kelas berat jenis kayu dan besaran kuat kayu.

Tabel 2. Kekuatan Kayu

Kelas Kuat Berat Jenis Kuat TarikAbsolut (Kg/cm3)

Kuat TakanAbsolut (kg/cm3)

I ≥ 0.90 ≥ 1100 ≥ 650II 0.90 – 0.60 1100 – 725 650 – 425III 0.60 – 0.40 725 – 500 425 – 300IV 0.40 – 0.30 500 – 360 300 – 215V < 0.30 < 360 < 215

Alat SambungPada struktur rangka baja, sambungan berfungsi untuk menggabungkan profil-profil

bagian-bagian konstruksi serta bagian tersebut menjadi satu kesatuan. Karena sambungan menyalurkan gaya ke komponen yang lain, maka sambungan harus aman dan mampu dibuat secara praktis.Kriteria dasar yang umum dalam perencanaan sambungan antara lain, kekuatan, kekakuan, cukup ekonomis.Alat sambung yang digunakan pada struktur baja adalah :Sambungan Las : Sambungan las adalah sambungan antara dua logam dengan cara pemanasan, dengan atau tanpa logam pengisi.Sambungan Paku Keling : Paku keling (rivet) digunakan untuk sambungan tetap antara 2 plat atau lebih misalnya pada tangki dan boilerSambungan Baut : Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir, salah satu ujungnya dibentuk kepala baut ( umumnya bentuk kepala segi enam ) dan ujung lainnya dipasang mur/pengunci.

Dalam pemakaian di lapangan, baut dapat digunakan untuk membuat konstruksi sambungan tetap, sambungan bergerak, maupun sambungan sementara yang dapat dibongkar/dilepas kembali. Bentuk uliran batang baut untuk baja bangunan pada umumnya ulir

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015 1

Page 5: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 1-16)

segi tiga (ulir tajam) sesuai fungsinya yaitu sebagai baut pengikat. Sedangkan bentuk ulir segi empat (ulir tumpul) umumnya untuk baut-baut penggerak atau pemindah tenaga misalnya dongkrak atau alat-alat permesinan yang lain.

PEMBEBANANDalam perencanaan jembatan, pembebanan yang diberlakukan pada jembatan jalan raya mengacu pada standar “RSNI T-02-2005 Pembebanan Untuk Jembatan”. Standar ini menetapkan ketentuan pembebanan dan aksi-aksi yang akan digunakan dalam perencanaan jembatan jalan raya termasuk jembatan pejalan kaki dan bangunan-bangunan sekunder yang terkait dengan jembatan. Untuk perhitungan kekuatan gelagar-gelagar harus digunakan beban “D” atau beban jalur, yaitu susunan beban pada setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban terbagi rata sebesar “q” ton per meter panjang per jalur dan beban garis “P” ton per jalur lalu lintas. Distribusi beban “D” yang bekerja pada jembatan :

Gambar 1. Beban lajur D

Besar “q” ditentukan sebagai berikut :q = 2,2 t/m.................................................................................................untuk L < 30mq = 2,2 t/m – 1,1/{60*(L-30)} t/m .............................................................................untuk 30m < L < 60mq = 1,1 * {1+(30/L)} t/m ............................................................................untuk L > 60m

dimana :L : panjang (m), ditentukan oleh tipe konstruksi jembat. t/m : ton per meter panjang, per jalur.

Ketentuan penggunaan beban “D” dalam arah melintang jembatan adalah sebagai berikut :1. Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan sama atau lebih kecil dari 5,50 meter,

beban “D” sepenuhnya (100%) harus dibebankan pada seluruh lebar jembatan.2. Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan lebih besar dari 5,50 meter, beban “D”

sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,50 meter sedang lebar selebihnya dibebani hanya separuh beban “D” (50%).

SISTEM STRUKTURSecara umum struktur jembatan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama yaitu struktur atas (superstructures) dan struktur bawah (substructures) dan Pondasi.

Struktur AtasStruktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll. Struktur atas jembatan umumnya meliputi :

a. Trotoar :a) Sandaran dan tiang sandaranb) Peninggian trotoar (Kerb)c) Slab lantai trotoar.

1. Slab lantai kendaraan2. Gelagar (Girder)3. Balok diafragma

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015 1

Page 6: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 1-16)

4. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang)5. Tumpuan (Bearing).

Struktur BawahStruktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain

yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebutdisalurkan oleh fondasi ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :Pangkal jembatan (Abutment) : Karena letak abutment yang berada di ujung jembatan maka abutment ini berfungsi juga sebagai penahan tanah. Umumnya abutment dilengkapi dengan konstruksi sayap yang berfungsi menahan tanah dalam arah tegak lurus as jembatan.

