IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

22
Jurnal Excelsior Pendidikan Jurnal Excelsior Pendidikan | 23 IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS BERDASARKAN SURAT 1 TIMOTIUS 3:1-13 & 2 TIMOTIUS 2:2-6 DI KALANGAN CIVITAS AKADEMIKA SEKOLAH TINGGI TEOLOGI Tenny Sudibyo 1 *, Areyne Christi 2 1 Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal 2 Sekolah Tinggi Teologi Excelsius *Email: [email protected] Abstract: Theory basis: Christian leadership which is more spiritual in nature as a person's ability to influence others comes from the Holy Spirit. Research objective: is to answer the following questions, (1) What is the level of implementation of the leadership principles of the Apostle Paul based on letters 1 Timothy 3: 1-13 and 2 Timothy 2: 2-7 among the STT Duta Panisal Academic Community? (2) Which dimension predominantly determines the implementation of Paul's leadership principles based on letters 1 Timothy 3: 1-13 and 2 Timothy 2: 2-7 among the STT Duta Panisal Academic Community? (3) Which category of background determines the implementation of the leadership principles of the Apostle Paul based on 1 Timothy 3: 1-13 and 2 Timothy 2: 2-7? Method: The explanatory-confirmatory method. Moderate Variable or Moderate Variable is the comparison variable, namely gender, age, status, education, ethnicity, church of origin, and occupation. The results of the study: (1) the hypothesis of the level of implementation of the leadership principles of the Apostle Paul based on Letter 1 Timothy 3: 1- 13; & 2 Timothy 2: 2-6 among the academic community of Duta Panisal Theology College are in the high category. (2) The Principles of the Apostle Paul's Leadership Based on 1 Timothy 3: 1-13; & 2 Timothy 2: 2-6 is significantly at α <0.05, the acquisition score is 875,889. (3) Ethnic background is the most dominant background category shaping the Implementation of Leadership Principles among the Academic Community of Duta Panisal Theological College. Keywords: Apostle Paul's leadership, qualifications, tribe. Abstrak: Landasan Teori: Kepemimpinan Kristen yang lebih bersifat rohani sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain datangnya dari Roh Kudus. Tujuan Penelitian: adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, (1)Berapakah besar tingkat implementasi prinsip- prinsip kepemimpinan Rasul Paulus berdasarkan surat 1 Timotius 3:1-13 dan 2 Timotius 2:2-7 di kalangan Civitas Akademika STT Duta Panisal? (2)Dimensi manakah yang paling dominan menentukan implementasi prinsip kepemimpinan Paulus berdasarkan surat 1 Timotius 3:1-13 dan 2 Timotius 2:2-7 di kalangan Civitas Akademika STT Duta Panisal? (3)Kategori latar belakang manakah yang lebih menentukan implementasi prinsip-pinsip kepemimpinan Rasul Paulus berdasarkan surat 1 Timotius 3:1-13 dan 2 Timotius 2:2-7? Metode: metode Eksplanatori-Konfirmatori. Variabel Moderat atau Moderate Variable adalah variabel pembanding yaitu jenis kelamin, umur, status, pendidikan, suku, gereja asal, dan pekerjaan. Hasil penelitian: (1) hipotesa Tingkat Implementasi prinsip kepemimpinan Rasul Paulus berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di kalangan civitas akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal berada dalam kategori tinggi. (2) Prinsip Kepemimpinan Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 secara signifikan ada pada α <0,05 , perolehan skor sebesar 875.889. (3) latar belakang Suku menjadi kategori latar belakang paling dominan membentuk Implementasi Prinsip Kepemimpinan di Kalangan Civitas Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal. Kaca kunci: Kepemimpinan Rasul Paulus, Kualifikasi, Suku.

Transcript of IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Page 1: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

Jurnal Excelsior Pendidikan | 23

IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS

BERDASARKAN SURAT 1 TIMOTIUS 3:1-13 & 2 TIMOTIUS 2:2-6 DI

KALANGAN CIVITAS AKADEMIKA SEKOLAH TINGGI TEOLOGI

Tenny Sudibyo1*, Areyne Christi2 1Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal

2Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

*Email: [email protected]

Abstract: Theory basis: Christian leadership which is more spiritual in nature as a person's ability to

influence others comes from the Holy Spirit. Research objective: is to answer the following questions,

(1) What is the level of implementation of the leadership principles of the Apostle Paul based on letters

1 Timothy 3: 1-13 and 2 Timothy 2: 2-7 among the STT Duta Panisal Academic Community? (2) Which

dimension predominantly determines the implementation of Paul's leadership principles based on letters

1 Timothy 3: 1-13 and 2 Timothy 2: 2-7 among the STT Duta Panisal Academic Community? (3) Which

category of background determines the implementation of the leadership principles of the Apostle Paul

based on 1 Timothy 3: 1-13 and 2 Timothy 2: 2-7? Method: The explanatory-confirmatory method.

Moderate Variable or Moderate Variable is the comparison variable, namely gender, age, status,

education, ethnicity, church of origin, and occupation. The results of the study: (1) the hypothesis of the

level of implementation of the leadership principles of the Apostle Paul based on Letter 1 Timothy 3: 1-

13; & 2 Timothy 2: 2-6 among the academic community of Duta Panisal Theology College are in the

high category. (2) The Principles of the Apostle Paul's Leadership Based on 1 Timothy 3: 1-13; & 2

Timothy 2: 2-6 is significantly at α <0.05, the acquisition score is 875,889. (3) Ethnic background is the

most dominant background category shaping the Implementation of Leadership Principles among the

Academic Community of Duta Panisal Theological College.

Keywords: Apostle Paul's leadership, qualifications, tribe.

Abstrak: Landasan Teori: Kepemimpinan Kristen yang lebih bersifat rohani sebagai kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi orang lain datangnya dari Roh Kudus. Tujuan Penelitian: adalah

menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, (1)Berapakah besar tingkat implementasi prinsip-

prinsip kepemimpinan Rasul Paulus berdasarkan surat 1 Timotius 3:1-13 dan 2 Timotius 2:2-7 di

kalangan Civitas Akademika STT Duta Panisal? (2)Dimensi manakah yang paling dominan menentukan

implementasi prinsip kepemimpinan Paulus berdasarkan surat 1 Timotius 3:1-13 dan 2 Timotius 2:2-7

di kalangan Civitas Akademika STT Duta Panisal? (3)Kategori latar belakang manakah yang lebih

menentukan implementasi prinsip-pinsip kepemimpinan Rasul Paulus berdasarkan surat 1 Timotius

3:1-13 dan 2 Timotius 2:2-7? Metode: metode Eksplanatori-Konfirmatori. Variabel Moderat atau

Moderate Variable adalah variabel pembanding yaitu jenis kelamin, umur, status, pendidikan, suku,

gereja asal, dan pekerjaan. Hasil penelitian: (1) hipotesa Tingkat Implementasi prinsip kepemimpinan

Rasul Paulus berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di kalangan civitas akademika

Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal berada dalam kategori tinggi. (2) Prinsip Kepemimpinan Rasul

Paulus Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 secara signifikan ada pada α <0,05 ,

perolehan skor sebesar 875.889. (3) latar belakang Suku menjadi kategori latar belakang paling dominan

membentuk Implementasi Prinsip Kepemimpinan di Kalangan Civitas Akademika Sekolah Tinggi

Teologi Duta Panisal.

Kaca kunci: Kepemimpinan Rasul Paulus, Kualifikasi, Suku.

Page 2: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

24 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020

PENDAHULUAN

Membicarakan soal

kepemimpinan sebagai bagian yang

penting dalam kehidupan manusia, maka

dapat dimengerti bahwa kepemimpinan

dapat disebut sebagai suatu seni yang

usianya sudah setua umur manusia di

bumi. Dimulai dengan adanya institusi

rumah tangga maka kepemimpinan pun

telah ada tertulis di Akitab (Kej 2).

Dengan demikian menjadi jelas bahwa

orang telah mulai menggumuli masalah

kepemimpinan dalam jangka waktu yang

panjang (Tomatala, 2012).

Kepemimpinan secara umum

dikenal dengan sebutan kepemimpinan

alamiah yang dibedakan dengan

kepemimpinan Kristen yang lebih

bersifat rohani. Kepemimpinan secara

umum atau alamiah secara sederhana

dimengerti sebagai kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi orang

lain (Sanders, 1993). Definisi senada

yang diperluas penjelasannya oleh Lay

tentang pengertian kepemimpinan

secara umum, sebagaimana dikutip oleh

Octavianus menyatakan bahwa

kepemimpinan ialah keseluruhan

tindakan, sikap dan tingkah laku

seseorang (pemimpin) dalam

mempengaruhi, menggerakkan dan

mengarahkan orang-orang lain untuk

melaksanakan seperangkat kegiatan

secara efektif, demi mencapai tujuan

yang ditetapkan (Octavianus, 1988).

