IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …
Transcript of IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS …
Jurnal Excelsior Pendidikan
Jurnal Excelsior Pendidikan | 23
IMPLEMENTASI PRINSIP KEPEMIMPINAN RASUL PAULUS
BERDASARKAN SURAT 1 TIMOTIUS 3:1-13 & 2 TIMOTIUS 2:2-6 DI
KALANGAN CIVITAS AKADEMIKA SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
Tenny Sudibyo1*, Areyne Christi2 1Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal
2Sekolah Tinggi Teologi Excelsius
*Email: [email protected]
Abstract: Theory basis: Christian leadership which is more spiritual in nature as a person's ability to
influence others comes from the Holy Spirit. Research objective: is to answer the following questions,
(1) What is the level of implementation of the leadership principles of the Apostle Paul based on letters
1 Timothy 3: 1-13 and 2 Timothy 2: 2-7 among the STT Duta Panisal Academic Community? (2) Which
dimension predominantly determines the implementation of Paul's leadership principles based on letters
1 Timothy 3: 1-13 and 2 Timothy 2: 2-7 among the STT Duta Panisal Academic Community? (3) Which
category of background determines the implementation of the leadership principles of the Apostle Paul
based on 1 Timothy 3: 1-13 and 2 Timothy 2: 2-7? Method: The explanatory-confirmatory method.
Moderate Variable or Moderate Variable is the comparison variable, namely gender, age, status,
education, ethnicity, church of origin, and occupation. The results of the study: (1) the hypothesis of the
level of implementation of the leadership principles of the Apostle Paul based on Letter 1 Timothy 3: 1-
13; & 2 Timothy 2: 2-6 among the academic community of Duta Panisal Theology College are in the
high category. (2) The Principles of the Apostle Paul's Leadership Based on 1 Timothy 3: 1-13; & 2
Timothy 2: 2-6 is significantly at α <0.05, the acquisition score is 875,889. (3) Ethnic background is the
most dominant background category shaping the Implementation of Leadership Principles among the
Academic Community of Duta Panisal Theological College.
Keywords: Apostle Paul's leadership, qualifications, tribe.
Abstrak: Landasan Teori: Kepemimpinan Kristen yang lebih bersifat rohani sebagai kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain datangnya dari Roh Kudus. Tujuan Penelitian: adalah
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, (1)Berapakah besar tingkat implementasi prinsip-
prinsip kepemimpinan Rasul Paulus berdasarkan surat 1 Timotius 3:1-13 dan 2 Timotius 2:2-7 di
kalangan Civitas Akademika STT Duta Panisal? (2)Dimensi manakah yang paling dominan menentukan
implementasi prinsip kepemimpinan Paulus berdasarkan surat 1 Timotius 3:1-13 dan 2 Timotius 2:2-7
di kalangan Civitas Akademika STT Duta Panisal? (3)Kategori latar belakang manakah yang lebih
menentukan implementasi prinsip-pinsip kepemimpinan Rasul Paulus berdasarkan surat 1 Timotius
3:1-13 dan 2 Timotius 2:2-7? Metode: metode Eksplanatori-Konfirmatori. Variabel Moderat atau
Moderate Variable adalah variabel pembanding yaitu jenis kelamin, umur, status, pendidikan, suku,
gereja asal, dan pekerjaan. Hasil penelitian: (1) hipotesa Tingkat Implementasi prinsip kepemimpinan
Rasul Paulus berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di kalangan civitas akademika
Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal berada dalam kategori tinggi. (2) Prinsip Kepemimpinan Rasul
Paulus Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 secara signifikan ada pada α <0,05 ,
perolehan skor sebesar 875.889. (3) latar belakang Suku menjadi kategori latar belakang paling dominan
membentuk Implementasi Prinsip Kepemimpinan di Kalangan Civitas Akademika Sekolah Tinggi
Teologi Duta Panisal.
Kaca kunci: Kepemimpinan Rasul Paulus, Kualifikasi, Suku.
Jurnal Excelsior Pendidikan
24 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020
PENDAHULUAN
Membicarakan soal
kepemimpinan sebagai bagian yang
penting dalam kehidupan manusia, maka
dapat dimengerti bahwa kepemimpinan
dapat disebut sebagai suatu seni yang
usianya sudah setua umur manusia di
bumi. Dimulai dengan adanya institusi
rumah tangga maka kepemimpinan pun
telah ada tertulis di Akitab (Kej 2).
Dengan demikian menjadi jelas bahwa
orang telah mulai menggumuli masalah
kepemimpinan dalam jangka waktu yang
panjang (Tomatala, 2012).
Kepemimpinan secara umum
dikenal dengan sebutan kepemimpinan
alamiah yang dibedakan dengan
kepemimpinan Kristen yang lebih
bersifat rohani. Kepemimpinan secara
umum atau alamiah secara sederhana
dimengerti sebagai kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang
lain (Sanders, 1993). Definisi senada
yang diperluas penjelasannya oleh Lay
tentang pengertian kepemimpinan
secara umum, sebagaimana dikutip oleh
Octavianus menyatakan bahwa
kepemimpinan ialah keseluruhan
tindakan, sikap dan tingkah laku
seseorang (pemimpin) dalam
mempengaruhi, menggerakkan dan
mengarahkan orang-orang lain untuk
melaksanakan seperangkat kegiatan
secara efektif, demi mencapai tujuan
yang ditetapkan (Octavianus, 1988).
Dengan demikian kepemimpinan erat
kaitannya dengan kegiatan manajemen
sebuah organisasi atau lembaga. Oleh
sebab itu, Iskandar menjelaskan
pengertian seorang manager atau
pemimpin sebagai orang yang
bertanggung jawab atas
terselenggaranya aktivitas organisasi
dengan menggunakan bantuan orang-
orang lain dan sumber-sumber tertentu
guna mencapai tujuan bersama yang
telah ditentukan (Iskandar, 2008).
Definisi yang sama yang telah
dijernihkan tentang kepemimpinan
secara umum ditegaskan oleh Haggai,
“Leadership is the discipline of
deliberately exerting special influence
within a group to move it toward goals of
beneficial permanence that fulfill the
group’s real needs” (Haggai, 1998). Jadi
kepemimpinan menyangkut beberapa
dimensi berupa prinsip dasar yaitu
kepemimpinan yang memiliki kualifikasi,
kompetensi dan orientasi.
Lebih detail lagi bahwa
kepemimpinan Kristen tidak bisa
terlepas atau erat kaitannya dengan
kepemimpinan umum yang masih terkait
dengan aspek manajerial, sebab yang
namanya kegiatan memimpin atau
kepemimpinan meskipun dalam ranah
rohani atau spiritual, tetap saja
melibatkan orang-orang dalam proses
dan kegiatannya. Sander mengatakan
bahwa kepemimpinan Kristen dapat
dipahami sebagai kepemimpinan rohani
di mana yang membedakannya dengan
kepemimpinan umum ialah kualifikasi
dan kemampuan seorang pemimpin
Kristen dalam mempengaruhi orang lain,
datangnya bukan dengan kekuatan
kepribadiannya sendiri saja, melainkan
dengan kepribadian yang telah diterangi,
Jurnal Excelsior Pendidikan
Jurnal Excelsior Pendidikan | 25
ditembusi dan dikuatkan oleh Roh Kudus
(Sanders, 1993). Sementara Tomatala
menjelaskan tentang Kepemimpinan
Kristen adalah suatu proses terencana
yang dinamis dalam konteks pelayanan
Kristen yang menyangkut faktor waktu,
tempat, dan situasi khusus yang ada di
dalam campur tangan Allah, Ia
memanggil bagi diri-Nya seorang
pemimpin dengan kapasitas penuh
untuk memimpin umat-Nya dalam
pengelompokkan diri sebagai sebuah
institusi atau organisasi guna mencapai
tujuan Allah yang membawa keuntungan
bagi pemimpin, bawahan, dan
lingkungan hidup, bagi dan melalui
umat-Nya, untuk kejayaan kerajaan-Nya
(Tomatala, 2012).
