eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN...

22
PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN TORAJA UTARA THE INFLUENCE OF TRAINING AND TEACHING EXPERIENCE ON PROFESSIONALISM OF SOCIAL SCIENCE TEACHER OF JUNIOR HIGH SCHOOL IN NORTH TORAJA DISTRICT ARFINA ROMBE

Transcript of eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN...

Page 1: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS

SEKOLAH MENENGAH PERTAMADI KABUPATEN TORAJA UTARA

THE INFLUENCE OF TRAINING AND TEACHING EXPERIENCE ON PROFESSIONALISM OF SOCIAL SCIENCE TEACHER

OF JUNIOR HIGH SCHOOL IN NORTH TORAJA DISTRICT

ARFINA ROMBE

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2016

Page 2: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI

KABUPATEN TORAJA UTARA

(The Influence of Training and Experience Of Teaching for Teacher Profesionalitas at Junior High School in the District Toraja Utara)

Muhammad Rakib, Muchtar Yunus, Arfina Rombe**

ABSTRAK

Variabel penelitian ini adalah pelatihan (X1), pengalaman mengajar (X2), dan Profesionalitas Guru (Y).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPS Sekolah Menengah Pertama sebanyak 132 orang sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 98 orang.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif jenis explanatory dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan kuesioner.Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) Pelatihan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap profesionalitas guru IPS Sekolah Menengah Pertama, (ii) pengalaman mengajar secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap profesionalitas guru IPS Sekolah Menengah Pertama, (iii) Pelatihan dan pengalaman mengajar secara silmultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profesionalitas guru IPS Sekolah Menengah Pertama.

Kata Kunci: Pelatihan, Pengalaman Mengajar, Profesionalitas Guru

Universitas Negeri Makassar

Page 3: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

ABSTRACT

The variables of the research were training (X1), teaching experience (X2), and teacher professionalism (Y). The population of the research were all of Social Science teacher of Junior High School with the total of 132 teacher, where as, the samples were 98 teacher. The employed explanatory quantitative approach. Data was collected by employing interview and questionnaire techniques. The data of the research was analyzed by using descriptive statistic and inferential statistic analysis.

The result of the research reveal that (i) the training has positive and significant influence partially on professionalism of Social Science teacher of Junior High School, (ii) teaching experience has positive and significant influence partially on professionalism of Social Science teacher of Junior High School, (iii) training and teaching experience have positive and significant influences simultaneously on professionalism of Social Science teacher at Junior High School.

Key Words: Training, Teacher Experience, Professionalism

Page 4: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

PENDAHULUAN

Negara Kesatuan Republik

Indonesia memiliki tujuan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, yang

tersurat dalam Pembukaan UUD 1945.

Dunia pendidikan merupakan dunia

yang perlu mendapat perhatian secara

maksimal karena majunya suatu

bangsa salah satunya berasal dan

ditentukan oleh pendidikan.

Pendidikan dikatakan berhasil apabila

didukung oleh guru yang profesional.

Menjadi seorang guru mungkin

semua orang bisa. Tetapi menjadi guru

yang memiliki keahlian dalam

mendidik perlu pendidikan, pelatihan

dan jam terbang yang memadai

(Suyanto, 2013:7). Dalam UU No 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

pasal(1) ayat (1) dinyatakan: Guru

adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada jalur pendidikan formal,

pada jenjang pendidikan dasar dan

pendidikan menengah.

Profesional yang dimaksud dalam hal

ini sebagaimana yang tercantum

dalam UU No 14 tahun 2005 tentang

guru dan dosen, pasal (1) ayat (4)

adalah, pekerjaan atau kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang dan menjadi

sumber pengahasilan kehidupan yang

memerlukan keahlian, kemahiran atau

kecakapan yang memenuhi standar

mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi.

Dengan demikian, seorang guru

profesional akan tercermin dalam

penampilan pelaksanaan pengabdian

tugas-tugas yang ditandai dengan

keahlian baik dalam metode maupun

materi. Keahlian yang dimiliki oleh

guru profesional adalah keahlian yang

diperoleh melalui suatu proses

pendidikan, dan pelatihan yang

diprogramkan secara khusus untuk itu.