Gambar 2 Bentuk Abutment

Bentuk umum abutment pada gambar 2.1 sering kita jumpai baik pada jembatan-jembatan baru dan jembatan–jembatan lama. Gambar (a) menunjukkan abutment dari pasangan batu, dan gambar (b) dan (c) dari beton bertulang (reinforced concrete).

1. Dinding belakang (Back wall),2. Dinding penahan (Breast wall),3. Dinding sayap (Wing wall),4. Oprit, plat injak (Approach slab)5. Konsol pendek untuk jacking (Corbel),6. Tumpuan (Bearing).

Pilar jembatan (Pier), : Pilar (Piers) terletak di tengah jembatan (di tengah sungai) yang memiliki kesamaan fungsi dengan kepala jembatan yaitu mentransfer gaya jembatan rangka ke tanah.. Berikut bagian dari pilar jembatan :

a) Kepala pilar (Pier Head),b) Pilar (Pier), yang berupa dinding, kolom, atau portal,c) Konsol pendek untuk jacking (Corbel),d) Tumpuan (Bearing).

Pondasi : Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar. Berdasarkan sistimnya, pondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam jenis, antara lain :

a) Pondasi telapak (spread footing)b) Pondasi sumuran (caisson)c) Pondasi tiang (pile foundation) :

(1) Tiang pancang kayu (Log Pile),(2) Tiang pancang baja (Steel Pile),(3) Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),(4) Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile),

spun pile,(5) Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place), borepile, franky pile,(6) Tiang pancang komposit (Compossite Pile).

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015 1

(a) (b) (c)

Page 7: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 1-16)

Gambar 3. Struktur Jembatan

METODE PERAKITAN

Ada 4 (empat) metode yang dapat digunakan untuk pekerjaan pemasangan/penyetelan perangkat jembatan rangka baja yaitu :

Pemasangan dengan cara memakai perancah.Kerugian menggunakan metode perancah yaitu produkticitas yang relatif rendah, karena

pekerjaan cor di tempat menuntut waktu yang lebih lama untuk proses persiapan (fromwork dan peracah) dan proses seting beton. Menurut tipe tanah yang harus baik, dan bila tanah yang ada untuk dudukan perancah kurang baik maka akan berakibat perlunya struktur pondasi khusus (luasan telapak yang lebar atau penggunaan ponadsi dalam) Keuntungan menggunakan metode peranacah yaitu minimalisisr alat angkat berat (service crane ata gantry ) yang diperlukan, mengingat pengecoran yang dilakukan adalah di tempat. Minimalisir biaya erection akibat tidak terlibatnya alat angkat berat, khususnya bila tipe ini telah dimiliki (heavy duty shoring)

Pemasangan dengan cara cantilever Keuntungan mengunakan metode cantilever yaitu produktivitas erection yang lebih

tinggi.Tidak terpengaruh pada tipe tanah yang dibawah lantaii jembatan (sebatas mampu dilewati untuk manuver alat berat) Kerugian menggunakan metode cantilever yaitu penggunaan alat berat sehingga biaya tinggi mengingat biaya sewa crane dengan kapasitas anggkat tinggi adalah relativ mahal. Perlunya akses road yang memadai untuk mobilisasi service crane

Pemasangan dengan cara peluncururan. Keuntungan menggunakan metode peluncuran adalah tidak terpengaruh pada kondisi

dibawah lantai jembatan (sepenuhnya sungai) Kerugian menggunakan metode peluncur yaitu umumnya penggunaan alat berat seperti ini juga menuntut biaya tinggi. Diperlukannya system booking alat yang memadai mengingat tipe ini belum dimiliki banyak oleh sub kontraktor rection. Produktivitas relatif lebih rendah dibandingkan dengan sistem cantilever, dimana perlu waktu extra untuk rection truss dan sistem angkat dan menempatkan girder.

PELAKSANAAN PERAKITAN

Pekerjaan Persiapan

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015 1

Page 8: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 1-16)

Metode pemasangan, perlu dilakukan persiapan-persiapan yang matang, sebelum pekerjaan pemasangan dimulai. Hal ini penting sekali, untuk menghindari terhentinya pekerjaan pemasangan di tengah-tengah kegiatan yang akan mengundang resiko tinggi. Persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebagai berikut :1. Menetapkan/menyiapkan lokasi penumpukan material jembatan, sehinggga tidak

mengganggu kegiatan pemasangan, termasuk material jembatan pembantu yang diperlakukan dan mengamankan dari banjir/air pasang.