Dengan demikian kepemimpinan erat

kaitannya dengan kegiatan manajemen

sebuah organisasi atau lembaga. Oleh

sebab itu, Iskandar menjelaskan

pengertian seorang manager atau

pemimpin sebagai orang yang

bertanggung jawab atas

terselenggaranya aktivitas organisasi

dengan menggunakan bantuan orang-

orang lain dan sumber-sumber tertentu

guna mencapai tujuan bersama yang

telah ditentukan (Iskandar, 2008).

Definisi yang sama yang telah

dijernihkan tentang kepemimpinan

secara umum ditegaskan oleh Haggai,

“Leadership is the discipline of

deliberately exerting special influence

within a group to move it toward goals of

beneficial permanence that fulfill the

group’s real needs” (Haggai, 1998). Jadi

kepemimpinan menyangkut beberapa

dimensi berupa prinsip dasar yaitu

kepemimpinan yang memiliki kualifikasi,

kompetensi dan orientasi.

Lebih detail lagi bahwa

kepemimpinan Kristen tidak bisa

terlepas atau erat kaitannya dengan

kepemimpinan umum yang masih terkait

dengan aspek manajerial, sebab yang

namanya kegiatan memimpin atau

kepemimpinan meskipun dalam ranah

rohani atau spiritual, tetap saja

melibatkan orang-orang dalam proses

dan kegiatannya. Sander mengatakan

bahwa kepemimpinan Kristen dapat

dipahami sebagai kepemimpinan rohani

di mana yang membedakannya dengan

kepemimpinan umum ialah kualifikasi

dan kemampuan seorang pemimpin

Kristen dalam mempengaruhi orang lain,

datangnya bukan dengan kekuatan

kepribadiannya sendiri saja, melainkan

dengan kepribadian yang telah diterangi,

Page 3: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

Jurnal Excelsior Pendidikan | 25

ditembusi dan dikuatkan oleh Roh Kudus

(Sanders, 1993). Sementara Tomatala

menjelaskan tentang Kepemimpinan

Kristen adalah suatu proses terencana

yang dinamis dalam konteks pelayanan

Kristen yang menyangkut faktor waktu,

tempat, dan situasi khusus yang ada di

dalam campur tangan Allah, Ia

memanggil bagi diri-Nya seorang

pemimpin dengan kapasitas penuh

untuk memimpin umat-Nya dalam

pengelompokkan diri sebagai sebuah

institusi atau organisasi guna mencapai

tujuan Allah yang membawa keuntungan

bagi pemimpin, bawahan, dan

lingkungan hidup, bagi dan melalui

umat-Nya, untuk kejayaan kerajaan-Nya

(Tomatala, 2012).

Dalam kepemimpinan Kristen,

tujuan Allah adalah dasar utama yang

menjelaskan untuk apa gereja ada yang

di atasnya tujuan umat Allah sebagai

suatu kelompok (gereja, institusi,

organisasi) dibangun. Semua pekerjaan

umat Allah didasarkan dan diarahkan

kepada tujuan Allah ini yang merupakan

tujuan utama yang telah ditetapkan Allah

bagi umat-Nya. Jadi bahwa

kepemimpinan Kristen yang diterapkan

oleh umat Allah harus menyentuh

seluruh isi dari tujuan Allah dan

difokuskan kepada Allah, kepemimpinan

Kristen dibentuk Allah dan untuk

kemuliaan Allah sendiri (Tomatala,

2012). Secara teologis, Lumintang

menformulasikan kepemimpinan

Kristen sebagai keyakinan akan

panggilan Allah sebagai alat

representatif kerajaan-Nya, dengan

mendeklarasikan kepemimpinan

Kristus, memberitakan firman-Nya,

berkorban, memelihara, mempengaruhi

dengan firman, merekrut,

mensejahterakan dan mendewasakan

para pengikutnya (Lumintang, 2015).

Sample mengatakan bahwa

pemimpin sebagai seseorang yang

memiliki pengikut dan mengakui

kekuasaan dan pengaruhnya melalui

tindakan dan keputusan yang diambil.

Blanchard menjelaskan kepemimpinan

yang sesungguhnya dimulai dari dalam

diri pribadi seorang pemimpin dengan

hati seorang hamba, kemudian

dinyatakan keluar untuk melayani orang

lain (Lumintang, 2015). Lebih spesifik,

Munroe mengungkapkan bahwa

kepemimpinan yang sejati (dalam arti

yang luas termasuk kepemimpinan

Kristen) bukanlah hasil dari

menghafalkan rumus-rumus,

mempelajari keterampilan dan metode

atau latihan teknik tertentu, melainkan

adalah sikap hati yang dengan sendirinya

mengilhami dan memotivasi orang lain

(Munroe, 2008).

Berdasarkan beberapa

pandangan pakar kepemimpinan dan

para teologi tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa kepemimpinan

Kristen adalah kepemimpinan yang

dipilih dan diangkat oleh Allah untuk

memimpin umat-Nya yang di dalamnya

terletak Kualifikasi dan Kompetensi yang

ada dalam tugas kepemimpinan guna

mencapai tujuan Allah melalui Orientasi

Kepemimpinan alkitabiah yaitu

meluaskan kerajaan-Nya di muka bumi

Page 4: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

26 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020

ini, dalam suatu periode waktu, tempat

dan situasi khusus, dilakukan dengan

sikap hati seorang hamba atau murid

Kristus yang melayani sesamanya (misi

menyelamatkan jiwa-jiwa tersesat) yang

mendatangkan kesejahteraan bagi

semua pihak yang terkait dengan

kegiatan kepemimpinan yang berjalan

atau berlangsung tersebut.

Setelah menguraikan definisi atau

pengertian kepemimpinan, baik secara

umum atau alamiah maupun dalam

perspektif Kristen, maka ada beberapa

prinsip kepemimpinan utama yang

penting dan terungkap sebagai

keharusan bagi suksesnya sebuah

kepemimpinan yaitu kepemimpinan

yang memiliki kualifikasi, kompetensi,

dan orientasi yang alkitabiah. Mengapa

hanya tiga dimensi yang merupakan

prinsip dasar kepemimpinan

dikemukakan dalam penelitian ini?

Clinton, mengutip pernyataan Wiersbe

menyatakan bahwa hal yang hakiki dari

sebuah kepemimpinan ialah mengetahui

dan menghidupi prinsip-prinsip

kepemimpinan berupa kebenaran-

kebenaran dasar yang tidak berubah,

sebab: Metode itu banyak, Prinsip itu

sedikit. Metode selalu berubah, Prinsip

tidak pernah berubah (Clinton, 2004).

Dimensi pertama yang

merupakan prinsip dasar kepemimpinan

yang dimaksud Rasul Paulus ialah

Kualifikasi kepemimpinan yaitu “keahlian

yang diperlukan untuk melakukan

sesuatu (menduduki jabatan dan

sebagainya)” dalam konteks ini adalah

jabatan kepemimpinan. Oleh sebab itu,

kualitas yang dimiliki seorang pemimpin

akan sangat menentukan kesuksesan

sebuah lembaga atau organisasi. Secara

teoris, kepemimpinan dianggap sebagi

seni, tepatnya seni memimpin. Dari

pemahaman dasar ini, maka setiap

pemimpin diyakini sudah memiliki bakat

sejak lahir untuk jadi pemimpin. Dalam

ajaran model gereja berteologi berbasis

Pantekosta dikatakan bahwa pemimpin

kaum pentakosta dengan suara bulat

mengenalkan diri mereka berdasarkan

biblika (alkitabiah). (Harianto, 2019:23).

Namun, kesuksesan

kepemimpinan tidak semata-mata

tergantung dari bakat yang dimiliki oleh

seseorang. Kemudian muncul teori dasar

yang kedua yang meyakini bahwa

kepemimpinan sebagai sebuah ilmu,

yang mana teori ini berpendapat bahwa

kepemimpinan itu merupakan proses

belajar. Di sini seorang pemimpin yang

sukses dipahami sebagai orang yang

sudah mengerti atau mempelajari dan

menguasai dasar-dasar ilmu

kepemimpinan. Selanjutnya, dimensi

kedua yang merupakan prinsip dasar

kepemimpinan yang dimaksud Rasul

Paulus ialah kompetensi yang dibutuhkan

oleh seorang pemimpin dalam

memimpin atau disebut kepemimpinan

yang mempunyai kompetensi.