Di samping tuntutan

persyaratan tingkat pendidikan di atas,

supaya guru semakin profesional

setiap guru harus mengikuti

pelatihan/penataran. Misalnya

pelatihan model pembelajaran,

pelatihan pembuatan alat peraga,

pelatihan pengembangan silabus, dan

pelatihan pembuatan materi. Melalui

pelatihan tersebut, informasi-informasi

Page 5: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

baru dan metode-metode mengajar

baru dapat cepat diterima oleh

pendidik, sehingga dapat

meningkatkan kemampuan dan

motivasi dari para pendidik untuk

melaksanakan pekerjaannya.

Selain pelatihan, pengalaman

mengajar guru juga menentukan

profesionalitas pendidik dalam

mengajar. Semakin banyak

pengalaman mengajar guru, maka

semakin banyak pula pengetahuan-

pengetahuan yang dimiliki. Semakin

bertambah masa kerjanya diharapkan

guru semakin banyak pengalaman-

pengalamannya. Jadi, idealnya apabila

frekuensi pelatihan, dan pengalaman

mengajar guru semakin meningkat,

maka seharusnya ada peningkatan pula

dalam profesionalitas guru.

Berdasarkan hasil observasi

awal peneliti dan data yang diperoleh

dari dinas pendidikan kabupaten

Toraja Utara guru IPS Sekolah

Menengah Pertama di Kabupaten

Toraja Utara memiliki frekuensi

pelatihan berbeda-beda, serta memiliki

masa kerja/pengalaman mengajar yang

berbeda pula. Fenomena yang penulis

temukan adalah adanya guru yang

jarang mengikuti pelatihan. Ada pula

guru yang kurang menguasai

teknologi. Berdasarkan data dan

fenomena yang ada, penulis ingin

mengetahui seberapa besar Pengaruh

Pelatihan dan Pengalaman Mengajar

terhadap Profesionalitas Guru IPS

Sekolah Menengah Pertama di

Kabupaten Toraja Utara.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah

penelitian Explanatory atau dalam

metodologi penelitian disebut

penelitian verificatif adalah penelitian

yang bertujuan menelaah kausalitas

antar variabel yang menjelaskan suatu

fenomena tertentu untuk mejelaskan

atau membuktikan hubungan atau

pengaruh antar variabel yaitu seberapa

besar pengaruh Pelatihan, dan

Pengalaman Mengajar terhadap

Profesionalitas Guru Sekolah

Menengah Pertama di Kabupaten

Toraja Utara kemudian masalah yang

timbul oleh peneliti dilakukan

gambaran atau lukisan secara

Page 6: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta, sifat-sifat serta

hubungan antara fenomena yang

diselidiki.

Defenisi Operasional dan

Pengukuran Variabel

Defenisi operasional adalah

batasan-batasan terhadap lingkup

variabel yang merupakan indikator

penting sebagai penentu keberhasilan

suatu penelitian. Untuk mempermudah

pemahaman penelitian dan agar tidak

terjadi salah penafsiran terhadap judul,

maka perlu pembatasan masalah.

Berikut adalah defenisi Operasional:

1. Pelatihan (X1)

Pelatihan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah kegiatan

yang dilakukan dalam meningkatkan

kompetensi guru sebagai pendidik,

baik di tingkat kecamatan,

kabupaten/kota, provinsi, nasional

maupun internasional. Indikator

pelatihan adalah Lama pelatihan,

Tingkat pelatihan, relevansi.

2. Pengalaman Mengajar (X2)

Pengalaman mengajar yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah

apa yang sudah dialami dalam

mengajar yang ditandai dengan kurun

waktu. Indikator pengalaman mengajar

adalah lamanya masa mengajar,

keterampilan mengajar, dan

penguasaan terhadap pekerjaan.