Dalam kepemimpinan Kristen,
tujuan Allah adalah dasar utama yang
menjelaskan untuk apa gereja ada yang
di atasnya tujuan umat Allah sebagai
suatu kelompok (gereja, institusi,
organisasi) dibangun. Semua pekerjaan
umat Allah didasarkan dan diarahkan
kepada tujuan Allah ini yang merupakan
tujuan utama yang telah ditetapkan Allah
bagi umat-Nya. Jadi bahwa
kepemimpinan Kristen yang diterapkan
oleh umat Allah harus menyentuh
seluruh isi dari tujuan Allah dan
difokuskan kepada Allah, kepemimpinan
Kristen dibentuk Allah dan untuk
kemuliaan Allah sendiri (Tomatala,
2012). Secara teologis, Lumintang
menformulasikan kepemimpinan
Kristen sebagai keyakinan akan
panggilan Allah sebagai alat
representatif kerajaan-Nya, dengan
mendeklarasikan kepemimpinan
Kristus, memberitakan firman-Nya,
berkorban, memelihara, mempengaruhi
dengan firman, merekrut,
mensejahterakan dan mendewasakan
para pengikutnya (Lumintang, 2015).
Sample mengatakan bahwa
pemimpin sebagai seseorang yang
memiliki pengikut dan mengakui
kekuasaan dan pengaruhnya melalui
tindakan dan keputusan yang diambil.
Blanchard menjelaskan kepemimpinan
yang sesungguhnya dimulai dari dalam
diri pribadi seorang pemimpin dengan
hati seorang hamba, kemudian
dinyatakan keluar untuk melayani orang
lain (Lumintang, 2015). Lebih spesifik,
Munroe mengungkapkan bahwa
kepemimpinan yang sejati (dalam arti
yang luas termasuk kepemimpinan
Kristen) bukanlah hasil dari
menghafalkan rumus-rumus,
mempelajari keterampilan dan metode
atau latihan teknik tertentu, melainkan
adalah sikap hati yang dengan sendirinya
mengilhami dan memotivasi orang lain
(Munroe, 2008).
Berdasarkan beberapa
pandangan pakar kepemimpinan dan
para teologi tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kepemimpinan
Kristen adalah kepemimpinan yang
dipilih dan diangkat oleh Allah untuk
memimpin umat-Nya yang di dalamnya
terletak Kualifikasi dan Kompetensi yang
ada dalam tugas kepemimpinan guna
mencapai tujuan Allah melalui Orientasi
Kepemimpinan alkitabiah yaitu
meluaskan kerajaan-Nya di muka bumi
Jurnal Excelsior Pendidikan
26 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020
ini, dalam suatu periode waktu, tempat
dan situasi khusus, dilakukan dengan
sikap hati seorang hamba atau murid
Kristus yang melayani sesamanya (misi
menyelamatkan jiwa-jiwa tersesat) yang
mendatangkan kesejahteraan bagi
semua pihak yang terkait dengan
kegiatan kepemimpinan yang berjalan
atau berlangsung tersebut.
Setelah menguraikan definisi atau
pengertian kepemimpinan, baik secara
umum atau alamiah maupun dalam
perspektif Kristen, maka ada beberapa
prinsip kepemimpinan utama yang
penting dan terungkap sebagai
keharusan bagi suksesnya sebuah
kepemimpinan yaitu kepemimpinan
yang memiliki kualifikasi, kompetensi,
dan orientasi yang alkitabiah. Mengapa
hanya tiga dimensi yang merupakan
prinsip dasar kepemimpinan
dikemukakan dalam penelitian ini?
Clinton, mengutip pernyataan Wiersbe
menyatakan bahwa hal yang hakiki dari
sebuah kepemimpinan ialah mengetahui
dan menghidupi prinsip-prinsip
kepemimpinan berupa kebenaran-
kebenaran dasar yang tidak berubah,
sebab: Metode itu banyak, Prinsip itu
sedikit. Metode selalu berubah, Prinsip
tidak pernah berubah (Clinton, 2004).
Dimensi pertama yang
merupakan prinsip dasar kepemimpinan
yang dimaksud Rasul Paulus ialah
Kualifikasi kepemimpinan yaitu “keahlian
yang diperlukan untuk melakukan
sesuatu (menduduki jabatan dan
sebagainya)” dalam konteks ini adalah
jabatan kepemimpinan. Oleh sebab itu,
kualitas yang dimiliki seorang pemimpin
akan sangat menentukan kesuksesan
sebuah lembaga atau organisasi. Secara
teoris, kepemimpinan dianggap sebagi
seni, tepatnya seni memimpin. Dari
pemahaman dasar ini, maka setiap
pemimpin diyakini sudah memiliki bakat
sejak lahir untuk jadi pemimpin. Dalam
ajaran model gereja berteologi berbasis
Pantekosta dikatakan bahwa pemimpin
kaum pentakosta dengan suara bulat
mengenalkan diri mereka berdasarkan
biblika (alkitabiah). (Harianto, 2019:23).
Namun, kesuksesan
kepemimpinan tidak semata-mata
tergantung dari bakat yang dimiliki oleh
seseorang. Kemudian muncul teori dasar
yang kedua yang meyakini bahwa
kepemimpinan sebagai sebuah ilmu,
yang mana teori ini berpendapat bahwa
kepemimpinan itu merupakan proses
belajar. Di sini seorang pemimpin yang
sukses dipahami sebagai orang yang
sudah mengerti atau mempelajari dan
menguasai dasar-dasar ilmu
kepemimpinan. Selanjutnya, dimensi
kedua yang merupakan prinsip dasar
kepemimpinan yang dimaksud Rasul
Paulus ialah kompetensi yang dibutuhkan
oleh seorang pemimpin dalam
memimpin atau disebut kepemimpinan
yang mempunyai kompetensi.
Selain kualifikasi dan kompetensi
kepemimpinan yang telah dibahas di
atas, maka prinsip dasar kepemimpinan
yang dimaksud Rasul Paulus yang
menjadi dimensi ketiga ialah Orientasi
Kepemimpinan. Kata “orientasi” berarti
“peninjauan untuk menentukan sikap
Jurnal Excelsior Pendidikan
Jurnal Excelsior Pendidikan | 27
(arah, tempat, dan sebagainya) yang
tepat dan benar; dan merupakan
pandangan yang mendasari pikiran,
perhatian atau kecenderungan. Dalam
ranah kepemimpinan, maka orientasi
kepemimpinan adalah kecenderungan
sikap yang menentukan arah atau fokus
sebuah kepemimpinan itu dijalankan.
Untuk mencapai keberhasilan
kepemimpinan, bisa berupa orientasi
kepada orang, proses dan tujuan dalam
sebuah kepemimpinan secara umum.
Landasan alkitabiah atau dasar-
dasar kepemimpinan Kristen menurut
alkitab sebagai legal standing bagi karya
ilmiah ini yaitu sebagai berikut: Pertama,
perspektif PL ada banyak kisah tentang
kepemimpinan yang bisa diambil sebagai
dasar atau landasan teologis bagi
kepemimpinan Kristen. Beberapa kisah
akan diangkat dalam karya ilmiah ini
ialah kepemimpinan Musa dan Yosua.
Dimulai dengan Musa sebagai seorang
tokoh pemimpin besar yang sangat
disegani orang-orang di zamannya, dan
sepak-terjangnya khususnya ketika
memimpin orang Israel keluar dari Mesir
menoreh sejarah dan kehidupan agama
orang Yahudi sampai pada zaman gereja
mula-mula hukum Taurat itu masih
dibacakan pada tiap-tiap hari Sabat
orang Yahudi (Kis. 15:21), di mana
orang-orang Yahudi pada masa itu masih
kuat dan ketat memelihara tradisi Taurat
yang diwariskan oleh Musa yang
dianggap sebagai bapa Leluhur bangsa
Yahudi yang telah langsung menerima
Hukum Taurat itu dari YAHWE, Allah
Israel (Kel. 19-20; Yoh. 7:19; Kis. 17:20-
44).