Selain kualifikasi dan kompetensi

kepemimpinan yang telah dibahas di

atas, maka prinsip dasar kepemimpinan

yang dimaksud Rasul Paulus yang

menjadi dimensi ketiga ialah Orientasi

Kepemimpinan. Kata “orientasi” berarti

“peninjauan untuk menentukan sikap

Page 5: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

Jurnal Excelsior Pendidikan | 27

(arah, tempat, dan sebagainya) yang

tepat dan benar; dan merupakan

pandangan yang mendasari pikiran,

perhatian atau kecenderungan. Dalam

ranah kepemimpinan, maka orientasi

kepemimpinan adalah kecenderungan

sikap yang menentukan arah atau fokus

sebuah kepemimpinan itu dijalankan.

Untuk mencapai keberhasilan

kepemimpinan, bisa berupa orientasi

kepada orang, proses dan tujuan dalam

sebuah kepemimpinan secara umum.

Landasan alkitabiah atau dasar-

dasar kepemimpinan Kristen menurut

alkitab sebagai legal standing bagi karya

ilmiah ini yaitu sebagai berikut: Pertama,

perspektif PL ada banyak kisah tentang

kepemimpinan yang bisa diambil sebagai

dasar atau landasan teologis bagi

kepemimpinan Kristen. Beberapa kisah

akan diangkat dalam karya ilmiah ini

ialah kepemimpinan Musa dan Yosua.

Dimulai dengan Musa sebagai seorang

tokoh pemimpin besar yang sangat

disegani orang-orang di zamannya, dan

sepak-terjangnya khususnya ketika

memimpin orang Israel keluar dari Mesir

menoreh sejarah dan kehidupan agama

orang Yahudi sampai pada zaman gereja

mula-mula hukum Taurat itu masih

dibacakan pada tiap-tiap hari Sabat

orang Yahudi (Kis. 15:21), di mana

orang-orang Yahudi pada masa itu masih

kuat dan ketat memelihara tradisi Taurat

yang diwariskan oleh Musa yang

dianggap sebagai bapa Leluhur bangsa

Yahudi yang telah langsung menerima

Hukum Taurat itu dari YAHWE, Allah

Israel (Kel. 19-20; Yoh. 7:19; Kis. 17:20-

44).

Kepemimpinan Musa sebagai

hamba Tuhan yang dipilih dan diutus

langsung oleh Tuhan ketika sedang

menggembalakan ternaknya di padang

gurun (Kel. 3). Musa adalah menandakan

bahwa seorang pemimpin rohani itu

memang pada prinsipnya dipanggil oleh

Allah sendiri sebagai Majikan dan Tuan

yang Empunya pelayanan. Kualifikasi

kepemimpinan yang sedemikian

mumpuni dan besar itu, membuat Musa

dianggap oleh sebagian pakar teologi

sebagai representasi Kristus dalam

kaitannya dengan pelayanan kepada

umat Allah PL.

Panggilan Musa sekaligus disertai

penugasan dan pemberian wewenang

atau kekuasaan (kompetensi) langsung

dari Allah dan termasuk bentuk atau

jenis tugas yang akan dikerjakan. Musa

tidak hanya menerima panggilan dan

penugasan dari Allah, tetapi sekaligus

menerima visi dari Allah. Visi Musa

sudah jelas, yaitu membawa umat Allah

keluar dari tanah Mesir. Dari visi yang

sudah sangat jelas ini, maka Musa juga

diberi perlengkapan oleh Tuhan berupa

sebuah tongkat, untuk menunjukkan

kekuasaan Allah dan peneguhan atas

tugas yang diembankan Allah kepadanya.

Pemberian visi disertai dengan kuasa

dan sekaligus Orientasi Kepemimpinan

yaitu orientasi tugas (Process Oriented).

Di sini orientasi tugas Musa ialah

bagaimana membawa orang Israel itu

dapat keluar dari perbudakan (People

Oriented) dan membawa bangsa tersebut

Page 6: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

28 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020

ke tempat yang Allah kehendaki (Goal

Oriented).

Tokoh lainnya yang patut

dibicarakan tentang kepemimpinan

alkitabiah ialah Yosua. Legitimasi suksesi

kepemimpinan dari Musa kepada Yosua

dilakukan sesuai perintah Allah dan di

hadapan semua orang Israel di padang

gurun (Ul. 31:1-18) dan lewat

penumpangan tangan Musa (Ul. 34:9)

sehingga orang Israel mendengarkan

Yosua. Kepemimpinan Yosua tentu tidak

lepas dari pengaruh mentoring dari Musa

yang menekankan Orientasi

Kepemimpinan untuk merekrut Yosua

sebagai penggantinya sehingga tongkat

estafet kepemimpinan Musa diletakkan

di bahu Yosua. Dengan ketaatan kepada

firman-Nya dan pengandalan akan kuasa

dan janji penyertaan Tuhan dalam setiap

tugas yang dipercayakan kepadanya

(Yos. 1:6-9). Selain PL, dalam PB dasar

atau landasan alkitabiah untuk

kepemimpinan juga banyak dijumpai,

terutama dalam pelayanan Kristus dan

para Rasul, khususnya Rasul Paulus.

Untuk itu, bagian selanjutnya akan

dibahas terlebih dahulu kualifikasi dan

orientasi kepemimpinan Kristus ketika

melayani di bumi ini 2000 tahun yang

lalu.

Dalam kehidupan dan pelayanan-

Nya, Tuhan Yesus sudah menunjukkan

kualifikasi yang dimiliki-Nya sebagai

seorang Pemimpin, yaitu Ia adalah

seorang yang rendah hati dan lemah

lembut (Mat. 11:28-29), berjiwa hamba

yaitu datang bukan untuk dilayani

melainkan untuk melayani manusia dan

memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan

bagi banyak orang (Mat. 20:28).

Demikian pula halnya dengan

kepemimpinan Rasul Paulus. Dalam

kehidupan dan pelayanannya, Rasul

Paulus sudah menunjukkan prinsip-

prinsip kepemimpinannya berupa:

kualifikasi, kompetensi dan orientasi

kepemimpinan yang telah

didemonstrasikan dan dipraktekkannya.

Dalam hal kualifikasi, tidak usah

diragukan lagi bahwa Paulus telah

menunjukkan kualifikasi yang mumpuni

sebagai seorang Rasul Kristus. Paulus

dikenal sebagai seorang pemimpin yang

menjadi teladan bagi orang percaya

dalam mengikut Kristus (2 Tes. 3:7),

teladan dalam pengajaran yang sehat,

cara hidup yang berkenan kepada Allah,

berpendirian teguh (integritas),

beriman, sabar, penuh kasih dan tekun

serta setia dalam pelayanannya sampai

akhir (2 Tim. 3:10).

Selain itu, orientasi kepemimpinan

Rasul Paulus dinyatakan dengan

merekrut dan memuridkan (paling

sedikit) Timotius dan Titus sebagai

penerus dan pemegang tongkat estafet

kepemimpinannya. Dalam pemilihan

murid ini didasarkan kepada pribadi

yang mau belajar dan memberikan diri

sepenuhnya dan waktunya untuk Yesus.

(Dorce, 2019: 99) Keberhasilan Paulus

dalam merekrut dan memuridkan

Timotius sebagai rekan sekerjanya di

berbagai tempat pelayanan, secara

khusus Timotius menjadi pemimpin

jemaat di Efesus dan Titus di Kreta patut

diacungkan jempol, belum termasuk

Page 7: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

Jurnal Excelsior Pendidikan | 29

Epafras (Kol. 1:7, 4:12) dan Epafroditus

(Ef. 2:25). Tujuannya Paulus jelas yaitu

agar orang-orang yang dimuridkan dan

direkrutnya dapat menjadi rekan

sepelayanan yang menopang

pelayanannya dan meneruskan tugas

pelayanan yang telah dimulainya agar

dapat terus berkesinambungan sehingga

Injil Kerajaan Allah itu dapat terus

disebarluaskan. Berkaitan dengan karya

ilmiah ini, maka akan diuraikan

bagaimana pandangan Rasul Paulus soal

kepemimpinan sebagaimana yang

terdapat dalam surat 1 Timotius 3:1-13

dan 2 Timotius 2:2-6 yaitu sebagai

berikut:

Pertama, Paulus menjelaskan soal

kualifikasi atau kecakapan yang

sepatutnya harus dimiliki oleh seorang

pemimpin atau penatua jemaat. Hocking

menjelaskan bahwa “Kualifikasi-

kualifikasi dalam 1 Timotius 3

merupakan jawaban untuk mengenal

para pemimpin rohani” (Hocking, 1996).