3. Profesionalitas Guru (Y)

Profesionalitas guru yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah

kualitas dan perilaku yang menjadi ciri

khusus dari guru professional yaitu

dengan menguasai 4 kompetensi guru

agar dapat mewujudkan kinerjanya

secara efektif dan efisien sebagai

tenaga pendidik. Indikator

profesinalitas guru adalah menguasai

landasan pendidikan, menguasai bahan

pengajaran,kemampuan menyusun

program pengajaran, kemampuan

mengevaluasi, kemampuan

berkomunikasi, dan kepribadian yang

dewasa.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2013:117)

mengemukakan bahwa “populasi

adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik

Page 7: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan”. Populasi dalam

penelitian ini adalah guru IPS Sekolah

Menengah Pertama di Kabupaten

Toraja Utara yaitu sebanyak 132 orang

yang tersebar di 45 SMP baik negeri

maupun swasta, dengan karakteristik

populasi antara lain memiliki

parameter yakni besaran terukur yang

menunjukkan ciri populasi tersebut,

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari

jumlah dan kerakteristik yang di miliki

oleh populasi tersebut. Dengan

menggunakan rumus Isaac dan

Michael diperoleh sampel dalam

penelitian ini sebanyak 98 orang.

HASIL PENELITIAN

Uji t (Uji Parsial)

Tabel 4.6 Hasil analisis uji t (parsial) pengaruh pelatihan dan pengalaman mengajar secara parsial terhadap profesionalitas guru IPS Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Toraja Utara.

           Model Unstandardize

d CoefficientsStandardized Coefficients

T

B Std. Error Beta

(Constant) 27,950 7,133 3,919 ,000

X1 ,758 ,105,480

7,248 ,000

X2 ,772 ,106,481

7,254 ,000

Pengaruh parsial (Uji t):

1. Pengaruh pelatihan (X1) terhadap

profesionalitas (Y)

Nilai thitung untuk variabel pelatihan

sebesar 7,248 dengan nilai Sig. sebesar

0,000. Karena nilai sig. yang diperoleh

<0,05, maka H0 ditolak yang berarti

bahwa pelatihan berpengaruh secara

signifikan terhadap profesionalitas.

Dengan demikian hipotesis yang

berbunyi diduga ada pengaruh

pelatihan terhadap profesionalitas guru

sekolah menengah pertama di

Kabupaten Toraja Utara “diterima”.

2. Pengaruh pengalaman mengajar

(X2) terhadap profesionalitas (Y)

Nilai thitung untuk variabel motivasi

sebesar 7,254 dengan nilai p (Sig.)

sebesar 0,002. Karena nilai p yang

diperoleh < 0,05, maka H0 ditolak yang

berarti bahwa pengalaman mengajar

Page 8: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

berpengaruh secara signifikan terhadap

profesionalitas. Dengan demikian

hipotesis yang berbunyi diduga ada

pengaruh pengalaman mengajar

terhadap

profesionalitas guru sekolah menengah

pertama di Kabupaten Toraja Utara

“diterima”.

Persamaan regresinya:

Y=27,957+0,758 X1+0,772 X2+e

Persamaan di atas menunjukkan bahwa

ada pengaruh pelatihan, dan

pengalaman mengajar terhadap

profesionalitas guru IPS Sekolah

Menengah Pertama di Kabupaten

Toraja Utara. Secara lebih rinci model

regresi tersebut mengandung makna

sebagai berikut:

a. Konstanta sebesar 27,950 , artinya

jika pelatihan (X1) dan

pengalaman mengajar (X2)

nilainya 0, maka profesionalitas

guru IPS (Y) nilainya sebesar

27,950.

b. Koefisien regresi variabel

pelatihan (X1) sebesar 0,758,

artinya jika variabel pelatihan (X1)

mengalami kenaikan 1 satuan dan

pengalaman mengajar (X2) tetap,

maka profesionalitas guru IPS (Y)

akan mengalami peningkatan

sebesar 0,758. Koefisien bernilai

positif artinya terjadi hubungan

positif antara pelatihan dengan

profesionalitas guru IPS. Semakin

baik pelatihan semakin tinggi pula

profesionalitas guru IPS.

c. Koefisien regresi variabel

pengalaman mengajar (X2) sebesar

0,772, artinya jika variabel

pengalaman mengajar (X2)

mengalami kenaikan 1 satuan dan

pelatihan (X1) tetap, maka

profesionalitas guru IPS (Y) akan

mengalami peningkatan sebesar

0,772. Koefisien bernilai positif

artinya terjadi hubungan positif

antara pengalaman mengajar

dengan profesionalitas guru IPS.