Kepemimpinan Musa sebagai
hamba Tuhan yang dipilih dan diutus
langsung oleh Tuhan ketika sedang
menggembalakan ternaknya di padang
gurun (Kel. 3). Musa adalah menandakan
bahwa seorang pemimpin rohani itu
memang pada prinsipnya dipanggil oleh
Allah sendiri sebagai Majikan dan Tuan
yang Empunya pelayanan. Kualifikasi
kepemimpinan yang sedemikian
mumpuni dan besar itu, membuat Musa
dianggap oleh sebagian pakar teologi
sebagai representasi Kristus dalam
kaitannya dengan pelayanan kepada
umat Allah PL.
Panggilan Musa sekaligus disertai
penugasan dan pemberian wewenang
atau kekuasaan (kompetensi) langsung
dari Allah dan termasuk bentuk atau
jenis tugas yang akan dikerjakan. Musa
tidak hanya menerima panggilan dan
penugasan dari Allah, tetapi sekaligus
menerima visi dari Allah. Visi Musa
sudah jelas, yaitu membawa umat Allah
keluar dari tanah Mesir. Dari visi yang
sudah sangat jelas ini, maka Musa juga
diberi perlengkapan oleh Tuhan berupa
sebuah tongkat, untuk menunjukkan
kekuasaan Allah dan peneguhan atas
tugas yang diembankan Allah kepadanya.
Pemberian visi disertai dengan kuasa
dan sekaligus Orientasi Kepemimpinan
yaitu orientasi tugas (Process Oriented).
Di sini orientasi tugas Musa ialah
bagaimana membawa orang Israel itu
dapat keluar dari perbudakan (People
Oriented) dan membawa bangsa tersebut
Jurnal Excelsior Pendidikan
28 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020
ke tempat yang Allah kehendaki (Goal
Oriented).
Tokoh lainnya yang patut
dibicarakan tentang kepemimpinan
alkitabiah ialah Yosua. Legitimasi suksesi
kepemimpinan dari Musa kepada Yosua
dilakukan sesuai perintah Allah dan di
hadapan semua orang Israel di padang
gurun (Ul. 31:1-18) dan lewat
penumpangan tangan Musa (Ul. 34:9)
sehingga orang Israel mendengarkan
Yosua. Kepemimpinan Yosua tentu tidak
lepas dari pengaruh mentoring dari Musa
yang menekankan Orientasi
Kepemimpinan untuk merekrut Yosua
sebagai penggantinya sehingga tongkat
estafet kepemimpinan Musa diletakkan
di bahu Yosua. Dengan ketaatan kepada
firman-Nya dan pengandalan akan kuasa
dan janji penyertaan Tuhan dalam setiap
tugas yang dipercayakan kepadanya
(Yos. 1:6-9). Selain PL, dalam PB dasar
atau landasan alkitabiah untuk
kepemimpinan juga banyak dijumpai,
terutama dalam pelayanan Kristus dan
para Rasul, khususnya Rasul Paulus.
Untuk itu, bagian selanjutnya akan
dibahas terlebih dahulu kualifikasi dan
orientasi kepemimpinan Kristus ketika
melayani di bumi ini 2000 tahun yang
lalu.
Dalam kehidupan dan pelayanan-
Nya, Tuhan Yesus sudah menunjukkan
kualifikasi yang dimiliki-Nya sebagai
seorang Pemimpin, yaitu Ia adalah
seorang yang rendah hati dan lemah
lembut (Mat. 11:28-29), berjiwa hamba
yaitu datang bukan untuk dilayani
melainkan untuk melayani manusia dan
memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan
bagi banyak orang (Mat. 20:28).
Demikian pula halnya dengan
kepemimpinan Rasul Paulus. Dalam
kehidupan dan pelayanannya, Rasul
Paulus sudah menunjukkan prinsip-
prinsip kepemimpinannya berupa:
kualifikasi, kompetensi dan orientasi
kepemimpinan yang telah
didemonstrasikan dan dipraktekkannya.
Dalam hal kualifikasi, tidak usah
diragukan lagi bahwa Paulus telah
menunjukkan kualifikasi yang mumpuni
sebagai seorang Rasul Kristus. Paulus
dikenal sebagai seorang pemimpin yang
menjadi teladan bagi orang percaya
dalam mengikut Kristus (2 Tes. 3:7),
teladan dalam pengajaran yang sehat,
cara hidup yang berkenan kepada Allah,
berpendirian teguh (integritas),
beriman, sabar, penuh kasih dan tekun
serta setia dalam pelayanannya sampai
akhir (2 Tim. 3:10).
Selain itu, orientasi kepemimpinan
Rasul Paulus dinyatakan dengan
merekrut dan memuridkan (paling
sedikit) Timotius dan Titus sebagai
penerus dan pemegang tongkat estafet
kepemimpinannya. Dalam pemilihan
murid ini didasarkan kepada pribadi
yang mau belajar dan memberikan diri
sepenuhnya dan waktunya untuk Yesus.
(Dorce, 2019: 99) Keberhasilan Paulus
dalam merekrut dan memuridkan
Timotius sebagai rekan sekerjanya di
berbagai tempat pelayanan, secara
khusus Timotius menjadi pemimpin
jemaat di Efesus dan Titus di Kreta patut
diacungkan jempol, belum termasuk
Jurnal Excelsior Pendidikan
Jurnal Excelsior Pendidikan | 29
Epafras (Kol. 1:7, 4:12) dan Epafroditus
(Ef. 2:25). Tujuannya Paulus jelas yaitu
agar orang-orang yang dimuridkan dan
direkrutnya dapat menjadi rekan
sepelayanan yang menopang
pelayanannya dan meneruskan tugas
pelayanan yang telah dimulainya agar
dapat terus berkesinambungan sehingga
Injil Kerajaan Allah itu dapat terus
disebarluaskan. Berkaitan dengan karya
ilmiah ini, maka akan diuraikan
bagaimana pandangan Rasul Paulus soal
kepemimpinan sebagaimana yang
terdapat dalam surat 1 Timotius 3:1-13
dan 2 Timotius 2:2-6 yaitu sebagai
berikut:
Pertama, Paulus menjelaskan soal
kualifikasi atau kecakapan yang
sepatutnya harus dimiliki oleh seorang
pemimpin atau penatua jemaat. Hocking
menjelaskan bahwa “Kualifikasi-
kualifikasi dalam 1 Timotius 3
merupakan jawaban untuk mengenal
para pemimpin rohani” (Hocking, 1996).
Ayat-ayat dalam permulaan pasal 1
Timotius 3 tersebut, menentukan
kualifikasi yang diharapkan ada pada
seorang pemimpin rohani dalam
beberapa bidang kehidupan dan dalam
hubungannya dengan orang lain
(Sanders, 1993).
Buku klasik karya J. Oswald
Sanders yang cukup dikenal yang
berjudul “Kepemimpinan Rohani” atau
“Spiritual Leadership” menguraikan ada
kurang lebih 6 bidang kehidupan dalam
diri seorang yang harus diperhatikan jika
ingin menjadi seorang pemimpin
lembaga Kristen dan dalam relasi atau
hubungannya dengan orang lain yaitu:
(1) Kualifikasi Sosial (1 Tim. 3:2,7)
adalah bahwa seorang pemimpin Kristen
haruslah seorang yang tidak bercacat
dalam arti memiliki reputasi yang baik di
mata masyarakat dan namanya tidak
tercemar di mata publik atau orang
banyak. Dengan kata lain ia memiliki
nama baik di dalam maupun di luar
jemaat. (2) Kualifikasi Moral (1 Tim. 3:2-
3) adalah seorang pemimpin Kristen
haruslah baik secara moral, beristri satu,
dapat menahan diri dan bukan seorang
pemabuk. Artinya ia adalah seorang yang
dapat menguasai diri atau mengontrol
hawa nafsu dan emosinya. (3) Kualifikasi
Mental atau Psikologis (1 Tim. 3:2)
bersangkutan dengan batin atau watak
manusia bahwa seorang pemimpin
Kristen, haruslah seorang yang
berpikiran baik, bertindak bijaksana,
memiliki disiplin diri dan kerohanian
yang baik. (4) Kualifikasi Kepribadian (1
Tim. 3:2-3) bahwa seorang pemimpin
Kristen haruslah seorang yang peramah
dan bukan pemarah. Ia jelas bukanlah
orang yang suka bertengkar atau
berdebat. Ia melakukan segala sesuatu
dengan penuh kesabaran,
mengusahakan perdamaian dalam setiap
permasalahan yang dihadapi dalam
kepemimpinannya, suka memberi
tumpangan bagi orang lain dan ia
bukanlah seorang yang serakah dan cinta
uang. (5) Kualifikasi Keluarga (1 Tim.