Ayat-ayat dalam permulaan pasal 1

Timotius 3 tersebut, menentukan

kualifikasi yang diharapkan ada pada

seorang pemimpin rohani dalam

beberapa bidang kehidupan dan dalam

hubungannya dengan orang lain

(Sanders, 1993).

Buku klasik karya J. Oswald

Sanders yang cukup dikenal yang

berjudul “Kepemimpinan Rohani” atau

“Spiritual Leadership” menguraikan ada

kurang lebih 6 bidang kehidupan dalam

diri seorang yang harus diperhatikan jika

ingin menjadi seorang pemimpin

lembaga Kristen dan dalam relasi atau

hubungannya dengan orang lain yaitu:

(1) Kualifikasi Sosial (1 Tim. 3:2,7)

adalah bahwa seorang pemimpin Kristen

haruslah seorang yang tidak bercacat

dalam arti memiliki reputasi yang baik di

mata masyarakat dan namanya tidak

tercemar di mata publik atau orang

banyak. Dengan kata lain ia memiliki

nama baik di dalam maupun di luar

jemaat. (2) Kualifikasi Moral (1 Tim. 3:2-

3) adalah seorang pemimpin Kristen

haruslah baik secara moral, beristri satu,

dapat menahan diri dan bukan seorang

pemabuk. Artinya ia adalah seorang yang

dapat menguasai diri atau mengontrol

hawa nafsu dan emosinya. (3) Kualifikasi

Mental atau Psikologis (1 Tim. 3:2)

bersangkutan dengan batin atau watak

manusia bahwa seorang pemimpin

Kristen, haruslah seorang yang

berpikiran baik, bertindak bijaksana,

memiliki disiplin diri dan kerohanian

yang baik. (4) Kualifikasi Kepribadian (1

Tim. 3:2-3) bahwa seorang pemimpin

Kristen haruslah seorang yang peramah

dan bukan pemarah. Ia jelas bukanlah

orang yang suka bertengkar atau

berdebat. Ia melakukan segala sesuatu

dengan penuh kesabaran,

mengusahakan perdamaian dalam setiap

permasalahan yang dihadapi dalam

kepemimpinannya, suka memberi

tumpangan bagi orang lain dan ia

bukanlah seorang yang serakah dan cinta

uang. (5) Kualifikasi Keluarga (1 Tim.

3:4-5) bahwa seorang pemimpin Kristen

ialah seorang yang dapat menjadi kepala

keluarga yang baik. Ia disegani dan

dihormati oleh istri dan anak-anaknya

Page 8: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

30 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020

serta memiliki hubungan yang harmonis

serta penuh kasih dengan anggota

keluarganya. (6) Kualifikasi Kedewasaan

Rohani (1 Tim. 3:6) ialah seorang

pemimpin Kristen haruslah orang yang

sudah bertumbuh dewasa dalam iman

atau kerohaniannya. Janganlah seorang

yang baru bertobat diangkat menjadi

seorang pemimpin Kristen. Berbarengan

dengan sikap dewasa maksudnya ialah ia

seorang yang dapat dipercaya,

bertanggung jawab dalam pekerjaan

atau tugas yang dipercayakan

kepadanya, tidak gila hormat dan

mencari kedudukan.

Kedua, Rasul Paulus menjelaskan

ketiga jenis kompetensi kepemimpinan

yang telah disinggung tersebut dengan

Tiga Analogi dalam surat 2 Timotius 2:2-

6 yaitu: (1) Analogi Prajurit (2 Tim. 2:3-

4) adalah seorang prajurit yang

disinggung Paulus di sini merupakan

sebuah kompetensi yang seharusnya

dimiliki oleh seorang pemimpin rohani

seperti Timotius, dalam tugasnya

menjadi seorang pemimpin Kristen di

Efesus. Kepemimpinan Kristen yang

memiliki kompetensi laksana seorang

prajurit akan siap sedia diberi tugas oleh

komandannya dan ia harus patuh dan

siap sedia menjalankan tugas itu. (2)

Analogi Olahragawan (2 Tim. 2:5)

sebagai seorang pemimpin Kristen pada

gereja mula-mula, Timotius dihimbau

Paulus untuk rajin berlatih layaknya

seorang atlit olahraga jika ingin meraih

kemenangan atau menjadi juara. Di sini,

Paulus menekankan sebuah kompetensi

yang patut dimiliki oleh seorang

pemimpin muda seperti Timotius yaitu

menjadi seorang yang ulet dan tidak

mudah menyerah dalam pelayanan serta

tekun melatih diri agar semakin berhasil

dalam tugas pelayanannya. (3) Analogi

Petani (1 Tim. 3:6) seorang petani

dengan tekun dan sabar untuk merawat

dan memelihara tanaman padinya siap

dituai. Hal ini dilakukan bukan tanpa

tujuan, melainkan ia menantikan hasil

panen seperti yang telah diharapkannya.

Dengan demikian segala jerih payahnya

terbayarkan. Di sini Paulus menekankan

perlunya Timotius memiliki kesabaran

dan ketekunan yang menjadi ciri khas

seorang petani. Kepemimpinan yang

memiliki kompetensi seperti seorang

petani yang sabar dan tekun menantikan

hasil kerjanya, pada akhirnya akan

mendapat hasil panen yang melimpah.

Ketiga, selain mengemukakan

kualifikasi dan kompetensi seorang

pemimpin Kristen, Rasul Paulus

menjelaskan tentang orientasi

kepemimpinan dalam surat 2 Timotius

2:7 adalah: (1) Peninjauan untuk

menentukan sikap (arah, tempat, dan

sebagainya) yang tepat dan benar. (2)

Pandangan yang mendasari pikiran,

perhatian atau kecenderungan. Seorang

pemimpin dikatakan memiliki orientasi

atau “berorientasi” maksudnya adalah:

(1) Melihat-lihat atau meninjau (supaya

lebih kenal atau lebih tahu). (2)

Mempunyai kecenderungan pandangan

atau menitikberatkan pandangan,

berkiblat. Octavianus menjelaskan

bahwa dalam sebuah perencanaan

kepemimpinan yang baik paling tidak

Page 9: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

Jurnal Excelsior Pendidikan | 31

selalu memiliki dua orientasi yang

diperlukan yaitu Orientasi manusia

(People Oriented) dan Orientasi Tujuan

(Goal Oriented) (Octavianus, 1988).

Sebagai rangkuman, prinsip

kepemimpinan yang diutarakan Paulus

dalam surat 1 & 2 Timotius di atas

maksudnya mempunyai tiga prinsip

dasar yaitu: (1). Kepemimpinan yang

memiliki Kualifikasi alkitabiah (di bidang

sosial (kemasyarakatan), mental

(psikologis), moral, kepribadian,

keluarga dan kedewasaan rohani). (2).

Kepemimpinan yang memiliki

Kompetensi sebagai seorang prajurit, atlit

(olahragawan) dan petani. (3).

Kepemimpinan yang memiliki Orientasi

alkitabiah yaitu berfokus kepada

memenangkan jiwa-jiwa, pemuridan dan

meluaskan Injil Kerajaan Allah. Ketiga

prinsip dasar kepemimpinan ini

berhubungan erat satu sama lain dan

tidak dapat dipisahkan sebagai faktor

penting penentu keberhasilan sebuah

kepemimpinan Kristen.

Berdasarkan beberapa prinsip

kepemimpinan Paulus tersebut, tulisan

ini berfokus untuk meneliti bagaimana

prinsip kepemimpinan Kristen yang

diajarkan Rasul Paulus tersebut

diimplementasikan dalam

kepemimpinan di STT Duta Panisal

Jember, Jawa Timur.

STT Duta Panisal berlokasi di kota

Jember, Jawa Timur. Sekolah ini awal

berdirinya pada tahun 2000, bertempat

di gedung gereja Pantekosta Isa Almasih,

Duta Mas Jakarta barat, kemudian pada 1

Januari 2001 berpindah ke kota Jember

Jawa Timur sampai saat ini. STT Duta

Panisal, Jember merupakan salah satu

kampus favorit calon mahasiswa baru di

Jawa Timur. Lokasinya berada di Jl.

Cempaka 48 Gebang Jember Jawa Timur

68117 Jawa Timur, Indonesia. Setiap

tahunnya, kampus ini selalu ramai

dipadati calon mahasiswa baru.