Semakin banyak pengalaman yang

dimiliki guru semakin tinggi pula

profesionalitas guru IPS.

2. Uji F (Uji Simultan)

Kriteria uji simultan adalah

jika nilai F hitung lebih besar dari F

tabel atau jika taraf signifikan F lebih

kecil dari taraf signifikan yang

Page 9: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

digunakan (ɑ) 0,05 maka hasil analisis

secara simultan memiliki pengaruh

yang signifikan. Jika hasil yang

diperoleh adalah sebaliknya maka

analisis tersebut secara tidak memiliki

pengaruh yang signifikan secara

simultan.

Tabel 4.7 Pengaruh Pelatihan dan Pengalaman Mengajar terhadap Profesionalitas Guru IPS Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Toraja Utara.

         

Model R

R Squar

e

Adjusted R

Square

Std. Error of

the         Estimate

1 ,811 ,658 ,650 4,917

Tabel 4.8 Hasil analisis uji F (Simultan) Pengaruh Pelatihan dan Pengalaman Mengajar Secara Simultan terhadap Profesionalitas Guru IPS Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Toraja Utara.

           

Model Sum of Squares

Df

Mean Squres F

1 Regression

4410,321 2 2205,16

091,21

5

Residual 2296.659

95 24,175

  Total 6706,980

97      

Pengaruh simultan (Uji F):

Dari tabel 4.8 diperoleh nilai

Fhitung sebesar 91,215 dengan nilai p

(Sig.) sebesar 0,000. Karena nilai p <

0,05 maka H0 ditolak yang berarti

bahwa terdapat pengaruh positif dan

signifikan pelatihan dan pengalaman

mengajar secara bersama-sama

terhadap profesionalitas. Adapun

besarnya pengaruh secara simultan

dapat terlihat pada tabel 4.7 yaitu R

sebesar 0,811 atau sebesar 81,1%.

Dengan demikian hipotesis yang

berbunyi diduga ada pengaruh

pelatihan, dan pengalaman mengajar

terhadap profesionalitas guru sekolah

menengah pertama di Kabupaten

Toraja Utara “diterima”.

3. Analisis Korelasi Sederhana

Tabel 4.10 Uji Determinasi Pelatihan dan Pengalaman Mengajar terhadap Profesionalitas Guru IPS Sekolah Menengah

Page 10: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

Pertama di Kabupaten Toraja Utara.

         

Model R

R Squar

e

Adjusted R

Square

Std. Error of

the         Estimate

1 ,811 ,658 ,650 4,917

Tabel tersebut di atas

menjelaskan nilai R Square merupakan

besaran nilai kontribusi pengaruh

secara simultan pelatihan dan

pengalaman mengajar terhadap

profesionalitas sebesar 0,658 atau

65,8%. Berarti bahwa pelatihan dan

pengalaman mengajar memiliki

pengaruh yang kuat terhadap

profesionalitas guru IPS Sekolah

Menengah Pertama di Kabupaten

Toraja Utara dan sisanya sebesar

34,2% merupakan nilai kontribusi

pengaruh yang berasal dari variabel

lainnya yang tidak dikaji dalam

penelitian ini.

Pembahasan

1. Pengaruh Pelatihan terhadap

Profesionalitas Guru

Suyatno (2008:111)

mengemukakan pelatihan yaitu

kegiatan yang dilakukan dalam rangka

pengembangan atau peningkatan

kompetensi dalam melaksanakan tugas

sebagai pendidik, baik pada tingkat

kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,

nasional, maupun internasional. Bukti

fisik komponen ini dapat berupa

sertifikat, piagam, atau surat

keterangan dari lembaga

penyelenggara diklat. Berdasarkan

peraturan menteri pendayagunaan

aparatur Negara dan reformasi

birokrasi Nomor 16 Tahun 2009

dijelaskan bahwa pengembangan

keprofesian berkelanjutan adalah

pengembangan kompetensi guru yang

dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan,

bertahap, berkelanjutan untuk

meningkatkan profesionalitasnya.