3:4-5) bahwa seorang pemimpin Kristen
ialah seorang yang dapat menjadi kepala
keluarga yang baik. Ia disegani dan
dihormati oleh istri dan anak-anaknya
Jurnal Excelsior Pendidikan
30 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020
serta memiliki hubungan yang harmonis
serta penuh kasih dengan anggota
keluarganya. (6) Kualifikasi Kedewasaan
Rohani (1 Tim. 3:6) ialah seorang
pemimpin Kristen haruslah orang yang
sudah bertumbuh dewasa dalam iman
atau kerohaniannya. Janganlah seorang
yang baru bertobat diangkat menjadi
seorang pemimpin Kristen. Berbarengan
dengan sikap dewasa maksudnya ialah ia
seorang yang dapat dipercaya,
bertanggung jawab dalam pekerjaan
atau tugas yang dipercayakan
kepadanya, tidak gila hormat dan
mencari kedudukan.
Kedua, Rasul Paulus menjelaskan
ketiga jenis kompetensi kepemimpinan
yang telah disinggung tersebut dengan
Tiga Analogi dalam surat 2 Timotius 2:2-
6 yaitu: (1) Analogi Prajurit (2 Tim. 2:3-
4) adalah seorang prajurit yang
disinggung Paulus di sini merupakan
sebuah kompetensi yang seharusnya
dimiliki oleh seorang pemimpin rohani
seperti Timotius, dalam tugasnya
menjadi seorang pemimpin Kristen di
Efesus. Kepemimpinan Kristen yang
memiliki kompetensi laksana seorang
prajurit akan siap sedia diberi tugas oleh
komandannya dan ia harus patuh dan
siap sedia menjalankan tugas itu. (2)
Analogi Olahragawan (2 Tim. 2:5)
sebagai seorang pemimpin Kristen pada
gereja mula-mula, Timotius dihimbau
Paulus untuk rajin berlatih layaknya
seorang atlit olahraga jika ingin meraih
kemenangan atau menjadi juara. Di sini,
Paulus menekankan sebuah kompetensi
yang patut dimiliki oleh seorang
pemimpin muda seperti Timotius yaitu
menjadi seorang yang ulet dan tidak
mudah menyerah dalam pelayanan serta
tekun melatih diri agar semakin berhasil
dalam tugas pelayanannya. (3) Analogi
Petani (1 Tim. 3:6) seorang petani
dengan tekun dan sabar untuk merawat
dan memelihara tanaman padinya siap
dituai. Hal ini dilakukan bukan tanpa
tujuan, melainkan ia menantikan hasil
panen seperti yang telah diharapkannya.
Dengan demikian segala jerih payahnya
terbayarkan. Di sini Paulus menekankan
perlunya Timotius memiliki kesabaran
dan ketekunan yang menjadi ciri khas
seorang petani. Kepemimpinan yang
memiliki kompetensi seperti seorang
petani yang sabar dan tekun menantikan
hasil kerjanya, pada akhirnya akan
mendapat hasil panen yang melimpah.
Ketiga, selain mengemukakan
kualifikasi dan kompetensi seorang
pemimpin Kristen, Rasul Paulus
menjelaskan tentang orientasi
kepemimpinan dalam surat 2 Timotius
2:7 adalah: (1) Peninjauan untuk
menentukan sikap (arah, tempat, dan
sebagainya) yang tepat dan benar. (2)
Pandangan yang mendasari pikiran,
perhatian atau kecenderungan. Seorang
pemimpin dikatakan memiliki orientasi
atau “berorientasi” maksudnya adalah:
(1) Melihat-lihat atau meninjau (supaya
lebih kenal atau lebih tahu). (2)
Mempunyai kecenderungan pandangan
atau menitikberatkan pandangan,
berkiblat. Octavianus menjelaskan
bahwa dalam sebuah perencanaan
kepemimpinan yang baik paling tidak
Jurnal Excelsior Pendidikan
Jurnal Excelsior Pendidikan | 31
selalu memiliki dua orientasi yang
diperlukan yaitu Orientasi manusia
(People Oriented) dan Orientasi Tujuan
(Goal Oriented) (Octavianus, 1988).
Sebagai rangkuman, prinsip
kepemimpinan yang diutarakan Paulus
dalam surat 1 & 2 Timotius di atas
maksudnya mempunyai tiga prinsip
dasar yaitu: (1). Kepemimpinan yang
memiliki Kualifikasi alkitabiah (di bidang
sosial (kemasyarakatan), mental
(psikologis), moral, kepribadian,
keluarga dan kedewasaan rohani). (2).
Kepemimpinan yang memiliki
Kompetensi sebagai seorang prajurit, atlit
(olahragawan) dan petani. (3).
Kepemimpinan yang memiliki Orientasi
alkitabiah yaitu berfokus kepada
memenangkan jiwa-jiwa, pemuridan dan
meluaskan Injil Kerajaan Allah. Ketiga
prinsip dasar kepemimpinan ini
berhubungan erat satu sama lain dan
tidak dapat dipisahkan sebagai faktor
penting penentu keberhasilan sebuah
kepemimpinan Kristen.
Berdasarkan beberapa prinsip
kepemimpinan Paulus tersebut, tulisan
ini berfokus untuk meneliti bagaimana
prinsip kepemimpinan Kristen yang
diajarkan Rasul Paulus tersebut
diimplementasikan dalam
kepemimpinan di STT Duta Panisal
Jember, Jawa Timur.
STT Duta Panisal berlokasi di kota
Jember, Jawa Timur. Sekolah ini awal
berdirinya pada tahun 2000, bertempat
di gedung gereja Pantekosta Isa Almasih,
Duta Mas Jakarta barat, kemudian pada 1
Januari 2001 berpindah ke kota Jember
Jawa Timur sampai saat ini. STT Duta
Panisal, Jember merupakan salah satu
kampus favorit calon mahasiswa baru di
Jawa Timur. Lokasinya berada di Jl.
Cempaka 48 Gebang Jember Jawa Timur
68117 Jawa Timur, Indonesia. Setiap
tahunnya, kampus ini selalu ramai
dipadati calon mahasiswa baru.
STT Duta Panisar dilengkapi
dengan adalah: (1) tenaga pengajar
profesional, STT Duta Panisal Jember
diharapkan mampu menjadikan lulusan
berpengetahuan luas dan memiliki skill.
(2) kampus telah dilengkapi dengan
sarana dan prasarana belajar yang
memadai, sehingga memungkinkan
mahasiswa dapat fokus belajar demi
menggapai asa melayani Tuhan. (3)
mempunyai dua jurusan yaitu: Teologi
dan Pendidikan Agama Kristen.
Wawancara dengan Ketua
Yayasan STT Duta Panisal Jember. Ir. dr.
Subagio Mintodiharjo, M.Th menjelaskan
bahwa dalam mengimplementasikan
prinsip kepemimpinan Rasul Paulus
dalam Surat 1 Timotius 3:1-13 dan 2
Timotius 2:2-7 di STT Duta Panisal
adalah: (1) selama ini dilakukan dengan
cara konsisten mendasarkan ajarannya
pada Injil Kristus yang diajarkan di ruang
kuliah pada setiap Program Studi, (2)
memberitakan Injil kepada semua
lapisan masyarakat, dan (3) berdoa
merupakan pilar dan nafas kehidupan
civitas akademika STT Duta Panisal yang
terekspresi dalam setiap kegiatan ibadah
atau persekutuan yang diselenggarakan
di kampus.