STT Duta Panisar dilengkapi

dengan adalah: (1) tenaga pengajar

profesional, STT Duta Panisal Jember

diharapkan mampu menjadikan lulusan

berpengetahuan luas dan memiliki skill.

(2) kampus telah dilengkapi dengan

sarana dan prasarana belajar yang

memadai, sehingga memungkinkan

mahasiswa dapat fokus belajar demi

menggapai asa melayani Tuhan. (3)

mempunyai dua jurusan yaitu: Teologi

dan Pendidikan Agama Kristen.

Wawancara dengan Ketua

Yayasan STT Duta Panisal Jember. Ir. dr.

Subagio Mintodiharjo, M.Th menjelaskan

bahwa dalam mengimplementasikan

prinsip kepemimpinan Rasul Paulus

dalam Surat 1 Timotius 3:1-13 dan 2

Timotius 2:2-7 di STT Duta Panisal

adalah: (1) selama ini dilakukan dengan

cara konsisten mendasarkan ajarannya

pada Injil Kristus yang diajarkan di ruang

kuliah pada setiap Program Studi, (2)

memberitakan Injil kepada semua

lapisan masyarakat, dan (3) berdoa

merupakan pilar dan nafas kehidupan

civitas akademika STT Duta Panisal yang

terekspresi dalam setiap kegiatan ibadah

atau persekutuan yang diselenggarakan

di kampus.

Page 10: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

32 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020

Berkenaan dengan pemilihan

pemimpin, Beliau menjelaskan bahwa

sedapat mungkin memilih pemimpin

yang berintegritas sesuai ajaran Alkitab,

memiliki komitmen tinggi dalam

pelayanan, konsisten dalam segala aspek

kehidupan, tulus, memiliki motivasi yang

benar, profesional dan mengajar

bersumber dari Alkitab berdasarkan

prinsip reformasi (Sola Fide, Sola

Scriptura & Sola Gratia) rela berkorban

dalam mendidik mahasiswa baik waktu,

tenaga dan materi. Intinya tetap berjuang

memilih pemimpin-pemimpin yang

bersih baik di STT, gereja maupun

pemerintahan. Sebagai pemimpin wajib

bertekun dalam Kitab Suci, melawan

ajaran sesat dan menjadi teladan bagi

semua orang (Mintodiharjo, 2019).

Selanjutnya, wawancara dengan

Ketua STT Duta Panisal, Dr. Nanik

Kristanto, SE., M.Th terungkap bahwa

selama ini kepemimpinan berdasarkan

ajaran Para Rasul dilakukan dengan cara

memelihara Injil dari segi atau aspek

pengajaran doktrin alkitabiah yang

terwujud dalam tindakan sehari-hari

para dosen dan staf dalam melakukan

firman Allah (hidup berintegritas) dan

melawan ajaran-ajaran sesat lewat

seminar-seminar. Doa menjadi

penopang utama disertai dengan ucapan

syukur serta menjalin relasi yang intim

dengan Tuhan agar peka mendengar

suara-Nya dalam arti mengenal

kehendak-Nya (Kristanto, 2019).

Menurut bapak Yudi, M.Th, selaku

Puket III Bidang Kemahasiswaan STT

Dupan Jember, selama ini STT Duta

Panisal adalah: (1) telah mendidik dan

berjuang menghasilkan tenaga-tenaga

hamba Tuhan untuk diutus dalam

pelayanan, walau mengalami kesulitan

finansial (Handoko, 2019). (2) para

Pemimpin di STT Duta Panisal,

khususnya Ketua STT Duta Panisal

sangat teguh memegang dan

mengajarkan doktrin yang sehat kepada

para mahasiswa dan khalayak umum,

bahkan berdiskusi teologi yang sehat

lewat instagram. Beliau tidak

sembarangan dalam pengajarannya dan

peduli kepada sesama meski memiliki

banyak keterbatasan, hal ini terungkap

melalui wawancara dengan Bapak

Sugeng, M.Th. (Sugeng, 2019). Sebagai

Dosen Tetap Duta Panisal. Namun

demikian, terkait persyaratan dalam

memilih orang untuk ditempatkan dalam

pelayanan masih terdapat kekurangan

karena sering orang yang ditugaskan

dipilih karena masih ada hubungan

keluarga, perasaan sungkan, dan melihat

status sosial, demikian penjelasan Ibu

Rabiel Sobon, M.Th. (Sobon, 2019), Ketua

Prodi S1 Teologi, STT Duta Panisal,

Jember.

Penelitian ini akan memberi

solusi terhadap pertanyaan-pertanyaan

sebagai berikut: (1) Berapakah besar

tingkat implementasi prinsip-prinsip

kepemimpinan Rasul Paulus

berdasarkan surat 1 Timotius 3:1-13 dan

2 Timotius 2:2-7 di kalangan Civitas

Akademika STT Duta Panisal? (2)

Dimensi manakah yang paling dominan

menentukan implementasi prinsip

kepemimpinan Paulus berdasarkan surat

Page 11: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

Jurnal Excelsior Pendidikan | 33

1 Timotius 3:1-13 dan 2 Timotius 2:2-7

di kalangan Civitas Akademika STT Duta

Panisal? (3) Kategori latar belakang

manakah yang lebih menentukan

implementasi prinsip-pinsip

kepemimpinan Rasul Paulus

berdasarkan surat 1 Timotius 3:1-13 dan

2 Timotius 2:2-7 di kalangan Civitas

Akademika STT Duta Panisal?

METODE

Metode penelitian yang akan

digunakan adalah metode Eksplanatori-

Konfirmatori. Tujuan memakai metode

ini ialah untuk menjelaskan hubungan

klausal antar variabel penelitian (Y) dan

variabel bebas (X) untuk pengujian

hipotesa penelitian (Singarimbun, &

Effendi, 1995). Variabel Moderat atau

Moderate Variable adalah variabel

pembanding yaitu jenis kelamin, umur,

status, pendidikan, suku, gereja asal, dan

pekerjaan.

Obyek penelitian adalah civitas

Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta

Panisal, Jember berjumlah 300 orang,

terdiri dari pihak: Yayasan, Ketua dan

Unsur Pimpinan, Dosen, mahasiswa dan

para alumni yang terdaftar dalam

Himpunan Alumni STT Duta Panisal.

Arikunto menjelaskan jika jumlah

subyek peneitian besar (di atas 100)

maka dapat diambil 10-15% atau 20-

55% (Arikunto, 2008). Oleh karena

populasi atau subyek penelitian dalam

karya ilmiah ini berada di atas 100 orang

dan disebabkan keterbatasan waktu,

tenaga maupun biaya, maka sampel

penelitian yang akan diambil yaitu 40%

dari total populasi yaitu sebanyak 120

orang. Dengan pembagian 30 sebagai

sampel awal (uji coba instrumen) dan

sisanya menjadi sampel untuk pengujian

instrumen final yaitu sebanyak 90 orang.

Instrumen berupa angket yang

mempunyai tiga dimensi utama yaitu

Dimensi pertama adalah “Kepemimpinan

yang Memiliki Kualifikasi” yang

merupakan hasil kajian teori dalam 1

Timotius 3:1-13, Dimensi kedua adalah

“Kepemimpinan Yang Memiliki

Kompetensi” yang merupakan hasil

kajian teori dalam 2 Timotius 2:2-6 dan

Dimensi ketiga adalah “Kepemimpinan

Yang Memiliki Orientasi” hasil kajian dari

2 Timotius 2:7. Masing-masing dimensi

tersebut di atas terdiri dari beberapa

indikator penelitian yaitu: Pertama,

Dimensi “Kepemimpinan yang Memiliki

Kualifikasi” terdiri dari Kualifikasi

Sosial, Kualifikasi Moral, Kualifikasi

Mental, Kualifikasi Kepribadian,

Kualifikasi Keluarga dan Kualifikasi

Kedewasaan. Kedua, yaitu Dimensi

“Kepemimpinan yang Memiliki

Kompetensi” terdiri dari Kompetensi

sebagai Prajurit, Kompetensi Sebagai

Olahragawan, Kompetensi sebagai

Petani. Ketiga, yaitu Dimensi

“Kepemimpinan yang Memiliki

Orientasi” terdiri dari Orientasi Kepada

Jiwa-Jiwa (People Oriented), Orientasi

kepada Pemuridan (Process Oriented)

dan Orientasi Kepada Kerajaan Allah

(Goal Oriented).