2. Buatlah fasilitas yang baik pada daerah penumpukan material jembatan, misalnya jalan masuk yang kuat, daerah yang rata dan disediakan bantalan-bantalan dan dibuatkan saluran-saluran darinase yang baik.

3. Sebelum material jembatan ditumpuk, lebih dulu diberi tanda atau kode untuk masing-masing bagian jembatan (missal kode A untuk barang atas, B untuk batang bawah, V untuk batang vertical, dan D untuk batang diagonal).

4. Tetapkan cara penumpukan bagian-bagian material jembatan, sehingga memperlancar proses pengambilan bagian-bagian yang akan dipasang sesuai urutan pemasangannya.

5. Pada saat penumpukan, dilakukan pemeriksaan lagi tentang ukuran/dimensi material jembatan dan jumlahnya, dengan menggunakan check list. Bila ada bagian-bagian yang rusak agar diperbaiki atau dicari penggantinya segera.

6. Jumlah,ukuran dan kelengkapan baut, mur, ring untuk struktur sambungan harus dihitung lebih dahulu, dan jumlahnya harus mempunyai cadangan sebesar 5%.

7. Dicek kesiapan peralatan yang akan digunakan. 8. Dikumpulkan gambar pelaksanaan dan informasi mengenai perencanaan (desain), antara

lain : a. Perbedaan elevansi atau level tiap-tiap titik buhul (bagian bawah) jembatan dalam

keadaan terpasang maupun pada saat pemasangan. b. Beberapa panjang struktur yang dapat berfungsi sebagai cantilever atau konsol. c. Berat struktur jembatan per meter.

9. Besarnya penggian atau zig, setiap titik buhul, harus diikuti pada pemasangan batang-batang rangka, dengan system perancah.

10. Besarnya “f”, adalah defleksi yang harus diperhatikan pada saat proses pemasangan batang-batang rangka baja dengan system cantilever.

Langkah-langkah PerakitanPerakitan jembatan direncanakan menggunakan sistem perancah. Perancah digunakan sebagai tumpuan sementara selama konstruksi. Perancah yang digunakan rencanakan dengan menggunakan perancah yang terbuat dari baja agar kuat menahan beban sendiri jembatan sebelum jembatan tersambung secara sempurna. Adapun urutan perakitan jembatan rangka baja denngan menggunakan sistem perancah adalah sebagai berikut :1. Letakkan semua gelagar melintang atas perancah termasuk kedua gelagar ujung melintang

dengan ketinggian yang sesuai. Setelah itu ikat penampang baja ke kabel jembatan gantung. Untuk gelagar melintang pada posisi ujung, ditambahkan balok kayu dibawah gelagar untuk memudahkan pemasangan tumpuan setelah jembatan selesai dirangkai.

2. Pasang semua batang rangka datar bagian bawah dihubungkan ke ujung gelagar melintang dan pelat penghubung

3. Setelah gelagar melintang dan batang datar bawah tersambung, periksa kembali posisi dan elevasi pada titik sambungan apakah sudah sesuai

4. Perakitan dilanjutkan dengan memasang batang tegak, batang diagonal dan juga batang rangka bagian atas dari ujung salah satu sisi bagian jembatana bertahap hingga ujung sisi lainnya.

5. Pasang batang ikatan angin atas/bracing bawah sehingga rangka batang akan membentuk frame yang kaku

6. Pasangkan dan kencangkan semua baut

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015 1

Page 9: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 1-16)

7. Apabila semua batang rangka jembatan sudah tersambung, dilanjutkan dengan pemasangan gelagar memanjang yang diletakkan diatas gelagar melintang dn disambung dengan baut

8. Pelepasan Kabel penggantung9. Proses pemasangan Dek ;Baja dan bekesting untuk pengecoran pelat lantai kendaraan.10. Pengecoran pelat lantai kendaraan11. Apabila beton sudah mengering bekesting dilepas12. Pelepasan perancah dan dilanjutkan dengan pemasangan tumpuan / perletakan jembatan

dengan cara jembatan didongkrak13. Pembongkaran pilar jembatan gantung lama14. Pemasangan pipa sandaran pada sisi dalam rangka jembatan15. Pekerjaan penfaspalan pda lapisan permukaan jalan.