Jurnal Excelsior Pendidikan
32 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020
Berkenaan dengan pemilihan
pemimpin, Beliau menjelaskan bahwa
sedapat mungkin memilih pemimpin
yang berintegritas sesuai ajaran Alkitab,
memiliki komitmen tinggi dalam
pelayanan, konsisten dalam segala aspek
kehidupan, tulus, memiliki motivasi yang
benar, profesional dan mengajar
bersumber dari Alkitab berdasarkan
prinsip reformasi (Sola Fide, Sola
Scriptura & Sola Gratia) rela berkorban
dalam mendidik mahasiswa baik waktu,
tenaga dan materi. Intinya tetap berjuang
memilih pemimpin-pemimpin yang
bersih baik di STT, gereja maupun
pemerintahan. Sebagai pemimpin wajib
bertekun dalam Kitab Suci, melawan
ajaran sesat dan menjadi teladan bagi
semua orang (Mintodiharjo, 2019).
Selanjutnya, wawancara dengan
Ketua STT Duta Panisal, Dr. Nanik
Kristanto, SE., M.Th terungkap bahwa
selama ini kepemimpinan berdasarkan
ajaran Para Rasul dilakukan dengan cara
memelihara Injil dari segi atau aspek
pengajaran doktrin alkitabiah yang
terwujud dalam tindakan sehari-hari
para dosen dan staf dalam melakukan
firman Allah (hidup berintegritas) dan
melawan ajaran-ajaran sesat lewat
seminar-seminar. Doa menjadi
penopang utama disertai dengan ucapan
syukur serta menjalin relasi yang intim
dengan Tuhan agar peka mendengar
suara-Nya dalam arti mengenal
kehendak-Nya (Kristanto, 2019).
Menurut bapak Yudi, M.Th, selaku
Puket III Bidang Kemahasiswaan STT
Dupan Jember, selama ini STT Duta
Panisal adalah: (1) telah mendidik dan
berjuang menghasilkan tenaga-tenaga
hamba Tuhan untuk diutus dalam
pelayanan, walau mengalami kesulitan
finansial (Handoko, 2019). (2) para
Pemimpin di STT Duta Panisal,
khususnya Ketua STT Duta Panisal
sangat teguh memegang dan
mengajarkan doktrin yang sehat kepada
para mahasiswa dan khalayak umum,
bahkan berdiskusi teologi yang sehat
lewat instagram. Beliau tidak
sembarangan dalam pengajarannya dan
peduli kepada sesama meski memiliki
banyak keterbatasan, hal ini terungkap
melalui wawancara dengan Bapak
Sugeng, M.Th. (Sugeng, 2019). Sebagai
Dosen Tetap Duta Panisal. Namun
demikian, terkait persyaratan dalam
memilih orang untuk ditempatkan dalam
pelayanan masih terdapat kekurangan
karena sering orang yang ditugaskan
dipilih karena masih ada hubungan
keluarga, perasaan sungkan, dan melihat
status sosial, demikian penjelasan Ibu
Rabiel Sobon, M.Th. (Sobon, 2019), Ketua
Prodi S1 Teologi, STT Duta Panisal,
Jember.
Penelitian ini akan memberi
solusi terhadap pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut: (1) Berapakah besar
tingkat implementasi prinsip-prinsip
kepemimpinan Rasul Paulus
berdasarkan surat 1 Timotius 3:1-13 dan
2 Timotius 2:2-7 di kalangan Civitas
Akademika STT Duta Panisal? (2)
Dimensi manakah yang paling dominan
menentukan implementasi prinsip
kepemimpinan Paulus berdasarkan surat
Jurnal Excelsior Pendidikan
Jurnal Excelsior Pendidikan | 33
1 Timotius 3:1-13 dan 2 Timotius 2:2-7
di kalangan Civitas Akademika STT Duta
Panisal? (3) Kategori latar belakang
manakah yang lebih menentukan
implementasi prinsip-pinsip
kepemimpinan Rasul Paulus
berdasarkan surat 1 Timotius 3:1-13 dan
2 Timotius 2:2-7 di kalangan Civitas
Akademika STT Duta Panisal?
METODE
Metode penelitian yang akan
digunakan adalah metode Eksplanatori-
Konfirmatori. Tujuan memakai metode
ini ialah untuk menjelaskan hubungan
klausal antar variabel penelitian (Y) dan
variabel bebas (X) untuk pengujian
hipotesa penelitian (Singarimbun, &
Effendi, 1995). Variabel Moderat atau
Moderate Variable adalah variabel
pembanding yaitu jenis kelamin, umur,
status, pendidikan, suku, gereja asal, dan
pekerjaan.
Obyek penelitian adalah civitas
Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta
Panisal, Jember berjumlah 300 orang,
terdiri dari pihak: Yayasan, Ketua dan
Unsur Pimpinan, Dosen, mahasiswa dan
para alumni yang terdaftar dalam
Himpunan Alumni STT Duta Panisal.
Arikunto menjelaskan jika jumlah
subyek peneitian besar (di atas 100)
maka dapat diambil 10-15% atau 20-
55% (Arikunto, 2008). Oleh karena
populasi atau subyek penelitian dalam
karya ilmiah ini berada di atas 100 orang
dan disebabkan keterbatasan waktu,
tenaga maupun biaya, maka sampel
penelitian yang akan diambil yaitu 40%
dari total populasi yaitu sebanyak 120
orang. Dengan pembagian 30 sebagai
sampel awal (uji coba instrumen) dan
sisanya menjadi sampel untuk pengujian
instrumen final yaitu sebanyak 90 orang.
Instrumen berupa angket yang
mempunyai tiga dimensi utama yaitu
Dimensi pertama adalah “Kepemimpinan
yang Memiliki Kualifikasi” yang
merupakan hasil kajian teori dalam 1
Timotius 3:1-13, Dimensi kedua adalah
“Kepemimpinan Yang Memiliki
Kompetensi” yang merupakan hasil
kajian teori dalam 2 Timotius 2:2-6 dan
Dimensi ketiga adalah “Kepemimpinan
Yang Memiliki Orientasi” hasil kajian dari
2 Timotius 2:7. Masing-masing dimensi
tersebut di atas terdiri dari beberapa
indikator penelitian yaitu: Pertama,
Dimensi “Kepemimpinan yang Memiliki
Kualifikasi” terdiri dari Kualifikasi
Sosial, Kualifikasi Moral, Kualifikasi
Mental, Kualifikasi Kepribadian,
Kualifikasi Keluarga dan Kualifikasi
Kedewasaan. Kedua, yaitu Dimensi
“Kepemimpinan yang Memiliki
Kompetensi” terdiri dari Kompetensi
sebagai Prajurit, Kompetensi Sebagai
Olahragawan, Kompetensi sebagai
Petani. Ketiga, yaitu Dimensi
“Kepemimpinan yang Memiliki
Orientasi” terdiri dari Orientasi Kepada
Jiwa-Jiwa (People Oriented), Orientasi
kepada Pemuridan (Process Oriented)
dan Orientasi Kepada Kerajaan Allah
(Goal Oriented).
Jurnal Excelsior Pendidikan
34 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020
Tabel 1 Dimensi dan Iindikator Penelitian yang Diperoleh berdasarkan Kajian Teori dan
Variabel Moderat
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR
Implementasi
Kepemimpinan Rasul
Paulus berdasarkan
Surat 1 Timotius 3:1-
13; & 2 Timotius 2:2-
7 di kalangan Civitas
Akademika STT Duta
Panisal, Jember, Jawa
Timur
(Variabel Y)
D1. Kepemimpinan
yang Memiliki Kualifikasi (1
Tim. 3:1-13)
1. Memiliki Kualifikasi Sosial
2. Memiliki Kualifikasi Moral
3. Memiliki Kualifikasi Mental
4. Memiliki Kualifikasi Kepribadian
5. Memiliki Kualifikasi Keluarga
6. Memiliki Kualifikasi Kedewasaan
D2. Kepemimpinan
yang Memiliki Kompetensi
(2 Tim. 2:2-6)
7. Memiliki Kompetensi Sebagai Prajurit
8. Memiliki Kompetensi Sebagai
Olahragawan
9. Memiliki Kompetensi Sebagai Petani
D3. Kepemimpinan
yang Memiliki Orientasi (2
Tim. 2:7)
10. Memiliki Orientasi Kepada Jiwa-Jiwa
(People Oriented)
11. Memiliki Orientasi Kepada
Pemuridan
(Process Oriented)
12. Memiliki Orientasi Kepada Kerajaan
Allah (Goal Oriented)
Instrumen yang digunakan adalah
angket (kuesioner) yaitu sebanyak 61
butir pernyataan berdasarkan indikator-
indikator dari variabel penelitian.