Pelatihan merupakan salah satu upaya

untuk mengembangkan profesionalitas

guru.

Hasil analisis deskriptif

menunjukkan bahwa pelatihan yang

diikuti guru IPS SMP di kabupaten

Toraja Utara termasuk kategori baik

dilihat dari indikator untuk mengukur

Page 11: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

pelatihan guru IPS Sekolah Menengah

Pertama di Kabupaten Toraja Utara

yaitu lamanya pelatihan yang diikuti,

tingkat pelatihan dan relevansi.. Hasil

angket responden tentang pelatihan

berada pada kategori baik. Sedangkan

berdasarkan analisis data dengan

menggunakan regresi linier

menunjukkan adanya pengaruh yang

signifikan pelatihan terhadap

profesionalitas dengan nilai thitung

untuk variabel pelatihan sebesar 7,248

dengan nilai p (Sig.) sebesar 0,000.

Karena nilai p yang diperoleh< 0,05,

maka H0 ditolak yang berarti bahwa

pelatihan berpengaruh secara

signifikan terhadap profesionalitas

guru IPS Sekolah Menengah Pertama

di Kabupaten Toraja Utara.

Hasil penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Listiyani (2014)

tentang “Kontibusi Pelatihan dan

Pengalaman Mengajar terhadap

Profesionalisme Mengajar Guru

Sekolah Dasar Negeri Kecamatan

Semin Kabupaten Gunungkidul” juga

menunjukkan bahwa Pelatihan

memberikan kontribusi positif dan

signifikan terhadap profesionalisme

guru di Sekolah Dasar Negeri

Kecamatan Semin Kabupaten

Gunungkidul. Berdasarkan pemaparan

di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pelatihan berpengaruh terhadap

profesionalitas guru. semakin banyak

atau sering guru IPS SMP di

kabupaten Toraja Utara mengikuti

pelatihan maka akan semakin tinggi

profesionalitas guru tersebut, begitu

juga dengan sebaliknya.

2. Pengaruh Pengalaman Mengajar

terhadap Profesionalitas Guru

Menurut Suyatno (2008:111),

pengalaman mengajar yaitu masa kerja

guru dalam melaksanakan tugas

sebagai pendidik pada satuan

pendidikan tertentu sesuai dengan

surat tugas dari lembaga yang

berwenang (dapat dari pemerintah,

dan/atau kelompok masyarakat

penyelenggara pendidikan). Bukti fisik

dari komponen ini dapat berupa surat

keputusan/surat keterangan yang sah

dari lembaga yang berwenang. Di

dalam menekuni bidangnya guru selalu

bertambah pengalamannya. Semakin

bertambah masa kerjanya diharapkan

Page 12: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

guru semakin banyak pengalaman-

pengalamannya. Pengalaman-

pengalaman ini erat kaitannya dengan

peningkatan profesionalisme

pekerjaan. Ada beberapa hal juga

untuk menentukan berpengalaman

tidaknya seorang karyawan yang

sekaligus sebagai indikator

pengalaman kerja menurut (Foster,

2001 : 43) yaitu : a) Lama waktu/ masa

kerja. Ukuran tentang lama waktu atau

masa kerja yang telah ditempuh

seseorang dapat memahami tugas –

tugas suatu pekerjaan dan telah

melaksanakan dengan baik. b) Tingkat

pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki. Pengetahuan merujuk pada

konsep, prinsip, prosedur, kebijakan

atau informasi lain yang dibutuhkan

oleh karyawan. Pengetahuan juga

mencakup kemampuan untuk

memahami dan menerapkan informasi

pada tanggung jawab pekerjaan.

Sedangkan keterampilan merujuk pada

kemampuan fisik yang dibutuhkan

untuk mencapai atau menjalankan

suatu tugas atau pekerjaan. c)

Penguasaan terhadap pekerjaan dan

peralatan. Tingkat penguasaan

seseorang dalam pelaksanaan aspek –

aspek teknik peralatan dan teknik

pekerjaan.