Gambar.4 perakitan jembatan metode perancah

METODE PEMELIHARAAN JEMBATAN

Pemeliharaan secara rutinPemeliharaan rutin jembatan biasanya dimasukkan dalam perkejaan pemeliharaan rutin jalan dan dilaksanakan bersama dengan pemeliharaan rutin jalan tersebut. Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin adalah sebagai berikut :

1. Pembersihan secara umum2. Membuang tumbuhan liar dan sampah3. Pembersihan dan melancarkan 4. Penanganan kerusakan ringan drinase5. Pengecatan sederhana6. Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan

Kegiatan pemeliharaan berkala diduga mencakup hal-hal sebagai berikut :1. Penggantian lapisan permukaan 2. Pengecatan ulang 3. Pembersian jembatan secara keseluruhan4. Pemeliharaan peletakan /landasan5. Penggantian siar mual (expansion joint)

Perbaikan sederhana mencakup hal-hal :1. Penggantian bagian-bagian kecil dan elemen kecil

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015 1

Page 10: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 1-16)

2. Perbaiakan tiang dan sandaran3. Perkuatan bagian-bagian yang bergerak4. Perkuatan bagian struktural 5. Perbaiakan tebing yang longsor dan terkena erosi6. Perbaikan bangunan pengaman yang sederhana

PEMBAHASAN Dari analisis struktur jembatan dengan software SAP 2000 dengan membuat 3 jembatan model diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel.3. Beban dan Defleksi Ketiga Model Jembatan

MODEL 1 MODEL 2 MODEL 3beban defleksi beban defleksi beban Defleksi

20 0,1364 20 0,1163 20 0,089

40 0,2728 40 0,2326 40 0,1691

60 0,4092 60 0,3489 60 0,2492

80 0,5456 80 0,4652 80 0,3293

100 0,682 100 0,5815 100 0,4094

120 0,8184 120 0,6978 120 0,4895

140 0,9548 140 0,8141 140 0,5696

160 1,0912 160 0,9304 160 0,6497

180 1,2276 180 1,0467 180 0,7298

200 1,364 200 1,163 200 0,8099

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015 1

Page 11: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 1-16)

Gambar 5. Grafik Hubungan Beban dengan Deflekssi pada ketiga model

Gambar 6. Model Jembatan 1

Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, pada jembatan model 3 diperoleh data sebagai berikut.

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015 1

Page 12: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 1-16)

Gambar 7. Grafik Uji Pembebanan Jembatan Model

Gambar 8. Pengujian Jembatan Model

Hasil analisis yang dilakukan pada jembatan model mengalami kegagalan diamana seharusnya jembatan mengalami defleksi maksimal pada beban 200 Kg dengan demikian dilakukan analisis ulang dan diperoleh hasil sebagai berikut

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015 1

Page 13: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 1-16)

Model Jembatan Pengujian Laboratorium

Tabel 4. Beban dan Defleksi Model Jembatan BEBAN (Kg) Defleksi (mm)

5 0,136410 0,272815 0,409220 0,545625 0,68

Gambar 10. Pembebanan Jembatan Prototype

KESIMPULAN Dari hasil pembahasan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :1. Dari ketiga model jembatan, pada jembatan model ke memiliki defleksi yang terkecil yaitu

0,809 mm2. Pada uji laboratorium model jembatan ke 3 mengalami keruntuhan pada beban 25 kg.3. Perawatan pada jembatan dapat dilakukan secara rutin dengan melakukan pembersihan

secara umum, membuang tumbuhan liar dan sampah, pembersihan dan melancarkan,

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015 1

Page 14: Jurnal jembatan

Jembatan Struktur Rangka Baja (Steel Truss Bridge) Permodelan Jembatan Rangka “DAM BRIDGE”…(Ayu Pangestuti, Dkk/hal. 1-16)

penanganan kerusakan ringan drinase, pengecatan sederhana, pemeliharaan permukaan lantai kendaraan dan berkala agar dengan melakukan penggantian bagian-bagian kecil dan elemen kecil, perbaiakan tiang dan sandaran, perkuatan bagian-bagian yang bergerak, perkuatan bagian struktural, perbaiakan tebing yang longsor dan terkena erosi, perbaikan bangunan pengaman yang sederhana. Perawatan tersebut harus terlaksanan agar didapat rasa aman dan nyaman saat digunakan

DAFTAR PUSTAKA

[1] Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” , 2012 Ir. Thamrin Nasution, Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. Hal 17.)

[2] Peraturan Nr. 12/1970 dan Tata Cara SNI 03-1725-1989 yang sesuai AASHTO.[3] Pedoman Perencanaan Jembatan Jalan Raya SKBI - 1.3.28.1987, UDC :

624.042:624.21[4] Perencanaan Jembatan Jalan Raya SKBI - 1.3.28.1987, UDC : 624.042:624.21[5] Supriyadi dan Muntohar, 2007

BRIDGE, , VOL.2 NO.2, Januari 2015 1