Pengukuran angket memakai skala
Likert untuk mengukur sikap, pendapat,
tanggapan, penilaian maupun persepsi
dari seseorang, dengan lima tingkatan
jawaban dari angka atau skor 1 s/d 5 dan
batasan nilai terhitung dari 0,1 sampai
0,5 (Arikunto, 2008).
Instrumen angket sudah dianggap
layak karena telah melalui proses uji
validasi oleh 4 pakar di bidangnya
masing-masing dengan rata-rata nilai
3,75 adalah relevan dan jelas, maka
angket dinyatakan valid.
Construk Validity dilaksanakan
melalui dua tahap adalah: Pertama,
validitas bangunan pengertian
(construct validity) dengan uji coba
instrumen yang telah divalidasi isi oleh
Ahli tersebut dengan sampel uji 30 (tiga
puluh) orang sampel dengan
perhitungan iterasi orthogonal 59 butir
dengan nilai reliabilitas sebesar 0.960
adalah valid melalui bantuan software
SPSS 20. Kedua, uji coba instrumen
dengan reliabilitas dengan menggunakan
rumus Cronbach’s Alpha dengan nilai
.957 adalah valid.
Jurnal Excelsior Pendidikan
Jurnal Excelsior Pendidikan | 35
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Indikator Pernyataan Angket
Kualifikasi Sosial (I.1) Pemimpin saya dapat menjaga reputasi diri yang baik di mata publik
Pemimpin saya dapat menjuhkan diri dari tindakan yang merusak citra diri
Pemimpin saya dapat menjalin hubungan sosial yang baik dengan sesama
Pemimpin saya ikut terlibat aktif dalam kegiatan sosial
Pemimpin saya dapat menjadi teladan bagi orang lain
Pemimpin saya konsisten melakukan apa yang baik
Kualifikasi Moral
(I.2)
Dalam keseharian, pemimpin saya mengedepankan perilaku moral yang baik
Pemimpin saya dapat bersikap positif terhadap orang lain
Pemimpin saya dapat menahan diri dari berbuat hal-hal yang kurang baik
Pemimpin saya dapat membalas kejahatan dengan kebaikan
Pemimpin saya dapat hidup menuruti keinginan Roh Kudus
Saya tahu Pemimpin saya mengandalkan Roh Kudus dalam mengambil keputusan
Kualifikasi Mental
(I.3)
Pemimpin saya dapat berpikir jernih sebelum bertindak
Pemimpin saya berhikmat dalam mengambil keputusan
Pemimpin saya dapt bersikap sopan terhadap orang yang berbeda pendapat
dengannya
Pemimpin saya dapat berbicara sopan dengan orang yang lebih muda usianya
Pemimpin saya memiliki kecakapan untuk mengajar orang lain
Pemimpin saya dapat menunjukkan kebaikan kepada orang lain
Kualifikasi Kepribadian
(I.4)
Pemimpin saya dapat menunjukkan sikap ramah kepada semua orang
Pemimpin saya dapat bersikap ramah kepada orang yang berbuat kasar kepadanya
Pemimpin saya membuka pintu rumah nya bagi teman yang membutuhkan tempat
singgah
Pemimpin saya mau menolong orang yang membutuhkan pertolongannya
Pemimpin saya lebih menghargai orang daripada benda
Pemimpin saya dapat menolak keuntungan materi yang bisa diperoleh dengan cara
yang kurang jujur
Kualifikasi
Keluarga (15)
Pemimpin saya berdoa bersama keluarganya setiap hari
Pemimpin saya rajin beribadah bersama keluarganya di gereja setiap hari Minggu
Pemimpin saya dapat menjadi teladan yang baik bagi keluarganya
Pemimpin saya lebih
mengutamakan nama baik keluarga daripada materi
Pemimpin saya sangat peduli terhadap kebutuhan keluarganya
Pemimpin saya dapat menjalin komunikasi yang baik dengan keluarganya
Kualifikasi
Kedewasaan
(16)
Pemimpin saya menyelesaikan tugas tepat waktu
Pemimpin saya dapat mengutamakan kepentingan orang banyak
Pemimpin saya bertanggungjawab menyelesaikan tugas yang sulit
Pemimpin saya lebih suka bersikap adil daripada mencari keuntungan pribadi
Pemimpin saya adalah orang yang peduli terhadap kebutuhan orang
Pemimpin saya ikut aktif dalam kegiatan masyarakat seperti Kerja bakti
Dimensi 2 (D2). Kepemimpinan yang Memiliki Kompetensi
Pemimpin saya rela berkorban dalam melayani Tuhan
Jurnal Excelsior Pendidikan
36 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020
Kompetensi Sebagai
Prajurit
(I7)
Pemimpin saya setia menjalankan tugas pekerjaannya meski menghadapi banyak
tantangan
Pemimpin saya optimis dalam menjalankan tugasnya sehari-hari
Kompetensi Sebagai
Olahragawan
(I8)
Pemimpin saya dapat disiplin dalam menjalan tugas keseharian
Pemimpin saya dapat konsisten mentaati aturan yang berlaku di STT Duta Panisal
Pemimpin saya dapat melayani karena berfokus kepada Hidup Kekal sebagai upah
Kompetensi Sebagai
Petani
(I9)
Pemimpin saya bekerja keras menjalankan visi dan misi STT Duta Panisal
Pemimpin saya berjerih lelah memajukan STT Duta Panisal meskipun mengalami
kesulitan keuangan
Pemimpin saya dapat sabar menghadapi berbagai kesulitan dalam pelayanan di
STT Duta Panisal
Orientasi Kepada Jiwa-
Jiwa
(I.10)
Pemimpin saya peka terhadap kebutuhan rohani para mahasiswa
Pemimpin saya menyadari masih banyak orang yang membutuhkan keselamatan
dari Yesus Kristus
Pemimpin saya menjalankan pelayanan dengan visi mengjangkau orang-orang
berdosa bagi Kristus
Orientasi Kepada
Pemuridan
(I.11)
Pemimpin saya memberitakan kasih Kristus termasuk kepada orang yang tidak
menyukainya
Kata-kata Pemimpin saya sesuai dengan tindakannya
Pemimpin saya bersikap rendah hati kepada orang yang lebih muda
Pemimpin saya rela menjalankan tugas pelayanan sekalipun kurang menerima
penghargaan yang sepantasnya
Pemimpin saya mengutamakan perilaku hidup kudus
Pemimpin saya mengandalkan Tuhan dalam segala keadaan
Pemimpin saya dapat bersikap sabar menghadapi orang lain
Pemimpin saya dapat menguasai diri dalam kehidupannya
Orientasi Kepada
Kerajaan Allah
(I.12)
Pemimpin saya mengedepankan jiwa missioner dalam pelayanannya
Pemimpin saya konsisten melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi
Pemimpin saya mendorong civitas akademika STT Duta Panisal untuk berupaya
mendulang Prestasi belajar setinggi-tingginya
Teknik pengumpulan data
menggunakan angket untuk
menghasilkan data deskripsif setiap
variabel penelitian, sedangkan teknik
analisis data menggunakan uji
persyaratan analisis yang terdiri uji
normalitas, homogenitas, linearitas dan
barulah menguji hipotesis (Sasmoko,
2011). Uji persyaratan analisis dilakukan
untuk memenuhi persyaratan
melakukan uji hipotesis dengan korelasi
atau dengan analisis regresi. Uji
persyaratan analisis terdiri dari uji
normalitas, uji linieritas, dan uji
homogenitas untuk memperlihatkan
bahwa dua atau lebih kelompok data
sampel berasal dari populasi yang
memiliki variansi yang sama. Uji
hipotesis terdiri dari 3 bentuk maka
rumus Uji hipotesis juga terdiri dari 3
(tiga) bentuk adalah (1) Bentuk pertama
untuk menguji hipotesis pertama
menggunakan rumus confidence interval
(µ), (2) bentuk uji hipotesis kedua
Jurnal Excelsior Pendidikan
Jurnal Excelsior Pendidikan | 37
menggunakan analisa regresi linier
dengan menganalisa regresi setiap
variabel dan melihat besarnya pengaruh
dan kontribusi tiap variabel exogenous
terhadap endogenous variable, dan (3)
bentuk uji hipotesis ketiga menggunakan
pengujian dengan analisis Biner
segmentation yang kemudian disebut
dengan Classification and regression
Trees (CRT) atau Categorical Regrresion
Trees (CART ).