Page 12: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

34 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020

Tabel 1 Dimensi dan Iindikator Penelitian yang Diperoleh berdasarkan Kajian Teori dan

Variabel Moderat

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

Implementasi

Kepemimpinan Rasul

Paulus berdasarkan

Surat 1 Timotius 3:1-

13; & 2 Timotius 2:2-

7 di kalangan Civitas

Akademika STT Duta

Panisal, Jember, Jawa

Timur

(Variabel Y)

D1. Kepemimpinan

yang Memiliki Kualifikasi (1

Tim. 3:1-13)

1. Memiliki Kualifikasi Sosial

2. Memiliki Kualifikasi Moral

3. Memiliki Kualifikasi Mental

4. Memiliki Kualifikasi Kepribadian

5. Memiliki Kualifikasi Keluarga

6. Memiliki Kualifikasi Kedewasaan

D2. Kepemimpinan

yang Memiliki Kompetensi

(2 Tim. 2:2-6)

7. Memiliki Kompetensi Sebagai Prajurit

8. Memiliki Kompetensi Sebagai

Olahragawan

9. Memiliki Kompetensi Sebagai Petani

D3. Kepemimpinan

yang Memiliki Orientasi (2

Tim. 2:7)

10. Memiliki Orientasi Kepada Jiwa-Jiwa

(People Oriented)

11. Memiliki Orientasi Kepada

Pemuridan

(Process Oriented)

12. Memiliki Orientasi Kepada Kerajaan

Allah (Goal Oriented)

Instrumen yang digunakan adalah

angket (kuesioner) yaitu sebanyak 61

butir pernyataan berdasarkan indikator-

indikator dari variabel penelitian.

Pengukuran angket memakai skala

Likert untuk mengukur sikap, pendapat,

tanggapan, penilaian maupun persepsi

dari seseorang, dengan lima tingkatan

jawaban dari angka atau skor 1 s/d 5 dan

batasan nilai terhitung dari 0,1 sampai

0,5 (Arikunto, 2008).

Instrumen angket sudah dianggap

layak karena telah melalui proses uji

validasi oleh 4 pakar di bidangnya

masing-masing dengan rata-rata nilai

3,75 adalah relevan dan jelas, maka

angket dinyatakan valid.

Construk Validity dilaksanakan

melalui dua tahap adalah: Pertama,

validitas bangunan pengertian

(construct validity) dengan uji coba

instrumen yang telah divalidasi isi oleh

Ahli tersebut dengan sampel uji 30 (tiga

puluh) orang sampel dengan

perhitungan iterasi orthogonal 59 butir

dengan nilai reliabilitas sebesar 0.960

adalah valid melalui bantuan software

SPSS 20. Kedua, uji coba instrumen

dengan reliabilitas dengan menggunakan

rumus Cronbach’s Alpha dengan nilai

.957 adalah valid.

Page 13: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

Jurnal Excelsior Pendidikan | 35

Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Indikator Pernyataan Angket

Kualifikasi Sosial (I.1) Pemimpin saya dapat menjaga reputasi diri yang baik di mata publik

Pemimpin saya dapat menjuhkan diri dari tindakan yang merusak citra diri

Pemimpin saya dapat menjalin hubungan sosial yang baik dengan sesama

Pemimpin saya ikut terlibat aktif dalam kegiatan sosial

Pemimpin saya dapat menjadi teladan bagi orang lain

Pemimpin saya konsisten melakukan apa yang baik

Kualifikasi Moral

(I.2)

Dalam keseharian, pemimpin saya mengedepankan perilaku moral yang baik

Pemimpin saya dapat bersikap positif terhadap orang lain

Pemimpin saya dapat menahan diri dari berbuat hal-hal yang kurang baik

Pemimpin saya dapat membalas kejahatan dengan kebaikan

Pemimpin saya dapat hidup menuruti keinginan Roh Kudus

Saya tahu Pemimpin saya mengandalkan Roh Kudus dalam mengambil keputusan

Kualifikasi Mental

(I.3)

Pemimpin saya dapat berpikir jernih sebelum bertindak

Pemimpin saya berhikmat dalam mengambil keputusan

Pemimpin saya dapt bersikap sopan terhadap orang yang berbeda pendapat

dengannya

Pemimpin saya dapat berbicara sopan dengan orang yang lebih muda usianya

Pemimpin saya memiliki kecakapan untuk mengajar orang lain

Pemimpin saya dapat menunjukkan kebaikan kepada orang lain

Kualifikasi Kepribadian

(I.4)

Pemimpin saya dapat menunjukkan sikap ramah kepada semua orang

Pemimpin saya dapat bersikap ramah kepada orang yang berbuat kasar kepadanya

Pemimpin saya membuka pintu rumah nya bagi teman yang membutuhkan tempat

singgah

Pemimpin saya mau menolong orang yang membutuhkan pertolongannya

Pemimpin saya lebih menghargai orang daripada benda

Pemimpin saya dapat menolak keuntungan materi yang bisa diperoleh dengan cara

yang kurang jujur

Kualifikasi

Keluarga (15)

Pemimpin saya berdoa bersama keluarganya setiap hari

Pemimpin saya rajin beribadah bersama keluarganya di gereja setiap hari Minggu

Pemimpin saya dapat menjadi teladan yang baik bagi keluarganya

Pemimpin saya lebih

mengutamakan nama baik keluarga daripada materi

Pemimpin saya sangat peduli terhadap kebutuhan keluarganya

Pemimpin saya dapat menjalin komunikasi yang baik dengan keluarganya

Kualifikasi

Kedewasaan

(16)

Pemimpin saya menyelesaikan tugas tepat waktu

Pemimpin saya dapat mengutamakan kepentingan orang banyak

Pemimpin saya bertanggungjawab menyelesaikan tugas yang sulit

Pemimpin saya lebih suka bersikap adil daripada mencari keuntungan pribadi

Pemimpin saya adalah orang yang peduli terhadap kebutuhan orang

Pemimpin saya ikut aktif dalam kegiatan masyarakat seperti Kerja bakti

Dimensi 2 (D2). Kepemimpinan yang Memiliki Kompetensi

Pemimpin saya rela berkorban dalam melayani Tuhan

Page 14: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

36 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020

Kompetensi Sebagai

Prajurit

(I7)

Pemimpin saya setia menjalankan tugas pekerjaannya meski menghadapi banyak

tantangan

Pemimpin saya optimis dalam menjalankan tugasnya sehari-hari

Kompetensi Sebagai

Olahragawan

(I8)

Pemimpin saya dapat disiplin dalam menjalan tugas keseharian

Pemimpin saya dapat konsisten mentaati aturan yang berlaku di STT Duta Panisal

Pemimpin saya dapat melayani karena berfokus kepada Hidup Kekal sebagai upah

Kompetensi Sebagai

Petani

(I9)

Pemimpin saya bekerja keras menjalankan visi dan misi STT Duta Panisal

Pemimpin saya berjerih lelah memajukan STT Duta Panisal meskipun mengalami

kesulitan keuangan

Pemimpin saya dapat sabar menghadapi berbagai kesulitan dalam pelayanan di

STT Duta Panisal

Orientasi Kepada Jiwa-

Jiwa

(I.10)

Pemimpin saya peka terhadap kebutuhan rohani para mahasiswa

Pemimpin saya menyadari masih banyak orang yang membutuhkan keselamatan

dari Yesus Kristus

Pemimpin saya menjalankan pelayanan dengan visi mengjangkau orang-orang

berdosa bagi Kristus

Orientasi Kepada

Pemuridan

(I.11)

Pemimpin saya memberitakan kasih Kristus termasuk kepada orang yang tidak

menyukainya

Kata-kata Pemimpin saya sesuai dengan tindakannya

Pemimpin saya bersikap rendah hati kepada orang yang lebih muda

Pemimpin saya rela menjalankan tugas pelayanan sekalipun kurang menerima

penghargaan yang sepantasnya

Pemimpin saya mengutamakan perilaku hidup kudus

Pemimpin saya mengandalkan Tuhan dalam segala keadaan

Pemimpin saya dapat bersikap sabar menghadapi orang lain

Pemimpin saya dapat menguasai diri dalam kehidupannya

Orientasi Kepada

Kerajaan Allah

(I.12)

Pemimpin saya mengedepankan jiwa missioner dalam pelayanannya

Pemimpin saya konsisten melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi

Pemimpin saya mendorong civitas akademika STT Duta Panisal untuk berupaya

mendulang Prestasi belajar setinggi-tingginya

Teknik pengumpulan data

menggunakan angket untuk

menghasilkan data deskripsif setiap

variabel penelitian, sedangkan teknik

analisis data menggunakan uji

persyaratan analisis yang terdiri uji

normalitas, homogenitas, linearitas dan

barulah menguji hipotesis (Sasmoko,

2011). Uji persyaratan analisis dilakukan

untuk memenuhi persyaratan

melakukan uji hipotesis dengan korelasi

atau dengan analisis regresi. Uji

persyaratan analisis terdiri dari uji

normalitas, uji linieritas, dan uji

homogenitas untuk memperlihatkan

bahwa dua atau lebih kelompok data

sampel berasal dari populasi yang

memiliki variansi yang sama. Uji

hipotesis terdiri dari 3 bentuk maka

rumus Uji hipotesis juga terdiri dari 3

(tiga) bentuk adalah (1) Bentuk pertama

untuk menguji hipotesis pertama

menggunakan rumus confidence interval

(µ), (2) bentuk uji hipotesis kedua

Page 15: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

Jurnal Excelsior Pendidikan | 37

menggunakan analisa regresi linier

dengan menganalisa regresi setiap

variabel dan melihat besarnya pengaruh

dan kontribusi tiap variabel exogenous

terhadap endogenous variable, dan (3)

bentuk uji hipotesis ketiga menggunakan

pengujian dengan analisis Biner

segmentation yang kemudian disebut

dengan Classification and regression

Trees (CRT) atau Categorical Regrresion

Trees (CART ).

HASIL DAN DISKUSI

Hasil

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk

variabel (endogenous Variable) dan semua

dimensi ( exogenous variable ) dengan

estimasi proporsi melalui rumus Blom

dengan pendekatan P-P Plot guna

mengetahui apakah nilai residu yang diteliti

memiliki distribusi normal atau tidak

normal.

Tabel 3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kepemim-

pinan yang

Memiliki

Kualifikasi

Kepemim-

pinan yang

Memiliki

Kompeten-si

Kepemimpi

nan yang

Memiliki

Orientasi

Implementasi Prinsip

Kepemimpinan Paulus

berdasarkan Surat 1

Timotius 3:1-13 dan 2

Timotius 2:2-7

N 90 90 90 90

Normal Parametersa,b

Mean 151.7111 40.0778 66.3444 258.1333

Std.

Deviation 18.23889 4.86729 8.42436 30.53905

Most Extreme

Differences

Absolute .101 .156 .152 .114

Positive .101 .156 .152 .114

Negative -.073 -.142 -.099 -.067

Kolmogorov-Smirnov Z .956 1.479 1.443 1.078

Asymp. Sig. (2-tailed) .320 .125 .131 .195

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 16: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

38 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020

Uji Linearitas

Uji Linearitas merupakan suatu

perangkat uji yang diperlukan untuk

mengetahui bentuk hubungan yang terjadi di

antara variabel X dan Y. Uji ini dilakukan

untuk melihat apakah linear yang signifikan

dari dua buah variabel yang sedang di teliti.

Uji ini merupakan prasyarat penggunaan uji

hipotesis baik itu dengan korelasi maupun

regresi.

Tabel 4 ANOVA Table

Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Implementasi Prinsip

Kepemimpinan

Paulus berdasarkan

Surat 1 Timotius 3:1-

13 dan 2 Timotius

2:2-7 di kalangan

Civitas Akademika

STT Duta Panisal*

Kepemimpinan yang

Memiliki Kualifikasi

Between

Groups

(Combined) 81838.977 40 2045.974 86.023 .000

Linearity 80474.226 1 80474.226 3383.524 .000

Deviation from

Linearity 1364.751 39 34.994 1.471 .100

Within Groups 1165.423 49 23.784

Total 83004.400 89

Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk

memperlihatkan bahwa dua atau lebih

kelompok data sampel berasal dari populasi

yang memiliki variansi yang sama. Pada

analisis regresi, persyaratan analisis yang

dibutuhkan adalah bahwa galat regresi

untuk setiap pengelompokan berdasarkan

variabel terikatnya memiliki variansi yang

sama.

Tabel 5 Uji Homogenitas

Levene

Statistic

df1 df2 Sig.

4.825 22 49 .12

0

Dari hasil analisa data SPSS 20 untuk

uji homogenitas antara variabel Y dengan

Dimensi D1 Kepemimpinan yang Memiliki

Kualifikasi maka dapat diketahui karena p-

value = 0,120 >0,05 maka dapat disimpulkan

data diambil dari sampel yang homogen.

Tabel 6 Uji Homogenitas

Levene

Statistic

df1 df2 Sig.

6,235 13 86 ,133

Dari hasil analisa data SPSS 20

untuk uji homogenitas antara variabel Y

dengan Dimensi D2 Kepemimpinan yang

Memiliki Kompetensi maka dapat

Page 17: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

Jurnal Excelsior Pendidikan | 39

diketahui karena p-value = 0,133>0,05

maka dapat disimpulkan data diambil

dari sampel yang homogen.

DISKUSI

Pengujian Hipotesis Pertama

Untuk menjawab hipotesa

pertama peneliti dalam hal ini

menerapkan 3 kategori Kecenderungan

Implementasi Prinsip Kepemimpinan

Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1

Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di

Kalangan Civitas Akademika Sekolah

Tinggi Teologi Duta Panisal (Y) yaitu: (a)

rendah, (b) cukup /sedang, dan (c)

tinggi. Analisis data dilakukan dengan

Confidence Interval pada taraf

signifikansi 5% dan dihasilkan tabel

sebagai berikut:

Tabel 7 Confidence Interval Descriptives

Statistic Std. Error

Implementasi prinsip

kepemimpinan Paulus

berdasarkan Surat 1 Timotius

3:1-13 dan 2 Timotius 2:2-7

di kalangan Civitas

Akademika STT Duta Panisal

Mean 258.1333 3.21910

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 251.7371

Upper Bound 264.5296

5% Trimmed Mean 260.3704

Median 261.5000

Variance 932.634

Std. Deviation 30.53905

Minimum 85.00

Maximum 295.00

Range 210.00

Interquartile Range 40.50

Skewness -2.074 .254

Kurtosis 10.220 .503

Berdasarkan tabel interval yang

dibuat dan posisi Kecenderungan

Implementasi Prinsip Kepemimpinan

Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1

Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di

Kalangan Civitas Akademika Sekolah Tinggi

Teologi Duta Panisal. (Y), sebagai berikut:

Tabel 8 Nilai lower dan Upper Bound variabel Y

Interval Kategori Nilai lower dan Upper Bound variabel Y

84 - 154 rendah

155 - 225 sedang

226 - 296 tinggi 251.7371 - 264.5296 (Tinggi)

Page 18: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

40 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020

Dari hasil di atas maka dapat

disimpulkan bahwa secara garis besar

Implementasi Prinsip Kepemimpinan

Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1

Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di

Kalangan Civitas Akademika Sekolah

Tinggi Teologi Duta Panisal Jember, Jawa

Timur(Y) ada pada kategori “Tinggi”.

Sehingga hipotesa pertama yang

berbunyi : Tingkat Implementasi prinsip

kepemimpinan Rasul Paulus

berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; & 2

Timotius 2:2-6 di kalangan civitas

akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta

Panisal Jember, Jawa Timur menurut

berada dalam kategori tinggi ternyata

diterima.

Pengujian Hipotesa Kedua

Hipotesis kedua berbunyi: Dari

ketiga Dimensi Prinsip Kepemimpinan

Rasul Paulus berdasarkan Surat 1

Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6

yang diuraikan dalam penelitian ini,

maka Dimensi Kepemimpinan Yang

Memiliki Kualifikasi (D1) paling dominan

diterapkan di Kalangan Civitas

Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta

Panisal.

Pembuktian terhadap hipotesis

kedua dilakukan dengan dua tahap.

Tahap pertama dilakukan dengan

menggunakan perhitungan uji

signifikansi regresi (Freg) (Priyatno,

2010).

Tabel 9 Uji Regresi Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .985a .970 .969 5.36209

a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan Yang Memiliki Kualifikasi

Besarnya koefisien korelasi (ry1)

antara dimensi Kepemimpinan yang

Memiliki Kualifikasi (D1) terhadap

Implementasi Prinsip Kepemimpinan

Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1

Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di

Kalangan Civitas Akademika Sekolah

Tinggi Teologi Duta Panisal (Y) sebesar

0,985 dengan memiliki hubungan positif

dengan tingkat pengaruh dalam kategori

sangat kuat.