Hasil analisis deskriptif

menunjukkan bahwa pengalaman

mengajar guru IPS SMP di kabupaten

Toraja Utara termasuk kategori baik

dilihat dari indikator pengalaman

mengajar guru IPS Sekolah Menengah

Pertama di kabupaten Toraja Utara

adalah masa kerja guru, keterampilan

mengajar dan penguasaan terhadap

pekerjaan. Hasil angket responden

tentang pengalaman mengajar berada

pada kategori baik. Sedangkan

berdasarkan analisis data degan

menggunakan regresi linier diperoleh

Nilai thitung untuk variable pengalaman

mengajar sebesar 7,254 dengan nilai p

(Sig.) sebesar 0,000. Karena nilai p

yang diperoleh< 0,05, maka H0 ditolak

yang berarti bahwa pengalaman

mengajar berpengaruh secara

signifikan terhadap profesionalitas

guru IPS Sekolah Menengah Pertama

di Kabupaten Toraja Utara.

Dari uji hipotesis dilakukan

bahwa pengalaman mengajar

Page 13: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

berpengaruh signifikan terhadap

profesionalitas. Hal ini sejalan dengan

hasil penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Hasil penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh

Listiyani (2014) tentang “Kontibusi

Pelatihan dan Pengalaman Mengajar

terhadap Profesionalisme Mengajar

Guru Sekolah Dasar Negeri

Kecamatan Semin Kabupaten

Gunungkidul” juga menunjukkan

bahwa pengalaman mengajar

memberikan kontribusi positif dan

signifikan terhadap profesionalisme

guru di Sekolah Dasar Negeri

Kecamatan Semin Kabupaten

Gunungkidul. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa semakin lama atau

banyak pengalaman mengajar guru

maka akan semakin tinggi pula

profesionalitasnya.

3. Pengaruh Pelatihan dan

Pengalaman Mengajar terhadap

Profesionalitas Guru

Berdasarkan analisis data

dengan menggunakan program SPSS

Dari tabel annova diperoleh nilai Fhitung

sebesar 91,215 dengan nilai p (Sig.)

sebesar 0,000. Karena nilai p < 0,05

maka H0 ditolak yang berarti bahwa

terdapat pengaruh signifikan pelatihan

dan pengalaman mengajar secara

bersama-sama terhadap

profesionalitas. Besarnya pengaruh

tersebut dilihat pada nilai R Square

(R2) yaitu 0,658 atau 65,8%. Artinya

terdapat pengaruh signifikan antara

pelatihan dan pengalaman mengajar

secara simultan terhadap

profesionalitas guru IPS Sekolah

Menengah Pertama di Kabupaten

Toraja Utara.

Hasil penelitian ini dapat

disimpilkan bahwa pelatihan dan

pengalaman mengajar secara bersama-

sama berpengaruh terhadap

profesionalitas guru IPS Sekolah

Menengah Pertama di Kabupaten

Toraja Utara. Pelatihan mempengaruhi

profesionalitas guru. Berdasarkan

analisis deskriptif persentase untuk

variabel pelatihan dalam kategori baik,

artinya pelatihan yang diikuti guru

sudah baik, dan hal tersebut

berpengaruh terhadap profesionalitas

guru menjadi lebih baik. Dengan

sering mengikuti pelatihan yang

Page 14: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6158/1/ARTIKEL .docx · Web viewPENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN

relevan sesuai dengan kebutuhan guru

dapat meningkatkan profesionalitas

guru. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa pelatihan dan

pengalaman mengajar merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari

profesionalitas.

DAFTAR PUSTAKA

Foster, Bill. 2001. Pembinaan untuk Peningkatan Kinerja Karyawan. PPM : Jakarta

Mulyasa. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana

Riduwan. 2008. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Siagian,S.P. 2003. Manajemen Abad 21. Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyono. 2015 . Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

Alfabeta.

Suyanto dan Djihad Asep, 2012. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Suyatno. (2008). Panduan Sertifikasi Guru. Jakarta: Indeks.

Uzer Usman. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.