HASIL DAN DISKUSI
Hasil
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk
variabel (endogenous Variable) dan semua
dimensi ( exogenous variable ) dengan
estimasi proporsi melalui rumus Blom
dengan pendekatan P-P Plot guna
mengetahui apakah nilai residu yang diteliti
memiliki distribusi normal atau tidak
normal.
Tabel 3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kepemim-
pinan yang
Memiliki
Kualifikasi
Kepemim-
pinan yang
Memiliki
Kompeten-si
Kepemimpi
nan yang
Memiliki
Orientasi
Implementasi Prinsip
Kepemimpinan Paulus
berdasarkan Surat 1
Timotius 3:1-13 dan 2
Timotius 2:2-7
N 90 90 90 90
Normal Parametersa,b
Mean 151.7111 40.0778 66.3444 258.1333
Std.
Deviation 18.23889 4.86729 8.42436 30.53905
Most Extreme
Differences
Absolute .101 .156 .152 .114
Positive .101 .156 .152 .114
Negative -.073 -.142 -.099 -.067
Kolmogorov-Smirnov Z .956 1.479 1.443 1.078
Asymp. Sig. (2-tailed) .320 .125 .131 .195
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Jurnal Excelsior Pendidikan
38 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020
Uji Linearitas
Uji Linearitas merupakan suatu
perangkat uji yang diperlukan untuk
mengetahui bentuk hubungan yang terjadi di
antara variabel X dan Y. Uji ini dilakukan
untuk melihat apakah linear yang signifikan
dari dua buah variabel yang sedang di teliti.
Uji ini merupakan prasyarat penggunaan uji
hipotesis baik itu dengan korelasi maupun
regresi.
Tabel 4 ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Implementasi Prinsip
Kepemimpinan
Paulus berdasarkan
Surat 1 Timotius 3:1-
13 dan 2 Timotius
2:2-7 di kalangan
Civitas Akademika
STT Duta Panisal*
Kepemimpinan yang
Memiliki Kualifikasi
Between
Groups
(Combined) 81838.977 40 2045.974 86.023 .000
Linearity 80474.226 1 80474.226 3383.524 .000
Deviation from
Linearity 1364.751 39 34.994 1.471 .100
Within Groups 1165.423 49 23.784
Total 83004.400 89
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk
memperlihatkan bahwa dua atau lebih
kelompok data sampel berasal dari populasi
yang memiliki variansi yang sama. Pada
analisis regresi, persyaratan analisis yang
dibutuhkan adalah bahwa galat regresi
untuk setiap pengelompokan berdasarkan
variabel terikatnya memiliki variansi yang
sama.
Tabel 5 Uji Homogenitas
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
4.825 22 49 .12
0
Dari hasil analisa data SPSS 20 untuk
uji homogenitas antara variabel Y dengan
Dimensi D1 Kepemimpinan yang Memiliki
Kualifikasi maka dapat diketahui karena p-
value = 0,120 >0,05 maka dapat disimpulkan
data diambil dari sampel yang homogen.
Tabel 6 Uji Homogenitas
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
6,235 13 86 ,133
Dari hasil analisa data SPSS 20
untuk uji homogenitas antara variabel Y
dengan Dimensi D2 Kepemimpinan yang
Memiliki Kompetensi maka dapat
Jurnal Excelsior Pendidikan
Jurnal Excelsior Pendidikan | 39
diketahui karena p-value = 0,133>0,05
maka dapat disimpulkan data diambil
dari sampel yang homogen.
DISKUSI
Pengujian Hipotesis Pertama
Untuk menjawab hipotesa
pertama peneliti dalam hal ini
menerapkan 3 kategori Kecenderungan
Implementasi Prinsip Kepemimpinan
Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1
Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di
Kalangan Civitas Akademika Sekolah
Tinggi Teologi Duta Panisal (Y) yaitu: (a)
rendah, (b) cukup /sedang, dan (c)
tinggi. Analisis data dilakukan dengan
Confidence Interval pada taraf
signifikansi 5% dan dihasilkan tabel
sebagai berikut:
Tabel 7 Confidence Interval Descriptives
Statistic Std. Error
Implementasi prinsip
kepemimpinan Paulus
berdasarkan Surat 1 Timotius
3:1-13 dan 2 Timotius 2:2-7
di kalangan Civitas
Akademika STT Duta Panisal
Mean 258.1333 3.21910
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 251.7371
Upper Bound 264.5296
5% Trimmed Mean 260.3704
Median 261.5000
Variance 932.634
Std. Deviation 30.53905
Minimum 85.00
Maximum 295.00
Range 210.00
Interquartile Range 40.50
Skewness -2.074 .254
Kurtosis 10.220 .503
Berdasarkan tabel interval yang
dibuat dan posisi Kecenderungan
Implementasi Prinsip Kepemimpinan
Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1
Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di
Kalangan Civitas Akademika Sekolah Tinggi
Teologi Duta Panisal. (Y), sebagai berikut:
Tabel 8 Nilai lower dan Upper Bound variabel Y
Interval Kategori Nilai lower dan Upper Bound variabel Y
84 - 154 rendah
155 - 225 sedang
226 - 296 tinggi 251.7371 - 264.5296 (Tinggi)
Jurnal Excelsior Pendidikan
40 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020
Dari hasil di atas maka dapat
disimpulkan bahwa secara garis besar
Implementasi Prinsip Kepemimpinan
Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1
Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di
Kalangan Civitas Akademika Sekolah
Tinggi Teologi Duta Panisal Jember, Jawa
Timur(Y) ada pada kategori “Tinggi”.
Sehingga hipotesa pertama yang
berbunyi : Tingkat Implementasi prinsip
kepemimpinan Rasul Paulus
berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; & 2
Timotius 2:2-6 di kalangan civitas
akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta
Panisal Jember, Jawa Timur menurut
berada dalam kategori tinggi ternyata
diterima.
Pengujian Hipotesa Kedua
Hipotesis kedua berbunyi: Dari
ketiga Dimensi Prinsip Kepemimpinan
Rasul Paulus berdasarkan Surat 1
Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6
yang diuraikan dalam penelitian ini,
maka Dimensi Kepemimpinan Yang
Memiliki Kualifikasi (D1) paling dominan
diterapkan di Kalangan Civitas
Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta
Panisal.
Pembuktian terhadap hipotesis
kedua dilakukan dengan dua tahap.
Tahap pertama dilakukan dengan
menggunakan perhitungan uji
signifikansi regresi (Freg) (Priyatno,
2010).
Tabel 9 Uji Regresi Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .985a .970 .969 5.36209
a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan Yang Memiliki Kualifikasi
Besarnya koefisien korelasi (ry1)
antara dimensi Kepemimpinan yang
Memiliki Kualifikasi (D1) terhadap
Implementasi Prinsip Kepemimpinan
Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1
Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di
Kalangan Civitas Akademika Sekolah
Tinggi Teologi Duta Panisal (Y) sebesar
0,985 dengan memiliki hubungan positif
dengan tingkat pengaruh dalam kategori
sangat kuat.
Besarnya koefisien determinasi
varians (r2D1) sebesar 0,970 yang berarti
bahwa dimensi Kepemimpinan Yang
Memiliki Kualifikasi (D1) memberikan
kontribusi terhadap Implementasi
Prinsip Kepemimpinan Rasul Paulus
Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &
2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas
Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta
Panisal (Y) sebesar 97 %.
Jurnal Excelsior Pendidikan
Jurnal Excelsior Pendidikan | 41
Tabel 10 Hasil Analisis Regresi Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 8.011 4.761 1.682 .096
Kepemimpinan Yang
Memiliki Kualifikasi 1.649 .031 .985 52.905 .000
a. Dependent Variable: Implementasi prinsip kepemimpinan Paulus.