Besarnya koefisien determinasi

varians (r2D1) sebesar 0,970 yang berarti

bahwa dimensi Kepemimpinan Yang

Memiliki Kualifikasi (D1) memberikan

kontribusi terhadap Implementasi

Prinsip Kepemimpinan Rasul Paulus

Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &

2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas

Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta

Panisal (Y) sebesar 97 %.

Page 19: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

Jurnal Excelsior Pendidikan | 41

Tabel 10 Hasil Analisis Regresi Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 8.011 4.761 1.682 .096

Kepemimpinan Yang

Memiliki Kualifikasi 1.649 .031 .985 52.905 .000

a. Dependent Variable: Implementasi prinsip kepemimpinan Paulus.

Tabel 11 ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 80474.226 1 80474.226 2798.911 .000b

Residual 2530.174 88 28.752

Total 83004.400 89

a. Dependent Variable: Implementasi prinsip kepemimpinan Paulus.

b. Predictors: (Constant), Kepemimpinan Yang Memiliki Kualifikasi

Dari hasil analisis antara

exogenous variable secara bersama–

sama terhadap endogenous variable

menunjukan bahwa dimensi

Kepemimpinan yang Memiliki Kualifikasi

(D1). menjadi dimensi paling dominan

membentuk Implementasi Prinsip

Kepemimpinan Rasul Paulus

Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &

2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas

Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta

Panisal (Y). dimensi Kepemimpinan yang

Memiliki Kualifikasi (D1) mampu

memperbaiki sebesar 488,901 kali dari

kondisi iImplementasi Prinsip

Kepemimpinan Rasul Paulus

Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &

2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas

Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta

Panisal (Y) yang sekarang secara

signifikan pada α <0,05 sekaligus

dimensi Kepemimpinan Yang Memiliki

Kualifikasi (D1) memiliki nilai

importansi (sanggup) mempengaruhi

100% derajad distribusi perolehan skor

Implementasi Prinsip Kepemimpinan

Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1

Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di

Kalangan Civitas Akademika Sekolah

Tinggi Teologi Duta Panisal sebesar

875.889.

Pengujian Hipotesis Ketiga

Pengujian ketiga menggunakan

Classification and regression trees (CRT)

pada taraf signifikansi 0,05 dengan

maximum trss depht = 2, minimum cases

in parent node = 2,

dan minimum cases in child note

= 1. Untuk menguji kategori latar

belakang mana yang paling

mempengaruhi variabel Y, akan

dilakukan uji varian satu jalur (One way

anova) pada taraf signifikansi 0,05.

Page 20: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

42 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020

Tabel 12 Independent Variabel Surrogates

Parent Node Independent Variable Improvement Association

0 Primary Suku 56.543

-1 Primary Umur 35.762

3 Primary Asal_Gereja 23.808

4

Primary Pendidikan 4.091

Surrogate

Suku 4.091 1.000

Asal_Gereja 4.091 1.000

Pekerjaan 4.091 1.000

2 Primary Suku .370

6

Primary Jenis_Kelamin .007

Surrogate

Suku .007 1.000

Asal_Gereja .007 1.000

Pekerjaan .007 1.000

Dari hasil analisis antara

exogenous variable latar belakang sampel

secara bersama–sama terhadap

endogenous variable menunjukan bahwa

latar belakang Suku (L5) menjadi

kategori latar belakang paling dominan

membentuk Implementasi Prinsip

Kepemimpinan Rasul Paulus

Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &

2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas

Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta

Panisal (Y).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

dipaparkan tersebut dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Pertama, hasil pengujian

terhadap hipotesis pertama memberi

kesimpulan bahwa hipotesis yang

diajukan, yakni Tingkat Implementasi

prinsip kepemimpinan Rasul Paulus

berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &

2 Timotius 2:2-6 di kalangan civitas

akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta

Panisal menurut berada dalam kategori

tinggi tenyata diterima.

Kedua, hasil analisis antara

exogenous variable secara bersama–

sama terhadap endogenous variable

menunjukan bahwa dimensi

Kepemimpinan Yang Memiliki

Kualifikasi (D1) menjadi dimensi paling

dominan membentuk Implementasi

Prinsip Kepemimpinan Rasul Paulus

Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &

2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas

Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta

Panisal (Y) dimensi Kepemimpinan yang

Memiliki Kualifikasi (D1) mampu

memperbaiki sebesar 488,901 kali dari

kondisi implementasi Prinsip

Kepemimpinan Rasul Paulus

Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &

2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas

Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta

Panisal (Y) yang sekarang secara

Page 21: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

Jurnal Excelsior Pendidikan | 43

signifikan pada α <0,05 sekaligus

dimensi Kepemimpinan Yang Memiliki

Kualifikasi (D1) memiliki nilai

importansi (sanggup) mempengaruhi

100% derajat distribusi perolehan skor

Implementasi Prinsip Kepemimpinan

Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1

Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di

Kalangan Civitas Akademika Sekolah

Tinggi Teologi Duta Panisal sebesar

875.889.

Ketiga, hasil analisis antara

exogenous variable latar belakang sampel

secara bersama–sama terhadap

endogenous variable yang menunjukkan

bahwa latar belakang Suku (L5) menjadi

kategori latar belakang paling dominan

membentuk Implementasi Prinsip

Kepemimpinan Rasul Paulus

Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &

2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas

Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta

Panisal.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, (2010). Prosedur Penelitia:

Suatu Pendekatan Praktik.

Yogyakarta: Bina Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2008). Metodologi

Penelitian. Yogyakarta: Bina

Aksara.

Clinton, J. Robert. (2004). Pembentukan

Pemimpin Sejati. Bandung:

Metanoia.

Haggai, John. Edmund. (1998). Lead On!

Leadership That Endures in A

Changing World. Singapore:

Kobrey Press, Haggai Institute.

Handoko, Yudi. Wawancara Puket III

Bidang kemahasiswaan. Jember:

Tanggal 18 Juli 2019.

Hocking, David, (1996) Rahasia

Keberhasilan Seorang Pemimpin: 7

Hukum Kepemimpinan Rohani,

cetakan ke-6. Yogyakarta: ANDI.

Iskandar, J. Benny, (2008). Manajemen

Alkitabiah. Jakarta: Kalam Indah

publishing.

Kristanto, Nanik SE. Wawancara ketua

STT duta Panisal. Jember: Tanggal

19 Nopember 2019.

Lumintang, I. Stevri, (2015). Theologia

kepemimpinan Kristen: Theokrasi

Di tengah Sekularisasi Gereja Masa

Kini. Jakarta: Geneva Insani

Indonesia Institut Theologia

Indonesia.

Mintodiharjo, Subagio. Wawancara ketua

Yayasan duta Panisal. Jember:

Tanggal 20 Nopember 2019.

Munroe, Myles. (2008). The Spirit of

Leadership, cetakan ke-2. Jakarta:

Penerbit Immanuel.

Octavianus, Petrus (1988). Manajemen

Kepemimpinan Menurut Wahyu

Allah, cetakan ke-3. Malang: YPPII

& Gandum Mas.

Priyatno, Dwi. (2010). Paham analisis

statistik data dengan SPSS.

Yogyakarta: Mediakom.

Page 22: IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …

Jurnal Excelsior Pendidikan

44 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020

GP, Harianto. (2019). Model Teologi

Gereja di Abad XXI: Studi Arah

Pengembangan menuju

Globalisasi. Excelsis Deo: Jurnal

Teologi, Misiologi, dan

Pendidikan. (t.t.). Diambil 5

November 2020, dari https://e-

journal.sttexcelsius.ac.id/index.p

hp/excelsisdeo/article/view/1/2

Sobon, Rabiel. Wawancara Ketua Prodi

S1 Teologi, STT Duta Panisal.

Jember: tanggal 18 Juli 2019.

Sugeng, Wawancara Dosen Tetap STT

Duta Panisal, Jember: tanggal 18

Juli 2019.

Tomatala, Yakob. (2012). Kepemimpinan

Yang Dinamis. Jakarta: YT

Leadership Foundation

Sondopen, Dorce. (2019). Relasi antara

Penginjilan dan Pemuridan untuk

Pertumbuhan Gereja. Excelsis

Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan

Pendidikan. (t.t.). Diambil 5

November 2020, dari https://e-

journal.sttexcelsius.ac.id/index.p

hp/excelsisdeo/article/view/18/

16

Sanders, J. Oswald. (1993).

Kepemimpinan Rohani, cetakan

ke-8. Bandung: kalam Hidup.

Singarimbun, Masri. & Sofian, Effendi,

(1995). Metode dan Proses

Peneltian. Jakarta: LP3ES.