Tabel 11 ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 80474.226 1 80474.226 2798.911 .000b
Residual 2530.174 88 28.752
Total 83004.400 89
a. Dependent Variable: Implementasi prinsip kepemimpinan Paulus.
b. Predictors: (Constant), Kepemimpinan Yang Memiliki Kualifikasi
Dari hasil analisis antara
exogenous variable secara bersama–
sama terhadap endogenous variable
menunjukan bahwa dimensi
Kepemimpinan yang Memiliki Kualifikasi
(D1). menjadi dimensi paling dominan
membentuk Implementasi Prinsip
Kepemimpinan Rasul Paulus
Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &
2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas
Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta
Panisal (Y). dimensi Kepemimpinan yang
Memiliki Kualifikasi (D1) mampu
memperbaiki sebesar 488,901 kali dari
kondisi iImplementasi Prinsip
Kepemimpinan Rasul Paulus
Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &
2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas
Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta
Panisal (Y) yang sekarang secara
signifikan pada α <0,05 sekaligus
dimensi Kepemimpinan Yang Memiliki
Kualifikasi (D1) memiliki nilai
importansi (sanggup) mempengaruhi
100% derajad distribusi perolehan skor
Implementasi Prinsip Kepemimpinan
Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1
Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di
Kalangan Civitas Akademika Sekolah
Tinggi Teologi Duta Panisal sebesar
875.889.
Pengujian Hipotesis Ketiga
Pengujian ketiga menggunakan
Classification and regression trees (CRT)
pada taraf signifikansi 0,05 dengan
maximum trss depht = 2, minimum cases
in parent node = 2,
dan minimum cases in child note
= 1. Untuk menguji kategori latar
belakang mana yang paling
mempengaruhi variabel Y, akan
dilakukan uji varian satu jalur (One way
anova) pada taraf signifikansi 0,05.
Jurnal Excelsior Pendidikan
42 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020
Tabel 12 Independent Variabel Surrogates
Parent Node Independent Variable Improvement Association
0 Primary Suku 56.543
-1 Primary Umur 35.762
3 Primary Asal_Gereja 23.808
4
Primary Pendidikan 4.091
Surrogate
Suku 4.091 1.000
Asal_Gereja 4.091 1.000
Pekerjaan 4.091 1.000
2 Primary Suku .370
6
Primary Jenis_Kelamin .007
Surrogate
Suku .007 1.000
Asal_Gereja .007 1.000
Pekerjaan .007 1.000
Dari hasil analisis antara
exogenous variable latar belakang sampel
secara bersama–sama terhadap
endogenous variable menunjukan bahwa
latar belakang Suku (L5) menjadi
kategori latar belakang paling dominan
membentuk Implementasi Prinsip
Kepemimpinan Rasul Paulus
Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &
2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas
Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta
Panisal (Y).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dipaparkan tersebut dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Pertama, hasil pengujian
terhadap hipotesis pertama memberi
kesimpulan bahwa hipotesis yang
diajukan, yakni Tingkat Implementasi
prinsip kepemimpinan Rasul Paulus
berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &
2 Timotius 2:2-6 di kalangan civitas
akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta
Panisal menurut berada dalam kategori
tinggi tenyata diterima.
Kedua, hasil analisis antara
exogenous variable secara bersama–
sama terhadap endogenous variable
menunjukan bahwa dimensi
Kepemimpinan Yang Memiliki
Kualifikasi (D1) menjadi dimensi paling
dominan membentuk Implementasi
Prinsip Kepemimpinan Rasul Paulus
Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &
2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas
Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta
Panisal (Y) dimensi Kepemimpinan yang
Memiliki Kualifikasi (D1) mampu
memperbaiki sebesar 488,901 kali dari
kondisi implementasi Prinsip
Kepemimpinan Rasul Paulus
Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &
2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas
Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta
Panisal (Y) yang sekarang secara
Jurnal Excelsior Pendidikan
Jurnal Excelsior Pendidikan | 43
signifikan pada α <0,05 sekaligus
dimensi Kepemimpinan Yang Memiliki
Kualifikasi (D1) memiliki nilai
importansi (sanggup) mempengaruhi
100% derajat distribusi perolehan skor
Implementasi Prinsip Kepemimpinan
Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1
Timotius 3:1-13; & 2 Timotius 2:2-6 di
Kalangan Civitas Akademika Sekolah
Tinggi Teologi Duta Panisal sebesar
875.889.
Ketiga, hasil analisis antara
exogenous variable latar belakang sampel
secara bersama–sama terhadap
endogenous variable yang menunjukkan
bahwa latar belakang Suku (L5) menjadi
kategori latar belakang paling dominan
membentuk Implementasi Prinsip
Kepemimpinan Rasul Paulus
Berdasarkan Surat 1 Timotius 3:1-13; &
2 Timotius 2:2-6 di Kalangan Civitas
Akademika Sekolah Tinggi Teologi Duta
Panisal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, (2010). Prosedur Penelitia:
Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Bina Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2008). Metodologi
Penelitian. Yogyakarta: Bina
Aksara.
Clinton, J. Robert. (2004). Pembentukan
Pemimpin Sejati. Bandung:
Metanoia.
Haggai, John. Edmund. (1998). Lead On!
Leadership That Endures in A
Changing World. Singapore:
Kobrey Press, Haggai Institute.
Handoko, Yudi. Wawancara Puket III
Bidang kemahasiswaan. Jember:
Tanggal 18 Juli 2019.
Hocking, David, (1996) Rahasia
Keberhasilan Seorang Pemimpin: 7
Hukum Kepemimpinan Rohani,
cetakan ke-6. Yogyakarta: ANDI.
Iskandar, J. Benny, (2008). Manajemen
Alkitabiah. Jakarta: Kalam Indah
publishing.
Kristanto, Nanik SE. Wawancara ketua
STT duta Panisal. Jember: Tanggal
19 Nopember 2019.
Lumintang, I. Stevri, (2015). Theologia
kepemimpinan Kristen: Theokrasi
Di tengah Sekularisasi Gereja Masa
Kini. Jakarta: Geneva Insani
Indonesia Institut Theologia
Indonesia.
Mintodiharjo, Subagio. Wawancara ketua
Yayasan duta Panisal. Jember:
Tanggal 20 Nopember 2019.
Munroe, Myles. (2008). The Spirit of
Leadership, cetakan ke-2. Jakarta:
Penerbit Immanuel.
Octavianus, Petrus (1988). Manajemen
Kepemimpinan Menurut Wahyu
Allah, cetakan ke-3. Malang: YPPII
& Gandum Mas.
Priyatno, Dwi. (2010). Paham analisis
statistik data dengan SPSS.
Yogyakarta: Mediakom.
Jurnal Excelsior Pendidikan
44 | Excelsior Pendidikan Vol.1 No.1 Oktober 2020
GP, Harianto. (2019). Model Teologi
Gereja di Abad XXI: Studi Arah
Pengembangan menuju
Globalisasi. Excelsis Deo: Jurnal
Teologi, Misiologi, dan
Pendidikan. (t.t.). Diambil 5
November 2020, dari https://e-
journal.sttexcelsius.ac.id/index.p
hp/excelsisdeo/article/view/1/2
Sobon, Rabiel. Wawancara Ketua Prodi
S1 Teologi, STT Duta Panisal.
Jember: tanggal 18 Juli 2019.
Sugeng, Wawancara Dosen Tetap STT
Duta Panisal, Jember: tanggal 18
Juli 2019.
Tomatala, Yakob. (2012). Kepemimpinan
Yang Dinamis. Jakarta: YT
Leadership Foundation
Sondopen, Dorce. (2019). Relasi antara
Penginjilan dan Pemuridan untuk
Pertumbuhan Gereja. Excelsis
Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan
Pendidikan. (t.t.). Diambil 5
November 2020, dari https://e-
journal.sttexcelsius.ac.id/index.p
hp/excelsisdeo/article/view/18/
16
Sanders, J. Oswald. (1993).
Kepemimpinan Rohani, cetakan
ke-8. Bandung: kalam Hidup.
Singarimbun, Masri. & Sofian, Effendi,
(1995). Metode dan Proses
Peneltian. Jakarta: LP3ES.